ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 199
Analisis Materi Keterampilan Berbicara dalam Buku Ajar Mulakhkhash AlArabiyah Linnasyi’in Yogia Prihartini Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak: Buku teks (buku ajar) sebagai sumber bahan pembelajaran dan sumber informasi utama memegang peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan proses pembelajaran. Di antara buku ajar yang dapat mengukur kemampuan berbahasa adalah buku ajar Mulakhkhash Al-Arabiyah Linnasyi’in, hal ini sebagai bentuk perhatian terhadap pembelajaran bahasa Arab dan berbagai bentuk partisipasi serta ikut memberikan adil secara langsung terhadap pembelajaran bahasa Arab. Mulakhkhash Al-Arabiyah Linnasyi’in merupakan salah satu buku ajar yang direkomendasikan untuk para pembelajar bahasa Arab bagi non-Arab. Buku ini terdiri atas tiga jilid yang diatur secara berurutan dan disusun dengan judul yang bervariasi. Buku ini berisi materi yang mengandung empat keterampilan berbahasa yang ada dalam pembelajaran berbahasa Arab, yaitu maharatul istima’, maharatul kalam, maharatul qira’ah, dan maharatul kitabah. Artikel ini membahas materi satu dari empat keterampilan tersebut, yakni keterampilan berbicara, yang terdapat dalam buku ajar Mulakhkhash Al-Arabiyah Linnasyi’in. Kata Kunci: Keterampilan berbicara, Mulakhkhash AlArabiyah Linnasyi’in, buku ajar.
Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
200 YOGIA PRIHARTINI
Pendahuluan Manusia sebagai makhluk sosial cenderung hidup berkelompok dan tidak dapat hidup tanpa berkelompok, baik dalam bentuk keluarga, paguyuban, suku dan bangsa. Dalam bersosialisasi diperlukan alat komunikasi yang bisa dipahami dan gampang dimengerti untuk menyampaikan pesan dan keinginan yaitu bahasa. Jika sekelompok manusia atau masyarakat sudah terbiasa menggunakan bahasa tertentu, maka anggota masyarakat itupun akan cenderung pula melestarikan penggunaan bahasa tersebut. Bahasa sebagai alat komunikasi, para pakar bahasa mendefinisikan diantaranya, Ibnu Jiny menjelaskan bahwa “bahasa adalah bunyi atau lambang yang dipakai oleh setiap kelompok untuk dapat mengungkapkan maksud-maksud atau pesan mereka pada kelompok lain. 1 Bloch dan Trager (1942) serta Carrol (1959) mengemukakan sebagaimana dikutip oleh Rochayah Machali, “Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka arbitrary dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.2 Sedangkan Corrol mengemukakan bahwa”bahasa adalah suatu sistem berstruktur mengenai bunyi atau urutan bunyi bahasa yang sifatnya arbitrary yang digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia yang memberikan nama-nama kepada bendabenda, peristiwa-peristiwa dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia.”3 Dari ungkapan di atas dapat dikemukakan beberapa hal yang penting dalam kaitan bahasa sebagai alat komunikasi yaitu: 1. Bahasa merupakan sistem yang mempunyai struktur sebagaimana dengan sistem lainnya di mana bahasa memiliki pola dan berdasarkan itulah bahasa digunakan. 2. Bahasa merupakan sistem bunyi yang bersifat manasuka (arbitrary). 3. Bahasa memungkinkan terjadinya komunikasi antar pribadi dan inilah merupakan fungsi utama bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk menyampaikan informasi atau menerima informasi. Dalam posisi ini juga bahasa sesungguhnya Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 201
merupakan alat kontrol sosial. Abdul Chaer dan Leonie Agustina, memberikan uraian yang lebih komprehensif tentang hakikat sebuah bahasa, mereka menjelaskan bahwa ada beberapa hakikat bahasa yaitu: 1. Bahasa adalah sebuah sistem artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaedahkan. Selain sebagai sebuah sistem, juga bersifat sistematis artinya sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis dan subsistem leksikon.4 Sedangkan berupa lambang-lambang dalam bentuk bunyi, artinya lambang-lambang itu berbentuk bunyi yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa. 2. Lambang bunyi bersifat arbitrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. 3. Bahasa itu bersifat produktif, artinya dengan sejumlah unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. 4. Bahasa bersifat dinamis artinya bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi baik dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan leksikon. 5. Bahasa itu beragam artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu di gunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunayai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda maka bahasa itu menjadi beragam. 6. Bahasa itu bersifat manusiawi artinya bahasa itu sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki manusia, hewan tidak mempunyai bahasa, yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif atau tidak dinamis.5 Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
202 YOGIA PRIHARTINI
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa bahasa merupakan sebuah system lambang yang berfungsi sebagai media komunikasi antara individu atau antar kelompok masyarakat sebagai yang menggunakan lambang tersebut. Namun yang lebih intens adalah tertransfernya pesan kepada orang lain dan pesan yang disampaikan itu dapat dipahami secara baik oleh penerima pesan. Namun kajian seperti ini dalam tataran pembahasan sosiolinguistik fungsi ini masih sangat simple, karena disamping fungsi utama diatas ditemukan juga fungsi lainnya yang tak kalah penting dengan fungsi pertama dan utama tersebut. Dan kembali Abdul Chaer dan Leonie Agustina, mengemukakan bahwa fungsi bahasa lain yang dimaksud adalah: Pertama, dilihat dari segi penutur, bahasa berfungsi sebagai personal, karena disaat seseorang menyampaikan pesan, disaat itu juga ia memperlihatkan emosinya kepada orang lain, disaat itu juga penerima pesan memahami bagaimana emosi sipenyampai pesan. Kedua, dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi sebagai direktif (mengatur tingkah laku pendengar), karena sipenerima pesan secara otomatis berbuat sesuatu setelah pesan diterima. Ketiga, dilihat dari segi kontak bahasa, bahasa berfungsi fatik (menjalin hubungan) dan inilah yang disebut fungsi utama setiap bahasa, karean ungkapan fatik disertai dengan unsure para linguistik yang tidak mempunyai arti, dalam arti memberikan informasi, tetapi membangun kontak social antara para partisipan di dalam pertuturan itu. Keempat, dilihat dari segi topik ujaran, bahasa berfungsi referensial, karena pesan apa pun yang disampaikan sipenutur akan menjadi sebuah pemikiran bagi sipenerima pesan. Dan fungsi inilah yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa adalah sebagai alat untuk menyatakan pikiran, bagaimana pendapat sipenutur tentang dunia sekelilingnya. Kelima, dilihat dari segi kode yang digunakan bahasa berfungsi metalingual (membicarakan bahasa itu sendiri), karena secara tidak langsung, bahwa dalam proses pembelajaran bahasa dimana kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa dijelaskan dengan bahasa. Dan Keenam, dilihat dari segi amanat. bahasa berfungsi imaqinatif (khayalan atau rekaan), biasanya berupa karya Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 203
seni yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.6 Dengan urgensi bahasa dalam kehidupan manusia sebagai media komunikasi baik antara individu, maupun kelompok, berbangsa dan bernegara yang menuntut adanya pengajaran bahasa. Pengajaran bahasa dapat berlangsung dalam bentuk sederhana dan dalam bentuk yang paling moderen. Pengajaran bahasa dalam keluarga dan masyarakat yang belum mempunyai tradisi tulis menulis berlangsung secara lisan, dimana anggota keluarga yang saling mengajar agar dapat menyimak dan berbicara. Pengajaran bahasa seperti ini adalah pengajaran bahasa yang berlangsung secara alamiah. Dipihak lain, pengajaran bahasa telah berlangsung secara formal dan informal, yang mana pengajaran secara formal telah menentukan pula tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi yang direncanakan dan dipersiapkan dengan teliti agar pengajaran bahasa itu berhasil dan tepat berguna. Pada zaman sekarang ini khususnya dunia Islam, mempunyai perhatian yang besar terhadap pembelajaran bahasa Arab, hal ini menyebabkan munculnya berbagai macam buku ajar bahasa Arab. Meskipun demikian, bukan berarti tidak boleh ada karangan buku atau kitab bahasa Arab yang baru. Karena para santri, pelajar, maupun mahasiswa masih tetap membutuhkan juga untuk memperkaya pembelajaran bahasa Arab. Buku teks (buku ajar) sebagai sumber bahan pembelajaran dan sumber informasi utama memegang peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan proses pembelajaran disamping pengalaman guru maupun siswa itu sendiri. Buku teks (buku ajar) juga merupakan sarana pensediaan dan pengalaman tak langsung dalam jumlah yang besar. Mengingat hal tersebut, maka seharusnya buku ajar menyediakan bahan yang mantap, kaya dan bervariasi serta serasi. Disamping itu, buku ajar juga harus menyajikan bahan secara mendalam dan komprehensif. Selain berperan sebagai sumber ilmu, buku ajar juga bisa berperan sebagai manivator. Untuk itu buku ajar harus disusun sesuai dan memenuhi syarat tertentu seperti menarik, Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
204 YOGIA PRIHARTINI
merangsang dan bervariasi. Oleh karena itu bisa dibayangkan bila isi buku ajar satu bahasa kurang memadai akan menyebabkan terkendalanya proses pembelajaran yang pada akhirnya bermuara pada tidak tercapainya kemampuan berbahasa. Diantara salah buku ajar (buku teks) adalah Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in hal ini sebagai bentuk perhatian terhadap pembelajaran bahasa Arab dan berbagai bentuk partisipasi serta ikut memberikan adil secara langsung terhadap pembelajaran bahasa Arab. Buku ajar Mulakhkhash Al-Arabiyah Linnasyi’in merupakan salah satu buku ajar yang direkomendasikan untuk para pembelajar bahasa Arab bagi non Arab. Sistem pengajaran buku tersebut pada akhirnya menjadikan seseorang mampu memperoleh kemampuan berbahasa Arab baik secara lisan maupun tulisan, baik secara pasif maupun aktif. Buku ajar Mulakhkhash Al-Arabiyah Linnasyi’in juga merupakan salah satu buku yang digunakan sebagai buku pengangan oleh pembelajar bahasa Arab di lembaga-lembaga tertentu. Buku ajar ini merupakan talkhisan dari buku AlArabiyah Linnasyi’in(Karya Mahmud Ismail Shinni) yang terdiri dari enam jilid menjadi dua jilid dengan tujuan agar pengajarannya lebih terarah dan sesuai dengan keadaan dan kemampuan mahasiswa. Buku ajar ini diatur secara berurutan dan disusun dengan judul yang bervariasi serta berisi tentang materi yang mengandung empat keterampilan berbahasa yang ada dalam pembelajaran berbahasa Arab yaitu maharatul istima’, maharatul kalam, maharatul qira’ah, maharatul kitabah. Buku ajar Mulakhash Al’Arabiyah Linnasyi’in adalah merupakan ringkasan dari jilid I, II, III Al’Arabiyah Linnasyi’in (karya Mahmud Ismail Shinni). Buku ini diringkaskan sebagai pemecahan dan penyantapan terhadap materi pembelajaran dalam mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran khususnya dalam pemerolehan keterampilan kebahasaan (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dari enam jilid dijadikan menjadi 2 jilid oleh pihak IAIN Imam Bonjol Padang untuk demi keefesiensi waktu dengan lamanya pembelajaran berlangsung selama 2 semester. Semester pertama Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 205
untuk buku I (pertama) dengan tujuan pembelajaran yaitu mengasah kemampuan para mahasiswa untuk keterampilan menyimak dan berbicara bahasa Arab. Sementara semester kedua adalah buku ke II (kedua) dengan tujuannya adalah mengasah keterampilan para mahasiswa untuk dapat membaca dan menulis bahasa Arab. Buku ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang sudah matang, baik di pendidikan formal, non formal maupun belajar mandiri (otodidak). Selain itu dapat juga digunakan pada program pembelajaran intensif atau pun non intensif. Pada sisi yang lain, buku ajar ini juga digunakan oleh mahasiswa yang belum pernah sama sekali belajar bahasa Arab, dimulai dari nol, sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan penutur asli baik lisan maupun tulisan dan mereka juga bisa memasuki perguruan tinggi yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang paling penting dalam berbahasa. Sebab berbicara adalah bagian dari ilmu yang dipelajari oleh para pembelajar. Sehingga kalam (berbicara) dianggap bagian yang sangat mendasar dalam mempelajari bahasa asing. Jadi definisi dari keterampilan berbicara adalah pengucapan suara-suara berbahasa arab dengan baik dan benar sesuai dengan makhraj yang dikenal oleh orang Arab. Keterampilan berbicara (maharatul kalam) adalah keterampilan yang paling penting dalam berbahasa. Sebab berbicara adalah bagian dari ilmu yang dipelajari oleh para pembelajar. Sehingga kalam/ berbicara dianggap bagian yang sangat mendasar dalam mempelajari bahasa asing. Tujuan pembelajaran kalam (maharatul kalam) adalah sarana berinteraksi dengan orang lain dan memahami apa yang diinginkan penutur. Pembelajaran ini dimulai setelah siswa mengetahui huruf bahasa Arab, mengetahui perbedaan antara hurufhuruf yang berbeda dan sebagainya. Dari hal diatas, timbul pertanyaan pada benak penulis berdasarkan pembahasan yang dibahas oleh peneliti adalah: “Analisis Tentang Materi Keterampilan Berbicara (Mahaharatul Kalam) Dalam Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
206 YOGIA PRIHARTINI
Buku Ajar Mulakhkhash Al-Arabiyah Linnasyi’in”, adalah: Salah satu tujuan dari buku ajar (Mulakhash Al-‘Arabiyah Linnasyiin) adalah membekali para pembelajar dalam pengguasaan bahasa arab berdasarkan kompetensi bahasa yaitu menguasai empat keterampilan berbahasa (maharatul giraah, maharatul kitabah, mahaharatul istima’, maharatul kalam). Dan lebih ditekankan lagi terhadap penguasaan keterampilan berbicara (maharatul kalam). Apakah keterampilan berbicara (maharatul kalam) secara teoritis dalam buku ajar tersebut sepenuhnya dapat difungsikan untuk mahasiswa, sehingga keterampilan berbicara (maharatul kalam) mahasiswa melalui buku ajar tersebut benar-benar menjadi terampilan seharihari (live skill). Maka dasar ini penulis mencoba untuk menganalisis dari berbagai aspek yang terkait dalam pembelajaran bahasa arab. Salah satu dari aspek yang dimaksud adalah materi pembelajaran bahasa arab. Karena aspek materi merupakan hal yang penting yang juga harus mendapat perhatian disamping aspek lain yaitu metode, guru, siswa, dan sebagainya. Adapun materi yang penulis maksud dalam pembahasan ini yaitu penggunaan buku Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in dalam pembelajaran bahasa arab. Sebagai diketahui bahwa tujuan utama pembelajaran bahasa arab dengan mengunakan buku ajar ini (Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in) adalah untuk memperoleh keterampilan berbahasa secara sempurna (maharatul giraah, maharatul kitabah, mahaharatul istima’, maharatul kalam), terutama keterampilan berbicara. Namun perlu diketahui bahwa buku Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in merupakan takhisan dari buku Al’Arabiyah Linnasyiin (karya Mahmud Ismail Shinni) yang sebagai salah satu materi pembelajaran bahasa Arab yaitu dari enam jilid menjadi dua jilid dengan tujuan agar pengajarannya lebih terarah dan sesuai dengan keadaan dan kemampuan mahasiswa. Sehingga dengan demikian materi ini diharapkan dapat mengatasi sebagian permasalahan yang ada khususnya dalam memberikan keterampilan berbicara bagi Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 207
mahasiswa. Namun pertanyaan yang muncul kembali apakah dengan materi tersebut cukup mampu untuk mengatasi permasalahan mahasiswa khususnya dalam berbahasa Arab. Karena mengingat masih banyak factor yang perlu diperhatikan seperti faktor lingkungan, pengajar, mahasiswa, materi, alokasi waktu dan sebagainya. Akan tetapi perlu kiranya penulis mengemukakan, sebagai pengajar bahasa Arab kurang lebih 4 tahun pada berbagai lembaga pendidikan formal cukup memberikan data yang sangat akurat sekali, khususnya permasalahan yang dihadapi para pembelajar bahasa Arab dalam mempelajari bahasa arab. Salah satu permasalahan yang menarik tersebut adalah banyaknya para pembelajar yang mengemukakan permasalahan tersebut adalah berkisar tentang “ baris/ harkat” sebuah kata bahasa arab tersebut. Hal ini bagi penulis suatu permasalahan tersendiri, kenapa anggapan bahwa bahasa Arab itu sulit hanya karena permasalahan baris saja. Penggunaan buku Mulakhash Al-Arabiyah Linnasyi’in merupakan salah satu langkah alternatif pemecahan problematika pembelajaran bahasa arab yang dirangkum oleh lembaga IAIN Imam Bonjol Padang. Hal tersebut dilakukan, oleh karena adanya anggapan tentang kekurangmampuan mahasiswa menguasai keterampilan bahasa arab, baik secara lisan maupun secara tulisan. Namun penetapan materi ini bukan mengindikasikan bahwa materi-materi pelajaran yang sebelumnya diajarkan tidak memberikan konstribusi sama sekali terhadap peningkatan kemampuan kebahasaan mahasiswa. Akan tetapi hal ini dilakukan untuk lebih mengfokuskan mahasiswa dalam penguasaan keterampilan berbicara. Di IAIN Imam Bonjol Padang, buku Al Arabiyah Linnasyi’in sebelum disimpulkan menjadi Mulakhash Al-Arabiyah Linnasyi’in telah diajarkan selama lima tahun sebagai salah satu materi pembelajaran bahasa arab yang sebelumnya dikenal dengan “Pembelajaran Bahasa Arab Intensif”. Dalam jangka waktu tersebut buku ini diajarkan hanya 1 jam pembelajaran perminggu (45 menit) Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
208 YOGIA PRIHARTINI
dengan lama pembelajarannya 3 semester. Dan mulai tahun 2002 buku tersebut diajarkan dalam jangka waktu dua semester dengan 5 kali pertemuan perminggunya yaitu sejak hari senin sampai jum’at dan sekali pertemuan terdiri dari dua pembelajaran (2 x 45 menit). Dengan demikian untuk satu minggu waktu dibutuhkan adalah 450 jam pelajaran. Melihat dari jumlah jilid Al’Arabiyah Linnasyi’in yang begitu banyak oleh pihak IAIN Imam Bonjol Padang merasa kesulitan untuk dapat menyelesaikan dalam waktu 3 semester. Disamping hiwar/ qira’ah masih banyak pembahasan lain yang harus diselesaikan seperti qawaid, latihan dan lainnya yang sering membosankan mahasiswa untuk belajar dengan mengunakan buku tersebut. Sehingga dengan banyaknya pembahasan tersebut, hanya 3 jilid yang dapat terselesaikan dalam jangka tersebut yaitu jilid I , II, dan III atau setengah dari jilid IV. Sementara setengah dari jilid IV, V, VI tidak dapat diselesaikan. Mengingat permasalahan tersebut, maka pihak IAIN Imam Bonjol Padang berusaha untuk menyempurnakan buku tersebut dari enam jilid menjadi dua jilid. Dimana jilid I, II, III dijadikan satu buku untuk keterampilan menyimak dan berbicara pada semester pertama, sementara untuk jilid IV, V, VI dijadikan satu jilid untuk keterampilan membaca dan menulis pada semester dua. Atau mengingat permasalahan tersebut, maka pihak IAIN Imam Bonjol Padang berusaha untuk mengabungkan jilid I, II, III dari buku Al’Arabiyah Linasyi’in kedalam 1 jilid dengan harapan dapat terselesaikan dalam satu semester pembelajaran untuk keterampilan berbicara dan menyimak , sedangkan jilid IV, V, VI dijadikan pula menjadi 1 jilid untuk diajarkan pada semester 2 pembelajaran untuk keterampilan membaca dan menulis. Kesimpulannya adalah pada jilid pertama tujuan pembelajarannya adalah memperoleh keterampilan berbicara/ menyimak dan jilid ke dua bertujuan untuk memperoleh keterampilan membaca/menulis. Tetapi penulis hanya mengfokuskan kepada 3 jilid saja yaitu I, II, III. Karena hakikatnya buku tiga jilid tersebut inilah Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 209
dijadikan sebagai materi pembelajaran dalam upaya pemerolehan keterampilan berbicara. Dengan adanya buku ajar Mulakhash Al-Arabiyah Linnasyi’in ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar kepada para mahasiswa dalam kaitannya dengan pemerolehan keterampilan berbicara dan sekaligus dapat meringankan beban mahasiswa dalam pemerolehan, penggunaannya diperlukan, serta diharapkan dapat mengurangi rasa jenuh dan bosan mahasiswa, sehingga dengan penggunaan buku Mulakhash Al’Arabiyah Linnasyi’in ini dapat berjalan sukses, dapat mengatasi berbagai persoalan pembelajaran bahasa arab agat tujuan yang diharapkan/ ditetapkan dapat dicapai serta bahasa arab dapat direalisasikan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembahasan ini, penulis bukan untuk mencari sebab munculnya anggapan tersebut, akan tetapi mencoba untuk menganalisis materi pada buku ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in sebagai materi pembelajaran bahasa arab untuk memperoleh keterampilan berbicara. Dan kondisi inilah yang mengilhami penulis untuk meninjau dan mengkaji lebih jauh lagi tentang keberadaan buku ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in terutama dalam materinya yang merupakan salah satu media dalam pencapaian keterampilan berbahasa khususnya keterampilan berbicara (maharatuil kalam). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengfokuskan pada “analisis tentang materi keterampilan berbicara (mahaharatul kalam) dalam buku ajar Mulakhkhash Al-Arabiyah Linnasyiin”. Hal yang melatar belakangi peneliti untuk mengangkat topik ini adalah untuk dijadikan bahan penelitian adalah karena ada beberapa lembaga-lembaga yang mengunakan buku ajar Mulakhkhash Al-Arabiyah Linnasyi’in untuk mata pelajaran keterampilan berbicara (Ta’bir Syafahi).
Kerangka Teori Ada teori yang mendasar penelitian ini: Pertama Teori Tentang Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
210 YOGIA PRIHARTINI
Kompetensi (Maharah), Kedua Teori Tentang Keterampilan Berbicara Sebagai Salah Satu Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab, Ketiga Mengukur Kemampuan Berbicara, Keempat Teori Tentang Buku Ajar (Buku Teks). Teori tentang Kompetensi (Keterampilan) Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang refleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak7 . Menurut Hadi Supeno menyatakan istilah “kompetensi” dalam rumusan resmi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan pada dua indikasi yaitu Pertama, kemampuan berupa perbuatan yang dapat diamati, Kedua menunjukkan pada suatu konsep yang mencakup aspek kognitif, efektif dan perbuatan serta tahap pelaksanaan secara utuh. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara obyektif berdasarkan kinerja peserta didik dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap sebagai hasil belajar8 .
Teori tentang Keterampilan berbicara Sebagai Salah Satu Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang paling penting dalam berbahasa. Sebab berbicara adalah bagian dari ilmu yang dipelajari oleh para pembelajar. Sehingga kalam (berbicara) dianggap bagian yang sangat mendasar dalam mempelajari bahasa asing. Jadi definisi dari keterampilan berbicara adalah pengucapan suara-suara berbahasa arab dengan baik dan benar sesuai dengan makhraj yang dikenal oleh orang arab. a. Definisi kalam Yang dimaksud dengan kalam adalah pengucapan suarasuara berbahasa arab dengan baik dan benar sesuai dengan suara yang berasal dari makharaj yang dikenal oleh para linguistik. Maharatul kalam adalah berbicara secara terus menerus tanpa henti tanpa mengulang kosa kata yang sama dengan menggunakan Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 211
pengungkapan suara.9 b. Tujuan pembelajaran kalam Tujuan pembelajaran kalam adalah sarana berinteraksi dengan orang lain dan memahami apa yang diinginkan penutur. Pembelajaran ini dimulai setelah siswa mengetahui huruf bahasa arab, mengetahui perbedaan antara huruf yang berbeda dan sebagainya. c. Prinsip pengajaran kalam Agar pembelajaran kalam baik bagi non arab, maka perlu diperhatikan sebagai berikut: 1. Hendaknya guru memiliki kemampuan yang tinggi tentang keterampilan maharatul kalam. 2. Memulai dengan suara yang serupa antara dua bahasa (bahasa pelajar dan bahasa Arab). 3. Hendaknya pengarang dan pengajar memperhatikan urutan dalam pengajaran kalam seperti memulai dengan lafazd mudah yang terdiri dari dua kalimat, tiga kalimat dan lebih. 4. Memulai dengan kosakata yang mudah 5. Menfokus pada cabang keterampilan yang bagi keterampilan berbicara yaitu: (a) cara mengeluarkan suara makhraj dengan benar; (b) membedakan pengucapan harkat panjang dan pendek; (c) mengungkapkan ide dengan cara yang benar dengan memperhatikan pada kaidah; (d) latihan siswa bagaimana cara memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan benar. d. Macam-macam maharatul kalam Adapun macam-macam maharatul kalam antara lain: 1. Percakapan 2. Ungkapan secara lisan (ta’bir al-syafahi). Yang mana ta’bir syafahi ini terbagi menjadi tiga yaitu: ta’bir muqoyyad, ta’bir al-muwajjah, dan ta’bir al-hur. Menurut Nashir Abdullah, bahwa seseorang pembelajar keterampilan berbicara dapat melakukan latihan berbicara dengan bentuk latihan-latihan yang berupa menjawab pertanyaan secara Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
212 YOGIA PRIHARTINI
lisan, mengikuti diskusi, mengungkapkan sesuatu dan lain sebagainya. Menurut Rusdi Ahmad, menerangkan beberapa bentuk latihanlatihan yang biasa digunakan dalam keterampilan berbicara antara lain: a. Membedakan dua huruf yang memiliki kemiripan dalam bunyinya akan tetapi berbeda jika dilihat dari artinya. b. Latihan dalam pengucapan dengan intonasi yang benar c. Pengulangan dalam pengucapan kata dan kalimat d. Latihan mengungkapkan ide dan pikiran secara lisan. e. Latihan menyusun ide dan pikiran f. Latihan menggunakan intonasi disesuaikan dengan ungkapanungkapan pengunaan nada rendah dan tinggi. Teori tentang Mengukur Kemampuan Berbicara Berbicara merupakan kemampuan berbahasa yang paling sulit dalam mengetesnya dibandingkan dengan kemampuan berbahasa yang lain. Tidaklah mengherankan jika para guru bahasa dalam mengajarkan kemampuan berbicara menggunakan bentuk tes yang kreterianya belum memadai. Biasanya para pembelajar dipanggil satu persatu, kemudian disuruh berbicara tentang topik tertentu atau pembelajarnya diwawancarai. Guru kemudian langsung memberi nilai. Dengan cara mengetes kemampuan berbicara pembelajarnya dengan bentuk tes yang lazim digunakan perlu mendapat pujian, hanya saja system penyekorannya yang perlu mendapat perhatian yang lebih khusus. Banyak faktor yang menjadi penyebab sulitnya mengetes kemampuan berbicara pembelajar. Menurut Madsen (1953) bahwa factor tersebut antara lain: (1) hakekat berbicara itu sendiri biasanya belum terdefinisikan dengan baik (2) bagaimana perimbangan untuk masing aspek kemampuan berbicara seperti kosa kata, ucapan, tata bahasa, kefasihan dan pemahaman (3) bagaimana mengukur asper aspek kemampuan berbicara tersebut secara stimulant.10 Maka timbul pertanyaan; bagaimana mengukur kemampuan
Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 213
berbicara? maka mengukur kemampuan berbicara didasarkan pada tersampainya atau tidaknya pesan atau makna dari penutur kepada pendengar. Namun demikian, bukan berarti mengabaikan unsureunsur bahasa, karena makna sebuah bahasa bersifat abstrak dan tidak dapat diukur secara kongkrit. Justru, gejala-gejala yang mendeskripsikan makna itulah yang dapat diukur melalui jenis tes berbicara. Gejala-gejala bahasa yang dimaksud disini ialah: (1) pengucapan, seberapa baik siswa dalam mengucapkan satu kata atau kalimat. (2) tata bahasa, seberapa baik siswa menjaga aturan tata bahasa dalam berbicara. (3) kosa kata, seberapa banyak perbendarahan kosa kata yang dimiliki dan digunakan siswa dalam berbicara, (5)pemahaman, seberapa baik tingkat pemahaman siswa terhadap komunikasi bahasa yang digunakan. Untuk mengukur kelima komponen tersebut, dapat dilakukan beberapa bentuk tes berbicara berguna untuk mengetes kemampuan berbicara pembelajar bahasa tersebut misalnya antara lain: a . Bercerita Berbicara merupakan bentuk tes berbicara yang sifatnya menolong mengenai kejadian suatu peristiwa atau keadaan dalam bentuk wacana singkat, misalnya kegiatan saya sehari-hari, liburan saya dan sebagainya. Tes ini biasanya lebih sering diberikan kepada pembelajar pada tingkat dasar karena pengunaan kosa kata dan tata bahasa mereka yang masih minim. Untuk tes jenis ini juga banyak digunakan gambar-gambar sebagai stimulan bagi peserta tes untuk berbicara. b. Berbicara bebas Berbicara bebas merupakan bentuk tes berbicara yang sifatnya menolong. Tes berbicara bentuk ini biasanya banyak digunakan pada pembelajaran pada tingkat menengah atau lanjut karena penguasaan tata bahasa dan kosa kata peserta tesnya sudah cukup tinggi, yang memungkinkan mereka lebih berbicara lebih banyak. Tes bentuk ini diberikan dengan cara menyuruh peserta memilih topik yang sangat popular yang dikuasainya Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
214 YOGIA PRIHARTINI
c.
d.
e.
misalnya mengenai lingkungan hidup, keluarga berencana, aids dan sebagainya. Sebelum berbicara pembelajar menggunakan kata-kata kunci. Menceritakan kembali Menceritakan kembali adalah bentuk tes yang peserta tesnya diminta menceritakan kembali suatu wacana, yang sebelumnya telah disimak atau dibaca sebelumnya. Dalam menceritakan kembali isi wacana tersebut peserta tes dituntut untuk menggunakan bahasanya sendiri. Wacana yang diberikan untuk tes tersebut biasanya sangat mudah karena tujuannya bukan untuk mengetes kemampuan membaca atau menyimak peserta tes, melainkan untuk mengetes kemampuan berbicaranya. Bahan simakkan atau bacaan hanya merupakan alat bacaan saja. Bermain peran Dalam tes bermain peran, peserta tes biasanya terdiri atas menimal dua peserta. Kepada peserta tes tersebut diberikan peran yang harus mereka mainkan untuk situasi tertentu misalnya dilestoran, ditempat praktek dokter, distatiun kereta api dan lain sebagainya Wawancara Wawancara merupakan bentuk tes yang banyak digunakan sesuai dengan pendekatan pembelajaran bahasa yang banyak dipakai dewasa ini. Yaitu pendekatan komunikatif intergratif. Bentuk tes wawancara lebih banyak digunakan karena hasil tes dengan bentuk ini lebih mencerminkan kemampuan bahasa peserta tes yang sesungguhnya. Dalam tes kemampuan berbicara pembelajar tidak hanya diharuskan untuk berbicara, melainkan harus mampu memahami pembicaraan lawan bicaranya. Selain itu tes ini lebih mencerminkan kealamiahan dalam berbahasa yaitu berbicara.
Teori tentang Buku Ajar (Buku Teks) Buku teks (buku ajar) sebagai sumber bahan pembelajaran dan
Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 215
sumber informasi utama memegang peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan proses pembelajaran disamping pengalaman guru maupun siswa itu sendiri. Buku teks (buku ajar) juga merupakan sarana pensediaan dan pengalaman tak langsung dalam jumlah yang besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Green dan Petty dalam Tarigan (1986) bahwa buku ajar merupakan sumber ilmu, tempat pembaca menimba berbagai ilmu pengetahuan. Mengingat hal tersebut, maka seharusnya buku ajar menyediakan bahan yang mantap, kaya dan bervariasi serta serasi. Disamping itu, buku ajar juga harus menyajikan bahan secara mendalam dan komprehensif. Selain berperan sebagai sumber ilmu, buku ajar juga bisa berperan sebagai manivator. Untuk itu buku ajar harus disusun sesuai dan memenuhi syarat tertentu seperti menarik, merangsang dan bervariasi. Oleh karena itu bisa dibayangkan bila isi buku ajar satu bahasa kurang memadai akan menyebabkan terkendalanya proses pembelajaran yang pada akhirnya bermuara pada tidak tercapainya kemampuan berbahasa. Berkembangnya pendidikan modern saat ini sangat memperhatikan perlunya keberadaan buku ajar yang disesuaikan dengan teori pendidikan modern. Bertolak dari perlunya pengadaan buku ajar yang sesuai maka diusahakan pengadaan tersebut. Dalam pengadaan buku ajar seorang penyusunan haruslah memiliki prinsip yang nantinya dijadikan sebagai pegangan dalam penyusunan buku ajar. Maka usaha yang dilakukan saat ini adalah menentukan prinsipprinsip yang harus ada dalam penyusunan buku ajar. Pada kenyataannya perbedaan antara buku ajar menurut pandangan pendidikan modern dan buku ajar pada pandangan pendidikan klasik tidak hanya pada kepentingan dan fungsinya, akan tetapi perbedaan itu juga terdapat pada prinsip-prinsip yang menjadi dasar penyusunan buku ajar. Buku ajar adalah buku acuan bagi siswa dan materi-materi pengajaran pendukungnya, yang ditulis oleh para pakar pendidikan dan bahasa, disajikan kepada siswa untuk merealisasikan tujuantujuan tertentu sesuai dengan visi dan misi yang ditentukan dalam Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
216 YOGIA PRIHARTINI
tingkatan tertentu bahkan didalam kelas khusus dalam waktu yang ditentukan. 11 Buku ajar adalah unsure yang cukup dominan dalam proses pendidikan, akan tetapi buku ajar ini kurang memiliki manfaat jika tidak disusun dan disampaikan dengan cara yang baik . Buku ajar memiliki posisi dalam pendidikan sehingga kita dapatkan fungsifungsi dari buku ajar diantaranya adalah: a. Buku ajar salah satu sarana untuk memberikan pengetahuan kepada siswa b. Buku ajar dalam dunia pendidikan adalah memberikan wawasan kepada siswa sesuai dengan tujuan yang diingin dicapai dalam proses pengajaran. c. Memberikan pengetahuan-pengetahuan dan pengalamanpengalaman yang berguna untuk mengembangkan kemampuan siswa sehingga dapat memiliki kemampuan kritis d. Buku ajar menjadikan proses belajar berkelanjutan, karena dengan adanya buku maka anak didik dapat terus berinteraksi dengan ilmu tanpa bantuan siapapun dan dana terbatasi oleh waktu dan tempat e. Buku ajar juga berguna sebagai pengaruh bagi pendidik dan anak didik dalam proses pendidikan sehingga kegiatannya terarah. f. Fungsi buku ajar bagi anak didik adalah untuk menumbuhkan semangat membaca dan memahami buku. Ada peran bahan ajar/buku ajar bagi seorang guru antara lain:12 a. Menghemat waktu guru dalam mengajar. b. Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator c. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. Sedangkan peran bahan ajar/ buku ajar bagi seorang siswa antara lain: a. Membantu siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau siswa lain. b. Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 217
c. d.
Siswa dapat belajar dengan kecepatannya sendiri Siswa dapat belajar menurut urutannya sendiri dan membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar mandiri. Dalam penyusunan buku ajar dilihat dari pemilihan dan penyiapan materi ada beberapa prinsip edukatif yang harus diperhatikan. Akan tetapi dalam pemilihan dan penyiapan materi antara prinsip edukatif dan prinsip bahasa sulit sekali dipisahkan. Hal ini dikarenakan keduanya saling mendukung satu sama lain. Diantara prinsip edukatif yang harus ada dalam memilih dan menyiapkan materi antara lain: a. Jenjang pendidikan siswa. Seorang penyusun buku ajar harus melihat jenjang pendidikan siswa yang pengguna buku dalam memilih dan menyiapkan materi. b. Jenis siswa pengguna buku. Siswa memiliki jenis yang bermacammacam, jadi dalam pemilihan materi juga harus diperhatikan hal tersebut. c. Maharat dan kemampuan yang ingin dicapai dalam diri siswa. Dalam penyiapan materi harus diperhatikan apa saja maharat dan kemampuan –kemampuan yang diingin dicapai dari siswa dalam proses pendidikan. Sehingga ada kesesuaian antara bahan dan tujuan. d. Buku ajar harus memenuhi kebutuhan kurikulum. Apabila sebuah buku ajar belum memenuhi kebutuhan kurikulum, maka kurikulum yang telah ditetapkan kurang berjalan sebagaimana semestinya. e. Buku ajar harus dapat menggumpulkan materi-materi yang diinginkan, yang mana pemilihannya disesuaikan dengan kurikulum yang ditetapkan. f. Buku ajar harus dapat mengarahkan guru dan siswa, sehingga dalam pemakaiannya tidak terdapat kesulitan. Maka timbul pertanyaan dibenak peneliti yaitu bagaimanakah buku ajar yang baik itu, dan bagaimana harus memilih materi buku ajar yang relevan? Menurut Rombepajung (1988), bahwa semua materi pembelajaran pada prinsipnya memiliki cirri-ciri sebagai Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
218 YOGIA PRIHARTINI
berikut (1) relevan terhadap kemajuan siswa, umur serta tujuan yang hendak dicapai (2) realitas dalam arti dapat digunakan dengan mudah (3) menarik yaitu bersifat variatif mengandung hal yang menarik perhatian siswa (4) memiliki daya pendorong artinya memiliki daya kualitas yang menyebabkan siswa mengetahui bahwa apa yang dipelajarinya itu bermanfaat (5) sesuai dengan kebutuhan siswa.13 Menurut Punaji Setyosari, dalam Rancangan Pembelajaran, Teori Dan Praktek (2001) mengemukakan pendapat mengenai kreteria buku teks yang baik sebagai berikut: (1) keadaan bahan cukup menarik. (2) adanya kesesuaian dengan isi. (3)gradasi tingkat kesulitannya wajar. (4) informasi yang diperlukan tersedia. (5) ada latihan praktis. (6) tersedia teks yang sesuai. (7) terdapat petunjuk lanjutan yang sesuai guna kemajuan siswa secara umum. Berkaitan hal diatas. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan bahan pembelajaran kedalam buku ajar antara lain yang dikemukakan oleh Ahmad Syahid dalam buku Rancangan Pembelajaran Model Elaborasi (2003) sebagai berikut: a. Sesuai dan menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Kesesuaian bahan dan tujuan yang diingin dicapai adalah suatu hal yang mutlak dalam pembelajaran. Untuk mencari kesesuaian bahan yang disusun harus mengacu dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. b. Sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa. Disamping menunjang pencapaian tujuan, bahan pembelajaran hendaknya ditetapkan dengan mempertimbangkan pula taraf kemampuan siswa. c. Terorganisasi secara sistematis dan berkesinambungan bahan satu dengan bahan berikutnya, tidak terpilah-pilah secara kontras seakan tidak memiliki keterkaitan d. Mencakup hal yang bersifat factual maupun konseptual. Yang factual bersifat kongkrit dan mudah diingat, konseptual berisikan ide-ide abstraks dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam. e. Tata urutan. Bahan yang akan diberikan hendaknya ditata dalam Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 219
urutan yang memudahkan siswa mempelajarinya. Kemudian bagaimana cara memilih materi buku ajar yang relevan? Pertama-tama bahan itu harus relevan dengan tujuan pengajaran. Bahan itu harus pula sesuai dengan taraf pengembangan dan kemampuan pembelajar. Bahan yang baik ialah bahan yang berguna bagi siswa baik sebagai pengembangan pengetahuan dan keperluan bagi tugasnya kelak dilapangan. Untuk itu, bahan atau materi pembelajaran perlu dikembangkan dalam bentuk yang menarik dan merangsang aktivitas pebelajar, serta disusun secara sistematis, bertahap dan berjenjang. Ada dua pendekatan yang berkaitan dengan penyusunan bahan ajar yaitu: a. Pendekatan spiral. Dalam pendekatan spiral bahan yang disampaikan makin lama makin meluas dan mendalam. Prinsip pendekatan spiral memungkinkan pembahasan pokok bahasan yang sama pada satu jenjang tetapi dengan materi yang berkembang atau bersifat luas. b. Pendekatan lintas materi. Pendekatan lintas materi berfungsi sebagai mengoreksi terhadap kaitan materi pokok bahasan yang satu dengan yang lain sehingga tidak membosankan pebelajar. Lintas materipun dapat mengoreksi kelengkapan bahan pengajaran. Pengembangan materi yang tersusun dalam buku ajar merupakan sarana yang mutlak diperlukan dalam proses belajar mengajar, karena ia memiliki fungsi ganda yaitu sebagai sumber dan sarana pembelajaran serta berfungsi sebagai palancar belajar. Beberapa karakteristik buku ajar dikemukakan oleh Ibrahim (1983) terkait dengan isi, tatanan dan fungsi adalah: Pertama, dari segi isi, buku ajar menampilkan bahan pelajaran untuk bidang study tertentu. Kedua, dari segi tatanan, bahan yang terdapat dalam buku ajar merupakan bahan yang dipilih berdasarkan pertimbangan beberapa factor antara lain (1) tujuan pengajaran. (2) kurikulum dan struktur program pendidikan. (3) tingkat perkembangan jiwa anak didik yang akan memakainya. (4) kondisi Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
220 YOGIA PRIHARTINI
dan fasilitas sekolah. (5) kondisi pengajar atau guru. Ketiga, adapun dari segi fungsi, penyusunan buku ajar harus diarahkan untuk mengembangkan fungsi sebagai sumber dan sarana pembelajaran dan sebagai pelancar pemermudah kegiatan belajar.
Tipe-Tipe/Kriteria Talkhisan Buku Ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in Adapun kreteria talkhish buku ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in dalam kaitannya dengan materi keterampilan berbicara antara lain: Aspek Mufradhat Kemampuan berbicara sebagai salah satu tujuan pembelajaran bahasa bukan saja bagaimana seorang pembelajar dapat menguasai kosakata, akan tetapi yang lebih intens dari itu adalah kemampuaannya untuk mengaplikasikan kosakata tersebut dalam berbagai lapangan kehidupan. Dengan juga dengan pembelajaran bahasa arab, sudah barang tentu menuntut oleh keterampilan berbicara dan metode langsung tetap menjadi acuan pokok demi tercapainya tujuan yang diinginkan dari pembelajaran tersebut. Adapun dari segi kosakata dalam tataran fonetik yang terdapat dalam buku ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in sudah dihilangkan sama sekali, sementara dalam buku ajar Al’Arabiyah Linnasyi’in jilid 1, 2 dan 3 masih ditemukan. Tentu hal ini disesuaikan dengan tingkat kependidikan yang dilalui oleh para pembelajar sebelum belajar bahasa arab. Dimana dalam buku ajar Al’Arabiyah Linnasyi’in dimuat hal yang bersifat dasar sekali yaitu cara pengucapan yang benar dari huruf-huruf arab yang ada. Memang hal ini penting untuk diajarkan, karena pengucapan yang salah dan benar akan mempengaruhi kepada pemahaman makna yang dikandung oleh kata tersebut. Untuk pembelajar setingkat Perguruan Tinggi, pengejaan huruf baik dari segi makhraj, naghm maupun narbr tentu sangat mendasar Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 221
sekali untuk mereka, karena mayoritas mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang adalah yang telah menempuh pendidikan dasar Al-Qur’an/ TPA. Dengan demikian mereka telah mengenal huruf-huruf arab, maupun secara riil dilapangan pengucapannya masih belum sesuai dengan aturan yang ada dalam bahasa arab. Maka bila hal ini diajarkan kepada mereka akan menimbulkan kebosanan pembelajar, sehingga berdampak kepada ketidak seriusan mereka belajar bahasa arab. Dan inilah salah satu kreteria bagi IAIN Imam Bonjol Padang dalam mentalkhishkan buku ajar Al’Arabiyah Linnasyi’in menjadi buku ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in dalam materi keterampilan berbicara, sehingga pembelajaran dapat berjalan seefektif mungkin dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Aspek Hiwar/Qira’ah Aspek ini merupakan jembatan/media dari para pembelajar dalam memperkaya penguasaan kosakata mereka untuk dapat lebih efektif dalam berkomunikasi. Dalam kaitannya dengan pemerolehan keterampilan berbicara, maka kosakata yang ditampilkan dalam hiwar/ qira’ah adalah kosakata yang ada kaitannya dengan aktifitas sehari-hari pembelajar. Dan hal ini merupakan salah satu syarat atau ketentuan dalam pembelajaran keterampilan berbicara, sehingga tema yang dimuat berkisar apa yang dilihat dan dilakukan dilingkungannya. Adapun dari segi hiwar mayoritas berorientasi kepada kenyataan hidup yang dilalui pembelajar dalam kehidupan sehari-hari, walaupun masih ada beberapa tema atau cerita panjang yang sekaligus dapat mempengaruhi pembelajar dalam menganalisa kosakata yang ada didalamnya. Namun perlu juga diketahui bahwa pada setiap hiwar selalu diikuti satu qira’ah sebagai bentuk latihan dari tema inti yang dipelajari. Dari pentalkhishan yang dilakukan oleh pihak IAIN Imam Bonjol Padang pada aspek ini (hiwar dan qira’ah) belum dapat dikatakan sempurna, karena hiwar atau gira’ah yang terdapat di buku ajar
Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
222 YOGIA PRIHARTINI
Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in merupakan pemindahan semata dari buku jilid 1, 2 dan 3 dari buku ajar Al’Arabiyah Linnasyi’in. dengan demikian usaha pentalkhishan yang dilakukan pihak IAIN Imam Bonjol Padang belum sepenuhnya berhasil, karena hiwar atau qira’ah yang ada dalam buku ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in belum sesuai dengan syarat atau ketentuan pembelajar keterampilan berbicara. Aspek Qawa’id Pada aspek ini, bahwa pembahasan tentang qawa’id (gramatikal) belum tampak secara khusus, namun bukan berarti pembelajaran qawa’id tidak perlu, karena pembelajar yang benar adalah pembicaraan yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada didalamnya. Didalam buku ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in, pembelajaran qawaid hanya berlangsung sepintas lalu dan sekaligus merupakan salah satu cirri dari penerapan metode langsung. Dalam kaitan ini dengan pembelajaran qawaid baik dari pola kalimat maupun persesuaian kata dalam kalimat merupakan hal yang bersifat mendasar, seperti persesuaian antara kata dengan kata yang lain dalam bahasa arab adalah kesesuaian antara fi’il (prediket) dengan fail (subyeknya), antara mubtada’ (subyek) dengan khabar (prediketnya). Antara sifat dengan mashufnya, antara athaf dengan mathufnya, baik dari segi Muzhakar (maskulin) ataupun muannas (feminim) dan dari segi mufrad (tunggal), musanna (dual) dan jamak (floral). Sementara dalam bahasa Indonesia, system seperti ini tidak dikenal lagi. Hal ini diakui menjadi salah satu problema bagi pembelajar Indonesia dalam mempelajari bahasa arab. Dengan demikian kreteria pentalkhishan yang dilakukan oleh pihak IAIN Iam Bonjol Padang adalah menghilangkan bagian qawaid yang mengarah kepada pengalaman dan pengertian, serta analisisnya tinggi seperti pembahasan I’rab yang mendalam dalam menentukan jabatan kata dalam kalimat, perubahan kata yang disebabkan oleh sebabnya masuknya huruf-huruf tertentu kedalam kata tersebut dan
Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 223
lain sebagainya. Sehingga dengan hilangnya bagian-bagian tersebut lebih mengfokuskan pembelajaran keterampilan berbicara. Aspek Tathbiq Aspek terakhir dalam pentalkhishan oleh IAIN Imam Bonjol Padang adalah dari segi tathbiq atau latihan. Dimana aspek ini merupakan alat pengukur sampai dimana para pembelajar dapat menguasai bahan yang disampaikan, terutama dalam kaitannya dengan keterampilan berbicara. Maka dalam hal ini erat hubungannya dengan sampai diaman para pembelajar dapat untuk mengaplikasikan kosakata yang telah dipelajari dan didapat. Dalam pentalkhishan ini pihak IAIN Imam Bonjol Padang menghilangkan bagian-bagian latihan tertentu yang sifatnya mengarah kepada pemerolehan keterampilan selain dari keterampilan berbicara. Walaupun pada dasarnya pada aspek ini lebih terarah kepada pencapaian keterampilan menulis dan membaca, namun dari segi aplikasinya lebih banyak diarahkan kepada bentuk lisan dan bukan dengan tulis. Seperti perubahan kata “mufrad/tunggal “, ke “musanna/dual, dan ke jamak/plural atau juga dari kalimat verbal (jumlah fi’liyah) ke dalam nominal (jumlah ismiyah) dan juga sebaliknya dari kalimat nominal (jumlah ismiyah) ke kalimat verbal (jumlah fi’liyah), segi muzhakar atau muannas. Dari uraian diatas, terutama dalam kaitannya dengan kreteria talkhisan yang dilakukan pihak IAIN Imam Bonjol Padang terhadap buku ajar Al’Arabiyah Linnasyi’in sebagai materi pembelajaran bahasa arab khususnya dalam pemerolehan keterampilan berbicara, diketahui masih ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian terutama dari aspek qiraah dan latihan. Pada aspek qira’ah misalnya masih memuat qira’ah yang berada diluar aktifitas kehidupan seharihari pembelajar seperti qra’ah tentang sejarah, pahlawan Islam, umrah dan sebagainya. Pada aspek latihan misalnya masih lebih terarah kepada latihan keterampilan menulis, karena memang latihannya adalah tuntutan pemahaman dasar tentang gramatikal, walaupun
Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
224 YOGIA PRIHARTINI
dilapangan tidak demikian, tapi akan lebih banyak mengarah kepada latihan tersebut. Untuk itu seharusnya lebih banyak diarahkan kepada latihan percakapan, pertanyaan menggali, bercerita, mendemonstrasikan gambar dan sebagainya. Sehingga kesempatan untuk mengunakan bahasa arab langsung lebih banyak dilalui para mahasiswa dari pada menulis.
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Buku Ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in dalam Pembelajaran Bahasa Arab Buku ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in sebagai materi pembelajaran bahasa Arab di IAIN Imam Bonjol Padang, pada hakikatnya memberikan konstibusi yang besar dalam pemerolehan keterampilan berbicara. Namun perlu juga untuk diketahui bahwa setiap materi memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini sesuai dengan masing –masing tujuan yang diharapkan dari pembelajaran tersebut. Adapun kelebihan penggunaan buku ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in dalam pembelajaran bahasa arab, antara lain: a. Para pembelajar dapat menggunakan bahasa arab langsung sebagai media komunikasi dalam proses belajar mengajar, karena kosakata yang yang digunakan adalah kosakata situsional. b. Memberikan kemudahan bagi para pembelajar pemula untuk dapat memperoleh keterampilan berbahasa secara sempurna. c. Dapat mengantarkan para pembelajar untuk dapat memahami semua materi, karena stukturnya terdiri dari struktur dasar dan idiomatic yang sederhana. d. Penggunaan buku ini akan lebih menarik jika didukung dengan penggunaan media audio-visual, karena akan dapat menarik minat para pembelajar untuk mau terus mempelajari bahasa arab. e. Dengan dijadikan buku tersebut menjadi dua jilid, akan semakin memudahkan para pembelajar untuk memperoleh dan menggunakan dalam proses pembelajaran bahasa arab. f. Pada hakikatnya penggunaan buku tersebut membutuhkan para Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 225
pengajar yang dapat menguasai bahasa , baik dari native speaker maupun non native speaker secara baik dan lancar. g. Buku pembelajaran bahasa arab (Mulakhkhash Al-‘Arabiyah Linnasyi’in) merupakan suatu media yang baik dalam memberikan pemahaman materi bahasa arab bila ditinjau dari teori media pembelajaran bahasa. h. Buku Ajar Mulakhkhash Al-‘Arabiyah Lin-nasyi’in bertujuan membekali siswa untuk menguasai kompetensi bahasa empat maharah (maharah istima’, maharah kalam, maharah kitabah dan maharah qira’ah). i. Buku Ajar Mulakhkhash Al-‘Arabiyah Lin-nasyi’in bertujuan membekali kemampuan untuk menguasai kompetensi berkomunikasi bahasa arab dan menguasai sisi budaya sehingga keterlibatan semua materi dan media pembelajaran bahasa arab mutlak disempurnakan agar memperoleh hasil yang optimal. j. Sistem pengajaran buku ajar tersebut pada akhirnya menjadikan seseorang mampu memperoleh kemampuan berbahasa arab baik secara lisan maupun tulisan, baik secara pasif maupun aktif, disamping juga memiliki kompetensi untuk menterjemahkan naskah arab kedalam bahasa Indonesia secara benar dan baik serta memiliki kemampuan TOALF yang memadai. Selain diantara kelebihan-kelebihan di atas, terdapat juga berbagai kekurangan. Adapun kekurangan tersebut antara lain: a. Penggunaan buku ini membutuhkan waktu dan perencanaan yang matang untuk dapat menyelesaikan semua kandungan materinya dalam waktu yang telah ditetapkan. b. Para pembelajar lebih banyak pasif dan sebaliknya para pengajar lebih banyak aktif, karena tidak didukung oleh berbagai sarana dan prasarana untuk mengukur pengusaan pembelajar terhadap materi yang dipelajarinya. c. Akan membosankan dan menjenuhkan bagi para pembelajar yang telah mempunyai pengetahuan lebih banyak tentang bahasa Arab. d. Bahwa buku tersebut langsung menggunakan bahasa sasaran, sehingga bagi para pembelajar yang belum punya dasar sama Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
226 YOGIA PRIHARTINI
sekali akan mengalami kesulitan. e. Membutuhkan dana yang banyak kepada penggunaan tes tulisan dari pada lisan. Padahal untuk kemahiran berbicara harus banyak latihan berbicara bahasa sasaran. f. Kemampuan para pembelajar untuk menganalisis sebuah teks Arab akan hanya terabaikan, disebabkan mufradhat yang digunakan sangat situsional. g. Dilihat dari sisi budaya Arab yang pada kenyataanya diterapkan bagi non Arab yang pada khususnya diterapkan di Indonesia masih banyak yang belum selesai dengan konteks pengajaran bahasa asing di Indonesia. h. Sebagai tolak ukur apakah buku ajar Mulakhkhash Al-Arabiyah Lin-Nasyi’in merupakan media pembelajaran bahasa Arab yang baik ataukah tidak dalam proses belajar mengajar. Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang telah disebutkan diatas, kiranya pihak-pihak terkait dalam penyusunan sebuah materi pembelajaran bahasa Arab perlu untuk tetap memperhatikan aspek-aspek kemudahan dan bukan sebaliknya justru akan semakin mempersulitkan para pembelajar untuk menguasai keterampilan berbahasa secara sempurna. Kemudia disamping itu setiap pera pengajar harus merasa bertanggung jawab atas beban yang diembankan sebagai pengajar bahasa Arab, bukan saja dia berlaku sebagai pengajar saja akan tetapi bagaimana dia bias memberikan bimbingan dan mengatasi berbagai permasalahan yang muncul dalam pembelajaran bahasa Arab. Sehingga dengan keterampilan dan pengalaman yang dimiliki akan dapat memperlancarkan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Kesimpulan Dalam uraian diatas dapat disimpulkan bahwa buku ajar Mulakhkhash Al-‘Arabiyah Lin-nasyi’in merupakan salah satu buku yang digunakan sebagai buku pegangan oleh pembelajar bahasa Arab di lembaga tertentu. Buku ini terdiri dari dua (2) jilid yang diatur secara berurutan Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 227
atau sistematis dan disusun dengan judul yang bervariasi. Buku ini berisi materi yang mengandung empat keterampilan bahasa yang ada dalam pembelajaran bahasa Arab yaitu maharatul istima’, maharatul kalam, maharatul kitabah, dan maharatul qira’ah. Adapun tujuan khusus dari buku ajar Mulakhkhash Al-Arabiyah Lin-Nasyi’in adalah membekali para pelajar dalam menguasai bahasa Arab yang tercermin dalam kompetensi yaitu kompetensi berbahasa, kompetensi komunikatif dan kompetensi budaya. Berdasarkan deskripsi, komparasi dan analisis penulis tentang penggunaan buku ajar Mulakhkhash Al’Arabiyah Linnasyi’in , sebagai salah satu materi pembelajaran bahasa Arab dalam percepatan kemampuan berbicara bahasa Arab, sebagaimana yang telah penulis sampaikan dalam pembahasan. Buku ajar Mulakhkhash Al-Arabiyah Linnasyiin adalah merupakan ringkasan dari buku jilid 1, 2 dan 3 buku ajar Al-Arabiyah Linnasyiin. Buku ini diringkas sebagai langkah pemecahan atau pemantapan sebagai materi pembelajaran dalam mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran khususnya dalam pemerolehan keterampilan kebahasaan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dari 6 jilid dijadikan menjadi 2 jilid oleh pihak IAIN Imam Bonjol Padang untuk demi efesiensi waktu dengan lama pembelajaran berlangsung dua semester. Semester pertama untuk buku pertama, dengan tujuan pembelajaran yaitu mengasah kemampuan para mahasiswa untuk keterampilan berbicara bahasa Arab. Sedangkan semester kedua adalah buku kedua dengan tujuan yaitu mengasah keterampilan para mahasiswa untuk dapat membaca dan menulis bahasa Arab. Catatan: 1 . Ibn Jiny, Al-Khashaish, Muhammad Ali Al-Najjar (ed.), (Libanan: Dar al-Kitab Al-Araby, 1952), jilid I, h. 33. Bandingkan dengan Muhammad Ali Al-Saman, Al-Taujjih Fi Tadris Al-Lughah AlArabiyah, (Kairo: Dar Al_Ma’arif, 1983), hlm. 25. 2 . Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 18. Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
228 YOGIA PRIHARTINI 3 . Machali, Pedoman bagi Penerjemah, hlm. 19. 4 . J.W.M. Venhaar, Asas-asas Lingguistik Umum, (Yogyakarta; UGM Press, 2001), hlm. 10-13. 5 . Abdul Chaer & Lionie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, (Jakarta; Rineka Cipta, 1995), hlm. 15-18. 6 . Chaer & Agustina, Sosiolinguistik, hlm. 19-22. 7 . E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 37. 8. Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), hlm. 30. 9 . Ahmad Fuad ‘Ulyan, Al-Maharah al-Lughawiyyah Ma Hayyatuha wa Thoroiq Tadrisuha, (Riyadl: Dar Muslim, 1992), hlm. 54. 1 0 . Madsen, Techniques in Testing, (Hongkong: Oxford University Press, 1953), hlm. 147-148. 1 1 . Nasir Abdullah al-Gholy, Usus I’dad al-Kutub al-Ta’limiyah li Ghoiri al-Natiqina bil-Arabiyah, (Riyadl: Dar al Gholy, 1991), hlm. 7. 12 . Tian Belati, dkk., Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003), hlm. 188. 13 . Rombepajung, Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Depdikbud, 1988), hlm. 14.
Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
ANALISIS MATERI KETERAMPILAN BERBICARA 229
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Fuad, ‘Ulyan, Al-Maharah al-Lughawiyyah Ma Hayyatuha wa Thoroiq Tadrisuha, (Riyadl: Dar Muslim, 1992). Ali Al Hadidi, Musykilat Ta’lim Al-Lughah Al’Arabyah Li Ghairi Al Arab, (Kairo: Dar Al-Kitab al-Arabiyah li al-Thiba’ah wa al Nash, t. th). Abdul Chaer & Lionie Agustuna, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995). E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003). Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995). H.D. Hidayat, “Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia: Masalah dan Cara Mengatasinya”, makalah disampaikan dalam Seminar Pengembangan Bahasa Arab di Indonesia, LIPIA Jakarta, 1989. Ibn Jiny, Al-Khashaish, Muhammad Ali Al-Najjar (ed), (Libanan: Dar al-Kitab Al-Araby, 1952). Muhammad Ali Al-Saman, Al-Taujjih Fi Tadris Al-Lughah AlArabiyah, (Kairo: Dar Al-Ma’arif, 1983). J.W.M. Venhaar, Asas-asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: UGM Press, 2001). Muhammad Ismail Shinni, dkk., Al’Arabiyah Lin-Nasi’in, (Saudi Arabia: Mamlakah al-Arabiyah Al-Suudiyah, 1998). Muhammad Ali, Penelitian Pendidikan: Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1992). Rombepajung, Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Depdikbud, 1988). Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000). Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996).
Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012