10/11/2012
POHON KEPUTUSAN Contoh kasus
Analisis Masalah dengan Menggunakan Pohon Keputusan
Kasus 1
1.
Unit gizi RS Sejahtera hanya memberikan pelayanan gizi untuk korban bencana/massal. Sedangkan, sejak tahun 2003 mulai membuka diri untuk pelayanan swasta (pelayanan untuk masyarakat umum) sampai sekarang. Oleh karena itu, pihak direksi RS Sejahtera melakukan perencanaan untuk pengembangan pelayanan unit gizi dengan adanya perencanaan program konsultasi gizi. Ditemukan dua alternatif keputusan yaitu konsultasi gizi online dan konsultasi gizi regular. Tujuan dari kedua program tersebut adalah guna meningkatkan status gizi masyarakat sehingga dapat berstatus gizi baik (normal).
1
10/11/2012
Pohon keputusan sederhana yang menggambarkan masalah diatas:
Data yang tersedia terkait dengan alternatif keputusan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Program Konsultasi Gizi Online a.Pengadaan
1 buah komputer = Rp 7.500.000,00
b.Biaya
pembuatan website konsultasi online dan pengembangan jaringan internet = Rp 5.000.000,00
c. Pembukaan
rekening bank untk administrasi pasien konsultasi online = Rp 1.000.000,00
d.Gaji
petugas = Rp 3.000.000,00 per bulan (2 orang petugas)
e.Biaya f.Tarif
tetap lainnya = Rp 5.000.000,00 per tahun
yang dikenakan = Rp 30.000,00 per pasien
2
10/11/2012
g.
Jumlah cakupan yg dihasilkan dlm program konsultasi gizi online sesuai dgn peluang dan tingkatannya adalah: Tinggi:
sebesar 7.300 orang per tahun dgn rincian ratarata dlm satu hari trdpt 20 orang pasien yg melakukan konsultasi secara online.
Sedang:
sebesar 5.475 orang per tahun dengan rincian rata-rata dalam satu hari terdapat 15 orang pasien yang melakukan konsultasi secara online.
Rendah:
sebesar 3.650 orang per tahun dengan rincian rata-rata dalam satu hari hanya terdapat 10 orang pasien yang melakukan konsultasi secara online.
2.
Program Reguler Konsultasi Gizi a. Pemakaian
gedung guna ruang konsultasi gizi adalah seluas 1/20 bagian dengan rincian sebagai berikut:
- Harga Rp 200.000.000,00 - Sudah dipakai selama 2 tahun - Umur hidup gedung selama 25 tahun - Inflasi (i) sebesar 5% Sehingga, biaya pemakaian gedung yang harus dikeluarkan sebesar Rp 441.000,00 b. Gaji
petugas = Rp 2.500.000,00 per bulan (2 orang petugas)
c. Biaya d. Tarif
tetap lainnya = Rp 7.500.000,00 per tahun
yang dikenakan = Rp 30.000,00 per pasien
3
10/11/2012
e.
Jumlah cakupan yg dihasilkan dlm program konsultasi gizi reguler sesuai dengan peluang dan tingkatannya adalah: Tinggi:
sebesar 5.475 orang/thn dgn rincian rata-rata dlm satu hari trdpt 15 orang pasien yg dtg ke rumah sakit untuk berkonsultasi.
Sedang:
sebesar 4380 org/thn dgn rincian rata-rata dlm satu hari trdpt 12 orang pasien yg datang ke rumah sakit untuk berkonsultasi.
Rendah:
sebesar 2920 org/thn dgn rincian rata-rata dalam satu hari hanya terdapat 8 orang pasien yang datang ke rumah sakit untuk berkonsultasi.
Langkah berikutnya adalah dgn membuat tabel mengenai data-data yang telah diperoleh Jumlah Pendapatan
Jenis Konsultasi Tinggi Konsultasi Gizi Online Konsultasi Gizi Reguler
Sedang
Rendah
Rp 219.000.000
Rp 164.250.000 Rp 109.500.000
Rp 164.250.000
Rp 131.400.000
Rp 87.600.000
Peluang Pendapatan Jenis Konsultasi Konsultasi Gizi Online Konsultasi Gizi Reguler
Biaya
Tinggi
Sedang
Rendah
Rp 90.500.000
0,4
0,3
0,3
Rp 67.941.000
0,4
0,3
0,3
4
10/11/2012
Setelah itu dilakukan perhitungan untuk setiap pendapatan yang diperoleh. Agar dapat diketahui jenis konsultasi mana yang memiliki keuntungan yang paling besar maka harus dihitung nilai EMV untuk setiap keputusan yang diambil.
Nilai EMV = nilai keuntungan yg diharapkan dari setiap keputusan yg diambil diperoleh dari penjumlahan semua pendapatn dari semua factor luar dikalikan nilai peluang faktor tersebut terjadi.
Nilai EMV untuk setiap keputusan yang diambil adalah sebagai berikut:
1.
Konsultasi Gizi Online
EMV = (0,4)(219.000.000)+ (0,3)(164.250.000)+(0,3)(109.500.000)
= 169.725.000 (satuan rupiah) 2.
Konsultasi Gizi Reguler
EMV = (0,4)(164.250.000) + (0,3)(131.400.000)+ (0,3)(87.600.000)
= 131.400.000 (satuan rupiah)
5
10/11/2012
Setelah mendapatkan nilai EMV dari setiap keputusan yang diambil maka dapat dihitung nilai keuntungannya.
Keuntungan untuk setiap keputusan yang diambil adalah sebagai berikut:
1.
Konsultasi Gizi Online Keuntungan
= Rp 169.725.000,00 - Rp 90.500.000,00 = Rp 79.225.000,00
2.
Konsultasi Gizi Reguler Keuntungan
= Rp 131.400.000,00 - Rp 67.941.000,00 = Rp 63.459.000,00
Setelah melakukan perhitungan tersebut, maka dapat digambarkan pohon keputusan yang lengkap agar hasil keputusan dapat lebih terlihat
6
10/11/2012
Kasus 2
Keputusan mana-jemen menaikkan tarif bangsal VIP di suatu rumah sakit pemerintah kelas C, Bed Occupancy Rate (BOR) saat ini 75%. Dalam peng-hitungan analisis Break Even Point, proyeksi BOR sangat penting. Secara sederhana kemungkinan yang terjadi sebagai berikut: Pilihan pertama adalah menaikkan tarif bangsal VIP dan pilihan kedua adalah tidak menaikkan tarif bangsal VIP.
Pada pilihan pertama terdapat dua kemungkinan akibat dampak dari perilaku konsumen bangsal VIP. Kemungkinan pertama, walaupun tarif dinaikkan konsumen tetap memilih bangsal VIP RS tersebut sehingga BOR tetap 75%. Dampaknya adakah dalam jangka waktu 1 tahun bangsal VIP akan menghasilkan uang tambahan sebesar Rp 400 juta dibanding tidak menaikkan tarif.
Kemungkinan kedua, karena dinaikkan maka sebagian konsumen tidak mau menggunakan bangsal VIP. Sebagian konsumen akan memilih ke bangsal yang lebih murah, atau menggunakan rumah sakit lain yang bangsal VIP-nya lebih murah (dengan catatan dokternya mengijinkan). Akibatnya, BOR turun menjadi 60%. Setelah dihitung maka dalam waktu 1 tahun bangsal VIP akan berkurang penerimaannya sebesar Rp250 juta dibanding tidak menaikkan tarif. Apabila tidak menaikkan tarif maka kemungkinan rugi. Kerugian tadi dalam dua kemungkinan. Apabila keadaan ekonomi memburuk dengan nilai rupiah yang terus lemah, maka kerugian akan menjadi Rp200 juta setahun. Apabila rupiah agak kuat, maka kerugian apabila tidak menaikkan tarif sebesar Rp50 juta
7
10/11/2012
Diagram Pengambilan Keputusan
Dengan informasi ini maka dapat dihitung hasil akhir tiap-tiap cabang.
1.
Pada cabang menaikkan tarif, hasil akhir yang didapat sebesar =(0,8 X Rp400.000.000,00) + (0,2 X – Rp250.000.000,00) = Rp320.000.000,00 + (– Rp50.000.000,00 ) = Rp 270.000.000,-. Dengan
probabilitas yang cenderung berhasil ini, maka cabang menaikkan tarif akan memberikan kemungkinan mendapatkan pemasukan tambahan Rp270.000.000,00.
8
10/11/2012
2.
Pada cabang tidak menaikkan tarif, hasil yang didapat adalah sebesar = (0,5X– Rp200.000.000,00)+ (0,5 X – Rp50.000.000,00) = – Rp125.000.000,00.
Dengan demikian, direktur rumah sakit secara rasional akan menetapkan keputusan menaikkan tarif.
Pada perhitungan di atas, harap diperhatikan bahwa angka probabilitas untuk keberhasilan menaikkan tarif sangatlah tinggi (0,8), mendekati angka 1. Apabila angka probabilitas ini ber-ubah menjadi rendah, misalnya 0,1, maka hasil akhir akan berbeda.
Dengan angka probabilitas baru ini maka dapat dihitung hasil akhir tiaptiap cabang.
1.
Pada cabang menaikkan tarif, hasil akhir yang didapat sebesar = (0,1 X Rp400.000.000,00) + (0,9 X – Rp250.000.000,00) = Rp40.000.000,00 + (– Rp225.000.000,00 ) = – Rp185.000.000,00. Dengan
probabilitas yang cenderung gagal ini maka cabang menaikkan tarif akan memberikan kemungkinan rugi sebesar Rp185.000.000,00.
9
10/11/2012
2.
Cabang tidak menaikkan tarif hasil yang didapat adalah tetap (karena tidak ada perubahan angka probabililtas) yaitu – Rp125.000.000,00 Dengan
demikian direktur rumah sakit secara rasional memutuskan tidak menaikkan tarif.
Secara
matematika dengan menaikkan tarif secara teoritis (pada titik keputusan) akan memberi kerugian yang lebih banyak (minus Rp60.000.000,00) dibandingkan dgn tidak menaikkan tarif.
Di dalam sektor rumah sakit khususnya milik pemerintah dan rumah sakit keagamaan, pengambilan keputusan berdasarkan risiko yang merupakan konsep dasar keputusan bisnis merupakan hal yang baru. Hal ini dapat dilihat misalnya pada kasus-kasus keterlambatan rumah sakit keagamaan melakukan investasi untuk pengembangan baru.
Berdasarkan pengamatan, perilaku sebagian eksekutif rumah sakit pemerintah dan keagamaan lebih berdasarkan perintah atau petunjuk dari atasan, atau dibatasi oleh sistem birokrasi yang tidak mengenal risiko
10
10/11/2012
Apabila dilakukan penetapan nilai probabi-litas suksesnya kegiatan, metode yang dilakukan lebih pada dugaan, bukan melalui studi kelayakan yang memperhitungkan faktor risiko pengembangan.
Penggunaan ekonomi manajerial berkaitan erat dengan kemampuan dan wewenang pengambilan keputusan yang dimiliki oleh manajemen rumah sakit yang dipimpin oleh direkturnya. Tanpa wewenang maka suasana keputusan akan cenderung birokratis.
TERIMA KASIH
11