ANALISIS LIRIK LAGU “SEBUAH PENGAKUAN” KARYA ABU NAWAS: KAJIAN SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE
JURNAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Oleh Muzawwir NIM. E1C 011 029
UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH 2016
ANALISIS LIRIK LAGU “SEBUAH PENGAKUAN” KARYA ABU NAWAS: KAJIAN SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE Muzawwir, H.M. Natsir Abdullah, Muh. Syahrul Qodri PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNIVERSITAS MATARAM e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Syair atau puisi adalah satu karya sastra yang sangat bisa mempengaruhi kehidupan melaui makna-makna yang terkandung di dalamnya. Salah satu syair yang sangat terkenal dan sering dilantunkan ialah syair Al-I’tirof karya pilsuf klasik arab, yaitu Abu Nawas. Syair ini cukup terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Keterpopuleran syair ini cukup menjadi dasar peneliti untuk tertarik meneliti syair ini. Syair ini berbentuk bahasa arab, tetapi oleh musisi-musisi Indonesia sudah banyak yang menyanyikan syair ini dengan berbahasa Indonesia. Adapun lirik-lirik dari syair tersebut dibentuk menjadi sebuah lagu dengan judul “Sebuah Pengakuan” sesuai dengan judul Al-I’tirof itu sendiri. Dengan memperhatikan lirik-lirik lagu ini, peneliti tertarik untuk meneliti makna yang terkandung pada lirik lagu “Sebuah Pengakuan” ini. Oleh sebab itu peneliti meneliti lirik lagu “Sebuah Pengakuan” karya Abu Nawas dengan kajian semiotika Charles Sanders Peirce. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna-makna yang terkadung pada lirik lagu “Sebuah Pengakuan”. Metode yang digunakan pendekatan kualitatif dengan jenis pendekatan konten analisis yang bersifat deskriptif, peneliti akan menginterpretasikan lirik lagu “Sebuah Pengakuan” karya Abu Nawas dengan teori semiotika Charles Sanders Peirce. Adapun hasil penelitian ini berupa makna-makna yang terkandung pada lirik lagu “Sebuah Pengakuan”.
Kata kunci : pengakuan, semiotika, Charles Sanders Peirce
AN ANALYSIS ON SONG LYRIC “SEBUAH PENGAKUAN” BY ABU NAWAS: A CHARLES SANDERS PEIRCE SEMIOTIC STUDY
Muzawwir, H.M. Natsir Abdullah, Muh. Syahrul Qodri PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNIVERSITAS MATARAM e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Poetry is a literary work that could greatly affect the lives through the meanings contained therein. One poem is very famous and is often recited poems Al-I'tirof pilsuf works of classical Arabic, Abu Nawas. This poem is quite famous among the people of Indonesia. The famousness of the poem quite be the basis for the researchers interested in examining this poem. This form of Arabic poetry, but by musicians Indonesia have much to sing this verse with the Indonesian language. As for the lyrics of the poem formed into a song with the title "Sebuah Pengakuan" as the title of Al-I'tirof. By paying attention to the lyrics of this song, researchers are searching for the meaning contained in the lyrics of the song "Sebuah Pengakuan" is. Therefore, researchers examined the lyrics of the song "Sebuah Pengakuan" by Abu Nawas to study the semiotics of Charles Sanders Peirce. The purpose of this study was to determine the meanings on the lyrics to "Sebuah Pengakuan". The method used a qualitative approach to the type of content approach descriptive analysis, researchers will interpret the lyrics of the song "Sebuah Pengakuan" by Abu Nawas with the theory of semiotics Charles Sanders Peirce. The results of this study of the meanings contained in the lyrics of the song "Sebuah Pengakuan".
Keywords: pengakuan, semiotics, Charles Sanders Peirce
A. PENDAHULUAN Karya satra memiliki banyak
banyak pula pengalaman yang diperoleh dan dinikmatinya, terlebih pula pengalaman imajinatif”
macam dan jenisnya. Sebagai contoh dari sebuah karya sastra, diantaranya puisi, drama, cerita rekaan, atau pun lirik lagu. Dari beberapa contoh tersebut,
karya
sastra
yang
menggunakan bahasa estetis dan penuh makna adalah lirik lagu atau pun puisi. Puisi merupakan ekspresi jiwa yang dibangun oleh pilihan kata yang
memikat
dan
mengandung
makna yang dalam. Makna yang terkandung dalam puisi merupakan makna yang tercipta dari pengalaman imajinatif manusia. Banyak hal yang dapat diambil ketika membaca puisi karena
di
dalamnya
masalah-masalah
yang
terdapat ingin
diungkapkan oleh penyair, yaitu pengalaman
imajinatif
yang
merupakan dokumen sosial. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Henri Guntur Tarigan (1984:8). “Puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imjinatif manusia, maka yang pertama kali yang kita peroleh bila kita membaca suatu puisi adalah pengalaman. Semakin banyak seseorang membaca puisi serta menikmatinya maka semakin
Sebagian besar syair di dunia yang terkenal adalah syair dari Timur Tengah, salah satunya syair Abu Nawas yakni syair Al-I’tiraf. Syair Al-I’tiraf dibuat beberapa abad lalu dan dikenal memiliki makna yang sangat
luar
sekarang populer
biasa
syair
dan
sampai
tersebut
masih
terdengar
di
kalangan
masyarakat khususnya para penganut agama Islam. Syair ini dipopulerkan dalam bentuk sholawat yang biasa dilantunkan iqomah
di
dan
masjid juga
Ramadan
syair
terdengar
setelah
dikumandangkan.
sebelum
pada ini
bulan
biasanya
azan
magrib
Tidak
hanya
dilantunkan di Masjid, penyanyi religi, Hadad Alwi berpartisipasi memopulerkan syair
ini, bahkan
sampailah syair ini menjadi salah satu single album religinya. Senada dengan inovasi sastra di Indonesia, Hadad Alwi juga menggubah Syair Al-I’tirof
ini
ke
dalam
bahasa
Indonesia dengan judul “Sebuah
Pengakuan” (arti dari Al-I’tirof itu
Jenis penelitian yang digunakan
sendiri).
dalam
Penelitian ini dikerucutkan pada lirik lagu “Sebuah Pengakuan”, dan
penelitian
ini
bersifat
deskriftif kualitatif. b. Data dan Sumber Data
tentunya tetap dalam ikatan Al-
Data dalam penelitian ini berupa
I’tirof. Adapun alasan pengkajian
teks yang menyatakan pengakuan
lirik lagu “Sebuah Pengakuan” ini
dalam
adalah penggunaan bahasanya yang
Pengakuan” karya Abu Nawas.
indah serta gaya bahasanya yang
Dan ada pun sumber data pada
paradoks.
lagu
penelitian ini adalah lirik lagu
“Sebuah Pengakuan” bisa membuat
“Sebuah Pengakuan” Karya Abu
orang berfilosofi atau memikirkan
Nawas.
Selain
itu,
lirik
makna yang dikandung dalam baitbaitnya. Di samping itu juga, syair Al-I’tirof
“Sebuah
Pengakuan”
diciptakan oleh seorang
penyair
terbesar Arab klasik pada zaman khalifah Harun Ar-rasyid, yaitu Abu Nawas.
lirik
lagu
“Sebuah
c. Metode Pengumpulan Data Penelitian
ini
menggunakan
metode studi kepustakaan dan teknik
catat
untuk
mengumpulkan data. d. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini
Sesuai dengan uraian di atas,
menggunakan
deskriptif
yang
peneliti tertarik membahas tentang
mengacu pada teori semiotika
makna tanda-tanda pada lirik lagu
Charles Sanders Peirce yang
“Sebuah Pengakuan” dengan kajian
terkenal
semiotika. Dengan ditelitinya makna
(segitiga makna), triadik terdiri
yang terkandung dalam lirik lagu
dari representamen, objek, dan
tersebut, pembaca dapat mengetahui
interpretan.
lebih
dalam
dan
lebih
rinci
dengan
Triadik-nya
e. Penyajian Hasil
maknanya.
Penyajian hasil penelitian ini
B. METODE PENELITIAN
menggunakan metode analisis
a. Jenis penelitian
deskripsi. C. PEMBAHASAN
Pada
pembahasan
dipaparkan
ini
analisis
akan tentang
bagaimana makna tanda-tanda yang terkandung dalam lirik lagu “Sebuah Pengakuan” ditinjau
karya
dari
Abu
semiotika
Nawas Charles
Jika Engkau mengampuni maka Engkaulah yang berhak mengampuni Jika Engkau menolak maka siapa yang akan kami harapkan selain Engkau? b. Temuan Data dan Analisis Data
Sanders Peirce. Untuk menganalisis
Lirik lagu akan diuraikan per
makna yang terdapat pada lirik lagu
bait untuk mendapatkan data-data.
“Sebuah Pengakuan” maka akan
Adapun data-data yang ditemukan
dispesifikasikan data-data yang harus
berupa larik-larik yang menyatakan
dicari yaitu berupa tanda-tanda yang
pengakuan karena hal tersebut sesuai
menyatakan
Setelah
dengan lirik lagu yang dianalisis
tanda-tanda tersebut ditemukan maka
yaitu, “Sebuah Pengakuan”. Data-
akan
dianalisis
data yang sudah ditemukan dijadikan
Charles
sebagai tanda (representamen) dari
dengan
pengakuan.
langsung segitiga
akan makna
Sanders Peirce.
sebuah pengakuan.
a. Lirik lagu sebuah pengakuan
dikarenakan
Tuhanku, aku bukanlah ahli syurga firdaus Tapi aku juga tidak akan kuat menempati neraka jahim Berikanlah aku taubat dan ampunilah dosa-dosaku Sesungguhnya Engkau pengampun dosa yang besar Dosaku-dosaku bagaikan bilangan pasir Berikanlah aku taubat wahai Yang Maha Tinggi Umurku berkurang setiap hari Dosaku bertambah bagaimana aku menanggungnya Tuhanku, hamba Mu yang berbuat maksiat ini telah datang kepada Mu Yang selalu dengan dosa-dosa dan benar-benar memohon kepada Mu
Hal tersebut
sesuai
dengan
pengertian representamen itu sendiri yaitu, tanda yang mewakili yang lain yang
berbentuk
dirasakan
oleh
fisik
atau
indera
bisa dan
menimbulkan tanda dalam benak si penerima (Zaimar, 2014:4). Jadi tanda yang berbentuk fisik itu ialah lirik lagu “Sebuah Pengakuan”. Bait pertama (baris 1-4) “Tuhanku aku bukan ahli syurga firdaus Dan aku tidak akan kuat menempati neraka jahim Maka berikanlah aku taubat dan ampuni dosa-dosaku
Sesungguhnya Engkau pengampun dosa lagi Maha Besar” Adapun data berupa tanda (representamen) yang muncul pada bait pertama ini adalah sebagai
syurga atau yang berhak untuk berada di syurga, berdasarkan hal tersebut larik ini dikatakan sebagai tanda atau representamen. Lari kedua menyatakan dan
berikut. “aku bukanlah ahli syurga firdaus Dan aku tidak akan kuat menempati neraka jahim” Dua larik lagu di atas merupakan
representamen
menyatakan
pengakuan
yang atau
aktualisasi diri dari aku. Kata aku merupakan kata ganti orang pertama yang berfungsi sebagai subjek pada larik ini. Tanda yang bisa muncul dari kata aku ini bisa menunjuk kepada Tuhan bisa juga manusia, tetapi pada larik ini kata aku menggunakan
huruf
kecil
awal
sehingga ia merupakan kata ganti seseorang, selain itu kata aku juga jatuh setelah kata Tuhanku, secara otomatis
aku
menunjuk
kepada
seseorang yang menyeru kepada Tuhannya. Setelah itu, ada kata yang mendukung kata aku sebagai tanda, yaitu kata bukanlah. Kata bukanlah merupakan negasi yang berfungsi untuk menegatifkan kata aku. Aku bukanalah
ahli
pengungkapan
si
syurga
berarti
aku
tentang
pengakuan dirinya bukan pemilik
aku tidak akan mampu menempati neraka jahim, sama halnya dengan larik pertama. Aku merupakan kata ganti
pertama
tunggal
yang
menunjuk kepada seseorang. Aku menyatakan dirinya tidak mampu menempati
neraka,
ketidakmampuan
si
pernyataan aku
ini
mendukung kata aku bisa memiliki kualitas sebagai tanda, dengan kata lain secara legisign aku menjadi tanda karena ada kalimat setelahnya yang membuatnya menjadi subjek pada
kalimat
ini.
Dan
pada
kesimpulannya kata aku menunjuk kepada
seorang
hamba
yang
mengadu kepada Tuhannya. Jadi aku mengacu kepada seorang hamba. Berdasarkan hal tersebut maka objek yang muncul melalui representamen Tuhanku, aku bukanlah ahli syurga dan aku tidak mampu menempati neraka jahim ialah seorang hamba. Objek
merupakan
tanda
yang
diwakili oleh representamen atau bisa juga disebut sebagai acuan dari
tanda. Objek adalah konteks sosial
sudah diberikan itu akan diterima
yang menjadi referensi dari tanda
dengan ikhlas dan penuh rasa syukur
atau sesuatu yang dirujuk tanda
kepada-Nya.
(Suwarto, 2015:3). Acuan tanda atau
meridhoi seseorang itu untuk di
objek berada dalam kognisi manusia,
syurga, maka seseorang itu pasti
atau tanda yang muncul dalam benak
akan di syurga, dan seorang itu pasti
si penerima.
menerimanya dengan ikhlas dan
Syurga dan neraka merupakan suatu balasan yang diperuntukkan
Umpamanya,
Allah
penuh rasa syukur. Selanjutnya, akan ditinjau dari
kepada hamba di alam akhirat kelak.
segitiga
Syurga adalah balasan kebaikan
Peirce atau sering disebut dengan
sedangkan neraka adalah balasan
triadik. Triadik memiliki tiga titik
dari keburukan.
inti yaitu Representamen (berada
Sebuah
pengakuan
ketidakpantasan berada
di
seorang
dalam
ketidaksanggupannya
syurga di
makna
Charles
Sanders
sebelah kiri bawah), Objek (di atas
hamba
segitiga), dan interpretan berada di
dan
sebelah kanan). Di bawah ini adalah
dalam
segitiga
makna
Charles
Sanders
neraka menunjukkan makna ridho,
Peirce (triadik CS Peirce) pada bait
suatu keinginan untuk mendapatkan
pertama ini.
ridho Tuhan sebagai tujuan dari
Hamba
kehidupan yang fana ini. Keinginan untuk menggapai ridho Allah sebagai interpretan
disebabkan
oleh
ungkapan tidak pantas di syurga dan tidak sanggup di neraka, seolah-oleh penyair menginginkan jalan tengah dengan ungkapan ini. Jalan tengah itu ialah ridho. Karena kalau sudah mendapatkan ridho
Allah,
maka
apapun yang hamba itu inginkan pasti akan dikabulkan, dan apa yang
Aku bukanlah ahli syurga firdaus Tapi aku tidak kuat menempati neraka jahim
Ridho
hamba
Bait kedua (baris ke 5-8) “Dosa-dosaku bagaikan bilangan pasir Berikanlah aku taubat wahai Yang Maha Tinggi Umurku berkurang setiap hari Dosaku bertambah bagaimana aku menanggungnya”
tersebut
atau
bagaimana
hakikinya seorang manusia. Begitu juga dipaparkan pada larik kedua umurku berkurang setiap hari. Kata umur memiliki kualitas sebagai tanda jika dikaitkan dengan manusia dan yang bahru lainnya. Kata umur
Pada baris ke 5 sampai ke 8 akan ditemukan tanda pengakuan juga, sama seperti pada bait pertama (baris
1-4).
Adapun
tanda/representamen yang muncul pada bait kedua adalah sebagai berikut.
disandingkan
kata
ku
setelahnya, hal ini menandakan si aku
yang
umurnya,
mengungkap umur
yang
tentang selalu
berkurang, tidak bertambah dan tidak juga
tetap.
berkurang
“Dosa-dosaku bagaikan
dengan
Umur
yang
selalu
ini
menunjukkan
kehakikian seorang manusia. Jadi
bilangan pasir
berdasarkan hal tersebut objek yang
Umurku berkurang setiap hari Sedangkan dosaku bertambah"
muncul pada representamen bait ketiga ini ialah hakikat manusia.
Pada bait kedua, kata dosa berarti
perbuatan
salah
atau
Pada bagaikan
kalimat
dosa-dosaku
bilangan
pasir
perbuatan yang melanggar hukum
mencerminkan banyaknya dosa yang
Tuhan. Kata dosa memiliki kualitas
diperbuat oleh seorang hamba, tapi
sebagai tanda pengakuan seorang
belum tentu itu maknanya, hanya
hamba setelah ada kata ku setelah
sebuah bukti bahwa hakikat manusia
dosa itu, dosa-dosaku. Seseroang
itu adalah berdosa atau salah. Begitu
mengakui
seperti
juga pada kalimat umurku berkurang
bilangan pasir pada larik tersebut,
setiap hari sedangkan dosa-dosaku
saking tidak bisa seorang hamba itu
bertambah,
terlepas
yang
membuktikan tentang objek hakikat
hamba
manusia. Seperti yang diketahui
menandakan bagaimana sebenarnya
bahwa hamba khususnya manusia
dimiliki
kesalahannya
dari oleh
dosa.
Dosa
seorang
hal
ini
juga
adalah mahluk hidup yang bernyawa,
ampunan
dilengkapi akal dan fikiran, serta hati
kesalahan yang sudah diperbuat itu.
dan jiwa, adapun setiap sesuatu yang
dan
Sebagai
taubat
dengan
manusia
biasa,
berjiwa itu pasti memiliki masa, dan
kebersalahan adalah hal yang wajar,
umur ini merupakan masa atau usia
akan
hidup
kepada
membiarkan kewajaran itu menjadi
manusia. Usia hidup manusia tidak
suatu tameng untuk membela diri
semakin panjang melainkan semakin
ketika selalu melakukan kesalahan
pendek atau berkurang. Masing-
tanpa menyadari dan mau bertaubat.
masing kita sudah dijatahkan umur
Adanya
atau masa hidup kita. Pada larik syair
mengisyaratkan kita untuk selalu
ini dinyatakan bahwa umur itu
mengharapkan rahmat Allah (kasih-
semakin
sayang Allah). Berharap terhadap
yang
dijatahkan
hari
akan
semakin
berkurang.
tetapi
kita
salah
atau
tidak
dosa
boleh
ini
rahmat Allah adalah suatu anjuran,
Berbicara mengenai hakikat
sebagaimana
hadis
Nabi
yang
manusia, maka pada bait kedua ini
diriwayatkan oleh Abu Hurairah
cukup
yang artinya, “ demi Zat yang jiwaku
jelas
bagaimana
merepresentasikan hakikat
manusia.
berada di Tangan-Nya, seandainya
seperti
kalian tidak berbuat dosa, niscaya
pasir, umur berkurang, dan dosa
Allah akan melenyapkan kalian dan
semakin
ketiga
mendatangkan kaum yang berbuat
menunjukkan
dosa, lalu mereka memohon ampun
Pengungkapan
dosa-dosa
bertambah,
representamen
ini
bahwa manusia hakikatnya ialah
kepada
Allah,
dan
Allah
pun
berdosa, tidak ada yang tidak akan
memberi ampun kepada mereka,”
luput dari dosa karena manusia sudah
(HR. Muslim). Hal ini juga menjadi
dijelaskan dalam hadis nabi yang
bukti hakiki bahwa manusia itu
intinya manusia itu adalah tempat
adalah tempat salah dan lupa. Hal
salah dan lupa. Manusia berbuat
yang lebih ditonjolkan di sini adalah
kesalahan merupakan hal yang sudah
sifat salah manusia.
pasti, tetapi di samping berbuat
Setelah diketahui bahwa objek
kesalahan seharusnya kita memohon
yang muncul pada bait kedua ini,
selanjutnya adalah
hal
yang
makna
ditemukan
Hakikat manusia
(interpretan).
Berdasarkan bait kedua yang sudah tertera di atas, interpretan yang muncul
ialah keinginan seorang
hamba (penyair) untuk menggapai
Dosa-dosaku bagaikan bilangan pasir Umurku berkurang Sedangkan dosaku bertambah
Rahmat Allah
rahmat Allah. Rahmat Allah muncul sebagai
interpretan
dikarenakan
pengungkapan seorang hamba yang
tetap
Tuhanku, hamba-Mu yang berbuat maksiat ini telah datang kepada-Mu Yang selalu dengan dosa-dosa dan benar-benar memohon kepada-Mu Jika Engkau mengampuni maka Engkaulah yang berhak mengampuni Jika Engkau menolak maka siapa yang akan kami harapkan selain Engkau? Adapun tanda (representamen)
ia
yang menyatakan pengakuan pada
menyadari dirinya sendiri sebagai manusia biasa, dan butuh tempat bersandar, yaitu Allah. Sandaran ini didapat karena rahmat (kasih-sayang) Allah. tentang berdosa,
Pengungkapan dosa,
umur,
penyair dan
menunjukkan
menginginkan ramat Allah.
bait
Selanjutnya, akan ditinjau dari segitiga
makna
Charles
Sanders
Peirce atau sering disebut dengan triadik. Triadik memiliki tiga titik inti yaitu Representamen (berada sebelah kiri bawah), Objek (di atas segitiga), dan interpretan berada di sebelah kanan). Di bawah ini adalah segitiga
makna
Charles
Sanders
Peirce (triadik CS Peirce) pada bait kedua.
Bait ketiga (baris 9-12)
ketiga
(baris
9-12)
adalah
sebagai berikut. Hamba-Mu yang berbuat maksiat telah datang kepada-Mu Yang selalu dengan dosa-dosa dan benar-benar telah memohon kepadaMu Bait ketiga Tuhanku, hambaMu yang berbuat maksiat ini telah datang kepada-Mu, dan yang penuh dengan dosa-dosa ini benar-benar memohon kepada-Mu. Pengakuan seorang hamba yang menyatakan dirinya
sebagai
orang
yang
bermaksiat. Hamba merupakan tanda yang menggantikan pengungkapan aku. Pada kalimat hamba-Mu yang
berbuat maksiat merupakan satu
sadar
kesatuan
manusia
atau
frase.
Frase
ini
dengan yang
dirinya
sebagai
memiliki
Tuhan
pengganti dari kata aku yang ada
(Allah) sebagai tempatnya kembali
pada kalimat-kalimat sebelumnya.
atau berserah diri.
Hamba-Mu yang berbuat maksiat
muncul pada larik ke-9 ini adalah
makasudnya
aku berserah diri.
ialah
aku,
atau
Objek
yang
menunjuk kepada aku itu sendiri.
Allah Sang Maha Pencipta
Frase ini memiliki kualitas sebagai
yang menciptakan segala sesuatu
tanda karna ia jatuh sebagai subjek
termasuk manusia (khususnya aku),
pada kalimat ini. Adapun telah
maka seyogyanya segala sesuatu
datang merupakan predikat dalam
yang Dia ciptakan akan kembali
hal ini predikat ini mendukung frase
kepada-Nya.
sebelumnya
menjadi
mendapatkan hidayah seolah-olah
tanda. Kepada-Mu merupakan objek
dia jauh dari Tuhan, pada konteks
pada konteks kalimatnya.
larik
untuk
bisa
Setelah si aku mengungkapkan dirinya
berdosa
maksudnya
aku
jauh jauh
dari dari
belum
Tuhan
kebaikan-
larik-larik
kebaikan yang diperintahkan oleh
sebelumnya dengan kata aku, pada
Tuhan dan aku melakukan larangan-
baris
tidak
larangan yang dilarang oleh Tuhan.
lagi
Dan pada saat mendapatkan hidayah,
dirinya
aku mengakui keberdosaannya dan
ke-9
menggunakan melainkan langsung
pada
ke-9
Ketika
penyair kata
aku
menyebut sebagai
orang
yang
ingin kembali ke jalan yang benar.
berdosa. Begitu juga pada baris ke-
Selanjutnya pada larik ke-10
10, aku menyatakan dirinya atau
ini merupakan kesimpulan dari yang
mengungkapkan dirinya dengan yang
telah diungkapkan pada larik-larik
selalu dengan dosa-dosa. Di sini jelas
sebelumnya. Inti dari aku adalah ia
yang dimaksud dengan yang penuh
menyatakan dirinya sebagai orang
dengan dosa itu adalah aku (penyair).
yang
Telah datang kepada-Mu bisa berarti
dinyatakan
dengan
kembali ke jalan Tuhan (Allah). Aku
sebelumnya,
seperti
menyatakan dirinya bahwa ia telah
syurga, tidak kuat di dalam neraka
benar-benar
berdosa
yang
larik-larik bukan
ahli
jahim, dosaku bagaikan bilangan
ini ia ungkapkan dengan penuh
pasir, dosaku tetap bertambah, dan
penyerahan diri hanya kepada-Nya
hamba yang bermaksiat. Sehingga
yang akan membersihkan dosa-dosa
pada
menyatakan
dan memberikannya kesucian, kalau
dirinya dengan ungkapan yang penuh
sudah mendapatkan kesucian maka
dengan dosa-dosa. Larik ke-10 ini
tiada lain yang didapat ialah tempat
dijadikan
yang suci dan hendak bersama Yang
ahkirnya
aku
sebagai
objek
karena
cukup mewakili keseluruhan yang
Maha Suci.
sudah diungkapkan pada larik-larik
Selanjutnya, data akan ditinjau
sebelumnya. Objeknya sama dengan
dari segitiga makna Charles Sanders
pada larik ke-9, aku berserah diri.
Peirce atau sering disebut dengan
Setelah diketahui objek dan
triadik. Triadik memiliki tiga titik
interpretan yang mucul pada bait
inti yaitu Representamen (larik 9-
ketiga
12), Objek (berserah diri), dan
ini,
maka
menginterpretasikan
peneliti
maksud
dari
interpretan (kesucian). Di bawah ini
data pada bait ketiga ini. Interpretan
adalah
yang
Sanders Peirce (triadik CS Peirce)
muncul
melalui
hubungan
objek dan representamen yang sudah dijelaskan di atas ialah kesucian,
segitiga
makna
Charles
pada bait ke-3 ini. Berserah diri
dengan kata lain, keinginan si aku untuk mendapatkan kesucian dan berada di tempat yang suci bersama Yang Maha Suci. Kesucian di sini merupakan harapan dari si aku. Kesucian ini juga muncul karena pada
representamen
si
aku
mengungkapkan dirinya pemaksiat dan sebagai orang yang benar-benar berdosa,
maka
berdo’a
dan
ia
benar-benar
meminta
untuk
dihapuskan dosa, dan dalam do’a nya
Hamba-Mu yang berbuat maksiat ini telah datang kepada-Mu Yang selalu dengan dosadosa dan benar-benar memohon kepada-Mu
Kesucian
D. PENUTUP
seharusnya
a. Simpulan
lagi,
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
terhadap
“Sebuah
lirik
Pengakuan”
lagu maka
disimpulkan bahwa makna yang
lebih
diperhatikan
sehingga para pembaca
lebih mudah untuk memahami makna yang terkandung dalam lirik lagu yang dianalisis. 2. Hal-hal
yang
masih
bersifat
terkadung pada lirik lagu “Sebuah
umum
Pengakuan” ada tiga yaitu, keinginan
dikurangi
seorang hamba mendapatkan ridho
didapat bisa lebih mendalam.
Allah, keinginan seorang hamba
3. Perlu adanya penelitian yang
dalam
pemaknaan
supaya
yang
untuk mendapatkan Rahmat Allah,
lebih
dan keinginan seorang hamba untuk
kajian ini yang berbeda, semisal
mendapatkan kesucian diri, untuk
dengan
dapat menggapai tempat di sisi
karena penelitian ini hanya fokus
Tuhan Yang Maha Suci.
pada kajian semiotika Charles
Berdasarkan yang
ditemukan
makna-makna maka
sebuah
teori
lagi dengan
yang
berbeda,
Sanders Peirce.
makna
Skripsi ini belum sempurna dan
itu
sendiri
masih terdapat banyak kesalahan.
harapan
untuk
“Sebuah Pengakuan” adalah
mendalam
arti
Untuk
itu,
penulis
mendapatkan hal yang diinginkan,
kepada
yaitu mendapatkan tempat yang suci
berminat untuk meneliti tentang syair
dan bisa bersama Tuhan Yang Maha
atau
Suci.
semiotika
b. Saran
memehami konsep-konsep dan teori-
Berdasarkan hasil penelitian
mahasiswa
menghimbau
lirik
lagu
lain
dengan
yang
kajian
hendaknya
lebih
teori sehingga dalam menganalisa
terhadap pemaknaan lirik lagu
data dapat menghasilkan data yang
“Sebuah Pengakuan”, ada beberapa
akurat dan analisa yang cermat.
hal yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Pemaknaan tiap suku kata, dan pemaknaan secara keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA Endraswara, Suwardi. 2013. Metode Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. CAPS: Yogyakarta. Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra Sebuah Penjelajahan Awal. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Jumantoro, Totok dkk. 2012. Kamus Ilamu Tasawuf. Amzah. Karatem, Yulia, dkk. 2013. Analisis Semiotika Lirik Lagu “Gosip Jalanan” dari Grup Musik Slank. Mahendar, R.A. (2015). Makna Simbolik Gerakan Tarian Sufi Turki Jalaluddin Rumi (1203m-1273m): Analisis Semiotika Charles Sander Pierce. Skripsi, Uiversitas Sebelas Maret, Surakarta. Diperoleh pada 10 Februari 2016 dari http://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/2656/ Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Pradopo, Rachmat Djoko. 2014. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Santosa, Puji. 2013. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. CV Angkasa: Bandung. Shihab, M. Quraisy. 2011. Tafsir Al-Mishbah: Pesan dan keserasian Al-Qur’an. Lentera Hati: Jakarta. Sobur, Alex. 2013. Semiotika Komunikasi Pengantar Antara Semiotika Signifikasi, Komunikasi dan Ekstra-Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Subekti, A. (2007). Analisis Kumpulan Lirik Lagu karya Ebit G. Ade (Sebuah Pendekatan Semiotik). Skripsi, Uiversitas Sebelas Maret, Surakarta. Diperoleh pada 10 Februari 2016 dari http://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/2656/Analisis-kumpulan-liriklagu-karya-Ebiet-GAde-sebuah-pendekatan-semiotik Sudjiman, Panuti, dan Aart van Zoest. 1992. Serba-Serbi Semiotika. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeda: Bandung.
Suwarto. 2015. Analisis Semiotika Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Semua Kemasan Rokok di Indonesia. Skripsi. Universitas Bhayangkara. Surabaya. Spychiger, Maria B. 2001. “Psychology of Music and Philosophy of Music Education Review”. Diperoleh dari http://eresources.perpusnas.go.id:2057/docview/1675192279?pqorigsite=summon (diakses pada 24 Januari 2016 pukul 11.01) Zaimar, Okke Kusuma Sumantri. 2014. Semiotika dalam Analisis Karya Sastra. PT Komodo Books: Depok. https://kumpulanbiografiulama.wordpress.com/2013/05/27/syair-doa-abu-nawasal-itiraf-sebuah-pengakuan/ (diakses pada 1 Januari 2015 pukul 9.45 PM)