ANALISIS KUALITAS PENDIDIKAN LIFE SKILLS LULUSAN SMK PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN ACEH SELATAN – PROVINSI ACEH
TESIS
Oleh
FAUZIAH 077003038/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
ANALISIS KUALITAS PENDIDIKAN LIFE SKILLS LULUSAN SMK PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN ACEH SELATAN – PROVINSI ACEH
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magíster Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi Perencanaan Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
FAUZIAH 07003038/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Judul Tesis
: ANALISIS KUALITAS PENDIDIKAN LIFE SKILLS LULUSAN SMK PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN ACEH SELATAN – PROVINSI ACEH Nama Mahasiswa : Fauziah Nomor Pokok : 077003038 Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof.Bachtiar Hassan Miraza) Ketua
(Prof.Aldwin Surya,SE,M.Pd,Ph.D) Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)
(Dr.Ir. Tavi Supriana,MS) Anggota
Direktur,
(Prof.Dr. Ir. T. Chairun Nisa D, MSc )
Tanggal lulus : 03 Agustus 2009
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Telah diuji pada Tanggal : 03 Agustus 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Prof. Bachtiar Hassan Miraza
Anggota : 1. Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D 2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS 3. Prof. Dr. Lic.rer. reg. Sirojuzilam, SE 4. Kasyful Mahalli, SE, M.Si
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
PERNYATAAN
ANALISIS KUALITAS PENDIDIKAN LIFE SKILLS LULUSAN SMK PROGRAM PENDIDIKAN SISTIM GANDA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN ACEH SELATAN – PROVINSI ACEH
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan,
Juli 2009
FAUZIAH
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
ABSTRAK
FAUZIAH, Judul Penelitian “Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan SMK Program Pendidikan Sistim Ganda dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Aceh Selatan-Provinsi Aceh”, Komisi Pembimbing: Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Ketua), Prof. Aldwin Surya, SE. M.Pd. Ph.D (anggota), dan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS (Anggota). Pendidikan sebagai pendukung pembangunan diharapkan mampu meningkatkan potensi kompetensi peserta didik. Kompetensi sangat diperlukan ketika siswa mulai berkompetisi dalam memasuki kehidupan sosial dan dunia kerja. Seseorang dituntut untuk mampu menerapkan apa yang menjadi keahlian atau kecakapan hidup (life skills) yang dimiliki. Namun demikian belum semua jenjang sekolah memasukan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai salah satu fokus analisis dalam pengembangan kurikulum terutama pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisis apakah ada peningkatan life skills lulusan SMK sebelum dan sesudah melaksanakan Praktik Kerja Industri serta kontribusi pelaksanaan praktik kerja industri dalam menyiapkan sumberdaya manusia (SDM) berkualitas sabagai salah satu pilar pengembangan wilayah di Kabupaten Aceh Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis uji beda rata-rata (paired samples t-test). Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari nilai pra PSG dan nilai sertifikat pelaksanaan praktik kerja industri lulusan SMK yang telah melaksanakan praktik kerja industri dan saat ini bekerja sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian. Data skunder diperoleh dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukan ada peningkatan life skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja sebelum dan sesudah melaksanakan praktik kerja industri. Nilai rata-rata life skills teknis sebelum praktik kerja industri sebesar 309,860 meningkat menjadi 401,620 setelah melaksanakan praktik kerja industri. Nilai rata-rata life skills non teknis sebelum melaksanakan praktik kerja industri 352,480 meningkat menjadi 422,880 setelah melaksanakan praktik kerja industri. Kontribusi peningkatan life skills lulusan SMK setelah melaksanakan praktik kerja industri dalam pengembangan wilayah adalah menyiapkan sumberdaya manusia (SDM) berkualitas yang dapat mendorong peningkatan produksi dan produktivitas pertanian di Kabupaten Aceh Selatan. Kata kunci : pendidikan kecakapan hidup (life skills), praktik kerja industri, sekolah kejuruan, peningkatan produktivitas, pengembangan wilayah
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
ABSTRACT
FAUZIAH, the Title of Study “Quality Analysis of Life Skills Education Graduation from Vocational High School of Multiple System Education Program on Regional Development in South Aceh District-Aceh Province”, under consultation of Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Coordinator), Prof. Aldwin Surya, SE,M.Pd,Ph.D (Co-Coordinator) and Dr.Ir. Tavi Supriana,MS (Co-Coordinator). Education as support of development is hoped to be able to increase puteatial the competence of educatee. Competence is needed so much when we begin to compete in entering the social life and work. Someone is claimed to able to apply whatever his skills (life skills) they have. The problem is not alllevel of school to enter the life skills education program as a focus of analysis in development of curriculum especially the education level of Midlle School. The objective of the study are to of the analysis the existence of life skills improvement of graduation from vocational school before and after Industrial Work Practice and contribution of industrial work practice implementation in preparing the quality human power as one of pillars in regional development of South Aceh. The method used in the study included a significance test (paired samples t-test). The data used is primary data gained from the value of pre-PSG and certificate value of industrial work practice implementation from graduation of Vacational School who completed the industrial work practice and recently working as daily extensor of agriculture in field. The secondary data is gained from some related instancies related with this research. The result of the study shows that there is improvement in life skills of those who graduated from vocational School Negeri I Pasie Raja before and after completing the industrial work practice. The average life skills value technically before industrial work practice is 409,860 increasing to 401,620 after completing the industrial work practice. The average life skills value of non-technic before implementing the industrial work practice is 452,480 increasing to 422,880 after completing the industrial work practice. The contribution of life skills improvement from graduation of Vacational School after completing the industrial work practice on development of region is preparing the quality of human resourses. They can support the improvement of production and agriculture productivity in District of South Aceh.
Keywords : life skills education (LSE), industrial work practice, vocational school, improvement productivity, regional development
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini. Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Konsentrasi Perencanaan Pendidikan pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Tesis ini berjudul ”Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan SMK Program Pendidikan Sistim Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Kabupaten Aceh Selatan-Provinsi Aceh” Penyelesaian Tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari semua pihak, untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Prof. Bachtiar Hassan Miraza selaku ketua komisi pembimbing sekaligus sebagai ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara; Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D dan Dr.Ir. Tavi Supriana, MS selaku dosen pembimbing yang dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penyusunan tesis ini. 1.
Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE dan bapak Kasyful Mahalli, S.E, M.Si selaku dosen pembanding sekaligus sebagai Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Universitas Sumatera Utara. Serta Drs. Rujiman M.A, selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
2.
Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B,M.Sc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.
3.
Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
4.
Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian Tesis ini berdasarkan DIPA Sekretariat Jendral DEPDIKNAS Tahun Anggaran 2007 sampai dengan 2009.
5.
Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, Kepala Bappeda Kabupaten Aceh Selatan, Kepala BPS, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Selatan, Kepala BKPPP Aceh Selatan beserta BKPPP Kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan dan Pasie raja dan seluruh tenaga penyuluh lapangan harian pertanian, Kepala Dinas Holtikultura, Kepala Sekolah SMK Negeri I Pasie Raja serta seluruh staf yang telah membantu dalam proses penelitian ini dan kepada Ir. Suhartono yang telah banyak membantu penulis.
6.
Ayahanda Muhammad dan Ibunda Halimah atas dukungan dan segala doanya.
7.
Istimewa Almarhum Abangda Yusfahmi beserta istri Almarhummah Sarianti serta Almarhum ananda Nanda Fahrian, David Fahrian dan Khauthsar Fahrian Semoga segala apa yang telah abangda berikan pada adinda mandapat balasan yang setimpal dari Allah SWT serta segala Amal Ibadannya diterima dan diberikan tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.
8.
Abangda Harmizan beserta Istri Afrida,, Kakanda Raimi, S.Ag beserta Suami Muslim,SE, Darmi, A.Md beserta Suami Usman Him yang penulis hormati dan Adinda Zarmawi, S.Pdi beserta Istri Sri dan Adinda Salmiati, S.Pdi serta ananda Nelly Khairana, A.Md, Agus Safari, M. Ali Hanafiah, Yusmahdi Saputra, Aprian Khautsar, Raihanna Mahfuza, Afwan Juliandi, Putri Annisa Meylisa, Ulfiah Rahmah, M. Farel Suharto dan Ulsuffhi yang sangat penulis sayangi
9.
Mariano, Susi Susilawati Hrp, Bustami serta teman-teman kuliah di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Konsentrasi Perencanaan
Pendidikan
Program
Beasiswa
Unggulan
pada
Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 10.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penyelesaian tesis ini.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Penulis menyadari bahwa segala kekurangan dalam penulisan Tesis ini ádalah datangnya dari penulis, dan segala kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT, oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan akan diterima dengan tangan terbuka dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Akhir kata, semoga penyusunan tesis ini sebagai sebuah karya Ilmiah dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.
Medan,
Juli 2009
FAUZIAH
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
RIWAYAT HIDUP
Telah lahir seorang bayi
perempuan pada
27 Juli 1976 dari pasangan
Muhammad dan Halimah. Bayi mungil tersebut diberi nama Fauziah yang artinya sebuah kemenangan. Dengan penuh kasih sayang sama seperti bayi-bayi lain yang dilahirkan ke dunia di harapkan agar menjadi insan yang berilmu pengetahuan baik dunia maupun akhirat serta beraklak mulia maka kedua orang tua memasukannya ke SD Negeri 4 Barat Daya selesai tahun 1988, SLTP Negeri Kandang selesai tahun 1991 dilanjutkan SLTA Negeri Kandang selesai tahun 1994, semuanya diselesaikan tepat waktu di Kecamatan Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Daerah Istimewa Aceh dulunya sekarang Nanggroe Aceh Darussalam. Melanjut pendidikan Perguruan Tinggi pada tahun 1996 pada Universitas Syiah Kuala dan selesai pada tahun 2001. Dengan izin Allah SWT pada tahun 2005 diangkat menjadi PNS sebagai Guru pada SMK Negeri I Pasie Raja. Pada Nopember 2007 dengan bantuan dari DIKTI bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara melalui Beasiswa Unggulan melalui ujian seleksi lulus melanjutkan pendidikan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi Perencanaan Pendidikan SPS-USU di Medan. Saat ini masih bekerja sebagi Guru pada SMK Negeri I Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ......................................................................................................
i
ABSTRACT .....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR....................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
vi
DAFTAR ISI...................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN.........................................................................
1
1.1. Latar Belakang ......................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................
7
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................
7
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
9
2.1. Pendidikan Sistem Ganda (PSG ) .........................................
9
2.1.1. Konsep Pendidikan Sistem Ganda ( PSG ) ...............
10
2.1.2.
Strategi Pengembangan............................................
12
2.2. Praktek Kerja Industri (Prakerin) ..........................................
13
2.3. Program Kecakapan Hidup (Life Skills)................................
15
2.3.1. Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup di Sekolah ( Life skills education )..............................
15
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
2.4. Pemetaan Penerapan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) .................................................................
18
2.5. Profil Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)...................
21
2.5.1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) ..................................................................
21
2.5.2. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)......
23
2.5.3. Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)...
25
2.6. Terampil dan Mandiri ...........................................................
26
2.7. Sumberdaya Manusia yang Berkualitas ................................
26
2.8. Produktivitas .........................................................................
27
2.9. Pengembangan Wilayah........................................................
30
2.10. Penelitian Sebelumnya ..........................................................
33
2.11. Kerangka Pemikiran..............................................................
38
2.12. Hipotesis Penelitian...............................................................
40
METODE PENELITIAN ...........................................................
41
3.1. Lokasi Penelitian...................................................................
41
3.2. Populasi dan Sampel .............................................................
42
3.2.1. Populasi .......................................................................
42
3.2.2. Sampel........................................................................
43
3.3. Jenis dan Sumber Data ..........................................................
45
3.4. Teknik Analisis Data.............................................................
45
3.5. Defenisi Operasional ............................................................
49
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
51
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................
51
BAB III
4.2. Profil Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian (Lulusan SMK) .....................................................................
58
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
4.3. Profil Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di Kabupaten Aceh Selatan ..................................................
61
4.4. Komponen Praktik Kerja Industri ........................................
67
4.4.1. Institusi Pasangan........................................................
67
4.4.2. Sistem Penilaian dan Sertifikasi..................................
72
4.4.3. Kelembagaan Kerjasama............................................
72
4.4.4. Nilai Tambah dan Insentif..........................................
72
4.5. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) .....................
73
4.5.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan..................................
75
4.5.1.1. Cara Pelaksanaan .........................................
75
4.5.1.2. Tahapan Pelaksanaan ..................................
76
4.6. Hasil Analisis Peningkatan Life Skills Lulusan SMK Negeri I Pasie Raja................................................................
78
4.7. Analisis Peningkatan Life Skills Sebelum dan Sesudah Melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) ...
80
4.7.1. Hasil Uji Statistik Berpasangan Untuk Life Skills yang Bersifat Non Teknis ..........................................
80
4.7.2. Hasil Uji Statistik Berpasangan Untuk Life Skills yang Bersifat Teknis .................................................
83
4.8. Analisis Kontribusi Life Skills terhadap Pengembangan Wilayah........................................................
85
4.8.1. Hubungan Life Skills dengan Peningkatan Produktivitas ...............................................................
87
4.8.2. Hubungan Life Skills dengan Peningkatan Produktivitas Pertanian ...............................................
88
4.8.3. Hubungan Life Skills dengan Kesempatan Kerja ......
93
4.8.4. Hubungan Life Skills dengan Pendapatan .................
95
4.8.5. Kelembagaan...............................................................
98
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
4.8.5.1. Terbentuknya Kelompok – Kelompok Tani ..
98
4.8.5.2. Terbentuknya Perkumpulan Petani Pemakai Air ( P3A )..................................... 101
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 103 5.1. Kesimpulan .......................................................................... 103 5.2. Saran .................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 106
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
3.1. Populasi dan Sebaran Tenaga Penyuluh Lapangan Harian pada 16(enam belas) Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan ...............
43
3.2. Sebaran Populasi dan Jumlah Sampel pada 7 (Tujuh) Kecamatan .........
44
3.3. Kategori Nilai Praktik Kerja Industri......................................................
46
3.4. Indikator Penilaian Life Skills Lulusan Sebelum dan Sesudah Melaksanakan Praktik Kerja Industri......................................................
46
4.1. Luas Wilayah Kabupaten Aceh Selatan Dirinci menurut Kecamatan tahun 2007............................................................................
52
4.2. Jumlah Rata-Rata Penduduk, Per Km2, dan Rumah Tangga dalam Kabupaten Aceh Selatan .........................................................................
53
4.3. Distribusi Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian (Lulusan SMK) Berdasarkan Tahun Lulus ............................................................
59
4.4. Pelatihan Kecakapan hidup Life Skils yang di Selenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2005 .................................
65
4.5. Penilaian Peningkatan Life Skills Lulusan SMK.....................................
78
4.6. Hasil Analisis Perbedaan Life Skills Non Teknis....................................
81
4.7. Hasil Analisis Perbedaan Life Skills Teknis............................................
83
4.8. Luas Panen, Produktivitaas dan Produksi Padi (Sawah + Ladang) Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Keadaan Tahun 2007...............
91
4.9. Perbandingan Jumlah Penyerapan Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian .....................................................................................
94
4.10. Jumlah Kelompok Tani Demfarm Padi Sawah dan Kacang Tanah di Kabupaten Aceh Selatan .................................................................... 100
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1
Kerangka Pemikiran.............................................................................
39
2
Bagan Organisasi Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Dinass Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan.........
64
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Rekapitulasi Petikan Wawancara ............................................................. 109
2.
Uji Statistik Berpasangan Non Teknis...................................................... 122
3.
Uji Statistik Berpasangan Teknis.............................................................. 123
4.
Data Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian Kabupaten Aceh Selatan ............................................................................................
124
5.
Data Nilai Teknis dan Non Teknis............................................................ 127
6.
Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 129
7.
Peta Lokasi Penelitian .............................................................................. 136
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Indonesia merupakan negara berkembang yang masih memiliki warga miskin relatif tinggi. Jumlah penduduk Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan sampai dengan bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15, 42 persen). Pangkal awal dari kemiskinan di antaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan, disebabkan biaya pendidikan yang masih sangat mahal sehingga sulit dijangkau oleh kalangan masyarakat yang tingkat pendapatannya masih di bawah rata-rata . Pendidikan memiliki peran berarti bagi pembentukan generasi suatu bangsa. Keberhasilan pendidikan yang dinikmati oleh penduduk di satu negara mampu mewujudkan terjadinya perubahan di berbagai sendi kehidupan masyarakat. Proses pendidikan mengajarkan peserta didiknya untuk memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam penguasaan teknologi. Banyak negara maju didunia yang merasakan pentingnya pendidikan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari hal itu pemerintah melalui instansi terkait berupaya untuk menuntaskan masalah pendidikan yang dihadapi oleh bangsa ini dengan berupaya mewujudkan Misi dan Visi Pendidikan Nasional
yaitu pertama, meningkatkan
pemerataan dan perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang bersamaan dengan peningkatan mutu; kedua, pengembangan wawasan persaingaan dan keunggulan; ketiga, memperkuat keterkaitan pendidikan agar sepadan dengan kebutuhan pembangunan; keempat, mendorong terciptannya masyarakat belajar; kelima, pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini dan sekaligus masa depan; dan keenam, pendidikan merupakan sarana untuk memperkuat
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
jati diri bangsa dalam proses industrialisasi dan mendorong terjadinya perubahan masyarakat Indonesia dalam memasuki era globalisasi di abad ke-21. Pembangunan pendidikan harus mampu memantapkan jati diri bangsa Indonesia di tengah pergaulan dengan bangsa lain, sehingga dalam keadaan bagaimanapun, tetap tampil sebagai bangsa Indonesia dengan segala kepribadiannya. Pemerintah terus melakukan pembenahan melalui berbagai upaya salah satunya Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK), tujuan utama antara lain menyiapkan lulusan memasuki dunia kerja. Seiring dengan itu diperkenalkan kebijakan kesesuaian dan kesepadaman (link and match) dengan tujuan meningkatkan kualitas lulusan yang memiliki keterampilan dan kemampuan intelektual sebagai calon tenaga kerja yang tangguh, handal dan profesional. Kebijakan kesesuaian dan kesepadaman (link and match) pada dasarnya berlaku untuk seluruh jenis dan jenjang pendidikan, dan khususnya untuk pendidikan menengah kejuruan. Kebijakan ini dioperasionalkan dalam bentuk pelaksanaan program Pendidika Sistem Ganda (PSG). Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang mamadukan secara sistematik dan sinkron dengan program pendidikan di sekolah serta program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu (Djojonegoro, 1999). Pada dasarnya PSG mengandung dua prinsip utama, yaitu : pertama, program pendidikan kejuruan pada SMK
adalah
program
bersama
(joint
program)
antara
SMK
dengan
industri/perusahaan pasangannya. Kedua, program pendidikan kejuruan dilakukan di
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
dua tempat, sebagian program yaitu teori dan praktik dasar kejuruan dilaksanakan di sekolah (SMK) dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, keahlian produktif diperoleh melalui kegiatan bekerja di dunia kerja. Pola penyelenggaraan pendidikan di dua tempat ini, akan memaksa SMK mendekatkan dunianya (dunia sekolah) ke dunia kerja, menyesuaikan isi dengan kebutuhan dunia kerja, untuk mempermudah transfer nilai-nilai dan perilaku kerja sebagaimana yang berlaku di dunia kerja. Tujuan yang dicapai dalam pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) salah satunya adalah menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan mandiri, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan atau kecakapan hidup (life skills) dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. Seiring dengan berjalannya waktu, pelaksanaan program PSG diformulasikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Indonesia. Dilakukan upaya-upaya yang optimal, agar program yang telah dirancang secara terstandar di dukung oleh SDM, manajemen, sarana dan prasarana yang juga terstandar.
Mutu produk pendidikan sangat erat
kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya, kurikulum, tenaga kependidikan, proses pembelajaran, sarana prasarana, alat dan bahan, manajemen sekolah (kepala sekolah), lingkungan sekolah dan peran serta masyarakat. Pendidikan
Sistem
Ganda
(PSG)
diharapkan
sebagai
pendukung
pembangunan di masa yang akan datang melalui sistem penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga yang
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
bersangkutan dapat menghadapi dan menjawab persoalan kehidupan yang menghadang dihadapannya. Pendidikan yang dilaksanakan harus mampu menggali potensi yang dimiliki sebagai dasar dalam mendalami kompetensi dari peserta didik. Hal ini akan sangat diperlukan oleh seseorang ketika mulai berkompetisi dalam memasuki kehidupan sosial dan dunia kerja. Seseorang dituntut untuk mampu menerapkan apa yang menjadi keahlian atau kecakapan hidup (life skills ) yang dimilikinya . Menurut Sinaga (2004) dalam Indrawati (2005), Life skills dapat diartikan sebagai “kecakapan hidup/keterampilan hidup”, yaitu kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tampa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Penyelenggaraan pendidikan life skills sesuai pula dengan, visi dan misi dari SMK itu sendiri yaitu menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mampu bersaing dalam setiap lowongan kerja yang tersedia di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Sesuai pula dengan misi dan visi pendidikan yang dicanangkan oleh Pemerintah Aceh bersama-sama dengan Dinas Pendidikan beserta segenap instansi terkait lainnya yaitu untuk menciptakan masyarakat yang berpendidikan, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Khusus Kabupaten Aceh Selatan pendidikan merupakan unsur yang sangat perlu diperhatikan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Kehadiran SMK Negeri I Pasie Raja sangat diharapkan karena sebagai daerah Agraris Kabupaten Aceh Selatan sangat membutuhkan tenaga yang memiliki kemampuan bidang keahlian
pertanian. Sebagai komponen pendukung bagi
kemajuan pertanian. Tujuannya diharapkan mampu meningkatkan hasil-hasil pertanian. Menurut Miraza (2008), suatu masyarakat harus dibangun bukan dimulai dari sudut kesejahteraan materi, tetapi kemandirian, keahlian dan keterampilan. Masyarakat tidak harus dihindari dari kemiskinan tetapi dari kebodohan. Masalah utama masyarakat terbelakang adalah kebodohan. Oleh sebab itu, maka kebodohanlah yang harus dihindarkan. Masyarakat yang terhindar dari kebodohan secara langsung akan terhindar dari kemiskinan dan kemelaratan. Keinginan mendapat pendidikan yang layak, sejak lama telah memicu berlangsungnya proses migrasi internal yaitu perpindahan sejumlah orang dari desa ke kota di dalam satu wilayah untuk memperoleh pendidikan. Dalam logika mereka seorang anak yang memiliki pendidikan tinggi berpeluang mendapatkan pekerjaan dengan imbalan yang layak di kota, sehingga juga berhasil memperbaiki peringkat status sosial keluarga mereka ke posisi yang lebih baik di antara warga desa (Surya, 2006). Tiga modal dasar yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Selatan seperti wilayah yang luas, melimpahnya sumberdaya alam, dan jumlah penduduk yang besar seyogyanya akan membawa masyarakat menjadi makmur dan sejahtera. Tetapi
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
ternyata semua itu tidak terbukti. Negara-negara yang ketergantungan kepada sumber daya alam yang sangat besar akan mudah terkena penyakit “dutch disease” suatu istilah dalam konsep Economic Development yang mengacu pada adanya kekayaan alam yang melimpah (minyak atau sumber daya alam lainnya) namun membawa petaka yang besar bagi negara yang memilikinya. Bahkan petaka yang ditimbulkan bukan saja membuat negara tersebut jatuh miskin secara ekonomi, tetapi juga secara sosial-budaya. Menurut Surya (2007), keadaan seperti ini tentunya sangat tidak diinginkan oleh suatu negara. Banyak negara memberi perhatian serius bagi pendidikan melalui alokasi dana yang besar untuk pendidikan pada setiap tahun anggaran dan diimbangi dengan sistem pendidikan yang memungkinkan semua warga berkesempatan mendapat pendidikan layak. Program ini idealnya dilaksanakan secara optimal, tidak setengah-setengah apalagi dilaksanakan setengah hati. Kunci sukses dalam menghadapi tantangan berat itu terletak pada kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumberdaya manusia sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Dengan latar belakang inilah peneliti sangat berminat untuk satu kajian tentang ” Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan SMK Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan-
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Provinsi Aceh”, sebagai pembangunan jangka panjang dan berkesinambungan dalam meningkatan sumberdaya manusia berkualitas, terampil dan mandiri.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan Life Skills bidang keahlian lulusan SMK sebelum dan sesudah melaksanakan Praktik Kerja Industri. 2. Bagaimana kontribusi pelaksanaan Praktik Kerja Industri terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Aceh Selatan.
1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis apakah ada perbedaan Life Skills bidang keahlian lulusan SMK sebelum dan sesudah melaksanakan Praktik Kerja Industri. 2. Untuk menganalisis bagaimana kontribusi pelaksanaa Praktik Kerja Indistri terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Aceh Selatan.
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada berbagai pihak seperti : 1.
Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan khususnya Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja dan Dinas BKPPP dalam pengembangkan pembangunan pendidikan yang berkelanjutan dalam upaya
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
peningkatan sumberdaya manusia yang yang memiliki Life Skills terampil dan mandiri. 2.
Peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan berkenaan dengan Praktik Kerja Industri sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) di pedesaan.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Salah satu bentuk nyata implementasi kebijakan kesesuaian dan kesepadaman
(link and match) adalah pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) pada dasarnya
mengandung dua prinsip, yaitu : Pertama, Program pendidikan kejuruan pada SMK adalah program bersama (joint program) antara SMK dengan industri/perusahaan pasangannya. Prinsip ini merupakan konkritisasi peralihan dari suppply driven ke demand driven. Peralihan dalam arti kewenangan dan tanggung jawab secara sepihak oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke arah kebersamaan dan tanggung jawab bersama dengan piha-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan kejuruan. Kedua, Program pendidikan kejuruan dilakukan di dua tempat sebagian program yaitu teori dan praktik dasar kejuruan di sekolah (SMK), dan sebahagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keahlian produktif yang diperoleh melalui kegiatan bekerja di dunia kerja. Pola penyelenggaraan pendidikan di dua tempat ini, akan memaksa SMK mendekatkan dunianya (dunia sekolah) ke dunia kerja, menyesuaikan isinya dengan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
kebutuhan kerja, untuk mempermudah transfer nilai-nilai dan perilaku kerja sebagaimana yang berlaku di dunia kerja (Djojonegoro, 1995). PSG juga dimaksudkan sebagai pranata (means) untuk mempercepat proses pembaharuan pendidikan kejuruan serta strategi pengembangannya.
2.1.1. Konsep Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Dari pengertian di atas terlihat selain lembaga pendidikan dan pelatihan maka tanggung jawab dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan kejuruan juga menjadi tanggung jawab dunia industri/ perusahaan tertentu. Tanggung jawab itu mulai dari tahap perencanaan program, tahap penyelenggaraan, sampai pada tahap penilaian dan penentuan kelulusan peserta didik, serta upaya pemasaran tamatannya. Pada tahap perencanaan, industri/perusahaan yang telah mengikatkan diri bekerjasama dengan lembaga pendidikan pelatihan Kejuruan atau sekolah penyelengara dalam menyelenggarakan pelaksanaan program pelatihan, pendidikan yang digunakan harus merupakan program yang di rancang dan disepakati bersama oleh kedua belah pihak, melalui ikatan perjanjian (MoU), yang jelas dan tertulis dan tentunya tidak merugikan kedua belah pihak, antara sekolah (siswa) dan
pihak
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
institusi pasangan (dunia usaha/dunia industri). Mengapa ini penting, karena pelaksanaan pendidikan sistim ganda diarahkan untuk menghasilkan tamatan yang memiliki keahlian/kompetensi atau kecakapan hidup (life skills) tertentu secara terstandar sesuai denga kebutuhan tenaga kerja , maka senantiasa mengacu pada pencapaian
standar kemampuan/ kompetensi sesuai dengan tuntutan jabatan
pekerjaan atau profesi tertentu yang berlaku di lapangan kerja. Berdasarkan standar kemampuan yang harus dikuasai dan materi yang harus di pelajari, maka disepakati waktu atau berapa lama dilaksanakan di sekolah dan berapa lama di institusi pasangannya (dunia industri/ perusahaan). Juga di sepakati pola pelaksanaan, apakah model hour-release, day-release dan blok- release atau kombinasi. Selanjutnya
dalam
pelaksanaan
pelatihan,
diserahkan
pada
dunia
industri/perusahaan penyelengara. Namun tidak terlepas dari kerangka yang telah di sepakati. Begitupun pada tahap penilaian di serahkan sepenuhnya kepada lembaga penyelenggara, tentu saja penilaiannya dari tiga aspek, yaitu : aspek kognitif, aspek apektif dan aspek Psikomotorik. Dalam penentuan kelulusan, selain ditentukan oleh sertifikat yang diperoleh dari dunia industri juga di tentukan oleh hasil ujian kompetensi masing-masing bidang keahlian yang telah dilaksanakan dalam PSG. Sistem penilaian ini diberikan oleh kedua belah pihak yaitu pihak sekolah dan dunia industri. Sertifikat yang didapat dari dunia industri atas pengakuan dan pengharagaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan merupakan tiket
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
untuk diakui di dunia kerja dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional. Selain itu diakui bahwa peserta didik tersebut telah memiliki kecakapan hidup tertentu (life Skills) yang mungkin tidak semua orang memilikinya. Dilihat dari uraian di atas, penyelenggaran Pendidikan dan pelatihan dengan pendekatan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah untuk : 1.
Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja ;
2.
Meningkatkan dan memperkokoh kesesuaian dan kesepadaman (link and match) antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan dengan dunia Kerja;
3.
Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas, dengan memamfaatkan sumberdaya yang ada di dunia kerja;
4.
Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.
2.1.2. Strategi Pengembangan Konsep PSG tersebut di atas merupakan inovasi pendidikan kejuruan bagi sistem lama. Namun keterlaksanaan dan keberhasilan pelaksanaan program ini sangat ditentukan oleh kadar pemahaman, kepedulian dan komitmen dari semua pihak pelaksana di lapangan, yaitu manajemen SMK (sekolah yang bersangkutan), guru, dan pihak dunia usaha dan industri, untuk mewujudkan hasil yang diinginkan mungkin dibutuhkan strategi pengembangan yang mengena pada sasaran.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Strategi
pentahapan
dan
pembabakan,
adalah
proses
pembentukan
pemahaman, kepedulian dan komitmen, memerlukan proses penerimaan tata nilai baru, perubahan pola pikir, sikap dan prilaku dari segenap pelaku yang terlibat. Pada tahap pembabakan, di harapkan sejalan dengan langkah penyiapan sumberdaya manusia menghadapi globalisasi.
2.2.
Praktek Kerja Industri (Prakerin) Kemungkinan terlaksananya PSG di SMK sangat bergantung kepada
ketersedian dunia usaha dan industri menjadi pasangan SMK untuk bekerjasama melaksanakan program tersebut, karena ikut berperan dalam penyelenggaraan PSG sebelum menjadi kewajiban yang diatur dalam undang-undang. Ada atau tidak adanya kesedian dunia usaha/industri untuk menjadi institusi pasangan sangat di tentukan oleh kemampuan manajemen sekolah dalam mendekati dan menyakinkan dunia usaha dan industri. Kegiatan kerjasama dengan dunia industri /dunia usaha yang telah di kembangkan, dapat menjadi modal dasar untuk lebih difokuskan kepada kerjasama pelaksanaan PSG. Praktik kerja industri (prakerin) yang dilaksanakan dalam PSG memiliki beberapa keuntungan, baik bagi sekolah,
siswa maupun
institusi pasangan ( dunia industri/perusahaan ). Bagi sekolah, terdapat kesesuaian dan kesepadanan (link and match) antara program pendidikan dan kebutuhan lapangan kerja yang tersedia sesuai dengan kebijakan link and match. Menjawab sebahagian permasalahan yang berkenaan dengan biaya, sarana ,dan prasarana pendidikan yang kadang menjadi kendala dalam
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
upaya peningkatan mutu. Juga memberikan kepuasan bagi penyelenggara pendidikan kejuruan (SMK dan para pelaku lainnya) karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal keahlian (life skills) yang bermakna, baik untuk kepentingan siswa itu sendiri maupun untuk untuk kepentingan pembangunan bangsa pada umumnya. Pelaksanaan praktik kerja industri (prakerin), bagi siswa memperoleh banyak keuntungan. Produk lulusan/siswa akan lebih bermakna, karena setelah tamat akan betul-betul memiliki bekal keahlian (life skills) profesional untuk terjun ke lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan taraf
kehidupannya dan untuk bekal
pengembangan dirinya secara berkelanjutan. Keahlian (life skills) yang diperoleh melalui PSG dapat mengangkat harga dan rasa percaya diri tamatan. Penyelenggaran PSG bagi dunia industri/dunia usaha sebagai institusi pasangan adalah institusi pasangan mengenal persis kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja di perusahaannya. Kalau dinilai bisa menjadi aset, dapat direkrut menjadi tenaga kerja di perusahaan , tapi bila tidak maka tidak ada keharusan bagi perusahaan untuk mempekerjakan siswa yang praktik tersebut. Selain itu, memberi kepuasan tersendiri bagi dunia usaha dan industri penyelenggara karena memperoleh pengakuan ikut serta menentukan masa depan bangsa melalui PSG. Menurut Miraza (2008), pemerintah perlu meninjau ulang kebijakan pendidikan serta penyempurnaan perangkat pendidikan, software ataupun hardware, yang selama ini keberadaannya sudah seperti benang kusut tanpa arah yang jelas. Kebijakan pendidikan yang tambal sulam dan tidak berlandaskan pada kebutuhan nyata masyarakat harus dibuang. Disusun suatu kebijakan pendidikan baru yang
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan pembangunan bangsa dan negara. Keahlian, keterampilan, dan moral perlu ditekankan pada para lulusan agar para lulusan memiliki sikap kemandirian dan harga diri tinggi.
2.3.
Program Kecakapan Hidup (Life Skills)
2.3.1. Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup di Sekolah (life skills education) Salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Nasional adalah salah satunya yang dilakukan adalah Pengembangan Rencana Sekolah (RPS). Yaitu bagaimana sekolah mengembangkan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan misi dan visi dari SMK yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas, mandiri serta memiliki keahiann dan ketrampilan. Menurut Rohiat (2008), di antara RPS yang disusun, salah satunya adalah Pengembangan Pendidikan Kecakapan hidup/PKH (life skills education). Sasaran dari progran pengembangan PKH adalah terwujudnya PKH di sekolah sehingga
program-program
yang
dapat
di
kembangkan
antara
lain
(1)
penyosialisasian PKH di sekolah, (2) penyusunan dan perencanaan program PKH, (3) pengimplementasian PKH, (4) peningkatan supervisi, monitoring dan evaluasi dalam program PKH , (5) peningkatan manajemen program PKH, (6) dan sebagainya.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Dalam melaksanakan sasaran dari program PKH di atas maka perlu adanya strategi agar sasaran terwujud, antara lain (1) melaksanakan workshop/pelatihaan secara internal di sekolah, (2) melakukan kerjasama dengan komite sekolah, (3) melakukan kerjasama dengan masyarakat, (4) melakukan kerjasama dengan LPTK/ instansi lain yang relevan, (5) melakukan kerjasama dengan DU/DI. Tidak semua sekolah/lembaga penyelenggara pendidikan yang memiliki semua komponen sistem pendidikan menghasilkan output sekolah yaitu, lulusan yang bermutu sebagi sentral tujuan pendidikan, namun sangat tergantung pada tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada masing-masing komponen. Untuk ketercapaian tujuan tersebut perlu beberapa komponen pendukung dan pelaksana. Dalam hal ini manajemen kelembagaan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan perlu melakukan penataan di bidang-bidang garapan sekolah seperti kesiswaan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasana, keuangan dan kemitraan sekolah dengan masyarakat. Menurut Triatna dan Komariah (2004), saat ini telah dikembangkan kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan respon pendidikan untuk meningkatkan mutu lulusan yang kompeten dalam menata hidup dan kehidupannya dengan menerapkan kemampuan yang dimilikinya. Kompetensi di kembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup (life skills) dalam perubahan, pertentangan, ketidakpastian, dan kerumitan kehidupan. Kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya dengan memberikan dasar-dasar
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional.. Kurikulum berbasis kompetensi memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal yang dikemukan oleh UNESCO (Delor, 1997), yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together). Mempersiapkan peserta didik yang memiliki berbagai kompetensi pada hakikatnya merupakan upaya untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi, antara lain berupa keterampilan motorik/manual, kemampuan intelektual, sosial, dan emosional. Dengan memiliki kompetensi semacam itu, peserta didik diharapkan mampu untuk mengatasi segala macam akibat dari adanya perkembangan dan perubahan yang terjaddi dalam lingkungan terdekat sampai yang terjauh (lokal, nasional, regional bahkkan internasional). Saat ini untuk mewujudkan kurikulum melalui peningkatan relevansi kurikulum dengan program pendidikan life skills sebagai salah satu fokus analisis dalam
pengembangan
kurikulum.
Dalam
implementasinya
pengembangan
pendidikan life skills meliputi keterampilan hidup yang relevan dipelajari di sekolah setelah menyelesaikan satuan program belajar tertentu, bahan belajar harus dipelajari agar keterampilan hidup tersebut dikuasiai siswa yang mempelajarinya, kegiatan dan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
pengalaman belajar siswa agar benar-benar menguasai ketrampilan tersebut, sarana dan prasarana pendukung kepemilikan keterampilan yang diinginkan, dan indikator keberhasilan siswa yang mengikutinya. Pelaksanaan program pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup/PKH (life skills education) di sekolah dimaksudkan bahwa lembaga pendidikan yang ada sekarang ini di harapkan bukan hanya sebagai sebuah lembaga yang hanya mampu mencetak SDM yang intelektual dan profesional namun lebih dari itu mampu melahirkan SDM yang memiliki keahlian, keterampilann dan mandiri. Karena diharapkan mampu menjadi motor penggerak dalam pembangunan, yaitu mampu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran dan sumbangannya sangat besar dan positif dalam upaya pengembangan wilayah.
2.4.
Pemetaan Penerapan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Menurut WHO, kecakapan hidup (life skills) adalah kemampuan perilaku
positif dan adaptif yang mendukung seseorang untuk secara efektif mengatasi tuntutan dan tantangan, selama hidupnya. Dalam UU Pendidikan Nasional No. 20/2003 pasal 26 ayat 3 disebutkan bahwa Life Skills Education (LSE) digolongkan sebagai pendidikan non formal, yang memberikan keterampilan personal, sosial, intelektual/akademis dan vokasional untuk bekerja secara mandiri. Konsep kecakapan hidup (life skills) dalam kurun waktu lama telah pula menjadi perhatian para pakar pendidikan dalam pengembangan kurikulum. Dimana kecakapan hidup (life skills) merupakan salah satu fokus analisis dalam
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan kecakapan hidup dan bekerja. Pengembangan
kecakapan
hidup
mengedepankan
aspek-aspek
:
(1)
kemampuan yang relevan untuk dikuasai peserta didik, (2) materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, (3) kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik untuk mencapai kompetensi, (4) fasilitas, dan sumber belajar yang memadai, dan (5) kemampuan-kemampuan yang dapat diterapkan dalam pendidikan peserta didik. Peryataan di atas dijadikan pondasi bagi penyelenggaraan pendidikan bagi sekolah/daerah dalam mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan kondisi peserta didik, keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan daerah. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) juga diusahakan dalam pengenalan dan pengembangan lingkungan serta diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik. Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukannya program pendidikan kecakapan hidup (life skills) dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dilandasi kenyataan bahwa dalam pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan semata tetatpi juga pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai tertentu yang dapat direfleksikan dalam kehidupan peserta didik. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Untuk itu program pendidikan kecakapan hidup (life skills) di sekolah perlu memberikan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
wawasan yang pada peserta didik mengenai keterampila-keterampilan tertentu yang berkaitan dengan pengalaman peserta didik dalam keseharian pada lingkungannya. Untuk memudahkan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) diperlukan adanya model pengembangan yang bersifat umum untuk membantu guru/sekolah dalam mengembangkan muatan kecakapan hidup (life skills) dalam proses pembelajaran. Pendidikan kecakapan hidup bukan merupakan pelajaran yang berdiri sendiri melainkan terintegrasi melalui matapelajaran-matapelajaraan, sehingga pendidikan kecakapan hidup (life skills) dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran yang ada. Peraturan
perundang-undangan
yang
dijadikan
landasan
dalam
mengembangkan kurikulum kecakapan hidup (life skills) pada sekolah formal adalah sebagai berikut : 1.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Naasional, Pasal 36 ayat (1, 2, dan 3) daan pasal 38 ayat (2).
2.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
3.
Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentan Pemerintahan Aceh (UUPA) dan Pasal (17) Qanun No. 5 tahun 2008.
4.
PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 13 ayat (1, 2, 3, dan 4).
5.
Standar Isi dan Stándar Kompetensi Lulusan.
6.
Panduan Pengembangan KTSP oleh BSNP.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
2.5.
Profil Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
2.5.1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Depdiknas (2002), menegaskan pendidikan kecakapan hidup (life skills) dapat dipilih menjadi : 1.
Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenai diri sendiri, kecakapan berpikir rasional, dan percaya diri.
2.
Kecakapan sosial (social skills) seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggung jawab sosial.
3.
Kecakapan akademik (academic skills) seperti kecakapan dalam melakukan penelitian, percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah.
4.
Kecakapan vokasional (vocational skills) adalah kecakapan yang berkaitan dengan
suatu
bidang
kejuruan/keterampilan
tertentu
seperti
dibidang
perbengkelan, jahit-menjahit, peternakan, pertanian, produksi barang tertentu. Menurut Depdiknas (2002), Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup pada satuan dan program pendidikan kecakapan hidup (life skills), dilaksanakan dalam rangka turut memecahkan masalah pengangguran, kemiskinan, lebih ditekankan pada upaya pembelajaran yang bisa memberikan penghasilan (learning and earning). Dalam pendidikan kecakapan hidup (life skills) ada empat pilar pendidikan, yaitu : learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan), learning to do (belajar untuk dapat berbuat /melakukan pekerjaan), learning to be (belajar untuk dapat menjadikan dirinya menjadi orang yang berguna), dan learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama orang lain)
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Menurut Sinaga ( 2004 ), life skills dapat diartikan sebagai “kecakapan /keterampilan hidup”, yaitu kecakapan hidup yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tampa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Broling (1989) dalam Depdiknas (2002), menyebutkan bahwa “life skills” adalah interaksi berbagai pengetahuan yang sangat penting dimiliki seseorang agar dapat hidup mandiri. Life skills dikelompokan kedalam tiga kelompok yaitu : kecakapan hidup sehari-hari (daily living skills), kecakapan pribadi/sosial (personal/social skills) dan kecakapan untuk bekerja (occupational skills). Kecakapan hidup sehari-hari (daily skills) antara lain; pengelolaan kebutuhan pribadi, pengelolaan uang pribadi, pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaran keamanan , pengelolaan makanan bergizi, pengelolaan pakaian, tanggung jawab sebagai warga negara, pengelolaan waktu ruang, rekreasi dan kesadaran lingkungan. Kecakapan pribadi/sosial (personal/ social skills) meliputi : kesadaran diri (minat, bakat, sikap dan kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang rasa dan kepedulian pada sesama, hubungan antar personal, pemahaman dan pemecahan masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif, kemandirian dan kepemimpinan. Sedangkan kecakapan bekerja (occupational skills) meliputi, memilih pekerjaan, perencanaan pekerjaan, persiapan keterampilan kerja, latihan keterampilan, penguasaan kompetensi, menjalankan suatu profesi, kesadaran untuk menguasai berbagai bidang keterampilan, kemampuan menguasai dan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan serta menghasilkan barang dan jasa. Menurut Anwar (2003), bahwa belajar untuk tahu menjadi basis bagi belajar untuk dapat melakukan; belajar untuk dapat melakukan merupakan basis bagi belajar untuk mandiri; belajar untuk mandiri merupakan basis bagi belajar untuk bekerjasama. Aspek tahu, dapat melakukan, mandiri, dan kemampuan bekerjasama merupakan kesatuan dan prasyarat bagi individu untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.
2.5.2. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Secara
umum
pendidikan
kecakapan
hidup
(life
skills)
bertujuan
menfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya dimasa mendatang. Secara khusus pendidikan kecakapan hidup (life skills) bertujuan untuk : 1.
Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi.
2.
Memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karir peserta didik.
3.
Memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
4.
Memberikan
kesempatan
kepada
sekolah
untuk
mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel dan konstektual.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
5.
Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Kemungkinan terlaksananya Praktik Kerja Industri (prakerin) dalam PSG di
SMK sangat bergantung kepada ketersedian DU/DI menjadi pasangan SMK untuk bekerjasama melaksanakan program tersebut, karena ikut berperan dalam penyelenggaraan prakerin menjadi kewajiban yang di atur dalam undang-undang. Ada atau tidak adanya kesedian dunia usaha/industri untuk menjadi institusi pasangan sangat di tentukan oleh kemampuan manajemen sekolah dalam mendekati dan menyakinkan dunia usaha dan industri. Kegiatan kerjasama dengan dunia industri /dunia usaha yang telah di kembangkan, dapat menjadi modal dasar untuk lebih difokuskan kepada kerjasama pelaksanaan Praktik Kerja Industri. Naval Air Station Atlanta (2003) dalam Anwar (2003) menyatakan bahwa tujuan pendidikan Life Skills adalah : “to promote family strength and growth through education; toteach concepts and principles relevant to family living, to explore personal attitudes and values, and help members undertand and accept the attitudes and values of ether ; to develop interpersonal skills which contribute to family well-being; to reduce marrige and family conflict and the rebyenhance service member productivity ; and to encourage on-bas delyvery of family eucation program and referral as approprite to community program.”
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Dari pernyatan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan life skills adalah pertama, suatu upaya mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi. Kedua, memberikan kesempatan pada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel , sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas.
Dan ketiga, mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
2.5.3. Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Pendidikan kecakapan hidup yang diarahkan pada usaha untuk memecahkan masalah penggangguran dan kemiskinan, serta dalam pemilihan keterampilan yang akan dipelajari didasarkan pada kebutuhan masyarakat, potensi lokal dan kebutuhan pasar, diharapkan akan memberikan manfaat yang positif bagi siswa , masyarakat dan bagi pemerintah (Dirtjen PLSP, 2003). 1.
Manfaat bagi siswa :
1). Memiliki keterampilan, pengetahuan, dan sikap
sebagai bekal untuk mampu bekerja atau berusaha sendiri,
2). Memiliki
penghasilan yang mampu menghidupi dirinya dan keluarganya,
3).
Menularkan/memberikan kemampuan yang dirasakan bermanfaat kepada orang lain, dan 4). Meningkatnya kualitas kemampuan diri, keluarga dan lingkungannya.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
2.
Manfaat bagi masyarakat : 1). Menguranggi penggangguran, 2). Menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, 3). Menguranggi kesenjangan sosial.
3.
Manfaat bagi pemerintah : 1). Meningkatkan SDM di daerah, 2). Mencegah urbanisasi, 3). Menumbuhkan kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan 4). Menekan kerawanan sosial.
2.6. Terampil dan Mandiri Menurut Anita (2004) dalam Indrawati (2005), kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kepastiannya. Kemandirian merupakan salah satu tujuan penyelenggaraan program life skills. Artinya setelah tamat diharapka siswa mampu membuka lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahliannyan dan diharapkan mampu menyerap tenaga kerja. Selain mampu menghidupi dirinya sendiri juga bisa memberikan manfaat pada orang lain dalam rangka menguranggi pengganggruran.
2.7.
Sumberdaya Manusia yang Berkualitas Seorang tokoh Ekonomi
yang ternama Theodore W.Schullz (1971),
membahas peranan pendidikan dan penelitian terhadap investasi dalam Human Capital (Modal Manusia) dengan membandingkan dua pendapat ahli lainya, maka beliau berkesimpulan bahwa makin meningkatnya investasi terhadap pendidikan, oleh karena hasilnya dapat dihitung sedangkan sebagian lagi agak sukar menerangkan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
bertambahnya pendapatan sebagai hasil dari investasi itu dimana kualitas komponenkomponen seperti pengetahuan, keterampilan dan sifat-sifat lain yang sejenis itu mempunyai efek khusus terhadap kemampuan manusia dalam mengerjakan tugas yang produktif. Peningkatan kemampuan itu sekaligus ikut meningkatkan nilai Produktivitas dari upaya (kerja) manusia dan hal itu menghasilkan a positive rate of return (Kamars, 2005). Nachrowi (1999), Mengatakan bahwa, dalam pengembangan suatu wilayah salah satu pilar yang cukup penting adalah sumberdaya manusia (SDM), karena dengan kemampuan yang cukup akan mampu menggerakan seluruh sumberdaya yang ada. Berbeda dengan sumberdaya alam yang mempunyai keterbatasan, semakin lama semakin berkurang dan habis. Di samping itu, sumberdaya manusia mempunyai peran ganda dalam sebuah proses pembangunan, dapat sebagai obyek maupun subyek pembangunan. Selanjutnya dikatakan bahwa Sumberdaya Manusia adalah kemampuan totalitas daya pikir dan daya fisik yang terdapat pada orang tersebut . Kualitas Sumberdaya Manusia harus ditingkatkan supaya produktivitas kerja meningkat, sehingga hidup sejahtera (Hasibuan, 2005).
2.8.
Produktivitas Menurut laporan World Economic Forum tahun 2003-2004 daya saing
Indonesia menduduki peingkat ke 37 pada tahun 1999, turun menjadi 44 tahun 2000, menurun lagi ke urutan 49 tahun 2001, merosot ke urutan 69 di tahun 2002 dan pada
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
tahun 2003 mencapai peringkat terendah menjadi ke 72. Di sini terlihat bahwa daya saing Indonesia terus merosot terutama bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Di tingkat ASEAN Singapore pada tahun 2003 dan 2002 ada di peringkat 6, Malaysia 2003 di urutan 29 turun dari 27 tahun 2002. Thailan tahun 2003 ada di urutan 32 turun dari peringkat 30 di tahun 2002, sementara Vietnam ada di peringkat 60 tahun 2003 dan menurun dari 56 di tahun 2002. Philipine ada di peringkat 66 tahun 2003 turun dari peringkat 62 di tahun 2002. Michael Porter secara tegas menyatakan produktivitas merupakan akar penentu tingkat daya saing baik pada level individu, perusahaan, industri maupun pada level negara. Produktivitas sendiri merupakan sumber standar hidup dan sumber pendapatan individual maupun perkapita. Sedangkan daya saing sendiri pada dasarnya adalah kemampuan untuk menciptakan suatu tingkat kemakmuran. OECD mendefinisikan daya saing sebagai tingkat kemampuan suatu negara menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan tuntatan pasar internasional dan bersamaan dengan itu kemampuan menciptakan suatu kesejahteraan berkelanjutan bagi warganya. Jadi terdapat hubungan yang sejalan antara tingkat produktivitas dan tingkat daya saing. Tingkat produktivitas dapat dinaikan dengan cara memobilisasi tabungan domestik dan penarikan bantuan modal asing guna meningkatkan investasi baru berupa pengadaan barang-barang modal asing guna meningkatkan investasi baru berupa pengadaan barang-barang modal serta investasi di bidang pendidikan dan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
pelatihan untuk menambah keterampilan pengelolaan setiap orang (tenaga kerja) yang terlibat (Todarro, 1999). Produktivitas dapat didefinisikan sebagai perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Produktivitas dalam ukuran kualitas tidak dapat di ukur dengan uang. Produktivitas ini digambarkan dari ketetapan menggunakan metode dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respons positif bahkan pujian dari orang lain atas hasil kerjanya. Kajian terhadap produktivitas secara lebih konprehensif adalah keluaran yang banyak dan bermutu dari tiap-tiap fungsi dan peranan penyelenggaraan sekolah, seperti dijelaskan Thomas (1972) dalam Triana dan Komariah (2008) yang menyodorkan tiga pendekatan mengukur produktifitas,yaitu sebagai berikut: 1.
The Administrator’s Production Function memfokuskan pada tatanan lembaga dalam mekanisme kepemimpinan dan manajemen yang memberikan perhatian pada kepuasan pelanggan, terutama pada kepuasan pemimpin suatu pendidiksan dalam memberikan layanan terhadap custumer.
2.
The phychologist’s production function menitikberatkan pada perubahan prilaku peserta didik sebagai hasil belajar. Produktivitas dapat di ukur dari perubahan prilaku siswa, hasil dari proses belajar mengajar yang memenuhi kebutuhan belajar siswa berdasarkan karakteristik dan tugas belajar siswa serta mengembangkan potensi siswa secara menyeluruh.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
3.
The Ekonomist’s production function adalah mengukur produktivitas dari benefit atau keuntungan yang diperoleh siswa setelah melakukan pengorbanan waktu, tenaga, uang dan yang lainnya. Pendidikan dalam hal ini dipandang sebagai human capital atau penanaman sumber daya manusia yang menghasilkan manfaat yang luar biasa.
2.9.
Pengembangan Wilayah Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), dinyatakan bahwa untuk menjamin terselenggaranya otonomi daerah maka diperlukan suatu sistem perencanaan pembangunan nasional dan sistem pembangunan daerah yang mengacu pada penyelenggaraan pembangunan nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki geografis wilayah yang sangat heterogen dengan sosial ekonomi dan kultur budaya yang sangat beragam pula tentunya. Untuk itu dalam upaya pengembangan wilayah-wilayah yang tersebar dari Sabang sampai Meuroke, sangat perlu memperhatikan permasalahan serta karakteristik spesifik wilayah, hendaknya didasarkan pada pendayagunaan potensi serta manajemen sumber-sumber daya melalui pembangunan perkotaan, pedesaan dan prasarana untuk peningkatan sosial, ekonomi dan berwawasan lingkungan bagi wilayah tersebut.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Pengembangan suatu wilayah ditinjau dari aspek sosial yang dimaksud ialah mampu menciptakan unit-unit usaha dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam upaya peningkatan kualitas hidup serta peningkatan kesejahteraan individu, keluarga, dan seluruh masyarakat dalam wilayah itu. Di antaranya dengan cara mengurangi pengangguran dan menyediakan lapangan pekerjaan. Usaha-usaha mempertahankan dan memacu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang memadai untuk mempertahankan kesinambungan dan perbaikan kondisi-kondisi
ekonomis
yang
baik
bagi
kehidupan
dan
memungkinkan
pertumbuhan kearah yang lebih baik. Pencegahan kerusakan dan pelestarian terhadap kesetimbangan lingkungan. Aktivitas sekecil apapun dari manusia yang mengambil sesuatu dari, atau memamfaatkan potensi alam, sedikit banyak akan akan mempengaruhi kesetimbangannya, yang apabila tidak diwaspadai dan dilakukan penyesuaian terhadap dampak-dampak yang terjadi akan menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia, khususnya akibat dampak yang dapat bersifat tak terubah lagi (irreversible changes). Untuk mencegah hal-hal ini maka
di dalam melakukan
pengembangan wilayah, program-programnya harus berwawasan lingkungan dengan tujuan : mencegah kerusakan, menjaga kesetimbangan dan mempertahankan kesetimbangan alam. Ketiga asas di atas harus mendapatkan perhatian bersama dan diberikan berat yang sesuai dengan peran dan pengaruh masing-masing pada program pengembangan wilayah, agar didapat hasil maksimal serta dihindarinya dampak-dampak negatif yang
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
dapat sangat merugikan bahkan meniadakan hasil yang akan dicapai (Mulyanto, 2008). Lebih lanjut, bahwa pembangunan wilayah (regional development) pedesaan yang dilakukan harus berdasarkan pada azas demokrasi yang didalamnya terkandung kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, partisipasi, berwawasan lingkungan serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan, pemerataan dan kesatuan nasional. Dalam suatu negara yang sangat luas dan kondisi sosial ekonomi serta geografis wilayah yang sangat beragam seperti Indonesia, pengembangan wilayah (regional development) sangat penting dalam mendampingi pembangunan nasional. Tujuan pengembangan wilayah sangat
bergantung pada permasalahan serta
karakteristik spesifik wilayah yang terkait, namun pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan potensi serta manajemen sumber-sumber daya melalui pembangunan perkotaan, pedesaan dan prasarana untuk peningkatan kondisi sosial dan ekonomi wilayah tersebut. Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah dimaksudkan sebagai suatu rencana dan aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah dengan daerah lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam suatu wilayah menampung kebutuhan yang semakin tinggi. Perlu ada kerja sama antar daerah di dalam melaksanakan aktivitas pembangunan di daerah, pada dasarnya memiliki karakteristik potensi ekonomi dan sosial yang hampir sama bahkan saling menguatkan. Kerjasama
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
ini dimaksudkan agar pembangunan daerah bisa berjalan secara optimal melalui penciptaan sinergi atas penggunaan potensi ekonomi yang ada. Untuk saat ini pembangunan di daerah berlandaskan pada potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah. Pemanfaatan kedua potensi inilah yang perlu kerjasama sehingga dapat menciptakan suatu hasil atau manfaat yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja sendiri (Miraza, 2005). Apabila kita memandang suatu wilayah, minimal ada tiga komponen wilayah yang perlu diperhatikan, yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan teknologi, selanjutnya disebut tiga pilar pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan wilayah. Dikatakkan juga suatu wilayah, yang mempunyai sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi , akan cepat berkembang dibandingkan wilayah lainnya yang tidak cukup mempunyai sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang unggul.
2.10.
Penelitian Sebelumnya Guna memperkaya khasanah dari karya ilmiah ini, penulis merujuk beberapa
penelitian yang telah pernah dilakukan diantaranya adalah : Marangin Sinaga (2006), menemukan adanya Implikasi bahwa fungsi manajemen Pendidikan Sistem Ganda yang di implementasikan dengan baik akan membawa nilai yang positif untuk kelanjutan tamatan pada masa yang akan datang.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Pelaksanaan fungsi sistem ganda yang efektif dapat menjadikan siswa lebih terampil dalam melakukan kegiatan-kegiatan pada DU/DI. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan hasil kesimpulan bahwa pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) sangat tidak efektif. Hal ini diakibatkan masih kurang efektifnya manajemen pendidikan sistem ganda baik tentang kesiapan sekolah dalam pembekalan, institusi pasangan dalam hal membimbing serta kurangnya perhatian Dinas Pendidikan dalam mendukung pelaksanaan program ini. Dwi Indrawati (2005), menemukan bahwa Keberhasilan suatu program tidak terlepas dari sejauh mana fungsi-fungsi manajemen dapat di implementasikan. Rangkaian fungsi manajemen tersebut sangat berkaitan untuk mencapai suatu tujuan dan didukung oleh fasilitas, dana dan peran manajer (kepemimpinan) dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengawasi tindakan bawahan untuk mencapai tujuan progaram. Lailun Purnama (2006), menyimpulkan bahwa melalui pelaksanaan pengembangan pembelajaran program life skills mampu menguranggi angka pengangguran bagi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan yaitu berkurang sebanyak 20 orang, hal ini sesuai dengan rancangan yaitu memutuskan mata rantai kemiskinan melalui upaya pemberian bekal life skills yang bermuatan pengetahuan dan keterampilan fungsional praktis, sikap kreatif, dan kemampuan kewirausahaan yang dapat di manfaatkan untuk bekerja dan usaha mandiri. Hal ini mengandung pengertian adanya peningkatan SDM di Kecamatan Gebang.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Melalui pengembangan pembelajaran program life skills ini pembelajar telah memiliki kompetensi yaitu pengetahuan dan keterampilan kerja. Ciri-ciri pembelajar telah memiliki life skills terlihat dengan adanya aktivitas atau kegiatan dalam bentuk keterampilan yang dijadikan sebagai usaha mata pencaharian. Masriam Bukit (1997), menyimpulkan pada masa mendatang tampa kemitraan dengan industri, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan menghasilkan tamatan yang tingkat keterampilannya semakin jauh dari tuntutan lapangan kerja. Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan sebuah bentuk kemitraan sekolah dan industri melaksanakan pendidikan kejuruan. Secara teoritis PSG sangat ideal sebagai program pendidikan kejuruan, terutama dalam upaya meningkatkan relevansi serta efisiensi pendidikan. PSG merupakan sebuah bentuk pendekatan “link and match” pada pendidikan menengah kejuruan. 1.
Implementasi Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah. Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman dan mengsosialisasikan tentang konsep PSG pada guru-guru yang terlibat dengan program ini. Upaya peningkatan kemampuan guru, khususnya berkaitan dengan penguasaan standar kompetensi industri, dan pembelajaran berdasarkan kompetensi yang perlu dimiliki oleh guru untuk menerapkan inovasi di kelas. Penambahan jumlah jam praktik di sekolah guna meningkatkan mutu basis keterampilan kejuruan di sekolah.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
2.
Implementasi Pendidikan Sistem Ganda di Industri. Prinsip saling menguntungkan merupakan landasan bagi kemitraan industri dan sekolah dalam pelaksanaan PSG. Industri mendukung, sepanjang PSG menurut perhitungan dapat memberi keuntungan. Keberadaan siswa praktik di industri masih dihitung berdasarkan kebermanfaatan ditinjau dari sudut ekonomi, itupun masih dalam jangka waktu pendek. Kebanyakan DU/DI memberikan pekerjaan pada siswa praktik masih kurang sesuai dengan jenjang keterampilan kejuruan mereka, sehingga kurang dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan kejuruan yang dimiliki siswa. Selama ini Pendidikan life skills
dilaksanakan atau diselenggarakan bagi
pendidikan luar sekolah, dengan sasaran anak
putus sekolah dan warga
masyarakat yang menganggur. Tujuannya untuk memberikan bekal keterampilan dan pengetahuan untuk mandiri. Namun dewasa ini mengingat biaya pendidikan yang mahal, sehingga angka putus sekolah tinggi, jumlah penduduk yang membutuhkan pekerjaan lebih besar dari kesempatan kerja yang ada, jumlah angka lahir juga tinggi menyebabkan angka menggangur tinggi. Pemerintah mencoba memecahkan persoalan masyarakat ini dengan memasukan pendidikan life skills dalam kurikulum sebagai salah satu mata ajar pada sekolah-sekolah
mulai dari sekolah dasar sampai
sekolah menengah atas (SLTA), khususnya untuk SMK. Dengan harapan bila
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, memiliki life skills untuk bertahan hidup. Bagi lulusan SMK mampu bekerja pada peluang kerja yang membutuhkan keahlian. Disadari penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini tidak relevan dengan penenelitian yang penulis teliti, namun ada substansi dari penelitian terdahulu yang penulis ingin kutip, yang merupakan substansi sangat penting dari penyelenggaraan pendidikan life skills
bagi masyarakat awam maupun warga
masyarakat putus sekolah, karena berdasarkan pernyataan diatas bahwa LSE di formulasikan untuk pendidikan non formal. Namun yang ingin ditampilkan disini adalah Substansi dari life skills education (LSE). Dari hasil penelitian ditemukan : 1.
Pelaksanaan fungsi sistem ganda yang efektif dapat menjadikan siswa lebih terampil dalam melakukan kegiatan-kegiatan pada DU/DI.
2.
Melalui pelaksanaan pengembangan pembelajaran program life skills mampu menguranggi angka pengangguran bagi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan. Hal ini sesuai dengan rancangan yaitu memutuskan mata rantai kemiskinan melalui upaya pemberian bekal life skills yang bermuatan pengetahuan dan keterampilan fungsional praktis, sikap kreatif, dan kemampuan kewirausahaan yang dapat di manfaatkan untuk bekerja dan usaha mandiri. Hal ini mengandung pengertian adanya peningkatan SDM.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
3.
Melalui pengembangan pembelajaran program life skills ini pembelajar telah memiliki kompetensi yaitu pengetahuan dan keterampilan kerja. Ciri-ciri pembelajar telah memiliki life skills terlihat dengan adanya aktivitas atau kegiatan dalam bentuk keterampilan yang dijadikan sebagai usaha mata pencaharian. 2.11.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menganalisis kualitas pendidikan life skills lulusan SMK yang bekerja sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian melalui praktik kerja industri (prakerin) program Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Prakerin yang di laksanakan di DU/DI bertujuan untuk meningkatkan life skills teknis dan non teknis lulusan sehingga mampu mandiri dan memiliki keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja dan usaha mandiri. Hal ini mengandung pengertian adanya peningkatan SDM. Implementasinya di harapkan sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian mampu meningkatkan produktivitas pertanian dalam upaya pengembangan wilayah di Kabupaten Aceh Selatan.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Selanjutnya kerangka pemikiran dituangkan dalam bagan berikut:
Lulusan SMK Tenaga Penyuluh Lapangan Harian.
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Bid.Keahlian Budidaya Tanaman Bid. Keahlian Peternakan Bid. Keahlian Teknik Las
Praktik Kerja Industri Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI)
Life Skills 1.Teknis 2. Non Teknis
Terampil dan Mandiri Sumberdaya Manusia Berkualitas
Produktivitas
Pengembangan Wilayah
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
2.12. Hipotesis penelitian Sesuai masalah, dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Ada perbedaan life skills bidang keahlian lulusan SMK sebelum dan sesudah melaksanakan Praktik Kerja Industri.
2.
Ada kontribusi peningkatan life skills lulus SMK program praktik kerja industri terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Selatan.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Selatan. Pemilihan lokasi
penelitian ditentukan secara purposive. Dari 16 (enambelas) Kecamatan, ditentukan 7 (enam) Kecamatan memiliki petugas penyuluh lapangan harian pertanian paling banyak lulusan SMK Negeri I Pasie Raja. Juga sangat mudah untuk dijangkau oleh peneliti guna kesempurnaan dalam penelitian ini. Kecamatan yang ditentukan dalam penelitian adalah Kecamatan Kluet Selatan, Kecamatan Kluet Timur, Kecamatan Kluet Utara, Kecamatan Pasie Raja, Kecamatan Bakongan, Kecamatan Samadua dan Kecamatan Sawang. Mengingat lulusan SMK yang bekerja sebagai tenaga penyuluh pertanian yang akan dijadikan sebagai sampel tersebar di setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Selatan. Dimana para lulusan tersebut telah melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) sebagai kegiatan wajib yang merupakan wujud dari pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dalam upaya menciptakan lulusan yang memiliki life skills yang singkron dengan dunia industri dan mencipta lulusan yang memiliki keahlian, terampil, mandiri dan mampu bersaing di dunia kerja.
3.2.
Populasi dan Sampel
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
3.2.1. Populasi Menurut Sugiyono (1998), populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi penelitian ini adalah lulusan yang telah melaksanakan praktik kerja industri (prakerin) dalam program Pendidikan Sistem Ganda yang telah berhasil bekerja terutama sebagai tenaga penyuluh lapangan harian di sektor pertanian dan perkebunan yang merupakan sektor andalan masyarakat dan juga merupakan potensi lokal Kabupaten Aceh Selatan sebagai daerah agraris. Populasi dalam penelitian ini adalah lulusan SMK Negeri I Pasie Raja, berjumlah 130 orang yang tersebar di 16 (enambelas) kantor BPP Kecamatan. Saat ini bidang keahlian yang ada di SMK I Pasie Raja terdiri dari bidang keahlian budidaya tanaman (BDT), peternakan, dan teknik las. Sementara bidang keahlian yang diperlukan sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian hanya bidang keahlian budidaya tanaman (BDT) dan bidang keahlian budidaya ternak. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Tabel 3.1. Populasi dan Sebaran Tenaga Penyuluh Lapangan Harian pada 16 (enam belas) Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan
No
Tempat Tugas
Kecamatan Desa 1 Trumon 16 2 Trumon Timur 14 3 Bakongan 14 4 Bakongan Timur 8 5 Kluet Selatan 17 6 Kluet Timur 7 7 Kluet Utara 19 8 Kluet Tengah 13 9 Pasie Raja 20 10 Tapaktuan 15 11 Samadua 27 12 Sawang 15 13 Meukek 22 14 Labuhan Haji 16 15 LH. Timur 11 16 LH. Barat 13 Jumlah 247 Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2009
Kualifikasi Pendidikan Tenaga Penyuluh Lapangan Harian SMK Sarjana SMK lain 4 2 2 5 1 2 6 1 2 2 1 2 10 3 2 7 2 1 8 1 2 7 2 2 12 2 2 1 1 5 2 1 2 1 2 3 1 2 2 1 2 3 3 1 2 2 79 24 27
Jumlah 8 8 9 5 15 10 11 11 16 2 8 5 6 5 7 4 130
3.2.2. Sampel Tujuan penggunaan sampel adalah agar peneliti dapat memperoleh data yang dapat mencerminkan keadaan populasi dengan biaya lebih murah dan waktu penelitian lebih cepat. Penetapan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe dalam Sugiyono (2003), yang mengatakan : pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Kedua, bila sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30. Dalam penelitian ini, sampel ditetapkan secara purposive terhadap lulusan yang telah melaksanakan Praktik kerja Industri, sekarang ini bekerja sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian pada sektor pertanian dan perkebunan di Kabupaten Aceh Selatan. Data populasi di atas ditetapkan sampel sebanyak 7 (tujuh) kantor BPP Kecamatan dengan jumlah populasi sebanyak 74 (tujuhpuluh empat) orang. Dengan ketentuan bahwa dari 74 orang, ditentukan sebanyak 50 (limapuluh) orang. Tujuh (7) Kecamatan yang dijadikan sampel merupakan Kecamatan yang memiliki tenaga penyuluh lapangan harian pertanian paling banyak berasal dari lulusan SMK Negeri I Pasie Raja. Sebaran dan Jumlah sampel seperti yang tertera pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Sebaran Populasi dan Jumlah Sampel pada 7 (tujuh) Kecamatan Tempat Tugas
Data Responden Jumlah Tenaga Penyuluh No Kecamatan Lapangan Harian Lulusan SMK 1 Bakongan 9 6 2 Kluet selatan 15 10 3 Kluet Timur 10 7 4 Kluet Utara 11 8 5 Pasie Raja 16 12 6 Samadua 8 5 7 Sawang 5 2 Jumlah 74 50 Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2009
3.3.
Persen 12,00 20,00 14,00 16,00 24,00 10,00 4,00 100,00
Jenis dan Sumber Data
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh penelitian dan observasi langsung ke lapangan dengan menggunakan teknik wawancara. Pengamatan dilakukan untuk menyesuaikan data sekunder dan memperkirakan kondisi di lapangan sesuai dengan tahun penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi atau instansi terkait yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu: Sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini, Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan, BKPPP Kabupaten dan BPP Kecamatan, Dinas Pertanian, penelitian sebelumnya dan literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.
3.4.
Teknik Analisis Data Kajian ini mengungkap tentang peningkatan life skills lulusan SMK Negeri I
Pasie Raja. Peta yang ingin dikemukakan adalah keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan Praktik Kerja Industri yang penilaiannya diberikan oleh pihak DU/DI dimana siswa melaksanakan praktek. Nilai ini akan dikelompokkan kedalam 4 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup dan kurang. Untuk lebih jelasnya mengenai kategori penilaian dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Kategori Nilai Praktik Kerja Industri No 1 2 3
Kategori Sangat Baik Baik Cukup
Nilai Angka 90-100 75-89 56-74
Nilai Huruf A B C
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
4 Kurang Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
0-55
D
Selanjutnya tentang aspek-aspek penilaian praktik kerja industri dijabarkan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Indikator Penilaian Life Skills Lulusan Sebelum dan Sesudah Melaksanakan Praktik Kerja Industri Keadaan Sebelum
Keadaan Sesudah Nilai
NO
1 A 1 2 3 4 5 6 B 1
Indikator
2 ASPEK NON TEKNIS Disiplin Kerja Sama dan Motivasi
Kemandirian Inisiatif dan Kreatif Perilaku Tanggung jawab ASPEK TEKNIS Budidaya Tanaman 1. Pembibitan 2. Perawatan Tanaman 3. Pembasmi Hama Lanjutan Tabel 3.4 Penyakit 4. Produksi/Penderesan 5. Stimulan Produksi 6. Pengolahan 2 Budidaya Ternak 1. Budidaya Broiler 2. Budidaya Sapi 3. Kesehatan Ternak
Nilai Pra NO PSG 3
4 A 1 2 3 4 5 6 B 1
2
Indikator
5 ASPEK NON TEKNIS Disiplin Kerja Sama dan Motivasi Kemandirian Inisiatif dan Kreatif Perilaku Tanggung jawab ASPEK TEKNIS Budidaya Tanaman 1. Pembibitan 2. Perawatan Tanaman 3. Pembasmi Hama Penyakit 4.Produksi/Penderesan 5. Stimulan Produksi 6. Pengolahan Budidaya Ternak 1. Budidaya Broiler 2. Budidaya Sapi 3. Kesehatan Ternak
PSG
6
Nilai Kompetensi 7
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
4. Inseminasi Buatan 5. Penetasan 6. Hijauan Pakan Ternak 7. Sosial Ekonomi Sumber Data : Dunia Usaha/Dunia Industri
4. Inseminasi Buatan 5. Penetasan 6. Hijauan Pakan Ternak 7. Sosial Ekonomi
Kemudian untuk menjawab permasalahan kedua dilakukan analisis dengan uji beda parametrik uji-t (t-test) yaitu melihat bagaimana pengaruh pelaksanaan Praktik Kerja Industri dalam Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) berpengaruh terhadap Peningkatan Life Skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan dilakukan dengan uji beda( Uji-t). Menurut Walpole (1992), bila sampel yang diambil dari populasi normal, atau bila n1 dan n2 keduanya lebih besar daripada 30 (n1 dan n2 > 30), maka diperoleh selang kepercayaan bagi μ 1 − μ 2 dengan mendasarkan pada sebaran penarikan contoh bagi
X1
− X2.
1
− μ
Rumus : t =
D −
(μ S
d
2
)
n
Dimana : D
=. Jumlah perbedaan rata-rata setiap pasang ( μ 1 − μ 2 = D)
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Dimana μ 1 adalah peningkatan life skills sesudah melaksanakan praktik kerja industri dan μ 2 adalah life skills sebelum melaksanakan pratik kerja industri. N = Jumlah observasi. H0 = Tidak terdapat perbedaan life skills lulusan SMK sebelum dan sesudah melaksanakan pratik kerja industri. H1 = Terdapat perbedaan life skills lulusan SMK sebelum dan sesudah melaksanakan praktik kerja industri.
Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel ( dasar pengambilan keputusan sama dengan dengan uji t). Jika t hitung (angka t output) > Statistik tabel (tabel t), maka H0 ditolak. Jika t hitung (angka t output) < Statistik tabel (tabel t), maka H0 diterima. Sedangkan t tabel dapat dihitung pada tabel t: Tingkat signifikansi (α) adalah 5%. Untuk menjawab permasalahan kedua dianalisis secara deskriptif yaitu mendiskriptifkan kontribusi peningkatan Life Skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Pengelolaan data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan program komputer SPSS Versi 15. Untuk Uji H1 diterima jika nilai signifikansi < 0,05.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Untuk Uji Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05.
3.5.
Defenisi Operasional Pada penelitian kualitatif menghendaki adanya batasan berdasarkan masalah
di dalam penelitian untuk mempertajam fokus penelitian. Dari berbagai bentuk model yang akan diteliti maka defenisi operasioanal yang akan digunakan dapat diterangkan sebagai berikut : 1.
Lulusan SMK adalah semua warga belajar yang telah mengikuti praktik kerja Industri pada saat mengikuti proses belajar mengajar pada SMK Negeri I pasie Raja yang sekarang bekerja sebagai tenaga penyuluh harian pertanian dan Perkebunan di Kabupaten Aceh Selatan (jiwa).
2.
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu
bentuk penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sitematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian tertentu.
3.
Praktik Kerja Industri (Prakerin) adalah merupakan kegiatan berbasis keterampilan yang dilaksanakan oleh seluruh lulusan sebagai realisasi dari PSG dalam menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian ( life skills ), terampil dan mandiri.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
4.
Dunia Usaha /Dunia Industri (DU/DI) adalah lembaga pasangan yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan praktikkerja industri pada pelaksanaan pendidikan sistim ganda (unit).
5.
Life Skills (kecakapan hidup) adalah keterampilan /kemampuan teknis dan non teknis lulusan (nilai sertifikat).
6.
Lulusan yang Terampil dan Mandiri adalah siswa (output) yang memiliki kemampuan yang telah diakui oleh dunia usaha/dunia industri dalam bentuk sertifikat (nilai).
7.
Produktivitas adalah Peningkatan produksi pertanian yang diharapkan dengan adanya tenaga penyuluh lapangan harian (Jumlah/Ton).
8.
Sumber Daya Manusia Berkualitas adalah kemampuan totalitass daya pikir dan daya fisik yang terdapat pada setiap tenaga penyuluh dalam melakukan tugasnya sebagai tenaga penyuluh lapangan harian (individu).
9.
Pengembangan wilayah adanya sinergisitas antara potensi sumberdaya alam (pertanian) dan sumberdaya manusia (tenaga penyuluh) dalam mengelola lahan pertanian di wilayah Kabupaten Aceh Selatan dalam upaya memperbaiki tingkat kesejahteraan kehidupan masyarakat (Ha/Ton/Rupiah).
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Aceh Selatan dengan Ibukota Tapaktuan memilki luas 4.005,10
Km2 atau setara dengan 6,69 persen dari total wilayah Propinsi Aceh (57.365 Km2). Sebagian besar daerah ini merupakan daratan dengan ketinggian diatas 500 meter diatas permukaan laut (dpl), berupa hutan berbukit-bukit dengan tingkat kemiringan curam sampai terjal. Secara geografis terletak pada Garis 2o – 4o LU dan 96o – 90o BT, dimana Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara, Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya serta Sebelah Timur berbatasan dengan Aceh Singkil. Secara administraasi Kecamatan Trumon Timur memiliki luas wilayah terbesar, yaitu mencapai 684.878,70 Km2 (17,10 persen) dari total wilayah Aceh Selatan, disusul Kecamatan Trumon dengan luas wilayah 513.708,00 Km2 (12,83 persen). Sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Labuhan Haji dengan luas 43.744,70 Km2 (2,00 persen).
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Luas wilayah Kabupaten Aceh Selatan dirinci menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Aceh Selatan Dirinci Menurut Kecamatan,Tahun 2007 No
Kecamatan
(1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Luas (Km2)
(2) (3) Trumon 513.708,00 Trumon Timur 684.878,70 Bakongan 274.654,50 Bakongan Timur 128.092,40 Kluet Selatan 152.105,10 Kluet Timur 263.271,00 Kluet Utara 146.562,00 Kluet Tengah 284.722,70 Pasie Raja 567.285,80 Tapaktuan 92.680,10 Samadua 96.704,70 Sawang 182.668,60 Meukek 408.392,50 Labuhan Haji 43.744,70 LH. Timur 85.382,80 LH. Barat 80.246,80 Tahun 2007 4.005.100 2006 4.005.100 Sumber : BPS Kabupaten Aceh Selatan, 2007
Banyaknya Desa (4) 16 14 14 8 17 7 19 13 20 15 27 15 22 16 11 13 247 247
% Luas Kecamatan Luas Kabupaten (5) 12,83 17,10 6,86 3,20 3,80 6,57 3,66 7,11 14,16 2,31 2,41 4,56 10,20 1,09 2,13 2,00 100 100
Data BPS Kabupaten Aceh Selatan menunjukan hingga akhir 2007, jumlah penduduk 205,970 jiwa yang tersebar di 16 Kecamatan dan 248 desa/keluarahan dengan jumlah penduduk per rumah tangga sebesar 48,096 dan rata-rata penduduk 52 jiwa/Km2.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Berikut jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan rata-rata per rumah tangga menurut Kecamatan, dapat dilihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2. Jumlah Rata-Rata Penduduk, Per Km2, dan Rumah Tangga dalam Kabupaten Aceh selatan
No Kecamatan (1) 1 2 3 4
Kelur ahan (3) 16 14 14 8
Rata-rata Penduduk Jumlah Per KK Jiwa/Km2 (4) (5) 1,324 10 2,478 15 9,960 45 1,208 39
(2) Trumon Trumon Timur Bakongan Bakongan Timur 5 Kluet Selatan 17 2,784 6 Kluet Timur 7 2,101 7 Kluet Utara 19 5,705 8 Kluet Tengah 13 1,701 9 Pasie Raja 20 3,533 10 Tapaktuan 15 5,549 11 Samadua 27 3,023 12 Sawang 15 2,780 13 Meukek 22 4,184 14 Labuhan Haji 16 2,628 15 LB.Timur 11 2,426 16 LB. Barat 13 3,892 2007 248 48,096 Tahun 2006 247 43,387 2005 247 41,331 2004 247 43,365 Sumber : BPS Kabupaten Aceh Selatan, 2007.
81 37 163 23 26 241 162 73 45 288 115 202 52 53 50 50
Per KK (6) 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5
Jumlah Penduduk (7) 5,354 9,949 9,960 5,057 12,347 9,693 23,845 6,435 14,753 22,364 15,626 13,421 18,579 12,592 9,823 16,172 205,970 204,449 188,909 193,545
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Terlihat bahwa penduduk terpadat terdapat di Kecamatan Kluet Utara yaitu 23,845 jiwa
dengan rata-rata penduduk per jiwa/km 163, sementara itu jumlah
penduduk yang terjarang terdapat di Kecamatan Bakongan Timur yaitu 5,057 jiwa dengan rata-rata penduduk per jiwa/km 39 jiwa/Km2. Sebagai daerah agraris, Kabupaten Aceh Selatan memiliki potensi pertanian yang cukup memadai. Sektor pertanian yang mencakup kehutanan, peternakan, perkebunan, tanaman pangan dan holtikultura, serta perikanan menjadi sumber nafkah utama dan tumpuan hidup bagi sebahagian besar masyarakat. Sehingga sektor pertanian menjadi leading sektor dalam struktur kontribusinya
perekonomian
daerah dengan
mencapai 47,25 persen dalam Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Aceh Selatan. Dari hasil wawancara dengan beberapa kepala BPP Kecamatan Kabupaten Aceh Selatan diketahui bahwa secara umum permasalahan dan kendala yang dihadapi petani saat ini lebih bersifat internal. Permasalahan dan kendala tersebut antara lain rendahnya produktivitas seiring dengan perubahan agroklimat, menyempitnya lahan produktif, permodalan dan sulitnya mendapatkan informasi. Oleh karena itu perlu kerja keras Pemerintah dan tenaga-tenaga teknis pembangunan pertanian dan peran serta masyaraka dalam mendukung upaya meningkatkan hasil-hasil pertanian. Salah satu upaya yang patut mendapat perhatian semua pihak dalam ikut mendukung program Pemerintah bidang Ketahanan Pangan Nasional yaitu program Revitalisasi Pertanian.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang merupakan salah satu Triple Track Strategi Pembangunan Nasional, bertujuan mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan usaha yang baru, meningkatkan daya saing, melestarikan lingkungan, serta membangun daerah, khususnya daerah pedesaan. Sejalan dengan revitalisasi pertanian, Departemen Pertanian telah mengambil kebijakan tentang Revitalisasi Penyuluhan Pertanian, sebagai motor penggerak pembangunan pertanian. Diharapkan melalui kegiatan penyuluhan pertanian, petani dan keluarganya dapat dikembangkan kemampuannya, keswadayaannya dan kemandirian agar mampu mengelola usaha taninya dan mempunyai daya saing yang tinngi. Program revitalisasi pertanian tersebut meliputi : 1.
Pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian yang mandiri, baik di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun di Kecamatan
2.
Pengembangan ketenagaan penyuluhan pertanian, baik penyuluh terampil maupun penyuluh ahli.
3.
Pengembangan sistim penyuluhan pertanian.
4.
Pendanaan program penyuluhan pertanian di semua tingkatan.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STTP) sebagai lembaga pendidikan tinggi kedinasan di Departemen Pertanian, turut berperan dalam pembangunan pertanian, khususnya dalam mendukung upaya revitalisasi penyuluhan pertanian. Melalui STTP, dapat dihasilkan SDM Penyuluh Pertanian Ahli yang profesional,
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
inovatif, kredibel dan berwawasan global dalam membangun sistem penyuluhan pertanian. STTP sebagai salah satu center of excellence diharapkan mampu menjadi pelopor dalam mendukung program revitalisasi penyuluhan pertanian. Indonesia hanya memilki 7 (tujuh) unit STTP yang tersebar diseluruh Indonesia di bawah pengelolaan Departemen Pertanian. Sementara itu, dalam rangka mendukung keberhasilan program revitalisasi penyuluhan pertanian Menteri pertanian R.I telah mengambil kebijakan “Satu Desa, Satu Penyuluh”. Keputusan Menteri Pertanian R.I, jelas membuka peluang yang sangat besar bagi lulusan-lusan SMK Pertanian yang ada di seluruh Indonesia untuk ikut terlibat. Karena menurut data BPS, saat ini terdapat sekitar 70.000 desa yang tersebar di Indonesia. Artinya, dibutuhkan 70.000 orang tenaga penyuluh lapangan harian pertanian. Sementara sampai dengan tahun 2006 hanya sekitar 26.000 orang aparat penyuluh pertanian yang statusnya PNS. Untuk itu kebutuhan akan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian masih besar, yaitu sekitar 45.000 orang . Fakta di atas telah membuka peluang bagi lulusan SMK pertanian yang ada di Indonesia untuk ikut terjun dalam memenuhi kebutuhan Tenaga penyuluh lapangan harian pertanian. Karena jika dilihat STTP yang ada hanya sekitar 7 (tujuh) unit di seluruh Indonesia, otomatis belum mampu untuk memenuhi kebutuhan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian yang sama dengan jumlah desa yang ada di Indonesia yaitu sekitar 70.000 desa/orang.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Provinsi NAD saat ini hanya memiliki satu (1) unit STTP yakni STTP yang terletak di Saree Kabupaten Aceh Besar, belum mampu memenuhi kebutuhan akan Tenaga penyuluh lapangan harian pertanian. Walaupun
kebutuhan akan tenaga
penyuluh lapangan harian pertanian juga di serap dari lulusan Perguruan Tinggi (sarjana pertanian) namun belum juga mampu memenuhi kuorta. Alasan lain adalah sebaiknya pengangkatan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian sebaiknya berasal dari daerah sendiri (putra daerah), hal ini sangat terkait dengan kinerja dan produktivitas tenaga penyuluh lapangan harian pertanian. Selain itu sebagai putra daerah, di harapkan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian lebih menguasai lokasi, profil masyarakat, adad dan kebiasaan, serta karakteristik dari masyarakat desanya . Sehingga lebih mudah untuk beradaptasi dan memasukan program-program kerja yang menyangkut dengan kegiatan revitalisai pertanian dalam upaya meningkatkan produksi pertanian. Kabupaten Aceh Selatan saat ini hanya memiliki 1 (satu) unit SMK Pertanian yaitu SMK Negeri I Pasie Raja. Kabupaten Aceh Selatan yang terdiri dari enam belas (16) Kecamatan dan 247 (dua ratus empat puluh tujuh) desa, untuk memenuhi kebutuhan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian selain tenaga penyuluh lapangan harian pertanian Ahli (PNS), mulai tahun 2007 BKPPP Kabupaten Aceh Selatan membuka kesempatan bagi lulusan SMK Pertanian dan Sarjana Pertanian melaui ujian seleksi yang di selenggarakan oleh BKPPP Kabupaten di bawah Departemen Pertanian R.I.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
4.2.
Profil Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian (Lulusan SMK) SMK Negeri I Pasie Raja sebagai satu-satunya SMK berbasis pertanian yang
ada di Kabupaten Aceh Selatan yang berdiri pada tahun 1994, telah menghasilkan lulusan sebanyak 13 (tiga belas) Angkatan. Sebagai lululusan SMK yang memiliki keahlian bidang keahlian pertanian diharapkan mampu memenuhi kebutuhan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian di Kabupaten Aceh Selatan yang memilki potensi SDA yang masih sangat potensial bidang pertanian. Hasil seleksi penerimaan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian yang telah menghasilkan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian di Kabupaten Aceh Selatan selama periode 2007 sampai April 2008, telah menyerap sekitar 130 (seratus tiga piluh) orang tenaga penyuluh lapangan harian pertanian, dengan rincian sebanyak 106 (seratus enam) orang berasal dari SMK Pertanian dengan komposisi 79 (tujuhpuluh sembilan) orang lulusan SMK Negeri I Pasie Raja dan 27 (duapuluh tujuh) orang lulusan SMK lain, selebihnya 24 (duapuluh empat) orang dari Sarjana Pertanian Komposisi tenaga penyuluh lapangan harian pertanian yang berasal dari lulusan SMK Negeri I Pasie Raja terlihat lebih besar yaitu sekitar 60,8 persen, diikuti SMK Pertanian lain sebesar 20,8 persen dan yang kecil adalah tenaga penyuluh lapangan harian pertanian yang berasal dari latar belakang pendidikan Sarjana yakni sebesar 18,4 persen. Tenaga penyuluh lapangan harian pertanian dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, tentunya merupakan satu tim yang sangat solid dan harus bisa bekerjasama dalam melakukan kerja sebagi motivator bagi masyarakat
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
petani yang tersebar di 16 (enam belas) Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Selatan. Penempatan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian sebagai pendamping dan motivator bagi masyarakat petani, berdasarkan luas dan banyak desa/mukim yang ada di tiap Kecamatan. Namun ada juga desa/mukim yang memiliki luas desa dan jumlah mukim yang besar namun memiliki
luas area pertanian kecil, maka
mendapatkan jumlah tenaga penyuluh lapangan harian pertanian sedikit. Distribusi Lulusan SMK Negeri I Pasie Raja yang bekerja sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian menurut tahun lulus dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian (Lulusan SMK) Berdasarkan Tahun Lulus No 1 2 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12
Tahun Lulus Jumlah (Orang) 1996 6 1997 14 1998 3 1999 9 2000 2 2001 1 2002 1 2003 3 2004 7 2005 2 2006 1 2007 1 Jumlah 50 Sumber : Diolah dari data Primer, 2008
Persen 12,00 28,00 6,00 18,00 4,00 2,00 2,00 6,00 14,00 4,00 2,00 2,00 100,00
Berdasarkan Tabel 4.3, tenaga penyuluh lapangan harian pertanian
yang
paling banyak lulusan dari angkatan 1997 yaitu sebanyak 14 orang, yang paling sedikit lulusan angkatan 2001, 2002, 2006 dan angkatan 2007. Melihat komposisi
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
penyebaran tenaga penyuluh lapangan harian pertanian menurut tahun lulus terlihat sudah mewakili setiap angkatan, tentunya menyumbangkan keahlian keilmuan yang sangat kompetitif sekali. Sehingga di harapkan memberikan sumbangan yang sangat positif bagi kinerja tenaga penyuluh lapangan harian pertanian dalam melaksanakan kegiatan lapangan dalam upaya peningkatan hasil pertanian di Kabupaten Aceh Selatan. Kecamatan yang paling banyak mendapat jatah tenaga penyuluh lapangan harian pertanian adalah Kecamatan Pasie Raja
sebanyak 16 (enam belas) orang,
yang bersal dari lulusan SMK Negeri I Pasie Raja sebanyak 12 (dua belas) orang,di susul Kecamatan Kluet Selatan sebanyak 14 (empat belas) orang, 11 (sebelas) orang lulusan SMK Negeri I Pasie Raja dan Kecamatan Kluet Utara sebanyak 14 (empat belas) orang, 10 (sepuluh) orang lulusan SMK Negeri I Pasie Raja. Paling sedikit penempatan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian di Kecamatan Labuhan Haji Barat sebanyak 2 (dua) orang, disusul Kecamatan Tapaktuan sebanyak 3 (tiga) orang. Penyebaran tenaga penyuluh lapangan harian pertanian sangat tergantung pada kondisi dan potensi daerah, artinya luas area pertanian yang ada di daerah tesebut. Misalnya Kecamatan Tapaktuan hanya mendapat jatah 3 (tiga) orang tenaga penyuluh lapangan harian pertanian, hal ini karena kota tapaktuan yang merupakan Ibukota Kabupaten Aceh Selatan luas lahan pertanian yang sangat kecil, hampir tidak ada lahan sawah, kacang tanah dan jenis tanaman pangan lainnya kecuali tanaman pala. Karena karakteristik daerah tapaktuan terdiri dari daerah berbukit sampai terjal yang hanya cocok untuk tanaman pala, yang merupakan potensi lokal daerah ini.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Disusul Labuhan Haji Barat hanya mendapat jatah 3 (tiga) orang tenaga penyuluh lapangan harian pertanian, hal ini karena secara administrasi Kecamatan ini memilki luas daerah yang kecil. Menurut hasil wawancara dengan Kepala BKPPP Kabupaten Aceh Selatan yang bertanggungjawab terhadap Program Revitalisasi tenaga penyuluh lapangan harian pertanian, jika program “Satu Desa, Satu Penyuluh”, dengan 16 (enam belas) Kecamatan serta 247 (dua ratus empat puluh tujuh) Kelurahan/Desa jelas ini belum memadai. Untuk itu, telah diadakan seleksi penerimaan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian gelombang III, namun pada saat penelitian ini berlangsung hasil seleksi belum bisa di publikasikan.
4.3.
Profil Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di Kabupaten Aceh Selatan Penyelenggaraan
pendidikan
bertujuan
untuk
meningkatkan
kualitas
kehidupan pesertanya. Pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan formal namun bisa juga dalam bentuk pendidikan non formal. Pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah (PLS) di selenggarakan bagi warga putus sekolah atau masyarakat kurang mampu dari sisi material.
Karena rendahnya pendidikan
seseorang sangat berdampak pada kualitas hidup seseorang. Sebaliknya tingkat pendidikan seseorang menjamin masa depan dan status sosial yang lebih baik diantara kalangan masyarakat itu sendiri.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Menyadari akan hal itu Pemerintah khususnya Dinas Pendidikan berupaya melaksanakan pendidikan luar sekolah (PLS) bagi masyarakat atau warga kurang mampu melalui penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (life skills). Dengan sasaran masyarakat putus sekolah atau kurang mampu. Dengan tujuan membekali masyarakat dengan suatu keahlian yang akan membantu masyarakat dalam meangatasi persoalan hidup yang di hadapinya. Terutama sekali dalam bidang ekonomi. Karena persoalan ekonomi merupakan persoalan yang krusial dan memerlukan penanganan yang serius dari semua pihak. Jika tidak ingin masalah kemiskinan menjadi persoalan yang semakin mengancam dan menjadi pangkal awal dari persoalan-persoalan sosial lainnya yang akan mengganggu keahidupan masyarakat itu sendiri. Alasan diatas juga menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dalam menyelenggarakan pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi masyarakat putus sekolah dan masyarakat kurang mampu. Program ini di selenggarakan oleh Dinas Pendidikan di bawah bidang pendidikan non formal bidang pendidikan luar sekolah (PLS) Kabupaten Aceh Selatan. Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (life skills) yang pernah di selenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan adalah bidang keterampilan pavling block, elektronok, jahit menjahit, pertukangan, otomotif, komputer, perikanan, dan tata boga.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Tujuan yang ingin di capai dari penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (life skills education) adalah untuk memberikan kecakapan (life skills) bagi masyarakat yang membutuhkan guna meningkatkan kualitas hidunya. Di harapkan setelah selesai mengikuti program ini dapat memberikan manfaat bagi peserta, masyarakat dan pemerintah daerah. Berikut dapat di lihat bagan organisasi pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) yang pernah di selenggarakan oleh Dinas Pendidikan, bidan Pendidikan Luar Sekolah Kabupaten Aceh Selatan : Tingkat
Dirjen Pendidikan Luar Sekolah
Tingkat I
Sub Bid PLS Propinsi
Tingkat II
Subdin PLS Kabupaten Kota
Ketua Pelaksana Program Pelatihan Kecakapan Hidup (life skills)
Bendahara
Sekretaris
1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 2 : Bagan Organisasi Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Kabupaten Aceh Selatan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Keterangan: 1.
Kelompok Paving Blok
5.
Kelompok Komputer
2.
Kelompok Menjahit
6.
Kelompok Elektronik
3.
Kelompok Pertukangan
7.
Kelompok Perikanan
4.
Kelompok Otomotif
8.
Kelompok Tata Boga
Manfaat yang di rasakan antara lain : 1.
Memiliki pengetahuan bidang keahlian, keterampilan tertentu, sikap/minat dan semangat kerja yang tinggi.
2.
Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi keterampilan.
3.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia di pedesaan.
4.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi
5.
Pengurangan arus urbanisasi dan kerawanan sosial. Pada akhirnya terbentuknya kelompok-kelompok usaha baik pribadi maupun
secara bersama-sama. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa unit usaha seperti yang tertera pada Tabel 4.4.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Tabel 4.4. Pelatihan Kecakapan hidup (life skills) yang di Selenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2005 No
Bidang Lokasi Keterampilan
1.
Pavling Block
2.
3.
Menjahit
Pertukangan
Jml Kelompok
Samadua
Kluet Utara
Tapaktuan
1
1
2
Peserta
30
20
50
Lanjutan Tabel 4.4
4.
Otomotif
Tapaktuan
1
20
5.
Komputer
Tapaktuan
1
30
6.
Elektronik
Tapaktuan
1
5
7.
Perikanan
Meukek
1
5
8.
Tata Boga
Kluet Utara
1
10
Instruktur
Mitra Kerja
Zulkifli Musni TLD
CV. Batu Alam Kecamatan Samadua
Yusnawati Nadiar M.Nur TLD Indra Saputra Ilyas Irfan Drs. Abdurani
Suryadi, M Saimadi TLD Nonong Fahmizar Asmara Parid Harisman
PKK Kluet Utara
Jaya Perabot Tapaktuan
Memory Service Riza Komputer
RTM Elektro Kopersai Sumardi,S. Pelayaran P Meukek Cut Rawani PKK Kluet Dra. Asni Utara Wardah
Sumber : Dinas Pendidikan, PLS, 2005.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Tabel 4.4, memperlihatkan sebanyak 170 (seratus tujuh puluh) orang masyarakat dari berbagai daerah telah di berikan pendidikan kecakapan hidup (life skills), dengan delapan jenis bidang keahlian. Dimana kedelapan bidang keahlian ini merupakan keahlian vakasional, artinya setelah pelatihan di harapkan masyarakat mampu menjadikan keahlian yang di dapat sebagai suatu keahlian yang mampu meningkatkan perkonomian serta meningkatkan kualitas hidup diri dan keluarnya. Sementara itu penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (life skills) untuk pendidikan formal di kabupaten Aceh Selatan di selenggarakan hanya pada sekolahsekolah menengah kejuruan (SMK) saja. Saat ini terdapat lima SMK Negeri yang yang menyelenggarakan pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai bahagian dari kurikulum SMK. Keempat SMK Negeri tersebut adalah SMK Negeri I Tapaktuan, SMK Negeri I Pasie Raja, SMK Negeri Kelautan dan Perikanan Labuhan Haji, SMK Negeri Pertambangan Samadua dan SMK Teknik Otomotif Kluet Selatan. Masing-masing sekolah menengah kejuruan ini tiap tahunnya melaksanakan praktik kerja industri program pendidikan sistim ganda dalam rangka meningkatkan dan menyesuaikan kemampuan siswa di bidang keahlian vokasional yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
4.4.
Komponen Praktik Kerja Industri
4.4.1. Institusi Pasangan Praktik kerja industri (prakerin) hanya mungkin dilaksanakan apabila terdapat kerjasama dan komitmen antara institusi pendidikan kejuruan (SMK) dan institusi
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
pasangan (DU/DI) utamanya perusahaan atau instansi lain yang berkepentingan atau membutuhkan tenaga kerja, yang memiliki sumberdaya untuk mengembangkan keahlian kejuruan. Selama ini SMK Negeri I Pasie Raja dalam melaksanakan prakerin telah bekerjasama dengan beberapa DU/DI yang dianggap relevan dengan keilmuan yang telah di dapat oleh para lulusan di sekolah. Instusi pasangan yang dipilih dan telah bekerjasama dengan SMK Negeri I Pasie Raja sejak tahun 1996 sampai dengan sekarang ini, diantaranya adalah :
1.
PT. Perkebunan Nusantara I Kebun Krueng Luas, Kabupaten Aceh SelatanNAD
2.
PT. Ubertraco-Perkebunan Kebun Bungara, Kabupaten Aceh Singkil-NAD
3.
PT. Asdal Primalestari, Kabupaten Aceh Singkil-NAD
4.
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumbedaya Alam (LPPSDA), Kabupaten Aceh Selatan-NAD
5.
PT. Perkebunan Nusantara I Kebun Ujung Lamie, Kabupaten Aceh BaratNAD
6.
PT. Telaga Sari Indah Perkebunan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat-NAD
7.
PT. Perkebunan Lembah Bakti, Kabupaten Aceh Singkil-NAD
8.
PT. Delima Makmur Kebun Simpang Kanan, Kabupaten Aceh Singkil-NAD
9.
PT. Charoen Phokphan Medan –Indonesia, Sumatra Utara.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
10.
Dll.
Untuk mencapai penguasaan standar kemampuan tamatan yang telah ditetapkan, diperlukan suatu proses pendidikan dan pelatihan yang dirancang secara terstandar dengan ukuran isi, waktu dan metode tertentu. Untuk itu perlu ditetapkan dan disepakati tentang materi, waktu dan pola pelaksanaan.
1.
Materi Materi terdiri dari aspek non teknis dan aspek teknis. Aspek non teknis
terdiri dari: disiplin, kerjasama, motivasi, kemandirian, inisiatif dan kreatif, perilaku, dan tanggungjawab. Aspek teknis mencakup semua kegiatan bidang keahlian produktif pada masing-masing bidang keahlian, antara lain : 1.
Bidang keahlian budidaya tanaman ; Membudidayakan tanaman palawija, Membudidayakan tanaman padi, membudidayakan tanaman sayuran dan membudidayakan tanaman tahunan/tanaman perkebunan (tanaman sawit dan tanaman karet), materinya adalah : a.
Penyiapan lahan, adalah materi yang menerangkan bagaimana tata cara penyiapan lahan sebelum melakukan penanaman.
b.
Penanaman, adalah materi yang membahas bagaimana melakukan penanaman yang baik dan menurut tatacara yang lebih intensif.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
c.
Mengairi tanaman, adalah metode pengairan air ke tanaman sesuai dengan porsi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses tumbuh dan berkembang.
d.
Menyiang dan membumbun, adalah metode pembersihan tanaman dari tanaman penganggu serta materi bagaimana menbumbun tanaman yang baik dan benar secara ilmunya.
e.
Pemupukan tanaman., adalah materi yang menjelaskan bagaimana cara pemupukan yang baik sehingga bermanfaat bagi tumbuhan tersebut.
f.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman., adalah merupakan tahapan yang penting dalam proses penanaman, dimana pengendalian hama dan penyakit penting untuk mendapatka hasil yang maksimal.
g.
Pemanenan, adalah tahap akhir dari keseluruhan proses yakni pemanenan. Materi ini mengajarkan bagaimana pemanenan yang baik.
h.
Pemasaran, adalah proses dari manajemen. Artinya bagaimana pemasaran yang baik.
2.
Bidang keahlian budidaya ternak ; Membudidayakan ayam pedaging (Broiler), Membudidayakan ayam pedaging (Buras/Ras), membudidayakan ruminansia kecil pedaging (kambing), materinya adalah : a.
Menyiapkan kandang dan peralatan kandang, adalah prose penyiapan kandang sebelun DOC (anak ayam umur 1 hari) masuk, minimal 3 minggu sebelum Doc masuk kandang sudah bersih.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
b.
Pemilihan bibit ternak, adalah proses pemilihan DOC yang di jadi ternak peliharaan. DOC di sortasi hendaknya harus terbebas dari segala bibit penyakit, sehat dan tidak cacat.
c.
Pengendalian iklim mikro, adalah materi yang mengajarkan bagaimana pengendalian iklim sekitar lingkungan kandang (iklim mikro), terutama pada saat umur ternak 1 – 2 minggu pertama.
d.
Pemberian pakan dan air minum ternak, adalah materi yang mengajarkan bagaimana tatacara pemberian pakan yang baik, yaitu menurut umur, jenis ternak dan interval pemberian.
e.
Pengendalian penyakit ternak, adalah tatacara pengendalian/pencegahan (prepentif) penyakit pada ternak sebelum terserang penyakit. Dengan cara pemberian vaksin dan obat-obatan sesuai dengan umur dan tujuan pemeliharaan.
f.
Pemanenan, selanjutnya adalah tatacara pemanenan ternak yang baik sehingga tidak menguranggi kualitas ternak.
g.
Pemasaran, adalah bagaimana proses pemasaran, sehingga tidak mengalami kerugian. Ini penting karena salah satu tujuannya bagaimana mendapatkan keuntungan dari usaha yang dilakukan.
2.
Waktu Biasanya waktu pelaksanaan praktik kerja industri yang dilaksanakan di
DU/DI yang telah dipilih, berlangsung selama 120 hari (tiga bulan). Sekembalinya dari DU/DI di lanjutkan di sekolah yang biasa disebut dengan PAKET, dimana
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
pelaksanaannya berlangsung selama 120 hari (tiga bulan) untuk masing-masing bidang keahlian. 3.
Pola Pelaksanaan Setelah ditetapkan waktu pelaksanaan, ditetapkan pula pola penyelenggaraan
biasanya kombinasi antara hour-release, day-release dan block release atau diserahkan pada pola penyelenggaraan DU/DI.
4.4.2. Sistem Penilaian dan Sertifikasi Pengukuran dan penilaian keberhasilan peserta prakerin (lulusan) dalam mencapai kemampuan sesuai dengan standar profesi (standar keahlian tamatan) yang telah di tetapkan, harus dilakukan melalui proses dan sistem penilaian dan sertifikasi yang disepakati bersama.Oleh karena itu diperlukan
adanya suatu sistem yang
mengatur tentang materi ujian, pelaksanaan ujian, penentuan hasil dan sertifikasinya. Agar dapat berfungsi secara optimal, sistem tersebut hendaknya dijalankan oleh suatu tim penilaian dan sertifikasi yang melibatkan unsur sekolah, unsur institusi pasangan, asosiasi propesi, organisasi pekerjadan unsur-unsur lain yang terlibat dengan ketenagakerjaan.
4.4.3.
Kelembagaan Kerjasama Seharusnya pelaksanaan Prakerin memerlukan dukungan dan jaminan
keterlaksanaan melalui lembaga kerjasama ini melibatkan pihak pemerintah (dalam hal ini Dinas Pendidikan) dan seluruh pihak yang berkepentingan dengan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
pendidikandan pelatihan kejuruan (stakeholder), antara lain pihak KADIN, organisasi pekerja, asosiasi profesi dan tokoh masyarakat.
4.4.4.
Nilai Tambah dan Insentif Kerjasama yang telah dilaksanakan antara SMK Negeri I Pasie Raja dan
DU/DI selama ini, khususnya dalam pelaksanaan Prakerin di kembangkan dengan prinsip saling membantu, saling mengisi, dan saling melengkapi untuk keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip tersebut pelaksanaan Prakerin akan memberi nilai tambah baik bagi sekolah maupun bagi pihak-pihak yang bekerjasama. 1.
Nilai tambah bagi siswa : a. Peningkatan kualitas diri. b. Peningkatan penghasilan. c. Penyiapan bekal pendidikan lebih lanjut. d. Penyiapan diri agar berguna bagi masyarakat dan bangsa.
2.
Nilai tambah bagi institusi pasangan (DU/DI) : a. Dapat memperoleh tenaga kerja berkualitas. b. Dapat meringankan biaya usaha. c. Dapat membantu memajukan dan mengembangkan usaha.
3.
Nilai tambah bagi masyarakat : a. Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. b. Dapat
meningkatkan
produktivitas
Nasional,
diharapkan
dapat
meningkatkan masukan bagi negara.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
c. Dapat mengurangi pengangguran.
4.5.
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) Salah
satu
bentuk
nyata
implementasi
kebijakan
kesesuaian
dan
kesepadaman (link and match) adalah pelaksanaan pendidikan sistim ganda (PSG) pada sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan sistim ganda
(PSG) pada
dasarnya mengandung dua prinsip, yaitu : pertama, program pendidikan kejuruan pada SMK adalah program bersama (joint program) antara SMK dengan industri/perusahaan pasangannya. Prinsip ini merupakan konkritisasi peralihan dari suppply driven ke demand driven. Peralihan dalam arti kewenangan dan tanggung jawab secara sepihak oleh Departemen Pendidikan ke arah kebersamaan dan tanggung jawab bersama dengan piha-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan kejuruan. Kedua, program pendidikan kejuruan dilakukan di dua tempat sebagian program yaitu teori dan praktik dasar kejuruan di sekolah (SMK), dan sebahagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keahlian produktif yang diperoleh melalui kegiatan bekerja di dunia kerja. Praktik Kerja Industri (prakerin) yang dilaksanakan dalam PSG memiliki beberapa keuntungan bagi sekolah, siswa maupun institusi pasangan ( dunia industri/perusahaan ). 1.
Manfaat bagi sekolah : terdapat kesesuaian dan kesepadanan (link and match) antara program pendidikan dan kebutuhan lapangan kerja yang tersedia sesuai
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
dengan kebijakan link and match. Menjawab sebahagian permasalahan yang berkenaan dengan biaya, sarana ,dan prasarana pendidikan yang kadang menjadi kendala dalam upaya peningkatan mutu. Juga memberikan kepuasan bagi penyelenggara pendidikan kejuruan (SMK dan para pelaku lainnya) karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal keahlian (life skills) yang bermakna, baik untuk kepentingan siswa itu sendiri maupun untuk untuk kepentingan pembangunan bangsa pada umumnya. 2.
Manfaat bagi siswa : memperoleh banyak keuntungan. Produk lulusan/siswa akan lebih bermakna, karena setelah tamat akan betul-betul memiliki bekal keahlian (life skills) profesional untuk terjun ke lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan taraf
kehidupannya dan untuk bekal pengembangan dirinya
secara berkelanjutan. Keahlian (life skills) yang diperoleh melalui PSG dapat mengangkat harga dan rasa percaya diri tamatan. 3.
Manfaat bagi masyarakat : Menguranggi penggangguran, menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, menguranggi kesenjangan sosial.
4.
Manfaat bagi pemerintah :
Meningkatkan SDM di daerah, mencegah
urbanisasi, menumbuhkan kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan menekan kerawanan sosial.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
4.5.1.
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
4.5.1.1. Cara Pelaksanaan Rangkaian pelaksanaan praktik kerja industri diawali dengan pembentukan kelompok kerja (pokja) pelaksanaan kegiatan. Dalam kegiatan ini melibatkan semua guru yang berada dalam satuan guru-guru produktif dan tenaga lapangan. Dimana terdiri dari ketua pokja, sekretaris, bendahara dan guru pembimbing. Praktik kerja industri (prakerin) merupakan kegiatan yang melibatkan siswa, maka sebelum pelaksanaan terlebih dahulu diadakan rapat wali murid beserta komite sekolah. Dengan tujuan untuk memberitahukan keseluruhan program yang akan dilaksanakan. Juga menyangkut dengan waktu pelaksanaan serta berapa lama siswa berada di DU/DI, dimana dilaksanakan dan juga menyangkut dengan pendanaan, dimana selama ini semua biaya pelaksanaan prakerin murni biaya siswa.
4.5.1.2. Tahapan Pelaksanaan 1
Pra Prakerin, adalah kegiatan pelatihan bidang keahlian yang dilaksanakan oleh pihak sekolah selama 30 hari, sebelum siswa di berangkatkan ke DU/DI. Kegiatan ini bertujuan untuk evaluasi awal sejauh mana kemampuan Keahlian yang sudah di kuasai oleh siswa pada saat diberikan materi di sekolah. Prakerin juga sebagai indikator atau pembanding sejauh mana kecakapan keahlian yang diperoler dari DU/DI setelah selama 120 hari di tempatkan di DU/DI. Sebagai indikator peningkatan life skills para
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
lulusan dapat di nilai dari Sertifikat yang didapat lulusan setelah selesai dari DU/DI. 2
Pemberangkatan, adalah kegiatan pelepasan para lulusan menuju DU/DI, yang didampingi oleh satu orang guru pembimbing dari bidang keahlian masing-masing.
3
Prakerin, adalah kegiatan praktik kerja industri yang dilaksanakan oleh para lulusan yang telah di tempatkan pada DU/DI yang sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
4
Monitoring/Evaluasi, adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru pembimbing setelah selama 30 hari (1 bulan) berada di DU/DI. Hal ini penting, karena sekolah sebagai lembaga yang bertanggungjawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan prakerin. Termasuk untuk mengetahui sejauh mana kamampuan/aspek teknis yang telah diperoleh di DU/DI. Begitu juga kamanpuan/aspek non teknis di lapangan yakni yang menyangkut dengan disiplin, kerjasama dan motivasi, kemandirian, inisiatif dan kreatif, prilaku serta tanggung jawab. Hal ini, penting bagi lulusan SMK.
5
Penjemputan, adalah kegiatan penjemputan setalah 120 hari (3 bulan) mereka berada di DU/DI.
6
Paket, adalah kegiatan yang dilaksanakan di sekolah setelah lulusan kembali dari DU/DI. Lama kegiatan ini sangat tergantung pada jenis bidang keahlian yang akan di paketkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
kecakapan yang telah diperoleh selama lulusan berada di DU/DI. Tentunya dengan harapan apa yang di dapat di DU/DI tentu ada peningkatan bidang keahlian (life skills), artinya lebih baik dan sesuai dengan tuntutan bursa kerja dan biasanya memang begitu kenyataanya. Dimana lulusan setelah kembali dari DU/DI memiliki kemampuan non teknis dan teknis yang sangat menggembirakan. 7
Ujian Kompetensi, adalah kegiatan evaluasi baik teknis maupun keilmuan lulusan. Biasanya sebagai tim penilai, melibatkan unsur sekolah, unsur intstitusi pasangan, dan unsur lain yang terkait dengan ketenagakerjaan.
4.6. Hasil Analisis Peningkatan Life Skills Lulusan SMK Negeri I Pasie Raja Praktik kerja industri dalam program pendidikan sistim ganda yang dilaksanakan pada SMK untuk mensikronkan antara teori yang diberikan di sekolah dengan kebutuhan dunia kerja. Peningkatan nilai teknis dan non teknis lulusan merupakan indikator adanya peningkatan life skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Tabel 4.5. Penilaian Peningkatan Life Skills Lulusan SMK
No
Tahun Lulus
Jlh Lulusan (Orang)
Life Skills
Nilai dalam Huruf (jumlah Orang) A B C D -
1
1996
6 -
2
1997
14 -
3
1998
3 -
4
1999
9
Sebelum -
5
2000
2
6
2001
1
Prakerin (Nilai Pra
7
2002
1
PSG)
8
2003
3
9
2004
7
10
2005
2
-
Life Skills
Nilai dalam Huruf (jumlah Orang) A B C D
1 4 2 5 1 2 2 1 1 3 1 -
1
1
7
4
10 13
2 7
Sesudah Prakerin (Nilai Sertifikat
2 1
-
2 PSG)
9 1 5 1 2 2 -
-
1
-
-
-
-
6
3
2
-
1
1
1
-
-
27
15
20 -
5 1 3 1 2 2 -
Lanjutan Tabel 4.5 11
2006
1 -
12
2007
1 -
Jumlah 50 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2008
-
1 15
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Terlihat jelas ada peningkatan life skills lulusan sesudah pelaksanaan praktik kerja industri (prakerin), dapat dilihat dari nilai sebelum melakukan prakerin di DU/DI tidak ada lulusan SMK yang memiliki nilai A (sangat baik) dengan rentang nilai antara 90 – 100, sebaliknya terdapat 13 (tiga belas) orang lulusan yang mendapat nilai D (Kurang) dengan kisaran nilai antara 0 – 54. Artinya life skills baik teknis maupun non teknis masih sangat kurang. Setelah melaksanakan prakerin terlihat ada peningkatan life skills. Dengan adanya peningkatan lulusan dengan sekitar 15 (lima belas) orang lulusan mendapatkan nilai A (sangat baik) rentang nilai antara 90 – 100, dan tidak ada lagi yang mendapat nilai D (kurang) dengan rentang nilai antara 0 – 50. Menunjukan bahwa, setelah melaksanakan Prakerin terdapat perbedaan life skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja. Nilai yang tertera pada Sertifikat yang telah melalui uji sertifikasi dari DU/DI tempat pelaksanaan Prakerin. Dimana di sekolah siswa mempelajari pengetahuan umum dan keterampilan kejuruan dasar dan di DU/DI siswa mempelajari keterampilan khusus (spesifik skills). Akan lebih relevan dan efisien jika dilaksanakan di tempat kerja karena perubahanperubahan yang terjadi di tempat kerja lebih dinamis daripada yang terjadi di sekolah. Keberhasilan peningkatan life skills aspek Teknis sangat tergantung pada kemampuan aspek non teknis. Artinya bila lulusan memiliki kemampuan aspek non teknis yang sangat Tinggi dengan sendirinya. Aspek teknis akan memiliki nilai yang tinggi. Karena dalam mencapai tujuan sangat penting sekali disiplin, kerjasama dan motivasi, kemandirian, inisiatif dan kreatif, perilaku serta tanggungjawab.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
4.7.
Analisis Peningkatan Life Skills Sebelum dan Sesudah Melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) Hasil analisis penelitian yang dilakukan melalui uji beda (uji t) menunjukan
adanya peningkatan life skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja baik teknis maupun non teknis setelah melaksanakan praktik kerja industri, dapat dilihat pada Tabel 4.6. dan Tabel 4.7. 4.7.1. Hasil Uji Statistik Berpasangan untuk Life Skills yang Bersifat Non Teknis Peningkatan life skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja salah satunya diukur berdasarkan peningkatan aspek non teknis sebelum dan sesudah melaksanakan praktik kerja industri. Hasil Uji Stastistk menunjukan tingkat perbedaan nyata (thitung = 7,842) lebih besar dari (t-tabel = 2,01), dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima. Terdapat perbedaan yang signifikan life skills yang bersifat non teknis lulusan SMK Negeri I Pasie Raja sebelum dan sesudah melaksanakan praktik kerja industri dalam program pendidikan sistim ganda (PSG). Nilai signifikansi sebesar 0,000 pada uji t-test menunjukan bahwa life skills yang bersifat non teknis lulusan SMK Negeri I Pasie Raja berbeda sebelum dan sesudah melaksanakan praktik kerja industri pada DU/DI. Hasil analisis peningkatan life skills yang bersifat non teknis lulusan SMK Negeri I pasie Raja sebelum dan sesudah melaksanakan praktik kerja industri dalam program pendidikan sistim ganda pada DU/DI dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Tabel 4.6. Hasil Analisis Perbedaan Life Skills Non Teknis No Aspek Non Teknis 1. Nilai sebelum Praktik Kerja Industri 2. Nilai Sesudah Praktik Kerja Industri Perbedaan rata-rata Signifikansi t-hitung t-tabel Sumber : diolah dari data primer, 2008
Jumlah Sampel 50 50
Life Skills 352,4800 422,8800 91,76000 0,000 7,842 2,01
Uji statistik menunjukan bahwa nilai rata-rata non teknis lulusan SMK sebelum melaksanakan praktik kerja industri adalah 352,480, sedangkan nilai ratarata non teknis setelah melaksanakan praktik kerja industri adalah 422,880. Tabel 5.6. menunjukan perbedaan rata-rata Peningkatan Life Skills sebelum dan sesudah melaksanakan Praktik Kerja Industri sebesar 91,760. Dilihat dari Kualifikasi nilai yang telah ditetapkan untuk kualifikasi nilai A = Sangat Baik, yaitu standar nilai 90 – 100. Artinya dengan perbedaan rata-rata sebesar 91,760, menunjukan pelaksanaan Praktik Kerja Industri dalam Program Pendidikan Ganda bernilai positif bagi peningkatan Life Skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja. Peningkatan Life Skills tentunya yang diharapkan dari pelaksanakan Praktik Kerja Industri di DU/DI. Sistem kerja yang diterapkan di DU/DI telah mampu meningkatkan Aspek Non Teknis yaitu yang menyangkut dengan disiplin, kerjasama dan motivasi, kemandirian, inisiatif dan kreatif, perilaku serta tanggung jawab. Menurut Miraza (2008), berprilaku kreatif menyangkut pada perilaku manusia yang bersifat inovatif yang selalu membuahkan pemikiran-pemikiran baru yang bersifat produktif. Berperilaku kreatif sangat berpengaruh dalam menentukan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
keberhasilan hidup seseorang. Seseorang yang kreatif selalu maju dalam kehidupan karena selalu maju dalam kehidupannya baik dalam tingkat kesejahteraan maupun derajatnya di tengah-tengah masyarakat. Faktor penting dalam peningkatan life skills non teknis terkait dengan pelaksanaan praktik kerja industri disebabkan adanya kerjasama antara lembaga pendidikan/sekolah dan DU/DI. Dimana sekolah memberikan dasar-dasar kejuruan, sedangkan dunia usaha/dunia industri memberikan pengalaman kerja yang sarat nilai yang memang tidak mudah didapat melalui belajar di sekolah. Menurut Miraza (2008), Pemerintah harus mulai menyusun kebijakan pendidikan baru sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan pembangunan bangsa dan Negara. Keahlian, keterampilan dan moral perlu ditekankan pada para lulusan agar para lulusan memiliki sikap kemandirian dan harga diri. 4.7.2.
Hasil Uji Statistik Berpasangan untuk Life Skills yang bersifat Teknis Uji statistik menunjukan bahwa nilai teknis lulusan SMK sebelum
melakukan praktik kerja industri adalah 309,860, sedangkan nilai teknis setelah melakukan kerja industri adalah 401,620. Dapat di lihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Hasil Analisis Perbedaan Life Skills Teknis No Aspek Teknis 1. Nilai sebelum Praktik Kerja Industri 2. Nilai Sesudah Praktik Kerja Industri Perbedaan rata-rata Signifikansi t-hitung t-tabel Sumber : Diolah dari Data Primer, 2008
Jumlah Sampel 50 50
Life Skills 309,8600 401,6200 70,40000 0,000 8,587 2,01
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Tabel 4.6, menunjukkan perbedaan rata-rata peningkatan life skills sebelum dan sesudah melaksanakan praktik kerja industri sebesar 70,400. Berdasarkan Tabel 4.7. terlihat t hitung yaitu 8,587 dengan alpha 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%, sementara t tabel 2,01. Berarti t hitung > t tabel dan probalitas < 0,05 dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, ada peningkatan life skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja sesudah melaksanakan praktik kerja industri dalam pendidikan sistim ganda secara nyata (signifikan). Dimana ada peningkatan aspek teknis lulusan setelah melaksanakan praktik kerja industri pada DU/DI. Sekolah dan DU/DI saling melengkapi dalam mengemas materi pengalaman belajar,
sehingga
hasilnya
akan
lebih
bermakna
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan, bagi siswa, sekolah, DU/DI masyarakat maupun pemerintah. Karena itu, kerjasama sekolah kejuruan dengan DU/DI tidak hanya penting untuk dilakukan, tetapi sudah merupakan keharusan dan bahkan merupakan persyaratan bagi penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Efisiensi pendidikan dan pelatihan kejuruan juga menyimpulkan bahwa
mempelajari keterampilan yang spesifik akan lebih
relevan dan efisien jika dilaksanakan di tempat kerja karena perubahan-perubahan yang terjadi di tempat kerja lebih dinamis daripada yang terjadi di sekolah (Djojonegoro, 1999). Sistim manajemen dalam DU/DI kelompok manajer bertugas pokok menggerakan orang lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai dengan baik. Pengembangan sumberdaya manusia
terus dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan. Pengembangan SDM ini akan menghasilkan tenaga kerja
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
yang menguasai aspek-aspek teknis (technical skills) dan manajerial. Technical skills yang dimaksud adalah tenaga kerja yang mempunyai kualifikasi tertentu, terampil dan ahli di bidangnya (Sinungan, 2008). Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan tentang adanya peningkatan life skills setelah Praktik Kerja Industri (Prakerin) dalam Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Didasarkan pada pengalaman Jerman setelah menyelenggarakan „dual sistem“ selama bertahun-tahun hasil penelitian di Jerman menunjukkan lulusan dual sistem lebih baik dari tamatan „non dual sistem“.Sebanyak 73% generasi muda memasuki “dual sistem“ dan setelah lulus langsung menjadi tenaga kerja terampil yang berkualitas. Bahkan sebelum tamatpun siswa telah produktif (Djojonegoro, 1999).
Pengalaman di atas juga dialami oleh beberapa lulusan SMK Negeri I Pasie Raja. Beberapa lulusan mendapat tawaran untuk bekerja pada DU/DI di tempat mereka Prakerin. Setelah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari DU/DI lulusan memiliki kinerja yang baik. Permasalahan yang dihadapi selama ini adalah sulitnya menemukan institusi pasangan. Institusi pasangan yang di maksud adalah DU/DI yang dianggap relevan dengan keilmuan yang telah di dapat oleh para lulusan di sekolah. Selain itu sistim birokrasi yang ditetapkan oleh DU/DI sangat mempersulit sekolah dalam menempatkan lulusan yang akan melaksanakan Prakerin.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Untuk itu diperlukan kemampuan manajemen sekolah mengadakan kerjasama (MoU) dengan DU/DI yang berkenaan dengan bidang keahlian yang terkait dengan kurikulum yang telah dilaksanakan di sekolah.
4.8.
Analisis Kontribusi Life Skills terhadap Pengembangan Wilayah Dengan jumlah penduduk 205.970 jiwa, hampir sebahagian besar
masyarakat memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, disamping sektor lainnya. Ini tidak lain karena sebagai daerah agraris Kabupaten Aceh Selatan memiliki potensi pertanian yang cukup memadai. Fakta membuktikan sektor pertanian menjadi leading sektor dalam struktur perekonomian daerah dengan kontribusinya mencapai 47,25 persen dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Selatan.
Budidaya tanaman bahan makanan (pangan) masih relatif menggembirakan dan cenderung dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari (petani sudsistem)
atau relatif
terbatas bersifat komersial. Padahal potensi lahan yang
tersedia masih cukup memadai, disamping juga didukung kesuburan tanah dan agroklimat. Jenis tanaman yang dibudidayakan di Kabupaten Aceh Selatan adalah padi, jagung, kedele, kacang tanah, dan ubi kayu. Namun yang menjadi andalan adalah tanaman padi dan kacang tanah. Sedangkan untuk jenis tanaman perkebunan adalah tanaman kelapa sawit. Memandang suatu wilayah minimal ada tiga komponen wilayah yang perlu diperhatikan, yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan tekhnologi
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
selanjutnya disebut tiga pilar pengebangan wilayah. Pengembangan wilayah merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan wilayah. Wilayah
yang
mempunyai sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi, akan cepat berkembang dibandingkan wilayah lainnya yang tidak cukup mempunyai sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang unggul. Menurut Miraza (2005), untuk saat ini pembangunan di daerah berlandaskan pada potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di daerah. Pemanfaatan kedua potensi inilah yang perlu kerjasama sehingga dapat menciptakan suatu hasil atau manfaat yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja sendiri.
Berdasarkan pernyataan di atas, dengan potensi sumberdaya alam yang amat masih potensial baik itu lahan pertanian maupun lahan perkebunan. Kehadiran Tenaga penyuluh lapangan harian pertanian (lulusan SMK Negeri I Pasie Raja) sebagai pendamping, motivator dan penggerak bagi petani memberi dampak positif pembangunan Kabupaten Aceh Selatan. Kemajuan yang dapat dirasakan, yaitu :
4.8.1.
Hubungan Life Skills dengan Peningkatan Produktivitas Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan peningkatan
produktivitas hasil pertanian kaitannya dengan kehadiran tenaga penyuluh lapangan harian pertanian sebagai tenaga kerja adalah : 1.
Motivasi pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan masa depannya.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
2.
Hubungan dengan badan kerja dalam hal ini BKPPP yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan.
Apabila faktor-faktor di atas dapat berjalan naik maka tidak sulit untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi pengabdian, disiplin etos kerja produktivitas dan masa depannya, hubungan dengan badan kerja dalam hal ini BKPPP dan sejumlah perbedaan, permasalahan, tantangan dan kendala dapat diselesaikan. Produktivitas, diukur dari peningkatan peningkatan produksi pertanian akibat dari perkembangan kinerja suatu institusi beserta aparatnya (tanaga penyuluh). Kehadiran tenaga penyuluh lapangan harian pertanian sangat membantu Pemerintah dan masyarakat. Produktivitas produksi padi meningkat pada tahun 2007, dapat di lihat pada Tabel 4.8, tentang luas panen, produktivitas dan produksi padi (sawah + ladang) Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan keadaan Tahun 2007.
4.8.2. Hubungan Life Skills dengan Peningkatan Produksi Pertanian Bagi pemerintah kehadiran tenaga penyuluh lapangan harian pertanian, sangat membantu dalam hal ini Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan (BKPPP) dimana tenaga penyuluh lapangan harian pertanian membantu dalam mewujudkan program Pemerintah Pusat dan
daerah dalam rangka Swasembada
Pangan Nasional Tahun 2009. Menurut Asrin (2009), studi berita sore dalam upaya meningkatka produktivitas padi, maka perlu kerjasama antara Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura tingkat Propinsi maupun tingkat Kabupaten/Kecamatan, petugas
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
PPL maupun Mantri Tani serta masyarakat. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura dalam mendukung program tersebut adalah melaksanakan pertanian esktensifikasi maupun intensifikasi lahan serta bantuan kepada petani berupa sarana produksi. Selain itu upaya yang telah dilakukan adalah pengembangan bibit unggul hibrida, yang telah diuji dan ternyata hasilnya cukup menggembirakan. Untuk tingkat Propinsi akibat penggunaan bibit unggul yang telah dicoba di beberapa Kabupaten pada tahun 2008 hasilnya mencapai 8-12 ton/ha gabah kering, yang biasanya hanya sekitar 5 ton/ha. Sedangkan untuk Kabupaten Aceh Selatan data yang diperoleh menunjukan adanya peningkatan produksi padi yaitu mencapai + 5,5 ton/ha yang biasanya sekitar + 3 ton/ha. Produksi lahan sawah di Aceh hingga kini masih sangat rendah, hanya menghasilakan 4,2 ton/ha, padahal jika penanaman padi dapat dilakukan secara intensif, produksi gabah bisa mencapai 8-12 ton/ha. Peran penyuluh sangat besar dalam upaya meningkatkan produksi tananman padi. Kenyataan yang terlihat sekarang ini, selain musim tanam tadah hujan (setahun sekali), sejak tahun 2002 setiap tahun seluas 300-500 ha lahan sawah produktif di Aceh telah beralih fungsi menjadi lokasi pendirian bangunan rumah, pertokoan, maupun industri akibatnya produksi padi di Aceh berpotensi turun 1.260 sampai 2.100 ton/ha/tahun. Karena itu para penyuluh pertanian perlu bekerja lebih giat lagi untuk mengajak petani meningkatkan produksi padi. Perlu adanya upaya perluasan areal tanam, karena penurunan produksi padi akan berdampak terhadap ketersedian pangan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
di Aceh. Diprediksi pada tahun 2010, Kabupaten Aceh Selatan tidak mampu mengimbangi pertumbuhan populasi dengan menyediakan pangan yang cukup. Hal ini tergambar dari data yang diperoleh dimana pertumbuhsan populasi tidak terlalu diikuti oleh pertumbuhan hasil pangan daerah. Permasalahan dan tantangan dalam mencapai ketahanan pangan di Kabupaten Aceh Selatan, terdapatnya keterbatasan dukungan teknis di lapangan, peran serta pemerintah daerah, bencana banjir, partisipasi masyarakat, dan penyempitan lahan pertanian.
Pemerintah diharapkan secara bertahap mampu meningkatkan kemampuan untuk mengantisipasi banjir di daerah-daerah yang memiliki lahan aktif sehingga minat petani mengerjakan sawah meningkat. Selain itu, perlu ada program stimulan untuk meningkatkan produktifitas petani dan keluarganya untuk tetap berminat menjadi petani karena petani sering tergiur oleh fluktuasi harga pada satu varitas tanaman tertentu sehingga meninggalkan lahan pertanian bahkan sedang ditanami diabaikan begitu saja. Ditingkat Dinas dan Lembaga lain yang tekait perlu adanya sinergisitas untuk mengakselerasi upaya-upaya meningkatkan hasil pertanian. Camat diharapkan mampu mengkoordinir masyarakat untuk bersama-sama menjaga, mengawasi dan merawat fasilitas-fasilitas teknis pendukung pertanian seperti irigasi (baik teknis
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
maupun non teknis) dan bendungan sehingga fasilitas-fasilitas tersebut terjaga dan tahan lama. Mengatasi permasalahan di atas BKPPP Kabupaten Aceh Selatan sudah melakukan program dalam rangka meningkatkan produksi panen petani dengan melakukan percobaan (demfarm) seluas 5 Ha di desa Ruak Kecamatan Kluet Utara. Terjadi peningkatan hasil panen sebelum ada tenaga penyuluh lapangan harian dan sesudah ada tenaga penyuluh lapangan harian pertanian. Produktivitas pertanian sebelum ada tenaga penyuluh sebesar + 3 ton/ha dan sesudah ada tenaga penyuluh produksi mencapai + 5,5 ton/ha. Selain itu dukungan Pemerintah yang memiliki kontribusi cukup besar. Pemerintah memberi dukungan sarana produksi, pupuk, pestisida handtraktor, pestisida, pupuk, benih dan biaya pengolahan. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan dengan Kepala BKPPP Kabupaten Aceh Selatan optimis produksi panen bisa mencapai 6-8 ton/ha, walaupun saat ini baru + 5,5 ton/ha. Belum maksimalnya hasil produksi disebabkan pada saat itu terjadi kelangkaan pupuk di pasar hingga produksi masih kurang optimal. Selain itu serangan hama burung juga belum dapat di kendalikan.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Tingkat produksi dan produktivitas padi Kabupaten Aceh Selatan, dapat dilihat pada Table 4.8. Tabel 4.8. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi (Sawah + Ladang) Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Keadaan Tahun 2007 No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kecamatan (2 ) Trumon Trumon Timur Bakongan Bakongan Timur Kluet Selatan Kluet Timur Kluet Utara Kluet Tengah Pasie Raja Tapaktuan Samadua Sawang Meukek Labuhan Haji LH. Timur Lh. Barat
Luas Panen (Ha) (3 ) 657,00 426,00 781,00 508,00 1.705,00 1.012,00 2.948,00 2.300,00 1.383,00 755,00 1.569,00 1.945,00 1.530,00 681,00 2.215,00
Produktivitas (ton/Ha) ( 4) 430 430 4,40 4,40 4,65 4,45 4,72 4,42 4,65 4,65 4,60 4,50 4,90 4,95 4,80
Produksi (ton) ( 5) 2.825,10 1.831,80 3.436,40 2.235,20 7.928,25 4.503,40 13.914,56 10.166,00 6.430,95 3.510,75 7.217,40 8.752,50 7.497,00 3.370,95 10.632,00
Tahun
2007 20.415,00 4,62 94.252,26 2006 14.202,00 4,50 63.909,00 Sumber : Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura Kab. Aceh selatan.
Tabel
4.8.
memperlihatkan
kecuali
Kecamatan
Tapaktuan,
semua
Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Selatan memiliki lahan persawahan. Terjadi peningkatan luas panen pada tahun 2007 yaitu 20.415,00 ha. Produksi mencapai 94.252,26 ton dengan nilai produktivitas 4,62 ton/ha. Pada tahun 2006 luas lahan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
hanya sekitar 14.202,00 ha, menghasilkan produksi 63.909,00 ton dan produktivitas 4,50 ton/ha. Peningkatan luas panen, produktivitas dan produksi padi Tahun 2007 terjadi di sebabkan oleh kehadiran tenaga penyuluh lapangan harian pertanian sebagai tenaga pendamping dan motivator. Kehadiran mampu mendorong masyarakat petani dan keluarganya megembangkan kemampuan, keswadayaan dan kemandirian petani agar mampu mengelola usaha tani sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga penyuluh lapangan harian pertanian dalam rangka mengsukseskan program swasembada pangan daerah/Nasional memacu masyarakat lebih giat bersama-sama dengan petugas, pihak Pemerintah bersama dengan petugas ikut turun lapangan. Potensi ekstensifikasi di Kabupaten Aceh Selatan cukup besar. Mencakup luas lahan-lahan pertanian yang terlantar dan tidak dimanfaatkan oleh petani maupun masyarakat. Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Selatan
205,970 jiwa. Mata
pencarian utama masyarakat pada umumnya bersandar pada sektor pertanian sebagai sektor andalan, disamping sektor lainnya .
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan beberapa pihak diantaranya, kepala BPP Kluet Utara, BPP Pasie Raja, BPP Kluet Selatan, masyarakat petani dan beberapa Staff pada Dinas BKPPP Kabupaten Aceh Selatan. Masih terdapat kendala dalam penggunaan lahan pertanian. Kendala, permasalahan,
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
dan tantangan yanag dihadapi sehingga kurang optimalnya penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Aceh Selatan adalah : 1.
Faktor teknis, dalam hal ini terdapat keterbatasan dukungan teknis yang dimaksud seperti irigasi, traktor, bibit dan tenaga ahli.
2.
Faktor non teknis, perubahan agroklimat, modal dan sulitnya mendapatkan informasi.
4.8.3. Hubungan Life Skills dengan Kesempatan Kerja Life skills merupakan faktor yang penting untuk lulusan dalam memperoleh pekerjaan. Sertifikat yang didapat dari DU/DI atas pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan merupakan tiket untuk diakui di dunia kerja dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional. Selain itu diakui bahwa peserta didik tersebut telah memiliki kecakapan hidup (life skills) yang mungkin tidak semua orang memilikinya. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di DU/DI melalui prakerin yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional dan mandiri. Tenaga kerja yang profesional adalah tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. Pengembangan life skills tenaga kerja berkaitan dengan revitalisasi pertanian. Sejalan dengan tujuan program revitalisasi tenaga penyuluh lapangan harian pertanian, untuk menciptakan lapangan kerja dan kesempatan usaha yang baru. Program revitalisasi Tenaga penyuluh lapangan harian pertanian telah membuka
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
peluang dan kesempatan kerja bagi lulusan SMK Negeri I Pasie Raja yang memiliki keahlian profesional yang sesuai dengan peluang kerja sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian. Penyerapan tenaga kerja yang berasal dari lulusan SMK Negeri I Pasie Raja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang diserap dari lulusan bidang keahlian lain dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Perbandingan Jumlah Penyerapan Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian
No
Penyerapan Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian
Jumlah (orang)
Lulusan SMKN I Pasie 1 Raja 79 2 Lulusan SMKN Lain 27 3 Sarjana (S1 Pertanian) 24 Jumlah 130 Sumber : diolah dari data primer, 2009.
%
60,8 20,8 18,4 100,0
Responden yang menjadi Tenaga penyuluh lapangan harian pertanian. Jumlah (orang) % 50 50
63.3
100,00
Tabel 4.9. menunjukan tingkat penyerapan tenaga kerja sebagai Tenaga penyuluh lapangan harian pertanian yang berasal dari lulusan SMK Negeri I Pasie Raja lebih besar yaitu sebanyak 79 orang (60,8%), SMK Negeri lain sebanyak 27 orang (20,8%) dan disusul tenaga penyuluh lapangan harian pertanian dari Sarjana(S1 Pertanian) sebesar 24 orang (18,4%) di banding dengan lulusan lain. Data di atas menunjukan penyerapan tenaga kerja sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian yang berasal dari lulusan SMK lebih besar yaitu 106 orang(63,1%) dari lulusan sarjana. Tenaga kerja yang berasal dari SMK Negeri I
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Pasie Raja lebih besar yaitu 79 orang (60,8%) dan sebesar 40% dari SMK Negeri lainnya. Selain itu program ini telah menggurangi jumlah penggangguran terdidik di pedesaan.
4.8.4.
Hubungan Life Skills dengan Pendapatan Penyerapan lulusan sebagi tenaga penyuluh lapangan harian pertanian selain
menggurangi penggangguran terdidik, menciptakan peluang kerja, dan memberikan kontribusi pada lulusan untuk meningkatkan pendapatan. Penyuluh lapangan harian pertanian berdasarkan ”Keputusan Bupati Aceh Selatan Nomor 034 Tahun 2008 tentang Pengangkatan Pegawai Tidak Tetap Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian” ditetapkan mendapat gaji sebesar Rp 1.100.000/orang/bulan untuk lulusan SMK dan sebesar 2.000.000,-/orang/bulan untuk tenaga penyuluh lapangan harian pertanian. Menurut Riyadi (2000) dalam Hutasoit (2009), bahwa keberhasilan pengembangan suatu wilayah mengacu pada tiga indikator yang dapat dilihat sebagai kesuksesan pembangunan daerah yaitu produktivitas, efisiensi dan partisipasi masyarakat. Berdasarkan ketiga indikator di atas dikaitkan dengan kemampuan Vokasional life skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja, tenaga penyuluh lapangan harian pertanian, yang bekerja sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian memiliki kontribusi untuk meningkatkan ketiga indikator pengembangan wilayah yaitu produktivitas, efisiensi dan tingkat partisipasi masyarakat. Pemerintah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam melalui Pemerintah kabupaten Aceh Selatan bersama-sama dengan seluruh masyarakat memanfaatkan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia. Sejalan dengan revitalisasi pertanian, Departemen Pertanian telah mengambil kebijakan untuk melaksanakan
revitalisasi
Penyuluhan
Pertanian,
sebagai
motor
penggerak
pembangunan pertanian. Program revitalisasi penyuluhan pertanian tersebut meliputi : 1.
Pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian yang mandiri, baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota, maupun ditingkat kecamatan.
2.
Pengembangan ketenagaan penyuluhan pertanian, baik penyuluh terampil maupun tenaga penyuluh lapangan harian pertanian ahli.
3.
Pengembangan sistem penyuluhan pertanian.
4.
Pendanaan program penyuluhan pertanian di semua tingkatan.
Sumbangan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian bagi pembangunan di daerah pedesaan sangat memberikan manfaat yang luar biasa bagi Pemerintah dalam meningkatkan upaya perbaikan sektor pertanian pasca gempa dan Tsunami di Aceh tanggal 26 desember 2004, dimana banyak lahan pertanian yang hilang fungsi. Khusus bagi masyarakat petani, kehadiran tenaga penyuluh lapangan harian pertanian dapat membantu petani dalam hal bimbingan dan arahan serta masukan dalam upaya untuk meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian, alih teknologi. Terkait dengan life skills
kehadiran tenaga penyuluh lapangan harian
pertanian sebagai tenaga pendamping dapat memotivasi antusias petani untuk
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
kembali turun ke sawah
terbukti produktivitas produksi hasil pertanian (padi)
meningkat. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan kehadiran tenaga penyuluh lapangan harian pertanian merupakan upaya meningkatkan SDM di daerah. Dari 130 0rang jumlah tenaga penyuluh lapangan harian pertanian yang saat ini direkrut di Kabupaten Aceh Selatan yang berasal dari lulusan SMK Negeri I Pasie Raja sebanyak 70 orang (55,6 persen)19 orang Sarjana (15,1 persen), dan 37 orang dari SMK lainnya (29,3 persen). Program revitalisasi pertanian juga telah membuka peluang kerja bagi masyarakat terdidik di daerah pedesaan. Dimana tenaga-tenaga terdidik yang berasal dari daerah memiliki peluang untuk mengaplikasikan bidang keilmuwannya bagi kemajuan dan kemakmuran daerah asalnya. Program revitalisasi pertanian mampu menguranggi urbanisasi, penduduk dari desa ke kota, terutama tenaga kerja terdidik masyarakat yang berpendidikan baik Sekolah Menenggah Kejuruan maupun Sarjana, menumbuhkan kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan menekan kerawanan sosial.
4.8.5.
Kelembagaan Keberhasilan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian di lapangan tidak
terlepas dari dua aspek life skills yang telah di peroleh pada saat melaksanakan praktik kerja industri, yaitu aspek non teknis dan teknis. Kedua aspek inilah yang telah membekali para lulusan SMK dalam menuai keberhasilan di lapangan atau saat
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
mereka bekerja (dalam melaksanakan pekerjaan sebagai tenaga penyuluh di tuntut memiliki kemampuan aspek non teknis, dimana mampu melakukan komunikasi dan sosialisa dengan masyarakat petani agar bisa bekerjasama . Keberhasilan suatu program tidak terlepas dari partisipasi masyarakat. Bersama-sama dengan petugas lapangan, masyarakat mendukung segala bentuk program serta bersedia mentaati aturan main yang telah disepakati oleh petugas dan pemerintah daerah. Mentaati sangsi-sangsi bagi yang melanggar kesepatan yang telah ditetapkan bersama pada musyawarah/rembuk ”Turun ke Sawah Bersama, dan Tanam Serentak”. Salah satu bentuk sangsi yang dikenakan pada masyrakat adalah bagi masyarakat yang tidak mengerjakan sawahnya pada musim tanam yang telah ditentukan, maka harus bersedia memberikan sawah garapannya untuk dikerjakan oleh petani lain atau pemodal untuk dikerjakan tampa ada konvensasi apapun.
4.8.5.1. Terbentuknya Kelompok-Kelompok Tani Dengan terbentuknya kelompok-kelompok tani. Upaya ini dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan pengarahan serta mendapatkan informasi yang diperlukan oleh petani. Karena selama ini salah satu permasalahan yang dihadapi petani adalah kurangnya informasi yang dibutuhkan petani. Dalam kaitannya dengan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian adalah selain yang memudahkan koordinasi setiap kegiatan juga merupakan disiplin kontrol bagi setiap kegiatan yang di lakukan oleh setiap tenaga penyuluh lapangan harian pertanian setiap hari kerja.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Dimana jabwal turun lapangan petugas setiap hari di catat oleh petani dan akan di serahkan setiap bulan kepada Kepala BKPPP Kecamatan sebagai atasan. Kelompok tani bersama-sama dengan penyuluh merencanakan, merumuskan dan melaksanakan kegiatan pengenbangan pertanian kea arah yang lebih baik. Seperti melaksanakan penanaman lahan percontohan, demfarm dan membasmi hama secara bersama-sama. Membicarakan jadwal turun ke sawah bersama, aturan-aturan yang harus di taati oleh petani dalam rangka mencapai hasil yang maksimal. BKPPP bersama-sama dengan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dan juga tenaga penyuluh lapangan harian pertanian melaksanakan demontrasi, yaitu suatu kegiatan atau metode penyuluhan di lapangan untuk memperlihatkan secara nyata cara atau hasil penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti menguntungkan bagi petani. Demontrasi pertanian ini di laksanakan dalam bentuk membuat Demfarm pada beberapa Kecamatan dan kelompok tani. Jumlah kelompok tani Demfarm yang terbentuk dalam melaksanakan prgogram atau upaya peningkatan produksi pertanian dapat di lihat pada Tabel 4.10.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Tabel 4.10. Jumlah Kelompok Tani Demfarm Padi Sawah dan Kacang Tanah di Kabupaten Aceh Selatan Nama
Kelompok Kecamatan/BKPP
No
Luas Desa
Komoditi
Tani
P
(Ha)
1
Sinar Silolo
Pasie Raja
Silolo
5
Padi sawah
2
Ruak Jaya
Kluet Utara
Ruak
5
Padi sawah
3
Giat Kembali
LH. Timur
Keumumu
5
Kacang tanah
Sumber : Dinas BKPPP, 2008.
Tujuan di laksanakannya demfarm oleh BKPPP adalah : 1.
Untuk memberikan contoh bagi petani di sekitarnya untuk menerapkan teknologi baru di bidang pertanian.
2.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi kelompok tani serta memberikan contoh bagi petani di sekitarnya untuk menerapkan teknologi baru melalui kerjasama bagi kelompok-kelompok tani.
3.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi kelompok tani melalui kerja sama antar kelompok tani untuk menerapkan inovasi baru di bidang pertanian serta memberikan contoh bagi petani sekitarnya.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
4.8.5.2. Terbentuknya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Berdasarkan Keputusan Bupati Aceh Selatan No.61.A Tahun 2008, tentang pembentukan perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) atau di sebut Perkumpulan Keujreun Blang Aneuk Nanggroe Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 di bawah Dinas Perairan. Pembentukan P3A dan GP3A bertujuan untuk menjamin pemerataan air bagi lahan pertanian masyarakat. Sejak komplik hingga pasca damai dan Tsunami Aceh, sarana irigasi teknis tidak terpelihara dengan baik dan tidak berfungsi dengan semestinya. Sarana irigasi yang merupakan alat vital bagi pertanian seharusnya berfungsi dengan baik. Karena masalah air yang menjadi salah satu kendala yang di hadapi oleh petani sebagai penyebab menurunnya produksi pertanian di Propinsi Aceh juga di Kabupaten Aceh Selatan Perbaikan sarana irigasi menjadi salah satu agenda penting yang menjadi perhatian Pemerintah Daerah dalam upaya meningkatkan produksi partanian dalam Pgrogram Swasembada Pangan. Irigasi teknis yang mendapat perhatian Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan adalah irigasi Gunung Pudung, Paya dapur, Beutong dan Ujung Tanoh. Pemeliharaan sarana irigasi diperuntukan bagi masyarakat petani, untuk itu pemerintah bekerjasama dengan masyarakat dalam melakukan pemeliharaan dan ketersediaan air. Terbentuk 63 kelompok perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A). Dengan rincian 43 P3A Gunung
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Pudung, 17 P3A Paya Dapur dan 3 GP3A Paya Dapur. Pembentukan kelompok petani pemakai air bertugas menjaga dan merawat sarana irigasi dan menjamin pemerataan air bagi lahan pertanian masyarakat. Terkait dengan life skills lulusan SMK sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian sebagai motivator dan penggerak bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan produksi hasil pertanian. Sementara terbentukya P3A dan GP3A sebagai kelompok yang merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Perairan menjamin pemeliharaan dan pemerataan air bagi masyarakat petani dalam menyediakan air bagi lahan pertanian. Ketersediaan air bagi lahan pertanian merupakan salah satu faktor vital yang sangat perlu di perhatikan dalam upaya untuk mencapai hasil produksi yang maksimal. Peningkatan produksi merupakan upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dan menjadi tujuan program swasembada pangan nasional.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. 1.
Kesimpulan Terdapat perbedaan yang nyata life skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja sebelum dan sesudah melaksanakan Prakteik Kerja Industri dalam Program Pendidikan Sistim Ganda pada DU/DI baik aspek Teknis maupun non teknis. Peningkatan life skills non teknis lulusan sebelum melaksanakan Praktik Kerja Industri adalah 352,4800, setelah melaksanakan praktik kerja industri adalah 422,8800 dan aspek teknis sebelum melaksanakan Praktik Kerja Industri adalah 309,8600, setelah prakerin adalah 401,6200.
2.
Praktik Kerja Industri bagi SMK secara nyata mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kecakapan hidup (life skills) atau keahlian/kompetensi bidang keahlian pertanian atau bidang ketenagakerjaan. Hal ini mengacu pada pencapaian standar kemampuan/kompetensi yang sesuai dengan tuntutan jabatan pekerjaan lulusan yang bekerja sebagai tenaga
Penyuluh Pertanian.
Kehadiran Tenaga Penyuluh Lapangan Harian merupakan salah satu upaya Pemerintah Pusat bersama-sama Pemerintah Daerah dalam Program Revitalisasi pertanian di Indonesia menuju Swasembada Pangan Nasional
Kehadiran
Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian sebagai tenaga pendamping serta
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
motor penggerak ternyata mampu meningkatkan Produksi Pertanian yang merupakan Leading sektor, utamanya produksi tanaman padi yang merupakan andalan pertanian Kabupaten Aceh Selatan. Produksi padi sebelum adanya tenaga penyuluh 63.909.00 Ton (tahun 2006) dengan produktivitas 4,50 ton/ha setelah adanya penyuluh produksi padi 99.252.26 Ton (tahun 2007) dengan tingkat produktivitas 4,62 ton/ha.
5.2. Saran 1.
Praktik Kerja Industri dalam Program Pendidikan Sistem Ganda secara nyata meningkatkan life skills sehingga melahirkan Lulusan yang mandiri, memiliki keahlian/kompetensi bidang keahlian tertentu sehingga mampu mengisi peluang kerja yang tersedia di dunia kerja, untuk itu diharapkan perhatian dan kerjasama dari Pemerintah daerah dalam mendukung kegiatan ini baik materil maupun moril, utamanya Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan agar secara sadar memasukan Pendidikan Kecakapn Hidup (life skills) sebagai salah satu fokus analisis dalam pengembangan kurikulum pada tiap jenjang pendidikan terutama jenjang pendikan Sekolah Menengah Atas (SLTA).SMK Negeri I Pasie Raja sebagai lokasi Penyelenggara Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) diharapkan dapat memanfaatkan kewenangan dalam rangka mengembangkan dan menyelenggarakan pendidikan kecakapan hidup (life skills) sesuai dengan kondisi peserta didik, keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan daerah.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
2.
Kehadiran Tenaga Penyuluh terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian di Kabupaten Aceh Selatan, diharapkan kedepan program revitalisasi penyuluh oleh Pemerintah dapat secara berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga penyerapan tenaga penyuluh lulusan SMK dapat ditampung lebih banyak lagi karena terbukti mengurangi pengangguran terdidik, juga sesuai dengan kebijakan Menteri Pertanian RI yaitu ”Satu Desa, Satu Penyuluh”.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 2004 . Pendidikan Kecapan Hidup. Bandung: Alfabeta. Anonymous. 2008. Draft Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008-2013. Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan. Tapaktuan, Kabupaten Aceh Sealatan. Anonymous. 2008. Aceh Selatan dalam Angka. Kerjasam Badan Pusat Statistikdan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Selatan. Tapaktuan. Kabupaten Aceh Selatan. Depdiknas. 2002. Pedoman Penyelenggaran Program Kecakapan Hidup (Life Skill) Pendidikan Non Formal. Jakarta: Dirjen Diklusepa. Direktur Dikmas. 2002. Pendidika Kecakapan Hidup (Life Skilsl) Program untuk Menanggulanggi Penggangguran dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta. Djojonegoro, Wardiman. 1999. Pengembangan Sumberdaya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) . Jakarta : PT. Balai Pustaka. Fitriana, Noor. (http://www.infopendidikankita.blogspot.com/). Implememtasi Pendidikan Kecakapan Hidup. (diakses kamis, tanggal 06 Maret 2008). Hutasoit, DPI, Debora. 2009. Pengaruh Kegiatan Optimalisasi Lahan terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun, (Studi Kasus Nagori/Desa Naga Saribu Kecamatan Pamatang Silima Huta). Tesis.Medan Indrawati, Dwi. 2005. Strategi Manajemen Program Kecapan Hidup (Life Skills) Dala Memandirikan Warga Belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Petumbukan.Tesis. Medan. Kamars,M, Dachnel. 2005. Administrasi Pendidikan “Teori dan Praktek”. Edisi Kedua. Universitas Putra Indonesia Press. Padang. Komariah, Aan dan Triatna, Cepi. 2008. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Lie, Anita dan Prasasti, S. 2004. Cara Membina Kemandirian dan Tanggungjawab Anak. Elek Media Komputido Kelompok Gramedia. Miraza, Bachtiar Hassan. 2005. Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah. Bandung: ISEI. ___________________. 2008. Mencermati Perilaku Entrepreneur. USU Press. Medan. Indonesia Mulyanto, HR. 2008. Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah. Graha Ilmu, Yogyakarta. Nazir, Moh. 1990. Metodelogi Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Nachrowi, D, Nachrowi. 1999. Analisis Sumberdaya Manusia,Otonomi Daerah dan Pengembangan Wilayah dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah.Jakarta. Purnama, Lailun. 2006. Pengembangan Pembelajaran Program Life Skills Melalui Pola Sistem Terpadu, Tesis, Medan. Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah. P.T. Refika Aditama. Bandung. Sinaga, Marangin. 2006. Efektivitaas Fungsi Manajemen Pendidikan Sistim Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan Esa Prakarsa Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat. Tesis. Medan. Sinungan, Muchdarsyah. 2008. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara. Jakarta. Subana, M. dan Sudrajat. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Pustaka Setia. Surya, Aldwin. 2006. Perubahan Sosial Masyarakat Kota Metropolitan. Medan. Kopertis Wilayah I NAD-SUMUT. ____________. 2007. Pembentukan Kelas Menengah Kota : Cermin Kemapanan Ekonomi Masyarakat Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Universitas Prima Indonesia, Medan.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
S, P, Hasibuan, Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta. Sekolah Pasca Sarjana. 1977. Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis. USU Press. Todaro, P, Michael. 1999. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Keenam. Jilid I. Erlangga. Jakarta. Walpole, RE. 1992. Pengantar Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (http://www.iternetsukses.com/pdf). Info Pendidikan . Pendidikan Kecakapan Hidup. (diakses kamis tanggal,06 Maret 2008). (http://www.acehselatan.go.id/index2.php?option=isi&dopdf=1&id=425). Mencapai Ketahanan Pangan di Kabupaten Aceh Selatan. Dilaporkan pada Pertemuan Forum Pemulihan/PembangunanKabupaten (FPK) Aceh Selatan ke-XIV. (Studi BAPPEDA dan BKPPP tahun 2007 tentang Survey FIA-Food Insecurity Atlas-Pemetaan Rawan Pangan) Tapaktuan, Aceh Selatan, (diakses, 8 April 2009). (http://www.idlo.int/English/External/IPacehnews.asp). Sekilas tentang Qanun Penyelenggaraan Pendidikan di Aceh, Anda dan Hukum dalam Keseharian96. Kerjasama Harian Serambi Indonesia dengan IDLO, (diakses tanggal 8 April 2009). (http://www.deptan.go.id/bpsdm/webdiktan08/sinta06/SINAR%20TANI%20/). Reorientasi Kebijakan Tinggi Kedinasan di Departemen Pertanian. (diakses tanggal 23 Januari 2009). (http://Pelitabangsa. Org/doc/04 permen 22 tentang si.ppt). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi (SI). Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk mencapai Kompetensi Lulusan Minimal. (diakses tanggal 9 Juni 2009) (http://www.inherent.dikti.net/files/sisdiknas.pdf). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (diakses tanggal 9 Juni 2009)
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
(http://www.urbanpoor.or.id/index.php?lang=id). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah (diakses tanggal 9 Juni 2009). (http://www.unissular.ac.id/files/snp.pdf). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 Tentang Standar Nasional Pendidikan (diakses tanggal 9 Juni 2009).
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
LAMPIRAN I PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MAGISTER PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN DESA Jalan Sivitas Akademika,Tel. (061) 8212453 ,Kode Pos 20155 - Medan. Kepada Yth, Ibu/Bapak/Sdr. Responden Kegiatan Penelitian di – Tempat
Wawancara ini merupakan bagian dari kegiatan peneliti untuk menyelesaikan tesis S2 dengan judul “Analisis Peningkatan Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan SMK Melalui Praktik Kerja Industri Program Pendidikan Sistim Ganda Terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Aceh Selatan Provinsi Aceh”. Wawancara ini sepenuhnya untuk kepentingan ilmiah, sehingga tidak ada kaitannya dengan kondite Ibu/Bapak/Sdr. Atas kerjasama dan kesediaan menjawab wawancara ini, saya diucapkan terima kasih. Peneliti, FAUZIAH Nim : 077003038
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Rekapitulasi Petikan Wawancara
Nama Responden : 1. Drs. Zulachfi, M.Si. (Kep.
BKPPP
Kabupaten
Aceh
Selatan) Lokasi
: Kantor BKPPP
Hari/Tanggal
: Senin/06 April 2009
Jam
: 10.35 – 11.45 Wib
1. Menurut Bapak, apa saja yang “Faktor
teknis
yaitu
keterbatasan
menjadi kendala, permasalahan 1. dukungan
teknis,
seperti
irigasi,
dan tantangan menyebabkan tidak handtrakto, bibit dan tenaga ahli”. maksimalnya hasil yang di capai saat ini : 2. “Faktor
non
teknis
yaitu
adanya
perubahan agroklimat, modal dan sulinya mendapatkan informasi yang di butuhkan petani”. 3. “Selain itu musim tanam yang tidak serentak oleh masyarakat petani ”. 4. “Serangan hama tikus dan burung masih
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
menjadi kendala yang belum bisa di kendalikan”. 5. “Di beberapa daerah penyebab masih kurang optimalnya hasil produksi di sebabkan
bencana
banjir,
kurangnya
partisipasi masyarakat serta di beberapa daerah
terjadi
penyempitan
lahan
produktif pertania”. 2. Selain
masalah
diatas,
apa 6. “menurunnya
minat
petani
dan
produksi
keluarganya untuk tetap bertani karena
pertanian (padi) di Kabupaten
petani sering tergiur oleh fluktuasi harga
Aceh Selatan selama ini :
pada
penyebab
menurunya
satu
varitas
tanaman
tertentu
sehingga meninggalkan lahan pertanian bahkan sedang ditanami telah begitu saja, seperti tanaman nilam, pala, dll”. 7. “Banyaknya lahan tidur dan penyempitan lahan
pertanian,
akibatnya
tetjadi
penyepitan luas tanam”. 3. Menurut Bapak, apakah kehadiran 8. “Ya. Karena kehadiran tenaga penyuluh lulusan penyuluh
SMK
sebagai
lapangan
tenaga
lapangan harian sebagai motivator dan
harian
penggerak sangat berarti bagi masyarakat
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
pertanian sangat membantu Bapak
petani
dan semua staff atau petugas
minat petani dan keluarganya untuk tetap
BKPPP dalam upaya mewujudkan
bertani.
program
pemerintah
terutama
dalam meningkatkan
dalam
mewujudkan swasembada pangan Nasional.
Juga
pemerintah
Kabupaten
program Aceh
Selatan yaitu jadi lumbung padi : 4. Terkait dengan kinerja tenaga 9. “Kurang
mampu
mengadopsi
penyuluh lapangan harian dengan
permasalahan dan kendala yang di temui
masih kurang optimalnya hasil
di lapangan”.
pertanian : 5. Kedepan langkah apa saja yang 1
“Perlu adanya upaya perluasan areal
akan di tempuh agar hasil bisa 0
tanam,
secara
optmimal :
meningkatkan
bertahap kemampuan
mampu untuk
mengantisipasi banjir di daerah-daerah yang memiliki lahan aktif sehingga minat petani mengerjakan sawah meningkat, peran serta pemerintah daerah, Selain itu, perlu
ada
program
stimulan
untuk
meningkatkan produktifitas petani dan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
keluarganya untuk menjaga minatnya untuk tetap bertani karena petani sering tergiur oleh fluktuasi harga pada satu varitas
tanaman
tertentu
sehingga
meninggalkan lahan pertanian bahkan sedang
ditanami
telah
begitu
saja.
Ditingkat Dinas dan Lembaga lain yang tekait,
adanya
sinergisitas
mengakselerasi
untuk
upaya-upaya
meningkatkan hasil pertanian, dalam hal ini
Camat
diharapkan
mengkoordinir
mampu
masyarakat
untuk
bersama-sama menjaga, mengawasi dan merawat
fasilitas-fasilitas
teknis
pendukung pertanian seperti irigasi (baik teknis
maupun
bendungan
non
sehingga
teknis)
dan
fasilitas-fasilitas
tersebut terjaga dan tahan lama”. 1
“Mengatasi permasalahan diatas BKPPP
1
Kabupaten
Aceh
Selatan
sudah
melakukan
program
dalam
rangka
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
meningkatkan produksi panen petani dengan melakukan percobaan (demfarm) seluas 5 Ha di desa Ruak Kecamatan Kluet Utara. Terdapat perbedaan yang nyata hasil panen sebelum ada tenaga penyuluh
lapangan
harian
pertanian
produksi hanya + 3 ton/ha, sesudah ada Tenaga
penyuluh
lapangan
harian
pertanian produksi mencapai + 5,5 ton/ha. Disamping dukungan Pemerintah seperti dukungan
sarana
produksi,
pupuk,
pestisida handtraktor, pestisida, pupuk, benih dan biaya pengolahan”.
6. Terkait
dengan
pemberdayaan 1
“Menberikan bimbingan dan evaluasi
tenaga penyuluh lapangan harian 2
secara rutin pada semua tenaga penyuluh
sebagai motivator atau penggerak,
lapangan harian pertanian yaitu ada
langkah apa saja yang akan di
pertemuan
tempuh
meningkatkan
termasuk membahas permasalahan dan
kualitas tenaga penyuluh lapangan
kendala yang di temui di lapangan serta
harian :
bagaimana solusinya”.
dalam
setiap
jumat
dan
sabtu,
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
1
“Mengirim tenaga penyuluh lapangan
3
harian mengikuti pelatihan-pelatihan ke balai pelatihan pertanian seperti ke jepang, Saree, belawan, dll”.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Petikan Wawancara
Nama Responden : Zulfhata Pekerjaan
: Kepala BPP Kecamatn Kluet Utara
Lokasi
: Kantor BPP Kecamatn Kluet Utara
Hari/Tanggal
: Rabu/08 April 2009
1.
Menurut Bapak, apa saja yang “Faktor teknis yaitu keterbatasan dukungan menjadi kendala, permasalahan 1. teknis, seperti irigasi, handtrakto, bibit dan dan
tantangan
menyebabkan tenaga ahli”.
tidak maksimalnya hasil yang di capai saat ini : 2. “Faktor non teknis yaitu adanya perubahan agroklimat,
modal
dan
sulinya
mendapatkan informasi yang di butuhkan petani”. 3. “Selain itu musim tanam yang tidak serentak oleh masyarakat petani ”. 4. “Serangan hama tikus dan burung masih menjadi kendala yang belum bisa di
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
kendalikan”. 5. “Di beberapa daerah penyebab masih kurang optimalnya hasil produksi di sebabkan
bencana
banjir,
kurangnya
partisipasi masyarakat serta di beberapa daerah terjadi penyempitan lahan produktif pertania”. 2.
Selain
masalah
diatas,
apa 6. “menurunnya
minat
petani
dan
penyebab menurunya produksi
keluarganya untuk tetap bertani karena
pertanian (padi) di Kabupaten
petani sering tergiur oleh fluktuasi harga
Aceh Selatan selama ini :
pada
satu
varitas
tanaman
tertentu
sehingga meninggalkan lahan pertanian bahkan sedang ditanami telah begitu saja, seperti tanaman nilam, pala, dll”. 7
“Banyaknya lahan tidur dan penyempitan lahan
pertanian,
akibatnya
tetjadi
penyepitan luas tanam”. 3.
Menurut
Bapak,
apakah 8. “Ya. Karena kehadiran tenaga penyuluh
kehadiran lulusan SMK sebagai
lapangan harian sebagai motivator dan
tenaga
penggerak sangat berarti bagi masyarakat
harian
penyuluh pertanian
lapangan sangat
petani terutama
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
membantu Bapak dan semua staff atau petugas BKPPP dalam upaya
mewujudkan
program
pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan Nasional. Juga
program
pemerintah
Kabupaten Aceh Selatan yaitu jadi lumbung padi. 4.
Terkait dengan kinerja tenaga 9. “Kurang
mampu
mengadopsi
penyuluh
lapangan
harian
permasalahan dan kendala yang di temui di
dengan
masih
kurang
lapangan”.
optimalnya hasil pertanian. 5.
Kedepan langkah apa saja yang 1
“Perlu adanya upaya perluasan areal
akan di tempuh agar hasil bisa 0
tanam,
optmimal .
meningkatkan
secara
bertahap kemampuan
mampu untuk
mengantisipasi banjir di daerah-daerah yang memiliki lahan aktif sehingga minat petani mengerjakan sawah meningkat, peran serta pemerintah daerah, Selain itu, perlu
ada
program
stimulan
untuk
meningkatkan produktifitas petani dan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
keluarganya
untuk
menjaga
minatnya
untuk tetap bertani karena petani sering tergiur oleh fluktuasi harga pada satu varitas
tanaman
tertentu
sehingga
meninggalkan lahan pertanian bahkan sedang
ditanami
telah
begitu
saja.
Ditingkat Dinas dan Lembaga lain yang tekait,
adanya
sinergisitas
mengakselerasi
untuk
upaya-upaya
meningkatkan hasil pertanian, dalam hal ini
Camat
diharapkan
mampu
mengkoordinir masyarakat untuk bersamasama menjaga, mengawasi dan merawat fasilitas-fasilitas
teknis
pertanian
irigasi
maupun
seperti non
teknis)
pendukung (baik
dan
teknis
bendungan
sehingga fasilitas-fasilitas tersebut terjaga dan tahan lama”. 1
“Mengatasi permasalahan diatas BKPPP
1
Kabupaten Aceh Selatan sudah melakukan program
dalam
rangka
meningkatkan
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
produksi panen petani dengan melakukan percobaan (demfarm) seluas 5 Ha di desa Ruak Kecamatan Kluet Utara. Terdapat perbedaan yang nyata hasil panen sebelum ada tenaga penyuluh lapangan harian pertanian produksi hanya + 3 ton/ha, sesudah ada Tenaga penyuluh lapangan harian pertanian produksi mencapai + 5,5 ton/ha. Disamping dukungan Pemerintah seperti dukungan sarana produksi, pupuk, pestisida handtraktor, pestisida, pupuk, benih dan biaya pengolahan”.
6.
Terkait dengan pemberdayaan 1 tenaga
penyuluh
lapangan 2
“Menberikan
bimbingan
dan
evaluasi
secara rutin pada semua tenaga penyuluh
harian sebagai motivator atau
lapangan
penggerak
pertemuan
harian setiap
pertanian jumat
yaitu dan
ada sabtu,
termasuk membahas permasalahan dan kendala yang di temui di lapangan serta bagaimana solusinya”.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
1
“Mengirim
tenaga
penyuluh
lapangan
3
harian mengikuti pelatihan-pelatihan ke balai pelatihan pertanian seperti ke jepang, Saree, belawan, dll”.
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
LAMPIRAN 2 :
T-Test 1. OUTPUT ANALISIS NON TEKNIS Paired Samples Statistics
Pair 1
Nilai Non Teknis sebelum PSG Nilai Non Teknis sesudah PSG
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
352.4800
50
62.44581
8.83117
422.8800
50
71.33212
10.08788
Paired Samples Correlations Pair 1
Nilai Non Teknis sebelum PSG & Nilai Non Teknis sesudah PSG
N
Correlation
Sig.
50
.557
.000
Paired Samples Test
Mean Pair 1
Nilai Non Teknis sebelum PSG - Nilai Non Teknis sesudah PSG
Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Std. Deviation Mean Upper Lower
-70.40000
63.47874
8.97725
-88.44046
-52.35954
LAMPIRAN : 3
T-Test 2. OUTPUT ANALISIS TEKNIS Paired Samples Statistics
Pair 1
Nilai Teknis sebelum PSG
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
309.8600
50
83.46624
11.80391
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
t
-7.842
air 1
Nilai Teknis sesudah PSG
401.6200
50
95.77437
13.54454
Paired Samples Correlations
Pair 1
Nilai Teknis sebelum PSG & Nilai Teknis sesudah PSG
N
Correlation
Sig.
50
.652
.000
Paired Samples Test Paired Differences
Nilai Teknis sebelum PSG - Nilai Teknis sesudah PSG
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower
-91.76000
75.56307
10.68623
-113,23479
LAMPIRAN 4
Kecamatan
Desa
1
2
Trumon Timur
Bakongan
df
Sig. (2-tailed)
-8.587
49
.000
: Data Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian Kabupaten Aceh Selatan
Tempat Tugas
Trumon
-70.28521
t
Nama
Angkatan
3
4
5
2000
A
Bidang Keahlian
Gunong Kapok
Cut Rosmanidar,SP
Padang Harapan
Jailani
Pulo Paya
Muhammad Nasir
Ujung Tanah
Rahmad Fadli
2005
BDT
Keude Trumon
Rustam
2005
BDT
Kuta Baro
Muksin,SP
2000
BDT
2006
BDT
Sigleng
Saiful
-
-
Krueng Luas
Carkawi
-
-
Lhok Raya
Mustaidar
-
-
Cot Bayu
Asmadi
2005
BDT
Ladang Rimba
Miswardi
2006
BDT
Alue Bujok
Murthaza
2006
BDT
Seunebok Pusaka
Muhammad saidi
2006
BDT
Keude Bakongan
Musliadi
Seunebok Alur Buloh
Husdarliana
2000
BDT
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Bakongan Timur
Kluet Selatan
Rambong
Hafdhan
1997
Jambo Kapok
Muswir
1998
UTT
Ujung Gunugn Rayek
Rusnadi
2005
BDT
Ujung Tanoh
Junaidi
1997
UTT
Beutong
Dedek Syah Putra
1998
AGRONOMI
Ujung Padang
Melli Irwan
2005
BDT
Bukit Gadeng
Puspa Dewi
2005
BDT
Ujung Mangki
Rita Diyanti
-
Ladang Rimba
Hilmi
-
Seuleukat
Musliadi
1998
Sawah Tignkam
Jasnidar
-
Simpang Seubadeh
Suliyandi
2006
Seubadeh
Syahirudin
-
Pulo Cut
Masdiani,SP
2000
BDT
Barat Daya
Asnawati
1997
UTT
Gelumbuk
Sofia
1999
UTT
Keude Kandang
Marlina
1999
UTT
Pasie Lembang
Mulkandi
1998
UTT
Ujung Padang
Muhammad Hudri
2000
BDT
Sialang
Hasnidar
1997
Agronomi
Pasie Meurapat
Rospaini
-
Jua
Yulizar
1998
Argonomi
Ujung
Nilawati
1999 4
Agronomi 5
1
Kluet Timur
Kluet Utara
3
2
AGRONOMI
AGRONOMI BDT -
-
Luar
Nirwana
-
Pulo Ie
Sawati,SP
-
Ujung Pasir
Argawati.A
Rantau Binuang
Alizar
1998
UTT
Suaq Bakung
Erawati
1998
UTT
Lawe Sawah
Ir.Tanwir
-
Durian Kawan
Haslinda
1999
BDT
Tanah Munggu
Ernita
1998
AGRONOMI
Paya Dapur
Hayatun Nufus
1998
AGRONOMI
Lawe Buloh Didih
Syamsinar
Paya Laba
Talyani,SP
2000
BDT
Gunung Pulo
Asmanidar
1997
BDT
1999
-
BDT
-
-
Pasie Kuala bau
Martini
2005
UTT
Krueng Bate
Suryani MD
1997
BDT
Pulau Kambing
Roslina
1999
AGRONOMI
Ruak
Agustina Wati
1999
UTT
Krueng Kluet
Anita
1999
BDT
1998
AGRONOMI
Pasie kuala Asahan
Anisah
Kedai Padang
Cut Aisyah
-
Kampong Paya
Mega Ernita
2000
Kampung Tinggi
Saltianur
Suaq Geringgeng
Nini Suparni
2005
BDT BDT
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Kluet Tengah
Pasie Raja
Pulo Ie
Safwizar,SP
Alur Mas
Musri Warni
-
Simpang lee
Marwanlina
2001
Kampung Tengah
Sarmina
Kampung Sawah
Eri Hafsah
Jambo Papeun
Nur Khalis
Malaka
Bismi Sara Atika
Sawang
BDT
-
BDT
-
-
2000
BDT
Almunadi.HS
-
Koto
Irwan
-
Simpang Dua
Ayubsyah
Lawe Melang
Ridwan Syah
-
-
-
2000
BDT
Simpang Tiga
Kendri
-
-
Mersak
Sudianto
-
-
Seunebok
Yeni Qusnita
1998
UTT
Silolo
Nur Asmah
1997
UTT
Ladang Tuha
Fazli Sahmi
1997
UTT
Mata Ie
Salmanidar
2004
BDT
Krueng Bate
Martunis
1997
AGRONOMI
Krueng Kale
Rusiat Sp
1999
BDT
Ie Merah
Dedi Gusti STP
1998
BDT
Lhok Sialang
Cut Harliana
2004
BDT
Erni
2005
BDT
4
5 BDT
1
Samadua
-
1999
Koto Indarung
Pulo Ie
Tapak Tuan
-
3
2 Pucok Krueng
Marrati
2005
Kampung Baro
Masnijar
-
Ladang Teungoh
Siti Hafsah
2000
BDT
Lhok Sialang
Mursila
1997
UTT
Paya Ateuk
Sa'adah
1997
UTT
Ujung Padang
Surnidar
-
-
Pasar Hihir
Amalia Rusmalina,SP
-
-
-
Lhok Bengkuang
Azhar
1997
UTT
Gunung Keurambi
Novarisda
1997
AGRONOMI
Kuta Blang
Helmiyanti
2001
BDT
Jilatang
Lindawati
2000
BDT
Subarang
Hasni Marlinda,SP
-
-
Alur simerah
Hijrah Saputra,SP
-
-
Gunung Ketek
Dina Triana,SP
-
-
Desa Luar
Alisyah.R
-
-
Ladang Kasik Putih
Laimina
Paya Nan Gadang
Erwin
Pasar Gadang
Yukisman
Blang Gelinggang Trieng Meuduro
Hilda Saraswati,SP Khalidin Muhammad Salim
Trieng Tungoh
Yuvirsal Putra
2001 2005
BDT BDT
-
-
-
-
1997
UTT
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
Mutiara
Meukek
Labuhan Haji
Labuhan Haji Timur
L . H. Barat
Dirhansyah,SP
-
-
Ujung Padang
Tomi Agusardi,SP
-
-
Sawang Bau
Muhammad Alihanifiah
-
-
Meuligo
Ulfia Hidayani
2000
Ie Dingin
Nida Novianti
-
-
Alue Meutuah
Lusiana
-
-
Arun Tunggai
Ade Murdani,SP
-
-
Kuta Buloh
Arisman,SP
-
-
Jambo Papeun
Jabarnur
-
Teungah Peulumat
Ida Salmi
1998
BDT
AGRONOMI
Teungah Baro
Iskandar
Manggis Harapan
Ainal Fadli
-
-
Tengah Pisang
Ramdani
-
-
Manggis Harapan
Syafruddin
-
-
Limau Saring
Herliandi Sarkawi,SP
-
-
1997
UTT
Keumumu Hilir
Subermiati
1997
AGRONOMI
Keumumu Hilir
Amirul Susanto,SP
1998
UTT
Butong
Irwandi,SP
1998
UTT
Gunung Rotan
Armantoni
1997
AGRONOMI
Peunelop
Burhanudin
-
-
Peulokan
Aja Puspita Samudra
-
-
Pante Geulima
Muklis
-
-
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2009 LAMPIRAN 5 : DATA NILAI TEKNIS DAN NON TEKNIS LULUSAN SMK NEGERI I PASIE RAJA YANG MENJADI TENAGA PENYULUH LAPANGAN HARIAN PERTANIAN DI KABUPATEN ACEH SELATAN NILAI SEBELUM
NILAI SESUDAH
PRA PSG NO
NAMA
1
2
TAHUN 3
NON TEHNIS 4
PSG
TEHNIS
JUMLAH
5
6
RATA-2 7
NON TEHNIS 8
TEHNIS 9
JUMLAH 10
1
YULIZAR
1996
315
435
740
67,28
290
510
800
2
ERWIN
1996
325
225
570
51,82
280
350
630
3
NOVA RISDA
1996
254
214
460
41,82
257
321
578
4
ARMANTONI
1996
285
258
533
48,46
325
335
650
5
NIDA NOVIANTI
1996
275
229
514
46,72
330
311
641
6
HILMIATI
1996
260
260
520
47,27
350
360
710
7
KHAIRUMI
1997
315
245
550
50,00
270
475
745
8
NURASMAH
1997
330
300
630
57,27
350
470
920
9
SURNIDAR
1997
318
248
550
50,00
504
415
745
10
SAADAH
1997
263
213
470
42,72
465
470
870
11
ASNAWATI
1997
305
229
534
48,54
275
470
745
12
ASMANIDAR
1997
225
315
530
48,18
275
470
745
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
13
HAMIDI
1997
390
365
755
68,63
420
14
YUFIRSAL PUTRA
1997
305
345
640
58,18
430
432
862
15
ERNITA
1997
325
410
725
65,90
425
449
874
16
HAFDHAN
1997
425
325
700
63,63
412
319
831
17
MUSLIADI
1997
390
425
815
74,09
470
550
1020
18
YENNI QUSNITA
1997
337
287
610
55,45
359
336
795
19
MULKANDI
1997
420
230
735
66,81
460
320
937
20
ANNISAH
1997
343
392
735
61,25
425
512
937
21
ARGAWATI
1998
296
309
615
55,90
425
512
800
22
SOFIA
1998
330
410
740
67,27
350
440
630
Fauziah : Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, 2009
490
910
Lanjutan : Lampiran 5 23
MARLINA
1998
420
460
880
80,00
504
504
24
TALYANI
1999
300
215
515
46,81
465
230
650
25
MURSILA
1999
290
340
630
57,27
520
290
641
26
578
1999
390
280
670
60,90
495
230
710
27
RIDWANSYAH BISMI SARA ATIKA
1999
470
240
710
64,54
500
355
745
28
MEGA ERITA
1999
265
460
725
65,90
425
512
920
29
ULPIA HIDAYANI
1999
375
415
780
70,90
420
442
745
30
1999
455
245
700
63,63
530
480
870
31
SUDIANTO MUHAMMAD HUDRI
1999
275
175
450
40,90
455
375
745
32
ERNI
1999
387
273
660
60,00
450
245
745
33
2000
420
370
790
71,81
465
480
910
34
RITA EVIVIANTI DEDEK SYAHPUTRA
2000
460
265
725
65,90
455
460
862
35
AGUSMADI
2001
435
375
810
73,63
483
443
874
36
MARWALINA
2002
330
220
550
50,00
450
235
831
37
RUSNILA
2003
464
336
800
72,72
460
480
1020
38
ANITA
2003
357
536
893
81,18
470
541
795
39
HASNIDAR
2003
380
436
816
74,18
460
480
937
40
ISKANDAR
2004
365
357
712
64,72
464
460
924
41
2004
415
325
740
67,27
464
397
861
42
ALIZAR MUHAMMAD NASIR
2004
300
254
554
50,36
445
240
685
43
NINI SUPARNI
2004
360
370
730
66,36
454
470
925
44
CUT HARLINA
2004
415
275
690
62,72
474
390
863
45
SALMANIDAR
2004
325
217
542
49,27
445
240
685
46
ISKANDAR
2004
375
365
740
67,27
464
460
925
47
RAHMAT FADLI
2005
410
260
670
60,90
455
280
735
48
JANIBAH
2005
395
220
615
55,90
430
275
705
49
RUSTAM
2006
420
320
740
67,27
450
480
930
50
MURTHAZA
2007
340
220
560
50,90
445
290
735
129
LAMPIRAN 6 : Dokumentasi Penelitian
Gambar 1 : Kegiatan meperbaiki dan membersihkan sarana irigasi oleh masyarakat, P3A dan Pemerintah daerah (Camat Kluet Utara). (Rabu,12-11-2008)
Gambar 2 : Kondisi lahan pertanian masyarakat yang di biarkan terlantar tidak di kerjakan, dan di rencanakan akan di jaikan sebagai lokasi Demfarm dalam program swasembada pangan di Kabupaten Aceh Selatan.
130
130
Gambar 3 dan 4 : Pemerintah daerah (Camat) memberikan arahan kepada petani Kr.Batu pada saat kenduri blang pada musim tanam 2008/2009. (Jumat, 14-11-2008)
131
Gambar 5 dan 6 : Kepala BKPPP Kabupaten dan Kecamatan, Camat, Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian sedang memberikan arahan kepada masyarakat dalam kegiatan Demfarm dan masa tanam Tahun 2008/2009.
132
Gambar 7 : Petugas Kabupaten dan Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian sedang melakukan pengecekan pupuk dan obat-obatan yang akan di salurkan kepada masyarakat.
Gambar 8 : Kepala BKPPP, tenaga penyuluh lapangan harian dan masyarakat sedang melakukan penanaman sistim Legowo pada lokasi Demfarm padi pada lahan persawahan petani. (06 Januari 2008)
133
Gambar 9 dan 10 : Kepala BKPPP Kabupaten dan Kecamatan, petugas dan tenaga penyuluh lapangan harian sedang melakukan penanaman di lokasi persawahan milik petani.
Gambar 11 : Camat bersama dengan masyarakat di tengah lahan persawahan siap panen akan menghadiri kenduri blang di Jambo Blang, Gampong Pulo Ie.
134
Gambar 12 : Kabib Bimas Kabupaten dan tenaga penyuluh lapangan harian pertanian sedang melaksanakan panen perdana bersama pada lahan petani.
Gambar 13 : WKBKPPP dan penyuluh lapangan harian pertanian Kecamatan Kluet Utara sedang melakukan panen raya pada lahan Demfarm milik masyarakat.
135
Gambar 14 : Padi yang selesai panen di lokasi Demfarm.
136
LAMPIRAN 7 : PETA ADMINISTRASI KABUPATEN ACEH SELATAN