95
ANALISIS KONVERSI HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT (Conversion Analysis of Mangrove in District Gebang, Langkat) 1
Rika Wirani1, Yunasfi2, Zulham Apandy Harahap2 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (E-mail:
[email protected]) 2 Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Mangrove is continuously under pressure due to various human activities. Lack of understanding about the importance of mangrove ecosystems and the increasing of life needs has sparked a mangrove conversion occurs. This research analyzed the conversion of mangrove in the district gebang, langkat from 2003 to 2012 using image of landsat ETM 7+ satellite of 2003 year and 2012 year and its impact to the economic situation of the fisherman. The landuse in district Gebang are ground, mangrove, rice field, pond, plantations, dryland, farming bush, residence, and water. The landuse of mangrove in the district Gebang decreased by 79,96% from 2003 to 2012. Extensive mangrove which have been converted into ponds is 276,96 ha, 1.520,46 ha of plantations, and 313,10 ha of farming bush. The catches of fisherman has decreased into 30,71% and fishing income decreased into 51,37%. Keywords : Land conversion, mangrove, landsat ETM 7+ PENDAHULUAN Satu diantara beberapa sumber daya alam wilayah pesisir yang cukup penting adalah hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan satu diantara beberapa ekosistem pesisir yang memiliki krakteristik khas. Keberadaan hutan mangrove di kawasan pesisir secara ekologi dapat berfungsi sebagai penahan lumpur, sebagai daerah asuhan, tempat mencari makan, daerah pemijahan dan pembesaran berbagai organisme. Segi ekonomi hutan mangrove menyediakan bahan baku industri antara lain kayu, kayu arang dan kayu bangunan. Hutan mangrove merupakan hutan yang khas, didominasi oleh tumbuhan yang relatif toleran terhadap perubahan salinitas dan
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Berdasarkan data dari FAO (2007), luas hutan mangrove di Indonesia dari tahun 1980 hingga 2005 terus mengalami penurunan, yaitu dari 4.200.000 Ha menjadi 2.900.000 Ha. Dalam kurun waktu antara tahun 2000-2005, luas hutan mangrove di Indonesia mengalami penurunan sebesar 50.000 Ha atau sekitar 1,6 % (Marjuki dkk., 2011). Pemahaman yang kurang tentang pentingnya ekosistem hutan mangrove dan meningkatnya kebutuhan hidup telah memicu terjadi konversi hutan mangrove. Konversi hutan mangrove semakin marak terjadi di Kecamatan Gebang selama kurun waktu delapan tahun belakangan. Sekitar 2.195 hektar hutan mangrove di Kecamatan
96
Gebang telah mengalami kerusakan akibat konversi hutan mangrove. (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Langkat, 2013). Berdasarkan fakta tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui perubahan tutupan lahan hutan mangrove akibat konversi hutan mangrove dan dampaknya terhadap keadaan ekonomi nelayan di sekitar kawasan mangrove. Penelitian ini menggunakan citra satelit Landsat ETM 7+ dan survei lapangan. Penelitian ini dilakukan pemodelan spasial konversi hutan mangrove dengan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis di lahan hutan mangrove Kecamatan Gebang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perubahan tutupan lahan hutan mangrove dengan menggunakan citra satelit Landsat dan menganalisis dampak dari konversi hutan mangrove terhadap keadaan ekonomi nelayan di kawasan hutan mangrove di Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, pada bulan Juni sampai September 2013. Lokasi penelitian meliputi desa di Kecamatan Gebang yang memiliki kawasan mangrove yaitu Desa Kuala Gebang, Desa Sangga Lima, Desa Dogang dan Desa Pasar Rawa. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data spasial berupa peta digital administrasi kecamatan Gebang, Citra Landsat ETM 7+ kecamatan Gebang tahun 2003 dan 2012, peta
penggunaan lahan Kecamatan Gebang tahun 2003 dan 2012, dan peta rupa bumi Indonesia. Data non spasial berupa data statistik pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir Kecamatan Gebang, data produksi perikanan Kecamatan Gebang, data statistik pekerjaan masyarakat pesisir Kecamatan Gebang, dan data penunjang lainnya. Alat-alat yang digunakan untuk pengolahan data terdiri atas perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras (hardware) adalah laptop dan perangkat lunak (software) untuk pengolahan citra satelit adalah Er Mapper versi 6.3, Arc View versi 3.3 dan Arc Map versi 9.3. Penentuan titik koordinat lokasi penelitian menggunakan Global Positioning System (GPS) dan dokumentasi menggunakan kamera digital. Metode Pengumpulan Data Data primer penggunaan atau penutupan lahan diperoleh dari pengambilan titik koordinat di lokasi penelitian menggunakan GPS. Data primer keadaan ekonomi nelayan diperoleh dengan teknik kuisioner dan wawancara langsung dengan nelayan. Populasi pengambilan sampel adalah kepala keluarga (KK) nelayan yang berdomisili di Kecamatan Gebang. Menurut Hoddi et al. (2011), penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu:
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Tingkat kelonggaran (10%)
97
Data sekunder yang dikumpulkan adalah data spasial berupa peta digital administrasi kecamatan Gebang, Citra Landsat ETM 7+ kecamatan Gebang tahun 2003 dan 2012, peta penggunaan lahan kecamatan Gebang tahun 2003 dan 2012, peta rupa bumi Indonesia. Data non-spasial berupa data penggunaan lahan atau penutupan lahan, data statistik kecamatan/desa, dan data hasil penelitian sebelumnya. Analisis Data 1. Analisis Perubahan Tutupan Lahan Citra landsat ETM 7+ tahun 2003 dan 2012 di digitasi berdasarkan monogram citra landsat band 543. Dilakukan interpretasi citra. Analisis dan klasifikasi perubahan lahan yang terjadi. Diperoleh data perubahan tutupan lahan. 2. Analisis Keadaan Ekonomi Nelayan Data yang diperoleh berupa hasil tangkapan ikan dan pendapatan nelayan sebelum dan sesudah terjadinya konversi hutan mangrove akan diuji dengan uji-t matched pair menggunakan software SPSS 17.0. Uji-t matched pair yaitu uji statistik yang menentukan signifikan perbedaan dua populasi yang saling berhubungan (Nazir 2003, diacu oleh Aritonang, 2007). Kriteria uji: 1. Jika nilai thitung ≤ nilai ttabel, maka Ho diterima, sehingga besarnya hasil tangkapan dan pendapatan sesudah terjadinya konversi hutan mangrove tidak berbeda nyata dengan sebelum terjadinya konversi hutan mangrove. 2. Jika nilai thitung > nilai ttabel, maka H1 diterima, sehingga besarnya
hasil tangkapan dan pendapatan sesudah terjadinya konversi hutan mangrove berbeda nyata dengan sebelum terjadinya konversi hutan mangrove. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan Tutupan Lahan Hutan Mangrove di Kecamatan Gebang dari Tahun 2003 Sampai Tahun 2012 Berdasarkan hasil pengambilan titik di lapangan dengn GPS dan dari interpretasi citra Landsat ETM 7+ yang dilakukan, dapat diketahui bahwa tipe penutupan lahan di Kecamatan Gebang sangat beragam. Tipe tutupan lahan yang ditemukan di lapangan dikelompokkan menjadi sembilan kelas tutupan lahan yaitu tanah terbuka, hutan mangrove sekunder, sawah, tambak, perkebunan, pertanian lahan kering, semak belukar, pemukiman, dan tubuh air. Peta tutupan lahan Kecamatan Gebang dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
98
Gambar 1. Peta tutupan lahan Kecamatan Gebang tahun 2003
Gambar 2 Peta tutupan lahan Kecamatan Gebang tahun 2012
99
Berdasarkan hasil klasifikasi Kecamatan Gebang dan besar pada citra satelit, dapat diketahui perubahan tutupan lahan dapat bahwa dalam waktu 9 tahun terjadi dilihat pada Tabel 1. perubahan luas tutupan lahan di Tabel 1. Perubahan tutupan lahan Kecamata Gebang dari tahun 2003 sampai tahun 2012. Tahun 2003 Tahun 2012 Perubahan Tutupan No. Luas Luas Luas Lahan % % %*) (Ha) (Ha) (Ha) Tanah 370,43 2,10 918,83 5,21 548,40 148,04 Terbuka 2. Hutan Mangrove 2.567,25 14,54 514,42 2,91 -79,96 2.052,83 Sekunder 3. Sawah 1.108,32 6,30 1.286,21 7,30 177,88 16,04 4. Tambak 2.944,18 16,67 2.734,93 15,50 -209,25 -7,10 5. Perkebunan 3.947,83 22,36 4.716,93 26,74 769,10 19,48 Pertanian 6. Lahan 4.545,25 25,74 4.840,22 27,44 294,28 6,47 Kering 7. Belukar 1.928,23 10,92 1.940,41 11.00 12,19 0,63 8. Tubuh Air 243,63 1,38 613,76 3,50 370,13 151,92 9. Pemukiman 69,50 0,40 69,50 100,00 Total 17.655,12 100 ,00 17.635,21 100,00 *)-: penurunan terhadap luas masing-masing penutupan lahan tahun 2003 Hutan mangrove di kecamatan 514,42 ha. Diagram perubahan Gebang pada tahun 2003 seluas tutupan tutupan lahan hutan 2.567,25 ha dan pada tahun 2012 mangrove dapat dilihat pada Gambar hutan mangrove di Kecamatan 3 Gebang berkurang luasnya menjadi 1.
3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2003
2012
Gambar 3. Perubahan tutupan lahan hutan mangrove dari tahun 2003 sampai tahun 2012 Berdasarkan hasil analisis dibuat matriks transisi yang overlay sederhana, dapat diketahui menyatakan asal tutupan lahan tahun perubahan tutupan lahan dan dapat 2003 yang ada pada tahun 2012
100
(from-to-changes). Matriks transisi Tabel 2. tutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 2. Matriks transisi perubahan lahan Kecamatan Gebang dari tahun 2003 sampai tahun 2012 Tutupan Lahan 2012 Tutupan Lahan 2003
Tanah Terbuka
Semak
Tubuh
Lahan Kering
Belukar
Air
237,64
1,63
7,74
-
-
370,43
Sawah
Tambak
Perkebunan
120,01
-
Pemukiman
Total
Pertanian
Mangrove
Luas 2003
Tanah Terbuka
3,41
-
Mangrove
1,20
408,64
-
276,96
1.520,46
313,10
-
46,89
-
2.567,25
Sawah
5,69
-
1057,10
-
5,82
18,43
21,28
-
-
1.108,32
-
98,15
-
2.409,54
15,83
179,25
68,25
173,16
-
2.944,18
905,02
0.36
31,99
-
2.888,47
49,60
40,03
32,36
-
3.947,83
3,38
-
43,55
16,63
32,05
4.256,87
106,70
16,57
69,50
4.545,25
0,13
-
33,56
15,29
8,52
21,34
1.696,41
133,07
-
1.928,23
-
7,27
-
16,51
8,14
-
-
211,71
-
243,63
918,83
514,42
1.286,21
2.734,93
4.716,93
4.840,22
1.940,41
613,76
69,50
Tambak Perkebunan Pertanian Lahan Kering Semak Belukar Tubuh Air Total Luas 2012
Tabel 2 menunjukkan perubahan tutupan lahan dan asal tutupan lahan tahun 2003 yang ada pada tahun 2012 di Kecamatan Gebang. Sumber luas tutupan lahan hutan mangrove di tahun 2012 berasal dari tambak seluas 98,15 ha, perkebunan 0,36, dan tubuh air 7,27 ha.
Peta tutupan lahan hutan mangrove Tahun 2003 dan 2012 dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Peta perubahan tutupan lahan hutan mangrove dari tahun 2003 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 4. Peta tutupan lahan hutan mangrove Kecamatan Gebang Tahun 2003
101
Gambar 5. Peta tutupan lahan hutan mangrove Kecamatan Gebang Tahun 2012
Gambar 6. Peta perubahan tutupan lahan hutan mangrove Kecamatan Gebang dari tahun 2003 sampai tahun 2012 Hasil Tangkapan Ikan Secara umum dapat mengalami penurunan. Rata-rata diperoleh bahwa hasil tangkapan hasil tangkapan nelayan per bulan nelayan di lokasi penelitian pada tahun 2003
102
yaitu 457,44 kg/bulan dan pada penurunan sebesar 30,71%. Hasil tahun 2012 yaitu 140,48 kg/bulan. tangkapan ikan nelayan dapat dilihat Hasil tangkapan nelayan mengalami pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil tangkapan ikan per bulan Tahun Tahun Hasil Tangkapan No. 2003 % 2012 % Selisih Ikan (kg/bulan) (KK) (KK) 1. > 200 82 90,10 13 14,28 69 2. ≤ 200 9 9,90 78 85,72 -69 Berdasarkan uji t-matched Rata-rata pendapatan nelayan per pair t-hitung yang diperoleh sebesar bulan pada tahun 2003 yaitu 22,855 dan jauh lebih besar dari tRp.2.739.780 dan pada tahun 2012 tabel (1,66). Secara statistik dapat yaitu Rp.1.407.637. Pendapatan disimpulka bahwa terdapat nelayan mengalami penurunan perbedaan yang signifikan dengan sebesar 51,37%. Kategori tingkat kepercayaan 95% antara hasil pendapatan nelayan pada Tabel 4 tangkapan pada tahun 2003 sebelum berdasarkan upah minimum konversi hutan mangrove dengan Kabupaten Langkat pada Tahun tahun 2012 sesudah konversi hutan 2012 yaitu Rp. 1.202.000. Tingkat mangrove. pendapatan nelayan dapat dilihat pada Tabel 4. Pendapatan Nelayan Pendapatan nelayan di lokasi penelitian mengalami penurunan. Tabel 4. Tingkat pendapatan nelayan per bulan Tahun Tahun Pendapatan 2003 % 2012 % Selisih No. (Rp) (KK) (KK) 1. > 1.202.000 81 89,01 52 57.,14 29 2. ≤ 1.202.000 10 10,99 39 42,86 -29 Berdasarkan uji t-matched Hasil penelitian menunjukkan pair tersebut t-hitung yang diperoleh hutan mangrove yang terdapat di sebesar 20,951 dan jauh lebih besar Kecamatan Gebang merupakan dari t-tabel (1,66). Secara statistik hutan mangrove sekunder. Hutan dapat disimpulkan sekunder merupakan hutan yang bahwa terdapat perbedaan yang tumbuh melalui suksesi sekunder signifikan dengan tingkat alami pada lahan hutan yang telah kepercayaan 95% antara mengalami gangguan yang berat. pendapatan nelayan pada tahun 2003 Bagian vegetasi di kawasan ini telah sebelum konversi hutan mangrove mengalami gangguan yang dengan tahun 2012 sesudah konversi disebabkan oleh adanya aktifitas hutan mangrove. masyarakat seperti pertanian, perburuan, illegal loging, pencurian hasil hutan kayu dan non kayu yang Pembahasan mengakibatkan menurunnya kualitas Perubahan Tutupan Lahan Hutan dan kuantitas keanekaragaman jenis Mangrove di Kecamatan Gebang vegetasi (Naharuddin, 2006). dari Tahun 2003 Sampai Tahun Hasil penelitian menunjukkan 2012 hutan mangrove di Kecamatan
103
Gebang seluas 514,42 ha dari sebelumnya pada tahun 2003 seluas 2.567,25 ha. Terjadi pengurangan luas hutan mangrove seluas 2052,83 ha. Pengurangan luas hutan mangrove disebabkan terjadi konversi hutan mangrove, perambahan hutan mangrove, serta terjadinya pembelokan aliran sungai. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Kusmana, 1995 diacu oleh Wicaksono (2006) yakni berkurangnya lahan hutan mangrove di beberapa provinsi bisa disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini: 1. Konversi hutan mangrove menjadi bentuk lahan penggunaan lain seperti tambak, pemukiman, industri, pertambangan dan lainlain. 2. Kegiatan eksploitasi hutan yang tidak terkendali oleh perusahaanperusahaan 3. HPH serta penebangan liar dan bentuk perambahan hutan lainnya. 4. Polusi di perairan estuari, pantai dan lokasi-lokasi perairan lainnya dimana tumbuhnya mangrove seperti tumpahan minyak. 5. Terjadinya pembelokan aliran sungai maupun proses sedimentasi dan abrasi yang tidak terkendali. Dampak Konversi Hutan Mangrove Terhadap Keadaan Ekonomi Nelayan Hasil penelitian pada menunjukkan 79,96% hutan mangrove yang terdapat di Kecamatan Gebang mengalami penurunan. Luas hutan mangrove dari 2.567 ha menjadi seluas 514,42 ha. Seluas 2.110,52 ha hutan mangrove di Kecamatan Gebang telah dikonversi menjadi tambak, perkebunan, dan pertanian lahan kering. Konversi hutan mangrove
mengakibatkan nelayan tidak dapat lagi menangkap ikan di perairan hutan mangrove. Hal tersebut mengakibatkan jarak tempuh daerah penangkapan ikan semakin jauh dan hasilnya semakin berkurang. Hal ini diketahui dari ratarata hasil tangkapan nelayan mengalami penurunan sebesar 30,71% dari tahun 2003 sampai tahun 2012. Jumlah nelayan yang hasil tangkapannya >200 kg/bulan sebanyak 13 KK atau sebesar 14,28%. Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa hasil uji statistik, uji tmatched pair diperoleh t-hitung sebesar 22,855 dan jauh lebih besar dari t-tabel (1,66). Secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 95% antara hasil tangkapan pada tahun 2003 sebelum konversi hutan mangrove dengan tahun 2012 sesudah konversi hutan mangrove. Sunito dan Konny (2012) menjelaskan bahwa, keberadaan biota air payau seperti kerang, kepiting dan lainnya tidak akan mampu bertahan dan berkembang biak dalam keadaan mangrove yang rusak. Kerugian yang dirasakan oleh nelayan kecil adalah sulitnya mendapatkan ikan dalam jarak melaut yang dekat atau sekitar laut dangkal. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya mangrove sebagai penyambung ekologi darat dan laut dan juga sebagai tempat asuhan atau pemijahan bagi hewan-hewan muda yang akan tumbuh menjadi dewasa. Rata-rata pendapatan nelayan per bulan pada tahun 2012 sebesar Rp.1.407.637. Rata-rata pendapatan nelayan pada tahun 2012 lebih besar dari upah minimum Kabupaten Langkat (UMK Langkat) yaitu Rp 1.202.000. Jika dilihat dari tingkat
104
pendapatan pada tahun 2003, responden yang pendapatannya lebih dari Rp. 1.202.000,- sebanyak 89,01%, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 57,14%. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan yang signifikan dan menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat rendah. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan nelayan mengalami penurunan sebesar 51,37% dari tahun 2003 sampai tahun 2012. Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa hasil uji statistik, uji tmatched pair untuk pendapatan diperoleh t-hitung sebesar 20,951 dan jauh lebih besar dari t-tabel (1,66). Secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 95% antara pendapatan nelayan pada tahun 2003 sebelum konversi hutan mangrove dengan tahun 2012 sesudah konversi hutan mangrove. Berkurangnya hasil tangkapan juga berakibat berkurangnya pendapatan yang diterima. Hasil tangkapan nelayan berdampak pada penurunan kesempatan kerja bagi nelayan. Masyarakat nelayan terbiasa dengan hanya mengeluarkan sedikit energi tanpa dibarengi dengan perencanaan dan manajemen yang rumit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Soemarwoto, 1999).
pertanian lahan kering 313,10 ha. 2. Konversi hutan mangrove menjadi tambak, perkebunan, dan pertanian lahan kering mempengaruhi hasil tangkapan dan pendapatan nelayan. Ratarata hasil tangkapan nelayan mengalami penurunan sebesar 30,71% dan pendapatan nelayan mengalami penurunan sebesar 51,37% dari tahun 2003 sampai tahun 2012. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai perubahan lahan hutan mangrove dengan data yang lebih aktual dan menggunakan citra dengan resolusi yang lebih tinggi seperti citra Ikonos atau Quickbird 2. Peran pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap kelestarian hutan mangrove.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hutan mangrove di Kecamatan Gebang telah dikonversi menjadi tambak, perkebunan, dan pertanian lahan kering seluas 2.110,52 ha. Luas hutan mangrove yang telah dikonversi menjadi tambak seluas 276,96 ha, perkebunan 1.520,46 ha, dan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Langkat. 2013. Konversi Lahan Mangrove di Pesisir Kabupatenn Langkat. Website Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Langkat. http://dishutbun. langkat.go.id (diakses 10 Maret 2013).
DAFTAR PUSTAKA Aritonang, O. E. 2007. Analisis Sosial Ekonomi Konversi Lahan Hutan Bakau Menjadi Lahan Pertambakan (Studi Kasus di Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat). Skripsi Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara..
105
Hoddi, A,H., M.B Rombe, dan Fachrul 2011. Analisis Pendapatan Peternakan Sapi Potong di Kecamatan Ternate Ternate Rilau, Kabupaten Barris . Jurnal Agribisnis Vol X (3). Marjuki, B., K. B Hati, dan S. Fathurrohmah. 2011. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai Salah Satu Sumberdaya Wilayah Pesisir (Studi Kasus di Delta Sungai Wulan Kabupaten Demak). Jurnal Penerima Program Beasiswa Unggulan 2011 BPKLN, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Naharuddin. 2006. Indeks Keanekaragaman dan Kemiripan Vegetasi di Hutan Sekunder Kawasan Sub DAS Powelua Kabupaten Donggala. Jurnal Agrolanda. Vol 13 (3). Palu. Soemarwoto, O. 1994. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sunito, S. dan Konny, R. 2012. Konversi Lahan Hutan Mangrove Serta Upaya Penduduk Lokal dalam Merehabilitasi Ekosistem Mangrove. Jurnal Sosiologi Pedesaan. Vol. 6(1): 1-17. http://journal.ipb.ac.id. (diakses 10 Maret 2013).
Wicaksono, M. D. A. 2006. Deteksi Perubahan Penutupan Hutan Mangrove Menggunakan Data Landsat di Delta Sungai Mahakam Kalimantan Timur. IPB. Bogor. http://www.repository.ipb.ac. id.edi.pdf (diakses 10 Maret 2013).