perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN GAS ELPIJI DI WILAYAH KOTA SURAKARTA
Skripsi
Oleh : INDAH NOVADA MAULINA NIM. I 0306005
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Indah Novada Maulina, NIM : I 0306005. ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN GAS ELPIJI DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010. Program konversi minyak tanah ke gas elpiji bukan hanya sekedar program penghematan energi, tetapi juga suatu kebijakan merubah perilaku. Hal ini terlihat dari sikap pro dan kontra masyarakat. Kondisi ini juga terjadi di kota Surakarta, dimana konversi minyak tanah ke gas elpiji baru dilakukan pada pertengahan tahun 2009. Adanya perbedaan penerimaan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, pendapatan, pendidikan, dan sosialisasi yang didapatkan oleh masyarakat. Masalah transformasi perilaku masyarakat ini tentu juga akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat, hal ini selaras dengan prinsip pemasaran bahwa kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku dan tingkat konsumsi masyarakat kota Surakarta dalam mengunakan gas elpiji. Untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu: penentuan sampel, kuesioner, analisis cluster dan analisis konsumsi. Dalam pengambilan jumlah sampel, menggunakan rumus Taro Yamane, yang dilanjutkan dengan teknik area dan purposive sampling. Kuesioner mengacu pada model perilaku Kotler, dimana perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Analisis cluster digunakan untuk mengetahui bagaimana karakteristik masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta. Selanjutnya dilakukan perhitungan guna mengetahui berapa jumlah konsumsi gas elpiji di kota Surakarta. Jumlah Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 400 responden. Dari hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat Surakarta paling banyak menggunakan tabung gas ukuran 3 kg, memakai gas atas keinginan sendiri, melakukan aktivitas memasak setiap hari dan motivasi penggunaan dikarenakan praktis, murah dan mudah didapatkan. Mayoritas masyarakat menganggap gas elpiji lebih murah, mudah didapatkan, lebih ramah lingkungan dan praktis dari minyak tanah. Masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta terbagi atas 3 cluster. Cluster 1 mempunyai karakteristik usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. Cluster 2, usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di bawah rata-rata populasi. Cluster 3, usia dan pendapatan di bawah rata-rata populasi namun jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. Konsumsi penggunaan gas elpiji tidak dipengaruhi oleh jumlah pendapatan dan usia, tetapi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang dimiliki. Kebutuhan gas elpiji per keluarga sebesar 11,6 kg/bulan, konsumsi gas elpiji perorangan sebesar 2,9 kg/bulan dan konsumsi gas elpiji masyarakat kota Surakarta sebesar 1.541.582 kg/bulan. Kata kunci : Perilaku Masyarakat, Karakteritik Masyarakat,Tingkat Konsumsi. xvii + 113 hal; 48 gambar; 13 tabel; 7 lampiran commit to user Daftar pustaka : 33 (1995 – 2010) vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Indah Novada Maulina, NIM: I 0306005. ANALYSIS OF CONSUMPTION AND SOCIETY BEHAVIOR TO USE LPG IN SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Industrial Engineering Department Faculty of Engineering, University, in October 2010. Kerosene to LPG is not just a program energy savings, but also a policy to change behavior. This condition can seen from the attitude of the pros and cons of society. This condition also occurs in the Surakarta city , where the conversion of kerosene to LPG new conducted in mid 2009. The difference of this revenue influenced by the level of knowledge, income, education, and socialization that obtained by the public. Transformation problem society behavior is certainly also going to affect the index of public consumption, it is balance with the marketing principle that consumption activities are influenced by consumer behavior. This purpose of this research is to determine how the behavior and index of people in Surakarta city public consumption in using LPG gas. For knowing this research , performed in 4 steps , consist of : the determination sample, questionnaire, cluster analysis and consumption analysis. In taking the sample size, used a formula Taro Yamane, who that is continued with the area and purposive sampling technique. Questionnaire reference Kotler behavioral model, where consumer behavior is influenced by cultural factors, social, personal and psychological. Cluster analysis is used to find out how the characteristics of the LPG user community in the Surakarta city. Then, calculate to find out how many LPG consumption in the Surakarta city. There are 400 respondents which is used as sample in this research. This research produces note that the most widely used Surakarta 3 kg gas cylinder size with their own desire, to do all their activities. Their motivation use LPG because they can cook every day with practical, inexpensive and easily obtained. The majority of the people considered gas LPG is cheaper, easily available, more environmentally friendly and practical of kerosene. LPG user community in the Surakarta city can be divided into 3 clusters. Cluster 1 has the characteristics of age, revenue and number of family members above the average population. Cluster 2, age, income and family member below the average population. Cluster 3, age and income below the average population but the number of family members above the average population. The consumption of using LPG is not affected by the amount of income and age, but it influence depend on the number of their family . Based on this research, it can be known that every family needs LPG gas at 11.6 kg per month, consumption of LPG for individuals at 2.9 kg / month and the LPG consumption of urban communities Surakarta amounted to 1,541,582kg/month.
Keywords: society behavior, public characteristic, index consumption. xvii + 113 p.; 48 pictures; 13 tables; 7 attachments commit to user Reference: 33 (1995 - 2010) vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan dan sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian. 1.1 Latar Belakang Energi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Hampir semua sektor kehidupan (industri, rumah tangga, transportasi, jasa, dan lain-lain) tidak bisa dipisahkan dari sektor energi. Saat ini Indonesia sedang mengalami krisis energi. Berdasarkan laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada tahun 2005 rata-rata produksi minyak bumi dan kondensat sebesar 991 ribu barel per hari (bph), pada tahun 2006 sebesar 945 ribu bph, sedangkan pada tahun 2007 hanya memproduksi 896 ribu bph. Sementara itu, kebutuhan konsumsi energi nasional sekitar 1,3-1,35 juta bph. Terdapat selisih yang cukup tajam antara tingkat produksi yang ideal dengan kebutuhan. Ketimpangan antara tingkat produksi dan konsumsi energi tersebut mengakibatkan krisis energi skala nasional khususnya pada energi BBM. Hal ini membuat pemerintah mencanangkan program konversi bahan bakar khususnya konversi pengunaan minyak tanah ke gas elpiji secara bertahap (Edi, 2009). Program konversi minyak tanah ke gas elpiji dicanangkan sebagai program peningkatan
kesejahteraan
rakyat,
penghematan
energi,
serta
program
penghematan subsidi minyak tanah (Perpres Nomor 5 Tahun 2006). Namun pada kenyataannya, program konversi minyak tanah ke gas elpiji bukan hanya sekedar kebijakan penghematan energi, tetapi juga suatu kebijakan merubah perilaku masyarakat yang semula menggunakan minyak tanah beralih ke penggunaan elpiji. Hal ini ditandai dari sikap pro dan kontra masyarakat. Ada masyarakat yang menerima dalam artian menggunakan paket elpiji yang diberikan oleh pemerintah, dan ada juga masyarakat yang menolak untuk menggunakan paket elpiji (Mulyani, 2008). Bahkan, disinyalir terdapat sebagian masyarakat yang semula commit to user
I-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencoba beralih dari minyak ke gas elpiji, kembali menggunakan bahan bakar minyak tanah (Sunarti, 2007). Kondisi ini juga terjadi di daerah Surakarta, dimana konversi minyak tanah ke gas elpiji baru dilakukan pada pertengahan tahun 2009. Keengganan masyarakat beralih menggunakan gas elpiji dikarenakan masyarakat telah terbiasa menggunakan minyak tanah, selain untuk kebutuhan memasak juga sebagai penerangan. Minyak tanah dinilai lebih murah dan efisien, karena bisa dibeli per liter secara eceran. Gas elpiji juga dianggap kurang aman oleh masyarakat dikarenakan sering bocor dan meledak (Syaraf, 2009). Adanya perbedaan penerimaan masyarakat ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, pendapatan, tingkat pendidikan dan sosialisasi yang didapatkan oleh masyarakat (Yumantoko, 2008). Masalah transformasi perilaku masyarakat ini tentu akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat terhadap gas elpiji. Dimana ini selaras dengan prinsip pemasaran bahwa kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh perilaku konsumen (Kotler, 1997). Hal ini tentu juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan atau tercapainya target awal dari program konversi minyak tanah ke elpiji. Apalagi saat ini, pemerintah kota Surakarta akan menghadapi sistem rayonisasi elpiji yang akan mengakibatkan berkurangnya kuota yang diberikan untuk Kota Surakarta (Fid, 2010). Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat memenuhi kebutuhan elpiji sesuai dengan kebutuhan rill masyarakat Surakarta agar tidak terjadi kelangkaan gas elpiji. Bertitik tolak dari uraian diatas maka dilakukan riset pemasaran guna mengetahui bagaimana perilaku dan tingkat konsumsi masyarakat dalam menggunakan gas elpiji dengan judul “Analisis Konsumsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Gas Elpiji di Kota Surakarta”. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku masyarakat dan indeks konsumsi dalam menggunakan gas elpiji di wilayah kotamadya Surakarta. commit to user
I-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Mengetahui perilaku masyarakat dalam menggunakan gas elpiji rumah tangga di wilayah kota Surakarta.
2.
Mengetahui tingkat konsumsi masyarakat dalam menggunakan gas elpiji rumah tangga di wilayah kota Surakarta.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1.
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakankebijakan tentang pengendalian persediaan sumber daya energi terhadap konsumsi energi gas elpiji beberapa tahun kedepan.
2.
Sebagai bahan evaluasi tingkat konsumsi gas elpji masyarakat, sehingga pemerintah dapat menjaga keseimbangan supply dan demand gas elpiji.
3.
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para distributor elpiji di kota Surakarta dalam menentukan segmentasi konsumen.
1.5 Batasan Masalah Dalam
penelitian
ini
dibuat
batasan-batasan
untuk
menghindari
permasalahan yang terlalu luas dan supaya hasil analisis yang didapatkan sesuai dengan tujuan. Batasan masalah yang digunakan, yaitu: 1. Responden yang diambil berdasarkan data demografi yaitu jumlah kepala keluarga, dan wilayah yang diteliti berdasarkan keurbanan suatu daerah. 2. Gas elpiji rumah tangga meliputi gas elpii dengan ukuran 3 kg dan 12 kg. 1.6 Asumsi-asumsi Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Responden memiliki interpretasi yang sama dengan maksud peneliti terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuisioner.
2.
Jawaban yang diberikan responden dapat mewakili pendapat mereka sendiri dan dilakukan atas kemauan sendiri. commit to user
I-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.7 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini, sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang penelitian, manfaat penelitian, perumusan masalah, asumsi-asumsi, sistematika penulisan yang dipergunakan dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat uraian konsep, teori dan fakta serta studi sejenis sebelumnya yang mendukung penelitian. Sumber pustaka dapat diambil dari buku, jurnal ilmiah, seminar, majalah, surat kabar, dan lain-lain.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flow chart dan tiap tahapnya dijelaskan secara singkat, padat dan jelas.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menjelaskan proses pengumpulan dan validasi data-data, baik data primer (langsung) atau data sekunder (tidak langsung) dan menjelaskan proses pengolahan data.
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi uraian analisis dan interpretasi hasil pengolahan data serta validasi hasil terhadap lingkungan penelitian nyata (real word)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan serta saran-saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini.
commit to user
I-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas konsep, teori dan fakta yang digunakan dalam penelitian sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa permasalahan yang ada serta penelitian sejenis yang pernah dilakukan. 2.1 Perilaku Konsumen Beberapa ahli mendefinisikan perilaku konsumen. Kotler (1997) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen memilih, membeli dan memanfaatkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Menurut Engel, et al (2003), perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut. Sedangkan Hawkins, et al (2001) berpendapat bahwa perilaku konsumen merupakan studi mengenai individu, kelompok, dan organisasi serta proses mereka ketika menyeleksi, menggunakan dan menghabiskan produk, jasa, pengelolaan atau ide untuk memuaskan kebutuhan. Sumarwan (2003) menarik kesimpulan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Perilaku konsumen merupakan hal kompleks dan dipengaruhi banyak faktor. Pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan harus benarbenar dirancang dengan baik dengan memperhatikan faktor-faktor perilaku konsumen tersebut (Kotler, 1997). Beberapa sifat dari perilaku konsumen yaitu: 1. Consumer Behavior Is Dynamic Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan aksi dari setiap individu konsumen, kelompok konsumen, dan perhimpunan besar konsumen selalu berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian menyebabkan pengembangan commit strategitopemasaran menjadi sangat menantang user II-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain. Karena itu suatu perusahaan harus senantiasa
melakukan
inovasi-inovasi
secara
berkala
untuk
meraih
konsumennya. 2. Consumer Behavior Involves Interactions Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi konsumen semakin baik perusahaan tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai bagi konsumen. 3. Consumer Behavior Involves Exchange Perilaku konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dalam kata lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai gantinya. 2.1.1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen Konsumen akan melalui beberapa tahapan dalam melakukan tindakan pembelian sampai akhirnya konsumen memutuskan apakah ia akan membeli atau tidak. Menurut Kotler (2008), ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Secara skematik, tahapan tersebut dapat ditunjukkan dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1 Proses keputusan pembelian konsumen Sumber: Kotler, 2008
Model ini menekankan proses pembelian sejak sebelum pembelian sampai setelah pembelian. Setiap konsumen akan melewati kelima tahap ini untuk setiap pembelian yang mereka buat. Konsumen membalik tahap-tahap tersebut pada pembelian yang lebih rutin. Uraian mengenai proses keputusan pembelian dijelaskan dibawah ini :
commit to user II-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Menurut Kotler (2007), kebutuhan dapat dicetuskan oleh stimulus, baik internal maupun eksternal. Stimulus internal adalah kebutuhan dasar yang timbul dari dalam diri seperti lapar, haus dan sebagainya. Sedangkan stimulus eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan karena dorongan eksternal. Sedangkan menurut Engel, et al (2003), pengenalan kebutuhan pada akhirnya bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian yang ada di antara keadaan aktual (situasi konsumen sekarang) dengan keadaan yang diinginkan. Ketika ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau ambang tertentu, maka kebutuhan akan dikenali. 2. Pencarian Informasi Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Menurut Engel, et al (2003), konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatannya (pencarian internal) atau melakukan pengumpulan informasi dari lingkungan sekitarnya (pencarian eksternal). Pencarian internal adalah pencarian informasi melalui ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan. Apabila pencarian internal tidak mencukupi, maka konsumen memutuskan untuk mencari informasi tambahan melalui pencarian eksternal dari lingkungan. 3. Evaluasi Alternatif Menurut Engel et, al (2003), tahap ini didefinisikan sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk memilih alternatif, konsumen akan menggunakan beberapa kriteria evaluasi yang berbeda, misalnya nama, merek, asal produk dan sebagainya. Dengan kriteria tersebut konsumen akan memilih salah satu dari beberapa alternatif yang ada. Sedangkan menurut Kotler (2007), proses evaluasi konsumen adalah proses yang berorientasi kognitif, yaitu mereka menganggap
konsumen
membentuk
penilaian
atas
produk
terutama
berdasarkan kesadaran dan rasional. Beberapa konsep dasar dalam memahami proses evaluasi konsumen yaitu pertama konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan, kedua konsumen mencari manfaat commit to user tertentu dari solusi produk dan II-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketiga konsumen memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan. 4. Keputusan Pembelian Pembelian menurut Engel, et al (2003), yaitu suatu proses keputusan konsumen apabila memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti dapat diterima bila perlu. Menurut Kotler (2007), dalam tahap evaluasi konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Selanjutnya konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi antara niat pembelian dan keputusan pembelian (gambar 2.2). Faktor pertama adalah faktor sikap atau pendirian orang lain. Faktor ini mempengaruhi alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Semakin kuat sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen,
maka
konsumen
akan
semakin
menyesuaikan
maksud
pembeliannya. Faktor kedua yang dapat mempengaruhi niat pembelian dan keputusan pembelian adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi. Adanya faktor ini akan dapat mengubah rencana pembelian suatu produk yang akan dilakukan konsumen.
Gambar 2.2 Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian Sumber: Kotler, 2008
5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan commit to user atau ketidakpuasan tertentu (Kotler, 2007). Sehingga tugas pemasar tidak II-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cukup berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Dalam hal ini pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian serta pembuangan pasca pembelian. Menurut Mowen dan Minor (1998), kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai keseluruhan sikap konsumen yang didapatkan dari barang dan jasa setelah mereka menggunakannya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komentar negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum. Hal ini merupakan suatu upaya untuk mempertahankan pelanggan yang menjadi unsur penting dalam strategi pemasaran. 2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Mempelajari dan menganalisis perilaku konsumen bukanlah suatu yang mudah dilakukan karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dan saling berinteraksi satu sama lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan membeli dan mengkonsumsi suatu produk tertentu adalah kebudayaan, sosial, personal dan psikologikal (Kotler, 2008), yang dapat dilihat pada gambar 2.3. Budaya Budaya
Sosial Kelompok referensi
Subbudaya
Keluarga
Kelas sosial
Peran dan status
Pribadi Usia Tahap siklus hidup Pekerjaan Situasi Ekonomi Gaya hidup Kepribadian Konsep diri
Psikologis Motivasi Persepsi Pembelajaran Pembeli Kepercayaan Sikap
Gambar 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Sumber: Kotler, 2008
Peran faktor-faktor tersebut berbeda untuk produk yang berbeda. Dengan kata lain, ada faktor yang dominan pada pembelian suatu produk sementara faktor lain kurang bepengaruh. Contoh, pilihan wanita terhadap lipstik kurang dipengaruhi oleh keluarga, yang mungkin berpengaruh adalah faktor sosial lain, misalnya lingkungan pergaulan. commit Contoh to lain, userdalam menentukan tempat kuliah, II-5
perpustakaan.uns.ac.id
faktor keluargalah
digilib.uns.ac.id
yang paling berpengaruh.
Faktor kebudayaan
kecil
pengaruhnya (Simamora, 2002). A. Faktor Kebudayaan Kebudayaan merupakan faktor yang berpengaruh paling luas dan mendalam pada perilaku konsumen. Yang termasuk ke dalam faktor kebudayaan adalah budaya (suatu simbol dan fakta yang kompleks yang diciptakan manusia dan diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada), sub budaya (ciri sosialisasi yang khas bagi masing-masing anggotanya yaitu bangsa, ras, geografi), dan kelas sosial (kelas
dimana
orang
tersebut
berada),
dimana
kesemuanya
turut
mempengaruhi perilaku konsumen. 1. Budaya Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar. Makhluk paling rendah biasanya dituntun oleh naluri. Sedangkan manusia, perilaku biasanya dipelajari dri lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara seseorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada dilingkungan yang lain pula. Sehingga pemasar sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran budaya tersebut agar dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen. 2. Sub Budaya Budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya atau sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum. Sub budaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Seperti kelompok kebangsaan yang bertempat tinggal disuatu daerah mempunyai cita rasa dan minat etnik yang khas. Demikian pula halnya dengan kelompok keagamaan. Daerah geografi adalah daerah subbudaya tersendiri. Banyaknya subbudaya ini merupakan segmen yang penting dan pemasar sering menemukan manfaat dengan merancang produk yang disesuaikan dengan kebutuhan subbudaya commit to user tersebut. II-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kelas Sosial Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif permanen dan teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak hanya ditentukan hanya oleh satu faktor, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Dalam beberapa sistem sosial, anggota kelas yang berbeda memegang peran tertentu dan tidak dapat mengubah posisi sosial mereka. Kelas sosial juga memperlihatkan preferensi produk dan merk yang berbeda. B. Faktor Sosial Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti referensi keluarga, peranan, dan status sosial konsumen. 1. Kelompok referensi Perilaku seseorang banyak dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang berpengaruh langsung dan dimana seseorang menjadi anggotanya disebut kelompok keanggotaan. Sebaliknya, kelompok referensi bertindak sebagai titik perbandingan atau titik referensi langsung (berhadapan) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau perilaku seseorang. Orang sering dipengaruhi oleh kelompok referensi dimana ia tidak
menjadi
anggotanya.
Pemasar
dalam
hal
ini
berupaya
mengidentifikasikan kelompok referensi dari pasar sasarannya. Kelompok ini dapat mempengaruhi orang pada perilaku dan gaya hidup. Mereka dapat mempengaruhi pilihan produk dan merk yang akan dipilih seseorang 2. Keluarga Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga orientasi adalah keluarga yang terdiri dari orang tua yang memberikan arah dalam hal tuntutan agama, politik ekonomi dan harga diri. 3. Peran dan Status Seseorang dapat menjadi anggota banyak kelompok seperti keluarga, klub, dan organisasi. Posisi seseorang dalam commit to user masing-masing kelompok dapat II-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
didefinisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya oleh masyarakat. Orang biasanya memilih produk sesuai dengan perandan status mereka. C. Faktor Personal Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor personal seperti umur dan siklus hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri. 1. Umur dan Siklus Hidup Orang akan mengubah barang atau jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan meraka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Sehingga pemasar hendaknya mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang sesuai untuk setiap tahap itu. 2. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasikan kelompok yang berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk mereka. 3. Kondisi Ekonomi Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan dapat memperhatikan gejala pendapatan pribadi, tabungan, dan suku bunga. Jika indikator ekonomi menunjukka resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk produk mereka secara seksama. 4. Gaya Hidup Orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial dan pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang cukup berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografisnya. Gaya hidup melibatkan commit pengukuran to userdimensi utama pelanggan yaitu II-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kegiatan, minat dan pendapatnya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan secara cermat, konsep gaya hidup data membantu pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian. 5. Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian setiap orang yang berbeda-beda mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian biasanya digambarkan dalam
karakteristik
perilaku
seperti
kepercayaan
diri,
dominasi,
kemampuan bersosialisasi, dan sifat agresif. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merk tertentu. D. Faktor Psikologis Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti motivasi, persepsi, proses belajar, sikap dan kepercayaan. 1. Motivasi Sesorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan. Salah satunya dalah kebutuhan biologis, timbul dari dorongan tertentu seperti rasa lapar, haus dan ketidaknyamanan. Kebutuhan lainya adalah kebutuhan psikologis, timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Kebutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapai tingkat intensitas yang kuat. Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan. 2. Persepsi Seseorang yang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana seseorang itu akan bertindak dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi. Dua orang dalam kondisi motivasi yang sama dan tujuan situasi yang sama mungkin bertindak secara berbeda karena perbedaan persepsi meraka terhadap situasi ini. Persepsi adalahcommit proses to dimana user individu memilih, mengatur dan II-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menginterpretasikan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia. 3. Proses Belajar Proses belajar menjelaskan perubahan alam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil proses belajar. Secara teori pembelajaran seseorang dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan, dan penguatan. Para pemasar dapat membangun permintaan akan produk dengan menghubungkannya dengan dorongan yang kuat, dengan menggunakan isyarat motivasi dan memberikan penguatan positif. 4. Sikap dan Kepercayaan Dengan melalui proses belajar, seseorang akan mempunyai sikap dan kepercayaan tertentu. Sikap adalah kesiapan mental yang diorganisasikan melalui pengalaman dan memiliki pengaruh tertentu pada tanggapan seseorang terhadap suatu objek dan situasi yang berhubungan dengannya. Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk akan terbentuk melalui sikap positif terhadap produk, yang didukung dengan adanya pengenalan dan pemahaman yang baik terhadap produk tersebut. Selain itu, kepercayaan terhadap produk juga dipengaruhi oleh faktor kepuasan yang diperoleh konsumen. Kepercayaan terhadap produk akan membawa konsumen
tetap
membeli
atau
menggunakan
produk
tersebut
(Simamora, 2002). 2.2 Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji 2.2.1 Pengertian Minyak Tanah dan Gas Elpiji Minyak tanah yang sering digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak atau penerangan merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak berwarna, tidak larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar. Minyak tanah termasuk dalam golongan petroleum terdestilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79, titik didih 1630 C – 2040 C, dan titik beku 540 C. Liquefied Petroleum Gas (LPG) merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak dan kilang gas, yang komponen commitutamanya to user adalah gas propane (C3H8) dan II-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
butana (C4H12) yang dicairkan. Elpiji lebih berat dari udara dengan berat jenis sekitar 2,01, tekanan uap elpiji cair dalam tabung sekitar 5,0 – 6,2 Kg / Cm2. 2.2.2 Pengertian Konversi Tanah Ke Gas Elpiji Konversi minyak tanah ke gas elpiji adalah sebuah transisi perubahan pemakaian energi dari yang semula menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar utama kini menggunakan gas elpji. Program ini mulai disosialisasikan oleh pemerintah pada pertengahan tahun 2006. Program ini diluncurkan dengan tujuan selain untuk menghemat anggaran pemerintah, juga untuk menghemat pengeluaran keluarga dan rumah tangga. Ada beberapa pengertian konversi minyak tanah yang diungkapkan oleh beberapa tokoh ekonomi yang sekilas tampak berbeda, namun sebenarnya memiliki inti yang sama. Menurut Anggito Abimanyu, Kepala Badan Fiskal (BKF) Departemen Keuangan, mengungkapkan bahwa : “Konversi minyak tanah merupakan upaya mengerem peningkatan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi melalui penyediaan tabung gas dan sosialisasi.” Pendapat tersebut serupa dengan yang disampaikan oleh Fadhil Hasan, Ekonomi Senior Indef ini mengungkapkan bahwa : “Program konversi minyak tanah menjadi elpiji merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak sehingga dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.” Sedangkan menurut Pertamina sebagai salah satu pihak yang ditunjuk pemerintah dalam pelaksanaan program konversi minyak tanah ke elpiji mengungkapkan bahwa : “Program konversi minyak tanah ke gas elpiji merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan minyak tanah ke elpiji. Program ini diimplementasikan dengan membagikan paket tabung elpiji beserta isinya, kompor gas dan aksesorinya kepada rumah tangga dan usaha mikro pengguna minyak tanah.” Tidak banyak ahli atau pakar yang mengungkapkan definisi konversi minyak tanah ke elpiji, namun dari tiga pendapat yang diuraikan tersebut dapat to user dikatakan bahwa pada intinya commit konversi minyak tanah ke elpiji merupakan II-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
program yang dibuat oleh pemerintah sebagai upaya untuk menghemat bahan baker bersubsidi melalui penggunaan gas elpiji yang dinilai lebih irit. 2.2.3 Alasan Dilakukannya Prrogram Konversi Minyak Tanah Ke elpiji Beberapa hal yang menjadi alasan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan tentang program konversi minyak tanah antara lain : 1. Subsidi elpiji lebih rendah daripada subsidi minyak tanah. 2. Elpiji lebih sulit dioplos dan disalahgunakan. 3. Elpiji lebih bersih daripada minyak tanah, sehingga dapat mengurangi tingkat polusi udara. 4. Subsidi elpiji sudah berhasil diterapkan di negara –negara lain seperti India dan Brasil. 5. Pelaksana program konversi minyak tanah ke elpiji. Pemerintah menunjuk beberapa pihak atau instansi sebagai pelaksana program konversi minyak tanah ke elpiji, sehingga program tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan pemerintah, pihak atau instansi yang ditunjuk oleh pemerintah tersebut, yaitu : 1. Kementrian Negara Koperasi dan UKM (KUKM) Instansi ini bertugas mengadakan kompor dan aksesorinya berupa regulator dan selang serta mendistribusikannya bersama tabung dari pertamina. 2. PT. Pertamina (Persero) Pertamina dalam program ini bertugas untuk : a. Menyediakan tabung elpiji 3 kg untuk perdana ditambah kebutuhan tabung untuk rolling. b. Menyediakan gas elpiji 3 kg sebagai pengganti minyak tanah. c. Mempersiapkan infrastruktur dan jalur distribusinya. 3. Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan Instansi ini bertugas untuk melakukan sosialisasi program peralihan penggunaan minyak tanah ke elpiji. 2.2.4 Sasaran Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji 1. Rumah tangga Rumah tangga yang berhak menerima paket elpiji 3 kg beserta kelengkapannya commit to user harus memenuhi persyaratan persyaratan dan kriteria sebagai berikut : II-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Ibu rumah tangga b. Pengguna minyak tanah murni c. Kelas sosial C1 ke bawah (Pengeluaran konsumsi 1,5 juta / bulan) d. Penduduk resmi setempat dengan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan dari kelurahan setempat. 2. Usaha Mikro Usaha mikro yang berhak menerima paket elpiji 3 kg beserta kelengkapannya harus memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut : a. Usaha mikro tersebut merupakan pengguna minyak tanah untuk bahan baker memasak dalam usahanya. b. Penduduk resmi setempat dengan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan dari kelurahan setempat. c. Melampirkan surat keterangan usaha dari kelurahan setempat. 2.2.5 Dasar Pelaksanaan Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji 1. Surat Menteri ESDM, No. 3249/26/mem/2006, tanggal 31 Agustus 2006. Perihal: Hasil rapat Koordinasi Terbatas yang dipimpin oleh Wakil Presiden mengenai diversifikasi minyak tanah ke elpiji (pertamina dituntut untuk melaksanakan konversi minyak tanah ke elpiji bagi konsumen rumah tangga). 2. Surat Wakil Presiden RI No. 20/WP/9/2006, tanggal 1 September 2006. Perihal: Konversi pemakaian minyak tanah ke elpiji. 2.3 Teknik Sampling Dalam suatu penelitian, jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti, disebut populasi. Secara ideal, sebaiknya kita meneliti seluruh anggota populasi. Akan tetapi, seringkali populasi penelitian sangat besar sehingga tidak mungkin untuk diteliti seluruhnya dengan waktu, biaya dan tenaga yang tersedia. Dalam keadaan demikian, maka penelitian dilakukan terhadap sampel, yaitu sebagian dari populasi yang telah memenuhi kriteria untuk diteliti. Keuntungan dari teknik sampling antara lain mengurangi biaya, mempercepat waktu
penelitian
dan
dapat
memperbesar
(Singarimbun, 1995). commit to user II-13
ruang
lingkup
penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.3.1 Menentukan Populasi dan Ukuran Sampel Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 1997). Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara jelas yaitu yang berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan diketahuinya ukuran populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya ukuran sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi. Terdapat banyak rumus dalam menentukan ukuran sampel diantaranya, rumus empiris oleh Issac dan Michael (Sukardi, 2004), rumus Slovin (Umar, 2004) dan Taro Yamane (Rahmat, 2001). 2.3.2 Teknik Pengambilan Sampling Terdapat banyak cara untuk memperoleh sampel yang diperlukan dalam penelitian. Ada 2 macam metode pengambilan sampel (Aaker, 1995) yaitu pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan sampel secara tidak acak (nonprobability sampling). A. Probability Sampling probability sampling adalah cara pengambilan sampling yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi, memiliki peluang yang spesifik dan bukan nol untuk terpilih sebagai sampel. Pengambilan sampel secara acak, terdiri dari: 1. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Peluang yang dimiliki oleh setiap unit penelitian untuk dipilih sebagai sampel sebesar n/N, yakni ukuran sampel yang dikehendaki dibagi dengan ukuran populasi. 2. Pengambilan sampel acak sistematis (systematic sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana titik mula pengambilan sampel dipilih secara random dan kemudian setiap nomor dengan interval tertentu dari daftar populasi dipilih sebagai sampel. commit to user II-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana terlebih dahulu dilakukan pembagian anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok kemudian sampel diambil dari setiap kelompok tersebut secara acak. Stratifikasi atau pembagian ini dapat dilakukan berdasarkan ciri/karakteristik tertentu dari populasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. 4. Pengambilan sampel kelompok (cluster sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampling unitnya bukan individual melainkan kelompok individual (cluster) berdasar ciri/karakteristik tertentu. Selanjutnya dari cluster-cluster yang ada, dipilih satu cluster secara acak, kemudian diambil sampel secara acak dari cluster terpilih ini. Hal ini dimungkinkan karena masing-masing cluster dianggap homogen sehingga tidak diperlukan dilakukan pengambilan sampel pada semua cluster. 5. Pengambilan sampel secara bertahap (double sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dilakukan untuk mendapatkan informasi awal. Tahap selanjutnya dilakukan wawancara ulang dengan tambahan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail. 6. Pengambilan sampel berdasarkan wilayah (area sampling). Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya : 1. Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa. 2. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?) 3. Tentukan
berapa
wilayah
yang
akan
dijadikan
sampel
penelitiannya. 4. Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
commit to user II-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah. B. Non Probability Sampling Pengambilan sampel secara tidak acak (non probability sampling) adalah metode sampling yang setiap anggota populasinya tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Pengambilan sampel secara tidak acak terdiri dari: 1. Accidental
sampling
(convenience
sampling),
adalah
suatu
teknik
pengambilan sampel dimana sampel yang diambil merupakan sampel yang paling mudah diperoleh atau dijumpai. 2. Purposive sampling (judgmental sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana pemilihan sampel dilakukan dengan memilih orang-orang yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. 3. Quota sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampel diambil dari suatu sub populasi yang mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu dalam batasan jumlah atau kuota tertentu yang diinginkan. 4. Snowball sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel yang sangat sesuai digunakan untuk mengetahui populasi dengan ciri-ciri khusus yang sulit dijangkau. Pemilihan pertama dilakukan secara acak, kemudian setiap responden yang ditemui diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan-rekan lain yang mempunyai kesamaan karakteristik yang dibutuhkan. 2.4 Metode Pengumpulan Data Data dapat dikumpulkan dengan beberapa cara, dengan cara dan sumber yang berbeda. Metode pengumpulan data terdiri dari: 2.4.1 Wawancara Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk user sambil bertatap muka antara tujuan penelitian dengan cara commit tanya tojawab II-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif. 2.4.2 Observasi Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Bungin (2007) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. 1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden. 2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
commit to user II-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku. 2.4.3 Kuesioner Kuesioner
adalah
suatu
teknik
pengumpulan
informasi
yang
memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dengan menggunakan kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara. a. Penggunaan kuesioner tepat bila : 1. Responden (orang yang merespon atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan. 2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu fitur khusus dari sistem yang diajukan. 3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu. 4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut. b. Jenis pertanyaan dalam kuisoner Perbedaaan pertanyaan dalam wawancara dengan pertanyaan dalam kuesioner adalah dalam wawancara memungkinkan adanya interaksi antara pertanyaan dan artinya. Dalam wawancara analis memiliki peluang untuk menyaring suatu pertanyaan, menetapkan istilah-istilah yang belum jelas, mengubah arus pertanyaan, memberi respons terhadap pandanmgan yang rumit dan umumnya bisa mengontrol agar sesuai dengan konteksnya. Beberapa diantara peluangpeluang diatas juga dimungkinkan dalam kuesioner. Jadi bagi penganalisis to user pertanyaan-pertanyaan harus commit benar-benar jelas, arus pertanyaan masuk akal, II-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertanyaan-pertanyaan dari responden diantisipasi dan susunan pertanyaan direncanakan secara mendetail. Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner, sebagai berikut: 1. Pertanyaan terbuka: pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihan-pilihan respons terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka antisipasilah jenis respons yang muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa diterjemahkan dengan benar. 2. Pertanyaan tertutup: pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden. c. Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa untuk kuesioner adalah sebagai berikut : 1. Gunakan bahasa responden kapanpun bila mungkin. Usahakan agar katakatanya tetap sederhana. 2. Bekerja dengan lebih spesifik lebih baik daripada ketidak-jelasan dalam pilihan kata-kata. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik. 3. Pertanyaan harus singkat. 4. Jangan memihak responden dengan berbicara kapada mereka dengan pilihan bahasa tingkat bawah. 5. Hindari bias dalam pilihan kata-katanya. Hindari juga bias dalam pertanyaan –pertanyaan yang menyulitkan. 6. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat (maksudnya orang-orang yang mampu merespons). Jangan berasumsi mereka tahu banyak. 7. Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknis cukup akurat sebelum menggunakannya. 8. Gunakan perangkat lunak untuk memeriksa apakah level bacaannya sudah tepat bagi responden. d. Skala Dalam Kuesioner Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik tersebut. Alasan penganalisis sistem mendesain skala adalah sebagai berikut : commit to user II-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner. 2. Agar respoden memilih subjek kuesioner. Menurut Hair (1988) ada empat macam skala yang dapat digunakan, sebagai berikut: 1. Nominal Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat lunak yang paling sering anda gunakan ? 1 = Pengolah kata, 2 = Spreadsheet, 3 = Basis Data, 4 = Program e-mail. 2. Ordinal Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya. 3. Interval Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masingmasing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap. 4. Rasio Skala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio paling jarang digunakan. e. Merancang Kuesioner Merancang formulir-formulir untuk input data sangat penting, demikian juga merancang
format
mengumpulkan
kuesioner
informasi
juga
mengenai
sangat sikap,
karakteristik. commit to user II-20
penting keyakinan,
dalam
rangka
perilaku
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Format kuesioner sebaiknya adalah : a. Memberi ruang kosong secukupnya, b. Menunjuk pada jarak kosong disekeliling teks halaman atau layar. Untuk meningkatkan tingkat respons gunakan kertas berwarna putih atau sedikit lebih gelap, untuk rancangan survey web gunakan tampilan yang mudah diikuti, dan bila formulirnya berlanjut ke beberapa layar lainya agar mudah menggulung kebagian lainnya. c. Memberi ruang yang cukup untuk respons, d. Meminta responden menandai jawaban dengan lebih jelas. e. Menggunakan tujuan-tujuan untuk membantu menentukan format. f. Konsisten dengan gaya. 2. Urutan Pertanyaan Dalam mengurutkan pertanyaan perlu dipikirkan tujuan digunakannya kuesioner dan menentukan fungsi masing-masing pertanyaan dalam membantu mencapai tujuan. a. Pertanyaan-pertanyaan mengenai pentingnya bagi responden untuk terus, pertanyaan harus berkaitan dengan subjek yang dianggap responden penting. b. Item-item cluster dari isi yang sama. c. Menggunakan tendensi asosiasi responden. d. Kemukakan item yang tidak terlalu kontroversial terlebih dulu. 2.5 Pengujian Data Sebelum melakukan pengolahan data, kuesioner yang disebarkan kepada para resonden diuji datanya, yang meliputi: 2.5.1 Uji validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen ukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Suatu tes atau instrumen ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi alat ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud commit to user dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak II-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Cara yang digunakan adalah dengan analisis item, dimana setiap nilai yang ada pada setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan nilai total seluruh butir pertanyaan untuk suatu variabel dengan menggunakan rumus korelasi product moment : r=
N (SXY) - (SX) × (SY) 2 2 2 2 N SX - (SX) × N SY - (SY)
[
][
]
Persamaan (2.1)
Dimana : r = koefisien korelasi item dengan total pertanyaan N = jumlah responden X = skor pertanyaan Y = skor total sampel Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r product moment. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dianggap valid bila memiliki konsistensi internal, yaitu mengukur aspek yang sama. Apabila dalam perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid, kemungkinan pernyataan tersebut kurang baik susunan katanya atau kalimatnya, karena kalimat yang kurang baik dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda. 2.5.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1995). Bila suatu instrumen ukur dipakai dua kali – untuk mengukur konsep yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen ukur tersebut reliabel. Reliabilitas diartikan sebagai tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran (Azwar, 1997). Secara teoritis, besarnya koefisien korelasi/reliabilitas berkisar antara 0.00 – 1.00. Namun pada kenyataannya, koefisien 0.00 dan 1.00 tidak pernah tercapai dalam pengukuran, karena konsistensi (maupun ketidakkonsistensian) yang sempurna tidak dapat terjadi dalam pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial yang menggunakan manusia sebagai subjeknya, dimana dalam diri manusia commit to user II-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terdapat berbagai sumber eror yang sangat mempengaruhi kecermatan hasil pengukuran. Reliabilitas dapat dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s Alpha. Rumus untuk menghitung koefisien Cronbach’s Alpha adalah dengan persamaan : a =
æ Svi ö ç1 ÷ n - 1 çè vt ÷ø n
persamaan (2.2)
dimana: n
=
jumlah variabel/atribut
vi
=
varians variabel/atribut
vt
=
varians nilai total
2.5.3 Uji Outlier Outlier adalah nilai ekstrim yang diperoleh untuk suatu variabel pada case tertentu. Pengertian ekstrim bukan merupakan ekstrim absolut tetapi ekstrim relatif terhadap sebagian besar nilai-nilai lainnya untuk variabel yang sama. Outlier dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu: 1. Outlier tipe 1, outlier yang terjadi karena kesalahan prosedur seperti kesalahan memasukkan data/coding. Outlier tipe 1 sedapat mungkin harus dihilangkan. 2. Outlier tipe 2, adalah outlier yang terjadi karena kejadian yan luar biasa, yaitu secara kebetulan terpilih nilai ekstrim. Outlier tipe 2 dapat dikeluarkan dari sampel jika tidak diinginkan ada nilai ekstrim, tentunya dengan pertimbangan yang logis. 3. Outlier tipe 3, outlier yang terjadi karena kejadian yang luar biasa dimana nilai ekstrim tersebut tidak dapat dijelaskan atau secara nalar mesnya nilai akstrim tersebut tidak pernah mucul (bukan bagian populasi). Outlier tipe 3 harus segera dikeluarkan dari sampel karena tidak logis. 4. Outlier tipe 4, outlier dimana nilainya sendiri tidak ekstrim tetapi kombinasinya dengan nilai variabel-variabel lain menjadi aneh atau tidak lumrah (outlier multivariat). Jika kombinasi ini dipandang tidak wajar atau tidak logis, maka outlier tersebut harus di keluarkan dari sampel, tetapi jika dianggap sebagai bagian dari populasi , maka outlier tersebut sebaiknya tetap diikutkan dalam sampel (Hair, commit 1998). to user II-23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah mendapatkan deskritif dari data penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan standarisasi data (z score), yang dirumuskan, sebagai berikut:
z= -
X=
s=
x- X s
persamaan (2.3)
x1 + x2 + x3 + .... + x N N
persamaan (2.4)
å (x
1
-x
)
2
persamaan (2.5)
N -1
Keterangan: z
= nilai z score data
X
= nilai rata-rata
σ
= standar deviasi
x
= nilai data
N
= jumlah data
Evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score ini berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair, dkk, 1995). Oleh karena itu kasus-kasus atau observasi-observasi yang mempunyai z-score > 3,0 akan dikategorikan outliers. 2.6 Analisis Multivariat Analisis multivariat adalah semua metode statistik yang secara simultan menganalisis lebih dari dua variabel. Metode-metode analisis multivariat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu: 1. Metode dependence Metode dependence adalah metode analisis multivariat yang jelas-jelas memisahkan antara variabel dependen dan variabel independen. Dalam kelompok pertama ini, satu atau beberapa variabel diperlakukan sebagai variabel dependen sedangkan sisanya sebagai variabel independen. Yang termasuk dalam kelompok dependen adalah multiple regression analysis, multiple discriminant analysis, logistic regression, multivariat analysis of variance (MANOVA), canonical correlation analysis dan structural equation modeling (LISRELL).
commit to user II-24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Metode interdependence Metode interdependence adalah metode-metode analisis multivariat yang tidak memisahkan variabel-variabel menjadi variabel independen dan variabel dependen. Dalam kelompok ini tidak ada istilah variabel independen dan variabel
dependen.
Diantaranya
adalah
analisis
faktor,
cluster
dan
multidimentional scalling. 2.7 Analisis Cluster Analisis cluster merupakan teknik multivariate yang tujuan utamanya adalah untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik yang dimiliki masing-masing objek (Hair, et al, 1998). Berdasarkan kriteria tertentu, analisis cluster mengklarisifikasikan objek (dapat berupa responden, produk, atau entity) sehingga setiap objek yang berada dalam satu grup akan bersifat saling memiliki kemiripan (homogen/similar), sedangkan objek-objek antar grup akan bersifat heterogen. Berdasarkan hal ini, analisis cluster akan berusaha meminimumkan variansi di dalam cluster (within-cluster) dan memaksimumkan variansi antar grup (between-cluster). Seperti halnya analisis faktor, pada analisis cluster tidak ada variabel yang didefinisikan bebas atau tergantung, semua variabel diperhitungkan secara simultan. Salah satu sifat analisa cluster adalah ‘more an art than a science’ (Hair, et al, 1998) sehingga dapat dengan mudah mengalami salah terap (misapplied). Ukuran kesamaan atau logaritma yang berbeda dapat mempengaruhi hasil. Untuk mengatasi hal ini, harus dilakukan analisis cluster berulang-ulang dengan menggunakan merode yang berbeda-beda sehingga dapat menemukan pola tersembunyi dalam pengelompokan objek-objek yang ada. Menurut (Hair, et al, 1998) langkah-langkah analisis cluster dapat dibagi dalam enam tahap, yaitu: 1. Penentuan Tujuan Analisis Tujuan analisis cluster ada tiga, yaitu taxonomy description yang merupakan analisis cluster dilakukan dengan tujuan eksplorasi (exploratory purpose), yaitu untuk
mengklasifikasikan
objek-objek
kedalam
beberapa
grup.
Data
simplification adalah analisis cluster yang dilakukan untuk menyederhanakan commit to user data, yaitu dengan mereduksi jumlah observasi bagi keperluan analisis II-25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selanjutnya. Relationship identification yaitu analisis cluster yang dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kemiripan (similarity) dan perbedaan (differences) 2. Penyusunan Desain Riset Analisis Desain riset analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran kemiripan objek dan penstandarisasian data. Dalam pendeteksian outlier, outlier dapat merubah struktur asli dan menghasilkan cluster yang tidak representatif terhadap struktur populasi yang sesungguhnya, oleh karena itu pendeteksian terhadap outlier sangat diperlukan. Outlier dapat dideteksi dengan menggunakn grafik, dimana dari grafik tersebut dapat diketahui adanya objekobjek yang mempunyai profil yang berbeda, yang ditunjukkan dari nilai yang sangat ekstrim pada satu atau beberapa variabel. Pada analisis cluster, konsep kemiripan adalah sangat mendasar. Kemiripan interobjek adalah pengukuran kesesuaian atau kemiripan antara objek yang akan dikelompokkan. Kemiripan interobjek dapat dilihat dari tiga ukuran, yaitu korelasi dan jarak untuk data metrik, serta asosiasi untuk data nonmetrik. Untuk mengetahui kemiripan dapat dilihat dari koefisien korelasi antara pasangan objek. Korelasi yang tinggi mengindikasikan kemiripan, dan sebaliknya korelasi yang rendah mengindikasikan perbedaan. Tetapi, pengukuran korelasi ini sangat jarang digunakan karena penekanan aplikasi analisis cluster adalah pada jarak objek bukan pola nilainya. Pengukuran jarak berdasar kemiripan yang mewakili kemiripan sebagai kedekatan observasi dengan yang lain. Pengukuran jarak sesungguhnya adalah pengukuran terhadap perbedaan, dimana semakin besar nilainya menunjukkan semakin kurang kemiripannya. Jarak dikonversikan sebagai pengukuran kemiripan dengan menggunakan hubungan kebalikan. Pengukuran asosiasi berdasar kemiripan digunakan untuk membandingkan objek yang termasuk data nonmetrik (nominal dan ordinal). Pengukuran ini dapat menilai tingkat kepercayaan atau kesesuaian antara pasangan responden. Sebelum proses penstandarisasian data dimulai, perlu ditentukan lebih dahulu apakah data perlu distandarisasikan atau tidak. Pertimbangan antara lain kebanyakan pengukuran jarakcommit sangatto peka user terhadap perbedaan skala atau II-26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
besarnya variabel. Variabel dengan standar deviasi yang besar mempunyai pengaruh yang lebih terhadap nilai akhir kemiripan dan bila dilihat melalui grafik, tidak akan terlihat adanya perbedaan pada dimensi sehubungan dengan letaknya. Proses standarisasi dapat terbagi menjadi dua, yaitu standarisasi variabel dan standarisasi observasi/objek. Standarisasi variabel adalah perubahan dari setiap variabel menjadi skor standar (Z score) dengan mengurangi mean dan membaginya dengan standar deviasi setiap variabel. Standarisasi observasi dilakukan terhadap responden atau objek. Standarisasi ini sangat diperlukan, jika clustering dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi kepentingan relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya. Menurut Dillon dalam proses clustering, teknik yang dapat dilakukan untuk pengukuran jarak, antara lain: a. Interval 1. Euclidian Distance
å (X
D(X,Y) =
i
- Yi )
2
persamaan (2.6)
2. Squared Euclidian Distance D(X,Y) =
(å X
- Yi )
2
i
b. Frekuensi 1. Chi Square D(X,Y) =
å (X
i
- E ( X i ))
E(X i )
2
æ å (Yi - E (Yi ))2 +ç ç E (Yi ) è
ö ÷ ÷ ø
persamaan (2.7)
c. Biner 1. Squared Euclidian Distance D(X,Y) = b + c
persamaan (2.8)
2. Euclidian Distance D(X,Y) =
b+c
persamaan (2.9)
3. Pengujian Asumsi Analisis cluster tidak termasuk teknis statistik inferensia, dimana parameter analisis ini adalah seberapa besar sampel dapat mewakili populasi. Analisis cluster mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik. Syarat commit to user kenormalan, linieritas dan homogenitas tidak begitu penting karena II-27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji. Adapun hal-hal yang perlu diuji adalah kerepresentatifan sampel dan multikolonieritas. Dalam kepresentatifan sampel, sampel dikumpulkan dan cluster diperoleh dengan harapan dapat mewakili struktur populasi. Baik atau tidaknya analisis cluster sangat tergantung pada seberapa representatif sampel, sehingga sampel harus diuji
kerepresentatifannya
terlebih
dahulu.
Sementara
itu,
dalam
multikolonieritasan, variabel-variabel yang bersifat multikolonier secara implisit mempunyai bobot lebih besar. Multikolinieritasan bertindak ebagai proses pembobotan yang berpengaruh pada analisis, sehingga variabel-variabel yang digunakan terlebih dahulu harus diuji tingkat multikolinieritasannya. 4. Pembentukan Cluster (Partisi) dan Penilaian Overall Fit Proses partisi (partitioning) dan penilaian overall fit dimulai setelah variabel-variabel yang digunakan dipilih dan matriks korelasi dibentuk. Sebelum proses dimulai, harus dilakukan pemilihan algoritma pembentukan cluster yang akan digunakan, dan penentuan berapa jumlah cluster yang akan dibentuk. Algoritma pembentukan cluster terdiri dari prosedur hirarki (hierarchical procedures) dan prosedur non hirarki (nonhierarchical procedures). Teknik hirarki adalah teknik clustering yang membentuk konstruksi hirarki atau berdasarkan tingkatan tertentu seperti struktur pohon. Jadi proses pengelompokkan dilakukan secara bertingkat atau bertahap. Teknik hirarki terbagi menjadi dua, yaitu metode agglomeratif (agglomerative methods) dan metode divisive (divisive methods). Metode agglomeratif dimulai dengan pernyataan bahwa setiap objek membentuk clusternya masing-masing. Dua objek dengan jarak terdekat bergabung, selanjutnya objek ketiga akan bergabung dengan cluster yang ada atau bersama objek yang lain membentuk cluster yang lain membentuk cluster baru. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhitungkan jarak kedekatan antar objek. Proses akan terus berlanjut hingga akhirnya terbentuk satu cluster yang terdiri dari keseluruhan objek. Sementara itu, metode divisif berlawanan dengan metode agglomeratif. Metode dimulai dengan satu cluster besar yang mencaku semua observasi (objek), kemudian objek yang memiliki ketidakmiripan besar dipisahkan sehingga commit to user II-28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membentuk cluster yang lebih kecil, dan seterusnya untuk objek-objek yang tidak mirip lainnya. Proses pemisahan terus berlanjut hingga setiap obsevasi adalah cluster bagi dirinya sendiri. Sementara itu, prosedur nonhirarki tidak melibatkan proses pembentukan kontruksi struktur pohon. Dimulai dengan memilih sejumlah nilai cluster awal sesuai dengan jumlah yang diinginkan kemudian objek digabungkan ke dalam cluster-cluster tersebut. Metode nonhirarki yang digunakan adalah K-Means Clustering. 5. Interpretasi Hasil Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah karakteristik apa yang membedakan masing-masing cluster kemudian sesuai dengan tujuan, pemberian nama dilakukan berdasar apa yang dapat diberikan oleh objek pembentuk kepada masing-masing cluster tersebut. Tentunya terlebih dahulu perlu ditentukan spesifikasi/kriteria yang mendasari cluster-cluster yang telah terbentuk. Disamping itu, interpretasi dari hasil clustering dapat dilakukan terhadap grafik dendogram maupun analisis nilai koefisien agglomeratif. Jarak antar pengelompokkan sebenarnya merupakan interpretasi dari beberapa nilai kedekatan dalam menggabungkan objek dalam cluster. Kemudian perlu juga diketahui apakah faktor-faktor yang telah membentuk cluster tersebut mempunyai perbedaan pada tiap cluster. Kolom cluster menunjukkan besaran between cluster mean dan kolom error menunjukkan besaran within cluster mean, sehingga F dapat dihitung menggunakan persamaan, sebagai berikut: F=
BetweenMeans
persamaan (2.10)
WithinMeans
Interpretasi cluster menghasilkan lebih dari hanya suatu deskripsi. Interpretasi cluster memberikan penilaian kesesuaian cluster yang terbentuk berdasar teori prioritas atau pengalaman praktek. Dalam konfirmatori, analisis cluster memberikan pengertian secara langsung terhadap penilaian kesesuaian. Cluster juga memberikan langkah-langkah untuk membuat suatu penilaian dari segi signifikansi prakteknya. 6. Profiling Cluster Tahap profiling meliputi penggambaran karakteristik dari setiap cluster commit to user untuk menjelaskan bahwa masing-masing cluster adalah berbeda berdasar II-29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimensi-dimensi tertentu. Analisis profil tidak memfokuskan pada apa yang secara langsung menentukan cluster tapi karakteristik cluster setelah proses identifikasi. Lebih lanjut, adanya penegasan bahwa karakteristik adalah berbeda secara signifikan terhadap cluster dan dapat memprediksi anggotaanggota cluster secara lebih spesifik. 2.8 Konsep Dan Definisi Konsumsi Pengeluaran konsumsi masyarakat atau rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut pendekatan pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial dari kata consumption. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatan yang di belanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Secara makro agregat, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi terhadap pendapatan disebut hasrat marginal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume :MPC). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif belum mapan biasanya angka MPC mereka relatif besar, sementara angka MPS mereka relatif kecil. Artinya jika memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar tambahan
pendapatan
tersebut
akan
teralokasi
atau
digunakan
untuk
menyempurnakan konsumsinya. Hal ini sebaliknya berlaku pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif lebih mapan. Sedangkan
menurut
BPS,
pengeluaran
konsumsi
adalah
semua
pengeluaran antara lain pengeluaran untuk makan, minum, pakaian, pesta/upacara, barang-barang tahan lama dan lain-lain yang dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga, baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga. Besar kecilnya jumlah pengeluaran untuk konsumsi individu atau rumah tangga merupakan faktor yang turut menentukan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Meningkatnya pengeluaran individu atau rumah tangga akan mendorong peningkatan produksi barang dan jasa untuk memenuhi commit to user kebutuhan konsumsi tersebut. II-30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.8.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumah Tangga 1. Fungsi Konsumsi Dengan Pendapatan Menurut Engel ada suatu hubungan antara konsumsi rumah tangga untuk suatu barang atau golongan barang dengan penghasilan rumah tangga. Proporsi dari penghasilan yang di keluarkan untuk membeli makanan berkurang dengan naiknya penghasilan. Hipotesis yang menyatakan konsumsi fungsi dari pendapatan, diantaranya hipotesis pendapatan absolut (absolute income hypothesis) yang dikemukakan oleh Keyness. Keyness menduga bahwa fungsi konsumsi memilki karakteristik, sebagai berikut: a. Kecenderungan mengkonsumsi merupakan fungsi yang satbil dan besarnya konsumsi agregat ditentukan oleh besarnya pendapatan agregat. b. Konsumsi akan meningkat jika pendapatan meningkat, tetai peningkatan konsumsi yang terjadi akan sebesar peningkatan pendapatan. c. Semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin besar jarak (gap) antara pendapatan dan konsumsi. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan, semakin besar proporsi dari pendapatan yang ditabung. d. Peningkatan pendapatan akan diikuti dengan peningkatan tabungan dalam jumlah yang lebih besar. 2. Fungsi Konsumsi Dengan Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hyphotesis) Dikemukakan oleh A.Ando, R.Brumberg dan F.Modigliani yang mencoba menerangkan pola pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Dalam modelnya tiga tokoh ini menggunakan asumsi bahwa konsumsi bersikap rasional. Ini berarti bahwa konsumen berusaha untuk memaksimumkan kepuasan dari aliran pendapatan yang ia perkirakan berlaku untuknya dan juga mengasumsikan bahwa dalam memaksimumkan kepuasannya konsumen menghadapi batasan berupa samanya nilai sekarang dari pada saving yang terjadi pada umur B sampai umur P dengan hasil penjumlahan nilai sekarang daripada dissaving yang terjadi pada usia muda dan usia tua. commit to user II-31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Selain faktor pendapatan dan usia, Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, kebiasaan adat sosial budaya, dan gaya hidup seseorang. 2.8.2 Cara Menghitung Konsumsi 1. Rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga didapat dengan membagi jumlah seluruh pengeluaran rumah tangga baik makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan dan lain-lainnya dengan jumlah rumah tangga keseluruhan. 2. Rata-rata pengeluaran rumah tangga per-jenis pengeluaran dapat dihitung dengan membagi seluruh pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dengan jumlah seluruh rumah tangga. 3. Persentase pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dibanding dengan pengeluaran rumah tangga total dihitung dari jumlah pengeluaran jenis tertentu (misal makanan) dengan jumlah total pengeluaran rumah tangga dikali seratus. 2.9 Penelitian Terdahulu Penelitian yang digunakan sebagai acuan atau landasan dalam teori, yaitu: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Titik Hirdayanti (2004) yang berjudul “Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Koran Harian Lokal Di Kotamadya Surakarta”. Penelitian ini mengambil studi kasus koran harian lokal di kotamadya Surakarta dengan memakai model faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Penelitian ini memakai pengolahan data yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu dalam menentukan karakteristik konsumen dengan menggunakan analisis cluster, namun berbeda dalam studi kasus yang diambil dan pengambilan model. Secara detail perbedaan tersebut disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Titik Hirdayanti (2004) Perbedaan Bagian Ket Penulis Titik Hirdayanti Studi kasus Gas elpiji di kota Koran harian lokal surakarta di kota surakarta Kedalaman Global Global commit to user materi II-32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Titik Hirdayanti (2004) (Lanjutan) Bagian Pengambilan model
Pengolahan data
2.
Perbedaan Penulis Titik Hirdayanti Model faktor yang Model faktor yang mempengaruhi mempengaruhi perilaku perilaku konsumen (Kotler) konsumen (Kotler) dan dikembangkan dengan model tingkat konsumsi konsumen Deskriptif Deskriptif (prosentase), (prosentase), analisis cluster analisis cluster, dan tingkat dan analisis chikonsumsi square
Ket Menggunakan faktor dan variabel-variabel penentu perilaku konsumen yang sama (Kotler).
Penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin (2009) yang berjudul “Analisis Pengetahuan, Persepsi Dan Sikap Konsumen Terhadap Produk LPG Pertamina Kemasan 3 Kg (Studi Kasus Di Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”. Penelitian ini mengambil kasus menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dan analisis regresi logistik. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang sama dalam menentukan perilaku konsumen dengan penelitian yang penulis lakukan, dikarenakan kesamaan produk yang diteliti yaitu gas elpiji, namun berbeda dalam pengambilan model dan pengolahan data. Secara detail perbedaan tersebut disajikan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Amirudin (2009) Perbedaan Bagian Ket Penulis Amirudin Studi kasus Gas elpiji di kota Gas elpiji Surakarta kemasan 3 kg di desa Leuwiliang Kedalaman materi Global Global
commit to user II-33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.2 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Amirudin (2009) (Lanjutan) Perbedaan Bagian Ket Penulis Amirudin Pengambilan Model faktor yang Model Menggunakan model mempengaruhi pengetahuan, atribut-atribut perilaku konsumen persepsi dan yang sama di (Kotler) dan sikap konsumen beberapa variabel dikembangkan perilaku dengan model konsumen tingkat konsumsi konsumen Pengolahan data Deskriptif Deskriptif (prosentase), (prosentase), dan analisis cluster dan regresi logistik tingkat konsumsi
commit to user II-34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian beserta penjelasan secara singkat tiap tahapannya. Skema langkah-langkah penyelesaian masalah dapat dilihat pada gambar 3.1. Mulai
Observasi Lapangan
Studi Literatur
Identifikasi dan perumusan masalah
Menentukan Tujuan dan Manfaat
Tahap Pendahuluan Menentukan Model Penelitian
Menyusun Kuesioner
Menentukan Desain Sampling dan Riset (Penentuan Responden, Metode Sampling dan Ukuran Sampel)
Tahap Pengumpulan Data
Menyebar Kuesioner
A
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian commit to user
III-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A
Pengujian Data 1. Uji validitas 2. Uji Reliabilitas 3. Uji Outlier
Tidak Valid?
Ya Profil dan Perilaku Konsumen Tahap Pengolahan Data
Analisis Cluster
Tingkat konsumsi konsumen
Analisis dan Interpretasi Hasil Tahap Analisis, Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dan Saran
selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian (Lanjutan) 3.1. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan terdiri dari tiga langkah yaitu observasi lapangan dan studi literatur, menentukan dasar-dasar penelitian, dan menentukan model penelitian. Adapun penjelasan dari tiap langkah yang ada pada tahap pendahuluan, sebagai berikut: 3.1.1. Observasi Lapangan dan Studi Literatur Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui realistik karakteristik obyek penelitian, perbuatan, kejadian atau peristiwa dan waktu sehingga dapat mengetahui hambatan dan kendala yang mungkin terjadi saat melakukan pengamatan. Berikut ini observasi yang dilakukan peneliti, yaitu: 1. Melakukan wawancara ke masyarakat Surakarta khususnya ibu rumah tangga commit to user yang menggunakan gas elpiji. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui III-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi mengenai program konversi gas elpiji, sosialisasi-sosialisasi apa saja yang telah didapatkan serta opini-opini mengenai minyak tanah dan gas elpiji. 2. Melakukan wawancara ke distributor gas elpiji untuk mengetahui harga pasaran tabung gas elpiji, jumlah penjualan gas elpiji di Surakarta serta kendala-kendala dalam melakukan pendistributoran gas elpiji. Setelah melakukan obeservasi, peneliti mencari konsep, teori dan literature yang mendukung serta relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Referensireferensi ini diperoleh melalui buku literatur, web, artikel, jurnal penelitian, serta Tugas Akhir, yaitu: 1. Data demografi, jumlah kepala keluarga serta tingkat kesejahteraan masyarakat Surakarta yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik (BPS) kota Surakarta. 2. Perkembangan konversi gas elpiji 3. Teori Perilaku konsumen dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Data observasi dan literature ini digunakan sebagai dasar dan referensi untuk membangun kerangka konseptual serta karakterisasi sistem nyata ke dalam model penelitian. 3.1.2. Menentukan Dasar-Dasar Penelitian Dasar-dasar penelitian terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan penelitian. 3.1.3. Menentukan Model Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana profil dan perilaku masyarakat serta pola dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap pemakaian gas elpiji. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan sebuah model, mengingat dalam melakukan pembelian suatu barang, seorang konsumen mengalami tahap tahap tertentu, dimana dalam tahap-tahap tersebut konsumen akan dipengaruhi oleh berbagai rangsangan dan karakteristik konsumen yang akan mempengaruhi dalam pembeliannya. Model penelitian ini diadopsi dari model Kotler (2008). Gambaran model penelitian ini, sebagai berikut: commit to user
III-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.2 Model penelitian Dalam melakukan keputusan pembelian gas elpiji, konsumen (disini konsumen adalah masyarakat) mengalami lima tahap proses, dimulai dari pengenalan masalah atau kebutuhan, pencarian informasi sehubungan dengan kebutuhannya, evaluasi alternatif produk, melakukan keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian. Dalam melakukan tahap proses keputusan pembelian ini konsumen dipengaruhi oleh berbagai rangsangan yaitu rangsangan pemasaran yang berupa 4-p, product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi). Rangsangan lain mencakup kekuatan dan peristiwa besar dalam lingkungan pembeli yaitu ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Semua masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, dimana di dalamnya terdapat karakteristik konsumen yaitu budaya, sosial, pribadi dan psikologis (gambar 3.3).
commit to user
III-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Budaya Sosial Budaya
Subbudaya
Kelas sosial
Kelompok referensi Keluarga
Peran dan status
Pribadi Usia Tahap siklus hidup Pekerjaan Situasi Ekonomi Gaya hidup Kepribadian Konsep diri
Psikologis Motivasi Persepsi Pembelajaran Kepercayaan Sikap
Pembeli
Gambar 3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Sumber: Kotler, 2008
Masukan ini diubah menjadi sekumpulan respon pembeli yang dapat diobservasi: pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian dan jumlah pembelian. Selanjutnya dari keputusan pembelian dan karakteristik konsumen dapat diketahui indeks konsumsi atau pengeluaran per orang. 3.1.4. Penyusunan Kuesioner Kuesioner dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumen dalam melakukan pembelian gas elpiji sehingga dapat diketahui indeks konsumsi pemakaian gas elpiji. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, personal dan psikologikal (Kotler, 2008), dimana setiap faktor memiliki atribut-atribut tersendiri. Selanjutnya peneliti menentukan maksud dan tujuan dibuatnya pertanyaan agar pertanyaan dapat sesuai dengan atribut-atribut karateristik konsumen yang ingin diteliti. Maksud dan tujuan ini diinterpretasikan dalam bentuk variabel-variabel lebih rinci dengan tujuan mempermudah peneliti dalam membuat pertanyaan sehingga dapat diketahui bagaimana perilaku masyarakat dalam menggunakan gas elpiji. Dalam menentukan variabel dan membuat pertanyaan peneliti melakukan studi pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perilaku konsumen (Hirdayanti, 2005) dan (Amiruddin, 2009). Adapun penjabaran variabel-variabel tersebut ditunjukkan pada tabel 3.1.
commit to user
III-5
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen No
Set Atribut
1
Budaya
2
Subkultur
3
Kelas sosial
Maksud Keseluruhan kepercayaankepercayaan yang dipelajari, nilai-nilai dan kebiasaan yang disediakan oleh perilaku konsumen secar langsung dari anggota masyarakat tertentu Kelompok budaya yang beda yang ada sebagai segmen yang dapat dikenal/ diidentifikasi di dalam masyarakat yang lebih dalam, lebih kompleks /rumit
Sebagai bagian masyarakat yang terdiri dari suatu hierarki kelas status yang berbeda, sehingga setiap anggota dari tiap kelas mempunyai status yang hampir sama dan anggota dari semua kelas lain mempunyai status yang lebih sedikit
Tujuan
Variabel
Skala
Pertanyaan
Jawaban
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi budaya
· Kepercayaan · Nilai · Kebiasaan
· Ordinal (likert)
Mengetahui pengaruh subkultur tehadap penggunaan LPG di Surakarta
· Kewarganega raan
· Nominal 1. Tempat lahir?
š Eks Karasidenan Surakarta š Jawa selain Eks karasidenan Surakarta š Sumatra š Indonesia tengah š Indonesia timur
· Agama
· Nominal 2. Agama yang anut?
š Islam š Hindu š Budha š Katolik
š Kristen š Kong hucu
· Suku
· Nominal 3. Suku atau etnis?
· Umur
· Interval
š Minang š Sunda š dll š 41-50 tahun
· Jenis kelamin saudara/i
· Nominal 5. Jenis kelamin?
š Jawa š Batak š Arab š Cina š 17-23 tahun š 24-30 tahun š 31-40 tahun š Pria
· Pekerjaan
· Nominal 1. Pekerjaan saat ini?
Mengetahui sejauh mana pengaruh kelas sosial terhadap tingkat konsumsi atau tingkat pembelanjaan LPG di Surakarta
III-6
Apakah saudara/i peduli terhadap krisis minyak tanah yang sedang terjadi saat ini?
4. Usia saat ini?
š Sangat peduli š Peduli š Ragu-ragu š Tidak peduli š Sangat tidak peduli
š Wanita
š PNS š Wiraswasta š Pegawai swasta š Tidak bekerja š Pelajar/Mahasiswa š lain-lain (sebutkan)
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan) · Banyaknya pendapatan
· Interval
· Pendidikan
· Nominal 3. Pendidikan terakhir ?
š Belum tamat SD š Tamat SD š Tamat SLTP dan sederajat š Tamat SLTA dan sederajat š Tamat PT/ akademi
· Pengeluaran
· Ordinal
š <1 minggu š 1 minggu š 2 minggu
2. Berapa rata-rata pendapatan selama 1 bulan?
4. Berapa lama saudara/i menghabiskan satu tabung gas LPG yang gunakan?
š < Rp. 1.000.000 š Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 š > Rp. 2.000.000 – RP. 3.000.000 š > Rp. 3.000.000 – RP 4.000.000 š > Rp. 4.000.000
š 3 minggu š 4 minggu
(berdasarkan jenis LPG yang digunakan)
III-7
· Interval
5. Sudah berapa lama saudara/i menggunakan gas elpiji?
š 1-3 bulan š 6 bulan – 1 tahun
· Rasio
6. Berapa jumlah pengeluaran saudara/i dalam menggunakan gas LPG selama 1 bulan (Kg) ?
…….. tabung 3 Kg …….. tabung 12 Kg
š 4-6 bulan š > 1 tahun
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)
4
5
Kultur Rujukan
Keluarga
Adalah setiap orang atau kelompok yang memberikan/bertindak sebagai titik perbandingan (sebagai titik acuan) individu dalam pembentukan salah satu yang mum atau khusus (nilainilai,sikap, atau perilaku)
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi kultur rujukan
Dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh darah, perkawinan atau adopsi yang tinggal bersama-sama
Mengetahui pihakpihak dominan yang mempengaruhi penggunaan LPG dari pihak keluarga
· Nominal 7. Kegiatan sehari-hari apa saja yang sering anda lakukan berkaitan dengan penggunaan gas LPG? Apakah ada pihak yang · Orang atau · Nominal mempengaruhi dalam kelompok yang menggunakan gas LPG? mempunyai pengaruh Berkaitan dengan terhadap pertanyaan diatas, jika ada perilaku siapa yang konsumen/ mempemengaruhi dalam pembelian menggunakan gas LPG?
š memasak š water heater š lain- lain (sebutkan) š Ada
š Tidak
š Keluarga š Pemimpin kantor/negara š Teman š Pemuka masyarakat š Tetangga š Artis/ pakar š lain-lain (sebutkan) · Kegiatan sosial · Nominal Apakah saudara/i sering š PKK š Kegiatan sosial mengikuti aktivitas š Karang taruna š Arisan tertentu, jika iya sebutkan? š Kegiatan keagamaan š lain-lain (sebutkan Apakah kegiatan tersebut memberikan kontribusi š tidak signifikan dalam penggunaan gas š <10% š 20% š 30% LPG di rumah saudara/i, berikan persentase š 40% š ≤ 50% terhadap total konsumsi LPG yang digunakan untuk aktivitas tersebut. · Pengambil · Nominal 1. Siapakah yang š Ayah š Anak laki-laki mengambil keputusan keputusan š Ibu š Anak perempuan dalam membeli gas š Suami š Istri LPG di keluarga saudara/i (dikaitkan dengan kepala keluarga)?
III-8
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan) · Jumlah anggota · Ordinal keluarga · Posisi dalam keluarga
6
7
Peran dan status sosial
Usia dan tahap daur hidup
Posisi seseorang dalam tiap kelompok dimana peran akan menentukan status seseorang dalam kelompok tersebut
Menunjukkan umum responden pada saat dilakukan penelitian
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi peran an status sosial
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari sisi usia dan tahap daur hidup
· Peran dalam masyarakat
2. Berapakah jumlah anggota keluarga? (termasuk anda)
· Nominal 3. Posisi saudara/i dirumah jika dikaitkan dengan kepala keluarga? · Nominal 4. Adakah batasan belanja gas LPG dalam keluarga saudara/i?, jika ada siapa yang melakukan pembatasan tersebut (dikaitkan dengan kepala keluarga)? 5. Berhubungan dengan · Rasio pertanyaan diatas, berapa jumlah batasan LPG yang anda gunakan selama 1 bulan (Kg)? 1. Status sosial saudara/i · Nominal saat ini dalam masyarakat sosial disekitar?
š2 š4 š3 š5 š dll (sebutkan)….. š Ayah š Ibu š Istri
š Anak laki-laki š Anak perempuan
š Ayah š Ibu
š Anak laki-laki š Anak perempuan
…….. tabung 3 Kg …….. tabung 12 Kg
š Warga biasa š Ketua RT š Ketua RW
Nominal 2. Posisi saudara/i dalam š Karyawan · Peran dalam pekerjaan? pekerjaan š Pemilik Seperti pada variabel · Usia responden · Interval umur
III-9
š Pemuka Agama š Pemuka masyarakat š lain-lain š Pimpinan š lain-lain
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan) 8
Gaya hidup
Karakteristik pribadi dari responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang lain
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari gaya hidup
· Gaya hidup (bepergian, menabung, membaca, berbelanja, dll)
· Nominal 1. Frekuensi saudara/i melakukan aktivitas masak sendiri di rumah?
9
Kepribadia n dan konsep diri
Karakteristik psikologis bagian dalam yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap lingkungannya
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari kepribadian dan konsep diri
· Kebiasaan sehari-hari dalam menggunkan bahan bakar
· Ordinal
1. Jenis gas elpiji apa yang digunakan?
š Tidak pernah š Kadang-kadang ( 2 hari dalam seminggu) š Cukup sering ( 3hari dalam seminggu) š Sering (5 hari dalam seminggu) š setiap hari š 3 Kg š 12 Kg š 50 Kg Ket: boleh memilih lebih dari satu
· Nominal 2. Dimana saudara/i biasanya membeli gas LPG? 10
Motivasi
Daya penggerak dalam individu yang mendorong mereka ketindakan
11
Persepsi
Proses individu menyeleksi, mengorganisir, dan mneginterpretasikan ransangan kedalam suatu gambaran yang bermakna dan saling berkaitan menyangkut tentang dunia
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari motivasi pembelian Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari persepsi konsumen
· Hierarki Maslow
· Nominal
· Stimuli perusahaan
· Ordinal (likert)
III-10
š Agen LPG š Pasar swalayan š Warung š Dll Alasan saudara/i dalam š Murah š Higienis membeli gas LPG? š Ramah lingkungan š Praktis š Mudah didapatkan š Lain-lain (sebutkan)
1. Harga LPG lebih murah dari pada minyak tanah
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan)
III-11
· Ordinal
2. LPG lebih mudah didapatkan dimana saja
· Ordinal
3. LPG lebih hemat jika dibandingkan menggunakan minyak tanah
· Ordinal
4. LPG lebih ramah lingkungan dari pada minyak tanah
· Ordinal
5. LPG lebih aman bagi kesehatan dari pada minyak tanah
· Ordinal
6. LPG lebih praktis/ mudah digunakan
· Ordinal
7. Memasak dengan kompor LPG lebih cepat
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan) 11
12
Persepsi
Proses belajar
Proses individu menyeleksi, mengorganisir, dan mneginterpretasikan ransangan kedalam suatu gambaran yang bermakna dan saling berkaitan menyangkut tentang dunia
Proses dimana individu memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang pembelian dan konsumsi yang kemudian mereka terapkan pada perilaku yang saling terkait dimasa depan
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari persepsi konsumen
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari proses belajar
Stimuli
· Ordinal
8. Kompor LPG lebih mudah dibersihkan
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
· Ordinal
9. Terkadang saudara/i masih merasa takut ketika menggunakan kompor LPG
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju š Iklan di TV š Penyuluhan dari RW/petugas LPG š lain-lain (sebutkan)
perusahaan
Proses pengetahuan dan pengalaman
· Nominal 1. Bagaimana saudara/i mengetahui tentang program konversi minyak tanah ke gas LPG?
Ordinal
Ordinal
III-12
2. Materi iklan yang telah disampaikan oleh pemerintah mudah dimengerti, diingat, informative, mendidik dan dapat dipercaya? 3. Penyuluhan yang dilakukan sudah jelas dan dapat diterima dengan baik?
š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju š Sangat setuju š Setuju š Ragu-ragu š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Lanjutan) 13
Kepercaya an dan sikap
kecenderungan yang dipelajari yang menunjukkan kekonsistenan suatu jalan yang baik atau tidak baik berkenaan dengan obyek yang ditentukan
Mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian LPG di Surakarta dari kepercayaan dan sikap konsumen
· Keyakinan, evaluasi, keyakinan normatif (pengaruh orang lain)
III-13
Ordinal (likert)
Seberapa besar kepercayaan saudara/i terhadap keberlanjutan program konversi yang telah dilakukan pemerintah?
š Sangat percaya š percaya š Cukup percaya š Kurang percaya š Tidak percaya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.2. Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data terdiri dari penentukan desain sampling, riset, menyusun dan menyebarkan kuisioner. Adapun penjelasan dari tiap langkah pada tahap pengumpulan data, sebagai berikut: 3.2.1. Menentukan Desain Sampling dan Riset 1.
Responden Responden adalah orang yang berdomisili di wilayah kota Surakarta. Jumlah reponden diperoleh dari data populasi jumlah kepala keluarga. Penentuan jumlah kepala keluarga sebagai jumlah sampling dikarenakan gas elpiji merupakan bahan bakar yang bersifat bahan bakar rumah tangga. Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik Surakarta tahun 2008, jumlah populasi kepala keluarga di wilayah Surakarta, sebagai berikut: Tabel 3.2 Data populasi jumlah kepala keluarga di wilayah Surakarta Kecamatan Pasar Kliwon Banjarsari Serengan Jebres Laweyan Jumlah
KK 20709 43196 13679 30292 25019 132895
Sumber: BPS kota Surakarta, 2008
2.
Metode Sampling Responden diambil dari data jumlah kepala keluarga dikecamatan yang ada di wilayah Surakarta, selanjutnya metode yang digunakan adalah area sampling. Penggunaan area sampling pada penelitian ini bertujuan agar sampel yang diperoleh dapat mewakili seluruh masyarakat Surakarta. Dimana dari setiap kecamatan, responden diambil dari kelurahan berdasarkan area, yaitu kelurahan yang berada di daerah urban atau area yang dekat dengan pusat kota dan kelurahan yang berada di pinggiran kota. Ukuran tingkat keurbanan pada penelitian ini adalah lokasi dari pusat kota Surakarta, selain itu juga mencakup dimensi perkembangan dan kondisi sosial, ekonomi masyarakat, dan lebih majunya atau kemudahan teknologi dan infrastruktur prasarana dalam sosialisasi program konversi gas elpiji. Selanjutnya pemilihan area commit to user disetiap kelurahan dilakukan secara random. Jumlah responden dilakukan III-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara proposional sesuai dengan jumlah populasi di wilayah penelitian. Metode terakhir yang digunakan adalah purposive sampling dimana responden diambil dengan maksud atau tujuan tertentu atau responden diambil karena peneliti menganggap bahwa responden tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Pada penelitian ini responden ditujukan bagi para ibu rumah tangga dan pengguna gas elpiji. Langkah pengambilan responden dapat dilihat pada gambar 3.4. Data populais jumlah kepala keluarga
Rumus Taro Yamane
n=
N N .d 2 + 1
Jumlah responden se- Surakarta
Metode area sampling
Pengambilan sampel di kelurahan berdasarkan area sampling
Metode purposive sampling
Gambar 3.4 Langkah pengambilan responden 3.
Ukuran responden Penentuan jumlah responden menggunakan rumus Taro Yamane.
n= n=
N N .d 2 + 1
Persamaan (3.1)
132895 132895.(0,05) 2 + 1
n = 398,8 = 400 orang
commit to user
III-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = level signifikansi yang diinginkan maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 400 responden dengan proporsi disetiap kecamatannya, sebagai berikut: Tabel 3.3 Jumlah responden di setiap kecamatan di wilayah Surakarta Kecamatan Pasar Kliwon Banjarsari Serengan Jebres Laweyan Jumlah
KK 20709 43196 13679 30292 25019 132895
Jumlah responden 62 130 41 91 75 399
Sumber: BPS kota Surakarta, 2008
400 responden ini diperoleh dari 5 kecamatan yang ada disurakarta, selanjutnya
pengambilan
responden
di
setiap
kecamatan
dilakukan
berdasarkan lokasi kelurahan dari pusat kota Surakarta (daerah urban dan pinggiran kota). Penentuan wilayah urban dan sub urban di Surakarta didasarkan pada dua hal, sebagai berikut: 1.
Jarak kelurahan dengan pusat kota Surakarta. Daerah yang memiliki jarak terdekat dengan pusat kota memiliki kemudahan teknologi dan infrastruktur prasarana dalam sosialisasi program konversi gas elpiji, sehingga penyampaian informasi akan lebih cepat diterima. Penentuan jarak masing-masing kelurahan ke pusat kota dilakukan dengan bantuan program arcgis. Hasil data dapat dilihat pada lampiran.
2.
Tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar responden yang diperoleh dapat mewakili seluruh lapisan masyarakat yang ada di Surakarta. Data tingkat kesejahteraan masyarakat disetiap kelurahan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), data dapat dilihat pada lampiran.
Hasil penentuan lokasi dan pengambilan responden dapat dilihat pada tabel 3.4. commit to user
III-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.4 Jumlah responden di setiap kelurahan di wilayah Surakarta Kecamatan Pasar kliwon Banjarsari Serengan Jebres Laweyan
Kelurahan Joyosuran Kampung Baru Kadipiro Keprabon Joyotakan Kemlayan Sudiroprajan Mojongsongo Karangasem Sriwedari Jumlah
Jumlah responden 50 12 119 11 25 16 8 83 49 26
Jumlah 62 130 41 91 75 399
3.2.2. Penyebaran Kuesioner Penyebaran kuesioner dilakukan berdasar hasil desain pengambilan sampel pada tahap sebelumnya. Kuesioner diberikan dengan mengambil sampel masyarakat Kota Surakarta di setiap wilayah yang telah ditentukan sebelumnya dengan sasaran utama adalah ibu rumah tangga pengguna gas elipiji. Jumlah kuesioner yang disebar adalah 420 kuesioner, hal ini untuk mengantisipasi jika ada kuesioner yang rusak atau tidak diisi. Hasil dari penyebaran kuesioner selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar pada tahap pengolahan data. 3.3. Tahap Pengolahan Data Tahap pengolahan data terdiri dari dua langkah yaitu pengujian data dan pengolahan data. 3.3.1. Pengujian Data a.
Uji Validitas Uji validitas dilakukan terhadap instrumen yang dipergunakan dalam mencari data. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) juga valid. Dengan menggunakan alat ukur yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid. Langkah-langkah pengujian validitas meliputi: 1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur. 2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang commit to user berjumlah minimal 30 orang.
III-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. 4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total. Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r product moment. 5. Mengambil kesimpulan. b.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi suatu instrument ukur di dalam mengukur variabel penelitian. Hasil pengukuran dikatakan dapat dipercaya apabila mampu memberikan hasil ukur yang konsisten (reliable). Dalam hal ini, relatif sama berarti dengan tetap menerima adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran tersebut. Langkah-langkah pengujian reliabilitas meliputi: 1. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang berjumlah minimal 30 orang. 2. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. 3. Menghitung koefisien Cronbach’s Alpha, nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r product moment, seperti pada uji validitas. 4. Mengambil kesimpulan.
c.
Uji Outlier Uji outlier digunakan untuk mengetahui jika ada nilai ekstrim pada atribut tertentu. Langkah-langkah pengujian outlier adalah sebagai berikut: 1. Membuat deskrptif dari data penelitian. 2. Melakukan standarisasi. 3. Menentukan outlier.
3.3.2. Pengolahan Data a.
Profil dan Perilaku Konsumen Prosentase karakteristik /profil rsponden dan perilaku konsumen dalam penggunaan ges elpiji dihitung. Formulasi untuk menghitung prosentase tersebut, sebagai berikut: Al =
nl ´ 100% N
commit to user
III-18
Persamaan (3.2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dimana : Al
= persentase responden denga ciri/perilaku tertentu/perilaku konsumen dalam pembelian.
b.
nl
= jumlah responden dengan ciri/perilaku tertentu.
N
= total jumlah responden.
Analisis Cluster Proses analisis cluster dilakukan untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan persamaan karakteristik di antara objek-objek tersebut, sehingga objek-objek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kedekatan hubungan satu sama lain. Langkah-langkah analisis cluster, sebagai berikut: 1. Merumuskan permasalahan. Dengan cara mendefinisikan variabel-variabel yang digunakan untuk dasar pengclusteran. 2. Memilih ukuran jarak atau kesamaan Ukuran jarak menentukan kemiripan atau ketidakmiripan dari objek yang akan diclusterkan. a. Ukuran korelasi Kesamaan antar objek dapat dilihat dari koefisien korelasi antar pasangan objek yang diukur dengan beberapa variabel. b. Ukuran jarak 1. Euclidean distance, merupakan ukuran jarak antara dua item X dan Y.
å (X i
D(X, Y) =
- Yi )
2
Persamaan (3.3)
2. Squared euclidean distance, merupakan ukuran jarak antara dua item X dan Y. D(X, Y) =
å (X
i
- Yi )
2
Persamaan (3.4)
3. Pearson correlation Korelasi antara vektor nilai : S( X , Y ) =
åZ
xi
Z yi
Persamaan (3.5)
(N - 1)
di mana Zxi adalah nilai x yang telah distsaudara/irkan untuk item ke-i commit to user dan N adalah jumlah itemnya.
III-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Chebychev D(X , Y) = maxi X i - Yi
Persamaan (3.6)
5. Block D( X , Y ) = ∑ X i - Yi
Persamaan (3.7)
c. Ukuran asosiasi Ukuran asosiasi dipakai untuk mengukur data berskala nonmetrik (nominal atau ordinal). 3. Memilih Prosedur Pengklusteran Pembentukan cluster menggunakan prosedur nonhirarki, karena metode ini memproses semua objek secara sekaligus dengan titik acuan cluster center sehingga distribusi objek (responden) sebagai anggota masingmasing cluster lebih merata. Metode nonhirarki yan digunakan adalah metode K-means clustering yang dikembangan oleh MacQueen. 4. Menetapkan Jumlah Cluster Banyaknya cluster dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan teoritis, konseptual, dan kepraktisan. Contohnya, kalau tujuan cluster untuk mengidentifikasi segmen pasar, manajemen mungkin menghendaki cluster dalam jumlah tertentu (katakan 3, 4, atau 5 cluster) 5. Interpretasi dan Profil Dari Cluster Meliputi pengkajian mengenai centroids, yaitu rata-rata nilai objek yang terdapat dalam cluster pada setiap variabel. 6. Menaksir Reliabilitas dan Validitas a. Melakukan analisis cluster pada data yang sama dengan menggunakan jarak yang berbeda dan membandingkan hasil lintas ukuran (across measure) untuk menetukan stabilitas pemecahan. b. Gunakan metode pengclusteran yang berbeda dan bandingkan hasilnya. c. Pecah atau bagi data secara acak menjadi 2 bagian. d. Hilangkan beberapa variabel secara acak. Lakukan pengclusteran yang didasarkan pada sisa variabel kemudian bandingkan hasilnya dengan hasil pengclusteran dengan data asli yang masih utuh. c.
Konsumsi Gas Elpiji
commit to user 1. Menghitung jumlah konsumsi gas elpiji per keluarga. III-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Menghitung jumlah konsumsi gas elpiji per orang. 3. Menghitung jumlah kebutuhan gas elpiji kota Surakarta. 3.4. Tahap Analisis Dan Interpretasi Hasil Output pengolahan data dari tiap bagian dianalisis dan diinterpretasikan. Dari hasil analisis dan interpretasi didapatkan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat. 3.5. Kesimpulan Dan Saran Pada langkah kesimpulan dan saran ditarik kesimpulan dimana kesimpulan ini dibuat berdasarkan analisis pengolahan data dan juga memberikan saran-saran dimana saran berisi masukan untuk penelitian-penelitian beriutnya agar dapat lebih baik lagi.
commit to user
III-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini membahas tentang proses pengumpulan data berikut data responden serta proses pengolahan data yang terdiri dari pengujian validitas, reliabilitas, analisis multivariat yang relevan terhadap penelitian yaitu analisis cluster, dan perhitungan indeks konsumsi. 4. 1
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden yang relevan dalam penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan di kota Surakarta dengan menggunakan teknik area sampling kemudian dilanjutkan dengan teknik purposive sampling. Untuk menentukan ukuran sampel yang diambil, dihitung berdasarkan rumus Taro Yamane dengan tingkat ketelitian 95% didapat jumlah sebesar 400 responden. Adapun jumlah kuesioner yang disebar, yang dikembalikan, dan yang dapat diolah adalah sebagai berikut: §
Jumlah kuesioner yang disebar adalah 420 kuesioner.
§
Jumlah kuesioner yang dikembalikan adalah 406 kuesioner.
§
Jumlah kuesioner tidak lengkap 6 kuesioner.
§
Jumlah kuesioner yang sah dan dapat digunakan adalah 400 kuesioner. Data sekunder penelitian didapatkan dari pertamina, BPS dan wawancara langsung dengan masyarakat pengguna gas elpiji. Data-data tersebut adalah jumlah penjualan gas elpiji di kota Surakarta, jumlah kepala keluarga, tingkat kesejahteraan masyarakat kota Surakarta dan informasi mengenai program konversi masyarakat, sosialisasi konversi gas elpiji, serta opini terhadap gas elpiji
4. 2
Data Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat di wilayah radius geografis
yang telah ditentukan. Responden dipilih karena keberadaan pada waktu dan tempat dimana riset sedang dilakukan. Akibatnya peluang terpilih sebagai sampel hanya dimiliki oleh anggota populasi yang kebetulan berada di sekitar riset, sedangkan anggota populasi yang tidaktoberada commit user disekitar riset tidak memiliki IV-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peluang menjadi sampel. Rekap profil responden selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.1 - 4.8. 1. Tempat lahir
Gambar 4.1 Diagram batang tempat lahir masyarakat pengguna gas elpiji Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa tempat lahir responden yang menduduki persentase terbesar adalah eks karasidenan Surakarta. 2. Agama yang dianut
Gambar 4.2 Diagram batang agama yang dianut masyarakat pengguna gas elpiji Agama terbesar yang dianut oleh responden adalah islam, karena agama islam adalah agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Surakarta. 3. Suku/etnis
Gambar 4.3 Diagram batang suku/etnis yang dianut masyarakat pengguna gas elpiji Ras/etnis responden yang terbesar adalah suku jawa. commit to user IV-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Usia responden
Gambar 4.4 Diagram batang usia masyarakat pengguna gas elpiji Dari gambar dapat dilihat responden paling banyak berusia 31-40 tahun, namun secara keseluruhan dapat dikatakan elpiji dipakai oleh semua kalangan usia. 5. Pekerjaan responden
Gambar 4.5 Diagram batang pekerjaan masyarakat pengguna gas elpiji Responden tidak bekerja memiliki persentase terbesar, para resonden ini hanya menjadi ibu rumah tangga di rumah. 6. Pendidikan responden
Gambar 4.6 Diagram batang tingkat pendidikan masyarakat pengguna gas elpiji Responden 52% adalah tamat SLTA/sederajat, 30% tamat PT dan 14% tamat SLTP/sederajat. commit to user IV-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Pendapatan responden
Gambar 4.7 Diagram batang pendapatan masyarakat pengguna gas elpiji Tingkat pendapatan reponden yang memiliki persentase terbesar adalah Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000. 8. Posisi di rumah
Gambar 4.8 Diagram batang posisi responden di rumah Hampir seluruh responden memiliki posisi di rumah sebagai istri. hal ini terjadi karena istri yang mengatur pengeluaran rumah tangga. 4. 3
Pengolahan Data Pengolahan data meliputi uji validitas dan reliabilitas, analisis cluster, dan
indeks konsumsi. Proses pengolahan uji validitas dan reabilitas diolah dengan bantuan software excel dan analisis cluster dilakukan dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 12.0. 4.3.1
Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pertanyaan-
pertanyaan dalam kuesioner mampu mengukur pertanyaan yang ingin diukur (mampu mengukur konsepnya). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan data seluruh responden yaitu sebanyak 400 responden. Pertanyaan yang diuji adalah pertanyaan bagian III, karena pertanyaan tersebut berskala likert sedang pertanyaan yang lain berskala nominal dan interval. commit to user IV-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uji validitas dimulai dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor totalnya, dengan teknik korelasi product moment pearson pada persamaan (2.1). Dari perhitungan didapat nilai-nilai (lihat pada lampiran). Angka korelasi masing-masing variabel (r-hitung) dibandingkan dengan nilai (r) product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Jika angka korelasi hitung lebih besar dari angka (r) product moment, maka hipotesa dapat diterima dan disimpulkan bahwa pernyataan tersebut berkorelasi positif dengan skor set variabelnya. Tabel 4.1 Rekapituasi perbandingan antara t-hitung dan (r) product moment Variabel r -hitung r-tabel Keterangan Valid X1 0.3174623 0.098 Valid X2 0.5081593 0.098 Valid X3 0.5783933 0.098 Valid X4 0.5008115 0.098 Valid X5 0.6841041 0.098 Valid X6 0.5648473 0.098 Valid X7 0.6793118 0.098 Valid X8 0.6878166 0.098 Valid X9 0.4504851 0.098 Valid X10 0.5733663 0.098 Valid X11 0.535605 0.098 Valid X12 0.4598372 0.098 Valid X13 0.099485 0.098
Diperoleh hasil bahwa kesemua skor korelasi lebih besar dari skor tabel, maka hipotesa dapat diterima, dan disimpulkan bahwa skor masing-masing atribut berkorelasi positif dengan skor set variabelnya. Ini berarti data dapat dikatakan telah valid yaitu bahwa atribut-atribut penelitian dalam suatu set variabel dapat mewakili apa yang ingin diukurnya. Setelah melakukan uji validitas, pengolahan data dilanjutkan pada uji reliabilitas. 4.3.2
Uji Reliabilitas Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui
konsistensi suatu instrumen ukur di dalam mengukur konsep yang sama. Dengan kata lain, bila suatu instrumen ukur dipakai dua kali, untuk mengukur konsep yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen commit to user ukur tersebut dianggap reliabel. Adapun hipotesa untuk pengujian reliabilitas IV-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah bahwa skor masing-masing atribut berkorelasi positif dengan komposit set variabelnya. Uji reliabilitas dilakukan dengan metode konsistensi inter item, yang dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s Alpha menggunakan persamaan (2.2). Dari perhitungan didapat rekapitulasi perhitungan uji reliabilitas seperti pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Rekapitulasi perhitungan uji reliabilitas dengan metode Cronbach’s Alpha
Variabel (∑X) ∑(X2) X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13
(∑X)2
1660 7156 2755600 1236 4168 1527696 1544 6200 2383936 1526 6044 2328676 1632 6868 2663424 1663 7117 2765569 1647 6959 2712609 1589 6507 2524921 1458 5624 2125764 1654 7016 2735716 1733 7609 3003289 1668 7044 2782224 1494 6052 2232036 Total varian butir Total varian Koefisien Cronbach Alpha
n 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400
Varian Butir 0.6675 0.8719 0.6004 0.555775 0.5236 0.50769375 0.44369375 0.48674375 0.773975 0.441775 0.25194375 0.2211 1.179775 7.525875 22.6174 0.722857273
Skor-skor tersebut kemudian dibandingkan dengan angka korelasi (r) product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Dalam hal ini angka korelasi tabel untuk 400 responden adalah 0.772. Diperoleh hasil bahwa kesemua angka Cronbach’s Alpha lebih besar dari skor tabel, maka hipotesa dapat diterima, serta disimpulkan bahwa skor masing-masing atribut berkorelasi positif dengan komposit set variabelnya. Ini berarti data dapat dikatakan telah reliabel yaitu bahwa dapat dikatakan konsisten dalam mengukur jawaban responden. 4.3.3
Uji Outlier Data outlier dapat terjadi karena kesalahan dalam pemasukan data,
kesalahan pada pengambilan sampel atau memang ada data-data ekstrim yang tidak bisa dihindarkan keberadaannya. Tujuan uji outlier adalah untuk melihat ada tidaknya data ekstrim atau data yang secara nyata berbeda dengan data-data lain. Langkah-langkah uji outlier, sebagai berikut: commit to user IV-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Standarisasi data, mengubah nilai dalam bentuk z-score, kemudian menafsirkan nilai z-score tersebut. 2. Deteksi outlier, batas nilai z-score dengan rentang 3 sampai dengan 4. Dari hasil dapat dilihat bahwa tidak ada satu data pun yang mengalami outlier. Rekapitulasi uji outlier dapat dilihat pada lampiran. 4.3.4
Analisis Cluster Analisis cluster adalah salah satu teknik multivariate yang tujuan
utamanya adalah mengelompokkan (klasifikasi) objek-objek ke dalam beberapa grup berdasarkan karakteristik yang dimiliki masing-masing. Objek dapat menyatakan konsumen (responden), produk, perusahaan dan entity lainnya. 1. Penentuan Tujuan Analisis Dalam penelitian ini, analisis cluster dilakukan dengan tujuan untuk mengelompokkan konsumen pengguna gas elpiji di kota Surakarta berdasarkan demografi. Variabel demografi yang dipakai sebagai dasar pengelompokkan adalah usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga. 2. Penyusunan Desain Riset Analisis Desain risen analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran kemiripan objek dan penstandarisasian data jika data sangat bervariasi dalam satuan. 3. Pengujian Asumsi Analisis cluster tidak termasuk teknik statistik inferensia, di mana parameter analisis ini adalah seberapa besar sampel dapat mewakili populasi. Analisis cluster mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik; syarat kenormalan, linieritas dan homogenitas tidak begitu penting kerena memberikan pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji. 4. Pembentukan Cluster (Partisi) Tahap selanjutnya adalah pembentukan cluster dengan prosedur nonhirarki karena metode ini memproses semua objek secara sekaligus dengan titik acuan cluster centers sehingga distribusi objek (responden) sebagai anggota masingmasing cluster lebih merata. Metode nonhirarki yang digunakan adalah metode K-Means Clustering yang dikembangkan oleh MacQueen (Johnson, 1988), yang commit to user memiliki algoritma sebagai berikut: IV-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Tentukan centroid awal (seed point) untuk setiap cluster dari k cluster yang dibentuk. 2. Tempatkan satu orang responden ke dalam cluster yang terdekat dengan ukuran jarak euclidian distance. Kemudian menghitung titik centroid baru untuk cluster yang mendapat tambahan anggota dan cluster yang kehilangan anggota. 3. Ulangi langkah ke-2 hingga tidak terjadi lagi perpindahan responden. Jumlah cluster ditetapkan antara 2 hingga 4 cluster karena apabila jumlah cluster yang dibentuk terlalu banyak, akan menyulitkan interpretasi segmensegmen pasar yang terbentuk. Berdasarkan hal tersebut peneliti menetapkan alternatif jumlah cluster yang digunakan sebanyak 3 cluster. 5. Interpretasi Hasil Setelah mendapatkan jumlah cluster maka didapat tampilan pertama (initial) proses clustering data sebelum iterasi, yang dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel ini berisi penilaian responden pada masing-masing cluster yang telah ditransformasikan ke distribusi normal baku dengan rataan 0 dan variansi 1. Lebih lanjut diketahui bahwa nilai positif (> 0) pada tabel mempunyai makna di atas rata-rata, yang berarti bahwa sikap responden pada suatu cluster terhadap faktor tertentu adalah cenderung positif/baik. Sedangkan nilai negatif (< 0) mempunyai makna di bawah rata-rata, yang berarti bahwa sikap responden pada suatu cluster terhadap faktor tertentu adalah cenderung negatif/buruk. Tabel 4.3 Initial cluster centers untuk kota Surakarta Cluster 1 Zscore(usia)
2
3
-2.31746
2.01931
.93512
Zscore(income)
2.25428
1.37370
-1.26803
Zscore: Jumlah keluarga
1.09801
-2.26326
1.09801
Sedangkan tabel akhir dari proses clustering tampak pada tabel 4.4.
commit to user IV-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4 Final cluster Centers kota Surakarta Cluster 1 Zscore(usia)
.20392
Zscore(income)
2
3
-.22321
-.00123
1.09383
-.21435
-.75341
.52478
-1.27690
.53053
Zscore: Jumlah keluarga
Dari tabel 4.4 dapat didefinisikan, sebagai berikut: 1. Cluster 1 Responden mempunyai usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. 2. Cluster 2 Responden mempunyai usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di bawah rata-rata populasi. 3. Cluster 3 Responden mempunyai usia dan pendapatan di bawah rata-rata populasi serta jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. Setelah terbentuk cluster, distribusi jumlah objek (responden) pada masingmasing cluster dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 400 objek, cluster 1 berjumlah 129 objek, cluster 2 berjumlah 117 objek dan cluster 3 berjumlah 154 objek. Tabel 4.5 Jumlah anggota tiap cluster kota Surakarta Cluster
1
129.000
2
117.000
3
154.000
Valid
400.000
Missing
.000
Kemudian perlu juga diketahui apakah faktor-faktor yang telah membentuk cluster tersebut mempunyai perbedaan pada tiap cluster. Kolom cluster menunjukkan besaran between cluster mean dan kolom error menunjukkan besaran within cluster mean, sehingga F dapat dihitung menggunakan persamaan (2.10) Seperti telah disebutkan sebelumnya, semakin besar nilai F pada suatu faktor dan angka signifikansinya di bawah 0.05, maka semakin besar pula perbedaan commit user faktor tersebut pada cluster-cluster yangtoterbentuk. Pada tabel 4.6 dapat dilihat IV-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa untuk kota Surakarta, faktor yang memberikan perbedaan pada masingmasing cluster yang terbentuk, berturut-turut dari besar ke kecil adalah faktor usia (5,729), faktor pendapatan (323,022) dan faktor jumlah keluarga (413.734). Tabel 4.6 Analysis of variance perbedan faktor pada tiap cluster kota Surakarta Cluster Zscore(usia) Zscore(income) Zscore: Jumlah keluarga
Mean Square 5.597 123.567 134.818
Error df 2 2 2
Mean Square .977 .383 .326
Df 397 397 397
F 5.729 323.022 413.734
6. Profiling Cluster Tahap selanjutnya adalah profiling cluster untuk menjelaskan karakteristik setiap cluster berdasar profil tertentu. Adapun karakteristik yang digunakan sebagai pembanding diambil dari data demografi dan perilaku pembelian responden yang terdiri dari jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, posisi/peran dalam keluarga, lama menggunakan LPG, jenis LPG yang digunakan, tempat pembelian LPG, kegiatan yang dilakukan dengan LPG, frekuensi memasak di rumah, pihak yang memberi pengaruh, pengambil keputusan, motivasi dalam membeli LPG dan proses pengenalan konversi LPG. Proses profiling cluster selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari profiling cluster tersebut maka dapat diketahui karakteristik tiap cluster masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta. Setelah diketahui karakteristik tiap cluster maka ciri-ciri masing-masing cluster dapat dilihat pada tabel 4.7.
commit to user IV-10
Sig. .004 .000 .000
Tabel 4.7 Karakteristik cluster kota Surakarta
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Cluster Kota Surakarta Cluster 1 Cluster 2 Usia Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi Pendapatan Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi Jumlah Keluarga Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi Jumlah Responden 129 orang 117 orang Jenis Kelamin Wanita Wanita Pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga dan wiraswasta Pendidikan Tamat SLTA/ sedarajat dan Tamat PT/sederajat Tamat SLTA/sederajat Posisi/peran dalam keluarga Istri Istri Lama menggunakan LPG > 1 thn > 1 thn Jenis LPG yang digunakan 12Kg 3 Kg dan 12 Kg Tempat pembelian LPG Agen LPG Warung Kegiatan yang dilakukan dengan LPG Memasak dan Water heater Memasak Frekuensi memasak dirumah Setiap hari Setiap hari Pemberi pengaruh Keluarga Keluarga dan pemerintah Pengambil keputusan Istri Istri Motivasi pembelian Praktis Murah dan praktis Pengenalan LPG Iklan TV Iklan TV dan penyuluhan RT/RW Karakteristik Responden
IV-11
Cluster 3 Di bawah rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi Diatas rata-rata populasi 154 orang Wanita Ibu rumah tangga dan wiraswasta Tamat SLTP/ sedarajat dan Tamat SLTA/sederajat Istri 6bln- 1 thn dan > 1 thn 3 Kg Warung Memasak Setiap hari Pemerintah Istri Murah, mudah didapatkan dan praktis Iklan TV dan penyuluhan RT/RW
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.5
digilib.uns.ac.id
Konsumsi LPG Analisis konsumsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola dan
tingkat konsumsi energi masyarakat dalam menggunakan gas elpiji. A. Pola Konsumsi Berdasarkan teori konsumsi penggunaan gas elpiji dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga dan usia. 1. Pendapatan Berdasarkan teori konsumsi, konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pendapatan maka akan semakin tinggi tingkat konsumsi suatu produk. a. Tabung 3 kg Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg berdasarkan pendapatan keluarga. Pendapatan 50
Rp. 2000.000 Rp. 3000.000 >Rp. 3000.000 Rp. 4000.000
40
>Rp. 4000.000
Count
30
20
10
0 1 tabung 2 tabung 3 tabung 4 tabung 5 tabung 6 tabung
8.00
Jumlah tabung
Gambar 4.9 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan commit to user IV-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg berdasarkan pendapatan keluarga, yaitu:
Gambar 4.10 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan Dari gambar 4.10 dapat dilihat persentase jumlah konsumsi gas elpiji di setiap interval pendapatan keluarga. commit to user IV-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Tabung 12 kg Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 12 kg berdasarkan pendapatan keluarga. Pendapatan 60
Rp. 2000.000 Rp. 3000.000
50
>Rp. 3000.000 Rp. 4000.000 >Rp. 4000.000
Count
40
30
20
10
0 1 tabung
2 tabung
Jumlah tabung dipakai
Gambar 4.11 Diagram batang jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg berdasarkan pendapatan keluarga.
commit to user IV-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.12 Diagram pie jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan Dari gambar 4.12 dapat dilihat persentase jumlah konsumsi gas elpiji di setiap interval pendapatan keluarga. 2. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota juga berpengaruh terhadap besarnya jumlah konsumsi rumah tangga. a. Tabung 3 kg Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg berdasarkan jumlah anggota keluarga.
commit to user IV-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah tabung dipakai
60
1 tabung 2 tabung 3 tabung 50
4 tabung 5 tabung 6 tabung 7 tabung
Count
40
30
20
10
0 2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Jumlah anggota keluarga
Gambar 4.13 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg berdasarkan jumlah anggota keluarga.
commit to user IV-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.14 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga Dari gambar 4.14 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang dikonsumsi untuk setiap keluarga. b. Tabung 12 kg Jumlah anggota keluarga
70
2.0 3.0 4.0
60
5.0 6.0
Count
50
40
30
20
10
0 1.0
2.0
Jumlah tabung
Gambar 4.15 Diagram batang jumlah tabung elpiji 12 Kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota commit to user keluarga IV-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg berdasarkan jumlah anggota keluarga.
Gambar 4.16 Diagram pie jumlah tabung elpiji 12 Kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga Dari gambar 4.16 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang dikonsumsi untuk setiap keluarga. 3. Siklus Hidup dan Usia Siklus hidup dan usia juga berpengaruh terhadap besarnya jumlah konsumsi rumah tangga. a. Tabung 3 kg Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg berdasarkan usia.
commit to user IV-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Usia 40
17-23 thn 24-30 thn 31-40 thn 41-50 thn 51-60 thn
C ount
30
20
10
0 1 tabung 2 tabung 3 tabung 4 tabung 5 tabung 6 tabung
8.00
Jumlah tabung
Gambar 4.17 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg berdasarkan usia.
commit to user IV-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.18 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia Dari gambar 4.18 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang dikonsumsi disetiap interval usia. b. Tabung 12 kg
Usia 80
17-23 thn 24-30 thn 31-40 thn 41-50 thn 51-60 thn
Count
60
40
20
0 1 tabung
2 tabung
Jumlah tabung
Gambar 4.19 Diagram batang jumlah commit to tabung user 12 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia IV-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg berdasarkan usia.
Gambar 4.20 Diagram pie jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia Dari gambar 4.20 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang dikonsumsi disetiap interval usia.
commit to user IV-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Tingkat Konsumsi Selanjutnya, dari data penelitian, dapat ditentukan indeks konsumsi energi gas elpiji per orangan, sebagai berikut: ·
å
Consumsi
= å Pemakaian gas elpiji selama 1 bulan = S tabung 3 Kg + S tabung 12 Kg = 4641 Kg » 52234455 kcal/kg
1 kg LPG = 11255 kcal/kg
·
Indeks per keluarga =
å Consumsi å KK
52234455 = 130586 kcal/kg per keluarga dalam 1 bln 400 = 11,6 Kg/keluarga dalam 1 bulan Indeks per keluarga Indeks pe orangan = Rata - rata anggota keluarga
=
·
=
130586 4
= 32646,53438 kcal/kg per orang dalam 1 bulan = 2,9 » 3Kg/orang dalam 1 bulan ·
Kebutuhan elpiji di kota Surakarta = Indeks kepala keluarga x å kepala keluarga di surakarta = 1.541.582 kg/bulan
commit to user IV-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dilakukan analisis berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan. Analisis yang akan dilakukan adalah perilaku masyarakat dalam menggunakan gas elpiji, hasil pengolahan data dengan menggunakan análisis cluster, indeks konsumsi penggunaan gas elpiji dan analisis kelemahan penelitian. 5.1 Analisis Perilaku Perilaku masyarakat dalam menggunakan gas elpiji di kota Surakarta dapat dianalisis sebagai berikut: 1. Jenis Gas Elpiji Yang Digunakan
Gambar 5.1 Diagram batang jenis elpiji yang digunakan masyarakat Surakarta Jenis gas elpiji yang paling banyak digunakan adalah jenis tabung 3 kg dan diikuti tabung 12 kg. Hal ini dikarenakan tabung 3 kg masih disubsidi oleh pemerintah sehingga harganya pun lebih murah dari tabung 12 kg. 2. Lama Penggunaan Gas Elpiji
Gambar 5.2 Diagram batang lama penggunaan gas elpiji yang digunakan masyarakat Surakarta commit to user
V-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hampir seluruh responden telah menggunakan gas elpiji lebih dari 6 bulan. Hal ini menunjukkan keberhasilan program konversi gas elpiji yang baru disosialisasikan pada awal tahun 2009. 3. Tempat Pembelian Gas Elpiji
Gambar 5.3 Diagram batang tempat pembelian gas elpiji masyarakat Surakarta Warung merupakan tempat yang paling banyak dituju oleh responden dalam membeli gas elpiji. Kebanyakan warung memiliki jarak yang dekat dengan rumah sehingga mempermudah dalam pembelian, selain itu di warung responden dapat membeli dengan bentuk satuan. 4. Frekuensi Pembelian Gas Elpiji
Gambar 5.4 Diagram batang frekuensi pembelian gas elpiji masyarakat Surakarta Untuk pemakaian tabung 3 kg frekuensi pembelian rata-rata dilakukan <1 minggu, 1 minggu dan 2 minggu sekali, adanya perbedaan ini dikarena kan oleh berbagai macam faktor, antara lain perbedaan jumlah anggota keluarga, frekuensi memasak/penggunaan gas elpiji dan faktor-faktor lainnya. Sedangkan untuk tabung 12 kg rata-rata frekuensi pembelian dilakukan sebulan sekali.
commit to user
V-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Jumlah Anggota Keluarga
Gambar 5.5 Diagram batang jumlah anggota keluarga masyarakat Surakarta Dari diagram di atas jumlah anggota keluarga responden yang paling banyak adalah 5 orang. Semakinbanyak jumlah anggota keluarga semakin besar jumlah gas elpiji yang digunakan. 6. Status Dalam Masyarakat
Gambar 5.6 Diagram batang status sosial responden dalam masyarakat Status responden dalam masyarakat didominasi oleh masyarakat biasa, masyarakat biasa adalah masyarakat umumnya, yaitu masyarakat yang tidak mempunyai status sosial khusus dalam masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa status sosial tidak menyebabkan terjadi perbedaan dalam mengkonsumsi gas epiji. 7. Posisi/jabatan Dalam Pekerjaan
Gambar 5.7 Diagram batang posisi/jabatan responden dalam bekerja Lain-lain mempunyai nilai paling besar karena kebanyakan responden tidak commit user bekerja (dalam kuesioner ini masuk ke to lain-lain). Hal ini membuktikan bahwa
V-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
posisi/jabatan dalam bekerja juga tidak menyebabkan terjadi perbedaan dalam mengkonsumsi gas epiji. 8. Pengambil Keputusan
Gambar 5.8 Diagram batang pengambil keputusan dalam penggunaan gas elpiji Pengambil keputusan terbesar dalam mengunakan gas elpiji jika dikaitkan dengan kepala keluarga adalah istri, hal ini terjadi karena istri yang mengatur pengeluaran rumah tangga. 9. Pemberi Pengaruh
Gambar 5.9 Diagram pie dan batang pemberi pengaruh dalam penggunaan gas elpiji Dari diagram pie 82% tidak ada yang memberi pengaruh dalam menggunakan gas elpiji yang berarti dalam menggunakan gas elpiji responden dilakukan atas keinginan sendiri. Sedangkan dari diagram batang pemberi pengaruh dalam menggunakan gas elpiji adalah pemerintah yang dilakukan melalui sosialisasi konversi gas elpiji.
commit to user
V-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Kegiatan Penggunaan Gas Elpiji
Gambar 5.10 Diagram batang kegiatan penggunaan gas elpiji Pemakaian gas elpji terbesar digunakan untuk memasak. Hal ini mebuktikan bahwa gas elpiji merupakan barang pokok yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. 11. Frekuensi Kegiatan Memasak
Gambar 5.11 Diagram batang kegiatan memasak dengan menggunakan gas elpiji Kegiatan memasak paling besar dilakukan responden setiap hari. Frekuensi memasak ini berpengaruh terhadap frekuensi jumlah tabung yang digunakan. 12. Motivasi Dalam Menggunakan Gas Elpiji
Gambar 5.12 Diagram batang motivasi dalam menggunakan gas elpiji Motivasi masyarakat paling besar dalam menggunakan gas elpiji dikarenakan kepraktisan dalam menggunakan. Selanjutnya harga elpiji dianggap commit to user
V-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lebih murah dan lebih mudah didapatkan dari pada minyak tanah yang harus mengantri berjam-jam untuk memperolehnya. 13. Pengenalan Program Konversi Gas Elpiji
Gambar 5.13 Diagram batang pengenalan program konversi gas elpiji Ternyata cara responden mengenal gas elpiji paling banyak melalui iklan di TV/media massa. Pemerintah banyak menayangkan iklan-iklan mengenai konversi gas elpiji di TV, radio bahkan koran. Namun hal ini tidak lah cukup, pemerintah harus lebih meningkatkan sosialisasi penyuluhan secara langsung kepada masyarakat, hal ini terkait rumor-rumor mengenai gas elpiji yang jika dibiarkan akna meresahkan masyarakat. 14. Kepercayaan Terhadap Program Konversi
Gambar 5.14 Diagram batang kepercayaan terhadap program konversi gas elpiji Kepercayaan masyarakat terhadap konversi gas elpiji sangat beragam ada yang percaya, cukup percaya dan kurang percaya. Kurang percayanya masyarakat terhadap program konversi elpiji dikarenakan masyarakat masih kurang mengerti maksud dan tujuan pemerintah dalam melakukan program ini. Selain itu maraknya kasus peledakan gas elpiji membuat masyarakat merasa tidak aman ketika menggunakan gas elpiji. Untuk itu sosialisasi diikuti pembenahan dari material konversi perlu dilakukan agar mengembalikan kepercayaan masyarakat. commit to user
V-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15. Persepsi Terhadap Gas Elpiji a. Sosialisasi
Gambar 5.15 Diagram batang persepsi terhadap penyuluhan gas elpiji Materi iklan dan penyuluhan yang diberikan menurut resonden sudah dapat dimengerti, mudah diingat,informatif, mendidik dan dapat dipercaya. b. Harga
Gambar 5.16 Diagram batang persepsi terhadap harga elpiji Hampir seluruh responden setuju bahwa harga gas elpiji lebih murah dari minyak tanah. Hal ini dikarenakan gas elpiji masih mendapatkan subsidi dari pemerintah sehingga harganya lebih terjangkau dari minyak tanah. Selain itu didasarkan atas fakta bahwa pada penggunaan kompor gas selama seminggu secara umum, rumah tangga akan mengunakan eliji dengan massa 3kg (dari 3kg massa elpiji tersebut sama dengan 5,22 liter minyak tanah), sedangkan dari jumlah 5,22 liter tersebut, ternyata jumlah tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga pada umumnya pula selama 5 hari. Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa penggunaan gas elpiji lebih hemat dan irit dibandingkan penggunaan minyak tanah karena memiliki selisih 2 hari penggunaan dengan konversi massa yang sama. commit to user
V-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Kemudahan dalam mendapatkan
Gambar 5.17 Diagram batang persepsi terhadap kemudahan dalam mendapatkan elpiji 69% setuju dan 26 % sangat setuju bahwa gas elpiji lebih mudah didapatkan dari minyak tanah. Masyarakat harus mengantri berjam-jam hanya untuk mendapatkan 1 L minyak tanah. Karena hal ini lah menjadi salah satu motivasi masyarakat memutuskan untuk beralih menggunakan gas elpiji. d. Ramah Lingkungan
Gambar 5.18 Diagram batang persepsi emisi gas elpiji Lebih dari 80% responden setuju bahwa gas elpiji lebih ramah lingkungan dari minyak tanah. Dilihat dari segi emisi (gas pembakaran) ternyata berdasarkan fakta yang ada menjelaskan bahwa gas pembakaran kompor minyak tanah berupa asap kompor menyebabkan asap dengan tingkat polutan yang cukup tinggi dilihat dari warna asap kompor tersebut yaitu hitam, sedangkan pada kompor yang menggunakan LPG terbukti lebih ramah lingkungan dengan gas pembakaran yang lebih bersahabat. commit to user
V-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Praktis
Gambar 5.19 Diagram batang persepsi terhadap cara penggunaan elpiji 68% setuju dan 25% sangat setuju bila pemakaian gas elpiji lebih praktis dari minyak tanah. Di segi penggunaan, LPG dinilai lebih mudah dalam penggunaan dibandingkan penggunaan kompor yang menggunakan minyak tanah dengan bukti semisal pada saat menggunakan kompor minyak tanah, perlu menggunakan sumbu yang kemudian dibasahi dengan minyak tanah dan disulut dengan api barulah sumbu tersebut akan menghasilkan api yang digunakan untuk dimasukan ke sumbu kompor guna meratakan sumbu (kapilaritas) pada kompor minyak tanah. Di sisi lain ketika menggunakan kompor gas yang menggunakan LPG, maka tidak perlu repot-repot untuk melakukan prosedur selama prosedur kompor minyak tanah. Selain hal-hal kemudahan yang telah dijabarkan diatas, kemudahan dan kepraktisan penggunaan kompor berbasis LPG adalah kemudahan dalam perawatannya. f. Keamanan
Gambar 5.20 Diagram batang persepsi terhadap keamanan elpiji 26% sangat setuju, 41% setuju, 13% ragu-ragu, 19% tidak setuju dan 1% sangat tidak setuju bahwa mereka masih merasa takut menggunakan gas elpiji. Ketakutan masyarakat dalam menggunakan gas elpiji terpaku commit to user
V-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada rumor bahwa elpiji atau kompor gas lebih rawan untuk meledak. Untuk masyarakat yang tidak setuju menganggap bahwa dengan penggunaan yang benar ledakan pada gas elpiji dapat dihindari apalagi saat ini pemerintah menetapkan bahwa tabung gas elpiji telah memenuhi standard Safety
SNI 19-1452-2001.
5.2 Analisis Cluster Analisis cluster dilakukan untuk mencari karakteristik perilaku masyarakat kota Surakarta dalam menggunakan gas elpiji. Dalam menggunakan gas elpiji masyarakat Surakarta terdiri dari 3 cluster. Dari tabel 4.10 perbedaan dari ketiga cluster ini akan dijelaskan, sebagai berikut: 1. Cluster 1 Cluster 1 mempunyai karakteristik usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. Pendidikan tamat SLTA dan PT/akademik, menggunakan gas elpiji jenis 12 kg, membeli di agen, telah menggunakan elpiji > 1 tahun, menggunakan gas elpiji untuk memasak dan wáter heater, dan motivasi pembelian dikarenakan praktis. 2. Cluster 2 Cluster 2 mempunyai karakteristik usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di bawah rata-rata populasi. Pendidikan tamat SLTA, menggunakan gas elpiji jenis 3 kg dan 12 kg, membeli di warung, telah menggunakan elpiji > 1 tahun, menggunakan gas elpiji untuk memasak dan motivasi pembelian dikarenakan praktis dan murah. 3. Cluster 3 Cluster 3 mempunyai karakteristik usia dan pendapatan di bawah rata-rta populasi tetapi memiliki jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. Pendidikan tamat SLTP dan SLTA, menggunakan gas elpiji jenis 3 kg, membeli di warung, menggunakan elpiji 6 bulan - 1 tahun dan > 1 tahun, menggunakan gas elpiji untuk memasak dan motivasi pembelian dikarenakan murah, mudah didapatkan dan praktis. Dari penjelasan perbedaan karakteristik ketiga cluster di atas, cluster 1 termasuk dalam masyarakat dengan ekonomi yang lebih mapan. Hal ini terlihat commit dan to user dari jumlah pendapatan di atas rata-rata, tingkat pendidikan tamat SLTA dan
V-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PT/akademik. Masyarakat pada cluster ini sudah menggunakan gas elpiji jauh sebelum
pemerintah
mengeluarkan
kebijakan
konversi
gas
elpiji,
pemakaian >1tahun, sehingga ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan konversi gas elpiji, masyarakat pada cluster ini tidak terjadi perubahan perilaku. Hal ini pun terlihat dari motivasi dalam mengunakan gas elpiji, mereka menggunakan gas dikarenakan lebih praktis. Masyarakat cluster ini sudah tidak merasa takut dalam menggunakan gas elpiji, dikarenakan mereka menganggap ledakan dapat dihindari dengan penggunaan yang tepat. Cluster ini kebanyakan menggunakan tabung 12 Kg, karena dirasa lebih praktis tanpa harus melakukan pembelian ulang setiap minggunya, meskipun harga tabung 12 kg lebih mahal dari tabung 3 kg. Penggunaan gas pada cluster ini tidak hanya untuk kebutuhan memasak tetapi juga untuk water heater. Cluster 3 adalah cluster yang dinilai sebagai sasaran paling potensial dilakukannya program konversi gas elpiji. Hal ini dikarenakan cluster ini mempunyai pendapatan dibawah rata-rata populasi, sedangkan jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi sehingga dapat dikategorikan sebagai keluarga yang ekonominya masih rendah. Selain itu pembelian gas elpiji dimotivasi dikarenakan gas elpiji lebih murah, mudah didapatkan daripada minyak tanah. Namun kendala bagi pemerintah, cluster ini memiliki tingkat pendidikan tamat SLTP dan sebagian besar dulunya adalah pengguna minyak tanah, sehingga program konversi gas elpiji bukan hanya merubah bahan bakar dari minyak tanah ke gas elpiji tetapi juga merubah perilaku dan kebiasaan. Sebagian besar masyarakat pada cluster ini masih merasa takut dalam menggunakan gas elpiji dikarenakan tabung gas sering bocor dan meledak. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam menggunakan dan mengantisipasi jika terjadi kebocoran pada tabung gas. Oleh karena itu pemerintah harus lebih meningkatkan sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap pemakaian dan perawatan produk konversi. Cluster 2 adalah campuran cluster 1 dan 3. Hal ini terlihat dari penggunaan tabung gas dimana sebagian menggunakan tabung 3 Kg dan sebagiannya lagi menggunakan tabung 12 kg. Meskipun begitu cluster ini tetap menjadi sasaran konversi gas elpiji karenatocluster commit user ini termasuk dalam masyarakat
V-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menengah ke bawah, dilihat dari pendapatan di bawah rata-rata. Motivasi menggunakan gas elpiji dikarenakan praktis dan murah. 5.3 Analisis Konsumsi Konsumsi penggunaan gas elpiji dipengaruhi oleh faktor pendapatan, jumlah anggota keluarga dan usia. 1.
Pendapatan Berdasarkan teori konsumsi, konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pendapatan maka akan semakin tinggi tingkat konsumsi suatu produk. Namun, dari gambar 4.9 ternyata pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap jumlah konsumsi gas elpiji. Hal ini membuktikan bahwa gas elpji merupakan suatu barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh semua orang dan tidak terpatok terhadap jumlah pendapatan yang dimiliki.
2.
Jumlah Anggota Keluarga Dari gambar 4.13 dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap jumlah konsumsi gas elpiji. Semakin banyak anggota keluarga yang dimiliki maka akan semakin besar pula konsumsi gas elpiji yang digunakan. Keluarga yang memiliki jumlah anggota 3 orang mengkonsumsi
sebanyak
3
tabung
dalam
sebulan,
keluarga
yang
beranggotakan 4 orang mengkonsumsi 4 tabung dalam sebulan dan keluarga yang beranggotakan 5 orang mengkonsumsi 5-6 tabung dalam sebulan. 3.
Usia Dari gambar 4.17 diketahui bahwa siklus hidup dan usia tidak berpengaruh terhadap konsumsi pemakaian gas elpiji. Hal ini membuktikan bahwa usia bukanlah batasan dalam menggunakan gas elpiji. Berdasarkan faktor yang berpengaruh terhadap pemakaian gas elpiji yaitu
jumlah anggota keluarga dapat dilakukan perhitungan indeks konsumsi gas elpiji yang digunakan oleh masyarakat Surakarta. Setelah melakukan perhitungan, maka diperoleh indeks konsumsi gas elpiji per keluarga sebesar 130.586 kcal/bulan atau 11,6 Kg/bulan, indeks konsumsi gas elpiji perorangan sebesar 32.646 kcal/bulan atau 2,9 Kg/bulan. Sedangkan jumlah gas elpiji yang dibutuhkan oleh masyarakat Surakarta 1.541.912,614 kg/bulan.commit to user
V-12
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Validasi terhadap real word Berikut ini adalah grafik perbandingan antara kebutuhan gas elpiji kota Surakarta secara nyata yang diperoleh dari Pertamina (data dapat dilihat pada lampiran) dengan kebutuhan elpiji oleh peneliti, yaitu:
Gambar 5.21 Grafik konsumsi gas elpiji kota Surakarta Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara jumlah kebutuhan gas elpiji dengan stok gas elpiji dari pertamina. Setiap bulannya rata-rata pertamina menyediakan gas elpiji sebesar 2305 kl/bulan, sedangkan kebutuhan gas elpiji masyarakat
kota Surakarta sebesar 1.541.912,614
kg/bulan atau 3751 kl/bulan (3kg = 7,3 liter). Terdapat selisih yang cukup besar antara tingkat produksi dengan kebutuhan masyarakat kota Surakarta. Ketimpangan antara tingkat produksi dan kebutuhan masyarakat tersebut akan menyebabkan kelangkaan gas elpiji di kota Surakarta. Besarnya jumlah gap antara kebutuhan dan produksi gas elpiji ini dikarenakan peneliti langsung mengalikan antara kebutuhan setiap keluarga berdasarkan perhitungan dengan seluruh jumlah kepala keluarga yang ada di Surakarta. Padahal kebutuhan konsumsi setiap keluarga tidak selalu bersifat linier. 2.
Validasi terhadap penelitian yang telah ada Berdasarkan hasil penelitian Yanti (2007), diperoleh energi useful sebesar 2,48 Kg/orang dalam sebulan. Sedangkan energi yang diperoleh oleh peneliti sebesar 2,9 Kg/bulan. Meskipun metode yang digunakan dalam memperoleh energi berbeda, pada penelitian Yanti (2007) energi diperoleh berdasarkan energy final dan efesiensi alat memasak, sedangkan pada penelitian ini perolehan energi langsung didapatkan dari jumlah energi yang di konsumsi masyarakat, namun demikian jumlah energy useful yang diperoleh tidak jauh commit to user berbeda. V-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini membahas kesimpulan dari analisa dan interpretasi hasil penelitian yang mengacu pada tujuan penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran untuk mengimplementasikan manfaat yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini. 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pengumpulan data dan pengolahan data serta analisis yang telah dilakukan, maka dari penelitian ini diambil kesimpulan, sebagai berikut: 1. Profil masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta, mayoritas lahir di karasidenan Surakarta, beragama islam, berasal dari suku jawa, berusia 31-40 tahun, tidak bekerja atau ibu rumah tangga, memiliki pendapatan 1jt-2 jt, tingkat pendidikan tamat SLTA/sederajat, dan posisi dirumah sebagai istri. 2. Perilaku konsumen dalam menggunakan gas elpiji di kota Surakarta, sebagai berikut: a. paling banyak menggunakan tabung gas 3 kg, karena masih disubsidi oleh pemerintah, sudah menggunakan gas elpiji > 1 tahun, dan lebih memilih membeli gas elpiji di warung dari pada agen, dikarenakan lebih mudah dalam pembelian dan jarak. b. Mayoritas hanya masyarakat biasa dan tidak memiliki jabatan dalam pekerjaan (tidak bekerja), hal ini membuktikan bahwa status sosial dan jabatan dalam bekerja tidak bepengaruh dalam menggunakan gas elpiji. c. Dalam menggunakan gas eliji dilakukan atas keinginan sendiri adapun yang memberi pengaruh dari luar paling besar dipengaruhi oleh pemerintah melalui sosialisasi konversi gas elpiji. d. Gas elpiji digunakan sebagai bahan bakar utama dalam memasak dengan mayoritas frekuensi kegiatan memasak dilakukan setiap hari dan motivasi dalam menggunakan gas elpiji dikarenakan kepraktisan dalam penggunaan, murah dan mudah didapatkan.
commit to user VI-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Masyarakat mengangap gas elpiji lebih murah, mudah didapatkan, lebih ramah lingkungan dan praktis dari minyak tanah. Namun meskipun demikian masih banyak masyarakat yang merasa takut dalam menggunakan gas elpiji terkait rumor ledakan tabung gas elpiji. 3. Karakteristik masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta data dilihat pada tabel 4.9. 4. Konsumsi penggunaan gas elpiji tidak dipengaruhi oleh jumlah pendapatan dan usia, tetapi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang dimiliki. Semakin banyak anggota keluarga, semakin besar jumlah konsumsi gas elpiji yang digunakan. Kebutuhan gas elpiji per keluarga sebesar 11,6 Kg/bulan, konsumsi gas elpiji perorangan sebesar 2,9 Kg/bulan dan konsumsi gas elpiji masyarakat kota Surakarta sebesar 1.541.582 Kg/bulan atau 3751 KL/bulan sementara itu jumlah produksi gas elpiji untuk kota Surakarta sebesar 2305 KL/bulan, ketimpangan antara jumlah kebutuhan dan produksi ini dapat menyebabkan terjadinya kelangkaan gas elpiji di kota Surakarta. 6.2 Saran Untuk perbaikan selanjutnya, ada bebarapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah dan penelitian selanjutnya. Saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis, sebagai berikut: 1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan cluster masyarakat 2 dan 3 dalam melakukan sosialisasi konversi gas elpiji. Karena masyarakat pada cluster ini rentan terhadap rumor-rumor yang berkaitan dengan gas elpiji. 2. Pertamina meningkatkan jumlah produksi gas elpiji untuk wilayah kota Surakarta, mengingat ketimpangan antara jumlah produksi dan konsumsi sebesar 1446 KL/bulan yang akan berakibat terjadinya kelangkaan gas elpiji di kota Surakarta.
commit to user VI-2