ANALISIS KOMPARASI STABILITAS PERBANKAN SYARIAH DAN KONVENSIONAL (Bank Umum Devisa Non Go Public di Indonesia)
JURNAL ILMIAH Disusun oleh :
Bella Myirandasari 115020407111048
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
1
Analisis Komparasi Stabilitas Perbankan Syariah dan Konvensional (Bank Umum Devisa Non Go Public di Indonesia) Bella Myirandasari Dr. Asfi Manzilati, SE., ME. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijya Malang Email:
[email protected]
ABSTRAK Stabilitas perbankan merupakan salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi. Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia tidak hanya menjaga stabilitas moneter, melaikan juga stabilitas perbankan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Di Indonesia, saat ini tidak hanya perbankan konvensional akan tetapi perbankan syariah pun ikut berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan stabilitas perbankan syariah dan konvensional di Indonesia. Stabilitas sistem perbankan dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat, dimana perbankan tersebut bebas dari masalah kebangkrutan. Stabilitas perbankan diukur menggunakan model pengukuran tingkat kebangkrutan bank yang disebut dengan Z-Score. Menggunakan uji Mann-Whitney, penelitian ini menunjukkan bahwa stabilitas perbankan konvensional lebih baik daripada bank syariah. Penelitian ini menggunakan data dari bank umum devisa non go public di Indonesia. Stabilitas kedua jenis bank tersebut secara umum dapat dilihat dari rasio likuiditas dan profitabilitasnya. Tingkat likuiditas bank syariah lebih rendah daripada bank konvensional. Likuiditas yang dicerminkan dengan kepercayaan, masih menjadikan bank konvensional lebih unggul daripada bank syariah. Lebih daripada itu, pemahaman masyarakat Indonesia terhadap perbankan syariah saat ini masih kurang sehingga akan berdampak pada menurunnya profitabilitas bank syariah. Kata kunci: Stabilitas Perbankan, Bank Syariah, Bank Konvensional, Z-Score, Likuiditas, Profitabilitas A. LATAR BELAKANG Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus kepada yang mengalami defist. Apabila sistem kuangan tidak stabil dan tidak berfungsi secara efisien, pengalokasian dana tidak akan berjalan dengan baik sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi (Bank Indonesia, 2014). Stabilitas perbankan merupakan salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi nasional saat ini. Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia tidak hanya menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas perbankan. Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas perbankan, tidak akan maksimal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Otoritas Jasa Keuangan, 2014). Gambar 1. Hubungan Stabilitas Keuangan dan Stabilitas Moneter
Sumber : Bank Indonesia, 2014
2
Berdasakan gambar 1, dari sisi moneter BI harus memelihara variabel-variabel makro ekonomi sedangkan dari sisi stabilitas keuangan, BI harus menjaga stabilitas perbankan sebagai salah satu pemeran dalam menjaga stabilitas keuangan. Stabilitas sistem perbankan dan sistem moneter merupakan dua aspek yang saling terkait dan menentukan satu sama lain. Stabilnya sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi simpanan masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha. Apabila kondisi ini terpelihara, maka proses perputaran uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian yang sebagian bersar berlangsung melalui sistem perbankan juga dapat berjalan dengan baik. Stabilnya sistem perbankan akan menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter (Warjiyo, 2007:429) dalam (UNIMED, 2014). Berkaitan dengan stabilnya sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat, berarti suatu perbankan harus dinyatakan sehat atau bebas dari financial distress (kesulitan keuangan) agar dapat menjaga stabilitas perbankan itu sendiri. Stabilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014) diartikan sebagai kemantapan dan keseimbangan. Maka stabilitas perbankan berarti kondisi yang seimbang dan mantap dari sebuah perbankan. Sementara financial distress didefinisikan oleh Platt dan Platt (2002) merupakan suatu kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau sedang krisis. Dengan kata lain financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya (Universitas Atmajaya, 2014). Di Indonesia ukuran sebuah perbankan sangat berpengaruh dalam mengatasi financial distress, misalnya saja dalam masalah penyaluran kredit. Semakin besar ukuran perusahaan perbankan (size) yang ditunjukkan dengan kepemilikan total aset yang besar juga memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan risiko yang harus ditanggung oleh pihak bank. Risiko yang ditanggung ini berupa penyaluran kredit yang semakin besar. Penyaluran kredit ini tidak mengakibatkan kredit bermasalah jika komposisi dana yang dimiliki mencukupi. Apabila aset yang dimiliki bank tersebut tidak dikelola dan digunakan secara maksimal untuk kegiatan operasional bank, sehingga bank justru berpotensi mengeluarkan biaya pengelolaan aset yang lebih besar (Syafitri, 2011:36) dalam (Pramudita, 2014). Haryetti (2010) pada penelitiaannya menyatakan bahwa selama tahun 2004-2007 bank yang diprediksi akan mengalami financial distress adalah PT. Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT. Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) dan PT. Bank Pennata Tbk (PRMT). Hal ini membuktikan bahwa tidak semua bank bahkan dengan ukuran besar sekali pun selalu dinyatakan stabil. Buktinya PT. Bank Mandiri Tbk (BMRI) menduduki peringkat pertama untuk bank dengan total aset terbesar yang dinyatakan oleh Bank Indonesia mencapai Rp 371,9 triliun pada tahun 2010, masih diprediksi akan mengalami financial distress. Berbeda halnya bagi bank syariah dengan ukuran aset lebih kecil dibanding bank konvensional yang ternyata pada penelitian Abedifar, Molyneux dan Tarazi (2012) menyatakan bahwa bank syariah kecil (size) di negara populasi mayoritas Muslim memiliki risiko kredit lebih rendah dari bank konvensional. Dalam hal ini risiko kebangkrutan bank syariah kecil (size) juga tampak stabil. Perbankan syariah berkembang tidak hanya di Negara mayoritas Islam saja, melainkan di seluruh dunia. Perbankan syariah nasional tumbuh pesat dalam tujuh tujuh tahun terakhir ini, disamping masih tetap eksisnya perbankan konvensional di Indonesia. Dari data statistik perbankan syariah per April 2013 total aset perbankan syariah telah menembus angka Rp 207,800 triliun, dibandingkan periode satu tahun sebelumnya, aset perbankan syariah telah mengalami pertumbuhan aset sebesar 44%. Kemudian, di akhir tahun 2014 diperkiraan pangsa pasar perbankan syariah mencapai angka 5,25%-6,25% (Bank Indonesia, 2014). Seiring dengan masih tetap dipercayanya perbankan konvensional bagi masyarakat, perbankan syariah justru dianggap sebagai alternatif lembaga perbankan yang tahan terhadap guncangan perekonomian. Pada saat terjadi krisis keuangan global tidak hanya menimbulkan keraguan pada perbankan konvensional, akan tetapi meningkatkan perhatian pada perbankan syariah. Di Indonesia, kini tidak hanya perbankan konvensional akan tetapi perbankan syariah pun ikut berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Dengan pertumbuhan perbankan syariah yang terus meningkat serta ketidakrentanan perbankan syariah pada financial distress, sangat dimungkinkan jika perbakan syariah justru akan lebih berperan dalam mendukung pertumbuhan
3
ekonomi nasional saat ini. Berkaitan dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai stabilitas kedua perbankan tersebut. Jenis bank yang diambil adalah bank umum devisa yang belum go public. Penggunaan bank umum devisa karena bank-bank tersebut secara lansung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan kontribusinya melalui lalu lintas pembayaran Internasional, tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam Negeri, tetapi juga memperluas pasar Indonesia, menambah devisa negara serta memperluas lapangan kerja, sedangkan pengambilan bank umum devisa yang belum go public dikarenakan semua bank umum syariah devisa belum go public. Dengan penjelasan yang dijabarkan di atas, maka pokok masalah yang dirumusakan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perbedaan stabilitas perbankan syariah dengan konvensional (bank umum devisa non go public di Indonesia)? B. TINJAUAN PUSTAKA Stabilitas Perbankan Menurut Warjiyo (2007:429) mengenai “stabilitas sistem perbankan dan sistem moneter merupakan dua aspek yang saling terkait dan menentukan satu sama lain. Stabilnya sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi simpanan masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha. Apabila kondisi ini terpelihara, maka proses perputaran uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian yang sebagian bersar berlangsung melalui sistem perbankan juga dapat berjalan dengan baik. Stabilnya sistem perbankan akan menentukan efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter” (UNIMED, 2014). Stabilitas perbankan konvensional dan syariah dilihat berdasarkan tingkat kesehatan perbankan tersebut. Altman (1968) menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Kombinasi lima jenis rasiorasio keuangan tersebut dinamakan analisis Z-Score (Christianti, 2013). Berdasarkan analisis Z-Score, rasio yang digunakan untuk mengetahui potensi kebangkrutan perbankan dilihat dari: 1) Modal kerja terhadap total aset (working capital to total assets ratio). 2) Laba ditahan terhadap total aset (retained earning to total assets). 3) Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset (earning before interest and taxes to total assets). 4) Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku total kewajiban (market value of equity to book value of total liabilities). Nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban (book value of equity to total liabilities). Rasio ini digunakan untuk menggantikan rasio nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku total kewajiban (market value of equity to book value of total liabilities) untuk perusahaan yang belum go public. 5) Penjualan terhadap total aset (sales to total assets). Kebangkrutan Luciana mengutip Plat dan Plat (2006) mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangrutan ataupun likuidasi. Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan insolvabilitas. Insolvensi dalam arti kebangkrutan adalah kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dan arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. Insolvensi teknis adalah perusahaan dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo (Rosa dan Soenhadji, 2010). Hubungan Stabilitas Perbankan dan Kebangkrutan Menurut Warjiyo (2007:429) dalam (UNIMED, 2014) stabilnya perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat. Hal ini berarti suatu perbankan harus dinyatakan sehat atau bebas dari financial distress
4
(kesulitan keuangan) agar dapat menjaga stabilitas perbankan itu sendidiri. Ketika sebuah perbankan dinyatakan tidak sehat atau mengalami financial distress berarti perbankan tersebut tidak mampu untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo yang mengakibatkan kebangkrutan. Selain itu, penyebab paling dasar adalah perbankan tidak mampu untuk mengelola dan menjaga kestabilan kinerja keuangannya. Z-Score sebagai Alat Ukur untuk Melihat Stabilitas Perbankan Dalam hal ini tingkat stabilitas perbankan diukur masing-masing menggunakan salah satu pengukuran kesehatan bank berbasis akuntansi yang disebut Z-Score. Menurut Siti, Hassan dan Zakaria (2012) Z-Score dan NPL digunakan sebagai proxy untuk stabilitas perbankan. Menurut Siti, Hassan dan Zakaria (2012) Analisis Z-Score melihat tentang model prediksi kebangkrutan yang secara umum dikenal sebagai ukuran tekanan financial (financial distress) atau yang biasa disebut kebangkrutan. Metode analisis berganda yang paling banyak digunakan yang dikemukakan oleh Edward Altman, telah membuktikan bahwa untuk mengukur stabilitas bank menggunakan analisis penelitian yang sekarang ini paling sesuai adalah dengan metode Z-Score. Dalam analisis Z-Score terdapat tiga model analisis, yakni: 1. Model Z-Score untuk perusahaan go public. Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Z-Score Altman (1968) untuk perusahaan perbankan yang telah go public ditentukan dengan menggunakan rumus sebagi berikut (S. Munawir, 2002: 309) dalam (Kamal, 2012): Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5 Dimana : X1 : modal kerja terhadap total aset X2 : laba ditahan terhadap total aset X3 : laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset X4 : nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku total kewajiban X5 : penjualan terhadap total aset Z : nilai Z-Score 2. Model Z-Score untuk perusahaan non go public. Dalam kasus perbankan yang belum go public, nilai pasar saham tidak bisa dihitung, maka Altman dalam revisinya tahun 1997, mengembangkan model alternatif dengan menggantikan X4 yang semula merupakan perbandingan nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku total kewajiban, menjadi perbandingan nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban. Berikut model matematisnya: Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 +0,420X4 + 0,998X5 (Altman, 1997). Dimana : X1 : modal kerja terhadap total aset X2 : laba ditahan terhadap total aset X3 : laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset X4 : nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban X5 : penjualan terhadap total aset Z : nilai Z-Score 3. Model Z-Score untuk perusahaan non-manufacturing. Altman berpendapat dalam jurnal revisiannya tahun 1997 bahwa model yang digunakan untuk perusahaan non-manufacturing berbeda dengan perusahaan manufacturing. Altman melakukan modifikasi model dengan MDA untuk mendapatkan model alternatif perusahaan nonmanufacturing. Berdasarkan hasil modifikasi tersebut, Altman menghilangkan variabel X5 karena pada perusahaan non-manufacturing tidak terdapat variabel penjualan melaikan pendapatan. Model alternatif yang diperoleh adalah sebagai berikut: Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4 (Altman, 1997). Dimana : X1 : modal kerja terhadap total aset X2 : laba ditahan terhadap total aset X3 : laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset
5
X4 : nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban Z : nilai Z-Score C. METODE PENELITIAN Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini bertujuan melihat stabilitas perbankan yang diukur berdasarkan kesehatannya dan bersumber dari laporan keuangan. Informasi pada laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk angka-angka. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini berupa data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik/angka (Kuncoro, 2009: 145) dalam (STIKOM Surabaya, 2011). Data sekunder menurut Hanke dan Reitsch adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Ainur, 2014). Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah data laporan keuangan yang diperoleh dari situs resmi objek yang diteliti yakni website resmi Bank Indonesia (http://www.bi.go.id/). Pemilihan sumber data dari website resmi Bank Indonesia dikarenakan BI menyediakan publikasi laporan keuangan untuk semua bank di Indonesia, baik yang go public maupun yang belum. Laporan keuangan yang akan digunakan adalah laporan keuangan periode triwulan agar dalam melihat volatilitas bank bersangkutan lebih akurat dibandingkan dengan periode tahunan. Laporan keuangan tersebut mulai dari tahun dipublikasikannya laporan keuangan bank syariah yakni per bulan Maret 2011 sampai dengan September 2014. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan model yang berasal dari analisis diskriminan yang telah kemukakan oleh Altman untuk mendapatkan nilai ZScore dan uji hipotesis dengan uji Mann-Whitney. Dari tiga model persamaan Z-Score yang ada, model Z-Score yang digunakan adalah model untuk perusahaan non-manufacturing karena data pada penelitian ini diambil dari perbankan yang merupakan perusahaan non-manufacturing. Selain itu, model ini juga dirasa sesuai untuk perbankan karena tidak menggunakan variabel penjualan. Tabel 1. Interpretasi Analisis Nilai Z-Score Nilai Z-Score Interpretasi Z > 2,99 Perusahaan tidak mengalami masalah dengan kondisi keuangan. 1,8 < Z < 2,99 Perusahaan mengalami sedikit masalah dengan kondisi keuangan (meskipun tidak serius). Z < 1,88 Perusahaan mengalami masalah keuangan yang serius atau mengalami gagal bayar. Sumber: (Saunders dan Cornett, 1994: 318) D. HASIL DAN PEMBAHASAN Data pada penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia berupa laporan keuangan yang kemudian diolah secara manual untuk mendapatkan nilai dari variabel X1, X2 X3, X4 yang digunakan dalam menentukan nilai Z-Score. Perolehan nilai dari variabel X1, X2 X3, X4. Setelah mendapatkan nilai variabel X1, X2 X3, X4, selanjutnya memasukkan nilai variabel tersebut pada model analisis diskriminan prediksi perusahaan non-manufacturing dengan bantuan perangkat lunak komputer Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai Z-Score, sedangkan hasil uji hipotesis Mann-Whitney diperoleh dengan bantuan SPSS (Statistical Package for Service Solution).
6
Hasil Perolehan Nilai Z-Score Tabel 2. Perolehan Nilai Z-Score Bank Konvensional No Nama Bank
Periode/Waktu
Z score
Mar-11
3,122600898
2
Jun-11
4,048190118
3
Sep-11
3,95209031
4
Des-11
5,56433677
5
Mar-12
5,57378279
6
Jun-12
-1,61868738
Sep-12
8,281151753
Des-12
5,50751282
Mar-13
5,90153376
10
Jun-13
5,00519059
11
Sep-13
5,7489766
12
Des-13
5,4290716
13
Mar-14
5,37869362
14
Jun-14
5,39405678
15
Sep-14
5,60346477
16
Mar-11
6,38658908
17
Jun-11
5,907814914
1
7 8
PT BANK ANTARDAERAH
9
18
Sep-11
6,2433904
19
Des-11
5,73234987
20
Mar-12
6,26587527
21
Jun-12
6,32798667
Sep-12
6,90286398
Des-12
6,30493622
24
Mar-13
6,43988618
25
Jun-13
6,47551626
26
Sep-13
2,16981197
27
Des-13
6,57794597
28
Mar-14
6,59843849
29
Jun-14
6,04717242
30
Sep-14
6,28770867
22 23
PT BANK GANESHA
7
No
Nama Bank
Periode/Waktu
Z score
31
Mar-11
7,127823015
32
Jun-11
7,39207691
33
Sep-11
8,24380985
34
Des-11
7,9090787
35
Mar-12
7,94469599
36
Jun-12
8,13049419
37
Sep-12
8,15860729
Des-12
7,90790081
39
Mar-13
8,24350176
40
Jun-13
8,3614517
41
Sep-13
7,98421068
42
Des-13
8,08713045
43
Mar-14
8,87953569
44
Jun-14
8,80263411
45
Sep-14
9,09503282
46
Mar-11
5,568321
47
Jun-11
5,36412793
48
Sep-11
6,16812985
49
Des-11
6,19113705
50
Mar-12
5,53552747
51
Jun-12
6,22294903
52
Sep-12
6,2858179
Des-12
5,97070232
54
Mar-13
5,90256159
55
Jun-13
6,29402379
56
Sep-13
6,61670007
57
Des-13
6,67909637
58
Mar-14
6,65522585
59
Jun-14
6,53081409
60
Sep-14
6,78940716
38
53
PT BANK HANA
PT BANK ICBC INDONESIA
8
No
Nama Bank
Periode/Waktu
Z score
61
Mar-11
6,12618915
62
Jun-11
5,79805827
63
Sep-11
6,46552649
64
Des-11
6,54575821
65
Mar-12
6,25409403
66
Jun-12
6,53943284
67
Sep-12
6,55504716
Des-12
6,85626885
69
Mar-13
6,6158124
70
Jun-13
6,58431704
71
Sep-13
6,56811599
72
Des-13
6,70878071
73
Mar-14
7,02335576
74
Jun-14
7,01548611
75
Sep-14
6,74814441
76
Mar-11
7,90734335
77
Jun-11
7,67021349
78
Sep-11
6,82189359
79
Des-11
6,94282924
80
Mar-12
7,00322478
81
Jun-12
7,29314303
82
Sep-12
6,83236505
Des-12
6,498795
84
Mar-13
7,18020893
85
Jun-13
7,05102478
86
Sep-13
7,08853333
87
Des-13
7,04717052
88
Mar-14
7,35936835
89
Jun-14
7,58869034
90
Sep-14
6,90819775
68
83
PT BANK INDEX SELINDO
PT BANK METRO EXPRESS
9
No
Nama Bank
Periode/Waktu
Z score
91
Mar-11
6,7304768
92
Jun-11
6,72665562
93
Sep-11
6,62843925
94
Des-11
6,973276145
95
Mar-12
6,885868639
96
Jun-12
6,984246568
97
Sep-12
6,909764783
Des-12
6,798118952
99
Mar-13
6,710826925
100
Jun-13
7,03541674
101
Sep-13
6,832152974
102
Des-13
7,203023921
103
Mar-14
7,494940244
104
Jun-14
7,061010321
105
Sep-14
6,668854833
106
Mar-11
7,63180491
107
Jun-11
7,4125295
108
Sep-11
7,19822671
109
Des-11
6,96364412
110
Mar-12
6,03629157
111
Jun-12
6,24609505
112
Sep-12
6,33411749
Des-12
7,10261954
114
Mar-13
6,57307509
115
Jun-13
6,68009042
116
Sep-13
6,97455085
117
Des-13
7,11214942
118
Mar-14
7,11339697
119
Jun-14
7,27437945
120
Sep-14
7,15440514
98
113
PT BANK OCBC NISP, Tbk
PT BANK OF INDIA INDONESIA, Tbk
10
No
Periode/Waktu
Z score
121
Mar-11
7,68039016
122
Jun-11
8,01408395
123
Sep-11
6,76729541
124
Des-11
6,92057629
125
Mar-12
7,11868203
126
Jun-12
7,48706979
127
Sep-12
7,73623942
Des-12
7,53418206
129
Mar-13
6,94398601
130
Jun-13
7,50986843
131
Sep-13
7,83261614
132
Des-13
7,80566607
133
Mar-14
7,51875429
134
Jun-14
8,60416793
135
Sep-14
8,64936849
136
Mar-11
7,312622
137
Jun-11
7,53034765
138
Sep-11
7,24012439
139
Des-11
6,85299124
140
Mar-12
7,11805881
141
Jun-12
6,840207842
142
Sep-12
7,019477623
Des-12
7,345542477
144
Mar-13
6,875259119
145
Jun-13
7,382594151
146
Sep-13
7,175578419
147
Des-13
7,005589971
148
Mar-14
7,07946661
149
Jun-14
6,949439122
150
Sep-14
6,938081692
128
143
Nama Bank
PT BANK SBI INDONESIA
PT BANK UOB INDONESIA
11
No
Periode/Waktu
Z score
151
Mar-11
8,00587521
152
Jun-11
7,04160815
153
Sep-11
4,02073724
154
Des-11
7,68762516
155
Mar-12
7,70601387
156
Jun-12
7,75313258
157
Sep-12
7,071059616
Des-12
7,62598285
159
Mar-13
7,890840707
160
Jun-13
7,65355604
161
Sep-13
7,62874271
162
Des-13
7,67871149
163
Mar-14
7,26427631
164
Jun-14
7,30937051
165 Sep-14 Sumber: Data laporan keuangan Bank Indonesia (http://www.bi.go.id) diolah
6,81462279
158
Nama Bank
PT QNB BANK KESAWAN Tbk
Dari hasil nilai Z-Score bank konvensional yang ditampilkan, PT Bank Antardaerah terindikasi mengalami financial distress pada bulan Juni 2012 dengan nilai Z-Score kurang dari 1,88 yakni 1,61868738. Nilai Z-Score PT Bank Antardaerah yang kurang dari 1,88 dikarenakan variabel modal kerja terhadap total asset (working capital to total assets ratio) sebagai X1 bernilai minus sebesar -0,30525. Meskipun demikian, PT Bank Antardaerah mampu kembali stabil di bulan September 2012 dengan meningkatnya variabel modal kerja terhadap total asset (working capital to total assets ratio) yakni 1,19910813 yang mana menaikkan pula nilai Z-Score menjadi 8,281151753 sehingga terbebas dari kesulitan keuangan/potensi kebangkrutan. Di sisi lain, pada September 2013 nilai Z-Score PT Bank Ganesha berada pada wilayah bank yang mengalami sedikit masalah dengan kondisi keuangan (meskipun tidak serius) yakni dengan nilai 2,16981197 (1,8 < Z < 2,99). Hal ini diakibatkan karena menurunnya nilai semua variabel yang digunakan, khususnya variabel modal kerja terhadap total asset (working capital to total assets ratio) menurun cukup jauh dibandingkan dengan variabel lainnya dari 0,892815 pada Juni 2013 menjadi 0,23887 di September 2013.
12
Tabel 3. Perolehan Nilai Z-Score Bank Syariah No Nama Bank
Periode/Waktu
Z score
1
Mar-11
6,9014266
2
Jun-11
6,7533881
3
Sep-11
5,0630683
4
Des-11
3,1143011
5
Mar-12
4,246784
6
Jun-12
5,344396
Sep-12
5,404065
Des-12
4,5496767
9
Mar-13
3,9424828
10
Jun-13
6,3089709
11
Sep-13
7,0008636
12
Des-13
7,7942274
13
Mar-14
7,5952071
14
Jun-14
7,7008634
15
Sep-14
7,4185051
16
Mar-11
4,3796681
17
Jun-11
4,7286077
18
Sep-11
3,959213
19
Des-11
3,7207569
20
Mar-12
4,0698343
21
Jun-12
4,9623219
22
Sep-12
5,5826858
Des-12
5,9425549
24
Mar-13
5,9480446
25
Jun-13
5,8924344
26
Sep-13
5,7376481
27
Des-13
5,8006803
28
Mar-14
5,6419526
29
Jun-14
5,6947207
30
Sep-14
5,3194175
7 8
23
PT BANK BNI SYARIAH
PT BANK SYARIAH MANDIRI
13
No
Nama Bank
Periode/Waktu
Z score
31
Mar-11
4,0694553
32
Jun-11
4,6636235
33
Sep-11
4,5959493
34
Des-11
4,0152453
35
Mar-12
4,7961192
36
Jun-12
5,791131
37
Sep-12
4,4437285
Des-12
4,7823869
39
Mar-13
9,7408199
40
Jun-13
6,846955
41
Sep-13
11,958805
42
Des-13
6,2445357
43
Mar-14
6,8304003
44
Jun-14
6,5718035
45
Sep-14
6,6136999
46
Mar-11
3,978278
47
Jun-11
4,0651255
48
Sep-11
4,0261772
49
Des-11
2,6605083
50
Mar-12
3,4798898
51
Jun-12
4,554461
52
Sep-12
4,5917716
Des-12
4,5757057
54
Mar-13
4,2270147
55
Jun-13
5,0672212
56
Sep-13
5,0534007
57
Des-13
5,482337
58
Mar-14
5,3921025
59
Jun-14
6,6066847
38
53
PT BANK MEGA SYARIAH
PT BANK MUAMALAT INDONESIA
60 Sep-14 Sumber: Data laporan keuangan Bank Indonesia (http://www.bi.go.id) diolah
4,7749421
Dari hasil nilai Z-Score bank syariah yang ditampilkan, semua bank syariah dalam penelitian ini dinyatakan bebas dari financial distress, meski PT Bank Muamalat Indonesia pada periode triwulan Desember 2011 berada di wilayah bank yang mengalami sedikit masalah dengan kondisi keuangan (meskipun tidak serius) yakni dengan Z-Score 2,66051 (1,8< Z < 2,99). Rasio Likuiditas Bank Dalam penelitian ini yang dimaksud rasio likuiditas adalah rasio modal kerja terhadap total asset (working capital to total assets ratio) sebagai X1. Berdasarkan perhitungan secara manual dari bank konvensional dan bank syariah, diperoleh rata-rata variabel modal kerja terhadap total asset (working capital to total assets ratio) bank konvensional sebesar 0,955 sedangkan bank syariah 0,803. Penggunaan nilai rata-rata dianggap sebagai perwakilan yang representatif dari data-data yang digunakan. Dengan demikian, rata-rata variabel modal kerja terhadap total asset (working capital to total assets ratio) bank konvensional lebih besar dari bank syariah.
14
Bila dilihat dari kebutuhan likuiditas, bank syariah seharusnya lebih likuid karena pada bank syariah Dana Pihak Ketiga (DPK) dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi pada bank syariah jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito adalah menlipatgandakan uang atau yang biasa disebut membungakan uang. Konsep dana titipan berarti jika nasabah sedang membutuhkan uangnya, nasabah tersebut bisa kapan saja mengambilnya dan bank harus mampu untuk memenuhinya. Hal ini menjadikan dana titipan basabah tersebut sangat likuid. Namun demikian, dana lukuid yang dimiliki bank syariah jika tidak disalurkan kepada masyarakat misalnya melalui pembiayaan maka dana tersebut hanya akan menjadi dana menganggur dan bank syariah akan mengalami over liquid. Rasio Profitabilitas Bank Rata-rata nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban (book value of equity to total liabilities) dan rata-rata laba ditahan terhadap total aset (retained earning to total assets) bank konvensional dan syariah yang berbeda mencerminkan bahwa sumber permodalan bank syariah dan konvensional berbeda, selain itu orientasi dalam menghasilkan keuntungan pun tidak sama. Selanjutnya rata-rata laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset (earning before interest and taxes to total assets) bank konvensional dan bank syariah, tidak begitu mencerminkan perbedaan. Menurut Puspitaningrum dan Triyuwono (2008) ketika tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja bank syariah dan konvensional apabila dilihat dari rasio profitabilitas, ini mengindikasikan bank syariah maupun bank konvensional memiliki kemampuan yang hampir sama dalam mengelola kegiatan operasional maupun kegiatan non-operasionalnya untuk menghasilkan laba. Hal ini terjadi karena produk-produk antara bank syariah dan konvensional relatif sama dan masyarakat masih belum mengetahui keunggulan lebih tentang bank syariah jika dibandingkan dengan bank konvensional kecuali bahwa bank syariah tidak menggunakan bunga dalam kegiatan operasionalnya. Berkaitan dengan hal di atas, Murabahah merupakan produk bank syariah yang dianggap masyarakat mirip dengan produk konvensional. Murabahah adalah perjanjian pembiayaan berupa transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli. Produk yang dirasa hampir sama dengan produk bank konvensional inilah yang mendominasi komposisi pembiayaan yang diberikan bank syariah di tahun 2013, jauh melebihi mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan murabahah termasuk pembiayaan dengan akad jual beli. Hal ini mengindikasikan pembiayaan sektor riil selama ini belum sepenuhnya dikuasai bank syariah. Padahal, sebagai pengembang sektor riil bank syariah seharusnya lebih banyak mengalokasikan dananya pada pembiayaan produktif berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah). Hasil penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pelajar terhadap perbankan syariah oleh Bley dan Keuhn (2004) menunjukkan bahwa masyarakat memilih bank syariah hanya karena agama dan tidak tahu tentang konsep dan jenis produknya. Selain itu, penelitian Rismayanti (2005: 78) dalam Wordpress (2013) melakukan penelitian di Bandung Jawa Barat menunjukkan bahwa nasabah bank syariah adalah yang memiliki pendidikan tinggi atau paling tidak nasabah tersebut adalah mahasiswa. Uji Asumsi Normalitas dan Homogenitas Pengujian asumsi normalitas dan homogenitas ini menggunakan semua nilai Z-Score sebagai proxy stabilitas perbankan yang telah diperoleh untuk mengetahui normal tidaknya data stabilitas bank syariah dan bank konvensional. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Apabila nilai probabilitas lebih besar dari level of significant (α=5%), maka data stabilitas bank syariah dan konvensional dinyatakan normal. Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Stabilitas Bank Kolmogorov-Smirnov Z 1.823 Probabilitas 0.003 Sumber: Nilai Z-Score Bank Konvensional dan Syariah diolah
15
Pengujian normalitas dilakukan menggunakan uji Levene dengan kriteria nilai probabilitas lebih besar dari level of significant (α=5%), maka data stabilitas bank syariah dan konvensional dinyatakan homogen. Perolehannya sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Stabilitas Bank Levene statistic 8.474 Probabilitas 0.004 Sumber: Nilai Z-Score Bank Konvensional dan Syariah diolah Hasil pengujian kedua asumi ini dinyatakan tidak terpenuhi karena α masing-masing uji lebih besar dari probabilitas Kolmogorov Smirnov dan uji Levene. Uji Hipotesis Mann-Whitney Uji ini digunakan selain karena merupakan uji hipotesis komparasi dua sampel, tetapi juga sebagai tindak lanjut dari pengujian asumsi normalitas dan homogenitas yang tidak terpenuhi. Kriteria uji Mann-Whitney yakni apabila nilai probabilitas Mann-Whitney lebih besar dari level of sigificant (alpha) maka data yang dipakai dinyatakan tidak terdapat perbedaan (Sulistyo, 2010: 113). Tabel 6. Hasil Uji Mann-Whitney Media Relation Mean Rank Mann Whitney Konvensional 131.78 1852 Syariah 61.37 Sumber: Nilai Z-Score Bank Konvensional dan Syariah diolah
Probabilitas 0.000
Berdasarkan hasil pengujian yang tertera pada tabel 4 dapat diketahui bahwa statistik uji Mann Whitney yang dihasilkan sebesar 1852 dengan probabilitas sebesar 0,000. Hal ini berarti probabilitas < level of significance (=5%). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan stabilitas bank syariah dan bank konvensional. Ditinjau dari rata-rata ranking, bank konvensional menghasilkan stabilitas dengan rata-rata ranking sebesar 131,78, sedangkan bank syariah menghasilkan stabilitas dengan rata-rata ranking sebesar 61,37. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata ranking stabilitas bank konvensional lebih besar dibandingkan rata-rata ranking stabilitas bank syariah. Hal ini berarti stabilitas bank konvensional lebih baik dibandingkan stabilitas bank syariah. Bank Umum Devisa Non Go Public Konvensional lebih stabil daripada Bank Syariah Stabilitas bank konvensional lebih baik dibandingkan dengan bank syariah karena eksistensi bank konvensional yang masih belum bisa terkalahkan oleh bank syariah. Masih tingginya kepercayaan masyarakat kepada bank konvensional serta ketidakfahaman masyarakat tentang perbadaan kedua kelompok bank ini, akhirnya masih mampu menjatuhkan pilihan masyarakat pada bank konvensional. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Gamaginta dan Rokhim tahun 2013 yang menyatakan bahwa bank-bank syariah di Indonesia pada umumnya memiliki tingkat stabilitas lebih rendah dibandingkan dengan bank konvensional, selama periode krisis 2008-2009 bank syariah dan bank konvensional cenderung memiliki tingkat stabilitas yang relatif sama. Penelitian oleh Gamaginta dan Rokhim tahun 2013 ini menggunakan indikator Z-Score dan tstatistik. Namun berbeda dengan penelitian-penelitian di Negara lain, dimana hasil penelitian terdahulu dominan menunjukkan stabilitas bank syariah lebih baik dari bank konvensional. Terbukti pada penelitian Abedifar, Molyneux dan Tarazi tahun 2012 di negara-negara OIC (Organization of the Islamic Coorporation) yang merupakan sebuah organisasi Internasional dengan Negara-negara anggota, antara lain: Algeria, Bahrain, Bangladesh, Brunei Darussalam, Egypt, Gambia, Indonesia, Iran, Iraq, Jordan, Kuwait, Lebanon, Malaysia, Mauritania, Pakistan, Qatar, Arab Saudi, Senegal, Syria, Sudan, Tunisia, Turkey, UAE dan Yaman. Negara-negara tersebut adalah negara yang memiliki seorang perwakilan tetap di Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa bank syariah kecil (skala/ukuran) di negara populasi mayoritas Muslim memiliki risiko kredit lebih
16
rendah dari bank konvensional. Dalam hal risiko kebangkrutan, bank syariah kecil juga tampak lebih stabil. Selanjutnya pada penelitian oleh Rajhi dan Hassairi tahun 2013 di Negara-negara Asia Tenggara dan MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara) juga menyatakan bahwa berdasarkan nilai rata-rata Z-Score yang digunakan, perbankan syariah lebih tinggi daripada bank konvensional kecuali untuk bank syariah dengan skala kecil. Ada pula penelitian di Negara paling dekat dengan Indonesia yaitu Malaysia oleh Rahim dan Hassan tahun 2012 mengungkapkan hal yang hampir sama. penelitian ini menggunakan Z-score dan NPL sebagai proxy untuk stabilitas keuangan dengan hasil bank syariah lebih stabil dibandingkan bank konvensional. Perbedaan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa sistem bank syariah di Indonesia berbeda dengan bank-bank syariah yang ada di dunia. Sistem perbankan syariah di Indonesia memang masih belum dikatakan sepenuhnya syariah. Hal ini dibuktikan melalui penelitian Ramadhani K.P (2014) mengenai tingkat kesyariahan pembiayaan Murabahah bank syariah yang masih belum sesuai dengan aturan syariah yang ada. Ditambah lagi dengan bank-bank syariah yang ada saat ini didominasi oleh bank syariah yang berasal dari dual banking system atau dengan kata lain bank syariah yang ada di Indonesia belum bisa berdiri sendiri tanpa kontaminasi bank konvensional. Lebih daripada itu, pemahaman masyarakat Indonesia terhadap perbankan syariah saat ini masih tergolong rendah. Menurut Robbani (2013) persepsi masyarakat tentang kesyariahan bank syariah, riba, bunga dan bagi hasil masih beragam. Kebanyakan dari masyarakat masih belum paham dan tahu istilahistilah tersebut. Hal ini berdampak pada minat masyarakat untuk menabung atau mengambil pembiayaan di bank syariah turut rendah. E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Secara konsep bank syariah seharusnya lebih stabil daripada bank konvensional. Hal ini dapat dilihat dari likuiditas dan profitabilitas kedua kelompok bank tersebut. Namun demikian, hasil menunjukkan sebaliknya bahwa bank konvensional lebih stabil dari bank syariah karena tingkat likuiditas bank syariah lebih rendah daripada bank konvensional. Likuiditas yang dicerminkan dengan kepercayaan, masih menjadikan bank konvensional lebih unggul daripada bank syariah. Lebih daripada itu, pemahaman masyarakat Indonesia terhadap perbankan syariah saat ini masih dikatakan kurang, yang akan secara tidak langsung berdampak pada menurunnya profitabilitas bank syariah. Saran Penemuan dalam penelitian ini adalah bank syariah tidak lebih stabil daripada bank konvensional. Berkaitan dengan peningkatan stabilitas bank syariah agar semakin menunjang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Selain sosialisasi yang sudah dilakukan, berkaitan dengan fakta bahwa pemahaman masyarakat yang masih kurang, bank syariah perlu secara langsung meningkatkan pemahaman tersebut melalui hal kecil misalnya dengan mengubah istilah-istilah bahasa Arab dalam prosedur/akad-akad yang ada di bank syariah ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat tidak paham arti dari istilah akad-akad dalam bahasa Arab tersebut bahkan kesulitan untuk mengingat maupun mengucapkannya. 2. Memanfaatkan dana likuid bank syariah agar tidak terjadi over likuid serta untuk meningkatkan peran bank syariah sebagai pembangun sektor riil, bank syariah harus lebih intensif melakukan pendekatan ke sektor pertanian (sub sektor perkebunan, peternakan dan perikanan) karena akad-akad pada bank syariah lebih sesuai dengan sektor tersebut dibandingkan dengan bank konvensional. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya khususnya kepada Ibu Dr. Asfi Manzilati, SE., ME. selaku dosen
17
pembimbing saya atas bimbingan yang diberikan dan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA Abedifar, Pejman., Molyneux, Philip., Tarazi, Amine. 2012. Risk in Islamic Banking, version 1, hal-00915115. https://hal.archives-ouvertes.fr/hal-00915115/document Adiyanti, SK. 2013. Pengaruh Diversifikasi Pendapatan Terhadap Risiko Bank. Semarang: Program Sarjana FEB UNDIP Ainur, Novita. 2014. Teknik Pengambilan Data. https://www.scribd.com/doc/242803035/TekhnikPengambilan-Data diakses pada 04 Desember 2014 Ajija, S. R., Sari, D. W., Setianto, R. H., Primanti, M. R. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat 2011 Altman, Edward I. 1997. Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting the Z-score and Zeta ® Models. Journal of Banking and Finance, 1 http://iiiglobal.org/component/jdownloads/finish/648/5645.html diakses pada 20 Januari 2015 Andria, Rosa, Agustin., Soenhadji, Iman Murtono,. 2010. Analisis Model Altman Z (Zeta) - Score untuk Memprediksi Kebangkrutan PT Bank Century Tbk (Periode 2000 – 2008). Undergraduate Program, Faculty of Economics Anggraeni, R.T. 2014. Penerapan Model Multiple Discriminant Analysis untuk Memprediksi Financial Distress. Jurnal Administrasi Bisnis, vol. 8, no. 2 Antonio. 2001. Tinjauan Pustaka. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37121/4/Chapter%20II.pdf Universitas Sumatra Utara Arum. 2013. Komparasi Risiko Bank Syariah Vs Bank Konvensional. http://businesslounge.co/2013/02/23/komparasi-risiko-bank-syariah-versus-bankkonvensional/ diakses pada 28 Januari 2015 Bank Indonesia. 2014. Outlook Perbankan Syariah. http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaranpers/Documents/BIOutlookPerbankanSyariah2014.pdf diakses pada 19 Januari 2015 Bank Indonesia. 2014. Stabilitas Sistem Keuangan. http://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/ikhtisar/definisi/Contents/Default.aspx diakses pada 08 Desember 2014 Bappenas. 2014. Pemantapan Stabilitas Ekonomi Makro. http://www.bappenas.go.id/files/1213/5229/9964/bab-24-pemantapan-stabilitas-ekonomimakro.pdf diakses pada 19 Januari 2015 Beck, Thorsten., Demirgüç-Kunt, Asli., Merrouche,Ouarda. 2013. Islamic vs. conventional banking: Business model, efficiency and stability. Journal of Banking & Finance, Vol. 37, Issue 2, Pages 433-447 Bley, Jorg., Kuehn, Kermit. 2014. Conventional Versus Islamic Finance: Student Knowledge and Perception in The United Arab Emirates. International Journal of Islamic Financial Services, vol. 5, No. 4 Brigham, E.F., Houston, J.F. 2012. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (edisi 11). Jakarta: Salemba Empat Chirstianti, Ari. 2013. Akurasi Prediksi Financial Distress: Perbandingan Model Altman dan Ohlson. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, vol. 7, (No.2) 77-89 Gamaginta., Rokhim, Rofikoh. 2011. The Stability Comparison between Islamic Banks and Conventional Banks: Evidence in Indonesia. 8th International Conference on Islamic Economics and Finance. Qatar Faculty of Islamic Studies, Qatar Foundation. Gio, 2013. Landasan Teori. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37102/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 05 Desember 2014 Greuning, Hennie Van., Bratavonic, S. B. 2011. Analisis Risiko Perbankan (edisi 3). Jakarta: Salemba Empat Haryetti. 2010. Analisis Financial Distress untuk Memprediksi Risiko Kebangkrutan Perusahaan (Studi Kasus pada Industri Perbankan di BEI). Jurnal Ekonomi, vol. 18, (No.2). http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JE/article/viewFile/757/750
18
Hayes, S.K., dkk. 2010. A Study of the Efficacy og Altman’s Z to Predict Bankruptcy of Specialty Retail Firms Doing Business in Cotemporary Times. Economics and Busniss Journal: Inquiries and Perspectives, vol. 3, no. 1 I Nanik. 2012. Metodelogi Penelitian. http://eprints.uny.ac.id/9790/3/BAB3-%2008108244002.pdf diakses pada 04 Desember 2014 Kamal, STM. 2012. Analsis Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan Go Public di BEI. Makassar: FEB Universitas Hasanuddin KBBI. 2014. Stabilitas. http://kbbi.web.id/stabilitas diakses pada 3 Desember 2014 Nugroho, MID. 2012. Analisis Prediksi Financial Distress dengan Menggunakan Model Altman ZScore Modifikasi 1995. Semarang: Program Sarjana FEB UNDIP Nugroho, Muh Rudi. 2010. Stabilitas Keuangan Perbankan dalam Dual Banking System di Indonesia Tahun 2005;1 – 2009;1.Universitas Gajah Mada Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan. http://www.ojk.go.id/peran-bi diakses pada 3 Desember 2014 Pramudita, Aditya. 2014. Pengaruh Ukuran Bank, Manajemen Aset Perusahaan, Kapitalisasi Pasar dan Profitabilitas terhadap Kredit Bermasalah pada Bank yang Terdaftar di BEI. Universitas Brawijaya. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=189234&val=6467&title=Pengaruh %20Ukuran%20Bank,%20Manajemen%20Aset%20Perusahaan,%20Kapitalisasi%20Pasa r%20danProfitabilitas%20terhadap%20Kredit%20Bermasalah%20pada%20Bank%20yan g%20terdaftar%20di%20BEI diakses pada 8 Desember 2014 Puryati, Dwi. 2012. Model Financial Distress Vs. Altman Z-Score: Analisa Perbedaan Prediksi Kebangkrutan di Industri yang Terdaftar di BEI. Finance and Accounting Journal, vol. 1, (No.1). Puspitaningrum, Ferry., Triyuwono, Iwan. 2008. Analisis Perbedaan Rasio Likuiditas dan Rasio Profitabilitas sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah. TEMA, Vol. 9, No. 1 Rahim, Siti Rohaya Mat., Hassan, Norsilawati Mohd., Zakaria, Roza Hazli. 2012. Islamic Vs. Conventional Bank Stability: ‘A Case Study Of Malaysia’. Prosiding Persidangan Kebangsaan Ekonomi Malaysia Ke VII Rajhi, Wassim., Hassairi, Slim A. 2013. Islamic Banks and Financial Stability: A Comparative Empirical Analysis Between MENA and Southeast Asian Countries. Région et Développement n° 37 Ramadhani, K.P., 2014. Analisis Kesyariahan Penerapan Pembiayaan Murabahah. Jurnal Ilmiah. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Robbani, Shofa. 2013. Analisis Pemahaman Nasabah BNI Syariah tentang Kesyariahan BNI Syariah (Studi Kasus pada BNI Syariah Godean, Sleman, Yogyakarta). Yogyakarta: Universitas Gajahmada Rosa, AA., Soenhadji, IM. 2010. Analysis of Altman Z (Zeta) – Score Method to Predict Bancruptcy of Century Bank. Undergraduate Program, Faculty of Economics Saunders, Anthony., Cornett, M.M., 1994. Financial Institution Management: A Risk Management Approach (sixth edition). New York: McGraw-Hill Companies Serviens in Lumine Veritatis (Universitas Atma Jaya Yogyakarta). 2014. Financial Distress. http://e-journal.uajy.ac.id/2156/3/2EA15746.pdf diakses pada 3 Desember 2014 STIKOM Surabaya. 2011. Pemodelan ARIMA. http://sir.stikom.edu/597/6/BAB%20III.pdf diakses pada 04 Desember 2014 Suciptawati, Niluh P. 2009. Metode Statistika (Nonparametrik). Denpasar: Udayana University Press Subramanyam, K.R., Wild, J.J. 2012. Analisis Laporan Keuangan (edisi 10). Jakarta: Salemba Empat Sulistyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala Universitas Negeri Medan. 2014. Stabilitas Sistem Perbankan, Medan. http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Master-22542-8106162012%20%20BAB%20II.pdf diakses pada 04 Desember 2014 Universitas Pendidikan Indonesia. 2014. Modul 5 Analisis Diskriminan. Halaman 1. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINNYA/MEITRI_HENING/Modul/Modul_Diskri minan.pdf diakses pada 05 Desember 2014
19
Wordpress. 2013. Mengukur Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah. https://reiyslbs.wordpress.com/2013/05/20/mengukur-tingkat-pengetahuan-masyarakatterhadap-perbankan-syariah/ diakses pada 05 Februari 2015
20