PERFORMANCE ANALYSIS OF COMPANY SHARES AFTER CONDUCTING INITIAL PUBLIC OFFERING ON THE JAKARTA STOCK EXCHANGE
Siwi Lastari, SE., MM.
This was an event study on the performance of stocks after the company conducted an IPO on the JSE. The goal is to find out what happened phenomenon outperformed short-term stock performance to what happened three months and underperformed the phenomenon of long-term stock performance for two years. Performance is measured by stock returns in the development of this research using the abnormal return. The samples were manufacturing companies in initial public offering period 1997-2001 a total of 27 companies. This method study using secondary data through the methods of documentation and literature. Data needed taken through the Indonesian
Capital
Market
Directory
(ICMD),
JSX
Statistics,
http://www.finance.com, http://www.bkpm.go.id.. As for the long-term phenomenon occurred two years also outperformed the stock performance, indicated by a positive abnormal return of 1.42% but the performance increase was not significant, so the results of both studies do not support previous research that shows the long-term phenomenon underperformed (decrease in performance with with a negative abnormal return).
Keyword : Stock Exchange, ICMD, JSX
1
ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAAN SETELAH MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK JAKARTA.
Siwi Lastari, SE., MM. Penelitian ini merupakan studi peristiwa terhadap kinerja saham setelah perusahaan melakukan IPO di BEJ. Tujuannya untuk mengetahui apa terjadi fenomena outperformed kinerja saham untuk jangka pendek tiga bulan dan apa terjadi fenomena underperformed kinerja saham untuk jangka panjang dua tahun. Kinerja saham diukur dengan return yang dlam penelitian ini menggunakan abnormal return. Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode 1997-2001 sebanyak 27 perusahaan. Metode penelitian ini dengan menggunakan data sekunder melalui metode dokumentasi dan studi pustaka. Data yang dibutuhkan diambil melalui Indonesian Capital Market Directory
(ICMD),
JSX
Statistic,
http://www.finance.com,
http://www.bkpm.go.id.
Sedangkan pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t satu arah (one sample test) dengan taraf significansi 5%. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada jangka pendek terjadi tiga bulan terjadi fenomena outperformed kinerja saham, ditunjukkan dengan perolehan abnormal return positif sebesar 95,88% dan kenaikan kinerja saham signifikan, sehingga hipotesis pertama mendukung penelitian. Sedangkan untuk jangka panjang dua tahun juga terjadi fenomena outperformed kinerja saham, ditunjukkan dengan abnormal return positif sebesar 1,42% namun kenaikan kinerja tersebut tidak signifikan, sehingga hasil penelitian kedua tidak mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan pada jangka panjang terjadi fenomena underperformed (penurunan kinerja dengan dengan abnormal return yang negatif).
2
I.
Pendahuluan
Perkembangan kegiatan pasar modal sekarang ini makin menarik untuk menjadi penelitian, dengan
mulainya gerakan dari Bej untuk memerikan informasi
pentingnya pasar modal di masyarakat. Hal itu terlihat dari Program BEJ di seiap propinsi bahkan kabupaten untuk memberi penyuluhan kepada industri-industri kecil di daerah untuk penyertaan dalam pasar modal. Perdagangan efek atau sekuritas menarik bagi investor karena sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (Investor) untk memperoleh bagian atau hak kekayaan yang berjangka panjang pada perusahaan yang menrbitkan, bahkan kemungkian akan memberikan keuntungan yang besar atau kemungkian resiko kerugian yang besar pula. Bagi perusahaan, perdaganagn sekuritas di pasar modal merupakan sarana yang menarik untk menghimpun dana dan memperbaiki struktur modal. Dalam fungsinya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari
pihak
lender/investor
ke
pihak
borrower.
Motivasi
lender/investor
menginvestasikan kelebihan dana mereka di pasar modal untuk mendapatkan imbalan baik yang berupa dividen maupun capital gain. Di lain pihak kelebihan dana yang dimiliki lender/investor tersebut dimanfaatkan oleh borrower untuk melakukan investasi atau pengembangan usaha tanpa harus menunggu tersedianya dana. Sehingga pasar modal yang efisien mutlak diperlukan untuk menjamin adanya pembentukan kapital yang memadai dan menjamin adanya pertumbuhan ekonomi, hal ini juga dimaksudkan untuk mempercepat proses pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham. Dengan adanya pasar modal yang efisien diharapkan perusahaan-perusahaan yang go public akan lebih mudah mendapatkan tambahan modal dari masyarakat pembeli sekuritas. Kinerja saham menurut Frank J Fabozzi (2001) adalah hasil dan resiko yang diperoleh melalui investasi pada aktiva yang diukur dari pengembalian (return) yang diperoleh dari periode waktu tertentu. Menurut kamus bisnis dan manajemen kinerja didefinisikan sebagai hasil nyata yang dicapai. Penilaian kinerja saham dimaksudkan untuk menilai keberhasilan suatu saham.
3
Salah satu pengukuran kinerja saham menurut Eduardus Tandelilin (2001), dilakukan dengan return saham. Return yang dihasilkan dari saham tersebut dapat dihitung dengan cara menjumlahkan semua aliran kas yang diterima (penjumlahan dividen selama periode investasi dengan selisih perubahan nilai pasar (capital gain/loss) dan kemudian dibagi dengan nilai pasar saham pada awal periode). Salah satu usaha perusahaan untuk menambahkan tambahan modal guna meningkatkan aktivitas operasional perusahaan yaitu melalui Initial Public Offering (IPO). Pada saat IPO perusahaan yang sudah go public diwajibkan membuat dan mempublikasikan prospektus melalui surat kabar taraf nasional sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Dalam penjualan saham pada saat IPO diberlakukan offering price yaitu harga yang telah ditentukan dahulu oleh emiten. Saat IPO dibantu oleh underwriter sebagai penjamin emisi, biasanya bank investasi mau menjamin saham-saham perdana tersebut. Dalam penetapan offering price antara emiten dan underwriter saling bersaing di mana underwriter cenderung menetapkan harga lebih rendah dari yang diharapkan emiten dengan tujuan untuk memperoleh gain yang lebih besar atau menekan resiko bila saham yang ditawarkan tidak laku atau tidak habis terjual. Harga saham pada saat IPO di pasar sekunder dapat mengalami underpricing maupun overpricing. Bila terjadi underpricing di pasar sekunder, hal tersebut bagi emiten berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana secara maksimal, sebaliknya investor sangat mengharapkan hal tersebut agar mendapatkan capital gain di saat mereka menjual saham tersebut di pasar sekunder. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai underpricing, salah satunya penelitian Kim et. al. (1993) di Korea menyimpulkan bahwa motivasi emiten dalam melakukan go public mempengaruhi tingkat underpricing di mana semakin tinggi motivasi maka semakin tinggi pula tingkat underpricing. Secara garis besar penelitian tersebut menyimpulkan bahwa underpricing ada karena sebagai fenomena yang terjadi pada setiap pasar modal atau pada setiap negara merupakan fenomena jangka pendek. Fenomena jangka pendek yang mungkin terjadi adalah kenaikan kinerja (outperformed) dari surat berharga ditunjukkan dengan abnormal return yang positif
4
dalam jangka waktu satu sampai tiga bulan sejak dilakukannya IPO. Atau dengan kata lain return realisasi yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan return yang diharapkan. Sedangkan dalam jangka panjang fenomena yang kemungkinan terjadi adalah penurunan kinerja (underperformed) yang ditunjukkan dengan abnormal return yang negatif dalam jangka waktu lebih dari satu tahun sejak dilakukan IPO, atau dengan kata lain return realisasi lebih kecil daripada return yang diharapkan. Secara rinci penelitian ini untuk menjawab permasalahan sebabagi berikut: 1.
Apakah terjadi fenomena outperformed kinerja saham perusahaan dalam jangka pendek setelah melakukan IPO?
2.
Apakah terjadi fenomena underperformed kinerja saham perusahaan dalam jangka panjang setelah melakukan IPO?
II. 1.
Kajian Teori Abnormal Return Studi peristiwa (event study) menganalisis return tidak normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal (Jogiyanto, 2003: 415) Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya (actual return) dengan return ekspektasi (Expected return). Menurut Jogiyanto (2003: 416) persamaan dari rumus tersebut adalah: RTNi,t = Ri,t - E[Ri,t] di mana: RTNi,t
= Return tidak normal (abnormal return)
5
Ri,t
= Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode ke-t.
E[Ri,t]
= Return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif (harga saham realisasi) dengan harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto, 2003: 416): Act(Ri) = (Pi,t – Pi,t-1)/Pi,t-1 di mana: Act(Ri) = Actual return saham i Pi,t
= Harga saham pada hari ke-t
Pt-1
= Harga saham pada hari t –1 Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi.
Brown
dan
Warner
(1985)
mengestimasi
return
ekspektasi
dengan
menggunakan model estimasi sebagai berikut: a.
Mean Adjusted Model (model disesuaikan rata-rata) Model ini menganggap bahwa return eskpektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period) menurut Jogiyanto (2003: 417) sebagai berikut: t2
E[ Ri ,t ]
R j t 1
ij
T
di mana: E[Ri,t] = Return estimasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,j
= Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
6
T
= Lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2 Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode
sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window). Lama dari periode jendela ini juga tergantung dari jenis peristiwanya. Jika peristiwanya merupakan
peristiwa
yang nilai
ekonomisnya dapat ditentukan dengan mudah oleh investor (misal pengumuman laba dan dividen), periode jendela dapat pendek. Hal ini disebabkan oleh investor dapat bereaksi dengan cepat. Sebaliknya, jika peristiwa tersebut nilai ekonomisnya sulit ditentukan oleh investor (misalnya merjer) maka investor akan membutuhkan waktu lama untuk bereaksi (Jogiyanto, 2003:418). b.
Market Model (model pasar) Dilakukan dengan dua tahap, yaitu
membentuk model estimasi
dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model estimasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela, model estimasi dapat dibentuk menggunakan teknik regeresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan (Jogiyanto, 2003: 421): Rij i i . RMj ij di mana: Rij
= Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
i
= Intercept untuk sekuritas ke-i
7
i
= Koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i
RMj = Return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung dengan rumus RMj = (IHSGj – IHSGj-1). ij c.
= Kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
Market Adjusted Model (model disesuaikan pasar) Model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Misalnya pada hari pengumuman peristiwa, return indeks pasar adalah sebesar 18%, dengan metode ini, maka return estimasi semua sekuritas di hari yang sama tersebut adalah sama dengan return indeks pasarnya, yaitu 18%. Jika return suatu sekuritas pada hari pengumuman peristiwa adalah 35%, maka besarnya abnormal return yang terjadi adalah 35% - 18% = 17%.
2.
Return Jogiyanto (2003:107-109) menjelaskan bahwa hasil dari suatu investasi disebut sebagai return. Return dapat berupa return realisasi (realized return) yang sudah terjadi atau return ekspektasi (expected return )yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga
8
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. a.
Return Realisasi Beberapa return realisasi yang banyak digunakan adalah sebagai berikut: 1)
Return total Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan Yield sebagai berikut: Return = Capital gain (loss) + Yield
Capital gain (loss)
Pt Pt 1 Pt 1
Capital gain (loss) merupakan selisih dari untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu dan Yield merupakan presentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. 2)
Relatif return Pada return total dapat bernilai positif ataupun negatif. Pada perhitungan return relatif, return total diubah menjadi positif dengan menambahkan nilai terhadap return total sebagai berikut: Return Relatif = (Return Total + 1)
3)
Kumulatif return
9
Return total mengukur perubahan harga dari saham dan perubahan pendapatan dari deviden yang diterima. Return total hanya mengukur kemakmuran pada waktu tertentu tetapi tidak mengukur total
kemakmuran
yang
dimiliki.
Untuk
mengetahui
total
kemakmuran kumulatif (cumulative wealth index) dapat digunakan indek kemakmuran kumulatif (IKK). IKK KK 0 (1 R1 )(1 R2 )...(1 Ra ) di mana: IKK= Indeks kemakmuran kumulatif dari periode ke-1 sampai ke-n KKo= Kekayaan awal Rt = Return periode ke-t 2)
Return disesuaikan Return sebelumnya adalah return nominal (nominal return) yang hanya mengukur perubahan nilai uang tetapi tidak memperhitungkan daya beli dari nilai uang tersebut. Untuk mempertimbangkan hal ini return nominal perlu disesuaikan dengan tingkat inflasi yang ada. Return ini disebut sebagai return rill atau disesuaikan dengan inflasi (inflation adjusted return) sebagai berikut:
RIA
(1 R) 1 (1 IF )
di mana: RIA
= Return disesuaikan dengan tingkat inflasi.
R
= Return nominal
IF
= Tingkat inflasi 10
b.
Return Ekspektasi Return ekspektasi (expected return) dapat dihitung dengan menghilangkan masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadian dan menjumlah semua produk perkalian tersebut. Secara matematik return ekspektasi dirumuskan: n
E ( Ri ) ( R j .Pj ) j 1
di mana: E(Ri) = Return ekspektasi suatu aktiva atau sekuritas ke-i Rj
= Hasil masa depan ke j
Pj
= Probabilitas hasil masa depan ke j
n
= Jumlah dari hasil masa depan. Penentuan probabilitas untuk menentukan hasil masa depan
merupakan hal yang tidak mudah dan subyektif. Akibat dari subyektifitas ini, ketidak akuratan akan terjadi. Untuk mengurangi ketidak akuratan ini, data historis dapat digunakan sebagai dasar ekspektasi. Jika pertumbuhan dari return turut diperhitungkan maka dapat dihitung dengan teknik regresi.
III. A.
Metode Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai dengan penulisan hasil penelitian adalah dalam kurun waktu 6 bulan yaitu mulai 25 September 2004 sampai dengan 21 April 2005..
11
B.
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini seluruh perusahaan yang melakukan IPO di BEJ periode Januari 1997 sampai dengan Desember 2001. Dalam pengambilan sampel metode yang digunakan adalah metode purposive sampling yang artinya sampel penelitian sengaja dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 1.
Merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2.
Perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode Januari 1997 sampai dengan Desember 2001.
3.
Data harga perdana perusahaan dan harga penutupan tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan listing di pasar sekunder.
4.
Data IHSG saat IPO, IHSG tiga bulan dan dua tahun setelah listing di pasar sekunder. Dari populasi perusahaan yang melakukan IPO untuk periode 1997 sampai
dengan 2001 perusahaan manufaktur yang dapat dijadikan sampel atau memenuhi kriteria sebagai sampel sebanyak 24.
IV. Metode analisis Data dan Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yang telah didapat. Uji prasyarat analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, di mana uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah setiap data sudah berdistribusi normal atau tidak.
12
Menurut Sugiyono (2003:173), apabila pengujian pertanyaan penelitian menggunakan statistik parametrik maka setiap data pada setiap variabel harus diuji terlebih dahulu normalitasnya. Jika data tidak normal maka pengujian pertanyaan penelitian tidak bisa menggunakan statistik parametrik. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas KolmogorovSmirnov. Pengujiannya menggunakan SPSS for windows versi 10, maka untuk mengindikasikan data berdistribusi normal adalah dengan melihat 2-tailed significance yaitu jika masing-masing data yang diujikan memiliki nilai lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji normalitas menurut Singgih Santoso (2001:86-93) adalah sebagai berikut: 1.
Data (X) diurutkan dari data yang terkecil sampai terbesar.
2.
Menghitung z dengan rumus: Z
X s
di mana: Z= Nilai yang distandarkan X = Data
= Rata-rata populasi s = Standar deviasi sampel 3.
Mencari luas daerah z yaitu luas daerah di sebelah kanan kurva untuk nilai z tertentu dengan program SPSS for windows.
4.
Mencari peluang harapan (Pe) kumulatif dari masing-masing data.
13
5.
Mencari nilai D yaitu selisih mutlak antara luas kurva z dikurangi peluang harapan. Karena ada pemutlakan hasil jika terjadi tanda negatif maka akan tetap dianggap positif. Kemudian dari nilai D yang ada dicari angka yang terbesar. Maka angka inilah yang disebut Kolmogorov-Smirnov hitung.
6.
Membuat hipotesis untuk pengujian normalitas, yaitu: Ho: Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal
7.
Mencari Kolmogorov-Smirnov hitung dengan Kolmogorov Smirnov tabel, jika data lebih dari 35 dengan rumus:
D 8.
1.36 n
Membandingkan Kolmogorov-Smirnov hitung dengan Kolmogorov-Smirnov tabel: a)
Jika Kolmogorov-Smirnov hitung Kolmogorov-Smirnov tabel maka Ho diterima.
b)
Jika Kolmogorov-Smirnov hitung Kolmogorov-Smirnov tabel maka Ho ditolak.
9.
Melihat angka probabilitas dengan ketentuan: a)
Probabilitas 0,05 maka Ho diterima.
b)
Probabilitas 0,05 maka Ho ditolak.
Dalam menganalisis data, teknik analisis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan adalah dengan menggunakan statistik
14
yaitu one sample t-test. Menurut Sugiyono (1999:177) rumus uji one t-test adalah sebagai berikut: t
X o s n
di mana: t = Nilai t yang dihitung
X = Rata-rata
o = Nilai yang dihipotesiskan s = Simpangan baku sampel n
= Jumlah anggota sampel Namun pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS for window versi 10. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dihitung abnormal return jangka pendek dan abnormal return jangka panjang untuk setiap periode. Perhitungan abnormal return dilakukan dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Aggarwal et. al. Untuk menghitung abnormal return, terlebih dahulu dilakukan dengan mencari total return untuk setiap periode yang kemudian dilanjutkan dengan mencari total return indeks pasar di mana dalam penelitian ini total return dan total return indeks pasar dihitung dengan menggunakan program Microsoft Excel. Berikut rumus total return saham yang digunakan dalam penelitian ini:
R it
P it 1 P io
di mana:
15
R it = Total return P it = Harga saham pada saat t P io = Harga saham pada saat penawaran (offering price) Harga saham pada saat penawaran yang digunakan yaitu harga perdana perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 1997-2001. Harga saham pada saat t yang digunakan adalah harga saham tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan tersebut terdaftar di BEJ. Apabila pada tanggal tertentu tidak terjadi perdagangan maka harga saham yang digunakan adalah harga tanggal terakhir sebelum tanggal di mana suatu perusahaan tepat tiga bulan dan dua tahun setelah melakukan IPO di pasar perdana. Berikut rumus total return indeks pasar saham yang digunakan dalam penelitian ini:
Rmt
P mt 1 P mo
di mana: Rmt = Total return indeks pasar P mt = Nilai indeks pasar pada saat t P mo = Nilai indeks pasar pada saat penawaran Indeks pasar yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu IHSG pada saat perusahaan melakukan IPO, IHSG tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan listing di pasar sekunder. Apabila pada tanggal tertentu tidak terjadi perdagangan maka IHSG yang digunakan adalah IHSG tanggal terakhir sebelum tanggal di mana perusahaan tepat tiga bulan dan dua tahun listing di pasar perdana.
16
Berikut persamaan abnormal return saham yang dipakai dalam penelitian ini: AR it R it Rmt di mana: AR it Market-adjudted abnormal return R it = Total return Rmt = Total return indeks pasar Model market adjusted return menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu saham adalah return indeks harga pasar pada saat t. Maka dalam hal tersebut tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return saham yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Untuk proses penghitungan total return, total return indeks pasar, dan abnormal return dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel.
IV.
Data dan Analisis data a. Karakteristik Data Berikut ini daftar sampel perusahaan manufaktur yang melakukan IPO pada
periode tahun 1997-2001:
17
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Melakukan IPO Periode 1997 sampai dengan 2001
No.
Code
Company Name
Efective Date
1
DSUC
Daya Sakti Unggul Corporation
25-02-97
2
ETWA
Eterindo Wahanatama
16-04-97
3
IKAI
Intikeramik Alamastri Industri
07-05-97
4
PAFI
Panasia Filament Inti
17-06-97
5
JKSW
Jakarta Kyoei Steel Works
27-06-97
6
SSTM
Sunson Textile Manufacture
28-07-97
7
RICY
Ricky Putra Globalindo
31-12-97
8
AUTO
Astra Otoparts
29-05-98
9
TIRT
Tirta Mahakam Plywood Industri
18-11-99
10
TBLA
Tunas Baru Lampung
31-12-99
11
SIMM
Surya Intrindo Makmur
09-03-00
12
APLI
Asiaplast Industries
31-03-00
13
SMPL
Summitplast Interbenua
26-05-00
14
FMII
Fortune Mate Indonesia
16-06-00
15
ACAP
Andhy Chandra Automotive
17-11-00
16
INAF
Indofarma
16-04-01
17
DOID
Daeyu Orchid Indonesia
14-06-01
18
LAPD
Lapindo Packaging
12-07-01
18
A.
19
ARNA
Arwana Citramulia
12-07-01
20
BTON
Betonjaya Manunggal
16-07-01
21
RYAN
Ryane Adibusana
11-10-01
22
PYFA
Pyridam Farma
11-10-01
23
PLAS
Palm Asia Corpora
26-10-01
24
CLPI
Colorpak Indonesia
27-11-01
Penghitungan Tingkat Pengembalian (Return) 1.
Penghitungan Total Return Setelah didapat data harga saham setelah listing untuk setiap perusahaan dari 24 sampel perusahaan manufaktur dalam penelitian ini, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penghitungan atau mencari total return. Data harga saham yang diperlukan untuk mencari total return adalah harga saham pada saat penawaran atau harga perdana perusahaan manufaktur yang melakukan IPO pada tahun 1997-2001. Selain itu data harga saham pada saat t yang digunakan adalah harga saham tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan tersebut terdaftar di BEJ. Total return yang dicari adalah total return tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan melakukan IPO. Untuk menghitung total return, dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel dengan rumus total return saham seperti yang telah dijelaskan pada bab III.
19
2.
Penghitungan Total Return Indeks Pasar Dari data IHSG yang telah dperoleh, maka dilakukan penghitungan total return indeks pasar untuk tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan manufaktur melakukan IPO. Indeks pasar yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu IHSG pada saat perusahaan melakukan IPO, IHSG tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan listing di pasar sekunder. Penghitungan total return indeks pasar dalam penelitian ini juga dicari dengan program Microsoft Excel dengan rumus total return indeks pasar saham seperti yang dijelaskan pada bab III.
3.
Penghitungan Abnormal Return Setelah didapatkan hasil nilai dari total return, total return indeks pasar tiga bulan dan dua tahun untuk masing-masing perusahaan manufaktur setelah melakukan IPO, maka langkah selanjutnya adalah mencari abnormal return. Proses penghitungan abnormal return untuk tiga bulan dan dua tahun dalam penelitian ini, juga dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dengan persamaan abnormal return saham model market adjusted return seperti yang dijelaskan pada bab III.
B.
Uji Prasyarat Analisi Data Setelah didapatkan nilai abnormal return tiga bulan dan abnormal return dua tahun, untuk masing-masing perusahaan manufaktur selama periode pengamatan, maka langkah selanjutnya dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalisasi data dengan menggunakan
20
Kolmogorov-Smirnov
test,
dan
penggujian
prasyarat
dalam penelitian
ini
menggunakan program SPSS for Windows versi 10. Berikut hasil dari pengujian normalisasi yang disajikan dalam bentuk tabel: Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas
Abnormal Return
D
2-tailed Sig.
Hasil
3 Bulan
0,2
0,059
Data berdistribusi normal
2 Tahun
0,2
0,115
Data berdistribusi normal
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, pengujian normalisasi menunjukkan bahwa nilai D hitung (Kolmogorov-Smirnov hitung) = 0,2 D tabel (Kolmogorov-Smirnov tabel) = 0,9 sehingga Ho diterima. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan 2-tailed signifikan dari data abnormal return di mana untuk abnormal return tiga bulan dan abnormal return dua tahun mempunyai nilai lebih dari 0,05 sehingga semua data dapatkan dikatakan berdistribusi normal.
C.
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis terhadap abnormal return tiga bulan dan dua tahun untuk setiap perusahaan manufaktur sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab III, yaitu dengan menggunakan one sample t-test. Penghitungan one sample t-test
21
dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows versi 10, dan dengan tingkat signifikansi 0,05. Hipotesis statistik yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.
Kinerja saham (abnormal return) jangka pendek tiga bulan. Ho 1 : Rata-rata abnormal return nol ( 0 ) Ha 1 : Rata-rata abnormal return nol ( 0 )
2.
Kinerja saham (abnormal return) jangka panjang dua tahun. Ho 2 : Rata-rata abnormal return nol ( 0 ) Ha 2 : Rata-rata abnormal return nol ( 0 ) Berikut tabel hasil pengujian abnormal return, yang menunjukkan kinerja
saham perusahaan manufaktur setelah melakukan IPO periode tahun 1999 sampai dengan 2001, dengan menggunakan one sample t-test dengan df = 24-1 = 23 dan tingkat signifikansi 5%: Tabel 4.2 Kinerja Saham (Abnormal Return) Perusahaan Sektor Keuangan Setelah Melakukan IPO Periode 1997-2001 Jangka Waktu
df
Mean
t-hitung
2-tailed sig.
3 Bulan
23
1,2086956
3,175
0,004
2 Tahun
23
0,47507142
1,195
0,029
Dari tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa tiga bulan setelah perusahaan manufaktur melakukan IPO periode tahun 1997 sampai dengan 2001, terlihat t hitung (3,175) lebih besar dari t tabel (2,069). Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis 22
nol yang menyatakan rata-rata abnormal return lebih kecil sama dengan nol ditolak (tolak Ho 1 ), sehingga terima Ha 1 artinya rata-rata abnormal return lebih besar dari nol. Berikut gambar kurva daerah penolakan Ho 1 :
Daerah Penerimaan Ho
Daerah
Penerimaan Ha 2,069
3,175
Untuk dua tahun setelah perusahaan manufaktur melakukan IPO periode tahun 1997 sampai dengan 2001, dari tabel di atas juga terlihat nilai t hitung (2,327) lebih besar dari t tabel (2,069). Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan rata-rata abnormal return lebih besar sama dengan nol diterima (terima Ho 2 ). Berikut gambar kurva daerah penerimaan Ho 2 :
Daerah Penerimaan Ho 2,327
Daerah Penerimaan Ha
2,069
23
D.
Pembahasan Dari hasil pengujian hipotesis pertama yang telah dilakukan, seperti yang telah diketahui bahwa dalam jangka pendek kinerja saham perusahaan manufaktur setelah melakukan IPO, yang diukur dengan return tiga bulan setelah listing di BEJ, terdapat rata-rata abnormal return yang positif sebesar 1,2086956 (120,87 %) jika investor menjual kembali sahamnya di pasar sekunder. Maka dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek kinerja saham perusahaan setelah melakukan IPO mengalami outperformed (terjadi fenomena outperformed) dan secara statistik kenaikan kinerja saham tersebut signifikan (0,004 0,05). Kesimpulan tersebut, sesuai dengan kriteria penarikan kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa abnormal return lebih besar dari nol, maka kinerja saham dikatakan outperformed. Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis, diketahui bahwa dalam jangka panjang kinerja saham perusahaan manufaktur setelah melakukan IPO, yang diukur dengan return dua tahun setelah listing di BEJ, juga terdapat rata-rata abnormal return yang positif sebesar 0,47507142 (47,51 %) jika investor menjual kembali sahamnya di pasar sekunder. Maka dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam jangka panjang kinerja saham perusahaan setelah melakukan IPO mengalami outperformed (juga terjadi fenomena outperformed) dan secara statistik kenaikan kinerja saham tersebut juga signifikan (0,029 0,05). Kesimpulan tersebut, sesuai dengan kriteria penarikan kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa
24
abnormal return lebih besar dari nol, maka kinerja saham dikatakan outperformed. Dari kedua hasil penelitian di atas, untuk kinerja saham jangka pendek memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Ritter (1991), Prastiwi (2000), dan Danan Joyo Kusumo (2004). Yang menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek kinerja saham akan mengalami kenaikan kinerja (outperformed) yang ditunjukkan dengan diperolehnya return yang positif. Namun, untuk jangka panjang kinerja saham dalam penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya. Dimana penelitian sebelumnya, menyatakan bahwa kinerja saham akan mengalami penurunan kinerja (underperformed) yang ditunjukkan dengan diperolah return yang negatif, sedangkan dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa kinerja saham jangka panjang juga mengalami kenaikkan kinerja (outperformed) yang ditinjukkan dengan return yang positif. Fenomena outperformed kinerja saham dalam penelitian ini bisa terjadi kemungkinan karena selama periode penelitian, para investor di Indonesia lebih tertarik untuk melakukan investasi pada perusahaan manufaktur. Dimana hal tersebut dapat dilihat pada pergerakkan harga saham harian perusahaan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian terhadap 24 perusahaan manufaktur yang melakukan IPO untuk periode tahun 1997 sampai dengan 2001, seperti yang telah dijelaskan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
25
1.
Untuk jangka pendek tiga bulan, secara signifikan kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO adalah outperformed. Dimana hal tersebut ditunjukkan dengan kenaikkan rata-rata abnormal return yang positif sebesar 120,87 %, sehingga dengan demikian penelitian ini menjawab pertanyaan penelitian pertama yang menyatakan dalam jangka pendek terjadi fenomena outperformed kinerja saham perusahaan setelah melakukan IPO.
2.
Untuk jangka panjang dua tahun, secara signifikan kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO adalah outperformed, yang ditunjukkan dengan kenaikan rata-rata abnormal return yang positif sebesar 47,51 %. Dengan demikian, penelitian ini tidak menjawab pertanyaan penelitian kedua yang menyatakan dalam jangka panjang terjadi fenomena underperformed kinerja saham perusahaan setelah melakukan IPO.
26
DAFTAR PUSTAKA Dr. Jogiyanto H. M., M.B.A.,Akuntan. 2003. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Dr Suad Husnan, MBA. 2003. “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Prastiwi. 2000. “Analisis Kinerja Surat Berharga Setelah Penawaran Perdana di Indonesia”. Tesis S-2 Pasca Sarjana UGM (unpublished). Yogyakarta. Danan Joyo Kusumo. 2004. “Analisis Kinerja Saham Setelah Penawaran Perdana (Initial Public Offering)”. Skripsi FIS UNY (unpublished). Yogyakarta. Abdul Hakim. 2000. ‘Statistik Induktif”. Edisi Dua. Yogyakarta : Ekonosia. Soehardi Sigit. 1999.”Pengantar Metodologi Penelitian: Sosial-Bisnis-Manajemen”. Cetakan Pertama. Yogyakarta: FE Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Sugiyono. 1999. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung : CV. Alfabeta. Suharyadi dan Purwanto S.K. 2003. “Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”. Buku I. Jakarta : Salemba Empat. Drs. R. Agus Sartono, M. B. A. 2001. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi 4. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Eduardus Tandelilin. 2001. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi Pertama. Yogkakarta : BPFE Yogyakarta. Drs. Djarwanto, Ps. 1997. “Statistik Nonparametrik”. Edisi Tiga Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Dr. Suad Husnan, M.B.A. 1996. “Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang)”. Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Drs. Indriyo Gitosudarmo, M.Com (Hons) dan Drs. Basri M.M. 2000. “Manajemen Keuangan”. Edisi Tiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Singgih Santoso. 2001. “SPSS Versi 10: Mengoalah Data Statistik Secara Profesional”. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
27
Singgih Santoso.2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. J Supranto.2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jilid 1. Edisi Enam. Jakarta: Erlangga. J Supranto.2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Jilid 2. Edisi Enam. Jakarta: Erlangga.
28