ANALISIS KINERJA REKSADANA SAHAM PERIODE 2009-2011
ABSTRAK Oleh: AGNES LISDIANI NPM : 0811031019 Tlpn : 085380250699 Email :
[email protected] Pembimbing I : Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt Pembimbing II : Retno Yuni Nur S, S.E., M.Sc., Akt
Reksadana menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin menjadi investor namun minim kemampuan dalam mengelola investasi. Dalam memilih reksadana, calon investor harus mengetahui kinerja reksadana yang dipilih agar investasinya prospektif. Untuk itu diperlukan pengukuran terhadap kinerja reksadana. Dalam menentukan baik atau tidak baiknya kinerja reksadana, diperlukan suatu pembanding atau benchmark. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai kinerja reksadana saham periode 2009-2011 dengan menggunakan model Sharpe, Treynor, dan Jensen. Reksadana saham yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah reksadana saham yang terdaftar di BAPEPAM pada periode 2009-2011. Berdasarkan kriteria yang ada diperoleh sampel penelitian sebanyak 37 reksadana saham. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda one sample t-test. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja saham menggunakan model Sharpe dan Jensen serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dibandingkan dengan kinerja pasar dengan model Treynor. Kata kunci:
Kinerja Reksadana saham, kinerja pasar, Sharpe, Treynor, Jensen.
STOCK MUTUAL FUND PERFORMANCE ANALYSIS IN 2009-2011 PERIODS
ABSTRACT By AGNES LISDIANI NPM : 0811031019 Tlpn : 085380250699 Email :
[email protected] Pembimbing I : Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt Pembimbing II : Retno Yuni Nur S, S.E., M.Sc., Akt
Mutual fund become solution for the people who want to be investor but not capable to make the investment. To make choice for mutul funds, its necessary for the investor to find out about mutual funds performance which choosen so that the investment can be prospective. For those reason, its needed performance measurement for mutual fund. To decide whether good or not the mutual fund performance, its needed a benchmark. The purpose of this research is to give empirical evidence about mutul fund performance 2009-2011 periods by using sharpe, Treynor and Jensen models. The sample for this research are mutual funds listed in BAPEPAM in 2009-2011 periodes. Based on criteria, obtained 37 samples of stock mutual funds. The result showed that there was significally difference between stock mutual funds performance and market performance by using Sharpe and Jensen models. Furthermore, the result also showed that there was not significally difference between mutual funds performance and market share performance by using Treynor Model
Key words:
Stock Mutual fund performance, market performance, Sharpe, Treynor, Jensen.
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi membuat masyarakat mudah mengakses informasi mengenai pasar modal. Meningkatnya jumlah kelas menengah yang memiliki pendapatan lebih juga membuat banyak bermunculan investor baru. Hal ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Namun minimnya kemampuan mengelola investasi menjadi kendala bagi calon investor yang ingin berinvestasi di pasar modal. Reksadana menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin menjadi investor namun minim kemampuan dalam mengelola investasi. Pengelolaan invetasi reksadana dilakukan oleh manajer investasi sedangkan administrasi investasi dilakukan oleh bank kustodian. Dengan berinvestasi pada reksadana, investor terbebas dari pekerjaan menganalisa, memonitor serta pekerjaan administrasi lainnya. Reksadana sendiri muncul karena umumnya pemodal merasa kesulitan untuk melakukan investasi sendiri pada surat surat berharga lain seperti saham dan obligasi. Kesulitannya dapat berupa perlunya waktu , tenaga dan informasi untuk melakukan berbagai analisa dan memonitor kondisi pasar secara terus menerus dan juga dana relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada surat-surat berharga (Pratomo, 2007). Adanya reksadana memberikan banyak manfaat khususnya bagi masyarakat pemodal. Investasi di pasar modal menjadi lebih mudah dengan adanya pilihan investasi pada reksadana. Modal yang dibutuhkan untuk berinvestasi relatif kecil. Reksadana juga bermanfaat bagi emiten, pemerintah maupun perusahaan yang memerlukan dana investasi melalui penerbitan surat berharga. Dalam memilih reksadana, calon investor harus mengetahui kinerja reksadana yang dipilih agar investasinya prospektif. Untuk itu diperlukan pengukuran terhadap kinerja reksadana. Dalam menentukan baik atau tidak baiknya kinerja reksadana, diperlukan suatu pembanding atau benchmark. Untuk reksadana saham, benchmark yang relevan digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan. IHSG digunakan sebagai benchmark karena memiliki jenis
portofolio yang sama dengan reksadana saham yang menginvestasikan 80 % asetnya untuk berinvestasi pada saham. Kinerja reksadana saham dikatan baik jika return reksadana saham lebih tinggi dibandingkan return IHSG. Dalam melakukan pengukuran kinerja reksadana, terdapat dua metode yang bisa dilakukan yaitu dengan mempertimbangkan return serta dengan menggunakan return dan risiko secara bersama-sama atau disebut dengan composite measure (Fabozzi, 2000). Pengukuran dengan mempertimbangkan return serta resiko dapat dilakukan dengan berapa model yang menghasilkan suatu indeks kinerja. Indeks kinerja menyajikan suatu metode pembandingan dana dengan sifat dan return yang berbeda. Pengukuran kinerja dengan mempertimbangkan risiko dan return yang populer dan juga digunakan dalam penelitian ini adalah model Sharpe, Treynor, dan Jensen. Metode Sharpe dan Treynor didasarkan pada risk premium yaitu selisih antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata-rata kinerja investasi yang bebas risiko. Sedangkan metode Jensen pengukurannya didasarkan atas pengembangan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan menggunakan data setiap periode dari waktu ke waktu. Ketiga model memiliki resiko yang berbeda-beda. Oleh Karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsistensi ketiga model sehingga diperoleh metode pengukuran yang akurat dalam menentukan keputusan melakukan investasi pada reksadana. Beberapa penelitian sebelumnya tentang pengukuran kinerja reksadana menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Mondigliani (1999) memperoleh hasil penelitian bahwa jika reksa dikelola oleh manajer investasi secara profesional akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan kinerja pasar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Risk Adjusted Performance. Penelitian yang dilakukan oleh Jauharry Arifin (2011) terhadap reksadana saham di Indonesia juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Mondigliani. Reka dana saham periode 2001-2010 yang diteliti menunjukkan kinerja yanng tidak lebih buruk dibandingkan kinerja IHSG.Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Malkiel (1994) yang memperoleh hasil bahwa kinerja
reksadana saham tidak secara meyakinkan mengungguli kinerja portofolio acuan atau benchmarknya. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk menguji kembali penelitian ini dengan judul “Analisis Kinerja Reksadana Saham Periode 2009-2011.”
1.2
Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja saham di BEI dengan menggunakan metode Sharpe? 2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja saham di BEI dengan menggunakan metode Treynor? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana
saham dengan kinerja saham di BEI dengan menggunakan metode Jensen? 1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah yang ditentukan oleh penulis agar penelitian memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas adalah penulis hanya akan meneliti tentang reksadana saham dan mengukur kinerja berdasarkan nilai aset bersih menggunakan model Sharpe, Treynor, dan Jensen.
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai perbandingan antara kinerja reksadana saham dibandingkan kinerja saham pada periode 20092011. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penambah wawasan, pengetahuan, dan referensi penulisan karya ilmiah mengenai kinerja reksadana saham 2. Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan investasi reksadana dan sebagai referensi untuk melakukan pemilaian terhadap kinerja reksadananya. 3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan untuk referensi ilmiah bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis maupun penelitian yang lebih luas.
2. 2.1
LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Definisi Reksadana
Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 8 tentang Pasar Modal, reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Sedangkan menurut kamus keuangan, reksadana diidentifikasikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdivesifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aset bersihnya. Menurut Reily dan Brown (2000:1207), reksadana adalah lembaga yang menghimpun uang dari pemegang unit dan kemudian menginvestasikannya pada berbagai surat berharga, seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang lainnya. Reksadana dibentuk oleh manajer investasi dan bank kustodian melalui akta kontrak investasi kolektif (KIK) yang dibuat notaris. Manajer investasi akan berperan sebagai pengelola dana investasi yang terkumpuldari sekian banyak investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek, sepertiT/D, SBI, obligasi, dan saham. Sementara, bank kustodian akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksadana. Reksadana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Melalui reksadana, investor
sudah tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri. 2.2
Return Reksadana
Salah satu hal yang menjadi pertimbangan penting dalam melakukan investasi adalah return. Investasi berkaitan dengan pengujian bagaimana pasar modal menetapkan harga sekuritas dengan mempelajari bagaimana investor individu memilih diantara berbagai macam aset keuangan berdasarkan tingkat kesukaannya pada risiko dan return. Apabila investasi diartikan sebagai pemilikan suatu aset maka tingkat pengembalian disebut rate of return. Untuk mengetahui rate of return, hal yang perlu diketahui adalah nilai awal investasi modal dan proceeds atau pendapatan dari investasi bersih dari nilai awal investasi. Perubahan dalam nila investasi apabila positif disebut capital gain, apabila negatif disebut capital loss atas investasi yang terdiri dari aliran kas ditambah dengan setiap perubahan dalam nilai investasi (Gumanti, 2011). Menurut Van Horne (1992) apabila investor menginvestasikan dana yang dimilikinya ke dalam suatu saham pada periode tertentu, maka investor akan memperoleh pengembalian atau return yang terdiri dari dua jenis yaitu (Ambarwati, 2007): 1.
Yield adalah return yang merupakan komponen dasar dari investasi, berupa cash flow (income) yang diterima secara periodik, biasamya dinamakan deviden.
2.
Capital Gain adalah return yang diperoleh investor dari perubahan harga saham-saham yang dimiliki. Apabila perubahan harga tersebut positif atau harga jual lebih tinggi dari harga beli maka disebut capital gain. Sedangkan apabila harga jual lebih rendah dibandingkan harga beli disebut capital loss.
Dengan berinvestasi melalui reksadana, para investor tentu juga harus mempertimbangkan tingkat return yang diperoleh. Return reksadana merupakan return harian perunit penyertaan masing-masinmg reksadana saham dimana akan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
yang dalam hal ini, R p,t
: Return harian reksadana saham pada hari t
NAVt : Nilai aset bersih pada hari t NAVt-1 : Nilai aset bersih pada hari t-1
2.3
Risiko Reksadana
Risiko diartikan sebagai kemungkinan mengalami kerugian yang biasanya diukur dalam bentuk kemungkinan(probability) bahwa beberapa hasil akan muncul yang bergerak dalam kisaran sangat baik atau sangat buruk (Gumanti, 2011). Dalam investasi oleh Prof Dr.Ir. Soemarno,M.S. risiko didefinisikan sebagai ”Suatu kondisi yang timbul karena ketidak pastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi disebut risiko”. Hal-hal yang perlu diketahui para investor tentang beberapa risiko investasi yang dimiliki reksadana (Ambarwati, 2007) antara lain: 1. Risiko berkurangnya nilai Unit Penyertaan (UP) 2. Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik 3. Risiko likuiditas reksadana terbuka 4. Risiko wanprestasi 5. Risiko berkaitan dengan peraturan
2.4
IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Composite Stock Prize indeks pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April sebagai indikator pergerakan saham yang tercatat di bursa efek baik saham biasa maupun saham preferen. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100, sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 saham. IHSG biasa digunakan sebagai proksi dalam pengukuran risiko pasar dalam model analisis harga pasar. IHSG mencerminkan perubahan harga pasar haria seluruh saham yang tercatat di Bursa saham Indonesia. Untuk menghitung Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat digunakan rumus sebagai berikut:
atau
2.5
Bentuk Reksadana
Berdasarkan strutur lembaga, reksadana dibedakan menjadi reksadana berbentuk perusahaan dan reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif. Untuk reksadana berbentuk perusahaan di Indonesia masih dibedakan lagi menjadi reksa dana tertutup (close-end funds) dan reksadana terbuka (open-end funds). Sedangkan reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif hanya terdiri dari atas reksadana terbuka saja (open-end funds) saja. Di dalam reksadana tertutup pengelola dalam hal ini perusahaan reksadana juga melakukan emisi saham dan hasil emisi tersebut kemudian digunakan untuk membeli saham, obligasi, ataupun sekuritas lainnya. Investor yang membeli sahamperusahaan reksadana ini depat memperjualbelikan saham tersebut di pasar sekunder dengan harga sesuai dengan permintaan dan penawaran saat transaksi, sehingga dapat terjadi harga saham reksadana tertutup tidak sama dengan nilai aset bersih atau net asset value. Perbedaan lain antara reksadana berbentuk perusahaan dengan reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif adalah investor tidak akan mendapatkan saham atas reksadana yang mereka beli melainkan unit penyertaan dan reksadana tersebuttidak diperjualbelikan di pasar sekunder. Sedangkan untuk reksadana berbentukperusahaan, investor akan memperoleh saham yang dapat diperjualbelikan di pasar sekunder.
2.6
Analisis Kinerja Reksadana Menggunakan Model Sharpe
Untuk mengetahui apakah reksadana yang dimiliki memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan maka perlu dilakukan analisis kinerja dengan menggunakan indeks kerja. Salah satu indeks kerja yang banyak digunakan ialah dengan metode Sharpe. Metode ini menghitung ukuran kinerja yang disesuaikan dengan risiko yang menggunakan acuan Capital Market Line. Metode Sharpe mengukur imbal hasil dibanding risiko total portofolio, dimana risiko total adalah deviasi standar imbal hasil portofolio itu.
Pengukuran dengan metode Sharpe dihitung berdasarkan premium atas risiko (risk premium) yang merupakan selisih antara rata-rata kinerja yang dihasilkan reksadana dengan rata-rata kinerja investasi yang bebas risiko (risk free asset). Dalam penelitian ini, investasi tanpa risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata dari Sertifikat Bank Indonesia. Pengukuran Sharpe dirumuskan sebagai ratio risk premium terhadap standar deviasinya (Ambarwati, 2007):
yang dalam hal ini, SRD
: Nilai ratio Sharpe
KinerjaRD : rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu KinerjaRD : rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub periode tertentu σ
: Standart deviasi reksadana untuk sub periode tertentu
Rumus untuk menghitung standar deviasi yaitu :
: Standart deviasi : return ke i : rata-rata return : probabilitas ke i Dengan membagi risk premium dengan standar deviasi, Sharpe mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil. Investasi pada SBI tidak mengandung risiko, dengan kinerja investasi tertentu. Investasi pada reksadana mengandung risiko, sehingga diharapkan memberikan hasil investasi lebih besar daripada kinerja investasi bebas risiko. Semakin tinggi nilai ratio Sharpe makin baik kinerja reksadana (Ambarwati, 2007). 2.7
Analisis Kinerja Reksadana Menggunakan Model Treynor
Seperti halnya Metode Sharpe, pengukuran dengan Metode Treynor juga didasarkan atas risk premium. Namun dalam metode Treynor digunakan pembagi beta (β) yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Pengukuran dengan metode Treynor diformulasikan sebagai berikut (Ambarwati, 2007) :
yang dalam hal ini, : nilai rasio Treynor : rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu : rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub periode tertentu : slope persamaan garis hasil regresi linear Pengukuran kinerja dengan model Sharpe dan Treynor bersifat komplementer, karena memberikan informasi yang berbeda. Portofolio reksadana yang tidak terdiversifikasi akan mendapat peringkat yang tinggi untuk Treynor namun peringkatnya lebih rendah untuk pengukuran Sharpe. Perbedaan peringkat pada kedua pengukuran menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio tersebut relatif terhadap portofolio sejenis (Ambarwati, 2007) 2.8
Analisis Kinerja Reksadana Menggunakan Model Jensen
Model pengukuran kinerja Jensen bertujuan untuk mengukur perbedaan premi risiko portofolio (portofolio risk premium) pada tingkat beta portofolio tertentu yang dirumuskan sebagai berikut:
Dimana : : Alpha Indeks model Jensen : Return portofolio : Return pasar : Risk Free : Beta portofolio Premi risiko portofolio merupakan tingkat kelebihan return portofolio dibandingkan tingkat suku bunga bebas risiko, sedangkan premi risiko pasar merupakan tingkat kelebihan return pasar dibandingkan tingkat suku bunga bebas risiko, sedangkan beta merupakan risiko sistematis CML (Reilly dan Brown, 2000). Alat ukur model Jensen adalah α yang merupakan selisih dari premi risiko
portofolio (portofolio risk premium) dari premi risiko pasar (market risk premium) pada tingkat beta portofolio tertentu. Kinerja resadana saham yang baik ditunjukkan dengan nilai α yang lebih besar dari nol, sedangkan kinerja portofolio yang buruk ditunjukkan dengan nilai α yang lebih kecil dari nol. 2.9
Model Penelitian dan Pengembangan Hipotesis
2.9.1
Model Penelitian
Model penelitian digambarkan sebagai berikut
Model Sharpe
Kinerja Reksadana Saham
Model Treynor
Model Jensen
Sumber: Diolah untuk penelitian ini
2.9.2
Pengembangan Hipotesis
Untuk dapat mengetahui kinerja suatu reksadana maka dapat dilakukan dengan membandingkan kinerja portofolio reksadana dengan kinerja portofolio acuan (bencmark). Dalam penelitian ini digunakan reksadana saham yang terdaftar di BAPEPAM-LK . Portofolio acuan reksadana saham adalah portofolio saham yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia yang kinerjanya dapat dilihat melalui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Metode pengukuran kinerja portofolio yang cukup banyak dikenal dan juga digunakan pada penelitian ini adalah metode Sharpe, Treynor dan Jensen.
Beberapa penelitian terdahulu banyak menggunakan ketiga model ini untuk mengukur kinerja reksadana. Ketiga model ini memiliki jenis risiko yang berbedabeda. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan konsistensi hasil pengukuran antara ketiga model sehingga investor dapat menentukan model yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengukur kinerja reksadana saham. Malkiel (2006) melakukan penelitian terhadap kinerja reksadana asing dari tahun 1971 hingga 1991 dengan hasil penelitian return reksadana tidak secara meyakinkan mengungguli portofolio acuannya. Sedangkan Mondigliani (1999) memperoleh hasil penelitian bahwa jika reksa dikelola oleh manajer investasi secara profesional akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan kinerja pasar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Risk Adjusted Performance. Berdasarkan penelitianpenelitian sebelumnya pada penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1 :
Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar (IHSG) di BEI dengan metode Sharpe
H2 :
Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar (IHSG) di BEI dengan metode Treynor
H3 :
Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar (IHSG) di BEI dengan metode Jensen.
3. 3.1
METODA PENELITIAN Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002). Data yang digunakan dalam penelitian ialah nilai aset bersih (NAB) bulanan dari reksadana saham yang diperoleh dari website Bapepam yaitu www.bapepam.go.id periode 2009-2011. Data tentang perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diperoleh dari website yahoo.finance.com selama periode
pengamatan 2009-2011. Data tingkat suku bunga bulanan Sertifikat Bank Indonesia periode 2009-2011 yang diperoleh dari website Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id 3.2
Populasi dan Sampel
Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan metode purposive random sampling yaitu pengambilan sampel atas dasar kriteria tertentu. Jadi, peneliti tidak mengambil semua produk reksadana sebagai objek penulisan tetapi hanya yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Sampel yang diambil merupakan reksadana yang ditawarkan pada periode 2008 sampai dengan 2011 dan masih aktif hingga saat ini. 2. Sampel yang diambil merupakan produk dari perusahaan reksadana yang
aktif selama tahun 2008 sampai dengan 2011 dan memiliki nilai
aset bersih (NAB) yang dipublikasikan di website Bapepam. 3. Data nilai aset bersih (NAB) reksadana yang akan diambil sebagai sampel penulisan ini adalah data bulanan untuk tahun yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria diatas, maka diperoleh 37 sampel yang layak digunakan dalam penelitian ini 3.3
Definisi Operasional Variabel 1. Kinerja Reksadana Saham Kinerja reksadana saham merupakan nilai dari kinerja reksadana saham pada periode tertentu yang diperoleh dengan menghitung return reksadana saham. Return ini berasal dari dividen, capital gain, dan peningkatan harga. Return reksadana saham diperoleh dari selisih antara NAB pada periode tertentu dengan NAB pada periode sebelumnya, dibagi dengan NAB pada periode sebelumnya (Ambarwati, 2007). 2. Kinerja Pasar Kinerja pasar merupakan nilai dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode tertentu yang diperoleh dengan menghitung selisih antara Indeks Harga Saham Gabungan akhir dengan Indeks Harga Saham Gabungan awal, kemudian hasilnya dibagi dengan nilai awal Indeks Harga Saham Gabungan (Ambarwati, 2007).
3. Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Sharpe Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Sharpe merupakan selisih antara rata-rata kinerja yang dihasilkan reksadana dengan rata-rata kinerja investasi yang bebas risiko, selanjutnya hasil yang diperoleh dibagi dengan standar deviasi (Gumanti, 2011) 4. Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Treynor Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Treynor merupakan selisih antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata-rata kinerja investasi yang bebas risiko (risk free asset) selanjuntnya hasilnya dibagi dengan beta (Gumanti, 2011). 5. Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Jansen Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Jansen merupakan selisih antara premi risiko reksadana saham dengan premi risiko pasar (Gumanti, 2011) 3.4.
Teknik Analisis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain : 1. Menganalisis perbedaan kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar (IHSG). Perbedaan kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar (IHSG) dapat diperoleh dengan menghitung return reksadana saham kemudian membandingkannya dengan return pasar (IHSG). Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menganalisis perbedaan kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar dengan menggunakan ketiga metode yaitu Sharpe, Treynor, dan Jansen. Kesimpulan hasil analisis penelitian ini diarahkan pada nilai (P-value). Bila nilai p lebih besar dari batas toleransi 5% berarti hasil analisis menerima hipotesis null. Tetapi bila nilai p lebih kecil dari batas toleransi 5% berarti hasil penelitian menolak hipotesis null.
2. Analisis Statistik Uji Beda Dua Rata-rata
Analisis perbandingan rata-rata digunakan untuk membandingkan ratarata sampel independen ataupun sampel berpasangan dengan menghitung t-student dan menampilkan probabilitas dua arah selisih dua rata-rata. Pada bagian ini dilakukan pengujian terhadap reksadana saham dengan return pasar dengan menggunakan program Microsoft Excel dipadukan dengan program SPSS yang menggunakan metode One sample t-test. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengevaluasi suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda sacara nyata dengan ratarata sebuah sample. Selanjutnya juga dilakukan uji One Way ANOVA (Kruskall-Wallis) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara pengukuran kinerja reksadana saham dengan ketiga model yaitu Sharpe, Treynor, dan Jensen.
4.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Penelitian 4.1 Statistik Deskriptif Analisis deskriptif meliputi nilai minimun, maksimum, rata-rata dan deviasi standar ( standard deviation) yang menggunakan statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan nilai rata-rata (mean) dan deviasi standar perbandingan antara variabel-variabel independen pada variabel dependen. Statistik deskriptif dari masing-masing variabel tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Statistik Deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Return Reksadana
36
.0151
.0482
.030516
.0058676
Return Pasar
36
-.0795
.2013
.030809
.0640292
Return Risk Free Rate
36
.0050
.0073
.005619
.0004550
Valid N (listwise)
36
Pada tabel 4, rata-rata return reksadana saham dari 37 sampel penelitian dari tahun 2009-2011 adalah sebesar 0.0305 dengan standar deviasi 0.0058. Nilai minimum return reksadana saham adalah 0.0151 dan nilai maksimum sebesar 0.0482. Return pasar yang merupakan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga dijadikan tolak ukur pengukuran kinerja reksadana saham memiliki nilai ratarata sebesar 0.0308 dengan nilai minum -0.0795 dan nilai maksimum sebesar 0.2013 serta standar deviasi sebesar 0.064. Return risk free rate yang merupakan investasi bebas resiko yang dalam penelitian ini menggunakan suku bungan bulanan Bank Indonesia menunjukkan rata-rata sebesar 0.056 dengan nilai minimum 0.005, nilai maksimum sebesar 0.073 dengan standar deviasi 0.0045. 4.2
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja saham dengan kinerja pasar (IHSG) melalui metode Sharpe, Treynor, dan Jensen untuk menjawab hipotesis yang diajukan antara lain: 1. Analisis perbandingan kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar dengan model Sharpe, Treynor, dan Jensen 2. Pengujian Hipotesis
4.2.1
Analisis Kinerja Reksadana saham dengan Kinerja Pasar
Dalam menentukan kinerja reksadana saham dilakukam dengan menggunakan data NAB bulanan masing-masing reksadana saham untuk menghitung return reksadana saham. Setelah diperoleh rata-rata return reksadana saham selajutnya dilakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan model Sharpe, Treynor dan Jensen. Pengukuran kinerja tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini Tabel 4. 2 Statistik Deskriptif Analisis Kinerja Reksadana Saham
De scr ip tive Statis tics N
Minimum
Sharpe
37
Treynor Jensen Valid N (listw ise)
37
Maximum
.1088
.5511
37
.0098
37
-.0158
Mean
Std. Dev iation
.328643
.0713246
.6577
.039482
.1045566
.0234
-.002547
.0068280
Pengukuran kinerja reksadana saham secara individual yang dilakukan dengan menggunakan model Sharpe diperoleh rata-rata kinerja Sharpe sebesar 0,328643 dengan standar deviasi sebesar 0,0713246. Kinerja reksadana dengan model Sharpe memiliki kinerja positif yang menunjukkan bahwa reksadana memiliki kinerja di atas tingkat suku bunga bebas risiko (risk free). Reksadana Panin Dana Maksima merupakan reksadana saham yang memiliki kinerja dengan model Sharpe tertinggi yaitu sebesar 0,5511. Reksadana Millenium Equity dengan indeks kinerja 0,1088 adalah reksadana saham dengan kinerja terburuk menurut model Sharpe. Pengukuran kinerja reksadana saham dengan model Treynor menunjukkan ratarata sebesar 0,039482 dengan standar deviasi sebesar 0,1045566. Hasil pengukuran kinerja dengan model Treynor ini juga menunjukkan rata-rata kinerja yang positif. Kinerja tertinggi diperoleh reksadana First State Indoequity Sectoral Fund dengan indeks Treynor sebesar 0,6577. Reksadana Reksadana Millenium Equity juga merupakan reksadana dengan indeks Treynor yang terendah yaitu sebesar 0,0098. Sementara itu, pengukuran kinerja reksadana dengan model Jensen menunjukkan rata-rata kinerja yang negatif yaitu sebesar -0,002547 dengan standar deviasi 0,0068280. Reksadana Batavia Dana Saham Agro merupakan reksadana yang memiliki indeks Treynor terkecil yaitu sebesar -0,015. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan model Treynor, reksadana Batavia Dana Saham Agro adalah reksadana dengan kinerja terburuk. Sementara itu reksadana First State Indoequity Sectoral Fund memiliki indeks terbesar yaitu 0,0234 hal ini menunjukkan bahwa
dengan model Treynor reksadana First State Indoequity Sectoral Fund merupakan reksadana dengan kinerja terbaik. 4.2.2
Pengujian Hipotesis
Uji ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar menggunakan model Sharpe. Untuk mengetahui perbedaan kinerja reksadana dengan kinerja pasar (IHSG), digunakan One Sample T-Test yaitu uji beda untuk mengevaluasi suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata dengan ratarata sebuah sampel. Langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mencari indeks kinerja model Sharpe, Treynor, dan Jensen Hasil perhitungan indeks kinerja model Sharpe, Treynor, dan Jensen dapat dilihat pada Lampiran. 2. Menentukan nilai pembanding yaitu nilai indeks pasar (IHSG) dilakukan dengan menghitung nilai indeks sesuai rumus yang ditentukan. Dari hasil perhitungan, nilai indeks kinerja IHSG yang diperoleh adalah sebagai berikut Tabel 4.3 Indeks Kinerja IHSG Jenis Model
Indeks Kinerja
Sharpe
0,393708
Treynor
0,025209
Jensen
0
Sumber : Data yang diolah (Perhitungan ada pada lampiran)
3.
Uji analisis dengan One Sample T-test 1. Analisis Perbedaan Antara Kinerja Reksadana dengan IHSG dengan menggunakan Model Pengukuran Kinerja Sharpe Untuk mengetahui perbedaan kinerja reksadana dengan IHSG dengan menggunakan model kinerja Treynor hipotesisnya adalah H01
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model Sharpe.
Ha2
: Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model Sharpe.
Pengambilan keputusan : a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t Tabel H0 diterima jika -t tabel t hitung t tabel H0 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel T tabel (0,05; 36) = 2,028 b. Berdasarkan nilai probabilitas H0 diterima jika P value > 0,05 H0 ditolak jika P value < 0,05 Tabel 4.4 Hasil One sample t-test untuk Model Sharpe Test Value = 0.3937
T Sharpe
-5.548
Sig. (2tailed)
df 36
.000
Mean Differenc e
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-.065057 -.088838 -.041276
Berdasarkan tabel diatas, analisis kinerja reksadana saham dibandingkan dengan kinerja IHSG menunjukkan nilai t hitung sebesar -5,548 sedangkan t tabelmya sebesar 2,028. Dengan demikian H01 ditolak. Dari hasil perhitungan diperoleh P value sebesar 0,000. Karena nilai P value lebih kecil dari 0,005 maka H01 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja paar berdasarkan model Sharpe. Perhitungan dengan Model Sharpe menunjukkan bahwa kinerja IHSG masih lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja reksadana saham pada periode 2009-2011. Kondisi ini menunjukkan bahwa para Manajer Investasi belum optimal dalam mengelola portofolionya. Hal ini dapat menimbulkan implikasi bagi investor untuk memilih berinvestasi pada saham dibandingkan dengan reksadana saham karena kinerja reksadana saham tidak mampu mengungguli kinerja pasar. 2. Analisis Perbedaan Antara Kinerja Reksadana dengan IHSG dengan menggunakan Model Pengukuran Kinerja Treynor Untuk mengetahui perbedaan kinerja reksadana dengan IHSG dengan menggunakan model kinerja Treynor, maka hipotesisnya adalah H02
:Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model Treynor.
Ha2
: Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham IHSG dengan menggunakan model Treynor.
Pengambilan keputusan : a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t Tabel H0 diterima jika -t tabel t hitung t tabel H0 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel T tabel (0,05; 36) = 2,028
b. Berdasarkan nilai probabilitas H0 diterima jika P value > 0,05 H0 ditolak jika P value < 0,05 Tabel 4.5 Hasil One sample t-test untuk Model Treynor Test Value = 0.0252
T Treyno r
.831
Sig. (2tailed)
df 36
.412
Mean Differenc e
95% Confidence Interval of the Difference Lower
.014282 -.020579
Upper .049142
Berdasarkan tabel perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 0,831 yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai t tabel yaitu sebesar 2,028. Dengan demikian H02 diterima. Nilai P value sebesar 0,412 lebih besar daripada 0,05 maka H02 diterima. Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja IHSG berdasarkan model Treynor. Hal ini menunjukkan kinerja IHSG tidak berbeda jauh dibandingkan dengan kinerja reksadana saham. 3. Analisis Perbedaan Antara Kinerja Reksadana dengan IHSG dengan menggunakan Model Pengukuran Kinerja Jensen Untuk mengetahui perbedaan kinerja reksadana dengan IHSG dengan menggunakan model kinerja Treynor, maka hipotesisnya adalah H03
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model Jensen.
Ha3
: Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model Jensen.
Pengambilan keputusan : a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t Tabel H0 diterima jika -t tabel t hitung t tabel H0 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel T tabel (0,05; 36) = 2,028 b. Berdasarkan nilai probabilitas H0 diterima jika P value > 0,05 H0 ditolak jika P value < 0,05 Tabel 4.6 Hasil One sample t-test untuk Model Jensen Test Value = 0
T Jensen
-2.281
Sig. (2tailed)
df 35
.029
Mean Differenc e -.002626
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-.004963
-.000289
Berdasarkan tabel diatas nilai t hitung untuk model Jensen adalah sebesar -2,281 sedangkan nilai t tabel adalah 2,028. Dengan demikian H03 ditolak. Sedangkan berdasarkan P value diperoleh hasil 0,029 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga H03 ditolak. Dengan analisis kinerja reksadana saham berdasarkan model Jensen dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja IHSG pada periode 2009-2011. Serupa dengan Model Sharpe, hasil analisis kinerja reksadana saham berdasarkan model Jensen juga menunjukkan bahwa kinerja IHSG masih lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja reksadana saham. Hal ini menunjukkan bahwa Manajer investasi tidak melakukan portofolio investasi secara maksimal. 4.3
Pembahasan
Berdasarkan analisis kinerja reksadana saham dengan menggunakan model Sharpe diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ratarata kinerja IHSG lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kinerja reksadana saham. Hal ini menunjukkan berinvestasi pada saham lebih menguntungkan karena memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan berinvestasi pada reksadana saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ambarwati yang menunjukkan bahwa analisis kinerja reksadana saham berdasarkan model Sharpe tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan kinerja saham. Hal ini disebabkan rentang periode penelitian yang berbeda sehinggan reksadana saham juga memiliki return yang berbeda.
Berdasarkan perhitungan dengan Model Treynor diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja IHSG. Rata- rata kinerja menunjukkan bahwa reksadana saham memiliki rata-rata kinerja yang lebih rendah dibandingkan reksadana saham. Sedangkan menurut Model Jensen, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja IHSG. Jika dilihat dari rata-rata perhitungan, kinerja IHSG memiliki rata-rata kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja reksadana saham. Hal ini dapat disebabkan karena Mnajer Investasi tidak melakukan portofolio investasi reksadana saham secara optimal sehingga kinerja reksadana saham tidak lebih baik dari kinerja pasar. 5. 5.1
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja reksadana saham periode 2009-2011 dibandingkan dengan kinerja IHSG. Berdasarkan pembahasan yang diuraikan pada BAB IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode 2009-2011 dengan menggunakan model Sharpe. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata kinerja IHSG lebih tinggi dibandingkan rata-rata kinerja reksadana saham.Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kinerja portofolio manajer investasi dalam mengelola portofolio reksadana saham belum maksimal karena belum mampu menyaingi kinerja pasar.
2.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dan kinerja IHSG dengan menggunakan model Treynor. Hasil analisis ini berbeda dengan hasil analisis dengan menggunakan model Sharpe. Hal ini disebabkan karena analisis kinerja dengan model Treynor menggunakan beta sedangkan model Sharpe menggunakan deviasi standar. Menurut perhitungan dengan model Treynor kinerja manajer investasi dalam mengelola portofolio reksadana saham sudah maksimal.
3.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model Jensen. Hasil analisis ini sama dengan hasil analisis dengan menggunakan model Sharpe namun berbeda dengan hasil analisis dengan menggunakan model Jensen.
Dari hasil perhitungan secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa analisis kinerja reksadana saham tidak lebih baik dibandingkan dengan kinerja pasar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis ketiga model. Dua model yaitu Sharpe dan Jensen menunjukkan hasil bahwa kinerja reksadana saham tidak lebih baik dari kinerja pasar. Sedangkan hanya satu model yaitu Jensen yang menunjukkan hasil bahwa kinerja reksadana saham mampu menyaingi kinerja pasar.
5.2
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut: 1. Data nilai aset bersih (NAB) yang digunakan untuk menghitung return reksadana saham adalah data bulanan sedangkan untuk memperoleh hasil analisis yang lebih akurat dapat digunakan data NAB harian.
2. Model kinerja portofolio yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga model yaitu Sharpe, Treynor dan Jensen. Sedangkan untuk mengukur kinerja portofolio masih terdapat banyak model lain. 3. Periode penelitian terbatas hanya tiga tahun
5.3
Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, maka penulis dapat memberikan Saran yang perlu diperhatikan untuk peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan data NAB harian sehingga dapat memperoleh hasil analisis yang lebih akurat. 2. Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian dengan menggunakan model pengukuran kinerja portofolio yang lain. Hal ini mengingat masih terdapat banyak model pengukuran kinerja portofolio yang lain.
5.4
Implikasi 1. Bagi investor perlu dilakukan pengkajian yang lebih khusus untuk melakukan investasi pada reksadana saham. Hal ini disebabkan berdasarkan analisis diperoleh kesimpulan bahwa kinerja reskadana saham belum mampu mengungguli kinerja pasar. 2. Bagi Manajer Investasi, perlu dilakukan pertimbangan kembali mengenai komposisi portofolio saham yang dapat menghasilkan return yang lebih memadai.
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati. 2007. Analisis Perbandingan Kinerja reksda dana saham dengan kinerja reksa dana pasar (IHSG) melalui pendekatan Sharpe dan Treynor periode 2004-2006. Tesis. MM Undip. Arifin, Jauhary.2011. Evaluating the Performance of Indonesian Equity Funds. Jurnal Akuntabilitas. Vol. 10 No. 2, Maret 2011
Mutual
Bapepam. 1997. Panduan Reksa Dana. Jakarta: Badan Pengawas Pasar Modal
Fabozzi, F. J. 2000. Manajemen Investasi, Buku Dua, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gumanti, Ary Tatang. 2011. Manajemen Investasi, Konsep, Teori, dan Aplikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media Jogiyanto H.M.1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada. Mondiglani, Franco& Leah Mondiglani.1997. Risk Adjusted Performance. The Journal of Portfolio Management, Vol 23, no. 155. Nurcahya, Ginting Prasetya E. dan Bandi. 2010. Reksa Dana di Indonesia: Analisis Kebijakan Alokasi Aset, Pemilihan Saham, dan Tingkat Risiko. Simposium Nasional Akuntansi XIII. September 2010 Pandji Anoraga dan Piji Pakarti. 2003. Pengantar Pasar Modal. Semarang: Rineka Cipta. Pratomo, E. P. dan Ubaidillah N. 2002. Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Pratomo, P. Eko. 2007. Berwisata ke Dunia Reksa Dana, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Reilly, Frank K. dan Brown, Keith C. 2000. Investment Analysis and Portofolio Management, The Dryden Press, Harcourt College Publishers, DrydenUSA. Suharyadi, Purwanto, SK. 2003. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta : Salemba Empat. Supranto. 2004. Statistik Pasar Modal Keuangan dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta LAMPIRAN 1 Reksa Dana Saham yang Menjadi Sample Penelitian No Nama Reksa Dana Saham
No
Nama Reksa Dana Saham Reksa Dana Makinta Mantap
1
Panin Dana Prima
20
2
Panin Dana Maksima
21
Irst State Indoequity Value Select
Fund
22
First State Indoequity Sectoral Fund
4
Reksadana Aaa Blue Chip Value Fund
23
Fs Indoequity Dividend Yield Fund
6
Reksadana Bnp Paribas Solaris
24
Reksa Dana Jisawi Saham
7
Reksadana Bnp Paribas Infrastruktur Plus
25
Reksadana Lautandhana Equity
8
Bnp Paribas Ekuitas
26
Reksa Dana Mega Dana Saham
9
Reksa Dana Dana Ekuitas Prima
27
Reksa Dana Millenium Equity
10
Reksadana Dana Ekuitas Andalan
28
Reksa Dana Mnc Dana Ekuitas
11
Bahana Dana Prima
29
Mandiri Investa Ugm
3
Reksadana Axa Citra Dinamis
12
Batavia Dana Saham
30
Reksa Dana Mandiri Investa Atraktif
13
Batavia Dana Saham Optimal
31
Manulife Saham Andalan
14
Batavia Dana Saham Agro
32
Manulife Dana Saham
15
Cimb-Principal Equity Aggressive
33
Phinisi Dana Saham
16
Rencana Cerdas
34
Reksa Dana Nisp Indeks Saham Progresif
17
Grow-2-Prosper
35
Pratama Saham
18
Dana Reksa Mawar
36
Reksadana Dana Pratama Ekuitas
19
Reksa Dana Makinta Growth Fund
37
Reksa Dana Schroder Dana Istimewa
LAMPIRAN 2
Hasil Uji Hipotesis One-Sample Statistics
Sharpe
N 37
Mean .328643
Std. Deviation .0713246
Std. Error Mean .0117257
One-Sample Test
Test Value = 0.3937 95% Confidence Interval of the Difference
Sharpe
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Lower
Upper
-5.548
36
.000
-.065057
-.088838
-.041276
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
37
.039482
.1045566
.0171890
One-Sample Statistics
Treynor
One-Sample Test
Test Value = 0.0252 95% Confidence Interval of the Difference
Treynor
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Lower
Upper
.831
36
.412
.014282
-.020579
.049142
Mean -.002547
Std. Deviation .0068280
Std. Error Mean .0011225
One-Sample Statistics
Jensen
N 37
One-Sample Test
Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Difference
Jensen
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Lower
Upper
-2.269
36
.029
-.002547
-.004824
-.000271