ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM INDONESIA PADA PERIODE KEJATUHAN DAN PEMULIHAN PASAR 2008-2010
Oleh FAJAR PRASETYO YUWONO H 24097044
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM INDONESIA PADA PERIODE KEJATUHAN DAN PEMULIHAN PASAR 2008-2010
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh FAJAR PRASETYO YUWONO H24097044
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
RINGKASAN
FAJAR PRASETYO YUWONO. H24097044. Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Indonesia Pada Periode Kejatuhan Dan Pemulihan Pasar 2008-2010. Dibawah bimbingan BUDI PURWANTO. Reksa dana merupakan wadah investasi yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal ritel yang ingin menanamkan modalnya di pasar keuangan tanpa harus memiliki keahlian khusus atau tidak memiliki cukup waktu untuk menganalisis secara mendalam portofolio investasinya. Melalui manajer investasi, modal yang dihimpun akan dikelola dalam bentuk portofolio yang ditempatkan pada instrumen keuangan dengan bertujuan untuk mendapatkan pengembalian (return) investasi yang optimal. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana kinerja reksa dana saham di Indonesia pada periode dimana IHSG mengalami fase kejatuhan (market crash) dan pemulihan pasar (market rebound)?, (2) Bagaimana kinerja reksa dana saham di Indonesia berdasarkan metode pengukuran risk adjusted measures?, (3) Bagaimana kemampuan manajer investasi dalam hal stock selection skill dan market timing ability ketika terjadi gejolak di pasar keuangan?. Kinerja reksa dana saham Indonesia di periode Januari 2008 sampai dengan Maret 2010 dimana terjadi gejolak di pasar finansial terbukti cukup baik. Dari enam kelompok reksa dana yang diteliti dengan menggunakan metode riskadjusted measures, tercatat lima kelompok yang memiliki indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen Alpha lebih tinggi dibandingkan benchmark pasar, Kelompok A yang terdiri dari reksa dana saham dengan dana kelolaan kategori besar dan berumur lebih dari 5 tahun berada di peringkat teratas reksa dana saham yang memberikan return paling tinggi. Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan model Treynor-Mazuy, Kelompok reksa dana yang memiliki stock selection skill adalah Kelompok A di urutan pertama; urutan kedua, Kelompok B; dan ketiga, Kelompok C. Untuk signifikansi sendiri tidak ada satupun yang memenuhi syarat t hitung > t tabel dan p-value < 0,05. Sedangkan untuk yang memiliki kemampuan market timing dimiliki semua kelompok reksa dana. Nilai (γ) tertinggi (kemampuan market timing) dimiliki oleh Kelompok F. Dan hasil regresi Kelompok F memiliki t hitung 3,233 > t tabel 2,064; dan p-value 0,004 < 0,05 sehingga secara statistik dianggap signifikan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Februari 1988 dari bapak Edi Susanto dan ibu Hj. Sri Suparti. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK Ahmad Yani pada tahun 1992, setahun kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Sukamaju Baru 2 selama enam tahun. Setelah itu penulis meneruskan pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN 7 Depok pada tahun 1999. Penulis meneruskan studi di sekolah menengah atas di SMAN 105 Jakarta pada tahun 2002. Penulis kemudian memasuki jenjang Diploma Tiga di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Spesialisasi Kebendaharaan Negara pada tahun 2005 dan pada tahun 2008 mendapat gelar Ahli Madya. pada tahun 2009 penulis kemudian melanjutkan pendidikan Strata-1 di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan mengucap puji syukur kepada Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang mengambil tema dunia keuangan pada periode krisis 2008 ini berjudul “Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Indonesia pada Periode Kejatuhan Dan Pemulihan Pasar 2008-2010”. Penelitian ini penting dilakukan bagi penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja reksa dana saham di Indonesia berdasarkan periode penelitian Januari 2008 sampai dengan Maret 2010, periode dimana IHSG mengalami fase kejatuhan (market crash) dan pemulihan pasar (market rebound). Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan manajer investasi dalam hal pemilihan saham (stock selection skill) dan kemampuan penentuan dalam memutuskan untuk membeli atau menjual suatu saham berdasarkan perkiraan arah pasar di masa depan (market timing ability) ketika terjadi gejolak di pasar keuangan. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, maka penulis menyadari sepenuhnya kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penyusunan penelitian ini, sehingga hasilnya masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik yang membangun dan saran untuk menyempurnakan laporan penelitian ini sangat diharapkan dari semua pihak. Tujuan dari penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Wassalamualaikum Wr. Wb. Bogor,
September 2014
Penulis iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mendapat banyak bantuan oleh beberapa pihak baik secara moril maupun materil. Tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing yang dengan sabar mengarahkan saya selama penelitian ini. 2. Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut., MM. dan Farida Ratna Dewi, SE., MM. selaku dosen penguji. 3. Kedua orang tua, khususnya kepada Mama yang selalu memberikan motivasi dan dukungan yang sangat berarti bagi saya. 4. Kepada kakak saya, Aditya Rizki Darma Fitrian, dan Adik, Febriana Afra Hanifah 5. Teman – teman satu bimbingan. 6. Teman – teman satu Angkatan: Rahmat Hidayat, Muhammad Khoirul Amri, Windra Kurniawan, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan, khususnya bagi mereka yang tertarik pada penelitian bertema pasar keuangan, khususnya pasar modal.
v
DAFTAR ISI Halaman RIWAYAT HIDUP …………………………………………………..
iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
iv
UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………
v
DAFTAR ISI ………………………………………………………….
vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………….
viii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………
ix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….
x
PENDAHULUAN ……………………………………………...
1
1.1. Latar Belakang ……………………………………….…….... 1.2. Rumusan Masalah ……………………………………..……... 1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………..... 1.4. Manfaat Penelitian …………………………………………... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………...
1 2 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..
5
2.1. Teori Portofolio ……………………………………………… 2.1.1 Return Portofolio .....................………………………... 2.1.2 Risiko Portofolio..........…………………………………. 2.2. Reksa Dana ……………........................................................ 2.2.1 Definisi…………………………….................................. 2.2.2 Bentuk Reksa Dana .............................................….…… 2.2.3 Jenis-Jenis Reksa Dana .........…………………………... 2.2.4 Manfaat Reksa Dana .........…………………………....... 2.2.5 Risiko Investasi Reksa Dana .........…………………...... 2.2.6 Manajer Investasi ..............................…………………... 2.2.7 Bank Kustodian .................................…………………... 2.2.8 Agen Penjual Reksa Dana ........................…………........ 2.2.9 Biaya Reksa Dana .....................................…………........ 2.2.10 Prospektus dan Fund Fact Sheet ................…………..... 2.3. Kinerja Reksa Dana ………………………………….............. 2.3.1 Pengukuran Kinerja Sharpe, Treynor, dan Jensen ......…. 2.3.2 Stock Selection dan Market Timing ......….................... 2.4. Penelitian Terdahulu ................................................................. III. METODE PENELITIAN ………………………………….........
5 5 6 8 8 8 9 15 16 17 17 18 18 18 21 21 25 26 28
3.1. Kerangka Pemikiran …………………………………………. 3.2. Metode Analisis …………………………………....................
30 30
I.
II.
vi
4
3.3 Uji Asumsi Klasik……………………………......................... 3.3.1 Uji Normalitas ………………………..........…………... 3.3.2 Uji Multikolinieritas …………………………………..... 3.5.3 Uji Autokorelasi ………………………………………... 3.5.4 Uji Heterokedastisitas ………….....................…………. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………..
31 31 31 32 32 34
4.1. Uji Asumsi Klasik……………………………......................... 4.1.1 Uji Normalitas ………………………..........………….... 4.1.2 Uji Multikolinieritas …………………………………..... 4.1.3 Uji Autokorelasi ……………………………………….... 4.1.4 Uji Heterokedastisitas ………….....................…………. 4.2. Analisis Kinerja Reksa Dana ……........................................… 4.3. Analisis Keahlian Stock Selection dan Kemampuan Market Timing ……………………………………………………........ 4.4. Implikasi Manajerial ………………………………………….
34 34 34 34 35 35
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………….......……....
46
1. Kesimpulan ……………………………………………………........... 2. Saran …………………………………………………………............. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
46 46 48
LAMPIRAN …………………………………………………………….
50
vii
40 42
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Perkembangan reksa dana periode 2007-2013………………...… 2. Daftar enam kelompok reksa dana saham …………………........ 3. Pengambilan keputusan autokorelasi....................................…..... 4. Ringkasan uji normalitas non-parametrik kolmogorov smirnov.... 5. Ringkasan uji autokorelasi durbin-watson……………………..... 6. Definisi operasional variabel……............................…………...... 7. Analisis kinerja reksa dana saham…......................................…... 8. Peringkat kinerja kelompok reksa dana saham................……….. 9. Ringkasan hasil model treynor-mazuy untuk stock selection..………........................................................................... 10. Ringkasan hasil model treynor-mazuy untuk market timing ability..…...……........................................................................... 11. Ringkasan hasil model treynor-mazuy untuk excess market return..…...……........................................................................... 12. Tabel kinerja reksa dana saham, stock selection skill dan market timing ability....................................................................
viii
1 29 32 34 35 36 36 37 40 41 42 43
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Komposisi NAB reksa dana……….....……………..............….......... 2. Grafik IHSG periode 2007-2013……….....……………..............…... 3. Mekanisme kerja reksa dana………............……….............………... 4. Diagram Capital Market Line (CML) ……..……............………….. 5. Diagram Security Market Line (SML) ….....................................….. 6. Kerangka pemikiran analisis kinerja reksa dana saham …………... 7. Diagram kinerja kelompok reksa dana saham dengan pendekatan capital market line ................................……...............................…... 8. Diagram kinerja kelompok reksa dana saham dengan pendekatan security market line ..............................................................………...
ix
2 2 20 22 23 30 39 39
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Hasil uji normalitas analisis grafik p-plot....……………..............….. 2. Hasil uji statistik non-parametrik kolmogorov-smirnov....…............... 3. Hasil uji heterokedasitas melalui analisis grafik scatterplot................ 4. Hasil regresi kelompok A.............................................….............….. 5. Hasil regresi kelompok B.............................................……................ 6. Hasil regresi kelompok C.............................................……................ 7. Hasil regresi kelompok D.............................................……................ 8. Hasil regresi kelompok E.............................................……................. 9. Hasil regresi kelompok F.............................................…….................
x
50 51 52 53 54 55 56 57 58
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Reksa dana merupakan wadah investasi yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal ritel yang ingin menanamkan modalnya di pasar keuangan tanpa harus memiliki keahlian khusus atau tidak memiliki cukup waktu untuk menganalisis secara mendalam portofolio investasinya. Manajer investasi akan menghimpun modal dana dari masyarakat untuk kemudian dikelola untuk mendapatkan pengembalian investasi yang optimal dan meninimalkan risiko. Dana yang dihimpun dan dikelola secara kolektif oleh Manajer Investasi memungkinkan investor reksa dana untuk secara tidak langsung memiliki portofolio yang terdiri dari saham-saham perusahaan terbuka yang bernominal mahal ataupun obligasi non-ritel yang nilainya sangat besar dan sulit dijangkau investor individu. Selain itu, dengan berinvestasi di reksa dana, investor yang tidak memiliki cukup waktu dan pengetahuan dalam menyusun portofolio yang optimal akan terbantu oleh kerja Manajer Investasi. Manajer Investasi secara profesional akan melakukan analisa dan riset pasar yang diperlukan untuk menyusun portofolio. Portofolio yang terbentuk ini menjadikan investasi reksa dana terdiversifikasi dengan sendirinya ke beragam kelas aset sesuai dengan profil risiko investor reksadana. Seiring dengan semakin meningkatnya literasi keuangan masyarakat, reksa dana juga menjadi salah satu instrumen investasi yang mengalami perkembangan. Sebagaimana ditunjukan dalam Tabel 1, pertumbuhan reksa dana berdasarkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) hampir selalu meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 1. Perkembangan reksa dana periode 2007-2013 Periode
Jumlah Reksa dana
NAB (Rp Juta)
2007 473 92.190.634,60 2008 567 74.065.811,15 2009 610 112.983.345,09 2010 558 149.099.022,52 2011 646 168.236.889,71 2012 754 187.591.770,75 2013 823 192.544.524,23 Sumber: Data diolah, Otoritas Jasa Keuangan (2014)
Jumlah UP Beredar (Rp Juta) 53.589,97 60.976,09 69.985,51 82.079,77 98.982,08 113.714,30 120.886,85
2
Sedangkan komposisi NAB reksa dana berdasarkan jenisnya yang ditunjukan diagram pada Gambar 1 memperlihatkan reksa dana saham (42%) di urutan pertama diantara berbagai jenis reksa dana. Dibelakang reksa dana saham tercatat ada reksa dana terproteksi (21%), reksa dana pendapatan tetap (14%), reksa dana campuran (9%), reksa dana pasar uang (8%), dan 6% terdiri dari reksa dana jenis lainnya. Komposisi ini menunjukan bahwa reksa dana saham merupakan pemain utama dalam industri reksa dana.
Gambar 1. Komposisi NAB reksa dana (data diolah, OJK (2014) Dana kelolaan reksa dana yang tercermin dalam NAB sempat turun pada tahun 2008 sebesar 19,66% dari Rp.92,19 Triliun menjadi Rp.74,06 Triliun, walaupun disaat yang sama jumlah reksa dana mengalami pertumbuhan dari 473 di tahun 2007 menjadi 567 di tahun berikutnya atau terdapat pertumbuhan sekitar 19,87% dan Jumlah UP beredar juga naik 13,78%. Penurunan NAB tersebut diyakini terjadi sebagai imbas dari krisis keuangan yang menerpa perekonomian global pada tahun 2008.
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 2. Grafik IHSG periode 2007-2013 (data diolah, Yahoo Finance (2014))
3
Sepanjang tahun 2008 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar 50,38% dari nilai pembukaan Januari 2008 sebesar 2731,51 dan ditutup di posisi 1355,41 pada Desember 2008 seiring dengan terjadinya krisis keuangan global. Sedangkan pada tahun 2009 pasar menunjukkan fase pemulihan yang dimulai dari periode Triwulan II-2009, IHSG mengalami kenaikan (market rally) hingga akhir tahun dan ditutup pada posisi 2534,36 atau naik 76,32% dibanding nilai diawal tahun 2009, dan IHSG baru bisa kembali ke level sebelum fase kejatuhan atau level 2.700an yaitu pada Maret 2010. Namun begitu, kemampuan reksa dana untuk mengikuti pergerakan IHSG pun berbeda-beda, ada yang cepat naik mengikuti atau bahkan jauh melebihi indeks tapi ada juga reksa dana yang kinerjanya dibawah kenaikan IHSG. Dalam kondisi pasar yang ekstrim seperti terjadinya krisis keuangan tersebut, perbedaan karakteristik dan keandalan manajer investasi dari masing-masing produk reksa dana diyakini sangat mempengaruhi kinerja.
1.2. Rumusan Masalah Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kinerja reksa dana saham di Indonesia disaat IHSG mengalami fase kejatuhan (market crash) dan pemulihan pasar (market rebound)?; 2. Bagaimana kinerja reksa dana saham di Indonesia berdasarkan metode pengukuran dengan penyesuaian risiko yang dimilikinya (risk adjusted measures)?; 3. Bagaimana kemampuan manajer investasi dalam hal pemilihan saham (stock selection skill) dan kemampuan penentuan dalam memutuskan untuk membeli atau menjual suatu saham berdasarkan perkiraan arah pasar di masa depan (market timing ability) ketika terjadi gejolak di pasar keuangan?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Menganalisis kinerja reksa dana saham di Indonesia ketika pasar mengalami fase kejatuhan (market crash) dan pemulihan (market rebound).
4
2.
Menganalisis kinerja reksa dana saham di Indonesia berdasarkan metode pengukuran risk adjusted measures.
3.
Menganalisis stock selection skill dan market timing ability manajer investasi ketika terjadi gejolak di pasar keuangan.
1.4.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam memilih produk reksa dana yang tepat. 2. Bagi manajer investasi, sebagai bahan masukan untuk melakukan evaluasi terhadap kemampuan market timing dan tingkat keberhasilan stock selection produk reksa dana. 3. Bagi akademisi, diharapkan dapat menjadi pembelajaran dan menambah pengetahuan di bidang pasar modal khususnya mengenai reksa dana.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Reksa dana yang diteliti adalah jenis produk reksa dana saham yang terdaftar di Bapepam-LK dan masih aktif hingga periode penelitian dilakukan. 2. Periode penelitian dilakukan dengan mengambil data NAB reksa dana saham mulai dari Januari 2008 sampai dengan Maret 2010 dimana periode krisis dan pemulihan pasar terjadi. 3. Indeks pasar yang digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sedangkan risk free rate yang digunakan adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Portofolio Teori portofolio modern pertama kali dikemukakan pada jurnal keuangan berjudul “Portfolio Selection” oleh Harry Markowitz, yang terbit tahun 1952. Pada dasarnya portofolio merupakan usaha untuk memaksimalkan return dan meminimalisir
risiko
melalui
diversifikasi
pada
investasi
dengan
mengkombinasikan berbagai jenis aset yang berbeda. Diasumsikan bahwa investor pada dasarnya menghindari risiko (risk averse), artinya apabila ada dua jenis aset investasi yang ditawarkan dengan expected return yang nilainya sama maka investor akan memilih yang risikonya lebih rendah. Investor hanya akan meningkatkan toleransi risiko jika dikompensasikan dengan expected return yang lebih tinggi. Dengan melakukan diversifikasi, atau membentuk portofolio dengan menginvestasikan dana tidak hanya disatu aset saja melainkan kebeberapa aset maka diharapkan investor dapat memperoleh return pada tingkat yang dikehendaki dengan risiko yang paling minimum. Ketika terjadi kerugian pada salah satu aset di dalam portofolio maka keuntungan sebagian aset yang lainnya akan menutup atau meminimalisir nilai kerugian yang mungkin terjadi. 2.1.1 Return Portofolio Return portofolio adalah keuntungan investasi dalam berbagai instrumen keuangan selama suatu periode tertentu. Return Portofolio dibagi menjadi dua (Jogiyanto, 2003), yaitu: a.
Return Realisasi Portofolio (Portfolio Realized Return) Return Realisasi Portofolio (Portfolio Realized Return) adalah rata-rata tertimbang dari return-return realisasi tunggal di dalam portofolio tersebut. Return realisasi portofolio dapat diformulasikan sebagai berikut: …………………………………(1) dimana : Rp = return realisasi portofolio, = porsi dari sekuritas I terhadap seluruh sekuritas portofolio,
6
= return realisasi dari sekuritas ke I, = jumlah dari sekuritas tunggal. b.
Return Ekspektasi Portofolio (portfolio expected return) Return Ekspektasi Portofolio (portfolio expected return) adalah rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio. Return ekspektasi portofolio dapat diformulasikan sebagai berikut: ) ……………….………(2)
E( dimana:
E(Rp) = return ekspektasi dari portofolio, = porsi dari sekuritas I terhadap seluruh sekuritas portofolio, E
= return ekspektasi dari sekuritas ke I, = jumlah dari sekuritas tunggal.
2.1.2 Risiko Portofolio Risiko ada dua jenis, yaitu risiko yang tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko Tidak Sistematis merupakan risiko tertentu perusahaan yang spesifik atau risiko perusahaan yang unik. Bagian dari variasi (berubah-ubahnya) pengembalian investasi yang dapat dihapuskan melalui pendiversifikasian investor. Sedangkan Risiko Sistematis merupakan risiko yang terkait pasar. Bagian dari variasi pengembalian investasi yang tidak bisa dihapus melalui pendiversifikasian
investor.
variasi
ini
diakibatkan
oleh
faktor
yang
mempengaruhi semua saham (Keown et al. 2002). Risiko portofolio adalah risiko investasi dari sekelompok aset surat berharga. Ada dua ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui risiko portofolio, yaitu: a.
Deviasi standar (variance), Investor selalu mengharapkan tingkat imbal hasil tertentu dari suatu portofolio (expected return). Ketika actual return yang didapat nilainya berbeda, selisih nilai keduanya atau penyimpangan yang terjadi disebut sebagai deviasi standar. Secara matematis, risiko portofolio diformulasikan sebagai berikut: Var (Rp) =
=
……..........……...…….……(3)
7
dimana: Var (Rp) = varian return portofolio sama dengan risiko portofolio semakin besar varians atau deviasi standar, maka semakin besar risiko investasi. b.
Beta ( ) Beta ( ) adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2003). Sedangkan menurut Husnan (2006), Beta adalah kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahanperubahan pasar. Beta tidak lain merupakan koefisien regresi antara dua variabel, yaitu kelebihan tingkat keuntungan portofolio pasar (excess return of market portfolio) dan kelebihan keuntungan suatu saham (excess return of stock). Saham dengan
= 1 mempunyai risiko yang sama dengan pasar,
artinya perubahan tingkat keuntungan saham akan sebanding secara linier dengan keuntungan portofolio pasar, sehingga diharapkan dapat memberikan imbal hasil atau return yang sama dengan yang dihasilkan oleh pasar atau membentuk Security Market Line (SML). Saham dengan
> 1 mempunyai
risiko yang lebih tinggi dari risiko pasar, artinya setiap perubahan portofolio pasar sebesar x% maka tingkat keuntungan saham akan berubah secara linier sebesar lebih dari x%, sehingga return yang didapat juga diharapkan dapat lebih tinggi dari tingkat return pasar. Saham dengan
< 1 mempunyai risiko
yang lebih kecil dari risiko pasar, artinya setiap perubahan portofolio pasar sebesar x% maka tingkat keuntungan saham akan berubah secara linier sebesar kurang dari x%, sehingga return yang didapat diperkirakan dibawah tingkat return pasar. Untuk memperhitungkan return portofolio dengan risiko pasar dapat menggunakan metode CAPM (Capital Asset Pricing Model). CAPM dinyatakan dalam persamaan berikut (Husnan, 2006): E( dimana: E( ) = return ekspektasi dari aset i, = risk-free rate,
) ………..……...…………(4)
8
= risiko sistematis dari aset (beta), = return pasar. 2.2. Reksa Dana 2.2.1 Definisi Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 ayat 27, definisi reksa dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Sedangkan menurut Manurung (2002), reksa dana adalah portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, terdaftar sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya. Penyertaan modal investor dalam produk reksa dana adalah dalam bentuk saham (shares) atau lebih umum disebut dengan unit penyertaan (UP). Unit penyertaan (UP) yang didapat investor pada setiap pembelian (subscription) dihitung dengan cara membagi jumlah nominal pembelian dalam rupiah (Rp) dengan harga pembelian (NAB/UP) atau harga unit penyertaan. 2.2.2 Bentuk Reksa Dana Berdasarkan undang-undang no.8 tahun 1995 tentang pasar modal, bentuk hukum reksa dana adalah sebagai berikut: 1.
Reksa dana Perseroan Reksa dana berbentuk perseroan adalah emiten yang kegiatan usahanya menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang. Reksa dana perseroan ini bisa bersifat terbuka (open-end investment company) atau tertutup (close- end investment company). Reksa dana terbuka adalah reksa dana yang dapat menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai dengan sejumlah modal yang telah dan dapat dibeli dan dijual sewaktu-waktu setiap hari bursa, sedangkan reksa dana tertutup adalah reksa dana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada pemodal sehingga investornya tidak dapat melakukan penjualan unit penyertaannya kepada penerbit reksa dana
9
dan hanya bisa menjualnya kepada sesama investor di bursa. Reksa dana yang bersifat terbuka hanya dapat dijalankan kepada perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2.
Kontrak Investasi kolektif (KIK) Bentuk reksa dana ini merupakan yang paling umum. Kontrak Investasi kolektif adalah kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan di mana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Reksa dana berbentuk Kontrak Investasi kolektif menghimpun dana dengan menerbitkan unit penyertaan kepada masyarakat pemodal dan selanjutnya dana tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal dan di pasar uang.
2.2.3 Jenis-jenis Reksa dana Berikut ini jenis-jenis reksa dana sesuai dengan yang tercantum dalam peraturan Bapepam-LK (sekarang menjadi Otoritas Jasa Keuangan) dan diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yang terdiri dari reksadana konvensional, reksa dana terstruktur, reksadana syariah, dan reksadana pendukung pembiayaan sektor riil: 1.
Reksa dana konvensional Yang disebut reksa dana konvensional adalah jenis reksa dana bersifat terbuka yang secara umum dikenal luas oleh masyarakat dan dibedakan berdasarkan kebijakan portofolionya. Jenisnya sebagai berikut: a. Reksa dana saham Reksa dana saham adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurangkurangnya 80% (delapan puluh perseratus) dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas (saham). Karena portofolionya berbasis saham yang diperdagangkan di bursa efek maka reksa dana saham memiliki volatilitas (fluktuasi harga) yang tinggi. Namun disamping memiliki risiko yang tinggi, reksa dana saham dalam jangka panjang dapat memberikan keuntungan paling tinggi dibandingkan semua jenis reksa dana konvensional. Oleh sebab itu reksa dana saham
10
cocok bagi investor yang memiliki tujuan finansial jangka panjang diatas 5 tahun dan memiliki profil pengambil risiko (risk taker). b. Reksa dana pasar uang Reksa dana pasar uang disini bukan berarti kebijakan investasinya memperdagangkan mata uang asing atau forex (foreign exchange). Instrumen pasar uang yang dimaksud disini terdiri dari efek bersifat utang jangka pendek atau jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun, deposito, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Mengingat risikonya yang relatif rendah maka reksa dana pasar uang cocok untuk investasi jangka pendek atau 1 tahun. c. Reksa dana pendapatan tetap Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh perseratus) dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang yang diterbitkan pemerintah (Surat Utang Negara) dan perusahaan (obligasi korporasi). Karena sebagian besar underlying-nya adalah surat utang dengan jatuh tempo diatas 1 tahun maka reksa dana pendapatan tetap memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding reksa dana pasar uang dan cocok untuk investasi jangka menengah (3 sampai 5 tahun) atau untuk investasi jangka panjang lebih dari 5 tahun bagi investor yang memiliki profil risiko moderat. d. Reksa dana campuran Reksa dana campuran adalah reksa dana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang yang komposisi atau perbandingannya tidak termasuk reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap. Komposisi portofolio antara equitas (saham), obligasi, dan efek pasar uang tergantung kebijakan masing-masing produk dan manajer investasi. Bila diurutkan berdasarkan tingkat risikonya, maka dalam reksa dana konvensional dari urutan risiko paling rendah ke yang paling tinggi adalah: reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham.
11
2.
Reksa dana terstruktur: Reksa dana terstruktur adalah jenis reksa dana yang mempunyai struktur tertentu (misalnya jatuh tempo, aset, pencairan dana dan perhitungan imbal hasil sudah ditentukan sewaktu penerbitan) dan umumnya bersifat tertutup. a. Reksa dana indeks Reksa Dana Indeks (RDI) atau (index fund) adalah reksa dana yang dikelola untuk mendapatkan hasil investasi yang mirip dengan suatu indeks yang dijadikan acuan, baik itu indeks obligasi maupun indeks saham. RDI mirip seperti Reksa Dana Terbuka, yaitu dapat dibeli dan dijual sewaktu-waktu setiap hari bursa. Pada RDI, minimum 80% asetnya harus diinvestasikan sesuai dengan aset-aset pada indeks acuannya, yang disebut dengan pengelolaan pasif. b. Reksa dana terproteksi Reksa Dana Terproteksi (RDT) atau (Capital Protected Fund) adalah reksa dana yang akan memproteksi 100% pokok investasi nasabah pada saat jatuh tempo. Reksa dana ini memiliki jangka waktu investasi yang telah ditentukan sebelumnya oleh manajer investasi, namun dapat dicairkan sebelum jatuh tempo tanpa jaminan adanya proteksi akan pokok investasi. Berbeda dengan reksa dana terbuka dan reksa dana indeks, RDT memiliki masa penawaran sehingga Anda hanya dapat membeli reksa dana ini pada saat tertentu saja. RDT ditujukan bagi Anda yang bersifat konservatif yang menginginkan imbal hasil yang lebih terukur dalam jangka waktu investasi tertentu. c. Reksa Dana Dengan Penjaminan Reksa Dana Dengan Penjaminan (Capital Guaranteed Fund) adalah reksa dana yang menggaransi nilai investasi awal investor. Mekanisme garansi dilakukan dengan melakukan perjanjian dengan guarantor. Yang bertindak sebagai guarantor adalah perusahaan asuransi. Meski sudah diatur dari peraturan sejak tahun 2004, sampai saat ini belum ada Manajer Investasi yang menggarap jenis produk ini. Rumitnya mekanisme penjaminan dan berkurangnya potensi return akibat premi asuransi ditengarai merupakan penyebab kurang berkembangnya produk ini.
12
Dari ketiga Structured Fund, hanya Index Fund yang bisa ditawarkan terus menerus seperti layaknya jenis reksa dana konvensional. Sementara itu, Capital Protected Fund dan Capital Guaranteed Fund memiliki masa penawaran yang terbatas. d. Exchange Traded Fund (ETF) Exchange Traded Fund (ETF) atau reksa dana yang unit penyertaannya dapat diperdagangkan di bursa merupakan pengembangan dari jenis reksa dana indeks. Dengan prinsip yang hampir sama dengan reksa dana indeks, perbedaan utamanya adalah ETF dapat dibeli melalui pasar sekunder melalui broker atau langsung melalui Manajer Investasi. Sementara reksa dana indeks dan reksa dana konvensional lainnya hanya dapat dibeli melalui Manajer Investasi Langsung. 3.
Reksa dana Syariah Menurut Peraturan Bapepam- LK Nomor IX.A.13 reksa dana syariah didefinisikan sebagai reksa dana sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya, yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal. Selain pengelolaannya yang berprinsip syariah, dalam pemilihan instrumen investasinya juga harus berdasarkan DES (Daftar Efek Syariah) yang diterbitkan oleh DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia) yang bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan. DES dikeluarkan setiap 2 kali setahun dalam periode akhir Mei dan November. Instrumen keuangan yang berbasis syariah umumnya saham-saham perusahaan yang sesuai dengan prinsip syariah atau tidak diinvestasikan pada perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat Islam, seperti pabrik makanan/minuman yang mengandung alkohol, daging babi, rokok dan tembakau, jasa keuangan konvensional, serta bisnis hiburan yang berbau maksiat. Untuk efek yang bersifat utang yang sesuai dengan prinsip syariah diantaranya adalah Sukuk, sedangkan instrumen pasar uang syariah antara lain Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah atau Sertifikat IMA, dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Saat ini yang tercatat di Otoritas Jasa Keuangan, reksa dana syariah yang sudah ada
13
meliputi reksa dana konvensional (reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana campuran) dan reksa dana terstruktur (reksa dana indeks dan reksa dana terproteksi). 4.
Reksa dana yang mendukung pembiayaan sektor riil: a. Dana Investasi Real Estate (DIRE) Dana Investasi Real Estate (DIRE) atau diluar negeri dikenal dengan sebutan Real Estate Investment Trust (REIT) adalah reksa dana yang menghimpun
dana
dari
masyarakat
pemodal
untuk
selanjutnya
diinvestasikan pada aset real estate, aset yang berkaitan dengan real estate dan atau kas atau setara kas sehingga pada prakteknya dana diinvestasikan untuk membeli real estate dalam bentuk tanah, bangunan, gedung ataupun saham dan obligasi perusahaan terbuka sepanjang diterbitkan oleh perusahaan berbasis properti. DIRE diwajibkan menginvestasikan minimum 80% dari dana kelolaannya ke real estate dimana minimum 50%nya harus berbentuk aset real estate langsung. perhitungan NAB pada DIRE dilakukan oleh pihak penilai (appraiser). Risiko yang dihadapi investor DIRE antara lain: Penyewa real estate yang gagal bayar, turunnya nilai properti (real estate), dan risiko likuiditas karena pencairan investasi dilakukan dengan menjual aset properti yang kurang likuid. Di Indonesia sendiri jenis reksa dana ini belum berkembang sebagaimana di luar negeri namun OJK melalui Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-426/BL/2007 Peraturan Nomor IX.M.2, sudah menyiapkan perangkat atau dasar hukum untuk mengantisipasi minat masyarakat terhadap Dana Investasi Real Estate (DIRE) di kemudian hari. b. Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) atau dikenal dengan Asset Backed Securities (ABS) adalah reksa dana KIK yang portofolionya terdiri dari aset keuangan seperti surat berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future receivable), pemberian kredit termasuk Kredit Kepemilikan Rumah atau Apartemen Efek bersifat utang yang dijamin pemerintah, Sarana
14
Peningkatan Kredit (Credit Enhancement) / Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut. Jenis KIK-EBA yang berhasil diterbitkan di Indonesia adalah hasil kerja sama antara PT. Danareksa Investment Management, PT. Sarana Multigriya Financial dan Bank BTN, dimana KIK-EBA ini berbasis KPR yang diterbitkan oleh Bank BTN. Meski Kontrak Investasi Kolektif (KIK) mengacu kepada reksa dana, namun dalam prakteknya KIK EBA lebih diklasifikasikan sebagai obligasi karena sama-sama memiliki rating dan metode pembayarannya menyerupai obligasi amortisasi. c. Reksa dana penyertaan terbatas Reksa dana penyertaan terbatas adalah adalah reksa dana yang menghimpun dana dari pemodal profesional dan selanjutnya diinvestasi pada portofolio efek. Portofolio efek yang dimaksud disini tidak terbatas pada instrumen pasar modal namun bisa juga pembiayaan terhadap sektor riil. reksa dana ini hanya ditawarkan kepada pemodal profesional dan dilarang melalui penawaran umum dan atau dilarang dimiliki oleh 50 orang atau lebih, Sedangkan yang dimaksud dengan pemodal profesional adalah investor yang memiliki kemampuan menganalisa risiko reksa dana. Dari sisi keuangan minimum investasi adalah Rp 5 milliar atau $500.000 (lima ratus ribu Dolar AS) atau €500.000 (lima ratus ribu Euro) apabila menggunakan denominasi mata uang asing. 2.2.4 Manfaat Reksa dana Reksa Dana memiliki beberapa manfaat yang menjadikannya sebagai salah satu alternatif investasi yang menarik antara lain (Utomo, 2010): 1.
Dikelola oleh manajemen profesional Pengelolaan portofolio suatu Reksa Dana dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat penting mengingat Pemodal individu pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal.
15
2.
Diversifikasi investasi Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam portofolio akan mengurangi risiko (tetapi tidak dapat menghilangkan), karena dana atau kekayaan Reksa Dana diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya pun juga tersebar. Dengan kata lain, risikonya tidak sebesar risiko bila seorang membeli satu atau dua jenis saham atau efek secara individu.
3.
Transparansi informasi Reksa Dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolionya dan biayanya secara kontinyu sehingga pemegang Unit Penyertaan dapat memantau keuntungannya, biaya, dan risiko setiap saat.Pengelola Reksa Dana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) nya setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan serta prospektus secara teratur sehingga Investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin.
4.
Likuiditas yang tinggi Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi harus mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dengan demikian, Pemodal dapat mencairkan kembali Unit Penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing reksa dana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. Reksadana terbuka wajib membeli kembali Unit Penyertaannya sehingga sifatnya sangat likuid.
5.
Biaya Rendah Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan apabila Investor individu melakukan transaksi sendiri di bursa.
2.2.5
Risiko Investasi Reksa Dana Semua investasi, tidak terkecuali pada reksa dana, disamping memberikan
kepada investor peluang keuntungan juga mengandung risiko. Peluang risiko dari investasi di reksa dana antara lain:
16
1.
Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi atau sukuk, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. Ini berkaitan dengan kemampuan manajer investasi reksadana dalam mengelola dananya.
2.
Risiko Likuiditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas sebagian besar unit penyertaan yang dipegangnya kepada Manajer Investasi secara bersamaan. Hal ini dapat menyulitkan manajemen perusahaan dalam menyediakan dana tunai. Risiko ini hanya terjadi pada perusahaan reksadana yang sifatnya terbuka (open-end funds). Risiko ini dikenal juga sebagai redemption effect.
3.
Risiko Pasar Risiko yang terjadi ketika terjadi penurunan kinerja pasar saham atau pasar obligasi (bearish market) sehingga menyebabkan nilai portofolio secara keseluruhan ikut menurun.
4.
Risiko Wanprestasi Risiko yang terjadi apabila ada wanprestasi terhadap pertanggungan kekayaan. Wanprestasi dimungkinkan akibat dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana mengalami gagal bayar terhadap pertanggungan ataupun kewajiban.
5.
Risiko politik dan ekonomi Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang berpengaruh pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga akhirnya membawa efek pada portofolio yang dimiliki suatu reksadana seperti resesi ekonomi, perubahan tingkat suku bunga, perubahan peraturan perpajakan, perubahan nilai tukar, dll.
2.2.6
Manajer Investasi Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola
portofolio efek untuk nasabahnya atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah. Manajer investasi mengelola beragam sekuritas atau
17
surat
berharga
dengan
tujuan
untuk
mencapai
target
investasi
yang
menguntungkan bagi investor. 2.2.7
Bank Kustodian Bank Kustodian adalah Bank Umum yang mendapat persetujuan Otoritas
Jasa Keuangan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian, yaitu untuk memberikan jasa penitipan Efek (termasuk penitipan kolektif efek yang dimiliki bersama oleh lebih dari satu pihak yang kepentingannya diwakili oleh Kustodian) dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Dalam pengelolaan reksa dana, bank kustodian mengadministrasi setiap penggunaan dana yang dilakukan Manajer Investasi, bertanggung jawab menyimpan aset reksa dana, mencatat data nasabah, mencatat seluruh transaksi seperti pembelian (subscription) dan penjualan (redemption) unit penyertaan yang dilakukan, dan menghitung serta mengumumkan nilai aktiva bersih (NAB). Atas jasanya, Bank Kustodian mendapatkan imbalan berupa Custodian Fee. 2.2.8 Agen Penjual Reksa Dana Agen penjual adalah pihak yang melakukan pemasaran atau penjualan reksa dana berdasarkan kontrak kerja sama dengan Manajer Investasi pengelola reksa dana. 2.2.9 Biaya Reksa Dana Dalam pengelolaan reksa dana terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Perincian dan alokasinya adalah sebagai berikut: 1. Biaya yang menjadi beban reksa dana Jasa Manajer Investasi (management fee). Jasa Bank Kustodian (custodian fee). Biaya transaksi efek dan registrasi efek, biaya pembaharuan prospektus, biaya distribusi surat konfirmasi transaksi dan laporan kepemilikan Unit Penyertaan, serta biaya audit. 2. Biaya yang menjadi beban Manajer Investasi
18
Biaya persiapan pembentukan reksa dana (pembuatan Kontrak Investasi Kolektif, prospektus awal, penerbitan dokumen-dokumen yang diperlukan termasuk imbal jasa akuntan, konsultan hukum dan notaris). Biaya administrasi (formulir-formulir) dan pemasaran (promosi). 3. Biaya yang menjadi beban pemegang unit penyertaan (investor) Biaya pembelian Unit Penyertaan (subscription fee). Biaya penjualan kembali Unit Penyertaan (redemption fee). Biaya pengalihan Unit Penyertaan (switching fee). 2.2.10 Prospektus dan Fund Fact Sheet Reksa Dana 1. Prospektus Reksa Dana Setiap investor wajib membaca prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu produk reksa dana. Dengan membaca prospektus, investor dapat mempelajari perjanjian yang berlaku terhadap kontrak investasi reksa dana yang akan diikuti dan memahami mengenai tujuan dan kebijakan investasi, serta risikonya. Daftar isi dari suatu prospektus reksa dana umumnya adalah sebagai berikut:
Sampul depan/Pendahuluan.
Istilah dan definisi.
Informasi/keterangan reksa dana yang ditawarkan
Informasi mengenai Manajer Investasi.
Informasi mengenai Bank kustodian.
Tujuan dan kebijakan investasi
Metode penghitungan nilai pasar wajar
Perpajakan.
Faktor-faktor risiko.
Manfaat investasi.
Hak-hak pemegang unit penyertaan.
Imbal jasa dan alokasi biaya.
Pembubaran dan likuidasi.
Skema pembelian dan penjualan kembali Unit Penyertaan.
Tata cara dan persyaratan pembelian Unit Penyertaan.
19
Tata cara dan persyaratan penjualan kembali Unit Penyertaan.
Tata cara dan persyaratan pengalihan Unit Penyertaan.
Penyebarluasan prospektus dan form pembelian Unit Penyertaan.
Laporan Keuangan
2. Fund Fact Sheet Reksa Dana Selain membuat prospektus, Manajer Investasi juga wajib mempublikasikan laporan bulanan reksa dana berupa Fund Fact Sheet. Fund Fact Sheet berisi tentang profil singkat produk reksa dana, perbandingan kinerja reksa dana dengan benchmark (tolok ukur), informasi total Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan nilai NAB/Unit Penyertaan, penjelasan mengenai alokasi aset atau komposisi portofolio, serta outlook Manajer Investasi mengenai kondisi pasar dan apa tindakan yang akan diambil di masa mendatang. 2.2.11 Mekanisme Kerja Reksa Dana Berikut menggambarkan
ini
adalah
bagan
mekanisme
kerja
reksa
dana
yang
hubungan kerja antar pihak yang terlibat dalam reksa dana
(Pratomo, 2010):
4
7
Gambar 3. Mekanisme kerja reksa dana (Pratomo, 2007)
20
1.
Transaksi pembelian, penjualan kembali, pengalihan unit penyertaan
2.
Informasi adanya dana investasi/kebutuhan pencairan dana
3.
Penyetoran dana pembelian atau pembayaran atas penjualan kembali
4.
Perintah transaksi investasi kepada bank atau pialang
5.
Eksekusi transaksi oleh bank atau pialang ke pasar uang/pasar modal
6.
Konfirmasi transaksi kepada manajer investasi dan bank kustodian
7.
Perintah penyelesaian (settlement) transaksi kepada bank kustodian
8.
Eksekusi penyelesaian transaksi dan penyimpanan surat berharga
9.
Laporan valuasi harian kepada manajer investasi
10. Perhitungan dan informasi NAB per unit dan kepemilikan unit 11. Laporan bulanan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 12. OJK melakukan pengawasan terhadap kegiatan reksa dana.
2.3. Kinerja Reksa Dana Sebagaimana halnya produk investasi pada umumnya, kinerja merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modal. Dengan berbagai metode pengukuran yang ada saat ini, kegiatan pemantauan kinerja reksa dana dapat dilakukan untuk mengetahui apakah imbal hasil yang diberikan telah sesuai dengan harapan atau tidak. ………...……...……......……(5) dimana: = nilai aktiva bersih pada waktu t, = nilai aktiva bersih pada waktu sebelumnya. 2.3.1 Pengukuran Kinerja Sharpe, Treynor, dan Jensen Dalam mengukur kinerja reksa dana saham, tingkat pengembalian reksa dana selain dibandingkan antar reksa dana yang satu dengan reksa dana yang lainnya sebagai kompetitor, juga dibandingkan dengan kinerja pasar atau IHSG sebagai benchmark (tolok ukur). Sedangkan metode pengukuran yang dapat digunakan adalah dengan composite (risk-ajusted) measure of portfolio performance yang mengkombinasikan antara return dan risk dalam suatu perhitungan (Jogiyanto, 2003). Composite (risk-ajusted) measure of portfolio
21
performance menggunakan tiga ukuran untuk mengukur kinerja yaitu ukuran kinerja Sharpe, Treynor, dan Jensen. 1.
Pengukuran Kinerja Sharpe Pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh William Sharpe ini disebut juga dengan istilah Reward to Variability Ratio (RVAR) yang perhitungannya didasarkan pada konsep Capital Market Line (CML). Nilai dari indeks Sharpe didapat dari nilai risk premium dibandingkan dengan standar deviasi
. Risk premium merupakan selisih dari return portofolio
dikurangi dengan return aset bebas risiko ( ) yang menggunakan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), sedangkan standar deviasi merupakan nilai dari total risiko hasil jumlah dari risiko sistematik (risiko pasar) dan risiko unsistematik (risiko unik). Semakin tinggi nilai indeks Sharpe maka reksa dana tersebut memiliki kinerja yang semakin baik. Return yang diharapkan
CML
Return Bebas Risiko Standar Deviasi
Gambar 4. Diagram Capital Market Line (CML) Selanjutnya untuk mengetahui apakah kinerja reksa dana dapat lebih baik (outperform) atau lebih buruk (underperform) terhadap pasarnya sebagai benchmark maka nilai Sharpe reksa dana dapat dibandingkan dengan nilai Sharpe pasarnya. Indeks Sharpe dihitung dengan formula sebagai berikut (Manurung, 2000): ………...……....……...................……(6)
22
dimana: = indeks kinerja Sharpe, = return portofolio atau tingkat pengembalian pasar, = return bebas risiko tingkat bunga bebas risiko, = total risiko yang hasil jumlah dari risiko sistematik & risiko unsistemat unsistematik. 2.
Pengukuran Kinerja Treynor Pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Jack Treynor ini disebut juga dengan istilah Reward to Volatility Ratio (RVOR). Berbeda dengan indeks Sharpe yang menggunakan Capital Market Line (CML), pada pengukuran dengan metode Treynor, yang digunakan adalah Security Market Line (SML) dimana diasumsikan bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan hanya risiko sistematik pasar. Return yang diharapkan
SML
Return Bebas Risiko
Beta Risiko
Gambar 5. Diagram Secutiry Market Line (CML) Bila Pada pengukuran indeks Sharpe yang menjadi faktor pembagi adalah standar deviasi yang merupakan total risiko, maka pada indeks Treynor yang digunakan adalah Beta ( ) portofolio yang merupakan risiko pasar dari portofolio atau juga disebut risiko sistematik pasar. Indeks Treynor dihitung dengan formula sebagai berikut (Manurung, 2000): ………...…….………...…….......................……(7) dimana:
23
= indeks kinerja Treynor, = return portofolio, = return bebas risiko tingkat bunga bebas risiko, = risiko sistematik portofolio (Beta). Sama halnya dengan pengukuran Sharpe, semakin tinggi nilai indeks pada pengukuran Treynor menunjukan semakin baiknya kinerja dari reksa dana tersebut. Sedangkan untuk membandingkan dengan kinerja reksa dana terhadap kinerja pasar, nilai indeks Treynor reksa dana juga dibandingkan dengan nilai Treynor pasarnya. Pengukuran kinerja secara Sharpe dan Treynor merupakan komplemen yang saling melengkapi satu dengan lainnya, namun memberikan informasi yang berbeda. Pada portofolio yang tidak terdiversifikasi Treynor akan mendapat peringkat yang tinggi, namun peringkatnya lebih rendah dalam pengukuran Sharpe. Pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik akan mendapat peringkat yang sama untuk kedua jenis pengukuran (Gunawan, 2010). 3.
Pengukuran Kinerja Jensen Pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Michael Jensen ini umumnya disebut juga dengan Indeks kinerja Jensen Alpha (α) yang didasarkan pada Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model pengukuran kinerja Jensen bertujuan untuk mengukur perbedaan risiko premium portofolio (portfolio risk premium) dari risiko premium pasar (market risk premium) pada tingkat beta portofolio tertentu. Pengukuran ini untuk menilai apakah manajer investasi dalam mengelola portofolio reksa dana dapat memberikan tingkat pengembalian diatas kinerja pasar sesuai dengan risiko yang dimilikinya (risk adjusted). Jadi menurut CAPM, aset yang lebih berisiko (riskier asset) akan memiliki tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) yang lebih tinggi dibanding aset yang memiliki risiko lebih rendah (less-riskier asset). Jika sebuah aset memiliki return yang lebih tinggi dari risk adjusted return atau tingkat pengembalian pada tingkat beta portofolio tertentu yang digambarkan sesuai dengan tingkat return pada Security Market Line (SML), maka aset
24
tersebut dapat disebut memiliki nilai alpha (α) positif. Semakin tinggi nilai alpha (α) positif menunjukkan kinerja portofolio yang semakin baik. Pengukuran Jensen dirumuskan sebagai berikut (Manurung, 2000): …...…….………...….......……(8) dimana: = indeks kinerja Jensen Alpha, = return portofolio atau tingkat pengembalian portofolio, = return bebas risiko tingkat bunga bebas risiko, = return pasar atau tingkat pengembalian pasar, = risiko pasar dari portofolio atau risiko sistematik portofolio (Beta). 2.3.2 Stock Selection dan Market Timing Konsep kinerja portofolio dibagi menjadi dua dimensi, yaitu (1) kemampuan manajer portofolio atau analisis sekuritas untuk meningkatkan return portofolio melalui prediksi yang tepat tentang harga sekuritas di masa yang akan datang, (2) kemampuan manajer portofolio untuk meminimalkan risiko (melalui diversifikasi yang efisien) yang muncul dari kepemilikan portoflio (Jensen, 1968). Kemampuan manajer investasi dalam memilih saham-saham yang tepat dalam suatu portofolio disebut dengan stock selection skill. Dengan melakukan pemilihan terhadap saham-saham yang dianggap paling potensial dan diharapkan dapat memberikan return yang optimal di masa depan dengan menekan tingkat risiko sejalan dengan terdiversifikasinya saham-saham didalam portofolio. Sedangkan market timing ability adalah kemampuan manajer investasi dalam memutuskan untuk membeli atau menjual suatu saham berdasarkan perkiraan arah pasar di masa depan. Kesuksesan market timing dari sebuah portofolio memiliki hubungan dengan beta yang memiliki nilai tinggi pada saat pasar naik dan memiliki hubungan dengan beta yang memiliki nilai rendah pada saat pasar mengalami penurunan. Dengan kata lain ketika pasar sedang naik (
>
) maka manajer
investasi akan merubah komponen portofolionya dengan beta yang memiliki nilai tinggi ( > 1) tetapi ketika pasar sedang mengalami penurunan (
<
) maka
manajer investasi akan merubah komponen portofolio dalam reksa dana dengan beta yang memiliki nilai yang rendah ( < 1) (Sharpe, 1998).
25
Untuk mengukur stock selection skill dan market timing dapat digunakan model Treynor-Mazuy sebagai berikut: Menurut Treynor dan Mazuy (1966) bahwa ketika nilai (α) atau alpha positif berarti menunjukan adanya kemampuan selectivity dan ketika nilai (γ) positif berarti menunjukan adanya kemampuan market timing, maka hal ini mengindikasikan bahwa manajer investasi menghasilkan excess return portfolio reksa dana yang lebih besar dibandingkan dengan excess return market. Metode dalam pengukuran model Treynor-Mazuy (1996) diformulasikan sebagai berikut: ………………(9) dimana : = Return reksa dana pada periode t = Return bebas risiko pada periode t = Return pasar pada periode t = Intercept yang merupakan indikasi stock selection dari manajer investasi = Koefisien regresi excess market return atau slope waktu pasar turun (bearish) = Koefesien regresi yang merupakan indikasi kemampuan market timing dari manajer investasi = Random error.
2.4. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu mengenai pengukuran kinerja portofolio maupun reksa dana yang dijadikan bahan referensi adalah sebagai berikut: 1. Gumilang dan Subiyantoro (2008) dengan judul Reksadana Pendapatan Tetap di Indonesia: Analisis Market Timing dan Stock Selection – Periode 2006 – 2008”. Pada penelitian ini menggunakan metode risk-adjustment measures, model Henriksson-Merton, dan model Treynor-Mazuy. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa reksa dana pendapatan tetap Indonesia pada periode tahun 2006-2008 memberikan keuntungan diatas tingkat bunga
26
SBI dan deposito. Berdasarkan model Henriksson-Merton, dan model Treynor-Mazuy, semua kelompok manajemen investasi telah berhasil melakukan Market Timing dan Stock Selection walaupun secara statistik tidak signifikan. 2. Lubis (2009) dengan judul “Identifikasi Kemampuan Selectivity dan Market Timing pada Reksa Dana Saham Indonesia”. Pada penelitian ini menggunakan model Henriksson-Merton dengan periode penelitian mulai dari bulan Januari 2004 sampai dengan Desember 2008. Hasilnya dari 13 sampel reksa dana saham disimpulkan belum terdapat kemampuan Selectivity dan Market Timing. Gunawan (2010) dengan judul “Kinerja Reksa Dana Indonesia pada Saat Bullish Market, Crash Market, dan Rebound Market”. Pada penelitian ini menggunakan Treynor Ratio dan Sharpe Ratio (Stock Selection), Model Henriksson-Merton (Market Timing), dan Snail Trail (Risk dan Return time-to-time), dengan periode penelitian mulai dari Januari 2006 sampai dengan Desember 2009. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kinerja RDS Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 sebagian besar mengalahkan annual return pasar (Index LQ45), bahkan di saat crash market tahun 2008 performa RDS pun lebih baik (resilient) dalam menghindari krisis. RDS yang ber-AUM besar mempunyai kecenderungan kinerja superior yang lebih stabil jika dibandingkan dengan RDS ber-AUM kecil dan kinerja RDS dipengaruhi oleh kondisi pasar atau dalam hal ini volatilitas harga saham. 3. Winingrum (2011) dengan judul “Analisis Stock Selection Skills, Market Timing Ability, Size Reksa Dana, Umur Reksa Dana dan Expense Ratio terhadap Kinerja Reksa Dana Saham yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2006-2010”. Pada penelitian ini menggunakan model Treynor-Mazuy dengan periode penelitian mulai dari Januari 2006 sampai dengan Desember 2010. Hasil pengujian pada penelitian menunjukkan secara simultan stock selection skills, market timing ability, size reksa dana, umur reksa dana dan rasio biaya berpengaruh signifikan terhadap kinerja reksa dana, sedangkan pengujian parsial diperoleh hasil stock selection skills dan market timing ability berpengaruh positif
27
signifikan terhadap kinerja reksa dana; size reksa dana dan rasio biaya berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana, sedangkan umur reksa dana berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana.
III.
METODE PENELITIAN
28
Populasi dalam penelitian ini adalah semua produk Reksa Dana Saham (RDS) terbuka (open-end funds) non syariah yang terdaftar di Bapepam-LK pada periode penelitian tahun 2008 dan masih aktif sampai dengan Desember 2013, sedangkan untuk pemilihan RDS yang akan dijadikan sampel penelitian dilakukan berdasarkan
proportionate
stratified
random
sampling
sehingga
dapat
dikelompokan menjadi 6 kelompok sebagai berikut: 1. Kelompok A, RDS dengan dana kelolaan besar atau RDS dengan Asset Under Management (AUM) diatas Rp. 500 miliar, dan umur RDS pada periode penelitian diatas 5 tahun; 2. Kelompok B, RDS dengan dana kelolaan besar atau RDS dengan AUM diatas Rp. 500 miliar, dan umur RDS pada periode penelitian dibawah 5 tahun; 3. Kelompok C, RDS dengan dana kelolaan menengah atau RDS dengan AUM diantara Rp. 100-499 miliar, dan umur RDS pada periode penelitian diatas 5 tahun; 4. Kelompok D, RDS dengan dana kelolaan menengah atau RDS dengan AUM diantara Rp. 100-499 miliar, dan umur RDS pada periode penelitian dibawah 5 tahun; 5. Kelompok E, RDS dengan dana kelolaan kecil atau RDS dengan AUM dibawah Rp. 100 miliar, dan umur RDS pada periode penelitian diatas 5 tahun; 6. Kelompok F, RDS dengan dana kelolaan kecil atau RDS dengan AUM dibawah Rp. 100 miliar, dan umur RDS pada periode penelitian dibawah 5 tahun; Periode penelitian diambil dalam rentang waktu Januari 2008 sampai dengan Maret 2010 sejalan dengan gerak IHSG yang mengalami fase kejatuhan dan fase pembalikan arah (rebound) untuk memperlihatkan bagaimana kinerja RDS ketika gejolak di pasar finansial terjadi. Keandalan manajer investasi dapat teruji ketika mereka mampu mengelola portofolionya kembali membaik setelah mengalami masa-masa sulit di pasar pasca krisis perekonomian global.
29
Untuk mengukur kinerja RDS, sumber data yang digunakan adalah data sekunder sebagai berikut: 1.
Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB/Unit) Reksa Dana Saham periode Januari 2008 sampai dengan Maret 2010 yang diperoleh dari arsip data Bloomberg;
2.
Nilai total dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) per produk reksa dana saham yang diperoleh dari situs Bapepam-LK;
3.
Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 1 bulan yang diperoleh dari situs Bank Indonesia;
4.
Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diperoleh dari situs Yahoo Finance.
Tabel 2. Daftar enam kelompok reksa dana saham Produk RDS Schroder Dana Prestasi Plus
Manajer Investasi PT. Schroder Investment Management
Manulife Dana Saham Fortis Pesona Manulife Saham Andalan Fortis Infrastruktur Plus First State Indoequity Sectoral Fund Danareksa Mawar Bahana Dana Prima Batavia Dana Saham Pratama Saham Makinta Mantap Dana Ekuitas Prima BNI Dana Berkembang Rencana Cerdas
PT. Manulife Asset Manajemen Indonesia PT. Fortis Investment Management PT. Manulife Asset Manajemen Indonesia PT. Fortis Investment Management
Axa Citradinamis
PT. AXA Asset Management Indonesia
Simas Danamas Saham Lautandhana Equity
PT. Sinar Mas Asset Management PT. Lautandhana Investment Management
Grow-2-Prosper
PT. Corfina Capital
PT. First State Investment Indonesia PT. Danareksa Investment Management PT. Bahana TCW Investment Management PT. Batavia Prosperindo Aset Manajemen PT. Pratama Capital Assets Management PT. Makinta Asset Management PT. Bahana TCW Investment Management PT. BNI Asset Management PT. Ciptadana Asset Management
Kriteria
Kelompok
AUM > Rp.500 miliar & umur > 5 tahun
A
AUM > Rp.500 miliar & umur < 5 tahun
B
AUM Rp.100499 miliar & umur > 5 tahun
C
AUM Rp.100499 miliar & umur < 5 tahun AUM < Rp.100 miliar & umur > 5 tahun AUM < Rp.100 miliar & umur < 5 tahun
Keterangan: Fortis saat ini berganti nama menjadi BNP Paribas, dan Makinta menjadi Emco
D
E
F
30
3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Reksa Dana Saham
Klasifikasi berdasarkan: Asset Under Management (Besar Dana Kelolaan) & Usia Reksa Dana
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D
Kelompok E
Kelompok F
Return dan Risiko Portofolio (NAB, SBI, IHSG)
-
Pengukuran Kinerja Reksa Dana Indeks Sharpe Indeks Treynor Indeks Jensen Alpha Koefisien α, β, γ model Treynor-Mazuy
Gambar 3. Kerangka pemikiran analisis kinerja reksa dana saham 3.2. Metode Analisis Metode analisis kinerja reksa dana saham yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Tingkat pengembalian (return) portofolio diukur dengan membandingkan tingkat
pengembalian
yang
dihasilkan
portofolio
dengan
tingkat
pengembalian pasar (Indeks Harga Saham Gabungan) dan dihitung berdasarkan nilai yang disetahunkan (annualized); 2.
Pengukuran kinerja dengan penyesuaian terhadap risiko yang dimilikinya (risk adjusted measures) menggunakan tiga indikator yaitu: indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen Alpha;
31
3.
Analisis kemampuan manajer investasi dalam hal stock selection skill dan market timing ability bantuan software SPSS versi 15.0 for windows menggunakan model regresi Treynor-Mazuy.
3.3. Uji Asumsi Klasik Untuk mendapatkan model regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka sebelumnya akan dilakukan pengujian / analisis awal sebagai berikut: 3.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Cara untuk mengetahui normalitas residual adalah melalui analisis grafik (Histogram dan Normal PPlot) dan analisis statistik. Analisis grafik, yaitu dengan melihat grafik Histogram dan grafik P-Plot yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal, dasar pengambilan keputusannya yaitu: a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Analisis statistik, yaitu dengan melihat uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov. Apabila hasil atau nilai Kolmogorov-Smirnov dan nilai Asymp.sig (2-tailed) atau probabilitasnya di atas 0,05, maka data telah memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2006). 3.3.2 Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah ada variabel yang saling berkolerasi pada variabel bebas (independent variable). Jika terjadi korelasi maka terdapat masalah multikolinieritas sehingga model regresi tidak dapat digunakan. Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) dari masing-masing variabel. Jika nilai toleransi ≤
32
0,10 atau VIF ≥ 10 maka terdapat multikolinieritas, sehingga variabel tersebut tidak bisa digunakan (Ghozali, 2006). 3.3.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya (Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dapat dilakukan melakukan pengujian terhadap nilai Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3. Pengambilan keputusan autokorelasi Hipotesis Nol (H0) Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4-dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
No decision
4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ditolak
du < d < 4-du
Tidak autokorelasi positif atau negatif 3.3.4 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual pengamatan satu ke pengamatan lain (Ghozali, 2006). Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap
maka
disebut
homokedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Menurut Ghozali (2006), dasar pengambilan keputusan ada tidaknya heterokedastisitas adalah sebagai berikut:
33
a.
Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola teratur (bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit),
maka
terjadi
heteroskedastisitas. b.
Jika tidak ada pola tertentu yang jelas seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terdapat heteroskedastisitas.
34
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Asumsi Klasik 4.1.1 Uji Normalitas Berdasarkan analisis grafik P-Plot sebagaimana terdapat pada Lampiran 1, data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya yang menunjukkan pola distribusi normal sehingga model regresi dapat memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan berdasarkan uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov terhadap residual regresi didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4. Ringkasan uji normalitas non-parametrik kolmogorov-smirnov Kelompok
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp.sig (2-tailed)
Kesimpulan
A
0,895
0,399
terdistribusi normal
B
0,656
0,782
terdistribusi normal
C
0,968
0,305
terdistribusi normal
D
0,457
0,985
terdistribusi normal
E
0,810
0,529
terdistribusi normal
F
0,815
0,520
terdistribusi normal
Terlihat bahwa nilai P-value yaitu Asymp.sig (2-tailed) bernilai di atas 0,05 level of significant (α), maka dapat disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi distribusi normal berdasarkan uji statistik normalitas Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov. 4.1.2 Uji Multikolinieritas Dengan melihat tabel coefficient hasil regresi didapatkan nilai toleransi 0,785 dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) 1,274. Dengan syarat terjadinya multikolinieritas apabila nilai toleransi ≤ 0,10 atau VIF ≥ 10, maka berdasarkan hasil uji tersebut variabel dinyatakan bebas multikolinieritas dan bisa digunakan dalam model regresi. 4.1.3 Uji Autokorelasi Untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) maka dilakukan uji autokorelasi.
35
Dengan jumlah variabel bebas (k) = 2 dan jumlah sampel (n) = 27, maka berdasarkan tabel Durbin-Watson didapat dl = 1,24 dan du = 1,56. Tabel 5. Ringkasan uji autokorelasi durbin-watson Kelompok
dl
du
A
1,24
1,56
DurbinWatson (d) 1,804
B
1,24
1,56
C
1,24
D
4-du
4-dl
Keputusan
2,4
2,76
tidak ada autokorelasi
1,573
2,4
2,76
tidak ada autokorelasi
1,56
2,119
2,4
2,76
tidak ada autokorelasi
1,24
1,56
1,878
2,4
2,76
tidak ada autokorelasi
E
1,24
1,56
2,300
2,4
2,76
tidak ada autokorelasi
F
1,24
1,56
2,085
2,4
2,76
tidak ada autokorelasi
dl
0 tolak h0
du
2 terima
4-du
4
4-dl tolak h0
H0
Berdasarkan uji diatas dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas autokorelasi. 4.1.4 Uji Heterokedastisitas Berdasarkan pengamatan terhadap scatterplot sebagaimana terdapat pada Lampiran 3, titik-titik yang muncul memiliki kecenderungan untuk menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi cukup baik (homokedastisitas) atau tidak terjadi heteroskedastisitas. 4.2. Analisis Kinerja Reksa Dana Pada bagian ini ditampilkan kinerja kelompok reksa dana yang dihitung berdasarkan periode penelitian Januari 2008 sampai dengan Maret 2010, yaitu periode dimana IHSG mengalami fase kejatuhan (market crash) dan pemulihan pasar (market rebound) yang dihitung berdasarkan tingkat pengembalian rata-rata disetahunkan (annual average return). Kemudian kinerja kelompok reksa dana saham di Indonesia diperbandingkan berdasarkan metode pengukuran dengan penyesuaian risiko yang dimilikinya (risk-adjusted measures) menggunakan indeks pengukuran kinerja Sharpe, Treynor, dan Jensen Alpha. Indeks Sharpe menggambarkan kinerja portofolio berdasarkan total risiko yang dimilikinya melalui pengukuran risk premium terhadap standar deviasi atau
36
simpangan baku dari fluktuasi perubahan nilai. Semakin tinggi nilai indeks Sharpe maka reksa dana tersebut memiliki kinerja yang semakin baik. Indeks Treynor sejatinya mirip dengan Indeks Sharpe, namun yang membedakan adalah pada Treynor mengukur volatilitas portofolio dengan membandingkan terhadap risiko sistematik pasar yang didapat dari nilai Beta ( ). Semakin tinggi nilai indeks Treynor juga diartikan reksa dana tersebut memiliki kinerja yang semakin baik. Sedangkan Indeks Jensen Alpha digunakan untuk menilai apakah manajer investasi dalam mengelola portofolio reksa dana dapat memberikan tingkat pengembalian diatas kinerja pasar sesuai dengan risiko yang dimilikinya (risk adjusted). Indeks Jensen Alpha didapat dengan mengukur perbedaan risiko premium portofolio (portfolio risk premium) dari risiko premium pasar (market risk premium) pada tingkat beta portofolio tertentu. Semakin tinggi nilai alpha (α) positif menunjukkan kinerja portofolio yang semakin baik. Tabel 6. Definisi operasional variabel Variabel
Definisi
Formula / keterangan
Return Reksa Dana atau Perbandingan antara selisih Return Portfolio (Rp) return pada akhir dengan awal periode. Return reksa dana disetahunkan. Risk Free Rate
Tingkat suku bunga bebas risiko Tingkat suku bunga pada periode t Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 1 bulan
Standar Deviasi
Tingkat penyimpangan return yang diperoleh dari tingkat return rata-rata. Nilai standar deviasi disetahunkan.
Beta Coefficient
Risiko sistematik portofolio
Risiko Premium Selisih antara return portofolio Portofolio (portfolio dengan tingkat suku bunga bebas risk premium) risiko
Rp - Rf
Risiko Premium Pasar Selisih antara return pasar (market risk premium) (IHSG) dengan tingkat suku bunga bebas risiko (SBI)
Rm - Rf
37
Return dari tiap kelompok dihitung berdasarkan return rata-rata dari ketiga produk sampel reksa dana saham yang diambil dari pergerakan bulanan NAB dan kemudian nilainya disetahunkan. Ringkasan hasil analisis kinerja reksa dana saham yang didapat adalah sebagai berikut: Tabel 7. Analisis kinerja reksa dana saham Kelompok
Kriteria
Annual Average Return
Std. Dev.
Beta Coef.
Sharpe
Treynor
Jensen Alpha
A
AUM > Rp.500 M & umur > 5 tahun
13,35%
35,30%
1,0023
0,1301
0,1262
0,1278
B
AUM > Rp.500 M & umur < 5 tahun
12,04%
39,38%
1,1162
0,0832
0,1015
0,1239
C
AUM Rp.100-499 M & umur > 5 tahun
12,68%
38,80%
1,0951
0,1010
0,1094
0,0571
D
AUM Rp.100-499 M & umur < 5 tahun
11,22%
46,06%
1,2621
0,0535
0,0834
0,0452
E
AUM < Rp.100 M & umur > 5 tahun
1,34%
40,41%
1,1321
-0,1835
0,0057
-0,0557
F
AUM < Rp.100 M & umur < 5 tahun
13,08%
36,39%
0,9937
0,1187
0,1245
0,1243
IHSG
Benchmark
7,13%
34,99%
1,0000
-0,0466
0,0643
0,0000
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil analisis kinerja reksa dana menggunakan metode pengukuran dengan penyesuaian terhadap risiko yang dimilikinya (risk-adjusted measures), yang menghasilkan indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen Alpha dengan nilai tertinggi adalah Kelompok A, yang terdiri dari Schroder Dana Prestasi Plus, Manulife Dana Saham, dan Fortis Pesona. Kelompok A merupakan kelompok reksa dana dengan dana kelolaan kategori besar dan sudah berumur lebih dari 5 tahun sejak tanggal penerbitannya (inception date). Di peringkat 2 adalah Kelompok F yang terdiri Simas Danamas Saham, Lautandhana Equity, dan Grow2-Prosper. Kelompok F masuk dalam kategori reksa dana dengan dana kelolaan kecil dan masih baru (terbit perdana dibawah 5 tahun sebelumnya); Peringkat 3, Kelompok C (Danareksa Mawar, Bahana Dana Prima, dan Batavia Dana Saham), Kelompok C kategori reksa dana dengan dana kelolaan menengah dan sudah berumur lebih dari 5 tahun; peringkat 4, Kelompok B (Manulife Saham Andalan, Fortis Infrastruktur Plus, dan First State Indoequity Sectoral Fund). Kelompok B kategori reksa dana dengan dana kelolaan besar namun masih berumur kurang
38
dari 5 tahun; peringkat 5, Kelompok D (Pratama Saham, Makinta Mantap, dan Dana Ekuitas Prima). Kelompok D kategori reksa dana dengan dana kelolaan menengah dan masih berumur kurang dari 5 tahun; sedangkan di peringkat terakhir adalah Kelompok E (BNI Dana Berkembang, Rencana Cerdas, dan Axa Citra Dinamis). Tabel 8. Peringkat kinerja kelompok reksa dana saham Peringkat
Kelompok
1
A
2
F
3
4
5
6
Produk Reksa Dana Saham Schroder Dana Prestasi Plus, Manulife Dana Saham, dan Fortis Pesona Simas Danamas Saham, Lautandhana Equity, dan Grow-2-Prosper
Kriteria AUM > Rp.500 M & umur > 5 tahun AUM < Rp.100 M & umur < 5 tahun
C
Danareksa Mawar, Bahana Dana Prima, dan Batavia Dana Saham
AUM Rp.100-499 M & umur > 5 tahun
B
Manulife Saham Andalan, Fortis Infrastruktur Plus, dan First State Indoequity Sectoral Fund
AUM > Rp.500 M & umur < 5 tahun
D
Pratama Saham, Makinta Mantap, dan Dana Ekuitas Prima
AUM Rp.100-499 M & umur < 5 tahun
E
BNI Dana Berkembang, Rencana Cerdas, dan Axa Citra Dinamis
AUM < Rp.100 M & umur > 5 tahun
Apabila kinerja tersebut dijelaskan melalui diagram dengan berdasarkan pada pendekatan Capital Market Line (CML) dan Security Market Line (SML) pada periode penelitian Januari 2008 sampai dengan Maret 2010, atau periode dimana IHSG mengalami fase kejatuhan (market crash) dan pemulihan pasar (market rebound) maka menunjukan slope yang negatif, hal ini menggambarkan bagaimana ketika terjadi gejolak di pasar keuangan ditandai dengan tingkat suku bunga yang tinggi dan return pasar yang rendah. Pada kondisi normal, kurva CML dan SML akan membentuk slope positif (berbentuk linier dari kiri bawah ke kanan atas) karena return risk free (Sertifikat Bank Indonesia) berada dibawah return pasar (IHSG). Pada periode krisis keuangan global tahun 2008, suku bunga Bank Indonesia sempat dinaikkan hingga 9,5% dan IHSG turun tajam sampai dengan akhir tahun. Tahun 2009, Bank Indonesia mulai melakukan kebijakan pelonggaran moneter dengan
39
penurunan suku bunga untuk mendorong perekonomian, hingga akhirnya bulan Juli 2009 suku bunga diturunkan hingga 6,5% dan IHSG berangsur-angsur naik kembali menandai periode pemulihan pasar.
Gambar 7. Diagram kinerja kelompok reksa dana saham dengan pendekatan capital market line Semua titik diatas garis CML menunjukan reksa dana yang memiliki indeks Sharpe diatas pasar (IHSG) atau bisa juga diartikan memiliki kinerja diatas pasar. Standar deviasi (simpangan baku) menunjukan return per unit risiko atau fluktuasi perubahan nilai (volatilitas).
SML
Gambar 8. Diagram kinerja kelompok reksa dana saham dengan pendekatan security market line Pada pendekatan SML, titik diatas garis SML menunjukan reksa dana yang memiliki indeks Treynor diatas pasar (IHSG) atau bisa juga diartikan memiliki kinerja diatas pasar. Selain itu, garis SML yang merepresentasikan CAPM juga menggambarkan opportunity cost dari kegiatan investasi. Titik diatas garis SML disebut portofolio yang undervalued (dihargai dibawah yang seharusnya) karena dengan risiko melekat yang dimilikinya (beta), reksa dana tersebut mampu memberikan return yang lebih tinggi, sedangkan titik dibawah garis SML disebut
40
portofolio yang overvalued (dihargai mahal dari yang seharusnya) karena memberikan return lebih rendah berdasarkan risikonya. Secara keseluruhan, dari keenam kelompok hampir kesemuanya berhasil memiliki return diatas IHSG, hanya satu kelompok yaitu Kelompok E yang kinerjanya berada dibawah kinerja pasar. Kelompok E yang sudah berumur lebih dari 5 tahun namun dari dana kelolaan masih masuk kategori kecil, sedangkan kelompok reksa dana saham yang terhitung baru (berumur kurang dari 5 tahun), berdasarkan rekapitulasi hasil analisis (return dan indeks pengukuran) secara umum menunjukan kinerja yang cukup baik. 4.3 Analisis Keahlian Stock Selection dan Kemampuan Market Timing Menurut Model Treynor-Mazuy dalam melakukan regresi, ketika nilai (α) positif berarti menunjukan adanya kemampuan stock selectivity dan ketika nilai (γ) positif berarti menunjukan adanya kemampuan market timing, maka hal ini mengindikasikan bahwa manajer investasi menghasilkan excess return portfolio reksa dana yang lebih besar dibandingkan dengan excess return market. Ringkasan penghitungan analisis regresi menggunakan model TreynorMazuy adalah sebagai berikut: Tabel 9. Ringkasan hasil model treynor-mazuy untuk stock selection skill Kelompok
Kriteria
Coefficient α
t-stat
p-value
A
AUM > Rp.500 M & umur > 5 tahun
0,005
1,787
0,087
B
AUM > Rp.500 M & umur < 5 tahun
0,004
1,087
0,288
C
AUM Rp.100-499 M & umur > 5 tahun
0,001
0,208
0.837
D
AUM Rp.100-499 M & umur < 5 tahun
-0,004
-0,508
0,616
E
AUM < Rp.100 M & umur > 5 tahun
-0,010
-2,034
0,053
F
AUM < Rp.100 M & umur < 5 tahun
-0,004
-0,707
0,487
Sumber: data diolah Berdasarkan Tabel 9, kelompok reksa dana yang menunjukan memiliki stock selection skill atau memperoleh nilai (α) atau alpha positif berdasarkan hasil regresi adalah Kelompok A (Schroder Dana Prestasi Plus, Manulife Dana Saham,
41
dan Fortis Pesona) di urutan pertama dengan nilai koefisien 0,005; urutan kedua, Kelompok B (Manulife Saham Andalan, Fortis Infrastruktur Plus, dan First State Indoequity Sectoral Fund) dengan nilai koefisien 0,004; dan ketiga, Kelompok C (Danareksa Mawar, Bahana Dana Prima, dan Batavia Dana Saham) dengan nilai koefisien 0,001, sedangkan tiga kelompok lain (D, E, F) memiliki nilai alpha negatif. Untuk signifikansi sendiri, secara statistik tidak ada satupun dari enam kelompok yang memenuhi syarat t hitung > t tabel (nilai t tabel = 2,064) dan pvalue < 0,05. Tabel 10. Ringkasan hasil model treynor-mazuy untuk market timing ability Kelompok
Kriteria
Coefficient γ
t-stat
p-value
A
AUM > Rp.500 M & umur > 5 tahun
0,112
0,911
0,372
B
AUM > Rp.500 M & umur < 5 tahun
0,057
0,354
0,727
C
AUM Rp.100-499 M & umur > 5 tahun
0,402
2,282
0,032
D
AUM Rp.100-499 M & umur < 5 tahun
0,784
2,033
0,053
E
AUM < Rp.100 M & umur > 5 tahun
0,516
2,217
0,036
F
AUM < Rp.100 M & umur < 5 tahun
0,924
3,233
0,004
Sumber: data diolah Dalam hal kemampuan market timing sebagaimana data Tabel 10 menunjukan bahwa semua kelompok reksa dana memiliki nilai (γ) positif. Nilai (γ) tertinggi dimana menunjukan kemampuan market timing dimiliki oleh Kelompok F (Simas Danamas Saham, Lautandhana Equity, dan Grow-2-Prosper) dengan nilai koefisien 0,924. Hasil regresi Kelompok F sendiri memiliki t hitung 3,233 > t tabel 2,064; dan p-value 0,004 < 0,05 sehingga secara statistik dianggap signifikan. Urutan kedua adalah Kelompok D (Pratama Saham, Makinta Mantap, dan Dana Ekuitas Prima) dengan nilai koefisien 0,784 namun tidak signifikan secara statistik karena memiliki t hitung 2,033 < t tabel 2,064; dan p-value 0,053 > 0,05; urutan ketiga, Kelompok E (BNI Dana Berkembang, Rencana Cerdas, dan Axa Citra Dinamis) dengan nilai koefisien 0,516 dan signifikan secara statistik karena memiliki t hitung 2,217 > t tabel 2,064; dan p-value 0,036 < 0,05; urutan keempat,
42
Kelompok C (Danareksa Mawar, Bahana Dana Prima, dan Batavia Dana Saham) dengan nilai koefisien 0,402 dan signifikan secara statistik karena memiliki t hitung 2,282 > t tabel 2,064; dan p-value 0,032 < 0,05; dan urutan kelima, Kelompok A (Schroder Dana Prestasi Plus, Manulife Dana Saham, dan Fortis Pesona) dengan nilai koefisien 0,112 namun tidak signifikan secara statistik karena memiliki t hitung 0,911 < t tabel 2,064 dan p-value 0,372 > 0,05; urutan terakhir, yaitu Kelompok B (Manulife Saham Andalan, Fortis Infrastruktur Plus, dan First State Indoequity Sectoral Fund) dengan nilai koefisien 0,057 namun tidak signifikan secara statistik karena memiliki t hitung 0,354 < t tabel 2,064; dan p-value 0,727 > 0,05. Tabel 11. Ringkasan hasil model treynor-mazuy untuk excess market return Kelompok
Kriteria
Coefficient β
t-stat
p-value
A
AUM > Rp.500 M & umur > 5 tahun
1,017
40,328
0,000
B
AUM > Rp.500 M & umur < 5 tahun
1,120
33,723
0,000
C
AUM Rp.100-499 M & umur > 5 tahun
1,132
31.329
0,000
D
AUM Rp.100-499 M & umur < 5 tahun
1,334
16,861
0,000
E
AUM < Rp.100 M & umur > 5 tahun
1,180
24,743
0,000
F
AUM < Rp.100 M & umur < 5 tahun
1,082
18,458
0,000
Sumber: data diolah Excess market return adalah bagian selisih return dari portofolio dengan return dari benchmark atau pasar. Sedangkan nilai koefisien excess market return pada regresi model Treynor-Mazuy menjelaskan korelasi dari variabel independen terhadap variabel dependen atau dalam hal ini risiko premium portofolio. Nilai koefisien sebagaimana ringkasan hasil menunjukan korelasi positif antara excess market return dengan risiko premium portofolio (Rp –Rf).
4.4 Implikasi Manajerial Berdasarkan analisis kinerja dari keenam kelompok reksa dana saham pada periode dimana IHSG mengalami fase kejatuhan (market crash) dan pemulihan pasar (market rebound) dalam rentang Januari sampai dengan Maret 2010,
43
ternyata hampir kesemua kelompok reksa dana saham berhasil memiliki return diatas IHSG. Kelompok A (Schroder Dana Prestasi Plus, Manulife Dana Saham, dan Fortis Pesona), kelompok reksa dana saham yang memiliki dana kelolaan (Asset Under Management) besar atau diatas Rp.500 miliar dan sudah berumur lebih dari 5 tahun, membukukan kinerja paling tinggi. Dalam hal kemampuan stock selection, Kelompok A di urutan pertama dengan nilai koefisien 0,005, sedangkan untuk kemampuan market timing diurutan kelima dengan nilai koefisien 0,112 walaupun secara statistik tidak signifikan. Kelompok A mencatatkan kinerja diatas pasar (outperformed) dengan return 16,97% dimana IHSG pada saat yang sama hanya memberikan return 7,13%. Tabel 12. Tabel kinerja reksa dana saham, stock selection skill, dan market timing ability Kelompok A F C B D E
Kriteria AUM > Rp.500 M & umur > 5 tahun AUM < Rp.100 M & umur < 5 tahun AUM Rp.100-499 M & umur > 5 tahun AUM > Rp.500 M & umur < 5 tahun AUM Rp.100-499 M & umur < 5 tahun AUM < Rp.100 M & umur > 5 tahun IHSG
Annual Average Return
Stock Selection Skill (α)
Market Timing Ability (γ)
16,97%
0,005
0,112
13,08%
-0,004
0,924
12,68%
0,001
0,402
12,55%
0,004
0,057
11,22%
-0,004
0,784
1,34%
-0,010
0,516
7,13%
Sumber: data diolah Dari enam kelompok, tercatat ada satu kelompok yaitu Kelompok E yang kinerjanya berada dibawah kinerja pasar. Kelompok E merupakan kategori kelompok reksa dana saham yang memiliki dana kelolaan (Asset Under Management) kecil (dibawah Rp.100 miliar) tetapi sudah berumur lebih dari 5 tahun yang dihitung sejak pertama produk reksa dana tersebut diterbitkan. Kelompok E (BNI Dana Berkembang, Rencana Cerdas, dan Axa Citra Dinamis) sebenarnya memiliki kemampuan market timing sebagaimana hasil
44
regresi model Treynor-Mazuy mendapat nilai koefisien γ sebesar 0,516 dan signifikan secara statistik namun untuk kemampuan stock selection, Kelompok E memiliki nilai α negatif paling rendah diantara kelompok reksa dana lainnya. Kelompok lain yang memiliki nilai α negatif adalah Kelompok F (Simas Danamas Saham, Lautandhana Equity, dan Grow-2-Prosper) yang termasuk kategori reksa dana ukuran kecil dan masih muda, dan Kelompok D (Pratama Saham, Makinta Mantap, dan Dana Ekuitas Prima) yang termasuk kategori reksa dana berukuran menengah dan masih muda. Walaupun kedua kelompok reksa dana ini memiliki nilai α negatif namun diimbangi atau dikompensasikan dengan nilai koefisien γ (market timing) yang relatif sangat baik (urutan tertinggi pertama dan kedua) sehingga secara return juga memberikan hasil yang cukup baik. Reksa dana baru sebenarnya punya kelebihan dalam market timing, karena periode kejatuhan pasar terjadi belum lama ketika mereka pertama aktif sehingga komposisi cash dalam portofolio masih besar atau belum sepenuhnya dialokasikan untuk belanja saham. Untuk Kelompok B (Manulife Saham Andalan, Fortis Infrastruktur Plus, dan First State Indoequity Sectoral Fund), yang termasuk kategori kelompok reksa dana ukuran besar dan berusia muda (kurang dari lima tahun) dan Kelompok C (Danareksa Mawar, Bahana Dana Prima, dan Batavia Dana Saham) yang termasuk kategori kelompok reksa dana ukuran menengah dan berusia tua (lebih dari lima tahun) memiliki kemampuan stock selection dan market timing-nya yang cukup baik karena masing-masing α dan γ mendapat nilai positif. Manajer investasi yang baik adalah yang memiliki nilai α dan γ sama-sama positif sehingga menunjukan kemampuan stock selection dan market timing yang seimbang, atau dengan kata lain manajer investasi berarti telah berhasil melakukan active management atau secara aktif melakukan strategi investasi dengan bertujuan mengalahkan indeks pasar atau IHSG (beat the market). Kelemahan Kelompok E yang membuat kinerjanya dibawah return pasar/IHSG (underperform) adalah selain karena nilai α negatif, juga karena nilai γ positif yang tidak terlalu superior untuk mengimbangi nilai α yang terlalu rendah. Bagi reksa dana Kelompok E, implikasi manajerial yang harus dilakukan manajer investasi bersangkutan adalah dengan tetap berusaha meningkatkan kemampuan market timing, yaitu ketika pasar sedang naik (
>
) merubah
45
komponen portofolionya dengan beta yang memiliki nilai tinggi (
> 1), tetapi
<
) merubah komposisi saham
dengan beta yang memiliki nilai yang rendah (
< 1), dan juga yang cukup
ketika pasar sedang mengalami penurunan (
penting yaitu agar lebih baik lagi dalam melakukan pemilihan terhadap sahamsaham yang dianggap paling potensial memberikan return yang optimal di masa depan dengan menerapkan berbagai pendekatan dalam menyusun portofolio guna mendapatkan kinerja baik atau return diatas pasar (outperforming).
46
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Berdasarkan atas hasil analisa dan pembahasan yang telah penulis sampaikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Kinerja reksa dana saham Indonesia di periode Januari 2008 sampai dengan Maret 2010 dimana terjadi gejolak di pasar finansial terbukti cukup baik. Dari enam kelompok reksa dana yang diteliti, tercatat lima kelompok yang berhasil membukukan return diatas return pasar (beat the market). Kelompok A yang terdiri dari reksa dana saham dengan dana kelolaan kategori besar dan berumur lebih dari 5 tahun berada di peringkat teratas reksa dana saham yang memberikan return paling tinggi. b. Pengukuran kinerja reksa dana saham dengan metode penyesuaian risiko yang dimilikinya (risk-adjusted measures) menunjukan bahwa berinvestasi di reksa dana merupakan pilihan yang cukup tepat. Risiko yang diambil investor terbayar dengan Reward berupa tingkat pengembalian yang menarik karena lima dari enam kelompok reksa dana saham yang diteliti memiliki indeks kinerja Sharpe, Treynor, & Jensen Alpha diatas pasar. c. Keunggulan manajer investasi dalam hal stock selection skill dimiliki oleh tiga dari enam kelompok yaitu secara berurutan dari nilai α tertinggi: Kelompok A, Kelompok B, dan Kelompok C, walaupun secara statistik tidak signifikan, sedangkan market timing ability dimiliki oleh semua kelompok yaitu secara berurutan dari nilai γ tertinggi: Kelompok F, Kelompok D, Kelompok E, Kelompok C, Kelompok A, dan Kelompok B. Tercatat Kelompok F yang terdiri dari reksa dana saham dengan dana kelolaan kategori kecil dan berumur kurang dari 5 tahun memiliki kemampuan market timing paling tinggi dan signifikan secara statistik. 2. Saran Saran yang dapat diberikan penulis diantaranya: a. Bagi investor, reksa dana saham merupakan produk investasi yang tepat bagi sarana mencapai tujuan finansial dan melindungi aset dari inflasi. Selain itu, berinvestasi pada reksa dana saham terbukti sangat menarik
47
apabila timeframe investasi berhorizon jangka panjang. Ketika pasar finansial mengalami gejolak dan mengalami penurunan pun investor seharusnya tidak perlu panik, reksa dana saham pada waktunya akan kembali bangkit dan mencetak keuntungan. Dari sudut pandang lain, penurunan yang terjadi pada Nilai Aktiva Bersih (NAB)/unit penyertaan merupakan peluang untuk membeli reksa dana dengan ‘harga murah’. Evaluasi kinerja reksa dana saham secara periodik tetap direkomendasikan untuk dapat menemukan produk reksa dana saham yang memiliki kinerja baik. b. Bagi manajer investasi, agar tetap terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya dibidang manajemen portofolio sehingga pada akhirnya bermanfaat terhadap peningkatan kinerja reksa dana. c. Bagi peneliti, untuk memperkaya wawasan dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dapat menggunakan model maupun variabel-variabel lain yang kemungkinan dapat juga memberikan pengaruh terhadap kinerja reksa dana. Selain itu, bisa juga dilakukan pengukuran dengan periode waktu yang berbeda atau menggunakan pembanding market return lain selain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk benchmarking, misalnya Indeks LQ45, IDX30, Infovesta Equity Fund Index, dan sebagainya.
48
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali I. 2006. Aplikasi SPSS dan Analisis Multivariat. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Gumilang TF, Subiyantoro H, 2008. Reksadana Pendapatan Tetap di Indonesia: Analisis Market Timing dan Stock Selection – Periode 2006-2008. Jurnal Keuangan dan Moneter [Internet]. Jakarta (ID): Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan [diunduh 2014 Februari 15]: 11(1):114-146. Tersedia pada: http://asnugroho.net/papers/heru.pdf Gunawan H. 2010. Kinerja Reksa Dana Indonesia pada saat Bullish Market, Crash Market, dan Rebound Market [thesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Husnan S. 2000. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas di Pasar Modal. Yogyakarta (ID): UPP-AMP YKPN. Jensen M. 1967. The Performance of Mutual Fund in the Period 1945-1964. Journal of Finance [Internet]. (US): Wiley-Blackwell for the American Finance Association [diunduh 2014 Februari 20]; 23(2):389-416. Tersedia pada: http://www.performancemeasurement.org/Jensen1967.pdf Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Ed ke-3. Yogyakarta (ID): BPFE Fakultas Ekonomi UGM. Keown AJ, Martin JD, Petty JW, Scott DF. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsipprinsip dan Aplikasi. Ed ke-9. Jakarta (ID): Indeks. Lubis FM. 2009. Identifikasi Kemampuan Selectivity dan Market Timing pada Reksa Dana Saham di Indonesia [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Manurung AH. 2000. Mengukur Kinerja Portofolio (ID): Manajemen & Usahawan Indonesia. Tahun 29 No.11 November 2000, hlm 41-46. [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Statistik Pasar Modal. Jakarta (ID): OJK [diakses 2014 Maret 22]. Tersedia pada http://www.ojk.go.id/datastatistik-pasar-modal [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Pusat Informasi Reksa Dana - Komposisi NAB Reksa Dana berdasarkan Jenis. Jakarta (ID): Otoritas Jasa Keuangan. [diakses 2014 Maret 22]. Tersedia pada http://aria.bapepam.go.id/reksadana/statistik.asp?page=statistik-nab-rd Pratomo EP. 2007. Berwisata ke Dunia Reksa Dana. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Sharpe WF. 1966. Mutual Fund Performance. Journal of Business [Internet]. Chicago (US): University of Chicago Press [diunduh 2014 Februari 20]; 39(1):119-138. Tersedia pada: http://www.edgefund.com/Shar66.pdf Sharpe WF, Alexander GJ, Bailey JV. 1998. Investment 6th ed. (US): Prentice Hall. Sulistyorini A. 2009. Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen (Saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003 sampai 2007) [thesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro
49
Treynor JL, Mazuy KK. 1966. Can Mutual Funds Outguess The Market?. Harvard Business Review [Internet]. Boston (US): Harvard University [diunduh 2014 Februari 20]; 44:131-136. Tersedia pada: http://users.business.uconn.edu/jgolec/Treynor-Mazuy.pdf Utomo P. 2010. Peluang dan Tantangan Pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia. Jakarta (ID): PT Minna Padi Aset Manajemen. Yahoo Finance. 2014. Composite Index [diakses 2014 Februari 28]. Tersedia pada http://finance.yahoo.com/echarts?s=^JKSE+Interactive Winingrum EP. 2011. Analisis Stock Selection Skills, Market Timing Ability, Size Reksa Dana, Umur Reksa Dana, dan Expense Ratio terhadap Kinerja Reksa Dana Saham yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2006-2010 [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
50
Lampiran 1. Hasil uji normalitas analisis grafik p-plot. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D
Kelompok E
Kelompok F
51
Lampiran 2. Hasil uji statistik non-parametrik kolmogorov-smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Residual
N
27
Normal Parameters(a,b)
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
,0000
Residual N
27 Mean
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation
,01114 ,172
Most Extreme Differences
Absolute
,126
-,079
Negative
-,082
,895
Kolmogorov-Smirnov Z
,656
,399
Asymp. Sig. (2-tailed)
,782
Kelompok A
Kelompok B
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Residual 27
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
,0000
Residual 27
N Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation
,01596 ,186
Mean
Most Extreme Differences
Absolute
,126
-,095
-,082
,968
Kolmogorov-Smirnov Z
,656
,305
Asymp. Sig. (2-tailed)
,782
Kelompok D
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Residual 27
Most Extreme Differences
Absolute
Std. Deviation
,126
Negative
Kelompok C
Normal Parameters(a,b)
,01467
Positive
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Mean
,0000
,186
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
N
,126
Positive
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Normal Parameters(a,b)
,01467
,172
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
N
,0000
,0000 ,02106 ,156
Positive
,156
Negative
-,123
Residual N
27
Normal Parameters(a,b)
Mean
Most Extreme Differences
Absolute
Std. Deviation
,0000 ,02588 ,157
Positive
,157
Negative
-,082
Kolmogorov-Smirnov Z
,810
Kolmogorov-Smirnov Z
,815
Asymp. Sig. (2-tailed)
,529
Asymp. Sig. (2-tailed)
,520
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Kelompok E
Kelompok F
52
Lampiran 3. Hasil uji heterokedastisitas melalui analisis grafik scatterplot
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D
Kelompok E
Kelompok F
53
Lampiran 4. Hasil regresi kelompok A
Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
(Rm - Rf)^2, Rm - Rf(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Rp - Rf Model Summary(b)
Model 1
R ,994(a)
R Square ,988
Adjusted R Square ,987
Std. Error of the Estimate ,0115918
Durbin-Watson 1,804
a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf ANOVA(b)
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
,273
2
,172
Residual
,003
24
,000
Total
,276 a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf
F
Sig.
1014,678
,000(a)
26
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) Rm - Rf (Rm - Rf)^2
a Dependent Variable: Rp - Rf
Standardized Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
,005
,003
1,787
,087
1,017
,025
1,004
40,328
,000
,785
1,274
,112
,123
,023
,911
,372
,785
1,274
54
Lampiran 5. Hasil regresi kelompok B
Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
(Rm - Rf)^2, Rm - Rf(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Rp - Rf Model Summary(b)
Model 1
R ,992(a)
R Square ,984
Adjusted R Square ,982
Std. Error of the Estimate ,01522713
Durbin-Watson 1,573
a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf
ANOVA(b)
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
,335
2
,167
Residual
,006
24
,000
Total
,340 a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf
F
Sig.
717,369
,000(a)
26
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) Rm - Rf (Rm - Rf)^2
a Dependent Variable: Rp - Rf
Standardized Coefficients
Std. Error ,004
,003
1,120
,033
,057
,162
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
1,087
,288
,997
33,723
,000
,785
1,274
,010
,354
,727
,785
1,274
55
Lampiran 6. Hasil regresi kelompok C
Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
(Rm - Rf)^2, Rm - Rf(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Rp - Rf Model Summary(b)
Model 1
R ,990(a)
R Square ,980
Adjusted R Square ,978
Std. Error of the Estimate ,0166139
Durbin-Watson 2,119
a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf ANOVA(b)
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
,324
2
,162
Residual
,007
24
,000
Total
,330 a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf
F
Sig.
586,215
,000(a)
26
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) Rm - Rf (Rm - Rf)^2
a Dependent Variable: Rp - Rf
Standardized Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
,001
,004
,208
,837
1,132
,036
1,022
31,329
,000
,785
1,274
,402
,176
,074
2,282
,032
,785
1,274
56
Lampiran 7. Hasil regresi kelompok D
Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
(Rm - Rf)^2, Rm - Rf(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Rp - Rf Model Summary(b)
Model 1
R ,965(a)
R Square ,932
Adjusted R Square ,926
Std. Error of the Estimate ,0363770
Durbin-Watson 1,878
a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf ANOVA(b)
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
,433
2
,216
Residual
,032
24
,001
Total
,464 a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf
F
Sig.
163,466
,000(a)
26
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
(Constant)
-,004
,008
-,508
,616
Rm - Rf
1,334
,079
1,016
16,861
,000
,785
1,274
,784
,386
,122
2,033
,053
,785
1,274
(Rm - Rf)^2 a Dependent Variable: Rp - Rf
57
Lampiran 8. Hasil regresi kelompok E
Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
(Rm - Rf)^2, Rm - Rf(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Rp - Rf Model Summary(b)
Model 1
R ,984(a)
R Square ,968
Adjusted R Square ,965
Std. Error of the Estimate ,0219223
Durbin-Watson 2,300
a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
,347
2
,173
Residual
,012
24
,000
Total
,358
26
F 360,654
Sig. ,000(a)
a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
-,010
,005
Rm - Rf
1,180
,048
,516
,233
(Rm - Rf)^2 a Dependent Variable: Rp - Rf
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
-2,034
,053
1,023
24,743
,000
,785
1,274
,092
2,217
,036
,785
1,274
58
Lampiran 9. Hasil regresi kelompok F
Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
(Rm - Rf)^2, Rm - Rf(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Rp - Rf Model Summary(b)
Model 1
R ,970(a)
R Square ,940
Adjusted R Square ,935
Std. Error of the Estimate ,0269389
Durbin-Watson 2,085
a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
,273
2
,137
Residual
,017
24
,001
Total
,291
26
F
Sig.
188,406
,000(a)
a Predictors: (Constant), (Rm - Rf)^2, Rm - Rf b Dependent Variable: Rp - Rf Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
-,004
,006
Rm - Rf
1,082
,059
,924
,286
(Rm - Rf)^2 a Dependent Variable: Rp - Rf
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
-,707
,487
1,041
18,458
,000
,785
1,274
,182
3,233
,004
,785
1,274