ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT CHAROEN PHOKPAND INDONESIA TBK (PERSERO) PERIODE 2008-2012
PUTRI ANGGRAENI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014
Putri Anggraeni NIM H34100083
ABSTRAK PUTRI ANGGRAENI. Analisis Kinerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012. Dibimbing oleh DWI RACHMINA Pengukuran kinerja keuangan digunakan untuk menilai keefektifan manajemen sebuah perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan yang banyak digunakan adalah rasio keuangan. Namun, pengukuran tersebut tidak cukup untuk merefleksikan penciptaan kekayaan bagi pemegang saham. Sehingga perlu dilengkapi dengan pengukuran Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia sebagai salah satu perseroan besar di subsektor agribisnis perunggasan. Penelitian menggunakan analisis rasio keuangan, EVA dan MVA. Setelah itu diukur juga hubungan antara rasio keuangan terhadap EVA dan EVA terhadap MVA. Hasil penelitian menunjukan rasio keuangan, EVA dan MVA perseroan cenderung meningkat atau baik. Rasio keuangan yang berpengaruh terhadap EVA hanya ROE, setiap kenaikan ROE 1 persen maka EVA meningkat sebesar 5 497 504 juta rupiah. Hubungan antara EVA dan MVA didapati tidak signifikan dalam penelitian. Kata kunci: EVA, kinerja keuangan, MVA, PT Charoen Phokpand dan rasio keuangan
ABSTRACT PUTRI ANGGRAENI. Financial Analysis Performances of PT Charoen Phokpand Indonesia 2008-2012 periods. Supervised by DWI RACHMINA Financial analysis is used to see how effective the performance of management in a company. Financial measurement using financial ratios is considered not enough provide overall creation of shareholder wealth. a measurement has to be completed by Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA). This research is conducted on PT Charoen Phokpand Indonesia. It aims to look at the financial performance of the company through the financial ratios measuring instruments, EVA and MVA. Its also see both of the relationship between ratios and EVA and between EVA and MVA. The study yielded information that the whole of the 2008 to 2012 financial ratios, EVA and MVA tend to increase. It inform the company financial performances is good. Financial ratios that affect EVA is only ROE, the corellation is positive. If the ROE increased 1 percent, the EVA would also increase 5 497 504 millions. This analysis also found that between EVA and MVA is not significantly related. Keyword : EVA, financial performance, MVA, PT Charoen Phokpand, ratios
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT CHAROEN PHOKPAND INDONESIA TBK (PERSERO) PERIODE 2008-2012
PUTRI ANGGRAENI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012 Nama : Putri Anggraeni NIM : H34100083
Disetujui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: An . ~:~ =""nerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Perse;-, ? eriode 2008-2012 Nama : Putri Anggraeni NIM : H3 41000 3
Disetujui oleh
(jrDr Ir Dwi Rachrnina, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
2 1 MAR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ialah keuangan, dengan judul Analisis Kinerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012. Penelitian dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia dan PT Charoen Phokpand Indonesia, sejak bulan November 2013 sampai Januari 2014 Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Dwi Rachmina, M Si selaku dosen pembimbing, Dr Ir Netti Aprillia, MM selaku dosen penguji utama, Ir Narni Farmayani, M Sc selaku dosen penguji Komisi Pendidikan, pihak Bursa Efek Indonesia serta Bapak Dr Ir Syahrir Akil dan Suripto yang telah memberi izin untuk meneliti PT Charoen Phokpand Indonesia. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak BEI yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Adik, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman Agribisnis 47, Galih Puntadewa, Putri Gunanti, Tuty Rachmawati, Riska Prorina, M Hakim Haekal, Josia Anajohn, Ica, Nurafiah, Olha Siahaan, Talita Mila, Masturoh dan Santika Hamidah yang banyak membantu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Putri Anggraeni
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah
xi xi xi 1 1 3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA Pengukuran kinerja keuangan Pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio keuangan, EVA dan MVA Faktor-faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kinerja keuangan Laporan keuangan Rasio keuangan Nilai tambah ekonomi (Economic Value Added =EVA) Nilai tambah pasar (Market Value Added= MVA) Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA Pengaruh EVA terhadap MVA Kerangka Pemikiran Operasional METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Peneitian
5 5 5 6 7 7 7 7 9 11 14 15 15 16 18 18
Jenis dan Sumber Data
18
Metode Pengumpulan Data
18
Metode Pengolahan dan Analisis Data
18
Analisis rasio-rasio keuangan Analisis nilai tambah ekonomi (Economic Value Added-EVA Metode nilai tambah pasar (Market Value Added-MVA) Analisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA Analisis pengaruh EVA terhadap MVA HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT Charoen Phokpand Indonesia Sejarah perusahaan
19 19 22 22 25 26 26 26
Visi, misi dan strategi perusahaan
27
Manajemen dan Struktur Organisasi
28
Kegiatan usaha perusahaan Aspek pemasaran Aspek sumber daya manusia dan struktur organisasi Rasio-rasio keuangan Economic Value Added (EVA) Market Value Added (MVA Hubungan rasio-rasio keuangan terhadap EVA Hubungan antara EVA dengan MVA SIMPULAN DAN SARAN Saran
28 29 31 32 40 42 44 47 49 49
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
50 53 53 85
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Data konsumsi unggas nasional tahun 2009-2011 Jumlah perusahaan unggas menurut badan hukum di Indonesia Data market share industri pakan ternak di Indonesia tahun 2008 EVA perusahaan unggas go public periode 1997-2002 Rumus matematis rasio keuangan Tahapan perhitungan EVA Tahapan Perhitungan biaya ekuitas Langkah perhitungan MVA Hipotesis awal pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 ROA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 DAR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 DER PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 AUR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 EVA PT Charoen phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Hasil persamaan regresi pengaruh rasio keuangan terhadap EVA Hasil regresi first differencing rasio keuangan terhadap EVA
1 1 2 3 19 20 21 22 25 33 34 35 36 38 39 40 41 43 44 46
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Alur penelitian kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia Proses produksi DOC PT Charoen Phokpand Indonesia Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia Struktur organisasi PT Charoen Phokpand Indonesia NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Proporsi hutang PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 EVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
17 29 30 30 31 34 36 38 39 42
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia 2009 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011
54 55 56 57 58 59 61
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2009 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008 Perhitungan NPM PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan ROA PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan ROE PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan DAR PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan DER PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan AUR PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan NOPAT PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan biaya hutang Kd* PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan biaya ekuitas PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan struktur modal PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan WACC PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan integrated capital PT Charoen Phokpand Indonesia Perhitungan COC PT Charoen Phokpand Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan tahun 2008-2012 Harga saham PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Daftar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Regresi rasio keuangan terhadap EVA Output regresi hubungan antara EVA terhadap MVA
63 65 67 69 70 71 72 73 74 75 76 76 76 76 77 78 79 79 80 81 82 83
PENDAHULUAN
Latar Belakang Agribisnis peternakan menjadi bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan berupa protein hewani. Pentingnya pemenuhan kebutuhan ini membuat pasar dari peternakan begitu potensial, paling tidak terdapat populasi sebanyak 240 juta jiwa dalam skala nasional yang membutuhkan hasil dari sektor peternakan. Salah satu komoditas peternakan yang banyak diminati adalah komoditas unggas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, terjadi peningkatan ratarata konsumsi unggas nasional untuk ayam broiler dan ayam kampung sebesar 2.94 dan 0.05 persen sepanjang tahun 2009 sampai 2011. Tabel 1 Data konsumsi unggas nasional tahun 2009-2011 Komoditas unggas Tahun (kg per kapita) 2009 2010 2011 Ayam broiler Ayam kampung
3.08 0.52
3.55 0.63
3.65 0.63
Rata-rata peningkatan (%) 2.94 0.05
Unggas lainnya
0.05
0.05
0.05
0.00
Sumber : Badan Pusat Statistik 2013
Komoditas unggas terutama ayam, menjadi produk yang banyak diminati oleh konsumen nasional. Komoditas ini diminati karena harga yang relatif terjangkau, kandungan protein yang tinggi serta karakteristik produk unggas yang dapat diterima penduduk Indonesia yang sebagian besar muslim. Hal-hal tersebut menjadikan komoditas unggas, potensial untuk dikembangkan dalam unit bisnis baik dalam skala kecil maupun besar. Potensi ini berimplikasi pada peningkatan jumlah perusahaan unggas sejak tahun 2008 yang hanya 267 unit menjadi 351 unit ditahun 2011 (Tabel 2). Tabel 2 Jumlah perusahaan unggas menurut badan hukum di Indonesia Badan hukum 2008 2009 2010 PT/CV/Firma 229 242 287 BUMN 3 3 4 Koperasi 24 26 23 Perorangan 0 0 Yayasan 19 Lainnya 11 12 Jumlah 267 283 333 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2013
2011 315 4 22 10 351
2 Peningkatan jumlah peternakan unggas yang begitu pesat tentu berhubungan langsung dengan industri pakan ternak. Industri pakan ternak berfungsi sebagai penyedia input terbesar dalam usaha ternak selain bibit. Secara finansial, pakan merupakan faktor biaya produksi yang paling penting dibandingkan faktor lainnya. Penggunaan pakan mencapai 60 persen sampai 70 persen dari total biaya produksi. Salah satu perusahaan besar yang bergerak dalam industri pakan ternak adalah PT Charoen Phokpand Indonesia. Perusahaan ini menjadi pemimpin pasar dengan market share tertinggi sebesar 31.20 persen pada tahun 2008 (Tabel 3). Tabel 3 Data market share industri pakan ternak di Indonesia tahun 2008 Nama perusahaan Jumlah produksi Market share (juta ton/tahun) (%) Charoen Pokphand 4.00 31.20 Indonesia Jafpa Comfeed 1.73 13.50 Indonesia Cheil Jedang 0.75 7.80 Sierad Produce 0.54 7.00 Malindo Feedmill 0.44 3.50 Lainnya 5.35 37.00 Total 12.81 100.00 Sumber : Gabungan Perusahaan Pakan Ternak Indonesia 2008
PT Charoen Phokpand selain memiliki market share terbesar dalam industri pakan ternak, diketahui juga bahwa penjualan netto perusahaan untuk seluruh produknya sejak tahun 2008 sampai 2012 terus mengalami peningkatan. Tahun 2008 sebesar hanya 13 triliyun rupiah dan ditahun 2012 mecapai 21 triliyun rupiah. Hal ini semakin menguatkan posisi PT Charoen Phokpand dalam industri pakan ternak. Akan tetapi, kedua parameter tersebut dirasa belum cukup untuk menggambarkan kinerja sebuah perusahaan secara utuh. Market share dan peningkatan penjualan dapat dijadikan pengukuran kinerja perusahaan berupa kinerja non finansial. Salah satu aspek penilaian yang penting lainnya adalah kinerja finansial. Hasil penelitian Christiawan (2004), memberikan informasi bahwa kinerja keuangan perusahaan agribisnis unggas yang dilihat dari Economic Value Added berfluktuasi (Tabel 4). Terkadang nilai EVA positif terkadang negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak konsisten dalam menghasilkan nilai tambah ekonomi bagi pemegang saham. Pada tabel 4 juga diketahui nilai EVA PT Charoen Phokpand negatif ditahun 1997, 1998, 2000 dan 2001 dan positif hanya ditahun 1999 dan 2002. Hasil penelitian Yusnawati (2004) menggunakan pendekatan analisis Market Value Added (MVA), juga menunjukkan bahwa industri agribisnis perunggasan tidak memberikan kemakmuran bagi investor. Hal ini berarti tingkat kepercayaan investor terhadap industri untuk menghasilkan keuntungan bagi dirinya masih rendah. Penelitian terbaru dilakukan Galih (2008) terhadap lima perusahaan peternakan go public mendapati bahwa saham perusahaan pada perusahaan agribisnis hanya cocok untuk trader (kegiatan jual beli saham untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek).
3
Tabel 4 EVA perusahaan unggas go public periode 1997-2002 Nama perusahaan Economic Value Added (EVA) 1997-1998 1999 2000-2001 PT Cipedawa Farm Negatif Negatif Negatif Enterprises PT Multibreeder Negatif Negatif Negatif Adidarma Indonesia PT Charoen Negatif Positif Negatif Pokhpand Indonesia PT Central Negatif Positif Positif Proteinaprima PT Japfa Comfeed Negatif Negatif Negatif Indonesia PT Sierad Produce Negatif Negatif Negatif PT Surya Hidup Negatif Positif Negatif Satwa PT Fast Food Positif Positif Positif Indonesia
2002 Negatif Negatif Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Positif
Sumber : Christiawan (2004) ; Yusnawati (2004)
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka perlu dilakukan pengukuran kinerja keuangan pada PT Charoen Phokpand sebagai salah satu perusahaan besar di sektor agribisnis perunggasan. Pengukuran kinerja keuangan tradisional dengan menggunakan metode pengukuran kinerja rasio-rasio keuangan tidak dirasa cukup lagi untuk memberikan keseluruhan informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal yang dipakai. Sehingga pengukuran perlu dilengkapi dengan pengukuran menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Selain itu, perlu dilengkapi dengan analisis terkait apa sajakah faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA. Kedua Hasil tersebut dapat memberikan kesimpulan mengenai komponen kinerja manakah yang dapat mempengaruhi dan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan, agar perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang.
Perumusan Masalah Tingkat persaingan dalam industri pakan ternak beserta industri integrasinya semakin ketat. Peningkatan penjualan PT Charoen phokpand yang terus meningkat disepanjang 2008 sampai 2012 semakin menguatkan posisi PT Charoen Phokpand sebagai salah satu perusahaan agribisnis perunggasan di Indonesia. Peningkatan penjualan dan market share belum dirasa cukup menggambarkan kinerja perusahaan yang baik secara keseluruhan. Kinerja perusahaan secara garis besar dapat dikategorikan sebagai kinerja keuangan dan non keuangan. Sebagai pembelajaran adalah penelitian Fahmi (2004) terhadap kinerja keuangan PT Charoen Phokpand periode 1998 sampai 2002 dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Penelitian tersebut menunjukan penjualan
4 perusahaan terus meningkat, tetapi kinerja keuangan perusahaan tidak baik. Maka dari itu, menjadi menarik untuk dianalisis apakah hal serupa juga terjadi pada periode 2008 sampai 2012 yang diketahui penjualan perusahaan selalu meningkat. Pengukuran kinerja keuangan dapat menjadi salah satu acuan apakah manajemen dapat mengelola dan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki perusahaan secara efisien. Namun pengukuran kinerja keuangan menggunakan kinerja rasio keuangan dirasa tidak lagi cukup menggambarkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Pengukuran tersebut belum memberikan informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal pemilik saham yang dipakai. Sehingga pengukuran kinerja keuangan PT Charoen Phokpand perlu dilengkapi dengan analisis nilai tambah ekonomi dan nilai tambah pasar. Sejatinya ketiga ukuran penilaian kinerja keuangan tersebut diasumsikan memilki korelasi. Rasio keuangan diasumsikan menjadi penggerak utama dari EVA begitu pun EVA menjadi bagian gambaran kinerja keuangan internal perusahaan yang akan berpengaruh pada nilai tambah pasar (MVA). Bagaimanakah hubungan antara rasio keuangan dengan EVA dan EVA terhadap MVA pada PT Charoen Phokpand menjadi bagian penting yang harus dianalisis. Berdasarkan hal-hal tersebut maka secara lebih singkat dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)? 2. Apakah Economic Value Added (EVA) PT Charoen Phokpand Indonesia dipengaruhi oleh rasio-rasio keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia? 3. Apakah Market Value Added (MVA) PT Charoen Phokpand Indonesia dipengaruhi oleh EVA PT Charoen Phokpand Indonesia?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat kesehatan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, EVA dan MVA. 2. Menganalisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA PT Charoen Phokpand Indonesia. 3. Menganalisis pengaruh EVA terhadap MVA PT Charoen Phokpand Indonesia.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat : 1. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
5 2. Bagi peneliti untuk memberikan wawasan pengalaman dan informasi baru yang berharga sekaligus sebagai wadah untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan di bangku kuliah. 3. Bagi investor hasil penelitian ini dapat berguna sebagai rujukan dalam kegiatan investasi di pasar modal.
TINJAUAN PUSTAKA Pengukuran kinerja keuangan Penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah salah satu upaya untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan manajemen perusahaan. Dalam Brigham dan Houston (2001) kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang kinerjanya akan berlanjut. Pengukuran kinerja perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan, maka dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan tersebut menggambarkan kinerja perseroan selama periode tertentu. Pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio keuangan, EVA dan MVA Kinerja keuangan dapat diukur dengan berbagai metode. Salah satu meode yang paling umum digunakan adalah analisis dengan menggunakan rasio keuangan. Budiman (2006) menganalisis perkembangan kinerja keuangan PT Pupuk Kujang (persero) periode 2001 sampai 2005. Analisis rasio tersebut menggunakan metode analisis trend, analisis persentase per-komponen, analisis rasio serta analisis Du Pont.Hasil Penelitian menunjukkan perkembangan kinerja keuangan PT Pupuk Kujang cenderung menurun. Hal ini terlihat dari tingkat pengembalian ekuitas (ROE) hasil analisis Du Pont yang relatif rendah dan menurun. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan, dirasa tidak lagi cukup, Febiani (2002) melakukan penelitian terkait kinerja keuangan PT Sierrad yan bergerak di unggas potong dengan menggunakan EVA. EVA digunakan karena Febiani (2002) menganggap bahwa EVA bukan hanya untuk melihat profit semata melainkan menekankan pada aspek nilai tambah. Hasil penelitian ini menunjukan PT Sierrad tidak memiliki kinerja keuangan yang sehat selama masa penelitian. Widayanti (2003) juga meneliti kinerja keuangan PT Bank Unibank Tbk dengan menggunakan metode EVA dan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan terdiri dari Credit Growth (CG), Equity Ratio, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Legal Lending Limit (LLL), Foreign Exchange Liability, Liquidity Ratio, Cost of Raising Fund, Placement dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Dalam penelitian ini tetapi tidak dianalisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA, karena analisis yang dilakukan secara terpisah. Di samping itu, dalam penelitian ini juga tidak dianalisis penilaian kinerja perusahaan dari sisi nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA) dan pengaruh EVA terhadap MVA perusahaan. Prehatiningsih (2007) beranggapan
6 bahwa penggunaan metode EVA dan MVA dapat memberikan gambaran mengenai nilai kekayaan bank sesungguhnya dan nilai perusahaan yang berhasil diciptakan, dari sini akan dapat diketahui apakah Bank Danamon telah berhasil menciptakan kekayaan atau sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA Rasio keuangan dianggap menjadi faktor penggerak EVA. Sama halnya dengan EVA yang dianggap memberikan gambaran mengenai penciptaan nilai tambah ekonomi bagi internal perusahaan yang sangat erat kaitannya dengan MVA. Sampai saat ini belum ada aturan baku yang dapat memastikan faktor apa saja yang mempengaruhi keduanya. Prehatiningsih (2007) menganalisis kekuatan hubungan antara EVA terhadap MVA pada Bank Danamon, dan didapati EVA berpengaruh signifikan terhadap MVA. Imamah (2005) melakukan analisis Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA). Hasil penelitian menunjukan EVA, ROE,dan ROA yang berpengaruh terhadap MVA. Sedangkan, Budiharti (2006) menganalisis hubungan NPM, CAR, AUR, ROE, ROA bank BRI dengan hasil, hanya CAR yang berpengaruh signifikan. Sedangkan dalam penelitian Widayanti (2003) tidak ada hubungan yang signifikan antara EVA dan MVA karena tidak semua pemegang saham menganggap penting analisisis fundamental maupun intrinsik perusahaan dalam membeli saham perseroan. Badriah (2011) Berpendapat bahwa EVA menunjukkan nilai tambah yang terjadi selama satu tahun tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sejak perusahaan berdiri sampai sekarang. Maka dengan pernyataan tersebut tidak ada ketentuan EVA harus berkorelasi dengan MVA. Penelitian itu juga mendapati bahwa terdapat suatu hubungan antara MVA dan EVA, tetapi hubungan tersebut bukanlah merupakan suatu hubungan langsung. Jika sebuah perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA yang negatif maka nilai MVAnya kemungkinan juga akan negatif, dan begitu pula. Komponen harga saham yang merupakan unsur utama dari perhitungan MVA, lebih bergantung kepada ekspektasi kinerja di masa yang akan datang dari pada kinerja suatu historis menurut Badriah (2011). Oleh sebab itu, sebuah perusahaan dengan sejarah nilai EVA yang negatif dapat saja memiliki nilai MVA yang positif, asalkan para investornya mengharapkan terjadinya suatu perubahan arah dimasa mendatang. Badriah (2011) hasil analisis statistik non parametrik dengan menggunakan metode korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis terhadap seluruh data perusahan manufaktur BEI menyimpulkan bahwa EVA tidak berkorelasi dengan MVA. Wibowo (2007) melakukan uji hubungan EVA dan MVA atas model peramalan kesejahteraan pemegang saham. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara EVA dan MVA karena hasil pengujian menunjukkan nilai yang negatif. Berdasarkan hasil pengujian tersebut disimpulkan bahwa penekanan dari pendekatan EVA dan MVA adalah penciptaan nilai sehingga secara nyata pengaruh penerapan EVA dan MVA pada akhirnya adalah kepada peningkatan kesejahteraan para pemegang saham perusahaan yang bersangkutan. Raden (2007) juga memperoleh hasil, bahwa terdapat suatu hubungan antara MVA dan EVA, tetapi hubungan tersebut bukanlah merupakan suatu hubungan langsung. Jika sebuah perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA
7 yang negatif maka nilai MVAnya kemungkinan juga akan negatif, dan begitu pula sebaliknya jika terdapat sejarah akan nilai-nilai positif. Namun begitu harga saham yang merupakan unsur utama dari perhitungan MVA, lebih bergantung kepada ekspektasi kinerja di masa yang akan datang dari pada kinerja suatu historis.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kinerja keuangan Kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi kinerja yang akan berlanjut menurut Brigham dan Houston (2001). Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan, maka dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan tersebut menggambarkan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Laporan dapat menjadi berarti maka diperlukan analisis terhadap komponen komponen penting perusahaan. Alat analisis yang biasa digunakan adalah analisis rasio yaitu perbandingan dari data keuangan perusahaan yang berhubungan sehingga dapat memperoleh gambaran tentang kinerja perusahaan. Analisis kinerja terbaru yang dikembangkan oleh lembaga konsultan Stern Stewart & Co untuk melengkapi pengukuran dengan metode rasio yaitu analisis nilai tambah ekonomis (Economic Value Added/EVA) dan nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA). EVA mempertimbangkan biaya modal sehingga kepentingan pemegang saham terpenuhi dan EVA dapat menjawab masalah keagenan. Laporan keuangan Laporan yang diterbitkan perusahaan kepada pemegang saham diantaranya adalah laporan tahunan (annual report). Laporan tahunan (annual report) adalah laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Ada dua jenis informasi yang diberikan dalam laporan ini. Pertama adalah bagian verbal yang sering disajikan sebagai surat dari presiden direktur yang menguraikan hasil operasi selama setahun lalu, laporan tahunan menyajikan empat laporan keuangan dasar yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas menurut, Bringham dan Houston (2001). Laporan ini berisi laporan keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan selama tahun lalu dan prospek perusahaan di masa depan. Menurut Keown (2008) laporan keuangan merupakan bagian penting dari suatu informasi mengenai operasi penting yang dilaporkan dalam bentuk laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas. Laporan keuangan digunakan bagi manajer untuk melihat posisi kinerja keuangan, beserta perubahan-perubahan yang menyertai posisi kinerja keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Laporan
8 keuangan disusun secara periodik, karena selain manajer terdapat pihak lain yang berkepentingan dengan laporan tersebut terutama untuk perusahaan terbuka. Mereka yang berkepentingan antara lain pemasok, karyawan, investor, kreditur, pemerintah dan masyarakat umum. Terdapat beberapa jenis laporan keuangan yaitu neraca, laporan komitmen, laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan,laporan gabungan atas konsolidasi. Adapun fungsi dari laporan keuangan menurut Munawir (1995) adalah : 1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai perusahaan, 2. Menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian proses dan produksi 3. Menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan 4. Menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah disertai wewenang dan tanggung jawab 5. Menentukan perlu tidaknya digunakan kebijakasanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik Laporan keuangan dasar yang umumnya digunakan untuk melihat kinerja keuangan perusahaan adalah laporan laba rugi, neraca, ekuitas dan arus kas. Dalam penelitian terkait analisis rasio keuangan, EVA dan MVA laporan yang digunakan adalah laporan laba rugi dan laporan neraca dari perusahaan. 1. Neraca Neraca adalah suatu laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan pada suatu titik tertentu. Menurut Brigham dan Houston (2001), posisi keuangan pada neraca di titik tertentu menyajikan kepemillikan aktiva, kewajiban atau hutang dan ekuitas pemilik. Aktiva menggambarkan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan, sementara kewajiban dan ekuitas pemilik menunjukkan bagaimana seluruh sumber daya perusahaan didanai. Neraca terdiri dari tiga bagian penting yaitu aktiva, kewajiban, dan modal. Informasi yang dapat dilihat dari neraca antara lain adalah posisi sumber kekayaan perusahaan dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan perusahaan tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulan, kwartal, atau tahunan). Dalam neraca terdapat komponen aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan, sementara kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana seluruh sumber daya perusahaan itu didanai. Aktiva dalam neraca terdiri atas tiga kategori Keown (2008) : 1. Aktiva lancar (current assets) 2. Aktiva tetap atau jangka panjang (fixed assets atau long term assets) 3. Aktiva lain (other assets) Dalam melaporkan jumlah uang atas berbagai aktiva ini, berlaku praktik konvensional pelaporan nilai aktiva maupun dan kewajiban yang dilakukan atas dasar beban historis. Jadi neraca tidak dimaksudkan untuk menyajikan nilai pasar perusahaan, namun melaporkan transaksi berdasarkan beban historisnya. Menentukan nilai yang wajar dari perusahaan adalah masalah yang berbeda. Bagian lain dari neraca adalah kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Sumber utama pendanaan adalah kewajiban serta ekuitas pemegang saham. 2. Laporan laba rugi Laporan laba rugi adalah sebuah laporan keuangan yang menggambarkan unsur pendapatan dengan unsur beban sehingga dapat diperoleh laba atau rugi bersih perusahaan pada suatu periode tertentu. Menurut Brigham dan Houston
9 (2001) laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu yang umumnya setiap kuartal atau satu tahun. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan atas laba dan dividen per saham disajikan pada bagian bawah laporan. Rasio keuangan Rasio keuangan adalah suatu hubungan matematis dalam laporan keuangan antara jumlah tertentu terhadap jumlah lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk menganalisis kinerja sebuah laporan keuangan karena mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Dalam Keown (2008) ada dua cara untuk membuat perhitungan rasio keuangan menjadi lebih berarti, yang pertama adalah dapat meneliti rasio antar waktu untuk meneliti arah pergerakannya dan yang kedua dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain. Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan. Analisis rasio dapat dikelompokan dalam 6 analisis yaitu analisis rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio solvabilitas, rasio efisiensi usaha, rasio hutang (leverage) dan rasio nilai pasar. Dalam penelitian ini terdapat tiga kelompok rasio keuangan perusahaan yang akan digunakan, yaitu rasio rentabilitas, rasio solvabilitas dan rasio efisiensi usaha. Pemilihan ketiga kelompok rasio ini didasarkan pada kerelevanannya dengan peningkatan aset perusahaan, kerelatifannya dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) serta rasio-rasio ini pula yang dijadikan standar pembanding untuk dipublikasikan oleh perusahaan sebagai acuan kinerja keuangan perusahaan pada umumnya. 1. Rasio rentabilitas/ Rasio profitabilitas Rasio rentabilitas atau disebut juga rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukan pengaruh gabungan dari kebijakan likuiditas, manajemen aktiva, dan manajemen utang terhadap hasil operasi. Rasio ini juga disebut hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan dan keputusan. Kemampuan rentabilitas perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan dalam periode yang sama. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio, diantaranya adalah Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). a. Net Profit Margin (NPM) NPM adalah tingkat kemampu labaan suatu perusahaan, rasio ini merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income (laba bersih) dari kegiatan operasi pokoknya. b. Return on Asset (ROA) Rasio ini merupakan perbandingan rasio laba bersih terhadap total aktiva. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih atas total aset yang dimiliki perusahaan dan mengindikasikan perusahaan menggunakan seluruh aset yang tersedia dengan baik. Semakin tinggi rasio ini, maka kemampuan manajemen dalam mengelola aktiva yang dimiliki semakin baik karena dapat mendatangkan laba sebelum pajak yang tinggi.
10 c. Return on Equity (ROE) Rasio ini merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Return on Equity (ROE) mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola ekuitas yang ada untuk mendapatkan laba bersih. ROE menunjukkan efektivitas dan efisiensi pemakaian modal untuk menghasilkan laba. ROE berhubungan langsung dengan kekayaan pemegang saham. Semakin tinggi ROE suatu perusahaan, maka semakin baik perusahaan dalam mengelola manajemennya. (Keown et al., 2008) d. Eearning per Share (EPS) Rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan per saham yang diperoleh oleh pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini, maka kemampuan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi pemegang sahamnya semakin baik 2. Rasio Solvabilitas Rasio sovabilitas adalah rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk mendapatkan modal dalam memenuhi kegiatan usahanya, rasio ini juga mampu menunjukan seberapa mampu perusahaan membayar hutangnya dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Salah satu rasio yang digunakan untuk menilai tingkat solvabilitas perusahaan adalah Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio) dan Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio). a. Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan dengan total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai persentase rasio utang maka semakin tinggi pula risiko perusahaan yang harus ditanggung perusahaan (Sawir, 2005). Total utang mencakup baik utang lancar maupun utang jangka panjang. b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas (modal) yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. 3. Rasio efisiensi usaha Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur apakah suatu perusahaan sudah mengalokasikan seluruh faktor produksinya secara efisien. Melalui rasio-rasio keuangan ini dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi yang telah dicapai oleh manajemen perusahan yang bersangkutan. Salah satu rasio efisiensi usaha yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asset Utilization Ratio (AUR). a. Asset Utilization Ratio (AUR) Asset Utilization Ratio (AUR) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dikuasai untuk memperoleh total income, yang terdiri dari operating income dan non operating income. Berikut adalah kelebihan dari analisis rasio menurut Brigham dan Houston (2001) : 1. Analisis rasio mudah dalam perhitungannya 2. Analisis rasio dapat mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang 3. Rasio keuangan dapat digunakan untuk membantu menganalisis, mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan
11 4. Rasio keuangan dapat digunakan untuk melihat efisiensi, risiko dan prospek pertumbuhan perusahaan Meskipun analisis rasio banyak membantu manajemen dalam menilai kekurangan dan kelebihan kinerja keuangan perusahaan, Dalam analisis ini masih terdapat kelemahan yang menyebabkan keterbatasan dalam interpretasi rasio (Brigham dan Houston, 2001), diantaranya adalah : 1. Kadang-kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri perusahaan apabila perusahaan berusaha dalam beberapa bidang usaha 2. Tidak menyertakan biaya modal 3. Perbedaan praktik akuntansi antar perusahaan dapat menghasilkan perbedaan dalam perhitungan rasio 4. Banyak perusahaan yang mengalami perubahan dalam operasi mereka.Jadi rasio juga akan berubah-ubah menurut tahun laporan keuangan dibuat 5. Industri menerbitkan rata-rata hanya berupa perkiraan bukan rata-rata berdasarkan penelitian ilmiah. Nilai tambah ekonomi (Economic Value Added =EVA) EVA merupakan suatu ide keuangan yang paling populer saat ini. Dikembangkan dan dipopulerkan oleh lembaga konsultan Stern Stewart & Co. EVA membantu manajer memastikan bahwa suatu unit bisnis menambah nilai pemegang saham, sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham spot yang akan meningkatkan nilainya. EVA adalah cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang sesungguhnya. Biaya modal dikurangkan ketika menghitung laba bersih, tetapi biaya modal ini tidak dikurangkan saat menghitung biaya modal ekuitas. Oleh karena itu secara ekonomis, laba bersih ditetapkan terlalu tinggi dibandinggkan laba yang sesungguhnya. Jadi EVA menyelesaikan masalah akuntansi konvensional. Secara lebih ringkas maka dapat dikatakan bahwa EVA adalah nilai tambah ekonomi yang diberikan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu tahun tertentu (Bringham dan Houston, 2001). EVA membantu manajer memastikan bahwa perusahaannya dapat menambah nilai pemegang saham, sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham mana yang akan meningkatkan nilainya. EVA memfokuskan pada efektivitas manajerial dalam satu tahun tertentu. Rumus dasar dari EVA adalah laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal setelah pajak. Jadi, EVA adalah suatu estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan, dan hal ini sangat berbeda dengan laba akuntansi Penghitungan EVA menurut perspektif akuntansi manajemen merupakan selisih antara laba bersih operasional dikurangi biaya modal yang terpakai. Kesulitan yang dihadapi perusahaan secara umum adalah menghitung biaya modal yang terpakai. Dua langkah yang digunakan dalam hal ini, yaitu : 1. Menentukan biaya tertimbang rata-rata atas modal 2. Menentukan total jumlah modal yang dipakai Untuk menghitung biaya tertimbang rata-rata atas modal, perusahaan harus mengidentifikasi seluruh sumber dana yang diinvestasikan. Sumber- sumber yang biasanya adalah pinjaman dan ekuitas (saham yang diterbitkan). Pinjaman yang dikenakan bunga harus disesuaikan tingkatnya untuk pengurangan pajak. Sedangkan ekuitas ditangani secara berbeda. Biaya atas
12 pembiayaan ekuitas adalah biaya kesempatan (opportunity cost) bagi para investor, tidak ada penyesuaian pajak untuk ekuitas. Lalu pembagian proporsional dari masing-masing metode pembiayaan dikalikan dengan persentase biayanya dan dijumlahkan untuk menghasilkan biaya beban rata-rata modal. EVA dapat dijadikan sebagai alat ukur keuangan berdasarkan nilai (value), alat ukur yang dapat memperlihatkan secara absolut berapa nilai shareholder yang telah diciptakan atau dihancurkan, EVA juga sebagai alat ukur yang sangat berkaitan dengan harga saham, juga memberikan dasar bagi terciptanya sistem kompensasi yang mampu memotivasi seluruh komponen perusahaan untuk menciptakan nilai kepada pemegang saham. Perhitungan EVA Menurut Brigham dan Houston (2001), formula untuk menghitung EVA sebagai berikut : EVA = NOPAT - COC Dimana : NOPAT = Net Operating Profit After Tax COC = Cost Of Capital Sebagai akhir perhitungan EVA, hasilnya dapat menunjukkan angka positif, negatif atau nol. Brigham dan Houston (2001) menjelaskan mengenai analisis dari perhitungan EVA sebagai berikut : 1. Kondisi EVA positif mencerminkan kompensasi yang lebih tinggi dibandingkan biaya modal. Ini berarti, manajemen mampu menciptakan peningkatan kekayaan (create value) bagi perusahaan atau pemilik modal, bukan sekadar memberi fatamorgana. Perusahaan yang menghasilkan EVA positif, dipastikan laba bersihnya bagus. 2. Sedangkan kondisi EVA yang negatif menunjukkan adanya penurunan nilai kekayaan (destroy value) dari pemegang saham. Hal ini berarti bila laba bersihnya lebih rendah ketimbang biaya modal dan manajemen dianggap belum berhasil dalam menciptakan peningkatan kekayaan bagi pemilik modal. 3. Lalu jika kondisi EVA bernilai nol, maka tidak terjadi penurunan ataupun kenaikan dari nilai kekayaan dari pemilik modal. Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Menurut pendekatan operasional, NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah dikurangi pajak. Sedangkan menurut pendekatan keuangan, NOPAT didapat dari laba bersih setelah pajak ditambah dengan beban bunga. Untuk perhitungan NOPAT dapat diperoleh dari laporan laba rugi perusahaan. COC (Cost of Capital) Semua sumber dana yang digunakan perusahaan baik berasal dari hutang maupun modal sendiri (ekuitas) yang digunakan untuk investasi atau membiayai operasional perusahaan dikenakan suatu biaya disebut biaya modal. Baik hutang maupun modal sendiri memiliki biaya modal. Hanya saja kalau dalam modal sendiri biaya tersebut bersifat implisit atau opportunistic, sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. Biaya tersebut harus mencerminkan rata-rata tertimbang berbagai sumber dana yang digunakan.
13 Weighted Average Cost of Capital (WACC) WACC adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek (cost of debt) dan pinjaman jangka panjang serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan. WACC didapat dari komponen biaya ekuitas (Ke), biaya hutang (Kd), bobot modal (We) serta bobot hutang (Wd). Biaya Ekuitas (Ke) dihitung menggunakan model Capital Assets Pricing Model (CAPM). Pendekatan CAPM menegaskan bahwa tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor sama dengan tingkat bebas risiko ditambah dengan premi risiko. Premi risiko ini adalah premi risiko pasar dikalikan dengan beta yang dapat diterapkan pada perusahaan yang bersangkutan. CAPM akan mengestimasikan Ke dengan dimulai dari tingkat bebas risiko dari rata-rata saham (Km-Krf), dinaikkan atau diturunkan untuk mencerminkan risiko saham tertentu seperti yang diukur oleh koefisien betanya (Brigham dan Houston, 2001). Model CAPM dapat memberikan estimasi nilai Ke yang akurat dan tepat. Biaya Utang yang digunakan adalah biaya utang setelah pajak atau Kd (1-T). Biaya utang setelah pajak adalah biaya yang relevan dari utang baru, dengan memperhatikan kemungkinan pengurangan pajak melalui bunga, digunakan untuk menghitung WACC, alasan menggunakan itu karena nilai dari saham perusahaan, yang ingin dimaksimalkan perusahaan, akan bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga adalah biaya yang dapat dikurangkan, bunga akan memberikan pengurangan pajak yang mengurangi biaya utang bersih. Invested Capital (IC) Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities) atau dapat pula dikatakan bahwa IC merupakan modal yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan. Menurut Tunggal (2001), perhitungan IC dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Pendekatan Operasi (Operating Approach) Invested Capital = Kas + Working Capital Requirements + Aktiva Tetap. Working Capital Requirement = (Persediaan + Piutang dagang + Aktiva Lancar lainnya) - (Hutang Dagang + Biaya-biaya masih harus Dibayar + Uang Muka Pelanggan). 2. Pendekatan keuangan (Financial Approach) Invested Capital= Pinjaman jangka Pendek + Pinjaman jangka panjang yang Lain (interest bearing liabilities) + Ekuitas Pemegang Saham. Banyak manfaat yang didapat dengan menerapkan EVA sebagai pengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut Utama (1997) kelebihan EVA antara lain: 1. EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah padapenciptaan nilai (value creation). 2. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya karena EVA memperhitungkan biaya modal. 3. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya.
14 Walaupun metode EVA umumnya mempunyai keefektifan yang tinggi dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, metode EVA juga mempunyai beberapa kelemahan (Utama, 1997), yaitu: 1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tertentu, padahal nilai suatu perusahaan merupakan akumulasi selama seumur hidup perusahaan. 2. Secara praktis EVA belum dapat diterapkan dengan mudah karena proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal, dan estimasi ini terutama untuk perusahaan yang belum go public sulit dilakukan dengan tepat. 3. EVA terlalu menekankan pada keyakinan bahwa investor Sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor lain kadang-kadang justru dominan. Nilai tambah pasar (Market Value Added= MVA) Sistem perhitungan MVA pertama kali diperkenalkan oleh lembaga Stern Stewart & Co pada tahun 1991 di Amerika serikat, MVA atau nilai tambah pasar menurut Brigham dan Houston (2001) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor, karena tujuan utama dari kegiatan manajemen adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham atau dapat diartikan memaksimalkan harga saham biasa perusahaan. Menurut Young dan O’Byrne (2001) MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu (jumlah nilai pasar dari hutang dan ekuitas). Modal yang diinvestasikan adalah jumlah modal yang disediakan penyedia dana pada tanggal yang sama. Terdapat dua komponen penting yang membangun MVA, yakni market value equity atau nilai pasar ekuitas dan equity capital supplied by shareholders atau jumlah modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Market value equity adalah nilai pasar yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan yang dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Sedangkan equity capital supplied by sharesholders dapat diperoleh dari nilai buku perusahaan. Secara singkat MVA dapat diperoleh dari perkalian saham yang beredar dengan harga saham di pasar model yang dikurangi total ekuitas saham biasa atau nilai buku. Jika MVA lebih besar daripada nol, maka perusahaan telah menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham, tetapi jika MVA bernilai negatif, maka perusahaan telah melakukan kinerja yang buruk karena telah menghancurkan modal investor. 1. Market value (nilai pasar) sebagai komponen MVA Nilai pasar adalah nilai aset yang berlaku di pasar modal. Nilai ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar modal. Jadi, nilai pasar perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan harga saham. 2. Jumlah saham yang beredar sebagai komponen MVA Jumlah saham yang diedarkan dipasar modal menurut Keown (2008) dimana saham yang beredar tersebut merupakan hak atas sebagian dari perusahaan terbatas atas suatu bukti penyertaan atau partisipasi dalam modal suatu perusahaan. Jadi apabila seorang investor membeli saham yang beredar tersebut maka investor tersebut memiliki andil kepemilikan terhadap perusahaan.
15 3. Nilai buku sebagai komponen MVA Nilai buku adalah nilai total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai buku juga disebut sebagai, kekayaan bersih perusahaan menurut neraca, nilai buku didasarkan pada nilai historis atau nilai awal. Dalam Young dan O’Byrne (2001), keuntungan dari penggunaan MVA adalah bahwa para manajer dapat dengan penuh keyakinan atau percaya diri memaksimalkan MVA saat ini sehingga kelebihan pengembalian (excess return) juga akan maksimal. Sementara itu terdapat kelemahan yaitu MVA mengabaikan kesempatan biaya opportunitas dari modal yang diinvestasikan pada perusahaan. Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA Rasio keuangan dari aspek keuangan merupakan penggerak aktif dari EVA. Analisis EVA belum banyak digunakan oleh banyak manajer terutama pada perusahaan kecil karena memiliki tingkat kesulitan, oleh karena itu analisis beralih pada faktor penggerak EVA, yaitu rasio-rasio keuangan yang lebih mudah dalam perhitungannya. Analisis EVA secara progresif memilah rasio keuangan dan menjadi bagian dari EVA serta memberikan wawasan penting ke dalam sumbersumber EVA. Analisis rasio dapat mengaitkan EVA sehingga dapat mengkuantifikasi dampak peningkatan atau pemburukan rasio kunci pada EVA. EVA merupakan nilai tambah ekonomi kepada pemegang saham oleh manajemen selama tahun tertentu. Tentunya nilai tambah ini dipengaruhi oleh aktivitas manajemen serta kinerja perusahaan yang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama faktor internal perusahaan. Sampai saat ini belum ada patokan standar baku rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi EVA, maka hal ini hanya dapat dilihat dari rasio-rasio yang relevan dengan peningkatan aset, rasio rasio yang dijadikan standar pembanding untuk dipublikasikan oleh setiap perusahaan sebagai acuan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan serta kerelatifannya dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Rasio keuangan yang digunakan yaitu Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Eearning per Share (EPS), Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio), Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) dan Asset Utilization Ratio (AUR). Pengaruh EVA terhadap MVA Tujuan utama dari perusahaan sebagian besar memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan maksimum (Brigham dan Houston, 2001). Hal itu dapat tercipta tentunya apabila kinerja keuangan perusahaan baik. Kinerja keuangan perusahaan yang baik adalah kinerja keuangan yang dapat mempengaruhi nilai dari market value. Perusahaan dapat meningkatkan MVA dengan meningkatkan EVA yang merupakan pengukuran kinerja internal perusahaan. Nilai EVA yang semakin tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan. Di mana penciptaan nilai tersebut akan tercermin pada harga saham yang lebih tinggi. Pandangan lain mendapati bahwa EVA menunjukkan nilai tambah yang terjadi selama satu tahun tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sejak perusahaan berdiri sampai sekarang. Maka dengan pernyataan tersebut tidak ada ketentuan EVA harus berkorelasi dengan MVA.
16 Kerangka Pemikiran Operasional Besaran market share dan peningkatan penjualan dapat menjadi salah satu tolak ukur terhadap kinerja perusahaan non keuangan. Namun dari berbagai pembelajaran dan penelitian didapati ukuran tersebut kadang tidak sejalan dengan kinerja keuangan perusahaan. Maka menjadi penting analisis terhadap kinerja keuangan pada perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan dapat menjadi salah satu acuan apakah manajemen dapat mengelola dan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki perusahaan secara efisien. Sehingga tujuan perusahaan untuk memaksimumkan profit dan kekayaan pemegang saham dapat tercapai. Pengukuran kinerja keuangan ini umumnya menggunakan data yang diperoleh dari laporan keuangan. Laporan keuangan bersifat terbuka bagi perusahaanperusahaan go public, termasuk PT Charon Phokpand Indonesia, Tbk. Pengukuran kinerja keuangan pada PT Charon Phokpand menggunakan analisis rasio keuangan, nilai tambah ekonomi (EVA) serta nilai tambah pasar (MVA). Rasio keuangan digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan yang menjelaskan dan memberikan gambaran tentang baik buruknya keadaan serta posisi keuangan perusahaan. Economic Value Added (EVA) menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah ekonomis, sedangkan Market Value Added (MVA) menggambarkan harapan investor terhadap kinerja suatu perusahaan di masa yang akan datang. Analisis ketiga kinerja keuangan ini memerlukan data yang diperoleh dari laporan keuangan. Jenis Laporan keuangan yang diperlukan adalah neraca dan laba rugi. Rasio keuangan yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah rasio rentabilitas, rasio solvabilitas dan rasio efisiensi usaha. Pengukuran kinerja keuangan hanya dengan metode rasio dianggap tidak lagi mewakili kinerja keuangan secara keseluruhan, karena pengukuran tersebut belum memberikan informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal pemilik saham yang dipakai, sehingga pendekatan EVA dan MVA dapat menggambarkan posisi keuangan internal perusahaan secara menyeluruh, seberapa besar kesejahteraan maupun kekayaan yang berhasil diciptakan PT Charon Phokpand kepada investor atas modal yang telah diberikan, apakah nilai kekayaan yang diciptakan sudah memberikan kepuasan bagi investornya. Setelah masing masing ukuran kinerja keuangan (rasio, EVA, dan MVA) PT Charon Phokpand sudah diketahui maka perlu dianalisis apakah antara komponen tersebut saling memberikan pengaruh, analisis ini digunakan untuk melihat komponen kinerja keuangan perusahaan internal yaitu rasio keuangan dan EVA yang paling mempengaruhi perubahan nilai MVA sebagai nilai perusahaan.
17
PT Charoen Phokpand Indonesia, Tbk
Bursa Efek Indonesia
Laporan Keuangan
Neraca Nilai Pasar
Laba Rugi
Nilai Pasar Ekuitas
Rasio Keuangan Ekuita
EVA
MVA
Kinerja Perusahaan
Kinerja Pasar
Kinerja Keuangan Perusahaan
1. Bahan evaluasi perusahaan 2. Investor
Gambar 1 Alur penelitian kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Keterangan : Komponen pembentuk Komponen mempengaruhi
18
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Peneitian Penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jalan Jenderal Sudirman Kavling 52-53 Jakarta dan PT Charoen Phokpand Indonesa di Cangkudu Balaraja Tangerang Jalan Raya Serang KM 30. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan PT Charoen Phokpand adalah perusahaan yang diteliti sedangkan Bursa Efek Indonesia adalah lembaga resmi yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk bertransaksi bagi para investor baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dimulai pada bulan November 2013 sampai bulan Januari 2014.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data terbanyak yang digunakan, data sekunder tersebut meliputi laporan keuangan triwulanan, laporan annual PT Charoen Phokpand Indonesa Tbk dari tahun 2008 sampai 2012, laporan harga saham perusahaan, indeks harga saham gabungan, data tingkat suku bunga Bank Indonesia dan dividen perusahaan serta peraturan dan kebijakan yang terkait dengan penelitian ini, data sekunder tersebut didapat dari Bursa Efek Indonesia. Data primer yang digunakan berupa data hasil pengajuan pertanyaan melalui wawancara langsung kepada pihak manajemen PT Charoen Phokpand Indonesia mengenai tambahan informasi berbagai aspek manajemen dan gambaran umum perusahaan.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber informasi yang diperoleh dari pusat data Bursa Efek Indonesia,Bank Indonesia maupun media internet. Data primer terkait aspek operasional dan manajerial perusahaan sebagai tambahan diperoleh langsung melalui wawancara kepada pihak manajeman terkait.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data diolah secara kuantitatif dan deskriptif, pengolahan data untuk mengetahui nilai EVA, MVA, dan rasio keuangan dilakukan secara kuantitatif, baik menggunakan microsoft excel maupun manual. Untuk mengetahui hubungan yaitu menggunakan pengujian regresi linear berganda dan sederhana, serta pengaruh antar variabel atau dalam hal ini kinerja keuangannya dengan
19 menggunakan pengujian t-parsial dilakukan pula secara kuantitatif yaitu dengan program Statistic Packages for Social Science (SPSS) versi 17.0 dan EVIEWS versi 6.0. Analisis rasio-rasio keuangan Rasio-rasio keuangan yang dipakai untuk menganalisis kinerja keuangan dalam penelitian ini yaitu Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Eearning per Share (EPS), Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio), Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) dan Asset Utilization Ratio (AUR). Berikut adalah rumus matematis dari rasio tersebut: Tabel 5 Rumus matematis rasio keuangan No Rumus matematis 1. NPM = Net Income Operation income 2. ROA= Net Income Assets 3. ROE = Net Income Equity 4. EPS = Laba bersih Jumlah saham beredar 5. Rasio Hutang = Total hutang Total Assets 6. Rasio hutang terhadap ekuitas = Total hutang Ekuitas 7. AUR = Operating Income + Non Operating Income Assets Analisis nilai tambah ekonomi (Economic Value Added-EVA Dalam menghitung EVA berbeda dari cara menghitung rasio keuangan yang membandingkan beberapa pos keuangan. EVA diperoleh dari selisih antara NOPAT (Net Operating Profit After Tax) dan biaya modal (Cost of Capital). NOPAT merupakan laba bersih setelah pajak ditambah biaya bunga, sementara biaya modal didapat dari WACC (Weighted Average Cost of Capital) dikalikan IC (Invested Capital). WACC merupakan penjumlahan dari biaya hutang dikalikan bobot hutang dan biaya ekuitas dikalikan bobot ekuitas. IC merupakan penjumlahan antara hutang dan ekuitas dikurangi hutang beban.
20 Berikut ini adalah tabel mengenai tahapan perhitungan EVA : Tabel 6 Tahapan perhitungan EVA Tahapan Perhitungan 1. NOPAT NOPAT = Laba Bersih +Biaya Bunga 2. d Kd = Biaya Bunga Hutang d d (1-T) 3. Ke e Rf + β (Rm - Rf) 4. Struktur modal
5. WACC 6. IC 7. COC 8. EVA
Wd = Hutang Aset We = Ekuitas Aset WACC = [(Kd* x Wd) + (Ke x We)] IC = Asset – Non interest bearing liabilities COC = WACC x IC EVA= NOPAT-COC
Sumber Laba rugi Laba rugi, neraca
Data historis Saham Neraca
Neraca, data historis saham Neraca Neraca Neraca, laba rugi, dan data historis saham
NOPAT merupakan hasil jumlah dari laba bersih dengan biaya bunga. laba bersih merupakan laba yang sudah dikurangi pajak penghasilan pada laporan keuangan. Sedangkan biaya bunga adalah beban bunga bank yang tercatat pada laporan laba rugi. Sedangkan Kd adalah perbandingan biaya bunga dengan hutang. Biaya bunga adalah beban bunga dan hutang yang dimaksud adalah pengurangan antara jumlah pasiva dan ekuitas. Lalu setelah nilainya didapat, maka biaya hutang perlu dikurangi dengan pajak penghasilan, pajak penghasilan merupakan perbandingan antara taksiran pajak penghasilan terhadap laba atau rugi sebelum pajak.Kd juga merupakan biaya yang relevan dari hutang baru, mengingat kemampuan bunga mengurangi pajak yang akan digunakan untuk menghitung WACC. Biaya ekuitas saham biasa baru atau Ke merupakan biaya biaya laba ditahan, tetapi meningkat karena biaya flotasi. Perhitungan Ke pada penelitian ini akan mengacu pada Capital Asset Pricing Model (CAPM). Alasan memakai model ini karena pemakaian rumus CAPM menghasilkan hasil yang lebih akurat, dan lebih banyak dipakai dalam penentuan biaya ekuitas dalam menilai EVA.
21 Berikut adalah tahapan dari perhitungan Ke dengan menggunakan metode CAPM : Tabel 7 Tahapan Perhitungan biaya ekuitas Tahapan Perhitungan 1. Rit Rit = Pit – Pit Pit-1
Sumber Data historis saham
Rmt = IHSGt – IHSG(t-1) IHSGt-1 E (Rm) = Σ Rmt N βi = Ri/Rm
Data IHSG
4. Rf
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko
Data tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
5. Ke
Ke
2. Rmt
3. βi
Rf + βi (Rm - Rf)
Data historis saham
Perhitungan
Keterangan : Rit = tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t Pit = harga saham per lembar bulan t Pit-1 = harga saham per lembar bulan sebelumnya Rmt = tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t N = jumlah data E(Rm) = tingkat pengembalian pasar yang diharapkan Βi = Beta saham Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko Ke = Biaya modal Struktur modal dapat diperoleh dari hasil penjumlahan bobot ekuitas dengan bobot utang. Bobot ekuitas atau We adalah hasil bagi antara modal dengan aset, sedangkan bobot hutang diperoleh dari perbandingan ekuitas dengan aset atau total aktiva perusahaan. Hasil pembagian ini akan diperoleh berupa persentase. Semua perhitungan itu dilakukan untuk mengetahui nilai variable yang dibutuhkan untuk menghitung modal biaya rata-rata tertimbang atau WACC. Langkah selanjutnya adalah dilakukan penjumlahan antara perkalian bobot dan biaya hutang dengan bobot dan biaya ekuitas. Penjumlahan ini merupakan sebuah persentase. Tahapan berikutnya perkalian antara WACC dengan IC yang menghasilkan Cost of Capital (COC). IC adalah selisih antara assets dan Non Interest Bearing Liabilities, sedangkan assets adalah total aktiva yang didapatkan penjumlahan aktiva dengan hutang, karena assets sama dengan pasiva. merupakan selisih antara aset dan Non Interest Bearing Liabilities merupakan hutang beban dalam laporan keuangan disebut dengan akun beban yang harus dibayar. Setelah COC didapatkan, langkah akhir mendapatkan nilai EVA adalah mengurangkan NOPAT dengan COC yang digunakan sebagai biaya modal.
22 Metode nilai tambah pasar (Market Value Added-MVA) Tujuan utama sebagian besar perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Tujuan ini jelas menguntungkan pemegang saham, tetapi juga memastikan bahwa sumberdaya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien yang menguntungkan perekonomian. MVA didapatkan dari perhitungan selisih antara nila pasar ekuitas dengan modal ekuitas yang diinvestasikan investor MVA = Nilai pasar ekuitas – Modal ekuitas yang diinvestasikan oleh investor = (Saham yang beredar) (Harga saham) - (Total ekuitas) Nilai pasar perusahaan adalah jumlah saham yang beredar dikalikan dengan harga saham yang beredar berdasarkan harga pasar saham triwulanan yang digunakan dalam penelitian ini, dikurangi dengan nilai buku atau total nilai ekuitas yang disetor oleh pemegang saham. Berikut merupakan tahapan perhitungan MVA : Tabel 8 Langkah perhitungan MVA Tahapan Perhitungan Harga penutupan saham 1. Nilai pasar ekuitas PT Charoen Phokpand akhir triwulan Jumlah saham yang 2. Shares outstanding beredar Nilai buku = ekiutas 3. Total capital 4. MVA
(Saham yang beredar) (Harga saham) - (Total kapital)
Sumber Data historis harga saham Data historis harga saham Neraca Data historis harga saham, neraca
Analisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA Rasio keuangan memiliki pengaruh yang berbeda-beda sesuai dengan hubungannya terhadap EVA perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA perusahaan. Model analisis yang digunakan adalah persamaan regresi (estimating equation) yaitu formula matematika yang dirancang untuk mencari nilai variable dependen dari nilai variabel indevenden yang diketahui. Disamping itu pula digunakan metode analisis korelasi untuk mengetahui bagaimana hubungan antara variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan persamaan regresi berganda (multiple regression model) karena terdapat lebih dari satu variable independen yang diteliti. Model regresi yang diperoleh dari OLS merupakan model yang menghasilkan estimator linear terbaik yang tidak bias. Hal tersebut dapat diperoleh apabila memenuhi beberapa asumsi klasik seperti nomalitas, bebas multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi atau heterokedasitas. 1. Uji Normalitas Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah sebaran data yang ada terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan uji melalui Uji
23 Jarque Bera. Hasil uji Jarquera Bera memberikan kesimpulan apabila p-value dari data yang diperoleh lebih besar dari α artinya data tersebut terdistribusi secara normal, namun apabila sebaliknya data tidak terdistribusi secara normal maka pvalue akan lebih kecil dari α. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikollinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Uji ini dilakukan dengan mengamati nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance yang tidak kurang dari 0.1, maka model tersebut dapat dikatakan bebas dari multikolinearitas. 3. Autokorelasi Autokorelasi yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu (et) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya (et-1). Cara untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson. Jika nilai tersebut berada di sekitar angka 2 maka model tersebut bebas asumsi klasik. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varians yang sama untuk semua observasi. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji Gletzer. Apabila diketahui nilai probnya jauh lebih kecil dibandingkan α maka persamaan bersifat homogen. 5. Analisis Regresi Penggunaan data sekunder yang bersifat kuantitatif dalam penelitian ini mengarahkan pada metode kuantitatif dengan menggunakan alat analisis regresi berganda karena terdapat lebih dari satu variabel dependen. Formulasi persamaan regresi berganda yang dikembangkan adalah : Y
α + β1 X1 + β2 X2 + … + βn Xn + ε
Keterangan : Y = variabel dependen X1, X2,…,Xn = variabel independen α = konstanta β1, β2, …, βn = koefisien parameter regresi ε = faktor kesalahan atau galat Persamaan regresi dirancang untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependennya (Y). Pada penelitian ini digunakan persamaan regresi berganda karena memiliki 7 variabel independen yang diteliti, yaitu Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Eearning per Share (EPS), Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio), Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) selanjutnya dilambangkan (DAR) dan (DER) serta Asset Utilization Ratio (AUR). EVA sebagai variabel dependen. Beikut adalah rumusan model persamaan regresi berganda untuk melihat pengaruh rasio keuangan terhadap EVA:
24
EVA = a + b1 NPM + b2 ROA+ b3 ROE + b4 EPS + b5 DAR + b6 DER + b7 AUR Keterangan : EVA = nilai EVA (juta rupiah) NPM = nilai NPM (%) ROA = nilai ROA (%) EPS = nilai EPS (Rupiah/lembar saham) ROE = nilai ROE (%) DAR = nilai DAR (%) DER = nilai DER (%) AUR = nilai AUR (%) a = konstanta b1-b7 = koefisien parameter regresi Penelitian ini menggunakan data time series, sehingga diperlukan uji unit rootest stasioner ADF untuk menghindari persamaan yang lancung, artinya secara stastistik signifikan tetapi kenyataan tidak. Data yang didapatkan berupa kumpulan data suatu fenomena keuangan PT Charoen Phokpand dengan periode atau interval waktu 2008 sampai 2012. Data dari penelitian ini menggunakan alat statistik dan korelasi untuk menunjukan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Program statistik yang digunakan adalah program SPSS versi 17.0 dan Eviews 6.0 untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Perumusan dan pengujian hipotesis Hipotesis diartikan sebagai pernyataan dan jawaban yang bersifat sementara, diharapkan teruji kebenarannya serta mampu memberikan pola terbaik dalam menyelesaikan masalah seperti yang dirumuskan sebelumnya. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “variabel-variabel yang telah didefinisikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EVA (atau perubahan EVA) suatu perusahaan”. Dengan perumusan sebagai berikut: Ho : b1 = b2 … bn = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel independen terhadap EVA. H1 : ada variabel yang lebih besar atau lebih kecil dari nol. Berarti ada pengaruh antara variabel-variabel independen terhadap EVA. H1 menunjukkan hipotesis nol, H1 menunjukkan hipotesis alternatif, serta b1, b2, …, b7 menunjukkan koefisien dari variabel independen. Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji kelayakan model yang dirancang serta bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independennya berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Asumsi yang digunakan yaitu tingkat signifikasi (α) sebesar 5 persen. Penolakan atau penerimaan terhadap hipotesis diperoleh dari nilai p yang diperoleh dari program statistik. Uji signifikasi terhadap kontribusi masing-masing variabel independen ditunjukkan oleh besarnya nilai p (p–value) pada hasil uji t-parsial. Hipotesis awal pengaruh masing-masing variabel terhadap EVA dapat dilihat pada Tabel 9 Asumsi yang digunakan yaitu tingkat signifikasi (α) sebesar 5 persen. Penolakan atau penerimaan terhadap variabel independen diperoleh dari nilai p yang diperoleh dari program statistik
25 Tabel 9 Hipotesis awal pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA Variabel Prediktor Pengaruh b1 NPM Positif b2 ROA Positif b3 ROE Positif b4 EPS Positif b5 DAR Positif b6 DER Positif b7 AUR Positif Analisis pengaruh EVA terhadap MVA Economic Value Added (EVA) mempunyai hubungan yang paling erat dengan tingkat pengembalian saham. EVA yang semakin tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, di mana penciptaan nilai tersebut akan tercermin pada harga saham yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui pengaruh EVA terhadap MVA perusahaan. Model analisis yang dikembangkan adalah sebuah persamaan regresi (estimating equation) yaitu formula matematika yang dirancang untuk mencari nilai variabel dependen dari nilai variabel independen yang telah diketahui. Di samping itu digunakan pula model analisis korelasi untuk mengetahui bagaimana hubungan antar variabel tersebut. Pada penelitian ini digunakan persamaan regresi sederhana karena hanya ada satu variabel independen yang diteliti. Berikut adalah rumusan persamaan regresi sederhana: Y α+βX+ε Keterangan : Y = variabel dependen X = variabel independen α konstanta β koefisien parameter regresi ε faktor kesalahan Persamaan regresi dirancang untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependennya (Y). Pada penelitian ini digunakan persamaan regresi sederhana karena memiliki satu variabel independen yang diteliti, yaitu EVA. Sedangkan MVA sebagai variabel dependen. Persamaannya adalah sebagai berikut : MVA = a + bEVA Keterangan : MVA = nilai MVA (juta rupiah) EVA = nilai EVA (juta rupiah) a = konstanta b = koefisien parameter regresi
26 Perumusan dan pengujian hipotesis Hipotesis diartikan sebagai pernyataan dan jawaban yang bersifat sementara, diharapkan teruji kebenarannya serta mampu memberikan pola terbaik dalam menyelesaikan masalah seperti yang dirumuskan sebelumnya. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah ”variabel-variabel yang telah didefinisikan. Ho : b = 0, EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap MVA . H1 : b ≠ 0, EVA berpengaruh terhadap MVA. H0 menunjukkan hipotesis nol, H1 menunjukkan hipotesis alternatif, serta b menunjukkan koefisien dari variabel independen. Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji kelayakan model yang dirancang serta bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independennya berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Asumsi yang digunakan yaitu tingkat signifikasi (α) sebesar 5 persen. Penolakan atau penerimaan terhadap hipotesis diperoleh dari nilai p yang diperoleh dari program statistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT Charoen Phokpand Indonesia Sejarah perusahaan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (perseroan) didirikan di Indonesia dengan nama PT Charoen Phokpand Indonesia Animal Feed Co. Limited berdasarkan akta pendirian yang dimuat dalam akta pendirian No. 6 pada tanggal 7 Januari 1972 yang dibuat dihadapan Drs Gede Ngurah Rai, SH, Notaris di Jakarta. Akta tersebut diubah dihadapan notaris yang sama menjadi Akta No. 5 tanggal 7 Mei 1973. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan YA-5/197/21 tanggal 8 Juni 1973 dan telah didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dibawah No. 2289 pada tanggal 26 Juni 1973, serta telah diumumkan pada Berita Negara No. 65 tanggal 14 Agustus 1973 dengan tambahan No. 573. PT Charoen Phokpand sendiri beroperasi dibawah Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP) No 695/III/PMA/1992, tanggal 28 September 1992 dengan Penanaman Modal Asing Thailand. Anggaran Dasar Perseroan telah diubah terakhir dengan notaris Fatiah Helm, SH No. 43 tanggal 20 Desember 2010, sehubungan dengan penarikan kembali modal ditempatkan dan disetor penuh melalui pembelian kembali saham. Akta tersebut memproleh dukungan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam keputusan AHU-61146.AH.01.02 Tahun 2010 pasa tanggal 31 Desember 2010. Sampai hari ini PT Charoen Phokpand adalah penghasil pakan ternak, Day Old Chicks dan makanan olahan terbesar di Indonesia. Perseroan didirikan tahun 1972 dengan pabrik pakan ternak terbesar pertama di Jakarta untuk menghasilkan pakan ternak berkualitas. Saat ini, Perseroan memfokuskan usahanya pada kegiatan agribusiness yang mencakup poultry business, dari memproduksi pakan ternak berkualitas, pembibitan ayam yang cepat tumbuh dan tahan penyakit serta menghasilkan produk ayam olahan berkualitas tinggi. Kunci pertumbuhan dari
27 kegiatan agribisnis ini adalah komitmen untuk terlibat dalam seluruh rantai produksi, mulai dari formulasi pakan ternak hingga peternakan ayam hingga produk olahan dengan nilai tambah. Pendekatan ini terbukti sukses dalam memastikan keunggulan supply produk untuk diri sendiri maupun untuk permintaan industri lainnya dengan kualitas yang konsisten dari pakan ternak dan produk ayam olahan di Indonesia. Pakan ternak adalah landasan utama bisnis Perseroan. Perseroan memastikan sebagai produsen terbesar dan tersukses di bidang pakan ternak berkualitas tinggi. Dari satu pabrik pakan ternak di Jakarta, perseroan mengembangkan usaha untuk menghadapi tantangan dalam menghasilkan produk yang dapat dipercaya dan berkualitas tinggi dengan membangun fasilitas produksi di Balajara (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Sepanjang dan Krian (Jawa Timur), Bandar Lampung (Lampung), Medan (Sumatera Utara) dan Makassar (Sulawesi Selatan). Secara bersama-sama, jaringan pabrik pakan ternak ini membuat Perseroan menjadi produsen pakan ternak terbesar satu-satunya di Indonesia. Selain itu, jaringan tersebut memiliki posisi strategis untuk memenuhi kebutuhan peternak ayam di seluruh negeri. Hal ini menjadikan perseroan sebagai perusahaan penghasil pakan ternak yang terpercaya. Jaringan luas dari distributor dan agen di seluruh negeri membuat peternak ayam memiliki kemudahan dan kecepatan dalam mendapatkan produk pakan ternak perseroan. Perseroan juga memiliki kekuatan dominan dalam produksi dan penyediaan Day Old Chicken di Indonesia. Seperti pakan ternak, perseroan merupakan penghasil terbesar DOC dengan kualitas tinggi untuk peternak ayam di Indonesia. Perseroan memiliki jaringan pemasaran luas yang tersebar di Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi dan Sumatera. Ketika pakan ternak dan Day Old Chicken memiliki sejarah panjang dalam agribisnis, perseroan memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan konsumsi daging ayam dengan melebarkan usaha pada produk ayam olahan bernilai tambah tinggi. Kegiatan usaha ini dilakukan oleh fasilitas kami yang terletak di Cikande (Jawa Barat), Salatiga (Jawa Tengah) dan Surabaya (Jawa Timur). Sejak tanggal 18 Maret 1991, perseroan telah mencatatkan seluruh sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Penawaran saham perdana (IPO) sebanyak 2500 000 lembar saham dengan harga per lembar saham sebesar Rp1 000. Visi, misi dan strategi perusahaan Visi PT Charoen Phokpand Indonesia : “Memberi Pangan bagi Dunia yang Berkembang” Misi PT Charoen Phokpand Indonesia: “Memproduksi dan menjual pakan, Day Old Chicks dan makanan olahan yang memiliki kualitas tinggi dan berinovasi” Strategi PT Charoen Phokpand Indonesia :
28 Pada tahun 2012 perusahaan telah menerapkan beberapa strategi yang diharapkan dapat membawa kinerja perseroan kepada tingkat yan lebih tinggi di masa yang akan datang, yaitu sebagai berikut : 1. Meningkatkan kapasitas produksi pakan ternak dengan mendirikan pabrik ternak baru dan memaksimalkan kapasitas produksi yang sudah ada dengan efisiensi proses produksi memalui otomatisasi 2. Mendirikan fasilitas pembibitan DOC baru, terutama di luar pulau Jawa 3. Bergerak ke arah hilir, yaitu dengan terus mengembangkan industri pengolahan daging ayam, seperti yang telah dilakukan dengan beberapa merek dagang yaitu Golden Fiesta dan Fiesta serta mendirikan fasiltas pengolahan daging ayam 4. Mendirikan pusat-pusat distribusi untuk semakin dekat baik ke pemasok dan konsumen untuk menurunkan biaya transportasi 5. Menekankan biaya bahan baku, antara lain dengan mengelola tingkat perputaran persediaan, melakukan pembelian bahan baku dengan harga yang lebih rendah tanpa menurukan kualitas dan mengalihkan semaksimal mungkin pembelian bahan baku di pasaran lokal untuk mengurangi biaya transportasi 6. Menerapkan bio-security untuk mempertahankan kualitas produk . Manajemen dan Struktur Organisasi Kegiatan usaha perusahaan Berdasarkan Anggaran Dasar terakhir, kegiatan usaha perseroan adalah : a. Kegiatan usaha utama Kegiatan usaha utama pada PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk adalah : 1. Industri pakan ternak, pembibitan, budidaya ayam ras serta pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi termasuk unit unit cold storage. 2. Menjual makanan ternak, makanan, daging ayam, sapi, dan bahan-bahan hewan asal wilayah Indonesia maupun ke luar negeri dengan sejauh diizinkan berdasarkan perundang-undangan. b. Kegiatan Penunjang Kegiatan usaha penunjang pada PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk adalah: 1. Mengimpor dan menjual bahan-bahan baku farmasi 2. Memproduksi maupun menjual karung-karung atau kemasan plastik, peralatan industri plastik, alat alat peternakan, alat rumah tangga dari plastik sesuai perizinan yang dimiliki dan tidak bertentangan dengan peraturan dalam bidang penanaman modal. 3. Melakukan perdagangan besar termasuk ekspor-impor, perdagangan intrasular atau perdangan antar daerah maupun antar pulau 4. Melakukan kegiatan pengangkutan barang-barang baik pada umumnya pengangkutan darat, peraran, laut maupun udara. 5. Menjalankan usaha pergudangan dan pusat distribusi Secara garis besar produk utama yang dihasilkan perusahaan dan entitas anak perusahaan adalah pakan ternak, DOC, dan daging ayam olahan.
29 Aspek pemasaran Secara garis besar produk utama yang dihasilkan perusahaan dan entitas anak perusahaan adalah pakan ternak, DOC, dan daging ayam olahan. a. Pakan Ternak Produk utama Perseroan adalah pakan ternak, yang diproduksi oleh fasilitas produksi oleh fasilitas produksi perseroan dan entitas anak yang berada di Medan, Bandar Lampung, Tangerang, Semarang, Sidoarjo dan Makassar. Bentuk dari pakan ternak yang dproduksi oleh Perseroan dapat berupa konsentrat, tepung, pellet, atau butiran halus. Sedangkan merek produk yang dipakai oleh perseroan antara lain Hi-Pro, Hi-Pro-Vite, Bintang, Bonavite, Royal Feed Dan Tiji. Bahan baku utama yang dipakai dalam pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia jagung, dedak, tepung, ikan, bungkil kedelai, tepung daging, tulang, pecahan gandum, vitamin dan antioksidan. Produk pakan ternak yang ditawarkan oleh perseroan terdiri dari : 1. Pakan ternak ayam pedaging 2. Pakan ternak untuk pre-starter (ayam pedaging usia seminggu) 3. Pakan ternak untuk starter Teknik pemasaran yang digunakan untuk memasarkan produk pakan ternak adalah melalui integrasi vertikal artinya kemitraan yang dilakukan oleh perusahaan dengan para peternak dalam skala kecil maupun skala besar, para petani mitra ini yang nantinya akan menjadi pasar bagi produk pakan ternak perseroan. Penjualan pakan ternak juga dilakukan melalui perwakilan distributor atau agen skala besar yang sudah dipilih langsung oleh pihak perusahaan, agen atau distributor ini nantinya akan mendistribusikan serta menjual dalam jumlah banyak maupun eceran pada konsumen akhir.
Gambar 2 Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia b. DOC (Day Old Chicken) Produk perseroan yang memberikan kontribusi terbesar kedua kepada penjualan yaitu DOC atau anak ayam usia sehari komersial. DOC perseroan diproduksi oleh beberapa fasilitas pembibitan pemilik entitas anak perusahaan yang tersebar diseluruh Indonesia.
30
Gambar 3 Proses produksi DOC PT Charoen Phokpand Indonesia c. Daging ayam olahan Produk daging ayam olahan diproduksi oleh fasilitas produksi perseroan yang berada di Serang, Salatiga, Medan dan Surabaya. Perseroan telah menggunakan beberapa merek antara lain GOLDEN FIESTA, FIESTA, CHAMP, Dan OKAY, dengan keragaman produk seperti karage,nugget, psicy wings, sosis dan produk lain. Ditahun 2012 ini perusahan perhasil mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di produk dagang ayam olahan ini dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 55 persen. Metode promosi yang dilakukan perusahaan untuk produk daging ayam olahan secara mayoritas adalah melalui promosi di media elektronik, sosial maupun cetak.
Gambar 4 Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia
31 Aspek sumber daya manusia dan struktur organisasi Pada tanggal 31 Desember berdasarkan data dari perseroan dan entitas anak perusahaan PT Charoen Phokpand Indonesia memiki 4391 karyawan. Manajemen perusahaan mengetahui begitu pentingnya peranan karyawan bagi keberhasilan perseroan, maka manajemen berupaya melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas serta motivasi tiap karyawan antara lain dengan perbaikan sistem pengupahan atau penggajian.Berikut adalah Struktur organisasi PT Charoen Phokpand Indonesia dengan posisi jabatan tertinggi adalah rapat umum pemegang saham(Gambar 5).
Gambar 5 Struktur organisasi PT Charoen Phokpand Indonesia Kinerja keuangan perusahaan Ukuran kinerja perusahaan dapat dibedakan berdasarkan sumber informasi yang dipakai untuk mengukur kinerja. Informasi yang digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja bisa berupa informasi keuangan maupun nonkeuangan, dan dapat didasarkan pada pengukuran intern dan ekstern. Tipe informasi keuangan intern antara lain berupa penjualan, profit margin, pendapatan operasi dan data aktiva yang merupakan data akuntansi. Sedangkan tipe akuntansi eksternal adalah informasi keuangan yang diperoleh dari luar perusahaan seperti harga saham perusahaan di bursa saham dan tingkat pertumbuhan industri yang berkaitan dengan jenis usaha perusahaan. Tipe yang lain yaitu tipe informasi nonkeuangan yang dapat berupa informasi non-keuangan internal maupun eksternal. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap kinerja keuangan PT Charoen phokpand Tbk. Perusahaan ini beropersi dalam sektor agribsnis peternakan beserta keseluruhan integrasinya. Pengukuran kinerja keuangan melalui pendekatan rasio keuangan, EVA, dan MVA. Nilai rasio keuangan mampu
32 menjelaskan baik buruk keadaan serta posisi keuangan perusahaan, EVA suatu perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan menciptakan nilai tambah ekonomis, MVA menunjukan kemampuan nilai tambah pasar yang dapat diciptakan untuk pemegang saham. Rasio-rasio keuangan Analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara masing-masing sumber laporan maupun kombinasi dari kedua laporan tersebut. Rasio ini menggambarkan hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya dalam suatu laporan keuangan. Sehingga alat analisis ini dapat menggambarkan baik buruknya keadaan keuangan internal sebuah perusahaan jika dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar. Secara lebih lanjut aspek kinerja keuangan yang diwakili oleh rasio-rasio keuangan dianggap mampu menggambarkan operasi perusahaan atau aspek fundamental perusahaan dalam persaingan dunia usaha secara ekstensif. Rasio-rasio keuangan yang dianalisis dalam penelitian kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk meliputi Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Eearning per Share (EPS), Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio), Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) dan Asset Utilization Ratio (AUR). Ketujuh rasio keuangan tersebut mewakili rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio efisiensi usaha. Pemilihan rasio keuangan dalam penelitian ini didasarkan pada kerelevananya dalam peningkatan aset dan kerelatifan dengan EVA dan MVA. Rasio-rasio yang diteliti juga menjadi standar pembanding yang dipublikasikan oleh perseroan untuk penilaian kinerja keuangan didalam laporan keuangan triwulan, tahunan, laporan annual serta analisis fundamental perusahaan. a. Net Profit Margin (NPM) Rasio marjin laba bersih atau NPM merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Selain itu rasio ini digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan bersih yang diperoleh. Nilai NPM pada penelitian ini didapatkan dari perbandingan antara laba bersih perusahaan terhadap penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya. Penjualan bersih berdasarkan laporan tahunan perseroan adalah keseluruhan penjualan produk dari kegiatan utama perseroan sebagai mana tercantum dalam gambaran umum yaitu industri pakan ternak, pembibitan, budidaya ayam ras serta pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi termasuk unit-unit cold storage. Sedangkan operasi lain yang dimaksud adalah pendapatan dari penjualan ayam afkir, karung bekas, bahan baku (kecuali premix), kotoran ayam dan produk sampingan yang dicatat sebesar hasil penjualan netto dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, dan disajikan sebagai “Pendapatan Operasi Lain” dalam laporan laba perseroan. Besaran NPM perseroan dapat dilihat dalam Tabel 10 sebagai berikut :
33
Tabel 10 NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Tahun NPM per kuartal (%) I II III IV 2008 2.45 3.43 4.02 1.92 2009 4.61 9.39 10.22 11.08 2010 12.59 13.54 15.08 14.66 2011 14.97 14.31 14.36 13.12 2012 16.02 16.46 15.39 12.50 Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tahun 2008-2012 (diolah) Nilai NPM perseroan cenderung berfluktuasi dilima tahun periode yang diteliti, pada tahun 2008 nilai NPM terbesar pada kuartal III sebesar 4.02 persen sedangkan terendah dikuartal IV yaitu 1.92 persen, secara keseluruhan ditahun 2008 terjadi peningkatan NPM. Hal ini berarti, kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dari setiap penjualan meningkat sepanjang kuartal I sampai III, namun menurun pada kuartal IV. Penurunan nilai NPM ini dikarenakan turunnya laba bersih yang diperoleh perseroan. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2010. Trend NPM meningkat hanya terjadi pada tahun 2009, NPM diperiode ini meningkat dari kuartal I sampai kuartal IV dengan besaran 4.61 persen, 9.39 persen, 10.22 persen, dan 11.08 persen. Pada tahun 2010 NPM perusahaan juga berfluktuasi dengan nilai tertinggi pada kuartal III sebesar 15.08 persen dan terendah dikuartal I 12.59 persen. Ditahun 2011 dan juga 2012 juga masih tetap berfluktuasi dengan nilai NPM tertinggi masing masing adalah 14.97 persen dan 16.46 persen. Sedangkan nilai terendah yaitu 13.12 persen dan 12.50 persen dan keduanya berada dikuartal IV. Nilai NPM tertinggi diseluruh kuartal periode penelitian adalah pada saat kuartal II tahun 2012 yaiutu sebesar 16.46 persen artinya setiap satu rupiah penjualan, perseroan mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp164 600, sedangkan nilai NPM terendah yaitu pada saat kuartal IV tahun 2008 sebesar 1.92 persen artinya perusahaan hanya mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp19 200 ditiap satu rupiah penjualan. Secara keseluruhan perbandingan NPM perkuartal disetiap tahun penelitian, NPM perseroan dapat dikatakan mengalami peningkatan sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 (Gambar 6). NPM berfluktuasi hanya pada kuartal IV hal ini rata rata disebabkan oleh penurunan laba bersih lebih kecil dibandingkan penjualan diakhir periode, padahal penjualan terus mengalami peningkatan secara rata-rata.
Persentase (%)
34 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2008
2009
2010 Tahun
2011
2012
Gambar 6 NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Berdasarkan grafik diatas maka dapat dilihat terjadi kenaikan nilai NPM perseroan sejak tahun 2008 sampai 2012. Penurunan hanya terjadi pada kuartal IV, hal ini diketahui karena peningkatan laba bersih perseroan ternyata jauh lebih kecil dibandingkan peningkatan penjualan perseroan. Dari titik pada grafik diatas terjadi penurunan NPM di tahun 2012 dibandingkan tahun 2011, peningkatan laba bersih perusahaan dari tahun 2011 ke 2012 kuartal IV hanya 13 persen sedangkan penjualan mengalami peningkatan sebesar 19 persen. b. Return on Asset (ROA) ROA adalah rasio yang dapat mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan dari operasi tersebut. Setiap perusahaan harus mampu melaksanakan manajemen aktiva dengan efisien. Berdasarkan data dari laporan keuangan perseroan digambarkan bahwa nilai aktiva perseroan cenderung meningkat walaupun berfluktuasi disetiap kuartal. Pada awal periode waktu yang diteliti perseroan memiliki aktiva Rp4.92 triliyun dan pada akhir periode waktu yang diteliti mencapai Rp12.34 triliyun. Untuk melihat pengelolaan aset tersebut apakah sudah efisien atau belum maka dapat dilihat dari nilai ROA perusahaan (Tabel 12). Tabel 11 ROA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Kuartal ROA (%) 2008 2009 2010 2011 I 1.44 2.69 8.56 9.26 II 3.96 11.31 16.80 16.19 III 7.19 20.63 28.78 24.61 IV 4.90 30.15 33.91 26.70 Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
2012 8.20 16.10 20.99 21.71
35 Nilai ROA perseroan sepanjang periode yang diteliti mengalami peningkatan setiap kuartalnya, kecuali pada kuartal III ke kuartal IV tahun 2008. Nilai ROA pada periode tersebut turun sebesar 3.00 persen, dari 7.19 persen menjadi 4.90 persen. Penurunan ini disebabkan oleh besaran laba bersih perseroan dari Rp401 388 000 000 menjadi Rp253 977 000 000 dan juga penurunan aset yang dimiliki perseroan dari Rp5 586 469 000 000 menjadi Rp5 178 540 000 000. Penurunan ROA di tahun 2008 menunjukan kemampuan yang kurang baik bagi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Sehingga apabila dilihat dari ROA, rentabilitas perseroan pada periode tahun 2008 tidak cukup baik. Seiring dengan perbaikan kinerja perusahaan periode setelah 2008 sampai tahun 2012 ROA perusahaan terus mengalami peningkatan artinya perusahaan semakin baik dalam mengelola aset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Nilai ROA tertinggi dicapai pada kuartal IV sebesar 33.91 persen, artinya dalam setiap satu rupiah aset atau aktiva perseroan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp3 391 000 berbanding jauh dengan nilai ROA terkecil pada kuartal awal tahun 2008, pada periode itu setiap satu rupiah aset perseroan hanya menghasilkan keuntungan sebesar Rp14 400. c. Return on Equity (ROE) ROE adalah rasio yang mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modal sendiri (ekuitas) yang ditananamkan untuk membiayai usaha. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu pengukuran rasio keuangan yang berbasiskan laba. Semakin tinggi nilai ROE, maka semakin baik pula kinerja perusahaan dalam menciptakan keuntungan atas modal yang diserahkan investor. Perkembangan nilai ROE perusahaan dapa dilihat pada Tabel 13. Tabel 12 ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Kuartal ROE (%) 2008 2009 2010 2011 I 6.62 9.8 13.24 12.76 II 16.43 32.35 29.15 24.72 III 27.35 45.30 41.70 33.62 IV 19.24 54.98 49.57 38.17
2012 11.27 23.53 30.97 32.79
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
Nilai ROE PT Charoen Phokpand Indonesia ditahun yang diteliti 2008 sampai 2012 selalu meningkat dimasing-masing kuartal setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih pada periode berjalan yang lebih besar dibandingkan peningkatan ekuitas perseroan. Pada tahun 2012 rata rata peningkatan laba periode berjalan sebesar 57 persen dengan besaran peningkatan pada masing masing kuartal sebesar 115 persen, 46 persen dan 9 persen. Peningkatan ini lebih besar dibandingkan peningkatan ekuitas perseroan yaitu 3 persen, 11 persen, dan 3 persen, dengan rata-rata kenaikan ROE sebesar 6 persen.
36
Persentase (%)
50 40 30 20 10 0 2008
2009
2010 Tahun
2011
2012
Gambar 7 ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Nilai ROE terbesar sepanjang periode penelitian adalah kuartal IV tahun 2009 dengan nilai sebesar 54.98 persen dengan interpretasi setiap satu Rupiah modal sendiri (ekuitas) perseroan maka perseroan mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp549 800. Sedangkan nilai ROE terendah berada di kuartal pertama tahun 2008, setiap satu rupiah ekuitas perseroan hanya menghasilkan keuntungan sebesar Rp66 200. Secara keseluruhan terjadi tren peningkatan nilai ROE perseroan disetiap kuartal pertahun. Hal mengindikasikan bahwa kemampuan modal sendiri (ekuitas) perseroan dalam menghasilkan keuntungan meningkat. Namun ROE ditahun 2012 mengalami penurunan, seperti terlihat pada gambar, bahwa ROE perseroan pada tahun 2012 mengalami penurunan, dibandingkan pada tahun 2009, 2010, dan 2011. Hal ini terjadi karena perseroan mengalami peningkatan laba bersih yang lebih kecil dibandingkan peningkatan laba bersih pada kuartal yang sama ditahun sebelumnya. Artinya pada tahun ini kinerja perseroan dalam menghasilkan keuntungan terhadap penggunaan modal sendiri (ekuitas perusahaan) tidak terlalu baik.Secara keseluruhan ROE perseroan masih menunjukan tren yang meningkat. d. Eearning per Share (EPS) Berikut adalah data EPS PT Charoend Phokpand Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada laporan annual perusahaan. Tabel 13 EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Kuartal EPS (rupiah per lembar saham) 2008 2009 2010 2011 I 22 44 136 40 II 64 192 287 77 III 122 333 499 118 IV 77 491 135 144 Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
2012 48 103 150 164
37 Earning Per Share (EPS) merupakan metode pengukur tingkat keuntungan yang dapat dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya. EPS didapat dari perbandingan antara laba bersih perusahaan terhadap jumlah saham. Kondisi ini menggambarkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini, maka menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena dapat menciptakan laba per lembar saham bagi investor yang tinggi. Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat pada tahun 2008 perusahaan mampu memberikan keuntungan per lembar saham yang terus meningkat sampai pada kuartal satu sampai tiga, namun kemampuan perusahaan memberikan keuntungan pada lembar saham turun saat kuartal ke empat yaitu dari Rp 122 per lembar sahamnya menjadi Rp77 per lembar saham. Tahun 2009 kecenderungan keuntungan perusahaan perlembar sahamnya meningkat yaitu dari Rp44 per lembar saham, Rp192 per lembar saham. Rp333 per lembar saham, sampai Rp491 per lembar saham. Lain halnya pada tahun 2009 EPS yang dihasilkan oleh perseroan terus mengalami peningkatan dari Rp44 per lembar saham menjadi Rp.491 per lembar saham. Hal ini berarti karena laba bersih yang dicapai perusahaan tinggi, sehingga akan menghasilkan laba yang besar pula bagi investornya, hal ini manggambarkan kinerja perusahaan yang baik, sehingga mampu menciptakan laba yang besar bagi investornya. Nilai tertinggi EPS dicapai saat kuartal II tahun 2010 yaitu mencapai Rp499 per lembar saham, hal ini terjadi karena perseroan melakukan pemecahan saham setelah periode 2010, pada periode sebelum tahun 2010 jumlah saham perseroan yang beredar adalah sebanyak 3 284 561 408 lembar. Kebijakan stocksplit, yaitu suatu aktivitas yang perusahaan go public untuk menaikkan jumlah saham yang beredar. Kebijakan ini dilakukan apabila dirasa harga saham perusahaan sudah tinggi, pada periode tersebut harga saham adalah seharga Rp2 050 per lembar saham, sudah sangat tinggi dibandingkan kuartal yang sebelumnya yaitu hanya Rp555 per lembar, Rp727 per lembar dan Rp1 740 per lembar. Langkah ini dilakukan perseroan dengan motivasi antara lain untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham di bursa efek. Melalui pemecahan saham (stock split) maka harga saham akan lebih terjangkau oleh investor sehingga diharapkan transaksi jual beli di pasar saham lebih banyak terjadi atau perdagangan lebih likuid, akibatnya permintaan (demand) saham cenderung naik, saham lebih aktif diperdagangkan di bursa dan harganya pun bisa jadi naik lebih tinggi setelah aktivitas pemecahan saham (stock split) itu sendiri. Pasca dilakukannya pemecahan nominal saham dari Rp50 menjadi 10, maka akan berdampak pada jumlah saham yang beredar, pasca kebijakan di tahun 2010 ini jumlah saham CPIN beredar adalah sebanyak 16 422 807 040 lembar, hal ini tentu saja berpengaruh terhadap besaran laba per saham yang dapat didistribusikan oleh perusahaan, pasalnya EPS diperoleh dari perbadingan laba bersih perseroan dibandingkan jumlah saham yang beredar. Tidak heran apabila periode setelah tahun 2010 yaitu 2011 dan 2012 nilai EPS perseroan mengalami penurunan nominal EPS dibandingkan besaran Rp499 per lembar saham pada kuartal III tahun 2010. Nilai EPS yang terbesar hanya mencapai Rp164 per lembar diakhir periode 2012 Meskipun laba bersih perseroan mengalami peningkatan. Namun, hal ini tidak dapat dijadikan acuan bahwa keuntungan akumulasi yang diperoleh dari investor menurun, karena jumlah saham yang dipegang investor juga akan
38
Rupiah/lembar saham
mengalami kenaikan sesuai dengan penyesuaian yang dilakukan oleh pihak manajemen. Sedangkan nilai EPS perusahaan terendah terjadi di tahun 2008 kuartal pertama yaitu Rp22/lembar saham, hal ini terjadi karena memang besaran laba bersih perseroan pada tahun tersebut kecil dibandingkan tahun lainnya, bukan karena adanya kebijakan saham atau kebijakan manajemen perseroan yang lain. Secara keseluruhan tren EPS perseroan adalah stagnan. 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 2008
2009
2010 Tahun
2011
2012
Gambar 8 EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 e. Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan dengan total kekayaan perseroan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai persentase rasio hutang maka semakin tinggi pula risiko yang harus ditanggung perseroan. Dalam penelitian ini rasio hutang didapatkan dari pembagian antara total hutang dengan total aktiva atau aset perseroan. Total hutang perseroan meliputi hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang perseroan. Rasio ini digunakan untuk menunjukan banyaknya jumlah aktiva yang dibiayai dengan menggunakan pinjaman. Selama periode lima tahun 2008 sampai 2012, nilai rata-rata rasio ini sebesar 45.93 persen (Tabel 15) yang berarti bahwa jumlah aktiva yang dibiayai oleh pinjaman sebesar 45.93 persen, dan sisanya sebesar 54.07 persen dibiayai dari modal sendiri. Kondisi ini menunjukkan risiko yang ditanggung perusahaan tidak terlalu besar karena kepemilikan aktiva yang dibiayai dari pinjaman relatif lebih kecil karena masih dibawah 50 persen. Tabel 14 DAR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Kuartal DAR (%) 2008 2009 2010 2011 I 76.67 72.26 35.03 27.46 II 7564 64.81 42.03 34.50 III 73.45 54.13 30.64 26.80 IV 74.23 44.82 31.24 30.05 Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
2012 27.30 31.59 32.23 33.79
39 Rasio hutang perseroan dalam penelitian masih dianggap normal karena operasional atau aktivitas perseroan masih diatas 50 persen yang didanai oleh modal sendiri perseroan (Gambar 9). Berdasarkan penelitian sendiri rasio hutang terhadap seluruh aktiva perseroan mengalami penurunan, diawal tahun penelitian hutang perusahaan mencapai 76 persen, dan diakhir masa penelitian besaran hutang perseroan adalah 34 persen, artinya risiko hutang perseroan mengalami penurunan.
Modal sendiri 54.07
Total Hutang 45.93
Gambar 9 Proporsi hutang PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 f. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Rasio ini menggambarkan seberapa besar besar modal sendiri dapat menjamin hutang perusahaan dapat ditunjukkan dengan menggunakan rasio hutang terhadap ekuitas. Rata-rata rasio hutang perseroan dalam 5 tahun terakhir adalah 106.84 persen atau dapat dikatakan 1.06 artinya perusahaan belum mampu menjamin semua kewajibannya dengan modal sendiri, angka ini dianggap kurang baik menurut standar karena perusahaan hanya mampu menjamin hutang Rp 106, dengan modal Rp100. Rasio hutang perusahaan terhadap modal sendiri mengalami penurunan ditahun 2010, 2011, dan 2012 dibandingkan tahun 2008 dan 2009, penurunan rasio ini terjadi karena perseroan menurunkan pinjaman jangka pendek maupun jangka panjangnya. Penurunan nilai rasio DER yang cenderung menurun (Tabel 16) mengindikasikan meningkatnya kemampuan solvabilitas perusahaan dalam menjamin semua hutangnya dengan modal sendiri. Tabel 15 DER PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Kuartal DER (%) 2008 2009 2010 2011 I 33.20 263.40 54.18 37.85 II 313.91 185.48 72.91 52.67 III 279.58 118.84 44.40 36.61 IV 291.16 81.75 45.67 42.96 Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
2012 37.54 46.17 47.55 51.03
40 g. Asset Utilization Ratio (AUR) Salah satu rasio keuangan yang penting untuk dianalisis adalah rasio efisiensi usaha, rasio ini mengambarkan seberapa efisien sebuah perseroan menjalankan kegiatan usaha yang dimiliki, salah satu rasio efisiensi usaha yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asset Utilization Ratio (AUR). AUR adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki dalam proses penciptaan pendapatan operasi maupun pendapatan non operasi. Dalam perseroan yang diteliti yang dimaksud pendapatan operasi adalah keseluruhan pendapatan yang diperoleh perseroan memalui kegiatan operasional perusahaan yang meliputi kegiatan utama maupun kegiatan pendukung perseroan. Sedangkan pendapatan non operasi adalah pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan operasi perseroan diantaranya adalah pendapatan bunga, pendapatan selisih kurs, ataupun pendapatan keuangan lainnya. Berikut adalah hasil perhitungan AUR pada perseroan: Tabel 16 AUR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Kuartal AUR (%) 2008 2009 2010 2011 I 59.19 59.07 66.73 62.48 II 116.41 123.51 124.87 114.24 III 179.07 206.99 192.27 172.51 IV 256.48 278.25 233.04 203.80
2012 51.26 98.03 136.70 173.65
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa nilai AUR perseroan dimasingmasing tahun mengalami peningkatan disetiap kuartalnya, semakin tinggi nilai AUR perseroan maka dapat dikatakan bahwa perseroan makin efisien, pasalnya setiap satu rupiah total aktiva yang dimanfaatkan oleh perseroan maka akan menghasilkan sekian rupiah dikalikan persentase nilai AUR perseroan. Tren meningkat diseluruh nilai AUR perseroan mengindikasikan bahwa perseroan semakin efiesien disetiap kuartalnya. Namun perseroan didapati mengalami penurunan nilai AUR perseroan. Rata-rata pengingkatan AUR perseroan ditahun 2008 adalah sebesar 93 persen, jauh lebih tinggi dari pada ditahun 2009 yaitu 51 persen, artinya perseroan mengalami penurunan rata-rata peningkatan nilai AUR. Nilai AUR kembali meningkat ditahun 2010 yaitu sebesar 54 persen, peningkatan ini tidak begitu besar, kemudian ditahun 2011 perseroan semakin efisien dengan pencapaian nilai AUR sebesar 70 persen. Nilai AUR kembali turun di 2012 menjadi 65 persen artinya perseroan mengalami penurunan nilai AUR sebesar 5 persen dibandingkan nilai AUR perseroan ditahun sebelumnya. Penurunan ini menunjukan semakin menurunnya kemampuan aset atau aktiva yang dimiliki perseroan dalam menghasilkan pendapatan operasional maupun pendapatan non operasional. Economic Value Added (EVA) Munculnya istilah EVA (Economic Value Added) dipopulerkan oleh Stern Stewart Management Service, sebuah perusahaan konsultan dari Amerika Serikat. Penghitungan EVA telah banyak digunakan di berbagai perusahaan besar di Amerika Serikat. Perhitungan EVA merupakan suatu sistem keuangan untuk
41 mengukur laba ekonomis suatu perusahaan, dengan mengetahui nilai EVA perusahaan maka dapat diketahui peningkatan maupun penurunan nilai ekonomis pada suatu periode tertentu. Gagasan munculya EVA cukup sederhana, perusahaan benar-benar menguntungkan dan menciptakan nilai jika dan hanya jika labanya melebihi biaya semua modal yang digunakan untuk membiayai yang digunakan untuk membiayai operasi. Biaya modal perusahaan sendiri dipengaruhi oleh kebijakan pembiayaan dan investasi. Jika biaya modal ditentukan sebagian oleh jenis modal yang digunakan perusahaan, oleh kebijakan dividen dan oleh jenis proyek invetasi yang dilakukan. Dalam penelitian terhadap nilai EVA PT Charoen Phokpand Indonesia digunakan metode CAPM (Capital Asset Pricing Model) dalam menaksir biaya modal dalam perusahaan. Berikut adalah hasil perhitungan EVA PT Charoen Phokpand: Tabel 17 EVA PT Charoen phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Kuartal EVA (Juta rupiah) 2008 2009 2010 2011 I -1494195 -210227 -230438 317876 II -222461 308639 226665 888654 III -4013 835960 932977 1575990 IV -36324 1394884 1398219 1985151
2012 444649 1357307 2120093 2329070
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
Pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 18 bahwa seluruh nilai EVA perseroan disetiap kuartal adalah negatif artinya nilai EVA lebih kecil dari nol, perseroan diindikasikan pada periode tersebut adanya penurunan kekayaan perseroan akibat laba yng dihasilkan tidak mampu memberikan kompensasi yang setimpal dengan investasi yang ditanam. Secara lebih sederhana, pada periode tersebut perseroan belum mampu menghasilkan nilai tambah ekonomis bagi pemegang saham. Pada periode tersebut seluruh biaya modal perseroan (COC) lebih besar dibandingkan laba operasi setelah pajak (NOPAT). Berdasarkan pandangan dari pihak manajemen besarnya biaya modal diperngaruhi oleh krisis global yang dihadapi banyak negara di dunia. Sebagian bahan baku perseroan seperi jagung dan bungkil kedelai, masih menjadi bahan baku yang diimpor dari negara Amerika, Cina maupun India. Nilai EVA negatif ditahun 2008 disebabkan kecilnya laba bersih yang diperoleh perusahaan dibanding tahun berikutnya(Tabel 18). Tahun berikutnya, setelah periode krisis global ditahun 2008, Secara rata-rata nilai EVA perseroan mengalami peningkatan disebabkan karena nilai NOPAT atau laba bersih setelah pajak yang meningkat. Pada tahun 2008 perusahaan memiliki nilai NOPAT sebesar Rp392 626 500 000 sedangkan tahun 2009 nilai NOPAT perseroan senilai Rp1 023 623 250 000 berari nilai NOPAT perseroan meningkat sebesar 161 persen. NOPAT perseroan ditahun berikutnya adalah Rp1 346 642 000 000, sedangkan periode 2011 dan 2012 adalah Rp1 582 485 250 000 dan Rp1 983 226 500 000. Secara periodik artinya terjadi peningkatan NOPAT perseroan sebesar 31.56 persen, 175 persen dan 253 persen. Kenaikan NOPAT ini didukung dengan peningkatan laba bersih dan biaya bunga. COC perseroan sendiri secara keseluruhan dari tahun 2008 ke 2012 mengalami penurunan sebesar 4 persen, artinya biaya modal yang digunakan oleh perseroan untuk kegiatan investasi maupun operasional mengalami penurunan, melihat laba bersih perusahaan meningkat artinya perusahaan melakukan efisiensi
42 sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomis. COC pada tahun 2008 terbesar yaitu Rp831 875 000 000 sedangkan ditahun 2009 biaya modal perusahaan mengalami penurunan yaitu 47 persen, menjadi Rp441 309 000 000. Tahun 2010 COC perseroan kembai meningkat sebesar 73 persen menjadi Rp64 786 000 000 hal ini dipicu oleh peningkatan persentasi WACC atau biaya modal rata-rata tertimbang, yaitu 53.99 persen, paling tinggi diantara tahun yang lain dalam periode yang diteliti, nilai ini besar karena besaran Ke mencapai 50.91 persen atau biaya yang timbul karena investor menyerahkan dananya dalam bentuk ekuitas kepada perseroan, pada tahun ini perusahaan menahan dividen, dan uang investor atau pemegang saham banyak diinvestasikan kembali kepada perseroan. Nilai EVA perseroan bernilai negatif hanya pada periode 2008, hal ini dikonfirmasi pihak perusahaan karena terkena dampak dari krisis global. Perseroan sendiri masih banyak mengimpor bahan baku utama pembuatan pakan ternak dari Amerika Serikat yaitu jagung dan bungkil kedelai. Krisis global menyebabkan tingginya harga bahan baku, dan berdampak pada komponen biaya perseroan. Dalam perhitungan EVA menyebabkan COC meningkat, sedangkan untuk tahun berikutnya dalam periode yang diteliti terus mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh kenaikan nilai NOPAT secara rata-rata yang dipicu oleh peningkatan laba bersih dan biaya bunga perusahaan, sedangkan nilai COC atau biaya modal perusahaan menggalami penurunan secara rata rata sebesar 4 persen. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa semakin tahun PT Charoen Phokpand mampu memberikan nilai tambah ekonomis kepada pemegang saham. 3000000 2500000 2000000 juta rupiah
1500000 1000000 500000 0 -500000
2008
2009
2010
2011
2012
-1000000 -1500000 -2000000
Tahun
Gambar 10 EVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Market Value Added (MVA) Nilai pasar adalah nilai aset yang berlaku di pasar modal. Nilai ini ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di bursa. Jadi, nilai pasar dapat ditentukan berdasarkan harga saham suatu perseroan. Proses peningkatan maupun penurunan yang dilakukan perusahaan akan terlihat dari pergerakan nilai MVA dari tahun ke tahun sehingga investor dapat menjadikan nilai MVA sebagai indikator untuk menilai kinerja perseroan tersebut. Nilai MVA atau nilai tambah pasar dalam penelitian ini diperoleh dari hasil selisih antara nilai pasar aset
43 dengan nilai buku. Jumlah saham yang beredar didapat dari data saham perseroan, sedangkan harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan pada akhir periode kuartal. Sedangkan nilai buku adalah total ekuitas perseroan. Jumlah saham yang beredar secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu 3 284 561 408 lembar saham dan 16 398 000 000 lembar. Perubahan ini terjadi di tahun 2010. Perseroan melakukan kebijkan stock split, pemecahan nominal Rp50 menjadi Rp10, sehingga jumlah saham perseroan yang beredar yaitu dari 3 284 561 408 menjadi 16 398 000 000 lembar. Upaya ini dilakukan oleh perseroan karena harga saham sudah mulai meninggi menyentuh angka Rp2 010, agar menjaga likuiditas bursa dan lebih menghidupkan penawaran dan permintaan maka ditingkatkan jumlah saham yang beredar dan juga menurunkan harga saham. Upaya tersebut memiliki motivasi jangka panjang, yaitu meningkatnya harga saham perseroan dan juga jumlah saham yang beredar. Keberhasilan kebijakan dapat dilihat berdasarkan tahun periode setelahnya. Harga saham perseroan mengalami peningkatan dan mencapai angka Rp3 650 per lembarnya, jauh lebih tinggi Rp1 640 dibandingkan pada periode sebelumnya. Tentunya hal tersebut meningkatkan nilai MVA. Dengan kata lain, tujuan perseroan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham dapat dikatakan berhasil atau tercapai pada periode yang diteliti (Tabel 21). Tabel 19 Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Kuartal MVA (Jutaan rupiah) 2008 2009 2010 2011 2012 I 1884734 178195 5638192 28068074 38118640 II 2008619 183215 8214777 27548532 48976107 III 181115 2086160 24605638 33590256 41671894 IV 108476 4457245 23983850 29066230 51676236 Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia diseluruh kuartal pada tahun 2008 sampai dengan 2012 bernilai positif (Tabel 21). Secara umum rata-rata nilai MVA perseroan mengalami peningkatan disetiap tahunnya, namun besaran peningkatan terjadi saat tahun 2009 ke tahun 2010, peningkatan nilai MVA perseroan mencapai 688 persen, hal itu terjadi karena adanya peningkatan lembar saham yang diedarkan oleh perseroan dari 3 284 561 408 lembar menjadi 16 398 000 000 lembar. Pada tahun ini perusahaan mampu memberikan nilai tambah pasar sebesar Rp16 586 295 juta dibandingkan tahun sebelumnya hanya 2009 yaitu Rp2 103 928 juta. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan sudah dapat menghasilkan nilai tambah pasar bagi para investor atau pemegang saham. Harga saham perseroan di lantai bursa berdasarkan permintaan maupun penawaran pialang maupun pasar, nilai saham terendah perseroan ketika tahun 2008 kuartal ke IV, harga saham perlembar perseroan dengan kode transaksi CPIN hanya Rp840, dan harga saham tertinggi di periode yang diteliti adalah pada tahun 2012 penutupan akhir tahun, harga saham perusahaan sudah mencapau Rp3 650 per lembar, artinya daya jual saham perusahaan di bursa terus meningkat. Peningkatan harga ini menyebabkan nilai MVA perseroan terus mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 211 persen rata-rata selama lima tahun terakhir. Namun peningkatan nilai MVA pada 2 tahun terakhir hanya sebesar 35 persen hal ini
44 dikarenakan nilai buku saham yang meningkat sebesar 37 persen, dari Rp5 543 945 juta menjadi Rp7 567 856 juta. Hubungan rasio-rasio keuangan terhadap EVA Rasio keuangan diduga sebagai penggerak utama EVA perseroan Dalam penelitian ini dilihat bagaimana hubungan antar rasio-rasio keuangan terhadap penciptaan nilai tambah ekonomis atau EVA perseroan. Hubungan antara rasiorasio keuangan dengan nilai tambah ekonomi sendiri belum memilki patokan standar yang baku, mana saja rasio keuangan perseroan yang berpengaruh terhadap EVA. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan 7 variable independen yaitu rasio-rasio keuangan yang meliputi Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Eearning per Share (EPS), Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio), Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) dan Asset Utilization Ratio (AUR) dan 1 variabel dependen yaitu EVA. Hipotesis awal dalam penelitian ini rasio-rasio keuangan berpengaruh positif terhadap EVA. Model yang digunakan dalam analisis pengaruh rasio keuangan terhadap EVA adalah sebagai berikut : EVA = a + b1 NPM + b2 ROA+ b3 ROE + b4 EPS + b5 DAR + b6 DER + b7AUR Keterangan : EVA = nilai EVA (juta rupiah) NPM = nilai NPM (%) ROA = nilai ROA (%) EPS = nilai EPS (Rupiah/lembar saham) ROE = nilai ROE (%) DAR = nilai DAR (%) DER = nilai DER (%) AUR = nilai AUR (%) a = konstanta b1, b2, b3, b4, b5,b6, b7 dan b8 = koefisien parameter regresi Tahapan selanjutnya dilakukan pengujian apakah model tersebut adalah model yang signifikan untuk menggambarkan hubungan antara rasio-rasio keuangan yang terdiri dari NPM, ROA, ROE, EPS, DAR, DER, dan AUR terhadap EVA. Pengujian dilakukan dengan metode backward elimination yaitu sebuah metode yang mengeliminasi variabel-variabel yang dianggap tidak signifikan dalam analisis uji berganda, ternyata model terbaik yang didapatkan adalah : Tabel 20 Hasil persamaan regresi pengaruh rasio keuangan terhadap EVA Variabel Koefisien VIF Nilai Tollerance Konstanta (EVA) 755940.4 ROE 547504 2.5 0.397 EPS -2723.3 2.3 0.431 DAR -2445217 1.1 0.877 R2 (%) 74 Sumber : output regresi (diolah)
45 Hal ini dilakukan karena, belum terpenuhinya asumsi kelayakan regresi linear berganda apabila seluruh variabel independen dimasukan. Model yang didapatkan dari metode backward elimination ini menunjukan bahwa hanya ROE, EPS, dan DAR sebagai variabel independen dan EVA sebagai variabel dependen yang ada dalam persamaan baru. Berikut adalah hasil asumsi kelayakan model : 1. Uji Normalitas Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah galat sebaran data yang ada dalam sebuah model terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan uji melalui Uji Jarque Bera. Dengan Hipotesis : H0 : Nilai prob > α (Galat menyebar normal) H1 : Nilai prob < α (Galat tidak menyebar normal) Hasil uji Jarquera Bera dalam model ini memberikan kesimpulan bahwa probability dari data yang diperoleh dari output uji, lebih besar dari α yaitu sebesar 0.58 artinya data tersebut terdistribusi secara normal, artinya terima Ho namun apabila sebalik nya data tidak terdistribusi secara normal maka p-value akan lebih kecil dari α. 2. Uji multikollinearitas Uji multikolinearitas sangat penting dilakukan dalam analaisis regresi dengan variabel lebih dari satu, uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Uji ini dilakukan dengan mengamati nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang tidak lebih dari 10 atau nilai Tolerance yang tidak kurang dari 0.1, maka model tersebut dapat dikatakan bebas dari multikolinearitas. Nilai VIF dan nilai Tolerance pada Tabel 22 menunjukan dalam model regresi hubungan rasio keuangan terhadap EVA bebas mulikolinearitas. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varians yang sama untuk semua observasi. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Gletzer, diketahui bahwa nilai probnya lebih besar dibandingkan α yaitu 0.2053 maka persamaan bersifat homogen atau tidak terjadi heterokedasitas. 4. Autokorelasi Autokorelasi yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu (et) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya (et-1). Sebagaimana diketahui bahwa otokorelasi menggambarkan adanya korelasi yang terjadi antar observasi dalam satu variabel. Terlebih data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series perseroan, yang memiliki konseptual data suatu perseroan dalam rentangan waktu teretentu. Cara untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson. Jika nilai tersebut berada di sekitar angka 2 maka model tersebut bebas asumsi klasik. Tidak terjadi otokorelasi. Pada model regresi penelitian ini karena besaran angka Durbin Watson pada model adalah 0.845 artinya besaran angka Durbin-watson sangat kecil, hal ini mengindikasikan didalam model terdapat otokorelasi atau hubungan antar waktu, hal ini biasa terjadi pada data time series, terjadinya otokorelasi menurut Gujarati (2003)
46 disebabkan oleh bebearapa hal diantaranya umumya juga disebabkan karena data tidak stasioner. 5. Uji stasioneritas Variabel yang digunakan adalah variabel yang terdiri dari data time series, sehingga memungkinkan adanya hubungan antar waktu yang dapat menyebabkan terjadinya otokorelasi. Berdasarkan hasil uji Durbin Watson terjadi otokorelasi dalam model, dan salah satu penyebabnya adalah data yang tidak stasioner, dalam model ini ternyata benar memang galat tidak stasioner, hal ini ditujukan oleh hasil uji Augmented Dickey-Fuller dengan nilai prob (0.4542) lebih besar dari 0.05. Model yang didapatkan dari metode backward elimination masih melanggar asumsi autokorelasi. Permasahan otokorelasi biasa ditemukan dalam data time series. Karena data time series secara konseptual adalah sata yang diambil berdasarkan satu sumber informasi dalam rentang waktu tertentu. Terdapat salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan auto korelasi ini dengan cara pembedaan, pembedaan ini seseungguhnya merupakan salah satu bentuk transformasi untuk mengatasi autokorelasi, secara lebih sederhana adalah dengan melakukan diferensial pada fungsi. Setelah dilakukan diferensial didapatkan hasil regresi sebagai berikut : Tabel 21Hasil regresi first differencing rasio keuangan terhadap EVA Variabel Koefisien VIF Konstanta (EVA) 755940.4 d (ROE)* 5497504 2.5 d (EPS) -2723.3 2.3 d (DAR) -2445217 1.1 R2 (%)
P-value 0.08 0.00 0.83 0.71 84.67*
Sumber : Output OLS *Variabel independen yang signifikan berpengaruh terhadap EVA
Dari hasil regresi berganda dapat dilihat bahwa R2nya sebesar 84.67((Tabel 23) persen ini mengindikasikan EVA yang dihasilkan perseroan dipengaruhi oleh ROE, EPS dn DAR. Sisanya sebanyak 25.33 persern dipengaruhi variabel lain diluar model. Model persamaan diatas signifikan pada taraf nyata 5 persen karena p-value dari uji kecocokan model melalui UJI F sebesar 0.00, sehingga model regresi yang diatas dapat digunakan untuk menentukan pengaruh variabel independen terhadap EVA. Beberapa uji dilakukan untuk mendeteksi masih adakah pelanggaran asumsi linear berganda, ternyata tidak ditemukan. Hal tersebut dapat dilihat dari uji kenormalan melalui uji Jarque-Bera yang mendapati nilai probabiliti lebih besar dari pada signifikansi 5 persen yaitu 0.637 artinya data terdistribusi secara normal. Dalam model ini juga menunjukan bahwa model homogen melalui uji gletzer yang mendapati 0.761 sebagai indikator bahwa galat homogen pada taraf nyata 5 persen. Tidak terjadi otokorelasi dalam model karena besaran angka Durbin Watson yaitu 2.4 artinya didalam model tidak terjadi hubungan antar waktu hal itu juga tercermin dari uji stasioneritas yang mendapati galat stasioner, yaitu 0.001 lebih kecil dari pada signifikan 5 persen.
47 Uji regresi berganda harus memenuhi asumsi bahwa tidak terjadi hubungan antara variabel bebas, hal tersebut dapat diuji melalui uji multikolinearitas yan mendapati nilai VIF dari ROE, EPS dan DAR masingmasing sebesar 2.5, 2.3, dan 1.1 artinya tidak terjadi hubungan antar variabel bebas dalam model. Walaupun model persamaan regresi diatas signifikan pada taraf nyata 5 persenakan tetap pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap EVA ada yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hal ini dapat dikeahui dari hasil uji t-parsial masing-masing variabel independen. Hanya ada satu variabel yang signifikan berpengaruh terhadap EVA yaitu ROE dengan pvalue sebesar 0.00, sedangkan EPS dan DAR tidak berpengaruh siginifikan terhadap EVA pada taraf nyata 5 persen dengan p-value sebesar 0.83 dan 0.71. Dari hasil uji tersebut maka didapati bahwa ROE berhubungan positif terhadap EVA, artinya apabila terjadi kenaikan ROE perseroan sebesar 1 persen maka EVA perseroan akan meningkat sebanyakRp5 497 504 juta, artinya hipotesis awal yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap EVA dapat diterima. Artinya secara siginifikan kenaikan ROE akan meningkatkan EVA perseroan. ROE sendiri adalah rasio yang mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modal sendiri (ekuitas) yang ditananamkan untuk membiayai usaha. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu pengukuran rasio keuangan yang berbasiskan laba. Semakin tinggi nilai ROE, maka semakin baik pula kinerja perusahaan dalam menciptakan keuntungan atas modal yang diserahkan investor. Dalam melihat hubungan ini maka dapa dilihat bahwa ROE menggambrkan pencipataan keuntungan atas modal yang diserahkan sejalan dengan EVA yang menla keuntungan berupa nilai tambah ekonomi yang daat diciptakan perusahaan untuk pemegang saham. Pos keuangan yang membentuk ROE sendiri adalah laba bersih dan ekuitas, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan perseroan agar nilai ROE meningkat adalah meningkatkan laba bersih perseroan, karena hal tersebut kan berpengaruh positif terhadap EVA perseroan. Hubungan antara EVA dengan MVA Majalah Fortune dalam Brigham dan Houston (2001) menyebutkan bahwa EVA adalah cara untuk mengukur profitabilitas operasi internal perusahaan yang sesungguhnya. EVA dianggap mempengaruhi MVA perseroan karena, apabila manajerial suatu perusahaan yang diukur melalui EVA efektif, maka secara tidak langsung ada hubungan yang positif terhadap nilai pasar saham perusahaan yang merupakan pembentuk MVA. EVA dianggap mewakili fundamental perusahaan yang dipertimbangan investor untuk menginvestasikan. Hal tersebut menjadi hipotesis awal dalam model regresi ini. Bahwa ada hubungan yang signifikan antara EVA terhadap MVA. Pengujian dilakukan melalui uji linear sederhana. Model regresi linear hubungan antara EVA dan MVA sebagai berikut: MVA= 9912918 +15.06468EVA Model awal ini ternyata melanggar beberapa asumsi dasar dari regresi linear. Diantaranya, terjadi otokorelasi yang dilihat dari besaran angka DurbinWatson yang kecil hanya 0.83 sera hasil uji stasioneritas yang menyatakan bahwa galat tidak stasioner. Hal ini menunjukan di dalam model masih terdapat pengaruh waktu. Permasalahan otokorelasi ini biasa terjadi pada data time series.
48 Solusi untuk menghadapi permasalahan tersebut diantaranya dicoba dilakukan diferencing model satu kali sebagai berikut: d(MVA) = 2230214 + 1.708124 d(EVA) Ternyata model ini bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini karena hasil Uji F l uji sebesar 0.286 jauh lebih besar dari angka signifikan 5 persen. Berarti dapat disimpulkan, dalam penelitian ini EVA tidak siginifikan berpengaruh terhadap MVA. Banyak teori mengatakan EVA memberikan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, EVA dianggap memiliki pengaruh positif terhadap MVA.Tetapi dalam kasus hubungan EVA terhadap MVA di PT Charoen Phokpand tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara EVA dengan MVA. Hal itu bisa saja terjadi karena pada dasarnya EVA dan MVA memiliki hubungan. Tetapi hubungan antara EVA dan MVA merupakan hubungan yang tidak langsung. Jika sebuah perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA yang negatif maka nilai MVA-nya kemungkinan juga akan negatif dan begitupula sebaliknya jika terdapat sejarah akan nilai-nilai EVA yang positif. Terlebih harga saham yang merupakan unsur utama dari perhitungan MVA lebih bergantung pada ekspektasi kinerja di masa mendatang. Oleh sebab itu, sebuah perusahaan dengan sejarah nilai EVA yang negatif dapat saja memiliki nilai MVA yang positif asalkan para investornya mengharapkan terjadinya suatu perubahan di masa mendatang. EVA menunjukkan nilai tambah yang terjadi selama satu periode tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sejak perusahaan berdiri sampai sekarang. Maka dengan pernyataan tersebut tidak ada ketentuan EVA harus berkorelasi dengan MVA. Secara teori EVA mengukur nilai tambah ekonomi atau keefektifan dari perseroan, hal tersebut diasumsikan dapat mempengaruhi nilai penciptaan kekayaan pemegang saham yang digambarkan oleh besaran MVA. Namun dalam praktek industri, penciptaan nilai MVA salah satu komponennya paling penting adalah harga saham, perubahan harga saham tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal eksternal di luar kontrol perseroan. EVA sendiri hanya mengukur keadaan intrinsik dari dalam perusahan, meskipun EVA memiliki hubungan keeratan terhadap harga saham namun umumnya dalam hubungannya tersebut terdapat ekspektasi tingkat pengembalian yang sifatnya subjektif pada masing-masing pemegang saham. EVA juga menjadi penting ketika dijadikan salah satu alat analisis fundamental perseroan, kenyaatanya tidak semua pemegang saham memahami dan menganggap penting hal tersebut. Pergerakan bursa sendiri berada diluar kendali internal perseroan. Hal ini dapat dilihat pada nilai EVA perseroan ditahun 2008, seluruh kuartal pada tahun ini nilai EVA peseroan adalah negatif yang disebabkan oleh peningkatan biaya modal artinya pada tahun tersebut terindikasi perseroan gagal menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pemegang saham. Hal tersebut ternyata tidak mempengaruhi penciptaan kekayaan perseroan melalui nilai MVA yang positif, harga saham perseroan walaupun sempat mengalami penurunan tetapi ditahun berikutnya mengalami peningkatan kembali.
49 Peningkatan harga saham juga dipengaruhi justru oleh kebijakan stocksplit yang dilakukan oleh perseroan, kebijakan tersebut membuat pergerakan saham didalam bursa jauh lebih likuid, penawaran yang dilakukan perseroan dengan menurunkaan harga saham dan tersbut, menjadikan permintaan saham meningkat yang menyebabkan harga saham naik tetapi dengan jumlah saham yang lebih banyak akibat pemecahan. Menurut Brigham dan Houston (2001) terdapat beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham perseroan, faktor ini tidak dapat dikontrol oleh perseroan diantaranya adalah aktivitas ekonomi, hukum pajak, suku bunga dan kondisi pasar saham.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia periode 2008 sampai 2012 adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kesehatan rasio-rasio keuangan perusahaan yang sebagian besar memilki kecenderungan meningkat kinerjanya. Rasio yang cenderung meningkat adalah NPM, ROE, ROA, DAR, DER dan AUR. Hanya EPS yang tidak terjadi peningkatan tetapi stagnan. Hal serupa juga terjadi pada EVA dan MVA yang secara keseluruhan memiliki kecendrungan meningkat, meskipun nilai EVA sempat negatif ditahun 2008. Analisis hubungan antara rasio keuangan yang terdiri dari NPM, ROA, ROE, EPS, DAR, DER, dan AUR terhadap EVA, mendapati bahwa hanya ROE yang berpengaruh signifikan terhadap EVA, ROE berpengaruh positif, apabila ROE perseroan naik sebesar 1 persen, maka EVA perseroan naik menjadi Rp5 497 504 juta. Analisis Hubungan antara EVA dan MVA melalui uji regresi linear sederhana, menunjukan bahwa tidak terjadi hubungan yang signifikan antara EVA dengan MVA, dilihat dari hasil uji F yang lebih kecil dari signifikansi 5 persen. Ini artinya MVA perseroan di tahun 2008 sampai 2012 tidak dipengaruhi oleh EVA. Hal tersebut terjadi karena berdasarkan banyak penelitian didapati bahwa tidak Saran Perseroan dapat meningkatkan EVA melalui ROE, dan pos keuangan yang penting ditingkatkan adalah laba bersih perseroan, melalui penjualan perseroan. Upaya untuk mencari alternatif sumber bahan baku pakan seperti jagung dan bungkil kedelai diintensifkan. Hal ini karena ketergantungan bahan baku impor menyebabkan biaya perseroan meningkat. Investor disarankan untuk menginvestasikan modal di perseroan, hal ini karena kinerja keuangan perseroan baik dan menguntungkan dari segi nilai tambah pasar. Penelitian berikutnya, diharapkan dapat dilihat secara berkelanjutan mengenai kinerja keuangan perseroan agar dapat dilihat historis perseroan dalam rentang waktu yang berbeda.
50
DAFTAR PUSTAKA Astuti S. 2006. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental, EVA, dan MVA Terhadap Return Saham. [Tesis] Semarang (ID): Magister Manajemen, Universitas Dipenogoro Badriah S. 2011. Analisis Hubungan EVA Dengan MVA Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Dan Telekomunikasi Yang Terdaftar Dalam Lq-45. [Skripsi] Depok (ID): Fakultas Ekonomi Gunadarma. [BPS] Badan Pusat Statistika. Data konsumsi unggas nasional 2009-2011. Jakarta(ID): Badan Pusat Statistik Brigham E dan Houston J. 2001. Manajemen Keuangan. Suharto D, penerjemah. Sumiharti Y, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Fundamental of Financial Management. Ed ke-8 Budiharti L. 2006. Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2004-2005 (Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Economic Value Added-EVA dan Pengaruh EVA Terhadap Market Value Added-MVA). [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Budiman H. 2006. AnalisisPerkembangan Kinerja Keuangan PT Pupuk Kujang (PERSERO) Cikampek 2001-2005. [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Christiawan. 2004. Evaluasi Kinerja Keuangan Perusahaan Agribisnis Unggas di PT Bursa Efek Jakarta dengan Konsep Economic Value Added (periode 1997-2002). [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. [Ditjenak] Direktorat Jenderal Peternakan. Jumlah perusahaan peternakan menurut badan hukum/ usaha 2009-2011. Jakarta (ID): Dirjen Peternakan Febiani. 2002. Analisis Kinerja Keuangan PT Sierrad dengan Konsep Nilai Tambah Ekonomi. [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Firdaus M. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Galih, I. 2008. Analisis Kinerja Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan Di PT Bursa Efek Indonesia. [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Gujarati D. 2005. Basic Econometrics International Edition. Edisis ke-5. New York (US): Mc Graw-Hill Higher Education. Imamah H. 2005. Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 2003-2004 (Hubungan Rasio Keuangan dengan Economic Value Added-EVA). [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
51 John J. 2009. Financial Statement Analysis. 10th Edition. New York (US): Mc Graw Hill Keown A.J et al. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Widodo M, penerjemah. Indriani, editor. Jakarta (ID) : Penerbit Indeks. Terjemahan dari: Financial Management: Principal and Applications. Ed ke-10 Lesmana dan Surjanto. 2003. Financial Analyzing performances. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka. Marcus et al. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Edisi kelima.Jakarta (ID): Erlangga. Munawir S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta (ID): Liberty. Prehatiningsih. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA). [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Poeradisasta T. (2007). Agar Merk Terus Bertahan. Jakarta (ID): Abadi Jaya Prihadi T. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Cetakan I. Jakarta (ID) PPM Manajemen. Raden T. 2007. Analisis Pengaruh EVA dan fundamental Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur. [Tesis] Semarang (ID): Master Manajemen, Universitas Diponegoro. Sartono A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta (ID): BPFE. Sarwono J. 2008. Panduan Lengkap untuk Belajar Komputansi Statistik Menggunakan SPSS 16. Jakarta (ID): ANDI. Sawir A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka. Tunggal A. 2001. Pemeriksaan Keuangan. Jakarta (ID): Harvarindo. Tunggal W. 2008. Memahami Economic Value Added. Jakarta (ID): Harvarindo. Utama S. 1997. Economic Value Added : Pengukuran Penciptaan Nilai Perusahaan. Jakarta (ID): Usahawan. Wibowo. 2007. Analisis Pengaruh Economic Value Added Terhadap Market Value Added Pada 20 Emiten Teraktif di Bursa Efek Jakarta Periode 20012005. [Tesis] Jakarta (ID) : Universitas Trisakti. Widayanti W. 2003. Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Unibank Tbk dengan Menggunakan Konsep Economic Value Added (EVA) dan Rasio Keuangan. [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Winarno W. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statisika dengan EVIEWS. Edisi kedua.Yogyakarta (ID): STIM YKPN. Young and O’Byrne. 2001. EVA and Value Based Management : a Practical Guide to Implementation. New York (USA): McGraw Hill.
52 Yusnawati. 2004. Analisis MVA (Market Value Added) Tahun 1997-2002 Terhadap Industri Agribisnis Perunggasan. [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
53
LAMPIRAN
54 Lampiran 1 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012 2012 (Jutaan rupiah)
POS-POS Maret
Juni
September
Desember
PENJUALAN BERSIH
4894035
10240366
15911265
21310925
BEBAN POKOK PENJUALAN
3642663
7562498
12057087
16819413
LABA KOTOR
1251372
2677868
3854178
4491512
Beban Penjualan
(62662)
(139811)
(214313)
(336259)
(158846)
(327285)
(495101)
(754463)
Pendapatan operasi lain
15085
34624
115416
129073
Beban operasi lain
(9609)
(39249)
(47219)
(71183)
1035340
2206147
3212961
3458680
8979
23177
33189
37385
Beban umum dan administrasi
LABA USAHA Pendapatan keuangan Biaya keuangan LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
(23750)
(64802)
(99949)
(119566)
1020569
2164522
3146201
3376499
Beban Pajak Penghasilan-bersih
(234086)
(473139)
(680100)
(695627)
786483
1691383
2466101
2680872
786483
1691383
2466101
2680872
786483
1691383
2466101
2680872
48
103
150
164
Laba periode berjalan Pendapatan komprehensif lain JUMLAH PENDAPATAN KOMPREHENSIF Laba periode berjalan/jumlah pendapatan komprehensif yang dapat distribusikan kepada pemegang saham EPS
55 Lampiran 2 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011 2011 (Jutaan rupiah)
POS-POS Maret
Juni
September
Desember
PENJUALAN BERSIH
4380215
8781772
13498610
17957972
BEBAN POKOK PENJUALAN
3374005
6868600
10511520
14033726
LABA KOTOR Beban Penjualan
1006210 (54700)
1913172 (109716)
2987090 (178358)
3924246 (267625)
Beban umum dan administrasi
(140425)
(269787)
(412487)
(672157)
Pendapatan operasi lain
46177
Beban operasi lain LABA USAHA
(21428) 811085
1533669
2396245
3009213
Pendapatan keuangan
44975
84660
86764
28376
Biaya keuangan LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
(8858)
(17038)
(28174)
(63009)
Beban Pajak Penghasilan-bersih Laba periode berjalan Pendapatan komprehensif lain JUMLAH PENDAPATAN KOMPREHENSIF Bagian minoritas atas laba bersih Laba periode berjalan/jumlah pendapatan komprehensif yang dapat distribusikan kepada pemegang saham EPS
847202
1601291
2454835
2974580
(191362)
(344758)
(516843)
(612083)
655840
1256533
1937992
2362497
655840 2578 653262
1256533 4291 1252242
1937992 7483 1930509
2362497 7022 2355475
40
77
118
144
56 Lampiran 3 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010 2010 (Jutaan rupiah)
POS-POS PENJUALAN BERSIH
Maret 3457787
Juni 6954253
September 10856984
Desember 15077822
BEBAN POKOK PENJUALAN
2748875
5436625
8260996
11323708
LABA KOTOR
708912
1517628
2595988
3754114
Beban Penjualan
(47338)
(96041)
(156022)
(240682)
(114077)
(237875)
(383130)
(752434)
547497
1183712
2056836
2760998
31384
45720
83674
112237
(16145)
(31726)
(46318)
(55008)
562736
1197706
2094192
2818227
(114935)
(253758)
(451017)
(598366)
Laba periode berjalan
447801
943948
1643175
2219861
Pendapatan komprehensif lain JUMLAH PENDAPATAN KOMPREHENSIF
447801
943948
1643175
2219861
133
2167
5539
9595
447668
941781
1637636
2210266
136
287
499
135
Beban umum dan administrasi Pendapatan operasi lain Beban operasi lain LABA USAHA Pendapatan keuangan Biaya keuangan LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN Beban Pajak Penghasilan-bersih
Bagian minoritas atas laba bersih Laba periode berjalan/jumlah pendapatan komprehensif yang dapat distribusikan kepada pemegang saham EPS
57 Lampiran 4 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia 2009 2009 (jutaan rupiah)
POS-POS Maret
Juni
September
Desember
PENJUALAN BERSIH
3118047
6722372
10696578
14559005
BEBAN POKOK PENJUALAN
2581029
5520667
8714136
11689920
537018 (43458)
1201705 (89205)
1982442 (141789)
2869085 (199328)
(122733)
(249985)
(383402)
(612876)
LABA USAHA Pendapatan keuangan
370827 (66179)
862515 176030
1457251 271840
2056881 325546
Biaya keuangan LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN Beban Pajak Penghasilan-bersih
(82683)
(134771)
(173700)
(222031)
221965 (75857)
903774 (270867)
1555391 (457120)
2160396 (540978)
Laba periode berjalan
146108
632907
1098271
1619418
146108 2331
632907 1466
1098271 4891
1619418 6708
143777
631441
1093380
1612710
44
192
333
491
LABA KOTOR Beban Penjualan Beban umum dan administrasi Pendapatan operasi lain Beban operasi lain
Pendapatan komprehensif lain JUMLAH PENDAPATAN KOMPREHENSIF Bagian minoritas atas laba bersih Laba periode berjalan/jumlah pendapatan komprehensif yang dapat distribusikan kepada pemegang saham EPS
58 Lampiran 5 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008 2008 (jutaan rupiah)
POS-POS Maret
Juni
September
Desember
PENJUALAN BERSIH
2881709
6104989
9976760
13212988
BEBAN POKOK PENJUALAN
2562133
5323723
8604210
11468613
LABA KOTOR
319576
781266
1372550
1744375
Beban Penjualan
(52874)
(110908)
(168543)
(210562)
(127901)
(278864)
(434070)
(573927)
138801
391494
769937
959886
34585
59187
15909
(325015)
Biaya keuangan LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
(63897)
(126260)
(185363)
(259282)
109489
324421
600483
375589
Beban Pajak Penghasilan-bersih
(37798)
(111824)
(194638)
(118518)
Laba periode berjalan
71691
212597
405845
257071
Pendapatan komprehensif lain JUMLAH PENDAPATAN KOMPREHENSIF
71691
212597
405845
257071
962
2987
4457
3094
70729
209610
401388
253977
22
64
122
77
Beban umum dan administrasi Pendapatan operasi lain Beban operasi lain LABA USAHA Pendapatan keuangan
Bagian minoritas atas laba bersih Laba periode berjalan/jumlah pendapatan komprehensif yang dapat distribusikan kepada pemegang saham EPS
59 Lampiran 6 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012 POS-POS Maret AKTIVA Aktiva lancar 1. Kas dan setara kas 2. Piutang usaha Pihak ketiga Pihak berelasi 3. Lain-lain pihak ketiga Pihak berelasi 5. Persedian setelah dikurangi penyisihan cadangan 6. Ayam pembibit-turunan 7. Biaya dibayar dimuka dan uang muka 8. pajak pertambahan nilai dibayar dimuka Jumlah aktiva lancar Aktiva tetap 1. Uang muka pembelian 1. Aset pajak tangguhan bersih 2. Aset tetap setelah dikurangi penurunan aset tetap 3.Tagihan pajak 4. Goodwill 5. Lain-lain bersih Jumlah aktiva tetap TOTAL AKTIVA
2012 (jutaan rupiah) Juni September
Desember
1624290
1344155
1009036
954694
1446283 439
1540192 667
1547116 9658
1766767 26515
30226 22133
145394 15793
147232 6911
53294
1874567 520210 194910
2415532 577820 288362
3447427 603226 419923
3366317 624710 361883
492 5713550
6327915
7190529
26710 7180890
71748
71659
70945
131924 15812
3472791 272484 7438 56751 3881212 9594762
3747071 288012 7438 63111 4177291 10505206
4118954 291156 7438 68827 4557320 11747849
4685337 288559 46105 5167737 12348627
60 Lampiran 6 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012 (lanjutan) Maret Juni PASIVA Kewajiban dan ekuitas Kewajiban kewajiban jangka pendek 1. Utang bank jangka pendek 151800 273300 2. Utang usaha pihak ketiga 506924 568948 pihak berelasi 45357 45478 3. Lain lain pihak ketiga 204761 209175 pihak berelasi 270088 327541 4. Uang muka pelanggan 5. Utang pajak 196130 285083 6. Beban masih harus dibayar 99276 144952 7. Utang jangka panjang jatuh tempo setahun Utang bank 72864 111456 Utang sewa pembiayaan 155 41 Jumlah kewajiban jangka pendek 1547355 1965974 kewajiban jangka panjang 1.Utang pihak berelasi non usaha 2. Utang pajak tangguhan 2996 3154 3. Utang jangka panjang setelah dikurangi hutang jatuh tempo setahun Utang bank 738981 1005140 Utang sewa pembiayaan 18 4.kewajiban imbalan kerja karyawan 329552 343895 Jumlah kewajiban jangka panjang 1071547 1352189 JUMLAH KEWAJIBAN 2618902 3318163 Ekuitas 1. Ekuitas yang dapat didistribusikan pada entitas 163980 163980 2. Tambahan modal disetor 147037 147037 3. selisis nilai transaksi (15006) (15006) 4. Saldo laba Telah ditentukan penggunaannya 10000 33000 Belum ditentukan penggunaannya 6649905 6844003 5. Komponen ekuitas lainnya (10856) (10856) Sub-jumlah 6945060 7162158 6. kepentingan non pengendali 30800 24885 JUMLAH EKUITAS 6975860 7187043 TOTAL PASIVA 9594762 10505206
September
Desember
275730
477575
985896 35308
976661 37085
181312 322507
190229
268960 164799
11647 209055 105548
149645 28 2384185
159834 18 2167652
4609
329272 3271
1039022
1299367
358277 1401908 3786093
372601 2004511 4172163
163980 147037 (15006)
163980 121175
3300 7619803 (10856) 7908258 23798 7932056 11718149
33000 7838460 8156615 19849 8176464 12348627
61 Lampiran 7 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011 2011 (jutaan rupiah)
POS-POS Maret
Juni
September
Desember
1153590
507040
484032
876198
1123505
1286927
1236665
1331463
3270
12450
336
21607
55069
125102
122016
22307
7310
36360
16577
6330
1651061
2261760
2151323
2339543
6. Ayam pembibit-turunan
434926
511395
521218
527496
7. Biaya dibayar dimuka dan uang muka
185866
191949
227208
124532
5475
118
769
4614597
4938458
4759493
5250245
73511
73301
71152
70486
2144894
2478654
2792715
3198604
195171
214693
194666
269786
AKTIVA Aktiva lancar 1. Kas dan setara kas 2. Piutang usaha Pihak ketiga Pihak berelasi 3. Lain-lain pihak ketiga Pihak berelasi 5. Persedian setelah dikurangi penyisihan cadangan
8. pajak pertambahan nilai dibayar dimuka Jumlah aktiva lancar Aktiva tetap 1. Aset pajak tangguhan bersih 2. Aset tetap setelah dikurangi penurunan aset tetap 3.Tagihan pajak 4. Goodwill
7438
5. Lain-lain bersih Jumlah aktiva tetap TOTAL AKTIVA
54477
55817
57304
51645
2468053
2822465
3115837
3597959
7082650
7760923
7875330
8848204
62 Lampiran 7 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011 (lanjutan) Maret
September
Desember
214746
268814
241360
570714
386411
416355
599017
23868
27905
31027
30236
pihak ketiga
149953
180229
203177
143185
pihak berelasi
115194
245051
213210
217640
3. Utang pajak
285151
601799
133773
215865
84603
156230
177697
97539
107249
81086
459195
418601
36163
1002
273
252
42
1408182
2369378
1792458
1575552
9714
9264
8631
2718
PASIVA
Juni
Kewajiban dan ekuitas Kewajiban kewajiban jangka pendek 1. Utang bank jangka pendek 2. Utang usaha pihak ketiga pihak berelasi 3. Lain lain
4. Uang muka pelanggan 4. Beban masih harus dibayar 5. Utang jangka panjang jatuh tempo setahun Utang bank Utang sewa pembiayaan Jumlah kewajiban jangka pendek
10958
kewajiban jangka panjang 1. Utang pajak tangguhan 2. Utang jangka panjang setelah dikurangi hutang jatuh tempo setahun
232041
766611
Utang bank
159
Utang sewa pembiayaan kewajiban imbalan kerja karyawan
294837
298793
309297
313694
Jumlah kewajiban jangka panjang
536592
308057
317928
1083182
1944774
2677435
2110386
2658734
Ekuitas 1. Ekuitas yang dapat didistribusikan pada entitas
163980
163980
163980
163980
2. Tambahan modal disetor
147037
147037
147037
147037
3. selisis nilai transaksi
(15006)
(15006)
(15006)
(15006)
9000
10000
10000
10000
4817539
4762879
5441146
5866112
JUMLAH KEWAJIBAN
4. Saldo laba Telah ditentukan penggunaannya Belum ditentukan penggunaannya 5. Komponen ekuitas lainnya Sub-jumlah 6. kepentingan non pengendali JUMLAH EKUITAS TOTAL PASIVA
(10856)
(10856)
(10856)
(10856)
5111694
5058034
5736301
6161267
26182
25454
28643
28203
5137876
5083488
5764944
6189470
7082650
7760923
7875330
8848204
63 Lampiran 8 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010 POS-POS Maret
2010 (jutaan rupiah) Juni September
Desember
AKTIVA Aktiva lancar 1. Kas dan setara kas 2. Piutang usaha Pihak ketiga Pihak berelasi 3. Lain-lain pihak ketiga Pihak berelasi 5. Persedian setelah dikurangi penyisihan cadangan 6. Ayam pembibit-turunan 7. Biaya dibayar dimuka dan uang muka 8. pajak pertambahan nilai dibayar dimuka Jumlah aktiva lancar Aktiva tetap 1. Piutang pihak istimewa 2. Aset pajak tangguhan bersih 3. Aset tetap setelah dikurangi penurunan aset tetap 4.Tagihan pajak 5. Goodwill 6. Lain-lain bersih Jumlah aktiva tetap TOTAL AKTIVA
347742
705356
936898
1316840
967971 3250
880872 1532
672101
883855 6635
26112
30144
62398
55743 370
1254612 355469 159073
1259705 346254 221048
1289267 360458 150421
1554780 395111 61302
3114229
3444911
3471543
4274636
197339 25137
197528 24198
195408 24294
71036
1672538 167031
1696228 191304
1758924 188826
1931069 194850
52753 2114798 5229027
51497 2160755 5605666
51193 2218645 5690188
46685 2243640 6518276
64 Lampiran 8 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010 (lanjutan) Maret Juni PASIVA Kewajiban dan ekuitas Kewajiban kewajiban jangka pendek 1. Utang bank jangka pendek 30000 30000 2. Utang usaha pihak ketiga 341943 369174 pihak berelasi 45343 39316 3. Lain lain pihak ketiga 112539 124580 pihak berelasi 4. Utang dividen 643774 5. Utang pajak 286815 90406 6. Uang muka pelanggan 7.. Beban masih harus dibayar 68717 53885 8. Utang jangka panjang jatuh tempo setahun Utang bank 337732 375185 Utang sewa pembiayaan 470 267 Jumlah kewajiban jangka pendek 1223559 1726587 kewajiban jangka panjang 1. Hutang pihak hubungan istimewa 38444 74969 2. Utang pajak tangguhan 8109 30690 3. Utang jangka panjang setelah dikurangi hutang jatuh tempo setahun Utang bank 304667 255211 Utang sewa pembiayaan 200 189 kewajiban imbalan kerja karyawan 256592 268254 Jumlah kewajiban jangka panjang 608012 629313 JUMLAH KEWAJIBAN 1831571 2355900 Ekuitas 1. Ekuitas yang dapat didistribusikan pada entitas 164228 164228 2. Tambahan modal disetor 147259 147259 3. selisis nilai transaksi (15006) (15006) 4. Saldo laba Telah ditentukan penggunaannya 8000 9000 Belum ditentukan penggunaannya 3087083 2936402 5. Komponen ekuitas lainnya (10856) (10856) Sub-jumlah 3380708 3231027 6. kepentingan non pengendali JUMLAH EKUITAS 3380708 3231027 hak minoritas anak perusahaan TOTAL PASIVA
16748 5229027
18739 5605666
September
Desember
2080 435030 66584
737302 17892
136877
107073 77161
177068 106938
269492 12364 71028
338228 316 1261041
165994 955 1461341
52640 10232
10342
145459 274355 482686 1743727
285299 178 279080 574899 2036240
164228 147259 (15006)
163980 147037 (15006)
9000 3632257 (10856) 3926882
9000 4164277 (10856) 4458432
3926882
4458432
19579 5690188
23604 6518276
65 Lampiran 9 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2009 2009 (jutaan rupiah)
POS-POS Maret
Juni
September
Desember
AKTIVA Aktiva lancar 1. Kas dan setara kas
636151
400600
246249
387996
712110
808830
788611
857286
15224
13165
5480
156
54307
54503
30460
11791
2. Piutang usaha Pihak ketiga Pihak berelasi 3. Lain-lain pihak ketiga Pihak berelasi 5. Persedian setelah dikurangi penyisihan cadangan
1252377
1640358
1509469
1575018
6. Ayam pembibit-turunan
361485
367613
370648
396759
7. Biaya dibayar dimuka dan uang muka 8. Pajak pertambahan nilai dibayar dimuka
208876
187071
214040
52269
3240530
3472140
3164957
3281275
207304
211388
238534
187568
12265
11488
10690
22176
1686936
1697688
1673996
1685370
147116
149270
162567
134664
42687
43364
48191
38322
2096308
2113198
2133978
2068100
5336838
5585338
5298935
5349375
Jumlah aktiva lancar Aktiva tetap 1. Piutang pihak istimewa 2. Aset pajak tangguhan bersih 3. Aset tetap setelah dikurangi penurunan aset tetap 4.Tagihan pajak 5. Goodwill 6. Lain-lain bersih Jumlah aktiva tetap TOTAL AKTIVA
66 Lampiran 9 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2009 (lanjutan) Maret Juni PASIVA Kewajiban dan ekuitas Kewajiban kewajiban jangka pendek 1. Utang bank jangka pendek 1153394 778600 2. Utang usaha pihak ketiga 658502 808953 pihak berelasi 27685 20007 3. Lain lain pihak ketiga 117471 118768 pihak berelasi 4. Utang dividen 5. Utang pajak 90701 178158 6. Uang muka pelanggan 7.. Beban masih harus dibayar 89834 91073 8. Utang jangka panjang jatuh tempo setahun Utang bank 213868 204361 Utang sewa pembiayaan 4632 3482 Jumlah kewajiban jangka pendek 2356087 2203402 kewajiban jangka panjang 1. Hutang pihak hubungan istimewa 50901 67242 1. Utang pajak tangguhan 21930 44671 2. Utang jangka panjang setelah dikurangi hutang jatuh tempo setahun Utang bank 1186789 1058034 Utang sewa pembiayaan 1308 1228 kewajiban imbalan kerja karyawan 239372 245556 Jumlah kewajiban jangka panjang 1500300 1416731 JUMLAH KEWAJIBAN 3856387 3620133 Ekuitas 1. Ekuitas yang dapat didistribusikan pada entitas 164228 164228 2. Tambahan modal disetor 147259 147259 3. selisis nilai transaksi (15006) (15006) 4. Saldo laba Telah ditentukan penggunaannya 7000 8000 Belum ditentukan penggunaannya 1171461 1658125 5. Komponen ekuitas lainnya (10856) (10856) Sub-jumlah 1464086 1951750 6. kepentingan non pengendali JUMLAH EKUITAS 1464086 1951750 hak minoritas anak perusahaan 16365 13453 TOTAL PASIVA 5336838 5585336
September
Desember
317199
40000
330848 54505
688602 46729
180559
83785
247551 118101
333527 39909 62111
200530 1834 1451127
508917 1820 1805400
109620 74497
14831 11552
977563 1727 253837 1417244 2868371
318103 781 247034 592301 2397701
164228 147259 (15006)
164228 147259 (15006)
8000 2120064 (10856) 2413689
8000 2639393 (10856) 2933018
2413689 16875 5298935
2933018 18656 5349375
67 Lampiran 10 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008 Maret
2008 (jutaan rupiah) Juni September
108508
111344
155244
396944
835965 56945
871204 86685
973588 19377
724002 25026
24805
23058
26103
23929
1364893 369554
1967335 337939
1982188 318704
1447561 363728
457672
197412
233248
128407
3218342
3594977
3708452
3109597
88529 35456
74732 12530
197858 12082
203567 12631
1457993 35624
1524711 32298
1578774 29836
1657000 146963
91137 1708739 4927081
55944 1700215 5295192
59367 1877917 5586369
48782 2068943 5178540
POS-POS
Desember
AKTIVA Aktiva lancar 1. Kas dan setara kas 2. Piutang usaha Pihak ketiga Pihak berelasi 3. Lain-lain pihak ketiga Pihak berelasi 5. Persedian setelah dikurangi penyisihan cadangan 6. Ayam pembibit-turunan 7. Biaya dibayar dimuka dan uang muka 8. pajak pertambahan nilai dibayar dimuka Jumlah aktiva lancar Aktiva tetap 1. Piutang pihak istimewa 2. Aset pajak tangguhan bersih 3. Aset tetap setelah dikurangi penurunan aset tetap 4.Tagihan pajak 5. Goodwill 6. Lain-lain bersih Jumlah aktiva tetap TOTAL AKTIVA
68 Lampiran 10 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008 (lanjutan) PASIVA Kewajiban dan ekuitas Kewajiban kewajiban jangka pendek 1. Utang bank jangka pendek 2. Utang usaha pihak ketiga pihak berelasi 3. Lain lain pihak ketiga pihak berelasi 4. Utang dividen 5. Utang pajak 6. Uang muka pelanggan 7.. Beban masih harus dibayar 8. Utang jangka panjang jatuh tempo setahun Utang bank Utang sewa pembiayaan Utang instrumen serivatif Utang Obligasi Jumlah kewajiban jangka pendek kewajiban jangka panjang 1. Hutang pihak hubungan istimewa 1. Utang pajak tangguhan Utang jangka panjang setelah dikurangi hutang jatuh tempo setahun Utang bank Utang sewa pembiayaan kewajiban imbalan kerja karyawan Jumlah kewajiban jangka panjang JUMLAH KEWAJIBAN Ekuitas 1. Ekuitas yang dapat didistribusikan pada entitas 2. Tambahan modal disetor 3. Selisih nilai kembali aktuva tetap 4. selisih nilai transaksi restrukturasi 5. Selisis transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan 5. Saldo laba Telah ditentukan penggunaannya Belum ditentukan penggunaannya 5. Komponen ekuitas lainnya Sub-jumlah 6. kepentingan non pengendali JUMLAH EKUITAS hak minoritas anak perusahaan TOTAL PASIVA
Maret
Juni
September
Desember
802263
1131383
1222131
1286554
792953 23833
906507 34219
880313 28458
558627 29713
95702
110292
111844
104652
28421
43459
94425
90252
119744
127646
117595
91618
102920 4480 22145 499509 2491970
140361 4782
178897 5047
209466 9311
2498649
2638710
2380193
251967 2863
90390 7980
71468 15467
19714 9195
808049 5183 217360 1285422 3777392
1171967 3596 232751 1506684 4005333
1136349 3723 237663 1464670 4103380
1203200 1990 229906 1464005 3844198
164228 147259 68492 (15005)
164228 147259 68492 (15006)
164228 147259 68492 (15006)
164228 147259
41980
41980
41980
6000 724108
7000 861989
7000 1053767
1137062
1275942
1467720
7000 1027683 (10856) 1320308
1137062 12627 4927081
1275942 13917 5295192
1467720 15369 5586469
1320308 14034 5178540
(15006)
69 Lampiran 11 Perhitungan NPM PT Charoen Phokpand Indonesia Kuartal
Laba periode berjalan
Penjualan bersih
Pendapatan operasional lainnya
NPM
(juta rupiah)
(juta rupiah)
(juta rupiah)
(%)
I
786483
4894035
15085
16.02
II
1691383
10240366
34624
16.46
III
2466101
15911265
115416
15.39
IV
2680872
21310925
129073
12.50
I
655840
4380215
14.97
II
1256533
8781772
14.31
III
1937992
13498610
14.36
IV
2362497
17957972
I
447688
3457787
12.95
II
941781
6954253
13.54
III
1637636
10856984
15.08
IV
2210266
15077822
14.66
I
143777
3118047
4.61
II
631441
6722372
9.39
III
1093380
10696578
10.22
IV
1612710
14559005
11.08
I
70729
2881709
2.45
II
209610
6104989
3.43
III
401388
9976760
4.02
IV
253977
13212988
1.92
2012
2011
46177
13.12
2010
2009
2008
70 Lampiran 12 Perhitungan ROA PT Charoen Phokpand Indonesia Kuartal
Laba periode berjalan
Jumlah aktiva
ROA
(juta rupiah)
(juta rupiah)
(%)
I
786483
9594762
8.20
II
1691383
10505206
16.10
III
2466101
11747849
20.99
IV
2680872
12348627
21.71
I
655840
7082650
9.26
II
1256533
7760923
16.19
III
1937992
7875330
24.61
IV
2362497
8848204
26.70
I
447688
5229027
8.56
II
941781
5605666
16.80
III
1637636
5690188
28.78
IV
2210266
6518276
33.91
I
143777
5336838
2.69
II
631441
5585336
11.31
III
1093380
5298935
20.63
IV
1612710
5349375
30.15
I
70729
4927081
1.44
II
209610
5295192
3.96
III
401388
5586469
7.19
IV
253977
5178540
4.90
2012
2011
2010
2009
2008
71 Lampiran 13 Perhitungan ROE PT Charoen Phokpand Indonesia Kuartal
Laba periode berjalan
Ekuitas
ROE
(juta rupiah)
(juta rupiah)
(%)
I
786483
6975860
11.27
II
1691383
7187043
23.53
III
2466101
7961756
30.97
IV
2680872
8176464
32.79
I
655840
5137876
12.76
II
1256533
5083488
24.72
III
1937992
5764944
33.62
IV
2362497
6189470
38.17
I
447688
3380708
13.24
II
941781
3231027
29.15
III
1637636
3926882
41.70
IV
2210266
4458432
49.57
I
143777
1464086
9.82
II
631441
1951750
32.35
III
1093380
2413689
45.30
IV
1612710
2933018
54.98
I
70729
1137062
6.22
II
209610
1275942
16.43
III
401388
1467720
27.35
IV
253977
1320308
19.24
2012
2011
2010
2009
2008
72 Lampiran 14 Perhitungan DAR PT Charoen Phokpand Indonesia Kuartal
Total hutang
Total aktiva
Rasio hutang
2012
(juta rupiah)
(juta rupiah)
I
2618902
9594762
27.30
II
3318163
10505206
31.59
III
3786093
11747849
32.23
IV
4172163
12348627
33.79
I
1944774
7082650
27.46
II
2677435
7760923
34.50
III
2110386
7875330
26.80
IV
2658734
8848204
30.05
I
1831571
5229027
35.03
II
2355900
5605666
42.03
III
1743727
5690188
30.64
IV
2036240
6518276
31.24
I
3856387
5336838
72.26
II
3620133
5585336
64.81
III
2868371
5298935
54.13
IV
2397701
5349375
44.82
I
3777392
4927081
76.67
II
4005333
5295192
75.64
III
4103380
5586469
73.45
IV
3844198
5178540
74.23
(%)
2011
2010
2009
2008
73 Lampiran 15 Perhitungan DER PT Charoen Phokpand Indonesia Kuartal
Total hutang
Total ekuitas
Rasio hutang
2012
(juta rupiah)
(juta rupiah)
(%)
I
2618902
6975860
37.54
II
3318163
7187043
46.17
III
3786093
7961756
47.55
IV
4172163
8176464
51.03
I
1944774
5137876
37.85
II
2677435
5083488
52.67
III
2110386
5764944
36.61
IV
2658734
6189470
42.96
I
1831571
3380708
54.18
II
2355900
3231027
72.91
III
1743727
3926882
44.40
IV
2036240
4458432
45.67
I
3856387
1464086
263.40
II
3620133
1951750
185.48
III
2868371
2413689
118.84
IV
2397701
2933018
81.75
I
3777392
11377062
33.20
II
4005333
1275942
313.91
III
4103380
1467720
279.58
IV
3844198
1320308
291.16
2011
2010
2009
2008
74 Lampiran 16 Perhitungan AUR PT Charoen Phokpand Indonesia Kuartal
2012
Pendapatan operasional (juta rupiah)
Pendapatan non operasional (juta rupiah)
Total aktiva
(juta rupiah)
AUR
(%)
I
4909120
8979
9594762
51.26
II
10240366
10263543
10505206
195.18
III
15911265
148605
11747849
136.70
IV
21310925
132858
12348627
173.65
4380215
44975
7082650
62.48
II
8781772
84660
7760923
114.24
III
13498610
86764
7875330
172.51
IV
17957972
74553
8848204
203.80
I
3457787
31384
5229027
66.73
II
6954253
45720
5605666
124.87
III
10856984
83674
5690188
192.27
IV
15077822
112237
6518276
233.04
I
3118047
34621
5336838
59.07
II
6722372
176030
5585336
123.51
III
10696578
271840
5298935
206.99
IV
14559005
325546
5349375
278.25
I
2881709
34585
4927081
59.19
II
6104989
59187
5295192
116.41
III
9976760
27101
5586469
179.07
IV
13212988
69149
5178540
256.48
2011 I
2010
2009
2008
75 Lampiran 17 Perhitungan NOPAT PT Charoen Phokpand Indonesia Kuartal
Laba bersih (a)
Biaya bunga (b)
NOPAT (a+b)
(juta rupiah)
(juta rupiah)
(juta rupiah)
2012 I
786483
23750
810233
II
1691383
64802
1756185
III
2466101
99949
2566050
IV
2680872
119566
2800438
I
655840
8858
664698
II
1256533
17038
1273571
III
1937992
28174
1966166
IV
2362497
63009
2425506
I
447688
16145
463833
II
941781
31726
973507
III
1637636
46318
1683954
IV
2210266
55008
2265274
I
143777
82683
226460
II
631441
134771
766212
III
1093380
173700
1267080
IV
1612710
222031
1834741
2011
2010
2009
2008 I
70729
63897
134626
II
209610
126260
335870
III
401388
185363
586751
IV
253977
259282
513259
76 Lampiran 18 Perhitungan biaya hutang Kd* PT Charoen Phokpand Indonesia Tahun
Biaya bunga (a)
Hutang (b)
Kd ( c= a:b)
T
Kd* = (c(1-T))
(juta rupiah)
(juta rupiah)
2012
119566
4172163
2.87
20.60
2.28
2011
63009
2658734
2.37
20.58
1.88
2010
55008
2036240
2.70
21.23
2.13
2009
222031
2397701
9.26
25.04
6.94
2008
259282
3844198
6,74
31,56
4,62
(%)
(%)
Lampiran 19 Perhitungan biaya ekuitas PT Charoen Phokpand Indonesia Tahun
Rf
Bi
Rm
Ri
Ke
2008
8.74
0.96
-6
-5.8
8.94
2009
7.01
3.08
5.8
17.9
44.36
2010
6.50
5.36
2.9
15.56
74.438
2011
6.59
5.05
0.89
4.5
24.84
2012
5.75
4.16
0.89
3.7
17.43
Lampiran 20 Perhitungan struktur modal PT Charoen Phokpand Indonesia Tahun
Hutang (a)
Ekuitas (b)
Aset (c)
Wd (a :c)
We (b:c)
(juta rupiah)
(juta rupiah)
(juta rupiah)
(%)
(%)
2012
4172163
8176464
12348627
33.79
66.21
2011
2658734
6189470
8848204
30.05
69.95
2010
2036240
4458432
6518276
31.24
68.40
2009
2397701
2933018
5349375
44.82
54.83
2008
3844198
1320308
5178540
74.23
25.50
Lampiran 21 Perhitungan WACC PT Charoen Phokpand Indonesia Tahun
Hutang (a)
Ekuitas (b)
Aset (c)
Wd (a :c)
We (b:c)
(Juta rupiah)
(juta rupiah)
(juta rupiah)
(%)
(%)
2012
4172163
8176464
12348627
33.79
66.21
2011
2658734
6189470
8848204
30.05
69.95
2010
2036240
4458432
6518276
31.24
68.40
2009
2397701
2933018
5349375
44.82
54.83
2008
3844198
1320308
5178540
74.23
25.50
77 Lampiran 22 Perhitungan integrated capital PT Charoen Phokpand Indonesia Hutang (a)
Ekuitas (b)
(juta rupiah)
(juta rupiah)
Kuartal
Hutang beban (c) (juta rupiah)
IC (a+b-c) (juta rupiah)
2012 I
2618902
6975860
99276
9495486
II
3318163
7187043
144952
10360254
III
3786093
7961756
164799
11583050
IV
4172163
8176464
105548
12243079
I
1944774
5137876
177697
6904953
II
2677435
5083488
97539
7663384
III
2110386
5764944
107249
7768081
IV
2658734
6189470
81086
8767118
I
1831571
3380708
68717
5143562
II
2355900
3231027
53885
5533042
III
1743727
3926882
106938
5563671
IV
2036240
4458432
71028
6423644
I
3856387
1464086
89834
5230639
II
3620133
1951750
91073
5480810
III
2868371
2413689
118101
5163959
IV
2397701
2933018
62111
5268608
I
3777392
11377062
119744
15034710
II
4005333
1275942
127646
5153629
III
4103380
1467720
118101
5452999
IV
3844198
1320308
91618
5072888
2011
2010
2009
2008
78 Lampiran 23 Perhitungan COC PT Charoen Phokpand Indonesia Kuartal
WACC (a)
IC (b)
COC = (3/12 x a x b)
(%)
(juta rupiah)
(juta rupiah)
2012 I
15.40
9495486
365584
II
15.40
10360254
398878
III
15.40
11583050
445957
IV
15.40
12243079
471368
I
20.09
6904953
346822
II
20.09
7663384
384917
III
20.09
7768081
390176
IV
20.09
8767118
440355
I
53.99
5143562
694271
II
53.99
5533042
746842
III
53.99
5563671
750977
IV
53.99
6423644
867055
I
33.39
5230639
436687
II
33.39
5480810
457573
III
33.39
5163959
431120
IV
33.39
5268608
439857
I
43.33
15034710
1628821
II
43.33
5153629
558331
III
43.33
5452999
590764
IV
43.33
5072888
549583
2011
2010
2009
2008
79 Lampiran 24 Indeks Harga Saham Gabungan tahun 2008-2012 Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
1
2627
1333
2611
3409
3942
2
2722
1285
2549
3470
3985
3
2447
1434
2777
3679
4122
4
2305
1723
2971
3820
4181
5
2444
1917
2797
3837
3833
6
2349
2027
2914
3889
3956
7
2306
2323
3069
4131
4142
8
2166
2342
3082
3842
4060
9
1833
2468
3501
3549
4263
10
1257
2368
3635
3791
4350
11
1242
2416
3531
3715
4276
12
1355
2534
3704
3822
4317
Lampiran 25 Harga saham PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
1
210
87
440
1490
2500
2
196
100
400
1520
2675
3
184
100
560
2025
2750
4
212
98
600
1930
2750
5
218
130
550
1930
2625
6
200
130
710
1990
3425
7
184
212
1040
2725
3200
8
180
276
1290
2750
2700
9
158
274
1740
2400
3025
10
75
405
1710
2675
3125
11
90
405
1920
2300
3425
12
87
450
1840
2150
3500
80 Lampiran 26 Daftar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia Bulan
2008 (%)
2009 (%)
2010 (%)
2011 (%)
2012 (%)
1
8.00
8.75
6.50
6.50
6.00
2
8.00
8.25
6.50
6.75
5.75
3
8.00
7.75
6.50
6.75
5.75
4
8.00
7.50
6.50
6.75
5.75
5
8.25
7.25
6.50
6.75
5.75
6
8,50
7,00
6.50
6.75
5.75
7
8.75
6.75
6.50
6.75
5.75
8
9.00
6.50
6.50
6.75
5.75
9
9.25
6.50
6.50
6.75
5.75
10
9.50
6.50
6.50
6.50
5.75
11
9.50
6.50
6.50
6.00
5.75
12
9.50
6.50
6.50
6.00
5.75
81 Lampiran 27 Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Kuartal
Nilai pasar (a)
2012
Jumlah saham (b)
Nilai buku (c)
MVA ((a xb)-c)
Lembar
(juta rupiah)
(juta rupiah)
I
2750
16398000000
6975860
38118640
II
3425
16398000000
7187043
48976107
III
3025
16398000000
7932056
41671894
IV
3650
16398000000
8176464
51676236
I
2025
16398000000
5137876
28068074
II
1990
16398000000
5083488
27548532
III
2400
16398000000
5764944
33590256
IV
2150
16398000000
6189470
29066230
I
550
16398000000
3380708
5638192
II
698
16398000000
3231027
8214777
III
1740
16398000000
3926882
24605638
IV
1840
16398000000
6188470
23983850
I
500
3284561408
1464086
178195
II
650
3284561408
1951750
183215
III
1370
3284561408
2413689
2086160
IV
2250
3284561408
2933018
4457245
I
920
3284561408
1137062
1884734
II
1000
3284561408
1275942
2008619
III
790
3284561408
2413689
181115
IV
435
3284561408
1320308
108476
2011
2010
2009
2008
82 Lampiran 28 Regresi rasio keuangan terhadap EVA
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
144015.8
78124.25
1.843420
0.0851
D(ROE)
4108472.
560028.5
7.336184
0.0000
D(EPS)
-142.1095
653.6547
-0.217408
0.8308
D(DAR)
500353.0
1320189.
0.379001
0.7100
R-squared
0.872273
Mean dependent var
201224.5
Adjusted R-squared
0.846728
S.D. dependent var
792919.4
S.E. of regression
310428.2
Akaike info criterion
28.31396
Sum squared resid
1.45E+12
Schwarz criterion
28.51279
Log likelihood
-264.9826
Hannan-Quinn criter.
28.34761
Durbin-Watson stat
2.416266
Prob. F(3.15) Prob. Chi-Square(3) Prob. Chi-Square(3)
0.7961 0.7499 0.8070
F-statistic
34.14598
Prob(F-statistic)
0.000001
Uji Homogenitas F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.340949 1.212898 0.976142
6
Series: Residuals Sample 2008Q2 2012Q4 Observations 19
5
4
3
2
1
0 -600000
-400000
-200000
0
200000
400000
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
4.14e-11 65643.08 489291.0 -579221.6 283380.8 -0.493491 2.593439
Jarque-Bera Probability
0.902045 0.636977
83 Uji Otokorelasi R-squared
0.872273
Mean dependent var
201224.5
Adjusted R-squared
0.846728
S.D. dependent var
792919.4
S.E. of regression
310428.2
Akaike info criterion
28.31396
Sum squared resid
1.45E+12
Schwarz criterion
28.51279
Log likelihood
-264.9826
Hannan-Quinn criter.
28.34761
F-statistic
34.14598
Durbin-Watson stat
2.416266
Prob(F-statistic)
0.000001
Uji Stasioneritas t-Statistic
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-5.998936
Test critical values:
1% level
-3.857386
5% level
-3.040391
10% level
-2.660551
Prob.*
0.0001
Uji Multikolinearitas Model Collinearity Statistics Tolerance 1
VIF
ROE
.397
2.522
EPS
.431
2.319
DAR
.877
1.141
a. Dependent Variable: EVA
Lampiran 29 Output regresi hubungan antara EVA terhadap MVA Variable
Coefficient Std. Error
C D(EVA)
2230214. 1.708124
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.066561 0.011653 5219076. 4.63E+14 -319.7920 1.212222 0.286238
1237367. 1.551416
t-Statistic 1.802387 1.101009
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.0892 0.2862 2573930. 5249753. 33.87284 33.97225 33.88966 2.420091
84 6
Series: Residuals Sample 2008Q2 2012Q4 Observations 19
5
4
3
2
1
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6.37e-10 -813840.1 12577025 -6327910. 5072031. 1.218722 3.954052
Jarque-Bera Probability
5.423983 0.066404
0 -5000000
0.00000
5000000
1.0e+07
1.5e+07
Heteroskedasticity Test: Glejser
F-statistic
4.231848
Prob. F(1,17)
0.0554
Obs*R-squared
3.787005
Prob. Chi-Square(1)
0.0517
Scaled explained SS
4.423194
Prob. Chi-Square(1)
0.0355
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.066561 0.011653 5219076. 4.63E+14 -319.7920 1.212222 0.286238
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
2573930. 5249753. 33.87284 33.97225 33.88966 2.420091
t-Statistic
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-5.220806
Test critical values:
1% level
-3.857386
5% level
-3.040391
10% level
-2.660551
Prob.*
0.0006
85
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 10 Juni 1992 dari Ayah Anas Najmi dan Ibu Saomi. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 11 Kota Tangerang pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Ekonomi Umum TPB IPB tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan keorganisasian di Badan Eksekutif Mahasiswa KM IPB Kabinet Berkarya di Kementerian Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat, Rumah Harapan KM IPB, Bina Desa KM IPB, BEM Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Century IPB, IPB Debating Club dan Himpunan Mahasiswa Agribisnis. Penulis melakukan gladikarya di Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Penulis juga aktif dalam mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa. Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh penulis antara lain adalah Mahasiswa Berprestasi I Departemen Agribisnis tahun 2013. Mahasiswa prestasi dalam AGB Day award, best speaker dalam debating competition, delegator dalam beberapa konferensi tingkat nasional maupun internasional, penerima beasiswa internasional Rabobank serta menjadi peserta trainee dalam berbagai kegiatan pelatihan saham dan bursa berjangka.