http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PDAM TIRTA KENCANA SAMARINDA PERIODE 2006-2010 - BERDASARKAN SK MENDAGRI No 47 Th 1999 Eko Adi Widyanto (Staf Pengajar Jurusan AKuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak
EKO ADI Widyanto: Analysis of Financial Performance PDAM Tirta Kencana Samarinda Period 2006-2010 (Based on Ministry of Home Affairs Decree No. 47 of 1999) The objective of this research to measure the financial performance of PDAM Tirta Kencana Samarinda seen from the indicators based on the financial aspects of the Minister of Home Affairs Decree No. 47 of 1999 and wanted to know the factors that affect the financial performance degradation PDAM Tirta Kencana city of Samarinda. Tool of analysis used is the ratio of ten taps finance plus two ratios (the ratio of earnings to increase earning assets and an increase in the ratio of profit to sales) and the factors that affect the financial performance of PDAM Tirta Kencana Samarinda performed with in-depth interview techniques to the financial officers PDAM Tirta Kencana Samarinda. The results of this research is the value obtained for 2006 by 38 with 28.05% weight of performance, for the year 2007 by 30 with 22:05% weight of performance, in 2008 was 34 with 24.75% weight of performance, in 2009 by 54 by weighting the performance of 40.50%, and for 2010 by 47 and weighs 30.25 performance. Performance PDAM Tirta Kencana Samarinda city declared yet to reach a maximum value and weight of the performance indicators of the financial aspect of Home Affairs Decree No. 47 of 1999. Factors affecting the decline in financial performance among them is the size of the company's operational costs compared with income from the sale of delinquent water and long-term debt and high interest rates. Key words: financial statement, financial performance, Ratio Analysis,
PENDAHULUAN Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kondisi taraf hidup rakyat adalah dengan cara pembangunan yang terarah, statis, berkembang, dan dinamis dengan masyarakat yang lebih maju dan siap menghadapi tantangan era pasar bebas yang mengglobalisasi Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan nasional yang terprogram adalah peningkatan sarana air bersih. Baik dalam pelayanan, kualitas, kesehatan maupun penyediaan air bersih secara merata kepada semua lapisan masyarakat (Kusumawardani, 2001:1)
Riset / 2113
Pemerintah mendirikan PDAM bertujuan untuk menyediakan air bersih yang struktur organisasinya berinduk pada pemerintah daerah. Perusahaan Daerah Air Minum merupakan badan usaha yang harus menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai social oriented dan profit oriented. Social oriented adalah pelayanan yang baik terhadap masyarakat didalam penyediaan air bersih, sedangkan profit oriented adalah tujuan untuk menghasilkan laba sebagai dana untuk beroperasi dan sebagai sumber penerimaan daerah. Maka sudah menjadi keharusan agar didalamnya menjalankan kedua fungsi tersebut (Kusumawardani, 2001:1). Dalam memenuhi tujuan utama sebagai perusahaan yang bergerak untuk memenuhi
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
pelayanan air bersih kepada masyarakat, PDAM harus menjalankan kegiatan perusahaan dengan baik terutama peningkatan terhadap kinerja perusahaan. Yang menjadi sorotan pemerintah selaku Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terhadap seluruh PDAM di Indonesia bahwa yang mempengaruhi kinerja perusahaan adalah usaha PDAM untuk membayar hutang-hutang perusahaan. Sebanyak 90% dari total PDAM di Indonesia yang ada mempunyai beban hutang. Dan dari sekitar 300 lebih PDAM di Indonesia yang masuk kategori tidak sehat atau sakit (Tempo Interaktif dalam Lusiana, 2007:20). Hal ini serupadengan yang dialami oleh PDAM Tirta Kencana kota Samarinda. Salah satunya adalah mengenai kondisi keuangan karena kondisi keuangan merupakan salah satu menjadi perhatian khusus pemerintah untuk melihat kemajuan kinerja PDAM. Baik itu usaha untuk membayar hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek. Diketahui bahwa hutang-hutang PDAM Tirta Kencana kota Samarinda cukup mempengaruhi pendapatan dan biaya yang ada. Berdasarkan jumlah pinjaman PDAM Tirta Kencana kota Samarinda kepada negara dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2015 diperkirakan sebesar Rp 58.013.474.484. Sedangkan jumlah hutang yang harus dibayar diperkirakan sekitar Rp 83.276.310.465, sehingga PDAM Tirta Kenana masih menanggung hutang perusahaan sebesar Rp 25.377.825.499 yang diperkirakan harus dibayar hingga tahun 2015 (Profil PDAM Samarinda, 2010). Selain itu, karateristik dari permasalahanpermasalahan lain pada kinerja PDAM Tirta Kencana kota Samarinda adalah salah satunya dari pembiayaan untuk memproduksi air setiap hari, karena untuk mengolah air membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dibutuhkan bahan-bahan kimia yang banyak untuk memproses berkelanjutan dan panjang karena tidak mudah memproduksi air yang berasal dari sungai Mahakam langsung sehingga bisa dimanfaatkan menjadi air bersih. Bisa dikatakan pengolahan air yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit ini yang membuat PDAM Tirta Kencana kota Samarinda banyak pengeluaran daripada pemasukan (laba) yang diperoleh dari penjualan air. Berdasarkan kenaikan tarif PDAM Tirat Kencana kota Samarinda diusahakan tidak lebih dari 50% dari standar tarif air bersih yang ditetapkan dari Keputusan Walikota Samarinda No.500/0959/I/X/2008. Dengan kata lain, sebanyak apapun hutang-hutang dan pinjaman-pinjaman PDAM Tirta Kencana Samarinda tidak boleh memberatkan masyarakat kota Samarinda dengan menaikkan tarif air bersih. Sehingga PDAM Tirta Kencana kota Samarinda banyak mengeluarkan dana, dan untuk membiayai pengembangan perusahaan berasal dari hibah pemerintah dan
JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
pinjaman pokok, kecil kemungkinan pendanaan dari laba perusahaan (Profil PDAM Samarinda, 2009). Perbaikan-perbaikan terus dilakukan agar kinerja PDAM Tirta Kencana kota Samarinda meningkat. Untuk melakukan penilaian kinerja dalam menentukan penggolongan tingkat keberhasilan PDAM (SK Mendagri No. 47 tahun 1999, pasal 2 ayat 2), Badan Pengawas melakukan penilaian atas kinerja PDAM meliputi aspek keuangan, aspek operasional, daan aspek administrasi (SK Mendagri No 47 Tahun 1999 Pasal 2 ayat 1). Penilaian kinerja dari aspek keuangan, Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kencana Samarinda melakukan pengukuran dengan analisis rasio keuangan. Cara ini digunakan untuk mencapai nilai maksimum dan bobot kinerja dari indikator aspek keuangannya. Penelitian ini dilakukan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 untuk melihat perkembangan kinerja keuangan PDAM Tirta Kencana kota Samarinda selama lima tahun terakhir ini. Dengan tujuan tersebut, maka diharapkan dapat menemukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya penurunan kinerja keuangan dari tahun 2006 hingga tahun 2010, yaitu selain besarnya hutang yang ditanggung PDAM Tirta Kencana kota Samarinda yang menjadi salah satu faktornya. Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka masalah yang diambil oleh penulis adalah mengenai kinerja keuangan PDAM dari indikator aspek keuangan berkaitan dengan laporan keuangan, sedangkan Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan PDAM Tirta Kencana kota Samarinda dilihat dari indikator aspek keuangannya, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kinerja keuangan PDAM Tirta Kencana kota Samarinda. RANCANGAN PENELITIAN Maksud dari rancangan penelitian disini ialah disusun berdasarkan karakteristik masalah atau tujuan penelitian. Jadi, timbulnya penelitian ini karena adanya kemampuan dari peneliti untuk meneliti dan menganalisis seberapa jauh kemampuan laporan keuangan berdampak besar atau kecil terhadap kinerja keuangan PDAM Tirta Kencana kota Samarinda dilihat dari indikator aspek keuangannya berdasarkan SK Mendagri No. 47 Tahun 1999. Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir penelitian pada bagan berikut ini : OBJEK PENELITIAN
Riset / 2114
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kencana Kota Samarinda yang bertempat di jalan Tirta Kencana No. 1 Kelurahan Kampung Jawa. Dimana dalam pengambilan data yaitu di Kantor Umum/Pusat Bagian Keuangan berupa laporan keuangan, pokok-pokok pikiran Penilaian Kinerja Keuangan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 47 Tahun 1999, dan wawancara. Dan Bagian Umum berupa Profil PDAM kota Samarinda. METODE ANALISIS DATA Data yang diperoleh baik berupa data sekunder maupun data primer tersebut selanjutnya dianalisis dengan pendekatan kualitatif termasuk penyajian data melalui tabel-tabel, hasil persentase, maupun perbandingan-perbandingan dalam rangka mengungkap kinerja keuangan PDAM Tirta Kencana kota Samarinda. Disini penulis akan menguraikan dua macam metode analisis data dalam penelitian ini, yaitu : 1. Rasio Keuangan Berdasarkan SK Mendagri No. 47 Tahun 1999 Penilaian kinerja keuangan dihitung berdasarkan data laporan keuangan PDAM kota Samarinda tahun 2006 hingga tahun 2010. Selanjutnya hasil perhitungan diberikan skor berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999, yang memuat beberapa nilai indikator rasio yang mempengaruhi kinerja PDAM. Cara perhitungan rasio dapat dirumuskan melalui tabel pada halaman berikutnya sebagai berikut :
Riset / 2115
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
Metode Analisis Data dengan Rasio Aspek Keuangan SK Mendagri No. 47 Tahun 1999 No
Metode Analisis
1.
Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif
1a.
Peningkatan Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif
2.
Rasio Laba terhadap Penjualan
2a.
Peningkatan Rasio Laba terhadap Penjualan
3.
Rasio Aktiva Lancar terhadap Utang Lancar
Rumus Laba sebelum pajak x 100 % Aktiva Produktif
Rasio Laba terhadap Aktiva Produkif tahun ini – Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif tahun lalu Laba sebelum Pajak
x 100%
Penjualan
Rasio Laba terhadap Penjualan tahun ini – Rasio Laba terhadap Penjualan tahun lalu
Aktiva Lancar Utang Lancar
Utang Jangka Panjang 4.
Ekuitas
Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
Total Aktiva 5.
Rasio Total aktiva terhadap Total Utang
Total Utang
Biaya Operasi 6.
Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi
7.
Rasio Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan
8.
Rasio Aktiva Produktif terhadap Penjualan Air
Penjualan Air
9.
Jangka Waktu Penagihan Piutang
Piutang Usaha
Pendapatan Operasi
Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan (Angsuran Pokok + Bunga) jatuh tempo
Aktiva Produktif
Jumlah Penjualan per hari Rekening Tertagih 10.
Efektivitas Penagihan
Penjualan Air
x 100 %
Rasio > 10% > 7% - 10% > 3% - 7% > 0% - 3% < 0% > 12% > 9% - 12% > 6% - 9% > 3% - 6% < 0% - 3% > 20% > 14% - 20% > 6% - 14% > 0% - 6% < 0% > 12% > 9% - 12% > 6% - 9% > 3% - 6% < 0% - 3% > 1,75 – 2,00 > 1,50 – 1,75 atau > 2,00 – 2,30 > 1,25 – 1,50 atau > 2,30 – 2,70 > 1,00 – 1,25 atau > 2,70 – 3,00 < 1,00 atau 3,00
Nilai 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
< 0,5 > 0,5 – 0,7 > 0,7 – 0,8 > 0,8 – 1,0 > 1,0
5 4 3 2 1
> 2,0 > 1,7 – 2,0 > 1,3 – 1,7 > 1,0 – 1,3 < 1,0
5 4 3 2 1
< 0,50 > 0,50 – 0,65 > 0,65 – 0,85 > 0,85 – 1,00 > 1,00 > 2,0 > 1,7 – 2,0 > 1,3 – 1,7 > 1,0 – 1,3 < 1,0 <2 > 2,0 – 4,0 > 4,0 – 6,0 > 6,0 – 8,0 > 8,0 < 60 > 60 – 90 > 90 – 150 > 150 – 180 > 180 > 90% >85% - 90% >80% - 85% >75% - 80% <75%
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Sumber : SK Mendagri No. 47 Tahun 1999
JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
Riset / 2116
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id Penilaian pada masing-masing rasio pada indikator dari aspek keuangan dilakukan dengan cara memberi nilai antara 1 sampai 5 dengan 5 sebagai nilai maksimum dan 1 sebagai nilai terendah untuk penilaian awal dari hasil menghitung masing-masing rasio tersebut. Setelah itu hasil penilaian masing-masing rasio tersebut dijumlahkan dan dapat diketahui apakah sudah mencapai nilai maksimum atau belum sehingga dapat menentukan penggolongan tingkat keberhasilan pengelolaan kinerja PDAM Tirta Kencana kota Samarinda dilihat dari indikator aspek keuangannya.
HASIL PENELITIAN 1. Rasio Laba Terhadap Aktiva Produktif Rasio laba terhadap aktiva produktif adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset produktif yang dikelola. dilihat dari grafik rasio laba terhadap aktiva produktif menunjukkan bahwa dari tahun 2006 menuju tahun 2007 terjadi penurunan rasio lalu terjadi peningkatan bahkan peningkatan drastis pada tahun 2009 lalu terjadi penurunan kembali pada tahun 2010. faktor yang mempengaruhi penurunan pada rasio ini diketahui bahwa biaya operasional dalam mengolah dan mendistribusikan air sangat besar, terutama biaya untuk membeli bahan-bahan kimia.
Riset / 2117
Perhitungan nilai kinerja PDAM kota Samarinda untuk dinyatakan sudah mencapai nilai maksimum atau belum adalah sebagai berikut : 𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑘 𝐾𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ 60
x 45%=
Keterangan : 60 = Nilai maksimum indikator aspek keuangan 45% = Bobot kinerja indikator aspek keuangan (lihat pada Lampiran SK Mendagri No 47 Tahun 1999)
2. Peningkatan Rasio Aktiva Produktif
Laba
Terhadap
Peningkatan rasio laba terhadap aktiva produktif disini untuk mengukur seberapa besar peningkatan laba yang dihasilkan dari tahun ke tahun. pada rasio ini terjadi penurunan drastis pada tahun 2007 lalu meningkat secara drastis lagi ke tahun 2008 dan 2009 namun mengalami penurunan kembali di tahun 2010, penjelasan penurunan dalam grafik ini sama halnya dengan penjelasan yang dikemukakan pada grafik sebelumnya mengenai rasio laba terhadap aktiva produktif. Kurang memaksimalkan pendayagunaan aset-aset produktif mempengaruhi besarnya pengeluaran untuk kegiatan operasional.
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
3. Rasio Laba Terhadap Penjualan Rasio laba terhadap penjualan digunakan untuk mengukur laba yang dapat dihasilkan dari jumlah penjualan dalam tahun berjalan. Pada rasio laba terhadap penjualan ini terjadi penurunan pada tahun 2007 lalu meningkat secara perlahan pada tahun 2008 kemudian meningkat secara drastis ke tahun 2009 dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2010. Penurunan pada rasio ini disebabkan oleh harga jual air yang rendah dibandingkan harga pokok penjualan air ke masyarakat. Hal ini dikarenakan penurunan tarif air yang terjadi pada tahun 2006 berdampak defisit kepada harga pokok penjualan air dengan harga jual air sebesar Rp 433,97 per m3 sehingga PDAM bisa dikatakan rugi sebesar Rp 433,97 per m3 tersebut. Ini terjadi pada tahun 2007 sehingga terjadi penurunan laba yang sangat signifikan pada tahun tersebut.” Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa PDAM setaip hari harus memproduksi air selama 24 jam penuh untuk melayani pelanggan, produksi secara terus menerus inilah yang menjadi salah satu beban besarnya biaya untuk mendistribusikan air yang tidak sinkron dengan penerimaan pendapatan air yang diterima dari pelanggan apalagi dengan turunnya tarif air yang dibebankan ke masyarakat. 4. Peningkatan Penjualan
Rasio
Laba
Terhadap
Peningkatan rasio laba terhadap penjualan disini untuk mengukur seberapa besar peningkatan laba yang dihasilkan dari tahun ke tahun. Dilihat dari grafik peningkatan rasio ini terjadi penurunan drastis pada tahun 2007 lalu meningkat secara perlahan lagi ke tahun 2008 dan peningkatan drastis pada ahun 2009 namun mengalami penurunan kembali di tahun 2010, penjelasan penurunan ini sama halnya dengan penjelasan yang dikemukakan sebelumnya mengenai rasio laba terhadap penjualan. Penurunan tarif air berpengaruh besar terhadap harga jual air dan berdampak pada pendapatan penjualan air. 5. Rasio Aktiva Lancar Terhadap Utang Lancar Rasio aktiva lancar terhadap utang lancar digunakan untuk menilai ketersediaan asetaset yang likuid untuk memenuhi kewajiban
JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
jangka pendek termasuk pembayaran hutang dan bunga jangka panjang jatuh tempo. Dilihat dari grafik aktiva lancar terhadap utang lancar bahwa tiga tahun pertama yaitu 2006, 2007, dan tahun 2008 kedudukan nilai rasio ini hampir sama yaitu dibawah nilai 1 (satu) atau sama dengan nol koma. Faktor yang mempengaruhi penurunan ini karena Besarnya utang lancar yang diakibatkan meningkatnya hutang jangka panjang yang jatuh tempo juga bunga tunggakan yang semakin besar akibat belum ada pelunasan hutang jangka panjang dari tahun sebelumnya, yang berdampak kemudian untuk tahun berikutnya dan ini terjadi sebelum adanya Bisnis Plan yaitu dibawah tahun 2008. Dan di tahun 2008 baru program Bisnis Plan ini dicanangkan untuk tahun 2009 dan seterusnya, makanya terjadi peningkatan secara signifikan yang melonjak akibat penerapan Bisnis Plan tersebut. Salah satu program Bisnis plan tersebut adalah agar PDAM membayar tepat waktu semua hutangnya kepada pemerintah dan negara juga segera melunasi tunggakan di tahuntahun sebelumnya.” Penurunan pada rasio ini karena besarnya utang jangka panjang yang jatuh tempo semakin besar. Ketersediaan asset-asset yang likuid belum sepenuhnya memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaaan. Dengan adanya program Bisnis Plan sangat membantu untuk pembayaran hutang jangka pendek tersebut. 6. Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas digunakan untuk menilai keseimbangan diantara dua sumber dana yang digunakan untuk membiayai aset perusahann yaitu modal dan hutang. pada rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas ini terjadi kenaikan pada tahun 2007 lalu menurun kembali secara perlahan pada tahun 2008 hingga tahun 2010 namun itu tidak berpengaruh buruk terhadap perusahaan karena pada rasio ini selalu mendapat nilai sempurna yaitu 5 yang berarti sumber dana untuk pembiayaan aset perusahan dibiayai oleh hibah dan modal sendiri dan penggunaan modal dan hibah mulai menurun hingga tahun 2010 namun tidak begitu signifikan dikarenakan PDAM Tirta Kencana kota Samarinda harus menanggung kerugian yang besar. Salah satu alasan yang dikemukakan karena PDAM adalah
Riset / 2118
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id perusahaan yang berada dibawah naungan pemerintah daerah sebagai Badan Usaha Milik Daerah, jadi kebanyakan kegiatan operasional perusahaan merupakan hibahan atau bantuan dari pemerintah daerah, contohnya saja seperti pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bendang di Selili yang merupakan hibahan dari pemerintah daerah yang dikelola oleh PDAM. Ada juga yang merupakan IPA yang pembangunannya sekitar 60% modal dari PDAM dan 40% dari pemda.” Hibah dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sangat membantu untuk kegiatan operasional PDAM Tirta Kencana kota Samarinda, terutama untuk pembangunan instalasi-instalasi baru di daerah kota Samarinda tentunya. Namun dari pihak PDAM kota Samarinda sendiri juga memiliki dana untuk pengembangan instalasi yang ada. 7. Rasio Total Aktiva Terhadap Total Utang Rasio total aktiva terhadap total utang digunakan untuk menilai tingkat kecukupan aset yang tersedia dibandingkan dengan seluruh hutang perusahaan. pada rasio laba terhadap penjualan ini terjadi penurunan pada tahun 2007 lalu meningkat secara perlahan pada tahun 2008 hingga tahun 2010. Dengan kata lain PDAM Tirta Kencana kota Samarinda sudah mulai mengoptimalkan seluruh aset perusahaan untuk mendapatkan laba yang maksimal sehingga dapat membantu mengurangi pinjaman kepada pemerintah. Hal ini karena Maksimalnya penggunaan asetaset perusahaan semakin membaik dari tahun ke tahun dan utang perusahaan juga semakin lama semakin menurun asal PDAM Samarinda dapat membayar tunggakan hutang dan bunga yang tinggi kepada pemerintah tepat waktu maka hutang perusahaan tidak akan menumpuk ke tahun-tahun berikutnya dan kegiatan operasional berjalan dengan baik.” Pembayaran hutang jangka pendek yaitu hutang kepada pemerintah pusat juga dari pemerintah daerah, jika dibayar tepat waktu dan tidak menunggak maka kegiatan perusahaan akan berjalan dengan lancar terutma untuk memenuhi biaya untuk kegiatan operasional produksi air. 8. Rasio Biaya Operasi Pendapatan Operasi
Riset / 2119
Terhadap
Rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi digunakan untuk Rasio Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi digunakan untuk menilai kehematan dalam penggunaan sumber. Dilihat dari grafik rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi ini dari tahun 2006 terjadi penurunan secara perlahan hingga tahun 2009 lalu ada peningkatan sedikit menuju tahun 2010. Hal ini dikarenakan Besarnya biaya operasi perusahaan adalah karena banyaknya pipa-pipa sekunder yang sudah tua dan harus diganti dengan baru, tidak sedikit untuk memasang dan memelihara pipa-pipa tersebut, oleh karena itu dibutuhkan biaya yang juga tidak sedikit agar distribusi air terus berjalan lancar. Banyak biaya penyusutan dari biaya transmisi dan distribusi karena penyusutan pipa-pipa sekunder juga ada penyusutan water meter yang harus diganti.” Dengan kata lain besarnya biaya operasional PDAM yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan pendapatan operasional yang diterima, hal ini terjadi karena besarnya biaya penyusutanpenyusutan aktiva yang membuat PDAM harus mengeluarkan banyak biaya agar kegiatan operasional perusahaan terus berjalan. 9. Rasio Laba Operasi Sebelum Biaya Penyusutan Terhadap Angsuran Pokok dan Bunga Jatuh Tempo Rasio laba operasi sebelum biaya penyusutan terhadap angsuran pokok dan bunga jatuh tempo digunakan untuk mengukur potensi laba yang dihasilkan dalam memenuhi pembayaran angsuran pokok dan bunga yang jatuh tempo. Dilihat dari grafik rasio ini menunjukkan tidak ada peningkatan yang terlihat dari tahun 2007 sampai tahun 2008, namun meningkat secara drastis dari tahun 2009 hingga tahun 2010. Hal ini karena Dalam membayar hutang jangka panjang dan bunga yang jatuh tempo memang merupakan beban yang harus diselesaikan agar tidak menumpuk ke tahun berikutnya, karena jika semakin menumpuk maka bunga dari hutang jangka panjang tersebut semakin tinggi bahkan lebih besar dari hutang jangka panjang itu sendiri, ini sangat mempengaruhi pendapatan PDAM yang seharusnya digunakan untuk kegiatan operasional tapi terbagi juga untuk membayar angsuran pokok tersebut. Oleh karena itu dilihat grafik diatas mengapa pada tahun 2006 hingga tahun 2008 belum
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
ada peningkatan sama sekali karena PDAM saat itu belum mampu membayar angsuran pokoknya. Sehingga muncullah Bisnis Plan yang diterapkan Departemen Keuangan kepada PDAM Samarinda, dampak bisnis plan ini sangat besar yaitu dapat membayar angsuran pokok dan bunga jatuh tempo tepat waktu juga tunggakan-tunggakan dari tahun sebelumnya.” Dengan kata lain PDAM Tirta Kencana kota Samarinda telah berhasil membayar tunggakan hutang jangka panjang dan bunga yang jatuh tempo tahun-tahun sebelumnya dari tahun 2009 hingga tahun 2010 juga membayar hutang-hutang lainnya yang harus dibayar saat tahun tersebut. 10. Rasio Aktiva Penjualan Air
Produktif
Terhadap
Mengoptimalkan penggunaan aktiva tetap untuk menghasilkan Rasio Aktiva Produktif Terhadap Penjualan Air digunakan untuk mengukur produktifitas/pendayagunaan dari asset-aset yang tertanam, dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan pendapatan dalam rangka pengembalian investasi bagi pemegang saham dan pembayaran bunga kepada kreditur.. Dilihat dari grafik bahwa ada penurunan sedikit di tahun 2007 kemudian meningkat cukup drastis di tahun 2008 lalu menurun lagi pada tahun 2009 dan sedikit kenaikan di tahun 2010..hal ini karena Besarnya penggunaan aktiva-aktiva perusahaan terutama aktiva tetap salah satunya adalah besarnya biaya penyusutan-penyusutan seperti penyusutan gedung, kendaraan PDAM untuk pemeriksaan air pelanggan dan biaya-biaya penyusutan lainnya, namun ini masih bisa diatasi.” Dengan kata lain PDAM Tirta Kencana kota Samarinda telah berhasil mengoptimalkan penggunaan aktiva tetap untuk kegiatan operasional perusahaan, walaupun adanya penurunan tidak mempengaruhi kinerja PDAM karena nilainya selalu 5. Penyebab penurunan karena adanya sedikit masalah dalam mendistribusikan air. 11. Jangka Waktu Penagihan Piutang Jangka waktu penagihan piutang merupakan tolak ukur menilai efektivitas upaya pengendalian piutang. Dilihat dari grafik rasio ini walaupun ada sedikit penurunan di tahun 2007 kemudian
JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
menurun lagi pada tahun 2009 dan tahun 2010, namun bukan berarti berdampak buruk bagi PDAM Tirta Kencana kota Samarinda karena nilai yang dihasilkan dari rasio ini dari tahun ke tahun sudah menunjukkan nilai 5. Hal ini karena Penagihan piutang kepada pelanggan memang berdampak baik bagi PDAM karena membantu pemasukkan untuk pendapatan PDAM, karena jika pelanggan terlambat membayar air apalagi kalau sudah menjadi tunggakan berbulan-bulan, maka semakin banyak biaya untuk membayar air tersebut dan ini sangat menguntungkan dari pihak PDAM.” Dapat disimpulkan bahwa penagihan piutang kepada pelanggan yang dilakukan dengan jangka waktu yang sudah ditentukan dan jika dari pihak pelanggan membayar dengan tepat menjadi pendapatan bagi PDAM kota Samarinda sendiri, efektivitas dari upaya manajemen dalam pengendalian piutang yaitu menilai lamanya waktu rata-rata piutang tertagih menjadi kas. Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan dalam penagihan piutang menjadi kas akan semakin dinamis cash flow perusahaan. 12. Efektifitas Penagihan Efektivitas dalam penagihan piutang sehinnga berapa yang menjadi piutang tertagih menjadi kas merupakan fungsi dalam menghitung dari rasio ini. Walaupun terjadi penurunan dari tahun 2008 hingga 2009, namun tidak memberikan dampak buruk bagi perusahaan, karena efektivitas penagihan piutang sudah sangat bagus hal ini karena Walaupun pelanggan terlambat membayar rekening air, namun ada peraturan yang harus dijalankan oleh pelanggan dari PDAM, jadi pelanggan tidak bisa seenaknya tidak membayar air hingga berlarut-larut yang bisa menjadi piutang tak tertagih karena dari PDAM sendiri telah menerapkan peraturan apabila jika selama 3 bulan pelanggan tidak melunasi rekening airnya maka akan terjadi pemutusan.” Efektivitas dari upaya manajemen dalam pengendalian piutang yaitu menilai berapa persen piutang tertagih menjadi kas. Keberhasilan dalam pengendalian piutang ini akan mendukung ketersediaan likuiditas perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional dan kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo. 13. Penilaian Kinerja PDAM Tahun 20062010
Riset / 2120
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id Penilaian kinerja PDAM kota Samarinda adalah menilai seberapa sehat PDAM telah menjalankan kierja keuangannya dengan baik dan apakah telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Karena jika dilihat dari grafik diatas terjadi penurunan kinerja pada tahun 2007 kemudian meningkat secara perlahan pada tahun 2008 dan meningkat drastis pada tahun 2009 dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2010. Penurunan kinerja ini terjadi salah satunya disebabkan besarnya biaya untuk memproduksi, mengolah, dan mendistribusikannya kepada pelanggan, biaya-biaya itu sangatlah tidak sedikit. Hal ini terjadi karena Turunnya kinerja PDAM Samarinda, faktor terbesarnya adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi dan mengolah air, karena sungai Mahakam butuh beberapa kali pengolahan agar menjadi air bersih. Sehingga pendapatan dari penjualan air tidak sesuai dengan tarif air yang kecil, jadi PDAM bisa dikatakan mengalami kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu dicanangkanlah program bisnis plan seperti (1) peningkatan tarif air sebesar 65% secara bertahap, (2) penggantian water meter yang sudah rusak, (3) penagihan piutang kepada pelanggan semakin ditingkatkan dengan memutus sambungan air jika tidak membayar lewat 3 bulan, dan pembayaran hutang jangka panjang dan bunga yang jatuh tempo beserta tunggakannya.” Dari seluruh pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan pada PDAM Tirta Kencana kota Samarinda mengenai penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah selama 5 tahun terakhir ini terjadi peningkatan kinerja keuangan yang sangat signifikan pada tahun 2009 yaitu bernilai 54 dan berkelanjutan untuk tahun berikutnya yaitu tahun 2010 walaupun terjadi penurunan 7 poin yaitu bernilai 47. Jadi bisa dikatakan kinerja keuangan PDAM Tirta Kencana Samarinda kurang sehat karena dari 5 tahun terakhir ini belum mendapat nilai sempurna yaitu 60. Dan ini sesuai dengan peneliti terdahulu yaitu penelitian Lusiana yang menyatakan penelitiannya kurang sehat karena dengan nilai kinerja keuangan yang ditelitinya berjumlah 26 untuk tahun 2006 di PDAM Way Bumi kota Bumi dengan alat analisis yang digunakan sama dengan penulis yaitu 10 rasio keuangan SK Mendagri No 47 Tahun 1999 dan wawancara mendalam.
Riset / 2121
KETERBATASAN PENELITIAN Hasil penelitian ini hanya menilai kinerja dari aspek keuangan saja. Sedangkan penilaian keseluruhan kinerja selain aspek keuangan juga meliputi aspek operasional dan aspek administrasi yang tidak mampu di ukur dengan menggunakan standar pengukuran rasio keuangan KESIMPULAN 1. Berdasarkan penilaian kinerja yang telah dianalisis, diketahui bahwa nilai yang diperoleh untuk tahun 2006 sebesar 38 dengan bobot kinerja 28.05%, untuk tahun 2007 sebesar 30 dengan bobot kinerja 22.05%, tahun 2008 adalah 34 dengan bobot kinerja 24.75%, tahun 2009 sebesar 54 dengan bobot kinerja 40.50%, dan untuk tahun 2010 sebesar 47 dengan bobot kinerja 30.25%. Dilihat dari nilai yang diperoleh dan bobot kinerja tersebut bahwa pada tahun 2009 yang nilainya paling mendekati dengan nilai yang ditetapkan oleh SK Mendagri No 47 Tahun 1999 yaitu dengan nilai 60. Karena dicanangkannya bisnis plan inilah yang menyebabkan tahun 2009 hampir mendapatkan nilai sempurna dan berkelanjutan sampai tahun 2010 walaupun ada sedikit penurunan namun kinerja PDAM Tirta Kencana Samarinda dinyatakan masih belum mencapai nilai maksimum dan bobot kinerja . 2. Berdasarkan dari semua analisis terhadap rasio-rasio keuangan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja keuangan PDAM kota Samarinda adalah : a. besarnya hutang jangka panjang yang harus dibayar PDAM kota Samarinda terutama angsuran pokok hutang jangka panjang dan bunga yang jatuh tempo yang menuggak dari tahun ke tahun, b. biaya-biaya penyusutan aktiva-aktiva perusahaan yang sangat besar dan pemeliharaan aktiva-aktiva PDAM kota Samarinda, c. biaya operasional yang sangat besar mempengaruhi pendapatan yang dierima oleh PDAM kota Samarinda, dan d. Struktur tarif air yang tidak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan. SARAN a. Meningkatkan pendapatan PDAM dengan menambah jumlah pelanggan dan memperluas pelayanan ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau dengan memberikan keringanan biaya pemasangan sambungan. Meskipun perkembangan pelanggan PDAM dalam 5 tahun terakhir meningkat cukup baik, namun
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
penambahan pelanggan masih harus ditingkatkan. b. Menekan biaya operasional dengan perawatan instansi/jaringan untuk meningkatkan kekuatan dan umur instalasi perpipaan dan bangunan yang dimiliki PDAM. c. Bagian transmisi dan distribusi hendaknya selalu mengadakan pengontrolan jaringan untuk meminimalkan kebocoran sehingga menekan angka kehilangan air dan mengurangi biaya operasional untuk perbaikan jaringan. d. Meningkatkan efisiensi penagihan dengan mengenakan sanksi pencabutan saluran air minum bagi pelanggan yang menunggak lebih dari 3 bulan, melakukan pendekatan dengan pelanggan yang menunggak dengan cara penagihan dari rumah ke rumah serta koordinasi dengan Pemerintah Kota Samarinda untuk tunggakan instansi pemerintah. e. Mengupayakan adanya penyesuaian tarif air minum mengingat biaya operasional yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Akbar Andi, Gambaran Umum PDAM Indonesia, (www.andriakbar.blogspot.com), 11 Juni 2011.
Munawir, 1995, Jakarta.
Analisis
Laporan
Keuangan,
PDAM Kabupaten Lampung Utara, Tesis Evaluasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan (pustaka.ut.ac.id). 10 Juni 2011. PDAM Kabupaten Lumajang, Analisis Kinerja Keuangan, (www.google.com), 7 Juni 2011. PDAM kota Surakarta, Skripsi Analisis Kinerja Keuangan BUMD (Studi kasus kota Surakarta), (www.google.co.id), 1 Juni 2011. Pengertian akuntansi, (http://alumni1pleret.forumotion.net), 11 Juni 2011. Pengertian dan Penjelasan Dasar Akuntansi, (http://organisasi.org). 11 Juni 2011. Perusahaan Daerah Air Minum kota Samarinda, Profil PDAM Samarinda tahun 2010. Perusahaan Daerah Air Minum kota Samarinda, Laporan keuangan PDAM Samarinda tahun 2009. PSAK
No. 1, revisi 2009. Tujuan Laporan Keuangan, (www.google.com), 9 Juli 2011.
Definisi Laporan Laba Rugi, (www.id.wikipedia.org/wiki/laporanlabarugi, 6 Juni 2011.
Purwanto Bambang, 2010, Kompasiana Situs, Opini Ringkasan Sejarah Air Minum di Indonesia, (www.edukasi.kompasiana.com), (2 Juni 2011).
Definisi Neraca, (id.wikipedia.org/wiki/Neraca), 6 Juni 2011.
Sucipto, Penilaian Kinerja Keuangan.Pdf (www.google.com) 6 Juni 2011.
Departemen Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM, (7 Juni 2011).
Zaki Baridwan, 1997. Akuntansi Intermedite, Badan Pengawasan Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.
Departemen Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 Tentang Penyempurnaaan Indikator Penilaian Kinerja PDAM. Departemen Dalan Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok Pikiran Kepmendagri No.47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja PDAM, (www.Wikipedia Bahasa Indonesia.id), 23 Juli 2011. Kamaluddin Rustian, Peran dan Pemberdayaan BUMD Dalam Rangka Peningkatan Perekonomian Daerah, (www.bappenas.go.id), 11 Juni 2011. Mulyadi, 1997, Sistem Akuntansi, Jakarta.
JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
Riset / 2122