268
JNTETI, Vol. 2, No. 4, November 2013
Analisis Kinerja Instrumen Uji Formalin pada Tahu Berbasis Elektronik Nose Sariayu Wulandari1
Abstract— Enose is an instrument that be able to discriminated odorant. This instrument is designed to detect formalin content in the tofu product. The aim of artificial olfaction machine design is to find the recommended method to detect content formalin with specified instrument. The instrument consisted of electronic module and pattern recognition systems. The electronic module is a typical application system, consisting of Arduino Uno R3 board, with ATMega 328 chip. In the pattern recognition system, is programmed in Matlab language using LRMA (Linear Regression Moving Average) for pre processing, wavelet and PCA (Principle Component Analysis) for feature extraction, and SVM (Support Vector Machines) for analysis method. Result of pattern recognition that value highest level of recognition is show with SVM method with a 100% of accuracy. Whereas, pattern recognition of unlearn data, the obtained accuracy is 98.33%.
Intisari—Elektronik nose adalah instrument pendeteksi berdasarkan klasifikasi aroma seperti fungsi hidung manusia. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum adanya alat pendeteksi formalin pada produk makanan, terutama pada tahu, karena harga instrument analisis modern sangat mahal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah rekomendasi metode yang paling tepat, untuk digunakan pada instrument pendeteksi formalin pada tahu. Rancang bangun enose deteksi formalin dibuat dengan cara perancangan modul elektronik dan sekaligus sistem pengenal polanya. Modul elektronik dirancang menggunakan board Arduino Uno R3, yang memakai chip ATMega 328. Pada sistem pengenalan pola, dilakukan dengan bahasa pemrograman matlab yang menggunakan preprocessing LRMA (Linear Regression Moving Average), ekstraksi ciri wavelet dan PCA (Principle Component Analysis) serta metode analisis SVM (Support Vector Machines) dan FCM (Fuzzy C Means). Hasil dari pengenalan pola data pembelajaran, tingkat pengenalan tertinggi adalah pada nilai maksimal bentuk lingkaran, yaitu 100%. Sedangkan tingkat pengenalan data bukan pembelajaran, adalah 98.33%. Kata kunci: enose, PCA, FCM, SVM KONSEP, LRMA I. PENDAHULUAN Sesuai dengan isu strategis ketahanan pangan, terdapat arah kebijakan nasional tentang peningkatan mutu dan keamanan 1
Universitas Dian Nuswantoro Jl. Imam Bonjol No. 207 Semarang Telp. (024) 3517261 Fax. (024) 3569684 Kode Pos : 50131 INDONESIA (e-mail:
[email protected])
ISSN 2301 – 4156
pangan [1]. Makanan yang aman dikonsumsi adalah makanan yang tidak mengandung bahan tambahan makanan berbahaya, diantaranya adalah borax dan formalin. Formalin mempunyai aroma khas, karena pada udara bebas, larutan formaldehid akan berwujud gas. Selain itu, aroma khas formalin juga disebabkan oleh kandungan methanol [2,3]. Tahu, bakso dan sayuran merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Kandungan air dari ketiga makanan tersebut mencapai 52%, sebagai akibatnya daya tahan simpannya hanya berlangsung singkat. Beberapa penelitian menunjukan, bahwa ketiga bahan makanan tersebut sering ditambah dengan bahan pengawet untuk menambah daya tahan simpannya. Selama ini, sidak dilaksanakan dengan menggunakan alat uji kimia, proses pengujian dilakukan dengan mengambil sample, kemudian dihancurkan, lalu ditambahkan air dan larutan KMnO4. Jika larutan berwarna merah lalu memudar, kemungkinan bahan uji mengandung formalin. Cara ini tergolong murah, namun tingkat ketelitiannya masih kurang. Selain itu, bahan makanan yang di uji tidak dapat kembali ke wujud asal, membutuhkan preparasi sample dan membutuhkan waktu yang lama. Harapan baru sebagai alternatif instrument deteksi formalin yang lebih tepat dan mudah adalah Electronic Nose. Electronic Nose yang selanjutnya disebut enose dapat melakukan pendeteksian formalin berdasarkan aromanya. Pada umumnya, enose terdiri dari komponen larik sensor, sistem akuisisi data dan algoritma pengenalan pola. Penelitian tentang formaldehid sendiri telah dilakukan oleh beberapa peneliti lokal, diantaranya dilakukan oleh Hendrick [4] dan Baiq [5]. Hendrick melakukan penelitian tentang uji kandungan O2 pada bensin, alkohol dan minyak tanah dengan menggunakan metode Short Time Fourier Transform (STFT) untuk karakterisasi frekuensi sensor dan metode Linear Vector Quantization (LVQ) sebagai metode pembelajaran data. Dari penelitian tersebut, output jaringan mempunyai tingkat keberhasilan hanya 89,2%. Selain itu, Baiq melakukan uji formalin pada cumi-cumi dengan menggunakan metode analisis Principal Component Analysis (PCA). Diluar negeri, deteksi formalin juga dilakukan oleh Wang [6] yang melakukan penelitian mengenai deteksi formaldehid konsentrasi rendah dan Zhang [7] yang mendeteksi formaldehid pada gurita. Penelitian terdahulu mempunyai 2 aspek pembeda. Aspek pertama, sebagian besar penelitian menggunakan cumi dan gurita sebagai objek penelitian. Di Indonesia, kedua ikan tersebut jarang dikosumsi oleh masyarakat. Sedangkan aspek
Sariayu Wulandari: Analisis Kinerja Instrumen Uji …
JNTETI, Vol. 2, No. 4, November 2013
269
kedua yaitu rendahnya tingkat keberhasilan dari pengenalan Penelitian dilakukan dengan 5 langkah sebagai berikut : yang dilakukan. Hal ini mungkin disebabkan oleh pemilihan 1) Preparasi Sample metode yang kurang tepat. Kedua aspek diatas menjadi pokok permasalahan utama yang akan diperbaiki dalam penelitian ini. Pengambilan data sensing larik sensor. Pengambilan data masing-masing 3 kali dilakukan untuk air, formalin 70%, formalin 35%, formalin 21%, formalin 7%, formalin 3%, tahu II. METODOLOGI kotak, tahu persegi, tahu bulat, tahu buntal, tahu formalin 70%, tahu formalin 35%, tahu formalin 21%, tahu formalin 7% dan A. Bahan Penelitian tahu formalin 3%. Terdapat 45 data, dimana 45 didapat dari Bahan yang digunakan untuk penelitian deteksi formalin (15 odorant x 3 percobaan) pada tahu adalah Tahu formalin 70%, bakso formalin 70% dan 2) Pre Processing sayur formalin 70%, untuk penelitian 1 dan untuk penelitian 2, bahannya adalah air murni, formalin dengan kadar 3%, 7%, Masing-masing sinyal mempunyai jumlah sample 4000. 21%, 35% dan 70%, tahu (tahu persegi, tahu kotak, tahu bulat Dilakukan denoising dan normalisasi baseline, menggunakan dan tahu buntal), serta tahu formalin (tahu yang telah LRMA. Shifting à pemotongan tiap 1 periode sensor. dicelupkan pada larutan formalin dengan kadar 3%, 7%, 21%, Interpolasi data hasil shifting (menyamakan 1 periode=1000 35% dan 70% ). sample). Penyusunan Matrix ciri (45000x4), dimana 45000 dari (45 odorant x 8 sample) B. Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk penelitian deteksi formalin pada tahu adalah board enose yang terdiri dari larik sensor yang ditempatkan pada chamber dan board arduino serta Kipas angin 2500 rpm dan driver motor DC, sensor gas yang digunakan pada penelitian adalah MQ2, MQ5, MQ6 dan MQEng, catu daya 12V/ 5A dan 9V/1A, tabung reaksi (chamber) gas dan tabung gelas prepreparasi untuk mencampur odorant, PC yang digunakan untuk pengambilan data sampel dan perangkat untuk analisis data, vakum tube, yang digunakan untuk tempat menyimpan sensor setelah sensor digunakan.
3)
Ekstraksi ciri menggunakan PCA sehingga didapat matrix PC1 dan PC2 (45000x2). Melakukan perhitungan nilai standart deviasi, maksimum, minimum, variance, mean dari tiap 1000 data PCA. Penyusunan Matrik ciri (45x2) dimana 45 adalah jumlah odorant. 4) Analisis Klaster Melakukan klastering SVM, dengan ,mencari persamaan batas klaster. Mencari prosentase tingkat pengenalan masingmasing klaster dari masing-masing nilai. 5)
C. Instrument Analisis Instrument analisis pada penelitian ini adalah grafik Spider, digunakan untuk mengetahui repeatibilitas sensor, sedangkan grafik boxplot dan diagram pareto digunakan untuk mengetahui varian sensor, metode preprocessing LRMA (Linear Regression Moving Average), PCA (Principle component Analysis) dan DWT (Discrete Wavelet Transform) harr wavelet level 7 yang digunakan untuk ekstraksi ciri (dari 4 vektor ciri menjadi 2), metode SVM konsep (Support Vector Machine) dan FCM (Fuzzy C Means) untuk menentukan batas dan analisis klaster. D. Alur Penelitian Pada penelitian ini, enose terdiri dari dua bagian, yakni bagian perangkat keras yang difokuskan penyempurnaan sistem penanganan aroma (odor handling), bagian perangkat lunak yang difokuskan pada penyempurnaan sistem ekstraksi ciri berbasis PCA dan sistem analisis klaster.
Sariayu Wulandari: Analisis Kinerja Instrumen Uji…
Ekstraksi Ciri
Analisis Klaster
Melakukan Klasifikasi FCM untuk mencoba klasifikasi nonlinear, untuk hasil PCA dari penelitian 2, 3 dan 4. Mencari prosentase tingkat pengenalan masing-masing klaster dari masing-masing nilai. Membandingkan metode SVM dan FCM
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil klastering data pembelajaran menggunakan nilai standart deviasi, maksimal, minimal, varian dan rerata dijabarkan sebagai berikut : A. Standar Deviasi Langkah awal penyusunan metode SVM konsep adalah dengan menentukan persamaan garis pada masing-masing batas klaster.
ISSN 2301 - 4156
270
JNTETI, Vol. 2, No. 4, November 2013
KLASTER FORMALIN 3 Formalin 21-70% (53.3%) 2
1 A1 F3 F7 F21 F35 F70 TF3 TF7 TF21 TF35 TF70 TK TP TB TBT
2nd Principal Component
1.6 1.4 Ba tas
1
KLASTER TAHU Tahu (100%) Formalin 3-7% (40%)
1 0.8 0.6
0
21 3 0
1 2
23 3 1 3 1 1 3 2 13 2 32 21 KLASTER TAHU FORMALIN
Bata
0.4 0.2
2 33 2 3 2 21 1 32 32 1 1 12
s2
Tahu Formalin 3-70% (100%) Formalin (6.6%)
0.5
1
1.5 2 2.5 1st Principal Component
3
C. Minimal Langkah awal penyusunan metode SVM konsep adalah dengan menentukan persamaan garis pada masing-masing batas klaster. PCA Percobaan 4 Minimal 1
3.5
A1 F3 F7 F21 F35 F70 TF3 TF7 TF21 TF35 TF70 TK TP TB TBT
4 0.5
Gbr. 1 memperlihatkan tentang Klasterisasi PCA pada dari nilai standar deviasi. Dari grafik tersebut titik-titik ciri pada grafik PCA, dibagi menjadi 4 klaster, yaitu klaster tahu, tahu formalin, formalin dan air. Pola yang benar terdapat 38 titik dari 45 titik, sehingga dengan SVM konsep, tingkat pengenalan klaster PCA dari nilai standar deviasi adalah 84,4%. Pemisahan klaster antara tahu dan tahu formalin ataupun dengan tahu formalin, bisa dilakukan, walaupun jaraknya relatif pendek.
2nd Principal Component
Gbr. 1 Klaster PCA dari Nilai Standar Deviasi
0
-0.5
-1
-1.5
-2 -4
-3.5
B. Maksimal
1 1
32 3 1
s1
KLASTER AKUADENIM
1.8 Akuadenim (100%)
1.2
batas klaster. Gbr. 2 memperlihatkan tentang Klasterisasi PCA pada dari nilai maksimal. Dari grafik tersebut titik-titik ciri pada grafik PCA, dibagi menjadi 4 klaster, yaitu klaster tahu, tahu formalin, formalin dan air. Pola yang benar terdapat 39 titik dari 45 titik, sehingga dengan SVM konsep, tingkat pengenalan klaster PCA dari nilai standar deviasi adalah 86,6%.
TP= 84.4%
3
1
2 3 1
-3
3 3 2
2
2
Bata
PCA Percobaan 4 Standar Deviasi 2
21
1
1
1
1 2 33 1 311 3 2
3
2 321 2
3 23
2
-2.5 -2 -1.5 1st Principal Component
-1
-0.5
Gbr. 3 Klaster PCA Dari Nilai Minimal
PCA Percobaan 4 Maksimal 2 A1 F3 F7 F21 F35 F70 TF3 TF7 TF21 TF35 TF70 TK TP TB TBT
1.8 3
1.6 2nd Principal Component
2 2
1.4 2 1 13 31
1.2 1
12
0.8
1
3
0.4
2 2
2 0.2 0
21 2 33
3
0.6
3 1 1 23
21
3 0
1
3
2
2 1 31 13 2 1
1
Gbr. 3 memperlihatkan tentang Klasterisasi PCA pada dari nilai minimal. Dari grafik tersebut titik-titik ciri pada grafik PCA, dibagi menjadi 4 klaster, yaitu klaster tahu, tahu formalin, formalin dan air. Pola yang benar terdapat 37 titik dari 45 titik, sehingga dengan SVM konsep, tingkat pengenalan klaster PCA dari nilai standar deviasi adalah 82,2%. Pemisahan klaster antara tahu dan tahu formalin ataupun dengan tahu formalin, bisa dilakukan, walaupun jaraknya relatif pendek. D. Variance
3 2
3 4 1st Principal Component
5
6
Langkah awal penyusunan metode SVM konsep adalah dengan menentukan persamaan garis pada masing-masing batas klaster.
7
Gbr. 2 Klaster PCA Dari Nilai Maksimal
Langkah awal penyusunan metode SVM konsep adalah dengan menentukan persamaan garis pada masing-masing
ISSN 2301 – 4156
Sariayu Wulandari: Analisis Kinerja Instrumen Uji …
0
JNTETI, Vol. 2, No. 4, November 2013
271
PCA Percobaan 4 Variance TP= 84.4% 4
Gbr. 5 memperlihatkan tentang Klasterisasi PCA pada dari nilai variance. Dari grafik tersebut titik-titik ciri pada grafik PCA, dibagi menjadi 4 klaster, yaitu klaster tahu, tahu formalin, formalin dan air. Pola yang benar hanya terdapat 27 titik dari 45 titik, sehingga dengan SVM konsep, tingkat pengenalan klaster PCA dari nilai standar deviasi adalah 60%. Dari ke-5 nilai tersebut, yaitu nilai deviasi standar, maksimal, minimal, variance dan mean, dicari tingkat pengenalan dari klaster yang terbaik. Tingkat pengenalan tertinggi adalah pada nilai maksimal, dengan nilai 86,67%.
3 3.5
2
2nd Principal Component
3
A1 F3 F7 F21 F35 F70 TF3 TF7 TF21 TF35 TF70 TK TP TB TBT
1
2.5 KLASTER FORMALIN Formalin 21-70% (60%) Tahu Formalin 7% (6.6%)
2 1.5
KLASTER AKUADENIM Akuadenim (100%) Batas 1
1 0.5 0 -0.5 -1 -2
2 332 32 2 1 2 2 23 3 Batas 2 31 3 2 2 2 1
KLASTER TAHU 1 Tahu (100%) Formalin 3-7% (40%)
23 12 13
32 1
2 3
KLASTER TAHU FORMALIN Tahu Formalin 3-70% (93.3%)
0
2
4 6 8 10 1st Principal Component
12
Konsep Multiklaster digunakan untuk melihat, sampai pada prosentase berapa, formalin masih bisa dikenali enose. Dari hasil analisis klaster dengan SVM konsep, diketahui bahwa enose telah mampu mengenali prosentase larutan formalin terkecil hingga 3%.
14
Gbr. 4 Klaster PCA Dari Nilai Variance PCA Percobaan 4 Standart Deviasi 1
E. Mean
3 0.9
3 2 2 1
0.7
2 1 1
0.5 0.4
3
0.3
3
0.2
2
0.1 0
1
3
0.6
1
Langkah awal penyusunan metode SVM konsep adalah dengan menentukan persamaan garis pada masing-masing batas klaster.
TF3 TF7 TF21 TF35 TF70 TK TP TB TBT
2
0.8 2nd Principal Component
Gbr. 4 memperlihatkan tentang Klasterisasi PCA pada dari nilai variance. Dari grafik tersebut titik-titik ciri pada grafik PCA, dibagi menjadi 4 klaster, yaitu klaster tahu, tahu formalin, formalin dan air. Pola yang benar terdapat 38 titik dari 45 titik, sehingga dengan SVM konsep, tingkat pengenalan klaster PCA dari nilai standar deviasi adalah 84.4%.
0
23
1 2
2
1
3
13
0.5
1 1.5 2 1st Principal Component
2.5
3
PCA Percobaan 4 Mean 1
2nd Principal Component
0.4 0.2 0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
-0.8
-0.6
s1
3
Ba ta
A1 F3 F7 F21 F35 F70 TF3 TF7 TF21 TF35 TF70 TK TP TB TBT
0.6
-1 -1
Gbr. 6 Analisis 2 Klaster antara Tahu dan Tahu Formalin
1
0.8
2
3 31
132 3 31 1 2 1 22 1 1 3 31 22 12 3 1 1 3 3 21
Berikutnya dilakukan analisis 2 klaster antara tahu dan tahu formalin sesuai dengan tingkat prosentase larutan terkecil yaitu 3%. Tabel hasil analisis klaster antara tahu dengan tahu formalin diperlihatkan pada Tabel 1.
2 2 3
2
1 2
-0.4
3
-0.2 0 0.2 0.4 1st Principal Component
0.6
0.8
1
Gbr. 5 Klaster PCA Dari Nilai Mean
Sariayu Wulandari: Analisis Kinerja Instrumen Uji…
ISSN 2301 - 4156
272
JNTETI, Vol. 2, No. 4, November 2013 TABEL I
tingkat pengenalan dari metode SVM optimasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan SVM konsep. Hasil SVM Optimal diperlihatkan pada Gbr. 7.
HASIL ANALISIS KLASTER ANTARA TAHU DAN TAHU FORMALIN
Variance
Mean
34 7x 87 1-0. 2 34 7x 037 7x 10. 20 2 -0 .1 37 50 7x 9 2 -0 .1 50 9
88,8
2 1.5 1 0.5
Tahu (100%)
Tahu Formalin 3-70% (100%)
Tahu (50%)
Tahu Formalin 3-70% (80%)
Tahu Formalin 7 & 70% (20%)
Tahu (50%)
0. 5
100
58 7
Tahu (100%) Tahu Formalin 21-70% (33,3%)
Tahu (8,3%) Tahu Formalin 21-70% (66,6%)
2.5
0.
Minimal
Tahu Formalin (86,6%)
-1 1 Support Vectors
3
100
Y>
Maksimal
Tahu (91,6%) Tahu Formalin 7-21%(13,3%)
SVM Optimasi Kernel Linear Nilai Std P4 TP=100% 3.5
Y<
Standar deviasi
TINGKAT PENGENALAN (%)
2nd Principal Component
NAMA
TINGKAT PENGENALAN KLASTER TAHU TAHU FORMALIN Tahu Formalin Tahu (100%) 21-70% (100%)
0
100 -0.5 -6
-5
-4
-3 -2 1st Principal Component
-1
0
66,67 Gbr. 7 Grafik Hasil SVM Optimal
Penelitian diakhiri dengan pengujian 60 sample odorant Dari tabel tersebut, pada klaster tahu, untuk nilai maksimal, minimal, variance dan mean, masih tercampur dengan data tingkat pengenalan klaster diperlihatkkkan pada dengan tahu formalin 70%, yaitu pada nilai minimal dan mean, Tabel 3. sehingga pada nilai minimal dan mean tersebut terdapat percampuran ciri yang tidak wajar. Namun demikian, tingkat TABEL III pengenalan klaster dapat diperbesar. Tingkat pengenalan GRAFIK TINGKAT PENGENALAN DATA UJI tertinggi adalah pada klaster nilai standar deviasi, maksimal dan variance yang mencapai 100%. Sedangkan pengenalan Percobaan TP FCM Lingkaran (%) terendah adalah pada klaster mean (66,67%). •
SVM Optimal
Untuk meningkatkan kinerja dari sistem pengenalan, kemudian analisis klaster diujicobakan menggunakan SVM optimal, yaitu menggunakan SVM kernel linear.
Standart Deviasi
76.67
Maksimal
98.33
Minimal
88.33
Variance
70
Mean
80
TABEL 2 HASIL ANALISIS KLASTER PENELITIAN 2 ANTARA SVM KONSEP DAN SVM OPTIMAL
NAMA Standar deviasi Maksimal Minimal Variance Mean
TP SVM konsep (%) 100 100 88,89 100 66,67
TP SVM Optimal (%) 100 100 92,57 100 88,89
Hasil perbandingan tingkat pengenalan antara metode SVM konsep dan SVM optimal diperlihatkan pada Tabel 2,
ISSN 2301 – 4156
IV. PENUTUP Berdasarkan perancangan dan hasil pengukuran sebuah instrument deteksi formalin pada tahu dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari serangkaian penelitian yang telah dilakukan, maka dihasilkan rekomendasi metode sesuai dengan penelitian 4, dengan sistem ekstraksi ciri yang menggunakan nilai maksimal dan analisis klaster FCM bentuk lingkaran. 2. dengan metode FCM bentuk lingkaran dan elip pada penelitian 2,3 dan 4, tingkat pengenalan klaster yang tertinggi dari data pembelajaran adalah pada nilai
Sariayu Wulandari: Analisis Kinerja Instrumen Uji …
1
JNTETI, Vol. 2, No. 4, November 2013 maksimal, yaitu bernilai 100%, pada nilai maksimal pada penelitian 4.
REFERENSI [1] [2] [3] [4]
Frederic, Joseph., “Formaldehyde Chemistry”, German : Reinhold Publishing, p.397, 2008. Wen Zeng dkk, “Selective Detection of Formaldehyde Gas Using a Cd-Doped TiO2-SnO2 Sensor”, Cinii, Japan, 2007. Zang dkk, “Detection formaldehyde on the Octopus”, IEEE, 2008, 978-1-4244-4520-2/08. Hendrick dkk, “Klasifikasi Odor pada Ruang Terbuka dengan Menggunakan Short Time Fourier Transform dan Neural Learning
Sariayu Wulandari: Analisis Kinerja Instrumen Uji…
273
[5]
[6]
[7] [8] [9]
Vector Quantization”, Makalah Tesis jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri ITS, 2011. Baiq Laely H dkk, “Penggunaan Perangkat Deret Sensor Gas Dalam Usaha Penentuan Formalin Pada Bahan Makanan”, Makalah Tesis Jurusan Kimia Fakultas MIPA ITS, 2011 Wang, Ed., “Detection Low Concentration Of Formaldehid Methode, With Sno2 Gas Sensor”, in Proc 13 International Symposium, 2008, 973-0-7121-0453-2/08. Jun Zhang, “Determination Freshwater Fish Freshness with Gas Sensor Array”, IEEE Std 978-0-7695-3507-4/08, 2009. E Std 978-0-7695-3507-4/08, 2009
ISSN 2301 - 4156