ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV MI YAPIA PARUNG-BOGOR
Oleh :
SUTISNA 503016029901
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1431 H
ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV MI YAPIA PARUNG-BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi syarat – syarat gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh :
SUTISNA NIM : 503016029901 Dibawah Bimbingan 1. Lia Kurniawati M. Pd 2. Gelar Dwirahayu M. Pd
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1431 H
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: "Analisis kesulitan menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas IV MI YAPIA Parung Bogor" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada bulan Maret 2010 di hadapan dewan penguji, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Matematika. Jakarta, 05 Maret 2010 Panitia Ujian Munaqosah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dra.Maifalinda Fatra.M. Pd.
Tanggal
Tanda tangan
05-03-2010
………………
05-03-2010
..……………..
05-03-2010
……………...
05-03-2010
..……………..
NIP :19700528 199603 2002 Sekretaris Jurusan Otong Suhyanto M. Si NIP : 196811041 99903 1001 Penguji I Dra.Maifalinda Fatra.M. Pd. NIP : 19700528 199603 2002 Penguji II Otong Suhyanto M. Si NIP : 196811041 99903 1001
Mengetahui: Dekan
Prof. Dr. H. Dede Rosyada. MA NIIP. 19571005 198703 1003
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Pada Siswa Kelas IV MI YAPIA Parung – Bogor yang disusun oleh : Sutisna, NIM: 503016029901, Jurusan Pendidikan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, 27 April 2009
Yang Mengesahkan
Pembimbing I
Pembimbing II
Lia Kurniawati. M. Pd
Gelar Dwirahayu. M. Pd
NIP : 150408695
NIP : 19790601 200604 2004
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Sutisna
NIM
: 503016029901
Jurusan/Semester
: Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun
: 2003/2004
Alamat
: Jl. Gunung Kapur No. 02 RT 04/04 Desa Cogreg Kecamatan Parung Kabupaten Bogor
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV MI YAPIA PARUNG-BOGOR “ adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan :
1.
2.
Nama
: Lia Kurniawati M. Pd
NIP
: 150408695
Nama
: Gelar Dwirahayu M. Pd
NIP
: 19790601 200604 2004
Dosen Jurusan
: Pendidikan Matematika
Yang Membuat Pernyataan
SUTISNA
ABSTRAK Sutisna. Analisis kesulitan menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas IV MI YAPIA Parung-Bogor. Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. November 2008
Soal cerita adalah soal tertentu yang dalam penyelesaiannya membutuhkan kemampuan membaca yang baik dan merupakan salah satu syarat untuk dapat memahami isi pokok dari soal tersebut. Pokok bahasan matematika yang dirasakan sulit oleh siswa adalah operasi hitung campuran yang ditulis dalam bentuk soal cerita. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan berdasarkan data dan fakta yag benar dan dapat dipercaya tentang kesulitan belajar matematika siswa dalam bentuk soal cerita. Metode pembahasan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Penelitian ini dilaksanakan di MI YAPIA Parung Bogor sejak bulan Maret - April 2008 dan penelitian ini dilakukan di kelas IV A dan IV B yang secara keseluruhan berjumlah 67 responden. Peneliti adalah guru bidang studi matematika di MI tersebut yang secara langsung menyaksikan dan mengamati pembelajaran yang diikuti responden. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengajar, perencana, pelaksana, pengumpul data, dan analisis data. Instrumen penelitian yang digunakan berupa pengamatan tes soal dalam bentuk cerita. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan adalah menggunakan trigulasi. Berdasarkan hasil pengamatan masih banyak responden yang melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal diantaranya, kesalahan dalam mengubah soal cerita kedalam kalimat matematika dan penggunaan operasi hitung. Pada umumnya siswa kesulitan dalam mengerjakan soal cerita yang disajikan dalam bentuk soal cerita. Selain itu juga responden tidak menguasai perkalian hasil sampai 100. Sesuai dengan temuan di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kesulitan-kesulitan yang dilakukan responden diantaranya kesulitan dalam memahami konsep dan materi, menguasai dan menggunakan operasi hitung, misalnya perkalian dan pembagian. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan responden mengalami kesulitan belajar operasi hitung campuran diantaranya kurangnya penguasaan mereka dalam konsep perkalian dan pembagian, kurangnya waktu yang disediakan responden untuk mengulangi pelajaran di rumah.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan yang di Rahmati Allah SWT. Amin Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat Gelar Sarjana Pendidikan Matematika sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya dalam penyusunan skripsi ini banyak kendala yang penulis hadapi, penulis juga sadar pembuatan skripsi ini tidaklah mudah. Namun demikian berkat do’a dan kesungguhan hati, dan kerja keras juga bantuan dari semua pihak yang telah ikhlas membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada : 1.
Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dra. Maifalinda Fatra M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.
Lia Kurniawati M.Pd, sebagai pembimbing akademik, terima kasih atas segala bimbingan, saran, pengarahan, ilmu, dan waktu serta motivasinya kepada penulis.
4.
Gelar Dwirahayu M.Pd, juga sebagai Pembimbing Akademik, terima kasih atas motivasinya dan kesabarannya memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak dan Ibu Dosen program studi matematika, yang telah dengan sabar dan penuh keikhlasan mendidik penulis, semoga ilmu yang diberikan kepada penulis dapat bermanfaat.
6.
Kepala Madrasah Ibtidaiyah YAPIA Parung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
7.
Ibunda tercinta (Ibu Hj.Tiamah) yang selalu mendo’akan, membimbing, serta memberikan kasih sayang. Istriku tercinta (Siti Aminah) dan anak-anakku yang tersayang, (Derry Tadarus, Fathan Mubina dan Raghif Aufa Haqqani) terima kasih atas cinta dan kasih sayang kalian.
8.
Dewan Guru dan Staf MI YAPIA Parung Bogor, terima kasih atas do’a, motivasi dan bantuannya.
9.
Teman-teman
Program
Schoolarship
Jurusan
Matematika
angkatan
2003/2004. (Asep, Sanwani, Syaripudin, Suherman, Abdillah, Ropiudin, Oni Yunansih, Hanifah, Umi Kulsum dan Indrawati, terima kasih atas saran-saran dan kebersamaannnya.
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT membalas dengan segala kebaikan yang berlipat ganda. Mudahmudahan karya kecil ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Jakarta, 27 April 2009
Penulis
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR......................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii BAB I
PENDAHULLUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 6 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 6 D. Metode Pembahasan ....................................................................... 7 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Landasan Tori 1. Hakekat Belajar Matematika ....................................................... 10 a. Pengertian Belajar ................................................................... 10 b. Hakikat Matematika................................................................ 12 c. Kemampuan Belajar Matematika ............................................ 17 2. Pengertian Kesulitan Belajar ....................................................... 19 a. Keadaan Kesulitan Belajar ...................................................... 19 b. Kesulitan Belajar Matematika ................................................. 21 3. Hakekat Soal Cerita .................................................................... 24 a. Hakekat Kemampuan Berbahasa ............................................. 25 b. Kemampuan Berbahasa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita .... 27
4. Strategi Penyelesaian Soal Matematika Dalam Bentuk Cerita ..... 29 B. Kerangka Teori. ............................................................................ 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. ...................................................... 34 B. Metode Penelitian .......................................................................... 34 C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 34 D. Populasi Dan Sampel ..................................................................... 35 E. Teknik Analisa Data....................................................................... 36 BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Temuan ................................................................................ 38 B. Pembahasan Hasil Temuan ............................................................ 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................................... 54 B. Saran.............................................................................................. 55 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 58 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 1. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 1………………..…43 Tabel 2. Kesalahan siswa dalam menyelesaian soal nomor 2…...……………….44 Tabel 3. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 3………………..…45 Tabel 4. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 4…………………..46 Tabel 5. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 5…...……………...47 Tabel 6. Prosentase kesalahan siswa………………………………………..........49
LAMPIRAN – LAMPIRAN 1.
Rencana pelaksanaan pengajaran……..………………………………………..
2.
Kisi-kisi soal tes ………….……………………………………………………
3.
Soal tes……………. ……..……………………………………………………
4.
Kunci jawaban soal tes…………………………………………………………
5.
Hasil jawaban siswa……………………………………………………………
6.
Uji validitas professional judgement….………………………………………..
7.
Surat keterangan riset…………………………………...……………………...
8.
Surat keterangan sekolah………………………………...…………………….
9.
Surat keterangan bimbingan skripsi…………..…………...…………………...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk belajar dan menyebarkan ilmu secara luas sebagai keutamaan, karena itu hendaklah kita belajar. Ilmu dalam tanggapan Rasulullah SAW adalah tiang dunia dan tiang agama sesuai sabda-Nya:
اراد ا و اراد اة و اراد ه “Siapa yang menginginkan dunia (kebahagiaan dunia), maka hendaklah ia berilmu, dan siapa yang menginginkan akhirat (kebahagiaan dikemudian) maka hendaklah ia belajar dan berilmu dan siapa yang menghendaki kedua-duanya maka iapun harus berilmu”1 Hadits di atas menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu, keutamaan para ulama dan penuntut ilmu, dan membersihkan masyarakat dari kebodohan.
Umat
Islam
untuk
mempertahankan
kemuliaannya
dengan
diperintahkan untuk menuntut ilmu dalam waktu tak terbatas, selama hayat dikandung badan, sesuai sabda Nabi SAW :
ا ا ا ا ا “Tuntutlah ilmu sejak dari ayunan sampai liang lahat”2
1 2
Prof. Dr. Moh.D. Athiyah Al-Abbasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, , Hal. 46 Proyek Pembinaan Tinggi Agama/IAIN Jakarta. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Pendidikan Islam, 1982/1983 hal. 56
Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks, peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia agar tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Untuk mencapainya harus melalui tahap demi tahap yaitu belajar. Pada umumnya kita ketahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu sangat penting dan hak setiap orang. Pendidikan adalah bimbingan dan pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.3 Manusia mempunyai bakat dan kemampuan,
diantaranya
adalah
kemampuan
intelektual
yang
meliputi
kemampuan bahasa, menghitung, mengingat, berpikir, daya cipta dan lain-lain. Hal tersebut juga sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan No. 2 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi: “Pedidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”4
Faktor-faktor penyebab keberhasilan anak belajar diantaranya kecerdasan, kesiapan, bakat, kemauan belajar, minat, model penyajian materi,
3
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya 1991. Hal. 24
pribadi, cara guru, suasana belajar, kompetensi serta kondisi luar. Kecerdasan adalah kemampuan mengingat faktor/hubungan, dapat memusatkan perhatian, kemampuan mengambil makna dari hasil bacaan atau pendengarannya. Kemampuan mengemukakan pendapat, dan kecepatan belajar, sedangkan yang dimaksud kesiapan diantaranya adalah kematangan mental (berfikir kongkrit, sudah mampu menggeneralisasikan, dan lain-lain), jasmani, emosional dan sosial. Kegagalan atau keberhasilan belajar matematika tergantung kepada peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar, diantaranya seberapa besar sikap dan minat peserta didik terhadap pelajaran tersebut. Disamping itu kondisi peserta didik sangat mempengaruhi, misalnya kondisi psikologisnya, seperti perhatian, pengamatan dan juga berpengaruh terhadap kegiatan belajar seseorang.5 Berdasarkan pengalaman, kini orang berpendapat bahwa matematika bukan hanya diperlukan sebagai alat penghitung pasif, akan tetapi terutama merupakan bahasa inti bagi perumusan semua teori yang melandasi semua bidang ilmu. Matematika merupakan alat aktif dalam usaha mengembangkan ilmu, bagian apa dari matematika yang diperlukan sekarang belum tentu pada masa yang akan datang.6 Proses belajar mengajar matematika akan berjalan dengan lancar apabila tidak mengabaikan obyek-obyek belajar matematika, baik langsung maupun tak langsung, obyek langsung adalah fakta, konsep keterampilan (skill) dan prinsip, sedangkan obyek tak langsung adalah siswa diharapkan mampu bersikap kritis, logis, tekun dan mampu memecahkan masalah. 5 6
Herman Hudoyo, Mengajar Belajar Matematika. Jakarta DepDikBud, 1988 Hal 6 Andi Hakim Nasution, Landasan Matematika, Jakarta: Penerbit Bhrata Karya Aksara.1980.
Pelajaran matematika dapat dipadukan dengan mata pelajaran yang lain, salah satunya dengan pelajaran Bahasa Indonesia, karena salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki intelektual dan kematangan emosional. Misalnya dalam bentuk soal cerita terlihat adanya keterkaitan antara pelajaran matematika dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia yang saling mendukung untuk mencapai tujuan pembelajaran, sebagai prasyarat untuk mencapai tujuan adalah penguasaan siswa terhadap kemampuan membaca dalam mengerjakan soal cerita matematika. Hubungan yang ada dalam soal cerita sebagai bagian dalam pelajaran matematika memang berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari yang tak lepas dari masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan untuk mendapatkan jawabannya. Soal cerita adalah soal tertentu dalam matematika yang dalam istilah lama disebut soal persamaan tersamar, untuk penyelesaiannya dibutuhkan kemampuan membaca yang baik dan merupakan salah satu syarat untuk dapat memahami isi pokok dari soal tersebut. Siswa akan dapat menyelesaikan soal cerita tersebut bila ia mampu menerjemahkan apa yang tersurat dan tersirat dari bacaan soal cerita dan dapat mengubahnya ke dalam kalimat matematika sehingga memiliki kemampuan menghitung yang benar. Siswa Madrasah Ibtidaiyyah ( MI ) khususnya kelas IV, bagi mereka pokok bahasan matematika yang sering dirasakan sulit adalah pengerjaan hitung campuran yang ditulis dalam bentuk soal cerita, karena dalam bahasan ini menuntut siswa memahami isi cerita dan menguasai kecakapan-kecakapan berhitung, sehingga peneliti tertarik untuk menuangkan kenyataan yang terjadi
dalam bentuk skripsi, dan mengadakan penelitian secara spesifik untuk mencari jalan pemecahannya. Siswa yang belum mampu memahami makna kalimat dalam soal, dapat dipastikan bahwa siswa tersebut belum bisa menjawab dengan baik, sementara tingkat kemampuan berpikir siswa masih dalam perkembangan dan waktu belajar yang dibutuhkan dalam batasan yang ditentukan. Adapun alasan memilih judul tersebut adalah : 1. Materi pengerjaan hitung campuran yang banyak berkaitan langsung
dengan
kehidupan sehari-hari dan ketidakmampuan siswa dalam menerapkannya di masyarakat. 2.
Materi pengerjaan hitung campuran yang diajarkan akan berlanjut
pada
sekolah lanjutan, sehingga perlu diketahui kesulitan-kesulitan sekecil apapun yang dialami siswa sedini mungkin. 3. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal matematika dalam bentuk cerita, baik mereka yang memiliki kemampuan rendah maupun kemampuan yang tinggi. 4. Soal cerita adalah soal yang dianggap sulit bagi siswa. 5. Penulis adalah guru bidang studi matematika yang secara langsung menyaksikan dan mengamati siswa yang mengalami kesulitan mengerjakan soal matematika dalam bentuk cerita Melihat
pentingnya
fungsi
bahasa
dan
matematika
serta
permasalahannya yang ada, maka perlu diadakan penelitian tentang “Analisis kesulitan menyelesaikan soal cerita matematika” Penelitian ini dilakukan di
Madrasah Ibtidaiyyah YAPIA Parung Bogor, agar dapat menemukan solusi dan cara perbaikannya. B. Identifikasi Masalah Dari penjelasan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang timbul antara lain: a)
Bagaimana kesulitan dalam mengerjakan soal cerita ?
b) Hal-hal apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita ? c) Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh guru untuk mengurangi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita ? C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Masalah yang ada masih terlalu luas, maka perlu pembatasan masalah agar persoalan penelitian dapat dikaji lebih mendalam serta tidak menimbulkan penafsiran yang simpang siur dan berbeda-beda. Meskipun peneliti banyak menemui kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita, namun kajian materi yang akan diteliti secara khusus. Dalam penelitian ini yaitu pengerjaan hitung campuran yang dituangkan dalam bentuk cerita dan penelitian ini dibatasi pada: a) Kemampuan berbahasa yang dimaksud adalah kemampuan memahami isi bacaan . b) Faktor-faktor penyebab kesulitan mengerjakan soal cerita matematika. c) Pokok bahasan yang diambil dalam penelitian ini pada operasi hitung campuran yang disajikan dalam bentuk cerita.
d) Objek yang diteliti adalah siswa kelas IV MI YAPIA Parung Bogor. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka perumusan permasalahannya adalah sebagai berikut: a) Bagaimanakah kesulitan-kesulitan siswa dalam mengerjakan soal cerita ? b) Hal-hal apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita ? c) Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh guru untuk mengurangi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita ? D. Metode Pembahasan Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode induktif, yaitu aturan atau cara yang digunakan sebagai alat untuk mencoba menarik kesimpulan yang bersifat umum dari sekumpulan data yang telah disusun. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil penelitian, berupa data dan informasi yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti, sehingga didapat suatu kesimpulan tentang permasalahan yang dimaksud, yaitu hal-hal apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita dan usaha apa yang dilakukan guru matematika untuk mengurangi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Maka penulis menggunakan dua metode, yaitu : 1. Penelitian kepustakaan, yaitu menyusun data dari beberapa literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas. 2. Penelitian lapangan, dalam penelitian lapangan ini penulis menggunakan instrumen:
a) Observasi, yaitu penulis mengadakan pengamatan langsung sambil mengajar, sehingga penulis mengetahui kondisi dan kegiatan belajar di kelas IV MI YAPIA Parung, untuk memperoleh kelengkapan data yang mendukung penulisan skripsi ini. b) Tes tertulis, penulis memberikan soal-soal tes
berupa materi
pengerjaan operasi hitung campuran yang disajikan dalam bentuk soal cerita serta wawancara kepada siswa kelas IV MI YAPIA Parung Bogor. Secara teknis penulisan skripsi ini berpedoman pada buku penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta. E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan : a. Untuk mengetahui bagaimanakah hasil belajar matematika pada pengerjaan
hitung campuran dalam bentuk soal cerita dan menemukan
faktor-faktor yang menjadi penghambat dan menemukan jalan keluarnya untuk mencari penyelesaiannya. b. Untuk mengetahui tingkat kesulitan mengerjakan soal cerita pada siswa kelas IV MI YAPIA Parung Bogor. 2. Manfaat penelitian ini adalah: a. Sebagai khazanah atau pengetahuan khususnya bagi para pembaca umumnya dan sebagai bahan masukan yang berharga bagi keluarga besar YAPIA Parung khususnya.
b. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi penulis. c. Guru, dalam memotivasi anak secara tepat sehingga dapat tercapai hasil belajar yang maksimal. d. Peneliti lain yang berminat melakukan penelitian dalam pendidikan.
BAB II LANDASAN DAN KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Hakekat Belajar Matematika a. Pengertian Belajar Belajar
merupakan
suatu
kegiatan
dalam
membentuk
dan
memodifikasi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang. Suatu kegiatan dikatakan belajar, apabila terjadi perubahan dari belum mengetahui ke arah telah mengetahui, proses perubahan itu terjadi selama dalam jangka waktu yang tertentu. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Seseorang dikatakan belajar jika pada dirinya terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil yang diperoleh dari pengalaman. Banyak para ahli dibidang pendidikan membatasi pengertian tentang belajar, diantaranya : a. Garry dan Kingsley mendefinisikan belajar sebagai : ”perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan “7 b.
Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia, yang dimaksud belajar adalah berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian.8
7
Nana Sudjana, CBSA, Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta CV Sinar Baru, 1989, hal 5
c.
H.C Witheringthon: ”belajar adalah perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pola diri yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan atau suatu pengertian.9
d.
Samuel Soeto menyatakan “belajar adalah suatu proses atau rangkaian aktifitas yang menuju pada perubahan-perubahan yang fungsional.10
e.
Cronbach mengatakan bahwa : ”Learning is shown by behavior as a result of experience”, artinya belajar diperlihatkan adanya tingkah laku sebagai hasil yang diperoleh dari pengalaman11.
f.
Gagne dalam bukunya The Codition Of Learning, sebagaimana yang dikutip oleh Ngalin Purwanto mengemukakan bahwa: ”belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi’.12
g.
W.S Winkel mengemukakan bahwa ”belajar pada manusia merupakan suatu proses Fsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungannya”, menghasilkan perubahan-perubahan dalam
8
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976 cet. Ke 4 hal.108 9 Witheringthon H. C, Education Psychologi yang dikutif oleh tim P3G, Pendekatan Metodik Dan Upaya Peningkatan Kadar CBSA, Bandung: DepDikBud, 1986 hal. 24 10 Samuel Soeto, Psikologi Pendidikan Untuk Para Pendidik dan Calon Pendidik, Jakarta: FEUI, 1982, hal. 81 11 Lee. J. CronBach, Education Psychology, New York Harcourt Grace Java Nech: 1963 12 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: Remajda Rosdakarya, 1985), cet. ke 2 hal. 80
pengetahuan dan pemahaman , nilai, sikap yang bersikap konstan atau menetap.13 Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu yang akan terlihat dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi, mungkin merupakan perubahan berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah dipelajari. Berdasarkan pengertian-pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli sebenarnya hanya sedikit saja, perbedaan yang ada diantara pendapat yang satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya belajar adalah proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang, perubahan yang terjadi berlaku dalam waktu relatif lama dan disertai usaha. b. Hakekat Matematika Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat dari para ahli matematikawan, apa yang disebut matematika itu. Sasaran penelaahan matematika tidaklah kongkrit. Dengan mengetahui sasaran penelaahan matematika, kita dapat mengetahui hakekat matematika. a. Menurut Manangkasi ”Matematika merupakan sistem, masing-masing sistem mempunyai susunan tersendiri dan kesemuanya bersifat deduktif”.14 b. Jujun. S. Surya Sumantri mengatakan ”matematika adalah bahasa yang mengembangkan serangkaian makna dan pernyataan yang ingin kita sampaikan”15 13
W.S Winkel, Psikologi Pendidikan (Bandung : Remadja Rosdakarya, 1985), cet. ke 3 hal. 15 14
Manangkasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses prestasi belajar matematika, Ujung pandang: ST MIPA IKIP Ujung Pandang, 1986 hal. 16
c. Dalam Insiklopedia Indonesia dinyatakan “Matematika adalah salah satu ilmu pendidikan yang tertua yang terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang”16 d. Kamus besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa ”Matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”17 e. R.G. Sukadijo berpendapat bahwa “matematika merupakan salah satu sarana untuk mengantarkan manusia kepada suatu cara berfikir logis18 f.
James and James berpendapat bahwa “Matematika adalah ilmu tentang struktur yang bersifat tentang deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak.19
Sesuai dengan beberapa pendapat para ahli matematikawan, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, yang tersusun secara hirarkis, dan penalarannya deduktif, serta merupakan bahasa yang mengembangkan serangkaian makna dan pernyataan yang ingin kita sampaikan. Matematika mempunyai peranan sebagai pendukung bagi mata pelajaran lain misalnya pelajaran kimia, fisika dan lain-lain. Sedangkan kaitannya dengan
15
Jujun S.Sumantri, filsafat ilmu, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, cet . ke 6, hal. 190 Ensiklopedia Indonesia Modern dan Masa Kini , Jakarta: Ichtiara Baru Van Hoeve 1983, Hal. 2171 17 DepDikbud. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 1988 cet. ke 1, hal. 108 18 R.G. Sukadijo, Logika Dasar Radisional Simbolik dan Induktif 19 Karso, Dasar-dasar Pendidikan MIPA, ( Jakarta: UT , 1993 ), hal. 2 16
pendidikan, matematika berperan besar dalam kehidupan sehari-hari dalam memecahkan segala persoalan. Setiap manusia dalam memecahkan segala masalah harus berfikir logis dan sistematis untuk mendapatkan hasil yang baik. Maka seorang siswa yang telah menguasai matematika dengan baik kemungkinan telah mempunyai cara berfikir yang logis dan sistematis sehingga siswa tersebut akan dapat berhasil dalam menguasai setiap pelajaran di sekolah. Toerema Bruner berpendapat bahwa belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang di pelajari serta mencari hubungan antar konsep-konsep dan struktur matematika itu20. Dalam belajar, Bruner hampir selalu memulai memanipulasi material. Peserta didik harus menemukan keteraturan dengan memanipulasi material yang berhubungan dengan aturan intuitif yang sudah dimiliki oleh siswa. Hal ini berarti bahwa proses belajar mengajar, siswa dituntut aktif mentalnya yang dapat diperlihatkan keaktifan fisiknya. Berdasarkan definisi tentang belajar dan matematika di atas maka dapat dikatakan bahwa belajar matematika adalah belajar dengan konsep struktur serta mencari hubungan antara konsep dan struktur yang ada dengan apa yang telah dimiliki siswa.21 Pemahaman terhadap konsep-konsep dan struktur-struktur suatu materi menjadikan materi itu difahami secara lebih komprehensif, selain itu peserta didik lebih mudah mengingat materi itu bila dipelajari dengan pola yang
20 21
Herman Handoyo. Mengajar Belajar Matematika, DepDikBud, Jakarta: 1998), hal. 56 Manangkasi, Faktor-faktor yang mempengaruhi……., Hal.16
berstruktur, dengan memahami konsep dan berstruktur akan mudah terjadinya transfer. Pada waktu menyelesaikan masalah-masalah matematika perlu ditekankan adanya pengertian konsep-konsep yang terkandung dalam persoalan matematika tersebut. Pengertian konsep-konsep dengan menggunakan bahasa yang tepat akan meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang dihadapinya. Oleh karena itu pengajaran matematika pada saat ini ditekankan pada pengertian tentang permasalahan yang dihadapi siswa dan pemahaman tentang konsep yang terkandung.22. Belajar
matematika
merupakan
suatu
proses
aktifitas
yang
diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor sebagai suatu proses. Jadi dalam hal ini dapat dianalisis kegiatan belajar itu dan melihat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar matematika, baik buruknya hasil belajar matematika tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sumadi
Suryabrata
berpendapat
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar adalah : a. Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor sosial dan non sosial. b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu faktor psikologis dan faktor fisiologis.23
22
E.T. Russeffendi, Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer, Bandung: Tarsito. 1984, hal.1 23 Sumadi Suryabrata , Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Rahe Press. 1975 cet. ke 2 hal. 249
Jadi, fakor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa tersebut adalah faktor sosial dan non sosial. Faktor sosial adalah manusia ( sesama manusia). Sedangkan faktor non sosial adalah keadaan udara, suhu, cuaca, waktu dan tempat untuk belajar. Adapun faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar matematika pada dasarnya sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, belajar matematika akan berhasil apabila proses belajarnya baik yaitu melibatkan intelektual peserta didik. Secara optimal peristiwa belajar yang kita kehendaki bisa tercapai bila faktor-faktor berikut ini dapat dikelola dengan sebaik-baiknya.24 1.
Peserta didik, kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung kepada peserta didik misalnya, bagaimana kemampuan dan kesiapan peserta didik untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika. Bagaimana sikap dan minat peserta didik terhadap matematika, dan juga kondisi fisiologis dan psikologisnya, demikian juga dengan intelegensinya berpengaruh terhadap kelancaran belajar matematikanya.
2.
Pengajar, pengajar melaksanakan kegiatan mengajar dengan baik sehingga
proses
belajar
diharapkan
berlangsung
efektif.
Kemampuan pengajar dalam penyampaian matematika
24
E.T. Russeffendi, Dasar-dasar Matematika…………… hal. 6
dan
sekaligus
menguasai
materi
yang
akan
diajarkan
sangat
mempengaruhi terjadinya proses belajar. 3.
Sarana dan prasarana yaitu : ruangan, alat bantu belajar, buku teks dan sumber belajar lainnya.
4.
Penilaian, digunakan untuk melihat bagaimana hasil belajarnya, misalnya dapat menganalisis keberhasilan dalam belajar. Sebaiknya
dalam
mempelajari
matematika,
siswa
dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menyelesaikan masalah baik dalam matematika maupun ilmu lainnya, seperti yang ditegaskan oleh Oemar Hamalik bahwa pelajaran itu sendiri akan bermakna bagi siswa apabila pelajaran itu dapat dilaksanakan dan dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari diluar kelas pada masa yang akan datang. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang itu, karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut, karena kehirarkisan matematika itu, maka belajar matematika yang terputus akan mengganggu terjadinya proses belajar matematika. Definisi tentang belajar dan matematika yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah suatu usaha yang dilakukan oleh sesorang mengenai bilangan-bilangan, susunan, besaran, dan konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis untuk memperoleh perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dialami individu tersebut, dengan
demikian jelaslah bahwa belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi. c. Kemampuan Belajar Matematika Mengingat matematika itu objek-objek penelaahan yang abstrak, tetapi harus dipelajari sejak anak-anak. Maka kegiatan belajar mengajar harus sesuai dengan kemampuan peserta didik. Menurut Doman, bahwa apabila faktafakta
matematika
diberikan
kepada
anak-anak
balita
sesuai
dengan
kemampuannya, mereka akan dapat menemukan sendiri yang ada di dalamnya. Bahkan ia menegakan asumsi bahwa merupakan kodrat dari otak manusia, makin muda usia makin mudah belajar matematika, asalkan penyajiannya sesuai dengan kodrat anak manusia.25 Matematika bukanlah suatu bidang studi yang sulit dipelajari asalkan strategi penyampaiannya sesuai dengan kemampun yang mempelajarinya. Alasan perlunya matematika diajarkan pada siswa MI menurut Cornelius yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman dalam bukunya yang berjudul Pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar, adalah sebagai berikut :26 1. Sarana berfikir yang jelas dan logis 2. Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari 3. Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman 4. Sarana untuk mengembangkan kreatifitas 5. Sarana untuk meningakatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
25
E.T. Russeffendi, Dasar-dasar Matematika…………………….hal. 6 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan belajar, Jakarta : Rinneka cipta, Cet. Ke 1 hal. 253 26
Berdasarkan alasan tersebut matematika pada hakekatnya penting diajarkan pada siswa, karena matematika merupakan sarana bagi manusia untuk menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Dalam belajar matematika tidak akan terlepas dari objek belajar matematika, objek yang dipelajari dalam belajar matematika dibagi menjadi dua bagian yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung adalah fakta, konsep, keterampilan (skill), dan prinsip, sedangkan objek tak langsung adalah siswa diharapkan mampu bersikap kritis, logis, tekun, mampu memecahkan masalah dan lain-lain.27 Peaget yang dikutip oleh Mark John L. Etol dalam bukunya metode pengajaran matematika untuk sekolah dasar, terjemahan Bambang Sumantri, juga melukiskan tiga prinsip dasar tentang bagaimana anak-anak itu belajar matematika, prinsip dasar itu antara lain: 1) Merangsang anak-anak untuk mencoba dan menguji semua indranya 2) Merangsang belajar yang aktif 3) Melengkapi berbagai macam interaksi soal Berdasarkan teori yang telah dituliskan Piaget, diperoleh pengertian bahwa keberhasilan dalam belajar matematika pada anak yaitu dengan merangsang untuk aktif belajar dengan mencoba dan menguji indranya melalui berbagai interaksi sosial. Selain itu juga tergantung dari penguasaan anak terhadap materi pendukung atau materi matematika yang dipelajari sebelum mempelajari materi pada topik berikutnya.
27
Sumadi Suryabrata , Psikologi Pendidikan, hal. 108
2. Pengertian kesulitan belajar Kesulitan belajar adalah hambatan yang dialami siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. a. Keadaan kesulitan belajar •
Kekacauan belajar (larning disorder) Keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon dari guru yang bertentangan. Hal di atas diakibatkan jawaban guru yang tidak sungguh-sungguh atau perhatian guru akan pertanyaannya tidak serius. Kemampuan anak itu tetap, tetapi karena motivasinya untuk belajar kurang, maka ia menjadi lambat belajar. Dengan demikian respon guru pada murid harus selamanya positif.
•
Ketidakmampuan belajar (learning disability) Ketidak acuhan (menunjuk) kepada gejala dimana anak menghindar, sehingga mengakibatkan hasil belajar yang dicapai berada di bawah potensi
intelektualnya.
Hal
ini
guru
harus
mencari
gejala
ketidakmampuannya. •
Proses belajar tidak berfungsi (learning disfunction) Mengacu kepada gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya anak tidak menimbulkan adanya gangguan alat indra dan gangguan-gangguan positif lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan tempat (sarana) belajar di rumah yang tidak memadai.
•
Terlambat belajar (under archiever)
Mengacu kepada anak-anak yang memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong diatas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Dapat diakibatkan, misalnya: tidak mempunyai waktu yang cukup untuk belajar, atau keadaan fisik yang lelah sehingga tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, siswa yang membantu orang tuanya berjualan dimalam hari.
•
Lambat belajar (slow learning) Anak-anak
yang
lambat
dalam
proses
belajarnya,
sehingga
ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan sekelompok anak lain yang memiliki potensi taraf intelektualnya sama.28 b. Kesulitan Belajar Matematika Sebelum membahas mengenai kesulitan belajar matematika, ada baiknya terlebih dahulu dijelaskan pengertian kesulitan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa "kesulitan" berasal dari kata "sulit" yang mempunyai arti kata "sukar sekali" atau "perkara yang sukar diselesaikan."29 Untuk mendapatkan pengertian yang lebih jelas mengenai kesulitan belajar, akan dikemukakan beberapa pengertian, seperti yang dikemukakan oleh
28
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pedoman guru mata pelajaran matematika (madrasah Ibtidaiyyah), DEPAG: Tahun 2001 29 Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai pustaka1988),
M. Aliyusuf Sabri, menurutnya "Kesulitan belajar adalah kesulitan siswa dalam menerima dan menyerap pelajaran".30 Sementara itu menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, "kesulitan belajar adalah keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya".31 Sedangkan H. Koestur
Partowisastro
Supriono menjelaskan bahwa," kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu
kegagalan yang dialami oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran di sekolahnya. Siswa itu tidak memenuhi harapan yang tercantum sebagai tujuan formil dari kurikulum maupun yang ada dalam pandangan atau anggapan dari guru atau kepala sekolah".32 Dari beberapa pengertian kesulitan belajar yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu keadaan dimana siswa sulit untuk belajar atau menerima dan memahami pelajaran sebagaimana mestinya. Pengertian kesulitan belajar tersebut menggambarkan adanya hambatan dalam proses belajar mengajar, dalam kondisi sepeti itu siswa tidak dapat mencapai hasil belajar yang baik atau prestasinya rendah. Dengan demikin kesulitan belajar matematika adalah suatu keadaan dimana siswa mendapatkan hambatan, gangguan atau kendala-kendala dalam menerima dan menyerap pelajaran serta usaha mereka untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan dalam pelajaran matermatika. Kesulitan tersebut cenderung terkait dengan objek matematika itu sendiri yang sifatnya abstrak, sehingga beberapa siswa sulit untuk memahaminya.
30
M. Aliyusuf Sabri, Psikologi Pendidikan ,(Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,1995). Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004). 32 ,Psikologi Belajar,( Jakarta: Rineka,2004).
31
Kesulitan belajar matematika itu juga sering disebut diskalku (discalculis), sedangkan kesulitan belajar yang sangat berat oleh Kirk disebut akalkulia (acalculia).33 Kesulitan belajar siswa dalam bidang matematika lebih sering kita jumpai dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, Hal ini dapat kita lihat dari rendahnya nilai-nilai mereka dalam tes matematika yang diadakan Dalam proses belajar mengajar, guru/pendidik
sering menghadapi
masalah adanya peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar, ada siswa yang memperoleh prestasi belajar yang rendah, meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain guru/pendidik sering menghadapi dan menemukan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar.34 Sebagai implementasinya siswa jadi terkesan lambat melakukan tugas yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Mereka tampak pemalas dan putus asa. Terkadang disertai sikap menentang orang tua, guru, atau siapa saja yang mengarahkan mereka kepada kegiatan belajar. Mereka juga menunjukkan gejala emosional kurang wajar, seperti pemurung, dan mudah tersinggung. Prilaku demikian menurut Hallen, ada beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manipestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain: a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah nilai rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
33
Muibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya ,1997). Hal. 259 34 Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers.2002).
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, mungkin murid yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah. c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal diantara teman-temannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang tersedia. d. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura dan sebagainnya. e. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan , seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu teman di dalam dan di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, mengasingkan diri, tersisih, tidak mau bekerja sama dan lain-lain. f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau meyesal atau sedih.35 Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam proses belajarnya tidak dapat dibiarkan begitu saja, melainkan harus segera diselesaikan dengan mencari jalan keluar pemecahannya, Pemahaman dari guru dan orang tua tentang kesulitan belajar yang dialami oleh siswa merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan yang tepat sehingga dengan adanya suatu penanganan yang diberikan, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan memuaskan.
Hallen, Bimbingan dan Konseling. Hal.129
3. Hakekat soal cerita Salah satu tes yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan anak pada mata pelajaran matematika adalah tes essay. Tes ini berupa soal cerita yang dapat berfungsi untuk melacak daya pikir atau nalar siswa dalam mengorganisasi, menginterprestasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang dimiliki anak. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, soal cerita diartikan sebagai apa yang menuntut jawaban dan sebagainya, pertanyaan dalam hitungan dan sebagainya atau hal yang harus dipecahkan atau masalah.36 Cerita diartikan sebagai tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal ( peristiwa, kejadian, dan sebagainya ) atau karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang, kejadian dan sebagainya baik sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka atau lakon yang diwujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup.37 Dari uraian tentang soal cerita dapat disimpulkan bahwa, soal cerita adalah uraian kalimat yang dituangkan dalam bahasa verbal yang menguraikan suatu masalah dan mengandung suatu pertanyaan yang harus dipecahkan. Selain itu soal cerita merupakan suatu bentuk masalah yang memiliki prosedur yang terpola. Kalimat-kalimat matematika tersebut ditata dalam urutan logis sebagai bentuk penyesuaian masalah yang sangat penting untuk dipatuhi apabila meninggalkan atau melompati salah satu saja akan berakibat fatal terhadap hasil belajarnya.
36
Muibbin Syah, Psikologi pendidikan……………………..Hal. 108 Mark John I. et. al. Metode Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Dasar, terjemahan Bambang Sumantri, (Surabaya: Erlangga, 1985), hal. 3 37
a. Hakekat Kemampuan Berbahasa Bahasa adalah salah satu alat komunikasi, lambang dan rangkaian bunyi yang membentuk suatu arti tertentu. Bahasa Indonesia terus berkembang seiring dengan perkembangan pengalaman manusia, melalui bahasa, manusia dapat saling belajar dari yang lain, dan saling meningkatkan intelektualnya. Belajar bahasa pada hakekatnya adalah belajar berkomunikasi. Bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini kita mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasai. Bahasa merupakan lambang, dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Karena penguasaan kemampuan berbahasa pada anak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan peranan dalam proses belajar dan interaksi dengan lingkungan, maka kemampuan bahasa yang dimiliki anak mempunyai kegunaan, seperti yang dikemukakan oleh Syamsul Yusuf diantaranya, yaitu:38 1. Memahami keterampilan mengelola informasi yang diterimanya. 2. Berkomunikasi dengan orang. 3. Berfikir (menyatakan gagasan atau pendapat ). 4. Menyatakan isi hatinya. 5. Mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakan sikap dan keyakinan.
38
Syamsul Yusuf. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2000
Dari pernyataan diatas, terlihat jelas bahwa bukan saja manusia dapat berfikir secara teratur, namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang ia pikirkan kepada orang lain. Selain dengan bahasa kita dapat mengekpresikan sikap dan perasaan kita. Manusia dapat berpikir dengan baik, karena dia mempunyai bahasa, tanpa bahasa manusia tidak dapat berpikir secara rumit dan abstrak, seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Selain itu tanpa bahasa kita tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kita kepada orang lain. Manusia memungkinkan berfikir secara abstrak dimana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang abstrak. Dengan adanya bahasa, maka manusia hidup dalam dunia, yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Berbahasa yang jelas artinya mengemukakan pendapat (pemikiran ) secara jelas. Dengan demikian kemampuan berbahasa berguna bagi anak dalam rangka mengembangkan diri, mengaktualisasikan diri dan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungan. b. Kemampuan Berbahasa Dalam Mengerjakan Soal Cerita. Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berfikirnya, melainkan terletak pada kemampuan berbahasa, tanpa memiliki kemampuan berbahasa, maka kegiatan berfikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan. Seseorang yang memiliki kemampuan berbahasa, yaitu menerima informasi dan memeberikan tanggapan dengan tepat tentang berbagai hal secara lisan, serta memberikan tanggapan secara tepat, menyerap pesan,
gagasan dan pendapat orang dari berbagai sumber, sedangkan aspek kemampuan berbahasa yaitu mengungkapkan gagasan, pendapat dan pesan secara lisan dan tertulis. Berdasarkan uraian tersebut diperoleh pengertian, orang yang berkemampuan berbahasa harus memiliki kemampuan mengucapkan, memahami dan menyerap pesan (informasi), mencari informasi, berinteraksi dengan orang lain, dan dapat menyampaikan serta memanfaatkan informasi untuk meningkatkan pengetahuannya yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan, seorang anak memerlukan penguasaan keterampilan prasyarat. Anak yang memperoleh prestasi belajar yang rendah, karena kurang menguasai keterampilan prasyarat, umumnya tidak dapat mencapai prestasi tersebut. Keterampilan prasyarat (prerequisite skill), yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai keterampilan berikutnya.39 Untuk dapat menyelesaikan soal matematika dalam bentuk soal cerita, seorang anak harus memiliki keterampilan membaca pemahaman. Untuk dapat membaca, seorang anak harus sudah berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi visual maupun auditif, ingatan visual maupun auditoris dan kemampuan untuk memusatkan perhatian.
39
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan belajar. hal 17
Menurut Johson dan Myklebust, mataematika itu sendiri pada hakekatnya adalah simbolis.40 Oleh karena itu, kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak dibidang matematika. Soal matematika yang
terbentuk
soal
cerita
menuntut
kemampuan
membaca
untuk
memecahkannya. Oleh karena itu anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang bebentuk cerita tertulis. Ada beberapa kriteria kemampuan berbahasa dalam mengerjakan soal matematika dalam bentuk cerita yaitu dapat membaca soal dan mengerti apa yang dibaca. Siswa yang tidak dapat membaca (memahami) soal disamping siswa tersebut kesulitan memahami apa yang akan dibaca, juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal, karena soal yang berbentuk cerita membutuhkan ketelitian dalam menyelesaikannya. 4. Strategi Penyelesaian Soal Matematika Dalam Bentuk Cerita Untuk dapat menyelesaikan soal cerita dengan benar, setiap siswa harus memperhatikan tahap-tahap penyelesaian soal cerita tersebut, yaitu : . 1. Mendata hal-hal yang diketahui berdasarkan keterangan yang termuat dalam soal, dan mencermati apa yang ditanyakan, termasuk satuan-satuan yang ditanyakan.
40
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak ………....Hal. 34
2. Menyelesaikan permasalahan berdasarkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Hal senada juga dikemukakan di dalam buku pendidikan matematika III tentang langkah-langkah untuk menyelesaikan soal cerita : 1. Temukan apa yang dicari dan ditanyakan dari soal tersebut. 2. Cari informasi atau keterangan yang esensial. 3. Pilih operasi hitung yang sesuai. 4. Tulis kalimat matematikanya 5. Nyatakan jawaban itu dalam bahasa Indonesia Dari kedua uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa soal cerita merupakan suatu bentuk masalah yang memiliki prosedur yang terpola. Kalimatkalimat matematika tersebut ditata dalam urutan logis sebagai bentuk penyesuaian masalah yang sangat penting untuk dipatuhi, apabila meninggalkan atau melompati salah satu saja akan berakibat fatal terhadap hasil belajarnya. Untuk dapat menyelesaikan soal cerita dengan baik, siswa harus dapat menemukan apa yang diketahui, apa yang dicari dan operasi hitung apa yang digunakan dan mencari alternatif lain untuk penyelesaian yang didapatnya.
Hal-hal yang menjadikan materi itu sulit adalah: 1. Kemampuan dan keterampilan berhitung yang kurang dalam menyelesaikan soal-soal cerita. 2. Kemampuan berbahasa, karena tidak sedikit soal-soal operasi hitung campuran
yang dituangkan dalam bentuk soal cerita,
terutama yang menyangkut penerapan, maka bagi siswa yang kurang memahami kalimat dan kata-kata dalam soal dapat dipastikan siswa tersebut tidak dapat mengarahkan jawaban sesuai dengan jalan penyelesaian yang dikehendaki. 3.
Tingkat kemampuan berfikir siswa yang rendah. Pada umumnya siwa MI kelas IV kemampuan berfikirnya mulai kongkrit, sementara suatu ilmu menyangkut ide-ide abstrak. Oleh karena itu penguasaan siswa tentang soal matematika yang berbentuk soal cerita, memerlukan pemahaman.
4.
Kurang memahami atau mengerti materi yang diajarkan. Dari uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa untuk
memudahkan dalam suatu permasalahan, maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menyederhanakan dahulu setiap permasalahannya. Kemudian soal-soal yang menggunakan bahasa sehari-hari terlebih dahulu diterjemahkan kedalam
kalimat
matematika.
Sebelum
mempelajari
bagaimana
cara
menyelesaiakan suatu kalimat matematika terlebih dahulu harus mengetahui apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan operasi hitung apa yang digunakan. C. Kerangka Teori Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang agar terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang diharapkan akibat adanya proses belajar hal ini sebagai parameter dalam menentukan hasil belajar. Hasil belajar yang terjadi dapat terwujud dalam bentuk transfer belajar. Apabila ditinjau
dari aspek kognitif, tujuan pembelajaran matematika adalah pencapaian hasil belajar. Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungan, simbol-simbol yang diperlukan. Simbol-simbol itu penting
untuk membantu
memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pehaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika tersusun secara hirarkis. Tujuan pengajaran matematika menitikberatkan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa, serta penerapan keterampilan dalam matematika. Maka pendidikan matematika mempunyai fungsi sangat penting sebagai alat untuk memecahkan berbagai persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga berfungsi sebagai
bahasa simbol dan bahasa universal, yang
memungkinkan manusia berfikir, mencatat dan mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan. Untuk mentransformasikan persoalan matematika ke dalam kalimat matematika, diperlukan bahasa yang berfungsi sebagai sarana
berfikir yang
dibutuhkan guna memahami persoalan matematika terutama soal cerita. Sehingga dapat diperkirakan bahwa semakin buruk kemampuan anak semakin rendah pula prestasi belajar pengerjaan hitung tentang soal cerita. Berdasarkan gambaran tersebut, siswa mengalami kesulitan-kesulitan dalam mengerjakan soal matematika yang berbentuk soal cerita, sehingga siswa tidak dapat memberikan jawaban yang baik, hal itu disebabkan karena
pemahaman bahasa atau kalimat soal, tingkat kemampuan abstrak dan cara menghafal materi penunjang
yang telah dipelajari sebelumnya terbatas oleh
waktu. Sebagai bahan penguat penelitian tentang kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang dirasakan siswa, penulis kutipkan dari skripsi tersebut sebagai berikut : Dilihat dari tingkat kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada umumnya adalah ; 1) Kesulitan pada penggunaan operasi hitung matematika. 2) Kesulitan dalam memahami maksud soal ( kalimat soal ) yang disebabkan tidak mengetahui apa yang diketahui, dan apa yang ditanyakan, tidak dapat mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika atau sebaliknya, selain itu kesulitan pada kalimat matematika yang disebabkan kurangnya
penguasaan pada operasi
hitung matematika. 3) Kesulitan dalam menyelesaikan materi pengerjaan operasi hitung campuran.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester genap dimulai tanggal 14 April 2008 sampai tanggal 14
Mei 2008. Penulis juga merupakan pengajar di MI
YAPIA, maka penulis langsung mengadakan pengajaran dan penelitian di kelas IV A dan kelas IV B, dan pelaksanaan penelitian dilakukan di MI YAPIA (Yayasan Pendidikan Islam Anna Imuniyyah)
yang berlokasi di jalan Demang
Arya Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor ( 16330). B. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena penulis menggambarkan hasil penelitian berdasarkan alat ukur berupa tes tertulis. Selain itu juga peneliti melakukan wawancara langsung kepada subjek yang diteliti untuk memperkuat data-data yang diperoleh selain tes. C. Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang dimaksud adalah berupa butir-butir pertanyaan soal yang disajikan dalam bentuk soal cerita. Dalam menyusun alat penilaian, ada beberapa hal yang harus ditempuh diantaranya:
(a) Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan ruang lingkup pertanyaan terutama materi pelajaran , baik luasnya maupun kedalamannya. (b) Merumuskan tujuan intruksional khusus . (c) Membuat kisi-kisi soal instrumen. (d) Menyusun atau menulis butir soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, dan dalam menulis soal harus memperhatikan aturan-aturan yang berlaku. (e) Membuat dan menentukan kunci jawaban soal. Untuk memperoleh data kualitatif, instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah berupa seperangkat tes yang berbentuk soal cerita. Soal-soal tes mencakup pengerjaan hitung
campuran
yang telah diseleksi sebelumnya,
kemudian dilakukan tes penelitian kepada siswa kelas IV sebanyak 30 siswa, bentuk soal tes seluruhnya merupakan bentuk essay. Jumlah tes yang diberikan sebanyak 5 butir soal yang sudah diuji validitasnya melalui validitas judgement sebanyak tiga orang. D. Populasi dan Sampel Selain penentuan lokasi, penegasan populasi dan sampel merupakan langkah mendasar tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini. 1. Populasi
Populasi adalah sejumlah masa (manusia) atau terdapat pada suatu kawasan tertentu atau berada pada suatu unit kesatuan41. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan IV B MI YAPIA Parung Bogor yang berjumlah 67 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi, tehnik pengambilan sampel yang penulis lakukan adalah random sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel dengan cara acak yang dilakukan dengan cara mengundi siswa dari masingmasing kelas, sehingga memperoleh sampel yang dikehendaki . Sedangkan sampel yang diambil kelas IV A yang berjumlah 15 orang dari 32 siswa dan kelas IV B 15 orang dari 35 siswa yang diambil secara acak. E. Teknik Analisis Data Menurut Patton seperti yang dikutif oleh dr. Lexy Moleong, bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.42 Untuk meperoleh data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan di atas, maka data yang sudah ada dalam instrumen penelitian diolah sesuai dengan kebutuhan analisis. Dalam pengolahan data penulisan ini, penulis menggunakan tehnik perhitungan prosentase, untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal-soal pengerjaan hitung campuran dalam bentuk soal cerita.
41
Aminudin Rasyad, Metode Riset Pendidikan, Jakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN 1984). jilid 1 hal. 62 42 Dr. Lexy Moleong,MA, Metodologi penelitian Kulitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya 2001), cet. ke 12, hal. 121
Dengan soal-soal yang diarahkan dapat mengukur beberapa aspek kecakapan siswa. Seteleh dihitung prosentase kesalahannya dapat diketahui jenis kesulitan yang dihadapi siswa pada umumnya. Latihan soal sebagai alat tes untuk mendapatkan soal yang baik yang akan dijadikan instrumen penelitian, latihan soal dilakukan pada saat selesai memberikan materi pelajaran sebanyak 5 soal yang berbentuk essay. Soal yang diberikan yaitu soal pada materi operasi hitung campuran yang disajikan dalam bentuk soal cerita, yang diberikan pada siswa kelas IV MI
YAPIA Parung
Bogor. Untuk mengetahui hal-hal yang bersifat pengetahuan praktis, dilakukan tanya jawab, pemberian soal dimaksudkan untuk memilih soal yang dipandang baik sebagai tes yang dijadikan sebagai bahan instrumen penelitian. Kemudian menyusun data yang diperoleh dalam bentuk tabel, sehingga penggunaan data yang
diperlukan menjadi lebih mudah dan penulis dapat membuat tafsiran
tentang permasalahan yang diajukan. Kemudian penulis melakukan pengolahan dan perhitungan dengan menggunakan rumus :43
P=
x 100 %, dengan
P = Prosentase F = Frekuensi N = Banyaknya responden
43
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teeknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya 2004)
Data yang telah tersusun dan diolah, kemudian dihitung untuk mengetahui tingkat kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal operasi hitung campuran dalam bentuk cerita yaitu dari kemampuan siswa dalam mengetahui maksud soal, memahami apa yang ditanyakan serta menggunakan operasi hitung apa
yang
digunakannya.
Selanjutnya
penulis
membuat
tafsiran
dan
menyimpulkannya sehingga permasalahan yang diajukan dapat terjawab dan terpecahkan.
BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini mengarah kepada paduan konsepsi
penelitian
kualitatif, dengan menyebarkan tes dan pengamatan, data yang utama diperoleh dari pengamatan dan menganalisis bagaimana siswa menganalisis soal, disini terlihat kesuliatan-kesulitan memahami konsep, kesulitan memahami maksud soal, sehingga tidak dapat mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika, kesulitan
menyelesaikan
pengerjaan
hitung
campuran
dan
kesulitan
menggunakan operasi hitung campuran. A. Hasil Temuan Diskripsi temuan yang diperoleh selama penelitian dihimpun dari tes soal-soal pengerjaan hitung campuran dalam bentuk soal cerita dan wawancara dengan siswa meliputi : 1. Respon siswa tentang pengerjaan hitung campuran dalam bentuk soal cerita. Soal diujikan kepada siswa sebagai alat tes, soal tersebut meliputi materi pengerjaan hitung campuran yang dituangkan dalam bentuk cerita, dan soal ini yang akan dijadikan sebagai
instrumen penelitian. Setelah soal tersebut
diujikan, kemudian diberi nilai dengan skor angka yang telah ditentukan, dan nilai itu merupakan data
untuk mengetahui
menyelesaikan soal matematika yang berbentuk cerita.
kesulitan siswa dalam
Langkah-langkah untuk mengetahuinya adalah : a. Nilai disusun dalam bentuk tabel secara berurut dari skor tertinggi sampai skor terendah. b. Dari tabel nilai, maka dapat ditafsirkan presentase kelas secara umum dan dalam menjawab nomor soal. c. Kemudian membuat tabel nilai hasil tes tersebut. d. Menganalisis kesulitan siswa pada setiap nomor soal, kemudian membuat tabel kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut. e. Perhitungan prosentase kesulitan soal menurut siswa dilihat dari jenisjenis kesulitan yang dihadapi, dalam menghitung prosentase jenis kesulitan ini dengan menggunakan nilai siswa dalam setiap nomor soal, ukuran sampai mana siswa tersebut mengalami kesulitan. Berikut ini penulis sajikan nilai hasil tes yang diberikan kepada siswa kelas IV terlampir.
sebanyak 30 Orang, yang disajikan dalam bentuk tabel dan
Tabel. 1 Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 1 No. Soal
Kesalahan
F
Prosentase %
1
- Tidak dapat mengubah kedalam bentuk kalimat
7
23,3
- Tidak dapat menentukan operasi hitungnya
13
43,3
- keliru dalam mengurutkan operasi hitung
10
33,3
matematika dan tidak dapat menyelesaikan operasi hitung campuran
Dari tabel di atas diketahui bahwa kesalahan tersebut adalah dalam mengubah kedalam bentuk kalimat matematika dan tidak dapat menyelesaikan operasi hitung cmpuran sebanyak 23,3%, tidak dapat menentukan operasi hitungnya sebanyak 43,3%, dan yang keliru mengurutkan operasi hitung sebanyak 33,3 %. Begitu juga halnya dengan soal nomor 2, untuk menjawab pertanyaan (a) Siswa harus mengetahui apa yang ditanyakan, apa yang diketahui dan operasi hitung apa yang digunakan. (b) Dalam menyelesaikan operasi hitung campuran tersebut siswa
kesulitan dalam mengubahnya
kedalam bentuk kalimat
matematika, kemudian dalam menentukan operasi hitung, untuk selanjutnya
kesalahannya sama dengan soal nomor 1, untuk lebih jelasnya akan disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel.2 Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 2 No. Soal 2
Kesalahan - Tidak dapat mengubah ke dalam bentuk
F
Prosentas %
2
6,7
9
30,0
19
63,3
kalimat matematika - Keliru dalam menentukan operasi hitung - Tidak dapat menghitung jumlah semua mangga
Dari tabel diatas diketahui bahwa kesalahan tersebut adalah dalam mengubah soal ke dalam bentuk kalimat sebanyak 6,7%, keliru dalam menentukan operasi hitung sebanyak 30%, dan tidak dapat menghitung perbedaan harga radio sebanyak 63,3%. Dalam menjawab soal nomor 3 kesalahannya hampir sama dengan soal nomor 2, dalam menjawab pertanyaan, siswa harus memahami operasi hitung apa saja
yang digunakan, namun masih banyak siswa yang belum
memahaminya, Dalam hal ini siswa masih banyak yang keliru, karena mereka
pada umumnya tidak memahami isi bacaan yang terdapat pada soal cerita tersebut.
Tabel .3 Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 3 No. Soal
Kesalahan
F
Prosentas %
3
- Tidak dapat mengubah kedalam bentuk kalimat
2
6,7
7
23,3
21
70,0
matematika dan tidak dapat menyelesaikan operasi hitung campuran tersebut - Keliru dalam menggunakan operasi hitung - Tidak tahu operasi hitung apa saja yang di gunakan
Dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa kesalahan tersebut adalah tidak dapat mengubah kedalam bentuk kalimat matematika dan tidak dapat menyelesaikan operasi hitung campuran sebanyak 6,7 %, keliru dalam menggunakan operasi hitung 23,3%, sedangkan tidak mengetahui operasi hitung apa saja yang digunakan dalam soal cerita tersebut sebanyak 70 %.
Tabel. 4 Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 4
No. Soal
Kesalahan
F
Prosentase %
4
- Tidak dapat mengubah kedalam bentuk kalimat
5
16,7
20
66,6
5
16,7
matematika dan pemahaman logika lemah - Tidak dapat merubah satuan waktu -
keliru dalam menggunakan operasi hitung apa saja yang digunakan
Selanjutnya dalam menjawab soal nomor 4 masih banyak siswa yang keliru dalam menyelesaikannya, karena peneliti memprediksikannya dalam kategori soal sukar sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya, namun demikian peneliti mengarahkan agar mereka terus mencoba menyelesaikan sesuai dengan kemampuannya, dalam menjawab pertanyaan siswa banyak yang tidak mengerti maksud yang ditanyakan soal tersebut, disini peneliti melihat
pemahaman logika siswa masih rendah misalnya siswa tidak dapat mengubah kedalam bentuk kalimat matematika. Selanjutnya dalam menjawab pertanyaan siswa harus menentukan terlebih dahulu bensin yang digunakan untuk menempuh jarak tersebut, sedangkan masih ada beberapa siswa yang tidak dapat menentukan berapa liter bensin yang digunakan. Siswa juga masih keliru dalam menggunakan operasi hitungnya. Dari tabel diatas diketahui bahwa kesalahan tersebut adalah tidak dapat mengubah kedalam bentuk kalimat matematika dan pemahaman logika lemah 16,7 %, tidak dapat menentukan banyaknya bensin yang digunakan 66,6 %, dan keliru dalam menggunakan operasi hitung sebanyak 16,7 %.
Tabel. 5 Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 5 No. Soal
Kesalahan
F
Prosentase %
5
- Tidak dapat mengubah kedalam bentuk kalimat
7
23,3
- Tidak dapat menentukan operasi hitung
5
16,7
- keliru dalam menggunakan operasi hitung
18
60,0
matematika dan pemahaman logika lemah
Dalam menjawab soal nomor
5 kesalahannya adalah ketika
menentukan operasi hitungnya, sehingga mereka tidak dapat menjawab
pertanyaan, kesalahan selanjutnya sebagian mereka tidak dapat menentukan harga setiap ekor ayam karena tidak tahu operasi hitung apa saja yang digunakan. Dari tabel diatas diketahui bahwa kesalahan tersebut adalah tidak dapat mengubah kedalam bentuk kalimat matematika dan pemahaman logika lemah 23,3 %. Mengubah satuan kilometer menjadi meter 16,7 %, dan keliru dalam menggunakan operasi hitung 60 %. Dari hasil analisa kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk soal cerita, penulis mengelompokannya kedalam tiga kelompok bentuk kesalahan
dalam menjawab soal tes no.1 sampai no. 5,
kemudian dapat dicari rata-rata kesalahannya. Kelompok pertama yaitu kesulitan dalam mengubah kalimat soal kedalam bentuk kalimat matematika ( 15% ), kelompok kedua operasi hitug ( 34% ), kelompok ketiga kesulitan dalam materi penunjang ( 51% ). Untuk lebih jelasnya penulis menyajikannya dalam bentuk tabel.
Tabel . 6 Presentase kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika
No
Bentuk Kesulitan
No. Soal
Bobot Skor
F
Jumlah f
%
Rangking
1
Mengubah soal kedalam
2
1, 2, 3,
10
7
4, 5
15
2
bentuk
2
kalimat
5
matematika
7
Operasi
1, 2, 3
10
13
hitung
4, 5
15
9
23
15,3
III
54
36,
II
0
7 20 5 3
Materi penunjang (pengurangan,
1, 2,
10
10
3,
15
19
4, 5
73
48,
I
7
21
penjumlahan
5
,perkalian dan
18
pembagian )
Untuk lebih memperjelas penjelasan tabel diatas, dibawah ini disajikan diagram lingkaran presentase kesulitan siswa dalam enyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita.
1. Kesulitan siswa dalam mengerjakan soal operasi hitung campuran dalam bentuk soal cerita. 2. Dari data penelitian mengenai analisis kesulitan mengerjakan soal cerita, penulis memperoleh informasi bahwa kesulitan siswa dalam mengerjakan soal cerita adalah : a) Pada tahap tes soal Setelah tes soal diberikan kepada saya, dari jawaban yang penulis dapat bahwa masih banyak siswa yang belum memahami maksud dari soal tersebut, siswa tidak dapat mengubahnya
kedalam kalimat matematika, ini
terlihat bukan hanya ketika soal tes diberikan namun ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung,
peneliti sering menjumpai hal ini, siswa tidak dapat
mengerjakan sendiri sebelum dibacakan dan dijelaskan oleh penulis maksud dari soal tersebut, namun ketika penelitian berlangsung penulis mengarahkan siswa
agar mengerjakan sesuai dengan kemampuannya tanpa bergantung pada orang lain. Pada tahap tes soal ini penulis menggunakan dari jawaban siswa bahwa selain kesulitan mengubah soal kedalam bentuk kalimat matematika yaitu dalam menyelesaikan operasi hitung campuran dalam bentuk soal cerita, dalam penggunaan operasi perkalian dan pembagian sebagai materi pendukung, keliru dalam menggunakan operasi hitung. b) Pada Tahapan Wawancara Pada tahap wawancara penulis mendapat informasi tentang kesulitan siswa dalam mengerjakan soal cerita ternyata siswa lebih sulit mengerjakan soal cerita dibandingkan dengan soal yang berbentuk kalimat matematika terlebih lagi jika disertai dengan gambar. Dari hasil wawancara tersebut faktor utama kesulitannya adalah mereka kurang memahami maksud dari soal yang diberikan dalam menyelesaikan soal tersebut ada yang langsung menjabarkannya tanpa memikirkan dahulu
langkah-langkah penyelesaiannya, selain itu mereka juga
menganggap bahwa materi tersebut sukar untuk dimengerti terlebih dalam hal perkalian dan pembagian yang sangat berhubungan dengan materi tersebut . Ada pula siswa yang mengatakan dalam hal mengajar terkadang guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi tersebut
sehingga siswa sulit untuk
memahami materi yang diberikan. Mengenai motivasi siswa dalam belajar pengerjaan hitung campuran sangat rendah karena mereka kurang memperhatikan materi yang sedang
diajarkan. Selama pengamatan berlangsung peneliti menemukan bahwa masih banyak siswa yang tidak peduli dengan soal matematika yang dianggap sulit. B. Pembahasan Hasil Temuan Dari penelitian dilapangan penulis menemukan hasil temuan berupa kesalahan siswa dalam bentuk cerita ,
menyelesaikan soal operasi
hitung campuran dalam
diantaranya tidak dapat mengubah ke dalam bentuk kalimat
matematika dan tidak menguasai konsep sebelumnya, kesalahan dalam pengerjaan hitung campuran. Berdasarkan kesalahan tersebut dapat difahami bahwa kesulitan siswa dalam mengerjakan soal cerita adalah : 1) Mereka tidak memahami bentuk soal yang harus diterjemahkan kedalam kalimat matematika, sehingga mereka kesulitan dalam mengartikannya dan merubah soal tersebut kedalam kalimat matematika. Hal ini disebabkan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami kalimat masih kurang. Disinilah siswa dituntut untuk memahami bahasa agar dapat menerjemahkan soal cerita kedalam kalimat matematika. 2) Kesulitan dalam penghafalan dan penggunaan perkalian dan pembagian. Meskipun siswa memiliki kemampuan
menghafal sejumlah perkalian
masih terjadi, kesulitan dalam mengurutkan operasi hitung sesuai dengan pertanyaan pada soal cerita. Kemampuan dalam menggunakan operasi hitung masih dirasakan kurang dan kecenderungannya masih terpaku pada contoh-contoh soal.
3) Kesulitan pada materi penunjang pada operasi hitung campuran dalam bentuk soal cerita sebagaimana halnya dengan mencari jawaban pada soal-soal
yang telah diberikan tidak terlepas dari penjumlahan
pengurangan, perkalian dan pembagian, karena belum menguasai materi tersebut ,maka siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang mempunyai beban mengingat yang terlalu banyak. Dari beberapa kesulitan diatas dapat diberikan jalan keluarnya : a) Kesulitan pemahaman soal dapat diatasi dengan memberikan kalimat soal dengan kalimat yang singkat tetapi jelas selain itu juga membiasakan siswa membaca soal dengan seksama sehingga maksud dari soal dapat difahami benar. b) Kesulitan dalam penghafalan perkalian dan pembagian yang menurut penulis alangkah baiknya dengan mencoba metode penemuan dengan pendekatan belejar secara deduktif. Dengan metode dan pendekatan ini guru dapat memberi contoh
yang bersifat kasus kemudian siswa
menemukan sifat dari kasus tersebut yang diharapkan dapat menemukan kesimpulannya sendiri, dengan kesimpulan tersebut maka siswa tidak harus menghafal perkalian dan pembagian jika mereka lupa mereka dapat menemukannya lagi. c) Kesulitan mengurutkan
operasi hitung dapat diatasi dengan
memeberikan pengertian lebih kongkrit tentang penggunaan operasi
hitung dalam soal cerita tersebut sehingga dapat lebih jelas dan teliti dalam menyelesaikan soal-soal. d) Kemudian dalam hal materi penunjang sebaiknya mereka diberikan latihan –latihan yang berhubungan dengan materi operasi hitung campuran agar siswa mempunyai daya ingat yang kuat agar materi penunjang itu didapat. Dari hasil pengolahan data dan hasil penemuan yang digambarkan di atas, haruslah tetap disadari bahwa siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar, bukan berarti mutlak kemampuan siswa terbatas. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam mengejakan soal adalah dari dalam diri siswa tersebut, yaitu tergantung dari minat dan motivasinya. Mereka yang tidak memiliki motivasi belajar tidaklah mudah mempelajari matematika, terlebih lagi dalam menyelesaikan soal, selain itu faktor lain adalah lingkungannya seperti, teman, guru dan orang tua. Dalam hal ini guru dan orang tua sangat berpengaruh dalam memeberikan masukan dan motivasi siswa dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Al-Abbasyi Moh D Athiyah. Prof. Dr, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. DepdikBud, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1988. Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia modern dan masa kini. Jakarta: Ichtiara Baru. 1983. Russeffendi E.T, Dasar-dasar Matematika Modern dan Computer, Bandung: Tarsito, 1984 Russeffendi E.T, Pengetahuan Matematika Modern dan masa kini, Bandung: Tarsito. 1984 Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System. Jakarta: PT Citra Adyta. 1988 Handoyo, Herman, Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: DepDikBud, 1988. Jujun S. Sumantri,. Filsafat ilmu, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990 Karso, Dasar-dasar pendidikan MIPA. Jakarta: UT, 1993. Lee J. Crobach, Education Psychology. New York: Harcourt Grace Java Nech, 1963. Manangkasi, Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika. Ujung Pandang: ST MIPA IKIP Ujung Pandang, 1986. Mark John L. et. Al, Metode Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Dasar. (terjemahan Bambang Sumantri). Surabaya: Erlangga. 1985 Nasution, Andi Hakim, Landasan Matematika. Jakarta: Bhratara karya aksara, 1980. Proyek Pembinaan Tinggi Agama/IAIN Jakarta Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: 1982/1983
Purwanto, M Ngalim, Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1985. R.G. Soekadijo, Logika Dasar Radisional Simbolik dan Induktif. Samsul Yusuf. Psikologi perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000 Samuel Soeeto, Psikologi Pendidikan Untuk Para Pendidik dan Calon Pendidik. Jakarta: FE UI.1983. Simanjuntak, Lisnawati, Dra, dkk,. Pengajaran Matematika Sekolah menengah, Jakarta: Rineka Cipta. 1993 Sudjana, Nana, CBSA,. Dalam Proses Belajar mengajar. Jakarta: CV Sinar Baru. 1989. Sumadi Suryabrata,. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Rahe Press, 1975. Tafsir, Ahmad, Ilmu pendidikan dalam prosfektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. , 1991. Whiterington H.C. Education Psykology yang dikutif oleh tim P3G. Pendekatan Metodik dan upaya peningkatan CBSA, Bandung: DepDikbud. 1986. W.J.S.purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakrta: Balai Pustaka. 1976. W.S Winkel, Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1985.
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/semester : IV(empat)/I (satu) Pertemuan ke : 24-25 Alokasi Waktu : 3 x 35 menit I. Standar Kompetensi: 1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah II. Komptensi dasar 1.4. Melakukan operasi hitung campuran III. Indikator • Menentukan aturan operasi hitung campuran • Menyelesaikan soal cerita yang memuat pengerjaan hitung campuran IV. Tujuan pembelajaran • Menentukan aturan operasi hitung campuran • Menyelesaikan soal cerita yang memuat pengerjaan hitung campuran V. Materi Ajar • Operasi hitung bilangan VI. Metode Pembelajaran • Studi kasus, diskusi, pengamatan, dan latihan
VII. Langkah-langkah pembelajaran: A. Kegiatan awal • Apersepsi/motivasi • Bercerita tentang masalah sehari-hari yang berkaitan dengan soal cerita. B. Kegiatan inti • Melakukan studi kasus dengan menggunakan operasi hitung bilangan, pengamatan dan analisis dan diskusi untuk dapat menentukan aturan operasi hitung campuran •
Melakukan diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal. C. Kegiatan akhir • Menyimpulkan materi • Mengevaluasi kegiatan pembelajaran • Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
VIII. Alat/Bahan dan Sumber belajar • Buku pelajaran matematika untuk sekolah dasar kelas IV, M. Khafid Sutati, Erlangga • Matematika SD untuk kelas IV Zaini. M. Sani dan Siti. M. Amin IV B Esis • Matematika proresif Teks Utama SD Kelas IV Munawati, Fitriyah Widya Utama.
• Terampil Berhitung Matematika untuk SD kelas IV, Tim Bina Karya Guru. Erlangga. IX. Penilaian Teknik Tes dan Wawancara Bentuk Essay Contoh Instrumen •
Enam orang siswa masing-masing membeli 5 batang pensil, harga sebuah pensil Rp 450,00. Berapa rupiah jumlah uang yang dikeluarkan ke enam siswa tersebut ?
•
Dalam lima menit Alfiah dapat mengetik sebanyak 100 kata.
Jika Alfiah
mengetik selama satu jam, berapa kata yang sudah diketik oleh Alfiah?
Parung, 20 Oktober 2008 Mengetahui
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
I s a S. Ag
Sutisna
NIP:150212028
Lampiran 2
KISI-KISI SOAL TES MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG CAMPURAN DALAM BENTUK SOAL CERITA Pokok Bahasan Operasi Hitung Campuran
Sub Pokok Bahasan Sifat operasi hitung Pengerjaan hitung campuran
Indikator 1. Menyelesaikan soal cerita yang
Jumlah
No. Soal
1
1
memuat operasi hitung perkalian
2. Menyelesaikan soal cerita yang memuat pengerjaan hitung - Perkalian dan penjumlahan - Perkalian dan pengurangan - Perkalian dan pembagian - Perkalian, pembagian, pengurangan dan penjumlahan
4
2, 3, 4, 5
Lampiran 3 Soal tes
Jawablah soal-soal dibawah ini dengan benar ! 1. Enam orang siswa masing-masing membeli 5 batang pensil, harga sebuah pensil Rp 450,00. Berapa rupiah jumlah uang yang dikeluarkan keenam siswa tersebut ?
2. Azky membeli 5 keranjang mangga. Setiap keranjang berisi 52 mangga. Kemudian Dita memberikan 64 buah mangga kepada Azky. Berapa buah mangga yang dimilki Azky sekarang ?
3. Untuk membeli bola diperlukan uang Rp 45.000,00. Lima orang warga masing-masing menyumbang Rp 6.000,00. Berapa rupiah kekurangannya?
4.
Dalam lima menit Alfiah dapat mengetik sebanyak 100 kata. Jika Alfiah mengetik selama satu jam, berapa kata yang sudah diketik oleh Alfiah?
5. Pak Usup suka memelihara ayam. Ayam-ayamnya dimasukkan ke dalam 4 kandang. Setiap kandang berisi 5 ekor. Setelah seminggu mati 3 ekor, sehingga ia membeli lagi 8 ekor. Setelah sebulan semua ayam dijual dan Pak Usup menerima uang Rp 150.000. Berapa harga setiap ekor ayam ?
Lampiran 4 KUNCI JAWABAN TES 1. Diketahui : Enam orang
= 5 batang pensil
Harga satu pensil = Rp 450,00 Ditanya ; Berapa rupiah uang dikeluarkan oleh enam siswa Jawab : 6 x 5 x Rp 450,00 = Rp 13.500,00
2. Diketahui : Setiap keranjang = 52 mangga Azky beli
= 5 keranjang
Dita memberi
= 64 buah mangga
Ditanya : Berapa buah mangga yang dimilki Azky ? Jawab : 5
x 52 = 260 mangga
260 + 64 = 324 mangga 3. Diketahui : Harga bola = Rp 45.000,00 5 orang
= Rp 6.000,00
Ditanya : Berapa rupiah kekurangannya Jawab: Rp 45.000,00 – 5 x Rp6.000,00 =
Rp 45.000,00 – Rp 30.000,00 = Rp 15.000,00.
4. Diketahui : 5 menit = 100 kata 1 jam
= 60 menit
Ditanya : Berapa kata yang sudah diketik ? Jawab : 60 : 5 x 100 = 12 x 100
= 1.200 kata
5. Diketahui : Kandang ayam Pak Usup = 4 buah Setiap kandang
= 5 ekor
Ayam yang mati
= 3 ekor
Membeli lagi
= 8 ekor
Ayam dijual
= Rp 150.000,00
Ditanya : Berapa harga setiap ekor ayam? Jawab ; 4 x 5 = 20 20 – 3= 17 17 + 8 = 25 Rp 150.000,00 : 25 = Rp 6.000,00
Lampiran 5 Review Instrumen I
No 1
Indikator
No. Soal
Kesesuaian dengan Indikator
Menyelesaikan soal cerita yang memuat operasi hitung perkalian
1
Menyelesaikan soal cerita yang 2
memuat pengerjaan hitung - Perkalian dan penjumlahan
2, 3, 4, dan 5
- Perkalian dan pengurangan - Perkalian dan pembagian - Perkalian, pembagian, Pengurangan dan penjumlahan
Pembimbing I
Keterangan
Lia Kurniawati M. Pd
NIP : 150408695 Lampiran 6 Review Instrumen II
No . 1
Indikator
Kesesuaian dengan Indikator
Keterangan
Menyelesaikan soal cerita yang memuat operasi hitung perkalian
2
No. Soal
1
Menyelesaikan soal cerita yang memuat pengerjaan hitung - Perkalian dan penjumlahan - Perkalian dan pengurangan - Perkalian dan pembagian
2, 3, 4, dan 5
- Perkalian, pembagian, pengurangan dan penjumlahan
Pembimbing II
Gelar Dwirahayu, M.Pd
NIP : 150378018
Lampiran 7 Review Instrumen III
No.
Indikator
1
Menyelesaikan soal cerita yang memuat operasi hitung perkalian
2
No. Soal
Kesesuaian dengan Indikator
Keterangan
1
Menyelesaikan soal cerita yang memuat pengerjaan hitung - Perkalian dan penjumlahan - Perkalian dan pengurangan - Perkalian dan pembagian
2, 3, 4, dan 5
- Perkalian, pembagian, pengurangan dan penjumlahan
Guru bidang studi
Hasanudin S. Pd NIP : 150346786
Lampiran 8 Pedoman wawancara dengan siswa kelas IV MI YAPIA Parung 1. Bagaimanakah pendapat kamu tentang pelajaran matematika ? 2. Bagaimana tanggapan kamu ketika guru memberikan soal matematika dalam bentuk soal cerita ? 3. Dalam belajar operasi hitung campuran yang ditulis dalam bentuk cerita, kesulitan-kesulitan apa yang kamu yang temui ? 4. Apa yang kamu lakukan ketika kamu mengalami kesulitan
dalam
menyelesaikan soal cerita matematika ? 5. Bagaimanakah cara kamu menyelesaikan soal matematika terutama tentang materi operasi hitung campuran yang ditulis dalam bentuk soal cerita ? 6. Apakah
guru
kamu
memberikan
menyelesaikan soal cerita tersebut ?
cara-cara
yang
efektif
untuk