ANALISIS KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR DAN KESEDIAAN MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)
SYAFIRA SALZABELLA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. ` Bogor, Desember 2014
Syafira Salzabella NIM H4410077
ABSTRAK SYAFIRA SALZABELLA. Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi). Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan NUVA. Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di Kecamatan Jatiasih yang terkena banjir. Genangan banjir yang terjadi menimbulkan kerugian bagi masyarakat sehingga dibutuhkan upaya perbaikan lingkungan perumahan untuk meminimalisir banjir di kemudian hari. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik responden, mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat, mengkaji besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Penelitian ini menggunakan empat metode analisis, yaitu (1) analisis deskriptif, (2) analisis penilaian kerusakan, (3) analisis willingness to pay, dan (4) analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak dari banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02 adalah terganggunya aktivitas dan kesehatan masyarakat, kondisi lingkungan perumahan yang menjadi tidak terawat dan kotor. Total kerugian ekonomi masyarakat di Perumahan Dosen IKIP RW 02 pada banjir periode bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp1.055.129.468,20. Hasil rata-rata kesediaan membayar dari 95 responden untuk upaya perbaikan lingkungan adalah sebesar Rp26.736,84 per bulan per kepala keluarga. Faktorfaktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat sampai pada taraf alpha 5% adalah pendidikan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan, status tempat tinggal, dan ketinggian banjir. Kata kunci: banjir, Bekasi, kerugian ekonomi, perbaikan lingkungan, willingness to pay
ABSTRACT SYAFIRA SALZABELLA. An Analysis of Economic Loss Due to Flood Disaster and Willingness to Pay for Environmental Improvement (Case Study in RW 02 IKIP Lecture’s Housing Complex). Supervised by TRIDOYO KUSUMASTANTO and NUVA. RW 02 IKIP Lecture’s Housing Complex in one of the housing areas in Jatiasih District that has been affected by flood. As flood water had brought loss to the society, it takes effort to restore the residential neighborhood, to minimize the effect of flood in the future. The purposes of this study are to identify the characteristic of respondents, to estimate the economic loss, to estimate willingness to pay for environmental improvement, and to identify the factors that influence willingness to pay for the environmental improvement. This study used four methods of analyses, namely: (1) descriptive analysis, (2) damage assessment analysis, (3) willingness to pay analysis, and (4) multiple linear regression analysis. The result showed that the impact of flood in RW 02 IKIP Lecture’s Housing Complex are the disruption of activity, public health, income losses, the damage on houses and household furniture also the decreasing of housing environmental condition. Total estimated of economic loss of the society in RW 02 IKIP Lecture’s Housing Complex by flood in January to February period 2014 was as much as IDRRp1,055,129,468.20. The mean value of willingness to pay for 95 respondents, who are willing to pay for environmental improvement is IDR26,736.84 per month per household. Factors that influence the willingness to pay were education, family dependent, income, housing status, and flood elevation. Keyword: Bekasi, economic loss, environmental improvement, flood, willingness to pay
ANALISIS KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR DAN KESEDIAAN MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)
SYAFIRA SALZABELLA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)”. Penulis menyadari bahwa skripsi dapat diselesaikan tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Kepada orang tua tercinta, yaitu Bapak Almendri dan Ibu Komariah, adik tersayang, segenap keluarga besar atas seluruh doa dan dukungan. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Ibu Nuva, SP, MSc selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Rizal Bahtiar SPi, MSi selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Fitria DR MSi selaku Dosen Penguji Wakil Departemen atas masukan dan saran yang telah diberikan. 4. Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di ESL. 5. Seluruh warga Perumahan Dosen IKIP, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih. 6. Khibran Ridwan yang telah memberi semangat, saran, dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman bimbingan skripsi, yaitu Intan, Putri Nurul, Try, Taufiq, Reza, Laras, dan Tudrika atas semangat dan dukungannya selama menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabat seperjuangan, yaitu Donna, Intan, Miranti, Naya, Retno, Ayu, Esatri, Tuty, Syafira, Hernita, Puti, Yola, Fakhri, danRifal yang telah memberikan bantuan, motivasi dan semangat. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam mengkaji nilai kerugian ekonomi akibat banjir dan upaya perbaikan lingkungan perumahan. Bogor, Desember 2014
Syafira Salzabella
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii I.
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4 1.4 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 5 1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7 2.1 Pengertian Banjir dan Penyebab Banjir ...................................................... 7 2.2 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) ........... 8 2.2.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya ..................................... 11 2.2.2 Pendekatan Modal Manusia ........................................................... 11 2.2.3 Pendekatan Biaya Kesempatan ...................................................... 13 2.3 Konsep Willingness to Pay (WTP) dan Willingness to Accept (WTA).... 13 2.4 Regresi Linear Berganda .......................................................................... 16 2.5 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 21 IV. METODE PENELITIAN ............................................................................ 25 4.1 Lokasi dan Waktu ..................................................................................... 25 4.2 Metode Penelitian ..................................................................................... 25 4.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 26 4.4 Metode Pengambilan Sampel ................................................................... 27 4.5 Metode Analisis ........................................................................................ 27 4.5.1 Identifikasi Karakteristik Responden yang Terkena Dampak Banjir................................................................................ 29 4.5.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir ........................... 30 4.5.3 Analisis WTP terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan ...................................................................................... 33 4.5.3.1 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP responden .................................................................. 36 4.5.3.2 Pengujian Parameter ........................................................... 38 4.6 Batasan Penelitian .................................................................................... 41 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 43 5.2 Karakteristik Responden yang Terkena Dampak Banjir .......................... 45 5.2.1 Karakteristik Demografi Responden .............................................. 46 5.2.1.1 Usia dan Jenis Kelamin Responden ................................... 46
xv
5.2.1.2 Pendidikan Formal .............................................................47 5.2.1.3 Jumlah Tanggungan ...........................................................47 5.2.1.4 Pekerjaan ............................................................................48 5.2.1.5 Pendapatan Rumah Tangga................................................49 5.2.1.6 Lama Tinggal .....................................................................49 5.2.1.7 Status Tempat Tinggal .......................................................50 5.2.2 Karakteristik Tempat Tinggal Responden di Perumahan Dosen IKIP RW 02 ....................................................................................51 5.2.2.1 Jumlah Tingkat Rumah .......................................................51 5.2.2.2 Luas Rumah ........................................................................52 5.2.2.3 Karakteristik Ketinggian Air Banjir....................................52 5.2.3 Persepsi Responden terhadap Dampak Banjir di Lingkungan Perumahan.......................................................................................53 5.3 Estimasi Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir.............................55 5.3.1 Kerugian Langsung .........................................................................56 5.3.1.1 Kehilangan Perabotan Rumah Tangga................................56 5.3.1.2 Perbaikan Perabotan Rumah Tangga ..................................57 5.3.1.3 Perbaikan Bangunan Rumah ...............................................58 5.3.1.4 Total Kerugian Tidak Langsung .........................................59 5.3.2 Kerugiam Tidak Langsung .............................................................60 5.3.2.1 Biaya Pengobatan................................................................60 5.3.2.2 Pendapatan yang Hilang .....................................................61 5.3.2.3 Biaya Tambahan .................................................................62 5.3.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung .........................................63 5.3 Total Kerugian Ekonomi yang Dialami Masyarakat ...............................63 5.4 WTP Masyarakat Terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan................................................................................................64 5.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP ........................69 5.6 Kebijakan Pengelolaan Perawatan Tanggul untuk Meminimalisir Dampak Banjir .........................................................................................73 VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ...................................................................................................76 6.2 Saran .........................................................................................................77 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................78 LAMPIRAN ..........................................................................................................80 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................132
xvi
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kepadatan Penduduk Kota Bekasi Tahun 2010-2012 ...................................... 1 2. Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 26 3. Matriks Metode Analisis Data ........................................................................ 28 4. Matriks Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Responden ...................... 36 5. Wilayah Menurut Rukun Warga di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 ......... 42 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 ................................................................................... 63 7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 ..................................................................................................... 63 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin..................... 45 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal ............................ 46 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan .......................... 47 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ........................................... 47 12. Karakteristik Responden Bersadarkan Pendapatan Rumah Tangga .............. 49 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal .................................... 50 14. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal ...................... 50 15. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Rumah ................................. 51 16. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Rumah ...................................... 52 17. Karakteristik Responden Berdasarkan Ketinggian Air Banjir ....................... 53 18. Persepsi Responden terhadap Dampak Banjir di Lingkungan Perumahan .... 54 19. Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Tinggal .................................. 55 20. Rata-rata Biaya Kehilangan Perabotan Rumah Tangga ................................. 57 21. Rata-rata Biaya Perbaikan Perabotan Rumah Tangga.................................... 58 22. Rata-rata Biaya Perbaikan Bangunan Rumah ................................................ 59 23. Total Kerugian Langsung yang Dialami Masyarakat ..................................... 59 24. Rata-rata Biaya Pengobatan ........................................................................... 61 25. Rata-rata Pendapatan yang Hilang ................................................................. 62 26. Rata-rata Biaya Tambahan ............................................................................. 62 27. Total Kerugian Tidak Langsung yang Dialami Masyarakat .......................... 63 28. Total Kerugian Ekonomi yang Dialami Masyarakat ...................................... 63 29. Distribusi Nilai WTP yang Bersedia Dibayarkan oleh Responden ................ 65 30. Distribusi Rataan WTP Respoden .................................................................. 67 31. Distribusi Total WTP Responden................................................................... 69 32. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda......................................................... 70
xvii
xvii
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Diagram Kerangka Pemikiran .........................................................................22 2. Kurva WTP Respodnen .................................................................................68 3. Usulan Mekanisme Perawatan Tanggul di Perumahan Dosen IKIP ..............74
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Peta Wilayah Kota Bekasi ..............................................................................82 2. Kondisi Lokasi Penelitian ...............................................................................83 3. Kuesioner Penelitian .......................................................................................84 4. Perhitungan Biaya Kehilangan Perabotan Rumah Tangga .............................90 5. Biaya Perbaikan Perabotan Rumah Tangga ..................................................101 6. Biaya Perbaikan Bangunan Rumah...............................................................107 7. Biaya pengobatan ..........................................................................................113 8. Biaya Kehilangan Pendapatan ......................................................................118 9. Biaya Tambahan ...........................................................................................119 10. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda .......................................................130 11. Hasil Uji Normalitas, Hasil Uji White dan Hasil Uji Breusch-Godfrey........131
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir termasuk bencana alam yang sering terjadi pada musim penghujan di beberapa wilayah Indonesia. Banjir terdiri dari dua perisistiwa, yaitu pertama, peristiwa yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua, terjadi akibat limpasan air dari sungai karena debit air tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit air lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada (Kodoatie, 2013). Setiap tahunnya lebih dari 300 peristiwa banjir yang menggenangi 150.000 ha dan merugikan sekitar satu juta orang. Kecenderungan bencana banjir pun terus bertambah, khususnya di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya meningkat setiap tahun, kebutuhan akan lahan semakin tinggi yang berdampak pada perubahan tata guna lahan secara signifikan sehingga menyebabkan hilangnya daerah resapan air (Kodoatie, 2013), seperti terjadi di Kota Bekasi. Kota Bekasi merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta. Kota Bekasi (lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1) dengan luas wilayah sekitar 210,49 km2 terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Seiring berjalannya waktu, Kota Bekasi mengalami peningkatan penduduk yang pesat. Data mengenai kepadatan penduduk Kota Bekasi tahun 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut, Tabel 1. Kepadatan penduduk Kota Bekasi tahun 2010-2012 Luas Wilayah (km2)
Jumlah Penduduk (jiwa)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
2012
210.49
2.523.032
11.632
2011
210.49
2.453.328
11.292
2010
210.49
2.384.032
11.093
Tahun
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS),Kota Bekasi(2012)
Berdasarkan Tabel 1, jumlah penduduk di Kota Bekasi mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini terlihat pada tahun 2010 jumlah penduduk sebesar 2.384.032 jiwa meningkat menjadi 2.523.032 jiwa pada tahun 2012. Hal ini menyebabkan kepadatan penduduk di Kota Bekasi pada tahun 2012 mencapai 11.632 jiwa/km2 sedangkan tahun 2011 hanya 11.292 jiwa/km2. Peningkatan
2
jumlah penduduk yang pesat seperti di Kota Bekasi memerlukan berbagai fasilitas dan kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap terjadinya masalah banjir. Salah satunya adalah pembangunan di daerah dataran rendah atau daerah rawan banjir untuk berbagai keperluan seperti pemukiman, industri, dan perkantoran yang kurang memperhatikan adanya resiko genangan banjir yang bisa terjadi setiap saat. Kondisi topografi Kota Bekasi sebagian besar berada pada dataran rendah dengan kemiringan antara 0-2% dan ketinggian antara 0 - 25 m di atas permukaan laut. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab Kota Bekasi selalu mengalami banjir setiap musim penghujan terlebih lagi karena kota ini terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Bekasi Hulu (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Pembangunan di daerah dataran rendah atau daerah rawan banjir untuk kawasan pemukiman, industri, perkantoran, dan untuk kepentingan lainnya dapat berakibat semakin berkurangnya daerah resapan air yang menyebabkan sedikitnya air yang terserap ke dalam tanah dan menyebabkan banjir. Pada awal tahun 2014, banjir melanda Kota Bekasi yang diakibatkan oleh meningkatnya debit air di Kali Bekasi yang merupakan aliran dari Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi. Selain itu, minimnya ruang terbuka hijau sebagai lahan resapan air, sistem drainase yang kurang baik serta limpasan air sungai menjadi pemicu terjadinya banjir. Pada awal tahun 2014, tercatat 71 titik daerah rawan banjir yang tersebar di 10 kecamatan di Kota Bekasi, salah satunya adalah Kecamatan Jatiasih1. Pada tahun 2013, Kecamatan Jatiasih merupakan kecamatan yang memiliki luas genangan banjir paling besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya, yaitu sebesar 330 ha dengan rata-rata ketinggian genangan sebesar 148,75 cm dan ratarata lama genangan banjir sebesar 26,5 jam (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Salah satu perumahan di Kecamatan Jatiasih yang mengalami banjir adalah Perumahan Dosen IKIP RW 02. Perumahan ini terletak di daerah cekungan dengan dataran rendah serta dataran perumahan lebih rendah daripada sungai yang melintas. Banjir yang terjadi di perumahan ini menimbulkan kerugian sosial, ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat sekitar. Upaya perbaikan lingkungan menjadi salah satu cara untuk memimalisir dampak banjir di kemudian hari. Oleh karena 1
“Bekasi Dikepung Banjir Musiman”. http://sindonews.com/. Diakses 28 Januari 2014
3
itu, berdasarkan uraian diatas maka penelitian tentang “Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan” penting dilakukan untuk melihat dampakdampak yang ditimbulkan akibat banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat lebih menjaga lingkungan sekitar dan mendorong pemerintah untuk lebih berperan aktif dalam penanggulangan di daerah yang rentan terhadap banjir. 1.2 Perumusan Masalah Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di Kecamatan Jatiasih yang terkena banjir pada tahun 2014. Perumahan ini dilintasi oleh aliran sungai Jatikramat atau anak Kali Cakung yang mempunyai hulu di Pondok Melati dan berujung di Banjir Kanal Timur (BKT). Penyebab banjir di perumahan ini adalah kondisi saluran air di perumahan tidak dapat berfungsi dengan baik untuk mengaliri air akibat dari timbunan beton dan sampah. Selain itu, perumahan ini juga berlokasi di daerah cekungan yang memungkinkan air mudah tergenang akibat tidak ada lagi lahan resapan. Kondisi tersebut diperparah dengan kebaradaan kali di depan pintu masuk perumahan. Kali ini mengalami penyempitan akibat penggunaan lahan untuk perumahan, sehingga ketika curah hujan tinggi kali akan meluap ke perumahan. Pada tahun 2007, perumahan ini mengalami banjirselama tiga hari dengan ketinggian air mencapai kurang lebih 300 cm dari permukaan jalan. Lalu banjir kembali terulang pada awal tahun 2013 dengan ketinggian 250 cm dengan lama genangan 30 jam (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Pada awal tahun 2014, perumahan ini kembali terkena banjir dengan ketinggian kurang lebih 100 cm sampai 250 cm dari permukaan jalan dengan lama genangan 24 jam. Masyarakat Perumahan Dosen IKIP secara swadaya membuat tanggul di perumahan ini untuk mengurangi luapan banjir dari saluran air yang ada di perumahan. Swadaya ini berupa iuran warga dan bersifat sukarela. Sementara itu, Pemda Kota Bekasi telah melakukan penanggulangan banjir di perumahan ini melalui pembuatan pintu air dengan pompa penyedot air mobile (tidak permanen) yang berlokasi di depan perumahan guna mempercepat mengurangi genangan banjir. Kebaradaan tanggul
4
dirasakan masyarakat dapat mengurangi banjir di perumahan ini, oleh karena itu masyarakat perlu melakukan perawatan tanggul untuk menjaga keberlangsungan fungsinya. Selama ini masyarakat hanya melakukan perbaikan tanggul untuk mengantisipasi banjir dengan melakukan peninggian tanggul setiap musim penghujan. Upaya perawatan tanggul ini akan bersifat swadaya karena perwatannya dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan tujuan untuk melindungi tempat tinggal mereka dari banjir. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi di daerah penelitian, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Karakteristik responden banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. 2. Besarnya nilai kerugian yang ditanggung masyarakat pada periode banjir bulan Januari sampai Februari 2014 di Perumahan Dosen IKIP RW 02 belum teridentifikasi dengan baik. 3. Besarnya Willingness to Pay (WTP) masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan perumahan belum teridentifikasi dengan baik. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan perumahan belum teridentifikasi dengan baik. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan diadakan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak-dampak yang timbul akibat banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Adapun tujuan khusus tersebut dapat dijawab dengan tujuan-tujuan penelitian di bawah ini, yaitu: 1. Mengidentifikasi karakteristik responden yang terkena banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02 2. Mengestimasi nilai kerugian yang ditanggung oleh masyarakat pada periode banjir bulan Januari sampai Februari 2014. 3. Mengkaji besarnya WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan perumahan. 4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan perumahan.
5
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ini mengestimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir dan kesediaan
membayar
masyarakat
terhadap
upaya
perbaikan
lingkungan
perumahan di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Penelitian ini hanya difokuskan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang terkena banjir, mengestimasi kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung pada bulan Januari sampai Februari 2014, mengkaji besarnya WTP masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan
lingkungan.
Metode
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi
karakteristik responden ini adalah analisis deskriptif. Selanjutnya besarnya kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat dilihat dari kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung yang dihitung dalam penelitian ini antara lain biaya kehilangan perabotan rumah tangga, biaya perbaikan perabotan rumah tangga dan biaya perbaikan bangunan rumah tangga. Kerugian tidak langsung mencakup biaya pengobatan, biaya kehilangan pendapatan dan biaya tambahan. Penelitian ini juga mengkaji kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan melalui analisis willingness to pay (WTP). Hasil dari kesediaan membayar masyarakat tersebut akan diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan melalui analisis regresi linear berganda. Estimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir dan kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan perumahan dievaluasi untuk memberikan informasi mengenai informasi terkait nilai kerugian dan upaya perbaikan lingkungan perumahan di Perumahan Dosen IKIP RW 02. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti, masyarakat, dan pemerintah dalam mengambil kebijakan. Hasil penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan dapat bermanfaat dalam berbagai hal, antara lain:
6
1. Bagi peneliti, hasil penelitian menjadi syarat kelulusan di Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan dan diharapkan bermanfaat secara akademis sebagai sarana memperoleh pengetahuan dan pengalaman penelitian, serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya menjaga faktorfaktor lingkungan agar tetap dapat dimanfaatkan tanpa mengurangi kualitasnya. 2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan akan membuat masyarakat di kawasan perumahan tersebut lebih mengedepankan kualitas lingkungandan mengupayakan
pencegahan
banjir
untuk
mengurangi
kerugian
yang
ditimbulkan. 3. Bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat mendorong pemerintah untuk lebih berperan aktif dalam penanggulangan di daerah yang rentan terhadap banjir.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Banjir dan Penyebab Banjir Banjir merupakan fenomena alam yang menyebabkan kerusakan pada kehidupan, sumberdaya alam, lingkungan, dan juga berdampak pada kesehatan manusia (Suriya et al, 2012). Menurut Asdak (2002), banjir luapan sungai berbeda dari banjir dadakan karena banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama. Selain itu, banjir luapan sungai kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan dapat berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti. Penyebab dari banjir luapan sungai adalah hutan gundul, kelongsoran daerahdaerah yang biasanya mampu menahan kelebihan air ataupun perubahan suhu/musim. Besarnya banjir tergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi tanah yang meliputi kelembaban tanah, vegetasi, perubahan suhu/musim, keadaan permukaan tanah yang tertutup rapat oleh bangunan batu bata, semen, beton, pemukiman atau perumahan dan hilangnya kawasan-kawasan tangkapan air. Berbagai
aktivitas
manusia
dan
pembangunan
yang
pesat
akan
mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan. Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian atau lahan hutan menjadi lahan untuk perumahan akan berpengaruh pada berkurangnya tingkat peresapan air ke dalam tanah yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan menurunnya permukaan air tanah. Penyebab banjir pada kawasan perumahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pembangunan rumah yang melewati batas Garis Sempadan Bangunan (GSB), sistem drainase yang tidak terencana dengan baik dan masih kurangnya kesadarannya masyarakat terhadap pengelolaan sampah (Kodoatie, 2013). Secara umum penyebab banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh alam dan banjir yang disebabkan oleh manusia. Penyebab banjir karena alam diantaranya curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, dan kapasitas drainase yang tidak memadai. Selain itu juga, penyebab banjir karena tindakan manusia antara lain perubahan kondisi daerah pengaliran sungai, kawasan kumuh, drainasi lahan, bendungan dan
8
bangunan liar, kerusakan bangunan pengendali banjir, dan perencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat (Kodoatie, 2013). 2.2 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) Sumberdaya alam lingkungan menyediakan berbagai layanan barang dan jasa yang sangat bernilai bagi manusia (Hanley dan Barbier 2009). Hanley et al (2000) dalam Hanley dan Barbier (2009) menyatakan bahwa keterkaitan antara sumberdaya alam dan lingkungan dengan aspek ekonomi dan kebutuhan manusia dicirikan dalam empat peran, yaitu: 1. Peran SDAL sebagai pemasok input energi dan material untuk proses produksi seperti minyak, biji besi, dan kayu 2. Peran SDAL sebagai penyerap sisa produksi dan konsumsi, seperti limbah domestik atau emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan makan minyak. 3. Peran SDAL sebagai sumber langsung kesenangan (amenity) dan perbaikan kualitas hidup manusia, seperti duck watching dan bird watching. 4.
Peran SDAL sebagai penyedia dukungan kehidupan dasar (basic life support), seperti pengaturan iklim global, daur ulang dan nutrien. Menurut Fauzi (2014), fungsi dan peran dari SDAL tersebut dalam
kehidupan manusia sebagian dapat dilihat dari “nilai” barang dan jasa dari SDAL melalui mekanisme pasar. Pemahaman mengenai konsep “nilai” dalam sumber daya alam dan lingkungan akan sangat membantu dalam memahami dampak dari kebijakan publik baik sebelum terjadinya kebijakan maupun setelah terjadinya kebijakan, serta perilaku individu terhadap sumberdaya alam dan lingkungan. Penilaian dampak kebijakan sebelum dilaksanankan disebut sebagai penilaian exante sedangkan penilaian ketika dampak telah timbul khususnya yang terkait dengan degradasi dan kerusakan lingkungan disebut sebagai penilaian ex-post. Kedua penilaian dampak kebijakan tersebut didasarkan pada premis yang sama, yakni adanya perubahan dalam layanan barang dan jasa dari sumberdaya alam dan lingkungan yang mengubah kesejahteraan maupun kepuasan individu yang diukur dari utility (Fauzi, 2014). Kebijakan publik atau tindakan individu
9
dapat saja berdampak negatif pada SDAL yang menyebabkan perubahan pada layanan barang dan jasa SDAL. Perubahan tersebut pada akhirnya akan mengubah kesejahteraan
individu melalui perubahan manfaat dan biaya. Analisis yang
berkaitan dengan dampak negatif suatu kebijakan publik atau tindakan individu dalam kerusakan sumberdaya alam lingkungan disebut dengan damage assessment atau penilaian kerusakan (Fauzi, 2014). Menurut Bureau Land Management (BLM) (2008), penilaian kerusakan sumberdaya alam adalah sebuah proses penilaian di mana pihak yang melakukan penilaian mengumpulkan informasi mengenai sumberdaya alam yang rusak untuk menunjukkan bahwa dibutuhkan tindakan pemulihan dan tindakan pemulihan yang dipilih dirasakan cukup mengompensasi masyarakat. Tujuan utama dari penilaian kerusakan sumberdaya alam adalah untuk mengidentifikasikan tindakan yang diperlukan untuk memulihkan sumberdaya alam yang rusak dan memberikan kompensasi pada layanan yang rusak sementara. Proses penilaian kerusakan sumberdaya ini terdiri dari tiga langkah yaitu menentukan layanan sumberdaya yang terkena dampak, menghitung tingkat layanan setelah terkena dampak dan menentukan layanan yang hilang berdasarkan selisih nilai sebelum dan sesudah terkena dampak. 1. Menentukan layanan sumberdaya yang terkena dampak Langkah ini mengidentifikasi metodologi pengumpulan data dan analisis yang digunakan untuk menilai tipe sumberdaya yang berpotensi terkena kerusakan dengan menggunakan metode yang dipilih dan dilakukan dengan biaya yang tepat. Biaya ini termasuk dalam biaya yang digunakan untuk mempelajari kerusakan, menentukan kerusakan dan mengidentifikasi kegiatan restorasi yang sebanding dengan nilai dari sumberdaya tersebut. Langkah ini pun menentukan apakah telah terjadi kerusakan pada sumberdaya alam dan berdampak luas bagi lingkungan yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sekitar. Langkah ini diharapkan dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara layanan yang rusak dan layanan yang hilang.
10
2. Menguantifikasikan tingkat layanan setelah terkena dampak Perhitungan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan bermanfaat untuk menginformasikan berapa besar perikraan kerugian yang ditanggung. Beberapa kunci kuantifikasi perhitungan kerusakan tersebut adalah: a. Karakteristik kondisi dasar atau kondisi awal: kuantifikasi terhadap kondisi dan jasa sumberdaya jika pencemaran menyebabkan kerusakan tidak terjadi b. Kuantifikasi kondisi spasial dan temporal dari kerusakan: penentuan lokasi dan waktu terjadinya kerusakan, kemudian dibandingkan dengan kondisi dasar atau level jasa sumberdaya alam dan lingkungan, menggunakan data zat pencemar, data respon biologis terhadap zat pencemar, krononologi pencemaran, dan informasi pengguna sumberdaya alam dan lingkungan oleh masyarakat c. Kuantifikasi kondisi spasial dan temporal bagi jasa sumberdaya alam dan lingkungan yang hilang: penentuan jasa lingkungan yang biasanya disediakan oleh sumberdaya alam dan lingkungan di bawah standar atau kondisi dasar dan perbandingannya dengan jasa lingkungan yang disediakan sumberdaya alam dan lingkungan ketika pencemaran telah terjadi d. Kuantifikasi pengembaliaan kondisi standar sumberdaya alam dan lingkungan: estimasi terhadap waktu yang dibutuhkan untuk merusak sumberdaya dan jasa lingkungan yang disediakan oleh sumberdaya alam dan lingkungan untuk mengembalikan ke kondisi awal, umumnya termasuk beberapa responden nyata dan skenario pengembalian jasa lingkungan tersebut. 3. Menentukan layanan yang hilang berdasarkan selisih nilai sebelum dan sesudah terkena dampak. Perhitungan kerusakan dimaksdukan untuk menetapkan jumlah uang yang harus disediakan untuk mengompensasi sumberdaya alam dan lingkungan yang rusak yang disebabkan oleh zat berbahaya dan zat pencemar. Perhitungan kerusakan termasuk dalam biaya untuk pemulihan sumberdaya ke kondisi awalnya dan kompensasi terhadap jasa lingkungan yang hilang. Perhitungan ini didasarkan pada kebijakan BLM dalam menentukkan kerugiaan yang didasarkan pada kepentingan dalam restorasi dan kompensasi daripada nilai instrinsik dari
11
sumberdaya alam dan lingkungan yang rusak atau nilai moneter dari layanan jasa lingkungan yang hilang. Kegiatan restorasi terdiri dari restorasi, rehabilitasi dan penggantian terhadap sumberdaya alam dan lingkungan yang rusak Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) (2006), perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pemabangunan berkelanjutan. Penurunan kualitas SDAL dapat diukur dengan menggunakan metode before and after project, penilaian untuk waktu atau tahun yang berbeda secara kuantitatif, dinilai secara ekonomi dengan menggunakan teknik penilaian yang bergantung pada jenis dan manfaat atau pelayanan jasa lingkungan yang ada (Suparmoko, 2006). Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011), menyatakan bahwa pendekatan harga pasar untuk menilai dampak lingkungan dibedakan menjadi tiga pendekatan, yaitu pendekatan harga pasar yang sebenarnya, pendekatan modal manusia, dan pendekatan biaya kesempatan. 2.2.1 Pendekatan Harga Pasar yang sebenarnya Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menyatakan bahwa dalam menelusuri langkah-langkah dalam penilaian dampak lingkungan itu terlihat bahwa sesungguhnya kita memberikan nilai ekonomi terhadap dampak perubahan kualitas lingkungan terhadap barang dan jasa alami maupun barang dan jasa buatan. Pada saat menilai atau memberikan harga terhadap dampak suatu proyek, selama ada harga pasar untuk produk atau jasa yang hilang atau timbul dari adanya suatu proyek, sebaiknya digunakan harga pasar. 2.2.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital) Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011), pendekatan ini disebut pula cost of illness approach, diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen, sakit, tidak masuk kerja dan sebagainya sebagai akibat dari adanya suatu proyek. Cost of ilnness mengukur biaya kesehatan secara penuh termasuk biaya berobat, obat, dan perawatan. Menurut
12
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2012, pendekatan ini melakukan valuasi guna memberikan nilai pada modal manusia yang terkena dampak akibat perubahan kualitas SDAL. Pendekatan ini sedapat mungkin menggunakan harga pasar yang sebenarnya ataupun harga bayangan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk memperhitungkan efek kesehatan dan bahkan kematian dapat dikuantifikasikan harganya di pasar. Pendekatan ini dapat dilakukan melalui teknik, yaitu (1) pendekatan pendapatan yang hilang, (2) biaya pengobatan, dan (3) keefektifan biaya penanggulangan. 1. Pendapatan yang hilang (loss of earning) Pendekatan ini dapat digunakan untuk menghitung kerugian akibat pendapatan yang hilang karena perubahan fungsi lingkungan berdampak pada kesehatan manusia. Adapun tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) memastikan bahwa terjadi dampak yang signifikan terhadap kesehatan manusia akibat adanya perubahan fungsi lingkungan sehingga menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan, (2) mengidentifikasi sumber pendapatan yang hilang akibat terganggunya kesehatan masyarakat, misal upah yang hilang selama sakit, (3) mengetahui lamanya waktu yang hilang akibat gangguan kesehatan yang terjadi, dan (4) menghitung seluruh potensi hilangnya pendapatan. 2. Pendekatan biaya pengobatan (cost of illness) Dampak perubahan kualitas lingkungan dapat berakibat negatif pada kesehatan, yaitu menyebabkan sekelompok masyarakat menjadi sakit. Adapun tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) mengetahi bahwa telah terjadi gangguan kesehatan yang berakibat perlunya biaya pengobatan atau kerugian akibat penurunan produktivitas kerja, (2) mengetahui biaya pengobatan yang dibutuhkan sampai sembuh, (3) mengetahui kerugian akibat penurunan produktivitas kerja, dan (4) menghitung total biaya pengobatan dan penurunan produktivitas. Apabila dampak perubahan kualitas lingkungan menyebabkan kematian, maka nilai kematian dapat dihitung dengan pendekatan ganti rugi sebagaimana yang dihitung oleh lembaga asuransi.
13
3. Pendekatan keefektifan biaya penanggulangan Pendekatan ini dilakukan apabila perubahan fungsi atau kualitas SDAL tidak
dapat
diduga
nilainya
namun
dipastikan
bahwa
tujuan
dari
penanggulangannya penting. Fokus pendekatan ini adalah mencapai tujuan dengan biaya yang paling efektif. Pendekatan ini dapat diterapkan untuk mengetahui harga moneter dari suatu efek kesehatan atau perubahan kualitas air atau harga, dan untuk mengalokasikan dana yang tersedia secara lebih efektif. Adapun tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) menetapkan target tingkat perubahan kualitas, (2) menetapkan berbagai alternatif untuk mencapai target, dan (3) mengevaluasi berbagai alternatif dan memilih alternatif biaya terkecil. 2.2.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2012, apabila data mengenai harga atau upah tidak cukup tersedia, biaya kesempatan atau pendapatan yang hilang dari penggunaan SDAL dapat digunakan sebagai pendekatan. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung biaya yang harus dikeluarkan guna melestarikan suatu manfaat, dan bukan untuk memberikan nilai terhadap manfaat itu sendiri. Sebagai contoh, untuk menilai besaran manfaat ekonomi yang harus dikorbankan jika terjadi perubahan yang menyebabkan kualitas lingkungan tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula. Adapun tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) mengidentifikasi kesempatan yang hilang karena suatu kegiatan lain atau perubahan, (2) menilai besaran setiap jenis manfaat ekonomi yang hilang, dan (3) menjumlahkan besaran semua manfaat ekonomi yang hilang. 2.3 Konsep Willingness To Pay (WTP) dan Willingness to Accept (WTA) Menurut Freeman (2003) dalamFauzi (2014), salah satu transmisi nilai ekonomi SDAL pada aspek kesejahteraan terjadi pada perubahan kepuasan dengan asumsi bahwa preferensi individu memiliki sifat substitutability (kemampuan untuk mengganti) antara komoditas yang memiliki nilai pasar dan komoditas yang tidak terpasarkan seperti jasa lingkungan. Penilaian yang
14
didasarkan pada substutability dapat diindikasikan baik melalui WTP atau kesanggupan membawayar dan WTA atau kemauan menerima kompensasi. Willingness to Pay (WTP) adalah kesediaan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. WTP memiliki basis atau titik referensi ketiadaan perubahan, misalnya tidak ada perbaikan lingkungan. Sehingga WTP dapat digunakan untuk melihat kesediaan membayar seseorang untuk memulihkan kembali barang dan jasa SDAL yang rusak, sebagai contoh adalah nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan dapat diukur dari kesediaan seseorang untuk membayar agar kembali ke aslinya (Fauzi, 2014). Sementara itu, Willingness to Accept (WTA) adalah kesediaan menerima seseorang terhadap kompensasi yang diberikan kepada seseorang untuk manfaat yang hilang dalam satuan moneter. WTA memiliki basis atau titik referensi yakni perubahan yang terjadi sebagai basis pengukuran kesejahteraan, misalnya perbaikan lingkungan. Pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan nilai WTP digunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan. CVM pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui kesediaan membayar (WTP) dari masyarakat dan kesediaan menerima (WTA). Metode CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikian individu, jika individu yang ditanya tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah dengan mengukur seberapa besar kesediaan membayar masyarakat untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang kita tanya memiliki hak atas sumber daya, pengukuran yang relevan adalah dengan seberapa besar kesediaan membayar masyarakat untuk menerima kompensasi yang paling minimum untuk hilang atau rusaknya sumberdaya yang dimiliki. Terdapat lima tahapan operasional dalam pendekatan CVM, yaitu (Fauzi, 2006): 1. Membuat hipotesis pasar Pada awal proses kegiatan CVM, terlebih dahulu membuat hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan dievaluasi.
15
2. Mendapatkan nilai lelang (bids) Tahapan berikutnya dalam melakukan CVM adalah memperoleh nilai lelang melalui survei, baik melalui survei langsung dengan kuesioner atau wawancara. Tujuan dari survei ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum kesediaan membayar (WTP) dari responden terhadap suatu proyek, misal perbaikan lingkungan. Nilai lelang dapat dilakukan dengan teknik:
Permainan lelang (bidding game). Pada teknik ini responden diberikan pertanyaan secara berulang-ulang apakah mereka ingin membayar sejumlah tertentu. Nilai ini kemudian dapat dinaikan atau diturunkan tergantung respon atas pertanyaan sebelumnya. Pertanyaan dihentikan sampai nilai tetap diperoleh.
Pertanyaan terbuka. Pada teknik ini responden diberikan kebebasan untuk menyatakan nilai rupiah yang bersedia dibayarkan untuk suatu proyek lingkungan.
Payment Cards. Pada teknik ini responden diberikan pertanyaan apakah ingin membayar pada kisaran nilai tertentu dari nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada responden melalui kartu.
Model referendum (dichotomous choice). Pada teknik ini responden diberikan suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak.
3. Menghitung rataan WTP Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai rataan WTP setiap individu. Perhitungan ini didasarkan pada nilai mean (rataan) dan nilai median (tengah). 4. Memperkirakan kurva lelang (bid curve) Kurva lelang diperoleh dengan meregresikan WTP sebagai variabel tidak bebas dengan beberapa variabel bebas. 5. Mengagregatkan data Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengangregatkan rataan lelang yang diperoleh pada tahap ketiga. Proses ini melibatkan koversi data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga.
16
2.4 Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu prediktor. Regresi linear berganda hampir sama dengan regresi linear sederhana, hanya saja pada regresi linear berganda variabel bebasnya lebih dari satu variabel penduga. Tujuan analisis regresi linear berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan membuat prediksi perkiraan nilai Y atas X. Pada regresi linear berganda variabel tidak bebas (Y) tergantung kepada dua atau lebih variabel bebas (X). Bentuk persamaan regresi linear berganda yang mencakup dua atau lebih variabel dapat ditulis sebagai berikut (Gujarati, 2007): Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 +…..+ βnXn + ε Dimana
:
Y
: variabel tak bebas
β0
: konstanta
β1,β2,…,βn
: koefisien regresi
n
: ukuran sampel
ε
: galat Sebelum melakukan analisis regresi linear, terlebih dahulu dilakukan
pengujian terhadap data, apakah data yang kita gunakan dalam penelitian ini layak untuk digunakan dalam penelitian atau tidak. Pada data yang bersifat skala menggunakan uji kelayakan dengan asumsi klasik berupa uji normalitas,uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Pada dasarnya pengujian regresi linear berganda dapat dikatakan baik bila telah memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat tercapai apabila telah
memenuhi
uji
normalitas,
multikolinearitas,
heteroskedastisitas,dan
autokorelasi. Jika terdapat heteroskedastisitas, varian dikatakan tidak konstan, sehingga
dapat
menyebabkan
biasnya
standar
error.
Jika
terdapat
multikolinearitas, akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Adanya autokorelasi mengakibatkan penaksiran masih tetap bias dan masih tetap
17
konsisten, hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji asumsi klasik (Sugiyono 2005). 2.5 Penelitian Terdahulu Hasiani et al (2013) melakukan penelitian mengenai Analisis Kesediaan Membayar (WTP) dalam Upaya Pengelolaan Obyek Wisata Taman Alun Kapuas Pontianak, Kalimantan Barat. Penelitian ini memiliki lima tujuan, yaitu (1) mengidentifikasi
kondisi
lingkungan
sekitar
Taman
Alun
Kapuas,
(2)
mengidentifikasi karakteristik pengunjung terhadap kondisi lingkungan obyek wisata Taman Alun Kapuas, (3) menganalisis faktor-faktor kesediaan pengunjung membayar dalam upaya pengelolaan obyek wisata Taman Alun Kapuas, (4) mengestimasi besarnya nilai WTP yang diberikan oleh pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Taman Alun Kapuas, dan (5) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP pengunjung dalam upaya pengelolaan obyek wisata Taman Alun Kapuas. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistic dalam mengalisis faktor-faktor kesediaan pengunjung untuk membayar sedangkan metode CVM (Contingent Valuation Method) digunakan untuk mengestimasi biaya yang akan dikeluarkan oleh pengunjung dan metode regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi besar kesediaan membayar pengunjung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 84% responden bersedia membayar dalam upaya pengelolaan lingkungan obyek wisata Taman Alun Kapuas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar responden dalam upaya pengelolaan lingkungan obyek wisata Taman Alun Kapuas antara lain pendapatan dan pengetahuan. Nilai rata-rata WTP responden adalah sebesar Rp3.360,00 per orang. Faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden yaitu usia. Berina (2011) melakukan penelitian mengenai Strategi dan Biaya Adaptasi Masyarakat Teluk Jakarta terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menginterpretasikan persepsi masyarakat mengenai perubahan iklim dan dampak banjir rob; (2) mengidentifikasi strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam mengantisipasi dampak banjir rob; (3)
18
mengestimasi besar biaya adaptasi yang ditanggung masyarakat akibat banjir rob; (4) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi masyarakat terhadap dampak banjir rob; dan (5) mengkaji program dan rencana program pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kotamadya Jakarta Utara untuk mengatasi banjir rob di wilayah Kelurahan Penjaringan dan kesesuainnya dengan harapan masyarakat. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, averting behavior method, dan analisis regresi linear berganda. Proses interpretasi persepsi masyarakat, identifikasi strategi adaptasi, dan kajian program menggunakan metode analisis deskriptif. Sementara itu, biaya adaptasi diperoleh melalui pendekatan averting behavior method, dan analisis faktor yang mempengaruhi biaya adaptasi menggunakan regresi linear berganda dengan model double log. Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebagian besar masyarakat Keluarahan Penjaringan belum memahami istilah perubahan iklim. Saat banjir terjadi, masyarakat lebih memilih untuk menetap di rumah dibandingkan mengungsi ke tempat lain. Hal ini menimbulkan biaya yang harus ditanggung masyarakat untuk beradaptasi. Biaya adaptasi total yang harus ditanggung masyarakat Kelurahan Penjaringan adalah sebesar Rp50.775.927,44. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi tersebut yaitu pendapatan rumah tangga, jarak rumah ke laut, dan status kepemilikan rumah. Masyarakat berpendapat bahwa fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah kurang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Pemerintah telah menyiapkan beberapa program terkait dengan antisipasi banjir rob dan penurunan lahan, yaitu reklamasi pantai dan Giant Sea Wall sepanjang garis pantai Jakarta Utara. Ahaliati (2013) melakukan penelitian mengenai Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan
Jatiasih,
Kota
Bekasi.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
(1)
mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat; (2) mengestimasi besarnya kerugian yang ditanggung masyarakat pasca banjir; dan (3) mengidentifikasi upaya pemerintah untuk meminimalisir dampak banjir luapan sungai.metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan metode valuasi ekonomi.Berdasarkan perhitungan, total kerugian ekonomi yang
19
ditanggung masyarakat akibat banjir sebesar Rp2.735.879.506. Sementara itu, upaya program pemerintah kedepannya masih berupa usulan program meminimalisir dampak banjir seperti boor file atau tiang pancang yang idealnya mengikuti Garis Sempadan Sungai (GSS) yang secara teknis masih disesuaikan dengan masing-masing kontur tanah dan kondisi badan sungai serta menambah daya tamping Kali Bekasi sebsar 689 m3/detik di bantaran sungai. Han et al. (2009) melakukan estimasi WTP untuk konservasi lingkungan pada studi kasus Cagar Alam Kanas di Xinjiang, China. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi WTP masyarakat untuk konservasi lingkungan dan mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi WTP. Hasil dari penelitian akan membantu pembuat kebijakan dan pengelola lokasi di China untuk memperhatikan tambahan yang berarti untuk meningkatkan status keuangan cagar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 81% responden menyatakan bahwa penting untuk menjaga keaslian dari lingkungan di Kanas, yang berarti responden memiliki pandangan yang baik terhadap Cagar Alam Kanas dan mendukung perlindungan lingkungan. Responden
bersedia membayar bid di
US$20, US$50, US$100 yang paling banyak dipilih. Sekitar 27% tidak bersedia membayar. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah pandangan dan perlakuan terhadap Cagar Alam Kanas, sedangkan
jenis kelamin, umur,
pendapatan, dan lokasi asal tidak berpengaruh nyata. Breffle et al. (1997) melakukan penelitian tentang analisis WTP masyarakat sekitar untuk melestarikan lahan yang belum dikembangkan yang menyediakan ruang terbuka, pemandangan alam, dan sebagai habitat satwa liar pada properti Cunningham di Boulder, Colorado. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi besarnya kesediaan membayar responden untuk menjaga dan melestarikan seluruh lahan yang belum dikembangkan di Boulder. Hasil estimasi WTP terbaik dari seluruh rumah tangga adalah sebesar US$774.000. Berdasarkan model yang telah diestimasi, isu ikatan lingkungan dapat meningkatkan pajak properti rumah tangga satu waktu sebesar US$192. Median WTP akan melewati jumlah tersebut dan meningkat hingga US$493.000, karena lebih banyak responden yang daerah asalnya jauh dari lahan properti tersebut dan WTP menurun karena adanya pengaruh jarak tempat tinggal, maka dana dapat ditingkatkan dengan
20
mengusulkan variasi pajak yang bergantung jarak tempat tinggal. Pendapatan juga berpengaruh nyata terhadap WTP, maka isu ikatan lingkungan akan meningkat jika rumah tangga dengan pendapatan menengah ke bawah dimasukkan ke dalam pengecualian. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hasiani et al (2013), Berina (2011), Ahaliati (2013), Han et al (2009), dan Breffle et al (1997). Penelitian sebelumnya membahas mengenai banjir rob dan teknis penanggulangan banjir rob. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ahaliati (2013) hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Hal ini dapat dilihat dari lokasi penelitian di mana kedua penelitian ini mengambil lokasi perumahan di wilayah Bekasi serta kedua penelitian ini juga mengestimasi kerugian akibat banjir di perumahan. Namun terdapat perbedaan antarapenelitian yang dilakukan oleh Ahaliati dengan penelitian yang akan dilakukan penulis di mana penulis tidak hanya mengestimasi kerugian pasca banjir, tetapi juga mengestimasi kesediaan membayar masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan untuk meminimalisir kerugian akibat banjir.
21
III. KERANGKA PEMIKIRAN Kondisi topografi Kota Bekasi sebagian besar berada pada dataran rendah dengan kemiringan antara 0-2% dan ketinggian 0-25 m diatas permukaan laut. Kondsi tersebut menjadi salah satu penyebab Kota Bekasi rentan mengalami banjir setiap musim penghujan terlebih lagi karena kota ini terletak di bagian hilir DAS Bekasi Hulu (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Minimnya ruang terbuka hijau sebagai lahan resapan air, sistem drainase yang kurang baik, serta limpasan air sungai menjadi pemicu terjadinya banjir. Seperti halnya banjir yang terjadi pada tahun 2014 di Kota Bekasi, banjir diakibatkan oleh meningkatnya debit air di Kali Bekasi. Pada awal tahun 2014, tercatat 71 titik daerah rawan banjir yang tersebar di 10 kecamatan di Kota Bekasi2. Salah satu wilayah yang terkena banjir adalah Perumahan Dosen IKIP RW 02 di Kecamatan Jatiasih. Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di Kecamatan Jatiasih yang terkena banjir. Penyebab banjir di perumahan ini adalah kondisi saluran air di perumahan tidak dapat berfungsi dengan baik untuk mengaliri air akibat dari timbunan beton dan sampah. Selain itu, perumahan ini juga berlokasi di daerah cekungan yang memungkinkan air mudah tergenang akibat tidak ada lagi lahan resapan. Kondisi tersebut diperparah dengan kebaradaan kali yang terdapat di depan pintu masuk perumahan. Banjir yang terjadi di perumahan ini menimbulkan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerugian yang ditanggung masyarakat dibedakan atas kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung yang dihitung dalam penelitian ini hanya kerugian yang timbul akibat banjir berupa biaya kehilangan perabotan rumah tangga,biaya perbaikan perabotan dan bangunan.Sementara itu, kerugian tidak langsung yang dihitung dalam penelitian ini adalah hilangnya pendapatan responden, biaya pengobatan dan biaya tambahan.Berdasarkan hasil perhitungan kerugian tersebut, dibutuhkan upaya perbaikan lingkungan untuk meminimalisir kerugian akibat banjir di masa datang. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
“Bekasi Dikepung Banjir Musiman”. http://sindonews.com/. Diakses 28 Januari 2014
2
22
Pengelolaan Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi
Permasalahan 1. Intensitas curah hujan yang tinggi di daerah hulu (Kabupaten Bogor) 2 Kondisi topografi di Perumahan Dosen IKIP RW 02 berada di cekungan dengan dataran rendah 3. Saluran air perumahan tidak berfungsi dengan baik akibat timbunan beton dan sampah 4. Terjadi penyempitan pada kali yang berada di pintu masuk perumahan
Banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02
Karakteristik Responden yang terkena banjir
Analisis Kualitatif
Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Banjir
Estimasi WTP Masyarakat terhadap Upaya Pengurangan Risiko Banjir
Pendekatan Harga Pasar Cost of Illness Lost of Income
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat
Analisis Willingness to Pay
Nilai kerugian dan upaya perbaikan lingkungan perumahan
Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran
Analisis regresi berganda
23
Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik responden dengan menggunakan analisis deskriptif. Karakteristik responden terbagi menjadi tiga bagian yaitu karakteristik demografi, karakteristik tempat tinggal responden, dan persepsi responden terhadap dampak banjir terhadap lingkungan sekitar. Karakteristik demografi meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, jumlah tanggungan, pekerjaan, dan pendapatan rumah tangga. Karakteristik tempat tinggal responden meliputi lama tinggal, status tempat tinggal, tingkat rumah, luas rumah, dan ketinggian air banjir. Persepsi responden terhadap dampak banjir di lingkungan sekitar meliputi tingkat kebersihan dan tingkat partisipasi masyarakat pasca banjir. Tujuan kedua dari penelitian ini adalah mengestimasi kerugian ekonomi masyarakat pasca banjir. Kerugian akibat banjir yang dalam penelitian ini dibedakan atas kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah biaya yang ditanggung karena kehilangan perabotan rumah tangga, biaya yang ditanggung masyarakat untuk perbaikan perabotan dan bangunan rumah tangga sedangkan kerugian tidak langsung adalah hilangnya pendapatan masyarakat akibat tidak bekerja selama banjir, biaya yang ditanggung untuk berobat akibat terserang penyakit dan biaya tambahan. Kerugian banjir ini diestimasi dengan menggunakan pendekatan harga pasar yang sebenarnya dan pendekatan modal manusia. Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah mengkaji besarnya kesediaan membayar atau WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan di Perumahan Dosen IKIP RW 02 berupa perawatan tanggul. Tujuan ini didasarkan pada hasil perhitungan kerugian yang diestimasi pada tujuan pertama penelitian, upaya perawatan tanggul ini diharapkan dapat meminimalisir kerugian akibat banjir di perumahan tersebut. Upaya ini dapat diestimasi denganmenggunakan analisis willingness to pay (WTP). Tujuan keempat dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTPmasyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan perumahan. Faktor-faktor yang mempengarui besarnya WTP
24
masyarakat adalah tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, status tempat tinggal, lama tinggal, jumlah tingkat rumah, luas rumah, dan ketinggian banjir. Faktor-faktor ini diidentifikasi dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai kerugian ekonomi yang ditanggung oleh masyarakat serta upaya masyarakat dalam memperbaiki lingkungan melalui perawatan tanggul untuk meminimalisir kerugian banjir di masa datang. Melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi mengenai nilai kerugian dan upaya perbaikan lingkungan perumahan dalam pengelolaan Perumahan Dosen IKIP RW 02 yang lebih baik .
25
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih. Kecamatan Jatiasih merupakan salah satu dari bagian wilayah tingkat II Kota Bekasi yang terdiri dari enam Kelurahan. Secara geografis Kecamatan Jatiasih terletak di bagian Selatan Kota Bekasi pada posisi 106°55' Bujur Timur dan 6°15' Lintang Selatan dengan ketinggian 20 m diatas permukaan laut. Wilayah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dikarenakan Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di Kecamatan Jatiasih yang terkena banjir. Selain itu pemilihan dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan Kecamatan Jatiasih merupakan wilayah dengan genangan paling luas yaitu 330 Ha dengan rata-rata lama genangan adalah 26,5 jam dan rata-rata ketinggian genangan 148,75 cm. Sementara rata-rata ketinggian genangan yang terjadi di Kota Bekasi adalah 90,81 cm dengan rata-rata lama genangan adalah 18,24 jam (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di Kecamatan Jatiasih yang mengalami banjir terparah setelah Perumahan Pondok Gede Permai dilihat dari ketinggian air banjir dan lama genangan banjir yang terjadi selama banjir (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Kondisi lingkungan perumahan Dosen IKIP RW 02 pada saat terjadi banjir disajikan pada Lampiran 2. Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Maret sampai April 2014. 4.2 Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Nazir (2005), metode survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada serta mencari keteranganketerangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok atau pun suatu daerah. Pelaksanaan metode survei membutuhkan perencanaan yang matang dan terfokus pada permasalahan. Pengamatan langsung digunakan untuk mengumpulkan informasi yang lebih menggambarkan suatu
26
gejala yang ada di lapangan dan membantu menjelaskan data kuantitatif terkait penelitian. Pada penelitian ini teknik wawancara dengan memberikan kuesioner bertujuan untuk memperoleh informasi yang didasarkan pada pengetahuan dan pendapat responden. Informasi yang diharapkan berupa informasi mengenai kerugian ekonomi yang ditanggung serta kesediaan responden dalam melakukan upaya perbaikan lingkungan melalui perawatan tanggul untuk meminimalisir kerugian banjir di masa datang. 4.3 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara menggunakan kuesioner (kuesioner penelitian disajikan pada Lampiran 3) kepada responden. Penjelasan mengenai jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian No 1.
Jenis Data Primer
2.
Data Sekunder
Parameter Data masyarakat Perumahan Dosen IKIP RW 02 yang terkena banjir Data karakteristik responden yang terkena banjir Data kerugian dan kerusakan yang dialami masyarakat Data mengenai besarnya nilai WTP responden dalam upaya perbaikan lingkungan Data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat Kondisi wilayah Perumahan Dosen IKIP RW 02 Data mengenai kecamatan yang terkena banjir Data monografi menurut kecamatan di Kota Bekasi
Sumber Data Ketua RW Perumahan Dosen IKIP RW 02 Masyarakat Perumahan Dosen IKIP RW 02
Kelurahan Jatikramat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Pemerintah Daerah Kota Bekasi, Perpustakaan Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Kelurahan Jatiasih.Data sekunder ini diperlukan untuk mengetahui kondisi Perumahan Dosen
27
IKIP RW 02 dan studi literatur serta hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh suatu instansi, perorangan dan lembaga yang terkait. 4.4 Metode Pengambilan Sampel Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Pemilihan responden dilakukan dengan metode probability sampling yaitu dengan teknik simple random sampling. Simple random sampling adalah bentuk pengambilan sampel acak yang bersifat sederhana di mana tiap sampel yang berukuran sama memiliki peluang yang sama untuk terpilih dari populasi. Terdapat dua metode yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu metode undian dan metode tabel random. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode undian. Awalnya peneliti mengumpulkan nomor rumah responden yang ada di tiap RT. Setiap nomor rumah responden ditulis dalam secarik kertas. Kertas-kertas tersebut kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak. Setelah dikocok, sejumlah gulungan kertas diambil sesuai dengan jumlah sampel yang direncanakan yaitu 95 responden. Nomor yang terambil akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Metode pengambilan sampel ini dilakukan apabila (1) elemen-elemen populasi yang bersangkutan homogen dan (2) hanya diketahui identitas-identitas dari satuan-satuan individu (elemen) dalam populasi, sedangkan keterangan lain mengenai populasi, seperti derajat keseragaman, pembagian dalam golongan-golongan tidak diketahui, dan sebagainya (Hasan, 2008). Pada pelaksanaannya responden yang terpilih berasal dari tujuh RW yang ada di perumahan ini. Jumlah responden yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 95 kepala keluarga. Penentuan responden untuk masing-masing RT dilakukan dengan mengambil sepertiga jumlah kepala keluarga dari masingmasing RT karena jumlah tersebut sudah mewakili dampak banjir yang dirasakan masyarakat dan kesediaan membayar masyarakat di RT tersebut. 4.5 Metode Analisis Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program
28
komputer, yaitu Microsoft Office Excell 2010 dan Eviews 6. Data selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabel dan perhitungan matematis. Matriks metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Matriks metode analisis data No
Tujuan Penelitian
Sumber Data
1
Mengidentifikasi karakteristik responden yang terkena banjir Mengestimasi besarnya nilai kerugian yang ditanggung masyarakat ketika terjadinya banjir. Biaya kehilangan perabotan
Data Primer
2
3
4
Metode Analisis Data Analisis Deskriptif
Data Primer dan Data Sekunder Data barang-barang yang rusak/hilang Data biaya perbaikan bangunan
Metode garis lurus
Biaya perbaikan bangunan rumah tangga
Pendapatan yang hilang
Data pendapatan harian
Loss of Earnings
Biaya Pengobatan
Data pengobatan
Cost of Illness
Biaya tambahan
Data tambahan
Pendekatan harga pasar yang sebenarnya Analisis WTP
Mengestimasi besarnya WTP reponden dalam upaya perbaikan lingkungan Perumahan. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP responden.
Data Primer
Data Primer
biaya
Pendekatan harga pasar yang sebenarnya
Analisis Regresi linear Berganda
Hasil analisis tersebut dikaji untuk melihat kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir dan kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan melalui empat tujuan penelitian. Tujuan pertama, mengidentifikasi karakteristik responden dengan menggunakan kuesioner dan menganalisisnya dengan metode analisis deskriptif. Tujuan kedua, mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir, data-data yang dibutuhkan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah data kehilangan perabotan, data perbaikan perabotan dan bangunan rumah, data pengobatan, data kehilangan pendapatan dan data biaya tambahan. Adapun data-data tersebut akan dianalisis dengan metode harga pasar yang sebenarnya, metode cost of illness dan metode loss of earning. Kemudian untuk mengkaji kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan digunakan tujuan ketiga dan keempat. Tujuan ketiga,
29
mengkaji besarnya nilai WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan dengan menggunakan kuesioner dan menganalisisnya dengan menggunakan analisis WTP. Tujuan keempat, mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat dengan menggunakan kuesioner dan menganalisisnya dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Sehingga, hasil dari analisis tersebut berupa informasi mengenai nilai kerugian dan besarnya WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan perumahan untuk meminimalisir dampak banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota bekasi.
4.5.1 Identifikasi Karakteristik Responden yang Terkena Dampak Banjir Karakteristik responden dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 95 responden. Karakteristik responden terbagi menjadi tiga bagian yaitu karakteristik demografi, karakteristik tempat tinggal, dan persepsi masyarakat terhadap dampak banjir di perumahan. Karakteristik demografi dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan, dan pendapatan rumah tangga. Karakteristik tempat tinggal meliputi lama tinggal, status tempat tinggal, jumlah tingkat rumah, luas rumah, dan ketinggian air banjir. Selain dibutuhkan data karakteristik demografi dan karakteristik tempat tinggal responden, dibutuhkan juga data mengenai persepsi responden terhadap dampak banjir terhadap lingkungan sekitar yang meliputi tingkat kebersihan lingkungan dan tingkat partisipasi mayarakat selama pasca banjir. Identifikasi ketiga jenis karakteristik responden ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis desktiptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu sampel. Analisis deskriptif ini dilakukan melalui pengujian hipotesis deskriptif. Hasil analisis ini adalah apakah hipotesis penelitian dapat digeneralisasikan atau tidak. Jika hipotesis nol (H0) diterima, berarti hasil penelitian dapat digeneralisasikan (Hasan, 2009). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode analisis deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diteliti dengan
30
cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis dan menginterpretasikan data dalam pengujian hipotesis statistik. 4.5.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Kerugian akibat banjir pada umumnya relatif dan sulit diidentifikasi secara jelas, di mana terdiri dari kerugian banjir akibat banjir langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung akibat banjir merupakan kerugian fisik akibat banjir terjadi, berupa robohnya gedung sekolah, industri dan rusaknya sarana transportasi. Sementara itu, kerugian tidak langsung akibat banjir berupa keuslitan yang timbul secara tidak langsung diakibatkan oleh banjir, seperti komunikasi, pendidikan, kesehatan, kegiatan bisnis terganggu dan lainnya (Kodoatie dan Sugiyono, 2002). Penelitian ini mengestimasi kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat akibat banjir yang terjadi di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Kerugian langsung (direct) terjadi akibat dari kontak langsung air banjir dengan kerusakan properti dan tingkat kerusakan diasumsikan sebagai biaya perbaikan properti. Kerugian tidak langsung (indirect) adalah kerugian yang disebabkan oleh terganggunya hubungan fisik dan ekonomi termasuk hilangnya produksi, hilangnya pendapatan, kerugian bisnis, dan keterlambatan dalam transportasi barang. Kerugian dalam penelitian ini dibagi menjadi kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung dalam penelitian ini berupa biaya kehilangan perabotan rumah tangga, biaya perbaikan perabotan dan bangunan, dan biaya tambahan sedangkan kerugian tidak langsung dalam penelitian ini adalah biaya pengobatan, biaya kehilangan pendapatan dan biaya tambahan. Berikut metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Kerugian langsung Kerugian langsung dalam penelitian ini berupa biaya kehilangan perabotan rumah tangga, serta perbaikan perabotan dan bangunan rumah tangga. Berikut metode-metode yang digunakan untuk menghitung kerugian langsung: a. Biaya kehilangan perabotan rumah tangga Estimasi nilai kerugian ekonomi pasca banjir dilihat dari perabotan rumah tangga yang mengalami kerusakan dan tidak dapat digunakan lagi sesuai fungsinya. Metode yang digunakan untuk mengestimasi kerugian ini adalah
31
dengan pendekatan harga pasar. Pada penelitian ini, kehilangan perabotan rumah tangga yang dialami masyarakat dapat dilihat dari harga beli, tahun dan umur ekonomis dari perabotan tersebut. Sementara itu, metode yang digunakan untuk melihat penyusutan suatu barang adalah dengan menggunakan metode garis lurus. Pada metode garis lurus, beban penyusutan tiap tahun penggunaan aktiva tetap jumlahnya sama dari tahun ke tahun. Jumlah penyusutan tiap tahun dihitung dengan Persamaan 4.1(Horngren dan Jr Harrison, 2007), sebagai berikut: NP =
HB UE
........................................................................................................... (4.1)
Dimana: NP
: Nilai Penyusutan ( Rp/tahun)
HB
: Harga beli (Rp)
UE
: Umur ekonomis (tahun) Sementara itu biaya kehilangan perabotan rumah tangga merupakan nilai
sisa pada tahun terjadinya kerusakan kemudian dikurangkan dengan harga beli barang. Biaya kehilangan dihitung dengan Persamaan 4.2, sebagai berikut: KP = HB – AP.............................................................................................................. (4.2) Dimana: KP
: Biaya kehilangan perabotan (Rp)
HB
: Harga beli (Rp)
AP
: Akumulasi penyusutan (Rp) Nilai rata-rata biaya kehilangan perabotan rumah tangga selama banjir
dihitung dengan Persamaan 4.3 (Ahaliati, 2013), sebagai berikut: KPi
RKP =∑ n ....................................................................................................... (4.3) Dimana: RKP
: Rata-rata kehilangan perabotan rumah tangga (Rp/KK)
KPi
: Biaya kehilangan responden ke-i
n
: Jumlah responden (KK)
i
: Responden ke-i (1,2,3,…,n)
b. Biaya perbaikan perabotan dan bangunan rumah tangga Biaya perbaikan yang ditanggung oleh responden dihitung dari jumlah uang yang ditanggung untuk perbaikan. Sehingga untuk memperoleh biaya rata-
32
ratanya, total uang yang ditanggung untuk perbaikan dibagi jumlah responden yang mengeluarkan biaya untuk perbaikan. Besarnya biaya rata-rata untuk upaya perbaikan perabotan bangunan dan rumah tangga tersebut dirumuskan dengan Persamaan 4.4 (Ahaliati, 2013), sebagai berikut: RBP ̅̅̅̅̅̅ RBP =∑ n ....................................................................................................... (4.4)
Dimana: ̅̅̅̅̅̅̅ : Rata-rata biaya perbaikan (Rp) 𝑅𝐵𝑃 BP
: Biaya perbaikan (Rp)
n
: Jumlah responden (KK)
i
: Responden ke-i (1,2,3,..,n)
2. Kerugian tidak langsung Kerugian tidak langsung dalam penelitian ini berupa biaya pengobatan, biaya kehilangan pendapatan dan biaya tambahan. Berikut metode-metode yang digunakan dalam menghitung kerugian tidak langsung: a. Biaya pengobatan Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2012 tentang panduan valuasi ekonomi ekosistem gambut, biaya yang ditanggung responden untuk pengobatan akibat penyakit yang berasal dari genangan air diestimasi dengan metode cost of illness. Penelitian ini hanya menghitung biaya perawatan medis responden itu sendiri yang besarnya dapat berbeda-beda untuk setiap responden. Nilai rata-rata kerugian yang dilihat dari jumlah biaya pengobatan yang ditanggung oleh responden dirumuskan dengan Persamaan 4.5 (Ahaliati, 2013), sebagai berikut: ̅̅̅̅i = ∑ BBi ...................................................................................................... (4.5) RB n Dimana: ̅̅̅̅ 𝑅𝐵
: Rata-rata biaya berobat (Rp)
BB
: Biaya berobat (Rp)
n
: Jumlah responden (KK)
i
: Responden ke-i (1,2,3,..,n)
b. Kehilangan Pendapatan Kerugian ini dilihat dari segi responden yang kehilangan pendapatan harian akibat banjir yang menghalangi mereka untuk bekerja. Menurut Peraturan Menteri
33
Lingkungan Hidup nomor 14 tahun 2012 tentang panduan valuasi ekonomi ekosistem gambut, kerugian ini diestimasi dengan pendekatan biaya kesempatan atau pendapatan yang hilang atau lost of income. Pendapatan yang hilang ini merupakan pendapatan harian yang tidak dapat responden dapatkan pada saat banjir karena akses jalan terputus. Nilai rata-rata kerugian yang dilihat dari hilangnya pendapatan responden selama banjir dirumuskan dengan Persamaan 4.6 (Ahaliati, 2013), sebagai berikut: ̅̅̅̅̅ = ∑ JHTKi ................................................................................................... (4.6) HPi TPRi Dimana: ̅̅̅̅ 𝐻𝑃
: Rata-rata hilangnya pendapatan (Rp/KK)
JHTK : Jumlah hari responden tidak kerja ke-i (hari) TPR
: Tingkat pendapatan responden ke-i per hari (Rp)
n
: Jumlah responden (KK)
i
: Responden ke-i (1,2,3..,n)
c. Biaya Tambahan Kerugian ini dilihat dari pengeluaran responden untuk membeli kebutuhan yang tak terduga disaat banjir dan setelah banjir. Metode yang digunakan dalam mengestimasi kerugian ini adalah pendekatan harga pasar sebenarnya. Nilai ratarata biaya tambahan yang dihitung berupa alat kebersihan, biaya sedot WC, dan biaya sewa tukang kebersihan yang disesuaikan dengan kebutuhan responden saat banjir dapat dirumuskan dengan Persamaan 4.7 (Ahaliati, 2013), sebagai berikut: RBT = ∑
BTi n
.................................................................................................... (4.7)
Dimana: ̅̅̅̅̅̅ RBT
: Rata-rata biaya tambahan (Rp/KK)
BTi
: Biaya tambahan responden ke-i (Rp)
n
: Jumlah responden (KK)
i
: Responden ke-i (1,2,3,..,n)
4.5.3 Analisis WTP terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan Analisis WTP bertujuan untuk mengestimasi besarnya nilai kesediaan membayar responden dalam upaya perbaikan lingkungan. Untuk mengestimasi besarnya nilai WTP pada penelitian ini akan digunakan pendekatan CVM.
34
Menurut Fauzi (2010), tahapan dalam penerapan analisis CVM dalam menentukan nilai WTP yaitu: 1. Membangun Pasar Hipotetik Pasar hipotesis yang dibentuk dalam penelitian ini adalah suatu pasar dengan upaya mengurangi risikoakibat banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Pasar hipotesis yang ditawarkan dibentuk dalam skenario sebagai berikut: Pasar Hipotetik Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di Bekasi yang mengalami banjir setiap tahun. Penyebab banjir di perumahan ini adalah kondisi topografi perumahan yang berada di cekungan dengan dataran rendah dan air kiriman banjir dari perumahan sekitar. Banjir yang terjadi di perumahan ini menimbulkan kerugian besar yang dirasakan oleh masyarakat. Perumahan ini memiliki tanggul yang berfungsi untuk menampung air kiriman sehingga dapat mengurangi ketinggian air banjir di perumahan ini. Fungsi tanggul tersebut membuat masyarakat merasa perlu untuk melakukan perawatan terhadap tanggul tersebut. Upaya ini dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang dialami masyarakat berupa manfaat yang hilang dan income yang berkurang akibat banjir dan membuat kualitas lingkungan di perumahan menjadi lebih baik. Pada pelaksanaannya, partisipasi masyrakat sangat dibutuhkan demi keberlangsungan perawatan tanggul tersebut. Partisipasi dapat berupa iuran rutin setiap bulan, agar perawatan tanggul dapat berkelanjutan.
Pertanyaan menyangkut skenario, yaitu: “Apakah Bapak/Ibu bersedia berpartisipasi dalam rangka upaya perawatan tanggul di Perumahan Dosen IKIP RW 02 dengan mengeluarkan sejumlah dana dan berapa besar dana yang bersedia dibayarkan?” 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Pada awalnya untuk mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik payment card, yaitu responden diberikan pertanyaan apakah ingin membayar pada kisaran nilai tertentu dari nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada responden melalui kartu. Namun setelah meilihat kondisi di lapang dan hasil survei yang didapatkan, peneliti memilih untuk menggunakan teknik open ended, yaitu responden diminta untuk memberikan nilai maksimum kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan perumahan. Teknik open ended ini dirasakan dapat mewakili besarnya nilai penawaran masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan.
35
3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP Jika data mengenai nilai WTP telah terkumpul, diperlukan perhitungan nilai rataannya. Perhitungan dari dugaan nilai rataan WTP (EWTP) responden dirumuskan dengan Persamaan 4.8, sebagai berikut:
EWTP =
……………………………………………….…(4.8)
Dimana: EWTP : Nilai dugaan rataan WTP (Rp) Wi
: Batas bawah kelas WTP pada kelas ke-I (Rp)
Pfi
: Frekuensi realtif kelas ke-i
n
: Jumlah kelas interval
i
: Responden ke-i yang bersedia membayar iuran 4. Memperkirakan kurva lelang (bid curve) Kurva permintaan WTP responden dibentuk menggunakan jumlah kumulatif
dari jumlah individu yang bersedia memilih suatu nilai WTP tertentu. 5. Menjumlahkan data Total WTP dapat digunakan untuk menduga WTP populasi secara keseluruhan. Total WTP dicari dengan mengkonversikan nilai penawaran tengah rata-rata terhadap total populasi yang dimaksud. Nilai total WTP dirumuskan dengan Persamaan 4.9, sebagai berikut:
TWTP
=
...…………………………………..(4.9)
Dimana: TWTP :Total WTP responden WTP
: WTP individu ke-i
i
: Responden ke-i yang bersedia
ni
: Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP
n
: Jumlah sampel
36
4.5.3.1 Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi WTP Responden Besarnya WTP yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat diantaranya adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan rumah tangga, lama tinggal, status tempat tinggal, luas rumah, jumlah tingkat rumah, dan ketinggian banjir, dapat dianalisa dengan menggunakan model regresi liner berganda. Persamaan regresi dalam penelitian ini dapat dilihat pada persamaan 4.10 sebagai berikut: WTPi = β0 + β1PPDKNi + β2JTKi+ β3 PDRTi + β4LMTi + β5STTi + β6LSRMi + β7JTRMi + β8KTBi …………………………………………. (4.10) Dimana: WTPi
: Nilai WTP responden ke-i (rupiah)
β0
:
Konstanta
β1-β8
:
Koefisien regresi
PDDKNi : Lama pendidikan formal responden ke-i (tahun) JTKi
: Jumlah tanggungan keluarga responden ke-i (orang)
PDRTi
: Pendapatan rumah tangga responden ke-i (Rp/bulan)
LMTi
: Lama tinggal responden ke-i di lokasi penelitian (tahun)
STTi
: Status
tempat
tinggal
responden
ke-i
(1=milik
sendiri,
0=sewa/menumpang) LSRMi
: Luas rumah responden ke-i (m2)
JTRMi
: Jumlah tingkat rumah responden ke-i (1= tingkat 0, 0= tingkat 1)
KTBi
: Ketinggian air banjir yang dialami responden ke-i (cm)
ε
: Galat atau error
i
: Responden ke-i (i=1,2,3…..) Variabel-variabel diatas ditentukan berdasarkan teori-teori ekonomi yang
berlaku dan observasi langsung di lokasi penelitian. Besarnya WTP responden untuk melakukan perawatan tanggul dipengaruhi oleh pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan rumah tangga, lama tinggal, status tempat tinggal, luas rumah, jumlah tingkat rumah, dan ketinggian banjir dapat dijelaskan pada Tabel 4.
37
Tabel 4. Matriks faktor-faktor yang mempengaruhi WTP responden Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat pendidikan
Jumlah tanggungan keluarga Pendapatan rumah tangga
Lama tinggal
Status tinggal
tempat
Definisi
Hipotesis
Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir masyarakat karena umumnya masyarakat dengan pendidikan lebih tinggi cenderung menyadari bahwa suatu upaya untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang lebih baik tentunya membutuhkan sejumlah dana untuk proses pelaksanaannya. Jumlah tanggungan keluarga cenderung berpengaruh terhadap besarnya nilai WTP yang ingin dibayarkan oleh masyarakat untuk perawatan tanggul.
Semakin tinggi pendidikan responden ,maka diduga semkain besar pula WTP yang akan dibayarkan untuk iuran perawatan tanggul
Tingkat pendapatan rumah tangga cenderung mempengaruhi besarnya nilai WTP yang ingin dibayarkan responden untuk perawatan tanggul. Hal ini berkaitan dengan kemampuan ekonomi masyarakat dalam membayar biaya perawatan tanggul. Lama tinggal cenderung mempengaruhi nilai WTP yang ingin dibayarkan responden. Hal ini dikarenakan responden yang sudah lama tinggal di wilayah penelitian lebih merasa memiliki terhadap lingkungan tempat tinggalnya dan menyadari kebutuhan mereka akan suatu kenyamanan lingkungan Status tempat tinggal cenderung mempengaruhi nilai WTP yang ingin dibayarkan responden. Hal ini dikarenakan responden yang memiliki status tempat tinggal sewa/kontrak akan berpikir untuk pindah ke tempat lain ketika sudah tidak betah atau kondisi banjir semakin parah
Semakin tinggi pendapatan rumah tangga responden, maka semakin besar pula nilai WTP yang akan dibayarkan oleh responden.
Luas rumah
Luas rumah responden cenderung mempengaruhi nilai WTP yang ingin dibayarkan responden. Hal ini dikarenakan responden ingin memimalisir kerugian berupa kerusakan perabotan rumahtangga yang dialami akibat banjir
Jumlah rumah
Responden yang tidak memiliki rumah bertingkat cenderung mempengaruhi nilai WTP yang ingin dibayarkan responden. Hal ini dikarenakan responden yang tidak memiliki rumah bertingkat tidak dapat mengamankan barang-barang sehingga mereka mengharapkan adanya perbaikan lingkungan untuk mengurangi kerugian yang dialami akibat banjir Ketinggian banjir cenderung mempengaruhi nilai WTP yang ingin dibayarkan responden dalam perawatan tanggul. Hal ini berkaitan dengan jumlah kerugian dan kerusakan yang diakibatkan oleh ketinggian banjir.
tingkat
Ketinggian banjir
air
Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka nilai WTP semakin kecil
Semakin lama responden tinggal di wilayah penelitian, maka semakin tinggi nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden.
Responden yang memiliki status tempat tinggal milik sendiri, cenderung memiliki nilai WTP yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki status tempat tinggal sewa/menumpang Semakin luas rumah responden, maka semakin tinggi nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden dengan harapandapat meminimalisir kerugian yang dialami Responden yang tidak memiliki rumah bertingkat, cenderung memiliki nilai WTP yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki rumah bertingkat. Semakin tinggi ketinggian air banjir, maka semakin tinggi kerugian yang dialami responden sehingga semakin tinggi nilai WTP yang dibayar responden
Berdasarkan tabel matrik di atas, dilakukan analisis regresi linear berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan rumah tangga, lama tinggal, status tempat tinggal, luas rumah, jumlah tingkat rumah, dan ketinggian banjir. Tujuan dari analisis regresi terhadap faktor-faktor tersebut adalah untuk
38
mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan. 4.5.3.2 Pengujian Parameter Pengujian parameter regresi dilakukan dengan menguji signifikansi nilai koefisien regresi secara parsial yang diperoleh dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Pengujian parameter secara statistik menguji apakah persamaan matematis yang akan dipergunakan untuk meramalkan sudah cocok atau belum (goodness of fit test) atau menguji apakah setiap koefisien dari suatu variabel bebas dapat menunjukkan bahwa pengaruh variabel tersebut terhadap variabel tak bebas cukup nyata (significant) (Firdaus, 2004). a. Pengujian statistik Pengujian statistik terhadap model dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu uji keandalan, uji statistik t, dan uji statistik f. 1. Uji keandalan Menurut
Firdaus
(2004),
koefisien
determinasi
mengukur
tingkat
ketepatan/kecocokan (goodness of fit) dari regresi linear sederhana maupun berganda. Pada regresi linear berganda hubungan tiga variabel yaitu regresi Y terhadap X2 dan X3, ingin diketahui berapa besarnya persentase sumbangan X2 dan X3 terhadap variasi naik turunnya Y secara bersama-sama. Besarnya persentase sumbangan ini disebut koefisien determinasi berganda (R²). Semakin dekat nilai R² dengan satu, maka semakin cocok garis regresi untuk meramalkan Y. Menurut Juanda (2009), Kelemahan R2 sebagai ukuran goodness of fit bahwa R2 menyinggung keragaman Y yang dijelaskan dan tidak djelaskan, tetapi tidak menerangkan derajat bebas atau jumlah peubah penjelas dalam model. Solusi alamiahnya adalah menggunakan ragam, bukan keragaman yang menghilangkan ketergantung goodness of fit terhadap jumlah peubah bebas dalam model. Ajusted R2 mempunyai karakteristik yang diinginkan sebagai ukuran goodness of fit dari R2. Jika peubah baru ditambahkan, R2 selalu naik, tetapi adjusted R2 dapat naik atau turun R2 terkoreksi atau adjusted R2 dapat didefinisikan pada Persamaan 4.11, sebagai berikut: 𝑛−1
Adjusted R2 = 1- (1-R2) (𝑛−𝑘) ……………………………………………..(4.11)
39
Dari persamaan (4.11) terlihat bahwa: 1. Jika K=1 maka R2 sama dengan adjusted R2 2. Jika K<1 maka R2 ≥ adjusted R2 3. Adjusted R2 dapat bernilai negatif 4. Statistik uji t Menurut Firdaus (2004), analisis untuk menguji signifikasi nilai koefisien regresi secara parsial yang diperoleh dengan menggunakan metode OLS adalah statistik uji t. Rumus umum untuk mencari nilai thitung dari masingmasingkoefisien regresi dilihat pada Persamaan 4.12, sebagai berikut: t
b sb
.............................................................................................................(4.12)
Hipotesis statistik: Ho : β = 0 (X tidak berpengaruh terhadap Y) H1 : β ≠ 0 (X berpengaruh terhadap Y) Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika thit> ttabmaka Ho diterima atau terima Ho jika thit>ttab , dengan ttabel = t 0,5α;df=n-2 5. Statistik uji f Menurut Firdaus (2004), pengujian hipotesis koefisien regresi berganda dilakukan dengan analisis varian. Analisis varian dalam regresi berganda pada hakikatnya diperlukan untuk menunjukkan sumber-sumber variasi yang menjadi komponen variasi dari model regresi. Analisis varian ini akan menghasilkan pengertian tentang bagaimana pengaruh sekelompok variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas. Statistik uji yang digunakan dalam hal ini adalah statistik uji F. Rumus umum untuk mencari nilai fhitung dilihat pada Persamaan 4.13, sebagai berikut: Statistik uji: JKK
F hitung = JKG ................................................................................................(4.13)
Keterangan: JKK
= jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom
JKG
= jumlah kuadrat galat
K
= jumlah peubah
Kriteria uji:
40
Tolak H0 jika Fhit ≥ Ftab , Ftab = Fα(v1,v2) dimana v1 = 1 dan v2 = n 2 b. Pengujian ekonometrika Pengujian ekonometrika terhadap model dapat dilakukan dengan uji asumsi klasik. Asumsi yang dimaksud adalah data residual menyebar normal, tidak ada hubungan linear sempurna antar variabel bebas, komponen sisaan memiliki nilai harapan sama dengan nol dan ragamnya konstan untuk setiap pengamatan, serta tidak adanya korelasi antar sisaan. Uji asumsi klasik ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. 1. Uji normalitas Menurut Juanda (2009), normalitas adalah suatu kondisi dalam model regresi dimana variabel sisaan memiliki distribusi normal. Normalitas dalam statistik parameter seperti regresi dan Analysis of Variance merupakan syarat utama. Maksud data berdistribusi normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sisaan terstandardisasi yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada nilai sisaan model. Asumsi normalitas dapat diperika dengan pemeriksaan output normal P-P plot atau normal Q-Q plot. Asumsi normalitas terpenuhi ketika penyebaran titik-titik output plot mengikuti garis diagonal plot dan ketika pengujian menghasilkan P-value (Sign) > α. Nilai α. ditentukan sebesar 1%, 5%, atau 10%. 2. Uji multikolinearitas Menurut Juanda (2009), salah satu asumsi dari model regresi berganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut, jika hubungan tersebut ada maka dikatakan bahwa peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna (multikolinearitas). Multikolinearitas dapat dideteksi dari nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF > 10, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model tersebut mengalami multikolinearitas. 3. Uji heteroskedastisitas Menurut Juanda (2009), salah satu asumsi dari model regresi berganda adalah bahwa ragam sisaan sama atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi maka
41
akan mengalami heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji white. Tahapan dalam melakukan uji white adalah sebagai berikut: a. Estimasi regresi dengan OLS sehingga memperoleh residu ei, b. Lalu kerjakan regresi pelengkap berikut ini: ei2= Ai+ A2 X2i+A3 X3i+A4 X2i2+A5 X3i2+A6 X2i X3i+vi c. Tentukan nilai R2 dari regresi pelengkap dengan hipotesis nol bahwa tidak ada heteroskedastisitas. d. Jika nilai khi- kuadrat yang diperoleh melebihi nilai khi-kritis pada tingkat signifikansi yang dipilih atau jika nilai ρ nilai khi-kuadrat yang dihitung cukup rendah (1-5%), hipotesis nol bisa ditolak. 4. Uji autokorelasi Menurut Juanda (2009), salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa tidak ada korelasi serial antar sisaan. Jika antar sisaan tidak bebas, maka dapat dikatakan model mengalami autokorelasi. Masalah ini dapat dilihat dari sisaan dalam suatu periode waktu berkorelasi langsung dengan sisaan dalam periode waktu berikutnya. Statistik uji yang sering digunakan adalah uji DurbinWatson. Menurut Gujarati (2003), untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Breusch- Godfrey dengan hipotesa: H0
: Tidak ada autokorelasi
H1
: Ada autokorelasi
Jika probabilitas R2 lebih dari 0,05 berarti H0 ditolak, artinya terjadi autokorelasi dalam model. 4.6 Batasan Penelitian 1. Nilai kerugian dalam penelitian ini adalah nilai kerugian akibat bencana banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. 2. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan formal, jumlah tanggungan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, lama tinggal, status tempat tinggal, jumlah tingkat rumah, luas rumah, ketinggian banjir dan alasan tinggal. 3. Pendapatan rumah tangga responden dalam penelitian ini mencakup pendapatan kepala keluarga dan pendapatan sampingan.
42
4. Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggota keluarga yang masih dibiayai oleh kepala keluarga dan termasuk tambahan tanggungan yang tinggal bersama dalam satu atap. 5. Ketinggian banjir yang dimaksud dalam penelitian in adalah hanya ketinggian air banjir yang masuk sampai ke dalam rumah. 6. Kerugian langsung dalam penelitian ini mencakup biaya kehilangan perabotan rumah tangga, biaya perbaikan perabotan rumah tangga, dan biaya perbaikan bangunan rumah. 7. Kerugian tidak langsung dalam penelitian ini mencakup biaya pengobatan, kehilangan pendapatan, dan biaya tambahan. 8. Biaya perbaikan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk memperbaiki kerusakan pada bangunan rumah dan peralatan rumah tangga akibat banjir. 9. Biaya kehilangan adalah biaya peralatan rumah tangga yang rusak dan tidak diperbaiki sehingga tidak dapat digunakan kembali sesuai fungsinya. 10. Biaya kesehatan adalah biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengobati penyakit yang berasal dari genangan banjir dan hilangnya pendapatan responden akibat tidak dapat berkerja karena sakit. 11. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan terdiri dari jumlah tingkat rumah, jumlah tanggungan keluarga, ketinggian banjir, lama tinggal, luas rumah, pendidikan formal, pendapatan rumah tangga dan status tempat tinggal.
43
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Jatikramat merupakan salah satu kelurahan yang termasuk wilayah Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi dan merupakan kelurahan yang memiliki luas wilayah ± 422,50 Ha. Jumlah penduduk Kelurahan Jatikramat tahun 2013 sebesar 36.941 jiwa yang terdiri dari 18.650 laki-laki dan 18.921 perempuan. Kelurahan Jatikramat terdiri dari 17 RT dan 90 RW. Berikut struktur wilayah Rukun Warga (RW) di Kelurahan Jatikramat yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Wilayah menurut Rukun Warga di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 Rukun No
Rukung Warga (RW)
Tetangga
Jumlah Penduduk
Jumlah
(orang)
(RT)
LK
PR
(orang)
1
RW 01 Cikunir
5
1.913
1.840
3.753
2
RW 02 Cakung
4
1.814
1.632
3.446
3
RW 02 Perum Dosen IKIP
7
823
812
1.635
4
RW 03 Jatikramat Bulak
4
1.091
1.099
2.190
5
RW 03 Perum JKI I
11
1.430
1.437
2.867
6
RW 04 Jatikramat Kaum
4
2.128
2.122
4.250
7
RW 04 Perum CKP
3
272
257
529
8
RW 05 Jatikramat
6
1.856
1.751
3.607
9
RW 09 Kemang Sari
2
422
459
881
10
RW 08 Cikunir
5
1.534
1.460
2.994
11
RW 09 Cakung
5
1.301
1.310
2.611
12
RW 010 Perum Pam Jaya
8
968
922
1.890
13
RW 011 Jatikramat Bulak
5
1.051
1.090
2.141
14
RW 013 Perum TNI AL
6
548
586
1.134
15
RW 014 Perum JKI II
11
1.279
1.300
2.576
16
RW 017 Perum Ghara Indah
4
220
214
434
90
18.650
18.291
36.941
Kelurahan Jatikramat
Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Jatikramat, 2013 (diolah)
Tingkat pendidikan warga Kelurahan Jatikramat sebagian sudah tamat SD yaitu sebanyak 10.680 orang atau sebesar 28,91%. Selanjutnya warga yang sudah tamat SMP sebanyak 9.136 orang atau sebesar 24,73%, sudah tamat SMA sebanyak 6.257 orang atau sebesar 17,67%, sudah tamat Akademi atau Perguruan Tinggi sebanyak 5.680 orang atau sebesar 17,37% dan warga yang tidak
44
menempuh pendidikan formal sebanyak 3.561 orang atau sebesar 9,54%. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan terakhir di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan terakhir di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 No
Tingkat pendidikan
Jumlah yang tamat (orang) 1 Belum sekolah 3.561 2 Tidak pernah sekolah 676 3 Sekolah dasar/setingkat 683 4 Tamatan SD/setingkat 10.755 5 Tamatan SMP/setingkat 9.329 6 Tamatan SMA/setingkat 6.257 7 Tamat Akademi /Perguruan Tinggi 5.680 Jumlah 36.941 Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Jatikramat, 2013 (diolah)
Persentase (%) 9,63 1,83 1,85 29,14 25,24 16,93 15,38 100,00
Mata pencaharian warga Kelurahan Jatikramat hingga akhir tahun 2013 sebagian besar adalah bekerja di sektor informal yaitu sebanyak 12.679 orang atau sebesar 34,32%. Selanjutnya warga yang bekerja sebagai buruh sebanyak 7.309 orang atau sebesar 19,79%, sebagai wiraswasta sebanyak 2.713 orang atau sebesar 7,34%, sebagai pegawai swasta sebanyak 5.835 orang atau sebesar 15,80%, sebagai pegawai negri sipil sebanyak 3.442 orang atau sebanyak 9,32%, warga yang telah menjadi pensiunan sebanyak 2.994 orang atau sebanyak 8,10% dan sisanya sebanyak 1.969 orang atau sebesar 5,33% sebagai TNI/POLRI. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Jatikramat tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 Mata Pencaharian Jumlah (orang) Buruh 7.309 Wiraswasta 2.713 Pegawai swasta 5.835 Pegawai Negri Sipil (PNS) 3.442 Pensiunan 2.994 TNI/POLRI 1.969 Lainnya(sektor informal) 12.679 Total 36.941 Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Jatikramat, 2013 (diolah)
Persentase (%) 19,79 7,34 15,80 9,32 8,10 5,33 34.32 100,00
Daerah yang menjadi fokus penelitian ini adalah Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi. Perumahan ini terletak di cekungan dengan dataran rendah dan dilalui oleh aliran sungai Jatikramat. Penyebab banjir di perumahan ini adalah kondisi saluran air di
45
perumahan tidak dapat berfungsi dengan baik untuk mengaliri air akibat dari timbunan beton dan sampah. Selain itu, perumahan ini juga berlokasi di daerah cekungan yang memungkinkan air mudah tergenang akibat tidak ada lagi lahan resapan. Kondisi tersebut diperparah dengan kebaradaan kali yang di depan pintu masuk perumahan. Perumahan ini dibangun sejak tahun 1983 dan memiliki jumlah penduduk sebesar 1.635 orang dengan 375 kepala keluarga (KK) yang tersebar di tujuh RT. Fasilitas-fasilitas umum yang terdapat di wilayah ini antara lain masjid, lapangan olahraga, dan balai warga. Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan wilayah yang terkena banjir di Kelurahan Jatikramat. Kondisi perumahan yang berada di cekungan dengan dataran rendah serta dilintasi oleh aliran sungai Jatikramat menyebabkan perumahan ini menjadi rawan banjir. Khusus di wilayah ini bencana banjir merupakan bencana dengan intensitas kejadian yang cukup sering. Hal ini diperparah jika intensitas turunnya hujan cukup tinggi yang mengakibatkan air sungai Jatikramat meluap naik dan menyebabkan banjir sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar. Permasalahan ini timbul karena ketinggian perumahan yang lebih rendah daripada sungai yang melintas dan sistem saluran air yang kurang baik. Belum adanya bentuk adaptasi dari pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi ketinggian banjir dan ketidakpedulian masyarakat akan lingkungan juga turut memperparah dampak banjir ini. 5.2 Karakteristik Responden yang Terkena Banjir Karakteristik umum responden dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil survei terhadap 95 responden yang mengalami banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Karakteristik umum reponden dibagi menjadi tiga bagian yaitu karakteristik demografi responden, karakteristik tempat tinggal responden dan persepsi dampak banjir terhadap lingkungan sekitar. Data mengenai karakteristik demografi responden dapat dilihat melalui jenis kelamin, tingkat usia, pendidikan formal, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, jumlah tanggungan, lama tinggal dan status tempat tinggal. Data karakteristik tempat tinggalresponden dilihat melalui luas rumah, jumlah tingkat rumah dan ketinggian banjir. Persepsi dampak banjir di lingkungan perumahandilihat melalui kondisi lingkungan pasca banjir
46
dan kondisi sosial masyarakat yang terkena banjir. Karakteristik responden dalam penelitian ini digunakan untuk mengestimasi kerugian rumah tangga dan mengestimasi besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap perbaikan lingkungan perumahan. 5.2.1 Karakteristik Demografi Responden Pada penelitian ini karakteristik demografi responden digunakan untuk memberikan informasi yang dapat menjadi dasar dalam pembahasan berikutnya. Informasi ini memberikan gambaran mengenai karakteristik responden yang mengalami banjir. Informasi tersebut dapat dilihat dari pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, lama tinggal, dan status tempat tinggal. 5.2.1.1 Usia dan Jenis Kelamin Responden Responden terdiri dari 61 orang penduduk laki-laki atau sebesar 64,21% dan 34 orang penduduk perempuan atau sebesar 35,79%. Perbandingan persentase usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin responden No
Kelompok umur
Jumlah
Persentase (%)
1
25-35
8
8.42
2
36-45
34
35.79
3
46-55
40
42.11
4
56-65
5
5.26
5
66-75
8
8.42
Total
95
100,00
No
Jenis kelamin
Jumlah
Persentase (%)
1
Laki-laki
61
64,21
2
Perempuan
34
35,79
Total
95
100,00
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat usia responden tergolong bervariasi dimulai dari usia 25 sampai 61 tahun dan didominasi oleh responden laki-laki karena waktu wawancara dilakukan bukan pada hari kerja, sehingga kepala keluarga mudah untuk ditemui. Selain itu kepala keluarga adalah sebagai pengambil keputusan dan lebih berperan dalam suatu rumah tangga sehingga
47
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Hal ini memudahkan peneliti dalam memperoleh informasi kerugian yang dialami responden akibat banjir. 5.2.1.2 Pendidikan Formal Tingkat pendidikan seseorang biasanya mempengaruhi pola pikir seseorang untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang lebih baik dan nyaman. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan jenjang pendidikan Strata 2 (S2). Perbandingan persentase tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan formal No
Tingkat pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1 2
SD
2
2,11
SLTP
4
4,21
3
SLTA
16
16,84
4
D3
20
21,05
5
S1
41
43,16
6
S2
12
12,63
Total
95
100,00
Sumber: Hasil Analisi Data, (2014)
Berdasarkan hasil penelitian, responden sebagian besar berpendidikan S1 yaitu sebanyak 43,16%. Sebanyak 21,05% responden menyelesaikan pendidikan hingga tingkat D3, 16,84% responden hingga tingkat SLTA, 12,63% responden hingga tingkat S2, 4,21% responden hingga tingkat SLTP dan sebesar 2,11% responden menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD. 5.2.1.3 Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua anggota keluarga yang masih dibiayai oleh kepala keluarga. Anggota keluarga disini mencakup ayah, ibu dan anak termasuk tambahan tanggungan yang tinggal bersama dalam satu atap. Perbandingan persentase jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden tercantum pada Tabel 10.
48
Tabel 10. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan No
Jumlah tanggungan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
1
3
3,16
2
2
10
10,53
3
3
19
20,00
4
4
38
40,00
5
5
15
15,79
6
6
7
7,37
7
7
3
3,16
95
100,00
Total Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Jumlah tanggungan keluarga diduga mempengaruhi besarnya nilai kesediaan membayar responden dalam upaya perbaikan lingkungan. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka responden akan cenderung bersedia membayar dengan nilai yang rendah. Jumlah tanggungan responden terbanyak memiliki empat orang tanggungan yang berjumlah 38 orang (40,00%) sedangkan sisanya paling sedikit memiliksatu orang tanggungan yang berjumlah 3 (3,16%). 5.2.1.4 Pekerjaan Responden dalam penelitian ini memiliki jenis pekerjaan yang bervariasi diantara lain pedagang, pegawai negri sipil (PNS), pegawai swasta, pensiunan dan wiraswasta seperti yang terdapat pada Tabel 11. Tabel 11. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan No
Jenis pekerjaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Pedagang
5
5,26
2
PNS
21
22,11
3
Pegawai swasta
37
38,95
4
Pensiunan
7
26,32
5
Wiraswasta
25
7,36
Total
95
100,00
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan data yang diperoleh, sebesar 38,95% responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta. Jenis pekerjaan responden ini diasumsikan mempengaruhi kesediaan membayar responden dalam perbaikan lingkungan terutama pada pekerjaan dengan pendapatan yang tinggi. Hal ini dikarenakan
49
mereka memiliki kemampuan lebih untuk membayar dengan sejumlah nilai tertentu. 5.2.1.5 Pendapatan Rumah Tangga Besarnya pendapatan rumah tangga responden dalam penelitian ini bervariasi. Pendapatan rumah tangga yang dihitung dalam penelitian ini adalah jumlah dari penghasilan utama dan sampingan yang dieproleh keluarga. Besarnya pendapatan rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga No
Pendapatan (Rp)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
< 3.500.000
10
10,52
2
3.500.001-5.500.000
19
20,00
3
5.500.001-7.500.000
24
25,26
4
7.500.001-9.500.000
21
22,11
5
> 9.500.001
21
22,11
Total
95
100,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendapatan rumah tangga terbanyak berada pada kisaran Rp5.500.001 – Rp7.500.000 yang berjumlah 24 orang (25,26%) sedangkan tingkat pendapatan paling sedikit berada pada Rp3.500.000 yang berjumlah 10 orang (10,52%). Umumnya nilai pendapatan menunjukkan banyaknya aset yang dimiliki sehingga dapat memberikan informasi dalam menghitung kerugian rumah tangga akibat banjir. Selain itu tingkat pendapatan seseorang juga memperlihatkan tingkat kesejahteraan seseorang dimana semakin tinggi tingkat pendapatan, maka responden akan bersedia membayar dengan nilai yang tinggi dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan. 5.2.1.6 Lama Tinggal Meskipun di Perumahan Dosen IKIP RW 02 menjadi kawasan rawan banjir, hal ini tidak menjadi alasan mereka untuk pindah rumah. Alasan masyarakat untuk tidak pindah dikarenakan faktor lingkungan, seperti keeratan hubungan sosial masyarakat serta harga jual rumah yang rendah membuat mereka bertahan untuk tetap tinggal di perumahan ini. Lama tinggal responden di Perumahan Dosen IKIP RW 02 cukup bervariasi dengan distribusi lama tinggal dari 3 tahun sampai lebih besar dari 22 tahun. Perbandingan distribusi lama tinggal dapat dilihat pada Tabel 13.
50
Tabel 13. Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal No
Lama tinggal (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
3-7
8
8,42
2
8-12
28
29,47
3
13-17
20
21,05
4
18-22
21
22,11
5
>22
18
18,95
Total
95
100,00
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan hasil penelitian, lama tinggal responden di lokasi penelitian paling tinggi ada pada kisaran 8-12 tahun yaitu sebanyak 28 orang (29,47). Lama tinggal responden diasumsikan mempengaruhi kesediaan membayar responden dalam upaya perbaikan lingkungan, responden yang sudah lama tinggal di perumahan ini akan cenderung mempunyai rasa memiliki terhadap lingkungan sekitar. Selain itu juga, responden yang sudah lama tinggal menjadi tahu mengenai kondisi perumahan ini ketika banjir dan sudah siap siaga dalam melakukan adaptasi terhadap banjir. 5.2.1.7 Status Tempat Tinggal Status tempat tinggal responden diasumsikan mempengaruhi kesediaan membayar responden dalam upaya perbaikan lingkungan karena responden dengan status tempat tinggal milik sendiri akan lebih memiliki keinginan agar lingkungan di perumahan ini menjadi lebih baik. Sehingga mereka akan cenderung bersedia membayar untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang baik. Hal ini berbeda dengan responden yang memiliki status tempat tinggal sewa/menumpang, di mana mereka memiliki peluang untuk pindah ke tempat lain sedangkan mereka dengan status tempat tinggal milik sendiri tidak ingin menjual rumahnya karena harga jual rumah menjadi turun akibat banjir. Perbandingan persentase status tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Karakteristik responden berdasarkan status tempat tinggal No
Status tempat tinggal
Jumlah
Persentase (%)
1
Milik sendiri
54
56,84
2
Sewa/menumpang
41
43,16
Total
95
100,00
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
51
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden dalam penelitian ini mempunyai status tempat tinggal milik sendiri yang berjumlah 54 orang (56,84%). Sisanya mempunyai status tempat tinggal menyewa atau menumpang sebanyak 41 orang (43,16%). 5.2.2 Karakteristik Tempat Tinggal Responden di Perumahan Dosen IKIP RW 02 Pada penelitian ini, karakteristik banjir di perumahan ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai pengaruh dari kejadian banjir yang dialami oleh masyarakat perumahan terhadap kerusakan dan kerugian banjir yang dialami oleh masing-masing rumah tangga serta kesediaan membayar responden dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan. Besarnya kerusakan dan kerugian yang dialami responden berbeda-beda dilihat dari luas rumah, jumlah lantai dan ketinggian banjir. Sementara itu untuk kesediaan membayar, responden yang mengalami ketinggian banjir diatas 50 cm cenderung membayar dengan nilai yang lebih tinggi karena mereka merasa kerugian yang ditimbulkan akibat banjir cukup besar, sehingga mereka bersedia membayar untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang jauh lebih baik. 5.2.2.1 Jumlah Tingkat Rumah Jumlah lantai rumah akan mempengaruhi kerugian langsung (direct) yang dialami responden. Mayoritas responden memiliki rumah bertingkat sebanyak 59 orang (62,11%) sedangkansisanyaresponden tidak memiliki rumah bertingkat yang berjumlah 36 orang (37,89%). Perbandingan persentase jumlah lantai rumah dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tingkat rumah No
Jenis Rumah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Rumah tidak bertingkat
36
37,89
2
Rumah bertingkat
59
62,11
Total
95
100,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden yang memiliki rumah bertingkat. Sehingga saat terjadi banjir, mereka akan memindahkan barangbarang mereka ke lantai atas untuk meminimalisir kerusakan dan kerugian
52
perabotan rumah tangga akibat banjir. Selain itu bagi responden yang tidak memiliki rumah bertingkat, mereka cenderung melalukan adaptasi banjir dengan meninggikan lantai dasar rumah dari jalan, sehingga dapat mengurangi ketinggian banjir yang masuk ke rumah. 5.2.2.2 Luas Rumah Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata luas rumah responden seluas 120 m2 sehingga menjadi acuan untuk pembagian luas rumah responden yang dijadikan sampel. Perbandingan persentase luas bangunan rumah responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Karakteristik responden berdasarkan luas bangunan rumah No
Luas rumah (m2)
1 2
Jumlah (orang)
Persentase (%)
≤ 120
34
35,79
> 120
61
64,21
Total
95
100,00
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden memiliki luas rumah lebih besar120 m2 yaitu berjumlah 61 orang (64,21%) sedangkan sisanya sebanyak 34 orang (35,79%) yang memiliki luas rumah ≤ 120 m2. Hal ini dikarenakan responden yang memiliki luas rumah diatas 120m2 melakukan pencegahan untuk meminimalisir kerugian banjir sedangkan responden yang memiliki luas rumah ≤ 120 m2 masih mempertahankan kondisi asli rumah atau responden tidak memiliki cukup dana untuk melakukan pencegahan untuk meminimalisir banjir. 5.2.3.1 Karakteristik Ketinggian Air Banjir Berdasarkan Tabel 17, kejadian banjir yang terjadi di Perumahan Dosen IKIP RW 02 terjadi 16 kali dalam waktu dua bulan. Penetapan batas bawah ketinggian banjir setinggi 50 cm didapat berdasarkan rata-rata ketinggian banjir yang dialami responden. Perbandingan persentase ketinggian air banjir di dalam rumah dapat dilihat pada Tabel 17.
53
Tabel 17. Karakteristik responden berdasarkan ketinggian air di dalam rumah No
Ketinggian air banjir (cm)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
<50
25
26,32
2
50 - 100
17
17,89
3
>100
53
55,79
Total
95
100,00
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden mengalami ketinggian air banjir lebih dari 100 cm di dalam rumah, yaitu sebanyak 53 orang (55,79%), sisanya 17 orang (17,89%) mengalami ketinggian air banjir pada interval 50 cm sampai dengan 100 cm di dalam rumah dan 25 orang (26,32%) mengalami ketinggian banjir lebih rendah dari 50 cm. Selain itu responden dengan ketinggian banjir yang berada pada interval 50 cm sampai 100 cm cenderung sudah melakukan adaptasi banjir dengan meninggikan lantai dasar dari jalan sehingga air yang masuk cenderung tidak tinggi. Sementara responden yang mengalami ketinggian banjir diatas 100 cm cenderung tidak meninggikan lantai dasar dan rumah mereka berada di RT 1 sampai RT 5 yang memang daerahnyarendah dibandingkan dengan RT 6 dan RT 7. 5.2.3 Persepsi Responden Terhadap Dampak Banjir di Lingkungan Perumahan Banjir yang terjadi di perumahan ini menimbulkan kerusakan dan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat yang mengalaminya. Pada bulan Januari sampai Februari 2014, banjir di perumahan ini terjadi sebanyak 16 kali, hal tersebut membuat lingkungan perumahan ini menjadi rusak dan tidak nyaman. Jumlah responden yang merasakan dampak banjir di lingkungan perumahan dapat dilihat pada Tabel 18
54
Tabel 18. Persepsi responden terhadap dampak banjir di lingkungan perumahan Jumlah (orang)
Pertanyaan 1.
Apakah sebelum pindah ke perumahan ini Anda mengetahui
Ya
Tidak
59
36
100
0
100
0
100
0
43
52
58
37
bahwa rumah Anda berada di lokasi rawan banjir 2.
Apakah banjir mempengaruhi kondisi tempat tinggal dan kualitas lingkungan Anda menjadi kotor pasca banjir?
3.
Apakah
sampah
yang
terbawa
banjir
membuat
Anda
mengeluarkan biaya tambahan untuk membersihkan lingkungan sekitar dan rumah Anda? 4.
Setelah banjir surut, apakah ada rasa ketidaknyamanan dalam melakukan aktifitas sehari-hari?
5.
Apakah lingkungan sekitar yang kotor pasca banjir meningkatkan partisipasi masyarakat untuk gotong royong?
6.
Apakah banjir menimbulkan tekanan jiwa atau stress bagi Anda?
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar responden mengetahui bahwa rumah mereka berada di lokasi rawan banjir. Namun, awalnya ketinggian air banjir hanya semata kaki saja dan tidak selalu terjadi pada musim penghujan, sehingga tidak terlalu mengganggu kenyamanan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, ketinggian air banjir di perumahan ini semakin meningkat, tetapi sebagian besar masyarakat memilih untuk tetap bertahan di perumahan ini dengan alasan apabila rumahnya di jual, harga jual rumah akan sangat murah karena berada di lokasi rawan banjir, sedangkan mereka tidak memiliki cukup dana untuk membeli rumah baru. Rata-rata responden mengatakan bahwa banjir menyebabkan tekanan jiwa atau stress, dikarenakan banjir terjadi secara cepat dan bertahap serta menimbulkan genangan selama berjam-jam. Beberapa strategi adaptasi banjir pun telah mereka lakukan untuk meminalisir kerugian tersebut yaitu dengan cara meninggikan lantai dasar rumah dari jalan dan menambah tingkat rumah. Seluruh responden mengatakan bahwa kondisi tempat tinggal dan lingkungan sekitar menjadi kotor pasca banjir. Hal ini membuat mereka merasa tidak nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga mereka perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan pembersihan terhadap lumpur dan sampah-sampah yang terbawa masuk saat banjir. Selama pasca banjir, beberapa masyarakat di perumahan ini melakukan gotong-royong untuk
55
membersihkan lingkungan sekitarnya. Sebagian besar responden mengatakan bahwa partisipasi masyarakat untuk gotong-royong meningkat selama pasca banjir. Hal ini terlihat dari beberapa RT yang melakukan gotong-royong untuk membersihkan lingkungan sekitarnya saat menjelang musim penghujan dan saat pasca banjir. Peristiwa banjir yang terjadi di perumahan ini terjadi hampir setiap tahun sehingga masyarakat menganggap banjir sebagai hal yang biasa dalam kehidupan mereka. Sikap masyarakat di Perumahan Dosen IKIP RW 02 yang sudah terbiasa dengan banjir ini menunjukkan sikap bertahan untuk tinggal di wilayah tersebut. Beberapa alasan yang menyebabkan masyarakat tetap bertahan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Karakteristik responden berdasarkan alasan tinggal di Perumahan Dosen IKIP RW 02 No 1 2 3
Ketinggian air banjir (cm) Ikut suami/istri Dekat dengan tempat kerja Sesuai kondisi keuangan Total Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Jumlah (orang) 14 56 25 95
Persentase (%) 14,74 58,95 26,32 100
Berdasrkan Tabel 19, beberapa alasan yang menyebabkan masyarakat tetap bertahan adalah: (1) jarak rumah masyarakat dengan tempat bekerja mereka yang dekat dengan Perumahan Dosen IKIP RW 02, (2) tidak memiliki cukup dana untuk membeli rumah di tempat lain terlebih lagi karena harga jual rumah di Perumahan Dosen IKIP RW 02 rendah, akibat daerah ini rawan banjir, dan (3) mereka tinggal di perumahan ini karena ikut dengan suami. 5.3 Estimasi Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir Kerugian ekonomi yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari nilai kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Informasi mengenai kerugian langsung dan kerugian tidak langsung didapat melalui wawancara dan observasi langsung dengan masyarakat Perumahan Dosen IKIP RW 02. Kerugian langsung dan kerugian tidak langsung ini hanya dihitung pada bulan Januari sampai Februari 2014. Hal ini dikarenakan banjir yang dialami Perumahan Dosen IKIP RW 02 terjadi setiap tahunnya dengan tingkat keparahan yang hampir sama. Banjir membuat sebagian masyarakat kehilangan harta bendanya dan kebanyakan
56
dialami oleh masyarakat yang tidak memiliki tingkat rumah. Sementara itu, masyarakat yang memiliki tingkat rumah atau lantai dua melakukan antisipasi dengan menaruh harta bendanya di lantai dua sehingga beberapa aktivitas rumah tangga dapat dilakukan di lantai dua. 5.3.1 Kerugian Langsung Kerugian langsung yang dialami responden dihitung melalui kehilangan perabotan rumah tangga, biaya perbaikan perabotan rumah tangga dan biaya perbaikan bangunan yang rusak akibat banjir. Kehilangan perabotan rumah tangga dilihat melalui barang-barang yang rusak akibat banjir dan tidak dapat diperbaiki lagi. Perbaikan perabotan rumah tangga dilihat dari perabotan yang semula rusak akibat terendam air banjir, namun masih dapat diperbaiki atau responden lebih memilih untuk memperbaiki perabotan tersebut. 5.3.1.1 Kehilangan Perabotan Rumah Tangga Responden yang mengalami kehilangan perabotan rumah dan jumlahnya yang bervariasi meliputi tempat tidur, lemari, kulkas, kompor, mesin cuci, rak piring, kasur kapuk, kipas angin, dispenser, TV, VCD, spring bed, meja makan, meja komputer, buffet, kursi, magicom, pompa air, blender, telepon, handphone, dan setrika. Mayoritas responden yang mengalami kehilangan perabotan rumah tangga adalah responden yang tidak memiliki rumah bertingkat dan tidak sempat mengungsikan barang-barangnya ke tempat yang lebih aman. Hal ini dikarenakan banjir datang secara tiba-tiba sehingga responden kesulitan untuk mengamakan barang-barangnya. Sebagian besar barang-barang yang rusak atau hilang akibat banjir adalah tempat tidur, lemari, kulkas, kompor, dan TV. Biaya kehilangan perabotan rumah dihitung dengan melihat besarnya nilai penyusutan per tahunnya. Nilai penyusutan tersebut dapat dilihat dengan menggunakan metode garis lurus dimana penentuan umum ekonomis didapatkan dari literatur terdahulu. Perhitungan rata-rata biaya kehilangan perabotan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 20 (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4).
57
Tabel 20. Rata-rata biaya kehilangan perabotan rumah tangga Jenis Kerugian Biaya kehilangan perabotan rumah tangga (Rp) Jumlah responden (KK) Rata-rata kehilangan perabotan responden (Rp/KK) Jumlah total yang mengeluarkan biaya kehilangan perabotan rumah (KK) Total kehilangan perabotan rumah tangga (Rp)
Jumlah 272.562.583,33 53 2.869.079,82 210 602.506.763
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan perhitungan di Tabel 20, biaya kehilangan didapatkan dari jumlah seluruh responden yang mengalami kehilangan perabotan rumah tangga saja yaitu sebesar Rp272.562.583,33. Jumlah biaya ini dibagi 53 responden yang mengalami kerusakan sehingga didapat rata-rata biaya kehilangan perabotan rumah tangga sebesar Rp2.869.079,82 per KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengalami kehilangan perabotan rumah tangga sebesar 56% dari total populasi 375 KK sehingga didapat 210 KK. Total biaya kehilangan perabotan rumah tangga yang dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2014 adalah sebesar Rp602.506.763. 5.3.1.2 Perbaikan Perabotan Rumah Tangga Perbaikan perabotan rumah tangga perlu dilakukan responden agar perabotan rumah tangga dapat berfungsi kembali. Perabotan rumah tangga yang diperbaiki meliputi kulkas, kompor, mesin cuci, lemari pakaian, meja makan, rak piring, TV, sepeda, motor, mobil, buffet, handphone, blender, pompa air, magicom, kipas angin, dan dispenser. Mayoritas perabotan rumah tangga yang masih dapat diperbaiki adalah kompor, kulkas dan mesin cuci.Perhitungan biaya perbaikan perabotan rumah tangga dihitung berdasarkan responden yang melakukan perbaikan perabotan rumah tangga di tempat servis. Perhitungan ratarata biaya perbaikan perabotan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 21 (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5).
58
Tabel 21. Rata-rata biaya perbaikan perabotan rumah tangga Jenis Kerugian Biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp) Jumlah responden (KK) Rata-rata biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp/KK) Jumlah total yang mengeluarkan biaya perbaikan perabotan (KK) Total biaya perbaikan perabotan (Rp)
Jumlah (Rp) 20.005.000,00 42 476..309,52 165 78.591.070,80
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 21, jumlah biaya perbaikan perabotan rumah tangga responden seluruhnya Rp20.005.000 dengan jumlah responden yang mengeluarkan biaya perbaikan perabotan rumah tangga sebesar 42 KK sehingga diperoleh rata-rata biaya perbaikan perabotan rumah tangga responden sebesar Rp476.309,52/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya perbaikan perabotan rumah tangga sebesar 44% dari total populasi sebesar 375 KK sehingga didapat 165 KK. Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga yang dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp78.591.070,80 5.3.1.3 Perbaikan Bangunan Rumah Pada kondisi di lapang, sebagian besar responden tidak melakukan perbaikan bangunan rumah sampai musim penghujan selesai. Hal ini dikarenakan perbaikan bangunan dirasa tidak berguna jika banjir masih terjadi. Responden yang tidak melakukan perbaikan bangunan biasanya hanya menggunakan barang seadanya untuk menutupi kerusakan yang terjadi, seperti kaca rumah rumah yang pecah hanya ditutupi dengan triplek saja selama masih terjadi banjir. Bagi responden yang melalukan perbaikan bangunan, perbaikan hanya dilakukan pada pintu, kusen, jendela, kaca, keramik dan banner toko. Selain melakukan perbaikan bangunan, beberapa masyarakat juga melalukan tindakan pencegahan banjir dengan meninggikan lantai dasar rumah dari jalan, hal ini dilakukan untuk mengurangi ketinggian air yang masuk ke dalam rumah. Perhitungan biaya perbaikan bangunan rumah dapat dilihat pada Tabel 22(perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6).
59
Tabel 22. Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah Jenis Kerugian Biaya perbaikan bangunan rumah (Rp) Jumlah responden (KK) Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah (Rp/KK) Jumlah total yang mengeluarkan biaya perbaikan bangunan (KK) Total biaya perbaikan bangunan (Rp)
Jumlah (Rp) 29.485.000,00 36 819.027,78 143 117.120.972,54
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 22, jumlah biaya perbaikan bangunan rumaholeh responden pada bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp29.485.000 dengan jumlah responden yang melakukan perbaikan rumah sebanyak 34 KK sehingga diperoleh rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah sebesar Rp819.027,78/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya perbaikan bangunan rumah sebesar 38% dari total populasi sebesar 375 KK sehingga didapat 143 KK. Total biaya perbaikan bangunan rumah yang dialami masyarakat sebesar Rp117.120.972,54. 5.3.1.4 Total Kerugian Langsung Total kerugian langsung yang dialami masyarakat selama banjir periode Januari sampai Februari 2014 meliputi total biaya kehilangan perabotan rumah tangga, total biaya perbaikan perabotan rumah tangga dan total biaya perbaikan bangunan rumah tangga.Total kerugian langsung yang dialami masyarakat dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Total kerugian langsung yang dialami masyarakat Total Kerugian
Jumlah (Rp)
Total biaya kehilangan perabotan rumah tangga (Rp)
602.506.763,00
Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp)
78.591.070,80
Total biaya perbaikan bangunan rumah (Rp)
117.120.972,54
Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat (Rp)
798.218.806,34
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan perhitungan Tabel23, diperoleh total kerugian langsung yang dialami masyarakat pasca banjir per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp798.218.806,34. Total biaya terbesar ada pada biaya kehilangan perabotan rumah tangga. Hal ini dikarenakan banjir yang datang
60
secara tiba-tiba dan sebagian responden tidak memiliki rumah bertingkattidak dapat mengamankan barang-barangnya ke tempat lain. 5.3.2 Kerugian Tidak Langsung Pada banjir bulan Januari sampai Februari 2014, tidak hanya kerugian langsung yang dialami masyarakat, bagi masyarakat yang mengalami banjir kurang dari 50 cm, mereka tidak kehilangan harta benda mereka selama banjir, tetapi mereka juga mengeluarkan biaya pengobatan, biaya kehilangan pendapatan dan biaya tambahan. Responden mengeluarkan biaya pengobatan dikarenakan selama banjir mereka melakukan kontak langsung dengan air banjir yang kotor, sehingga beberapa masyarakat ada yang terserang penyakit akibat air banjir yang kotor. Selama banjir beberapa responden tidak dapat bekerja, hal ini dikarenakan oleh beberapa hal seperti terputusnya akses ke jalan utama, mengungsi ketempat lain, tetap tinggal dirumah untuk menjaga harta benda mereka dan terserang penyakit. Responden pun mengeluarkan biaya tambahan untuk membersihkan rumah mereka dari lumpur dan sampah yang terbawa oleh banjir. 5.3.2.1 Biaya Pengobatan Banjir yang terjadi di Perumahan Dosen IKIP RW 02 menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh air genangan banjir seperti gatal-gatal dan kutu air. Mayoritas responden mengalami gatal-gatal dan kutu air selama banjir dikarenakan mereka melakukan kontak langsung dengan air banjir yang kotor untuk mengamakan harta benda dan melakukan bersih-bersih pasca banjir. Berdasarkan wawancara, didapat sebanyak 41 KK yang terjangkit penyakit dan mengeluarkan biaya berobat ke dokter atau klinik. Sisanya sebanyak 29 KK yang sakit namun mendapatkan bantuan kesehatan dari posko kesehatan sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk berobat, sedangkan 25 KK lainnya tidak menderita sakit. Perhitungan biaya pengobatan yang dikeluarkan responden dapat dilihat pada Tabel 24 (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7).
61
Tabel 24. Rata-rata biaya pengobatan Jenis Kerugian Biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh responden (Rp) Jumlah responden yang mengeluarkan biaya pengobatan (KK) Rata-rata biaya pengobatan yang dikeluarkan (Rp/KK) Jumlah total masyarakat yang mengeluarkan biaya pengobatan (KK) Total biaya pengobatan (Rp)
Jumlah 14.375.000.00 41 350.609.76 161 56.448.171.36
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 24, jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh responden pada periode bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp14.375.000 dengan jumlah responden yang berobat ke rumah sakit sebanyak 41 KK sehingga rata-rata biaya pengobatan setiap responden pada bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp350.509,76/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya pengobatan sebesar 43% dari total populasi sebesar 375 KK sehingga didapat 161 KK. Total biaya pengobatan yang dialami masyarakat pada periode banjir bulan Januari sampai Februari 2014yaitu sebesar Rp56.448.171,36. 5.3.2.2 Pendapatan yang Hilang Kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat adalah kehilangan pendapatan baik selama banjir maupun setelah banjir. Kehilangan pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan rumah tangga dari semua anggota keluarga yang bekerja di rumah tersebut dan berasal dari golongan pekerja non pegawai. Hal ini dikarenakan pegawai memiliki gaji tetap sehingga tidak mengurangi pendapatan meskipun tidak bekerja. Selama banjir berlangsung aktivitas bekerja masyarakat menjadi terhenti, dikarenakan ketinggian banjir yang parah dan akses jalan yang terputus. Mayoritas responden tidak bekerja karena akses jalan terputus selama banjir. Beberapa responden khusunya responden yang membuka toko di rumahnya, total mereka tidak bekerja selama banjir bulan Januari sampai Februari 2014 adalah 30 hari. Perhitungan rata-rata pendapatan responden yang hilang selama banjir periode Januari sampai Februari 2014 dapat dilihat pada Tabel 25 (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8).
62
Tabel 25. Rata-rata biaya pendapatan yang hilang Jenis Kerugian Pendapatan harian yang hilang untuk keseluruhan responden (Rp) Jumlah responden (KK) Rata-rata kehilangan pendapatan responden (Rp/KK) Jumlah total masyarakat yang kehilangan pendapatan (KK) Total kehilangan pendapatan (Rp)
Jumlah (Rp) 36.383.313,00 13 2.798.716 53 148.331.968,40
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 25, pendapatan harian yang hilang dari keseluruhan responden sebesar Rp36.383.313,00 yang berjumlah 13 KK sehingga diperoleh rata-rata pendapatan responden yang hilang selama bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp2.798.716/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang kehilangan pendapatan sebesar 14% dari total populasi sebesar 375 KK sehingga didapat 53 KK. Total kehilangan pendapatan yang dialami masyarakat saat banjir sebesar Rp148.331.968,40 5.3.2.3 Biaya Tambahan Biaya tambahan yang ditanggung responden dalam penelitian ini meliputi peralatan kebersihan, sedot WC, dan tukang kebersihan. Mayoritas responden mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli alat-alat kebersihan selama banjir. Perhitungan rata-rata biaya tambahan yang dikeluarkan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 26 (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9). Tabel 26. Rata-rata biaya tambahan Jenis Kerugian Biaya tambahan yang dikeluarkan responden (Rp) Jumlah KK yang mengeluarkan biaya tambahan (KK) Rata-rata biaya tambahan responden (Rp/KK) Jumlah total yang mengeluarkan biaya tambahan (KK) Total biaya tambahan (Rp)
Jumlah 15.443.500.00 72 214.493.06 285 61.130.522.10
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 26, biaya tambahan yang ditanggung responden sebesar Rp15.443.500 dengan jumlah responden yang mengeluarkan biaya tambahan sebanyak 72 KK sehingga rata-rata biaya tambahan yang dialami responden selama bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp214.493,06/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya tambahan besar 76% dari
63
total populasi sebesar 375 KK sehingga didapat 285 KK. Total biaya tambahan yang dialami masyarakat sebesar Rp61.130.522,10. 5.3.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung Total kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat selama banjir periode Januari sampai Februari 2014 meliputi biaya pengobatan, biaya kehilangan pendapatan dan biaya tambahan. Total kerugian tidak langsung yang dikeluarkan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Total kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat Total Kerugian Total pendapatan yang hilang (Rp)
Jumlah (Rp) 148.331.968,40
Total biaya pengobatan (Rp)
56.448.171,36
Total biaya tambahan (Rp)
61.130.522,10
Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat (Rp)
256.910.661,86
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan perhitungan, total kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat pasca banjir per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp256.910.661,86. Total biaya terbesar ada pada total pendapatan yang hilang hal ini dikarenakan banyak yang terjadi selama periode Januari sampai Februari 2014 terjadi sebanyak 16 kali yang menyebabkan masyarakat tidak bekerja selama lebih dari dua minggu. 5.3.3 Total Kerugian Ekonomi yang Dialami Masyarakat Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat selama banjir dibagi menjadi dua yaitu total kerugian langsung dan total kerugian tidak langsung. Total kerugian langsung yang dialami masyarakat dihitung melalui biaya kehilangan perabotan rumah tangga, biaya perbaikan perabotan rumah tangga dan biaya perbaikan bangunan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Total kerugian yang dialami masyarakat pasca banjir Total Kerugian
Jumlah (Rp)
Total kerugian langsung yang dialami masyarakat (Rp)
798.218.806,34
Total kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat (Rp)
256.910.661,86
Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat (Rp) Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
1.055.129.468,20
64
Total kerugian langsung yang dialami masyarakat selama periode banjir pada Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp798.218.806,34dengan total kerugian paling besar ada pada biaya kehilangan perabotan rumah tangga. Hal ini dikarenakan banjir datang secara tiba-tiba dan masyarakat yang tidak memiliki rumah bertingkat tidak dapat mengungsikan barang-barang mereka sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar. Total kerugian tidak langsung dihitung melalui biaya pengobatan, biaya kehilangan pendapatan dan biaya tambahan. Total kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat selama periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp256.910.661,86dengan kerugian paling besar ada pada total kehilangan pendapatan harian responden. Hal ini dikarenakan selama banjir akses jalan terputus dan sebagian masyarakat mengungsi ke tempat lain. Berdasarkan perhitungan, total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat pasca banjir per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp1.055.129.468,20.Total kerugian ekonomi terbesar adalah total kerugian langsung yang terdiri dari kehilangan perabotan rumah tangga, biaya perbaikan perabotan rumah tangga dan biaya perbaikan bangunan. Kontak langsung antara air banjir dengan perabotan rumah tangga menyebabkan kerugian langsung yang dialami oleh responden sangat besar, hal ini terlihat dari total kerugian akibat kehilangan perabotan rumah tangga yang sebesar Rp602.506.763. Nilai kerugian langsung ini adalah nilai terbesar dibandingkan dengan nilai kerugian lainnya seperti biaya perbaikan perabotan sebesar Rp78.591.071,43 dan biaya perbaikan bangunan rumah sebesar Rp117.120.972,54. 5.4 WTP Masyarakat Terhadap Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan Perumahan Bencana banjir yang terjadi di Perumahan Dosen IKIP RW 02 setiap tahunnya menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat di perumahan ini yaitu kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung yang dirasakan masyarakat antara lain kerugian materi dimana banyak harta benda dan tempat tinggal mereka yang rusak dan hanyut terbawa banjir. Sementara itu kerugian tidak langsung adalah kesehatan yang terganggu seperti sakit diare,
65
gatal-gatal dan lainnya, serta pendapatan masyarakat yang hilang akibat tidak dapat bekerja selama banjir terjadi. Distribusi besaran nilai WTP yang bersedia dibayarkan oleh para responden dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Distribusi nilai WTP yang bersedia dibayarkan oleh responden Nilai Bids (Rp)
Sampel Jumlah (orang)
Persentase (%)
15000
33
35,00
20000
21
22,00
25000
11
12,00
30000
5
5,00
35000
6
6,00
40000
7
7,00
45000
1
1,00
50000
2
2,00
55000
3
3,00
60000
2
2,00
65000
2
2,00
75000
2
2,00
Jumlah
95
100,00
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Kerugian yang dialami masyarakat tersebut menyebabkan masyarakat di Perumahan Dosen IKIP RW 02 menginginkan adanya upaya perbaikan kualitas lingkungan salah satunyadengan perawatan tanggul di perumahan sehingga dapat meminimalisir potensi banjir di kemudian hari. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 95 responden, keseluruhan responden (100%) menginginkan adanya pelaksanaan upaya perbaikan kualitas lingkungan perumahan dan bersedia membayar setiap bulannya untuk keberlangsungan dan keberhasilan upaya tersebut dengan harapan ketinggian banjir di perumahan ini dapat berkurang . Masyarakat menjadi faktor utama dalam pelakasanaan upaya perbaikan kualitas lingkungan ini, oleh karena itu peneliti memberikan pertanyaan mengenai kesediaan masyarakat untuk membayar iuran dan besaran nilai yang bersedia dibayarkan oleh para responden. Berdasarkan Tabel 28, dapat dilihat bahwa masyarakat di Perumahan Dosen IKIP RW 02 mayoritas bersedia untuk membayar Rp15.000 per bulan yaitu sebanyak 33 orang (35,00%) sedangkan nilai yang bersedia dibayar masyarakat paling tinggi adalah sebesar Rp75.000, dan hanya 2 responden (2,00%) yang bersedia membayar dengan nilai tersebut.
66
Besaran nilai WTP yang diberikan oleh masyarakat tergantung pada pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, lama tinggal, luas rumah, jumlah tingkat rumah, status tempat tinggal dan ketinggian banjir yang dialami. Analisis nilai WTP terhadap upaya perbaikan lingkungan dengan melakukan perawatan tanggul dalam penelitian ini
menggunakan metode
Contingent Valuation Method (CVM). Hasil pelaksanaan langkah metode CVM adalah sebagai berikut: 1. Membuat pasar hipotetik Berdasarkan pernyataan mengenai kualitas lingkungan di Perumahan Dosen IKIP RW 02 banyak menimbulkan kerugian yang diterima oleh masyarakat khususnya pada saat terjadi banjir. Masyarakat berusaha melakukan perbaikan kualitas lingkungan untuk mengurangi kerugian yang diterima oleh masyarakat. Melalui pasar hipotetik ini responden dapat memperoleh gambaran tentang situasi yang ditawarkan tentang upaya perbaikan kualitas lingkungan perumahan. Berikut merupakan pernyataan peneliti dalam menjelaskan pasar hipotetis kepada responden. “Bapak/Ibu, jika melihat kondisi lingkungan di Perumahan Dosen IKIP RW 02 yang selalu mengalami banjir setiap tahunnya dan menimbulkan kerugian besar yang dirasakan oleh Bapak/Ibu, maka perlu dilakukannya suatu upaya untuk mengurangi bencana banjir tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan perawatan tanggul yang sudah ada di perumahan ini. Upaya ini dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang dialami masyarakat karena banjir sehingga manfaat yang hilang dan income yang berkurang akibat banjir dan tindakan pencegahan akan kembali serta membuat kualitas lingkungan di perumahan ini menjadi lebih baik. Pada pelaksaannya, partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan demi keberlangsungan perawatan tanggul ini. Partisipasi tersebut berupa iuran rutin setiap bulannya agar perawatan tanggul berkelanjutan dan terus menerus. Berdasarkan yang telah Saya sampaikan, apakah Bapak/Ibu bersedia untuk berpartisipasi dalam melakukan perawatan tanggul tersebut?”
67
2. Mendapatkan penawaranbesarnya nilai WTP Pada awalnya peneliti menggunakan teknik payment card untuk mendapatkan besarnya nilai WTP dengan kisaran nilai yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu Rp15.000 sampai Rp75.000. namun setelah melihat kondisi di lapang, peneliti merasa teknik open ended lebih tepat digunakan untuk melihat besarnya nilai WTP masyarakat. Sehingga saat peneliti melakukan survei untuk kedua kalinya sebagian besar responden memberikan nilai yang tidak jauh berbeda dengan hasil survei pertama kali. Oleh karena itu, hasil suvey besaran nilai WTP yang didapatkan tetap berada pada kisaran Rp15.000 sampai Rp75.000 per bulan per kepala keluarga. 3. Memperkirakan nilai rataan WTP Dugaan nilai rataan WTP (EWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden. Nilai rataan WTP tersebut menggambarkan kesediaan membayar masyarakat terhadap perawatan tanggul sebagai bentuk upaya perbaikan lingkungan di perumahan ini. Kelas WTP diperoleh berdasarkan besarnya nilai WTP yang dibayarkan oleh responden. Distribusi nilai rataan WTP responden dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Distribusi rataan WTP responden WTP (Rp)
Responden Frekuensi (responden)
Frekuensi relatif
Mean WTP (Rp)
15.000
33
0.35
5.210,53
20.000
21
0.22
4.421,05
25.000
11
0.12
2.894,74
30.000
5
0.05
1.578,95
35.000
6
0.06
2.210,53
40.000
7
0.07
2.947,37
45.000
1
0.01
473,68
50.000
2
0.02
1.052,63
55.000
3
0.03
1.736,84
60.000
2
0.02
1.263,16
65.000
2
0.02
1.368,42
75.000
2
0.02
1.578,95
95
1.00
26.736,84
Total
Sumber: Hasil Analisis Data, (2014)
Berdasarkan Tabel 30, terdapat 12 ragam besarnya nilai WTP responden dari Rp15.000 sampai Rp75.000. Nilai rataan WTP didapat sebesar Rp26.736,84
68
per bulan untuksetiap KK. Nilai rataan WTP tersebut menggambarkan kesediaan membayar masyarakat terhadap perawatan tanggul di perumahan ini untuk meminimalisir kerugian akibat banjir. 4. Memperkirakan kurva WTP Kurva WTP responden dibentuk berdasarkan nilai kesediaan membayar responden terhadap perawatan tanggul. Kurva ini dibentuk menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah individu yang memiliki suatu nilai WTP. Kurva responden dapat dilihat pada Gambar 2.
Nilai Bid WTP
80000 60000
y = -768.06x + 73959 R² = 0.7496
40000
Linear (WTP)
20000 0 0
20
40
60
80
100
Jumlah Responden
Gambar 2. Kurva Penawaran WTP responden Hubungan kurva ini menggambarkan tingkat WTP yang bersedia dibayarkan dengan jumlah responden yang bersedia membayar pada tingkat WTP tersebut. Kurva WTP pada penelitian ini memiliki slope negatif. Diperkirakan semakin tinggi nilai WTP yang ditawarkan, semakin sedikit jumlah orang yang bersedia membayar untuk perbaikan lingkungan perumahan berupa perawatan tanggul. 5. Mengestimasi total WTP Masyarakat di perumahan ini tidak pernah melakukan perawatan tanggul, karena sejauh ini masyarakat hanya melakukan perbaikan pada tanggul saat menjelang musim hujan. Nilai total WTP terhadap upaya perawatan tanggul diperoleh dengan mengalikan nilai rata-rata WTP responden dengan jumlah kepala keluarga di Perumahan Dosen IKIP RW 02 yaitu 375 orang, sehingga diperoleh total WTP sebesar Rp10.026.315 per bulan. Perkiraan total WTP ini nantinya akan digunakan masyarakat untuk perawatan tanggul. Adapun kegiatan yang akan dilakukan adalah peninggian tanggul, pengerukan dasar tanggul, dan perawatan dinding tanggul.Distribusi total WTP responden dilihat pada Tabel 31.
69
Tabel 31. Distribusi total WTP responden WTP (Rp/bulan/KK)
Frekuensi (responden)
Total WTP (Rp)
15.000
33
495.000
20.000
21
420.000
25.000
11
275.000
30.000
5
150.000
35.000
6
210.000
40.000
7
280.000
45.000
1
45.000
50.000
2
100.000
55.000
3
165.000
60.000
2
120.000
65.000
2
130.000
75.000
2
150.000
95
2.540.000
Total
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Berdasarkan Tabel 31, nilai total WTP responden sebesar Rp2.540.000 per bulan. Nilai total WTP ini menggambarkan nilai kesediaan masyarakat untuk membayar perbaikan lingkungan perumahan. Nilai total WTP ini juga menggambarkan kemampuan masyarakat di Perumahan Dosen IKIP RW 02 untuk membayar dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan perumahan dengan cara melakukan perawatan tanggul untuk meminimalisir kerugian akibat banjir. 5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Masyarakat Terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan di Perumahan Dosen IKIP RW 02 dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda.Tabel hasil analisis regresi linear berganda dapat di lihat pada Lampiran 10. Hasil uji keandalan menunjukkan bahwa adjusted R2 yang didapatkan sebesar 89,17% yang diinterpretasikan bahwa sebesar 88,17% keragaman WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang ada pada model, sedangkan 11,83% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Persamaan regresi yang dihasilkan dari Lampiran 10 adalah sebagai berikut: WTP = -11,374 + 0,643 PDDKN – 1,536 JTK + 0,200 PDRT – 0,014 LMT + 3,283 STT + 0,016 LSRM + 2,649 JTRM + 0,154 KTB
70
Hasil uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 88,632 dengan nilai probability 0,000 < α 5% menunjukkan variabel-variabel bebas dalam model secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden. Hasil uji T pada masingmasing variabel tabel dapat dilihat pada Tabel 32 (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10). Tabel 32. Hasil analisis regresi linear berganda Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VIF
JRM
2.649438
1.727173
1.533974
0.1287
2.456
JTK
-1.536702*
0.530894
-2.894555
0.0048
1.321
KTB
0.154676**
0.017402
8.888416
0.0000
1.397
LMT
-0.014301
0.088027
-0.162464
0.8713
1.182
LRM
0.016694
0.021877
0.763105
0.4475
1.848
PDDK
0.643869*
0.260335
2.473234
0.0154
2.474
PDRT
0.200474**
0.016281
12.31329
0.0000
1.901
STT
3.283529*
1.641199
2.000689
0.0486
2.175
C
-11.37450
4.667501
-2.436957
0.0169
R-squared
0.891832
Mean dependent var.
26.73684
Adjusted R-squared
0.881770
S.D. dependent var
14.8890
S.E. of regression
5.119553
Akaike info criterion
6.193955
Sum squared resid
2254.045
Schwarz criterion
6.435902
-285.2129
Hannan-Quinn criter.
6.291720
F-statistic
88.63270
Durbin-Watson stat
1.576151
Prob(F-statistic)
0.000000
Log likelihood
Keterangan: ** : nyata pada taraf α1% * : nyata pada taraf α5%
1. Pengaruh pendidikan (PDDKN) terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai probability (0,015) < α 5% artinya pendidikan berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 0,643869 artinya setiap kenaikan lama pendidikan satu tahun maka akan meningkatkan WTP sebesar Rp0,643869. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena tingkat pendidikan cenderung mempengaruhi pola pikir seseorang untuk mendapatkan suatu kondisi lingkungan yang lebih baik dan nyaman. 2. Pengaruh jumlah tanggungan keluarga (JTK) terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai probability (0,0048) < α 5% artinya jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien yang
71
diperoleh sebesar -1,536702 artinya setiap kenaikan jumlah tanggungan satu orang maka akan menurunkan nilai WTP sebesar Rp1,56702. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena keluarga yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang tinggi cenderung memiliki pengeluaran rumah yang tinggi pula, sehingga nilai WTP yang dibayarkan masyarakat cenderung rendah. 3. Pengaruh pendapatan rumah tangga (PDRT) terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai probability (0,000) < α 5% artinya pendapatan berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 0,200474 artinya setiap kenaikan pendapatan sebesar Rp100.000 maka akan meningkatkan WTP sebesar Rp20.047,4. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena tingkat pendapatan keluarga yang tinggi mengindikasikan kemampuan finansial rumah tangga. 4. Pengaruh lama tinggal (LMT) terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai probability (0,871) > α 5% artinya lama tinggal tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar -0,014301 artinya setiap kenaikan lama tinggal satu tahun maka akan menurunkan WTP sebesar Rp0,014301. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis, karena berdasarkan hasil survei di lapang masyarakat merasa bahwa upaya perawatan tanggul tidak berdampak langsung pada perbaikan lingkungan perumahan, sehingga masyarakat cenderung membayar rendah untuk perawatan tanggul. 5. Pengaruh status tempat tinggal (STT) terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai probability (0.048) < α 5% artinya status tempat tinggal berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 3,283529 artinya beda rata-rata WTP antara orang dengan status tempat tinggal milik sendiri dengan kontrak sebesar Rp3,283529. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena berdasarkan hasil survei di lapang, responden dengan status tempat tinggal milik sendiri akan merasa lebih memiliki dan peduli akan lingkungan tempat tinggalnya. 6. Pengaruh luas rumah (LSRM) terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai probability (0,447) > α 5% artinya luas rumah tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 0,016694 artinya setiap kenaikan luas rumah satu m2 maka akan meningkatkan WTP sebesar Rp0,016694. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena berdasarkan hasil survei di lapang luas rumah responden mengindikasikan banyak terdapat perabotan rumah
72
tangga di dalam rumah, sehingga apabila terjadi banjir kerugian yang dialami akan besar. Oleh karena itu jumlah WTP yang bersedia diberikan juga tinggi dengan harapan dapat meminimalisir kerugian tersebut. 7. Pengaruh jumlah tingkat rumah (JTRM) terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai probability (0,128) > α 5% artinya jumlah tingkat rumah tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 2,649438 artinya beda rata-rata WTP antara orang yang tidak memiliki rumah bertingkat dengan orang yang memiliki rumah bertingkat sebesar Rp2,6494438. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena berdasarkan hasil survei di lapang masyarakat yang tidak memiliki rumah bertingkat, ketika terhadi banjir mereka tidak dapat mengamankan perabotan rumah tangga yang dimilikinya sehingga kerugian pun besar. Oleh karena itu jumlah WTP yang bersedia diberikan juga tinggi dengan harapan dapat meminimalisir kerugian yang dialami. 8. Pengaruh ketinggian banjir (KTB) terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai probability (0,000) < α 5% artinya ketinggian banjir berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 0,154676 artinya setiap kenaikan ketinggian banjir satu cm maka akan meningkatkan WTP sebesar Rp0,154676. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena semakin tinggi ketinggian banjir yang masuk ke dalam rumah, maka kerugian yang dialami akan semakin besar. Oleh karena itu jumlah WTP yang bersedia diberikan juga tinggi dengan harapan dapat meminimalisir kerugian tersebut. Pengujian ekonometrika terhadap model dilakukan dengan uji asumsi klasik. Pada penelitian ini model regresi linear berganda sudah memenuhi uji asumsi klasik tersebut. Adapun hasil dari masing-masing uji adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Pada Lampiran 11a, berdasarkan hasil uji Jaque-Bera diperoleh p-value sebesar 0,630454 > α 5% yang artinya asumsi residual menyebar normal terpenuhi. 2. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dalam model dilakukan dengan uji White yang dapat dilihat dalam Tabel pada Lampiran 11b. Lampiran 11b, menunjukkan
73
bahwa p-value yang dihasilkan sebesar 0,8104 > α 5% yang artinya asumsi homoskedastisitas terpenuhi. 3.Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dalam model dapat dilihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF). Tabel hasil analisis regresi linear berganda pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas memiliki VIF < 10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi pelanggaran multikolinearitas pada model. 4. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dalam model dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Nilai DW yang didapatkan adalah 1,58. Menurut Firdaus (2004) apabila nilai statistik DW berada pada selang 1,55 sampai 2,46 maka tidak terjadi autokorelasi. Autokorelasi juga dapat dilihat dengan uji Breusch Godfrey yang dapat dilihat pada Lampiran 11c. Pada Lampiran 11c menunjukkan bahwa p-value yang dihasilkan adalah sebesar 0,1011 > α 5% maka asumsi tidak ada autokorelasi terpenuhi. 5.6 Kebijakan Pengelolaan Perawatan Tanggul untuk Meminimalisir Dampak Banjir Banjir yang sering terjadi di Kota Bekasi telah menimbulkan kerugian bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir. Salah satu daerah rawan banjir yang ada di Kota Bekasi adalah Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih. Upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengurangi ketinggian banjir di perumahan ini adalah dengan membuat tanggul di sepanjang saluran air perumahan secara swadaya. Belum adanya kebijakan terkait pengelolaan perawatan tanggul dari berbagai pihak terkait menyebabkan masyarakat berinisiatif sendiri untuk melakukan peninggian tanggul setiap menjelang musim penghujan untuk meminimalisir dampak banjir. Sub bab ini mengkaji terkait kebijakan perawatan tanggul yang dapat diterapkan di Perumahan Dosen IKIP RW 02 dalam meminimalisir dampak banjir. Berdasarkan keterangan responden dampak negatif yang ditimbulkan dari banjir adalah kerugian materi dan menumpuknya sampah yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan perumahan. Sehingga diperlukan suatu
74
pengelolaan lingkungan oleh berbagai pihak, dengan membentuk kelembagaan yang mengatur mengenai mekanisme perawatan tanggul di perumahan. Adapun usulan mekanisme perawatan tanggul sebagai upaya mengurangi dampak banjir di kemudian hari dapat dilihat pada Gambar 3. Kelurahan Jatikramat Pembayaran
Forum pengelola tanggul di Perumahan Dosen IKIP RW 02
Rataan WTP
Pendanaan
Biaya perawatan tanggul
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Masyarakat pemanfaat
Masyarakat penyedia
Perawatan tanggul
Peninggian tanggul Perawatan dinding tanggul Pengerukan dasar tanggul
Gambar 3. Usulan mekanisme perawatan tanggul di Perumahan Dosen IKIP Perawatan tanggul di Perumahan Dosen IKIP dilakukan oleh masyarakat pemanfaat tanggul. Pengelolaan dilakukan oleh forum pengelola tanggul yang dibentuk oleh Kelurahan dengan bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Forum pengelola tanggul tersebut terdiri dari beberapa unsur stakeholder yaitu, Kelurahan, LSM, dan masyarakat. Forum tersebut berfungsi untuk mengelola dana perawatan tanggul yang nantinya akan diperuntukkan pendanaan biaya perawatan tanggul yang dilakukan oleh masyarakat penyedia tanggul. Pendanaan untuk perawatan tanggul berasal dari masyakarat pemanfaat besarnya disesuaikan dengan rataan WTP yang didapat melalui metode CVM. Kegiatan perawatan
75
tanggul terdiri dari peninggian tanggul, perawatan dinding tanggul dan pengerukan dasar tanggul, namun demikian pelaksanaan perawatan tanggul harus ditunjang dengan aturan hukum yang kuat.
76
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 1. Berdasarkan informasi responden, banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02 disebabkan oleh penyempitan saluran air perumahan, gorong-gorong yang tersumbat oleh sampah dan terjadi pendangkalan pada tanggul. 2. Dampak dari banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02 adalah terganggunya aktivitas dan kesehatan masyarakat, berkurangnya penghasilan dan rusaknya rumah dan perabotan rumah tangga serta kondisi lingkungan perumahan yang menjadi tidak terawat dan kotor. Kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir dihitung berdasarkan kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Total estimasi kerugian ekonomi yang dialami rumah tangga di Perumahan Dosen IKIP RW 02 sebesar Rp1.055.129.468,20. Total kerugian langsung yang dialami masyarakat sebesar Rp798.218.806,34 atau sebesar 75,65% dan total kerugian tidak langsung sebesar Rp256.910.661,86atau sebesar 24,32%. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi responden dalam kesediaan membayar biaya perawatan tanggul adalah pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan, lama tinggal, status tempat tinggal, luas rumah, jumlah tingkat rumah dan ketinggian banjir. Seluruh responden sebesar 95 orang bersedia membayar untuk upaya perbaikan kualitas lingkungan perumahan sehingga didapat rata-rata nilai WTP responden sebesar Rp26.736,84 per bulan untuk setiap kepala keluarga dengan total WTP sebesar Rp2.540.000. Nilai total ini menggambarkan nilai korbanan yang bersedia dikeluarkan masyarakat untuk melakukan perawatan tanggul. Hal ini dikarenakan masyarakat sangat mengharapkan upaya tersebut dapat mengurangi ketinggian banjir di perumahan ini sehingga dapat meminimalisir kerugian akibat banjir. 4. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar masyarakat pada taraf α 1% adalah pendapatan rumah tangga dan ketinggian banjir. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar masyarakat pada taraf α 5% adalah pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan status tempat tinggal.
77
5. Besarnya kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat akibat banjir di perumahan menyebabkan masyarakat perlu untuk melakukan pengelolaan terhadap perawatan tanggul guna meminimalisir kerugian di masa datang. Pengelolaan dilakukan oleh forum pengelola tanggul yang dibentuk oleh Kelurahan dengan bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat.
6.2 Saran 1. Pemerintah Kota Bekasi diharapkan memperhatikan kondisi infrastruktur permukiman terutama saluran drainase dan membuat area resapan yang berlokasi di belakang Perumahan Dosen IKIP RW 02 untuk mengurangi ketinggian air banjir yang masuk ke perumahan. 2. Nilai rata-rata WTP masyarakat yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat menjadi batas minimum yang harus dibayarkan oleh masyarakat dalam bentuk iuran per bulan untuk perbaikan lingkungan perumahan di Perumahan Dosen IKIP RW 02 berupa perawatan tanggul. 3. Kelurahan Jatikramat diharapkan membuat kelembagaan yang terdiri dari Kelurahan Jatikramat, LSM dan masyarakat untuk mengatur pengelolaan perawatan tanggul di perumahan ini dalam hal pendanaan dan pembiayaan.
78
DAFTAR PUSTAKA [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menangah Daerah Kota Bekasi Tahun 2013-2018. Bekasi.[Internet]. [diunduh pada 2013 Desember 22]. Tersedia pada http://bekasikota.go.id Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ. Press. Berina, D. 2011. Strategi dan Biaya Adaptasi Masyarakat Teluk Jakarta Terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Breffle WS, Morey ER, Lodder TS. 1998. Using contingent valuation to estimate a neighbourhood’s WTP to preserve undeveloped urban land. Urban Studies. 35(4):715-727 Bureau Land Management. 2008. Natural Resource Damage Assessment and Restoration Handbook. United States (US): Department of the Interior Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama .2010. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. . 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID): IPB Press Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara Gujarati DN. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga: Jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga Han F, Yang Z, Hui W. 2010. Estimating WTP for environment conservation: a contingent valuation study of Kanas Nature Reserve, Xinjiang, China. [Internet]. [diunduh pada 2014 Januari 24]; Springer Science+Business Media B.V.180:451-459 Hanley N dan Barbier BE. 2009. Pricing Nature. Cost-Benefit Analysis and Envorionmental Policy. Massachusetts (USA): Edward Elgar Publishing Limited
79
Hasan I. 2008.Pokok-pokok Materi Statistika 2 (Statistika Inferensif). Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara. Hasiani F, Mulyani Endang, Yuniarti E. 2008. Analisis Kesediaan Membayar (WTP) dalam Upaya Pengelolaan Obyek Wisata Taman Alun Kapuas Pontianak, Kalimatan Barat [Skripsi]. Pontianak (ID): Universitas Tanjungpura Horngren CT. dan Jr. Walter T.H. 2007. Akuntansi. Edisi Ketujuh: Jilid I. Jakarta (ID): Erlangga Juanda B. 2009. Dasar- dasar Ekonometrika. Bogor (ID): IPB Press Kodoatie RJ dan Sugiyono. 2002. Banjir: Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar Kodoatie RJ. 2013.Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota. Yogyakarta (ID): Andi. Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Nita SA. 2013. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir Di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi.[skirpsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Gambut. [Internet]. [diunduh 2014 Agust 28]. Tersedia pada: http://pslh.ugm.ac.id/id/wp-content/uploads/Permen-14-th-2012-ttgPanduan-Valuasi-Ekonomi-Ekosistem-Gambut.pdf. Sihotang J. 2013. Tanggul Permanen Selamatkan Warga Bekasi. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 23]. Tersedia pada: http://sinarharapan.co Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta Suparmoko M dan M. Ratnaningsih. 2011. Ekonomika Lingkungan Ed ke-2. Yogyakarta (ID): BPFEE-Yogyakarta Suriya S., Mudgal BV, Prakash N. 2012. Flood Damage Assessment of An Urban Area in Chennai, India. Part I: metodologi. Nat Hazards (2012). Doi:10.1007/s1069-011-9958-3. 62: 149-162
80
LAMPIRAN
82
Lampiran 1. Peta Wilayah Kota Bekasi
Sumber: Perda Kota Bekasi, 2013
83
Lampiran 2. Kondisi Lokasi Penelitian
a. Gorong-gorong perumahan yang tersumbat sampah
c. Meluapnya saluran air di perumahan
b. Ketiggian banjir di sekitar RT 04
d. Peninggian jalan untuk mengurangi ketinggian banjir yang masuk ke rumah
84
Lampiran 3. Kuesioner Penelit litian
INSTITUT I PERTANIAN BOGOR FAKU ULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPART TEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper er Level 5 Wing Kampus IPB Dramaga Bogor 16 16680 Telp. (025 251) 8621834, Telp/Fax (0251)8421762 KUE UESIONER PENELITIAN
Responden yang terhormat, Saya Syafira Salzabella, maahasiswa Institut Pertanian Bogor, program studi Ekonomi Sumberdaya dan n Lingkungan yang sedang melakukan penel elitian mengenai Analisis Nilai Keerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesed ediaan Membayar (WTP) Masyar arakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkun ungan (Studi Kasus: Perumahan n Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikra ramat, Kecamatan Jatiasih). Demii memperoleh hasil penelitian yang diinginkan, saya mohon kesedian Anda untuk k berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini se secara lengkap dan benar yang akan an digunakan sebagai bahan penelitian yang men enjadi bagian dari penyusunan skrip ipsi yang sedang saya selesaikan. Tidak ada jaw waban yang salah dalam menjawan n kuesioner k ini.Informasi yang Anda berikan meelalui kuesioner ini bersifat rahasiaa dan d hanya digunakan untuk kepentingan akadem mis. Atas perhatian Anda saya ucap apkan terima kasih. A. .
Karakteristik Respon onden
1. Nama :……………… ………………………………………… 2. Umur :………tahun 3. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan 4. Alamat Lengkap :……………………………………………….... ........... …………………………………………………… …… 5. Status Pernikahan :………………………….. 6. Jumlah Anggota Kelua uarga: - Dewasa laki-laki : ……. orang - Dewasa perempuan an : ……. orang - Anak-anak (<16 tahun):……. tah orang Jumlah : …… orang 7. Pendidikan terakhir Kepala Ke Keluarga: a. Tidak sekolah b. SD/ sederajat, t, tepatnya…………….. t c. SLTP/ sederaja jat, tepatnya……………….. d. SLTA/ sederaja ajat, tepatnya……………….. e. Akademi, tepat atnya…………………… f. Perguruan Ting inggi, tepatnya………….
85
8. Apa pekerjaan Anda sehari-hari? a. Tidak bekerja b. PNS c. Pegawai Swasta d. Pedagang e. Wiraswasta f. Buruh g. Lainnya,………………… 9. Total pendapatan Kepala Keluarga (per bulan) a. < Rp 1.500.000, tepatnya………. b. Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000, tepatnya…….. c. Rp 2.500.001 – Rp 3.500.000, tepatnya…….. d. Rp 3.500.001 – Rp 4.500.000, tepatnya…….. e. Rp 4.500.001 – Rp 5.500.000, tepatnya…….. f. > Rp 5.500.000, tepatnya…….…. 10. Berapa pengeluaran rumah tangga Anda? (per bulan) - Biaya konsumsi :………… - Biaya pendidikan :……….. - Biaya kesehatan:…………. - Biaya lainnya:……………. 11. Daerah asal Anda: a. Bekasi b. Daerah lain (Sebutkan): …………………. 12. Sudah berapa lama Anda tinggal di Perumahan ini? ….. tahun 13. Apa alasan Anda tinggal di Perumahan ini? a. Penduduk asli b. Ikut suami/istri c. Dekat dengan tempat kerja d. Lainnya,………… 14. Status tempat tinggal Anda? a. Milik sendiri b. Sewa/kontrak c. Berpindah-pindah 15. Berapa luas tempat tinggal anda? …….. m2 16. Jenis bangunan rumah Anda? a. Rumah tidak memiliki lantai atas/ tidak tingkat b. Rumah memiliki lantai atas/ tingkat 17. Berapa ketinggian air banjir yang masuk ke rumah Anda? ….. cm 18. Berapa jauh jarak rumah Anda ke Kali? …… m B.
Identifikasi Kondisi Lingkungan Pasca Banjir Berilah tanda (√) pada setiap kolom indikator kriteria sesuai realita sebenarnya yang ada alami.
86
No
Pertanyaan
Indikator Kriteria Ya Tidak
19. Apakah Anda mengetahui bahwa rumah Anda berada di kawasan rawan banjir? 20. Apakah banjir mempengaruhi kondisi tempat tinggal dan kualitas lingkungan sekitar Anda menjadi kotor? 21. Apakah sampah yang terbawa banjir membuat saluran air/ got menjadi tersumbat? 22. Apakah sampah yang terbawa banjir membuat kondisi rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal Anda menjadi kotor? 23. Apakah sampah yang terbawa banjir sulit dibersihkan sehingga membuat rumah Anda dan lingkungan menjadi kotor? 24. Apakah sampah yang terbawa banjir merusak fasilitas umum di lingkungan tempat tinggal Anda? 25. Apakah sampah yang terbawa banjir membuat Anda mengeluarkan biaya tambahan untuk membersihkan lingkungan sekitar dan rumah Anda? 26. Apakah kegiatan MCK Anda terganggu setelah banjir? 27. Apakah banjir menimbulkan kekhawatiran kriminalitas/tindakan pencurian terhadap harta benda yang Anda miliki? C. Identifikasi Kondisi Sosial Masyarakat Pasca Banjir Berilah tanda (√) pada setiap kolom indikator kriteria sesuai realita sebenarnya yang ada alami No Pertanyaan Indikator Kriteria Ya Tidak 28. Apakah lingkungan sekitar yang kotor pasca banjir meningkatkan partisipasi warga untuk gotongroyong? 29. Apakah banjir mengganggu rasa tidak kenyamanan Anda dalam melakukan pekerjaan? 30. Setelah banjir surut, Apakah Anda timbul rasa ketidaknyamanan dalam melakukan aktifitas di rumah? 31. Apakah banjir menimbulkan tekanan jiwa atau stress bagi Anda? E.
Informasi Tentang Banjir 32. Berapa kali Anda telah mengalami banjir pada bulan Januari – Februari 2014? a. 1 b. 2 c. 3
87
33. Apa penyebab banjir di daerah ini? ………………………………………………………………….. 34. Berapa lama rumah anda terjadi kena banjir? Banjir 1:………………………… jam Banjir 2:………………………… jam Banjir 3:………………………… jam 35. Berapa kedalaman banjir yang Anda alami? Banjir 1:…………………………cm Banjir 2:………………………… cm d Banjir 3:…………………………cm 36. Berapa hari banjir yang menimpa rumah anda surut?.......... hari F.
Penilaian Kerugian Ekonomi akibat Bnajir • Kerusakan pada bangunan dan perabotan rumah tangga 37. Apakah Anda berencana untuk melakukan pencegahan setelah pasca banjir? a. Ya b. Tidak 38. Apakah ada upaya pencegahan yang Anda lakukan untuk mengurangi dampak banjir? a. Meninggikan lantai dasar rumah b. Menambah lantai (tingkat rumah) c. Lainnya, sebutkan………………………………. 39. Berapa besar biaya yang Anda keluarkan untuk masing-masing upaya pencegahan yang dilakukan? Rp………………………… a. Meninggikan lantai dasar rumah b. Menambah lantai (tingkat rumah) Rp………………………… Rp………………………… c. Lainnya, sebutkan………….. 40. Apakah selama banjir Anda berpindah tempat tinggal (menumpang/menyewa/membeli rumah)? a. Ya b. Tidak 41. Jika ya, berapa biaya yang Anda keluarkan untuk perpindahan tersebut? Rp…………………………………………………. 42. Pernakah Anda mengalami kerusakan perabotan rumah tangga akibat banjir pada bulan Januari – Februari 2014? a. Ya b. Tidak 43. Apa saja perabotan rumah tangga Anda yang rusak dan tidak terpakai lagi akibat banjir pada bulan Januari – Februari 2014 ? No Jenis barang Tahun beli Harga beli 1 2 3 4 5 6
88
44. Apa saja perabotan rumah tangga Anda yang rusak dan masih dapat diperbaiki serta biaya perbaikan akibat banjir periode Januari – Februari 2014? No Jenis barang Biaya service (Rp) 1 2 3 4 5 • Upaya Mitigasi Kolektif (Swadaya Masyarakat) 45. Apakah ada upaya mengurangi banjir secara kolektif di lokasi tempat tinggal Anda? a. Ya b. Tidak 46. Jika ya, Apakah Anda dikenakan pungutan/iuran sejenis untuk upaya pencegahan tersebut? Ya/ Tidak • Kehilangan Pendapatan 47. Apakah selama banjir Anda tidak bisa bekerja? a. Ya b. Tidak 48. Jika tidak, Berapa hari Anda tidak bekerja?...........................hari 49. Apa penyebab Anda tidak bekerja? (Jawaban boleh lebih dari satu) a. Akses jalan terputus akibat banjir b. Terserang penyakit c. Mengungsi d. Tetap tinggal di rumah untuk menjaga harta dan benda e. Lainnya,…… • Biaya Kesehatan 50. Ketika banjir, Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan? a. Ya b. Tidak 51. Menurut Anda, apakah penyakit tersebut disebabkan oleh banjir? a. Ya b. Tidak 52. Jenis penyakit apa yang diderita?.................................................................. 53. Berapa jumlah anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan?.....orang 54. Berapa biaya berobat per orang? ..... G. Kesediaan Membayar Masyarakat 55. Apakah Anda setuju jika dilakukan perawatan tanggul di perumahan ini untuk mengurangi banjir? a. Setuju (lanjut ke no. 58) b. Tidak setuju (lanjut ke no. 57) 56. Alasan Anda tidak setuju dengan perawatan tanggul di Perumahan ini?.................................................................................................
89
57. Jika dilakukan perawatan tanggul di perumahan ini, berapa biaya yang bersedia Anda bayarkan setiap bulannya untuk perawatan tanggul? a. Rp 2.000 b. Rp 4.000 c. Rp 6.000 d. Rp 8.000 e. Rp 10.000 58. Berikan alasan mengapa Anda memilih besarnya biaya yang bersedia saudara bayarkan tersebut? Terima Kasih
90
92
Nama barang rusak
Kulkas TV (2) Tempat tidur (4) Kursi tamu (2) Lemari (4) Buffet Meja Meja komputer Lemari Kompor Mesin cuci Kulkas Meja Kasur kapuk Kulkas (2) TV
2500000.00
1500000.00
3000000.00
3000000.00
4500000.00
2500000.00
5000000.00
100000.00
500000.00
350000.00
200000.00
200000.00
200000.00
800000.00
1500000.00
2000000.00
6000000.00
4000000.00
9000000.00 10000000.0 0
5000000.00
Harga beli (a)
Tahun beli (t0)
2010 2011 2012 2010 2010 2012 2013 2013 2012 2013 2013 2012 2011 2013 2010 2011 2012 2013 2012 2010 2010
Penyusut an (Rp/tahun )
Akumulasi penyusutan (Rp)
Biaya kehilangan (Rp)
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
1
4
5
1
4
3
1
1
1
1
1
3
1
1
1
4
1
5
10
10
8
5
4
5
5
10
4
5
5
10
10
6
8
10
10
300000
600000
450000
250000
625000
20000
125000
70000
40000
20000
50000
160000
300000
200000
600000
666667
1250000
900000
500000
1500000
900000
600000
450000
1000000
3125000
20000
500000
210000
40000
20000
50000
160000
300000
600000
600000
666667
1250000
3600000
0
0
2100000
2400000
4050000
1500000
1875000
80000
0
140000
160000
180000
150000
640000
1200000
1400000
5400000.00
3333333
8750000.00
5400000.00
Umur ekonomis (t3)
2014
1
10
300000
2500000
Umur pakai (t2)
2014
3
5
500000
(b=a/t3)
2014
5
5
4500000.00
(d=a-c)
2014
5
500000
(c=bxt2)
2014
Tahun hilang (t1)
Lampiran 4. Perhitungan Biaya Kehilangan Perabotan Rumah Tangga Respond en
1
2
3 Tempat tidur (2) Spring Bed Lemari (2) Meja makan + kursi Mesin cuci
Total kehilangan
30623333
710000
11925000
7
6
5
4
Meja makan + kursi
Buffet
Lemari (4)
Kursi tamu (2)
Tempat tidur (4)
TV (2)
Meja makan + kursi Kulkas
Kulkas
Kursi tamu
Buffet
Mesin cuci
Mesin cuci
Kasur kapuk
Kompor
Kulkas
Mesin cuci
Kasur kapuk
Kompor
Kulkas
Lemari
3000000.00
8000000.00
10000000.00
5000000.00
12000000.00
5000000.00
6000000.00
3000000.00
5000000.00
2500000.00
5000000.00
3500000.00
350000.00
200000.00
250000.00
200000.00
300000.00
200000.00
150000.00
400000.00
300000.00
Lampiran 4. (Lanjutan 1)
2011
2008
2010
2012
2010
2009
2012
2011
2013
2012
2010
2013
2011
2008
2010
2010
2009
2008
2009
2010
2011
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
3
4
4
2
4
5
2
3
1
3
5
1
4
7
5
5
6
7
6
5
5
10
15
8
5
10
10
10
5
5
5
10
8
8
10
5
5
8
8
8
5
5
300000
533333
1250000
1000000
1200000
500000
600000
600000
1000000
500000
500000
437500
43750
20000
50000
40000
37500
25000
18750
80000
60000
900000
2133333
5000000
2000000
4800000
2500000
1200000
1800000
1000000
1500000
2500000
437500
175000
140000
250000
200000
225000
175000
112500
400000
300000
2100000
5866667
5000000
3000000
7200000
2500000
4800000
1200000
4000000
1000000
2500000
3062500
175000
60000
0
0
75000
25000
37500
0
0
30466667
11762500
235000
137500
93
91
92
94
Mesin cuci Komputer Kursi tamu Kulkas Meja makan + kursi Tempat tidur Spring bed Lemari pakaian Mesin cuci Kompor TV Tempat tidur (2) spring bed mesin cuci kulkas kompor lemari pakaian (2) meja Kulkas Kompor Meja Makan Mesin cuci Spring Bed
4000000.00
2500000.00
5000000.00
2500000.00
2500000.00
1000000.00
2500000.00
2500000.00
6000000.00
1500000.00
2500000.00
3500000.00
5000000.00
5000000.00
3500000.00
1500000.00
3000000.00
2500000.00
5000000.00
3000000.00
2000000.00
3500000.00
2500000.00
7000000.00
4500000.00
Lampiran 4. (Lanjutan 2) 8
9
10
11
12
Buffet meja
2008 2010 2009 2011 2011 2013 2013
2010
2013
2011 2012 2010 2008 2011 2010 2011 2010 2011 2010 2009 2009 2009 2008 2005 2010
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
4
1
1
1
3
3
5
4
4
10
5
8
10
8
8
5
10
10
300000
500000
625000
300000
250000
437500
500000
700000
450000
562500
1200000
500000
625000
300000
750000
1312500
2500000
2800000
1800000
2800000
937500
1800000
2000000
4375000
2700000
1250000
2187500
0
4200000
2700000
2450000
700000
500000
187500
937500
350000
1050000
3600000
8
350000
562500
2000000
1000000
10
500000
2400000
1250000
3
10
187500
1500000
375000
2
5
600000
1250000
937500
2014
3
8
500000
625000
937500
2014
4
10
312500
1562500
2000000
1250000 2014
3
5
125000
1562500
250000
1000000
2014
4
8
312500
3000000
2400000
3750000
2014
3
8
312500
2250000
4000000
2014
4
8
500000
1600000
625000
2014
5
8
250000
1000000
2014
5
10
400000
8
2014
5
10
5
2014
6
10
6
2014
9
4
2014
4
2014
2014
2014
2014
19412500
5537500
10737500
3500000
4650000
17
16
15
14
13
Spring bed
tempat tidur (3)
Kompor gas
Lemari pakaian
Tempat tidur (4)
Kulkas
Kompor gas
Magicom
Rak piring
Meja tamu
Meja makan
spring bed
Lemari pakaian plastik kursi plastik
kipas angin
kompor
Meja
5500000.00
1200000.00
1500000.00
3000000.00
10000000.00
2500000.00
1000000.00
300000.00
500000.00
800000.00
1500000.00
5000000.00
200000.00
800000.00
500000.00
1500000.00
2500000.00
Lampiran 4. (Lanjutan 3)
2011
2010
2005
2008
2008
2011
2010
2010
2006
2008
2008
2011
2012
2012
2010
2008
2008
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
3
4
9
6
6
3
4
4
8
4
4
3
2
2
4
6
6
10
10
10
10
10
10
10
8
10
10
10
10
8
8
5
10
10
550000
120000
150000
300000
1000000
250000
100000
37500
50000
80000
150000
500000
25000
100000
100000
150000
250000
1650000
480000
1350000
1800000
6000000
750000
400000
150000
400000
320000
600000
1500000
50000
200000
400000
900000
1500000
3850000
720000
150000
1200000
4000000
1750000
600000
150000
100000
480000
900000
3500000
150000
600000
100000
600000
1000000
5920000
6500000
1480000
4250000
1700000
95
93
94
96
Kulkas TV (2) Tempat tidur (4) Kursi tamu (2) Lemari (4) Meja Meja komputer Kompor gas mesin cuci kipas angin kompor kulkas meja belajar kursi(4) lemari pakaian lemari pakaian (2) mesin cuci meja makan spring bed Buffet Buffet Meja makan
2000000.00
1000000.00
1000000.00
2500000.00
2500000.00
6000000.00
2500000.00
600000.00
2500000.00
800000.00
500000.00
1000000.00
700000.00
1000000.00
200000.00
100000.00
2500000.00
2000000.00
1000000.00
2500000.00
8000000.00
3500000.00
12000000.00
6000000.00
4500000.00
Lampiran 4. (Lanjutan 4) 18
19
20
21
22 23 pompa air kompor mesin cuci
2013 2013 2010 2011 2011 2010 2008 2008 2008 2012 2012 2011 2009 2009 2009 2012 2010 2010 2010 2010 2005 2009 2011 2010 2011
2014
1
10
450000
450000
4050000
2450000
7200000
5600000
5400000
1050000
1500000
600000
2400000
4800000 350000
1000000
600000
800000
1200000 10
250000
250000
10
10
800000
10
3
10
750000
4
3
1200000
1
2014
4
125000
2014
2014
200000
2014
2014
8
700000
10
350000
6
300000
500000
6
350000
250000
2014
100000
500000
640000
2014
70000
250000
1500000
1000000
10
100000
160000
360000
1500000
10
50000
1000000
1500000
250000
3
10
80000
240000
3600000
10
5
10
250000
1000000
250000
6
2014
5
10
60000
2400000
1250000
2014
2014
5
10
250000
2250000
700000
80000
2014
2
10
600000
1250000
600000
160000
2014
4
10
250000
300000
1400000
40000
2014
4
10
250000
400000
20000
2014
4
10
100000
600000
20000
2014
4
10
100000
10000
2014
9
10
200000
10
2014
5
10
10
2014
3
10
2
2014
4
2
2014
3
2014
2014
2014
2014
28250000
940000
1100000
4000000
3600000
4200000
30
29
28
27
26
25
24
spring bed
tempat tidur (2)
pompa air
Buffet
Lemari pakaian (3) Lemari buku
pompa air
pompa air
blender
telepon
Handphone
meja makan
Lemari (2)
pompa air
sepeda
komputer
meja tamu
Meja makan
kipas angin
kulkas
kipas angin
kulkas
4500000.00
5000000.00
1000000.00
3000000.00
1000000.00
4500000.00
1500000.00
1500000.00
1500000.00
250000.00
3500000.00
1500000.00
4000000.00
1000000.00
1500000.00
5000000.00
1000000.00
300000.00
300000.00
1500000.00
300000.00
1500000.00
Lampiran 4. (Lanjutan 5)
2012
2010
2011
2012
2010
2010
2013
2013
2008
2010
2013
2010
2010
2011
2006
2008
2010
2011
2010
2010
2010
2010
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2
4
3
2
4
4
1
1
6
4
1
4
4
3
8
6
4
3
4
4
4
4
10
10
10
10
8
8
10
10
10
5
10
8
10
10
10
10
10
10
10
8
10
8
450000
500000
100000
300000
125000
562500
150000
150000
150000
50000
350000
187500
400000
100000
150000
500000
100000
30000
30000
187500
30000
187500
900000
2000000
300000
600000
500000
2250000
150000
150000
900000
200000
350000
750000
1600000
300000
1200000
3000000
400000
90000
120000
750000
120000
750000
3600000
3000000
700000
2400000
500000
2250000
1350000
1350000
600000
50000
3150000
750000
2400000
700000
300000
2000000
600000
210000
180000
750000
180000
750000
12450000
1350000
2000000
6300000
3810000
930000
930000
97
95
96
98
Lemari pakaian spring bed kipas angin lemari pakaian (2) tempat tidur dispenser magicom kipas agin TV Lemari pakaian kursi tamu lemari (2) kulkas kompor kursi tamu buffet spring bed tidak ada tidak ada pompa air Tidak ada Kulkas
2012 2013 2010 2010 2010 2011 2010 2012 2013 2011 2010 2012 2013 2010 2008 2008 2011
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
3
6
6
4
1
2
4
3
1
2
4
3
4
4
4
1
2
10
8
8
10
10
8
10
10
8
5
8
8
10
8
8
10
10
350000
187500
62500
150000
300000
437500
80000
150000
250000
30000
100000
118750
250000
375000
62500
350000
250000
1050000
1125000
375000
600000
300000
875000
320000
450000
250000
60000
400000
356250
1000000
1500000
250000
350000
500000
2450000
375000
125000
900000
2700000
2625000
480000
1050000
1750000
90000
400000
593750
1500000
1500000
250000
3150000
2000000
5400000
3993750
3370000
6350000
2825000
150000
300000
1562500
1200000
1562500
1200000
0
10
937500
2014
2
312500
0.00
2014
8
0 2012
2014
2014 3
2014 1500000.00 0.00 2500000.00
2011
0.00
3500000.00
1500000.00
500000.00
1500000.00
3000000.00
3500000.00
800000.00
1500000.00
2000000.00
150000.00
800000.00
950000.00
2500000.00
3000000.00
500000.00
3500000.00
2500000.00
Lampiran 4. (Lampiran 6) 31
32
33
34
35
36 37 38 39 40
49
48
47
46
45
44
43
42
41
Kipas angin
VCD
Lemari plastik
kompor gas
Rak piring
tidak ada
dispenser
kompor gas
lemari pakaian
spring bed
tidak ada
kursi tamu
blender
Lemari pakaian (4) kipas angin (2)
tidak ada
rak piring
kasur kapuk (2)
setrika
mesin cuci
dispenser
kompor
lemari pakaian
300000.00
200000.00
500000.00
1000000.00
3500000.00
0.00
200000.00
800000.00
1500000.00
2000000.00
0.00
3000000.00
200000.00
350000.00
12000000.00
0.00
350000.00
300000.00
120000.00
2000000.00
170000.00
800000.00
2500000.00
Lampiran 4. (Lampiran 7)
2011
2010
2012
2013
2008
2012
2008
2010
2010
2011
2010
2012
2012
2013
2012
2011
2011
2011
2009
2011
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
3
4
2
1
6
2
6
4
4
3
4
2
2
1
2
3
3
3
5
3
5
5
8
10
8
8
10
10
10
10
5
8
10
8
8
5
8
8
8
8
60000
40000
62500
100000
437500
25000
80000
150000
200000
300000
40000
43750
1200000
43750
37500
24000
250000
21250
100000
312500
180000
160000
125000
100000
2625000
50000
480000
600000
800000
900000
160000
87500
2400000
43750
75000
72000
750000
63750
500000
937500
120000
40000
375000
900000
875000.00
150000
320000
900000
1200000.00
2100000.00
40000.00
262500.00
9600000.00
306250
225000
48000
1250000
106250
300000
1562500
535000
1775000
0
2570000
0
12002500
0
531250
3266750
99
97
98
100
tidak ada tidak ada rak piring pompa air spring bed kulkas tidak ada tidak ada kasur kapuk (2) lemari tidak ada tidak ada tidak ada kulkas kursi tamu pompa air kursi tamu
250000
600000.00
250000.00
600000
250000
0
62500
400000
2014
8
100000
750000.00
2100000.00
0.00
4
10
750000
1400000
0
2014 4
187500
350000
2014 2010 2014
8
10
2014
0
0
2850000
4
4
0.00
2010 2010 2014
2014
2014
2010
0.00
2014
4
8
100000
400000
400000.00
100000
400000
2010
100000.00
2008
150000
4000000
600000
1410000
0
25000
1250000.00
10
750000
160000.00
6
250000
640000
600000.00
2014
8
160000
400000
625000.00
2014
3
5
100000
375000
3000000.00
0.00
2014
4
10
125000
2000000
250000.00
2014
4
8
500000
375000.00
0
2014
3
10
125000
2014
2014
4
62500
0.00
2014
8
0
2011 2010 2010 2011 2010 2012
2
2014
2000000.00 800000.00 1000000.00 1000000.00 5000000.00 500000.00
2014
0.00
800000.00
0.00
1500000.00
3500000.00
1000000.00
500000.00
Lampiran 4. (Lanjutan 8) 50 51 52 53 54
55 56 57
58 59 60 61
62 63 tempat tidur (2) meja
87
86
85
84
83
82
81
80
79
78
77
76
75
74
73
72
71
70
69
68
67
66
65
64
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
kompor
lemari
kasur kapuk (2)
pompa air
tidak ada
850000.00
1500000.00
600000.00
1000000.00
Lampiran 4. (Lanjutan 8)
2010
2009
2011
2011
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
4
5
3
3
10
10
8
10
85000
150000
75000
100000
340000
750000
225000
300000
510000
750000
375000
700000.00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1635000
700000
0
101
99
100
102
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Lampiran 4. (Lanjutan 9) 89 90 91 92 93 94 95 Hal Biaya kehilangan perabotan rumah tangga (Rp) Jumlah responden (KK) Rata-rata kehilangan perabotan responden (Rp/KK)
2014
2014
2014
2014
2014
2014
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah 272.562.583.33
602.506.763
210
2.869.079.82
53
2014
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya kehilangan perabotan rumah Total kehilangan perabotan rumah tangga (Rp)
80000.00 30000.00
tidak ada
tidak ada
Kompor
Lemari pakaian
Meja makan
Rak piring
11
12
13
14
15
400000.00
100000.00
tidak ada
Kompor
10
kulkas
8
50000.00
kulkas
7
Kompor
60000.00
tidak ada
6
9
150000.00
tidak ada
5
300000.00
tidak ada
150000.00
TV
4
150000.00
200000.00
kulkas
mesin cuci
100000.00
Mesin cuci
3
50000.00
Kompor
250000.00
Kulkas
Biaya servis
2
Nama barang servis
1
Responden
Lampiran 5. Biaya Perbaikan Perabotan Rumah Tangga Total servis (Rp)
110000.00
400000.00
100000.00
0.00
0.00
0.00
50000.00
210000.00
300000.00
0.00
0.00
0.00
300000.00
350000.00
250000.00
103
101
102
104
kompor gas
550000.00
200000.00
60000.00
300000.00
Kompor kulkas
50000.00 30000.00
200000.00
sepeda
300000.00
tv
Motor
2000000.00
kompor
kulkas
Lampiran 5. (Lanjutan 1) 16
17 18
19 Mobil
200000.00
250000.00
tidak ada
150000.00
245000.00
Mesin cuci
Buffet
motor 21
motor
20
22
300000.00
260000.00
550000.00
580000.00
2300000.00
450000.00
0.00
395000.00
750000.00
0.00
pompa air
0.00
23
tidak ada
0.00
250000.00
tidak ada
200000.00
24
tidak ada
kulkas
25
mesin cuci
26
150000.00
180000.00
560000.00
330000.00
handphone
25000.00
motor blender
35000.00
350000.00
27
28
pompa air
150000.00
sepeda motor
245000.00 150000.00
pompa air
tidak ada
kulkas
motor
38
39
40
550000.00
tidak ada
37
1800000.00
mobil
200000.00
1500000.00
mobil
motor
250000.00
motor
450000.00
120000.00
kulkas
buffet
50000.00
300000.00
Lemari pakaian
kompor
250000.00
TV
100000.00 100000.00
kipas angin
kipas angin
45000.00
36
35
34
33
45000.00
dispenser
lemari pakaian
magicom
500000.00
kipas angin
31
32
100000.00
pompa air
30
300000.00
tidak ada
29
Lampiran 5. (Lanjutan 2)
395000.00
0.00
550000.00
0.00
1800000.00
650000.00
1920000.00
650000.00
190000.00
600000.00
300000.00
0.00
105
103
104
106
kompor 30000.00
80000.00
Lampiran 5. (Lampiran 3) 41
20000.00
130000.00
0.00
dispenser
tidak ada
setrika 42
0.00
0.00
600000.00
150000.00
1835000.00
tidak ada
35000.00
43
150000.00
1800000.00
motor
blender
100000.00
kipas angin (2)
kompor
500000.00
tidak ada
lemari pakaian
44
45 46
47
100000.00
tidak ada
0.00
0.00
0.00
100000.00
tidak ada
250000.00
kompor
50
tidak ada 250000.00
350000.00
48
51
pompa air
350000.00
130000.00
52
kulkas
80000.00
53
tidak ada
50000.00
54
tidak ada
kipas angin
56
motor
VCD
57
0.00
49
58
tidak ada
0.00
150000.00
0.00
0.00
59
tidak ada
150000.00
60
tidak ada
pompa air
kompor
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
30000.00
sepeda
64
150000.00
motor
63
80000.00
250000.00
200000.00
pompa air
62
300000.00
kulkas
61
Lampiran 5. (Lanjutan 4)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
80000.00
250000.00
0.00
180000.00
200000.00
300000.00
107
105
106
108
92
91
90
89
88
87
86
85
84
83
82
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Lanjutan 5. (Lanjutan 5)
93
tidak ada
78591071.43
165
476309.52
42
20005000.00
Jumlah
94
Hal
95
Biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp) Jumlah responden (KK) Rata-rata biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp/KK) Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya perbaikan perabotan (KK) Total biaya perbaikan perabotan (Rp)
tidak ada
tidak ada
jendela
14
15
16
1500000.00
cat
pintu
11
tidak ada
tidak ada
10
tidak ada
tidak ada
9
13
tidak ada
8
12
800000.00 350000.00
tidak ada
200000.00
jendela
7
135000.00
pintu
6
500000.00
500000.00
pintu
pintu
100000.00
banner
5
300000.00
tidak ada
2000000.00
triplek
300000.00
jendela
500000.00
200000.00
cat
kusen
300000.00
pintu
550000.00
kusen
Biaya
pintu
Bangunan yang diperbaiki
4
3
2
1
Responden
Lampiran 6. Biaya Perbaikan Bangunan Rumah Tangga Total perbaikan
1500000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1150000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
335000.00
500000.00
0.00
2900000.00
800000.00
1050000.00
109
107
108
110
1000000.00
600000.00
cat
200000.00
200000.00
pintu
100000.00
150000.00
jendela
keramik
tukang (1)
750000.00
150000.00
pintu
Lampiran 6. (Lanjutan 2) 17
18
pintu
150000.00
semen (2)
tidak ada
300000.00
19 20 pintu
500000.00
jendela pintu
21
22
750000.00
100000.00
24
pintu
tidak ada
cat
2000000.00
750000.00
pintu
140000.00
150000.00
500000.00
1150000.00
1250000.00
750000.00
0.00
450000.00
600000.00
790000.00
0.00
1200000.00
1000000.00
2750000.00
0.00
750000.00
pintu
banner
25
kusen
1000000.00
23
26
cat
1000000.00
250000.00
27 cat
250000.00
28
200000.00
keramik
tidak ada
pintu 29 30
tukang (1)
500000.00 1200000.00
cat
tidak ada
pintu
pintu
kusen
38
39
40
41
tidak ada
pintu
cat
45
46
tidak ada
70000.00
cat
44
47
500000.00
tidak ada
43
80000.00
tidak ada
42
100000.00
tidak ada 1000000.00
tidak ada
150000.00
keramik
37
800000.00
kusen
pintu
35
36
2000000.00
kusen
1500000.00
tidak ada
200000.00
pintu
34
80000.00
200000.00
jendela
triplek
100000.00
pintu
33
32
31
Lampiran 6. (Lanjutan 3)
0.00
570000.00
0.00
80000.00
0.00
0.00
1700000.00
100000.00
0.00
1000000.00
0.00
0.00
2950000.00
1500000.00
0.00
280000.00
300000.00
111
109
110
112
53
52
51
50
49
48
pintu
cat
cat
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
70000.00
140000.00
200000.00
70000.00
140000.00
200000.00
70000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Lampiran 6. (Lanjutan 4)
54 cat
50000.00
59
58
57
56
pintu
cat
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
200000.00
500000.00
80000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
120000.00
55 pintu
60
keramik
70000.00
370000.00
580000.00
61
semen
100000.00
62
tukang (1)
cat
tukang bersihin
pintu
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
Lampiran 6. (Lanjutan 5)
100000.00
150000.00
100000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
100000.00
150000.00
100000.00
113
111
112
114
93
92
91
90
89
88
87
86
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Lampiran 6. (Lanjutan 6)
94
0.00
143 117.120.972.2
819.027.78
36
29.485.000.00
Jumlah
tidak ada Hal
95
Biaya perbaikan bangunan rumah tangga (Rp) Jumlah responden (KK) Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah tangga (Rp/KK) Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya perbaikan bangunan (KK) Total biaya perbaikan bangunan (Rp)
kutu air
demam
demam, batuk, pilek
kutu air
tidak ada
tidak ada
pilek, demam, gatal
kutu air
diare, demam
batuk, gatal
kutu air
tidak ada
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
kutu air
7
diare, gatal-gatal
Gatal
6
10
tidak ada
5
gatal
tidak ada
4
diare
tidak ada
3
9
Gatal
2
8
Kutu air
Jenis penyakit
1
Responden
Lampiran 7. Biaya Pengobatan Jumlah kunjungan (kali)
-
1
1
1
2
-
-
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-
-
-
1
0
0.00
-
0.00
120000.00
100000.00
0.00
-
-
100000.00
150000.00
200000.00
100000.00
140000.00
120000.00
-
-
-
150000.00
Bapak
Ibu
-
0.00
100000.00
0.00
-
-
100000.00
100000.00
140000.00
200000.00
-
-
-
150000.00
0.00
Biaya berobat Anak
-
0.00
100000.00
0.00
300000.00
-
-
180000.00
150000.00
150000.00
120000.00
180000.00
200000.00
200000.00
-
-
-
150000.00
0.00
Total
-
0.00
120000.00
300000.00
0.00
300000.00
-
-
200000.00
180000.00
300000.00
200000.00
150000.00
320000.00
460000.00
320000.00
400000.00
-
-
-
450000.00
0.00
115
113
114
116
demam
-
1
1
0.00
-
0.00
50000.00
0.00
-
0.00
50000.00
0.00
-
300000.00
0.00
50000.00
0.00
Lampiran 7. (Lanjutan 1)
deman
2
0.00
50000.00
200000.00
0.00
300000.00
40
39
38
37
36
35
34
33
32
31
tidak ada
gatal
kutu air
kutu air
demam
demam
kutu air, demam
gatal
kutu air
kutu air
tidak ada
1
-
-
2
1
1
1
1
2
2
2
0.00
0.00
0.00
150000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
200000.00
41
tidak ada
100000.00
42
demam
100000.00
0.00
23
tidak ada
1
100000.00
-
0.00
24
demam
2
200000.00
0.00
0.00
0.00
25
gatal
1
-
0.00
43
2
0.00
26
batuk, pilek, kutu air
1
100000.00
0.00
0.00
0.00
-
27
demam
-
0.00
200000.00
28
gatal, demam 1
0.00
0.00
0.00
120000.00
-
29
-
0.00
120000.00
0.00
300000.00
200000.00
30 demam, kutu air
2
0.00
0.00
0.00
150000.00
44
kutu air
1
120000.00
0.00
150000.00
0.00
180000.00
270000.00
0.00
180000.00
-
-
45
demam
0.00
46
demam
DBD
gatal
kutu air
kutu air
diare, demam
gatal
DBD
kutu air
demam
gatal-gatal
gatal
tidak ada
demam
gatal-gatal
diare
gatal
tidak ada
tidak ada
gatal-gatal
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Lampiran 7. (Lanjutan 2)
-
-
-
-
1
-
-
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
50000.00
2000000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
100000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
200000.00
0.00
0.00
150000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
120000.00
0.00
0.00
0.00
200000.00
0.00
0.00
150000.00
0.00
0.00
0.00
2000000.00
-
-
-
0.00
-
-
0.00
120000.00
0.00
0.00
0.00
200000.00
200000.00
0.00
50000.00
2000000.00
0.00
300000.00
0.00
0.00
0.00
2000000.00
100000.00
117
115
116
118
89
88
87
86
85
84
83
82
81
80
79
78
77
76
75
74
73
72
71
tidak ada
tidak ada
tidak ada
gatal
gatal
tidak ada
tidak ada
kutu air
kutu air
gatal
gatal
gatal
kutu air
kutu air
tidak ada
kutu air
gatal
gatal
kutu air
gatal
gatal
-
-
-
-
-
1
2
-
-
1
1
2
1
1
1
2
-
1
3
1
1
1
2
150000.00
200000.00
150000.00
120000.00
-
-
-
-
-
-
0.00
0.00
-
-
150000.00
200000.00
150000.00
Lampiran 7. (Lanjutan 3)
90
tidak ada
-
120000.00
120000.00
300000.00
585000.00
480000.00
0.00
200000.00
240000.00
480000.00
-
195000.00
120000.00
200000.00
120000.00
150000.00
0.00
0.00
180000.00
820000.00
91
tidak ada
2
160000.00
92
tidak ada
250000.00
93
gatal
180000.00
94
150000.00
95
Hal
Total biaya pengobatan (Rp)
Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya pengobatan (KK)
Rata-rata biaya pengobatan yang dikeluarkan (Rp/KK)
Jumlah responden yang mengeluarkan biaya pengobatan (KK)
Biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh responden (Rp)
Lampiran 7. (Lanjutan 4)
56.448.170.73
161
350.609.76
41
14.375.000.00
Jumlah
119
117
118
120
Pekerjaan
Lampiran 8. Biaya Kehilangan Pendapatan Responden Ibu
Bapak 50000.00
Ibu
Pendapatan (Hari)
83333.00
21
Hari tidak bekerja Bapak
1749993.00
Bapak
1500000.00
Ibu
Jumlah (Rp/Orang)
30
Ibu
Total (Rp)
3249993.00
Pedagang
2500000,00
Bapak
2500000,00
Buruh bangunan
25
2 100000.00
1800000.00
1699996.00
Pedagang
500000.00
1800000.00
1000000.00
3
30
0.00
699996.00
6000000.00
10
2300000.00
10
12
6000000.00
6
1800000.00
60000.00
12
12
50000.00
150000.00
100000.00
500000.00
tukang jait 116666.00
Wiraswasta Wiraswasta (bengkel) pedagang
4 5 wiraswasta Tukang Jait
7 9
1000000.00
2100000.00
3100000.00
4400000.00
21
4400000.00
5
11
100000.00
400000.00
200000.00
Pedangang
Pedagang
15 Wiraswasta (Rumah Makan)
750000.00
Wiraswasta (Toko Baju)
3600000.00
750000.00
18
3000000.00
5
20
600000.00
1499994.00
2000000,00
2583324.00
2000000,00
2400000.00
30
2400000.00
12
30
100000.00
10 5
1083330.00
50000.00 80000.00 200000.00
Pedagang
216666.00
36.383.313,00 13
53
2.798.716
148.331.968,40
9
Pedagang
Wiraswasta (Warung) Wiraswasta Hal
166666.00
Buruh bangunan
150000.00
Jumlah
22
35 Wiraswasta
30
41
Pendapatan harian yang hilang untuk keseluruhan responden (Rp) Jumlah responden (KK) Rata-rata kehilangan pendapatan responden (Rp/KK) Jumlah proporsi masyarakat yang kehilangan pendapatan (KK) Total kehilangan pendapatan
4 1 3 2
serokan karet
sapu ijuk
selang
pel
10
1
pembersih lantai
sedot WC
3
serokan karet
8
9
2
tidak ada
1
sedot WC
pel
7
5
ember
5
6
4
tidak ada
4
1
2
ember
tukang bersihin
4
1
Sapu lidi
selang
1
sapu ijuk
2
2
serokan karet
1
ember
Jumlah barang
serokan karet
Nama barang
3
2
1
Responden
Lampiran 9. Biaya Tambahan
20000.00
10000.00
20000.00
25000.00
150000.00
10000.00
20000.00
150000.00
15000.00
30000.00
150000.00
30000.00
10000.00
15000.00
3000.00
15000.00
30000.00
25000.00
Harga satuan
Jumlah (Rp) 25000.00
40000.00
30000.00
20000.00
100000.00
150000.00
30000.00
40000.00
150000.00
75000.00
120000.00
150000.00
60000.00
40000.00
30000.00
3000.00
15000.00
60000.00
Total
190000.00
150000.00
70000.00
0.00
150000.00
195000.00
0.00
150000.00
130000.00
103000.00
121
119
120
122
sapu lidi
sapu ijuk
ember
pel
selang
serokan smpah
2
1
1
1
2
2
5
1
25000.00
10000.00
3000.00
15000.00
30000.00
20000.00
6000.00
25000.00
50000.00
10000.00
3000.00
15000.00
60000.00
40000.00
30000.00
25000.00
Lampiran 9. (Lanjutan 1) 11
serokan karet
keset
300000.00
12
50000.00
40000.00
150000.00
60000.00
20000.00
25000.00
20000.00
2
2
30000.00
50000.00
ember
tidak ada
2
20000.00
60000.00
40000.00
tukang bersihin
2
25000.00
50000.00
10000.00
serokan karet
1
30000.00
20000.00
2000.00
ember
2
25000.00
10000.00
tukang bersihin
2
10000.00
1
serokan karet
2
20
13
ember
2
15000.00
sapu ijuk
14
serokan karet
15000.00
karung
15
pembersih lantai
1
17
16
sapu ijuk
183000.00
140000.00
0.00
300000.00
110000.00
130000.00
85000.00
sapu lidi
2 1 1
tidak ada serokan karet pel tukang bersihin
26
27
ember 1
1
pel
tukang bersihin
1
serokan karet
24
25
2
tidak ada
1
3
ember
tukang bersihin
2
pel
1
2
sedot WC
1
serokan karet
2
pembersih lantai tukang bersihin
1
23
22
21
20000.00
2
pel sapu ijuk
150000.00
25000.00
25000.00
75000.00
15000.00
20000.00
30000.00
100000.00
200000.00
30000.00
20000.00
25000.00
100000.00
10000.00
15000.00
25000.00
3000.00
15000.00
25000.00
250000.00
2
serokan karet
1
sapu ijuk
20
1
pel
tidak ada
4 2
serokan karet
19
18
Lampiran 9. (Lanjutan 2)
150000.00
25000.00
50000.00
75000.00
15000.00
20000.00
60000.00
100000.00
200000.00
90000.00
40000.00
50000.00
100000.00
20000.00
15000.00
40000.00
50000.00
3000.00
15000.00
50000.00
1000000.00
225000.00
0.00
75000.00
95000.00
0.00
300000.00
280000.00
125000.00
0.00
1068000.00
123
121
122
124
1
2
10
75000.00
150000.00
1500.00
75000.00
300000.00
15000.00
karung
tukang bersihin
tukang bersihin
Lampiran 9. (Lanjutan 3) 28
29
15000.00
20000.00
15000.00
15000.00
tidak ada
15000.00
15000.00
30
1
20000.00
50000.00
1
15000.00
50000.00
pel
1
25000.00
serokan karet
1
5000.00
25000.00
ember
5000.00
75000.00
2
sapu ijuk 1
25000.00
50000.00
2
sapu lidi
3
10000.00
15000.00
ember
ember
5
15000.00
3000.00
serokan karet
selang
1
3000.00
50000.00
tidak ada
tidak ada
sapu ijuk
1
31
32 33
34
sapu lidi
tidak ada
150000.00
35 36
25000.00
90000.00
150000.00
300000.00
2
30000.00
1
150000.00
serokan karet
2
3
sedot WC
tukang bersihin
ember
37
38
315000.00
75000.00
0.00
115000.00
0.00
55000.00
143000.00
0.00
0.00
290000.00
300000.00
2
sepatu boot
3
sapu lidi
ember
2 2 1 1 3
tidak ada
serokan karet
pel
sapu ijuk
sapu lidi
pembersih lantai
45
46
1
1
sapu ijuk
sedot WC
2
pel
1
2
serokan karet
sedot WC
2
sedot WC
44
1
tidak ada
43
1
sedot WC
42
2 1
tukang bersihin
41
1
1
sedot WC
sedot WC
sedot WC
15
1
pel
karung
2
serokan karet
40
39
Lampiran 9. (Lanjutan 4)
10000.00
5000.00
15000.00
25000.00
25000.00
130000.00
150000.00
30000.00
5000.00
15000.00
20000.00
25000.00
150000.00
130000
160000
150000.00
130000.00
150000.00
1500.00
50000.00
25000.00
25000.00
30000.00
5000.00
15000.00
50000.00
50000.00
130000.00
150000.00
90000.00
5000.00
30000.00
40000.00
50000.00
150000.00
130000.00
160000.00
300000.00
130000.00
150000.00
22500.00
100000.00
25000.00
50000.00
150000.00
0.00
280000.00
365000.00
0.00
590000.00
130000.00
347500.00
125
123
124
126
10000.00
30000.00
Lampiran 9. (Lanjutan 5) 3
120000.00
selang
150000.00
47
120000.00
250000.00
160000.00
150000.00
10000.00
50000.00
1
250000.00
30000.00
60000.00
tidak ada
1
5000.00
100000.00
25000.00
tukang bersihin
1
15000.00
150000.00
30000.00
tukang bersihin
2
50000.00
150000.00
250000.00
2
sedot WC
2
50000.00
250000.00
2
sapu lidi
2
150000.00
30000.00
serokan karet
sapu ijuk
1
25000.00
250000.00
50000.00
ember
sepatu boot
1
15000.00
30000.00
20000.00
tukang bersihin
2
25000.00
10000.00
sedot WC
2
10000.00
60000.00
2
48
serokan karet
2
10000.00
pembersih lantai
49
sapu ijuk
3
30000.00
50000.00 1
5000.00
15000.00
5000.00
15000.00
0.00
51
pel
1000.00
1
160000.00
230000.00
140000.00
520000.00
52
pembersih lantai
2
25000.00
50
53
ember
2
10
sapu ijuk
serokan karet
karung 54
sapu lidi
90000.00
3
30000.00
ember
1 1 1 2 3
tidak ada
serokan karet
sapu ijuk
sapu lidi
pembersih lantai
ember
1
sedot WC
63
2
sapu ijuk
62
1
pel
tidak ada
1
3
ember
serokan karet
1
serokan karet
61
60
2
sapu ijuk
1
pel
59
2
serokan karet
1
tukang bersihin
58
1
sapu lidi
2
1
sapu ijuk
tukang bersihin
2
ember
tidak ada
2
pel
57
1
serokan karet
56
55
Lampiran 9. (Lanjutan 6)
30000.00
10000.00
5000.00
15000.00
25000.00
200000.00
20000.00
25000.00
25000.00
30000.00
20000.00
15000.00
20000.00
25000.00
100000.00
150000.00
5000.00
15000.00
25000.00
25000.00
25000.00
90000.00
20000.00
5000.00
15000.00
25000.00
200000.00
40000.00
25000.00
25000.00
90000.00
20000.00
30000.00
20000.00
50000.00
200000.00
150000.00
5000.00
15000.00
50000.00
50000.00
25000.00
155000.00
0.00
0.00
290000.00
140000.00
70000.00
200000.00
0.00
295000.00
127
125
126
128
64
tukang bersihin
tidak ada
tidak ada
1
150000.00
60000.00
150000.00
0.00
0.00
Lampiran 9. (Lanjutan 7)
65
30000.00
190000.00
150000.00
70000.00
0.00
150000.00
195000.00
0.00
90000.00
160000.00
70000.00
150000.00
66 2
5000.00
15000.00
ember
90000.00
67
5000.00
15000.00
60000.00
10000.00
1
30000.00
30000.00
50000.00
1
30000.00
10000.00
sapu ijuk
3
10000.00
25000.00
sapu lidi
2
1
ember
3
2
ember
serokan karet
selang
selang 68
69
tidak ada
40000.00
70
150000.00
30000.00
75000.00 1
20000.00
100000.00
150000.00
120000.00
sedot WC
2
10000.00
20000.00
30000.00
tidak ada
3
25000.00
150000.00
30000.00
15000.00
serokan karet
1
20000.00
4
pembersih lantai
4
10000.00
5
72
sedot WC
1
ember
73
serokan karet
3
40000.00
pel
74
sapu ijuk
20000.00
71
75
selang
2
150000.00
76
pel
84
83
2 1 1
pel
sapu ijuk
sapu lidi
1
sapu ijuk 4
2
serokan karet
2
serokan karet
2
ember
pembersih lantai
1 2
tukang bersihin
serokan karet
ember
82
2
serokan karet
81
2 2
tukang bersihin
80
20
karung
tidak ada
1
1
sapu lidi
sapu ijuk
1
sapu ijuk
2
2
ember
ember
2
pel
2
3
selang
serokan karet
1
serokan smpah
79
78
77
Lampiran 9. (Lanjutan 8)
3000.00
15000.00
25000.00
250000.00
15000.00
10000.00
25000.00
30000.00
25000.00
20000.00
30000.00
25000.00
150000.00
2000.00
10000.00
20000.00
25000.00
3000.00
15000.00
30000.00
20000.00
6000.00
25000.00
3000.00
15000.00
50000.00
1000000.00
15000.00
20000.00
50000.00
60000.00
50000.00
20000.00
60000.00
50000.00
300000.00
40000.00
10000.00
40000.00
50000.00
3000.00
15000.00
60000.00
40000.00
18000.00
25000.00
1068000.00
85000.00
130000.00
110000.00
300000.00
0.00
140000.00
161000.00
129
127
128
130
85
sapu ijuk
serokan karet
sedot WC
tukang bersihin
sepatu boot
sapu ijuk
sapu lidi
sedot WC
tukang bersihin
tukang bersihin
pembersih lantai
ember
serokan karet
selang
pembersih lantai
sapu lidi
sapu ijuk
pel
serokan karet
tidak ada
3
2
2
2
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2
3
3
1
1
2
2
1000.00
30000.00
10000.00
25000.00
15000.00
25000.00
250000.00
150000.00
50000.00
15000.00
5000.00
250000.00
150000.00
120000.00
10000.00
30000.00
25000.00
10000.00
10000.00
5000.00
15000.00
25000.00
25000.00
10000.00
60000.00
30000.00
50000.00
30000.00
50000.00
250000.00
150000.00
100000.00
30000.00
10000.00
250000.00
150000.00
120000.00
20000.00
60000.00
50000.00
30000.00
30000.00
5000.00
15000.00
50000.00
50000.00
250000.00
150000.00
Lampiran 9. (Lanjutan 9)
86
pel
2
88 89
90
230000.00
140000.00
520000.00
0.00
160000.00
150000.00
0.00
91
pembersih lantai
10
87
92
ember
tidak ada
93
karung
Hal
1
2 1 1 1
ember
sapu ijuk
sapu lidi
tukang bersihin
3
ember
2
1
sapu lidi
pel
1
sapu ijuk
serokan karet
2
serokan karet
Total biaya tambahan
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya tambahan (KK)
Rata-rata biaya tambahan responden (Rp/KK)
Jumlah KK yang mengeluarkan biaya tambahan (KK)
Biaya tambahan yang dikeluarkan responden (Rp)
95
94
Lampiran 9. (Lanjutan 10)
150000.00
5000.00
15000.00
25000.00
25000.00
25000.00
30000.00
5000.00
15000.00
25000.00
61.130.520.83
285
21.4493.06
72
15.443.500.00
Jumlah
150000.00
5000.00
15000.00
50000.00
50000.00
25000.00
90000.00
5000.00
15000.00
50000.00
295000.00
160000.00
131
129
130
132
Lampiran 10. Hasil regresi linear berganda
1.727173 0.530894 0.017402 0.088027 0.021877 0.260335 0.016281 1.641199 4.667501 Mean dependent var.
14.8890 6.193955 6.435902 6.291720 1.576151
1.533974 -2.894555 8.888416 -0.162464 0.763105 2.473234 12.31329 2.000689 -2.436957 26.73684
t-Statistic
S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Std. Error
Depedent Variable : WTP Method : Least Squares Data : 06/02/2014 Time: 15:28 Sample : 1 95 Included observations : 95 White Heteroskedastisity-Consistent Standard Error & Covariance Coefficient Variable JRM 2.649438 JTK -1.536702 KTB 0.154676 LMT -0.014301 LRM 0.016694 PDDK 0.643869 PDRT 0.200474 STT 3.283529 C -11.37450 R-squared 0.891832 Adjusted Rsquared1 0.881770 S.E. of regression 5.119553 Sum squared resid 2254.045 Log likelihood -285.2129 F-statistic 88.63270 Prob(F-statistic) 0.000000 Keterangan: ** : nyata pada taraf alpha 5% * : nyata pada taraf alpha 1%
Prob. 0.1287 0.0048 0.0000 0.8713 0.4475 0.0154 0.0000 0.0486 0.0169
VIF 2.456 1.321 1.397 1.182 1.848 2.474 1.901 2.175
Keterangan
Siginifikan Signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Siginifikan Signifikan Signifikan
-12
-10
-8
-6
c. Hasil Uji
F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
Heteroskedasticity Test: White
b. Hasil uji White
0
2
4
6
8
10
12
a. Hasil Uji Normalitas
-4
-2
2
1.148390 45.71453 33.85657
0
6
8
10
Prob. F(42,52) Prob. Chi-Square(42) Prob. Chi-Square(42)
4
Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas, Hasil Uji White
Jarque-Bera Probability
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.3154 0.3205 0.8104
0.922630 0.630454
-1.78e-15 0.162142 10.04456 -11.60656 4.896856 -0.221367 2.807461
Series: Residuals Sample 1 95 Observations 95
133
131
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Maret 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Almendri dan Ibu Komariah. Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Jatimakmur I. Penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama pada tahun 2007 di SMP Angkasa, Halim Perdana Kusuma. Kemudia penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di Sekolah Indonesia Bangkok, Thailand dan lulus pada tahun 2010. Setelah lulus sekolah menengah atas, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa kuliah penulis aktif di organisasi dan kepanitiaan, diantaranya Selama masa perkuliahan penulis aktif di berbagai kepanitiaan diantaranya adalah Masa Perkenalan Fakultas Tahun 2012, Masa Perkenalan Departemen Tahun 2012