Analisis Kemampuan Problem Solving Guru Matematika SMP Berstandar PISA Sebagai Pendukung Implementasi Kurikulum 2013 Ita Chairun Nissa dan Indira Puteri Kinasih Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram Email:
[email protected] Abstract: This study aims to describe the problem solving ability of junior high school math teachers throughout the city of Mataram in an attempt to map the readiness of teachers to support implementation of the 2013 curriculum problem solving ability in this study were categorized into two main indicators: (1) problem solving ability that is in teachers themselves and (2) the ability of teachers to students membelajarkan problem solving. Problem solving ability within mathematics teachers will be measured using standard mathematical ability PISA namely (1) the ability to formulate problems (formulate), (2) the ability to execute (employ), and (3) the ability to interpret (interpret / Evaluate). Sampling in this study using proportionate random sampling technique to take samples of 62 SMP / Mts public and private located in the city of Mataram, which was then acquired by 6 junior as the sample. The data in this study were taken by engineering tests, questionnaires, and interviews. Test material was adapted from the PISA problem with doing a translation into Indonesian and contains the context and content of mathematics PISA standards. Context matter consists of personal, occupational, and societal, whereas the content matter consists of quantity, uncertainy and the data, change and relationship as well as space and shape. The results of a study of 16 teachers spread in 6 SMP / Mts public and private in Mataram city shows that the teacher has the ability to formulate problems (formulate) were good, but has a weakness in the ability to execute (employ) and the ability to interpret (interpret / Evaluate) because does not have the right strategy to make the process of further mathematical calculations resulting in incorrect results and the lack of proper justification. The results of these tests supported by the questionnaire data showed that many teachers are not rich membelajarkan strategies for problem solving to their students in the classroom. Abstrak : Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan problem solving guru matematika SMP sekota Mataram sebagai upaya untuk memetakan kesiapan guru dalam mendukung implementasi kurikulum 2013. Kemampuan problem solving pada penelitian ini dikategorikan menjadi dua indikator utama yaitu (1) kemampuan problem solving yang ada dalam diri guru sendiri dan (2) kemampuan guru membelajarkan problem solving kepada siswanya. Kemampuan problem solving dalam diri guru matematika akan diukur menggunakan kemampuan matematika standar PISA yaitu (1) kemampuan merumuskan masalah (formulate), (2) kemampuan melaksanakan (employ), dan (3) kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik proportionate random sampling untuk mengambil sampel dari 62 SMP/MTs negeri dan swasta yang terdapat di kota Mataram, yang kemudian diperoleh sebanyak 6 SMP sebagai sampelnya. Data dalam penelitian ini diambil dengan teknik tes, angket, dan wawancara. Materi tes diadaptasi dari soal PISA dengan melakukan alih bahasa ke dalam bahasa Indonesia serta memuat konteks dan konten matematika standar PISA. Konteks soal terdiri dari personal, occupational, dan societal, sedangkan konten soal terdiri dari quantity, uncertainy and data, change and relationship serta space and shape. Hasil penelitian terhadap 16 orang guru yang tersebar dalam 6 SMP/MTs negeri dan swasta di kota Mataram menunjukkan bahwa guru memiliki kemampuan merumuskan masalah (formulate) yang baik, tetapi memiliki kelemahan pada kemampuan melaksanakan (employ) dan kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate) karena tidak memiliki strategi yang tepat untuk melakukan proses matematika selanjutnya sehingga berakibat pada hasil perhitungan yang salah dan justifikasi yang kurang tepat. Hasil tes ini didukung pula oleh data angket yang menunjukkan bahwa masih banyak guru yang belum kaya dengan strategi untuk membelajarkan problem solving kepada siswanya di kelas. Kata kunci : Analisis, Problem Solving, PISA
Pendahuluan Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan program © 2014 LPPM IKIP Mataram
yang dimulai pada tahun 2000 dan berulang tiga-tahunan yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Cooperation
Jurnal Kependidikan 13 (3): 239-249
and Development (OECD) yang menguji penguasaan siswa sekolah usia 15 tahun terhadap literasi membaca, matematika, dan sains. Survei tiga-tahunan ini dilakukan untuk mengukur tingkat kesiapan anak berusia 15 tahun, yaitu usia di ujung masa wajib belajar dalam menghadapi tantangan kehidupan masa kini. Untuk mewujudkan konsepsi OECD ini, maka PISA menggunakan konsep literasi matematika (mathematical literacy) yang berkaitan dengan kemampuan siswa untuk melakukan analisis, penalaran dan komunikasi secara efektif pada saat mereka mengajukan, memecahkan dan menafsirkan masalah matematika dalam berbagai situasi termasuk kuantitas, spasial, probabilitas atau konsep matematika lainnya. Literasi matematika berkaitan dengan kecakapan menggunakan keterampilan dan kompetensi matematika yang diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman hidup untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Proses dasar yang berkaitan dengan hal tersebut disebut dengan matematisasi. Matematisasi adalah suatu proses mengubah konteks masalah kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika untuk menyelesaikannya. Matematisasi melibatkan proses menafsirkan dan mengevaluasi masalah yang dicerminkan pada solusi yang benar-benar menjawab masalah yang diberikan. Melalui pengertian ini bahwa literasi matematika harus termuat dalam kurikulum matematika sekolah dan penilaian terhadap literasi matematika siswa tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran yang ada, karena pengetahuan dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari sangat
240
bergantung pada apa dan bagaimana matematika diajarkan di sekolah dan bagaimana para guru membelajarkan pemecahan masalah (PISA, 2012). Indonesia sebagai negara mitra OECD ikut disurvei oleh PISA pada tahun 2012 dan hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia menduduki ranking 64 dari 65 negara. Kenyataan inilah yang menjadi salah satu alasan harus diimplementasikannya kurikulum 2013 yang bermuatan pendidikan karakter dan pemecahan masalah untuk memberikan kecakapan hidup bagi siswa dalam menghadapi tantangan masa depan. Kurikulum 2013 yang baru saja diimplementasikan pada Juli 2013 tentunya tidak sedikit menimbulkan kendala terutama pada kesiapan para guru baik dalam penguasaan matematika maupun strategi pembelajaran yang dapat membekali siswa menuju literasi matematika. Pengetahuan dan kemampuan guru matematika memang berperan sangat penting dalam membelajarkan problem solving kepada siswanya. Hal ini didukung oleh berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, salah satunya adalah Blomeke dan Delaney (2012) yang telah melakukan penelitian mengenai sejauh mana wawasan guru matematika terhadap ilmu pengetahuan yang akan mereka ajarkan kepada siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh guru matematika merupakan salah satu parameter yang paling penting dari kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya peningkatan hasil belajar siswanya. Hal ini disebabkan karena keputusan guru di dalam kelas baik dalam hal desain pembelajaran maupun cara penilaian terhadap siswa berkaitan erat
Ita Chairun Nissa dan Indira Puteri Kinasih, Analisis Kemampuan Problem Solving Guru Matematika SMP
dengan pengetahuan matematika yang dimiliki guru tersebut. Selain itu, penelitian yang telah dilakukan oleh Pimta, Tayruakham, dan Nuangchalerm (2009) menunjukkan bahwa kemampuan problem solving guru memiliki pengaruh baik secara langsung dan tidak langsung terhadap kemampuan problem solving siswa. Kemampuan problem solving guru yang nampak pada perilaku guru dalam mengajarkan matematika dapat mendorong siswa untuk menjadi antusias, bertanggung jawab dalam pembelajaran, dan memiliki sikap yang baik terhadap materi pelajaran. Bahkan ketika siswa telah memiliki keinginan dan merasa senang dengan kegiatan pemecahan masalah matematika, maka siswa sebenarnya sedang meningkatkan kemampuan problem solving dalam dirinya. Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai bagian dari wilayah Negara Republik Indonesia tentunya turut menyumbang dalam perolehan skor Indonesia dalam ranking PISA 2012 terutama dalam hal literasi matematika. Hal ini mungkin dapat dilihat dari data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) propinsi NTB pada tahun 2010 yang berada pada peringkat ke-32 dari 33 propinsi di Indonesia dengan pertumbuhan IPM sebesar 0,84 (data provinsi NTB per Januari 2013). Skor IPM propinsi NTB tersebut dapat menjadi indikator kualitas pendidikan NTB khususnya hasil pembelajaran matematika. Mengingat tuntutan kompetensi matematika dalam kecakapan hidup sangat mendominasi dalam kajian PISA, maka hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para guru untuk lebih meningkatkan kemampuan problem solving dalam dirinya sekaligus juga mampu membelajarkan
problem solving kepada siswanya. Tuntutan inilah yang harus dipenuhi oleh para guru matematika SMP dalam menjawab tantangan PISA yang termuat dalam kurikulum 2013. Oleh karena itu sangat penting untuk memiliki gambaran secara umum melalui suatu penelitian yang akan menganalisis bagaimana kemampuan problem solving guru Matematika SMP Negeri se-kota Mataram berdasarkan standar PISA dalam upaya mendukung implementasi kurikulum 2013. Metode Penelitian Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik tes, angket dan wawancara. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes uraian yang merupakan soal matematika PISA tahun 2012 yang telah dialihbahasa ke dalam bahasa Indonesia serta memuat konteks dan konten standar PISA. Kemudian data tes dianalisis secara kuantitatif dalam bentuk prosentase kemampuan problem solving dan analisis secara kualitatif dalam bentuk narasi yang menerjemahkan jawaban yang dituliskan oleh guru. Prosentase kemampuan problem solving guru per indikator ditentukan dengan rumus , dimana adalah prosentase kemampuan per indikator, adalah skor yang diperoleh per indikator, dan adalah skor maksimal per indikator. Kemudian prosentase tersebut dikonversi kedalam kriteria adalah Sangat Baik, adalah Baik, adalah Cukup Baik, adalah Kurang Baik, dan adalah Sangat Kurang Baik. Berikut ini rubrik penilaiannya :
241
Jurnal Kependidikan 13 (3): 239-249
Tabel 1. Rubrik penilaian tes kemampuan problem solving Indikator dan deskriptor kemampuan problem solving Kemampuan merumuskan masalah (formulate) 1.Mampu membaca data dengan benar 2.Mampu melihat hubungan antar data dan informasi yang diberikan 3.Mampu memahami konteks permasalahan 4.Mampu menentukan nilai atau kondisi apa yang akan dipecahkan 5.Menuliskan semua tahapan memahami masalah dengan sistematis Kemampuan melaksanakan (employ) 1.Memilih strategi pemecahan masalah yang tepat 2.Melakukan perhitungan sesuai dengan prinsip/prosedur matematika 3.Memperoleh hasil perhitungan yang benar 4.Menggunakan notasi/variabel/satuan hitung dengan benar 5.Menuliskan semua langkah perhitungan dengan sistematis Kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate) 1.Menerjemahkan hasil perhitungan menjadi solusi yang sesuai dengan konteks masalah 2.Memberikan justifikasi yang logis yang mendasari jawaban yang diperoleh 3.Menuliskan jawaban dengan kalimat yang lengkap sesuai dengan konteks masalah Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket tertutup dan terbuka dimana pada setiap pertanyaan akan disediakan 5 pilihan jawaban yang disertai alasan memilih jawaban tersebut. Kemudian data angket dianalisis secara kuantitatif dalam bentuk prosentase jawaban yang
242
dipilih oleh guru terhadap setiap pertanyaan pada angket dan dianalisis juga secara kualitatif dalam bentuk narasi yang mengungkapkan alasan guru terhadap jawaban yang dipilihnya. Teknik analisis data angket dengan cara menghitung prosentase tiap jawaban per nomor pertanyaan menggunakan rumus
, dimana
adalah prosentase pilihan jawaban per nomor pertanyaan, adalah jumlah jawaban responden per pilihan jawaban, dan adalah jumlah responden. Pertanyaan pada angket digunakan untuk mengetahui wawasan dan keterampilan guru dalam problem solving yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Daftar pertanyaan angket Pertanyaan pilihan ganda 1.Mengenal problem solving 2. Pengertian problem dalam matematika 3. Menggunakan problem sebagai bahan ajar matematika 4. Konteks problem matematika yang digunakan guru mengajar 5. Sumber problem matematika yang digunakan guru 6. Melatih diri mengembangakan kemampuan problem solving 7. Menggunakan problem solving sebagai strategi mengajar 8. Melatih siswa memahami masalah 9. Melatih siswa membuat model matematika 10. Melatih siswa melakukan perhitungan sesuai prosedur matematika 11. Melatih siswa menafsirkan hasil perhitungan menjadi solusi 12. Mengikuti perkembangan penelitian matematika dan pembelajarannya 13. Memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan pembelajaran matematika 14. Motivasi guru melakukan problem solving.
Ita Chairun Nissa dan Indira Puteri Kinasih, Analisis Kemampuan Problem Solving Guru Matematika SMP
Pertanyaan Uraian 15. Strategi guru melatih siswa memahami masalah 16. Strategi guru melatih siswa membuat model matematika dari masalah 17. Strategi guru melatuh siswa melakukan perhitungan matematika 18. Strategi guru melatih siswa menafsirkan hasil pemecahan masalah 19. Strategi guru memotivasi siswa untuk melakukan problem solving 20. Pandangan guru terhadap matematika Sedangkan untuk data wawancara diambil pada saat guru telah mengisi tes dan angket yang merupakan bagian dari tahapan dalam proses pemeriksaan data, agar diperoleh data yang valid yang benar-benar mencerminkan jawaban guru yang sebenarnya. Subjek wawancara dipilih secara
Guru G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G11 G12 G13 G14 G15 G16
acak disertai pertimbangan terhadap subjek yang komunikatif. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan data tes, angket dan wawancara, maka dapat dideskripsikan kemampuan problem solving guru matematika SMP/Mts negeri dan swasta se-kota Mataram sebagai berikut: A. Kemampuan problem solving dalam diri guru 1. Kemampuan merumuskan masalah (formulate) Berikut ini adalah data yang menunjukkan kemampuan guru dalam memahami dan merumuskan masalah yang dinyatakan dalam bentuk prosentase untuk setiap nomor pertanyaan pada soal.
Tabel 3. Data Kemampuan Merumuskan Masalah Kode Soal A1 A2 B C1 C2 C3 D 80% 60% 60% 80% 80% 80% 0% 80% 80% 80% 80% 40% 20% 80% 80% 80% 80% 80% 20% 80% 20% 80% 80% 80% 80% 20% 80% 20% 20% 20% 0% 80% 20% 80% 0% 0% 40% 80% 80% 20% 80% 80% 80% 80% 80% 20% 20% 80% 80% 80% 20% 20% 80% 20% 80% 80% 20% 80% 80% 80% 80% 80% 20% 80% 80% 80% 80% 20% 80% 20% 20% 20% 80% 80% 20% 80% 20% 20% 80% 20% 20% 20% 80% 80% 20% 80% 20% 20% 20% 80% 80% 60% 20% 20% 20% 0% 0% 20% 0% 20% 80% 80% 20% 80% 0% 80% 80% 80% 80% 20% 80% 20%
E1 80% 80% 0% 0% 20% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 0% 0% 20% 0%
E2 80% 80% 20% 0% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 0% 0% 80% 0%
243
Jurnal Kependidikan 13 (3): 239-249
2. Kemampuan melaksanakan (employ) Berikut ini adalah data yang menunjukkan kemampuan guru dalam memilih strategi pemecahan masalah
Guru G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G11 G12 G13 G14 G15 G16
A1 60% 20% 80% 80% 0% 0% 80% 80% 0% 20% 0% 0% 0% 20% 0% 80%
Tabel 4. Data Kemampuan Melaksanakan Kode Soal A2 B C1 C2 C3 D 0% 60% 60% 60% 60% 0% 60% 0% 20% 0% 20% 0% 80% 80% 80% 0% 20% 0% 80% 80% 80% 0% 20% 0% 0% 0% 80% 0% 40% 0% 0% 80% 80% 0% 80% 80% 0% 80% 0% 0% 0% 20% 0% 0% 80% 0% 80% 0% 0% 80% 80% 0% 80% 0% 80% 20% 20% 0% 20% 0% 0% 60% 60% 0% 20% 0% 20% 0% 0% 0% 80% 20% 20% 0% 0% 0% 80% 20% 0% 0% 20% 0% 0% 20% 0% 80% 80% 0% 80% 0% 80% 80% 80% 0% 20% 0%
3. Kemampuan menafsirkan (interpret/ evaluate) Berikut ini adalah data yang menunjukkan kemampuan guru dalam menerjemahkan hasil perhitungan dan
Guru G1 G2 G3 G4 G5
244
A1 0% 33% 67% 67% 0%
dan menggunakannya dalam perhitungan matematika yang dinyatakan dalam bentuk prosentase untuk setiap nomor pertanyaan pada soal.
E1 60% 60% 0% 0% 0% 60% 60% 60% 60% 60% 40% 60% 0% 0% 0% 0%
E2 20% 60% 0% 0% 80% 80% 80% 80% 60% 60% 80% 60% 0% 0% 80% 0%
memberikan justifikasi logis yang dinyatakan dalam bentuk prosentase untuk setiap nomor pertanyaan pada soal
Tabel 5. Data Kemampuan Melaksanakan Kode Soal A2 B C1 C2 C3 D 33% 33% 33% 67% 33% 0% 33% 33% 33% 0% 33% 33% 0% 33% 33% 0% 33% 0% 0% 33% 33% 0% 33% 0% 67% 0% 33% 0% 33% 0%
E1 0% 33% 0% 0% 0%
E2 33% 33% 0% 0% 67%
Ita Chairun Nissa dan Indira Puteri Kinasih, Analisis Kemampuan Problem Solving Guru Matematika SMP
G6 G7 G8 G9 G10 G11 G12 G13 G14 G15 G16
0% 67% 33% 0% 67% 0% 0% 0% 33% 0% 67%
0% 0% 0% 0% 33% 0% 33% 33% 0% 0% 0%
33% 33% 0% 33% 33% 33% 0% 33% 0% 33% 33%
33% 0% 33% 33% 33% 33% 0% 0% 33% 33% 33%
4. Wawasan problem solving a. Pandangan terhadap matematika Berdasarkan data angket, maka pandangan banyak guru matematika mengenai matematika ada dua yaitu : (1) Matematika adalah ilmu yang dibutuhkan dalam setiap kehidupan dan digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah, dan (2) Matematika adalah ilmu yang menuntut berpikir penalaran, kreatif, kritis dan teliti serta membentuk sikap tekun, kerja keras, pantang menyerah dan rasa ingin tahu yang tinggi. Akan tetapi, hasil tes kemampuan problem solving menunjukkan bahwa guru masih sebatas mengetahui mengenai manfaat dan hakikat matematika, tetapi guru masih belum memiliki keterampilan untuk mewujudkan atau melaksanakan pembelajaran matematika seperti apa yang telah didefinisikan oleh para guru.
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
33% 0% 33% 33% 33% 33% 33% 33% 0% 33% 33%
33% 33% 0% 0% 0% 0% 33% 33% 33% 0% 0%
33% 33% 33% 33% 33% 0% 33% 0% 0% 0% 0%
33% 33% 33% 33% 33% 33% 33% 0% 0% 33% 0%
b. Pemahaman terhadap problem solving Berdasarkan data angket bahwa 12,5% guru menyatakan sangat mengenal problem solving, 75% guru mengenal problem solving dan 12,5% guru cukup mengenal problem solving. Tetapi pemahaman guru mengenai problem solving ini masih sebatas pernah mendengar dari orang lain dan membaca buku. Bahkan 62,5% guru mengambil sumber masalah matematika dari buku, 25% guru mengambil dari internet dan hanya 12,5% guru yang membuat sendiri masalah matematika untuk diberikan kepada siswanya. Hal ini didukung pula hasil tes kemampuan problem solving yang menunjukkan guru hanya baru sampai pada batas mengetahui saja tetapi belum terampil dalam menerapkannya baik untuk kemampuan dirinya sendiri maupun dalam bentuk pembelajaran di kelas.
245
Jurnal Kependidikan 13 (3): 239-249
Selain itu data angket juga menunjukkan bahwa 6,25% guru menyatakan bahwa masalah matematika adalah soal rutin, 62,5% guru menjawab soal cerita, 18,75% guru menjawab soal tidak rutin, dan 12,5% guru menjawab tugas proyek. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru masih beranggapan bahwa masalah adalah soal cerita. Hal ini dapak mempengaruhi pola berpikir guru dan kemampuannya dalam merancang masalah matematika yang tepat bagi siswanya. Padahal banyak sekali jenis soal yang dapat dirancang menjadi masalah matematika yang dapat meningkatkan kreativitas dan berpikir kritis siswa. c. Motivasi dan pengembangan kemampuan problem solving Data angket menunjukkan bahwa 62,5% guru sering termotivasi untuk melakukan problem solving, 31,25% guru selalu termotivasi dan 6,25% guru jarang termotivasi. Tetapi karena kesibukan tugas mengajar di sekolah, maka guru seringkali tidak memiliki waktu untuk melatih dirinya. Hal ini didukung oleh data angket yang menyatakan bahwa 56,25% guru hanya kadang-kadang saja rutin melatih dirinya untuk mengembangkan kemampuan problem solving sedangkan 31,25% guru menga-
246
takan sering dan hanya 6,25% guru yang selalu melatih dirinya. Hal ini pula yang membuat 50% guru hanya kadang-kadang saja mengikuti perkembangan peneltian di bidang matematika dan pembelajarannya, 37,5% guru mengatakan sering dan 12,5% guru mengatakan selalu. Padahal dengan mengikuti perkembangan penelitian dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru mengenai problem solving yang berkontribusi sangat baik terhadap peningkatan kemampuan diri dan pengajaran di kelas. Sehingga hanya 12,5% guru yang selalu rutin memanfaatkan hasil penelitian untuk meingkatkan proses dan hasil pembelajarannya, sedangkan 12,5% guru mengatakan sering dan terdapat 50% guru yang hanya kadang-kadang saja melakukannya. B. Kemampuan membelajarkan problem solving kepada siswa 1. Kemampuan menggunakan problem sebagai bahan ajar matematika Berdasarkan data angket bahwa hanya 12,5% guru yang selalu rutin menggunakan masalah sebagai bahan ajar matematika, sedangkan 31,25% guru sering menggunakannya dan 56,25% guru hanya kadang-kadang saja menggunakannya. Hal ini dikarenakan dengan memberikan masalah sebagai bahan ajar matematika akan mem-
Ita Chairun Nissa dan Indira Puteri Kinasih, Analisis Kemampuan Problem Solving Guru Matematika SMP
butuhkan waktu pembelajaran yang lebih banyak dan hal ini dapat berdampak pada tidak tuntasnya penyampaian seluruh materi pelajaran. Sehingga, hanya 18,75% guru yang sering menggunakan problem solving sebagai strategi mengajar matematika di kelas, sedangkan 62,5% hanya kadangkadang saja dan 18,75% guru sangat jarang menggunakannya. Walaupun telah menggunakan kurikulum 2013 tetapi para guru masih dituntut untuk melaksanakan ujian tengah semester dan ujian akhir semester sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak sekolah dan dinas pendidikan. Sehingga, untuk memenuhi tuntutan kurikulum 2013, maka 62,5% guru pada umumnya menggunakan bidang ekonomi sebagai masalah matematika di kelas karena menurut para guru, bidang ekonomi paling mudah untuk dibuat masalahnya dan sangat erat dengan kehidupan sehari-hari siswa, sedangkan 18,75% guru lainnya menggunakan bidang pekerjaan, 12,5% guru menggunakan bidang teknologi dan sains dan 6,25% guru yang menggunakan bidang sosial dan budaya sebagai bahan ajar matematika. 2. Strategi guru melatih siswa merumuskan masalah (formulate) Data angket menunjukkan bahwa 37,5% guru sering untuk melatih siswanya agar mampu memahami masalah dan mengu-
bahnya ke dalam model matematika agar mudah diselesaikan, sedangkan 18,75% guru yang selalu melatihkannya dan 6,25% guru kadang-kadang saja melatihkannya ke siswa. Strategi yang digunakan guru antara lain (1) menjelaskan kembali soal kepada siswa secara perlahan, (2) memberi contoh yang ada kaitannya dengan kehidupan siswa, (3) memperbanyak latihan soal yang bervariasi, (4) membimbing siswa secara individu maupun kelompok. 3. Strategi guru melatih siswa melakukan perhitungan (employ) Data angket menunjukkan bahwa 56,25% guru selalu rutin melatih siswanya untuk melakukan perhitungan dengan benar sesuai prosedur matematika, sedangkan 37,5% guru sering melatihkannya dan hanya 6,25% guru kadangkadang saja melatihkannya. Strategi yang digunakan guru antara lain (1) melakukan pengulangan perhitungan kembali, (2) memperbanyak latihan soal terutama yang berkaitan dengan operasi dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, (3) membimbing siswa secara individu dan kelompok, (4) menuliskan prosedur matematikanya dan meminta siswa untuk mengikutinya. 4. Strategi guru melatih siswa menafsirkan hasil menjadi solusi yang sesuai konteks (interpret/evaluate) Data angket menunjukkan bahwa 56,25% guru sering mela-
247
Jurnal Kependidikan 13 (3): 239-249
tihkan siswa untuk mampu menerjemahkan hasil perhitungan menjadi penyelesaian yang benar-benar menjawab masalah sesuai dengan konteksnya, sedangkan 37,5% guru kadang-kadang melatihkannya dan hanya 6,25% guru yang selalu rutin melatihkannya. Strategi yang digunakan guru antara lain (1) melakukan diskusi, (2) penyelesaiannya dihubungkan dengan konteks sehari-hari 5. Strategi guru menumbuhkan dan meningkatkan motivasi siswa untuk melakukan problem solving Data angket menunjukkan bahwa 62,5% guru sering memotivasi siswa untuk melakukan problem solving dan 31,25% guru selalu rutin memotivasi siswa, sedangkan 6,25% guru jarang memotivasi siswanya. Strategi yang digunakan guru antara lain (1) membuat masalah matematika yang menarik dan konteksnya terjangkau bagi siswa, (2) menggunakan media ajar/alat peraga yang relevan atau membuat permainan matematika, (3) menanyakan pengetahuan awal siswa, (4) memberikan penghargaan/pujian yang positif, (5) menanamkan manfaat belajar matematika dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan data yang telah dianalis maka dapat dibuat kesimpulan bahwa :
248
1. Kemampuan problem solving dalam diri guru matematika SMP/Mts negeri dan swasta se-kota Mataram adalah baik pada kemampuan merumuskan masalah (formulate) tetapi masih lemah pada kemampuan melaksanakan (employ) dan kemampuan menafsirkan (interpret/ evaluate) 2. Kemampuan guru membelajarkan problem solving kepada siswa masih terbatas pada pengetahuan dan pemahaman guru saja dan belum dapat diimplementasikan secara maksimal terutama untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 Saran Banyaknya beban dan tugas mengajar guru membuat para guru belum secara maksimal menggunakan problem solving baik sebagai pola pikir maupun strategi mengajar matematika di kelas, sehingga bagi pihak sekolah maupun pengambil kebijakan pendidikan di kota Mataram untuk memikirkan upaya atau strategi pengelolaan pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh para guru. Daftar Pustaka Blomeke, S. dan Delaney, S. 2012. Asessment of Teacher Knowledge Across Countries : A Review of State of Research.. The International Journal On Mathematics Education, 44(3), 223-247, (Online), (http://springer.com), diakses 2 Desember 2013 Kramarski, Bracha. 2009. Developing a Pedagogical Problem solving View for Mathematics Teachers With Two
Ita Chairun Nissa dan Indira Puteri Kinasih, Analisis Kemampuan Problem Solving Guru Matematika SMP
Reflection Programs. International Electronic Journal of Elementary Education, Vol.2, Issue 1, (Online), (http://iejee.com/), diakses 1 Desember 2013 Haja, Shajahan. 2005. Investigating The Problem solving Competency Of Pre Service Teachers In Dynamic Geometry Environment.. th Proceedings of the 29 Conference of The International Group For The Psychology Of Mathematics Education, (Online), (http://emis.library.cornell.edu/), diakses 2 Desember 2013 MacLellan, Christopher. J; Langley, Pat; Walker, Collin. 2012. A Generative Theory Of Problem solving. Proceeding Of First Annual Conference On Advance In Cognitive System, (Online), (http://cogsys.org), diakses 5 Desember 2013
Rahman, H., dkk. 2005. Teachers’ Competency in The Teaching of Mathematics in English in Malaysian Secondary Schools, Proceeding Of The Eigth International Conference, (Online), (http://math.unipa.it) , diakses 4 Desember 2013 Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perusahaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Xenofontos, C. dan Andrews, P. 2007. Teachers’ Beliefs about Mathematical Problem solving, Their Problem solving Competence and The Impact on Instruction : A Case Study of Three Cypriot Primary Teachers, Proceedings Of The British Society For Research Into Learning Mathematics, (Online), (http://tsg.icme11.org) , diakses 3 Desember 2013
249