THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
ANALISIS KELAYAKAN SISTEM TERHADAP SISTEM SURVEILANS TB-HIV SPASIAL ONLINE Noor Alis Setiyadi1, Dahroni2, M. Amin Sunarhadi3, Bhisma Murti5, Endang Sutisna Sulaeman5
2
1-3 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,
[email protected] Prodi Ilmu Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
[email protected],
[email protected] 5 Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakarta,
[email protected],
[email protected]
Abstrak Salah satu peran kabupaten/kota untuk mengendalikan penyakit adalah bagaimana memantapkan surveilans epidemiologi tuberkulosis-human immunodeficiency virus pada wilayahnya. kabupaten/kota merupakan perannya terhadap upaya pengendalian penyakit. Satu model surveilans tersebut telah dikembangkan untuk membantu pengambilan keputusan dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis-human immunodeficiency. Namun sistem tersebut belum bisa diaplikasikan sebelum dilakukan uji kelayakan terlebih dahulu untuk menilai sejauh mana sistem tersebut layak digunakan atau tidak. Untuk menjelaskan kelayakan atau penerimaan petugas program tuberkulosis di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan diskriptif. Instrumen penelitian adalah kuesioner terbuka dan tertutup. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan mengambil seluruh petugas tuberkulosis di wilayah kerja Dinas Kesehatan Sukoharjo sebagai respondennya. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan eksploratif. Penilaian responden= <25% pada variabel kualitas informasi, antarmuka, kecepatan dan kemudahan akses, keamanan sistem, dan kepuasan responden. Namun demikian, 95,4% (77-100) responden menilai model sistem surveilans TB/HIV berbasis spasial online ini adalah layak digunakan. Responden memberi masukan yang sangat beragam pada antarmuka, menu login dan menu menu lain setelah responden masuk log in sebagai pengguna sistem surveilans tersebut. Sistem surveilans yang telah dikembangkan adalah dibutuhkan untuk membantu penyediaan informasi dalam pengambilan keputusan, meskipun masih membutuhkan pengembangan dan perbaikan sistem informasi. Kata kunci : kelayakan sistem TB/HIV, surveilans spasial online pengumpulan data penyakit secara PENDAHULUAN sistematik, analisis dan interpretasi data Kementrian Kesehatan Indonesia yang bertujuan untuk menurunkan angka memperkirakan terdapat 1 dari 3 kasus kesakitan dan kematian tuberkulosis. tuberkulosis masih belum terdeteksi oleh (Kemenkes, 2014). Studi nasional pada program, hal ini menjadi tantangan untuk surveilans epidemiologi tuberkulosis mencapai sasaran strategi pengendalian merupakan hal terpenting dibanding tuberkulosis secara nasional (Kemenkes, dengan melakukan uji kerentanan pada 2015). Hal ini membutuhkan peran dari mayoritas pasien, padahal uji kerentanan stakeholder-stakeholder terutama tingkat hanya diperuntukkan pada kasus-kasus kabupaten/kota. Salah satu peran individu tertentu (WHO, 2003). Kegiatan stakeholder di tingkat kabupaten/kota surveilans rutin dapat menjadi dasar survei adalah pemantapan surveilans prevalensi tuberkulosis dalam suatu epidemiologi tuberkulosis (Kemenkes, wilayah (WHO, 2007). 2014). Selama ini, pengumpulan data Surveilans tuberkulosis adalah TB-HIV dilakukan dengan metode SIMrangkaian kegiatan mulai dari RS, SITT, dan SIHA yang dilakukan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
31
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
secara online. Namun masih terdapat kekurangan yaitu, petugas masih tetap mencatat secara manual di buku tulis, data tidak bisa diunggah karena seringnya gangguan, terjadinya data ganda, dan tidak terdapat data masukan secara spasial baik di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM), dan dinas kesehatan yang mempunyai wilayah cakupan program kesehatan (Setiyadi N.A, 2015). Melalui http://stbgis.com/, sistem surveilan TB/HIV berbasis spasial online dikembangkan dan telah dapat diakses oleh petugas tuberkulosis Puskesmas dan dinas kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Analisis kelayakan sistem merupakan studi didalam rencana atau metode yang ditawarkan secara praktek berdarkan pada faktor seperti pasar, kompetisi, kemampuan teknologi, tenaga kerja, dan sumberdaya keuangan. studi kelayakan merupakan langkah penting dalam suatu pengembangan sistem informasi. terdapat 2 faktor terpenting dalam studi kelayakan, yaitu meyakinkan pengguna bahwa sistem yang dikembangkan akan memenuhi kebutuhan fungsional pengguna, dan sistem tersebut akan bekerja secara efektif dalam lingkungan organisasi (Palvia & Palvia, 1988). Dalam hal sistem surveilans ini, pengguna sistem ini perlu melakukan studi kelayakan terhadap sistem yang dikembangkan sehingga sistem surveilans tersebut dapat berguna dan bermanfaat untuk pengendalian kasus tuberkulosis di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Sukoharjo METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan diskriptif yang dilaksanakan di Wilayah Dinas Kesehatan Sukoharjo. Instrumen penelitian adalah kuesioner terbuka dan tertutup. Kuesioner tertutup untuk mengukur kelayakan sistem dimana menggunakan 6 indikator, yaitu kualitas informasi, kualitas antarmuka sistem, kecepatan dan kemudahan akses informasi, keamanan sistem, kepuasan pelanggan, kelayakan model sistem dari sudut pandang responden. Adapun untuk
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
kuesioner terbuka, variabel yang ditanyakan meliputi halaman depan, menu log-in sistem surveilans, dan usulan terhadap keseluruhan menu dalam model sistem tersebut. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling agar dapat menggambarkan populasinya (Battaglia, 2008). Dalam penelitian ini responden yang diambil adalah seluruh petugas tuberkulosis di wilayah kerja Dinas Kesehatan Sukoharjo karena itu yang mewakili petugas program tuberkulosis. Jumlah responden adalah 14 orang yang terdiri dari 12 petugas program tuberkulosis puskesmas Kabupaten Sukoharjo, 1 Petugas program tuberkulosis dinas kesehatan, dan 1 kepala Bidang Pemberantasa Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sukoharjo. Instrumen pengambilan data menggunakan kuesioner tertutup dan terbuka. Tertutup artinya responden memilih jawaban yang sudah ada dalam instrumen, dan terbuka artinya responden dapat menjawab pada kuesioner dengan bebas berdasarkan pengalaman dan pandangan responden terhadap pertanyaan. Adapun uji validitas yang digunakan adalah validitas isi. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif (Belinda Barton, 2014). Analisis deskriptip yang dimaksud adalah menggambarkan parameter variabel, yaitu 1) Karakteristik responden (jenis kelamin dan masa kerja petugas), 2) Enam (6) item analisis kelayakan (kualitas informasi, kualitas antarmuka/ interface, kecepatan dan kemudahan akses, kemanan sistem, kepuasan pelanggan, dan kelayakan model), 3) persepsi responden terhadap sistem surveilans TB/HIV spasial online. dan eksploratif, yaitu mengungkapkan isian responden pada kuesioner terbuka. Hal ini dilihat dari sisi halaman depan laman, menu masuk/ log-in, dan menu tampilan spasialnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebagaimana dijelaskan bahwa, untuk melihat sejauh mana tingkat
32
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
kelayakan sistam dan kepercayaan pengguna terhadap sistem yang akan digunakan, maka kelayakan sistem surveilan TB/HIV berbasis spasial online ini diukur melaui kualitas informasi, kualitas antarmuka sistem, kecepatan dan kemudahan akses informasi, keamanan 4 sistem, kepuasan pelanggan, kelayakan model sistem dari sudut pandang responden. Tabel 1. Karakteristik responden No Variable Persentase Batas kepercaya 5 an 1 Jenis Kelamin 46% 21,71-73,40 -Laki-laki 54% 26,59-78,28 -Perempuan 2 Masa Kerja Rata-rata 8,3 (0-30) 3,70-12,97 (min:max) 6 Jenis kelamin petugas program tuberkulosis dipuskesmas dan dinas kesehatan berimbang dengan rerata masa kerja 8,3 tahun. Dalam masa kerja, walaupun didapatkan rentang yang baru menjadi petugas program tuberkulosis, petugas tersebut dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Tabel 2. Analisis kelayakan model surveilan TB/HIV berbasis spasial online No Variabel Persentase Batas kepercayaan 1 Kualitas Informasi 20.4(1618,91-21,89 (nilai 24) maksimal 25) Rata-rata (min:max) 2 Kualitas antarmuka (Interface) 22,2(1420,45-23,95 sistem (nilai 27) maksimal 30) Rata-rata (min:max) 3 Kecepatan dan 15,6(1314,67-16,66 kemudahan 18) akses
THE 5TH URECOL PROCEEDING
informasi (nilai maksimal 16) Rata-rata (min:max) Keamanan sistem (nilai maksimal 30) Rata-rata (min:max) Kepuasan Pelanggan (nilai maksimal 20) Rata-rata (min:max) Kelayakan model sistem surveilans TB/HIV berbasis spasial online (nilai maksimal 125) Rata-rata (min:max)
UAD, Yogyakarta
22,0(1625)
20,33-23,80
15,0(1017)
13,89-16,24
95,4(77100)
89,77-100
Dari 6 variabel penilaian, 95,4% responden menilai bahwa model ini sesuai dengan pandangan mereka bagaimana model surveilan tuberkulosis seharusnya. Namun dari sisi faktor-faktor lain masih dibawah 50% penilaiannya. Hal ini berarti bahwa kualitas informasi, kecepatan, keamanan, dan kepuasan petugas menggunakan model sistem surveilan ini masih menjadi permasalah jika model ini nantinya benar-benar akan digunakan untuk memonitor kasus tuberkulosis dan HIVdi wilayah Dinas Kesehatan Sukoharjo.
33
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Table 3. Persepsi Responden terhadap Sistem Surveilans TB/HIV Spasial online Tema Isi Halaman Warna Depan - Sudah bagus dan sesuai - Dibuat lebih menarik - Setuju - Kurang bervariasi - Sudah sesuai dan enak dipandang tidak mencolok - Warna sudah sesuai dengan logo puskesmas (hijau) - Sudah bagus - Masih kurang mencolok, buat warna yang lebih cerah - Terlalu polos, kurang menarik. HIV-TB identik warna putih dan merah atau hijau untuk kesehatan Hijau sudah bagus Logo
- Kurang besar - P2 TB-HIV Dinas Kesehatan Kab.Sukoharjo - Sudah bagus - Sudah sesuai - Harus ada logo aplikasi tersendiri - Alangkah baiknya jika ada logo khusus umtuk membedakan web persebaran TB dengan yang lain - Logo sudah bagus hanya kurang lebih besar - Untuk HIV pita merah. TB gambar stop TB atau TOSS TB (temukan obati sampai sembuh) Header - Sudah sesuai - Ukuran kurang besar - Cukup menarik - Sudah baik - Sudah sesuai - Sudah bagus (kurang logo system) - Tampilan header kurang lebih besar dan warna yang lebih cerah - Sebelah kanan kasih logo log in kurang kelihatan Menu
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
- Tambahkan menu suspek TB nya biar kita tahu penyebaran kasus - Menarik - Sudah baik - Untuk TB-HIV digabung saja tidak sendiri-sendiri - Tambahan: 1.) Untuk cara memasukkan data 2.) Simbol pemetaan agar lebih lengkap dan komunikatif - Hendaknya diberi warna yang lain agar jelas - Sudah cukup lengkap Cukup Isian Informasi
- Sudah bagus - Indikator program - Bisakah peta persebaran TB dibuat per Kecamatan - Sudah baik - Pada data suspek, masih ada yang perlu ditambahkan yaitu umur suspek yang diperiksa dan hasil pemeriksaan sebaiknya dicantumkan - Sudah sesuai dengan kebutuhan - Untuk di kolom 4 ditambahi tempat layanan LTB, MDR, Puskesmas, BPKPM, atau rumah sakit rujukannya - Yang perlu ditambahkan yaitu kolom tempat layanan pasien TB (Puskesmas) agar mudah menulusuri informasi - Satu dengan informasi yang ada, diharapkan informasi yang ditampilkan yang terbaru - Terlalu banyak dan kurang menarik untuk dibaca (tata letaknya) - Tampak depan url sudah cukup bagus hanya tampilan warna yang harus lebih cerah - Data suspek harus lebih lengkap. Umur, jenis kelamin, sudah diperiksa BTA atau belum, Hasil ? Cukup Menu Login - Pengguna bisa mendapatkan
34
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
-
-
-
-
18 February 2017
gambaran tentang TB di Sukoharjo Menarik dan cukup mudah Peta persebaran TB per Kecamatan Sangat mudah untuk mengaksesnya Website sudah bagus akan tetapi untuk pemetaan TB sebaiknya ditambahkan untuk pemetaan penderita TB Anak dan TB exstra paru yang diobati bukan hanya TB yang positif Lancar langsung connect kalau sinyal internet full Akan lebih baik bila ditambahkan status TB nya sesuai dengan klarifikasinya. Kausu baru BTA +, BTA -, TB Anak, TB EP (extra paru), kasus TB ulang, dan TB RO (TBMDR) Informasi yang kita perlukan mudah kita cari Pengoperasiannya cepat Kesan yang saya terima dengan adanya system ini saya sangat senang karena bias mengakses perkembangan TB Untuk menu saya kira sudah cukup, hanya perlu tambahan isian menu yang lebih lengkap
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
- Tambahan peta atau disendirikan antara penderita TB, Kat 1, TB MDR dan TB XDR (extreme drug resistance) - Kurang paham karena tidak bisa menggunakan laptop atau online Usulan
- Menu sudah oke tinggal menambahkan suspek TB saja - Website cukup menarik mungkin perlu rincian data tersendiri yang berisi data TB per Kecamatan - Untuk pemetaan TB, daerah dengan jumlah penderita banyak sebaiknya diberi warna untuk membedakan daerah dengan jumlah penderita yang banyak atau sedikit - Sudah sesuai dengan kebutuhan - Akan lebih baik bila sistem ini berjalan sesuai dengan system pendataan di SITT (Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu) dan digabung dengan elektronik tuberkulosis (ETB marger), sehingga TB sensitive dan TB resisten dapat terlihat dan tidak terlalu banyak entry nya - Akan lebih simple jika ada bridging system antara SITT (yang saat ini digunakan laporan resmi ke kemenkes) di url dan system ini, sehingga petugas tidak perlu entry lagi data kasus, tinggal memasukaan koordinat sehingga mengurangi kesalahan data - Baik dan setuju untuk dikembangkan Username dan password dibedakan tiap kecamatan peta yang ditampilkan per puskesmas, per kecamatan, kerahasiaan data selalu dijaga. - url ini di kembangkan lebih detail supaya disetiap puskesmas bias melihat perkembangan TB sampai ke tingkat desa url mohon disosialisasikan ke petugas TB puskesmas dan perlu pelatihan untuk pengenalan website lebih lanjut Pembahasan Jenis kelamin pemegang program tuberkulosis hampir sama proporsinya antara laki-laki dan perempuan. Kaitannya dengan uji kelayakan sistem surveilans online ini bahwa kemampuan dibidang
35
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
informasi dan teknologi tidak bisa dibedakan lagi bahwa laki-laki lebih kompeten dalam mengoperasikan informasi dan teknologi. Rata-rata lama kerja petugas 8,3 tahun dengan rentang 0-30 tahun menunjukkan bahwa para petugas mempunyai catatan kinerja dalam pekerjaannya dengan baik. Senada dengan itu dijelaskan bahwa karyawan yang mempunyai masa kerja lebih lama menjadi lebih produktif karena mereka mempunyai catatan dalam keberhasilan kerja dan lebih mengerti dalam pekerjaannya (McEnrue, 1988). Studi kelayakan dilakukan untuk melihat kemungkinan terhadap suatu sistem layak diteruskan atau tidak (Syaifullah & Widianto, 2014). Meskipun kualitas informasi dalam studi kelayakan ini presentasinya 20,4% (18,91-21,89), namun kualitas informasi sangat berpengaruh dengan kepuasan pelanggan. Kualitas informasi pada website 77% berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan dan kepuasan pelanggah mempengaruhi 54,8% terhadap minat beli ulang (Kristiono, 2015). Informasi merupakan hal yang sangat penting pada level manajemen klien, unit kesehatan, dan perencanaan sistem dan manajemen kesehatan. Tidak hanya pengambil kebijakan dan tingkat manajer yang membutuhkan informasi untuk pengambilan keputusan, namun juga penyedia layanan termasuk dokter, petugas kesehatan, dan pekerja kesehatan masyarakat (Theo Lippeveld, 2000). Kualitas antarmuka bagi pengguna diniliai masih kurang, hal ini digambarkan bahwa hanya 22.22%(20,45-23,95) kelayakannya. Laman harus berisikan penulis, alamat, tanggal, alamat laman jejaring, informasi relevan, informasi yang jelas, dan struktur navigasi yang jelas (Katerattanakul & Siau, 1999). Kualitas dari suatu laman dapat diukur melalui 4 kategori yaitu, konten (tepat waktu, relevan, multi bahasa/ budaya, variasi tampilan, ketepatan, objektif, dan wewenang), desain (menarik, ketepatan, warna, gambar / suara / video, dan teks), organisasi (indeks, pemetaan, konsistensi,
link, logo, dan domain), dan kemudahan digunakan (user-friendly) yang terdiri dari kegunaan, keandalan, fitur interaktif, kemanan/privasi, dan kustomatisasi (Hasan & Abuelrub, 2011). Sistem surveilans ini nantinya merupakan salah satu laman pemerintah (governmental website) dimana selain karakteristik, desainnya, fitur yang biasa pada pemerintahan, hal yang lain yang tidak kalah penting adalah yang berkaitan dengan kemudahan akses, kualitas, dan keamanan (Hasan & Abuelrub, 2011). Data yang dikirim dari tingkat dasar ke menengah dan nasional yang akan dianalisi oleh unit manajemen dasar, menengah bahkan skala nasional untuk tujuan pengawasan dan meningkatkan program kesehatan (WHO, 2003) Saat ini, surveilans TB-HIV dilakukan menggunakan data rutin dari layanan dengan menggunakan SITT dan SIHA, namun survei periodik dan sentinel dilakukan bila diperlukan (Kemenkes, 2014). Selain kasus tuberkulosis reguler, surveillance untuk resisten obat tuberkulosis juga penting untuk memberikan indikasi jelas terhadap kualitas pengobatan. surveilans HIV juga harus dilakukan untuk merencanakan, mengelolan dan mengevaluasi programnya (WHO, 2003). Berdasarkan hasil, dari ke-6 variabel untuk analisa kelayakan sistem, hanya poin tentang kelayakanlah yang mendapatkan nilai tertinggi, yaitu 95%(89,77-100). Hal ini menunjukkan bahwa sistem ini bisa meyakinkan pengguna bahwa sistem ini sesuai dengan kebutuhan, dan efektif (Palvia & Palvia, 1988).
THE 5TH URECOL PROCEEDING
36
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
SIMPULAN Sistem surveilans yang telah dikembangkan dipandang dibutuhkan dalam membantu penyediaan informasi dalam pengambilan keputusan, meskipun masih membutuhkan pengembangan dan perbaikan sistem informasi. SARAN Perlunya diperbaiki kualitas informasi, tampilan, kecepatan dan kemudahan akses informasi, dan kemanan sistem sehingga tercapai kepuasan petugas tuberkulosis dalam menggunakan sistem tersebut. Data yang dimasukkan disesuaikan dengan data yang dimasukkan ke sistem SITT dan SIHA sehingga tidak terjadi data rangkap dan mengurangi beban kerja petugas tuberkulosis di PUSKESMAS. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Dirjen DIKTI yang telah mendanai penelitian Hibah Kerjasama Perguruan Tinggi (PEKERTI) ini sampai tahun ke-2. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Surakarta yang mendukung penelitian ini. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukohajo beserta petugas tuberkulosisnya dalam memberi masukan proses penelitian ini. REFERENSI Battaglia, M. P. (2008). Nonprobability Sampling (pp. 523-526): SAGE Publications Belinda Barton, J. P. (2014). Medical Statistics A Guide to SPSS, Data Analysis and Critical Appraisal.pdf (Second ed.). UK: JohnWiley & Sons Ltd. Hasan, L., & Abuelrub, E. (2011). Assessing the quality of web sites. Applied Computing and Informatics, 9(1), 11-29. Katerattanakul, P., & Siau, K. (1999). Measuring information quality of web sites: development of an instrument. Paper presented at the
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Proceedings of the 20th international conference on Information Systems, Charlotte, North Carolina, USA. Kemenkes. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta, Indonesia: Kementrian Kesehatan RI. Kemenkes. (2015). Tuberkulosis Temukan Sampai Sembuh. Indonesia: Pusdatin, Kementrian Kesehatan Indonesia. Kristiono, H. H. (2015). Analisis Pengaruh Kualitas Informasi Website Terhadap Minat Beli Ulang Pelanggan Belanja Online. diakses 30 Januari, 2017, dari http://eprints.mdp.ac.id/id/eprint/1 354 McEnrue, M. P. (1988). Length of Experience and the Performance of Managers in the Establishment Phase of Their Careers. The Academy of Management Journal, 31(1), 175-185. Palvia, P., & Palvia, S. (1988). The feasibility study in information systems: an analysis of criteria and contents. Information & Management, 14(5), 211-224. Setiyadi N.A, J., Arozaq Miftahul, Hakam Fahmi, Murti Bhisma, and Sulaeman E.S (2015). Analisis Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Online Tb/ Hiv Di Bbkpm Surakarta. Paper presented at the The 2nd University Research Coloquium 2015 Universitas Muhammadiyah Semarang. Syaifullah, S., & Widianto, J. (2014). Studi Kelayakan Sistem Informasi Akademik Berbasis Web Pada Poltekes Kemenkes Riau Dengan Menggunakan Metode Kelayakan Telos. Jurnal Sains dan Teknologi Industri; Vol 11, No 2 (2014): Juni 2014. Theo Lippeveld, R. S., Claude Bodart. (2000). Design and Implementation of Health Information System. Genewa: World Health Organization.
37
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
WHO.
(2003). TUBERCULOSIS A Manual for Medical Students diakses dari http://apps.who.int/iris/handle/106 65/68559 WHO. (2007). Assessing Tuberculosis Prevalence through Populationbased Surveys.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
38
ISBN 978-979-3812-42-7