ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN TANAMAN KEHUTANAN DI DAERAH MILIK JALAN TOL JAGORAWI SEBAGAI UNIT USAHA MANDIRI
ABDULLAH PAUZI ASAGAP
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Analisis Kelayakan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi Sebagai Unit Usaha Mandiri
ABDULLAH PAUZI ASAGAP E24103087
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
ABDULLAH PAUZI ASAGAP. Analisis Kelayakan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi Sebagai Unit Usaha Mandiri. Dibimbing oleh Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS dan Taufik Ismina, ST Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan) adalah suatu jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain. Salah satu perusahaan yang mengelola jalan tol adalah PT. Jasa Marga. Jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) adalah salah satu jalan tol yang dikelola oleh PT. Jasa Marga. Selama ini lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi khususnya pada jalur hijau ditanami rumput, tanaman pisang, tanaman singkong, bambu dan jenis-jenis tanaman penghijauan lainnya. Padahal lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi juga dapat dimanfaatkan untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman kehutanan yang dapat menghasilkan kayu dan mempunyai nilai ekonomi atau nilai komersial yang cukup tinggi. Melihat kenyataan tersebut rasanya cukup rasional jika lahan di sepanjang daerah milik jalan tol Jagorawi dimanfaatkan untuk pengusahaan tanaman kehutanan dengan tujuan kayu-kayu yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pasokan (supply) kayu. Selain itu juga dapat menjadi salah satu sumber pendapatan bagi pengelola jalan tol Jagorawi. Sehubungan dengan hal tersebut penelitian mengenai analisis kelayakan pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol jagorawi sebagai unit usaha mandiri perlu dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu aspek finansial, aspek pemilihan dan pengelolaan jenis-jenis tanaman kehutanan, aspek penataan areal dan teknis pemanenan berdasarkan estetika serta aspek sosial. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Jasa Marga Indonesia Highway Corporation cabang Jagorawi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi (pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan), wawancara dan penyebaran kuesioner. Pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan untuk mengetahui pertumbuhan dan kondisi fisik tanaman secara visual. Pengambilan pohon contoh dilakukan secara purposive sampling. Jumlah pohon contoh untuk masing-masing jenis, yaitu Jati (Tectona grandis) sebanyak 10 pohon, Pinus (Pinus sp.) sebanyak 9 pohon, Meranti (Shorea sp.) sebanyak 9 pohon, Mahoni (Swietenia sp.) sebanyak 10 pohon, Sengon (Paraserianthes falcataria) sebanyak 14 pohon dan Akasia (Acacia sp.) sebanyak 11 pohon. Kemudian diukur diameter setinggi dada (Dbh) dan tingginya, baik tinggi bebas cabang (TBC) maupun Tinggi total (TT). Wawancara dilakukan terhadap berbagai pihak yang terkait untuk melengkapi data dan informasi. Penyebaran kuesioner. Responden yang digunakan adalah pengguna jalan tol Jagorawi yang berjumlah 120 orang. Jumlah yang disebar sebanyak 120 kuesioner dibagi ke dalam 2 tahap. Lokasi penyebaran kuesioner di rest area. Jenis tanaman kehutanan adalah Sengon sebanyak 22.753 pohon, Akasia sebanyak 22.620 pohon dan paling sedikit adalah Trembesi sebanyak 100 pohon.
Jumlah keseluruhan jenis-jenis tanaman kehutanan sebanyak 63.211 pohon. Sedangkan jenis tanaman penghias adalah Salak sebanyak 9.800 tanaman, Jarak pagar sebanyak 8.053 tanaman dan paling sedikit adalah Kelapa sawit sebanyak 5 tanaman. Jumlah keseluruhan jenis-jenis tanaman penghias sebanyak 22.562 tanaman. Sistem pengelolaan tanaman menggunakan pola tanam campuran dan melibatkan berbagai pihak antara lain Departemen Kehutanan, Pemda (Pemda DKI Jakarta dan Pemda Bogor) atau Instansi-instansi pemerintah/Swasta, mitra kerja dan PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi. Pengguna lahan terbesar adalah CV. Gumelar Persada seluas 36,03 Ha atau 60,24%, Pemda/Instansi pemerintah/Swasta seluas 8,12 Ha atau 13,58%, kemudian PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi seluas 7,57 Ha atau 12,65%, PT. Widyamita seluas 6,98 Ha atau 11,67%, dan Departemen Kehutanan seluas 1,11 Ha atau sebesar 1,86%. Luas total penggunaan lahan sebesar 59,81 ha. Berdasarkan hasil analisa persepsi pengguna jalan mengenai pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi, pandangan terhadap adanya jalur hijau di sepanjang tol Jagorawi, 90,00% responden berpandangan baik, 9,17% responden berpandangan biasa dan 0,83% responden berpandangan kurang baik. Kemudian dampak positif yang diperoleh dengan adanya jalur hijau di sepanjang tol Jagorawi, 45,95% responden berpendapat sebagai penyerap dan penjerap emisi kendaraan, 39,86% responden berpendapat untuk meningkatkan keindahan dan estetika, 6,76% responden berpendapat untuk mengurangi stress, 4,05% responden berpendapat sebagai peredam kebisingan, 1,35% responden berpendapat untuk meningkatkan pengamanan dan 2,03% responden berpendapat sebagai daerah resapan air. Selanjutnya mengenai lebar jalur hijau yang dianggap memadai, yaitu sebanyak 35,83% responden berpendapat selebar 20 meter, 22,50% responden berpendapat selebar 10 meter, 20,83% responden berpendapat selebar 30 meter, 10,00% responden berpendapat selebar 50 meter dan 4,17% responden berpendapat selebar >50 meter. Adapun mengenai jenis-jenis tanaman kehutanan yang paling disukai responden, Jati sebanyak 13,68% responden, Meranti sebanyak 10,26% responden, Akasia sebanyak 10,83% responden, Pinus sebanyak 14,81% responden, Mahoni sebanyak 11,68% responden dan Sengon sebanyak 6,84% responden, Puspa sebanyak 4,84% responden, Ekaliptus, Eboni dan Rasamala masing-masing sebanyak 4,27% responden, Matoa sebanyak 3,99% responden, Gmelina sebanyak 2,85% responden, Karet sebanyak 1,99% responden, Afrika sebanyak 1,71% responden, Sungkai, Sonokeling, Mindi dan Krey payung berturut-turut masing-masing sebanyak 1,14% responden, 1,42% responden, 0,28% responden, dan 0,85% responden. Selanjutnya dalam penataan dan pengaturan tanaman, 40% responden berpendapat komposisi 80% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 20% lahan ditanami dengan tanaman penghias, 22,50% responden berpendapat komposisi 60% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 40% lahan ditanami dengan tanaman penghias, 15,00% responden berpendapat komposisi 100% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan, 14,17% responden berpendapat komposisi 20% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 80% lahan ditanami dengan tanaman penghias, serta 8,33% responden berpendapat komposisi 40% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 60% lahan ditanami dengan tanaman penghias. Kemudian dalam menentukan teknik
pemanenan tanaman kehutanan, model sketsa yang paling diminati oleh responden adalah model sketsa b sebanyak 38,33% responden, sketsa c sebanyak 20,00% responden, sketsa d sebanyak 10,83% responden, sketsa a sebanyak 9,17% responden, sketsa e sebanyak 7,50% responden, sketsa f sebanyak 6,67% responden dan 7,50% responden berpendapat tidak dilakukan kegiatan pemanenan tanaman kehutanan. Pola pengusahaan tanaman kehutanan, yaitu komposisi 80% lahan atau seluas 48 ha ditanami dengan tanaman kehutanan dan 20% lahan atau seluas 12 ha ditanami dengan tanaman penghias, komposisi 60% lahan atau seluas 36 ha ditanami dengan tanaman kehutanan dan 40% lahan atau seluas 24 ha ditanami dengan tanaman penghias dan komposisi 80% lahan atau seluas 48 ha ditanami dengan tanaman kehutanan tanpa tanaman penghias. Jenis tanaman kehutanan yang dikembangkan yaitu, Jati (Tectona grandis), Pinus (Pinus sp.), Meranti (Shorea sp.), Mahoni (Swietenia sp.), Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Akasia (Acacia sp.) sedangkan jenis tanaman penghias, yaitu Beringin (Ficus benyamina), Dadap merah (Erythrina cristagalli), Flamboyan (Delonix regia), Kembang kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Kembang sapu tangan (Maniltoa grandiflora), Tanjung (Mimusops elengi) dan Trembesi (Samanea saman). Tahapan kegiatan pengusahaan tanaman kehutanan antara lain : pekerjaan persiapan, pengadaan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan (tahun pertama, tahun ke-2, tahun ke-3 dan tahun ke-4, lanjutan) dan penebangan. Berdasarkan 3 skenario yang diajukan, kondisi tanaman yang ada saat ini diubah secara perlahan-lahan. Sistem penanaman pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi dari 3 skenario yang dirancang adalah sistem blok. Hal ini bertujuan untuk memudahkan sistem pemanenan tanaman kehutanan. Selain itu, sistem blok penanaman dilakukan secara berseling, dimulai dari tanaman penghias kemudian tanaman kehutanan berdaur panjang dan seterusnya. Perkiraan penghasilan pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi didasarkan pada harapan hasil kayu sesuai dengan daur masingmasing tanaman. Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni dengan daur 30 tahun sedangkan Akasia dan Sengon dengan daur 10 tahun. Perkiraan produksi kayu untuk Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni berturut-turut adalah 118,80 m³/ha, 179,52 m³/ha, 176,88 m³/ha dan 71,28 m³/ha. Sedangkan untuk Sengon dan Akasia berturut-turut adalah 275,44 m³/ha dan 169,84 m³/ha. Berdasarkan analisa biaya, total biaya yang dikeluarkan pada skenario 1 sebesar Rp. 32.636.853.000,-, skenario 2 sebesar Rp. 29.479.178.000,- dan skenario 3 sebesar Rp. 32.324.954.000,-. Total penghasilan pada skenario 1 dan skenario 3 sebesar Rp. 26.526.192.000,- sedangkan pada skenario 2 sebesar Rp. 19.894.644.000,-. Proyeksi laba/rugi pengusahaan tanaman kehutanan skenario 1 mengalami kerugian sebesar Rp. 6.110.661.000,-, skenario 2 mengalami kerugian sebesar Rp. 9.584.534.000,- dan skenario 3 mengalami kerugian sebesar Rp. 5.798.762.000,Pada penilaian finansial ketiga pola pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi didapatkan hasil NPV negatif pada suku bunga yang berlaku yaitu 14%. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga pola pengusahaan tanaman kehutanan tidak layak diusahakan pada tingkat suku bunga tersebut. Pendapatan pengusahaan tanaman kehutanan yang besarnya sama dengan Nilai
NPV diperoleh. Pada pola skenario 1 nilai NPV yang diperoleh negatif sebesar Rp. 2.090.158.00,-, pada pola skenario 2 nilai NPV yang diperoleh negatif sebesar Rp. 2.215.350.000,- dan pada pola skenario 3 nilai NPV yang diperoleh negatif Rp. 1.964.576.000,-. Nilai BCR dicapai pada tingkat suku bunga 14% untuk pola skenario 1, yaitu 0,23, untuk pola skenario 2 sebesar 0,18 dan untuk pola skenario 3 sebesar 0,24. Nilai IRR untuk masing-masing pola pengusahaan tanaman skenario 1, skenario 2 dan skenario 3 berturut-turut tidak dapat dihitung sebab nilai NPV dari ketiga pola pengusahaan tersebut bernilai negatif pada semua tingkat suku bunga. Berdasarkan penilaian finansial, ketiga pola pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi yang dirancang tidak layak untuk diusahakan. Hal ini disebabkan adanya komponen biaya pengusahaan yang terlalu tinggi, yaitu biaya pengadaan bibit rata-rata sebesar Rp. 3.201.000,- per hektar, biaya pemeliharaan rata-rata sebesar Rp. 10.869.000,- per hektar dan biaya gaji pegawai rata-rata sebesar Rp. 4.500.000,- per hektar. Analisa kepekaan yang dirancang, yaitu kepekaan terhadap perubahan biaya pengusahaan dengan persentase perubahan pada kisaran 40%, 50%, 60%, 70%, dan 80%. Apabila biaya pengusahaan turun sebesar 40-70%, maka ketiga pola pengusahaan tidak layak untuk diusahakan. Apabila biaya pengusahaan turun sebesar 80%, maka pola pengusahaan skenario 1 dan skenario 3 layak untuk diusahakan. Sedangkan pola pengusahaan skenario 2 tidak layak untuk diusahakan sebab tidak memenuhi ketiga kriteria yang dipakai. Besarnya nilai NPV untuk pola pengusahaan skenario 1 dan skenario 3 berturut-turut sebesar Rp. 86.311.000,- dan Rp. 111.426.000,-. Sedangkan nilai BCR untuk pola pengusahaan skenario 1 dan skenario 3 berturut-turut sebesar 1,16 dan 1,21. Nilai IRR untuk masing-masing pola pengusahaan tanaman skenario 1 dan skenario 3 berturut-turut sebesar 15,66% dan 16,24% artinya dengan penurunan biaya pengusahaan sebesar 80% kedua pola pengusahaan tanaman kehutanan ini masih memberikan gambaran yang layak pada tingkat suku bunga tersebut untuk masing-masing pola pengusahaan.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi Sebagai Unit Usaha Mandiri adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2009
ABDULLAH PAUZI ASAGAP NRP E24103087
Judul Penelitian
: Analisis Kelayakan Pengusahaan Tanaman Kehutanan di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi Sebagai Unit Usaha Mandiri
Nama
: Abdullah Pauzi Asagap
Nrp
: E24103087
Departemen
: Hasil Hutan
Fakultas
: Kehutanan
Menyetujui : Dosen Pembimbing Ketua,
Anggota,
Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS NIP. 131 671 598
Taufik Ismina, S.T NPP. 9238
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta Barat, DKI Jakarta pada tanggal 2 Februari 1985 sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan H. Romlih dan Hj. Rohilah. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis, yaitu di Madrasah Ibtidaiyah Da il Khairaat Kalideres, Jakarta Barat tahun 1991-1997. Kemudian penulis melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Da il Khairaat Kalideres, Jakarta Barat
tahun
1997-2000.
Pada
tahun
2000-2003,
penulis
melanjutkan
pendidikannya ke Sekolah Menengah Umum Negeri 84 Kalideres, Jakarta Barat. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Tahun 2005 penulis mengambil Sub-Program Studi Pemanenan Hasil Hutan dan pada tahun 2006 memilih Analisis Pemanenan sebagai bidang keahlian. Dalam bidang akademik, penulis telah mengikuti beberapa praktek lapang antara lain : Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada bulan Juli Agustus 2006 di Getas, Baturraden, Cilacap, dan di Pulau Nusakambangan. Pada bulan Februari
April 2006, penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di
IUPHHK Sarmiento Parakantja Timber (Sarpatim), Sampit, Kalimantan Tengah. Penulis juga pernah aktif dalam organisasi kampus baik internal maupun eksternal. Organisasi internal kampus yang pernah diikuti adalah Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan) tahun 2003-2005. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dalam bidang Analisis Pemanenan dengan judul penelitian Analisis Kelayakan Pengusahaan Tanaman Kehutanan di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi Sebagai Unit Usaha Mandiri di bawah bimbingan Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS dan Taufik Ismina, S.T.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat, karunia, dan ridho-Nya karena penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS dan Bapak Taufik Ismina, S.T selaku dosen pembimbing yang telah memberi bantuan, arahan, bimbingan, dan dukungan selama penelitian sampai penulisan skripsi ini selesai beserta Ibu Ir. Oemijati Rachmatsjah, MS dan Bapak Dr. Ir. Agus Prijono Kartono, M.Si yang telah memberikan wawasan kepada penulis. 2. Ayah tercinta H. Romlih, Ibu tersayang Hj. Rohilah, Kakak tercinta Siti Nur Azizah, S.SI beserta suami Endin Syahrudin, S.SI, Adik tercinta Rifkah Nur Farhah dan Azka Fauzanil Haq beserta keluarga di Jakarta atas kasih sayang, doa, dukungan dan bantuan baik spiritual maupun material. 3. Bapak Muslim selaku pembimbing lapangan di PT. Widyamita Insan Madani atas bantuannya selama penelitian. 4. Kelompok Usaha Nilam IPB khususnya Mujahid Nainggolan, S.Hut dan Adam Bahtiar, S.Hut sebagai rekan satu profesi serta teman-teman THH 40 atas bantuan dan semangat yang telah diberikan. 5. Sahabat-sahabat Vilbad terbaik dan terhebat yang selalu memberi semangat serta bantuan. 6. Keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat. Bogor, Juli 2009 Penulis
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................... i DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Tujuan..................................................................................................... 3 1.3 Manfaat................................................................................................... 4 1.4 Hipotesa .................................................................................................. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kelayakan ................................................................................. 5 2.2 Penggunaan dan Pemanfaatan Lahan ....................................................... 9 2.3 Jalur Hijau .............................................................................................. 11 2.4 Dinamika Tegakan .................................................................................. 13 2.5 Prospek Jenis-jenis Tanaman di Tol Jagorawi.......................................... 13 2.6 Pemanenan Berdasarkan Estetika ............................................................ 20 2.7 Unit Usaha Mandiri ................................................................................. 23 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................. 25 3.2 Jenis Data................................................................................................ 25 3.3 Bahan dan Alat........................................................................................ 26 3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 26 3.5 Skenario Pengaturan Tanaman ................................................................ 27 3.6 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 27 BAB IV INFORMASI UMUM JALAN TOL JAGORAWI 4.1 Sejarah Jalan Tol Jagorawi ...................................................................... 32 4.2 Lingkungan Fisik dan Kimia ................................................................... 34 4.3 Lingkungan Biologi ................................................................................ 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis dan Keadaan Tanaman.................................................................... 37
ii
5.2 Keadaan Pengelolaan Tanaman ............................................................... 40 5.3 Penggunaan Lahan di Tol Jagorawi ......................................................... 46 5.4 Analisa Persepsi Pengguna Jalan Mengenai Pengusahaan Tanaman Kehutanan di daerah Milik Jalan Tol Jagorawi ........................................ 48 5.5 Perencanaan Lokasi dan Kegiatan serta Proyeksi Produksi Pengusahaan Tanaman Kehutanan................................................................................ 53 5.5.1 Alokasi Lahan Pengusahaan Tanaman Kehutanan............................ 53 5.5.2 Perencanaan Kegiatan Pengusahaan Tanaman Kehutanan ................ 54 5.5.3 Proyeksi Produksi Pengusahaan Tanaman Kehutanan ...................... 65 5.6 Perencanaan Organisasi dan Tenaga Kerja .............................................. 75 5.6.1 Struktur Organisasi .......................................................................... 75 5.6.2 Tenaga Kerja ................................................................................... 76 5.7 Analisa Biaya dan Penghasilan Pengusahaan Tanaman Kehutanan .......... 76 5.7.1 Analisa Biaya Pengusahaan Tanaman Kehutanan ............................ 76 5.7.2 Analisa Penghasilan Pengusahaan Tanaman Kehutanan ................... 81 5.8 Analisa Laba/Rugi dan Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan ....... 83 5.8.1 Analisa Laba/Rugi Pengusahaan Tanaman Kehutanan .................... 83 5.8.2 Analisa Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan....................... 85 5.9 Analisa Kepekaan Pengusahaan Tanaman Kehutanan ............................. 88 5.9.1 Kepekaan Terhadap Perubahan Biaya Pengusahaan ......................... 89 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 91 6.2 Saran....................................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 93 LAMPIRAN ................................................................................................ 97
iii
DAFTAR TABEL No
Halaman
1.
Kriteria Kelayakan Finansial dengan Analisis Arus Uang Berdiskonto ..... 7
2.
Jenis-jenis Tanaman Penyerap Karbon Dioksida ...................................... 12
3.
Jenis-jenis Tanaman yang Dianjurkan untuk Kayu Bakar ......................... 18
4.
Jenis-jenis Pohon dan Tanaman Hias di Jalan Tol Jagorawi ...................... 35
5.
Jenis-jenis Tanaman Kehutanan di Tol Jagorawi ...................................... 37
6.
Jenis-jenis Tanaman Penghias di Tol Jagorawi ......................................... 38
7.
Jenis-jenis Tanaman yang dapat Diperdagangkan ..................................... 40
8.
Jenis-jenis Tanaman yang Ditanam oleh Departemen Kehutanan ............. 41
9.
Jenis-jenis Tanaman yang Ditanam oleh Pemda/Instansi Swasta .............. 42
10. Jenis-jenis Tanaman yang Ditanam oleh CV. Gumelar Persada ................ 43 11. Jenis-jenis Tanaman yang Ditanam oleh PT. Widyamita .......................... 44 12. Jenis-jenis Tanaman Kehutanan yang Ditanam oleh PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi............................................................................... 45 13. Jenis-jenis Tanaman Penghias yang Ditanam oleh PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi ............................................................................... 46 14. Persentase Pengguna Lahan Jalur Hijau di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi................................................................................................... 47 15. Jenis-jenis Tanaman Penghias .................................................................. 57 16. Jenis-jenis Tanaman Penyerap Karbon Dioksida ...................................... 58 17. Proporsi Penggunaan Lahan Jenis-jenis Tanaman Kehutanan dan Tanaman Penghias Skenario 1 .................................................................. 58 18. Proporsi Penggunaan Lahan Jenis-jenis Tanaman Kehutanan dan Tanaman Penghias Skenario 2 .................................................................. 61 19. Proporsi Penggunaan Lahan Jenis-jenis Tanaman Kehutanan dan Tanaman Penghias Skenario 3 .................................................................. 63 20. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Jati ........................................................... 65 21. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Pinus ........................................................ 67 22. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Meranti .................................................... 68 23. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Mahoni..................................................... 70 24. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Sengon ..................................................... 71 25. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Akasia ...................................................... 73 26. Perkiraan Penghasilan Setiap Jenis Tanaman Perhektar ............................ 81
iv
27. Harga Kayu di Klender, Jakarta Timur ..................................................... 81 28. Hasil Analisa Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan pada Tingkat Suku Bunga yang Berlaku (14%) ............................................... 86 29. Hasil Analisa Kepekaan Pengusahaan Tanaman Kehutanan pada Tingkat Suku Bunga yang Berlaku (14%) ................................................ 89
v
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1.
Model Pemanenan Berdasarkan Estetika .................................................. 23
2.
Persentase Pandangan Terhadap Adanya Jalur Hijau di Jalan Tol Jagorawi................................................................................................... 49
3.
Persentase Dampak Positif yang Diperoleh dengan Adanya Jalur Hijau di Jalan Tol Jagorawi ............................................................................... 49
4.
Persentase Lebar Jalur Hijau yang Dianggap Memadai ............................ 50
5.
Persentase Jenis-jenis Tanaman Kehutanan yang Paling Disukai .............. 51
6.
Persentase Penataan dan Pengaturan Tanaman ......................................... 52
7.
Persentase Model Sketsa Pemanenan Tanaman Kehutanan....................... 53
8.
Sistem Penanaman Pengusahaan Tanaman Kehutanan ............................. 64
9.
Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Jati di KM 10+200 (B) ........................... 66
10. Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Pinus di KM 43+600 (B)........................ 68 11. Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Meranti di Hutan Penelitian Dramaga Petak 53 ................................................................................................... 70 12. Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Mahoni di KM 21+200 (B) .................... 71 13. Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Sengon di KM 18+600 (A) .................... 73 14. Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Akasia di KM 15+800 (A) ..................... 74 15. Rancangan Struktur Organisasi Pengusahaan Tanaman Kehutanan di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi .......................................................... 75
vi
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1.
Peta Jalan Tol Jagorawi .......................................................................... 98
2.
Data Pohon dan Tanaman Pelindung/Penghijauan di Jalan Tol Jagorawi .......................................................................................... 99
3.
Jenis-jenis Tanaman yang ditanam oleh CV. Gumelar Persada............... 100
4.
Jenis-jenis Tanaman yang ditanam oleh PT. Widyamita ......................... 103
5.
Jenis-Jenis Tanaman yang Ditanam oleh PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi ................................................................................................ 104
6.
Model Sketsa Pemanenan Tanaman Kehutanan...................................... 105
7.
Perencanaan Kegiatan Pengusahaan Skenario 1 ..................................... 106
8.
Perencanaan Kegiatan Pengusahaan Skenario 2 ..................................... 107
9.
Perencanaan Kegiatan Pengusahaan Skenario 3 ..................................... 108
10.
Komponen Biaya Pengusahaan Tanaman Kehutanan Perhektar.............. 109
11.
Struktur Kebutuhan Biaya Skenario 1 (Dalam Ribuan Rupiah) .............. 112
12.
Struktur Kebutuhan Biaya Skenario 2 (Dalam Ribuan Rupiah) .............. 114
13.
Struktur Kebutuhan Biaya Skenario 3 (Dalam Ribuan Rupiah) .............. 116
14.
Perkiraan Penghasilan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 1 dan Skenario 3 ....................................................................................... 118
15.
Perkiraan Penghasilan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 2 .... 120
16.
Perhitungan Laba Rugi Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 1 ... 122
17.
Perhitungan Laba Rugi Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 2 ... 124
18.
Perhitungan Laba Rugi Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 3 ... 126
19.
Perhitungan Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 1 ..... 128
20.
Perhitungan Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 2 ..... 128
21.
Perhitungan Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 3 ..... 128
22.
Standar Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.48/MENHUT-II/2007............. 129
23.
Perhitungan Analisa Kepekaan Skenario 1 Jika Terjadi Penurunan Biaya Pengusahaan ................................................................................ 131
24.
Perhitungan Analisa Kepekaan Skenario 2 Jika Terjadi Penurunan Biaya Pengusahaan ................................................................................ 133
25.
Perhitungan Analisa Kepekaan Skenario 3 Jika Terjadi Penurunan Biaya Pengusahaan ................................................................................ 135
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan) adalah suatu jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain. Untuk menikmatinya, para pengguna jalan tol harus membayar sesuai tarif yang berlaku. Penetapan tarif didasarkan pada golongan kendaraan (Anonim 2007). Salah satu perusahaan yang mengelola jalan tol adalah PT. Jasa Marga. Sebagai Perusahaan jalan tol pertama di Indonesia, dengan pengalaman lebih dari 29 tahun dalam membangun dan mengoperasikan jalan tol, saat ini PT. Jasa Marga mengelola lebih dari 496 km jalan tol atau 79 % dari total jalan tol di Indonesia. Jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) adalah salah satu jalan tol yang dikelola oleh PT. Jasa Marga. Jalan tol Jagorawi merupakan jalan tol tertua di Indonesia yang dibangun sejak tahun 1972 dan mulai dioperasikan pada tahun 1978 sebagai jalan utama yang menghubungkan provinsi DKI Jakarta dengan kota Bogor dan Ciawi. Jalan tol Jagorawi merupakan jalan bebas hambatan yang membentang dari provinsi DKI Jakarta (Cawang) dan berakhir di kota Bogor dan Ciawi, Jawa Barat. Daerah milik jalan tol Jagorawi meliputi daerah manfaat jalan tol dan sejalur lahan tertentu di luar daerah manfaat jalan tol. Daerah milik jalan tol merupakan semua daerah dari pal batas berwarna kuning sebelah kiri hingga pal batas berwarna kuning sebelah kanan sedangkan daerah manfaat jalan tol adalah badan jalan tol itu sendiri (lajur jalan tol dan bahu jalan), saluran tepi jalan dan ambang pengaman. Sejalur lahan tertentu di luar daerah manfaat jalan tol Jagorawi dimanfaatkan sebagai jalur hijau (green belt). Menurut Dahlan (1992) jalur hijau di sepanjang jalan bebas hambatan merupakan salah satu bentuk hutan kota dengan tipe pengamanan. Pada jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur
2
tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap zat pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. Adapun menurut Sari et. al. (2004) beberapa jenis tanaman yang ditanam pada jalur hijau tol Jagorawi sebagai tanaman penghijauan yang berfungsi untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor antara lain Akasia mangium (Acacia mangium), Akasia auriculiformis (Acacia auriculiformis), Kayu manis (Cinnamommum sp.), Gmelina (Gmelina arborea), Saga (Adenanthera pavoniana) dan Sengon (Paraserianthes falcataria), yang ditanam pada tahun 1997/1998. Selain fungsi-fungsi tersebut, tanaman penghijauan yang ditanam pada jalur hijau tol Jagorawi juga mempunyai fungsi estetika yang diharapkan dapat memberikan suasana kontras terhadap pandangan pemakai jalan tol sehingga tidak menimbulkan kejenuhan pada saat mengemudi di jalan tol. Selama ini lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi khususnya pada jalur hijau ditanami rumput, tanaman pisang, tanaman singkong, bambu dan jenis-jenis tanaman penghijauan lainnya yang dapat menghasilkan fungsi-fungsi yang telah dikemukakan sebelumnya. Padahal lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi juga dapat dimanfaatkan untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman kehutanan yang dapat menghasilkan kayu dan mempunyai nilai ekonomi atau nilai komersial yang cukup tinggi. Selain itu juga beberapa jenis tanaman penghijauan yang telah ditanam pada jalur hijau tol Jagorawi pada hakekatnya termasuk dalam jenis-jenis tanaman kehutanan yang cepat tumbuh, mempunyai nilai ekonomi atau nilai komersial yang cukup tinggi dan kayunya dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan seperti bubur kertas (pulp) dan kertas, bahan konstruksi ringan, mebel, papan partikel dan sebagainya. Melihat kenyataan di atas rasanya cukup rasional jika lahan di sepanjang daerah milik jalan tol Jagorawi dimanfaatkan untuk pengusahaan tanaman kehutanan dengan tujuan kayu-kayu yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan
3
pasokan (supply) kayu untuk masyarakat baik industri maupun rumah tangga. Selain itu juga dapat menjadi salah satu sumber pendapatan bagi pengelola jalan tol Jagorawi sebagai dana untuk membiayai pengelolaan lahan dalam rangka pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi sehingga dalam pengelolaan lahan tersebut tidak diperlukan alokasi dana dari pendapatan tarif tol. Jika tujuan-tujuan tersebut nantinya dapat direalisasikan maka pihak pengelola jalan tol Jagorawi dapat membentuk suatu unit usaha mandiri yang berfungsi sebagai pengelola pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi. Dengan demikian, dalam upaya meningkatkan kegunaan lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi perlu adanya suatu penelitian mengenai
Analisis
Kelayakan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi Sebagai Unit Usaha Mandiri dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu aspek finansial pengusahaan tanaman kehutanan sebagai unit usaha mandiri, aspek pemilihan dan pengelolaan jenis-jenis tanaman kehutanan, aspek penataan areal
dan
teknis
pemanenan
berdasarkan
estetika
serta
aspek
sosial
kemasyarakatan tanpa mengabaikan fungsi-fungsi dari lahan itu sendiri khususnya jalur hijau antara lain fungsi ekologi, fungsi pengamanan dan fungsi estetika sehingga kegunaan lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi dapat dimanfaatkan secara maksimal dan kontinu. 1.2 Tujuan 1.
Mengetahui tingkat kelayakan pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi sebagai unit usaha mandiri dengan menggunakan kriteria Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR).
2.
Mengetahui persepsi pengguna jalan tol Jagorawi mengenai pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi.
3.
Menentukan pola-pola pengusahaan dan jenis-jenis tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi.
4.
Menentukan penataan areal dan teknik pemanenan tanaman kehutanan di sekitar daerah milik jalan tol Jagorawi.
4
1.3 Manfaat Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi dalam memanfaatkan lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi dan juga diharapkan dapat dikembangkan dalam pemanfaatan lahan di daerah milik jalan tol lainnya yang dikelola oleh PT. Jasa Marga dengan melibatkan berbagai stakeholders baik dari pihak PT. Jasa Marga, akademisi, pengguna jalan tol maupun masyarakat yang berada di sekitar daerah milik jalan tol. 1.4 Hipotesa Dengan analisis Arus Uang Berdiskonto (Discounted Cash Flow), pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi layak untuk diusahakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Analisis Kelayakan Arti kelayakan pada kegiatan mengkaji kelayakan suatu gagasan dikaitkan
dengan kemungkinan tingkat keberhasilan dari tujuan yang hendak diraih. Bila gagasan tersebut adalah investasi dalam pembangunan proyek berupa fasilitas produksi baru, maka untuk menilai kelayakannya perlu dilakukan serangkaian kegiatan mulai dari mengembangkan, menganalisa, dan menyaring prakarsa atau gagasan yang timbul sampai kepada menelusuri berbagai aspek proyek serta unit usaha hasil proyek. Gagasan ini dapat pula berupa tanggapan atas situasi yang disebabkan oleh desakan untuk meningkatkan fasilitas yang tersedia. Pengkajian tersebut bersifat menyeluruh dan berusaha menyoroti segala aspek kelayakan proyek atau investasi. Inilah yang dikenal sebagai studi kelayakan. Di samping sifatnya yang menyeluruh, studi kelayakan juga harus dapat menyuguhkan hasil analisis secara kuantitatif tentang manfaat yang akan diperoleh dibandingkan dengan sumber daya yang diperlukan. Kriteria kelayakan berkaitan erat dengan keberhasilan, selain itu juga kriteria kelayakan juga tergantung pada jenis proyek yang akan diusahakan. Semakin besar proyek, semakin besar dana yang akan ditanam, sehingga semakin luas jangkauan dan semakin dalam sifat pengkajiaannya. Tingkat keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari aspek finansial dan ekonomi. Hal ini bukan berarti mengabaikan pengkajian aspek
lainnya
seperti pemasaran,
teknik dan
engineering, dampak lingkungan, dan lain-lain. Aspek-aspek tersebut juga perlu dilihat karena memberi masukan penting kepada masalah finansial dan ekonomi proyek investasi (Soeharto 2001). Di dalam kata keteknikan (engineering) terkandung hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan matematik dan ilmu pengetahuan alam yang diperoleh dari penelitian, pengalaman maupun praktek sehari-hari yang dengan pertimbangan masak diterapkan untuk pemanfaatan sumberdaya secara ekonomis untuk kesejahteraan umat manusia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di dalam pemanfaatan sumberdaya untuk kesejahteraan umat manusia, maka perhatian
6
terhadap masalah teknis disejajarkan dengan masalah-masalah ekonomis. Dengan demikian masalah-masalah ekonomis perlu dipertimbangkan pula dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masalah-masalah teknis (Nugroho 2005). Menurut Darusman (1981) untuk menilai suatu proyek terdapat berbagai macam cara, tetapi yang paling banyak digunakan untuk penilaian jangka panjang adalah analisis Arus Uang Berdiskonto (Discounted Cash Flow), yaitu suatu metode pengukuran biaya dan manfaat proyek yang memperhatikan pengaruh waktu secara menyeluruh dengan cara mendiskonto semua biaya dan manfaat yang dianalisis. Ciri-ciri pokok Arus Uang Berdiskonto adalah direncanakan untuk menilai harga suatu proyek dengan memperhitungkan waktu kejadian (timing) dan besarnya cash flow. Istilah cash flow diartikan sebagai arus pembayaran tunai kepada suatu usaha. Biaya dipandang sebagai suatu cash flow negative, sedangkan penerimaan sebagai cash flow positif. Satu asumsi kunci ialah bahwa uang yang ada sekarang ini lebih berharga dari jumlah uang yang sama di masa yang akan datang. Nilai uang di masa mendatang yang dihitung dengan bunga ialah nilai uang yang telah diper anak an dan proses perhitungannya disebut pemajemukan (compounding). Tarif penukaran untuk mengkonversi nilai masa depan ke nilai kini disebut suku bunga diskon (discount rate) sedangkan proses mengkonversi disebut dengan discounting. Analisis Arus Uang Berdiskonto yang sering digunakan yaitu : 1. Nilai Kini Bersih (Net Present Value
NPV), yang didapat dengan
mendiskonto semua biaya dan penerimaan pada tingkat diskonto tertentu dan kemudian hasil diskonto pendapatan dikurangi hasil diskonto biaya. Suatu proyek dikatakan berguna atau dapat diterima apabila proyek tersebut mempunyai NPV bernilai positif. 2. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return
IRR), yaitu tingkat
diskonto yang menyebabkan jumlah hasil diskonto penerimaan sama dengan hasil diskonto biaya. Suatu proyek dikatakan berguna atau dapat diterima
7
apabila proyek tersebut mempunyai IRR lebih besar daripada suku bunga yang berlaku saat itu. 3. Rasio Manfaat-Biaya (Benefit Cost Ratio- BCR), yang didapat dengan membagi jumlah hasil diskonto penerimaan dengan jumlah hasil diskonto biaya. Suatu proyek dikatakan berguna atau dapat diterima apabila proyek tersebut mempunyai BCR bernilai lebih dari satu. Kriteria kelayakan finansial dengan analisis arus uang berdiskonto ini dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Kriteria Kelayakan Finansial dengan Analisis Arus Uang Berdiskonto No. Komponen DCF Nilai Kelayakan 0 layak 1. NPV <0 tidak layak suku bunga bank layak 2. IRR < suku bunga bank tidak layak 1 layak 3. BCR <1 tidak layak Nilai BCR dan IRR akan menentukan tingkat efisiensi suatu proyek dalam menggunakan sejumlah sumberdaya. Makin besar nilai BCR dan IRR berarti penggunaan sumberdaya makin efisien, sedangkan NPV adalah ukuran absolut yang ditentukan oleh umur dan besarnya ukuran proyek. Oleh karena itu, NPV tidak mengukur efisiensi dalam menggunakan sumberdaya tetapi jika terdapat sejumlah modal yang cukup pada suku bunga tertentu biasanya akan dipilih proyek yang mendapat NPV sebesar-besarnya. Menurut Nugroho (2005) teknik analisis nilai kini (present worth analysis) adalah suatu teknik analisis yang menghitung jumlah uang pada saat sekarang, umumnya pada awal investasi/proyek, dari serangkaian biaya-biaya dan manfaatmanfaat atau perbedaan antara biaya dan manfaat yang terjadi pada waktu yang akan datang. Apabila yang kita evaluasi adalah nilai kini dari biaya-biaya yang keluar (outflow) di masa akan datang selama rentang periode analisis (n) pada tingkat pengembalian minimum yang atraktif (TPMA = i%), maka kita sebut sebagai analisis nilai biaya kini (present worth of cost). Apabila yang kita evaluasi adalah nilai kini dari manfaat yang diperoleh (inflow) di masa akan datang selama
8
rentang periode analisis (n) pada tingkat pengembalian minimum yang atraktif (TPMA = i%), maka kita sebut sebagai analisis nilai manfaat kini (present worth of benefits). Sedangkan apabila yang kita evaluasi adalah nilai kini dari perbedaan/selisih manfaat dan biaya, maka kita sebut sebagai analisis nilai manfaat bersih kini (present worth of net benefits = NPW atau juga dikenal sebagai net present value = NPV). Secara umum tingkat pengembalian dapat diartikan sebagai besarnya imbalan yang dapat diberikan atas suatu dana yang ditanamkan untuk suatu kegiatan hingga seluruh dana tersebut kembali seluruhnya. Imbalan tersebut biasanya dalam persen (%). Sementara dana yang ditanamkan untuk suatu kegiatan tidak saja meliputi dana untuk investasi pada suatu usaha yang menghasilkan pemasukan (inflow), tetapi bisa juga berupa uang/dana yang dipinjamkan kepada seseorang (individu) atau suatu perusahaan (firm) atau yang didepositokan kepada seseorang, bank atau lembaga keuangan lainnya. Namun demikian, tidak berarti bahwa tingkat pengembalian tersebut merupakan imbalan persatuan waktu tertentu (misal tahun, bulan, dan lain sebagainya) atas dana yang masih tertanam sebelum dana tersebut kembali sebelumnya (Nugroho 2005). Menurut Nugroho (2005) analisis rasio manfaat-biaya (RMB) pada dasarnya akan membandingkan antara manfaat yang diperoleh dari suatu investasi dengan biaya-biaya
yang
dikeluarkan
untuk
menjalankan
investasi
tersebut.
Pembandingan tersebut haruslah kompatibel. Untuk itu harus didasarkan pada referensi waktu yang sesuai. Berdasarkan referensi waktu memandangnya, perolehan manfaat dan pengeluaran biayanya dapat didasarkan pada saat ini (present), saat akan datang (future), dan dapat pula merupakan rataan tahunannya (annual equivalent). Dari ketiga kemungkinan tersebut hanya referensi waktu saat ini dan rataan tahunan yang umum digunakan, sedangkan referensi waktu saat akan datang jarang dimanfaatkan. Manfaat adalah segala sesuatu yang dapat membuat seseorang atau sekelompok orang diuntungkan (better off). Orang yang diberi sesuatu, dan karenanya kesejahteraan meningkat, maka orang tersebut diuntungkan (better off).
9
Dan orang tersebut akan merasa dirugikan (worse off), apabila sejumlah manfaat diambil darinya (Field 1994 dalam Nugroho 2001). Sedangkan menurut Mulyadi (1990) dalam Nugroho (2002) biaya adalah pengorbanan sumberdaya ekonomi yang dinyatakan dalam satuan moneter (uang), yang telah terjadi atau akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dengan demikian terdapat 4 unsur pokok dalam definisi tersebut, yaitu : 1. Biaya merupakan pengorbanan sumberdaya ekonomi. Dalam proses produksi umumnya berupa lahan, tenaga kerja, modal (tetap dan kerja) dan manajemen/ teknologi. 2. Biaya harus dapat diukur dalam satuan uang/moneter. 3. Yang telah terjadi atau potensial terjadi 4. Untuk tujuan tertentu 2.2
Penggunaan dan Pemanfaatan Lahan Secara lebih rinci lahan atau land didefinisikan sebagai suatu wilayah
permukaan bumi mencakup semua komponen biosfer yang dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfir, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang, yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Perencanaan persediaan, peruntukan, dan pemeliharaan lahan disebut tata guna lahan (FAO 1976 dalam Rakhman 2000). Menurut Basuni (2003) pola penggunaan lahan adalah cerminan aktivitas ekonomi masyarakat dalam memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pada suatu tempat dan kurun waktu tertentu. Rakhman (2000) menyatakan bahwa semua penggunaan lahan sebenarnya bersifat ekonomi dan memerlukan lahan untuk tujuan-tujuan produksi (barang dan jasa). Karena potensi lahan memberikan berbagai alternatif aktivitas ekonomi, maka setiap aktivitas ekonomi pada sebidang lahan akan mempunyai nilai opportunity cost jika lahan tersebut digunakan untuk aktivitas ekonomi lain. Tujuan penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi dua konsepsi penggunaan lahan, yaitu konsepsi penggunaan tunggal (single-use) dan konsepsi
10
penggunaan ganda (multiple-use). Konsepsi single-use digambarkan sebagai spesialisasi penggunaan lahan yang terorganisasi dan terkoordinasi untuk penggunaan tertentu, misalnya lahan subur digunakan untuk padi sawah, lahan bergelombang untuk palawija dan perkebunan, dan lahan yang kurang subur diperuntukkan bagi padang perumputan atau peternakan. Sedangkan konsepsi multiple-use digambarkan sebagai penggunaan suatu unit lahan bagi beberapa tujuan penggunaan dalam suatu waktu tertentu (Rakhman 2000). Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2004) pembangunan jalan tol di Indonesia telah menghadirkan ruang-ruang kosong di sekitarnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa lahan-lahan tersebut pada umumnya mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Hal yang paling penting dilakukan adalah adanya pedoman pemanfaatan lahan sekitar jalan tol, dengan disusunnya pedoman tersebut maka pemanfaatan lahan sekitar jalan tol sudah dapat dilakukan yang salah satu tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat
pemanfaatan
lahan sekitar
jalan tol sebagai bagian
yang
berkepentingan langsung terhadap peningkatan kesejahteraan harus dapat memberdayakan diri sendiri. Untuk melakukan hal tersebut tidak bisa dilakukan secara orang perseorangan, tetapi harus melalui penumbuhan kelembagaan masyarakat dan pengembangan jaringan kemitraan dengan pihak lain. Pedoman pemanfaatan lahan sekitar jalan tol diarahkan kepada pendekatan merancang konsep pengembangan peran stakeholders dalam hal ini peran pemerintah, pengelola, dan swasta dipandang sebagai unsur pengatur (regulator) yang perlu fleksibel dan masyarakat (community based development). Masyarakat sekitar jalan tol dipandang sebagai unsur subyek yang perlu dirumuskan pola keterlibatan serta peran sertanya beserta dukungan kebijakan perangkat hukum sehingga sejak awal dapat disediakan acuan peran aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan memelihara pemanfaatan lahan sekitar jalan tol sesuai pentahapan kemampuan perannya. Pola pendekatan yang dilakukan dalam kaitan antara permasalahan manajemen transportasi dengan berkembangnya tata guna lahan sekitar jalan tol adalah :
11
1. Pendekatan sosial dalam penataan ruang. Penyusunan peran masyarakat diarahkan pada tahapan penataan RTRWK dan lahan sekitar jalan tol, bahkan termasuk tahapan Pra/Proses/Pasca pengosongan lahan; 2. Pendekatan kelembagaan (institusi). Peranan setiap lembaga pelaku atau stakeholders (pemerintah, pengelola, lembaga adat atau masyarakat) diuraikan fungsi dan tanggung jawabnya dalam setiap aktivitas; 3. Pendekatan kebijakan hukum (law policy). Kebijakan yang telah ada dikaji untuk disusun kebutuhan lainnya agar dapat memberi rambu dan dukungan mengikat bagi tindak sosial hukum pemanfaatan lahan sekitar jalan tol. 2.3
Jalur Hijau Jalur hijau di sepanjang jalan bebas hambatan (jalan tol) berada di luar
daerah manfaat jalan, yang diharapkan dapat memberikan suasana kontras terhadap pandangan pemakai jalan tol sehingga tidak menimbulkan kejenuhan pada saat mengemudi di jalan tol tersebut. Selain itu, tanaman di tepi sepanjang jalur jalan tol, pada tempat-tempat tertentu juga berfungsi sebagai jalur penuntun, misalnya pada daerah tikungan jalan dan mendekati gerbang tol (Rachmawati 2005). Jalur hijau di tepi jalan tol selain memiliki fungsi pelindung dan fungsi estetika untuk mengurangi kejenuhan para pengendara, juga diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas dan dampak negatif dari polusi yang dihasilkan oleh kendaraan yang melintas (Permana 2006). Menurut Dahlan (1992) jalur hijau di sepanjang jalan bebas hambatan merupakan hutan dengan tipe pengamanan, yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang ke luar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. Duryatmo (2008) menyatakan jenis-jenis tanaman yang mampu menyerap karbon dioksida yang cukup banyak atau yang biasa digunakan untuk penghijauan disajikan pada Tabel 2.
12
Tabel 2. Jenis-jenis Tanaman Penyerap Karbon Dioksida No
Nama Lokal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Trembesi Cassia Kenanga Pingku Beringin Krey payung Matoa Mahoni Saga Bungur Jati Nangka Johar Sirsak Puspa Akasia Flamboyan Sawo kecik Tanjung Kembang kupu-kupu Sempur Khaya Merbau pantai Akasia Angsana Asam kranji Kembang Sapu tangan Dadap merah Rambutan Asam Kempas
Nama Ilmiah Samanea saman Cassia sp Canangium odoratum Dyxoxylum excelsum Ficus benyamina Fellicium decipiens Pometia pinnata Swettiana mahagoni Adenanthera pavoniana Lagerstroemia speciosa Tectona grandis Arthocarpus heterophyllus Cassia grandis Annona muricata Schima wallichii Acacia auriculiformis Delonix regia Manilkara kauki Mimusops elengi Bauhinia purpurea Dilenia retusa Khaya anthotheca Intsia bijuga Acacia mangium Pterocarpus indicus Pithecelobium dulce Maniltoa grandiflora Erythrina cristagalli Nephelium lappaceum Tamarindus indica Coompasia excels
Daya serap per pohon (kg/tahun) 28.488,39 5.295,47 756,59 720,49 535,90 404,83 329,76 295,73 221,18 160,14 135,27 126,51 116,25 75,29 63,31 48,68 42,20 36,19 34,29 30,95 24,24 21,90 19,25 15,19 11,12 8,48 8,26 4,55 2,19 1,49 0,20
Menurut Doelle (1985) penggunaan jalur hijau pelindung dan pertamanan dibuat untuk berlindung terhadap bising industri, perdagangan dan jalan raya yang padat karena halaman rumput yang banyak menyebabkan penyerapan bunyi yang hampir sama dengan karpet berkualitas tinggi dan karena pohon-pohon, walaupun kurang menyerap, bertindak sebagai elemen-elemen penyebar dan cenderung memperbanyak penyerapan oleh tanah pertamanan sekitar. Hanya semak-semak yang padat dan banyak daunnya dan pohon-pohon yang tinggi atau pohon-pohon
13
yang selalu berdaun hijau (untuk perlindungan di musim dingin) yang ditanam meliputi daerah yang luas akan menghasilkan reduksi bising yang berarti. Vegetasi dalam suatu kota atau pinggiran kota dalam bentuk taman, jalur hijau, kebun dan pekarangan serta hutan berfungsi sebagai paru-paru suatu kota sebab tumbuhan dapat menyediakan oksigen yang diperlukan manusia dan dapat menetralisir beberapa pencemaran udara, selain itu dapat memberikan keindahan, keasrian, serta kesegaran (Fakuara 1987). Menurut Irwan (1989) taman-taman, tepi jalan, jalan tol, jalan kereta api, bangunan umum, lahan-lahan yang terbuka, kawasan luar kota, kawasan pemukiman, kawasan perdagangan dan kawasan industri dapat dikatakan sebagai hutan kota yang merupakan bagian dari ruang terbuka hijau. 2.4
Dinamika Tegakan Menurut Vanclay (1994) dalam Aminah (2003) model pertumbuhan
tegakan adalah sebuah abstraksi alami dinamika tegakan hutan dan dapat meliputi pertumbuhan, kematian dan perubahan lain dalam struktur dan komposisi tegakan. Menurut Alder (1995) dalam Aminah (2003) perubahan yang terjadi dalam tegakan setiap periode waktu dijabarkan dalam ingrowth, upgrowth, kematian dan panen, dimana ingrowth yaitu pohon-pohon yang tumbuh ke dalam suatu kelas diameter setelah satu periode tertentu, upgrowth yaitu pohon-pohon yang keluar dari kelas diameter tertentu setelah satu periode waktu. Dalam tegakan seumur, sebuah persamaan pertumbuhan dapat diprediksikan dengan pertumbuhan diameter atau volume dalam unit pertahun seperti sebuah fungsi umur dan karakteristik lain tegakan, begitu pula sebuah persamaan hasil dapat diprediksikan dengan diameter atau total volume produksi yang dicapai dalam satu umur spesifik (Vanclay 1994 dalam Aminah 2003) 2.5
Prospek Jenis-jenis Tanaman di Tol Jagorawi Beberapa jenis-jenis tanaman di tol Jagorawi yang memiliki prospek yang
cukup baik antara lain : 1. Jati (Tectona grandis) Jati (Tectona grandis) terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi,
14
termasuk dalam famili Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India, Birma, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, Jati terdapat di beberapa daerah seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara. Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1.250-1.300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26° C. Daerahdaerah yang banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam. Kayu Jati termasuk kelas kuat I dan kelas awet II. Penyebab keawetan dalam kayu teras Jati adalah tectoquinon (2-methylanthraquinone). Kayu Jati mengandung 47,5% selulosa, 30% lignin, 14,5% pentosan, 1,4 % abu dan 0,4-1,5% silika. Kayu Jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kalangan masyarakat merasa bangga apabila tiang dan papan bangunan rumah serta perabotannya terbuat dari Jati. Berbagai konstruksi pun terbuat dari Jati seperti bantalan rel kereta api, tiang jembatan, balok dan gelagar rumah, serta kusen pintu dan jendela. Pada industri kayu lapis, Jati digunakan sebagai finir muka karena memiliki serat gambar yang indah. Dalam industri perkapalan, kayu Jati sangat cocok dipakai untuk papan kapal yang beroperasi di daerah tropis (Irwanto 2006). 2. Pinus (Pinus sp.) Tegakan Pinus merupakan salah satu jenis tumbuhan berkayu dari famili Pinaceae. Pohon Pinus merupakan jenis pohon konifer yang terkenal sebagai tumbuhan/tanaman pelopor. Jenis ini memiliki beberapa nama daerah, yaitu sala, uyeum, sulu, tusam, huyam, susugi, sigi dan pinus. Tanda- tanda lapangan dari jenis Pinus sp. adalah tajuknya berbentuk kerucut dan tinggi bisa mencapai 60 m, diameternya bisa mencapai 150 cm, batang lurus dan bulat, tidak memilin dan biasanya tidak bercabang. Daun berbentuk jarum, kulitnya agak tebal dan membentuk alur yang dalam (Samingan 1982). Menurut Tedja (1977) pohon Pinus dapat hidup subur di daerah-daerah yang berbatu-batu, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Direktorat Jendral Kehutanan (1976) mengungkapkan di Sumatera Pinus sp. merupakan jenis pohon
15
ciri khas hutan musim tengah atas (1.000-4.100 mdpl). Di Jawa pohon ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 200-2.000 mdpl dan tidak membutuhkan persyaratan tempat tumbuh yang tinggi. Walaupun demikian untuk tumbuh dengan baik dibutuhkan ketinggian tempat di atas 400 mdpl dengan curah hujan 1.500-4.000 mm per tahun. Penyebaran Pinus sp. di Indonesia meliputi daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Bali (Samingan 1982). Selain itu, menurut Sastrapradja (1982) Pinus sp. juga tumbuh secara alami di Burma, Thailand, Kamboja, Laos dan Vietnam pada ketinggian 500-2.000 mdpl. Pohon Pinus termasuk jenis kayu cepat tumbuh, yaitu riap rata-rata umur 20 tahun sebesar 18 m3 per hektar dan kemudian turun sampai 14,6 m3 pada umur 35 tahun. Berdasarkan indikator riap diperkirakan daur fisik Pinus sp. jatuh pada umur 25 tahun. Pada umur ini diameter rata-rata 42,7 cm dan tinggi 31,8 m dengan volume pohon sekitar 2,3 m3 per pohon (Soediono 1983). 3. Meranti (Shorea sp.) Meranti (Shorea sp.) adalah salah satu jenis pohon hutan penghasil kayu utama Indonesia dan merupakan komoditas penting. Sebagai anggota suku Dipterocarpaceae, Meranti mendominasi hutan hujan dataran rendah di wilayah Indonesia bagian barat, dan merupakan marga terpenting yang paling banyak dieksploitasi di kawasan hutan basah Asia. Di Kalimantan, diperkirakan 67% dari tegakan pohon yang ada adalah marga Shorea. Manfaat kayu Meranti meliputi berbagai penggunaan untuk konstruksi berat sampai konstruksi ringan. Sedangkan manfaat non-kayunya adalah sebagai penghasil damar dan biji tengkawang yang merupakan bahan penting untuk berbagai keperluan. Beberapa jenis tertentu menunjukkan manfaat sebagai obat. Karena sifatnya yang awet, kayu ini juga dimanfaatkan untuk keperluan di tempat-tempat lembab seperti untuk konstruksi rumah maupun bangunanbangunan pabrik. Meranti merupakan kelompok penting dalam perdagangan kayu dunia. Meranti menduduki urutan pertama dalam ekspor kayu gergajian dan kayu bulat
16
di Indonesia dan Malaysia. Pada tahun 1989, nilai ekspor kayu gergajian Indonesia untuk jenis Meranti sebesar US$ 301 juta. Nilai ini hampir setara dengan setengah nilai ekspor kayu gergajian nasional (48,4%). Tahun 1992, nilai ekspor kayu meranti Malaysia sebesar US$ 881 juta, yang berarti melebihi setengah nilai ekspor kayu negara tersebut (58,9%). Disamping menghasilkan kayu komersial, kelompok Meranti juga merupakan penghasil biji tengkawang yang mempunyai nilai ekonomis penting. Sejak tahun 1985 sampai 1989, ekspor biji tengkawang Indonesia mencapai volume 10.677,01 ton senilai US$ 7.439.167,75.
Sementara itu, nilai ekspor
minyak tengkawang selama tahun 1985 sampai tahun 1988 sangat berfluktuasi. Hal ini disebabkan oleh masa panen tengkawang yang sangat tergantung musim dan kondisi harga di pasaran (Sudarto 1997). Nilai ekonomis kelompok Meranti tersebut belum termasuk nilai produksi dari komponen kayu lapis (plywood), pulp, dan hasil non-kayu lainnya seperti damar, resin, bungkil, dan lain-lain. Sebagai gambaran, harga getah damar per kilogramnya adalah Rp. 8.000,-. Untuk sebuah pohon penghasil damar dengan tinggi 30 35 meter dan diameter 60-80 cm, getah yang dihasilkan perbulannya adalah 3-4 kilogram. Jika satu hektar lahan dapat ditumbuhi 200 batang pohon, maka hasil getah damar pertahunnya bisa mencapai 9,6 ton. Dengan harga getah damar Rp. 8.000,- per kilogram, maka pendapatan dari kebun damar tersebut adalah Rp. 76.800.000,- per tahun (Idoes 1998). 4. Mahoni (Swietenia sp.) Mahoni (Swietenia sp.) termasuk dalam famili Meliaceae dengan nama lokal Mahoni berdaun lebar. Pohon ini selalu hijau dengan tinggi antara 30-35 cm. Kulit berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi coklat tua, menggelembung dan mengelupas setelah tua. Daun bertandan dan menyirip yang panjangnya berkisar 35-50 cm, tersusun bergantian, halus berpasangan, 4-6 pasang tiap daun dan panjangnya berkisar 9-18 cm. Kayu Mahoni ini termasuk bahan mebel bernilai tinggi karena dekoratif dan mudah dikerjakan. Ditanam secara luas di daerah tropis dalam program reboisasi dan penghijauan. Dalam sistem agroforestry digunakan sebagai
17
tanaman naungan dan kayu bakar (Joker 2001 dalam Irwanto 2007). 5. Sengon (Paraserianthes falcataria) Sengon (Paraserianthes falcataria/albizia falcataria) termasuk famili Mimosaceae, mempunyai sebaran alami di Maluku, Irian Jaya, Malaysia, India dan Srilangka. Jenis ini telah dibudidayakan dalam bentuk hutan tanaman atau kebun rakyat di Jawa, Sumatera dan beberapa daerah lainnya. Sengon tumbuh di daerah ketinggian sampai 1.200 mdpl, pada tanah bertekstur ringan sampai berat, bereaksi masam sampai netral (pH 5-7). Kondisi iklim yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal dari jenis ini adalah curah hujan 1.500-4.000 mm/tahun, dengan jumlah bulan kering 0-3 bulan dan temperatur maksimal ± 34o C. Tergantung kepada kesuburan tanahnya, jenis yang tergolong tumbuh cepat ini dapat mencapai riap 30-45 m3/ha/tahun pada akhir daur tanaman yang lazim digunakan yaitu 8-10 tahun. Kayunya berbobot jenis 0,42-0,46, tergolong kelas awet dan kelas kuat IV-V, dapat digunakan antara lain sebagai kayu pertukangan, konstruksi ringan di bawah atap, bahan baku pulp serat pendek dan untuk pengepakan (Dinas Kehutanan Provinsi Dati I Sulawesi Selatan 1990). 6. Akasia (Acacia sp.) Acacia sp. termasuk dalam sub famili Mimosoideae, famili Leguminosae dan ordo Rosales. Pada umumnya Acacia sp. mencapai tinggi lebih dari 15 meter, kecuali pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil antara 7-10 meter. Pohon keras,
Acacia sp.
yang
tua
biasanya
berkayu
kasar, beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat
gelap sampai terang. Dapat dikemukakan pula bahwa bibit Acacia sp. yang baru berkecambah memiliki daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun. Daun ini sama dengan subfamili Mimosoideae misalnya Paraserianthes falcataria, Leucaena sp, setelah tumbuh beberapa minggu Acacia sp tidak menghasilkan lagi daun sesungguhnya tetapi tangkai daun sumbu utama setiap daun majemuk tumbuh melebar
dan berubah menjadi phyllodae atau
phyllocladus yang dikenal dengan daun semu, phyllocladus kelihatan seperti daun tumbuh umumnya. Bentuknya sederhana tulang daunnya paralel dan
18
besarnya sekitar 25 cm x 10 cm. Acacia sp.
termasuk
jenis
Legum
yang
tumbuh
cepat,
tidak
memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh jenis tanahnya. Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti: lemari, kusen pintu, dan jendela serta baik untuk bahan bakar. Tanaman Acacia sp yang berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk papan partikel yang baik. Faktor yang lain yang mendorong pengembangan jenis ini adalah sifat pertumbuhan yang cepat. Pada lahan yang baik, umur 9 tahun telah mencapai tinggi 23 meter dengan rata-rata kenaikan diameter 2-3 meter dengan hasil produksi 415 m3/ha atau rata-rata 46 m3/ha/tahun. Pada areal yang ditumbuhi alang-alang umur 13 tahun mencapai tinggi 25 meter dengan diameter ratarata 27 cm serta hasil produksi rata-rata 20 m3/ha/tahun. Kayu Acacia sp. termasuk dalam kelas kuat III-IV, berat 0,56-0,60 dengan nilai kalori rata-rata antara 4.800-4.900 k.cal/kg (Badan Litbang Departemen Kehutanan 1994 dalam Irwanto 2007). Simon (2008) menyatakan beberapa kegunaan tanaman perkayuan antara lain : 1. Untuk Kayu Bakar Untuk kayu bakar biasanya dipilih jenis-jenis yang mempunyai persyaratan cepat tumbuh, menghasilkan trubusan (tunas baru) bila dipangkas dan mempunyai nilai kalori panas yang tinggi. Pembangunan hutan rakyat ini dikaitkan dengan penyediaan bahan bakar untuk industri perusahaan genteng, batu kapur dan pembuatan arang. Jenis-jenis yang dianjurkan untuk kayu bakar terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis-jenis Tanaman yang Dianjurkan untuk Kayu Bakar No Jenis Tanaman Kalori 1 Lamtorogung (Leucanea heucocephala) 4.464 2 Akasia (Accacia auriculiformis) 4.907 3 Kaliandra (Caliandra calothyrsus) 4.617 4 Gamala (Glirisdae maculate) 4.548
19
2. Untuk Kayu Pertukangan Pemilihan jenis kayu untuk pertukangan dipilih jenis yang mempunyai nilai ekonomi, cepat tumbuh, berkualitas batang baik, produksinya tinggi dan pasarannya cukup baik, jenis-jenis yang dianjurkan adalah: a. Sengon (Pareserianthes falcataria) mempunyai riap (pertambahan tumbuh) 37,4 m3/ha/tahun dengan rotasi 5 tahun. b. Mahoni (Swietenia macrophylla) mempunyai riap 16,7 m3/ha/tahun dengan rotasi 10 tahun. c. Sonokeling (Delbergia lafifolia) mempunyai riap 16 m3/ha/tahun dengan rotasi 15 tahun. d. Jati (Tectona grandis) mempunyai riap 7,9
10,9 m3/ha/tahun dengan
rotasi 60 tahun. 3.
Untuk Bahan Baku Industri Untuk penyediaan bahan baku industri misalnya untuk kertas, pulp atau
pabrik korek api, pemilihan ini ditekankan pada nilai ekonomi, bersifat cepat tumbuh dalam berbagai kondisi lahan dan mempunyai riap tinggi. Jenis untuk bahan baku ini adalah: a. Paraserianthes falcataria mempunyai riap 37,4 m3/ha/tahun dengan rotasi 5 tahun. b. Eucalypthus deglupta mempunyai riap 24,5 m3/ha/tahun dengan rotasi 9 tahun. c. Kayu Afrika/Kayu manis (Maesopsis emenii) mempunyai riap 13,34 m3/ha/tahun dengan rotasi 15 tahun. d. Damar (Agathis larantifolia) mempunyai riap 27,4 m3/ha/tahun dengan rotasi 25 tahun. e. Pinus (Pinus merkusii) mempunyai riap 19,9 m3/ha/tahun dengan rotasi 15 tahun. 4.
Untuk Perbaikan Hydroorologi Pemilihan jenis dititikberatkan kepada jenis-jenis yang ideal dengan syarat-
syarat: a. Cepat tumbuh b. Bertajuk lebat dan dapat memberikan serasah yang banyak
20
c. Dapat tumbuh di tempat-tempat yang lahannya kritis d. Mempunyai sistem perakaran yang dalam, melebar dan kuat, sehingga mampu mengikat tanah e. Mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan f. Tahan terhadap hama penyakit g. Mampu memperbaiki tanah h. Berkemampuan menghasilkan trubusan (turunan baru) bila dipangkas Jenis-jenis untuk tujuan hydroorologi: a. Trembesi (Samanea saman) b. Akasia (Acacia auriculiformis) c. Mahoni (Swietenia marciophylla) d. Puspa (Schima noronhae) e. Asam (Tamarindus indica) f. Turi (Sesbania grandiflora) g. Kaliandra (Caliandra calothyrsus) h. Beringin (Ficus benyamina) 2.6 Pemanenan Berdasarkan Estetika Pemanenan hasil hutan merupakan puncak usaha dan kegiatan utama dalam menghasilkan kayu perdagangan atau dikenal dengan semboyan Logging is the crown of forestry . Pemanenan hasil hutan merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dari suatu industri yang mengubah pohon berdiri (standing stock) menjadi kayu bulat dan mengangkutnya ke luar hutan. Perencanaan pemanenan kayu dapat diartikan sebagai perancangan keterlibatan hutan beserta isinya, manusia/organisasi, peralatan dan dana untuk memproduksi kayu secara lestari bagi masyarakat yang membutuhkannya dan mendapatkan nilai tambah bagi perusahaan maupun bagi masyarakat lokal (sekitar hutan), regional dan nasional pada kurun waktu tertentu (Nugroho 1995) Menurut Budiaman (1996) sistem pemanenan yang baik adalah sistem pemanenan yang dapat mempertimbangkan tiga (3) syarat utama, yaitu : 1. Dapat diterima oleh masyarakat (socially acceptable) Syarat ini mencakup tiga (3) aspek utama : silvikultur, lingkungan dan politik.
21
2. Layak secara ekonomi (economically feasible) 3. memungkinkan secara fisik lapangan (physically possible) Menurut Staaf dan Wiksten (1984) faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem pemanenan adalah tujuan akhir pemanenan, volume dan total volume kayu perhektar, ukuran kayu, kondisi lapangan, standar jalan dan curah hujan. Dahlan (1992)
menyatakan bahwa
beberapa metoda
yang
dapat
dipergunakan untuk menebang pohon adalah : 1. Tumpangan (Toping) Cara ini sangat biasa dipakai untuk menebang kayu di hutan. Penebang (belandong) pertama-tama akan menentukan arah rebah. Takik rebah dan takik balas dibuat baik dengan gergaji maupun dengan kapak. Cara ini hanya dapat dilakukan di daerah yang luas dan jauh dari jalan raya, pemukiman, jalur listrik, telepon dan lain-lain. 2. Penggalan (Sectioning) Pemanjat pohon yang telah dilengkapi dengan tali pengaman yang dikaitkan ke tubuhnya kemudian memanjat pohon. Pemanjat menuju cabang pertama kemudian memotong dengan gergaji mesin atau kapak dan memotong cabang tersebut. Kemudian naik lagi dan memotong cabang yang lain dengan cara bersandar pada cabang lain yang aman. Demikian selanjutnya, pekerjaan diteruskan sampai ke atas. Pada saat tersebut, orang yang berada di tanah memotong-motong cabang dan ranting yang baru jatuh. Setelah cabang-cabang terpotong, orang yang berada di bawah mulai membereskan cabang-cabang tersebut. Kemudian pemanjat turun dan pekerjaannya digantikan oleh yang lain untuk memenggal pohon bagian demi bagian yang dimulai dari bagian atas. Bila pohon yang hendak ditebang memiliki dahan yang panjang, melintang di atas rumah, pagar, tanaman berharga dan kabel listrik, maka salah satu cara adalah dengan menggunakan tali. Pengikatan, pemotongan dan penurunan, bagian demi bagian, walaupun ketinggalan jaman, tetapi kadang-kadang merupakan jalan yang terbaik.
22
3. High-lining Cara lain yang menarik adalah high-lining. Jika pohon yang akan dipotong dikelilingi oleh benda-benda berharga yang tidak dapat disingkirkan, maka cabang dapat dipotong bagian demi bagian dan dijatuh-arahkan ke sasaran yang diinginkan. Cara ini dapat dilakukan dengan jalan menambatkan salah satu ujung tambang yang kuat pada pohon dan ujung lain di lokasi sasaran yang menjadi tempat jatuhnya bagian-bagian pohon. Tambang tersebut diusahakan mempunyai sudut kemiringan yang cukup. Tidak terlalu tajam, agar bagian pohon tidak meluncur dengan kecepatan yang sangat tinggi, namun sebaliknya tidak terlalu landai. Jika sudut kemiringan tambang terlalu landai, maka jatuhnya dahan tersebut mungkin akan terganggu, bahkan terhenti selain itu membutuhkan areal yang lebih jauh. Operasi pemindahan potongan cabang pohon ini berdasarkan gaya gravitasi. Dengan cara ini semua cabang dapat dipindahkan ke tempat lain dengan aman. Penebangan pohon dilakukan seperti pada cara penggalan. 4. Potong bawah (Bottoming) Penebangan dengan cara menumbangkannya serta pembagian batang bagian demi bagian dari ujung sampai ke pangkal merupakan dua cara standar dalam penebangan pohon. Cara lainnya yang jarang ditemui adalah potong bawah (bottoming). Teknik ini hanya dapat dilakukan bila ada satu atau lebih pohon lain yang berukuran sama atau lebih besar di dekat pohon yang akan ditebang. Dalam cara ini, tali diikatkan di sekeliling tajuk pohon yang akan ditebang ke pohon yang tidak ditebang. Pohon yang telah diikat dengan tali di sekitar puncaknya kemudian bagian pangkalnya digergaji. Bagian pangkal/bawah dari pohon dipotong dengan posisi tetap berdiri. Panjang bagian batang yang dipotong sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah pemotongan pohon diturunkan dengan cara mengulurkan tali sambil menjaga agar batang tetap tegak, kemudian sedikit demi sedikit pohon dipotong lagi. Demikian seterusnya sampai pohon habis terpotong. Menurut
Stenzel
et.
al.
(1985)
aesthetics
adalah
ilmu
yang
mempertimbangkan dalam merencanakan pemanenan hutan yang digunakan oleh masyarakat untuk rekreasi, seorang perencana berusaha untuk menggambarkan pemandangan alami yang dapat dilakukan. Areal-areal yang ditebang dapat dilihat dengan meninggalkan jalur-jalur sisa dari kayu yang belum ditebang sebagai batas
23
jalan utama yang akan dilewati oleh masyarakat atau jalan-jalan yang dapat dilewati dan areal-areal yang ditebang dapat dialokasikan sehingga kondisi topografi akan membantu perlindungan. Proses perlindungan digambarkan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Model Pemanenan Berdasarkan Estetika
Jalur yang belum ditebang harus cukup lebar untuk dijadikan penahan angin. Hal ini diperlukan untuk melintasi jalan suatu unit penebangan, unit yang direncanakan harus dekat dan tegak lurus dari persimpangan jalan. Sebagian cahaya dari jalur yang ditebang pada sisi jalan akan meningkat antara sisi jalan dari kayu yang belum ditebang dengan jalan dari kayu yang ditebang. Hal ini diperlukan untuk pemanfaatan dan bekas tebangan secara intensif. 2.6
Unit Usaha Mandiri Menurut Umar (2003) sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya
dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak layak. Mengembangkan suatu usaha merupakan jawaban dari analisis yang sifatnya strategis yang diputuskan oleh manajemen tingkat atas. Mengembangkan usaha caranya adalah bermacam-macam, misalnya : 1. Membuat perusahaan baru, yang dikenal secara umum sebagai anak perusahaan atau secara akademis sebagai SBU (Strategic Bussiness Unit),
24
dimana produk baru yang akan dibuat berada di bawah perusahaan yang baru ini. 2. Hanya membuat produk baru tetapi tidak dengan membuat perusahaan baru. Menurut Sudaryanto (1988) pada pengusahaan hutan tanaman sampai tahun tertentu secara kumulatif akan dibutuhkan sejumlah dana tanpa adanya penghasilan. Kemudian pada tahun tertentu perusahaan mulai menerima penghasilan dan selanjutnya pada tahun ke-n perusahaan telah mampu membiayai sendiri kegiatannya. Periode tersebut dapat kita sebut sebagai tahap pembangunan. Selanjutnya perusahaan mulai mampu menghasilkan keuntungan dan pada tahuntahun berikutnya keuntungannya semakin besar sampai perusahaan melaksanakan tebang akhir. Periode tersebut disebut tahap perkembangan. Setelah itu perusahaan dalam tahap pemantapan.
III. BAHAN DAN METODE 3.1
Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan penelitian adalah 4 bulan terhitung dari September -
Desember 2008 dengan rincian pengambilan data selama dua bulan dan pengolahan data selama dua bulan. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Jasa Marga Indonesia Highway Corporation cabang Jagorawi yang berlokasi di Jl. Raya Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. 3.2
Jenis Data
3.2.1 Data Primer 3.2.1.1 Data potensi fisik lapangan, meliputi : 1. Pengukuran riap tanaman yang akan dikembangkan, yaitu Jati (Tectona grandis), Pinus (Pinus sp.), Meranti (Shorea sp.), Mahoni (Swietenia sp.), Sengon (Paraserianthes falcataria), dan Akasia (Acacia sp.) serta tahun tanam tanaman. 2. Cara atau pola pemanfaatan lahan daerah milik jalan tol Jagorawi berupa kegiatan persiapan lapangan, kegiatan penanaman (pemasangan ajir, pengangkutan bibit, pembuatan lubang tanam, pemupukan dasar), serta kegiatan pemeliharaan (penyulaman,
pembuangan cabang dan tunas,
penyiangan). 3.2.2 Data Sekunder 1. Luas lahan di luar daerah manfaat jalan pada daerah milik jalan tol Jagorawi 2. Data biaya (cost), meliputi biaya kegiatan pemanfaatan lahan yaitu biaya persiapan lapangan, biaya penanaman, biaya pemeliharaan selama satu tahun. 3. Data tentang kondisi umum lokasi penelitian yang terdiri dari letak dan luas lokasi, topografi, iklim serta keadaan tanah. 4. Data-data lain yang diperkirakan untuk melengkapi data-data yang akan diperoleh seperti pencatatan dan pengutipan dari sumber-sumber pustaka yang sesuai.
26
3.3
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan Jati (Tectona
grandis) lokasi KM 10+200 (B) tahun tanam 2001, Pinus (Pinus sp.) lokasi KM 43+600 (B) tahun tanam 1980, Meranti (Shorea sp.) lokasi Hutan Penelitian Dramaga Petak 53 tahun tanam 1995, Mahoni (Swietenia sp.) lokasi KM 21+200 (B) tahun tanam 2005, Sengon (Paraserianthes falcataria) lokasi KM 18+600 (A) tahun tanam 1996 dan Akasia (Acacia sp.) lokasi KM 15+800 (A) tahun tanam 2003. Alat yang digunakan dalam penelitian ini tally sheet, meteran 30 m, pita ukur 150 cm, hagahypsometer, alat tulis, kalkulator, kamera dan seperangkat komputer. 3.4
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Observasi, yaitu pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan untuk mengetahui pertumbuhan dan kondisi fisik tanaman secara visual. Pengambilan pohon contoh dilakukan secara purposive sampling. Jumlah pohon contoh untuk masing-masing jenis, yaitu Jati (Tectona grandis) sebanyak 10 pohon, Pinus (Pinus sp.) sebanyak 9 pohon, Meranti (Shorea sp.) sebanyak 9 pohon, Mahoni (Swietenia sp.) sebanyak 10 pohon, Sengon (Paraserianthes falcataria) sebanyak 14 pohon dan Akasia (Acacia sp.) sebanyak 11 pohon. Kemudian diukur diameter setinggi dada (Dbh) dan tingginya, baik tinggi bebas cabang (TBC) maupun Tinggi total (TT). 2. Wawancara, dilakukan terhadap berbagai pihak yang terkait untuk melengkapi data dan informasi. Dalam hal ini dilakukan dengan pihak PT. Jasa Marga, pengguna jalan tol Jagorawi dan masyarakat sekitar daerah milik jalan tol Jagorawi. 3. Kuesioner, menggunakan daftar isian. Data yang diperlukan dari pengumpulan data ini adalah pandangan terhadap adanya jalur hijau, dampak positif yang
diperoleh, jenis-jenis tanaman yang paling disukai, penataan dan pengaturan tanaman dan penataan pemanenan tanaman. Responden yang digunakan adalah pengguna jalan tol Jagorawi yang berjumlah 120 orang. Jumlah yang disebar
27
sebanyak 120 kuesioner dibagi ke dalam 2 tahap, yaitu tahap 1 pada hari-hari kerja (Senin-Jum at) sebanyak 60 kuesioner dan tahap 2 pada akhir pekan (Sabtu-Minggu) sebanyak 60 kuesioner. Lokasi penyebaran kuesioner di rest area. Sebanyak 60 kuesioner disebar di rest area arah Jakarta-Bogor dan 60 kuesioner disebar di rest area arah Bogor-Jakarta. Teknik wawancara dilakukan secara langsung (tatap muka) yang dipandu oleh pewawancara. 3.5
Skenario Pengaturan Tanaman Skenario pengaturan tanaman kehutanan yang dilakukan pada penelitian ini
sebagai berikut : 1. Skenario 1 : Manajemen tanaman dengan komposisi 80% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 20% lahan ditanami dengan tanaman penghias serta menganalisis keragaan finansialnya. 2. Skenario 2 : Manajemen tanaman dengan komposisi 60% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 20% lahan ditanami dengan tanaman penghias serta menganalisis keragaan finansialnya. 3. Skenario 3 : Manajemen tanaman dengan komposisi 80% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan tanpa tanaman penghias serta menganalisis keragaan finansialnya. 3.6
Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Perhitungan Dinamika Tanaman Perhitungan dinamika tanaman pada penelitian ini menggunakan riap MAI (Mean Annual Increament) atau riap rata-rata tahunan dengan pendekatan tahun tanam dengan rumus sebagai berikut :
MAI =
V(t) t1 − t 2
Keterangan : MAI
: riap volume rata-rata tahunan (m3/pohon/th)
V(t)
: volume rata-rata tegakan pada tahun tanam t (m3/pohon)
t1
: tahun dilakukannya pengukuran
t2
: tahun tanam
28
3.6.2
Perhitungan Analisa Kelayakan Secara umum tahapan analisia kelayakan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan umur/lamanya usaha. Penentuan umur/lamanya usaha dalam penelitian ini didasarkan pada daur finansial terpanjang tanaman komersial. 2. Menentukan suku bunga. Suku bunga dipakai untuk menentukan nilai kini dari biaya dan manfaat. Tingkat suku bunga yang dipergunakan dalam penelitian ini didasarkan pada tingkat biaya investasi jangka panjang yang diberikan oleh bank, yaitu 14%. 3. Identifikasi komponen biaya dan manfaat. Komponen biaya dan manfaat dari kegiatan pengelolaan lahan. Komponen-komponen biaya antara lain : 1. Biaya penyiapan lahan 2. Biaya penanaman 3. Biaya pemeliharaan 4. Biaya pemanenan 5. Biaya personal Komponen-komponen manfaat antara lain : 1. Harga kayu 2. Taksiran produksi kayu masing-masing daur tanaman. 4. Analisis finansial. Menentukan kelayakan pemanfaatan lahan daerah milik jalan tol Jagorawi secara finansial dengan menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut : 1. Nilai Kini Manfaat Bersih (Net Present Value
NPV/NMB)
NPV diperoleh dengan cara mendiskonto semua biaya (cost) dan manfaat (benefit) pada suku bunga tertentu, kemudian hasil diskonto pendapatan dikurangi dengan hasil diskonto biaya. Secara matematis rumus umum NPV/NMB pada tingkat bunga (i%) selama periode analisis tertentu (n), adalah : n
NMB = P(pada i%) =
∑ (B t =0
t
− C t )(1 + i) − t
29
Apabila manfaat bersih yang akan diperoleh pada masa akan datang (Bt Ct) dinyatakan sebagai nilai akan datang (F), maka secara fungsional rumus di atas dapat ditulis sebagai berikut : n
NMB = P = ∑ F(P/F, i%, t) t =0
Keterangan : i
= tingkat pengembalian minimum yang atraktif (TPMA)
t
= periode pembungaan ke-t (0
Bt
= manfaat pada akhir setiap periode pembungaan ke-t
Ct
= biaya pada akhir setiap periode pembungaan ke-t
N
= jumlah periode pembungaan selama periode analisis
F
= manfaat dan atau biaya yang terjadi pada saat akan datang
2. Rasio Manfaat
Biaya (Benefit
t
n)
Cost Ratio
BCR/RMB)
BCR diperoleh dengan cara membagi hasil diskonto pendapatan dengan diskonto pengeluaran. Apabila pendapatan disimbolkan dengan M, dan pengeluaran disimbolkan dengan B dan bila didasarkan pada referensi waktu saat ini, maka rumus untuk menentukan nilai BCR secara matematis adalah sebagai berikut : n
NKM = NKB
∑ M(1 + i) −n t =0 n
∑ B(1 + i)
n
=
−n
t =0
∑ M(P/F,i%, n) t =0 n
∑ B(P/F,i%, n) t=0
Bila didasarkan pada referensi nilai rataan tahunan (NRT), maka rumus untuk menentukan nilai BCR secara matematis adalah sebagai berikut : n
NRMT = NRBT
n
∑ NKM(A/P, i%, n) ∑ M(P/F, i%, n)(A/P, i%, n) t =0 n
∑ NKB(A/P, i%, n) t =0
=
t =0 n
∑ B(P/F, i%, n)(A/P, i%, n) t =0
Keterangan : i
= tingkat pengembalian minimum yang atraktif (TPMA)
t
= periode pembungaan ke-t (0
M
= manfaat pada akhir setiap periode pembungaan ke-t
B
= biaya pada akhir setiap periode pembungaan ke-t
n
= jumlah periode pembungaan selama periode analisis
t
n)
30
3. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return
IRR)
IRR adalah tingkat bunga yang diperoleh dari investasi yang belum tertutupi/dikembalikan oleh manfaat (benefit) yang diperoleh dari investasi tersebut atau yang masih tersisa/tertanam dalam investasi hingga seluruh manfaat dapat menutupi investasi tersebut (Nugroho 2005). Jika didasarkan pada nilai kini, maka perhitungan IRR terdapat tiga kemungkinan, yaitu : 1. NKM = NKB Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : n
n
t =0
t =0
∑ B t (1 + i) − t = ∑ C t (1 + i) − t 2. NKM
NKB = 0 atau NMB = 0
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : n
∑ (B t =0
t
− C t )(1 + i) − t = 0
3. NKM ÷ NKB = 1 Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : n
∑ B (1 + i)
−t
∑ C (1 + i)
−t
t =0 n
t =0
t
=1
t
Keterangan : i
= tingkat pengembalian minimum yang atraktif (TPMA)
t
= periode pembungaan ke-t (0
Bt
= manfaat pada akhir setiap periode pembungaan ke-t
Ct
= biaya pada akhir setiap periode pembungaan ke-t
n
= jumlah periode pembungaan selama periode analisis
t
n)
Biasanya perhitungan IRR dihitung dengan teknik interpolasi, yaitu secara coba-coba (trial and error) dengan prosedur sebagai berikut : 1. Dipilih nilai suku bunga i yang dianggap mendekati nilai IRR yang benar, lalu dihitung NPV dari arus pendapatan (benefit) dan biaya (cost) 2. Jika hasil NPV negatif, berarti nilai percobaan i terlalu tinggi, pendapatan yang akan didiskonto terlalu besar sehingga nilai sekarang (present
31
value) biaya melebihi nilai sekarang (present value) pendapatan. Jadi dipilih nilai percobaan i baru yang lebih rendah. 3. Jika sebaliknya, nilai sekarang tersebut positif, dapat diketahui bahwa nilai percobaan i terlalu rendah sehingga dipilih nilai i yang lebih tinggi. Adapun teknik interpolasi jika nilai percobaan pertama untuk suku bunga didiskonto dilambangkan dengan i sedangkan percobaan kedua dilambangkan dengan i . Nilai percobaan pertama untuk NPV positif dilambangkan dengan NPV sedangkan NPV negatif dilambangkan dengan NPV dapat dirumuskan dengan persamaan :
NPV ' IRR = i ' + (i " − i ' ) ' " NPV − NPV Keterangan : NPV
= nilai kini bersih positif
NPV
= nilai kini bersih negatif
i
= tingkat bunga yang menyebabkan NPV positif
i
= tingkat bunga yang menyebabkab NPV negatif
4. Kriteria Penilaian Finansial, menentukan kelayakan pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi berdasarkan pada kriteria nilai-nilai NPV berlaku pada saat penilaian.
0, BCR
1 dan IRR
suku bunga yang
IV. 4.1
INFORMASI UMUM JALAN TOL JAGORAWI
Sejarah Jalan Tol Jagorawi Jalan Tol Jagorawi adalah jalan tol tertua di Indonesia yang dibangun sejak
tahun tahun 1972 dan mulai dioperasikan pada tahun 1978 sebagai jalan utama yang menghubungkan provinsi DKI Jakarta dengan kota Bogor dan Ciawi. Jalan tol Jagorawi merupakan jalan bebas hambatan yang membentang dari provinsi DKI Jakarta (Cawang) dan berakhir di kota Bogor dan Ciawi, Jawa Barat dengan panjang jalan 40,8 km. Karena jalan tol Jagorawi ini menghubungkan wilayahwilayah yang strategis, maka volume lalu lintas kendaraan yang melalui jalan tol Jagorawi ini cukup padat. Jalan tol Jagorawi terdiri dari dua buah jalur yang dipisah oleh bidang median, yaitu dari arah selatan ke utara dan sebaliknya. Jalan tol Jagorawi memotong wilayah dari 28 desa, 9 desa berada di wilayah administrasi provinsi DKI Jakarta dan 19 desa lainnya berada di wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Pada perkembangannya, jalan tol Jagorawi mengalami penambahanpenambahan pintu gerbang tol. Penambahan-penambahan ini dilakukan untuk penyesuaian perkembangan jalan-jalan yang dibangun sepanjang jalan tol Jagorawi. Saat ini terdapat 9 pintu gerbang di sepanjang jalan tol Jagorawi. Pada tiap-tiap jalur terdapat tujuh buah gerbang pembayaran tol yang menandai bahwa kendaraan dapat keluar masuk jalan tol Jagorawi melalui gerbang-gerbang tersebut, yaitu gerbang tol Ramp TMII (Km,4,2) TMII (Km 5,25), Pasar Rebo (Km 7,45), Cibubur (Km 13,90), Gunung Putri (Km 24,20), Cibinong (Km 27,50), Sentul (Km 33,2), Bogor (Km 40,50) dan Ciawi (Km 44,6). Sejarah perkembangan jalan tol Jagorawi adalah sebagai berikut : 1. Jalan tol Jagorawi ruas Jakarta-Cibinong dioperasikan dengan sistem terbuka, yaitu sistem pembayaran tol yang dibayar di muka saat memasuki gerbang tol dan diresmikan pada tanggal 9 Maret 1978. Pembangunannya dilakukan oleh Ditjen Bina Marga Departemen Umum dengan kontraktor pelaksana adalah Hyundai Construction Co. Ltd dari Korea Selatan dan konsultannya adalah Supervisi Amman dan Whitney dari Amerika Serikat dan Trans Asia Eng. Associates dari Filipina. Desain disiapkan oleh Svendrup dan Oracel of Saints
33
Louis dari Amerika Serikat. Saat pelaksanaan konstruksi patok kilometer dimulai dari Ciawi ke arah Cijeruk, yang dimulai pada sta 10+000 dan diakhiri pada sta 58+000. Tanggal 24 Juni 1996 patok kilometer tersebut disesuaikan dengan mengambil titik acuan sta 0+000 berada di pusat simpang susun cawang. Gerbang tol Cibinong terletak pada patok kilometer 27+500. 2. Pada 19 April 1979 ruas Cibinong-Bogor mulai dibuka dan dioperasikan dengan sistem tol terbuka. Gerbang tol Bogor terletak pada patok kilometer 42+000. 3. Ramp Barat dan Timur TMII dioperasikan pada tanggal 19 April 1979, dengan lokasi Ramp Barat dan Timur TMII pada kilometer 4+500 dan lokasi gerbang tol TMII pada kilometer 5+000. 4. Pada Agustus 1979, sebagian ruas Bogor-Ciawi dibuka dan dioperasikan dengan sistem tol tertutup, yaitu sistem pembayaran tol dilakukan pada saat mengembalikan karcis tanda bayar tol. Lokasi gerbang tol Ciawi terletak pada kilometer 44+500. Berita acara serah terima jalan tol Jagorawi ditandatangani oleh Ditjen Bina Marga dan Direktur Utama PT. Jasa Marga (Persero) pada Januari 1981. 5. Gerbang tol Cibubur dibuka pada bulan Juni 1980 terletak pada kilometer 14+000 dan pada tahun 1977 dimodifikasi jumlah lajurnya dari 4 lajur 2 arah menjadi 6 lajur 2 arah. 6. Tambahan Ramp Barat dan Timur TMII arah selatan dioperasikan tahun 1984, termasuk penambhan gardu tol pada gerbang utama TMII sehingga berjumlah 13 gardu, yang pelaksana pembangunannya dilakukan oleh PT. Hutama Karya. 7. Jagorawi stage II dioperasikan pada bulan Mei 1985, yang dimulai dari Bogor Interchange (Km 40+500/B) sampai Gadog (47+000/Gd). Pelaksana pembangunannya dilakukan oleh PT. ICCI. 8. Gunung Putri Interchange (Km 24+000) dibuka untuk umum pada bulan Mei 1985, yang pembangunannya dilakukan oleh PT. Hutama Karya sebagai pelaksana. 9. Bulan Juli 1986, mulai dilaksanakan overlay pada sebagian ruas JakartaCibinong dengan tebal perkerasan 3-4 cm, dengan kontraktor PT. Hutama Karya sebagai pelaksana.
34
10. Bulai Mei 1988, proyek pelebaran Ramp Barat dan Timur TMII mulai dibuka untuk umum. 11. Gerbang tol Sentul dioperasikan pada bulan April 1981 yang menuju sirkuit Sentul yang terletak pada kilometer 33+200. 12. Gerbang tol Sentul dioperasikan pada tanggal 20 Juni 1986 yang terletak pada kilometer 37+000. 13. Gerbang tol Pasar Rebo 1 dioperasikan pada tanggal 6 Juli 1991 yang masih berupa gerbang keluar. Terletak pada kilometer 7+500. 14. Gerbang tol Cimaggis mulai dioperasikan pada tanggal 6 Juli 1996 dengan lokasi pada kilometer 19+700 yang hanya melayani arus lalu lintas dari Jakarta menuju Cimanggis. 15. Gerbang tol Pasar Rebo 2 mulai dioperasikan pada tanggal 3 Oktober 1996 ke arah Bogor dengan lokasi pada kilometer 7+500 berdasarkan Keppres No. 46 tahun 1996 tanggal 18 Juni 1996. 16. Gerbang tol Karanggan mulai dioperasikan pada tanggal 20 Agustus 1997 dengan lokasi pada kilometer 24+200. 4.2
Lingkungan Fisik dan Kimia Jalan tol Jagorawi memiliki topografi yang datar (kelerengan 0-2%),
berombak (kelerengan 3-8%) dan bergelombang (kelerengan 9-15%). Namun, topografinya relatif datar dari arah Jakarta dan mulai berombak dan bergelombang di wilayah yang mendekati Bogor, terutama di wilayah sekitar Citeureup hingga Cibinong. Ketinggian tempat di wilayah jalan tol Jagorawi bervariasi, dari Jakarta hingga Cibubur ketinggiannnya 20 mdpl, di sekitar Cibinong ketinggiannya 125 mdpl dan di wilayah Bogor berada pada ketinggian 250-300 mdpl. Dari arah Bogor ke Jakarta, jalan tol Jagorawi melintasi tiga buah sungai, yaitu sungai Ciliwung (Km 12) dan sungai Cikeas (Km 22 dan Km 38) yang berada di wilayah Kabupaten Bogor serta sungai Cisunter (Km 40) yang berada di wilayah provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson, jalan tol Jagorawi termasuk dalam wilayah yang memiliki iklim tipe A, yaitu mempunyai curah hujan rata-rata yang lebih besar dari 2.000 mm/tahun disertai pula dengan
35
penyebaran hujan tahunan yang cukup tinggi. Jalan tol Jagorawi yang berada di wilayah Jakarta curah hujan rata-rata sebesar 1.800 mm/tahun sedangkan di wilayah Bogor dapat mencapai 4.200 mm/tahun. Hujan yang cukup lebat terjadi pada bulan November hingga Maret. Di wilayah Cibinong sampai dengan Bogor rata-rata curah dan jumlah hari hujannya cukup tinggi mulai bulan November hingga April. Suhu udara antara Jakarta, Cibinong maupun Bogor relatif sama dan tidak terlalu bervariasi. Menurut Peta Tinjau Kabupaten Bogor (1966) dan Peta Tanah Semidetail Kabupaten Bogor (1979) pada areal jalan tol Jagorawi terdapat dua jenis tanah, yaitu sebagian jenis Latosol Merah yang terdapat di wilayah Cibinong hingga Jakarta dan sebagian jenis Latosol Coklat Kemerahan yang terdapat di wilayah sekitar Bogor hingga mendekati Cibinong (Gunung Putri). 4.3
Lingkungan Biologi Sepanjang median luar dan median dalam jalan tol Jagorawi terdapat
berbagai jenis tanaman terdiri dari jenis rumput, semak, bambu dan pohon. Beberapa jenis tanaman yang digunakan sebagai penutup tanah untuk melindungi tanah dari kemungkinan erosi adalah Centroccema pubescens, Calopogonium mucinoides dan Pueraria javanica. Jenis-jenis pohon dan tanaman hias yang berada di jalan tol Jagorawi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis-Jenis Pohon dan Tanaman Hias di Jalan Tol Jagorawi Jenis Jenis Jenis No. No. No. Pohon Tanaman Hias Tanaman Hias 1 Akasia 1 Agave 21 Kembang sapu tangan 2 Sengon 2 Akalipa 22 Kembang sepatu 3 Beringin 3 Alamanda tegak 23 Lamtana 4 Bintaro 4 Bayem Merah 24 Lily paris 5 Gmelina 5 Bougenvile 25 Nusa indah 6 Jati 6 Dadap merah 26 Oliander 7 Ketapang 7 Evorbia 27 Pagoda 8 Mahoni 8 Evodia hortensia 28 Palm bismarkia 9 Meranti 9 Excoecaria bicolor 29 Pangkas kuning 10 Mindi 10 Ficus hilli 30 Portoforoum 11 Tanjung 11 Flumbago 31 Salak 12 Trembesi 12 Golodokan 32 Soka 13 Flamboyan 13 Jarak pagar 33 Stepertya
36
Tabel 4 Lanjutan Jenis No. Pohon 14 Pinus 15 Afrika
No. 14 15 16 17 18 19
Jenis Jenis No. Tanaman Hias Tanaman Hias Kaca piring 34 Stepertya Kamboja 35 Syzium Kana 36 Syzium oleneae Kelapa sawit 37 Tabebuia argenta Kembang kupu-kupu 38 Teh-tehan Kembang merak 39 Ubi-ubian
Sumber : PT. Jasa Marga (2004)
Beberapa tanaman yang berada di luar lokasi jalan tol Jagorawi (di desa yang berbatasan dengan jalan tol) diantaranya adalah padi (sawah irigasi dan tadah hujan), ketela (singkong) dan tanaman buah-buahan. Penanaman padi dilakukan rata-rata hanya dua kali dalam setahun, terutama pada sawah tadah hujan seringkali tampak pada musim kering. Biasanya untuk mengejar waktu tanam kedua, yaitu sekitar bulan Februari, petani membakar jerami sisa panen pada penanaman pertama. Asap yang berasal dari pembakaran jerami tersebut dapat mengganggu pandangan dan konsentrasi pengemudi sehingga dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan lalu lintas (Rachmawati 2005).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Jenis dan Keadaan Tanaman Lahan di sepanjang jalan tol Jagorawi khususnya pada jalur hijau telah
ditanami berbagai jenis tanaman, baik jenis-jenis tanaman kehutanan maupun jenis-jenis tanaman penghias. Hal ini dilakukan dalam upaya peningkatan nilai estetika dan nilai lingkungan sebagai akibat adanya jalan tol Jagorawi. Berdasarkan hasil inventarisasi tanaman yang dilakukan oleh PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi pada tahun 2007, hasil inspeksi CV. Gumelar Persada tahun 2005 dan surat perjanjian pemanfaatan lahan Damija Tol Jagorawi PT. Widyamita tahun 2005 yang disajikan pada Lampiran 2, Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui bahwa jenis-jenis tanaman yang ditanam di sepanjang jalan tol Jagorawi terdapat 21 jenis tanaman terdiri dari 11 jenis tanaman kehutanan dan 10 jenis tanaman penghias. Jumlah total tanaman sebanyak 85.773. Untuk berbagai jenis tanaman kehutanan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis-jenis Tanaman Kehutanan di Tol Jagorawi No. Jenis Tanaman Jumlah Tanaman 1 Afrika 22 2 Akasia 22.620 3 Sengon 22.753 4 Beringin 350 5 Gmelina 7.642 6 Jati 125 7 Mahoni 1.877 8 Mindi 5.090 9 Meranti 1.200 10 Tanjung 1.432 11 Trembesi 100 Total 63.211 Sumber : Hasil Inventarisasi PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi (2007)
Berdasarkan Tabel 5 Jenis tanaman kehutanan yang paling dominan adalah Sengon dengan jumlah tanaman sebanyak 22.753, diikuti oleh Akasia dengan jumlah tanaman sebanyak 22.620 dan yang paling sedikit adalah Trembesi dengan jumlah tanaman sebanyak 100. Jumlah keseluruhan jenis-jenis tanaman kehutanan yang ditanam sebanyak 63.211. Sedangkan untuk jenis-jenis tanaman penghias yang ditanam di tol Jagorawi disajikan pada Tabel 6.
38
Tabel 6. Jenis-jenis Tanaman Penghias di Tol Jagorawi No. Jenis Tanaman Jumlah Tanaman 1 Dadap merah 1.084 2 Golodokan 75 3 Jarak pagar 8.053 4 Kamboja 50 5 Kelapa sawit 5 6 Kembang kupu-kupu 245 7 Salak 9.800 8 Stepertya 500 9 Syzium 750 10 Teh-tehan 2.000 Total 22.562 Sumber : Hasil Inventarisasi PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi (2007)
Dari Tabel 6 diketahui bahwa jenis tanaman penghias yang paling dominan adalah Salak dengan jumlah tanaman sebanyak 9.800, diikuti oleh Jarak pagar dengan jumlah tanaman sebanyak 8.053 dan yang paling sedikit adalah Kelapa sawit dengan jumlah tanaman sebanyak 5. Jumlah keseluruhan jenis-jenis tanaman penghias yang ditanam sebanyak 22.562. Secara keseluruhan jenis-jenis tanaman tersebut difungsikan sebagai tanaman penghijauan yang berfungsi sebagai penyerap dan penjerap zat pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.
Hal ini dinyatakan dalam hasil
penelitian Sari et. al. (2004) yang menjelaskan bahwa tanaman penghijauan yang ditanam di tepi jalan tol Jagorawi memiliki kemampuan menjerap Timbal (Pb) yang berbeda tergantung jarak tanaman dari tepi jalan tol. Jenis tanaman yang mampu mereduksi Pb paling tinggi pada kisaran jarak 0-10 m dari tepi jalan tol adalah Saga (15,99 ppm), diikuti oleh Kayu manis (12,29 ppm), Sengon (11,51 ppm), Akasia (9,47 ppm) dan Gmelina (5,89 ppm). Sedangkan pada kisaran jarak 10-20 m dari tepi jalan tol, tanaman yang mampu mereduksi Pb paling tinggi adalah Sengon (13,74 ppm) diikuti oleh Kayu manis (9,73 ppm), Saga (7,30 ppm), Akasia (5,29 ppm) dan Gmelina (3,40 ppm). Adapun fungsi lain yang dihasilkan dengan adanya jenis-jenis tanaman yang ditanam di jalur hijau tol Jagorawi adalah untuk meredam kebisingan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Doelle (1985) menyatakan bahwa penggunaan jalur hijau pelindung dan pertamanan dibuat untuk berlindung terhadap bising industri, perdagangan dan jalan raya yang padat karena halaman
39
rumput yang banyak menyebabkan penyerapan bunyi yang hampir sama dengan karpet berkualitas tinggi dan karena pohon-pohon, walaupun kurang menyerap, bertindak sebagai elemen-elemen penyebar dan cenderung memperbanyak penyerapan oleh tanah pertamanan sekitar. Hanya semak-semak yang padat dan banyak daunnya dan pohon-pohon yang tinggi atau pohon-pohon yang selalu berdaun hijau (untuk perlindungan di musim dingin) yang ditanam meliputi daerah yang luas akan menghasilkan reduksi bising yang berarti. Selain itu, berfungsi juga untuk meningkatkan nilai estetika jalur hijau yang dapat meminimalkan kejenuhan bagi pengguna jalan tol Jagorawi. Carpenter et. al. (1975) dalam Nugrahani (2005) menyatakan bahwa tanaman yang ditanam pada jalur hijau jalan dan median jalan di perkotaan dimaksudkan untuk memenuhi beberapa fungsi, antara lain fungsi untuk memperbaiki iklim mikro, yaitu menurunkan suhu, meningkatkan kelembaban udara dan menurunkan intensitas sinar matahari. Fungsi lain adalah untuk meningkatkan kualitas visual lingkungan dengan penampilan warna, tekstur dan bentuk arsitektur tanaman. Fungsi secara teknis adalah untuk mengurangi dan menurunkan tingkat pencemaran udara dengan cara menyerap polutan. Jika dianalisa lebih dalam, dari 21 jenis tanaman yang ditanam di sepanjang jalan tol Jagorawi ternyata terdapat 8 jenis tanaman yang tidak hanya mampu mereduksi zat pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor, tetapi juga mempunyai nilai komersial yang menguntungkan, yaitu Afrika, Akasia, Sengon, Gmelina, Jati, Mahoni, Meranti dan Mindi. Akasia dan Sengon termasuk dalam kelompok jenis tanaman kehutanan yang berdaur pendek ( 10 tahun) atau dapat dipanen kayunya pada umur 5-10 tahun. Sifat-sifat yang dimiliki kedua jenis tanaman ini antara lain pertumbuhannya cepat, pemeliharaannya tidak sukar (tidak memerlukan pemeliharaan khusus), serasahnya banyak dan mudah hancur sehingga mempunyai dampak yang lebih baik dalam mengembalikan kesuburan tanah, dapat tumbuh di lahan yang kurus dan telah diketahui bahwa kayu dari kedua jenis tanaman ini banyak kegunaanya sehingga mudah dipasarkan. Sedangkan Afrika, Gmelina, Jati, Mahoni, Meranti dan Mindi termasuk dalam kelompok jenis tanaman kehutanan yang berdaur panjang (>10 tahun) atau
40
dapat dipanen kayunya pada umur lebih dari 10 tahun. Meskipun pertumbuhan jenis-jenis tanaman ini relatif lambat dengan daur yang lebih lama jika dibandingkan dengan Akasia dan Sengon, tetapi kayu yang dihasilkan termasuk dalam kelompok kayu mewah sehingga mempunyai harga jual yang tinggi dan mudah dipasarkan. Selain itu juga jenis-jenis tanaman ini tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus. Jenis-jenis tanaman yang dapat diperdagangkan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis-jenis Tanaman yang dapat Diperdagangkan No. Jenis Tanaman Jumlah Tanaman 1 Afrika 22 2 Akasia 22.620 3 Sengon 22.753 4 Gmelina 7.642 5 Jati 125 6 Mahoni 1.877 7 Meranti 1.200 8 Mindi 5.090 Total 61.329 Sumber : Hasil Inventarisasi PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi (2007)
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa jenis tanaman yang paling banyak ditanam di sepanjang jalan tol Jagorawi adalah Sengon dengan jumlah tanaman sebanyak 22.753, diikuti oleh Akasia sebanyak 22.620, Gmelina sebanyak 7.642, Mindi sebanyak 5.090, Mahoni sebanyak 1.877, Meranti sebanyak 1.200, Jati sebanyak 125 dan Afrika sebanyak 22. Jumlah keseluruhan jenis-jenis tanaman kehutanan yang ditanam sebanyak 61.329. 5.2
Keadaan Pengelolaan Tanaman Sistem pengelolaan tanaman di sepanjang jalan tol Jagorawi menggunakan
pola tanam campuran dan melibatkan berbagai pihak antara lain Departemen Kehutanan, Pemda (Pemda DKI Jakarta dan Pemda Bogor) atau Instansi-instansi pemerintah/Swasta, Mitra kerja dan PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi. Jenisjenis tanaman yang ditanam oleh Departemen Kehutanan di jalur hijau tol Jagorawi disajikan pada Tabel 8.
41
Tabel 8. Jenis-jenis Tanaman yang Ditanam oleh Departemen Kehutanan Jenis Jumlah Luas Luas No. Lokasi (KM) (ha) Tanaman Tanaman (m²) 1 5+400-5+800 Jarak pagar 320 213,33 0,02 2 7+200-7+800 Jarak pagar 320 213,33 0,02 3 8+000-9+000 Jarak pagar 800 533,33 0,05 4 8+200-8+400 Jarak pagar 160 106,67 0,01 5 10+000-10+200 Jarak pagar 320 213,33 0,02 6 10+600-10+800 Jarak pagar 320 213,33 0,02 7 11+400-11+600 Jarak pagar 160 106,67 0,01 8 12+600-12+800 Jarak pagar 160 106,67 0,01 9 13+000-13+400 Jarak pagar 320 213,33 0,02 10 17+600-17+800 Jarak pagar 160 106,67 0,01 11 17+600-18+000 Jarak pagar 320 213,33 0,02 12 20+400-21+200 Jarak pagar 320 213,33 0,02 13 21+400-21+900 Jarak pagar 400 266,67 0,03 14 22+200-22+800 Jarak pagar 480 320,00 0,03 15 23+200-23+600 Jarak pagar 640 426,67 0,04 16 24+200-24+400 Jarak pagar 160 106,67 0,01 17 24+400-24+600 Jarak pagar 160 106,67 0,01 18 25+200-26+000 Jarak pagar 640 426,67 0,04 19 25+600-26+800 Jarak pagar 160 106,67 0,01 20 27+800-28+600 Jarak pagar 1.280 853,33 0,09 21 36+800-36+900 Meranti 1.200 6.000,00 0,60 Jumlah 8.800 11.066,67 1,11 Sumber : Hasil Inventarisasi PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi (2007)
Dari Tabel 8 di atas diketahui bahwa jenis tanaman yang ditanam oleh pihak Departemen Kehutanan adalah Jarak pagar sebanyak 7.600 dengan luas lahan tanam sebesar 0,51 Ha menggunakan jarak tanam 1 m x 1 m dan Meranti sebanyak 1.200 dengan luas lahan sebesar 0,60 Ha menggunakan jarak tanam 2,23 m x 2,23 m. Jenis-jenis tanaman tersebut selain sebagai tanaman penghijauan, diduga juga sebagai bahan riset pihak Departemen Kehutanan. Tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai PT. Jasa Marga cabang Jagorawi menerangkan bahwa jenis tanaman tersebut sudah banyak yang mati dan tidak dilakukan kegiatan penyulaman tanaman. Dalam hal pengelolaan tanaman tersebut, PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi hanya melakukan pemeliharaan tanaman, sedangkan untuk penyediaan bibit tanaman serta hal-hal yang terkait dengan penanaman sepenuhnya ditanggung oleh pihak Departemen Kehutanan. Untuk jenis-jenis tanaman yang ditanam oleh Pemda (Pemda DKI Jakarta dan Pemda Bogor)/Instansi Swasta disajikan pada Tabel 9.
42
Tabel 9. Jenis-jenis Tanaman yang Ditanam oleh Pemda/Instansi Swasta Lokasi Jenis Jumlah Luas Luas No. (KM) Tanaman Tanaman (m²) (ha) 1 3+867-4+900 Tanjung 382 3.483,00 0,35 Syzium 750 6.750,00 0,68 Golodokan 75 675,00 0,07 Kembang kupu-kupu 50 450,00 0,05 2 7+200-12+800 Beringin 350 3.150,00 0,32 Tanjung 1.050 9.450,00 0,95 Trembesi 100 900,00 0,09 Subtotal 2.757 24.858,00 2,49 1 3+867-4+900 Mahoni 120 1.080,00 0,11 Mahoni 300 2.700,00 0,27 2 7+200-12+800 Jati 125 1.125,00 0,11 Gmelina 1.740 15.660,00 1,57 3 14+000-23+000 Mahoni 410 3.690,00 0,37 Sengon 1.870 16.830,00 1,68 Gmelina 1.510 13.590,00 1,36 4 21+000-24+000 Mahoni 185 1.665,00 0,17 Subtotal 6.260 56.340,00 5,63 Total 9.017 81.198,00 8,12 Sumber : Hasil Inventarisasi PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi (2007)
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa jenis tanaman yang ditanam oleh Pemda/Instansi Swasta dapat dibagi menjadi dua, yaitu tanaman penghias dan tanaman kehutanan. Untuk jenis tanaman penghias antara lain Syzium, Golodokan dan Kembang kupu-kupu dengan jumlah total tanaman sebanyak 875 dengan luas lahan tanaman sebesar 0,80 ha. Untuk jenis tanaman kehutanan antara lain Tanjung sebanyak 1.432 dengan luas lahan tanam 1,30 ha, Beringin sebanyak 350 dengan luas lahan tanam 0,32 ha, Trembesi sebanyak 100 dengan luas lahan tanam 0,09 ha, Mahoni sebanyak 1.015 dengan luas lahan tanam 0,92 ha, Jati sebanyak 125 dengan luas lahan tanam 0,11 ha, Gmelina sebanyak 3.250 dengan luas lahan tanam 2,93 ha dan Sengon sebanyak 1.870 dengan luas lahan tanam 1,68 ha sehingga jumlah keseluruhan untuk jenis tanaman kehutanan sebanyak 8.142 dengan luas lahan tanam sebesar 7,35 ha. Jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m. Jumlah keseluruhan tanaman yang ditanam oleh Pemda/Instansi Swasta adalah 9.017 dengan luas lahan tanam sebesar 8,12 Ha. Secara keseluruhan jenis-jenis tanaman yang ditanam tersebut diduga mampu menyerap zat emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan juga
43
mempunyai tajuk yang rindang sehingga dapat meningkatkan nilai estetika jalur hijau tol Jagorawi. Dalam hal pengelolaan tanaman tersebut, PT. Jasa marga cabang tol Jagorawi hanya melakukan pemeliharaan tanaman, sedangkan untuk penyediaan bibit tanaman serta hal-hal yang terkait dengan penanaman sepenuhnya ditanggung oleh pihak Pemda/Instansi pemerintah/Swasta terkait. Lain halnya bagi pihak mitra kerja, PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi melakukan kerjasama pemanfaatan lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi dalam kegiatan penanaman pohon penghijauan sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati. Karena kegiatan yang dilakukan bertujuan bisnis atau investasi, maka biaya-biaya pengelolaan tanaman, mulai dari penyediaan bibit, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan sepenuhnya ditanggung oleh pihak mitra kerja. Mitra kerja yang melakukan kerjasama dengan PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi, yaitu : 1. CV. Gumelar Persada Berdasarkan hasil inspeksi terakhir yang dilakukan oleh CV. Gumelar Persada pada bulan Mei 2005 yang terdapat pada Lampiran 3, diketahui bahwa jenis-jenis tanaman yang ditanam oleh pihak CV. Gumelar Persada adalah termasuk dalam jenis yang cepat tumbuh (fast growing species) antara lain Sengon, Mindi, Akasia dan Afrika. Adapun mengenai jumlah tanaman dan tahun tanam dapat disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Jenis-jenis Tanaman yang Ditanam oleh CV. Gumelar Persada Tahun Tanam Luas No. Jenis 1999-2004 2005-2007 Subtotal 2008 (m²) (Pohon) (Pohon) (Pohon) 1 Sengon 8.390 4.303 3.185 15.878 142.902 2 Mindi 4.972 68 50 5.090 45.810 3 Akasia 16.948 2.100 19.048 171.432 4 Afrika 22 22 198 Jumlah 30.310 6.493 3.235 40.038 360.342
Luas (ha) 14,29 4,58 17,14 0,02 36,03
Sumber : Hasil Inventarisasi CV. Gumelar Persada (2005)
Pada Tabel 10 di atas menjelaskan bahwa jenis tanaman yang paling dominan ditanam oleh CV. Gumelar Persada adalah Akasia sebanyak 19.048 dengan luas lahan tanam sebesar 17,41 Ha, kemudian Sengon sebanyak 15.878 dengan luas lahan tanam sebesar 14,29 Ha, Mindi sebanyak 5.090 dengan luas
44
lahan tanam 4,58 Ha dan Afrika sebanyak 22 dengan luas lahan tanam sebesar 0,02 Ha. Jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m. Untuk jumlah keseluruhan tanaman yang ditanam oleh pihak CV. Gumelar Persada adalah 40.038 dengan luas lahan tanam sebesar 36,03 Ha. Jika jenis-jenis tanaman tersebut dikategorikan berdasarkan daur, maka jenis tanaman Akasia dan Sengon termasuk kelompok jenis tanaman yang berdaur pendek ( 10 tahun) sedangkan Mindi dan Afrika termasuk kelompok jenis tanaman yang berdaur panjang (>10 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi tanaman yang dilakukan oleh pihak CV. Gumelar Persada cukup baik, tidak hanya dari segi ekonomi dan produksi, tetapi juga dari segi ekologi yang sangat membantu PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi dalam kegiatan penghijauan di sepanjang jalan tol Jagorawi. 2. PT. Widyamita Berdasarkan surat perjanjian pemanfaatan lahan Damija Tol Jagorawi Nomor 30/SPK/AD/2005 tanggal 10 Maret 2005 menerangkan bahwa PT. Widyamita telah melakukan pemerikasaan penanaman pohon di damija tol Jagorawi sebagaimana yang terdapat pada lampiran 4. Jenis-jenis tanaman yang ditanam oleh PT. Widyamita disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Jenis-jenis Tanaman yang Ditanam oleh PT. Widyamita Tahun Jumlah Luas Luas No. Jenis Tanam Tanaman (m²) (ha) 1. Gmelina 2005 4.392 39.528,00 3,95 2. Sengon 2005 2.496 22.464,00 2,25 3. Mahoni 2005 862 7.758,00 0,78 Jumlah 7.750 69.750,00 6,98 Sumber : Hasil Inventarisasi PT. Widyamita (2005)
Pada Tabel 11 di atas menjelaskan bahwa jenis tanaman yang paling dominan ditanam oleh PT. Widyamita adalah Gmelina sebanyak 4.392 dengan luas lahan tanam sebesar 3,95 Ha, kemudian Sengon sebanyak 2.496 dengan luas lahan tanam sebesar 2,25 Ha dan Mahoni sebanyak 862 dengan luas lahan tanam 0,78 Ha. Jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m. Untuk jumlah keseluruhan tanaman yang ditanam oleh pihak PT. Widyamita adalah 7.750 dengan luas lahan tanam sebesar 6,98 Ha.
45
Jika jenis-jenis tanaman tersebut dikategorikan berdasarkan daur, maka jenis tanaman Sengon termasuk kelompok jenis tanaman yang berdaur pendek ( 10 tahun) sedangkan Gmelina dan Mahoni termasuk kelompok jenis tanaman yang berdaur panjang (>10 tahun). Hal ini pun menunjukkan bahwa kombinasi tanaman yang dilakukan oleh pihak PT. Widyamita cukup baik, tidak hanya dari segi ekonomi dan produksi, tetapi juga dari segi ekologi yang sangat membantu PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi dalam kegiatan penghijauan di sepanjang jalan tol Jagorawi. Sebagai institusi yang paling bertanggung jawab mengenai penghijauan di jalur hijau jalan tol Jagorawi, PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi juga melakukan kegiatan penanaman. Jenis-jenis tanaman yang ditanam
oleh pihak PT. Jasa
Marga cabang tol Jagorawi disajikan pada Lampiran 5. Pada Lampiran 5 dapat diketahui bahwa jenis-jenis tanaman yang ditanam oleh PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi dapat dibagi menjadi dua, yaitu jenis tanaman kehutanan dan jenis tanaman penghias. Untuk jenis-jenis tanaman kehutanan yang ditanam oleh PT. Jasa Marga cabang to Jagorawi disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Jenis-jenis Tanaman Kehutanan yang Ditanam oleh PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi Luas Lahan Jenis & Jumlah Tanaman No. Lokasi Akasia Sengon 2 Akasia Sengon m ha m2 ha 1 7+200-12+800 945 400 8.505,00 0,85 3.600,00 0,36 2 14+000-23+000 900 541 8.100,00 0,81 4.869,00 0,49 3 21+000-24+000 652 369 5.868,00 0,59 3.321,00 0,33 4 25+000-26+000 80 90 720,00 0,07 810,00 0,08 5 25+200-27+300 300 205 2.700,00 0,27 1.845,00 0,18 6 28+700-32+000 393 400 3.537,00 0,35 3.600,00 0,36 7 34+000-36+000 302 504 2.718,00 0,27 4.536,00 0,45 Jumlah 3.572 2.509 32.148,00 3,21 22.581,00 2,26 Sumber : Hasil Inventarisasi PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi (2007)
Dari Tabel 12 diketahui bahwa jenis-jenis tanaman kehutanan ditanam oleh PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi adalah Akasia sebanyak 3.572 dengan luas lahan tanam sebesar 3,21 ha dan Sengon sebanyak 2.509 dengan luas lahan tanam
46
sebesar 2,26 ha. Jarak tanam yang umumnya digunakan adalah 3 m x 3 m. Sedangkan jenis-jenis tanaman penghias disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Jenis-jenis Tanaman Penghias yang Ditanam oleh PT. Jasa Cabang Tol Jagorawi Lokasi Jenis Jumlah Luas No. (KM) Tanaman Tanaman (m²) 100 500,00 Kembang kupu-kupu 1 3+867-4+900 Kelapa sawit 5 50,00 Kamboja 50 125,00 Dadap merah 162 810,00 2 5+400-5+800 Kembang kupu-kupu 95 475,00 3 7+200-7+800 Salak 800 800,00 4 8+000-9+000 Salak 600 600,00 5 10+000-10+200 Salak 700 700,00 6 11+400-11+600 Salak 850 850,00 Dadap merah 322 1.610,00 7 12+600-12+800 Salak 1.300 1.300,00 8 21+400-21+900 Salak 500 500,00 9 23+200-23+600 Salak 2.400 2.400,00 10 25+000-25+200 Teh-tehan 2.000 1.800,00 Dadap merah 600 3.000,00 11 26+000-27+500 Stepertya 500 1.000,00 12 27+800-28+600 Salak 1.050 1.050,00 13 29+000-30+000 Salak 800 800,00 14 35+000-35+300 Jarak pagar 453 1.812,00 15 37+000-38+000 Salak 400 400,00 16 38+000-39+000 Salak 400 400,00 Total 14.087 20.982,00
Marga Luas (ha) 0,05 0,01 0,01 0,08 0,05 0,08 0,06 0,07 0,09 0,16 0,13 0,05 0,24 0,18 0,30 0,10 0,11 0,08 0,18 0,04 0,04 2,10
Sumber : Hasil Inventarisasi PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi (2007)
Pada Tabel 13 diketahui bahwa jenis-jenis tanaman penghias yang ditanam oleh PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi terdapat 9 jenis tanaman, yaitu Kembang kupu-kupu, Kelapa sawit, Kamboja, Bougenvile, Dadap merah, Salak, Teh-tehan, Stepertya dan Jarak pagar dengan jumlah keseluruhan tanaman sebanyak 14.167 dengan luas lahan tanam sebesar 2,10 Ha. 5.3
Penggunaan Lahan di Tol Jagorawi Istilah penggunaan lahan biasanya digunakan dalam pengertian penggunaan
lahan masa kini (present or current land use) oleh karena aktivitas manusia di bumi ini sama sekali tidak statis, maka perhatian seringkali ditujukan baik pada
47
perubahan-perubahan penggunaan lahan (secara kuantitatif maupun secara kualitatif). Secara garis besar penggunaan lahan di lokasi penelitian sepenuhnya digunakan sebagai jalur hijau yang mempunyai fungsi-fungsi antara lain fungsi estetika, penyerap dan penjerap emisi kendaraan bermotor, pengamanan, peredam kebisingan dan penahan angin. Pada hakekatnya jalur hijau di sepanjang jalan tol Jagorawi tidak hanya dapat digunakan untuk menghasilkan fungsi-fungsi tersebut, tetapi juga dapat menghasilkan nilai ekonomis yang sangat tinggi apabila jalur hijau di jalan tol Jagorawi ditanami dengan jenis-jenis tanaman kehutanan yang komersial seperti yang dilakukan oleh pihak mitra kerja. Adapun persentase pengguna lahan jalur hijau di daerah milik jalan tol Jagorawi dalam hal pengkayaan jenis-jenis tanaman disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Persentase Pengguna Lahan Jalur Hijau di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi Penggunaan Persentase Luas Lahan No Nama Instansi (%) 2 m Ha 1 Departemen Kehutanan* 11.066,67 1,11 1,86 2 Pemda/Instansi Pemerintah/Swasta* 81.198,00 8,12 13,58 3 CV. Gumelar Persada** 360.342,00 36,03 60,24 4 PT. Widyamita*** 69.750,00 6,98 11,67 5 PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi* 75.751,00 7,57 12,65 Jumlah 598.107,67 59,81 100,00 Sumber : * Hasil Inventarisasi PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi (2007) ** Hasil Inventarisasi CV. Gumelar Persada (2005) *** Hasil Inventarisasi PT. Widyamita (2005)
Tabel 14 di atas menginformasikan bahwa pengguna lahan terbesar di jalur hijau jalan tol Jagorawi adalah CV. Gumelar Persada seluas 36,03 Ha atau sebesar 60,24%
dari
seluruh
luas
lahan
tanam,
diikuti
oleh
Pemda/Instansi
pemerintah/Swasta seluas 8,12 Ha atau sebesar 13,58%, kemudian PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi seluas 7,57 Ha atau sebesar 12,65%, PT. Widyamita seluas 6,98 Ha atau sebesar 11,67%, dan terakhir adalah Departemen Kehutanan seluas 1,11 Ha atau sebesar 1,86%. Sebagai pengguna lahan terbesar, pihak mitra kerja melakukan pengkayaan jenis tanaman di jalur hijau tol Jagorawi dengan jenis tanaman yaitu Akasia, Sengon, Jati dan Mindi. Adapun mengenai jumlah tanaman dan luas lahan tanam
48
untuk masing-masing jenis disajikan pada Tabel 11 sebelumnya. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (2004) bahwa pembangunan jalan tol di Indonesia telah menghadirkan ruang-ruang kosong di sekitarnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa lahan-lahan tersebut pada umumnya mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Hal yang paling penting dilakukan adalah adanya pedoman pemanfaatan lahan sekitar jalan tol, dengan disusunnya pedoman tersebut maka pemanfaatan lahan sekitar jalan tol sudah dapat dilakukan yang salah satu tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat pemanfaatan lahan sekitar jalan tol sebagai bagian yang berkepentingan langsung terhadap peningkatan kesejahteraan harus dapat memberdayakan diri sendiri. Untuk melakukan hal tersebut tidak bisa dilakukan secara orang perseorangan, tetapi harus melalui penumbuhan kelembagaan masyarakat dan pengembangan jaringan kemitraan dengan pihak lain. 5.4
Analisa Persepsi Pengguna Jalan Mengenai Pengusahaan Tanaman Kehutanan di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi Pengumpulan data untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi pengguna
jalan tol Jagorawi apabila lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi dilakukan kegiatan pengusahaan tanaman kehutanan salah satunya dilakukan dengan pengisian kuesioner kepada responden. Penilaiannya bersifat subyektif, hal ini terlihat dari nilai kualitas yang berbeda untuk tiap-tiap responden. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan dan pengetahuan responden.
Berdasarkan kriteria pandangan terhadap adanya jalur hijau, sebanyak 90,00% responden memiliki pandangan yang baik terhadap adanya jalur hijau, kemudian 9,17% responden memiliki pandangan yang biasa terhadap adanya jalur hijau, dan 0,83% responden memiliki pandangan yang kurang baik terhadap adanya jalur hijau. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan jalur hijau yang ada di sepanjang jalan tol Jagorawi yang ditanami berbagai jenis tanaman mempunyai dampak yang sangat positif bagi pengguna jalan tol. Untuk lebih jelas mengenai persentase pandangan terhadap adanya jalur hijau di jalan tol Jagorawi disajikan pada Gambar 2.
49
Gambar 2 Persentase Pandangan Terhadap Adanya Jalur Hijau di Jalan Tol Jagorawi
Kemudian mengenai dampak positif yang diperoleh dengan adanya jalur hijau, sebanyak 45,95% responden berpendapat bahwa jalur hijau berperan sebagai penyerap dan penjerap emisi kendaraan, kemudian sebanyak 39,86% responden berpendapat untuk meningkatkan keindahan dan estetika, lalu sebanyak 6,76% responden berpendapat untuk mengurangi stress, kemudian sebanyak 4,05% responden berpendapat sebagai peredam kebisingan, kemudian sebanyak 1,35% responden berpendapat untuk meningkatkan pengamanan dan ada juga yang berpendapat bahwa jalur hijau di sepanjang tol Jagorawi berfungsi sebagai daerah resapan air, yaitu sebanyak 2,03%. Hal ini menunjukkan bahwa dampak positif yang dirasakan pengguna jalan tol Jagorawi cukup variatif. Untuk lebih jelas mengenai persentase dampak positif yang diperoleh dengan adanya jalur hijau di jalan tol Jagorawi disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Persentase Dampak Positif yang Diperoleh dengan Adanya Jalur Hijau di Jalan Tol Jagorawi
50
Keterangan : a = Meningkatkan keindahan dan estetika b = Meningkatkan pengamanan c = Peredam kebisingan d = Penyerap dan penjerap emisi kendaraan e = Mengurangi stress f = Sebagai daerah resapan air
Selanjutnya mengenai lebar jalur hijau yang dianggap memadai oleh responden, yaitu sebanyak 35,83% responden berpendapat selebar 20 meter, kemudian sebanyak 22,50% responden berpendapat selebar 10 meter, kemudian sebanyak 20,83% responden berpendapat selebar 30 meter, kemudian sebanyak 10,00% responden berpendapat selebar 50 meter dan sebanyak 4,17% responden berpendapat selebar >50 meter. Hal ini menunjukkan bahwa lebar jalur hijau yang memadai terdapat pada kisaran 10-30 meter, baik sebelah kiri maupun sebelah kanan dari badan jalan tol. Selain itu, responden beranggapan bahwa dengan lebar jalur hijau yang memadai diharapkan adanya penambahan jenis-jenis tanaman yang berdampak positif terhadap pengguna jalan tol sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya. Untuk lebih jelas mengenai persentase lebar jalur hijau yang dianggap memadai oleh responden disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Persentase Lebar Jalur Hijau yang Dianggap Memadai
Adapun mengenai jenis-jenis tanaman kehutanan yang paling disukai responden, yaitu Jati, Meranti, Akasia, Pinus, Mahoni dan Sengon. Secara berturut-turut persentase masing-masing jenis tanaman tersebut, yaitu untuk Jati sebanyak 13,68% responden, Meranti sebanyak 10,26% responden, Akasia sebanyak 10,83% responden, Pinus sebanyak 14,81% responden, Mahoni sebanyak 11,68% responden dan Sengon sebanyak 6,84% responden. Sedangkan untuk jenis-jenis tanaman kehutanan yang lain diantaranya Puspa sebanyak 4,84%
51
responden, Ekaliptus, Eboni dan Rasamala masing-masing sebanyak 4,27% responden, Matoa sebanyak 3,99% responden, Gmelina sebanyak 2,85% responden, Karet sebanyak 1,99% responden, Afrika sebanyak 1,71% responden, Sungkai, Sonokeling, Mindi dan Krey payung berturut-turut masing-masing sebanyak 1,14% responden, 1,42% responden, 0,28% responden, dan 0,85% responden. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan jenis tanaman kehutanan yang dominan dipilih oleh responden, yaitu Jati, Meranti, Akasia, Pinus, Mahoni dan Sengon. Hal ini diduga jenis-jenis tanaman kehutanan tersebut sudah sangat dikenal oleh responden. Kemudian ke-6 jenis tanaman kehutanan tersebut yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelas mengenai persentase jenis-jenis tanaman kehutanan yang paling disukai responden disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Persentase Jenis-jenis Tanaman Kehutanan yang Paling Disukai
Selanjutnya dalam penataan dan pengaturan tanaman, sebanyak 40% responden berpendapat bahwa penataan dan pengaturan tanaman dengan komposisi 80% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 20% lahan ditanami dengan tanaman penghias, kemudian sebanyak 22,50% responden berpendapat dengan komposisi 60% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 40% lahan ditanami dengan tanaman penghias, kemudian sebanyak 15,00% responden berpendapat dengan komposisi 100% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan, kemudian sebanyak 14,17% responden berpendapat dengan komposisi 20% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 80% lahan ditanami dengan tanaman penghias, serta sebanyak 8,33% responden berpendapat dengan komposisi 40% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 60% lahan
52
ditanami dengan tanaman penghias. Hal ini diduga bahwa responden sudah mengenal fungsi dan manfaat dari jenis-jenis tanaman kehutanan yang terdapat di jalur hijau jalan tol Jagorawi. Selain itu, pendapat responden dalam hal ini dijadikan dasar untuk merancang skenario-skenario dalam penelitian ini, yaitu komposisi 80% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 20% lahan ditanami dengan tanaman penghias dan komposisi 60% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 40% lahan ditanami dengan tanaman penghias. Untuk lebih jelas mengenai persentase penataan dan pengaturan tanaman yang paling disukai responden disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Persentase Penataan dan Pengaturan Tanaman Keterangan : a = 100% lahan ditanami tanaman kehutanan b = 80% lahan ditanami tanaman kehutanan dan 20% lahan ditanami tanaman penghias c = 60% lahan ditanami tanaman kehutanan dan 40% lahan ditanami tanaman penghias d = 40% lahan ditanami tanaman kehutanan dan 60% lahan ditanami tanaman penghias e = 20% lahan ditanami tanaman kehutanan dan 80% lahan ditanami tanaman penghias
Kemudian dalam menentukan teknik pemanenan tanaman kehutanan dirancang pula beberapa model sketsa pemanenan (Lampiran 6). Model sketsa yang paling diminati oleh responden adalah model sketsa b sebanyak 38,33% responden, kemudian sketsa c sebanyak 20,00% responden, sketsa d sebanyak 10,83% responden, sketsa a sebanyak 9,17% responden, sketsa e sebanyak 7,50% responden, sketsa f sebanyak 6,67% responden dan sebanyak 7,50% responden berpendapat tidak dilakukan kegiatan pemanenan tanaman kehutanan. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa sketsa yang paling banyak diminati oleh responden adalah sketsa b, yaitu baris pohon pertama terdekat dengan jalan tidak ditebang dan baris kedua dan ketiga pemanenan dilakukan secara berseling. Hal ini diduga bahwa pohon yang berada pada baris pertama paling berperan dalam
53
menyerap emisi yang dihasilkan dari kendaraan. Untuk lebih jelas mengenai persentase model sketsa pemanenan tanaman kehutanan yang paling diminati disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Persentase Model Sketsa Pemanenan Tanaman Kehutanan
5.5
Perencanaan
Lokasi
dan
Kegiatan
serta
Proyeksi
Produksi
Pengusahaan Tanaman Kehutanan 5.5.1 Alokasi Lahan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, alokasi lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi tidak hanya untuk ditanami berbagai jenis tanaman penghijauan, tetapi juga di lahan tersebut diperuntukan untuk pembangunan beberapa unit perkantoran, beberapa tempat istirahat (rest area) dan tempat pengisian bahan bakar. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1990 Pasal 6 Ayat 2 Tentang Jalan Tol yang menyatakan bahwa pada Jalan Tol antarkota di masing-masing jurusan setiap jarak 50 (lima puluh) kilometer tersedia sekurang-kurangnya satu tempat istirahat. Di sepanjang jalan tol Jagorawi sudah terdapat kantor pusat PT. Jasa Marga, kantor cabang Tol Jagorawi, 1 tempat istirahat di setiap jalurnya, 1 tempat istirahat yang sedang dalam proses pembangunan sehingga terdapat 3 tempat istirahat dan 1 tempat pengisian bahan bakar Advance Shell di sebelah kiri dari arah Bogor ke Jakarta. Sedangkan untuk lahan yang ditanami berbagai jenis tanaman penghijuan seluas 598.107,67 m2 atau 59,81 ha yang dibagi menjadi 2 jalur, yaitu jalur A terdapat di sebelah kiri (Jakarta-Bogor) dan jalur B terdapat di sebelah kanan (Bogor-Jakarta) jalan tol. Hasil perhitungan luas ini didasarkan
54
pada jumlah tanaman yang sudah ditanam dikalikan dengan jarak tanam masingmasing jenis tanaman. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi, untuk perbandingan luas lahan jalur A dan jalur B diperkirakan 55 % : 45 %, sehingga luas lahan di jalur A seluas 32,89 ha sedangkan luas lahan di jalur B seluas 26,92 ha. Untuk memudahkan perhitungan, luas lahan di jalur A dibulatkan menjadi 33 ha dan luas lahan di jalur B dibulatkan menjadi 27 ha sehingga luas total lahan menjadi 60 ha. 5.5.2 Perencanaan Kegiatan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Tahapan kegiatan pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi antara lain : 1. Pekerjaan persiapan, meliputi kegiatan pengukuran, dokumentasi dan perambuan (Et) 2. Pengadaan bibit (Et) 3. Penyiapan lahan dan penanaman (Et) 4. Pemeliharaan tahun berjalan pertama (Et) 5. Pemeliharaan tanaman muda dilakukan tahun ke-2 (Et+1), tahun ke-3 (Et+2) dan tahun ke-4 (Et+3). 6. Pemeliharaan lanjutan dilakukan pada saat umur tanaman mencapai 5 tahun (Et+4) dan seterusnya. 7. Penebangan dilakukan sesuai daur masing-masing tanaman. Adapun penjelasan masing-masing komponen kegiatan sebagai berikut : 1. Pekerjaan persiapan Pekerjaan persiapan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan penanaman. Kegiatan pengukuran dilakukan pembagian blok-blok tanaman. Dalam penelitian ini pembagian blok-blok tanaman disesuaikan dengan daur masing-masing tanaman dan skenario-skenario yang dirancang. Sedangkan kegiatan dokumentasi adalah kegiatan yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengukuran. Hal ini diperlukan sebagai dokumen atau arsip bagi perusahaan. Kegiatan perambuan dilakukan agar tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan
55
tol Jagorawi dan juga menandakan bahwa di sepanjang jalan tol Jagorawi terdapat kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengusahaan tanaman kehutanan. 2. Pengadaan bibit Kegiatan pengadaan bibit yang biasa dilakukan oleh PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi adalah membeli langsung dari supplier-supplier bibit. Menurut keterangan dari salah satu pegawai PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi suppliersupplier bibit berasal dari wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat. 3. Penyiapan lahan Dalam kegiatan penyiapan lahan dilakukan kegiatan pembersihan lahan tanam dan pengolahan tanah dengan cara cemplongan yaitu berbentuk piringan dengan jari-jari 0,5 meter. Setelah itu dilakukan kegiatan pemasangan ajir tanam dan pembuatan lubang tanam. Ukuran lubang tanam adalah 30cm x 30cm x 30cm. Setelah kegiatan tersebut dilakukan kegiatan penanaman. Penanaman dilakukan pada waktu yang tepat, yaitu pada musim penghujan dan diusahakan agar jangka waktu pengolahan tanah dengan saat penanaman tidak lebih dari satu bulan. Jarak tanam yang digunakan adalah 3 meter x 3 meter. 4. Pemeliharaan Yang dimaksud kegiatan pemeliharaan ialah semua upaya yang diperlukan agar tanaman muda mampu tumbuh menjadi tegakan akhir dengan tingkat pertumbuhan yang optimal. Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman antara lain : a. Penyulaman : kegiatan penyulaman dilakukan pada masa-masa awal penanaman terhadap tanaman yang mati dan tertekan. Penyulaman tanaman dilakukan maksimal dua kali selama daur yaitu 1-2 bulan setelah penanaman pada tahun pertama dan pada akhir tahun kedua selama musim penghujan. b. Penyiraman : kegiatan penyiraman tanaman dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan. Kegiatan ini dilakukan hanya sekali bersamaan dengan kegiatan penyiangan pada tahun pertama. c. Penyiangan : kegiatan penyiangan tanaman bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi gulma. Dalam pelaksanaannya diprioritaskan gulma yang sangat merugikan seperti alang-alang, rumput-rumputan dan tumbuhan liar lainnya. Kegiatan penyiangan biasanya dilakukan 3 kali pada tahun pertama
56
setelah penanaman. Kemudian 2 kali pada tahun ke-2 dan tahun ke-3 setelah itu dibiarkan tanpa penyiangan. d. Pemupukan : kegiatan pemupukan dilakukan pada saat pengolahan tanah dan pembuatan lubang tanam dengan menggunakan pupuk kandang. Setelah tanaman berumur 3-4 bulan baru diberikan pupuk kimia (anorganik). Pemberian pupuk kandang dilakukan pada akhir musim kemarau atau menjelang musim penghujan. Pemupukan dilakukan 1 tahun sekali selama jangka waktu pemeliharaan yaitu 3 tahun. e. Pendangiran : pendangiran tanaman perlu dilakukan jika pertumbuhan tanaman terhambat oleh kondisi tanah yang padat dan berdrainase jelek. Cara mendangir dilakukan dengan membuat piringan tanaman berjari-jari 0,5 m, tanahnya digemburkan memakai cangkul, sekop atau peralatan lainnya. Cara pendangiran dengan menggunakan cangkul harus hati-hati jangan terlalu dalam untuk menghindari terpotongnya akar tanaman. Pendangiran tanaman dilaksanakan bersamaan waktunya dengan kegiatan penyiangan pertama dan kedua. f. Pemangkasan : pemangkasan adalah kegiatan pembuangan cabang bagian bawah untuk memperoleh batang bebas cabang yang panjang dan bebas dari mata kayu. Kegiatan pemangkasan cabang dilakukan pada saat tanaman berumur 3 tahun dan dilakukan terus-menerus sampai tanaman mencapai umur masak tebang. Selain untuk tujuan tersebut, kegiatan pemangkasan cabang dilakukan agar cabang yang mengarah ke jalan tol dan rumah penduduk tidak mengganggu aktivitas jalan tol dan penduduk sehingga mengurangi hal-hal yang dapat membahayakan pengguna jalan dan penduduk di sekitar jalan tol Jagorawi. 5. Penebangan Penebangan dilakukan pada saat tanaman mencapai umur masak tebang dan tidak dengan cara tebang habis. Masak tebang dan luas tebangan setiap tanaman disesuaikan dengan rotasi tebang masing-masing tanaman yang akan diusahakan. Berdasarkan hasil analisa persepsi yang telah diuraikan sebelumnya dan berdasarkan hasil survey yang dilakukan bahwa jenis tanaman kehutanan yang dapat dikembangkan untuk pengusahaan di sepanjang jalan tol Jagorawi sebanyak
57
6 jenis tanaman kehutanan dan mempunyai nilai komersial, yaitu Jati, Pinus, Meranti, Mahoni, Sengon dan Akasia. Dalam penelitian ini, akan dikembangkan enam jenis tanaman kehutanan tersebut yang dikelompokkan menjadi 2, yaitu tanaman yang berdaur pendek ( 10 tahun) dan berdaur panjang (>10 tahun). Jenis Sengon dan Akasia termasuk dalam kelompok jenis tanaman kehutanan yang berdaur pendek ( 10 tahun) atau dapat dipanen kayunya pada umur 5-10 tahun. Sedangkan Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni termasuk dalam kelompok jenis tanaman kehutanan yang berdaur panjang (>10 tahun) atau dapat dipanen kayunya pada umur lebih dari 10 tahun. Selanjutnya keenam jenis tanaman tersebut akan dikembangkan berdasarkan hasil analisa persepsi dengan beberapa skenario sesuai dengan daur masingmasing tanaman. Untuk jenis Sengon dan Akasia daur yang ditetapkan selama 10 tahun sedangkan Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni selama 30 tahun. Jangka waktu pengusahaan ditetapkan 2 kali daur terpanjang, yaitu 60 tahun. 1. Skenario 1 Dalam skenario ini lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi seluas 60 ha ditanami dengan masing-masing jenis tanaman dengan komposisi 80% lahan atau seluas 48 ha ditanami dengan tanaman kehutanan dan 20% lahan atau seluas 12 ditanami dengan tanaman penghias. Adapun jenis-jenis tanaman penghias yang digunakan dalam skenario ini adalah jenis-jenis tanaman yang umumnya ditanam di daerah milik jalan tol Jagorawi yang disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Jenis-jenis Tanaman Penghias No Jenis Tanaman Nama Ilmiah 1 Beringin Ficus benyamina 2 Dadap merah Erythrina cristagalli 3 Flamboyan Delonix regia 4 Kembang kupu-kupu Bauhinia purpurea 5 Kembang sapu tangan Maniltoa grandiflora 6 Tanjung Mimusops elengi 7 Trembesi Samanea saman Sumber : PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi (2007)
Tabel 15 menunjukkan bahwa jenis-jenis tanaman penghias yang umumnya ditanam di daerah milik jalan tol Jagorawi digunakan sebagai tanaman pelindung
58
yang berfungsi untuk menyerap emisi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Duryatmo (2008) menyatakan jenis-jenis tanaman yang mampu menyerap karbon dioksida yang cukup banyak atau yang biasa digunakan untuk penghijauan disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Jenis-jenis Tanaman Penyerap Karbon Dioksida Daya Serap Per pohon No Jenis Tanaman (kg/tahun) 1 Beringin (Ficus benyamina) 535,90 2 Dadap merah (Erythrina cristagalli) 4,55 3 Flamboyan (Delonix regia) 42,20 4 Kembang kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 30,95 5 Kembang sapu tangan (Maniltoa grandiflora) 8,26 6 Tanjung (Mimusops elengi) 34,29 7 Trembesi (Samanea saman) 28.488,39 Sumber : Duryatmo (2008)
Berdasarkan Tabel 16 jenis tanaman yang paling besar meyerap karbon dioksida adalah Trembesi sebesar 28.488,39 kg/pohon/tahun, kemudian Beringin 535,90 kg/pohon/tahun dan yang paling kecil adalah Dadap merah sebsesar 4,55 kg/pohon/tahun. Jenis-jenis tanaman tersebut sudah ada di daerah milik jalan tol Jagorawi sebagaimana yang tercantum pada Tabel 4 dan Tabel 5 sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan penghijauan yang diterapkan oleh PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi sudah cukup terpenuhi. Proporsi penggunaan lahan yang dirancang pada skenario ini untuk masingmasing
jenis tanaman kehutanan
yang akan dikembangkan dan
juga
mempertimbangkan daya serap karbon dioksida yang dimiliki oleh jenis-jenis tanaman penghias disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Proporsi Penggunaan Lahan Jenis-jenis Tanaman Kehutanan dan Tanaman Penghias Skenario 1 Proporsi Luas Luas Luas Daur No Lahan Jenis Tanaman Total (ha) (ha/tahun) (tahun) (%) (ha) 30 1 Jati 15 7,20 0,24 30 2 Pinus 15 7,20 0,24 48 30 3 Meranti 15 7,20 0,24 30 4 Mahoni 15 7,20 0,24 10 5 Sengon 20 9,60 0,96
59
Tabel 17. Lanjutan No
Jenis Tanaman
6
Akasia Subtotal Trembesi Beringin Dadap merah Flamboyan Kembang kupu-kupu Kembang sapu tangan Tanjung Subtotal
1 2 3 4 5 6 7
Luas Proporsi Daur Luas Luas Total Lahan (tahun) (ha) (ha/tahun) (ha) (%) 10 20 9,60 0,96 48 100 48,00 2,88 10 25 3,00 0,30 10 25 3,00 0,30 10 10 1,20 0,12 10 10 1,20 0,12 12 10 10 1,20 0,12 10 10 1,20 0,12 10 10 1,20 0,12 100 12,00 1,20
Berdasarkan Tabel 17 proporsi penggunaan lahan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur panjang, yaitu Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masingmasing sebesar 15% atau seluas 7,2 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,24 ha sedangkan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur pendek, yaitu Sengon dan Akasia masing-masing sebesar 20% atau seluas 9,6 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,96 ha. Asumsi penetapan proporsi lahan adalah untuk menjaga keseimbangan lingkungan di sekitar jalan tol Jagorawi pada saat dilakukan kegiatan pemanenan tanaman. Adapun untuk jenis tanaman penghias, jenis Trembesi dan Beringin masing-masing sebesar 25% atau seluas 3 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,3 ha sedangkan untuk jenis Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masing-masing sebesar 10% atau seluas 1,2 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,12 ha. Asumsi penetapan proporsi lahan untuk jenis tanaman penghias adalah daya serap karbon dioksida masing-masing jenis tanaman sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya. Rencana kegiatan pengusahaan tanaman pada skenario ini khususnya untuk jenis tanaman penghias mengikuti daur tanaman yang paling pendek, yaitu 10 tahun. Hal ini diduga akan memberikan efek positif dan menjaga keseimbangan lingkungan di daerah milik jalan tol Jagorawi. Adapun rencana kegiatan pengusahaan tanaman pada skenario ini disajikan pada Lampiran 7.
60
Berdasarkan Lampiran 7 dapat dijelaskan bahwa volume kegiatan pertahun seluas 4,08 ha sampai tahun ke-10 terdiri dari Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masing-masing seluas 0,24 ha, Sengon dan Akasia masing-masing seluas 0,96 ha, Trembesi dan Beringin masing-masing seluas 0,3 ha serta Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masingmasing seluas 0,12 ha. Sedangkan pada tahun ke-11 hingga tahun ke-60 volume kegiatan seluas 2,88 ha pertahun. Volume kegiatan tersebut diperoleh dari pembagian antara proporsi luas masing-masing tanaman dengan daur masingmasing tanaman yang sudah ditetapkan pada penelitian ini. Khusus untuk jenis tanaman penghias seperti yang telah dikemukakan sebelumnya mengikuti daur jenis tanaman yang paling pendek, yaitu 10 tahun sehingga pada tahun ke-10 kegiatan penanaman sudah dapat diselasaikan. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam menjaga keseimbangan lingkungan di daerah milik jalan tol Jagorawi. Semakin cepat jenis-jenis tanaman penghias ditanam, maka akan semakin baik dampak positif yang dihasilkan. Hal ini pun disebabkan jenis-jenis tanaman penghias tidak dilakukan kegiatan penebangan melainkan hanya dilakukan kegiatan pemeliharaan secara terus-menerus dimulai dari tahun ke-11. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman kehutanan adalah 3 m x 3 m sehingga kebutuhan bibit pertahun termasuk sulaman sebesar 20% untuk masingmasing jenis tanaman antara lain : Jati, Pinus Meranti dan Mahoni masing-masing sebanyak 317 bibit, Sengon dan Akasia masing-masing sebanyak 1.267 bibit. Sedangkan untuk jenis tanaman penghias jarak tanam yang digunakan adalah 5 m x 5 m sehingga kebutuhan bibit pertahun termasuk sulaman sebesar 1% untuk masing-masing jenis tanaman antara lain : Trembesi dan Beringin masing-masing sebanyak 121 bibit serta Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masing-masing sebanyak 49 bibit. Kegiatan penebangan pertahun dilakukan pada tahun ke-11 dan seterusnya untuk jenis Sengon dan Akasia yang telah berumur 10 tahun, kemudian pada tahun ke-31 dan seterusnya dilakukan penebangan untuk jenis Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni yang telah berumur 30 tahun.
61
2. Skenario 2 Dalam skenario ini lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi seluas 60 ha ditanami dengan masing-masing jenis tanaman dengan komposisi 60% lahan atau seluas 36 ha ditanami dengan tanaman kehutanan dan 40% lahan atau seluas 24 ha ditanami dengan tanaman penghias. Adapun jenis-jenis tanaman penghias yang digunakan dalam skenario ini sama dengan yang digunakan pada skenario 1. Proporsi penggunaan lahan yang dirancang pada skenario untuk masing-masing jenis tanaman kehutanan yang akan dikembangkan dan juga mempertimbangkan daya serap karbon dioksida yang dimiliki oleh jenis-jenis tanaman penghias disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Proporsi Penggunaan Lahan Jenis-jenis Tanaman Kehutanan dan Tanaman Penghias Skenario 2 Luas Proporsi Daur Luas Luas No Jenis Tanaman Total Lahan (tahun) (ha) (ha/tahun) (ha) (%) 30 1 Jati 15 5,40 0,18 30 2 Pinus 15 5,40 0,18 30 3 Meranti 15 5,40 0,18 36 30 4 Mahoni 15 5,40 0,18 10 5 Sengon 20 7,20 0,72 10 6 Akasia 20 7,20 0,72 2,16 Subtotal 100 36,00 10 1 Trembesi 25 6,00 0,60 10 2 Beringin 25 6,00 0,60 10 3 Dadap merah 10 2,40 0,24 10 4 Flamboyan 10 2,40 0,24 24 10 5 Kembang kupu-kupu 10 2,40 0,24 10 6 Kembang sapu tangan 10 2,40 0,24 10 7 Tanjung 10 2,40 0,24 2,40 Subtotal 100 24,00 Berdasarkan Tabel 18 proporsi penggunaan lahan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur panjang, yaitu Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masingmasing sebesar 15% atau seluas 5,4 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,18 ha sedangkan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur pendek, yaitu Sengon dan Akasia masing-masing sebesar 20% atau seluas 7,2 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,72 ha. Adapun untuk jenis tanaman
62
penghias, jenis Trembesi dan Beringin masing-masing sebesar 25% atau seluas 6 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,6 ha sedangkan untuk jenis Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masing-masing sebesar 10% atau seluas 2,4 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,24 ha. Rencana kegiatan pengusahaan tanaman pada skenario ini khususnya untuk jenis tanaman penghias mengikuti daur tanaman yang paling pendek, yaitu 10 tahun. Hal ini pun diduga akan memberikan efek positif dan menjaga keseimbangan lingkungan di daerah milik jalan tol Jagorawi. Adapun rencana kegiatan pengusahaan tanaman pada skenario ini disajikan pada Lampiran 8. Berdasarkan Lampiran 8 dapat dijelaskan bahwa volume kegiatan pertahun seluas 4,56 ha sampai tahun ke-10 terdiri dari Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masing-masing seluas 0,18 ha, Sengon dan Akasia masing-masing seluas 0,72 ha, Trembesi dan Beringin masing masing seluas 0,60 ha serta Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masingmasing seluas 0,24 ha. Sedangkan pada tahun ke-11 hingga tahun ke-60 volume kegiatan seluas 2,16 ha pertahun. Volume kegiatan tersebut diperoleh dari pembagian antara proporsi luas masing-masing tanaman dengan daur masingmasing tanaman yang sudah ditetapkan pada penelitian ini. Khusus untuk jenis tanaman penghias seperti yang telah dikemukakan sebelumnya mengikuti daur jenis tanaman yang paling pendek, yaitu 10 tahun sehingga pada tahun ke-10 kegiatan penanaman sudah dapat diselasaikan. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam menjaga keseimbangan lingkungan di daerah milik jalan tol Jagorawi. Semakin cepat jenis-jenis tanaman penghias ditanam, maka akan semakin baik dampak positif yang dihasilkan. Hal ini pun disebabkan jenis-jenis tanaman penghias tidak dilakukan kegiatan penebangan melainkan hanya dilakukan kegiatan pemeliharaan secara terus-menerus dimulai dari tahun ke-11. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman kehutanan adalah 3 m x 3 m sehingga kebutuhan bibit pertahun termasuk sulaman sebesar 20% untuk masingmasing jenis tanaman antara lain : Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masing-
63
masing sebanyak 238 bibit, Sengon dan Akasia masing-masing sebanyak 950 bibit. Sedangkan untuk jenis tanaman penghias jarak tanam yang digunakan adalah 5 m x 5 m sehingga kebutuhan bibit pertahun termasuk sulaman sebesar 1% untuk masing-masing jenis tanaman antara lain : Trembesi dan Beringin masing-masing sebanyak 242 bibit serta Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masing-masing sebanyak 98 bibit. Kegiatan penebangan pertahun dilakukan pada tahun ke-11 dan seterusnya untuk jenis Sengon dan Akasia yang telah berumur 10 tahun, kemudian pada tahun ke-31 dan seterusnya dilakukan penebangan untuk jenis Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni yang telah berumur 30 tahun. 3. Skenario 3 Dalam skenario ini dirancang dengan komposisi 80% lahan atau seluas 48 ha ditanami dengan tanaman kehutanan tanpa tanaman penghias. Adapun proporsi penggunaan lahan yang dirancang pada skenario ini untuk masing-masing jenis tanaman kehutanan yang akan dikembangkan disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Proporsi Penggunaan Lahan Jenis-jenis Tanaman Kehutanan Skenario 3 Luas Proporsi Daur Luas Luas No Jenis Tanaman Total Lahan (tahun) (ha) (ha/tahun) (ha) (%) 30 1 Jati 15 7.2 0.24 30 2 Meranti 15 7.2 0.24 30 3 Pinus 15 7.2 0.24 48 30 4 Mahoni 15 7.2 0.24 10 5 Sengon 20 9.6 0.96 10 6 Akasia 20 9.6 0.96 2.88 Total 100 48 Berdasarkan Tabel 19 proporsi penggunaan lahan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur panjang, yaitu Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masingmasing sebesar 15% atau seluas 7,2 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,24 ha sedangkan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur pendek, yaitu Sengon dan Akasia masing-masing sebesar 20% atau seluas 9,6 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,96 ha. Adapun rencana kegiatan pengusahaan tanaman pada skenario ini disajikan pada Lampiran 9.
64
Berdasarkan Lampiran 9 dapat dijelaskan bahwa volume kegiatan pertahun seluas 2,88 ha terdiri dari Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masing-masing seluas 0,24 ha, Sengon dan Akasia masing-masing seluas 0,96 ha. Volume kegiatan tersebut diperoleh dari pembagian antara proporsi luas masing-masing tanaman dengan daur masing-masing tanaman yang sudah ditetapkan pada penelitian ini. Jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m sehingga kebutuhan bibit pertahun termasuk sulaman sebesar 20% untuk masing-masing jenis tanaman antara lain : Jati, Pinus Meranti dan Mahoni masing-masing sebanyak 317 bibit, Sengon dan Akasia masing-masing sebanyak 1.267 bibit. Kegiatan penebangan pertahun dilakukan pada tahun ke-11 dan seterusnya untuk jenis Sengon dan Akasia yang telah berumur 10 tahun, kemudian pada tahun ke-31 dan seterusnya dilakukan penebangan untuk jenis Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni yang telah berumur 30 tahun. Berdasarkan 3 skenario yang diajukan di atas, kondisi tanaman yang ada di daerah milik jalan tol Jagorawi saat ini diubah secara perlahan-lahan. Adapun sistem penanaman pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi dari 3 skenario yang diajukan dengan sistem blok. Hal ini bertujuan untuk memudahkan sistem pemanenan tanaman kehutanan. Selain itu, sistem blok penanaman dilakukan secara berseling, dimulai dari tanaman penghias kemudian tanaman kehutanan berdaur panjang dan seterusnya. Sketsa sistem penanaman pengusahaan tanaman kehutanan dari 3 skenario yang dirancang disajikan pada Gambar 8. Tre
Jat
Ber
Sg
Dad
Pin
Fla
Mer
K.k
Aka
K.s
Ma
Tan
Mer
K.k
Aka
K.s
Ma
Tan
BOGOR
JAKARTA
Tre
Jat
Ber
Sg
Dad
Pin
Fla
Gambar 8 Sistem Penanaman Pengusahaan Tanaman Kehutanan
65
Keterangan :
Tre Jat Ber Sg Dad Pin Fla
= Trembesi = Jati = Beringin = Sengon = Dadap merah = Pinus = Flamboyan
Mer K.k Aka K.s Ma Tan
= Meranti = Kembang kupu-kupu = Akasia = Kembang sapu tangan = Mahoni = Tanjung
5.5.3 Proyeksi Produksi Pengusahaan Tanaman Kehutanan Proyeksi produksi pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi didasarkan atas tujuan peruntukan jenis dan taksiran produksi. Tujuan peruntukan jenis dalam penelitian ini adalah menghasilkan kayu pertukangan. Sedangkan taksiran produksi bertujuan untuk mengetahui perkiraan produksi pada akhir daur dengan melakukan inventarisasi tanaman setiap jenis tanaman yang akan dikembangkan, yaitu Jati, Meranti, Pinus, Mahoni, Sengon dan Akasia antara lain : 1. Jati (Tectona grandis) Proyeksi produksi jenis pohon Jati berdasarkan hasil pengukuran pohon yang dilakukan di daerah milik jalan tol Jagorawi pada KM 10+200 (B) yang disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Jati TAHUN TANAM 2001 Lokasi Jenis Keliling Diameter TBC TT (KM) No Pohon (cm) (cm) (m) (m) 1 Jati 48 15.29 3.0 8.0 2 Jati 44 14.01 3.0 6.5 3 Jati 47 14.97 1.5 7.5 4 Jati 38 12.10 1.5 7.0 5 Jati 39 12.42 4.0 8.0 10+200 (B) 6 Jati 39 12.42 3.5 8.0 7 Jati 44 14.01 3.0 6.0 8 Jati 48 15.29 3.0 8.0 9 Jati 44 14.01 3.5 8.0 10 Jati 45 14.33 3.5 8.0 Jumlah 436.00 138.85 29.50 75.00 Rata-rata 43.60 13.89 2.95 7.50
VBC (m³) 0.039 0.032 0.018 0.012 0.034 0.030 0.032 0.039 0.038 0.040 0.313 0.031
VT (m³) 0.103 0.070 0.092 0.056 0.068 0.068 0.065 0.103 0.086 0.090 0.801 0.080
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa rata-rata diameter pohon Jati sebesar 13,89 cm dengan tinggi bebas cabang (TBC) rata-rata sebesar 2,95 m dan tinggi
66
total (TT) rata-rata sebesar 7,50 m. Adapun volume bebas cabang (VBC) rata-rata sebesar 0,031 m3 dan volume total (VT) rata-rata sebesar 0,080 m3. Hal ini menunjukkan bahwa riap diameter pohon Jati per tahun yang ditanam di daerah milik jalan tol Jagorawi sebesar 1,98 cm, riap tinggi bebas cabang (TBC) per tahun sebesar 0,42 m dan riap tinggi total (TT) per tahun sebesar 1,07 m. Sedangkan riap volume bebas cabang (VBC) per tahun sebesar 0,0045 m3/pohon dan riap volume total (VT) sebesar 0,0114 m3/pohon. Dengan demikian, proyeksi produksi per pohon untuk jenis Jati diperkirakan sebesar 0,135 m3 atau sebesar 118,80 m3/ha pada umur 30 tahun atau pada tahun ke-31. Menurut Sudiyono (1975) dalam Sumarna (2001) menyatakan bahwa potensi Jati pada umur 30 tahun sebesar 181 m3 dengan kerapatan 890 pohon/ha sehingga volume per pohon sebesar 0,203 m3. Hasil penelitian Sofiyuddin (2007) menyatakan bahwa potensi Jati pada umur 20 tahun di Desa Selopuro Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri sebesar 68,64 m3 dengan kerapatan 233 pohon/ha sehingga volume per pohon sebesar 0,294 m3. Selain itu, hutan rakyat dengan tanaman Jati di Desa Pabentengan Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng, potensi volume kayu antara 64,724 m3 hingga 183,556 m3 atau rata-rata 168,53 m3/ha (Iskandar dan Sumijorto 2001). Adapun lokasi pengukuran jenis pohon Jati yang terdapat di KM 10+200 (B) disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9 Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Jati di KM 10+200 (B)
67
2. Pinus (Pinus sp.) Proyeksi produksi jenis pohon Pinus berdasarkan hasil pengukuran pohon yang dilakukan di daerah milik jalan tol Jagorawi pada KM 43+600 (B) yang disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Pinus TAHUN TANAM 1980 Lokasi Jenis Keliling Diameter TBC TT (KM) No Pohon (cm) (cm) (m) (m) 1 Pinus 110 35.03 3.0 19.0 2 Pinus 110 35.03 2.5 18.0 3 Pinus 120 38.22 2.0 18.0 4 Pinus 105 33.44 4.0 17.0 43+600 5 Pinus 120 38.22 2.0 15.0 (B) 6 Pinus 115 36.62 2.0 15.0 7 Pinus 117 37.26 3.0 15.0 8 Pinus 107 34.08 2.0 14.0 9 Pinus 110 35.03 4.0 14.5 Jumlah 1014.00 322.93 24.50 145.50 Rata-rata 112.67 35.88 2.72 16.17
VBC VT (m³) (m³) 0.202 1.281 0.169 1.214 0.161 1.445 0.246 1.045 0.161 1.204 0.147 1.106 0.229 1.144 0.128 0.893 0.270 0.978 1.711 10.309 0.190 1.145
Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa rata-rata diameter pohon Pinus sebesar 35,88 cm dengan tinggi bebas cabang (TBC) rata-rata sebesar 2,72 m dan tinggi total (TT) rata-rata sebesar 16,17 m. Adapun volume bebas cabang (VBC) rata-rata sebesar 0,190 m3 dan volume total (VT) rata-rata sebesar 1,145 m3. Hal ini menunjukkan bahwa riap diameter pohon Pinus per tahun yang ditanam di daerah milik jalan tol Jagorawi sebesar 1,281 cm, riap tinggi bebas cabang (TBC) per tahun sebesar 0,097 m dan riap tinggi total (TT) per tahun sebesar 0,578 m. Sedangkan riap volume bebas cabang (VBC) per tahun sebesar 0,0068 m3/pohon dan riap volume total (VT) per tahun sebesar 0,0418 m3/pohon. Dengan demikian proyeksi produksi per pohon untuk jenis Pinus diperkirakan sebesar 0,204 m3 atau sebesar 179,52 m3/ha pada umur 30 tahun atau pada tahun ke-31. Menurut Soediono (1983) menyatakan pohon Pinus termasuk jenis kayu cepat tumbuh, yaitu riap rata-rata umur 20 tahun sebesar 18 m3 per hektar dan kemudian turun sampai 14,6 m3 pada umur 35 tahun. Berdasarkan indikator riap diperkirakan daur fisik Pinus sp. jatuh pada umur 25 tahun. Pada umur ini diameter rata-rata 42,7 cm dan tinggi 31,8 m dengan volume pohon sekitar 2,3 m3
68
per pohon. Hasil penelitian Suparno (2000) menyatakan bahwa potensi Pinus pada umur 30 tahun di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat sebesar 138 m3 dengan kerapatan 451 pohon/ha sehingga volume per pohon sebesar 0,306 m3. Adapun lokasi pengukuran jenis pohon Pinus yang terdapat di KM 43+600 (B) disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10 Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Pinus di KM 43+600 (B)
3. Meranti (Shorea sp.) Proyeksi produksi jenis pohon Meranti berdasarkan hasil pengukuran pohon yang dilakukan di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor petak 53. Hal ini dilakukan dengan asumsi sistem penanaman dan pemeliharaan hampir sama dengan yang dilakukan oleh PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi. Jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m. Adapun hasil pengukuran jenis pohon Meranti di Hutan Penelitian Dramaga petak 53 disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Meranti TAHUN TANAM 1995 Lokasi Jenis Keliling Diameter TBC (KM) No Pohon (cm) (cm) (m) 1 Meranti 48 15.29 8.0 2 Meranti 45 14.33 9.0 3 Meranti 47 14.97 7.5 HPD Petak 4 Meranti 40 12.74 7.5 53 5 Meranti 42 13.38 7.0 6 Meranti 41 13.06 7.0 7 Meranti 45 14.33 7.5
TT (m) 15.0 16.0 14.0 13.0 12.0 14.0 15.0
VBC (m³) 0.103 0.102 0.092 0.067 0.069 0.066 0.085
VT (m³) 0.193 0.181 0.172 0.116 0.118 0.131 0.169
69
Tabel 22. Lanjutan Lokasi (KM) No
Jenis Pohon 8 Meranti HPD Pet. 53 9 Meranti Jumlah Rata-rata
TAHUN TANAM 1995 Keliling Diameter TBC TT (cm) (cm) (m) (m) 49 15.61 8.0 15.0 46 14.65 8.0 15.0 403.00 128.34 69.50 129.00 44.78 14.26 7.72 14.33
VBC (m³) 0.107 0.094 0.784 0.087
VT (m³) 0.201 0.177 1.458 0.162
Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa rata-rata diameter pohon Meranti sebesar 14,26 cm dengan tinggi bebas cabang (TBC) rata-rata sebesar 7,72 m dan tinggi total (TT) rata-rata sebesar 14,33 m. Adapun volume bebas cabang (VBC) rata-rata sebesar 0,087 m3 dan volume total (VT) rata-rata sebesar 0,162 m3. Hal ini menunjukkan bahwa riap diameter pohon Meranti per tahun yang ditanam di daerah milik jalan tol Jagorawi sebesar 1,097 cm, riap tinggi bebas cabang (TBC) per tahun sebesar 0,594 m dan riap tinggi total (TT) per tahun sebesar 1,102 m. Sedangkan riap volume bebas cabang (VBC) per tahun sebesar 0,0067 m3/pohon dan riap volume total (VT) per tahun sebesar 0,0124 m3/pohon. Dengan demikian proyeksi produksi per pohon untuk jenis Meranti diperkirakan sebesar 0,201 m3 atau sebesar 176,88 m3/ha pada umur 30 tahun atau pada tahun ke-31. Menurut Heriansyah (2006) menyatakan bahwa tanaman Shorea sp. di HP Haurbentes menghasilkan volume kayu perdagangan masing-masing 38,4-45,0 m3/ha/tahun. Di samping itu, daur/rotasi tebang Meranti (antara 30 sampai 50 tahun), merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap konservasi tanah dan air, konservasi biodiversitas, serta dalam pemeliharaan daya dukung ekosistem hutan. Soekotjo (2004) menyatakan bahwa siklus tebang Meranti bisa mencapai 25-30 tahun, dengan perkiraan riap diameter rata-rata tanaman Meranti terpilih sebesar 1,94 cm/tahun, dengan tinggi bebas cabang pada umur tebang sepanjang 18 meter. Adapun Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Meranti di Hutan Penelitian Dramaga Petak 53 disajikan pada Gambar 11.
70
Gambar 11 Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Meranti di Hutan Penelitian Dramaga Petak 53
4. Mahoni (Swietenia sp.) Proyeksi produksi jenis pohon Mahoni berdasarkan hasil pengukuran pohon yang dilakukan di daerah milik jalan tol Jagorawi pada KM 21+200 (B) yang disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Mahoni TAHUN TANAM 2005 Lokasi Keliling Diameter TBC TT Jenis (KM) No Pohon (cm) (cm) (m) (m) 1 Mahoni 20 6.37 3.0 6.0 2 Mahoni 28 8.92 2.0 7.0 3 Mahoni 25 7.96 2.5 6.0 4 Mahoni 23 7.32 3.0 8.0 19 5.89 2.0 7.0 21+200 5 Mahoni (B) 6 Mahoni 19 5.89 2.0 6.0 7 Mahoni 27 8.60 2.5 6.0 8 Mahoni 23 7.32 2.0 7.5 9 Mahoni 20 6.37 4.0 6.5 10 Mahoni 26 8.28 3.0 7.5 Jumlah 229.00 72.93 26.00 67.50 Rata-rata 22.90 7.29 2.60 6.75
VBC (m³) 0.007 0.009 0.009 0.009 0.004 0.004 0.010 0.006 0.009 0.011 0.077 0.008
VT (m³) 0.013 0.031 0.021 0.024 0.013 0.011 0.024 0.022 0.014 0.028 0.202 0.020
Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa rata-rata diameter pohon Mahoni sebesar 7,29 cm dengan tinggi bebas cabang (TBC) rata-rata sebesar 2,60 m dan tinggi total (TT) rata-rata sebesar 6,75 m. Adapun volume bebas cabang (VBC) rata-rata sebesar 0,008 m3 dan volume total (VT) rata-rata sebesar 0,020 m3. Hal ini menunjukkan bahwa riap diameter pohon Mahoni per tahun yang ditanam di
71
daerah milik jalan tol Jagorawi sebesar 2,430 cm, riap tinggi bebas cabang (TBC) per tahun sebesar 0,867 m dan riap tinggi total (TT) per tahun sebesar 2,250 m. Sedangkan riap volume bebas cabang (VBC) per tahun sebesar 0,0027 m3/pohon dan riap volume total (VT) per tahun sebesar 0,0067 m3/pohon. Dengan demikian proyeksi produksi per pohon untuk jenis Mahoni diperkirakan sebesar 0,081 m3 atau sebesar 71,28 m3/ha pada umur 30 tahun atau pada tahun ke-31. Berdasarkan hasil penelitian Sofiyuddin (2007) menyatakan bahwa potensi Mahoni pada umur 20 tahun di desa Selopuro, kecamatan Baturetno kabupaten Wonogiri sebesar 93,65 m3 dengan kerapatan 508 pohon/ha sehingga volume per pohon sebesar 0,184 m3. Adapun Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Mahoni di KM 21+200 (B) disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12 Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Mahoni di KM 21+200 (B)
5. Sengon (Paraserianthes falcataria) Proyeksi produksi jenis pohon Sengon berdasarkan hasil pengukuran pohon yang dilakukan di daerah milik jalan tol Jagorawi pada KM 18+600 (A) yang disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Sengon TAHUN TANAM 1996 Lokasi Jenis Keliling Diameter TBC TT (KM) No Pohon (cm) (cm) (m) (m) 1 Sengon 92 29.30 3.0 14.0 140 44.59 5.3 16.5 18+600 2 Sengon (A) 3 Sengon 107 34.08 6.0 14.5 4 Sengon 149 47.45 3.5 17.0
VBC (m³) 0.142 0.579 0.383 0.433
VT (m³) 0.660 1.802 0.925 2.103
72
Tabel 24. Lanjutan TAHUN TANAM 1996 Jenis Keliling Diameter TBC TT Pohon (cm) (cm) (m) (m) 138 43.95 3.0 17.0 5 Sengon 6 Sengon 155 49.36 3.5 17.0 7 Sengon 135 42.99 3.7 17.0 8 Sengon 154 49.04 5.5 17.0 120 38.22 4.0 16.0 18+600 9 Sengon (A) 10 Sengon 118 37.58 4.5 16.5 11 Sengon 115 36.62 4.0 17.0 12 Sengon 112 35.67 5.5 16.0 13 Sengon 104 33.12 3.5 15.0 14 Sengon 98 31.21 5.0 14.5 Jumlah 1737.00 553.18 60.00 225.00 Rata-rata 124.07 39.51 4.29 16.07 Lokasi (KM) No
VBC (m³) 0.318 0.469 0.376 0.727 0.321 0.349 0.295 0.385 0.211 0.268 5.254 0.375
VT (m³) 1.804 2.276 1.727 2.247 1.284 1.280 1.253 1.119 0.904 0.776 20.162 1.440
Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa rata-rata diameter pohon Sengon sebesar 39,51 cm dengan tinggi bebas cabang (TBC) rata-rata sebesar 4,29 m dan tinggi total (TT) rata-rata sebesar 16,07 m. Adapun volume bebas cabang (VBC) rata-rata sebesar 0,375 m3 dan volume total (VT) rata-rata sebesar 1,440 m3. Hal ini menunjukkan bahwa riap diameter pohon Sengon per tahun yang ditanam di daerah milik jalan tol Jagorawi sebesar 3,292 cm, riap tinggi bebas cabang (TBC) per tahun sebesar 0,358 m dan riap tinggi total (TT) per tahun sebesar 1,339 m. Sedangkan riap volume bebas cabang (VBC) per tahun sebesar 0,0313 m3/pohon dan riap volume total (VT) per tahun sebesar 0,1200 m3/pohon. Dengan demikian proyeksi produksi per pohon untuk jenis Sengon diperkirakan sebesar 0,313 m3 atau sebesar 275,44 m3/ha pada umur 10 tahun atau pada tahun ke-11. Hasil penelitian Jauhari (2003) menyatakan bahwa potensi pohon Sengon pada umur 5 tahun di kabupaten Garut kecamatan Karangpawitan sebesar 556,449 m3 dengan kerapatan 682,91 pohon/ha sehingga volume per pohon sebesar 0,815 m3. Hasil prediksi potensi hutan rakyat Sengon di Wonosobo pada umur 8 tahun rata-rata sebesar 284,27 m3/ha dan di Klaten 245,45 m3/ha (Donie 2003). Adapun Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Sengon di KM 18+600 (A) disajikan pada Gambar 13.
73
Gambar 13 Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Sengon di KM 18+600 (A)
6. Akasia (Acacia sp.) Proyeksi produksi jenis pohon Akasia berdasarkan hasil pengukuran pohon yang dilakukan di daerah milik jalan tol Jagorawi pada KM 15+800 (A) yang disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Pengukuran Jenis Pohon Akasia TAHUN TANAM 2004 Lokasi Jenis Keliling Diameter TBC TT (KM) No Pohon (cm) (cm) (m) (m) 1 Akasia 68 21.66 2.5 11.0 2 Akasia 76 24.20 3.0 11.0 3 Akasia 61 19.43 2.5 9.0 4 Akasia 79 25.16 3.0 6.5 5 Akasia 64 20.38 2.5 9.0 15+800 6 Akasia 66 21.02 2.5 12.0 (A) 7 Akasia 69 21.97 3.0 11.0 8 Akasia 69 21.97 3.0 11.0 9 Akasia 67 21.34 2.5 15.0 10 Akasia 82 26.11 3.5 16.0 11 Akasia 61 19.43 3.0 15.0 Jumlah 762.00 242.68 31.00 126.50 Rata-rata 69.27 22.06 2.82 11.50
VBC (m³) 0.064 0.097 0.052 0.104 0.057 0.061 0.080 0.080 0.063 0.131 0.062 0.850 0.077
VT (m³) 0.283 0.354 0.187 0.226 0.205 0.291 0.292 0.292 0.375 0.600 0.311 3.417 0.311
Berdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa rata-rata diameter pohon Akasia sebesar 22,06 cm dengan tinggi bebas cabang (TBC) rata-rata sebesar 2,82 m dan tinggi total (TT) rata-rata sebesar 11,50 m. Adapun volume bebas cabang (VBC) rata-rata sebesar 0,077 m3 dan volume total (VT) rata-rata sebesar 0,311 m3. Hal
74
ini menunjukkan bahwa riap diameter pohon Akasia per tahun yang ditanam di daerah milik jalan tol Jagorawi sebesar 5,515 cm, riap tinggi bebas cabang (TBC) per tahun sebesar 0,705 m dan riap tinggi total (TT) per tahun sebesar 2,875 m. Sedangkan riap volume bebas cabang (VBC) per tahun sebesar 0,0193 m3/pohon dan riap volume total (VT) per tahun sebesar 0,0778 m3/pohon. Dengan demikian proyeksi produksi per pohon untuk jenis Akasia diperkirakan sebesar 0,193 m3 atau sebesar 169,84 m3/ha pada umur 10 tahun atau pada tahun ke-11. Hasil penelitian Rahmadi (2003) menyatakan bahwa potensi pohon Akasia pada umur 10 tahun di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sebesar 73,640 m3 dengan jumlah pohon contoh sebanyak 150 sehingga volume per pohon sebesar 0,491 m3. Hasil penelitian Hendrawan (2006) menyatakan bahwa potensi pohon Akasia pada umur 9 tahun di BKPH Parungpanjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sebesar 145,300 m3 dengan jumlah pohon contoh sebanyak 219 sehingga volume per pohon sebesar 0,663 m3. Irwanto (2007) menyatakan bahwa pada lahan yang baik, umur 9 tahun telah mencapai tinggi 23 meter dengan rata-rata kenaikan diameter 2- 3 meter dengan hasil produksi 415 m3/ha atau rata-rata 46 m3/ha/tahun. Pada areal yang ditumbuhi alang-alang umur 13 tahun mencapai tinggi 25 meter dengan diameter rata-rata 27 cm serta hasil produksi ratarata 20 m3/ha/tahun. Adapun Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Akasia di KM 15+800 (A) disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14 Lokasi Pengukuran Jenis Pohon Akasia di KM 15+800 (A)
75
5.6
Perencanaan Organisasi dan Tenaga Kerja
5.6.1 Struktur Organisasi Berdasarkan kronologi strategi kegiatan pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi, maka dirancang struktur organisasi yang sesuai dengan lokasi, program pengusahaan tanaman kehutanan dan strategi manajemen yang direncanakan secara garis besar. Organisasi manajerial tingkat unit pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi secara garis besar terdiri dari 2 strata, yaitu : 1. Kepala Bagian 2. Kepala SubBagian Tingkat kepala bagian mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh dalam mengarahkan dan mengendalikan roda pembangunan dan penguasahaan tanaman kehutanan secara menyeluruh. Kepala Bagian bertanggung jawab kepada kepala cabang tol Jagorawi. Dalam melaksanakan tugasnya, baik yang bersifat teknis maupun administratif, Kepala Bagian dibantu oleh 2 orang Kepala SubBagian. Kepala SubBagian dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga pengawas, staf teknis dan administrasi serta unsur-unsur pelaksana. Rancangan struktur organisasi pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi disesuaikan dengan struktur organisasi PT. Jasa Marga (Persero) cabang Jagorawi berdasarkan SK Direksi No. 27/KPTS/2006 sebagaimana yang disajikan pada Gambar 15, dengan penjelasan sebagai berikut : Kepala Bagian Pengusahaan Tanaman Kehutanan dan Pemeliharaan
Kepala SubBagian Program Pemeliharaan
Kepala SubBagian Pengawasan, Pengendalian dan Evaluasi
Gambar 15 Rancangan Struktur Organisasi Pengusahaan Tanaman Kehutanan di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi
76
1. Kepala SubBagian Program Pemeliharaaan bertugas dan bertanggung jawab atas kegiatan pengangkutan dan penyusunan dan rencana-rencana yang meliputi : rencana penataan batas/blok/petak, rencana pembuatan persemaian dan tanaman, rencana pemeliharaan, rencana pemanenan, rencana pengolahan dan pemasaran hasil, rencana pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana. 2. Kepala SubBagian Pengawasan, Pengendalian dan Evaluasi bertugas dan bertanggung jawab atas kegiatan atas kegiatan pengawasan, pengendalian, evaluasi dan kegiatan pengusahaan tanaman. 5.7.2 Tenaga Kerja Secara sistematis kebutuhan tenaga kerja bertambah sejalan dengan meningkatnya luasan pengusahaan tanaman kehutanan yang direncanakan. Tenaga tersebut dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Tenaga kerja tetap, yaitu tenaga kerja yang terkait dengan struktur organisasi dengan status karyawan tetap. 2. Tenaga kerja tidak tetap, yaitu tenaga kerja yang dibutuhkan langsung dalam melaksanakan kegiatan pengusahaan tanaman kehutanan. Tenaga kerja tetap yang dibutuhkan terdiri dari berbagai displin ilmu, terutama yang terkait dengan bidang teknik sipil dan bidang kehutanan sedangkan tenaga kerja tidak tetap sebagian besar berupa buruh kontrak yang dibutuhkan langsung pada masing-masing kegiatan pengusahaan, kebutuhannya dihitung berdasarkan kemampuan hari orang kerja (HOK) perhektar. 5.7
Analisa Biaya dan Penghasilan Pengusahaan Tanaman Kehutanan
5.7.1 Analisa Biaya Pengusahaan Tanaman Kehutanan Biaya pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi dihitung untuk masing-masing pola pemanfaatan lahan dengan lama pengusahaan didasarkan pada pertimbangan daur ekonomis masing-masing jenis tanaman, yaitu Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni selama 30 tahun sedangkan Sengon dan Akasia selama 10 tahun. Seluruh biaya didasarkan pada rencana biaya perawatan dan biaya pertamanan dan penghijauan di daerah milik jalan tol Jagorawi tahun 2007.
77
Biaya pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi terdiri dari biaya operasional, yaitu biaya yang dikeluarkan sehari-hari atau secara periodik dan biaya investasi untuk pengadaan pertama kali. Biaya operasional yang dimaksud meliputi biaya langsung berupa biaya tenaga kerja (tidak termasuk pegawai) dan biaya bahan. Sedangkan biaya tidak langsung berupa biaya pegawai dan biaya pemeliharaan alat. Biaya investasi berupa biaya pengadaan sarana dan prasarana pengusahaan tanaman kehutanan. Adapun penetapan komponen biaya pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi per hektar disajikan pada Lampiran 10 Berdasarkan Lampiran 10 dapat dilihat bahwa biaya pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi terdiri dari : A. Biaya Langsung, terdiri dari : 1. Biaya pekerjaan persiapan sebesar Rp. 824.000,-. Terdiri dari biaya pengukuran Rp. 600.000,-, dokumentasi Rp. 150.000,- dan biaya perambuan Rp. 74.000,2. Biaya pengadaan bibit termasuk sulaman sebesar Rp. 87.740.000,-. Untuk Jati sebesar Rp. 2.640.000,-, Pinus sebesar Rp. 9.900.000,-, Meranti dan Mahoni masing-masing sebesar Rp. 3.300.000,-, Sengon dan Akasia masing-masing sebesar Rp. 1.980.000,-. Sedangkan untuk jenis tanaman penghias, yaitu untuk jenis Beringin, Dadap merah, Flamboyan dan Tanjung masing-masing sebesar Rp. 10.100.000,-, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Trembesi masing-masing sebesar Rp. 8.080.000,-. 3. Biaya pengadaan pupuk sebesar Rp. 2.250.000,-. Terdiri dari pengadaan pupuk kandang Rp. 350.000,- dan pengadaan pupuk kimia (Urea+NPK) Rp. 1.900.000,4. Biaya penyiapan lahan dan penanaman sebesar Rp. 4.290.000,-. Terdiri dari biaya pembuatan dan pemasangan ajir tanam Rp. 990.000,- dan biaya pembuatan lubang tanam dan penanaman Rp. 3.300.000,5. Biaya pemeliharaan tahun ke-1 sebesar Rp. 4.703.520,-. Terdiri dari biaya penyulaman Rp. 660.000,-, biaya penyiraman dan penyiangan Rp. 241.920,-, biaya pemupukan Rp. 1.987.200,- dan biaya pendangiran Rp. 1.814.400,-. Pada tahun ke-2, biaya pemeliharaan sebesar Rp. 3.870.720,- yang diperuntukkan
78
bagi biaya penyiangan Rp. 69.120,-, biaya pemupukan Rp. 1.987.200,- dan biaya pendangiran Rp. 1.814.400,-. Pada tahun ke-3, biaya pemeliharaan hanya sebesar Rp. 2.056.320,- yang terdiri dari biaya penyiangan sebesar Rp. 69.120,dan biaya pemupukan Rp. 1.987.200,-, sedangkan pada tahun ke-4 sampai daur ekonomis masing-masing jenis tanaman yang telah ditetapkan, hanya dilakukan kegiatan pemangkasan sebesar Rp. 374.000,6. Biaya penebangan sebesar Rp. 82.500.000,-. Biaya ini dikeluarkan pada saat jenis tanaman kehutanan yang diusahakan telah mencapai daur ekonomis yang telah ditetapkan. 7. Biaya operasional kendaraan (BBM) sebesar Rp. 10.800.000,-/tahun. Dengan perincian biaya BBM sebesar Rp. 4.500,-/liter dengan hari kerja selama 20 hari/bulan. BBM yang dibutuhkan sebanyak 10 liter/hari. B. Biaya tidak langsung, terdiri dari : 1. Biaya gaji pegawai, yaitu 1 orang Kepala Bagian sebesar Rp. 8.500.000,-/bulan dan 2 orang Kepala Subbagian sebesar Rp. 14.000.000,-/bulan. 2. Biaya pemeliharaan peralatan diperkirakan sebesar 10% dari seluruh biaya investasi peralatan, yaitu sebesar Rp. 8.051.000,-/tahun. C. Investasi peralatan, terdiri dari : 1. Pengadaan sarana budidaya sebanyak 1 paket pertahun dengan biaya sebesar Rp. 510.000,- terdiri dari 10 buah cangkul sebesar Rp. 350.000,-, 10 buah ember sebesar Rp. 100.000,- dan 10 buah gayung sebesar Rp. 60.000,-. Masa pakai sarana budidaya diperkirakan selama 1 tahun. 2. Pengadaan sarana administrasi atau komputer sebanyak 2 unit sebesar Rp. 10.000.000,-. Masa pakai sarana administarasi atau komputer diperkirakan selama 5 tahun. 3. Pengadaan sarana mobilisasi atau kendaraan sebanyak 1 unit sebesar Rp. 70.000.000,-. Masa pakai mobilisasi atau kendaraan diperkirakan selama 5 tahun. Atas dasar rincian biaya tersebut, karena beberapa komponen biaya merupaka biaya borongan, maka diperlukan penyesuaian dalam penggunaanya sebagai dasar analisis finansial. Penyesuaian tersebut dimaksudkan untuk dapat memisahkan jumlah biaya investasi dan biaya operasional yang diperlukan.
79
Adapun kebutuhan biaya pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi untuk tiap skenario sebagai berikut : 1. Skenario 1 Struktur kebutuhan biaya skenario ini dengan jangka waktu pengusahaan selama 60 tahun disajikan pada Lampiran 11 Berdasarkan Lampiran 11 dapat dijelaskan bahwa biaya yang pertama dikeluarkan adalah biaya investasi perlatan sebesar Rp. 80.510.000,-, kemudian biaya yang diperlukan untuk tahun pertama pengusahaan tanaman dengan pola ini sebesar Rp. 351.166.000,-, biaya pada tahun kedua sebesar Rp. 367.469.000,-, biaya pada tahun ketiga sebesar Rp. 375.858.000,-, biaya pada tahun keempat sebesar Rp. 377.384.000,-, biaya pada tahun ke-5 sebesar Rp. 458.910.000,-, biaya tahun ke-6 hingga tahun ke-9 sebesar Rp. 378.910.000,- dan biaya pada tahun ke-10 sebesar 458.910.000,-. Biaya re-investasi peralatan terutama untuk sarana administrasi (komputer) dan kendaraan dilakukan setiap 5 tahun dengan biaya sebesar Rp. 80.000.000,-. Untuk tahun ke-11 memerlukan biaya sebesar Rp. 519.435.000,-. Hal ini dipengaruhi dengan adanya biaya penebangan untuk jenis Sengon dan Akasia yang harus dikeluarkan mulai tahun ke-11 hingga seterusnya, pada tahun ke-12 memerlukan biaya sebesar Rp. 514.790.000,-, pada tahun ke-13 memerlukan biaya sebesar Rp. 509.622.000,-, pada tahun ke-14 memerlukan biaya sebesar Rp. 509.174.000,-. Pada tahun ke-31 diperlukan biaya sebesar Rp. 588.374.000,-. Besarnya biaya pada tahun ke-31 hingga tahun ke-60 dipengaruhi oleh biaya penebangan untuk jenis Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni. Dengan demikian total biaya yang dikeluarkan pada skenario ini dalam jangka waktu pengusahaan selama 60 tahun sebesar Rp. 32.636.853.000,-. 2. Skenario 2 Struktur kebutuhan biaya skenario ini dengan jangka waktu pengusahaan selama 60 tahun disajikan pada Lampiran 12 Berdasarkan Lampiran 12 dapat dijelaskan bahwa biaya yang pertama dikeluarkan adalah biaya investasi perlatan sebesar Rp. 80.510.000,-, kemudian biaya yang diperlukan untuk tahun pertama pengusahaan tanaman dengan pola ini sebesar Rp. 361.494.000,-, biaya pada tahun kedua sebesar Rp. 379.654.000,-,
80
biaya pada tahun ketiga sebesar Rp. 389.031.000,-, biaya pada tahun keempat sebesar Rp. 390.737.000,-, biaya pada tahun ke-5 sebesar Rp. 472.442.000,-, biaya tahun ke-6 hingga tahun ke-9 sebesar Rp. 392.442.000,- dan biaya pada tahun ke-10 sebesar 472.442.000,-. Biaya re-investasi peralatan terutama untuk sarana administrasi (komputer) dan kendaraan dilakukan setiap 5 tahun dengan biaya sebesar Rp. 80.000.000,-. Untuk tahun ke-11 memerlukan biaya sebesar Rp. 475.491.000,-. Hal ini dipengaruhi dengan adanya biaya penebangan untuk jenis Sengon dan Akasia yang harus dikeluarkan mulai tahun ke-11 hingga seterusnya, pada tahun ke-12 memerlukan biaya sebesar Rp. 466.202.000,-, pada tahun ke-13 memerlukan biaya sebesar Rp. 455.867.000,-, pada tahun ke-14 memerlukan biaya sebesar Rp. 454.969.000,-. Pada tahun ke-31 diperlukan biaya sebesar Rp. 514.369.000,-. Besarnya biaya pada tahun ke-31 hingga tahun ke-60 dipengaruhi oleh biaya penebangan untuk jenis Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni. Dengan demikian total biaya yang dikeluarkan pada skenario ini dalam jangka waktu pengusahaan selama 60 tahun sebesar Rp. 29.479.178.000,-. 3. Skenario 3 Struktur kebutuhan biaya skenario ini dengan jangka waktu pengusahaan selama 60 tahun disajikan pada Lampiran 13 Berdasarkan Lampiran 13 dapat dijelaskan bahwa biaya yang pertama dikeluarkan adalah biaya investasi perlatan sebesar Rp. 80.510.000,-, kemudian biaya yang diperlukan untuk tahun pertama pengusahaan tanaman dengan pola ini sebesar Rp. 330.591.000,-, biaya pada tahun kedua sebesar Rp. 342.248.000,-, biaya pada tahun ketiga sebesar Rp. 348.171.000,-, biaya pada tahun keempat sebesar Rp. 349.248.000,-, biaya pada tahun ke-5 sebesar Rp. 430.325.000,-, biaya tahun ke-6 hingga tahun ke-9 sebesar Rp. 350.325.000,- dan biaya pada tahun ke-10 sebesar 430.325.000,-. Biaya re-investasi peralatan terutama untuk sarana administrasi (komputer) dan kendaraan dilakukan setiap 5 tahun dengan biaya sebesar Rp. 80.000.000,-. Untuk tahun ke-11 hingga tahun ke-14 memerlukan biaya sebesar Rp. 508.725.000,-. Hal ini dipengaruhi dengan adanya biaya penebangan untuk jenis Sengon dan Akasia yang harus dikeluarkan mulai tahun ke-11 hingga seterusnya. Pada tahun ke-31 diperlukan biaya sebesar Rp.
81
587.925.000,-. Besarnya biaya pada tahun ke-31 hingga tahun ke-60 dipengaruhi oleh biaya penebangan untuk jenis Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni. Dengan demikian total biaya yang dikeluarkan pada skenario ini dalam jangka waktu pengusahaan selama 60 tahun sebesar Rp. 32.324.954.000,-. 5.7.2 Analisa Penghasilan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Perkiraan penghasilan pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi didasarkan pada harapan hasil kayu sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya yang disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Perkiraan Penghasilan Setiap Jenis Tanaman Per hektar Daur Perkiraan Produksi No. Jenis Tanaman (tahun) (m³/ha) 1 Jati (Tectona grandis) 30 118,80 2 Pinus (Pinus sp.) 30 179,52 3 Meranti (Shorea sp.) 30 176,88 4 Mahoni (Swietenia sp.) 30 71,28 5 Sengon (Paraserianthes falcataria) 10 275,44 6 Akasia (Acacia sp.) 10 169,84 Selain perkiraan penghasilan masing-masing jenis tanaman yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, dilakukan juga survey mengenai harga kayu. Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang dilakukan di beberapa pengumpul kayu di daerah Klender, Jakarta Timur diperoleh harga tiap jenis kayu dengan biaya pengangkutan kayu rata-rata Rp. 50.000,-/m3 disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Harga Kayu di Klender, Jakarta Timur No.
Jenis Kayu
Sat
1 2 3 4 5 6
Jati (Tectona grandis) Pinus (Pinus sp.) Meranti (Shorea sp.) Mahoni (Swietenia sp.) Sengon (Paraserianthes falcataria) Akasia (Acacia sp.)
m³ m³ m³ m³ m³ m³
Harga Kayu (Rp) 2.950.000 1.950.000 2.250.000 1.950.000 500.000 1.350.000
Sumber : Hasil Survey di Klender, Jakarta Timur (2008)
Berdasarkan harapan hasil kayu per hektar dan harga kayu per m3 yang disajikan pada Tabel 26 dan 27, maka perkiraan penghasilan untuk setiap skenario yang telah dirancang sebagai berikut :
82
1. Skenario 1 dan Skenario 3 Perkiraan penghasilan kegiatan pengusahaan pola ini dengan jangka waktu pengusahaan ditetapkan selama 60 tahun disajikan pada Lampiran 14 Berdasarkan Lampiran 14 dapat dijelaskan bahwa produksi per tahun untuk jenis Sengon dengan luas tebangan 0,96 ha sebesar 264,422 m3, Akasia dengan luas tebangan 0,96 ha sebesar 163,046 m3, Jati dengan luas tebangan 0,24 ha sebesar 28,512 m3, Pinus dengan luas tebangan 0,24 ha sebesar 43,085 m3, Meranti dengan luas tebangan 0,24 ha sebesar 42,451 m3 dan Mahoni dengan luas tebangan 0,24 ha sebesar 17,107 m3. Penghasilan per tahun diperoleh dari hasil penjualan kayu Sengon sebesar Rp. 132.211.000,- dan kayu Akasia sebesar Rp. 220.113.000,- mulai tahun ke-11. Sedangkan kayu Jati sebesar Rp. 84.110.000,-, kayu Pinus sebesar Rp. 84.015.000,-, kayu Meranti sebesar Rp. 95.515.000,- dan kayu Mahoni sebesar Rp. 33.359.000,- mulai tahun ke-31. Besarnya penghasilan pada tahun ke-11 sampai tahun ke-30 sebesar Rp. 352.324.000,-. Hal ini diperoleh dari penjualan kayu dari hasil penebangan kayu Sengon dan Akasia. Pada tahun ke-31 sampai dengan tahun ke-60, penghasilan mengalami peningkatan menjadi Rp. 649.324.000,-. Hal ini diperoleh dari penjualan kayu dari hasil penebangan kayu Sengon, Akasia, Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni. Sedangkan untuk jenis tanaman penghias tidak dilakukan kegiatan pemanenan kayu, tetapi hanya dilakukan kegiatan pemeliharaan secara terusmenerus. Total penghasilan pada pola ini sampai akhir tahun pengusahaan sebesar Rp. 26.526.192.000,-. 2. Skenario 2 Perkiraan penghasilan kegiatan pengusahaan pola ini dengan jangka waktu pengusahaan ditetapkan selama 60 tahun disajikan pada Lampiran 15 Berdasarkan Lampiran 15 dapat dijelaskan bahwa produksi per tahun untuk jenis Sengon dengan luas tebangan 0,72 ha sebesar 198,317 m3, Akasia dengan luas tebangan 0,72 ha sebesar 122,285 m3, Jati dengan luas tebangan 0,18 ha sebesar 21,384 m3, Pinus dengan luas tebangan 0,18 ha sebesar 32,314 m3,
83
Meranti dengan luas tebangan 0,18 ha sebesar 31,838 m3 dan Mahoni dengan luas tebangan 0,18 ha sebesar 12,830 m3. Penghasilan per tahun diperoleh dari hasil penjualan kayu Sengon sebesar Rp. 99.158.000,- dan kayu Akasia sebesar Rp. 165.084.000,- mulai tahun ke-11. Sedangkan kayu Jati sebesar Rp. 63.083.000,-, kayu Pinus sebesar Rp. 63.012.000,-, kayu Meranti sebesar Rp. 71.636.000,- dan kayu Mahoni sebesar Rp. 25.019.000,- mulai tahun ke-31. Besarnya penghasilan pada tahun ke-11 sampai tahun ke-30 sebesar Rp. 264.243.000,-. Hal ini diperoleh dari penjualan kayu dari hasil penebangan kayu Sengon dan Akasia. Pada tahun ke-31 sampai dengan tahun ke-60, penghasilan mengalami peningkatan menjadi Rp. 486.993.000,-. Hal ini diperoleh dari penjualan kayu dari hasil penebangan kayu Sengon, Akasia, Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni. Sedangkan untuk jenis tanaman penghias tidak dilakukan kegiatan pemanenan kayu, tetapi hanya dilakukan kegiatan pemeliharaan secara terusmenerus. Total penghasilan pada pola ini sampai akhir tahun pengusahaan sebesar Rp. 19.894.644.000,-. 5.8
Analisa Laba/Rugi dan Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan
5.8.1 Analisa Laba/Rugi Pengusahaan Tanaman Kehutanan Analisa laba/rugi diperlukan untuk mengetahui besarnya keuntungan atau kerugian yang diperoleh sampai dengan akhir jangka waktu pengusahaan yang telah ditetapkan, yaitu 60 tahun. Besarnya keuntungan atau kerugian tersebut didasarkan pada skenario-skenario yang telah dirancang, antara lain: 1. Skenario 1 Besarnya keuntungan atau kerugian pada skenario ini disajikan pada Lampiran 16 Berdasarkan Lampiran 16 dapat dijelaskan bahwa pada tahun ke-0 pengusahaan mengalami kerugian sebesar Rp. 80.510.000,-, pada tahun ke-1 mengalami kerugian sebesar Rp. 351.166.000,-. Kemudian pada tahun ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 masih mengalami kerugian masing-masing sebesar Rp. 367.469.000,-, Rp. 375.858.000,-, Rp. 377.384.000,- dan Rp. 458.910.000,-.
84
Sedangkan pada tahun ke-6 hingga tahun ke-9 kerugian yang dialami sebesar Rp. 378.910.000,-. Pada tahun ke-10 pengusahaan masih mengalami kerugian sebesar Rp. 458.910.000,-. Walaupun pada tahun ke-11 hingga tahun ke-30 sudah memperoleh pendapatan dari hasil penjualan kayu Sengon dan Akasia tetapi masih mengalami kerugian, rata-rata sebesar Rp. 173.666.000,- per tahun. Selanjutnya pada tahun ke-31 hingga akhir tahun pengusahaan, yaitu tahun ke-60 mengalami keuntungan, rata-rata sebesar Rp. 44.950.000,- per tahun. Besarnya keuntungan ini diperoleh dari hasil penjualan kayu Sengon, Akasia, Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni. Total pendapatan pada pola ini sampai akhir tahun pengusahaan sebesar Rp. 26.526.192.000,- sedangkan total pengeluaran sebesar Rp. 32.636.853.000,-. Dengan demikian pada pola ini, pengusahaan tanaman kehutanan mengalami kerugian sebesar Rp. 6.110.661.000,-. 2. Skenario 2 Besarnya keuntungan atau kerugian pada skenario ini disajikan pada Lampiran 17 Berdasarkan Lampiran 17 dapat dijelaskan bahwa pada tahun ke-0 pengusahaan mengalami kerugian sebesar Rp. 80.510.000,-, pada tahun ke-1 mengalami kerugian sebesar Rp. 361.494.000,-. Kemudian pada tahun ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 masih mengalami kerugian masing-masing sebesar Rp. 379.654.000,-, Rp. 389.031.000,-, Rp. 390.737.000,- dan Rp. 472.442.000,-. Sedangkan pada tahun ke-6 hingga tahun ke-9 kerugian yang dialami sebesar Rp. 392.442.000,-. Pada tahun ke-10 pengusahaan masih mengalami kerugian sebesar Rp. 472.442.000,-. Walaupun pada tahun ke-11 hingga tahun ke-30 sudah memperoleh pendapatan dari hasil penjualan kayu Sengon dan Akasia tetapi masih mengalami kerugian, rata-rata sebesar Rp. 208.359.000,- per tahun. Walaupun sudah memperoleh pendapatan dari hasil penjualan kayu Sengon, Akasia, Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni tetapi pada tahun ke-31 hingga akhir tahun pengusahaan, yaitu tahun ke-60 masih mengalami kerugian, rata-rata sebesar Rp. 43.376.000,- per tahun. Total pendapatan pada pola ini sampai akhir tahun pengusahaan sebesar Rp. 19.894.644.000,- sedangkan total pengeluaran
85
sebesar Rp. 29.479.178.000,-. Dengan demikian pada pola ini, pengusahaan tanaman kehutanan mengalami kerugian sebesar Rp. 9.584.534.000,-. 3. Skenario 3 Besarnya keuntungan atau kerugian pada skenario ini disajikan pada Lampiran 18 Berdasarkan Lampiran 18 dapat dijelaskan bahwa pada tahun ke-0 pengusahaan mengalami kerugian sebesar Rp. 80.510.000,-, pada tahun ke-1 mengalami kerugian sebesar Rp. 330.591.000,-. Kemudian pada tahun ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 masih mengalami kerugian masing-masing sebesar Rp. 342.248.000,-, Rp. 348.171.000,-, Rp. 349.248.000,- dan Rp. 430.325.000,-. Sedangkan pada tahun ke-6 hingga tahun ke-9 kerugian yang dialami sebesar Rp. 350.325.000,-. Pada tahun ke-10 pengusahaan masih mengalami kerugian sebesar Rp. 430.325.000,-. Walaupun pada tahun ke-11 hingga tahun ke-30 sudah memperoleh pendapatan dari hasil penjualan kayu Sengon dan Akasia tetapi masih mengalami kerugian, rata-rata sebesar Rp. 172.401.000,- per tahun. Selanjutnya pada tahun ke-31 hingga akhir tahun pengusahaan, yaitu tahun ke-60 mengalami keuntungan, rata-rata sebesar Rp. 45.399.000,- per tahun. Besarnya keuntungan ini diperoleh dari hasil penjualan kayu Sengon, Akasia, Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni. Total pendapatan pada pola ini sampai akhir tahun pengusahaan sebesar Rp. 26.526.192.000,- sedangkan total pengeluaran sebesar Rp. 32.324.954.000,-. Dengan demikian pada pola ini, pengusahaan tanaman kehutanan mengalami kerugian sebesar Rp. 5.798.762.000,-. 5.8.2 Analisa Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan Analisa finansial digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari kegiatan pengusahaan tanaman kehutanan pada setiap skenario yang telah dirancang sebelumnya. Analisa finansial pada penelitian ini dipengaruhi oleh suku bunga yang berlaku, yaitu 14%. Selain pada tingkat suku bunga 14%, dianalisa juga pada tingkat suku bunga 16% dan 18%. Kriteria kelayakan pada penelitian ini, yaitu NPV
0, BCR
1 dan IRR
suku bunga bank pada saat penilaian.
86
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada Lampiran 19, 20 dan 21 yang telah dilakukan terhadap arus penerimaan dan pengeluaran pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi didapat hasil analisa finansial seperti tercantum pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Analisa Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan pada Tingkat Suku Bunga yang Berlaku (14%) Pola Pengusahaan Tanaman Kehutanan No Komponen Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 1 NPV (Rp) -2.090.158.000,- -2.215.350.000,- -1.964.576.000,0,24 2 BCR 0,23 0,18 3 IRR (%) Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa ketiga pola pengusahaan tanaman kehutanan tidak layak diusahakan sebab tidak memenuhi ketiga kriteria yang dipakai, yaitu NPV
0, BCR
1 dan IRR
suku bunga bank pada saat penilaian,
yaitu 14%. Pada penilaian finansial ketiga pola pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi didapatkan hasil NPV negatif pada suku bunga yang berlaku yaitu 14%. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga pola pengusahaan tanaman kehutanan tidak layak diusahakan pada tingkat suku bunga tersebut. Pendapatan pengusahaan tanaman kehutanan yang besarnya sama dengan Nilai NPV diperoleh. Pada pola skenario 1 nilai NPV yang diperoleh negatif sebesar Rp. 2.090.158.00,-, pada pola skenario 2 nilai NPV yang diperoleh negatif sebesar Rp. 2.215.350.000,- dan pada pola skenario 3 nilai NPV yang diperoleh negatif Rp. 1.964.576.000,-. Angka tersebut menunjukkan perbandingan pendapatan dengan pengeluaran yang telah didiskontir dengan suku bunga yang telah ditetapkan. Nilai BCR dicapai pada tingkat suku bunga 14% untuk pola skenario 1, yaitu 0,23, untuk pola skenario 2 sebesar 0,18 dan untuk pola skenario 3 sebesar 0,24. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga pola pengusahaan tanaman kehutanan tidak layak diusahakan (tidak dapat memberikan keuntungan) pada tingkat suku bunga yang berlaku.
87
Nilai IRR untuk masing-masing pola pengusahaan tanaman skenario 1, skenario 2 dan skenario 3 berturut-turut tidak dapat dihitung sebab nilai NPV dari ketiga pola pengusahaan tersebut bernilai negatif pada semua tingkat suku bunga artinya ketiga pola pengusahaan tanaman kehutanan ini tidak memberikan gambaran yang layak pada tingkat suku bunga yang berlaku. Berdasarkan penilaian finansial yang dilakukan diketahui bahwa ketiga pola pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi yang dirancang tidak layak untuk diusahakan. Biaya-biaya tersebut didasarkan pada rencana biaya perawatan serta biaya pertamanan dan penghijauan di daerah milik jalan tol Jagorawi tahun 2007. Sebagai perbandingan, disajikan data mengenai standar biaya pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.48/MENHUT-II/2007 yang terdapat pada Lampiran 22 Adapun biaya-biaya pengusahaan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan standar biaya pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.48/MENHUT-II/2007 antara lain : 1. Biaya Pengadaan Bibit Biaya pengadaan bibit yang dikeluarkan pada pengusahaan tanaman kehutanan per hektar pada skenario 1 sebesar Rp. 3.223.000,-, skenario 2 Rp. 3.466.000,- dan skenario 3 sebesar Rp. 2.915.000,- sehingga rata-rata biaya pengadaan bibit sebesar Rp. 3.201.000,-. Sedangkan biaya pengadaan bibit berdasarkan standar biaya pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) per hektar berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.48/MENHUTII/2007 pada Rayon tertinggi, yaitu Rayon IV sebesar Rp. 2.050.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pengadaan bibit pengusahaan tanaman kehutanan 36% lebih besar jika dibandingkan dengan standar biaya pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Hal yang menyebabkan tingginya biaya pengadaan bibit adalah PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi belum melakukan kegiatan penyemaian tanaman secara mandiri tetapi membeli dari supplier-supplier bibit yang ada di sekitar Jabodetabek dan Jawa Barat.
88
2. Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan yang dikeluarkan pada pengusahaan tanaman kehutanan per hektar pada skenario 1 sebesar Rp. 10.865.000,-, skenario 2 Rp. 10.845.000,dan skenario 3 sebesar Rp. 10.897.000,- sehingga rata-rata biaya pemeliharaan sebesar Rp. 10.869.000,-. Sedangkan biaya pemeliharaan berdasarkan standar biaya pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) per hektar berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.48/MENHUT-II/2007 pada Rayon tertinggi, yaitu Rayon IV sebesar Rp. 2.796.300,-. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pemeliharaan pengusahaan tanaman kehutanan 74% lebih besar jika dibandingkan dengan standar biaya pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Hal yang menyebabkan tingginya biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi mengikuti standar upah pasaran yang ada di DKI Jakarta dan Jawa Barat. 3. Biaya Gaji Pegawai Biaya gaji pegawai yang dikeluarkan pada pengusahaan tanaman kehutanan per hektar dari 3 skenario sebesar Rp. 4.500.000,-. Sedangkan biaya administrasi dan umum berdasarkan standar biaya pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) per hektar berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.48/MENHUT-II/2007 pada Rayon tertinggi, yaitu Rayon IV sebesar Rp. 1.031.250,-. Hal ini menunjukkan bahwa biaya gaji pegawai pada pengusahaan tanaman kehutanan 77% lebih besar jika dibandingkan dengan standar biaya pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Hal yang menyebabkan tingginya biaya gaji pegawai pada penelitian ini adalah biaya tersebut mengikuti standar gaji yang berlaku di PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi. 5.9
Analisa Kepekaan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Menurut Nugroho (2005) analisa kepekaan (sensitivity analysis) adalah
suatu teknik untuk menguji sejauh mana hasil analisis yang telah dilakukan peka terhadap perubahan faktor-faktor yang berpengaruh. Analisa kepekaan dilakukan pada 3 skenario yang telah dirancang berdasarkan analisa finansial sebelumnya sebagai berikut :
89
5.9.1 Kepekaan Terhadap Perubahan Biaya Pengusahaan Perubahan biaya pengusahaan tanaman kehutanan akan berpengaruh terhadap penerimaan dan tingkat keuntungan. Dengan membandingkan biaya pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.48/MENHUT-II/2007 dengan biaya pengusahaan tanaman kehutanan yang telah dirancang pada setiap skenario, biaya pengusahaan diasumsikan akan turun. Persentase penurunan biaya pengusahaan dirancang pada kisaran 40%, 50%, 60%, 70%, dan 80%. Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada Lampiran 23, 24 dan 25 yang telah dilakukan terhadap arus penerimaan dan pengeluaran pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi didapat hasil analisa kepekaan seperti tercantum pada Tabel 29. Tabel 29. Hasil Analisa Kepekaan Pengusahaan Tanaman Kehutanan pada Tingkat Suku Bunga yang Berlaku (14%) Pola Pengusahaan Tanaman Penurunan Biaya Kehutanan Komponen Pengusahaan (%) Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 40 (1.001.922) (1.140.084) (926.577) 50 (729.864) (871.267) (667.076) NPV (Rp) (dalam ribuan 60 (457.806) (602.449) (407.575) rupiah) 70 (185.747) (333.632) (148.075) 80 86.311 (64.814) 111.426 40 0,39 0,29 0,40 50 0,46 0,35 0,49 BCR 60 0,58 0,44 0,61 70 0,77 0,59 0,81 80 1,16 0,88 1,21 40 50 6,14 IRR (%) 60 8,16 8,52 70 11,18 8,56 11,64 80 15,66 12,64 16,24 Berdasarkan Tabel 29 diketahui bahwa apabila biaya pengusahaan turun sebesar 40-70%, maka ketiga pola pengusahaan tidak layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV < 0, nilai BCR < 1 dan nilai IRR < suku bunga yang berlaku. Sedangkan apabila biaya pengusahaan turun sebesar 80%, maka
90
pola pengusahaan skenario 1 dan skenario 3 layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan dengan terpenuhinya ketiga kriteria yang dipakai, yaitu NPV BCR
1 dan IRR
0,
suku bunga bank pada saat penilaian, yaitu 14%. Untuk pola
pengusahaan skenario 2 tidak layak untuk diusahakan sebab tidak memenuhi ketiga kriteria yang dipakai. Besarnya nilai NPV untuk pola pengusahaan skenario 1 dan skenario 3 berturut-turut sebesar Rp. 86.311.000,- dan Rp. 111.426.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penurunan biaya pengusahaan sebesar 80% pada kedua pengusahaan tersebut akan diperoleh keuntungan sebesar nilai NPV tersebut. Sedangkan nilai BCR untuk pola pengusahaan skenario 1 dan skenario 3 berturut-turut sebesar 1,16 dan 1,21. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penurunan biaya pengusahaan sebesar 80% kedua pola pengusahaan tersebut layak diusahakan (dapat memberikan keuntungan) pada tingkat suku bunga yang berlaku. Nilai IRR untuk masing-masing pola pengusahaan tanaman skenario 1 dan skenario 3 berturut-turut sebesar 15,66% dan 16,24% artinya dengan penurunan biaya pengusahaan sebesar 80% kedua pola pengusahaan tanaman kehutanan ini masih memberikan gambaran yang layak pada tingkat suku bunga tersebut untuk masing-masing pola pengusahaan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1.
Secara keseluruhan persepsi pengguna jalan mengenai pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi memiliki potensi yang cukup baik untuk diusahakan.
2.
Pola-pola pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi adalah komposisi 80% lahan tanaman kehutanan dan 20% lahan tanaman penghias, komposisi 60% lahan tanaman kehutanan dan 40% lahan tanaman penghias serta komposisi 80% lahan tanaman kehutanan tanpa tanaman penghias. Jenis tanaman kehutanan yang dikembangkan adalah Jati (Tectona grandis), Pinus (Pinus sp.), Meranti (Shorea sp.), Mahoni (Swietenia sp.), Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Akasia (Acacia sp.) sedangkan jenis tanaman penghias adalah Beringin (Ficus benyamina), Dadap merah (Erythrina cristagalli), Flamboyan (Delonix regia), Kembang kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Kembang sapu tangan (Maniltoa grandiflora), Tanjung (Mimusops elengi) dan Trembesi (Samanea saman).
3.
Sistem penataan areal penanaman dengan sistem blok dan sistem pemanenan tanaman adalah tebang habis pada setiap blok tanaman kehutanan sesuai dengan masing-masing daur tanaman kehutanan dan sesuai dengan sistem pemanenan berdasarkan estetika. Model sketsa pemanenan tanaman kehutanan dengan menggunakan model sketsa b.
4.
Dengan metode analisa arus uang berdiskonto pada tingkat suku bunga 14%, ketiga pola pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi tidak layak diusahakan. Hal ini disebabkan pola skenario yang dirancang tidak memenuhi kriteria kelayakan, yaitu NPV IRR
5.
0, BCR
1 dan
penurunan
biaya
suku bunga yang berlaku.
Analisa
kepekaan
(sensitivity
analysis)
terhadap
pengusahaan ketiga pola pengusahaan tidak layak diusahakan bila terjadi penurunan sebesar 40-70%. Sedangkan jika terjadi penurunan biaya pengusahaan sebesar 80%, pola pengusahaan skenario 1 dan skenario 3 masih
92
layak diusahakan. Hal ini disebabkan kedua pola pengusahaan tersebut memenuhi kriteria kelayakan, yaitu NPV
0, BCR
1 dan IRR
suku bunga
yang berlaku. 6.2 Saran 1.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi dapat mempertimbangkan penerapan pengusahaan tanaman kehutanan di masa yang akan datang.
2.
PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi sebaiknya melakukan penambahan jenisjenis tanaman kehutanan pada lahan-lahan yang masih kosong agar jalur hijau di sepanjang jalan tol Jagorawi lebih indah.
3.
Perlu dilakukan penelitian mengenai nilai-nilai konservasi ditinjau dari sudut pandang ekonomi, misalnya pendugaan kandungan nilai karbon, nilai ekonomi air dan sebagainya.
4.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengusahaan tanaman kehutanan di daerah-daerah milik jalan tol lainnya .
DAFTAR PUSTAKA Alder, D. 1995. Growth Modelling for Mixed Tropical Forest. Oxford Forestry Institut. Departement of Plant Science University of Oxford. Halaman 6388. Aminah. 2003. Analisis Manfaat Panggunaan Hutan Tanaman Acacia mangium sebagai Pengikat Karbon [skripsi]. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan. Basuni, S. 2003. Inovasi Institusi untuk Meningkatkan Kinerja Daerah Penyangga Kawasan Konservasi (Studi Kasus di Taman Nasional Gunung GedePangrango, Jawa Barat) [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Budiaman, A. 1996. Dasar-dasar teknik Pemanenan Kayu. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota: untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Hidup. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Jakarta. Darusman, D. 1981. Pengantar Perencanaan Pembangunan Kehutanan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Departemen Pekerjaan Umum. 2004. Laporan Akhir: Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol. http://penataanruang.pu.go.id/ta/Lapak04/P1/JalanTol/Bab2. pdf [19 Nop 2007]. Dinas Kehutanan Provinsi Dati I Sulawesi Selatan. 1990. Studi Kelayakan Pembangunan Hutan Tanaman Industri Unit Sumpatu-Tangka Kabupaten Dati II Bone Provinsi Dati I Sulawesi Selatan. Proyek Pembangunan Hutan Tanaman Industri Provinsi Sulawesi Selatan. Ujung Pandang. Direktorat Jendral Kehutanan. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Direktorat Jendral Kehutanan. Departemen Pertanian, Jakarta. Doelle, L. L. 1985. Akustik Lingkungan. Prasetio, L, penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Environmental Acoustics. Donie, S. Produktivitas Hutan Rakyat Melalui Beberapa Kebijakan Pembangunan. Prosiding Hasil Penelitian Konservasi Tanah dan Hutan Rakyat . Halaman 24-42. Malang. Duryatmo, S. 2008. Para Jagoan Serap Karbondioksida dalam TRUBUS 459. Februari. Fakuara, M. Y. 1987. Hutan Kota Ditinaju dari Aspek Nasional. Seminar Hutan Kota DKI Jakarta.
94
Ginting, A. N. G., D. Prameswari, dan N. Rochyat. 1999. Budidaya Kayu Afrika. Sekretariat Penghijauan dan Reboisasi Pusat. Jakarta. Hambali, E. 2007. Prospek Pengembangan Jarak Pagar. http://id.sbrcipb.com/content/view/16/27/1/0/ [4 Agustus 2008]. Hendrawan, L. 2006. Tingkat Pemanfaatan Tebangan Kayu Mangium (Acacia mangium Wild.) Pada Hutan Tanaman Industri Kayu Pertukangan (Studi Kasus di BKPH Parungpanjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten) [skripsi]. Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan. Heriansyah, E. 2006. Meranti (Shorea sp.), Mampukah Menjadi Primadona HTI Indonesia?. http://io.ppi-jepang.org/cetak.php?id=204 [1 April 2009]. Irwan, Z. D. 1989. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Komunitas dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara. Irwanto. 2006. Usaha Pengembangan Jati (Tectona grandis http://www.geocities.com/irwantoforester/jati.doc [4 Agustus 2008].
L.f).
Irwanto. 2007. Budidaya Jenis-jenis Tanaman Kehutanan. http://www.freewebs.com/irwantoforester/tanamanhutan. pdf [6 Januari 2008]. Iskandar dan Sumijorto. 2001. Studi Potensi Pengembangan Hutan Rakyat Jati di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Balai Teknologi DAS Ujung Pandang. Jauhari, R. 2003. Studi Potensi dan Pengembangan Hutan Rakyat Sengon di Kabupaten Garut [skripsi]. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan. Matius, P. 1995. Pengaruh Tebang Pilih Terhadap Komposisi Jenis pada Hutan Dipterocarpa Campuran di Kalimantan Timur/Indonesia. Mulawarman University, Samarinda. Nugraha, M. 1998. Mengenal Jenis Kayu Marsusi/Afrika. Laporan Pengamatan Jenis Kayu. Dinas PKT Bengkulu Utara. Nugrahani, P. 2005. Faktor Fisiologis Tanaman yang Menentukan Serapan Polutan Gas NO2 dan Nilai Visual Jalur Hijau Jalan Kota Surabaya [tesis]. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Nugroho, B. 1995. Perencanaan Pemanenan Kayu. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Nugroho, B. 2001. Paparan Teoritis: Menghitung Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan. Buletin Surili. Edisi 21/2001:17-20.
95
Nugroho, B. 2002. Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Nugroho, B. 2005. Ekonomi Keteknikan (Engineering Economic) : Analisis Finansial Investasi Kehutanan & Pertanian. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Permana, H. 2006. Penentuan Luasan Optimal Jalur Hijau sebagai Penyerap Gas CO2 (Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi, Ruas Ciawi-TMII) [skripisi]. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan. Rachmawati, D. S. 2005. Peranan Hutan Kota dalam Menjerap dan Menyerap Timbal (Pb) di Udara Ambien (Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi Bogor) [skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan. Rahmadi, D. 2003. Prestasi Kerja Penebangan Akasia (Acacia mangium Wild.) (Studi Kasus di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten) [skripsi]. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan. Rakhman, S. 2000. Lahan dan Penggunaannya. Buletin Eidelweiss Vol. Nopember 2000: 16-18. Samingan, T. 1982. Dendrologi. Jakarta: Gramedia. Sari, A. N., Setiadi, D. dan Sutriah, K. 2004. Kemampuan Beberapa Jenis Tanaman Penghijauan Dalam Mereduksi Dampak Emisi Unsur Pb di Udara. Jurnal Analisis Lingkungan. Vol. 1 No. 2: 81-86. Simon, H. 2008 Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat (Cooperative Forest Management). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soediono, Y. 1983. Potensi dan Penyebaran Hutan Pinus di Jawa. Makalah pada Simposium Hutan Pinus, Jakarta. Tidak diterbitkan. Soeharto, I. 2001. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta: Erlangga. Soekotjo. 2004. Atasi Kerusakan Hutan 2,6 Juta Hektar/Tahun. http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Metropolis&id=60 262 [13 Mei 2009]. Sofiyuddin, M. 2007. Potensi Tegakan Hutan Rakyat Jati dan Mahoni yang Tersertifikasi untuk Perdagangan Karbon (Studi Kasus di Desa Selopuro, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri) [skripsi]. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan. Staaf, K. A. G. and N. A. Wiksten. 1984. Tree Harvesting Techniques. Martinus Nijhoff/Dr. W. Junk Publishers. Dordrecht/Boston/Lancaster.
96
Stenzel, G., Walbridge, T. A., and Pearce, J. K. 1985. Logging and Pulpwood Production. Jhon Wiley & Sons. Inc. New York, USA. Toronto, Canada. Sudarto, Y. 1997. Tengkawang : Maskot Kalimantan Barat Penghuni Hutan Tropis. Balai Pustaka, Jakarta. Sudaryanto. 1988. Investasi Dalam Pembangunan Hutan Tanaman. Technical Notes Vol. II (2) : 40-44. Sumarna, Y. 2001. Budidaya Jati. Jakarta : Penebar Swadaya. Suparno. 2000. Analisis Finansial dan Nilai Tegakan Pengusahaan Hutan Pinus (Pinus merkusii Jungh, et de Vriese) (Studi Kasus di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat) [skripsi]. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan. Swain, and Davis, S.M. 1978. Remote Sensing : The Quantitative Approach. McGraw-Hill International Book Co. : New York. Tedja, S. 1977. Rencana Pemungutan Getah Pinus di BKPH Lawu. Duta Rimba, Jakarta. Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Edisi 2. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Vanclay, J. K. 1994. Modelling Forest Growth and Yield : Aplication to Mixed Tropical Forest. Guildford: CAB International.
LAMPIRAN
98
Lampiran 1 Peta Jalan Tol Jagorawi
99
Lampiran 2. Data Pohon dan Tanaman Pelindung/Penghijauan di Jalan Tol Jagorawi No. Jenis Tanaman Jumlah Tanaman Luas (m²) Luas (ha) 1
Jarak Pagar
8.053
6.878,67
0,69
2
Tanjung
1.432
12.933,00
1,29
3
Syzium
750
6.750,00
0,68
4
Golodokan
75
675,00
0,07
5
Kelapa sawit
5
50,00
0,01
6
Kamboja
50
125,00
0,01
7
Dadap merah
1.084
5.420,00
0,54
8
Kembang kupu-kupu
245
1.425,00
0,14
9
Beringin
350
3.150,00
0,32
10
Trembesi
100
900,00
0,09
11
Mahoni
1.015
9.135,00
0,91
12
Jati
125
1.125,00
0,11
13
Gmelina
3.250
29.250,00
2,93
14
Sengon
4.379
39.411,00
3,94
15
Akasia
3.572
32.148,00
3,21
16
Stepertya
500
1.000,00
0,10
17
Salak
9.800
9.800,00
0,98
18
Teh-tehan
2.000
1.800,00
0,18
19
Meranti
1.200
6.000,00
0,60
37.985
167.975,67
16,80
Jumlah
100
Lampiran 3. Jenis-jenis Tanaman yang ditanam oleh CV. Gumelar Persada Jalur
Lokasi (KM)
I A A A B B B B II A A A A A B B B B B B
Bogor- Int. Bogor 43+500-43+000 43+000-42+000 42+000-41+000 43+500-43+000 43+000-42+000 42+000-41+000 41+000-40+000 Int. Bogor-Ciawi-Int. Bogor 41+000-42+000 42+000-43+000 43+000-44+000 44+000-45+000 45+000-46+000 40+000-41+000 41+000-42+000 42+000-43+000 43+000-44+000 44+000-45+000 45+000-46+000
Tahun Tanam Tahun Tanam 1999-2004 2005-2007 Jenis Tanaman Jenis Tanaman Sengon Mindi Akasia Sengon Mindi Akasia Afrika 120 30 540 8 27 27 10
160 85 197 172 81 59 43
516 480 302 30
309 389 157 29 6
197 360 460 17 244
262 359 330 142 46
430 194 150 24 183 200 275
100 354 270
Tahun Tanam 2008 Jenis Tanaman Sengon Mindi
50 350
150
650 385
500 900
203 200
300
68
2
50
Jumlah Pohon
710 359 1.437 204 941 671 328 1.625 1.869 813 329 6 197 622 1.092 547 386 46
101
Lampiran 3 Lanjutan Jalur III A B IV A A B B V A A A A A A A A A A
Lokasi (KM) Int. Ciawi-Ciawi 46+000-47+600 46+000-47+600 Int. Ciawi-Gadog 46+000-47+000 47+000-48+200 46+000-47+000 47+000-48+200 Int. Bogor-Jakarta 41+000-40+000 40+000-39+000 39+000-38+000 38+000-37+000 37+000-36+000 36+000-35+000 35+000-34+000 34+000-33+000 33+000-32+000 32+000-31+000
Tahun Tanam 1999-2004 Jenis Tanaman Sengon Mindi Akasia
Sengon
Tahun Tanam 2005-2007 Jenis Tanaman Mindi Akasia
Afrika
Tahun Tanam Jumlah 2008 Pohon Jenis Tanaman Sengon Mindi
60 4
34 54
153 236
247 294
3 5
19 120 79 68
86 138 81 103
108 263 160 248
20 132 105 85 38
31 83 39
200
132
100 1.400 400
180 17 203
51 344 404 208
659 677 1.051 1.055 2.150 400 233 1.030 622 436
77 608 262 657 250 182 506 201 25
250 870 330
102
Lampiran 3 Lanjutan Jalur A A A A B B B B B B B B B B B B B B B B B
Lokasi (KM) 31+000-30+000 29+000-28+000 25+000-24+000 20+000-19+000 41+000-40+000 40+000-39+000 39+000-38+000 38+000-37+000 37+000-36+000 36+000-35+000 35+000-34+000 34+000-33+000 33+000-32+000 32+000-31+000 31+000-30+000 30+000-29+000 29+000-28+000 28+000-27+000 27+000-26+000 26+000-25+000 25+000-24+000 Jumlah
Tahun Tanam 1999-2004 Jenis Tanaman Sengon Mindi Akasia 85 39 109 5 187 53 43 126 157 344 414 83 186 277 63 2 134 5 100 70 115 101 244 285 80 154 112 95 65 214 14 193 71 14 1.235 5 33 1.346 63 54 6.843 29 9 327 17 3 23 63 27 1.252 5 59 221 8.390 4.972 16.948
Sengon
Tahun Tanam 2005-2007 Jenis Tanaman Mindi Akasia
Afrika
250 1.500 500 100
20
4.303
68
2.100
22
Tahun Tanam 2008 Jumlah Jenis Tanaman Pohon Sengon Mindi 233 192 53 43 627 683 342 389 1.785 845 619 272 421 1.320 1.384 6.960 385 20 23 1.342 285 3.185 50 40.038
103
Lampiran 4 Jenis-jenis Tanaman yang ditanam oleh PT. Widyamita TANAMAN INVESTOR No I 1 2 3 4 5 6
Jalur
Jakarta - Bogor (A) Jakarta - Bogor (A) Jakarta - Bogor (A) Jakarta - Bogor (A) Jakarta - Bogor (A) Jakarta - Bogor (A) Sub. Jumlah 1 Bogor - Jakarta (B) 2 Bogor - Jakarta (B) 3 Bogor - Jakarta (B) 4 Bogor - Jakarta (B) 5 Bogor - Jakarta (B) Sub. Jumlah Jumlah Jati Putih/Gmelina II 1 Jakarta - Bogor (A) 2 Jakarta - Bogor (A) Sub. Jumlah Total yang ditanam
Lokasi (KM)
Jenis Pohon
Tanggal Penanaman
16+000-17+000 17+000-18+000 20+000-21+000 21+000-22+000 22+000-23+000 23+000-24+000
Jati Putih/Gmelina Jati Putih/Gmelina Jati Putih/Gmelina Jati Putih/Gmelina Jati Putih/Gmelina Jati Putih/Gmelina
30 Maret 2005 31 Maret 2005 01 April 2005 09 Februari 2005 10 Februari 2005 12 Februari 2005
22+000-23+000 23+000-24+000 21+000-22+000 22+000-23+000 14+000-15+000
Jati Putih/Gmelina Jati Putih/Gmelina Jati Putih/Gmelina Jati Putih/Gmelina Jati Putih/Gmelina
02 Februari 2005 05 Februari 2005 08 Februari 2005 04 Februari 2005 29 Maret 2005
18+000-19+000 19+000-20+000
Sengon Sengon
26 Januari 2005 28 Januari 2005
Jumlah
Kewajiban Investor Jenis Tanaman Mahoni Tanaman Hias
400 200 700 338 420 280 2.338 750 550 283 200 271 2.054 4.392
50,00 25,00 87,50 42,25 52,50 35,00
1.600 896 2.496 6.888
200,00 112,00
172,2
93,75 68,75 35,38 25,00 33,88
862,00
172,2
104
Lampiran 5. Jenis-Jenis Tanaman yang Ditanam oleh PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi Lokasi Jenis Jumlah Luas Luas No. (KM) Tanaman Tanaman (m²) (ha) Kembang kupu-kupu 100 500,00 0,05 1 3+867-4+900 Kelapa sawit 5 50,00 0,01 Kamboja 50 125,00 0,01 Dadap merah 162 810,00 0,08 2 5+400-5+800 Kembang kupu-kupu 95 475,00 0,05 Akasia 945 8.505,00 0,85 3 7+200-12+800 Sengon 400 3.600,00 0,36 4 7+200-7+800 Salak 800 800,00 0,08 5 8+000-9+000 Salak 600 600,00 0,06 6 10+000-10+200 Salak 700 700,00 0,07 7 11+400-11+600 Salak 850 850,00 0,09 Dadap merah 322 1.610,00 0,16 8 12+600-12+800 Salak 1.300 1.300,00 0,13 Akasia 900 8.100,00 0,81 9 14+000-23+000/A Sengon 541 4.869,00 0,49 Akasia 652 5.868,00 0,59 10 21+000-24+000/A Sengon 369 3.321,00 0,33 11 21+400-21+900 Salak 500 500,00 0,05 12 23+200-23+600 Salak 2.400 2.400,00 0,24 13 25+000-25+200 Teh-tehan 2.000 1.800,00 0,18 Akasia 80 720,00 0,07 14 25+000-26+000 Sengon 90 810,00 0,08 Akasia 300 2.700,00 0,27 15 25+200-27+300 Sengon 205 1.845,00 0,18 Dadap merah 600 3.000,00 0,30 16 26+000-27+500 Stepertya 500 1.000,00 0,10 17 27+800-28+600 Salak 1.050 1.050,00 0,11 Akasia 393 3.537,00 0,35 18 28+700-32+000 Sengon 400 3.600,00 0,36 19 29+000-30+000 Salak 800 800,00 0,08 Akasia 302 2.718,00 0,27 20 34+000-36+000 Sengon 504 4.536,00 0,45 21 35+000-35+300 Jarak pagar 453 1.812,00 0,18 22 37+000-38+000 Salak 400 400,00 0,04 23 38+000-39+000 Salak 400 400,00 0,04 Total 20.168 75.711,00 7,57
105
Lampiran 6 Model Sketsa Pemanenan Tanaman Kehutanan Sketsa a xxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxx
oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo
BOGOR
Sketsa b oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo BOGOR
JAKARTA oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo
xxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxx
JAKARTA oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo
Sketsa c oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo
xoooxoooxoooxo oxoxoxoxoxoxox ooxoooxoooxooo
BOGOR
oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo
ooxoooxoooxooo oxoxoxoxoxoxox xoooxoooxoooxo
xxxxxxxxxxxxxx oooooooooooooo xxxxxxxxxxxxxx
BOGOR
JAKARTA oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo
oooooooooooooo xxxxxxxxxxxxxx oooooooooooooo
Sketsa f oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo
xoxoxoxoxoxoxo xoxoxoxoxoxoxo xoxoxoxoxoxoxo
BOGOR
JAKARTA oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo
oooooooooooooo xxxxxxxxxxxxxx oooooooooooooo
BOGOR
Sketsa e oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo
oooooooooooooo oxoxoxoxoxoxox xoxoxoxoxoxoxo
Sketsa d
JAKARTA oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo
xoxoxoxoxoxoxo oxoxoxoxoxoxox oooooooooooooo o
xxxxxxxxxxxxxx oooooooooooooo xxxxxxxxxxxxxx
Keterangan : X = Pohon yang ditebang O = Pohon yang dipelihara
JAKARTA oooooooooooooo oooooooooooooo oooooooooooooo
xoxoxoxoxoxoxo xoxoxoxoxoxoxo xoxoxoxoxoxoxo
106
Lampiran 7 Perencanaan Kegiatan Pengusahaan Skenario 1 Tahun Sat Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38-60
Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Penyiapan Lahan, Penanaman dan Pemeliharaan Ke-1 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88
Jenis Kegiatan Pemeliharaan KePenebangan 2
3
4
Lanjutan
4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88
4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88
4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 4,08 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88
4,08 8,16 12,24 16,32 20,40 24,48 26,64 28,80 30,96 33,12 34,08 35,04 36,00 36,96 37,92 38,88 39,84 40,80 41,76 42,72 43,68 44,64 45,60 46,56 47,52 48,48 48,48 48,48 48,48 48,48 48,48 48,48 48,48 48,48
1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88
107
Lampiran 8 Perencanaan Kegiatan Pengusahaan Skenario 2 Tahun Sat Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38-60
Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Penyiapan Lahan, Penanaman dan Pemeliharaan Ke-1 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16
Jenis Kegiatan Pemeliharaan KePenebangan 2
3
4
Lanjutan
4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16
4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,08 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16
4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 4,56 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16
4,56 9,12 13,68 18,24 22,80 27,36 30,48 33,60 36,72 39,84 40,56 41,28 42,00 42,72 43,44 44,16 44,88 45,60 46,32 47,04 47,76 48,48 49,20 49,92 50,64 51,36 51,36 51,36 51,36 51,36 51,36 51,36 51,36 51,36
1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16
108
Lampiran 9 Perencanaan Kegiatan Pengusahaan Skenario 3 Tahun Sat Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38-60
Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Penyiapan Lahan, Penanaman dan Pemeliharaan Ke-1 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88
Jenis Kegiatan Pemeliharaan KePenebangan 2
3
4
Lanjutan
2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88
2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88
2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88
2,88 5,76 8,64 11,52 14,40 17,28 18,24 19,20 20,16 21,12 22,08 23,04 24,00 24,96 25,92 26,88 27,84 28,80 29,76 30,72 31,68 32,64 33,60 34,56 35,52 36,48 36,48 36,48 36,48 36,48 36,48 36,48 36,48 36,48
1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88
109
Lampiran 10 Komponen Biaya Pengusahaan Tanaman Kehutanan Perhektar NO
URAIAN
A I 1 2 3
BIAYA LANGSUNG Pekerjaan Persiapan Pengukuran Dokumentasi Perambuan - Rambu tanda orang kerja - Rambu tanda panah - Rambu kurangi kecepatan - Rambu tanda hati-hati - Rubbercone SUBTOTAL Pengadaan Bibit (Termasuk Sulaman)* Jati (Tinggi 40 cm-up) Pinus (Tinggi 50 cm-up) Meranti (Tinggi 50-70 cm) Mahoni (Tinggi 100-150 cm) Sengon (Tinggi 50-100 cm) Akasia (Tinggi 50-70 cm) Beringin (Tinggi 300 cm-up) Dadap merah (Tinggi 300 cm-up) Flamboyan (Tinggi 300 cm-up) Kembang kupu-kupu (Tinggi 300 cm-up) Kembang sapu tangan (Tinggi 300 cm-up)
II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
VOL
SAT
1 1
Lumsum Set
2 2 2 2 17
1.320 1.320 1.320 1.320 1.320 1.320 404 404 404 404 404
HARGA SATUAN UPAH MATRIAL (Rp) (Rp)
JUMLAH UPAH MATRIAL (Rp) (Rp)
TOTAL (Rp)
600.000
600.000
600.000 150.000
150.000
150.000
Buah Buah Buah Buah Buah
5.000 5.000 5.000 5.000 2.000
10.000 10.000 10.000 10.000 34.000
10.000 10.000 10.000 10.000 34.000 824.000
Bibit Bibit Bibit Bibit Bibit Bibit Bibit Bibit Bibit Bibit Bibit
2.000 7.500 2.500 2.500 1.500 1.500 25.000 25.000 25.000 20.000 20.000
2.640.000 9.900.000 3.300.000 3.300.000 1.980.000 1.980.000 10.100.000 10.100.000 10.100.000 8.080.000 8.080.000
2.640.000 9.900.000 3.300.000 3.300.000 1.980.000 1.980.000 10.100.000 10.100.000 10.100.000 8.080.000 8.080.000
110
Lampiran 10 Lanjutan NO 12 13 III
IV
V 1
2
URAIAN Tanjung (Tinggi 300 cm-up) Trembesi (Tinggi 300 cm-up) SUBTOTAL Pengadaan Pupuk Pupuk Kandang Pupuk Kimia (Urea+NPK) SUBTOTAL Penyiapan Lahan dan Penanaman Pembuatan dan pemasangan ajir tanam Pembuatan lubang tanam dan Penanaman SUBTOTAL Pemeliharaan Pemeliharaan Tahun Ke-1 Penyulaman Penyiraman dan Penyiangan Pemupukan Pendangiran SUBTOTAL Pemeliharaan Tahun Ke-2 Penyiangan Pemupukan Pendangiran SUBTOTAL
HARGA SATUAN UPAH MATRIAL (Rp) (Rp) 25.000 20.000
VOL
SAT
404 404
Bibit Bibit
50 100
Karung Kg
1.100 1.100
Batang Lubang
800 3.000
220 864 864 864
Lubang m² m² m²
3.000 120 2.300 2.100
864 864 864
m² m² m²
80 2.300 2.100
JUMLAH UPAH MATRIAL (Rp) (Rp) 10.100.000 8.080.000
7.000 19.000
100
160
880.000 3.300.000
660.000 103.680 1.987.200 1.814.400
69.120 1.987.200 1.814.400
TOTAL (Rp) 10.100.000 8.080.000 87.740.000
350.000 1.900.000
350.000 1.900.000 2.250.000
110.000
990.000 3.300.000 4.290.000
138.240
660.000 241.920 1.987.200 1.814.400 4.703.520 69.120 1.987.200 1.814.400 3.870.720
111
Lampiran 10 Lanjutan NO 3
4 5 V VI B 1
2 C 1 2 3
URAIAN
VOL
Pemeliharaan Tahun Ke-3 Penyiangan 864 Pemupukan 864 SUBTOTAL Pemeliharaan Tahun Ke-4 Pemangkasan 10 Pemeliharaan Lanjutan Pemangkasan 10 1.100 Penebangan 12 Biaya Operasional Kendaraan (BBM) BIAYA TIDAK LANGSUNG Gaji Pegawai Kepala Bagian 12 Kepala Sub Bagian 12 Pemeliharaan Peralatan 1 SUBTOTAL INVESTASI PERALATAN Pengadaan sarana budidaya 1 Pengadaan sarana administrasi/Komputer 2 Pengadaan sarana mobilisasi/Kendaraan 1 SUBTOTAL JUMLAH
Keterangan
SAT
HARGA SATUAN UPAH MATRIAL (Rp) (Rp)
JUMLAH UPAH MATRIAL (Rp) (Rp)
TOTAL (Rp)
m² m²
80 2.300
69.120 1.987.200
69.120 1.987.200 2.056.320
HOK
37.400
374.000
374.000
HOK Pohon Bulan
37.400 75.000
374.000 82.500.000
374.000 82.500.000 10.800.000
Bulan Bulan Tahun
8.500.000 14.000.000 4.025.500
Paket Unit Unit
900.000
4.025.500
510.000 5.000.000 70.000.000
: *Hasil Survey Harga Bibit di Nagrak, Sukabumi, Jawa Barat (2009)
10.800.000
102.000.000 168.000.000 4.025.500
4.025.500
510.000 10.000.000 70.000.000 372.545.820 185.797.740
102.000.000 168.000.000 8.051.000 278.051.000 510.000 10.000.000 70.000.000 80.510.000 547.543.560
112
Lampiran 11 Struktur Kebutuhan Biaya Skenario 1 (Dalam Ribuan Rupiah) Komponen Biaya Biaya Langsung
Tahun KePekerjaan Persiapan 0
-
Pengadaan Bibit -
Pengadaan Pupuk -
Biaya Tidak Langsung
Penyiapan lahan dan Penanaman
1
2
3
4
Lanjutan
-
-
-
-
-
-
Pemeliharaan
1
1.052
19.424
9.180
14.246
18.413
-
-
-
-
2
1.052
19.424
9.180
14.246
18.413
15.793
-
-
-
3
1.052
19.424
9.180
14.246
18.413
15.793
8.390
-
-
Penebangan
Biaya Operasional
-
-
-
Subtotal
-
Gaji Pegawai
Pemeliharaan Alat
-
-
Subtotal
Investasi Peralatan
-
80.510
ReInvestasi Peralatan
Total
80.510
10.800
73.115
270.000
8.051
278.051
-
10.800
88.908
270.000
8.051
278.051
510
367.469
-
10.800
97.297
270.000
8.051
278.051
510
375.858
-
351.166
4
1.052
19.424
9.180
14.246
18.413
15.793
8.390
1.526
-
10.800
98.823
270.000
8.051
278.051
510
377.384
5
1.052
19.424
9.180
14.246
18.413
15.793
8.390
1.526
1.526
-
10.800
100.349
270.000
8.051
278.051
80.510
458.910
6
1.052
19.424
9.180
14.246
18.413
15.793
8.390
1.526
1.526
-
10.800
100.349
270.000
8.051
278.051
510
378.910
7
1.052
19.424
9.180
14.246
18.413
15.793
8.390
1.526
1.526
-
10.800
100.349
270.000
8.051
278.051
510
378.910
1.526
-
10.800
100.349
270.000
8.051
278.051
510
378.910
8
1.052
19.424
9.180
14.246
18.413
15.793
8.390
1.526
9
1.052
19.424
9.180
14.246
18.413
15.793
8.390
1.526
1.526
-
10.800
100.349
270.000
8.051
278.051
510
378.910
10
1.052
19.424
9.180
14.246
18.413
15.793
8.390
1.526
1.526
-
10.800
100.349
270.000
8.051
278.051
80.510
458.910
11
963
8.395
9.180
12.355
13.546
15.793
8.390
1.526
1.526
158.400
10.800
240.874
270.000
8.051
278.051
510
519.435
12
963
8.395
9.180
12.355
13.546
11.148
8.390
1.526
1.526
158.400
10.800
236.229
270.000
8.051
278.051
510
514.790
13
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.526
1.526
158.400
10.800
231.061
270.000
8.051
278.051
510
509.622
14
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
15
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
80.510
589.174
16
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
17
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
18
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
19
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
20
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
80.510
589.174
21
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
113
Lampiran 11 Lanjutan Komponen Biaya Biaya Langsung
Tahun KePekerjaan Persiapan
Pengadaan Bibit
Pengadaan Pupuk
Biaya Tidak Langsung
Penyiapan lahan dan Penanaman
1
2
3
4
Lanjutan
Pemeliharaan
Penebangan
Biaya Operasional
Subtotal
Gaji Pegawai
Pemeliharaan Alat
230.613
270.000
8.051
Subtotal
Investasi Peralatan
ReInvestasi Peralatan
Total
510
509.174
22
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
23
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
24
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
25
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
80.510
589.174
26
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
27
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
28
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
29
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
510
509.174
30
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
158.400
10.800
230.613
270.000
8.051
278.051
80.510
589.174
31
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
510
588.374
32
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
510
588.374
33
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
510
588.374
34
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
510
588.374
35
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
80.510
668.374
36
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
510
588.374
37
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
510
588.374
38
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
510
588.374
39
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
510
588.374
40
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
80.510
668.374
41
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
510
588.374
278.051
42-60
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.526
237.600
10.800
309.813
270.000
8.051
278.051
Jumlah
58.675
614.004
421.200
760.219
861.434
704.161
368.164
65.884
85.452
10.296.000
648.000
14.883.193
16.200.000
483.060
16.683.060
80.510
510
588.374
990.090
32.636.853
114
Lampiran 12 Struktur Kebutuhan Biaya Skenario 2 (Dalam Ribuan Rupiah) Komponen Biaya Biaya Langsung
Tahun KePekerjaan Persiapan 0
-
Pengadaan Bibit -
Pengadaan Pupuk -
Biaya Tidak Langsung
Penyiapan lahan dan Penanaman
1
2
3
4
Lanjutan
-
-
-
-
-
-
Pemeliharaan
1
1.087
28.355
10.260
13.048
19.893
-
-
-
-
2
1.087
28.355
10.260
13.048
19.893
17.650
-
-
-
3
1.087
28.355
10.260
13.048
19.893
17.650
9.377
-
-
Penebangan
Biaya Operasional
-
-
-
Subtotal
-
Gaji Pegawai
Pemeliharaan Alat
-
-
Investasi Peralatan
ReInvestasi Peralatan
Total
Subtotal
-
80.510
-
80.510
10.800
83.443
270.000
8.051
278.051
-
361.494
-
10.800
101.093
270.000
8.051
278.051
510
379.654
-
10.800
110.470
270.000
8.051
278.051
510
389.031
-
4
1.087
28.355
10.260
13.048
19.893
17.650
9.377
1.705
-
10.800
112.176
270.000
8.051
278.051
510
390.737
5
1.087
28.355
10.260
13.048
19.893
17.650
9.377
1.705
1.705
-
10.800
113.881
270.000
8.051
278.051
80.510
472.442
6
1.087
28.355
10.260
13.048
19.893
17.650
9.377
1.705
1.705
-
10.800
113.881
270.000
8.051
278.051
510
392.442
7
1.087
28.355
10.260
13.048
19.893
17.650
9.377
1.705
1.705
-
10.800
113.881
270.000
8.051
278.051
510
392.442
1.705
-
10.800
113.881
270.000
8.051
278.051
510
392.442
8
1.087
28.355
10.260
13.048
19.893
17.650
9.377
1.705
9
1.087
28.355
10.260
13.048
19.893
17.650
9.377
1.705
1.705
-
10.800
113.881
270.000
8.051
278.051
510
392.442
10
1.087
28.355
10.260
13.048
19.893
17.650
9.377
1.705
1.705
-
10.800
113.881
270.000
8.051
278.051
80.510
472.442
11
910
6.296
10.260
9.266
10.160
17.650
9.377
1.705
1.705
118.800
10.800
196.930
270.000
8.051
278.051
510
475.491
12
910
6.296
10.260
9.266
10.160
8.361
9.377
1.705
1.705
118.800
10.800
187.641
270.000
8.051
278.051
510
466.202
13
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
1.705
1.705
118.800
10.800
177.306
270.000
8.051
278.051
510
455.867
14
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
15
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
80.510
534.969
16
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
17
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
18
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
19
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
20
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
80.510
534.969
21
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
115
Lampiran 12 Lanjutan Komponen Biaya Biaya Langsung
Tahun KePekerjaan Persiapan 22
Pengadaan Bibit
Biaya Tidak Langsung
Penyiapan lahan dan Penanaman
1
2
3
4
Lanjutan
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
Pengadaan Pupuk
Pemeliharaan
Penebangan
Biaya Operasional
1.705
118.800
10.800
Subtotal
Gaji Pegawai
Pemeliharaan Alat
270.000
8.051
Subtotal
Investasi Peralatan
ReInvestasi Peralatan
Total
510
454.969
910
6.296
23
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
24
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
25
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
80.510
534.969
26
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
27
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
28
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
29
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
510
454.969
30
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
118.800
10.800
176.408
270.000
8.051
278.051
80.510
534.969
31
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
510
514.369
32
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
510
514.369
33
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
510
514.369
34
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
510
514.369
35
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
80.510
594.369
36
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
510
514.369
37
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
510
514.369
38
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
510
514.369
39
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
510
514.369
40
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
80.510
594.369
41
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
510
514.369
176.408
278.051
42-60
910
6.296
4.860
9.266
10.160
8.361
4.442
808
1.705
178.200
10.800
235.808
270.000
8.051
278.051
Jumlah
56.366
598.368
356.400
593.798
706.909
586.182
306.967
55.023
95.505
7.722.000
648.000
11.725.518
16.200.000
483.060
16.683.060
80.510
510
514.369
990.090
29.479.178
116
Lampiran 13 Struktur Kebutuhan Biaya Skenario 3 (Dalam Ribuan Rupiah) Komponen Biaya Biaya Langsung
Tahun KePekerjaan Persiapan 0
-
Pengadaan Bibit -
Pengadaan Pupuk -
Biaya Tidak Langsung
Penyiapan lahan dan Penanaman
1
2
3
4
Lanjutan
-
-
-
-
-
-
Pemeliharaan
1
963
8.395
6.480
12.355
13.546
-
-
-
-
2
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
-
-
-
3
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
-
-
Penebangan
Biaya Operasional
-
-
-
Subtotal
-
Gaji Pegawai
Pemeliharaan Alat
-
-
Investasi Peralatan
ReInvestasi Peralatan
Total
Subtotal
-
80.510
-
80.510
10.800
52.540
270.000
8.051
278.051
-
330.591
-
10.800
63.687
270.000
8.051
278.051
510
342.248
-
10.800
69.610
270.000
8.051
278.051
510
348.171
-
4
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
-
10.800
70.687
270.000
8.051
278.051
510
349.248
5
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
-
10.800
71.764
270.000
8.051
278.051
80.510
430.325
6
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
-
10.800
71.764
270.000
8.051
278.051
510
350.325
7
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
-
10.800
71.764
270.000
8.051
278.051
510
350.325
1.077
-
10.800
71.764
270.000
8.051
278.051
510
350.325
8
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
9
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
-
10.800
71.764
270.000
8.051
278.051
510
350.325
10
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
-
10.800
71.764
270.000
8.051
278.051
80.510
430.325
11
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
12
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
13
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
14
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
15
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
80.510
588.725
16
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
17
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
18
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
19
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
20
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
80.510
588.725
21
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
117
Lampiran 13 Lanjutan Komponen Biaya Biaya Langsung
Tahun KePekerjaan Persiapan
Pengadaan Bibit
Pengadaan Pupuk 6.480
Biaya Tidak Langsung
Penyiapan lahan dan Penanaman
1
2
3
4
Lanjutan
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
Pemeliharaan
Penebangan
Biaya Operasional
158.400
10.800
Subtotal
Gaji Pegawai
Pemeliharaan Alat
270.000
8.051
Subtotal
Investasi Peralatan
ReInvestasi Peralatan
Total
510
508.725
22
963
8.395
23
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
24
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
25
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
80.510
588.725
26
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
27
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
28
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
29
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
510
508.725
30
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
158.400
10.800
230.164
270.000
8.051
278.051
80.510
588.725
31
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
510
587.925
32
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
510
587.925
33
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
510
587.925
34
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
510
587.925
35
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
80.510
667.925
36
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
510
587.925
37
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
510
587.925
38
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
510
587.925
39
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
510
587.925
40
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
80.510
667.925
41
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
510
587.925
230.164
278.051
42-60
963
8.395
6.480
12.355
13.546
11.148
5.922
1.077
1.077
237.600
10.800
309.364
270.000
8.051
278.051
Jumlah
57.787
503.712
388.800
741.312
812.768
657.713
343.488
61.396
60.319
10.296.000
648.000
14.571.294
16.200.000
483.060
16.683.060
80.510
510
587.925
990.090
32.324.954
118
Lampiran 14 Perkiraan Penghasilan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 1 dan Skenario 3 Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jumlah (Rp) x Rp. 1.000
0
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
1
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
2
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
3
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
4
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
5
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
6
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
7
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
8
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
9
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
10
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
11
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
12
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
13
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
14
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
15
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
16
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
17
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
18
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
19
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
20
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
21
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
22
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
23
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
Tahun Ke-
Volume (m³)
Harga (Rp/m³) x Rp. 1.000
Penghasilan (Rp) x Rp. 1.000
119
Lampiran 14 Lanjutan Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jumlah (Rp) x Rp. 1.000
24
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
25
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
26
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
27
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
28
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
29
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
Tahun Ke-
Volume (m³)
Harga (Rp/m³) x Rp. 1.000
Penghasilan (Rp) x Rp. 1.000
30
0
0
0
0
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
132.211
220.113
352.324
31
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
32
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
33
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
34
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
35
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
36
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
37
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
38
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
39
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
40
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
41
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
42
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
43
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
44
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
45
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
46-60
28,512
43,085
42,451
17,107
264,422
163,046
Jumlah
855,360
1292,544
1273,536
513,216
13221,120
8152,320
84.110
84.015
95.515
33.359
132.211
220.113
649.324
2.523.312
2.520.461
2.865.456
1.000.771
6.610.560
11.005.632
26.526.192
120
Lampiran 15 Perkiraan Penghasilan Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 2 Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jumlah (Rp) x Rp. 1.000
0
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
1
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
2
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
3
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
4
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
5
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
6
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
7
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
8
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
9
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
10
0
0
0
0
0
0
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
-
-
-
11
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
12
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
13
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
14
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
15
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
16
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
17
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
18
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
19
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
20
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
21
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
22
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
23
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
Tahun Ke-
Volume (m³)
Harga (Rp/m³) x Rp. 1.000
Penghasilan (Rp) x Rp. 1.000
121
Lampiran 15 Lanjutan Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jati
Pinus
Meranti
Mahoni
Sengon
Akasia
Jumlah (Rp) x Rp. 1.000
24
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
25
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
26
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
27
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
28
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
29
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
Tahun Ke-
Volume (m³)
Harga (Rp/m³) x Rp. 1.000
Penghasilan (Rp) x Rp. 1.000
30
0
0
0
0
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
-
-
-
-
99.158
165.084
264.243
31
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
32
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
33
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
34
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
35
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
36
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
37
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
38
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
39
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
40
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
41
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
42
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
43
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
44
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
45
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
46-60
21,384
32,314
31,838
12,830
198,317
122,285
2.950
1.950
2.250
1.950
500
1.350
Jumlah
641,52
969,408
955,152
384,912
9915,840
6114,240
63.083
63.012
71.636
25.019
99.158
165.084
486.993
1.892.484
1.890.346
2.149.092
750.578
4.957.920
8.254.224
19.894.644
122
Lampiran 16 Perhitungan Laba Rugi Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 1 Tahun Ke-
Penghasilan (Rp) x Rp. 1.000 Subtotal (Rp) x Rp. 1.000
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000 Biaya Tidak Investasi Re-Investasi Langsung Peralatan Peralatan 80,510 278,051 278,051 510 278,051 510 278,051 510 278,051 80,510
Subtotal (Rp) x Rp. 1.000
Pendapatan Bersih (Rp)
80,510 351,166 367,469 375,858 377,384 458,910
(80,510) (351,166) (367,469) (375,858) (377,384) (458,910)
1 2 3 4 5
Jati -
Pinus -
Meranti -
Mahoni -
Sengon -
Akasia -
-
Biaya Langsung 73,115 88,908 97,297 98,823 100,349
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
-
-
-
-
132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211
220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113
352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324
100,349 100,349 100,349 100,349 100,349 240,874 236,229 231,061 230,613 230,613 230,613 230,613 230,613 230,613 230,613 230,613
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051
510 510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510
378,910 378,910 378,910 378,910 458,910 519,435 514,790 509,622 509,174 589,174 509,174 509,174 509,174 509,174 589,174 509,174
(378,910) (378,910) (378,910) (378,910) (458,910) (167,111) (162,466) (157,299) (156,850) (236,850) (156,850) (156,850) (156,850) (156,850) (236,850) (156,850)
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
84,110
84,015
95,515
33,359
132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211
220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113
352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 649,324
230,613 230,613 230,613 230,613 230,613 230,613 230,613 230,613 230,613 309,813
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051
510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510
509,174 509,174 509,174 589,174 509,174 509,174 509,174 509,174 589,174 588,374
(156,850) (156,850) (156,850) (236,850) (156,850) (156,850) (156,850) (156,850) (236,850) 60,950
0
123
Lampiran 16 Lanjutan Tahun Ke-
Penghasilan (Rp) x Rp. 1.000 Subtotal (Rp) x Rp. 1.000
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000 Biaya Tidak Investasi Re-Investasi Langsung Peralatan Peralatan 278,051 510 278,051 510 278,051 510 278,051 80,510 278,051 510 278,051 510
Subtotal (Rp) x Rp. 1.000
Pendapatan Bersih (Rp)
588,374 588,374 588,374 668,374 588,374 588,374
60,950 60,950 60,950 (19,050) 60,950 60,950
32 33 34 35 36 37
Jati 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110
Pinus 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015
Meranti 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515
Mahoni 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359
Sengon 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211
Akasia 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113
649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324
Biaya Langsung 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110
84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015
95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515
33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359
132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211
220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113
649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324
309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051
510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510 510 510
588,374 588,374 668,374 588,374 588,374 588,374 588,374 668,374 588,374 588,374 588,374 588,374 668,374 588,374 588,374 588,374
60,950 60,950 (19,050) 60,950 60,950 60,950 60,950 (19,050) 60,950 60,950 60,950 60,950 (19,050) 60,950 60,950 60,950
54 55 56 57 58 59 60 Jumlah
84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 2,523,312
84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 2,520,461
95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 2,865,456
33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 1,000,771
132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 6,610,560
220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 11,005,632
649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 26,526,192
309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 309,813 14,883,193
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 16,683,060
510 80,510 510 510 510 510 80,510 990,090
588,374 668,374 588,374 588,374 588,374 588,374 668,374 32,636,853
60,950 (19,050) 60,950 60,950 60,950 60,950 (19,050) (6,110,661)
80,510
124
Lampiran 17 Perhitungan Laba Rugi Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 2 Tahun Ke-
Penghasilan (Rp) x Rp. 1.000 Subtotal (Rp) x Rp. 1.000
1 2 3 4 5
Jati -
Pinus -
Meranti -
Mahoni -
Sengon -
Akasia -
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
-
-
-
-
99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158
165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
63,083
63,012
71,636
25,019
99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158
165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084
0
264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 486,993
Biaya Langsung 83,443 101,093 110,470 112,176 113,881
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000 Biaya Tidak Investasi Re-Investasi Langsung Peralatan Peralatan 80,510 278,051 278,051 510 278,051 510 278,051 510 278,051 80,510
113,881 113,881 113,881 113,881 113,881 196,930 187,641 177,306 176,408 176,408 176,408 176,408 176,408 176,408 176,408 176,408
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051
510 510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510
176,408 176,408 176,408 176,408 176,408 176,408 176,408 176,408 176,408 235,808
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051
510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510
Subtotal (Rp) x Rp. 1.000 80,510 361,494 379,654 389,031 390,737 472,442 392,442 392,442 392,442 392,442 472,442 475,491 466,202 455,867 454,969 534,969 454,969 454,969 454,969 454,969 534,969 454,969 454,969 454,969 454,969 534,969 454,969 454,969 454,969 454,969 534,969 514,369
Pendapatan Bersih (Rp) (80,510) (361,494) (379,654) (389,031) (390,737) (472,442) (392,442) (392,442) (392,442) (392,442) (472,442) (211,249) (201,959) (191,624) (190,726) (270,726) (190,726) (190,726) (190,726) (190,726) (270,726) (190,726) (190,726) (190,726) (190,726) (270,726) (190,726) (190,726) (190,726) (190,726) (270,726) (27,376)
125
Lampiran 17 Lanjutan Tahun Ke-
Penghasilan (Rp) x Rp. 1.000 Subtotal (Rp) x Rp. 1.000
32 33 34 35 36 37
Jati 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083
Pinus 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012
Meranti 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636
Mahoni 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019
Sengon 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158
Akasia 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083
63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012
71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636
25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019
99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158
165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084
54 55 56 57 58 59 60 Jumlah
63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 63,083 1,892,484
63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 63,012 1,890,346
71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 71,636 2,149,092
25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 25,019 750,578
99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 99,158 4,957,920
165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 165,084 8,254,224
486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 19,894,644
Biaya Langsung 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000 Biaya Tidak Investasi Re-Investasi Langsung Peralatan Peralatan 278,051 510 278,051 510 278,051 510 278,051 80,510 278,051 510 278,051 510
235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051
510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510 510 510
235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 235,808 11,725,518
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 16,683,060
510 80,510 510 510 510 510 80,510 990,090
80,510
Subtotal (Rp) x Rp. 1.000 514,369 514,369 514,369 594,369 514,369 514,369 514,369 514,369 594,369 514,369 514,369 514,369 514,369 594,369 514,369 514,369 514,369 514,369 594,369 514,369 514,369 514,369 514,369 594,369 514,369 514,369 514,369 514,369 594,369 29,479,178
Pendapatan Bersih (Rp) (27,376) (27,376) (27,376) (107,376) (27,376) (27,376) (27,376) (27,376) (107,376) (27,376) (27,376) (27,376) (27,376) (107,376) (27,376) (27,376) (27,376) (27,376) (107,376) (27,376) (27,376) (27,376) (27,376) (107,376) (27,376) (27,376) (27,376) (27,376) (107,376) (9,584,534)
126
Lampiran 18 Perhitungan Laba Rugi Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 3 Tahun Ke-
Penghasilan (Rp) x Rp. 1.000
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000 Biaya Tidak Investasi Re-Investasi Langsung Peralatan Peralatan 80,510 278,051 278,051 510 278,051 510 278,051 510 278,051 80,510
Subtotal (Rp) x Rp. 1.000
Pendapatan Bersih (Rp)
80,510 330,591 342,248 348,171 349,248 430,325
(80,510) (330,591) (342,248) (348,171) (349,248) (430,325)
-
Biaya Langsung 52,540 63,687 69,610 70,687 71,764
220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113
352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324
71,764 71,764 71,764 71,764 71,764 230,164 230,164 230,164 230,164 230,164 230,164 230,164 230,164 230,164 230,164 230,164
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051
510 510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510
350,325 350,325 350,325 350,325 430,325 508,725 508,725 508,725 508,725 588,725 508,725 508,725 508,725 508,725 588,725 508,725
(350,325) (350,325) (350,325) (350,325) (430,325) (156,401) (156,401) (156,401) (156,401) (236,401) (156,401) (156,401) (156,401) (156,401) (236,401) (156,401)
220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113
352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 649,324
230,164 230,164 230,164 230,164 230,164 230,164 230,164 230,164 230,164 309,364
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051
510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510
508,725 508,725 508,725 588,725 508,725 508,725 508,725 508,725 588,725 587,925
(156,401) (156,401) (156,401) (236,401) (156,401) (156,401) (156,401) (156,401) (236,401) 61,399
1 2 3 4 5
Jati -
Pinus -
Meranti -
Mahoni -
Sengon -
Akasia -
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
-
-
-
-
132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
84,110
84,015
95,515
33,359
132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211
0
Subtotal (Rp) x Rp. 1.000
127
Lampiran 18 Lanjutan Tahun Ke-
Penghasilan (Rp) x Rp. 1.000
Subtotal (Rp) x Rp. 1.000
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000 Biaya Tidak Investasi Re-Investasi Langsung Peralatan Peralatan 278,051 510 278,051 510 278,051 510 278,051 80,510 278,051 510 278,051 510
Subtotal (Rp) x Rp. 1.000
Pendapatan Bersih (Rp)
587,925 587,925 587,925 667,925 587,925 587,925
61,399 61,399 61,399 (18,601) 61,399 61,399
649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324
Biaya Langsung 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364
220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113
649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324
309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051
510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510 510 510 510 80,510 510 510 510
587,925 587,925 667,925 587,925 587,925 587,925 587,925 667,925 587,925 587,925 587,925 587,925 667,925 587,925 587,925 587,925
61,399 61,399 (18,601) 61,399 61,399 61,399 61,399 (18,601) 61,399 61,399 61,399 61,399 (18,601) 61,399 61,399 61,399
220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 11,005,632
649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 26,526,192
309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 309,364 14,571,294
278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 278,051 16,683,060
510 80,510 510 510 510 510 80,510 990,090
587,925 667,925 587,925 587,925 587,925 587,925 667,925 32,324,954
61,399 (18,601) 61,399 61,399 61,399 61,399 (18,601) (5,798,762)
32 33 34 35 36 37
Jati 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110
Pinus 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015
Meranti 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515
Mahoni 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359
Sengon 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211
Akasia 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113 220,113
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110
84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015
95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515
33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359
132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211
54 55 56 57 58 59 60 Jumlah
84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 84,110 2,523,312
84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 84,015 2,520,461
95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 95,515 2,865,456
33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 33,359 1,000,771
132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 132,211 6,610,560
80,510
128
Lampiran 19 Perhitungan Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 1 Suku Bunga KOMPONEN 14% 15% 16% 17% 18% 19% 20% NPV (2,090,158) (1,970,058) (1,861,018) (1,761,685) (1,670,904) (1,587,681) (1,511,164) BCR 0.23 0.21 0.19 0.18 0.16 0.15 0.14 IRR Lampiran 20 Perhitungan Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 2 Suku Bunga KOMPONEN 14% 15% 16% 17% 18% 19% 20% NPV (2,215,350) (2,081,593) (1,961,195) (1,852,306) (1,753,399) (1,663,200) (1,580,644) BCR 0.18 0.16 0.15 0.13 0.12 0.11 0.10 IRR Lampiran 21 Perhitungan Finansial Pengusahaan Tanaman Kehutanan Skenario 3 Suku Bunga KOMPONEN 14% 15% 16% 17% 18% 19% 20% NPV (1,964,576) (1,850,770) (1,747,579) (1,653,689) (1,567,981) (1,489,493) (1,417,400) BCR 0.24 0.22 0.20 0.19 0.17 0.16 0.15 IRR -
129 Lampiran 22 Standar Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.48/MENHUT-II/2007 No
Komponen Kegiatan/Biaya
Satuan
Biaya Satuan HTI menurut Rayon (Rp/ha) I
II
III
Keterangan
IV
I
KOMPONEN BIAYA BUKAN PINJAMAN
Rayon I :
A
PERENCANAAN
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
1
Penyusunan FS dan AMDAL
Ha
20.000
22.500
25.000
27.500
Jambi, Bengkulu dan Lampung
2
Penyusunan RKUPHHK/Rencana Induk
Ha
15.000
16.875
18.750
20.625
Rayon II :
3
Tata Batas
Ha
25.000
28.125
31.250
34.375
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,
Penataan Areal
Ha
120.000
135.000
150.000
165.000
Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah,
180.000
202.500
225.000
247.500
Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan
4
Jumlah A B
PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA
Rayon III :
1
Pembuatan Bangunan, Pengadaaan Peralatan dan Pembuatan Jalan
Ha
1.500.000
1.687.500
1.875.000
2.062.500
2
Pemeliharaan Sarana Prasarana
Ha
20.000
22.500
25.000
27.500
1.520.000
1.710.000
1.900.000
2.090.000
30.000
33.750
37.500
41.250
Jumlah B C
ADMINISTRASI DAN UMUM
1
Pendidikan dan Laithan
Ha
2
Penelitian dan Pengembangan
Ha
60.000
67.500
75.000
82.500
3
Biaya Umum
Ha
600.000
675.000
750.000
825.000
4
Penilaian
Ha
60.000
67.500
75.000
82.500
750.000
843.750
937.500
1.031.250
2.600
2.600
2.600
2.600
Bangka Belitung dan Nusa Tenggara Barat Rayon IV : Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara
Jumlah C D
KEWAJIBAN KEPADA NEGARA
1
Iuran IUPHHK
Ha
PBB
Ha
2
Kalimantan Timur, Riau, NAD, Kepulauan Riau,
-
-
-
-
Jumlah D
2.600
2.600
2.600
2.600
Jumlah I
2.452.600
2.758.850
3.065.100
3.371.350
II
KOMPONEN BIAYA PINJAMAN DANA BERGULIR SEBAGAI MODAL KERJA
A
PENANAMAN
1
Persemaian dan Pembibitan
Ha
1.540.000
1.700.000
1.850.000
2.050.000
2
Persiapan lahan
Ha
1.705.700
2.040.000
2.373.000
2.706.500
dan Nusa Tenggara Timur
130 Lampiran 22 Lanjutan No
Komponen Kegiatan/Biaya
Satuan
Biaya Satuan HTI menurut Rayon (Rp/ha) I
3
Penanaman
Ha
Jumlah A
II
III
IV
366.300
434.300
502.300
575.800
3.612.000
4.174.300
4.725.300
5.332.300
B
PEMELIHARAAN
1
Pemeliharaan Tahun I
Ha
592.900
704.500
805.800
911.200
2
Pemeliharaan Tahun II
Ha
474.300
555.500
636.600
717.700
3
Pemeliharaan Tahun III
Ha
360.000
450.000
540.000
630.000
4
Pemeliharaan Lanjutan I
Ha
204.750
256.000
307.100
358.300
5
Pemeliharaan lanjutan II
Ha
102.300
128.000
153.500
179.100
1.734.250
2.094.000
2.443.000
2.796.300
C
PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN
1
Pengendalian Hama dan Penyakit
Ha
195.400
203.300
211.300
219.200
2
Pengendalian Kebakaran
Ha
93.000
93.000
93.000
93.000
3
Pengamanan Hutan
Ha
103.000
103.000
103.000
103.000
Jumlah B
Jumlah C
III
Jumlah II KOMPONEN BIAYA YANG DAPAT DIPINJAM ATAU TIDAK SEBAGAI DANA BERGULIR
391.400
399.300
407.300
415.200
5.737.650
6.667.600
7.575.600
8.543.800
E
KEWAJIBAN KEPADA LINGKUNGAN
1
Fisik Kimia Biologi
Ha
60.000
67.500
75.000
82.500
2
Lingkungan Sosial
Ha
75.000
84.400
93.800
103.125
Jumlah E
135.000
151.900
168.800
185.625
Jumlah III
135.000
151.900
168.800
185.625
8.325.250
9.578.350
10.809.500
12.100.775
TOTAL
Keterangan
131 Lampiran 23 Perhitungan Analisa Kepekaan Skenario 1 Jika Terjadi Penurunan Biaya Pengusahaan 80,510 351,166 367,469 375,858 377,384 458,910 378,910 378,910 378,910 378,910 458,910 519,435
40% 48,306 210,700 220,481 225,515 226,431 275,346 227,346 227,346 227,346 227,346 275,346 311,661
Penurunan Biaya Pengusahaan 50% 60% 70% 40,255 32,204 24,153 175,583 140,466 105,350 183,734 146,987 110,241 187,929 150,343 112,757 188,692 150,954 113,215 229,455 183,564 137,673 189,455 151,564 113,673 189,455 151,564 113,673 189,455 151,564 113,673 189,455 151,564 113,673 229,455 183,564 137,673 259,717 207,774 155,830
80% 16,102 70,233 73,494 75,172 75,477 91,782 75,782 75,782 75,782 75,782 91,782 103,887
514,790 509,622 509,174 589,174 509,174 509,174 509,174 509,174 589,174 509,174 509,174 509,174 509,174 589,174 509,174 509,174 509,174
308,874 305,773 305,504 353,504 305,504 305,504 305,504 305,504 353,504 305,504 305,504 305,504 305,504 353,504 305,504 305,504 305,504
257,395 254,811 254,587 294,587 254,587 254,587 254,587 254,587 294,587 254,587 254,587 254,587 254,587 294,587 254,587 254,587 254,587
205,916 203,849 203,669 235,669 203,669 203,669 203,669 203,669 235,669 203,669 203,669 203,669 203,669 235,669 203,669 203,669 203,669
154,437 152,887 152,752 176,752 152,752 152,752 152,752 152,752 176,752 152,752 152,752 152,752 152,752 176,752 152,752 152,752 152,752
102,958 101,924 101,835 117,835 101,835 101,835 101,835 101,835 117,835 101,835 101,835 101,835 101,835 117,835 101,835 101,835 101,835
509,174 589,174 588,374 588,374 588,374 588,374 668,374 588,374
305,504 353,504 353,024 353,024 353,024 353,024 401,024 353,024
254,587 294,587 294,187 294,187 294,187 294,187 334,187 294,187
203,669 235,669 235,349 235,349 235,349 235,349 267,349 235,349
152,752 176,752 176,512 176,512 176,512 176,512 200,512 176,512
101,835 117,835 117,675 117,675 117,675 117,675 133,675 117,675
Tahun Ke-
Pendapatan (Rp) x Rp. 1.000
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000
0
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
352,324 352,324 352,324 352,324 352,324
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 649,324 649,324
33 34 35 36
649,324 649,324 649,324 649,324
40%
Pendapatan Bersih Pengusahaan 50% 60% 70%
80%
(48,306)
(40,255)
(32,204)
(24,153)
(16,102)
(210,700) (220,481) (225,515) (226,431) (275,346) (227,346) (227,346) (227,346) (227,346) (275,346) 40,663 43,450 46,550 46,820 (1,180)
(175,583) (183,734) (187,929) (188,692) (229,455) (189,455) (189,455) (189,455) (189,455) (229,455) 92,606 94,929 97,513 97,737 57,737
(140,466) (146,987) (150,343) (150,954) (183,564) (151,564) (151,564) (151,564) (151,564) (183,564) 144,550 146,408 148,475 148,654 116,654
(105,350) (110,241) (112,757) (113,215) (137,673) (113,673) (113,673) (113,673) (113,673) (137,673) 196,493 197,887 199,437 199,572 175,572
(70,233) (73,494) (75,172) (75,477) (91,782) (75,782) (75,782) (75,782) (75,782) (91,782) 248,437 249,366 250,399 250,489 234,489
46,820 46,820 46,820 46,820 (1,180) 46,820 46,820 46,820 46,820 (1,180) 46,820 46,820 46,820 46,820 (1,180) 296,300 296,300
97,737 97,737 97,737 97,737 57,737 97,737 97,737 97,737 97,737 57,737 97,737 97,737 97,737 97,737 57,737 355,137 355,137
148,654 148,654 148,654 148,654 116,654 148,654 148,654 148,654 148,654 116,654 148,654 148,654 148,654 148,654 116,654 413,974 413,974
199,572 199,572 199,572 199,572 175,572 199,572 199,572 199,572 199,572 175,572 199,572 199,572 199,572 199,572 175,572 472,812 472,812
250,489 250,489 250,489 250,489 234,489 250,489 250,489 250,489 250,489 234,489 250,489 250,489 250,489 250,489 234,489 531,649 531,649
296,300 296,300 248,300 296,300
355,137 355,137 315,137 355,137
413,974 413,974 381,974 413,974
472,812 472,812 448,812 472,812
531,649 531,649 515,649 531,649
132 Lampiran 23 Lanjutan 588,374 588,374 588,374 668,374 588,374 588,374 588,374 588,374 668,374 588,374 588,374 588,374
40% 353,024 353,024 353,024 401,024 353,024 353,024 353,024 353,024 401,024 353,024 353,024 353,024
Penurunan Biaya Pengusahaan 50% 60% 70% 294,187 235,349 176,512 294,187 235,349 176,512 294,187 235,349 176,512 334,187 267,349 200,512 294,187 235,349 176,512 294,187 235,349 176,512 294,187 235,349 176,512 294,187 235,349 176,512 334,187 267,349 200,512 294,187 235,349 176,512 294,187 235,349 176,512 294,187 235,349 176,512
80% 117,675 117,675 117,675 133,675 117,675 117,675 117,675 117,675 133,675 117,675 117,675 117,675
588,374 668,374 588,374 588,374 588,374 588,374 668,374 588,374 588,374 588,374 588,374 668,374
353,024 401,024 353,024 353,024 353,024 353,024 401,024 353,024 353,024 353,024 353,024 401,024
294,187 334,187 294,187 294,187 294,187 294,187 334,187 294,187 294,187 294,187 294,187 334,187
235,349 267,349 235,349 235,349 235,349 235,349 267,349 235,349 235,349 235,349 235,349 267,349
176,512 200,512 176,512 176,512 176,512 176,512 200,512 176,512 176,512 176,512 176,512 200,512
117,675 133,675 117,675 117,675 117,675 117,675 133,675 117,675 117,675 117,675 117,675 133,675
32,636,853
19,582,112
16,318,427
13,054,741
9,791,056
6,527,371
Tahun Ke-
Pendapatan (Rp) x Rp. 1.000
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000
37
649,324
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324
53 54 55 56 57 58 59 60 Jumlah
649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 26,526,192
KOMPONEN NPV BCR IRR
Penurunan Biaya Pengusahaan Pada Suku Bunga 14% 40% 50% 60% 70% 80% (1,001,922) (729,864) (457,806) (185,747) 86,311 0.39 0.46 0.58 0.77 1.16 8.16% 11.18% 15.66%
40%
Pendapatan Bersih Pengusahaan 50% 60% 70%
80%
296,300
355,137
413,974
472,812
531,649
296,300 296,300 248,300 296,300 296,300 296,300 296,300 248,300 296,300 296,300 296,300 296,300 248,300 296,300 296,300
355,137 355,137 315,137 355,137 355,137 355,137 355,137 315,137 355,137 355,137 355,137 355,137 315,137 355,137 355,137
413,974 413,974 381,974 413,974 413,974 413,974 413,974 381,974 413,974 413,974 413,974 413,974 381,974 413,974 413,974
472,812 472,812 448,812 472,812 472,812 472,812 472,812 448,812 472,812 472,812 472,812 472,812 448,812 472,812 472,812
531,649 531,649 515,649 531,649 531,649 531,649 531,649 515,649 531,649 531,649 531,649 531,649 515,649 531,649 531,649
296,300 296,300 248,300 296,300 296,300 296,300 296,300 248,300 6,944,080
355,137 355,137 315,137 355,137 355,137 355,137 355,137 315,137 10,207,765
413,974 413,974 381,974 413,974 413,974 413,974 413,974 381,974 13,471,451
472,812 472,812 448,812 472,812 472,812 472,812 472,812 448,812 16,735,136
531,649 531,649 515,649 531,649 531,649 531,649 531,649 515,649 19,998,821
133 Lampiran 24 Perhitungan Analisa Kepekaan Skenario 2 Jika Terjadi Penurunan Biaya Pengusahaan 80,510 361,494 379,654 389,031 390,737 472,442 392,442 392,442 392,442 392,442 472,442 475,491
40% 48,306 216,896 227,793 233,419 234,442 283,465 235,465 235,465 235,465 235,465 283,465 285,295
Penurunan Biaya Pengusahaan 50% 60% 70% 40,255 32,204 24,153 180,747 144,598 108,448 189,827 151,862 113,896 194,516 155,612 116,709 195,368 156,295 117,221 236,221 188,977 141,733 196,221 156,977 117,733 196,221 156,977 117,733 196,221 156,977 117,733 196,221 156,977 117,733 236,221 188,977 141,733 237,746 190,197 142,647
80% 16,102 72,299 75,931 77,806 78,147 94,488 78,488 78,488 78,488 78,488 94,488 95,098
466,202 455,867 454,969 534,969 454,969 454,969 454,969 454,969 534,969 454,969 454,969 454,969 454,969 534,969 454,969 454,969 454,969
279,721 273,520 272,981 320,981 272,981 272,981 272,981 272,981 320,981 272,981 272,981 272,981 272,981 320,981 272,981 272,981 272,981
233,101 227,933 227,484 267,484 227,484 227,484 227,484 227,484 267,484 227,484 227,484 227,484 227,484 267,484 227,484 227,484 227,484
186,481 182,347 181,988 213,988 181,988 181,988 181,988 181,988 213,988 181,988 181,988 181,988 181,988 213,988 181,988 181,988 181,988
139,861 136,760 136,491 160,491 136,491 136,491 136,491 136,491 160,491 136,491 136,491 136,491 136,491 160,491 136,491 136,491 136,491
93,240 91,173 90,994 106,994 90,994 90,994 90,994 90,994 106,994 90,994 90,994 90,994 90,994 106,994 90,994 90,994 90,994
454,969 534,969 514,369 514,369 514,369 514,369 594,369 514,369
272,981 320,981 308,621 308,621 308,621 308,621 356,621 308,621
227,484 267,484 257,184 257,184 257,184 257,184 297,184 257,184
181,988 213,988 205,748 205,748 205,748 205,748 237,748 205,748
136,491 160,491 154,311 154,311 154,311 154,311 178,311 154,311
90,994 106,994 102,874 102,874 102,874 102,874 118,874 102,874
Tahun Ke-
Pendapatan (Rp) x Rp. 1.000
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000
0
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
264,243 264,243 264,243 264,243 264,243
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 264,243 486,993 486,993
33 34 35 36
486,993 486,993 486,993 486,993
40%
Pendapatan Bersih Pengusahaan 50% 60% 70%
80%
(48,306)
(40,255)
(32,204)
(24,153)
(16,102)
(216,896) (227,793) (233,419) (234,442) (283,465) (235,465) (235,465) (235,465) (235,465) (283,465) (21,052) (15,478) (9,277) (8,738) (56,738)
(180,747) (189,827) (194,516) (195,368) (236,221) (196,221) (196,221) (196,221) (196,221) (236,221) 26,497 31,142 36,310 36,758 (3,242)
(144,598) (151,862) (155,612) (156,295) (188,977) (156,977) (156,977) (156,977) (156,977) (188,977) 74,046 77,762 81,896 82,255 50,255
(108,448) (113,896) (116,709) (117,221) (141,733) (117,733) (117,733) (117,733) (117,733) (141,733) 121,595 124,382 127,483 127,752 103,752
(72,299) (75,931) (77,806) (78,147) (94,488) (78,488) (78,488) (78,488) (78,488) (94,488) 169,145 171,003 173,070 173,249 157,249
(8,738) (8,738) (8,738) (8,738) (56,738) (8,738) (8,738) (8,738) (8,738) (56,738) (8,738) (8,738) (8,738) (8,738) (56,738) 178,372 178,372
36,758 36,758 36,758 36,758 (3,242) 36,758 36,758 36,758 36,758 (3,242) 36,758 36,758 36,758 36,758 (3,242) 229,808 229,808
82,255 82,255 82,255 82,255 50,255 82,255 82,255 82,255 82,255 50,255 82,255 82,255 82,255 82,255 50,255 281,245 281,245
127,752 127,752 127,752 127,752 103,752 127,752 127,752 127,752 127,752 103,752 127,752 127,752 127,752 127,752 103,752 332,682 332,682
173,249 173,249 173,249 173,249 157,249 173,249 173,249 173,249 173,249 157,249 173,249 173,249 173,249 173,249 157,249 384,119 384,119
178,372 178,372 130,372 178,372
229,808 229,808 189,808 229,808
281,245 281,245 249,245 281,245
332,682 332,682 308,682 332,682
384,119 384,119 368,119 384,119
134 Lampiran 24 Lanjutan 514,369 514,369 514,369 594,369 514,369 514,369 514,369 514,369 594,369 514,369 514,369 514,369
40% 308,621 308,621 308,621 356,621 308,621 308,621 308,621 308,621 356,621 308,621 308,621 308,621
Penurunan Biaya Pengusahaan 50% 60% 70% 257,184 205,748 154,311 257,184 205,748 154,311 257,184 205,748 154,311 297,184 237,748 178,311 257,184 205,748 154,311 257,184 205,748 154,311 257,184 205,748 154,311 257,184 205,748 154,311 297,184 237,748 178,311 257,184 205,748 154,311 257,184 205,748 154,311 257,184 205,748 154,311
80% 102,874 102,874 102,874 118,874 102,874 102,874 102,874 102,874 118,874 102,874 102,874 102,874
514,369 594,369 514,369 514,369 514,369 514,369 594,369 514,369 514,369 514,369 514,369 594,369
308,621 356,621 308,621 308,621 308,621 308,621 356,621 308,621 308,621 308,621 308,621 356,621
257,184 297,184 257,184 257,184 257,184 257,184 297,184 257,184 257,184 257,184 257,184 297,184
205,748 237,748 205,748 205,748 205,748 205,748 237,748 205,748 205,748 205,748 205,748 237,748
154,311 178,311 154,311 154,311 154,311 154,311 178,311 154,311 154,311 154,311 154,311 178,311
102,874 118,874 102,874 102,874 102,874 102,874 118,874 102,874 102,874 102,874 102,874 118,874
29,479,178
17,687,507
14,739,589
11,791,671
8,843,753
5,895,836
Tahun Ke-
Pendapatan (Rp) x Rp. 1.000
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000
37
486,993
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993
53 54 55 56 57 58 59 60 Jumlah
486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 486,993 19,894,644
KOMPONEN NPV BCR IRR
Penurunan Biaya Pengusahaan Pada Suku Bunga 14% 40% 50% 60% 70% 80% (1,140,084) (871,267) (602,449) (333,632) (64,814) 0.29 0.35 0.44 0.59 0.88 8.56% 12.64%
40%
Pendapatan Bersih Pengusahaan 50% 60% 70%
80%
178,372
229,808
281,245
332,682
384,119
178,372 178,372 130,372 178,372 178,372 178,372 178,372 130,372 178,372 178,372 178,372 178,372 130,372 178,372 178,372
229,808 229,808 189,808 229,808 229,808 229,808 229,808 189,808 229,808 229,808 229,808 229,808 189,808 229,808 229,808
281,245 281,245 249,245 281,245 281,245 281,245 281,245 249,245 281,245 281,245 281,245 281,245 249,245 281,245 281,245
332,682 332,682 308,682 332,682 332,682 332,682 332,682 308,682 332,682 332,682 332,682 332,682 308,682 332,682 332,682
384,119 384,119 368,119 384,119 384,119 384,119 384,119 368,119 384,119 384,119 384,119 384,119 368,119 384,119 384,119
178,372 178,372 130,372 178,372 178,372 178,372 178,372 130,372 2,207,137
229,808 229,808 189,808 229,808 229,808 229,808 229,808 189,808 5,155,055
281,245 281,245 249,245 281,245 281,245 281,245 281,245 249,245 8,102,973
332,682 332,682 308,682 332,682 332,682 332,682 332,682 308,682 11,050,891
384,119 384,119 368,119 384,119 384,119 384,119 384,119 368,119 13,998,808
135 Lampiran 25 Perhitungan Analisa Kepekaan Skenario 3 Jika Terjadi Penurunan Biaya Pengusahaan 80,510 330,591 342,248 348,171 349,248 430,325 350,325 350,325 350,325 350,325 430,325 508,725
40% 48,306 198,354 205,349 208,902 209,549 258,195 210,195 210,195 210,195 210,195 258,195 305,235
Penurunan Biaya Pengusahaan 50% 60% 70% 40,255 32,204 24,153 165,295 132,236 99,177 171,124 136,899 102,674 174,085 139,268 104,451 174,624 139,699 104,774 215,162 172,130 129,097 175,162 140,130 105,097 175,162 140,130 105,097 175,162 140,130 105,097 175,162 140,130 105,097 215,162 172,130 129,097 254,362 203,490 152,617
80% 16,102 66,118 68,450 69,634 69,850 86,065 70,065 70,065 70,065 70,065 86,065 101,745
508,725 508,725 508,725 588,725 508,725 508,725 508,725 508,725 588,725 508,725 508,725 508,725 508,725 588,725 508,725 508,725 508,725
305,235 305,235 305,235 353,235 305,235 305,235 305,235 305,235 353,235 305,235 305,235 305,235 305,235 353,235 305,235 305,235 305,235
254,362 254,362 254,362 294,362 254,362 254,362 254,362 254,362 294,362 254,362 254,362 254,362 254,362 294,362 254,362 254,362 254,362
203,490 203,490 203,490 235,490 203,490 203,490 203,490 203,490 235,490 203,490 203,490 203,490 203,490 235,490 203,490 203,490 203,490
152,617 152,617 152,617 176,617 152,617 152,617 152,617 152,617 176,617 152,617 152,617 152,617 152,617 176,617 152,617 152,617 152,617
101,745 101,745 101,745 117,745 101,745 101,745 101,745 101,745 117,745 101,745 101,745 101,745 101,745 117,745 101,745 101,745 101,745
508,725 588,725 587,925 587,925 587,925 587,925 667,925 587,925
305,235 353,235 352,755 352,755 352,755 352,755 400,755 352,755
254,362 294,362 293,962 293,962 293,962 293,962 333,962 293,962
203,490 235,490 235,170 235,170 235,170 235,170 267,170 235,170
152,617 176,617 176,377 176,377 176,377 176,377 200,377 176,377
101,745 117,745 117,585 117,585 117,585 117,585 133,585 117,585
Tahun Ke-
Pendapatan (Rp) x Rp. 1.000
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000
0
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
352,324 352,324 352,324 352,324 352,324
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 352,324 649,324 649,324
33 34 35 36
649,324 649,324 649,324 649,324
40%
Pendapatan Bersih Pengusahaan 50% 60% 70%
80%
(48,306)
(40,255)
(32,204)
(24,153)
(16,102)
(198,354) (205,349) (208,902) (209,549) (258,195) (210,195) (210,195) (210,195) (210,195) (258,195) 47,089 47,089 47,089 47,089 (911)
(165,295) (171,124) (174,085) (174,624) (215,162) (175,162) (175,162) (175,162) (175,162) (215,162) 97,961 97,961 97,961 97,961 57,961
(132,236) (136,899) (139,268) (139,699) (172,130) (140,130) (140,130) (140,130) (140,130) (172,130) 148,834 148,834 148,834 148,834 116,834
(99,177) (102,674) (104,451) (104,774) (129,097) (105,097) (105,097) (105,097) (105,097) (129,097) 199,706 199,706 199,706 199,706 175,706
(66,118) (68,450) (69,634) (69,850) (86,065) (70,065) (70,065) (70,065) (70,065) (86,065) 250,579 250,579 250,579 250,579 234,579
47,089 47,089 47,089 47,089 (911) 47,089 47,089 47,089 47,089 (911) 47,089 47,089 47,089 47,089 (911) 296,569 296,569
97,961 97,961 97,961 97,961 57,961 97,961 97,961 97,961 97,961 57,961 97,961 97,961 97,961 97,961 57,961 355,361 355,361
148,834 148,834 148,834 148,834 116,834 148,834 148,834 148,834 148,834 116,834 148,834 148,834 148,834 148,834 116,834 414,154 414,154
199,706 199,706 199,706 199,706 175,706 199,706 199,706 199,706 199,706 175,706 199,706 199,706 199,706 199,706 175,706 472,946 472,946
250,579 250,579 250,579 250,579 234,579 250,579 250,579 250,579 250,579 234,579 250,579 250,579 250,579 250,579 234,579 531,739 531,739
296,569 296,569 248,569 296,569
355,361 355,361 315,361 355,361
414,154 414,154 382,154 414,154
472,946 472,946 448,946 472,946
531,739 531,739 515,739 531,739
136 Lampiran 25 Lanjutan Tahun Ke-
Pendapatan (Rp) x Rp. 1.000
37 38
649,324 649,324
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324
54 55 56 57 58 59 60 Jumlah
649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 649,324 26,526,192
KOMPONEN NPV BCR IRR
Pengeluaran (Rp) x Rp. 1.000 587,925 587,925 587,925 667,925 587,925 587,925 587,925 587,925 667,925 587,925 587,925 587,925 587,925
352,755 352,755 352,755 400,755 352,755 352,755 352,755 352,755 400,755 352,755 352,755 352,755 352,755
Penurunan Biaya Pengusahaan 293,962 235,170 176,377 293,962 235,170 176,377 293,962 235,170 176,377 333,962 267,170 200,377 293,962 235,170 176,377 293,962 235,170 176,377 293,962 235,170 176,377 293,962 235,170 176,377 333,962 267,170 200,377 293,962 235,170 176,377 293,962 235,170 176,377 293,962 235,170 176,377 293,962 235,170 176,377
117,585 117,585 117,585 133,585 117,585 117,585 117,585 117,585 133,585 117,585 117,585 117,585 117,585
667,925 587,925 587,925 587,925 587,925 667,925 587,925 587,925 587,925 587,925 667,925
400,755 352,755 352,755 352,755 352,755 400,755 352,755 352,755 352,755 352,755 400,755
333,962 293,962 293,962 293,962 293,962 333,962 293,962 293,962 293,962 293,962 333,962
267,170 235,170 235,170 235,170 235,170 267,170 235,170 235,170 235,170 235,170 267,170
200,377 176,377 176,377 176,377 176,377 200,377 176,377 176,377 176,377 176,377 200,377
133,585 117,585 117,585 117,585 117,585 133,585 117,585 117,585 117,585 117,585 133,585
32,324,954
19,394,973
16,162,477
12,929,982
9,697,486
6,464,991
Penurunan Biaya Pengusahaan Pada Suku Bunga 14% 40% 50% 60% 70% 80% (926,577) (667,076) (407,575) (148,075) 111,426 0.40 0.49 0.61 0.81 1.21 6.14% 8.52% 11.64% 16.24%
296,569 296,569
Pendapatan Bersih Pengusahaan 355,361 414,154 472,946 355,361 414,154 472,946
531,739 531,739
296,569 248,569 296,569 296,569 296,569 296,569 248,569 296,569 296,569 296,569 296,569 248,569 296,569 296,569 296,569
355,361 315,361 355,361 355,361 355,361 355,361 315,361 355,361 355,361 355,361 355,361 315,361 355,361 355,361 355,361
414,154 382,154 414,154 414,154 414,154 414,154 382,154 414,154 414,154 414,154 414,154 382,154 414,154 414,154 414,154
472,946 448,946 472,946 472,946 472,946 472,946 448,946 472,946 472,946 472,946 472,946 448,946 472,946 472,946 472,946
531,739 515,739 531,739 531,739 531,739 531,739 515,739 531,739 531,739 531,739 531,739 515,739 531,739 531,739 531,739
296,569 248,569 296,569 296,569 296,569 296,569 248,569 7,131,219
355,361 315,361 355,361 355,361 355,361 355,361 315,361 10,363,715
414,154 382,154 414,154 414,154 414,154 414,154 382,154 13,596,210
472,946 448,946 472,946 472,946 472,946 472,946 448,946 16,828,706
531,739 515,739 531,739 531,739 531,739 531,739 515,739 20,061,201