ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PENDIRIAN DAN PENAMBAHAN KAPASITAS PABRIK CRUDE PALM OIL PADA PT. MAZUMA AGRO INDONESIA
MUHAMMAD RAHMADSYAH
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Kelayakan Bisnis Pendirian dan Penambahan Kapasitas Pabrik Crude Palm Oil pada PT. Mazuma Agro Indonesia” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016 Muhammad Rahmadsyah NIM F34120151
ABSTRAK MUHAMMAD RAHMADSYAH. Analisis Kelayakan Bisnis Pendirian dan Penambahan Kapasitas Pabrik Crude Palm Oil pada PT. Mazuma Agro Indonesia. Dibimbing oleh LIEN HERLINA. Pabrik kelapa sawit (PKS) dibutuhkan untuk mengolah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dengan segera menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit untuk mencegah penurunan kualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pendirian pabrik kelapa sawit di PT. MAI. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan ekonomi, serta lingkungan. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, BEP, serta analisis switching value dan sensitivitas. Hasil analisis menunjukkan pendirian PKS di PT. MAI layak dilaksanakan dari penilaian kelayakan non finansial. Analisis finansial pendirian PKS kapasitas 30 ton/jam (skenario I) menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 296.452.396.035, IRR 29.71 %, Net B/C 2.82, PP 2 tahun dan 11 bulan, dan BEP 34.345.655 kg TBS. Pada analisis finansial peningkatan PKS dari kapasitas 30 ton/jam menjadi 60 ton/jam (skenario II) menghasilkan NPV sebesar Rp 349.204.363.836, IRR 44.17 %, Net B/C 4.01, PP 2 tahun dan 2 bulan, dan BEP 35.848.759 kg TBS. Hasil analisis finansial dapat disimpulkan bahwa bisnis pada kedua skenario layak dilaksanakan. Kata kunci: Analisis Kelayakan, Bisnis Pendirian Pabrik, IRR, CPO, NPV
ABSTRACT MUHAMMAD RAHMADSYAH. Feasibility Analysis on Palm Oil Mill Establishment and Increased Capacity at PT. Mazuma Agro Indonesia. Supervised by LIEN HERLINA. Palm oil mill (POM) is needed to improve the productivity as well as to process the fresh fruit bunch (FFB) immedieately into CPO and palm kernel to avoid quality loss. This study aims to analyze the feasibility of establishing palm oil mill in PT. MAI. Qualitative methods were used to analyze aspects of the market, technical, management and legal, social and economic, as well as the environment. Quantitative methods were used to analyze the investment criteria such as NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, BEP, as well as switching value and sensitivity analyzes. Results of analysis showed the establishment of the POM in PT. MAI is feasible from non-financial eligibility assessment. Financial analysis of the establishment of the POM capacity of 30 tons/hour (scenario I) produce an NPV value of Rp 296.452.396.035, IRR 29.71 %, Net B/C 2.82, PP 2 years and 11 months and BEP 34.345.655 kg TBS. In the financial analysis, increase in the MCC from a capacity of 30 tons/hour to 60 tons/hour (scenario II) produce an NPV of Rp Rp 349.204.363.836, IRR 44.17 %, Net B/C 4.01, PP 2 years and 2 months, and BEP 35.848.759 kg TBS. Based on financial analysis, it can be concluded that the business in both scenarios feasible. Keywords:Feasibility Analysis, Business Establishment Factory, IRR, CPO, NPV
ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PENDIRIAN DAN PENAMBAHAN KAPASITAS PABRIK CRUDE PALM OIL PADA PT. MAZUMA AGRO INDONESIA
MUHAMMAD RAHMADSYAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini dengan judul Analisis Kelayakan Bisnis Pendirian dan Penambahan Kapasitas Pabrik Crude Palm Oil pada PT. Mazuma Agro Indonesia. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir.Lien Herlina, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas masukan, waktu, motivasi, serta perhatian dan kesabaran yang telah di berikan kepada penulis selama penyusunan karya ilmiah ini. Disamping itu, penulis sampaikan terima kasih kepada pihak PT. Mazuma Agro Indonesia diantaranya kepada Bapak Maslin Batubara selaku pemilik perusahaan, kepada Bapak Ichsan Hakim Batubara selaku Direktur dan kepada Bapak Zulfitrah selaku manager pabrik serta seluruh petinggi dan karyawan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di PT. Mazuma Agro Indonesia dan memberikan kelengkapan data yang diperlukan untuk penelitian ini. Ungkapan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada mama, almarhum papa, abang, ompung dan keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya serta dukungan yang tiada hentinya. Terima kasih kepada Tiara Auliana Maulani yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih kepada Ridho, Rian, Yulio, Thezar, Andri, Felix selaku sahabat penulis yang selalu memberikan dukungannya sampai penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada sahabat-sahabat Jalan-jalan Men yaitu Tiara, Tessar, Indira, Dita, Franky, Fika, Kuncoro, Athirah, Shidqi atas doa, motivasi, dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang lainnya yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2016 Muhammad Rahmadsyah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Bisnis Kelapa Sawit Perkembangan Minyak Sawit Dunia Perkembangan Bisnis Kelapa Sawit di Indonesia Minyak Sawit PT. MAI Perkebunan Kelapa Sawit Kapasitas Pengolahan Kelayakan Investasi Investasi Konsep Nilai Waktu Uang Studi Kelayakan Bisnis Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Hukum Aspek Manajemen Aspek Sosial dan Ekonomi Aspek Dampak Lingkungan Analisis Finansial Analisis Sensitivitas dan Switching Value Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Penelitian METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Asumsi Dasar Lokasi dan Waktu Penelitian GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL Aspek pasar Peluang dan potensi pasar Pangsa pasar PT. MAI Alur distribusi palm product PT. MAI Hasil analisis aspek pasar Aspek teknis
xiv xiv xv 1 1 2 3 3 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 8 9 10 11 11 14 14 14 14 16 17 17 18 18 18 19 19 20 20
Lokasi pabrik Fasilitas Pendukung Kapasitas pabrik Layout Proses produksi Hasil analisis aspek teknis Aspek Manajemen dan Hukum Organisasi Perusahaan Organisasi Pabrik Deskripsi jabatan pabrik Kendala dan solusi organisasi pabrik Hasil analisis aspek manajemen dan Hukum Aspek Sosial dan Ekonomi Penjelasan aspek sosial dan ekonomi Hasil analisis aspek sosial dan ekonomi Aspek Lingkungan Pengelolaan limbah PT. MAI Hasil analisis aspek lingkungan ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Arus Kas (Cash flow) Arus Penerimaan (Inflow) Arus Pengeluaran (Outflow) Analisis Laba Rugi Analisis Kriteria Investasi Analisis Sensitivitasdan Switching Value SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
20 21 24 25 25 30 30 30 30 31 32 33 33 33 34 35 35 35 36 36 36 38 43 43 44 47 47 48 49 51 91
DAFTAR TABEL 1
Kebutuhan tenaga kerja pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario I dan skenario II ....................................................................................................... 31 2 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario I (30 ton/jam) .......................................................................................................... 37 3 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario II (60 ton/jam) .......................................................................................................... 37 4 Rincian biaya variabel .................................................................................... 39 5 Rincian biaya tetap ......................................................................................... 41 6 Pembayaran bunga dan pinjaman pada skenario I (30 ton/jam)..................... 42 7 Pembayaran bunga dan pinjaman pada skenario II (60 ton/jam) ................... 42 8 Hasil penilaian kriteria investasi pada pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario I (30 ton/jam) dan skenario II (60 ton/jam) ..................................... 44 9 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario I (30 ton/jam)........................................................................... 45 10 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario II (60 ton/jam) ......................................................................... 46 11 Hasil analisis switching value dan perbandingan dengan asumsi sensitivitas ...................................................................................................... 47
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kerangka pemikiran penelitian analisis kelayakan pabrik kelapa sawit di lokasi PT. MAI Tampak depan kantor pusat PT. MAI Bengkel atau workshop station PKS PT.MAI Laboratorium PKS PT. MAI Perumahan staf dan karyawan PT. MAI Kendaraan dan alat berat PKS PT. MAI Boiler (kiri atas), genset (kanan atas), dan turbin uap (bawah) di PKS PT. MAI Back Pressure Vessel Jembatan timbang (kiri atas), Loading ramp (kanan atas), TBS Hopper (kiri bawah), dan lori (kanan bawah) Stasiun perebusan TBS Stasiun bantingan (kiri) dan mesin digester (kanan) Vibrating screen (kiri) dan Sand trap tank (kanan) Storage tank (kiri) dan (kanan) minyak mentah yang mengandung sludge Nut polishing drum (kiri) dan ripple mill (kanan) LTDS separation system
13 21 22 22 23 23 24 26 26 27 27 28 28 29 29
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Investasi pabrik dan kantor Investasi kendaraan untuk satu pabrik Investasi perumahan Penyusutan skenario I Penyusutan skenario II Alir proses produksi pabrik kelapa sawit PT. MAI Layout pabrik kelapa sawit PT. Mazumo Agro Indonesia Cash flow skenario I Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % Cash flow skenario II Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % Laporan laba rugi skenario I Laporan laba rugi skenario II Kantor pusat PT. MAI di Medan Rangkuman validasi expert
51 52 52 53 53 54 55 56 60 64 68 72 76 80 84 88 89
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkebunan adalah salah satu subsektor dari sektor pertanian yang memiliki kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, angka yang disumbangkan subsektor perkebunan untuk PDB sektor pertanian mencapai angka Rp 175.248,4 miliar (13,46 persen). Jumlah tersebut menunjukkan subsektor perkebunan sebagai penyumbang PDB sektor pertanian ketiga terbesar setelah subsektor tanaman bahan makanan yaitu Rp 621.832,7 miliar (47,75 persen), dan subsektor perikanan yaitu Rp 291.799,1 miliar (22,41 persen). Penyumbang PDB sektor pertanian lainnya adalah subsektor peternakan yang menyumbang Rp 165.162,9 miliar (12,68 persen) dan subsektor kehutanan yaitu Rp 56.994,2 miliar (4,37 persen). Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekspor paling besar diantara komoditas perkebunan lainnya. Pada tahun 2014 volume ekspor minyak kelapa sawit mencapai 12.339.598 ton dengan nilai ekspor minyak kelapa sawit sebesar $ 10.089.572.000. Skala ekonomi perkebunan kelapa sawit yang direkomendasikan untuk memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit adalah minimal 6.000 ha perkebunan inti. Angka luas areal ini diolah dari pertimbangan berbagai faktor, seperti kapasitas pegolahan pabrik kelapa sawit (PKS), jumlah tenaga kerja yang dikelola dan rentang kendalinya, pertimbangan ekonomis biaya pengangkutan TBS dari lapangan ke PKS, dan lain-lainnya (Pahan 2006). Pendirian pabrik kelapa sawit yang berada di sekitar lokasi perkebunan bertujuan untuk mengurangi kerugian dan menekan biaya transportasi TBS sebagai upaya peningkatan efisiensi. Proses pengolahan TBS dengan tidak segera akan menimbulkan potensi kerugian seperti penurunan kualitas dan kuantitas MKS. Rendemen MKS dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti varietas tanaman, pemeliharaan tanaman, mutu dan cara panen TBS, pengangkutan serta proses pengolahan (Mangoensoekarjo 2003). Salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia adalah PT. Mazuma Agro Indonesia (MAI). PT. MAI adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. PT. MAI didirikan sejak tahun 1987. PT. MAI saat ini memiliki 8.748 ha areal tanam kelapa sawit perkebunan inti yang telah menghasilkan dan 2.000 ha areal tanam kelapa sawit perkebunan plasma. Produksi PT. MAI pada tahun 2015 adalah 147.251 ton TBS pada perkebunan inti dan 29.537 ton TBS pada perkebunan plasma. TBS PT. MAI selama ini diolah di PKS MAI MILL-I (pabrik pertama PT. MAI) yang berada di dalam kawasan kebun unit Batari milik PT. MAI sendiri. Peningkatan produktivitas PT. MAI mengakibatkan PKS MAI MILL-I kelebihan pasokan bahan baku TBS yang akan diolah menjadi MKS dan IKS sehingga mengakibatkan TBS tertunda untuk diolah karena keterbatasan kapasitas pabrik yang hanya 30 ton TBS/jam. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (BSN) standar nilai ALB akan meningkat jika TBS tidak diolah lebih dari 6 jam. Hal ini menyebabkan kerugian dan inefisiensi pada operasional perusahaan. Kerugian dan inefisiensi tersebut dapat dicegah dengan pendirian pabrik kelapa sawit baru di
2
lokasi kebun Huragi PT. MAI yaitu PKS MAI MILL-II ataupun dengan elevasi PKS MAI MILL-I. Perumusan Masalah Pabrik pengolahan kelapa sawit dibutuhkan oleh PT. MAI karena tandan buah segar (TBS) kelapa sawit memiliki sifat yang mudah rusak dan membutuhkan ruang penyimpanan yang besar sehingga apabila TBS tidak diolah dengan segera dapat menurunkan nilai produk. Selain sifat alamiah TBS, semakin meningkatnya produktivitas pada kebun unit Huragi mengakibatkan buah tidak dapat di proses tepat waktu dikarenakan melebihi kapasitas PKS MAI MILL-I. Masalah-masalah yang telah dipaparkan diatas menyebabkan PT. MAI harus melakukan pengolahan TBS dengan segera. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kapasitas PKS MAI MILL-I atau mendirikan PKS tambahan di lokasi kebun unit Huragi PT. MAI. PKS mengolah TBS menjadi minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Peningkatan skala ataupun pembangunan PKS akan memberikan banyak manfaat. Adapun manfaat yang akan diterima oleh PT. MAI adalah pertama, pendirian PKS akan memberikan keuntungan berupa kualitas MKS yang dihasilkan dengan ALB yang rendah. Kedua, pendirian PKS akan menghilangkan biaya transportasi TBS dari kebun menuju PKS. Ketiga, pendirian PKS akan mencegah penyusutan bobot dan rendemen minyak dari TBS. Keempat, pendirian PKS akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar lokasi PT. MAI. Kelima, pendirian PKS akan mengurangi terjadinya gesekan sosial antara perusahaan dengan masyarakat sekitar karena meningkatnya kesejahteraan petani dengan keuntungan lebih besar yang didapat petani dengan menjual hasil TBS kepada PKS yang dekat. Pendirian PKS di kawasan perkebunan kelapa sawit PT. MAI selain memberikan manfaat juga menimbulkan biaya dan resiko. Hal ini menuntut perlunya perencanaan yang tepat dan objektif untuk menganalisis manfaat dan risiko atas kegiatan bisnis tersebut. Salah satu analisis yang diperlukan adalah studi kelayakan bisnis. Analisis ini dilakukan untuk melihat layak atau tidaknya suatu bisnis berdasarkan aspek-aspek yang dikaji. Hasil analisis diharapkan dapat memberikan gambaran yang tepat kepada perusahaan dalam mengambil keputusan. Berdasarkan gambaran kondisi di atas maka didapat perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kelayakan bisnis pendirian PKS MAI MILL-II dibandingkan dengan elevasi PKS MAI MILL-I dilihat dari analisis nonfinansial (aspek pasar, teknis, hukum, manajemen, sosial dan ekonomi, serta dampak lingkungan)? 2. Bagaimana kelayakan bisnis pendirian PKS MAI MILL-II dibandingkan dengan elevasi PKS MAI MILL-I dilihat dari analisis finansial? 3. Berapa besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. MAI atas variabelvariabel penting analisis finansial agar tetap layak?
3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan bisnis pembangunan PKS PT. MAI dilihat dari analisis non finansial (aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan ekonomi, serta dampak lingkungan). 2. Menganalisis kelayakan bisnis pembangunan PKS PT. MAI dilihat dari analisis finansial. 3. Mengetahui besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. MAI atas variabel-variabel penting analisis finansial agar tetap layak. 4. Menentukan skenario bisnis yang dipilih oleh PT. MAI. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat penelitian yang diharapkan segera dari hasil penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi pendirian pabrik kelapa sawit bagi PT. MAI ataupun pihak-pihak yang ingin menanamkan investasi pada bidang agroindustri kelapa sawit. 2. Mengetahui manfaat dan kendala dari pendirian pabrik kelapa sawit bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit, petani perkebunan rakyat dan masyarakat lokal. 3. Peneliti, mahasiswa, dan pihak-pihak lain yang memerlukan informasi tentang pabrik kelapa sawit. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus pada pemilihan pendirian pabrik kelapa sawit atau elevasi pabrik kelapa sawit MAI MILL-I. PKS MAI MILL-I dijadikan sumber acuan dalam analisis finansial. Aspek yang dikaji meliputi aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, Payback Period dan Break Even Point) dan aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, serta aspek lingkungan. Analisis sensitivitas dan switching value yang digunakan untuk melihat adanya kemungkinan perubahan-perubahan pada variabel input dan output produksi. Penentuan skenario bisnis yang dipilih di tentukan oleh pemilik perusahaan PT. MAI.
TINJAUAN PUSTAKA Bisnis Kelapa Sawit Perkembangan Minyak Sawit Dunia Tanaman kelapa sawit mengahasilkan salah satu produknya yang berupa minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu minyak yang
4
paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di dunia. Minyak yang mudah diproduksi ini digunakan untuk berbagai variasi makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan juga bisa digunakan sebagai sumber biofuel ataupun biodiesel. Kebanyakan minyak sawit diproduksi di Asia, Afrika dan Amerika Selatan karena pohon kelapa sawit membutuhkan suhu hangat, sinar matahari, dan curah hujan tinggi untuk memaksimalkan produksinya. Efek negatif dari produksi minyak sawit yaitu dampaknya kepada kesehatan manusia karena mengandung kadar lemak yang tinggi, selain itu bisnis kelapa sawit juga menjadi sebab kunci dari penggundulan hutan di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia. Indonesia adalah penghasil gas emisi rumah kaca terbesar setelah Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat. Produksi minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Kedua negara ini secara total menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi minyak sawit dunia. Pada saat ini, Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak sawit yang terbesar di seluruh dunia dengan produksi pertahunnya sebesar 30,9 juta ton sedang Malaysia 19 juta ton. Permintaan dunia akan minyak kelapa sawit menunjukkan tren positif meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah populasi dunia, sehingga terjadi peningkatan konsumsi terhadap produk-produk dengan bahan baku minyak sawit. Perkembangan Bisnis Kelapa Sawit di Indonesia Mayoritas hasil produksi minyak kelapa sawit Indonesia diekspor ke negara tujuan ekspor yaitu Malaysia, RRT, India, Singapura, dan Belanda. Industri perkebunan dan pengolahan kelapa sawit adalah industri kunci bagi perekonomian Indonesia: dengan produksi minyak kelapa sawit pada tahun 2015 mencapai 30,9 juta ton, dengan nilai ekspor sebesar 12,4 juta ton. Ekspor minyak kelapa sawit merupakan salah satu penghasil devisa yang penting dan industri ini juga memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang di Indonesia. Hampir 70% perkebunan kelapa sawit di Indonesia terletak di pulau Sumatera. Menurut data dari Direktorat Jendral Perkebunan, jumlah total luas area perkebunan sawit di Indonesia pada tahun 2015 ini mencapai sekitar 11,4 juta hektar. Jumlah ini diduga akan bertambah menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020. Kapasitas penyulingan di Indonesia diketahui telah meningkat menjadi 45 juta ton per tahun pada akhir 2014, naik dari 30,7 juta ton pada 2013, dan lebih dari dua kali lipat kapasitas di tahun 2012 yaitu 21,3 juta ton. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan bahwa Indonesia memiliki target jangka panjang untuk memproduksi 40 juta ton CPO per tahun mulai dari tahun 2020. Minyak Sawit PT. MAI PT. MAI saat ini memiliki 8.748 ha areal tanam kelapa sawit perkebunan inti dan 2.000 ha areal tanam kelapa sawit perkebunan plasma. Produksi minyak kelapa sawit PT. MAI pada tahun 2015 adalah 33.868 ton MKS pada perkebunan inti dan 6.498 ton MKS pada perkebunan plasma. Dengan produksi tersebut, PT. MAI berkontribusi 0,11 % terhadap hasil CPO di Indonesia pada tahun 2015, sehingga masih terbuka luas pangsa pasar PT. MAI untuk meningkatkan kapasitas produksi.
5
Perkebunan Kelapa Sawit Secara garis besar ada tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara. Bentuk lain yang relatif baru yaitu bentuk perusahaan inti rakyat (PIR), yang pola dasarnya merupakan bentuk gabungan antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta dengan tata hubungan yang bersifat khusus (Hadi 2004). PT MAI menganut sistem usaha perusahaan inti rakyat (PIR). Berdasarakan buku statistik komoditas kelapa sawit terbitan Ditjen Perkebunan, pada Tahun 2015 luas areal kelapa sawit mencapai 11,4 juta ha dengan produksi 30,9 juta ton MKS. Luas areal menurut status pengusahaannya terbagi tiga, yaitu milik rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,74 juta ha (41,43%), milik negara (PTPN) seluas 0,77 juta ha (6,73%), milik swasta seluas 5,93 juta ha (51,84%). PT. MAI termasuk dalam perkebunan milik swasta yang mempunyai luas lahan 8.748 ha areal tanam kelapa sawit atau 0,15% dari luas perkebunan milik swasta. Produksi minyak kelapa sawit pada tahun 2015 mencapai 30.9 juta ton dengan produktivitas rata-rata sebesar 2.710 kg/ha/tahun. Perkebunan kelapa sawit milik rakyat menghasilkan MKS sebesar 11.13 juta ton (36%), milik negara menghasilkan MKS sebesar 2.47 juta ton (8%), dan swasta menyumbang produksi MKS sebesar 17.30 juta ton (56%). Sedangkan PT. MAI menghasilkan 33.868 ton dengan 0,11% market share-nya di Indonesia, sehingga sangat besar peluang untuk memuhi permintaan pasokan CPO nasional dan dunia dengan meningkatkan kapasitas pabrik PT.MAI. Kapasitas Pengolahan Pendirian pabrik kelapa sawit (PKS) dan penentuan kapasitasnya sangat ditentukan oleh profil produksi dan persentase penyebaran produksi dalam setahun. Pada siklus produksi tanaman kelapa sawit dikenal adanya bulan produksi puncak, yaitu bulan-bulan produksi kelapa sawit dalam setahun yang menghasilkan 10 – 13% dari total produksi selama satu tahun. Jumlah produksi kelapa sawit pada bulan puncak menjadi acuan perusahaan dalam menentukan kapasitas pabrik kelapa sawit. Iyung Pahan (2013) dalam buku panduan lengkap kelapa sawit menganalogikannya dengan pembangunan konstruksi jembatan yang dibuat pada kondisi debit air maksimal. Kapasitas pengolahan PKS biasanya dihitung dengan kemampuan PKS untuk mengolah TBS selama satu jam. Berdasarkan kemampuan mengolah TBS dan pertimbangan pabrikasi, rancangan utama PKS dibagi menjadi 3 jenis, yaitu (Pahan 2006) : a. Mini mill, PKS kapasitas olah (throughput) 5 ton TBS per jam b. Reguler mill, PKS kapasitas olah 30, 45, 60, dan 90 ton TBS per jam c. Interim line mill, PKS kapasitas 30 ton, tetapi platform-nya disiapkan untuk kapasitas 45 atau 60 ton TBS per jam. Dengan demikian, pada saat extension, PKS hanya dilakukan penambahan line process.
6
PKS PT. MAI mempunyai kapasitas 30 ton TBS per jam dengan plan platform kapasitas terpasang 60 ton per jam. TBS PT. MAI selama ini diolah di PKS MAI MILL-I yang berada di dalam kawasan kebun unit Batari milik PT MAI. Peningkatan produktivitas PT. MAI mengakibatkan PKS MAI MILL-I kelebihan bahan baku TBS yang akan diolah menjadi MKS dan IKS sehingga mengakibatkan TBS tertunda untuk diolah karena keterbatasan kapasitas olah pabrik yang hanya 30 ton TBS per jam. Kelayakan Investasi Investasi Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha (Kasmir dan Jakfar 2010). Oleh karena itu, investasi dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu: a. Investasi nyata (real investment) Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin. b. Investasi finansial (financial investment) Investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham, obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito. Konsep Nilai Waktu Uang Time value of money atau dalam bahasa Indonesia disebut nilai waktu uang adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan waktu. Perhitungan nilai waktu uang, baik nilai sekarang maupun nilai yang akan datang harus mengikuti panjangnya waktu dan tingkat pengembalian. Konsep time value of money sangat penting dalam masalah keuangan pada perusahaan, lembaga maupun individu. Hal tersebut sangat mendasar karena nilai uang akan berubah menurut waktu yang disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti adanya inflasi, konsumsi, produktivitas, perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah dalam hal pajak, dan suasana politik. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina et al 2014). Studi kelayakan bisnis dapat menjadi tolak ukur yang sangat berguna sebagai dasar penilaian keberhasilan suatu rencana bisnis. Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek. Studi kelayakan bisnis dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yaitu: (1) menghindari risiko kerugian; (2) memudahkan perencanaan; (3) memudahkan pelaksanaan pekerjaan; (4) Memudahkan pengawasan dan pengendalian bisnis.
7
Aspek Pasar Penilaian bisnis dari aspek pasar digunakan untuk meninjau seberapa besar peluang pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang akan dikuasai. Kemudian aspek pasar juga membahas strategi apa yang akan dilakukan untuk menguasai pasar. Maka dari itu dibutuhkan riset pasar, baik secara langsung maupun dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan maka akan dijadikan pedoman dalam penyusunan strategi pemasarannya. Aspek Teknis Pada aspek ini diteletiti mengenai lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menilai lokasi bisnis dengan mempertimbangkan lokasi bisnis dengan pasar, lokasi bisnis dengan lokasi bahan baku, ketersediaan sumber air dan listrik, ketersediaan sumber tenaga kerja, serta infrastruktur pendukung. Penilaian luas produksi mempertimbangkan batasan permintaan, kapasitas mesin yang tersedia, kemampuan manajemen dan finansial perusahaan, ketersediaan input-input produksi, serta kemungkinan adanya penambahan kapasitas produksi. Penilaian layout berupa penentuan layout gedung, mesin, dan peralatan serta layout ruangan sampai kepada usaha perluasan selanjutnya. Selain itu juga perlu memperhatikan mengenai jenis penggunaan teknologi padat karya atau padat modal. Aspek Hukum Aspek ini membahas tentang kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Keabsahan dokumen-dokumen sangat diperlukan sebagai dasar hukum keberlangsungan bisnis dan menghindari masalah yang timbul di masa yang akan datang. Aspek Manajemen Para pengelola bisnis dan struktur organisasi adalah hal-hal yang dinilai dalam aspek ini. Bisnis yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh tenaga kerja yang profesional dan memiliki kapabilitas dalam pelaksanaan fungsifungsi manajemen, mulai dari fungsi perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing/actuating), dan pengendalian (controlling). Struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya. Aspek Sosial dan Ekonomi Penelitian dalam aspek sosial dan ekonomi adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu bisnis terhadap sosial dan ekonomi masyarakat secara keseluruhan khususnya masyarakat di sekitar lokasi bisnis serta penerimaan masyarakat terhadap bisnis. Dampak sosial yang diamati adalah penambahan kesempatan kerja yang akan tercipta dari pelaksanaan suatu bisnis. Sedangkan dampak ekonomi yang diamati adalah peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan pajak, dan penambahan aktivitas ekonomi lainnya. Aspek Dampak Lingkungan Aspek ini merupakan analisis yang sangat dibutuhkan, karena setiap bisnis yang dijalankan akan sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan disekitarnya. Dampak lingkungan ini pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan manusia,
8
binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya. Penilaian dampak lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis. Bisnis yang tidak memperhatikan lingkungan tidak akan dapat bertahan lama. Analisis Finansial Aspek finansial dalam analisis kelayakan bisnis memiliki tujuan utama untuk menilai kondisi finansial (keuangan) perusahaan secara keseluruhan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), penilaian terhadap aspek keuangan meliputi sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi yang dibutuhkan selama umur bisnis, proyeksi aliran kas (cash flow) dan laporan laba/rugi, serta kriteria penilaian investasi. Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk dan jenis-jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Komponen yang terdapat di dalam arus kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), dan manfaat bersih (net benefit). Arus penerimaan terdiri dari nilai produksi, pinjaman, hadiah atau hibah, dan nilai sisa. Arus pengeluaran terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, pinjaman dan bunga pinjaman, serta pembayaran pajak. Manfaat bersih merupakan hasil pengurangan antara arus penerimaan dengan arus pengeluaran (Kasmir dan Jakfar 2010). Laporan laba/rugi menggambarkan tentang total penerimaan dari penjualan dan pengeluaran serta kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan pada masing-masing tahun produksi. Laporan laba/rugi juga menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cash flow. Komponen yang terdapat pada laporan laba/rugi meliputi pendapatan dari penjualan produk barang atau jasa, beban produksi (biaya operasional), beban administrasi dan pemasaran (biaya untuk kegiatan pemasaran dan biaya administrasi), dan beban keuangan seperti bunga dari modal pinjaman. Komponen biaya investasi tidak dimasukkan dalam laporan laba/rugi, biaya yang terkait dengan investasi yang dimasukkan hanya biaya penyusutan barang-barang investasi yang ada (Nurmalina et al 2014). 1. Kriteria Investasi Kriteria penilaian investasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi dalam suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan dilihat pada aspek finansialnya. Kriteria penilaian investasi mempertimbangkan time value of money atau pengaruh waktu terhadap nilai uang dan dalam penghitungannya digunakan discount factor agar dapat menghitung jumlah uang pada masa sekarang bila diketahui sejumlah uang pada masa yang akan datang (Nurmalina et al 2014). Dalam analisis ini kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), internal rate return (IRR), net benefit and cost ratio (Net B/C Ratio), Payback Period, dan break even point (BEP). a. Net Present Value (NPV) Menurut Nurmalina et al (2014), suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat
9
b.
c.
d.
e.
bersih atau arus kas bersih. Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang rupiah (Nurmalina et al 2014). Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak apabila Net B/C lebih besar dari satu, dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al 2014). Internal Rate of Return (IRR) Menurut Nurmalina et al (2014), kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Suatu bisnis dikatakan layak apabila IRRnya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR). Pada umumnya dalam menghitung tingkat IRR dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al 2014). Payback Period (PP) Payback Period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu bisnis yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu bisnis untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono 2000). Kelemahan dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan cash flow setelah Payback Period. Metode ini hanya metode pelengkap penilaian investasi (Nurmalina et al 2014). Break Even Point (BEP) BEP adalah titik pulang pokok dimana total revenue bernilai sama dengan total cost. BEP digunakan pada studi kelayakan bisnis dengan tujuan untuk mengetahui jumlah produk minimal yang harus dipoduksi agar bisnis tidak rugi dan menentukan harga terendah yang harus ditetapkan agar bisnis tidak rugi (Nurmalina et al 2014).
Analisis Sensitivitas dan Switching Value Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial dan ekonomi berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestatsi pada suatu bisnis tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut
10
sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat suku bunga pinjaman (Soeharto 2000). Switching value diukur berdasarkan banyak elemen yang kurang baik dalam analisa bisnis yang akan diganti agar bisnis dapat memenuhi tingkat diterimanya bisnis. Analisis sensitivitas berbeda dengan analisis switching value. Analisis sensitivitas dinilai berdasarkan prediksi-prediksi terhadap perubahan-perubahan yang mempengaruhi bisnis. Switching value ditentukan dengan mengasumsikan NPV sama dengan 0 dan Net B/C sama dengan satu dan IRR sama dengan tingkat diskonto yang berlaku. Switching value memberikan batasan minimal perubahan-perubahan yang mempengaruhi bisnis, sehingga bisnis masih dapat berjalan. Konsep ini memberikan gambaran bagi pengambil keputusan investasi untuk memutuskan layak atau tidaknya suatu bisnis. Analisis bisnis biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Suatu bisnis dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan bisnis, kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi (Gittinger 1986). Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Mukti (2009) dengan judul Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit menunjukkan bahwa pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton TBS per jam di Kabupaten Aceh Utara layak untuk dilaksanakan. Hasil kelayakan analisis non finansial yang meliputi aspek teknis, pasar, institusional, sosial dan lingkungan menunjukkan bahwa pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton TBS per jam layak dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya potensi kendala yang akan mengganggu proses operasional maupun tujuan yang ingin dicapai dari pendirian pabrik kelapa sawit. Sedangkan dari aspek finansial, berdasarkan asumsi-asumsi dan kriteria yang digunakan pada skenario I (dana sendiri) layak dilaksanakan dengan nilai NPV Rp 106 698 657 000 (NPV ≥ 0), IRR 22,34 (IRR ≥ discount rate), B/C 2,30 (Net B/C ≥ 1), PP 3 tahun 8 bulan (PP < umur bisnis). Sementara hasil analisis finansial pada skenario II (pinjaman) tidak layak dilaksanakan dengan nilai NPV minus Rp 30 727 367 000 (NPV ≤ 0), IRR 9,03 (IRR ≤ discout rate), B/C 0,63 (Net B/C ≤ 1), PP 6 tahun 4 bulan (PP < umur bisnis). Total investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik kelapa sawit sebesar Rp 82 368 421 000. Hasil analisis sensitivitas dengan indikator kenaikan biaya produksi dan penurunan kapasitas produksi, skenario I (dana sendiri) masih memungkinkan untuk dilaksanakan sedangkan pada skenario II (pinjaman) pembangunan pabrik kelapa sawit tidak layak untuk dilaksanakan. Namun penelitian Mukti pada analisis finansial skenario II (pinjaman) tidak memasukkan komponen penerimaan pinjaman pada akun arus kas. Hal ini memungkinkan menjadi penyebab tidak layaknya skenario II dari analisis finansial yang dilakukan. Hasil analisis sensitivitas PKS kapasitas
11
30 ton TBS per jam, pada indikator kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen dan penurunan kapasitas produksi 10 persen pada skenario I masih layak untuk dilaksanakan sementara pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan. Penelitian Ramadhannissa (2013) dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit yang dilakukan pada PT. Terang Inti Seraya menunjukkan bahwa usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya layak untuk dijalankan. Usaha perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh PT. Terang Inti Seraya layak dilaksanakan dari aspek-aspek yang terdapat pada analisis non finansial. Analisis finansial yang dilakukan juga menunjukkan nilai layak pada kriteria-kriteria investasi yang digunakan berdasarkan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan. NPV menunjukkan nilai sebesar Rp 26 057 938 182 (NPV ≥ 0), IRR 31 persen (IRR ≥ discount rate), Net B/C 3.58 (Net B/C ≥ 1), dan PP 7.58 tahun (PP < umur bisnis). Analisis switching value dilakukan dengan memperhatikan dua variabel yaitu penjualan TBS (produktivitas dan harga) dan biaya variabel (biaya perawatan). Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya lebih peka terhadap penurunan nilai produksi dibandingkan dengan kenaikan biaya variabel.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan bisnis CPO dunia berkembang pesat, permintaan kebutuhan akan CPO sangat tinggi dan terus bertambah. PT. MAI adalah salah satu produsen CPO di Indonesia yang memiliki kebun kelapa sawit serta pabrik minyak kelapa sawit, dengan kondisi bahan baku banyak, lahan luas dengan kendala kapasitas pengolahan tidak cukup sehingga diperlukan pendirian pabrik baru atau elevasi pabrik, untuk memenuhi permintaan pasokan CPO di Indonesia. Penelitian tentang analisis kelayakan investasi pabrik kelapa sawit didasari oleh meningkatnya luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit yang tidak diikuti dengan penambahan jumlah pabrik kelapa sawit. Peningkatan hasil produksi kebun kelapa sawit tidak dapat ditampung dengan baik oleh pabrik kelapa sawit yang ada. Kondisi tersebut tentu saja tidak efisien bagi PT. MAI. Peningkatan produksi tandan buah segar kelapa sawit PT. MAI memunculkan tantangan yaitu berlebihnya pasokan TBS yang masuk ke pabrik. Kualitas MKS PT. MAI rendah yang ditunjukkan oleh kadar asam lemak bebas yang tinggi. Kadar asam lemak yang tinggi memberikan kerugian pada PT. MAI. Kualitas MKS yang rendah disebabkan karena kapasitas produksi PKS PT. MAI untuk saat ini berkapsitas 30 ton per jam. Maka, PT. MAI merencanakan melakukan elevasi PKS MAI MILL-I, atau mendirikan PKS MAI MILL-II di unit kebun Huragi. Untuk elevasi kapasitas pabrik atau pendirian pabrik kelapa sawit menimbulkan risiko dan manfaat sehingga diperlukan analisis kelayakan bisnis. Analisis kelayakan bisnis dilakukan dengan menggunakan dua skenario. Skenario pertama adalah pendirian PKS MAI MILL-II dengan kapasitas 30 ton per jam namun platform-nya disiapkan untuk peningkatan skala kapasitas hingga 60 ton per jam yang berlokasi pada unit kebun Huragi. Skenario kedua adalah
12
elevasi pabrik kelapa sawit MAI MILL-I dari kapasitas 30 ton per jam menjadi 60 ton per jam. Analisis kelayakan bisnis dilakukakan dengan melakukan analisis non finansial dan analisis finansial. Analisis non finansial menilai kelayakan dari aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan hukum, serta lingkungan. Analisis non finansial menilai kelayakan dengan menggunakan kriteria kelayakan seperti NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, dan BEP berdasarkan proyeksi arus kas dan laba rugi. Analisis kelayakan pada aspek finansial dilanjutkan dengan analisis switching value dan sensitivitas. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi PT. MAI untuk melaksanakan atau melakukan perbaikan jika ada aspek yang tidak layak. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
13
PT. MAI harus mengelevasi kapasitas pabrik lama atau mendirikan pabrik baru
Pendirian pabrik kelapa sawit di lokasi perkebunan PT. MAI
Timbulnya manfaat, biaya, dan risiko
Analisis kelayakan bisnis
Analisis non finansial
- Aspek pasar - Aspek teknis - Aspek manajemen dan hukum - Aspek sosial dan ekonomi - Aspek lingkungan
Analisis finansial
Kriteria kelayakan bisnis - NPV - IRR - Net B/C - Payback Period - BEP Analisis switching value dan sensitivitas
Hasil analisis kelayakan bisnis
Layak
Tidak layak
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian analisis kelayakan pabrik kelapa sawit di lokasi PT. MAI
14
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan proses pendirian pabrik kelapa sawit. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui observasi di daerah penelitian di PT. Mazuma Agro Indonesia. Data sekunder diperoleh dari informasi dan data yang telah ada, penelusuran melalui internet, buku, jurnal, balai penelitian, instansi-instansi pemerintah, dan literatur yang berkaitan dengan penelitian. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakuakan dengan studi dokumen dan wawancara. Studi dokumen digunakan untuk mengumpulkan data-data sekunder. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data-data primer. Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek kelayakan pendirian pabrik kelapa sawit yang dilakukan di PT. MAI yang meliputi aspek hukum, aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial dan budaya, aspek dampak lingkungan, dan aspek finansial. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan kalkulator kemudian ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan interpretasi secara deskriptif. Analisis kuantitatif meliputi analisis finansial pendirian pabrik kelapa sawit dengan menggunakan kriteria-kriteria kelayakan investasi yaitu; Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period dan analisis Break Even Point (BEP) serta analisis sensitivitas dan switching value. Kriteria Kelayakan Investasi Pengukuran kelayakan bisnis aspek finansial pabrik kelapa sawit PT. MAI dilakukan dengan menggunakan pendekatan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP), Break Even Point (BEP). 1. Net Present Value (NPV) NPV adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
15
∑
Keterangan :
Bt Ct i n t
: : : : :
Manfaat pada tahun t Biaya pada tahun t Tingkat suku bunga Umur ekonomis proyek Tahun kegiatan bisnis
2. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari nilai opportunity cost of capital. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: (
Keterangan : NPV1 NPV2 i1 i2
: : : :
)
NPV yang bernilai positif NPV yang bernilai negatif Tingkat suku bunga saat NPV positif Tingkat suku bunga saat NPV negatif
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Hal ini juga berarti Net B/C adalah manfaat bersih yang menguntungkan bisnis dan dihasilkan dari setiap satu satuan kerugian bisnis tersebut. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: ∑ ∑
Keterangan : Bt : Ct : I : i : n : t :
Manfaat pada tahun t Biaya pada tahun t Investasi Tingkat suku bunga Umur ekonomis bisnis Waktu (tahun)
4. Payback Period (PP) Payback Period merupakan salah satu metode dalam mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi. Dasar yang digunakan untuk perhitungan adalah aliran kas. Semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka suatu bisnis semakin baik untuk dilaksanakan. Metode Payback Period hanya digunakan sebagai pelengkap penilaian investasi. Payback Period secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
16
5. Analisis Break Even Point (BEP) BEP merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui produksi dan harga yang harus ditetapkan oleh suatu bisnis agar tidak rugi. Komponen biaya pada perhitungan BEP harus dipisahkan ke dalam biaya tetap dan variabel, sehingga apabila ada komponen biaya semi variabel harus dipisahkan terlebih dahulu. BEP per unit dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Keterangan : TFC P AVC
: Total biaya variabel : Harga per unit : Biaya variabel rata-rata
Analisis Switching Value dan Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak suatu perubahan keadaan pada hasil analisis kelayakan. Analisis ini bertujuan untuk menilai hasil analisis kelayakan investasi apabila terjadi perubahan pada perhitungan biaya atau manfaat. Dari hasil analisis tersebut akan terlihat apakah kelayakan suatu investasi sensitif terhadap perubahan. Analisis switching value dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow (Nurmalina et al 2014). Validasi Expert Validasi expert digunakan untuk penentuan skenario yang akan di pilih oleh perusahaan. Wawancara dilakukan kepada expert yang di ambil dari sumber internal dan eksternal perusahaan. Hasil dari wawancara akan diserahkan kepada pemilik perusahaan untuk pengambilan keputusan akhir. Asumsi Dasar Sebagai dasar perhitungan finansial dan ekonomi dalam studi kelayakan investasi, asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Umur bisnis 20 tahun, jumlah jam operasional 20 jam per hari, jumlah hari kerja 25 hari per bulan, 300 hari per tahun. 2. Asumsi harga TBS, CPO dan Kernel sebagai berikut: a. TBS Rp 1.615 (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, bulan Februari 2016) b. CPO Rp 7.527 (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, bulan Februari 2016) c. Kernel Rp 4.888 (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, bulan Februari 2016) 3. Rendemen CPO 23 persen dan Kernel 4,5 persen. Asumsi ini berdasarkan target rendemen CPO dan Kernel pabrik PT. MAI (Laporan Akhir Tahun PT. MAI tahun 2015). 4. Analisis dikelompokkan menjadi dua skenario berdasarkan kapasitas terpasang
17
pabrik. Dengan skenario kapasitas terpasang sebagai berikut : a. Skenario I : Pembangunan pabrik regular mill kapasitas 30 ton per jam. Kapasitas 30 ton per jam dipilih karena PT. MAI memiliki kebun Huragi yang saat ini masih ada yang dalam kondisi TBM (tanaman belum menghasilkan) dan PKS akan di bangun di areal kebun Huragi. b. Skenario II : Elevasi pabrik MAI MILL-1 dari kapasitas 30 ton per jam menjadi kapasitas 60 ton per jam. Kapasitas 60 ton per jam dipilih karena PT. MAI telah menyediakan tempat untuk melakukan elevasi pada pabrik MAI MILL-1. 5. Tingkat suku bunga kredit sebesar 10.25% per tahun, berdasarkan suku bunga dasar kredit korporasi Bank Mandiri pada bulan April 2016. Biaya imbangan dari modal (opportunity cost of capital) sendiri sebesar 5%. Discount rate ditentukan sebesar 7.625%. Discount rate ditentukan dengan menggunakan discount rate rata-rata tertimbang antara kedua sumber modal. Penghitungan dilakukan dengan cara penjumlahan antara 50% suku bunga kredit (biaya imbangan dari modal pinjaman) ditambah dengan 50% suku bunga deposito (biaya imbangan dari modal sendiri) karena pembiayaan investasi didapat dari proporsi 50:50. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lokasi perkebunan PT. MAI, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dikarenakan PT. MAI adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang membutuhkan peningkatan kapasitas pabrik kelapa sawit. Kabupaten Padang Lawas merupakan salah satu wilayah potensial dari segi luas areal dan jumlah produksi untuk pengembangan kelapa sawit. Selain itu pemilihan lokasi juga dikarenakan kemudahan peneliti untuk mengakses data di PT. MAI. Waktu pengambilan data dimulai dari bulan Maret hingga Juni 2016.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PT. Mazuma Agro Indonesia adalah perusahaan swasta nasional murni yang di bangun oleh putra Indonesia asli sejak tahun 1987 yaitu Bapak H. Maslin Batubara yang bergerak di bidang perkebunan dengan komoditi kelapa sawit. Beliau juga menjabat sebagai komisaris utama dalam struktur organisasi perusahaan. PT. Mazuma Agro Indonesia telah mengelola tanaman kelapa sawit dengan areal statement seluas: - Kebun unit Bunut : 3109 ha - Kebun unit Batari : 2481 ha - Kebun unit Huragi : 2798 ha - Luas total kebun : 8748 ha Pada awal berdirinya PT. Mazuma Agro Indonesia masih berstatus koperasi dengan nama “koperasi sinar mazuma” pada saat itu berada di Desa Bunut Kecamatan Sosa, Kabupaten Tapanuli Selatan (sebelum pemekaran Kabupaten
18
Padang Lawas). Untuk masing – masing unit kebun Bunut, Batari, dan Huragi terdiri dari 4 afdeling. Untuk mengelola hasil tanaman kelapa sawit tersebut PT. Mazuma Agro Indonesia telah mempunyai Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas 30 ton TBS/jam yang mana selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 60 ton TBS/jam. Setelah dilakukan uji coba pengoperasian pabrik dengan tanpa dilakukan commissioning atau test capacity, karena kondisinya pada saat itu menghendaki demikian, pada tanggal 8 Februari 2006, PKS PT. Mazuma Agro Indonesia berubah namanya menjadi MAI MILL–I. sampai dengan saat ini MAI MILL–I telah beroprasi selama 10 tahun. Pabrik kelapa sawit PT. Mazuma Agro Indonesia (MAI MILL–I) terletak di 9,3 km dari jalan raya Desa Sei Korang kabupaten Padang Lawas, perbatasan Riau dan Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penyelesaian pabrik sejak bulan Januari 2004, kegiatan pekerjaan dan penyelesaian pabrik di ambil alih oleh PT. Mazuma Agro Indonesia sendiri dan dikerjakan dengan swakelola. Dengan demikian, maka PT. Mazuma Agro Indonesia khususnya MAI MILL–I, saat ini dan kedepannya sudah sangat diperhitungkan oleh perusahaan lain di luar PT. Mazuma Agro Indonesia.
ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL Analisis non finansial bertujuan untuk menilai kelayakan suatu bisnis dari aspek-aspek yang terkandung pada kelayakan non finansial. Aspek-aspek yang dinilai pada kelayakan non finansial pada penelitian ini adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Aspek Pasar Aspek pasar merupakan salah satu kajian utama dalam studi kelayakan bisnis, hal ini dikarenakan tidak sedikit bisnis yang gagal karena tidak memperhatikan pasar potensial dan pangsa pasar. Pada aspek pasar dikaji mengenai berapa besarnya peluang dan potensi pasar yang dimiliki perusahaan serta pangsa pasar yang dapat dipenuhi perusahaan. Aspek pasar juga mengkaji mengenai rencana pemasaran MKS yang dilakukan oleh PT. MAI. Keberhasilan PT. MAI memasarkan produknya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk memastikan hal tersebut. Peluang dan potensi pasar PT. MAI dalam pemasarannya menjual hasil produksinya kepada perusahaan pengolah minyak dan lemak nabati yaitu PT. X yang juga merupakan perusahaan sahabat dari PT MAI. Kinerja perusahaan minyak dan lemak nabati terus menunjukkan performa positif sehingga perlu dukungan dari perusahaan penyedia bahan baku berupa MKS dengan kualitas baik dan kuantitas besar.
19
Selain dari pembelian internal, PT. MAI dalam pemenuhan kebutuhan bahan bakunya juga melakukan pembelian eksternal. Pangsa pasar PT. MAI Pangsa pasar atau market share merupakan bagian dari total pasar keseluruhan yang dapat menjadi pasar sasaran perusahaan atau merupakan jumlah permintaan yang dapat dipenuhi oleh perusahaan dari total permintaan secara keseluruhan. Untuk menghitung pangsa pasar yang dapat diraih oleh PT. MAI dilakukan dengan menghitung produk MKS yang dapat diproduksi PT. MAI dalam setahun. PT. MAI pada penelitian ini memiliki dua rencana pendirian pabrik kapasitas 30 ton per jam dan kapasitas 60 ton per jam. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa PT. MAI mampu menghasilkan produk MKS sebanyak 41,40 ribu ton per tahun pada pabrik kapasitas 30 ton per jam dan produk MKS sebanyak 82,40 ribu ton per tahun pada pabrik kapasitas 60 ton per jam. Sedangkan permintaan bahan baku berupa MKS dari perusahanan pengolah minyak dan lemak nabati membutuhkan 1.1 juta ton MKS per tahun. Dengan mengetahui penawaran yang dapat diberikan oleh PT. MAI dan permintaan yang dibutuhkan oleh perusahaan minyak dan lemak nabati maka akan didapat pangsa pasar sebagai berikut
= 3.76%
= 7.53% Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pangsa pasar yang dapat diraih PT. MAI saat ini dengan PKS kapasitas 30 ton per jam adalah sebesar 3.76 persen. Apabila PT. MAI meningkatkan kapasitas PKS menjadi 60 ton per jam, maka pangsa pasar yang dapat diraih oleh PT. MAI adalah sebesar 7.53 persen. Alur distribusi palm product PT. MAI PT. MAI menjual keseluruhan palm product kepada perusahaan pengolah minyak dan lemak nabati. Perusahaan pengolah minyak dan lemak nabati mengolah MKS dan IKS menjadi produk turunan kelapa sawit. Produk turunan kelapa sawit yang dihasilkan berupa minyak goreng, margarin, dan shortening. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan kepada konsumen industri dan konsumen akhir. Beragam produk minyak goreng dan margarin yang diproduksi merupakan merek-merek yang terkemuka di pasar Indonesia. Produk-produk hasil olahan PT. X terus mendominasi pasar konsumen Indonesia untuk produk minyak goreng dan margarin bermerek. Selain menghasilkan produk bermerek sendiri, perusahaan minyak dan lemak nabati melakukan penjualan ke pelanggan industri dan merek-merek pihak
20
ketiga. Penjualan produk ini dipasarkan tanpa menggunakan merek kepada industri makanan. Hasil analisis aspek pasar Berdasarkan aspek pasar, pendirian pabrik kelapa sawit PT. MAI layak dilaksanakan. PT. MAI telah memiliki target pasar yang jelas dengan potensi yang sangat besar. Kebutuhan perusahaan pengolah minyak dan lemak nabati PT.X terhadap MKS tinggi. Selama ini kebutuhan bahan baku MKS perusahaan pengolah minyak dan lemak nabati hanya dapat dipenuhi sebesar 490 ribu ton MKS (44.5 persen kapasitas terpasang) oleh sumber internal PT. X. Sehingga masih sangat terbuka lebar peluang dari PT. MAI untuk meningkatkan produksi dan memasarkan hasil produksinya. Permintaan minyak kelapa sawit juga terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Selain itu perusahaan minyak dan lemak nabati PT. X terus menunjukkan performa yang positif dan perlu dukungan yang baik dari divisi agronomi sebagai pemasok bahan baku, sehingga diperlukan pembangunan pabrik kelapa sawit tambahan. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek untuk menilai kesiapan PT. MAI dalam menjalankan hal-hal teknis atau operasional. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu lokasi pabrik, fasilitas pendukung, teknologi yang digunakan untuk produksi, kapasitas produksi, layout, dan proses produksi. Lokasi pabrik Penentuan lokasi pabrik perlu dilakukan dengan tepat dan penuh pertimbangan. Hal ini dikarenakan lokasi dapat menentukan berjalannya operasional pabrik dengan baik. Areal lokasi pabrik pada skenario I dan II dibangun dengan luas 7,2 ha. Pada skenario II, elevasi pabrik menggunakan tanah dari PKS yang lama karena plan platform PKS MAI MILL-I sudah disiapkan untuk pendirian pabrik berkapasitas 60 ton per jam. Pabrik akan dibangun di tengah areal kebun PT. MAI agar mengefisienkan biaya dan waktu pengangkutan TBS. Selain lokasi di tengah kebun, pemilihan lokasi pabrik juga mempertimbangkan beberapa faktor seperti akses sumber air, akses sumber tenaga kerja, dan rencana pengelolaan limbah. Lokasi pabrik biasanya menggunakan lokasi yang sama dengan bekas areal pembibitan. Pada pendirian pabrik 30 ton per jam (skenario I) dibutuhkan biaya LC untuk pembersihan dan perataan tanah. PT. Mazuma Agro Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang berkantor pusat di Jalan Prof. H. M. Yamin SH. No. 235 Medan, Sumatera Utara. Perusahaan ini memiliki tiga unit kebun kelapa sawit yang berada di Kabupaten Padang Lawas yang berbatasan dengan Provinsi Riau. Wilayah ini memiliki kondisi iklim khas tropis lembab dan panas sehingga cocok untuk perkembangan tanaman kelapa sawit. Kabupaten Padang Lawas memiliki topografi dan keadaan alam yang cocok untuk perkembangan tanaman kelapa sawit. Daerah perkembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS dengan ketinggian lahan berkisar antara 0-500 mdpl. Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar
21
2.000-2.500 mm/tahun, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit sekitar 29-34°C. Hingga saat ini luas kebun yang sudah menghasilkan milik PT. MAI mencapai 8748 ha dan masih akan diperluas lagi. Unit perkebunan yang di kelola PT. MAI terbagi menjadi 3 kebun, yaitu Kebun Bunut, Kebun Batari dan Kebun Huragi. Kebun Bunut terletak di Desa Bunut, Kecamatan Sosa. Sementara Kebun Batari dan Kebun Huragi terletak di Kecamatan Hutaraja Tinggi. Selain perkebunan, mulai tahun 2006 telah beroperasi pabrik pengolahan kelapa sawit yang diberi nama PKS MAI MILL-I. Letak pabrik pengolahan ini berada sekitar 2 jam perjalanan dari pusat Kabupaten Padang Lawas, tepatnya di Desa Sei Korang, Kecamatan Hutaraja Tinggi. Tenaga kerja pada PT. MAI menggunakan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat di sekitar perkebunan PT. MAI dan ada juga yang berasal dari luar kota dan dari pulau Jawa. Setiap staf dan karyawan diberikan fasilitas rumah yang berada di dekat lokasi pabrik. Selain fasilitas rumah, staf akan diberikan fasilitas kendaraan seperti mobil dan motor untuk mempermudah mobilisiasi staf. Fasilitas pendukung a. Lahan perkebunan Lahan perkebunan PT. MAI saat ini memiliki 8.748 ha areal tanam kelapa sawit perkebunan inti dan 2.000 ha areal tanam kelapa sawit perkebunan plasma. Produksi PT. MAI pada tahun 2015 adalah 147.251 ton TBS pada perkebunan inti dan 29.537 ton TBS pada perkebunan plasma. b. Kantor PT. MAI memiliki tiga bangunan kantor. Pertama terletak di areal pabrik, kantor ini berfungsi sebagai pusat kendali operasional pabrik. Kantor kedua terletak di lokasi perumahan, kantor ini berfungsi sebagai pusat kendali operasional perkebunan kelapa sawit. Kantor ketiga terletak di Kota Medan sebagai kantor pusat PT. MAI.
Gambar 2 Tampak depan kantor pusat PT. MAI c.
Bengkel Bengkel PT. MAI terletak di sekitar area pabrik. Bengkel ini berfungsi untuk memperbaiki mesin, peralatan, dan kendaraan operasional, khususnya kendaraan pengangkut TBS dan minyak sawit (truk tangki). Bengkel ini dibangun agar perusahaan dapat menekan biaya perbaikan dan pemeliharaan mesin, peralatan, dan kendaraan mengingat kendaraan yang digunakan untuk mengangkut memiliki risiko dan potensi rusak yang sangat besar karena produk
22
yang diangkut bermuatan besar dan jalan yang dilalui pun tidak semulus jalan aspal.
Gambar 3 Bengkel atau workshop station PKS PT. MAI Laboratorium Pabrik PT. MAI memiliki laboratorium yang terletak di areal pabrik. Laboratorium berfungsi sebagai fasilitas untuk melakukan fungsi pengendalian kualitas dan pengendalian proses produksi. Fungsi pengendalian kualitas pada laboratorium memberikan data parameter mutu material yang terlibat pada proses produksi dari TBS yang diproses. Fungsi pengendalian proses produksi memberikan data mengenai hasil produksi alat-alat produksi yang digunakan di dalam pabrik sehingga dapat diketahui kinerjanya. Pengendalian kualitas meliputi kualitas MKS, IKS, limbah, dan sludge. Kualitas MKS meliputi kadar asam lemak bebas, kadar air, kadar kotoran, dan nilai peroksida. Kualitas IKS meliputi kadar air, kadar kotoran, dan kadar kernel pecah. Kualitas limbah meliputi kadar asam dan kadar alkali. d.
Gambar 4 Laboratorium PKS PT. MAI e.
Perumahan Perumahan staf dan karyawan dibangun di dekat lokasi pabrik untuk memudahkan akomodasi karyawan dan sebagai insentif perusahaan kepada karyawan. Letak lokasi pabrik yang jauh dari perkotaan membuat PT. MAI memerlukanan perumahan untuk menampung akomodasi staf dan karyawan. Pada skenario I akan didirikan perumahan baru di dekat area pabrik baru. Sedangkan pada skenario II hanya dilakukan penambahan perumahan sesuai dengan penambahan jumlah karyawan pabrik yang dibutuhkan.
23
Gambar 5 Perumahan staf dan karyawan PT. MAI PT. MAI memiliki mess yang terletak di lokasi perumahan. Mess PT. MAI berfungsi sebagai akomodasi bagi staf dan karyawan yang belum memiliki rumah serta tamu-tamu yang sedang mengunjungi lokasi pabrik. f.
Kendaraan Kendaraan yang diperlukan PT. MAI memiliki fungsi yang berbeda-beda, diantaranya 1 unit truk Toyota Dyna untuk mengangkut janjang kosong kelapa sawit, 2 unit Wheel Loader Komatsu untuk memindahkan janjang kosong kelapa sawit, 1 unit mobil Ford Everest, 1 unit mobil Mitsubishi Strada, 1 unit Mitsubishi L 300, dan 6 unit Sepeda Motor Honda CB untuk keperluan kegiatan kantor dan operasional staf. Pada skenario I jumlah investasi kendaraan yang dibutuhkan dua kali lebih besar dari skenario II karena pada skenario I jumlah pabrik yang dimiliki PT. MAI adalah 2 pabrik sehingga disetiap pabriknya dibutuhkan kendaraan untuk kebutuhan operasional pabrik.
Gambar 6 Kendaraan dan alat berat PKS PT. MAI
24
g.
Jalan Pada skenario II, jalan sebagai akses transportasi dari lokasi pabrik menuju jalan besar sudah tersedia. Jalan yang digunakan adalah jalan operasional perkebunan PT. MAI sehingga tidak mengganggu kegiatan masyarakat dan petani di sekitar lokasi PT. MAI. Pada skenario I akan dibuka akses jalan menuju target pasar terdekat sehingga nantinya akan meminimalisir biaya transpor produk. Namun pembukaan jalan ini membutuhkan biaya LC (land clearing). h.
Stasiun pengolahan air Water Treatment dibangun di lokasi pabrik yang berfungsi sebagai penyedia air sebagai bahan baku produksi dan penyedia air untuk perumahan dan bangunan lain pendukung pabrik. Pada skenario I, stasiun pengolahan air pada pabrik baru mengikuti stasiun pengolahan air PKS MAI MILL-I dengan mempertimbangkan ketersediaan air untuk kebutuhan operasi pabrik. i.
Pembangkit listrik Genset, turbin dan boiler dibangun di lokasi pabrik yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan listrik proses produksi dan penyedia listrik untuk perumahan dan bangunan lain pendukung pabrik.
Gambar 7 Boiler (kiri atas), genset (kanan atas), dan turbin uap (bawah) di PKS PT. MAI j.
Komunikasi Pada skenario I dan II didirikan pemancar V-sat yang berfungsi sebagai penyedia koneksi internet untuk melakukan komunikasi dengan kantor pusat dan kantor lainnya. Kapasitas pabrik Penentuan kapasitas pabrik PT. MAI disesuaikan dengan proyeksi produksi TBS per tahun kebun sawit PT. MAI untuk 5 tahun yang akan datang. Hal ini
25
dilakukan karena pengerjaan proyek pabrik kelapa sawit membutuhkan waktu 20 bulan kerja pada kondisi optimum dan 24 bulan pada kondisi tanah gambut atau mineral. Jangka waktu 5 tahun diambil untuk memenuhi kenaikan produksi selama masa proyek. Dalam setahun produksi TBS terdapat bulan puncak produksi sehingga penentuan kapasitas pabrik harus memenuhi produksi TBS pada bulan puncak. Hal ini disebabkan karena seluruh produksi TBS harus segera diolah karena sifat TBS yang mudah busuk (rusak) dan butuh pengolahan dengan segera. Produksi TBS pada bulan puncak 10 persen dari total produksi per tahun. Penentuan kapasitas PKS yang dibutuhkan harus dihitung dari jumlah TBS yang akan diolah pada kondisi produksi puncak. Hal ini dapat dianalogikan dengan pembangunan jembatan yang konstruksinya dibuat untuk kondisi sungai pada debit air maksimal (Pahan 2006). Berikut adalah rumus penghitungannya :
Proyeksi produksi TBS PT. MAI pada tahun 2021 adalah 265 ribu ton. Produksi TBS pada bulan puncak adalah 26.5 ribu ton (10 persen produksi total). Sehingga PT. MAI membutuhkan PKS dengan kapasitas 53 ton per jam. Jadi PT. MAI memiliki dua alternatif pilihan yaitu mengelevasi PKS menjadi kapasitas 60 ton per jam atau pendirian PKS MAI MILL-II kapasitas 30 ton per jam dengan platform 60 ton per jam. Layout Layout pabrik terdiri dari bangunan pabrik, kantor, bengkel, oil storage, gudang, water treatment, power supply, stasiun pemancar, mushola, dan taman. Layout pabrik pada skenario I sama dengan layout PKS MAI MILL-I. Pada tahun ke-0 skenario I dilakukan investasi tambahan bangunan karena membangun pabrik baru. Sementara pada skenario II tidak dilakukan pendirian bangunan karena umur ekonomis bangunan masih tersisa 10 tahun lagi. Layout pabrik PT. MAI terlampir pada lampiran. Proses produksi Proses produksi pada pabrik kelapa sawit dibagi menjadi lima proses, yaitu proses penerimaan TBS dan pra-pengolahan, proses pengolahan MKS, proses pengolahan kernel, proses pengolahan serat dan cangkang, dan proses pengolahan janjang kosong, limbah, dan sludge. a. Penerimaan buah dan pra-pengolahan i. Uap dan pembangkit listrik Proses operasional pabrik dimulai dengan mengoperasikan stasiun boiler dan pembangkit tenaga listrik. Stasiun boiler dan pembangkit listrik berfungsi sebagai sumber utama penggerak mesin-mesin dan operasional di pabrik. Stasiun boiler adalah stasiun pembakaran yang menghasilkan uap dengan bahan bakar cangkang dan serabut kelapa sawit. Uap yang dihasilkan oleh boiler kemudian dikumpulkan pada mesin back pressure vessel (BPV). Mesin BPV juga berfungsi
26
untuk mengatur tekanan uap yang akan didistribusikan pada mesin-mesin pabrik kelapa sawit seperti, turbin, perebusan, digester, klarifikasi, storage tank, dan mesin lainnya. Uap yang dihasilkan oleh stasiun boiler berfungsi untuk menggerakkan turbin dan dibutuhkan untuk proses perebusan dan klarifikasi.
Gambar 8 Back Pressure Vessel Stasiun pembangkit tenaga listrik terdiri dari turbin dan genset. Turbin adalah mesin penghasil tenaga listrik yang digerakkan oleh uap. Genset adalah mesin penghasil tenaga listrik yang digerakkan oleh mesin diesel dengan bahan bakar utama solar. Mesin turbin dan genset adalah dua mesin pembangkit listrik yang saling menggantikan. Ketika awal mula pengoperasian pabrik, sumber tenaga listrik utama pabrik berasal dari mesin genset. Mesin turbin digunakan ketika cangkang dan serabut tersedia sebagai bahan baku pembakaran boiler, kemudian boiler menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. Ketika turbin sudah beroperasi dan menghasilkan tenaga listrik, maka genset akan dimatikan dan menjadikan turbin sebagai sumber utama tenaga listrik. Genset biasanya dioperasikan selama 2 jam sampai pabrik menghasilkan cangkang dan serabut sebagai bahan bakar mesin boiler. ii. Penerimaan buah Alir proses pabrik kelapa sawit dimulai dari penerimaan buah pada jembatan timbang. Jembatan timbang merupakan alat yang sangat vital pada pabrik kelapa sawit. Jembatan timbang digunakan untuk memeproleh data kuantitas masuknya tonase tandan buah segar serta tonase keluarnya MKS, IKS, dan janjang kosong.
Gambar 9 Jembatan timbang (kiri atas), Loading ramp (kanan atas), TBS Hopper (kiri bawah), dan lori (kanan bawah)
27
Setelah itu TBS dari truk dibongkar di loading ramp. Pada prosesnya truk dimasukkan ke loading ramp dan TBS dijatuhkan ke TBS hopper. TBS hopper adalah tempat penampungan TBS dari proses pembongkaran buah. TBS dari hopper dengan sedemikian rupa akan mengisi lori. Lori adalah alat yang berfungsi untuk mengantarkan TBS dan hasil proses pengolahan dari satu stasiun kepada stasiun berikutnya. TBS dari hopper kemudian masuk lori untuk mengantarkan TBS menuju stasiun perebusan. iii. Perebusan TBS dari loading ramp dikirim ke dalam sterilizer menggunakan lori untuk proses perebusan. Proses perebusan merupakan tahap awal pengolahan tandan buah segar. Proses perebusan menjadi proses yang sangat penting karena berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses perebusan tandan buah segar berfungsi untuk mengurangi kandungan air pada tandan buah segar, mempermudah terlepasnya berondolan dari janjang kelapa sawit, menghidrolisa zat-zat lendir, mematikan enzim-enzim pemecah minyak, melunakkan buah, mempermudah pecahnya cangkang, dan membantu kernel terlepas dari cangkang.
Gambar 10 Stasiun perebusan TBS iv. Bantingan Setelah melalui proses perebusan, TBS kemudian dibanting menggunakan mesin thresher untuk memisahkan brondolan dari janjang. TBS dari proses perebusan dibanting di dalam drum silinder panjang yang berputar secara horizontal. Drum dirancang dengan lubang-lubang kecil yang berfungsi untuk meloloskan berondolan agar terpisah dari janjang kelapa sawit. Brondolan yang sudah terpisah dari janjang kelapa sawit kemudian dikirim ke stasiun pengepresan untuk diekstraksi. Namun sebelum memasuki stasiun pengepresan, berondolan dilumatkan terlebih dahulu pada mesin digester. Sedangkan janjang yang masih memiliki brondolan diproses lagi pada HEB conveyor.
Gambar 11 Stasiun bantingan (kiri) dan mesin digester (kanan)
28
b.
Pengolahan MKS i. Pengepresan Brondolan yang sudah lumat pada digester diproses oleh screw press sedangkan janjang kelapa sawit dan brondolan dari HEB conveyor diproses oleh bunch press. Screw press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak kasar dari daging buah dan biji yang terdapat pada brondolan. Proses pengepresan menghasilkan minyak mentah, biji, dan serat. Sedangkan bunch press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak kasar dari brondolan yang masih menempel pada janjang dan akan menghasilkan janjang kosong kelapa sawit. Minyak mentah kemudian ditampung ke dalam sand trap tank untuk memisahkan pasir dari minyak. Kemudian minyak mentah dari sand trap tank disaring ke dalam vibrating screen untuk memisahkan kotoran sisa dari sand trap tank. Minyak mentah dari vibrating screen kemudian dialirkan dan ditampung ke dalam crude oil tank.
Gambar 12 Vibrating screen (kiri) dan Sand trap tank (kanan) ii. Klarifikasi Minyak mentah dari crude oil tank dikirim ke clarifier untuk memisahkan MKS, air dan sludge. Kemudian MKS yang sudah terpisah dari sludge dan air dari clarifier ditampung ke dalam clean oil tank. MKS dari clean oil tank dikirim ke purifier untuk proses pemurnian. MKS dari purifier dikirim ke vacum dryer untuk menurunkan kadar air sesuai standar. MKS dari vacum dryer ditampung ke dalam storage tank. Setelah itu MKS dikirim ke bulking station.
Gambar 13 Storage tank (kiri) dan minyak mentah yang mengandung sludge (kanan) c. Pengolahan kernel Biji dan serat yang dihasilkan dari screw press dikirim ke cake breaker conveyor. Cake breaker conveyor berfungsi untuk memecahkan gumpalan serat dan biji. Biji dari cake breaker conveyor dikirim ke nut polishing drum untuk memisahkan kembali serat yang masih menempel di biji. Biji yang sudah
29
bersih dari serat dikirim ke grading drum untuk dilakukan sortir. Biji yang sudah disortir dimasukkan ke dalam nut silo untuk dilakukan pengeringan. Biji hasil pengeringan di nut silo dikirim ke ripple mill untuk proses pemecahan. Ripple mill adalah alat yang berfungsi untuk memecahkan cangkang pada biji sehingga kernel dapat terpisah dari cangkang. Cangkang dan kernel yang sudah dipecah dari biji dikirim ke clay bath untuk proses pemisahan kernel dan cangkang. Kernel dari clay bath dikirim ke kernel silo untuk menurunkan kadar air kernel sesuai standar. Kernel dari kernel silo dikirim ke bulk silo. Setelah itu kernel siap dikirim.
Gambar 14 Nut polishing drum (kiri) dan ripple mill (kanan) d. Pengolahan serat dan cangkang Serat dari cake breaker conveyor dikirim ke fiber cyclone sebelum dipasok ke boiler. Sedangkan cangkang dari ripple mill dikirim ke LTDS cyclone line sebelum dipasok ke boiler. Serat dan cangkang dikirim ke boiler sebagai sumber pembangkit listrik dan steam. Boiler bekerja setelah mendapatkan sumber bahan pembakaran dari cangkang dan serat. Ketika boiler bekerja, boiler menjadi pembangkit listrik utama dan genset dapat dimatikan.
Gambar 15 LTDS separation system e.
Pengolahan janjang kosong, limbah, dan sludge Janjangan kosong yang berasal dari empty bunch press dikumpulkan di areal penumpukan. Janjangan kosong dikirim ke stasiun composting untuk pengolahan pupuk. Limbah dari proses pengolahan dikirim ke cooling pond 1 untuk proses pendinginan dan pengendapan tahap satu. Limbah dari cooling pond 1 dialirkan ke cooling pond 2 untuk proses pendinginan dan pengendapan tahap 2. Air limbah dari cooling pond dikirim ke kolam limbah. Limbah cair dari kolam limbah kemudian diolah bersama dengan janjang kosong untuk diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit. Minyak mentah dari cooling pond ditampung sementara di fat pit. Crude oil recovery dari fat pit dikirim ke crude oil and sand trap untuk memisahkan kotoran pasir. Sludge dari crude oil tank dan minyak mentah dari clarifier dikirim dan ditampung ke sludge tank. Sludge dan minyak mentah dari sludge
30
tank dikirim ke oil sand cyclone untuk proses pengeringan. Sludge dan minyak mentah dari oil sand cyclone dikirim ke sludge separator untuk diproses pemisahan light phase dan heavy phase. Light phase dari sludge separator dikirim ke crude oil tank. Heavy phase dari sludge separator dikirim ke sludge recovery. Hasil analisis aspek teknis Berdasarkan hasil analisis aspek teknis, bisnis pendirian pabrik kelapa sawit di PT. MAI layak dilaksanakan. Hal ini dikarenakan PT. MAI dinilai siap untuk melakukan operasional pabrik dengan baik. Lokasi bisnis yang dipilih dinilai dapat mendukung berjalannya operasional pabrik dengan efisien. Fasilitas pendukung pabrik dibangun dengan baik untuk menunjang proses produksi. Proses produksi yang akan dilakukan di pabrik juga dilakukan dengan baik. Layout pabrik yang dibuat mengikuti standar layout di pabrik milik PT. MAI kapasitas 30 ton/jam yang telah terbukti efisien dan memenuhi standar. Terbukti dari PKS MAI MILL-I yang masih beroperasi dan menguntungkan sampai saat ini. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen berkaitan dengan pengelolaan SDM yang dimiliki oleh perusahaan. Pelaksanaan pengelolaan tersebut perlu memperhatikan bagaimana struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan aspek hukum berkaitan dengan status perusahaan dengan melihat bagaimana badan hukumnya dan bagaimana kelengkapan dokumen untuk izin bisnisnya. Organisasi perusahaan PT. MAI adalah perusahaan dengan struktur agribisnsis terintegrasi secara vertikal. PT. MAI memiliki tiga divisi, yaitu divisi riset dan pengembangan, divisi agronomi, serta divisi minyak dan lemak. PT. MAI yang menyediakan output berupa MKS dan IKS serta input berupa bibit tanaman kelapa sawit. Input bibit tanaman kelapa sawit dibeli PT. MAI dari divisi riset dan pengembangan, sedangkan output PT. MAI seluruhnya dijual kepada divisi minyak dan lemak nabati. Pada divisi agronomi akan membawahi perkebunan kelapa sawit sedangkan divisi minyak dan lemak akan membawahi pabrik kelapa sawit. Organisasi pabrik Organisasi dalam entitas bisnis memegang peranan penting agar bisnis dapat berjalan dengan baik. Perusahaan yang memiliki manajemen dengan baik umumnya memiliki data jumlah tenaga kerja, struktur organisasi, serta pembagian tugas yang jelas. Struktur organisasi pada PT. MAI terdiri dari manajemen pusat, manajer wilayah, manajer pabrik, kasi administrasi, kepala asisten, asisten (pemeliharaan, composting, proses, serta pengawasan kualitas dan lingkungan), mandor (pemeliharaan, composting, dan proses), analis laboratorium, mekanik, kelistrikan, shift fitter, inspektur rutin, kerani (pemeliharaan, produksi, dan pembelian), operator (bubut, pome sprayer, komputer, dan jembatan timbang), karyawan proses, compound, sample boy, sorter, grading, pembukuan, kasir,
31
personalia, gudang, supir, keamanan, office boy, dan tukang kebun. Kebutuhan tenaga kerja pada PKS kapasitas 30 ton per jam adalah sebanyak 138 pekerja dan kapasitas 60 ton per jam sebanyak 154 pekerja. Staf PT. MAI diisi oleh pekerja dengan kualifikasi sarjana dan karyawan diisi oleh pekerja dengan kualifikasi SMA atau STM. Struktur organisasi pabrik PT. MAI dan tabel kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kebutuhan tenaga kerja pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario I dan skenario II Jenis Pekerjaan Staf Karyawan Kantor Karyawan Proses Gudang Bengkel Security Laboratorium Karyawan tak langsung Total
Skenario 30 ton/jam 60 ton/jam 11 11 10 10 47 63 10 10 10 10 7 7 13 13 30 30 138 154
Deskripsi jabatan pabrik Deskripsi pekerjaan merupakan penjelasan mengenai tugas dan wewenang dari masing-masing anggota organisasi sesuai dengan jabatan yang telah diberikan. Deskripsi pekerjaan perlu diuraikan secara jelas agar setiap anggota organisasi mengetahui tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan jabatan yang dipegangnya. Deskripsi pekerjaan dari masing-masing jabatan di PKS PT. MAI adalah sebagai berikut. a) Area Manager, bertugas sebagai pengambil keputusan sekaligus berperan sebagai penanggung jawab kegiatan operasi pabrik PT MAI. Area manager biasanya diisi oleh manager senior yang telah memiliki pengalaman dalam pengelolaan PKS dan kebun. Area manager memberikan laporan kinerja pabrik dan kebun kepada manajemen kantor pusat yang berada di Medan setiap bulannya. b) Manager, memimpin kegiatan operasional pabrik untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen pada struktur organisasi pabrik. Manager diisi oleh individu yang kompeten dan paham dengan pengelolaan PKS yang baik. Manager mempertanggung jawabkan dan melaporkan kinerja pabrik yang dipimpinnya kepada area manager. c) Asisten Kepala, melakukan fungsi manajemen pada kegiatan operasional yang dibawahinya dan bertanggung jawab kepada manager pabrik. Pada struktur organisasi PKS PT. MAI, asisten kepala berjumlah dua orang. Asisten kepala I membawahi asisten proses dan asisten composting.
32
d)
e)
f)
g)
h)
Sedangkan asisten kepala II membawahi asisten pemeliharaan dan asisten quality control and environtment. Asisten Pengelolaan Limbah, melaksanakan fungsi manajemen pada kegiatan pengelolaan limbah dan bertanggung jawab kepada Asisten Kepala I. Asisten pengelolaan limbah memastikan limbah yang dihasilkan pabrik tidak merusak lingkungan dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Asisten Pemeliharaan, melaksanakan fungsi manajemen pada kegiatan pemeliharaan fasilitas pabrik dan bertanggung jawab kepada Asisten Kepala II. Asisten pemeliharaan bekerja pada fasilitas bengkel pabrik. Asisten pemeliharaan memastikan seluruh mesin dan peralatan yang digunakan oleh PKS dapat bekerja dengan optimal. Selain itu bagian pemeliharaan juga bekerja untuk melindungi dan merawat aset-aset lain yang dimiliki perusahaan seperi kendaraan dan perumahan. Asisten Proses, melaksanakan fungsi manajemen pada kegiatan proses produksi pabrik dan bertanggung jawab kepada Asisten Kepala I. Pada struktur organisasi PKS PT. MAI, asisten proses berjumlah dua orang. Asisten proses memiliki peran penting dalam memastikan proses produksi yang berjalan oleh pabrik. Asisten Quality Control and Environtment, melaksanakan fungsi manajemen pada jaminan kualitas MKS dan IKS serta lingkungan dan bertanggung jawab kepada Asisten Kepala II. Asisten QCE bekerja pada fasilitas laboratorium. Asisten QCE memberikan laporan berupa nilai kandungan yang menjadi informasi atas produk MKS dan IKS yang dihasilkan. Informasi yang diberikan berupa nilai ALB, kadar air, yang terkandung pada MKS. Kasi Administrasi, melakukan fungsi manajemen pada proses administrasi dan keuangan pabrik. Kasi administrasi bertanggung jawab kepada manager pabrik. Pada strukrtur organisasi PKS PT. MAI, kasi administrasi berjumlah dua orang. Kasi administrasi juga bertugas dalam pengelolaan keuangan pabrik, pencatatan administrasi dan pembukuan pabrik. Kasi administrasi berperan penting pada penyusunan laporan perusahaan untuk pertanggung jawaban pada manajemen kantor pusat.
Kendala dan solusi organisasi pabrik Karyawan yang bekerja pada fasilitas pabrik diperlukan dengan kualifikasi yang baik dan memiliki integritas yang tinggi agar pabrik mampu berproduksi dengan baik. Masalah yang sering timbul pada aspek ini adalah perlawanan dari karyawan yang merasa diperlakukan tidak adil. Dampak yang ditimbulkan dari perlawanan karyawan adalah mogok kerja sehingga menghambat proses pengolahan TBS. Mogok karyawan sangat merugikan perusahaan, hal ini dikarenakan TBS yang dihasilkan kebun tidak dapat segera diolah. Manajemen dapat melakukan pencegahan dari masalah tersebut dengan melakukan perekrutan karyawan bervariasi dalam karakter demografi. Sehingga
33
karyawan yang berbagai macam suku, budaya, dan bahasa fokus pada pekerjaan dan tidak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan tujuan menekan perusahaan agar keinginan kelompok pekerja tercapai. Hasil analisis aspek manajemen dan hukum Berdasarkan hasil analisis aspek manajemen dan organisasi, bisnis pendirian pabrik kelapa sawit layak dilaksanakan. Sumberdaya manusia yang mengisi fungsi-fungsi organisasi memenuhi kualifikasi dan ahli dalam bidangnya. PT. MAI juga telah memiliki struktur organisasi yang jelas. PT. MAI juga telah melakukan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dalam bentuk deskripsi pekerjaan pada karyawan dan staf dengan jelas dan terstruktur. Struktur dan deskripsi pekerjaan mengikuti standart operational procedure (SOP) yang berlaku di PT MAI. Sehingga setiap jabatan dapat menjalankan fungsi organisasi dengan baik. Berjalannya fungsi organisasi dengan baik akan menciptakan efektivitas dalam operasional bisnis pabrik kelapa sawit. Legalitas perusahaan juga menjadi perhatian penting perusahaan pada analisis aspek manajemen dan hukum. Hasil analisis menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi dan melengkapi kewajiban atas kepemilikian dokumen serta perizinanan. Terpenuhinya legalitas perusahaan akan dapat menghindari perusahaan dari masalah hukum yang dapat terjadi di kemudian hari. Sehingga operasional perusahaan tidak akan terganggu hingga berakhirnya umur bisnis. Jadi, pendirian pabrik kelapa sawit dari aspek manajemen dan hukum layak dilaksanakan karena seluruh komponen aspek hukum sudah terpenuhi sehingga tidak menimbulkan masalah hukum di kemudian hari. Aspek Sosial dan Ekonomi Analisis aspek sosial dan ekonomi mengkaji keberadaan bisnis pabrik kelapa sawit terhadap masyarakat sekitar lokasi bisnis. Keberadaan suatu bisnis dapat memberikan suatu dampak bagi lingkungan sekitar baik positif maupun negatif. Masyarakat terkadang sulit untuk menghadapi perubahan terutama dengan masuknya unsur baru di lingkungan. Masuknya suatu unsur baru terhadap suatu masyarakat sosial tentunya dapat berakibat terjadinya perubahan dan pergeseran struktur sosial. Apalagi lokasi bisnis yang akan dilaksanakan adalah masyarakat adat Batak yang keras dan masih memegang teguh hukum adat pada kehidupan sehari-hari masyarakat sosialnya. Apabila terjadi kesalahan penanganan akan berdampak pada timbulnya konflik-konflik sosial antara kedua belah pihak. Konflik sosial tersebut tentunya dapat menghambat berjalannya operasional perusahaan dengan optimal dan juga berdampak buruk pada masyarakat karena akan mengganggu kerukunan antar masyarakat. Hal ini tentunya menjadi perhatian serius perusahaan pada keputusan yang akan diambil agar tidak terjadi hal-hal seperti yang disebutkan di atas. Penjelasan aspek sosial dan ekonomi Analisis aspek sosial dan ekonomi dapat dilihat dari dampak positif yang ditimbulkan oleh kegiatan bisnis PT. MAI terutama untuk lingkungan sekitar. Mayoritas masyarakat lokal sekitar lokasi pabrik adalah petani kelapa sawit. Petani kelapa sawit di sekitar lokasi pabrik sebagian besar adalah petani plasma
34
mitra PT. MAI. Petani mitra PT. MAI menuntut keuntungan yang besar dari penjualan TBS. Selama ini kebun PT. MAI sering menghadapi masalah dengan petani mitra karena keuntungan dari penjualan TBS yang tidak sesuai dengan harapan petani. Salah satu penyebab keuntungan yang rendah adalah kekurangan kapasitas PKS MAI MILL-I untuk mengolah TBS dengan segera. Pendirian pabrik PT. MAI yang dekat dengan lokasi kebun petani mitra tentunya memberikan dampak yang baik bagi petani mitra yaitu berupa peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan tentunya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga petani. Peningkatan kesejahteraan tentunya akan mengurangi dan mencegah masalah sosial di masyarakat seperti tindak kriminalitas. Selain memberikan keuntungan kepada petani, pendirian PKS juga memberikan motivasi kepada petani mitra agar semakin semangat bekerja dalam hal pemeliharaan tanaman kelapa sawit milik petani. Pendirian PKS oleh PT. MAI akan menimbulkan persepsi positif petani mitra terhadap perusahaan. Perusahaan akan dianggap sebagai mitra kerja yang serius untuk pengembangan kelapa sawit. Sehingga mendorong petani untuk terus berusaha meningkatkan hasil panen baik dari segi kualitas dan kuantitas. Motivasi petani ini berimplikasi pada bahan baku PKS berupa TBS dengan kualitas baik dan kuantitas yang besar. Dampak positif lain yang timbul bagi masyarakat sekitar selain petani mitra adalah terbukanya lapangan pekerjaan dan masuknya arus uang di sekitar lokasi perkebunan. Hal ini tentunya menjadi potensi pendapatan bagi masyarakat sekitar dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Peluang kerja yang bisa didapat oleh masyarakat sekitar adalah terbukanya lapangan pekerjaan sebagai karyawan perusahaan. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar tentunya akan mengurangi dan mencegah terjadinya gesekan sosial antara masyarakat dan perusahaan. Minimnya gesekan sosial akan memberi kelancaran kepada perusahaan untuk melakukan kegiatan bisnisnya secara optimal. Sehingga pendirian PKS PT. MAI akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan tentunya juga pada PT. MAI. Selain itu dengan adanya bisnis ini akan berdampak pada tumbuhnya aktivitas ekonomi lain. Meningkatnya daya beli masyarakat sekitar akan berdampak pada masuknya barang-barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Aktivitas ekonomi yang dapat muncul seperti bisnis penyedia barang dan penyedia jasa. Hal ini tentunya membuat tumbuhnya kawasan ekonomi baru. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas barang dan jasa akan meningkatkan mutu hidup masyarakat. Bagi pemerintah, pendirian bisnis ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan serta pembangunan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari program-program pemerintah. Pemerintah akan terbantu dengan adanya bisnis ini. Selain itu retribusi yang dikeluarkan oleh perusahaan tentunya akan menambah pendapatan asli daerah Sumatera Utara. Pajak yang dikeluarkan perusahaan juga akan jadi pemasukan untuk pemerintah pusat negara republik Indonesia. Hasil analisis aspek sosial dan ekonomi Berdasarkan hasil analisis aspek sosial dan ekonomi, keberadaan bisnis pabrik kelapa sawit di perkebunan PT. MAI layak untuk dijalankan. Keberadaan
35
bisnis pabrik kelapa sawit yang akan didirikan di lokasi PT. MAI akan memberikan lebih banyak dampak positif dibandingkan dampak negatif. Pendirian bisnis pabrik kelapa sawit di lokasi PT. MAI mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar seperti peningkatan kemampuan ekonomi dan juga terbukanya lapangan pekerjaan. Pendirian bisnis pabrik kelapa sawit juga memberikan kontribusi pada pendapatan pemerintah pusat dan daerah sebagai modal untuk menjalankan program-program pemerintah. Selain itu, pendirian pabrik kelapa sawit juga berdampak pada aspek sosial dan ekonomi perkebunan kelapa sawit PT. MAI. Pendirian pabrik kelapa sawit menjadi solusi masalah pada aspek sosial dan ekonomi perkebunan PT. MAI. Aspek Lingkungan Analisis aspek lingkungan pada pendirian bisnis pabrik kelapa sawit di PT. MAI mengkaji dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar. Hal ini berhubungan dengan lingkungan ekologi sekitar baik darat, air, dan udara. Pendirian pabrik kelapa sawit tentunya akan menghasilkan limbah sebagai hasil dari proses pengolahan. Sehingga perlu perhatian khusus agar limbah yang dihasilkan tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar. Pengelolaan limbah PT. MAI Pabrik kelapa sawit PT. MAI dalam proses produksi menghasilkan limbah yang berupa limbah cair, padat, gas, dan suara. PKS PT. MAI dalam mengelola limbah pabrik mengikuti standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Limbah cair yang berasal dari sisa produksi ditampung sementara di kolam limbah yang terdapat di areal pabrik untuk proses pematangan. Limbah cair yang sudah matang dimanfaatkan kembali oleh pabrik untuk bahan baku pembuatan pupuk. Limbah padat yang dihasilkan berupa janjang kosong kelapa sawit ditampung dan dicampur dengan limbah cair untuk diolah menjadi pupuk. Pupuk yang dihasilkan dari limbah PKS akan diaplikasikan langsung ke kebun dengan land application. Limbah gas yang dihasilkan pabrik dikelola dengan cara tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. PKS PT. MAI juga di inspeksi secara periodik oleh Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Lokasi pabrik dipilih dengan pertimbangan tidak dekat dengan pemukiman penduduk lokal dan sungai yang dekat dengan pabrik tidak mengaliri sumber air di pemukiman sekitar lokasi. Selain itu arah angin juga mempengaruhi perencanaan lokasi pabrik yang dibuat tidak mengarah ke pemukiman penduduk agar limbah gas yang dihasilkan tidak berdampak buruk bagi pemukiman penduduk lokal. Hasil analisis aspek lingkungan Berdasarkan hasil analisis kelayakan aspek lingkungan, bisnis pendirian pabrik kelapa sawit di PT. MAI layak dilaksanakan. Hal ini dikarenakan pengelolaan limbah dilakukan dengan baik oleh perusahaan. Selain itu adanya rasa tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan juga menjadi pertimbangan perusahaan untuk mengelola limbah dengan baik. Hanya saja limbah gas yang dihasilkan tidak dapat dihindari. Sehingga untuk tetap menjaga tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan perusahaan melakukan audit independen
36
(konsultan lingkungan) dan institusi (kementrian lingkungan hidup republik Indonesia) untuk membatasi dan mengontrol emisi gas buang yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit.
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menilai kelayakan suatu bisnis dari sisi keuangan secara keseluruhan. Alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan finansial suatu bisnis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefeit-Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), dan Break Even Point (BEP). Kriteria kelayakan tersebut dapat diketahui dengan memproyeksikan arus kas dan laporan laba/rugi. Setelah itu dapat dilakukan analisis switching value dan sensitivitas. Arus Kas (Cash flow) Arus kas merupakan jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan bisnis. Arus kas pada studi ini dibuat dengan rincian setiap tahun selama umur bisnis. Umur bisnis pabrik pengolahan kelapa sawit pada studi ini adalah 20 tahun. Penentuan umur bisnis dilakukan dengan mempertimbangkan umur ekonomis pada bangunan pabrik dan juga berdasarkan masa produktif tumbuhan kelapa sawit. Pada arus kas terdapat komponen inflow dan outflow untuk melihat bagaimana arus kas dan laporan laba rugi pabrik kelapa sawit PT. MAI selama umur bisnis berjalan. Tahun awal dilakukannya analisis finansial adalah pada tahun 2016, yaitu tahun dimana peneliti memulai penelitian di PT. MAI. Analisis finansial dilakukan pada dua skenario pendirian pabrik yaitu pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam (skenario I) dan elevasi pabrik kelapa sawit dari kapasitas 30 ton per jam menjadi 60 ton per jam (skenario II). Arus Penerimaan (Inflow) Arus penerimaan adalah seluruh pemasukan yang diterima oleh pabrik kelapa sawit PT. MAI selama umur bisnis. Komponen yang termasuk dalam inflow adalah penjualan palm product, penerimaan pinjaman, dan nilai sisa. 1. Penerimaan penjualan palm product Pabrik kelapa sawit mengolah TBS menjadi palm product. Palm product yang dimaksud adalah minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Hasil penjualan MKS dan IKS selama satu periode arus kas PT. MAI diperoleh dari total tandan buah segar yang diolah pabrik kelapa sawit PT. MAI dikalikan dengan nilai hasil persentase ekstraksi MKS dan IKS terhadap TBS sebesar 23 persen dan 4,5 persen dari bobot TBS kemudian dikalikan dengan harga MKS dan IKS. PT. MAI dalam perencanaan produksinya tidak hanya menerima buah dari sumber internal kebun. Namun dengan pertimbangan bisnis, PT. MAI juga menerima buah dari sumber eksternal untuk memastikan pabrik bekerja secara optimal. Sumber internal TBS kelapa
37
sawit PT. MAI berasal dari hasil panen TBS dari kebun inti PT. MAI. Sumber eksternal TBS kelapa sawit PT. MAI berasal dari hasil panen TBS dari petani mitra PT. MAI (plasma) dan perkebunan kelapa sawit di sekitar lokasi pabrik yang menjual TBS kepada PKS PT. MAI. Penerimaan PT. MAI dari penjualan MKS dan IKS setiap tahun diasumsikan diperoleh dari hasil produksi pabrik dengan kapasitas olah 100 persen. Harga jual MKS dan IKS yang digunakan adalah Rp 7.527 dan Rp 4.888, diperoleh dari data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara bulan Februari 2016. Penerimaan palm product pabrik kelapa sawit PT. MAI pada skenario I dan skenario II ditampilkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Penerimaan penjualan palm product setiap periode dipengaruhi oleh besarnya kuantitas tandan buah segar kelapa sawit yang diolah oleh pabrik kelapa sawit PT. MAI, harga palm product (MKS dan IKS), dan rendemen palm product. Pada proyeksi arus kas pabrik kelapa sawit PT. MAI, diasumsikan harga palm product dan rendemen palm product konstan dari awal bisnis hingga akhir umur bisnis. Namun besarnya tandan buah segar yang diolah pada periode tahun pertama berbeda dengan periode tahun berikutnya. Pada tahun pertama, tandan buah segar yang diolah oleh pabrik kelapa sawit PT. MAI lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun berikutnya. Pembangunan pabrik kelapa sawit membutuhkan waktu selama 20 bulan kerja. Jadi, proses produksi pabrik kelapa sawit pada tahun pertama hanya selama 4 bulan disebabkan karena pada periode pertama proses pembangunan masih berlangsung hingga bulan kedelapan dan dapat mulai beroperasi pada bulan kesembilan. Sehingga besarnya tandan buah segar yang diolah pada tahun pertama hanya sebesar 30 persen dari total kebutuhan selama satu tahun. Namun pada tahun selanjutnya (2-20) penerimaan penjualan palm product bernilai konstan. Tabel 2 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario I (30 ton/jam) Tahun MKS 1 2-15 IKS 1 2-15
Rendemen palm product
Harga
120 000 360 000
23 % 23 %
7 527 7 527
207 745 200 623 235 600
120 000 360 000
4.5 % 4.5 %
4 888 4 888
26 395 200 79 185 600
TBS yang diolah
Penerimaan palm product
Tabel 3 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario II (60 ton/jam) Tahun MKS 1 2-15 IKS 1 2-15
Rendemen palm product
Harga
120 000 360 000
23 % 23 %
7 527 7 527
207 745 200 623 235 600
120 000 360 000
4.5 % 4.5 %
4 888 4 888
26 395 200 79 185 600
TBS yang diolah
Penerimaan palm product
38
2. Penerimaan pinjaman Selain penjualan palm product, PT. MAI juga mendapatkan pemasukan dari penerimaan pinjaman yang besarnya 50 persen dari total investasi. Pinjaman didapatkan PT. MAI dari pengajuan kredit kepada Bank Mandiri. Pinjaman kepada Bank Mandiri dikenai bunga sebesar 10.25 persen dan dengan waktu pinjaman selama 10 tahun. Pada skenario I total investasi yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 210 469 863 240 sehingga besar pinjaman yang diterima oleh PT. MAI pada skenario pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam adalah sebesar Rp 105 234 931 620. Sedangkan pada skenario II total investasi yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 140 859 969 240, sehingga besar pinjaman yang diterima oleh PT. MAI pada skenario elevasi pabrik kelapa sawit menjadi kapasitas 60 ton per jam adalah sebesar Rp 70 429 984 620. 3. Perolehan nilai sisa Penerimaan pabrik kelapa sawit PT. MAI yang terakhir berasal dari perolehan nilai sisa. Perolehan nilai sisa PKS PT. MAI didapat dari nilai sisa mesin dan peralatan, kendaraan, perumahan, dan bangunan pabrik. Nilai sisa akhir umur ekonomis pada setiap aset yang dimiliki adalah bernilai nol. Nilai sisa didapat karena adanya sisa umur ekonomis dari setiap aset yang tidak semua memiliki umur ekonomis yang sama. Umur ekonomis mesin dan peralatan pabrik adalah 15 tahun. Sedangkan umur ekonomis kendaraan adalah 10 tahun sehingga pada tahun ke-10 dilakukan reinvestasi kendaraan. Pada komponen investasi bangunan pabrik dan perumahan diasumsikan umur ekonomisnya adalah 20 tahun yang juga menjadi acuan umur bisnis. Nilai sisa pada laporan arus kas skenario I dan II adalah sebesar Rp 117 776 793 160 dan Rp 32 775 747 000. Arus Pengeluaran (Outflow) Pengeluaran adalah seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam membiayai kegiatan bisnis mulai dari awal pendirian bisnis, berjalannya bisnis, hingga akhir umur bisnis. Komponen yang terdapat pada arus pengeluaran (outflow) terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, bunga, dan pajak. 1. Biaya Investasi Biaya Investasi pada tahun ke-0 yang dikeluarkan oleh PT. MAI terdiri dari biaya pembelian mesin dan peralatan, bangunan, biaya overhead, kendaraan, perumahan, perizinan dan tanah. Biaya investasi pada pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam dan elevasi pabrik menjadi kapasitas 60 ton per jam berbeda pada biaya bangunan, perumahan, perizinan, tanah, mesin dan peralatan. Biaya investasi mesin dan peralatan, serta perumahan pada skenario I sebesar Rp 128 461 569 240 dan Rp 15 154 594 000 sedangkan skenario II sebesar Rp 128 461 569 240 dan Rp 1 280 000 000. Pada skenario I biaya mesin dan peralatan digunakan untuk membeli mesin untuk pabrik yang baru sedangkan pada skenario II digunakan untuk menambah sebagian peralatan agar PKS MAI MILL-I menjadi berkapasitas 60 ton per jam. Biaya investasi bangunan terdiri dari bangunan pabrik dan kantor, pada skenario I dengan total biaya masing sebesar Rp 49 116 900 000. Pada skenario II tidak melakukan investasi bangunan karena umur ekonomis bangunan pabrik yang lama masih bersisa 10 tahun. Biaya overhead
39
sebesar Rp 5 400 000 000 pada skenario I dan II, biaya investasi kendaraan sebesar Rp 7 436 800 000 pada skenario I dan Rp 3 718 400 000 pada skenario II, Pada skenario I biaya investasi kendaraan dua kali lebih besar dari investasi skenario II karena pada skenario I investasi kendaraan dilakukan pada pabrik lama dan pabrik baru PT. MAI. Biaya perizinan pada skenario I adalah Rp 2 500 000 000 dan biaya pada skenario II adalah Rp 2 000 000 000. Biaya perizinan pada skenario II lebih murah karena untuk melakukan elevasi pabrik hanya dibutuhkan beberapa izin tambahan. Pada skenario I terdapat biaya LC (land clearing) untuk dapat membangun pabrik yang baru yaitu sebesar Rp 2 400 000 000. 2. Biaya operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam seluruh kegiatan operasinya. Biaya operasional terbagi menjadi biaya variabel, biaya semi variabel dan biaya tetap. Biaya operasional yang dikeluarkan oleh pabrik kelapa sawit PT. MAI pada periode pertama arus kas berbeda dengan biaya operasional pada periode berikutnya. Pabrik kelapa sawit PT. MAI pada tahun pertama berproduksi efektif hanya selama 4 bulan karena pada tahun pertama masih dilakukan pembangunan hingga bulan kedelapan. Namun pada tahun berikutnya (2-20) biaya operasional bernilai konstan. Di bawah ini akan dipaparkan biaya operasional pada tahun ke-2 hingga tahun ke-20. a. Biaya operasional variabel Biaya operasional variabel merupakan biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya operasioanl variabel terdiri dari pembelian TBS, pemakaian bahan pembantu dan laboratorium, biaya alokasi, bahan dan suku cadang, dan transpor MKS. Tabel 4 Rincian biaya variabel Biaya Variabel Biaya pembelian TBS Pemakaian Bahan Pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport CPO ke Bulking Upah Lembur Sub Total
30 ton/jam 5 872.73 8.69 33.46 24.51 183.46 13.82 6 122.7
60 ton/jam 5 872.73 8.69 33.46 24.51 224.22 13.82 6 163.63
1. Biaya pembelian TBS Biaya yang dikeluarkan PT. MAI untuk pembelian bahan baku berupa TBS ditentukan berdasarkan rencana kapasitas olah pabrik 100 persen. Pembelian TBS dilakukan dengan asumsi harga Rp 1 615 berdasarkan data harga TBS pada dinas perkebunan Sumatera Utara bulan Februari 2016. Pada 1 kg palm product memerlukan 3.636 kg TBS. Jadi biaya variabel pembelian TBS adalah Rp 5 872.73 per kg palm product. Pada skenario I dan II mampu menghasilkan sebanyak 99 000 000 kg palm product, sehingga pengeluaran per tahun PKS untuk pembelian TBS pada kedua skenario adalah sebesar Rp 581 400 000 000.
40
2. Biaya pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Bahan pembantu adalah campuran-campuran kimia yang digunakan dalam proses pengolahan TBS menjadi palm product. Kemudian biaya laboratorium adalah biaya untuk bahan dan peralatan untuk operasional laboratorium. Biaya bahan pembantu dan laboratorium yang diperoleh pada skenario I dan II sama yaitu sebesar Rp 8.69/kg palm product, sehingga pengeluaran PKS setiap tahun produksi untuk biaya bahan pembantu pada skenario I dan II adalah sebesar Rp 860 630 393. 3. Biaya alokasi Biaya alokasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk penggunaan alat berat, workshop, water treatment, dan power supply pada proses produksi. Biaya alokasi pada skenario I dan II untuk biaya alokasi alat berat adalah sebesar Rp 33.46/kg palm product, sehingga PKS mengeluarkan biaya alokasi setiap tahun produksi pada skenario I dan II adalah sebesar Rp 3 312 987 063.60. 4. Biaya bahan dan suku cadang Biaya bahan dan suku cadang adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk keperluan operasional pemeliharaan mesin yang dilakukakan oleh bagian bengkel. Besaran biaya bahan dan suku cadang ditentukan oleh beban kerja mesin. Semakin banyak TBS yang diolah oleh pabrik maka semakin besar juga biaya bahan dan suku cadang yang diperlukan oleh bagian bengkel untuk melakukan pemeliharaan. Biaya bahan dan suku cadang pada PKS scenario I dan II adalah sebesar Rp 24.51/kg palm product, sehingga total pengeluaran PKS untuk pengeluaran biaya bahan dan suku cadang adalah sebesar Rp 2 426 791 031. 5. Transpor TBS Biaya transpor TBS adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengangkut MKS dan IKS dari storage tank PKS menuju perusahaan pembeli. Perusahaan pembeli adalah perusahaan minyak dan lemak nabati yang memiliki storage tank di tanjung priok. Pengangkutan menggunakan moda transportasi air dengan tongkang. Biaya yang dikeluarkan pada skenario I untuk transpor MKS adalah sebesar Rp 183.46/kg palm product, sehingga biaya yang dikeluarkan PKS untuk transpor palm product setiap tahun produksi adalah Rp 18 162 143 957. Sedangkan pada skenario II sebesar 224.22/kg palm product, sehingga pengeluaran untuk biaya transpor palm product adalah sebesar Rp 22 198 175 948. b. Biaya semi variabel Biaya semi variabel yang terdapat pada arus pengeluaran pabrik kelapa sawit PT. MAI adalah upah lembur. Upah lembur dikeluarkan oleh PT. MAI ketika karyawan pabrik bekerja lebih dari jam kerja yang ditentukan (7 jam kerja). Pabrik kelapa sawit dapat beroperasi selama 20 jam pada kondisi maksimum yang terbagi dengan 2 shift dan dilakukan istirahat kerja mesin selama 4 jam. Jadi setiap satu shift kerja terdapat 3 jam lembur. Pabrik kelapa sawit PT. MAI diasumsikan bekerja optimal 100 persen selama umur bisnis, sehingga biaya yang dikeluarkan oleh pabrik
41
kelapa sawit PT. MAI bernilai konstan. Pada arus kas analisis finansial pada skenario I dan II, upah lembur dikeluarkan sebesar Rp 1 367 828 571.43 c. Biaya operasional tetap Biaya operasional tetap terdiri dari upah staf, upah karyawan pabrik dan kantor, tunjangan, servis dan reparasi, administrasi dan umum, alokasi workshop, pemeliharaan, alokasi power dan water supply, pengembangan karyawan, perjalanan dinas, biaya sosial, serta biaya umum lainnya. Biaya operasional tetap pada skenario I dan II sama yaitu sebesar Rp 9 183 517 726.36. Tabel 5 Rincian biaya tetap
Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Biaya sosial Biaya pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya administrasi dan umum Sub Total
Skenario I 4 696 721 000.00 2 305 420 334.04 1 000 000 000.00
Skenario II 4 696 721 000.00 2 305 420 334.04 1 000 000 000.00
659 500 000.00
659 500 000.00
521 876 392.00 9 183 517 726.04
521 876 392.00 9 183 517 726.04
1. Upah Biaya upah adalah keseluruhan pengeluaran perusahaan untuk membayar sumber daya manusia mulai dari gaji staf, gaji karyawan, dan tunjangan. Biaya upah pada skenario I dan II adalah sebesar Rp 4 696 721 000. 2. Pemeliharaan Biaya pemeliharaan adalah pengeluaran perusahaan untuk servis dan reparasi mesin-mesin pabrik serta alokasi biaya workshop, water treatment, dan power supply untuk kegiatan pemeliharaan. Biaya pemeliharaan pada skenario I dan II adalah sebesar Rp 2 305 420 334.04. 3. Biaya sosial Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar denda sosial dan kerugian yang diperhitungkan ketika adanya gangguan produksi ketika PKS dikenai denda sosial berupa pemagaran. Biaya sosial juga termasuk biaya CSR perusahaan untuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar lokasi. Biaya yang dianggarkan untuk biaya sosial besarnya sama setiap tahun sebesar Rp 1 000 000 000. Besaran biaya sosial sama untuk skenario I dan II. 4. Biaya pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh PKS untuk mengadakan training kepada karyawan dan biaya-biaya yang dikeluarkan ketika melakukan perjalanan dinas. Biaya yang dikeluarkan pada skenario I dan II untuk pengembangan karyawan dan perjalanan dinas setiap tahun produksi adalah sama yaitu sebesar Rp 659 500 000.
42
5. Biaya Administrasi dan Umum Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan kantor seperti alat tulis kantor, operasional komputer, komunikasi, asuransi, izin khusus penggunaan mesin, PBB, dan retribusi. Biaya yang dikeluarkan pada skenario I dan II adalah sama yaitu sebesar Rp 521 876 392.00. 6. Biaya pembayaran pinjaman dan bunga Pinjaman dilakukan PT. MAI kepada Bank Mandiri. Pinjaman kepada Bank Mandiri dikenai bunga sebesar 10.25 persen dan dibayar setiap tahunnya mulai tahun pertama. Rincian pembayaran pinjaman dan bunga kepada Bank Mandiri disajikan pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6 Pembayaran bunga dan pinjaman pada skenario I (30 ton/jam) Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pembayaran pinjaman 6 524.28 7 193.02 7 930.30 8 743.16 9 639.33 10 627.36 11 716.67 12 917.63 14 241.68 15 701.46
Bunga 10.25 % 10 786,58 10 117,84 9 380,55 8 567,70 7 671,52 6 683,49 5 594,18 4 393,23 3 069,17 1 609,39
Angsuran 17 310.86 17 310.86 17 310.86 17 310.86 17 310.86 17 310.86 17 310.86 17 310.86 17 310.86 17 310.86
Total 98 710.64 91 517.62 83 587.32 74 844.16 65 204.82 54 577.45 42 860.78 29 943.15 15 701.46 0
Tabel 7 Pembayaran bunga dan pinjaman pada skenario II (60 ton/jam) Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pembayaran pinjaman 4 366.46 4 814.03 5 307.47 5 851.48 6 451.26 7 112.51 7 841.55 8 645.31 9 531.45 10 508.42
Bunga 10.25 % 7 219.07 6 771.51 6 278.07 5 734.05 5 134.27 4 473.02 3 743.99 2 940.23 2 054.08 1 077.11
Angsuran 11 585.54 11 585.54 11 585.54 11 585.54 11 585.54 11 585.54 11 585.54 11 585.54 11 585.54 11 585.54
Total 66 063.51 61 249.48 55 942.01 50 090.52 43 639.26 36 526.74 28 685.19 20 039.88 10 508.42 0
7. Biaya Pajak Biaya pajak yang dikeluarkan PT. MAI merupakan biaya pajak penghasilan yang harus dikeluarkan PT. MAI setiap tahunnya sebesar 25 persen dari laba yang dihasilkan PT. MAI sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a. Besarnya pajak akan berbeda-beda setiap tahunnya sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan yang dapat dilihat dari laporan laba rugi.
43
Pada skenario I jumlah pinjaman adalah sebesar Rp 105 234 931 620.00, sedangkan pada skenario II adalah sebesar Rp 70 429 984 620.00. Pinjaman akan ditujukan pada Bank Mandiri dengan bunga sebesar 10.25 persen selama sepuluh tahun. Pembayaran yang disepakati menggunakan capital recovery 10.25 persen dengan jumlah cicilan pada skenario I dan II setiap tahun sebesar 17 310 862 510 dan 11 585 542 572. Pembayaran cicilan dilakukan mulai tahun 1 hingga tahun ke-10. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008 pasal 17 ayat 2a, bahwa tarif pajak penghasilan (pph) yang digunakan untuk menghitung penghasilan kena pajak pada badan usaha yang beromzet lebih dari 50 miliar adalah 25 persen dari laba yang dihasilkan. Analisis Laba Rugi Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam periode tertentu. Pada laporan laba rugi dapat dilihat kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu. Komponen dalam laporan laba rugi diantaranya penerimaan penjualan palm product, biaya operasional variabel dan tetap termasuk didalamnya biaya penyusutan serta beban pajak dan bunga pinjaman. Komponen dalam laba rugi yang tidak tercantum dalam arus kas adalah biaya penyusutan yang diperoleh dari kegiatan investasi yang dilakukan PT. MAI. PT. MAI melakukan keseluruhan investasi pada tahun pendirian pabrik. Namun pada tahun ke-10 PT. MAI melakukan investasi kembali untuk pembelian kendaraan karena umur ekonomis kendaraan yang telah habis. Biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, sehingga biaya penyusutan bernilai sama setiap tahunnya. Nilai sisa investasi diasumsikan bernilai nol atau habis pada akhir umur ekonomis. Biaya penyusutan diperoleh dari penyusutan komponen investasi seperti mesin dan peralatan pabrik, bangunan, perumahan, dan kendaraan. Laba bersih positif PT. MAI diperoleh pada tahun pertama operasional pabrik, baik pada skenario pendirian pabrik kapasitas 30 ton per jam dan skenario elevasi pabrik dari kapasitas 30 ton per jam menjadi 60 ton per jam. Laba positif terus diperoleh oleh PT. MAI hingga berakhirnya umur bisnis. Laba positif yang akan diterima PT. MAI pada skenario I dan skenario II ditampilkan pada lampiran laba rugi. Rincian hasil laba rugi PT. MAI akan ditampilkan pada lampiran. Analisis Kriteria Investasi Hasil analisis pada skenario I dan skenario II menunjukan NPV positif sebesar Rp 296 452 396 035.09 dan Rp 349 204 363 836.38 dengan tingkat discount rate 7.625 persen. Bisnis pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit PT. MAI layak dari kriteria investasi NPV karena nilai NPV pada skenario I dan II lebih besar dari nol. Hasil analisis pada skenario I dan skenario II menunjukan nilai IRR sebesar 29.71 persen dan 44.17 persen. Bisnis pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit
44
PT. MAI layak untuk djalankan karena nilai IRR tersebut lebih besar dari discount rate yang digunakan (7.625 persen). Nilai Net B/C yang diperoleh pada analisis skenario I adalah 2.82 yang berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan tambahan manfaat bersih bagi PT. MAI sebesar Rp 2.82. Nilai Net B/C yang diperoleh pada analisis skenario II adalah 4.01 yang berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan tambahan manfaat bersih bagi PT. MAI sebesar Rp 4.01. Hasil analisis menunjukkan bahwa Net B/C pada kedua skenario bernilai lebih besar dari 1. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa bisnis memiliki manfaat bersih yang menguntungkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut sehingga layak untuk dilaksanakan. Payback Period yang diperoleh pada skenario I selama 2 tahun dan 11 bulan, sedangkan Payback Period pada skenario II diperoleh selama 2 tahun dan 2 bulan. Perolehan Payback Period tersebut menunjukan jangka waktu pengembalian investasi yang dilakukan lebih cepat dari umur bisnis yaitu 20 tahun. Bisnis pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit PT. MAI layak untuk dijalankan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih cepat dari umur bisnis. Tabel 8 Hasil penilaian kriteria investasi pada pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario I (30 ton/jam) dan skenario II (60 ton/jam) Kriteria Investasi NPV IRR Net B/C PP BEP
Hasil Penilaian Pada DF 7.625% 30 ton/jam 60 ton/jam 296 452 396 035.09 349 204 363 836.38 29.71% 44.17% 2.82 4.01 2 tahun 11 bulan 2 tahun 2 bulan 34 345 655.85 35 848 759.67
BEP unit pada skenario I adalah sebesar 34 345 655.85 kg TBS. Sedangkan BEP unit pada skenario II adalah sebesar 35 848 759.67 kg TBS. Perolehan nilai Break Even Point menunjukkan pada kedua skenario titik impas tercapai dibawah kapasitas olah pertahunnya. Sehingga bisnis pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit PT. MAI layak untuk dijalankan. Analisis Sensitivitas dan Switching Value Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kemampuan bisnis agar tetap layak pada kondisi perubahan variabel yang pernah terjadi pada data historis. Sedangkan analisis swithing value digunakan untuk mengetahui batasan perubahan variabel tertentu pada komponen penting dari bisnis yang akan dijalankan. Komponen dari bisnis pabrik kelapa sawit pada PT. MAI yang dinilai peka terhadap perubahan adalah penurunan rendemen MKS yang dihasilkan dan penurunan harga penjualan MKS. Pengujian sensitivitas dilakukan dengan menurunkan rendemen MKS menjadi 21.3 persen dan penurunan harga MKS sebesar 2 persen. Penurunan rendemen MKS dan harga MKS ini berdasarkan data historis perusahaan yang menghasilkan rendemen terendah selama 5 tahun
45
terakhir yaitu sebesar 21.3 persen dan rata-rata penurunan harga jual MKS sebesar 2 persen pada tahun 2015. Tabel 9 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario I (30 ton/jam) Kondisi
NPV IRR Net B/C PP 296 452.39 29.71 % 2.82 2 11/12 Normal Rendemen MKS 21.3 % -48 770.14 4.13 % 0.79 18 11/12 203 151.44 22.77 % 2.12 3 5/12 Penurunan harga 2 %
BEP 34 345 61 581 39 454
Hasil analisis sensitivitas dengan rendemen sebesar 21.3 persen pada skenario pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam (skenario I) antara lain nilai NPV negatif sebesar Rp 48.770 miliar dengan tingkat discount rate sebesar 7.625 persen, nilai IRR 4.13 persen, Net B/C sebesar 0.79, dan PP selama 18 tahun dan 11 bulan. Pada kondisi tersebut nilai kriteria kelayakan investasi (NPV, Net B/C, dan IRR) menunjukkan nilai di bawah batasan kelayakan. Namun payback period menunjukkan tahun pengembalian masih pada kriteria layak karena lebih cepat dibandingkan umur bisnis. Kemudian pada nilai break even point (BEP) menunjukkan nilai sebesar 61 581 683.39 kg TBS. Sehingga pada analisis break even point pembangunan pabrik kelapa sawit pada skenario I masih layak karena masih lebih kecil dibandingkan kapasitas olah yang direncanakan (kapasitas olah 100 %). Pada kondisi rendemen MKS sebesar 21.3 %, pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam tidak layak dilaksanakan karena kriteria investasi menunjukkan nilai tidak layak walaupun nilai analisis PP dan BEP masih menunjukkan nilai layak. Hal ini dikarenakan jika bisnis pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam tetap dilaksanakan, investasi tetap dapat kembali sebelum umur bisnis berakhir namun investasi yang dilakukan tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Hasil yang tidak memuaskan didapat karena pada analisis payback period tidak memperhitungkan nilai waktu uang, sedangkan NPV, IRR, dan Net B/C memperhitungkan nilai waktu uang. Selain itu perhitungan analisis BEP hanya memperhatikan komponen pemasukan berupa nilai penjualan palm product dan komponen pengeluaran berupa biaya operasional pada satu tahun periode produksi. Analisis BEP tidak memperhatikan nilai waktu uang dan komponen-komponen inflow dan outflow diluar nilai penjualan palm product dan biaya operasional seperti nilai sisa, biaya investasi, biaya pajak, biaya pinjaman, dan biaya lainnya. Sehingga analisis payback period dan BEP tidak bisa menjadi acuan utama kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit. Hasil analisis sensitivitas dengan harga penjualan MKS sebesar Rp 7 376.4 pada skenario I antara lain nilai NPV sebesar Rp 203.151 miliar dengan tingkat discount rate sebesar 7.625 persen, nilai IRR 22.77 persen, Net B/C sebesar 2.12, PP selama 3 tahun dan 5 bulan, dan BEP sebesar 39 454 721 kg TBS. Pada kondisi tersebut nilai kriteria kelayakan investasi (NPV, IRR, dan Net B/C) serta analisis payback period dan BEP menunjukkan nilai layak. Jadi pada kondisi penurunan harga MKS sebesar 2 %, pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam masih layak dilaksanakan.
46
Tabel 10 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario II (60 ton/jam) Kondisi Normal Rendemen MKS 21.3 % Penurunan harga 2 %
NPV 349 204.36 8 230.07 257 036.18
IRR 44.17 % 8.38 % 34.18 %
Net B/C 4.01 1.05 2.97
PP 2 2/12 13 5/12 2 6/12
BEP 35 848 67 198 41 451
Hasil analisis sensitivitas dengan rendemen MKS sebesar 21.3 persen pada skenario elevasi pabrik kelapa sawit menjadi kapasitas 60 ton per jam (skenario II) antara lain nilai NPV sebesar Rp 8.23 miliar dengan tingkat discount rate sebesar 7.625 persen, nilai IRR 8.38 persen, Net B/C sebesar 1.05, PP selama 13 tahun dan 5 bulan, dan BEP sebesar 67 198 174 kg TBS. Pada kondisi tersebut nilai kriteria kelayakan investasi (NPV, IRR, dan Net B/C) serta analisis payback period dan BEP menunjukkan nilai layak. Jadi pada kondisi rendemen MKS sebesar 21.3 %, elevasi pabrik kelapa sawit kapasitas 60 ton per jam masih layak dilaksanakan. Hasil analisis kelayakan dengan harga penjualan MKS Rp 7 376.4 pada skenario II antara lain nilai NPV sebesar Rp 257.03 miliar dengan tingkat discount rate sebesar 7.625 persen, nilai IRR 34.18 persen, Net B/C sebesar 2.97, PP selama 2 tahun dan 6 bulan, dan BEP sebesar 41 451 269 kg MKS. Pada kondisi tersebut nilai kriteria kelayakan investasi (NPV, IRR, dan Net B/C) serta analisis payback period dan BEP menunjukkan nilai layak. Jadi pada kondisi penurunan harga MKS sebesar 2 %, elevasi pabrik kelapa sawit kapasitas 60 ton per jam masih layak dilaksanakan. Hasil analisis switching value yang diperoleh disajikan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa maksimum penurunan rendemen MKS yang masih dapat ditolerir agar bisnis tetap dikatakan layak pada skenario I dan II adalah masingmasing sebesar 21.54 persen dan 21.20 persen. Kemudian maksimum penurunan harga penjualan MKS yang masih dapat ditolerir agar bisnis tetap dikatakan layak pada skenario I dan II adalah masing-masing sebesar Rp 7049 dan Rp 6948. Pada kondisi tersebut, besarnya NPV yang diterima perusahaan adalah nol dengan nilai Net B/C sebesar 1 dan IRR sebesar 7.625% sesuai dengan discount rate yang digunakan. Jika dibandingkan besaran persentase maksimum antara penurunan rendemen MKS dan penurunan harga penjualan MKS pada skenario I dan II, besaran persentase maksimum penurunan rendemen MKS lebih tinggi dibandingkan besaran persentase maksimum penurunan harga penjualan MKS, sehingga dapat dikatakan bahwa pada PT. MAI komponen rendemen MKS lebih peka terhadap perubahan dibandingkan dengan harga penjualan MKS. Komponen yang lebih peka terhadap perubahan tersebut hendaknya lebih diperhatikan oleh perusahaan sehingga perubahan yang terjadi tidak melebihi batasan yang ada karena jika melebihi batasan yang ada maka bisnis yang dijalankan akan mengalami kerugian dan bisnis tidak lagi dinyatakan layak untuk dijalankan. Apalagi komponen rendemen PKS adalah komponen yang dikendalikan dari internal pabrik kelapa sawit. Sehingga, penghindaran kerugian akibat penurunan MKS sangat memungkinkan untuk dihindari apabila pabrik kelapa sawit PT. MAI dapat melakukan proses pengolahan dan grading TBS dengan baik.
47
Tabel 11 Hasil analisis switching value dan perbandingan dengan asumsi sensitivitas Variabel Rendemen MKS Harga
30 ton/jam
60 ton/jam
6.35 % (21.54 %) 6.35 % (7049)
7.83 % (21.20 %) 5.80% (6948)
Sensitivitas 7.39 % (21.3 %) 2 % (7376)
Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan pada tabel diperoleh hasil bahwa penurunan rendemen minyak kelapa sawit sensitif terhadap kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton TBS per jam. Sedangkan pada pabrik kapasitas 60 ton per jam, rendemen MKS sebesar 21.3 persen masih menunjukkan nilai yang layak pada kriteria investasi. Kemudian penurunan harga penjualan MKS sebesar 2 persen pada skenario I dan II masih menunjukkan nilai yang layak pada kriteria investasi. Kriteria investasi yang dihasilkan berada pada nilai yang memenuhi standar nilai minimal kelayakan. Rendemen MKS yang rendah dipengaruhi oleh kemampuan pabrik kelapa sawit untuk mengolah TBS menjadi MKS serta proses grading yang dilakukan pabrik sebelum buah masuk dan diolah. Pada kondisi ini PT. MAI dapat saja mengembalikan investasi yang telah dilakukan namun akan mendapat hasil yang sia-sia dan merugikan.
KEPUTUSAN PERUSAHAAN Hasil analisis non finansial terhadap aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan ekonomi, serta lingkungan menunjukkan bahwa skenario I dan skenario II layak untuk dilaksanakan. Begitu pula pada analisis finansial menunjukkan bahwa kedua skenario juga layak untuk dilaksanakan karena memenuhi seluruh kriteria investasi pembangunan pabrik kelapa sawit. Wawancara dilakukan dengan experts dari PT. Mazuma Agro Indonesia, konsultan pabrik PT. MAI dan pihak bank mandiri untuk melakukan pemilihan antara dua skenario yang telah di tentukan. Keseluruhan experts lebih memilih untuk melaksanakan skenario II yaitu mengelevasi PKS MAI MILL-I dari kapasitas 30 ton/jam menjadi kapasitas 60 ton/jam. Hasil wawancara tersebut diserahkan kepada Bapak H. Maslin Batubara selaku pemilik perusahaan PT. MAI untuk penentuan keputusan akhir. Bapak H. Maslin Batubara menganalisa hasil dari kelayakan non finansial, kelayakan finansial, dan keputusan experts. Hasil validasi dari pemilik perusahaan adalah melakukan elevasi PKS MAI MILL-I dari kapasitas 30 ton/jam menjadi kapasitas 60 ton/jam (skenario II). Rangkuman hasil wawancara dengan experts terlampir di lampiran.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis non finansial yang meliputi aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan ekonomi, serta lingkungan menunjukkan
48
bahwa peningkatan pabrik pengolahan kelapa sawit dari kapasitas 30 ton per jam menjadi 60 ton per jam dan pendirian pabrik kapasitas 30 ton per jam di PT. MAI layak dilaksanakan. Berdasarkan analisis finansial pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam dan 60 ton per jam diperoleh nilai NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, dan BEP yang memenuhi kriteria kelayakan. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa PT. MAI lebih baik mengelevasi PKS MAI MILL-I menjadi kapasitas 60 ton per jam dibandingkan mendirikan PKS kapasitas 30 ton per jam. Hal ini dikarenakan nilai kriteria investasi untuk elevasi pabrik pengolahan kelapa sawit kapasitas 60 ton per jam lebih tinggi dibandingkan pendirian pabrik pengolahan kapasitas 30 ton per jam. Dua variabel yang dinilai berpengaruh terhadap kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit adalah rendemen minyak kelapa sawit dan harga minyak kelapa sawit. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas bisnis pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam sensitif terhadap perubahan rendemen minyak kelapa sawit, sedangkan penurunan harga minyak kelapa sawit tidak berpengaruh pada kelayakan bisnis. Pabrik pengolahan kelapa sawit kapasitas 60 ton per jam dapat mentolerir perubahan rendemen minyak kelapa sawit dan harga minyak kelapa sawit lebih baik dibandingkan pabrik pengolahan kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam. Pemilik perusahaan memilih untuk mengelevasi PKS MAI MILL-I dari kapasitas 30 ton per jam menjadi kapasitas 60 ton per jam. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat penulis berikan antara
lain: 1. PT. MAI harus melakukan proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit di pabrik pengolahan kelapa sawit dengan baik agar menghasilkan rendemen minyak kelapa sawit yang tinggi. Hal ini dikarenakan perubahan rendemen minyak kelapa sawit merupakan variabel yang sangat berpengaruh pada kelayakan pabrik kelapa sawit di PT. MAI. 2. PT. MAI juga harus melakukan sortasi tandan buah segar kelapa sawit yang akan diolah karena varietas tanaman, pemeliharaan tanaman, mutu dan cara panen tandan buah segar kelapa sawit, serta proses pengangkutan berpengaruh pada perubahan rendemen minyak kelapa sawit. 3. Pada studi ini tidak dilakukan analisis ekonomi, maka sangat diperlukan penelitian lebih lanjut yang menganalisis bisnis pendirian PKS berdasarkan analisis ekonomi, khususnya daerah Sumatera Utara agar dapat mengetahui pengaruh pada perekonomian nasional dan melakukan evaluasi agar sumberdaya yang digunakan dapat berkontribusi pada pendapatan nasional dan daerah.
49
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Sektor Pertanian. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia Minyak Kelapa Sawit. SNI 01-2901-2006. Jakarta. [Direktorat Jenderal Perkebunan]. 2013. Luas Areal Perkebunan Angka Estimasi Tahun 2013 [Internet]. [diunduh 2016 April 29]. Tersedia pada http://ditjenbun.pertanian.go.id/statis-35-luasareal.html [Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara]. 2016. Informasi Harga Komoditas Kelapa Sawit Bulan Februari 2016 [Internet]. Tersedia pada http://www.disbun.sumutprov.go.id. Gittinger JP.1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Ed ke-2. Mangiri K, Stomo S, penerjemah. Jakarta (ID). UI Pr. Terjemahan dari : Economic Analysis of Agriculture Project. Hadi, Muh. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID):Adicita Karya Nusa. Husnan S, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek: Konsep, Teknik, dan Penyusunan Laporan. Jakarta (ID): AMP. Kasmir, Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencana Mangoensoekarjo S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mukti. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam) [skripsi]. Program Sarjana Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM IPB Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan Kedua. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Pahan I. 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Ramadhannissa R. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau [skripsi]. Program Sarjana Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soeharto, Rosediana. 2000. Palm Biodiesel and Sustainability. http://www.rspo.org/resource_centre/KMSI_RSPO%20Forum%20on%20Biof uels_15Mei07.pdf.
.
51
LAMPIRAN Lampiran 1 Investasi pabrik dan kantor Investasi Pabrik Steam Boiler (Boilermech) Steam Turbine (Shinko) Diesel Generating Set 635 KVA ( 500 KW) Diesel Generating Set 200 KVA ( 160 KW) Digester (GS) Screw Press P22 (GS) Sludge Centrifuge (Charp Ngea) Oil Purifier (West Falia) Rotary Brush Strainer Stasiun Penerimaan, Loading Ramp, dan Storage Stasiun Perebusan Stasiun Bantingan Stasiun Pressing Stasiun Klarifikasi Stasiun Depericarping Stasiun Pengolahan Inti Stasiun Boiler Stasiun Pembangkit Listrik Boiler Water Treatment Plant Raw Water Treatment Plant Peralatan dan Instalasi Listrik Instalasi Pipa Civil Works (Building) Stasiun Pengolahan Limbah Miscellanious Equipment Overhead Total
Biaya Skenario I 23520000000.00 7929000000.00
Skenario II 23520000000.00 7929000000.00
1969000000.00
1969000000.00
343750000.00 2800000000.00 3360000000.00
343750000.00 5600000000.00 6720000000.00
1750000000.00 880000000.00 352000000.00
2450000000.00 1320000000.00 528000000.00
7 779 451 660.22 12 310 402 200.40 7 428 508 820.94 3 536 961 120.04 10 593 450 280.76 4 865 129 840.28 6 729 777 560.52 2 560 838 180.06 1 940 071 200.40
15 558 903 320.44 24 620 804 400.80 14 857 017 640.88 7 073 922 240.08 21 186 900 560.52 9 730 259 680.56 13 459 555 120.04 5 121 676 360.12 3 880 142 400.80
2 228 115 540.18 3 306 014 500.50
4 576 231 080.36 6 612 029 000.00
6890540000.00 6 217 859 740.58 49116900000.00 5 870 698 600.20 3240000000.00 5400000000.00 182 978 469 240.08
13781080000.00 12 435 719 480.16 49116900000.00 11 741 397 200.40 6480000000.00 5400000000.00 276 012 288 480.16
52
Jumlah 1 4 1 2 1 6
Rumah Manager Rumah Askep Rumah Kasie Rumah Asisten Rumah G2 Mess
Tipe Rumah Jumlah 1 2 2 6 72 1
Skenario II Total 525000000 890630000 890 630 000 2108334000 11 520000000 500000000 16 434 594 000
Harga Satuan Biaya 471 800 000 471 800 000 377 000 000 1 508 000 000 195 000 000 195 000 000 600 000 000 1 200 000 000 241 600 000 241 600 000 17 000 000 102 000 000 1 902 400 000.00 3 718 400 000.00
Skenario I Harga Satuan Jumlah Total 525000000 1 525000000 445315000 2 890630000 445 315 000 2 890 630 000 351389000 6 2108334000 160000000 64 10 240000000 500000000 1 500000000 15 154 594 000
Lampiran 3 Investasi perumahan
Kendaraan Ford Everest Mitsubishi Strada Mitsubishi L 300 Wheel Loader Komatsu Hino Dutro Honda CB Total
Lampiran 2 Investasi kendaraan untuk satu pabrik
3 4
1 2
Fasilitas Pabrik Mesin dan Peralatan Bangunan Fasilitas Pendukung Perumahan Kendaraan
Uraian
15 154 594 000 3 718 400 000 Total
128 461 569 240 49 116 900 000
Nilai Perolehan
II
I
3 4
1 2
No
Fasilitas Pabrik Mesin dan Peralatan Bangunan Fasilitas Pendukung Perumahan Kendaraan
Uraian
17 046 742 000 3 718 400 000 Total
219 442 964 490 49 116 900 000
Nilai Perolehan
Lampiran 5 Penyusutan skenario II
II
I
No
Lampiran 4 Penyusutan skenario I
20 10
15 20
Umur Ekonomis
20 10
15 20
Umur Ekonomis
0 0
0 0
Nilai Sisa
0 0
0 0
Nilai Sisa
821 729 700 371 840 000 18 415 773 932
14 766 359 232 2 455 845 000
Penyusutan Per Tahun
821 729 700 371 840 000 12 213 519 316
8 564 104 616 2 455 845 000
Penyusutan Per Tahun
53
Boiler
Empty Bunch Press
Empty Bunch Concrette
Composting
Cooling Pond
Sludge Tank
Genset
Turbin
BPV
Screw Press
Digester
Thresher
Sterilizer
Loading Ramp
Jembatan Timbang
Lampiran 6 Alir proses produksi pabrik kelapa sawit PT. MAI
54
Storage Tank
Vacum Dryer
Purifier
Clarifier
Crude Oil Tank
Vibrating Screen
Crude Oil & Sand Trap
Kernel Hopper
Kernel Silo
Clay Bath
Ripple Mill
Nut Silo
Nut Polishing Drum
Cake Breaker Conveyor
LTDS Cyclone
Fiber Cyclone
Lampiran 7 Layout pabrik kelapa sawit PT. Mazumo Agro Indonesia
55
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah/LC Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen
Lampiran 8 Cash flow skenario I
56
210,469,863,240
128,461,569,240 49,116,900,000 5,400,000,000 7,436,800,000 15,154,594,000 2,500,000,000 2,400,000,000 210,469,863,240
105,234,931,620 105,234,931,620
0
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 17,310,862,510 17,099,109,686 651,123,870,940
1,565,573,666 768,473,444 173,958,797 219,833,333 1,000,000,000 3,727,839,242 206,237,966,247 17,310,862,510 2,647,892,810 226,196,721,568
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
Tahun 2
193,800,000,000 286,876,797 1,104,329,021 808,930,343 6,054,047,985 455,942,857 202,510,127,005
-
207,745,200,000 26,395,200,000 234,140,400,000
1
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 17,310,862,510 17,099,109,686 651,123,870,940
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
3
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 17,310,862,510 17,099,109,686 651,123,870,940
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
4
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 17,310,862,510 6,393,978,916 640,418,740,170
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
128,461,569,240
128,461,569,240
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
5
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen
Lampiran 8 Cash flow skenario I (lanjutan)
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 17,310,862,510 17,099,109,686 651,123,870,940
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 17,310,862,510 17,099,109,686 651,123,870,940
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
7
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
6
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 17,310,862,510 17,099,109,686 651,123,870,940
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
Tahun 8
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 17,310,862,510 17,099,109,686 651,123,870,940
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
9
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 17,310,862,510 634,024,761,253
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
71,708,294,000
7,436.800,000 15,154,594,000
49,116,900,000
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
10
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 21,426,825,314 638,140,724,056
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
11
57
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen
Lampiran 8 Cash flow skenario I (lanjutan)
58
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 21,426,825,314 638,140,724,056
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 21,426,825,314 638,140,724,056
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
13
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
12
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 21,426,825,314 638,140,724,056
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
14
Tahun
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 616,713,898,742
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
128,461,569,240
128,461,569,240
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
15
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 21,426,825,314 638,140,724,056
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
16
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 21,426,825,314 638,140,724,056
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
17
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen
Lampiran 8 Cash flow skenario I (lanjutan) 19
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 21,426,825,314 638,140,724,056
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 21,426,825,314 638,140,724,056
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
Tahun
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 702,421,200,000
18
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 50,871,023,604 667,584,922,346
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
623,235,600,000 79,285,600,000 117,776,793,160 702,421,200,000
20
59
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah/LC Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen
210,469,863,240
128,461,569,240 49,116,900,000 5,400,000,000 7,436,800,000 15,154,594,000 2,500,000,000 2,400,000,000 210,469,863,240
105,234,931,620 105,234,931,620
0
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 17,310,862,510 5,605,669,921 639,633,790,435
1,565,573,666 768,473,444 173,958,797 219,833,333 1,000,000,000 3,727,839,242 206,239,086,001 17,310,862,510 223,549,948,512
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
Tahun 2
193,800,000,000 286,915,715 1,104,478,833 809,040,082 6,054,869,271 455,942,857 202,511,246,759
-
192,421,733,400 26,395,200,000 218,816,933,400
1
Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 %
60
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 17,310,862,510 5,605,669,921 639,633,790,435
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
3
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 17,310,862,510 5,605,669,921 639,633,790,435
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
4
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 17,310,862,510 634,028,120,514
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
128,461,569,240
128,461,569,240
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
5
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 17,310,862,510 5,605,669,921 639,633,790,435
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 17,310,862,510 5,605,669,921 639,633,790,435
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
7
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
6
Tahun 8
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 17,310,862,510 5,605,669,921 639,633,790,435
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 17,310,862,510 5,605,669,921 639,633,790,435
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
9
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 17,310,862,510 634,028,120,514
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
71,708,294,000
7,436,800,000 15,154,594,000
49,116,900,000
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
10
9,933,385,549 626,650,643,552
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
11
61
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 9,933,385,549 626,650,643,552
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 9,933,385,549 626,650,643,552
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
13
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
12
Tahun 14
9,933,385,549 626,650,643,552
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
62
616,717,258,003
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
128,461,569,240
128,461,569,240
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
15
9,933,385,549 626,650,643,552
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
16
9,933,385,549 626,650,643,552
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
17
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen 19
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 9,933,385,549 626,650,643,552
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003 9,933,385,549 626,650,643,552
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
Tahun
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 656,450,800,200
18
20
39,377,583,839 656,094,841,842
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,717,258,003
581,400,000,000 860,747,145 3,313,436,499 2,427,120,246 18,164,607,814 1,367,828,571 607,533,740,277
-
577,265,200,200 79,185,600,000 117,776,793,160 774,227,593,360
Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
63
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah/LC Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen
210,469,863,240
128,461,569,240 49,116,900,000 5,400,000,000 7,436,800,000 15,154,594,000 2,500,000,000 2,400,000,000 210,469,863,240
105,243,931,620 105,243,931,620
0
1
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 616,713,898,742 17,310,862,510 13,982,931,686 648,007,692,940
1,565,573,666 768,473,444 173,958,797 219,833,333 1,000,000,000 3,727,839,242 206,237,966,247 17,310,862,510 1,609,166,810 225,157,995,568
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
Tahun 2
193,800,000,000 286,876,797 1,104,329,021 808,930,343 6,054,047,985 455,942,857 202,510,127,005
-
203,590,296,000 26,395,200,000 229,985,496,000
Lampiran 10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 %
64
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 17,310,862,510 13,982,931,686 648,007,692,940
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
3
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 17,310,862,510 13,982,931,686 648,007,692,940
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
4
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 17,310,862,510 634,024,761,253
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
128,461,569,240
128,461,569,240
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
5
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 17,310,862,510 13,982,931,686 648,007,692,940
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 17,310,862,510 13,982,931,686 648,007,692,940
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
7
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
6
Tahun 8
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 17,310,862,510 13,982,931,686 648,007,692,940
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
Lampiran 10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 17,310,862,510 13,982,931,686 648,007,692,940
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
9
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 17,310,862,510 634,024,761,253
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
71,708,294,000
7,436,800,000 15,154,594,000
49,116,900,000
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
10
18,310,647,314 635,024,546,056
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
11
65
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 18,310,647,314 635,024,546,056
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 18,310,647,314 635,024,546,056
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
13
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
12
Tahun 14
18,310,647,314 635,024,546,056
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
Lampiran 10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
66
616,713,898,742
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
128,461,569,240
128,461,569,240
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
15
18,310,647,314 635,024,546,056
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
16
18,310,647,314 635,024,546,056
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
17
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Outflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian komponen 19
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 18,310,647,314 635,024,546,056
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742 18,310,647,314 635,024,546,056
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
Tahun
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
18
20
47,754,845,604 664,468,744,346
4,312,721,000 1,556,946,889 414,710,050 659,500,000 1,000,000,000 7,943,877,939 616,713,898,742
581,400,000,000 560,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016
-
610,770,888,000 79,185,600,000 117,776,793,160 807,733,281,160
Lampiran 10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
67
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Lampiran 11 Cash flow skenario II
68
140,859,969,240
128,461,569,240 5,400,000,000 3,718,400,000 1,280,000,000 2,000,000,000 140,859,969,240
70,429,984,620 70,429,984,620
0
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 17,521,431,673 649,856,904,979
1,565,573,666 768,473,444 173,958,797 219,833,333 1,000,000,000 3,727,839,242 207,583,310,244 11,585,542,572 3,742,886,795 222,911,739,612
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
Tahun 2
193,800,000,000 286,876,797 1,104,329,021 808,930,343,667 7,399,391,982 455,942,857 203,855,471,002
-
207,745,200,000 26,395,200,000 234,140,400,000
1
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 17,521,431,673 649,856,904,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
3
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 17,521,431,673 649,856,904,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
4
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 53,028,857,199 632,335,473,305
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
221,495,388,480
221,495,388,480
623,235,600,000 79,185,600,000 85,641,046,160 788,062,246,160
5
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian Komponen
Lampiran 11 Cash flow skenario II (lanjutan)
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 17,521,431,673 649,856,904,979
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 17,521,431,673 649,856,904,979
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
7
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
6
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 17,521,431,673 649,856,904,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
Tahun 8
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 17,521,431,673 649,856,904,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
9
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 203,958,173 632,539,431,479
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
69,269,894,000
3,718,400,000 16,434,594,000
49,116,900,000
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
10
20,417,817,316 641,167,748,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
11
69
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian Komponen
Lampiran 11 Cash flow skenario II (lanjutan)
70
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 20,417,817,316 641,167,748,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 20,417,817,316 641,167,748,049
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
13
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
12
20,417,817,316 641,167,748,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
Tahun 14
20,417,817,316 641,167,748,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
15
20,417,817,316 641,167,748,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
16
20,417,817,316 641,167,748,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
17
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian Komponen
Lampiran 11 Cash flow skenario II (lanjutan) 19
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 20,417,817,316 641,167,748,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 20,417,817,316 641,167,748,049
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
Tahun
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 702,421,200,000
18
66,032,156,145 649,361,684,799
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
623,235,600,000 79,185,600,000 32,775,747,000 735,196,947,000
20
71
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian Komponen
140,859,969,240
128,461,569,240 5,400,000,000 3,718,400,000 1,280,000,000 2,000,000,000 140,859,969,240
70,429,984,620 70,429,984,620
0
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 6,005,121,673 638,340,594,979
1,565,573,666 768,473,444 173,958,797 219,833,333 1,000,000,000 3,727,839,242 207,583,310,244 11,585,542,572 219,168,852,816
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
Tahun 2
193,800,000,000 286,876,797 1,104,329,021 808,930,343 7,399,391,982 455,942,857 203,855,471,002
-
192,390,120,000 26,395,200,000 218,785,320,000
1
Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 %
72
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 6,005,121,673 638,340,594,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
3
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 6,005,121,673 638,340,594,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
4
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 632,335,473,305
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
221,495,388,480
221,495,388,480
577,170,360,000 79,185,600,000 85,641,046,160 741,997,006,160
5
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian Komponen
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 6,005,121,673 638,340,594,979
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 6,005,121,673 638,340,594,979
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
7
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
6
Tahun 8
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 6,005,121,673 638,340,594,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 6,005,121,673 638,340,594,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
9
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 632,335,473,305
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
69,269,894,000
3,718,400,000 16,434,594,000
49,116,900,000
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
10
8,901,507,316 629,651,438,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
11
73
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian Komponen
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 8,901,507,316 629,651,438,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 8,901,507,316 629,651,438,049
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
13
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
12
Tahun 14
8,901,507,316 629,651,438,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
74
8,901,507,316 629,651,438,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
15
8,901,507,316 629,651,438,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
16
8,901,507,316 629,651,438,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
17
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian Komponen 19
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 8,901,507,316 629,651,438,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 8,901,507,316 629,651,438,049
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
Tahun
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 656,355,960,000
18
20
17,095,444,066 637,845,374,799
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
577,170,360,000 79,185,600,000 32,775,747,000 689,131,707,000
Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
75
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian Komponen
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
4
610,770,888,000 79,185,600,000 85,641,046,160 775,597,534,160
5
140,859,969,240
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 14,405,253,673 646,740,726,979
193,800,000,000 286,876,797 1,104,329,021 808,930,343 7,399,391,982 455,942,857 203,855,471,002 1,565,573,666 768,473,444 173,958,797 219,833,333 1,000,000,000 3,727,839,242 207,583,310,244 11,585,542,572 2,704,160,795 221,873,013,612
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 14,405,253,673 646,740,726,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 14,405,253,673 646,740,726,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 632,335,473,305
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
221,495,388,480
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
3
5,400,000,000 3,718,400,000 1,280,000,000 2,000,000,000 140,859,969,240 -
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
Tahun 2
221,495,388,480
-
203,590,296,000 26,395,200,000 229,985,496,000
1
128,461,569,240
70,429,984,620 70,429,984,620
0
Lampiran 13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 %
76
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian Komponen
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 14,405,253,673 646,740,726,979
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 14,405,253,673 646,740,726,979
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
7
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
6
Lampiran 13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 14,405,253,673 646,740,726,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
Tahun 8
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 14,405,253,673 646,740,726,979
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
9
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 11,585,542,572 632,335,473,305
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
69,269,894,000
3,718,400,000 16,434,594,000
49,116,900,000
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
10
17,301,639,316 638,051,570,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
11
77
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian Komponen
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 17,301,639,316 638,051,570,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 17,301,639,316 638,051,570,049
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
13
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
12
Lampiran 13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
78
17,301,639,316 638,051,570,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
Tahun 14
17,301,639,316 638,051,570,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
15
17,301,639,316 638,051,570,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
16
17,301,639,316 638,051,570,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
17
II
I
No.
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Mesin dan Peralatan Bangunan Overhead Kendaraan Perumahan Izin Tanah Sub Total Biaya Operasional Biaya Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan Suku Cadang Transport MKS Upah lembur Sub Total Biaya Tetap Upah Pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Sub Total Total Biaya Operasional Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman Pajak Penghasilan Badan Usaha Total Otflow
INFLOW Penjualan MKS Penjualan IKS Pinjaman Salvage Value
Uraian Komponen 19
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 17,301,639,316 638,051,570,049
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733 17,301,639,316 638,051,570,049
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
Tahun
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
610,770,888,000 79,185,600,000 689,956,488,000
18
Lampiran 13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
25,495,576,066 646,245,506,799
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 9,183,517,726 620,749,930,733
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007
-
610,770,888,000 79,185,600,000 32,775,747,000 722,732,235,000
20
79
Penjualan MKS IKS Biaya operasional-Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Marjin kotor Biaya operasional-Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Penyusutan Sub Total Laba kotor Bunga (10.25%) Laba sebelum pajak Pajak (25%) Laba bersih
Komponen
Lampiran 14 Laporan laba rugi skenario I
80
623,235,600,000 79,185,600,000 581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 10,117,841,584 63,375,940356 15,843,958,089 47,531,955,267
193,800,000,000 286,876,797 1,104,329,021 808,930,343 6,054,047,985 455,942,857 202,510,127,005 31,630,272,994 1,565,573,666 768,473,444 173,958,797 219,833,333 1,000,000,000 12,213,519,316 15,941,358,558 15,688,914,436 10,786,580,491 4,902,333,944 1,225,583,486 3,676,750,458
2
207,745,200,000 26,395,200,000
1
3
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 9,380,556,939 64,113,225,001 16,028,306,250 48,084,918,751
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
Tahun
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 8,567,700,617 64,926,081,323 16,231,520,330 48,694,560,992
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
4
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 7,671,526,523 65,822,255,417 16,455,563,854 49,366,691,562
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
5
Penjualan MKS IKS Biaya operasional-Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Marjin kotor Biaya operasional-Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Penyusutan Sub Total Laba kotor Bunga (10.25%) Laba sebelum pajak Pajak (25%) Laba bersih
Komponen
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 5,594,189,372 67,899,592,568 16,974,898,142 50,924,694,426
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 6,683,494,585 66,810,287,355 16,702,571,838 50,107,715,516
7 623,235,600,000 79,185,600,000
6 623,235,600,000 79,185,600,000
Lampiran 14 Laporan laba rugi skenario I (lanjutan) 8
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 4,393,230,376 69,100,551,564 17,275,137,891 501,825,413,673
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
Tahun
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 3,069,173,082 70,424,608,858 17,606,152,214 52,818,456,643
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
9
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 1,609,399,915 71,884,382,025 17,971,095,506 53,913,286,518
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
10
81
Penjualan MKS IKS Biaya operasional-Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Marjin kotor Biaya operasional-Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Penyusutan Sub Total Laba kotor Bunga (10.5%) Laba sebelum pajak Pajak (25%) Laba bersih
Komponen
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 73,493,781,941 18,373,445,485 55,120,336,456
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 73,493,781,941 18,373,445,485 55,120,336,456
12 623,235,600,000 79,185,600,000
11 623,235,600,000 79,185,600,000
Lampiran 14 Laporan laba rugi skenario I (lanjutan)
82
13
73,493,781,941 18,373,445,485 55,120,336,456
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
Tahun
73,493,781,941 18,373,445,485 55,120,336,456
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
14
73,493,781,941 18,373,445,485 55,120,336,456
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
15
Penjualan MKS IKS Biaya operasional-Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Marjin kotor Biaya operasional-Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Penyusutan Sub Total Laba kotor Bunga (10.5%) Laba sebelum pajak Pajak (25%) Laba bersih
Komponen
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 73,493,781,941 18,373,445,485 55,120,336,456
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941 73,493,781,941 18,373,445,485 55,120,336,456
17 623,235,600,000 79,185,600,000
16 623,235,600,000 79,185,600,000
Lampiran 14 Laporan laba rugi skenario I (lanjutan) 18
73,493,781,941 18,373,445,485 55,120,336,456
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
Tahun
73,493,781,941 18,373,445,485 55,120,336,456
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
19
73,493,781,941 18,373,445,485 55,120,336,456
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 12,213,519,316 21,397,037,042 73,493,781,941
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 18,162,143,957 1,367,828,571 607,530,381,016 94,890,818,983
623,235,600,000 79,185,600,000
20
83
Penjualan MKS IKS Biaya operasional-Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Marjin kotor Biaya operasional-Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Penyusutan Sub Total Laba kotor Bunga (10.25%) Laba sebelum pajak Pajak (25%) Laba bersih
Komponen
Lampiran 15 Laporan laba rugi skenario II
84
623,235,600,000 79,185,600,000 581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 6,771,510,335 56,483,984,999 14,120,996,249 42,362,988,749
193,800,000,000 286,876,797 1,104,329,021 808,930,343 7,399,391,982 455,942,857 203,855,471,002 30,284,928,997 1,565,573,666 768,473.444 173.958,797 219,833,333 1,000,000,000 18,415,773,932 22,143,613,174 8,141,315,823 7,219,073,423 922,242,400 230,560,600 691,681,800
2
207,745,200,000 26,395,200,000
1
3
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 6,278,072,031 56,977,423,303 14,244,355,825 42,733,067,477
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
Tahun
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 5,734,056,301 57,521,439,033 14,380,359,758 43,141,079,275
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
4
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 5,134,278,958 58,121,216,376 14,530,304,094 43,590,912,282
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
5
Penjualan MKS IKS Biaya operasional-Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Marjin kotor Biaya operasional-Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Penyusutan Sub Total Laba kotor Bunga (10.5%) Laba sebelum pajak Pajak (25%) Laba bersih
Komponen
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 3,743,991,328 59,511,504,005 14,877,876,001 44,633,628,004
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 4,473,024,437 58.782,470,897 14,695,617,724 44,086,853,172
7 623,235,600,000 79,185,600,000
6 623,235,600,000 79,185,600,000
Lampiran 15 Laporan laba rugi skenario II (lanjutan) 8
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 2,940,232,326 60,315,263,008 15,078,815,752 45,236,447,256
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
Tahun
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 2,054,088,026 61,201,407,308 15,300,351,827 45,901,055,481
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
9
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 1,077,113,935 62,178,381,399 15,544,595,349 46,633,786,049
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
10
85
623,235,600,000 79,185,600,000 581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 63,255,495,334 15,813,873,833 47,441,621,501
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 63,255,495,334 15,813,873,833 47,441,621,501
Laba bersih
12
623,235,600,000 79,185,600,000
11
Penjualan MKS IKS Biaya operasional-Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Marjin kotor Biaya operasional-Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Penyusutan Sub Total Laba kotor Bunga (10.5%) Laba sebelum pajak Pajak (25%)
Komponen
Lampiran 15 Laporan laba rugi skenario II (lanjutan)
86
13
47,441,621,501
63,255,495,334 15,813,873,833
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
Tahun
47,441,621,501
63,255,495,334 15,813,873,833
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
14
47,441,621,501
63,255,495,334 15,813,873,833
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
15
Penjualan MKS IKS Biaya operasional-Variabel Pembelian TBS dari kebun Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium Biaya alokasi Bahan dan suku cadang Transport palm product Upah lembur Sub Total Marjin kotor Biaya operasional-Tetap Upah Biaya pemeliharaan Administrasi & Umum Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas Biaya sosial Penyusutan Sub Total Laba kotor Bunga (10.5%) Laba sebelum pajak Pajak (25%) Laba bersih
Komponen
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 63,255,495,334 15,813,873,833 47,441,621,501
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992 4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334 63,255,495,334 15,813,873,833 47,441,621,501
17 623,235,600,000 79,185,600,000
16 623,235,600,000 79,185,600,000
Lampiran 15 Laporan laba rugi skenario II (lanjutan) 18
63,255,495,334 15,813,873,833 47,441,621,501
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
Tahun
63,255,495,334 15,813,873,833 47,441,621,501
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
19
63,255,495,334 15,813,873,833 47,441,621,501
4,696,721,000 2,305,420,334 521,876,392 659,500,000 1,000,000,000 18,415,773,932 27,599,291,658 63,255,495,334
581,400,000,000 860,630,393 3,312,987,063 2,426,791,031 22,198,175,948 1,367,828,571 611,566,413,007 90,854,786,992
623,235,600,000 79,185,600,000
20
87
Lampiran 16 Kantor pusat PT. MAI di Medan
88
89
Lampiran 17 Rangkuman validasi expert
ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PENDIRIAN PABRIK CRUDE PALM OIL PADA PT. MAZUMA AGRO INDONESIA Expert validation yang dimohon untuk memberikan pilihan terhadap Analisis Kelayakan Bisnis Pendirian Pabrik Crude Palm Oil pada PT. MAI adalah : 1. Bpk H.M. Hidayat sebagai Komisaris PT. MAI untuk melakukan penilaian kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit. Beliau menyatakan bahwa kebutuhan serta permintaan dunia terhadap CPO semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan tersedianya bahan baku, lahan, SDM, dan untuk menjawab tantangan pasar, maka diperlukan peningkatan produksi hasil kebun. Peningkatan produksi sendiri tidak memiliki nilai tambah yang cukup tinggi tanpa adanya pabrik pengolahan dengan kapasitas yang memadai. Dalam hal ini peningkatan kapasitas pabrik MAI MILL-I dari kapasitas 30 ton/jam menjadi 60 ton/jam harus dilakukan dengan segera. Apabila tidak dilakukan dengan segera maka akan banyak buah yang restan. Selain karena meningkatnya luas areal tanam dan produksi PT. MAI, peningkatan kapasitas ini perlu dilakukan karena adanya tren positif terhadap peningkatan permintaan sawit dunia. PT. MAI telah memikirkan hal ini sebelumnya, PT. MAI telah mempersiapkan PKS MAI MILL-I dengan platform 60 ton/jam sehingga dikemudian hari tidak menjadi masalah yang cukup berat bagi PT. MAI. Bpk. Hidayat lebih memilih mengelevasi kapasitas pabrik karena PT. MAI hanya membutuhkan mesin dan perlatan serta pekerja tambahan untuk meningkatkan kapasitas menjadi 60 ton/jam, sehingga biaya investasi awal akan lebih murah. 2. Bpk. H.M. Ichsan Hakim sebagai Direktur PT. MAI untuk melakukan penilaian kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit. Beliau menyatakan bahwa saat ini dengan kapasitas 30 ton/jam PT. MAI berkontribusi 0,11% dari share nasional, sehingga masih sangat besar peluang pasar yang dapat di ambil oleh PT. MAI untuk memenuhi kebutuhan nasional ataupun untuk kebutuhan export nantinya. PT. MAI juga sudah memiliki target pasar yang jelas yaitu memasok ke PT. X yang merupakan perusahan minyak dan lemak nabati yang mengolah MKS dan IKS menjadi produk turunannya. Perusahaan PT. X baru menggunakan lebih kurang setengah dari kapasitas olah pertahunnya. PT. X meminta kepada perusahaan PT. MAI untuk meningkatkan terus hasil produksi PT. MAI sehingga juga dapat memenuhi kebutuhan PT. X. Jadi pasar dari produk MKS dan IKS sudah jelas serta masih besarnya peluang pasar PT. MAI. Bpk. Ichsan lebih merekomendasikan elevasi pabrik menjadi 60 ton/jam karena mengurus satu pabrik akan lebih mudah daripada mengurus 2 pabrik. 3. Bpk. Mulkan Oloan Lubis, SH sebagai Corporate Strategy PT. MAI untuk melakukan penilaian kelayakan bisnis pendirian pabrik. Beliau menyatakan bahwa saat ini mempunyai kapasitas pabrik 30 ton per jam, kedepannya akan meningkatkan kapasitas pabrik ataupun membangun
90
pabrik yang baru. Pembiayaan modal investasi berasal dari 50 % dana sendiri, 50 % dari pinjaman bank. Persyaratan pengajuan kredit investasi sudah lengkap pada umumnya ke bank, seperti SIUP, TDP, HO, akta pendirian, jaminan, neraca perusahaan. Sehingga dalam pelaksaan peningkatan kapasitas produksi tidak akan terjadi kendala yang berarti. Dengan pertimbangan hal tersebut maka rekomendasi peningkatan kapasitas dari 30 ton/jam menjadi 60 ton/jam lebih layak dilaksanakan daripada membangun pabrik baru. Karena menghemat biaya untuk bangunan, mesin, perlatan dan biaya perizinan tidak semahal perizinan untuk membangun pabrik baru. Sehingga biaya investasi awal yang dibutuhkan akan lebih murah dibandingkan dengan membangun pabrik baru kapasitas 30 ton/jam. 4. Bpk. Yusuf Marpaung sebagai konsultan pabrik PT. MAI untuk melakukan penilaian kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit. Beliau menyatakan bahwa perencanaan layout PT. MAI menggunakan ARC, Activity Relationship Chart (ARC) dibuat berdasarkan pertimbangan frekuensi aliran perpindahan material antar tiap stasiun dan digunakan untuk mengetahui derajat hubungan kesamaan antar stasiun. Sehingga efektivitas dan produktivitas bisa meningkat, dan kesiapan alat dan platform teknologi sudah mendukung untuk meningkatkan kapasitas pabrik dari 30 ton/jam menjadi 60 ton/jam. Layout pabrik yang dibuat mengikuti standar layout di pabrik pertama PT. MAI yang telah terbukti efisien dan memenuhi standar. Bpk. Yusuf lebih merekomendasikan elevasi pabrik menjadi 60 ton/jam dibandingkan membangun pabrik 30 ton/jam karena bangunan PKS MAI MILL-I masih memiliki sisa umur bisnis 10 tahun lagi sehingga PT. MAI bisa menghemat biaya bangunan dan perumahan. Selain itu untuk mendirikan PKS 30 ton/jam perlu biaya izin dan juga biaya pembukaan lahan memerlukan dana yang tidak sedikit. 5. Ibu Sri Dewinta sebagai finance dari BANK MANDIRI untuk melakukan penilaian kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit. Beliau menyatakan apabila dilihat dari kriteria finansial dan non finansial, baik kapasitas 30 ton/jam maupun 60 ton/jam layak dilaksanakan dari kriteria finansial dan juga non finansial. Hal ini dapat dilihat dari pabrik pertama PT. MAI yang tetap beroperasi sampai sekarang dan juga didukung dengan produksi kebun PT. MAI yang terus meningkat. Baik pembangunan pabrik kapasitas 30 ton/jam maupun elevasi pabrik 60 ton/jam layak dilaksanakan. Hasil dari kelima expert menyatakan bahwa lembar penilaian terhadap skripsi yang berjudul ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PENDIRIAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS PABRIK CRUDE PALM OIL PADA PT. MAZUMA AGRO INDONESIA lebih memilih untuk menambah kapasitas produksi dari kapasitas 30 ton/jam menjadi 60 ton/jam (skenario II).
91
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bireuen pada tanggal 16 Februari 1995 sebagai putra kedua dari dua bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak dr. Syahrizal SpOG dan Ibu dr. Sonda Sari. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD swasta Harapan I Medan pada tahun 2006, pendidikan menengah di SMP swasta Harapan I Medan pada tahun 2009 dan pendidikan menengah atas di SMA swasta Harapan I Medan pada tahun 2012. Penulis diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) pada tahun 2012. Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah IMMAM dan organisasi automotif serta kepanitiaan kampus. Penulis cukup berkontribusi dalam kegiatan balap, diantaranya adalah rally dan drag race.