Daftar isi Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Serpong, 20 Nopember 2007
Rekayasa
ANALISIS KEGAGALAN
Perangkat
ISSN 1693-3346
Nuklir
SAMBUNGAN BAUT
Sanda dan Suryanto Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
ABSTRAK ANALISIS
KEGAGALAN
SAMBUNGAN
BAUT PAD A BEJANA
PROSES.
Sambungan baut kelihatan sangat sederhana, namun memiliki fungsi yang sangat penting, sambungan
baut yang berfungsi dengan baik akan menghindari
mesin dari kebocoran,
keausan, selip, pecah (rupture). Banyak penyebab terjadi kegagalan sambungan baut. Jenis permasalahannya
berbeda-beda,
misalnya konstruksi sambungan baut pada bejana proses,
turbin uap, atau ketel uap dan lain-lain. Kegagalan tersebut akibat panas dan tekanan tinggi yang menyebabkan
kegagalan fatal pada bejana proses atau turbin itu sendiri, namun alat
tersebut dapat menghindarinya, tersebut.
Berdasarkan
karena ada
pengamatan
faktor-faktor
yang telah dilakukan,
redundan yang dimiliki alat penyebab
kegagalan
dapat
diakibatkan oleh adanya kesalahan pad a saat disain, saat perakitan dan saat operasi. Dan penyebab kegagalan
lain dapat juga terjadi karena kesalahan,
korosi. Hasil pengamatan bukan
menunjukkan,
saja dari besamya
diakibatkan
tekanan
Creep, getas, palstik dan
bahwa faktor kegagalan sambungan baut terjadi
yang terjadi
didalam
bejana
proses, tetapi juga
oleh adanya kesalahan teknis, diantaranya adalah pecah akibat beban statis,
getas dan kelelahan bahan. Selain itu kegagalan bisa disebabkan oleh pengencangan yang berlebihan, sehingga baut mengalami pengecilan.
Kata kunci : kegagalan, baut, bejana proses, kelelahan, getas, produk dan rakitan.
ABSTRACT THE FAILURE VESSEL. The lenghtening
ANALYSIS
OF BOLT LENGHTENING
OF
PROCESS
failure analysis of bolt lenghtening of process vessel was carried out. Bolt
look very simple, however It has very important function, bolt lengthening
which working properly may avoid engine from leakages, wear down, slip, and rupture. Many cause failing of bolt lenghtening, kind of problem very different, such as lenghtening bolt construction
of Prosses Vessel, Steam Turbine, Steam Vessel, 177
These are caused by
ISSN 1693-3346
Prosiding Pertemuan I1miah Nasional Rekayasa Perangkat Nuklir Serpong, 20 Nopember 2007
high pressure and heat. Redundant factors of machine can avoid fatal failure of Prosses Vessel or Turbine.
Base on the observation,
failure may be caused by design error,
assembly error or operation error. Based on materials failure may be caused by rupture, fatigue, creep, plastic and corrosion. Observation
result show heat failure factor at bolt
lengthening is not only high pressure in the vessel but also technical error such as rupture, fatigue and creep. In addition, the failure can be caused by excessive strengtened so that bolt lengthening necking.
Keywords:
failure, bolt, process vessel, fatigue, fracture, product and assembly.
PENDAHULUAN Baut dan mur merupakan bersifat
pengikat
dua komponen
atau lebih yang ikatannya
semi permanen dan digunakan secara (uas oleh masyarakat.
untuk mengikat suatu konstruksi
Baut bisa digunakan
bangunan baja dengan rigiditas yang tinggi, menutup
suatu perrnukaan· nozle, dan menutup
permukaan
atas dari suatu £lens sebuah bejana
proses. Oalam aplikasinya, mur biasa digunakan untuk komponen dinamis contohnya mur roda .mobil, sedangkan
untuk ulir dalam (pengganti
mur) bukan mur,
biasa digunakan
pada komponen statis dan konstruksi yang presisi, seperti pada bejana proses. Baut dan mur yang mengikat mengakibatkan
ban yak mengalami
perubahan
kondisi fisik, yang
terjadinya suatu kegagalan dari suatu alat. Pemilihan baut juga merupakan
faktor yang penting karenanya
suatu konstruksi
untuk menghindari
terjadinya
kegagalan
sambungan
baut. Oleh
untuk menjamin suatu konstruksi agar aman ketika beroperasi maka kondisi
baut dan mur harus terjamin
kekuatannya.
Untuk itu perlu dilakukan
suatu analisis
sambungan baut dan mur dengan model pendekatan tedistribusi
merata. Hasil analisis ini diharapkan bisa dijadikan sebagai pedoman untuk
aplikasi baut pada suatu konstruksi, khususnya bejana proses.
178
ISSN 1693-3346
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat Nuklir Serpong, 20 Nopember 2007
METODOLOGI Walaupun baut dan mur dapat menerima beban tarik, tegangan putus geser dan tegangan normal yang timbul karena gaya diatas tidak diperbolehkan
melampaui tegangan
putus geser dan tegangan normal yang diijinkan. Apabila pada sebuah baut bekerja gaya tarik F, maka dalam baut itu (gambar I) akan timbul gaya tarik yang dapat menyebabkan patah atau putus pada penampang A, luas penampang baut dalam mur dengan garis tengah d I dan tinggi hI atau pada penampang B, luas tungkai dalam mur dengan garis tengah d dan tinggi hI. Jika ulir mur bergeser dari posisinya, maka tegangan tarik[l]
yang terjadi
pad a penampang A, yaitu
F (J' = I
A
.............................................................. (I)
Yerata
Dimana : crt = Tegangan
tarik (kg/cm2)
F = Gaya tarik pada baut (kg) A rerata
= luas penampang rata-rata baut
A reratadapat
(cm2)
ditentukan dengan menggunakan persamaan[l] sebagai berikut : ..........................................................
d
c dl
F
Gambar I. Gaya Tarik F yang terjadi pad a Baut
179
(2)
ISSN 1693-3346
Prosiding Pertemuan I1miah Nasional Rekayasa Perangkat Nuklir Serpong, 20 Nopember 2007
Untuk.mendapat
gaya pengencangan
Fa pada suatu sambungan baut dan mur akan
timbul momen puntir Mw, momen gesek Ms. Momen gesek yang ditimbulkan dari gesekan antara bidang tumpu kepala baut atau mur dan bagian konstruksi
yang akan disambung,
adalah MS[I] sebagai berikut : Ms = Fa.fs.rs
...................................................................
(3)
Dimana : fs = koefisien gesek rs = Iengan tuas rata-rata gaya gesek (mm), ditentukan dengan persamaan berikut 101:
r s
Ds +dg =--4
..................................................................
(4)
dimana : Os = garis tengah luar bidang tumpu mur (mm) dg=garis tengah lubang baut (mm) Dari persamaan-persamaan
diatas diperoleh momen pengencang Ma[I]Sebagai berikut : .............................. (5)
dimana: p = sudut gesek,
0
f= koefisien gesek antara mur dan baut Untuk melepaskan
mur, diperlukan
momen pelepasan
Mi [l]dengan persamaan
sebagai
berikut : .................................. Sedangkan
untuk
perhitungan
penampang
memanjang
berdinding tipis dengan tekanan internal p, garis tengah internal timbul tegangan tarik (J (_
p.d-
25
(]"t
d
(6)
bejana
dan tebal dinding
aksial dengan persamaan [l]sebagai berikut :
..................................................................................
180
proses
(7)
yang f5,
akan
ISSN 1693-3346
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat Nuklir Serpong, 20 Nopember 2007
Untuk tegangan tarik penampang melintang
a1----_p.d
.......................................
46
Jika
(It
=
(J(
radial hanya separuhnya, yaitu : ...........................................
(8)
maka tebal dinding bejana proses dapat dihitung sebagai berikut :
0:1
6 = p .d + c
(9)
2.al dimana : c = konstanta tambahan untuk antisipasi korosi dan toleransi tebal dinding, mm. Dengan memilih
0:1 rendah
harus diperhitungkan
kenaikan tegangan yang mungkin
timbul karena perubahan tekanan air, perubahan bentuk karena adanya selisih temperatur, beban be rat dan toleransi (biasanya 15%) untuk tebal dinding,
sehingga tegangan yang
terjadi dapat lebih 20% dari (It, juga kekurangan penguatan akibat (pada baja terjadi diatas 150°C keatas). Sedangkan kekuatan
cp
juga harus diperhitungkan.
kenaikan temperatur
pad a bejana yang dilas, presentase
Apabila besar gaya yang bekerja pada bejana
diketahui, maka tebal dinding bejana dapat segera dihitung. Pada umumnya tegangan tarik yang diijinkan
at pada dinding pipa tergantung pada batas regangan Re pada temperatur
kerja di dalam bejana, dengan batasan yang digunakan [l]adalah Re
= 1,6 ... 2,5
.......................................................................
( I 0)
2413)
jenis
at Normalisasi digunakan
Jerman
(DIN
memberikan
pertimbangan
baja yang
antara temperatur 150°C hingga 550°C dalam bentuk Tabel I[I], yaitu :
Tabel 1. Kekuatan Tarik Jenis Baja -200 70 90 260 170 120 110 150 550 500 450 400 300 280 240 50 220 190 60 210 100 130 170
dasar
BATAS RAYAP REGANG 230 300 290 260 TARIK
N/mm2 350KEKUATAN - 550 450 450 550 N/mm2 N/mm2 pacta pada °C °C
150
18 I
ISSN 1693-3346
Prosiding Pertemuan I1miah Nasional Rekayasa Perangkat Nuklir Serpong, 20 Nopember 2007
Sehingga persamaan tebal dinding bejana !IJditentukan menjadi sebagai berikut : .........................................................
( 11)
dimana : d : garis tengah luar pipa, mm
0-1 ~
R.
1,6
sampai pada temperatur 350°C diambil
untuk temperatur 400°C - 525°C diambil batas rayap bahan
pada temperatur kerja bejana/pipa. Adapun untuk menentukan baut flens, harus ditentukan jumlah dan diameter baut flens. Jumlah baut
i yang
140 mm, paling tinggi diperkenankan.
dipilih, menentukan
jarak antara garis sumbu, biasanya 120 -
180 mm!1J . Makin kuat flens, makin besar jarak bagi yang
Flens yang lebih tipis memerlukan jarak bagi yang lebih kecil. Sedangkan
gaya yang terjadi pad a baut diperoleh dari persamaan!IJ, sebagai berikut: ............................................................ dimana : b : Iebar paking, mm F : gaya yang bekerja pada baut, N
D : garis tengah baut flens, mm P : tekanan internal, N/mm2
182
( 12)
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat Nuklir Serpong, 20 Nopember 2007
ISSN 1693-3346
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan pada sambungan baut M lOx 1,50[3]
sebanyak 12 buah dari bahan SS 304, yang digunakan untuk mengikat flens sebuah bejana proses dari bahan SS 304. Sebagaimana yang terlihat pad a Gambar 2. dibawah. m
~I
I
1"
I!
~., ..
II
iJ- I
~
~
~19'
I
1~~5a..
211
Gambar 2. Baut Flens pada Bejana Proses Bejana proses perhitungan mempunyai data sebagai berikut : Bejana mempunyai diameter 250 mm dengan ketebalan dinding 5 mm, uap dan tekanan yang akan bekerja didalam bejana maksimal pada temperatur 400°C dan 12 bar. Dari data diatas diperoleh hasil perhitungan
untuk bejana proses dan baut flens
bejana sebagai berikut : - Tegangan tarik yang terjadi di dalam bejana sebesar at = 30 N/mm2 - Tebal dinding bejana proses yang seharusnya 8 = 3 mm - Tegangan tarik puntir atw = 3072,90 N/mm2 - Tegangan pengencangan
aa = 122,47 N/mm2
- Tegangan tarik yang diijinkan a-, = 154 N/mm2
183
Treatment Poor Finish RatioFits of Parts Galling Improper Preload dfness Shape
ISSN 1693-3346
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat Nuklir Serpong, 20 Nopember 2007
B ila syarat pengencangan
(allowable
Ga
diantaranya karena
sambungan
kegagalan
dan
Ga =
harus
122,47 N/mm2
sambungan
adalah pecah/patah
vibrasi
yang
< Tegangan tarik yang diijinkan
memenuhi syarat tegangan, yaitu Sedangkan
stress)
kebocoran
dipenuhi 0-"
adalah
berarti harga diatas telah
< 0-, = 154 N/mm2.
baut dipengaruhi
juga
oleh beberapa
sambungan.
Berdasarkan
besar kegagalan
Tabel
1, model
Tabel I. Model Kegagalan Sambungan Baut[2] * * FRACTURE
184
..
**
kegagalan
yang terjadi disebabkan
fatique failure. *
hal,
akibat be ban statik, kegagalan akibat kelelahan, kendur
baut, maka kemungkinan
******Surfaces * * axis ofbolt Joint of Condition relative Heat Direction LOOSENING VIBRA FATIGUE LEAKAGE JOINT FAILURE nONto vibration Excursions Load ofand axis Magnetude PRIMARY CAUSE (FACTORS) Tool Marksin Condition Temperatur ofCvcling Gaskets Damping Joint
Tegangan
*
adanya
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat Nuklir Serpong, 20 Nopember 2007
ISSN 1693-3346
KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan
diatas dapat ditarik beberapa
kesimpulan
sebagai
berikut :
1. Baut £lens bejana proses sebanyak 12 buah dengan ukuran M lOx 1,50 dan panjang bodi baut 30 mm memiliki kemampuan untuk menahan tekanan dari dalam sebesar
122,47 N/mm2. 2. Faktor kegagalan sambungan baut bisa terjadi bukan saja dari besarnya tekanan yang terjadi
didalam bejana proses, tetapi juga bisa diakibatkan
oleh adanya
kesalahan teknis, diantaranya adalah pecah akibat beban statik, kegagalan dalam pengoperasian
akibat kelelahan bahan, juga bisa diakibatkan
oleh pengencangan
yang berlebihan, sehingga baut mengalami pengecilan leher baut (necked out)
DAFT AR PUST AKA 1. Jac. Stolk dan C. Kros, "ELEMEN MESIN, ELEMEN KONSTRUKSI DARI BANGUNANMESIN", Erlangga, Jakarta, 1984. 2. ASIA PACIFIC INSTITUTE FOR MANAGEMENT DEVELOPMENT, Jakarta, December, 1993.
3. Hermann Jutz and Eduard Scharkus, "WESTERMANN TABLE FOR THE METAL TRADE",
Mohinder Singh Sejwal for Wiley Eastern Limited, India, 1961.
LEMBAR TANYA-JAWAB PERT ANY AAN : Dari A. ChamsudilYundi
I. Mengapa juduI tidak sesuai dengan isi ? 2. Analisis sambungan metodenya berdasarkan apa?
JA WABAN
1. Judul ini sudah sangat cocok dengan isi, contohnya di dalamnya dibahas tentang kegagalan sambugan baut yaitu kegagalan bukan saja akibat dari besarnya tekanan di dalam bejana, tapi dapat disebabkan oleh kesalahan teknis dan pengencangan baut yang dilakukan secara berlebihan. 2. Analisis berdasarkan model pendekatan terdistribusi merata, maksudnya beban (tekanan) yang bekerja terjadi pad a seluruh penampang baut yang mengikat £lens.
185