Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia dalam Kamus At-Taufiq
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Oleh Eva Fauziah NIM: 1110024000017
PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H./2014 M.
Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia dalam Kamus At-Taufiq
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Oleh Eva Fauziah NIM: 1110024000017
PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H./2014 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata
I
di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di J.
ini telah
saya cantumkan
UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4
luli 2014
Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia dalam Kamus At-Taufiq
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Oleh Eva Fauziah NIM: 1110024000017
Pernbimbing I,
Pembimbing II,
fT^ o,
oJ/
Saehudin,
M.Ag.
&r__
r
Karlina Helma#ta. M.Ae.
PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H.t20t4 M.
ilt
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul 'oAnalisis Kata Baku Bahasa Indonesia dalam Kamus At-
taufiq"
yang ditulis oleh Eva Fauziah,
NIM 1110024000017 telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora Jakarta pada hari selasa,
22 Juli 2014
dan telah
UIN Syarif
Hidayatullah
diperbaiki sesuai dengan saran dan
komentar Tim Penguji.
Jakarta,22 luli 20T4
TIM PENGUJI
1. Dr. Akhmad Saehudin. iVI.Ag. (Ketua Sidang)
2. Dr. Moch Slzarif Hidayatullah. M.Hum. (Sekretaris Sidang)
3. Dr. Akhmad
Saehudin. M.Ag.
(Pembimbing I)
4. Karlina Helmanita. M.Ag. (Pembimbing II)
TTD
,,r1" 'r;;;;u;,,11;,,
2.
0"..^.
(Tanggal:
*9'
l9 * aB-tory
1
(Tanggal:
4.
't/a''
4t
(Tanggal:
/.
(Tanggal:
l9- g-Z.ot,l
5. Drs. Ahmad Syatibi. M.Ag. (Penguji I)
6. Abdul Rosyid. M.A. (Penguji II)
)
IV
Teruntuk Kedua Orangtuaku: Ayahanda H. Miharja dan Ibunda Hj. Roswati Kakakku tersayang, Dafik Nurul Fitron S.Sos.I.
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDa (Central for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. 1. Padanan Aksara Huruf Arab
Huruf Latin
ا
Huruf Arab
Huruf Latin
ط
ṯ
ب
b
ظ
ẕ
ت
t
ع
‘
ث
ts
غ
gh
ج
j
ؼ
f
ح
h
ؽ
q
خ
kh
ؾ
k
د
d
ؿ
l
ذ
dz
ـ
m
ر
r
ف
n
ز
z
و
w
س
s
ﻫ
h
ش
sy
ء
`
ص
s
ي
y
ض
ḏ
vi
2. Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, yang terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. A. Vokal Tunggal Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
ﹷ
a
fathah
ﹻ
i
kasrah
ﹹ
u
ḏammah
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
ﹷي
ai
a dan i
ﹷو
au
a dan u
B. Vokal Rangkap
C. Vokal Pangjang Ketentuan aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu: Tanda Vokal Arab
ىَا ىِ ْي ﹹو
Tanda Vokal Latin
Keterangan
â
a dengan topi di atas
î
i dengan topi di atas
ȗ
u dengan topi di atas
vii
3. Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengann huruf, yaitu
اؿ,
dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, aldîwân bukan ad-dîwân.
4. Syaddah (Tasydîd) Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (---ّ ّ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata
الض َُّرْوَرة
tidak ditulis aḏ-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah,
demikian seterusnya.
5. Ta Marbûṯah Jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dilihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
viii
No
Kata Arab
Alih Aksara
1
طريقة
ṯarîqah
2 3
اجلامعة اإلسالميّة وحدة الوجود
Al-jâmi’ah al-islâmiyyah Wahdat al-wujȗd
6. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abȗ Hâmid al-Ghazâlî bukan Abȗ Hâmid AlGhazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi). Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau dicetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksara. Demikian seterusnya. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari Bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-
ix
Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nȗr al-Dîn al-Rânîrî. 7. Cara Penulisan Kata Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuanketentuan di atas: Kata Arab
اد ُ َُست ْ ب األ َ َذ َﻫ َج ُر َ َثَػب ْ ت األ ص ِريَّة ْ احلََرَكة الْ َع أَ ْش َه ُد أَ ْف الَ اِلهَ إِالَّ هللا ِ الصالِح َ َم ْوالَنَا َملك يػُ َؤثُِّرُك ُم هللا ِ َالْمظ اﻫر الْ َع ْقلِيَّة َ اآليَات الْ َك ْونِيَّة الض َُّرْوَرة تُبِْي ُح الْ َم ْحظُْوَرات
Alih Aksara dzahaba al-ustâdzu tsabata al-ajru al-harakah al-‘asriyyah asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh Maulânâ Malik al-Sâlih yu’atstsirukum Allâh al-mazâhir al-‘aqliyyah al-âyât al-kauniyyah al-darȗrat tubîhu al-mahzȗrât
x
ABSTRAK
EVA FAUZIAH Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia dalam Kamus At-Taufiq Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan kata baku dalam kamus At-Taufiq dan mengetahui sejauh mana pengetahuan kebahasaan yang dilakukan oleh penerjemah dalam mencari kata untuk diterjemahkan, khususnya penulisan kata dalam bahasa Indonesia dan mengelompokkannya menjadi sebuah kalimat. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus mengetahui kaidah-kaidah penulisan dari bahasa sumber (Bsu) maupun bahasa sasaran (Bsa). Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah metode penelitian kualitatif-deskriptif, yaitu dengan cara peneliti menjadi alat pengumpul data utama untuk mengungkapkan suatu masalah. Kemudian peneliti juga menggunakan metode kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan data yang terkait dengan masalah yang dianalisa untuk menghasilkan hasil penelitian yang akurat. Lalu peneliti melakukan analisa terhadap permasalahan yang dibahas dengan mengumpulkan kata tidak baku bahasa Indonesia kemudian dikaji secara mendalam dan memilih kata tidak baku dalam kamus At-Taufiq dan menerangkan lebih jelas kata baku yang sesuai dengan Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dari penelitian tersebut, dapat diketahui penggunaan kata baku dalam kamus yang menjadi sebuah acuan seorang penerjemah dalam menerjemahkan sebuah teks masih belum sempurna.
xi
PRAKATA Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah SWT dari lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang masih memberikan kesempatan kepada peneliti untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya, serta dengan izin-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat peneliti selesaikan. Solawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung, yang baik ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di dunia dan di akhirat beliau adalah Sayyidina Muhammad ibn Abdillah. Alhamdulillah pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang peneliti hadapi, baik itu berupa sifat malas, lalai dan sombong yang masih melekat kuat di dalam diri peneliti. Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya dukungan serta motivasi kepada peneliti. Peneliti persembahkan segalanya kepada ayahanda H. Miharja dan kepada ibunda tersayang Hj. Roswati yang telah melahirkan ananda, membesarkan dan mendidik hingga ananda besar. Dan semoga gelar sarjana ini dapat membahagiakan ayahanda dan ibunda tercinta. Kakakku, Dafik Nurul Fitron,
xii
S.Sos.I. yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan inspirasi kepada peneliti sehingga peneliti bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag. selaku pembimbing skripsi, dosen, Ketua Jurusan Tarjamah serta Pembimbing Akademik dan Karlina Helmatita, M.A., selaku pembimbing skripsi dan dosen, yang telah mengorbankan waktu di tengah kesibukannya untuk membaca, mengoreksi dan memberikan motivasi. Berbagai arahan, petunjuk dan bimbingan dari keduanya telah banyak membantu penulisan skripsi ini. Terimakasih juga kepada Abdul Rosyid S.S., M.A. sebagai dosen pembimbing ketiga bagi peneliti yang selalu memberikan arahan, motivasi, semangat, dan membantu merapikan tulisan dalam skripsi ini. Selanjutnya peneliti juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Oman Faturrahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah. Ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Drs. Ahmad Syatibi, M.Ag. dan Abdul Rosyid, M.A. selaku penguji, yang telah meluangkan waktu untuk menguji walaupun di akhir-akhir bulan Ramadan. Serta tak lupa peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan peneliti berbagai pengetahuan ilmu bahasa, budaya, terjemah, dan segala ilmu dan pengetahuan
xiii
yang diberikan selama ini kepada peneliti. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi peneliti dan menjadi bekal dimasa depan tentunya, amin. Terimakasih juga kepada karyawan Fakultas Adab dan Humaniora, terutama kepada bapak Radi dan bang Muhadi yang telah memberikan semangat kepada peneliti, juga membatu peneliti untuk meminjam buku-buku sebagai referensi di perpustakaan fakultas. Kepada teman-teman Jurusan tarjamah angkatan 2010 Nia, Umay, Nana, Mutz, Novi, Ika, Asiah, Lili, Halimah, Nipeh, Ayu, Farhan, Olis, Akew, Fahmi, Faat, Arif, Syarif, Agus, Ocid, Julponk, Uwes, Imam, Zamzam. Terlebih kepada Lukman, teman yang telah meminjamkan kamusnya sebagai bahan utama skripsi ini dari semester 5 dan Hani juga telah meminjamkan kamusnya untuk penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas bantuan kerjasama teman-teman untuk mengumpulkan referensi dan saling membantu untuk melengkapi referensi. Peneliti juga berterima kasih kepada semua pihak yang kenal dengan peneliti dalam perjumpaan yang singkat atau lama di alam ini, termasuk temanteman KKS Kompak di Cieterep Bogor dari fakultas FISIP, FIDKOM, Syariah, Ushuludin dan Saintek, maaf tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu. Harapan sepenuh hati semoga karya ilmiyah yang sangat sederhana ini bisa bermanfaat bagi penerjemah khususnya bidang Leksikografi. Semoga karya perdana ini menjadi semangat bagi peneliti dalam meningkatkan produktifitas karya-karya selanjutnya yang lebih baik. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi ini, amin. Jakarta, 4 Juli 2014 Eva Fauziah
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .............................................................................................
i
LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... v PEDOMAN TRANSLITERASI....................................................................... vi ABSTRAK ......................................................................................................... xi PRAKATA......................................................................................................... xii DAFTAR ISI ..................................................................................................... xv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................ 3 C. Tujuan penelitian ....................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4 E. Metodologi Penelitian ................................................................................ 5 F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 6 G. Sistematika Penulisan ................................................................................. 7 BAB II KERANGKA TEORI A. Kata ........................................................................................................... 9 1. Hakikat Kata ....................................................................................... 9 2. Jenis Kata ........................................................................................... 10 3. Pembentukkan Kata ........................................................................... 24 4. Kata Baku ........................................................................................... 27 B. Kamus ...................................................................................................... 35 1. Definisi Kamus ................................................................................... 35
2. Fungsi Kamus ..................................................................................... 36 3. Macam-macam Kamus ....................................................................... 37 4. Jenis Kamus ....................................................................................... 38 5. Kriteria Kamus ................................................................................... 40 6. Klasifikasi Kamus Arab ..................................................................... 41 BAB III TENTANG KAMUS A. Kamus At-Taufiq ..................................................................................... 43 1. Biografi KH. Taufiqul Hakim ........................................................... 43 2. Sinopsis Kamus At-Taufiq ................................................................. 45 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA A. Data .......................................................................................................... 49 B. Analisis Bentuk Bahasa Baku .................................................................. 61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 79 B. Rekomendasi ............................................................................................ 80 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
1. Infleksi pada Verba Perfektif (Fi’il Ma:dhi:) ......................................... 19 2. Infleksi pada Verba Imperfektif (Fi’il Mudha:ri’) .................................. 19 3. Huruf Abjad ............................................................................................ 29
ِ حالَ حْب 4. Abjad )ُديَّة َ 5.
ف ُ (اَ حْلُُرحو........................................................................... Tabel Data dalam Kamus At-Taufiq dari entri اsampai ج.....................
30 50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amtsilati merupakan suatu metode pengajaran untuk membaca kitab kuning. Berawal dari kitab-kitab Amtsilati, maka terbitlah kamus Amtsilati. Kamus ini merupakan tindak lanjut dari pembelajaran Amtsilati yang berkuncikan “Rumus” dan “Kamus”. Rumus merupakan kunci untuk membaca, sedangkan kamus adalah kunci untuk memahami arti atau makna dari kata yang dibaca tadi, yang pada gilirannya diharapkan untuk bisa menerjemahkan, mendalami, dan mengamalkan dari apa yang dibaca.1 Kamus ini merupakan jembatan bagi pemula. Kata-kata dalam kamus Attaufiq banyak digunakan dalam kitab kuning. Dari sekian banyak kosakata dalam kamus ini banyak kata-kata terjemahan arti dalam bahasa Indonesia tidak berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Ejaan yang Disempurnakan yang disebut kata baku yang merupakan kata-kata yang menjadi acuan dalam pemakaian bahasa. Kamus sangat berkaitan dengan penerjemahan. Penerjemahan merupakan peralihan dari bahasa sumber (Bsu) ke bahasa sasaran (Bsa). Dalam mengalihkan pesan dari satu bahasa ke bahasa lain, yang harus dilihat adalah isi. Menerjemahkan juga menuntut adanya bakat serta pengetahuan mendalam tentang bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran (Bsa) yang akan diterjemahkan dan menuntut penguasaan kosakata bahasa sasaan, rasa bahasa, susunan dan
1
Taufiqul Hakim, Kamus At-Taufiq Arab – Jawa – Indonsia (Bangsari: PP. Darul Falah, 2004), ii.
1
strukturnya.2 Oleh karena itu, agar pengalihan suatu bahasa terjemahan tersebut dapat dipahami dan dimengerti, maka harus diperhatikan bentuk bahasa sasarannya. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis kata baku terhadap katakata yang terdapat kamus At-Taufiq. Contoh :
آثىر – يػي ٍؤثًير
artinya memilih, memulyakan, menghormati
mendahulukan.
Kedua kata tersebut termasuk verba (fiil), yaitu kata kerja. Kata bahasa Arab dalam contoh di atas merupakan verba (fiil) yaitu fiil madhi dan fiil mudhari. Dalam kata yang digaris bawahi di atas bentuk penulisannya salah. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kita dapat menemukan kata tersebut dengan mencari kata dasarnya. Kata dasar dari kata tersebut adalah „mulia‟ termasuk adjektiva yang mempunyai arti „tinggi (tt kedudukan, pangkat, martabat), tertinggi, terhormat‟.3 Agar menjadi verba kata mulia tersebut mengalami proses morfologi dengan menambahkan imbuhan di depan dan di belakang kata tersebut. Jadi penulisan arti kata bahasa Arab yang benar adalah „memuliakan‟. Bahasa sumber yaitu bahasa Arab merupakan verba (fiil), oleh karena itu diterjemahkan menjadi verba (fiil) juga dalam bahasa Indonesia. Kata selalu berkembang setiap zaman. Pelafalan dan penulisan yang berbeda menjadikan bentuk kata baku tidak sering dipersoalkan atau mungkin
2
Achmad Satori Ismail, Problematika Terjemah (Arab-Indonesia) (Jakarta: Adabia Press, 2011), h. 2. 3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 936.
2
memang dianggap tidak perlu diperhitungkan untuk keberhasilan pembakuan bahasa tersebut. Dalam kamus At-Taufiq, ternyata peneliti menemukan kata-kata yang tidak menggunakan kata baku yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan atau tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Untuk itu, penulis akan menganalisis pada kamus tersebut melalui skripsi ini dengan judul “Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia dalam Kamus At-Taufiq”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Kamus At-Taufiq merupakan kamus yang digunakan untuk mencari makna/arti kata dalam memahami dan mempelajari kitab kuning. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada kata-kata yang tidak menggunakan kata baku dari entri
اsampai ج.
Sedangkan rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana bentuk kata baku bahasa Indonesia dalam terjemahan kamus AtTaufiq? 2. Bagaimana penggunaan kata baku dalam kamus At-Taufiq?
C. Tujuan Penelitian Tanpa tujuan yang jelas, penelitian akan sia-sia. Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui bentuk kata baku dalam terjemahan kamus At-Taufiq. 2. Mengetahui penggunaan kata baku dalam kamus At-Taufiq. 3
3. Sebagai rekomendasi terhadap kamus At-Taufiq dalam pengenalan kata baku.
D. Manfaat Penelitian Di samping untuk mengetahui kata baku terhadap kamus At-Taufiq, penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat dan kontribusi keilmuan kepada mahasiswa Tarjamah. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Sebagai koreksi kata baku pada terjemahan Kamus At-Taufiq. 2. Menjadikan motifasi kepada mahasiswa Tarjamah agar dalam menerjemahkan, memperhatikan faktor kata baku. 3. Seorang penerjemah bisa menggunakan kamus sesuai dengan teks yang akan diterjemahkan. 4. Menambah wawasan dan khasanah keilmuan dalam bidang perkamusan.
E. Metodologi Penelitian a. Metode Pembahasan Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif, maksudnya adalah peneliti menjadi alat pengumpul data utama untuk mengungkapkan suatu masalah. Dalam hal ini peneliti akan membahas tentang kata baku dalam terjemahan kamus Arab-Indonesia. Kemudian, masalah tersebut diklasifikasikan sesuai kepentingan dan tujuan penelitian. b. Sumber Data Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan metode kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan data yang terkait dengan
4
masalah yang dianalisa untuk menghasilkan hasil penelitian yang akurat. Kemudian, agar hasil penelitian ini lebih maksimal, peneliti memakai sumber data sekunder yang merujuk pada buku, internet, ensiklopedi, koran dan kamus. Peneliti juga akan selalu konsultasi kepada ahli yang terkait dengan masalah yang ada. Sumber data primer terkait dengan kamus, peneliti akan merujuk kepada Abdul Chaer dalam bukunya “leksikologi dan leksikografi Indonesia” dan Taufiqurrachman dalam bukunya “Leksikologi Bahasa Arab”, terkait dengan kata baku bahasa Indonesia penulis merujuk “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)” dan Masnur Muslich dalam bukunya “Tata Bentuk Bahasa Indonesia”, terkait dengan kata baku bahasa Arab penulis merujuk kepada Eckehard Schulz dalam bukunya “Bahasa Arab Baku dan Modern”, c. Data Analisis Dalam metode penelitian ini, penulis menambahkan langkah-langkah analisis agar dapat kejelasan yang akan dilakukan peneliti secara sistematis dan bertahap. Adapun tahapan yang peneliti akan lakukan, sebagai berikut: 1. Mengumpulkan kata tidak baku bahasa Indonesia kemudian dikaji secara mendalam dan memilih kata tidak baku dalam kamus At-Taufiq kemudian disesuaikan dengan konteks pembahasan kata tersebut agar mudah dimengerti oleh pembaca. 2. Menerangkan lebih jelas kata baku yang sesuai dengan Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam menerjemahkan sebuah kata dengan menggunakan kamus AtTaufiq.
5
d. Teknik Penulisan Secara teknis penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDa (Central for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. F. Tinjauan Pustaka Setelah penulis mencari buku yang ingin dikaji dalam skripsi, akhirnya peneliti menjatuhkan pilihan pada kamus Arab-Indonesia yaitu Kamus At-Taufiq dan Al-„Ashri. Skripsi ini juga terinspirasi dari skripsi sebelumnya yang berjudul “Metode Amtsilati dalam Proses Penerjemahan: Studi Analisis Buku “Program Pemula Membaca Kitab Kuning,” karya H. Taufiqul Hakim Jepara. Sebuah karya mahasiswa jurusan tarjamah, yaitu Abdul Rosyid pada tahun 2007. Sebuah skripsi yang membahas bagaimana proses penerjemahan dengan metode amtsilati. Kamus At-Taufiq sebagai salah satu rujukan dalam penelitian ini merupakan buku karya H. Taufiqul Hakim, kamus yang digunakan santri untuk menerjemahkan kitab kuning. Peneliti juga menemukan beberapa penelitian tentang kamus bahasa ArabIndonesia yang dilakukan oleh Urwatul Wustqo pada tahun 2004 yang berjudul “Kamus dan Peranannya sebagai Alat Bantu Penerjemahan”, skripsi yang dilakukan oleh Rumsari Marjatsari pada tahun 2010 yang berjudul “Analisis Semantik Leksikal pada Padanan Arab-Indonesia dalam Kamus Al-Munawwir dan Al-„Ashri” dan skripsi yang dilakukan oleh Syukron Nurul Fajri pada tahun 2011 yang berjudul “Akurasi Padanan Istilah Politik dan Ekonomi Arab-Indonesia (Analisis Banding Semantik Leksikal Kamus Al-„Ashri dan Kamus Kontemporer 6
Arab-Indonesia Istilah Poloitik-Ekonomi). Namun, dari survey pustaka yang telah dilakukan belum ada yang meneliti masalah kata baku dari kamus At-Taufiq dan Al-„Ashri. Untuk itu, penulis ingin menyempurnakan dan memberi kontribusi baru dalam ranah penerjemahan.
G. Sistematika Penulisan Dalam hal ini penulis akan memberikan penjelasan secara sistematika dengan pandang masalah secara objektif, agar dapat dipahami dengan baik. Agar penulis dapat terarah dan sistematis, langkah yang penulis tempuh adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II: Kerangka teori. Bab ini merupakan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu yang terdiri dari masalah kata, hakikat kata, jenis kata, pembentukkan kata, kata baku dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab, serta penjelasan tentang kamus diantaranya definisi kamus, fungsi kamus, macammacam kamus, jenis kamus, kriteria kamus, dan klasifikasi kamus bahasa Arab. Dengan kerangka teori tersebut penulis akan menjalankan penelitian dengan baik. Bab III: Membahas tentang korpus penelitian ini yaitu kamus At-Taufiq. Didalamnya terdapat sinopsis kamus, seluk-beluk kamus, kilasan mengenai kamus tersebut, dan biografi penyusun kamus tersebut.
7
Bab IV: Menjelaskan hasil temuan dan analisis kata baku pada kamus AtTaufiq, bab ini adalah bab terpenting dalam penelitian ini karena pada bab inilah pembahasan penelitian dilakukan. Bab V: Penutup, berupa kesimpulan dan rekomendasi.
8
BAB II KERANGKA TEORI
A. Kata 1.
Hakikat Kata Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.4 Kata sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata dapat menempati fungsi-fungsi sintaksis atau menjadi bagian dari frasa. Kata adalah bagian kalimat yang merupakan kesatuan yang terkecil, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung suatu pengertian.5 Kata terbagi menjadi dua macam, yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata sebagai pengisi yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan tuturan. Sedangkan kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup dan di dalam petuturan tidak dapat berdiri sendiri.6
4
Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h. 633. 5 Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 100. 6 Ibid., h. 100.
9
Contoh:
ً مس: tempat ibadah orang islam Kata penuh : ج هد ٍى
Kata tugas : ك: dan/atau
ى
Dalam contoh di atas, terlihat pada makna kata penuh dan kata tugas. Tanpa disandingkan dengan kalimat, kata penuh bisa berdiri sendiri dan mempunyai arti. Sedangkan kata tugas, jika tidak disandingkan dengan kalimat, kata tersebut tidak mepunyai makna leksikal, jika disandingkan dengan kalimat kata tersebut mempunyai makna dan hanya mempunyai tugas sintaksis. 2.
Jenis Kata Dalam buku tata baku bahasa Indonesia, rombongan linguis bahasa
Indonesia-Bambang Kaswanti Purwo, Harimuri Kridalaksana, W.H.C.M. Lalamentik, Samsuri, Surdyanto dkk mengelompokkan kata bahasa Indonesia ke dalam delapan kelas, yaitu verba, nomina, pronomina, numeralia, adjektiva, adverbia, dan kata tugas. 3.1 Verba Verba terdiri dari: (a) fungsi sebagai (inti) predikat, (b) bermakna dasar, perbuatan, proses, dan keadaan yang bukan sifat/kualitas, (c) verba yang bermakna keadaan tidak bisa diprefiksi {ter-} „paling‟. Dilihat dari bentuknya, verba dibedakan atas: (a) asal dan (b) turunan, yang dibedakan lagi atas: (i) dasar bebas, afiks wajib, (ii) dasar bebas, afiks manasuka, (iii) dasar terikat, (vi) reduplikasi, (v) majemuk. Di
10
samping itu, verba dibedakan lagi berdasarkan morfologi verba dan semantisnya, serta perilaku sintaksisnya.7 3.2 Nomina Dari segi semantisnya, nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Sedangkan dari segi sintaksisnya, bercirikan: (a) nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek atau pelengkap, (b) tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, (c) umumnya secara langsung atau tidak, nomina diikut oleh adjektiva dengan perantara kata yang.8 3.3 Pronomina Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu nomina. Ada (a) pronomina persona (aku, anda, mereka), (b) pronomina penunjuk ( ini, itu, begini demikian), (c) pronomina penanya (apa, dari mana). 3.4 Numeralia Numerlia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud dan konsep. Numeralia dibedakan menjadi tiga: (a) pokok (enam, panca, tiga (orang), beribu, berbagai), (b) tingkat (pertama, keempat), dan (c) pecahan (sepersepuluh, dua koma lima).9
7
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 121. 8 Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 213. 9 Ibid, h. 122.
11
3.5 Adjektiva Adjektiva adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan secara umum dapat bergbung dengan kata lebih dan sangat.10 Ciricirinya dikenali sebagai berikut: (1) bisa diberi keterangan pembanding lebih, kurang, paling; (2) dapat diberi keterangan penguat sangat, sekali, benar, terlalu; (3) dapat diingkari dengan tidak; (4) dapat diulang dengan {se-nya}, (5) pada kata tertentu berakhir dengan –er, (w)i, -iah, -if, -al, dan –ikan. Adjektiva ada dua, yaitu monomorfemis dan polimorfemis terbagi lagi yaitu: pengafiksan, reduplikasi, adjektiva + kata lain, dan adjektiva + adjektiva.11 3.6 Adverbia Adverbia adalah kata yang dipakai untuk memerikan verba, ajektiva, proposisi, atau adverbia lain.12 Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Sedangkan dalam tataran kalusa, adverbia menjelaskan fung-si-sungsi sintaksis. Adjektiva ada dua, yaitu monomorfemis dan polimorfemis terbagi lagi yaitu: pengulangan, pengulangan dan -an, pengulangan +se-nya, kata dasar +se-nya, dan kata dasar -nya.13
10
Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h. 10. 11 Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 122-123. 12 Harimurti Kridalaksana, Kamus linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 2. 13 Ibid., h. 122-123.
12
3.7 Kata Tugas Di luar kata verba, nomina, adjektiva, numeralia, dan adverbia, ada kata lagi yakni kata tugas. Kata ini hanya mempunyai makna gramatikal. Di samping itu, hampir semua kata tugas tidak bisa mengalami perubahan bentuk. Ada lima kelompok dalam kata tugas: (1) preposisi (dari, di, sejak, semacam, sekitar, daripada, dari bawah), (2) konjungsi (dan, atau, selagi, jika, agar, biarpun, seolah-olah, oleh karena, hingga, bahwa, baik ... maupun, sesudah itu, dalam pada itu), (3) interjeksi (bah, aduhai, astagfirullah, he, ha), (4) artikel (sang, sri, hang, para, si, dang), dan (5) partikel (lah, kah, pun, tah).14
Dalam bahasa Arab, Ni‟mah membagi kelas kata dalam bahasa Arab menjadi 3: (1) nomina (ism), (2) verba (fi’il), dan (3) partikel (harf).15 1. Nomina (ism) Nomina (ism) adalah kata yang menunjukkan makna benda secara langsung tanpa membutuhkan bantuan dari kata atau lafal lainnya, dan isim tidak terkait dengan waktu.16 Isim dalam bahasa arab sama pengertiannya dengan kata benda dalam bahasa Indonesia. kategori ism meliputi tiga unsur: nama, sifat, dan kata ganti.
14
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 123. 15 Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 62. 16 Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 16.
13
Wright membagi nomina menjadi nomina primitif dan nomina derivatif. Nomina primitif merupakan kata benda, seperti
( ىر يج هلlelaki).
Nomina derivatif bisa berupa kata benda atau ajektifa, deverba yang
تىػ ٍق ًسٍيمdari kata ( قى ىس ىمmembagi), atau denominatif yang diderivasikan dari nomina ( مأىس ىدةtempat yang ى ى 17 dipenuhi singa) dari kata د ىس ه ( أ ىsinga). diderivasikan dari verba, seperti
Ism mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kata-kata yang lain. Adapun ciri-ciri ism adalah sebagai berikut:
1. Terdapat huruf jar di depan kata. Contoh:
ب اً ىل الٍ ىم ٍد ىر ىس ًة أى ٍذ ىه ي
(Saya pergi ke sekolah. 2. Terdapat huruf Alif dan Lam ()اؿ. Contoh: الرجل َّ 3. Berharakat tanwin. Contoh: كبًٍيػر مس ًج هد ى
ه
ٍى
يي
4. Diawali oleh huruf nida‟ (huruf yang berfungsi memanggil). Contoh: د يُمى َّم ي
يىا
5. Mempunyai kalimat mubtada‟ dan khabar. 6. Mempunyai kalimat idhafah.18 Isim ditinjau dari jenisnya, yaitu: mudzakkar dan muannats.19
اً ٍس هم
( يم ىذ َّكرmaskulin) ( يم ىؤنَّثfeminin)
17
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 63. 18 Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 17-18. 19 Akhmad Munawari, Belajar Cepat Tata Bahasa Arab (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2008), h. 1.A.
14
Mudzakkar (nomina maskulin) tidak mempunyai tanda khusus. Seperti:
امل ٍسلً يم. ي
Sedangkan Muannats (nomina femini), menurut
Haywood dan Nahmad, nomina yang dianggap feminin adalah (1) nomina yang secara makna dianggap muannats, seperti
أ ّّيـ
/ ibu; (2)
nomina yang berjenis muannast dilihat dari bentuknya yang biasanya terdapat sufiks ( ةta:‟ marbuthah), seperti م ٍدرسةه/ sekolah; berakhiran
ى ىى
-
لdan – ا, seperti ىٍَن ىول/ rahasia; berakhiran – اء, seperti بىػٍي ىدأء/ gurun; atau disepakati sebagai kata berjenis muannats, seperti kata ش ىَشٍ ه / matahari.20 Menurut Haywood dan Nahmad, Nomina dalam bahasa Arab memiliki ciri jumlah. Jumlah dalam bahasa Arab ada tiga: tunggal (mufrad), dual (mutsanna:) dan plural (jama‟). Bentuk Plural terbagi menjadi tiga: maskulin teratur (jama‟ mudzakkar) feminin teratur (jama‟ mu‟annatsa) netral-salin suara, yang dibentuk dari perubahan internal kata, biasanya dengan perubahan prefiks dan sufiks (jama‟ taksi:r).21
20
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 67. 21 Ibid., h. 66.
15
اً ٍسم
( يم ٍفىردtunggal) ً مثىػ َّّن/ ( تىػثٍنيىة يdual) ( ىَجىعplural)
Kata bentuk
يم ٍفىرد,
ً ( َجع امل ىذ َّكر السmaskulin) ال ى ٌ ى ي ً ( َجع املؤنَّث السfeminin) ال ىى يى ٌ ٍس ٍي ( ىَجىع تىك ىprefiks dan sufiks)
yaitu: (1) Kata Shahih akhir dan munsharif,
kedudukan marfu‟ dengan dhammah, manshub dengan fathah, dan majrur dengan kasrah, (2) Kata maqshur, (3) Kata manqus, dan (4) Kata Ghairu Munsharif dan kata Mamdud.
ً مثىػ َّّن/ تىػثٍنيىة ي, yaitu: marfu‟ ditatsniyahkan dengan menggunakan اdan ف, dan manshub atau majrur ditatsniyahkan dengan menggunakan مdan ف. Kata bentuk
ً الس Kata bentuk ال
ٌ ىَجىع امليىذ َّكر, yaitu: marfu‟ dengan menggunakan ك dan ف, dan manshub atau majrur dengan menggunakan مdan ف. Kata bentuk
ً َجع املؤنَّث الس, ال ىى يى ٌ
yaitu:
marfu‟ ditandai dengan
harakat dhammah, dan manshub atau majrur ditandai dengan harakat kasrah. Sufiksnya menggunakan Kata bentuk
ٍس ٍي ىَجىع تىك ى,
ا
dan ت.
yaitu: marfu ditandai dengan harakat
dhammah, manshub ditandai dengan harakat fathah, dan majrur ditandai dengan harakat kasrah.22
22
Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 92-93.
16
Nomina dilihat dari aspek ketentuan cakupan makna terbagi menjadi dua macam, yaitu: a.
ً ( نىtidak tertentu). Seperti: رجلlelaki, Indefinite/ كرةه
b.
Definite/
ى ىم ٍع ًرفىةه
(tertentu). Seperti:
ىيه اىلٍ ىم ٍس ًج يد
ت بىػٍي هrumah. masjid, اى ٍْلى ًريٍ ىدةي
majalah.23 Dilihat dari distribusinya, nomina dapat menempati posisi sebagai subjek, predikat, pelengkap, dan aposisi. Dilihat dari infleksinya, nomina dapat dibubuhi tanda penunjuk jumlah, jenis, definitif, vokal rangkap, dan preposisi.24 2. Verba (Fi’il) Verba (Fi’il) adalah kata kerja yang menunjukkan arti pekerjaan, atau peristwa yang terjadi pada waktu tertentu, baik di masa lampau, sekarang, atau yang akan datang.25 Pengertian verba (fi’il) hampir sama dengan istilah kata kerja dalam bahasa Indonesia. Fi’il (kata kerja/verba) terdapat tiga macam, yaitu mâdhî, mudhâri‟, dan amar. Ketiga bentuk tersebut memiliki fungsi sebagai berikut: a. Bentuk mâdhî, digunakan untuk mengungkapkan aktivitas lampau (telah, sudah) b. Bentuk mudhâri‟, digunakan untuk menyatakan aktivitas yang sedang berlangsung atau yang akan datang
23
Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 70-71. Syihabuddin, Penerjemah Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora, 2005), h. 53. 25 Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 58. 24
17
c. Bentuk amar, bentuk ini digunakan untuk menyatakan perintah (imperatif) atau untuk membuat kalimah perintah.26
Berdasarkan bentuknya, verba dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, verba asal, yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Contoh:
س ىجلى ى, قىػىرأى,ىر ىج ىع
dan lain sebagainya. Kedua, verba turunan, yaitu
verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, atau berupa penggabungan paduan bentuk dasar.27 Cohtoh: َيلًس ٍى
ي
, يىػ ٍقىرأي,يىػ ٍرًج يع.
Berdasarkan segi sintaksis verba (fi’il) terbagi lagi menjadi infleksi (al-Tashri:f al-Lughawi), dan derivasi (al-Tashri:f al-Ishthila:hi) 1. Infleksi (al-Tashri:f al-Lughawi) Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seperti bahasa Arab. berikut adalah pola infleksi dalam bahasa Arab: a. Infleksi pada Verba Perfektif (Fi’il Ma:dhi:) Infleksi pada Verba Perfektif bahasa Arab terjadi apabila verba tersebut disandangi sufiks pronomina terikat (dhami:r muttashil) yang berfungsi sebagai pemarkah subjek (PS).28
26
Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 14. Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 68. 28 Ibid., h. 69. 27
18
هو مها هم هي مها هن ٌ
صىر نى ى
انت ى
ت ص ٍر ى نى ى
انا
ت ص ٍر ي نى ى
صىرا نى ى
انتما
ص ٍريُتىا نى ى
حنن
ص ٍرنىا نى ى
ص يرٍكا نى ى
انتم
ص ٍريٍت نى ى
ت صىر ٍ نى ى
ً انت
ص ٍر ًت نى ى
صىرتىا نى ى
انتما
ص ٍريُتىا نى ى
ص ٍر ىف نى ى
انت ٌ
ص ٍرتي َّن نى ى
)’b. Infleksi pada Verba Imperfektif (Fi’il Mudha:ri Infleksi pada Verba Perfektif bahasa Arab terjadi apabila verba tersebut disandangi konfiks pronomina terikat (dhami:r muttashil) yang berfungsi sebagai pemarkah subjek (PS).29
هو مها هم هي مها هن ٌ
ص ير يىػٍن ي صىر ًاف يىػٍن ي
انتما
ص ير تىػٍن ي صىر ًاف تىػٍن ي
انت ى
ص يرٍكا ىف يىػٍن ي
انتم
ص يرٍكا ىف تىػٍن ي
ً انت
انا
ص ير أىنٍ ي
حنن
ص ير نىػٍن ي
ص ًريٍ ىن تىػٍن ي
ص ير تىػٍن ي صىر ًاف تىػٍن ي
انتما
صىر ًاف تىػٍن ي
ص ٍر ىف تىػٍن ي
انت ٌ
ص ٍر ىف تىػٍن ي 29
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 69.
19
1. Derivasi (al-Tashri:f al-Ishthila:hi) Derivasi adalah proses pembentukan kata-kata batu, atau dapat diartikan perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain. Contoh pada kata „menulis‟,
ً ب ىكات ه
„penulis‟,
merupakan verba dan
ً ب ىكات ه
ب ىمكٍتى ه
„meja‟.
Kata
ب ىكتى ى ب ىكتى ى
merupakan nomina. Keduanya
merupakan dua kelas kata yang berbeda, jadi hunbungan antara keduanya adalah hubungan derivasi.30 Pola dalam derivasi dalam bahasa Arab yaitu: (1) derivasi verba trikonsonantal takberimbuhan (Tsula:tsi Mujarrad), (2) derivasi verba trikonsonantal (Tsula:tsi Mazi:d), (3) derivasi verba Kuadrikonsonantal takberimbuhan (Ruba:’i: Mujarrad), dan (4) verba kuadrikonsonantal derivatif (Ruba:’i: Mazi:d). Berdasarkan objeknya fi‟il dibedaka menjadi dua bagian, yaitu verba transitif (Fi’il Muta’addi:), dan verba intransitif (Fi’il La:zim).31 a. Verba transitif (Fi’il Muta’addi:) Menurut Mattews, kontruksi transitif sebgai, “satu verba yang berhubungan sedikitnya dengan dua nomina atau yang sepadan, yang secara semantik memiliki karakteristik salah satunya sebagai pelaku dan lainnya sebagai sasaran.32 Dalam
30
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 70. 31 Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 78. 32 Ibid., h. 76.
20
bahasa Arab verba trasitif disebut Fi’il Muta’addi:. Fi’il Muta’addi: adalah kata kerja yang membutuhkan objek.33 Contoh:
أى ىك ىل يُمى ٌم هد اى ٍْليٍبػىز: Muhammad makan roti. Lebanon mengurai secara lebih luas konsep verba transitif dalam bahasa Arab dengan membaginya ke dalam lima bagian: (1) verba yang langsung diikuti oleh objeknya, (2) verba yang diikuti oleh a (hamzah yang diletakkan di depan verba) yang berfungsi menjadikan verba sebagai transitif, (3) verba yang menjadi transitif dengan cara mendobelkan (geminasi) huruf kedua pada verba, (4) verba yang menjadi transitif dengan bantuan preposisi, (5) verba yang menjadi transitif dengan bantuan adverbia (yang menandakan tempat dan waktu.34 b. Verba intransitif (Fi’il La:zim). Menurut Alwi dkk. verba intransitif adalah verba yang tidak memiliki nomina dibelakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.35 Dalam bahasa Arab verba intransiti fdisebut Fi’il La:zim. Fi’il La:zim adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek. Artinya, kata kerja tersebut hanya
membutuhkan
sujek,
sehingga
dalam
susunan
kalimatnya hanya terdiri atas subjek dan predikat.36
33
Ibid., h. 78 Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 77-78. 35 Ibid., h. 80. 36 Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 79. 34
21
Contoh:
ىْحى يد ٍبأ ىذ ىه ى: Ahmad telah pergi. Kategori ini memiliki beberapa ciri khusus. Dilihat dari distribusnya, verba dapat menempati posisi predikat dan pelengkap dalam bahasa Indonesia. dilihat dari proses infleksinya, verba dapat diubah untuk menujukkan waktu dan aspek melalui proses afiksasi.37 Kata kerja dalam bahasa Indonesia juga mempunyai kategori, yaitu: (1) berdasarkan bentuk, (2) berdasarkan banyak kata yang mendampingi, (3) berdasarkan hubungan kata kerja dan kata benda, dan (4) berdasarkan hubungan kata benda dengan penddampingnya. Dalam contoh di atas termasuk kata kerja berdasarkan hubungan kata kerja dan kata benda yaitu kata kerja aktif.38 3. Partikel (Harf) Menurut Syekh Al-Ghalayain, huruf adalah sesuatu yang bisa menunjukkan makna (bermakna) jika bergandeng dengan (kata atau kalimat) yang lainnya.39 Huruf adalah kata/kalimah dalam bahasa Arab selain isim dan fi‟il.
37
Syihabuddin, Penerjemah Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora, 2005), h. 53. 38 Tim Lima Adi Sekawan, EYD Plus (Jakarta: Limas, 2011), h. 173. 39 Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 21.
22
Menurut Syaibah, harf terbagi menjadi tiga: (1) harf yang mendampingi ism; (2) harf yang mendampingi fi‟il; (3) harf yang mendampingi ism dan fi‟il.40
ًٍ ؼ تى ٍد يخل ىعلىى اْل ٍس ًم يح يرٍك ي ي
ؼ اى ٍْلييرٍك ي ؼ تى ٍد يخ يل ىعلىى الٍ ًف ٍع ًل يح يرٍك ي
ًٍ ؼ تى ٍد يخل ىعلىى اْل ٍس ًم ىكالٍ ًف ٍع ًل يح يرٍك ي ي
اْلىٌر ك الٍ ىق ىس يم ٍ ؼ يح يرٍك ي ؼ إ ٌف ىكاى ٍخ ىواتيػ ىها يح يرٍك ي ؼ النًٌ ىداء يح يرٍك ي ًٍ ؼ اْل ٍستًثٍػنىاء يح يرٍك ي ؼ ىك ياك املعًيَّة يح يرٍك ي ى ًٍ ؼ الى يـ اْلبٍتًداىء يح يرٍك ي ًص ب يح يرٍك ي ٍ ٌؼ الن اْلىٍزًـ ٍ ؼ يح يرٍك ي ما/ ىال ى قى ٍد ً ؼ س ٍو ى/ الس ٍ ي ي ى ٌ ً ؼ الٍعطى ف يح يرٍك ي ى
ًٍ ؼ اال ٍستً ٍف ىه ًاـ يح يرٍك ي اْلى ًاؿ ٍ ىك ياك الى يـ الٍ ىق ىس ًم
Harf yang mendampingi ism biasanya berfungsi sebagai
;) يح يرٍك يpartikel vokatif (ؼ النًٌ ىداء ) يح يرٍك ي. Harf yang ٌؼ ى mendampingi fi‟il biasanya merupakan partikel akusatif ( ؼ يح يرٍك ي preposisi (اْلر ٍ
40
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 83.
23
ًص ب ٍ ٌ;)الن
partikel jusif (
اْلىٍزًـ ٍ ؼ يح يرٍك ي
). Dan harf yang bisa
mendampingi ism dan fi‟il biasanya berupa konjungsi (
ؼ يح يرٍك ي
ً ;)حرك يdan lain sebagainya.41 ً ;)الٍعطىpartikel tanya (اال ٍستً ٍفه ًاـ ف ى ؼ ٍ ى ٍي ي 3.
Pembentukkan Kata Setiap bahasa memiliki bentuk yang berbeda-beda. Pembentukan kata
dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu dari dalam dan dari luar. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.42 Bentuk-bentuk kata serapan itu ada empat macam, diantaranya: (a) Kata diambil sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia (b) Kata diambil dan disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia (c) Kata diterjemahkan dan dipadankan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia (d) Mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya (e) Menyerap kata dari bahasa daerah.43 Selain kata serapan dalam pembentukan kata, kata juga mengalami proses morfologis. Morfem berarti bentuk bahasa yang dapat dipisahpisah menjadi bagian yang lebih kecil sampai bentuk bahasa tersebut
41
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 83-84. 42 E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), h. 33. 43 Ibid., h. 34-36.
24
tidak mempunyai makna. Menurut Al-Khuli morfem sebagai “ashghar wahdah lughawiyyah mujarradah dza:t ma’nan (satuan gramatikal terkecil, otonom, dan mempunyai makna).44 Morfem terbagi menjadi dua, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang tidak tergantung pada adanya morfem lain. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri.45 Contoh : Memperbesar - Mem-perbesar - Per-besar
Jika kata besar dipotong lagi, maka be- dan –sar tidak mempunyai makna. Begitupun dengan bahasa Arab terdapat morfem bebas dan morfem terikat. Hanya saja kalau dalam bahasa Arab, satu kata bisa terdiri dari satu atau lebih morfem terikat, contoh: ف يكٍتيبػو ى. kata يكٍتيبػو ىف
ٍى ي
ٍى ي
terdiri dari satu morfem bebas ( )كتبdan dua morfem terikat ( مdan
)ف.46 Dalam bahasa Arab, pembentukkan kata melalui akar kata. Menurut Holes, Bahasa Arab memiliki prinsip akar dan pola. Secara struktur dan semantik, leksikon bahasa Arab berkaitan dengan akarnya. Akar-akar tersbut diderivasikan dengan menggandakan radikal tengah, menambahkan vokal panjang di antara radikal,
44
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 60. 45 Ibid., h. 60-61. 46 Ibid., h. 61.
25
menambahkan prefiks yang berupa konsonan, atau kombinasi dari proses-proses tersebut.47
Akar adalah asal sebuah kata. Misal kata KTB (ب
ب ىكتى ىmempunyai
asal
- ت-)ؾ. Huruf-huruf akar kata tidak pernah gugur (hilang)
dalam bentuk kata apa pun. Kebanyakan mashdar, akar katanya terdiri dari tiga huruf, walaupun ada yang terdiri dari empat huruf dan lima huruf. Akar kata paling sedikit terdiri dari tiga huruf maka selebihnya dianggap huruf tambahan (ziyadah). Huruf-huruf yang biasanya menjadi imbuhan adalah
س, ا, ق, م, ف, ك, ـ, ت, ؿ,أ.48 Dari
akar/asal kata nantinnya akan menghasilkan beberapa pola atau bentuk kata, atau yang disebut juga dengan pola (wazn). Pola (wazn) adalah bentuk kata yang mengalamai perkembangan sehingga dari satu asal kata akan menghasilkan kata yang berbedabeda dengan makna yang tentunya berbeda pula dan inilah yang diistilahkan dalam bahasa Arab dengan tashri:f (derivasi), yaitu adanya proses pembentukan kata baru.49
Para ahli tata bahasa Arab memakai wazn (pola), yang terdiri atas
ؼuntuk W1 (konsonan wazn pertama), عuntuk W2 (konsonan wazn kedua) dan ؿuntuk W3 (konsonan wazn ketiga). Fa, Ain, Lam
47
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 61. 48 Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 33. 49 Ibid., h. 62.
26
tersebut dijasikan sebagai pengganti posisi atau wakil yang dapat ditukar dengan tiap konsonan.50 4.
Kata Baku
Kata baku adalah kata-kata yang menjadi acuan dalam pemakaian bahasa karena kata baku tersebut sesuai dengan kaidah yang berlaku, pedoman ejaan yang ditetapkan, serta memiliki karakteristik cendekia, kemantapan dinamis, dan seragam.51 Kata baku akan menghasilkan bahasa baku bagi penuturnya. Kata dalam bahasa Indonesia ada juga yang merupakan kata serapan dari bahasa asing dan termasuk kata baku. Namun, penulisan dalam kata serapan tidak jarang ditemukan kata tersebut tidak sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan sehingga kata tersebut dikatakan tidak baku. Usaha membakukan aspek bahasa Indonesia telah banyak dilakukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Namun, sampai saat ini baru dapat dibakukan masalah ejaan.52 Oleh karena itu, untuk mengetahui kata baku dalam bahasa Indonesia dalam pemakaian tata tulis berbahasa Indonesia seharusnya mengikuti kaidah ejaan yang berlaku. Kata “ejaan” berasal dari kosakata bahasa Arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran –an. Huruf yang dieja disebut huruf hijaiyyah. Mengeja adalah membaca huruf demi huruf. Ejaan adalah sistem tulis-menulis yang dibakukan. Ejaan berarti pula lambang ujaran. Dengan kata lain, ejaan
50
Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 44. Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika) (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 129. 52 Ibid, h. 129. 51
27
adalah lambang dari bunyi bahasa.53 Misalnya fonem /a/ dilambangkan dengan huruf a, jeda dilambangkan dengan koma (,), kesenyapan dilambangkan dengan titik(.), dan sebagainya. Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum. Menurut Mustakim, secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambang bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf yang sudah disusun menjadi kata, frasa, atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa termasuk pemisahan dan penggabungan yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.54 Ejaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan fonetis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa (fonem) dengan lambang atau huruf. Hal itu dilakukan dengan mengukur dan mencatat dengan alat pengukur bunyi bahasa. Dalam ejaan fonetis jumlah lambang yang diperlukan cukup banyak dan ejaan fonemis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu lambang atau satu huruf. Dalam ejaan fonemis jumlah lambang yang diperlukan tidak banyak. Dalam bahasa Indonesia, ejaan yang dipakai ialah ejaan fonetis. Namun, masih terdapat beberapa fonem yang dilambangkan dengan dua tanda.55 Hal-hal yang meliputi pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, di antaranya: 53
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Pembinaan bahasa indonesia (Jakarta: Uin Jakarta Press, 2007), h. 17. 54 Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia Tanggapan Penutur dan Pembacanya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 141. 55 Tim Lima Adi Sekawan, EYD Plus (Jakarta: Limas, 2011), h. 1.
28
1. Pemakaian Huruf b. Huruf Abjad Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas
huruf
yang
berikut.
Nama
setiap
huruf
disertakan
disebelahnya.56 Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Aa
a
Jj
je
Ss
es
Bb
Be
Kk
ka
Tt
te
Cc
ce
Ll
el
Uu
u
Dd
de
Mm
em
Vv
fe
Ee
e
Nn
en
Ww
we
Ff
ef
Oo
o
Xx
eks
Gg
ge
Pp
pe
Yy
ye
Hh
ha
Qq
ki
Zz
zet
Ii
i
Rr
er
ً ٍاْل ٍىْب Abjad )ديَّةي ى
ؼ (اى ٍْلييرٍك يyang digunakan dalam bahasa Arab
terdiri dari 29 huruf yang berikut.57
56
M. Arifin Ciptadi, EYD-Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 1. 57 Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 6.
29
Posisi
Posisi Nama
Nama Transliterasi
Berdiri
Huruf
Transliterasi Huruf
Berdiri Sendiri
Sendiri Alif
ā
ا
Ṭā‟
ṭ
ط
Bā‟
b
ب
Ẓā‟
ẓ
ظ
Tā‟
t
ت
„Ayn
„
ع
Thā‟
th
ث
Ghayn
gh
غ
Jῑm
j
ج
Fā‟
f
ؼ
Ḥā‟
ḥ
ح
Qāf
q
ؽ
Khā‟
kh
خ
Kāf
k
ؾ
Dāl
d
د
Lām
l
ؿ
Dhāl
dh
ذ
Mῑm
m
ـ
Rā‟
r
ر
Nūn
n
ف
Zāy
z
ز
Ha‟
h
ق
Sῑn
s
س
Wāw
w, ū
ك
Shῑn
sh
ش
Yā‟
y, ῑ
م
Ṣād
ṣ
ص
Ḍād
ḍ
ض 30
c. Huruf Vokal Menurut Matthews, konsep vokal dulunya berasal dari Yunani dan Latin. Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan apa pun pada tempat pengartikulasian manapun.58 Untuk mendefinisikan bunyi diciptakanlah sebuah sistem tanda bantu baca. Jika dicantumkan maka teksnya disebut teks bervokalisasi ata ber-harakat.59 Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o dan u.60 Pada umumnya teks-teks Arab adalah teks gundul, Eckehard Schulz membagi tanda baca untuk vokal-vokal pendek dalam bahasa arab sebagai berikut: 5. Fathah (Fatḥa) Jika ada baris pendek miring (َ ) ىdi atas konsonan, maka setelah konsonan tersebut dilafalkan “a” pendek:
ب ىfa, ىكwa. Fathah yang diikuti Alif = ā panjang: ىماmā. ىba, ؼ 6. Kasroh (Kasra) Jika ada baris pendek miring (ًَ ) di atas konsonan, maka setelah konsonan tersebut dilafalkan “i” pendek:
58
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 40-41. 59 Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 4. 60 Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h. 1.
31
ً bi, ًؿli, ًـmi. Kasroh ب
yang diikuti Yā’ = ῑ panjang:كبً ٍي ى
kabῑr. 7. Dlommah (Ḍamma) Jika ada tanda dalam bentuk Wāw kecil (َ ) يdi atas konsonan, maka setelah konsonan tersebut dilafalkan “u” pendek:
يم يدفmudun, يكمkum, يهمhum. Dlommah yang diikuti Wāw = ū panjang:
نػي ٍوفNūn.
8. Sukun (Sukūn) Jika ada bulatan kecil (ٍَ ) di atas konsonan, maka setelah konsonan tersebut vokal tidak dilafalkan.
ت ىٍَت ى
tahta,
ىٍحن ينnahnu, ًم ٍن
min.
9. Syaddah (Shadda) Jika ada Sῑn kecil (َ ٌ ) di atas konsonan, maka konsonan tersebut dilafalkan dua kali. Fathah dan Dlommah dicantumkan di atas Syaddah; Kasrah bisa dicantumkan di bawah syaddah atau di bawah konsonan tersebut: (َ ٌ)
اؾ يشبَّ هShubbāk, ُّـ تىػ ىقد ه
10.
taqaddum, م ىعلًٌمmu‟allim.
ي ه
Maddah (Madda)
Jika ada tanda kecil (~) di atas Alif
()آ,
maka “a” tersebut
dilafalkan panjang. ف اآل ىal-āna, الٍ يقرآ يفal-qur‟ān.61
ٍ
d. Huruf Konsonan Konsonan
adalah
bunyi
yang
dihasilkan
dengan
mempergunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat bicara.62 61
Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 4. Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 43. 62
32
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Dalam bahasa Arab bunyi-bunyi dibedakan berdasarkan tiga kriteria, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulsi.63 1. Pita Suara dibedakan adanya bunyi bersuara (voiced sound atau majhu:r) dan tidak bersuara (voiceless sound atau mahmu:s). Menurut Bisry, bunyi takbersuara terdiri dari 13 bunyi, yaitu:
ء, ھ, ح, خ, ؽ, ؾ, ص, ش, س, ط, ت, ث,ؼ begitupun dalam bunyi bersuara, menurut Bisry ada 15 bunyi, yaitu:
غ, ع, ذ, ظ, م, ج, ر, ز, ؿ, ف, ض, د, ـ, ب,ك 2. Tempat Artikulasi Menurut Bisry, tempat artikulasi bunyi bahasa dalam bahasa terbagi menjadi 9, yaitu: a. Bilabial (al-Ashwât al-Syafawiyah): ب b.
, ـ,( كp, b, m, w). Labiodental (al-Ashwât al-Asnâniyyah al-Syafawiyyah): ؼ (f)
c. Interdental (al-Ashwât bain al-Asnân):
ظ, ذ,( ثts, dz, z)
d. Laminoalveolar (al-Ashwât al-Asnâniyyah al-Litsawiyyah) :ف
, ؿ, ض, د, ط,ت
(t, t, d, d, s, n, l)
e. Apicoalveolar (al-Ashwât al-Litsawiyyah):ص
, ز, س,ر
(r,
s, z, s)
63
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 43.
33
f. Palatal (al-Ashwât al-Hanaqiyyah): م g. h. i.
, ج,( شsy, j, y) Velar (al-Ashwât al-Qashbah): غ, ؾ,( خkh, gh, k) Uvular (al-Ashwât al-Lahawiyyah): ( ؽq) Glottal (al-Ashwât al-Hanjariyyah): ع, ح,( ءh).
3. Cara Artikulasi Berdasarkan penelitian Bisyr, cara artikulasi bahasa Arab terdapat beberapa macam bunyi, yaitu: a. Stop (al-Waqafât; Hambat):
ع, ؾ, ؽ, ض, د, ط, ت,ب
(p, b, t, d, k, g) b. Nasal (al-Ashwât al-Anfiyyah; Sengauan): ـ c. Frikatif (al-Ashwât al-ihtikâkiyyah;
,( فm, n) Geseran): , ز, ذ,ؼ
ع, ھ, ح, ؾ, غ, ص, ش,( سs, sy, gh, k, s, x, h) d. Affrikat (al-Ashwât al-Murakkabah; Paduan): ( جc, j) e. Trill (al-Ashwât al-Tikrâriyyah; Getaran): ( رr) f. Lateral (al-Ashwât al-Jânibiyyah; Sampingan): ( ؿl) g. Semiwofel ( Anshâf al-Haraka:t; Hampiran): م
,( كw, y)
e. Huruf Diftong Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapannya.64 Diftong merupakan gabungan bunyi dalam satu suku kata.65 Dalam bahasa Indonesia, diftong dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Contoh: pandai, saudara, amboi. Dalam bahasa Arab, diftong dilambangkan dengan Fathah yang diikuti
64 65
ك
Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 52. Ibid., h. 27.
34
dan Sukun (ٍَ ) menandakan diftong au dan Fathah yang diikuti
م
dan Sukun (ٍَ ) menandakan diftong ai. f. Gabungan huruf konsonan g. Pemenggalan kata
2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring 3. Penulisan Kata 4. Penulisan Unsur Serapan 5. Pemakaian Tanda Baca
B. Kamus 1. Definisi Kamus Kamus merupakan sebuah buku referensi yang memuat daftar kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis. Harimurti Kridalaksana mendefinisikan kamus sebagai berikut: buku referensi yang memuat daftar kata atau gabungan kata keterangan mengenai berbagai segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa.66 Kata kamus dalam bahasa Arab disebut dengan istilah Al-Mu‟jam atau Al-Qamus. Pengertian kamus menurut Ahmad Abdul Ghafur Atthar adalah :
ً كًتىاب يض ُّم أىكبػر ع ىد ود ًمن م ٍفرد ات اللُّغى ًة ىم ٍق يرٍكنىةن بً ىش ٍرًح ىها ىكتىػ ٍف ًس ًٍي ىم ىعانًٍيػ ىها ه ى ي ىى ى ٍ ي ىى ً ً ً .ع ًض ٍو ِّ ىعلىى أى ٍف تى يك ٍو ىف الٍ ىم ىو ُّاد يمىرتَّػبىةن تىػ ٍرتًٍيبنا ىخ إً َّما ىعلىى يح يرٍكؼ ا ٍل ىجاء أى ًك الٍ ىم ٍو ي,اصا
66
Harimurti kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT Gramedia, 2009), h. 107.
35
Kamus adalah sebuah buku yang membuat sejumlah besar kosakata bahasa yang disertai penjelasannya dan interpretsi atau penafsiran makna dari kosakata tersebut yang semua isinya di susun dengan sistematika tertentu, baik berdasarkan urutan huruf hijaiyah (lafal) atau tema (makna). Sedangkan pengertian kamus menurut C.L. Barnhart adalah :
و ً و ً ىم ىع ىش ٍروح,ب ىع ىاد نة تىػ ٍرتًٍيبنا ًه ىجائًيِّا كتى ه تيػىرتَّ ي, اب ىٍيتى ًوم ىعلىى ىكل ىمات يمٍنتىػ ىقاة ًو ً و ً ً ً الش يرٍك يح ُّ ك ت تًٍل ى ٍ ىس ىواءه أي ٍعطيى,ل ىم ىعانٍيػ ىها ىكىم ٍعلي ٍوىمات أي ٍخىرل ذىات ىع ىلقىة بىا ً ً و .خرل ٍات بًاللُّغىة ذىاتىا أى ٍـ بًليغىة أي ى ىكالٍ ىم ٍعلي ٍوىم ي Kamus adalah sebuah buku yang memuat kosakata pilihan yang umumnya disusun berdasarkan urutan alfabet dengan disertai penjelasan maknanya dan dilengkapi informasi lain yang berhubungan dengan kosakata, baik penjelasan tersebut menggunakan bahasa yang sama dengan kosakata yang ada maupun dengan bahasa yang lain.67 2. Fungsi Kamus Kamus sebagai hasil akhir yang menghimpun semua kosakata yang ada dalam suatu bahasa. Kamus berfungsi menampung konsep-konsep budaya dari masyarakat atau bangsa penutur bahasa tersebut. selain berfungsi sebagai wadah penghimpun konsep-konsep budaya kamus juga memiliki fungsi-fungsi praktis, yaitu: (1) Mengetahui makna kata, (2)
67
Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h.
131-132.
36
Lafal kata, (3) Ejaan kata, (4) Penyukuan Kata, (5) Kebakuan Kata, dan (6) Informasi lain.68 Dilihat dari aspek fungsional kamus sebagai buku yang bertujuan menjelaskan makna kosakata, tugas sebuah kamus Arab harus mencakup beberapa hal: (1) Menjelaskan Makna Kata, (2) Menjelaskan Artikulasi Bahasa, (3) Menjelaskan huruf Hijaiyah, (4) Mencari Akar Kata, (5) Memberi Informasi Morfologis dan Sintaksis, (6) Memberi Informasi Penggunaan Kata, dan (7) Memberi informasi lainnya.69 3. Macam-macam Kamus Kamus-kamus bahasa Arab yang beredar, sangat beragam tergantung penyusunan kamus dan perwajahannya yang direlevansikan dengan kebutuhan masyarakat. Menurut Dr. Imel Ya‟qub, macam-macam kamus dibedakan menjadi 8 macam, yaitu: (1) Kamus Bahasa (Lughawi), (2) Kamus Terjemah , (3) Kamus Tematik (Maudhu‟i), (4) Kamus Derivatif (Isytiqaqi), (5) Kamus Evolutif (Tathawwuri), (6) Kamus Spesialis (Takhashshushi), (7) Kamus Informatif (Dairah, Ma‟lamah) dan (8) Kamus Visual.70
68
Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , h. 185. 69 Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h. 144152. 70 Ibid., h. 152-160.
37
Selain
macam-macam
kamus
yang
disebutkan
diatas,
Dr.
Taufiqurrahman menambahkan model kamus lainnya, yaitu: (1) Kamus Buku (Mu‟jam Al-Kitab), (2) Kamus Digital dan (3) Kamus On-Line.71 4. Jenis Kamus 4.1.Berdasarkan Bahasa Sasaran Jenis kamus dilihat dari penggunaan bahasa, dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a. Kamus Ekabahasa (Uhadiyatul-Lughah) Kamus ini hanya menggunakan satu bahasa. Kata-kata yang dijelaskan dan penjelasan maknanya terdiri dari bahasa yang sama. b. Kamus Dwibahasa (Tsunaiyatul-Lughah) Kamus ini menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan dari sebuah bahasa yang dikamuskan diberi padanan atau pemerian takrifnya dengan menggunakan bahasa yang lain. Disebut juga, kamus terjemah. c. Kamus Multi Bahasa (Mutaaddidatul-Lughah) Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih.72
71
Ibid., h. 164-167. 72 Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , h. 172-173.
38
4.2.Berdasarkan Ukuran Yang dimaksud dengan ukuran di sini adalah tebal-tipisnya sebuah kamus. Tebal-tipisnya tentu berkaitan dengan banyaknya lema yang disajikan dan informasi yang diberikan. Menurut Bo Sevensen, sebuah kamus dilihat dari sisi bentuk atau ukurannya, dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Kamus saku (Mu’jam Al-Jaib) Kamus yang memuat kosakata antara 5.000 hingga 15.000 kata. Umumnya kamus saku didesain dengan bentuk mungil dan disesuaikan dengan ukuran saku. 2. Kamus Ringkas (Mu’jam Al-Wajiz) Kamus yang mengandung kata-kata kurang lebih 30.000 kata. 3. Kamus Sedang (Mu’jam Al-Wasith) Kamus yang memuat kata antara 35.000 hingga 60.000 kata. 4. Kamus Besar (Mu’jam Al-Kabir) Kamus yang mengandung kata lebih dari 60.000 kata.73 1.3.Berdasarkan Isi Berdasarkan isinya dapat dibedakan adanya kamus umum dan kamus khusus. Kamus-kamus yang berdasarkan isi diantaranya sebagai
73
Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h.
173-174.
39
berikut: (1) Kamus Lafal, (2) Kamus Ejaan, (3) Kamus Sinonim, (4) Kamus Antonim, (5) Kamus Homonim, (6) Kamus Ungkapan/Idiom, (7) Kamus Singkatan/Akronim, (8) Kamus Etimologi, dan (9) Kamus Istilah.74 5. Kriteria Kamus Tidak ada kamus yang lengkap, yang memuat seluruh arti kata yang ada di masyarakat. Tetapi yang ada ialah kamus yang baik, yaitu kamus yang memenuhi karakteristik kamus. Menurut Syihabuddin, paling tidak ada empat syarat yang harus dipenuhi sebuah kamus agar menjadi kamus ideal, kamus yang baik dan memenuhi kriteria sempurna. Keempat kriteria tersebut adalah: 1.
Kelengkapan Beberapa kriteria kelengkapan kamus yang ideal, yaitu: (a) terdapat
simbol sederhana yang menerangkan cara pelafalan kata yang dijadikan lema atau entri, (b) penyajian kata yang paling dasar kemudian diikuti dengan kata bentukan lainnya mulai dari afiksasi yang paling sederhana hingga yang paling kompleks, (c) pemakaian definisi yang baik dan mudah, (d) penyajian ungkapan dan istilah yang frekuensi pemakaiannya sangat tinggi, (e) penyajian informasi kebudayaan dan peradaban, dan (f) penyajian kata pengantar berkenaan dengan khalayak sasaran kamus, cara pemakaian kamus, kaidah-kaidah bahasa yang paling pokok.
74
Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , h. 202-205.
40
2.
Keringkasan Mata manusia mampu menangkap sejumlah besar informasi sehingga
kadang-kadang otak tidak mampu merspon dan menganalisis seluruhnya. Karena itu kamus yang baik ialah yang memfokuskan pembahasan dan uraianya kepada hal-hal yang substansial. 3.
Kecermatan Kecermatan berkaitan erat dengan masalah objektifitas uraian di
dalam kamus. Untuk meraih objektifitas, biasanya kamus yang baik dilengkapi dengan foto, gambar, ilustrasi dan contoh. 4.
Kemudahan Penjelasan Kamus yang baik hendaknya menyajikan informasi yang berkaitan
erat dengan topik yang disajikan sebagai lema. Di samping itu, informasi hendaknya disuguhkan secara sederhana sehingga pembaca dapat menangkap makna dengan mudah.75 6. Klasifikasi Kamus Bahasa Arab Kamus di dunia Arab mengalami perkembangan yang relatif pesat. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya kamus yang sudah diproduksi, mulai dari periode al-Khalil hingga dewasa ini. Emil Badi‟ Ya‟qub mengklasifikasikan kamus yang ada menjadi delapan macam, yaitu sebagai berikut:
75
Syihabuddin, Penerjemah Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora, 2005), h. 36-37.
41
1.
Al-Ma’ajim
al-Lughawiyyah
(Kamus
Kebahasaan/linguistik),
memuat dan menjelaskan arti kosakata berikut derivasinya dengan satu bahasa. 2.
Ma’ajim al-Tarjamah (kamus terjemah) atau al-Ma‟ajim alMujdawijah (Kamus Kedwibahasaan), memuat dan menjelaskan arti kosakata dalam suatu bahasa dengan bahasa lain.
3.
Al-Ma’ajim al-Mawdhu’iyyah (Kamus Tematik), memuat mufradat berikut artinya yang disusun berdasarkan tema atau topik tertentu, seperti manusia, hewan, burung, bangsa, dan sebagainya.
4.
Al-Ma’ajim al-Isytiqaqiyah (Kamus Derivatif), yaitu kamus yang memberikan penjelasan akar kata berikut derivasinya.
5.
Al-Ma’ajim al-Tathawwuriyah (Kamus Perkembangan Kosakata), yaitu kamus yang memuat tingkatan tertentu suatu bahasa dalam kerangka kelompok kata tertentu dan dengan urutan tertentu pula.
6.
Ma’ajim al-Takhashshush (Kamus Spesialisasi).
7.
Dawa’ir al-Ma’arif (Ensiklopedi). “Kamus Besar” atau ensiklopedi jenis ini lebih cenderung memuat definisi, pengetahuan dan penjelasan yang lebih luas mengenai istilah, nama, tempat, dsb.
8.
Al-Ma’ajim al-Mushawwarah (Kamus Bergambar).76
76
Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 278-279.
42
BAB III TENTANG KAMUS Kamus merupakan sebuah buku referensi yang memuat daftar kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis disertai keterangan bagaimana menggunakan kata itu.77 Kamus sangat diperlukan bagi siapa pun untuk
mencari
makna
kata
bahasa.
Terutama
jika
kita
ingin
mengetahui/mempelajari bahasa asing. Peranan kamus sangat penting bagi seorang penerjemah. Penerjemahan berarti pengalihan materi tekstual dari bahasa sumber ke dalam bahasa target hingga dihasilkan kesepadanan.78 Pada bab III ini, penulis akan menelusuri seluk-beluk dan biografi penyusun kamus At-Taufiq kamus Al-„Ashri. A. Kamus At-Taufiq 1. Tentang KH. Taufiqul Hakim Taufiqul Hakim dilahirkan pada 14 Juni 1975 di Sidorejo, Bangsri, Jepara, Jawa Tengah. Anak dari pasangan Bapak Supar dan Ibu Hj. Aminah. Ayah ibunya adalah seorang petani. Ia adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Dari tujuh bersaudara hanya dia yang berprofesi sebagai seorang guru, dan saat ini dia dikenal sebagai kiyai. KH. Taufiqul Hakim menikah dengan Hj. Faizatul Mahsunah binti Munawar dan memiliki anak yang bernama M. Rizqi Al-Mubarok.79
77
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 44. M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 20. 79 Taufiqul Amtsilati, Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional (Profil Amtsilati & Darul Falah) (Jepara: PP Darul Falah, 2004), h. 88. 78
43
Taufiqul Hakim telah menyelesaikan pendidikannya di TK Lestari Bangsari (1981), SDN 3/7 Bangsari (1987), MTs. WH. Bangsari (1990), Din. Wustho Mathali‟ul Falah (PIM Kajen Pati Jateng) (1992), dan Aliyah PIM (1995).80 Setelah lulus dari Kajen pada tahun 1995, KH. Taufiqul Hakim tidak tahu akan kemana melanjutkan dan apa yang harus dikerjakan, mengingat latar belakang ekonomi yang sangat lemah. Mulailah pada tahun 1996 ada keponakannya yang ikut mondok bernama Shodiqin dan Nur dari Bondo. Saat itulah yai81 bersama empat temannya82 mendirikan majlis ta‟lim anak-anak kecil hampir mencapai 100 anak. Merasa kurang dengan keilmuan yang yai miliki, kemudian yai berguru thoriqoh di Pesantren KH. Salman Dahlawi. Selama 100 hari hatam thoriqoh, yai pulang kampung. Hal yang menyedihkan saat itu, majlis ta‟lim yang yai dirikan bersama teman-temannya telah bubar dan hanya shodiqinlah yang kembali untuk belajar. Sampai tahun 2000 masih tetap berjalan proses belajar-mengajar. Secara tidak resmi Darul Falah ada sejak yai lulus dari Pesantren. Secara resmi Darul Falah didaftarkan ke Notaris (Bapak H. Zainurrohman SH. Jepara) tanggal 01 Mei 2002.83
80
Taufiqul Amtsilati, Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional (Profil Amtsilati & Darul Falah) (Jepara: PP Darul Falah, 2004), h. 88. 81 Sebutan/panggilan KH. Taufiqul Hakim dari anak didiknya. 82 Nama-nama 4 teman KH. Taufiqul Hakim, yaitu Saifuddin, Mahmuddin, Saiful Ulum dan Zainal Abidin. 83 Ibid., h. 10.
44
Suatu hari yai mendengar ada sistem belajar cepat baca Al-Qur‟an, yaitu kitab Qiro‟ati. Terdorong dari kitab tersebut, yai ingin menulis yang bisa digunakan untuk membaca yang tidak ada harokatnya. Karena banyak orang sering mengatkan ilmu nahwu dan shorof itu ngelu dan alergi, maka terbitlah nama Amtsilati yang berarti beberapa contoh. Mulai pada tanggal 27 Rajab, tahun 2001, yai mulai merenung dan menulis Amtsilati, dan pada tanggal 27 Ramadlan selesailah penulisan Amtsilati dalam bentuk tulisan tangan.84 Sampai sekarang selain yai sibuk mengajar dan mengisi pelatihanpelatihan Amtsilati di berbagai kota di Indonesia, yai tetap menulis. Di antara karyanya adalah: (1) Program Pemula Membaca Kitab Kuning: Amtsilati: 1-5; (2) Qaidati: Rumus dan Qaidah; (3) Shorfiyah: Metode Praktis Memahami Sharaf dan I‟lal; (4) Tatimmah: Praktek Penerapan Rumus 1-2; (5) Khulashah Alfiyah Ibnu Malik; (6) „Aqidati: Aqidah Tauhid; (7) Syari‟ati: Fiqih; (8) Mukhtarul Hadits 1-7; (9) Muhadatsah; (10) Kamus At-Taufiq dengan tebal 729 halaman; (11) Fiqih Muamalah 12; (12) Fiqih Jinayat 1-2; (13) Fikih Taharah; (14) Fikih Munakahat 1-2; (15) Fikih Ubudiyah 1-2; dan beberapa kitab lainnya.85 2. Sinopsis Kamus At-Taufiq Identitas Kamus Nama Kamus
: At-Taufiq
Pengarang
: H. Taufiqul Hakim
84
Taufiqul Hakim, Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional (Profil Amtsilati & Darul Falah) (Jepara: PP Darul Falah, 2004), h. 8. 85 Ibid., h. 87.
45
Penerbit
: Darul Falah
Kota Terbit
: Jepara
Tahun Terbit
: 2004
Halaman
: 729 Halaman
Kamus At-Taufiq merupakan hasil karya H. Taufiqul Hakim pengasuh pondok pesantren Darul Falah, Bangsri, Jepara. Kamus ini diperuntukkan para santri untuk membantu mereka menguasai kitab kuning. Kamus ini dimaknai dengan bahasa Jawa dan dilengkapi dengan bahasa Indonesia. Kamus Arab-Jawa-Indonesia ini merupakan penemuan KH. Taufiqul Hakim di bidang belajar membaca kitab bagi para santri sehingga kamus ini dijuluki oleh KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) dengan julukan Kamus Santri. Kamus ini merupakan tindak lanjut dari pembelajaran Amtsilati (metode cara cepat membaca kitab kuning). Namun, bisa juga digunakan oleh khalayak umum, terutama kalangan santri. Kamus ini berisikan katakata yang banyak digunakan dalam kiab kuning.
Kata-kata dalam kamus ini diambil dari kata-kata yang ada dalam kitab Fath Al-Mu’ien. Selain itu, dalam kamus ini terdapat istilah-istilah yang ada dalam ilmu fiqih, seperti singkatan-singkatan ulama dalam istilah
ع ش:Ali Syubromilsyi (Nuruddin abu Dilya‟ Ali bin Ali), kurunkurun ulama, اخللف¸السلف. Bentuk-bentuk shighat tar jih, اْلكجه: fiqih,
Wajah yang paling shahih. Penyusunan kamus ini menggunakan sistem lafal (Kamus Alfadz). sistem lafal (Kamus Alfadz) adalah kamus yang kata-kata (item) di
46
dalamnya tersusun secara berurutan berdasarkan urutan lafal (indeks) dari kosakata yang terhimpun, bukan melihat pada makna kata.86 Kata-kata yang digunakan kamus ini inti sarinya banyak menngunakan kamus-kamus besar seperti kamus Al-Munawwir. Kamus ini juga terdapat penjelasan tentang shorof. Pencarian kata atau lafadz dalam kamus At-Taufiq dengan menentukan wazan kata yang dicari. Apabila ada huruf-huruf tambahan, maka dibuang
ٍك ىف, يٍ ىن,ت اى ه, هق, اى ًف, يٍ ًن, اى ٍؿ. Misalnya ً kata yang dicari adalah ظركف ٍ اىلٍ يمٍنتى ي, maka huruf tambahan اى ٍؿdan ٍك ىف ً ً dibuang, jadinya ظر يمٍنتى يberwazan يم ٍفتىع يل. Selain dengan menentukan saja. Huruf tambahannya seperti:
wazan, pencarian dalam kamus ini bisa dengan mencari fiil madhinya terlebih dahulu. Misalnya kata yang dicari
ً ً adalah جتىمع ٍ اdari wazan افٍػتىػ ىعل. ىى
اىلٍ يم ٍجتى ىم يع
, maka fiil madhinya
ى
Dalam penyusunan kamus ini, entri kamus tidak ditulis seperti kamus lain yang menggunakan huruf hijaiyah saja. Walaupun susunan kamus ini termasuk sistem lafal, namun penulisan entrinya menggunakan fa fiil dan ain fiil. Jadi, kita pun dapat mencari kata dengan menentukan ain fiil. Misalnya kita mencari kata اؿ قى ى, ain fiil dalam kata tersebut adalah ( اalif). Jika ain fiil berupa alif, maka dicari yang ain fiilnya wawu atau ya pada kolom ك
ؽatau ؽ م. Kita akan menemukan kata pada kolom ؽ ك: يىػ يق ٍو يؿ قىػ ٍوهؿartinya berkata, sedangkan di kolom ؽ م: يىًقٍي يل قىػٍيػلي ٍولىةي
قى ىاؿ قى ىاؿ
artinya tidur siang. Maka untuk penentuannya dengan melihat syiyakul kalam. 86
Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 217.
47
Kamus
At-Taufiq
ini
juga
menggunakan
tanda-tanda
untuk
mempermudah santri mencari kata, tanda-tandanya seperti: -
*
: menunjukkan permulaan materi : contoh
اب
: kata yang fa fiilnya hamzah, an fiilnya ba
Kamus ini juga menggunakan singkatan-singkatan seperti:
ج
adalah
jamak taksir bermakna beberapa dan مadalah muannats (perempuan).87
87
Taufiqul Hakim, Kamus At-taufiq (Arab-Jawa-Indonesia) (Jepara: Darul Falah, 2004), h. IV.
48
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA A. Data Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan suatu lambang pemersatu bangsa dan bahasa Indonesia sangat luas pengaruhnya dan sangat besar wibawanya. Bahasa digunakan melalui ucapan atau tulisan untuk menyampaikan pesan agar dapat dipahami dengan baik. Akan tetapi, bahasa ucapan (lisan) berbeda dengan bahasa tulis. Namun, banyak pemakai bahasa yang belum bisa membedakan hal tersebut. Banyak masyarakat Indonesia meggunakan bahasa lisan dalam sebuah tulisan. Kamus
merupakan sebuah acuan bagi
penerjemah untuk
menerjemahkan agar pesan tersampaikan. Namun, masih ada kamus yang tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Bahasa bukan diciptakan begitu saja oleh satu orang, namun bahasa itu ada karena adanya sebuah kesepakatan diantara masyarakat (pengguna bahasa). Dalam hal ini, peneliti menemukan sebuah kamus yang terjemahannya belum sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
49
Adapun data yang peneliti dapatkan dalam Kamus At-Taufiq dari entri اsampai ج: Bahasa No
Bahasa Indonesia
Arab
Kata Tidak Kata Baku
Kata serapan
Keterangan
Baku Memilih,
1
2
3
– آثَر – يُ ْؤثُِر اِيْثَ ٌار – تَأَثََّر – يَتَاَثَُّر تَأَثُّر اَْْلَثَ ُر (ج : اآلثَّ ُار )ُسنَّة
-
memulyakan, menghormati,
kata
dasar
yang salah Memulyakan
Memuliakan -
mendahulukan
Merujuk
KBBI Edisi
Ketiga halaman 761
orang lain -
Menerima resiko, membekas,
Penulisan
Penulisan
kata
yang
KBBI
Edisi
salah Resiko
Risiko -
berpengaruh
Merujuk
Ketiga halaman 959 Hadits (Sunnah,
Hadis (Sunnah,
Pemakaian huruf yang salah
-
Kata ini merupakan kata
serapan
dari
Hadis hadits)
hadits)
-
Merujuk
KBBI
Ketiga halaman 380
Edisi
bahasa Arab, terdiri dari kata
ث, د,ح. 50
Dalam
transliterasi
Arab, huruf
ح
(h),
(d), dan ( ثts). -
Kata ini merupakan kata
4
اَْآل ِج ُل و ِ ُاآلجلَة
-
Akherat, yang ditunda,
Penulisan
kata
dari kata
Akhirat -
ditangguhkan
Merujuk
KBBI
Dalam
Edisi
5
Penulisan
kata
transliterasi
Kata ini merupakan
yang kata
Meminta idzin
ة, ر, خ, ا.
( اtidak ada), (خkh), ( رr), dan ( ةh/t) -
-
dari
Arab, huruf
Ketiga halaman 20
اِ ْستَأْذَ َن – يَ ْستَأْ ِذ ُن – اِ ْستِأْذَا ُن
serapan
bahasa Arab, terdiri
yang
salah Akherat
د
serapan
dari
salah Idzin
Izin
bahasa Arab, terdiri -
Merujuk
KBBI
Edisi dari kata
Ketiga halaman 447 Dalam
ن, ذ,أ
.
transliterasi
51
Arab, huruf
أ
(dz), dan ( نn). -
Penulisan
kata
(a),
ذ
yang
salah K
6
:س ُّ ُاَْْل ص ُل ْ َا الْبِنَ ِاء
Pondamen, dasar
Pondamen
Merujuk
KBBI Edisi
-
Ketiga halaman 322
kata
Merujuk Kamus Kata-
bahasa Belanda
Fondamen -
Kata ini merupakan
kata
Serapan
serapan
dari
Asing
dalam Bahasa Indonesia halaman 113 -
Penulisan
kata
yang
KBBI
Edisi
salah
7
اس ُ اَْْلَ َس و س ُ ْاْلَ َس
Pondasi, dasar, dasar yang menguatkan
Pondasi
Fondasi
Merujuk
Ketiga halaman 319 -
Merujuk Kamus Katakata
Serapan
-
Kata ini merupakan kata
serapan
dari
bahasa Latin
Asing
dalam Bahasa Indonesia
52
halaman 113 -
Kata ini merupakan kata
-
Orang yang 8
ُاَلْ ُم َؤلََّفة قُلُ ْوبُ ُه ْم
kata
yang
salah
ditaklukkan hatinya, orang
Penulisan
Muallaf
Mualaf
-
dari
bahasa Arab, terdiri dari kata
Merujuk Edisi
muallaf
serapan
pada
Ketiga
KBBI halaman
756
ف, ل, ل, ؤ,م. Dalam
transliterasi
Arab huruf
م
(m),
ؤ
(a), ( لl), ( لl), ( فf). -
Bertemunya
morfem
afiks dengan salah satu huruf
Yang 9
اَلْ ُم ْؤِم ُن
mempercayai,
k,
t,
menjadikan Mempercayai
s,
p
fonem
Memercayai tersebut hilang
beriman -
Merujuk Edisi
pada
Ketiga
KBBI halaman
856
53
-
Penulisan
kata
yang
salah -
10
– اََّوَل – يُ َؤِّو ُل تَأْ ِويْ ُل
-
Menyamakan, mena’wili
Mena’wili
Menakwili
Merujuk
KBBI
Edisi
Kata ini merupakan kata
serapan
dari
Ketiga halaman 1126
bahasa Arab, terdiri
Dalam bahasa Indonesia,
dari kata
mempunyai alofon yang
ل, ْي, و,ْ أ,ت.
ada relevansinya ialah
Arab huruf
konsonan
/k/.
Alofon
(`),( وw), ( يî), ( لl).
konsonan
/k/
adalah
fonem konsonan yang
-
Dalam
transliterasi
ت
(t),
ْأ
ْ
bunyi hamzah.
11
12
ث ُ اَلْ َمْب َح (ج ِ مب )ث ُ اح ََ ت ُ اَلْبُ ْخ
-
Thema, inti pembicaraan,
Penulisan
kata
yang
KBBI
Edisi
salah Thema
Tema -
uraian
Merujuk
Ketiga halaman 1164 Onta khurasan
Onta
Penulisan
kata
yang
Unta salah
54
-
Merujuk
KBBI
Edisi
Ketiga halaman 1248 -
Penulisan
kata
yang
KBBI
Edisi
salah -
Merujuk
Ketiga halaman 1116 -
ع
Huruf
termasuk
konsonan hambat farigal,
13
: اَلْبُ ُّر ُاعة ّ َّاَلط
apabila masuk ke dalam
Kebenaran, keta’atan
Keta’atan
Ketaatan
bahasa
Indonesia
mengalami
dua
perlakuan. Pertama bila menduduiki
posisi
di
-
Kata ini merupakan kata
serapan
dari
bahasa Arab, terdiri dari kata
ة, ع,ط.
Dalam
transliterasi
Arab huruf
ط
(‘), dan ( ةh/t).
(t),
ع
awal kata atau tengah kata,
maka
tersebut
konsonan dihilangkan.
Kedua, bila di akhir suku
55
kata,
maka
konsnan
tersebut diganti dnegan huruf /k/.
14
اَِْْلبْ ِريْ ِس ُم اَ ْْلَ ِريْ ُر:
Sutera
Penulisan
kata
yang
KBBI
Edisi
salah Sutera
Sutra -
Merujuk
Ketiga halaman 1112 -
Kata ini merupakan kata
serapan
dari
bahasa Arab, terdiri
15
16
ط ُ بِ َسا ِْ اْل ْختِيَا ِر
: اَلْبَغى
-
Ikhtiyar yang diumpamakan
Penulisan
kata
yang
salah Ikhtiyar
-
Ikhtiar -
tikar
Merujuk
dari kata
KBBI
Edisi
Dalam
Kedhaliman
Kezaliman
-
Penulisan
kata
trasnliterasi
( إa), خ (kh), ( تt), ( يy), ا (tidak ada), ( رr).
Ketiga halaman 420
Aniaya,
ر, ا, ي, ت, خ,إ. Arab huruf
yang
-
Kata ini merupakan
56
اَلظُّلُ ُم
kedhaliman
salah -
Merujuk
kata KBBI
Edisi
serapan
bahasa Arab, terdiri
Ketiga halaman 1279
dari kata
م, ل,ظ.
Dalam
transliterasi
Arab huruf (l), ( مm). -
Penulisan
kata
yang
KBBI
Edisi
dari
ظ
(z),
ل
salah -
Merujuk
17
اَبْتَ َه َل اِ ََل هللا
-
sepenuh hati
Berdo’a
Berdoa
Huruf
termasuk
konsonan hambat farigal, apabila masuk ke dalam bahaa
Indonesia
mengalami
Kata ini merupakan kata
Ketiga halaman 271 Berdo’a dengan
-
dua
serapan
dari
bahasa Arab, terdiri dari kata
ء, ع,د.
Dalam
transliterasi
Arab huruf
د
(d),
ع
(‘).
perlakuan. Pertama bila menduduiki
posisi
di
57
awal kata atau tengah kata,
maka
tersebut
konsonan dihilangkan.
Kedua, bila di akhir suku kata,
maka
konsnan
tersebut diganti dnegan huruf /k/.
18
: اِئْتِ َم ُار تَ َش ُاوُر
-
Konsultasi, musyawarah,
Penulisan
kata
yang
KBBI
Edisi
salah Konperensi
Konferensi -
konperensi
Merujuk
Ketiga halaman 586 -
Bertemunya
morfem
afiks dengan salah satu 19
تَ ْر َج َم
Menterjemahkan
huruf Menterjemahkan
k,
t,
s,
p
Menerjemahkan menjadikan
fonem
tersebut hilang -
Merujuk
KBBI
Edisi
58
Ketiga halaman 1183 -
Bertemunya
morfem
afiks dengan salah satu huruf 20
اَلت َّْر ُُجَا ُن
Penterjemah
Penterjemah
Penerjemah
k,
t,
menjadikan
s,
p
fonem
tersebut hilang -
Merujuk
KBBI
Edisi
Ketiga halaman 1183 -
Kata ini merupakan kata
serapan
dari
bahasa Arab, terdiri
21
– ََتَبَّ َر - يَتَ َجبَّ ُر ََتَبُّ ُر
-
Penulisan
kata
yang
dari kata
Takabbur, salah sombong,
Takabbur
-
Takabur -
Merujuk
KBBI
Edisi
memaksa Ketiga halaman 1123
ر, ب, ب, ك, ت. Dalam
transliterasi
Arab hurufت (k),
ب
(b)
ك ( بb), ر (t),
(r).
59
22
ََْت ِديْ ًدا
Penulisan
kata
yang
KBBI
Edisi
salah Modernsiasi
Modernsiasi
Modernisasi -
Merujuk
Ketiga halaman 751
23
24
25
اَ َج َّل و َجلَّ َل : الر ُج َل َّ َُعظَّ َمه اِ ْستَ ْج َمَر – يَ ْستَ ْج ِم ُر – اِ ْستِ ْج َم ٌار اَ ْْلَ َارةٌ ج : ات ٌ َج َار ُاِ ْمَرأَة الر ُج ِل َّ
-
Penulisan
kata
yang
KBBI
Edisi
Memuliyakan, salah menghormati,
Memuliyakan
Memuliakan -
Merujuk
mengagungkan Ketiga halaman 761 Istinja’ dengan
Istinja’
Penulisan
kata
yang
KBBI
Edisi
salah Istinja
batu
-
Merujuk
Ketiga halaman 446 Istri Isteri
Penulisan
kata
yang
KBBI
Edisi
salah
Isteri -
Merujuk
Ketiga halaman 446
60
B. Analisis Bentuk Kata Baku
Di sini peneliti akan menganalisis bentuk kata baku dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia dalam kamus At-Taufiq, dengan memilih kata yang tidak menggunakan kata baku dari entri
ا
sampai
ت, kemudian menganalisis
kata tersebut. Adapun kata-kata yang sudah peneliti uraikan di atas dan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu verba (fiil), nomina (ism), partikel (harf). 1. Verba
آثىر – يػي ٍؤثًير – اًيٍػثى هار:
Memilih, memulyakan, menghormati,
mendahulukan orang lain Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola (wazn) اًفٍػ ىعاالن
– أىفٍػ ىع ىل – يػي ٍفعً يل. Kata
آثىر – يػي ٍؤثًيرmerupakan verba (fiil) ً dalam bahasa Arab, sedangkan kata ار ايٍػثى هadalah masdar. Kata آثىر ً ً فًعل الٍمdan kata يػ ٍؤثًرadalah ضا ًرع adalah اضي ف ٍع يل الٍ يم ى. Kata tersebut ٍي ى ي ي
termasuk ke dalam tsulasi maziid, dengan tambahan hamzah qoth’i di depannya. Salah satu arti katanya adalah memulyakan. Bentuk penulisan dalam bahasa Indonesia yang benar adalah memuliakan. Kata dasar dari memuliakan adalah mulia. Kata mulia termasuk adjektiva. Jadi kata mulia mengalami proses morfologi, maka ditambahkan morfem Me- dan –kan menjadi memuliakan. Di sini
terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah memilih, memuliakan, menghormati, mendahulukan orang lain. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
61
(KBBI) kata mulia artinya „tinggi (tt kedudukan, pangkat, martabat), tertinggi, terhormat‟.88
تىأىثػَّىر – يىػتىاىثػَّير – تىأىثُّر: Menerima resiko, membekas, berpengaruh Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola
تىأىثػَّىر – يىػتىاىثػَّيرmerupakan verba (fiil) dalam bahasa Arab, sedangkan kata تىأىثُّرadalah masdar. Kata تىأىثػَّر ى ً ً فًعل الٍمdan kata يػتىاىثػَّرadalah ضا ًرع adalah اضي ف ٍع يل الٍ يم ى. Kata تىأىثػَّىر ٍي ى ى ي (wazn)
تىػ ىفعَّ ىل – يىػتىػ ىفعَّ يل – تىػ ىفعُّلن
. Kata
tersebut termasuk ke dalam tsulasi maziid, dengan tambahan ta di depannya dan penggandaan kaya ‘ain fiil. Salah satu arti katanya adalah menerima resiko. Kata menerima adalah bentuk verba, sedangkan kata resiko adalah nomina. Kata dasar dari menerima adalah terima. Maksud dari menerima resiko adalah mendapatkan suatu akibat. Tetapi dari kata tersebut penulisan resiko bukan seperti itu, melaikan bentuk penulisan yang benar adalah risiko.
Di sini
terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti
kata
tersebut
adalah
menerima
resiko,
membekas,
berpengaruh. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) risiko artinya akibat yang kurang menyenangkan dari suatu perbuatan atau tindakan.89 Jadi maksud dari arti menerima resiko adalah mendapatkan akibat yang kurang menyenangkan dengan lapang dada.
88
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 761. 89 Ibid., h. 959.
62
اً ٍستىأٍ ىذ ىف – يى ٍستىأٍ ًذ يف – اً ٍستًأٍ ىذا يف: Meminta idzin Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola
اً ٍستىأٍذى ىف – يى ٍستىأٍ ًذ يف ً merupakan verba (fiil) dalam bahasa Arab, sedangkan kata ستً ٍف ىعاالن ٍا ً فًعل الٍمdan kata يستىػ ٍفعًل adalah masdar. Kata ف اً ٍستىأٍ ىذ ىadalah اضي ٍي ى ىٍ ي ً adalah ضا ًرع ف ٍع يل الٍ يم ى. Kata tersebut termasuk ke dalam tsulasi maziid, (wazn)
اً ٍستىػ ٍف ىع ىل – يى ٍستىػ ٍفعً يل – اً ٍستً ٍف ىعاالن.
Kata
dengan tambahan hamzah washl, sin, ta. Arti katanya adalah meminta idzin. Kata meminta adalah bentuk verba, sedangkan kata idzin adalah nomina. Kata dasar dari meminta adalah minta. Maksud dari meminta idzin adalah permohonan untuk diperbolehkan . Tetapi dari kata tersebut penulisan idzin bukan seperti itu, melaikan bentuk penulisan yang benar adalah izin. Di sini terlihat bahwa kata baku dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah meminta izin. Meminta izin maksudnya memohon agar diperbolehkan mengerjakan sesuatu. Di sini jelas terlihat bahwa arti kata dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia berhubungan dari sisi budaya dan maknanya.
اىَّكىؿ – يػي ىؤًٌك يؿ – تىأٍ ًكيٍ يل: Menyamakan, mena‟wili Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola (wazn) تىػ ٍفعًٍيلن
– فىػعَّ ىل – يػي ىف ٌعً يل. Kata اىَّكىؿ – يػي ىؤًٌك يؿmerupakan verba (fiil) dalam bahasa Arab, sedangkan kata تىأٍ ًكيٍلadalah masdar. Kata اىَّك ىؿ ي ً ً ً adalah ف ٍعل الٍماضيdan kata يػ ىؤًك يؿadalah ضا ًرع ف ٍع يل الٍ يم ى. Kata tersebut ٌي ي ى 63
termasuk ke dalam tsulasi maziid, dengan tambahan penggandaan kata ‘ain fiil. Salah satu arti katanya adalah mena’wili. Dalam bahasa Indonesia, kata mena’wili adalah keterangan; penjelasan. Bentuk penulisan
kata
mena’wili
tidak
sesuai
dengan
ejaan
yang
disempurnakan. Kata petik („) sudah tidak digunakan dalam ejaan yang disempurnakan, tetapi diganti dengan huruf k. Jadi penulisan yang benar adalah menakwili. Kata dasar dari menakwili adalah takwil. Kata takwil termasuk nomina. Kata takwil mengalami proses morfologi, maka ditambahkan morfem Me- dan –i menjadi menakwili. Di sini terlihat bahwa kata baku dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah menyamakan, mena‟wili. Dalam kamus besar
bahasa
Indonesia
(KBBI)
kata
menyamakan
artinya
membuat/menjadikan sama.90 Kata menakwili artinya menerangkan maksud.
تىػ ٍر ىج ىم: Menterjemahkan Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola (wazn) فىػ ٍعلىل. Kata تىػرجمmerupakan verba (fiil) dalam bahasa Arab dan
ى
termasuk
الٍ يم ىجَّرد.
ٍىى ً فًعل الٍم. اضي ٍي ى
Kata tersebut termasuk ke dalam
ً اى ُّلرب اعي ى
Arti kata tersebut sudah benar, tetapi penulisannya masih
salah. Apabila morfem afiks bertemu dengan huruf k, p, t, s maka
90
Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h. 1126.
64
fonem-fonem itu akan hilang. Asal kata menerjemahkan adalah terjemah. Jadi, bentuk penulisan dalam bahasa Indonesia yang benar adalah menerjemahkan. Arti kata tersebut adalah menerjemahkan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata menterjemahkan artinya menyalin (memindahkan) suatu bahasa ke bahasa lain; mengalihbahasakan.
ىَتىبَّػىر – يىػتى ىجبَّػ ير – ىَتىبُّػ ير: Takabbur, sombong, memaksa Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola (wazn) تىػ ىفعُّلن
– تىػ ىفعَّ ىل – يىػتىػ ىفعَّ يل. Kata ىَتىبَّػىر – يىػتى ىجبَّػ يرmerupakan verba (fiil) dalam bahasa Arab, sedangkan kata ىَتىبُّػرadalah masdar. Kata ىَتىبَّػر ي ى ً ً فًعل الٍمdan kata يػتىجبَّػرadalah ضا ًرع adalah اضي ف ٍع يل الٍ يم ى. Kata ىَتىبُّػ ير ٍي ى ى ىي tersebut termasuk ke dalam tsulasi maziid, dengan tambahan ta di depannya dan penggandaan kaya ‘ain fiil. Salah satu arti katanya adalah takabbur. Kata takabbur adalah bentuk adjektifa dan merupakan kata serapan dari bahasa Arab yaitu ك ُّّب تى ى. Bentuk penulisan takabbur bukan seperti itu, melaikan bentuk penulisan yang benar adalah takabur. Arti kata tersebut adalah takabbur, sombong, memaksa. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata takabur artinya merasa diri mulia (hebat, pandai, dssb); angkuh;sombong.91
91
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1123.
65
َّ اى ىج َّل ك ىجلَّ ىل: ىعظَّ ىمهي: الر يج ىل
Memuliyakan, menghormati,
mengagungkan Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola (wazn) فىػ َّعل. Kata ل َّ اىجmerupakan verba (fiil) dalam bahasa Arab. Kata
اى ىج َّل
ى
ى
tersebut termasuk ke dalam tsulasi maziid, dengan tambahan
penggandaan kata ‘ain fiil. Salah satu arti katanya adalah memuliyakan. Kata memuliyakan adalah bentuk verba. Kata dasar dari memuliyakan adalah mulia. Namun, dalam arti tersebut penulisan bentuk dasar adalah muliya. Jika kita lihat dalam KBBI, penulisannya adalah mulia, jadi huruf y dalam kata tersebut dihilangkan. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah memuliyakan, menghormati, mengagungkan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata mulia artinya „tinggi (tt kedudukan, pangkat, martabat), tertinggi, terhormat‟.92
اً ٍستى ٍج ىمىر – يى ٍستى ٍج ًم ير – اً ٍستً ٍج ىمار: Istinja‟ dengan batu Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola
اً ٍستىأٍذى ىف – يى ٍستىأٍ ًذ يف ً merupakan verba (fiil) dalam bahasa Arab, sedangkan kata ستً ٍف ىعاالن ٍا ً فًعل الٍمdan kata يستىػ ٍفعًل adalah masdar. Kata ف اً ٍستىأٍ ىذ ىadalah اضي ٍي ى ىٍ ي ً adalah ضا ًرع ف ٍع يل الٍ يم ى. Kata tersebut termasuk ke dalam tsulasi maziid,
(wazn)
اً ٍستىػ ٍف ىع ىل – يى ٍستىػ ٍفعً يل – اً ٍستً ٍف ىعاالن.
Kata
dengan tambahan hamzah washl, sin, ta. Arti katanya adalah 92
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 761.
66
istinja’dengan baru. Kata istinja’ adalah bentuk verba. Penulisan istinja’ tidak perlu menggunakan tanda petik („), karena dalam pedoman ejaan yang disempurnakan tanda petik („) tidak digunakan dan penulisan dalam KBBI adalah istinja. Di sini terlihat bahwa kata baku dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah istinja dengan menggunakan batu. Istinja adalah membersihkan dubur atau kemaluan setelah buang air besar maupun kecil.93 Di sini jelas terlihat bahwa arti kata dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia berhubungan dari sisi budaya dan maknanya.
2. Nomina
) يسنَّة: اىٍالىثػى ير (ج اآلثَّ يار: Hadits (Sunnah, hadits) Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata
اىٍالىثىػ ير
merupakan
اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريد
yaitu ism yang
ًٍ اال ٍس يم الٍ ىم ٍع ًرفىةي, اىٍالىثػى يرmempunyai
menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga yaitu ism yang di awali dengan huruf bentuk jamak yaitu
اؿ.
Kata
اآلثَّ يارyang termasuk jamak taksir. Artinya adalah
Hadits (Sunnah, hadits). Bentuk penulisan kata hadits dan sunnah tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan. Memang dalam translitersai huruf latin dari penulisan
bahasa
Indonesia
ث
adalah tsa, tetapi dalam bentuk
menjadi
s
dalam
ejaan
yang
93
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 446.
67
disempurnakan. Jadi kata hadits seharusnya ditulis hadis. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah Hadits (Sunnah, hadits). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata hadis artinya sabda, perbuatan, takrir (ketetapan) Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan atau diceritakan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menetapkan hukum islam.94
ً اىٍآل ًجل ك: akherat, yang ditunda, ditangguhkan اآلجلىةي ي Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
اىٍآل ًج يل
اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريدyaitu ism ً yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga سم الٍم ٍع ًرفىةي ٍاال ٍ ي ى, yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah akherat. dalam ism (nomina). Kata
merupakan
Bentuk penulisan kata akherat tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan.
Walau
sering
diucapkan
akherat
tapi
dalam
penulisannya bukan seperti itu. Jadi kata akherat seharusnya ditulis akhirat. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah akhirat. Kata akhirat merupakan kata serapan dari bahasa arab, yaitu
اى ًخٍيػىرةه.
Dalam kamus besar bahasa
94
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 380.
68
Indonesia (KBBI) kata akhirat artinya alam setelah kehidupan di dunia; alam baka.95
ص يل الٍبًنى ًاء ُّ اىٍالي: pondamen, dasar ٍ اى: س Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريدyaitu ism ً yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga سم الٍم ٍع ًرفىةي ٍاال ٍ ي ى, yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah pondamen. dalam ism (nomina). Kata
س ُّ اىٍالي
merupakan
Kata pondamen adalah kata serapan dari bahasa Belanda. Bentuk penulisan
kata
disepurnakan.
pondamen Walau
tidak
sering
sesuai
dengan
ejaan
yang
diucapkan
akherat
tapi
dalam
penulisannya bukan seperti itu. Jadi kata pondamen seharusnya ditulis fondamen. Arti kata tersebut adalah pondamen. Kata pondamen merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, yaitu fondamen yang berarti alas; dasar.96 Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata fundamen artinya asa; dasar; hakikat.97
س اىٍالى ىس ي: pondasi, dasar, dasar yang menguatkan اس ك ٍاالى ىس ي Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
95
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 20. 96 J. S. Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Kompas, 2007), h. 113. 97 Ibid., h. 400.
69
ً اس اىٍالى ىس يmerupakan اىٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريدyaitu ism ً yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga سم الٍم ٍع ًرفىةي ٍاال ٍ ي ى, yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah pondasi. Kata dalam ism (nomina). Kata
pondasi adalah kata serapan dari bahasa Latin. Walau sering diucapkan kata pondasi dengan huruf p, tetapi bentuk penulisan kata pondasi tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan. Jadi kata pondasi seharusnya ditulis fondasi. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah fondasi. Kata fondasi merupakan kata serapan dari bahasa Latin, yaitu fondasi yang berarti alat bangunan yang dibuat demikian rupa kuatnya di bawah permukaan tanah tempat berdiri bangunan di atasnya.98 Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata fondasi artinya dasar bangunan yang kuat, biasanya terdapat di bawah permukaan tanah tempat bangunan itu didirikan.99 Di sini jelas terlihat bahwa arti kata dalam bahasa Arab tersebut adalah makna leksikal.
اىلٍ يم ٍؤًم ينYang mempercayai, beriman Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata
اىلٍ يم ٍؤًم ينmerupakan اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريد
yaitu ism
98
J. S. Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Kompas, 2007), h. 113. 99 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h, 319.
70
ً ٍاال ٍس يم ى,
yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga الٍم ٍع ًرفىةي yaitu ism yang di awali dengan huruf
اؿ.
Artinya adalah yang
mempercayai. Bentuk penulisan kata mempercayai
tidak sesuai
dengan ejaan yang disepurnakan. Karena, kata asal dari mempercayai adalah percaya, kata percaya tersebut mengalami proses morfologi dengan terdapatnya morfem me- dan –i. Jadi kata mempercayai seharusnya ditulis memercayai. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah Yang mempercayai, beriman. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata memercayai artinya menganggap benar atau nyata; mengakui benar atau nyata.100 Kata beriman artinya mempunyai iman (ketetapan hati); mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 101 Di sini jelas terlihat bahwa semua arti kata dalam bahasa Arab tersebut adalah makna leksikal.
ً ث (ج مب )ث اح ي اىلٍ ىمٍب ىح ي ى ى: thema, inti pembicaraan, uraian Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
ث اىلٍ ىمٍب ىح يmerupakan اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريدyaitu ism ً yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga سم الٍم ٍع ًرفىةي ٍاال ٍ ي ى,
dalam ism (nomina). Kata
100
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 856. 101 Ibid., h. 526.
71
yaitu ism yang di awali dengan huruf
اؿ. Artinya adalah yang thema.
Bentuk penulisan kata thema tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan. Karena, setelah huruf t tidak perlu ditambah dengan huruf h dalam bahasa Indonesia. Jadi kata thema seharusnya ditulis tema. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah tema. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata tema artinya pokok pikiran; dasar cerita.102 Di sini jelas terlihat bahwa semua arti kata dalam bahasa Arab tersebut adalah makna leksikal.
ت اىلٍبي ٍخ ي: onta Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
ً ت اىلٍبي ٍخ يmerupakan اىٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريدyaitu ism ً yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga سم الٍم ٍع ًرفىةي ٍاال ٍ ي ى, yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang onta. dalam ism (nomina). Kata
Bentuk penulisan kata onta tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan. Walau banyak masyarakat yang menyebut hewan tersebut dengan diawali huruf o menjadi onta, tetapi tidak seperti yang kita dengar penulisannya menggunakan huruf o melainkan dengan huruf u. Jadi kata onta seharusnya ditulis unta. Di sini terlihat bahwa
102
Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h. 1164.
72
bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah onta. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kaa unta artinya binatang berkuku belah, berleher panjang, dan punggungnya berpunuk, ada yang berpunuk satu; ada juga yang berpunuk dua; dipakai sebagai binatang pengangkut, hidup di tanah Arab, Afrika Utara, Asia Tengah, dsb.103 Di sini jelas terlihat bahwa semua arti kata dalam bahasa Arab tersebut adalah makna leksikal.
اى ٍْلى ًريٍػ ير: اىًٍالبٍ ًريٍ ًس يم: sutera Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata
اىًٍالبٍ ًريٍ ًس يم/ اى ٍْلى ًريٍػ ير
merupakan
اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريد
yaitu ism yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga
ًٍ اال ٍس يم الٍ ىم ٍع ًرفىةي,
yaitu ism yang di awali dengan huruf
اؿ.
Dua kata
tersebut bersinonim yang sama-sama mempunyai arti sutera. Bentuk penulisan kata sutera tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan. Walau banyak masyarakat yang mengatakan kain sutera dengan menggunakan huruf e ditengah-tengah, tetapi dalam bentuk penulisan tidak seperti itu. dalam KBBI penulisan kata sutera tidak menggunakan huruf e, melainkan penulisannya itu seperti sutra. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. 103
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1248.
73
Arti kata tersebut adalah sutra. Kata sutra artinya benang halus dan lembut yang berasal dari kepompong ulat sutra.104
اعةي ٌ َّ اىلط: اىلٍبيػُّر: kebenaran, keta‟atan Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata
اعةي ٌ َّ اىلط: اىلٍبيػُّرmerupakan اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريد
menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga yaitu ism yang di awali dengan huruf
yaitu ism yang
ًٍ اال ٍس يم الٍ ىم ٍع ًرفىةي,
اؿ. Salah satu artinya adalah
yang keta‟atan. Bentuk penulisan kata keta’atan tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan disempurnakan tanda pertik („) tidak digunakan lagi untuk menunjukkan huruf ‘ain pada bahasa Arab. Tetapi tanda petik („) diganti dengan huruf k. Namun, dalah hal ini tidak perlu diganti dengan huruf k, maka dibuang saja tanda petik („) tersebut. Jadi bentuk penulisan yang benar adalah ketaatan. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah ketaatan. Ketaatan artinya kepatuhan; kesalehan; kesetiaan.105 Di sini jelas terlihat bahwa semua arti kata dalam bahasa Arab tersebut adalah makna leksikal.
104
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1112. 105 Ibid., h. 1116.
74
اىلظُّلي يم: اىلٍبىغى: aniaya, kedhaliman Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريدyaitu ً ism yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga سم ٍاال ٍ ي الٍ ىم ٍع ًرفىةي, yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang ى/اىلظُّلي يم
dalam ism (nomina). Kataاىلٍبغى
merupakan
kedhaliman. Bentuk penulisan kata kedhaliman tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan. Seharusnya penulisannya itu adalah kezaliman. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah kezaliman. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kezaliman artinya kebengisan, kekejaman, ketidakadilan.106 Di sini jelas terlihat bahwa semua arti
kata dalam bahasa Arab
tersebut adalah makna leksikal.
اىلتػ ٍَّر يَجىا يف: penterjemah Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism (nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
اىلتػ ٍَّر يَجىا يفmerupakan اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريدyaitu ism ً yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga سم الٍم ٍع ًرفىةي ٍاال ٍ ي ى, yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang dalam ism (nomina). Kata
penterjemah. Bentuk penulisan kata penterjemah tidak sesuai dengan 106
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1279.
75
ejaan yang disepurnakan. Apabila morfem afiks bertemu dengan huruf k, p, t, s maka fonem-fonem itu akan hilang. Seharusnya penulisannya itu adalah penerjemah. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata tersebut adalah penerjemah. Dalam kamus bahasa Indonesia penerjemah artinya orang yang mengalihbahasakan; juru terjemah.107
اىلٍ يم ىؤلَّىفةي قيػلي ٍوبػي يه ٍم: Orang yang ditaklukkan hatinya, orang muallaf Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريدyaitu ism yang ًٍ yaitu menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga سم الٍم ٍع ًرفىةي اال ٍ ي ى, ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang muallaf.
(nomina). Kata
اىلٍ يم ىؤلَّىفةي
merupakan
Bentuk penulisan kata muallaf tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan disempurnakan. Kata muallaf merupakan kata serapan dari bahasa Arab yaitu
ف يم ىؤلَّ ه. Huruf ؿ
dalam kata tersebut ada dua,
namun dalam bahasa Arab apabila ada huruf ganda dalam kata maka satu huruf tersebut hilang dan diubah huruf vokal syaddah (َ ٌ ). Jika dalam penulisan transliterasi ditulis muallaf, tulisan tersebut mengikuti kata aslinya yaitu bahasa Arab, namun penulisan dalam bahasa Indonesia sesuai dengan KBBI adalah mualaf. Jadi bentuk penulisan yang benar adalah mualaf. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam 107
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1183.
76
bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Mualaf artinya orang yang baru masuk islam; orang yang imannya belum kukuh karena baru masuk islam.108
ًٍ ط اْل ٍختًيىا ًر بً ىسا ي: Ikhtiyar yang diumpamakan tikar Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
ًٍ اْل ٍختًيىا ًر
اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريدyaitu ism yang ًٍ yaitu menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga سم الٍم ٍع ًرفىةي اال ٍ ي ى, ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang ikhtiyar. (nomina). Kata
merupakan
Bentuk penulisan kata ikhtiyar tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan disempurnakan. Kata ikhtiyar merupakan kata serapan dari bahasa Arab yaitu
اً ٍختًيىار. Jika dalam penulisan transliterasi ditulis
ikhtiyar, tulisan tersebut mengikuti kata aslinya yaitu bahasa Arab, namun penulisan dalam bahasa Indonesia sesuai dengan KBBI adalah ikhtiar. Jadi bentuk penulisan yang benar adalah ikhtiar. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. ikhtiar artinya syarat untuk mencapai maksud; daya upaya.109
108
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 756. 109 Ibid., h. 420.
77
ً اى ٍْلارةه ج جار: Isteri الر يج ًل َّ ا ٍمىرأىةي: ات ىى ى ى ه Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
اىًٍال ٍس يم الٍ يم ٍفىريدyaitu ism yang ًٍ yaitu menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga سم الٍم ٍع ًرفىةي اال ٍ ي ى, ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang isteri. Bentuk
(nomina). Kata
اى ٍْلى ىارةه
merupakan
penulisan kata isteri tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan disempurnakan dan KBBI. Jadi bentuk penulisan yang benar adalah istri. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Istri artinya wanita yang telah menikah atau yang bersuami; wanita yang dinikahi.110 Di sini jelas terlihat bahwa semua arti kata dalam bahasa Arab tersebut adalah makna leksikal.
110
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 446.
78
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian terhadap tingkat kata baku dalam kamus at-Taufiq, peneliti menemukan bentuk kata yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku di Indonesia yaitu yang sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan. Banyak bentuk penulisan kata dalam kamus at-taufiq terpengaruh dalam bahasa lisan, karena saat peneliti melakukan penelitian banyak ditemukan bentuk kata yang tidak sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan. Bentuk kata setiap bahasa mempengaruhi kebakuan suatu bahasa. Kata baku sebagai sebuah dasar/acuan sebagai pembentukan bahasa yang dipakai oleh penuturnya. Pembentukan kata tidak hanya dari kata yang sudah ada, melainkan kata baku juga dapat terjadi melalu pengaruh bahasa lain, yang disebut kata serapan. Dalam kamus at-taufiq ini, peneliti menemukan beberapa kata serapan, tetapi bentuk kata serapan tersebut tidak sesuai dengan penulisan kata dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan dan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Penggunaan kata baku dalam kamus At-Taufiq masih sedikit dan kata tersebut masih terpengaruh dari bahasa lisan. Hanya sedikit pula kata terjemahan menggunakan kata sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan. Kata baku sangat penting dalam pencapaian bahasa yang baik dan benar. Dengan kata baku, bahasa yang disampaikan akan sesuai dengan kaidah-kaidah dalam bahasa baik secara lisan maupun tulisan. 79
Tidak mudah bagi seorang penyusun kamus menyusun/mengelompokkan kata-kata dengan bentuk penulisan yang benar dari sekian banyak kata dalam kamus tersebut. Terkadang ada kata yang benar dalam bentuk penulisannya. Namun, ada juga yang salah dalam penulisannya, entah dalam hal huruf yang kurang, atau memang penyusun tidak melihat kembali tata bentuk suatu bahasa tersebut.
B. Rekomendasi Peneliti menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka peneliti berharap penelitian tentang kata baku bahasa Arab dan bahasa Indonesia dalam kamus At-Taufiq bisa dilanjutkan kembali oleh peneliti berikutnya. Pada penelitian ini, peneliti hanya menganalisis bentuk kata baku. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan analisis semantik leksikal. Oleh karena itu, Untuk melengkapi kekurangan dalam skripsi ini peneliti menyarankan kepada pembaca agar penelitian ini perlu diteliti lebih lanjut.
80
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Al Farizi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011. Ali, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika. 1998. Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S. Amran. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. 2010. Chaer, Abdul. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta: 2006. Ciptadi, M. Arifin. EYD-Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Bandung: Nusa Media. 2009. Gani, Ramlan A. dan Z.A, Mahmudah Fitriyah. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007. Hakim, Taufiqul. Kamus At-taufiq (Arab-Jawa-Indonesia). Jepara: Darul Falah. 2004. Hakim, Taufiqul. Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional (Profil Amtsilati & Darul Falah). Jepara: PP Darul Falah. 2004. Hidayatullah, Moch. Syarif dan Abdullah. Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern). Jakarta: UIN Sharif Hidayatullah Yakarta. 2010.
Huda, Nurul. Mudah belajar bahasa Arab. Jakarta: Amzah. 2012. Ismail, Achmad Satori. Problematika Terjemah (Arab-Indonesia). Jakarta: Adabia Press. 2011. Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2009. Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa. 2009. Moeliono, Anton. M. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1988. Munawar, Akhmad. Belajar Cepat Tata Bahasa Arab. Yogyakarta: Nurma Media Idea. 2008. Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progressif. 1984. Nuha, Ulin. Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu. Yogyakarta: Diva Press. 2013. Putrayasa, Ida Bagus. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung: Refika Aditama. 2007. Rusdianto, Ustadz. Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat!. Yogyakarta: Diva Press. 2013. Schulz, Eckehard. Bahasa Arab Baku dan Modern. Yogyakarta: LkiS. 2012. Sugono, Dendy. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2009.
Sudarsa, Caca. Materi bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Mutu Guru. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1992. Sugihastuti. Rona Bahasa dan Sastra Indonesia tanggapan Penutur dan Pembacanya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005. Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek). Bandung: Humaniora. 2005. Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa. 1992. Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. 2009. Taufiqurrochman. Leksikologi Bahasa Arab. Malang: Uin-Malang Press. 2008. Tim Penyusun Ejaan Yang Disempurnakan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia
Yang
Disempurnakan
dan
Pedoman
Umum
Pembentukan Istilah. Surabay: Media Press. 2010. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008. Tim Lima Adi Sekawan. EYD Plus. Jakarta: Limas. 2011.
Widada, R.H dan Prayogi Icuk. Kamus Saku Bahasa Indonesia. Yogyakarta: 2010.