ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI KABUPATEN JEMBRANA (Studi Kasus Parkir Tepi Jalan Pasar Umum Negara)
TUGAS AKHIR
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergeraknya suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara (PP No. 43 th. 1993). Setiap kendaraan yang berhenti pada tempattempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu atau tidak, serta tidak sematamata untuk menaikkan dan atau menurunkan barang atau penumpang dapat diartikan sebagai keadaan parkir. Tujuan utama dari parkir adalah agar lokasi parkir dapat sedekat mungkin dengan tujuan perjalanan. Pada dasarnya ada dua jenis fasilitas parkir yaitu : a) Parkir di badan jalan (on street parking) b) Parkir di luar badan jalan (off street parking) 2.1.1 Parkir di Badan Jalan (On Street Parking) Parkir di badan jalan (on street parking) dilakukan di atas badan jalan dengan menggunakan sebagian badan jalan. Walaupun parkir jenis ini diminati, tetapi akan menimbulkan kerugian bagi pengguna transportasi yang lain. Hal ini disebabkan oleh karena parkir dengan memanfaatkan badan jalan akan mengurangi lebar manfaat jalan sehingg dapat mengurangi arus lalu lintas danpada akhirnya akan menimbulkan gangguan pada fungsi jalan tersebut. Fungsi jalan yang menyalurkan arus lalu lintas akan berkurang kapasitasnya karena sebagian jalan dipergunakan untuk fasilitas parkir. Walaupun hanya beberapa kendaraan saja yang parkir di badan jalan tetapi kendaraan tersebut secara efektif telah mengurangi badan jalan. (Wells, 1985). Kendaraan yang parkir di sisi jalan merupakan salah satu factor utama dari 50% kecelakaan yang terjadi di tengah ruas jalan di daerah perkotaan. Hal ini terutama disebabkan karena berkurangnya kebebasan pandangan, kendaraan berhenti dan atau keluar dari tempat parkir di depan kendaraankendaraan yang lewat secara mendadak (Abubakar,1998).
4
Parkir di badan jalan biasanya dilakukan secara sejajar dan bersudut. Parkir bersudut dapat menampung lebih banyak kendaraan daripada parkir secara sejajar. Semakin besar sudut yang digunakan yaitu sudut 900 akan semakin banyak kendaraan yang dapat ditampung pada jalan tersebut. Namun hal ini banyak mengurangi kapasitas jalan sehingga jalan menjadi sempit. Sudut 600 adalah sudut maksimum yang masih dapat dimungkinkan untuk parkir. Namun hal itu masih harus dipertimbangkan lagi terhadap lebar jalan, biasanya sudut 450 memberikan solusi yang terbaik. Walaupun parkir bersudut memberikan solusi terbaik namun parkir ini lebih berbahaya dibandingkan dengan parkir sejajar. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa parkir bersudut pada pinggir jalan lebih beresiko, hal tersebut dapat diketahui pada saat kendaraan keluar dari tempat parkirnya sering terjadi kecelakaan. 2.1.2 Parkir di Luar Badan Jalan (Off Street Parking) Parkir merupakan kebutuhan bagi setiap pemilik kendaraan dan mereka menginginkan parkir yang mudah untuk dicapai. Kemudahan yang diinginkan tersebut salah satunya adalah parkir di badan jalan (on street parking). Tetapi karena parkir di badan jalan sering menimbulkan permaalahan diantaranya kemacetan, maka solusinya adalah penyediaan parkir di luar badan jalan. Secara ideal lokasi yang dibutuhkan untuk itu harus dibangun tidak terlalu jauh dari tempat yang ingin dituju oleh pemarkir. Antara 300-400 meter adalah jarak berjalan yang pada umumnya masih dianggap dekat (Waparni,2002). Perparkiran yang ideal adalah parkir di luar jalan berupa fasilitas pelataran (taman) parkir atau bangunan (gedung) parkir. Taman parkir maupun gedung parkir memerlukan biaya investasi yang cukup besar, namun pengembaliannya dapat diharapkan tidak terlalu lama dan bisa menjadi bahan usaha. Fasilitas paxrkir di luar jalan dapat diselenggarakan oleh pemerintah melalui badan usaha milik pemerintah atau badan hukum Indonesia, atau warga negara Indonesia (PP No. 43 th. 1993 Pasal 49). Dalam hal ini orientasi
5
badan usaha tersebut adalah memperoleh keuntungan dari perparkiran, dengan demikian Pemerintah Daerah dapat menarik pajak dari usaha ini. 2.2 Satuan Ruang Parkir Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk kebutuhan satu kendaraan termasuk ruang bebas dari bukaan pintu mobil, untuk menentukan kebutuhan SRP yang harus disediakan oleh suatu tempat kegiatan umum, perlu ditetapkan standar penyediaan SRP. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan RI telah menerbitkan buku hasil kajian yang dapat dijadikan standar kebutuhan petak parkir. Seperti pada Tabel 2.1 berikut ini : Tabel 2.1 Standar Kebutuhan Satuan Ruang Parkir a. Pusat Perdagangan Luas Areal (x 100 m2)
10
20
50
100
500
1000
1500
2000
Kebutuhan (SRP)
59
67
88
125
415
777
1140
1502
1000 235 288
1250 236 289
1500 237 290
1750 238 291
2000 239 291
2500 240 293
3000 242 295
4000 246 298
5000 249 302
Luas Areal (x 100 m2)
50
75
100
150
200
300
400
500
1000
Kebutuhan (SRP)
225
250
270
310
350
440
520
600
1050
b. Pusat Perkantoran Jumlah Karyawan Keb. (SRP)
Administrasi Pel. Umum
c. Pusat Swalayan
d. Pasar Luas Areal (x 100 m2)
40
50
75
100
200
300
400
500
1000
Kebutuhan (SRP)
160
185
240
300
520
750
970
1200
2300
Jumlah Mahasiswa (x1000)
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kebutuhan (SRP)
60
80
100
120
140
160
180
200
220
Luas Areal (x 100 m2)
50
100
150
200
400
800
1600
3200
6400
Kebutuhan (SRP)
103
109
115
122
146
196
295
494
892
Jumlah Tempat Tidur
50
75
100
150
200
300
400
500
100
Kebutuhan (SRP)
97
100
104
111
118
132
146
160
230
Jumlah Tempat Duduk
300
400
500
600
700
800
900
1000
Kebutuhan (SRP)
198
202
206
210
214
218
222
227
1000 230
4000 235
5000 290
6000 340
7000 390
8000 440
9000 490
e. Sekolah/Perguruan Tinggi
f. Tempat Rekreasi
g. Rumah Sakit
h. Bioskop
i. Gelanggang Olah Raga Jumlah Tempat Penonton Kebutuhan (SRP)
10000 540
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
6
15000 790
Penentuan satuan ruang parkir dibagi atas 3 (tiga) jenis kendaraan yaitu sepeda motor, mobil penumpang, bus/truk seperti pada Tabel 2.2 berikut : Tabel 2.2 Satuan Ruang Parkir Satuan Ruang Parkir ππ
Jenis Kendaraan 1. a. Mobil Penumpang untuk Golongan I
2,30 x 5,00
b. Mobil Penumpang untuk Golongan II
2,30 x 5,00
c. Mobil Penumpang untuk Golongan III
3,00 x 5,00
2. Bus/Truk
3,40 x 12,50
3. Sepeda Motor
0,75 x 2,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
Sedangkan lebar pintu untuk masing-masing golongan dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut : Tabel 2.3 Lebar Bukaan Pintu Kendaraan Penggunaan dan atau Peruntukan
Jenis Bukaan Pintu
Fasilitas Parkir
Pintu depan/belakang
-
Karyawan/pekerja kantor
terbuka tahap awal 55
-
Tamu/pengunjung pusat kegiatan
cm
Golongan I
perkantoran, Perdagangan, Pemerintahan, Universitas II
Pintu depan/belakang
-
terbuka penuh 75 cm
Pengunjung tempat olah raga, pusat hiburan, hotel, pusat perdagangan eceran/swalayan, bioskop
Pintu depan terbuka
-
Orang cacat
III
penuh dan ditambah untuk pergerakan kursi roda Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
7
2.3 Inventarisasi Fasilitas Parkir Inventarisasi parkir bertujuan untuk mengetahui pola parkir dan jumlah petak parkir yang ada. Pada pelataran parkir yang tidak terdapat marka pada petak parkir, maka untuk menentukan ukuran petak parkir diakai standar fasilitas parkir (Waparni, 2002). Sedangkan untuk melakukan kebijaksanaan parkir maka pola parkir harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Berikut ini akan dijelaskan pola parkir yang banyak digunakan untuk parkir di luar jalan (taman parkir), yaitu sebagai berikut : 2.3.1 Parkir Kendaraan Satu Sisi Pola parkir ini diterapkan apabila kesediaan ruang sempit disuatu tempat kegiatan : a. Membentuk Sudut 900 Pola ini mempunyai daya tampung lebih banyak disbanding pola parkir pararel.
Gambar 2.1 Pola Parkir Tegak Lurus Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998 b. Membentuk Sudut 300 , 450 , 600
Pola ini mempunyai daya tampung lebih banyak disbanding pola parkir pararel, tetapi kemudahan dan kenyamanan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih besar dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut yang lebih kecil dari 900 .
8
Gambar 2.2 Pola Parkir Sudut Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
2.3.2 Parkir Kendaraan Dua Sisi Pola parkir ini diterapkan apabila kesediaan ruang cukup memadai. a. Membentuk Sudut 900 . Pola parkir arah gerakan lalu lintas kendaraan dapat satu arah atau dua arah.
Gambar 2.3 Pola Parkir Tegak Lurus yang Berhadapan Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
9
b. Membentuk Sudut 300 , 450 , 600
Gambar 2.4 Pola Parkir Sudut Berhadapan Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
2.3.3 Pola Parkir Pulau Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup luas. a. Membentuk Sudut 900
Gambar 2.5 Taman Parkir Tagak Lurus dengan Dua Gang Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
10
b. Membentuk Sudut 450 1. Bentuk Tulsng Iksn Tipe A
Gambar 2.6 Taman Sudut dengan Dua Gang Tipe A Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
2. Bentuk Tulang Ikan Tipe B
Gambar 2.7 Taman Sudut dengan Dua Gang Tipe B Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
11
3. Bentuk Tulang Ikan Tipe C
Gambar 2.8 Taman Sudut dengan Dua Gang Tipe C Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
2.4 Karakteristik Parkir Karakteristik parkir merupakan sifat suatu parkir yang mendasar dan nantinya akan dapat memberikan suatu penilaian terhadap permasalahan parkir yang terjadi (Hobbs, 1995). Berdasarkan karakteristik parkir, akan dapat diketahui kondisi perparkiran yang terjadi pada daerah studi seperti mencakup volume parkir, akumulasi parkir, waktu rata-rata lama parkir, kapasitas parkir, tingkat pergantian parkir (parking turn over), penyediaan parkir dan indeks parkir.
2.4.1 Volume Parkir Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir (yaitu jumlah kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya per hari). Waktu yang digunakan untuk parkir dihitung dalam menitan atau jam-jaman, menyatakan lamanya parkir. Perhitungan volume parkir dapat digunakan sebagai petunjuk apakah ruang parkir yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan parkir kendaraan atau tidak. Berdasarkan volume tersebut maka dapat direncanakan besarnya ruang parkir yang diperlukan apabila akan dibuat pembangunan ruang parkir baru.
12
Rumus yang digunakan : Volume = Nin+X (kendaraan)β¦..β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.(2.1)
Keterangan : Nin
: Jumlah kendaraan yang masuk
X
: Kendaraan yang sudah ada sebelum waktu survai
2.4.2 Akumulasi Parkir Akumulasi parkir adalah merupakan jumlah kendaraan yang parkir di suatu tempat pada waktu tertentu, dimana integrasi dari akumulasi parkir selama periode tertentu menunjukkan beban parkir (jumlah kendaraan parkir) dalam satuan jam kendaraan per periode waktu tertentu (Hobbs, 1995). 2.4.3 Lama Waktu Parkir (Durasi) Lama waktu parkir (parking duration) adalah lama waktu yang dipakai setiap kendaraan untuk berhenti pada ruang parkir atau lama waktu yang dihabiskan oleh pemarkir pada ruang parkir. Lamanya parkir dinyatakan dalam jam. Suatu ruang parkir akan mampu melayani lebih banyak kendaraan jika waktu parkirnya singkat, dibandingkan dengan ruang parkir yang digunakan oleh kendaraan dalam waktu yang lama. Menurut waktu yang digunakan, parkir dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Parkir waktu singkat yaitu pemarkir yanga menggunakan ruang parkir kurang dari satu jam dan untuk keperluan berdagang. b) Parkir waktu sedang yaitu pemarkir yang menggunakan ruang parkir antara 1-4 jam dan untuk keperluan berbelanja. c) Parkir waktu lama yaitu pemarkir yang menggunakan ruang parkir lebih dari 4 jam, biasanya untuk keperluan bekerja.
13
Dari lama parkir maka akan diketahui waktu yang akan dipakai pemarkir untuk memarkir kendaraan pada petak parkir. Sedangkan untuk mengetahui rata-rata lamanya parkir dari seluruh kendaraan selama waktu survai (sepuluh jam), dapat diketahui dari rumus berikut :
ππ₯ Γ π Γ(πΌ)
π·=
ππ‘
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦(2.2)
Keterangan : D
: Rata-rata lama parkir/durasi (jam/kend).
Nx
: jumlah kendaraan yang pakrir selama interval waktu survai.
n
: Jumlah dari interval.
I
: Interval waktu survai.
Nt
: jumlah total kendaraan selama waktu survai.
Tabel 2.4 Durasi Parkir Lama Waktu Parkir (dalam jam) Tiap maksud
Jumlah Penduduk (ribuan jiwa)
perjalanan Belanja dan Bisnin
Bekerja
Lain-Lain
Perjalanan
50 s/d 250
0,9
3,8
1,1
1,5
250 s/d 500
1,2
4,8
1,4
1,9
>500
1,5
5,2
1,6
2,6
Sumber : Hobbs, 1995
Pada tabel tersebut memperlihatkan pengaruh maksud perjalanan dan ukuran kota terhadap lama (durasi) parkir. Durasi tersebut akan meningkat
14
seiring dengan peningkatan ukuran kota. Dari hasil perhitungan durasi dapat diketahui rata-rata lama penggunaan ruang parkir oleh pemarkir. Durasi ini mengidentifikasikan apakah diperlukan suatu pembatasan waktu parkir (dilihat dari rata-rata durasi waktu parkirnya). 2.4.4 Pergantian Parkir (Parking Turn Over) Pergantian parkir atau parking turn over menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir, yang diperoleh dengan membagi volume parkir dengan jumlah ruang parkir untuk periode waktu tertentu. Rumus yang digunakan untuk menyatakan pergantian parkir adalah sebagai berikut :
ππ
=
ππ‘ π Γππ
...........................................................................................(2.3)
Keterangan : TR : Angka pergantian parkir (kend/SRP/jam) Nt
: Jumlah total kendaraan selama waktu survai
S
: Jumlah total stall (SRP)
Ts
: Lama periode analisis/waktu survai (jam).
2.4.5 Kapasitas Parkir Kapasitas ruang parkir merupakan kapasitas maksimum ruang tersebut dalam menampung kendaraan, dalam hal ini volume kendaraan pemakai fasilitas parkir tersebut, kendaraan pemakai fasilitas parkir ditinjau dari prosesnya yaitu datang, berdiam diri (parkir) dan pergi meninggalkan fasilitas parkir. Tinjauan dari kejadian-kejadian tersebut di atas akan memberikan besaran kapasitas dari fasilitas parkir. Masing-masing dari proses akan memberikan hasil kemungkinan tidak sama. Hal ini disebabkan karena dari masing-masing proses mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga 15
proses-proses tersebut tidak memberikan suatu besaran kapasitas yang sama. Disamping itu bahwa proses yang satu sangat berpengaruh terhadap proses yang lainnya. Volume di ruang parkir akan sangat tergantung dari volume kendaraan yang datang dan pergi. Rumus yang digunakan untuk menyatakan kapasitas parkir adalah : π
πΎπ = π· ......................................................................................................(2.4) Keterangan : KP
= Kapasitas Parkir (SRP/jam/kend)
S
= Jumlah total stall (SRP)
D
=Waktu rata-rata lama parkir (jam/kend)
2.4.6 Penyediaan Parkir Penyediaan parkir (parking supply) atau kemampuan penyediaan parkir adalah batas ukuran banyaknya kendaraan yang dapat ditampung selama periode waktu tertentu (selama waktu survai). Rumus yang digunakan untuk menyatakan penyediaan parkir adalah sebagai berikut :
π=
π Γππ π·
Γ πΉ β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦..(2.5)
P
= Penyediaan Parkir (kendaraan)
S
= Jumlah total stall (SRP)
Ts = periode analisis/waktu selama survai (jam) D
= Waktu rata-rata lama parkir (jam/kend)
F
= In sufficiency factor = 0,85-0,90
16
2.4.7 Indeks Parkir (IP) Indeks parkir adalah perbandingan antara akumulasi parkir dengan kapasitas parkir. Nilai indeks ini dapat menunjukkan seberapa besar kapasitas parkir yang telah terisi. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung indeks parkir adalah :
πΌπ =
π΄ππ’ππ’πππ π ππππππ πΎππππ ππ‘ππ ππππππ
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦(2.6)
a) IP < 1 artinya bahwa fasilitas parkir tidak bermasalah, dimana kebutuhan parkir dibawah daya tampung/kapasitas normal. b) IP = 1 artinya bahwa fasilitas parkir seimbang dengan daya tampung/kapasitas normal. c) IP > 1 artinya bahwa fasilitas parkir bermasalah sebab kebutuhan parkir melebihi daya tampung/kapasitas normal. d) Besaran indeks parkir yang tertinggi didapat dari perbandingan antara akumulasi parkir dengan kapasitas parkir, besaran indeks parkir ini akan menunjukkan apakah kawasan parkir tersebut bermasalah atau tidak (Waparni, 2002).
2.5 Manajemen Parkir Arti manajemen secara umum adalah pengaturan, jadi manajemen parkir berarti pengaturan di bidang perparkiran. Pengaturan aktifitas parkir di badan jalan akan membawa konsekuensi penyediaan fasilitas parkir di luar badan jalan, dimana pengelolaan fasilitas parkir di luar badan jalan tersebut akan diusahakan oleh pemerintah daerah atau pihak swasta. Di sisi lain aktivitas parkir, baik yang berada di jalan ataupun di luar jalan dapat menjadi sumber pendapatan daerah yang potensial apabila dikelola dengan baik. Bila permintaan terhadap parkir meningkat dan tidak mungkin untuk memenuhinya atau parkir yang dilakukan di pinggir jalan mengakibatkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas menuju kawasan tertentu, maka perlu untuk mempertimbangkan penerapan suatu
17
manajemen parkir guna mengendalikannya. Yang termasuk dalam manajemen pengelolaan parkir adalah : a) Pengadaan dan Pengaturan Fasilitas Parkir b) Retribusi Parkir 2.5.1 Pengadaan dan Pengaturan Fasilitas Parkir Pengadaan fasilitas parkir dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a) Fasilitas Parkir di Badan Jalan Aktivitas parkir dapat dilaksanakan di badan jalan yang disediakan untuk parkir kendaraan dengan pola pengaturan parkir dilaksanakan oleh pihak pemerintah daerah dalam hal ini Perhubungan/Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya. b) Fasilitas Parkir di Luar Badan Jalan Pengadaan fasilitas parkir di luar badan jalan baik yang berupa taman parkir maupun gedung parkir dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, swasta ataupun pemerintah daerah yang bekerja sama dengan swasta.
2.5.2 Retribusi Parkir Kebijakan ini diberlakukan pada parkir badan jalan dan parkir di luar badan jalan. Manajemen parkir dilakukan dengan menerapkan kebijakan tarif parkir. Menerapkan kebijakan ini dimaksudkan untuk menentukan tariff parkir yang tepat, sehingga retribusi parkir dapat menjadi alat untuk pengendalian pemakaian kendaraan pribadi serta mengurangi kemacetan lalu lintas, misalnya dengan menerapkan kebijakan sebagai berikut : a) Level tarif parkir pada jaringan jalan yang rawan macet lebih tinggi dari jaringan jalan yang tidak rawan macet. b) Penerapan level tarif berdasarkan zona, artinya tarif parkir di pusat kota lebih besar dari pada zona wilayah yang ada di luar kota.
18