Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
ANALISIS INVESTASI KONVERSI KOMODITAS KOPI KE KARET DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BATUJAMUS/KERJOARUM AFDELING KARANGGADUNGAN KABUPATEN KARANGANYAR Mohamad Dion Tiara, Suprapti Supardi, Joko Sutrisno Magister Agribisnis Program Pascasarjana UNS
[email protected] Abstract Position of plantation sector has a substantial economic support as a foreign exchange earner of the country. One commodity is cultivated in plantation of coffee. Cultivation of coffee has been implemented in PTPN IX. Each year in Indonesia, cultivation of coffee commodity has decreased (quality and quantity) this is caused by technical factors and non-technical cultivation. Depends on that, PTPN IX have the conversion policy of coffee to rubber. These research aims to know the financial feasibility of the conversion rate of coffee into rubber in PTPN IX, and to analyze the level of sensitivity due to changes in costs and prices during the business conducted. This study use analytical descriptive method. Data source was obtained from the direction of PTPN IX (Persero) Semarang and Batujamus/Kerjoarum Estate Karanganyar crop investment data, as well as data on non crop plant production data of coffee and rubber in Afdeling Karanggadungan. The results showed that NPV (rubber) Rp. 330.653.343.206 is greater than coffee (-Rp. 401.440.247). IRR (rubber) percentage of 25,36% and coffee of 26,64. B / C ratio of coffee <1 so that the coffee is not feasible, while the rubber B/C ratio are 99,19. The coffee sensitivity analysis showed that the decline of the selling price reached to 5% and production cost increases to 5% of new investments produce negative values. Keywords: Investment Analysis, Convertion of comodity, Coffee, Rubber,NPV, IRR, net B/C. PENDAHULUAN
antaranya adalah karet, kakao, kelapa sawit,
Latar Belakang
kulit kayu manis dan kopi (Ashari, 2006:1).
Perkebunan merupakan salah satu sektor
Kopi merupakan salah satu ko-
andalan Indonesia yang memiliki prospek
moditas
subsektor
perkebunan
sebagai
yang cerah untuk dikembangkan. Dalam
sumber devisa serta penyediaan lapangan
perekonomian Indonsia, sektor perkebunan
kerja. Pangsa Indonesia di pasar kopi dunia
memiliki posisi penopang yang cukup besar
cenderung menurun,
yaitu sebagai penghasil devisa negara. Hal
ekspornya meningkat dalam periode tahun
ini dikarenakan sektor perkebunan memiliki
1986-2004. Secara kuantitatif Najiyati dan
komoditas unggulan yang dapat diterima di
Danarti (2009 : 3) menyebutkan bahwa
pasar internasional. Komoditas unggulan
produksi kopi Indonesia semakin me-
yang memiliki nilai ekspor tinggi di-
nunjukkan penurunan memasuki tahun 2001
walaupun volume
yaitu sebesar 390.000 ton hingga tahun
78
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
2004
sebesar 300.000 ton. Salah satu
penyebabnya ialah kurangnya perawatan
Rumusan Masalah 1. Bagaimana
kelayakan
konversi
lahan dan frekuensi pemupukan yang
tanaman kopi ke karet dari segi
menurun.
finansial di PT. Perkebunan Nusantara
Beberapa
faktor
yang
mem-
IX (Persero) Kebun Batujamus/
pengaruhi penurunan kontribusi ekspor kopi
Kerjoarum Afdeling Karanggadungan ?
terhadap penerimaan devisa disebabkan
2. Bagaimana tingkat sensitivitas akibat
oleh sisi penawaran, pertukaran untuk
perubahan biaya dan manfaat selama
masuk ke beberapa negara importir yang
usaha tersebut dilaksanakan (tahun
semakin
2005 – 2012) di PT. Perkebunan
ketat,
negara-negara
peningkatan produsen
produksi
kopi
yang
Nusantara
IX
(Persero)
Kebun
mengakibatkan turunnya harga kopi dunia.
Batujamus/
Selain itu munculnya negara pesaing seperti
Kerjoarum Afdeling Karanggadungan?
Vietnam yang memiliki kebun kopi relatif
Tujuan Penelitian
muda
1. Menganalisis
dan
produktivitas
yang
tinggi
(Tjitroresmi, 2005 dalam Siregar, 2008 : 5). Karet komoditas prospek
merupakan perkebunan
semakin
cerah
salah
yang
satu
memiliki
dengan
per-
kelayakan
konversi
tanaman kopi ke karet dari segi finansial di
PT.
Perkebunan
Nusantara
IX
(Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum Afdeling Karanggadungan.
kembangan kebutuhan karet yang semakin
2. Menganalisis tingkat sensitivitas akibat
meningkat. Peningkatan per-mintaan atas
perubahan biaya dan manfaat selama
karet diikuti oleh usaha-usaha peningkatan
usaha tersebut dilaksanakan (umur ke-1
produksi dan kualitas, serta peningkatan
hingga
luas
Nusantara
pertanaman
berpeluang
besar
sehingga untuk
Indonesia
meningkatkan
perannya dalam produksi karet dunia.
ke-30)
di
IX
PT.
Perkebunan
(Persero)
Batujamus/Kerjoarum
Kebun Afdeling
Karanggadungan.
Dengan melihat cerahnya prospek karet dunia menjadi salah satu alasan PT.
METODE PENELITIAN
Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun
Tempat dan Waktu Penelitian
Batujamus/Kerjoarum
Karang-
Tempat penelitian yang diambil adalah PT.
gadungan mulai mengkonversi lahan yang
Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun
awalnya ditanami dengan kopi menjadi
Batujamus/Kerjoarum
karet.
Karanggadungan Kabupaten Karanganyar
Afdeling
Afdeling
79
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
dengan
pertimbangan
bahwa
Afdeling
Afdeling
Karanggadungan
Kabupaten
Karanggadungan memiliki areal efektif dan
Karanganyar dengan pertimbangan bahwa
telah dilakukan konversi tanaman kopi ke
Afdeling Karanggadungan memiliki areal
tanaman karet. Waktu penelitian ini selama
efektif
1 bulan (27 Mei 2013 s/d 27 Juni 2013).
tanaman kopi ke tanaman karet. Tahun 2012
dan
telah
dilakukan
konversi
luas areal efektif Afdeling Karanggadungan ialah 297 ha.
Jenis Penelitian Metode dasar
yang digunakan adalah
metode deskriptif analisis. Deskriptif berarti
Metode Penentuan Data Penelitian
penelitian memusatkan pada pemecahan
Jenis data yang digunakan adalah data
masalah-masalah yang ada pada masa
sekunder. Data sekunder yang digunakan
sekarang. Sementara analitis berarti data
dalam penelitian ini diperoleh dari Direksi
yang dikumpulkan mula-mula disusun dan
PT. Perkebunan Nusantara IX Semarang
dianalisa untuk menjabarkan masalah yang
dan
dihadapi.
Kabupaten
Metode
penelitian
deskriptif
Kebun
Batujamus/Kerjoarum
Karanganyar tanaman
berupa
hingga
data
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
investasi
ekspoitasi
berhubungan dengan keadaan yang terjadi
tanaman kopi dan karet khususnya di
saat itu; (2) menguraikan satu variable saja
Afdeling
atau beberapa variable namun diuraikan
penelitian ini mengambil data dari umur ke-
satu-persatu; dan (3) variable yang diteliti
1 hingga umur ke-30 untuk komoditas kopi
tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan
dan
(treatment) (Kountur, 2005 : 105).
karanggadungan.
Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Pembatasan Masalah
Metode pengambilan tempat penelitian
1.
Karanggadungan.
karet
yang
Dalam
dikembangkan
di
Metode analisis data yang digunakan
dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu
dalam penelitian ini ialah analisis
pengambilan tempat sampel yang diambil
kelayakan
secara sengaja berdasarkan pertimbangan-
sensitivitas.
pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan
digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1997 :
kuantitatif dan kualitatif dari komoditas
162). Tempat penelitian yang diambil
kopi dan karet yang diusahakan di PT.
adalah PT. Perkebunan Nusantara
Perkebunan Nusantara IX (Persero)
(Persero)
Kebun
IX
investasi Analisis
dan data
analisis yang
Batujamus/Kerjoarum
80
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
2.
3.
4.
Kebun Batujamus/Kerjoarum dengan
Metode Analisis Data
asumsi umur ekonomis 30 tahun.
Metode analisis data yang dilakukan antara
Komoditas
kopi
penelitian
ini
dan
karet
dalam
lain: tahap pemasukan data, pemeriksaan
kedalam
data, pengolahan data dan pengelompokan
polykloon yang diusahakan di PT.
data. Pengolahan data dilakukan dengan
Perkebunan Nusantara IX (Persero)
menggunakan alat bantu kalkulator dan
Kebun Batujamus/Kerjoarum Afdeling
program Microsoft Excel. Metode analisis
Karanggadungan
data
termasuk
Kabupaten
yang
digunakan
adalah
analisis
Karanganyar.
kelayakan investasi dan analisis sensitivitas.
Analisis kelayakan investasi dalam
Analisis
penelitian ini dilakukan melalui aspek
penelitian
finansial yang menggunakan komponen
kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan
biaya dan manfaat yang dinilai dengan
untuk mengkaji kelayakan usaha tanaman
menggunakan harga pasar, sehingga
perkebunan kopi menggantikan tanaman
kriteria investasi yang digunakan dalam
karet secara finansial. Analisis kualitatif
aspek finansial penelitian ini adalah Net
digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
Present Value (NPV), Internal Rate of
yang mempengaruhi perusahaan melakukan
Return (IRR) dan Net Benefit-Cost
konversi tanaman kopi menjadi karet di
Ratio (Net B/C ratio) di Afdeling
Kebun
Karanggadungan.
Karanggadungan.
Analisis
data ini
yang adalah
digunakan kuantitatif
Batujamus/Kerjoarum
dalam dan
Afdeling
kepekaan/sensitivitas
Data produksi karet kering diperoleh
(sensitivity analysis) dalam penelitian
dari tiap umur tanaman dari PT. Perkebunan
ini diuji di Afdeling Karanggadungan
Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus/
dengan
Kerjoarum,
kemudian
menentukan
tren
tujuan
untuk
perubahan-perubahan terhadap
harga dan
mengatasi yang
biaya
ada
dianalisis
produksi
yang
untuk akan
selama
menggambarkan hubungan antar tingkat
proyek berlangsung mengingat proyek
produksi dan umur tanaman. Analisis ini
konversi tanaman kopi ke karet di
akan
Afdeling
meng-
penaksiran produksi. Dengan demikian
gunakan jangka waktu yang relatif
dapat diperoleh taksiran besarnya produksi
panjang.
per hektar per tahun pada berbagai umur
Karanggadungan
menghasilkan
suatu
persamaan
tanaman selama 30 tahun baik komoditas kopi maupun karet. Persamaan model yang
81
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
digunakan adalah Y = b0 +b1X+b2X2,
menghasilkan. Biaya produksi adalah biaya-
dimana Y merupakan estimasi produksi
biaya selama tanaman menghasilkan, yaitu
kopi maupun karet (kg) dan X merupakan
biaya pemeliharaan kebun, biaya panen,
umur tanaman kopi mupun karet (tahun).
pengangkutan, pajak dan biaya umum
Penerimaan pengusahaan komoditas karet
maupun
kopi
di
lainnya.
Afdeling
Penentuan tingkat
bunga
dalam
Karanggadungan diperoleh dari perkalian
analisis finansial didasarkan pada salah satu
antara tingkat produksi dengan harga jual
dari beberapa hal yaitu biaya oportunitas
masing-masing
kapital,
komoditas
perkebunan.
tingkat
pinjaman
dan
tingkat
Komponen penerimaan kebun lain adalah
kesenangan waktu sosial (Gittinger, 1986).
sisa aktiva tetap perkebunan baik tanaman
Penentuan tingkat bunga didasarkan pada
maupun non tanaman. Sementara itu harga
biaya oportunitas kapital yang digunakan
yang digunakan ialah berdasarkan standar
pada
harga pada saat penelitian.
kegiatan investasi di sektor swasta dan
Tingkat
produksi
adalah
ke-
proyek-proyek
yang
merupakan
umum.
mampuan suatu tanaman menghasilkan
Biaya-biaya produksi karet dan kopi
output. Tingkat produksi yang digunakan
pada penelitian ini antara lain biaya-biaya
adalah umur tanaman atau produktivitas
peremajaan dan pemeliharaan, biaya panen,
tanaman menurut umur. Semakin tinggi
pengangkutan, pengolahan dan biaya tak
tingkat produksi tanaman tersebut semakin
langsung. Biaya tersebut terbagi menjadi
berpotensi untuk dikembangkan. Tingkat
dua kelompok antara lain biaya tanaman
produksi
belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
memberi
pengaruh
terhadap
penerimaan dalam usaha perkebunan. Biaya
menghasilkan
(TM).
adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan
merupakanan
selama proyek tersebut dijalankan. Unsur
selama
pengeluaran yang terdapat dalam analisis
meliputi biaya peremajaan/penanaman dan
kelayakan finansial adalah pengeluaran
pemeliharaan tanaman serta biaya tak
tunai terdiri dari biaya investasi dan biaya
langsung.
biaya
tanaman
Biaya yang
belum
TBM
dikeluarkan menghasilkan,
produksi. Biaya investasi dikeluarkan baik
Biaya TM merupakan biaya yang
secara langsung maupun tidak langsung
dikeluarkan sekama tanaman berproduksi,
sebelum tanaman menghasilkan seperti
terdiri atas biaya peremajaan, pemeliharaan
biaya pembukaan lahan, penanaman, hingga
dan biaya tak langsung yang dianggap tetap.
pemeliharaan tanaman sebelum tanaman
Biaya ini dihitung berdasarkan rata-rata
82
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
biaya per hektar per tahun dan dianggap
Keterangan :
tetap untuk setiap tahunnya. Adapula biaya
NPV = Jumlah pendapatan bersih diwaktu
panen,
pengangkutan
dan
pengolahan.
Biaya ini dihitung dari rata-rata biaya
sekarang selama n tahun (Rp) Bt
=
tersebut dibagi dengan rata-rata produksi sehingga diperoleh biaya per satuan produk. Kemudian
dikalikan
dengan
yang terakhir ialah biaya total
proyek
(komoditas
kopi/karet) pada tahun ke-t (Rp) Ct
= Biaya (komoditas kopi/karet) pada
tingkat
produksi per umur tanaman. Selanjutnya
Penerimaan
tahun ke-t (Rp) n
= Umur ekonomis komoditas kopi dan
yang
karet
merupakan jumlah keseluruhan biaya yang
i
dikeluarkan selama proses produksi karet.
Apabila : 1.
= Tingkat diskonto (%)
NPV < 0 (negatif ), mengartikan bahwa
Kriteria Kelayakan Finansial
sampai pada t tahun investasi masih
Kelayakan finansial dari suatu investasi
merugi
dinilai dengan menggunakan metode arus
dilaksanakan
tunai terpotong (Discounted Cashflow).
2.
sehingga
tidak
layak
NPV = 0, waktu tepat dimana biaya
Metode ini adalah suatu cara penilaian
investasi dapat dikembalikan sehingga
manfaat atau penilaian kelayakan investasi
perusahaan tidak mendapat keuntungan
dari suatu proyek dengan memperhitungkan
atau merugi.
nilai waktu dari uang. Kriteria investasi
3.
NPV>0 (positif), menunjukkan kondisi
yang digunakan dalam analisis kelayakan
perusahaan menguntungkan, dengan
konversi tanaman kopi menjadi karet adalah
semakin besarnya NPV maka semakin
NPV, IRR dan Net B/C.
besar pula keuntungan yang akan dicapai.
Net Present Value (NPV) Metode ini merupakan selisih manfaat dan
Internal Rate of Returnt (IRR)
biaya selama umur ekonomis konversi
Internal Rate of return adalah suatu tingkat
tanaman kopi ke karet yang diukur dengan
diskonto yang membuat NPV proyek sama
nilai uang sekarang dengan menggunakan
dengan
discount rate. Rumus :
merupakan
nol.
Internal arus
rate
of
return
pengembalian
yang
menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas keluar. Rumus : IRR = Ir +
NPV Ir x (It – Ir) NPV Ir – NPV It
83
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
n = Umur ekonomis proyek (kopi/karet) Apabila : Ketarangan :
1.
Net B/C ³ 1 = Proyek (kopi/karet)
Ir = Bunga rendah
layak untuk dilaksanakan
It = Bunga tinggi
2.
Net B/C < 1 = Proyek (kopi/karet)
Apabila : 1.
2.
IRR<
tidak layak dilaksanakan tingkat
diskonto
:
Proyek
(konversi kopi ke karet) tidak dapat
Analisis Sensitivitas
dilaksanakan
Analisis
IRR=
tingkat
(konversi
diskonto
kopi
mendapatkan
ke
:
karet)
keuntungan
Proyek tidak ataupun
kerugian 3.
IRR>
mengatasi
bertujuan
untuk
perubahan-perubahan
yang
terjadi terhadap manfaat dan biaya selama proyek
berlangsung
mengingat
proyek
perkebunan menggunakan jangka waktu
tingkat
(konversi
sensitivitas
diskonto
kopi
ke
:
karet)
Proyek dapat
dilaksanakan
yang
relatif
digunakan
panjang. ialah
Asumsi
penurunan
output/penerimaan.
Penentuan
penurunan
output
harga
yang harga
besarnya
berdasarkan
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
fluktuasi harga yang terjadi di lokasi
Net B/C adalah perbandingan antara present
penelitian. Asumsi kedua adalah kenaikan
value dari total benefit positif dengan total
harga input. Asumsi yang ketiga adalah
benefit negatif.
penurunan hasil produksi.
Rumus : HASIL PENELITIAN Analisa Kelayakan Finansial Komoditas Karet dan Kopi Afd. Karanggadungan
Dimana Bt-Ct > 0 dan Bt-Ct < 0
Tabel 1. Analisa Kelayakan Finansial Komoditas Kopi dan Karet
Keterangan : Net B/C = Net Benefit-Cost Ratio Bt = Penerimaan pada tahun –t
Komodi tas
Ct = Biaya pada tahun-t Bt-Ct = Benefit bersih i = Tingkat suku bunga (%)
Kopi
B/C NPV
IRR
Ratio
-
-
Rp.176.210.9
132,09
82
2%
08 84
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
Rp.910.789.0
32,88
27,318
76,27
%
7
Karet
manfaat dari komoditas pertanian sangat ditentukan oleh harga
jual komoditas
tersebut. Pada analisa kelayakan finansial,
Pada Tabel 1, data NPV, IRR, dan B/C
Ratio
masing-masing
komoditas
komoditas karet memiliki status layak jika
dibandingkan. Nilai NPV pada tanaman
dibandingkan
karet yaitu Rp. 910.789.076,27lebih besar
Komoditas karet memiliki nilai Net Present
jika dibandingkan dengan tanaman kopi
Value
yaitu–Rp. 176.210.982. Hal ini berarti usaha
dibandingkan
karet selama umur ekonomis 30 tahun akan
Keuntungan yang dihasilkan tanaman karet
memberikan
mencapai hampir enam kali lipat jika
keuntungan
sebesar
Rp.
yang
dengan
jauh
komoditas
lebih
dengan
besar
jika
komoditas
kopi.
910.789.076,27 menurut nilai sekarang.
dibandingkan
Sementara itu untuk komoditas kopi rugi
Sedangkan pada nilai Internal rate of
hingga
IRR
Return, modal tanaman karet lebih cepat
komoditas karet sebesar 31,84 % di
kembali jika dibandingkan dengan kopi
Afdeling Karanggadungan memiliki nilai
yang
yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan
membuktikan bahwa perhitungan kasar
dengan nilai pada komoditas kopisebesar
yang dilakukan pada awal analisa benar.
2%.Hal
bahwa
Hal ini juga di dukung oleh permintaan
kemampuan kebun untuk mengembalikan
karet dunia yang terus meningkat jumlahnya
modal yang digunakan saat mengusahakan
jika dibandingkan dengan permintaan kopi
komoditas karet lebih besar dari pada
yang
tingkat suku bunga. Pada nilai B/C Ratio
mengakibatkan harga kopi semakin murah
pada
dan harga karet akan semakin meningkat.
Rp.
176.210.982.
ini
Nilai
menunjukkan
komoditas
kopi,
uji
kelayakan
nilainya
dengan
kopi.
cukup
cenderung
komoditas
kecil.
menurun
kopi.
Hal
ini
sehingga
finansial menunjukkan bahwa komoditas kopi ini tidak layak ditanam karena nilai
Analisa Sensitivitas
B/C Ratio < 1 yaitu sebesar -132,0908
Analisis
sedangkan pada komoditas karet sebesar
meramalkan potensi beberapa komoditas
27,31.Hal tersebut menunjukkan bahwa
sehingga hasil akhir (output) berupa data
setiap pengeluaran sebesar Rp. 1 akan
bias
memberikan
dilapangan (Ferreira et al., 2013). Pada
manfaat
sebesar
Rp.
diintegrasikan
27,31.Sementara itu menurut Zapata et al.
analisis
(2012),
digunakan
keuntungan
dan
pengembalian
sensitivitas
sensitivitas komponen
diperlukan
dengan
komoditas perubahan
untuk
kinerja
karet yang
85
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
diasumsikan sama dengan komoditas kopi.
biaya produksi yang dapat diterima hingga
Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat
mencapai batas negatif adalah 3000%.
kepekaan antara komoditas karet dan kopi.
Analisa sensitivitas juga dilakukan pada
Analisis
ko-
penurunan harga jual, karet sebesar 90 %
moditas kopi dilakukan dengan meng-
menunjukkan nilai yang negatif. Penurunan
gunakan batasan nilai B/C ratio menjadi
harga jual tersebut mempengaruhi pada
negatif. Hasil menunjukkan bahwa nilai B/C
pendapatan
ratio
pula.Nilai
pada
sensitivitas
tingkat
untuk
sensitivitas
10%
perusahaan analisa
yang
menurun
menunjukkan
menghasilkan nilai yang negatif baik dari
dengan
sensitivitas biaya naik maupun harga turun.
mengakibatkan nilai NPV menjadi negatif.
Hal ini menunjukkan bahwa komoditas kopi
Pada komoditas karet, nilai sensitivitasnya
ini terancam akan mengalami kerugian
cukup tinggi
apabila tidak dilakukan tidak lanjut. Dengan
dengan
pertimbangan tersebut, maka merupakan
perusahaan bisa mendapatkan keuntungan
keputusan yang tepat untuk perusahaan
atau laba yang cukup stabil walaupun nilai
melakukan konversi dari komoditas kopi
inflasi cukup tinggi.
menjadi komoditas karet.
penurunan
90%
bahwa jual
sehingga bisa dikatakan
mengusahakan
Harga
harga
karet
komoditas
yang
ini,
meningkat
Analisa sensitivitas komoditas karet
merupakan respon dari hukum ekonomi
terbagi menjadi 2 jenis yaitu peningkatan
dasar, yaitu semakin tinggi permintaan
biaya
harga
sedangkan sedikit barang yang tersedia
jual.Tujuan dilakukan analisa sensitivitas
maka harga akan semakin meningkat.
adalah
batas
Semakin sedikit permintaan maka akan
kemungkinan terburuk yang bisa terjadi
semakin rendah harga jual. Permintaan karet
apabila ada kenaikan biaya produksi atau
terus
penurunan harga jual. Dengan adanya
kembangan teknologi karena karet itu
analisa sensitivitas tersebut
diharapkan
merupakan salah satu komponen yang
perusahaan dapat lebih berhati-hati dalam
dibutuhkan dalam berbagai industri. Hal ini
pembudidayaan komoditas tertentu.
didukung oleh Anonim (2007:V) yang
produksi
untuk
dan
penurunan
mengetahui
Analisa sensitivitas pada komoditas
meningkat
semakin
produksi dilakukan hingga nilai NPV
permintaannya.
yang dilakukan merugi. Nilai peningkatan
dengan
per-
mengatakan bahwa ke depan, karet akan
karet yang mengalami peningkatan biaya
mencapai negatif yang artinya investasi
seiring
berkembang
Permintaan
kopi
dalam
jumlah
akan
semakin
menurun disebabkan karena hasil komoditas
86
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
kopi dari Indonesia tersaingi baik dari segi
yang
mengalami
kerugian
yaitu
-
kualitas maupun kuantitasnya dari negara
Rp.176.210.982,2sehingga karet lebih
Brazil dan negara penghasil kopi lainnya.
layak dibandingkan dengan kopi.
Sehingga mengakibatkan penurunan pe-
3. Persentase IRR komoditas karet sebesar
nawaran kopi secara global bagi produsen di
32.88 % lebih besar dibandingkan
Indonesia.
per-
dengan komoditas kopi sebesar 2 %.
akan
4. Pada nilai B/C ratio komoditas kopi
mengurangi harga jual kopi, sedangkan
tidak layak karena <1, yaitu sebesar -
harga produksi kopi selalu meningkat
132,0908.Sedangkan pada komoditas
seiring dengan peningkatan inflasi.
karet nilainya 27,3187.
mintaan
Semakin kopi
menurunnya
tersebut
maka
Perubahan yang terjadi pada analisis
5. Komoditas kopi lebih peka terhadap
sensitivitas konversi tanaman kopi ke karet
perubahan
adalah penurunan harga jual dan kenaikan
operasional dibandingkan dengan karet.
biaya
kerja,
Hal tersebut terlihat pada penurunan
transport produksi karet maupun kopi.
harga jual kopi sebesar 10 % dan
Penurunan harga jual yang ada biasanya
kenaikan biaya operasional 10%.
pestisida,
pupuk,
tenaga
dipengaruhi oleh kualitas produksi dari
Saran
kebun.
Berdasarkan
Faktor
yang
ada
antara
lain
harga
hasil
jual
dan
biaya
penelitian
dan
rendahnya K3 (kadar karet kering) dan
kesimpulan maka penulis menyarankan :
kualitas fisik lateks yang ada. Hal tersebut
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
juga terjadi pada komoditas kopi.
mengenai konversi tanaman lain selain kopi dan karet.
KESIMPULAN
2. Perlu
adanya
penelitian
mengenai
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dampak konversi terhadap kualitas lahan
maka dapat disimpulkan bahwa :
maupun sektor sosial ekonomi di sekitar
1. Konversi tanaman kopi ke karet layak
kebun.
dilakukan berdasarkan hasil analisa
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
kelayakan finansial karena harga jual
mengenai analisa kelayakan finansial
karet yang meningkat dan harga kopi
secara mendetail dari komoditas lain
yang fluktuatif.
yang digunakan sebagai perbandingan.
2. Nilai NPV pada tanaman karet sebesar Rp.910.789.076,27 lebih besar apabila dibandingkan dengan tanaman kopi
87
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
Implikasi Adapun
implikasi
dari
hasil
analisis
penelitian ini untuk perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Penerapan
Pertanian
dan
Sumberdaya.
Fakultas
Pertanian.
Institut
Pertanian Bogor. Ferreira, LML, Wanzeler, MS, Oliveira,
manajemen
(pembukuan)
untuk
pelaporan menganalisis
RMS and Oliveira, AB. 2013.Cost management
in
agribusiness
:
kelayakan investasi komoditas kopi ke
analysis
the
possibility
of
karet di PTPN IX (Persero) disesuaikan
migration
dengan realisasi pelaksanaan kegiatan
production system in a poultry
konversi.
producer.Pp.1-14.
of to
the
independent
International
2. Penerapan sistem audit studi kelayakan
Conference
on
Industrial
konversi komoditas kopi ke karet di
Engineering
and
Operations
PTPN IX (Pesero).
Management. Spain.
3. Penerapan
pos
kerja
dan
nilai
Kountur, R. 2005. Metode Penelitian Untuk
kelayakan investasi melalui kegiatan
Penulisan
konversi komoditas kopi ke karet
Jakarta : CV Teruna Grafika.
dalam buku kerja urusan Manajemen
Skripsi
dan
Tesis.
Najiyati, S. & Danarti. 2009. Kopi :
Risiko dan Satuan Pengawas Internal di
Budidaya
dan
Penanganan
PTPN IX (Persero)
Pascapanen. Jakarta : Penebar Swadaya. Edisi Revisi. Singarimbun, M & Effendi Sofyan. 1997.
Daftar Pustaka Anonim.
Metode Penelitian Survei. Jakarta.:
2007.
Prospek
dan
Arah
Pengembangan Agribisnis Karet. Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Finansial Konversi Tanaman Kayu Menjadi
Kecamatan
Kakao
Gunung
Siregar, S.V. 2008. Produksi, Konsumsi, Harga dan Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Utama di Asia, Amerika dan Eropa.
Ashari, S. N. 2006. Analisis Kelayakan
Manis
LP3ES.
Di Raya
Skripsi.
Departemen
Ilmu-Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Skripsi-S1 tidak dipublikasikan.
Zapata, HO, Detre, JD and Hanabuchi, T.
Bogor: Program Studi Ekonomi
2013. Historical performance of 88
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
commodity and stock markets.Pp. 339-357. Journal of agricultural and applied economics.Southern agricultural economics association.
89