JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SINAR-X DI UNIT KERJA RADIOLOGI RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO SEMARANG TAHUN 2016 Nabilah Fairusiyyah, Baju Widjasena, Ekawati Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected] Abstract : In medical, Radiation dose which exposed by work activity are higher than another place. Diponegoro National Hospital, which known by national accreditation and classified as a new hospital, is taking an important role on system management for avoiding and reducing radiation hazard. Radiation safety management is important to the workers, due to the characteristic of radiation which not be able to smell and disappeared, so it will be dangerous to safety and health workers. If the radiation are exposing workers continuously, it will causing disease to mortality on radiation workers. The aim of this study was to analyse implementation X-Ray radiation safety management in Radiology Department, Diponegoro National Hospital. This study used qualitative descriptive research with in-depth interview and observation. The study conducted 6 people as main respondents and 3 people as triangulation respondents. The result showed that radiology installation have 4 doctors with radiology specialists, 1 staff radiation protection, 5 radiographers, but there are no medical physicians and administration staff. In this department, only one staff that already joined training as a staff radiation protection which held by Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Health monitoring on workers already conducted in periodic, which every once in a year through working. However, there are no examination before work and also before workers resign. Radiology department already having personal protective equipment, such as apron, radiation screen, Pb gloves, Pb glasses, Tiroid cover, gonad apron. With this variety equipment, radiology department still lacking of the amount in that equipment. In this radiology department, personal radiation dose monitoring used TLD and dose monitoring around workplace just conducted in first use of X-ray device. Radiology department already stored documentation on radioactive substances and X-ray device. Keywords
: X-ray radiation, X-ray safety radiation, Installation of radiology
514
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
PENDAHULUAN
Dalam
Latar Belakang
suatu sistem K3 di
tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
Kesehatan Keselamatan
Kerja
merupakan
instrumen
dan
kondisi dan lingkungan kerja yang
(K3)
terintegrasi untuk mencegah dan
yang
mengurangi
Kecelakaan
Akibat
memproteksi pekerja, perusahaan,
Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat
lingkungan hidup, dan masyarakat
Kerja
sekitar
terciptanya
dari
kecelakaan
bahaya
kerja.
akibat
Perlindungan
(PAK)
sehingga
tempat
kerja
dapat yang
aman, efisien dan produktif. maka
tersebut
dilaksanakanlah suatu sistem yang
515
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
merupakan hak asasi yang wajib
tersebut
dipenuhi
Rumah Sakit termasuk dalam kriteria
oleh
Kesehatan
dan
maka
keselamatan kerja (K3) merupakan
tempat
instrumen
ancaman
pekerja,
yang
memproteksi
perusahaan,
kerja
jelaslah
dengan
bahaya
bahwa
berbagai
yang
dapat
lingkungan
menimbulkan dampak kesehatan,
hidup, dan masyarakat sekitar dari
tidak hanya terhadap para pelaku
bahaya akibat kecelakaan kerja.
langsung yang bekerja di Rumah
Perlindungan tersebut merupakan
Sakit, tetapi juga terhadap pasien
hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
maupun pengunjung Rumah Sakit.
perusahaan.
bertujuan
Sehingga sudah seharusnya pihak
bahkan
pengelola Rumah Sakit menerapkan
mencegah,
K3 mengurangi,
menihilkan risiko kecelakaan kerja
upaya-upaya
(zero accident). Penerapan konsep
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.2
ini tidak boleh dianggap sebagai
disebut
upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
pencegahan
kecelakaan
akibat kerja (KAK) dan penyakit
(SMK3).
akibat
kerja
Sistem
SMK3
dan
Manajemen
bukan
hanya
(PAK)
yang
tuntutan
banyak
biaya
pasar atau dunia internasional saja,
melainkan
harus
tetapi
menghabiskan perusahaan,
Kesehatan
pemerintah,
juga
dianggap sebagai bentuk investasi
pengusaha
jangka
tempat
panjang
yang
memberi
keuntungan berlimpah pada masa
tanggung untuk
kerja
masyarakat,
jawab
menyediakan
yang
aman
bagi
pekerjanya. Selain itu penerapan
1
yang akan datang. Dalam undang-
SMK3
undang Nomor 23 Tahun 1992
manfaat yaitu mengurangi jam kerja
tentang
23
yang hilang akibat kecelakaan kerja,
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan
menghindari kerugian material dan
dan Keselamatan Kerja (K3) harus
jiwa
diselenggarakan di semua tempat
meningkatkan
kerja, khususnya tempat kerja yang
terhadap perusahaan, menciptakan
mempunyai
risiko
bahaya
hubungan
kesehatan,
mudah
terjangkit
kesehatan,
Pasal
juga
mempunyai
akibat
banyak
kecelakaan
yang
image
kerja, market
harmonis
bagi
karyawan dan perusahaan serta
penyakit atau mempunyai karyawan
perawatan
paling
peralatan semakin baik, sehingga
sedikit
memperhatikan
isi
100.
Jika
dari
pasal
terhadap
mesin
dan
membuat umur alat semakin lama.3 516
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Rumah tempat
kerja
sakit yang
merupakan
terpapar
unik
intensif yang dilakukan para ahli
dan
radiasi
menurut
studi
kompleks, tidak saja menyediakan
biologi
pelayanan
bagi
ternyata radiasi dapat menimbulkan
masyarakat, tetapi juga merupakan
kerusakan somatik sel-sel jaringan
tempat pendidikan dan penelitian
tubuh dan kerusakan genetik mutasi
kedokteran. Semakin luas pelayanan
sel-sel reproduksi. Sinar Radiasi
kesehatan dan fungsi suatu rumah
dapat memberikan efek stokastik
sakit
kompleks
dimana efek stokastik akan timbul
fasilitasnya.
setelah melalui masa tenang yang
kesehatan
maka
peralatan
semakin dan
radiasi
(radiobiology),
Kerumitan yang meliputi segala hal
lama,tidak
tersebut menyebabkan rumah sakit
ambang,keparahannya
mempunyai potensi bahaya yang
tergantung pada dosis radiasi dan
sangat besar, tidak hanya bagi
tidak ada penyembuhan spontan
pasien dan tenaga medis, risiko ini
misalnya
juga
Radiasi merupakan potensi bahaya
membahayakan
pengunjung
rumah sakit tersebut.
mengenal
kanker
dosis tidak
dan
leukimia.
yang besar karena sinar radiasi tidak
Berbagai unit ada di rumah
tampak,tidak
berbau
dan
tidak
sakit, seperti unit gawat darurat,
terasa namun efeknya sangat besar
rawat jalan (poli umum dan poli
terhadap
spesialis), rawat inap (ICU/Intensive
terhadap 20.000 korban hirosima,
Care Unit, rawatan umum, rawatan
menunjukkan
isolasi), penunjang (teknik,farmasi,
antara
hemodialisa, fisioterapi, laboratorium
insidensi adenoma parathyroid dan
dan radiologi). Radiologi merupakan
myoma uterin serta lensa mata.
sarana penunjang di rumah sakit
Penelitian
yang
membuktikan
menggunakan
memanfaatkan radiasi
peralatan
peng-ion.
bermanfaat
dan
sinar-X
jenis
pekerja
masyarakat
radiasi sekitar.
Hasil
penelitian
adanya
dosis
keterkaitan
radiasi
suwarda bahwa
dengan
di
batan, terjadinya
penurunan limfosit sebesar 17%
Disamping
pada
juga
pekerja
radiasi
yang
menggunakan sumber radiasi dan
menimbulkan gangguan kesehatan bagi
tubuh.
5%
maupun
pada
pekerja
yang
menggunakan sumber radiasi.
Berbagai
Dibeberapa
dampak dapat terjadi jika tubuh
Negara
tidak 3,4
dosis
radiasi akibat kerja dalam dunia 517
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
kedokteran
jauh
lebih
tinggi
tentang
ketenaganukliran,
dibandingkan dengan tempat tempat
pemanfaatan tenaga nuklir harus
lain misalnya di industry nuklir atau
mendapat pengawasan yang cermat
instansi
agar
instansi
riset
radiasi.
selalu
Laporan UNSCEAR (United Nation
ketentuan
Scientific Committee on the Effect of
tenaga
Atomic Radiation), 1977 pada tahun
menimbulkan
1972-1974
terhadap
di
Jerman,
Thailand,
mengikuti
dibidang nuklir
segala
keselamatan
tersebut bahaya
tidak radiasi
pekerja
radiasi,
India dan Israel rata-rata dosis
masyarakat dan lingkungan hidup.
radiasi akibat kerja dalam dunia
Peraturan
kedokteran lebih tinggi dibandingkan
Indonesia Nomor 33 Tahun 2007
dosis radiasi akibat kerja di bidang
tentang keselamatan radiasi pengion
intansi- instansi riset maupun di
dan keamanan sumber radioaktif,
inudstri nuklir. Selanjutnya untuk
yang
Negara-negara berkembang hal ini
keselamatan pekerja dan anggota
mungkin terjadi, karena pemakaian
masyarakat, perlindungan terhadap
radiasi
juga
lingkungan hidup, dan Keamanan
dari
Sumber
untuk
meningkat
kedokteran
pesat.
perkembangan
Dilihat
rumah
Negara
berkembang
umumnya,
pertumbuhan
kerja
belum
bisa
sakit
di
Pemerintah
bertujuan
menjamin
Radioaktif.
mengenai
pada
Republik
Peraturan
keselamatan
dan
kesehatan kerja terhadap radiasi di
tenaga
Indonesia
telah
diatur
dalam
mengimbangi
Peraturan Pemerintah No. 33 tahun
besarnya beban kerja akibat dari
2007 tentang keselamatan radiasi
kemajuan teknologi radiasi.
pengion
Dari
dan
keamanan
sumber
informasi diatas, dosis radiasi di
radioaktif untuk pelaksana secara
dunia kedokteran harus diwaspadai,
operasionalnya
disamping
untuk
Keputusan Kepala Badan Pengawas
melakukan pantauan terhadap dosis
Tenaga Nuklir No.1/Ka-Bapeten /V-
radiasi akibat kerja dalam dunia
99
kedokteran
keselamatan kerja terhadap radiasi.
kurang
itu
usaha
secara
relatif
mendapat
dibanding tempat lain. Undang-undang
masih
perhatian
5
Republik
yakni
tentang
dari
dalam
ketentuan
Adapun
tujuan
tersebut
adalah untuk menjamin
keselamatan
Indonesia Nomor 10 Tahun 1997
diatur
peraturan
keamanan,
ketentraman dan kesehatan para 518
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pekerja dan anggota masyarakat
tidak tampak tetapi berbahaya bagi
serta
terhadap
keselamatan dan kesehatan pekerja,
lingkungan hidup. Peraturan Kepala
jika radiasi secara terus menerus
Badan Pengawas Tenaga Nuklir
mengenai
Nomor
menyebabkan
perlindungan
8
Tahun
2011
tentang
pekerja
maka
dapat
penyakit
hingga
keselamatan
radiasi
dalam
kematian pada pekerja radiasi. Oleh
penggunaan
pesawat
sinar-X
karena itu peneliti ingin mengetahui
diagnostik
dan
radiologi
gambaran
sistem
intervensional, bahwa keselamatan
keselamatan
radiasi pengion di bidang medik
pekerja
terhadap
merupakan tindakan yang dilakukan
radiasi
yang
untuk melindungi pasien, pekerja,
merupakan
suatu
anggota masyarakat, dan lingkungan
mengurangi
atau
hidup
sekecil
dari
manajemen
radiasi
bagi
para
resiko
bahaya
diterima.
Karena
usaha
untuk
meminimalisir
bahaya
Radiasi.
tersebut
tidak
yang
atau
upaya dalam rangka meningkatkan
kerja,
keselamatan dan kesehatan kerja,
melainkan kecelakaan kerja harus
serta kesejahteraan pekerja radiasi
dicegah jangan sampai terjadi dan
yang merupakan salah satu faktor
lingkungan kerja harus memenuhi
penunjang
syarat-syarat
produktifitas dan pelayanan mutu
Ketentuan menghendaki korektif
sifat
atas
kuratif
kecelakaan
kesehatan
dengan
jelas melindungi pekerja radiasi. Rumah Diponegoro
Sakit yang
diterima,
Unit
pendahuluan
Nasional
Diponegoro,
merupakan
peningkatan
dalam
beberapa
menjadikan
menggunakan
Management
survey
dibagian
Rumah
Rumah Sakit yang baru didirikan Sistem
radiasi
Berdasarkan
radiologi
tergolong
serta
dalam
Radiologi dengan status bertaraf dan
pajanan
Rumah Sakit.
Nasional
memiliki
mungkin
instalasi
Sakit
Nasional
diketahui
bahwa
pekerja
radiasi
peralatan
tidak
proteksi
Keselamatan mengambil peranan
radiasi dari 9 pekerja hanya 1 yang
penting
menggunakan
guna
meminimalisir
mencegah bahaya
dan
peralatan
proteksi
radiasi,
radiasi, diketahui ada beberapa alat
diperlukan suatu sistem manajemen
proteksi radiasi yang belum tersedia
keselamatan radiasi bagi pekerja
dan
radiasi, karena radiasi tidak berbau,
diketahui
pernah
terjadi
kebocoran dinding yang berlapis Pb 519
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pada Instalasi Radiologi. Hal ini
sampling. Informan utama dalam
dibuktikan oleh hasil observasi awal
penelitian ini adalah informan utama
bahwa beberapa pekerja radiologi
berasal dari 1 orang Dokter spesialis
yang
alat
radiologi, 4 orang radiografer,dan 1
memasuki
petugas proteksi radiologi di sebuah
tidak
proteksi
menggunakan
radiasi
saat
itu
Rumah Sakit Nasional Diponegoro
Rumah Sakit Nasional Diponegoro
sejumlah 6 Orang. Pengumpulan
yang masih baru didirikan ini belum
data penelitian dilakukan dengan
pernah dilakukan penelitian untuk
cara
menganalisis
wawancara
mendalam
interview)
kepada
ruang
pemeriksaan,
selain
implementasi
keselamatan di ruang radiologi. Berdasarkan yang
ada
penelitian
sistem
(indepth informan.
Pengumpulan fakta dari fenomena
mengadakan
atau peristiwa – peristiwa yang
mengenai
implementasi
kemudian
belakang
latar
penulis
observasi
bersifat khusus kemudian masuk
analisis
pada
manajemen
kesimpulan
yang
bersifat
umum.
keselamatan radiasi sinar-X bagi pekerja di unit radiologi Rumah Sakit
Keabsahan
Nasional Diponegoro di Semarang.
data
teknik
dilakukan
Karena pekerja radiasi merupakan
dengan
triangulasi
salah satu kelompok yang juga
triangulasi
mempunyai risiko terhadap bahaya
Triangulasi sumber diakukan dengan
pajanan radiasi serta dampaknya
cara mengecek data yang diperoleh
pada keselamatan dan kesehatan
melalui
pekerja yang pada tingkatan tertentu
Reliabilitas penelitian dapat dicapai
dapat menyebabkan penyakit kronis
dengan melakukan verifikasi hasil
sampai dengan kematian.
wawancara dengan hasil observasi
sumber
dan
beberapa
yaitu data.
sumber.
peneliti. METODE PENELITIAN Jenis penelitian digunakan adalah
dalam
penelitian
penelitian yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang
A.
ini
Dalam
bersifat
penelitian
deskriptif-kualitatif. Pengambilan
Analisis Hasil Observasi
sampel
observasi
dalam
instalasi
penelitian ini menggunakan total 520
mendukung peneliti pada
melakukan
lokasi
radiologi
hasil
penelitian
Rumah
Sakit
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Nasional
Diponegoro.
Observasi
rekaman/dokumen
yang dilakukan mengenai personil,
laporan
pelatihan
kecelakaan
proteksi
radiasi,
namun
mengenai dan
untuk
tindakan
tindakan
yang
pemantauan kesehatan, peralatan
diambil
protektif radiasi, pemantauan dosis
kecelakaan belum terlaksana dan
radiasi dan rekaman yang ada. Hasil
belum ada arsip
observasi
di
B. Personil
Sakit
Peneliti
mengenai
personil
Instalasi
radiologi
Rumah
Nasional
Diponegoro
memiliki
untuk
penanganan
Menganalisis
di
4
Instalasi Radiologi terdapat Dokter
Dokter spesialis radiologi menurut
spesialis radiologi yang bertugas di
Keputusan
Menteri
unit kerja radiologi berjumlah 4
Republik
Indonesia
Kesehatan Nomor
(empat)
orang,
dokter
radiologi
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang
yang
Standar
Radiologi
mengoperasikan pesawat sinar-X
Diagnostik untuk fisikawan medis
fluoroskopi , menetapkan prosedur
Instalasi
Sakit
diagnosis dan menyediakan kriteria
Nasional Diponegoro belum memiliki
untuk pemeriksaan wanita hamil,
fisikawan medis, Petugas proteksi
anak-anak,
radiasi
pemeriksaan
Pelayanan
Radiologi
Rumah
Diponegoro
Rumah
Sakit
memiliki
Nasional 1
orang
yang
berfungsi
terhadap
sesuai
Berdasarkan
peraturan,
dewasa,
dan
kesehatan
pasien
menggunakan
petugas proteksi radiasi ini telah dengan
untuk
dosis/obat
paparan
radiasi.
hasil
wawancara
Radiografer Rumah Sakit Nasional
mendalam mengenai personil yaitu
Diponegoro memiliki 5 radiografer
dokter spesialis radiologi. Peneliti
menurut
Menteri
menganalisis bahwa di Instalasi
Indonesia
radiologi tugas pokok fungsi dokter
Keputusan
Kesehatan Nomor
Republik
1014/MENKES/SK/XI/2008
spesialis
radiologi
adalah
setiap alat yang dimiliki instalasi
melaksanakan pemeriksaan dengan
radiologi
kontras dan fluoroskopi bersama
harus
radiografer,
mempunyai
Hasil
2
observasi
dengan
radiografer.
Khusus
mengenai pemantauan dosis radiasi
pemeriksaan
yang
bagi pekerja radiasi menggunakan
penyuntikan
intravena
Termo
oleh dokter spesialis radiologi atau
Luminescence
Dosimeter
(TLD), Hasil observasi mengenai
memerlukan dikerjakan
dokter lain/tenaga kesehatan yang 521
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
mendapat pendelegasian. Namun
maka
belum ada penjelasan/pernyataan
Spesialis Radiologi minimal 1 orang
bahwa dokter spesialis radiologi
yang telah memiliki SIP. Kondisi ini
menjamin
juga telah sesuai dengan Peraturan
aspek
pelaksanaan
proteksi
seluruh
radiasi terhadap
harus
Kepala
memiliki
Dokter
BAPETEN
(Badan
pasien, Mengevaluasi kecelakaan
Pengawas Tenaga Nuklir) No. 8
radiasi dari sudut pandang klinis
Tahun
dan
mempersyaratkan
ini
belum
sesuai
Keputusan
Menteri
Republik
Indonesia
dengan
Kesehatan
2011,
yang
Rumah
Sakit
yang memiliki Instalasi Radiologi
Nomor
harus
memiliki
dokter
spesialis
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang
radiologi yang berkompetensi di
Standar
bidang radiologi
Pelayanan
Radiologi
C. Pelatihan Proteksi Radiasi
Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan mengenai tugas pokok
Hasil
fungsi Dokter spesialis radiologi44 Rumah
Sakit
informan
Nasional
wawancara utama
triangulasi,
dengan
dan
peneliti
informan
menganalisis
Diponegoro merupakan rumah sakit
bahwa belum ada pelatihan kepada
kelas
Dokter
seluruh pekerja radiologi hanya ada
spesialis radiologi dengan Jumlah 4
1 orang yang menjadi petugas
(empat)
Dokter spesialis radiologi
proteksi radiasi yang mendapatkan
dan memiliki SIP, ini telah sesuai
pelatihan dan dikirimkan ke Jakarta
dengan
Keputusan
penyelenggara pelatihan proteksi
Kesehatan
Republik
C
Nomor
yang
memiliki
Menteri Indonesia
radiasi
1014/MENKES/SK/XI/2008
tentang Radiologi
Standar Diagnostik
adalah
Badan
Pengawas Tenaga Nuklir, menurut
Pelayanan
hasil wawancara beberapa alasan
Sarana
belum adanya pelatihan karena
Pelayanan Kesehatan mengatakan
pelatihan membutuhkan anggaran
bahwa Jenis dan jumlah tenaga
dan biaya yang besar dan belum
yang dibutuhkan dalam instalasi
menjadi kebutuhan
radiologi
digolongkan
Sakit untuk melatih pekerja radiologi
sarana
dalam hal proteksi radiasi. Hal ini
karena
menunjukan
Rumah Sakit Nasional Diponegoro
manajemen
diagnostik
berdasarkan pelayanan
Di
tersebut
jenis kesehatan
merupakan Rumah Sakit type C
terhadap 522
dari
bahwa belum
pelaksanaan
Rumah
pihak komitmen pelatihan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
kepada
pekerja
fungsinya
radiologi
untuk
pengetahuan,
yang
sekali. Pemeriksaan yang dilakukan
tambahan
pemeriksaan
yang
laboratorium darah, kimia klinik, urin
dalam
lengkap dan fisik. Pemeriksaan yang
kerja
utama adalah pemeriksaan darah
terhadap radiasi. Kondisi ini tidak
dan urin, untuk pemeriksaan darah,
sesuai dengan Perka BAPETEN
uji darah meliputi hemoglobin, hitung
No.8 tahun 2011 yang mengatakan
sel darah merah, hitung sel darah
bahwa
wajib
putih, hitung diferensial dan hitung
pelatihan
trombosit. Adanya ketidak normalan
nantinya
ketrampilan
diantaranya
bermanfaat
pelaksanaan
keselamatan
pemegang
izin
menyelenggarakan proteksi dalam
radiasi
sebagai
sistem
keselamatan proteksi mengenai
atau jumlah berlebih dari sel darah
manajemen
radiasi,
radiasi
syarat
pelatihan
meliputi
peraturan
muda
(immature)
harus
dicatat.
Leukemia mungkin diawali dengan
materi
anemia,
neutropenia
dan
perundang-
trombositopenia. Harus dicatat juga
ketenaganukliran,
hitung sel darah sangat bervariasi
sumber radiasi dalam pemanfaatan
baik oleh kondisi fisiologis, adanya
tenaga nuklir, efek biologi radiasi,
penyakit
satuan dan besaran radiasi, prinsip
laboratorium.
proteksi dan keselamatan radiasi,
E. Peralatan Protektif Radiasi
undangan
alat ukur radiasi, tindakan dalam
atau
proses
di
dalam
Peneliti Menganalisis Dalam
keadaan darurat
melakukan
D. Pemeriksaan dan Pemantauan
pekerja radiasi wajib menggunakan
Kesehatan Rumah
aktifitas
kerjanya
alat pelindung diri saat kondisi Nasional
paparan radiasi yang dihasilkan
Diponegoro, belum ada pemeriksaan
pesawat sinar-X cukup tinggi. Salah
diawal sebelum melakukan aktifitas
satu pemeriksaan yang mewajibkan
sebagai
yang
pekerja radiasi menggunakan alat
diselenggarakan oleh rumah sakit
pelindung diri adalah pemeriksaan
tetapi radiografer telah melakukan
khusus, disini radiografer berada
pemeriksaan
secara
dekat dengan sumber radiasi. Untuk
pemeriksaan
itu unit radiologi wajib menyediakan
kesehatan berkala medical check-up
kelengkapan alat pelindung diri bagi
individu,
Sakit
radiografer
kesehatan
kemudian
telah dilakukan secara rutin setahun
pekerjanya, sebagai salah satu cara 523
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
meminimalisir dampak dan efek
secara
radiasi yang diterima pekerja.
ketebalan suatu bahan pelindung.
Alat pelindung diri yang ada di
eksponensial
terhadap
Untuk radiasi elektomagnetik bahan
Rumah Sakit Nasional Diponegoro
yang
terdiri dari 5 apron, 2 buah tabir
pelindung adalah timbal.
shielding,
F. Pemantauan Dosis Radiasi
pasang
4 kaca mata Pb , 2 sarung
tangan
Pb,
6
paling
efektif
Peneliti
sebagai
Menganalisis
pelindung tiroid, dan 4 pelindung
pemantauan dosis radiasi di daerah
gonad, dalam hal ini jumlah apron
kerja
kurang sesuai dengan keselamatan
Diponegoro menggunakan survey
radiasi karena jumlah apron tidak
meter di unit kerja radiologi yang
sesuai dengan jumlah pekerja dan
berguna untuk memantau paparan
minimal 1 ruangan terdapat 1 apron
radiasi, menilai adanya kebocoran
di
dalam
Peraturan
Rumah
Sakit
Nasional
instalasi.
Menurut
pada tabung pesawat sinar-x atau
Pemerintah
Republik
tidak adanya kebocoran, agar bisa
Indonesia nomor 33 tahun 2007
diketahui
dosis
radiasi
tentang
dihasilkan
masih
dibawah
keselamatan
radiasi
yang nilai
pengion dan keamanan sumber
standar atau melebihi sebagai salah
radioaktif pasal 31 menyebutkan
satu upaya melindungi keselamatan
bahwa
pekerja
pemegang
izin
wajib
radiasi,
namun
untuk
menyediakan perlengkapan proteksi
penggunaannya baru dilaksanakan
radiasi dan setiap pekerja, pasien,
bulan
pendamping pasien dan/atau orang
pembukaan
lain
dengan
dikarenakan pernah ada kebocoran
radiasi wajib memakai peralatan
pada ruang fluoroskopi dan cath lab
proteksi radiasi. Bila setiap ruangan
yang tidak diketahui kapan pastinya
memiliki minimal satu apron maka
terjadi
pekerja dalam bekerja di medan
Radiografer mengetahui terjadinya
radiasi tidak akan bergantian dalam
kebocoran
memakainya,
digunakan
yang
nyaman
berhubungan
supaya
dalam
pekerja
bekerja
dan
februari
2016
sejak
pelayanan
2014
kebocoran
melakukan
melalui oleh
tersebut
TLD
yang
radiografer
pemeriksaan
,
saat
pasien,
terhindar dari efek radiasi yang
diketahui bahwa paparan radiasinya
dapat
sangat tinggi sehingga dari pihak
merugikan
untuk
dirinya
sendiri, intensitas radiasi akan turun
instalasi 524
radiologi
melaporkan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
kepada manajemen rumah sakit
perseorangan dengan menggunakan
untuk
TLD
dilakukan
ditemukan
pengujian
adanya
dan
yang
digunakan
saat
kebocoran
melakukan pelayanan/pemeriksaan
setelah ada pengujian kemudian
terhadap pasien, setiap 3 bulan
dilakukan perbaikan ruangan.
sekali
Pemantauan
dosis
radiografer
dilakukan
dikirimkan
kepada
bagi
BAPETEN untuk di evaluasi berapa
dengan
kadar yang diterima pekerja, jika
pemantauan
nanti melebihi dosis paparan akan
dosis perorangan dan telah sesuai
dilakukan pemeriksaan khusus dan
dengan Perka BAPETEN No. 8
pekerja akan diberikan waktu untuk
Tahun 2011, yaitu TLD yang dipakai
istirahat.
oleh pekerja selama tiga bulan,
pemantauan
kemudian dilaporkan kepada BPFK,
perseorangan
nantinya
arsipkan dan disimpan di tempat
menggunakan
radiasi
TLD
alat
akan
menerima
hasil
Penyimpanan
dokumen kesehatan
dengan
cara
di
laporan pemantauan dosis, yang
arsip
berlangsung setiap bulannya. Hasil
pemantauan daerah kerja dilakukan
laporan
dengan menggunakan survey meter
TLD
tersebut
didokumentasikan dan di catat oleh petugas
radiasi
laporan
TLD
dan
dari
instalasi
radiologi.
Untuk
dan di check secara berkala.
hasil KESIMPULAN
pekerja/personil
radiologi dosis radiasi yang diterima
1.
Personil yang ada di unit kerja
pekerja masih dibawah nilai batas
radiologi Rumah Sakit Nasional
dosis yaitu <0,1 mSv perbulan.
Diponegoro memiliki 4 (empat)
G.
Dokter Spesialis Radiologi, 1
Penyimpanan Dosis
Dokumentasi
dan
Riwayat
(satu)
Petugas
Proteksi
Kesehatan Pekerja Radiasi
Radiologi dan 5 (lima) orang
Peneliti
Menganalisis
Radiografer, seluruhnya lulusan
Dokumen yang ada di unit kerja
D3 teknik radiodiagnostik dan
radiologi dalam hal penyimpanan
radioterapi.
dokumen dosis radiasi perseorangan
Nasional
maupun hasil pemantauan daerah
memiliki fisikawan medik dan
kerja ada diruang arsip di unit
tidak
radiologi dengan tertata secara baik.
administrasi serta kamar gelap,
Cara
pengukuran
dosis
radiasi
ini 525
Rumah Diponegoro
memiliki
tidak
sesuai
Sakit tidak
tenaga
dengan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Peraturan
2.
Kepala
BAPETEN
tahun
dan
Perka
No.8 tahun 2011.
BAPETEN No. 7 tahun 2007
Pelatihan proteksi radiasi bagi
tetapi untuk pemantauan dosis
pekerja belum pernah dilakukan
di daerah kerja dilakukan hanya
oleh pemegang izin dalam hal
pada awal penggunaan alat
ini pihak
pesawat
manajemen rumah
sakit hanya satu orang yang mengikuti
pelatihan
ray
belum
sebagai DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.scribd.com/doc/17348 984.Pedoman-PenyelenggaraanK3-RS depkes.go.id diakses tanggal 2 Januari 2016.
belum sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN No.8 tahun 2011.
2. Akhadi, Muklis. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Jakarta; 2000.
Pemantauan kesehatan yang telah
sinar-X
terlaksana secara berkala.
petugas proteksi radiasi dan ini
3.
2007
dilaksanakan
adalah
3. Hiswara,Eri. Tinjauan Umum Prinsip Keselamatan Radiasi. Jakarta; 1999.
pemantauan kesehatan berkala setahun sekali selama bekerja, tetapi pada saat awal sebelum bekerja,
dan
memutuskan belum tidak
pada
hubungan
4. Suwarda. Pengaruh Pajanan Radiasi Eksternal Terhadap Kesehatan Pekerja Radiasi di Pusat Penelitian Tenaga Atom, Badan Tenaga Atom Nasional, Serpong; 1997.
saat kerja
terlaksana kondisi ini sesuai
dengan
Perka
BAPETEN No. 6 tahun 2010 . 4.
5. Amsyari, Fuad. Radiasi Dosis Rendah dan pengaruhnya terhadap Kesehatan. Surabaya; 1989.
Peralatan protektif radiasi yang dimiliki
unit
Rumah
kerja
radiologi
Sakit
Diponegoro
Nasional
masih
6. Edward, Crist. Perlindungan Radiasi bagi Pasien dan Dokter Gigi. Alih bahasa Lilian Yuwono.Edisi 1. Jakarta: Widya Medika; 1990.
kurang
memadai, tidak sesuai dengan Peraturan
Kepala
BAPETEN
No. 8 tahun 2011 5.
Pemantauan
dosis,
7. Peraturan Pemerintah RI No. 33 tahun 2007. Keselamatan Radiasi Pengion dan Kemanan Sumber Radioaktif. Jakarta; 2007.
yang
dilaksanakan di unit radiologi perorangan menggunakan TLD sesuai
dengan
ketentuan
Peraturan Pemerintah No. 33 526
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
8. Gabriel JF. Fisika Kedokteran. Cetakan VII.Jakarta: ECG; 1996.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2016.
9. Syahriar, Rasad. Radiologi Diagnostik. Jakarta; 1992.
18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33 Tahun 2007. Tentang Keselamatan radiasi Dalam Penggunaan Peralatan Radiografer Industri. BAPETEN. Jakarta; 2009.
10. Bapeten. Pendidikan dan Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi (Radioagnostik). Jakarta; 2001.
19. Sejati,Kuncoro. Pengelolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point dan Center Point. Yogyakarta: Kanisius; 2009.
11. Beiser A. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga; 1990. 12. Suryo, Sigit. Studi Proteksi Radiasi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Dr. Ario wirawan Salatiga. Semarang: Politeknik Kesehatan; 2007.
20. Peraturan Pemerintah RI No. 33 tahun 2007. Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif. Jakarta; 2007.
13. Wiharto,Kunto. Efek Radiasi pada Sistem Biologi, Bapeten, Jakarta; 2001. 14. Adnan M. Manajemen Proteksi Instalasi Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin [Skripsi]. Ujung Pandang: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin; 1997. 15. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Materi Diklat Petugas Proteksi Radiasi. Jakarta; 2005. 16. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2009. Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Zat Radioaktif dan Pesawat Sinar-X Untuk Peralatan Gauging. Jakarta; 2009.
17. Sari, Silvia. Pengembangan Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar-X Di Unit Kerja Radiologi Rumah Sakit XYZ Tahun 2011 [Skripsi]. Jakarta: 527