ANALISIS IMPLEMENTASI GPON DAN MSAN UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY PADA “KOTA 2 ARNET KOTA” PT TELKOM INDONESIA Altrian Purna Adi1; Annisa Vernia Putri2; Dwi Almanda Yetty Putri3 1, 2, 3, 4
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
[email protected]
ABSTRAK Teknologi telekomunikasi dan informasi dekade ini perkembangannya sangat pesat. Perkembangan ini sesuai dengan perkembangan permintaaan akan layanan telekomunikasi dan informasi secara terpadu. Telekomunikasi dan informasi pada dekade ini tidak hanya berupa layanan voice , melainkan juga data dan television yang biasa disebut dengan layanan triple play. Bertambahnya jumlah user dan kebutuhan akan bandwidth yang semakin besar menyebabkan dibutuhkannya perangkat yang mendukung semua permintaan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis media transmisi, interface, maximum transmission unit, bit rate, jarak dan power link budget pada GPON dan MSAN. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara terhadap narasumber, observasi pada Kota 2 Arnet Kota dan studi literatur berdasarkan referensi buku, jurnal dan website. Hasil yang didapat adalah melakukan rekonfigurasi dengan mengintegrasikan GPON dan MSAN dalam satu platform jaringan. Simpulan dari analisis dan rekonfigurasi ini diharapkan dengan mengintegrasikan teknologi GPON dan MSAN dapat mencakup peningkatan permintaan bandwith dan peningkatan jumlah user untuk layanan triple play. Kata kunci : GPON, MSAN, Triple play
Information and telecommunication technology this decade has grown fast.That’s in line with the growth of demand in telecommunication service and integrated information system. Telecommunication and information this decade not only voice service but also data and television service which often called triple play service. The growth of the number of users and the needs for greater bandwidth causes the device that support all needs and requests. The aim of this research to analyzing transmission media, interface, maximum transmission unit, bit rate, distance and power link budget on GPON and MSAN. Research methodology in this study were interviews with engineer, observations on the Kota 2 Arnet Kota and literature studies with books, journals and websites. The results are to reconfigure MSAN and GPON network in a single platform network. Conclusions from the analysis and reconfiguration is expected to integrate the MSAN and GPON technologies could accomodate increased demand for bandwidth and an increasing number of users for triple play services. Keywords : GPON, MSAN, Triple play
PENDAHULAN
Seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan layanan yang praktis, mudah, dan efisien meningkat. Kebutuhan pelanggan (user) yang meningkat akan layanan informasi dan komunikasi berupa internet (data), telepon (voice) dan television menyebabkan dibutuhkannya perangkat yang mendukung semua permintaan tersebut. Keterbatasan jaringan akses copper yang di nilai belum cukup dan belum dapat mengakomodir permintaan kapasitas bandwidth yang besar serta kecepatan yang tinggi (bitrate), membuat pelayanan akan layanan voice, data dan television yang semakin pesat kurang maksimal bagi jumlah user yang selalu meningkat, maka PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk sesuai visi dan misi-nya dalam meningkatan kualitas layanan, mengadopsi teknologi baru dapat meningkatkan infrastruktur layanan voice, data dan internet protocol television (IPTV) atau dikenal dengan triple play. Dengan menggunakan perangkat akses yaitu Gigabit Passive Optical Network (GPON) dan Multi Service Access Node (MSAN). Kota 2 Area Network Kota PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, saat ini sedang mengimplementasikan teknologi GPON dan MSAN untuk melayani layanan triple play. GPON dan MSAN adalah adalah teknologi jaringan menggunakan fiber optic yang dapat mendukung layanan triple play dimana bandwidth dan bit rate yang ditawarkan lebih besar sehingga dapat meningkatkan kualitas layanan dalam melayani jumlah user yang terus meningkat serta mengakomodir permintaan bandwidth dari user yang beragam. METODOLOGI Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan data melalui interview langsung dengan engineer yang menangani perangkat, melakukan observasi dan mencari referensi buku, jurnal dan website. Setelah mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan, dilakukan analisis terhadap sistem yang sedang berjalan bersama tim engineer. Setelah mendapatkan hasil dari analisis sistem dilakukan rekonfigurasi jaringan untuk lebih mengefisienkan jaringan yang telah ada, setelah itu dilakukan evaluasi terhadap sistem baru yang dijalankan yaitu pengintegrasian jaringan GPON dan MSAN. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 SISTEM YANG BERJALAN
Gambar 3.2 Topologi sistem yang berjalan Pada gambar tersebut dijelaskan cloud terhubung langsung dengan MetroE, yang terhubung dengan MSAN dan perangkat berteknologi GPON yaitu OLT, perangkat OLT diletakkan di penyedia jasa layanan telekomunikasi. Dari gambar tersebut dijelaskan MSAN tidak terhubung dahulu dengan OLT, MSAN masih terhubung secara point to point dengan MetroE. OLT tersebut terhubung dengan
passive splitter yang menyebarkan sinyal optik terhadap ONU/ONT yang ada di sisi user, dimana ONU/ONT yang digunakan masih untuk segmentasi corporate user. 1.1.1 TOPOLOGI GPON
Gambar 3.3 Topologi GPON Dapat dilihat pada gambar 3.3 dimana memperlihatkan topologi umum teknologi GPON, dimana OLT terhubung langsung dengan MetroE. Sinyal optik didistribusikan kearah ONU/ONT melalui passive splitter. ONU/ONT mentransmisikan sinyal elektrik untuk layanan triple play kepada user. Optical Distribution Network (ODN) adalah jaringan optik yang menghubungkan antara OLT dan ONU/ONT. ONU/ONT disambungkan Set Top Box (STB) untuk layanan IPTV, STB berfungsi untuk mengkonversikan digital signal menjadi analog signal yang berada disisi user untuk mengakses IPTV. sedangkan ONU/ONT langsung terhubung pada Personal Computer (PC) untuk layanan data (internet) dan telepon untuk layanan voice. 1.1.2 TOPOLOGI MSAN
Gambar 3.4 Topologi MSAN Dapat dilihat dari gambar 3.4 topologi umum dari perangkat MSAN dimana MSAN yang terhubung dengan MetroE. Layanan yang didistribusikan ke pelanggan dari node cabinet MSAN ke residential user menggunakan copper dan menggunakan fiber optic untuk menghubungkan node cabinet MSAN ke MetroE. MSAN terhubung pada modem ADSL 2+ yang terhubung dengan perangkat STB. Modem ADSL 2+ terhubung ke PC untuk layanan data (internet) dan telepon terhubung melalui ADSL splitter untuk sambungan telepon rumah.
KONFIGURASI FISIK UNTUK TRIPLE PLAY
Gambar 4.1 Konfigurasi Fisik layanan triple play Pada gambar 4.1 terlihat bahwa layanan triple play ditransmisikan dari OLT ke gateway tujuan yaitu MetroE Cibinong untuk layanan IPTV, MetroE Arnet Kota untuk layanan data dan MetroE Jatinegara untuk layanan voice. Namun secara transmisi layanan triple play tersebut melewati beberapa MetroE sentral lain terlebih dahulu sebelum akhirnya sampai di MetroE sentral yang ingin dituju, sesuai dengan gateway masing – masing data. MENGINTEGRASIKAN GPON DAN MSAN
Gambar 3.7 Topologi integrasi MSAN dan GPON
Pada implementasi diatas digunakan perangkat berteknologi GPON yaitu OLT yang ditempatkan di sisi penyedia jaringan (Telkom Indonesia) untuk melayani triple play. Agar layanan berjalan dengan baik, topologi antar perangkat OLT dibuat dengan menggunakan topologi ring untuk menghindari jika terjadi gangguan jaringan pada OLT A maupun OLT B. Jika jaringan fiber optic pada OLT A terjadi gangguan atau kerusakan maka secara otomatis MetroE akan mencari backup link melalui OLT B sehingga putusnya jaringan tidak dirasakan user, begitu juga sebaliknya. Agar dapat menikmati layanan pada teknologi jaringan GPON selain menempatkan OLT, sebuah perangkat ONT juga harus ditempatkan di sisi pelanggan dimana ONT terhubung melalui ODN dengan OLT. ZXA10 – F822 digunakan Kota 2 untuk pelanggan corporate dan ZXA10 – F620 digunakan untuk pelanggan residential guna menterjemahkan sinyal optik menjadi sinyal analog, bagi user yang daerahnya belum dilewati oleh jaringan fiber optic maupun yang ingin meminta bandwidth lebih kecil dapat dihubungkan menggunakan MSAN yang ditempatkan dalam cabinet di jalan, pelanggan dapat menikmati layanan triple play melalui ADSL2+ Modem yang layanannya disediakan oleh MSAN. Implementasi seperti ini diharapkan mampu memberikan jaringan dan backup link yang baik dan membuat user dapat terus menikmati layanan triple play tanpa harus terjadi banyak gangguan karena terjadi masalah pada media transmisi serta dapat mengakomodir para pelanggan yang belum tersedia jaringan optik didaerahnya maupun user yang hanya memerlukan penggunaan bandwidth yang kecil. MEDIA TRANSMISI
No. 1 2 3 4
Tabel 4.1 Media Transmisi Perangkat GPON dan MSAN Panjang Per Gulungan Fiber Optic Lambda (nm) (yang digunakan Telkom) Multi Mode 850 nm 0,55 km Single Mode 1310 nm 2 km Single Mode 1490 nm 2 km Single Mode 1550 nm 2 km
Media transmisi yang digunakan Kota 2 Arnet Kota untuk perangkat GPON dan MSAN adalah fiber optic jenis single mode dan multi mode dimana untuk fiber optic berjenis multi mode dengan lambda 850 nm digunakan untuk jarak antar perangkat mulai dari 0 hingga 0,55 km dimana panjang untuk satu gulungan kabel adalah 0,55 km, sedangkan untuk fiber optic berjenis single mode dengan lambda 1310 nm dan 1490 nm dapat digunakan untuk jarak antar perangkat dari 0,55 hingga 40 km dengan panjang gulungan kabel 2 km dan untuk fiber optic berjenis single mode dengan panjang gelombang 1550 nm digunakan untuk jarak antar perangkat daro 40 hingga 120 km. MAXIMUM TRANSMISSION UNIT (MTU)
No. 1 2 3 4 5 6
Tabel 4.2 Data Trunk GPON dan MSAN Description Gateway Data Arnet Kota IP – Phone Jatinegara Signalling Jatinegara Management Jatinegara IPTV Unicast Cibinong IPTV Multicast Cibinong
MTU 1632 bytes 9190 bytes 9190 bytes 1700 bytes 1700 bytes 1700 bytes
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa : • Layanan data (internet) dari OLT Kota 2 Arnet Kota ke arah gateway MetroE Arnet Kota dengan MTU 1632 bytes. • Layanan IP-Phone (voice) dari OLT Kota 2 Arnet Kota ke arah gateway Metro Jatinegara dengan MTU 9190 bytes. • Layanan signalling dari OLT Kota 2 Arnet Kota ke arah gateway Metro Jatinegara dengan MTU 9190 bytes. • Layanan Management (untuk komunikasi antar perangkat) dari OLT Kota 2 Arnet Kota ke arah gateway MetroE Jatinegara dengan MTU 1700 bytes. • Layanan IPTV Unicast dari OLT Kota 2 ke arah gateway MetroE Cibinong dengan MTU 1700 bytes. • Layanan IPTV Multicast dari OLT Kota 2 ke arah gateway MetroE Cibinong dengan MTU 1700 bytes BIT RATE No. 1 2
Tabel 4.3 Bit Rate Teknologi GPON Arah Transmisi Bit Rate Upstream Up to 1,244 Gbps Downstream Up to 2,488 Gbps
Bit rate yang ditetapkan untuk perangkat berteknologi GPON dapat mencapai 1,244 Gbps untuk arah transmisi upstream sedangkan untuk arah transmisi downstream dapat mencapai 2,488 Gbps dimana bit rate ini berjalan pada perangkat yang menggunakan teknologi GPON. POWER LINK BUDGET Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Power Link Budget Berdasarkan Standar -5 dBm ≤ Rx ≤ -30 dBm Power Receiver No. Tipe SFP Jarak Kondisi (Rx) 1 1000BASE-SX 0,55 km -10,22 dBm Memenuhi Standar 2 1000BASE-LX 10 km -16 dBm Memenuhi Standar 3 10G BASE-LR 10 km -16 dBm Tidak Memenuhi Standar 4 1000BASE-EX 20 km -22,5 dBm Memenuhi Standar 5 GTGO Card (D 20 km -22,5 dBm Memenuhi Standar 6 10G BASE-ER 20 km -22,5 dBm Tidak Memenuhi Standar 7 1000BASE-EX 40 km -35,5 dBm Tidak Memenuhi Standar 8 10G BASE-ER 40 km -35,5 dBm Tidak Memenuhi Standar 9 1000BASE-ZX 70 km -39 dBm Tidak Memenuhi Standar 10 1000BASE-EZX 120 km -59,5 dBm Tidak Memenuhi Standar Berdasarkan perhitungan power link budget diatas dapat disimpulkan bahwa jarak diatas 20 km untuk 1000BASE SFP dan jarak 10, 20 dan 40 km untuk 10G BASE SFP tidak dapat mengirimkan paket data dengan baik dalam jaringan Kota 2 karena akan berakibat tidak dapat dibacanya paket data oleh penerima. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor yaitu jarak, jumlah splice, panjang per gulungan fiber optic, connector, dan margin yang digunakan oleh Telkom Indonesia, walaupun secara teori jarak yang
digunakan tidak berbeda, namun dalam pengimplementasiannya perhitungannya dapat berubah oleh karna beberapa faktor tersebut. ANALISIS JARAK Tabel 4.11 Jarak Antar Perangkat Perangkat Jarak Keterangan
Metro E Kota 2 dan GPON OLT Kota 2
0,65 Km
Dalam Satu Gedung
GPON OLT Kota 2 dan MSAN Best Western
1,9 Km
Didepan Hotel Best Western Mangga Besar
GPON OLT Kota 2 Dan ONT Corporate
2,6 Km
Di Jalan P.Jayakarta
Dapat dilihat dari hasil analisis data dari perusahaan, jarak antar perangkat yang akan diimplementasikan dari MetroE Kota 2 yang berada di kantor Telkom Arnet Kota dan GPON OLT Kota 2 berjarak 0,65 km dimana terdapat dalam satu gedung yang sama namum berbeda lantai, GPON OLT Kota 2 dan MSAN yang ditempatkan dalam cabinet didepan Hotel Best Western Jayakarta berjarak 1,9 km dan GPON OLT Kota 2 dan ONT Corporate di Jalan Pangeran Jayakarta berjarak 2,6 km.
ANALISIS PERBANDINGAN BANDWIDTH Tabel 4.12 Perbandingan Bandwidth No
Teknologi
Bandwidth Upstream
Bandwidth Downstream
1
ADSL
64 Kbps
512 Kbps
2
ADSL 2+
1,4 Mbps
24 Mbps
3
GPON
1,24 Gbps
2,48 Gbps
Dapat dilihat perbandingan kecepatan akses teknologi yang digunakan perusahaan yang menggunakan teknologi ADSL, ADSL 2+ dan GPON. Dimana GPON yang menggunakan teknologi passive optical network menawarkan bandwidth yang jauh lebih
besar untuk user dalam layanan triple play sehingga dapat menyalurkan layanan dengan lebih cepat dan dapat mendukung layanan high definition television (HDTV) yang resolusinya mencapai 1920 x 1080 piksel. EVALUASI 1.1.3 EVALUASI POWER LINK BUDGET Adapun evaluasi implementasinya dengan melihat konfigurasi logic dari perangkat menggunakan SecureCRT yang memiliki fitur transceiver digital diagnostic monitoring untuk mengecek power Tx dan Rx sebagai berikut :
Gambar 4.8 Evaluasi Power link budget OLT terhadap MetroE Dari gambar 4.8 diatas dapat dilihat bahwa MetroE menerima power Rx sebesar -9,98 dBm dimana hasil yang didapat masih sangat baik dikarenakan masih didalam range yang ditetapkan sehingga paket data yang diterima tidak rusak. Bila sewaktu – waktu terjadi gangguan yang menyebabkan power Rx menurun, perangkat akan secara otomatis mengirimkan peringatan sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan sehingga dapat dilakukan pencegahan atau penanganan dengan lebih cepat.
Gambar 4.9 Evaluasi Power link budget OLT terhadap ONT Dari gambar 4.9 Dapat dilihat bahwa OLT menerima power Rx sebesar -10,56 dBm dimana hasil yang didapat masih dalam range yang ditetapkan sehingga data tidak rusak.
Gambar 4.10 Evaluasi Power link budget OLT terhadap MSAN Dari gambar 4.10 Dapat dilihat bahwa untuk hubungan antar perangkat GPON OLT terhadap perangkat MSAN Best Western yang berjarak 2,6 Km power Rx yang didapatkan adalah -11,4 dBm dimana masih dalam range yang ditetapkan. Dapat disimpulkan dari tiga gambar tersebut bahwa hubungan dari masing – masing perangkat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan untuk terkirimnya paket data dengan baik dimana hasil power Rx yang diterima masih diantara -3 sampai dengan -19 dBm untuk SFP dan -8 sampai dengan -28 dBm untuk GTGO card (Direct Attach SFP). SIMPULAN 1. Media transmisi yang digunakan GPON dan MSAN dalam layanan triple play ini harus menggunakan media transmisi fiber optic sedangkan untuk ke akses menggunakan copper cable . 2. Dengan mengintegrasikan GPON dan MSAN mengatasi pemborosan port pada MetroE. 3. Untuk konfigurasi fisik layanan memiliki gateway masing-masing, dimana gateway IPTV berada di MetroE Cibinong, layanan data berada di MetroE Arnet Kota dan untuk local exchange layanan phone berada di MetroE Jatinegara. 4. Penggunaan perangkat GPON dan MSAN memenuhi permintaan jumlah user dan bandwidth yang meningkat. 5. Penambahan backup link antar perangkat dapat mengatasi bila terjadi gangguan pada primary link.
DAFTAR PUSTAKA Budi, Ronald. (2011). Introducing to Computer Networking. Yogyakarta: PT. Skripta Media Creative. Cale, Ivica., Aida S., & Mattja I. (2007). Gigabit-capable Passive Optical Network. IEEE International Conference Publication Journal, 680-684. Casad, Joe. (2011). Sams Teach Yourself TCP/IP in 24 Hours (5th edition). New York: Pearson Education, Inc. Comer, Douglas. E. (2009). Computer Networks and Internets (5th edition). New Jersey. Pearson Education, Inc. Erik, Weis., Rainer H., Dirk B., & Christpher L. (2009). GPON FTTH Trial. IEEE International Conference Publication Journal, Vol. 2009-Supplement, 1-7. Halabi, Sam. (2007), Metro Ethernet (4th edition). Indianapolis: Cisco Press
Hallberg, Bruce. (2010). Networking A Beginner's Guide (3th edition). California: McGraw-Hill. Hens, F.J., & Jose, M.C. (2008). Triple Play Building The Converged Network for IP, VoIP and IPTV. California: Jhon Willey & Sons, Ltd. Institut Teknologi Telkom. (2009). Teknologi Jaringan Metro. Retrieved (28-09-2012) frrom http://www.ittelkom.ac.id/admisi/elearning/prog3.php?proses=1&kd=Fis010802&bab=Gelombang%20Elektromagnetik&judul=Fisika&rincian=Teknologi%2 0Jaringan%20Gel%20Metro&kd_judul=Fis01&kode_bab=08&kode_sub=02%20%28institut%20teknologi%20telkom%29 Jaya, Hendra. (2011). Belajar Sendiri Cisco DSL Router, ASA Firewall dan VPN. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Lukas, Jonathan. (2006). Jaringan Komputer. Jakarta: Graha Ilmu. Mullerova, J., Dusan K., Milan D. (2012). On Wavelength Blocking for XG-PON Coexistence with GPON and WDM-PON Networks. . IEEE International Conference Publication Journal. 1-2. Tanenbaum, S.A., & David, W.J. (2010). Computer Network (5th edition). New Jersey: Pearson Education International. XieYu,.SunPeng,.ShenYapeng,. et al. (2009). ZXMSG 5200 Product Description (2nd edition). Shenzhen: ZTE Coorporation. Yugianto, G., & Rachman O. (2012). Router. Jakarta: Informatika. Zhaoqing, Wang. (2011). Research on the Application of GPON Technologies. IEEE International Conference Publication Journal. Vol 2. 61-63. ZTE Confidential Proprietary. (2011). ZXA10 C300 Optical Access Convergence Equipment Product Description. Shenzhen: ZTE Coorporation. RIWAYAT PENULIS Altrian Purna Adi lahir di Biak pada tanggal 28 Januari 1992. Lahir dan besar di kota Semarang dan kini berdomisili di kota Jakarta. Penulis kini tengah menyelesaikan pendidikan di Binus University, jurusan teknik informatika, angkatan 2009 (Binusian 2013). Annisa Vernia Putri lahir di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1991. Lahir dan besar juga di kota Jakarta dan kini berdomisili di Jalan Perikani 1. Penulis kini tengah menyelesaikan pendidikan di Binus University, jurusan teknik informatika, angkatan 2009 (Binusian 2013). Dwi Almanda Yetty Putri lahir di Lampung pada tanggal 18 Mei 1991. Lahir dan besar di kota Manado dan kini berdomisili di kota Jakarta. Penulis kini tengah menyelesaikan pendidikan di Binus University, jurusan teknik informatika, angkatan 2009 (Binusian 2013).