Analisis Hubungan Antara Investment Opportunity Set (IOS) Dengan Kebijakan Pendanaan Dan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh : SRI SUGIARTI F0206020
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi Dengan Judul : Analisis Hubungan Antara Investment Opportunity Set (IOS) Dengan Kebijakan Pendanaan Dan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Surakarta, 09 Februari 2010 Disetujui Dan Diterima Oleh Dosen Pembimbing,
Dra. Mahastuti Agung, MSi. NIP : 19480622 197302 2 001
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Unversitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Surakarta, 05 April 2009
Tim Penguji Skripsi
1. Dra. Endang Suhari, M.Si
Sebagai Ketua
(……………)
Sebagai Pembimbing
(……………)
Sebagai Anggota
(…………....)
NIP.19610317 198601 2 002
2. Dra. Mahastuti Agung, M.Si NIP.19480622 197302 2 001
3. Bambang Hadinugroho, SE, M.Si NIP.19590508 198601 1 001
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ”Gagal setelah lama berjuang adalah lebih baik daripada kegagalan tanpa perjuangan” (george Elliot)
”Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu penegtahuan beberapa derajat. Alloh mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Mujaadillah : 11)
”Kepribadian seseorang merupakan anugerah yang unik, maka syukurilah. Sebab Sang Penganugerah telah mempunyai rencana yang indah dibaliknya” (Anthony Sapt)
PERSEMBAHAN Karya sederhana ini kupersembahkan kepada : 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta 2. Kakak-kakakku tersayang 3. Sebuah
nama
yang
Tuhan
mengamanahkan hatiku kepadanya 4. Sahabat dan teman-temanku 5. Almamaterku
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi dengan judul “ Analisis Hubungan Antara Investment Opportunity Set (IOS) Dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” ini merupakan tugas akhir belajar di jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari masukan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Dra. Endang Suhari, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Reza Rahardian, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Dra. Mahastuti Agung, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu disela kesibukkannya untuk memberikan petunjuk, bantuan, saran, dan nasihat yang berguna dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
5. Bapak Imam Mahdi, MM selaku dosen pembimbing akademik yang berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama masa perkuliahan. 6. Seluruh dosen, staf, dan karyawan yang senantiasa membantu selama penulis menimba ilmu di Fakultas ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas support dan masukannya. Semoga Alloh SWT memberikan balasan atas semua kebaikan dan bantuannya selama ini dengan pahala yang sepantasnya. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Dan apabila dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak melakukan kesalahan baik yang sengaja maupun tidak penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata penulis berharap semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amien. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Surakarta, 09 Februari 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
ABSTRAK ....................................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi DAFTAR ISI ................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...............................................................
1
B. Perumusan Masalah ........................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
4
BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori ...............................................................................
5
1. Invesment Opportuny Set (IOS) ...............................................
5
2. Berbagai Alternatif Proksi IOS ................................................. 7 3. Kebijakan Pendanaan ............................................................... 10 4. Kebijakan Dividen .................................................................... 15 5. Keterkaitan IOS Dengan Kebijakan Pendanaa Dan Dividen Perusahaan ............................................................ 19
vii
B. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 20 C. Rerangka Pemikiran ........................................................................ 22 D. Pengembangan Hipotesis ................................................................ 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel ..................... 26 B. Sumber Data .................................................................................... 27 C. Definisi Operasional Variabel Dan Pengukuran Variabel Penelitian .................................................................................. 28 D. Model Analisis Data dan Uji Hipotesis .......................................... 31 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ........................................ 35 1. Perkembangan Bursa Efek Indonesia ....................................... 35 2. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ................................ 40 B. Hasil Penelitian ............................................................................... 42 1. Pengukuran Investment Opportunity Set (IOS) …………….... 42 2. Hasil Uji Hipotesis …………………………………………… 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................. 53 B. Saran ............................................................................................ 54 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL 1.1
Nilai Eigenvalues tahun 2005 ............................................................... 42
1.2
Nilai Eigenvalues tahun 2006 ............................................................... 43
1.3
Nilai Eigenvalues tahun 2007 ............................................................... 44
1.4
Nilai Componen Matrix tahun 2005 ..................................................... 44
1.5
Nilai Componen Matrix tahun 2006 ..................................................... 45
1.6
Nilai Componen Matrix tahun 2007 ..................................................... 45
1.7
Hasil Perhitungan Skor Faktor Total .................................................... 46
1.8
Hasil Korelasi Antara IOS dengan Book Value To Equity .................... 48
1.9
Hasil Korelasi Antara IOS dengan Dividen Payout ............................. 50
1.10
Hasil Korelasi Antara IOS dengan Dividen Yield.................................. 51
ix
DAFTAR GAMBAR 2.1
Hubungan Antara Investment Opportunity Set (IOS) dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan .......................... 22
2.2
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ............................................ 41
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Data Sampel Perusahaan Manufaktur
LAMPIRAN II
Data Variabel-Variabel Proksi IOS
LAMPIRAN III
Data Hasil Perhitungan Proksi IOS
LAMPIRAN IV
Data Variabel Dependen
LAMPIRAN V
Data Hasil Analisis Faktor
LAMPIRAN VI
Data Hasil Analisis Korelasi Product Moment Pearson
xi
ABSTRAK Analisis Hubungan Antara Investment Opportunity Set (IOS) Dengan Kebijakan Pendanaan Dan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Oleh : SRI SUGIARTI F0206020 Penelitian ini bertujuan menguji hubungan antara investment opportunity set (IOS) dengan kebijakan pendanaan dan dividen perusahaan. Variabel proksi IOS yang digunakan meliputi market to book value of equity, market to book value of assets, earning price ratio, capital expenditure to book value of assets, dan capital expenditure to market value of asset. Sedangkan variabel kebijakan pendanaan menggunakan rasio book debt to equity dan variabel kebijakan dividen menggunakan dividen payout ratio dan dividen yield. Nilai masing-masing indikator dianalisis menggunakan common factor analysis. Sebelum dilakukan pengujian korelasi antara nilai IOS dengan kebijakan pendanaan dan dividen, dilakukan pengujian normalitas variabel terlebih dahulu. Pengujian menggunakan one sample kolmogorov smirnov test. Dari hasil pengujian, semua variabel berdistribusi normal sehingga pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode 2004-2007. Sampel dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah metode purposive sampling. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah (1) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara IOS dengan Book Debt to Equity, (2) Terdapat hubungan positif yang tidak signifikan antara IOS dengan Dividen Payout, dan (3) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara IOS dengan Dividen Yield..
Kata kunci: Investment Opportunity Set (IOS), Kebijakan Pendanaan, Dividen, Perusahaan Manufaktur.
xii
ABSTRACT Analysis of Relationship Between Investment Opportunity Set (IOS) With Financing And Dividend Policy Manufacturing Company In Indonesia Stock Exchange By: SRI SUGIARTI F0206020 This study aims to examine the relationship between the investment opportunity set (IOS) with the dividend policy and corporate funding. IOS variables used include MBV of equity, MBV of assets, price earning ratio, capital expenditure to book value of assets, and capital expenditure to market value of assets. While the funding policy variables using the ratio of book debt to equity and dividend policy variables using the dividend payout ratio and dividend yield. The value of each indicator is analyzed using common factor analysis. Before testing the correlation between the value of the IOS with the financing and dividend policies, testing the normality of the variable first. Tests using one sample Kolmogorov Smirnov Test. From the test results, all variables are normally distributed so that hypothesis testing is done by using Pearson Product Moment correlation. The population in this study are all manufacturing companies listed on the IDX (Indonesian Stock Exchange) for the period 2004-2007. Samples from this study is a manufacturing company. The sampling technique used in this study were a purposive sampling method. Results obtained in this study were (1) There is a significant negative relationship between the IOS with the Book Debt to Equity (2) There are no significant positive relationship between the IOS with Dividend Payout, and (3) There is a significant negative relationship between the IOS with Dividend Yield . Keywords: Investment Opportunity Set (IOS), Financing Policy, Dividends, Manufacturing Company.
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Penilaian suatu perusahaan sekarang ini beragam, tidak hanya terfokus pada laporan keuangan saja tetapi juga tercemin dari nilai investasi yang akan dikeluarkan di masa datang. Nilai perusahaan digambarkan oleh Gaver dan Gaver (1993) sebagai sebuah kombinasi assets in place (aset yang dimiliki) dengan invesment options (pilihan investasi) di masa depan. Pilihan-pilihan investasi di masa depan inilah yang kemudian dikenal dengan Investment Opportunity Set (IOS). Kallapur dan Trombley (2001) menyatakan set kesempatan investasi secara melekat tidak dapat diamati (inherently unobsevable) dan cenderung tidak sempurna bila diukur dengan menggunakan proksi tunggal saja, Oleh karena itu, dalam mengukur set kesempatan investasi harus digunakan banyak pendekatan agar dapat dilihat hubungannya dengan variabel-variabel lain yang sifatnya observable. Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi membutuhkan lebih banyak dana karena terdapat banyak kesempatan investasi. Perusahaan harus menentukan dari mana dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut, apakah dibiayai dari hutang, modal sendiri (ekuitas), atau kombinasi dari keduanya. Bila kebijakan pendanaan yang diambil adalah kebijakan leverage rendah maka biasanya perusahaan juga harus membayarkan dividen
1 1
2
yang rendah pula agar perusahaan dapat menahan diri dari penerbitan saham baru yang membutuhkan biaya penerbitan. Beberapa peneliti telah menemukan bukti adanya hubungan antara set kesempatan investasi dengan kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen. Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa perusahaan yang bertumbuh cenderung memilih pendanaan dengan hutang lebih rendah, yang berarti memiliki hutang relatif lebih kecil dalam struktur modalnya, serta kebijakan dividen yang rendah pula. Jones dan Sharma (2001) menguji hubungan antara set kesempatan investasi dengan kebijakan perusahaan (kebijakan pendanaan dan dividen) dengan menggunakan data perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Australian Stock Exchange. Hasil penelitian Jones dan Sharma secara garis besar sejalan dengan Gaver dan Gaver (1993) yang menemukan bahwa perusahaan bertumbuh berhubungan secara signifikan dengan debt to equity ratio dan dividend yield lebih rendah dibanding perusahaan tidak bertumbuh. Jones dan Sharma (2001) memberikan kesimpulan bahwa debt to equity ratio yang rebih rendah berhubungan secara signifikan dengan perusahaan bertumbuh karena pendanaan dengan ekuitas mengontrol potensi masalah under-investment yang berhubungan dengan hutang berisiko. Lebih lanjut bahwa perusahaan bertumbuh juga diharapkan mengambil kebijakan dividen rendah karena investasi dan dividen terkait melalui arus kas perusahaan dalam pendanaan dengan laba ditahan (tidak dibagikan sebagai dividen) atas kesempatan investasi yang dilaksanakan perusahaan.
2
3
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk menguji kembali hubungan set kesempatan investasi dengan kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Negara Indonesia, sehingga peneliti memberi judul penelitian ini “Analisis Hubungan Antara Investment Opportunity Set (IOS) Dengan Kebijakan Pendanaan Dan Dividen Perusahaan Menufaktur Di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Pokok permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah Invesment Opportunity Set (IOS) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Book Debt to Equity? 2. Apakah Invesment Opportunity Set (IOS) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Dividen Payout? 3. Apakah Invesment Opportunity Set (IOS) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Dividen Yield?
C. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Book Debt to Equity. 2. Untuk mengetahui hubungan antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Dividen Payout.
3
4
3. Untuk mengetahui hubungan antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Dividen Yield.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat untuk berbagai kalangan dibawah ini: 1. Bagi Perusahaan Memberikan masukan kepada manajemen perusahaan mengenai alternatif gabungan proksi IOS yang dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. 2. Bagi para analisis sekuritas, investor, dan stockholder Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dan juga sebagai dasar untuk menentukan portofolio saham yang akan dibentuk. 3. Bagi Akademisi dan Peneliti Dapat memberikan bukti empirik dan melengkapi literatur mengenai hubungan set kesempatan investasi dengan kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen perusahaan.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Invesment Opportunity Set (IOS) Pada hakikatnya investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan akan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Umumnya investasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu investasi pada real assets dan investasi pada financial assets. Investasi pada real asset adalah investasi yang dilakukan dalam bentuk
pembelian
aset
produktif,
pendirian
pabrik,
pembukaan
pertambangan, dan sebagainya. Sementara investasi pada financial assets menurut Jogiyanto (2008) dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara ataupun dengan cara lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. Ini berarti bahwa perusahaan investasi membentuk portofolio dan menjual eceran kepada publik dalam bentuk saham-sahamnya. 5 5
6
Munculnya istilah Investment Opportunity Set (IOS) dikemukakan oleh Myers (1977) yang memandang nilai suatu perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in place (aset yang dimiliki) dengan invesment options (pilihan investasi) pada masa depan. Gaver dan Gaver (1993) mengutip dari Kole (1991) menyatakan nilai investment options ini tergantung pada discretionary expenditures yang dikeluarkan manajer perusahaan di masa yang akan datang, sedangkan assets in place tidak memerlukan investasi semacam itu. Pilihan-pilihan investasi di masa yang akan datang ini kemudian dikenal dengan set kesempatan investasi atau Investment Opportunity Set (IOS). Perusahaan yang memiliki sejumlah kesempatan investasi baik berwujud maupun tidak berwujud yang cukup prospektif akan memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa perusahaan tersebut memiliki kesempatan tumbuh yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan yang sedikit memiliki kesempatan investasi. Nilai IOS perusahaan bergantung pada banyak faktor perusahaan dan industri tertentu. Kallapur dan Trombley (2001) memberikan penjelasan bahwa penentu utama IOS adalah faktor-faktor industri, seperti halangan untuk memasuki suatu industri dan siklus hidup produk. Faktorfaktor ini mendorong perusahaan membuat investasi yang meningkatkan halangan untuk memasuki industrinya. Siklus hidup produk yang pendek berarti investasi dalam penelitian dan pengembangan, serta sumber daya manusia untuk penelitian dan pengembangan tersebut mungkin akan lebih
6
7
produktif dan menimbulkan keunggulan komparatif yang meningkatkan nilai perusahaan. Gaver dan Gaver (1993) menambahkan bahwa nilai suatu opsi untuk membuat investasi tambahan dalam bentuk brand names melalui promosi dan usaha pemasaran lain bergantung pada faktor-faktor seperti lingkungan persaingan yang dihadapi perusahaan, kualitas produk, dan diferensiasi produk.
2. Berbagai Alternatif Proksi IOS Oleh karena sifat IOS yang secara melekat tidak dapat diobservasi (inherently unobservable), maka harus digunakan proksi dalam mengukur IOS perusahaan agar dapat dilihat hubungannya dengan variabel-variabel lain. Beberapa proksi dalam mengukur IOS telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, seperti penelitian Smith dan Watts (1992), Gaver dan Gaver (1993), Kallapur dan Trombley (2001), dan Jones dan Sharma (2001). Berbagai proksi tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama, yaitu proksi berdasarkan harga, proksi berdasarkan investasi, dan proksi berdasarkan ukuran varian. a. Proksi IOS berbasis harga, merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan dinyatakan dalam harga pasar. Proksi ini didasarkan pada anggapan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham. Perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang relatif lebih tinggi untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place) dibandingkan
7
8
perusahan yang tidak tumbuh. IOS yang didasari pada harga akan membentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam penelitian sebelumnya sebagai proksi berdasarkan harga dalam pengukuran IOS antara lain adalah market to book value of equity, market to book value of assets, torbin’s Q, earnings to price ratios dan ratio of property, plant, and equipment to firm value serta ratio of depreciation to firm value. b. Proksi IOS berbasis investasi, merupakan proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan dengan IOS yang tinggi akan memiliki investasi dengan tingkat yang tinggi pula. Proksi berdasarkan investasi ini berbentuk rasio yang membandingkan ukuran investasi dengan ukuran asset atau hasil operasi dari asset yang telah dimiliki. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya sebagai proksi berdasar investasi dalam pengukuran IOS antara lain adalah: ratio of R&D expense to assets, ratio of R&D to sales, ratio of capital expenditure to total assets, ratio of capital expenditure to firm value, investment intensity, investment to sales ratio, ratio of capital additional to assets book value dan log of firm value c. Proksi IOS berbasis varian merupakan proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan
8
9
variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Rasiorasio yang telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya sebagai proksi berdasar varian dalam pengukuran IOS antara lain adalah: variance of returns, assets betas dan the variance of assets deflated sales. Didalam penelitian ini tidak semua rasio pembentuk IOS tersebut digunakan tetapi hanya dipilih lima rasio saja yaitu market to book value of equity, market to book value of assets, earning price ratio, capital expenditure to book value of assets, dan capital expenditure to market value of asset. Alasan pemilihan kelima rasio tersebut (Fitrijanti, 2000) adalah sebagai berikut :
a. Rasio Market to book value of equity (MVBVEQ) dengan dasar pemikiran bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan adalah lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya.` b. Rasio Market to book value of asset (MVBVAS) dengan dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham. Pasar menilai perusahaan yang sedang tumbuh lebih besar dari nilai bukunya. c. Rasio earning price ratio (PER) dengan dasar pemikiran bahwa nilai ekuitas merupakan jumlah kapitalisasi laba yang dihasilkan dari pengelolaan asset plus nilai sekarang neto (NPV) dari pilihan investasi
9
10
di masa datang. Semakin besar rasio PER maka semakin besar pula perusahaan kemungkinan untuk tumbuh. d. Rasio Capital Expenditure to book value of assets (CAPX/A) menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan yang dapat digunakan untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. e. Rasio capital expenditure to marekt value of asset (CAPX/V) dengan dasar pemikiran bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki level aktivitas investasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang tidak tumbuh.
3. Kebijakan Pendanaan Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan. Setelah menilai berapa jumlah dana yang diperlukan untuk suatu investasi yang dipandang layak untuk dilaksanakan, maka pertimbangan selanjutnya adalah menentukan dari mana dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut, apakah dibiayai dari hutang, modal sendiri (ekuitas), atau kombinasi dari keduanya. Sumbersumber dana perusahaan (Brigham dan Hauston, 2000 : 202) meliputi : a. Sumber Dana Menurut Asalnya 1) Sumber Intern Dana yang berasal dari sumber intern adalah dana atau modal yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam perusahaan
10
11
seperti laba ditahan dan penyusutan. Besarnya laba yang ditahan dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu serta kebijakan dividen yang dijalankan oleh perusahaan. Sementara besarnya depresiasi setiap tahun bergantung pada metode depresiasi
yang digunakan oleh perusahaan yang
bersangkutan. Sebelum depresiasi digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang harus diganti, depresiasi dapat digunakan untuk mendanai perusahaan meskipun terbatas sampai saat penggantian tersebut. 2) Sumber Ekstern Sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan. Dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan. Dana atau modal yang berasal dari para kreditur adalah merupakan hutang bagi perusahaan dan modal yang berasal dari kreditur disebut modal asing. Metode pembelanjaan dengan menggunakan modal asing disebut pembelanjaan asing atau pembelanjaan dengan hutang (debt financing). Dana atau modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan merupakan dana yang akan tetap tertanam dalam perusahaan, dan akan menjadi modal sendiri. Metode pendanaan dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik atau calon pemilik disebut pendanaan sendiri (equity
11
12
financing). Dengan demikian dana yang berasal dari sumber ekstern terdiri dari modal asing dan modal sendiri. b. Sumber Dana Menurut Jangka Waktunya 1) Sumber Dana Jangka Pendek Sumber dana jangka pendek merupakan sumber dana yang tertanam di dalam perusahaan maksimum satu tahun. Ada beberapa jenis sumber dana jangka pendek yang sering dipergunakan perusahaan seperti : accrual account, hutang dagang, hutang bank, dan lain-lainnya. 2) Sumber Dana Jangka Panjang Sumber dana jangka panjang adalah sumber dana yang tertanam dalam perusahaan lebih dari 10 tahun. Terdapat berbagai jenis sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi perusahaan seperti misalnya long term debt, saham preferen dan saham biasa Hutang jangka panjang (long term debt) adalah suatu bentuk perjanjian antara peminjam dengan kreditur dimana kreditur bersedia memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk membayar secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. Hutang jangka panjang ini dapat diperoleh melalui bank, perusahaan asuransi atau dapat juga ke dana pensiun. Hutang jangka panjang ini mempunyai tiga karakteristik yaitu cepat, fleksibel dan biaya yang rendah. Ini disebabkan karena pinjaman ini dinegosiasikan langsung antara peminjam dengan
12
13
kreditur. Biaya administrasi menjadi relatif kecil, dan diperlukan adanya persetujuan dengan pengawasan pasar modal seperti halnya jika perusahaan mengeluarkan obligasi. Contoh hutang jangka diantaranya hutang bank, obligasi, hutang dengan tanpa jaminan, dan hutang jangka panjang yang dapat diperjual belikan. Saham Preferen sebagai sumber modal jangka panjang perusahaan, menduduki posisi antara long term debt dan saham biasa. Seperti halnya saham biasa, saham preferen merupakan bagian dari modal sendiri dan seperti halnya long term debt, saham preferen memberikan pendapatan yang relatif konstan, dimana pemegang saham preferen memiliki preferensi atau prioritas dalam pembayaran dividen. Saham Biasa merupakan sumber dana yang permanen, karena akan tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas selama perusahaan masih menjalankan kegiatan operasi. Pemegang saham biasa merupakan pemilik perusahaan yang sebenarnya dan pendapatan yang diterima oleh pemegang saham biasa diperoleh dari laba setelah dikurangi pajak dan dividen saham preferen. Keputusan
pendanaan
perusahaan
secara
langsung
akan
menyangkut keputusan tentang banyaknya hutang yang akan digunakan. Jika sumber dari dalam perusahaan tidak cukup baik untuk membiayai semua kebutuhan dana operasional perusahaan maka keputusan pendanaan
13
14
yang bersumber dari luar perusahaan menjadi sangat dibutuhkan oleh perusahaan dengan alasan antara lain (Alwi, 1994 : 329) : a. Kebutuhan dana tidak selalu dapat dipenuhi dari pertumbuhan retained earning sehingga tidak mampu membentuk cadangan dana yang diperlukan. b. Beban yang harus ditanggung dalam bentuk tingkat bunga atas pinjaman yang belum tentu menguntungkan kepentingan modal sendiri c. Penjualan saham tidak selamanya menguntungkan ini disebabkan karena persepsi masyarakat atau investasi terhadap saham perusahaan kurang menarik. Brigham dan Houston (2001) memberikan penjelasan bahwa besarnya proporsi antara hutang dengan modal sendiri untuk mendanai kegiatan perusahaan dipengaruhi banyak faktor. Bila biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar dari biaya untuk penerbitan surat hutang, maka akan mendorong perusahaan yang tumbuh dengan pesat untuk lebih banyak mengandalkan hutang. Namun pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, dan bila hutang berisiko tinggi, maka perusahaan cenderung mengurangi keinginan untuk menggunakan hutang. Apabila perusahaan terpaksa melepas peluang peluang usaha yang baik karena dana tidak tersedia, hal itu akan menurunkan profibilitas dalam jangka panjang sehingga perusahaan harus selalu berusaha menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan yang pada masa cerah,
14
15
perusahaan dapat menaikkan modal dengan menjual saham,tetapi pada masa sulit, para pemasok modal akan bersedia memberi dana jika perusahaan memberi mereka posisi yang aman, dan ini berarti hutang. Perusahaan yang sangat menguntungkan biasanya memiliki tingkat pengembalian yang tinggi sehingga memungkinkan mereka untuk mendanai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal yaitu meningkatkan laba ditahan untuk mendanai operasi perusahaan.
4. Kebijakan Dividen Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba akan ditanamkan kembali di perusahaan. Laba yang ditanamkan ini merupakan sumber intern perusahaan. Laba yang lain akan dibagikan dalam bentuk dividen. Keputusan perusahaan membayar dividen atau tidak dicerminkan dalam kebijakan dividen. Kebijakan dividen adalah keputusan tentang laba yang diperoleh perusahaan apakah dibagikan kepada pemegang saham yang berupa dividen atau laba tersebut akan ditahan dan digunakan sebagai sumber pembiayaan investasi perusahaan di masa yang akan datang. Teori-Teori
Tentang
Kebijakan
Dividen
(Sartono,
2001)
diantaranya adalah sebagai berikut : a. Dividend Irrelevance Theory Teori ketidakrelevanan dividen menyatakan bahwa kebijakan dividen suatu perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai
15
16
perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini didukung oleh Miller dan Modigliani yang berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Pendapat MM tersebut didasarkan pada asumsiasumsi sebagai berikut: 1) Pasar modal yang sempurna dimana semua investor bersikap rasional 2) Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan. 3) Tidak ada biaya emisi (flotation cost) dan biaya transaksi. 4) Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri perusahaan. 5) Informasi
tersedia
untuk
setiap
individu
terutama
yang
menyangkut tentang kesempatan investasi. b. Bird In The Hand Theory Teori ini beranggapan bahwa sesungguhnya investor lebih mengharapkan memperoleh pendapatan dari pembayaran dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal (capital gain) yang mengandung risiko yang lebih besar. Selain itu, dividen merupakan faktor yang dikendalikan oleh pasar melalui mekanisme penentuan harga saham, sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk setiap biaya yang dikeluarkan akibat risiko pasar.
16
17
c. Tax Differential Theory Teori preferensi pajak mendukung teori bahwa investor sebenarnya lebih menyukai pembagian dividen yang rendah. Hal ini didasarkan pada alasan utama yang berkaitan dengan pajak yaitu pendapatan dividen dikenakan tarif pajak yang tinggi, sehingga para pemegang saham mayoritas akan lebih menyukai apabila perusahaan menahan dan menamkan kembali laba ke dalam perusahaan. d. Signaling Hypotesis Signaling Hypotesis menyatakan bahwa pembagian dividen yang tinggi memberi signal bahwa harga saham naik dan kemakmuran pemegang saham meningkat. e. Clientele Effect Adanya perbedaan pendapat mengenai proporsi pembagian dividen mengakibatkan munculnya suatu kelompok pemegang saham. Setiap pemegang saham memiliki preferensi yang berbeda mengenai proporsi pembagian dividen atau kecenderungan perusahaan untuk menarik sekelompok investor yang menyukai kebijakan dividen sesuai yang direncanakan manajemen. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan (Brigham dan Hauston, 2000 : 267), yaitu : a. Posisi likuiditas perusahaan Posisi
ini
merupakan
faktor
penting
yang
harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan
17
18
besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Karena dividen merupakan cash outflow, maka semakin kuat posisi likuiditas perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen atau semakin tinggi dividen payout ratio (DPR) yang dibagikan. b. Kebutuhan dana untuk membayar Jika perusahaan melakukan hutang maka untuk melunasinya perusahaan dapat
menyediakan dana sendiri yang berasal dari
keuntungan atau melunasi hutang yang telah jatuh tempo dengan membuka hutang baru. Apabila perusahaan menerapkan pelunasan hutang dengan menggunakan laba ditahan berarti perusahaan harus menahan sebagian besar pendapatannya. Hal ini berarti perusahaan harus menetapkan DPR yang rendah. c. Tingkat pertumbuhan perusahaan Semakin cepat pertumbuhan perusahaan akan semakin besar jumlah dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan maka makin besar bagian dari pendapatan dana yang ditahan. Hal ini berarti semakin rendah DPR yang dibagikan. Akan tetapi jika kebutuhan dana dipenuhi oleh sumber dana ekstern maka DPR yang dibagikan dapat lebih tinggi. d. Pengawasan terhadap perusahaan. Ada kebijakan perusahaan yang hanya melakukan ekspansi dari sumber dana intern saja, karena jika menggunakan hutang akan
18
19
memperbesar risiko finansialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan pengawasan terhadap perusahaan berarti akan mengurangi DPRnya.
5. Keterkaitan IOS dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan Beberapa peneliti, seperti Smith dan Watts (1992), Gaver dan Gaver (1993), Kallapur dan Trombley (1999) yang dikutip Fitrijanti (2000) dan Jones dan Sharma (2001), telah menemukan bukti adanya hubungan antara IOS dengan kebijakan dividen dan pendanaan perusahaan. Teori contracting secara prinsip menggunakan pemikiran utama
bahwa
pemilihan
kebijakan
perusahaan
bertujuan
untuk
memaksimalkan nilai perusahaan. Fitrijanti (2000) mengutip dari Smith dan Watts (1992) menyatakan bahwa perbedaan cross-sectional kebijakan dividen dan pendanaan perusahaan dijelaskan oleh adanya variasi biaya kontrak (contracting cost) antar perusahaan. Tindakan manajemen perusahaan yang memiliki kesempatan investasi besar relatif lebih fleksibel untuk bertindak oportunistik dan sulit untuk dideteksi, karena real option (tidak sebagaimana real assets) sulit diobservasi tanpa informasi dari pihak internal perusahaan. Akibatnya biaya agensi (agency cost) meningkat. Fenomena ini menjadi dasar dugaan bahwa level IOS menjelaskan variasi kebijakan perusahaan, diantaranya kebijakan dividen dan pendanaan perusahaan.
19
20
B. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa bentuk proksi yang digunakan dalam penelitianpenelitian sebelumnya seperti penelitian Smith dan Watts (1992), Gaver dan Gaver (1993), Kallapur dan Trombley (1999), Hartono (1999), Sami et.al (1999) dan Jones dan Sharma (2001), yaitu: 1. Menggunakan
rasio
individual
saja
dalam
menjalankan
model
penelitiannya. 2. Melakukan analisis sensitivitas terhadap rasio-rasio individual dan membentuk variabel intsrumental seperti yang dilakukan dalam penelitian Smith dan Watts (1992) dan Hartono (1999), dengan cara menggunakan berbagai rasio individual secara bergantian dalam pengujian terhadap model utama dan kemudian membentuk variabel instrumental sebagai alternatif lain proksi IOS. Analisis sensitivitas rasio individual dan pembentukan variabel instrumental dilakukan dalam rangka menemukan proksi IOS yang lebih baik dari rasio individual saja. Alasannya adalah sebagaimana yang dikutip dari Gaver dan Gaver (1993) bahwa sifat IOS tidak dapat diobservasi dan sebagaimana yang dikutip dari Smith dan Watts (1992) bahwa dalam sebagian besar alternatif IOS berupa rasio individual terkandung potensi masalah measurement error, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada satupun rasio yang telah digunakan dalam penelitian empiris secara individual sempurna dalan mengukur level IOS.
20
21
3. Menggunakan metode statistik analisis faktor untuk memperoleh skor faktor sebagai indeks umum IOS dan merangking skor faktor tersebut untuk mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh sebagaimana penelitian yang dikembangkan oleh Gaver dan Gaver (1993) dan Sami et. al (1999). IOS menggambarkan kesempatan investasi sebagai proyek yang berpotensi menghasilkan keuntungan dimana perusahaan dapat memanfaatkan pinjaman ekonomi. Dalam penelitiannya Sami et.al (1999) menemukan bahwa IOS memiliki hubungan negatif walaupun tidak signifikan dengan kebijakan dividen ketika diukur dengan dividen yield tetapi sebaliknya memiliki hubungan positif signifikan ketika diukur dengan dividen payout. Proksi kebijakan dividen dalam penelitian Gaver dan Gaver (1993) menggunakan variabel dividen payout dan dividen yield yang menunjukkan bahwa dividen yield berhubungan signifikan negatif dengan IOS dan dividen payout berhubungan negatif tetapi tidak signifikan terhadap IOS. Khoirul Hikmah (2004) meneliti tentang hubungan set kesempatan dalam berinvestasi dengan kompensasi, kebijakan dividen, dan kebijakan pendanaan. Dalam penelitian tersebut ditunjukkan bukti adanya hubungan negatif yang signifikan antara perubahan IOS dengan perubahan book debt per equity, hubungan negatif antara perubahan IOS dengan perubahan market debt per equity, hubungan negatif signifikan antara perubahan IOS dengan perubahan dividen payout, hubungan negatif signifikan antara perubahan IOS dengan perubahan dividen yield, dan hubungan positif antar perubahan IOS
21
22
dengan perubahan kompensasi. Hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa perusahaan yang tumbuh atau mengalami peningkatan IOS, akan menurunkan kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen namun sebaliknya akan meningkatkan kebijakan pemberian kompensasi.
C. Rerangka Pemikiran Untuk memberikan landasan teori yang memadai bagi penelitian, diperlukan suatu kerangka pemikiran yang bersumber dari penalaran atas sejumlah teori dan temuan terdahulu. Kerangka pemikiran yang bersifat konseptual tersebut diperlukan agar penelitian menjadi lebih terukur dan mudah diinterpretasikan. Oleh karena itu, kerangka konseptual yang dgunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan model sebagai berikut :
· · · · ·
Book Debt to Equity
INVESTMENT OPPORTUNITY SET Diproksikan dengan menggunakan rasio : Market to Book Value of equity Market to Book Value of Asset Earning Price Ratio Capital Expenditure to Book Value of assets Capital expenditure to market value of asset
Dividen Payout
Dividen Yield
Gambar 1.1 Hubungan Antara Investment Opportunity Set (IOS) dengan Kebijakan Pendanaan (Book Debt to Equity) dan Kebijakan Dividen (Dividen Payout dan Dividen Yield) 22
23
Penelitian ini menggunakan variabel independen Investment Opportunity Set (IOS). Karena IOS bersifat inherently unobservable, maka harus digunakan proksi dalam mengukur IOS agar dapat dilihat hubungannya dengan variabelvariabel lain yang menjadi variable dependennya. IOS diukur dengan menggunakan lima proksi yaitu market to book value of equity, market to book value of assets, earning price ratio, capital expenditure to book value of assets, dan capital expenditure tomarkert value of asset. Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan pendanaan perusahaan yang diwakili rasio book debt to equity dan kebijakan dividen yang diwakili rasio dividen payout dan dividen yield.
D. Pengembangan Hipotesis 1. Hipotesis tentang Hubungan IOS dengan Kebijakan Pendanaan Smith dan Watts (1992) dengan menggunakan data perusahaan pada level industri dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara level IOS dengan pendanaan perusahaan yang diproksikan dengan mengunakan equity to value
Gaver dan Gaver (1993) mengarahkan penelitiannya pada level perusahaan. Perusahaan yang telah diperingkat berdasar level IOS nya dibagi menjadi empat bagian, bagian paling atas digolongkan sebagai perusahaan bertumbuh dan bagian paling bawah digolongkan sebagai perusahaan tidak bertumbuh. Proksi pendanaan perusahaan yang digunakan adalah book debt to equity ratio dan market debt to equity, yang diregresikan secara terpisah dengan alternatif pertama pengukuran variabel 23
24
pertumbuhan adalah variabel dummy (0 untuk tidak bertumbuh dan 1 untuk bertumbuh) dan alternatif kedua pengukuran variabel pertumbuhan adalah skor faktor hasil analisis commom factor. Hasil regresi, baik dengan variabel pertumbuhan dummy maupun skor faktor menunjukkan IOS memiliki koefisien negatif dalam model pendanaan. Smith dan Watts (1992) mengungkapkan semakin besar proporsi nilai perusahaan yang diwakili oleh IOS (dengan kata lain semakin kecil proporsi nilai perusahaan yang diwakili oleh aset yang dimiliki), maka semakin kecil porsi hutang dalam struktur modal perusahaan. Dari argumentasi-argumentasi tersebut diduga bahwa semakin besar IOS, maka semakin kecil leverage perusahaan ( hubungan negatif). Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya serta dengan maksud menguji kembali hubungan IOS dengan kebijakan pendanaan perusahaan, dalam hal ini kebijakan pendanaan melalui hutang dengan proksi book debt to equity ratio, maka disusun hipotesis sebagai berikut ini:
H1 : Terdapat hubungan negatif antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Book Debt to Equity.
2. Hipotesis tentang Hubungan IOS dengan Kebijakan Dividen Smith dan Watts (1992) dengan menggunakan model pengujian sebagaimana pengujian pada hubungan IOS dengan kebijakan pendanaan perusahaan, memperoleh hasil penelitian atas hubungan IOS dengan dividend yield sebagai proksi kebijakan dividen.yang sesuai hipotesis
24
25
kontrak, yaitu bahwa perusahaan bertumbuh cenderung membayarkan dividen lebih rendah dibanding perusahaan tidak bertumbuh. Gaver dan Gaver (1993) menguji hubungan IOS dengan kebijakan dividen dengan menggunakan dividend payout ratio dan dividend yield sebagai proksi kebijakan dividen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend yield memiliki hubungan negatif signifikan dengan IOS sedangkan dividen Payout memiliki hubungan negatif yang tidak signifikan. Fitrijanti (2000) mengutip hasil penelitian Sami et.al (1999) menemukan hasil yang berbeda. Kebijakan dividen diukur dengan dividend yield diperoleh suatu hubungan negatif walaupun tidak signifikan dengan IOS, namun sebaliknya memiliki hubungan positif signifikan ketika kebijakan dividen diukur dengan dividend payout ratio. Sami et.al (1999) menduga terdapat measurement error dalam dividend payout ratio sehingga dia menyandarkan temuannya hanya pada dividend yiels saja. Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, serta dengan maksud menguji kembali hubungan IOS dengan kebijakan dividen terkait dengan dividen payout ratio dan dividend yields sebagai proksinya, maka disusun
hipotesis sebagai berikut ini: H2 : Terdapat hubungan negatif antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Dividen Payout H3 : Terdapat hubungan negatif antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Dividen Yield
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode 20042007. 2. Sampel Sampel merupakan sebagian dari anggota atau elemen-elemen populasi (Indriantoro dan Supomo, 2002:115). Sampel dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Alasan dipilihnya perusahaan manufaktur sebagai sampel adalah karena jumlah populasi datanya lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan lain. Sedangkan penggunaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dimaksudkan agar implikasi dari penelitian ini dapat memberi informasi tambahan bagi investor di pasar modal. 3. Teknik Sampling Teknik sampling merupakan proses yang menggunakan sejumlah kecil elemen atau bagian dari suatu populasi yang lebih besar untuk membuat kesimpulan mengenai seluruh populasi (Indriantoro dan
26 26
27
Supomo, 2002:115). Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Kriteria perusahaan yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Merupakan perusahaan manufaktur dan bukan lembaga keuangan, perbankan, asuransi, sekuritas, ataupun perusahaan pemerintah. b. Terdaftar di BEI minimal sejak tahun 2004 sampai 2007 dan menerbitkan laporan keuangan tahuanan secara konsisten. c. Tidak memiliki laba dan total ekuitas negatif pada tahun pembentukan IOS yaitu selama tahun 2004 sampai 2007. d. Merupakan perusahaan bertumbuh yang ditandai dengan rasio Market to Book Value nya yang lebih besar dari satu. e. Membagikan dividen terus menerus selama periode 2004 sampai 2007.
B. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) yang umumnya berupa catatan atau laporan historis yang tersusun dalam arsip (Indriantoro dan Supomo, 2002:115). Periode pengamatan dalam penelitian ini dimulai dari periode Januari 2004 sampai Desember 2007.
27
28
Data yang digunakan meliputi dividen payout, dividen yield, harga penutupan saham, laba setelah pajak, total asset, total ekuitas, nilai buku aktiva tetap, total kewajiban, dan jumlah lembar saham beredar yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, www.jsx.com dan pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
C. Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini diukur dengan mengacu pada penelitian Jones dan Sharma (2001) yang terdiri atas: a. Variabel IOS Dibentuk dari Lima Proksi 1) Market to book value of equity Market to book value of equity (MTBVEQ) merupakan rasio yang menggambarkan permodalan suatu perusahaan yang didasarkan pada anggapan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan dimasa yang akan datang adalah lebih besar dari return yang diharapkan dari total ekuitasnya. Proksi ini diperoleh dengan cara: MTBVEQ =
jumlah lembar saham ´ harga penutupan saham total ekuitas
2) Market to book value of assets Market to book value of assets (MTBVAS) merupakan rasio yang mengukur prospek perusahaan dimasa yang akan datang berdasarkan nilai pasarnya. Pasar menilai bahwa perusahaan
28
29
tumbuh memiliki nilai pasar yang lebih besar daripada nilai bukunya.. Proksi ini diperoleh dengan cara: total asset - total ekuitas + jumlah lembar saham beredar ´ harga penutupan saham
MTBVAS =
total asset
3) Earning price ratio Earning price ratio
(PER) merupakan
rasio
yang
mengambarkan earning power yang dimiliki perusahaan. Semakin besar PER makin semakin besar pula kesempatan bagi perusahaan untuk tumbuh. Proksi PER diperoleh dengan cara: PER =
harga penutupan saham laba setelah pajak/jumlah lembar saham beredar
4) Capital expenditure to book value of assets Capital expenditure to book value of assets diberi simbol CAPX/A. Merupakan rasio yang menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan yang dapat digunakan untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Diperoleh dengan cara:
CAPX/A =
nilai buku aktiva tetap t - nilai buku aktiva tetap t -1 total asset
5) Capital expenditure to market value of asset Capital expenditure to market value of asset (CAPX/V) merupakan rasio yang menunjukkan aliran modal perusahaan dibandingkan dengan nilai pasar aktiva. Variabel ini diperoleh dengan cara:
29
30
CAPX/V =
nilai buku aktiva tetap t - nilai buku aktiva tetap t - 1 asset - total ekuitas + lembar saham beredar x harga penutupan saham
b. Variabel Dependen 1) Book debt to equity ratio Variabel ini diberi simbol BD/E. Merupakan rasio yang menunjukkan proporsi relatif dari equity shareholder dan utang yang digunakan sebagai asset keuangan perusahaan. Variabel book debt to equity ratio ini diperoleh dengan cara: BD/E =
total kewajiban total ekuitas
2) Dividend payout ratio Variabel ini diberi simbol DPR. Merupakan rasio yang menunjukkan presentase dari pendapatan laba yang dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen. Variabel dividend payout ratio ini diperoleh dengan cara: DPR =
dividen per lembar saham laba per lembar saham
3) Dividend yields Variabel ini diberi simbol DYL. Merupakan perbandingan antara dividen per lembar saham dengan harga per lembar saham. Variabel dividend yields ini diperoleh dengan cara: DYL =
dividen per lembar saham harga penutupan saham
30
31
D. Model Analisis Data dan Uji hipotesis Analisis data dalam penelitian ini pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian yang pertama merupakan analisis data yang dilakukan untuk memperoleh proksi IOS yaitu dengan menggunakan pendekatan analisis faktor. Sedangkan bagian kedua merupakan analisis inferensial yang bertujuan untuk melakukan uji hipotesis 1. Pengukuran IOS dengan menggunakan suatu Proksi. Penggunaan proksi IOS dalam penelitian ini tidak sepenuhnya sama seperti halnya proksi IOS yang digunakan dalam penelitian Jones dan Sharma (2001). Jika Jones dan Sharma (2001 mengukur IOS dalam delapan proksi maka dalam penelitian ini IOS diukur hanya dengan menggunakan lima proksi yaitu market to book value of equity, market to book value of assets, earning price ratio, capital expenditure to book value of assets, dan. capital expenditure to market value of asset Selanjutnya nilai dari masing-masing proksi tersebut dianalisis dengan menggunakan common factor analysis. Jumlah faktor yang dapat digunakan adalah sesuai dengan jumlah variabel indikator. Akan tetapi jumlah faktor yang dapat digunakan lebih lanjut adalah faktor-faktor yang mempunyai nilai eigenvalues sama atau lebih dari satu (Hair et al, 1995) atau jumlah eigenvaluesnya sama dengan atau melebihi nilai total communalities dari seluruh variabel yang digunakan (Gaver dan Gaver, 1993). Common factor analysis adalah model faktor yang didasarkan pada suatu penggunaan matrik korelasi. Communality adalah jumlah varian
31
32
variabel-variabel asli yang terbagi pada semua variabel yang termasuk dalam analisis. Sebelum dilakukan pengujian korelasi antara nilai IOS dengan kebijakan pendanaan dan dividen yang diambil oleh perusahaan dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya uji normalitas data ini adalah untuk menguji apakah variabel dependen dan independen memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005). Untuk menguji normalitas data, peneliti menggunakan uji one sample KolmogorovSmirnov test yang membandingkan antara distribusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi kumulatif yang diharapkan. Jika p value > 0.05 maka data berdistribusi normal dan apabila p value < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas jika sampel berdistribusi normal maka digunakan uji parametrik, sedangkan jika sampel berdistribusi tidak normal maka digunakan uji non parametrik. 2. Pengujian Hipotesis Dari hasil pengujian normalitas data, dapat ditentukan alat uji statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. a) Korelasi Product Moment Pearson Korelasi Product Moment pearson digunakan untuk menguji adanya hubungan yang signifikan antara dua variabel dan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara dua variabel tersebut. Korelasi Product Moment Pearson ini digunakan untuk data yang
32
33
berdistribusi normal atau populasi data yang mempunyai varians sama. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : ( Joko Suyono, 2003 : 131) 1) Menguji hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. a. Hipotesis (misal untuk hipotesis 1) H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Book Debt to Equity H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Book Debt to Equity b. Level of significant (α) yang digunakan adalah sebesar 0.05 c. Kriteria Pengujian Jika dalam hasil analisis diperoleh probabilitas kesalahan ≥ 0.05 maka H0 diterima dan jika probabilitas kesalahannya < 0.05 maka H0 ditolak. 2) Mengetahui
tingkat
keeratan
hubungan
antara
Invesment
Opportunity Set (IOS) dengan Book Value of Debt to Equity a.
Berdasarkan angka rhitung Jika 0 ≤ rhitung < 0,5 maka tingkat keeratan hubungan lemah dan jika 0,5 < rhitung ≤ 1 maka tingkat keeratan hubungan kuat.
b. Berdasarkan tanda rhitung Tanda positif menunjukkan arah hubungan yang searah sedangkan tanda negatif menunjukkan arah yang berlawanan.
33
34
b) Korelasi Spearman Rank Korelasi Sperman Rank dilakukan untuk menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan antara dua variable dan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara dua variable tersebut. Korelasi Spearman Rank digunakan untuk data yang berdistribusi tidak normal atau populasi data yang mempunyai varians yang tidak sama. Langkah pengujiannya sama sebagaimana pengujian dengan menggunakan Korelasi Product Moment Pearson. Perbedaannya adalah Korelasi Product Moment Pearson digunakan jika datanya berdistribusi normal sedangkan Korelasi Sperman Rank digunakan jika datanya berdistribusi tidak normal ( Joko Suyono, 2003 : 141).
34
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia 1. Perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Keputusan Presiden No 60 Tahun 1998 Pasal (1), tertanggal 20 Desember 1998 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran dan permintaan dalam jangka panjang dalam bentuk efek. Secara umum pengertian pasar modal adalah pasar abstrak sekaligus pasar konkrit dimana barang yang diperjualbelikan adalah dana dana yang bersifat abstrak yang diwujudkan dalam bentuk lembar surat – surat berharga di Bursa Efek (Tandelilin, 2001: 25). Yang termasuk dalam surat berharga adalah saham, obligasi, sekuritas kredit, sekuritas pernyataan dana dan klaim. Pasar modal Indonesia sudah dimulai sejak zaman pemeritahan kolonial Belanda. Perdagangan sekuritas dimulai dengan didirikannya bursa di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912. Tujuannya adalah untuk menghimpun dana guna kepentingan pengembangan sektor perbankan yang ada di Indonesia. Investor yang berperan saat itu adalah orang–orang Hindia Belanda dan orang–orang Eropa. Efek yang diperjualbelikan berupa saham dan obligasi milik perusahaan Belanda yang ada di Indonesia maupun yang diterbitkan oleh Hindia Belanda.
35 35
36
Perkembangan bursa efek yang pesat, menarik pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan bursa di Semarang dan Surabaya pada tahun 1925. Pada Perang Dunia Kedua, aktivitas pasar modal di Indonesia berhenti. Kebangkitan kembali pasar modal Indonesia dimulai pada tahun 1970 sebagai hasil dari Keputusan Presiden No.52 Tahun 1976 yang menetapkan pendirian Pasar Modal, pembentukan Badan Pembina Pasar Modal, pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), dan PT. Danareksa. Kemudian Presiden Soeharto meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 10 Agustus 1977. Pada
perkembangan
pasar
modal
selanjutnya,
pemerintah
mengeluarkan paket deregulasi diantaranya Paket Desember 1987, Paket Oktober 1988, dan Paket Desember 1988. Dengan adanya paket deregulasi ini, maka investasi pasar modal kembali menarik karena adanya pengenaan pajak final atas tabungan menyebabkan keuntungan dari menabung tidak lagi memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, sehingga masyarakat kembali tertarik untuk melakukan investasi dibidang pasar modal. Kota Jakarta sebagai ibukota negara, secara langsung membawa dampak pada kegiatan ekonomi yang berpusat di kota tersebut. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau yang sering dikenal dengan nama asingnya Jakarta Stock Exchange (JSX) berkembang menjadi bursa efek yang besar. Sekuritas yang diperdagangkan terus meningkat meliputi saham preferen, saham biasa, rights, dan obligasi konvertibel. Adapun aktifitas
36
37
perdagangan
efek
yang dilakukan
diantaranya meliputi
kegiatan
pengelolaan perdagangan, fasilitator perdagangan efek pada lantai bursa, pengorganisasian terhadap perusahaan yang terdaftar, pengawasan terhadap jalannya perdagangan efek di lantai bursa, dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan analisis pasar modal dan penyebaran informasi perdagangan. Pada tanggal 16 juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) didirikan dengan tujuan untuk mendorong perkembangan industri di wilayah timur Indonesia. Perkembangan ekonomi yang pesat dan tuntutan kebutuhan dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang didirikan, menyebabkan pasar modal Indonesia mengalami laju perkembangan yang luar biasa. Berkembangnya pasar modal ini mendorong pula perkembangan lembaga penunjang sehingga bermunculan lembaga penunjang baru yang semakin profesional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masingmasing. Pada tanggal 8 September 2007 Bursa Efek Jakarta (BEJ) diubah namanya menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) oleh Menteri Keuangan pada saat itu yaitu Sri Mulyani Indrawati. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan nama bursa efek yang bergabung, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). BEI akan memperdagangkan seluruh produk investasi yang dimiliki oleh BEJ dan BES seperti saham, Kontrak Opsi Saham (KOS), Exchange Traded Funds (ETF), obligasi, maupun kontrak futures. Pemerintah berharap keberadaan bursa gabungan
37
38
tersebut dapat merepresentasikan seluruh kegiatan perekonomian di Indonesia. Kegiatan perdagangan dan transaksi efek dilakukan di lantai bursa dengan menggunakan order-driven market system dan sistem lelang kontinyu (continuos auction system). Berdasrakan pada sistem ini pembeli dan penjual yang ingin melakukan transaksi harus melalui broker karena investor tidak dapat langsung melakukan transaksi di lantai bursa. Investor dapat mengikuti transaksi yang terjadi di lantai bursa melalui layar monitor yang menampilkan data seketika (Real Time Information) BEI di kantor-kantor perusahaan pialang atau melalui Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) yang ada. Transaksi di BEI dilakukan pada hari-hari yang disebut hari bursa (exchange days) dan pada hari Sabtu serta hari-hari libur nasional tutup. Hari Biasa
Senin s/d Kamis
Jum’at
Sesi Perdagangan
Waktu
Sesi I
Pukul 09.30 – 12.00 WIB
Sesi II
Pukul 13.30 – 16.00 WIB
Sesi I
Pukul 09.30 – 11.30 WIB
Sesi II
Pukul 14.00 – 16.00 WIB
Sampai Sekarang, Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai beberapa indeks yang digunakan dalam melakukan transaksi diantaranya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Liquit 45 (ILQ-45), Jakarta
Islamic
Index
(JII),
Indeks
Papan
Utama
dan
Papan
Pengembangan, serta Indeks Kompas 100. Indeks harga saham dihitung
38
39
dengan menggunakan harga saham terakhir yang terjadi di bursa. Adapun harga saham yang digunakan tersebut merupakan harga saham yang terjadi di pasar regular. Pada dasarnya terdapat 3 kelompok besar jenis pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu: a. Pasar Reguler (Reguler Market). Dalam pasar regular harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, dalam artian tergantung kekuatan permintaan (penawaran beli) dan penawaran (penawaran jual). Beberapa persyaratan dalam melakukan transaksi di pasar reguler adalah sebagai berikut : 1) Jumlah saham dalam satuan standar lot, yaitu satu lot terdiri dari 500 lembar saham untuk saham bukan reksa dana dan 100 lembar saham untuk saham reksa dana. 2) Perubahan harga ·
Untuk saham dengan kelipatan Rp 25
·
Untuk obligasi dengan kelipatan 1/16%
b. Pasar Negoisasi (Negotiated Market). Dalam pasar negosiasi pembentukan harga efek dilakukan dengan cara negosiasi, antara pihak penjual dan pembeli. Pasar Negoisasi terdiri dari. 1) Perdagangan dalam jumlah besar (Block Trading), untuk jumlah saham minimal 200.000 lembar saham.
39
40
2) Perdagangan di bawah standar lot (Odd Lot), untuk jumlah saham kurang dari standar lot atau kurang dari 500 lembar saham. 3) Perdagangan tutup sendiri (Crossing), yaitu suatu transaksi jual beli yang dilakukan oleh satu anggota bursa. 4) Perdagangan saham asing (Foreign Board), yang porsi asingnya lebih dari 49% dari jumlah saham yang tercatat. c. Pasar Tunai (Cash Market). Pasar tunai disediakan bagi perusahaan pialang yang tidak dapat memenuhi kewajiban dalam penyelesaian transaksi di Pasar Reguler dan Pasar Negoisasi (gagal menyerahkan saham). Pasar Tunai dilakukan dengan prinsip pembayaran dan penyerahan seketika (cash and carry). Untuk pembelian dan penjualan efek, pemodal harus membayar biaya komisi (commission) kepada pialang. Besarnya biaya komisi tersebut ditentukan oleh bursa dimana setinggi-tingginya adalah 1% dari nilai transaksi (jual atau beli). Untuk transaksi obligasi dan right issue, BEI tidak mengenakan biaya transaksi.
2. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Bursa Efek Indonesia (BEI) tunduk pada Peraturan Perundangan Pasar Modal. Pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Efek Indonesia (BEI) dilakukan BAPEPAM sesuai dengan Anggaran Dasar Bursa Efek Indonesia (BEI) dimana kekuasaan tertinggi terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Berikut adalah gambaran mengenai struktur organisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) :
40
41
Divisi Pencatatan
Direktur
Divisi Keanggotaan Divisi Teknologi Informasi
Rapat Umum Pemegang Saham
Dewan komisaris
Divisi Perdagangan Direktur Utama
Divisi Satuan Pemeriksa Divisi Riset & Pengembangan Direktur
Divisi Keuangan
Komite Keanggotaan Divisi Komunikasi Perusahaan Komite Pencatatan Divisi Hukum Komite Perdagangan & Setelmen Divisi Umum Direktur Divisi Pengawasan Divisi Sumber Daya Manusia
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia (BEI)
41
42
B. Hasil Penelitian 1. Pengukuran Investment Opportunity Set (IOS) Dalam memperoleh proksi yang mewakili variasi dari kelima variabel yaitu market to book value of equity, market to book value of assets, earning price ratio, capital expenditure to book value of assets, dan capital expenditure tomarkert value of asset, digunakan analisis faktor yang pembentukannya dilakukan dengan menggunakan data dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2004 sampai tahun 2007. Tahun 2004 dijadikan sebagai tahun dasar pembentukan proksi IOS. Adapun hasil analisis faktor untuk proksi IOS tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 selengkapnya terdapat dalam lampiran V. Berdasarkan nilai Eigenvalues dan Nilai Total Component Matrix untuk sejumlah komponen yang terbentuk, untuk proksi IOS tahun 2005 dan tahun 2006 terbentuk dua model komponen yaitu komponen I dan komponen II. Sedangkan untuk tahun 2007 terbentuk tiga model komponen yaitu komponen I, komponen II, dan komponen III. Tabel 1.1 Nilai Eigenvalues Tahun 2005 Total Variance Explained Total Componen
1 2 3 4 5
2.128 1.162 .919 .668 .124
Initial Eigenvalues % of Cumulative% Variance
42.554 23.235 18.371 13.354 2.486
42.554 65.789 84.160 97.514 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
42
Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative %
2.128 1.162
42.554 23.235
42.554 65.789
43
Eigenvalues merupakan nilai yang menunjukkan jumlah varians yang berasosiasi dengan masing-masing proksi. Proksi dengan nilai Eigenvalus sama dengan atau lebih dari satu merupakan proksi yang akan dimasukan kedalam model, sedangkan proksi dengan nilai kurang dari satu merupakan proksi yang tidak dimasukkan kedalam model. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa untuk proksi IOS tahun 2005 hanya terdapat dua proksi yang memiliki nilai Eigenvalues lebih dari satu yaitu proksi pertama sebesar 2.218 dan proksi kedua sebesar 1.162. Ini berarti pada tahun 2005 hanya terbentuk dua model komponen (Komponen I dan Komponen II)
Tabel 1.2 Nilai Eigenvalues Tahun 2006 Total Variance Explained Total Componen
1 2 3 4 5
1.738 1.021 .947 .870 .425
Initial Eigenvalues % of Cumulative% Variance
34.752 20.425 18.937 17.390 8.496
34.752 55.177 74.113 91.504 100.000
Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative %
1.738 1.021
34.752 20.425
34.752 55.177
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa untuk proksi IOS tahun 2006 berdasarkan nilai Eigenvalues terdapat dua proksi yang memiliki nilai lebih dari satu yaitu proksi pertama sebesar 1.738 dan proksi kedua sebesar 1.021. Ini berarti sebagaimana tahun 2005, pada tahun 2006 juga hanya terbentuk dua model komponen (Komponen I dan Komponen II).
43
44
Tabel 1.3 Nilai Eigenvalues Tahun 2007 Total Variance Explained Total Componen
1 2 3 4 5
1.958 1.048 1.007 .684 .302
Initial Eigenvalues % of Cumulative Variance %
39.168 20.968 20.150 13.681 6.034
39.168 60.135 80.285 93.966 100.000
Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative %
1.958 1.048 1.007
39.168 20.968 20.150
39.168 60.135 80.285
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Berbeda dengan tahun 2005 dan 2006, untuk proksi IOS tahun 2007 sebagaimana tampak pada tabel 1.3 diketahui bahwa terdapat tiga proksi yang memiliki nilai Eigenvalues lebih dari satu yaitu proksi pertama sebesar 1.958, proksi kedua sebesar 1.048, dan proksi ketiga sebesar 1.007. Ini berarti pada tahun 2007 terbentuk tiga model komponen (Komponen I, Komponen II, dan Komponen III). Tabel 1.4 Componen Matrix Tahun 2005 Component 1 2 MTBVEQ .594 -.422 MTBVAS .936 .147 PER .213 -.555 CAPX/A .916 .149 CAPX/V .120 .795 Extraction Method: Principal Component Analysis 2 components extracted.
Komponen matrik merupakan matrik yang berisi muatan komponen dari semua proksi, pada semua model komponen yang telah dipilih. Dengan melihat komponen matrik ini kita bisa melihat hubungan setiap proksi dengan komponennya. Berdasarkan tabel 1.4 diketahui
44
45
bahwa dari lima proksi pembentuk IOS, tiga diantaranya yaitu proksi MTBVEQ, MTBVAS, dan CAPX/A pada tahun 2005 mempunyai hubungan lebih kuat dengan Komponen I. Sedangkan untuk proksi PER dan CAPX/V mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan Komponen II. Untuk PER hubungan tersebut bersifat negatif atau berlawanan..
Tabel 1.5 Componen Matrix Tahun 2006 Component 1 2 MTBVEQ .510 -.512 MTBVAS .828 -.162 PER .379 .606 CAPX/A .775 -.295 CAPX/V .218 .734 Extraction Method: Principal Component Analysis 2 components extracted.
Tabel 1.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2006 proksi MTBVAS dan CAPX/A mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan Komponen I. Sedangkan untuk proksi MTBVEQ, PER, dan CAPX/V mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan Komponen II. Sifat hubungan proksi MTBVEQ dengan Komponen II adalah negatif atau berlawanan.
Tabel 1.6 Componen Matrix Tahun 2007 Component 1 2 3 MTBVEQ .482 -.451 .627 MTBVAS .737 -.283 .329 PER .619 .238 -.123 CAPX/A .724 -.549 -.311 CAPX/V .329 .518 .637 Extraction Method: Principal Component Analysis 3 components extracted
45
46
Pada tabel 1.6 komponen matrix untuk tahun 2007 terdiri dari tiga model komponen yaitu Komponen I, Komponen II, dan Komponen III. Untuk proksi CAPX/V mempunyai hubungan paling kuat dengan Komponen III. Sedangkan untuk proksi MTBVEQ, MTBVAS, PER, dan CAPX/A ketiganya memiliki hubungan paling kuat dengan Komponen I dan semuanya bersifat positif atau searah.
Tabel 1.7 Hasil Perhitungan Skor Faktor Total Komponen I II MTBVEQ 1.586 -1.385 MTBVAS 2.501 0.592 PER 1.211 0.289 CAPX/A 2.415 -0.695 CAPX/V 0.667 1.867 Sumber : Data Diolah
III 0.627 0.329 -0.123 -0.311 0.637
Dari hasil rotasi faktor tahun 2005 sampai tahun 2007 terlihat bahwa rasio market to book value of equity (MTBVEQ), rasio market to book value of assets (MTBVAS), earning price ratio (PER), dan rasio capital expenditure to book value of assets (CAPX/A) memiliki hubungan yang lebih kuat dengan Komponen I dibandingkan dengan Komponen II dan Komponen III , dengan demikian ketiga rasio tersebut merupakan proksi dari Komponen I. Sedangkan rasio capital expenditure to market value of asset (CAPX/V) merupakan Komponen II karena hubungan rasio tersebut lebih kuat dengan Komponen II dibandingkan dengan Komponen I dan Komponen III.
46
47
Hasil penjumlahan skor faktor total untuk Komponen III nilainya lebih kecil dibandingkan dengan Komponen I dan Komponen II. Hal ini disebabkan karena Komponen III hanya terbentuk pada tahun 2007. Oleh karena itu Komponen III tidak diikutsertakan dalam pengujian proksi berikutnya. Selanjutnya skor faktor total dari skor komponen I dan skor komponen II merupakan skor dari proksi IOS untuk masing-masing tahunnya.
2. Hasil Uji Hipotesis Pengujian
terhadap
hipotesis
penelitian
dilakukan
dengan
menggunakan analisis korelasi. Sebelum dilakukan analisis korelasi terhadap data yang ada, dilakukan pengujian terhadap normalitas data. Jika data menunjukkan perilaku distribusi normal maka digunakan analisis korelasi Product Moment Pearson, tetapi jika data menunjukkan perilaku distribusi tidak normal maka digunakan analisis korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil uji normalitas data, diketahui bahwa variabelvariabel pembentuk IOS, kebijakan pendanaan, dan kebijakan dividen menunjukkan perilaku distribusi normal (hasil uji normalitas selengkapnya terdapat dalam lampiran VI). Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti memutuskan menggunakan analisis korelasi Product Moment Pearson. a. Pengujian Hipotesis Hubungan IOS dengan Book Debt to Equity H1 : Terdapat hubungan negatif antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Book Debt to Equity (BD/E)
47
48
Hasil analisis kedua variabel tersebut dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson untuk tahun 2005 sampai tahun 2007 disajikan pada tabel berikut ini
Tabel 1.8 Hubungan antara IOS dengan Book Debt to Equity (BD/E) Tahun Jumlah Sampel Korelasi Pearson Signifikan 2005 17 -0.311 0.096 2006 17 -0.232 0.660 2007 17 -0.162 0.296 Pooling 51 -0.074 0.002 Sumber : Data Diolah Untuk hasil korelasi selengkapnya terdapat dalam lampiran VI.
Berdasarkan tabel 1.8 diketahui bahwa pengujian hipotesis menggunakan data pooling menunjukkan hubungan antara IOS dengan Book Debt to Equity (BD/E) adalah sebesar -0.074 dengan p = 0.002. Dengan menggunakan taraf signifikan 5% atau 0.05, maka hubungan tersebut dinyatakan negatif signifikan. Ini berarti ketika terjadi perubahan Investment Opportunity Set (IOS) maka perusahaan akan cenderung melakukan perubahan kebijakan pendanaan perusahaannya kearah yang negatif atau berlawanan. Ketika IOS meningkat maka perusahaan akan menurunkan kebijakan pendanaannya dan sebaliknya ketika IOS menurun maka perusahaan akan meningkatkan kebijakan pendanaannya. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan data cross sectional, menunjukkan adanya hubungan negatif yang tidak signifikan. Hubungan yang tidak signifikan ini muncul karena jangka
48
49
waktu selama satu tahun saja tidak cukup untuk dijadikan dasar pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan apakah akan berinvestasi ataukah tidak. Kebijakan
pendanaan
perusahaan
secara
langsung
akan
menyangkut keputusan tentang banyaknya hutang yang akan digunakan perusahaan. Jika sumber dari dalam perusahaan tidak cukup baik untuk membiayai semua kebutuhan operasional perusahaan maka keputusan pendanaan yang bersumber dari luar menjadi sangat dibutuhkan. Biasanya perusahaan yang bertumbuh akan mengurangi hutang dan mengutamakan pendanaan internal sebagai biaya investasi dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan kebangkrutan dan mengurangi risiko finansial yang akan dihadapi. Oleh karena itu ketika perusahaan memiliki berbagai pilihan investasi (mempunyai kesempatan investasi yang tinggi), perusahaan cenderung memiliki rasio BD/E yang lebih rendah. Berdasarkan hal tersebut maka terbukti bahwa antara IOS dengan kebijakan dividen memiliki hubungan negatif signifikan (H1 diterima).
b. Pengujian Hipotesis Hubungan IOS dengan Dividen Payout H2 : Terdapat hubungan negatif antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Dividen Payout Hasil analisis hubungan Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Dividen Payout untuk tahun 2005 sampai tahun 2007 menggunakan korelasi product moment Pearson disajikan sebagai berikut :
49
50
Tabel 1.9 Hubungan antara IOS dengan Dividen Payout Tahun Jumlah Sampel Korelasi Pearson Signifikan 2005 17 -0.107 0.515 2006 17 -0.064 0.689 2007 17 -0.032 0.847 Pooling 51 -0.042 0.650 Sumber : Data Diolah Untuk hasil korelasi selengkapnya terdapat dalam lampiran VI.
Berdasarkan tabel 1.9 diketahui bahwa melalui data pooling hubungan antara IOS dengan Dividen Payout hasilnya sebesar -0.042 dengan p = 0.650. Dengan taraf signifikansi 5% atau 0.05, maka hasil tersebut dinyatakan ada hubungan positif yang tidak signifikan. Artinya, apabila IOS mengalami peningkatan maka Dividen Payout akan mengalami penurunan. Sebaliknya, apabila IOS mengalami penurunan maka Dividen Payout mengalami peningkatan. Hasil yang sama juga diperoleh dengan menggunakan perhitungan cross sectional. Pada tahun 2005 sampai tahun 2007 hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang tidak signifikan. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan akan semakin besar jumlah dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan maka makin besar bagian dari pendapatan dana yang ditahan. Hal ini berarti semakin rendah DPR yang dibagikan. Perusahaan bertumbuh (perusahaan dengan level IOS tinggi) cenderung tidak mendanai proyek-proyeknya dengan pendanaan ekternal yang berasal dari hutang tetapi cenderung
50
51
mendanainya dengan sumber internal (dari laba ditahan). Meskipun demikian perusahaan juga sedikit meningkatkan porsi pembayaran deviden atas laba yang dihasilkan perusahaan. Peningkatan porsi DPR tersebut diduga merupakan good news yang disinyalkan perusahaan kepada investor bahwa kondisi perusahaan baik. Hal ini yang menyebabkan hubungan antara IOS dengan dividen payout menjadi tidag signikan walaun terbukti bahwa keduanya memilki hubungan yang negatif atau berlawan (H2 diterima).
c. Pengujian Hipotesis Ketiga H3 : Terdapat hubungan negatif antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Dividen Yield Hasil analisis cross sectional dan pooling dari tahun 2004 sampai dengan 2007 dengan korelasi product moment Pearson untuk menguji hubungan antara Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Dividen Yield terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.10 Hubungan Antara IOS dengan Dividen Yield Tahun Jumlah Sampel Korelasi Pearson Signifikan 2005 17 -0.337 0.012 2006 17 -0.309 0.216 2007 17 -0.237 0.089 Pooling 51 -0.169 0.006 Sumber : Data Diolah Untuk hasil korelasi selengkapnya terdapat dalam lampiran VI
Berdasarkan tabel 1.10 dapat diketahui bahwa hasil data pooling hubungan antara IOS dengan Dividen Yield sebesar -0.169 dengan p = 0.006. Dengan taraf signifikansi 5% atau 0.05, maka hasil tersebut 51
52
dinyatakan memiliki hubungan negatif yang signifikan. Sedangkan hasil penghitungan cross sectional untuk tahun 2006 dan tahun 2007 menyatakan terdapat hubungan negatif, tetapi hubungan negatif tersebut tidak signifkan. Hal ini berarti apabila ada perubahan IOS meningkat
atau
positif
maka
Dividen
Yield
mengalami
perubahanmenurun atau negatif. Sebaliknya, apabila perubahan IOS menurun atau negatif maka Dividen Yield mengalami perubahan positif atau meningkat. Dividen Yield merupakan perbandingan antara dividen per lembar saham dengan harga saham di pasar. Dividen Yield yang tinggi dari suatu saham yang disebabkan karena adanya pengumuman kenaikan pembayaran dividen oleh perusahaan, akan menyebabkan banyak investor tertarik untuk membelinya. Sebaliknya ketika perusahaan
memutuskan
untuk
menggunakan
labanya
guna
kepentingan invesatsi maka laba yang ditahan perusahaan menjadi semakin besar. Ini berarti terjadi penurunan jumlah dividen yang dibayarkan sehingga Dividen Yield dari saham pun akan ikut menurun. Ini membuktikan bahwa antara Investment Opportunity Set (IOS) dengan Dividen Yield memiliki hubungan yang negatif atau berlawanan (H3 diterima).
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data dalam penelitian yang berjudul “ Analisis Hubungan Antara Investment Opportunity Set (IOS) Dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada perusahaan manufaktur di Indonesia untuk periode pengamatan tahun 2004 sampai dengan 2007, kelima rasio proksi IOS yaitu market to book value of equity (MTBVEQ), market to book value of assets (MTBVAS), earning price ratio (EP), capital expenditure to firm value (CAPX/V, dan capital expenditure to book value of assets (CAPX/A) terekstrak secara sempurna kedalam dua model komponen faktor yaitu Komponen I dan Komponen II dengan mengunakan analisis faktor. 2. Pengujian hipotesis pertama mengenai hubungan IOS dengan kebijakan pendanaan perusahaan yang diproksikan dengan variabel Book Debt to equity menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan. Hal ini tampak pada hasil data pooling yang menunjukkan angka sebesar 0.074 dengan p = 0.002. 3. Pengujian hipotesis kedua mengenai hubungan IOS dengan kebijakan dividen perusahaan yang diproksikan dengan dividen payout ratio menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang tidak 53 53
54
signifikan. Hal ini tampak pada hasil data pooling yang menunjukkan angka sebesar -0.042 dengan p = 0.650. 4. Pengujian hipotesis ketiga mengenai hubungan IOS dengan kebijakan dividen perusahaan yang diproksikan dengan dividen yield menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan. Hal ini tampak pada hasil data pooling yang menunjukkan angka sebesar -0.169 dengan p = 0.006.
B. Saran Berdasarkan hasil analisis, maka penulis memberikan saran-saran berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan dan Investor a. Manajemen perusahaan sebaiknya lebih memprioritaskan penggunaan dana internal daripada hutang ketika memutuskan untuk berinvestasi karena hal ini akan mengurangi risiko finansial yang dihadapi. b. Ketika perusahaan mengalami pertumbuhan sebaiknya manajemen perusahaan menerapkan dividen payout ratio seminimal mungkin sehingga apabila perusahaan mengalami penurunan tidak perlu melakukan pemotongan dividen yang akan menyebabkan image investor terhadap perusahaan menjadi menurun. c. Sebelum melakukan investasi saham, investor sebaiknya melihat dividen yield saham terlebih dahulu, karena dividen yield yang tinggi menandakan bahwa dividen yang dibagikan tinggi pula. Ini berarti
54
55
perusahaan memiliki prospek yang bagus di masa depan karena berani membayarkan dividen dalam jumlah yang besar. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Penelitian ini hanya menggunakan lima rasio proksi IOS untuk pembentukan indeks umum IOS, sedangkan masih ada rasio-rasio lain yang juga bisa digunakan seperti Torbin’s Q, Research & Development expense to assets, dan assets betas. Oleh karena itu pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan rasio lain sebagai proksi IOS. b.
Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui dan menguji hubungan dengan menggunakan korelasi product moment. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mencari hubungan dengan tidak menggunakan korelasi product moment lagi sehingga hasilnya nanti dapat dibandingkan berdasarkan pendekatan yang berbeda.
55
DAFTAR PUSTAKA
Alwi. 1994. Alat – Alat Analisis Dalam Penjualan. Yogyakarta : Andi Offset. Brigham, Uegene F. and Joel F. Houston. 2006. Fundamental of Financial Management, South-Western: Edisi 10. Thompson. Djarwanto dan Pangestu Subagyo. 2003. Statistic Induktif. Yogyakarta : BPFE. Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen : Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang : BP Undip. Gaver, Jennifer J., dan Kenneth M. Gaver. 1993. ’Additional Evidence on the Association between the Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividen, and Compensation Policies”. Journal Of Accounting & Economics. 16 : 125-160. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta :BPFE. Jones, Stewart, dan Sharma, Rohit. 2001. “The Association Between the Investment Opportunity Set and Corporate Financing and Dividend Decisions : Some Australian Evidence”. Managerial Finance. Vol 27, No 3, PP 48-64. Kallapur, S., dan M.A. Trombley. 1999.” The Association between investment opportunity Set Proxies and realized Growth”. Journal Of Bussines & Accounting Vol 26, 505-519. Lestari, Holydia. 2004. “Pengaruh Kebijakan Utang, Kebujakan Dividen, Risiko, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Set Kesempatan Investasi”. Simposium Nasional Akuntansi VII.
56
Prasetyo, A. 2000. “Asosiasi antara Investment Opportunity Set (IOS) dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Dividen, kebijakan Kompensasi, Beta dan Perbedaan Reaksi Pasar : Bukti empiris dari Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasioanl Akuntansi III : 878-905. Sami Heibatollah. C.K. Kevin L. dan S.M. Simon. 2000. "Association beetwen the Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, Leasing and Compensation Policies: Some Evidence from an Emerging Market." Working Paper. Temple University, Philadelphia. Sartono, Agus, R. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Smith Jr.Clifford W., dan Ross L. Watss. 1992. “The Investment Opportunity Set and Corporate financing, dividend, and Compensation Policies”. Journal of Financial Economics, 2 : 263-292. Suyono, Joko. 2003. SPSS 11.0. Surakarta : Unit Penerbitan D3 Manajemen Industri FE UNS. Tettet Fijrijanti dan Jogianto Hartono. 2000. "Analisis Korelasi Pokok IOS dengan Realisasi Pertumbuhan, Kebijakan Pendanaan dan Dividen." Simposium Nasional Akuntansi III. pp. 851–877. Zikmund. W.G. 2003. Business Research Method. The Dryden Press, Harcourt College Publiser.
57