ANALISIS HAMBATAN GURU DALAM PENGINTEGRASIAN TEKNOLOGI DI SMPN 1 GRABAG
Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Pendidikan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Disusun oleh: Amalia Styaningrum (702011130) Mila Chrismawati Paseleng, S.Si. , M.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016
ANALISIS HAMBATAN GURU DALAM PENGINTEGRASIAN TEKNOLOGI DI SMPN 1 GRABAG 1)
Amalia Styaningrum, 2) Mila Chrismawati Paseleng, S.Si., M.Pd. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)
[email protected],2)
[email protected] ABSTRACT The availability of facilities at SMPN 1 Grabag support the integrated technology in learning as the lab, wifi, LCD projector, but to this day learning teachers in class less used technology available.To can fix this condition, so it is important to note obstacles through the analysis of obstacles that teachers face in integrating the technology.This study adopted qualitative approaches done in order to provide what obstacles that teachers face in integrating the technology.Based on the results of chief, observation and interview showing most teachers have facilities personal technology, the capability of teachers use technology are low, majority of teachers still use a method of conventional.Overall obstacles there those are facilities personal teachers, the capability of teachers use technology, age, and time. The research suggests that obstacles to integrate technology was challenged by the teachers own was not having motivation to try and studies technology . Keywords: standard educator and educators , professionalism teachers , integrated technology . ABSTRAK Ketersediaan fasilitas di SMPN 1 Grabag mendukung terjadinya integrasi teknologi dalam pembelajaran seperti lab, wifi, LCD proyektor, tetapi sampai saat ini proses pembelajaran guru di kelas kurang memanfaatkan teknologi yang tersedia. Untuk dapat memperbaiki kondisi tersebut, maka perlu diketahui hambatan melalui analisis terhadap hambatan yang dihadapi guru dalam mengintegrasikan teknologi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan untuk memberikan gambaran seperti apa hambatan yang dihadapi guru dalam mengintegrasikan teknologi. Berdasarkan hasil angket, observasi dan wawancara menunjukkan sebagian besar guru memiliki fasilitas teknologi pribadi, kemampuan guru menggunakan teknologi tergolong rendah, sebagian besar guru masih menggunakan metode konvensional. Secara keseluruhan kendala yang ada yaitu fasilitas pribadi guru, kemampuan guru menggunakan teknologi, umur, dan waktu. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kendala mengintegrasikan teknologi merupakan hambatan dari guru sendiri yaitu tidak memiliki motivasi untuk mencoba dan mempelajari teknologi. Kata kunci: standar pendidik dan tenaga pendidik, profesionalisme guru, integrasi teknologi. 1) 2)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Staf pengajar Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
1. Pendahuluan Kondisi di SMP N 1 Grabag sudah memiliki fasilitas yang terbilang lengkap seperti internet dengan kecepatan 3MB, LCD proyektor terdapat 15 dari 18 kelas yang ada dan lab TIK yang memiliki 25 komputer. Ketersediaan fasilitas tersebut memungkinkan guru di sekolah tersebut untuk dapat menerapkan pembelajaran berbasis teknologi seperti yang ditetapkan dalam peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berisi guru harus memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran [1]. Selain itu dalam pembelajaran abad-21 menuntut seorang pendidik untuk lebih kreatif, mempunyai wawasan luas, mampu berpikir kritis, tanggap terhadap setiap perubahan, mampu menyelesaikan masalah, mampu menguasai IT baik untuk mempersiapkan perencanaan pembelajaran maupun untuk menerapkan berbagai model pembelajaran berbasis komputer [2]. Hal itu menunjukkan bahwa guru diharapkan untuk mengintegrasikan teknologi sebagai upaya meningkatkan praktek pendagogis serta membantu siswa dalam pembelajaran. Teknologi memiliki makna yang luas, pertama teknologi dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu dan sumber belajar seperti komputer, koleksi data, software multi media dll. Kedua, teknologi pendidikan dapat digunakan sebagai kumpulan peralatan yang digunakan untuk membantu terselenggaranya pendidikan secara online. Teknologi juga dapat digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah, serta menyebarkan informasi. Disamping itu teknologi juga dapat dijadikan sebagai sarana interaksi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah [3]. Dengan adanya integrasi teknologi,akan menjawab tantangan yang harus dihadapi guru di era globalisasi dalam memanfaatkan teknologi. Dalam pengintegrasian teknologi guru dihadapkan dengan tantangan yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar, sehingga guru harus menguasai produk iptek terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan [4]. Pemanfaatan perangkat hardware seperti komputer, LCD, dan perangkat software yang berupa aplikasi pembelajaran dimanfaatkan untuk membantu dalam proses pembelajaran. Realitas yang terjadi di SMPN 1 Grabag bahwa pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran belum sepenuhnya dilakukan walaupun fasilitas yang ada cukup mendukung. Ini berarti terdapat hambatan dalam melakukan integrasi teknologi tersebut. Hambatan dalam pengintegrasian teknologi sangat berkaitan dengan faktor pendukung yang harus dipenuhi. Hambatan tersebut dapat berkaitan dengan fasilitas dan SDM yang merupakan faktor pendukung yang harus dipenuhi dalam integrasi teknologi. Pentingnya peran guru dalam pendidikan seperti yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada salah satu butir yaitu menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Melihat pentingnya kesiapan SDM dalam pengintegrasian 1
teknologi maka perlu untuk diketahui seperti apa hambatan yang dihapai oleh guru dalam pengintegrasian teknologi. Dengan mengetahui hambatan tersebut diharapkan dapat menjadi acuan perbaikan kualitas guru dalam mengajar dan guru bisa lebih meminimalisir hambatan yang dihadapi dengan lebih giat belajar teknologi sehingga pendidikan dimasa mendatang dapat mengikuti arus perkembangan pendidikan yang semakin maju. Menjadi masukan kepada sekolah mengenai pengenalan teknologi dan memaksimalkan teknologi yang ada. 2. Tinjauan pustaka Penelitian sebelumnya oleh Herry Fitriyadi dengan judul “Keterampilan TIK Guru Produktif SMK Di Kabupaten Hulu Sungai Utara Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran”. Dalam penelitian menginvestigasi penguasaan keterampilan TIK guru produktif SMK dan implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK, serta mengidentifikasi kendala-kendala yang menjadi penghambat implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan. Kendala-kendala implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK di Kabupaten HSU berkaitan dengan kebijakan pemerintah daerah dalam bidang TIK, pendanaan program, pengembangan profesional di bidang TIK, ketersediaan sumber daya TIK meliputi fasilitas pribadi guru, fasilitas sekolah dan penggunaan TIK di sekolah meliputi kemampuan guru menggunakan fasilitas yang ada, dan penerapan teknologi dalam pembelajaran di kelas [5]. Penelitian lain yang dilakukan oleh Khalid Abdullah Bingimlas yang berjudul Barriers to the Successful Integration of ICT in Teaching and Learning Environments: A Review of the Literaturebarriers. Penelitian ini merupakan studi literature yang membahas tentang apa saja yang menjadi hambatan guru dalam mengintegrasikan teknologi di dalam kelas, serta hubungan antara hambatanhambatan yang ada. Terdapat hambatan dalam pengintegrasian teknologi yaitu hambatan dari guru sendiri dan hambatan dari sekolah. Hambatan terkait guru meliputi fasilitas pribadi guru, keterbatasan waktu dan keterbatasan kemampuan guru, sedangkan hambatan terkait sekolah meliputi fasilitas sekolah, kebijakan sekolah, pelatihan yang efektif, dan aksebilitas guru menggunakan teknologi [6]. Berdasarkan penelitian terdahulu ini dapat diidentifikasi bahwa hambatan yang ada dapat berasal dari diri guru sendiri maupun dari luar yaitu sekolah serta kebijakan yang berlaku. Melalui penelitian ini akan diperoleh gambaran bagaimana hal tersebut dapat menghambat pengintegrasian oleh guru. Salah satu kewajiban guru sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV Bagian Kedua Pasal 20 bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru wajib meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni [7]. Hal tersebut dipertegas lagi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa salah satu kompetensi guru dalam bidang Pedagogik adalah memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran, yaitu memanfaatkan TIK dalam
2
pembelajaran yang diampu. Disebutkan juga bahwa salah satu kompetensi guru dalam bidang Profesional adalah memanfaatkan TIK untuk mengembangkan diri, yaitu memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pengembangan diri [1]. Dengan begitu pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan profesionalisme guru. Tuntutan sebagai guru profesional terdapat kriteria yang harus dipenuhi guru, yaitu: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. (3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. (4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri [1]. Dengan begitu keberadaan teknologi di dalam kelas pada saat pembelajaran merupakan hal yang harus dianggap biasa, bahkan komputer akan dianggap biasa keberadaannya disetiap kelas seperti papan tulis. Seorang guru harus memiliki kemampuan dalam memanfaatkan teknologi pada saat mengajar. Dalam pembelajaran abad ke-21 para siswa mendapatkan akses tak terbatas terhadap informasi yang ada dengan kualitas yang berbeda-beda dan guru menggunakan berbagai macam teknologi untuk menerangkan mendemonstrasikan dan menggambarkan berbagai macam topik [2] maka dari itu guru harus dapat mempersiapkan materi dengan cakupan luas dengan berbagai sumber. Pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan kualitas SDM, yaitu dengan cara membuka lebar-lebar terhadap akses ilmu pengetahuan dan penyelenggaraan pendidikan bermutu. Sistem teknologi dan informasi memberikan jangkauan yang luas, cepat, efektif dan efisien terhadap penyebarluasan informasi ke berbagai penjuru dunia [2]. Peran teknologi dalam pendidikan dijadikan sebagai alat dalam mendukung pengembangan pengetahuan bagi siswa, sebagai sarana informasi yang sangat mendukung dalam proses belajar siswa serta dalam pencarian dan pengidentifikasian informasi yang diperlukan siswa. Teknologi juga sangat bermanfaat untuk berdiskusi, menyampaikan pendapat, media yang dipergunakan untuk mendukung proses berbicara siswa yang terkadang enggan berbicara di depan umum, untuk mempermudah pelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan, berkolaborasi dengan siswa ataupun orang lain, membantu siswa dalam mempresentasikan ilmu yang mereka ketahui, dan membantu meningkatkan efektifitas serta efisiensi proses belajar mengajar guru dan siswa. Terdapat lima faktor pendukung yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan integrasi teknologi yaitu (1) infrastruktur yang memungkinkan akses informasi dimanapun dengan kecepatan yang mencukupi (2) Sumber Daya Manusia (SDM) menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi tinggi (3) adanya faktor kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang (4) faktor finansial yang membutuhkan adanya sikap positif dari lembaga untuk menyongkong teknologi informasi (5) faktor konten menuntut adanya informasi yang sampai pada orang, waktu dan tempat yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada pengguna[3]. Jika salah satu dari faktor yang ada tidak terpenuhi maka pengintgresian teknologi yang ada tidak akan berjalan
3
dengan maksimal. Seperti yang terjadi di SMPN 1 Grabag, yang mana infrasturktur dan fasilitas yang ada sudah cukup mendukung ditambah lagi dengan tuntutan dari pemerintah yang mendorong setiap pengajar untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Tapi jika tidak didukung oleh SDM yang memadai maka pengintegrasian yang diharapkan tidak dapat terwujud. Dengan demikian sangat penting bagi pihak sekolah untuk mengetahui segala hambatan yang dihadapi terkait dengan setiap faktor yang ada sehingga mereka dapat menyusun strategi untuk mewujudkan pengintegrasian teknologi secara maksimal [5]. 3. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran seperti apa hambatan yang dihadapi oleh guru dalam memanfaatkan teknologi di sekolah. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Grabag dengan responden 21 guru mata pelajaran dan 1 waka kurikulum. Dengan mengacu penelitian Khalid dan Herry, terlihat faktor-faktor hambatan terkait fasilitas pribadi guru, keterbatasan waktu, keterbatasan kemampuan guru, fasilitas sekolah, kebijakan sekolah, pelatihan yang efektif, dan aksebilitas guru menggunakan teknologi, kebijakan pemerintah daerah dalam bidang TIK, pendanaan program, pengembangan profesional di bidang TIK, ketersediaan sumber daya TIK, dan penggunaan TIK di sekolah [5] [6]. Penelitian ini fokus pada faktor sarana dan prasarana sekolah, fasilitas teknologi pribadi guru, kemampuan guru menggunakan fasilitas, dan penerapan dalam pembelajaran. Sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan sumber data dan teknik pengumpulan data adalah seperti berikut: Tabel1. Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data Hal yang diamati
Sumber data
fasilitas sekolah
Guru, waka kurikulum
fasilitas pribadi guru kemampuan guru menggunakan fasilitas Penerapan dalam pembelajaran
Guru Guru guru
Teknik pengumpulan data angket, observasi, wawancara angket, wawancara Angket, Wawancara angket, wawancara
observasi,
Lembar angket dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sekolah seperti: sarana dan prasarana sekolah untuk dilaksanakan integrasi teknologi dalam pembelajaran, fasilitas teknologi pribadi yang dimiliki guru, kemampuan guru menggunakan fasilitas pribadi dan fasilitas yang ada disekolah, serta penerapan dalam pembelajaran dikelas yang dibagikan kepada guru dan diisi oleh guru. Tabel 2. Kisi-kisi Angket no 1
Hal yang diamati sarana dan prasarana sekolah
Kisi-kisi Sekolah memberikan akses internet yang cukup untuk memenuhi kebutuhan guru dan siswa
4
Sekolahan menyediakan proyektor disetiap kelas Disetiap kelas mempunyai akses internet yang memadai 2
fasilitas teknologi pribadi guru
Mempunyai komputer/ laptop pribadi Mempunyai handphone yang sudah memiliki fitur yang lengkap dan canggih Di rumah terdapat akses internet yang memadai Mempunyai akun email pribadi Mempunyai akun media sosial pribadi Mempunyai akun aplikasi pendidikan online (Get kahoot, classdojo dll)
3
kemampuan guru menggunakan
Memanfaatkan dan menguasai aplikasi pengolah kata
fasilitas
(Ms. word) Memanfaatkan handphone dalam menyiapkan materi Memanfaatkan laptop dalam menyiapkan materi Memanfaatkan dan menguasai aplikasi pengolah angka (Ms. Excel) Membuat materi pelajaran hanya bersumber dari buku Membuat materi pelajaran yang bersumber dari internet
4
penerapan dalam pembelajaran
Memanfaatkan
apliksi
pendidikan(Get
kahoot,
classdojo dll) dalam pembelajaran Memanfaatkan LCD proyektor saat pembelajaran Menggunakan email sebagai media mengumpulkan tugas siswa Menggunakan
akun
media
sosial
saya
untuk
mengshare materi/ tugas kepada siswa Memanfaatkan media pembelajaran dalam bentuk video untuk memaksimalkan pembelajaran
Selanjutnya teknik wawancara dengan menggunakan wawancara tidak berstruktur atau wawancara bebas di SMPN 1 Grabag. Wawancara terhadap guru untuk mencari informasi tentang sejauh mana guru menggunakan teknologi dalam pembelajaran dan alasan guru tidak menggunakan teknologi, sedangkan wawancara kepada waka kurikulum dan guru TIK sebagai kepala lab TIK untuk mencari informasi tentang kebijakan sekolah, fasilitas sekolah dan aksebilitas sarana sekolah. Sedangkan observasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sekolah dan kondisi guru terkait fasilitas pribadi guru dan fasilitas sekolah.
5
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan konsep yang diberikan Miles and Huberman. Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh [8]. Teknik analisis data dapat dilihat dalam gambar dibawah ini: Data
Data display
collection Data
Conclusion:dra
reduction
wing/verifying Gambar 1. Komponen Analisis Data (Miles and Huberman)
Dalam menganalisa hasil penelitian, setiap selesai mendapatkan data dilapangan seperti hasil lembar angket, pengamatan dan wawancara peneliti langsung merangkum, memilih hal-hal yang pokok, membuat kategori dan memilah data yang kemudian digabungkan pada setiap kategori untuk mempermudah melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dari lembar angket data yang didapat langsung dipilah menjadi empat kategori yaitu sarana dan prasarana sekolah untuk dilakukan pembelajaran berbasis teknologi, fasilitas pribadi guru, kemampuan guru menggunakan fasilitas pribadi dan fasilitas sekolah, penerapan teknologi dalam pembelajaran di kelas. Data hasil observasi terdapat dua kategori yaitu fasilitas pribadi guru dan fasilitas sekolah, fasilitas pribadi guru meliputi laptop pribadi, handphone dengan fitur canggih, kemahiran guru menggunakan teknologi dalam pembelajaran,sedangkan untuk fasilitas sekolah meliputi LCD proyektor disetiap kelas, access point yang ada di sekolah, kecepatan internet disetiap kelas. Wawancara terhadap guru mendapatkan hasil dengan kategori kemampuan guru menggunakan fasilitas pribadi, seberapa sering guru menggunakan fasilitas dan akun media sosial yang dimiliki dalam pembelajaran, pemanfaatan fasilitas sekolah, peran teknologi dalam pembuatan materi, pemanfaatan teknologi didalam kelas. Wawancara terhadap waka kurikulum dan kepala lab TIK mengenai aksebilitas guru menggunakan fasilitas sekolah, kebijakan sekolah, fasilitas sekolah. Kemudian data dari hasil angket, observasi dan wawancara digabungkan sesuai kategori untuk mempermudah melakukan pengumpulan data selanjutnya. Setelah data dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dalam bentuk tabel kemudian data didisplaykan atau disusun dalam bentuk teks deskripsi yang bersifat naratif dan dalam bentuk tabel. Pengumpulan data tentang fasilitas guru dan jumlah guru yang memanfaatkan fasilitas dilakukan selama dua minggu dan disajikan dalam bentuk tabel, sedangkan data tentang kondisi sekolah, hambatan yang dihadapi guru dan sebab hal tersebut dapat menjadi hambatan disajikan dalam bentuk narasi dengan proses pengumpulan data selama sepuluh minggu
6
Kemudian data yang telah disusun ditarik kesimpulan untuk dijadikan sebagai bahan pencarian data selanjutnya sampai data jenuh. Pengujian kreadibilitas data penelitian dilakukan dengan cara (1)Perpanjangan pengamatan dilakukan sampai dua kali, karena pada periode pertama data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Pada pengamatan pertama diperoleh informasi tentang fasilitas sekolah, fasilitas guru serta kemampuan guru dalam menggunakan teknologi. Periode kedua merupakan perpanjangan dari pengamatan periode pertama, karena pada periode pertama data tentang fasilitas sekolah yang diberikan guru belum sepenuhnya terjawab dan harus diperjelas lagi data dari waka kurikulum. (2) Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dengan cara menanyakan kepada guru tentang fasilitas sekolah, fasilitas pribadi, kemampuan menggunakan teknologi,dukungan dari sekolah dengan cara mengisi angket dan wawancara. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah 21 guru dan satu waka kurikulum, sepeti melakukan kepada guru, kepala lab TIK dan waka kurikulum tentang fasilitas sekolah, aksebilitas guru menggunakan fasilitas sekolah, kebijakan sekolah, dan dukungan sekolah terhadap integrasi teknologi. Dengan tringulasi tersebut dapat diketahui apakah dari sumber satu dengan yang lainnya mempunyai kesamaan jawaban atau tidak. 4. Hasil dan Pembahasan Gambaran tentang kondisi sekolah yang meliputi fasilitas sekolah, kondisi guru dan fasilitas pribadi guru. Fasilitas teknologi yang ada di SMPN 1 Grabag sudah terbilang lengkap seperti, internet, LCD proyektor, dan lab TIK. Fasilitas internet yang ada disekolah memiliki akses dengan kecepatan 3MB, tetapi access pointnya kurang dan tempatnya kurang strategis. Sampai saat ini access point hanya ada di ruang TU, jadi hanya ditempat tertentu saja yang memiliki kecepatan tinggi untuk mengakses internet. Untuk fasilitas LCD proyektor terdapat 15 dari 18 kelas, karena ada perbaikan gedung, jadi untuk gedung kelas yang baru, belum ada LCD proyektor. Dari kondisi LCD yang belum memenuhi semua kelas, maka guru harus membawa LCD proyektor dari kantor ke kelas yang belum ada LCD proyektornya. Selain itu ada fasilitas lab TIK, dimana di dalam lab TIK memiliki jumlah komputer yang sudah memadai yaitu sebanyak 25 komputer untuk siswa. Sebagian komputer lama masih ada yang sering eror tetapi saat ini komputer yang sering eror sudah diganti dengan komputer baru yang lebih canggih. Kendala yang ada di lab komputer yaitu jaringan kabel LAN yang sering terputus dan tidak mau terkoneksi dengan komputer server. Guru yang aktif di SMPN 1 Grabag memiliki pengalaman mengajar diatas 10 tahun. Dengan kondisi guru yang ada di SMPN1 Grabag kualitas SDM dilihat dari lamanya mengajar guru pembelajaran terbilang masih menggunakan metode konvensional yang mengandalkan guru sebagai pusat informasi, guru merasa puas dengan menggunakan metode yang selama ini digunakan tanpa mencoba menggunakan metode yang saat ini berkembang dan rasa ingin tahu untuk
7
mempelajari teknologi tidak ada, perkembangan teknologi dirasa terlalu cepat sehingga membuat guru kesulitan mempelajari dan malas. Guru masih enggan menggunakan teknologi karena guru masih berpedoman dengan metode konvensional yang selama ini diterapkan pada pembelajaran, karena guru merasa di masa guru saat menjadi seorang siswa hanya mengandalkan buku sebagai bahan materi dan pembelajaran di kelas dengan metode konvensional, dengan cara seperti itu materi dirasa sudah dipahami dengan baik sehingga guru memilih untuk tidak mempelajari teknologi yang berkembang, dan tidak memahami arti pentingnya suatu teknologi dalam pembelajaran. Tabel 3. fasilitas guru, pemanfaatannya dalam pembelajaran dan lama mengajar Fasilitas pribadi
Jumlah yang memiliki 21
HP dengan fitur lengkap dan canggih Internet pribadi
%
100%
Jumlah yang memanfaatkan fasilitas dalam pembelajaran 18
86%
10
47%
2
9,5%
12
57%
12
57%
Akun media social pribadi
11
52%
1
4,7%
Akun email pribadi
19
90%
5
24%
Akun aplikasi pendidikan online (get kahoot, classdojo dll)
4
19%
3
14%
Laptop pribadi
%
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa guru memiliki fasilitas teknologi pribadi seperti halnya laptop pribadi, handphone yang sudah memiliki fitur lengkap dan canggih, akses internet di rumah. Selain itu guru juga memiliki akun yang bisa membantu pembelajaran seperti akun media sosial, aplikasi pendidikan online (elearning) dan email. Untuk fasilitas laptop pribadi semua guru memiliki laptop pribadi, tetapi hanya terdapat 86% guru yang memanfaatkan laptop dalam pembelajaran seperti mempersiapkan materi dan menggunakan untuk pembelajaran dikelas. Tetapi tidak semua guru menggunakannya dikelas bahkan ada tiga guru, yaitu guru bahas inggris dan bahasa indonesia yang berusia 50 tahun, dan 54 tahun yang mengajar PKn tidak memanfaatkan laptop, baik dalam menyiapkan materi dan memanfaatkannya dalam pembelajaran di kelas. Sedangkan untuk fasilitas handphone hanya terdapat 47% guru yang memiliki handphone dengan fitur lengkap dan canggih. Dari jumlah guru yang memiliki handphone dengan fitur yang canggih, terlihat bahwa pemanfaatannya dalam pembelajaran hanya terdapat 9,5% guru yang memanfaatkan handphone untuk pembelajaran didalam kelas maupun luar kelas dan hanya ada satu guru yang menggunakan handphone untuk menyiapkan materi meskipun memiliki usia 53 tahun. Selain itu 57% guru memiliki akses internet pribadi di rumah. Dari tabel 3 terlihat bahwa hanya 57% guru yang memanfaatkan internet baik internet pribadi maupun internet sekolah untuk menyiapkan materi, sedangkan guru yang lain 8
lebih memilih menggunakan buku dari pada menggunakan internet dalam menyiapkan materi. Dalam menyiapkan materi dari internet guru hanya sebatas menyalin dari internet tanpa menghiraukan sumber materi yang telah di ambil dari internet, guru masih belum begitu paham menggunakan intenet yang baik dalam pembelajaran, misalnya dalam mendownload sebuah video pembelajaran dari internet guru masih merasa kesulitan. Untuk akun media sosial sendiri 52% guru memiliki akun media sosial dan terdapat 4,7% guru yang menggunakan media sosial untuk kepentingan pembelajaran seperti mengshare materi dan memberikan tugas kepada siswa. Sedangkan untuk akun email terdapat 90% guru yang memilikinya, hanya dua orang saja yang tidak memiliki yaitu guru PKn yang berusia 54 tahun dan guru olahraga yang berusia 60 tahun. Akun email sendiri dimanfaatkan guru sebagai sarana pengumpulan tugas. Tetapi untuk akun aplikasi pendidikan hanya 19% guru yang mempunyai yaitu guru yang berusia 33 tahun, 45 tahun, 51 tahun dan 60 tahun. Pemanfaatan aplikasi pendidikan dalam pembelajaran hanya terdapat14% guru. Dalam pengintegrasian teknologi guru hanya sebatas menggunakan powerpoint, video dan proyektor saja. Dalam pemanfaatan powerpoint hanya sebagai media untuk menyampaikan materi dalam bentuk tulisan, karena hanya 10 guru yang memanfaatkan powerpoint dalam pembelajaran dan belum bisa memanfaatkan powerpoint secara maksimal. Dalam penggunaan powerpoint guru hanya bisa memasukkan tulisan dan gambar saja, sedangkan untuk menyisipkan video, tabel, grafik dan lainnya sebagian besar guru masih kesulitan. Materi yang disampaikan guru dalam powerpoint bersumber dari buku dan internet dengan cara menyalin (copy paste) secara langsung dan tidak memperhatikan sumber materi yang ada di internet. Dalam pemanfaatan teknologi guru di SMPN 1 Grabag sudah mulai mengenal dunia komputer dan internet, guru hanya sebatas konsumtif atau sekedar mencari informasi di dunia internet. Untuk mempelajari hal baru guru masih kesulitan dalam menerima dan mengingat.Daya ingat yang kurang membuat guru hanya menggunakan teknologi sederhana seperti powerpoint dan lebih suka menjelaskan materi kepada siswa dengan metode ceramah tanpa bantuan teknologi. Selain itu kurangnya kepercayaan guru untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran dikelas. Keterbatasan pengetahuan tentang teknologi membuat guru takut gagal dalam mengintegrasikannya didepan kelas dengan demikian membuat guru tidak percaya diri untuk menggunakannya dalam pembelajaran. Faktor selanjutnya yaitu guru tidak memiliki motivasi untuk mempelajari teknologi yang berkembang, guru malas untuk menerapkan hal baru dalam pembelajaran yang dianggap rumit dan malas untuk mengikuti arus teknologi yang berkembang begitu cepat. Semua guru masih menggunakan metode konvensional yang mengandalkan guru sebagai pusat informasi.Untuk pengintegrasian teknologi terbilang sangat kurang, karena dalam pembelajaran guru hanya menyampaikan materi yang telah dibuat menggunakan powerpoint dalam bentuk kalimat. Penambahan gambar atau video dalam materi terbilang
9
masih jarang, karena terdapat 17 guru belum dapat sepenuhnya memanfaatkan powerpoint dengan baik. Akun email dan media sosial juga tidak dimanfaatkan penuh untuk pembelajaran, pemberian materi dan pengumpulan tugas hanya berlangsung saat bertatap muka dikelas saja. Begitu juga fasilitas dari sekolah seperti proyektor tidak digunakan dalam pembelajaran di kelas dan fasilitas pribadi seperti laptop dan handphone. Sedangkan untuk guru yang berumur diatas 50 tahun lebih memilih tidak menggunakan internet sama sekali. Dari hasil penelitian yang dilakukan Bingimlas umur, fasilitas, kemampuan guru serta keterbatasan waktu saling berpengaruh, dengan bertambahnya umur, waktu yang terbatas, dan fasilitas seorang guru berdampak terhadap kemampuan seorang guru dalam menggunakan teknologi dan keterbatasan waktu untuk mempelajari teknologi akan sangat mempengaruhi kemampuan guru [6]. Dari uraian tersebut akan diidentifikasi hambatan yang berfokus terhadap guru yang meliputi fasilitas pribadi guru, keterbatasan waktu, umur dan keterbatasan kemampuan guru. Fasilitas pribadi guru yang tidak memadai dapat menghambat karena apabila fasilitas minim maka mempersulit guru untuk mempersiapkan materi dan mencari materi dari internet. Untuk dilakukan pembelajaran tidak langsung akan menjadi terhambat misalnya guru memberikan tugas atau memberi materi kepada siswa secara online. Pengumpulan tugas yang harus dikirim ke email guru tidak bisa melihat tugas siswa. Seharusnya dengan adanya fasilitas pribadi guru yang memadai, pembelajaran dapat berlangsung kapan saja dan dimana saja. Jadi pembelajaran tidak harus disekolah melainkan dengan memanfaatkan fasilitas pribadi. Selain itu guru dapat mengembangkan materi yang ada di buku cetak dengan memanfaatkan internet, serta guru dapat menyiapkan materi yang menarik seperti menggunakan powerpoint, gambar, suara, video dan animasi. Dari hasil wawancara kepada 5 guru yang sudah berusia lebih dari 50 tahun mereka sudah tidak menghiraukan lagi perkembangan teknologi. Faktor umur tersebut membuat guru tidak memiliki motivasi untuk menggunakan dan mempelajari teknologi yang berkembang saat ini, dikarenakan sulit untuk memahami, mengikuti perkembangan, dan mengingat pengetahuan baru. Bagi mereka teknologi saat ini sangat rumit untuk dimengerti dan perkembangannya terlalu cepat sehingga membuat guru tidak bisa mengikuti arus teknologi. Dari pemahaman guru, peran teknologi itu tidak terlalu penting untuk diintegrasikan dalam pendidikan. Guru merasa lebih nyaman menggunakan cara lama dalam pembelajaran yaitu cara konvensional, karena dengan begitu guru tidak harus bersusah payah untuk belajar lagi. Untuk diterapkannya suatu teknologi dalam pembelajaran,guru menganggap itu hanya membuang-buang waktu untuk berlatih mempelajari teknologi. Sehingga pembelajaran tidak maksimal dan pembelajaran tidak sampai ke materi esensial, membuat tujuan pembelajaran tidak tercapai. . Keterbatasan waktu juga menjadi alasan utama guru tidak mengintegrasikan teknologi. Almekhlafi, AG, & Almeqdadi, FA menyatakan bahwa keterbatasan waktu merupakan hambatan utama dalam mengintegrasikan teknologi [9]. Bagi guru untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran membutuhkan waktu belajar dan persiapan yang sangat lama. Persiapan dalam
10
menyediakan alat seperti hardware maupun software, materi dan persiapan mental serta keyakinan untuk mempelajari teknologi, karena teknologi yang berkembang saat ini dirasa terlalu cepat dan sangat sulit, sehingga membuat guru tidak berani untuk memulai mengintegrasikan teknologi didepan siswa. Keterbatasan kemampuan guru untuk menggunakan teknologi sangat berpengaruh terhadap rasa kepercayaan diri untuk menerapkan pembelajaran berbasis teknologi di dalam kelas. Alasannya karena guru takut salah dalam mengoperasikan teknologi di depan siswa. Dengan begitu guru yang sudah merasa tidak mampu menggunakan teknologi menjadi tidak memiliki motivasi untuk mempelajari teknologi dan tidak ada rasa ingin tahu, sehingga guru tidak pernah menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar dikelas. Seharusnya guru lebih giat mempelajari teknologi dan menyadari pentingnya teknologi dalam pendidikan, melihat teknologi sekarang ini berkembang sangat pesat dan potensi dalam pembelajaran sangat baik.Kemampuan guru dalam bidang teknologi masih harus mendapatkan dukungan yang efektif dan pelatihan untuk meningkatkan motifasi guru dalam mempelajari dan menggunakan teknologi. Ketertarikan guru untuk menggunakan teknologi sudah cukup bagus tetapi keinginan dalam mempelajarinya yang masih kurang. Dengan adanya fasilitas pribadi yang dimiliki guru seharusnya bisa membantu guru dalam pemanfaatan teknologi. Keterbatasan kemampuan guru membutuhkan dukungan dari sekolah berupa pelatihan maupun pendampingan. Tapi di lapangan sekolah tidak memfasislitasi pelatihan bagi guru. Dari hasil yang ditemukan terkait dengan kebijakan fasilitas pribadi guru dan kemampuan guru merupakan kendala guru dalam menggunakan teknologi dalam pembelajaran karena dengan adanya kendala-kendala tersebut menjadikan pembelajaran tidak bisa berjalan maksimal dan lebih efektif. Dengan adanya kendala-kendala tersebut guru juga belum dapat berkembang, karena guru memerlukan dukungan dalam hal sarana dan bimbingan dalam pemanfaatan teknologi pendidikan. Dari pribadi guru sendiri seharusnya teknologi pendidikan mendorong para pengajar untuk lebih memandang kegiatan mengajar ini sebagai masalah dan berusaha memecahkan secara ilmiah. Ini menuntut guru untuk menjadi peneliti yang selalu kritis terhadap usahanya, bersedia mencari jalan-jalan baru untuk memperbaiki metode mengajar dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah sebagai usaha meningkatkan keahliannya dalam profesinya [10]. 5. Simpulan Fasilitas yang ada di SMP N 1 Grabag sudah terbilang lengkap seperti internet, LCD proyektor dan lab TIK. Sebagian besar guru memiliki fasilitas teknologi pribadi tetapi kurang memadai, kemampuan guru menggunakan teknologi tergolong rendah, sebagian besar guru masih menggunakan metode konvensional yang mengandalkan guru sebagai pusat informasi dikarenakan guru malas untuk menerapkan metode baru dan mempelajari teknologi yang dirasa perkembangan teknologi terlalu cepat dan rumit.Dengan kondisi SDM yang sebagian besar masih menngunakan metode lama dan sebagian besar tidak memanfaatkan teknologi, terlihat kendala yang dihadapai meliputi kendala
11
fasilitas pribadi guru, kemampuan guru menggunakan teknologi, umur, dan waktu. Kendala yang paling inti merupakan hambatan dari diri guru sendiri yaitu kemauan guru untuk mempelajari teknologi dan memotivasi diri sendiri untuk mencoba dan belajar suatu teknologi, sehingga kemampuan guru yang rendah dalam menggunakan teknologi dapat teratasi, karena guru memiliki peran utama, tanpa adanya kemauan dari diri guru sendiri pengintegrasian teknologi tidak dapat berjalan. Dengan adanya kendala yang dihadapi guru, sebaiknya guru lebih mengerti akan pentingnya suatu teknologi dalam pembelajaran diera sekarang dan meningkatkan kualitas mengajar dengan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran dengan memanfaatkan infrastruktur yang ada dengan sebaikbaiknya. 6. Daftar Pustaka [1] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru. [2] Rusman. 2012. Belajar dan pembelajaran berbasis komputer mengembangkan profesionalisme guru abad 21. Bandung: Alfabeta. [3] Sutrisno. 2012. Kreatif mengembangkan aktivitas pembelajaran berbasis TIK. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. [4] Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. [5] Herry Fitriyadi. 2012. Keterampilan Tik Guru Produktif Smk Di Kabupaten Hulu Sungai Utara Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2. Diakses pada 23 Agustus 2015 dari http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/view/1033 [6] Khalid Abdullah Bingimlas. 2009. Barriers to the Successful Integration of ICT in Teaching and Learning Environments: A Review of the Literature. [7] Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. [8] Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. [9] Almekhlafi, AG, & Almeqdadi, FA. 2010. Teachers’ Perceptions of Technology Integration in the United Arab Emirates School Classrooms. Diakses pada tanggal 4 januari 2016 dari http://www.ifets.info/journals/13_1/16.pdf [10] Nasution. 2008. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
12