1
ANALISIS GEOGRAFIS KERUSAKAN PERKERASAN JALAN TRANS SULAWESI KECAMATAN PAGUYAMAN PROVINSI GORONTALO. Ilham Andrianto, Fitryane Lihawa*. Daud Yusuf**. Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, FMIPA,Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jendral Sudirman No. 06, Gedung FMIPA,Kota Gorontalo Email:
[email protected] Abstrak Analisis Geografis Kerusakan Perkerasan Jalan Trans Sulawesi Kecamatan Paguyaman Provinsi Gorontalo. Penelitian ini bertujun untuk mengkaji secara geografi mengenai kerusakan jalan Trans Sulawesi di jalur Paguyaman, Provinsi Gorontalo dan dilaksanakan di jalan Trans Sulawesi yang membentang dari Desa Tangkobu sampai Desa Wonggahu Kecamatan Paguyaman Provinsi Gorontalo pada bulan November-Januari 2015. Populasi penelitian ini mencakup seluruh perkerasan jalan trans yang termasuk dalam kategori jalan kelas II dan termasuk jalan nasional dengan panjang total 5,63 Km. Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yakni data primer dan data sekunder, data primer yakni data yang diperoleh dilapangan (observasi) melalui pengamatan, pengukuran dan wawancara mendalam sedangkan data sekunder didapatkan melalui permintaan informasi kepada pihak terkait dalam hal ini Dinas Perhubungan (Jembatan Timbang Unit Marisa). Kajian penelitian ini berfkus pada faktor-faktor Geografis yang meliputi tanah dasar, drainase, dan tonase muatan kendaraan yang melewati jalan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi tanah dasar diwilayah tersebut tanah lempung beperlastisitas tinggi berkisar antara 19%-24% dan sangat berpontensi mengalami kembang susut. Sedangkan kondisi drainase masih belum mencukupi karena belum didukung selkan samping secara menyeluruh dan banyaknya genangan air di perkerasan jalan pada saat hujan dan ditambah lagi banyaknya kendaraan Overload yang melewati jalan tersebut dengan bebaan MST melebihi 8 ton. Dengan melihat hal tersebut maka dalam waktu 3 tahun perkerasan jalan trans sulawesi yang ada diwilayah tersebut sudah menunjukan kerusakan. Kata Kunci: Kerusakan Perkerasan Jalan, Kajian Geografis.
2
1.
PENDAHULUAN
2. KAJIAN TEORITIS
Jalan Trans Sulawesi merupakan salah
Jalan
sesuai
dengan
peruntukannya
satu jalan nasional yang menghubungkan
terdiri atas jalan umum dan jalan khusus.
antara provinsi yang ada di Pulau Sulawesi.
Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu
Provinsi Gorontalo merupakan salah satu
lintas umum dalam rangka distribusi barang
provinsi yang dilalui oleh jalan Trans
dan jasa yang dibutuhkan. Jalan umum
Sulawesi. Jalan Trans Sulawesi melintasi
menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam
bagian utara dan bagian selatan Provinsi
jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan
Gorontalo.
yang
jalan lingkungan. Jalan umum menurut status
melintasi Gorontalo memiliki panjang ± 660
nya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,
Km dan melintasi enam kabupaten dan kota.
jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota,
Jalan
Trans
Sulawesi
Seiring dengan berjalanya waktu kondisi
dan jalan desa.
jalan Trans Sulawesi yang melintas di Kecamtan Paguyaman
Menurut manual pemeliharaan jalan No.
khususnya untuk
03/MN/B/1983
yang
dikeluarkan
oleh
wilayah Desa Tangkobu-Wonggahu mulai
Direktorat Jendral Bina Marga, kerusakan
memburuk dengan memunculkan berbagai
jalan dapat di bedakan atas:
macam
kerusakan
pada
jalan
tersebut.
1) Retak (creking)
Kerusakan-kerusakan ini muncul karena
2) Distorsi (distortion)
faktor usia, konstruksi jalan yang tidak
3) Cacat permukaan (disintegration)
sesuai dan muatan tonase yang berlebihan.
4) Pengausan (polished aggregate)
Menurut survey yang dilakukan di jalan pada
5) Kegemukan (bleeding or flushing)
jalur ini telah mengalami perbaikan berulang
6) Penurunan pada bekas penanaman
kali
namun
keruasakan
selalu
muncul
utilitas (utility cut depression)
kembali sebelum umur jalan yang telah
Trimukti 2009, kerusakan jalan terjadi
ditetapkan.
kerena beberapa faktor, yakni:
Dari permasalahan diatas bermaksud
untuk
menganalisis
peneliti
1) Analisis kerusakan lepas tipe 1.
secara
Lepas-lepas
dapat
terjadi
secara
geografi mengenai kerusakan perkerasan
meluas disebabkan hal sebagai berikut:
jalan trans sulawesi yang melintas di
a. Kadar
Kecamatan Paguyaman Provinsi Gorontalo, agar
mendapatkan
gambaran
dijadikan
bahan
acuan
rendah,
sehingga
film aspal tipis dan mudah lepas.
umum
b. Agregat kotor sehingga ikatan
mengenai penyebab kerusakan yang nantinya dapat
aspal
aspal dan agregat tidak baik.
dalam
c. Temperatur
pembangunan oleh pemerinta setempat.
campuran
memenuhi persyaratan. 3
tidak
d. Lapisan permukaan tipis sehingga air
banyak
meresap
mengumpul
banyak meresap dan mengumpul
dan
dalam
dalam lapisan perkerasan.
lapisan
d. Sistem drainase jelek, sehingga
perkerasan.
air
e. Sistem drainase jelek, sehingga air
banyak
meresap
mengumpul
lapisan
meresap
sehingga
masuk
meresap
air
sehingga
masuk
air dan
mengakibatkan terjadinya lubang-
dan
lubang kecil.
mengakibatkan terjadinya lubang-
f. kurangnya
lubang kecil.
ikatan
antara
lapis
permukaan dan lapis dibawahnya,
a. Kurangnya ikatan antara lapis permukaan
dan
atau
lapis
terlalu
tipisnya
lapis
permukaan.
dibawahnya,
3) Analisis Kerusakan Retak, Lepas dan
terlalu
tipisnya
lapis
Lubang (Tipe III)
permukaan. 2) Analisis
lapisan
e. Retak-retak yang terjadi tidak
f. Retak-retak yang terjadi tidak
Atau
dalam
segera ditangani
segera ditangani
dan
perkerasan.
perkerasan.
b.
meresap
mengumpul
dan
dalam
banyak
Pada kerusakan tipe ini, selain lepas
Kerusakan
Lepas
dan
dan lubang, faktor kerusakan yang
Lubang (Tipe II)
terlihat
Secara keseluruhan
kedua jenis
meluas adalah terjadinya
retak-retak
di
sepanjang
segmen
kerusakan ini memiliki sebab yang
jalan. Adapun penyebab kerusakan
sama, hanya saja biasanya lubang
retak tersebut adalah :
terjadi bilamana
lepas
a. Bahan perkerasan yang kurang
diantisipasi
baik, tanah dasar atau bagian
dibiarkan dengan
kerusakan
dan tidak baik.
Adapun penyebab
perkerasan
kerusakan tipe ini adalah : a. Kadar
aspal
rendah,
sehingga
b. Tidak arah
b. Agregat kotor sehingga ikatan
permukaan
campuran
sehingga
samping
sokongan drainase
dari yang
c. Kondisi drainase dibawah bahu tidak
jalan lebih
persyaratan.Lapisan tipis
baiknya
kurang baik.
aspal dan agregat tidak baik.
memenuhi
lapisan
permukaan kurang stabil.
film aspal tipis dan mudah lepas.
c. Temperatur
dibawah
buruk
daripada
dibawah perkerasan jalan, atau
air 4
akibat lintasan kendaraan berat
dibawahnya, kurang
dibahu jalan.
ikatan
d. Perubahan volume pada lapisan
baiknya
dibawahnya, ikatan
dan
5) Analisis
lapis
kurang
dapat
oleh
beton non adhesif lainnya.
ikatan antara
lapis permukaan
dapat disebabkan
adanya debu, minyak air, atau
pondasi dan tanah dasar. e. Kurang
baiknya
Gelombang,
Lepas dan Lubang serta Alur atau
baiknya
disebabkan
Kerusakan
Amblas (Tipe V)
oleh
Secara
keseluruhan
kedua
jenis
adanya debu, minyak, air, atau
kerusakan ini memiliki sebab yang
beton non adhesif lainnya.
sama, hanya saja biasanya lubang
4) Analisis Kerusakan Retak dan Lepas
terjadi
(Tipe IV)
bilamana
dibiarkan
kerusakan
dan tidak baik.
diantisipasi
Pada kerusakan tipe ini, selain lepas
dengan
dan lubang, faktor kerusakan yang
kerusakan tipe ini adalah :
terlihat meluas adalah terjadinya retak-
a. Kadar
aspal
lepas
Adapun
penyebab
rendah,
sehingga
retak di sepanjang segmen jalan.
film aspal tipis dan mudah lepas.
Adapun penyebab kerusakan retak
b. Agregat kotor sehingga ikatan
tersebut adalah :
aspal dan agregat tidak baik.
a. Bahan perkerasan yang kurang
c. Temperatur
baik, tanah dasar atau bagian perkerasan
dibawah
lapisan
d. Lapisan permukaan tipis sehingga air
b. Tidak baiknya sokongan dari samping
drainase
banyak
mengumpul
yang
meresap dalam
dan lapisan
perkerasan.
kurang baik.
e. Sistem drainase jelek, sehingga
c. Kondisi drainase dibawah bahu jalan lebih
tidak
memenuhi persyaratan.
permukaan kurang stabil.
arah
campuran
buruk
air
banyak
daripada
mengumpul
dibawah perkerasan jalan, atau
perkerasan.
akibat lintasan kendaraan berat
dalam
segera ditangani
d. Perubahan volume pada lapisan
meresap
pondasi dan tanah dasar.
lapisan
sehingga
masuk
air dan
mengakibatkan terjadinya lubang-
e. Kurang baiknya ikatan antara dan
dan
f. Retak-retak yang terjadi tidak
dibahu jalan.
lapis permukaan
meresap
lubang kecil.
lapis 5
g. Kurangnya ikatan antara lapis
terbentuk dengan adanya perubahan batuan
permukaan dan lapis dibawahnya, h. Atau
terlalu
tipisnya
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil
lapis
yang diakibatkan oleh perubahan suhu,
permukaan. Untuk
pengaruh erosi, angin, es dan manusia.
kerusakan
penyebab
kerusakan
gelombang, ini
Secara
adalah
kimiawi
diakibatkan
pembentukan pengaruh
tanah oksigen,
rendahnya stabilitas campuran yang
karbondioksida dan air. Apabila pelapukan
dapat berasal dari terlalu tinggi kadar
terjadi berada di tempat asalnya dan masih
aspal, terlalu banyak menggunakan
berada di tempat asalnya maka tanah tersebut
agregat
disebut
halus,
agregat berbentuk
tanah
residual
(residual
soil),
bulat dan permukaannya licin atau
sedangkan tanah yang mengalami pelapukan
aspal yang dipergunakan mempunyai
dan berpindah tempat maka tanah tersebut
penetrasi yang tinggi. Gelombang ini
disebut
dapat juga terjadi jika lalu lintas
(transported soil). (Mantulangi, 2014)
melebihi standar beban jalan dan lalu lintas
dibuka
sebelum
terangkut/endapan
Istilah pasir, lempung, lanau atau
perkerasan
lumpur digunakan untuk menggambarkan
mantap.
ukuran partikel pada batas ukuran butiran
Apabila dikaji dalam ruang lingkup geografi
tanah
banyak
yang telah ditentukan. Akan tetapi, istilah
kerusakan-kerusakan
yang
sama
juga
digunakan
untuk
perkerasan jalan yang terjadi akibat ke tidak
menggambarkan sifat tanah yang khusus.
sesuaian anatara kondisi geografi wialayah
Sebagai contoh, lempung adalah jenis tanah
tersebut
yang mengakibatkan kerusakan
yang bersifat kohesif dan plastis, sedang
perkerasan jalan itu terjadi diataranya adalah
pasir digambarkan sebagai tanah yang tidak
kondisi
tempat
kohesif dan tidak plastis. Air biasanya tidak
berpijaknya jalan. Selain itu juga kondisi
banyak mempengaruhi kekuatan tanah non
drainase, aktivitas pengguna jalan itu sendiri.
kohesif (granuler). Sebagai contoh, kuat
Faktor-faktor tersebut merupakan faktor
geser tanah pasir mendekati sama pada
yang sering terjadi dan memiliki dampak
kondisi kering maupun jenuh air. Tetapi, jika
yang cukup serius apabila tidak segera
berada pada lapisan pasir yang tidak padat,
ditangani.
beban dinamis seperti gempa bumi dan
1) Tanah
getaran lainya sangat mempengaruhi kuat
tanah
dasar
sebagai
Tanah merupakan hasil pelapukan
gesernya. Sebaliknya, tanah lempung akan
batuan atau proses geologi yang terjadi di
banyak dipengaruhi oleh air. Karena pada
permukaan bumi.
tanah berbutir halus, luas permukaan spesifik
Secara fisik tanah 6
menjaadi lebih besar, variasi kadar air akan
d) Saluran penangkap (cath-drain)
mempengaruhi plastisitas tanah. (Hardiyanto,
3) Tonase Kendaraan
2010).
Overloading merupakan suatu kondisi
2) Drainas Untuk Jalan Menurut
kerusakan jalan akibat kendaraan yang drainase
membawa muatan lebih dari batas muatan
permukaan jalan yang dikeluarkan oleh PU
yang telah ditetapkan baik ketetapan dari
meybutkan
permukaan
kendaraan maupun jalan. Tingkat kerusakan
berkaitan
jalan akibat pembebanan muatan lebih
adalah
petunjuk
bahwa
sistem
desain
drainase
drainase
yang
dengan pengendalian aliran air permukaan.
(excessive
Drainase bawah permukaan sistem drainase
penanganan yang belum memadai berakibat
yang berkaitan dengan pengendalian aliran
pada hancurnya jalan sebelum umur teknis
air dibawah permukaan tanah. Pada dasarnya
jalan
beasrnya sistem drainase permukaan juga
membutuhkan
dipengaruhi dengan intensitas curah hujan
mempertahankan fungsi jalan tersebut.
yang ada di wilayah tersebut. Sistem konstruksi
drainase jalan
pada
pada
beban
umumnya
berfungsi sebagai berikut. a) Mengalirkan
air
tercapai,
dan
sehingga biaya
hal
sistem
ini
tambahan
akan untuk
Konstruksi perkerasan jalan menerima
permukaan
raya
overloading)
hujan/air
melalui
roda-roda
Besarnya
beban
tergantung
dari
yang berat
kendaraan. dilimpahkan
total
kendaraan,
secepat
konfigurasi sumbu, bidang kontak antara
mungkin keluar dari permukaan jalan
roda dan perkerasan, kecepatan kendaraan
dan
lewat
(Alamsyah, 2001). Penetapan beban sumbu
saluran
standar kendaraan di jalan raya dapat
selanjutnya
saluran
dialirkan
samping
menuju
pembuangan akhir.
diinterpretasikan
dalam
bentuk
Muatan
b)Mencegah aliran air yang bersal dari
Sumbu Terberat (MST), dalam Peraturan
daerah pengaliran sekitar jalan masuk
Pemerintah No 43 Tahun 1993 tentang
ke daerah perkerasan jalan.
prasarana dan lalulintas jalan, Pasal 11, jalan
c) Mencegah kerusakan lingkungan di
raya Indonesia diklasifikasi berdasarkan
sekitar jalan akibat aliran air. Sistem
drainase
permukaan
MST terberat dari kendaraan yang boleh pada
melintasi jalan tersebut. dimana kelas jalan
prinsipnya terdiri dari: a) Kemiringan
paling tinggi adalah kelas jalan I Arteri melintang
pada
dengan
perkerasan jalan dan bahu jalan.
muatan
sumbu
terberat
yang
diizinkan adalah 10 Ton, sedangkan kelas
b) Selokan samping.
jalan paling rendah adalah III C, yaitu jalan
c) Gorong-gorong 7
lokal dengan muatan sumbu terberat yang
1. Presentase kerusakan jalan
diizinkan adalah 8 Ton.
(Susanti Djalante : 2011) Kerapatan
3.
(density) adalah persentase luas atau
METODE PENELTIAN Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan
panjang total dari satu jenis kerusakan
di Desa Tangkobu, Desa Rejonegoro, Desa
terhadap luas atau panjang total bagian
Sosial,
Desa
Molombulahe,
dan
Desa
jalan yang diukur, bias dalam sq.ft atau
Kecamatan
Paguyaman
m2, atau dalam feet atau meter.
Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo,
Dengan demikian, kerapatan kerusakan
tepatnya di ruas jalan Trans Sulawesi yang
dapat dinyatakan oleh persamaan:
Wonggahu
melintas di Kecamatan Paguyaman. Apabila
Kerapatan (Density)(%) = Ad/As x 100
diklasifikasikan berdasarkan fungsi jalan,
Dengan:
jalan Trans Sulawesi termasuk jalan arteri. Selain sebagai jalan arteri jalan Trans Sulawesi
juga termasuk kategori
jalan
perkerasan untuk setiap tingkat
nasional dan masuk dikategori jalan kelas II.
keparahan kerusakan (sq.ft atau
Adapun panjang lokasi penelitian ini yakni
m2)
5,63 KM, dengan titik awal/start dari Desa
Tangkobu dan berakhir di Desa Wonggahu.
November sampai dengan bulan Januari
Analisis
data
=
panjang
total
jenis
keparahan kerusakan
deskriptif
2. Jenis tanah
menggambarkan keadaan lapangan mengenai
Parameter yang digunakan pada jenis
kondisi kerusakan jalan trans sulawesi yang di
Kecamatan
tanah ini mengacu pada klasifikasi
Paguyaman
tanah Unified dan untuk penentuan
Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo dan mengguanakan
kriteria kesusuaian didadasarkan pada
pendketan
sistem klasifikasi AASHTO (American
kelingkungan untuk mendapatkan faktor-
Associaton of State Highway and
faktor dari geografi wilayah tersebut yang berpengaruh
Ld
kerusakan untuk tiap tingkat
tahun 2015,
dikaji
As = luas total unit sampel (sq.ft atau m2)
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
melintas
Ad = luas total dari satu jenis
pada
kerusakan.
Transportation Officials Classificatioo
Adapun
n). Adapun sisitem klasifikasi tanah
parameter yang digunakan dalam hal ini
unified dapat dilihat pada Tabel 3.2
yakni:
dan Tabel 3.3.
8
Tabel 3.2. Sistem klasifikasi tanah Unified (Hardiyanto, 2010)
Tabel 3.3. Sistem klasifikasi AASHTO (Hardiyanto, 2010)
Catatan :
Kelompok A-7 dibagi atas A-
A-7-6
7-5 dan A-7-6 bergantung pada batas plastisitasnya (PL)
Untuk PL<30, klasifikasinya
Np = Nonplastis
3. Tonase kendaraan yang melewati
Untuk PL>30, klasifikasinya
jalan.
A-7-5
9
Parameter yang digunakan untuk
Drainase Permukaan Jalan yang
tonase kendaraan yakni mengacu
dikeluarkan
pada Peraturan Pemerintah no 43
Jendaral Bina Marga, dimana
tahun 1993 tentang prasarana dan
disetiap sisi kanan dan kiri jalan
lalulintas jalan pasal 11. Dimana
harus ada selokan samping dan
untuk jalan arteri MST terberat yang
berfungsi
di izinkan adalah 10 ton uuntuk jalur
mestinya.
PANTURA pulau jawa, dan di jalan
4. HASIL PENELITIAN
arteri lainya yang ada di indonesia
oleh
Direktorat
sebagai
mana
Dari hasil pengamatan, pengukuran,
adalah 8 ton.
dan
wawancara
4. Drainase jalan
kerusakan perkerasan jalan trans sulawesi
Parameter drainase jalan dalam
sebagai berikut:
hal ini selokan samping mengacu
a. Kerusakan
pada
buku
Petunjuk
di
dapatkan
Perkerasan
Desain
Tabel 4.2 Klasifikasi Kerusakan JENIS KERUSAKAN NO.
LOKASI Retak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1/lajur kanan 2/lajur kanan 3/lajur kanan 4/lajur kanan 5/lajur kanan 6/lajur kanan 7/lajur kanan 8/lajur kanan 9/lajur kanan 10/lajur kanan
Berlubang Bergelombang
Amblas
Tergerus
10
hasil
Jalan
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
11/lajur kanan 12/lajur kanan 13/lajur kanan 1/lajur kiri 2/lajur kiri
3/lajur kiri 4/lajur kiri
5/lajur kiri 6/lajur kiri
7/lajur kiri
8/lajur kiri 9/lajur kiri
10/lajur kiri 11/lajur kiri 12/lajur kiri 13/lajur kiri 14/lajur kiri 15/lajur kiri 16/lajur kiri 17/lajur kiri 18/lajur kiri 19/lajur kiri
JUMLAH
18
8
7
11
21
1
Kerusakan-kerusakan perkerasan jalan
sampel 1000 gram. Ke 5 sampel tersebut
Trans
melintas
merupakan perwakilan dari keseluruhan
dikecamatan Paguyaman diketahui ada
tanah dasar (Subgrade) yang ada di
8,75% kerusakan perkerasan jalan
sepanjang lokasi penenltian, dikarenakan
trans tersebut.
tekstur tanah di kedalaman 20 cm ke
Sulawesi
kerusakan dominasi
yang
Dengan luas total
4929,95 jenis
M2,
kerusakan
dan
di
bawah cenderung sama. Dari hasil uji
amblas
laboratorium
mencapai 21 titik, retak 18 titik,
yang
telah
dilakukan
mendapatkan hasil.
berlubang 8 titik, bergelmbang titik,
Dari hasil pengujian yang telah
dan 1 titik yang tergerus. tentu hal ini
dilakukan didapatkan jenis tanah dasar
menunjukan bahwa kerusakan jalan
jalan
trans tersebut sudah dapat dirasakan
lempung dengan tingkat plastisitas tinggi.
langsung oleh pengguna jalan.
Dari
b. Kondisi Tanah
(Subgrade)
hasil
diatas
diklasifikasikan
Kondisi tanah dalam hal ini diukur
AASHTO
merupakan
tanah
maka
dapat
menggunakan
metode
untuk
menentukan
baik
tingkat tekstur serta indeks plastisitas dari
buruknya tanah dasar tersebut. Dari hasil
tanah itu sendiri. Tingkat tekstur tanah
presentase ukuran butir dari ke 5 sampel
dilakukan
untuk
yang ada memeiliki nilai presentase llos
menentukan nilai ataupun prensentase
saringan No 200 berkisar antara 21%-26%,
butiran, sedangakan untuk mengetahui
batas cair berkisar anatara 54%-56%, dan
Indeks Plastisitas (PL) dilakukan uji
indeks plastisitas berkisar antara 19%-24%
Atterberg. Untuk menentukan ke dua
dengan
indikator tersebut di tentukan dengan
klasifikasi AASHTO dengan tingkat kelas
menggunakan sampel yang diambil dari 5
tanah dasar (subgrade) cukup sampai
titik lokasi dan tiap-tiap titik diambil 1
buruk. Untuk hasil penentuan dapat dilihat
sampel. Sampel diperoleh dari tanah yang
dalam tabel di bawah ini.
pengujian
ayakan
berada di kedalaman 50 cm dengan berat
12
demikian
didapatkan
hasil
Tabel 4.5. Hasil Pengklasifikasian AASHTO
c. Tonase Muatan Yang Melintas Tonase
muatan
tandem ada sekitar 5-10 mobil dengan
kendaraan
yang
kelebihan muatan 20-25 ton, sedangkan
meilntas di jalur Trans Sulawesi di
untuk sumbu triple ada sekitar 1-5 dengan
kecamatan
kelebihan muatan antara 30-35 ton.
Paguyaman
yang
menjadi
pokok penelitian ini di spesifikasikan pada kendaraan
yang
sudah
masuk
Dalam wawancara ini pihak petugas
pada
tidak dapat memeberikan data akurat
kategori Overload atau melebihi batas
sesuai
maksimal muatan yang di ijinkan melintas.
timbang,
Sesuai dengan hasil wawancara yang telah
ketrusakan alat jembatan timbang tersebut
dilakukan
Dinas
dan kurang personil dalam mealakukan
Perhubungan Pariwisata dan Kominfo,
pengawasan serta pencatatan kendaraan
Subdid Perhubungan Darat, khususnya di
yang mellintas. Selain itu juga informasi
Jembatan
tentang kelebihan muatan kendaraan hanya
dengan
Timbang
pihak
Unit
Marisa,
dengan hal
standarisasi ini
didapat
ada kendaraan yang bermuatan melebihi
menggunakan penafsiran dari sumbu roda
batas
kendaraan dan hasil keterangan dari para
dengan
jumlah
30-40
manual
karena
didapatkan informasi bahwa setiap harinya
muatan
secara
disebabkan
jembatan
dengan
kendaraan, dengan variasi sumbu roda.
sopir yang memebawa kendaraan tersebut.
Untuk sumbu roda tunggal dengan ban
d. Kondisi Drainase
ganda ada sekitar 10-20 mobil dengan
Kondisi drainase pada penelitian ini
kelebihan muatan antara 10-15 ton, sumbu
lebih dikerucutkan pada kondisi selokan 13
samping jalan serta gorong-gorong sebagai
penghujan jalan trans sulawesi ini sering
penangkal air masuk serta keluar dari
terjadi penggenangan air dan diterjang air
perkerasan
hasil
limpasan dari selokan yang tidak mempu
pengamatan serta pengkuran yang telah
mengalirkan air daerah yang biasa terjadi
dilakukan
hal seperti ini berada di Desa Sosial dan
itu
sendiri.
diperoleh
Dari
data
mengenai
keterfungsian item-item tersebut yang di
Rejonegoro.
tunjukan pada tabel 4.5 berikut: Selain dari hasil pengamatan dan pengukuran
yang dilakukan terhadap
bangunan
pendukung
selokan
samping,
dalam juga
hal
ini
dilakukan
wawancara tentang kondisi drainase yang ada diwilayah sekitar dijalan. Dimaa dari hasil wawancara diketahui pada musim Tabel 4.6. Kondisi Drainase (selokan samping) Panjang yang berfungsi
Panjang yang tidak berfungsi
Panjang yang tidak memiliki selokan
No.
Lokasi/lajur
Panjang total selokan
1.
I/lajur kanan
2,12 Km
1,30 km
1,82 km
3,51 km
2.
II/lajur kiri
4,58 km
1,47 km
3,11 km
1,05 km
Gambar 4.4. Kondisi Drainase
14
Dari penyajian data diatas maka dapat
dianalisis
bahwa
permukaan
kerusakan
Untuk
melintas di Kecamatan paguyaman di
kerusakan
retak-retak
dalam waktu
tipe
janis
pada
lapisan
aspal,
dan
kemudian akan membentuk lubang akibat
yang
lepasnya
berbeda-beda. Maka tidak heran apabila hanya
jalan
kerusakan tersebut maka akan muncul
saling
berkesinambungan satu sama lain dengan pengaruh
kerusakan
dasar yang berubah. Dari ketiga
yang melintas. Pengaruh ke tiga faktor
sumbangsi
dan
tonase muatan yang berlebih dan tanah
drainase dan tonase muatan kendaraan
yang
tertarik
bergelombang lebih diakibatkan karena
pengaruhi oleh tiga faktor kondisi tanah,
diatas
akan
mengakibatkan retak diwilayah tersebut.
perkerasan jalan trans sulawesi yang
geografi
aspal
ikatan
antar
butiran
aspal
tersebut. Akan tetapi retak juga dapat
kurun 3 tahun
dipengaruhi oleh seringnya kondisi aspal
kerusakan perkerasan jalan Trans yang ada
yang
di wilayah tersebut sudah nampak dan
terendam
Sedangkan
akan bertambah apabila tidak ditangani
tergerus
sejak dini
oleh
untuk
genangan
kondisi
permukaan
aspal
air.
kerusakan hal
ini
disebabkan oleh aliran air yang mengkis
Apabila dikaji pada setiap jenis
perkerasan jalan tersebut dan untuk jenis
kerusakan yang ada diwilayah tersebut
kerusakan tergerus merupakan hasil dari
diketahui bahwa kerusakan perkerasan
air yang selalu mengalir dipermukaan
jalan trans sulawesi yang di dominasi
aspal yang kemudian mengangkat butiran-
amblas dan retak di karenakan daerah
butirn aspal itu sendiri.
tersebut yang sering terendam air atau
5. KEIMPULAN DAN SARAN
buruknya sisitem drainase jalan itu sendiri. Selain itu juga faktor tekenan yang diberikan oleh aktivitas kendaraan dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang
hal ini tonase muatan kendaraan yang
telah dilakukan, kerusakan perkerasan
melalui jalan yang berlebih dan tanah
jalan Trans Sulawesi yang melintasi
dasar yang mengalami perubahan volume
Kecamatan Paguyaman terutama pada
akibat tanah dasar yang berplastisitas
wilayah Desa Tangkobu sampai Desa
tinggi sehingga ketika menerima tekanan
Wonggahu tidak semata kerusakan yang
besar akan mengalami perubahan bentuk
diakibatkan kesalahan teknik pengerjaan,
dan
menyebabkan
namun juga terdapat faktor-faktor lain
permukaan amblas, dan dari amblasnya
setelah dikaji secara kajian Geografi
permukaan tersebut maka secara langsung
melalui konsep pendekatan kelingkungan.
volume
yang
15
Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi
dan memperpanjang umur dari
tanah, drainase (selokan), dan tonase
perkerasan jalan itu sendiri.
muatan kendaraan yang melewati jalan
2. Unuk pihak pengadaan serta
tersebut.
pengelola jalan tersebut dalam
Dari pembahasan serta kesimpulan
hal ini pihak dinas Pekerjaan
yang telah diuraiakan diatas maka dapat
Umum
disarankan
menentukan wilyah serta model
kepeda
pihak-pihak
yang
bersangkutan yakni:
harus
lebih
cermat
perkerasan jalan Trans Sulawesi
1. Untuk pihak penanggung jawab
agar lebih mampu mendukung
jalan Trans Sulawesi khsusnya
aktivitas yang cenderung besar
Pemerintah Provinsi, Kabupaten
dikarenakan
dan dinas-dinas terkait seperti
merupakan salah satu penmpang
dinas perhubungan untuk lebih
perekonomian daerah.
sigap dalam memenuhi atribut-
3. Disamping
jalan
itu
juga
trans
perlu
atribut pendukung jalan seperti
penelitian lebih lanjut untuk
drainase dan jembatan timbang
strategi
yang ada disekitar jalan atau
pembangunan serta pengelolaan
yang dilalui oleh jalan tersebut,
jalan Trans Sulawesi itu sendiri.
dan
perencanaan
serta memeilihara keterfungsian atribut tersebut agar kerusakankerusakan dapat diminimalisir DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jendral Bina Marga. 1995. Manual Pemeliharaan Rutin Untuk jalan Nasional dan Jalan Provinsi, Jilid II Metode Perbaikan Standar. Jakarta. Direktorat Jendral Bina Marga, 1990. Desain drainase permukaan jalan. Jakarta Djalante, Susanti. 2011. Evaluasi Kondisi dan Kerusakan Perkerasan Lentur Dibeberpa Ruas Jalan Kota Kendari: Majalah Ilmiah Mektek Hanafiaah, Kemas Ali. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Palembang Hardiayanto, Hary Christady. 2010. Mekanika Tanah 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press _________ . 2010. Stabilisasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
16
Idham, Mohamad. 2011. Analisis Beban Muatan Lebih Kendaraan Berat Pada Jalan Lintas Timur Sumatera Propinsi Riau. Teknik Transportasi Program Studi Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Dumai. Mantulangi, Abdul Samad.2014. Kajian Potensi Kembang Susut Tanah Akibat Variasi Kadar Air. Skripsi Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Gorontalo. Mentri Pekerjaan Umum. 2010. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan penataan Ruang: Jakarta Presiden Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang jalan:. Jakarta Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan. Jakarta San, Indra Chusaini. 2010. Prediksi Total Heave Tanah Ekspansif Kawasan Jalan Tanjung Api-Api. Jurnal Rekayasa Sriwijaya No 1 Vol 9. Universitas Sriwijaya. Saragi Napitu, Waldenhoff. 2006. Kerusakan Yang Timbul Pada Jalan Raya Akibat Beban Angkutan Yang Melebihi Dri Yang di Tetapkan. Jurnal Sistem Teknik Industri volume 7 No 2 : Universitas Sumatra Utara. Sudjianto, A. T. 2012. Pemodelan Perilaku Kembang Susut Tiga Dimensi Tanah
Lempung Ekspansif Menggunakan Oedometer Modifikasi. Diakses Agustus2013,dari:http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/3063_RD12100017agusts.pdf
12
Taufik, agus. Dkk. 2009. Audit Keselamatan Infrastruktur Jalan (Studi Kasus Jalan Nasional KM 78-KM 79 Jalur Pantura Jawa, Kabupaten Batang). Jurnal Teknik Sipil Vol. 16 No. 3: Universitas Gadjah Mada. Trimukti, Elsa. 2009. Tinjauan Kerusakan Jalan Provinsi Pada Ruas NaNga Pinoh – Sokan kabupaten melawi. Jurnal Teknik Sipil Volume 9 No 1: Universitas Tanjungpura Yarziz, Andy. 2009. Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Josroyo Permai Rw 11 Kecamatan Jaten. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Kabupaten karanganyar
17