ANALISIS FRAMING TERHADAP PEMBERITAAN MUKTAMAR KE-31 NAHDLATUL ULAMA DI SURAT KABAR SUARA MERDEKA EDISI NOPEMBER – DESEMBER 2004
SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyartaan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam(KPI) Noor Zaidah 1101202
FAKULTAS DA'WAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2006
1
NOTA PEMBIMBING Lamp : 5 Bendel Hal : Persetujuan Naskah skripsi Kepada.Yth. Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah
membaca,
mengadakan
koreksi
dan
perbaikan
sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa naskah skripsi : Nama
: Noor Zaidah
NIM
: 1101202
Fak./Jur/kons. : Dakwah/KPI/Penerbitan Judul
: ANALISIS FRAMING TERHADAP PEMBERITAAN MUKTAMAR KE-31 NAHDLATUL ULAMA DI SURAT KABAR SUARA MERDEKA EDISI NOPEMBERDESEMBER 2004 Dengan ini telah kami setujui dan mohon agar segera diujikan,
demikian atas persetujuannya diucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb Semarang,
Juli 2006
Pembimbing Bidang Substansi Materi
Bidang Metodologi dan Tata tulis
Drs. H. Ahmad Hakim,M.A.Ph.D NIP.150 234 846
Drs.Najahan Musyafak.MA. NIP. 150 275 330
2
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS DAKWAH SEMARANG Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus III) Ngalian – Semarang Telp. (024) 7606405
PENGESAHAN Skripsi Saudara : Noor Zaidah Nomor Induk : 1101202 Judul : Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Muktamar Ke-31 Nahdlatul Ulama Di Surat Kabar Suara Merdeka Edisi NopemberDesember 2004 Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan lulus pada tanggal : 31 Juli 2006 Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir program Strata Satu (S.1) tahun 2006 guna memperoleh gear Sarjana dalam Ilmu Dakwah, Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Semarang, 31 Juli 2006 Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Drs. H. Aminuddin Sanwar,M.M. NIP.150 170 349
Drs. H. Najahan Musyafak, M.A NIP. 150 275 330
Penguji I
Penguji II
Abdul Sattar, M.Ag
H.M.Alfandi, M.Ag NIP.150 279 717
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. H. Ahmad Hakim, MA.,Ph.D NIP. 150 235 846
Drs.H. Najahan Musyafak, M.A NIP. 150 275 330
3
MOTTO وﻣﻦ اﺣﺴﻦ ﻗﻮﻻ ﻣﻤﻦ دﻋﺎ اﻟﻰ ﷲ وﻋﻤﻞ ﺻﺎﻟﺤﺎ وﻗﺎل اﻧﻨﻰ ﻣﻦ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ (33: )اﻟﻔﺼﻠﺖ '' Siapakah yang lebih baik perkatannya daripada orang yang menyeru kepada Allah ,mengerjakan amal yang saleh dan berkata ,'' sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri ''. (Depag RI,1989 : 778)
4
PERSEMBAHAN
Dengan segenap ketulusan , Skripsi ini penulis persembahkan kepada : •
Ayah dan ibu tercinta ,bapak Mahmudi dan ibu Kasmirah trimakasih atas do'a dan segala dukungan yang diberikan, baik moril dan materiil dengan tulus ikhlas demi kesuksesan putri tercintanya.
•
Bapak dan ibu mertuaku, bapak Ali Rohmat dan ibu Hj.Suyamatun terimakasih atas doanya sehingga terselesaikan skripsi ini.
•
Mas Azis yang selalu memotivasiku sehingga terselesaikan skripsi ini.
•
Adik-adikku Nik dan Andhim Terima kasih atas do'anya. .
•
Sahabat dekatku Ety, Lailis, Dwik,,Hera, Mutmainah dan Ayu.
5
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke jalan yang lurus yaitu jalan yang terang benderang. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik dan sempurna tanpa bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak, oleh karena itu ijinkahlah penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof.Dr. Abdul Jamil,M.A., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. H. Aminuddin Sanwar,M.M.,selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 3. Dr. Awaluddin Pimay.L.c.M.Ag, selaku Wali Studi. 4. Drs.H.Ahmad Hakim,MA,Ph.D dan Drs. H.Najahan Musyafak M.A, selaku pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu,tenaga dan pikirannya guna membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Segenap Civitas akademika Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 6. Ayahanda dan Ibunda yang perannya tidak bisa penulis ukir dengan katakata dalam skripsi ini. 7. Bapak ibu mertuaku yang memberikan do'anya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. 8. TemankuWismaAlamanda(MbakKhasanah,Wanna,Eny,Subiyah,Nurul,Em a,Nia,Ida). 9. Sahabatku Seperjuanganku KPI angkatan '' 2001 ''. 10. Teman-teman KKN ( Teh Ety, teh Anik, dek Yiyid,Tuti, Akrom,Khijron ,Budi,Bandeng,Turki serta Dwi) 11. Semua pihak yang telah berperan dan membantu penulis hingga skripsi ini bisa terwujud.
6
Teriring doa dan harapan semoga amal baik dan jasa dari semua pihak tersebut di atas akan mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna.Oleh karena itu ,penulis membuka kritik dan saran yang konstruktif bagi kesempurnaan penulisan skripsi ini.Semoga skrpsi ini bermanfaat bagi kita semua.. Semarang, Juli 2006 Penyusun
Noor Zaidah 1101202
7
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua rumusan masalah yaitu: untuk mengetahui kecenderungan Surat kabar Suara Merdeka Terhadap pemberitaan Muktamar ke-31 Nahdhatul Ulama edisi Nopember – Desember 2004 serta bagaimana pemberitaan itu dilihat dari perspektif Dawah. Muktamar ke-31 Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Donohudan Boyolali dilaksanakan tanggal 28 Nopember -2 Desember 2004 diwarnai oleh munculnya kompetisi antara dua poros di kalangan Nahdhiyyin yaitu Poros Langitan dan Poros Lirboyo. Poros Langitan di bawah kepemimpinan ulama sepuh NU, KH. Abdullah Faqih. Poros tersebut kenal dekat dengan Gus Dur dan kalangan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), di sisi lain Poros Lirboyo di bawah kendali KH. Idris Marzuki dikenal dekat dengan KH.Hasyim Muzadi. Kedua Poros tersebut bersaing dalam perebutan jabatan Rais Aam dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama(PBNU). Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode penelitian Kualitatif. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah framing. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Analisis yang digunakan penulis adalah Analisis Induktif. Analisis induktif yang berangkat dari hal-hal yang khusus kemudian ditarik pada kesimpulan umum. Penulis telah mengumpulkan data dengan metode dokumentasi dari Suara Merdeka dari tanggal 23 Nopember - 18 Desember 2004. Suara Merdeka menurunkan beritanya selama 19 edisi. Selama 19 edisi ada 8 edisi cenderung memihak terhadap Poros Lirboyo, 7 edisi berpihak pada Poros Langitan dan 3 edisi bersikap Netral. Hasil dari penelitian ini Pertama, Suara Merdeka cenderung melihat Muktamar ke-31 sebagai bentuk demokrasi warga NU untuk memilih Rais Aam dan Ketua Umum PBNU setiap lima tahun sekali. Di sini Suara Merdeka mengemas beritanya cenderung memihak Poros Lirboyo. Kedua, jika dilihat dari perspektif dakwah, pemberitaan Suara Merdeka belum memenuhi kode etik jurnalistik Islami.
8
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan atau
lembaga
pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, Juli 2006 Penyusun
Noor Zaidah 1101202
9
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING.........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vii
HALAMAN ABTRAKSI ..........................................................................
viii
DAFTAR ISI..............................................................................................
ix
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ..............................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................
7
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................
8
1.4. Tinjauan Pustaka...........................................................................
9
1.5. Kerangka Teoritik .........................................................................
11
1.6. Metodelogi Penelitian ...................................................................
14
1.6.1. Jenis dan Sumber Pendekatan ............................................
14
1.6.2. Sumber Data.......................................................................
15
1.6.3. Definisi Operasional ..........................................................
15
1.6.4. Teknik Pengumpulan Data.................................................
16
1.6.5. Teknik Analisis Data..........................................................
16
1.7. Sistematika Penulisan ...................................................................
19
BAB II. MEDIA MASSA DAN ETIKA PEMBERITAAN ISLAMI 2.1. Media Massa .................................................................................
21
2.1.1. Pengertian Media Massa ....................................................
21
2.1.2. Karakteristik Media Massa ................................................
22
2.1.3. Fungsi Media Massa ..........................................................
24
2.1.4. Peran Media Massa ............................................................
27
2.2. Pers dan Pemberitaan....................................................................
28
10
2.2.1. Pengertian pers ..................................................................
28
2.2.2. Pengertian Berita...............................................................
30
2.2.3. Jenis-jenis Berita ................................................................
35
2.3. Etika dan Pemberitaan Islami .......................................................
37
BAB III. PEMBERITAAN SUARA MERDEKA TENTANG MUKTAMAR Ke-31 NAHDLATUL ULAMA 3.1. Profil Suara Merdeka ....................................................................
43
3.1.1. Sejarah Berdirinya Suara Merdeka ....................................
43
3.1.2. Perkembangan Suara Merdeka...........................................
46
3.2. Ideologi Suara Merdeka................................................................
50
3.2.1. Visi Misi Suara Merdeka ...................................................
51
3.2.2. Struktur Organisasi ............................................................
52
3.3. Pemberitaan Suara Merdeka Tentang Muktamar Ke-31Nahdlatul Ulama .......................................................................................................
54
BAB IV. ANALISIS TERHADAP PEMBERITAAN MUKTAMAR KE-31 NAHDLATUL ULAMA 4.1. Analisis framing terhadap pemberitaan Muktamar Ke-31Nahdlatul Ulama............................................................................................
70
4.2. Ideologi Suara Merdeka Dalam pemberitaan Muktamar Ke-31 Nahdlatul Ulama............................................................................................ 107 4.3. Pemberitaan Suara Merdeka tentang MuktamarKe-31 Nahdlatul Ulama dilihat dari Perspektif dakwah ...................................................... 110 BAB V.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 113 5.2. Saran ............................................................................................. 115 5.3. Penutup ......................................................................................... 115 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
11
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Noor Zaidah
Tempat, Tanggal Lahir
: Jepara,14 Januari 1983
Alamat
: Pelemkerep Rt:03 Rw:IV No;91 Mayong Jepara.
Pendidikan
: 1. SDN 02 Pelemkerep Mayong Jepara lulus tahun 1995. 2. SLTP Islam Al-Hikmah Mayong Jepara lulus tahun 1998. 3. MA Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara lulus 2001. 4. Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Demikian riwayat hidup yang disusun dengan sebenar-benarnya dan dengan dipertanggungjawabkan.
Semarang, Juli 2006 Penulis
Noor Zaidah
12
DAFTAR TABEL Tabel
1. Pemberitaan Suara Merdeka tentang Muktamar ke-31 NU
Tabel
2. Katagori Pemberitaan Suara Merdeka Berdasarkan Agenda Muktamar ke-31 NU
Tabel
3. Analisis framing Pemberitaan Suara Merdeka tentang Muktamar ke-31 Nahdlatul Ulama
13
14
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Suatu kenyataan yang tidak terbantahkan dan sangat mempengaruhi proses komunikasi dalam masyarakat moderen sekarang adalah keberadaan media massa (cetak maupun elektronik). Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi manusia dewasa ini, bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sedemikian besar. Ketergantungan yang tinggi pada media massa tersebut akan mendudukkan media massa sebagai alat yang akan ikut membentuk apa dan bagaimana masyarakat. Seperti cara belanja yang baik dan memilih kebutuhn hidup dan lain-lain. Semua itu ditentukan media massa. (Nuruddin, 2003: 1) Media massa menjalankan fungsinya tidak hanya sebagai penyalur informasi, tetapi sekaligus untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Masyarakat dapat menyetujui atau menolak kebijakan pemerintah lewat media pula. Berbagai inovasi atau pembaharuan bisa dilakukan oleh masyarakat, bahkan keinginan aspirasi pendapat dan sikap juga
dapat
disebarluaskan melalui media (Nuruddin, 2004: 69). Indonesia kini memang sedang memasuki era baru, yaitu era demokratisasi media dimana media massa muncul seperti jamur di musim penghujan. Penampilan media jelas jauh berani bersikap kritis terhadap penguasa dibanding masa-masa sebelumnya. Media menjadi lebih agresif dan kreatif dalam memberi nilai tambah
15
suatu berita dan juga dalam mengekplorasi isu-isu permasalahan untuk diolah menjadi komoditi infomasi (Hidayat, 2001:viii). Namun sayang, di sisi lain seringkali terlihat ada berita yang tidak akurat atau tidak berimbang. Masih cukup banyak pers melanggar kode etik jurnalistik (Siregar, 2004: xiii). Sesungguhnya tugas mulia media adalah menyampaikan kebenaran. Namun tugas menyampaikan kebenaran itu tidaklah sederhana. Ada berbagai kepentingan yang “berbicara” yang pada gilirannya memberi bentuk pada kebenaran yang disampaikan. Selalu saja ada ketegangan di antara pihak yang memiliki kepentingan dan masyarakat umum sebagai konsumen berita (Sobur, 2002: viii). Apa yang disebut berita itu ternyata jauh lebih dari apa yang dipersepsi selama ini. Di kalangan praktisi dan teoritisi komunikasi telah terbentuk suatu konsensus bahwa media massa dalam menjalankan fungsinya harus berpegang teguh pada prinsip obyektifitas. Konsensus itu dalam praktik ternyata tidak mudah dijalankan, masalahnya seringkali terbentur pada pengertian obyektif itu. Berita pada hakekatnya tertulis atas suatu realitas yang ada dalam masyarakat, namun realitas obyektif yang ada baik berupa peristiwa atau ide tindakan sama dengan realitas berita di media massa (Abrar, 1995: 94). Media bukanlah saluran yang bebas, dari kepentingan di dalam memberitakan suatu peristiwa apa adanya. Media yang seperi kitaa lihat justru mengkonstruksi sedemikian rupa realitas. Tidak mengherankan jikalau kita tiap hari secara terus menerus menyaksikan bagaimana peristiwa yang sama bisa diperlakukan secara berbeda oleh media. Ada peristiwa yang diberitakan, ada yang tidak diberitakan. Ada yang dianggap penting, ada
16
yang tidak dianggap sebagai berita. Ada peristiwa yang dimaknai secara berbeda, dengan wawancara berbeda dengan orang yang berbeda, dengan titik perhatian yang berbeda, semua kenyataan ini menyadarkan kita betapa subyektifnya berita. Mengetengahkan perbedaan semacam ini, tentu bukan menekankan bias atau distorsi dari pemberitaan media. Ini dipaparkan untuk memberikan ilustrasi bagaimana berita yang kita baca tiap hari telah melalui proses konstruksi (Eriyanto, 2004: 2). Organisasi Jami'yyah Nahdlatul Ulama merupakan organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, tentunya tidak lepas dari sorotan media. Organisasi tersebut adalah Nahdlatul Ulama(NU), dengan keanggotaan yang diperkirakan berjumlah tiga puluh lima juta orang, merupakan organisasi yang sungguh berbasis massa di bawah kepemimpinan ulama (Martin, 1994: 1). Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 oleh para ulama yang pada umumnya menjadi pengasuh pondok pesantren. Kelahiran Nahdlatul Ulama merupakan muara rangkaian kegiatan yang mempunyai mata rantai hubungan dengan berbagai keadaan. Dalam organisasi Nahdlatul Ulama, ulama merupakan panutan, pembimbing bagi jalannya organisasi dan warga NU. Ulama dipandang sebagai orang yang memahami dan mengetahui tentang ajaran Islam ( Rozikin Damam, 2001: 43). Dalam muktamar ke 27 di Situbondo 1984 Nahdlatul ulama telah memutuskan untuk kembali ke Khittah 1926. Namun hal itu tidak serta merta bisa menjadikan warga NU mudah meninggalkan dunia politik (Suara Merdeka, 27 Nopember 2004). Pada Muktamar ke 28 diadakan di Yogyakarta 1989 dirumuskan
17
pedoman politik bagi warga NU. Dalam muktamar ini dibahas bahwa warga NU boleh berpolitik asal tidak membawa nama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (Rozikin Daman, 2001: 194). Muktamar ke 31 Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Donohudan Boyolali yang dilaksanakan pada tanggal 28 Nopember-2 Desember 2004 ternyata diwarnai dengan kompetesi antara dua poros di kalangan warga Nahdliyyin yaitu poros Langitan dan poros Lirboyo. Poros Lirboyo dibawah kepemimpinan KH. Idris Marzuki dan KH. Zainuddin Jazuli (Pondok Pesantren Ploso Kediri) dikenal dekat dengan KH. Hasyim Muzadi. Sementara poros Langitan di bawah kendali ulama sepuh yaitu K.H. Abdullah Faqih. Poros ini dekat dengan Gus Dur dan kalangan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Kedua poros tersebut secara tidak langsung telah warga NU ke dalam politik praktis, yang ditandai dengan adanya keterlibatan Partai yang memberikan dukungan kepada kedua poros tersebut. Poros Lirboyo memberikan dukungan politik penuh saat Hasyim Muzadi mencalonkan diri dan kampanye sebagai cawapres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Sedangkan poros Langitan dibawah kendali KH.Abdullah Faqih yang dikenal dekat dengan Gus Dur memberikan dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (Suara Merdeka, 27 Nopember 2004). Soentandoyo berpandangan baik poros Lirboyo maupun langitan sama-sama menyeret NU ke ranah politik. Pencalonan Hasyim Muzadi sebagai cawapres berpasangan dengan Megawati dari PDI-P jelas bermuatan politis, kendati pada saat pencalonan berlangsung mantan PWNU Jawa Timur tersebut non aktif dari kepengurusan NU Jawa Timur. Pada sisi lain manuver-
18
manuver politikus PKB yang kerap kali meminta restu, fatwa dan nasihat kiaikiai poros Langitan seperti munculnya fatwa haram memilih presiden wanita menjelang pilpres putaran kedua telah mencampur adukkan antara ranah politik dan syariah agama (Suara Merdeka, 27 Nopember 2004). Pada Muktamar ke-31 NU, KH.Hasyim Muzadi terpilih sebagai ketua Tanfidziyah PBNU untuk 5 tahun ke depan, tetapi pihak kiai-kiai sepuh NU tidak mengakui hasil Muktamar ke-31 tersebut. Pasca Muktamar ke-31, warga NU terbagi menjadi tiga, yaitu:NU struktural Hasyim Muzadi, NU kultural Gus Dur dan kiai-kiai sepuh NU. Gus Dur menilai,dalam kepemimpinan Hasyim Muzadi lima tahun terakhir ini tidak ada langkah progresif, Hasyim Muzadi hanya sibuk mengurus persoalan politik, tidak seperti NU pada lima belas tahun silam. Gusdur tetap tidak mengakui kekalahannya. Hal ini memynculkan sebuah ide untuk membentuk NU Tandingan sebagai hasil dari tidak berhasilnya Gu Dur menduduki Kursi Rais Aam (Suara Merdeka,10 Desember 2004). Langkah Gusdur mendirikan
NU Tandingan sulit dihentikan dan
konflik antar Gus Dur dan Hasyim Muzadi merupakan luka yang sulit disembuhkan. Hasyim dinilai telah melanggar etika komunikasi dalam hubungan santri terhadap kiai. Jika Hasyim tidak mundur dari ketua umum PBNU maka Gusdur, kiai-kiai sepuh dan aktivis pemuda NU pasca Muktamar merencanakan membentuk ormas baru atau NU tandingan (La Ode Ida, Suara Merdeka, 10 Desember 2004).
19
Secara garis besar ada dua persoalan mengenai isu tersebut. Pertama, terkait dengan konflik internal PBNU pasca Muktamar ke-31 NU. Oleh karena itu, media diharapkan memberitakan secara luas terutama kepada warga NU. Kedua, berita itu perlu diselidiki lebih lanjut, karena untuk mengetahui sikap media dalam memberitakan isu adanya kompetesi poros Lirboyo (Hasyim Muzadi) dan Langitan (Gusdur) dalam Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan Boyolali.
20
Bagaimana media memaknai peristiwa tersebut, apakah berita itu penting sehingga perlu diberitakan ataukah hanya rumor biasa yang perlu mendapat penyelidikan lebih lanjut? Penulis berusaha meneliti dengan analisis framing. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut ( Bimo Nugroho, 1999: 21). Alasan penulis memilih framing sebagai analisis teks media, karena analisis framing memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif yang ditekankan adalah isi dari suatu pesan atau teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, memfokuskan diri pada bagaimana pesan atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Konstruksi realitas itu dipengaruhi dari ideologi dari sebuah media Peta ideologi menggambarkan bagaimana peristiwa dilihat dan diletakkan dalam tempat-tempat tertentu. Seperti dikatakan Matthw Kieran, beritya tidaklah dibentuk dalam ruang hampa , berita diproduksi dari ideologi dominan dalam suatu wilayah kompetensi tertentu. Ideologi juga bermakna politik penandaan atau pemaknaan. Dalam proses melihat dan menandakan peristiwa dengan menggunakan titik-titik tertentu. Titik atau posisi melihat itu
21
menggambarkan bagaimana peristiwa dijelaskan dalam karangka berfikir dari wartawan(Eriyanto,2002:131) Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca. Dengan framing kita dapat mengetahui idiologi suatu media. Penelitian ini berusaha mengkaji seputar pemberitaan tema tersebut di Harian Suara Merdeka. Penulis berusaha menemukan kecenderungan wartawan Suara Merdeka dalam mengkonstruksi pemberitaan tersebut dilihat dari perspektif dakwah. Alasan penulis mengapa memilih Suara Merdeka, dilihat dari sudut Prokximity( kedekatan wilayah) Suara Merdeka adalah Surat Kabar di Jawa Tengah.. Untuk itu layak kiranya penulis mengambil penelitian dengan judul “Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Muktamar Ke-31 Nahdlatul Ulama Di Surat Kabar Suara Merdeka Edisi Nopember - Desember 2004 ” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimanakah kecenderungan surat kabar Suara Merdeka dalam memberitakan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-31? b. Bagaimanakah Suara Merdeka mengkonstruksi berita-berita tentang Muktamar NU ke-31 dilihat dari perspektif dakwah ?
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
22
a. Untuk mengetahui bagaimana kecenderungan surat kabar Suara Merdeka dalam memberitakan muktamar Nahdlatul Ulama ke-31. b. Untuk mengetahui Suara Merdeka mengkonstruksi berita-berita tentang Muktamar NU ke-31 dilihat dari perspektif dakwah. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis 1) Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah pengetahuan yang berkaitan dengan dakwah di media cetak 2) Dari hasil penelitian ini agar berguna bagi peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat pula bagi penelitianpenelitian selanjutnya b. Secara praktis
1.4
Selain sebagai syarat memperoleh gelar sarjana, juga bisa memberikan sumbangan pada fakultas dakwah tentang kondisi media massa kita, apa lagi sengitnya wacana yang ada di media massa, sehingga untuk selanjutnya di jadikan pertimbangan dalam berdakwah di media massa Tinjauan Pustaka Dari berbagai penelitian yang dilakukan mahasiswa khususnya Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, ada beberapa judul penelitian tentang dakwah di media massa. Diantara penelitian tersebut, pertama penelitian Novi Maria Ulfa (2004) berjudul “Analisis Wacana Mengenai Pemberitaan Aktivis Muslim Di Majalah Tempo 2003 Pasca Tragedi Bom JW Marriot” fokus penelitian tersebut adalah bagaimana majalah Tempo menggambarkan aktivis muslim pasca tragedi bom JW Marriot tahun 2003.
23
Penelitaan ini mengguanakan metode penelitian Kualitatif, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah wacana. Hasil penelitian tersebut adalah pemberitaan terhadap aktivis muslim merupakan makna globlal atau umum dalam wacana.Tema ini kemudian didukung oleh super struktur(skema ) yaitu serangkaian pola atau bentuk dari suatu teks. Pada elemen dasar, teks digunakan untuk mendukung tema berita mengenai dasyatnya bom Marriot, kelihaian Dr. Azahari dalam melakukan penyamaran. Kedua, skripsi yang berjudul “Pemberitaan Media Massa tentang Invasi Amerika Serikat ke Irak (Analisis Framing Surat Kabar Republika tanggal 20 Maret – 19 April 2003)”. Skripsi ini ditulis oleh Sri Susmiyati, , yang mengambil fokus dalam penelitiannya adalah bagaimana surat kabar Republika mengkontruksi pemberitaannya tentang Invasi Amerika Serikat ke Iraq serta cara pandang media massa dalam memberitakan invasi AS ke Iraq. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan framing. Dalam penelitin ini disimpulkan bahwa surat kabar Republika cenderung mengemas beritanya dalam frame unfavourable terhadap AS dan sekutunya. Dalam pandangan Republika, tindakan AS menyerang irak diberi penonjolan yang lebih tinggi bahwa penyerangan itu tidak beralasan dan sebuah bentuk penyimpangan (Sri Susmiyati, 2004:8). Ketiga, skripsi saudara Darmanto tahun 2005 yang berjudul '' Pemberitaan media massa tentang pengakuan lembaga Internasional Worldhelp yang membawa 300 Anak-anak korban Bencana Alam Tsunami Di
24
Aceh (Analisis framing Harian Republika dan Kompas)'' . Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitiannya adalah kecenderungan Republika dan Kompas dalam memberitakan tentang pengakuan worldhelp yang telah membawa 300 Anak –anak korban bencana Alam Tsunami Di Aceh. Hasil penelitian ini adalah Republika cenderung menganggap pengakuan Worldelp tersebut sebagai kebenaran yang terjadi di Lapangan.Sedangkan Kompas cenderung mengangagap pemberitaan tersebut merupakan isu destruktif yang meresahkan masyarakat( Darmanto, 2005:10). Di sini penulis meneliti tentang kecenderungan Suara Merdeka dalam memberitakan Muktamar ke-31 Nahdlatul Ulama dilihat dari perspektif dakwah. Meski sama-sama menggunakan metode kualitatif akan tetapi untuk menganalisis data, penulis menggunakan analisis framing sebagai bentuk analisis teks media.
1.5 Kerangka Teori Pemberitaan pada sebuah media perlu diteliti karena untuk mengetahui validitas terhadap suatu realitas, penelitian ini sesuai dengan ayat al-qur'n surat al-Hujarat ayat 6 yang berbunyi:
ﺎﹶﻟ ٍﺔﺠﻬ ﺎ ِﺑﻮﻣ ﺍ ﹶﻗﺒﻮﻴﺼ ِ ﺗ ﺍ ﹶﺍ ﹾﻥﻨﻮﻴﺒﺘﺎ ٍﺀ ﹶﻓﻨﺒﻖ ِﺑ ﻢ ﻓﹶﺎ ِﺳ ﺎ َﺀ ﹸﻛﻮﺍ ِﺍ ﹾﻥ ﺟﻣﻨ ﻦ ﺍ ﻳﺎ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻬﺎ ﹶﺍﻳ (6 : )ﺍﳊﺠﺮﺍﺕ.ﻦ ﻴﻢ ﻧ ِﺪ ِﻣ ﺘﻌ ﹾﻠ ﺎ ﹶﻓﻋﻠﹶﻰ ﻣ ﺍﺤﻮ ﺼِﺒ ﺘﹶﻓ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan sesuatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujurat: 6) (Depag, 1989: 846).
25
Dalam surat tersebut, kita diperintahkan meneliti sebuah berita dari orang fasik. Menurut Jalaluddin As-Suyuti ayat ini jelas sekali memberikan larangan terhadap orang-orang mukmin supaya tidak menerima berita yang disampaikan kepadanya. Karena mungkin jadi yang mengabarkan itu orangorang fasik, sehingga kabarnya itu palsu (As-Suyuti,1993: 491).
Media massa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah alat (sarana) dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan informasi atau berita dan pesan kepada masyarakat luas (Depdikbud,1995: 640). Alat yang digunakan untuk menyebarkan informasi tersebut bisa berupa koran, majalah, radio, televisi, film, poster, spanduk. Pengertian media masa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media massa cetak yang berupa surat kabar harian (Gunadi, 1998: 12). Pada abad modern seperti ini berita adalah kebutuhan dan menjadi menu utama. Besarnya kebutuhan akan berita itu disadari atau tidak telah menyeret orang yang terlibat di dalam industri “berita” sering terjebak di dalam situasi “fasik” yang setiap saat dapat menyeretkan ke pintu bencana (Dharma, 2003: 170). Untuk itulah, agar masyarakat tidak terjebak ke dalam situasi fasik, haruslah menseleksi berita yang masuk. Apalagi jika mengikuti paradigma yang berkembang akhir-akhir ini bahwa media bukanlah sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke penerima (khalayak). Media bukanlah sekedar saluran yang bebas. Ia juga subyek yang mengkontruksi realitas lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya(Eriyanto, 2004: 23).
26
Ketika wartawan menulis berita tentang suatu peristiwa, wartawan bukan hanya
mengkonstruksi
bagaimana
peristiwa
dipahami,
tetapi
juga
memperhitungkan khalayak yang akan membaca teks tersebut. Sehingga ketikaberita dikonstrruksi, bukan hanya peristiwa yang dijelaskan dalam peta ideologi tertentu, melainkan khalayak sebagai pembaca teks berita juga ditempatkan dalam peta ideologi tertentu( Eriyanto, 2002: 134). Di sini penulis dalam mengkaji isi teks sebuah berita di surat kabar menggunakan analisis framing yang dikemukakan oleh Zhong Dang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dalam pendekatan ini mereka membagi ke dalam empat struktur besar yaitu: a. Struktur Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa. struktur ini dapat diamati dari bagan berita yaitu lead, latar, headline, informasi, kutipan,sumber pernyataan dan penutup. b. Struktur Skrip, berhubungan bagaimana wartawan mengisahkan sebuah fakta.struktur ini dapat diamati dengan adanya unsur 5W+1H. c. Struktur Tematik, struktur ini berhubungan dengan bagaimana cara wartawan menulis sebuah fakta.struktur ini dapat diamati melalui paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat. d. Struktur Retoris, dalam struktur ini wartawan menekankan sebuah fakta. Struktur ini dapat diamati melalui kata, idiom, gambar, grafik. Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan
27
wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut (Nugroho, 1999: 31-32). Media massa pada dasarnya adalah media diskusi publik, tentang suatu masalah yang melibatkan tiga pihak, wartawan, sumber berita dan khalayak, masing-masing pihak mengajukan perspektif untuk memberikan pemaknaan terhadap suatu persoalan agar diterima oleh khalayak. Setiap pihak berusaha untuk menonjolkan basis penafsiran, klaim atau argumentasi masing-masing berkaitan dengan persoalan yang diberitakan suatu wacana. Dalam konteks inilah mereka menggunakan bahasa simbolik atau retorika dengan konotasi tertentu yang umumnya bermuara pada pembenaran tindakan sendiri dan memburukkan pihak lain (Nurgroho, 1999: 26). Berita menurut pandangan konstruksionis adalah konstruksi atas realitas. Pandangan ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada realitas, yang ada hanyalah konstruksi atas realitas. Karena itu pertanyaan pokoknya adalah bagaimana media mengembangkan pemberitaannya. Bagaimana suatu peristiwa dipahami dan dimaknai oleh media (Eriyanto, 2004: 26). Misalnya saja pemberitaan media atas pembacokan Matori Abdul Djalil oleh orang tak dikenal di depan rumahnya. Esokya, kita membaca di surat kabar, telah terjadi kriminalitas politik . Lawan-lawan yng tidak suka terhadp Matori melakukan cara kekerasan dengan melakukan teror kepadanya. Peristiwa pembacokan itu dimaknai oleh media sebagai kriminalitas politik. Pemaknaan seperti ini adalah konstruksi dari wartawan.. Ia bukanlah suatu peristiwa yang seakan-akan memang seperti itu, sebaliknya wartawan yang secara aktif
28
memproduksi dan mendefinisikan peristiwa tersebut sebagai kriminalitas politik. Fakta ada dalam konsepsi pikiran seseorang (Eriyanto, 2004: 21). Dari pandangan seperti itulah penelitian akan penulis lakukan.
1.6 Metodologi Penelitian a. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini bersifat holistik (utuh) dan sistematik terkait secara keseluruhan tidak bertumpu pada pengukuran sebagai penjelasan mengenai suatu gejala yang diperoleh para pelaku (sasaran penelitian) atau pelaku sendiri yang menafsirkan mengenai tindakannya (Moleong, 2001: 3). Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah framing. Framing merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi dan menulis berita (Eriyanto, 2004: 68). Pembingkaian itu tentu saja melalui proses konstruksi, di sini realitas dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu (Eriyanto, 2004: 3) b. Sumber dan jenis data
29
Menurut Lexi J. Moloeng (1995:122) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah “kata-kata” dan “tindakan”, selebihnya adalah tambahan seperti Dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini datanya antara lain : 1) Sumber data primer Yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya (Suryabrata, 1995: 85). Di sini peneliti mengambil berita surat kabar Suara Merdeka yang terbit pada kurun waktu antara tanggal 23 Nopember – 18 Desember 2004. Alasan mengapa rentang waktu ini yang penulis pilih adalah karena Muktamar ke-31 NU dilaksanakan 28 Nopember- 2 Desember 2004, sehingga pemberitaan yang penulis teliti dalam kurun waktu Nopember-Desember 2004, berarti pemberitaan sebelum dan sesudah peristiwa Muktamar dilaksanakan. 2) Sumber data sekunder Yaitu sumber data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen (Suryabrata, 1995: 85). peneliti untuk menambah data yaitu buku-buku, jurnal tulisan, makalah opini yang ada kaitannya dengan judul penelitian. c. Definisi Operasional Berita yang dimaksud pada penelitian ini adalah definisi yang ditulis oleh Willard C. Bleyer yaitu sesuatu yang aktual yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena ia dapat menarik
30
pembaca tersebut ( Totok Djuroto, 2003: 5). Dengan demikian berita dalam penelitian ini adalah laporan-laporan mengenai peristiwa Muktamar Ke-31 NU, berita di sini hanya mencakup berita aktual. d. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian skripsi ini adalah laporan hasil penelitian denagan menggunakan Metode dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998: 236). Di sini penulis mendokumentasikan tulisan-tulisan semua berita yang dimuat dalam harian Suara Merdeka pada edisi 23 Nopember- 18 Desember 2004 atau sebelum dan sesudah Muktamar Ke31 Nahdlatul Ulama dilaksanakan. Data yang kami maksud dalam penelitian ini adalah data primer yang telah disebutkan diatas. e. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing model Pan dan Konsikci. Menurut Eriyanto ada empat model framing yang dikembangkan oleh para ahli. Model-model tersebut dikembangkan oleh Edelman, Robbet N. Entman, Gamson, serta Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Meskipun ada banyak istilah dan definisi, berbagai model tersebut mempunyai kesamaan. Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas, menyajikannya dan menampilkan kepada khalayak. Analisis framing adalah versi terbaru dari pendekatan wacana.
31
Akhir-akhir ini, framing telah digunakan untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik dan lebih berarti. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita, cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut(Nugroho,1999: 21) Dalam penelitian framing digunakan untuk mengkonstruksi beritaberita Suara Merdeka tentang Muktamar ke-31 NU yang dilaksanakan pada 28 Nopember- 2 Desember 2004. Langkah Pada penelitian ini pertama, penulis mengkatagorisasikan berita, Katagorisasi berita adalah upaya pengklasifikasikan dan meyederhanakan realitas sehingga dapat dipahami dengan mudah (Eriyanto,2002:165). Katagorisasi berita Muktamar ke-31 NU itu berdasarkan agenda NU. Agenda itu meliputi: Laporan Pertanggungjawaban (LPj), Pemilihan Ketua Umum, Penyusunan Program / Evaluasi, Organisasi, Bahsul Masail (Sekjend PBNU, 2004:. Kedua, setelah mengkategorisasikan, penulis menganalisis denagan analisis framing. Framing menurut Pan dan Kosicki di definisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari
32
pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Konsepsi ini lebih menfokuskan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan di tunjukkan dalam skema tertentu(Eriyanto, 2002: 252). Kedua, konsepsi sosiologis. Konsepsi ini lebih melihat bagaimana kontruksi sosial atas realitas. Frame ini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya, dan realitas di luar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu. (Eriyanto, 2002: 253). Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi empat stuktur besar. Pertama, struktur sintaksis. Kedua, struktur skrip. Ketiga, struktur tematik. Dan keempat struktur retoris ( Alex Sobur, 2004: 175-176). Struktur sintaksis berhubungan dengan begaimana wartawan menyusun fakta,perangkat framing dapat diamati melalui headline, lead, latar, informasi, kutipan, pernyataan. Struktur skrip melihat bagaimana wartawan mengisahkan suatu fakta, struktur tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan menulis fakta atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan dan struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan
33
menekankan arti tertentu seperti pemakaian pilihan idiom, grafik, gambar ( Fathurin zen, 2004:106).Pada dasarnya analisis adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran atau tidak dari suatu hipotesa. Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode analisis induktif. Metode induktif adalah berangkat dari faktafakta yang khusus, peristiwa yang kongkrit kemudian dari fakta-fakta tersebut ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Azwar,1998:40). Dalam penelitian ini penulis akan mengambil berdasarkan Pemberitaan pada Surat Kabar Suara Merdeka tentang Muktamar ke-31 NU setelah itu menarik kesimpulan yang bersifat umum.
1.6 Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini akan dibagi menjadi beberapa bab, yaitu: Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik dan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian/ pendekatan/spesifikasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan sistematika penulisan. Bab kedua akan membahas tentang Media Massa dan Etika Pemberitaan Islami, di dalamnya tinjauan tentang pengertian media massa, pers dan pemberitaan, etika serta jurnalistik islami.
34
Bab ketiga akan menguraikan tentang deskripsi obyek penelitian yang meliputi sejarah perkembangan Suara Merdeka dan pemberitaan mengenai Muktamar Nahdlatul Ulama ke-31 di Suara Merdeka. Bab keempat merupakan analisis tentang Pemberitaan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-31 dilihat dengan perspektif dakwah, edisi 23 Nopember18 Desember 2004. Dalam bab ini penulis akan menggunakan model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki untuk menganalisis teks-teks berita tersebut. Bab kelima mengenai penutup, kesimpulan dan saran-saran BAB II MEDIA MASSA DAN ETIKA PEMBERITAAN ISLAMI 2.1 Media Massa 2.1.1
Pengertian Media Massa Salah satu unsur penting yang dapat berperan di dalam penyebaran
informasi dan menumbuhkan kesadaran serta motivasi bagi sebuah perubahan masyarakat adalah media massa. Hal ini disebabkan pada satu persepsi bahwa salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat adalah adanya kebutuhan untuk berbagai tujuan. Dalam hubungan ini kehadiran media sebagai sarana penyampaian informasi menjadi penting artinya. Dalam abad modern seperti ini, kehidupan masyarakat tidak dapat dipisah-pisahkan lagi dari kebutuhan komunikasi dan media sebagai sarana
35
tercapainya komunikasi tersebut. Dalam kaitannya ini B. Aubrey Fisher memberikan istilah komunikasi bermedia. Menurutnya hal ini adalah untuk membedakan secara jelas antara komunikasi interpersonal dengan komunikasi massa ( Aubrey Fisher, 1986 : 170). Secara umum para ahli komunikasi memberikan batasan, yakni merupakan sarana penghubung dengan masyarakat seperti: surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan lain-lain.
J.B. Wahyudi memberikan definisi media merupakan sarana untuk "menjual" informasi atau berita kepada konsumen yang dalam hal ini dapat berupa pembaca, pendengar, maupun pemirsa, yang mana mereka lazim disebut sebagai audience (Wahyudi, 1991 : 55). Sedangkan Dja'far H. Assegaf mengartikan (1983 : 129) media massa sebagai sarana penghubung dengan masyarakat seperti surat kabar, majalah, buku, radio dan televisi. Sebagaimana disebutkan oleh Drs. Jalaluddin Rahmat, bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media massa cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Jalaludin Rahmat, 1999 : 189). Dari berbagai definisi media massa yang telah dijelaskan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, media massa digunakan dalam proses komunikasi
36
yang dilakukan secara massal dengan menggunakan media teknologi komunikasi massa. 2.1.2. Karakteristik Media Massa Untuk suksesnya komunikasi massa kita perlu mengetahui sedikit banyak ciri komunikasi itu, yang meliputi sifat-sifat unsur yang mencakupnya. Onong Uchjana Effendi, memberikan lima ciri-ciri ( Onong Uchjana, 1999:52) diantaranya:
a. Sifat komunikan Komunikasi ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar dan heterogen. Ciri khas dari komunikasi melalui media massa ini ialah pertama bahwa jumlah yang besar itu hanya dalam periode waktu yang singkat saja. Kedua, komunikasi massa sifatnya heterogen. Selain itu komunikator tidak tahu apa pesan yang disampaikannya menarik perhatian atau tidak. b. Sifat Media Sifat media massa adalah serempak cepat. Yang dimaksudkan dengan keserempakan kontrak antara komunikator dan komunikasi yang demikian besar jumlahnya. Selain itu sifat media massa adalah cepat. Artinya memungkinkan pesan yang disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang cepat. c. Bersifat pesan
37
Sifat pesan media massa lebih umum. Media massa adalah sarana menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk sekelompok orang tertentu.
Karena
pesan
komunikasi
massa
bersifat
umum,
maka
lingkungannya menjadi universal, mengakui segala hal dan dari berbagai tempat. Sifat lain media massa adalah sejenak (transient), hanya sajian
d. Bersifat melembaga Karena media massa adalah lembaga atau organisasi, maka komunikator dalam media massa, seperti wartawan, sutradara, penyiar radio, TV adalah komunikator terlembagakan. Media massa merupakan organisasi yang kompleks. Pesan-pesan yang sampai kepada khalayak adalah hasil kerja kolektif. Oleh karena itu, berhasil tidaknya komunikasi massa ditentukan berbagai faktor yang terdapat dalam organisasi media massa. Berita yang disusun oleh seorang wartawan tidak akan sampai kepada pembaca kalau tidak dikerjakan oleh redaktur, lay outer, juru cetak dan karyawan lain dalam organisasi surat kabar tersebut. e. Sifat efek Sifat komunikasi melalui media massa yang timbul pada komunikan bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator.
38
Apakah tujuannya agar tahu saja, atau agar komunikan berubah sikap dan pandangannya, atau komunikan berubah tingkah lakunya. 2.1.3. Fungsi Media Massa Sebagaimana diketahui bahwa setiap institusi mempunyai fungsinya sendiri. Demikian pula dengan media massa sebagai institusi sosial mempunyai fungsi penting dalam komunikasi massa itu tentunya
berbeda di negara yang berbeda, di negara satu dengan negara yang lainnya. J.B. Wahyudi memberikan keterangannya berkaitan dengan fungsi media massa, walaupun pada hakekatnya jenis media massa yang satu dengan yang lain berbeda, namun pada prinsipnya mempunyai lima kesamaan fungsi (Wahyudi, 1991 : 91), yaitu: 1. The surveillance of the environment Yakni mengamati lingkungan atau dengan kata lain perkataan berfungsi sebagai penyaji berita atau penerangan. Dalam hal ini media massa harus memberikan informasi yang obyektif kepada pembaca mengenai apa yang terjadi di dunia. Dalam kaitan ini fungsi utama
39
media massa adalah sebagai penyebar informasi atau pemberitaan kepada khalayak. 2. The correlation of the parts of society in responding to the environment. Artinya bahwa setelah media massa berfungsi sebagai sarana pemberitaan yang ada di lingkungannya, juga mengadakan korelasi antara informasi yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karenanya pemberitaan atau komunikasi lebih menekankan pada seleksi, evaluasi dan interpretasi.
3. The transmission of the social heritage from one generation to the next. Yakni sebagai penyalur aspirasi nilai-nilai atau warisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Atau dengan kata lain perkataan sebagai penyampai seni budaya dan penunjang pendidikan dapat dikatakan bahwa di negara-negara berkembang yang rakyatnya belum maju, komunikasi dalam banyak hal merupakan sarana pembelajaran. 4. Entertainment (hiburan) Baik radio, televisi maupun surat kabar ataupun majalah mempunyai fungsi hiburan bagi khalyak. Radio dengan kelebihan audionya banyak menampilkan musik, sandiwara dan lain sebagainya. Televisi kekuatan audio visualnya mampu memberikan hiburan yang cukup lengkap, selain ini media massa ini merupakan sarana hiburan yang relatif murah.
40
5. To sell goods for us (iklan) Peran radio, televisi dan film mempunyai fungsi penyalur iklan yang efektif. Radio, walaupun ini pesannya hanya audio (suara), tetapi mempunyai daya jangkau yang relatif besar. Film kaerna disajikan ke audio visual walaupun daya jangkaunya relatif kecil tetapi mempunyai daya rangsang yang cukup tinggi. Televisi selain mempunyai daya jangkau yang relatif besar juga mempunyai daya rangsang yang sangat tinggi, karena audio visual sinkron dengan hidup. 2.1.4. Peran Media Massa Sebagaimana telah disebutkan bahwa peran media massa di negara berkembang dan negara maju terdapat perbedaan. Di negara berkembang peran pers lebih menunjuk pada peran yang membangun untuk memberi informasi, mendidik dan menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. (Rahmadi, 1990 : 17). Peran media massa adalah sebagai berikut: 1) Sebagai alat perubahan sosial dan pembaharuan masyarakat. Peranan media massa adalah sebagai agen perubahan (agent of change), demikian kata Wilbur Schramm, letak peranannya adalah membantu menciptakan proses peralihan masyarakat tradisional ke modern. Media massa sebagai agen perubahan mempunyai beberapa tugas memperluas cakrawala pandangan, memusatkan perhatian
41
khalayak dengan pesan-pesan yang ditulisnya, menumbuhkan aspirasi, menciptakan suasana membangun (Rahmadi, 1990 : 17). 2) Sebagai pembentuk pendapat umum
Peran media massa selain melakukan pemberitaan kepada masyarakat juga berperan dalam pembentuk pendapat umum. Bahkan dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran politik rakyat. Hal ini didasarkan bahwa selain isi pesan media massa memuat berita atau uraian berita, juga pendapat-pendapat ini dapat perorangan, lembaga media massa yang kesemuanya itu isi pesannya bersifat umum sehingga dapat menimbulkan reaksi pro dan kotra dalam masyarakat. Pro dan kontra inilah yang disebut sebagai pendapat umum (Rahmadi, 1990 : 18). 2.2. Pers dan Pemberitaan 2.2.1 Pengertian Pers Dalam pengertian umum pers mengandung dua arti, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit yaitu yang menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantaraan barang cetakan misalnya surat kabar, tabloid, majalah. Sedangkan pers dalam arti luas adalah yang menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media cetak maupun dengan media elektronik seperti radio, televisi maupun internet (Kusumaningrat, 2005: 17).
42
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang mengaitkan pers dengan jurnalistik, jurnalistik atau journalisme berasal dari perkataan Journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat kabar. Journal berasal dari perkataan hasil diurnalis, artinya “harian” atau “tiap hari”. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik (Kusumaningrat, 2005: 15). Menurut Dja’far Assegaff jurnalistik merupakan kegiatan untuk menyampaikan pesan / berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media, baik media cetak maupun media elektronik (Ardhana,1995:1). Pers atau mass media sebagai salah satu ajang kerja jurnalistik dan sarana komunikasi. Oleh karenanya kebijaksanaan dalam memberikan penerangan tentang pembangunan kepada masyarakat luas, tidak boleh tidak harus melibatkan keikutsertaan pers. Hal ini dikarenakan pers atau bidang kerja jurnalistik pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai pemberi informasi, pemberi hiburan dan melaksanakan kontrol sosial di samping sebagai pendidik. Dengan fungsi-fungsi itu pers memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap masyarakat (Ardhana, 1995: 2). 2.2.2 Pengertian Berita Secara sosiologis berita adalah semua hal yang terjadi di dunia, seperti yang dilukiskan oleh para pakar jurnalistik, berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio dan apa yang ditayangkan
43
televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita. Berita bisanya menyangkut orang-orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita ( Haris Sumadiria, 2005: 63). Berita berasal dari bahasa Sansekerta “Vrit” yang dalam bahasa Inggris disebut “Write") arti sebenarnya adalah “ada” atau “terjadi”, ada juga yang menyebut dengan “Vritta” artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”. “Vritta” dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi “berita” atau “warta”. Jadi menurut artinya berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi ( Totok Djuroto, 2003: 1). Para ilmuan, penulis dan pakar komunikasi memberikan definisi berita yang beraneka ragam, di antaranya adalah sebagai berikut: Sebagaimana yang dikutip oleh Williard C. Bleyer mendefinisikan berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena dia menarik minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dia dapat menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut ( Haris Sumadiria, 2005: 64). Menurut William S. Maulsby berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut ( Totok Djuroto, 2003: 6). Sedangkan Dja’far H. Assegaf mendefinisikan berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru),, yang dipilih oleh staf redaksi atau
44
harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena luar bisa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi-segi hukum interest seperti humor, emosi dan ketegangan ( Totok Djuroto, 2003: 7). Esensi kegiatan menulis berita adalah melaporkan seluk beluk suatu peristiwa apa yang telah, sedang atau akan terjadi. Melaporkan di sini berarti menulis apa yang dilihat, didengar atau dialami seorang atau sekelompok orang. Berita ditulis sebagai rekonstruksi tertulis dari apa yang terjadi ( Ashadi Siregar, 1998: 19). Sebagai fakta, berita adalah rekonstruksi peristiwa melalui prosedur jurnalistik yang sangat ketat dan terukur. Dalam teori jurnalistik ditegaskan, fakta-fakta yang disajikan media ada khalayak sesungguhnya realitas tangan kedua. Realitas tangan pertama adalah fakta atau peristiwa itu sendiri ( Haris sumadiria, 2005: 73). Karena merupakan realitas tangan kedua, maka berita sebagai fakta sangat rentang terhadap kemungkinan adanya intervensi dan manipulasi. Meski pada tingkatan diksi atau simbolis sekalipun ( Haris Sumadiria, 2005: 74). Pandangan ini mengandalkan seolah-olah ada realitas yang benar-benar riil yang ada di luar dari wartawan. Realitas
yang riil itulah yang akan
terseleksi oleh wartawan untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita. Peristiwa dan realitas bukanlah diseleksi, melainkan dikreasi oleh wartawan (Eriyanto, 2002: 101).
45
Seorang wartawan yang mendekati obyek realitas selalu akan diharapkan dengan situasi yang membingungkan. Begitu banyak realitas yang dapat ditemukan, begitu seringnya realitas itu muncul, dan begitu cepat berlalu. Akibatnya, begitu “biasa”nya realitas itu dihadapi, sehingga tidak disadari nilainya sebagai berita. Realitas itu bisa lewat begitu saja dari perhatian ( Ashadi Siregar, 1998: 35). Tidak setiap kejadian bisa dijadikan berita jurnalistik. Ada ukuranukuran tertentu yang harus dipenuhi agar suatu kejadian atau suatu peristiwa dalam masyarakat dapat diberitakan pers. Ini disebut sebagai kriteria layak berita, yaitu layak tidaknya suatu kejadian dalam masyarakat diberitakan oleh pers atau bernilainya kejadian tersebut bagi pers. Hal yang menjadikan suatu kejadian atau peristiwa sebagai layak berita adalah adanya unsur penting dan menarik dalam kejadian itu. Apa yang penting dan menarik pembaca haruslah terdapat dalam sebuah berita. Karena itu unsur-unsur yang dapat menarik perhatian pembaca disebutkan sebagai unsur berita ( Dja'far Assegaf, 1983: 25-35). Unsur-unsur berita yang dipakai dalam memilih berita adalah sebagai berikut : 1. Aktual atau termasa (time lines) Aktual merupakan bagian penting agar berita kita dapat menarik pembaca. Sesuatu yang baru, peristiwa yang baru terjadi, kejadian yang
46
masih hangat dibicarakan masyarakat lebih menarik, dibanding kejadian atau peristiwa yang sudah lama berlangsung. Pengertian aktual di sini memang amat beragam ,aktual bisa berarti masih hangat artinya berita yang disajikan bukan berita basi,sehingga hari berita hari ini harus diberitakan hari ini juga .Aktualitas pun juga berarti hangat, dalam arti meskipun peristiwa tersebut sudah terjadi lama dan merupakan termasuk peristiwa sejarah(terjadi 50 tahun yang lalu) bisa actual jika kurun waktu tersebut diangkat oleh media massa. 2. Jarak (proximity) Jauh dekatnya jarak yang berimbas berita kita, merupakan unsur yang perlu kita perhatikan, unsur kedekatan ini tidak harus dalam pengertian fisik, tetapi juga kedekatan emosional antara pembaca dengan medianya.Sebagai contoh beritatabrakan sebuah bis yang menewaskan 20 orang di Jakarta, daya tarikny akan berbeda dengan berita tabrakan di Jawa Tengah yang menewaskan enam orang.Jika ditarik ke media lokal,Suara Merdeka memberi nilailebih di hati masyarakat Jwa Tengah dari pada media Kompas. 3. Keterkenalan (prominence) Nama-nama terkenal ini tidak harus diartikan orang saja. Demikian pula tempat-tempat terkenal Seperti : Museum Nasional, Gedung Gajah atau Candi Borobudur. Perisitwa-peristiwa terkenal dan
47
situasi-situasi terkenal juga memiliki nilai berita yang tinggi Misalnya:Candi Prambanan rusak berat akibat gempa bumi yang terjadi di wilayah Yogyakarta dan Jateng.Pembaca akan lebih tertarik karena mengenal candi Prambanan. ( Haris Sumadiria, 2005: 88). 4. Dampak (consequence) Kejadian atau peristiwa yang memiliki akibat atau pengaruh biasanya menarik perhatian masyarakat. Ini karena sifat manusia yang egosentris selalu mementingkan dirinya sendiri. Sesuatu yang menimbulkan akibat akan menarik perhatiannya. Ini perlu diwaspadai dalam hal membuat berita.Suatu peristiw atau kebijakan pemerintah yang meyebabkan akibat yang luas akan menjdi daya tarik bagi media massa, misalnya pemerintah menaikkan tarif BBM atau listrik,sehingga masyarakat bereaksi.,kemudian mahasiswa bereaksi melakukan demonnstrasi yang menuntut penolakan kenaikan tariff tersebut. Maka efek dari kebijakan peristiwa ini layak diberitakan. 5. Ketertarikan manusiawi (human interest) Definisi mengenai istilah human interest senantiasa berubah-ubah menurut redaktur surat kabar masing-masing dan menurut perkembangan zaman. Menarik bisa diartikan mengundang orang untuk membaca berita yang kita tulis, disamping yang factual dan actual serta menyangkut kepentingan orang banyak. Tetapi yang pasti adalah bahwa
48
berita human interest terkandung unsur yang menarik empati, simpati, menggugah perasaan khalayak pembaca (Haris Sumandiria, 2005: 90). 2.2.3 Jenis-jenis Berita Ada beberapa jenis berita yang disajikan wartawan (Sumandiria, 2005 : 69-71). 1. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Misalnya, sebuah pidato biasanya merupakan berita langsung yang hanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat. Berita memiliki nilai penyajian obyektif tentang fakta-fakta yang dapat dibuktikan. Jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, who, when, where, why dan how (5W + 1H). 2. Depth news report adalah berita mendalam, dikembangkan berdasarkan penelitian dan penyelidikan dari berbagai sumber. 3. Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh
ditinjau
dari
beberapa
aspek,
maksudnya
mencoba
menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benar merahnya terlihat jelas. 4. Interpretetive report berita ini memfokuskan sebuah isu, masalah atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini. 5. Feature story adalah berita yang menyajikan suatu pengalaman atau berita yang pada gaya penulisan dan humor dari pada pentingnya informasi yang
49
disajikan. Berita yang berisi cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. 6. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh suatu peristiwa fenomena atau aktual. 7. Investigasi Reporting adalah berita yang dikembangkan berdasarkanj hasil penelitian dan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. 8. Editorioal Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang
pendapat
umum.
Editorial
adalah
penyajian
fakta
dan
mempengaruhi pendapat umum. 2.3. Pengertian Etika dan Pemberitaan Islami Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani Kuno "ethos" dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti yaitu, padang rumput, kadang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (la etha) artinya kebiasaan (Ahmad Amin, 1973 : 4). Etika dalam istilah Islam lebih dikenal dengan kata "akhlak" perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab ""اﺧﻼق. Secara luas akhlaq dapat diartikan sebagai interaksi seorang hamba Allah dan sesama manusia.(Amin ,1973: 3) Menurut Ahmad Amin, etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus
50
dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. (Amin, 1973 : 15). Kata etika sering disebut dengan etik saja. Karena itu, etika merupakan pencerminan dari pandangan masyarakat mengenai apa yang baik dan buruk, serta membedakan perilaku atau sikap yang dapat diterima atau ditolak
guna
mencapai
kebaikan
dalam kehidupan
bersama.
Etika
mengandung nilai-nilai sosial dan budaya yang disepakati besama itu tidak salalu sama pada semua masyarakat lainnya. (Amin, 1973: 34). Sedangkan yang dimaksud Etika di sini adalah kode etik profesi yaitu, norma-norma yang harus di pindahkan oleh setiap tenaga profesi dalam menjalankan tugas profesi dalam kehidupan di masyarakat. Norma-norma itu berisi apa yang boleh dan apa yang yang tidak boleh dilakukan oleh tenaga profesi dan pelanggaran terhadap norma-norma tersebut akan mendapatkan sanksi. Jurnalistik
Islami dapat dirumuskan dengan suatu proses meliput,
mengolah dan menyebarkan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai kebenaran yang sesuai dengan ajaran Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat Islam, serta berbagai pandangan dengan perspektif ajaran Islam kepada khalayak melalui media massa. ( Asep Romly, 2003 : 34). Karena jurnalistik Islam adalah jurnalistik dakwah, maka setiap jurnalis muslim, yakni wartawan dan penulis yang beragama Islam, berkewajiban menjadikan jurnalistik Islam sebagai "ideologi" dalam
51
profesinya. Jurnalis muslim adalah sosok juru dakwah (da'i) di bidang pers, yakni mengemban dakwah bil qalam (dakwah melalui pena dan tulisan). Jurnalistik Islami bermissi '' amar ma'ruf nahi munkar '' maka ciri khasnya adalah menyebarluaskan informasi tentang perintah dan larangan Allah
SWT.
Jurnalistik
islam
berpesan
dan
berusaha
keras
utuk
mempengaruhi komunikan agar berperilaku sesuai ajaran Islam( Asep Romly,2003:35). Sebagaimana Asep Syamsul Romly (2003:39-40) menjelaskan peran jurnalis muslim yaitu ; 1) Mendidik (muaddib) yaitu melaksanakan fungsi edukasi yang islami, mengajak khayalak pembaca agar melakukan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu juga melindungi umat dari pengaruh buruk dan perilaku yang menyimpang dari syariat Islam. 2) Sebagai Pelurus Informasi (Musaddid) Setidaknya ada 3 hal yang harus diluruskan oleh jurnalis muslim. Permta, informasi tentang ajaran dan umat Islam, informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, jurnalis muslim dituntut mampu menggali, melakukan investigasi reporting tentang kondisi umat Islam. 3) Sebagai Pembaharu (Mujaddid) Yakni menyebarkan paham pembaharuan akan pemahaman dan pengalaman ajaran Islam, jurnalis muslim hendaknya menjadi juru bicara
52
dalam menyerukan umat Islam, memegang teguh al-Qur'an dan As-Sunah yang memurnikan pemahaman tentang Islam. 4) Sebagai Pemersatu (muwahid) yaitu harus mampu menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam. Qleh karena itu kode Etik Jurnalistik yang berupa tidak memihak pada golongan tertentu dan menalin dua sisi dari dua sisi dari setip informasi harus ditegakkan. Untuk menjalankan peran-peran di atas, makajurnalis muslim mempunyai kode etik jurnalistik sesuai dengan ajaran Islam.Kode Etik yang dimaksud antara lain sebagai berikut; ( Asep Romly,2003: 41-42). a. Menginformasikan atau menyampaikan yang benar saja (tidak berbohong) juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hajj : 30
(30: ؤاﺟﺘﻨﺒﻮ اﻗﻮل اﻟﺰور )اﻟﺤﺎج Artinya: '' Dan jauhilah perkataan dusta'' (Depag,1989:516) b. Bijaksana, penuh nasehat yang baik, serta argumentasi yang jelas dan baik pula. Karakter, pola pikir, kadar pemahaman obyek pembaca harus dipahami, sehingga tulisan berita yang dibuat pun akan disesuaikan sehingga mudah dibaca dan dicerna. Firman Allah Dalam Q.S An-Nahl: 125
ادع اﻟﻰ ﺳﺒﻴﻞ رﺑﻚ ﺑﺎﻟﺤﻜﻤﺔ واﻟﻤﻮﻋﻀﺔ اﻟﺤﺴﻨﺔ وﺟﺎدﻟﻬﻢ ﺑﺎاﻟﺘﻰ هﻲ اﺣﺴﻦ ان (125:)اﻟﻨﺤﻞ
رﺑﻚ هﻮاﻋﻠﻢ ﺑﻤﻦ ﺿﻞ ﻋﻦ ﺳﺒﻴﻠﻴﻪ وهﻮ اﻋﻠﻢ ﺑﺎاﻟﻤﻬﺘﺪ ﻳﻦ
53
Artinya :''serulah ke jalan TuhanMu dengan penuh kebijakan (hikmah ), nasihat yang baik ,serta bantahlah mereka dengan bantahan yang lebih baik.'' (Q.S.An-Nahl:125) (Depag,1989:421) c. Meneliti kebenaran berita / fakta sebelum dipublikasikan harus melakukan check and recheck. Firman Allah Dalam Q.S Al-Hujarat :6
ﻳﺎاﻳﻬﺎاﻟﺬﻳﻦ اﻣﻨﻮا ان ﺟﺎءآﻢ ﻓﺎﺳﻖ ﺑﻨﺒﺎء ﻓﺘﺒﻴﻨﻮ ان ﺗﺼﻴﺒﻮا ﻗﻮﻣﺎ ﺑﺠﻬﻠﺔ ا (6:ﻓﺘﺼﺒﺤﻮا ﻋﻠﻰ ﻣﺎﻓﻌﻠﺘﻢ ﻧﺪﻣﻴﻦ )اﻟﺤﺠﺮات Artinya: '' Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa berita, carilah keterangan tentang kebenaran nya supaya jangan kamu rugikan orang karena tidak tahu.''(Q.S.Al-Hujarat:6). (Depag, 1989: 846) d. Hindari olok-olok, penghinaan, mengejek atau caci maki sehinggai menumbuhkan permusuhan dan kebencian. Dalam firman Allah Q.Sal-Hujarat:11
ﻳﺎا اﻳﻬﺎ اﻟﺬﻳﻦ اﻣﻨﻮا ﻻ ﻳﺴﺨﺮ ﻗﻮم ﻋﺴﻰ ان ﻳﻜﻮﻧﻮا ﺧﻴﺮا ﻣﻨﻬﻢ وﻻ ﻧﺴﺎء ﻣﻦ ﻧﺴﺎء ﻋﺴﻰ ان ﻳﻜﻦ ﺧﻴﺮا ﻣﻨﻬﻦ وﻻ ﺗﻠﻤﺰوا اﻧﻔﺴﻜﻢ وﻻ ﺗﻨﺎ ﺑﺰوا ﺑﺎ اﻻﻟﻘﺎب ﺑﺌﺲ اﻻﺳﻢ (11: اﻟﻔﺴﻮق )اﻟﺤﺠﺮات Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu yang mengejek orang lain, mungkin yang diejek itu lebih baik dari mereka yang mengejek. Janganlah kamu saling mencaci dan janganlah memberi nama ejekan…" (QS. Al-Hujurat : 11).(Depag, 1989:847)
54
e. Hindarkan prasangka buruk (suudzhan). Dalam istilah hukum, pegang teguh "asas praduga tak bersalah" disebutkan dalam Firman Allah QS.AlHujarat :
ﻳﺎ اﻳﻬﺎ اﻟﺬﻳﻦ اﻣﻨﻮا اﺟﺘﻨﺒﻮا آﺜﻴﺮا ﻣﻦ اﻟﻈﻦ ان ﺑﻌﺾ اﻟﻈﻦ اﺛﻢ وﻻ ﺗﺠﺴﺴﻮا وﻻ (12:ﻳﻐﺘﺐ ﺑﻌﻀﻜﻢ ﺑﻌﻀﺎ)اﻟﺤﺠﺮات Artinya : ''Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesunguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari–cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain ''.(Q.S. Al-Hujarrat :12)( Depag, 1989: 847) Dalam surat ini dijelaskan bahwa Kaum mukmin dilarang terlalu banyak prasangka, karena sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dilarang pula saling memata-matai (mecari kesalahan orang lain).dan saling memfitnah atau menggunjing (ghibah, membicarakan aib orang lain). ( Asep Romly, 2003 : 43). Dalam al-Qur'an juga dijelaskan tentang seruan larangan untuk berprasangka dan menyebarkan fitnah.
(11-10 : )ﺍﻟﻘﻼﻡ.ﻨﻤِﻴ ٍﻢﺎ ٍﺀ ِﺑﻣﺸ ﺎ ٍﺯﻫﻤ .ﲔ ٍ ﻣ ِﻬ ﻑ ٍ ﺣﻼﱠ ﻊ ﹸﻛ ﱠﻞ ﺗ ِﻄ ﻭ ﹶﻻ Artinya :"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, dan kian kemari menghambur fitnah". (QS. Al-Qalam : 10-11).( Depag, 1989:961) Selain kode etik jurnalistik muslim di atas, jurnalis muslim juga mentaati kode etik jurnalistik umum (pers). Ketaatan atau keterkaitan pada kode etik jurnalistik merupakan realisasi dari sebagai seorang jurnalis profesional sekaligus menjadi warga negara yang baik dan konstitusional". Pasal 7 (2) UU No. 40/1999 tentang pers menyebutkan "Wartawan Memiliki Dan Menaati Kode Etik Jurnalistik". (Romly, 2003 : 43). BAB III PEMBERITAAN SUARA MERDEKA TENTANG
55
MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-31
3.1 Profil Suara Merdeka 3.1.1 Sejarah Berdirinya Suara Merdeka Suara Merdeka sebagai salah satu koran tertua di Indonesia yang lahir pada era pasca kemerdekaan. Berbagai pengalaman di bidang
jurnalistik menempa H.Hetami menjadi
seorang wartawan
yang ulet. Menjadi pengasuh di majalah Reethe Hoge School (Fakultas Hukum Zaman Belanda) di Jakarta, Harian Sinar Baru zaman perjuangan di Solo menumbuhkan niatnya untuk mendirikan surat kabar sendiri, dialah H. Hetami (Sadono, 1996: 33). Ketika terbit pertama tanggal 11 Februari 1950, kantor harian Suara Merdeka masih menumpang pada harian berbahasa Belanda, De Locomotief, yang juga mencetaknya. Beberapa tahun kemudian, Harian ini bisa menempati gedungnya sendiri lengkap dengan percetakannya di Jl. Merak II A. Harian ini didirikan oleh H. Hetami yang dibantu oleh H.R. Wahyoedi dan Moh. Sulaiman menerbitkan koran yang bernama “Suara Merdeka”. Rencana awalnya, koran tersebut akan diberi nama “Mimbar Merdeka” terdapat 13 huruf padahal pendiri koran ini, H. Hetami (almarhum) tampaknya tidak suka angka ganjil, bukan percaya angka ganjil membawa sial,
namun
kemudian
dicari
angka
yang
cocok,
asalkan tidak meninggalkan kata-kata merdeka. Maka dipilihlah Suara 43
56
Merdeka yang jumlahnya 12 huruf yang ternyata memberi berkah hingga berkembang sampai sekarang (Massoesiswo, dkk, 2003: 22). Misi awal Suara Merdeka adalah memperdengarkan suara rakyat yang baru memperoleh kemerdekaannya. H. Hetami berpendapat bahwa aspirasi dan hati nurani rakyat perlu ditampung oleh media yang dikelola oleh pejuang-pejuang pers. Pada mulanya koran tersebut terbit sore hari, empat halaman dan dicetak hanya dibantu dua karyawan, dua meja dan dua mesin ketik. Untuk mencetaknya, Suara Merdeka menumpang di harian “De Locomotief” Jalan Kepodang Semarang, tetapi yang paling menggembirakan adalah ketika Suara Merdeka mendapat kehormatan dan kepercayaan sebagai satu-satunya koran di Jawa Tengah yang diambil langganan secara kolektif oleh kesejahteraan Teer IV (Kodam IV/Diponegoro sekarang) sebanyak 1000 eksemplar tiap hari untuk dibagikan kepada kesahiankesahiannya (Massoesiswo, dkk., 2003: 23). Sayang, perkembangan yang belum maksimal itu terhambat dikarenakan adanya “Gunting Syarifuddin” yang memperkecil nilai mata uang menjadi separuh, selain itu pada tahun 1961 ada pemogokan dipercetakan De Locomotief, maka harian Suara Merdeka harus dicetak di Yogyakarta selama satu tahun lebih. Meski demikian, berkat usaha kerja keras pengasuhnya, yang sangat kreatif, dengan memunculkan rubrik-rubrik yang khas seperti Semarangan, Sirpong sebagai pojok, kemudian di Grundel dan jangan disepelekan Kliblokosuto, sebagai rubrik satu halaman bisa mengatasi cobaan demi cobaan bahkan makin lama makin mendapatkan
57
kepercayaan karena sudah berakar di kalangan pembaca (Massoesiswo, dkk., 2003: 23). Menurut almarhaum Hetami, wartawan sejati harus mempunyai sikap independen, obyektif, dan tanpa prasangka. Ketiga sikap ini tak lain adalah motto Suara Merdeka. Independen, artinya kita ingin menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan kelompok. Obyektif, dimaksud bahwa dalam mengemukakan pendapat itu kepentingan sendiri tidak boleh ditonjolkan. Sedang tanpa prasangka artinya dalam mengemukakan isi tulisan tidak dipengaruhi oleh buruk sangka ataupun sebalik ( Bambang Sadono, 1996: 33). Hal itu yang menjadikan Suara Merdeka merdeka terjepit. Hingga suatu ketika harus menyelamatkan diri dengan mengubah nama menjadi harian Berita Yudha edisi Jawa Tengah. Untung saja keadaan yang sangat sumpek bagi kehidupan pers nasional itu berakhir dengan hancurnya Partai Komunis Indonesia (PKI). Orde Baru memberi peluang kepada pers nasional untuk kembali kepada jati diri masing-masing. Dan dengan izin Jendral Ibnu Subroto, yang ketika itu memimpin Berita Yudha, nama Suara Merdeka dipulihkan kembali. Regenerasi kepemimpinan Suara Merdeka berlangsung ketika H. Hetami sejak
11 Februari 1982 menyerahkan pengelolaan koran pada
menantunya, Ir. H. Budi Santoso. Dan tanggal 8 Februari 1986, ketika para tokoh wartawan se-Indonesia berkumpul di Yogyakarta untuk merayakan
58
Hari Pers Nasional tanggal 9 Februari, H. Hetami wafat ( Bambang Sadono, 1996: 33).
3.1.2 Perkembangan Suara Merdeka Awal kemajuan Suara Merdeka dimulai setelah masuknya beberapa tenaga redaksi seperti Soewarno, SH, Mochtar Hidayat (alm), Tjan Thwan Soen, Soejono Said, L. Poedji Srijono, Hanapi, Modjono (alm), dan Drs. Sutrisno, pada saat itulah Suara Merdeka terbit pagi hari. Tahun 1956, menambah penerbitan “Minggu Ini” yang terbit setiap minggu. Suara Merdeka memiliki percetakan sendiri tahun 1960. ini berarti sejak tahun ini, Suara Merdeka tidak lagi dicetak di percetakan “De Locomotief” tetapi dipercetakan miliknya sendiri “NV. Semarang” dengan menggunakan mesin Duplex dan sejumlah mesin penyusun huruf Intertype dan Linotype. Pada awal tahun 1970-an Suara Merdeka memasuki babak baru era ofset. Dengan demikian semua perangkat huruf, lay out dan unsur pra cetak menyesuaikan. Meskipun masih menggunakan mesin ketik, namun sebagian perangkat lain sudah dapat diganti komputer dan mesin “Duplex” diganti dengan mesin Web Offset merk “Pacer” yang mampun mencetak dengan kecepatan 30.000 eksemplar/ jam dan mempunyai lagi yang terbaru merk “Goos Orbanite” dengan kecepatan mesin cetak 60.000 eksemplar / jam (Mas soesiswo, 2002: 20).
59
Memasuki tahun 1992, Suara Merdeka menggunakan teknologi lay out layar dengan menggunakan macintos. Dengan teknologi ini, proses pembuatan berita, pengiriman, editing, penyusunan, dan pemilihan huruf lay out serta pengaturan warna melalui komputer semua dan seluruh bagian bisa on-line (Mas soesiswo, dkk, 2002: 21). Perubahan dan kemajuan lain yang bisa dilihat adalah dengan selalu menambah jumlah halaman setiap harinya, dan liputan langsung ke berbagai negara. Juga penambahan rubrik yang selalu menarik sesuai kebutuhan pembaca. Sebelum tanggal 1 Mei 2000 Suara Merdeka. Terbit 16 halaman empat kali dan selebihnya 12 halaman full colour. Kini Suara Merdeka terbit 20 halaman dengan menambah liputan-liputan khusus yang mengcover wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Deverifikasi usaha penerbitan di Suara Merdeka Group meliputi majalah “MOP dan Belia” yang bekerjasama dengan Depdikbud Jawa Tengah”, “Hello” dalam bahasa Inggris serta harian sore Wawasan. Terbitan Minggu ini yang sekarang berubah menjadi Tabloid “Cempaka” (Massoesiswo, 2003: 23). Di luar penerbitan Suara Merdeka Group juga mempunyai anak perusahaan seperti PT. Dentrace yang bergerak di bidang kontraktor, radio FM setereo “Suara Sakti”. Untuk menunjang pengembangan berbagai usaha dilakukan Suara Merdeka Group. Pada HUT ke-32, yakni pada tahun 1982, industri pers ini menempati gedung dan percetakan barunya di Jalan Raya Kaligawe KM 5 Semarang. Gedung bertingkat megah ini digunakan untuk kantor redaksi dan percetakan PT. Mascom Graphy. Anak perusahaan Suara Merdeka. Sedangkan tahun 1984 dibuka dan ditempati pula gedung direksi dan
60
bagian TU, Sirkulasi, Iklan, di Jalan Pandanaran 30 Semarang (Massoesiswo,dkk, 2003 : 24). Suara Merdeka yang terbit di Semarang, ibu kota provinsi Jawa Tengah, berarti Suara Merdeka mempunyai komitmen dengan masyarakat. Daerah dan pemerintah Jawa Tengah. Lokasi pemberitaan juga sekaligus merupakan pangkal usaha pembangunan. Pembatasan wilayah peredaran ini penting artinya dalam hubungan dengan ragam berita. Nuansa penyajian waktu sampai ke tangan pembaca. Sejak awal penerbitan, Suara Merdeka telah menjadikan masyarakat golongan menengah ke atas sebagai target group. Secara segmented sasarannya adalah segmen psikografik masyarakat Jawa Tengah yang terdiri atas berbagai lapisan dan kelompok, itulah yang kemudian memunculkan identitas yang kemudian menjadi slogan “Koran Jawa Tengah” penelitian kelompok sasaran ini dengan sendirinya juga menentukan penekanan kebijakan pemberian, penyajian pendapat, serta pemilihan topik ulasan, semuanya dimaksudkan agar isi harian ini dirasakan manfaatnya bagi pembaca (Massoesiswo, dkk. 2003: 24) Dalam konnteks otonomi daerah, sudah tentu penonjolannya beritaberita daerah yang harus dtekankan dalam pemberitaannya. Melihat posisi strategis dalam visi misi Suara Merdeka,penulisan berita daerah memang harus memperlihatkan cirri-ciri khusus. Pertama, haruslah disadari , pembaca opada umumnya sudah mengenal keadaan serta tokoh-tokoh dalam masyarakat daerah setempat. Kedua, berita derah punya jangkauan dampak dan pengaruh terbatas kepada wilaah tertentu. Bagi orang-orang yang
61
tinggal di wilayah itu, atau tidak mengenalnya bias jadi berita terebut tidak mempunyai nilai. Namun kendati orang yang bertempat tinggal di tempat yang jauh tetapi pernah berdiam diwilayah tersebut dengan baik, berita-berita daerah masih menarik. Cara
berfikir Suara Merdeka adalah'' Menggugah,
mendekatkan, mempersatukan, mempersentuhkan, merekatkan '' masyarakat Jawa Tengah. Ketiga, dalam konteks otonomi daerah, pemosisian berita sebagai '' Perekat '' diartikan sebagai upaya agar memberi daya tarik bagi pembaca sekalipun ia buan penduduk daerah tersebut (Massoesiswo,dkk, 2002: 28). Porsi pemberitaan
harus memperhatikan aspek pemerataan
pemberitaan meliputi : gambar, ulasan, laporan. Suara Merdeka secara umum melalui kebijaka rubrikasi dan pengaturan halaman berkisar sebagai berikut: berita Regional( Jateng/ DIY termasuk Semarang) adalah 50%, berita Nasional (termasuk daerah perbatasan) sejumlah 30%, berita Internasional sejumlah 20%. Ditinjau dari jenisnya, maka Suara Merdeka diharakan mampu meliput berbagai bidang : politik, ekonomi, hokum, kriminalitas,olahraga, kebudayaan, pendidikan, teknologi, lingkungan hidup, kemanusiaan, dan sebagainya. kebutuhan semua golongan dan dan lapisan pembaca harus terpenuhi, kaerena Suara Merdeka menetapkan segmen geografis, bukan suatu golongan masyarakat yang harus
selau
dijga, titik sentuh bidang-bidang itu tetap harus mengacu pada segmen
62
geografis, yakni porsi kebutuhan dan kedekatan Jawa Tengah ( Massoesiswo,dkk,2002: 36). 3.2.1 Ideologi Suara Merdeka Harian Suara Merdeka yang didirikan oleh almrhumH. Hetami pada tanggal 11 pebuari 1950 di Semarang merupakan salah satu surat kabara yang menadi pelopor persurat kabaran Indonesia setelah merdeka. Ketika pertama kali dirntis surat kabar inin dijiwai oleh semangat untuk memberi penerangan
dan
informasi
seluas-luasnya
kepada
masyarakatagar
meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan. Oleh karena itu slogan yang diemban adalah '' Independen, Obyektif, Tanpa Prasangka'' . Slogan itu dipegang sebagai landasan ideology Suara Merdeka . Independen artinya tidak memuihak kepada kepentingan asiapapun kecuali kepentingan seluruh bangsa dan Negara, juga harus bersikap netral dalam suatau peristiwa, dalam arti liputan yang berimbang.( to cover multi sides). Setiap wartawan bebas memiliki aspirasi politik tetapi tidak boleh mewarnai dan mempengaruhi kebijakan redaksional. Obyektif berarti dalam menyajikan berita , laporan maupun opini harus selaul; bersifat factual dan memanipulasi semua yng dilkukan dengan pemberitaan itu tidak dilandasi oleh prasangka buruk . Suara Merdeka
harus fair dan geantleyang
dimaksudkan dalam penyajian isinya tidak ingin bersifat Prejudice, melakukan Trial by the press dan bersikap menuduh. Hal ini merupakan konsekuensi dari motto '' Obyektif '' yang dicanangkan Suara Merdeka( Mas Soesisw, dkk,2002:33).
63
Ideologi Suara Merdeka adalalah ingin menjadikan lembaganya sebagai alat control social dan media pendidikan. Suara Merdeka ingin menjadi media bagi masyarakat unuk menyampaikan aspirasinya, juga ingin mendidik masyarakat melalui pesan informasi yang disampaikannya.
3.2.1 Visi dan Misi Suara Merdeka Misi awal Suara Merdeka yang terbit pada 11 Februari 1950 di Semarang adalah memperdengarkan suara rakyat yang baru saja merdeka. Gambaran idealnya waktu itu, aspirasi dan suara hati nurani rakyat perlu ditampung oleh media yang dikelola oleh pejuang pers. Sedangkan dalam sisi praktis pendiri harian ini menyebutkan penerbitan koran juga dimaksudkan membuka lapangan kerja dan berperan serta dalam pembangunan. Bahwa dalam perkembangannya para pengasuh koran ini pernah mencanangkan Suara Merdeka sebagai koran koran nasional yang terbit di Semarang. Semua itu tidak akan terpisah dari misi awal, walaupun hakikatnya lebih terkait dengan tuntutan komitmen ideal sekaligus kesadaran akan potensi posisi pasar koran ini dalam perpektif bisnis (Massoesiswo, dkk, 2003: 25). Sebutan sebagai pers nasional menunjuk komitemen harian ini kepada kepentingan nasional, sedangkan penyebutan Semarang dan Jawa Tengah menunjuk pada fakta historis, sosiologis dan geografis sebagai koran yang dijaga untuk selalu menjadi terbesar dan terkemuka di Provinsi
64
ini. Suatu kenyataan bahwa perkembangan Suara Merdeka tidak terlepas dari usaha-usaha tanpa kenal lelah yang dirintis oleh H. Hetami dan kemudian diteruskan oleh para perintisnya, kemudian pada tanggal 11 Februari 1981 para pendiri dan perintisnya penyepakati cita-cita untuk menjadikannya sumber kebutuhan informasi demi kemajuan bangsa dan memberi nikmat kepada pengasuh serta manfaat bagi masyarakat (Massoesiswo, dkk, 2003: 26) Komitmen yang merupakan kombinasi idealistis dan realistis itu diraih dengan motto yang akan selalu diaktualkan oleh generasi penerus, yakni independen-obyektif. Tanpa prasangka yang telah dicanangkan oleh perintisnya, yang dalam perkembangannya mewujud sebagai upaya visioner untuk memposisikan Suara Merdeka, dengan segala kematangan tampilan isinya, menjadi moderator sekaligus perekat seluruh komunitas Jawa Tengah (Mossoesiswo, dkk, 2003: 25).
3.2.2 Struktur Organisasi Suara Merdeka Struktur Organisasi Suara Merdeka Pendiri : H. Hetami Pimpinan Umum/Pimpinan Perusahaan Ir. Budi Santoso Pimpinan Redaksi : Sasongko Tedjo
Redaksi
65
Wakil Pimpinan Redaksi: Hendro Basuki, Amir Machmud Ns. Redaktur Senior: Sutrisno, Mas Soesiswo. Redaktur Pelaksana: Sudarto, Heryanto Bagas Pratomo, A. Zaini Bisri. Koordinator Liputan: Sri Mulyadi, Cocong Arief Priyono. Sekretaris Redaksi: Eko Hari Mudjiharto, Djito Pafiajmodjo. Staf Redaksi: Sri Humaini As, Sumardi, Soesriowati, Eddy Junaidi, Ragil Wiranto, Eko Riyono, Ananto Pradonoi Nengah Segara Seni, Muhammad Ali, Soemaryono. Litbang: Djurianto, Prabowo (Kepala), M. Norman Wijaya. Diklak: Zaenal Abidin. Pusdok: Dadang Aribowo (Koordinator). Personalia: Sri Mulyadi (Kelapa), Priyongo. Redaktur Bahasa: Nana Swarasama (Kepala), Tavif Rudiyanto. Redaktur Artistik: Patut Wahyu Widodo (Koordinator), Toto Tri Nugroho, Joko Sunarto. Biro Semarang: Agus Fathudin Yusuf (Kepala), Murdiyatmoko (Wakil Kepala). Biro Jakarta: Wahyu Atmaji (Kepala), A. Adib, Biro Surakarta: Joko Dwi Hastantao (Kepala), Subakti A. Sidik. Biro Banyumas: Didi Wahyu (Kepala), Anton Suparno. Biro Pantura: Wahidin Soedja (Kepala), Tria Purwadi. Biro Muria: Prayitno (Kepala). Biro Kedu/Diy: Dedy Ardjana (Kepala). Daerah Istimewa Yogyakarta: Bambang Ujianto, Sugianto, Asril Sutan Marajo, Agung Priyo Wicaksono. Koresponden: Wiharjono (Malang), Ainur Rohim (Surabaya). Manajer Iklan: Harry Afandi. Manajer Pemasaran: Bambang Chadar. Manajer Produksi: Kasmir, Manajer Riset dan Pengembangan: Sudadi. Manajer TU/Personalia: Amir Ar. Manajer Keuangan: Eko Widodo. Manajer Pembukuan: Kemad Suyadi. Manajer Logistik/Umum: Poerwono. Alamat Redaksi Jl. Raya Kaligawe KM. 5 Semarang 50118 Tepelon : (024) 6580900, 8412600, 8412600 Fax: (024) 8411116, 8447858 Email:
[email protected]. Jl. Pandanaran No. 30 Semarang 50241 (Suara Merdeka,14 Maret 2006). 3.3 Gambaran Umum Pemberitaan Suara Merdeka terhadap Muktamar ke-31 Nahdhatul Ulama
66
Pada penelitian ini penulis telah mengumpulkan berita-berita dari surat kabar Suara Medeka mulai tanggal 23 Nopember- 18 Desember 2004.Selama satu bulan penuh Suara Merdeka memberitakan Muktamar ke-31 NU, ada bahwa 19 edisi yang diterbitkan, ini menunjukkan bahwa Suara Medeka memberikan perhatian yang lebih pada pemberitaan Miktamar Ke-31 NU. Di bawah ini merupakan tabel pemberitaan Suara Merdeka tentang Muktamar ke-31 NU Tabel I Pemberitaan Suara Merdeka tentang Muktamar Nahdhatul Ulama Ke-31
No
Tanggal
Judul Pemberitaan
1
23 Nop 2004
Jateng Pertahankan Hasyim
2
24 Nop 2004
Gus Dur Jagokan Gus Mus
3
25 Nop 2004
Gus Mus Bersedia Dicalonkan
4
26 Nop 2004
NU Tandingan Bikin Masalah
5
27 Nop 2004
Muktamar Dibuka Minggu Besok
6
28 Nop 2004
Wacana NU Tandingan Serius
7
29 Nop 2004
Kh. Sahal – Gus Dur bersaing
8
30 Nop 2004
16 Pengurus Wilayah Dukung Hasyim
9
01 Des 2004
Gus Mus Tak Diijinkan Ibunya
10
02 Des 2004
GusDur-MasDar Ancam Bikin NU Tandingan
11
03 Des 2004
Kekalahan Masdar Mengejutkan
12
06 Des 2004
Politik NU Dan Parpol Taksama
13
07 Des 2004
Hari Ini NU Tandingan Dibentuk
14
08 Des 2004
Para Kiai Sepuh Tak Akui Hasil Muktamar
15
09 Des 2004
Hasyim Akomodasi Kubu Gus Dur
16
10 Des 2004
Konflik Sulit Disembuhkan
17
15 Des 2004
TimGusDurMatangkanPembentukanNUBenar
18
16 Des 2004
Juni,Gus Dur Gelar Muktamar Luar Biasa NU
19
18 Des 2004
Muktamar Luar Biasa NU Masih Sebatas Wacana
67
Muktamar
ke-31 Nahdhatul Ulama di Asrama Haji Donohudan
Boyolali yang dilaksanakan pada tanggal 28 Nopember – 2 Desember 2004, ternyata diwarnai dengan kompetisi antara dua poros di kalangan warga Nahdiyin yaitu poros Langitan dan poros Lirboyo. Poros Lirboyo dibawah kepemimpinan KH. Idris Marzuki dan KH. Zainuddin jazuli (Pondok Pesantren Ploso Kediri) dikenal dekat dengan KH. Hasyim Muzadi. Sementara poros Langitan di bawah kendali ulama sepuh yang sangat dihargai warga NU yaitu KH. Abdullah Faqih. Poros ini dekat dengan Dus Dur dan kalangan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (Suara Merdeka, 27 Nopember 2004). Pada Muktamar ini PKB merelakan Dus Dur menjadi Rais Aam Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) untuk periode 2004-2009. Untuk menjaga hubungan NU dan PKB, Gus Dur rela melepaskan sebagai Dewan Sura Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dalam Muktamar ke-31Nahdhatul Ulama Gus Dur bersaing dengan KH. Hasyim Muzadi, tapi Gus Dur yakin, bahwa Hasyim Muzadi tidak akan terpilih lagi sebagai ketua umum PBNU pada Muktamar ke-31 NU ini diperkuat dengan kutipan Gus Dur: '' Saya yakin muktamirin tidak memlilh pak Hasyi Muzadi , dia juga menekankan hampir semua Pengurus Cabang (PCNU ) se-Indonesia menyatakan tidak mendukung Hasyim Muzadi untuk kembali duduk di Kursi Ketua Umum PBNU untuk lima tahun mendatang''. Tentang pencalonannya sebagai Rais Aam, Gus Dur menyerahkan kepada peserta muktamar. Gus Dur memandang jabatan Rais Aam idealnya dari orang yang ahli fiqh (Suara Merdeka, 24 Nopember 2004). Pencalonan kembali KH. Hasyim Muzadi-Sahal Mahfud, Gus Dur menilai bahwa langkah
68
Hasyim selama ini telah menjadikan NU sebagai kendaraan politik sehingga Khittah perlu diselamatkan pada muktamar ini. Langkah Hasyim pada pemilu lalu tidak bisa dilepaskan dari tindakan politik praktis dengan melibatkan institusi NU (Suara Merdeka, 28 Nopember 2004). Apabila duet Hasyim-Sahal tidak mundur dari pencalonan ketua PBNU, Gus Dur mengancam membuat Nu Tandingan, karena itu KH. Masdar F. Mas’ud mengusulkan harus ada islah antara kedua belah pihak ini sesuai dengan pernyataannya: '' Pertemuan harus terjadi dalam muktamar, sebab kalau tidak , bisa membahayakan NU ke depan. NU Tandingan benar-benar muncul'', ujar Masdar'' Para kiai sepuh mensponsori pertemuan islah itu, KH. Sahal Mahfud dan KH. Abdullah Faqih Langitan, kedua kubu itu perlu bertemu sebelum muktamar selesai. Jika pertemuan itu tidak terjadi bisa membahayakan Nu ke depan. Hasyim Muzadi menyatakan siap melakukan pertemuan dengan Gus Dur (Suara Merdeka, 29 Nopember 2004). Dalam pembukaan Muktamar, para kiai sepuh memberikan pernyataan yang intinya mendukung Hasyim terpilih kembali serta meminta semua pihak menghormati hasil muktamar, apapun hasil dan siapapun yang terpilih sebagai ketua umum Rais Aam dan ketua umum tanfidziyah (Suara Merdeka, 30 Nopember 2004). Dalam Muktamar kali ini jika KH. Hasyim Muzadi terpilih, NU terancam pecah. Puluhan kiai yang tergabung dalam poros Langitan
69
mengerahkan pernyataan sikap mengembalikan NU kepada Durriyat (keturunan). Surat penyerahan ditandatangani puluhan kiai sepuh yang tergabung dalam poros Langitan. Intinya meminta Gus Dur menyelamatkan NU untuk tetap menjadi Jam’iyyah Diniyyah yang bergerak pada pendidikan dan sosial. Mereka juga memberi tugas kepada Gus Dur sebagai keturunan pendiri NU untuk membentuk Nu yang benar sebagaimana cita-cita pendiri jam’iyyah pada tahun 1926. para kiai sepuh mencalonkan pasangan KH. Musthofa Bisri (Gus Mus) dan Tolkhah Hasan, tapi Gus Dur tidak mendapat ijin dari ibunya. Sedangkan Thalchah mengaku sudah terlalu tua untuk duduk ditanfidiyah. Karena kedua calon tidak bersedia, Masdar mengatakan untuk menegaskan kesiapan menjadi calon ketua umum bersaing dengan Hasyim Muzadi, Gus Dur merasa optimis karena ia mendapat dukungan banyak cabang di luar Jawa (Suara Merdeka, 1 Desember 2004). Pada akhirnya proses pemilihan ketua PBNU untuk lima tahun ke depan dilaksanakan pada pukul 00.30 hingga pukul 03.30, 2 Desember 2004. Poros Lirboyo tetap mengajukan KH. MA Sahal Mahfudz sebagai kandidat, sedangkan poros Langitan menampilkan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kiai Sahal mendapat dukungan 363 suara, Gus Dur 75 suara, KH. Said Aqil Siradj 1 suara, Alwi Shihab 2 suara, Gus Mus 3 suara, Agung Rahman Sabang 1 suara, abstain dan tak sah masing-masing satu suara. Dengan demikian, jumlah suara keseluruhan 452 suara. Dalam proses pemilihan akhirnya poros
70
Langitan kalah dengan poros Lirboyo dalam pemilihan Rais Aam (Suara Merdeka, 2 Desember 2004). Kekalahan Gus Dur pada Muktamar ke-31 NU membuat Gus Dur untuk membuat Jam’iyyah sendiri Nu pecah menjadi dua, organisasi yang dibentuk Gus Dur bersifat rekonsiliatif bukan organisasi permanen dan berkantor di PBNU Jl. Kramat Raya 164. Gus Dur selaku mandaritas kiai sepuh akan menggelar Mukmatar Luar Biasa (MLB) Nahdhatul Ulama pada Juni 2005, karena Gus Dur menganggap Muktamar NU beberapa waktu lalu dinilai cacat hukum, karena ada indikasi politik uang (Suara Merdeka, 16 Desember 2004). Bagaimana media memandang dan memaknai peristiwa Muktamar ke31 Nahdhatul Ulama tersebut? Harian Umum Suara Merdeka mulai rentang waktu tanggal 23 Nopember – 18 Desember 2004 menampilkan berita tersebut. Menurut data yang berhasil penulis kumpulkan, Suara Merdeka menurunkan tujuh berita berbentuk Straight News, sembilan berita diletakkan di halaman depan sebagai headline, sedangkan tiga berita yang lain terletak di halaman dalam. Dalam penelitian ini, penulis akan mengulas satu per satu pemberitaan tersebut menggunakan analisis framing. Dalam penelitian ini ada proses katagorisasi berita. Katagorisasi berita adalah upaya pengklasifikasikan dan penyerderhanaan realitas sehingga mudah dipahami. Katagorisasi berita tersebut berdasarkan agenda Mukatamar Ke-31 NU. Agaenda itu meliputi
71
Laporan Pertanggung Jawaban( LPJ), Penyusunan Program, Organiasi dan Bahshul Masail. Di bawah ini adalah Tabel katagorisasi Pemberitaan Suara Merdeka terhadap Muktamar ke-31 NU. Tabel 2 Katagori Pemberitaan Suara Merdeka Terhadap Muktamar ke-31 Nahdlatul Ulama Edisi 23 Nopember – 18 Desember 2004 Berdasarkan agenda Muktamar ke-31 Nahdlatul ulama No 1
Katagori Laporan Pertangung Jawaban( LPJ)
Judul Berita • 16 PW Dukung Hasyim • Para Kiai Sepuh Tak Akui Hasil Muktamar ke-31 NU
2
Pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum.
• • • •
8 edisi
• Hari Ini NU Tandingan Dibentuk • Tim Gus Dur Matangkan Pembentukan NU Benar • Wacana NU Tandingan Serius • Muktamar Luar Biasa NU Masih Sebatas Wacana • Juni, Gus Dur Gelar Muktamar Luar Biasa NU • Pilitik Nu Dan Parpol Tak Sama • Hasyim Akomodasi Kubu Gus Dur • Konflik Sulit disembuhkan • Muktamar dibuka Minggu besok • •
5 edisi
•
Penyusunan Program /Evaluasi
4
Organisasi
5
Bahsul Masail
2 edisi
Jateng Pertahankan Hasyim Gus Dur Jagokan Gus Mus Gus Mus Bersedia dicalonkan KH.Sahal-Gus Dur Bersaing Siap Dicalonkan Sebagai Rois Aam Kekalahan Masdar Mengejutkan Gus Mus Tak diijinkan Ibunya Gus Dur Masdar Ancam Bikin NU Tandingan NU Tandingan Bikin Masalah
• • •
3
Frekuensi
Tanggal terbit 30 Nopember 8 Desember 23 Nopember 24 Nopember 25 Nopember 29 Nopember 3 Desember 1 Desember 2 Desember 26 Desember
7 Desember 15 Desember 28 Nopember 18 Desember 16 Desember
4 edisi
6 Desember 9 Desember 10 Desember 7 Nopember
0
Adapun pemberitaan yang diambil oleh penulis sesuai seleksi teks berita berdasarkan signifikansi, relevansi serta representasi teks terhadap tema adalah sebagai berikut: 1. Suara Merdeka Edisi 23 Nopember 2004
72
Pada edisi ini Suara Merdeka menurunkan berita mengenai pencalonan Rois Aam wakil Rois Aam. Berita tersaji dengan judul; ''Jateng
Pertahankan
Hasyim''.
Dilihat
dari
bagaimana
wartawan
menyusun fakta ke dalam teks berita (struktur sintaksis ). Teks berita ini ditempatkan sebagai headline yang mengindikasikan bahwa berita ini mempunyai nilai berita yang tinggi. Sementara latar yang dipilih adalah tentang kerelaan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melepas Gus Dur untuk maju menjadi Rois Aam PBNU pada muktamar ke-31 NU. Dari struktur skrip, teks berita tersebut mengisahkan tentang Dewan Pimpinan Pusat PKB mengikhlaskan Gus Dur melepas jabatan ketua umum Dewan Syuro PKB,dalam teks berita ini terdapat unsur-unsur berita yaitu:Who (Dewan Pimpinan Pusat PKB),What (menjaga hubungan NU dan PKB),How (Gus Dur untuk melepas jabatannya). Dari sudut tematik yaitu bagaimana cara wartawan menulis fakta. Pertama , kerelaan PKB untuk melepas Gus Dur Dari jabatan ketua umum Dewan Syuro PKB. Kedua, pernyataan pengurus cabang NU Kebumen mencantumkan sikap tegas dengan tetap mendukung duet KH. Hasyim Muzadi dan KH.MA.Sahal Mahfud untuk menjadi ketua Umum dan Rois Aam pada Muktamar ke-31 NU. Dalam aspek Retoris Suara Merdeka menekankan melalui logo Gambar Muktamar ke-31. 2. Suara Merdeka Edisi 24 Nopember 2004. Dalam edisi ini Suara Merdeka menyajikan berita dengan judul ; ''Gus Dur Jagokan Gus Mus''. Dari struktur Sintaksis, dari teks berita ini
73
menampilkan lead tentang: ''kubu Hasyim yakin menang ''. Kemudian untuk menekankan bahwa apa yang ditulis wartawan bukan pendapat dari sumber yang mempunyai otoritas, dalam teks berita menghadirkan nara sumber yang dikutip pendapatnya yaitu ketua PWNU Jateng Drs. H. Moh. Adnan, MA. Sedangkan dari struktur skrip, mengisahkan mengenai Gus Dur tidak senapas dengan Hasyim Muzadi dalam pencalonan ketua umum PBNU. Sementara dari struktur tematik, ada dua tema. Pertama, ketidaksetujuan Gus Dur dalam pencalonan ketua umum PBNU. Kedua, bahwa pendapat Gus Dur berbeda dari ketua PWNU Jateng Drs.H. Moh.Adnan M.A yang yakin bahwa KH.Hasyim Muzadi akan mendapat dukungan dari sebagian besar dari peserta muktamar. Dari struktur retoris, bagaimana wartawan menekankan fakta. Pada pemilihan kata/leksikon pada kalimat Gus Dur tidak senapas dengan KH. Hasyim Muzadi. Pada kata '' senapas'' mengandung arti tidak setuju dengan Hasyim Muzadi. 3. Suara Merdeka Edisi 25 Nopember 2004 '' GUS MUS Bersedia Dicalonkan '' ini merupakan judul yang ditampilkan Suara Merdeka . Pada teks berita menggunakan latar Gus Mus secara tersirat bersedia dicalonkan menjadi ketua PBNU. Dalam teks berita ini secara umum mengisahkan bahwa Gus Mus bersedia dicalonkan . Dari berita tersebut unsur berita yang terdapat adalah who (Gus Mus), what (bersedia dicalonkan), why (merasa punya tanggung jawab), How (mengembalikan NU ke khittahnya).unsur tidak dimunculkan dalam
74
pemberitaannya, kelengkapan berita belum memenuhi unsur 5w+1H. Di sisi lain terdapat penonjolan yang ditekankan melalui perangkat gambar /foto Masdar F. Mas'udi dan satu logo Muktamar NU. 4. Suara Merdeka Edisi 26 Nopember 2004 Dalam Muktamar, siapapun yang terpilih sebagai ketua umum PBNU Muktamar ke-31 NU bisa diterima semua pihak, khususnya di kalangan Nahdliyyinn. Harian ini menurunkan berita dengan judul '' NU Tandingan Bikin Masalah ''. Dari struktur sintaksis ditemukan pemakaian latar mengulas tentang siapapun yang terpilih menjadi ketua PBNU bisa diterima semua pihak. Sedangkan dari struktur skrip mengisahkan tentang adanya prinsip ''asal bukan Hasyim''. Sementara dari sudut struktur tematik, berita ini mempunyai tema tentang pertemuan kiai sepuh yang tergabung dalam Poros Langitan di Jatim membahas untuk membentuk NU Tandingan. Sedangkan dari aspek retoris menekankan pada gambar/logo tentang liputan khusus tentang pemberitaan Muktamar NU ke-31. 5. Suara Merdeka Edisi 27 Nopember 2004 Pada edisi ini Suara Merdeka menampilkan beritanya dengan judul: ''Muktamar dibuka Minggu Besok ''. Pada teks berita ini latar yang dikemukakan adalah berupa prediksi adanya kompetisi sengit dua poros penting di kalangan warga NU yaitu poros Lirboyo dan poros Langitan dalam perebuatan jabatan ketua dan wakil Rois Aam PBNU untuk lima tahun mendatang. Sedangkan struktur skrip mengisahkan bahwa Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang
75
Yudoyono diprediksi akan diwarnai kompetisi antara dua poros Lirboyo dan poros Langitan. Dari struktur tematik, mengandung tema penting, tema itu tentang prediksi kompetisi sengit antara kedua poros tersebut di atas. 6. Suara Merdeka edisi 28 Nopember 2004 Ancaman yang dilontarkan Gus Dur untuk membentuk NU Tandingan .Ancaman serius dan tidak mustahil akan terjadi.Dalam edisi ini, menurunkan berita dengan judul ''Wacana NU Tandingan Serius ''.Judul itu diperkuat dengan lead yang mendukung lead tersebut adalah '' Kiai Sahal dan Faqih bertemu ''. Dari struktur skrip mengisahkan tentang ancaman yang dilontarkan Gus Dur untuk membuat NU Tandingan bukan wacana kosong. Dari elemen grafis yang muncul dalam pemberitaan ini dalam bentuk ekpresi dengan judul yang tercetak besar dan tebal. 7. Suara Merdeka edisi 29 Nopember 2004 Perebutan jabatan tertinggi di PBNU baik Rois Aam maupun Tanfidziah, hal itu terkait dengan kesediaan KH. Sahal Mahfudh dan Gus Dur sama-sama menyatakan siap dicalonkan untuk menduduki Rois Aam. ini bisa dilihat pada harian Suara Merdeka menurunkan berita dengan judul : “ KH. Sahal - Gus Dur bersaing “. Struktur sintaksis lain dengan pemakaian latar. Latar yang dipakai berupa informasi perebutan jabatan ketua umum PBNU pada Muktamar Ke-31
NU. Dari sisi tematik,
bagaimana wartawan menulis fakta, elemen wacana detail dihadirkan di teks ini dengan menampilkan nara sumber yang diwawancarai 8. Suara Merdeka Edisi 30 Nopember 2004.
76
Pada edisi ini Suara Merdeka menampilkan beritanya dengan judul : “16 PW Dukung Hasyirn “. Judul ini
merupakan headline yang
menunjukkan tingkat kemenonjolan yang tinggi. Namun lead yang digunakan adalah “Ancaman NU tandingan dapat reaksi keras “. Dan aspek skrip, teks berita ini mengisahkan bagaimana dukungan Hasyim Sahal saat LPJ PBNU mengalir untuk menjadi ketua dan RoisAamPBNU untuk lima tahun mendatang. Unsur-unsur berita yang terkandung dalam berita tersebut adalah : who (Hasyim-Sahal) , what (dukungan), when (lima tahun mendatang ), where (saat LPJ PBNU), dan how (bagaimana menjadi ketua PBNU). Sedangkan dan aspek tematik terdini dua tema. Pertama, tentang penerimaan LPJ PBNU kepemimpinan Hasyim oleh peserta Muktamar. Kedua. ancaman NU Tandingan dapat reaksi keras dan putra pendiri NU yakni Gus Fawaid. Gus Hasib, Gus Ghozi. Di sini juga bisa dilihat bahwa elemen grafisnya dengan tulisan judul dicetak tebal dan dalam ukuran tebal. 9. Suara Merdeka edisi 01 Desember 2004. Edisi ini disajikan dengan Judul “(Gus Mus tak diijinkan ibunya “. Judul ini didukung dengan lead. Lead itu mengatakan “Gus Mus Temui KH. Sahal “. Struktur sintaksis lain adalah dengan Pemakaian latar untuk mendukung gagasannya yaitu “teka-teki restu Ma’rufah Bisri akhirnya terjawab”. Sedangkan dari struktur skrip mengisahkan berita. Pertama, bahwa KH.Mustofa Bisri teryata tidak tidak mendapatkan izin dan ibunya untuk maju ke bursa pemilihan ketua umum. Kedua, bertemunya Gus Mus
77
dengan KH MA .Sahal Mahfudh yang disebut-sebut upaya islah setelah terjadi ketegangan pada Muktamar ke-31 NU. Selain itu penekanan dilakukan pula oleh harian ini
melalui efek foto KH. Yusuf Hasyim
menemui KH. A .Mustofa Bisri (Gus Mus ) pada halaman depan. 10. Suara Merdeka Edisi 02 Desember 2004. Setelah KH. A.Mustofa Bisri (Gus Mus) tidak bersedia dicalonkan sebagai ketua umum periode mendatang .Harian Suara Merdeka untuk edisi ini
menurunkan judul ; Gus Dur-Masdar Ancam Bikin NU
Tandingan “. Perangkat sintaksis lain berupa latar yang dipilih yaitu tentang kubu Gus Dur merestui KH. Masdar, jika kalah dan Hasyim terpilih, NU terancam pecah. Sementara dan struktur skrip, mengisahkan bahwa kubu Gus Dur merestui pencalonan KH. Masdar F.Mas’udin jika Hasyim menang. NU terancaM pecah. Sedangkan dan struktur tematik ,berita ini disusun dalam tema besar tentang ancaman Gus Dur — Masdar membuat NU Tandingan. Penekanan yang paling kuat dan Suara Merdeka tersebut adalah pemakaian foto Masdar dan Hasyim.
78
11. Suara Merdeka edisi 03 Desember 2004 Pada edisi ini Suara Merdeka menampilkan beritanya dengan judul “Kekalahan Masdar Mengejutkan”. Judul ini menjadi headline .Aspek sintaksis lain berupa latar yang dipakai tentang ” poros Lirboyo Leading dalam perebutan
ketua umum PBNU “ Sedangkan struktur skrip
mengisahkan bahwa poros Lirboyo berhasil meini mpin dalam perebutan jabatan ketua umum PBNU, duet Sahal-Hasyim terpilih sebagai Rois Aam dan ketua umum PBNU. Sementara dan struktur tematik, berita itu membawa tema besar yang ingin ditampilkan kepada khalayak. Tema itu adalah tentang poros Lirboyo berhasil memimpin dalam perebutan dua jabatan PBNU lima tahun ke depan. Penekanan yang digunakan Suara Merdeka adalah penggunaan kata-kata “ leading “merupakan kata yang digunakan Suara Merdeka dalam melabeli pemberitaannya. 12. Suara Merdeka edisi 6 Desember 2004 Edisi ini Suara Merdeka menurunkan berita dengan judul: ‘Politik NU dan parpol tak sama ”. Judul berita ini menjadi headline yang didukung dengan keadaan-keadaan ini
adalah kutipan wawancara pengamat
politik Imam Supravogo. Sementara dan aspek skrip bagaimana wartawan mengisahkan suatu fakta-fakta ini
mengisahkan tentang
muktamar ke-31 NU menyepakati pembetukan komisi politik. Sedangkan struktur tematik, tema ini
disusun tentang pembetukan
komisi politik NU justru akan membawa NU ke kancah politik.
79
13. Suara Merdeka edisi 7 Desember 2004 “Hari ini NU Tandingan Dibentuk”. ini merupakan judul yang ditampilkan Suara Merdeka yang menjadi headline pada surat kabar itu serta diperkuat dengan lead [ Struktur Sintaksis] “Poros langitan bertemu di Cirebon “. Di sini juga ditemukan latar. Latar ini berupa kutipan wawancara dan Gus Dur. Sementara bagaimana wartawan mengisahkan Gus Dur dengan sejumlah kiai sepuh tergabung dengan poros Langitan hari ini bertemu di pondok pesantren Buntet Cirebon. Dan struktur tematik., berita ini dapat di amati dan detail wawancara dan Gus Dur. NU yang akan dibahas Gus Dur bukan NU Tandingan, melainkan Iebih bersifat untuk menggalang upaya rekonsiliasi sampai lima tahun kedepan. Dan aspek retonis dapat diarnati melalui aspek grafis yaitu pada judul atau headline yang dicetak tebal dan berukuran besar. 14. Suara Merdeka edisi 8 Desember 2004 Judul yang diturunkan Suara Merdeka adalah “Para Kiai .sepuh tak akui hasil Muktamar ke-31 “. Dalam edisi ini benita tersebut menjadi headline. Peran sintaksis lain adalah pemakaian latar. Latar yang dipakai adalah tantang pertemuan forum silaturrahmi kiai-kiai sepuh dengan Gus Dur menghasilkan keputusan menolak hasil Muktarnar ke-3 1 NU. Dalam struktur skrip, berita ini mengisahkan tentang penolakan hasil muktamar ke31 NU oleh kiai-kiai sepuh dan Gus Dur. Segi pemilihan kata/leksikon, pilihan kata yang digunakan adalah “Champion Of Democracy “ yang
80
ditujukan terhadap Gus Dur. Elemen gaya dipilih ini dibungkus dengan bahasa tertentu untuk menimbulkan efek tertentu pada khalayak. 15. Suara Merdeka edisi 9 Desember 2004. Kepengurusan PBNU di bawah kepeini mpinan KH. Sahal Mahfudh akan mengakomodasi kelompok KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur ).Dalam edisi ini
Suara Merdeka menurunkan berita dengan judul:
“Hasyim Akomodasi kubu Gus Dur”. Dan struktur sintaksis juga didukung dengan lead “ namanya perlu persetujuan “ dalam struktur ini juga ditemukan latar. Latar ini mengulas bahwa kelompok Gus Dur bersama kiai-kiai sepuh NU tetap dimasukkan dalam susunan kepenngurusan PBNU untuk lima tahun mendatang. Sedangkan dalam struktur skrip mengisahkan tentang kepengurusan PBNU di bawah kepemimpinan KH.Sahal Mahfudh Hasyim akan akomodasi kelompok Gus Dur. Penekanan ini
diberikan dalarn teks berita ini
dengan
menguraikan susunan kepengurusan PBNU di bawah kepeimmpinan KH.Sahal Mahfudh-Hasyim bisa diartikan sebagai bentuk islah. 1 6. Suara Merdeka edisi 10 Desember 2004 Pada edisi ini Suara Merdeka menampilkan beritanya degan judul “konflik NU Sulit disembuhkan . Pada teks berita ini latar yang ditampilkan adalah berupa kutipan dan wawancara pengamat NU La Ode Ida. Sementara teks berita ini
rnengisahkan (struktur skrip) tentang
perkembangan baru dalam pasca Muktamar ke-31 NU. Dalam aspek tematik ditulis secara terperinci. Pertama, konflik antara Gus Dur dan Hasyim
81
Muzadi merupakan luka yang sulit di sembuhkan. Kedua, dan kutipan La Ode Ida menilai kepeimmpinan Hasyim lima tahun terakhir ini tidak ada Langkah-langkah progresif. Dari aspek rotoris menekankan pada elemen grafis. Elemen itu muncul dalam bentuk foto Hasyim dan Gus Dun. 17. Suara Merdeka edisi 15 Desember 2004. Langkah Gus Dur untuk membentuk organisasi dalam tubuh NU tak bisa dihentikan ini terbukti dengan adanya pembentukan tim kecil oleh Gus Dur untuk pembentukan NU Benar. Pada edisi ini Suara Merdeka menurunkan berita dengan judul “Tim GusDur Matangkan Pembentukan NU BENAR”. Perangkat sintaksis lain berupa latar. Latar tersebut adalah “Tim kecil yang ditunjuk Gus Dur mematangkan pembentukan “NU BENAR”. Dan struktur skrip, mengisahkan berita tentang tim yang ditunjuk Gus Dur mematangkan pembentukan NU BENAR “ dengan mengadakan rapat setibanya dan Australia, Sedangkan dan sudut tematik ,berita ini menuliskan tema tentang aktivis muda NU menggelar aksi demo di depan kantor PWNU Jatim. Selain itu penekanan pada judul berita dengan pemakaian tanda kutip pada kata “NU BENAR” ini akan mendukung arti penting suatu pesan. 1 8.Suara Merdeka edisi 16 Desember 2004. Gus Dur selaku mandataris kiai-kiai sepuh menegaskan akan menggelar Muktamar Luar Biasa NU pada Juni 2005. Pada edisi ini Suara Merdeka menurunkan berita dengan judul ‘ Gus Dur menggelar Muktamar Luar Biasa NU”. Struktur skrip mengisahkan Gus Dur akan menggelar MLB
82
NU pada bulan juni 2005. Pada strukrur tematik, menuliskan tema tentang keseriusan Gus Dur rnenggelar MLB untuk membentuk NU baru pada bulan Juni 2005 dan Gus Dur menilai Muktamar NU beberapa waktu lalu dinilai cacat hukum karena ada indikasi politik uang. 19. Suara Merdeka edisi 18 Desember 2004. Ketua umum PBNU KH. Hasyim Muzadi mengatakan bahwa rencana Muktamar Luar Biasa NU yang dilontarkan Gus Dur masih sebatas wacana. Sebab sejak Muktamar ke-31 NU di Boyolali di gelar belum ada satupun PWNU yang mempersoalkan legalitas hasil Muktamar. ini yang berjudul “Muktamar Luar Biasa NU masih Sebatas Wacana “. Struktur sintaksis berupa kutipan dan KH. Hasyim muzadi dan Gus Sholah. Sedangkan dan struktur tematik menuliskan berita dengan tema tentang Hasyim mengatakan rencana Muktamar Luar Biasa yang dilontarkan Gus Dur masih sebatas wacana. Sementara dan struktur skrip, mengisahkan bahwa MLB yang digagas Gus Dur dimungkinkan terjadi karena AD/ART organisasi ini memungkinkan adanya MLB tersebut. Dalam penelaahan data yang dilakukan di atas, Suara Merdeka memberikan respon cukup besar, dengan pilihan-pilihan kata terhadap pemberitaan Muktamar NU ke-31 yang diwarnai kompetisi antara Poros Lirboyo dan Poros Langitan. Harian umum Suara Merdeka menampilkan berita dalam rentang tangga 23 Nopember- 18 Desember menurunkan berita dengan 19 kali terbitan, ini menunjukkan Suara Merdeka merespon pemberitaan Muktamar NU ke-31 BAB IV ANALISIS PEMBERITAAN SUARA MERDEKA TENTANG MUKTAMAR NAHDHATUL ULAMA KE-31
83
4.1 Analisis Framing terhadap Pemberitaan Muktamar
ke-31 Nahdlatul
Ulama. Analisis framing adalah upaya media untuk menonjolkan pemaknaan atau penafsiran mereka atas suatu peristiwa . Wartawan akan menggunakan seperangkat wacana antara lain:kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat , foto, grafik, dan perangkat lain untuk membuat dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat diilahami oleh pembaca. Dalam analisis ini penulis menganalisis framing terhadap pemberitaan Muktamar Ke-31 NU. Dalam Surat kabar Suara Merdeka Mukatamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan diwarnai kompetisi perebutan kursi Rais Aam dan Ketua Umum PBNU oleh dua Poros penting di Kalangan Nahdliyyin, yaitu Poros Lirboyo di bawah kepemimpinan KH.Idris Marzuki yang dikenal dekat dengan Hasyim Muzadi . Di sisi ;lain ada Poros Langitan yang dikendalikan ulama NU KH. Abdullah Faqih. Poros ini dikenal dekat dengan Gus Dur . Dalam menyikapi pemberitaan Muktamar ke-31 NU Suara Merdeka menurunkan beritanya dari 23 Nopember -18 Desember 2004. Selama 1 bulan penebitan ada 19 edisi . Dalam Pemberitaan Muktamar ke31 Suara Merdeka penulis mengkatagorisasikan berita tersebut sesuai agenda Muktamar ke-31 NU. Agenda tersebut meliputi Laporan Pertanggung Jawaban(LPJ), Pemilihan Ketua Umum, Penyusunan Program , Organisasi dan Bahshul Masil .Setelah mengkatagoriasasi berita tersebut penulis menganalisis dengan menggunakan Framing. Di bawah ini tabel analisis Framing terhadap pemberitaan Muktamar Ke-31 NU.
84
Dalam Surat kabar Suara Medeka Muktamar ke-31 Nu di Asrama Haji Donohudan Boyolali diwarnai kompetisi perebutan Kursi Rais Aam dan Ketua Umum
PBNU oleh dua Poros penting diKalangan Nahdliyyin, yaitu Poros
Lirboyo di bawah kepemimpinan KH.Idris Maezuki yang dikenal dekat dengan Hasyim Muzadi. Di sisi lain ada poros Langitan yang dikendalikan ulama NU KH. Abdullah Faqih. Poros ini dikenal dekat dengan Gus Dur. Dalam menyikapi pemberitaan Muktamar ke-31 NU, Suara Merdeka menurunkan beritanya dari 23 Nopember -18 Desember 2004. Selam 1 bulan penerbityan ada 19 edisi. Dalam pemberitaan Muktamar ke31 Suara Merdeka penulis mengkatagorisasikan berita tersebut sesuai agenda Muktamar ke-31 NU, Agenda tersebut meliputi Laporan Pertanggung jawaban( Lpj), pemilihan Ketua Umum, Penyusunan Program, Organisasi dan Bahshul Masail. Setelah mengkatagorisasi berita tersebut, penulis menganalisis dengan menggunakan pendekatan Framig. Di bawah ini table analisis Framing terhadap pemberitaan Muktamar ke-31 NU. Tebal 3 Ananalis framing Suara Merdeka tentang Muktamar ke-31 NU edisi 23 Nopember- 18 Desember 2004 A. Katagorisasi Laporan Pertanggung Jawaban(LPJ) Tanggal
Kalimat
30 Nop
1 2 3 4
8 Des
1 2 3
Proposisi 16 PW Dukung Hasyim-Sahal. Ancaman NU Tandingan dapat reaksi keras. Penerimaan LPJ Kepemimpinan Hasyim Muzadi sekaligus mendukng pencalonan kembali Sahal-Hasyim. NU Tandingan dapat reaksi keras dari putra pendiri NU,menurut KH.Hasib Ancaman Gus Dur hanyalah gertakan biasa. Kiai Sepuh tak akui hasil Muktamar ke-31. Pertemuan forum Silaturrahmi kiai sepuh dengan Gus Dur yang menghasilkan keputusan menolak Muktamar ke-31 NU. Pada hari yang sama kiai sepuh asal Jatim
85
Sintaksi s
Skrip
Headline Lead Latar
Who, What, how, where
Headline Latar
Who What Where Why
Tematik
Retoris
Tema menduku ng Hasyim
penekanan kata' Gertakan'
Tema 1 dukung Headline
Ada penekanan kata ''Champion of Democrcy''
berkumpul di Yogyakarta membahas penyelamatan NU,termasuk mencegah Gus Dur membentuk NU Tandingan.
Tema 2 menenta ng pembent ukan NU Tandinga n
Analisis Pemberiaan katagori Laporan Pertanggungjawaban( LPj) Pada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 1999-2004 yang dipilih dan diangkat
dan mendapatkan mandat untuk melaksanakan seluruh putusan
Muktamar ke 30
NU, oleh karena itu diperlukan pertanggung Jawaban atas
pelaksanaan mandat tersebut. Pertanggung jawaban disampaikan secar formal pad forum muktamar ke-31 NU (Sekjend NU, 2004: 25). Sesuai keputusan Muktamar ke-31 NU nomor 01/MNU-31/XI/2004 tentang jadwal acara dan peraturan tata tetib muktamar perlu mendengar, membahas dan mengevaluasi Laporan yang disampaikan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 1999-2004 kemudian dapat dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja dasar untuk, melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja PBNU pada lima tahun ke depan (Sekjend NU, 2004:26). Dalam Muktamar ke-31 NU
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama telah
menyampaikan pandangan umum sebagai bentuk pembahasan dan evaluasi atas laporan pelaksanaan putusan muktamar 30 NU dan secara aklamasi menyatakan menerima dengan bulat. Mayoritas Pengurus menyampaikan pandangan
Wilayah Nahdlatul Ulama
umum atas Laporan Pertanggung Jawaban (LPj)
PBNUdi bawah kepemimpnan KH.Hasyim Muzadi menyatakan menerima (LPJ) tersebut ( Sekjen NU, 2004:26). Tak hanya itu, mereka juga mendukung pencalonan kembali
Hasyim Muzadi sebagai sebagai Ketua Umum dan
86
KH.MA.Sahal Mahfudh sebagai Rais Aam PBNU 2004-2009. Pencalonan kembali duet Sahal-Hasyim dinilai sebagai kesinambungan atas kepemimpinan selam lima tahun. Dalam pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum duet SahalHasyim terpilih kembali untuk periode lima tahun mendatang. Gus dur dan kiai sepuh yang tergabung dalam poros Langitan mengadakan pertemuan di Pondok pesantren
Buntet, Cirebon, Jawa Barat. Pertemuan itu bertajuk forum
sillaturrahmi kiai sepuh, pertemuan itu dilaksanakan di kediaman KH.Abdullah Abbas.Pertemuan itu menghasilkan keputusan menolak hasil Muktamar ke-31 Nu di Asrama Haji Donohudan Boyolali yng mengantarkan KH.Hasyim Muzadi sebagai Ketua Tanfidziah PBNU selama lima tahun ke depan. Untuk menyikapi Kasus tersebut, Suara Merdeka menurunkan berita katagori Pertanggung jawaban (LPJ) sebanyak 2 edisi. Edisi tersebut adalah
tanggal 30 Nopember dan 8
Desember 2004. B. Katagori Pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum 23 Nop
1 2 3
24 Nop
Jateng Pertahankan Hasyim. Partai Kebangkitan Bangsa merelakan Gus Dur maju Menjadi Rais Aam Dewan Pimpinan Pusat. PKB Mengikhlaskan Gus Dur melepas Jabatan Ketua Umum Dewan Syuro PKB.
Headlin e Latar
Who What How
Tema 1dukung Gus Dur Tema 2 dukung duet SahalHasyim
4
Pernyataan PCNU Kebumen telah menentukan sikap tegas mendukung duet Sahal-Hasyim.
1 2 3
Gus Dur Jagokan Gus Mus. Kubu Hasyim Yakin Menang. Gus Dur Tidak Senafas Dengan Hasyim Dalam Pencalonan Ketua Umum PBNU dalam Muktamar ke31 NU. Ketidaksetujuan Gus Dur dalam pencalonan Hasyim Muzadi Ketua PWNU Jateng yakin duet Sahal-Hasyim akan mendapatkan dukungan sebagian besar peserta muktamar Gus Mus bersedia dicalonkan. Gus Mus bersedia dicalonkan karena merasa punya tanggung jawab untuk mengembalikan NU ke Khittahnya.
Headlin e Lead
Headlin e
Who, What,W hy How
Tema Dukung Gus Mus
NU Tandingan Bikin Masalah Opsi itu untuk kepentingan Individu Siapapun yang terpilih menjadi Ketua PBNU bisa
Headlin e Lead
What, where how
Tema mendukung Gus Dur
4 5 25 Nop
1 2
26 Nop
1 2 3
87
Who What Why
Tema 1 dukung Gus Dur Tema2 dukung SahalHasyim
Penekanan Logo/Gamb ar Khusus untuk Liputan Muktamar ke -31 NU
Penekanan Kata ''senafas''
4
5
29 Nop
1 2 3
1 Des
1 2 3
2 Des
1 2
Des
1 2
3
diterima semua pihak Para Muktamirin seharusnya menerima hasil muktamar,tapi pada sebelumnya timbul Prinsip ''asal bukan Hasyim'' itu merupakan awal yang tidak baik terhadap kubu Lirboyo Beberapa kiai sepuh mengadakan pertemuan di kantor PWNU Jatim,dalam pertemuan itu tercetus untuk membuat NU Tandingan bila nanti Hasyim terpilih menjadi Ketua Umum Kh.Sahal-Gus Dur Bersaing Dalam Pencalonan Rois Aam Presiden Sby Minggu Kemarina Membuka Muktamar Ke-31 Nu. Persaingan Antara Kh.Sahal Mahfudh Dan Gus Dur dalam perebutan Rais Aam PBNU pada Muktamar ke31 NU Gus Mus Tak Diijinkan Ibunya. Gus Mus Temui kiai Sahal. Teka-teki restu Ibunda Gus Mus akhirnya terjawab sudah
membuat NU Tandingan
Latar
Headlin e
Who What When
Lead Tema mendukung judul berita Hedline Leadr
Why,wh at Where How
Gus Dur –Masdar Ancam Bikin Nu Tandingan. Kubu Gus Dur Merestui Masdar Maju Menjadi Ketua Umum,jika kalah dan Hasyim menang terpilih NU terancam Pecah.
Headlin e
Who, What, Why How
Kekalahan Masdar mengejutkan, Sahal-Hasyim Pimpin NU lagi KH. Hasyim Muzadi. berpelukan dengan Masdar setelah penghitungan suara dalam pemilihan Ketua Umum PBNU Hasyim terpilih Kembali periode 20042009. Poros Lirboyo Leading dalam perebutan Ketua Umum PBNU untuk Lima tahun Mendatang,duet SahalHasyim terpilih sebagai Rais Aam dan Ketua PBNU.
Headlin e
Who, What, When Where, Why,Ho w
Lead
Penekanan melalui foto KH.Yusuf Hasyim dan KH.Mustofa Bisri Foto Masdar dan Hasyim Tema Mendukung Hasyim
Penekanan Kata'' Leading''
Analisis Katagori pemberitaan Pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum Jam'iyyah yang sehat dan efektif sesuai dengan jiwa dan semangat khittah
Nahdlatul Ulama 1926. Sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdltul Ulama sebagai upaya nyata dalam berkhidmat kepada umat, bangsa dan Nagara Republik Indonesia perlu dipilih seorang Rais Aam sebagai pimpinan tertinggi organisasi Nahdlatul Ulama(Sekjend NU, 2004:157). Pada muktamar ke31 NU Pengurus Besar Nahdlatul Ulama telah menyampaikan pandangan umum sebagai bentuk pembahasan dan evaluasi atas laporan pertanggung jawaban Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Untuk menduduki Jabatan penting dalam
88
kepengurusan NU, Muktamar ke-31 diwarnai kompetisi dua Poros penting di kalangan warga Nahdliyyin, yaitu Poros Lirboyo dan Poros Langitan. Poros Liorboyo dibawah kepemimpinan KH.Idris Marzuki dikenal dekat dengan KH. Hasyim Muzadi. Sementara itu, Poros Langitan dibawah kendali ulama sepuh yang sangat dihargai warga NU yaitu KH.Abdullah Faqih. Poros ini dekat dengan Gus Dur dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Perebutan jabatan tertinggi diPBNU, baik jabatan Rais Aam maupun Tanfidziyah semakin seru. Hal itu terkait dengan kesediaan Sahal Mahfudh dan Gus Dur yang sama-sama menyatakan siap untuk menduduki Rais Aam. Sementara itu, jabatan Tanfidziyah bakal dierebutkan oleh banyak kandidat, antar lain: KH.Hasyim Muzadi, KH.Masdar Farid Mas'udi, Gus Mus dan
Tolchah Hasan. Dalam keputusan
Muktamar ke-31 NU, duet KH.MA.Sahal Mahfudh – KH.Hasyim Muzadi telah dipilih menjadi Rais Aam dan Ketua Umum PBNU secara langsung dan Demokratis sesuai ketentuan peraturan tata tertib Muktamar ke-31 NU untuk lima tahun mendatang.Untuk menyikapi kasus tersebut, Suara Medeka menurunkan berita katagori pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum PBNU sebanyak 8 edisi. Edisi tersebut antara lain : 23, 24, 25, 26, 29 Nopember dan 1, 2, 3 Desember 2004.Pemberitaan ini merupakan edisi terbanyak pada katagori suksesi pemilihan Rais Aam dan ketua umum, ini terbukti ada 8 edisi yang diterbitkan C. Katagorisasi Penyusunan Program/ Evaluasi 28 Nop
1 2 3
Wacana NU Tandingan Serius Kiai Faqih Bertemu Ancaman yang dilontarkan Gus Dur Untuk membuat NU Tandingan Bukan Wacana Kosong
Haeadline Lead
89
Who What Why
7 Des
1 2 3
15 Des
1 2 3
18 Des
1 2
Hari Ini NU Tandingan Dibentuk. Poros Langitan bertemu Di Cirebon. Gus Dur dan sejumlah kiai sepuh yang tergabung dalam Poros Langitan bertemu di Cirebon. Tim Gus Dur Matangkan Pembentukan NU ''Benar'' Tim kecil yang dibuat Gus Dur mematangkan pembentukan '' NU Benar'' dengan mangadakan rapat setibanya dari Australia. Puluhan aktivis muda NU menggelar aksi demo di depan kantor PWNU Jatim Muktamar Luar Biasa NU Masih Sebatas Wacana Hasyim Muzadi mengatakan bahwa rencana Muktamar Luar Biasa yang dilontarkan Gus Dur masih Sebatas wacana
Headline Lead kutipan
Lengkap
Detail, Panjang
Headline
Who What Why When
Tema 1 dukung Gus Dur
What
Tema dukung Hasyim
Latar
Headline kutipan
Pemakaian tanda '' NU Benar''
Tema 2 dukung tema 1
Analisis Katagori Penyusunan Program/ Evaluasi Muktamar ke-31 NU telah mengantarkan duet Kh.Sahal Mahfudh-KH. Hasyim Muzadi menjadi Roiis Aam dan Ketua Umum PBNU untuk periode 2004-2009. Kekalahan Gus Dur dalam Muktamr tersebut mengancam akan membentuk NU Tandingan. Dia menilai bahwa langkah Hayim selama ini telah menjadikan NU sebagai kendaraan Politik sehingga Khittah perlu diselamatkan. GusDur dan sejumlah kiai sepuh yang tergabung dalam Poros Langitan bertemu di Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat. Di Pondok milik KH.Abdullah Abbas itulah akan ibentuk pengurus PBNU rekonsiliatif bukan organisasi permanent yng berkantor di PBNU Dalam pembentukan NU Rekonsiliatif Gus Dur menunjuk tim kecil guna pmempersiapkan pembentukan NU yang mereka sebut
sebagai '' NU Benar ''. Tim yang diketuai KH.Aminullah Muchtar
90
memberikan keterangan bahwa organisasi ini akan diberi nama '' Jam'iyyah Nahdlatul
Ulama
1926
''.
Gus
Dur
sebagai
mandataris
menegaskan,akan menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB)
kiai
sepuh
Nahdlatul
Ulama(NU) pada bulan Juni 2005.Pada kesempatan itu orgnisasi jam'iyyah NU serta susunan PBNU akan diumumkan. Penegasan itu disampaikan Gus Dur di lantai 5 gedung PBNU, Jl. Kramat Raya 164 Jakarta. Gus Dur yng didampingi dengan tim kecil optimis MLB akan berjalan sukses, dia percaya setelah MLB Juni mendatang
semua masalah akan selesai. Para kiai sepuh telah
mengamanatkan kepada Gus Dur
untuk segera mengambil tindakan
guna
membentuk Organisasi NU Baru.Dalam menanggapi Muktamar Luar Biasa NU, Ketua Umum Hasym Muzadi mengatakan bahwa rencana Muktmar Luar Biasa (MLB) yang dilontarkan Gus Dur masih sebatas wacana. Sejak Muktamar ke-31 NU di Boyolali digelar belum ada satupun PWNU yang mempersoalkan legalitas hasil Muktamar ke-31 NU. Dalam menyikapi peristiwa tersebut , Suara Merdeka menurunkan berita pada katagori pemberitaan penyusunan program /evaluasi menerbitkan 5 edisi yaitu 28 Nopember, 7, 15, 18 Desember 2004. D. Katagorisasi Organisasi 27 Nop
1 2 3
6 Des
1 2 3
Muktamar Dibuka Minggu Besok Prediksi Adanya Kompetisi Sengit Dua Poros Penting Dikalangan Warga Nahdliyyin Muktamar Nu di Asrama Haji Donohudan dibuka oleh Presidean Susilo Bambang Yudoyono diprediksi akan diwarnai kompetisi sengit antara Poros Lirboyo dan Poros Langitan
Headlin e Latar
Poltik NU dan Parpol tak sama. Politk Versi NU tidak Sama dengan pengertian dari Partai Politik. Pembentukan Komisi Politk NU
Headlin e Kutipan
91
Who When Where What why
Tema mendukung latar
Tema mendukung Kutipan
Penulisan dengan desain grafis dicetak miring
9 Des
1 2 3
4 10 Des
1 2
3 4
16 Des
1 2
Hasyim Akomodasi Kubu Gus Dur. Namanya Perlu Persetujuan. Pertemuan Forum Sillaturrahmi Kiai Sepuh Asal Jatim Berkumpul Di Yogyakarta Membahas Penyelamatan NU, Termasuk Mencegah Gus Dur Membuat NU Tandingan. Kepemimpinan KH.Sahal-Hasyim Akan Akomodasi Kelompok Gus Dur. Konflik Sulit Disembuhkan. Pengamat Politk La Ode Ida,Melihat Nu Pasca Muktamar Ke-31 terbagi menadi tiga,yaitu NU struktural,Kultural dan NU yang tidak pro Gus Dur maupun Hasyim. Konflik antara Gus Dur dan Hasyim Muzadi . merupakan luka yang lama yang sulit disembuhkan Kepemimpinan Hasyim Muzadi lima tahu terakhir ini tidak ada langkah. progresif,Hasyim hanya sibuk mengurusi persoalan politik, tidak seperti NU pada 15 tahun silam.
Headlin e Lead Latar
what Who Where
Headlin e Latar
Who What Where Why How
Juni, Gus Dur Gelar Muktamar Luar Biasa(MLB)NU Gus Dur dan tim kecilnya mengungkapkan tidak ingin NU pecah,tapi dalam rangka menyelamatkan NU dari orang-orang tertentu.
Headlin e kutipan
Who What When Why
Tema 1 ditulis detail ,panjang Tema 2 Ditulis detail dan lengkap
Analisis Katagori pemberitaan Organisasi Mukatamar Ke-31 Nu Di Asrama Haji Donohudan Boyolali menyepakati adanya pembentukan komisi Politik NU.Menurut pengamat politik Imam Suprayogo ,hal itu jangan diartikan sama dengan pengertian dari partai politik. Politik di NU hanya berkisar pada dakwah dan tidak ada kepentingan seperti halnya partai politik yang arahnya pada kekuasaan. Apa yang dilontarkan Gus Dur beberapa wktu lalu untuk membuat NU Tandingan ataupun ingin menguasai gedung PBNU , menurut Imam Suproyogo , sebagai
hal yang biasa
bagi
kalangan warga NU. Sikap dan kata-kata Gus Dur diakui memang seperti itu sejak dulu, namun itu semua akan selesai de.ngan sendirinya. Dalam program
92
kerja NU ada program pemberdayaan politik warga yang bertujuan meningkatkan partisipai politik mayarakat/warga NU dalam menentukan dan memperbaiki dan mengontrol pelaksanaan kebijakan pemerintah, partai, maupun organisasi yang didukung oleh warga NU ( Sekjend NU, 2004: 127) . Sesuai dengan kesepakatan tim formatur, pengangkatan pengurus harian akan dikomunikasikan
dengan
nama-nama yang ditetapkan sebagai pengurus, karena para pengurus harus menyatakan kesediannya. Apabila terdapat pengurus yang tidak bersedia , penunjukan penggantinya diserahkan kepad Rais Aam dan Ketua Umum PBNU ( Sekjend NU, 2004:169). Kepengurusan PBNU di bawah kepemimpinan KH.MA.Sahal Mahfudh –KH.Hasyim Muzadi akan mengakomodasi kubu Gus Dur. Kubu Gus Dur tetap dimasukkan dalam kepengurusan NU. Akomodasi tersebut bisa berada pada forum harian syuriah-tanfidziyah, mustasyar,a'wan,dan bisa juga lembaga-lembaga di samping forum sillaturrahmi. Konfilk antara Gus Dur dan Hasyim Muzadi sulit diselesaikan. Sebab Hasyim telah dinilai melanggar etika komunikasi hubungan santri terhadap kiai, menurutnya Hasyim adalah orang yang dibesarkan dan diangkat oleh Gus Dur. Dalam menyikapi Kasus ini, Suara Merdeka menurunkan berita katagori Organisasi menerbitkan 4 edisi, yaitu 6, 9, 10,27 Desember 2004. Dari tabel di atas dapat dibaca bahwa Suara Merdeka memberikan perhatian lebih terhadap Muktamar Nahdlatul Ulama ke-31 NU yang diselenggarakan pada 28 Nopember-2 Desember 2004. Hal ini terbukti Suara Merdeka Menurunkan beritanya dari tanggal 23 Nopember–18 Desember 2004 ada 19 edisi. Dari 19 edisi penulis mengkatagorikan berita itu berdasarkan agenda Muktamar ke-31
93
NU, katagori itu diantaranya : Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ ), Pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum, Penyusunan Program/evaluasi , Organisasi dan Bahsul Masail. Pada pemberitaan Muktamar ke-31 NU, katagori pemberitaan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Suara Merdeka menerbitkan 2 edisi, katagori pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum ada 8 edisi, katagori penyusunan program/evaluasi 4 edisi, katagori organisasi ada 5 edisi dan katagori Bahsul Masail tidak ada. Dari lima katagori di atas, katagori pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum frekuensi terbitnya lebih banyak. Ini menunjukan bahwa Suara Merdeka memberikan perhatian yang lebih terhadap Muktamar ke-31 NU. Muktarmar ke-31 yang sebelumnya diwarnai kompetisi antara Poros Lirboyo dan Poros Langitan dalam perebutan jabatan Rais Aam dan Ketua Umum untuk periode 2004-2009. Konflik intenal NU itu berlanjut hingga pasca Muktamar ke31
NU.
Berangkat
dari
kasus
tersebut
penulis
berusaha
menemukan
kecenderungan Suara Merdeka dalam memberitkan Muktamar ke-31 NU tersebut. Frame Suara Merdeka, 23 Nopember 2004 “Jateng Pertahankan Hasyim” Muktamar ke-31 Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Donohudan Boyolali berlangsung 28 Nopember – 2 Desember 2004. Dalam Muktamar itu akan dipilih Rais Aam dan Wakil Rais Aam untuk lima tahun mendatang. Analisis sintaksis dari pandangan Suara Merdeka terwujud skema atau bagan berita dengan judul: “Jateng Pertahankan Hasyim”. Dalam edisi tersebut berita ini menjadi headline sehingga mengandung tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita.
94
Perangkat sintaksis lain berupa latar yang dipilih yaitu tentang Partai Kebangkitan Bangsa relakan Gus Dur jadi Rais Aam PBNU pada Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan, Keputusan itu diambil guna menjaga hubungan antara NU dan PKB, mensugestikan pandangan khalayak bahwa PKB menentukan sikap, supaya Gus Dur maju menjadi Rais Aam. Sedangkan dari struktur Skrip yaitu bagaimana cara wartawan mengisahkan fakta. Secara umum teks berita Suara Merdeka mengisahkan bahwa Dewan Pimpinan Pusat PKB mengikhlaskan Gus Dur melepas jabatan Ketua Umum Dewan Syuro PKB. Dengan memberikan penegasan diawal teks semacam itu, menunjukkan arah berita bahwa PKB menyetujui Gus Dur maju untuk menjadi Rais Aam PBNU. Dalam teks berita ini terdapat unsur-unsur penting berita yaitu: Who (Dewan Pimpinan Pusat PKB), What (menjaga hubungan NU dan PKB), How (Gus Dur untuk melepas jabatannya). Dari sudut tematik yaitu cara wartawan menulis fakta, di sini terdapat dua tema dalam teks berita tersebut. Pertama, kerelaan PKB untuk melepas Gus Dur dari jabatan ketua umum Dewan Syuro PKB. Jika nantinya terpilih menjadi Rais Aam PBNU pada Muktamar ke-31 NU. Tema kedua, pernyataan Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Kebumen telah menentukan sikap tegas dengan tetap mendukung duet KH. Hasyim Muzadi dan KH. MA. Sahal Mahfudh. Bila keduanya tidak bersedia, PCNU Kebumen sudah mengantongi nama KH. Tolchah Hasan dan Gus Mus (KH. A.. Musthofa Bisri) dari Rembang. Tema ini disusun melalui cara menulis menggunakan koherensi kontras.
95
Dalam hal retoris, yaitu cara wartawan menekankan fakta. Dalam teks berita yang menekankan logo Gambar Muktamar ke-31 NU melalui gambar itu merupakan ciri khas pemberitaan tentang Muktamar NU.Dengan gambar tersebut Suara Merdeka memberikan perhatian khusus dalam pemberitaan Muktamar NU. Frame Suara Merdeka , 24 Nopember 2004 “Gus Dur Jagokan Gus Mus” Mantan Ketua Umum PBNU Gus Dur tidak setuju dengan Hasyim Muzadi dalam pencalonan Ketua Umum PBNU. Gus Dur yakin Hasyim Muzadi tidak akan terpilih lagi sebagai Ketua Umum PBNU pada Muktamar ke-31 NU, tapi berbeda pendapat dari ketua PWNU Jateng Drs. H. Moh. Adnan MA, yang yakin Hasyim akan mendapat dukungan dari sebagian besar peserta Muktamar. Dari analisis sintaksis, pandangan Suara Merdeka diwujudkan dalam skema atau bagan berita. Frame Suara Merdeka tersebut tertuang dalam judul berita: “Gus Dur jagokan Gus Mus” lead atau kepala berita yang dipakai Suara Merdeka adalah: “Kubu Hasyim Yakin Menang” sudut pandang berita dari rangkaian lead itu menunjukkan bahwa kubu Hasyim yakin akan memenangkan pemilihan Ketua Umum pada Muktamar NU ke-31, ini bisa diamati dari kutipan berita sebagai berikut: “Adnan mengungkapkan, Aspirasi yang diserap dari cabang-cabang sebagian besar menginginkan KH. MA.Sahal Mahfudh dan KH. Hasyim Muzadi
96
memimpin PBNU lagi untuk lima tahun mendatang Kesimpulan sementara rapat PWNU juga menyatakan dukungannya terhadap kedua tokoh tersebut dalam Muktamar ke-31 NU”. Bagian berita ini menggambarkan bahwa duet Sahal-Hasyim bisa memimpin PBNU lagi untuk lima tahun mendatang karena duet Sahal-Hasyim mendapat dukungan besar dari PWNU baik di Jawa dan di luar Jawa. Dari analisis skrip, berita tersebut mengisahkan mengenai Gus Dur tidak senapas dengan KH. Hasyim Muzadi dalam pencalonan ketua umum PBNU. Dari berita tersebut unsur berita yang terdapat dalam teks adalah who (Gus Dur), what (pencalonan ketua umum PBNU), why (tidak senapas dengan KH. Hasyim Muzadi), ketika mengisahkan “why” Suara Merdeka secara jelas bahwa Gus Dur tidak sejalan dengan Hasyim Muzadi. Dengan menyusun struktur skrip seperti ini, maka yang muncul di hadapan khalayak adalah bahwa Gus Dur meragukan Hasyim Muzadi untuk maju dalam pencalonan ketua umum PBNU. Sementara itu dari struktur tematik, berita ini membawa tema besar yang ingin ditampilkan kepada khalayak, pertama; ketidaksetujuan Gus Dur dalam pencalonan Hasyim Muzadi. Gus Dur menekankan hampir semua pengurus cabang PCNU se-Indonesia menyatakan tidak mendukung Hasyim Muzadi untuk duduk kembali di kursi ketua umum PBNU pada lima tahun mendatang.
97
Tema kedua, bahwa pendapat Gus Dur berbeda dari ketua PWNU Jateng Drs. H. Moh. Adnan MA, yakin pasangan KH.MA.Sahal MahfudKH.Hasyim Muzadi akan mendapat dukungan dari sebagian besar peserta Muktamar. Sehingga akan dipilih kembali sebagai ketua umum. Kedua tema diatas secara detail dan panjang lebar Suara Merdeka menghadirkan faktafakta yang ada di lapangan. Tema ini disusun melalui cara menulis menggunakan koherensi kontras. Dari struktur retoris, bagaimana wartawan menekankan fakta pada tema pertama, Gus Dur tidak senapas dengan KH. Hasyim Muzadi dalam pencalonan ketua umum PBNU. Penekanan dapat disimak pada pemilihan kata atau leksikon diambil dari berita tersebut adalah “senapas” dengan KH. Hasyim Muzadi. Kalimat “ senapas ” di sini mencitrakan kepada khalayak ada sikap tidak senang kepada lawan Gus Dur. Frame Suara Merdeka , 25 Nopember 2004 “Gus Mus Bersedia Dicalonkan” KH. Musthofa Bisri (Gus Mus) akhirnya siap dicalonkan sebagai ketua umum PBNU dalam Muktamar ke-31 NU, Gus Mus secara tersirat bersedia dicalonkan setelah bertabayyun selama tiga jam dengan KH. Attabik Ali Pondok Pesanteren Krapyak Yogyakarta. Frame Suara Merdeka bisa diperhatikan dari bagaimana wartawan menyusun kalimat dalam bentuk berita secara keseluruhan. Dari analisis sintaktis judul yang digunakan Suara Merdeka adalah “ Gus Mus Bersedia
98
Dicalonkan ” berita itu merupakan tingkat kemenonjolan yang besar perangkat sintaksis yang lain adalah lead. Lead
yang digunakan Suara
Merdeka adalah “Masdar: saya baru seperlimanya Gus Dur”. Dalam berita tersebut dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara judul berita dengan lead yang digunakan bahwa pemberitaannya tidak berimbang. Latar
yang
digunakan Suara Merdeka adalah “Gus Mus secara tersirat bersedia dicalonkan menjadi ketua PBNU”. Ini bisa diarahkan bahwa pandangan khalayak hendak dibawa untuk mendukung Gus Mus. Dari struktur skrip, secara umum Suara Merdeka mengisahkan bahwa Gus Mus bersedia dicalonkan, karena dia merasa punya tanggung jawab untuk mengembalikan NU ke Khittahnya. Dengan cara mengisahkan seperti ini, makna yang ditekankan bukanlah Gus Mus berambisi ingin mencalonkan diri sebagai ketua umum PBNU tapi lebih untuk menyelamatkan NU, yang beberapa tahun ini telah terseret ke arus politik praktis, dia ingin mengembalikan NU ke Khittah 1926. Dari berita tersebut unsur berita yang terdapat adalah who (Gus Mus), what (bersedia dicalonkan), why (merasa punya tanggung jawab), how (mengembalikan NU ke Khittahnya, disini tidak disebutkan unsur when (kapan), ini membuat pandangan khalayak untuk bertanya-tanya kapan akan mengembalikan NU pada khittahnya. Frame Suara Merdeka juga dapat diamati dari analisis tematik, berita ini disusun dalam dua tema. Pertama, kesediaan Gus Mus untuk dicalonkan ketua PBNU. Kedua, keraguan Gus Dur jika Masdar F Masudi tidak cocok
99
dalam memimpin NU, karena pemikirannya terlalu maju, sehingga kemungkinan ditolak para kiai, tema ini secara langsung menekankan bahwa Gus Dur memandang Masdar F. Mas’udi tidak pantas untuk duduk di kursi ketua PBNU, karena Masdar F. Mas’udi, pikirannya terlalu modern. Tema ini disusun dalam teks dengan bentuk koherensi kondisional berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa dihubungkan atau dijelaskan. Frame Suara Merdeka juga ditekankan melalui retorika tertentu. Masing-masing pihak dalam teks menekankan dengan cara tertentu agar pandangannya bisa diterima dan berpengaruh terhadap publik. Berita itu dilengkapi oleh gambar atau foto. Foto ini adalah Masdar F. Masudi dan satu logo Muktamar NU yang diletakkan dibawah judul berita. Foto Masdar bisa diartikan khalayak dikenalkan inilah tokoh NU mempunyai peranan penting dalam
NU. Mengenai logo Muktamar, itu merupakan ciri khusus untuk
memperlihatkan khayalak bahwa logo itu khusus untuk meliput berita Muktamar NU ke-31. Frame Suara Merdeka , 26 Nopember 2004 “NU Tandingan Bikin Masalah” Dalam pemilihan ketua umum PBNU siapapun yang terpilih pada Muktamar ke-31 di Donohudan 28 Nopember – 2 Desember 2004 bisa diterima semua pihak, khususnya di kalangan Nahdliyyin. Sekalipun KH. Hasyim Muzadi terpilih kembali, itu harus bisa diterima.
Dari frame Suara
Merdeka jika dianalisis, melalui struktur sintaksis bagaimana wartawan
100
menyusun fakta yang akan menimbulkan makna tertentu ketika diterima khalayak. Judul yang dipergunakan Suara Merdeka adalah “NU Tandingan bikin masalah”. Judul ini menjadi headline serta diperkuat dengan lead (struktur sintaksis): “Opsi itu untuk kepentingan individu” membentuk kepala berita / lead seperti itu memberikan sudut pandang bahwa NU tandingan merupakan opsi untuk kepentingan individu semata bukan untuk kepentingan jam’iyyah Nahdhatul Ulama. Dalam analisis sintaksis ditemukan pemakaian latar yang mengulas tentang siapapun yang terpilih menjadi ketua PBNU bisa diterima oleh disemua pihak, khususnya kalangan Nahdliyyin. Frame ini pun terlihat bagaimana
wartawan menyusun fakta. Fakta yang ditampilkan adalah
seharusnya para peserta Muktamar harus menghormati siapa pun yang terpilih dalam Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan nanti. Bagaimana Suara Merdeka mengisahkan fakta ini dapat diperhatikan melalui alur berita tersebut yang dikisahkan melalui perangkat analisis skrip. Secara keseluruhan teks berita ini mengisahkan bagaimana para muktamirin menerima hasil muktamar jika sebelum muktamar sudah ada prinsip “Asal Bukan Hasyim” jelas ini sudah menjadi awal yang tidak baik. Dalam teks berita ini terdiri dari unsur kelengkapan berita antara lain what (menerima hasil muktamar), where (pada muktamar ke-31), how (ada prinsip “asal bukan Hasyim”). Di sini tidak disebutkan who (siapa) itu membuat khalayak untuk bertanya siapa yang membuat prinsip “Asal Bukan Hasyim”.
101
Sementara itu dari sudut tematik, berita itu mempunyai tema pertama beberapa kiai sepuh mengadakan pertemuan di PWNU Jatim. Dalam pertemuan itu tercetus gagasan untuk membuat NU tandingan, bila terpilih menjadi ketua PBNU nanti adalah KH. Hasyim Muzadi. Tema kedua adalah adanya opsi yang berkembang dalam pertemuan yang dihadiri ulama yang tidak setuju bila Hasyim – Sahal mencalonkan diri dalam Muktamar ke-31 NU. Tema berita ini disusun melalui cara menulis menggunakan koherensi kondisional dalam wacana dapat berhubungan sebab akibat, dapat juga berupa hubungan penjelas: “Menjelang muktamar beberapa kiai sepuh mengadakan pertemuan di PWNU Jatim. Dalam pertemuan itu tercetus gagasan untuk membuat NU tandingan, bila terpilih menjadi ketua PBNU nanti adalah KH. Hasyim Muzadi. NU tandingan itu salah satu opsi dari lima opsi yang berkembang…” Strategi kondisional yang dipakai dalam teks berita ini sebagai penjelas yang ingin ditampilkan di depan publik.Dari aspek retoris ada penekanan tertentu melalui gambar/logo Muktamar untuk menandai liputan khusus untuk Muktamar NU ke-31.Ini merupakan perhatian penting dari Suara Merdeka. Frame Suara Merdeka , 27 Nopember 2004 “Muktamar dibuka Minggu Besok” Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan Boyolali yang akan dibukan Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada Minggu besok, diprediksi
102
diwarnai dengan kompetisi sengit dua Poros di kalangan warga Nahdliyyin, yaitu Poros Langitan dan Poros Lirboyo. Pandangan itu dikemukakan sosiolog dari Universitas Airlangga Surabaya. Dari analisis sintaksis, frame tersebut disusun dalam skema tertentu. Judul berita yang digunakan Suara Merdeka adalah “Muktamar dibuka Minggu Besok”. Perangkat sintaksis yang lain adalah latar untuk mendukung gagasannya. Latar yang digunakan berupa prediksi adanya kompetisi sengit dua Poros penting di kalangan warga Nahdliyyin, yaitu Poros Langitan dan Poros Lirboyo, teks menekankan pada khalayak bahwa apa yang diprediksikan akan terjadi. Dalam frame Suara Merdeka mengisahkan peristiwa pemberitaan tersebut (skrip). Berita ini mengisahkan bahwa Muktamar NU di Asrama Haji Donohudan Boyolali yang akan dibuka minggu besok oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono diprediksi akan diwarnai kompetisi sengit antara Poros Langitan dan Poros Lirboyo. Dari berita tersebut, unsur berita yang terdapat adalah who (Presiden SBY), when (Minggu besok), where (di Asrama Haji Donohudan), what ( muktamar dibuka), why (diprediksi diwarnai kompetisi sengit). Unsur berita how tidak dicantumkan dalam berita tersebut, itu akan membuat khalayak untuk bertanya bagaimana peristiwa itu terjadi. Dari sudut tematik, ada beberapa tema yang mendukung gagasan Suara Merdeka dalam berita tersebut. Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan yang dibuka oleh Presiden SBY yang diprediksi diwarnai kompetisi antara dua Poros. Dalam teks, tema ini dapat diuraikan bahwa
103
Muktamar ke-31diprediksi ada kompetisi antara Poros Lirboyo dan Langitan. Poros Lirboyo dibawah pimpinan KH. Idris Marzuki dikenal dekat dengan KH. Hasyim Muzadi. Poros ini sejak awal kurang senang dengan kepemimpinan PKB dibawah kontrol Gus Dur. Poros Langitan dibawah kendali Ulama Sepuh, KH. Abdullah Faqih Poros ini dikenal dekat dengan Gus Dur dan kalangan PKB. Para kiai sepuh NU menyatakan tidak setuju dengan pencalonan kembali Hasyim Muzadi sebagai ketua umum PBNU lima tahun ke depan. Tema ini ditulis secara panjang detail dan lengkap. Dari struktur retoris, bagaimana wartawan menekankan fakta. Di sini fakta tidak ditekankan dengan foto, tetapi Suara Merdeka melabeli gambar khusus untuk edisi pemberitaan tentang Muktamar NU ke-31, logo/ gambar menandakan bahwa Suara Merdeka mempunyai perhatian khusus terhadap pemberitaan tersebut. Frame Suara Merdeka , 28 Nopember 2004 “Wacana NU Tandingan Serius” Ancaman yang dilontarkan Gus Dur untuk membentuk NU Tandingan tersebut, menurut wakil katib syuriah PBNU KH. Masdar, tidak boleh dianggap sepele. Ancaman itu serius dan tidak mustahil akan terjadi. Dari struktur sintaksis bisa dianalisis, Suara Merdeka mengambil judul “Wacana NU tandingan serius” judul itu diperkuat dengan lead yang mendukung. Leadnya adalah “Kiai Sahal dan Faqih bertemu” judul itu
104
menunjukkan kecenderungan berita. Dan lead akan membawa khalayak berpandangan NU Tandingan dibentuk oleh Gus Dur jika ia kalah dalam mencalonkan ketua PBNU. Dilihat dari sudut bagaimana cara wartawan mengisahkan fakta. Di sini ada dua tema penting pertama, ancaman yang dilontarkan Gus Dur untuk membuat NU Tandingan bukan wacana kosong. Seperti yang diketahui, sejumlah kiai sepuh mengeluarkan beberapa opsi yang ditujukan agar Hasyim tidak mencalonkan kembali dalam Muktamar ke-31 di Asrama Haji Donohudan. Jika tetap mencalonkan mereka akan mengancam membuat NU tandingan. Tema ini didukung oleh latar informasi yang begitu detail. Tema kedua, apabila kedua Poros Langitan dan Lirboyo tetap tidak bisa bersatu. Maka, perlu adanya islah antara kedua belah pihak. Menurut Masdar, KH.MA. Sahal Mahfudh dan KH. Abdullah Faqih Langitan perlu bertemu sebelum Muktamar itu selesai. Tema ini dapat diamati betapa banyak peran Masdar F. Masudi untuk menyelamatkan NU dari perpecahan. Dari elemen wacana yang dipakai adalah detail dan bentuk kalimat diuraikan dengan detail dan panjang. Jika dilihat dari analisis retoris yakni bagaimana cara wartawan menekankan suatu fakta. Elemen grafis yang muncul dalam pemberitaan ini dalam bentuk ekspresi dengan mencetak judul dengan cetak tebal. Ini mengandung arti bahwa Suara Merdeka mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menarik sehingga perlu difokuskan.
105
Frame Suara Merdeka , 29 Nopember 2004 “KH. Sahal – Gus Dur Bersaing” Perebutan jabatan tertinggi di PBNU baik jabatan Rais Aam maupun Tanfidziyah, dalam Muktamar ini semakin seru. Hal itu terkait dengan kesediaan KH.MA. Sahal Mahfudh dan Gus Dur untuk dicalonkan sebagai Rais Aam.Frame Suara Merdeka bila dianalisis sintaksis, Suara Merdeka menurunkan berita dengan judul “KH. Sahal-Gus Dur Bersaing” judul ini menjadi headline sehingga mengandung tingkat kemenonjolan yang tinggi. Menunjukkan kecenderungan berita, perangkat sintaksis yang lain berupa lead yang dipilih yiatu: “Presiden Susilo Bambang Yudoyono Minggu kemarin membuka Muktamar ke31 Nahdhatul Ulama di Asrama Haji Donohudan Boyolali. Sejumlah tokoh menyaksikan pemukulan gong menandai pembukaan Muktamar, yaitu KH. MA Sahal Mahfudh, KH. Hasyim Muzadi dan Gubernur Jateng H. Mardiyanto”. Berita itu juga memakai latar. Latar yang dipakai berupa informasi perebutan jabatan ketua PBNU semakin seru. Hal itu ditandai kesediaan KH.MA.Sahal Mahfudh dan Gus Dur menyatakan siap dicalonkan menduduki Rais Aam. Dengan menguraikan secara detail latar belakang informasi perebutan jabatan. Teks menekankan kepada
106
khalayak bahwa apa yang diperebutkan oleh KH.MA. Sahal Mahfudh dan Gus Dur benar terjadi Dari sudut tematik yaitu mengenai bagaimana cara wartawan menulis suatu fakta. Ada dua tema yang mendukung gagasan Suara Merdeka dalam berita tersebut. Pertama, perebutan jabatan ketua PBNU antara KH.MA.Sahal Mahfudh dan Gus Dur dalam Muktamar kali ini semakin seru. Dalam teks, tema ini dapat diuraikan dengan
keterangan
yang
diberikan
oleh
sumber
berita
yang
diwawancarai. Diantaranya adalah KH. Masruri Mughni, Rois Syuriah PWNU Jateng yang menyatakan secara khusus dan resmi ia sudah bertemu dengan Kiai Sahal, demi kepentingan umat dan NU beliau siap dicalonkan lagi. Tema kedua, adanya kompetisi sengit antara kedua Poros perlu adanya islah, dan memberikan pernyataan agar semua pihak menghormati hasil Muktamar, apapun hasilnya dan siapapun yang terpilih sebagai Rais Aam dan Ketua Umum Tanfidziyah. Dari sini bisa dianalisis bahwa Suara Merdeka membawa pandangan khalayak agar menyetujui adanya islah antara kedua Poros tersebut. Struktur skrip akan melihat bagaimana wartawan mengisahkan fakta dalam berita secara keseluruhan. Berita ini mengisahkan tentang persaingan antara KH.MA. Sahal Mahfudh dan Gus Dur dalam perebutan Rais Aam PBNU pada muktamar ke-31 NU. Berita itu dikisahkan dalam konteks tentang persaingan kedua tokoh itu memang benar terjadi, sehingga banyak kalangan digambarkan menolak persaingan tersebut.
107
Frame Suara Merdeka , 30 Nopember 2004 “16 PW Dukung Hasyim-Sahal” Mayoritas pengurus wilayah NU yang menyampaikan pemandangan umum
atas
laporan
pertanggung
jawaban
(LPJ)
PBNU
dibawah
kepemimpinan KH. Hasyim Muzadi menyatakan menerima LPJ tersebut. Tak hanya itu, mereka juga mendukung pencalonan kembali Hasyim-Sahal sebagai ketua PBNU dan Rais Aam 2004-2009. Ada 16 PWNU di Jawa dan luar Jawa yang mendukungnya. Menurut 16 wilayah ini sebagian besar karena pertimbangan merasa lebih sering dikunjungi PBNU saat ini ketimbang kepengurusan periode sebelumnya. Analisis Sintaksis akan melihat frame ini. Judul yang digunakan Suara Merdeka adalah “16 PW dukung Hasyim-Sahal” judul itu mengindikasikan bahwa khayalak diajak untuk setuju atas dukungan Hasyim-Sahal. Namun lead yang digunakan adalah “Ancaman NU tandingan dapat reaksi keras”. Lead ini memberikan sudut pandang dari berita, khalayak dibawa supaya menyetujui Hasyim-Sahal menjadi Rais Aam, di sisi lain ada ancaman Gus Dur membuat NU tandingan, perangkat sintaksis lain adalah latar. Latar tersebut
adalah
penerimaan
Laporan
Pertanggung
Jawaban
(LPJ)
kepemimpinan Hasyim Muzadi, dan mereka mendukung pencalonan kembali
108
Hasyim – Sahal sebagai ketua dan Rais Aam PBNU untuk lima tahun mendatang. Secara detail teks berita itu mendeskripsikan hasil kepemimpinan Hasyim – Sahal. Dengan bagan berita seperti ini mengandung pesan bahwa duet Hasyim – Sahal layak didukung. Dari perangkat skrip, kisah dari berita itu adalah dukungan HasyimSahal saat LPJ PBNU mengalir untuk menjadi ketua dan Rais Aam PBNU untuk lima tahun mendatang. Dari unsur-unsur berita yang terkandung dalam berita tersebut adalah: who (Hasyim-Sahal), what (dukungan), when (lima tahun mendatang), how (bagaimana menjadi ketua PBNU), where (saat LPJ PBNU). Dari pandangan Suara Merdeka terdiri atas dua tema. Pertama, penerimaan LPJ PBNU kepemimpinan Hasyim oleh peserta Muktamar serta dukungan untuk dicalonkan kembali menjadi ketua PBNU untuk lima tahun mendatang. Ini dapat dilihat dari tema berita yang mengungkap secara detail dukungan Hasyim-Sahal untuk duduk di kursi ketua dan Rais Aam PBNU. Tema kedua, ancaman NU tandingan dapat reaksi keras dari putra pendiri NU, menurut KH. Hasib Wahab Hasbullah bahwa ancaman Gus Dur hanyalah gertakan biasa. Di sini bisa dilihat khalayak diajak supaya memojokkan Gus Dur. Kata “gertakan” merupakan pilihan kata yang digunakan dan dapat penekanan dari sekian banyak pilihan yang ada. Ini menyelipkan pesan tindakan Gus Dur tersebut hanya lelucon biasa. Di sini juga bisa dilihat bahwa elemen grafisnya adalah tulisan judul dicetak tebal dan dalam ukuran besar untuk mendukung gagasan yang ingin ditonjolkan.
109
Frame Suara Merdeka , 1 Desember 2004 “Gus Mus tak Diizinkan Ibunya” Teka-teki Ma’rufah Bisri, ibunda KH. A. Musthofa Bisri (Gus Mus), akhirnya terjawab. Gus Mus ternyata tidak mendapat izin ibunya untuk maju ke pemilihan ketua umum PBNU dalam Muktamar kali ini. Ibunya meminta dia agar memusatkan perhatiannya mengembangkan pesantren Roudlotut Tholibien, Leteh, Rembang. Dari struktur sintaksis, Suara Merdeka mengambil headlinenya adalah “Gus Mus tak Diizinkan Ibunya” judul ini digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan. Perangkat sintaksis lain yang dipakai Suara Merdeka adalah lead. Lead itu mengatakan “Gus Mus Temui KH. Sahal” lead ini memberi sudut pandang sendiri untuk memperkuat judul. Latar yang dipakai Suara Merdeka untuk mendukung gagasannya yaitu “Teka-teki restu Ma’rufah Bisri, Ibunda KH. A. Musthofa Bisri (Gus Mus), akhirnya terjawab”. Latar ini bisa diamati bahwa pengutipan sumber cukup obyektif karena disampaikan tokohnya. Dilihat dari skrip, bagaimana wartawan mengisahkan berita. Suara Merdeka mengisahkan bahwa KH. Musthofa Bisri ternyata tidak mendapatkan izin dari Ibu Ma’rufah Bisri untuk maju ke bursa pemilihan ketua umum. Ibunya meminta untuk memusatkan perhatian mengembangkan pesantren Roudhotut Tholibien, Leteh, Rembang.
110
Unsur-unsur berita yang ada pada frame Suara Merdeka yaitu who (KH. Musthofa Bisri), what (tidak mendapat izin dari ibunya), why (ibunya meminta memusatkan perhatin mengembangkan pesantren), where (untuk maju ke bursa pemilihan ketua umum), how (menggambarkan bagaimana Gus Mus tidak mendapatkan izin ibunya), Suara Merdeka mengisahkan “how” secara jelas alasan ibu Gus Mus dalam pencalonan ketua umum. Dengan menyusun skrip seperti ini, makna yang muncul dihadapan khalayak adalah informasi yang diberikan oleh Ibunda Gus Mus benar-benar obyektif. Dari struktur tematik bisa dilihat dua tema besar yang ingin ditampilkan kepada khalayak. Pertama, teka-teki restu Ma’rufah Bisri, Ibunda KH. A. Musthofa Bisri, akhirnya terjawab. Gus Mus ternyata tidak mendapat izin dari ibunya. Beliau meminta Gus Mus supaya memusatkan perhatian pada pesantren Roudhotut Tholibien. Pemberitaan ini diterangkan secara detail dan panjang. Tujuan akhirnya adalah publik disajikan informasi secara jelas. Tema kedua, “Gus Mus tadi malam menemui Rais Aam KH. MA. Sahal Mahfudh di rumah Jl. Adisucipto 17 Solo”. Pertemuan itu disebut-sebut upaya islah setelah terjadi ketegangan pada Muktamar ke-31 NU. Tema yang disajikan secara tersamar, implisit, tersembunyi. Tujuan akhirnya publik hanya disajikan informasi tidak jelas. Berita Suara Merdeka ini menunjukkan bagaimana media menjadi ajang perang simbolik. Masing-masing pihak saling mengedepankan klaim
111
atau alasan pembenar agar pendapatnya lebih diterima khalayak. Klaim-klaim yang dilontarkan tersebut sering kali disertai retorika-retorika tertentu untuk mengunggulkan pandangan dan mengecilkan pandangan pihak lain. Retorika yang digunakan harian ini adalah penggunaan bahasa dengan penafsirannya, sering dilabeli dengan keterangan bahwa penafsiran yang paling benar. Selain itu penekanan dilakukan pula oleh harian ini melalui efek foto. Dengan menampilkan foto KH. Yusuf Hasyim menemui KH.A.Musthofa Bisri (Gus Mus) pada halaman depan, foto itu menunjukkan makna yang ditonjolkan nilai positifnya. Frame Suara Merdeka , 2 Desember 2004 “Gus Dur – Masdar Ancam Bikin NU Tandingan” Setelah KH. A. Musthofa Bisri (Gus Mus) tidak bersedia dicalonkan sebagai ketua umum PBNU Periode lima tahun mendatang. Kubu Gus Dur merestui KH. Masdar F. Masudi. Jika kalah, dan KH. Hasyim Muzadi terpilih, NU terancam pecah. Puluhan kiai tergabung dalam Poros Langitan menyerahkan
pernyataan
sikap
mengembalikan
NU
kepada
duriyat
(keturunan) pendiri NU Jam’iyyah Diniyyah tersebut, untuk mengambil sikap mendirikan NU. Analisis sintaksis dari pandangan Suara Merdeka terwujud dalam skema atau bagan berita dengan judul “Gus Dur – Masdar Ancam Bikin NU Tandingan”. Dalam edisi tersebut berita ini menjadi headline sehingga
112
mengandung tingkat kemenonjolan yang besar. Perangkat sintaksis lain berupa latar yang dipilih yaitu tentang Kubu Gus Dur merestui KH. Masadar F. Mas’udi. Jika kalah, dan KH. Hasyim Muzadi terpilih, NU terancam pecah. Latar ini memberi pandangan khalayak bahwa ancaman Gus Dur bahwa NU terancam pecah benar-benar akan terjadi. Pandangan ini juga didukung oleh bagaimana Suara Merdeka menyusun fakta secara keseluruhan. Dalam berita ini Suara Merdeka melengkapi beritanya dengan kutipan dari kiai sepuh yang tergabung dalam Poros Langitan. Fakta pendapat Poros Langitan diletakkan di depan yang kemudian didukung oleh pendapat-pendapat yang lain. Dilihat dari struktur skrip yaitu bagaimana wartawan mengisahkan fakta. Secara umum teks cerita Suara Merdeka mengisahkan setelah Gus Mus tidak bersedia dicalonkan, maka Kubu Gus Dur merestui pencalonan KH. Masdar F. Mas’udi, jika kalah, dan KH. Hasyim menang, NU terancam pecah. Dalam teks berita ini terdapat unsur-unsur penting, who (kubu Gus Dur), what (merestui pencalonan), how (bagaimana NU terancam pecah), why (jika kalah). Di sini unsur when (kapan) tidak dimunculkan dalam teks. Ini membuat pandangan khalayak kapan NU terancam pecah. Frame Suara Merdeka dapat diamati dari analisis tematik. Berita ini disusun dalam tema besar tentang Ancaman Gus Dur – Masdar membuat NU tandingan.
Tema
ini
dapat
diperhatikan
dari
awal
uraian
yang
mendeskripsikan alasan NU menjadi pecah. Dalam teks, tema ini disusun dengan detail yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak.
113
Frame Suara Merdeka diperkuat dengan penekanan tertentu dalam wacana berita dan penekanan yang paling kuat dari berita Suara Merdeka tersebut adalah pada pemakaian foto Masdar F. Mas’udi dan Hasyim Muzadi. Foto tersebut menekankan pada khalayak bahwa kedua foto itu yang dibicarakan dalam berita ini dan mempunyai fungsi yang menonjol. Frame Suara Merdeka , 03 Desember 2004 “Kekalahan Masdar Mengejutkan” Sahal-Hasyim Pimpin NU Lagi Pada Muktamar ke-31 Nahdhatul Ulama yang dilaksanakan 28 Nopember – 02 Desember 2004. Poros Lirboyo leading dalam perebutan dua jabatan bergengsi PBNU lima tahun ke depan. Duet KH. Sahal Mahfudh-KH. Hasyim Muzadi terpilih sebagai Rais Aam dan ketua umum PBNU dalam pemilihan yang berlangsung delapan jam. Frame Suara Merdeka, juga bisa diperhatikan dari bagaimana wartawan menyusun fakta (sintaksis) untuk disusun ke dalam teks berita. Judul yang digunakan Suara Merdeka adalah “Kekalahan Masdar Mengejutkan”. Judul berita ini menunjukkan tingkat kecenderungan berita yang tinggi, pembaca cenderung lebih mengingat headline. Judul ini didukung dengan lead. Lead yang digunakan adalah: “KH. Hasyim Muzadi berpelukan dengan Masdar Farid Mas’udi setelah penghitungan suara dalam pemilihan ketua umum PBNU, Kamis (2/12) dalam Muktamar ke-31 NU Hasyim terpilih kembali untuk periode 2004-2009”.
114
Lead yang ditunjukkan untuk memperjelas sudut pandang Suara Merdeka. Berita itu juga memakai latar untuk mendukung gagasannya. Latar yang dipakai:“Poros Lirboyo leading dalam perebutan ketua PBNU lima tahun ke depan. Duet Hasyim – Sahal terpilih sebagai Rais Aam dan ketua PBNU''. Dengan menguraikan secara detail. Teks menekankan kepada khalayak bahwa Poros Lirboyo leading memang benar-benar terjadi. Dari sudut skrip bagaimana cara wartawan mengisahkan fakta. Di sini frame Suara Merdeka mengisahkan bahwa Poros Lirboyo leading dalam perebutan dua jabatan bergengsi PBNU, Kamis 2 Desember 2004 dalam Muktamar ke-31 NU. Duet KH. MA. Sahal Mahfudh – KH. Hasyim Muzadi terpilih sebagai Rais Aam dan ketua umum PBNU untuk periode 2004-2009. Dari berita tersebut unsur berita yang terdapat dalam teks adalah who (Poros Lirboyo), what (leading), when (kamis, 2 Desember 2004), where (dalam Muktamar ke-31 NU), why (duet Sahal-Hasyim terpilih), how (bagaimana Duet Hasyim terpilih). Semua unsur berita telah terdapat dalam berita itu dengan lengkapnya unsur berita yang disajikan, khalayak akan menafsirkan bahwa peristiwa kemenangan Poros Lirboyo tidak dapat dibantah. Sedangkan pandangan yang menganggap bahwa berita itu belum jelas, hanya isu destruktif belaka, tidak punya dasar, karena semua informasi tentang kemenangan Poros Lirboyo (Sahal-Hasyim) itu telah terpenuhi. Sedangkan dari struktur tematik, berita itu membawa tema besar yang ingin ditampilkan kepada khalayak. Tema itu adalah Dalam Muktamar ke-31
115
NU Poros Lirboyo memimpin dalam perebutan dua jabatan PBNU lima tahun ke depan. Tema ini, disusun secara detail yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Frame Suara Merdeka juga dapat dilihat dalam struktur retoris. Aspek retoris tertentu untuk menekan makna yang ingin disampaikan kepada masyarakat umum kata-kata “ leading ” merupakan pilihan kata yang digunakan dan mendapat penekanan dari sekian banyak pilihan yang ada. Kalimat ini menyelipkan pesan kepemimpinan tersebut adalah sebuah kesuksesan dari kerja tim Poros Lirboyo. Dalam aspek grafis, frame Suara Merdeka menampilkan judul dengan tulisan bercetak tebal. Makna yang ingin disampaikan dalam judul berita itu adalah untuk mendukung gagasan yang ingin ditonjolkan. Frame Suara Merdeka , 6 Desember 2004 “Politik NU dan Parpol Tak Sama” Sekalipun Muktamar ke-31 NU di Boyolali menyepakati antara lain, pembentukan komisi politik NU, namun menurut pengamat politik Imam Suprayoga, hal itu jangan diartikan politik versi NU, itu sama dengan pengertian dari partai politik. Politik di NU hanyalah berkisar pada dakwah dan tidak ada kepentingan seperti halnya partai politik yang arahnya pada kekuasaan.
116
Analisis sintaksis dari pandangan Suara Merdeka terwujud skema atau bagan berita dengan judul: “Politik NU dan Parpol tak sama”. Dalam edisi tersebut berita ini menjadi headline sehingga mengandung tingkat kemenonjolan berita. Perangkat sintaksis lain berupa lead. Lead ini berupa kutipan wawancara pengamat politik Imam Suprayoga, tentang pembentukan komisi politik NU, menurutnya politik versi NU jangan diartikan sama dengan pengertian dari partai politik. Lead ini memberikan sudut pandang dari berita, pasalnya politik NU dan Parpol tak sama yang selama ini NU tidak pernah terlepas dari politik praktis. Frame Suara Merdeka ini juga didukung dengan bagaimana Suara Merdeka mengisahkan suatu fakta. Berita ini mengisahkan tentang Muktamar ke-31 NU menyepakati pembentukan komisi politik. Tema ini dapat dilihat dari pendapat pengamat politik Imam Suprayoga. Dia mengungkapkan politik versi NU tidak sama pengertian dari partai politik. Politik di NU hanyalah berkisar pada dakwah dan tidak ada kepentingan seperti halnya partai politik yang arahnya pada kekuasaan. Dari sudut tematik yaitu cara wartawan menulis fakta. Tema yang disusun adalah tentang pembentukan komisi politik NU. Ini justru akan membawa NU ke kancah politik, kekhawatiran itu diantaranya akan dijadikan sarana untuk menyeleksi orang-orang NU yang mau maju dalam pemilihan kepala daerah. Sehingga ke depan NU tetap akan terseret ke politik praktis. Hal itu diungkapkan M. Asfar, dari Peneliti Pusat Studi Demokrasi dan HAM dari Surabaya. Teks ini dapat diamati dari kutipan M. Asfar.
117
''Melalui komisi politik, NU hanya seperi mengubah kendaraan dalam politik. Padahal, di satu sisi NU tidak lagi terlibat politik praktis seperi tercermin dalam kontrak Jam'iyyah, tapi pada sisi lain NU juga menunjukkan tetap ingin berpolitik praktis lewat pembentukan komisi politk '' Tema ini dalam wacana berita dikembangkan dengan cara penulisan tertentu, yakni menggunakan koherensi kondisional, fakta bahwa adanya komisi politik NU menyebabkan NU terseret ke dalam politik praktis. Dari aspek retoris yaitu bagaimana wartawan menekankan fakta. Di sini bisa dilihat dengan pemakaian grafis, judul yang dibuat dengan bercetak tebal dan miring menekankan khalayak menaruh perhatian lebih kepada bagian tersebut. Frame Suara Merdeka, 7 Desember 2004 “Hari ini NU Tandingan Dibentuk” Pada Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Poros Langitan gagal menduduki kursi Rais Aam dan ketua PBNU. Kekalahan itu mendorong Gus Dur dengan sejumlah kiai sepuh yang tergabung dalam Poros Langitan bertemu di Pondok Pesantren Buntet, Cirebon. Di pondok milik KH. Abdullah Abbas itulah akan dibentuk pengurus PBNU rekonsiliatif. Dari frame Suara Merdeka, jika dianalisis sintaksis, bagaimana wartawan menyusun fakta, judul yang dipergunakan Suara Merdeka adalah “Hari ini NU tandingan dibentuk” menunjukkan frame yang hendak dikembangkan, judul ini menjadi headline serta diperkuat dengan lead (struktur sintaksis): “Poros Langitan bertemu di Cirebon”. Dari bentuk lead
118
yang seperti ini memberikan sudut pandang bahwa pembentukan NU Tandingan dibentuk pada pertemuan di Cirebon. Dalam analisis sintaksis juga ditemukan latar. Latar ini berupa kutipan wawancara dari Gus Dur,'' Gus Dur dan sejumlah kiai sepuh yang tergabung dalam Poros Langitan bertemu diCirebon''. Frame ini terlihat bagaimana peristiwa disusun,fakta yang ditampilkan adalah sikap Gus Dur datang ke Buntet bukan inisiatif Gus Dur tapi posisinya diundang oleh kiai sepuh. Bagaimana Suara Merdeka mengisahkan fakta. Ini dapat diperhatikan melalui berita tersebut dikisahkan melalui perangkat analisis skrip. Secara keseluruhan teks berita ini mengisahkan Gus Dur dengan sejumlah kiai sepuh yang tergabung dalam Poros Langitan hari ini bertemu di pondok pesantren Buntet, Cirebon. Di pondok milik KH. Abdullah Abbas itulah akan dibentuk Pengurus PBNU rekonsiliatif. Dalam teks berita ini terdiri dari unsur kelengkapan berita antara lain: who (Gus Dur dan kiai sepuh Langitan), what (bertemu), when (hari ini), where (pondok pesantren Buntet, Cirebon), why (dibentuk pengurus PBNU rekonsiliatif), how (bagaimana dibentuk pengurus PBNU rekonsiliatif). Dengan adanya semua unsur-unsur berita. Fakta yang akan ditunjukkan adalah kebenaran pembentukan NU tandingan di kalangan warga NU, ini didukung dengan pengutipan yang digunakan Suara Merdeka kepada Gus Dur. Dari sudut tematik, bagaimana wartawan menulis fakta, berita ini disusun dalam tema besar tentang dibentuknya NU tandingan. Hal ini dapat diamati dari detail wawancara dari Gus Dur. “NU yang akan dibentuk Gus
119
Dur bukan NU Tandingan, melainkan lebih bersifat untuk mengalang upaya rekonsiliasi sampai lima tahun ke depan”. Tema yang disusun secara detail merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Sebagai arena perang simbolik, frame Suara Merdeka dapat diamati dengan aspek grafis yaitu pada judul atau headline dicetak dengan huruf besar dan bercetakkan tebal. Huruf besar pada headline untuk mendukung arti penting suatu pesan yang ditonjolkan Suara Merdeka kepada khalayak. Frame Suara Merdeka, 8 Desember 2004 “Para Kiai Sepuh Tak Akui Hasil Muktamar Ke-31” Pertemuan bertajuk forum silaturahmi kiai sepuh itu dilaksanakan di kediaman KH. Abdullah Abbas, seorang kiai sepuh yang setia mendukung Gus Dur. Putusan menolak Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan Boyolali, yang mengantar KH. Hasyim Muzadi sebagai Tanfidziyah PBNU. Analisis sintaksis, dari pandangan Suara Merdeka terwujud dalam skema atau bagan berita dengan judul: “Para Kiai Sepuh Tak Akui Hasil Muktamar Ke-31”. Dalam edisi tersebut berita ini menjadi headline sehingga mengandung tingkat kemenonjolan yang besar tidak mendukung hasil Muktamar. Perangkat sintaksis lain berupa latar yang dipilih yaitu tentang pertemuan forum silaturahmi kiai sepuh dengan Gus Dur yang menghasilkan keputusan
120
menolak Muktamar ke-31 NU. Latar ini memberi kesan bahwa kiai-kiai sepuh dan Gus Dur menolak hasil Muktamar. Sktruktur skrip akan melihat bagaimana wartawan mengisahkan fakta dalam berita secara keseluruhan. Berita ini mengisahkan tentang penolakan hasil Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan oleh kiai-kiai sepuh dan Gus Dur di pondok pesantren Buntet, Cirebon. Unsur berita yang ada adalah who (kiai sepuh dan Gus Dur), what (penolakan hasil Muktamar ke-31 NU), where (pondok Buntet, Cirebon). Sedangkan unsur why dalam peristiwa tersebut tidak terdapat, sehingga khalayak akan bertanya-tanya, mengapa Gus Dur dan kiai sepuh menolak hasil Muktamar. Ada beberapa tema yang mendukung frame Suara Merdeka itu. Pertama, Gus Dur dan Kiai-kiai sepuh mengadakan pertemuan bertajuk forum silaturahmi
dilaksanakan
di
kediaman
KH.
Abdullah
Abbas
yang
menghasilkan keputusan menolak hasil Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan Boyolali. Hal ini dilihat dari wawancara dengan KH. Ubaidillah Faqih. Tema ini juga didukung oleh latar informasi yang begitu detail, dalam informasi itu mengaku bahwa pertemuan itu menolak hasil Muktamar ke-31 NU. Kedua, pada hari yang sama kiai sepuh asal Jatim berkumpul di Yogyakarta. Mereka membahas penyelamatan NU, termasuk mencegah Gus Dur mendirikan PBNU tandingan. Tema ini dapat diamati dari wawancara dengan KH. Attabik Ali. Dari aspek retoris, bagaimana cara wartawan menekankan sebuah fakta, ini dapat dilihat pada pemakaian bahasa yang digunakan wartawan
121
Suara Merdeka dalam wawancara Prof. Riswanda Imawan. Penekanan ini pada kata “Champion of Democrary” yang ditunjukkan kepada Gus Dur. Elemen gaya yang dipilih ini dibungkus dengan bahasa tertentu untuk menimbulkan efek tertentu kepada khalayak yang tidak tahu bahasa tersebut. Frame Suara Merdeka, 9 Desember 2004 “Hasyim Akomodasi kubu Gus Dur” Kepengurusan PBNU dibawah kepemimpinan KH. Sahal MahfudhKH. Hasyim Muzadi akan mengakomodasi kelompok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kelompok Gus Dur bersama kiai sepuh NU
tetap
dimasukkan dalam susunan kepengurusan PBNU lima tahun mendatang” Dari analisis sintaksis, frame Suara Merdeka menulis judul “Hasyim Akomodasi kubu Gus Dur” menunjukkan frame yang hendak dikembangkan. Judul ini menjadi headline serta diperkuat dengan lead (struktur sintaksis): “namanya perlu persetujuan”. Dari bentuk lead seperti ini memberikan sudut pandang bahwa Hasyim dalam mengakomodasi kubu Gus Dur perlu adanya persetujuan”. Perangkat sintaksis lain adalah latar. Latar ini mengulas bahwa kelompok Gus Dur bersama kiai sepuh NU tetap dimasukkan dalam susunan kepengurusan PBNU lima tahun mendatang. Bagaimana Suara Merdeka mengisahkan fakta, ini dapat diperhatikan melalui alur berita tersebut yang dikisahakn melalui perangkat analisis. Skrip, secara keseluruhan teks berita ini mengisahkan tentang kepengurusan PBNU di bawah kepemimpinan KH. Sahal – Hasyim akan mengakomodasi
122
kelompok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dari unsur
berita yang
terkandung dalam berita tersebut adalah: who (KH. Sahal-Hasyim), what (akan mengakomodasi), where (kepengurusan PBNU). Dari pandangan Suara Merdeka sendiri terdiri atas beberapa tema. Pertama, kepengurusan PBNU dibawah kepemimpinan KH. Sahal-Hasyim akan mengakomodasi kubu Gus Dur. Ini dapat dilihat dari berita yang mengungkapkan secara detail langkah Hasyim dalam mengakomodasi kubu Gus Dur. Tema kedua, susunan kepengurusan PBNU di bawah kepemimpinan KH. Sahal-Hasyim bisa diartikan sebagai bentuk islah yang sekarang bisa diartikan dengan akomodasi. Tema ini disusun dengan koherensi kondisional yang memberi penjelasan kata tetapi juga memberi label dengan kesan baik terhadap kepemimpinan KH. Sahal – Hasyim. Frame Suara Merdeka ditekankan pula melalui rekaman
dalam
elemen grafis. Di sini judul dibuat dengan ukuran besar dan bercetak tebal. Bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Frame Suara Merdeka, 10 Desember 2004 “Konflik Sulit Disembuhkan” Pengamat NU La Ode Ida melihat perkembangan baru dalam pasca muktamar ke-31 NU Boyolali. Warga NU terbagi menjadi tiga, yaitu NU
123
struktural Hasyim Muzadi, NU kultural kiai sepuh NU, serta NU yang tidak pro Hasyim ataupun Gus Dur. Dari analisis sintaksis, bagaimana cara wartawan menyusun fakta yang akan menimbulkan makna tertentu ketika diterima oleh khalayak. Judul yang dipakai oleh Suara Merdeka adalah: “Konflik Sulit Disembuhkan”. Teks berita ini akan menunjukkan dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi. Perangkat sintaksis lain adalah berupa latar. Latar ini berupa kutipan dari wawancara pengamat NU La Ade Ida, yang melihat NU pasca muktamar ke31 terbagi menjadi tiga yaitu NU struktural, NU kultural dan NU yang tidak pro Hasyim ataupun Gus Dur. Secara detail teks berita Suara Merdeka mendeskripsikan bahwa NU pecah menjadi tiga. Dengan bagan berita seperti ini mengandung pesan bahwa konflik Hasyim dan Gus Dur memang sulit untuk dihentikan sehingga NU pasca muktamar pecah menjadi tiga. Dari perangkat analisis skrip, bagaimana cara wartawan mengisahkan fakta dalam bagian berita ini adalah sebagai berikut. Kisah dari berita itu adalah bagaimana perkembangan baru dalam pasca muktamar ke-31 NU Boyolali, warga NU terbagi menjadi tiga. Konflik antara Gus Dur dan Hasyim Muzadi merupakan luka yang sulit disembuhkan. Dari unsur-unsur berita yang terkandung dalam berita tersebut adalah: who (tokoh yang berkomentar), what (perkembangan NU pasca muktamar), where (Boyolali), why (warga NU terbagi menjadi tiga), how (bagiamana NU terbagi menjadi tiga pasca muktamar ke-31). Dalam teks berita mengisahkan pula bentuk lain dari akibat konflik yang sulit disembuhkan.
124
Pandangan Suara Merdeka sendiri terdiri atas beberapa tema. Pertama, konflik antara Gus Dur dan Hasyim Muzadi merupakan luka yang sulit disembuhkan. Ini dapat di lihat dari tema berita yang mengungkapkan secara koherensi kondisional dalam wacana berupa hubungan sebab akibat. Tema kedua, dari kutipan La Ode Ida menilai, dalam kepemimpinan Hasyim Muzadi lima tahun terakhir ini tidak ada langkah-langkah progresif, Hasyim hanya sibuk mengurusi persoalan Politik, tidak seperti NU pada 15 tahun silam. Dalam tema ini secara detail memberitakan kepemimpinan Hasyim Muzadi lima tahun terakhir ini tidak ada langkah progresif. Ini dapat dilihat bagaimana tema ini dikembangkan dengan melakukan strategi wacana berupa detail. Detail yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja menciptakan citra tidak baik Hasyim kepada khalayak. Frame Suara Merdeka ditekankan pula melalui penekanan pada elemen grafis. Elemen itu muncul dalam bentuk foto Hasyim Muzadi dan Gus Dur untuk mendukung gagasan yang ingin ditonjolkan, supaya pandangan khalayak tertuju pada tampilan foto. Frame Suara Merdeka, 15 Desember 2004 “Tim Gus Dur Matangkan Pembentukan “NU BENAR” Pada Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan Poros Langitan tidak berhasil menduduki jabatan Rais Aam dan ketua PBNU, langkah Gus Dur membentuk tim kecil untuk mematangkan pembentukan “NU Benar”
125
dengan mengadakan rapat bersama setibanya Gus Dur dari Australia kemarin malam. Di sisi lain, Salahuddin Wahid (Gus Sholah) terus berupaya agar terjadi islah sehingga tidak ada organisasi kembar bagi warga Nahdliyyin. Organisasi yang akan dibentuk Gus Dur diberi nama “Jamiyah Nahdlatul Ulama 1926” nama belum diketahui mengenai kapan dan dimana organisasi ini akan dideklarasikan belum ada kepastian. Dari struktur sintaksis, akan melihat frame Suara Merdeka ini. Judul yang digunakan Suara Merdeka adalah: “Tim Gus Dur Matangkan Pembentukan “NU Benar”, judul berita Suara Merdeka sudah sangat jelas menunjukkan pandangan Suara Merdeka. Judul ini akan menimbulkan pesan bahwa “NU Benar” memang akan dibentuk oleh Gus Dur. Perangkat sintaksis lain berupa latar. Latar tersebut adalah Tim Kecil yang ditunjuk Gus Dur mematangkan pembentukan “NU Benar”. Dalam analisis skrip, bagaimana wartawan mengisahkan berita. Di sini Suara Merdeka mengisahkan tentang tim kecil yang ditunjuk KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mematangkan pembentukan “NU Benar” dengan mengadakann rapat setibanya dari Australia. Unsur-unsur berita yang terkandung dalam berita tersebut adalah: who (Gus Dur), what (tunjuk tim kecil), why (mematangkan pembentukan “NU Benar”, when (setiba dari Australia). Dari pandangan Suara Merdeka sendiri terdiri atas dua tema, pertama tentang tim kecil yang ditunjuk Gus Dur mematangkan pembentukan “NU Benar”. Ini dapat dilihat bahwa tema berita itu menggunakan elemen
126
koherensi kondisional, ini ditandai pemakaian kata hubung yang dipakai untuk menggambarkan dan menjelaskan hubungan dengan bagaimana seseorang memakai suatu peristiwa yang ingin ditampilkan ke publik. Tema kedua, tentang puluhan aktivis muda NU, menggelar aksi demo di depan kantor PWNU Jatim, mereka menuntut elit-elit NU untuk menghentikan konflik dan melakukan islah, tema ini memakai elemen maksud, ini dapat di lihat pada informasi yang diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi. Tujuan akhir adalah publik disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. Frame Suara Merdeka juga memberi penekanan pada judul berita “Tim Gus Dur mematangkan pembentukan “NU Benar”. Pemakaian tanda kutip pada kata “NU Benar” ini akan mendukung arti penting suatu pesan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Frame Suara Merdeka, 16 Desember 2004 “Juni, Gus Dur Gelar Muktamar Luar Biasa NU” Gus Dur selaku mandataris kiai sepuh menegaskan, akan menggelar Muktamar luar biasa (MLB) Nahdlatul Ulama (NU) pada Juni 2005. pada kesempatan itu organisasi jamiyah NU dan susunan PBNU akan diumumkan. MLB nanti mencari pengurus dari orang yang benar-benar menghidupi organisasi, bukan mencari hidup di NU. “Orang yang menghidupi NU, bukan hidup dari NU”.
127
Muktamar NU beberapa waktu lalu dinilai cacat hukum, karena ada indikasi politik uang ujar Gus Dur. Dari analisis sintaksis, dapat di lihat pandangan ini. Judul yang ditulis Suara Merdeka dengan jelas mendukung pandangan itu. Judulnya adalah “Juni, Gus Dur gelar Muktamar Luar Biasa NU”. Dalam berita ini Suara Merdeka mewawancarai Gus Dur dan tim kecil yang terdiri atas KH. Aminullah Muchtar, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny), KH. Ikhsan Abdullah SH, MH, dan M. Munif. Gus Dur mengungkapkan tidak ingin NU pecah tapi dalam rangka menyelamatkan NU dari tangan-tangan dan niat tidak benar dari orang-orang tertentu. Dengan menyusun fakta seperti itu, Suara Merdeka ingin menekankan bahwa Muktamar Luar Biasa (MLB) disetujui oleh kubu Gus Dur. Sedangkan dari analisis skrip, yaitu bagaimana cara wartawan mengisahkan fakta-fakta. Secara umum teks Suara Merdeka mengisahkan Gus Dur, akan menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) Nahdlatul Ulama pada bulan Juni 2005. Dengan memberikan penegasan di awal teks semacam itu, menunjukkan arah berita bahwa Gus Dur akan menggelar MLB bulan Juni 2005. Unsur-unsur berita yang terdapat dalam teks ini adalah: who (Gus Dur), what (menggelar MLB), when (Juni 2005), why (untuk menyelamatkan NU), unsur where tidak ditampilkan pada berita tersebut, ini akan membuat khalayak bertanya-tanya dimana Mukmatar Luar Biasa akan digelar. Ada beberapa tema yang mendukung frame Suara Merdeka itu, pertama, Gus Dur menegaskan, akan menggelar MLB NU pada Juni 2005. tema ini juga didukung oleh latar informasi yang begitu detail kenapa Gus
128
Dur menggelar MLB NU. Kedua, para kiai sepuh menyatakan hasil Muktamar yang lalu cacat hukum. Tema ini dapat diamati dari wawancara Gus Dur. Frame Suara Merdeka, 18 Desember 2004 “Muktamar Luar Biasa NU Masih Sebatas Wacana” Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi mengatakan, rencana Muktamar Luar Biasa (MLB) yang dilontarkan Gus Dur masih sebatas wacana. Sebab, sejak Muktamar ke-31 NU di Boyolali digelar hingga sekarang belum ada satupun PWNU yang mempersoalkan legalitas hasil Muktamar. Analisis sintaksis, frame Suara Merdeka menulis skema berita berjudul: “Muktamar Luar Biasa Nu Masih Sebatas Wacana”. Judul tersebut menunjukkan tingkat kemenonjolan yang tinggi terhadap berita. Yang penting juga dalam analisis sintaksis ini adalah bagaimana komentar atau kutipan disusun dalam suatu teks secara keseluruhan. Dalam berita itu ada dua orang yang diwawancarai: KH. Hasyim Muzadi dan Gus Sholah, pernyataan Hasyim Muzadi ditempatkan di awal kalimat, sebagai inti didukung oleh pernyataan Gus Sholah. Kutipan wawancara Gus Sholah “MLB yang digagas Gus Dur dimungkinkan terjadi karena AD/ART organisasi ini memungkinkan adanya MLB tersebut. Namun dia menginginkan sebaiknya kedua belah pihak Gus Dur dan Hasyim Muzadi melakukan islah. Frame Suara Merdeka itu tersusun dalam beberapa tema menunjuk kepada pandangan tertentu yang dikembangkan Suara Merdeka. Pertama,
129
Hasyim Muzadi
mengatakan, rencana Muktamar Luar Biasa (MLB)
dilontarkan Gus Dur masih sebatas wacana. Hal ini dapat diamati dari kutipan wawancara Hasyim Muzadi. Kedua, Muktamar Luar Biasa (MLB) yang digagas Gus Dur dimungkinkan terjadi. Teks ini dapat diamati dari kutipan Gus Sholah. Tema ini dalam wacana berita dikembangkan dengan cara penulisan tertentu, yakni menggunakan koherensi kondisional berhubungan dengan penjelasan tentang Muktamar Luar Biasa(MLB) Nahdlatul Ulama (NU). 4.2 Ideologi Suara Merdeka Nahdlatul
dalam Memberitakan
Muktamar Ke-31
Ulama
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya Harian Suara Merdeka yang didirikan oleh almarhum H.Hetami pada tanggal 11 Pebuari 1950 di Semarang merupakan salah satu surat kabar yang menjadi pelopor persurat kabaran di iIndonesia setelah Merdeka. Suara Merdeka mendefinisikan sebagai pers umum. Dalam pemberitaannya Suara Merdeka mengedepankan Idealisme ,yakni Independen, Obyektif dan tanpa prasangka .Independen artinya mempunyai siksp bebas ,mengikuti apa yang diyakini sendiri sebagai sesuatu yang harus dikemukakan demi kepentingan umum. Obyektif artinya bahwa dalam mengemukakan pendapat, kepentingan sendiri tidak boleh ditonjolkan.Sedangkan tanpa prasangka,dalam mengemukakan isi tulisan dipengaruhi oleh buruk sangka( Sadono,1996:33). Berdasarkan prinsip-prinsip framing.Suara Merdeka telah
melakukan
strategi tertentu dalam mengkonstruksi berita-berita seputar Muktamar Ke-31
130
Nahdlatul Ulama. Dalam Muktamar
Nahdlatul Ulama ke-31 yang
diwarnai
kompetisi Poros Langitan yang akhirnya mengantarkan pasangan KH. MA.Sahal Mahfud - KH.Hasyim Muzadi sebagai Rais Aam dan Ketua Umum PBNU periode 2004-2009. Poros Lirboyo telah memenangkan kompetisi ini. Suara Merdeka cenderung melihat muktamar ke-31 NU sebagai bentuk demokrasi warga NU untuk memilih Rais Aam dan Ketua Umum PBNU setiap lima tahun sekali. Di sini Suara Merdeka cenderung mengemas beritanya belum obyektif. Pada pemberitaan
terhadap Muktamar NU ke-31 Suara Merdeka
cenderung mendukung Poros Lirboyo yang dikendalikan oleh KH. Sahal Mahfud dan KH.Hasyim Muzadi, ini terlihat dari 19 kali edisi pemberitaannya, ada 8 edisi isinya cenderung mendukung Poros Lirboyo, empat edisi cenderung bersikap netral dan 7 edisi mendukung Poros Langitan. Selama 19 edisi,ada 8 edisi cenderung memihak pada Poros Lirboyo yakni edisi 23, 24, 26, 27, 30 Nompember dan 03, 09, 18 Desember 2004. Sedangkan empat edisi yang cenderung netral yaitu edisi 29 Nopember 01, 06, 10 Desember2004 dan tujuh edisi berpihak pada Poros Langitan antar tanggal 25, 28, 02, 07, 08, 15,dan 16 Desember 2004. Kecenderungan Suara Merdeka mendukung Poros Lirboyo terlihat pada pemberitaan
edisi 23 Nopember 2004,judul dalam edisi ini : '' Jateng
Pertahankan Hasyim'' . Judul ini menjadi headline dalam surat kabar Suara Merdeka dan menunjukkan tingkat kemenonjolan yang tinggi. Pemberitaan ini terlihat pad kutipan berita sebagai berikut:
131
'' Menurut Drs.KH.Masykur Rozak,PCNU telah mengadakan rapat guna menentukan sikap .Sesuai arahan PWNU Jateng, seluruh cabang di Jateng masih tetap berharap duet KH.SahalMahfudh dan Hasyim Muzadi masih mau memimpin NU periode 2004-2009, sebab keduanya dinilai sebagai pasangan ideal dan memiliki konstribusi terhadap NU '' . Pemberitaan iitu menunjukkan kecenderungan berita yang berpihak pada Poros Lirboyo . Pemberitaan lain dapat dilihat pada edisi 30 Nopember 2004. Edisi ini berjudul : '' 16 pengurus Wilayah Dukung Hasyim ''. Judul itu mengindikasikan bahwa khalayak diajak setuju atas dukungan Sahal-Hasyim. Lead yang dipakai adalah ''Ancaman NU Tandingan dapat reaksi keras ''. Lead ini memberikan sudut pandang dari berita, di samping khalayak dibawa supaya menyetujui pasangan Sahal- Hasyim untuk maju menjadi Rais Aam dan Ketua Umum PBNU 2004-2009.Pemberitaan yan mendukung Poros Lirboyo terlihat pada kutipan berita sebagai berikut: '' Pasca Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) PBNU,mayoritas pengurus Wilayah mendukung pencalonan kembali duet Sahal-Hasyim sebagai Rais Aam dan Ketua Umum PBNU periode 20042009.Pencalonan kembali duet Sahal-Hasyim dinilai sebagai kesinambungan atas kepemimpinan selam lima tahun ke depan '' . Strategi yang dipakai Suara Merdeka di atas antara headline dan lead saling mendukung.Semua itu digunakan untuk mendukung gagasannya. Dari sisi lain bisa dimaknai Suara Merdeka mendukung Poros Lirboyo , ini dibuktikan dengan headline, lead, kutipan, informasi berita yang disajikan Suara Merdeka. Strategi lain yang tampak ditekankan adalah penempatan elemen grafis, gambar/ foto untuk mendukung gagasannya. Jadi menurut Penulis,Suara Merdeka belum memenuhi
Ideologinya
yakni:
Independen,
132
obyektif,
dan
tanpa
prasangka.Meskipun ada beberapa edisi yang bersikap netral,namun yang ditemukan penulis lebih banyak bersikap mendukung Poros Lirboyo.
4.3 Pemberitaan Suara Merdeka tentang Muktamar Ke-31 Nahdlatul Ulama dilihat dari perspektif Dakwah Muktamar ke-31 Nahdlatul Ulama di Asrama Hahi Donohudan Boyolali diwarnai kompetisi sengit antara Poros Lirboyo dan Poros Langitan dalam memperebutkan Rais Aam dan ketua umum PBNU, terkait dengan adanya konflik internal PBNU sebelum dan pasca Muktamar ke-31 NU, penulis ingin mengetahui konstruksi wartawan Suara Merdeka. Dengan motto pemberitaannya, Independen, Obyektif dan Tanpa Prasangka, apakah motto itu sesuai dengan pemberitaannya ataukah sebaliknya. Suara Merdeka menurunkan sembilan belas berita tentang Muktamar ke-31 NU, diantaranya delapan berita berbentuk straight news, sembilan berita sebagai headline, dua berita yang diletakkan di dalam. Berita itu diekspos hampir satu bulan penuh. Selain itu ada juga tulisan dalam bentuk features, artikel dan kolom yang mengulas masalah itu dengan detail. Apa yang dilakukan oleh Suara Merdeka pada pemberitaan Muktamar Nahdlatul UlamA ke-31yang terdiri dari 19 edisi, ada 8 edisi yang memihak kepada Poros Lirboyo, empat edisi cenderung netral, dan 7 edisi memihak Poros Langitan .Jadi menurut penulis Suara Merdeka belum memenuhi etika pemberitaan islami. Sebagaimana dikatakan oleh( Romly ,2003: 41) etika pemberitaan islami dapat dilihat dari kode etik jurnalistik islami, ini ditandai
133
dengan pemberitaan
yang obyektif, bijaksana, penuh nasihat yang
baik,meneliti kebenaran berita sebelum dipublikasikan , tidak mencacimaki,sehingga menimbulkan permusuhan dan kebencian serta
prasangka
buruk. Sebagai contoh pada pemberitaan Suara Merdeka ,26 Nopember 2004 judul dalam edisi ini disebutkan: '' NU Tandingan Bikin Masalah ''.Secara tidak langsung judul headline
tertuju pada Poros Langitan karena yang
membuat ide adanya NU Tandingan adalah Poros Langitan. Pemberitaan ini terlihat dari kutipan berita sebagai berikut: '' Ide membuat NU Tandingan justru makin tidak mengerti kalangan Nahdliyyin. Sebab apa yang digagas para kiai sepuh untuk membentuk NU Tandingan akan membingungkan .Ide ini bukanlah memecahkan masalah, melainkan justru sebaliknya hanya menambah persoalan ''. Kutipan berita di atas jika dilihat dari kode etik jurnalistik islami, Suara Merdeka belum memenuhi kode etik pemberitaan islami di antaranya: Suara Merdeka belum sepenuhnya obyektif. Pemberitaan seperti itu hanya memperkeruh masalah
antara kedua Poros yang bersaing, sehingga bisa
menumbuhkan permusuhan dan kebencian. Contoh lain pemberitaan Suara Merdeka, edisi 30 Nopember 2004. Pada edisi ini Suara Merdeka menurunkan berita judul Lead :'' Ancaman NU Tandingan Dapat Reaksi Keras'' . Lead tersebut jika dilihat dari etika pemberitaan islami ,Suara Merdeka cenderung memihak Poros Lirboyo, seharusnya judul lead itu harus bersikap netral dalam arti tidak memihak
134
Poros Lirboyo maupun Langitan. Pemberitaan yang tidak netral dapat dilihat pada kutipan berita sebagai berikut:
''Ancaman Gus Dur membuat NU Tandingan mendapat reaksi keras .Reaksi itu dari putra pendiri NU yaitu Gus Fawaid, Gus Hasib dan Gus Ghozi. Menurut tiga putra pendiri NU menilai Program membangun NU oleh Rais Aam KH.MA.Sahal Mahfud dan Ketua Umum PBNU Kh. Hasyim Muzadi sejak Muktamar Lirboyo hinnga sekarang belum rampung.Karena itu kiai Sahal dan kiai Hasyim perlu diberi kesempatan lima tahun lagi untuk merampungkan programnya ''. Kutipan berita di atas dapat dilihat dari kode etik jurnalistik islami di antaranya : Suara Merdeka tidak obyektif dalam memberitakan karena hanya tema yang berhubungan dengan Poros Lirboyo yang diangkat dalam pemberitaan edisi tersebut.Walaupun ada beberapa edisi yang mendukung Poros Langitan dan juga ada yang cenderung netral,tapi lebih banyak mendukung Poros Lirboyo. Pada pemberitaan Muktamar NU ke-31 Suara Merdeka tetap mencantumkan Mottonya ( Independen, obyektif dan tanpa prasangka),tapi dalam kenyataannya Suara Merdeka belum sepenuhny Obyektif.
135
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan uraian dan analisa bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari kasus Muktamar Nahdlatul Ulama ke-31 dalam harian umum Suara Merdeka mulai tanggal 23 Nopember hingga 18 Desember 2004. analisis Framing adalah analisis mengetahui perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika men seleksi isu-isu dan menulis berita. Asumsi dasar dari Framing adalah individu wartawan selalu menyertakan pengalaman hidup, pengalaman sosial, dan kecenderungan psikologisnya ketika menafsirkan pesan yang kepadanya. Dampak dari aktivitas ini adalah adanya perbedaan makna berita meskipun fakta/kejadiannya sama. Kecenderungan serta kecondongan wartawan dalam memahami perisitwa dapat dicermati melalui empat perangkat utama, yaitu struktur sintaksis adalah bagaimana wartawan menyusun fakta, struktur skrip meliputi bagaimana wartawan mengisahkan suatu fakta, struktur tematik sebuah cara bagaimana wartawan menulis fakta, struktur retoris, bagaimana wartawan menekankan suatu fakta. Berdasarkan empat struktur tersebut, analisis framing berita tentang Muktamar NU ke-31 di Asrama Haji Donohudan Boyolali yang mengantar kembali KH. Hasyim Muzadi dan KH.MA.Sahal Mahfudh menjadi ketua umum dan Rais Aam PBNU periode 2004-2009 dalam skripsi ini melihatkan adanya interpretasi Suara Merdeka terhadap
136
peristiwa, pernyataan, maupun sumber yang diberitakan secara berbeda menurut pandangan Suara Merdeka. Berdasarkan prinsip-prinsip framing, Suara Merdeka telah melakukan strategi tertentu dalam mengkonstruksi berita-berita seputar Muktamar ke-31 Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Donohudan Boyolali.Suara Merdeka cenderung melihat muktamar ke-31 NU sebagai bentuk Demkkrasi warga NU untuk memilih Rais Aam dan Ketua Umum PBNU setiap lima tahun sekali, Jadi dalam sebuah Demokrasi harus mengakui siapa yang kalah dan menang. Pada Pemberitaan selama 19 edisi Suara Merdeka dalam mengkonstruksi beritanya belum obyektif.Ini terbukti dalam 19 edisi, ada 8 edisi cenderung memihak Poros Lirboyo, empat cenderung netral dan 7 edisi memihak poros Langitan . Jadi penulis menilai Suara Merdeka lebih memihak Poros Lirboyo. 2. Sebagaimana yang disampaikan di atas Suara Merdeka memiliki Motto Pemberitaan Independen, Obyektif, dan Tanpa Prasangka. Motto tersebut yang sekaligus menjadi Ideologi Suara Merdeka Dalam pemberitaan Muktamar ke-31 NU Suara Merdeka belum obyektif. Menurut penulis, Suara Merdeka
belum memenuhi
etika pemberitaan islami. Etika pemberitaan
islami dapat dilihat dari kode etik jurnalistik islami, ini ditandai dengan pemberitaan yang obyektif, bijaksana, tidak mencaci maki sehingga menimbulkan permusuhan, kebencian serta prasangka buruk. Sebagai contoh pemberitaan Suara Merdeka, 26 Nopember 2004. Judul headline dalam edisi ini disebutkan '' NU Tandingan Bikin Masalah '' secara tidak langsung judul headline mimihak pada Poros Lirboyo, padahal jika dilihat dari etika
137
pemberitaan islami sikap memihak
tidak boleh dimunculkan . Pada
Pemberitaan Muktamar NU ke-31 Saura Merdeka tetap mencantumkan motto pemberitaannya yakni Independen, Obyektif dan Tanpa Prasangka, tapi kenyataannya Suara Merdeka belum obyektif. 5.2 Saran-saran Kepada seluruh mahasiswa yang membaca skripsi ini, khususnya mahasiswa Dakwah untuk melakukan pengkajian terhadap analisis Framing. Analisis ini penting untuk mengetahui bagaimana sikap sebuah media dalam memberitakan suatu fakta. Analisis ini juga dapat mengetahui siapa mendukung siapa, dan siapa saja yang dikucilkan yang
bisanya tidak
dinyatakan dengan jelas dalam pemberitaan. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan mampu memanfaatkan dalam berdakwah di jalannya, sebagai implementasi dari keilmuan yang selama ini digeluti. 5.3 Penutup Alhamdulillah, rasa syukur yang mendalam penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahman, rahimNya yang senantiasa melimpahkan kita dalam segala aktivitasnya. Sekali lagi ucapan syukur penulis panjatkan atas selesainya penulisan skripsi ini. Karena tanpa hidayah dan inayahNya, penulis yakin tidak sanggup menyelesaikan skripsi ini. Namun penulis berdoa semoga penelitian ini akan bermanfaat bagi ruang lingkup khususnya bidang komunikasi penyiaran Islam. Amin.
138
Hasil
penelitian, meskipun penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menghasilkan yang terbaik, namun harus diakui, bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, baik itu menyangkut data maupun ketajaman analisis. Maka agar pembahasa terhadap tema penelitian ini menjadi lebih mendalam, sumbangan saran dari pihak-pihak yang berkompeten sangat kami harapkan. Terima kasih.
139
DAFTAR PUSTAKA Abrar Nadya, Ana. 1995. Panduan Buat Pers Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Amin ,Ahmad.1995. Etika , Bandung: Bulan Bintang Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta. As-Suyuti, Jalaluddin Imam. 1993. Riwayat Turunnya Ayat-ayat Suci Al-Qur'an, Semarang: CV. Asy-Syifa’. Assegaf, H.Dja'far .1983. Jurnalistik Masa Kini ,Pengantar Kepraktek Wartawan ,Jakarta :Ghalia Indonesia. Azwar, saifuddin .1998. Motodologi Penelitian ,Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bruinessen, Van Marten. 1994. NU Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru, Yogyakarta: LKiS . Damam, Rozikin. 2001. Membidik NU Dilema Percaturan Politik NU Pasca Khittah, Yogyakarta: Gema Media. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bandung: Balai Pustaka. Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur'an Terjemahan, Jakarta: Toha Putra. Dharma, S. Satya, dkk. 2003. Mal Praktek Pers Indonesia, Jakarta: Awam Indonesia. Djuroto, Totok. 2003. Teknis Mencari dan Menulis Berita, Semarang: Dahara Prize. Effendi ,Onong Uchana .2001. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek ,Bandung: Remaja Rosdakarya. .2004. Dinamika Komunikasi ,Bandung : Rosdakarya. Eka Ardhana, Sutirman .1995. Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Eriyanto . 2002. Analisis Framing,Yogyakarta:LKiS. Fatkhurin, zen. 2004. NU Politik : Analisis Wacana Media, Yogyakarta: LKIS. Fisher, B.Aubrey .1986. Teori-Teori Komunikasi , Bandung : Remaja Rosdakarya. Gunadi, Ys. 1998. Himpunan Istilah Komunikasi Lengkap dengan Lampiran, Jakarta: Gramedia.
140
Hidayat N, Dedy. Sebuah Pengantar dalam Agus Sudibyo, 2001. Politik Media dalam Pertarungan Wacana, Yogyakarta: LKiS. M.Romly, Asep Syamsul .2003. Jurnalistik Dakwah,Visi Misi Dakwah Bil qalam , Bandung: Remaja Rosdakarya. Massoesiswo,dkk .2002. Moderator masyarakat Jawa Tengah (Buku Pintar Wartawan Suara Merdeka), Semarang :Redaksi Suara Merdeka. Moleong, Lexi, Dr. MA, 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhajir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Surasin. Nugroho, Bimo. 1999. Politik Media Mengemas Berita, Jakarta: ISAI. Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada. .2003.Komunikasi Massa ,Yogyakarta : Pustaka pelajar. . Purnama , Hikmah Kusumaningrat .2005. Jurnalistik Teori dan Praktek , Bandung : Remaja Rosdakarya. Rahmadi F. 1990. Perbandingan Sistim Pers , Jakarta : Gramedia. Rahmad ,Jalalaluddin.2000. Psikologi Komunikasi Bandung: Remaja Rosdakarya. Sadono, Bambang SY. 1996. Profil Pers Indonesia, Semarang: Pamda Grafika. Sekretariat Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. 2004. Hasil-Hasil Muktamar XXXI Nahdlatul Ulama, Jakarta : Sekretariat Jendral NU Jakarta. Siregar Efendi, Amir. 2004. Sebuah Kata Pengantar Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Yogyakarta: UUI Press. Siregar, AShadi .1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita Untuk Mediadia Massa, Yogyakarta : Kanisius. Sobur,Alex .2002. Analisis Teks Media , Bandung :Rosdakarya. Sumadiria, As Haris .2005. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita, dan Feature, Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Suara Merdeka, 2004, 24 Nopember. , 25 Nopember. , 26 Nopember.
141
, 27 Nopember. _____________
, 28 Nopember. ,30 Nopember ,01 Desember. ,02 Desember. , 04 Desember. ,5 Desember. ,06 Desember. ,07 Desember. ,08 Desember. ,10 Desember. ,5 Desember. ,16 Desember. ,18 Desember.
Sumadi, Suryasubrata Ph.D, MA. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wahyudi, JB.1991. Komunikasi Jurnalistik , Bandung : Alumni. Zen, Fathurin. 2004. NU Politik:Analisis Wacana Media, Bandung: Remaja Rosdakarya.
142
143