ANALISIS FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN SILONGO KABUPATEN SIJUNJUNG
Jimy Zulfihendri
Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh bunyi semivokoid / w / yang banyak digunakan oleh masyarakat di nagari Silongo. Kemudian bahasanya agak berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang berada di Kecamatan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan bunyi bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo Kabupaten Sijunjung, 2) mendeskripsikan fonem segmental bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo Kabupaten Sijunjung. Ada tiga metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian, yaitu 1) metode dan teknik penyediaan data; 2) metode dan teknik analisis data; dan 3) metode dan teknik penyajian hasil analisis data. Dari hasil analisis data, ditemukan delapan bunyi vokoid, yaitu : [ a ], [ i ], [ u ], [ U ], [ e ], [ ɛ ], [ ͻ ] dan [ o ]. Bunyi kontoid ada tujuh belas buah yaitu : [ b ], [ c ], [ d], [ g ], [ h], [ j ], [ k ], [ l ], [ m ], [ n ], [ p ], [ r ], [ s ], [ t ], [ñ ], [ ŋ ], dan [ ʔ ]. Bunyi semivokoid ada 2 buah yaitu : [ w ] dan [ y ]. Bunyi diftong ada 8 buah yaitu yang terdiri dari diftong naik dan diftong turun, diftong naik yaitu [ au ], [ ai ], [ ui ], [ oi ], sedangkan diftong turun yaitu [ ia ], [ ua ], [ ie ], [ io ]. Sedangkan dari fonem segmentalnya, 1) 5 buah fonem vokal yaitu : / a /, / i /, / u/, / e /, / o /. Fonem vokal / i / mempunyai alofon [ I ], fonem vokal / o / mempunyai alofon / ͻ /, fonem vokal / e / mempunyai alofon [ ɛ ]. Fonem vokal / a /, / i /, / u/, / e /, / o / berdistribusi lengkap, karena dapat menempati posisi awal, tengah dan akhir pada kata dasar. 2) tujuh belas buah fonem konsonan / b /, / c /, / d /, / g /, / h /, / j /, / k /, / l /, / m /, / n /, / p /, / r /, / s /, / t /, / R /, / ŋ /, / ñ /. Fonem konsonan / k / mempunyai alofon [ Ɂ ]. Fonem konsonan / l /, /m/, / n /, / r /, / s /, / t / berdistribusi lengkap, sedangkan fonem konsonan / b /, / c /, / d /, / g /, / h/, / j /, / k /, / p /, / R /, / ŋ /, / ñ / tidak beridstribusi lengkap. dua buah fonem semivokal, yaitu /w / dan / y /. delapan buah fonem diftong, yaitu [ au ], [ ai], [ ui ], [ oi ], [ ia ], [ ua ],[ io], [ ie ]. tiga belas buah deret vokal, yaitu / a.a /, / a.i /, / a.u /, /i.a/, / i.e /, / i.o /, / u.a/, / u.e /, / u.i /, / e.a /, / e.o /, / o.a /, / o.i /. Deret konsonan tujuh belas buah deret konsonan, yaitu / ŋ.g /, / ŋ.k /, / ŋ.h /, / n.c /, / n.d /, / n.j /, / n.s /, / n.t /, /m.b/, / m.p /, / k.l /, / l.b /, /r.g/, / r.n /, / r.t /, / s.t /, / t.r /. Kata kunci: bahasa, fonologi, bunyi dan fonem
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Bahasa adalah alat yang digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kridalaksana ( 2008: 24 ) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Dari definisi di atas, bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bisa berbentuk kesatuan seperti kata, kalimat dan wacana. Bahasa merupakan alat penyampaian ide, perasaan dan
keinginan. Bahasa juga merupakan sebagai penanda dari keluarga dan
bangsa, serta tanda budi kemanusiaan manusia sebagai makhluk sosial. Dengan keragaman suku bangsa menyebabkan indonesia memiliki bahasa daerah yang beragam. Indonesia memiliki berbagai macam bahasa daerah kurang lebih 400 bahasa daerah yang belum dideskripsikan (Pateda, 1990:3 ). Bahasa daerah merupakan bahasa ibu yang digunakan oleh masyarakat yang berada pada suatu daerah yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat ke daerahan sesuai dengan kebudayaan daerah masyarakat pemakainya ( Samsuri, 1991:56 ). Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dan bahasa adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan menyatakan perasaan atau keinginannya dengan mudah sehingga ia dapat bekerja sama serta tolong menolong untuk mempertahankan kehidupannya. Menurut ragamnya bahasa dibagi atas ragam lisan dan ragam tulisan. Bahasa Minangkabau adalah bahasa yang dituturkan secara lisan oleh masyarakat. Menurut Ayub dkk ( 1993:18 ), bahasa Minangkabau umum adalah bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa Minangkabau yang berasal dari berbagai daerah dan di dalamnya tidak ditemukan atau dikenali lagi spesifik dari dialek tertentu. Sehubungan dengan pernyataan di atas, Ayub dkk ( 1993:13 ), menyatakan bahwa bahasa Minangkabau sebagai bahasa daerah berfungsi sebagai (a) sebagai lambang kebahasaan daerah Sumatera Barat dan pendukung perkembangan
kebudayaan Minangkabau; (b) sebagai lambang identitas daerah Sumatera Barat dan masyarakat Minangkabau sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia; dan (c) sebagai alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat Minangkabau. Oleh karena itu, bahasa daerah yang ada di Minangkabau telah menjadi darah daging kebudayaan daerah bagi masyarakat Minangkabau itu sendiri. Dengan banyaknya masyarakat Minangkabau, dapat dilihat berbagai macam dialek-dialek masyarakat itu sendiri. Adapun hal yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian ini adalah bunyi bahasa Minangkabau yang digunakan di Kanagarian Silongo ini adalah bahasa berbeda dari bahasa Minangkabau lainnya, karena banyak terdapat bunyi semivokoid yaitu /w/ pada bahasanya seperti : [kambiew]
/ kambiew /
‘ kelapa ʼ
[telew]
/ telew /
‘ leher ’
[kobow]
/ kobow /
‘ kerbau ’
[ulaw]
/ ulaw /
‘ ular ‘
[caŋkiw]
/ caŋkiw /
‘ cangkir ’
[kasow ]
/ kasow /
‘ kasur ’
[ bantaw]
/ bantaw /
‘ bantal ’
[lompow]
/ lompow /
‘ lampu ’
[toŋkaw]
/ toŋkaw /
‘ nakal ’
[sudiew]
/ sudiew /
‘ penangis ’
[ñiñiew]
/ ñiñiew /
‘ nyinyir ’
[tidow]
/ tidow /
‘ tidur ’
Bahasa Minangkabau di kanagarian Silongo ini juga berbeda pada nagari yang ada di Kecamatan Lubuk Tarok. Perbedaan itu terdapat pada bunyi kata [ ba ]
‘ membawa ʼ kemudian pada bahasa di Kecamatan Lubuk Tarok
berbunyi [ bok ]
‘ membawa ʼ. Penelitian ini diharapkan dapat membantu
untuk memahami bentuk fonologis dari suatu bahasa daerah. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi pedoman bagi penelitian-penelitian fonologis selanjutnya.
1.2
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian analisis fonologi di Kanagarian Silongo antara lain : a) Mendeskripsikan bunyi bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo. b) Mendeskripsikan fonem
segmental
bahasa Minangkabau di
Kanagarian Silongo. 1.3 Metode Penelitian Metode dan teknik penelitian merupakan dua hal yang berbeda, tetapi memiliki hubungan yang erat satu sama lainnya. Metode merupakan suatu cara yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian ini atau suatu cara dalam mendekati, mengamati dan menganalisis suatu fenomena yang ada. Penelitian ini mengunakan metode formal yang dikemukakan oleh Sudaryanto. Dalam Sudaryanto (1993: 5) menyebutkan bahwa dalam kerangka pemecahan masalah penelitian dapat ditempuh melalui tia tahapan strategis, yaitu: (1) metode pengumpulan data, (2) metode analisis data, dan (3) metode penyajian hasil analisis data. 1.4 Landasan Teori Fonologi adalah cabang linguistik yang mengkaji bunyi ujar (Muslich, 2008:1). Selanjutnya, kajian bunyi bahasa dapat dibedakan atas dua macam, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang fonologi yang memandang bunyi bahasa sebagai fenomena alam. Bunyi bahasa dianggap sebagai substansi yang otonom dan universal tanpa melihat fungsinya sebagai pembeda makna atau bukan pembeda makna. Kridalaksana (2008:62) menyatakan bahwa fonemik adalah prosedur untuk menentukan ilmu fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Dengan kata lain, fonemik merupakan cabang fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan melihat apakah bunyi tersebut berfungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Menurut Samsuri (1991:127) fonem dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Fonem segmental dibedakan atas vokal dan konsonan dan fonem suprasegmental dibedakan atas tekanan, nada, panjang, dan jeda. Pada dasarnya, bunyi bahasa dibagi menjadi tiga kelas bunyi, yaitu konsonan, vokal, dan semivokal . Namun, Samsuri mengelompokkan bunyi bahasa menjadi dua golongan besar, yaitu vokoid dan kontoid. Vokoid adalah bunyi yang diucapkan tidak mendapatkan halangan, sehingga arus udara dapat mengalir dari paru-paru keluar tanpa dihambat. Kontoid adalah bunyi yang pengucapannya mengalami hambatan oleh penutupan laring atau jalan mulut sehingga menyebabkan bergetarnya salah satu alat-alat supra glotal ( Samsuri, 1991:103). Menurut proses terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustis, dan fonetik auditoris. Kridalaksana (2008:63) menjelaskan fonetik-fonetik itu sebagai berikut : a) Artikulatoris adalah cabang fonetik yang menyelidiki bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. b) Akustik adalah cabang fonetik yang menyelidiki ciri-ciri fisik bunyi bahasa bunyi interdisipliner antara linguistic dan fisika(lingustik+fisika) c) Audiotoris adalah cabang fonetik yang menyelidiki bunyi berdasarkan
pendengaran sebagai persentasi bahasa
(linguistik + pendengaran) Menurut Chaer ( 2007:104 ) dalam fonetik artikulatoris, hal pertama yang harus dibicarakan adalah alat ucap manusia yang menghasilkan bunyi bahasa, misalnya seperti paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah,
secara
keseluruhan
semuanya
digunakan
untuk
berbicara.
Selanjutnya, Chaer (2007:113-116) membagi klasifikasi bunyi menjadi tiga yaitu : Klasifikasi vokal, diftong atau vokal rangkap dan klasifikasi konsonan. Menurut Chaer (2007: 113) Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal bisa juga bersifat horizontal.
Dari pengklasifikasiaan diatas, secara
vertikal vokal dibedakan atas vokal tinggi misalnya bunyi [i] dan [u], vokal tengah misalnya bunyi [e] dan [ə], dan vokal rendah, misalnya bunyi [a]. Secara horizontal, dibedakan adanya vokal depan, misalnya bunyi [i] dan [e], vokal pusat misalnya bunyi [ə] dan vokal belakang misalnya bunyi [u] dan [o]. Kemudian menurut bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan vokal tak bundar. Vokal ini disebut vokal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan vokal itu, misalnya vokal [o] dan vokal [u]. Disebut vokal tak bundar karena bentuk mulut tidak membundar pada waktu mengucapkan vokal tersebut misalnya vokal [i] dan [e]. Diftong atau Vokal Rangkap adalah posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Contoh diftong adalah [au], [ai], [oi], [ie], [io]. (Chaer, 2007:114). Sedangkan klasifikasi konsonan berdasarkan kriterianya bunyi konsonan dibedakan menjadi tiga yaitu, posisi pita suara, tempat artikulasi dan cara artikulasi. Berdasarkan posisi pita suara dibedakan menjadi bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu, yang termasuk bunyi bersuara adalah bunyi [b], [d],[g], [c]. Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu. Bunyi tak bersuara adalah [s], [k], [p], [t]. Berdasarkan tempat artikulasinya, dibedakan antara lain (1) bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir. Konsonan bilabial adalah bunyi [b],[p],[m]. Dalam hal ini, diperhatikan bunyi [p] dan [b] adalah bunyi oral, yaitu bunyi yang dikeluarkan melalui rongga mulut dan [m] adalah bunyi nasal, yaitu bunyi yang dikelurkan melalui rongga hidung. (2) labiodental yaitu bunyi konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas, gigi bawah merapat pada bibir atas. Bunyinya adalah [f] dan [v]. (3) laminoalveolar, yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, dalam hal ini daun lidah menempel pada gusi. Bunyinya adalah [t] dan [d]. (4) dorsovelar, yaitu konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan langitlangit lunak. Bunyinya adalah [k] dan [g]. (Chaer, 2007:114). Chaer (2007:115-116) mendefenisikan bunyi berdasarkan artikulasinya adalah bagaimana ganggunan atau hambatan yang dilakukan terhadap arus udara itu. Berdasarkan artikulasi dibedakan atas :
1. hambat (letupan, plosif, stop) di sini artikulator menutup sepenuhnya aliran udara, sehingga udara mampat dibelakang tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu dibuka secara tiba-tiba, sehingga memyebabkan terjadinya letupan. Contohnya adalah bunyi [p],[b],[t],[d],[k],[g]. 2. geseran, disini artikulator aktif mendekati artikulator pasif membentuk celah sempit sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. Contohnya adalah bunyi [f],[s],[z]. 3. paduan atau frikatif, disini maksudnya artikulator aktif mengahmbat sepenuhnya aliran aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Cara ini merupakan gabungan antara hambatan dan frikatif. Contohnya adalah bunyi [c],[j]. 4. sengauan atau nasal, disini maksudnya artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut, tetapi membiarkannya keluar melalui rongga hidung dengan bebas. 5.
getaran atau trill, disini maksudnya artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artukulator pasif sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Contohnya bunyi konsonan [r].
6. sampingan atau lateral, disini maksudnya artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contoh bunyinya adalah konsonan [l]. 7. hampiran atau aproksiman, disini maksudnya artikulator pasif dan aktif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan sering juga disebut semi vokal. Contohnya yaitu [w], [y]. Deret fonem terbagi menjadi dua macam yaitu, deret vokal dan deret konsonan. Deret vokal adalah urutan dua buah vokal atau lebih yang berjejer, tetapi masing-masing diucapkan dengan dibatasi jeda ( Moeliono, 1989:50) .Deret konsonan adalah dua buah konsonan yang letaknya berdampingan tetapi tidak berada pada sebuah suku kata melainkan suku kata yang berlainan, dalam
pengucapnnya dibatasi oleh jeda
(Chaer 2006:33). Selanjutnya untuk
mengetahui apakah suatu bunyi itu termasuk kedalam fonem atau tidak dilakukan dilakukan dengan mencari pasangan minimal. Pasangan minimal adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui apakah bunyi itu termasuk ke dalam fonem atau tidak. Apabila dilakukan perbandingan antara satuan bahasa lain yang memiliki kemiripan dengan satuan bahasa yang pertama. Tetapi terlihat hasil bahwa, kedua satuan bahasa itu berbeda makna, maka dapat dikatakan bunyi tersebut adalah sebuah fonem (Chaer, 2007:125). Beberapa fonem yang memiliki alofon yang dikenal dengan fonem yang mempunyai kemiripan fonetis, maksudnya memiliki kemiripan fonetis. Alofon adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem. Alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis, maksudnya banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya (Chaer,2007:127). Menurut Chaer (2007:127) Distribusi Komplementer adalah istilah yang digunakan oleh Chaer dalam mengidentifikasi fonem yang berarti distribusi yang tempatnya tidak bisa dipertukarkan, tetapi saling melengkapi. Distribusi disini maksudnya adalah kemampuan beradanya suatu unsur bahasa pada posisi tertentu dalam sebuah kata dasar. Posisi merupakan tempat letaknya suatu bunyi. Dalam kata dasar, bunyi memiliki tiga posisi yaitu, awal tengah dan akhir. Berdasarkan uraian teori diatas, Pada penelitian “ Analisis Fonologi bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo” peneliti mengunakan teori yang dikemukakan oleh Masnur Muslich dan Abdul Chaer. Penulis merasa teori yang dikemukakan oleh kedua ahli tersebut lebih jelas dan mudah dipahami pada penelitian ini. Penulis juga memasukan kutipan-kutipan yang dikemukakan para ahli tersebut yang bertujuan sebagai landasan yang digunakan pada penelitian ini.
PEMBAHASAN 3.1. Pengantar
Analisis data dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah deskripsi tentang bunyi bahasa yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo. Tahap ini meliputi deskripsi bunyi vokoid, distribusi vokoid, deskripsi bunyi kontoid, distribusi kontoid, deskripsi bunyi semivokoid, distribusi semivokoid, deskripsi bunyi diftong dan distribusi bunyi diftong. Tahap kedua adalah fonem segmental bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo. Tahap ini meliputi distribusi komplementer, deskripsi fonem vokal dan distibusinya, deskripsi fonem konsonan dan distribusinya, deskripsi fonem semivokal dan distribusinya, deskripsi fonem diftong dan distribusinya, deskripsi deret vokal dan distribusinya, deskripsi fonem konsonan dan distribusinya dan pasangan minimal. 3.2. Deskripsi Bunyi Bahasa yang Terdapat dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo Pada bab ini membicarakan tentang bunyi-bunyi bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo, Kabupaten Sijunjung. Bunyi-bunyi bahasa yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo antara lain seperti analisis berikut ini, yaitu bunyi vokoid, bunyi kontoid, bunyi semivokoid, dan bunyi diftong. 3.2.1. Bunyi Vokoid Bunyi vokoid adalah bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi. Maksudnya disini adalah udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat hambatan pada daerah artikulasi. Sebubungan dengan pendapat ini, Ayub, dkk. ( 1993:21 ) mengatakan bahwa bunyi vokoid adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang dinaikan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu. Tabel 1. Bunyi Vokal Bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo Tinggi
Posisi Lidah
Lidah
Depan
Pusat
TB
Belakang
TB
TB
B
B
B
o
u ɛ
U ͻ
Tinggi Sedang Rendah
i e
A
Dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo bunyi vokoid dapat dilihat dalam bentuk contoh seperti di bawah ini : Awal
[ ageh ]
‘ nyamuk ʼ
Tengah
[ bapeɁ ]
‘ bermusyawarah ʼ
Akhir
[ meja ]
‘ meja ʼ
Awal
[ itiaɁ ]
‘ bebek ʼ
Tengah
[ piyuaɁ ]
‘ periuk ʼ
Akhir
[ potai ]
‘ petai ʼ
Tengah
[ kUai ]
‘ siku ʼ
[ lUtuiɁ ]
‘ lutut ʼ
Awal
[ uso ]
‘ rusa ʼ
Tengah
[ gunuaŋ ]
‘ gunung ʼ
Akhir
[ bulu ]
‘ bulu ʼ
[ɛ]
Tengah
[ pɛɁ ]
‘ pahat ʼ
[e]
Awal
[ eloɁ ]
‘ ramah ʼ
Tengah
[ tondeh ]
‘ habis ʼ
Akhir
[ ele ]
‘ dungu ʼ
Tengah
[ kͻpi ]
‘ kopi ʼ
[ bͻluiɁ ]
‘ belut ʼ
[ taŋkelͻso ]
‘ kadal ‘
[ pusakͻ ]
‘ pusaka ʼ
[ kalapͻ ]
‘ kelapa ʼ
Awal
[ otan ]
‘ rotan ʼ
Tengah
[ dodaɁ ]
‘ dedak ʼ
Akhir
[ uso ]
‘ rusa ʼ
[a]
[i]
[U] [u]
[ͻ]
Akhir [o]
1.2.2. Bunyi Kontoid Bunyi kontoid adalah bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi ( Muslich 2008:48 ). Karena itu, bunyi kontoid juga berarti bunyi yang mendapat halangan pada pengucapannya. Bunyi konyoid yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo seperti contoh berikut:[ b ] [ c ],[ d ],[ g ],[ h ],[ j ],[ k ],[ l ],[ m ],[ n ],
[ p ],[ r ],[ s ],[ t ],[ ñ ],[ ŋ ],[ Ɂ ].
1.2.3. Bunyi Semivokoid Bunyi semivokoid adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi karena diartikulasikan belum membentuk konsonan murni. Contoh bunyi semivokoid dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo seperti berikut: [w]
[ uweɁ ]
‘ akar ʼ
[y]
[ sayaɁ ]
‘ tempurung ʼ
1.2.4. Bunyi Diftong Muslich ( 2008:69) bunyi diftong adalah kejadian meninggi dan menurunnya sonoritas. Dengan arti lain, diftong adalah bunyi bahasa yang pada pengucapannya posisi lidah yang satu dengan yang lain saling berbeda. Berdasarkan menaik dan menurunnya bunyi sonoritas diftong dibagi menjadi dua macam yaitu diftong menaik dan menurun.
1. Diftong menaik Muslich ( 2008:70) diftong naik adalah diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan, vokoid pertama kurang atau menurut sonoritasnya dan mengarah ke bunyi nonvokoid, sedangkan vokoid kedua menguat sonoritasnya. Diftong naik dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo antara lain adalah :[ au ],[ ai ][ ui ] [ oi ].
2. Diftong turun Muslich (2008:69) diftong turun adalah diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan, vokoid pertama bersonoritas, sedangkan vokoid kedua kurang bersonoritas bahkan mengarah ke bunyi non vokoid. Bunyi diftong turun dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo antara lain adalah :[ ia ],[ ua ],[ ie], [ io ]. 1.3. Fonem Segmental Bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo Fonem segmental bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo dibagi menjadi dua macam yaitu fonem vokal dan fonem konsonan. 3.3.1. Pasangan Minimal Fonem yang memiliki pasangan minimal di Kanagarian ini ditemukan sebanyak delapan belas buah yang terdiri atas /a/ , / i / , / u / , / e / , o /, / b / , / c/ / d /, / g / , / j / , / k /, / l /, / m /, / n /, / p /, / s /, / t /, / Ɂ /. Sedangkan bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip adalah sebagai berikut : [a]-[i], [i]-[o], [u]-[o], [e]-[a], [o]-[a], [b]-[p], [b]-[m], [b]-[l], [c]-[j], [c]-[l], [d]-[l], [d]-[m], [g]-[j], [g]-[t], [j][s], [j]-[t], [k]-[b], [k]-[g], [k]-[l], [k]-[t], [k]-[s], [l]-[p], [m]-[n], [n]-[l], [p]-[m], [p]-[n], [p]-[s], [p]-[t], [s]-[n], [s]-[k], [t]-[k], [t]-[s], [Ɂ]-[n]. 3.3.2 . Distribusi Komplementer Distribusi komplementer adalah situasi dua varian dalam lingkungan tertentu saling melengkapi. Fonem-fonem itu saling melengkapi karena lingkungan yang dimasukinya berbeda-beda diantara fonem-fonem tersebut. Dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo distribusi komplementer antara lain : a) Fonem / i / Fonem /i / merupakan vokal tinggi depan tak bulat. Fonem ini berdistribusi lengkap dengan [ l ]. Fonem / i / mempunyai alofon [ l ]. Alofon ini muncul pada posisi tengah dan akhir. b) Fonem / e /
Fonem / e / bahasa Minangkabau di di Kanagarian Silongo berdistribusi dengan fonem [ ɛ ]. Fonem [ e ] ini merupakan fonem vokal agak rendah depan tak bulat. Fonem / e / mempunyai alofon [ e ] dan [ ɛ ]. Alofon [ ɛ ] muncul pada posisi awal dan akhir, sedangkan alofon [ ɛ ] muncul pada posisi tengah pada suku kata tertutup bila diakhiri oleh bunyi [ Ɂ ]. c) Fonem / o / Fonem /o/ dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo berdistribusi komplementer dengan [ ɔ ]. Fonem / o / mempunyai alofon / ɔ /. Fonem / o / muncul pada semua posisi pada kata dasar, sedangkan alofon [ ɔ ] muncul pada posisi tengah pada kata dasar. d) Fonem / k / Fonem / k / merupakan konsonan hambat velar tak bersuara. Konsonan ini berdistribusi komplementer dengan [ Ɂ ], oleh karna itu bunyi [ Ɂ ] merupakan alofon dari fonem / k / . Alofon / k/ muncul pada posisi awal dan tengah kata dasar. 3.3.3. Deskripsi dan Distribusi Fonem Vokal Fonem fokal adalah bunyi bahasa yang di hasilkan dengan getaran pita suara tanpa ada penyempitan dalam saluran suara di atas glotis. Deskripsi dan distribusi fonem vokal dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo antara lain :
a) Fonem vokal / a / Fonem vokal / a / adalah fonem rendah pusat tak bulat. Fonem / a / di ucapkan dengan bagian tengah lidah agak merata dan mulut terbuka agak lebar. Fonem ini berdistribusi lengkap dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo. b) Fonem vokal / i /
Fonem vokal / i / adalah fonem tinggi depan tak bulat. Fonem / i / diucapakan dengan meninggikan lidah depan setinggi mungkin. Kedua bibir ketika mengucapkan fonem / i / agak terentang kesamping. Distribusi fonem / i / berdistribusi lengkap dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo. c) Fonem vokal / u / Fonem vokal / u / merupakan vokal tinggi belakang. Fonem ini dapat diucapakn dengan cara menaikan pangkal lidah setinggi-tingginya dan saat mengucapkan bibir berbentuk bundar. Fonem vokal / u / dapat menempati semua posisi pada semua kata dasar. d) Fonem vokal / e / Fonem vokal / e / adalah fonem tengah depan tak bulat. Bentuk bibir sewaktu mengucapkan fonem / e / ini tidak terentang dan juga tidak bulat. Fonem vokal / e / dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo dapat menempati posisi awal, tengah dan akhir sehingga dapat dikatakan fonem ini berdistribusi lengkap karena dapat menempati semua posisi pada kata dasar. e) Fonem vokal / o / Fonem vokal / o / adalah fonem vokal sedang belakang. Fonem ini mempunyai alofon [ ɔ ]. Fonem / o / diucapakn dengan bentuk bibir bulat kecil dan jarak kedua rahang agak besar. Dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo fonem vokal / o / dapat menempati posisi awal, tengah dan akhir sehingga dapat dikatakan fonem ini berdistribusi lengkap karena dapat menempati semua posisi pada kata dasar. Sedangkan fonem / ɔ / tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi tengah saja. 3.3.4. Deskripsi dan Distribusi Fonem Konsonan Fonem konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada salah satu tempat di saluran udara di atas glotis. Deskripsi dan distribusi fonem konsonan dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo antara lain :
a)
Fonem konsonan / b / Fonem / b / adalah konsonan hambat bilabial bersuara. Pengucapan fonem
/ b / dengan cara pertemuan antara bibir atas dan bibir bawah. Fonem / b / dihasilkan dengan cara mengkatupkan kedua bibir sehingga udara dari paru-paru tertahan untuk sementara waktu sebeleum katup itu dilepaskan. Fonem / b / dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi awal dan tengah saja. b) Fonem konsonan / c / Fonem / c / adalah fonem hambat palatal tak bersuara. Fonem / c/ diucapkan dengan cara lidah menempel pada langit-langit keras. Penempelan disini berfungsi agar menghambat udara dari paru-paru yang kemudian dilepaskan ke luar. Fonem konsonan / c / dalam dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap. Fonem konsonan / c / di Kanagarian ini hanya menempati posisi awal dan tengah pada kata dasar. c) Fonem konsonan / d / Fonem / d / diucapkan dengan cara menempelkan lidah pada langit-langit keras supaya udara yang datang dari paru-paru dapat dilepaskan ke luar. Fonem / d / termasuk konsonan hambat dental bersuara. Fonem konsonan / d / dalam dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi awal dan tengah pada kata dasar. d) Fonem konsonan / g / Fonem konsonan Fonem / g / diucapkan dengan cara menempelkan belakang lidah pada langit-langit lunak sambil menghambat udara dan kemudian melepaskannya secara mendadak . Fonem konsonan / g / termasuk konsonan hambat velar bersuara. Fonem konsonan / g / dalam dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi awal dan tengah pada kata dasar. e) Fonem konsonan / h /
Fonem konsonan / h / adalah konsonan frikatif glotal tak bersuara. Pengucapan fonem konsonan / h / dengan cara melewatkan arus udara sampai pita suara menyempit sehingga menimbulkan bunyi desis. Fonem konsonan /h/ tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi tengah dan akhir pada kata dasar. f) Fonem konsonan / j / Fonem / j / diucapkan dengan cara menempelkan daun lidah pada langitlangit keras supaya udara yang leluar dari paru-paru terhambat dan kemudian dilepaskan lagi. Fonem / j / termasuk konsonan palatal bersuara. Fonem konsonan / j / dalam dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi awal dan tengah pada kata dasar. g) Fonem konsonan / k / Fonem konsonan / k / termasuk konsonan hambat velar tak bersuara. Fonem konsonan / k/ diucapkan dengan cara menempelkan belakang lidah pada langit-langit lunak sehingga udara terhambat kemudian udara itu dilepaskan secara tiba-tiba. Fonem konsonan / k / mempunyai alofon dengan [Ɂ]. Alofon [ Ɂ ] diucapakan dengan menekan rapat pita suara dan langit-langit lunak, anak tekak yang berada di pangkal lidah keataskan sehingga arus udara terhambat sesaat kemudian pita suara dipisahkan. Fonem konsonan / k/ tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi awal dan tengah pada kata dasar, sedangkan alofon [ Ɂ ] juga tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi akhir pada kata dasar h) Fonem konsonan / l / Fonem konsonan / l / adalah konsonan lateral alveolar bersuara. Fonem konsonan ini diucapakn dengan cara menempelkan daun lidah pada gusi dan mengelurkan udara melalui samping lidah sehingga pita suara bergetar. Fonem konsonan / l / dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo berdistribusi lengkap karena dapat menempati posisi awal, tengah dan akhir pada kata dasar. i) Fonem konsonan / m /
Fonem konsonan /m / termasuk konsonan nasal bilabial bersuara. Fonem ini diucapkan dengan cara mengatupkan kedua bibir. Pengucapannya udara dikeluarkan melalui rongga hidung. Fonem konsonan / m / dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo berdistribusi lengkap karena dapat menempati posisi awal, tengah dan akhir pada kata dasar. j) Fonem konsonan / n / Fonem konsonan /n / termasuk konsonan nasal alveolar bersuara. Fonem ini diucapkan dengan cara menempelkan ujung lidah ke gusi supaya udara yang keluar dari paru-paru terhambat dan keluar melalui hidung. Fonem konsonan / n / dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo berdistribusi lengkap karena dapat menempati posisi awal, tengah dan akhir pada kata dasar. k) Fonem konsonan / p / Fonem konsonan /p / termasuk konsonan hambat bilabial tak bersuara. Fonem konsonan ini diucapkan dengan cara mengatupkan bibir atas dan bibir bawah dengan rapat sehingga udara yang keluar dari paru-paru tertahan untuk sementara, kemudian udara itu dilepaskan secara tiba-tiba. Fonem konsonan / p / dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi awal, tengah pada kata dasar. l) Fonem konsonan / r / Fonem konsonan ini diucapkan dengan cara menempelkan ujung lidah pada gusi, kemudian udara dikeluarkan dengan cara menghembuskannya sehingga udara bergetar dan lidah berulang-ulang menempel dan lepas pada gusi. Fonem konsonan /r / termasuk konsonan getar alveolar bersuara. Fonem konsonan / r / dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo berdistribusi lengkap karena dapat menempati posisi awal, tengah dan akhir pada kata dasar. m) Fonem konsonan / s / Fonem konsonan ini diucapkan dengan cara menempelkan ujung lidah pada gusi bawah sambil melepaskan udara melalui samping lidah sehingga menimbulkan bunyi desis.Fonem konsonan /s / termasuk konsonan frikatif
alveolar tak bersuara. Fonem konsonan / s / dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo berdistribusi lengkap karena menempati posisi awal, tengah dan akhir pada kata dasar. n) Fonem konsonan t Fonem konsonan / t / dapat diucapkan dengan cara menempelkan ujung lidah pada gusi agar udara yang keluar dari paru-paru tertahan untuk sementara dan kemudian dilepaskan. Fonem konsonan / t / termasuk konsonan hambat dental tak bersuara. Fonem konsonan / t / berdistribusi lengkap karena dapat menempati semua posisi pada kata dasar. o) Fonem konsonan / R / Fonem konsonan / R / dapat diucapkan dengan cara menempelkan belakang lidah pada langit-langit lunak sehingga terdapat ruangan sempit. Fonem konsonan / r/ termasuk konsonan getar uvular bersuara. Fonem konsonan / r / tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi awal dan tengah pada kata dasar. p) Fonem konsonan / ñ / Fonem konsonan / ñ / termasuk konsonan nasal palatal bersuara. Fonem ini di ucapakan dengan cara menempelkan depan lidah pada langit-langit yang berfungsi untuk menahan udara dari paru-paru, kemudian dikeluarkan melalui rongga hidung sehingga terjadi penyengauan. Fonem /ñ/ dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi awal dan tengah pada kata dasar. q) Fonem konsonan / ŋ / Fonem konsonan / ŋ / adalah konsonan nasal velar bersuara. Fonem ini diucapkan dengan cara menempelkan belakang lidah pada langit-langit lunak kemudian udara dilepaskan melalui rongga hidung. Fonem / ŋ / dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi tengah dan akhir pada kata dasar.
3.3.5. Deskripsi dan Distribusi Fonem Semivokal a) Fonem semivokal / w / Fonem / w / dapat diucapkan dengan cara mendekatkan kedua bibir tanpa menghalangi udara yang dihembuskan dari paru-paru. Fonem / w / termasuk semivokal bilabial bersuara. Dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo berdistribusi lengkap karena dapat menempati posisi awal, tengah dan akhir pada kata dasar. b) Fonem semivokal / y / Fonem semivokal / y / diucapkan dengan cara mendekatkan lidah depan ke langit-langit keras sehingga udara yang keluar dari paru-paru tidak sampai di hambat sehingga udara tersebut bisa keluar melalui mulut. Fonem semivokal / y / termasuk semivokal palatal bersuara. Fonem / y / dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap karena hanya menempati posisi tengah pada kata dasar. 3.3.6. Deskripsi dan Distribusi Fonem Diftong Fonem diftong diucapkan dengan cara satu tarikan nafas. Fonem diftong adalah dua buah vokoid yang terdapat dalam satu kata, anggota diftong berada dalam silabi yang sama. Dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo terdapat lima buah diftong naik dan tiga buah diftong turun dan satu diftong memusat. Diftong-diftong itu adalah [ au ], [ ai ], [ ui ], [ oi ], [ ia ], [ ua ], [ io ] dan [ ie ].
3.3.7. Deskripsi dan Distribusi Deret Vokal Deret vokal adalah urutan dua buah vokal yang berjejeran, tetapi masingmasingnya diucapkan dengan dibatasi oleh jeda. Deret vokal dalam
bahasa
Minangkabau di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap karena tidak menempati semua posisi pada kata dasar. Deret vokal yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo antara lain adalah :
Tabel
7.
Deret
vokal
bahasa
Minangkabau
di
Kanagarian Silongo Deret vokal / a. a / / a. i / / a. u / / i. a / /i.e/ /i.o/ /u.a/ /u.e/ / u. i / /e.a/ / e .o / /o.a/ /o.i/
Contoh pemakaian / ba.aŋ / / ku.ai / / lima.u manih / / uang si.aɁ / / bani.eɁ / / kaci.o / / lasu.aŋ pipiɁ / / laŋku.eh / / du.ian / / lote.aŋ / / aie.le.o / / taroyo.aŋ / / lamo.i /
‘ teman laki-laki ʼ ‘ salak ʼ ‘ jeruk ʼ ‘alim ulama ʼ ‘ berniat ʼ ‘celengan ʼ ‘ lesung pipi ʼ ‘ lengkuas ʼ ‘ durian ʼ ‘langit-langit atap ʼ ‘ air ludah ʼ ‘ gotong royong ʼ ‘ lemari ʼ
3.3.8. Deskripsi dan Distribusi Deret Konsonan Tabel 8. Deret konsonan bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo Deret Konsonan / ŋ. g / / ŋ. h / / ŋ. k / /l.b/ / n. c / / n. d / /n.j/ /n.t/ /n.s/ / m. b / / m. p / /k.l/ /r.g/ /r.t/ /r.n/ /s.t/ /t.r/
Contoh Pemakaian / aŋ.gur / / paŋ.hulu / / simaŋ.ko / / jil.bab / / mun.cuaŋ / / sen.doɁ / / tun.juaɁ / / jan.tuaŋ / / man.siaŋ / / mum.buiktan / / um.puiɁ / / cok.lat / / ger.gaji / / wor.tel / / per.nah / / s.troberi / / t.ras /
‘ anggur ʼ ‘ penghulu ʼ ‘ semangka ʼ ‘ kerudung ʼ ‘ mulut ʼ ‘ sendok ʼ ‘ telunjuk ʼ ‘ jantung ʼ ‘ pandan ʼ ‘ rambutan ʼ ‘ rumput ʼ ‘ coklat ʼ ‘ gergaji ʼ ‘ wortel ʼ ‘ pernah ʼ ‘ strawberry ʼ ‘ruangan depan yang terbuka ʼ
PENUTUP Kesimpulan Dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo ditemukan tiga puluh tiga puluh lima bunyi yang terdiri dari delapan bunyi vokoid, yaitu : [ a ], [ i ],[ u ], [ U ],
[ e], [ ɛ ], [ ͻ ], dan [ o ]. Bunyi vokoid [ a ], [ i ], [ u ], [ e ], [ o ]
berdistribusi lengkap karena menempati posisi awal, tengah dan akhir pada kata dasar. Bunyi kontoid ada tujuh belas buah yaitu : [ b ], [ c ], [ d ], [ g ], [ h ], [ j ], [ k ], [ l ],[ m], [ n ], [ p ], [ r ], [ s ], [ t ], [ñ ], [ ŋ ], dan [ ʔ ]. Bunyi kontoid [ b ], [ l ], [ m ], [ n ], [ r ], [ s ], [ t ] berdistribusi lengkap karena menempati posisi awal, tengah dan akhir pada kata dasar. Sedangkan bunyi kontoid [ c ], [ d ], [ g ], [ h ], [ j ], [ k ], [ p ], [ ñ ], [ ŋ ] dan [ʔ ] tidak berdistribusi lengkap karena tidak dapat menempati semua posisi pada kata dasar. Bunyi semivokoid ada 2 buah yaitu : [ w ] dan [ y ]. Bunyi semivokoid [ w ] berdistribusi lengkap karena dapat menempati semua posisi pada kata dasar, sedangkan bunyi semivokoid [ y ] tidak berdistribusi lengkap. Bunyi diftong ada 8 buah yaitu yang terdiri dari diftong naik dan diftong turun, diftong naik yaitu [ au ], [ ai ], [ ui ], [ oi ], sedangkan diftong turun yaitu [ ia ], [ ua ], [ ie ], [ io ]. Semua bunyi diftong tidak berdistribusi lengkap karena tidak dapat menempati semua posisi pada kata dasar. Dilihat dari fonemnya, bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo mempunyai tiga puluh dua buah fonem yang terdiri dari: 1) 5 buah fonem vokal yaitu : / a /, / i /, / u/, / e /, / o /. Fonem vokal / i / mempunyai alofon [ I ], fonem vokal / o / mempunyai alofon / ͻ /, fonem vokal / e / mempunyai alofon [ ɜ ]. Fonem vokal / a /, / i /, / u /, / e /, / o / berdistribusi lengkap, karena dapat menempati posisi awal, tengah dan akhir pada kata dasar. 2) tujuh belas buah fonem konsonan / b /, / c /, / d /, / g /, / h /, / j /, / k /, / l /, / m /, / n /, / p /, / r /, / s /, / t /, / R /, / ŋ /, / ñ /. Fonem konsonan / k / mempunyai alofon [ Ɂ ]. Fonem konsonan / l /, / m /, / n /, / r /, / s /, / t / berdistribusi lengkap, sedangkan fonem konsonan / b /, / c /, / d /, / g /, / h /, / j /, / k /, / p /, / R /, / ŋ /, / ñ / tidak
beridstribusi lengkap. 3) dua buah fonem semivokal, yaitu / w / dan / y /. Fonem semivokal / w / berdistribusi lengkap karena menempati semua posisi pada kata dasar. 4) delapan buah fonem diftong, yaitu [ au ], [ ai ], [ ui ], [ oi ], [ ia ], [ ua ], [ io ], [ ie ]. Semua fonem diftong tidak berdistribusi lengkap. Bahasa Minangkabau di Kanagarian Silongo memiliki tiga belas buah deret vokal, yaitu / a.a /, / a.i /, / a.u /, /, / i.a /, / i.e /, / i.o /, / u.a /, / u.e /, / u.i /, / e.a /, / e.o /, / o.a /, / o.i /. Semua deret vokal di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap. Deret konsonan tujuh belas buah deret konsonan, yaitu / ŋ.g /, / ŋ.k /, / ŋ.h /, / n.c /, / n.d /, / n.j /, / n.s /, / n.t /, / m.b /, / m.p /, / k.l /, / l.b /, / r.g /, / r.n /, / r.t /, / s.t /, / t.r /. Semua deret konsonan di Kanagarian Silongo tidak berdistribusi lengkap. Saran Penulis mengharapkan tulisan ini menjadi pedoman bagi penelitian selanjutnya yang berminat dalam bidang Linguistik. Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA Ayub, Asni. Dkk. 1993. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Abdul, Chaer. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia . Jakarta : PT. Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta. Fitri, Erna. 2001. “Sistem Fonologi Bahasa Minangkabau di Kanagarian Talawi (suatu tinjauan deskriptif)” (Skripsi). Padang: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Kridalaksana, Harimurti. 2008 . Kamus Linguistik . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Laila, Aruna. 2002. “Fonologi Bahasa Mandailiang di Paraman Ampalu” (Skripsi). Padang: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Linawati . 2013 . “ Sistem Fonologi Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang “ ( Skripsi ) . Padang : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Muslich, Masnur. 2008 . Fonologi Bahasa Indonesia . Jakarta : Bumi Aksara. Moeliono, Anton.M . 1989 . Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka. Nofriyeti. 1998. “ Fonologi Bahasa Mentawai Dialek Sipora Suatu Tinjauan Deskriptif”. Padang : Skripsi Universitas Andalas. Pateda. Mansoer. 1990 . Linguistik Sebuah Pengantar . Bandung: Angkasa. Ramli, Isra. 2005. “Sistem Fonologi Bahasa Minangkabau di Kanagarian Tanjung Gadang Kabupaten Sawah Lunto/Sijunjung” (Skripsi). Padang: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Samsuri. 1987 . Analisis Bahasa. Erlangga: PT. Gelora Aksara Pratama. Samsuri. 1991. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa . Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Suryati, Mimi. 1996. “ Sistem Fonologi Bahasa Minangkabau Dialek Pancung Soal Tinjauan Deskriptif”. Padang: Skripsi Universitas Andalas.