LEKSIKON DALAM PENGOBATAN TRADISIONAL MINANGKABAU DI KANAGARIAN MAEK: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK Weni Novita Abstrak Tujuan penelitian ini adalah (1) mengklasifikasikan dan mendeskripsikan leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek; (2) mendeskripsikan fungsi leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek; (3) mendeskripsikan nilai budaya unsur leksikon dalam pengobatan tradisional di Kanagarian Maek. penelitian ini menggunakan teori antropolinguistik, teori fungsi, teori nilai dan pendekatan leksikon. Metode yang digunakan melalui tiga tahap yaitu: penyediaan data, penganalisisan data, dan penyajian analisis data. Leksikon dalam pengobatan tradisional diklasifikasikan menjadi dua, (1) kegiatan dalam proses pengobatan (2) alat dan bahan dalam pengobatan. Dalam leksikon pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek, mengadung fungsi-fungsi yaitu (1) fungsi individu, (2) fungsi sosial, (3) fungsi keharmonisan alam dan tumbuhan, (4) fungsi ekonomi. Kemudian juga terdapat nilai-nilai budaya dalam leksikon pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek yaitu, (1) nilai keharmonisan, (2) nilai kesejahteraan, (3) nilai relegius, (4) nilai berorientasi dengan alam, (5) nilai sosial. Kata kunci: bahasa, obat tradisional, dan kebudayaan.
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Masinambow (dalam Bawa, 2004: 1) Kebudayaan adalah proses dan produk pikiran, perasaan, dan perilaku manusia. Setiap kebudayaan memiliki ciri khas tersendiri, yang membedakannya dengan kebudayaan lain. Selain itu kebudayaan juga berisi seperangkat ilmu pengetahuan yang pada pada gilirannya dapat dijadikan pedoman untuk menjawab tantangan baik fisik maupun sosial. Dari sekian banyak pengetahuan yang dimiliki manusia salah satunya adalah pengetahuan tentang pengobatan tradisional.
Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003, menyatakan bahwa pengobatan tradisional adalah pengobatan dan perawatan dengan cara, obat, dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman, keterampilan turun temurun pendidikan/pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku. Bahan dan ramuan yang berupa tumbuhan, hewan, bahan mineral, sedian sarian (galenik), atau campuran bahan tersebuttelah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Noorkasiani, 2009: 130). Dalam sistem pengobatan tradisional Minangkabau, masyarakat di Kanagarian Maek terdapat leksikon khas yang menyertainya. Leksikon tersebut berupa bahan, alat, dan proses pengolahan maupun proses pengobatan yang masih menggunakan bahasa asli dari Kanagarian Maek. Chaer (2007: 5) mengatakan bahwa istilah leksikon berasal dari kata Yunani kuno lexicon yang berarti ‘kata’, ‘ucapan’, atau acara berbicara’. Leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau memiliki bermacam fungsi dan nilai yang berkaitan dengan individual dan juga berkaitan dengan masyarakat sebagai pengguna bahasa. Di Kanagarian Maek, pengobatan tradisional lebih cenderung mengunakan jasa orang pintar atau dukun dalam usaha penyembuhan berbagai penyakit yang mereka derita. Meskipun perkembangan ilmu medis sudah maju, tetapi masyarakat lebih banyak menggunakan jasa orang pintar atau dukun. Hal ini didasari berbagai faktor terutama dalam bidang ekonomi dan pengetahuan masyarakatnya Sibarani (2004: 59) mengatakan bahwa bahasa yang digunakan sebagai sarana ekspesi nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya yang dapat disampaikan oleh bahasa sebagai jalur penerus kebudayaan terbagi atas tiga bagian kebudayaan yang saling berkaitan, yaitu kebudayaan ekspresi mencakup perasaan, keyakinan, intuisi, ide, dan imajinasi kolektif; dan kebudayaan tradisi mencakup nilai-nilai religi, adatistiadat, dan kebiasaan-kebiasaan; dan kebudayaan fisik mencakup hasil-hasil karya asli yang dimanfaatkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dari uraian diatas penulis akan meneliti nilai budaya, adat istiadat dan religi. Dengan demikian, peneliti ini akan mengkaji deskripsi dan klasisikasi leksikon dalam pengobatan tradisional minangkabau, dan fungsi leksikon serta nilai budaya yang terkandung dalam leksikon pengobatan tradisional. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah deskripsi dan klasifikasi leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek? 2. Bagaimanakah fungsi leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek?
3. Bagaimanakah nilai budaya unsur leksikon dalam Minangkabau di Kanagarian Maek?
pengobatan tradisional
Tujuan penelitian Sekaitan dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan dan mengklasifikasikan leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek. 2. Menjelaskan fungsi leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek. 3. Menjelaskan nilai budaya unsur Leksikon dalam Pengobatan Tradisinal Minangkabau di Kanagarian Maek. LANDASAN TEORI Antropolinguistik Antropolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam kebudayaan dan ciri-ciri bahasa yang berhubungan dengan kelompok sosial, agama, pekerjaan, dan kekerabatan. Antropolinguistik juga merupakan metode dan teknik penyelidikan bahasa masyarakat yang tidak mempunyai tradisi lisan, yang mengandalkan pengumpulan data dengan penyelidikan lapangan (Kridalaksana, 2008: 144). Duranti (dalam Bawa, 2004: 19) linguistik kebudayaan mengembangkan “kajian atas bahasa sebagai sumber daya budaya dan tuturan sebagai praktek budaya (study of language as a cultural resource and speaking as a cultural practice)”. Seadangkan Menurut Hymes (dalam Bawa, 2004: 19) lingustik kebudayaan sebagai kajian atas tuturan (speech) dan bahasa (language) dalam konteks antropologi. Antropolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perpedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, etika berbahasa, adat-istiadat, dan pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa (Simbarani, 2004: 50). Antropolinguistik menitik beratkan hubungan tentang bahasa dan budaya didalam suatu masyarakat. Pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa linguistic ilmu tentang bahasa dan karakteristiknya. Bahasa sendiri tidak terlepas dalam kebudayaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Leksikon Chaer (2007: 5) mengatakan bahwa Istilah leksikon berasal darai kata Yunani kuno lexicon yang berarti ‘kata’, ‘ucapan’, atau acara berbicara’. Kata leksikon
seperti ini sekerabat dengan kata leksem, leksikografi, leksikograf, leksikal. Sebaliknya, istilah kosa kata adalah istilah terbaru yang muncul ketika kita sedang giat-giatnya mencari kata atau istilah tidak berbau barat. Satuan leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosa kata ataun pembendaharaan kata, maka leksem dapat kita sama dengan kata. Fungsi Bahasa Teori dipakai mengacu fungsi bahasa model Lecch (lihat Usman, 2005: 48) yang mengemukakan lima fungsi bahasa, yaitu: (1) fungs informasional yaitu fungsi pembawa informasi: (2) fungsi ekspresif, yaitu fungsi untuk mengungkapkan perasaan dan sikap penutur; (3) fungsi direktif, yaitu yaitu fungsi memengaruhi perilaku atau sikap orang lain, lebih memberikan tekanan pada sisi penerima, bukan pada penutur; (4) fungsi estetik, yaitu fungsi penggunaan bahasa demi hasil karya itu sendiri dalam menciptakan efek artistic, dan (5) fungsi fatik, yaitu fungsi untuk menjaga agar garis komunikasi tetap terbuka, untuk menjaga hubungan sosial secara baik. Nilai Budaya Teori nilai yang dikemukakan oleh C. Kluchohn (lihat Koentjaraningrat, 2009: 154). Menurut C. Kluckhohn sistem nilai budaya dalam setiap kebudayaan mengandung lima masalah dasar dalam kehidupan manusia. Kelima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya adalah: (1) masalah hakikat dari hidup manusia, (2) masalah hakikat dari karya manusia, (3) masalah hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu, (4) masalah hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, (5) masalah hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode dan teknik penelitian yang digunakan adalah metode dan teknik penelitian yang dikemukan oleh Sudaryanto (1993). Menurut Sudaryanto (1993: 133) metode dan teknik penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu 1) tahap penyediaan data, 2) tahap analisis data, dan 3) tahap penyajian hasil analisis data. a. Metode dan Teknik Penyediaan Data Metode yang digunakan untuk penyediaan data adalah metode simak dan metode cakap. Metode simak dilakukan dengan cara penyimakan, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini penulis akan menyimak leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek. Teknik dasar yang digunakan yaitu teknik sadap, teknik ini dilakukan dengan menyadap penggunaan
bahasa dari informan. Teknik sadap memiliki teknik lanjutan, yaitu Teknik Simak bebas Libat Cakap (SBLC), simak libat cakap (SLC), teknik catat, dan teknik rekam. Teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dilakukan dengan cara menyadap peristiwa tutur penggunaan leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek tanpa ikut terlibat dalam peristiwa tutur tersebut. Peneliti berperan sebagai pengamat penggunaan dan pemerhati tuturan yang dituturkan oleh informan. Sekaligus penulis melakukan pencatatan dan perekaman dengan tape recorder. Teknik SLC maksudnya yaitu dilakukan penyadapan dengan cara partisipasi sambil menyimak, dan terlibat langsung dalam pembicaraan. Artinya peneliti berperan aktif menyaring data dari informan. Ketika penyimakkan berlangsung, sekaligus penulis melakukan pencatatan dan perekaman. Keempat teknik ini digunakan secara bersama-sama karena data yang diambil berwujud lisan. Selanjutnya metode cakap dilakukan karena memang terjadi percakapan antara peneliti dengan informan. Data penulis penulis dapatkan dengan cara mewawancarai informan. Teknik dasar digunkan adalah teknik pancing, teknik ini dilakukan dengan cara, memancing dengan pertanyaan-pertanyaan kepada informan. Teknik pancing ini dilakukan secara langsung, artinya peneliti mendatangi informan dan langsung bertaya kepada informan. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik cakap semuka. Teknik cakap semuka dilakukan dengan percakapan langsung dengan informan. B. Metode dan Teknik Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan metode padan yang dikemukakan oleh Sudaryanto (1993). Metode padan adalah alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Metode padan yang digunakan adalah metode padan translational. Metode translational digunakan karena objek penelitian menggunakan bahasa Minangkabau di Kanagarian Maek, Oleh sebab itu, harus dipadankan ke dalam bahasa Indonesia. Metode agih alat penentunya adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Metode agih ada dua teknik yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL), yaitu membagi satuan lingual data menjadi beberapa unsur, sehingga ditemukan satuan lingual yang berupa leksikon. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik ganti dilakukan untuk mengetahui kesamaan kategori antara unsur penganti dengan unsur yang tergantikan. C. Metode dan Teknik Penyajian Hasil Data Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah metode penyajian formal dan informal. Metode penyajian formal adalah penyajian analisis data dengan penggunaan tanda dan lambang. Sebaliknya metode penyajian data informal adalah memaparkan hasil analisis data dalam bentuk katakata biasa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dekripsi dan klasifikasi leksikon dalam pengobatan minangkabau di kanagarian maek dikelompokkan menjadi dua yaitu (1) kegiatan dalam pengobatan, serta (2) alat dan bahan yang digunakan. Nama Penyakit
Leksikon Kegiatan diracik
Proses
Peralatan Dan Bahan pisau, jariangau, kunyik bolai, sicerek, bungo limau kambiang. sayak, jariangau, kunyik bolai, sicerek, bungo limau kambiang.
Proses peracikkan semua bahan yang diperlukan. dirame Proses kedua meremas bahan obat didalam sayak sampai semua menyatu. dibiakan aia, jariangau, kunyik Proses ketiga bolai, sicerek, bungo penyatuan obat limau kambiang. dengan air. Kemudian baru dioleskan ketubuh yang terasa sakit. Tabel 1.1. Leksikon Seputar Pengobatan Biriang Sondi
Biriang Sondi
. Biriang sondi berasal dari kata biriang ‘biring’ dan sondi ‘sendi’. Biriang sondi berarti penyakit biring yang terjadi pada pesendian tubuh dimana sendi-sendi terasa sakit. Penyakit ini bisa diakibatkan faktor dari dalam tubuh karena terganggunya kesimbangan tubuh akibat unsur-unsur dalam tubuh. Penderita penyakit ini sebagian besar adalah laki-laki dan wanita dewasa ataupun yang usia lanjut. Leksikon pengobatan tradisional bahasa Minangkabau di Kanagarian Maek diklasifikasikan menjadi dua kelompok (1) kegiatan, serta (2) alat dan bahan sebelumnya leksikon tersebutkan akan klasifikasikan berdasarkan bentuk lingualnya. Pertama leksikon diklasifikasi menjadi berdasarkan bentuk lingual, lesikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau merujuk pada kata berimbuhan ataupun kata dasar; begitu pula kelas katanya. Dari tabel 1.1 terdapat satu leksikon yang mengunakan prefiks, seperti diracik, ‘dipotong’, dan dirameh ‘diremas’: (1) di- + racik ‘potong’ diracik ‘dipotong’ (2) di- + rame ‘remas’ dirame ‘diremas’ Dari tabel 1.1juga terdapat satu leksikon yang menggunakan konfiks, yaitu dibiakan ‘dibasahkan’: (1) di-an + biak ‘basah’ dibiakan ‘dibasahkan’ Leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek juga diklasifikasikan berdasarkan kelas katanya. Kelas kata nomina, pisau,‘logam dan bermata tajam yang digunakan untuk memotong’, sayak, ‘tempurung ntuk
meletakkan ramuan, jariangau ‘jerangau’, kunyik bolai, sicerek, bungo limau kambiang. Ada juga kelas kata verba yang mengambarkan kekayaan proses budaya, seperti diracik, dirameh, dibiakan. Selanjutnya, leksikon dalam pengobatan biriang sondi ini juga diklasifikasikan menjadi dua kelompok: (1) kegiatan, serta (2) alat dan bahan. Pertama leksikon kegiatan, yaitu diracik ‘dipotong’ merupakan memotong semua bahan yang digunakan, kemudian dirame ‘diremas’ merupakan meremas semua bahan, dan kemudian dibiakkan ‘dibasahkan’ semua bahan yang sudah diremas dibasahkan. Kedua Leksikon alat dan bahan, yaitu pisau merupakan alat yang digunakan untuk memotong bahan obat, sayak ‘tempurung’ dalam pengobatan tradisional masyarakat di Kanagarian Maek lebih cenderung menggunakan sayak tempat meletakkan ramuan obat. Jariangau ‘jarangau’ merupakan tumbuhan obat tradisional yang umbinya digunakan masyarakat untuk berbagai penyakit salah satunya obat biriang jaek, kunyik bolai ‘kuyit bunglai’ merupakan tumbuhan bahan obat yang diambil akarnya untuk ramuan obat, sicerek ‘pohon kecil, daunnya bisa dibuat obat’, aia ‘air’, limau kambiang, limau kambing lebih cendrung digunakan sebagai bahan dalam berbagai pengobatan tradisional oleh masyarakat.
Nama Penyakit Biriang Jaek
Leksikon Kegiatan digisal
Proses
Peralatan Dan Bahan daun durian, bungo Proses pertama rayo, paku rambaian semua bahan ayam ramuan digisar menggunakan tangan. diangekkayu, saluang api, Proses kedua angekan sayak, daun durian, setelah digisar bungo rayo, paku ramuan tersebut rambaian ayam dimasukkan kedalam sayak kemudian dipanaskan. dibiakan dan aia didia, daun durian, Proses dipusian bungo rayo, paku selanjutnya rambaian ayam ramuan obat yang dibasahkan dengan air didih kemudian dioleskan ketubuh yang terasa sakit. Tabel 1.2 Leksikon Seputar Pengobatan Biriang Jaek.
Biriang jaek berasal dari dua kata biriang ‘biring’ dan kata jaek ‘jahat. Biriang jaek merupakan penyakit yang mengakibatkan tubuh terasa sakit terkadang mengakibat tubuh membengkak dan mengeluarkan nanah dan darah. Penyakit ini biasanya diakibatkan oleh berbagai faktor selain dari faktor dari dalam tubuh terkadang masyarakat juga mempercayai penyakit tersebut kiriman dari orang yang jahat atau guna-guna. Leksikon pengobatan tradisional bahasa Minangkabau di Kanagarian Maek diklasifikasikan menjadi dua kelompok (1) kegiatan, serta (2) alat dan bahan sebelumnya leksikon tersebutkan akan klasifikasikan berdasarkan bentuk lingualnya. Pertama leksikon diklasifikasi berdasarkan bentuk lingual, lesikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau merujuk pada kata berimbuhan ataupun kata dasar; begitu pula kelas katanya. Leksikon dalam pengobatan biriang jaek diklasifikasikan berdasarkan bentuk lingual merujuk pada bentuk kata dasar; begitu pula dari sisi kelas katanya. Dari 3.4 terdapat satu leksikon yang menggunakan prefiks, yakni digisal ‘gisal’ (1) di- + gisal ‘gisar’ digisal ‘digisar’ Dari tabel 3.4 terdapat dua leksikon yang menggunakan konfiks, seperti diangek-angekan ‘dipanaskan’, dibiakan ‘dibasahkan’ , (1) di-an + biak ‘basah’ dibiakan ‘dibasahkan’ (2) di-an + pusi ‘oles’ dipusian ‘dioleskan’ Leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek juga diklasifikasikan berdasarkan kelas katanya. Kelas kata nomina, bungo rayo ‘bunga kembang sepatu’, paku rambaian ayam ‘pakis’, daun durian , sayak ‘tempurung’, aia didia ‘air didih’. Ada juga kelas kata verba yang mengambarkan kekayaan proses budaya, seperti ‘digisal’,’diangek-angekan’, ‘dibiakan’,dan ‘dipusian’. Selanjutnya, leksikon dalam pengobatan penyakit biriang jaek ini diklasifikasikan menjadi dua kelompok : (1) kegiatan, serta (2) alat dan bahan. Pertama, Leksikon kegiatan yaitu digisal ‘digisar’, diagek-angekan ‘dipanas sebentar saja’, dibiakan ‘dibasahkan, dan dipusian ‘dioleskan’. Kedua, Leksikon alat dan bahan yaitu, kayu ‘kayu bakar’, saluang api ‘tiupan perapian’, sayak ‘wadah tempat ramuan’daun durian, daun bungo rayo ‘daun kembang sepatu’, paku rambaian ayam, ‘ pakis’ aia didia ‘air didih’. Fungsi Leksikon dalam Pengobatan Tradisional Minangkabau Di Kanagarian Maek Leksikon dalam pengobatan tradisional Minangakabu di kanagarian Maek juga sangat berkaitan dengan aktifitas kehidupan masyarakat di Kanagarian Maek yang mengunakan bahasa Minangkabau sebagai bahasa kesehariannya. Fungsi leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek dapat dikategorikan menjadi tiga fungsi : (1) fungsi individual, (2) fungsi sosial, (3) Fungsi keharmonisan alam, dan tumbuhan, (4) fungsi ekonomi. (1) Fungsi individual Dalam pengobatan tradisional Minangkabau dikanagarian Maek terdapat fungsi individual karena berkaitan dengan kegiatan atau sesuatu yang dikerjakan secara
individual. Kaitan dengan individual ini tidak terlepas dari hubungan leksikon pengobatan tersebut degan aktivitasnya. Misalnya leksikon alat yang digunakan pisau, sayak, serta langkah-langkah aktivitas proses pembuatan seperti diracik, dirameh, dibiakkan ramuan obat yang digunakan merupakan gambaran dari proses pengobatan tradisional yang dapat dilakukan secara individual atau pribadi. (2) Fungsi sosial Dalam pengobatan tradisional Minangkabau di kanagarian Maek terdapat fungsi sosial karena terdapat beberapa leksikon yang berhubungan aktifitas sosial masyarakat di Kanagarian Maek yang mengambarkan interaksi sosial yang terjalin antar masyarakat contohnya dimandian, diuruik, dikalotiangan, dipusian. Leksikonleksikon tersebut memberikan ruang gerak dalam pengobatan tradisional dikerjakan secara bersama, yaitu antara pihak yang sedang diobati dengan pihak yang sedang mengobati. (3) Fungsi keharmonisan alam, dan tumbuhan Dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek leksikonleksikon dalam pengobatan tersebut berasal dari tumbuhan hampir semua leksikon alat dan bahan berasal dari alam. Dari itu masyarakat berusaha dalam menjaga alam tumbuhan obat yang dibutuhkan. Keharmonisan masyarakat dengan alam tergambar dari adanya hubungan tibal balik antara tumbuhan dengan manusia yaitu manusia menjaga alam. Apa bila tumbuhan tidak dijaga maka tumbuhan akan hilang bigitupun pengobatan tradisional dikanagarian Maekpun akan hilang, dan kepunahan kegiatan pengobatan tradisional tersebut akan menyebabakan kepunahan jga dalam pembendaharaan leksikon-leksikon dalam pengobatan tradisional. (4) Fungsi Ekonomi Kaitan fungsi ekonomi dengan leksikon dalam pengobatan tradisional terlihat dalam penggunaan alat, bahan, dan proses pengobatan. Bahan dan alat yang digunakan dalam pengobatan tradisional di kanagarian Maek pada umumnya didapat dilingkungan sekitar tempat tinggal. Adapun bahan dan alat yang digunakan didapat dari warung sekitar kampung sehingga tidak banyak mengeluarkan biaya. Keekonomisan tersebut terlihat dari proses pengobatan tradisional tersebut dilakukan secara invidual tidak butuh pengobatan dari ahli sehingga menekan biaya pengobatan.
Nilai Budaya Unsur Leksikon dalam Pengobatan Tradisiona Minangkabau di Kanagarian Maek Dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek juga terdapat Nilai budaya yaitu: (1) Nilai Keharmonisan Hal itu tercermin dalam leksikon bahan pengobatan tradisional yang mengacu pada sejumlah tanamanan yang dibudidayakan diperkarangan rumah, masyarakat kerap saling membantu dengan cara memberikan bibit untuk dibudidayakan dan juga memberikan hasil budi daya tanaman kepada masyarakat yang membutuhkan. Semua
perilaku tersebut mereka landasi dengan sifat kekeluargaan dan saling tolongmenolong antar masyarakat. (2) Nilai kesejahteraan Dalam pengobatan tradisional Minangkabau di kanagarian Maek terdapat nilai kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat. hal ini tercermin dalam pengobatan yaitu saling membantu antar masyarakat sehingga terciptalah nilai kesejahteraan antara manusia, dengan masyarakat sehat dengan memanfaatkan alam sekitar. (3) Nilai regilius Dalam pengobatan tradisional Minangkabau terdapat nilai regilius dimana dalam proses pengobatan ada yang mengunakan mantra yang terdapat doa-doa yang dibacakan memohon kesembuhan penderita sakit. (4) Nilai yang berorintasi dengan alam Bahan dan alat yang digunakan pada umumnya didapat dari alam seperti, sayak, kayu, jariagau, kunyik bolai, sicerek, limau kambiang, daun durian, bungo rayo, daun kapuak, daun kacang porang, karisiak pisang, bawang merah, urek usar, urek sibonai, urek rotan, daun pudiang, akar limponang, daun siria, daun kacang kayu, daun piladang, cocak padang, urek kayu maro kabun, tampuak kunduar, sikumpai, sidingin, cikorou, sitawar, none ijau, sokar onau, limau kape, tampuluar pisang, daun pokat, botiak mudo, bore, daun manggih, daun nyarak. Dengan penggunaan bahan dari alam tersebut akan memungkinkan pelestarian tumbuhan sehingga ada keuntungan timbal balik antara tumbuhan manusia, yang saling menguntungkan. (5) Nilai sosial Dalam pengobatan tradisional di Kanagarian Maek, masyarakat saling membantu tanpa mengenal kelas sosial antar sesama. Mereka saling memberi disaat orang lain membutuhkan obat. Memeberikan alat dan bahan obat yang dibutuhakan tanpa minta imbalan. Kesimpulan Leksikon dalam pengobatan tradisional diklasifikasikan menjadi dua yaitu: (1) kegiatan (2) alat dan bahan. Leksikon kegiatan dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek mengandung a. prefiks di-, terdapat pada leksikon diracik, dirame, dipipi, digisal, diricia, diminun, dirobui, ditumbuak, dipanggang, digoreng, dimakan, dirondam, dirondang, dipangguar, dirobui, dipanggang, diuruik, disariang, diombui-ombui. b. Sufiks –an terdapat pada leksikon diangan. c. konfiks di-an, pada leksikon , dibiakan, diangek-angekan, dipusian, dikalotiangan, dilokekan, dibasuan, dimandian, dikobekan.
Fungsi leksikon dalam pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek, mengadung fungsi-fungsi yaitu (1) fungsi individu, (2) fungsi sosial, (3) fungsi keharmonisan alam dan tumbuhan, (4) fungsi ekonomi. Kemudian juga terdapat nilai-nilai budaya dalam leksikon pengobatan tradisional Minangkabau di Kanagarian Maek yaitu, (1) nilai keharmonisan, (2) nilai kesejahteraan, (3) nilai relegius, (4) nilai berorientasi dengan alam, (5) nilai sosial.
Daftar Pustaka Andri, Wirma. 2012. “Pengobatan Tradisional Dalam Naskah-Naskah Kuno Koleksi Surau Tarekat Syattariyah Di Pariangan: Transliterasi Dan Analisis Etnomedisin. Skripsi Sarjana Ilmu Budaya. Padang Unand. Asmiria, Iryona. 2007. “Obat-Obat Tradisional Minangkabau Dijorong Lipek Pageh Pengumpulan Dan Pengarsipan”. Skripsi Sarjana Sastra. Padang Unand. Bawa dan I Wayan Cika (penyunting). 2004. Bahasa Dalam Prespektif Kebudayaan. Denpasar: Universitas Udayana. Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi Dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Danang Susena, dkk. 2013. “Pengobatan Tradisional Dalam Naskah-Naskah Minangkabau: Inventarisasi Naskah, Teks Dan Analisis Etnomedisin”. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora. Vol 4 Nomor 2. Hizair. 2013. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta; Tamer. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Mahsun. 2007. Metode dan penelitian bahasa. Jakarta: PT RajaGrafindo. Murtie, Afin. 2013. Kupas Tuntas Pengobatan Tradisional. Jogjakarta: Trans Idea Publishing. Noorkasiani, dkk. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran EGC. Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. Medan: Poda. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Usman, Abdul Kadir. 2002. Kamus Bahasa Minangkabau Indonesia. Padang: Anggrek Media.
Usman, Fajri. 2005. ”Metafora Dalam Mantra Minangkabau”. Tesis Program Pascasarjana. Bali. Universitas Udayana. Usman, Fajri. 2009. ”Bentuk Lingual Tawa Pengobatan Tradisional Minangkabau .(Analisis Linguistik Kebudayaan)”. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra. Vol 5 Nomor 1. Yasir, Ahmad. 2008. ”Pengumpulan Dan Pengarsipan Obat-Obat Tradisional Kanagarian Baruah Gunuang Kecamatan Bukit Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota”. Skripsi Fakultas Sastra . Padang. Unand.