ANALISIS FINANSIAL, RESIKO DAN SENSITIVITAS USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR (Survei pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan) Sunaryo Hadi Warsito¹ , Zaenal Fanani² , Budi Hartono³ ¹ Mahasiswa Program Studi Ilmu Ternak Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang ² dan ³ Staf Pengajar Program Studi Ilmu Ternak Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang
ABSTRACT This research aims to investigate : 1. The feasibility of the layer poultry business evaluated from facet of financial; 2. Risk of financial of the layer poultry enterprise 3. Influence of price change of chicken's egg and feed to earnings of farmer. Analysis the used is production cost structure analysis, revenue, advantage, financial, risk of financial and sensitivity. The method used is the method of survey undertaken in groups of layer poultry farming "Gunungrejo Makmur", which consists of 24 members. To simplify the calculation, so the sample was stratified or grouped into three based on the business scale. The result of research show that average of result in one year at scale of I used production cost equal to Rp 119,061,052 and obtained revenue equal to Rp 147,464,147 and also clean advantage which obtained equal to Rp 28,403,094; at scale of II used production cost equal to Rp 240,795,738 and obtained revenue equal to Rp 318,949,828 and also clean advantage which obtained equal to Rp 78,154,037; at scale of III used production cost equal to Rp 761,154,395 and obtained revenue equal to Rp 966,528,077 and also clean advantage which obtained equal to Rp 205,373,681. The result of analysis of financial show that at scale of I obtained by result of ARR equal to 69.86%; NPV equal to Rp 108,840,066; B/C Ratio 2.5890; PP equal to 16 days 7 months 1 year and of IRR equal to 54.5139%. At scale of II obtained by result of ARR equal to 91.55%; NPV equal to Rp 303,559,110; B/C Ratio 3.1106; PP equal to 7 days 4 months 1 year and of IRR equal to 68.4660%. At scale of III obtained by result of ARR equal to 72.45%; NPV equal to Rp 648,408,885; B/C Ratio 2.3576; PP equal to 13 days 9 months 1 year and of IRR equal to 48,2183%. Pursuant to analysis of financial as a whole that at all of group member scale farmer of the layer poultry of Gunungrejo Makmur still feasible to be developed by its enterprise. The result of risk analysis of financial show that at scale of I obtained by result of OER equal to 71.45%; CR equal to 3.25; DAR equal to 11.97%; ROA equal to 43.92%; ROE equal to 47.10%; DCR equal to 476.99%; Coefficient Variation of equal to 27.57% and Down of Limit equal to Rp 12,743,020. At scale of II obtained by result of OER equal to 66.70%; CR equal to 3.22; DAR equal to 11.81%; ROA equal to 56.73%; ROE equal to 61.62%; DCR equal to 576.28%; Coefficient Variation of equal to 37.36% and Down of Limit equal to Rp 19,765,221. At scale of III obtained by result of OER equal to 72.34%; CR equal to 3.07; DAR equal to 11.46%; ROA equal to 44.59%; ROE equal to 48.57%; DCR equal to 448.40%;
1
Coefficient Variation of equal to 47.57% and Down of Limit equal to Rp 9,970,779. Pursuant to risk analysis as a whole that at all of scale show generated risk level still is peaceful, because result of obtained advantage admit of to close over risk which possible happened. The result of analysis of sensitivity show that at scale of I will experience of loss at condition happened increase of price of feed start 10% and when at the same time happened degradation of egg price start 15% or will happened at condition of price of feed go up to start 15% and followed by egg price go down to start 10%. At scale of II not yet experienced of loss although happened increase of price of feed until 15% and when at the same time happened degradation of egg price until 15%. At scale of III will experience of loss at condition happened increase of price of feed start 10% and during at the same time happened degradation of egg price start 15%. Level of sensitivity to changes in feed prices are rising as well as egg prices decreased once advanced financial analysis the overall results obtained in all strata indicate that changes in the rate of decline in egg prices have higher sensitivity than a change in feed price increases. Key words : analysis, financial, risk of financial, sensitivity ----------------------------------------------------------------------------------
jumlah
PENDAHULUAN
penduduk,
Sektor pertanian merupakan
perkapita,
sektor yang paling banyak menyerap
konsumen
tenaga kerja dan terbukti paling
meningkatnya
tahan menghadapi krisis yang telah
masyarakat,
terjadi di Indonesia.
menyebabkan
Demikian juga
subsektor
peternakan
subsektor
yang
peranannya
perubahan /
gaya
selera
hidup,
serta
kesadaran maka
akan
meningkatnya
pada
pemenuhan
penting
kebutuhan pangan baik kualitas dan
menjaga
kuantitasnya. Salah satu kebutuhan
sangat
dalam
tuntutan
merupakan
pendapatan
tidak
pangan
tersebut
tergantikan oleh subsektor lainnya.
hewani
yang
Peranan tersebut menjadi begitu
program
penting karena pangan asal hewan
mencerdaskan
merupakan penyedia protein hewani
diharapkan rakyat Indonesia tidak
sebagai kebutuhan pokok utama
semakin tertinggal jauh oleh bangsa
dalam pemenuhan gizi masyarakat.
lain.
ketahanan
pangan
yang
Hal ini ditunjang oleh peningkatan
2
adalah
sangat
pemerintah bangsa,
protein
menunjang untuk sehingga
Salah satu komoditi ternak
mempunyai potensi besar di sektor
yang menyediakan protein hewani
agribisnis. Kekayaan sumber daya
adalah ayam petelur. Ayam petelur
agribisnis sangat besar, agribisnis
selain menghasilkan produk protein
berperan sebagai mata pencaharian
hewani yang berupa telur utamanya,
sebagian besar penduduk, serta
namun juga dagingnya yang berupa
agribisnis
ayam afkir.
menghasilkan
Usaha ayam petelur
dapat
menghasilkan
modal
yang
perputaran
cepat
negara.
devisa
Ironisnya,
potensi
sektor
agribisnis
telurnya yang relatif murah yang
secara
optimal.
mudah
kapasitas
oleh
masyarakat Indonesia. usaha
peternakan
lapisan Sehingga
ayam
potensi
pemasukan
harga
terjangkau
dan
bagi
mempunyai
belum
tergarap
Pertumbuhan
produksi
dan
utilisasi
agribisnis dirasakan masih lambat.
petelur
Akibatnya,
keinginan
untuk
masih memberikan prospek pasar
mengandalkan
yang
sebagai salah satu faktor pendukung
semakin
tahun
semakin
sektor
agribisnis
meningkat seiring faktor – faktor
stimulasi
penunjang di atas, yang sangat
dirasakan masih akan menghadapi
memungkinkan
kendala.
peluang
tersebut
untuk dimanfaatkan.
Sementara
Berdasarkan kondisi tersebut maka
sudah
selayaknya
peternakan
ayam
dilindungi
dan
pemulihan
ekonomi
itu
menurut
Inounu dkk. (2006) bahwa subsektor
usaha
peternakan berperan nyata dalam
tersebut
perlu
ketahanan pangan nasional melalui
didukung
oleh
penyediaan
protein
hewani
dan
kebijakan pemerintah agar usaha ini
penyedia lapangan kerja baik di
lebih berkembang.
pedesaan
maupun
perkotaan.
Secara
nasional
industri
dengan (2003) bertekad
Hal ini sejalan
pernyataan bahwa
Anonimus
pemerintah
menjadikan
telah
perunggasan
sektor
jangka
pemicu
utama pertumbuhan pembangunan
agribisnis sebagai sektor unggulan. Untuk
merupakan
di subsektor peternakan.
panjangnya,
Pada kenyataannya usaha
diharapkan sektor agribisnis dapat
peternakan ayam petelur merupakan
menjadi
stimulasi
usaha yang secara cepat dapat
pembangunan nasional. Indonesia
menghasilkan protein hewani dan
lokomotif
bagi
3
dengan harga yang relatif lebih
keberhasilan
murah
usaha
peternakan ayam petelur, sehingga
siklus
perlu
bila
ternak
dibandingkan
lainnya,
maka
dari
dilakukan
suatu
suatu
usaha
penelitian
perputaran usaha ini sangat besar
tentang Analisis Finansial, Resiko
dan cepat. Namun demikian usaha
Finansial dan Sensitivitas Usaha
peternakan ayam petelur tersebut
Peternakan Ayam Petelur.
masih sangat fluktuatif harganya
Oleh karena itu yang menjadi
karena komponen yang mendukung
permasalahan
proses
adalah
produksinya
sangat
sebagai
bergantung pada keadaan ekonomi
Bagaimana
gobal
suatu
dunia.
Sehingga
usaha
dalam
usaha
petelur ? 2.
rentan
finansial suatu
perkembangannya,
berikut
kelayakan
peternakan ayam petelur sangat dalam
usaha
keuntungan ataupun kerugian juga
apabila terjadi
sangat besar kemungkinannya.
pakan
yang
finansial ayam
peternakan Bagaimana
perubahan harga
dan hasil produksi (telur
memperoleh
ayam)
besar
peternak ?
dan
1.
Bagaimana resiko
ayam petelur ? 3.
keuntungan
:
peternakan
karena itu peluang untuk mendapat
Upaya
penelitian
terhadap
berkelanjutan merupakan sasaran
Penelitian
pendapatan
bertujuan
untuk
utama bagi semua kegiatan usaha
melakukan analisis : a. Kelayakan
termasuk
suatu
di
dalamnya
usaha
usaha
peternakan
ayam
peternakan ayam petelur, yang pada
petelur ditinjau dari segi finansial. b.
akhirnya
Resiko
akan
meningkatkan
finansial
suatu
usaha
kesejahteraan bagi pelaku usaha
peternakan
peternakan ayam petelur tersebut.
Pengaruh perubahan harga pakan
Untuk mencapai sasaran tersebut
dan
perlu adanya langkah upaya, salah
terhadap pendapatan peternak.
satu
diantaranya
dengan
ayam
hasi produksi
petelur.
c.
(telur ayam)
Hasil penelitian diharapkan
mengetahui kelayakan suatu usaha
dapat
peternakan ayam petelur.
bahan pertimbangan bagi peternak
Berpijak dari keadaan di atas
dimanfaatkan
yang
maka diperlukan suatu analisis untuk
memutuskan
mengetahui seberapa besar tingkat
manajemen
4
sebagai
bersangkutan
1.
dalam
menerapkan usaha
peternakan
ayam
petelurnya
di
masa
menyatakan bahwa metode survei
mendatang. 2. bahan informasi bagi
merupakan metode penelitian yang
peternak
mengambil sampel dari beberapa
lainnya untuk diketahui
dan dapat diterapkan
pada usaha
populasi
peternakan ayam petelurnya.
dan
menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (primer). Selain itu pengumpulan
METODE PENELITIAN
data
primer
Penelitian dilaksanakan pada
dilakukan
kelompok usaha peternakan ayam
langsung
petelur “Gunungrejo Makmur”, yang
mendalam
beranggotakan peternak - peternak
Sedangkan data sekunder diperoleh
di
dari laporan ilmiah, literatur atau
kecamatan
Sekaran, Modo,
Kedungpring,
Sugio,
Babat,
Karang
dan
referensi
Widang,
Geneng
melalui
juga
pengamatan
wawancara
(Sumardjono,
yang
yang 1996).
relevan
dengan
penelitian ini.
serta
Maduran dalam wilayah Kabupaten
Total sampel yang digunakan
Lamongan (kecuali Widang, masuk
adalah 24 orang anggota kelompok,
kabupaten
yang merupakan jumlah keseluruhan
Tuban).
Penentuan
lokasi penelitian dilakukan secara
anggota
sengaja
(purposive
peternakan
dengan
pertimbangan
sampling)
kelompok ayam
“Gunungrejo
bahwa
tersebut
kemudian
petelur tersebut mempunyai catatan
stratifikasi
atau
(recording)
menjadi
relatif
lengkap
petelur
Makmur”.
kelompok usaha peternakan ayam yang
usaha
tiga
Sampel dilakukan
pengelompokan
berdasarkan
skala
mengenai usaha peternakannya dan
usahanya. Pengelompokan tersebut
belum pernah diteliti sebelumnya
bertujuan untuk memudahkan dalam
serta
perhitungan
mengalami
perkembangan
usaha yang cukup baik.
maupun
Penelitian
di lapangan dilaksanakan
resiko
sensitivitas.
mulai
analisis
finansial
finansial
serta
Penentuan
skala
tanggal 16 Pebruari 2009 sampai
usaha dibagi atas skala kecil (strata
dengan 30 Agustus 2009.
I), skala menengah (strata II) dan
Metode
penelitian
skala
yang
besar
(strata
III)
dengan
digunakan adalah metode survei.
menggunakan rumus Teken dan
Singarimbun
Asnawi (1997) sebagai berikut :
dan
Effendi
(1995)
5
a. skala kecil
: < X – 0,5sd
menggambarkan analisis input –
b. skala menengah
: antara X –
ouput usaha yang meliputi analisis
0,5sd sampai dengan X + 0,5sd c. skala besar
biaya
: > X + 0,5sd
produksi,
penerimaan
dan
keuntungan,
yang
selanjutnya
Di mana “X” merupakan rata – rata
dipergunakan
untuk
perhitungan
kepemilikan ayam petelur dan “sd”
analisis
merupakan simpangan deviasi.
sensitivitas.
finansial,
resiko
dan
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh
hasil
dengan
sampel sebanyak
jumlah
Analisis Biaya Produksi
24 peternak
Biaya produksi merupakan
dengan rata – rata kepemilikan
seluruh
ternak 2281 ekor, standar deviasi
selama proses produksi.
jumlah pemeliharaan sebesar 1856
dibedakan menjadi dua, yakni :
ekor, maka yang termasuk kategori
a. Biaya tetap
peternak skala kecil (strata I) adalah
Merupakan
biaya
peternak
dipengaruhi
oleh
dengan
populasi
ayam
biaya
yang
dikeluarkan Biaya
yang produksi
tidak yang
petelur kurang dari 1353 ekor. Pada
dihasilkan dan dirumuskan sebagai
skala menengah (strata II) dengan
berikut :
populasi antara 1353 ekor sampai
TFC = FC x n (Himawati, 2006)
dengan 3209 ekor, sedangkan pada
Keterangan :
skala
besar
(strata
III)
dengan
TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya
populasi lebih dari 3209 ekor.
Tetap) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) N
Analisis Data Data diperoleh
kualitatif
akan
=
banyaknya
input
tetap
ini
biaya
yang
nanti
Biaya
digunakan
untuk
penyusutan
meliputi
peralatan,
kandang,
menjelaskan dan menggambarkan
gudang, pajak
keadaan
penyusutan dihitung sebagai berikut
obyek
penelitian
atau
responden, dalam hal ini adalah anggota
kelompok
peternakan
petelur
“Gunungrejo Makmur”.
Sedangkan
data
kuantitatif
(Himawati, 2006) Pb - Ps
usaha
ayam digunakan
dan bunga. Biaya
D= T Keterangan :
untuk
6
D
= Depresiasi (penyusutan)
Q = Total Produksi
Pb = Harga beli (Rp) Ps = Harga jual (Rp) T
Analisis Keuntungan
= lama pemakaian (tahun)
Keuntungan
b. Biaya variabel Merupakan kecilnya
selisih
biaya
yang
dipengaruhi
produksi
oleh
secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Himawati, 2006) : Π = TR – TC
berikut (Himawati, 2006) :
Keterangan :
TVC = VC x n Keterangan : VC
= Variable Cost
n
= banyaknya unit
Akhirnya
biaya
matematis
Π
= Keuntungan
TR
= Total Revenue
TC
= Total Cost
Analisis Finansial :
produksi
secara
ditulis
sebagai
dapat
penerimaan
dengan total biaya produksi dan
operasi) dan dirumuskan sebagai
= Total Variable Cost
total
besar
yang dihasilkan (biaya
TVC
antara
merupakan
1. Average Rate of Return (ARR) ANI TI ARR = ------- AI = --------AI 2 Keterangan :
berikut : TC = TFC + TVC Keterangan :
ANI = Average Net Income
TC = Total Cost TFC = Total Fixed Cost
AI
= Average Investment
TVC = Total Variable Cost
TI
= Total Investment (Sjahrial, 2008)
Kriteria :
Analisis Penerimaan
Suatu proyek dapat diterima
Penerimaan merupakan hasil kali
antara
produksi
harga
dan
dengan
dituliskan
apabila ARR-nya melebihi suatu
total
target ARR.
sebagai
berikut (Himawati, 2006) : 2. Net Present Value (NPV)
TR = Pq x Q Keterangan :
n
NPV =
TR = Total Revenue
t=1
Pq = Harga per satuan unit
7
NCFt
∑
A0 (1+r)
Keterangan : NCFt = aliran kas masuk bersih yang
diharapkan
dari
tersebut
pada
proyek
4. Payback Period (PP) Nilai Investasi PP = ------------------------ x 1 tahun Aliran Kas Bersih (Sjahrial, 2008)
periode t r
Kriteria :
= tingkat diskonto (biaya modal
Apabila investasi lebih pendek dari
rata – rata tertimbang) A0
PP maksimum maka usul investasi
= investasi yang diasumsikan dikeluarkan
pada
diterima.
awal
tahun pertama atau tahun
5. Internal Rate of Return (IRR)
ke nol
NPV1 IRR = i1 + ----------------- (i2 – i1) NPV1 - NPV2 Keterangan :
(Sjahrial, 2008) Kriteria : NPV > 0 berarti investasi tersebut
i1
layak, NPV < 0 berarti investasi
= nilai coba – coba discount factor pertama (NPV positif)
tersebut tidak layak dan
i2
= nilai coba – coba discount
NPV = 0 berarti investasi tersebut
factor kedua (NPV negatif)
berada dalam keadaan impas (BEP)
NPV1 = NPV dengan nilai discount factor pertama (NPV positif)
3. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Merupakan
NPV2 = NPV dengan nilai discount
perbandingan
factor kedua (NPV negatif)
antara nilai sekarang aliran kas
(Prawirokusumo, 1990)
masuk bersih dengan nilai sekarang
Kriteria :
investasi (Sjahrial, 2008)
Apabila IRR lebih besar atau sama
Kriteria :
dengan sosial discount factor berarti
B/C Ratio > 1 berarti usaha tersebut
usaha tersebut layak.
layak B/C Ratio < 1 berarti usaha tersebut
Analisis Resiko Finansial
tidak layak
1. Rasio Biaya Operasi / Operating Expense Ratio
B/C Ratio = 1 berarti usaha tersebut impas (BEP).
TFOE – TFC OER =
x 100% GPFR
8
Kriteria pengujian :
Keterangan :
CR > 1,5 menunjukkan
OER = Operating Expense Ratio
aman, artinya usaha tersebut
TFOE = Total Farm Operating
berada pada kondisi yang
Expense TFC
= Total Fixed Cost
aman atau mampu untuk
GPFR = Gross Profit Farm
membayar semua kewajiban lancarnya
Revenue (Syamsuddin, 2004)
menggunakan
aktiva
Kriteria pengujian :
lancar
yang
dimilikinya.
OER < 65% menunjukkan
CR antara 1,1 sampai 1,5
kondisi aman, artinya usaha
menunjukkan
tersebut menguntungkan.
artinya usaha tersebut harus
OER antara 65% sampai
berjaga – jaga karena berada
80% menunjukkan kondisi
pada
hati – hati, artinya usaha
keamanan
tersebut
berada
dalam
dapat
batasan
minimum
untuk
lancarnya
mendapatkan keuntungan.
kondisi
hati,
batas
minimal
membayar
untuk hutang dengan
yang dimilikinya.
kondisi tidak aman, artinya tersebut
–
menggunakan aktiva lancar
OER > 80% menunjukkan usaha
hati
CR < 1,1 menunjukkan
tidak
tidak aman, artinya usaha
menguntungkan.
tersebut berada pada kondisi
(Anonimus, 2006 yang dikutip
yang
oleh Chumairoh, 2008)
tidak
berbahaya kemampuan
atau karena untuk
membayar hutang lancarnya
2. Rasio Likuiditas
dengan menggunakan aktiva
Current Assets Current Ratio = -----------------------Current Liabilities
lancar
yang
dimilikinya
sangat kecil.
Keterangan : Current Assets
aman
(Anonimus, 2006 yang dikutip = aktiva lancar
oleh Chumairoh, 2008)
Current Liabilities = hutang lancar (Syamsuddin, 2004)
9
3. Rasio Solvabilitas
4. Rasio Profitabilitas Rasio
Total Debt DAR = ------------------- x 100% Total Assets
profitabilitas
yang
digunakan pada perhitungan dalam penelitian ini adalah Return On
Keterangan :
Assets (ROA) dan Return On Equity
= total hutang
Total Debt
(ROE).
Total Assets = total aktiva
NFI + IOD
(Syamsuddin, 2004)
ROA =
x 100%
Kriteria pengujian :
ATA Keterangan :
DAR < 30% menunjukkan aman,
artinya
keadaan
usaha
tersebut
termasuk
kategori
aman
prosentase
NFI (Net Farm Income) = pendapatan bersih ; IOD (Interest On Debt) = bunga hutang ; dan
karena
ATA (Average Total Assets) = rata –
hutangnya
rata total modal (modal sendiri dan
termasuk kecil.
hutang) (Syamsuddin, 2004)
DAR antara 30% sampai
Kriteria pengujian :
75% menunjukkan hati –
ROA > 5% menunjukkan
hati, artinya keadaan usaha
aman, artinya usaha tersebut
tersebut termasuk kategori
dalam keadaan aman atau
dalam peringatan atau batas minimal dalam
keadaan hal
menguntungkan.
aman
ROA antara 0 sampai 5%
penggunaan
menunjukkan
hutang.
keadaan
tidak aman, artinya keadaan tersebut
termasuk
dalam
kategori
keadaan
bahaya
karena
sebagian
–
hati,
artinya usaha tersebut dalam
DAR > 75% menunjukkan usaha
hati
atau
batas
keuntungan
keamanan minimal
(peringatan). ROA < 0% menunjukkan tidak aman, artinya usaha
besar atau hampir seluruh
tersebut dalam keadaan tidak
aktiva yang dimiliki berasal
aman
dari hutang.
atau
tidak
menguntungkan.
(Anonimus, 2006 yang dikutip
(Anonimus, 2006 yang dikutip
oleh Chumairoh, 2008)
oleh Chumairoh, 2008 )
10
Keterangan :
NFI ROE =
x 100%
EBIT = Earning Before Interest and
ASE
Tax (laba sebelum bunga dan pajak) Keterangan : NFI
TFC = Total Fixed Cost
(Net
Farm
Income)
= pendapatan bersih
I
= Interest (bunga pinjaman)
PR
= Principal Repayment
ASE (Average Stockholders Equity)
(pinjaman pokok)
= rata – rata modal peternak sendiri
t
= tax (pajak)
(Syamsuddin, 2004)
(Syamsuddin, 2004)
Kriteria pengujian :
Kriteria pengujian :
ROE > 15% menunjukkan
usaha tersebut cukup untuk
ROE antara 5 sampai 15%
membayar hutang.
menunjukkan hati – hati,
110
sampai
150% menunjukkan hati –
keamanan
hati, artinya keuntungan yang
atau keuntungan minimal.
diperoleh
ROE < 5% menunjukkan
usaha
tersebut
berada pada batas minimal
tidak aman, artinya usaha
kecukupan untuk membayar
tersebut dalam keadaan tidak atau
antara
DCR
artinya usaha tersebut dalam
aman
keuntungan yang diperoleh
menguntungkan.
batas
150%
menunjukkan aman, artinya
dalam keadaan aman atau
keadaan
>
DCR
aman, artinya usaha tersebut
hutang.
tidak
<
DCR
menguntungkan.
110%
menunjukkan
(Anonimus, 2006 yang dikutip
artinya
oleh Chumairoh, 2008)
diperoleh
tidak
aman,
keuntungan usaha
yang
tersebut
berada pada tingkat bahaya 5. Rasio Kemampuan Membayar
atau ketidakcukupan dalam
Hutang / Debt Coverage Ratio
membayar hutang.
EBIT + TFC DCR =
(Anonimus, 2006 yang dikutip
x 100% I + PR
oleh Chumairoh, 2008)
(1 – t)
11
Semakin
6. Analisis Resiko Finansial Seca-
koefisien
ra Statistik Parameter
yang
dipakai
besar
variasi
nilai
menunjukkan
bahwa resiko yang harus ditanggung
sebagai ukuran untuk keuntungan
oleh
yang diharapkan selama satu tahun
dibandingkan
adalah hasil rata – rata (mean)
keuntungannya.
keuntungan tiap bulan.
variasi :
Rumusnya
peternak
adalah :
semakin
besar dengan
Rumus koefisien
V n
CV =
∑Ei
E
i=1
Keterangan : CV = Koefisien variasi
E = --------n
V = Simpangan baku E = Hasil rata – rata
Keterangan : E = nilai rata – rata keuntungan yag diharapkan Ei = hasil bersih pada bulan pertama n = jumlah bulan dalam satu tahun
nilai rata – rata terendah yang
Untuk
dirumuskan seperti berikut :
mengukur
resiko
Batas bawah menunjukkan mungkin diterima oleh peternak dan
finansial
L = E – 2V
secara statistik dipergunakan ukuran ragam dan simpangan baku dengan
Keterangan :
rumus :
L = Batas bawah E = Rata – rata hasil
n
∑ (Ei – E)²
V = Simpangan baku Berdasarkan rumus – rumus
i=1
V² = ----------------(n – 1) Simpangan baku merupakan akar
di atas dapat diperoleh hubungan
dari
koefisien variasi (Hernanto,1991) :
ragam
besarnya
dan
resiko
antara batas nilai bawah dengan
menunjukkan yang
harus
Apabila nilai CV < 0,5 atau L
ditanggung oleh peternak, dengan
>
rumus :
terhindar dari kerugian. V=
√ V²
0
maka
peternak
Apabila nilai CV > 0,5 atau L <
0
maka
peternak
Keterangan : V² = Ragam
mempunyai
V = Simpangan baku
mengalami kerugian.
12
peluang
jumlah produksi yang dihasilkan,
Analisis Sensitivitas Analisis dipergunakan
sensitivitas
yang antara lain berupa biaya sewa
melihat
tanah dan penyusutan. Sedangkan
untuk
mengenai perubahan harga pakan
biaya
variabel
dan hasil produksinya (telur ayam)
yang
besarnya
terhadap pendapatan peternak. Hal
tergantung jumlah produksi yang
ini dilakukan dengan pertimbangan
akan dihasilkan atau dengan kata
bahwa
lain biaya yang digunakan untuk
kedua
faktor
tersebut
merupakan selalu
biaya
berubah
merupakan bagian terbesar dari arus
sesuatu
biaya
usaha
tersebut habis terpakai dalam satu
Untuk
kali
dan
manfaat
peternakan ayam petelur.
barang,
proses
yang
barang
produksi.
Pada
perubahan harga pakan dan hasil
pemeliharaan ayam petelur dengan
produksinya dihitung sebesar 5%,
cara
10% dan 15%.
pullet,
pemeliharaan biaya
awal
berupa
variabelnya
berupa
biaya pembelian pakan, obat –
HASIL DAN PEMBAHASAN
obatan dan vaksin, tenaga kerja dan
Analisis Struktur Biaya, Peneri -
lain – lain.
maan dan Keuntungan
peternakan kelompok
Analisis usaha peternakan pada
umumnya
dilakukan
untuk
Makmur
Biaya tetap pada usaha ayam
petelur
pada
peternak
Gunungrejo
Kabupaten
Lamongan
mengetahui
keuntungan
yang
meliputi : sewa tanah, penyusutan
diperoleh.
Keuntungan
yang
ayam,
diperoleh
dalam
peternakan
sebuah
merupakan
penyusutan
kandang,
usaha
penyusutan peralatan dan bunga
selisih
modal.
Penyusutan
ayam
dengan
memerlukan biaya paling besar pada
Untuk
penggunaan biaya tetap, yakni pada
produk
strata I rata – rata mencapai 72,26%
diperlukan beberapa item biaya yang
atau Rp 9.898.413 ; strata II 72,49%
harus dikeluarkan.
Biaya produksi
atau Rp 20.342.460 ; dan strata III
terdiri dari biaya tetap dan biaya
69,31% atau Rp 42.945.111 dari
variabel.
total biaya tetap.
antara
penerimaan
pengeluaran atau biaya. menghasilkan
suatu
Biaya tetap merupakan
semua biaya yang dikeluarkan yang
biaya
besarnya tidak bergantung pada
pengeluaran pada strata I rata – rata
13
tetap
Sedangkan total menghabiskan
sebesar 11,51% atau Rp 13.699.129 ;
strata
II
11,65%
atau
Telur merupakan produk
Rp
utama
peternakan
28.062.619 ; dan strata III 8,14%
sebagai
atau
peternak.
Rp
61.959.760
dari
keseluruhan total biaya.
ayam
sumber Pada
petelur
penerimaan strata
I
hasil
penerimaan dari telur rata – rata
Biaya variabel merupakan
sebesar
98,30%
atau
Rp
komponen yang memerlukan biaya
144.957.004 ; strata II 99,13% atau
yang cukup besar yakni pada strata I
Rp 316.173.042 ; dan strata III
total
99,80% atau Rp 964.581.410 dari
biaya
variabel
mencapai
88,49% atau Rp 105.361.923 ; strata
total
II 88,35% atau Rp 212.733.120 ; dan
kenyataan di atas maka jumlah
strata
Rp
produksi telur dan harga telur juga
699.194.636 dari keseluruhan total
merupakan komponen yang harus
biaya.
juga mendapatkan perhatian yang
III
91,86%
atau
Biaya variabel pada usaha
peternakan kelompok Makmur
ayam
petelur
pada
peternak
Gunungrejo
Kabupaten
Lamongan
penerimaan.
Berdasarkan
serius guna mencapai keberhasilan usaha peternakan ayam petelur. Keuntungan yang merupakan
meliputi : pakan, obat dan vaksin,
target
listrik dan air, tenaga kerja, dan lain
peternakan ayam petelur
–
kelompok
lain.
Pengadaan
pakan
utama
dalam
peternak
usaha pada
Gunungrejo
memerlukan biaya yang cukup besar
Makmur Kabupaten Lamongan pada
yang nilainya pada strata I rata –
strata I rata – rata setiap tahun
rata mencapai 92,01% atau Rp
mencapai laba kotor dan bersih
96.945.664 ; strata II 92,36% atau
sebesar Rp 42.102.224 dan Rp
Rp 196.489.173
;
strata III 92,09%
28.403.094
;
strata
II
Rp
atau Rp 643.860.250 dari seluruh
106.216.708 dan Rp 78.154.037 ;
biaya variabel.
strata III Rp 267.333.441 dan Rp
kondisi
Dengan melihat
demikian
maka
pakan
205.373.681.
merupakan salah satu komponen yang
harus
mencapai
diperhatikan keberhasilan
guna
Analisis Finansial
usaha
Tujuan
peternakan ayam petelur.
analisis
finansial
mengetahui
14
dilakukannya adalah
apakah
untuk usaha
peternakan kelompok
ayam
petelur
peternak
pada
vaksin, listrik dan air, tenaga kerja
Gunungrejo
serta lain – lain. Beberapa indikator
Makmur Kabupaten Lamongan layak
yang
untuk
tidak.
finansial berupa Average Rate of
digunakan
Return (ARR), Net Present Value
dikembangkan
Seluruh
modal
dalam
usaha
yang
atau
peternakan
digunakan
untuk
analisis
ayam
(NPV), Benefit Cost Ratio (B/C
petelur secara umum berasal dari
Ratio), Payback Period (PP) dan
modal sendiri.
Internal Rate of Return (IRR).
Asumsi – asumsi
yang digunakan antara lain : 1) Anggota
kelompok
peternak
1. Average Rate of Return (ARR)
mengeluarkan biaya sewa tanah ; 2) Anggota
kelompok
memulai
usaha
Hasil
perhitungan
ARR
peternak
selama satu tahun periode produksi
dengan
seperti disajikan pada tabel 5 adalah
memasukkan ayam berupa pullet ;
strata I sebesar 69,86%
3) Pajak tidak diperhitungkan ; 4)
memberikan
Biaya
untuk setiap nilai Rp 1.000.000,-
pemasaran,
mendatangkan
yang
pengertian
bahwa
bahan peternakan ataupun biaya tak
yang
terduga dimasukkan ke dalam biaya
peternakan ayam petelur strata I
lain – lain ; 5) Anggota kelompok
pada
peternak hanya mempunyai hutang
Gunungrejo
kepada
berupa
memberikan tingkat rata – rata
pakan beserta obat dan vaksin ; 5)
keuntungan sebesar Rp 698.600,-
Bunga bank yang berlaku 12% per
setiap tahunnya.
tahun dan bunga deposito sebesar
sebesar 91,55% yang memberikan
6% per tahun serta jangka pinjaman
pengertian bahwa untuk setiap nilai
dalam kurun waktu 5 tahun.
Rp 1.000.000,- yang diinvestasikan
ketua
Struktur
kelompok
permodalan
peternakan
pada
Gunungrejo
Makmur
usaha
pada
kelompok
pada
kelompok
usaha
usaha
peternak
Makmur
akan
Pada strata II
peternakan
ayam
petelur strata II pada kelompok
dari
peternak Gunungrejo Makmur akan
modal tetap yang meliputi tanah,
memberikan tingkat rata – rata
ayam,
keuntungan sebesar Rp 915.500,-
kandang
peralatannya.
terdiri
diinvestasikan
beserta
Sedangkan modal
setiap tahunnya.
tidak tetap meliputi pakan, obat dan
III
15
sebesar
Sedangkan strata 72,45%
yang
memberikan
pengertian
bahwa
2. Net Present Value (NPV)
untuk setiap nilai Rp 1.000.000,yang
diinvestasikan
pada
Hasil
usaha
peternakan
peternakan ayam petelur strata III
kelompok
pada
Makmur
kelompok
Gunungrejo
peternak
Makmur
NPV
ayam peternak
yang
petelur
usaha pada
Gunungrejo
dihitung
dengan
akan
menggunakan social discount rate
memberikan tingkat rata – rata
sebesar 6% (setara bunga deposito
keuntungan sebesar Rp 724.500,-
6% per tahun) seperti terlihat pada
setiap tahunnya.
Bila dibandingkan
tabel 5 pada strata I adalah sebesar
dari strata yang ada maka strata III
Rp 108.840.066; strata II sebesar Rp
menghasilkan nilai ARR
303.559.110 dan pada strata III
dibawah
strata II. Hal ini terjadi dikarenakan
sebesar Rp 648.408.885.
pada strata III harga jual telur yang
peternakan tersebut pada semua
diproduksinya dijual secara harga
strata berdasarkan nilai NPV layak
partai dibandingkan strata lain yang
untuk dikembangkan, karena NPV
dapat menjual secara retail (eceran).
yang dihasilkan lebih besar dari nol.
Usaha
Selain itu penerimaan strata III dari penjualan kotoran dan karung bekas
3. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
pakan masih rendah yakni hanya
Berdasarkan hasil analisis
0,20% dari total penerimaan apabila
B/C Ratio seperti terlihat pada tabel
dibandingkan
II
5, dapat dilihat bahwa pada strata I
sebesar 0,87% dan strata I sebesar
diperoleh hasil B/C Ratio sebesar
1,70%. Namun secara keseluruhan
2,5890 ; strata II sebsar 3,1106 ; dan
hasil ARR yang diperoleh anggota
strata III sebesar 2,3576.
peternak Gunungrejo Makmur pada
dari setiap modal yang ditanamkan
semua strata masih lebih besar
sebesar
daripada
deposito
menghasilkan pada strata I sebesar
maupun pinjaman bank yang berlaku
Rp 2,5890 yang berarti peternak
yakni
masih
dengan
suku
sebesar
sehingga
ketiga
strata
bunga 6%
dan
strata
12%,
tersebut
Rp
1,-
memperoleh
maka
Artinya akan
keuntungan
sebesar Rp 1,5890 ; pada strata II
masuk kategori layak.
sebesar Rp 3,1106 yang berarti peternak
masih
memperoleh
keuntungan sebesar Rp 2,1106 ;
16
dan pada strata III sebesar Rp
petelur pada kelompok peternak
2,3576 yang berarti peternak masih
Gunungrejo Makmur pada strata I
memperoleh
sebesar
akan menutup modal yang tertanam
Jadi dari hasil analisis
selama 1 tahun 7 bulan 16 hari,
tersebut dapat disimpulkan bahwa
pada strata II selama 1 tahun 4
semua
usaha
bulan 7 hari dan pada strata III
pada
selama 1 tahun 9 bulan 13 hari.
Rp 1,3576.
keuntungan
strata
peternakan
pada
ayam
kelompok
peternak
Makmur
masih
keuntungan.
petelur
Gunungrejo
Sehubungan
mendapatkan
Keuntungan
dengan
jangka
pinjaman di bank selama 5 tahun,
yang
sedangkan hasil PP
pada semua
diperoleh pada strata III tidak lebih
strata masih di bawah 5 tahun maka
tinggi daripada strata II, hal ini
usaha peternakan tersebut pada
disebabkan
semua strata masih layak untuk
karena
marjin
keuntungan yang diperoleh strata III
dikembangkan.
lebih kecil sebagai akibat menjual harga telur tidak secara retail atau
6. Internal Rate of Return (IRR)
eceran. Selain itu penerimaan strata
IRR
merupakan
jumlah
III dari penjualan kotoran dan karung
antara penerimaan dan pengeluaran
bekas pakan masih rendah yakni
yang telah dihitung dengan present
hanya 0,20% dari total penerimaan
value sama dengan nol. Perhitungan
apabila dibandingkan dengan strata
IRR dilakukan dengan beberapa kali
II
ujicoba dengan social discount rate
sebesar
0,87%
dan
strata
I
sebesar 1,70%.
sampai
menghasilkan
yang negatif.
NPV
Seperti tersaji pada
tabel 5 bahwa nilai IRR strata I
4. Payback Period (PP) Berdasarkan
nilai
hasil
PP
sebesar 54,5139% ; strata II sebesar
seperti terlihat pada tabel 5, bahwa
68,4660% dan strata III sebesar
PP strata I dalam kurun waktu 1
48,2183%.
tahun 7 bulan 16 hari, strata II dalam
tersebut maka usaha peternakan
kurun waktu 1 tahun 4 bulan 7 hari
ayam
dan strata III dalam kurun waktu 1
peternak Gunungrejo Makmur pada
tahun 9 bulan 13 hari. Hal ini berarti
strata I masih dapat menguntungkan
bahwa
sampai pada suku bunga pinjaman
usaha
peternakan
ayam
17
Berdasarkan nilai IRR
petelur
pada
kelompok
maksimum strata
54,5139% II
dan
masih
pada
return dari masing – masing proyek
dapat
(Syamsuddin, 2004).
Beberapa
menguntungkan sampai pada suku
indikator
bunga
maksimum
analisis resiko untuk menghitung
68,4660% serta pada strata III masih
tingkat resiko meliputi : rasio biaya
dapat menguntungkan sampai pada
(Operating Expenses Ratio / OER),
suku bunga pinjaman maksimum
rasio likuiditas (Current Ratio / CR),
48,2183%.
rasio solvabilitas (Debt to Assets
pinjaman
Berarti
keseluruhan tersebut
usaha
masih
secara
peternakan layak
yang
rasio
Ratio / DAR),
untuk
digunakan
profitabilitas
(Return on Assets / ROA
dikembangkan karena nilai IRR yang
Return on Equity /
dihasilkan lebih besar dari social
kemampuan
discount rate sebesar 6% ataupun
hutang
suku bunga pinjaman yang berlaku
DCR) dan
sebesar 12%.
finansial secara statistik.
Analisis Resiko Finansial sangat
mengadakan
penting
dalam
penilaian
atas
seseorang
strata I sebesar 71,45%, strata II
akan
mempunyai berbeda
adanya
perbedaan tingkat resiko.
Untuk
dibedakan
72,34%.
strata
Rasio
III
biaya
selama satu tahun akan memerlukan biaya
sebesar
Rp
714.500,-.
Sedangkan rasio biaya operasi pada strata II selama satu tahun sebesar
dapat mengukur suatu proyek maka haruslah
sebesar
dan
penerimaan sebesar Rp 1.000.000,-
tingkat
karena
66,70%
tahun sebesar 71,45% artinya setiap
pengembalian (return) yang sama secara
sebesar
operasi pada strata I selama satu
untuk
dapat memandang proyek – proyek yang
penghitungan resiko
pada masing – masing strata adalah
yang terkandung dalam masing – memungkinkan
(Debt Coverage Ratio /
atau OER pada tabel 6 menunjukkan
kemampuan untuk mengukur resiko maka
mengembalikan
Perhitungan rasio biaya operasi
secara menyeluruh. Dengan adanya
proyek
rasio
Expenses Ratio / OER)
anggaran modal (capital budgeting)
masing
ROE),
dan
1. Rasio Biaya Operasi (Operating
Pengukuran suatu proyek adalah
dalam
66,70% artinya setiap penerimaan
variabilitas
sebesar Rp 1.000.000,- selama satu
18
Tabel 1. Hasil Average Rate of Return (ARR), Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Payback Period (PP) dan Internal Rate of Return (IRR) pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur
Strata
ARR
NPV
B/C Ratio
PP
IRR
I
69,86%
Rp 108.840.066
2,5890
1,6269 (1 tahun 7 bulan 16 hari)
54,5139 %
II
91,55%
Rp 303.559.110
3,1106
1,3541 (1 tahun 4 bulan 7 hari)
68,4660 %
III
72,45%
Rp 648.408.885
2,3576
1,7865 (1 tahun 9 bulan 13 hari)
48,2183 %
tahun
akan
memerlukan
sebesar Rp 667.000,-.
biaya
dalam proses produksinya.
Sementara
lanjut Anonimus (2006) yang dikutip
itu rasio biaya operasi pada strata III
Chumairoh
selama satu tahun sebesar 72,34%
maka
Rp 1.000.000,- selama satu tahun
kriteria
yang
strata
efisien
usaha
tersebut
dalam Namun
bila dibandingkan diantara ketiga
berdasarkan
disampaikan
menyatakan
menghasilkan keuntungan.
Nilai rasio biaya operasi
ketiga
semakin
peternakan
akan memerlukan biaya sebesar Rp pada
(2008)
bahwa semakin rendah nilai OER,
artinya setiap penerimaan sebesar
723.400,-.
Lebih
strata
oleh
tersebut,
merupakan
Anonimus (2006) seperti dikutip oleh
maka
yang
strata
paling
II
efisien
dalam memanfaatkan sumber biaya
Chumairoh (2008) termasuk kategori
untuk
hati - hati karena berada dalam
menghasilkan
penerimaan
yang besarnya sama dengan strata I
rentang antara 65% sampai 80%.
dan III.
Sedangkan yang termasuk kategori
Sedangkan paling kurang
efisien adalah strata III, karena nilai
aman adalah dengan nilai rasio
rasio biaya operasinya merupakan
biaya operasi kurang dari 65%.
yang tertinggi.
Artinya usaha yang dilakukan oleh
Besarnya
ketiga strata tersebut kurang efisien
operasi
19
sangat
nilai
rasio
dipengaruhi
biaya oleh
harga sapronak (pullet, pakan, obat
mempunyai arti bahwa setiap Rp
dan vaksin) serta harga jual output
1.000.000,-
yang berupa telur dan kotoran ayam
dimiliki oleh peternak strata I dijamin
beserta karung bekas pakan.
oleh
Pada
hutang
aktiva
lancar
lancar
yang
sebesar
Rp
strata III paling rendah penerimaan
3.250.000,-.
yang
strata II berarti bahwa setiap Rp
diperoleh
dari
penjualan
Nilai CR
3,22 pada
kotoran dan karung bekas pakan
1.000.000,-
apabila dibandingkan dengan strata I
dimiliki oleh peternak strata II dijamin
maupun II yakni hanya sebesar
oleh
0,20%
3.220.000,-.
dari
total
penerimaan,
hutang
aktiva
lancar
lancar
yang
sebesar
Rp
Sedangkan nilai CR
sedangkan pada strata I sebesar
3,07 pada strata III mempunyai arti
1,70 dan strata II sebsar 0,87.
bahwa setiap Rp 1.000.000,- hutang
Selain itu pada strata III menjual
lancar yang dimiliki oleh peternak
harga telurnya yang lebih rendah
strata III dijamin oleh aktiva lancar
karena dijual dengan harga partai
sebesar Rp 3.070.000,-.
disebabkan produksinya yang lebih
pada
banyak.
Sedangkan pada strata I
kriteria
dan
dapat
II
ketiga yang
strata
Nilai CR
berdasarkan
disampaikan
oleh
menjual
telurnya
Anonimus (2006) seperti dikutip oleh
eceran
karena
Chumairoh (2008) termasuk kategori
produksinya yang relatif lebih sedikit.
aman karena nilai CR lebih dari 1,5
dengan
harga
yang berarti ketiga strata kelompok 2. Rasio Likuiditas (Current Ratio
peternak
/ CR)
berada pada kondisi yang aman Perhitungan rasio likuiditas
atau
yang dipergunakan adalah Current (CR)
Ratio
yaitu
lancar.
Berdasar
hasil
penelitian seperti yang terlihat pada
pada
strata
kewajiban
lancarnya
dimilikinya.
Sedangkan menurut
Syamsuddin
(2004)
menyatakan
dianggap baik atau yang harus
3,22 dan strata III sebesar 3,07. 3,25
membayar
tentang berapa tingkat CR yang
I sebesar 3,25 ; strata II sebesar
CR
untuk
tidak ada suatu ketentuan mutlak
tabel 6 menunjukkan CR pada strata
Nilai
Makmur
menggunakan aktiva lancar yang
antara jumlah aktiva lancar dengan hutang
mampu
semua
perbandingan
Gunungrejo
dipertahankan
I
oleh
suatu
perusahaan karena biasanya tingkat
20
CR ini juga sangat tergantung pada
seperti
dikutip
jenis usaha dari masing – masing
(2008)
termasuk
perusahaan.
karena nilai DAR lebih kecil 30%
oleh
Chumairoh
kategori
aman
yang berarti keadaan usaha semua 3.
strata
Rasio Solvabilitas (Debt to
peternak
Gunungrejo Makmur dalam keadaan
Assets Ratio / DAR) Rasio
kelompok
solvabilitas
yang
aman sebab prosentase hutangnya
dipergunakan adalah Debt to Assets
termasuk kecil.
Ratio (DAR) yang mengukur jumlah aktiva
usaha
peternakan
yang
4. Rasio Profitabilitas (Return on
dibiayai oleh hutang atau modal
Assets / ROA
yang berasal dari kreditur. Berdasar
Equity / ROE)
hasil penelitian seperti yang terlihat
Rasio
dan
Return on
profitabilitas
yang
pada tabel 6 menunjukkan DAR
dipergunakan
pada strata I sebesar 11,97% ; strata
Assets (ROA) dan Return on Equity
II sebesar 11,81% dan strata III
(ROE). Nilai ROA satu tahun pada
sebesar 11, 46%. Nilai DAR 11,97%
strata I sebesar 43,92% mempunyai
pada strata I berarti bahwa nilai
arti bahwa setiap Rp 1.000.000,-
hutang yang ada besarnya senilai
harta
11,97% dari jumlah harta yang
menghasilkan
dimiliki oleh peternak strata I. Nilai
sebesar Rp 439.200,- dalam satu
DAR 11,81% pada strata II berarti
tahun. Nilai ROA satu tahun pada
bahwa
ada
strata II sebesar 56,73% mempunyai
besarnya senilai 11,81% dari jumlah
arti bahwa setiap Rp 1.000.000,-
harta yang dimiliki oleh peternak
harta
strata II.
menghasilkan
nilai
hutang
yang
Selanjutnya Nilai DAR
yang
yang
adalah
Return
on
diinvestasikan
akan
keuntungan
bersih
diinvestasikan
akan
keuntungan
bersih
11,46% pada strata III berarti bahwa
sebesar Rp 567.300,- dalam satu
nilai hutang yang ada besarnya
tahun.
senilai 11,46% dari jumlah harta
tahun pada strata III sebesar 44,59%
yang dimiliki oleh peternak strata III.
mempunyai arti bahwa setiap Rp
Nilai DAR
1.000.000,-
berdasarkan
pada ketiga strata kriteria
yang
Sedangkan nilai ROA satu
harta
yang
diinvestasikan akan menghasilkan
disampaikan oleh Anonimus (2006)
keuntungan
21
bersih
sebesar
Rp
445.900,- dalam satu tahun.
Nilai
pada
strata
Sedangkan nilai ROE satu tahun
yang
pada strata III sebesar 48,57%
disampaikan oleh Anonimus (2006)
mempunyai arti bahwa setiap Rp
seperti
dikutip
1.000.000,-
(2008)
termasuk
ROA berdasarkan
ketiga kriteria oleh
616.200,-
Chumairoh
kategori
aman
dalam
satu
modal
tahun.
sendiri
yang
diinvestasikan akan menghasilkan
karena nilai ROA lebih dari 5% yang
keuntungan
berarti usaha kelompok peternak
485.700,- dalam satu tahun.
Nilai
Gunungrejo Makmur semua strata
ROE
pada
strata
dalam
berdasarkan
keadaan
menguntungkan.
bersih
sebesar ketiga
kriteria
Rp
yang
Berdasarkan nilai ROA maka strata
disampaikan oleh Anonimus (2006)
II yang paling menguntungkan sebab
seperti
dikutip
mempunyai
(2008)
termasuk
atau
tingkat
keuntungan
pengembalian dalam
hal
ini
Chumairoh
kategori
aman
karena nilai ROE lebih dari 15%
adalah keuntungan kotor terhadap
yang
harta atau assets yang paling tinggi,
peternak
sedangkan strata I yang paling
semua
sedikit
menguntungkan.
memberikan
oleh
keuntungan
berarti
usaha
kelompok
Gunungrejo
Makmur
strata
dalam
keadaan
Berdasarkan nilai
sebab tingkat pengembalian atau
ROA maka strata II yang paling
keuntungan kotor yang diperoleh
menguntungkan sebab keuntungan
jumlahnya paling rendah.
yang
diperoleh
dalam
hal
ini
Nilai ROE satu tahun pada
keuntungan bersih yang jumlahnya
strata I sebesar 47,10% mempunyai
paling tinggi diantara kedua strata
arti bahwa setiap Rp 1.000.000,-
yang lain, sedangkan strata I yang
modal sendiri yang diinvestasikan
paling
akan
keuntungan
keuntungan sebab keuntungan yang
bersih sebesar Rp 471.000,- dalam
diperoleh paling rendah diantara
satu tahun.
kedua strata yang lainnya.
pada
menghasilkan
strata
Nilai ROE satu tahun II
sebesar
61,62%
mempunyai arti bahwa setiap Rp 1.000.000,-
modal
sendiri
yang
diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan
bersih
sebesar
Rp
22
sedikit
memberikan
5. Rasio Kemampuan Mengem -
strata I sebesar 476,99% ; strata II
balikan Hutang (Debt Coverage
sebesar 576,28% dan strata III
Ratio / DCR)
sebesar 448,40%. Nilai DCR pada
Rasio
kemampuan
ketiga strata berdasarkan kriteria
mengembalikan hutang atau Debt
yang disampaikan oleh Anonimus
Coverage
(DCR)
Ratio
sering
(2006)
seperti
dikutip
oleh
dipergunakan sebagai pembanding
Chumairoh (2008) termasuk kategori
mengenai kemampuan pendapatan
aman karena nilai DCR lebih dari
atau keuntungan yang dihasilkan
150%.
suatu
keuntungan yang diperoleh pada
usaha
untuk
angsuran pinjaman.
menutup
Berdasar hasil
usaha
Hal
ini
peternakan
penelitian seperti yang terlihat pada
tersebut
tabel 6 menunjukkan DCR pada
membayar hutang.
masih
berarti
bahwa
ayam
petelur
cukup
untuk
Tabel 2. Hasil Rasio Biaya Operasi (Operating Expenses Ratio / OER), Rasio
Liquiditas (Current Ratio / CR), Rasio Solvabilitas (Debt
to Assets Ratio / DAR), / ROA
dan
Rasio Profitabilitas (Return on Assets
Return on Equity / ROE) dan Rasio Kemampuan
Mengembalikan
Hutang (Debt Coverage Ratio / DCR) pada
Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur
Strata
OER
CR
DAR
ROA
ROE
DCR
I
71,45 %
3,25
11,97 %
43,92 %
47,10 %
476,99 %
II
66,70 %
3,22
11,81 %
56,73 %
61,62 %
576,28%
III
72,34 %
3,07
11,46 %
44,59 %
48,57 %
448,40 %
23
keuntungan bersih atau dengan kata
6. Resiko Finansial Secara Statistik Varian atau standar deviasi pada
perhitungan
merupakan
varian
diharapkan (E).
analisis dari
lain
resiko
hasil
besarnya
ditanggung
yang
selama
Varian menunjukkan
resiko
oleh
satu
29.194.407.
yang
peternak tahun
harus
strata
adalah
II Rp
Sedangkan nilai standar
besarnya tingkat resiko dari masing –
deviasi
masing proyek atau usaha, apabila
sebesar
semakin
maka
besarnya fluktuasi keuntungan bersih
semakin tinggi pula tingkat resiko suatu
atau dengan kata lain besarnya resiko
usaha tersebut (Syamsuddin, 2004).
yang harus ditanggung oleh peternak
Lebih
strata III selama satu tahun adalah Rp
tinggi
nilai
lanjut
varian
Syamsuddin
mengatakan
(2004)
bahwa
menggunakan
dengan
Rp
97.701.451.
97.701.451
artinya
Jika nilai standar deviasi
maka
atau varian yang diperoleh dari hasil
perbandingan antara usaha yang satu
perhitungan pada masing – masing
dengan yang lain harus hati – hati
strata dibandingkan maka tingkat resiko
karena
merupakan
pada strata III merupakan yang paling
pengukuran absolut dari penyebaran,
tinggi diantara ketiga strata tersebut.
dan
Namun
hal
varian
pada strata III diperoleh hasil
tersebut
tidaklah
mempertimbangkan
besarnya
nilai
varian
yang
penyebaran hasil yang diperoleh dalam
diperoleh
hubungannya dengan nilai hasil yang
resiko dalam penelitian belum tentu
dharapkan.
mencerminkan tingkat resiko, sebab
Hasil perhitungan pada tabel 3
pada
menurut
perhitungan
analisis
Syamsuddin
(2004)
menunjukkan varian selama satu tahun
menyatakan bahwa varian merupakan
pada masing – masing strata kelompok
pengukuran variabilitas yang bersifat
peternak Gunungrejo Makmur.
Pada
absolut,
strata I diperoleh hasil sebesar Rp
apabila
digunakan
7.830.036 artinya besarnya fluktuasi
proyek
atau
keuntungan bersih atau dengan kata
besarnya.
lain
besarnya
ditanggung selama 7.830.036.
oleh
satu
resiko
yang
peternak tahun
harus
strata
adalah
maka
Hasil
I
akan usaha
kurang
untuk
tepat
mengukur
yang
perhitungan
berbeda koefisien
variasi selama satu tahun menunjukkan
Rp
bahwa pada strata I sebesar
27,57%
Nilai standar deviasi pada
yang berarti bahwa jumlah resiko yang
strata II diperoleh hasil sebesar Rp
harus ditanggung oleh peternak strata I
29.194.407 artinya besarnya fluktuasi
nilainya 27,57% dari jumlah keuntungan
24
bersih yang diterima peternak strata I
lainnya, sedangkan strata I mempunyai
selama satu tahun.
tingkat resiko yang paling rendah.
Nilai koefisien
variasi pada strata II sebesar 37,36%
Hasil perhitungan nilai batas
yang berarti bahwa jumlah resiko yang
bawah selama satu tahun menunjukkan
harus ditanggung oleh peternak strata II
bahwa
nilainya 37,36% dari jumlah keuntungan
12.743.020
bersih yang diterima peternak strata II
besarnya keuntungan bersih terendah
selama satu tahun.
Sedangkan nilai
yang mungkin diterima oleh peternak
koefisien variasi pada strata III sebesar
strata I selama satu tahun sebesar Rp
47,57% yang berarti bahwa jumlah
12.743.020.
resiko yang harus ditanggung oleh
strata II sebesar Rp 19.765.221 yang
peternak strata III nilainya 47,57% dari
artinya bahwa besarnya keuntungan
jumlah keuntungan bersih yang diterima
bersih terendah yang mungkin diterima
peternak strata III selama satu tahun.
oleh peternak strata II selama satu
Besarnya angka yang diperoleh pada
tahun
ketiga
menunjukkan
Sedangkan Nilai batas bawah pada
perbandingan besarnya tingkat resiko
strata III sebesar Rp 9.970.779 yang
yang
strata
tersebut
sesungguhnya
pada
strata yang
I
sebesar
artinya
Rp
bahwa
Nilai batas bawah pada
sebesar
Rp
19.765.221.
atau
dapat
artinya bahwa besarnya keuntungan
indikator
tingkat
bersih terendah yang mungkin diterima
pada
oleh peternak strata III selama satu
masing – masing strata. Hal ini sejalan
tahun sebesar Rp 9.970.779. Menurut
dengan
Hernanto
dikatakan resiko
sebagai
yang
mungkin
Syamsuddin
terjadi (2004)
yang
(1991)
batas
bawah
(L)
menyatakan bahwa pengukuran dengan
menunjukkan nilai rata – rata terendah
koefisien variasi memepertimbangkan
yang mungkin diterima oleh peternak.
variabilitas yang relatif antara masing –
Jika nilai
masing proyek sehingga akan sangat
mengusahakan
tepat
dalam
petelur akan terhindar dari kerugian.
pengukuran proyek – proyek atau usaha
Sebaliknya apabila nilai L < 0 maka
–
peternak akan mengalami kerugian.
untuk
usaha
Dengan
yang demikian
digunakan berbeda
besarnya.
berdasarkan
Dengan
nilai
L > 0 maka peternak yang peternakan
demikian
ayam
berdasarkan
nilai
koefisien variasi yang diperoleh maka
batas bawah yang diperoleh pada ketiga
strata III mempunyai tingkat resiko yang
strata menunjukkan anggota peternak
lebih tinggi dari kedua strata yang
ayam
25
petelur
Gunungrejo
Makmur
Kabupaten terhindar dari kerugian yang
strata I memiliki tingkat resiko keuangan
mungkin terjadi.
yang paling rendah, sedangkan strata III
Berdasarkan tabel 3 secara keseluruhan
memiliki resiko keuangan yang paling
maka usaha peternakan
tinggi.
ayam petelur yang dilakukan pada Tabel 3.
Analisis Resiko Finansial Secara Statistik pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur
Strata
Keuntungan Bersih Rata – Rata (Rp)
Varian (Rp)
Koefisien Variasi (%)
Batas Bawah (Rp)
I
28.403.094
7.830.037
27,57
12.743.020
II
78.154.037
29.194.408
37,36
19.765.221
III
205.373.681
97.701.451
47,57
9.970.779
dalam kondisi seperti berikut : harga
5.6. Analisis Sensitivitas Kelayakan suatu usaha dapat
pakan tetap dan telur tetap atau turun
berubah karena disebabkan adanya
sampai 15%; pakan naik sampai 5%
suatu perubahan pada faktor – faktor
dan telur tetap atau turun sampai 15%;
biaya
sebagai
pakan naik sampai 10% dan telur tetap
akibatnya dapat saja suatu proyek yang
atau turun sampai 10%; pakan naik
semula layak diusahakan menjadi tidak
sampai 15% dan telur tetap atau turun
layak untuk diusahakan.
Pada usaha
sampai 5%. Selanjutnya pada strata I
peternakan ayam petelur, perubahan
akan menjadi tidak layak karena akan
harga pakan dan telur sangat besar
mengalami
peranannya
kenaikan harga pakan mulai 10% dan
dan
penerimaan,
karena
merupakan
kerugian
apabila
terjadi
komponen yang memberikan kontribusi
dalam
terbesar pada arus output input usaha
penurunan harga telur mulai 15% atau
peternakan.
akan terjadi pada kondisi harga pakan
Pada tabel 4 menunjukkan
waktu
bersamaan
terjadi
naik mulai 15% dan diikuti harga telur
bahwa pada strata I masih layak untuk
turun mulai 10%.
diusahakan atau dikembangkan apabila
26
Tabel 4.
Analisis Keuntungan Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur dengan Harga Telur dan Pakan Berubah pada Strata I
Harga Telur (Rp) Harga Pakan (Rp)
Tetap
Turun 5%
Turun 10%
Turun 15%
Tetap
28.403.094
21.155.244
13.907.394
6.659.544
Naik 5%
23.555.811
16.307.961
9.060.111
1.812.260
Naik 10%
18.708.528
11.460.678
4.212.827
-3.035.023
Naik 15%
13.861.245
6.613.394
-634.456
-7.882.306
Pada
tabel
5
menunjukkan
sampai 15% dan telur tetap atau turun
bahwa pada strata II masih layak untuk
sampai 10%. Selanjutnya pada strata III
diusahakan atau dikembangkan, karena
akan menjadi tidak layak karena akan
dalam kondisi harga pakan naik sampai
mengalami
15% dan dalam waktu bersamaan harga
kenaikan harga pakan mulai 10% dan
telur turun sampai 15% masih belum
dalam
terjadi kerugian pada usaha peternakan
penurunan harga telur mulai 15%.
waktu
ayam petelur pada kelompok peternak tabel
apabila
terjadi
bersamaan
terjadi
Berdasarkan hasil keuntungan
Gunungrejo Makmur. Pada
kerugian
seperti tersaji pada tabel 4, 5 dan 6 6
menunjukkan
secara
keseluruhan
maka
strata
I
bahwa pada strata III masih layak untuk
merupakan kelompok peternak yang
diusahakan atau dikembangkan apabila
memiliki tingkat sensitivitas yang paling
dalam kondisi seperti berikut : harga
tinggi
pakan tetap dan telur tetap atau turun
kerugian
apabila
sampai 15%; pakan naik sampai 5%
perubahan
harga
dan telur tetap atau turun sampai 15%;
Sedangkan yang paling rendah tingkat
pakan naik sampai 10% dan telur tetap
sensitivitasnya
atau turun sampai 10%; pakan naik
harga pakan dan telur adalah strata II.
27
untuk
berpeluang
mengalami
terjadi pakan
terhadap
gejolak
dan
telur.
perubahan
Tabel 5.
Analisis Keuntungan Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur dengan Harga Telur dan Pakan Berubah pada Strata II
Harga Telur (Rp) Harga Pakan (Rp)
Tetap
Turun 5%
Turun 10%
Turun 15%
Tetap
78.154.089
62.345.437
46.536.785
30.728.133
Naik 5%
68.329.630
52.520.978
36.712.326
20.903.674
Naik 10%
58.505.172
42.696.520
26.887.868
11.079.216
Naik 15%
48.680.713
32.872.061
17.063.409
1.254.761
Tabel 6. Analisis Keuntungan Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur dengan Harga Telur dan Pakan Berubah pada Strata III
Strata III Perubahan Harga
Tetap
Turun 5%
Turun 10%
Turun 15%
Tetap
205.373.681
157.144.611
108.915.540
60.686.470
Naik 5%
173.180.669
124.951.598
76.722.528
28.493.457
Naik 10%
140.987.656
92.758.586
44.529.515
-3.699.555
Naik 15%
108.794.644
60.565.573
12.336.503
-35.892.568
28
Lebih
lanjut
bila
dilakukan
sebesar 12,3355% , 25,7157% dan
analisis finansial (ARR, NPV, B/C Ratio,
38,7491%.
PP, IRR) terhadap perubahan harga
perubahan dalam penurunan harga telur
pakan maupun telur akan diperoleh
mempunyai tingkat sensitivitas lebih
hasil pada strata I seperti tersaji pada
tinggi
tabel 11 dan pada strata II (tabel 12)
kenaikan harga pakan.
Jadi
daripada
pada
strata
perubahan
I
dalam
serta pada strata III (tabel 13) diperoleh
Tingkat sensitivitas pada strata II
hasil tingkat sensitivitas bahwa pada
diperoleh hasil bahwa setiap kenaikan
strata I : setiap kenaikan harga pakan
harga pakan 5%, 10% dan 15% akan
5%,
terjadi
terjadi penurunan nilai ARR sebesar
penurunan nilai ARR sebesar 11,92%,
11,51%, 23,02% dan 34,52% ; untuk
23,84% dan 35,76% ; untuk nilai NPV
nilai NPV diperoleh hasil penurunan
diperoleh hasil penurunan sebesar Rp
sebesar Rp 41.380.403, Rp 82.761.020
20.416.756, Rp 40.833.510 dan Rp
dan Rp 124.141.641 ; untuk nilai B/C
61.250.266 ; untuk nilai B/C Ratio terjadi
Ratio terjadi penurunan sebesar 0,2887
penurunan sebesar 0,2980 , 0,5961 dan
, 0,5754 dan 0,8631 ; untuk nilai PP
0,8942
terjadi
terjadi penambahan waktu sebesar 1
penambahan waktu sebesar 2 bulan 16
bulan 20 hari, 3 bulan 21 hari dan 6
hari, 5 bulan 25 hari dan 10 bulan 9 hari
bulan 8 hari ; untuk nilai IRR terjadi
; untuk nilai IRR terjadi penurunan
penurunan
sebesar
dan
15,3685% dan 23,3981%. Sedangkan
Sedangkan bila terjadi
bila terjadi penurunan harga telur 5%,
penurunan harga telur 5%, 10% dan
10% dan 15% akan terjadi penurunan
15% akan terjadi penurunan nilai ARR
nilai ARR sebesar 18,52%, 37,04% dan
sebesar 17,82%, 35,65% dan 53,48% ;
55,55% ; untuk nilai NPV diperoleh hasil
untuk
hasil
penurunan sebesar Rp 66.585.823, Rp
penurunan sebesar Rp 30.527.943, Rp
133.171.866 dan Rp 199.757.908 ;
61.055.888 dan Rp 91.583.831 ; untuk
untuk nilai B/C Ratio terjadi penurunan
nilai
penurunan
sebesar 0,4630 , 0,9259 dan 1,3889 ;
sebesar 0,4457 , 0,8914 dan 1,3371 ;
untuk nilai PP terjadi penambahan
untuk nilai PP terjadi penambahan
waktu sebesar 2 bulan 26 hari, 6 bulan
waktu sebesar 4 bulan 1 hari, 10 bulan
27 hari dan 1 tahun 1 bulan 4 hari ;
7 hari dan 1 tahun 8 bulan 25 hari ;
untuk
untuk
sebesar 12,3375% , 25,1107% dan
10%
;
dan
15%
untuk
8,1662%
25,7912%.
nilai
B/C
nilai
NPV
Ratio
IRR
akan
nilai
,
PP
16,6518%
diperoleh
terjadi
terjadi
penurunan
29
nilai
sebesar
IRR
7,6285%
terjadi
,
penurunan
39,0368%.
Jadi
pada
strata
II
39,1824%.
Jadi
pada
strata
III
perubahan dalam penurunan harga telur
perubahan dalam penurunan harga telur
mempunyai tingkat sensitivitas lebih
juga
tinggi
lebih tinggi daripada perubahan dalam
daripada
perubahan
dalam
kenaikan harga pakan. diperoleh
sensitivitas
bahwa
Secara
keseluruhan
pada
setiap
semua strata pada kelompok peternak
kenaikan harga pakan 5%, 10% dan
ayam petelur Gunungrejo Makmur akan
15% akan terjadi penurunan nilai ARR
mengalami
sebesar 11,35%, 22,71% dan 34,07% ;
tinggi dengan adanya perubahan harga
untuk
hasil
pakan yang naik maupun harga telur
penurunan sebesar Rp 135.596.965, Rp
yang turun. Hal itu terjadi karena kedua
271.193.937 dan Rp 406.790.902 ;
komponen tersebut merupakan faktor
untuk nilai B/C Ratio terjadi penurunan
yang utama dalam mempengaruhi arus
sebesar 0,2839 , 0,5678 dan 0,8517 ;
kas
untuk nilai PP terjadi penambahan
peternakan ayam petelur.
nilai
hasil
tingkat
kenaikan harga pakan.
Tingkat sensitivitas pada strata III
mempunyai
diperoleh
NPV
waktu sebesar 2 bulan 28 hari, 6 bulan 24 hari dan 1 tahun 0 bulan 4 hari ; untuk sebesar
nilai
IRR
8,1273%
25,0016%.
terjadi ,
penurunan
16,6367%
dan
Sedangkan bila terjadi
penurunan harga telur 5%, 10% dan 15% akan terjadi penurunan nilai ARR sebesar 17,02%, 34,03% dan 51,04% ; untuk
nilai
NPV
diperoleh
hasil
penurunan sebesar Rp 203.140.841, Rp 406.281.688 dan Rp 609.422.531 ; untuk nilai B/C Ratio terjadi penurunan sebesar 0,4253 , 0,8506 dan 1,2760 ; untuk nilai PP terjadi penambahan waktu sebesar 4 bulan 22 hari, 1 tahun 0 bulan 3 hari dan 2 tahun 1 bulan 9 hari ; untuk nilai IRR terjadi penurunan sebesar 12,1374% , 24,9686% dan
30
masuk
tingkat
sensitivitas
maupun
keluar
yang
usaha
Tabel 7. Analisis Perubahan Harga Pakan dan Telur Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Terhadap Hasil ARR, NPV, B/C Ratio, PP dan IRR pada Strata I
Perubahan Harga
ARR
NPV
B/C Ratio
PP
IRR
Pakan naik 5%
57,94%
88.423.310
2,2910
1 tahun 10 bulan 2 hari
46,3477%
Pakan naik 10%
46,02%
68.006.556
1,9929
2 tahun 1 bulan 11 hari
37,8621%
Pakan naik 15%
34,10%
47.589.800
1,6948
2 tahun 5 bulan 25 hari
28,7227%
Normal / tetap
69,86%
108.840.066
2,5890
1 tahun 7 bulan 16 hari
54,5139%
Telur turun 5%
52,04%
78.312.123
2,1433
1 tahun 11 bulan 17 hari
42,1784%
Telur turun 10%
34,21%
47.784.178
1,6976
2 tahun 5 bulan 23 hari
28,7982%
Telur turun 15%
16,38%
17.256.235
1,2519
3 tahun 4 bulan 11 hari
15,7648%
Tabel 8. Analisis Perubahan Harga Pakan dan Telur Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Terhadap Hasil ARR, NPV, B/C Ratio, PP dan IRR pada Strata II
Perubahan Harga
ARR
NPV
B/C Ratio
PP
IRR
Pakan naik 5%
80,04%
262.178.707
2,8229
1 tahun 5 bulan 27 hari
60,8375%
Pakan naik 10%
68,53%
220.798.090
2,5352
1 tahun 7 bulan 28 hari
53,0975%
Pakan naik 15%
57,03%
179.417.469
2,2475
1 tahun 10 bulan 15 hari
45,0679%
Normal / tetap
91,55%
303.559.110
3,1106
1 tahun 4 bulan 7 hari
68,4660%
Telur turun 5%
73,03%
236.973.287
2,6476
1 tahun 7 bulan 3 hari
56,1285%
Telur turun 10%
54,51%
170.387.244
2,1847
1 tahun 11 bulan 4 hari
43,3553%
Telur turun 15%
36,00%
103.801.202
1,7217
2 tahun 5 bulan 11 hari
29,4292%
31
Tabel 9. Analisis Perubahan Harga Pakan dan Telur Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Terhadap Hasil ARR, NPV, B/C Ratio, PP dan IRR pada Strata III Perubahan Harga
ARR
NPV
B/C Ratio
PP
IRR
Pakan naik 5%
61,10%
512.811.920
2,0737
2 tahun 0 bulan 11 hari
40,0910%
Pakan naik 10%
49,74%
377.214.948
1,7898
2 tahun 4 bulan 7 hari
31,5816%
Pakan naik 15%
38,38%
241.617.983
1,5059
2 tahun 9 bulan 17 hari
23,2167%
Normal / tetap
72,45%
648.408.885
2,3576
1 tahun 9 bulan 13 hari
48,2183%
Telur turun 5%
55,43%
445.268.044
1,9323
2 tahun 2 bulan 5 hari
36,0809%
Telur turun 10%
38,42%
242.127.197
1,5070
2 tahun 9 bulan 16 hari
23,2497%
Telur turun 15%
21,41%
38.986.354
1,0816
3 tahun 10 bulan 22 hari
9,0359%
KESIMPULAN DAN SARAN
strata
masih
Kesimpulan :
dikembangkan usahanya. 3. Hasil
1. Berdasarkan analisis finansial secara
layak
analisis
untuk
sensitivitas
keseluruhan bahwa pada semua
menunjukkan bahwa pada strata I
strata anggota kelompok peternak
akan
ayam petelur Gunungrejo Makmur
kondisi
masih
pakan
layak untuk dikembangkan
mengalami kerugian pada terjadi mulai
kenaikan 10%
harga
dan
pada
waktu bersamaan terjadi penurunan
usahanya.
harga telur mulai 15%
2. Berdasarkan analisis resiko secara
atau akan
keseluruhan bahwa pada semua
terjadi pada kondisi harga pakan
strata menunjukkan tingkat resiko
naik mulai 15% dan diikuti harga
yang ditimbulkan masih
telur turun mulai 10%.
karena
Sehingga peternak
strata
hasil keuntungan yang
diperoleh masih dapat resiko
aman,
yang mungkin anggota ayam
II
belum
Pada
mengalami
kerugian walaupun terjadi kenaikan
menutupi terjadi. kelompok
harga
pakan
sampai
pada
waktu
bersamaan
penurunan
petelur
15%.
Gunungrejo Makmur pada semua
harga Pada
15%
telur
strata
dan
terjadi sampai
III
akan
mengalami kerugian pada kondisi
32
terjadi mulai
kenaikan 10%
dan
bersamaan harga
harga
arah strata II sehingga diperoleh
waktu
hasil yang lebih optimal. Sedangkan
dalam
terjadi
penurunan
telur mulai 15%.
sensitivitas
pakan
pada
Tingkat
setelah
strata
III
mengoptimalkan
harus
penerimaan
lebih dari
dilakukan
hasil penjualan kotoran ayam dan
analisis finansial lanjutan diperoleh
karung bekas pakan ternak serta
hasil
perlu
pada
semua
menunjukkan dalam
bahwa
penurunan
strata
perubahan
meningkatkan
nilai
upaya jual
untuk telurnya
telur
menjadi lebih baik yakni setara
mempunyai tingkat sensitivitas yang
harga eceran seperti pada strata
lebih
atau skala usaha yang lainnya.
tinggi
harga
adanya
daripada
perubahan
dalam kenaikan harga pakan dan secara
keseluruhan
sensitivitas
termasuk
tingkat tinggi
bila
DAFTAR PUSTAKA
terjadi perubahan harga pada kedua
Anonimus. 2003. Pola Kemitraan Alter natif Andalan Sektor Agribisnis. http://www.situshijau_co.id.htm. Diakses 22 Juni 2008.
komponen tersebut. Saran : 1. Secara umum usaha peternakan ayam
petelur
peternak
pada
Gunungrejo
Chumairoh, I.N. 2008. Analisis Resiko Finansial. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
kelompok Makmur
Kabupaten Lamongan layak untuk dikembangkan. diperlukan
suatu
Hernanto, F. 1991. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sehingga dukungan
dari
Himawati, D. 2006 . Analisa Resiko Finansial Usaha Peternakan Ayam Pedaging pada Peternakan Plasma Kemitraan KUD “Sari Bumi” di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
berbagai pihak termasuk pemerintah guna untuk lebih mengembangkan sentra usaha peternakan khususnya peternakan ayam petelur di daerah Lamongan yang masih belum begitu besar
populasinya
bila
Inounu, I. , A. Priyanti, E. Martindah, I.S. Nurhayati dan R. A. Saptati . 2006 . Restrukturisasi Sistem Produksi Perunggasan di Indonesia . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur. 2. Pada strata I anggota kelompok peternak Gunungrejo Makmur harus lebih dikembangkan usahanya ke
33
Prawirokusumo, S. 1990 . Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Sumardjono, M.1996 .Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Syamsuddin, L . 2004 . Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sjahrial, D. 2008. Manajemen Keuangan . Edisi 2 . Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta. Teken
dan Asnawi . 1997 . Teori Ekonomi Mikro . Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB Bogor.
34