Analisis Filosofis Tujuan Pendidikan Islam Mulyadi1 Abstrak Hakikat tujuan pendidikan Islam dapat dilihat dari berbagai perspektif. Dalam tinjauan hirarki dan ranah pendidikan Islam, sasaran akhir pendidikan Islam bisa berupa tujuan tertinggti, bersifat umum, khusus, dan sementara. Secara filosofis pendidikan Islam bertujuan untuk Mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, secara spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, baik secara individu maupun kolektif, dan dapat mendorong semua aspek ke arah kebaikan untuk mencapai kesempurnaan yang pada gilirannya berorientasi pada perwujudan dan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh manusia. Keywords: Tujuan Pedidikan Islam; Filosofi
A. Pendahuluan Ralph W. Tyler memandang bahwa, “All aspects of the educational program are really means to accomplish basic educational purposes. Hence, if we to study an educational program systematically and intelligently we must first be sure as to the educational objectives aimed it.” (Semua aspek program pendidikan mempunyai arti yang nyata untuk merencanakan dasar tujuan pendidikan. Jika kita ingin melakukan studi program kependidikan secara sistematis dan cerdas, hal yang pertama sekali yang mesti direncanakan adalah tujuan pendidikan).(Ralph W. Tyler, 1949: 3) Berangkat dari pernyataan Ralph W. Tyler di atas, dapat dipetik bahwa di antara persoalan pendidikan yang cukup penting dan mendasar adalah mengenai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan termasuk masalah sentral dalam pendidikan, sebab tanpa perumusan tujuan pendidikan yang baik maka perbuatan mendidik bisa tidak jelas, tanpa arah dan bahkan bisa tersesat atau salah langkah. Oleh karenanya, masalah tujuan pendidikan menjadi inti dan sangat penting dalam menentukan isi dan arah pendidikan yang diberikan. Tujuan pendidikan antara satu negara dengan negara 1
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang
105
lainnya memiliki perbedaan dan persamaan (Kartini Kartono, 1920:214), sesuai dengan falsafah dan budaya hidup yang dianut dan dipegang masing-masing negara. Menurut Ahmad D. Marimba (Ahmad D. Marimba, 1989: 44-46), suatu usaha tanpa tujuan tidak akan berarti apa-apa. Oleh karenanya, setiap usaha mesti ada tujuan dan begitu pula dalam pendidikan Islam sangat penting adanya tujuan pendidikan yang dilaksanakan. Bila pendidikan dipandang suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan nilai-nilai ideal itu mempengaruhi dan mewarnai pola kepribadian manusia, sehingga menimbulkan gejala dalam perilaku lahiriahnya. Dengan kata lain perilaku lahiriah adalah cerminan yang memproyeksikan nilai-nilai ideal yang telah mengacu di dalam jiwa manusia sebagai produk dari proses kependidikan. Jika berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, berarti berbicara tentang nilai-nilai ideal yang bercorak Islami. Hal ini mengandung makna bahwa tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasikan Identitas Islami. Sedangkan idealitas Islami itu sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai perilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati. Ketaatan kepada kekuasaan Allah yang mutlak itu mengandung makna penyerahan diri secara total kepada Allah Yang Maha Esa menjadikan manusia menghambakan diri kepada-Nya semata. (H.M. Arifin, 1993: 1) Tujuan dalam pendidikan Islam memiliki prinsip dan karakteristik tersendiri yang menjadi ciri khasnya dari tujuan pendidikan lainnya. Oleh karena itu, penulis mencoba menguraikan berbagai kajian seputar tujuan dan kompetensi pendidikan Islam. Pembahasan dalam tulisan ini secara garis besarnya adalah sebagai berikut; 1) pengertian tujuan pendidikan, 2) hierarki tujuan-tujuan pendidikan Islam, 3) tujuan pendidikan Islam di Indonesia, 4) kompetensi pendidikan Islam.
B. Pembahasan 1. Pengertian Tujuan Pendidikan Dalam bahasa Inggris, istilah-istilah yang menunjukkan hasil pendidikan yang dicita-citakan, yakni aims, goals, 106 Analisis Filosofis Tujuan Pendidikan Islam
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 objectives, mengandung pengertian atau maksud yang hendak dicapai lewat upaya dan aktivitas (Abdurrahman Saleh Abdullah, 1990:130-132). Agustiar Syah Nur (Agustiar Syah Nur, 2002: 302) mengemukakan sejumlah istilah yang ada kaitannya dengan tujuan dalam bahasa Inggris, yakni goals, aims, objectives, intended, outcomes, ends, targets, functions, desire, purpose, dan ambitions. Dalam bahasa Arab yang menunjukkan kepada makna tujuan, diantaranya; ghayyat untuk mengartikan tujuan akhir. Ahdaf pada mulanya dipergunakan untuk memberi arti peranan-peranan yang lebih tinggi dan dapat dimiliki oleh seseorang berkenaan dengan tinjauan yang menyiratkan hal ini sangat diperlukan, juga berarti menempati suatu sasaran yang lebih dekat. Istilah selanjutnya dalam maqashid diperoleh dari suatu cara yang menunjukkan jalan yang lurus (Abdurrahman Saleh Abdullah, 1990:132). Sedangkan kata pendidikan berdasarkan tinjauan etimologi, berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie. Adapun terma lain yang mirip dengannya, yaitu paedagogiek, artinya ilmu pendidikan. Paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan yang mulanya berarti “rendah” (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan mulia. Dalam UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Himpunan Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan Nasional; Nuansa Aulia, 2005: 11). Dari berbagai definisi pendidikan yang telah dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penekanan proses pendidikan seputar pendewasaan kepribadian, memanusiakan manusia, keseimbangan jasmani dan ruhani, mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, mengembangkan potensi siswa, transfer ilmu pengetahuan, nilai-nilai, skill, dan moral. Dari tinjauan etimologi-terminologi di atas, yakni tujuan dan Mulyadi 107
pendidikan dapat dikemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah sesuatu yang ditargetkan untuk dicapai pada masa yang akan datang, dengan melakukan berbagai usaha dan aktivitas yang dapat menghantarkan tercapainya arah dan sasaran pendidikan. 2. Hierarki dan Ranah Tujuan Pendidikan Islam a. Hierarki Tujuan Pendidikan Islam Secara garis besar hierarki-dapat juga disebut dengan tahapantahapan-tujuan pendidikan Islam, dapat dikemukakan sebagai berikut: a) Tujuan Tertinggi Tujuan tertinggi kadang kala disebut juga dengan tujuan akhir. Orientasi tujuan ini bersifat mutlak dan tidak mengalami perubahan serta berlaku secara umum bagi seluruh umat Islam, tanpa terbatasi oleh teritorial-geografis dan ideologi yang dianut oleh negaranya. Oleh karena itu, cakupan tujuan ini merupakan tujuan final dari hakikat eksistensi manusia sebagai ciptaan Allah SWT di muka bumi, yaitu sebagai ‘abd dan khalifah fi al-ardh (Samsul Nizar, 2001: 116). Secara eksplisit, tujuan tertinggi yang harus dicapai oleh pendidikan Islam meliputi: 1) Menjadi hamba Allah yang paling bertaqwa dan senantiasa taqarrub kepada-Nya. Pencapaian tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup penciptaan manusia, yaitu sematamata untuk beribadah kepada Allah SWT. 2) Mengantarkan dan mengaktualkan seluruh potensi peserta didik sesuai dengan nilai Islami sehingga dengan kemampuan tersebut, ia mampu menjadi wakil Allah SWT di muka bumi (khalifah fi al-ardh). 3) Mengantarkan peserta didik untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemenangan hidup, baik kehidupan di dunia maupun di akhirat, serta serasi dan seimbang. Ketiga tujuan tersebut merupakan satu kesatuan yang padu dari tujuan tertinggi yang harus dicapai oleh pendidikan Islam, yaitu dalam upaya membentuk kepribadian peserta didik (manusia) sebagai khalifah Allah yang beriman, tunduk dan patuh secara totalitas kepada ajaran-ajaran-Nya (Samsul Nizar, 2001: Ibid. h. 21). Proses pencapaian tujuan ini tidak tergantung 108 Analisis Filosofis Tujuan Pendidikan Islam
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 bentuk institusi pendidikan dilaksanakan, atau batas usia peserta didiknya. Akan tetapi, bersifat universal dan berlaku di mana dan kapan saja pendidikan itu dilaksanakan. Zakiah Daradjat (Zakiah Daradjat, 1992: 31) mengatakan, bahwa mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim (Samsul Nizar, 2001: Ibid.) yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas bersisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam. b) Tujuan Umum Tujuan umum merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan keadaan. Tujuan umum ini merumuskan dengan memperhatikan hakikat kemanusiaan yang universal (Hasbullah, 2001: 13). Menurut Zakiah Daradjat, tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain (Zakiah Daradjat, 1992: 34). Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk Insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkattingkat tersebut. Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Tahap-tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah, madrasah), dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan instruksional. Untuk melihat gambaran tujuan umum pendidikan Islam, penulis kutip kitab yang dikarang Muhammad Athiyya al-Abrasyi (Muhammad Athiyyat Al-Abrasi, 1969: 71) sebagai berikut: Mulyadi 109
1) Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia. Kaum Muslimin dari dahulu kala sampai sekarang setuju bahwa pendidikan akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. 2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan Islam bukan hanya menitik beratkan pada keagamaan saja, atau pada keduniaan saja, tetapi pada keduanya. 3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat, atau yang lebih terkenal sekarang ini dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan profesional. 4) Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keinginan atau (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri. 5) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal dan pertukangan supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan keterampilan pekerjaan tertentu agar dapat ia mencari rezeki dalam hidup di samping memelihara segi kerohanian dan keagamaan. Tujuan umum dalam pendidikan Islam lebih bersifat empirikrealistik. Sementara tujuan tertinggi lebih mengutamakan pendekatan filosofis. Tujuan umum merupakan bagian dari tujuan tertinggi, yang berfungsi sebagai pemberi arah ke mana operasional pendidikan Islam itu akan dilakukan. Tujuan ini berbeda diantara tujuan tertinggi dan tujuan khusus. c) Tujuan Khusus Tujuan khusus adalah perubahan-perubahan yang diingini yang merupakan bagian yang termasuk di bawah tiap tujuan umum pendidikan. Tujuan khusus merupakan pengkhususan dari tujuan umum (Hasbullah, 2001: 13). Menurut Ramayulis, (Ramayulis, 2005:70-71) tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tidak berpijak dalam kerangka tujuan tertinggi dan tujuan umum. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada, kultur dan cita-cita suatu bangsa, minat, dan bakat, dan kesanggupan subjek didik, tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan khusus merupakan gabungan 110 Analisis Filosofis Tujuan Pendidikan Islam
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 pengetahuan, keterampilan, pola-pola tingkah laku, sikap, nilainilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan, yang tanpa terlaksananya maka tujuan akhir dan tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna. Jika diambil, sebagai misal, tujuan “menumbuhkan semangat agama dan akhlak”, pada tahap tujuan umum, maka akan dipadati bahwa tujuan akhir atau tujuan umum serupa ini menghendaki terlaksananya berbagai tujuan khusus.(Hasan Langgulung, 1971: 63). Di antara tujuan-tujuan khusus yang mungkin dimasukkan di bawah “penumbuhan semangat agama dan akhlak” adalah: 1) Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah Islam, dasar-dasarnya, asal-usul ibadat, dan cara-cara melaksanakannya dengan betul, dengan membiasakan mereka berhati-hati mematuhi akidah-akidah agama dan menjalankan dan menghormati syiar-syiar agama. 2) Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap agama termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak yang mulia. 3) Menanamkan keimanan kepada Allah pencipta alam, dan kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab dan hari akhirat berdasar pada paham kesadaran dan perasaan. 4) Menumbuhkan minat dan generasi untuk menambah pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan dan untuk mengikuti hukum-hukum agam dengan kecintaan dan kerelaan. 5) Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada alQuran membacanya dengan baik, memahaminya, dan mengamalkan ajaran-ajarannya. 6) Menumbuhkan rasa rela, optimisme, kepercayaan tanggung jawab, menghargai kewajiban dan takwa, kasih sayang, cinta kebaikan, sabar, berjuang untuk kebaikan, memegang teguh pada prinsip, berkorban untuk agama dan tanah air dan bersiap untuk membelanya. 7) Mendidik naluri, motivasi dan keinginan generasi muda dan menguatkannya dengan akidah dan nilai-nilai, dan membiasakan mereka menahan emosinya, mengatur emosi dan membimbingnya dengan baik. Begitu juga Mulyadi 111
mengajar mereka berpegang dengan adab sopan pada hubungan dan pergaulan mereka baik di rumah atau di sekolah atau dimana-mana sekalipun. 8) Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka, perasaan keagamaan, semangat keagamaan dan akhlak pada diri mereka dan menyuburkan hati mereka dengan rasa cinta, zikir, takwa, dan takut kepada Allah SWT. 9) Membersihkan hati mereka dari rasa dengki, hasad, iri hati, benci, kekasaran, egoisme, tipuan, khianat, nifak, ragu, perpecahan, dan perselisihan.(Ramayulis, Ibid.). d) Tujuan Sementara Menurut M. Ngalim Purwanto (M. Ngalim Purwanto, 1998:22.), tujuan sementara merupakan tempat-tempat pemberhentian sementara pada jalan yang menuju ke tujuan umum, seperti anak-anak dilatih untuk belajar kebersihan, belajar berbicara, belajar berbelanja, dan belajar bermain-main bersama teman-temannya. Umpamanya, anak dilatih untuk dapat belajar berbicara sampai anak itu sekarang dapat berbicara. Dalam hal ini, tujuan telah tercapai (tujuan sementara), yaitu anak dapat berbicara. Tujuan sementara ini merupakan tingkatan-tingkatan untuk menuju kepada tujuan umum. Untuk mencapai tujuantujuan sementara itu di dalam praktik harus mengingat dan memperhatikan jalannya perkembangan pada anak. Untuk itu perlulah psikologi perkembangan. Sementara menurut Zakiah Daradjat, (Zakiah Daradjat, 1992: 31) tujuan sementara ini ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang akan direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurangkurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang paling tingkat rendah mungkin suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut 112 Analisis Filosofis Tujuan Pendidikan Islam
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Di sinilah barangkali perbedaan yang mendasar bentuk tujuan pendidikan Islam dibandingkan dengan pendidikan lainnya. Sejak tingkat taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar, gambaran insan kamil itu hendaknya sudah kelihatan. Dengan kata lain, bentuk insan kamil dengan pola takwa itu harus kelihatan dalam semua tingkat pendidikan Islam. Karena itu, setiap lembaga pendidikan Islam harus dapat merumuskan tujuan pendidikan Islam sesuai dengan tingkatan jenis pendidikannya. Hal ini berarti bahwa tujuan pendidikan Islam di Madrasah Tsanawiyah berbeda dengan tujuan pendidikan di Madrasah Aliyah, dan tentu saja berbeda dengan pendidikan di SMTP. Meskipun demikian, polanya sama, yaitu takwa terbentuknya sama, yaitu insan kamil, yang berbeda hanya bobot dan mutunya saja. Inilah diantara tujuan-tujuan pendidikan Islam yang dibagi kepada empat tingkatan, yaitu tingkat tertinggi, tingkat tujuan umum, dan tingkat tujuan khusus. Tingkat-tingkatan tujuan tersebut masih bisa dikembangkan dalam bentuk tujuan pendidikan yang lebih terperinci atau lebih khusus. 3. Ranah tujuan Pendidikan Islam Dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan Islam berdasarkan klarifikasi yang bersifat edukatif dan psikologis, maka ranah tujuan pendidikan Islam sebagai berikut: a. Tujuan yang menitik beratkan kekuatan jasmaniah (alahdaf al-jasmaniyat). Tujuan ini dikaitkan dengan tugas manusia selaku khalifah di muka bumi yang harus memiliki kemampuan jasmani yang tinggi, di samping rohaniyah yang teguh. Hadis Rasulullah SAW yang terjemahannya, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang yang mukmin yang lemah.” (HR. Muslim). Firman Allah SWT, yang terjemahannya, “Sesungguhnya telah memilihnya rajamu dan menganugrahinya ilmu yang luas dan tubuh yang kuat perkasa.” (Al-baqarah: 247). Thalut dipilih Allah, menjadi raja karena ia pandai dan kuat tubuhnya untuk melawan Djalut yang terkenal berbadan besar seperti raksasa, Mulyadi 113
namun Thalut dapat mengalahkannya dengan perantaraan Daud yang melemparkan bandilnya dengan pertolongan Allah dapat merubuhkan tubuh Djalut sehingga tewas. Jadi, tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia muslim yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki keterampilan. b. Tujuan pendidikan yang menitik beratkan pada kekuatan rohaniyah (al-ahdaf al-ruhaniyat). Tujuan ini berkaitan dengan tujuan manusia untuk menerima ajaran agama Islam yang inti ajarannya adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dengan tunduk dan patuh kepada nilai-nilai moralitas yang diajarkan-Nya dengan mengikuti keteladanan Rasul-Nya Muhammad SAW adalah tujuan ruhaniyah pendidikan Islam.(H.M. Arifin, 2003: 5960). Tujuan pendidikan jasmani dan rohani, merupakan dua ranah yang perlu dikembangkan secara menyeluruh. Jasmani mewakili seluruh dimensi jasadiyahnya, yang terdiri dari sejumlah anggota tubuh. Sementara ruhaniyah, mewakili seluruh multi potensi – yang terinci dalam al-asma al-husna – dan multi dimensi manusia – yang terdiri dari dimensi qalbiyat, aqliyat, ilahiyat, dan berbagai cabangcabangnya. Merupakan totalitas manusia yang perlu dijamah dan dikembangkan dalam pendidikan Islam. Bila dibandingkan dengan ranah, atau yang dikenal dengan taksonomi, pendidikan barat, seperti Gagne yang mengklarifikasikan ke dalam lima kemampuan, yaitu intelektual, kognitif, verbal, motoris, dan attitude dalam memilih. Benyamin S. Bloom membagi ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang selanjutnya dirinci oleh David Krathwohl khusus mengenai taksonomi afektif serta rincian psikomotorik dari Norman E. Gronlund dan R.W. de Mac Lay, dan sebagainya (H.M. Arifin, 2003: Ibid.). Jadi, semakin jelas bahwa pendidikan Islam secara esensial memandang pentingnya mendasari setiap kemampuan tersebut dengan petunjuk Tuhan, walaupun ilmu pendidikan Islam tidak menolak teori-teori taksonomi dari beberapa ahli yang telah disebutkan di atas, namun penerapannya dalam proses harus dijiwai dengan ajaran Islam. 4. Tujuan Pendidikan Islam di Dunia Islam Tujuan pendidikan Islam adalah tujuan pendidikan Islam yang 114 Analisis Filosofis Tujuan Pendidikan Islam
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 disusun atas usaha bersama dengan mendatangkan perwakilan masing-masing negara yang ada hubungannya dengan pendidikan Islam. Pendidikan Islam ini dapat diketahui melalui berbagai konferensi tingkat dunia internasional. Konferensi tentang tujuan pendidikan Islam pernah dilaksanakannya di Islamabad, pada 15 – 20 maret 1980 yang dikutip dari H.M. Arifin, berbunyi sebagai berikut: Education should aim at the balanced growth of total personality of man through the training of man’s spirit, intellect the rational self, feeling and bodily sense. Education should therefore cater for the growths of man in all its aspects, spiritual, intellectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motive all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large. (H.M. Arifin, 2003: Ibid.) Kutipan di atas dapat dipahami, bahwa tujuan pendidikan Islam di dunia Islam meliputi: a. Mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional perasaan dan indera. b. Mencapai pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya; spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, dan baik secara individu maupun kolektif. c. Mendorong semua aspek ke arah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. d. Tujuan akhirnya adalah dengan perwujudan dan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh manusia. Dari rumusan tujuan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan intisari dari tujuan pendidikan Islam sedunia, bahwa tujuan pendidikan Islam tersebut sangat luas. Diantaranya pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional perasaan dan indera. Tujuan ini mengandung nilai bahwa pendidikan Islam bertugas untuk membentuk manusia berkepribadian Islam yang kaffah. Manusia yang menyeimbangkan antara keseimbangan jasmani dan rohani, selalu mengasah potensi akal, rasa, spiritual, fisik, Mulyadi 115
ilmiah (‘aqliyat, qalbiyat, ilahiya, jasadiyat, wa ‘ilmiyat). Dengan pengembangan tersebut terbinalah peserta didik menjadi al-insani al-kamil. Dengan keberadaan jati dirinya sebagai al-insan al-kamil, akhirnya akan mengantarkannya menjadi manusia pengabdi kepada Allah SWT melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar sehingga terwujud pribadi, komunitas, maupun seluruh manusia yang taat mengabdi kepada Allah dan menjadi pengelola alam semesta yang profesional. 5. Tujuan Pendidikan Islam di Indonesia Pendidikan berlangsung dalam suatu proses panjang yang pada akhirnya mencapai tujuan umum dan tujuan akhir, yakni menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah dan mati dalam keadaan Islam. Tujuan-tujuan tersebut dicapai melalui tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan dalam pendidikan Islam dan pendidikan lainnya, hampir memiliki kesamaan. Lengeveld (Langeveld, 1971: 89-93) mengemukakan macam-macam tujuan pendidikan, yaitu tujuan umum/ tujuan akhir atau lengkap/ total, tujuan khusus, tujuan tidak lengkap, tujuan sementara, tujuan pendidikan, tujuan pendidikan Islam dapat dibagi kepada empat tujuan, yaitu tujuan nasional, institusional, kurikuler dan tujuan instruksional. a. Tujuan Nasional Tujuan nasional ialah tujuan umum pendidikan nasional yang di dalamnya terkandung rumusan kualifikasi umum yang diharapkan dimiliki oleh setiap warga negara setelah mengikuti dan menyelesaikan program nasional pendidikan tertentu. Biasanya sumber tujuan umum ini terdapat di dalam undangundang atau ketentuan resmi tentang pendidikan. (Hasbullah, 2001:15). Negara Republik Indonesia mempunyai tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Himpunan Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 beserta Penjelasannya dilengkapi dengan; Undang-Undang RI No. 2 1989 tentang; Sistem Pendidikan Nasional, 2005:94) 116 Analisis Filosofis Tujuan Pendidikan Islam
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 Tujuan pendidikan nasional di atas, bila dianalisa dan dibandingkan dengan tujuan pendidikan Islam yang dilaksanakan dalam konferensi tingkat nasional, yang diadakan di Cipayung, Bogor, tanggal 7 – 11 Mei 1960, telah berhasil merumuskan tujuan pendidikan Islam – pada saat itu berkumpullah para ulam ahli pendidikan Islam dari semua lapisan masyarakat Islam, berdiskusi dengan para ahli pendidikan umum –, yaitu untuk menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam (H.M. Arifin, 1993: 29). Khusus beriman dan bertakwa dalam tujuan pendidikan nasional di atas, jelas sejalan, serasi, seirama, dan senada dengan tujuan pendidikan Islam yang ditetapkan di Cipayung. Dari kedua rumusan tujuan pendidikan tersebut, tujuan pendidikan Islam dan tujuan pendidikan nasional, memiliki persepsi dan tujuan yang sama. Demikian juga halnya dengan tujuan pembentukan manusia yang berakhlak mulia berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut terangkum secara sempurna dalam tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan di Islamabad, melalui konferensi tingkat dunia, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Oleh karena itu, pelaksanaan dan keberadaan pendidikan Islam di Indonesia sangat kokoh, dan memberikan peran dan adil yang sangat besar dalam menyukseskan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Bahkan menurut Ramayulis,(Ramayulis, 2005:42-45). Konsep iman dan takwa yang terdapat dalam pendidikan nasional rumusannya dapat dilakukan melalui pendekatan ajaran agam, khususnya pendekatan ajaran agama Islam. b. Tujuan Institusional Merupakan tujuan lembaga pendidikan sebagai pengkhususan dari tujuan umum, yakni yang berisi kualifikasi yang diharapkan diperoleh anak setelah menyelesaikan studinya di lembaga pendidikan tertentu. Menurut Nana Sudjana, (Nana Sudjana, Mulyadi 117
2004: 58) tujuan institusional merupakan tujuan yang diharapkan dicapai oleh lembaga atau jenis sekolah sebagai tujuan. Oleh karena itu, tujuan institusional SD lain dengan tujuan institusional SMP maupun SMA. Masing-masing lembaga ini mempunyai tujuan pendidikan nasional. Maka tujuan institusional masingmasing lembaga sebagai berikut: 1) Taman kanak-kanak dan Raudhatul Athfal secara khusus bertujuan untuk memantapkan perkembangan fisik, emosi, dan sosial untuk siap mengikuti pendidikan berikutnya. 2) Sekolah dasar dan Madrasah Ibtidaiyah dimaksud untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai dasar-dasar karakter, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal sehingga memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan atau dalam kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan iman. 3) Sekolah menengah dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan dan keterampilan yang kuat untuk digunakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan lebih lanjut. (Ramayulis, 2005:35-36). d. Tujuan Kurikuler Tujuan kurikuler adalah penjabaran dari tujuan institusional, yang berisi kualifikasi yang diharapkan dimiliki oleh si terdidik setelah mengikuti program pengajaran dalam suatu bidang studi tertentu. Misalnya tujuan bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Indonesia, Biologi, Fiqh, dan sebagainya. (Nana Sudjana, 2004: Ibid.) Misalnya, tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar (SD) untuk mewujudkan anak yang berakhlak mulia, memiliki hubungan yang baik antara sesama makhluk Allah SWT, dan terbiasa melaksanakan ajaran agama, seperti ibadah shalat dan sebagainya. Tujuan matematika pada SMP, untuk mewujudkan siswa yang mampu untuk berhitung dengan baik serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 118 Analisis Filosofis Tujuan Pendidikan Islam
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 e. Tujuan Instruksional Menurut Nana Sudjana, (Nana Sudjana, 2004: 59) tujuan instruksional merupakan tujuan yang terbawah dari jenis-jenis tujuan di atas. Tujuan ini menyangkut tujuan yang hendak tercapai dalam kegiatan pendidikan sehari-hari. Tujuan instruksional ini akan menjawab pertanyaan apa yang harus dicapai oleh siswa dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam selama 40 menit pada hari ini? Tujuan instruksional inilah yang paling kecil dan terlihat dari keseluruhan tujuan yang ada dan inilah yang secara nyata dapat dicapai oleh siswa dalam kegiatan sehari-hari di kelas. Pencapaian tujuan instruksional ini akan menunjang pencapaian tujuan kurikuler. Misalnya dengan pelajaran Fiqh tentang shalat berjamaah, peserta didik diharapkan mampu memahami dan melaksanakan shalat berjamaah dengan baik dan benar. Tujuan instruksional dibedakan menjadi Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Tujuan Instruksional Umum merupakan rumusan yang berisi kualifikasi sebagai pernyataan hasil belajar yang diharapkan memiliki anak didik atau siswa setelah mengikuti pelajaran dalam pokok bahasan tertentu, namun belum dirumuskan secara khusus dalam bentuk perubahan tingkah laku siswa, yang mudah diamati dan tidak menimbulkan banyak interpretasi. Sedangkan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) merupakan penjabaran lebih lanjut dari TIU, berisi kualifikasi yang diharapkan dimiliki anak didik setelah mengikuti pelajaran dalam sub pokok bahasan tertentu. TIK dirumuskan dengan menggunakan istilah yang operasional, dari sudut produk belajar dan tingkah laku anak didik serta dinyatakan dalam rumusan yang sangat khusus, sehingga tujuan tersebut mudah dinilai, dan tidak salah tafsiran. (Hasbullah, 2001: 16). 6. Rumusan Tujuan Pendidikan Islam menurut sebagian Ahli Pendidikan Islam a. Muhammad Abdul Qadir Ahmad Muhammad Abdul Qadir Ahmad (Muhammad Abdul Qadir Ahmad, 1980: 19-21), mengemukakan beberapa tujuan pendidikan Islam; 1) menumbuhkan dalam diri peserta didik keimanan kepada Allah Ta’ala, kecintaan kepada-Nya, beramal Mulyadi 119
untuk mentaati-Nya dan menanamkan akhlak yang utama, 2) mengemukakan kepada murid tentang kaidah-kaidah Islam dan hukum-hukumnya, dan cara-cara melaksanakan ibadah, membiasakan mereka untuk menyemarakkan syiar Islam dan memuliakannya, 3) menumbuhkan pengetahuan peserta didik tentang agama dan menunjukkan adab Islam, 4) mempertebal rasa keberagaman peserta didik, dan membiasakan mereka untuk berpegang teguh terhadap keutamaan akhlak, dan merasa benci terhadap kekejian, 5) memotivasi mereka untuk gemar beribadah, 6) membiasakan mereka ke jalan keselamatan yang membantu mereka untuk berintegrasi dalam masyarakat, dan menciptakan hubungan baik diantara sesamanya dan orang lain, 8) mengetahui al-qudwah al-hasah Rasulullah SAW, dan perjalanan hidup para sahabat, 9) menjelaskan pentingnya jihad di jalan Allah, sebagai salah satu sarana penyebaran agama Islam. b. Muhammad Munir Mursiy Muhammad Munir Mursiy, dalam buku al-Tarbiyat alIslamiyat: Ushulia, wa Tathawuriha fiy al-Bilad al-‘Arabiyat, mengatakan: diantara tujuan pendidikan Islam: 1) mengajarkan alQur’an, 2) pengetahuan tentang ibadah yang fardu dan pengetahuan agama sebagai ilmu dan dalam praktiknya, 3) sampainya manusia kepada kesempurnaan, sebagaimana agama Islam merupakan penyempurna bagi agama-agama lain, sebagai mana firman Allah, “Pada hari telah aku sempurnakan agama Islam itu bagimu, dan Aku sempurnakan nikmatku atasmu, dan Aku rida Islam itu sebagai agama bagimu.” Di antara kesempurnaan manusia itu adalah akhlak yang mulia, 4) memberikan pertolongan kepada manusia agar selamat dunia dan akhirat, 5) membina manusia mengabdi kepada Allah dan takut kepada-Nya, 6) memperkuat tali persaudaraan di antara sesama Islam. c. Abdul Ghaniy ‘Ubud Menurut Abdul al-Ghaniy ‘Ubud, (Abdul Ghani ‘Abud, 1980, 103-107.) tujuan pendidikan Islam terbagi dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah untuk mewujudkan manusia yang taat beribadah kepada Allah (Al-Zariyat: 56). Kewajiban manusia di atas bumi adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam hal ini tujuan pendidikan Islam membentuk manusia yang saleh dalam beribadah. Adapun tujuan khusus 120 Analisis Filosofis Tujuan Pendidikan Islam
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 adalah; 1) memahami secara benar tentang falsafah al-Qur’an atau falsafah Islam, 2) menjadikan makhluk yang mampu memelihara lingkungan masyarakat dan ekonomi, 3) mempergunakan waktu secara tepat, karena ia hidup dalam lingkarannya, 4) memelihara tingkat-tingkat pertumbuhan manusia, sesuai dengan tuntutan dan kemampuannya, 5) memelihara perkembangan lapangan pendidikan, yakni membuka ijtihad berpikir. d. Muhammad Athiyat al-Abrasyi Muhammad Athiyat al-Abrasiy (Muhammad ‘Athiyyat al-Abrasiy, 1969: 22-25), menyusun tujuan pendidikan Islam sebagai berikut: 1) pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak merupakan ruh pendidikan Islam, dan sampainya manusia kepada akhlak yang sempurna merupakan tujuan hakiki dari pendidikan, 2) membantu peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat, 3) membimbing peserta didik agar selalu mengerjakan yang bermanfaat, 4) mengajarkan hakikat ilmu pengetahuan kepada peserta didik baik ilmu yang mengandung makna adab, 5) mengajarkan keterampilan, kesenian, teknologi, sebagai usaha untuk memperoleh rezeki Allah. e. Hasan Abdul ‘Aliy Menurut Hasan ‘Abdul ‘Aliy (Hasan ‘Abd al-Aliy, 1997: 88-89), tujuan pendidikan Islam ada lima; 1) tujuan keagamaan, yakni mengajarkan manusia untuk beradab dengan adab syari’at Islam, dan mengajarkan tentang ilmu serta praktiknya, 2) tujuan kemasyarakatan, menyangkut hubungan sesama manusia, 3) tujuan pengembangan akal, 4) tujuan memperoleh materi untuk mempertahankan hidup, 5) tujuan untuk pengembangan politik atau kelompok.
Mulyadi 121
DAFTAR KEPUSTAKAAN Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan berdasarkan Al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Al-Abrasiy, Muhammad Athiyyat, al-Tarbiyyat al-Islamiyyat wa Falasifatuha, Mesir: Isa al-Babi al-Halabi, 1969. Abud Abdul Ghani, Falsafat al-Tarbiyat al-Islamiyat fi al-Qur’an al-Karim, AlQahirat al-Jami’at Aiyn Syams, 1980. Ahmad, Muhammad Abdul Qadir, thurq Ta’lim al-tarbiyat al-Islamiyat, AlMisriyat, Al-Qahirat: Maktabat al-Nahdat al-Mishriyat, 1980 M/ 1400 H. Al-Aliy, Hasan ‘Abd, al-Tarbiyat al-Islamiyat fi al-Qarn al-rabi, Misriyat: Dar al-Fikr al-‘Arabiyat, 1997. Arifin, H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1993. Aziz, Saleh Abdul dan Abdul Aziz Majid, Al-Tarbiyyat wa al-Thawauq al-Tadris, Mesir: Dar al-Ma’arif, 1980. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, ed. Fauzan Asy., Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Himpunan Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan Nasional; UndangUndang RI No. 20 tahun 2003 beserta penjelasannya dilengkapi dengan undang-undang RI No. 2 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Nuansa Aulia, 2005. Kartono, Kartini, Pengantar Ilmu Metodik Teoritis, Bandung: Mundur Maju, 1992. Langeveld, Paedagogiek Teoritis Sistematis, FIP-IKIP Jakarta, 1971. Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan
122 Analisis Filosofis Tujuan Pendidikan Islam
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 Langeveld, Paedagogiek Teoritis/ Sistematis, FIP-IKIP Jakarta, 1971. Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: AlMa’arif, 1989. Nizar, Samsul, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001. Nur, Agustiar Syah, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Bandung: Tim Lubuk Agung, 2002. Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. ________, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004. Tyler, Ralph W., Basic Principles of Curriculum and Instructions, Chichago and London: The University of Chichago Press, 1949.
Mulyadi 123