TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM Disusun Oleh Kelompok 1: Habib Zulfahmi (201510010311081); Suci Nova (201510010311082); Santi Rosana Dewi (201510010311084); Zeki Yusuf (201510010311085)
A. PEMBAHASAN Menurut umar muhammad at-taumi ash-shaibani konsep tujuan pendidikan adalah perubahan yang diinginkan melalui proses pendidikan, baik dalam tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi, kehidupan masyarakat, dan alam sekitar maupun pada proses pendidikan serta pengajaran itu sendiri (Umar, B, 2012:28). Proses itu sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai proporsi dari profesi asasi dalam masyarakat (AshShaibani, 1979:339). Sebelum melakukan proses pendidikan perlu dibuat rumusan-rumusan tujuan yang jelas dengan tujuan supaya pendidikan itu dapat terukur; adapun rumusan tersebut dapat digali melalui pendidikan Islam, yakni AlQur`an dan As-Sunnah. Pada dasarnya menurut Bukhari umar dalam bukunya Hadist Tarbawi: pendidikan dalam perspektif hadist tujuan pendidikan terbagi menjadi tiga hal pokok yakni bertakwa kepada Allah, beriman dan berilmu, dan berakhlak mulia; dalam hal ini penyusun akan mencoba menjelaskan bagaimana tiga pokok hal tersebut sebagaimana dibawah ini: a. Bertakwa kepada Allah Takwa merupakan sebagai tujuan dari pendidikan; karena manusia yang paling mulia adalah yang paling tinggi ketakwaannya (Umar, B,
1|Hadist Tarbawi -3b
2012:29). Sebagaimana hadist yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah yang berbunyi:
ّ ّ َعَنََاَبَيََهَ َريَ َرةََ َرض َيََللاََعَنَهََسَئَلََ َرسَ َولََللاََصلىَللاََعَلَيهَوسلمَمنَاكرام َ .النَاسَقالَاتقاهمَّلِل Abu Hurairah meriwayatkan Rosulullah Saw ditanya tentang, siapa manusia yang paling mulia. Beliau menjawab,”Orang yang paling bertakwa kepada Allah”. (HR. Bukhari). Berdasarkan hadist ini menunjukkan bahwa kedudukan takwa sangatlah tinggi, sikap takwa mengalahkan semua indikasi kemuliaan martabat yang lain, baik itu simbol-simbol kemoderenan dan kesejahteraan yang
dimiliki
seseorang
tidak
akan
pernah
dapat
mengalahkan
mengalahkan sikap takwa. Disamping dalam hadist dijelaskan bahwa kedudukan takwa sangatlah tinggi dalam Al-Qur`an pun juga dijelaskan kedudukan takwa sebagaimana yang tercantum dalam (QS Al-Hujurat, 49:13).
ّ َ َانَاكرمكمَعندَللاَاتقاكم
“Sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian”. Sehingga jelas sudah bahwa jabatan, ketenaran dan harta melimpah bukanlah jaminan untuk mendapatkan posisi atau kedudukan tertinggi disisi Allah, melainkan hanya dengan takwa manusia bisa mendapatkan derajat tertinggi disisi Allah. Oleh kerena itu, apabila proses pendidikan dimaksudkan untuk meningkatan martabat dan harkat hidup manusia, maka hal yang harus dilakukan adalah upaya meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Dengan demikian semua tingkah laku atau aktivitas kependidikan harus mengacu kepada pembentukan sikap dan perilaku yang bertakwa.
2|Hadist Tarbawi -3b
Jika muncul sebuah pertanyaan, seperti apakah orang yang bertakwa itu? Maka Al-Qur`an menjawab, tedapat tiga kriteria orang bertakwa yakni memiliki akidah yang kuat, mengerjakan ibadah dengan baik, dan memiliki akhlak yang mulia. Yang semua itu terdapat dalam ayat berikut ini: 1. Al-Baqarah (2:3-4)
َ َالذينَيؤمنونَبالغيبَويقيمونَالصالةَومماَرزقناهمَينفقون “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka”.
َوالذينَيؤمنونَبماَأنزلَإليكَوماَأنزلَمنَقبلكَوباآلخرةَهمَيوقنون “dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”. 2. Al-Baqarah (2:177)
ُّ ّ َليسَالبرَأنَتولواَوجوهكمَقبلَاْلشرقَواْلغربَولـكنَالبرَمنَآمنَباّلِلَوالي َوم َاآلخ َرَواْلآلئكةَوالكتابَوالنب ّيينَوآتىَاْلالَعلىَح ّبهَذويَالقربىَواليتامى ّ واْلساكينَوابنَالسبيلَوالسآئلينَوف َيَالرقابَوأقامَالصالةَوآتىَالزكاة َواْلوفونَبعهدهمَإذاَعاهدواََوالصابرينَفيَالبأساءَوالضراءَوحينَالبأس َأولـئكَالذينَصدقواَوأولـئكَهمَاْلتقون “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
3|Hadist Tarbawi -3b
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orangorang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. 3. Ali- Imran (3:133-135)
َوسارعواَإلىَمغفر ٍة َّمنَرّبكمَوجن ٍةَعرضهاَالسماواتَواألرضَأعدتَللمتقين “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orangorang yang bertakwa,”
ّ َالذينَينفقونَفيَالسراءَوالضراءَوالكاظَمينَالغيظَوالعافينَعنَالناسَواّلِل َيح ُّبَاْلحسنين “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
ً ّ َوالذينَإذاَفعلواَفاحشةَأوَظلمواَأنفسهمَذكرواَاّلِلَفاستغفرواَلذنوبهمَومن ُّ ّ َيغفرَالذنوبَإالَاّلِلَولمَيص ُّرواَعلىَماَفعلواَوهمَيعلمون "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri [229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
4|Hadist Tarbawi -3b
mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” Dalam ayat diatas yang dimaksud dengan tiga aspek ketakwaan sudah sangat jelas bahwa aspek akidah memiliki kriteria beriman kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, hari kemudian, dan sesuatu yang ghaib. Aspek ibadah mencakup kriteria mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan selalu memohon ampun kepada Allah ketika terlanjur berbuat dosa. Sedangkan aspek akhlak memiliki kriteria suka memberikan harta yang dicintainya baik pada waktu sempit pada waktu lapang kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir, dll (Umar, B, 2012:31). Demikianlah sikap dan perilaku yang terkandung di dalam istilah takwa; tujuan pendidikan adalah membentuk insan yang bertakwa dengan menerapkan sikap dan perilaku sebagaimana yang dijelaskan diatas. b. Beriman dan Berilmu Adapun hal yang berkaitan dengan ini adalah:
ً ََال َ يَاألسَ َالَمََقَ َو َال َ َعَنََسَفَيَانََبَنََعَبَدََللاََالثَقَفَيَقَالََقَلَتََيَا َرسَ َولََللاََقَلََلَيَف ً
َ َاسألَعنهَأحداَبعدَكَقالَقلَاَمنتَباللاَفاستقم Sufyan bin Abdullah Ats- Tsaqafi meriwayatkan bahwa ia berkatakepada Rosulullah, “ ya Rosulullah, katakanlah kepada saya sesuatu tentang islam yang tidak akan saya tanyakan lagi sesudah engkau”. Nabi berkata, “ Katakanlah, saya beriman kepada Allah, lalu tetapkanlah pendirianmu”. (HR. Muslim dan Ahmad). Dalam hadis ini mengandung makna bahwasannya iman kepada Allah dan istiqomah dengan pengakuan keimanan itu merupakan suatau hal yang sudah cukup dan memadai bagi seorang muslim (Umar, B. 2012:32). Sehingga, dengan demikian seorang pendidik harus berusaha agar peserta
5|Hadist Tarbawi -3b
didik memiliki iman yang kuat dan teguh pendirian dalam melaksanakan tuntutan iman tersebut. Dengan cara semua kegiatan atau aktivitas kependidikan diarahkan menuju terbentuknya pribadi-pribadi yang beriman. Orang yang kuat keimanannya kepada Allah dan Rosul-Nya. Maka sesungguhnya orang tersebut kemuliaannya setara dengan posisinya dengan Nabi di Surga; sebagaimana hadist yang menjelaskan tentang ketinggian derajat orang-orang yang beriman.
َىَ َرض َيََللاََعَنَهََعَنََالنَبَ َّيَللاََصَلَىَللاََعَلَيَهََ َوسلم َّ عنَأَبَيَسَعَيَ ٍَدَالخَدَ َر ََالد َّري َُّ ََقالَانَأهلَالجنةَيتراَءيونَأَهَلََالَغَ َرفََمَنََفَ َوقَهَمََكَمَاَيَتَ َراءَيَونََالَكَ َوكَب ََتَلك,َقالوَيارسولَللا.َلتَفَاَضَلََمَاَبَينهم,يَاألفَقََمنَاْلشرقَأوَاْلغرب َ َالَغَابَرََف َََرجالََامَنَواَبَاللا,ىَوالَذَيَنفس يَبيده َ َاألنَبَيَاءََ َالَيَبَلَغَهَاَغَيَ َرهَمََقَالََبَل َ ََمنا َزل َ .ََوصَدَقَواَاْلَ َرسَلَيَن Abu Sa`id Al-Khudhri r.a meriwayatkan Nabi Saw bersabda, “sesungguhnya penduduk surga melihat penghuni tempat yang tinggi diatas mereka seperti mereka melihat bintang yang berada di penjuru timur dan barat karena keutamaan mereka. “ sahabat bertanya, “ ya Rosulullah, apakah itu tempat para nabi yang tidak bisa dicapai oleh orang lain?” beliau menjawab, “ Dzat yang menggenggam diriku. Mereka itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rosul (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad). Selain dijelaskan dalam hadist diatas Allah juga menyebutkan kriteria orang yang beriman dalam beberapa surah yakni diantaranya: Surah Al-Anfal (8:2-3)
6|Hadist Tarbawi -3b
ّ َإنماَاْلؤمنونَالذينَإذاَذكرَاّلِلَوجلتَقلوبهمََوإذاَتليتَعليهمَآياتهَزادتهم ً َإيماناَوعلىَرّبهمَيتوكلون “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayatayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. An-Nur (24:62)
َإنماَاْلؤمنونَالذينَآمنواَباّلِلَورسولهَوإذاَكانواَمعهَعلىَأمَ ٍرَجام ٍعَلمَيذهب َوا َحتىَيستأذنوهَإنَالذينَيستأذنونكَأولئكَالذينَيؤمنونَباّلِلَورسولهَفإذا ّ َاستأذنوكَلبعضَشأنهمَفأذنَْلنَشئتَمنهمَواستغفرَلهمَاّلِلَإنَاّلِلََغَفور َرحيم “Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mu'min ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Al-Mu`minum (23:2-9)
7|Hadist Tarbawi -3b
َ ْ ََ ُ ين َ َّالذ ْ اش ُعو َن خ م ه ت َل ص ي ف م ه ِ ِ ِ ِِ (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
َّ َ ْ ُ َ َّ َ ُ الل ْغو ُم ْعر ضو َن ِ ِ وال ِذين هم ع ِن dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
ُ َ َ َّ ْ ُ َ َّ َ اعلو َن ِ وال ِذين هم ِللزك ِاة ف dan orang-orang yang menunaikan zakat,
ُ َ َو َّالذ ُ ين ُه ْم ِل ُف وج ِه ْم َحا ِفظو َن ر ِ ِ dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
ُ َ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ إ ََّّل َع َلى َأ ْز و وم َين ل م ر ي غ م ه ن إ ف م ه ان م ي أ ت ك ل م ا م أو م ه اج ِ ِ ِ ِِ kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
َ َُ ْ َ َ ف َم ِن ْاب َتغى َو َراء َذ ِل َك فأ ْول ِئ َك ُه ُم ال َع ُادو َن Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
َ َو َّالذ ُ ين ُه ْم َِل َم َاناته ْم َو َع ْهده ْم َر اعو َن ِ ِِ ِ ِ ِ Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
8|Hadist Tarbawi -3b
ُ َ َ َ َ ْ ُ َ َّ َ صل َو ِات ِه ْم ُي َحا ِفظو َن وال ِذين هم على dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Al-Hujurat (49:15)
َ َ َ َ ُ َّ ُ َ َ َّ َ ُ ْ ُ ْ َّ اَّلل َو َر ُس ِول ِه ث َّم ل ْم َي ْرت ُابوا َو َج َاه ُدوا ِبأ ْم َو ِال ِه ْم َوأ ُنف ِس ِه ْم ِ ِإن َما اْلؤ ِمنون ال ِذين آمنوا ِب َّ َ َّ اَّلل ُأ ْو َل ِئ َك ُه ُم الصا ِد ُقو َن ِ ِفي س ِب ِيل Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dalam ayat diatas sudah jelas bagaimana dan seperti apa orang-orang beriman tersebut. Jika orang yang beriman diyakini sebagai orang yang di muliakan dan di istimewakan oleh Allah di dunia dan akhirat, maka sudah seharusnya segala proses pendidikan Islam di arahkan untuk mencapai derajat sebagaimana yang telah dijelaskan. Hal itu dimungkinkan apabila setiap pendidik berupaya untuk melakukan berbagai aktivitas kependidikan yang berpotensi membawa peserta didik kepada kualitas iman yang baik. Lebih tegasnya, pendidik perlu memasukkan kualifikasi mukmin dalam rumusan tujuan pendidik yang dilakukan. c. Berakhlak Mulia Berkenaan dengan hal ini bahwa berakhlak mulia merupakan salah satu tujuan pendidikan khususnya pendidikan Islam. Maka ada beberapa hadist yang menjelaskan tentang hal ini yaitu:
َ ُ َّ َ َّ ُ َع ْن َابي ُه َرْي َر َة َرض َي ُ ْ ُ َ ال َق َ هللا َع ْن ُه َق هللا َعل ْي ِه َو َسل َم ِا َّن َما هللا صلى ِ ال َرسول ِ ِ َْ َ َ َُ ْ .ُب ِعث ُت ِِلت ِم َم َمكا ِر َم اِل خَل ِق 9|Hadist Tarbawi -3b
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rosulullah saw bersabda: “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”. (HR. Al-Baihaqi).
َ َ َّ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َُْ ْ َ ْ َ ُ ْ ُ َ ال َق َ هللا َق هللا َب َعث ِني هللا صلى هللا علي ِه و سلم ِان ِ ال َرسول ِ عن ج ِاب ٍر ب ِن عبد ََ َْ َْ َ َ َ َْْ َ َ .اس ِن اِلف َع ِال ِ ِبت َم ِام مكا ِر ِم اِل خَل ِق وك َم ِال مح Jabir bin Abdullah berkata bahwa Rosulullah saw baersabda: “sesungguhnya Allah mengutusku dengan tugas membina kesempurnaan akhlak dan kebaikan pekerjaan”. (HR. Ath-Thabrani).
َ ً َ َّ َ ُ َ ال َل ْم َي ُك ْن َر ُس ْو ُل هللا َْ ْ َ َ هللا ْبن َع ْمرى َق هللا َعل ْي ِه َو َسل َم ف ِاحشا َوَّل صلى ِ ِ ِ ِ عن عب ِد َ ُ ً َْ َ ُ َ ُم َت َفح ًشا َو أ َّن ُه َك ان َي ُق ْو ُل ِأ َّن ِخ َيا َرك ْم أ َحا ِس ُنك ْم أخَلقا ِ ِ Abdullah Bin Amru ra berkata, nabi saw bukan seorang yang keji dan tidak bersikap keji. “beliau bersabda, “sesungguhnya yang terbaik diantara kamu adalah yang paling baik akhlaknya”. (HR. Bukhari). Dalam tiga hadist tersebut dapat diketahui bahwa Rosulullah Saw misi utama dari Rosulullah yakni memperbaiki akhlak manusia, bahkan dengan tegas Rosulullah menggatakan bahwa kualitas keimanan seseorang dapat dilihat dari kualitas akhlaknya, semakin baik keimanannya maka semakin baik pula akhlaknya. Kemudian timbul pertanyaan bagaimana Rosulullah menjalankan misi tersebut? Maka bisa dijawab bahwa Rosulullah dalam melaksanakan misi tersebut dengan cara menghiasi dirinya dengan berbagai akhlak yang mulia dan menganjurkan agar umatnya senantiasa menerapkan akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Umar, B. 2012:34). Selain itu sudah dijelaskan juga dalam Al-Qur`an bahwa dalam diri Rosulullah terdapat suri tauladan yang baik sebagaimana tercantum dalam surat Al-Ahzab: 21
10 | H a d i s t T a r b a w i - 3 b
ْ ْ َ َّ ُ ْ َ َ َ َ ٌ َ َ َ ٌ َ ْ ُ َّ ََ َ َل َق ْد َك ُ ان َل ُك ْم في َر ل اَّلل َوال َي ْو َم اْل ِخ َر َوذك َر اَّلل أسوة حسنة ِْلن كان يرجو و س ِ ِ ِ َ َ َّ اَّلل ك ِث ًيرا Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab. 33:21). Al-Abrasyi mengemukakan bahwa beliau adalah orang yang paling baik tingkah lakunya, pemuda yang paling bersih, manusia yang paling zuhud dalam hidupnya, hakim yang paling adil dalam memutuskan perkara, pahlawan yang paling berani dalam membela kebenaran, serta teladan yang terbaik bagi orang-orang shaleh dan para pendidik (Al-Abrasyi, M. A. 1966:169). Para ahli pendidikan Islam telah merumuskan tujuan pendidikan yang merangkum maksud dari penjelasan diatas. Rumusan tersebut sebagai berikut: 1. Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan kaffah agar mampu menjalankan tugastugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris nabi (Mujib dan Mudzakir, 1991:85-86). 2. Rumusan tujuan hasil keputusan seminar pendidik Islam se-Indonesia tanggal 7 s/d 11 mei 1960 di Cipayung, Bogor; tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa, akhlak, serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam (Arifin, M. 1991:41). 3. Rumusan tujuan pendidikan Islam yang dihasilkan dari Seminar Pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islamabad yang intinya sebagai berikut:
11 | H a d i s t T a r b a w i - 3 b
Bahwa pendidikan seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual, kecerdasan, Rasio, Perasaan, dan Pancaindra. Sehingga dengan demikian seharusnya pendidikan melayani pertumbuhan manusia dalam segala aspek yang meliputi aspek spiritual, intelektual, fisik dll; baik secara individu maupun kolektif, sekaligus memotivasi semua aspek yang ada menuju kebaikan dan kesempurnaan (Umar, B. 2012:37). Adapun tujuan akhir dari pendidikan bertumpu pada terealisasinya ketundukan kapada Allah baik dalam tingkat individu, komunitas, maupun manusia secara luas. Dari penjelasan diatas maka sejalan dengan Tujuan pendidikan dalam pandangan Al-Ghazali, menurut Abidin Ibnu Rusn ada dua tujuan, yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan pendidikan jangka panjang adalah pendekatan diri kepada Allah. Pendidikan dalam prosesnya harus mengerahkan manusia menuju pengenalan dan kemudian pendekatan diri kepada tuhan pencipta alam. Tujuan jangka pendek adalah diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Lebih jauh lagi menarik kiranya bila kita kutip rumusan dari tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali seperti yang ditulis Abidin adalah sebagai berikut: 1. Mendekatkan diri kepada Allah yang wujudnya adalah kemampuan dan dengan kesadaran diri melaksanakan ibadah wajid dan sunnah. 2. Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia. 3. Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya. 4. Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela. 5. Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama, sehingga menjadi manusia yang manusiawi. Hampir senada dengan itu, Ibnu Khaldun, Seperti yang tulis Abidin Nata, melihat bahwa dalam proses pendidikan (belajar) atau menuntut ilmu pengetahuan, manusia disamping itu harus bersungguh-sungguh juga
12 | H a d i s t T a r b a w i - 3 b
harus memiliki bakat. Dan berhasilnya suatu keahlian dalam satu bidang ilmu atau disiplin memerlukan pengajaran. Secara konsepsional sepertinya ada pandangan yang seragam antara alGhazali dengan Ibnu Khaldun, keragaman ini pada kata pendidikan yang menjadi alat bagi tercapainya suatu tujuan, yaitu mendekatkan diri kepada Allah sebagai tujuan jangka panjang dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia sebagai tujuan jangka pendeknya. B. KESIMPULAN Bertolak dari penjelasan diatas maka penyusun dapat menyimpulkan bahwa secara garis besar tujuan pendidikan khususnya pendidikan Islam terbagi menjadi tiga kelompok yakni: Bertakwa kapada Allah, Beriman dan Berilmu, dan Berakhlak Mulia. Dengan mengkuti Rosulullah Saw sebagaimana dijelaskan dalam AlQur`an surat Al-Ahzab ayat 21 “...sesungguhnya dalam diri Rosulullah terdapat suri teladan yang baik” maka, sudah seharusnya pendidikan; baik itu dalam aktifitas ataupun kegitan agar supaya berusaha untuk diarahkan kedalam tiga tujuan pokok dalam pendidikan sebagaimana yang disebutkan diatas. Disamping hal itu pendidikan juga diharapkan mampu membantu manusia dalam menjalani kehidupannya baik itu keluarga maupun masyarakat. Oleh karena itu dengan berusaha mencapai tujuan dalam pendidikan maka manusia akan meraih dua kesuksesan di dunia dan diakhirat. C. DAFTAR PUSTAKA Ash-Shaibani, U.M.A. (Terjemahan Langgulung). Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
1979.
Falsafah
Al-Abrasyi, M.A. 1966. `Azhamah Ar-Rosul SallaAllahu `alaihi wa sallam. Kairo: Dar Al-Qalam. Arifin, M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tujuan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.
13 | H a d i s t T a r b a w i - 3 b
Arifin, M. 1991. Kapita Selekta pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Mujib, A, dan Mudzakir, Y. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Umar, Bukhari. 2012. Hadist Tarbawi Pendidikan Dalam Perspektif Hadist. Jakarta: Amzah.
14 | H a d i s t T a r b a w i - 3 b