TESIS
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG
MADE RESPAWAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG
MADE RESPAWAN NIM 1191561027
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana
MADE RESPAWAN NIM 1191561027
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 3 AGUSTUS 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
I Ketut Sudarsana, ST, PhD NIP. 19691016 199601 1 001
Ir. Mayun Nadiasa, MT NIP. 19570801 198702 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, PhD NIP. 19690805 199503 1 001
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 19590215 198510 2 001
iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Pada Tanggal 3 Agustus 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : 2337/UN.14.4/HK/2015, Tanggal : 3 Agustus 2015 Ketua : I Ketut Sudarsana, ST, PhD Anggota : 1. Ir. Mayun Nadiasa, MT. 2. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA 3. Ir. I.B. Rai Adnyana, MT. 4. Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT.
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA NIM PROGRAM STUDI JUDUL TESIS
: : : :
MADE RESPAWAN 1191561027 MAGISTER TEKNIK SIPIL ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas dari plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 3 Agustus 2015 Yang menyatakan,
Materai Rp.6.000,
Made Respawan
v
UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa , karena hanya atas asung wara nugrahaNya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada I Ketut Sudarsana, ST, PhD sebagai Dosen Pembimbing I dan Ir. Mayun Nadiasa, MT, sebagai Dosen Pembimbing II yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian Tesis ini. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, PhD selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada para penguji Tesis Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA, Ir. I.B. Rai Adnyana, MT dan Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT yang telah memberikan saran, masukan, sanggahan dan koreksi sehingga Tesis ini dapat terwujud seperti ini. Ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Pendidikan Ganesha atas ijin dan kebijakan kepada penulis selama menempuh pendidikan Magister di Universitas Udayana. Terima kasih kepada kedua orang tua terkasih, Istriku tercinta Novi, putraputriku tersayang Fajar dan Indah dan seluruh keluarga besar atas segala restu, doa,
cinta,
dukungan
dan
pengorbanannya
menyelesaikan Tesis ini.
vi
sehingga
penulis
mampu
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kepada rekan-rekan Manajemen Konstruksi Angkatan 2011 dan seluruh staff sekretariat jurusan Program Magister, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, 3 Agustus 2015
Penulis
vii
ABSTRAK ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG Mulai tahun 2012 pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Buleleng dilakukan secara elektronik (e-procurement) dengan tata cara e-tendering. Dalam pelaksanaannya partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang cenderung menurun baik pada saat lelang konvensional maupun pada saat lelang elektronik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang elektronik jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng, dan faktor apa yang pengaruhnya paling dominan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 53 kontraktor di Kabupaten Buleleng, anggota asosiasi GAPENSI yang pernah mengikuti lelang elektronik. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling dengan purposive sampling dan pengumpulan datanya menggunakan kuesioner dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan analisis faktor. Hasil penelitian dengan analisis faktor membentuk 11 faktor baru yang berpengaruh terhadap partisipasi peserta lelang dengan komulatif variance 79,198%, yang terbentuk dari 42 variabel. Kesebelas faktor tersebut merupakan peringkat yang mempengaruhi partisipasi sesuai hasil pembahasan yang dinamai faktor I, faktor II, faktor III dan seterusnya sampai dengan faktor XI. Faktor I merupakan faktor yang pengaruhnya paling dominan dengan eigenvalues sebesar 20,738 dan variance 42,323% terbentuk oleh 11 variabel yaitu, lokasi proyek, besar nilai proyek/HPS, keamanan lingkungan proyek, mulai proyek mendekati akhir tahun, tanpa tatap muka meminimalkan peluang kolusi, korupsi dan nepotisme, jangka waktu pelaksanaan akses jalan menuju lokasi proyek, pelaksanaan saat musim hujan, syarat sertifikat ISO, syarat dukungan keuangan bank dan variabel penyelenggara lelang. Sedangkan analisis faktor yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang menghasilkan 10 faktor baru dengan komulatif variance 78,925%, yang terbentuk dari 43 variabel. Kesepuluh faktor tersebut merupakan peringkat yang mempengaruhi nilai penawaran sesuai hasil pembahasan yang dinamai faktor I, faktor II, faktor III dan seterusnya sampai dengan faktor X. Faktor yang pengaruhnya paling dominan adalah faktor I dengan eigenvalues sebesar 22,756 dan variance 47,409% terbentuk oleh sembilan variabel yaitu, fluktuasi harga material, tingkat pengembalian investasi, fluktuasi kurs mata uang asing (dolar), akses jalan menuju lokasi proyek, peluang memperoleh proyek lebih besar, resiko berinvestasi, tingkat inflasi, biaya lebih hemat tanpa biaya cetak dokumen dan biaya transportasi dan kemampuan dalam estimasi penawaran. Kata kunci: partisipasi, pilai penawaran, e-procurement, pekerjaan konstruksi
viii
ABSTRACT ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE PARTICIPATION AND VALUE OFFERS ELECTRONIC BIDDERS (E - PROCUREMENT) CONSTRUCTION SERVICES IN BULELENG REGENCY Starting in 2012 the procurement of government goods / services in Buleleng done electronically (e-procurement) to the procedure e-tendering. In the implementation of participation and the bid price tends to decrease the auction participants both during the auction at the current conventional and electronic auctions. This study aims to determine the factors that influence participation and value of the electronic auction participants offer construction services in Buleleng, and what factors influence most dominant. The sample used in this study as many as 53 contractors in Buleleng, GAPENSI association members who attended the electronic auction. Sampling was done by using a non-probability sampling with purposive sampling and data collection using questionnaires and interviews. Data was analyzed using factor analysis. Results of research by factor analysis to form 11 new factors that influence the participation of bidders with cumulative variance 79.198%, which is made up of 42 variables. Eleventh these factors are affecting participation ranked according to the results discussion called factor I, factor II, factor III and so on up to a factor XI. The first factor is the most dominant factor that influence the eigenvalues of 20.738 and 42.323% variance is formed by 11 variables, namely, project location, great value for the project / HPS, environmental security projects, from projects nearing the end of the year, without face-to-face to minimize the chances of collusion, corruption and nepotism, period of implementation of the access road to the project site, implementation of the rainy season, the terms of ISO certificate, the terms of financial support of banks and variable auctioneer. While the analysis of the factors affecting the bid price auction participants generate 10 new factors with cumulative variance 78.925%, which is formed of 43 variables. Tenth these factors are affecting the bid ranked according to the results discussion called factor I, factor II, factor III and so on up to a factor X. The most dominant factor that influence is a factor I with eigenvalues at 22.756 and 47.409% variance is formed by nine variables, namely, fluctuations in material prices, the return on investment, fluctuations in foreign exchange rates (dollars), the access road to the project site, the opportunity to gain a larger project , the risk of investing, inflation, cost efficient document without printing costs and transportation costs and the ability to offer estimates. Keywords: participation, value offer, e-procurement, construction work.
ix
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM ............................................................................................... PRASYARAT GELAR ........................................................................................ LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. . PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ ABSTRAK ........................................................................................................... ABSTRACT ......................................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
i ii iii iv v vi viii ix x xiii xiv xv
BAB I 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
1 7 7 8 8
PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................... Rumusan Masalah .................................................................................. Tujuan Penelitian ................................................................................... Manfaat Penelitian .................................................................................. Batasan Masalah .....................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi .................................................................................. 2.1.1 Karakteristik Proyek Konstruksi ................................................ 2.1.2 Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constain).................. 2.1.3 Tahapan Proyek Konstruksi ....................................................... 2.2 Pengertian Lelang dan Peserta Lelang ................................................... 2.3 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ....................................................... 2.3.1 Pengadaan Barang/Jasa Secara Konvensional ............................ 2.3.2 Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (E–Procurement) .... 2.3.3 Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ............. 2.3.3.1 Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran .. 2.3.3.2 Pejabat Pembuat Komitmen ......................................... 2.3.3.3 Unit Layanan Pengadaan .............................................. 2.3.3.4 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan .................... 2.4 Tata cara E-Tendering ............................................................................ 2.4.1 Metode E-Tendering .................................................................. 2.4.2 Proses Pemilihan metode E-Tendering ...................................... 2.5 Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal ........................ 2.6 Harga Perkiraan Sendiri ......................................................................... 2.6.1 Komponen Harga Perkiraan Sendiri ........................................... 2.6.2 Kegunaan dan Waktu Penetapan HPS ........................................ x
9 9 10 10 12 13 14 14 15 16 17 18 20 20 21 21 24 26 27 28
2.7
Teknik Sampling .................................................................................... 2.7.1 Populasi dan Sampel ................................................................... 2.7.2 Menentukan Ukuran Sampel ...................................................... 2.7.3 Skala Pengukuran Variabel ........................................................ 2.7.3.1 Jenis Skala Pengukuran ................................................ 2.7.3.2 Tipe Skala Pengukuran ................................................. 2.8 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Pengumpulan Data ................... 2.8.1 Uji Validitas ................................................................................ 2.8.2 Uji Realibilitas ............................................................................ 2.9 Analisa Statistika .................................................................................... 2.9.1 Analisa Deskriptif ....................................................................... 2.9.2 Analisis Faktor ............................................................................ 2.9.3 Analisis Korelasi Product Momen .............................................. 2.10 Penelitian – Penelitian Sebelumnya ....................................................... BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian .................................................................................... 3.2 Data ........................................................................................................ 3.2.1 Jenis Data ................................................................................... 3.2.1.1 Data Primer .................................................................. 3.2.1.2 Data Sekunder .............................................................. 3.2.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 3.3 Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................... 3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................. 3.6 Pengolahan dan Analisa Data ................................................................ 3.7 Diagram Alur Penelitian ........................................................................ BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ...................................................... 4.1.1 Sampel Perusahaan Kontraktor .................................................. 4.1.2 Data Informasi Responden ......................................................... 4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................... 4.2.1 Uji validitas ................................................................................ 4.2.2 Uji Realibilitas ............................................................................ 4.3 Data Profil Responden ........................................................................... 4.3.1 Jabatan Responden Dalam Perusahaan ...................................... 4.3.2 Pendidikan Responden .............................................................. 4.3.3 Pengalaman Responden Dalam Lelang ...................................... 4.3.4 Kepemilikan SKA/SKT Responden .......................................... 4.4 Deskripsi Jawaban Responden mengenai Pengaruh Perubahan Sistem Lelang Terhadap Partisipasi dan Nilai Penawaran ..................... xi
28 28 31 32 32 33 35 36 38 40 40 41 46 47
49 49 49 49 50 50 52 56 57 58 60 61 61 61 62 62 66 67 68 68 69 69 70
4.5
Deskripsi Jawaban Responden mengenai Partisipasi Dan Persentase Nilai Penawaran Dalam Lelang Elektronik .................. 4.6 Analisis Faktor ....................................................................................... 4.6.1 Hasil Kelayakan Data Untuk Analisis Faktor ............................ 4.6.1.1 Uji KMO (Kaiser – Meyer – Olkin) ............................. 4.6.1.2 Uji Barlett ..................................................................... 4.6.1.3 Uji Korelasi Anti Image ............................................... 4.6.2 Analisis dan Pembahasan Faktor Tingkat Pengaruh Partisipasi . 4.6.2.1 Ekstraksi Faktor Pengaruh Partisipasi .......................... 4.6.2.2 Rotasi Kelompok Faktor dan Loading Faktor Pengaruh Partisipasi ..................................................................... 4.6.2.3 Faktor Utama, Penamaan Kelompok Faktor dan Deskripsi Faktor Pengaruh Partisipasi ......................... 4.6.3 Analisis dan Pembahasan Faktor Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ................................................................................... 4.6.3.1 Ekstraksi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ................ 4.6.3.2 Rotasi Kelompok Faktor dan Loading Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ........................................................... 4.6.3.3 Faktor Utama, Penamaan Kelompok Faktor dan Deskripsi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ............... BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ................................................................................................. 5.2 Saran ...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... LAMPIRAN LAMPIRAN .................................................................................
xii
73 76 77 77 78 78 83 83 84 88 94 94 96 99 104 107 109 111
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... Gambar 4.1 Jumlah dan Kualifikasi Responden ................................................. Gambar 4.2 Jabatan Responden ........................................................................... Gambar 4.3 Profil Pendidikan Responden ........................................................... Gambar 4.4 Pengalaman Responden Dalam Lelang Jasa Konstruksi .................. Gambar 4.5 Kepemilikan SKA/SKT Responden ................................................. Gambar 4.6 Pengaruh Perubahan Sistem Lelang Terhadap Partisipasi ............... Gambar 4.7 Pengaruh Perubahan Sistem Lelang Terhadap Nilai Penawaran ...... Gambar 4.8 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Partisipasi Peserta Lelang. Gambar 4.9 Flow Chart Analisis Faktor ...............................................................
xiii
60 67 68 69 69 70 72 73 75 76
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Data paket pekerjaan konstruksi dengan lelang konvensional dan Lelang elektronik di Kabupaten Buleleng ........................................... Tabel 2.1 Nilai - Nilai r Product Moment ............................................................ Tabel 3.1 Sumber Data Sekunder ........................................................................ Tabel 3.2 Variabel yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik .... Tabel 3.3 Variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik ............................................................................................. Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrument Penelitian Pengaruh Partisipasi .......... Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrument Penelitian Pengaruh Nilai Penawaran . Tabel 4.3 Hasil Uji Realibilitas Instrument Penelitian ....................................... Tabel 4.4 Nilai KMO dan Barlett Test ................................................................. Tabel 4.5 Nilai Uji MSA Tingkat Pengaruh Partisipasi ...................................... Tabel 4.6 Nilai Uji MSA Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ............................. Tabel 4.7 Hasil Ekstraksi Faktor Pengaruh Partisipasi ........................................ Tabel 4.8 Hasil Rotasi Faktor Pengaruh Partisipasi ............................................. Tabel 4.9 Hasil Loading Faktor Pengaruh Partisipasi .......................................... Tabel 4.10 Hasil Ekstraksi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran .............................. Tabel 4.11 Hasil Rotasi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ................................... Tabel 4.12 Hasil Loading Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ................................
xiv
5 37 50 53 55 62 64 67 77 78 81 83 85 87 94 96 98
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5.
Lampiran 6.1 Lampiran 6.2 Lampiran 7.1 Lampiran 7.2 Lampiran 8 Lampiran 9.1 Lampiran 9.2
Kuesioner Penelitian ..................................................................... Daftar Anggota GAPENSI Kabupaten Buleleng .......................... Faktor – faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk Mengikuti lelang ........................................................................... Faktor – faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk Mengikuti lelang dalam kondisi elektronik .................................. Data Paket Kegiatan Pekerjaan Jasa Konstruksi dengan e-procurement di Kabupaten Buleleng Tahun Anggaran 2012 dan Tahun Anggaran 2013 ............................................................ Tabulasi Data Kuesioner Tingkat Pengaruh Partisipasi ............... Tabulasi Data Kuesioner Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ...... Hasil Uji Instrumen Penelitian Tingkat Pengaruh Partisipasi ...... Hasil Uji Instrumen Penelitian Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ............................................................................ Partisipasi dan Persentase Nilai Penawaran dalam Lelang Elektronik ...................................................................................... Hasil Uji KMO – MSA Pengaruh Partisipasi ............................. Hasil Uji KMO – MSA Pengaruh Nilai Penawaran ...................
xv
111 118 124 125
126 139 145 151 153 155 157 165
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pengadaan
merupakan
suatu
kegiatan
yang
berkaitan
dengan
pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu. Pengadaan barang/jasa atau yang lebih dikenal dengan lelang (procurement) telah banyak dilakukan oleh semua pihak baik dari pemerintah maupun swasta. Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi (K/L/D/I) yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Pemerintah mengatur tentang pengadaan barang/jasa yang dituangkan ke dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 70 tahun 2012, yang merupakan perubahan kedua dari Perpres nomor 54 tahun 2010. Menurut Perpres nomor 70 tahun 2012, pengadaan barang/jasa pemerintah dapat digolongkan menjadi pengadaan barang, pengadaan jasa konsultansi, pekerjaan konstruksi dan pengadaan jasa lainnya. Perpres nomor 70 tahun 2012 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah mengamanatkan bahwa semua proses pengadaan barang/jasa pemerintah menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel, sehingga nanti dapat diperoleh penyedia barang/jasa yang mempunyai kualifikasi dan diharapkan mampu menyediakan barang/jasa sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan. Selama ini proses pengadaan barang/jasa dilakukan dengan cara konvensional dimana langsung mempertemukan pihak pihak yang terkait dalam
1
2
pengadaan seperti penyedia barang/jasa dan pengguna barang/jasa. Pengadaan yang dilakukan secara konvensional dinilai memiliki beberapa kelemahan yang banyak merugikan seperti mudahnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) berkembang, serta kurang transparan (Lubis, 2006). Pengadaan konvensional juga membutuhkan waktu yang lama, sehingga dipandang menyia-nyiakan waktu dan biaya, kurangnya informasi serta kompetisi yang kurang sehat yang berakibat terhadap kualitas pengadaan, sering terjadi eksklusi terhadap penyedia barang/jasa potensial dan pemberian hak khusus terhadap penyedia barang/jasa tertentu. Dalam usaha untuk mengatasi kelemahan - kelemahan dan kesulitan dalam proses pengadaan serta untuk lebih meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan, mendukung proses monitoring dan audit serta memenuhi akses informasi yang real time maka dilakukanlah pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik (e-procurement) yang dilakukan dengan cara e-tendering yaitu tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dapat diikuti oleh penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Proses pengadaan barang dan jasa dengan sistem elektronik memanfaatkan penggunaan internet sebagai sarana informasi dan komunikasi. Dengan sistem lelang elektronik ini, maka intensitas pertemuan antara panitia/kelompok kerja pengadaan dengan penyedia barang/jasa atau peserta lelang dapat diminimalisir. Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) nomor 17 Tahun 2011 tentang percepatan pemberantasan korupsi yang mewajibkan sekurang-kurangnya 40% belanja Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) yang dipergunakan untuk
3
pengadaan barang/jasa dengan nilai pengadaan di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) untuk pengadaan barang, pengadaan konstruksi dan jasa lainnya serta diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pengadaan jasa konsultansi mulai tahun 2012 wajib menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) melalui unit kerja khusus Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) sendiri atau yang terdekat. Untuk memenuhi Inpres nomor 17 Tahun 2011, pada bulan agustus tahun 2012 pemerintah Kabupaten Buleleng sudah membentuk LPSE sendiri untuk menyelenggarakan pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan pemerintah Kabupaten Buleleng secara elektronik. Data yang tercatat dan dikumpulkan pada instansi teknis di Kabupaten Buleleng saat lelang dilaksanakan secara konvensional, pada tahun anggaran 2011 terdapat 44 paket pekerjaan konstruksi yang dilelangkan dengan jumlah peserta yang memasukkan penawaran sebanyak 229 penyedia jasa konstruksi yang selanjutnya disebut kontraktor dari 389 pendaftar (60,32%). Rata-rata harga penawaran pemenang adalah 93,06% terhadap Harga Perkiraan Sendiri (HPS), dengan jumlah pemenang yang menawar di bawah 80% HPS terdapat empat paket pekerjaan (9,09%), dan tidak terdapat paket yang gagal lelang akibat rendahnya partisipasi yang disebabkan kurang dari tiga peserta. Pada tahun anggaran 2012 saat masih menggunakan lelang konvensional, sampai bulan Juli terdapat 62 paket pekerjaan konstruksi yang dilelangkan dengan jumlah peserta yang memasukkan penawaran sebanyak 416 kontraktor dari 762 pendaftar (58,67%). Rata-rata harga penawaran pemenang adalah 90,10% HPS, dengan jumlah pemenang yang menawar di bawah 80% HPS terdapat tujuh paket pekerjaan (11,29%). Dari jumlah
4
paket tersebut yang dilelangkan terdapat dua paket pekerjaan yang gagal lelang akibat rendahnya partisipasi yang disebabkan kurang dari tiga peserta. Untuk pekerjaan konstruksi yang dilelangkan secara elektronik, data yang tercatat pada LPSE Kabupaten Buleleng pada tahun anggaran 2012 dari bulan Agustus sampai bulan Desember terdapat 22 paket pekerjaan konstruksi yang dilelangkan secara elektronik dengan jumlah peserta yang memasukkan penawaran sebanyak 112 kontraktor dari 311 pendaftar (41,56%). Rata-rata harga penawaran pemenang adalah 88,92% HPS, dengan jumlah pemenang yang menawar di bawah 80% HPS terdapat enam paket pekerjaan (27,27%). Dari jumlah paket tersebut yang dilelangkan terdapat dua paket pekerjaan yang gagal lelang akibat rendahnya partisipasi yang disebabkan kurang dari tiga peserta. Pada tahun anggaran 2013 terdapat 59 paket pekerjaan konstruksi yang dilelangkan secara elektronik dengan jumlah peserta yang memasukkan penawaran sebanyak 269 kontraktor dari 949 pendaftar (28,35%), Rata-rata harga penawaran pemenang adalah 83,55% HPS, dengan jumlah pemenang yang menawar di bawah 80% HPS terdapat 23 paket pekerjaan (38,89%). Dari paket tersebut yang dilelangkan terdapat 10 paket pekerjaan yang gagal lelang akibat rendahnya partisipasi yang disebabkan kurang dari tiga peserta. Dari keseluruhan paket tersebut, baik yang berupa lelang konvensional maupun yang sudah menggunakan lelang elektronik jumlah kontraktor yang mendaftar, yang berpartisipasi menjadi peserta lelang dan memasukkan penawaran, nilai penawaran pemenang lelang serta pemenang dengan penawaran di bawah 80% HPS seperti pada Tabel 1.1.
5
Tabel 1.1 Data paket pekerjaan konstruksi dengan lelang konvensional dan lelang elektronik di Kabupaten Buleleng No 1 2 3 4 5 6 7
8
Uraian Jumlah paket kegiatan pekerjaan konstruksi Jumlah yang mendaftar lelang Jumlah peserta yang memasukkan penawaran Persentase peserta yang memasukkan penawaran terhadap pendaftar Persentase nilai penawaran pemenang rata-rata terhadap HPS Jumlah paket dengan pemenang di bawah 80 % HPS Persentase paket dengan pemenang di bawah 80 % HPS terhadap jumlah paket Rentang nilai penawaran pemenang di bawah 80% HPS
9
Jumlah paket gagal lelang
10
Persentase paket gagal lelang terhadap jumlah paket
Konvensional 2011
Elektronik Agst s/d Des 22
2013
44
Jan s/d Juli 62
389
762
311
949
229
416
112
269
60,32%
58,67%
41,56%
28,35%
93,02%
90,01%
88,92%
83,55 %
4
7
6
23
9,09%
11,29%
27,27%
38,98 %
72,61% s/d 77,95% 0
70,49% s/d 78,73% 2
68,67% s/d 79,99% 2
62,92% s/d 79,95% 10
0%
3,23%
9,09%
16,95%
59
(Sumber : Data diolah, 2014) Data lelang konvensional menunjukkan partisipasi kontraktor memasukkan penawaran mengalami sedikit penurunan yaitu 60,32% pada tahun 2011, menjadi 58,67% sampai bulan juli pada tahun 2012. Partisipasi kontraktor memasukkan penawaran terlihat
mengalami penurunan yang lebih besar saat
sudah
menggunakan lelang elektronik, data dari bulan agustus sampai desember pada tahun 2012 menunjukkan partisipasi sebesar 41,56% dan menjadi 28,35% pada tahun 2013. Nilai penawaran pemenang lelang terhadap HPS juga terlihat menurun, baik saat lelang konvensional maupun lelang elektronik. Saat lelang konvensional
6
pada tahun 2011 nilai penawaran rata-rata pemenang terhadap HPS sebesar 93,02% HPS menjadi 90,01% HPS sampai bulan juli pada tahun 2012. Saat lelang elektronik dari bulan agustus sampai desember pada tahun 2012 nilai penawaran rata-rata 88,92% HPS menjadi 83,55% HPS di tahun 2013. Kondisi ini berdampak terhadap keseluruhan proses lelang dan proses pelaksanaan seperti; resiko terjadinya gagal lelang dimana tahun 2011 tidak terdapat gagal lelang menjadi 10 paket yang gagal lelang pada tahun 2013 akibat jumlah peserta yang memasukkan penawaran kurang dari tiga, berkurangnya waktu pelaksanaan konstruksi akibat gagal lelang, berkurangnya pilihan dari pengguna barang/jasa terhadap calon pemenang lelang yang potensial untuk memperoleh penyedia jasa yang terbaik dan berkualitas, mengurangi kualitas konstruksi dimana pada tahun 2013 terdapat tiga kontraktor yang di masukkan daftar hitam (black list) karena meninggalkan pekerjaan sebelum selesai, banyak kontraktor yang mengalami kerugian akibat penawaran yang terlalu rendah dan tidak tertutup kemungkinan akan berujung pada kasus hukum jika penawaran di bawah 80% HPS (forum lintas rekanan pengadaan barang dan jasa konstruksi, 2013), karena dikhawatirkan kualitas konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Berdasarkan permasalahan rendahnya partisipasi dan nilai penawaran terhadap HPS pada lelang elektronik jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang elektronik jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.
7
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan pokok masalah
penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng. 2. Faktor apa yang dominan mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng. 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng 4. Faktor apa yang dominan mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng. 1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng
2.
Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.
3.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.
4.
Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.
8
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan evaluasi dan strategi bagi kontraktor yang akan mengikuti proses lelang secara elektronik paket pekerjaan jasa konstruksi. 2. Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi pemerintah dalam proses pengadaan secara elektronik. 3. Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5
Batasan Masalah Agar penelitian terarah dan tidak terlalu meluas, maka dalam penelitian ini
penulis memberikan batasan permasalahan : 1. Sampel penelitian dilakukan pada kontraktor yang tergabung pada asosiasi Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) di Kabupaten Buleleng, yang pernah mengikuti lelang elektronik. 2. Dalam penelitian ini tidak meninjau korelasi antara partisipasi dengan nilai penawaran peserta lelang.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi) dalam batasan waktu, biaya dan mutu tertentu. Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan berbagai keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran (goals) proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. PP, 2003). Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya suatu gagasan yang muncul dari adanya kebutuhan dan dilanjutkan dengan penelitian terhadap
kemungkinan
terwujudnya
gagasan
tersebut
(studi
kelayakan).
Selanjutnya dilakukan desain awal (preliminary design), desain rinci (detail design), pengadaan (procurement) sumber daya, pembangunan di lokasi yang telah disediakan (konstruksi) dan pemeliharaan bangunan yang telah didirikan (maintenance) sampai dengan penyerahan bangunan kepada pemilik proyek. 2.1.1 Karakteristik Proyek Konstruksi Dari pengertian diatas terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah : 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau akhir hasil kerja
9
10
2. Jumlah biaya, kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan diatas telah ditentukan. 3. Mempunyai awal kegiatan dan mempunyai akhir kegiatan yang telah ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu. 4. Rangkaian kegiatan hanya dilakukan sekali (non rutin), tidak berulang – ulang, sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik (tidak identik tapi sejenis). 5. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang kegiatan proyek berlangsung. 2.1.2 Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constraint) Telah disebutkan bahwa tiap proyek memiliki tujuan khusus, misalnya rumah tinggal, bangunan perkantoran, bangunan pendidikan, jalan raya, jembatan, instalasi pabrik dan lain - lain. Dapat pula berupa produk hasil kerja pengembangan dan penelitian. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut diatas disebut tiga kendala (Triple Constaint). Ketiga batasan tersebut bersifat tarik menarik, artinya jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal. 2.1.3 Tahapan Proyek Konstruksi Tahapan proyek konstruksi terdiri dari : 1. Tahap Perencanaan (Planning) a. Gagasan dan ide (needs) b. Studi kelayakan
11
Aspek yang ditinjau dalam studi kelayakan adalah teknis, ekonomi, lingkungan dan lain – lain. Pihak yang terlibat adalah pemilik dan dapat dibantu oleh konsultan studi kelayakan atau konsultan manajemen konstruksi. 2. Tahap Perekayasaan dan Perancangan (Engineering and Design). a. Tahap pra rancangan, mencakup kriteria desain, skematik desain, estimasi biaya konseptual b. Tahap pengembangan rancangan, merupakan pengembangan dari tahap pra rancangan, estimasi terperinci. c. Tahap desain akhir, dengan hasil gambar detail, spesifikasi, daftar volume, rencana anggaran biaya, syarat – syarat administrasi dan peraturan – peraturan umum. Pihak- pihak yang terlibat adalah konsultan perencana, konsultan manajemen konstruksi, konsultan rekayasa nilai dan atau konsultan quantity surveyor. 3. Tahap pengadaan/pelelangan (procurement) a. Pengadaan jasa konstruksi b. Pengadaan material dan peralatan Pihak yang terlibat adalah pemilik, kontraktor dan konsultan manajemen konstruksi. 4. Tahap pelaksanaan (construction) a. Merupakan pelaksanaan hasil perancangan dengan surat perintah kerja dan kontrak. b. Perlu manajemen proyek.
12
Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen konstruksi, kontraktor, sub kontraktor, suplier dan instansi terkait. 5. Tahap test operasional (commissioning) Pengujian dari fungsi masing – masing bagian bangunan. Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen konstruksi, pemilik, kontraktor, sub kontraktor, suplier. 6. Tahap pemanfaatan dan pemeliharaan (operasional and maintenance) a. Operasional setelah dilakukan pembayaran total sebesar 95% dari nilai kontrak. b. Pemeliharaan umumnya dilakukan selama enam bulan dengan jaminan pemeliharaan yang ditahan oleh pemilik. Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen konstruksi, pemilik dan pemakai. 2.2
Pengertian Lelang dan Peserta Lelang Lelang merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa
dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat azas sehingga terpilih penyedia terbaik. (Ervianto, 2005). Lelang merupakan salah satu cara bagi pengguna barang dan jasa untuk mencari penyedia barang dan jasa, sedangkan bagi penyedia jasa mengikuti lelang merupakan salah satu cara untuk menjaga agar perusahaan tetap memiliki pekerjaan sehingga adanya arus pemasukan kas, memperoleh laba dan keuntungan, mendapatkan pengalaman dan teknologi baru, menjaga kelangsungan kontak
13
dengan pemilik pekerjaan, subkontraktor, serta mempertahankan ikatan kerja dengan staf dan pekerja yang cakap (Soeharto, 1997). Peserta diartikan sebagai turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Selanjutnya penyedia jasa sebagai peserta didalam lelang diartikan sebagai peran penyedia jasa mulai dari proses pendaftaran untuk ikut lelang, proses pemasukan penawaran, hingga akhirnya penetapan pemenang lelang (proses awal sampai akhir lelang). Penyedia jasa yang hanya berperan serta sampai pada pendaftaran saja tidak dikategorikan sebagai peserta lelang. Menurut Standar Dokumen Pengadaan (SDP) barang/jasa pemerintah secara elektronik dengan e-tendering yang dimaksud sebagai peserta lelang adalah penyedia jasa yang menyampaikan dokumen penawaran yang dapat dibuka dan dapat dievaluasi yang sekurang kurangnya memuat harga penawaran, daftar kuantitas dan harga, jangka waktu penawaran dan spesifikasi barang/bahan yang ditawarkan. Kontraktor sebagai penyedia jasa tentunya memiliki pertimbangan untuk ikut atau tidaknya didalam kegiatan lelang. Pertimbangan tersebut didasarkan pada pengalaman, penilaian dan persepsi masing-masing orang yang berperan dalam proses lelang terhadap faktor-faktor yang dihadapi seperti misalnya kondisi ekonomi, karakteristik proyek yang dilelangkan, dokumen proyek, kondisi lelang, dan karakteristik kontraktor itu sendiri. 2.3
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa oleh K/L/D/I yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa, yang
14
menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) (Anonim, 2012). 2.3.1 Pengadaan Barang/Jasa Secara Konvensional Pengadaan barang/jasa secara konvensional atau manual adalah pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan tatap muka biasa (manual), yaitu dengan cara korespondensi secara manual tanpa menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang - undangan, yaitu : a.
Pengumuman melalui media massa (koran nasional), dan papan pengumuman K/L/D/I bersangkutan.
b.
Pendaftaran bagi peserta yang berminat mendaftar wajib secara fisik untuk melakukan proses pendaftaran.
c.
Dokumen lelang dalam bentuk hard copy dan peserta yang mengambil dokumen lelang wajib datang langsung.
d.
Penjelasan pekerjaan (aanwijzing) dilakukan melalui tatap muka pada waktu dan tempat yang sudah ditentukan.
e.
Pemasukan dokumen penawaran dibawa langsung ke tempat dan waktu yang sudah ditentukan dalam pelelangan dalam bentuk hard copy.
f.
Pembukaan dokumen penawaran dilakukan secara tatap muka pada tempat dan waktu yang sudah ditentukan pada pelelangan.
g.
Sanggahan lelang bisa dilakukan dengan datang langsung ke tempat pelelangan.
2.3.2 Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik Pengadaan barang/jasa secara elektronik adalah pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi
15
elektronik sesuai dengan ketentuan perundang- undangan, yang tata cara pemilihan penyedia barang/jasanya dilakukan dengan tata cara e-tendering yaitu tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan (Anonim, 2012). 2.3.3 Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Menurut Perpres nomor 70 tahun 2012, menerangkan bahwa ada beberapa pihak dan organisasi yang berperan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang pengadaannya melalui penyedia barang/jasa diantaranya : a. Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). c. Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan. d. Panitia/ Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa para pihak yang terkait diatas harus mematuhi etika- etika : a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa. b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang/jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa. c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat persaingan tidak sehat.
16
d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak. e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa. g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara. h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa. 2.3.3.1 Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Pengguna Anggaran (PA) merupakan pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran K/L/D/I atau pejabat yang disamakan pada instansi lain pengguna APBN/APBD. Sesuai dengan Perpres Nomor 70 tahun 2012, PA memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut : a. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan. b. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website K/L/D/I. c. Menetapkan PPK. d. Menetapkan Pejabat Pengadaan. e. Menetapkan Panitia/Pejabat penerima hasil pekerjaan.
17
f. Menetapkan pemenang pada pelelangan atau penyedia pada penunjukan langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dengan nilai di atas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah). g. Menetapkan pemenang pada seleksi atau penyedia pada penunjukan langsung untuk paket pengadaan jasa konsultasi dengan nilai di atas Rp. 10.000.000.000,00 ( sepuluh miliar rupiah). h. Mengawasi penggunaan anggaran. i.
Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.
j.
Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/Pejabat Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat.
k. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen pengadaan barang/jasa. Dengan pertimbangan besarnya beban pekerjaan atau rentang kendali organisasai maka, PA pada Pemerintah Daerah dapat mengusulkan satu atau beberapa KPA yang memiliki kewenangan sesuai pelimpahan oleh PA kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan. 2.3.3.2 Pejabat Pembuat Komitmen Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, yang mempunyai tugas pokok dan kewenangan : a. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/ jasa yang meliputi, spesifikasi teknis, harga perkiraan sendiri dan rancangan kontrak. b. Menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/ jasa.
18
c. Menandatangani kontrak. d. Malaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa. e. Mengendalikan pelaksanaan kontrak. f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada PA atau KPA. g. Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada PA atau KPA. dengan berita acara penyerahan. h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA atau KPA. i.
Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Selain tugas pokok dan kewenangan tersebut diatas, PPK juga dapat :
a. Mengusulkan kepada PA atau KPA untuk melakukan perubahan paket pekerjaan dan perubahan jadwal kegiatan b. Menetapkan tim pendukung. c. Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer) untuk membantu pelaksanaan tugas ULP. d. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia barang/jasa. 2.3.3.3 Unit Layanan Pengadaan Unit Layanan Pengadaan adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen,dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada, yang mempunyai tugas pokok dan kewenangan:
19
a. Menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa. b. Menetapkan dokumen pengadaan. c. Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran. d. Mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di website K/L/D/I masing - masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam portal pengadaan nasional. e. Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi. f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk. g. Menjawab sanggahan. h. Menetapkan penyedia barang/jasa untuk pelelangan atau penunjukan langsung paket pengadaan barang, pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dan menetapkan seleksi atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). i.
Menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa kepada PPK.
j.
Menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa.
k. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Menteri, Pimpinan Lembaga, Kepala Daerah atau Pimpinan Instansi.
20
l.
Memberikan pertangungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa kepada PA.
2.3.3.4 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Panitia/Pejabat penerima hasil pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA atau KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan, yang mempunyai tugas pokok dan kewenangan : a.
Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
b.
Menerima
hasil
pengadaan
barang/jasa
setelah
melalui
pemeriksaan/pengujian. c. 2.4
Membuat dan menandatangani berita acara serah terima hasil pekerjaan. Tata Cara E- Tendering Menurut Perpres Nomor 70 Tahun 2012, e-tendering adalah tata cara
pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada SPSE dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Sesuai dengan peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 18 Tahun 2012 tentang tata cara e-tendering, ruang lingkup tata cara e-tendering meliputi : a.
Pengadaan barang/jasa di lingkungan K/L/D/I yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD.
b.
Pengadaan barang/jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia, Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
21
Milik Daerah yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD. c.
Pengadaan barang/jasa yang dananya baik sebagian atau seluruhnya berasal dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri yang berpedoman pada ketentuan Perpres nomor 70 tahun 2012 tentang pengadaan barang/jasa Pemerintah.
2.4.1 Metode E-Tendering Metode e-tendering terdiri dari : a. E-lelang untuk untuk pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya b. E-seleksi untuk pemilihan penyedia jasa konsultansi. 2.4.2 Proses Pemilihan metode E-Tendering Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa dengan tata cara e-tendering ada beberapa pihak yang terlibat diantaranya; PPK, ULP, penyedia barang/jasa dan LPSE. Secara umum proses tata cara e-tendering dapat dibagi menjadi beberapa tahap aktivitas: a. Tahap persiapan pemilihan 1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pada tahap persiapan pemilihan, PPK menyerahkan yang berisikan paket, spesifikasi teknis, HPS dan rancangan umum kontrak kepada ULP. 2. Unit Layanan Pengadaan (ULP) a.
ULP
menerima,
menyimpan
dan
melaksanakan
berdasarkan surat yang disampaikan oleh PPK.
pemilihan
22
b.
ULP menyerahkan surat keputusan tentang kepanitiaan untuk paket pemilihan kepada LPSE untuk mendapatkan kode akses untuk masing – masing nama yang tertera dalam kepanitian.
c.
ULP membuat dokumen pengadaan dalam softcopy.
3. Penyedia barang/jasa a.
Penyedia barang/jasa yang belum mendapat kode akses aplikasi SPSE wajib melakukan pendaftaran pada aplikasi SPSE dan melaksanakan verifikasi pada LPSE untuk mendapatkan kode akses aplikasi SPSE.
b.
Untuk penyedia barang/jasa yang saling bergabung dalam suatu konsorsium atau bentuk kerjasama lain, maka semua anggota berhak untuk mendapatkan kode akses aplikasi SPSE.
4. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) a. LPSE menerima, menyimpan dan menerbitkan kode akses terhadap nama - nama yang tercantum dalam surat keputusan tentang penunjukan/pengangkatan PPK,
Kelompok Kerja Unit
ULP,
kepanitian untuk paket pemilihan. b. LPSE melakukan verifikasi jati diri pimpinan perusahaan terhadap penyedia barang/jasa yang telah melaksanakan pendaftaran melalui aplikasi SPSE namun belum tercatat sebagai pengguna SPSE. b. Pelaksanaan Pemilihan 1. Unit Layanan Pengadaan (ULP) a.
Pembuatan paket dan pendaftaran
23
Kelompok Kerja ULP membuat paket dengan informasi sistem pengadaan
yang
digunakan
beserta
jadwal
serta
dokumen
pengadaan. b.
Pemberian penjelasan Proses penjelasan pekerjaan dilakukan secara online, sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
c.
Pemasukan kualifikasi Data kualifikasi disampaikan oleh penyedia barang/jasa ke dalam form isian elektronik kualifikasi.
d.
Pemasukan penawaran. Dokumen penawaran diunggah (upload) berbentuk file yang sudah dienkripsi menggunakan Aplikasi Pengaman Dokumen (APENDO)
e.
Pembukaan penawaran dan evaluasi. Dokumen penawaran peserta lelang di unduh (download) dan dideskripsi dengan menggunakan APENDO.
f.
Sanggahan Peserta
pemilihan
yang
dapat
menyanggah
menyampaikan dokumen penawaran. 2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) a.
Surat penunjukan penyedia barang/jasa
b.
Penandatangan kontrak
c. Aturan Lain 1. Pengumuman pemilihan dan pengumuman pemenang
adalah
yang
24
2. Evaluasi ulang, penyampaian ulang dokumen penawaran atau pemilihan ulang 3. Surat jaminan penawaran 4. Perubahan jadwal 5. Pengenaan sanksi 6. Persiapan dan pelaksanaan audit. 2.5
Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal Pihak – pihak yang dapat menyatakan bahwa suatu pelelangan gagal yaitu
ULP, PA atau KPA, Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan Instansi lainnya dan Kepala Daerah. ULP menyatakan pelelangan gagal apabila : a.
Jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari tiga peserta.
b.
Jumlah peserta yang memasukkan dokumen penawaran kurang dari tiga.
c.
Sanggahan dari peserta terhadap hasil prakualifikasi ternyata benar.
d.
Tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran.
e.
Dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti atau indikasi terjadi persaingan tidak sehat.
f.
Harga penawaran terendah terkoreksi untuk kontrak harga satuan dan kontrak gabungan lumpsum dan harga satuan lebih tinggi dari HPS.
g.
Seluruh harga penawaran yang masuk untuk kontrak lumpsum diatas HPS.
h.
Sanggahan dari peserta atas pelaksanaan pelelangan yang tidak sesuai dengan ketentuan Perpres dan dokumen pengadaan ternyata benar.
25
i.
Sanggahan dari peserta atas kesalahan substansi dokumen pengadaan ternyata benar.
j.
Calon pemenang dan calon pemenang cadangan satu dan dua, setelah dilakukan evaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan/atau pembuktian kualifikasi.
PA atau KPA menyatakan pelelangan gagal apabila: a.
PA atau KPA sependapat dengan PPK yang tidak bersedia menandatangani surat penunjukan penyedia barang/jasa karena proses pelelangan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b.
Pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan ULP atau PPK ternyata benar
c.
Dugaan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan pelelangan dinyatakan benar oleh pihak berwenang.
d.
Sanggahan dari penyedia barang/jasa atas kesalahan prosedur yang tercantum dalam dokumen pengadaan penyedia barang/jasa ternyata benar.
e. Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai atau menyimpang dari dokumen pengadaan. f. Calon pemenang dan calon pemenang cadangan satu dan dua mengundurkan diri. Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan Instansi lainnya menyatakan pelelangan gagal, apabila: a. Sanggahan banding dari peserta atas terjadinya pelanggaran prosedur dalam pelaksanaan pelelangan yang melibatkan KPA, PPK dan ULP ternyata benar.
26
b. Pengaduan masyarakat atas terjadinya KKN yang melibatkan KPA ternyata benar. Kepala Daerah menyatakan pelelangan gagal apabila : a. Sanggahan banding dari peserta atas terjadinya pelanggaran prosedur dalam pelaksanaan pelelangan yang melibatkan PA, KPA dan ULP ternyata benar. b. Pengaduan masyarakat atas terjadinya KKN yang melibatkan KPA, ternyata benar. Pelelangan gagal dapat diartikan gagal terpilihnya penyedia barang/jasa dalam suatu proses pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah sehingga untuk memperoleh penyedia barang/jasa harus dilakukan proses pemilihan penyedia barang/jasa ulang. Apabila
pelelangan
dinyatakan
gagal
maka
selanjutnya
ULP
memberitahukan kepada seluruh peserta dan mencari tahu penyebab terjadinya pelelangan gagal, untuk bisa diambil tindakan selanjutnya. Tindakan selanjutnya bisa berupa evaluasi ulang, penyampaian ulang dokumen penawaran, pelelangan ulang atau penghentian proses lelang dan tindakan lainnya tergantung dari penyebab gagalnya pelelangan. 2.6
Harga Perkiraan Sendiri HPS diatur
dalam Perpres nomor 70 tahun 2012, tentang tata cara
pengadaan barang/jasa pemerintah, pasal 66, yang menguraikan tentang komponen HPS, kegunaan, waktu penyusunan dan dasar penyusunan HPS. HPS adalah harga barang/jasa yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Nilai total HPS terbuka dan tidak rahasia. Yang dimaksud dengan nilai total HPS adalah hasil perhitungan seluruh volume pekerjaan
27
dikalikan dengan harga satuan ditambah dengan seluruh beban pajak dan keuntungan. Berdasarkan HPS yang ditetapkan oleh PPK (kecuali HPS untuk kontes/sayembara), ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan nilai total HPS. Rincian harga satuan dalam perhitungan HPS bersifat rahasia. 2.6.1 Komponen Harga Perkiraan Sendiri HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar. Penyusunan HPS ini dikalkulasikan secara keahlian berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan meliputi : 1. Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi barang/jasa diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya pengadaan barang/jasa; 2. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS); 3. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan; 4. Daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor tunggal; 5. Biaya
kontrak
sebelumnya
atau
yang
sedang
berjalan
dengan
mempertimbangkan faktor perubahan biaya; 6. Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank Indonesia; 7. Hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan instansi lain maupun pihak lain;
28
8. Perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana (engineer’s estimate); 9.
Norma indeks; dan/atau
10. Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan. 2.6.2 Kegunaan dan Waktu Penetapan HPS Kegunaan HPS adalah : 1. Alat untuk menilai kewajaran penawaran termasuk rinciannya; 2. Dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah; 3. Dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang nilainya lebih rendah dari 80% (delapan puluh persen) nilai total HPS. 4. HPS bukan sebagai dasar untuk menentukan besaran kerugian negara. Waktu Penetapan HPS : a. Paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi; atau b. Paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran ditambah dengan waktu lamanya proses prakualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi. 2.7
Teknik Sampling
2.7.1
Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2013). Bila hasil penelitian akan digeneralisasikan (kesimpulan data sampel untuk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai sumber data harus representatif, hal ini dapat
29
dilakukan dengan cara mengambil sampel dari populasi secara random sampai jumlah tertentu (Riduwan, 2009). Dalam melaksanakan penelitian, walaupun tersedia populasi yang terbatas dan homogen, ada kalanya peneliti tidak melakukan pengumpulan data secara populasi, tetapi mengambil sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi (representatif). Hal ini berdasarkan pertimbangan yang logis, seperti kepraktisan, keterbatasan biaya, waktu, tenaga dan adanya percobaan yang bersifat merusak (destruktif). Dengan meneliti secara sampel diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan dan gambaran yang sesuai dengan karakteristik populasi. Jadi, hasil kesimpulan dari penelitian sampel dapat digeneralisasikan terhadap populasi (Riduwan, 2009). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulanya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2013). Pengambilan data dalam penelitian dapat dilakukan dengan sampling. Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel atau suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Ada dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian yang umum dilakukan (Riduwan, 2009) yaitu : 1) Probability Sampling Probability Sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Yang tergolong teknik probability sampling yaitu :
30
a. Simple Random Sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (sejenis). b. Proportionate Stratified Random Sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis). c. Disproportionate Stratified Random Sampling ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetap sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis). d. Area Sampling/Cluster Sampling (sampling daerah/wilayah) ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada. 2) Non Probability Sampling Non Probability Sampling adalah teknik sampling yang tidak memberi kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel. Antara lain : a. Systematic Sampling ialah pengambilan sampel berdasarkan atas urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. b. Quota Sampling ialah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan c. Accidental
Sampling
ialah
penentuan
sampel
berdasarkan
faktor
spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan
31
peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden). d. Purposive Sampling ialah teknik sampling yang digunakan jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. e. Saturated Sampling ialah pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel f. Snowball Sampling ialah penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Menurut Riduwan (2009) sampling pertimbangan ialah bentuk sampling non random di mana penentuan sampelnya dilakukan atau ditentukan oleh peneliti sendiri atau berdasarkan pertimbangan atau kebijaksanaan yang dianggap ahli dalam hal yang diteliti. 2.7.2 Menentukan Ukuran Sampel Surakhmad (1994) dalam Riduwan (2009) berpendapat apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang – kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang – kurangnya 15% dari ukuran populasi. Penentuan jumlah sampel dapat dirumuskan sebagai berikut : S = 15% +
(50% − 15%)
Dimana : S = Jumlah sampel yang diambil n = Jumlah anggota populasi
..................................................(2.1)
32
2.7.3 Skala Pengukuran Variabel Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. 2.7.3.1 Jenis Skala Pengukuran Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis -jenis skala pengukuran ada empat yaitu : 1.
Skala Nominal Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya. Contoh data nominal : Jenis kulit: Hitam (1), Kuning (2), Putih (3), angka 1, 2, 3 sebagai label saja
2.
Skala Ordinal Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Contoh : Mengukur tingkat prestasi
3. Skala Interval Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Contoh : Skor ujian perguruan tinggi, A, B, C, D dan E
33
4. Skala Ratio Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur manusia dan ukuran timbangan keduanya tidak memiliki angka nol negatif. 2.7.3.2 Tipe Skala Pengukuran Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala sosial yang di ukur, yaitu: 1.
Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susila dan kepribadian. Termasuk dalam tipe ini adalah: skala sikap, skala moral, test karakter, skala partisipasi sosial.
2.
Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial. Termasuk tipe ini adalah: skala sikap, skala mengukur status sosial ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, kemasyarakatan, kondisi rumah tangga dan lain - lain.
Selanjutnya akan dibahas hanya tentang skala sikap. Ada lima macam skala sikap yang sering dipergunakan dalam penelitian, yaitu (Riduwan, 2009) : 1. Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert ini maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2013).
34
Jawaban setiap pertanyaan/pernyataan mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berkata-kata antara lain: a.
Sangat Tinggi/Sangat Penting/Sangat Benar/Sangat Berpengaruh : 5
b.
Tinggi/Penting/Benar/Berpengaruh : 4
c.
Cukup Tinggi/Cukup Penting/ Cukup Benar/ Cukup Berpengaruh : 3
d.
Rendah/Kurang Penting/Salah/Tidak Berpengaruh : 2
e.
Sangat Rendah/Tidak Penting/Sangat Salah/Sangat Tidak Berpengaruh :1
Dengan demikian, semakin besar nilai yang di dapat individu, maka semakin mempengaruhi nilai variabel yang bersangkutan. 2. Skala Guttman Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas, jelas dan konsisten. Misanya, yakin - tidak yakin, ya-tidak, benar-salah, positif-negatif dan lain sebagainya. 3. Skala Simantict defferensial Skala Simantict defferensial atau skala perbedaan semantic berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti panas-dingin, populartidak popular dan sebagainya. 4. Rating Scale Dalam rating scale data mentah yang di dapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. 5. Skala Thurstone Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang berbeda - beda.
35
Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai dengan 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden. 2.8
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian harus berkualitas yang sudah distandarkan
sesuai
dengan kriteria teknik pengujian validitas dan reliabilitas. Sebelum instrumen/alat ukur digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, maka perlu dilakukan uji coba kuesioner untuk mencari kevalidan dan reliabilitas alat ukur tersebut. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Instrumen yang reliabel berarti instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Sedangkan suatu kuisioner dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dengan
menggunakan
instrumen
yang
valid dan realibel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan realibel. Jadi instrument yang valid dan realibel merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan realibel. Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir pertanyaan yang ada dalam sebuah angket, apakah isi dari butir pertanyaan tersebut sudah valid dan reliabel. Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, baru diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, baru otomatis
36
dibuang. Butir-butir yang sudah valid baru kemudian secara bersama diukur reliabilitasnya. 2.8.1 Uji Validitas Uji validitas sering digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuesioner, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin diukur. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total). Perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Pada program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) teknik pengujian yang sering digunakan untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) dan Corrected Item-Total Correlation (Priyatno, 2010). Pada uji validitas dengan menggunakan Corrected Item-Total Correlation dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor total item dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over estimasi (estimasi nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya). Atau dengan kata lain, analisis ini menghitung korelasi tiap item dengan skor total tetapi skor total ini tidak termasuk skor item yang akan dihitung. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: a. Jika Rhitung ≥ Rtabel
maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)
37
b.
Jika Rhitung < Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid) (Priyatno, 2010)
Ketentuan nilai r tidak lebih dari harga ( -1 ≤ r ≤ +1 ) : 1. Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna 2. r = 0 artinya tidak ada korelasi 3. r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. (Riduwan, 2009 ). Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Untuk pembahasan ini dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria r kritis pada taraf signifikansi 0,05 atau 5%. Dibawah ini Tabel nilai r Product Moment. Tabel 2.1 Nilai – Nilai r Product Moment N 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Taraf Signifikan 5% 0,997 0,950 0,878 0,811 0,754 0,707 0,688 0,632 0,602 0,576 0,553 0,532 0,514 0,497 0,482 0,468 0,458
N 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Taraf Signifikan 5% 0,381 0,374 0,387 0,361 0,355 0,349 0,344 0,339 0,334 0,329 0,325 0,320 0,316 0,312 0,308 0,304 0,301
N 56 60 65 70 75 80 85 90 95 100 125 150 175 200 300 400 500
Taraf Signifikan 5% 0,263 0,254 0,244 0,235 0,227 0,220 0,213 0,207 0,202 0,195 0,176 0,159 0,148 0,138 0,113 0,098 0,088
38
Lanjutan Tabel 2.1 Nilai – Nilai r Product Moment N 20 21 22 23 24 25 26
Taraf Signifikan 5% 0,444 0,433 0,423 0,413 0,404 0,396 0,388
N 44 45 46 47 48 49 50
Taraf Signifikan 5% 0,297 0,294 0,291 0,288 0,284 0,281 0,279
N 600 700 800 900 1000
Taraf Signifikan 5% 0,080 0,074 0,070 0,065 0,062
Sumber: Sugiyono, 2013 Signifikansi artinya meyakinkan atau berarti dalam penelitian mengandung arti bahwa hipotesis yang telah terbukti pada sampel dapat diberlakukan pada populasi. Jika tidak signifikan berarti kesimpulan pada sampel tidak berlaku pada populasi (tidak ada generalisasi) atau hanya berlaku pada sampel saja. Tingkat signifikansi 5% atau 0,05 artinya kita mengambil risiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% dan benar dalam mengambil keputusan sedikit-dikitnya 95% (tingkat kepercayaan). Atau dengan kata lain kita percaya bahwa 95% dari keputusan untuk menolak hipotesa yang salah dan benar. Ukuran 0,05 atau 0,01 adalah ukuran yang umum sering digunakan dalam penelitian. Taraf kesalahan yang lebih kecil atau lebih teliti biasanya digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu, misalnya untuk meneliti makanan, minuman atau obat (Priyatno, 2010). 2.8.2 Uji Realibilitas Reliabilitas adalah keandalan/konsistensi alat ukur (keajegan alat ukur) tersebut dalam mengukur apa yang hendak diukur, artinya kapanpun alat ukur itu digunakan akan memberikan hasil yang sama. Sehingga reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang
39
berkaitan dengan bentuk-bentuk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara: 1.
Repeated Measure atau ukur ulang. Disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu berbeda, dan kemudian dilihat apakah dia tetap konsisten dengan jawabannya. Jadi kuesioner diberikan beberapa kali kepada responden.
2.
One short atau sekali saja. Di sini pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain. Ada beberapa metode pengujian reliabilits diantaranya metode tes ulang,
formula belah dua dari Spearman-Brown, formula Rulon, formula Flanagan, Cronbach’s Alpha, metode formula KR-20, KR-21, dan metode Anova Hoyt. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan cara one-short dengan menggunakan skala Likert. Sedangkan metode penilaian yang digunakan adalah Cronbach’s Alpha. Rumus reliabilitas dengan metode Cronbach’s Alpha (Arikunto, 2002) adalah : =
1−
dimana: = Reliabilitas instrumen ∑
= jumlah varians skor tiap item = jumlah varians
k
= Jumlah item
.................................................................(2.2)
40
Metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0 sampai 1. Jika skala itu dikelompokan kedalam lima kelas dengan ring yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel 2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel 3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel 4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel 5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel (Triton, 2005). Metode alpha Cronbach untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak, dengan memanfaatkan bantuan dari software SPSS yang mampu melakukan perhitungan lebih cepat dan akurat. Instrumen dikatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach ≥ 0,6. 2.9
Analisis Statistik
2.9.1 Analisis Deskriptif Menurut Sugiyono (2013), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk
menganalisa
data
dengan
cara
mendeskripsikan
atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Statistik deskriftif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian data sehingga menaksir kualitas data berupa jenis variabel, ringkasan
41
statistik (mean, median, modus, standar deviasi, frequencies, etc). Modus digunakan untuk memperoleh jumlah data pada nilai-nilai sebuah variabel tunggal. 2.9.2 Analisis Faktor (FaktorAnalysis) Faktor analisis termasuk variasi seperti analisis komponen dan faktor analisis umum adalah pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan diantara beberapa variable dan menjelaskan variabelvariabel ini dalam keadaan umumnya berdasarkan dimensi (faktor). Tujuannya adalah untuk mencari cara menyingkat informasi yang terdapat dalam beberapa variabel asal menjadi serangkaian variabel yang lebih kecil (faktor) dengan meminimalkan kehilangan informasi (Hair dkk, 1995) dalam (Yamin dan Kurniawan, 2009). Faktor analisis adalah salah satu keluarga analisis multivariat yang bertujuan untuk meringkas atau mereduksi variabel amatan secara keseluruhan menjadi beberapa variabel atau dimensi baru, akan tetapi variabel atau dimensi baru yang terbentuk tetap mampu mempresentasikan variabel utama. Dalam analisis faktor dikenal ada dua pendekatan utama, yaitu exploratory factor analysis dan confirmatory factor analysis. Kita menggunakan exploratory factor analysis bila banyaknya faktor yang akan terbentuk tidak ditentukan terlebih dahulu. Sebaliknya confirmatory factor analysis digunakan apabila faktor yang terbentuk telah ditetapkan terlebih dahulu (Yamin dan Kurniawan, 2009). Secara prinsip, analisis faktor mencoba menemukan hubungan (interrelationship) antar sejumlah variable-variabel yang awalnya saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Santoso, 2012).
42
Oleh karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi asumsi terkait dengan korelasi yang akan digunakan (Santoso, 2012) antara lain: 1.
Besar korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat, misalnya diatas 0,5.
2.
Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel yang lain, justru harus kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi parsial diberikan lewat pilihan Anti-Image Correlation.
3.
Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar variabel) yang diukur dengan besaran Bartlett Test of Sphericity atau Measure Sampling Adequancy (MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikan diantara paling sedikit beberapa variabel. Selain asumsi diatas dapat juga dilihat nilai determinant of corelation
matrix, dimana nilai determinan yang mendekati nol menunjukkan bahwa korelasi antara variabel mempunyai nilai koefisien korelasi antar variabel yang cukup tinggi. Berikut tahapan analisis faktor adalah sebagai berikut (Santoso, 2012) : 1.
Menilai variabel yang layak Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai mana saja variabel yang dianggap layak (appropriateness) untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, kemudian pada variabel – variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian. Logika pengujian adalah jika sebuah variabel memang mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk sebuah faktor, maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan
43
variabel lain. Sebaliknya, variabel dengan korelasi yang lemah dengan variabel lain cenderung tidak akan mengelompok dalam faktor tertentu. Beberapa
pengukuran
yang
dapat
dilakukan
antara
lain
dengan
memperhatikan, angka Kaiser Meyer Oikin (KMO) and Bartlett’s test dan nilai Measure of Sampling Adequancy (MSA) a.
Kaiser Meyer Oikin (KMO) Uji KMO bertujuan untuk mengetahui apakah semua data yang telah terambil telah cukup untuk difaktorkan. Nilai KMO harus lebih besar dari 0,5 dengan signifikansi < 0,05 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya, sehingga analisis faktor layak digunakan. Sebaliknya nilai KMO yang lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan - pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor tidak layak digunakan.
b.
Measure of Sampling adequacy (MSA) Tujuan pengukuran MSA adalah untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel telah memadai atau tidak. Angka MSA berkisar antara 0 sampai 1 dengan kriteria yang digunakan sebagai interpretasi adalah: 1. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain. 2. Jika MSA > 0,5, maka variabel tersebut dapat diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.
44
3. Jika MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya (Santoso, 2012). Apabila dalam pengujian ada variabel dengan nilai MSA dibawah 0,5 maka variabel tersebut dikeluarkan dan dilakukan pengujian ulang. Seandainya ada lebih dari satu variabel yang mempunyai MSA dibawah 0,5 maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil. Kemudian proses pengujian tetap diulang lagi. 2.
Susun ekstraksi variabel Setelah sejumlah variabel terpilih maka dilakukan ekstraksi terhadap variabel - variabel tersebut sehingga terbentuk beberapa kelompok faktor. Metode yang digunakan adalah Principal Component Analysis (PCA). Penentuan terbentuknya jumlah kelompok faktor dilakukan dengan melihat nilai eigen (Eigen value) yang menyatakan kepentingan relatif masing - masing faktor dalam menghitung varian dari variabel - variabel yang dianalisis. Eigen value dibawah 1 tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk.
3.
Rotasi kelompok faktor Setelah faktor – faktor terbentuk, dengan sebuah faktor berisi sejumlah variabel, mungkin saja sebuah variabel sulit untuk ditentukan akan masuk ke dalam faktor yang mana. Atau, jika yang terbentuk dari proses faktoring hanya satu faktor, bisa saja sebuah variabel diragukan apakah layak dimasukkan dalam faktor yang terbentuk atau tidak. Untuk mengatasi hal tersebut, bisa dilakukan proses rotasi pada faktor yang terbentuk, sehingga
45
memperjelas posisi sebuah variabel, apakah dimasukkan pada faktor yang satu atau kefaktor lainnya. Beberapa metode rotasi yang popular dilakukan: a. Orthogonal Rotation, yakni memutar sumbu 90°. Proses rotasi dengan metode orthogonal masih bisa dibedakan menjadi: Quartimax, Varimax dan Equimax. b. Oblique Rotation, yakni memutar sumbu ke kanan, namun tidak harus 90°. Poroses rotasi dengan metode oblique masih bisa dibedakan menjadi oblimin, promax, orthoblique dan lainnya. Metode varimax adalah metode yang paling sering digunakan dalam praktik. Angka loading faktor menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor-faktor yang terbentuk. Proses penentuan variabel mana akan masuk ke faktor yang mana dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi antara variabel dengan faktor yang terbentuk. Variabel dengan faktor loading dibawah 0,5 dikeluarkan dari model. 4.
Menamakan kelompok faktor Pada tahap ini, faktor – faktor yang terbentuk diberikan nama berdasarkan faktor loading suatu variabel terhadap faktor terbentuknya. Analisa faktor tidak menentukan nama tiap faktor dan konsep untuk faktor-faktor yang dihasilkan sehingga penamaan faktor dalam analisis faktor bersifat subyektif. Nama dan konsep atau makna tiap faktor bisa ditentukan berdasarkan teori Surrogate atau bisa diberi nama sesuai dengan variabel tersebar yang berkelompok pada faktor tersebut.
46
2.9.3 Analisis Korelasi Product Moment Korelasi produk moment merupakan suatu teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dan pembuktian hipotesis hubungan dua variabel (Sugiyono 2013). Untuk mendapatkan nilai hubungan kedua variabel tersebut atau nilai koefisien korelasi sampel dapat digunakan rumus rxy
XY ( X Y 2
2
............................................................... (2.3) )
Dimana : rxy
= koefisien korelasi antara variabel x dan y
X
= deviasi rata-rata variabel X = (Xi- X)
Y
= deviasi rata-rata variabel Y = (Yi-Y) Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi tersebut,
dibandingkan dengan tabel interpretasi nilai r
Bila sekaligus untuk menghitung persamaan regresi digunakan rumus rxy
n xy ( x)( y) [n x 2 ( x ) 2 ][n y 2 ( y) 2 ]
......................... (2.4)
Dimana rxy = koefisien korelasi x
= variabel bebas
y
= variabel terikat
n
= jumlah sampel Korelasi Product moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak
lebih dari harga (-1≤ r ≤ +1) apabila nilai r = -1 berarti korelasinya negatif
47
sempurna, apabila nilai r = 0 berarti tidak ada korelasi dan bila r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Berikut rumus uji signifikansi korelasi product momen
t
r n2 1 r2
............................................................. (2.5)
Dimana : t = nilai t hitung r = nilai koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah sampel Distribusi hasil perhitungan (t) atau harga t hitung untuk kesalahan (α) = 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan (dk) = n-2 memiliki kaedah keputusan yaitu jika t hitung > t tabel berarti valid dan apabila sebaliknya t hitung < t tabel berarti tidak valid. 2.10
Penelitian – Penelitian Sebelumnya. Yuniawati dan Yessy (2005) meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi
kontraktor untuk mengikuti tender yang berlokasi di Kota Surabaya. Sampel yang dipilih fokus pada kontraktor dengan kualifikasi menengah dan besar. Dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis varian, disimpulkan faktor-faktor yang paling mempengaruhi keputusan kontraktor untuk mengikuti tender adalah kemampuan finansial owner, identitas owner,nilai kontrak, ketersediaan proyek, hubungan dengan owner, fluktuasi harga material dan kelengkapan dokumen. Suciptapura (2012), meneliti partisipasi kontraktor di kota Denpasar dalam lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik. Sampel yang dipilih mencakup semua kualifikasi kontraktor dari kualifikasi kecil, menengah dan
48
besar. Variabel yang dipakai dibagi menjadi dua kelompok yaitu kondisi lelang secara umum dan kondisi lelang elektronik, dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis faktor menghasilkan faktor dominan yang mempengaruhi partisipasi kontraktor di kota Denpasar adalah tingkat kesulitan konstruksi proyek, tingkat keselamatan dan keamanan selama proses pekerjaan, tingkat kepercayaan diri perusahaan dalam melaksanakan proyek, ketersediaan pekerja proyek, beban proyek yang sedang dilaksanakan selama lelang berlangsung dan ketersediaan sub kontraktor yang kompeten di bidangnya.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada kontraktor di Kabupaten Buleleng. Kontraktor
yang menjadi objek penelitian merupakan kontraktor dari Asosiasi GAPENSI, yang merupakan asosiasi kontraktor dengan jumlah anggota terbesar di Kabupaten Buleleng. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner yang ditujukan kepada pimpinan/staf yang memiliki pengalaman dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah sebagai instrumen penelitian, dan wawancara yang bertujuan mendapatkan opini dari expert atau pihak pihak yang berpengalaman dalam lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik. 3.2
Data Pada penelitian ini diperlukan data yang akan dipakai untuk mendapatkan
tujuan akhir dari penelitian yaitu data untuk menentukan faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang elektronik jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng. 3.2.1 Jenis Data 3.2.1.1 Data Primer Data primer didapat dari responden melalui penyebaran kuesioner dan wawancara langsung. Responden adalah perusahaan kontraktor yang diwakili oleh direktur perusahaan atau staff yang menangani proses lelang di masing – masing perusahaan yang diwakili.
49
50
3.2.1.2 Data Sekunder Data sekunder didapat dari literatur – literatur, LPSE Kabupaten Buleleng, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng, asosiasi GAPENSI serta penelitian penelitian yang berkaitan sebelumnya. Data sekunder tersebut berupa data paket kegiatan pekerjaan jasa konstruksi dengan sistem elektronik di Kabupaten Buleleng, data kontraktor yang mendaftar pada kegiatan pekerjaan jasa konstruksi dengan sistem elektronik di Kabupaten Buleleng, data paket kegiatan pekerjaan konstruksi dengan sistem konvensional di Kabupaten Buleleng, data anggota asosiasi GAPENSI Kabupaten Buleleng, serta faktor - faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang mengikuti lelang. Data sekunder yang diperoleh dan dipakai seperti dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1. Data Sekunder No
Sumber Data
1
LPSE
2
Dinas PU
3
GAPENSI Penelitan 4 sebelumnya Sumber : Instansi Terkait
Data Yang Dipakai Paket kegiatan pekerjaan konstruksi dengan sistem elektronik Peserta lelang paket kegiatan pekerjaan konstruksi dengan sistem elektronik. Paket kegiatan pekerjaan konstruksi dengan sistem konvensional Anggota asosiasi GAPENSI Faktor - faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang mengikuti lelang
3.2.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel a.
Populasi Penelitian Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah usaha jasa konstruksi yang
tergabung dalam asosiasi GAPENSI Kabupaten Buleleng. Dari data yang
51
diperoleh, anggota GAPENSI Kabupaten Buleleng berjumlah 188 kontraktor. Dilihat dari kepemilikan/manajemen, total 188 kontraktor tersebut dimiliki oleh 107 orang seperti pada Lampiran 2. (Gapensi, 2013). b.
Teknik Pengambilan Sampel Penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-
probability sampling dilakukan dengan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013). Surakhmad (1994) dalam (Riduwan, 2010) berpendapat apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurangkurangnya 50% dari ukuran populasi. Penentuan jumlah sampelnya dapat dirumuskan sebagai berikut : (50% − 15%) ................................................... (3-1)
S = 15% + Dimana :
S = Jumlah sampel yang diambil n = Jumlah anggota populasi Sehingga : (50% − 15%)
S = 15% + = 15% +
893 (35%) 900
= 49,73% Jadi jumlah sampel yang diambil berdasarkan jumlah pemilik perusahaan kontraktor dengan mempertimbangkan ada satu orang/manajemen memiliki lebih dari satu perusahaan yaitu sebesar 107 pemilik/manajemen perusahaan x 49,73 % = 53,2 ~ 53 responden.
52
Sampel yang dipakai sebanyak 53 responden yang mewakili 53 kontraktor dengan mempertimbangkan: 1.
Respondennya orang yang mengerti dan menangani proses lelang di masing - masing perusahaan yang diwakili.
2.
Kontraktor yang pernah mendaftar ataupun menjadi peserta pada paket kegiatan konstruksi yang dalam proses lelangnya menggunakan lelang elektronik.
3.
Dari 53 kontraktor yang diambil sebagai sampel sudah mewakili kualifikasi usaha kecil dan non kecil dengan rincian sebanyak 47 perusahaan kecil dan enam perusahaan non kecil.
3.3
Identifikasi Variabel Penelitian Variabel merupakan gejala yang bervariasi, atau dapat juga berupa faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah : partisipasi peserta lelang, nilai penawaran peserta lelang dan variabel - variabel yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran kontraktor dalam lelang elektronik Dalam penelitian ini ada beberapa situasi kejadian yang akan digunakan sebagai variabel untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang elektronik yang telah dirangkum dari varibel variabel yang telah diteliti pada penelitian terdahulu untuk mendapatkan faktorfaktor yang mendasari kontraktor untuk mengikuti lelang antara lain penelitian Yuniawaty dan Yessy (2005) mendapatkan faktor - faktor yang mendasari kontraktor untuk mengikuti lelang seperti pada Lampiran 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk mengikuti lelang sesuai dengan penelitian
53
Yuniawaty dan Yessy (2005), kemudian dijadikan dasar untuk penelitian Suciptapura (2012) untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi peserta lelang elektronik seperti pada Lampiran 4. Berdasarkan pengamatan, wawancara dan diskusi dengan berbagai pihak (expert) yang terlibat dalam proses pengadaan barang dan jasa yang berhubungan dengan lelang elektronik, variabel-variabel yang diambil dari penelitian Yuniawaty dan Yessy (2005) dan penelitian Suciptapura (2012) tidak seluruhnya dipakai dalam penelitian ini yang disesuaikan dengan keadaan saat ini, kemudian ditambahkan dengan beberapa variabel-variabel dari hasil diskusi yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik, seperti pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Variabel yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik No A 1 2 3 4 5 6 7 8 B 1 2 3 4 5 6 7 C 1 2
Variabel Karakteristik Proyek Besar nilai proyek / HPS Lokasi proyek Akses jalan lokasi proyek Keamanan lingkungan proyek Jangka waktu pelaksanaan Mulai proyek mendekati akhir tahun Pelaksanaan saat musim hujan Tingkat kesulitan konstruksi Dokumen Lelang Syarat personil dan SKA/SKT Syarat jumlah, kapasitas dan jenis alat Syarat brosur dan surat dukungan distributor Syarat dukungan keuangan bank Syarat lelang mengarah pada produk atau perusahaan tertentu. Jaminan penawaran Syarat sertifikat ISO Karakteristik Perusahaan Ketersediaan modal awal Ketersediaan staff ber SKA dan SKT
Referensi
Yuniawaty dan Yessy (2005)
Hasil Diskusi
Hasil Diskusi
Yuniawaty dan Yessy (2005)
54
Lanjutan Tabel 3.2 Variabel yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik. No 3 4 5 6 7 8 9 D 1 2 3 4 5 6 7 8 E 1 2 3 4 5 6 7 F 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Variabel Ketersediaan pekerja yang memadai Ketersediaan peralatan yang memadai Dukungan sub kontraktor yang memadai Kemampuan dalam estimasi penawaran Kebutuhan akan pekerjaan Beban proyek yang sedang dikerjakan Pengalaman proyek sejenis Kondisi Lelang/Penawaran Perkiraan Jumlah Kompetitor Tingkat Kompetisi Lelang Sebelumnya Pengumuman Lelang Sejenis Saat Bersamaan Rekayasa Calon Pemenang Sudah Ditentukan Aturan dan Pengawasan yang Ketat Sorotan / Liputan Media Massa Penyelenggara Lelang Batas Upload Penawaran Sempit Kondisi Ekonomi Ketersediaan proyek Resiko berinvestasi Tingkat pengembalian investasi Kebijakan ekonomi pemerintah Fluktuasi harga material Fluktuasi kurs mata uang asing (Dolar) Tingkat inflasi Kondisi Lelang Elektronik Proses pendaftaran lelang lebih mudah Biaya lebih hemat tanpa biaya cetak dokumen dan biaya transportasi. Keamanan data lelang terjamin Tanpa tatap muka minimalkan peluang KKN Peluang memperoleh proyek lebih besar Tanpa batasan lokasi proyek berdasarkan daerah / lokasi usaha Kemampuan staff dalam teknologi informasi, komputer dan internet Pemahaman Aturan Lelang Elektronik Pelatihan dan Sosialisasi Lelang Elektronik Proses Lelang Lebih Transparan Upload Penawaran Tergantung Kualitas Koneksi Internet
Referensi
Yuniawaty dan Yessy (2005)
Hasil Diskusi Yuniawaty dan Yessy (2005)
Hasil Diskusi
Yuniawaty dan Yessy (2005)
Hasil Diskusi
Suciptapura (2012)
Hasil Diskusi Suciptapura (2012)
55
Sedangkan variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik, yang dipakai dalam penelitian ini seperti pada Tabel 3.3 berikut : Tabel 3.3. Variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik No
Variabel
A 1 2 3 4 5 6 7 8 B 1 2 3 4
Karakteristik Proyek Besar nilai proyek / HPS Lokasi proyek Akses jalan lokasi proyek Keamanan lingkungan proyek Jangka waktu pelaksanaan Mulai proyek mendekati akhir tahun Pelaksanaan saat musim hujan Tingkat kesulitan konstruksi Dokumen Lelang Syarat personil dan SKA/SKT Syarat jumlah, kapasitas dan jenis alat Syarat brosur dan surat dukungan distributor Syarat dukungan keuangan bank Syarat lelang mengarah pada produk atau perusahaan tertentu. Jaminan penawaran Sistem pembayaran Karakteristik Perusahaan Ketersediaan modal awal Ketersediaan staff ber SKA dan SKT Ketersediaan pekerja yang memadai Ketersediaan peralatan yang memadai Dukungan sub kontraktor yang memadai Kemampuan dalam estimasi penawaran Kebutuhan akan pekerjaan Keuntungan proyek sebelumnya Beban proyek yang sedang dikerjakan Pengalaman proyek sejenis Biaya overhead Kondisi Lelang/Penawaran Perkiraan jumlah kompetitor Tingkat kompetisi lelang sebelumnya
5 6 7 C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 D 1 2
Referensi
Yuniawaty dan Yessy (2005)
Hasil Diskusi
Hasil Diskusi
Yuniawaty dan Yessy (2005)
Hasil Diskusi
Yuniawaty dan Yessy (2005)
56
Lanjutan Tabel 3.3 Variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik. No 3 4 5 6 E 1 2 3 4 5 6 7 F 1
Variabel
8 9 10
Pengumuman lelang sejenis saat bersamaan Rekayasa calon pemenang sudah ditentukan Aturan dan pengawasan yang ketat Budaya setoran kepada pejabat Kondisi Ekonomi Ketersediaan proyek Resiko berinvestasi Tingkat pengembalian investasi Kebijakan ekonomi pemerintah Fluktuasi harga material Fluktuasi kurs mata uang asing (Dolar) Tingkat inflasi Kondisi Lelang Elektronik Proses pendaftaran lelang lebih mudah Biaya lebih hemat tanpa biaya cetak dokumen dan biaya transportasi. Keamanan data lelang terjamin Tanpa tatap muka minimalkan peluang KKN Peluang memperoleh proyek lebih besar Tanpa batasan lokasi proyek berdasarkan daerah / lokasi usaha Kemampuan staff dalam teknologi informasi, komputer dan internet Pemahaman aturan lelang elektronik Pelatihan dan sosialisasi lelang elektronik Proses lelang lebih transparan
11
Peserta lelang tidak bisa saling intervensi
2 3 4 5 6 7
3.4.
Referensi
Hasil Diskusi
Yuniawaty dan Yessy (2005)
Hasil Diskusi
Suciptapura (2012)
Hasil Diskusi Suciptapura (2012)
Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah : partisipasi
peserta lelang, nilai penawaran peserta lelang, dan variabel yang mempengaruhi kontraktor untuk berpartisipasi dan nilai penawaran dalam lelang elektronik. Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel adalah :
57
1.
Partisipasi peserta lelang elektronik merupakan banyaknya kontraktor yang berperan serta dalam proses lelang elektronik dari mulai pendaftaran, pemasukkan penawaran sampai penetapan pemenang.
2.
Nilai penawaran peserta lelang merupakan total nilai penawaran peserta lelang elektronik dalam paket pekerjaan jasa konstruksi.
3.
Variabel yang mempengaruhi kontraktor untuk berpartisipasi dan nilai penawaran dalam lelang elektronik merupakan pertimbangan yang mendasari kontraktor untuk ikut didalam lelang elektronik serta besaran nilai penawaran kontraktor dalam lelang elektronik.
3.5
Instrumen Penelitian Penelitian menggunakan instrumen berupa kuesioner kepada pihak yang
ahli di bidang proses pengadaan barang dan jasa pemerintah. Pihak yang ahli ini adalah orang - orang yang berpengalaman menangani proses pengadaan barang dan jasa/proses lelang dari pihak kontraktor. Kuesioner penelitian terdiri dari penjelasan singkat mengenai latar belakang dan tujuan penelitian, data responden dan identitas perusahaan serta dua model pertanyaan seperti pada Lampiran 1. Adapun data yang diperoleh adalah: 1. Data profil responden 2. Pendapat responden mengenai pengaruh perubahan sistem lelang dari sistem konvensional menjadi sistem elektronik terhadap partisipasi dan nilai penawaran perusahaan. 3. Partisipasi, perolehan proyek dan nilai penawaran kontraktor dalam lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik
58
4. Variabel yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran kontraktor dalam mengikuti lelang elektronik jasa konstruksi. Pengukuran menggunakan skala likert dengan lima alternatif jawaban untuk menentukan tingkat pengaruh dari variabel terhadap partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang, yaitu : 1.
Responden yang menjawab sangat tidak berpengaruh dengan nilai 1
2.
Responden yang menjawab tidak berpengaruh dengan nilai 2
3.
Responden yang menjawab cukup berpengaruh dengan nilai 3
4.
Responden yang menjawab berpengaruh dengan nilai 4
5.
Responden yang menjawab sangat berpengaruh dengan nilai 5
3.6
Pengolahan dan Analisis Data
a.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner untuk pengumpulan data, terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk mengetahui tingkat pengaruh faktor-faktor terhadap partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang elektronik jasa konstruksi. Untuk menguji validitas, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian – bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan analisis Corrected Item-Total Correlation. Jawaban responden (dalam bentuk skala likert dari 1 sampai 5) dengan mengkorelasikan skor butir pada kuesioner dengan skor totalnya. Uji reliabilitas menggunakan cara one-short dengan menggunakan skala Likert. Sedangkan metode penilaian yang digunakan adalah Alpha Cronbach. Pada
59
penelitian
ini
perhitungan
validitas
dan
reliabilitas
dilakukan
dengan
memanfaatkan bantuan dari software SPSS. b.
Input Data Setelah didapat instrumen pengumpulan data yang valid dan reliabel, maka
selanjutnya dilakukan pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner dan input data. Input data dilakukan dengan memasukkan data yang didapat dari responden ke dalam program SPSS c.
Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk mengungkapkan dan memberikan gambaran
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari 53 kontraktor anggota GAPENSI yang ditampilkan dengan statistik deskriptif dengan mencari modus untuk memperoleh jumlah jawaban responden pada tiap-tiap variabel pertanyaan yang berpengaruh terhadap partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang. d.
Analisis Faktor Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai
penawaran peserta lelang elektronik jasa konstruksi digunakan analisis faktor. Analisis faktor merupakan suatu metode analisis yang bertujuan mereduksi data dan untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari variabel awal. Analisis faktor sebagai alat analisis data menggunakan alat bantu program SPSS.
60
3.7
Diagram Alur Penelitian MULAI
LATAR BELAKANG
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
KAJIAN LITERATUR Literatur, Jurnal, Paper, Penelitian Sebelumnya
IDENTIFIKASI POPULASI DAN SAMPEL
DESAIN KUESIONER
PENGUMPULAN DAN TABULASI DATA PENDAHULUAN Tidak
DATA VALID DAN RELIABEL
Ya PENYEBARAN KUESIONER DAN PENGUMPULAN SELURUH DATA
ANALISIS DATA Analisis Deskriptif dan Analisis Faktor
PEMBAHASAN Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi dan Nilai Penawaran Peserta Lelang Elektronik
SIMPULAN & SARAN
SELESAI
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian dilakukan pada kontraktor di Kabupaten Buleleng. Kontraktor
yang menjadi objek penelitian merupakan kontraktor dari asosiasi GAPENSI. Sesuai dengan data tahun 2013, jumlah kontraktor yang tergabung dalam asosiasi GAPENSI berjumlah 188 kontraktor yang terdiri dari 182 perusahaan kualifikasi kecil dan enam perusahaan dengan kualifikasi non kecil (menengah). Dilihat dari kepemilikan/manajemen perusahaan tersebut dimiliki oleh 107 orang. 4.1.1 Sampel Perusahaan Kontraktor Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner ke perusahaan kontraktor, dengan mengambil sampel beberapa perusahaan kontraktor anggota GAPENSI Kabupaten Buleleng yang pernah mendaftar dan mengikuti kegiatan lelang elektronik proyek konstruksi di Kabupaten Buleleng sebanyak 53 kontraktor. 4.1.2 Data Informasi Responden Responden dalam penelitian ini adalah orang - orang yang menangani proses lelang ditiap-tiap perusahaan yang dijadikan sampel dengan menggunakan teknik non-probability sampling dengan purposive sampling yang dikenal juga dengan sampling pertimbangan, yaitu teknik pengambilan sampel untuk tujuan tertentu. Sesuatu atau seseorang ditetapkan sebagai sampel karena dengan pertimbangan memiliki informasi (information rich) dan keahlian yang diperlukan dalam bidang tersebut.
61
62
4.2
Hasil Uji Instrumen Penelitian.
4.2.1 Uji Validitas Uji
Validitas
dilakukan
dengan
membandingkan
korelasi
antara
variabel/item dengan skor total variabel dilakukan dengan mengambil 27 sampel responden dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian adalah, jika Rhitung ≥ Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total atau dinyatakan valid, jika Rhitung < Rtabel
maka instrumen atau item
pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total atau dinyatakan tidak valid. Dengan bantuan program SPSS 17.0, uji validitas instrumen penelitian untuk tingkat pengaruh partisipasi dapat dilihat pada lampiran 7.1, hasilnya disajikan pada Tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh partisipasi No
Variabel
A 1 2 3 4 5 6 7 8 B
Karakteristik Proyek Besar Nilai Proyek / HPS Lokasi Proyek Akses Jalan Lokasi Proyek Keamanan Lingkungan Proyek Jangka Waktu Pelaksanaan Mulai Proyek Mendekati Akhir Tahun Pelaksanaan Saat Musim Hujan Tingkat Kesulitan Konstruksi Dokumen Lelang
1 2
Syarat Personil dan SKA/SKT Syarat Jumlah, Kapasitas dan Jenis Alat Syarat Brosur dan Surat Dukungan Distributor Syarat Dukungan Keuangan Bank Syarat Lelang Mengarah Pada Produk atau Perusahaan Tertentu. Jaminan Penawaran Syarat Sertifikat ISO
3 4 5 6 7
Rtabel
Partisipasi Rhitung Keterangan
0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381
0,487 0,531 0,655 0,553 0,503 0,664 0,764 0,651
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0,381 0,381
0,591 0,517
Valid Valid
0,381
0,488
Valid
0,381
0,603
Valid
0,381
0,597
Valid
0,381 0,381
0,412 0,446
Valid Valid
63
Lanjutan Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh partisipasi No
Variabel
C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 D 1 2
Karakteristik Perusahaan Ketersediaan Modal Awal Ketersediaan Staff ber SKA dan SKT Ketersediaan Pekerja Yang Memadai Ketersediaan Peralatan Yang Memadai Dukungan Sub Kontraktor yang Memadai Kemampuan Dalam Estimasi Penawaran Kebutuhan Akan Pekerjaan Beban Proyek Yang Sedang Dikerjakan Pengalaman Proyek Sejenis Kondisi Lelang/Penawaran Perkiraan Jumlah Kompetitor Tingkat Kompetisi Lelang Sebelumnya Pengumuman Lelang Sejenis Saat Bersamaan Rekayasa Calon Pemenang Sudah Ditentukan Aturan dan Pengawasan yang Ketat Sorotan / Liputan Media Massa Penyelenggara Lelang Batas Upload Penawaran Sempit Kondisi Ekonomi Ketersediaan proyek Resiko Berinvestasi Tingkat Pengembalian Investasi Kebijakan Ekonomi Pemerintah Fluktuasi Harga Material Fluktuasi Kurs Mata Uang Asing (Dolar) Tingkat inflasi Kondisi Lelang Elektronik Proses Pendaftaran Lelang Lebih Mudah Biaya Lebih Hemat Tanpa Biaya Cetak Dokumen dan Biaya Transportasi. Keamanan Data Lelang Terjamin Tanpa Tatap Muka Minimalkan Peluang KKN Peluang Memperoleh Proyek Lebih Besar Tanpa Batasan Lokasi Proyek Berdasarkan Daerah / Lokasi Usaha
3 4 5 6 7 8 E 1 2 3 4 5 6 7 F 1 2 3 4 5 6
Rtabel
Partisipasi Rhitung Keterangan
0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381
0,529 0,719 0,634 0,587 0,439 0,632 0,573 0,485 0,400
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0,381 0,381
0,596 0,593
Valid Valid
0,381
0,651
Valid
0,381
0,624
Valid
0,381 0,381 0,381 0,381
0,436 0,504 0,501 0,630
Valid Valid Valid Valid
0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381
0,608 0,675 0,797 0,640 0,458 0,569 0,497
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0,381
0,497
Valid
0,381
0,416
Valid
0,381
0,408
Valid
0,381
0,639
Valid
0,381
0,714
Valid
0,381
0,669
Valid
64
Lanjutan Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh partisipasi No 7 8 9 10 11
Variabel Kemampuan Staff Dalam Teknologi Informasi, Komputer dan Internet Pemahaman Aturan Lelang Elektronik Pelatihan dan Sosialisasi Lelang Elektronik Proses Lelang Lebih Transparan Upload Penawaran Tergantung Kualitas Koneksi Internet
Rtabel
Partisipasi Rhitung Keterangan
0,381
0,679
Valid
0,381 0,381 0,381
0,445 0,483 0,430
Valid Valid Valid
0,381
0,540
Valid
Pada Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 50 variabel yang diteliti, untuk tingkat pengaruh partisipasi menghasilkan korelasi yang terkecil sebesar 0,400 dan korelasi terbesar adalah 0,797. Rtabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan jumlah data (n) sebanyak 27, maka didapat Rtabel sebesar 0,381 sesuai Tabel 2.1. Ini berarti seluruh variabel mempunyai nilai Rhitung lebih besar dari Rtabel. Dari hasil uji validitas dapat diketahui bahwa pengumpulan data yang dilakukan dengan kuesioner dalam penelitian ini adalah valid sehingga dapat dilaksanakan ke analisa selanjutnya. Sedangkan uji validitas instrumen penelitian untuk tingkat pengaruh nilai penawaran dapat dilihat pada Lampiran 7.2, hasilnya disajikan pada Tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh nilai penawaran No A 1 2 3 4 5
Variabel Karakteristik Proyek Besar Nilai Proyek / HPS Lokasi Proyek Akses Jalan Lokasi Proyek Keamanan Lingkungan Proyek Jangka Waktu Pelaksanaan
Rtabel
Nilai Penawaran Rhitung Keterangan
0,381 0,381 0,381 0,381 0,381
0,627 0,509 0,473 0,787 0,576
Valid Valid Valid Valid Valid
65
Lanjutan Tabel 4.2 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh nilai penawaran
6 7 8 B
Mulai Proyek Mendekati Akhir Tahun Pelaksanaan Saat Musim Hujan Tingkat Kesulitan Konstruksi Dokumen Lelang
0,381 0,381 0,381
Nilai Penawaran Rhitung Keterangan 0,593 Valid 0,399 Valid 0,632 Valid
1 2
0,381 0,381
0,806 0,612
Valid Valid
0,381
0,449
Valid
0,381
0,722
Valid
0,381
0,442
Valid
6 7 C
Syarat Personil dan SKA/SKT Syarat Jumlah, Kapasitas dan Jenis Alat Syarat Brosur dan Surat Dukungan Distributor Syarat Dukungan Keuangan Bank Syarat Lelang Mengarah Pada Produk atau Perusahaan Tertentu. Jaminan Penawaran Sistem Pembayaran Karakteristik Perusahaan
0,381 0,381
0,619 0,740
Valid Valid
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 D
Ketersediaan Modal Awal Ketersediaan Staff ber SKA dan SKT Ketersediaan Pekerja Yang Memadai Ketersediaan Peralatan Yang Memadai Dukungan Sub Kontraktor yang Memadai Kemampuan Dalam Estimasi Penawaran Kebutuhan Akan Pekerjaan Beban Proyek Yang Sedang Dikerjakan Pengalaman Proyek Sejenis Keuntungan Proyek Sebelumnya Biaya Overhead Kondisi Lelang/Penawaran
0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381
0,519 0,631 0,531 0,478 0,485 0,465 0,513 0,441 0,544 0,767 0,668
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
1 2 3 4 5 6 E
Perkiraan Jumlah Kompetitor Tingkat Kompetisi Lelang Sebelumnya Pengumuman Lelang Sejenis Saat Bersamaan Rekayasa Calon Pemenang Sudah Ditentukan Aturan dan Pengawasan yang Ketat Budaya Setoran Kepada Pejabat Kondisi Ekonomi
0,381 0,381 0,381 0,381 0,381 0,381
0,451 0,569 0,609 0,401 0,445 0,483
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
1 2 3
Ketersediaan proyek Resiko Berinvestasi Tingkat Pengembalian Investasi
0,381 0,381 0,381
0,719 0,543 0,597
Valid Valid Valid
No
3 4 5
Variabel
Rtabel
66
Lanjutan Tabel 4.2 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh nilai penawaran
4 5 6 7 F
Kebijakan Ekonomi Pemerintah Fluktuasi Harga Material Fluktuasi Kurs Mata Uang Asing (Dolar) Tingkat inflasi Kondisi Lelang Elektronik
0,381 0,381 0,381 0,381
Nilai Penawaran Rhitung Keterangan 0,674 Valid 0,551 Valid 0,568 Valid 0,572 Valid
1
Proses Pendaftaran Lelang Lebih Mudah Biaya Lebih Hemat Tanpa Biaya Cetak Dokumen dan Biaya Transportasi. Keamanan Data Lelang Terjamin Tanpa Tatap Muka Minimalkan Peluang KKN Peluang Memperoleh Proyek Lebih Besar Tanpa Batasan Lokasi Proyek Berdasarkan Daerah / Lokasi Usaha Kemampuan Staff Dalam Teknologi Informasi, Komputer dan Internet Pemahaman Aturan Lelang Elektronik Pelatihan dan Sosialisasi Lelang Elektronik Proses Lelang Lebih Transparan Peserta Lelang Tidak Bisa Saling Intervensi
0,381
0,456
Valid
0,381
0,590
Valid
0,381
0,543
Valid
0,381
0,516
Valid
0,381
0,520
Valid
0,381
0,785
Valid
0,381
0,607
Valid
0,381 0,381 0,381
0,440 0,492 0,492
Valid Valid Valid
0,381
0,424
Valid
No
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Variabel
Rtabel
Pada Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 50 variabel yang diteliti, untuk tingkat pengaruh nilai penawaran menghasilkan korelasi yang terkecil sebesar 0,399 dan korelasi terbesar adalah 0,806. Ini berarti seluruh variabel mempunyai nilai Rhitung lebih besar dari Rtabel yaitu 0,381. Dari hasil uji validitas dapat diketahui bahwa pengumpulan data yang dilakukan dengan kuesioner dalam penelitian ini adalah valid sehingga dapat dilaksanakan ke analisis selanjutnya. 4.2.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah mengukur keandalan suatu instrumen, pada penelitian ini digunakan koefesien Alpha Cronbach, menyatakan bahwa nilai suatu instrumen dikatakan reliabel bila nilai Alpha Cronbach ≥ 0,6. Metode uji
67
reliabilitas dengan menggunakan bantuan program SPSS, seperti pada lampiran 7.1 dan 7.2, hasil uji reliabilitas disajikan dalam Tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Hasil uji reliabilitas instrument penelitian No
Kuisoner
Jumlah Butir
Cronbach Alpha
Keterangan
1
Tingkat Pengaruh Partisipasi
50
0,959
Reliabel
2
Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran
50
0,960
Reliabel
Pada Tabel 4.3 diatas hasil perhitungan untuk tingkat pengaruh partisipasi, didapatkan koefesien Alpha Cronbach adalah sebesar 0,959 dan untuk tingkat pengaruh nilai penawaran, didapatkan koefesien Alpha Cronbach adalah sebesar 0,960 yang berarti lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur dalam penelitian ini reliabel atau dengan kata lain pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang konsisten apabila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama. 4.3 Data Profil Responden Dalam penelitian ini kontraktor yang dijadikan responden sebanyak 53 perusahaan. Distribusi penyebaran kuesioner dapat dilihat pada Gambar 4.1 Kualifikasi Kontraktor 60 50
53
47
40 30
Kualifikasi Kontraktor
20 6
10 0 Kecil
Non Kecil
Total
Gambar 4.1 Jumlah dan kualifikasi responden
68
4.3.1. Jabatan Responden Dalam Perusahaan Dari hasil survey didapatkan prosentase jabatan responden sesuai Gambar 4.2. Responden sebagian besar adalah direktur/direktris perusahaan yaitu sebanyak 40 orang atau 75,5%, sedangkan sisanya adalah staff perusahaan yaitu sebanyak 13 orang atau 24,5% dari responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kontraktor belum memiliki sumber daya khusus untuk menangani proses lelang elektronik sehingga ditangani langsung oleh direktur/direktris, yang disebabkan sebagian besar kontraktor berkualifikasi kecil. Jabatan Responden Staff 24,5% Staff
Direktur 75,5%
Direktur
Gambar 4.2. Jabatan Responden 4.3.2. Pendidikan Responden Prosentase
pendidikan
responden
sesuai
Gambar
4.3.
Responden
berpendidikan SLTA/SMK yaitu sebanyak 27 orang atau 50,9%, berpendidikan Diploma sebanyak empat orang atau 7,5%, Sarjana (S1) sebanyak 21 orang atau 39,6% dan Pascasarjana sebanyak 1 orang atau 1,9%. Dari prosentase pendidikan menunjukkan responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup untuk memberikan jawaban faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran di dalam lelang pengadaan secara elektronik.
69
Profil Pendidikan Responden Pascasarjana Sarjana (S1) 1,9% SLTA/SMK 39,6% 50,9% Diploma 7,5%
SLTA/SMK Diploma Sarjana (S1) Pascasarjana
Gambar 4.3. Profil pendidikan responden 4.3.3. Pengalaman Responden dalam Lelang Pengalaman responden dalam lelang jasa konstruksi sesuai Gambar 4.4. Responden yang mempunyai pengalaman 1 - 5 tahun yaitu sembilan orang atau 17%, berpengalaman 6 - 10 tahun sebanyak 17 orang atau 32,1%, sisanya sebanyak 27 orang atau 50,9% mempunyai pengalaman diatas 10 tahun, hal ini menunjukkan sebagian besar responden mempunyai pengalaman yang cukup didalam lelang dan dianggap sudah sangat memahami tentang proses lelang. Profil Pengalaman Responden
> 10 Tahun 50,9%
1 - 5 Tahun 17% 6 - 10 Tahun 32,1%
1 - 5 Tahun 6 - 10 Tahun > 10 Tahun
Gambar 4.4. Pengalaman responden dalam lelang jasa konstruksi 4.3.4. Kepemilikan SKA/SKT Responden Dari Gambar 4.5, dapat dilihat bahwa dominan responden tidak memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) ataupun Sertifikat Keterampilan (SKT) yaitu 29 orang
70
atau 54,7%, sedangkan yang memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) ataupun Sertifikat Keterampilan (SKT) yaitu 24 orang atau 45,3%. Profil Kepemilikan SKA/SKT Responden Tidak Memiliki SKA/SKT 54,7%
Memiliki SKA/SKT 45,3%
Memiliki SKA/SKT Tidak Memiliki SKA/SKT
Gambar 4.5. Kepemilikan SKA/SKT Responden 4.4.
Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Perubahan Sistem Lelang Terhadap Partisipasi dan Nilai Penawaran. Deskripsi jawaban responden mengenai pengaruh perubahan sistem lelang
terhadap partisipasi dan nilai penawaran dalam lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi lelang a. Sebanyak 40 responden (75,5%) menyatakan perubahan sistem lelang menurunkan jumlah partisipasi mereka dalam proses lelang pengadaan. Dengan sistem lelang elekronik, kontraktor belum mempunyai staff perusahaan yang khusus menangani lelang elektronik, informasi dan pengumuman lelang sejenis pada waktu yang bersamaan membuat kontraktor lebih selektif dan cenderung memilih paket lelang sesuai dengan kemampuan kontraktor, jadwal upload penawaran yang terbatas serta persyaratan lelang yang cukup berat terutama terkait persyaratan SKA/SKT, akibatnya partisipasi dalam lelang menjadi menurun.
71
b. Sebanyak lima responden (9,4%) menyatakan perubahan sistem lelang tidak memberi pengaruh terhadap partisipasi didalam lelang. Partisipasi didalam lelang pemerintah tidak dipengaruhi oleh sistem lelang baik konvensional ataupun elektronik. Sebelum lelang elektronik dan sesudah lelang elektronik hampir tidak mempengaruhi partisipasi karena alur pengadaan hampir sama hanya medianya saja yang berbeda, selain itu kontraktor juga tidak hanya mengandalkan proyekproyek pemerintah, saat lelang berlangsung responden mendapatkan pekerjaan pada sektor swasta atau proyek pribadi sehingga lelang proyek pemerintah cenderung tidak besar pengaruhnya jika ada perubahan sistem lelang. c. Sebanyak delapan responden (15,1%) menyatakan perubahan sistem lelang dapat meningkatkan partisipasi mereka dalam lelang. Dalam sistem lelang elekronik, kontraktor memiliki akses yang lebih luas terhadap informasi pengadaan barang dan jasa pemerintah. Informasi lelang dapat diperoleh dari manapun dan kapanpun sepanjang ada koneksi internet. Dengan sistem lelang elektronik hampir semua tahapan lelang bisa diikuti tanpa kehadiran secara fisik direktur atau staff perusahaan di Unit Layanan Pengadaan. Bahkan dengan kemajuan teknologi kini informasi lelang dan proses pendafaran bisa dilakukan menggunakan telepon genggam.
72
Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi 80,0% 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0%
75,5%
9,4%
Menurunkan Partisipasi
Tidak Ada Pengaruh
15,1%
Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi
Meningkatkan Partisipasi
Gambar 4.6. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi 2. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap nilai penawaran a. Sebanyak 38 responden (71,7%) menyatakan perubahan sistem lelang menurunkan persentase nilai penawaran, ini berkaitan dengan tingkat kompetisi dalam lelang yang sangat tinggi serta tidak adanya peluang untuk mengatur lelang dan nilai penawaran karena antar peserta lelang tidak saling mengetahui dan tidak bisa saling intervensi, dimana sebelum lelang elektronik peluang pengaturan nilai penawaran masih bisa dilakukan akibat masih adanya tatap muka dan saling mengetahui antara peserta maupun penyelenggara lelang. b. Sebanyak 9 responden (17%) menyatakan perubahan sistem lelang tidak berpengaruh terhadap persentase nilai penawaran. Responden beranggapan bahwa besar kecil nilai penawaran tidak dipengaruhi oleh perubahan sistem lelang, faktor lain yang mempengaruhi adalah karakteristik proyek serta kemampuan perusahaan untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam dokumen pengadaan.
73
c.
Sebanyak enam responden (11,3%) menyatakan perubahan sistem lelang dapat meningkatkan persentase nilai penawaran ini disebabkan semakin luas dan mudahnya akses terhadap lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah sehingga bisa dipilih paket lelang yang lebih memungkinkan untuk dimenangkan sehingga tidak perlu untuk terlalu menekan besaran nilai penawaran, hal ini mendorong meningkatkan persentase nilai penawaran. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap Nilai Penawaran 80,0% 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0%
71,7%
17,0%
Menurunkan Nilai Penawaran
Tidak Ada Pengaruh
11,3%
Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap Nilai Penawaran
Meningkatkan Nilai Penawaran
Gambar 4.7. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap nilai penawaran
4.5.
Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Partisipasi dan Persentase Nilai Penawaran Dalam Lelang Elektronik Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi dan persentase nilai
penawaran dalam lelang elektronik bisa dijelaskan sebagai berikut: 1. Sebanyak 41 responden (77,4%) menyatakan jumlah lelang jasa konstruksi secara elektronik yang pernah diikuti sebanyak lebih dari 10 kali paket lelang, sebanyak lima responden (9,4%) menyatakan mengikuti lelang
74
secara elektronik 6 - 10 kali paket lelang sedangkan sisanya sebanyak tujuh responden (13,2%) mengikuti lelang elektronik 1 - 5 kali paket lelang. 2. Dilihat dari partisipasi responden mengikuti lelang elektronik diluar kabupaten/kota tempat domisili perusahaan, sebagian besar responden pernah berpartisipasi 1–5 kali saja yaitu sebanyak 34 responden (64,2%), sisanya sebanyak 11 responden (20,7%) pernah mengikuti lebih dari enam kali dan sisanya sebanyak delapan responden (15,1%) tidak pernah mengikuti lelang elektronik diluar kabupaten/kota tempat domisili perusahaan. 3. Responden yang menyatakan pernah ditunjuk sebagai pemenang lelang sebanyak 41 responden (77,4%) pernah ditunjuk sebagai pemenang 1-5 kali paket lelang saja, sebanyak enam responden (11,3%) pernah ditunjuk sebagai pemenang 6-10 kali, sebanyak enam responden (11,3%) menyatakan tidak pernah ditunjuk sebagai pemenang dan tidak ada yang menang lebih dari 10 kali paket lelang. 4. Jika dilihat responden yang pernah menawar di bawah 80% HPS menyatakan sebanyak 39 responden (73,6%) pernah menawar di bawah 80% HPS sebanyak 1-5 kali paket lelang, sisanya sebanyak enam responden (11,3%) pernah menawar di bawah 80% HPS sebanyak lebih dari enam kali paket lelang dan sebanyak delapan responden (15,1%) menyatakan tidak pernah menawar di bawah 80% HPS. 5. Responden menyatakan pernah ditetapkan sebagai pemenang saat menawar dibawah 80% HPS, sebanyak 28 responden (52,8%) menyatakan pernah menang 1-5 kali saat menawar kurang dari 80% HPS, dan sisanya sebanyak
75
25 responden (47,2%) menyatakan tidak pernah ditunjuk sebagai pemenang saat menawar dibawah 80% HPS. Dari deskripsi jawaban responden menunjukkan bahwa dari segi pengalaman responden mengikuti lelang elektronik sudah cukup banyak, akan tetapi meskipun akses terhadap pengumuman lelang diluar domisili perusahaan semakin mudah akan tetapi partisipasi terhadap lelang diluar kabupaten/kota tempat domisili perusahaan tidak terlalu besar. Jika dilihat dari perolehan proyek, tidak ada perusahaan yang dominan mendapatkan pekerjaan di dalam lelang elektronik menunjukkan transparansi dan kecil indikasi pengaturan pemenang. Dari data juga dapat dilihat bahwa pemenang lelang dengan penawaran lelang dibawah 80% nilai HPS cukup tinggi lebih dari 50% responden. Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi peserta lelang disajikan dalam Gambar 4.8 berikut : Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi peserta lelang 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
41
41
39
34 28
7
5
6
5
6
6 0
Jumlah lelang yang diikuti
Jumlah lelang Jumlah lelang di luar Kab/Kota yang domisili yang dimenangkan diikuti
1-5 Kali
6-10 kali
0 Menawar kurang dari 80% HPS
0
0
Sebagai pemenang menawar kurang dari 80% HPS
> 10 Kali
Gambar 4.8. Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi lelang