ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY DAN TIMELINEES (Study empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008)
SKRIPSI
Oleh: BAYU SASURYO F.1307525
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Peningkatan akan kebutuhan informasi yang akurat dan tepat waktu ini telah mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan. Informasi keuangan akan mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada pemakainya yang erat kaitannya dengan teori keagenan (agency theory). Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut. Sebaliknya, manfaat laporan keuangan akan menjadi berkurang apabila laporan tersebut tidak disampaikan dengan tepat waktu. Ketepatan waktu menujukan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan dengan frekuensi pelaporan, apabila informasi tidak disampaikan dengan tepat waktu maka menyebabkan nilai dari informasi tersebut berkurang dalam pengambilan keputusan. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian pelaporan keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan keputusan ketua BAPEPAM No.80/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Peraturan tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory). Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang go publik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggungjawab yang besar. Adanya tanggungjawab yang besar ini memicu audit untuk bekerja secara lebih professional. Salah satu kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada Bapepam juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Jika terjadi penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam pasar modal. Undang-undang no. 8 tahun 1995 tentang peraturan pasar modal menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam maka dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan ini telah diperbaharui oleh Bapepam pada tahun 1996 dan mulai berlaku kembali pada tanggal 17 Januari 1996. Dalam peraturan baru ini disebutkan bahwa perusahaan wajib menyampaikan laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun buku. Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan. Dyer dan McHugh (1975) dalam (Subekti & Novi, 2004) menyimpulkan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai. Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki informasi
keuangan
yang
relevan
dengan
prediksi
dan
pembuatan
keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan. Ketepatan waktu penyusunan atas pelaporan suatu laporan keuangan perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Karena laporan keuangan auditan yang didalamnya memuat informasi laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham.
Chambers dan Penman (1984) dalam (Subekti & Novi, 2004) menunjukkan bahwa pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns negatif sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat menyebabkan hal yang sebaliknya. Keterlambatan pelaporan, secara tidak langsung juga diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan. Ketepatan waktu pelaporan keuangan dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti hasil penelitian yang telah dilakukan Dyer dan McHugh (1975) dalam (Novita, 2004) yang meneliti profil ketepatan waktu pelaporan dan normalitas keterlambatan dengan menggunakan 120 negara di Australia tahun 1965-1971 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, tanggal berakhirnya tahun buku berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan. Dalam penelitian Ansah (2000), ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay, Carslaw dan Kaplan (1991). Ashton (1987), Boyton dan Kell (2002) menyatakan bahwa hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan audit delay. Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Naim (1999), Henderson dan Kaplan (2000) dan Knechel dan Payne (2001) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay. Tingkat profitabilitas banyak digunakan dalam penelitian seperti Dyer dan McHugh (1975), dan Carslaw dan Kaplan (1991). Dari beberapa penelitian dinyatakan bahwa hubungan positif antara tingkat profitabilitas dan audit delay (Dyer dan McHugh), sedangkan Carslaw dan Kaplan (1991)
menemukan adanya hubungan negatif antara tingkat profitabilitas dan audit delay. Penelitian yang dilakukan oleh Naim (1999) menemukan profitabilitas yang rendah mendorong penundaan publikasi laporan keuangan. Sedangkan dalam penelitian Asthon (1987) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat profitabilitas dan audit delay. Penelitian yang dilakukan Ansah (2000) membuktikan tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay. Penelitian serupa di Indonesia telah banyak dilakukan dintaranya oleh Rachmat
Saleh
(2004)
yang
meneliti
tentang
faktor
faktor
yang
mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEJ, yaitu rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, item item luar biasa dan struktur kepemilikan. Variabel variabel penelitian ini sama dengan variable variabel yang diteliti oleh Owusu-Ansah (2000). Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rachmat Saleh (2004) menunjukkan bahwa variabel item item luar biasa (EXTRA) yang diukur dengan skala dummy berpengaruh secara signifikan walaupun pengaruhnya negative. Hasil ini tidak konsisten dengan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu Owusu-Ansah (2000) yang menemukan bukti empiris bahwa item item luar biasa yang diukur dengan skala dummy tidak signifikan terhadap ketepatan pelaporan keuangan perusahaan. Hasil lainnya menunjukkan rasio gearing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Owusu-Ansah (2000) yaitu menemukan bukti empiris bahwa rasio gearing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan. Menurut Rachmat Saleh (2004) variabel profitabilitas dengan proksi ROA (return on asset) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil ini sekaligus memperkuat penelitian Dyer dan McHugh (1975) yang menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Owusu-Ansah (2000) yang menggunakan proksi ROE, menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian Rachmat Saleh (2004) juga menemukan bahwa umur perusahaan dan struktur kepemilikan tidak berpengeruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Rachmawati tahun 2008 dengan judul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) terdapat pada beberapa hal. Perbedaan pertama terletak pada variabel independen yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) menggunakan lima variabel
indenpenden.
Variabel
independennya
adalah
profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan dan auditor (ukuran KAP). Namun dalam penelitian ini penulis menggunakan enam variabel independen, yaitu profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, ukuran KAP, umur perusahaan dan likuiditas. Alasan peneliti menggunakan likuiditas sebagai
variabel independent adalah karena dalam penelitian sebelumnya disebutkan likuiditas
akan
memiliki
hubungan
negatif
terhadap
keterlambatan
penyelesaian penyajian laporan keuangan, berarti semakin besar rasio likuiditas perusahaan makin kecil keterlambatan penyelesaian yang terjadi. Sedangkan alasan penggunaan umur perusahaan dikarenakan
memiliki
hubungan negatif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, memiliki hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Perbedaan
kedua
terletak
pada
cara
menghitung
variabel
independennya. Jika pada penelitian Rachmawati (2008), profitabilitas dihitung dengan menggunakan return of asset (ROA), maka pada penelitian ini profitabilitas dihitung dengan menggunakan return of equity (ROE). Alasan penulis menggunakan alat ukur ROE, dikarenakan ROE lebih mencerminkan total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke pemegang saham. Dan variabel yang terakhir ukuran perusahaan dihitung menggunakan total aktiva, maka dalam peneltian ini diukur dengan total penjualan. Karena total penjualan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dan perbedaan ketiga terletak pada pemilihan sampel. Jika pada penelitian Rachmawati (2008) menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2003-2005 maka pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2006-2008.
B. Rumusan Masalah Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan auditor (ukuran KAP) terhadap audit delay dan Timelines?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan ukuran KAP terhadap audit delay dan Timeliness.
D. Manfaat Penelitian 1. Membantu para auditor dalam mengidentifikasikan faktor faktor yang mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness, sehingga diharapkan lamanya Audit Delay dan Timeliness semakin berkurang. 2. Membantu profesi akuntan publik dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses audit dengan mengendalikan faktor-faktor dominan yang menyebabkan terjadinya Audit Delay dan Timeliness.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Laporan Keuangan Didalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, yang sering disebut masyarakat industri maka komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya sangat diperlukan. Perekonomian masyarakat tersebut dicerminkan dalam bentuk organisasi badan usaha yang besar dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah menyebar ke seluruh pelosok daerah dan operasinya yang sudah menjangkau secara luas bahkan sampai ke luar negeri. Para penanam modal tersebut percaya bahwa modal yang ditanam dalam perusahaan perlu diadakan pengawasan atau pengendalian, sehingga mereka sangat memerlukan laporan keuangan yang dapat dipercaya dari perusahaan dimana mereka menanamkan modalnya. Pasar modal sangat memerlukan laporan
keuangan
bagi
perusahaan
yang
melaksanakan
emisi
atau
memasyarakatkan modalnya. Demikian juga pemerintah dalam memungut pajak bagi wajib pajaknya sangat didasarkan pada laporan keuangan mereka agar diperoleh penentuan pajak yang lebih objektif. Pihak-pihak lain seperti calon penanam modal, calon pemberi kredit, serikat buruh, lembaga-lembaga keuangan serta industri lainnya sangat memerlukan laporan keuangan. Laporan keuangan yang disajikan tersebut hendaknya dapat memenuhi keperluan yaitu dapat memberi informasi secara kuantitatif, lengkap dan dapat dipercaya. Disamping itu laporan keuangan harus mencerminkan keadaanya
secara tepat dan netral sehingga para pengambil kepurusan yang mendasarkan diri pada laporan keuangan tidak tersesat. Laporan keuangan yang biasanya terdiri dari posisi keuangan atu neraca dan laporan laba rugi harus disajikan secara wajar. Neraca dibuat dengan maksud untuk menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan atau organisasi
pada
suatu
saat
tertentu
sedangkan
laporan
laba
rugi
menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai dalam suatu periode waktu tertentu. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu kepada berbagai pihak yang berkepentingan (Yusuf, 2001:21). Oleh Karena itu dibutuhkan suatu bahasa yang sama agar apa yang dimaksudkan dalam suatu laporan dapat dipahami dalam pengertian yang sama oleh pihak-pihak tersebut sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahpahaman (Wijaya, 2003). Menurut Weggandt (1995:6) dalam (Indriana, 2005) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut “laporan keuangan
merupakan
sarana
utama
dimana
informasi
keuangan
dikomunikasikan dengan pihak luar perusahaan, laporan ini memberikan sejarah kuantitatif perusahaan dalam satuan uang”. Adapun
pengertian
laporan
keuangan
adalah
sebagai
berikut:
“Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dengan berbagai cara seperti misalnya: sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut. Misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga” (PSAK, KDPPLK No. 7). Laporan keuangan yang telah disusun dan disajikan kepada semua pihak yang berkepentingan pada hakekatnya merupakan alat komunikasi. Artinya laporan keuangan digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari perusahaan dan kegiatan-kegiatan perusahaan tersebut kepada para pihakpihak yang berkepentingan, sehingga manajemen mendapat informasi yang bermanfaat untuk: (Munawir, 2000:3) a) Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan. b) Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap bagian, proses atau produksi, serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai. c) Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggungjawab. d) Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan guna mencapai hasil yang baik. Menurut PSAK No. 1 (2002, par 07) “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan mereka”. 2. Audit Auditing adalah sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataanpernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat hubungan antara pernyatan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan. (Mulyadi, 2002 :9) Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar , dalam segala hal yang bersifat materiil, sesuai dengan prinsip-prinsip akutansi yang lazim. (Asmara, 1996:35). Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan auditor (Mulyadi, 2002:20): a) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report). b) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion reportwith explanatory language). c) Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report). d) Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse opinion report). e) Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report).
Kegiatan yang dilakukan oleh IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) antara lain meliputi penetapan Standar-standar auditing untuk profesi (Asmara, 1996:8-9) 1. Standar Auditing yang Diterima Umum Standar Auditing yang paling dikenal adalah Standar-standar auditing yang diterima umum. Di Indonesia, Standar auditing ini tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik. Standar auditing ini : a. Menetapkan kualitas kerja dan seluruh tujuan yang akan dicapai dalam suatu audit laporan keuangan. b. Terdiri dari Standar Umum, standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan.
2. Standar Umum Standar umum berhubungan dengan kualifikasi atau seorang auditor dan kualitas pekerjaan auditor. Standar umu terdiri dari 3 standar, (Mulyadi, 2002: 25) yaitu : a. Latihan tehnis dan kecakapan yang memadai b. Independesi sikap mental c. Kecermatan dan keseksamaan dalam menjalankan pekerjaan 3. Standar Pekerjaan Lapangan Standar pekerjaan lapangan terutama berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan audit dilapangan. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari 3 standar, yaitu :
a. Perencanaan yang cukup dan pengawasan yang memadai b. Memahami struktur pengendalian intern c. Memperoleh bukti kompeten yang cukup 4. Standar
Pelaporan
Standar
pelaporan
berhubungan
dengan
masalah
pengkomunikasian hasil-hasil audit. Standar pelaporan ini terdiri dari 4 standar, yaitu: a. Laporan keuangan disajikan sesuai Standar Akuntansi Keuangan. b. Konsisten penerapan Standar Akuntansi Keungan. c. Pengungkpan yang memadai. d. Pernyataan pendapat.
3. Audit Delay Seperti yang dikutip dari Guy, Alderman dan Winters (2002) menurut American Accounting Assosiation Committe dalam (Basic Accounting Concept) telah mendefinisikan auditing sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadiankejadian ekonomi untuk menentukan tingkat hubungan antara pernyataanpernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomukasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan. (Asmara, 1996:5). Dalam pelaksanaan audit perlu adanya perencanaan audit yang salah satunya penyusunan anggaran waktu (time budget) yang secara sederhana
menetapkan pedoman mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit. Anggaran waktu apabila digunakan secara tepat dapat memiliki sejumlah manfaat. Anggaran tersebut dapat memberikan metode yang efisien untuk menjadual staf, memberikan pedoman tentang berbagi bidang audit memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja secara efisien, dan bertindak sebagai alat untuk menentukan honor audit. Akan tetapi anggaran waktu apabila tidak digunakan tepat dapat merugikan, anggaran waktu merupakan suatu pedoman tetapi tidak absolut. Jika auditor menyimpang dari program audit apabila terjadi perubahan kondisi, auditor mungkin juga terpaksa menyimpang dari anggaran waktu. Auditor tekadang merasa mendapat tekanan. Menurut Ashton, Willingham dan Elliot (1987) dalam (Novita, 2004) dikatakan bahwa proses audit sangat memerlukan waktu yang berakibat adanya audit delay yang nantinya akan sangat berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan. Audit delay merupakan lamanya waktu dari tanggal tutup tahun fiskal perusahaan sampai dengan tanggal laporan auditor dengan menghitung rata rata jumlah audit delay pada selurah perusahaan. Jika nilainya dibawah rata rata tidak terjadi audit delay dan jika di atas rata rata terjadi audit delay (Ettredge, Li Chan dan Sun Lili, 2005). 4. Timeliness Salah satu pengukuran transparansi dan kualitas pelaporan keuangan adalah ketepat waktuan. Rentang waktu antara akhir tahun perusahaan dengan tanggal pelaporan informasi keuangan kepada publik sangat terkait dengan
kualitas informasi yang dilaporkan. Menurut Suwardjono (2002) ketepatan waktu informasi adalah informasi yang tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan. Owusu-Ansah (2000), secara konsepsual yang dimaksud dengan tepat waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat yang diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi rentang waktu antara akhir tahun buku dan pengumuman laporan audit dan pelaporan laporan keuangan. Ashton, Graul, dan Newton (1989) dalam McGee (2006) menyatakan bahwa ukuran KAP, klasifikasi industry, item item luar biasa, dan net income adalah beberapa faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap ketepat waktuan penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep-36/PM/2003 bahwa laporan keuangan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Ketepatan waktu diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana kategori 0 untuk perusahaan yang tidak tepat waktu dan kategori 1 untuk perusahaan yang tepat waktu. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness 1. Profitabilitas Tingkat profitabilitas diperkirakan mempengaruhi audit delay dan timeliness. Menurut Givoly & Palmon (1982) bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan
keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajemen
akan
cenderung
melaporkan
tepat
waktu
dan
jika
pengumuman laba berisi berita buruk, maka pihak manajemen cenderung melaporkan tidak tepat waktu. Carslaw & Kaplan (1991) yang menyatakan perusahaan yang mengalami rugi cenderung memerlukan auditor untuk memulai proses pengauditan lebih lambat dari biasanya. Oleh karena hal tersebut, maka akan terjadi pula keterlambatan dalam menyampaikan kabar buruk kepada publik. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik secepatnya kepada publik. Mereka juga memberikan alasan bahwa auditor yang menghadapi perusahaan yang mengalami kerugian memiliki respon yang cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan proses pengauditan. Return Of Equity (ROE) =
Laba Bersih Deviden Saham Pr efern Rata Rata Modal Saham Biasa
2. Solvabilitas Analisa solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan menutupi seluruh kewajiban-kewajibannya. Solvabilitas juga mengindikasikan jumlah modal yang dikeluarkan oleh investor dalam rangka menghasilkan laba. Menurut Carslaw & Kaplan (1991) proporsi relatif dari hutang terhadap total aset mengindikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan
kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula resiko kerugiannya. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat cenderung
biasanya
dapat
melakukan
kesalahan
manajemen
(mismanagement) dan kecurangan (fraud). Proporsi yang tinggi dari hutang terhadap total aset ini, akan mempengaruhi likuiditas yang terkait dengan masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), yang pada akhirnya memerlukan kecermatan yang lebih dalam pengauditan. Total Debt to Total Assets (TDTA) =
Total Kewajiban Total Aktiva
3. Likuiditas Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh rasio lancar yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini dapat memberikan sebuah ukuran likuiditas yang cepat, mudah digunakan dan mampu menjadi indikator terbaik dari sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat (Brigham & Houston, 2006). Penelitian Suharli dan Rachpiliani (2006) memberikan bukti empiris bahwa likuiditas mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan
perusahaan
dan
memiliki
hubungan
searah.
Apabila
perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin besar, ini berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang tinggi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini merupakan berita baik (good news) sehingga perusahaan dengan kondisi seperti ini cenderung untuk tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya. Current Ratio (CR) =
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
4. Size Perusahaan Terkait dengan ketepatwaktuan
laporan
keuangan
tahunan, ukuran
perusahaan juga merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan. Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dipengaruhi oleh kompleksitas operasional, variabilitas dan intensitas transaksi perusahaan tersebut yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan dalam menyajikan laporan keuangan kepada publik. Dyer
dan
McHugh
(1975)
menyatakan
bahwa
manajemen
perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit (Audit Delay) dan penundaan laporan keuangan yang disebab-kan oleh karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asoisasi perdagangan dan agen regulator. Di samping itu ukuran perusahaan juga memiliki alokasi dana yang lebih besar untuk membayar
biaya audit (audit fees), hal ini menyebabkan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki Audit Delay dan Timeliness yang lebih pendek bila dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih kecil. 5. Umur perusahaan Perusahaan dengan umur yang makin tua, cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup (Saleh, 2004). Owusu dan Ansah (2000) menyatakan, ketika sebuah perusahaan berkembang dan para akuntannya belajar lebih banyak masalah pertumbuhan, menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat diminimalisasikan. Akibatnya perusahaan mapan yang memiliki umur lebih tua cenderung lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan karena pengalaman belajar. 6. Kantor Akuntan Publik (KAP) Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangundangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional
dalam
praktek akuntan publik. Menurut Arens dan Loebbeck mengkategorikan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) menjadi
empat kategori: (a)
KantorAkuntan Publik Internasional “Big Four”, (b) Kantor Akuntan Publik Nasional, (c) Kantor Akuntan Publik Lokal dan (d) Regional, Kantor Akuntan Publik Lokal Kecil
6. Kerangka Teoritis Di bawah ini merupakan kerangka teoritis yang memperlihatkan model penelitian yang akan dilakukan. Variable independent
1. Profitabilitas 2. Solvabilitas 3. Likuiditas 4. Size Perusahaan 5. Umur Perusahaan 6. Kantor akuntan Publik
Variabel dependent
1.Audit Delay 2.Timeliness
7. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu a) Penelitian Courtis (1976) menunjukkan bahwa variabel yang paling signifikan pengaruhnya terhadap audit delay adalah tingkat profitabilitas perusahaan. Jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay lebih pendek dibandingkan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih rendah. Perusahaan tambang dan eksplorasi lebih lambat pelaporannya daripada kelompok industri tertentu. Sedangkan ukuran perusahaan (total aktiva), umur perusahaan, jumlah pemegang saham dan jumlah halamam pelaporan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Rata-rata audit delay untuk perusahaan-perusahaan publik di New Zelland adalah 83 hari. b) Givoly and Palmon (1982) dalam (Rachmawati, 2008) melakukan penelitian terhadap lima aspek yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan yang meliputi trend keterlambatan laporan keuangan, bentuk pengumuman dalam industri, hubungan antara keterlambatan
dengan pelaporan dengan isi laporan, hubungan antara keterlambatan dengan atribut perusahaan dan hubungan antara keterlambatan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata keterlmbatan yang terjadi antara 41 hari hingga 63 hari. Tepat waktu dikaitkan dengan isi laporan adalah kelambatan penerbitan laporan keuangan dikaitkan dengan berita baik (good news) dan berita buruk (bad news). Berita baik dan buruk erat kaitannya dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Perusahaan yang tingkat labanyan tinggi akan menerbitkan laporan keuangan lebih cepat daripada perusahaan yang tingkat profitabilitasnya rendah. c) Rachmat Saleh (2004), Made Gede dan Wirakusuma (2004), dan Bandi dan Santoso Tri Hananto (2002). Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, dan pelaporan item – item luar biasa dan atau kontinjensi. Hasilnya menunjukkan
bahwa
terdapat
faktor
spesifik
perusahaan
yang
mempengaruhi ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, sedangkan beberapa faktor lainnya tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu. Tetapi dari beberapa penelitian yang dilakukan, terdapat faktor yang memiliki jenis hubungan yang bertentangan dengan logika teorinya,misalnya hasil penelitian oleh Rachmat Saleh (2004). Bahkan ada kontroversi mengenai jenis hubungan suatu faktor antara hasil peneliti yang satu dengan yang lainnya, misalnya hasil penelitian Rachmat Saleh (2004), dan Bandi dan Santoso Tri Hananto (2002). Penelitian ini
dilakukan untuk menguji kembali beberapa faktor – faktor dalam penelitian terdahulu yang mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan, untuk melihat pengaruh dan jenis hubungannya, sekaligus meneliti apakah ada pengaruh dari faktor lain yang belum diteliti oleh peneliti terdahulu, yaitu likuiditas, terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, tujuan dari penelitian ini adalahmengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan, dan pelaporan item – item luar biasa dan/atau kontinjensi terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan perusahan.
8. Hipotesis 1. Pengaruh
faktor
profitabilitas,
solvabilitas,
likuiditas,
umur
perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap Audit Delay. Ashton & Elliot (1987) meneliti hubungan antara Audit Delay dengan beberapa variable independen yang terdiri dari total pendapatan, kompleksitas perusahaan, jenis industri, status perusahaan publik atau non publik, bulan penutupan tahun buku, kualitas sistem pengendalian internal, kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, EDP, campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim
dan akhir tahun, lamanya perusahaan menjadi klien KAP, besarnya laba rugi, tingkat profitabilitas dan jenis opini. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata interval waktu antara tanggal penutupan tahun buku dan tanggal laporan audit adalah 62.5 hari dengan variabel-variabel signifikan berpengaruh memperpanjang Audit Delay adalah jenis opini qualified, jenis perusahaan industri dibandingkan perusahaan finansial, status perusahaan bukan publik, bulan penutupan tahun buku selain Desember, SPI & EDP yang lemah, dan perjanjian pemerikasaan relatif lebih banyak dilakukan setelah berakhirnya penutupan tahun buku. Owusu-Ansah (2000) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan pelaporan dengan menggunakan teknik regresi two stage least square (2SLS) untuk mengetahui bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan dapat menjelaskan ketepatwaktuan pelaporan Na’im (1998) menemukan bahwa ketepatwaktuan penyetoran laporan keuangan tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat ditunjukkan sebagai
ketaatan
terhadap
peraturan
yang
berlaku.
Dengan
mengelompokkan sampel ke dalam kategori taat dan tidak taat, hasilnya menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan. Sementara ukuran perusahaan dan opini akuntan publik tidak berpengaruh terhadap ketepat waktuan pelaporan laporan keuangan tahunan. Halim (2000) melakukan penelitian tentang Audit Delay di Indonesia dengan menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 1997. Variabel independen yang digunakan total revenue, jenis industri,
bulan penutupan buku tahun, lamanya menjadi klien KAP, rugi atau laba operasi, tingkat profitabilitas dan jenis opini. Dari hasil penelitian diperoleh
Audit
Delay
cenderung
panjang
apabila
perusahaan
menggunakan tahun buku 31 Desember, perusahaan telah lama menjadi klien KAP tertentu dan melaporkan kerugian, sedangkan hasil penelitian multivariate menunjukkan bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak sangat berpengaruh terhadap Audit Delay adalah tahun buku dan pelaporan kerugian. Wirakusuma (2004) melakukan penelitian yang bertujuan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi rentang waktu penyajian laporan keuangan ke publik (studi empiris mengenai keberadaan divisi internal audit pada perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Adapun hal yang diuji adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, jenis industri, imternal audit, reputasi auditor, opini auditor dan jumlah waktu pelaksanaan audit. Hasil yang diperoleh adalah faktorfaktor (1) ukuran perusahaan profitabilitas internal, auditor dan opini auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan. Sedangkan jenis industri dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit lap keuangan tahunan. Dari uraian diatas maka hipotesa yang diajukan adalah: Ha1 : Terdapat pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap Audit Delay
2. Pengaruh
faktor
profitabilitas,
solvabilitas,
likuiditas,
umur
perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap Timelines. Penelitian
empiris
yang
dapat
menunjukkan
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan perilaku ketepatwaktuan laporan keuangan dilakukan oleh Dyer & Mc Hugh (1975) yang meneliti faktorfaktor spesifik perusahaan, yaitu ukuran perusahaan, tanggal akhir tahun tutup buku dan tingkat profitabilitas. Temuan mereka menghasilkan adanya hubungan yang signifikan dari ukuran perusahaan dan tanggal akhir tahun tutup buku dengan ketepatwaktuan laporan keuangan, sementara tingkat profitabilitas tidak berhubungan signifikan dengan ketepatwaktuan laporan keuangan. Menurut Courtis (1976) dan Giling (1977), bahwa mereka tidak menemukan hubungan hubungan yang konsisten antara faktor-faktor spesifik perusahaan dengan perilaku ketepatwaktuan penyajian laporan keuangan. Dalam penelitian Whittered (1980) dan Owusu-Ansah (2000) menemukan bahwa tidak ada pendekatan yang memadai untuk menjelaskan perilaku pelaporan keuangan dari perusahaan. Sementara itu Givoly & Palmon (1982) menggunakan ukuran perusahaan dan kompleksitas
operasi
untuk
dapat
menjelaskan
ketepatwaktuan
(Timeliness), menemukan bahwa penundaan pelaporan erat kaitannya dengan pola industri dan tradisi kabar buruk (bad news) cenderung ukuran perusahaan menunjukkan hubungan negatif dengan ketepatwaktuan laporan keuangan tahunan. Penelitian yang dilakukan Givoly & Palmon
(1982)
juga
menguji
pengaruh
karakteristik
perusahaan
dengan
ketepatwaktuan waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan keterlambatan pelaporan dan kompleksitas audit secara langsung berhubungan dengan keterlamabatan pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Chambers & Pennman (1984) di Amerika menemukan bukti empiris bahwa ada hubungan terbalik antara besarnya perusahaan dan keterlambatan pelaporan. Dari uraian diatas maka hipotesa yang diajukan adalah: Ha2: Terdapat pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap timeliness
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2006-2008. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah metoda purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang representatif berdasarkan kriteria yang ditentukan. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan dalam penentuan sampel penelitian, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap hasil analisis. Adapun kriteria-kriteria yang dipilih dalam penentuan sampel adalah: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara berturut-turut untuk periode 2006-2008 2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuk 2006-2008 3. Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan secara aktif di BEI
B. Pengukuran Variabel
Sekaran (2006) menyatakan bahwa variabel merupakan sesuatu yang membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai ini dapat berbeda dalam waktu yang lain untuk objek atau orang yang sama atau dapat juga berbeda pada waktu yang sama untuk orang atau objek yang berbeda. Penelitian ini menggunakan dua variabel utama, yaitu variabel independen dan dependen. Adapun definisi dan pengukuran masingmasing variabel akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Variabel Dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay dan ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan. Audit delay, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen dengan menggunakan rata rata jumlah total seluruh perusahaan. Jika nilainya dibawah rata rata tidak terjadi audit delay dan jika di atas rata rata terjadi audit delay. Sedangkan Timeliness, diukur dari lamanya hari yang dibutuhkan untuk mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke publik, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan (31 Desember) sampai tanggal penyerahan ke Bapepam (paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya). 2. Variabel Independen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Profitabilitas. Profitabilitas merupakan indikator keberhasilan perusahaan (efektifitas manajemen) dalam menghasilkan laba. Profitabilitas diproksikan dengan Return On Equity (ROE). b. Solvabilitas (Solvability) adalah kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutangnya (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang) dari harta perusahaan tersebut (Soemardjo, 1977 : 7). Solvabilitas diproksikan dengan Total Debt To Total Assets (TDTA). c. Likuiditas. Variabel ini diproksikan dengan Current Ratio (CR) yang merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. d. Ukuran Perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dinilai dari total nilai aktiva, total penjualan, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Pada
penelitian
ini,
ukuran
perusahaan
diukur
dengan
seharusnya
diukur
menggunakan proksi total penjualan. e. Umur
Perusahaan.
Umur
perusahaan
berdasarkan tanggal berdirinya perusahaan tersebut. Namun dalam penelitian ini, umur perusahaan diukur berdasarkan tanggal terdaftarnya perusahaan pertama kali di pasar modal (Owusu dan Ansah, 2000). Variabel ini diukur sejak perusahaan melakukan first issue ke Bursa Efek Indonesia.
f. Ukuran KAP. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Kategori KAP yang bermitra KAP Big Four diberi nilai dummy 1 dan kategori KAP yang tidak bermitra KAP Big Four diberi nilai dummy 0. C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah disusun di dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 1999:147). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2008, annual report dan data tanggal penyampaian laporan keuangan ke BAPEPAM periode 2006 sampai dengan 2008. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif, kemudian dilakukan pengujian model, dan terakhir pengujian hipotesis. Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel penelitian, nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu model data diuji dengan menilai kelayakan model regresi, menilai keseluruhan model (overall model fit), dan menguji koefisien regresi.
D. Metode Analisis Data Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik (logictic regression) karena variabel
bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas data pada variabel bebasnya. Dalam logictic regression selain mengabaikan uji normalitas juga tidak mensyaratkan uji heterokedastisitas. Logistic regression dipakai apabila asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi (Ghozali, 2005). Model logistic regression yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut ini: a. Pengujian variabel audit delay DAUD = β0 + β1 (ROE) + β2 (TDTA) + β3 (CR) + β4 (SALE) + β5(AGE) + β6 (KAP) + e Keterangan: DAUD
= Lamanya penyelesaian audit (audit delay)
ROE
= Return on Equity (Profitabilitas)
TDTA
= Total Debt to Total Assets (Solvabilitas)
CR
= Current Ratio (Likuiditas)
SALE
= Total penjualan (ukuran perusahaan)
AGE
= Umur perusahaan
KAP
= Ukuran KAP
b. Pengujian variabel Timeliness TIME = α0 + α1 (ROE) + α2 (SLV) + α3 (CR) + α4 (SALE) + α5 (AGE) + α6 (KAP) + e Keterangan:
TIME
= Ketepatan waktu penyampaian laporan
(Timeliness) ROE
= Return on Equity (Profitabilitas)
TDTA
= Total Debt to Total Assets (Solvabilitas)
CR
= Current Ratio (Likuiditas)
SALE
= Total penjualan (ukuran perusahaan)
AGE
= Umur perusahaan
KAP
= Ukuran KAP
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik (logictic regression). Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan dilakukan pengujian Kelayakan model regresi, pengujian keseluruhan model (overall model fit), pengujian Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square), dan Matrik Klasifikasi.
Kemudian dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut: 1. Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah :
H0: Tidak ada perbedaan antara model dengan data Ha: Ada perbedaan antara model dengan data Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2006). 2. Menilai keseluruhan model (overall model fit) Analisis yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus diterima atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan degree of freedom n – q, dimana q adalah parameter dalam model, output SPSS akan memberikan dua nilai 2LogL, yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan yang kedua untuk model dengan konstanta dan variabel bebas. Dengan alpha 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut :
a. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model fit dengan data. b. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data. Adanya pengurangan nilai antara - 2LogL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian "Sum of Square Error" pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik. 3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel–variabel independen mampu memperjelaskan variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2006). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya. 4. Matrik Klasifikasi Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perpindahan KAP yang
dilakukan oleh perusahaan. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat dilihat pada Classification Table. 5. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi (α). Jika nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi /α ) maka berarti H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, bila asymtotik signifikan > dari 0,05 (tingkat signifikansi / α) maka berarti H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap audit delay dan timeliness pada perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Berdasar pada kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut: Tabel IV. 1 Hasil Pengambilan Sampel Kriteria Sampel Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2006 Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2007 Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2008 Perusahaan manufaktur yang tidak secara berturut-turut terdaftar di BEI tahun 20062008
Jumlah observasi tahun 2006-2008 Sumber : Hasil Sampling Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah sampel tahun 2006-2008 sebanyak 145 perusahaan per tahun. Perusahaan manufaktur yang tidak secara berturut-turut terdaftar di BEI tahun 2006-2008 sebanyak 18 perusahaan. Jumlah observasi selama perioda penelitian 417 perusahaan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan
Jumlah 145 145 145 (18) 417
menggunakan regresi logistik dengan menggunakan software SPSS 16.0 for windows. B. Statistik Deskriptif Satistik
deskriptif
merupakan
statistik
umum
yang mencoba
memberikan gambaran dengan data yang ada dalam penelitian. Berikut ini statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel IV.2 Statistik Deskriptif N
Minimum .01
Maximum 34.35
Mean 2.1335
Std. Deviation 2.80583
CR
417
TDTA
417
.05
72.73
.8262
3.57458
ROE
417
-6992.60
2164.37
-7.7712
373.30364
KAP
417
0
417
4401.00
AGE
417
1.00
1 97064000. 00 31.00
.43 3124268.5 707 14.4101
.496 8192898.6052 1 5.33468
TIME
417
0
1
.38
.486
DAUD
417
0
1
.61
.487
Valid N (listwise)
417
SALE
Keterangan : DAUD = Lamanya penyelesaian audit (audit delay) TIME = Ketepatan waktu penyampaian laporan (Timeliness) ROE
= Return on Equity(Profitabilitas)
TDTA = Total Debt to Total Assets (Solvabilitas) CR
= Current Ratio (Likuiditas)
SALE = Total penjualan (ukuran perusahaan) AGE = Umur perusahaan KAP
= Ukuran KAP
Sumber: Hasil Olah Data
Variabel current ratio sebagai proksi likuiditas memiliki nilai minimum sebesar 0.01 dengan nilai maksimum 34.35. Nilai rata-rata current ratio sebesar 2.13 dengan standar deviasi sebesar 2.80. Variabel total debt to total assets memiliki nilai minimum sebesar 0.05 dengan nilai maksimum 72.73. Nilai rata-rata total debt to total assets sebesar 0.82 dengan standar deviasi sebesar 3.57. Variabel return on equity memiliki nilai minimum sebesar -6992.60 dengan nilai maksimum 2164.37. Nilai rata-rata return on equity sebesar 7.77dengan standar deviasi sebesar 373.30. Variabel KAP size memiliki nilai minimum sebesar 0 dengan nilai maksimum 1. Nilai rata-rata KAP size sebesar 0.43 dengan standar deviasi sebesar 0.49. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 4401.00 dengan nilai maksimum 97064000. Nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar 3124268.5 dengan standar deviasi sebesar 8192898.6 Variabel umur perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 1 tahun dengan nilai maksimum 31 tahun. Nilai rata-rata umur perusahaan sebesar 14.4 tahun dengan standar deviasi sebesar 5.33. Variabel lamanya penyelesaian audit memiliki nilai minimum sebesar 0 dengan nilai maksimum 1. Nilai rata-rata lamanya penyelesaian audit sebesar 0.61 dengan standar deviasi sebesar 0.48.
Variabel ketepatan waktu penyampaian laporan memiliki nilai minimum sebesar 0 dengan nilai maksimum 1. Nilai rata-rata ketepatan waktu penyampaian laporan sebesar 0.38 dengan standar deviasi sebesar 0.48. C. Uji Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap audit delay dan timeliness pada perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Uji hipotesis dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap berikut ini. 1. Uji fit Model Pengujian ini bertujuan untuk menilai tingkat kecocokan model penelitian dengan data yang digunakan. Hasil uji fit model untuk regresi persamaan 1 tersaji pada tabel berikut ini. Tabel IV.3 Uji Fit Model 1 Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 10.910
df
Sig. 8
.207
Sumber: Hasil Olah Data Berdasar tabel di atas diketahui bahwa uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit menunjukkan nilai Chi-square sebesar 10.910 dengan signifikansi sebesar 0.207. Pengujian memberikan hasil signifikansi di atas 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi persamaan 1 telah cocok (fit) antara model penelitian dengan data yang digunakan.
Hasil uji fit model untuk regresi persamaan 2 tersaji pada tabel berikut ini. Tabel IV.4 Uji Fit Model 2 Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 2.898
df
Sig. 8
.941
Sumber: Hasil Olah Data Berdasar tabel di atas diketahui bahwa uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit untuk regresi persamaan 2 menunjukkan nilai Chi-square sebesar 2.898 dengan signifikansi sebesar 0.941 Pengujian memberikan hasil signifikansi di atas 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi persamaaan 2 telah cocok (fit) antara model penelitian dengan data yang digunakan. 2. Classification Table Classification Table merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui ketepatan klasifikasi model dalam melakukan prediksi. Hasil uji classification table persamaan 1 tersaji pada tabel berikut ini : Tabel IV.5 Classification Table 1
Sumber : Hasil Olah Data Hasil uji classification table menunjukan ketepatan klasifikasi untuk perusahaan yang memiliki audit delay rendah sebesar sebanyak 17.9% sedangkan untuk perusahaan yang memiliki audit delay tinggi sebesar 88.4%. Hasil uji ini menunjukkan ketepatan klasifikasi secara keseluruhan sebesar 60%, sehingga dapat disimpulkan model regresi persamaan 1 dalam penelitian ini memiliki kemampuan prediksi yang baik karena memiliki ketepatan klasifikasi tinggi. Hasil uji classification table untuk regresi persamaan 2 tersaji pada tabel berikut ini : Tabel IV.6 Classification Table 2
Sumber : Hasil Olah Data Hasil uji classification table untuk model regresi ke-2 menunjukan ketepatan klasifikasi untuk perusahaan yang memiliki tidak tepat waktu dalam penyampain laporan keuangan sebesar sebanyak 96.5% sedangkan untuk perusahaan yang tepat waktusebesar 5.7%. Hasil ini menunjukkan ketepatan klasifikasi secara keseluruhan
sebesar
61.9%, sehingga dapat disimpulkan model regresi persamaan 2 dalam
penelitian memiliki kemampuan predikais yang baik karena memiliki ketepatan klasifikasi tinggi. 3. Negelkerke R Square Hasil pengujian untuk Negelkerke R Square untuk regresi persamaan ke-1 tersaji pada tebel berikut ini. Tabel IV.7 Uji R Square 1 Step 1
-2 Log likelihood 541.709(a)
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.048
.065
Sumber: Hasil Olah Data Cox-Snell R2 dan Nagelkerke R memiliki analogi yang sama dengan nilai R-square pada regresi linier. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Negelkerke R Square sebesar 0.065. Hal tersebut berati 6.5% perubahan audit delay oleh return on equity, total debt to total assets, current ratio, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan ukuran KAP, sisanya 93.5% dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian. Hasil pengujian untuk Negelkerke R Square untuk regresi persamaan ke-2 tersaji pada tebel berikut ini. Tabel IV.8 Uji R Square 2 Step 1
-2 Log likelihood 534.294(a)
Sumber: Hasil Olah Data
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.047
.064
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Negelkerke R Square untuk regersi persamaam ke-2 sebesar 0.064. Hal tersebut berati 6.4% ketepatan penyapaian pelaporan keuangan dipengaruhi oleh return on equity, total debt to total assets, current ratio, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan ukuran kap, sisanya 93.4% dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian. 4. Omnibus Test Omnibus Test merupakan analisis yang digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji Omnibus Test untuk regresi persamaan 1 tersaji pada tabel berikut ini. Tabel IV.9 Omnibus Test 1 Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
20.542
6
.002
Block
20.542
6
.002
Model
20.542
6
.002
Sumber: Hasil Olah Data Omnibus Test dapat dianalogikan seperti nilai F pada pengujian regresi linier. Hasil Omnibus test diperoleh koefisien Chi-Square sebesar 20.542
dengan
tingkat
signifikansi
sebesar
0.002.
Pengujian
memberikan hasil yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa return on equity (profitabilitas), total debt to total assets (solvabilitas), current ratio (likuiditas), ukuran perusahaan, umur perusahaan dan
ukuran kap berpengaruh secara simultan terhadap audit delay. Hipotesis 1a diterima. Hasil uji Omnibus Test untuk regresi persamaan 2 tersaji pada tabel berikut ini. Tabel IV.10 Omnibus Test 2 Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
20.061
6
.003
Block
20.061
6
.003
Model
20.061
6
.003
Sumber: Hasil Olah Data Hasil Omnibus test diperoleh koefisien Chi-Square sebesar 20.061
dengan
tingkat
signifikansi
sebesar
0.003.
Pengujian
memberikan hasil yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa return on equity (profitabilitas), total debt to total assets (solvabilitas), current ratio (likuiditas), ukuran perusahaan, umur perusahaan dan ukuran kap berpengaruh secara simultan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan (timeliness). Hipotesis 2a diterima. 5. Nilai t Nilai t regresi pada logistik regresi tersaji pada tabel variable in equation. Nilai Wald pada tabel dapat dianalogikan sebagai t hitung, segangkan kolom B merupakan koefisien regresi dan konstanta. Hasil pengujian dapat dilihat pada kolom sig (nilai p). Jika nilai p memberikan hasil di bawah 0.05, hal tersebut menunjukan pengujian
memberikan hasil yang signifikan. Hasil uji t regresi logistik persamaan ke-1 tersaji pada tabel berikut ini. Tabel IV.11 Nilai t Regresi 1 Variables in the Equation
B Step 1
a
CR
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
-.028
.039
.523
1
.469
.972
.942
.317
8.837
1
.003
2.566
-.00026
.000
.364
1
.546
1.000
-.172
.226
.581
1
.446
.842
-.0000000053
.000
.178
1
.673
1.000
AGE
-.001
.021
.004
1
.950
.999
Constant
-.010
.360
.001
1
.977
.990
TDTA ROE
.
KAP SALE
a. Variable(s) entered on step 1: CR, TDTA, ROE, KAP, SALE, AGE.
Sumber: Hasil Olah Data Hasil pengujian terhadap variabel return on equity sebagai proksi profitabilitas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar 0.000 dengan signifikansi sebesar 0.546 Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian dari Rachmawati (2008). Akan tetapi hasil tidak sejalan penelitian Carslaw dan Kaplan (1991) dan Ekowati (1996) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Seperti yang dikutip dari Carslaw dan Kaplan (1991) lebih singkatnya audit delay pada perusahaan yang lebih besar disebabkan karena perusahaan yang lebih besar mempunyai efisiensi
dan sistem pengendalian yang lebih kuat. Selain itu hal tersebut juga berkaitan dengan pelayanan yang lebih baik untuk klien yang lebih besar oleh perusahaan untuk memastikan kepuasan klien. Hasil pengujian terhadap variabel total debt to total assets sebagai proksi solvabiltas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar 0.942 dengan signifikansi sebesar 0.003. Pengujian memberikan hasil yang .signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa solvabilitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian dari Rachmawati (2008). Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ekowati (1996) yang menyatakan bahwa solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil pengujian terhadap variabel current ratio sebagai proksi likuiditas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar -0.028 dengan signifikansi sebesar 0.469. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari Suharli dan Rachpiliani (2006) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Akan tetapi penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Made Gede (2004) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Ini menunjukkan bahwa dalam perusahaan mungkin terjadi pengelolaan aktiva yang tidak
efektif, karena hanya dengan menggunakan aktiva lancar saja (yang jumlahnya hanya setengah dari total aktiva) dapat menutup seluruh total hutang (yang mencakup seluruh komponen hutang lancar dan hutang jangka panjang). Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa terdapat aktiva yang menganggur yang tidak digunakan secara efektif oleh manajemen perusahaan. Dan jika investor melihat hal ini, maka dapat menjadi kabar buruk bagi manajemen, karena manajemen memiliki kemungkinan dipandang tidak mampu mengelola aktiva dengan baik. Oleh karena itulah walaupun jika dipandang dari likuiditas dapat dikatakan terjadi berita baik, namun jika dilihat dari kemampuan mengelola aktiva, dapat dikatakan merupakan berita buruk, oleh karena itu hasil penelitian menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hasil pengujian terhadap variabel total penjualan sebagai proksi ukuran perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar 0.000 dengan signifikansi sebesar 0.673. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitin sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawati (2008), akan tetapi hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian dari Givoly & Palmon (1982) yang mengatakan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit delay. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya sistem pengendalian intern
perusahaan yang kuat dan baik, sehingga penyampaian laporan keuangan auditan sudah ditentukan waktunya. Hasil pengujian terhadap variabel umur perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar -0.001 dengan signifikansi sebesar 0.950. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian dari Rachmat Saleh (2004). Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ansah (2000) dan Almilia Setiady yang menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sebuah perusahaan berkembang dan para akuntannya belajar lebih banyak masalah pertumbuhan, menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat diminimalisasikan. Akibatnya perusahaan mapan yang memiliki umur lebih tua cenderung lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan karena pengalaman belajar. Hal menunjukkan bahwa semakin tinggi umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan. Hasil pengujian terhadap variabel ukuran KAP diperoleh koefisien regresi sebesar -0.172 dengan signifikansi sebesar 0.446. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
dari Rachmawati (2008) dan Subekti, Widiyanti, dan Novi (2004) yang menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Lamanya waktu penundaan disebabkan waktu melengkapi audit akhir tahun dan adanya waktu negosiasi klien dengan auditor. Hasil uji t regresi logistik persamaan ke-2 tersaji pada tabel berikut ini. Tabel IV.12 Nilai t Regresi 2 Variables in the Equation
B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
CR
-.158
.066
5.768
1
.016
.854
TDTA
-.353
.218
2.614
1
.106
.703
ROE
-.002
.001
1.815
1
.178
.998
KAP
-.311
.229
1.840
1
.175
.733
-.00000026
.000
2.078
1
.149
1.000
AGE
.001
.021
.001
1
.969
1.001
Constant
.259
.357
.525
1
.469
1.295
SALE
a. Variable(s) entered on step 1: CR, TDTA, ROE, KAP, SALE, AGE.
Sumber: Hasil Olah Data Hasil pengujian terhadap variabel return on equity sebagai proksi profitabilitas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar -0.002 dengan signifikansi sebesar 0.178. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Hasil ini sejalan dengan hasil
penelitian dari Rachmawati (2008) dan sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Halim (2000), Ansah (2000) yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara profitabilitas dengan Timeliness. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Na’im (1999) dan Wirakusuma (2004) yang menyatakan
bahwa
terdapat
hubungan
profitabilitas dengan Timeliness. Hal ini
yang signifikan
antara
berarti besar kecil rasio
profitabilitas perusahaan tidak mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan. Hasil pengujian terhadap variabel total debt to total assets sebagai proksi solvabiltas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar -0.158 dengan signifikansi sebesar 0.106. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa solvabilitas perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Almilia dan Setiady (2006) yang menyatakan bahwa solvabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Rachmawati (2008) dan Made Gede (2004) yang menyatakan bahwa solvabilitas mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Semakin tinggi prosentase hutang terhadap total aktiva, maka semakin tinggi pula resiko bahwa perusahaan mungkin tidak dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan
kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini menyebabkan auditor lebih berhati hati .dalam melakukan proses pengauditan, sehingga mengakibatkan lamanya rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit aporan keuangan yang mengakibatkan keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan. Hasil pengujian terhadap variabel current ratio sebagai proksi likuiditas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar -0.028 dengan signifikansi sebesar 0.016 Pengujian memberikan hasil yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Michell dan Awaliawati (2006). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Almilia dan Setiady (2006) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Maka, diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang tinggi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini merupakan berita baik sehingga perusahaan dengan kondisi seperti ini cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya. Hasil pengujian terhadap variabel total penjualan sebagai proksi ukuran perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar 0.000 dengan signifikansi sebesar 0.149. Pengujian memberikan hasil yang tidak
signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukakan oleh Ahmad dan Komarudin (2001) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Rachmawati (2008), Wirakusuma (2004), Dyer dan McHugh (1975), Carslaw dan Kaplan (1991), Owusu-Ansah (2000), dimana mereka memperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Perbedaan hasil ini terjadi, bisa dikarenakan trend yang dihasilkan tetap atau tidak ada trend dalam penelitian ini, sehingga tidak memiliki kecendurangan, maka hasilnya tidak ada pengaruh yang terjadi. Hasil pengujian terhadap variabel umur perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar 0.001 dengan signifikansi sebesar 0.969. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Rachmat Saleh (2004) yang menyatakan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Setiady (2006) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Perusahaan dengan umur yang makin tua, cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan,
pemrosesan
dan
menghasilkan
informasi
ketika
diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup. Selain itu perusahaan telah memiliki banyak pengalaman mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan pengolahan informasi dan cara mengatasinya. Perusahaan juga telah merasakan perubahan – perubahan yang terjadi selama kegiatan operasinya, sehingga perusahaan cenderung memiliki fleksibilitas dalam menangani perubahan yang akan terjadi. Hal tersebut membuat perusahaan mampu menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu. Hasil pengujian terhadap variabel ukuran KAP diperoleh koefisien regresi sebesar -0.331 dengan signifikansi sebesar 0.175. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Rachmawati (2008) dan Carslaw dan Kaplan (1991). Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan Michell dan Awaliawati (2006) yang menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh
signifikan
terhadap
timeliness.
DeAngelo
(1981)
menyatakakan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Dan menurut Loeb (1971) kantor akuntan besar disebutkan memiliki
akuntan yang berprilaku lebih etikal daripada akuntan di kantor akuntan kecil.
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap audit delay dan timeliness pada perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik dengan software SPSS 16.0 For Windows. Berdasarkan analisis penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut. 1. return on equity (profitabilitas), total debt to total assets (solvabilitas), current ratio (likuiditas), ukuran perusahaan, umur perusahaan dan ukuran KAP berpengaruh secara simultan terhadap audit delay. 2. return on equity (profitabilitas), total debt to total assets (solvabilitas), current ratio (likuiditas), ukuran perusahaan, umur perusahaan dan
ukuran KAP berpengaruh secara simultan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan (timeliness). 3. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel solvabiltas berpengaruh terhadap audit delay. Pengujian terhadap variabel return on equity (profitabilitas), current ratio (likuiditas), ukuran perusahaan, umur perusahaan dan ukuran KAP tidak memberikan hasil yang signifikan. 4. Pengujian secara parsial terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan menunjukkan bahwa variabel likuiditas yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan. Pengujian terhadap variabel
return
on
equity
(profitabilitas),
salvabilitas,
ukuran
perusahaan, umur perusahaan dan ukuran KAP tidak memberikan hasil yang signifikan. B. Implikasi Penelitian 1. Bagi Investor Hasil ini penelitian ini memberikan gambaran kepada invetor mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi audit delay dan ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan perusahaan yang dapat untuk membantu investor dalam menilai kinerja manajemen perusahaan. 2. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi berkaitan dengan penelitian audit delay dan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan serta dapat menjadi acuhan dasar dalam mengembangkan
penelitian selanjutnya tentang audit delay dan
ketepatwaktuan
penyampaian laporan keuangan. C. Keterbatasan dan Saran 1. Penelitian ini hanya menggunakan manufaktur sebagai sampel, sehingga perlu kehati-hatian dalam menggeneralisir hasil penelitian. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian di luar perusahaan manufaktur. 2. Perioda penelitian relatif pendek yaitu 2006 sampai dengan tahun 2008. Penelitian
selanjutnya
disarankan
untuk
memperpanjang perioda
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad dan Kamarudin, 2001. Audit delay and the timeliness of Corporate reporting: malaysian evidence. Journal of Accounting Research. Almilia, LS dan Setiady , Lucas. 2006. Faktor Faktor yang mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Seminar Nasional Good Corporate Governance Universitas Trisakti Jakarta Arens, Lobbecke. Auditing. 1996 Terjemahan: Amir Abadi Jusuf Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta. Salemba Empat Ashton, R.H., Willinghan, J.J, dan Elliot, R.K. 1987. “An Empirical Analysis of Audit Delay”. Journal of Accounting Research. Vol 25. No 2. (Autumn), pp 275-292. Asmara, Eka Noor dan Rusmin, 1996, Auditing, Yogyakarta, UPPAMPYKPN. Badan Pengawas Pasar Modal. 2005. website: http://www.bapepam.go.id
Carslaw, C.A.P.N dan Steven E. Kaplan. 1991. “An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand”. Acc and Business Research, Vol 22. Chambers, A.E and S.H. Pennman, 1984. “Timeliness of Reporting and The Stock PriceReaction Announcement”. Journal of Accounting Research. Courtis, J.K. 1976. Relationship Between Timeliness of Corporate Reporting and Corporate Attributes. Dyer, J.d and A.J. McGough. 1975. “The Timeliness of The Australian Annual Report”. Journal of Accounting Research. Autumn, pp204-219 Ettredge, Li Chan dan Sun Lili. 2005. Internal Control Quality and Audit Delay in the SOX Era. Journal of Accounting Research. Givoly, D., dan Palmon, D., July 1982. “Timeliness of Annual Earnings Announcements: Some Empirical Evidence”. The Accounting Review. Vol LVII. No 3. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Varianada. 2000. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay: StudiEmpiris pada Perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2. No.1. Pp63-75. Imam, Kamarul. 2008. Logistic Regression. Available, http://www.google.com Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE Yogyakarta Kurniawan, Deny. 2008. Regresi http://www.ineddeni.wordpress.com
Logistik.
Available,
McGee, Robert W. 2006 . Timeliness of Financial Reporting in The Russian Energy Sector. Andreas School of Business Working Papers Series. Mulyadi, 2002. Auditing, Universitas Gajah Mada : penerbit Salemba Empat. Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit Liberty Na’im, Ainun. 1998. “Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan: Analisis Empirik Regulasi Informasi di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Vol.15. No. 2. Pp85-100.
Owusu-Ansah, S., 2000. “Timeliness of Corporate Reporting in Emerging Capital Markets: Empirical Evidence from Zimbabwe Stock Exchange”. Accounting and Bussiness Research. Summer: pp. 243-254. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2008. www.bapepam.go.id Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10,No.1 (Mei) : pp 1-10. Saleh, Rachmat. 2004. Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, Desember 2004. Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi Empat, Buku Satu. Jakarta : Salemba Empat. Suharli, M., dan Rachpriliani, A. 2006. Studi Empiris Faktor yang Berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.8 No.1 (April): 34-55. Wirakusuma, Made Gede. 2004. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik (Studi Empiris Mengenai Keberadaan DivisiInternal Audit pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.Makalah Seminar Nasional Akuntansi VII, Denpasar. www.idx.co.id