0
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEMBACA DAN TINGKAT KEPUASAN REMAJA TERHADAP PENERBIT KOMIK JEPANG (MANGA)
IBNU AKBAR
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kegiatan remaja mengisi waktu luang digunakan untuk melakukan hobi mereka masing-masing. Dalam keadan penat, hobi dapat menjadi pemicu untuk kembali semangat lagi dalam beraktivitas sehari-hari, dan menghilangkan
rasa
penat
dengan
rutinitas
yang
ada.
Remaja
biasa
menyebutkan bahwa hobi sebagai media untuk refreshing. Ada banyak hobi yang yang biasa remaja lakukan, seperti menonton film, mendengarkan musik, berolahraga, berbelanja, pergi ke supermarket/toko/mal, atau hobi yang baik untuk menambah pengetahuan yaitu membaca serta hobi yang membutuhkan kreativitas mereka seperti memainkan alat musik, menulis dan melukis. Sekian banyaknya hobi yang dilakukan remaja tersebut, membaca merupakan hobi yang cukup banyak ditemukan, bukan hanya menimbulkan ketenangan tetapi juga menambah pengetahuan dan merupakan sumber informasi. Dalam abad informasi, budaya atau kebiasaan membaca, kemampuan mencari dan memanfaatkan informasi perlu dikembangkan pada diri remaja sejak dini. Keterampilan informasi merupakan bekal yang diperlukan remaja untuk terjun ke dunia modern yang penuh persaingan. Mereka yang berhasil adalah mereka yang menguasai informasi. Hal ini tentunya ditunjang dengan adanya minat membaca, dan minat terkadang didapatkan dari hobi. Menurut Hodgson dikutip dari Tarigan (1985) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh
pembaca
untuk
memperoleh
pesan,
yang
hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik Remaja seringkali membaca bacaan yang ’ringan’ sebagai hobi. Bacaan ringan tersebut berupa buku dalam bentuk cerita yang dikenal novel (novel bagi remaja disebut ’teenlit’), tabloid atau majalah yang berisi berita terhangat yang diinginkan remaja. Yang terpopuler dibaca remaja saat ini adalah komik (buku cerita bergambar). Diharapkan dengan adanya bacaan ringan khususnya komik ini minat membaca remaja dapat meningkat, hal ini dapat terjadi apabila
2 perpustakaan
sekolah
baik
tingkat
SMA
maupun
tingkat
SMP
sudah
menyediakan komik, novel, tabloid dan majalah untuk remaja. Belakangan ini komik Indonesia memang sudah tidak populer lagi di kalangan remaja. Komik yang sering dibaca remaja merupakan jenis komik yang sedikit berbeda dari komik yang biasanya dikenal. Jenis komik ini adalah komik khusus yang dibuat oleh penulis/komikus Jepang atau secara internasional dikenal dengan ’manga (dibaca mangga). Karena begitu terkenalnya manga di dunia internasional menurut Raab (2005) penulisan ’manga’ tidak lagi menggunakan huruf miring karena ’manga’ sudah termasuk kedalam bahasa internasional dan sudah masuk kedalam kamus besar Oxford English Dictionary dan Grolier’s Multimedia Encyclopedia. Sama halnya dengan ’anime’ (kartun asal Jepang) dan ’Ikebana’ (seni merancang bunga ala Jepang). ’Manga’ sama seperti karya-karya budaya lainnya seperti serial televisi, film, novel, koran, tabloid dan majalah merupakan karya yang berkelanjutan, bukan karya ‘satu untuk selamanya’. Bahkan ’manga’ lebih banyak mengandung unsur norma, nilai-nilai budaya dan pendidikan. Hal ini dikarenakan ’manga’ lebih banyak menceritakan tentang kehidupan sosial pada umumnya. Selain itu ’manga’ memberitahukan kita mengenai sejarah, budaya politik, ekonomi, pendidikan, keluarga, kepercayaan, seks dan gender, hubungan antar bangsa, kependudukan, kriminalitas bahkan hal-hal yang menyimpang (Raab 2005) Hobi membaca ’manga’ ini dimulai sejak kedatangan ’manga’ ke Asia Tenggara awal tahun 80-an. Kurang diketahui secara pasti kapan ’manga’ masuk ke Indonesia. Awal tahun 90-an ketika mulai bermunculan tokoh-tokoh pahlawan fiktif Jepang yang dibuat kedalam sebuah film dan serial televisi yang dikenal dengan ’tokusatsu’, ’manga’ mulai banyak dikenal oleh rakyat Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, ’manga’-pun memiliki 16 jenis. Jenis yang saat ini banyak dikenal oleh publik adalah jenis ’manga’ untuk kategori remaja baik laki-laki atau perempuan. ’Manga’ untuk remaja laki-laki disebut denga Shounen ’manga’, sedangkan untuk remaja perempuan disebut dengan Shoujo ’manga’. Shounen ’manga’ sebagian besar menceritakan mengenai petualangan dan superheroes. Shoujo ’manga’ ceritanya lebih banyak menekankan cerita roman dan percintaan (Anonymous 2002 dan Poole 2005). Akibat banyaknya jenis ’manga’, mampu menimbulkan perbedaanperbedaan kualitas antar ’manga’ tersebut. Dilihat dari adanya perbedaan jalan cerita,
penulis
’manga’
(mangaka),
penerbit,
bahkan
tampilan
mampu
3 mempengaruhi apakah ’manga’ tersebut dapat berhasil membuat remaja tertarik atau tidak, bahkan apakah berhasil membuat remaja merasa puas atau tidak. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari persepsi/kesan atas kinerja dan harapan (Kotler 2000). Untuk memperoleh kepuasan dari membaca manga ini, pembaca ’manga’ atau konsumen mengeluarkan sejumlah biaya yang biasanya dari uang saku mereka, karena banyak para pembaca ’manga’ ini belum memiliki penghasilan tetap. Oleh karena itu banyak diantara mereka yang pada akhirnya meilih-milih dalam membeli ’manga’. Hal ini dikarenakan selain harga ’manga’ yang cukup mahal (awal Juni 2007 harga manga untuk penerbit-penerbit tertentu naik Rp1000,00) mereka takut dikecewakan atau tidak terpuaskan akibat isi dan kualitas dari manga tersebut. Maka dari itu ada yang memutuskan untuk membeli ’manga’ tertentu saja sesuai dengan penilis ’manga’ (mangaka) favoritnya, ada juga yang menyewa ’manga’ di tempat penyewaan ’manga’, bahkan ada juga yang membaca ’manga’ di toko buku yang menyediakan arena untuk membaca ’manga’ yang telah dibuka plastik kemasannya walaupun terbatas. Belum banyak yang mengulas perilaku konsumen terutama tingkat kepuasan untuk produk yang cukup terkenal dikalangan remaja diperkotaan seperti ’manga’. Selain itu tidak banyak juga penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku membaca ’manga’ serta kaitannya dengan prestasi akademik. Maka dari itu diharapkan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku membaca dan tingkat kepuasan penerbit komik Jepang (manga) pada remaja ini bisa menjadi referensi bahan pustaka selanjutnya.
4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku membaca ’manga’ dan analisis tingkat kepuasan remaja terhadap penerbit ’manga’. Tujuan Khusus Tujuan khususnya adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik remaja yang membaca ’manga’. 2. Mengidentifikasi perilaku membaca ‘manga’ pada remaja. 3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku membaca. 4. Menganalisis tingkat kepuasan penerbit ’manga’ yang dibaca. 5. Menentukan perbaikan atribut pada penerbit ’manga’ yang dibaca.
Manfaat Penelitian Penelitian
ini
secara
umum
dapat
digunakan
dalam
membantu
mengetahui kepuasan konsumen (khususnya remaja) terhadap ’manga’. Bagi penulis, peneliian ini berguna sebagai salah satu syarat kelulusan. Bagi penerbit dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas ‘manga’ dilihat atribut-atribut ‘manga’ untuk memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen (khususnya remaja). Penelitian ini juga dapat dijadikan sumber informasi bagi mahasiswa dan anggota masyarakat yang membutuhkan informasi
mengenai
perilaku
konsumen,
khususnya
tentang
kepuasan
konsumen, juga berfungsi bagi pegiat konsumen dalam suatu organisasi (YLKI). Selain itu penelitan ini diharapkan berguna bagi orang tua atau guru siswa/siswi tingkat SMA untuk mempelajari perilaku membaca pada remaja khususnya remaja yang membaca komik Jepang (manga). Bagi pemerintah penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk meregulasi ’manga’ yang ada di Indonesia.
5
TINJAUAN PUSTAKA Komik Jepang (Manga) Definisi ‘Manga’ ‘Manga’ adalah komik pada umumnya, yang merupakan buku cerita bergambar tetapi berasal dari Jepang. Menurut Raab (2005) komik adalah media atau format yang memuat tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang berguna untuk menjelaskan garis cerita atau kandungan cerita yang dimaksud oleh penulis. Pada umumnya berisi panel-panel kotak bergambar untuk menjelaskan cerita didalamnya. Pada awalnya pengertian ’manga’ adalah media untuk menyindir secara halus dengan gambar-gambar yang mengandung unsur humor di abad 12, tetapi pengertian ‘manga’ sekarang berubah menjadi “komik dari Jepang”. ‘Manga’ yang dibaca MAHN-gah atau MANG-gah pada harfiahnya memiliki arti majalah bergambar yang bertingkah (bergerak) (anonymous 2002). Semakin maju jaman pengertian ‘manga’ bukan lagi gambar-gambar dengan sedikit panel kotak, tetapi lebih menuntut banyaknya panel kotak bergambar kartun. Bahkan di era setelah perang dunia ke dua banyak ‘manga’ yang menjadi satu buku penuh dan berseri. Sehingga pengertian ‘manga’ sekarang lebih kearah buku komik asli dari Jepang (Raab 2005). Selain itu ‘manga’ dikondisikan agar dapat mudah disimpannya, bisa masuk kedalam saku karena luas permukaannya yang tidak terlalu luas. Terakhir yang menjadi khas dari ‘manga’ yang dapat dibedakan dari komik lainnya adalah formatnya yang cara membacanya dari kanan ke kiri bukan kiri ke kanan (Poole 2005). ‘Manga’ merefleksikan realitas dari kehidupan sosial di Jepang pada umumnya yang dihubungkan dengan mitos, kepercayaan, ritual-ritual tertentu, kebudayaan, fantasi dan cara hidup orang Jepang. ‘Manga’ juga melukiskan fenomena kehidupan sosial yang lainnya, seperti kelainan hidup bersosial, hirarki, sexism, racism, ageism, classism dan lainnya (Kinko 2005). Sejarah Komik Jepang ‘Manga’ ‘Manga’ sendiri baru dikenal oleh publik Jepang di awal jaman Meiji (1868–1912). Sebelumnya terjadi restorasi Meiji yang menyebabkan perubahanperubahan pada masyarakat Jepang kearah modernisasi akibat datangnya tentara-tentara penjajah dari luar negeri. Saat itulah ‘manga’ dijadikan bahan sindiran politik yang mulai dikenal banyak dan dipublikasikan ke umum melalui
6 majalah-majalah dan koran-koran. ‘Manga’ yang dipublikasikan di koran dan majalah saat itu bersamaan dengan masuknya politisi-politisi besar seperti Taisuke Itagaki, Shojiro Goto, and Shimpei Eto kedalam dewan pemerintahan Jepang yang telah terpengaruh oleh filosofi Jean Jaques Rousseou. ‘Manga’ ini sengaja digambarkan oleh mangaka amatir yang anti pemerintah dan pendukung Hak Pergerakan Masyarakat, akibat terlalu dikekangnya pemerintah Jepang oleh pihak-pihak asing (Kinko 2005). Menurut Raab (2005) bahwa ‘manga’ adalah karya artifak budaya dari jaman terdahulu yang dikirimkan ke budaya popular di jaman sekarang (1868 sampai sekarang). ‘Manga’ yang cukup dikenal pada jaman pra-modern Jepang adalah gambar dari pendeta budha Toba pada abad ke-12, terutama Chōjūgiga (鳥獣戯画) merupakan gambar hewan dengan kata-kata dengan gaya komikal yang kemudian dikenal dengan toba-e (鳥羽絵; yang berarti, “gambar Toba”). Konsep ’manga’ saat itu adalah gambar yang dilukis di atas kain cukup panjang (terbuat dari selaput kayu yang cukup tipis) dan hanya berupa satu gambar saja (Kinko 2005) Gambar-gambar ini juga cukup dikenal oleh masyarakat China dan Korea (Raab 2005). Pada saat itu ’manga’ belum terpengaruh oleh budayabudaya lain kecuali budaya budhist. ‘Manga’ mulai dipengaruhi oleh budayabudaya dari pihak luar ketika ’manga’ di jaman modern (jaman setelah perang), tepatnya jaman Meiji. Dengan adanya percampuran budaya antara budaya barat dengan budaya asli Jepang, maka mempengaruhi keadaan sosial di masyarakat Jepang. Hal inilah yang mengubah komunikasi di Jepang seperti koran-koran dan majalah, dan inilah yang pertama kali mengubah konsep ‘manga’ dari sebelumnya (Raab 2005, Kinko 2005). Tidak semua ‘manga’ yang ditulis di akhir abad ke-19 dan di awal ke-20 merupakan ‘manga’ yang berbau politik. Ada juga ‘manga’ yang menceritakan kehidupan sehari-hari, seprti karya Aso Yutaka Nonki no Tosan (Ayah yang ‘Gampangan’). Di awal abad ke-20 koran-koran mulai membuat ‘manga’ untuk anak-anak yang ditulis oleh Kabashima Katsuichi dan Miyao Shigeo. Kemudian ‘manga’ ini menjadi manga yang paling disukai di jaman itu. Hal ini menyebabkan Kabashima Katsuichi dan Miyao Shigeo pergi keluar negeri dan membuat ‘manga’ di Amerika Serikat, hingga terkenal disana (Raab 2005). Charles Wirgman (1832-1891), telah membuat dan mempublikasikan The Japan Punch di Yokohama 1862. Dia adalah koresponden dari Inggris untuk The
7 Illustrated London News dari tahun 1861-1887. The Japan Punch ini menceritakan gambaran-gambaran peristiwa di Jepang saat itu, salah satunya adalah “Peristiwa Nanamugi”. Kisah ini menceritakan seorang samurai dari Satsuma yang membantai orang-orang Inggris pada saat tahun 1862, yang menyebabkan terjadinya perang Satsuma di tahun 1863. Kebanyakan cerita yang ditulis adalah peristiwa perubahan keshogunan Tokugawa menjadi jaman Meiji. Karya ini menjadi sangat terkenal di kalangan masyarakat luar Jepang terutama rakyat Jepang yang tinggal di luar negeri (Kinko 2005). Beberapa tahun kemudian Jepang mempublikasikan The Japan Punch dengan bahasa mereka sendiri, yang diberi nama Punchie (ポンチ絵) (Raab 2005). Punchie inilah yang merupakan konsep dari ’manga’ yang dikenal sekarang. Sedangkan toba-e dan konsep ’manga’ yang lainnya seperti Otsue dan Kyouga dikenal dengan gambar karikatur atau gambar-gambar jenaka. Konsep yang dipakai oleh Wirgman yaitu dengan menggunakan balon-balon yang berisi kata-kata, merupakan trendsetter yang digunakan ’manga’ modern hingga sekarang (Kinko 2005). Jenis–Jenis Komik Jepang ‘Manga’ Terdapat tiga jenis ‘manga’ yang banyak dikenal orang karena ‘manga’ dengan jenis ini merupakan ‘manga’ yang paling banyak dipublikasikan. ‘Mangamanga’ tersebut adalah Kodomo ’manga’, Shounen ‘manga’ dan Shoujo ‘manga’ (Raab 2005, Anonymous 2002). Menurut Raab (2005) dan Ito (2006). Kodomo ‘manga’ merupakan ‘manga’ yang diperuntukkan anak-anak dan juga bisa dibaca oleh semua usia. Biasanya berisi tentang kehidupan seorang anak menghadapi lingkungan dan kehidupan sosialnya. Selain itu tentang bagaimana cara mereka dapat tumbuh dan berkembang serta mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Contohnya adalah Doraemon atau Chibi Maruko-Chan. Pada awalnya, ‘manga’ jenis ini bersisi kisah-kisah pahlawan yang membrantas kejahatan. Tetapi hal ini beralih karena banyaknya masukan-masukan baru dari luar sehingga kisah-kisah pahlawan ini lebih diperuntukkan untuk pembaca remaja laki-laki hingga dewasa, yang kemudian menjadi topik utama untuk Shounen ‘manga’ (Raab 2005 dan Ito 2006). Contoh dari kodomo ‘manga’ yang menceritakan tentang kepahlawanan yang saat ini populer adalah Pokemon, Digimon, atau Anpa-Man. ’Manga’ untuk kisah pahlawan versi shounen ‘manga’ contohnya yaitu Dragon Ball, One Piece,
8 Naruto, Yugi-Oh, Samurai Deeper Kyo, Bleach, Death Note dan masih banyak lagi (semua judul ‘manga’ sudah mengalami modifikasi menjadi judul versi Amerika). Hal serupa dengan Shoujo ‘manga’, memiliki kisah kepahlawanan sendiri tetapi pemeran utama dari kisah ini adalah perempuan, contohnya adalah Sailor Moon, Magic Knight Rayearth, Card Captor Sakura dan yang lainnya (semua judul ‘manga’’ sudah mengalami modifikasi menjadi judul versi Amerika). Selain itu shoujo ‘manga’ lebih fleksibel dibandingkan dengan shounen ‘manga’. Hal ini dikarenakan jenis-jenis shoujo ’manga’ banyak menitikberatkan pada kisah percintaan dan romantisme sedangkan shounen ’manga’ sangat jarang sekali yang menampilkan kisah percintaan (Anonymous 2006). Contohnya yang saat ini populer adalah Nana, Crimson Hero, Backstage Prince, Nodame Contabile dan masih banyak lagi (semua judul ‘manga’ sudah mengalami modifikasi menjadi judul versi Amerika). Jenis ‘manga’ yang saat ini banyak dikenal dan dipublikasikan di asia timur terutama Jepang sebanyak 16 jenis, hal ini sudah termasuk kodomo ‘manga’, shounen ‘manga’ dan shoujo ‘manga’. Berikut ini adalah tabel yang berisi jenis-jenis ‘manga’ beserta pengertiannya. Tabel 1. Jenis-jenis ‘manga’ dan pengertiannya No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis manga Kodomo ‘manga’ Shounen ‘manga’ Shoujo ‘manga’ Seinen ‘manga’ Redisu ‘manga’ Shounen-ai ‘manga’ Shounen-yaoi ‘manga’ Shoujo-ai ‘manga’ Shoujo-yuri ‘manga’ Seijin ‘manga’
11
Redikomi ‘manga’
12 13 14
Doujinshi ‘manga’ Yonkoma ‘manga’ Gekiga ‘manga’
15
Echii ‘manga’
16
Hentai ‘manga’
Pengertian ‘Manga’ untuk anak-anak ‘Manga’ untuk remaja laki-laki ‘Manga’ untuk remaja perempuan ‘Manga’ untuk dewasa muda laki-laki ‘Manga’ untuk dewasa muda perempuan ‘Manga’ dengan kisah percintaan untuk laki-laki ‘Manga’ yang berisi homosexualitas laki-laki ‘Manga’ kisah percintaan untuk perempuan ‘Manga’ yang berisi homosexualitas perempuan ‘Manga’ untuk dewasa laki-laki (menceritakan logika kehidupan untuk laki-laki) ‘Manga’ untuk dewasa wanita (menceritakan logika kehidupan untuk perempuan) ‘Manga’ yang ditulis oleh para mangaka amatir ‘Manga’ dengan empat panel, biasanya di koran-koran ‘Manga’ yang memfokuskan pada permasalahanpermasalahan serius; diperuntukkan dewasa ‘Manga’ yang berisi gambar-gambar pornografi secara halus. Biasanya diperuntukkan laki-laki. ‘Manga’ yang berisi gambar-gambar pornografi secara gamblang.
Sumber : Anonymous 2002 dari jurnal Welcome to ‘Manga’ World hal 10-11.
9 Remaja Definisi Remaja Remaja atau adolesence berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti tumbuh atau “tumbuh menjadi dewasa”. Remaja merupakan suatu masa untuk tumbuh dari ketidakmatangan pada masa kanak-kanak menuju pada kematangan masa dewasa. Remaja pada masa transisi dalam aspek biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Hal ini merupakan periode yang sangat mengesankan dalam kehidupan mereka (Rasalwati 2004). Piaget dalam Rola, (2006) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Mereka tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Selanjutnya Kartono (1990) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Perubahan yang cukup menonjol pada periode remaja ini adalah kesadaran yang dalam mengenai diri sendiri bahwa remaja meyakini kemampuannya, potensi dan cita-cita sendiri. Batasan usia remaja sangat beragam. Tidak ada satu pun angka yang pasti untuk memberikan tanda bahwa individu sedang berada pada masa remaja. Batasan usia remaja menurut Monks, Knoers dan Harditono (1999) yaitu masa remaja awal (12 sampai 15 tahun), masa remaja pertengahan (15 sampai 18 tahun) dan masa remaja akhir (18 sampai 21 tahun). Beberapa ahli lainnya memberikan batasan remaja yang berbeda-beda, seperti: Hurlock (1973) usia remaja berkisar antara 13-18 tahun, Jersild (1967) usia antara 12-21 tahun, sedangkan Cole (1963) antara 13-21 tahun. Berdasarkan beberapa definisi dan batasan usia remaja yang telah disebutkan, Rasalwati (2004) menyatakan bahwa jika dilihat dari usia, maka pada umumnya remaja masih duduk di bangku SMP setingkatnya, SMA setingkatnya serta sebagian sudah di perguruan tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja yang sedang tumbuh kedewasaan, antara lain perkembangan teknologi, termasuk teknologi komunikasi massa, stress atau emosional, situasi ekonomi, gaya hidup, mobilitas geografis dan kehidupan keluarga (Andelas 1995). Minat pada Masa Remaja Pada masa perkembangan, remaja mengalami perkembangan minat dalam dirinya. Minat remaja akan terus berubah sejalan dengan waktu dan minat