Jurnal Kesehatan
Volume VII No. 1/2014
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD SYEKH YUSUF GOWA DAN RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR TAHUN 2013 Andi Sitti Rahma*, Mahdinah Armah** * Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Abstrak Asfiksia pada bayi baru lahir atau asfiksia neonatorum adalah suatu keadaaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia dapat mengakibatkan kematian dan diperkirakan satu juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental, dan gangguan belajar faktor-faktor risiko terjadinya asfiksia neonatorum adalah faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin, dan faktor persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan faktor risiko asfiksia pada kejadian asfiksia bayi baru lahir. Metode penelitian adalah observasional dengan menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling, kemudian dianalisis menggunakan spss dengan uji chi-square Sampel dipilih berdasarkan data sekunder dan diperoleh 86 kasus di RSUD Syekh Yusuf Gowa dan 18 kasus di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Juli sampai 31 Juli 2013. Data dikumpulkan menggunakan lembar checklist. Hasil penelitian menunjukkan dari 104 kasus asfiksia, faktor risiko berdasarkan umur ibu (20-35 tahun) sebanyak 65,39% (p-value>0.05), berdasarkan usia kehamilan (<37 minggu dan >42 minggu) sebanyak 55,76% (p-value>0.05), berdasarkan persalinan lama (>18 jam untuk multipara dan >24 jam untuk primipara) sebanyak 58,65% (p-value>0.05), dan berdasarkan jenis persalinan (persalinan dengan tindakan) sebanyak 56,73% (pvalue>0.05). Kesimpulan umur Ibu, usia kehamilan, lama persalinan dan jenis persalinan tidak memiliki hubungan yang signifikan pada kasus asfiksia nenonatorum di RSUD Syekh Yusuf Gowa dan RSUP Wahidin Sudirohusodo. Kata Kunci : Asfiksia neonatorum, usia Ibu, usia kehamilan, lama persalinan, jenis persalinan gen dan eksogen. Kematian bayi endogen
PENDAHULUAN
K
ematian bayi adalah kematian
atau yang umum disebut dengan kematian
yang terjadi antara saat setelah
neonatal. Kematian bayi yang terjadi pada
bayi lahir sampai bayi belum
bulan pertama setelah dilahirkan, dan
berusia tepat satu tahun. Banyak faktor
umumnya disebabkan oleh faktor-faktor
yang dikaitkan dengan kematian bayi.
yang dibawa anak sejak lahir, yang di-
Secara garis besar, dari sisi penyebabnya,
peroleh dari orang tuanya pada saat kon-
kematian bayi ada dua macam yaitu endo-
sepsi atau didapat selama kehamilan. Ke277
Andi Sitti Rahma, Mahdinah Armah
Analisis Faktor Risiko Kejadian Asfiksia pada Bayi...
matian bayi eksogen atau kematian post
menempati penyebab kematian bayi ke 3
neonatal adalah kematian bayi yang terjadi
di dunia dalam periode awal kehidupan.
setelah usia satu bulan sampai menjelang
Data
usia satu tahun yang disebabkan oleh
(RisKesDas, 2007) menyebutkan bahwa
faktor-faktor
dengan
penyebab tersering kematian neonatus (0-
pengaruh lingkungan luar (Agusyanti,
28 hari) adalah gangguan pernafasan sebe-
2012).
sar 37%, bayi lahir prematur sebesar 34%,
yang
bertalian
dari
Riset
Kesehatan
Dasar
Angka Kematian Neonatus (AKN),
dan sepsis 12%, sedangkan dalam profil
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
kesehatan Indonesia dijelaskan bahwa
Kematian Balita (AKABA) di Indonesia
penyebab kematian bayi yang terbanyak
masih cukup tinggi. Menurut data hasil
adalah disebabkan karena pertumbuhan
Survei Demografi dan Kesehatan Indone-
janin yang lambat, kekurangan gizi pada
sia tahun 2007 (SDKI), Angka Kematian
janin, kelahiran prematur dan Berat Badan
Neonatal di Indonesia sebesar 19 ke-
Lahir
matian/1000 kelahiran hidup, Angka Ke-
penyebab lainnya yang cukup banyak ter-
matian Bayi 34/1000 kelahiran hidup dan
jadi adalah kejadian kurangnya oksigen
Angka Kematian Balita 44/1000 kelahiran
dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan
hidup. Sedangkan menurut hasil SDKI
kegagalan nafas secara spontan dan teratur
2012, AKN sebesar 19/1000 kelahiran
pada saat lahir atau beberapa saat setelah
hidup, AKB sebesar 32/1000 kelahiran
lahir (asfiksia lahir) (Dinas Kesehatan
hidup, AKABA sebesar 40/1000 kelahiran
SulSel, 2012).
Rendah
(BBLR)
sedangkan
hidup. Walaupun angka ini telah turun,
Faktor risiko kejadian asfiksia san-
penurunan ini masih jauh dari target
gatlah beragam dan banyak hal yang
MDGs tahun 2015 dimana AKB diharap-
mempengaruhi dan berhubungan dengan
kan turun menjadi 23 per 1000 kelahiran
kejadian asfiksia. Hasil dari beberapa
hidup dan AKABA 32 per 1000 kelahira-
penelitian menyebutkan bahwa terbukti
nhidup. Jika dibandingkan dengan negara
terdapat hubungan bermakna antara per-
tetangga di Asia Tenggara seperti Singapu-
salinan lama, berat bayi lahir rendah, ketu-
ra, Malaysia, Thailand dan Filipina, AKB
ban pecah dini, persalinan dengan tinda-
dan AKABA di negara kita jauh lebih ting-
kan, umur ibu <20 tahun atau >35 tahun,
gi (Kementerian Kesehatan RI, 2009).
riwayat obstetri jelek, kelainan letak janin,
Ada
banyak
faktor
yang
dan status ANC buruk dengan kejadian
mempengaruhi tingkat Angka Kematian
asfiksia bayi baru lahir (Fahrudin, 2003).
Bayi. Menurut WHO (2012) asfiksia lahir
Selain kematian, asfiksia neonatorum juga 278
Jurnal Kesehatan
Volume VII No. 1/2014
dapat menimbulkan berbagai dampak bagi
penelitian dan mengambil data sesuai
bayi.
dengan
kepentingan
dan
kebutuhan
Hasil dari beberapa penelitian me-
penelitian yang didasarkan pada data dari
nyebutkan bahwa asfiksia neonatorum se-
rekam medik pasien di RSUD Syekh
bagai faktor risiko terjadinya Gagal Ginjal
Yusuf Gowa dan RSUP Dr. Wahidin Su-
Akut (GGA) (Radityo, 2012), gangguan
dirohusodo Makassar pada tahun 2012.
pendengaran (Sarosa dkk, 2011), dan
Data yang diperoleh kemudian di-
gangguan fungsi multi organ (Amir dkk,
analisis dengan menggunakan spss, dan
2003).
dilakukan uji statistic chi-square untuk Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat hubungan variabel dengan kejadi-
menganalisis berbaai faktor resiko kejadi
an asfiksia pada bayi baru lahir.
asfiksia pada bayi baru lahir di RS Wahidin Sudirohusodo dan RSUD Syekh Yusuf
HASIL PENELITIAN
Kab Gowa Tahun 2013
Dari tabel 1, bisa dilihat bahwa pendidikan ibu dari bayi baru lahir yang
METODE PENELITIAN
mengalami asfiksi di RSWS dan RSUD
Populasi
Syekh Yusuf Gowa adalah dominan tamat
Populasi dalam penelitian ini ada-
SMP dengan pekerjaan yang mendominasi
lah semua ibu yang melahirkan bayi
adalah sebagai Ibu Rumah Tangga. Se-
dengan asfiksia (berdasarkan diagnosa
dangkan Ayah dari bayi baru lahir yang
dokter yang dituliskan pada rekam medik)
mengalami asfiksia tersebut adalah domi-
pada tahun 2012 dan terdaftar di rekam
nan berpendidikan SMA dengan pendidi-
medik RSUD Syekh Yusuf
Gowa
kan dominan sebagai petani. Dari tabel 2 ,
sebanyak 86 orang dan di RSUP Dr. Wahi-
bisa dilihat dominan responden berada pa-
din Sudirohusodo Makassar sebanyak 18
da umur dengan resiko rendah yakni 20-35
orang.
tahun (64.4%). Dari tabel 3 , bisa dilihat
Sampel
distribusi responden berdasarkan usia ke-
Pengambilan
sampel
dilakukan
hamilan relatif hampir sama, yakni 55.8%
secara total sampel, yakni semua yang
dan 44.2%.
menjadi populasi diambil menjadi sampel
Dari tabel 4 , bisa dilihat dominan
penelitian. Data
responden mengalami lama persalinan yang
digunakan
dalam
dengan resiko tinggi yakni >18jam mul-
penelitian ini adalah data sekunder yang
tipara dan >24jam primipara (58.7%)
dilakukan dengan cara mengunjungi lokasi 279
Andi Sitti Rahma, Mahdinah Armah
Analisis Faktor Risiko Kejadian Asfiksia pada Bayi...
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden Karakteristik Pekerjaan Ibu PNS Wiraswasta IRT
n
%
22 23 59
21.2 22.1 56.7
Pendidikan Ibu Tidak Sekolah SD SMP SMA D3 S1 S2
10 12 38 22 7 14 1
9.6 11.5 36.5 21.2 6.7 13.5 1.0
12 26 18 16 17 15
11.5 25 17.3 15.4 16.3 14.4
8 20 29 28 14 5
7.7 19.2 27.9 26.9 13.5 4.8
Pekerjaan Bapak Pekerja Swasta Wiraswasta Petani PNS Buruh Harian Sopir Pendidikan Bapak Tidak Sekolah SD SMP SMA S1 S2 Sumber : Data Primer
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Umur Ibu Umur Ibu Resiko Tinggi atau >35 tahun)
(<20 tahun
Resiko Rendah (20-35 tahun) TOTAL
n 37
% 35.6
67 104
64.4 100
Sumber : Data Primer Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan Usia Kehamilan Resiko Tinggi (<37 minggu atau >42 minggu) Resiko Rendah (37-42 minggu) TOTAL Sumber : Data Primer 280
n 58
% 55.8
46 104
44.2 100
Jurnal Kesehatan
Volume VII No. 1/2014
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Persalinan Lama Persalinan Resiko Tinggi (>18jam multipara dan >24jam primipara)
n 61
% 58.7
Resiko Rendah(≤18jam multipara dan ≤24jam primipara) TOTAL
43
41.3
104
100
Sumber : Data Primer Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Persalinan Jenis Persalinan Resiko Tinggi (Persalinan dgn tindakan) Resiko Rendah(Normal, Spontan)
n 59
% 56.7
45
43.3
TOTAL
104
100
Sumber : Data Primer Dari tabel 5 di atas, bisa dilihat domi-
Saecaria atau dengan partus tindakan
nan responden berada pada jenis persalinan
(56.7%)
dengan resiko tinggi, yakni dengan Sectio Tabel 6. Analisis Responden Berdasarkan Frekuensi Umur Ibu Umur Ibu Resiko Tinggi (<20 tahun atau >35 tahun) Resiko Rendah (20-35 tahun) TOTAL
n 37
% 35.6
67 104
64.4 100
p-Value 0.03
Sumber : Data Primer Tabel 7. Analisis Responden Berdasarkan Usia Kehamilan Usia Kehamilan Resiko Tinggi (<37 minggu atau >42 minggu) Resiko Rendah (37-42 minggu)
n 58
% 55.8
46
44.2
TOTAL
104
100
Sumber : Data Primer
281
p-value 0.239
Andi Sitti Rahma, Mahdinah Armah
Analisis Faktor Risiko Kejadian Asfiksia pada Bayi...
Tabel 8. Analisis Responden Berdasarkan Lama Persalinan Lama Persalinan Resiko Tinggi (>18jam multipara dan >24jam primipara) Resiko Rendah(≤18jam multipara dan ≤24jam primipara) TOTAL
n 61
% 58.7
43
41.3
104
100
p-value 0.078
Sumber : Data Primer Tabel 9. Analisis Responden Berdasarkan Jenis Persalinan Jenis Persalinan Resiko Tinggi (Persalinan dgn tindakan) Resiko Rendah(Normal, Spontan) TOTAL
n 59
% 56.7
45
43.3
104
100
p-value 0.170
Sumber : Data Primer ibu yang lebih muda (<20 tahun). Risiko
PEMBAHASAN Umur muda (< 20 tahun) berisiko
ini menurun secara signifikan dengan
karena ibu belum siap secara medis (organ
meningkatnya pendidikan ibu.
reproduksi) maupun secara mental. Umur
Pada penelitian ini, hasil penelitian
> 35 tahun secara fisik ibu mengalami
memperlihatkan bahwa dari 104 bayi baru
kemunduran untuk menjalani kehamilan
lahir yang menderita asfiksia, sebanyak 36
dan merupakan faktor predisposisi untuk
kasus (34,61%) berdasarkan umur ibu risi-
terjadinya preeklamsia. Pada ibu yang
ko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) meru-
mengalami preeklamsia terjadi penurunan
pakan penyebab asfiksia, dan 68 kasus
aliran darah ke plasenta mengakibatkan
(65,39%) merupakan risiko rendah (20-35
gangguan fungsi plasenta sehingga dapat
tahun).
mengakibatkan asfiksia bayi baru lahirserta
Penelitian lain yang juga sejalan
gawat janin karena kekurangan oksigenasi
dengan hasil penelitian ini adalah hasil
(Wiknjosastro, 2007).
penelitian yang dilakukan oleh Nayeri dkk
Lee, dkk (2008) menulis dalam
menunjukkan hasil yang berbeda dengan
jurnal mereka bahwa bayi dari ibu yang
teori. Hasil penelitian mereka menunjuk-
berusia 20-29 tahun beresiko lebih rendah
kan bahwa untuk hubungan umur ibu
untuk mengalami kematian akibat asfiksia
dengan kejadian asfiksia neonatorum di-
neonatorum dibandingkan dengan bayi dari
peroleh bahwa tidak ada hubungan yang
282
Jurnal Kesehatan
Volume VII No. 1/2014
signifikan antara umur ibu dengan kejadian
atau penurunan fungsi ini mengakibatkan
asfiksia neonatorum.
transportasi oksigen dan pasokan makanan
Teori
dan
kenyataan dalam
dari ibu ke janin juga menurun atau ter-
penelitian ini terdapat suatu kesenjan-
ganggu.
gan,yang signifikan (p-value 0.03) di ma-
Hal ini seperti yang dikemukakan
na jumlah bayi baru lahir yang menderita
oleh Wiknjosastro (2007) dalam bukunya
asfiksia karena umur ibu risiko tinggi (<20
ilmu kebidanan bahwa fungsi plasenta
tahun dan >35 tahun) lebih sedikit
mencapai puncaknya pada kehamilan 38
dibandingkan dengan bayi baru lahir yang
minggu dan kemudian mulai menurun
menderita asfiksia karena umur ibu risiko
terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat
rendah (20-35 tahun). Kesenjangan ini bisa
dibuktikan dengan menurunya kadar estri-
disebabkan karena faktor risiko asfiksia
ol dan plasental laktogen.Selain itu,
yang lain seperti persalinan lama, jenis per-
jumlah
salinan dll.
mengakibatkan perubahan abnormal pada
Usia
kehamilan
menurut
air
ketuban
juga
berkurang
WHO
jantung janin yang akhirnya janin men-
dibedakan atas tiga yaitu prematur (<37
galami hipoksia dan kadang terjadi aspirasi
minggu), matur (37-42 minggu) dan post
mekonium dan berakhir dengan kelahiran
matur ( > 42 minggu). Bayi prematur ser-
bayi dengan asfiksia.
ing mengalami gangguan pernapasan kare-
Hasil penelitian memperlihat-
na kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan
kan bahwa dari 104 bayi baru lahir yang
perkembangan paru yang belum sempurna,
menderita asfiksia, sebanyak 58 kasus
otot pernapasan yang masih lemah, dan
(55,76%) berdasarkan usia kehamilan ibu
tulang
risiko tinggi (<37 minggu dan >42
iga
yang
mudah
melengkung
(Wiknjosatro, 2007).
minggu) merupakan penyebab asfiksia,
Berdasarkan teori pada usia ke-
dan 46 kasus (44,24%) merupakan risiko
hamilan 37-42 minggu atau cukup bulan,
rendah (37-42 minggu).
pada usia kehamilan tersebut fungsi organ-
Hasil penelitian ini sejalan dengan
organ tubuh janin sudah lengkap selain itu
hasil penelitian yang dilakukan oleh
janin sudah siap untuk hidup di luar kan-
Mardiyaningrum di RSUD Banjarnegara
dungan, sedangkan bayi yang dilahirkan
tahun 2005 yang menunjukkan adanya
oleh ibu di usia kehamilan melebihi 42
hubungan yang bermakna antara usia ke-
minggu, kejadian asfiksia bisa disebabkan
hamilan dengan kejadian asfiksia neonato-
oleh fungsi plasenta yang tidak maksimal
rum sedangkan menurut penelitian yang
lagi akibat proses penuaan. Proses penuaan
dilakukan oleh Lee, dkk (2008), bayi 283
Andi Sitti Rahma, Mahdinah Armah
Analisis Faktor Risiko Kejadian Asfiksia pada Bayi...
premature memiliki risiko lebih besar ter-
Partus lama adalah persalinan yang
hadap kematian akibat asfiksia neonato-
berlangsung lebih 24 jam pada primigravi-
rum. Risiko itu meningkat 1,61 kali lipat
da atau lebih dari 18 jam pada multigravi-
pada usia kehamilan 34-37 minggu dan
da. Sebagian besar partus lama menunjuk-
meningkat 14,33 kali lipat pada usia ke-
kan pemanjangan kala satu. Salah satu
hamilan < 34 minggu.
penyebab persalinan lama yaitu karena
Adapun hasil penelitian yang dil-
kontraksi uterus yang abnormal seperti
akukan oleh Nayeri dkk (2012) di Iran
kontraksi uterus yang hipotonik, hipertonik
menunjukkan usia kehamilan dibawah 37
dan kontraksi uterus yang tidak terkoordi-
minggu memiliki resiko mengalamai ke-
nasi. Sifat kontraksi yang berubah-ubah
jadian asfiksia 2,57 kali lipat dibandingkan
menyebabkan pasokan oksigen ke janin
usia kehamilan normal. Risiko itu mening-
tidak adekuat, disamping itu juga mening-
kat 11,0 kali lipat pada usia kehamilan
katkan kejadian perdarahan intracranial
dibawah 35 minggu.
yang
dapat
menyebabkan
asfiksia
Berdasarkan hasil penelitian ini (p-
(Mochtar, 1998). Partus lama meningkat-
value >0.05), peneliti menarik kesimpulan
kan efek berbahaya baik terhadap ibu mau-
bahwa variabel usia kehamilan pada kasus
pun anak. Beratnya cedera terus meningkat
asfiksia yang terjadi di RSWS dan RSUD
dengan semakin lamanya proses persali-
Syekh Yusuf 2012 tidak memiliki hub-
nan. Semakin lama persalinan, semakin
ungan yang signifikan, hal ini disebabkan
tinggi morbiditas serta mortalitas janin.
masih terdapat faktor-faktor lain yang
Persalinan yang lama berpengaruh lebih
dapat menyebabkan bayi lahir dalam kon-
berat untuk janin, mengakibatkan insidensi
disi
anoxia, kerusakan otak, asfiksia, dan ke-
asfiksia
seperti
tingkat
pendidi-
kan,jenis persalinan, lama persalinan, usia
matian
kehamilan, berat badan lahir rendah, ke-
(Oxorn, 2010).
hamilan ganda, dll.
intrauterin
yang
lebih
tinggi
Pada penelitian ini memperlihatkan
Persalinan adalah rangkaian peristi-
bahwa dari 104 bayi baru lahir yang men-
wa mulai dari membuka dan menipisnya
derita
serviks sampai dikeluarkannya produk
(58,65%) berdasarkan lama persalinan risi-
konsepsi dari uterus ke dunia luar. Persali-
ko tinggi (>18 jam untuk multipara dan
nan yang normal pada multipara maksi-
>24 jam untuk primipara) merupakan
mum berlangsung selama 16-18 jam dan
penyebab asfiksia, dan 43 kasus (41,35%)
pada primipara maksimum berlangsung
merupakan risiko rendah (≤18 jam untuk
selama 24 jam (Wiknjosastro, 2009).
multipara dan ≤24 jam untuk primipara). 284
asfiksia,
sebanyak
61
kasus
Jurnal Kesehatan
Volume VII No. 1/2014
Hasil penelitian ini sejalan dengan
kesakitan sampai pada risiko kematian.
hasil penelitian Selly di RSUP DR. M.
Apabila ibu maupun janin dalam kondisi
Djamil Padang Tahun 2010 yang menun-
yang menyebabkan terjadinya penyulit
jukkan bahwa terdapat hubungan yang ber-
persalinan
makna antara persalinan lama dengan ke-
nyelamatkan keduanya, perlu segera dil-
jadian asfiksia neonatorum.
akukan persalinan dengan tindakan, yaitu
maka
untuk
segera
me-
Penelitian lain yang dilakukan oleh
persalinan pervaginam dengan suatu tinda-
ZL (2009) di Guangdong, China hasilnya
kan alat bantu tertentu, seperti dengan
menunjukkan bahwa partus lama merupa-
forsep, ekstraksi vakum, atau tindakan
kan faktor risiko yang signifikan terhadap
perabdominal yaitu secsio caesarea.
kejadian asfiksia neonatorum dan ibu yang
Menurut hasil penelitian Sitepu
mengalami partus lama berisiko 2,94 kali
(2011) jenis persalinan dengan tindakan
lipat melahirkan bayi asfiksia dibanding-
mempunyai risiko 5,471 kali lebih besar
kan ibu yang tidak mengalami partus lama.
terhadap kejadian asfiksia neonatorum
Semakin lama proses persalinan ibu maka
semakin
banyak
tenaga
dibandingkan dengan persalinan normal.
yang
Hasil penelitian ini memperlihatkan
dikeluarkan oleh ibu. Bila hal ini tidak
bahwa dari 104 bayi baru lahir yang men-
diseimbangi dengan asupan nutrisi yang
derita
adekuat maka ibu bisa berpotensi mengala-
(56,73%) berdasarkan jenis persalinan risi-
mi kelelahan dan kontaksi uterus yang
ko tinggi (vakum, forsep, secsio caesarea)
menurun akibat kurangnya energi. Kele-
merupakan penyebab asfiksia, dan 45 ka-
lahan pada ibu dapat berefek pada ketidak
sus (43,27%) merupakan risiko rendah
mampuan ibu mengedan dengan benar se-
(normal, spontan).
asfiksia,
sebanyak
59
kasus
hingga dapat memperpanjang persalinan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
apalagi bila uterus sudah tidak berkontraksi
hasil penelitian yang dilakukan oleh
dengan baik. Hal ini akan memperbesar
Fahruddin di Rumah Sakit Kabupaten Pur-
kemungkinan bayi lahir dengan asfiksia.
worejo tahun 2003, hasilnya menunjukkan
Hasil analisis variabel ini menyim-
bahwa ibu yang mengalami persalinan
pulkan bahwa lama persalinan tidak mem-
dengan tindakan lebih berisiko 3,12 kali
iliki hubungan yang signifikan pada kejadi-
lipat melahirkan bayi asfiksia dibanding-
an asfiksia pada bayi baru lahir di RSWS
kan ibu yang partus normal dan spontan.
dan RSUD Syekh Yusuf.
Penelitian
lain
Tahir
dkkdi
Setiap persalinan mempunyai risiko
RSUD kota Palopo tahun 2012 yang
baik pada ibu maupun janin, berupa
menunjukkan bahwa terdapat hubungan 285
Andi Sitti Rahma, Mahdinah Armah
Analisis Faktor Risiko Kejadian Asfiksia pada Bayi...
yang bermakna antara jenis persalinan
jo”. Semarang: Universitas Diponegoro. Lee, et. al. 2008. “Risk Factors for Neonatal Mortality Due to the birth Asphyxia in Southern Nepal : A Prospective, Community-Based Cohort Study”. Journal Pediatrics Vol. 121 No. 5 May 1, 2008. Amerika:American academic of pediatric. Mardiyaningrum, Dwi. 2005. “Hubungan Umur Kehamilan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di badan RSUD Banjarnegara kabupaten Banjarnegara tahun 2005”. Skripsi. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Ed 2. Jakarta: EGC. Nayeri, Fatemeh. et. all. 2012. “Perinatal risk factors for neonatal asphyxia in Vali-eAsr hospital, Tehran-Iran. Iran J Reprod Med Vol. 10. No.2. pp: 137-140, March 2012”. Tehran, Iran: Breast Feeding Research Center, Tehran University of Medical Sciences. Oxorn, Harry dan William R Forte. Patologi dan Fisiologi persalinan. Yogyakarta; Yayasan Essentia Medica. 2010. Radityo, Adhie Nur, et al., eds. 2012. “Asfiksia Neonatorum Sebagai Faktor Risiko Gagal Ginjal Akut”. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 5, Februari 2012. Semarang: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi. Sarosa, Gatot Irawan et al., eds. 2011.“Pengaruh Asfiksia Neonatal Terhadap Gangguan Pendengaran”. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 1, Juni 2011. Semarang:Bagian Ilmu
dengan kejadin asfiksia neonatorum dan ibu yang mengalami partus dengan tindakan berisiko 4,444 kali lipat melahirkan bayi asfiksia dibandingkan ibu yang tidak mengalami partus dengan tindakan. Hasil analisis variabel ini menyimpulkan bahwa jenis persalinan tidak memiliki hubungan yang signifikan pada kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSWS dan RSUD Syekh Yusuf (p-value >0.05) PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa umur Ibu, usia kehamilan, lama persalinan dan jenis persalinan tidak memiliki hubungan yang signifikan pada kasus asfiksia nenonatorum di RS Wahidin Sudirohusodo dan RSUD Syekh Yusuf Gowa. Daftar Pustaka Agusyanti. 2012. “Angka Kematian Bayi”. Makassar: Departemen Kesehatan Sulawesi Selatan. ________. 2012. “UpayaPercepatan Penurunan Kematian Bayi Di Indonesia”. Makassar: Departemen Kesehatan Sulawesi Selatan. Amir, Idham, et al., eds. 2003. “Gangguan Fungsi Multi Organ Pada Bayi Asfiksia Berat”. Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003. Fahrudin. 2003. “Analisis Beberapa Faktor Risiko Kejadian Asfiksia Neonatorum di Kabupaten Purwore286
Jurnal Kesehatan
Volume VII No. 1/2014
Kesehatan Anak RSUP Dr KariadiFakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Sitepu, Neneng Yelis Br, 2011. “Hubungan Antara Jenis Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr.M Soewandhie”. Surabaya: Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran UNAIR. Tahir, Rahmah et. a,. 2012. “Risiko Faktor Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Kota Palopo Tahun 2012”. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Wiknjosastro, Gulardi Hanifa. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: YBP-SP. 2007. ZL, Chen. et. all. 2009. “Prenatal Risk Factors For Neonatal Asphyxia: How Risk For Each?”. Chinese Journal of Contemporary Pediatrics [2009, 11(3):161-165]. Guangdong, China: Department of Neonatology, Women and Children's Health Care Hospital of Dongguang.
287