ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dora Bunga Roostarica Handono 084020321
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2010
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Bandung,
Desember 2010
Mengetahui, Pembimbing,
H. Sasa S. Suratman, SE., MSc.,
Dekan,
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP.
Ketua program,
Dr. Hj. Liza Laila Nurwulan, SE.,MSi.,Ak.
“Jika kita tidak mencoba........ Kita tak akan pernah tahu......”
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Ar Ra’d : 11)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah memberikan segala rahmat, anugerah, dan karunia, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menempuh ujian sidang sarjana guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, wawasan, kemampuan, pengalaman, dan referensi yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis akan menerima segala kritik dan saran-saran yang bermanfaat dan bersifat membangun dari berbagai pihak dan juga penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak terutama kedua orang tua tercinta, Papa dan Mama atas cinta, kasih sayang, kesabaran
serta ketulusan
do’a,
bimbingan,
perhatian,
dukungan
serta
pengorbanannya yang tidak pernah henti semoga Allah SWT selalu melindungi, mencintai, dan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Selain itu penulis juga ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada yang terhormat H. Sasa S. Suratman, SE., MSc., dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Melalui kesempatan ini pula, dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, Drs., MSi. Rektor Universitas Pasundan. 2. Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. 3. Dr. Hj. Liza Laila Nurwulan, SE., MSi., Ak., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. 4. Bapak Dadan Soekardan, SE., MSi. Sekretaris Program Studi Akuntansi Universitas Pasundan. 5. Bapak Sasa S. Suratman, SE., MSc., Dosen Wali dan Dosen Pembimbing. 6. Seluruh Dosen, staf, dan karyawan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. 7. Kakak-kakakku, terima kasih perhatian, kasih sayang, do’a, semangat dan dukungannya kepada penulis. 8. Seluruh keluaga besarku terimakasih untuk doa dan dukungannya.
9. Denny Graha Putra, terima kasih atas perhatian, kasih sayang, do’a, semangat dan dukungannya kepada penulis. 10. Teman-teman Kosan. Rena Septi, Sari Pujianingsih, Eva Gustiana, Yeyen Frida. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini. 11. Zaenal Arif Hafsah, yang telah memberikan motivasi, bantuan, saran dan pengarahan kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. 12. Desy Anggraeni, yang telah memberikan dorongan dan semangat bagi penulis. 13. Seluruh rekan mahasiswa di Program Ekstensi Akuntansi angkatan 2008, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas semuanya. 14. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya serta membalas amal budi baiknya yang setimpal. Akhir kata penulis mengharapkan penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya khususnya bagi penulis sendiri. Amin. Wassalammu’alaikum Wr.Wb. Bandung,
Desember 2010
Penulis,
(Dora Bunga Roostarica Handono)
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN MOTTO ABSTRAK............................................................................................................................. KATA PENGANTAR........................................................................................................... DAFTAR ISI.......................................................................................................................... DAFTAR TABEL.................................................................................................................. DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................
i ii v vii x xi
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................... 1.1 Latar Belakang Penelitian............................................................................. 1.2 Pembatasan Masalah..................................................................................... 1.3 Identifikasi dan Rumusan Masalah............................................................... 1.4 Tujuan Penelitian........................................................................................... 1.5 Kegunaan Penelitian...................................................................................... 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
1 1 7 7 8 9 10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PERMIKIRAN DAN HIPOTESIS............. 2.1 Kajian Pustaka............................................................................................... 2.1.1 Pasar Modal.................................................................................... 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal................................................ 2.1.1.2 Penawaran Umum (Go Public).................................... 2.1.1.3 Harga Saham................................................................ 2.1.2 Underpricing.................................................................................. 2.1.2.1 Pengertian Underpricing............................................. 2.1.2.2 Teori Underpricing...................................................... 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing............ 2.1.3.1 Reputasi Underwriter................................................... 2.1.3.2 Persentase Saham yang Ditawarkan............................ 2.1.3.3 Ukuran Perusahaan....................................................... 2.1.3.4 Umur Perusahaan......................................................... 2.1.3.5 Financial Leverage...................................................... 2.1.3.6 ROA (Return On Assets).............................................. 2.2 Kerangka Pemikiran/Pendekatan Masalah.................................................... 2.2.1 Penelitian Terdahulu...................................................................... 2.2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis................................................
11 11 11 15 21 22 22 24 27 27 31 32 33 34 35 37 37 42
BAB III
METODE PENELITIAN...................................................................................... 3.1 Metode Penelitian yang digunakan............................................................... 3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel.......................................... 3.2.1 Definisi Variabel dan Pengukuranya.............................................. 3.2.2 Operasionalisasi Variabel............................................................... 3.3 Populasi dan Sampel..................................................................................... 3.3.1 Populasi Penelitian......................................................................... 3.3.2 Sampel Penelitian .......................................................................... 3.3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................... 3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 3.5 Metode Analisis Yang Digunakan................................................................ 3.6 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis.......................................................... 3.6.1 Model Penelitian............................................................................ 3.6.2 Rancangan Analisis Statistik.......................................................... 3.6.3 Uji Hipotesis...................................................................................
46 46 47 48 52 53 53 54 57 58 58 61 61 62 71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian............................................................................................. 4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia (BEI)............................. 4.1.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI)............... 4.1.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas BEI................. 4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan........................................................ 4.1.3 Reputasi Underwriter..................................................................... 4.1.4 Persentase Saham yang Ditawarkan............................................... 4.1.5 Ukuran Perusahaan......................................................................... 4.1.6 Umur Perusahaan........................................................................... 4.1.7 Financial Leverage........................................................................ 4.1.8 Return On Asset.............................................................................. 4.1.9 Tingkat Underpricing..................................................................... 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian........................................................................ 4.2.1 Analisis Reputasi Underwriter pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI..................................................................................... 4.2.2 Analisis Persentase yang ditawarkan pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI................................................................... 4.2.3 Analisis Ukuran Perusahaan pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI...................................................................................... 4.2.4 Analisis Umur Perusahaan pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI...................................................................................... 4.2.5 Analisis Financial Leverage pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI...................................................................................... 4.2.6 Analisis Return on Assets pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI.............................................................................................
77 77 77 77 80 84 105 107 109 112 114 116 118 121 121 124 125 125 126 127
4.2.7 4.2.8
4.2.9
4.2.10
BAB V
Analisis Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI................................................................... Uji Asumsi Klasik.......................................................................... 4.2.8.1 Uji Normalitas.............................................................. 4.2.8.2 Uji Autokorelasi........................................................... 4.2.8.3 Uji Multikolinieritas..................................................... 4.2.8.4 Uji Heteroskedastisitas................................................. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana di bursa Efek Indonesia Secara Parsial............................................................................................. 4.2.9.1 Analisis Pengaruh Reputasi Underwriter Terhadap Tingkat Underpricing................................................. 4.2.9.2 Analisis Pengaruh Persentase Saham Yang Ditawarkan Terhadap Tingkat Underpricing............... 4.2.9.3 Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing................................................... 4.2.9.4 Analisis Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing................................................... 4.2.9.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Tingkat Underpricing................................................... 4.2.9.6 Analisis Pengaruh Return on Asset (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing................................................... Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana di bursa Efek Indonesia Secara Simultan.........................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 5.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
128 129 129 130 131 132
133 133 138 143 148 152 157
162 176 176 180
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Jumlah Underpricing pada Perusahaan yang melakukan IPO th 2006-2009
3
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu...................................................................
39
Tabel 3.1
Identifikasi Variabel dan Definisi Operasionalisasi......................................
52
Tabel 3.2
Populasi Penelitian........................................................................................
54
Tabel 3.3
Penentuan Sampel.........................................................................................
55
Tabel 3.4
Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian...............................................
56
Tabel 3.5
Uji Statistik Durbin-Watson d.......................................................................
64
Tabel 3.6
Pedoman untuk memberikan Interpretasi terhadap koefisien korelasi.........
69
Tabel 4.1
Stuktur Organisasi Bursa Efek Indonesia.....................................................
82
Tabel 4.2
Underwriter..................................................................................................
105
Tabel 4.3
Persentase Saham yang Ditawarkan ............................................................
108
Tabel 4.4
Ukuran Perusahaan.......................................................................................
110
Tabel 4.5
Umur Perusahaan.........................................................................................
112
Tabel 4.6
Financial Leverage......................................................................................
114
Tabel 4.7
Return on Assets (ROA)...............................................................................
117
Tabel 4.8
Tingkat Underpricing..................................................................................
119
Tabel 4.9
Peringkat Reputasi Underwriter menurut Majalah Investor .......................
121
Tabel 4.10
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Persentase Saham yang Ditawarkan.....
124
Tabel 4.11
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan.................................
125
Tabel 4.12
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Umur Perusahaan...................................
126
Tabel 4.13
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Financial Leverage...............................
126
Tabel 4.14
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Return On Assets Perusahaan (ROA)....
127
Tabel 4.15
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Tingkat underpricing............................
128
Tabel 4.16
Hasil Uji Normalitas.....................................................................................
129
Tabel 4.17
Hasil Uji Autokorelasi...................................................................................
130
Tabel 4.18
Hasil Uji Multikolinearitas...........................................................................
131
Tabel 4.19
Hasil Regresi Reputasi Underwriter Terhadap Tingkat Underpricing.........
133
Tabel 4.20
Korelasi Reputasi Underwriter Terhadap Tingkat underpricing..................
135
Tabel 4.21
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi........................
135
Tabel 4.22
Hasil Penghitungan Uji t..............................................................................
136
Tabel 4.23
Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial..........................
137
Tabel 4.24
Regresi Persentase Saham Yang Ditawarkan Terhadap Tingkat underpricing..................................................................................................
Tabel 4.25
138
Korelasi Persentase Saham Yang Ditawarkan Terhadap Tingkat underpricing...................................................................................................
139
Tabel 4.26
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi........................
140
Tabel 4.27
Hasil Penghitungan Uji t................................................................................
141
Tabel 4.28
Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial............................
142
Tabel 4.29
Regresi Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat underpricing........................
143
Tabel 4.30
Korelasi Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat underpricing.......................
144
Tabel 4.31
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi........................
145
Tabel 4.32
Hasil Penghitungan Uji t...............................................................................
146
Tabel 4.33
Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial..........................
147
Tabel 4.34
Regresi Umur Perusahaan Terhadap Tingkat underpricing.........................
148
Tabel 4.35
Korelasi Umur Perusahaan Terhadap Tingkat underpricing........................
149
Tabel 4.36
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi........................
150
Tabel 4.37
Hasil Penghitungan Uji t...............................................................................
151
Tabel 4.38
Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial..........................
152
Tabel 4.39
Regresi Financial Leverage Terhadap Tingkat Underpricing......................
153
Tabel 4.40
Korelasi Financial Leverage Terhadap Tingkat underpricing.....................
154
Tabel 4.41
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi........................
154
Tabel 4.42
Hasil Penghitungan Uji t...............................................................................
155
Tabel 4.43
Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial...........................
156
Tabel 4.44
Regresi Return On Assets Terhadap Tingkat underpricing.........................
157
Tabel 4.45
Korelasi Return On Assets Terhadap Tingkat Underpricing.......................
158
Tabel 4.46
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi........................
158
Tabel 4.47
Hasil Penghitungan Uji t...............................................................................
160
Tabel 4.48
Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial...........................
Tabel 4.49
Regresi Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana ......................................................................
Tabel 4.50
161
162
Korelasi Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana ......................................................................
165
Tabel 4.51
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi........................
165
Tabel 4.52
Hasil Penghitungan Uji F..............................................................................
167
Tabel 4.53
Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Simultan.......................
168
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Diagram Alir Dana dan Efek pada Pasar Modal
11
Gambar 2.2
Proses Go Public
18
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran Teoritis
44
Gambar 3.1
Model Penelitian
61
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Penghitungan Reputasi Underwriter
Lampiran 2
Penghitungan Persentase saham yang ditawarkan
Lampiran 3
Penghitungan Ukuran Perusahaan
Lampiran 4
Penghitungan Umur Perusahaan
Lampiran 5
Penghitungan Financial Leverage
Lampiran 6
Penghitungan Return on Asset
Lampiran 7
Hasil Analisis Data dengan Program SPSS V 17.0 for windows
Lampiran 8
Laporan Keuangan Tahun 2006
Lampiran 9
Laporan Keuangan Tahun 2007
Lampiran 10
Laporan Keuangan Tahun 2008
Lampiran 11
Laporan Keuangan Tahun 2009
Lampiran 12
Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 13
Riwayat Hidup Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Pasar modal adalah sumber dana segar jangka panjang. Keberadaan
institusi ini bukan sekedar cuma sebagai wahana sumber pembiayaan, tetapi juga sebagai sarana investasi yang melibatkan seluruh potensi dana masyarakat, baik yang tersedia di kantong dalam negeri maupun pundi-pundi yang tersedia di luar negeri. Yang memanfaatkan pasar modal sebagai sarana investasi bukan cuma pemodal lokal tetapi juga pemodal asing. Dari sini secara gamblang bisa disimak bahwa pasar modal bisa memenuhi kebutuhan dana, baik bagi swasta maupun pemerintah dan BUMN (Ary Suta, 2000:17). Perusahaan yang belum menjadi perusahaan publik dapat meningkatkan kebutuhan dana dengan berbagai macam cara yaitu Pertama, menjual langsung kepada pemegang saham yang sudah ada sebelumnya. Kedua, menjual kepada karyawan melalui Employee Stock Ownership Plan (ESOP). Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan). Keempat, menjual langsung kepada pembeli tunggal (misalnya, investor institusional). Kelima, menjual kepada publik lewat pasar saham (Jogiyanto, 2003:16). Banyak perusahaan memilih pasar modal sebagai tempat alternatif untuk memperluas usaha atau melakukan ekspansi. Dana yang dibutuhkan untuk melakukan ekspansi tidak sedikit. Oleh karena itu perusahaan menawarkan
sahamnya ke publik atau disebut go public. Perusahaan yang menjual / menerbitkan saham disebut emiten atau investee, sedangkan pembeli saham disebut investor. Transaksi penawaran umum penjualan saham pertama kalinya terjadi di Pasar Perdana ( Primary Market ) . Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penawaran umum saham perdana disebut IPO (Initial Public Offering), selanjutnya saham dapat diperjualbelikan di Bursa Efek, yang disebut pasar sekunder (Secondary Market). Di dalam kegiatan penawaran umum perdana (IPO) terdapat suatu fenomena menarik yang disebut dengan underpricing dimana harga saham yang ditawarkan pada pasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga saham ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Fenomena underpricing di dalam IPO ini dikenal hampir diseluruh dunia. Dari beberapa penelitian menunjukan bahwa underpricing terjadi hampir pada setiap pasar efek di seluruh dunia, Amerika Serikat (Bavers et al, 1988), Korea (Kim et al, 1993), Taiwan (Liaw,Lie, Wei, 2000), serta di Jepang (Kutsuna dan Smith , 2000) dalam Yolana dan Martani (2005:538-540). Hal ini juga terjadi pada pasar efek di Indonesia. Penelitian dari Suad Husnan (1996) dalam Ghozali dan Mansur (2002:75) menunjukkan bahwa penawaran saham perdana pada perusahaan-perusahaan privat maupun BUMN di Indonesia umumnya mengalami underpricing. Jumlah perusahaan yang sahamnya mengalami underpricing dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Jumlah Underpricing pada Perusahaan yang melakukan IPO th 2006-2009 Tahun
Jumlah IPO
2006
Total Underpricing Jumlah
%
12
12
100
2007
22
20
90.91
2008
17
14
82.35
2009
13
8
61.54
Sumber : www.idx.co.id , diolah
Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa terjadi underpricing pada sebagian besar penawaran perdana yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2006-2009. Jumlah saham yang mengalami underpricing terus mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai tahun 2009 dan tingkat underpricing tertinggi pada tahun 2006 sebesar 100 %. Jumlah tersebut kemudian mengalami penurunan secara bertahap setiap tahunnya sehingga mencapai tingkat terendah underpricing terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 61,54 %. Dalam kurun waktu 4 tahun, rata-rata jumlah perusahaan yang melakukan penawaran perdana sebanyak 16 perusahaan setiap tahunnya dan yang mengalami underpricing sebanyak 14 perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar dari saham perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran perdana pada periode tersebut mengalami underpricing. Fenomena Underpricing ini merupakan gejala umum pada hampir setiap pasar modal, namun faktor yang menentukannya berbeda di setiap pasar modal.
Hal ini tergantung karakteristik dan kondisi ekonomi tempat pasar modal tersebut berada (Nainggolan, 2002) dalam Amelia J dan Yulia (2007:104). Harga saham yang akan dijual di pasar (offering price) ditentukan terlebih dahulu oleh emiten (perusahaan yang akan go public) dengan penjamin emisi (underwriter) . Dalam menentukan offering price, emiten dan underwriter sering kali menghadapi kesulitan untuk menentukan harga wajar. Dalam tipe penjaminan full commitment, underwriter cenderung menetapkan offering price lebih rendah dari yang diharapkan oleh emiten dengan tujuan menekan risiko yang ditanggungnya. Bila saham yang ditawarkan pada saat penawaran umum tidak habis terjual. Setelah penawaran umum tersebut selanjutnya harga saham di pasar sekunder akan ditentukan oleh mekanisme pasar (kekuatan tarik-menarik permintaan dan penawaran pasar) yang terjadi di bursa efek. Perbedaaan dua mekanisme penentuan di atas, sering mengakibatkan perbedaan harga saham yang sama antara pasar perdana (pada saat IPO) dan pasar sekunder. Apabila penentuan harga saham pada saat IPO lebih rendah dibanding dengan harga yang terjadi di pasar sekunder, maka fenomena ini disebut dengan underpricing sedangkan apabila harga IPO lebih tinggi dibanding dengan harga yang terjadi dipasar sekunder, maka fenomena ini disebut overpricing. Kondisi underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh dari go public tidak maksimum. Sebaliknya bila terjadi overpricing, maka investor akan merugi karena tidak menerima return awal. Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisir underpricing, karena terjadinya underpricing akan menyebabkan
transfer kemakmuran (wealth) dari pemilik kepada para investor (Beatty, 1989) dalam Triani dan Nikmah (2006:2). Berbagai macam teori yang dikemukakan dan diteliti oleh para ahli untuk menjelaskan penyebab terjadinya fenomena underpricing. Guinness (1992) dalam Triani dan Nikmah (2006:2) menjelaskan terjadinya underpricing karena adanya information asymmetry antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi dan antara investor yang memiliki informasi tentang prospek perusahaan emiten dengan investor yang tidak memiliki informasi prospek perusahaan emiten. Informasi yang disajikan dalam prospektus memberikan gambaran perusahaan emiten yang berguna bagi investor untuk membuat keputusan. Beatty (1989) Amelia J dan Yulia (2007) dalam mengemukakan bahwa terdapat hubungan negatif antara reputasi auditor dengan initial return. Dikemukakan pula bahwa faktor-faktor yang disebutnya sebagai ex-ante uncertainty yang merupakan variabel control, yaitu reputasi penjamin emisi, persentase penawaran saham, umur perusahaan, tipe penjamin emisi dan indikator perusahaan minyak dan gas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap initial return. Muna Amelia J dan Yulia Saftiana (2007) berdasarkan data tahun 19982004 dengan sampel sebanyak 34 emiten menemukan bahwa variabel skala/besaran perusahaan, umur perusahaan, persentase kepemilikian saham yang ditahan, financial leverage, dan profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan baik secara simultan maupun secara parsial.
Sri Trisnaningsih (2005) dengan mengambil sampel 23 perusahaan yang listing di BEJ antara tahun 2002-2004, menemukan bahwa reputasi underwriter, financial leverage, dan Return on Assets (ROA) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing. Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) mencoba menguji pengaruh variabel reputasi reputasi underwriter, persentase saham yang ditahan oleh pemegang saham/investor lama (kepemilikan), skala perusahaan (total aktiva), umur perusahaan, financial leverage ,dan ROA, terhadap tingkat underpricing. Mereka berhasil membuktikan bahwa reputasi underwriter, financial leverage signifikan pada level 10% dengan arah negatif mempengaruhi underpricing. ROA mempengaruhi underpricing dengan level signifikansi 5% dengan arah negatif. Sedangkan umur perusahaan, skala perusahaan, dan persentase saham yang ditahan, tidak terbukti signifikan mempengaruhi underpricing. Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia”.
1.2
Pembatasan Masalah Agar dalam melakukan penelitian ini lebih jelas dan terarah serta masalah
yang diteliti tidak terlalu luas dan terfokus pada pokok permasalahannnya maka perlu dilakukan pembatasan. Adapun pembatasan masalahnya yaitu sebagai berikut : •
Data penelitian merupakan data sekunder yang berasal dari data terpublikasi dan Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan Initial Public Offering pada periode 2006-2009.
•
Variabel yang digunakan adalah satu variabel dependen yaitu underpricing saham perdana, dan enam variabel independen yaitu reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage dan return on assets (ROA).
1.3
Identifikasi dan Rumusan Masalah Berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengkaji fenomena
underpricing, namun terdapat perbedaan terhadap hasil penelitian, penelitian tersebut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing saham. Ketidak konsistenan tersebut menimbulkan permasalahan yang dapat dirumuskan oleh peneliti yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA (Return On Assets) pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO)
2. Bagaimana tingkat underpricing pada penawaran saham perdana 3. Bagaimana pengaruh faktor reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA (Return On Assets) secara parsial terhadap tingkat underpricing pada penawaran saham perdana 4. Bagaimana pengaruh faktor reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA (Return On Assets) secara simultan terhadap tingkat underpricing pada penawaran saham perdana
1.4
Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah : 1. Untuk
mengetahui
reputasi
underwriter,
persentase
saham
yang
ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA (Return On Assets) pada perusahaan yang melakukan IPO 2. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat underpricing pada penawaran saham perdana 3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA( Return On Assets) secara parsial terhadap tingkat underpricing pada penawaran saham perdana
4. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA (Return On Assets) secara simultan terhadap tingkat underpricing pada penawaran saham perdana
1.5
Kegunaan Penelitian Kegunaan yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat underpricing saham perdana, serta dapat mengaplikasikan teori
yang
pernah didapatkan selama kuliah. 2. Bagi investor/calon investor di pasar modal, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengambilan keputusan investasi pada saat penawaran saham perdana. 3. Bagi perusahaan selaku emiten, dapat dijadikan referensi dalam menentukan harga yang tepat saat penawaran saham perdana. 4. Pada bidang akademik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut dan juga dapat menambah khasanah pustaka bagi yang berminat mendalami pengetahuan dalam bidang pasar modal.
1.6
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang melakukan Initial Public Offering pada periode 2006-2009. Adapun yang dilakukan peneliti dalam pengambilan data tersebut yaitu dengan mengunjungi situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id sedangkan waktu penelitian ini dimulai dari tanggal disahkannya proposal penelitian hingga selesai.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Pasar Modal
2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut UU RI No. 8/1995 tentang pasar modal atau dapat disebut juga sebagai Bursa efek adalah : “Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem/sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.” Sedangkan menurut keputusan Menkeu RI No. 1548/1990, pasar modal adalah : “Suatu sistem keuangan yang terorganisir, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga-lembaga perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga”. Menurut Rusdin (2006:1), mengemukakan bahwa : ”Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif investasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti: menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi saham dan lainnya.”
Pasar Modal Efek
Dana Dana
Pemodal/Investor yang memiliki kelebihan dana
Efek Perusahaan/Insitusi Pemerintah yang membutuhkan dana tambahan
Gambar 2.1 Diagram Alir Dana dan Efek pada Pasar Modal
Sedangkan menurut Suad Husnan (2005:3), mengemukakan tentang pasar modal bahwa: ”Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.” Dari beberapa pengertian pasar modal tersebut dapat dijelaskan bahwa Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Menurut Rusdin (2006:2-3) mengenai pasar modal, ada beberapa peranan pasar modal yaitu : ”a. Pasar Modal merupakan wahana pengalokasiaan dana secara efisien. Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun di perdagangkan di pasar modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang di butuhkan dengan menawarkan instrument keuangan jangka panjang melalui pasar modal tersebut. b. Pasar Modal sebagai alternatif investasi. Pasar modal memudahkan alternatif berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu. c. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. Perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik, sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang-orang tertentu saja, karena penyebaran kepemilikan secara luas akan mendorong perkembangan usaha menjadi lebih transparan. d. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara professional dan transparan. Keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen sevara lebih professional, efisien dan berorientasi pada keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi “good governance” serta keuntungan yang lebih baik bagi para investor. e. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional. Dengan keberadaan pasar modal , perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas, serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah.”
Menurut Jogiyanto (2003:15), mengemukakan tentang jenis pasar modal, Ada empat jenis pasar modal antara lain: “a. b. c. d.
Pasar Perdana (Primary Market) Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar Ketiga (Third Market) Pasar Keempat (Fourth Market)”
Jenis pasar modal dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pasar Perdana (Primary Market) Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar perdana. Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana ke public (Initial Public Offering atau IPO) atau tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah going public (sekuritas tambahan ini sering disebut seasoned new issues). b. Pasar Sekunder (Secondary Market) Setelah surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar perdana, selanjutnya surat berharga tersebut diperjualbelikan oleh dan antar investor di pasar sekunder. c. Pasar Ketiga (Third Market) Pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup. d. Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan antara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi dari broker.
2.1.1.2 Penawaran Umum (Go Public) Go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Terdapat dua metode utama untuk melakukan go public yang digunakan di seluruh dunia. Pertama, melakukan penawaran perdana (initial public offering) dengan penawaran pada harga tetap (a fixed price offer) atau penawaran melalui sistem tender, metode yang kedua yaitu dengan prosedur lelang (auction procedure), dimana penentuan harga saham berdasarkan penawaran tertinggi. Perusahaan yang belum go public, awalnya saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai-pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki investor. Untuk mendapatkan modal bagi perusahaan yang sedang berkembang, dilakukan dengan cara hutang atau menerbitkan saham baru. Menurut Jogiyanto (2003:16), jika saham akan dijual untuk menambah modal, saham baru dapat dijual dengan berbagai macam cara sebagai berikut: ”a) b) c) d) e)
Dijual kepada pemegang saham yang sudah ada. Dijual kepada karyawan lewat ESOP (Employee Stock Ownership Plan). Menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi. Dijual langsung kepada pembeli tunggal (biasanya investor institusi) secara privat. Ditawarkan kepada publik”.
Jika keputusannya adalah untuk ditawarkan kepada publik, terdapat beberapa keuntungan dan kerugian bila perusahaan go public. Adapun keuntungan yang bisa diperoleh antara lain sebagai berikut : 1. Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tertutup, calon investor biasanya enggan untuk menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi keuangan antara pemilik dan investor. Bagi perusahaan yang sudah go public tentunya informasi keuangan harus dilaporkan ke public secara reguler yang kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan publik. 2. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham, karena bagi perusahaan yang masih tertutup yang belum mempunyai pasar untuk sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual sahamnya. Dibandingkan bila perusahaan sudah go public. 3. Nilai pasar perusahaan diketahui, karena bila perusahaan ingin memberikan insentif dalam bentuk opsi saham kepada manajermanajernya, maka nilai sebenarnya dari opsi tersebut perlu diketahui, apabila perusahaan masih tertutup, maka nilai dari opsi sulit ditentukan. Kerugian yang akan dihadapi oleh perusahaan yang melakukan go public diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Biaya laporan yang meningkat, karena untuk perusahaan yang go public, setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan-laporan kepada regulator, untuk perusahan yang ukurannya kecil tentunya laporan-laporan ini sangat mahal.
2. Pengungkapan
(disclosure),
umumnya
beberapa
pihak
di
dalam
perusahaan keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing. Pemilik juga enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dimiliki. 3. Ketakutan untuk diambil alih, manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan khawatir apabila perusahaan go public karena manajer perusahaan publik dengan hak veto yang rendah umumnya diganti dengan manajer yang baru jika perusahaan diambil alih. Penawaran umum perdana atau IPO (Initial Public Offering) adalah kegiatan penjualan sekuritas kepada masyarakat baik perorangan maupun lembaga di pasar perdana. Penawaran perdana ini dilakukan setelah mendapatkan ijin dari BAPEPAM dan sebelumnya sekuritas tersebut diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek). Dalam melakukan IPO, perusahaan harus menerbitkan prospectus sebelum melakukan listing di BEJ. Prospectus adalah dokumen yang berisikan informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang ditawarkan. Penjualan sekuritas di pasar perdana dilakukan oleh penjamin emisi (underwriter) yang ditunjuk oleh perusahaan dengan bantuan agen penjualan. Harga sekuritas yang dijual di pasar perdana (offering price) yang telah ditentukan terlebih dahulu oleh perusahaan yang akan melakukan go public (emiten) dengan
penjamin emisi, dimana harga sekuritas tersebut telah dicantumkan dalam prospectus. Dalam penentuan offering price, underwriter dan emiten sering menghadapi kesulitan untuk memperkirakan harga yang wajar. Underwriter cenderung untuk menetapkan offering price yang rendah dari harga yang diharapkan oleh perusahaan akan melakukan go public, dengan tujuan untuk menekan risiko tanggung jawab bila sekuritas yang ditawarkan pada saat penawaran perdana tidak laku atau tidak habis terjual. Untuk go public, perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan penyiapan dokumentasi sesuai dengan persyaratan untuk go public atau penawaran umum, serta memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan BAPEPAM-LK (www.idx.com). Penawaran Umum mencakup kegiatan-kegiatan berikut: •
Periode Pasar Perdana yaitu ketika Efek ditawarkan kepada pemodal oleh Penjamin Emisi melalui para Agen Penjual yang ditunjuk.
•
Penjatahan Saham yaitu pengalokasian Efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah Efek yang tersedia.
•
Pencatatan Efek di Bursa, yaitu saat Efek tersebut mulai diperdagangkan di Bursa.
Proses Penawaran Umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan yang digambarkan sebagai berikut:
Tahap Persiapan
Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Tahap Penawaran Saham
Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek
Gambar 2.2 Proses Go Public 1. Tahap Persiapan Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap yang paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka Penawaran Umum saham. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu:
Penjamin Emisi (underwriter). Merupakan pihak yang paling banyak keterlibatannya dalam membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara lain: menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan.
Akuntan Publik (Auditor Independen). Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten.
Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut.
Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion).
Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat.
2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada BAPEPAM-LK hingga BAPEPAMLK mengemukakan Pernyataan Pendaftaran menjadi Efektif .
3. Tahap Penawaran Saham Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa Penawaran sekurang-kurangnya tiga hari kerja.
Perlu diingat pula bahwa tidak seluruh
keinginan investor terpenuhi dalam tahapan ini. Misal, saham yang dilepas ke pasar perdana sebanyak 100 juta saham sementara yang ingin dibeli seluruh investor berjumlah 150 juta saham. Jika investor tidak mendapatkan saham pada
pasar perdana, maka investor tersebut dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham dicatatkan di Bursa Efek.
4. Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (www.idx.com).
2.1.1.3 Harga Saham Dalam pasar modal yang efisien, dana akan teralokasikan dengan tepat sehingga produktivitas tinggi. Penawar tertinggilah yang akan berhasil mendapatkan sumber daya-sumber daya yang tersedia. Harga saham dibiarkan berubah-ubah dengan bebas. Jika harga dimanipulasiakan atau dikendalikan, dana tidak akan teralokasiakan dengan baik sehingga produktivitasnya rendah (Tandelilin, 2007:125) Saham baru yang ditawarkan dalam IPO belum memiliki harga pasar terbuka, karena saham-saham ini belum diperdagangkan di pasar terbuka. Harga saham perdana ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwriter. Penentuan harga dalam IPO merupakan bagian yang sulit, sekaligus penting karena tidak ada harga sebelumnya di pasar dan sejarah mengenai operasi perusahaan sangat sedikit atau hampir tidak ada. Jika harga ditemukan terlalu rendah, perusahaan penerbit tidak dapat memperoleh dana maksimal dari potensi yang ada untuk menaikkan modalnya. Sementara itu jika harga terlalu tinggi,
investor akan memperoleh return yang sangat kecil sehingga berakibat pada penolakan investor untuk membeli saham tersebut, dengan demikian tanpa harga (pricing) yang akurat pasar dapat menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan pengaktifan kembali pasar modal yaitu pemerataan pendapatan masyarakat (investor) melalui kepemilikan saham perusahaan, akan tetapi harga yang sebenarnya ini baru bisa diketahui setelah saham dijual di pasar sekunder, karena harga ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan (supply and demand) dari investor.
2.1.2 2.1.2.1
Underpricing Pengertian Underpricing Ketika perusahaan pertama kali melakukan penawaran sahamnya ke pasar
modal, masalah yang dihadapi adalah penentuan harga di pasar perdana tersebut. Di satu pihak pemegang saham lama tidak ingin menawarkan saham baru dengan harga yang terlalu murah kepada investor baru, tetapi disisi lain investor menginginkan untuk memperoleh capital gains dari pembelian saham di pasar perdana tersebut. Perbedaan kepentingan tersebut, dimana emiten menginginkan dana yang lebih besar dan investor menginginkan return, mengakibatkan terjadinya underpricing. Menurut Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) menjelaskan bahwa : “Underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO.”
Menurut Alexander Ljungqvist (2006:6), mendefinisikan Underpricing sebagai berikut: “Underpricing is estimated as the percentage difference between the price at which the IPO shares were sold to investors (the offer price) and the price at which the shares subsequently trade in the market.” Berdasarkan definisi tersebut maka underpricing dapat dikatakan sebagai persentase perbedaan antara harga di mana IPO saham telah dijual kepada investor (harga penawaran) dan harga di mana saham kemudian perdagangan di pasar. Underpricing disebabkan oleh perbedaan kepentingan dari pihak-pihak yang terkait dalam penawaran saham perdana. Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara penjamin emisi (underwriter) dan emiten (issuers), sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran. Underwriter memiliki informasi lebih baik tentang investor yang dibutuhkan oleh emiten. Kompensasi atas informasi inilah yang diberikan oleh emiten antara lain dengan mengijinkan underwriter menetapkan penawaran saham dibawah harga ekuilibrium Oleh karena itu, lebih tinggi ketidakpastian, lebih banyak masalah dalam penentuan harga dan lebih tinggi tingkat underpricingnya. Underpricing terbentuk atas suatu kondisi dimana secara rata-rata harga saham perusahaan yang baru go public, biasanya harga pada penawaran perdana lebih rendah daripada harga saham di pasar sekunder. Underpriced yang tinggi, akan merugikan jika dilihat dari sisi emiten karena perusahaan tidak dapat memperoleh dana secara maksimal. Hal ini disebabkan karena underwiter
mengurangi
tingkat
risiko
yang
harus
ditanggungnya
karena
fungsi
penjaminannya. Sehingga perusahaan dinilai lebih rendah dari kondisi yang sebenarnya. Dalam mengembangkan pasar modal yang baik dan jika tidak ada pembatasan pada berapa banyak harga diperbolehkan untuk berfluktuasi oleh dari hari ke hari, tingkat penuh underpricing cukup jelas, tentunya dengan akhir hari pertama perdagangan, dan sebagainya kebanyakan studi menggunakan hari pertama
harga
penutupan
saat
menghitung
kembali
underpricing
awal. Menggunakan harga kemudian, mengatakan pada akhir minggu pertama perdagangan, biasanya membuat sedikit perbedaan.
2.1.2.2
Teori Underpricing Menurut Ritter (1991:13) sebagaimana dikutip oleh Yuli Lestiyani (2010)
mengemukakan teori yang menjelaskan terjadinya underpricing, yaitu: 1. Teori Investement Banker Monopsony Power Hypotesis. Teori ini berpendapat bahwa Underwriter sebagai pihak yang lebih mengetahui kondisi pasar modal cenderung menetapkan harga yang lebih rendah untuk menghindari risiko yang ditanggungnya, ketika perusahaan sekuritas tersebut go public, mereka cenderung membuat harga sahamnya sendiri underpriced, seperti saham perusahaan lain. Hal seperti ini berhasil meyakinkan klien (calon emiten) dan badan pengatur pasar modal bahwa underpricing adalah hal yang normal terjadi pada IPO.
2. The Lawsuit Avoidance Hypotesis. Teori ini berpendapat bahwa fenomena underpricing tersebut merupakan cerminan dari upaya underwriter dan Issuer untuk menjaga dan menghindarkan akibat hukum di masa yang akan datang dan risiko penurunan reputasinya karena tidak menyajikan nilai perusahaan yang sesunggungnya. 3. The Ownership Dispersion Hypotesis. Teori mengemukakan emiten memiliki tujuan ketika merendahkan harga saham perdananya, yaitu untuk memperluas permintaan pasar sehingga dapat memperoleh para pemegang saham minoritas dalam jumlah besar (tidak ada pemegang saham mayoritas) Investor yang berbagi dalam pemegang saham minoritas akan meningkatkan likuiditas saham dan membuat pihak luar sulit untuk menguasai atau menentang kebijakan manajemen. Sedangkan Alexander Ljungqvist (2006:2) mengemukakan bahwa teori underpricing dapat dikelompokkan dalam empat yaitu : “1. 2. 3. 4.
Asymmetric information. Institutional theories. Control theories. Behavioral theories”.
Teori underpricing dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Asymmetric information (Informasi asimetris) Model informasi asimetris mengasumsikan bahwa salah satu pihak yang tahu lebih banyak daripada lain, dan bahwa pergeseran informasi yang dihasilkan menimbulkan underpricing dalam keseimbangan.
2. Institutional theories (Kelembagaan alasan) Kelembagaan teori berfokus pada tiga ciri dari pasar: litigasi, 'stabilisasi harga bank sekali kegiatan mulai perdagangan, dan pajak. 3. Control theories (Pertimbangan control) Kontrol teori berpendapat underpricing yang membantu membentuk basis pemegang saham sehingga dapat mengurangi intervensi oleh pemegang saham luar sekali perusahaan publik. 4. Behavioral theories (Pendekatan perilaku) Teori perilaku menganggap kehadiran 'irasional' investor yang menawar sampai harga dari IPO saham luar nilai yang sebenarnya, atau bahwa emiten menderita dari bias perilaku menyebabkan mereka untuk memberi tekanan cukup pada bank penjaminan untuk memiliki underpricing berkurang. Suatu penjelasan mengenai fenomena underpricing adalah adanya hipotesis informasi asimetri yang terjadi antara investor informed dan investor uninformed (Model Rock) atau antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (Model Baron). Model Rock dalam (Rosyati dan Sebeni, 2002) menunjukkan informasi asimetri terjadi pada kelompok investor yang memiliki informasi dan kelompok investor yang tidak mempunyai informasi tentang prospek perusahaan emiten. Kelompok investor yang memiliki informasi lebih banyak akan membeli saham-saham pada saat IPO bila nantinya akan memberikan return, sedangkan kelompok investor yang kurang memiliki informasi tentang prospek emiten akan membeli saham tanpa memperhatikan saham yang underpriced maupun
overpriced. Akibatnya, kelompok yang tidak memiliki informasi akan memperoleh proporsi lebih besar pada saham overpriced, karna itu lebih banyak mengalami kerugian dan kelompok ini akan meninggalkan pasar perdana. Agar semua kelompok berpartisipasi dalam pasar perdana dan memperoleh return yang wajar serta dapat menutup kerugian akibat pembelian saham overpriced maka saham IPO harus cukup underpriced. Oleh karena itu, lebih tinggi tingkat ketidakpastian lebih banyak masalah dalam penentuan harga dan menyebabkan underpricing (McGuiness,1992) sebagaimana dikutip Rosyati dan Sebeni (2002). Teori-teori yang menjelaskan tentang underpricing dan yang telah diuji di berbagai penelitian empiris biasanya bermuara pada asymetry informasi baik antara pemilik perusahaan dan calon investor, antar calon investor dan antara issuer dan penjamin emisi.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Dalam penelitian ini terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing adalah sebagai berikut
2.1.3.1 Reputasi Underwriter Menurut Jay R. Ritter dan Tim Loughran Mendoza College of Business University of Notre Dame (2002:5) mengemukakan bahwa : “Underwriters, as intermediaries, advise the issuer on pricing the issue, both at the time of issuing a preliminary prospectus that includes a file price range, and at the pricing meeting where the final offer price is set. If underwriters receive compensation from both the issuer (the gross spread) and investors, the underwriter has an incentive to recommend a lower offer price than if the compensation was merely the gross spread.”
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa Penjamin Emisi (Underwriter) sebagai perantara, saran penerbit pada masalah harga, baik pada saat mengeluarkan prospektus awal yang mencakup kisaran harga saham, dan pada pertemuan harga yang mana harga penawaran akhir ditetapkan. Jika underwriter menerima kompensasi dari kedua issuer
dan investor, underwriter memiliki
insentif untuk merekomendasikan harga penawaran lebih rendah. Sedangkan menurut Sunariyah (2003:116) mengemukakan : ”Penjamin emisi (underwiter) merupakan lembaga yang mempunyai peran kunci pada setiap emisi efek di pasar modal. Mereka memberi informasi yang perlu diperhatikan emiten serta bagaimana dan kapan saat yang tepat melakukan penawaran. Dalam menjalankan fungsinya, underwiter dituntut untuk profesional dan memiliki integritas yang tinggi di mata masyarakat. Penjamin emisi akan menolak perusahaan yang menyediakan informasi yang menyesatkan untuk masyarakat. Apabila terdapat kesalahan dalam penyampaian informasi dalam prospektus yang mengakibatkan kerugian bagi investor, underwriter akan bertanggung jawab atas kesalahan tersebut.” Dalam melaksanakan fungsinya, underwriter melakukan kegiatan antara lain: a) Membantu emiten dalam rangka mempersiapkan pernyataan pendaftaran berikut dokumen pendukungnya. b) Memberi konsultasi dibidang keuangan, misalnya jumlah dan jenis efek yang akan diterbitkan, bursa yang dipilih untuk mencatatkan saham, penentuan jadwal emisi dan sebagainya. c) Melakukan penjaminan terhadap efek yang diemisikan. d) Melakukan evaluasi terhadap kondisi perusahaan antara lain keuangan, manajemen, pemasaran, produksi, berikut prospeknya.
e) Menentukan harga saham bersama-sama dengan emiten. Menurut Sunariyah (2003:118), Ditinjau dari segi bobot dan tanggung jawabnya sebagai penjamin emisi kepada emiten, dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: ”1. Penjamin Emisi dengan kesanggupan penuh (Full Commitment Underwriting) 2. Penjamin Emisi dengan Kesanggupan Terbaik (Best Effort Underwriting) 3. Penjamin Emisi dengan Kesanggupan Siaga (Stand by Commitment)”.
Penjamin emisi dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Penjamin Emisi dengan kesanggupan penuh (Full Commitment Underwriting) Penjaminan emisi dengan kesanggupan penuh adalah bentuk komitmen penjamin emisi untuk mengikatkan diri membeli seluruh efek dan menawarkannya kepada masyarakat. Emiten sepakat memberikan tanggungjawab kepada penjamin emisi untuk mengambil alih risiko penawaran efek dengan cara memberikan jaminan kepada emiten bahwa penjamin emisi membeli seluruh efek yang ditawarkan dan kemudian menjualnya kembali kepada masyarakat dengan harga yang lebih tinggi daripada harga yang ditawarkan kepada emiten. Dengan demikian, jika sebagian atau seluruh efek tidak laku terjual maka risiko sepenuhnya adalah menjadi beban penjamin emisi. 2. Penjamin
Emisi
Underwriting)
dengan
Kesanggupan
Terbaik
(Best
Effort
Bentuk penjaminan ini menempatkan para penjamin emisi hanya berperan sebagai agen dari emiten saja. Penjamin emisi tidak memberi jaminan untuk membayar sisa efek yang tidak laku terjual, melainkan hanya menjualkan sebaikbaiknya. Oleh sebab itu, jika ada bagian yang tidak laku terjual maka efek ini akan dikembalikan kepada emiten. 3. Penjamin Emisi dengan Kesanggupan Siaga (Stand by Commitment) Penjamin emisi ini bertanggungjawab untuk menawarkan dan menjual suatu emisi efek, disamping itu menyanggupi untuk membeli sisa efek yang tidak laku terjual dengan suatu tingkat harga tertentu sesuai dengan syarat yang diperjanjikan. Peranan dari underwriter sangat besar dalam penjaminan emisi efek karena underwriter yang lebih sering berhubungan dengan pasar modal mempunyai pengalaman yang lebih banyak mengenai pasar modal. Kemungkinan saham yang dijamin oleh underwriter tersebut bisa mendatangkan kesuksesan bagi emiten, apabila suatu emisi saham dilakukan oleh underwriter yang mempunyai reputasi bagus. Emiten dan Underwriter bersama-sama dalam penentuan harga perdana, walaupun demikian mereka mempunyai kepentingan yang berbeda. Emiten menginginkan harga perdananya tinggi sehingga bisa mendapatkan modal yang besar untuk merealisasikan proyeknya. sebaliknya underwriter menginginkan harga yang cenderung rendah, karena tipe penjaminan yang ada di Indonesia adalah tipe penjaminan Full Commitment, yaitu tipe penjaminan yang akan
membeli saham yang tidak terjual dalam pelaksanaan IPO. Dengan harga yang rendah maka dana yang dibutuhkan untuk membeli saham yang tidak laku terjual relatif lebih kecil dibandingkan dengan bila harga saham perdana ditetapkan terlalu tinggi. Menurut Ivo Welch dan Jay Ritter (2002:7) mengemukakan bahwa : Underwriter yang bereputasi tinggi lebih berpengalaman dan profesional dalam menangani IPO perusahaan. Aktivitas IPO tinggi dapat diikuti underpricing tinggi karena underwriter lebih mendorong perusahaan untuk go public ketika penilaian public ternyata lebih tinggi dari yang diharapkan dan karena penjamin emisi mencegah perusahaan dari pengajuan atau melanjutkan dengan penawaran ketika penilaian publik ternyata lebih rendah dari yang diharapkan. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa underwriter merupakan salah satu pihak yang bertanggungjawab atas berhasil tidaknya perusahaan dalam melakukan IPO.
2.1.3.2
Persentase Saham Yang Ditawarkan Menurut Trisnawati (1999), Daljono (2000) dan Nasirwan (2000) dalam
Tia Setianingrum (2005) mengemukakan bahwa : “Besarnya
persentase
penawaran
saham
didefinisikan
sebagai
perbandingan antara jumlah saham yang dijual kepada masyarakat pada saat IPO dengan total saham beredar.” Menurut Leland dan Phyle (1977) dalam Gerianta Wirawan Yasa (2007:13) mengemukakan bahwa : “Besarnya persentase penawaran menunjukkan persentase jumlah saham yang ditawarkan kepada publik dari keseluruhan saham yang diterbitkan emiten. Informasi tingkat kepemilikan saham oleh entrepreneur akan digunakan oleh investor sebagai pertanda bahwa prospek perusahaannya
baik. Semakin besar tingkat kepemilikan yang ditahan (atau semakin kecil persentase saham yang ditawarkan) akan memperkecil tingkat ketidakpastian pada masa yang akan datang.” Kepemilikan saham diduga berpengaruh terhadap tingkat underpricing karena dengan jumlah saham yang semakin banyak ditawarkan kepada publik menunjukkan bahwa tidak ada private information yang dimiliki oleh pemilik perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara persentase jumlah saham yang ditawarkan kepada publik dengan tingkat underpricing
2.1.3.3 Ukuran Perusahaan Menurut
Helen
Sulistio
(2005:)
mengemukakan
tentang
ukuran
perusahaaan bahwa : “Ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan, semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan.” Menurut Jogiyanto (2000:282) mengemukakan tentang ukuran aktiva bahwa : “Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibanding perusahaan yang lebih kecil.” Ukuran besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan oleh beberapa hal, antara lain dengan total asset, total penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total asset. Ukuran perusahaan dapat diketahui dari besarnya total asset perusahaan pada periode terakhir sebelum perusahaan melakukan penawaran saham
perdananya. Sehubungan dengan total asset, apabila perusahaan memiliki total
asset yang besar maka hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mencapai tahap kedewasaan. Menurut Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005:534) mengemukakan bahwa : “Semakin besar aset perusahaan akan semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu.” Kecilnya dana untuk investasi menyebabkan deviden kepada pemegang saham besar dan berkaitan dengan prospek perusahaan. Investor tentunya akan lebih tertarik untuk menawarkan modalnya pada perusahaan yang punya prospek baik dalam jangka waktu yang relatif lama.
2.1.3.4 Umur Perusahaan Menurut Tim Loughran dan Jay R. Ritter (2002:19) mengemukakan bahwa : “Umur dinyatakan dalam tahun, dan merupakan jumlah tahun antara pendiri dan IPO. Underpricing peningkatan dari waktu ke waktu bukan karena hanya untuk suatu perubahan menuju perusahaan yang lebih muda di usia distribusi perusahaan go publik. Sebaliknya, hubungan antara usia dan penawaran perdana adalah non stasioner. “ Menurut Rosyati dan Sabeni (2002:209) mengemukakan bahwa : ”Perusahaan yang sudah lama berdiri, kemungkinan sudah mempunyai banyak pengalaman, semakin lama umur perusahaan, semakin banyak informasi yang diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Dengan demikian akan mempengaruhi adanya informasi asimetri dan memperkecil ketidakpastian di masa mendatang.”
Sedangkan Muna Amelia J dan Yulia (2007) mengemukakan tentang pengukuran umur perusahaan yaitu : ”Umur perusahaan diukur berdasarkan lama berdirinya perusahaan dengan menghitung jumlah tahun sejak perusahaan tersebut berdiri sampai tahun perusahaan listing.” Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Investor secara khusus akan lebih percaya terhadap perusahaan yang sudah terkenal dan lama berdiri dibandingkan dengan perusahaan yang relatif baru.
2.1.3.5
Financial Leverage Financial Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa besar dana
yang diperoleh dari hutang digunakan oleh perusahaan atau seberapa banyak asset perusahaan yang dibelanjai dengan hutang. Menurut Muna Amelia J. dan Yulia Saftiana (2007) mengemukakan bahwa : “Financial leverage ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan aktiva.” Sedangkan menurut Rusdin (2008:142) mengemukakan bahwa financial leverage adalah : “Untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total asset yang dimiliki perusahaan”
Sedangkan menurut Helen Sulistio (2005) tentang tingkat leverage berpendapat sebagai berikut : “Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan, semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi perusahaan yang berarti semakin tinggi pula faktor ketidakpastian akan perusahaan sehingga berpengaruh negatif terhadap initial return”.
Firth dan Smith (1992) dalam Ghozali dan Mansur (2002) menjelaskan bahwa : ”Tingkat kewajiban yang tinggi menjadikan pihak manajemen perusahaan menjadi lebih sulit dalam membuat prediksi jalannya perusahaan ke depan.” Para investor dalam melakukan keputusan investasi, tentu akan mempertimbangkan
informasi
financial
leverage.
Financial
leverage
dipertimbangkan sebagai variabel keuangan dalam penelitian ini karena secara teoritis financial leverage menunjukkan risiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian suatu harga saham. Tingginya financial leverage menunjukkan risiko finansial atau risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100 %.
2.1.3.4 ROA (Return On Assets) ROA
merupakan
ukuran
profitabilitas
perusahaan.
Profitabilitas
perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektivitas
operasional perusahaan, hal inilah yang menjadi pertimbangan memasukan variable ini sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi underpricing. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang ditunjukkan dengan profitabilitas perusahaan yang tinggi dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai perimbangan dalam menanamkan modalnya. Menurut Sartono (2001) dalam Sri Triananingsih (2005) mengemukakan bahwa: “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.” Menurut Sri Trisnaningsih (2005:200) mengemukakan bahwa : Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai atau informasi mengenai efektivitas operasional perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat underpricing. Semakin tinggi nilai profitabilitas perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula laba yang dihasilkannya. Dengan demikian semakin besar rasio ROA, maka semakin tinggi pula harga saham dinilai oleh investor. Menurut Rusdin (2008:142) mengemukakan bahwa : “ROA
yaitu
untuk
mengukur
efektivitas
perusahaan
didalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya” Sedangkan menurut Imam Ghozali dan Murdik Al Mansur (2002) mengemukakan bahwa : “ROA adalah suatu rasio penting untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasinya (asset yang dimiliki) untuk mendapatkan laba. ROA
menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam melakukan investasi terhadap saham-saham di lantai bursa.“
2.2 Kerangka Pemikiran / Pendekatan Masalah 2.2.1 Penelitian Terdahulu Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) mencoba menguji pengaruh variabel reputasi underwriter, persentase saham yang ditahan oleh pemegang saham/investor lama (kepemilikan), skala perusahaan (total aktiva), umur perusahaan, financial leverage ,dan ROA, terhadap tingkat underpricing. Mereka berhasil membuktikan bahwa reputasi underwriter, financial leverage signifikan pada level 10% dengan arah negatif mempengaruhi underpricing. ROA mempengaruhi underpricing dengan level signifikansi 5% dengan arah negatif. Sedangkan umur perusahaan, skala perusahaan, dan persentase saham yang ditahan, tidak terbukti signifikan mempengaruhi underpricing. Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) membuktikan secara empiris pengaruh beberapa variabel yang diduga mempengaruhi tingkat underpricing yang ditandai dengan adanya positif initial return yang terjadi di BEJ pada tahun 1994-2001. Sampel yang diolah pada penelitian ini adalah 131 emiten yang listing atau tercatat di BEJ dengan melakukan penawaran perdana atau IPO pada tahun 1994-2001 dan mempunyai initial return yang positif. Dalam penelitian ini ada lima variabel bebas, yaitu, reputasi penjamin emisi (kualitatif), rata-rata kurs (kuantitatif), skala perusahaan (kuantitatif), ROE (kuantitatif), dan jenis industri (kualitatif).
Apriliani Triani dan Nikmah (2006) hasil penelitiannya menunjukkan variabel utama (independen) terhadap return awal, return 15 hari sesudah IPO dan kinerja perusahaan satu tahun setelah IPO menunjukkan reputasi penjamin emisi, reputasi auditor, dan persentase penawaran saham tidak berpengaruh secara signifikan, ukuran perusahaan dan kondisi perekonomian berpengaruh signifikan dan positif terhadap return awal dan kinerja perusahaan satu tahun setelah IPO sedangkan nilai penawaran saham berpengaruh signifikan dan negatif. Sedangkan variabel kontrol umur perusahaan, deviasi standar return dan jenis industri menunjukkan pengaruh signifikan terhadap return awal, return 15 hari sesudah IPO dan kinerja perusahaan satu tahun sesudah IPO. Muna Amelia J dan Yulia Saftiana (2007) berdasarkan data tahun 19982004 dengan sampel sebanyak 34 emiten menemukan bahwa variabel skala/besaran perusahaan, umur perusahaan, persentase kepemilikian saham yang ditahan, financial leverage, dan profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan dengan tingkat signifikansi 5% baik secara simultan maupun secara parsial terhadap underpricing. Sri Trisnaningsih (2005) dengan mengambil sampel 23 perusahaan yang listing di BEJ antara tahun 2002-2004, menemukan bahwa reputasi underwriter, financial leverage, dan Return on Assets (ROA) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing. Rosyati dan Arifin Sebeni (2002) meneliti pada tahun 1997-2000 tentang harga saham perdana di Bursa Efek Jakarta, rata-rata terjadi underpricing sebesar 0,3502 (Signifikansi 5%) dihari pertama. Ada empat variabel yang yang diduga
mempengaruhi besarnya underpricing, yaitu market, underwriter, auditor, dan umur perusahaan. Variabel underwriter berhubungan negatip dengan tingkat underpricing dan variabel umur perusahaan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underwriter, sedangkan variabel yang lain tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh signifikan terhadap underpricing. Gerianta Wirawan Yasa (2007) Meneliti mengenai penyebab underpricing pada penawaran saham perdana di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1990 – 2001.Variabel yang digunakan adalah reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, persentase saham yang ditawarkan pada public, profitabilitas perusahaan, Financial leverage, Solvabilitas, ukuran perusahaan, dan kepemilikan pemerintah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa reputasi underwriter dan ROA mempunyai pengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan variabel reputasi auditor, umur perusahaan, persentase saham yang ditawarkan pada public, Financial leverage, Solvabilitas, ukuran perusahaan, dan kepemilikan pemerintah tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap underpricing.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No
1.
Peneliti
Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002)
Variabel Dependen Underpricing
Variabel Independen • Reputasi underwriter • Persentase saham yang masih ditahan pemegang saham lama (kepemilikan) • skala/ukuran
Teknik Analisis Regresi linear berganda
Hasil ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 5%, reputasi underwriter, financial leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing pada tingkat
• • Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005)
Initial return
• • • • •
Apriliani Triani dan Nikmah (2006)
•
Return Awal • Return 15 hari sesudah IPO • Kinerja perusahaan satu tahun setelah IPO
Muna Underpricing Amelia J dan Yulia Saftiana (2007)
perusahaan, umur perusahaan, ROA Financial leverage. Reputasi Penjamin emisi Ukuran perusahaan Rata-rata kurs ROE Jenis industri
• Reputasi
penjamin emisi • Reputasi auditor • Persentase penawaran saham
signifikansi 10%. Dan variabel-variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan.
Regresi Linier berganda
Rata-rata kurs dan ROE berpengaruh signifikan positif terhadap initial return pada tingkat signifikansi 5%, sedangkan variabel jenis industri dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return dan variabel kualitas underwriter tidak berpengaruh signifikan.
Ordinary Least Square Regression
return awal, return 15 hari sesudah IPO dan kinerja perusahaan satu tahun setelah IPO menunjukkan reputasi penjamin emisi, reputasi auditor, dan persentase penawaran saham tidak berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel kontrol umur perusahaan, deviasi standar return dan jenis industri menunjukkan pengaruh signifikan. Ukuran perusahaan dan kondisi perekonomian berpengaruh signifikan dan positif sedangkan nilai penawaran saham berpengaruh signifikan dan negatif.
Regresi Linier berganda
skala/besaran perusahaan, umur perusahaan, persentase kepemilikian saham yang ditahan, financial leverage, dan profitabilitas perusahaan
• Ukuran Perusahaan Variabel kontrol • Umur Perusahaan • Nilai Penawaran saham • Deviasi Standar Return • Jenis Industri • Kondisi Perekonomian
• Skala/besara n perusahaan • Umur perusahaan, • Persentase kepemilikian
Sri Underpricing Trisnanin gsih (2005)
Rosyati Underpricing dan Arifin Sebeni (2002)
saham yang ditahan, • Financial leverage • Profitabilitas perusahaan • Reputasi underwriter • Financial leverage, • Return on Assets (ROA) • market • underwriter • auditor, • umur
Regresi Linier berganda
Regresi Linier berganda
Variabel underwriter berhubungan negatip dengan tingkat underpricing dan variabel umur perusahaan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underwriter, sedangkan variabel yang lain tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh signifikan.
Regresi Linier berganda
reputasi underwriter dan ROA mempunyai pengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan variabel reputasi auditor, umur perusahaan, persentase saham yang ditawarkan pada public, Financial leverage, Solvabilitas, ukuran perusahaan, dan kepemilikan pemerintah tidak mempunyai pengaruh signifikan
perusahaan
Gerianta Underpricing Wirawan Yasa (2007)
• reputasi • • •
• • • • •
auditor reputasi underwriter umur perusahaan persentase saham yang ditawarkan pada public profitabilitas perusahaan Financial leverage Solvabilitas ukuran perusahaan kepemilikan pemerintah
Sumber : Kumpulan berbagai jurnal yang diolah
tidak berpengaruh secara signifikan dengan tingkat signifikansi 5% baik secara simultan maupun secara parsial terhadap underpricing. Reputasi underwriter, financial leverage, dan Return on Assets (ROA) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing.
2.2.2
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Fenomena underpricing yang banyak terjadi pada penawaran saham
perdana dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa penelitian telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang beragam. Faktor-faktor yang diduga kuat dapat mempengaruhi tingkat underpricing antara lain reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, ukuran perusahaan, financial leverage dan Return on Assets (ROA)
1) Reputasi Underwriter dan Tingkat Underpricing Underwriter yang bereputasi tinggi lebih berpengalaman dan profesional dalam menangani IPO perusahaan. Aktivitas IPO tinggi dapat diikuti underpricing tinggi karena underwriter lebih mendorong perusahaan untuk go public ketika penilaian public ternyata lebih tinggi dari yang diharapkan dan karena penjamin emisi mencegah perusahaan dari pengajuan atau melanjutkan dengan penawaran ketika penilaian publik ternyata lebih rendah dari yang diharapkan (Ivo Welch dan Jay Ritter, 2002:7). Hipotesis yang diajukan sebagai berikut : H1 :
Reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
2) Persentase Saham yang Ditawarkan dan Tingkat Underpricing Besarnya persentase penawaran menunjukkan persentase jumlah saham yang ditawarkan kepada publik dari keseluruhan saham yang diterbitkan emiten. Informasi tingkat kepemilikan saham oleh entrepreneur akan digunakan oleh investor sebagai pertanda bahwa prospek perusahaannya baik. Semakin besar
tingkat kepemilikan yang ditahan (atau semakin kecil persentase saham yang ditawarkan) akan memperkecil tingkat ketidakpastian pada masa yang akan datang (Leland dan Phyle (1977) dalam Gerianta Wirawan Yasa (2007:13)). Hipotesis yang diajukan sebagai berikut : H2 :
Persentase saham yang ditawarkan berpengaruh terhadap tingkat
underpricing
3) Ukuran Perusahaan dan Tingkat Underpricing Jumlah total aset yang dimiliki perusahaan dapat menunjukkan ukuran perusahaan. Semakin besar aset perusahaan akan semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu (Chastina Yolana dan Dwi Martani, 2005:534). Hipotesis yang diajukan sebagai berikut : H3 :
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
4) Umur Perusahaan dan Tingkat Underpricing Umur dinyatakan dalam tahun, dan merupakan jumlah tahun antara pendiri dan IPO. Underpricing peningkatan dari waktu ke waktu bukan karena hanya untuk suatu perubahan menuju perusahaan yang lebih muda di usia distribusi perusahaan go publik. Sebaliknya, hubungan antara usia dan penawaran perdana
adalah non stasioner. (Tim Loughran dan Jay R. Ritter,2002:19) Hipotesis yang diajukan sebagai berikut : H4 :
Umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
5) Financial Leverage dan Tingkat Underpricing Financial Leverage menggambarkan tingkat risiko dari perusahaan yang diukur dengan membandingkan total kewajiban perusahaan dengan total aktiva. Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan, semakin tinggi pula tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan (Helen Sulistio, 2005:91). Hipotesis yang diajukan sebagai berikut : H5 :
Financial leverage berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
6) Return on Assets dan Tingkat Underpricing Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai atau informasi mengenai efektivitas operasional perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat underpricing (Sri Trisnaningsih, 2005:200). Hipotesis yang diajukan sebagai berikut : H6 :
ROA (Return on Assets) berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Hipotesis yang akan diuji untuk membuktikan bahwa variabel reputasi underwriter, persentase saham yang dijual, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, dan ROA (Return On Assets) berpengaruh secara bersamasama terhadap tingkat underpricing saham dinyatakan sebagai berikut : H7 :
Reputasi Underwriter, Persentase Saham yang Dijual, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Financial Leverage, dan ROA (Return On Assets) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat Underpricing Saham.
Reputasi Underwriter Persentase saham yang ditawarkan Ukuran Perusahaan Umur Perusahaan
Financial Leverage
Return On Assets (ROA)
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Tingkat Underpricing
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian yang digunakan Dalam melakukan penelitian perlu adanya suatu metode/cara sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2009:2) yang dimaksud metode penelitian sebagai berikut : ” Cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dan asosiatif, karena ada variabel-variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk menyajikannya gambaran secara terstuktur, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diteliti. Menurut Sugiyono (2009:53), mengemukakan penelitian deskriptif sebagai berikut : “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan/menghubungkan dengan variabel lain (variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan variabel independen, karena kalau variabel independen selalu dipasangkan dengan variabel dependen).
Sedangkan
penelitian
asosiatif
menurut
Sugiyono
(2009:55)
mengemukakan bahwa: “Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih”. Objek dalam penelitian ini adalah Initial Public Offering (penawaran saham perdana) di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, Financial Leverage, dan ROA (Return On Assets). Data tersebut meliputi laporan keuangan serta data lainnya yang mendukung penelitian ini. Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori yang ada dan dipelajari. Penelitian ini secara garis besar meliputi pengumpulan data penetapan variabel penelitian, analisis data dan penarikan kesimpulan.
3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel Menurut Sugiyono (2009:58), menyatakan definisi variabel penelitian sebagai berikut : “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”
3.2.1 Definisi Variabel dan Pengukurannya 1. Variabel Independen Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus yang disebut juga variabel bebas, menurut Sugiyono (2009:59), yang dimaksud variabel independen sebagai berikut : “Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen” Dalam hal ini variabel independen berupa reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, dan ROA (Return On Assets). a. Reputasi Underwriter Semakin besar nilai penjaminan yang dilakukan oleh underwriter menunjukan bahwa underwriter memiliki reputasi yang baik, dikarenakan dengan nilai penjaminan yang besar menunjukkan bahwa underwriter sanggup untuk menanggung risiko tuntutan hukum dari emiten atas tidak terjualnya saham yang dijaminkan. Semakin besar total nilai penjaminan yang dilakukan oleh underwriter menunjukan bahwa underwriter memiliki reputasi yang tinggi. Reputasi underwriter adalah variabel independen yang berukuran kategori atau berskala non-parametrik yang dinyatakan sebagai variabel dummy dengan memberi nilai 0 dan 1. Kelompok dengan nilai dummy 0 disebut excluded group, sedangkan kelompok dengan nilai 1 disebut included group (Mirrer, 1990 dalam Ghozali, 2005).
b. Persentase Saham yang Ditawarkan Persentase saham yang ditawarkan ke publik menunjukkan berapa besar bagian dari modal disetor yang akan dimiliki oleh publik. Secara umum semakin besar bagian yang ditawarkan maka semakin memiliki potensi untuk likuidnya perdagangan saham di bursa, sebaliknya informasi privat yang dimiliki perusahaan semakin sedikit. Namun demikian, investor lebih mengutamakan perusahaan dengan persentase penawaran saham ke publik yang kecil. Asumsi mengindikasikan perusahaan tersebut mempunyai prospek di masa yang akan datang. Variabel ini diukur dengan persentase saham yang ditawarkan kepada publik ketika perusahaan melakukan IPO, dirumuskan sebagai berikut : Persentase yang ditawarkan =
x 100%
Di mana : PPS
= Persentase saham yang ditawarkan ke publik
TSB
= Total Saham Beredar
JSYDP = Jumlah Saham yang Ditahan Pemilik
c. Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan menunjukkan jumlah total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar aset perusahaan akan mengindikasikan semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Aset perusahaan yang besar akan memberikan sinyal bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek (Gerianta Wirawan Yasa, 2007).
d. Umur Perusahaan Umur Perusahaan menunjukkan sudah berapa lama perusahaan didirikan dan beroperasi, dan berapa banyak informasi yang bisa diperoleh calon investor. Semakin lama umur perusahaan, semakin banyak informasi yang bisa diperoleh
masyarakat
mengenai
perusahaan
tersebut.
Umur
perusahaan diukur berdasarkan lama berdirinya perusahaan dengan menghitung jumlah tahun sejak perusahaan tersebut berdiri sampai tahun perusahaan listing (Muna Amelia J dan Yulia, 2007). Variabelnya dirumuskan sebagai berikut : Umur Perusahaan = Tahun awal listing – Tahun berdiri
e. Financial Leverage Financial Leverage merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Financial leverage menunjukan proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasi perusahaan.Financial
leverage ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan aktiva (Muna Amelia J. dan Yulia Saftiana, 2007). Variabelnya dirumuskan sebagai berikut : Financial Leverage =
x 100%
f. ROA Return on Assets (ROA) menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba dengan asset yang dimilikinya. ROA merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total asset perusahaan.ROA merupakan salah satu pertimbangan investor dalam melakukan investasi terhadap saham di bursa saham (Sri Trisnaningsih 2005). Variabel ini diukur dengan rumus sebagai berikut: Profitabilitas Perusahaan (ROA) =
x 100%
2. Variabel Dependen Variabel dependen sering disebut variabel output, kreteria, konsukuen atau dalam bahasa Indonesia disebut variabel terikat, menurut Sugiyono (2009:59), definisi variabel dependen sebagai berikut : “Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah underpricing. Underpricing dinilai dengan initial return yang merupakan return awal yang diterima oleh investor. Underpricing diukur dengan menggunakan rumus dari Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) yaitu persentase selisih antara harga penutupan hari pertama di pasar sekunder (Cp) dan harga penawaran perdana (offering price) (Po) dibagi harga penawaran perdana. Variabelnya dirumuskan sebagai berikut: Underpricing =
! " !
x 100 %
Di mana : CP = Harga penutupan pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder. OP = Harga penawaran perdana.
3.2.2
Operasionalisasi variabel Tabel 3.1 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasionalisasi
Variabel Reputasi Underwriter (X1)
Konsep Variabel
Indikator
Skala
Reputasi dari underwriter yang
Diukur berdasarkan
Logit
digunakan oleh emiten pada saat
peringkat 10 besar versi
melakukan IPO
Majalah Investor Masuk 10 besar = 1 Tidak masuk 10 besar = 0
(Sumber : Ivo Welch dan Jay Ritter, 2002:7)
Persentase
Persentase total saham beredar
saham yang
terhadap jumlah saham yang ditahan
ditawarkan
pemilik
TSB & JSYDP x 100% TSB
Rasio
(X2) (Sumber : Tia Setianingrum, 2005)
Ukuran Perusahaan
Ukuran besar-kecilnya suatu
Total aktiva untuk tahun
perusahaan
terakhir sebelum go public
(X3) (Sumber : Gerianta Wirawan Yasa, 2007)
Rasio
Umur
Selisih antara tahun pendirian
Tahun awal listing – Tahun
Perusahaan
perusahaan dengan tahun IPO
berdiri
Rasio
(X4) (Sumber : Amelia J dan Yulia 2007)
Financial
Persentase antara total hutang
Leverage
terhadap total asset perusahaan
Total Hutang x 100% Total Aktiva
Rasio
(X5) (Sumber : Rusdin, 2008:142)
Profitabilitas Perusahaan
Persentase antara laba setelah pajak dengan total asset perusahaan
Laba Setelah Pajak Rasio x 100% Total Aktiva
(ROA) (Sumber : Rusdin, 2008:142)
(X6) Underpricing (Y)
Persentase antara initial return hari pertama terhadap offer price
CP & OP " x100 % OP
(Sumber : Chastina Yolana dan Dwi Martani, 2005:538)
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 115), pengertian populasi adalah : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Rasio
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan IPO dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Dengan menggunakan kriteria perusahaan yang mengalami underpricing. Tabel 3.2 Populasi Penelitian
Tahun
Jumlah IPO
2006 12 2007 22 2008 17 2009 13 Total Populasi 64 Sumber : www.idx.co.id , diolah 3.3.2
Sampel Penelitian Menurut Sugiyono dalam (2009:116), mengemukakan pengertian sampel
sebagai berikut : “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, menurut Sugiyono (2009:122), teknik purposive sampling adalah : “Adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus”. Di mana populasi yang dijadikan dasar pembentukan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti. Kriteria perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang mengalami underpricing pada penawaran perdana (IPO) periode 2006-2009. Tabel 3.3 Penentuan Sampel Keterangan
Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang melakukan IPO periode 2006-2009
64
Sampel dikeluarkan karena mengalami overpricing
(9)
Sampel dikeluarkan karena tidak mengalami underpricing dan overpricing (harga tetap) Jumlah sampel yang memenuhi kriteria
(1) 54
Sumber : www.idx.co.id , diolah
Jumlah perusahaan yang melakukan IPO pada periode tersebut sebanyak 64 buah, 1 perusahaan tidak mengalami perubahan antara harga saham penawaran perdana dengan harga penutupan hari pertama di pasar sekunder, 9 perusahaan yang harga saham pada penawaran perdananya lebih tinggi daripada harga penutupan pada hari pertama di pasar sekunder (overpricing) dan 54 perusahaan mengalami underpricing. Sehingga total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 54 perusahaan. Berikut ini nama-nama perusahaan yang melakukan penawaran perdana (IPO) dan mengalami underpricing maka terpilih dan memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai sampel penelitian pada tabel 3.4
Tabel 3.4 Perusahaan yang dijadikan sebagai sampel penelitian NO
Kode Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
SDRA FREN CPRO TRUB IATA TOTL RUIS BBKP BNBA RAJA MAIN BTEL COWL ITMG ASRI CSAP JKON JSMR PTSN ACES WIKA GPRA BACA DEWA LCGP PKPK MCOR MNCN SGRO BKDP WEHA BISI SIAP TRAM HOME
Nama Perusahaan
Tanggal IPO
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Mobile-8 Telecom Tbk Central Proteinaprima Tbk Truba Alam Manunggal E. Tbk Indonesia Air Transport Tbk Total Bangun Persada Tbk Radiant Utama Interinsco Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Bumi Arta Tbk Rukun Raharja Tbk Malindo Feedmill Tbk Bakrie Telecom Tbk Cowell Development Tbk Indo Tambangraya Megah Tbk Alam Sutera Realty bk Catur Sentosa Adiprana Tbk Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk Jasa Marga (Persero) Tbk Sat Nusapersada Tbk Ace Hardware Indonesia Tbk Wijaya Karya (Persero) Tbk Perdana Gapuraprima Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Darma Henwa Tbk Laguna Cipta Griya Tbk Perdana Karya Perkasa Tbk Bank Multicor Tbk Media Nusantara Citra Tbk Sampoerna Agro Tbk Bukit Darmo Property Tbk Panorama Transportasi Tbk Bisi International Tbk Sekawan Intipratama Tbk Trada Maritime Tbk Hotel Mandarine Regency Tbk
15/12/2006 29/11/2006 28/11/2006 16/10/2006 13/09/2006 25/07/2006 07/12/2006 07/10/2006 06/01/2006 19/04/2006 02/10/2006 02/03/2006 19/12/2007 18/12/2007 18/12/2007 12/12/2007 12/04/2007 11/12/2007 11/08/2007 11/06/2007 29/10/2007 10/10/2007 10/04/2007 26/09/2007 13/07/2007 07/11/2007 07/03/2007 22/06/2007 18/06/2007 15/06/2007 31/05/2007 28/05/2007 17/10/2008 09/10/2008 17/07/2008
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
ADRO KBRI PDES INDY BSDE GZCO KOIN YPAS ELSA BAPA BAEK BBTN BCIP DSSA BWPT MKPI INVS BPFI TRIO
Adaro Energy Tbk Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk Destinasi Tirta Nusantara Tbk Indika Energy Tbk Bumi Serpong Damai Tbk Gozco Plantations Tbk Kokoh Inti Arebama Tbk Yanaprima Hastapersada Tbk Elnusa Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bumi Citra Permai Tbk Dian Swastika Sentosa Tbk BW Plantation Tbk Metropolitan Kentjana Tbk Inovisi Infracom Tbk Batavia Prosperindo Finance Tbk Trikomsel Oke Tbk
16/07/2008 07/11/2008 07/08/2008 06/11/2008 06/06/2008 15/05/2008 04/09/2008 03/05/2008 02/06/2008 14/01/2008 01/08/2008 17/12/2009 12/11/2009 12/10/2009 27/10/2009 07/10/2009 07/03/2009 06/01/2009 14/04/2009
3.3.3 Jenis dan sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder , menurut Sudjana (2004:7) data sekunder adalah : “Data yang dilaporkan oleh suatu badan, sedangkan badan ini tidak langsung mengumpulkan sendiri, melainkan diperolehnya dari pihak lain”. Data yang sumbernya diperoleh dari Jakarta Stok Exchange (JSX), Indonesia Stock Exchange( IDX), Indonesian Capital Market Directory (ICMD), jurnal, literatur, dan internet. Data yang digunakan meliputi: 1. Laporan keuangan perusahaan pada tahun perusahaan melakukan penawaran perdana pada periode 2006-2009.
2. Financial Statement, Listing History dan Corporate Information perusahaan yang melakukan penawaran perdana pada periode 2006-2009 3. Data perkembangan harga saham harian pada saat perusahaan melakukan penawaran perdana.
3.4
Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data sekunder digunakan teknik pengumpulan data
yaitu sebagai berikut : Studi Kepustakaan Penulisan kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data kepustakaan dengan cara mempelajari, mengkaji serta menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti berupa buku, jurnal, makalah yang berkaitan dengan penelitian. Kegunaan penelitian kepustakaan untuk memperoleh dasar-dasar teori yang dapat digunakan sebagai landasan teoritis dalam menganalisa masalah yang diteliti dan sebagai pedoman untuk melakukan studi dan penelitian lapangan.
3.6
Metode Analisis yang Digunakan Menurut Sugiyono (2009: 206), yang dimaksud dengan analisis data
adalah sebagai berikut : ”Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Data
yang akan dianalisis dalam penelitian ini berkaitan dengan hubungan antara variabel-variabel penelitian”. Analisis data yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan analisis yang meneliti objek dalam keadaan apa adanya, sesuai dengan data yang diperoleh kemudian disusun dan disimpulkan. Dalam analisis ini, akan dilakukan pembahasan mengenai bagaimana reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA( Return On Assets) dan tingkat underpricing. Ditunjukkan pada pengukuran berikut : a. Seberapa besar reputasi underwriter pada penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009 dengan rumus : Peringkat dari persentase nilai initial public offering yang dijamin oleh underwriter b. Seberapa besar persentase saham yang ditawarkan pada penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009 dengan rumus :
TSB & JSYDP x 100% TSB
c. Seberapa besar ukuran perusahaan pada penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009 dengan rumus : Total aktiva untuk tahun terakhir sebelum go public
d. Seberapa besar umur perusahaan pada penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009 dengan rumus : Tahun awal listing – Tahun berdiri e. Seberapa besar financial leverage pada penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009 dengan rumus : Total Hutang x 100% Total Aktiva
f. Seberapa besar financial leverage pada penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009 dengan rumus : Laba Setelah Pajak x 100% Total Asset
g. Seberapa besar tingkat underpricing pada penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009 dengan rumus : CP & OP " x100 % OP
2. Analisis Asosiatif Analisis asosiatif merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Dalam analisis ini, dilakukan pembahasan bagaimana pengaruh faktor reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA( Return On Assets) terhadap tingkat underpricing pada penawaran saham perdana.
3.6
Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
3.6.1
Model Penelitiaan Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang
sedang diteliti. Dalam hal ini sesuai dengan judul penelitian yaitu Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia, maka model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Reputasi Underwriter (X1) Persentase saham yang ditawarkan (X2) Ukuran Perusahaan (X3) Umur Perusahaan (X4) Financial Leverage (X5) Return On Assets (ROA) (X6)
Gambar 3.1 Model Penelitian
Tingkat Underpricing (Y)
Untuk mempermudah perhitungan konstanta (a) maupun koefisien regresi (b1,b2,b3,b4,b5) digunakan komputer dengan menggunakan program SPSS 17.0 For Windows.
3.6.2
Rancangan analisis statistik
1. Analisis Statistik Analisis statistik yaitu analisis yang digunakan untuk membahas data kuantitatif. a. Asumsi Klasik Dalam penelitian ini penulis akan melakukan uji statistik analisis regresi dalam mempelajari hubungan yang ada diantara variabel-variabel sehingga dari hubungan tersebut dapat ditaksir nilai dari varibel tidak bebas jika variabel bebasnya dapat diketahui atau sebaliknya. -
Normalitas Sebelum dilakukan uji statistik regresi dan korelasi, perlu dilakukan pengujian normalitas data untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalama penelitian ini adalah kolmogorov-smirnov test yang nantinya akan diolah menggunakan SPSS V 17.0 for windows, kemudian alat uji statistik parametric dapat digunakan bila asumsi data sampel berdistribusi normal terpenuhi.
Menurut Singgih Santoso (2000:314) :
-
“Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymptotik Significance), yakni : - Jika Probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal - Jika Probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi normal”. Auto Korelasi Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk memastikan apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan t-2 atau sebelumnya, sehingga diperoleh hasil regresi yang valid dan dapat digunakan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan. Auto korelasi dimaksudkan untuk menguji suatu ada tidaknya korelasi antar variabel pengganggu (e1) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya (et1).
Auto korelasi dapat dideteksi dengan pengujian Durbin-Watson sebagai berikut ini: ∑n
(ei – ei-1)
i=2
d= ∑n
e2 i =1
i
(Sumber Agus Widarjono, 2007:158-159)
Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam tabel 3.5, sebagai berikut: Tabel 3.5 Uji Statistik Durbin-Watson d Nilai Statistik d
Hasil
0< d< dL
Ada autokorelasi positif
dL ≤ d ≤ du
Ragu-ragu
du ≤ d ≤ 4- du
Tidak ada autokorelasi positif/negatif
4- du ≤ d ≤4- dL
Ragu-ragu
4- dL ≤ d ≤ 4
Ada autokorelasi negative (Sumber Agus Widarjono, 2007:160)
-
Multikolinieritas Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Cara mendeteksi multikoliniearitas dengan pengujian statistik adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan angka tolerance mendekati 1. Batas VIF adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi gejala multikolinieritas atau sebaliknya (Gujarati, 2003 : 362).
-
Heteroskedastisitas Uji
Heteroskedastisitas
bertujuan
menguji
apakah
terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Adapun untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. (Singgih Santoso, 2000: 210).
b. Analisis Regresi -
Analisis Regresi Linier Sederhana Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :
Y’ = a + βX
(Sumber: Sugiyono, 2009 : 270) Di mana : Y’
= Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
a
= Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
β
=Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan
ataupun
penurunan
variabel
dependen
yang
didasarkan pada variabel independen. Bila b ( + ) maka naik, dan bila ( - ) maka terjadi penurunan. X
= Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
-
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud
meramalkan bagaimana keadaan (naik turun) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya Jadianalisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel Independennya minimal 2. Persamaan regresi untuk n prediktor adalah : Y = a + β1 X1 + β2 X2 +.......... . + βn Xn
(Sumber: Sugiyono, 2009 : 277)
Adapun bentuk regresi ganda menurut Sudjana (2004:235) yaitu : Nilai a, b1, b2, b3 ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : ∑y
= a + b1∑x1 + b2∑x2 + b3∑x3
∑y x1
= a∑x1 + b1∑x12 + b2∑x1 x2 + b3∑x1x3
∑y x2
= a∑x2 + b1∑x1 x2 + b2∑x22 + b3∑ x2x3
∑y x3
= a∑x3 + b1∑x1 x3 + b2∑x2 x3 + b3∑x32
Di mana : a = intercept atau titik potong, merupakan nilai terikat dalam hal ini adalah rentabilitas (Y) pada suatu variabel independennya (X1, X2, X3) adalah nol.
b1= koefisien regresi linier berganda antara X1 terhadap variabel dependennya (Y) bila variabel independen X2, X3 dianggap konstan. b2= koefisien regresi linier berganda antara X2 terhadap variabel dependennya (Y) bila variabel independen X1, X3 dianggap konstan. b3= koefisien regresi linier berganda antara X3 terhadap variabel dependennya (Y) bila variabel independen X1, X2 dianggap konstan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mengajukan rancangan analisis regresi berganda sebagai berikut : UP = b0 + b1 [RU] + b2 [PPS] + b3 [UK] + b4 [UM] + b5 [FL] +b6 [ROA] + e
Di mana; UP
= Underpricing
b0
= Konstanta
b1, b2, …b6
= Koefisien regresi
RU
= Reputasi Underwriter
PPS
= Persentase saham yang ditawarkan ke publik
UK
= Ukuran Perusahaan
UM
= Umur Perusahaan
FL
= Financial Leverage
ROA
= Return on Assets
e
= Random Error
c. Analisis Korelasi Dalam analisis korelasi yang dicari adalah koefisien korelasi yaitu angka yang menyatakan derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Analisis korelasi, dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Korelasi Parsial Digunakan untuk digunakan untuk menganalisis atau pengujian hipotesis bila peneliti bermaksud mengetahui pengaruh atau hubungan variabel independen dengan depanden. Hubungan ini ditunjukkan oleh koefisien korelasinya (r). Dengan rumus : ?@
A ∑ CD & ∑ C ∑ D
EFA ∑ CG – ∑ C"G I & FA ∑ DG – ∑ D"G I (Sumber : Sugiyono, 2009:276)
Keterangan: r = koefisien korelasi pearson n = banyaknya sampel x = variabel independen y = variabel dependen Pada hakikatnya nilai koefisien korelasi r berkisar antara -1 < r < +1 di mana :
1. Bila r = 0 atau mendekati nol, dikatakan bahwa hubungan antar variabel yang diteliti sangat lemah atau tidak ada hubungan. 2. Bila r = -1 atau mendekati r = -1, dikatakan bahwa hubungan antara variabel sangat kuat dan negatif. 3. Bila r = 1 atau mendekati r = 1, maka dikatakan bahwa korelasi antara variabel sangat kuat dan positif. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat disimpulkan pada ketentuanketentuan
untuk
memberikan
interpretasi
koefisien
korelasi
diantaranya yang dapat dilihat dalam tabel 3.6 Tabel 3.6 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Korelasi
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Lemah
0,20 – 0,399
Lemah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2009 : 250)
2. Korelasi Ganda Digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih secara bersama-sama dengan variabel yang lain.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi ganda dengan alasan karena korelasi ganda dapat menunjukkan arah dan kuatnya pada variabel satu dengan lainnya secara simultan. Korelasi ganda digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara seluruh variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi tersebut menurut Sugiyono (2009:256) didapat dengan rumus berikut :
?G DCL P ?G DCG P ?G DCM & G?DCL ?DCG ?DCM JD.CLCGCM N O L & ?G CLCGCM (Sumber : Sugiyono, 2009:256) Di mana : Ry.x1x2x3 = korelasi antara variabel X1, X2, dan X3 secara bersamasama dengan variabel Y ryx1
= korelasi product moment antara X1 dan Y
ryx2
= korelasi product moment antara X2 dan Y
ryx3
= korelasi product moment antara X3 dan Y
rx1x2x3
= korelasi product moment antara X1, X2, dan X3.
Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi, karena menggunakan dua variabel independen dan satu variabel dependen.
3.6.3 Uji Hipotesis Rancangan pengujian hipotesis yang digunakan yaitu : 1. Penetapan hipotesis nol dengan hipotesis alternatif Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara faktor reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA (Return On Assets) terhadap tingkat underpricing pada penawaran saham perdana Hipotesis nol menyatakan tidak adanya pengaruh dari variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis alternatif menyatakan adanya pengaruh dari variabel X terhadap Y. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah : -
Hipotesis nol (Ho) yaitu suatu hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
-
Hipotesis alternatif (Ha) yaitu suatu hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara faktor reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA( Return On Assets) terhadap tingkat underpricing pada penawaran saham perdana.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
o Secara Parsial a) Ho1 : (β1 = 0) Reputasi underwriter tidak berpengaruh yang terhadap tingkat underpricing. Ha1 : (β1 ≠ 0) Reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat underpricing. b) Ho2 : (β1 = 0) Persentase saham yang ditawarkan tidak berpengaruh yang terhadap tingkat underpricing. Ha2 : (β1 ≠ 0) Persentase saham yang ditawarkan berpengaruh terhadap tingkat underpricing. c) Ho3 : (β1 = 0) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ha3 : (β1 ≠ 0) Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing. d) Ho4 : (β1 = 0) Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ha4 : (β1 ≠ 0) Umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing. e) Ho5 : (β1 = 0) Financial leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ha5 : (β1 ≠ 0) Financial leverage berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
f) Ho6 : (β1 = 0) Return on asset (ROA) tidak berpengaruh yang terhadap tingkat underpricing. Ha6 : (β1 ≠ 0) Return on asset (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing. o Secara Simultan Ho : (β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 0) Reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA( Return On Assets) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ha : [ βi (i = 1,2,3,4,5,6) ≠ 0)] Reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA( Return On Assets) berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
2.
Penetapan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebesar 0,05,
karena dinilai cukup ketat dalam menguji hubungan antara variabel-variabel yang diuji atau menunjukan hubungan bahwa korelasi antara kedua variabel cukup nyata. Angka ini merupakan tingkat signifikansi yang umum dipakai dan dinilai tepat untuk penelitian ilmu-ilmu sosial, dan dinilai cukup kuat mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Tingkat signifikansi 0,05 artinya kemungkinan besar hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi 5%.
3.
Penetapan Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis Hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya diuji dengan menggunakan
metode pengujian statistik F dan T. a) Pengujian hipotesis secara parsial (Uji T-statistik) Untuk menguji pengaruh X terhadap Y secara parsial terhadap titik bebasnya, maka dilakukan pengujian koefisien korelasi secara parsial (uji t) yaitu dengan membandingkan t tabel dengan t hitung yang didapat dari : Q@
?√A & G √L & ?G
(Sumber : Sugiyono:2009:250) Di mana : t = nilai uji t r = koefisien korelasi r2 = koefisien determinasi n = banyaknya sampel yang di observasi
Berdasarkan nilai t, maka dapat dibuat kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis sebagai berikut : Ho diterima bila : thitung < ttabel Ho ditolak bila : thitung > ttabel Apabila Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu pengaruh atau hubungan yang tidak signifikan, sedangkan apabila Ho ditolak maka pengaruh variabel independen terhadap dependen adalah signifikan.
b) Pengujian hipotesis secara multipel (Uji F-statistik) Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, maka uji F yang didapat melelui rumus berikut ini : S@
JG /U L & JG "A & U & L" (Sumber : Sugiyono,2009:257)
Di mana : R2 = koefisien korelasi berganda k = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel F = F hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F tabel
Berdasarkan nilai F, maka dapat dibuat kriteria penerimaannya dan penolakan hipotesis : Ho diterima bila Fhitung < Ftabel Ho ditolak bila Fhitung > Ftabel
Bila Ho diterima, maka hal ini diartikan bahwa pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dinilai tidak signifikan. Sedangkan penolakan Ho menunjukan pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara simultan terhadap suatu variabel dependen.
4.
Koefisien Determinasi Tahap selanjutnya adalah mencari nilai dari koefisien determinasi.
Koefisien determinasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menguji seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Kd = r2 x 100%
(Sumber: Sudjana, 2004 : 174) Keterangan: Kd = Koefisien Determinasi r²
= Koefisien Korelasi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
4.1.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia Pada abad XIX dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia, pemerintah Belanda mengembangkan secara besar-besaran sektor perkebunan. Untuk menjalankan usaha tersebut diperlukan dana yang tidak sedikit. Dana ini diperoleh dari para penabung yang sebagian besar adalah orang Belanda pada sektor perkebunan yang berkedudukan di Indonesia. Seiring berkembangnya industri tersebut maka dirasakan dana yang tidak mencukupi lagi. Akhirnya pengusaha Belanda mendirikan Verenigin voor Effrctenhandel di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912, dan ini merupakan titik awal perdagangan Efek Indonesia. Efek yang diperdagangkan pada masa itu sangat terbatas, yaitu meliputi saham dan obligasi dari perusahaan Belanda pada sektor perkebunan yang berkedudukan di Indonesia. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan di bawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang–Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (Scripless Trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (Remote Trading).
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.1.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Bursa Efek Indonesia Struktur organisasi Bursa Efek Indonesia adalah garis atau lini, di mana dalam kesehariannya BEI dipimpin oleh Direktur Utama yang membawahi satu orang direktur yaitu Direktur Pemeriksaan dan Divisi Komunikasi Perusahaan. Selain kedua bagian tersebut Direktur Utama juga secara tidak langsung dibantu oleh sekretaris perusahaan dan beberapa orang peneliti senior. Direktur Operasi membawahi empat orang direktur untuk membantu tugas kesehariannya, yaitu Direktur Pencatatan, Direktur Perdagangan, Direktur Keanggotaan, dan Direktur Administrasi. 1. Direktur Pemeriksaan membawahi empat divisi, yaitu :
a) Divisi Pengawasan, bertugas mengadakan beberapa kegiatan untuk meningkatkan kemampuan sistem pengawasan Bursa Efek Indonesia antara lain penyempurnaan sistem monitoring perdagangan melalui penerapan parameter perdagangan bursa. b) Divisi Hukum, bertugas menyiapkan kontrak-kontrak yang disiapkan oleh perusahaan dan menyempurnakan peraturan biasa. c) Satuan Pemeriksaaan Anggota Bursa, bertugas membantu tim audit dalam memeriksa dan mengaudit laporan keuangan para emiten. d) Satuan Pemeriksaan Internal, bertugas memeriksa dan mengaudit laporan keuangan perusahaan.
2. Direktur Pencatatan membawahi dua divisi, yaitu : a) Divisi Pencatatan Sektor Jasa, bertugas mengevaluasi dan mengontrol perusahaan-perusahaan dalam sektor jasa. b) Divisi Pencatatan Sektor Pabrikan, bertugas mengevaluasi dan mengontrol perusahaan-perusahaan dalam sektor pabrikan.
3. Direktur Perdagangan membawahi dua divisi, yaitu : a) Divisi Perdagangan, bertugas menyediakan sarana perdagangan yang efisien, menyempurnakan peraturan perdagangan, menyempurnakan sistem perdagangan efek agar teratur. b) Divisi Riset dan Pengembangan, bertugas memberikan masukan bagi pengembangan instrumen pasar dan bisnis informasi Bursa Efek Indonesia.
Aktivitas rutin divisi ini mencakup penyusunan publikasi statistik mingguan, bulanan, tahunan, data base BEI, face book, dan jurnal BEI.
4. Direktur Keanggotaan membawahi satu divisi, yaitu : a) Divisi Keanggotaan, bertugas mengatur anggota bursa.
5. Direktur Administrasi membawahi tiga divisi, yaitu : a) Direktur Keuangan, bertugas mengambil inisiatif dalam melakukan integrasi laporan keuangan untuk mempercepat proses penyusunan laporan keuangan. b) Divisi Umum, bertugas sebagai penunjang kegiatan perusahaan diantaranya penyusunan pedoman inventarisasi barang perusahaan, bertanggungjawab dalam pengadaan kebutuhan untuk menunjang kebutuhan perusahaan. c) Divisi Sumber Daya Manusia, bertugas untuk menunjang kelancaran operasi perusahaan dengan kebijakan perusahaan meningkatkan kualitas SDM Bursa Efek Indonesia melalui program pelatihan dan pendidikan. Struktur organisasi Bursa Efek Indonesia digambarkan dalam tabel 4.1, sebagai berikut : Tabel 4.1 STRUKTUR ORGANISASI BURSA EFEK INDONESIA
Dewan Komisaris No 1 2 3 4 5
Nama I Nyoman Tjager Mustofa Chaeruddin Berlian Johnny Darmawan Felix Oentoeng Soebagjo
Jabatan Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris
Dewan Direksi BEI Nama Ito Warsito Eddy Sugito Wan Wei Yiong Uriep Budhi Prasetyo Friderica Widyasari Dewi Adikin Basirun Supandi
Jabatan Direktur Utama Direktur Penilaian Perusahaan Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Direktur Pengembangan Direktur Teknologi Informasi & Manajemen Risiko Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia
Daftar Nama Pejabat Kepala Divisi/Kepala Satuan No
Jabatan
Nama
Direktorat Utama 1. Sekretaris Perusahaan Irmawati Amran 2. Divisi Hukum Dewi Arum Prasetyaningtyas 3. Satuan Pemeriksa Internal Widodo Direktorat Penilaian Perusahaan 4. Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Riil I Gede Nyoman B.Y. 5. Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Jasa Umi Kulsum 6. Divisi Penilaian Perusahaan Surat Utang Saptono Adi Junarso Direktorat Perdagangan & Pengaturan Anggota Bursa 7. Divisi Perdagangan Saham Andre PJ Tolle Divisi Perdagangan Surat Utang & 8. Erna Dewayani Derivatif 9. Divisi Keanggotaan Andi Sudhana Direktorat Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan 10. Divisi Pengawasan Transaksi Irvan Susandi (Ph) 11. Divisi Kepatuhan Anggota Bursa Kristian S. Manullang Direktorat Pengembangan 12. Divisi Riset Poltak Hotradero 13. Divisi Pengembangan Usaha Hari Purnomo 14. Divisi Pemasaran Isharsaya 15. Chief Economist Edison Hulu Direktorat Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko 16. Divisi Operasional Teknologi Informasi Yohanes Liauw 17. Divisi Pengembangan Solusi Bisnis Didit Agung Laksono
Teknologi Informasi 18. Divisi Manajemen Risiko Mohammad Mukhlis Direktorat Keuangan dan Sumber Daya Manusia 19. Divisi Keuangan Yohanes A. Abimanyu 20. Divisi Sumber Daya Manusia Mirna Kurniawati 21. Divisi Umum Sumber : www.idx.co.id
4.1.2
Gambaran Umum Perusahaan
1.
PT Ace Hardware Indonesia Tbk. Perusahaan didirikan dengan nama PT Kawan Lama Home Center pada 3 Februari 1995 di Jakarta. Setelah RUPS perusahaan mengubah nama dengan PT Ace Indoritel Perkakas. Dan kemudian pada perusahaan 24 September
2002
perubahan
nama
menjadi
PT
Ace
Hardware
Indonesia. Perusahaan ini terkonsentrasi di sektor home center general trades. Perusahaan ini beralamat di Kawan Lama Building Lantai 5 Jl. Puri Kencana No 1 Meruya Kembangan, Jakarta 11610 – Indonesia.
2.
PT Adaro Energy Tbk. Pada bulan Juli 2008, perusahaan melakukan penawaran umum saham perdana sebanyak 11.139.331.000 lembar saham. Penawaran kepada masyarakat tersebut dicatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 16 Juli 2008. Kegiatan usaha perusahaan adalah perdagangan, jasa, industri, pengangkutan batubara, perbengkelan, pertambangan, dan pembangunan. Anak-anak perusahaan bergerak dalam bidang usaha pertambangan batubara,
perdagangan
batubara,
jasa
kontraktor
penambangan,
infrastruktur, dan logistik batubara. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Juli 2005. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Gedung Menara Karya, Lantai 23, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5, Kav. 1- 2, Jakarta Selatan.
3.
PT Alam Sutera Realty Tbk. Didirikan dengan nama PT Manunggal Adhihutama pada tanggal 3 November 1993 di Jakarta. Pada tanggal 23 Agustus 2007. Perusahaan mengubah nama dengan PT Alam Sutera Realty. Sampai saat ini perusahaan terkonsentrasi di pengembangan dan manajemen real estate. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi Wismo Argo Manunggal, Lantai 18. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 22 Jakarta 12930.
4.
PT Bakrie Telecom Tbk. Perusahaan ini didirikan sebagai badan investasi dalam negeri dengan nama PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo) berdasarkan Akte Notaris No 94 tanggal 13 Agustus 1993. Pada tanggal 8 September 2003, perusahaan berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom berdasarkan Akte Notaris No 15 tanggal 8 September 2003. Perusahaan ini adalah pelopor dari operator nirkabel di Indonesia yang memulai operasi komersial pada tanggal 1 November 1995. Saat ini perusahaan menggunakan dua jenis teknologi di operasi jaringan dan menyediakan jasa telekomunikasi, yaitu CDMA 2000 1x untuk merek Esia dan E-TDMA untuk merek Ratelindo.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Wisma Bakrie, Lantai 2 Jl. HR. Rasuna Said Kav. B-1 Jakarta 12920 – Indonesia.
5.
PT Bank Bukopin Tbk. Bank Bukopin pada awalnya didirikan sebagai sebuah koperasi pada tanggal 10 Juli 1970, dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia (disingkat BUKOPIN). Di antara peristiwa penting dalam perjalanan sejarahnya adalah perubahan nama menjadi Bank Bukopin pada tahun 1989, perubahan status hukum menjadi perusahaan Subsidiaries kewajiban terbatas pada tahun 1993, dan pemberian lisensi valuta asing pada tahun 1997. Bank Bukopin dimasukkan ke dalam program rekapitalisasi perbankan Pemerintah pada tahun 1999, dan menjadi bank pertama yang berhasil menyelesaikan program pada tahun 2001. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Jl. MT Haryono Kav 50-51 Jakarta 12770, Indonesia.
6.
PT Bank Ekonomi Artha Tbk. Pertama, didirikan dengan nama awal PT Bank Bumi Arta Indonesia berdasarkan Sertifikat Perseroan Terbatas PT Bank Bumi Arta no. 4 pada 3 Maret 1967. Memulai aktivitas sehari-hari sebagai bank umum. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi JL Wahid Hasyim No 234-236 Jakarta 10250.
7.
PT Bank Capital Indonesia Tbk. Didirikan dengan nama PT Bank Credit Lyonnais Indonesia Berlokasi di Jakarta pada tahun
20 April 1989. Pada tanggal 1 September 2004
perusahaan berubah nama dengan PT Bank Capital Indonesia. Berkantor di Sona Topas Tower, Lantai 12 Jl. Jend. Sudirman Kav.26 Jakarta 12920.
8.
PT Bank Ekonomi Raharja Tbk. Didirikan dengan nama PT Bank Mitra Raharja pada tahun 15 Mei 1989 di Jakarta. Pada 8 September 1989. Perusahaan berubah nama menjadi PT Bank Ekonomi Raharja. Sampai saat ini Perusahaan terkonsentrasi di sektor Perbankan. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi Graha Ekonomi Jl. Setiabudi Selatan Kav. 7-8 Jakarta 12920.
9.
PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. Didirikan dengan nama Vereeniging Himpoenan Soedara di Bandung pada 1906. Pada tahun 1967, Perusahaan mengubah nama dengan Bank Tabungan HS 1906. Pada 1993 Perusahaan mengubah nama PT Bank Himpunan Saudara 1906. Pengaturan Tujuan Perusahaan di sektor perbankan. Perusahaan berdomisili di Bandung dan berlokasi Jl. Buah Batu No 58. Bandung.
10.
PT Bank Windu Kentjana International Tbk. Didirikan pada tanggal 2 April 1974. Ruang lingkup PT Bank Multicor Tbk beroperasi kegiatan perbankan umum. Perusahaan telah mengubah nama dengan PT Bank Multicor pada nama 20 November 1992. Perusahaan telah menyesuaikan PT Bank Multicor Tbk pada tanggal 21 Maret 2007. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Plaza ABDA Lt 6 & 8, Jl, Jendral Sudirman Kav.59, Jakarta Selatan 12910.
11.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. PT Bank Tabungan Negara menyediakan produk perbankan komersial dan jasa di Indonesia. Ini menawarkan pendanaan produk, pelayanan produk, termasuk safe deposit box, money changer, payment point, real time gross settlement, dan gaji; pinjaman produk, termasuk bisnis pribadi dan; dan pasar properti dan layanan nilai tukar mata uang. Perusahaan ini sebelumnya dikenal sebagai Bank Tabungan Pos dan berganti nama menjadi PT Bank Tabungan Negara pada bulan Januari 1968. PT Bank Tabungan Negara didirikan pada tahun 1897 dan berbasis di Jakarta, Indonesia. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Gedung Menara BTN Jl. Gajah Mada No.1 Jakarta 10130.
12.
PT Batavia Prosperindo Finance Tbk. PT Batavia Prosperindo Finance Tbk. adalah sebuah perusahaan jasa Indonesia yang berbasis keuangan. Hal ini bergerak dalam pembiayaan konsumen, sewa guna usaha pembiayaan, anjak piutang dan kartu kredit.
13.
PT Bekasi Asri Pemula Tbk. PT Bekasi Asri Pemula didirikan pada tanggal 22 Oktober 1993 di Jakarta. Sampai saat ini perusahaan terkonsentrasi di real estate developer. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Tomang Tol Building, Lantai 2 Jl. Arjuna Selatan No 1 Tanjung Duren Jakarta 11470.
14.
PT Bisi Internasional Tbk. PT Bisi Internasional Tbk. memulai aktivitas operasi pada Tahun 1983. Kegiatan usaha perusahaan meliputi pembibitan dan perdagangan benih jagung, sayuran dan padi. Perusahaan dan anak perusahaan telah melakukan pelepasan varietas unggul antara lain benih jagung BISI-2 dan BISI-9, benih sayuran Timun Hercules dan Melon Action serta benih padi Intani-2.
15.
PT Bukit Darmo Property Tbk. PT Bukit Darmo Property Tbk menawarkan real estate dan jasa pengembangan dengan melakukan perluasan permukiman, kawasan industri, pusat komersial, kantor, toko, pusat perdagangan, lapangan golf,
pusat rekreasi, infrastruktur, lingkungan dan didukung jasa baik pada perusahaan dan anak perusahaan, berlokasi di Indonesia, Surabaya.
16.
PT Bumi Citra Permai Tbk. Perseroan adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembangunan kawasan industri dan pergudangan, yang didirikan pada tahun 2000 berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Bumi Citra Permai Tbk. No. 2 tanggal 3 Mei 2000 yang dibuat dihadapan Abdullah Ashal, SH, Notaris di Jakarta. Akta ini telah disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum
dan
Perundang-undangan
Republik
Indonesia
No.
C-
19932.HT.01.01.TH 2000 tanggal 7 September 2000. Pada tanggal 11Desember 2009, perseroan telah mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia melalui Penawaran Umum Perdana.
17.
PT Bumi Serpong Damai Tbk. PT Bumi Serpong Damai Tbk. didirikan pada tahun 1984 oleh konsorsium pemegang saham untuk mengembangkan kota mandiri terbesar di Indonesia yang diberi nama BSD city. BSD city dikembangkan di atas lahan dengan izin lokasi seluas 5.590 hektar dan terletak di Serpong sekitar 25 KM barat daya Jakarta.
18.
PT BW Plantation Tbk. PT BW Plantation Tbk. adalah perkebunan kelapa sawit Indonesia perusahaan dengan kegiatan bisnis utama dalam mengembangkan, menanam, dan memanen Tandan Buah Segar (TBS) serta penggalian Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit dari TBS. Perusahaan mengelola tujuh perkebunan, empat di antaranya berlokasi di Kalimantan Tengah, keduanya berlokasi di Kalimantan Barat dan satu berlokasi di Kalimantan Timur. Perusahaan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Oktober 2009.
19.
PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. Didirikan dengan nama PT Catur Sentosa Adiprana Tbk pada tanggal 31 Desember 1983 di Jakarta. Status hukum Perusahaan berubah menjadi PMA. Pada tahun 2007 status hukum perusahaan berubah menjadi perseroan terbatas non fasilitas PMA atau PMDN. Perusahaan memiliki 26 kantor cabang yang tersebar di Indonesia. Hingga sekarang Perusahaan terkonsentrasi di Distribusi Lukisan, Bahan Bangunan, Kimia dan Modern Pengecer Bahan Bangunan. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Jl. Daan Mogot Raya No 234 Jakarta 11510.
20.
PT Central Proteinaprima Tbk. PT Central Proteinaprima Tbk. merupakan salah satu produsen dan pengolah udang terintegrasi terbesar di dunia yang bermarkas di Jakarta.
CP Prima merupakan pemimpin pasar Indonesia dalam produksi benur, pakan udang dan pakan ikan. Produk CP Prima meliputi udang beku, pakan udang, benur dan probiotik. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1980.
21.
PT Cowell Development Tbk. Didirikan dengan nama PT Internusa Artacipta pada 25 Maret 1981 di Jakarta. Pada 10 Agustus 2005, perusahaan mengubah nama dengan PT Karya Cipta Putra Indonesia. Sebelum IPO berubah menjadi PT Cowell Development Tbk. Sampai saat ini perusahaan terkonsentrasi di tanah & bangunan manajemen dan pengembangan. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Graha Atrium, 6th Fl. Jl. Senen Raya No 135 Jakarta 10410.
22.
PT Darma Henwa Tbk. Didirikan dengan nama PT Darma Henwa Tbk pada 8 Oktober 1991. Hingga
saat
ini
perusahaan
terkonsentrasi
di
kontraktor
pertambangan dan jasa energi terpadu. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Menara Anugrah, Kantor Taman E.3.3, Lantai 11 dan 12, Jl. Mega Kuningan Lot 8,6-8,7, Kuningan, Jakarta 12950.
23.
PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk. Adhi Tirtawisata, mendirikan Panorama Tours pada tahun 1972. Bisnisnya kemudian berkembang cepat dan menjadi besar namun fokus pada hal yang berhubungan dengan turisme. Ada empat pilar utama dalam bisnis Panorama: Tours & Travel, Inbound Tours, TourismTransport, dan Penyelenggara Meeting-Conference-Exhibition.
24.
PT Dian Swastika Sentosa Tbk. PT Dian Swastika Sentosa memiliki dan mengoperasikan listrik tenaga batu bara dan uap. Perusahaan ini juga beroperasi sebagai penyedia layanan untuk daya dan infrastuktur telekomunikasi. Perusahaan ini berbasis di Tangerang, Indonesia. PT Dian Swastika Sentosa beroperasi sebagai anak perusahaan Sinar Mas Group. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Plaza BII Tower II Lantai 27 Jalan MH Thamrin No.51 Jakarta 10350.
25.
PT Elnusa Tbk. PT Elnusa Tbk. adalah perusahaan yang menyediakan layanan jasa hulu migas terintegrasi (One-Stop-Service) yang mampu menyediakan solusi total merupakan faktor kunci peningkatan kinerja sekaligus menempatkan Elnusa pada posisi terdepan dalam industri jasa hulu migas terintegrasi di Indonesia.
26.
PT Gozco Plantations Tbk. PT Gozco Plantations Tbk adalah produsen kelapa sawit Indonesia berbasis. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan pengolahan inti sawit, minyak kelapa dan minyak sawit mentah. Perusahaan memiliki enam anak perusahaan yang bergerak di industri kelapa sawit, yaitu PT Suryabumi Agrolanggeng, PT Golden Blossom Sumatera, PT Cahya Vidi Abadi, PT Bumi Mas indo Sawit dan Pemdas Agro Citra Buana. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Gedung Graha Permata Pancoran Jl. Raya pasar Minggu No 32 C10 Jakarta Selatan.
27.
PT Hotel Mandarine Regency Tbk. PT Hotel Mandarine Regency Tbk usahanya bergerak di bidang perhotelan, sebagai hotel bintang 4 yang terkemuka di Batam dengan citra dan reputasi yang baik serta pelanggan yang berkualitas. Perseroan didirikan pada tanggal 28 Oktober 1986 dengan nama PT Batam Jaya Hotel, perseroan bergerak dalam bidang Industri perhotelan, dengan nama hotel “Batam Jaya Hotel”. Pada tanggal 18 November 2005, PT Hotel Mandarine Regency melakukan akuisisi PT Hotel Delapan Puluh Satu Jaya, kemudian merger dengan nama baru “PT Hotel Mandarine Regency” (Surviving Company) yang telah disetujui oleh BKPM. Pada tanggal 24 Januari 2008, status perseroan berubah dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka.
28.
PT Indika Energy Tbk. Didirikan pada tahun 2000 dan sebelumnya dikenal dengan nama PT Dipta Diwangkara/PT Indika Inti Energi. Namun demikian, Indika Energy telah memiliki pondasi yang kuat di sektor energi sejak tahun 1973 melalui pendirian Tripatra, perusahaan terkemuka dalam penyediaan layanan rekayasa teknik, pengadaan dan konstruksi terpadu untuk industri minyak dan gas di Indonesia.
29.
PT Indo Tambangraya Megah Tbk. Didirikan dengan nama PT Indotambangraya Megah pada tanggal 2 September 1987 di Jakarta. Pada 26 September 1988, perusahaan mengubah nama dengan PT Indo Tambangraya Megah. Perusahaan memiliki
anak
perusahaan
terdiri
dari
PT Indominco
Mandiri,
PTTrubaindo, Pertambangan Batubara, PT Bharinto Ekatama, PT KIT dan PT Jorong Barutama Greston. Sampai saat ini Pperusahaan terkonsentrasi di pertambangan batubara. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Ventura Building, Lantai 8. Jl. RA Kartini No 26, Cilandak Jakarta 12430 – Indonesia.
30.
PT Indonesia Air Transport Tbk. Bergerak di bidang transportasi udara, PT Indonesia Air Transport Tbk. memulai kegiatan usahanya pada 10 September 1968 dengan menyediakan jasa penyewaan pesawat terbang. Bermula dengan menyediakan jasa
penerbangan untuk perusahaan minyak, gas dan pertambangan on shore dan off shore, bisnis Perseroan kini telah berkembang dengan penyediaan jasa evakuasi medis, pariwisata dan penerbangan niaga berjadwal dengan menerbangi 5 rute di wilayah timur Indonesia.
31.
PT Inovisi Infracom Tbk. PT Inovisi Infracom Tbk adalah sebuah perusahaan yang berkedudukan di Indonesia yang menyediakan layanan infrastruktur telekomunikasi seluler, periklanan dan jasa terkait lainnya. Produk-produknya meliputi perangkat telekomunikasi dan platform, aplikasi broadband dan jaringan, dan produktivitas perusahaan dan solusi mobilitas. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Menara Timur Lt 30 Kantor. Unit 05. Jl. Lingkar Mega Kuningan Kav. E3.2 No 1 Jakarta 12950.
32.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Didirikan dengan nama PT Jasa Marga pada tanggal 1 maret 1978. Pada tahun 1981 perusahaan mengubah nama dengan PT Jasa Marga (Persero). Perusahaan ini terkonsentrasi di tol (Perencanaan, Bangunan, Operasi dan Pemeliharaan). Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Plaza Tol Taman Mini Indonesia Indah Jakarta 13550 – Indonesia.
33.
PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. Didirikan dengan nama PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk pada 23 Desember 1982 di Jakarta. Perusahaan memiliki anak perusahaan terdiri dari PT Jaya Trade Indonesia, PTJaya Beton Indonesia, PTJaya Teknik Indonesia dan PTJaya Beton Daido. Sampai saat ini terkonsentrasi di Perusahaan Jasa Konstruksi. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Kantor Taman Bintaro Jaya, Gedung B Jl. Bintaro Raya.
34.
PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. Didirikan berdasarkan dokumen resmi No.21, 14 Februari 1978 dengan nama PTPetroneks, Dibuat oleh E. Sianipar, SH di Jakarta. Pada 4 April 1979, perusahaan mengubah nama menjadi PTIndhasana. Sudah berapa kali berubah nama dan pada saat IPO berubah menjadi PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. Hingga sekarang perusahaan terkonsentrasi di Produksi Kertas dan Distribusi. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Gedung Graha Niaga Lantai 26, Jl. Jend. Sudirman Kav 58, Jakarta.
35.
PT Kokoh Inti Arebama Tbk. Didirikan pada tahun 2001 di Jakarta dan beroperasi secara komersial pada tahun 2004, perusahaan ini bergerak dalam bidang layanan pendistribusian bahan-bahan bangunan. Memiliki jejaring usaha meliputi seluruh wilayah nasional terutama untuk produk-produk keramik, cat, pelapis anti bocor,
sanitari, genteng dan semen. Tanggal 9 April 2008 perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
36.
PT Laguna Cipta Griya Tbk. Didirikan pada bulan Mei 2004 17 di Tangerang. Ketika pengumuman IPO, nama dan status perusahaan berubah menjadi PT Laguna Cipta Griya Tbk. Sampai saat ini perusahaan terkonsentrasi di real estate atau properti. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Wisma Yakif, Lantai 2 Jl. Buncit Raya No 99, Pancoran, Jakarta, 12740.
37.
PT Malindo Feedmill Tbk. Perusahaan yang berkedudukan di Indonesia yang bergerak di sektor agribisnis, termasuk produksi dan penjualan pakan ternak dan pembiakan dan pembibitan. Anak perusahaan adalah PT Bibit Indonesia, PT .Prima Fajar dan PT Leong Ayamsatu Primadona. Perusahaan perternakan ini berlokasi di Purwakarta, Wonosari, Probolinggo, Pasuruan dan Lumajang.
38.
PT Media Nusantara Citra Tbk. Didirikan dengan nama PTPanca Andhika Mandiri Jakarta. 12 September 2002, Perusahaan mengubah nama dengan PT Media Nusantara Citra. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Menara Kebon Sirih Jl. Kebon Sirih Kav.17-19 Jakarta 10340.
39.
PT Metropolitan Kentjana Tbk. PT Metropolitan Kentjana Tbk (Perseroan) merupakan salah satu pengembang terkemuka di Jakarta. Berdiri sejak tahun 1973, dengan mengembangkan areal Pondok Pinang menjadi perumahan Pondok Indah, sebuah perumahan menengah atas di Jakarta Selatan. Berkantor pusat di Jalan Metro Duta Niaga B-5, Pondok Indah, Jakarta Selatan.
40.
PT Mobile-8 Telecom Tbk. PT Mobile-8 Telecom Tbk, didirikan pada bulan Desember 2002. Pada tahun 2003, perseroan mengakuisisi dua operator telepon selular berlisensi, yaitu Komselindo dan Metrosel, dan mulai beroperasi sebagai penyelenggara jasa selular dengan menggunakan basis teknologi CDMA. Layanan yang pertama kali diluncurkan oleh Mobile-8 adalah layanan selular prabayar dengan brand “Fren” yang dioperasikan pada bulan Desember 2003 dengan berbasis jaringan CDMA 2000-1X.
41.
PT Panorama Transportasi Tbk. PT Panorama
Transportasi
Tbk
didirikan
pada
11
September
2001. Perusahaan ini terkonsentrasi di infrastruktur, utilitas dan sektor transportasi. Berkantor pusat di PTPanorama Transportasi Tbk. Gedung Panorama Lt 5 Jl. Tomang Raya No 63.
42.
PT Perdana Gapura Prima Tbk. PT Perdana Gapura Prima Tbk didirikan pada tanggal 21 Mei 1987. Perusahaan ini terkonsentrasi di kontraktor dan sektoring real estate. Berkantor pusat di Bellezza Arcade Lantai 2
Jl. Letjen Soepeno No 34
Arteri Permata Hijau.
43.
PT Perdana Karya Perkasa Tbk. Didirikan dengan nama PTPerdana Karya Kaltim pada tanggal 7 Desember 1983 di Samarinda. Pada tanggal 22 Desember 2006, Perusahaan mengubah nama dengan PT Perdana Karya Perkasa. Lingkup PT Perdana Karya Perkasa adalah pertambangan batubara, minyak dan gas bumi, jasa pertambangan konstruksi. Berkantor pusat di Gedung Nugra Santana Lt 16, Jl. Jend. Sudirman Kav. 7-8.
44.
PT Radiant Utama Interinsco Tbk. Didirikan pada tanggal 22 Agustus 1984, PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) telah memiliki pengalaman dalam industri minyak dan gas Indonesia selama lebih dari 30 tahun dalam menyediakan jasa teknis penunjang untuk sektor minyak dan gas dari hulu sampai hilir, serta industri terkait lainnya.
45.
PT Rukun Raharja Tbk. Didirikan pada 24 Desember 1993 di Jakarta, melakukan perdagangan dalam
pembangunan
daerah
khususnya
pusat
perbelanjaan. Mulai
beroperasi secara komersial pada Januari 2002, saat ini perusahaan sedang mengembangkan pusat suku cadang motor perbelanjaan di Ciledung, Tangerang. Berkantor pusat di Jl. Tomang Raya 43-45 Jakarta 11440.
46.
PT Sampoerna Agro Tbk. Didirikan pada 7 Juni 1993. Lingkup PT Sampoerna Agro Tbk adalah Kelapa Sawit, Budidaya dan Perdagangan. Berkantor pusat di Jl.Basuki rahmat no. 788. Palembang Sumatera Selatan 30127.
47.
PT Sat Nusapersada Tbk. PT Sat Nusapersada Tbk didirikan pada tanggal 1 Juni 1990 di Batam. Sejak 1 Juni 1990, Perusahaan memiliki hubungan dengan salah satu merk elektronik internasional, Kotobuki (Panasonic Shikoko), perusahaan memiliki 4000 karyawan yang professional. Berkantor pusat di Jl. Pelita VI No 99. Batam 29432, Indonesia.
48.
PT Sekawan Intipratama Tbk. PT Sekawan Intipratama Tbk adalah produsen yang berkedudukan di Indonesia.Perusahaan bergerak dalam percetakan, manufaktur dan perdagangan produk non-woven, pertanian, kontruksi bangunan, Bedding
dan perlengkapan pesawat terbang , pasar perusahaan produk dalam negeri ke pulau Jawa dan Bali, serta internasional ke Jepang, Singapura, Korea, Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat. Ia memiliki satu anak perusahaan, PT Zensei Indonesia, yang bergerak dalam bidang peralatan medis dan industri rumah tangga kebutuhan, dengan popok sebagai produk utama. Perseroan memiliki fasilitas produksi yang berlokasi di Sidoarjo, Indonesia.
49.
PT Total Bangun Persada Tbk. Didirikan pada tahun 1970 dengan nama PT Tjahja Rimba Kentjana, kemudian berubah menjadi PT Total Bangun Persada pada tahun 1981, dan berubah kembali menjadi PT Total Bangun Persada Tbk pada tahun 2006 sehubungan dengan dicatatkan dan diperdagangkannya saham Perseroan pada Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta). PT Total Bangun Persada Tbk berfokus pada jasa pelaksanaan konstruksi gedung-gedung bertingkat berkualitas “middle-up”. Selain proyek-proyek swasta dan juga pemerintah, keahlian kami meliputi konstruksi perkantoran, hunian vertikal, pusat perbelanjaan, hotel, sekolah dan universitas, rumah sakit, rumah ibadah, dan lain sebagainya.
50.
PT Trada Maritime Tbk. Perseroan didirikan di Jakarta pada tahun 1998. Di tahun 2000, Perseroan memperoleh kontrak pengelolaan dan pengoperasian FSO pertama, yang
kemudian berkembang ke segmen jasa lainnya, yaitu segmen jasa transportasi muatan cair dan muatan curah kering. Perseroan melepas sahamnya ke masyarakat pada tahun 2008 sebagai marketleader untuk FSO di Indonesia.
51.
PT Trikomsel Oke Tbk. Sebagai perusahaan penyedia produk dan layanan telekomunikasi di Indonesia, PT Trikomsel Oke Tbk. (Perseroan), didirikan di Jakarta pada tanggal 7 Oktober 1996 dengan nama PT Trikomsel Citrawahana. Pada tahun 2000 PT Trikomsel Citrawahana berubah nama menjadi PT Trikomsel Multimedia dan terakhir pada tahun 2007 menjadi PT Trikomsel Oke.
52.
PT Truba Alam Manunggal E. Tbk. PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk, melalui anak perusahaan, beroperasi sebagai desain, rekayasa, pengadaan, dan kontraktor konstruksi bangunan, infrastruktur, dan tanaman di Indonesia. Perusahaan juga menawarkan pasokan listrik ke sektor listrik negara dan swasta, serta terlibat dalam pertambangan batubara dan aktivitas perdagangan. Selain itu, terlibat dalam transportasi darat, real estate, percetakan, teknis merancang, dan agribisnis, serta dalam produksi dan pemasaran klorin. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2001 berbasis di Jakarta,
Indonesia.
Berkantor
pusat
di
Sona
Topas
Tower,
Lantai
11
Jl. Jend. Sudirman Kav. 26 Jakarta-12920 Indonesia.
53.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk didirikan pada 11 Maret 1960. Sebelum didirikan sebagai perusahaan terbatas, berdasarkan UU No 64 tahun 1961 pemerintah pada 29 Maret th 1961 tentang pendirian perusahaan negara Wijaya Karya, telah mendirikan sebuah perusahaan negara PN Widjaja Karya pada 11 Maret 1960. Perusahaan ini terkonsentrasi di sektor Jasa Konstruksi. Berkantor pusat di Jl. DI Panjaitan Kav. 9 Jakarta 13340 .
54.
PT Yanaprima Hastapersada Tbk. PT Yanaprima Hastapersada Tbk, sebuah perusahaan yang dimiliki publik Indonesia, memproduksi dan ekspor Polypropylene (PP) dan Polyethylene (PE) Woven Bags, Semen Bags / Kertas Bags, Bags Blok-bawah, Laminated Kain, terpal, Kraft Paper, dan banyak lagi PT Yanaprima Hastapersada Tbk juga membuat beberapa khusus yang dibuat tas anyaman seperti tas katup, tas dengan menangani, tas dengan string, dan jenis lain dari tas ke pasar berbagai server.
4.1.3
Reputasi Underwriter Semakin besar nilai penjaminan yang dilakukan oleh underwriter
menunjukan bahwa underwriter memiliki reputasi yang baik, dikarenakan dengan nilai penjaminan yang besar menunjukkan bahwa underwriter sanggup untuk menanggung resiko tuntutan hukum dari emiten atas tidak terjualnya saham yang dijaminkan. Pada tabel di bawah ini dapat disebutkan nama-nama underwriter pada saat perusahaan melakukan initial public offering (IPO) pada perusahaanperusahaan yang menjadi sampel penelitian : Tabel 4.2 Underwriter 54 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian Periode 2006-2009 N O
Nama Perusahaan
1
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
15/12/2006
2
Mobile-8 Telecom Tbk
29/11/2006
3 4 5
Central Proteinaprima Tbk Truba Alam Manunggal E. Tbk Indonesia Air Transport Tbk
28/11/2006 16/10/2006 13/09/2006
6
Total Bangun Persada Tbk
25/07/2006
7
Radiant Utama Interinsco Tbk
07/12/2006
8
Bank Bukopin Tbk
07/10/2006
9 10 11 12 13 14 15 16
Bank Bumi Arta Tbk Rukun Raharja Tbk Malindo Feedmill Tbk Bakrie Telecom Tbk Cowell Development Tbk Indo Tambangraya Megah Tbk Alam Sutera Realty bk Catur Sentosa Adiprana Tbk Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
17 18
Jasa Marga (Persero) Tbk
Tanggal IPO
Underwriter
Nilai penjaminan (Rupiah)
PT Kresna Graha Sekurindo
170,775,000,000
06/01/2006 19/04/2006 02/10/2006 02/03/2006 19/12/2007 18/12/2007 18/12/2007 12/12/2007
PT Bhakti Securities PT CIMB-GK Securities PT Danareksa Sekuritas PT Danatama Makmur PT Danatama Makmur PT Bhakti Securities PT CLSA Indonesia PT Kim Eng Securities PT Makinta Securities PT Mega Capital Indonesia PT ABN AMRO Asia Securities PT Bahana Securities PT Indo Primier Securities PT Makinta Securities PT United Capital Indonesia Tbk PT CIMB-GK Securities Indonesia PT Danatama Makmur Sekuritas PT Makinta Securities PT UBS Securities Indonesia PT Ciptadana Securities PT BDS Vickers Securities
365,904,000,000 81,541,650,000 298,320,000,000 2,065,735,704,450 97,500,000,000 15,818,950,000,000 1,798,525,050,000 579,007,560,000
12/04/2007
PT Indo Premier Securities
1,805,353,148,625
11/12/2007
PT Bahana Securities PT Danareksa Sekuritas
11,560,000,000,000
4,406,706,036,000 2,014,742,400,000 1,430,000,000,000 278,200,000,000 948,750,000,000 192,500,000,000 1,949,098,372,550
19
Sat Nusapersada Tbk
11/08/2007
20
Ace Hardware Indonesia Tbk
11/06/2007
21
Wijaya Karya (Persero) Tbk
29/10/2007
22
Perdana Gapuraprima Tbk
10/10/2007
23
Bank Capital Indonesia Tbk
10/04/2007
24
Darma Henwa Tbk
26/09/2007
25
Laguna Cipta Griya Tbk
13/07/2007
26
Perdana Karya Perkasa Tbk
07/11/2007
27
Bank Multicor Tbk
07/03/2007
28
Media Nusantara Citra Tbk
22/06/2007
29 30 31 32
Sampoerna Agro Tbk Bukit Darmo Property Tbk Panorama Transportasi Tbk Bisi International Tbk
18/06/2007 15/06/2007 31/05/2007 28/05/2007
33
Sekawan Intipratama Tbk
17/10/2008
34
Trada Maritime Tbk
09/10/2008
35 36 37
Hotel Mandarine Regency Tbk Adaro Energy Tbk Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
17/07/2008 16/07/2008 07/11/2008
38
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
07/08/2008
39
Indika Energy Tbk
06/11/2008
40
Bumi Serpong Damai Tbk
06/06/2008
41
Gozco Plantations Tbk
15/05/2008
42
Kokoh Inti Arebama Tbk
04/09/2008
43
Yanaprima Hastapersada Tbk
03/05/2008
44 45 46
Elnusa Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
02/06/2008 14/01/2008 01/08/2008
47
17/12/2009
PT Mandiri Sekuritas PT Trimegah Securities Tbk PT CLSA Indonesia PT Dinamika Usahajaya PT Bahana Securities PT CIMB-GK Securities Indonesia PT Indo Premier Securities PT Danareksa Sekuritas PT Mandiri Sekuritas PT Nusadana Capital Indonesia PT BNI Securities PT Sinarmas Sekuritas PT Transpacific Securindo PT Danatama Makmur PT BNI Securities PT Investindo Nusantara Sekuritas PT Panca Global Securities Tbk PT Investindo Nusantara Sekuritas PT Danasakti Securities PT Sucorinvest Central Gani PT Danpac Sekuritas PT Transpacific Securindo PT Bhakti Securities PT Danareksa Sekuritas PT Danareksa Sekuritas PT Ciptadana Securities PT Danpac Sekuritas PT IndoPremier Securities PT Asia Capitalindo Efek PT Antaboga Delta Sekuritas PT Danatama Makmur PT HD Capital Tbk PT Overseas Securities PT Danatama Makmur PT Henan Putihrai PT Dinamika Usaha Jaya PT Danasakti Securities PT Danareksa Sekuritas PT Mandiri Sekuritas PT Indo Premier Securities PT CLSA Indonesia PT Nusada Capital Indonesia PT CLSA Indonesia PT Semesta Indovest PT Makinta Securities PT Investindo Nusantara Sekuritas PT BNI Securities PT Panca Global Securities Tbk PT Mandiri Sekuritas PT Makinta Securities PT Dinamika Usahajaya PT Mandiri Sekuritas PT CIMB Securities Indonesia
1,027,439,840,000 1,406,300,000,000 2,455,384,680,000
994,321,859,700
224,366,007,900 5,099,956,250,000 87,968,750,000 240,000,000,000 342,390,543,600 12,375,000,000,000 4,422,600,000,000 720,000,000,000 104,860,000,000 600,000,000,000 90,000,000,000 1,091,475,000,000 133,342,000,000 35,184,558,200,000 1,003,600,000,000 143,000,000,000 15,361,068,900,000 6,014,592,578,500 1,125,000,000,000 144,500,000,000 364,060,000,000 2,919,400,000,000 97,500,000,000 2,854,764,000,000 6,898,628,460,000
48
Bumi Citra Permai Tbk
12/11/2009
49
Dian Swastika Sentosa Tbk
12/10/2009
50
BW Plantation Tbk
27/10/2009
51
Metropolitan Kentjana Tbk
07/10/2009
52
Inovisi Infracom Tbk
07/03/2009
53
Batavia Prosperindo Finance Tbk
06/01/2009
54
Trikomsel Oke Tbk
14/04/2009
4.1.4
PT Adimitra Transferindo PT HD Capital Tbk PT Sinarmas Sekuritas PT Victoria Sekuritas PT Yulie Sekurindo Tbk PT BNP Paribas Securities PT Danareksa Sekuritas PT Mandiri Sekuritas PT Lautandhana Securindo PT Investindo Nusantara Sekuritas PT Reliance Securities Tbk PT Panin Sekuritas Tbk PT Mandiri Sekuritas PT Sucorinvest Central Gani
132,000,000,000 1,155,828,480,000
2,220,395,342,000 1,991,207,400,000 212,750,000,000 110,000,000,000 1,001,250,000,000
Persentase Saham Yang Ditawarkan Penurunan persentase kepemilikan oleh pemegang saham lama adalah
suatu konsekuensi yang harus dipertimbangkan ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan IPO. Semakin besar persentase yang ditahan pemegang lama atau semakin kecil persentase saham yang ditawarkan akan memperkecil tingkat ketidakpastian pada masa yang akan datang. Adapun persamaan yang digunakan untuk mendapatkan besarnya persentase yang ditawarkan sebagai berikut : % Saham yang Ditawarkan =
Di mana :
X 100%
PPS
= Persentase saham yang ditawarkan
TSB
= Total Saham Beredar
JSYDP = Jumlah Saham yang Ditahan Pemilik Pada tabel di bawah ini dapat digambarkan mengenai persentase yang ditawarkan pada saat perusahaan melakukan initial public offering (IPO) pada perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian :
Tabel 4.3 Persentase Saham yang Ditawarkan 54 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian Periode 2006-2009 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Perusahaan Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Mobile-8 Telecom Tbk Central Proteinaprima Tbk Truba Alam Manunggal E. Tbk Indonesia Air Transport Tbk Total Bangun Persada Tbk Radiant Utama Interinsco Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Bumi Arta Tbk Rukun Raharja Tbk Malindo Feedmill Tbk Bakrie Telecom Tbk Cowell Development Tbk Indo Tambangraya Megah Tbk Alam Sutera Realty bk Catur Sentosa Adiprana Tbk Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk Jasa Marga (Persero) Tbk Sat Nusapersada Tbk Ace Hardware Indonesia Tbk Wijaya Karya (Persero) Tbk Perdana Gapuraprima Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Darma Henwa Tbk Laguna Cipta Griya Tbk Perdana Karya Perkasa Tbk Bank Multicor Tbk Media Nusantara Citra Tbk Sampoerna Agro Tbk Bukit Darmo Property Tbk Panorama Transportasi Tbk Bisi International Tbk Sekawan Intipratama Tbk
PPS (%) 26.00 26.18 27.17 46.90 51.22 34.19 7.84 19.25 9.10 34.25 18.33 5.38 33.35 22.40 18.34 20.73 22.67 20.41 8.41 30.03 31.58 18.00 23.64 20.70 42.63 20.84 14.00 28.86 24.40 27.98 24.07 36.00 17.67
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Trada Maritime Tbk Hotel Mandarine Regency Tbk Adaro Energy Tbk Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk Destinasi Tirta Nusantara Tbk Indika Energy Tbk Bumi Serpong Damai Tbk Gozco Plantations Tbk Kokoh Inti Arebama Tbk Yanaprima Hastapersada Tbk Elnusa Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bumi Citra Permai Tbk Dian Swastika Sentosa Tbk BW Plantation Tbk Metropolitan Kentjana Tbk Inovisi Infracom Tbk Batavia Prosperindo Finance Tbk Trikomsel Oke Tbk
45.88 24.82 38.03 24.01 30.07 26.88 41.41 22.09 92.94 10.53 21.75 4.62 1.04 27.09 41.95 40.10 7.78 17.39 7.11 45.00 12.69
(Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
4.1.5
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor.
Semakin besar perusahaan, semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan. Ukuran perusahaan dihitung berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan saat perusahaan tersebut melakukan penawaran saham perdananya. Semakin besar total aktiva yang dimiliki maka semakin besar ukuran perusahaan. Pada tabel di bawah ini dapat digambarkan mengenai kondisi ukuran perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian :
Tabel 4.4 Ukuran Perusahaan 54 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian Periode 2006-2009 NO
Nama Perusahaan
Total Aktiva Akhir (Rp)
1
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
1,041,190,000,000
2
Mobile-8 Telecom Tbk
3,006,047,000,000
3
Central Proteinaprima Tbk
3,784,978,000,000
4
Truba Alam Manunggal E. Tbk
1,805,392,000,000
5
Indonesia Air Transport Tbk
6
Total Bangun Persada Tbk
7
Radiant Utama Interinsco Tbk
8
Bank Bukopin Tbk
9
Bank Bumi Arta Tbk
10
Rukun Raharja Tbk
11
Malindo Feedmill Tbk
12
Bakrie Telecom Tbk
13
Cowell Development Tbk
14
Indo Tambangraya Megah Tbk
7,413,535,000,000
15
Alam Sutera Realty bk
2,966,024,000,000
16
1,078,198,000,000
18
Catur Sentosa Adiprana Tbk Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk Jasa Marga (Persero) Tbk
19
Sat Nusapersada Tbk
799,538,000,000
20
Ace Hardware Indonesia Tbk
704,403,000,000
21
Wijaya Karya (Persero) Tbk
4,133,064,000,000
22
Perdana Gapuraprima Tbk
1,292,361,000,000
23
Bank Capital Indonesia Tbk
1,203,443,000,000
24
Darma Henwa Tbk
5,266,425,000,000
25
Laguna Cipta Griya Tbk
26
Perdana Karya Perkasa Tbk
27
Bank Multicor Tbk
17
407,030,000,000 1,004,654,000,000 329,879,000,000 31,556,143,000,000 1,741,751,000,000 94,169,000,000 342,757,000,000 2,217,139,000,000 226,300,000,000
1,164,205,000,000 13,866,611,000,000
87,765,000,000 327,853,000,000 1,402,568,000,000
28
Media Nusantara Citra Tbk
6,388,227,000,000
29
Sampoerna Agro Tbk
2,088,002,000,000
30
Bukit Darmo Property Tbk
730,905,000,000
31
Panorama Transportasi Tbk
102,347,000,000
32
Bisi International Tbk
892,227,000,000
33
Sekawan Intipratama Tbk
142,216,000,000
34
Trada Maritime Tbk
35
Hotel Mandarine Regency Tbk
36
Adaro Energy Tbk
37
Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
38
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
39
Indika Energy Tbk
8,710,186,000,000
40
Bumi Serpong Damai Tbk
4,381,085,000,000
41
Gozco Plantations Tbk
1,428,610,000,000
42
Kokoh Inti Arebama Tbk
431,948,000,000
43
Yanaprima Hastapersada Tbk
180,550,000,000
44
Elnusa Tbk
45
Bekasi Asri Pemula Tbk
46
Bank Ekonomi Raharja Tbk.
18,211,454,000,000
47
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
58,516,058,000,000
48
Bumi Citra Permai Tbk
49
Dian Swastika Sentosa Tbk
5,213,511,000,000
50
BW Plantation Tbk
1,622,885,000,000
51
Metropolitan Kentjana Tbk
1,663,733,000,000
52
Inovisi Infracom Tbk
185,825,000,000
53
Batavia Prosperindo Finance Tbk
230,152,000,000
54
Trikomsel Oke Tbk
1,377,531,000,000 195,442,000,000 33,720,170,000,000 1,124,648,000,000 173,219,000,000
3,317,816,000,000 127,213,000,000
166,677,000,000
1,948,836,000,000 (Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
4.1.6
Umur Perusahaan Menurut Gerianta Wirawan Yasa (2005:12) mengungkapkan bahwa
semakin lama perusahaan mampu bertahan. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Umur perusahaan dihitung berdasarkan tahun berdirinya perusahaan berdasarkan akta sampai tahun perusahaan tersebut melakukan penawaran saham perdananya di Bursa Efek Indonesia. Pada tabel di bawah ini dapat digambarkan mengenai kondisi umur perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian : Tabel 4.5 Umur Perusahaan 54 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian Periode 2006-2009 NO
Nama Perusahaan
UMUR (Tahun)
1
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
1993
2006
13
2
Mobile-8 Telecom Tbk
2002
2006
4
3
Central Proteinaprima Tbk
1980
2006
26
4
Truba Alam Manunggal E. Tbk
2001
2006
5
5
Indonesia Air Transport Tbk
1968
2006
38
6
Total Bangun Persada Tbk
1970
2006
36
7
Radiant Utama Interinsco Tbk
1984
2006
22
8
Bank Bukopin Tbk
1970
2006
36
9
Bank Bumi Arta Tbk
1967
2006
39
10
Rukun Raharja Tbk
1993
2006
13
11
Malindo Feedmill Tbk
1998
2006
8
12
Bakrie Telecom Tbk
1993
2006
13
13
Cowell Development Tbk
1981
2007
26
14
Indo Tambangraya Megah Tbk
1987
2007
20
15
Alam Sutera Realty Tbk
1993
2007
14
16
1966
2007
41
17
Catur Sentosa Adiprana Tbk Jaya Konstruksi Manggala Pratama
1982
2007
25
18
Jasa Marga (Persero) Tbk
1978
2007
29
19
Sat Nusapersada Tbk
1990
2007
17
20
Ace Hardware Indonesia Tbk
1995
2007
12
21
Wijaya Karya (Persero) Tbk
1960
2007
47
22
Perdana Gapuraprima Tbk
1987
2007
20
23
Bank Capital Indonesia Tbk
1989
2007
18
24
Darma Henwa Tbk
1991
2007
16
25
Laguna Cipta Griya Tbk
2004
2007
3
26
Perdana Karya Perkasa Tbk
1983
2007
24
27
Bank Multicor Tbk
1974
2007
33
28
Media Nusantara Citra Tbk
1997
2007
10
29
Sampoerna Agro Tbk
1980
2007
27
30
Bukit Darmo Property Tbk
1989
2007
18
31
Panorama Transportasi Tbk
2001
2007
6
32
Bisi International Tbk
1983
2007
24
33
Sekawan Intipratama Tbk
1995
2008
13
34
Trada Maritime Tbk
1998
2008
10
35
Hotel Mandarine Regency Tbk
1986
2008
22
36
Adaro Energy Tbk
2004
2008
4
37
Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
1978
2008
30
38
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
1999
2008
9
39
Indika Energy Tbk
2000
2008
8
40
Bumi Serpong Damai Tbk
1984
2008
24
41
Gozco Plantations Tbk
2001
2008
7
42
Kokoh Inti Arebama Tbk
2001
2008
7
43
Yanaprima Hastapersada Tbk
1995
2008
13
44
Elnusa Tbk
1969
2008
39
45
Bekasi Asri Pemula Tbk
1993
2008
15
46
Bank Ekonomi Raharja Tbk.
1989
2008
19
47
Bank Tabungan Negara (Persero)
1934
2009
75
48
Bumi Citra Permai Tbk
2000
2009
9
49
Dian Swastika Sentosa Tbk
1996
2009
13
50
BW Plantation Tbk
2000
2009
9
51
Metropolitan Kentjana Tbk
1972
2009
37
52
Inovisi Infracom Tbk
2007
2009
2
53
Batavia Prosperindo Finance Tbk
1994
2009
15
54
Trikomsel Oke Tbk
1996
2009
13
(Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010).
4.1.7
Financial Leverage Financial leverage diukur dengan membandingkan total kewajiban
perusahaan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan, semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi perusahaan yang berarti semakin tinggi pula faktor ketidakpastian akan perusahaan sehingga berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. (Helen Sulistio, 2005: 91). Pada tabel di bawah ini dapat digambarkan mengenai kondisi tingkat leverage pada perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian : Tabel 4.6 Financial Leverage 54 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian Periode 2006-2009 Financial NO Nama Perusahaan Leverage (%) 1 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 0.86 2
Mobile-8 Telecom Tbk
0.47
3
Central Proteinaprima Tbk
0.70
4
Truba Alam Manunggal E. Tbk
0.17
5
Indonesia Air Transport Tbk
0.38
6
Total Bangun Persada Tbk
0.56
7
Radiant Utama Interinsco Tbk
0.54
8
Bank Bukopin Tbk
0.95
9
Bank Bumi Arta Tbk
0.80
10
Rukun Raharja Tbk
0.26
11
Malindo Feedmill Tbk
0.50
12
Bakrie Telecom Tbk
0.33
13
Cowell Development Tbk
0.50
14
Indo Tambangraya Megah Tbk
0.50
15
Alam Sutera Realty bk
0.43
16
Catur Sentosa Adiprana Tbk
0.62
17
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
0.56
18
Jasa Marga (Persero) Tbk
0.55
19
Sat Nusapersada Tbk
0.35
20
Ace Hardware Indonesia Tbk
0.17
21
Wijaya Karya (Persero) Tbk
0.67
22
Perdana Gapuraprima Tbk
0.59
23
Bank Capital Indonesia Tbk
0.85
24
Darma Henwa Tbk
0.55
25
Laguna Cipta Griya Tbk
0.11
26
Perdana Karya Perkasa Tbk
0.47
27
Bank Multicor Tbk
0.85
28
Media Nusantara Citra Tbk
0.38
29
Sampoerna Agro Tbk
0.28
30
Bukit Darmo Property Tbk
1.29
31
Panorama Transportasi Tbk
0.36
32
Bisi International Tbk
0.17
33
Sekawan Intipratama Tbk
0.37
34
Trada Maritime Tbk
0.27
35
Hotel Mandarine Regency Tbk
0.45
36
Adaro Energy Tbk
0.58
37
Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
0.56
38
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
0.38
39
Indika Energy Tbk
0.40
40
Bumi Serpong Damai Tbk
0.53
41
Gozco Plantations Tbk
0.36
42
Kokoh Inti Arebama Tbk
0.74
43
Yanaprima Hastapersada Tbk
0.34
44
Elnusa Tbk
0.51
45
Bekasi Asri Pemula Tbk
0.54
46
Bank Ekonomi Raharja Tbk.
0.91
47
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
0.91
48
Bumi Citra Permai Tbk
0.19
49
Dian Swastika Sentosa Tbk
0.42
50
BW Plantation Tbk
0.44
51
Metropolitan Kentjana Tbk
0.03
52
Inovisi Infracom Tbk
0.37
53
Batavia Prosperindo Finance Tbk
0.05
54
Trikomsel Oke Tbk
0.65 (Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
4.1.8
Return on Assets (ROA) Dalam penelitian ini, variabel keuangan yang digunakan adalah ROA.
Semakin besar return on assets (ROA) berarti kinerja perusahaan semakin baik, sehingga investor akan tertarik membeli atau mencari saham perusahaan IPO tersebut karena perkiraan dikemudian hari akan mendapatkan pengembalian yang besar atas penyertaanya. ROA merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aset perusahaan yang merupakan salah satu rasio keuangan yang dapat dipergunakan oleh pemegang saham dalam mengukur profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Pada tabel di bawah ini dapat digambarkan mengenai kondisi return on assets
perusahaan (ROA) pada perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel
penelitian :
Tabel 4.7 Return on Assets (ROA) 54 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian Periode 2006-2009 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Perusahaan Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Mobile-8 Telecom Tbk Central Proteinaprima Tbk Truba Alam Manunggal E. Tbk Indonesia Air Transport Tbk Total Bangun Persada Tbk Radiant Utama Interinsco Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Bumi Arta Tbk Rukun Raharja Tbk Malindo Feedmill Tbk Bakrie Telecom Tbk Cowell Development Tbk Indo Tambangraya Megah Tbk Alam Sutera Realty bk Catur Sentosa Adiprana Tbk Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk Jasa Marga (Persero) Tbk Sat Nusapersada Tbk Ace Hardware Indonesia Tbk PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Perdana Gapuraprima Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Darma Henwa Tbk Laguna Cipta Griya Tbk Perdana Karya Perkasa Tbk Bank Multicor Tbk Media Nusantara Citra Tbk Sampoerna Agro Tbk Bukit Darmo Property Tbk Panorama Transportasi Tbk Bisi International Tbk Sekawan Intipratama Tbk
ROA (%) 0.01 0.01 0.06 0.02 0.07 0.09 0.08 0.01 0.02 0.01 0.14 0.03 0.03 0.03 0.01 0.03 0.07 0.02 0.03 0.09 0.03 0.03 0.01 0.02 0.01 0.07 0.01 0.07 0.10 0.00 0.04 0.33 0.03
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Trada Maritime Tbk Hotel Mandarine Regency Tbk Adaro Energy Tbk Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk Destinasi Tirta Nusantara Tbk Indika Energy Tbk Bumi Serpong Damai Tbk Gozco Plantations Tbk Kokoh Inti Arebama Tbk Yanaprima Hastapersada Tbk Elnusa Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bumi Citra Permai Tbk Dian Swastika Sentosa Tbk BW Plantation Tbk Metropolitan Kentjana Tbk Inovisi Infracom Tbk Batavia Prosperindo Finance Tbk Trikomsel Oke Tbk
0.03 (0.07) 0.03 (0.09) 0.03 0.12 0.05 0.04 0.02 0.10 0.04 0.00 0.01 0.01 0.05 0.01 0.10 0.14 0.15 0.07 0.06
(Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
4.1.9
Tingkat Underpricing Tingkat underpricing ini menggunakan indikator initial return diukur
dengan persentase selisih harga saham di pasar sekunder dibandingkan dengan harga saham pada penawaran perdana (pada saat perusahaan melakukan IPO). Pada tabel di bawah ini dapat digambarkan mengenai kondisi tingkat underpricing pada perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian :
Tabel 4.8 Tingkat Underpricing 54 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian Periode 2006-2009
1
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
115
Closing Price Perdana 145
2
Mobile-8 Telecom Tbk
225
280
24.44
3
Central Proteinaprima Tbk
110
185
68.18
4
Truba Alam Manunggal E. Tbk
110
180
63.64
5
Indonesia Air Transport Tbk
130
135
3.85
6
Total Bangun Persada Tbk
345
370
7.25
7
Radiant Utama Interinsco Tbk
250
375
50.00
8
Bank Bukopin Tbk
350
380
8.57
9
Bank Bumi Arta Tbk
160
235
46.88
10
Rukun Raharja Tbk
120
215
79.17
11
Malindo Feedmill Tbk
880
1,130
28.41
12
Bakrie Telecom Tbk
110
155
40.91
13
Cowell Development Tbk
130
221
70.00
14
Indo Tambangraya Megah Tbk
14,000
19,600
40.00
15
Alam Sutera Realty Tbk
105
178
69.52
16
Catur Sentosa Adiprana Tbk
200
220
10.00
17
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
615
980
59.35
18
Jasa Marga (Persero) Tbk
1,700
2,050
20.59
19
Sat Nusapersada Tbk
580
640
10.34
20
Ace Hardware Indonesia Tbk
820
980
19.51
21
Wijaya Karya (Persero) Tbk
420
560
33.33
22
Perdana Gapuraprima Tbk
310
345
11.29
23
Bank Capital Indonesia Tbk
150
205
36.67
24
Darma Henwa Tbk
335
565
68.66
25
Laguna Cipta Griya Tbk
125
212
69.60
26
Perdana Karya Perkasa Tbk
400
680
70.00
27
Bank Multicor Tbk
200
225
12.50
NO
Nama Perusahaan
Harga Perdana
Tingkat Underpricing 26.09
28
Media Nusantara Citra Tbk
900
940
4.44
29
Sampoerna Agro Tbk
2,340
2,525
7.91
30
Bukit Darmo Property Tbk
120
204
70.00
31
Panorama Transportasi Tbk
245
415
69.39
32
Bisi International Tbk
200
340
70.00
33
Sekawan Intipratama Tbk
150
159
6.00
34
Trada Maritime Tbk
125
159
27.20
35
Hotel Mandarine Regency Tbk
110
183
66.36
36
Adaro Energy Tbk
1,100
1,730
57.27
37
Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
260
355
36.54
38
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
200
340
70.00
39
Indika Energy Tbk
2,950
3,425
16.10
40
Bumi Serpong Damai Tbk
550
560
1.82
41
Gozco Plantations Tbk
225
275
22.22
42
Kokoh Inti Arebama Tbk
170
226
32.94
43
Yanaprima Hastapersada Tbk
545
640
17.43
44
Elnusa Tbk
400
515
28.75
45
Bekasi Asri Pemula Tbk
150
255
70.00
46
Bank Ekonomi Raharja Tbk.
1,080
1,320
22.22
47
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
800
840
5.00
48
Bumi Citra Permai Tbk
110
173
57.27
49
Dian Swastika Sentosa Tbk
1,500
2,250
50.00
50
BW Plantation Tbk
550
570
3.64
51
Metropolitan Kentjana Tbk
2,100
2,750
30.95
52
Inovisi Infracom Tbk
125
145
16.00
53
Batavia Prosperindo Finance Tbk
110
121
10.00
54
Trikomsel Oke Tbk
225
230
2.22
(Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Reputasi Underwriter pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI Semakin besar total nilai penjaminan yang dilakukan oleh underwriter menunjukan bahwa underwriter memiliki reputasi yang tinggi. Penentuan underwriter diambil dari rating yang dilakukan oleh Majalah Investor Indonesia, berikut yang termasuk ke dalam kategori 10 besar underwriter dan tidak termasuk kedalam kategori 10 besar underwriter untuk perusahaan yang melakukan penawaran perdana dan mengalami underpricing tahun 2006-2009. Tabel 4.9 Peringkat Reputasi Underwriter menurut Majalah Investor Periode 2006-2009 Tahun 2006 No Nama Underwriter
1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9
masuk peringkat 10 besar PT Danareksa Sekuritas PT Bahana Sekuritas PT Indo Premier Sekuritas PT Danatama Makmur Sekuritas tidak masuk peringkat 10 besar PT Kresna Graha Sekurindo Tbk PT Bhakti Securities PT CIMB-GK Securities PT CLSA Indonesia PT Kim Eng Securities PT Makinta Securities PT Mega Capital Indonesia PT ABN AMRO Asia Securities Indonesia PT United Capital Indonesia Tbk
Tahun 2007 No
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Underwriter masuk peringkat 10 besar PT Danareksa Sekuritas PT Trimegah Sekuritas PT Mandiri Sekuritas PT DBS Vickers Sekuritas PT Bahana Sekuritas PT Indo Premier Sekuritas PT Danatama Makmur Sekuritas tidak masuk peringkat 10 besar PT Makinta Securities PT UBS Securities Indonesia PT Ciptadana Securities PT CLSA Indonesia PT Dinamika Usahajaya PT CIMB-GK Securities Indonesia PT Nusadana Capital Indonesia PT BNI Securities PT Sinarmas Sekuritas PT Panca Global Securities Tbk PT Investindo Nusantara Sekuritas PT Danasakti Securities PT Sucorinvest Central Gani PT Danpac Sekuritas PT Transpacific Securindo PT Bhakti Securities PT Danpac Sekuritas Tahun 2008
No
1 2 3 4
Nama Underwriter masuk peringkat 10 besar PT Danareksa Sekuritas PT Mandiri Sekuritas PT Indo Premier Sekuritas PT Danatama Makmur Sekuritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
tidak masuk peringkat 10 besar PT Asia Capitalindo Efek PT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia PT HD Capital Tbk PT Overseas Securities PT Henan Putihrai PT Dinamika Usaha Jaya PT Danasakti Securities PT CLSA Indonesia PT Nusada Capital Indonesia PT Semesta Indovest PT Makinta Securities PT Investindo Nusantara Sekuritas PT BNI Securities PT Panca Global Securities Tbk Tahun 2009
No
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Underwriter masuk peringkat 10 besar PT Danareksa Sekuritas PT Mandiri Sekuritas PT CIMB Sekuritas tidak masuk peringkat 10 besar PT Adimitra Transferindo PT Sinarmas Sekuritas PT HD Capital Tbk PT Victoria Sekuritas PT Yulie Sekurindo Tbk PT BNP Paribas Securities Indonesia PT Lautandhana Securindo PT Investindo Nusantara Sekuritas PT Reliance Securities Tbk PT Panin Sekuritas Tbk PT Sucorinvest Central Gani
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa underwriter yang setiap tahunnya ditunjuk sebagai penjamin pelaksana emisi oleh perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana dan masuk kedalam rating oleh majalah investor adalah Danareksa Sekuritas.
4.2.2
Analisis
Persentase
yang
ditawarkan
pada
Perusahaan
yang
melakukan IPO di BEI Nilai statistik deskriptif persentase saham yang ditawarkan dihitung dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.10 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Persentase Saham yang Ditawarkan Descriptive Statistics N
Minimum
Persentase_Saham
54
Valid N (listwise)
54
.01
Maximum .93
Mean .2583
Std. Deviation .15062
Dengan melihat hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata persentase saham yang ditawarkan dari 54 perusahaan yang menjadi sampel adalah 0,2583 atau 25,83% sedangkan untuk persentase saham yang ditawarkan yang tertinggi yaitu sebesar 0,93 atau 93% pada PT Kokoh Inti Arebama Tbk. Untuk persentase saham yang ditawarkan terendah yaitu sebesar 0,01 atau 1,04% yang terjadi pada PT Bank Ekonomi Raharja Tbk.
4.2.3 Analisis Ukuran Perusahaan pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI Nilai statistik deskriptif ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.11 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan Descriptive Statistics Minimum
N Ukuran_Perusahaan
54
Valid N (listwise)
54
87765000000
Maximum 6.E13
Mean 4.49E12
Std. Deviation 1.004E13
Dengan melihat hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata ukuran perusahaan dari 54 perusahaan yang menjadi sampel adalah Rp. 4.49E12 sedangkan untuk ukuran perusahaan yang tertinggi yaitu sebesar Rp. 58.516.058.000.000 pada PT Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Untuk
ukuran
perusahaan
terendah
yaitu
sebesar Rp.
87.765.000.000 yang terjadi pada PT Laguna Cipta Griya Tbk.
4.2.4
Analisis Umur Perusahaan pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI Nilai statistik deskriptif untuk umur perusahaan dihitung dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.12 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Umur Perusahaan Descriptive Statistics N
Minimum
Umur_Perusahaan
54
Valid N (listwise)
54
Maximum
2.00
Mean
75.00
Std. Deviation
19.9259
13.63659
Dengan melihat hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata umur perusahaan dari 54 perusahaan yang menjadi sampel adalah 19,9259 tahun, sedangkan untuk umur perusahaan yang tertinggi yaitu 75 tahun pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Untuk umur perusahaan terendah yaitu 2 tahun yang terjadi pada PT Inovisi Infracom Tbk.
4.2.5
Analisis Financial Leverage pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI Nilai statistik deskriptif financial leverage dihitung dengan menggunakan
SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.13 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Financial Leverage Descriptive Statistics N
Minimum
Leverage
54
Valid N (listwise)
54
.03
Maximum 1.29
Mean .4957
Std. Deviation .24587
Dengan melihat hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata financial leverage dari 54 perusahaan
yang menjadi sampel adalah 0,4957 sedangkan untuk financial leverage yang tertinggi yaitu sebesar 1,29 pada PT Bukit Darmo Property Tbk. Untuk financial leverage terendah yaitu sebesar 0,03 yang terjadi pada PT Metropolitan Kentjana Tbk.
4.2.6
Analisis Return on Assets pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI Nilai statistik deskriptif return on assets (ROA) perusahaan dihitung
dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.14 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Return On Assets Perusahaan (ROA) Descriptive Statistics N
Minimum
Return on Assets
54
Valid N (listwise)
54
-.07
Maximum .33
Mean .0465
Std. Deviation .05963
Dengan melihat hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata return on assets (ROA) dari 54 perusahaan yang menjadi sampel adalah 0,0465% sedangkan untuk return on assets (ROA) yang tertinggi yaitu sebesar 0,33 pada PT Bisi International Tbk. Untuk return on assets (ROA) terendah yaitu sebesar -0,07 yang terjadi pada Hotel Mandarine Regency Tbk.
4.2.7
Analisis Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang melakukan IPO di BEI Nilai
statistik
deskriptif
tingkat
underpricing
dihitung
dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.15 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Tingkat underpricing Descriptive Statistics N
Minimum
Underpricing
54
Valid N (listwise)
54
1.82
Maximum 79.17
Mean 35.5633
Std. Deviation 25.03806
Dengan melihat hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata tingkat underpricing dari 54 perusahaan yang menjadi sampel adalah 35,5633% sedangkan untuk tingkat underpricing yang tertinggi yaitu sebesar 79,17% pada PT Rukun Raharja Tbk. Untuk tingkat underpricing terendah yaitu sebesar 1,82% yang terjadi pada PT Bumi Serpong Damai Tbk.
4.2.8
Uji Asumsi Klasik
4.2.8.1 Uji Normalitas Pengujian normalisasi dengan metode kolmogorov-smirnov test pada program SPSS 17.0 for windows. Singgih Sartono, (2000:314) mengatakan bahwa : “Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic significancy), yakni : Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi normal” Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test terhadap variabel yang bukan dummy menunjukkan ada beberapa yang tidak normal. Terhadap variabel yang tidak berdistribusi normal tersebut dilakukan perbaikkan dengan menggunakan transformasi kuadrat. Akan tetapi karena data yang dipakai bukanlah data time-series maka pelanggaran dapat diabaikan. Dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, metode kolmogorovsmirnov test bisa ditemukan dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Persentase Ukuran Umur Leverage Saham Perusahaan Perusahaan N a,,b Normal Parameters
Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
54 54 .2583 2422868.43 .15062 1330495.04 8 .117 .164 .117 .164 -.079 -.143 .862 1.205 .448 .110
Return on Assets
Underpricing
54 19.9259 13.63659
54 .4957 .24587
54 .0374 .03717
54 35.5633 25.03806
.123 .123 -.094 .900 .392
.119 .119 -.065 .875 .428
.172 .172 -.156 1.261 .083
.131 .110 -.131 .966 .309
Dari tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa dengan probabilitas masingmasing sebesar 0,448 0,110 0,392 0,428 0,083 0,309 dan lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan telah memenuhi asumsi normalitas dan selanjutnya dapat digunakan dengan analisis regresi.
4.2.8.2 Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk memastikan apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 atau periode sebelumnya sehingga diperoleh hasil regresi yang valid dan dapat digunakan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut : 1. 1.65 < DW < 2.35 kesimpulannya tidak ada auto korelasi. 2. 1.12 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 kesimpulanya tidak dapat disimpulkan. 3. DW < 1.21 atau DW > 2.79 kesimpulannya terjadi auto korelasi. Untuk selengkapnya hasil autokorelasi menggunakan SPSS 17.0 for windows ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 4.17 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary
Model 1
Durbin-Watson 1.839
a. Predictors: (Constant), Return on Assets , Persentase_Saham, Ukuran_Perusahaan, Reputasi Underwriter, Umur_Perusahaan, Leverage b. Dependent Variable: Underpricing
Dari tabel 4.17 di atas didapat nilai Durbin Watson sebesar 1,839 nilai ini terletak pada interval 1.65 < DW < 2.35. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam data pengamatan tidak tejadi autokorelasi.
4.2.8.3 Uji Multikoliniearitas Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Cara mendeteksi multikolinearitas dengan pengujian statistik adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan angka tolerance mendekati 1. Batas VIF adalah 10, jika nilai VIF di bawah 10, maka tidak terjadi gejala multikolinearitas atau sebaliknya (Gujarati, 2003:362). Pada tabel di bawah ini dapat dilihat nilai VIF untuk masing-masing variabel bebas sebagai berikut : Tabel 4.18 Hasil Uji Multikolinearitas a
Coefficients
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) Reputasi Underwriter
.943
1.061
Persentase_Saham
.924
1.082
Ukuran_Perusahaan
.944
1.059
Umur_Perusahaan
.819
1.221
Leverage
.796
1.256
Return on Assets
.901
1.110
a. Dependent Variable: Underpricing
Berdasarkan tabel 4.18 hasil di atas menunjukkan tidak adanya korelasi yang cukup kuat antara sesama variabel bebas, di mana nilai VIF disekitar angka 1 dan angka tolerance mendekati 1 dan lebih kecil dari sepuluh dan dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel bebas.
4.2.8.4 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Adapun untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. (Singgih Santoso, 2000:210). Untuk selengkapnya hasil multikolinearisitas ditunjukkan pada grafik scatterplot di bawah ini :
Gambar 4.1 Grafik Scatterplot
Dengan melihat tampilan grafik scatterplot (gambar 4.1), terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi heteroskedastisitas.
4.2.9
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana di bursa Efek Indonesia Secara Parsial Untuk mengetahui bagaimana pengaruh reputasi underwriter, persentase
saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, return on assets
(ROA) terhadap tingkat underpricing (initial return), maka
langkah-langkah pengujian statistik dilakukan sebagai berikut :
4.2.9.1 Analisis
Pengaruh
Reputasi
Underwriter
Terhadap
Tingkat
Underpricing a. Analisis Regresi Linier Sederhana Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.19 Hasil Regresi Reputasi Underwriter Terhadap Tingkat Underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
40.246
4.430
Reputasi Underwriter
10.995
6.787
a. Dependent Variable: Tingkat Underpricing
Standardized Coefficients Beta
t
.219
Sig.
9.086
.000
1.620
.111
Dari penghitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut: Y = 40,246 + 10,995VW Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 40,246 artinya pada saat reputasi underwriter sama dengan 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar 40,246 satuan dan nilai b positif sebesar 10,995 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada reputasi underwriter, akan meningkatkan tingkat underpricing sebesar 10,995%.
b. Analisis Korelasi secara Parsial Analisis Korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial antara variabel reputasi underwriter (VW) dengan tingkat underpricing (Y), dengan anggapan bahwa variabel persentase saham yang ditawarkan (VX), ukuran perusahaan (VY), umur perusahaan (VZ), financial leverage (V[) dan return on assets (V\) konstan.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.20 Korelasi Reputasi Underwriter Terhadap Tingkat underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Correlations Reputasi Underwriter Reputasi Underwriter
Pearson Correlation
Tingkat Underpricing 1
Sig. (2-tailed)
.111
N Tingkat Underpricing
.219
54
54
Pearson Correlation
.219
1
Sig. (2-tailed)
.111
N
54
54
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel intrpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut: Tabel 4.21 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2009;250)
Dari penghitungan di atas maka diketahui nilai koefisien korelasinya yaitu r = 0,219 artinya bahwa tingkat hubungan reputasi underwriter dengan tingkat underpricing bersifat positif dan rendah, karena interpretasinya berada diantara interval 0,20 – 0,399. Hubungan yang bersifat positif artinya bahwa, terdapat hubungan yang searah yaitu apabila reputasi underwriter semakin besar maka tingkat underpricing akan semakin besar pula.
c. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (uji t) Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara reputasi underwriter dengan tingkat underpricing dengan ]^ dan ]_ adalah sebagai berikut : Ho 1
: Reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Ha 1
: Reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil uji dengan bantuan SPSS 17.0 for windows dapat dilihat pada tabel
di bawah ini : Tabel 4.22 Hasil Penghitungan Uji t Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
40.246
4.430
Reputasi Underwriter
10.995
6.787
Standardized Coefficients Beta
t
.219
9.086
.000
1.620
.111
a. Dependent Variable: Tingkat Underpricing
Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji t di mana penetapan signifikansi dengan df = n-k 54-6 = 48, sig 0.05, maka diperoleh nilai dari `a_bcd sebesar 1,684.
Kriteria penolakan hipotesis ]^ ditolak jika :
`efaghi ≤ - `a_bcd (1-α / 2; n-2) atau `efaghi ≥ `a_bcd (1-α / 2; n-2).
Karena t 1,620 ≤ `a_bcd 1,684 maka ]^ diterima dan ]_ ditolak,
maka dapat disimpulkan bahwa reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Sig.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Lestiyani (2010), Hasil pengujian hipotesis lima menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter mempunyai nilai t hitung -(1,814) < t tabel -(2,0129) dan angka signifikansi 0,076 > 0,05. Dengan demikian reputasi underwriter tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.
d. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel reputasi underwriter (VW) dengan tingkat underpricing (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.23 Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Menggunakan SPSS 17.0 For Windows b
Model Summary
Model 1
R .188
R Square a
Adjusted R Square
.035
.017
Std. Error of the Estimate 24.82501
a. Predictors: (Constant), Reputasi Underwriter b. Dependent Variable: Underpricing
Dari hasil penghitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,035 atau sebesar 3,5% dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh signifikan reputasi underwriter terhadap tingkat underpricing sebesar 3,5% sedangkan sisanya 96,5% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti seperti reputasi auditor, persentase yang ditawarkan, persentase saham yang masih
ditahan pemegang saham lama (kepemilikan), umur perusahaan, ukuran perusahaan, rata-rata kurs, jenis industri, nilai penawaran saham, deviasi standar return, jenis industri, kondisi perekonomian, market, ROA, ROE, financial leverage, kepemilikan pemerintah dan lain sebagainya.
4.2.9.2 Analisis Pengaruh Persentase Saham Yang Ditawarkan Terhadap Tingkat Underpricing a. Analisis Regresi Linier Sederhana Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.24 Regresi Persentase Saham Yang Ditawarkan Terhadap Tingkat underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
34.756
5.088
Persentase_Saham
32.411
14.106
Standardized Coefficients Beta
t
.304
Sig.
6.832
.000
2.298
.026
a. Dependent Variable: Underpricing
Dari penghitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut: Y = 34,756 + 32,441VX Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 34,756 artinya pada saat persentase saham yang ditawarkan sama dengan 0 satuan
maka tingkat underpricing adalah sebesar 34,756 satuan dan nilai b positif sebesar 32,441 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada persentase saham yang ditawarkan, akan menaikan tingkat underpricing sebesar 32,441%.
b. Analisis Korelasi secara Parsial Analisis Korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial antara variabel persentase saham yang ditawarkan (VX) dengan tingkat underpricing (Y), dengan anggapan bahwa variabel reputasi underwriter (VW), ukuran perusahaan (VY), umur perusahaan
(VZ), financial leverage (V[) dan return on assets (V\) konstan.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.25 Korelasi Persentase Saham Yang Ditawarkan Terhadap Tingkat underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Correlations Persentase Saham
Underpricing Underpricing
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N Persentase_Saham
54
54
*
1
.304
Sig. (2-tailed)
.026
N
*
.026
Pearson Correlation
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.304
54
54
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel intrpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut: Tabel 4.26 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2009:250)
Dari penghitungan di atas maka diketahui nilai koefisien korelasinya yaitu r = 0,304 artinya bahwa tingkat hubungan persentase saham yang ditawarkan dengan tingkat underpricing bersifat positif dan rendah, karena interpretasinya berada diantara interval 0,20 – 0,399. Hubungan yang bersifat positif artinya bahwa, terdapat hubungan yang searah yaitu apabila persentase saham yang ditawarkan semakin besar maka tingkat underpricing akan semakin besar pula.
c. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (uji t) Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara persentase yang ditawarkan dengan tingkat underpricing dengan ]^ dan ]_ adalah sebagai berikut : Ho2 : Persentase saham yang ditawarkan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ha2 : Persentase saham yang ditawarkan berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Hasil uji dengan bantuan SPSS 17.0 for windows dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.27 Hasil Penghitungan Uji t Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
34.756
5.088
Persentase_Saham
32.411
14.106
Standardized Coefficients Beta
t
.304
6.832
.000
2.298
.026
a. Dependent Variable: Underpricing
Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji t di mana penetapan signifikansi dengan df = n-k 54-6 = 48, sig 0.05, maka diperoleh nilai dari `a_bcd sebesar 1,684.
Kriteria penolakan hipotesis ]^ ditolak jika :
`efaghi ≤ - `a_bcd (1-α / 2; n-2) atau `efaghi ≥ `a_bcd (1-α / 2; n-2).
Karena t 2,298 ≥ `a_bcd 1,684 maka ]^ ditolak dan ]_ diterima, maka dapat disimpulkan bahwa persentase saham yang ditawarkan berpengaruh positip terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Retno Handayani (2008), hasil dari pengujian hipotesis diperoleh t hitung 2,569 > t tabel 2,086. Tingkat signifikansi menunjukan 0,018 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5% Hal ini berarti Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa persentase saham yang ditawarkan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.
Sig.
d. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel persentase saham yang ditawarkan (VX) dengan tingkat underpricing (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.28 Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Model Summaryb Model 1
R
R Square .304a
Adjusted R Square
.092
.075
Std. Error of the Estimate 16.60207
a. Predictors: (Constant), Persentase_Saham b. Dependent Variable: Underpricing
Dari hasil penghitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,092 atau sebesar 9,2% dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh signifikan persentase saham yang ditawarkan terhadap tingkat underpricing sebesar 9,2% sedangkan sisanya 90,8% merupakan pengaruh faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti seperti reputasi underwriter, reputasi auditor , persentase saham yang masih ditahan pemegang saham lama (kepemilikan), umur perusahaan, ukuran perusahaan, rata-rata kurs, jenis industri, nilai penawaran saham, deviasi standar return, jenis industri, kondisi perekonomian, market, ROA, ROE, financial leverage, kepemilikan pemerintah dan lain sebagainya.
4.2.9.3 Analisis
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Tingkat
Underpricing a. Analisis Regresi Linier Sederhana Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.29 Regresi Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Ukuran_Perusahaan
Std. Error 25.007
5.379
4.409E-12
.000
Standardized Coefficients Beta
t
.299
Sig. 4.649
.000
2.261
.028
a. Dependent Variable: Underpricing
Dari penghitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y = 25,007 + 4.409E-12VY
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 25,007 artinya pada saat ukuran perusahaan sama dengan 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar 25,007 satuan dan nilai b positif sebesar 4.409E-12 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada ukuran perusahaan, akan menaikan tingkat underpricing sebesar 4.409E-12%.
b. Analisis Korelasi secara Parsial Analisis Korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial antara variabel ukuran perusahaan (VY) dengan tingkat underpricing (Y), dengan anggapan bahwa variabel reputasi underwriter (VW), persentase saham yang ditawarkan (VX), umur perusahaan (VZ),
financial leverage (V[) dan return on assets (V\) konstan.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.30 Korelasi Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Correlations Underpricing Underpricing
Pearson Correlation
Ukuran_Perusahaan 1
Sig. (2-tailed) N Ukuran_Perusahaan
54
54
*
1
.299
Sig. (2-tailed)
.028 54
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel intrpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut:
*
.028
Pearson Correlation
N
.299
54
Tabel 4.31 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2009;250)
Dari penghitungan di atas maka diketahui nilai koefisien korelasinya yaitu r = 0,299 artinya bahwa tingkat hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat underpricing bersifat positif dan rendah, karena interpretasinya berada diantara interval 0,20 – 0,399. Hubungan yang bersifat positif artinya bahwa, terdapat hubungan yang searah yaitu apabila ukuran perusahaan semakin besar maka tingkat underpricing akan semakin besar pula.
c. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (uji t) Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan tingkat underpricing dengan ]^ dan ]_ adalah sebagai berikut : Ho3 : Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ha3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Hasil uji dengan bantuan SPSS 17.0 for windows dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.32 Hasil Penghitungan Uji t Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Ukuran_Perusahaan
Std. Error
25.007
5.379
4.409E-12
.000
Standardized Coefficients Beta
t
.299
4.649
.000
2.261
.028
a. Dependent Variable: Underpricing
Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji t di mana penetapan signifikansi dengan df = n-k 54-6 = 48, sig 0.05, maka diperoleh nilai dari `a_bcd sebesar 1,684.
Kriteria penolakan hipotesis ]^ ditolak jika :
`efaghi ≤ - `a_bcd (1-α / 2; n-2) atau `efaghi ≥ `a_bcd (1-α / 2; n-2).
Karena t 2,261 ≥ `a_bcd 1,684 maka ]^ ditolak dan ]_ diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Retno Handayani (2008), hasil dari pengujian hipotesis diperoleh t hitung 2,470 > t tabel 2,080. Tingkat signifikansi menunjukan 0,23 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.
d. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel ukuran perusahaan (VY) dengan tingkat underpricing (Y).
Sig.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.33 Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Model Summary
Model 1
R
R Square .299a
Adjusted R Square
.089
.072
Std. Error of the Estimate 18.89100
a. Predictors: (Constant), Ukuran_Perusahaan
Dari hasil penghitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,089 atau sebesar 8,9% dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing sebesar 8,9% sedangkan sisanya 91,1% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti seperti reputasi underwriter, reputasi auditor, persentase yang ditawarkan, persentase saham yang masih ditahan pemegang saham lama (kepemilikan), umur perusahaan, rata-rata kurs, jenis industri, nilai penawaran saham, deviasi standar return, jenis industri, kondisi perekonomian, market, ROA, ROE, financial leverage, kepemilikan pemerintah dan lain sebagainya.
4.2.9.4
Analisis
Pengaruh
Umur
Perusahaan
Terhadap
Tingkat
Underpricing a. Analisis Regresi Linier Sederhana Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.34 Regresi Umur Perusahaan Terhadap Tingkat underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Umur_Perusahaan
Std. Error 44.201
5.956
-.433
.247
Standardized Coefficients Beta
t
-.236
Sig. 7.421
.000
-1.752
.086
a. Dependent Variable: Underpricing
Dari penghitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut: Y = 44,201 – 0,433VZ Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 44,201 artinya pada saat umur perusahaan sama dengan 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar 44,201 satuan dan nilai b negatif sebesar 0,433 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada umur perusahaan, akan menurunkan tingkat underpricing sebesar 0,433%.
b. Analisis Korelasi secara Parsial Analisis Korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial antara variabel umur perusahaan (VZ) dengan tingkat underpricing (Y), dengan anggapan bahwa variabel reputasi underwriter (VW), persentase saham yang ditawarkan (VX), ukuran perusahaan (VY), financial leverage (V[) dan return on assets (V\) konstan.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.35 Korelasi Umur Perusahaan Terhadap Tingkat underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Correlations Umur_Perusaha an
Underpricing Underpricing
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
.086
N Umur_Perusahaan
Pearson Correlation
-.236
54
54
-.236
1
Sig. (2-tailed) N
.086 54
54
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel intrpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut:
Tabel 4.36 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2009:250)
Dari penghitungan di atas maka diketahui nilai koefisien korelasinya yaitu r = -0,236 artinya bahwa tingkat hubungan umur perusahaan dengan tingkat underpricing bersifat negatif dan rendah, karena interpretasinya berada diantara interval 0,20 – 0,399. Hubungan yang bersifat negatif artinya bahwa, terdapat hubungan yang tidak searah yaitu apabila umur perusahaan semakin besar maka tingkat underpricing akan semakin kecil.
c. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (uji t) Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara umur perusahaan dengan tingkat underpricing dengan ]^ dan ]_ adalah sebagai berikut : Ho4 : Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ha4 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Hasil uji dengan bantuan SPSS 17.0 for windows dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.37 Hasil Penghitungan Uji t Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 44.201
5.956
-.433
.247
Umur_Perusahaan
Standardized Coefficients Beta
t
-.236
Sig.
7.421
.000
-1.752
.086
a. Dependent Variable: Underpricing
Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji t di mana penetapan signifikansi dengan df = n-k 54-6 = 48, sig 0.05, maka diperoleh nilai dari `a_bcd sebesar 1,684.
Kriteria penolakan hipotesis ]^ ditolak jika :
`efaghi ≤ - `a_bcd (1-α / 2; n-2) atau `efaghi ≥ `a_bcd (1-α / 2; n-2).
Karena t -1,752 ≤ `a_bcd 1,684 maka ]^ diterima dan ]_ ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muna Amelia J dan Yulia Saftiana (2007) dengan sampel sebanyak 34 emiten menemukan bahwa variabel umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan dengan tingkat signifikansi 5%. Hal ini dapat dilihat dari t hitung yang sebesar 0,106 yang nilainya lebih kecil dari nilai t tabel yang sebesar 2,048.
d. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel umur perusahaan (VZ) dengan tingkat underpricing (Y).
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.38 Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Model Summary
Model
R Square
R .236a
1
Adjusted R Square
.056
.038
Std. Error of the Estimate 24.56310
a. Predictors: (Constant), Umur_Perusahaan
Dari hasil penghitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,056 atau sebesar 5,6% dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh signifikan umur perusahaan terhadap tingkat underpricing sebesar 5,6% sedangkan sisanya 94,4% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti seperti reputasi auditor, reputasi underwriter, persentase yang ditawarkan, persentase saham yang masih ditahan pemegang saham lama (kepemilikan), ukuran perusahaan, rata-rata kurs, jenis industri, nilai penawaran saham, deviasi standar return, jenis industri, kondisi perekonomian, market, ROA, ROE, financial leverage, kepemilikan pemerintah dan lain sebagainya.
4.2.9.5
Analisis
Pengaruh
Financial
Leverage
Terhadap
Tingkat
Underpricing a. Analisis Regresi Linier Sederhana Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.39 Regresi Financial Leverage Terhadap Tingkat Underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
34.643
5.584
Leverage
22.270
10.723
Beta
t
.277
Sig.
6.205
.000
2.077
.043
a. Dependent Variable: Underpricing
Dari penghitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut: Y = 34,643 + 22,270V[
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 34,643 artinya pada saat financial leverage sama dengan 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar 34,643 satuan dan nilai b positif sebesar 22,270 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada financial leverage, akan menaikan tingkat underpricing sebesar 22,270%.
b. Analisis Korelasi secara Parsial Analisis Korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial antara variabel financial leverage (V[) dengan tingkat underpricing (Y), dengan anggapan bahwa variabel reputasi
underwriter (VW), persentase saham yang ditawarkan (VX), ukuran perusahaan (VY), umur perusahaan (VZ) dan return on assets (V\) konstan.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.40 Korelasi Financial Leverage Terhadap Tingkat underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Correlations Underpricing Underpricing
Pearson Correlation
Leverage 1
Sig. (2-tailed)
*
.043
N Leverage
.277
54
54
*
1
Pearson Correlation
.277
Sig. (2-tailed)
.043
N
54
54
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel intrpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut: Tabel 4.41 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2009:250)
Dari penghitungan di atas maka diketahui nilai koefisien korelasinya yaitu r = 0,277 artinya bahwa tingkat hubungan financial leverage dengan tingkat underpricing bersifat positif dan rendah, karena interpretasinya berada diantara
interval 0,20 – 0,399. Hubungan yang bersifat positif artinya bahwa, terdapat hubungan yang searah yaitu apabila financial leverage semakin besar maka tingkat underpricing akan semakin besar pula.
c. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (uji t) Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara financial leverage dengan tingkat underpricing dengan ]^ dan ]_ adalah sebagai berikut : Ho5 : financial leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ha5 : financial leverage berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil uji dengan bantuan SPSS 17.0 for windows dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.42 Hasil Penghitungan Uji t Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
34.643
5.584
Leverage
22.270
10.723
Beta
t
.277
Sig.
6.205
.000
2.077
.043
a. Dependent Variable: Underpricing
Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji t di mana penetapan signifikansi dengan df = n-k 54-6 = 48, sig 0.05, maka diperoleh nilai dari `a_bcd sebesar 1,684.
Kriteria penolakan hipotesis ]^ ditolak jika :
`efaghi ≤ - `a_bcd (1-α / 2; n-2) atau `efaghi ≥ `a_bcd (1-α / 2; n-2).
Karena t 2,077 ≥ `a_bcd 1,684 maka ]^ ditolak dan ]_ diterima, maka dapat disimpulkan bahwa financial leverage berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian febriana (2004), hasil analisis data menunjukkan angka sig sebesar 0,046 dengan demikian Ho ditolak, jadi dalam penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh financial leverage dengan tingkat underpricing saham.
d. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel financial leverage (V[) dengan tingkat underpricing (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.43 Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Model Summary
Model 1
R .277
R Square a
.077
Adjusted R Square .059
Std. Error of the Estimate 16.74389
a. Predictors: (Constant), Leverage
Dari hasil penghitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,077 atau sebesar 7,7% dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh financial leverage terhadap tingkat underpricing sebesar 7,7% sedangkan sisanya 92,3% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti seperti reputasi
auditor, reputasi underwriter, persentase yang ditawarkan, persentase saham yang masih ditahan pemegang saham lama (kepemilikan), ukuran perusahaan, umur perusahaan, rata-rata kurs, jenis industri, nilai penawaran saham, deviasi standar return, jenis industri, kondisi perekonomian, market, ROA, ROE, kepemilikan pemerintah dan lain sebagainya.
4.2.9.6
Analisis Pengaruh Return on Assets
(ROA) Terhadap Tingkat
Underpricing a. Analisis Regresi Linier Sederhana Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.44 Regresi Return On Assets Terhadap Tingkat underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
38.961
3.667
Return on Assets
29.184
13.406
Standardized Coefficients Beta
t
.289
Sig.
10.625
.000
2.177
.034
a. Dependent Variable: Underpricing
Dari penghitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut: Y = 38,961 + 29,184V\ Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 38,961 artinya pada saat return on assets sama dengan 0 satuan maka tingkat
underpricing adalah sebesar 38,961 satuan dan nilai b positif sebesar 29,184 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada return on assets , akan menurunkan tingkat underpricing sebesar 29,184%.
b. Analisis Korelasi secara Parsial Analisis Korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial antara variabel return on assets (V\) dengan tingkat underpricing (Y), dengan anggapan bahwa variabel reputasi underwriter (VW), persentase saham yang ditawarkan (VX), ukuran perusahaan (VY), umur perusahaan (VZ) dan financial leverage (V[) konstan.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.45 Korelasi Return On Assets Terhadap Tingkat Underpricing Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Correlations Return on Assets
Underpricing Underpricing
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N Return on Assets
54
54
*
1
.289
Sig. (2-tailed)
.034
N
*
.034
Pearson Correlation
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.289
54
54
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel intrpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut: Tabel 4.46 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2009:250)
Dari penghitungan di atas maka diketahui nilai koefisien korelasinya yaitu r = 0,289 artinya bahwa tingkat hubungan return on assets
dengan tingkat
underpricing bersifat positif dan rendah, karena interpretasinya berada diantara interval 0,20 – 0,399. Hubungan yang bersifat positif artinya bahwa, terdapat hubungan yang searah yaitu apabila return on assets semakin besar maka tingkat underpricing akan semakin besar pula.
c. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (uji t) Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara umur perusahaan dengan tingkat underpricing dengan ]^ dan ]_ adalah sebagai berikut : Ho6 : Return on assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ha6 : Return on assets (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Hasil uji dengan bantuan SPSS 17.0 for windows dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.47 Hasil Penghitungan Uji t Menggunakan SPSS 17.0 For Windows a
Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
38.961
3.667
Return on Assets
29.184
13.406
Beta
t
.289
Sig.
10.625
.000
2.177
.034
a. Dependent Variable: Underpricing
Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji t di mana penetapan signifikansi dengan df = n-k 54-6 = 48, sig 0.05, maka diperoleh nilai dari `a_bcd sebesar 1,684.
Kriteria penolakan hipotesis ]^ ditolak jika :
`efaghi ≤ - `a_bcd (1-α / 2; n-2) atau `efaghi ≥ `a_bcd (1-α / 2; n-2).
Karena t 2,177 ≥ `a_bcd 1,684 maka ]^ ditolak dan ]_ diterima, maka dapat disimpulkan bahwa return on assets (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Febriana (2004), hasil analisis data untuk menguji return on assets
(ROA),
menunjukkan angka yang signifikan yaitu sebesar 0,018. Hal ini berarti ada hubungan antara besarnya return on assets (ROA) dengan tingkat underpricing.
d. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel return on assets (ROA) (V\) dengan tingkat underpricing (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.48 Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Model Summary
Model 1
R .289
R Square a
Adjusted R Square
.084
.066
Std. Error of the Estimate 16.68086
a. Predictors: (Constant), Return on Assets
Dari hasil penghitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,084 atau sebesar 8,4% dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh return on assets terhadap tingkat underpricing sebesar 8,4% sedangkan sisanya 91,6% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti seperti reputasi auditor, reputasi underwriter, persentase yang ditawarkan, persentase saham yang masih ditahan pemegang saham lama (kepemilikan), ukuran perusahaan, umur perusahaan, rata-rata kurs, jenis industri, nilai penawaran saham, deviasi standar return, jenis industri, kondisi perekonomian, market, ROE, financial leverage, kepemilikan pemerintah dan lain sebagainya.
4.2.10 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana di bursa Efek Indonesia Secara Simultan Untuk mengetahui bagaimana pengaruh reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, return on assets
(ROA) terhadap tingkat underpricing (initial return), maka
langkah-langkah pengujian statistik dilakukan sebagai berikut : a. Analisis Regresi Berganda Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.49 Regresi Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana Menggunakan SPSS 17.0 For Windows a
Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
.153
.879
14.345
.281
2.089
.042
1.253E-12
.000
.097
.743
.461
-.057
.165
-.045
-.343
.733
Leverage
17.581
10.319
.218
1.704
.095
Profitabilitas
32.172
13.147
.319
2.447
.018
Umur_Perusahaan
4.830
29.960
Sig.
.021
Ukuran_Perusahaan
.740
t
.047
Persentase_Saham
9.131
Beta
2.041
Reputasi Underwriter
18.637
Standardized Coefficients
a. Dependent Variable: Underpricing
Dari tabel 4.48 di atas dapat diketahui nilai a sebesar 18,637 nilai b1 sebesar 0,740, nilai b2 sebesar 29,960, nilai b3 sebesar 1.253E-12, nilai b4 sebesar
-0,057, nilai b5 sebesar 17,581 dan nilai b6 sebesar 32,172 sehingga bentuk persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut : Y = 18,637 + 0,740jL + 29,960jG + 1.253E-12jM - 0,057jk + 17,581jl + 32,172 jm
Persamaan regresi linier berganda di atas, dapat disimpulkan bahwa konstanta sebesar 18,637 artinya pada saat reputasi underwriter, persentase pemegang saham, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage dan return on assets
sebesar 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar
18,637 satuan. Nilai koefisien multipel antara variabel VW terhadap Y positif sebesar 0,740 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan reputasi underwriter sebesar 1% akan meningkatkan tingkat underpricing sebesar 0,740%, dengan asumsi bahwa variabel persentase pemegang saham (VX), ukuran perusahaan (VY), umur perusahaan (VZ), financial leverage (V[) dan return on assets (V\) dianggap
konstan. Nilai koefisien multipel antara variabel VX terhadap Y positif sebesar 29,960 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan persentase pemegang saham sebesar 1% akan menaikan tingkat underpricing sebesar 29,960%, dengan asumsi bahwa variabel reputasi underwriter (VW), ukuran perusahaan (VY), umur perusahaan (VZ), financial leverage (V[) dan return on assets (V\) dianggap
konstan. Nilai koefisien multipel antara variabel VY terhadap Y positif sebesar 1.253E-12 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan ukuran perusahaan
sebesar 1% akan menaikan tingkat underpricing sebesar 1.253E-12%, dengan asumsi bahwa variabel reputasi underwriter (VW), persentase pemegang saham (VX), umur perusahaan (VZ), financial leverage (V[) dan return on assets (V\)
dianggap konstan. Nilai koefisien multipel antara variabel VZ terhadap Y negatif sebesar 0,057 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan umur perusahaan sebesar 1% akan menurunkan tingkat underpricing sebesar 0,057%, dengan asumsi bahwa variabel reputasi underwriter (VW), persentase pemegang saham (VX), ukuran
perusahaan (VY), financial leverage (V[) dan return on assets (V\) dianggap konstan. Nilai koefisien multipel antara variabel V[ terhadap Y positif sebesar 17,581 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan financial leverage sebesar
1% akan menaikan tingkat underpricing sebesar 17,581%, dengan asumsi bahwa variabel reputasi underwriter (VW), persentase pemegang saham (VX), ukuran
perusahaan (VY), umur perusahaan (VZ), dan persentase pemegang saham lama (V\) dianggap konstan.
Nilai koefisien multipel antara variabel V\ terhadap Y positif sebesar
32,172 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan return on assets sebesar 1% akan menaikan tingkat underpricing sebesar 32,172%, dengan asumsi bahwa variabel reputasi underwriter (VW), persentase pemegang saham (VX), ukuran
perusahaan (VY umur perusahaan (VZ), financial leverage (V[) dianggap konstan.
b. Analisis Korelasi Berganda Analisis korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara seluruh variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 4.50 Korelasi Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana Menggunakan SPSS 17.0 For Windows b
Model Summary
Model 1
R .501
Adjusted R Square
R Square a
.251
Std. Error of the Estimate
.155
15.86483
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Leverage, Umur_Perusahaan, Ukuran_Perusahaan, Persentase_Saham, Reputasi Underwriter b. Dependent Variable: Underpricing
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut Tabel 4.51 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2009;250)
Berdasarkan Tabel 4.51 korelasi simultan antara reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage dan return on assets
terhadap tingkat underpricing
menunjukan bahwa hubungan antara VW, VX, VY, VZ, V[, V\ dan Y adalah sebesar 0,501. Jika di interpretasikan terhadap tabel koefisien korelasi (Tabel 4.50), berarti hubungan antara reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage dan return on assets terhadap tingkat underpricing bersifat positif dan sedang dengan interpretasi interval 0,40-0,599. Hal tersebut berarti bahwa setiap peningkatan pada reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage dan return on assets secara bersama-sama akan menaikan tingkat underpricing.
c. Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage dan return on assets terhadap tingkat underpricing. Adapun hipotesis adalah sebagai berikut: Ho : Reputasi underwriter, umur perusahaan, persentase saham yang ditawarkan, return on assets, financial leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ha : Reputasi underwriter, umur perusahaan, persentase saham yang ditawarkan, return on assets, financial leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Untuk uji ini, penulis menggunakan program SPSS 17.0 for windows dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.52 Hasil Penghitungan Uji F Menggunakan SPSS 17.0 For Windows b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
3958.246
6
659.708
Residual
11829.566
47
251.693
Total
15787.812
53
F
Sig.
2.621
.028
a
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Leverage, Umur_Perusahaan, Ukuran_Perusahaan, Persentase_Saham, Reputasi Underwriter b. Dependent Variable: Underpricing
Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji F di mana penetapan signifikansi dengan df = n-k-1; 54-6-1 = 47, sig 0.05, maka diperoleh nilai dari Ftabel sebesar 2,34 dan diketahui nilai perolehan Fhitung sebesar 2,621. Karena Fhitung 2,621 > Ftabel 2,34 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga reputasi underwriter, umur perusahaan, persentase saham yang ditawarkan, return on assets, financial leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Imam Ghozali dan Murdik Al Mansur (2002) Hasil pengujian simultan menunjukkan bahwa F hitung yang signifikansi, mengindikasikan bahwa Reputasi Underwriter, persentase saham yang masih ditahan oleh pemegang saham, ukuran perusahaan, umur perusahaan, Return on Assets, financial leverage secara bersama-sama mempengaruhi underpricing.
d. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage dan return on assets terhadap tingkat underpricing. Untuk uji ini, penulis menggunakan program SPSS 17.0 for window dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.53 Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Simultan b
Model Summary
Model 1
R .501
R Square a
.251
Adjusted R Square .155
Std. Error of the Estimate 15.86483
b. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Leverage, Umur_Perusahaan, Ukuran_Perusahaan, Persentase_Saham, Reputasi Underwriter b. Dependent Variable: Underpricing
Berdasarkan hasil penghitungan pada tabel 4.52 di atas, maka diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,251 atau sebesar 25,1% sedangkan sisanya 74,9% merupakan faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing seperti reputasi auditor, persentase saham yang masih ditahan pemegang saham lama (kepemilikan), rata-rata kurs, jenis industri, nilai penawaran saham, deviasi standar return, jenis industri, kondisi perekonomian, market, kepemilikan pemerintah dan sebagainya.
Tabel 4.53
Rekapitulasi Penelitian Uji Asumsi Klasik Analisis Hasil
Uji Normalitas Probabilitas 0,448. 0,110. 0,392. 0,428 0,083. 0,309. dan semua variabel lebih besar dari 0,05
Keterangan
Maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan telah memenuhi asumsi normalitas
Uji Autokorelasi DW = 1,839 1.65 < DW < 2.35
Uji Multikolinieritas Reputasi Underwriter VIF = 1,061 Persentase Saham yang ditawarkan VIF = 1,082 Ukuran Perusahaan VIF = 1,059 Umur Perusahaan VIF = 1,221 Financial Leverage VIF = 1,256 Return on Asset VIF = 1,110
VIF < 10 Dengan demikian dapat Nilai VIF disekitar angka 1 simpulkan bahwa dalam dan angka tolerance data pengamatan tidak mendekati 1 dan lebih kecil terjadi autokorelasi dari sepuluh, maka dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel bebas
Uji Heterokedastisitas Dalam grafik Scatterplot titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi heterokedastisitas
Rekapitulasi Penelitian Variabel Parsial Reputasi Underwriter (X1) Keterangan
Regresi Regresi secara Parsial Y = 40,246 + 10,995jL
Konstanta a sebesar 40,246 artinya pada saat reputasi underwriter sama dengan 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar 40,246 satuan dan nilai b positif sebesar 10,995 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada reputasi underwriter, akan meningkatkan tingkat underpricing sebesar 10,995%. Persentase yang Y = 34,756 + 32,441jG Ditawarkan (X2) Keterangan Konstanta a sebesar 34,756 artinya pada saat persentase saham yang ditawarkan sama dengan 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar 34,756 satuan dan nilai b positif sebesar 32,441 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada persentase saham yang
Koefisien Korelasi r = 0,219
Artinya bahwa tingkat hubungan reputasi underwriter dengan tingkat underpricing bersifat positif dan rendah, karena interpretasinya berada diantara interval 0,200,399.
Uji Uji T QnoQpAq ≤ QQrstu 1,620 ≤ 1,684
Maka ]^ diterima dan ]_ ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Koefisien Determinasi Kd = 3,5%
Pengaruh signifikan reputasi underwriter terhadap tingkat underpricing sebesar 3,5% sedangkan sisanya 96,5% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain.
r = 0,304
QnoQpAq ≥ QQrstu 2,298 ≥ 1,684
Kd = 9,2%
Artinya bahwa tingkat hubungan persentase saham yang ditawarkan dengan tingkat underpricing bersifat positif dan rendah, karena interpretasinya berada
Maka dapat disimpulkan bahwa Persentase saham yang ditawarkan berpengaruh positip terhadap tingkat
Bahwa pengaruh signifikan persentase penawaran saham terhadap tingkat underpricing sebesar 9,2% sedangkan sisanya 90,8% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang
ditawarkan, akan menaikan tingkat diantara interval 0,20 underpricing. underpricing sebesar 32,441%. – 0,399. Ukuran Perusahaan (X3) Ketarangan
Umur Perusahaan (X4) Ketarangan
QnoQpAq ≥ QQrstu 2,261 ≥ 1,684
Y = 25,007 + 4.409E-12jM
r = 0,299
Konstanta a sebesar 25,007 artinya pada saat ukuran perusahaan sama dengan 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar 25,007 satuan dan nilai b positif sebesar 4.409E-12 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada ukuran perusahaan, akan menaikan tingkat underpricing sebesar 4.409E-12%. Y = 44,201 – 0,433jk
Artinya bahwa tingkat hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat underpricing bersifat positif dan rendah, karena interpretasinya berada diantara interval 0,20 – 0,399. r = -0,236
Maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Konstanta a sebesar 44,201 artinya pada saat umur perusahaan sama dengan 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar 44,201 satuan dan nilai b negatif sebesar 0,433 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada umur perusahaan, akan menurunkan tingkat underpricing sebesar 0,433%.
Artinya bahwa tingkat hubungan umur perusahaan dengan tingkat underpricing bersifat negatif dan rendah, karena interpretasinya berada diantara interval 0,20 – 0,399.
Maka dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
v wxvyz{ ≤ QQrstu -1,752 ≤ 1,684
tidak diteliti dalam penelitian ini. Kd = 8,9%
Bahwa pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing sebesar 8,9% sedangkan sisanya 91,1% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kd = 5,6%
Bahwa pengaruh signifikan umur perusahaan terhadap tingkat underpricing sebesar 5,6% sedangkan sisanya 94,4% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Financial Leverage (X5) Keterangan
Return on Asset (ROA) (X6) Keterangan
QnoQpAq ≥ QQrstu 2,077 ≥ 1,684
Y = 34,643 + 22,270jl
r = 0,277
Konstanta a sebesar 34,643 artinya pada saat financial leverage sama dengan 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar 34,643 satuan dan nilai b positif sebesar 22,270 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada financial leverage, akan menaikan tingkat underpricing sebesar 22,270%. Y = 38,961 + 29,184jm
Artinya bahwa tingkat hubungan financial leverage dengan tingkat underpricing bersifat positif dan rendah, karena interpretasinya berada diantara interval 0,20 – 0,399. r = 0,289
Maka dapat disimpulkan bahwa financial leverage berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Konstanta a sebesar 38,961 artinya pada saat return on asset sama dengan 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar 38,961 satuan dan nilai b positif sebesar 29,184 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada return on asset , akan menurunkan tingkat underpricing sebesar 29,184%.
Artinya bahwa tingkat hubungan return on asset dengan tingkat underpricing bersifat positif dan rendah, karena interpretasinya berada diantara interval 0,20 – 0,399.
Maka dapat disimpulkan bahwa return on asset (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
QnoQpAq ≥ QQrstu 2,177 ≥ 1,684
Kd = 7,7%
Bahwa pengaruh signifikan financial leverage terhadap tingkat underpricing sebesar 7,7% sedangkan sisanya 92,3% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kd = 8,4%
Bahwa pengaruh signifikan return on asset terhadap tingkat underpricing sebesar 8,4% sedangkan sisanya 91,6% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Simultan
Keterangan
Regresi Berganda Y = 18,637 + 0,740jL + 29,960jG + 1.253E-12jM - 0,057jk + 17,581jl + 32,172 jm Dapat disimpulkan bahwa konstanta sebesar 18,637 artinya pada saat reputasi underwriter, persentase pemegang saham, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage dan return on assets sebesar 0 satuan maka tingkat underpricing adalah sebesar 18,637 satuan. Nilai koefisien multipel antara variabel VW terhadap Y positif sebesar 0,740 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan reputasi underwriter sebesar 1% akan meningkatkan tingkat underpricing sebesar 0,740%, dengan asumsi bahwa variabel persentase pemegang saham (VX), ukuran perusahaan (VY), umur perusahaan (VZ), financial leverage (V[) dan return on assets (V\) dianggap konstan. Nilai koefisien multipel antara variabel VX terhadap Y
r = 0,501
Berarti hubungan antara reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage dan return on asset terhadap tingkat underpricing bersifat positif dan sedang dengan interpretasi interval 0,40 – 0,599.
Uji F Fhitung > Ftabel 2,621 > 2,34 Maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga Reputasi underwriter, umur perusahaan, persentase saham yang ditawarkan ke publik, return on assets, financial leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing
Kd = 25,1%
Bahwa reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage dan return on asset terhadap tingkat underpricing sebesar 25,1% sedangkan sisanya 74,9% merupakan faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing.
positif sebesar 29,960 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan persentase pemegang saham sebesar 1% akan menaikan tingkat underpricing sebesar 29,960%, dengan asumsi bahwa variabel reputasi underwriter (VW), ukuran perusahaan (VY), umur perusahaan (VZ), financial leverage (V[) dan return on assets (V\) dianggap konstan. Nilai koefisien multipel antara variabel VY terhadap Y positif sebesar 1.253E-12 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1% akan menaikan tingkat underpricing sebesar 1.253E-12%, dengan asumsi bahwa variabel reputasi underwriter (VW ), persentase pemegang saham (VX), umur perusahaan (VZ), financial leverage (V[) dan return on assets (V\) dianggap konstan. Nilai koefisien multipel antara variabel VZ terhadap Y negatif sebesar 0,057 hal ini menunjukkan bahwa pada saat
kenaikan umur perusahaan sebesar 1% akan menurunkan tingkat underpricing sebesar 0,057%, dengan asumsi bahwa variabel reputasi underwriter (VW ), persentase pemegang saham (VX), ukuran perusahaan (VY), financial leverage (V[) dan return on assets (V\) dianggap konstan. Nilai koefisien multipel antara variabel V[ terhadap Y positif sebesar 17,581 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan financial leverage sebesar 1% akan menaikan tingkat underpricing sebesar 17,581%, dengan asumsi bahwa variabel reputasi underwriter (VW ), persentase pemegang saham (VX), ukuran perusahaan (VY), umur perusahaan (VZ), dan persentase pemegang saham lama (V\) dianggap konstan. Nilai koefisien multipel antara variabel V\ terhadap Y positif sebesar 32,172 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan return on assets sebesar
1% akan menaikan tingkat underpricing sebesar 32,172%, dengan asumsi bahwa variabel reputasi underwriter (VW ), persentase pemegang saham (VX), ukuran perusahaan (VY umur perusahaan (VZ), financial leverage (V[) dianggap konstan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan
yang melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan analisis yang didukung oleh teori-teori yang melandasi, serta hasil pembahasan pada babbab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, ROA (Return On Assets) pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) a. Reputasi underwriter pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana ditentukan oleh rating dengan Danareksa sekuritas sebagai underwriter terbaik. b. Rata-rata persentase saham yang ditawarkan dari 54 perusahaan yang menjadi sampel adalah 0,2583 atau 25,83% sedangkan untuk persentase saham yang ditawarkan yang tertinggi yaitu sebesar 0,93 atau 93% pada PT. Kokoh Inti Arebama Tbk. Untuk persentase saham yang ditawarkan terendah yaitu sebesar 0,01 atau 1,04% yang terjadi pada Ekonomi Raharja Tbk.
PT. Bank
c. Rata-rata umur perusahaan dari 54 perusahaan yang menjadi sampel adalah 19,9259 tahun, sedangkan untuk umur perusahaan yang tertinggi yaitu 75 tahun pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Untuk umur perusahaan terendah yaitu 2 tahun yang terjadi pada PT. Inovisi Infracom Tbk. d. Rata-rata financial leverage dari 54 perusahaan yang menjadi sampel adalah 0,4957 sedangkan untuk financial leverage yang tertinggi yaitu sebesar 1,29 pada PT. Bukit Darmo Property Tbk. Untuk financial leverage terendah yaitu sebesar 0,03 yang terjadi pada PT. Metropolitan Kentjana Tbk. e. Rata-rata return on asset (ROA) dari 54 perusahaan yang menjadi sampel adalah 0,0465% sedangkan untuk return on asset (ROA) yang tertinggi yaitu sebesar 0,33 pada PT. Bisi International Tbk. Untuk return on asset (ROA) terendah yaitu sebesar -0,07 yang terjadi pada Hotel Mandarine Regency Tbk.
2. Tingkat underpricing pada penawaran saham perdana pada tahun 2006-2009 atau rata-rata tingkat underpricing dari 54 perusahaan yang menjadi sampel adalah 35,56% .Itu menunjukkan bahwa tingkat underpricing cukup tinggi, Temuan ini menurut Imam Ghozali dan Murdik Al Mansur (2002), konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suad Husnan (1996) di pasar modal Indonesia yang menyatakan bahwa saham perusahaan privat dan BUMN cenderung mengalami underpricing pada penawaran perdananya.
3. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Secara Parsial. a. Pengaruh Reputasi Underwriter Terhadap Tingkat Underpricing Hubungan reputasi underwriter terhadap tingkat underpricing pada perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di BEI Tahun 2006-2009 adalah sangat rendah dan bersifat positif dengan koefisien korelasi r sebesar 0,219. Dengan hipotesis secara parsial t
1,620 ≤ `a_bcd 1,684 maka ]^ diterima dan ]_ ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa reputasi underwriter tidak berpengaruh
terhadap
tingkat underpricing. b. Pengaruh Persentase
Saham Yang Ditawarkan Terhadap
Tingkat
Underpricing Hubungan pengaruh persentase saham yang ditawarkan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di BEI Tahun 2006-2009 adalah rendah dan bersifat positif dengan koefisien korelasi r sebesar 0,304. Dengan hipotesis secara parsial t 2,298 ≥ `a_bcd 1,684 maka ]^ ditolak dan ]_ diterima, maka dapat disimpulkan bahwa persentase saham yang ditawarkan berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing. c. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing. Hubungan ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di BEI
Tahun 2006-2009 adalah rendah dan bersifat positif dengan koefisien korelasi r sebesar 0,299. Dengan hipotesis secara parsial t 2,261 ≥
`a_bcd 1,684 maka ]^ ditolak dan ]_ diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing. d. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing. Hubungan
umur perusahaan
terhadap
tingkat
underpricing
pada
perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di BEI Tahun 2006-2009 adalah rendah dan bersifat positif dengan koefisien korelasi r sebesar -0,236. Dengan hipotesis secara parsial t -1,752 ≤
`a_bcd 1,684 maka ]^ diterima dan ]_ ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. e. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Tingkat Underpricing. Hubungan financial leverage terhadap tingkat underpricing pada perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di BEI Tahun 2006-2009 adalah rendah dan bersifat positif dengan koefisien korelasi r sebesar 0,277. Dengan hipotesis secara parsial t 2,077 ≥
`a_bcd 1,684 maka ]^ ditolak dan ]_ diterima, maka dapat disimpulkan bahwa financial leverage berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
f. Pengaruh Return on Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing. Hubungan Return on Assets (ROA) terhadap tingkat underpricing pada perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di BEI Tahun 2006-2009 adalah rendah dan bersifat positif dengan koefisien korelasi r sebesar 0,289. Dengan hipotesis secara parsial t 2,177 ≥
`a_bcd 1,684 maka ]^ ditolak dan ]_ diterima, maka dapat disimpulkan bahwa
Return
on
Assets
(ROA)
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing.
4. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Secara Simultan. Dari hasil pengujian hipotesis secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage dan profitabilitas terhadap tingkat underpricing pada perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan hasil hipotesis yang
menunjukkan bahwa Fhitung 2,621 > Ftabel 2,34 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa reputasi underwriter, ukuran perusahaan, umur perusahaan, persentase saham yang ditawarkan, financial leverage dan Return on assets (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Meskipun terdapat beberapa perbedaan hasil penelitian dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para peneliti terdahulu, namun hasil penelitian ini juga menguatkan kembali hasil penelitian terdahulu yang menemukan hubungan yang sama antara variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terhadap tingkat underpricing saham.
5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan oleh penulis, maka
implikasi penelitian bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan adalah sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan-perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) Bagi perusahaan yang akan ataupun sudah melakukan IPO diharapkan untuk mempertimbangkan tingkat profitabilitas perusahaan (ROA) karena kemampuan perusahaan menghasilkan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai perimbangan dalam menanamkan modalnya kedalam perusahaan.
2. Bagi Investor Bagi investor yang akan berinvestasi dalam perusahaan yang telah melakukan IPO disarankan untuk memperhatikan persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, financial leverage, dan profitabilitas perusahaan (ROA). Karena hal tersebut telah terbukti berpengaruh signifikan terhadap initial return (tingkat underpricing).
3. Bagi peneliti selanjutnya Mengingat variabel-variabel independen dalam penelitian ini belum menjelaskan seluruh variabel dependen, maka untuk peneliti selanjutnya perlu untuk menambah variabel-variabel lain yang diduga mempunyai hubungan signifikan terhadap initial return seperti persentase saham yang masih ditahan
pemegang saham lama (kepemilikan), rata-rata kurs, reputasi auditor, jenis industri, nilai penawaran saham, deviasi standar return, jenis industri, kondisi perekonomian, market, solvabilitas,kepemilikan pemerintah dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Ali (2004), Membaca Saham. Penerbit Andi: Yogyakarta. Amelia J, Muna & Yulia Saftiana (2007), Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing Penawaran Umum Perdana (IPO) di Bursa Efek Jakarta, Akuntabilitas : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi, Vol: 1 No.2 Juli 2007. Alexander Ljungqvist (2006), IPO Underpricing, Handbook of Corporate Finance: Empirical Corporate Finance, Volume A, (Handbooks in Finance Series, Elsevier/North-Holland), Chapter 7. Brigham, Eugene dan Weston, J.Fred (1991), Dasar-dasar Manajemen Keuangan, jilid 2, Erlangga, Jakarta. Brown, Keith C dan Reilly, Frank K (2009), Analysis of Invesments and Management of Portofolios, Ninth Edition, Cengage Learning International Offices, Canada.p Febriana, Dian (2004), Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing Saham pada perusahaan Go Public di BEJ (2000-2002). Ghozali Imam (2005), Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Progam SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ghozali, Imam & Mudrik Al Mansur (2002), Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisinis dan Akuntansi, Vol. 4, No. 1, April, p 74-88. Gujarati, Damodar (2003), Ekometrika Dasar. Erlangga, Jakarta. Handayani, Sri Retno (2008), Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing Saham pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2006). Husnan, Suad (2005), Dasar-dasar Tori Portofolio dan Analisis Sekuritas, UPP AMP YKPN,Yogyakarta.
Jogiyanto, (2000), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, ed.3, BPFE, Yogyakarta. Lestiyani, Yuli (2010), Faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing Saham pada perusahaan Go Public di BEI. Loughran, Tim, and Jay R. Ritter (2002) . Why Has IPO Underpricing Changed Over Time? Martono dan Agus Harjito (2001), Manajemen Keuangan, Ekonisia, Yogyakarta. Rusdin (2006), Pasar Modal : Teori, Masalah, dan Kebijakan dalam Praktik, Alfabeta, Bandung. Ritter, Jay R., and Ivo Welch (2002) .A review of IPO activity, pricing, and allocations, Journal of Finance 57, 1795-1828. Santoso, Singgih (2000), Buku Latian SPSS Statistik Non Parametik. PT. Elek Media Komputindo, Jakarta. Setianingrum, Tia (2005), Pengaruh Informasi Propektus Perusahaan terhadap Initial Return pada Penawaran Saham Perdana (Studi Kasus Pada Bank-bank di Bursa Efek Jakarta Tahun 1996-2003). Sudjana (2004), Statistika, Jilid 1, Tarsito, Bandung. Sudjana (2004), Statistika, Jilid 2, Tarsito, Bandung. Suta, I Putu Gede Ary (2000), Menuju Pasar Modal Modern, Sad Satria Bhakti, Jakarta. Sunariyah, (2003) Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, ed.3, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Tandelilin, Eduardus (2007), Investasi Manajemen dan Analisis, BPFE, Yogyakarta. Triani, Apriliani & Nikmah (2006), Reputasi Penjamin Emisi, Reputasi Auditor, Persentase Penjamin Emisi, Ukuran Perusahaan dan Fenomena Underpricing : studi empiris pada Bursa Efek Jakarta , Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, K-AKPM 23. Widarjono, Agus (2007), Analisis Statistika Multivariat Terapan, Paung Bona Jaya, Jakarta.
www.e-bursa.com www.idx.co.id www.jsx.co.id www.garuda_dikti.com www.google.com Yasa, Gerianta Wirawan (2007), Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Yolana, Chastina & Dwi Martani (2005), Variabel – Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ tahun 1994 – 2001, Simposium Nasional Akuntansi VII Solo, 15 – 16 September 2005.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
REPUTASI UNDERWRITER
No
Nama Underwriter
Dummy
1 2
PT Kresna Graha Sekurindo Tbk PT Bhakti Securities , PT CIMB-GK Securities, PT Danareksa Sekuritas PT Danatama Makmur PT Danatama Makmur PT Bhakti Securities PT CLSA Indonesia, PT Kim Eng Securities PT Makinta Securities, PT Mega Capital Indonesia PT ABN AMRO Asia Securities Indonesia, PT Bahana Securities, PT Indo Primier Securities PT Makinta Securities PT United Capital Indonesia Tbk PT CIMB-GK Securities Indonesia PT Danatama Makmur Sekuritas PT Makinta Securities PT UBS Securities Indonesia PT Ciptadana Securities PT DBS Vickers Securities Indonesia PT Indo Premier Securities PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas PT Trimegah Securities Tbk PT CLSA Indonesia , PT Dinamika Usahajaya PT Bahana Securities, PT CIMB-GK Securities Indonesia, PT Indo Premier Securities PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, PT Nusadana Capital Indonesia PT BNI Securities, PT Sinarmas Sekuritas, PT Transpacific Securindo PT Danatama Makmur PT BNI Securities, PT Investindo Nusantara Sekuritas, PT Panca Global Securities Tbk PT Investindo Nusantara Sekuritas, PT Danasakti Securities PT Sucorinvest Central Gani, PT Danpac Sekuritas, PT Transpacific Securindo PT Bhakti Securities, PT Danareksa Sekuritas PT Danareksa Sekuritas
0 1 1 1 0 0 0
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
PT Ciptadana Securities 0 PT Danpac Sekuritas 0 PT IndoPremier Securities 1 PT Asia Capitalindo Efek, PT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia 0 PT Danatama Makmur, PTHD Capital Tbk 1 PT Overseas Securities 0 PT Danatama Makmur 1 PT Henan Putihrai 0 PTDinamika Usaha Jaya , PTDanasakti Securities 0 PT Danareksa Sekuritas , PT Mandiri Sekuritas, PT Indo Premier Securities 1 PT CLSA Indonesia , PT Nusada Capital Indonesia , 0 PT CLSA Indonesia, PT Semesta Indovest 0 PT Makinta Securities 0 PTInvestindo Nusantara Sekuritas , PTBNI Securities , PTPanca Global Securities Tbk 0 PT Mandiri Sekuritas 1 PT Makinta Securities 0 PT Dinamika Usahajaya 0 PT Mandiri Sekuritas, PT CIMB Securities Indonesia 1 PT Adimitra Transferindo 0 PT HD Capital Tbk, PT Sinarmas Sekuritas, PT Victoria Sekuritas, PT Yulie Sekurindo Tbk 0 PT BNP Paribas Securities Indonesia, PT Danareksa Sekuritas 1 PT Mandiri Sekuritas, PT Lautandhana Securindo 1 PT Investindo Nusantara Sekuritas , PT Reliance Securities Tbk 0 PT Panin Sekuritas Tbk 0 PT Mandiri Sekuritas, PT Sucorinvest Central Gani 1 (Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
N O
1
Nama Perusahaan Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
4
Mobile-8 Telecom Tbk Central Proteinaprima Tbk Truba Alam Manunggal E. Tbk
5
Indonesia Air Transport Tbk
2
3
6 7
8 9 10 11 12 13
14 15 16
17
Total Bangun Persada Tbk Radiant Utama Interinsco Tbk
Bank Bukopin Tbk Bank Bumi Arta Tbk Rukun Raharja Tbk Malindo Feedmill Tbk Bakrie Telecom Tbk Cowell Development Tbk Indo Tambangraya Megah Tbk Alam Sutera Realty bk Catur Sentosa Adiprana Tbk Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
Tanggal IPO
Underwriter
Nilai penjaminan
PT Kresna Graha Sekurindo Tbk 15/12/2006
170,775,000,000
PT Bhakti Securities , PT CIMB-GK Securities, 29/11/2006 PT Danareksa Sekuritas
4,406,706,036,000
28/11/2006 PT Danatama Makmur
2,014,742,400,000
16/10/2006 PT Danatama Makmur
1,430,000,000,000
13/09/2006 PT Bhakti Securities PT CLSA Indonesia, 25/07/2006 PT Kim Eng Securities PT Makinta Securities, 07/12/2006 PT Mega Capital Indonesia PT ABN AMRO Asia Securities Indonesia, PT Bahana Securities, 07/10/2006 PT Indo Primier Securities 06/01/2006 PT Makinta Securities PT United Capital Indonesia 19/04/2006 Tbk PT CIMB-GK Securities 02/10/2006 Indonesia PT Danatama Makmur 02/03/2006 Sekuritas 19/12/2007 PT Makinta Securities
18/12/2007 PT UBS Securities Indonesia
278,200,000,000 948,750,000,000 192,500,000,000
1,949,098,372,550 365,904,000,000 81,541,650,000 298,320,000,000 2,065,735,704,450 97,500,000,000
15,818,950,000,000
18/12/2007 PT Ciptadana Securities PT BDS Vickers Securities 12/12/2007 Indonesia
1,798,525,050,000
12/04/2007
1,805,353,148,625
PT Indo Premier Securities
579,007,560,000
PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas, 11/12/2007 PT Mandiri Sekuritas
20
Jasa Marga (Persero) Tbk Sat Nusapersada Tbk Ace Hardware Indonesia Tbk
21
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
22
Perdana Gapuraprima Tbk
23
Bank Capital Indonesia Tbk
24
Darma Henwa Tbk
25
Laguna Cipta Griya Tbk
26
Perdana Karya Perkasa Tbk
27
Bank Multicor Tbk
26/09/2007 PT Danatama Makmur PT BNI Securities, PT Investindo Nusantara Sekuritas, PT Panca Global Securities 13/07/2007 Tbk PT Investindo Nusantara Sekuritas, 07/11/2007 PT Danasakti Securities PT Sucorinvest Central Gani, PT Danpac Sekuritas, 07/03/2007 PT Transpacific Securindo
28
Media Nusantara Citra Tbk
PT Bhakti Securities, 22/06/2007 PT Danareksa Sekuritas
12,375,000,000,000
29
Sampoerna Agro Tbk
18/06/2007 PT Danareksa Sekuritas
4,422,600,000,000
30
Bukit Darmo Property Tbk
15/06/2007 PT Ciptadana Securities
720,000,000,000
31
Panorama Transportasi Tbk
31/05/2007 PT Danpac Sekuritas
104,860,000,000
32
Bisi International Tbk
600,000,000,000
33
Sekawan Intipratama Tbk
28/05/2007 PT IndoPremier Securities PT Asia Capitalindo Efek, PT Antaboga Delta Sekuritas 17/10/2008 Indonesia
18 19
11,560,000,000,000
11/08/2007 PT Trimegah Securities Tbk PT CLSA Indonesia , 11/06/2007 PT Dinamika Usahajaya PT Bahana Securities, PT CIMB-GK Securities Indonesia, 29/10/2007 PT Indo Premier Securities PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, PT Nusadana Capital 10/10/2007 Indonesia PT BNI Securities, PT Sinarmas Sekuritas, 10/04/2007 PT Transpacific Securindo
1,027,439,840,000
5,099,956,250,000
1,406,300,000,000
2,455,384,680,000
994,321,859,700
224,366,007,900
87,968,750,000
240,000,000,000
342,390,543,600
90,000,000,000
34
Trada Maritime Tbk
PT Danatama Makmur, PTHD 09/10/2008 Capital Tbk
35
Hotel Mandarine Regency Tbk
17/07/2008 PT Overseas Securities
133,342,000,000
16/07/2008 PT Danatama Makmur
35,184,558,200,000
36 37 38
39 40
Adaro Energy Tbk Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk Destinasi Tirta Nusantara Tbk Indika Energy Tbk Bumi Serpong Damai Tbk
07/11/2008 PT Henan Putihrai PT Dinamika Usaha Jaya , 07/08/2008 PT Danasakti Securities PT Danareksa Sekuritas , PT Mandiri Sekuritas, 06/11/2008 PT Indo Premier Securities PT CLSA Indonesia , 06/06/2008 PT Nusada Capital Indonesia ,
42
Gozco Plantations Tbk Kokoh Inti Arebama Tbk
43
Yanaprima Hastapersada Tbk
04/09/2008 PT Makinta Securities PT Investindo Nusantara Sekuritas , PT BNI Securities , PT Panca Global Securities 03/05/2008 Tbk
44
Elnusa Tbk
02/06/2008 PT Mandiri Sekuritas
41
48
Bekasi Asri Pemula Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bumi Citra Permai Tbk
49
Dian Swastika Sentosa Tbk
45 46
47
50 51
BW Plantation Tbk Metropolitan Kentjana Tbk
PT CLSA Indonesia, 15/05/2008 PT Semesta Indovest
14/01/2008 PT Makinta Securities
1,091,475,000,000
1,003,600,000,000 143,000,000,000
15,361,068,900,000 6,014,592,578,500 1,125,000,000,000 144,500,000,000
364,060,000,000 2,919,400,000,000 97,500,000,000
01/08/2008 PT Dinamika Usahajaya
2,854,764,000,000
PT Mandiri Sekuritas, 17/12/2009 PT CIMB Securities Indonesia
6,898,628,460,000
12/11/2009 PT Adimitra Transferindo PT HD Capital Tbk, PT Sinarmas Sekuritas PT Victoria Sekuritas, 12/10/2009 PT Yulie Sekurindo Tbk PT BNP Paribas Securities Indonesia, 27/10/2009 PT Danareksa Sekuritas PT Mandiri Sekuritas, 07/10/2009 PT Lautandhana Securindo
132,000,000,000
1,155,828,480,000
2,220,395,342,000 1,991,207,400,000
53
Inovisi Infracom Tbk Batavia Prosperindo Finance Tbk
54
Trikomsel Oke Tbk
52
PT Investindo Nusantara Sekuritas , 07/03/2009 PT Reliance Securities Tbk
212,750,000,000
06/01/2009 PT Panin Sekuritas Tbk
110,000,000,000
PT Mandiri Sekuritas, 14/04/2009 PT Sucorinvest Central Gani 1,001,250,000,000 (Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
PERSENTASE SAHAM YANG DITAWARKAN PPS
Dimana : PPS TSB
TSB - JSYDP = ———————— × 100% TSB = Persentase saham yang ditawarkan ke publik = Total Saham Beredar
JSYDP = Jumlah Saham yang Ditahan Pemilik
NO
Nama Perusahaan
1
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
2
TSB
JSYDP
PPS
1,485,000,000
1,098,900,000
26.00%
Mobile-8 Telecom Tbk
19,585,360,160
14,457,912,870
26.18%
3
Central Proteinaprima Tbk
18,315,840,000
13,339,426,272
27.17%
4
Truba Alam Manunggal E. Tbk
13,000,000,000
6,903,000,000
46.90%
5
Indonesia Air Transport Tbk
2,140,000,000
1,043,892,000
51.22%
6
Total Bangun Persada Tbk
2,750,000,000
1,809,775,000
34.19%
7
Radiant Utama Interinsco Tbk
770,000,000
709,632,000
7.84%
8
Bank Bukopin Tbk
5,568,852,493
4,496,848,388
19.25%
9
Bank Bumi Arta Tbk
2,286,900,000
2,078,792,100
9.10%
10
Rukun Raharja Tbk
679,513,750
446,780,291
34.25%
11
Malindo Feedmill Tbk
339,000,000
276,861,300
18.33%
12
Bakrie Telecom Tbk
18,779,415,495
17,769,082,941
5.38%
13 14
Cowell Development Tbk Indo Tambangraya Megah Tbk
750,000,000 1,129,925,000
499,875,000 876,821,800
33.35% 22.40%
15
Alam Sutera Realty bk
17,128,810,000
13,987,386,246
18.34%
16
2,895,037,800
2,294,896,464
20.73%
17
Catur Sentosa Adiprana Tbk Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
2,935,533,575
2,270,048,114
22.67%
18
Jasa Marga (Persero) Tbk
6,800,000,000
5,412,120,000
20.41%
19
Sat Nusapersada Tbk
1,771,448,000
1,622,469,223
8.41%
20
Ace Hardware Indonesia Tbk
1,715,000,000
1,199,985,500
30.03%
21
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
5,846,154,000
3,999,938,567
31.58%
22
Perdana Gapuraprima Tbk
3,207,489,870
2,630,141,693
18.00%
23
Bank Capital Indonesia Tbk
1,495,773,386
1,142,172,558
23.64%
24
Darma Henwa Tbk
15,223,750,000
12,072,433,750
20.70%
25
Laguna Cipta Griya Tbk
703,750,000
403,741,375
42.63%
26
Perdana Karya Perkasa Tbk
600,000,000
474,960,000
20.84%
27
Bank Multicor Tbk
1,711,952,718
1,472,279,337
14.00%
28
Media Nusantara Citra Tbk
13,750,000,000
9,781,750,000
28.86%
29
Sampoerna Agro Tbk
1,890,000,000
1,428,840,000
24.40%
30
Bukit Darmo Property Tbk
6,000,000,000
4,321,200,000
27.98%
31
Panorama Transportasi Tbk
428,000,000
324,980,400
24.07%
32
Bisi International Tbk
3,000,000,000
1,920,000,000
36.00%
33
Sekawan Intipratama Tbk
600,000,000
493,980,000
17.67%
34
Trada Maritime Tbk
8,731,800,000
4,725,650,160
45.88%
35
Hotel Mandarine Regency Tbk
1,212,200,000
911,331,960
24.82%
36 37
Adaro Energy Tbk Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
31,985,962,000 3,860,000,000
19,821,700,651 2,933,214,000
38.03% 24.01%
38
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
715,000,000
499,999,500
30.07%
39
Indika Energy Tbk
5,207,142,000
3,807,306,016
26.88%
40
Bumi Serpong Damai Tbk
10,935,622,870
6,407,181,440
41.41%
41 42
Gozco Plantations Tbk Kokoh Inti Arebama Tbk
5,000,000,000 850,000,000
3,895,500,000 60,015,000
22.09% 92.94%
43
Yanaprima Hastapersada Tbk
668,000,000
597,659,600
10.53%
44
Elnusa Tbk
7,298,500,000
5,711,076,250
21.75%
45
Bekasi Asri Pemula Tbk
650,000,000
619,970,000
4.62%
46
2,643,300,000
2,615,809,680
1.04%
47
Bank Ekonomi Raharja Tbk. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
8,623,285,575
6,287,237,513
27.09%
48
Bumi Citra Permai Tbk
1,200,000,000
696,600,000
41.95%
49
Dian Swastika Sentosa Tbk
770,552,320
461,560,840
40.10%
50
BW Plantation Tbk
4,037,082,440
3,722,997,426
7.78%
51
Metropolitan Kentjana Tbk
948,194,000
783,303,063
17.39%
52
Inovisi Infracom Tbk
1,702,000,000
1,580,987,800
7.11%
53
Batavia Prosperindo Finance Tbk
1,000,000,000
550,000,000
45.00%
54
Trikomsel Oke Tbk
4,450,000,000 3,885,295,000 (Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
12.69%
UKURAN PERUSAHAAN
NO
Kode Perusahaan
1
SDRA
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
1,041,190,000,000
2
FREN
Mobile-8 Telecom Tbk
3,006,047,000,000
3
CPRO
Central Proteinaprima Tbk
3,784,978,000,000
4
TRUB
Truba Alam Manunggal E. Tbk
1,805,392,000,000
5
IATA
Indonesia Air Transport Tbk
6
TOTL
Total Bangun Persada Tbk
7
RUIS
Radiant Utama Interinsco Tbk
8
BBKP
Bank Bukopin Tbk
9
BNBA
Bank Bumi Arta Tbk
10
RAJA
Rukun Raharja Tbk
11
MAIN
Malindo Feedmill Tbk
12
BTEL
Bakrie Telecom Tbk
13
COWL
Cowell Development Tbk
14
ITMG
Indo Tambangraya Megah Tbk
7,413,535,000,000
15
ASRI
Alam Sutera Realty bk
2,966,024,000,000
16
CSAP
Catur Sentosa Adiprana Tbk
1,078,198,000,000
17
JKON
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
1,164,205,000,000
18
JSMR
Jasa Marga (Persero) Tbk
19
PTSN
Sat Nusapersada Tbk
799,538,000,000
20
ACES
Ace Hardware Indonesia Tbk
704,403,000,000
21
WIKA
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
4,133,064,000,000
22
GPRA
Perdana Gapuraprima Tbk
1,292,361,000,000
23
BACA
Bank Capital Indonesia Tbk
1,203,443,000,000
24
DEWA
Darma Henwa Tbk
5,266,425,000,000
25
LCGP
Laguna Cipta Griya Tbk
26
PKPK
Perdana Karya Perkasa Tbk
27
MCOR
Bank Multicor Tbk
1,402,568,000,000
28
MNCN
Media Nusantara Citra Tbk
6,388,227,000,000
Nama Perusahaan
Total Aktiva Akhir
407,030,000,000 1,004,654,000,000 329,879,000,000 31,556,143,000,000 1,741,751,000,000 94,169,000,000 342,757,000,000 2,217,139,000,000 226,300,000,000
13,866,611,000,000
87,765,000,000 327,853,000,000
29
SGRO
Sampoerna Agro Tbk
2,088,002,000,000
30
BKDP
Bukit Darmo Property Tbk
730,905,000,000
31
WEHA
Panorama Transportasi Tbk
102,347,000,000
32
BISI
Bisi International Tbk
892,227,000,000
33
SIAP
Sekawan Intipratama Tbk
142,216,000,000
34
TRAM
Trada Maritime Tbk
35
HOME
Hotel Mandarine Regency Tbk
36
ADRO
Adaro Energy Tbk
37
KBRI
Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
38
PDES
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
39
INDY
Indika Energy Tbk
8,710,186,000,000
40
BSDE
Bumi Serpong Damai Tbk
4,381,085,000,000
41
GZCO
Gozco Plantations Tbk
1,428,610,000,000
42
KOIN
Kokoh Inti Arebama Tbk
431,948,000,000
43
YPAS
Yanaprima Hastapersada Tbk
180,550,000,000
44
ELSA
Elnusa Tbk
45
BAPA
Bekasi Asri Pemula Tbk
46
BAEK
Bank Ekonomi Raharja Tbk.
18,211,454,000,000
47
BBTN
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
58,516,058,000,000
48
BCIP
Bumi Citra Permai Tbk
49
DSSA
Dian Swastika Sentosa Tbk
5,213,511,000,000
50
BWPT
BW Plantation Tbk
1,622,885,000,000
51
MKPI
Metropolitan Kentjana Tbk
1,663,733,000,000
52
INVS
Inovisi Infracom Tbk
185,825,000,000
53
BPFI
Batavia Prosperindo Finance Tbk
230,152,000,000
54
TRIO
Trikomsel Oke Tbk 1,948,836,000,000 (Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
1,377,531,000,000 195,442,000,000 33,720,170,000,000 1,124,648,000,000 173,219,000,000
3,317,816,000,000 127,213,000,000
166,677,000,000
UMUR PERUSAHAAN Umur = Tahun awal listing – Tahun berdiri
NO
Nama Perusahaan
Tahun Berdiri
Tahun Listing
Umur
1
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
1993
2006
13
2
Mobile-8 Telecom Tbk
2002
2006
4
3
Central Proteinaprima Tbk
1980
2006
26
4
Truba Alam Manunggal E. Tbk
2001
2006
5
5
Indonesia Air Transport Tbk
1968
2006
38
6
Total Bangun Persada Tbk
1970
2006
36
7
Radiant Utama Interinsco Tbk
1984
2006
22
8
Bank Bukopin Tbk
1970
2006
36
9
Bank Bumi Arta Tbk
1967
2006
39
10
Rukun Raharja Tbk
1993
2006
13
11
Malindo Feedmill Tbk
1998
2006
8
12
Bakrie Telecom Tbk
1993
2006
13
13
Cowell Development Tbk
1981
2007
26
14
Indo Tambangraya Megah Tbk
1987
2007
20
15
Alam Sutera Realty bk
1993
2007
14
16
Catur Sentosa Adiprana Tbk
1966
2007
41
17
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
1982
2007
25
18
Jasa Marga (Persero) Tbk
1978
2007
29
19
Sat Nusapersada Tbk
1990
2007
17
20
Ace Hardware Indonesia Tbk
1995
2007
12
21
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
1960
2007
47
22
Perdana Gapuraprima Tbk
1987
2007
20
23
Bank Capital Indonesia Tbk
1989
2007
18
24
Darma Henwa Tbk
1991
2007
16
25
Laguna Cipta Griya Tbk
2004
2007
3
26
Perdana Karya Perkasa Tbk
1983
2007
24
27
Bank Multicor Tbk
1974
2007
33
28
Media Nusantara Citra Tbk
1997
2007
10
29
Sampoerna Agro Tbk
1980
2007
27
30
Bukit Darmo Property Tbk
1989
2007
18
31
Panorama Transportasi Tbk
2001
2007
6
32
Bisi International Tbk
1983
2007
24
33
Sekawan Intipratama Tbk
1995
2008
13
34
Trada Maritime Tbk
1998
2008
10
35
Hotel Mandarine Regency Tbk
1986
2008
22
36
Adaro Energy Tbk
2004
2008
4
37
Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
1978
2008
30
38
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
1999
2008
9
39
Indika Energy Tbk
2000
2008
8
40
Bumi Serpong Damai Tbk
1984
2008
24
41
Gozco Plantations Tbk
2001
2008
7
42
Kokoh Inti Arebama Tbk
2001
2008
7
43
Yanaprima Hastapersada Tbk
1995
2008
13
44
Elnusa Tbk
1969
2008
39
45
Bekasi Asri Pemula Tbk
1993
2008
15
46
Bank Ekonomi Raharja Tbk.
1989
2008
19
47
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
1934
2009
75
48
Bumi Citra Permai Tbk
2000
2009
9
49
Dian Swastika Sentosa Tbk
1996
2009
13
50
BW Plantation Tbk
2000
2009
9
51
Metropolitan Kentjana Tbk
1972
2009
37
52
Inovisi Infracom Tbk
2007
2009
2
53
Batavia Prosperindo Finance Tbk
1994
2009
15
54
Trikomsel Oke Tbk
1996 2009 (Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
13
FINANCIAL LEVERAGE (debt ratio) Financial leverage
Total Hutang = ————— × 100 % Total Asset
NO Nama Perusahaan
Total Hutang
1
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
892,203,000,000
1,041,190,000,000 0.86
2
Mobile-8 Telecom Tbk
1,414,933,000,000
3,006,047,000,000 0.47
3
Central Proteinaprima Tbk
2,652,717,000,000
3,784,978,000,000 0.70
4
Truba Alam Manunggal E. Tbk
304,459,000,000
1,805,392,000,000 0.17
5
Indonesia Air Transport Tbk
154,309,000,000
407,030,000,000 0.38
6
Total Bangun Persada Tbk
565,362,000,000
1,004,654,000,000 0.56
7
Radiant Utama Interinsco Tbk
179,680,000,000
329,879,000,000 0.54
8
Bank Bukopin Tbk
29,883,343,000,000
31,556,143,000,000 0.95
9
Bank Bumi Arta Tbk
1,384,743,000,000
1,741,751,000,000 0.80
10
Rukun Raharja Tbk
24,911,000,000
94,169,000,000 0.26
11
Malindo Feedmill Tbk
170,316,000,000
342,757,000,000 0.50
12
Bakrie Telecom Tbk
721,717,000,000
2,217,139,000,000 0.33
13
Cowell Development Tbk
113,225,000,000
226,300,000,000 0.50
14
Indo Tambangraya Megah Tbk
3,715,484,000,000
7,413,535,000,000 0.50
15
Alam Sutera Realty bk
1,262,527,000,000
2,966,024,000,000 0.43
16
Catur Sentosa Adiprana Tbk Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
668,393,000,000
1,078,198,000,000 0.62
652,517,000,000
1,164,205,000,000 0.56
17
Total Aktiva
FL
18
Jasa Marga (Persero) Tbk
7,651,927,000,000
13,866,611,000,000 0.55
19
Sat Nusapersada Tbk
277,160,000,000
799,538,000,000 0.35
20
Ace Hardware Indonesia Tbk
117,521,000,000
704,403,000,000 0.17
21
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
2,776,904,000,000
4,133,064,000,000 0.67
22
Perdana Gapuraprima Tbk
758,856,000,000
1,292,361,000,000 0.59
23
Bank Capital Indonesia Tbk
1,022,509,000,000
1,203,443,000,000 0.85
24
Darma Henwa Tbk
2,884,403,000,000
5,266,425,000,000 0.55
25
Laguna Cipta Griya Tbk
9,852,000,000
87,765,000,000 0.11
26
Perdana Karya Perkasa Tbk
153,461,000,000
327,853,000,000 0.47
27
Bank Multicor Tbk
1,186,893,000,000
1,402,568,000,000 0.85
28
Media Nusantara Citra Tbk
2,451,361,000,000
6,388,227,000,000 0.38
29
Sampoerna Agro Tbk
595,034,000,000
2,088,002,000,000 0.28
30
Bukit Darmo Property Tbk
945,774,000,000
730,905,000,000 1.29
31
Panorama Transportasi Tbk
36,991,000,000
102,347,000,000 0.36
32
Bisi International Tbk
150,192,000,000
892,227,000,000 0.17
33
Sekawan Intipratama Tbk
52,968,000,000
142,216,000,000 0.37
34
Trada Maritime Tbk
368,264,000,000
1,377,531,000,000 0.27
35
Hotel Mandarine Regency Tbk
87,064,000,000
195,442,000,000 0.45
36
Adaro Energy Tbk
19,692,546,000,000
33,720,170,000,000 0.58
37
Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
630,964,000,000
1,124,648,000,000 0.56
38
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
66,233,000,000
173,219,000,000 0.38
39
Indika Energy Tbk
3,496,524,000,000
8,710,186,000,000 0.40
40
Bumi Serpong Damai Tbk
2,305,956,000,000
4,381,085,000,000 0.53
41
Gozco Plantations Tbk
517,185,000,000
1,428,610,000,000 0.36
42
Kokoh Inti Arebama Tbk
319,065,000,000
431,948,000,000 0.74
43
Yanaprima Hastapersada Tbk
62,061,000,000
180,550,000,000 0.34
44
Elnusa Tbk
1,685,724,000,000
3,317,816,000,000 0.51
45
Bekasi Asri Pemula Tbk
69,227,000,000
127,213,000,000 0.54
46
16,582,968,000,000
18,211,454,000,000 0.91
47
Bank Ekonomi Raharja Tbk. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
53,054,542,000,000
58,516,058,000,000 0.91
48
Bumi Citra Permai Tbk
31,834,000,000
166,677,000,000 0.19
49
Dian Swastika Sentosa Tbk
2,173,433,000,000
5,213,511,000,000 0.42
50
BW Plantation Tbk
717,425,000,000
1,622,885,000,000 0.44
51
Metropolitan Kentjana Tbk
53,808,000,000
1,663,733,000,000 0.03
52
Inovisi Infracom Tbk
68,598,000,000
185,825,000,000 0.37
53
Batavia Prosperindo Finance Tbk
10,428,000,000
230,152,000,000 0.05
54
Trikomsel Oke Tbk
1,261,401,000,000 1,948,836,000,000 0.65 (Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
RETURN ON ASSETS ROA
NO
Profit After Tax = ————————— × 100 % Total Asset
Nama Perusahaan
Profit After Tax
Total Assets
ROA
1
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
13,092,000,000
1,041,190,000,000
0.01
2
Mobile-8 Telecom Tbk
34,639,000,000
3,006,047,000,000
0.01
3
Central Proteinaprima Tbk
233,120,000,000
3,784,978,000,000
0.06
4
Truba Alam Manunggal E. Tbk
34,941,000,000
1,805,392,000,000
0.02
5
Indonesia Air Transport Tbk
28,637,000,000
407,030,000,000
0.07
6
Total Bangun Persada Tbk
92,304,000,000
1,004,654,000,000
0.09
7
Radiant Utama Interinsco Tbk
27,676,000,000
329,879,000,000
0.08
8
Bank Bukopin Tbk
315,216,000,000
31,556,143,000,000
0.01
9
Bank Bumi Arta Tbk
26,763,000,000
1,741,751,000,000
0.02
10
Rukun Raharja Tbk
537,000,000
94,169,000,000
0.01
11
Malindo Feedmill Tbk
47,411,000,000
342,757,000,000
0.14
12
Bakrie Telecom Tbk
72,680,000,000
2,217,139,000,000
0.03
13
Cowell Development Tbk
7,361,000,000
226,300,000,000
0.03
15
Indo Tambangraya Megah Tbk
209,750,000,000
7,413,535,000,000
0.03
16
Alam Sutera Realty bk
20,289,000,000
2,966,024,000,000
0.01
19
Catur Sentosa Adiprana Tbk
33,495,000,000
1,078,198,000,000
0.03
20
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
83,594,000,000
1,164,205,000,000
0.07
21
Jasa Marga (Persero) Tbk
277,982,000,000
13,866,611,000,000
0.02
22
Sat Nusapersada Tbk
23,903,000,000
799,538,000,000
0.03
24
Ace Hardware Indonesia Tbk
60,068,000,000
704,403,000,000
0.09
25
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
129,139,000,000
4,133,064,000,000
0.03
26
Perdana Gapuraprima Tbk
35,085,000,000
1,292,361,000,000
0.03
27
Bank Capital Indonesia Tbk
12,223,000,000
1,203,443,000,000
0.01
28
Darma Henwa Tbk
81,761,000,000
5,266,425,000,000
0.02
29
Laguna Cipta Griya Tbk
1,155,000,000
87,765,000,000
0.01
30
Perdana Karya Perkasa Tbk
22,864,000,000
327,853,000,000
0.07
31
Bank Multicor Tbk
11,239,000,000
1,402,568,000,000
0.01
32
Media Nusantara Citra Tbk
427,460,000,000
6,388,227,000,000
0.07
33
Sampoerna Agro Tbk
215,083,000,000
2,088,002,000,000
0.10
34
Bukit Darmo Property Tbk
2,837,000,000
730,905,000,000
0.00
35
Panorama Transportasi Tbk
4,112,000,000
102,347,000,000
0.04
36
Bisi International Tbk
298,490,000,000
892,227,000,000
0.33
37
Sekawan Intipratama Tbk
3,694,000,000
142,216,000,000
0.03
38
Trada Maritime Tbk
43,702,000,000
1,377,531,000,000
0.03
40
Hotel Mandarine Regency Tbk
(14,114,000,000)
41
Adaro Energy Tbk
887,198,000,000
42
Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
(97,592,000,000)
43
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
45
Indika Energy Tbk
195,442,000,000 (0.07) 33,720,170,000,000
0.03
1,124,648,000,000 (0.09)
5,995,000,000
173,219,000,000
0.03
1,084,742,000,000
8,710,186,000,000
0.12
46
Bumi Serpong Damai Tbk
223,462,000,000
4,381,085,000,000
0.05
47
Gozco Plantations Tbk
54,750,000,000
1,428,610,000,000
0.04
48
Kokoh Inti Arebama Tbk
6,936,000,000
431,948,000,000
0.02
50
Yanaprima Hastapersada Tbk
18,693,000,000
180,550,000,000
0.10
51
Elnusa Tbk
133,772,000,000
3,317,816,000,000
0.04
52
Bekasi Asri Pemula Tbk
447,000,000
127,213,000,000
0.00
53 56
Bank Ekonomi Raharja Tbk. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
261,802,000,000
18,211,454,000,000
0.01
490,453,000,000
58,516,058,000,000
0.01
58
Bumi Citra Permai Tbk
8,615,000,000
166,677,000,000
0.05
59
Dian Swastika Sentosa Tbk
52,667,000,000
5,213,511,000,000
0.01
60
BW Plantation Tbk
167,467,000,000
1,622,885,000,000
0.10
62
Metropolitan Kentjana Tbk
236,424,000,000
1,663,733,000,000
0.14
64
Inovisi Infracom Tbk
28,118,000,000
185,825,000,000
0.15
65
Batavia Prosperindo Finance Tbk
16,844,000,000
230,152,000,000
0.07
66
Trikomsel Oke Tbk
117,688,000,000 1,948,836,000,000 (Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2010)
0.06
Statistik
ANALISIS DESKRIPTIF
Descriptive Statistics N
Minimum
Persentase_Saham
54
Valid N (listwise)
54
Maximum .01
.93
Mean .2583
Std. Deviation .15062
Descriptive Statistics N
Minimum
Ukuran_Perusahaan
54
Valid N (listwise)
54
Maximum
87765000000
6.E13
Mean 4.49E12
Std. Deviation 1.004E13
Descriptive Statistics N
Minimum
Umur_Perusahaan
54
Valid N (listwise)
54
Maximum
2.00
75.00
Mean 19.9259
Std. Deviation 13.63659
Descriptive Statistics N
Minimum
Profitabilitas
54
Valid N (listwise)
54
Maximum -.09
.33
Mean .0465
Std. Deviation .05963
Descriptive Statistics N
Minimum
Underpricing
54
Valid N (listwise)
54
1.82
Maximum 79.17
Mean 35.5633
Std. Deviation 25.03806
UJI ASUMSI KLASIK One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Persentase Ukuran Umur Leverage Saham Perusahaan Perusahaan N a,,b Normal Parameters
54 54 .2583 2422868.43 .15062 1330495.04 8 .117 .164 .117 .164 -.079 -.143 .862 1.205 .448 .110
Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Return on Assets
Underpricing
54 19.9259 13.63659
54 .4957 .24587
54 .0374 .03717
5 35.563 25.0380
.123 .123 -.094 .900 .392
.119 .119 -.065 .875 .428
.172 .172 -.156 1.261 .083
.13 .11 -.13 .96 .30
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
b
Model Summary
Model
Durbin-Watson
1
1.839
b. Predictors: (Constant), Return on Assets , Persentase_Saham, Ukuran_Perusahaan, Reputasi Underwriter, Umur_Perusahaan, Leverage b. Dependent Variable: Underpricing
a
Coefficients
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) Reputasi Underwriter
.943
1.061
Persentase_Saham
.924
1.082
Ukuran_Perusahaan
.944
1.059
Umur_Perusahaan
.819
1.221
Leverage
.796
1.256
Return on Assets
.901
1.110
a. Dependent Variable: Underpricing
PARSIAL •
Reputasi Underwriter Correlations Reputasi Underwriter Reputasi Underwriter Pearson Correlation
Tingkat Underpricing 1
.219
Sig. (2-tailed)
.111
N Tingkat Underpricing
54
54
Pearson Correlation
.219
1
Sig. (2-tailed)
.111
N
54
54
a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
40.246
4.430
Reputasi Underwriter
10.995
6.787
Beta
t .219
a. Dependent Variable: Tingkat Underpricing
b
Model Summary Model 1
R
R Square a
.188
.035
Adjusted R Square .017
a. Predictors: (Constant), Reputasi Underwriter b. Dependent Variable: Underpricing
Std. Error of the Estimate 24.82501
Sig.
9.086
.000
1.620
.111
•
Persentase Saham Yang Ditawarkan
Correlations Persentase Saham
Underpricing Underpricing
Pearson Correlation
*
1
.304
Sig. (2-tailed)
.026
N Persentase_Saham
54
54
*
1
Pearson Correlation
.304
Sig. (2-tailed)
.026
N
54
54
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
b
ANOVA Sum of Model 1
Squares Regression
df
Mean Square
1455.112
1
1455.112
Residual
14332.700
52
275.629
Total
15787.812
53
F
Sig. a
5.279
.026
a. Predictors: (Constant), Persentase_Saham b. Dependent Variable: Underpricing
a
Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
34.756
5.088
Persentase_Saham
32.411
14.106
Standardized Coefficients Beta .304
a. Dependent Variable: Underpricing
Model Summaryb Model 1
R
R Square .304a
Adjusted R Square
.092
a. Predictors: (Constant), Persentase_Saham b. Dependent Variable: Underpricing
.075
t
Std. Error of the Estimate 16.60207
Sig.
6.832
.000
2.298
.026
•
Ukuran Perusahaan
Correlations Ukuran_Perusahaa n
Underpricing Underpricing
Pearson Correlation
*
1
.299
Sig. (2-tailed)
.028
N Ukuran_Perusahaan
54
54
*
1
Pearson Correlation
.299
Sig. (2-tailed)
.028
N
54
54
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
b
ANOVA Sum of Model 1
Squares Regression
df
Mean Square
1823.596
1
1823.596
Residual
18557.238
52
356.870
Total
20380.834
53
F
Sig.
5.110
a
.028
a. Predictors: (Constant), Ukuran_Perusahaan b. Dependent Variable: Underpricing
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
25.007
5.379
Ukuran_Perusahaa 4.409E-12 n a. Dependent Variable: Underpricing
.000
Standardized Coefficients Beta
t .299
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Sig.
4.649
.000
2.261
.028
.299a
1
.089
.072
18.89100
a. Predictors: (Constant), Ukuran_Perusahaan
•
Umur Perusahaan
Correlations Umur_Perusah aan
Underpricing Underpricing
Pearson Correlation
1
-.236
Sig. (2-tailed)
.086
N Umur_Perusahaan
Pearson Correlation
54
54
-.236
1
Sig. (2-tailed)
.086
N
54
54
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
F
1851.958
1
1851.958
Residual
31373.974
52
603.346
Total
33225.932
53
Sig.
3.069
.086
a
a. Predictors: (Constant), Umur_Perusahaan b. Dependent Variable: Underpricing
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Umur_Perusahaan
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
44.201
5.956
-.433
.247
t -.236
a. Dependent Variable: Underpricing
Model Summary
Model 1
R Square
R .236a
.056
Adjusted R Square .038
Std. Error of the Estimate 24.56310
Sig.
7.421
.000
-1.752
.086
Model Summary
Model 1
R Square
R .236a
.056
Adjusted R Square .038
a. Predictors: (Constant), Umur_Perusahaan
Std. Error of the Estimate 24.56310
•
Financial Leverage
Correlations Underpricing Underpricing
Pearson Correlation
Leverage *
1
.277
Sig. (2-tailed)
.043
N Leverage
54
54
*
1
Pearson Correlation
.277
Sig. (2-tailed)
.043
N
54
54
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
1209.207
1
1209.207
Residual
14578.605
52
280.358
Total
15787.812
53
F
Sig.
4.313
.043
a
a. Predictors: (Constant), Leverage b. Dependent Variable: Underpricing
a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
34.643
5.584
Leverage
22.270
10.723
Beta
t
.277
6.205
.000
2.077
.043
a. Dependent Variable: Underpricing
Model Summary
Model 1
R
R Square a
.277
Adjusted R Square
.077
a. Predictors: (Constant), Leverage
.059
Sig.
Std. Error of the Estimate 16.74389
•
Return on Assets (ROA)
Correlations Return on Assets
Underpricing Underpricing
Pearson Correlation
*
1
.289
Sig. (2-tailed)
.034
N Return on Assets
54
54
*
1
Pearson Correlation
.289
Sig. (2-tailed)
.034
N
54
54
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
F
1318.755
1
1318.755
Residual
14469.057
52
278.251
Total
15787.812
53
Sig.
4.739
.034
t
Sig.
a
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas b. Dependent Variable: Underpricing
a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
38.961
3.667
Return on Assets
29.184
13.406
Beta .289
10.625
.000
2.177
.034
a. Dependent Variable: Underpricing
Model Summary Model 1
R
R Square a
.289
Adjusted R Square
.084
a. Predictors: (Constant), Return on Assets
.066
Std. Error of the Estimate 16.68086
SIMULTAN a
Coefficients
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Beta
18.637
9.131
.740
4.830
29.960
t
Sig.
2.041
.047
.021
.153
.879
14.345
.281
2.089
.042
1.253E-12
.000
.097
.743
.461
-.057
.165
-.045
-.343
.733
Leverage
17.581
10.319
.218
1.704
.095
Profitabilitas
32.172
13.147
.319
2.447
.018
Reputasi Underwriter Persentase_Saham Ukuran_Perusahaan Umur_Perusahaan
a. Dependent Variable: Underpricing
b
Model Summary
Model 1
R
Adjusted R Square
R Square
.501
a
.251
Std. Error of the Estimate
.155
15.86483
c. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Leverage, Umur_Perusahaan, Ukuran_Perusahaan, Persentase_Saham, Reputasi Underwriter b. Dependent Variable: Underpricing
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
3958.246
6
659.708
Residual
11829.566
47
251.693
Total
15787.812
53
F
Sig.
2.621
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Leverage, Umur_Perusahaan, Ukuran_Perusahaan, Persentase_Saham, Reputasi Underwriter b. Dependent Variable: Underpricing
.028
a