ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh : MUHAMAD DERY FAZRI NIM : 107081003279
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : MUHAMAD DERY FAZRI NIM : 107081003279
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP IDENTITAS DIRI Nama
: Muhamad Dery Fazri
Tempat / Tanggal Lahir
: Tangerang, 17 November 1989
Agama
: Islam
Alamat
: Desa Cihuni Rt 01/02 No 12 Pagedangan, Tangerang
Telp / Hp
: 085697139087
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 2007-2011
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2004-2007
: SMAN 1 Cisauk (sekarang SMAN 2 Tangerang Selatan)
2001-2004
: SMPN 1 Serpong
1995-2001
: SDN Cihuni III
i
ABSTRACT The aim of this research was to analyze the underpricing IPO shares in the Indonesia Stock Exchange (IDX), from 2007 to 2010. This research also to analyze factors which affect underpricing in initial public offering (IPO). By using purposive sampling method, the number of samples in this study was 61 companies. Analysis of the data used one sample t-test and regression model. The results of one sample t-test showed that the IPO shares on the Stock Exchange is underpricing.The results of regression test found only ROE variable has significant effect on underpricing while the type of industry, and proceeds didn’t have a significant effect. The determination coefficient result showed 19,0%. That it’s about 19,0% indicated the ability of the independent variables explained the dependent variable while 81,0% explained by other variables. Keywords : Underpricing, Return On Equity, IPO
ii
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis underpricing saham IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI), dari tahun 2007 sampai 2010. Penelitian ini juga menganalisis faktor yang mempengaruhi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO). Dengan menggunakan metode purposive sampling, banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 61 perusahaan. Analisis data yang digunakan one sample t-test dan model regresi. Hasil uji one sample t-test menunjukkan bahwa saham IPO di BEI adalah underpricing. Hasil uji regresi menemukan hanya variabel independen ROE yang berpengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan variabel jenis industri, dan ukuran penawaran tidak berpengaruh signifikan. Hasil koefisien determinasi menunjukkan sebesar 19,0 % itu menandakan kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen sementara 81,0% dijelaskan oleh variabel lain. Kata kunci : Underpricing, Return On Equity, IPO
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang memiliki segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit yang telah melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Sang Suri Tauladan kita Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para Sahabat, tabi’in, tabi’ut tabiin dan keluarga beliau yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman terang-benderang seperti sekarang ini. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang di sekitar penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada penulis. Untuk itulah, dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, izinkan penulis mengucapkan rasa terima terima kasih yang tak terhingga kepada: 1.
Ibunda (Supriati) dan Ayahanda (Mulyadi) yang sudah memberikan cinta, pengorbanan baik materil maupun non materil, dan kasih sayangnya serta segala sesuatu yang dimilikinya untuk membesarkan anak-anaknya. Do’a kalian selalu menyertai langkahku untuk menimba ilmu. Karena segala sesuatu yang telah kalian berikan tidak akan pernah tergantikan oleh apapun. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang tak terhingga kepada Ayah dan Ibu baik di dunia maupun akhirat. Amin. . .
2.
Nenek, terima kasih atas doa yang terus kau panjatkan selalu untukku.
3.
Adikku (Widya Adriati) yang selalu memberikan dukungannya. Serta segenap sanak saudara yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas dorongan semangat serta doanya.
iv
4.
Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dengan baik.
6.
Ibu Amalia, SE, MSM selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan baik. Terima kasih banyak atas masukan dan motivasinya.
7.
Suhendra, S.Ag., MM selaku Ketua Jurusan Manajemen.
8.
Leis suzanawati, SE, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Manajemen.
9.
Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
10.
Kekasih tercinta Siti Nugraha. Suka duka kita lewati bersama, yakin dan percaya kita pasti bisa. Terima kasih atas segala doa, dukungan, pengertian dan semangatnya.
11.
Teman-teman Manajemen Keuangan B angkatan 2007 (Adit, Lingga, Fauzan, Andri, Rizky, Elvin, Dedy, Agus, Bimo, Andi, Aryanto, Qodar, Aji, Ramdan, Nidia, Ria, Eva, Umi, Ika, Emil, Oweng, Adlin, Tya, Diah, Susan, Weny, Pia, Anggi), Terima kasih sudah mewarnai hidupku.
12.
Teman-teman Manajemen D angkatan 2007 : (Lingga, Andri, Rio, Ivan, Haikal, Adin, Dedy, Agus, Latif, Roby, Abi, Wahyudi, Qodar, Arul, Zia, Ferdy, Reza, Embe, Fityan, Vita, Nadya, Yana, Deta, Diah, Tya, Dewi, Susan, Lia, Ika, Isti, Rima, Tuty, Pipit), kenangan kalian terekam dan tak pernah mati.
13.
Yandi dan Ichank, Friends forever. Senang bisa menjadi teman kalian. Hari bersama kalian penuh canda tawa.
14.
Ka Asbah (Ketua Mentoring Kelompok Mudharabah Propesa Cinta), juga temanteman mentoring: Fityan, Ari (terima kasih printernya), Idris, Hasby, Soleh, Zia.
15.
Teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2007 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Senang bisa mewarnai hidup kalian.
16.
Seluruh teman-teman baik dari Fakultas Ekonomi maupun dari Fakultas lain, terimakasih atas semangat dan dukungan kepada penulis.
v
17.
Para staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
18.
Keluarga Besar Guru MI Nurul Falah Cihuni, terima kasih untuk segala kerja sama dan pengertiannya. Dan juga murid-murid ku yang penuh dengan canda tawa dan kegembiraan.
19.
Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis baik moril maupun materil, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, namun semua ini semata-
mata karena keterbatasan penulis. Akhir kata, besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, September 2011
Muhamad Dery Fazri
vi
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat hidup..............................................................................................
i
Abstract...................... ..............................................................................................
ii
Abstrak..................... ................................................................................................
iii
Kata Pengantar ........................................................................................................
iv
Daftar Isi...................................................................................................................
vii
Daftar Tabel..................... ........................................................................................
x
Daftar Gambar ........................................................................................................
xi
Daftar Lampiran .....................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................................
1
B. Perumusan Masalah.....................................................................................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ....................................................................
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
10
A. Pasar Modal.................................................................................................
10
B. Penawaran Umum Perdana (IPO) ...............................................................
19
C. Underpricing ...............................................................................................
22
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing.....................................
28
E. Penelitian Terdahulu....................................................................................
31
F. Kerangka Berpikir........................................................................................
35
G. Hipotesis Penelitian.....................................................................................
37
vii
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................
38
A. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................................
38
B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................................
38
C. Metode Pengumpulan Data .........................................................................
39
D. Metode Analisis Data ..................................................................................
39
E. Operasional Variabel Penelitian ..................................................................
47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
50
A.Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................................
50
1. Perkembangan Pasar Modal DI Indonesia ..............................................
50
2. Struktur Pasar Modal Indonesia ..............................................................
51
B.Analisis Dan Pembahasan ............................................................................
52
1. Analisis Deskriptif Tingkat Underpricing ..............................................
53
2. Deskriptif Variabel-Variabel yang Digunakan........................................
58
3. Uji t-satu sampel......................................................................................
61
4. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................
63
5. Analisis Model Regersi ...........................................................................
67
6. Pengujian Hipotesis.................................................................................
69
7. Koefisien Determinasi.............................................................................
73
viii
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ..........................................................
76
A.Kesimpulan ..................................................................................................
76
B.Implikasi .......................................................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
78
LAMPIRAN.......... ...................................................................................................
82
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Terdahulu
32
3.1
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
46
1.1
Perusahaan yang IPO Tahun 2007-2010
55
1.2
Seleksi Pemilihan Sampel
57
1.3
Sampel Yang Sesuai Kriteria
58
1.4
Statistik Deskriptif
60
1.5
Hasil Uji t-satu Sampel Tingkat Underpricing
61
1.6
Tabel Kolmogorov Smirnov 1
63
1.7
Tabel Kolmogorov Smirnov 2
64
1.8
Uji Autokorelasi
66
1.9
Uji Multikolinearitas
67
1.10
Hasil Regresi
68
1.11
Uji t (Parsial)
69
1.12
Uji F (Simultan)
73
1.13
Koefisien Determinasi
74
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Berpikir Penelitian
37
4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
54
4.2
Grafik Scatterplot
65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
Lampiran 1
Daftar Variabel Yang Digunakan
84
Lampiran 2
Umur Perusahaan
86
Lampiran 3
Jenis Industri dan ROE
88
Lampiran 4
Ukuran Penawaran
90
Lampiran 5
Output SPSS 17
92
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Periode kesebelas dari pasar modal Indonesia dimulai bulan Januari 2008. Pada akhir bulan Januari 2008, pasar modal dikejutkan dengan pengungkapan kerugian Citybank
sekitar 30% akibat dari kasus subprime mortgage di
Amerika Serikat. Isu subprime mortgage yang sempat mencuat bulan Agustus tahun 2007 sebelumnya yang diperkirakan hanya mempunyai dampak jangka pendek dan tidak berkepanjangan, ternyata merupakan suatu bom waktu yang menunggu untuk meledak dan penyulutnya adalah pengungkapan kerugian dari beberapa bank dan lembaga keuangan lainnya. Akibat pengungkapan kerugian ini pasar modal Indonesia sempat terkoreksi turun dengan IHSG menjadi 2.294,524 pada tanggal 23 Januari 2008 (Jogiyanto, 2009 : 85) Pasar keuangan (pasar finansial) adalah pasar tempat sekuritas diterbitkan dan diperdagangkan. Sekuritas adalah aset keuangan yang diperdagangkan, seperti selembar saham. Bagi perseroan, pasar saham mungkin adalah pasar keuangan yang paling penting (Brealey, et.al, 2008 : 35). Perusahaan yang akan go public biasanya dimulai dengan keputusan melakukan initial public offerings (IPO) yang dilakukan di pasar perdana (primary market). Selanjutnya saham tersebut akan diperjual-belikan di pasar modal atau disebut pasar sekunder (secondary market). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan 1
1
emiten dengan penjamin emisi efek (underwriter) sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana tinggi. Sebaliknya, underwriter sebagai penjamin emisi berusaha meminimalkan resiko yang ditanggungnya. Dalam tipe full comitment, pihak underwriter akan membeli saham yang tidak di jual di pasar perdana. Keadaan tersebut membuat underwriter tidak berkeinginan untuk membeli saham yang tidak laku dijual. Upaya yang dilakukan adalah dengan bernegosiasi dengan emiten agar saham tersebut tidak terlalu tinggi harganya, bahkan cenderung underpriced (Amin, 2007 :2). Perkembangan
pasar
modal
yang
pesat,
menciptakan
berbagai
peluang/alternatif investasi bagi investor. Disisi lain, perusahaan pencari dana harus saling bersaing dalam mendapatkan dana dari investor dalam pasar modal. Suatu hal yang menarik untuk diperhatikan adalah fenomena-fenomena yang terjadi di pasar modal, hal ini disebabkan fenomena yang terjadi merupakan refleksi dari para investor yang bereaksi di pasar (Saftiana dan Amelia, 2007:103). Penerbitan saham baru meningkatkan baik jumlah kas yang dipegang oleh perusahaan maupun jumlah saham yang dipegang oleh publik. Penerbitan seperti itu dikenal sebagai penerbitan primer, dan dijual di pasar primer. Tapi di samping membantu perusahaan mendapatkan kas baru, pasar keuangan juga memungkinkan investor untuk memperdagangkan sekuritas di antara mereka sendiri. Pembelian dan penjualan dari sekuritas yang sudah ada seperti ini dikenal dengan nama transaksi sekunder, dan terjadi di pasar sekunder. Pasar
2
saham juga disebut dengan pasar ekuitas,karena para pemegang saham dikatakan memiliki ekuitas bersama dari perusahaan. (Brealey, et.al, 2008: 36). Initial Public Offering (IPO) merupakan langkah awal yang menentukan dalam kelangsungan hidup perusahaan publik. Pendapat umum menyatakan bahwa penawaran publik mengindikasikan perusahaan berada pada tahapan bertumbuh sehingga perusahaan memerlukan dana untuk ekspansi dan/atau melakukan modernisasi. Keadaan ini menyebabkan semua perusahaan privat yang sedang dalam
tahap pertumbuhan cepat atau lambat akan menjadi
perusahaan publik untuk mendanai investasinya. (Almilia dan Silvy, 2003:1). Salah satu cara untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pembiayaan atau pengembangan usaha bagi perusahaan yang sedang berkembang adalah dengan go public. Selain digunakan untuk keperluan ekspansi, dana yang diperoleh dari go public biasanya juga digunakan untuk melunasi hutang. Akhirnya dana ini diharapkan akan semakin meningkatkan posisi keuangan perusahaan di samping untuk memperkuat struktur permodalan (Yasa, 2008:145). Perusahaan dikatakan go public ketika perusahaan itu menjual penerbitan pertama sahamnya dalam penawaran umum kepada para investor. Penjualan saham pertama ini dikenal sebagai penawaran publik awal, atau IPO (initial public offering) (Brealey, et.al, 2008 : 414). Permasalahan penting yang dihadapi perusahan ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah penutupan besarnya harga penawaran perdana. Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan
3
berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), sedangakan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Jika penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi underpricing. Pihak emiten tentu menerapkan harga jual yang tinggi, karena dengan harga jual tinggi penerimaan dari hasil penawaran (proceeds) akan tinggi pula, yang berarti tingkat kesejahteraan (wealth) mereka juga akan semakin membaik. Di sisi lain, harga yang tinggi akan mempengaruhi respon atau minat calon investor untuk membeli atau memesan saham yang ditawarkan. Bila harga terlalu tinggi dan minat investor rendah, besar kemungkinan saham yang ditawarkan akan kurang menarik. Dengan demikian, jelas bahwa penetapan harga yang layak merupakan tugas antara emiten dan underwriter (Suyatmin dan Sujadi, 2006:12). Untuk menciptakan harga saham yang ideal, terlebih dahulu perlu dipelajari faktor-faktor yang mempengaruhi gejala underpricing. Dengan mengetahui
faktor
yang
mempengaruhi
underpricing
akan
dapat
menghindarkan perusahaan yang akan go-public terhadap kerugian karena underestimate atas nilai pasar sahamnya, sedangkan bagi investor adalah sebaliknya. Beberapa faktor yang dapat dihubungkan dengan underpricing adalah reputasi auditor, reputasi underwriter, profitabilitas, pengalaman manajemen, besaran perusahaan, umur perusahaan, leverage keuangan, prosentase jumlah saham yang dipegang oleh pemilik lama, solvency ratio,
4
kondisi pasar. Dalam penelititan ini besarnya underpricing dalam hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya akan dibatasi oleh faktor-faktor yang dapat dianalisis di pasar modal Indonesia. Yang dimaksud dapat dianalisis di sini adalah faktor-faktor yang memang dapat dikuantifikasi serta datanya tersedia dalam bentuk data sekunder (Kusumawati dan Sudento, 2005:94). Dalam dua mekanisme penentuan harga tersebut sering terjadi perbedaan harga terhadap saham yang sama antara di pasar perdana dan di pasar sekunder. Apabila penentuan harga saham saat IPO secara sifnifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekuder hari pertama, maka terjadi yang disebut dengan underpricing. Sebaliknya, apabila harga saat IPO secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama, gejala ini disebut overpricing (Yasa, 2008:145). Sebelum memutuskan harga penerbitan, para penjamin umumnya melakukan temu wicara yang memberi penjamin dan manajemen perusahaan kesempatan untuk berbicara dengan para investor potensial. Para investor bisa memperlihatkan reaksi mereka pada penerbitan ini, mengusulkan apa yang mereka anggap sebagai harga yang adil, dan menunjukkan berapa banyak saham yang akan mereka beli. Ini memungkinkan penjamin membuat pembukuan kemungkinan pemesanan. Meskipun tidak terikat pada isyarat yang mereka berikan tersebut, para investor sadar bahwa jika mereka ingin tetap
5
memiliki reputasi yang baik di mata pihak penjamin, mereka tidak akan melanggar janji tentang ekspresi minat mereka (Brealey, et. al, 2008: 416). Penetapan harga IPO bukanlah hal sepele, tidak semua IPO terjual lebih rendah dari seharusnya. Banyak saham menunjukkan penjualan yang buruk setelah pelepasan perdana dan lainnya ada yang tidak bisa dijual sepenuhnya ke pasar. Oleh penjamin emisi, saham yang tidak terjual diusahakan untuk dijual rugi di pasar sekunder. Bankir investasi dalam hal ini menanggung resiko harga atas saham yang tidak terjual (Bodie, et. al, 2006: 91). Harga saham pada saat IPO ditentukan berdasarkan kesepakatan antara penjamin saham. Pada umumnya penjamin lebih banyak mengetahui tentang informasi pasar modal dibandingkan dengan investor dan penjamin akan selalu berupaya bernegosiasi dengan emiten agar saham – saham tidak terlalu tinggi harganya karena jika tidak laku dijual, penjamin hrus membeli saham yang tidak laku dijual tersebut. Oleh sebab itu, harga yang terjadi pada saat IPO cenderung underpricing daripada overpricing (Khomsiyah, 2005:168). Underpricing terjadi karena kondisi extante uncertainty mengenai harga yang ditawarkan saat IPO serta adanya asimetri informasi (Beatty dan Ritter 1986) dan Rock (1986) dalam Saftiana dan Amelia (2007:104) juga berargumentasi bahwa underpricing di perusahaan IPO diperlakukan untuk mengkompensasi investor yang tidak mempunyai informasi (uninformed investor) dengan pihak yang lebih banyak mempunyai informasi. Gumanti (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa secara rata-rata perusahaan yang go public mengalami underpricing, yaitu sebesar 22, 9%. Dan
6
hasil penelitian menunjukkan bahwa ownership retention dan penggunaan dana IPO untuk investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap initial return. Tingkat Underpricing dalam penelitian Saftiana dan Amelia (2007) cukup tinggi, yaitu sebesar 61, 5%. Temuan ini konsisten dengan temuan-temuan sebelumnya, yang menyatakan bahwa fenomena underpricing juga terjadi di pasar modal Indonesia. Yolana dan Martani (2005) melakukan penelitian dengan mengambil populasi perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran perdana antara tahun 1994-2001. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata underpricing sebesar 38% dengan standar deviasi sebesar 63,5%. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai underpricing. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel-variabel yang mempengaruhinya serta periode yang digunakan dari tahun 2007-2010 merupakan saat di mana krisis global terjadi sehingga diharapkan dapat mencerminkan dampak dari krisis global tersebut. Penelitian ini menggunakan variabel jenis industri, rasio profitabilitas (Return On Equity), dan ukuran penawaran. Variabel-variabel independen tersebut diambil karena dari berbagai penelitian terdahulu terdapat ketidak konsistenan hasil penelitian, sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap variabel-variabel tersebut. Atas dasar itulah, judul yang diangkat dalam penelitian
ini adalah
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia.
7
B. Perumusan Masalah Berbagai penelitian terdahulu yang telah dilakukan tentang fenomena underpricing pada penawaran saham perdana mendapatkan hasil penelitian yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, penulis perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang fenomena underpricing pada penawaran saham perdana dengan rumusan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di BEI. 2. Bagaimanakah pengaruh jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di BEI. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk menganalisis underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di BEI 2. Untuk menganalisis pengaruh jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di BEI. Manfaat dari penelitian ini diantaranya : 1. Akademisi/Peneliti Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca baik dari kalangan akademisi maupun non akademisi. Serta hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi yang dapat memberikan informasi bagi kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut.
8
2. Investor Bagi calon investor sebagai informasi dalam pengambilan keputusan investasi
dengan
mempertimbangkan
faktor–faktor
yang
dapat
mempengaruhi underpricing pada penawaran umum perdana. 3. Pihak Bursa Diharapkan hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan oleh pihak bursa untuk mengembangkan pasar modal yang lebih efisien yaitu pasar modal yang harga sahamnya mencerminkan seluruh informasi yang tersedia baik tersembunyi maupun yang dipublikasikan (informasi relevan). Dan penelitian ini juga bisa membantu pihak bursa dalam mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif dan saling menguntungkan karena bisa memacu investor baik lokal maupun asing untuk berinvestasi misalnya pada saat penawaran umum perdana. 4. Perusahaan Bagi perusahaan atau emiten yang akan melakukan penawaran umum perdana perlu mengetahui faktor– faktor yang dapat mempengaruhi saham perdana itu
mengalami
underpricing. Setidaknya perusahaan
bisa
menciptakan harga saham yang ideal bersama underwriter setelah mempelajari faktor – faktor yang mempengaruhi underpricing.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pasar yang relatif berjangka panjang (lebih lama dari waktu jatuh tempo satu tahun) untuk berbagai instrumen keuangan, seperti, obligasi dan saham. (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 322). Sedangkan menurut Brealey et, all (2008 : 37) pasar modal adalah pasar untuk ekuitas dan utang jangka panjang. Modal perusahaan adalah pendanaan jangka panjangnya. Sekuritas jangka pendek diperdagangkan di pasar uang. Jangka pendek berarti kurang dari 1 tahun. Brigham dan Houston (2009:150) mengungkapkan bahwa pasar modal (capital market) adalah pasar untuk saham – saham dan utang jangka panjang atau jangka menengah perusahaan. Pasar modal (capital market) merupakan pasar finansial yang khusus untuk jual beli sekuritas jangka panjang seperti saham dan obligasi (Herman Darmawi, 2005: 24). Pasar modal (capital market) adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan merupakan pasar yang konkret. Dana jangka panjang adalah dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Pasar modal dalam arti yang sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi tempat efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek.
10
Pengertian bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Budisantoso dan Triandaru, 2006:279). Pengertian pasar modal sebagaimana pasar pada umumnya yaitu merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Di sini yang diperjualbelikan adalah modal atau dana. Jadi pasar modal mempertemukan penjual modal/dana dengan pembeli modal/dana yang lazim disebut investor (Yulfasni, 2005:1). Pasar modal (capital market) adalah lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek. Selain itu pasar modal juga merupakan lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek dan perusahaan publik yang berkaitan dengan efek. Dengan demikian, pasar modal dikenal sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli modal/dana (Arthesa dan Handiman, 2006: 215). Untuk mendapatkan dana, perusahaan dapat menggunakan pasar keuangan (financial market). Bagian dari pasar keuangan yang sumber pembelanjaan jangka panjang bagi perusahaan adalah pasar modal (capital market). Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, tentang Pasar Modal, bahwa pengertian pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Warsono, 2003:355).
11
Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat terorganisasi di mana efek-efek diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa efek atau stock
exchange
adalah
suatu
sistem
yang
terorganisasi
yang
mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi Bursa Efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran (Siamat Dahlan, 2001: 249). Selanjutnya definisi Pasar Modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah kongkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Abstrak dalam pengertian pasar modal adalah transaksi yang dilakukan melalui mekanisme over the counter (OTC) (Siamat Dahlan, 2001: 249). Pasar modal juga disebut sebagai bursa efek dalam bahasa Inggris disebut Securitas Exchange atau Stock Market, seperti tampak pada istilahnya yang berbeda, namun pada intinya sama yaitu merupakan tempat bertemunya penjual daan dan pembeli dana yang dipasar modal atau bursa tersebut diperantarai oleh para anggota bursa selaku pedagang perantara perdagangan efek untuk melakukan transaksi jual-beli (Yulfasni, 2005:1). Dermawan Sjahrial (2006: 15) mengungkapkan bahwa pengertian pasar modal ada dua, yaitu :
12
a. Dalam Arti Sempit Pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang. b. Dalam Arti Luas 1. Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek. 2. Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembagalembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi, hipotek dan tabungan serta deposito berjangka. 2. Fungsi pasar Modal Menurut Yulfasni (2005:2) pasar modal dapat memainkan peranan penting dalam suatu perkembangan ekonomi suatu negara. Karena suatu pasar modal berfungsi sebagai: a. Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang produktif; b. Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha dan pembangunan nasional; c. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja; d. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi;
13
e. Memperkokoh beroperasinya mekanisme market dalam menata sistem moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana “open market operation” sewaktu-waktu oleh Bank sentral; f. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu “rate” yang reasonable; dan g. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal. 3. Pasar Perdana dan Pasar Sekunder a. Pasar Perdana (Primary Market) Terdapat dua jenis saham biasa (common stock) yang diterbitkan melalui pasar perdana. Pertama, penawaran perdana (initial public offering-IPO) adalah saham perusahaan yang dijual pertama kali ke publik oleh perusahaan yang tadinya berbentuk perseroan terbatas. Kedua, saham baru musiman (seasoned new issues) ditawarkan oleh perusahaan yang sudah pernah menerbitkan saham (Bodie, et.al, 2006: 86). Menurut Brigham dan Houston (2009:150) pasar primer atau pasar perdana adalah pasar dimana perusahaan – perusahaan mendapatkan modal baru. Jika suatu perusahaan ingin menerbitkan saham – saham biasa baru untuk mendapatkan modal, maka hal tersbut merupakan transaksi pasar primer. Perusahaan yang menjual saham yang baru diterbitkan tersebut akan menerima dana hasil penjualan atas penjualan di dalam suatu transaksi pasar primer. Sedangkan menurut Brealey et, all (2008 : 36) pasar primer adalah pasar untuk penjualan sekuritas baru oleh
14
perusahaan. Penerbitan saham baru meningkatkan baik jumlah kas yang dipegang oleh perusahaan maupun jumlah saham yang dipegang oleh publik. Pasar perdana adalah tempat penjamin emisi efek menjual efek baru untuk pertama kalinya kepada pemodal melalui penawaran umum. Penjamin emisi efek atas nama emiten wajib melakukan penawaran efek kepada masyarakat melalui pasar perdana selama berlangsungnya masa penawaran (offering period). Adapun pemasaran pendistribusian efek dilaksanakan penjamin efek dengan bantuan para agen penjual yang telah menjadi anggota bursa efek Indonesia(Yulfasni, 2005:48). Van Horne dan Wachowicz (2007 : 322) mengungkapkan pasar perdana (primary market) adalah pasar untuk “penerbitan” baru. Di pasar inilah dana dikumpulkan melalui penjualan arus sekuritas baru dari para pembeli sekuritas tersebut (sektor simpanan) kepada para penerbit sekuritas (sektor investasi). Kemudian Weston dan Copeland (1995:98) menambahkan bahwa pasar primer (primary market) merupakan pasar di mana saham dan obligasi pertama kali dijual. Pasar perdana merupakan penawaran surat berharga oleh penjamin emisi dibantu oleh broker pertama kali dibeli oleh kumpulan individu dan lembaga investasi (Dermawan Sjahrial, 2006: 15). Pasar primer (pasar perdana) adalah untuk penjualan sekuritas yang baru diterbitkan (Herman Darmawi, 2005: 24).
15
Perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas, misalnya saham, membeli jasa bank investasi (investment bank) yang tugasnya melakukan proses penjaminan emisi (underwriting), yaitu menggaransi harga sekuritas dan menjualnya ke publik. Penjualan perdana sekuritas terjadi di pesar primer (primary market), yaitu dibeli oleh investor pelanggan bank investasi yang bersangkutan (Ktut Silvanita, 2009: 4). Apabila dalam pasar perdana terjadi kelebihan jumlah permintaan di atas jumlah penawaran (over subscription) maka pendostribusian efek didasarkan pada sistem penjatahan (allotment). Adapun pembayaran kembali atas kelebihan uang pesanan (refund) dilakukan penjamin emisi dalam waktu selambat-lambatnya 4 hari setelah penjatahan kepada pemodal. Selanjutnya pada tanggal yang telah ditentukan penjamin emisi wajib menyerahkan seluruh hasil penjualan efek(Yulfasni, 2005: 49). b. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder adalah pasar untuk sekuritas yang telah ada (telah dibeli sebelumnya), bukan untuk emisi saham baru (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 322). Sedangkan menurut Brealey et, all (2008 : 37) pasar sekunder merupakan pasar tempat sekuritas yang diterbitkan sebelumnya diperdagangkan diantara investor. Brigham dan Houston (2009:150) mengungkapkan pasar sekunder (secondary market) adalah pasar dimana sekuritas yang telah ada dan beredar diperdagangkan diantara para investor.
16
Senada dengan Brigham dan Houston, Weston dan Copeland (1995:98) menambahkan bahwa pasar sekunder merupakan pasar di mana saham dan obligasi yang telah dijual di pasar perdana kemudian diperdagangkan. Pasar sekunder merupakan transaksi surat berharga oleh penjamin yang terjadi di pasar modal yang tidak akan mempengaruhi posisi keuangan perusahaan,
dan pengaruhnya hanya pada komposisi
kepemilikan saham perusahaan (Dermawan Sjahrial 2006: 15). Pasar sekunder adalah pasar untuk jual beli sekuritas lama, sebagai contoh adala bursa efek, bursa paralel, dan OTC (Herman Darmawi, 2005: 24). Kemudian Bodie, et. al (2006: 86 )menambahkan bahwa pasar sekunder (secondary market) merupakan tempat terjadinya pembelian dan penjualan antar investor atas sekuritas yang telah diterbitkan. Sekuritas yang dibeli di pasar primer dijual kembali kepada publik di pasar sekunder(secondary market). Dengan demikian, fungsi pasar sekunder adalah membuat sekuritas menjadi likuid. Selain itu, kondisi pasar sekunder sangat relevan untuk menentukan harga perdana(initial public offering, IPO) di pasar primer. Contoh pasar sekunder adalah pasar valuta asing (foreign exchange market), dan pasar keuangan derivatif, seperti future market, dan option market
(Ktut Silvanita,
2009:4).
17
Setelah melakukan penawaran pada pasar perdana dan semua efek tercatat aats nama masing-masing investor atau efek yang bersangkutan berada di tangan para investor, baru saham dicatatkan di bursa efek. Ini berarti bahwa efek tersebut hanya boleh diperdagangkan di bursa efek, sehingga kegiatan jual-beli saham perusahaan terjadi di luar perusahaan. Uang hasil perdaganagn di pasar sekunder tidak masuk kepada perusahaan melainkan ke dalam kas si penjual saham yang bersangkutan, sang investor (Yulfasni, 2005: 50). Pembelian
dan
penjualan
saham
dan
obligasi
yang
telah
diperjualbelikan terjadi di pasar sekunder. Transaksi dalam pasar ini tidak memberikan tambahan dana untuk membeli pabrik baru atau peralatan baru. Akan tetapi, keberadaan pasar sekunder yang terus berjalan akan meningkatkan likuiditas sekuritas yang telah beredar. Tanpa likuiditas ini, perusahaan yang menerbitkan sekuritas baru membayar imbal hasil yang tinggi karena para investor kesulitan untuk mencari pasar penjualan kembali bagi saham dan obligasi mereka. Jadi, perdagangan yang berlangsung atas sekuritas yang telah diperjualbelikan sangat penting untuk operasi pasar perdana yang efisien atau untuk penerbitan baru sekuritas jangka panjang (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 346).
18
B. Penawaran Umum Perdana (IPO) Pasar penawaran perdana (initial public offering-IPO) adalah turunan dari pasar primer. Di sini perusahaan–perusahaan melakukan “go public” dengan menawarkan saham–sahamnya kepada publik untuk pertama kalinya. Di banyak IPO, pihak orang dalam akan menjual beberapa saham mereka plus perusahaan menjual saham baru untuk mendapatkan tambahan modal (Brigham dan Houston, 2009:151). Adapun penawaran umum menurut definisi Pasal I Undang-Undang Pasar Modal adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaanya (Yulfasni, 2005:26) Pasar penawaran perdana (initial public offering-IPO) adalah saham perusahaan yang dijual pertama kali ke publik oleh perusahaan yang tadinya berbentuk perseroan terbatas (Bodie et. al, 2006: 86). Menurut Brealey et, al (2008 : 160) perusahaan menerbitkan lembaran saham biasa kepada publik ketika mereka perlu menggalang dana yang pada umumnya melibatkan perusahaan perbankan investasi untuk membantu mereka memasarkan saham–saham ini. Penjualan saham baru oleh perusahaan dikatakan terjadi pada pasar perdana. Ada dua tipe penerbitan saham perdana. Dalam penawaran publik awal, atau IPO (initial public offering), perusahaan yang dimiliki pribadi secara tertutup menjual saham pada publik untuk kali pertama. Perusahaan mapan yang telah menerbitkan saham kepada publik mungkin memutuskan untuk menggalang dana dari waktu ke waktu dengan
19
menerbitkan saham tambahan. Penjualan saham baru oleh perusahaan seperti ini juga merupakan penerbitan saham perdana, dan disebut dengan penawaran tambahan (seasoned offering). Ketika suatu perusahaan menerbitkan saham baru kepada publik, pemilik sebelumnya berbagi kepemilikan perusahaan dengan pemegang saham tambahan. Dalam hal ini, menerbitkan saham baru itu seperti memiliki mitra baru yang dilibatkan dalam perusahaan. Budisantoso dan Triandaru (2006: 285) mengungkapkan bahwa penawaran umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur oleh undang-undang dan peraturan pelaksanaanya. Kegiatan ini lebih populer disebut go public. Go public dapat menjadi strategi untuk mendapatkan dana dalam jumlah besar. Dana tersebut dapat digunakan untuk melakukan ekspansi, memperbaiki struktur permodalan, dan divestasi. Dengan adanya proses penawaran umum, perusahaan emiten akan mendapatkan banyak keuntungan. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya penawaran umum adalah: 1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus tanpa melalui termin-termin. 2. Proses untuk melakukan go public relatif mudah sehingga biaya untuk go pubic juga menjadi relatif murah. 3. Perusahaan dituntut untuk lebih terbuka sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk melakukan pengelolaan dengan lebih profesional. Untuk mendapatkan dana dari pasar modal, sebuah perusahaan dapat menerbitkan saham atau obligasi, tetapi tidak semua perusahaan dapat
20
melakukan hal tersebut. Perusahaan yang dapat menerbitkan saham, obligasi, atau bentuk sekuritas lain di pasar modal hanyalah perusahaan yang telah go public (Saftiana dan Amelia, 2007:103). Ketika saham dari sebuah perusahaan tertutup ditawarkan untuk yang pertama kalinya kepada masyarakat luas, maka perusahaan itu dikatakan masuk bursa (going public). Pasar untuk saham yang baru saja ditawarkan kepada publik itu disebut pasar penawaran perdana (initial public offering market). IPO mendapat banyak sorotan dalam beberapa tahun terakhir ini, terutama karena sejumlah penerbitan “panas” yang telah memberikan keuntungan yang spektakuler, sering kali dalam menit-menit pertama perdagangan (Brigham dan Houston, 2009:404). Van Horne dan Wachowicz (2007 :343) mengungkapkan bahwa jika perusahaan baru cukup berhasil, pemilik mungkin ingin “membawa perusahaan ke publik” dengan menjual saham biasa ke pihak luar. Sering kali keinginan ini diinspirasikan oleh para kapitalis perusahaan, yang ingin mendapatkan imbal hasil tunai atas investasi mereka. Dalam situasi lainnya, para pendiri mungkin hanya ingin menciptakan nilai, dan likuiditas, untuk saham biasa mereka. Apapun motivasinya, para pemilik dapat memutuskan untuk mengubah perusahaan mereka menjadi perusahaan publik. Terdapat pengecualian dalam pola kejadian ini: beberapa perusahaan besar dan berhasil memilih untuk tetap dimiliki secara terbatas. Perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal pada dasarnya menghindari proses intermediasi keuangan. Dengan kata lain, pihak yang
21
kelebihan dana (para investor) menyerahkan langsung dananya ke pihak yang meemrlukan dana (perusahaan). Banyak pihak yang terlibat dalam penerbitan sekuritas di pasar modal. Banyaknya pihak yang terkait tersebut antara lain dimaksudkan agar tidak terjadi penipuan informasi kepada para pemodal (Husnan dan Pudjiastuti, 2002: 428). Perusahaan yang akan mencari dana tambahan dari masyarakat melalui pasar modal maka perusahaan tersebut harus melakukan suatu proses going public atau go public. Pada hakekatnya perusahaan yang go public adalah perusahaan yang membuka diri terhadap keikutsertaan masyarakat dalam suatu perusahaan yang pada walnya brsifat tertutup, baik dengan cara pemilikan maupun dengan penetapan kebijakan pengelolaan perusahaanya(Yulfasni, 2005:30). Sebuah perusahaan yang akan going public dapat mengikuti prosedur yang terdiri dari tiga tahapan utama. Yang pertama adalah persiapan diri. Yang kedua adalah memperoleh ijin regristrasi dari BAPEPAM-LK. Yang ketiga adalah melakukan penawaran perdana ke publik (initial public offering) dan memasuki pasar sekunder dengan mencatatkan efeknya di bursa. (Jogiyanto, 2009: 89). C. Underpricing Underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau pada saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai initial return (IR) atau positif return bagi
22
investor. Underpricing adalah fenomena yang umum dan sering terjadi di pasar modal manapun saat emiten melakukan IPO (Yolana dan Martani, 2005: 538). Underpricing adalah menerbitkan sekuritas pada harga penawaran yang ditetapkan di bawah nilai sekuritas sebenarnya (Brealey et, al, 2008 :416). Para manajer perusahaan ingin mengamankan harga setinggi mungkin untuk saham mereka, tapi para penjamin cenderung berhati-hati karena mereka bisa menanggung saham tak terjual jika mereka salah mengestimasi permintaan investor terlalu tinggi. Akibatnya para penjamin biasanya mencoba memperendah harga penawaran publik awal. Cara yang dikenal sebagai underpricing ini, menurut mereka, dibutuhkan untuk membujuk investor membeli saham dan mengurangi biaya pemasaran emisi pada pelanggan. Underpricing menggambarkan biaya bagi pemilik saat ini karena investor baru diizinkan membeli saham perusahaan pada harga yang menguntungkan (Brealey et, al, 2008 :416). Investor menanamkan dananya di pasar perdana bertujuan untuk memperoleh initial return yang diperoleh dari selisih lebih antara harga di pasar sekunder dengan harga perdananya. Adanya initial return ini mengindikasikan bahwa terjadi underpricing saham di pasar perdana ketika masuk ke pasar sekunder (Suyatmin dan Sujadi,2006:12). Para manajer perusahaan ingin mengamankan harga setinggi mungkin untuk saham mereka, tapi para penjamin cenderung berhati-hati karena mereka bisa menanggung saham tak terjual jika mereka salah mengestimasi permintaan investor terlalu tinggi. Akibatnya, para penjamin biasanya mencoba
23
memperendah harga penawaran publik awal. Cara yang dikenal sebagai underpricing ini, menurut mereka, dibutuhkan untuk membujuk investor membeli saham dan mengurangi biaya pemasaran emisi pada pelanggan. Underpricing menggambarkan biaya bagi pemilik saat ini karena investor baru diizinkan membeli saham perusahaan pada harga yang menguntungkan (Brealey, et. al, 2008:416). Beberapa teori tentang fenomena underpricing pada penawaran umum perdana diantaranya asymetric information, winner’s curse, dan signalings theory. 1. Asymetric Information Informasi yang tidak asimetris atau asimetrik informasi (information asymetric) adalah informasi privat yang hanya dimiliki oleh investorinvestor yang mendapat informasi saja (informed investrors). Asimetrik informasi dapat terjadi di pasar modal atau di pasar yang lain (Jogiyanto, 2009: 516). Intinya adalah para calon investor sekuritas memiliki lebih sedikit informasi daripada pihak manajemen, dan pihak manajemen cenderung untuk menerbitkan sekuritas ketika penilaian pasar terhadap nilai perusahaan lebih tinggi daripada penilaian pihak manajemen. Hal ini secara khusus berlaku untuk saham biasa, dengan para investor hanya memiliki klaim residual atas laba dan aktiva. Oleh karena arus kas akan terpengaruh ketika sekuritas baru akan ditawarkan, pengaruh informasi asimetris sulit
24
untuk dideteksi dengan menggunakan data dari peenrbitan baru tersebut (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 345). Jika manajer tahu bahwa saham dinilai terlalu tinggi (overvalued), posisinya adalah sebaliknya. Jika perusahaan menjual saham baru pada harga tinggi, perusahaan akan membantu pemegang saham saat ini dengan mengorbankan pemegang saham baru. Manajer mungkin siap menerbitkan saham meskipun kas baru hanya ditaruh di bank (Brealey et, al, 2008 :424). Pada model Baron, penjamin emisi memiliki informasi yang lebih baik mengenai permintaan terhadap saham-saham emiten dibandingkan dengan emiten. Penjamin emisi akan memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk memperoleh kesepakatan optimal dengan emiten yaitu dengan memperkecil risiko keharusan membeli saham yang tidak laku terjual. Karena emiten kurang memiliki informasi maka emiten harus menerima harga yang murah bagi penawaran sahamnya (Suyatmin dan Sujadi, 2006:12). Ringkasnya, penerbitan sekuritas baru, maupun tawaran pertukaran, tampak menyebabkan pengaruh informasi yang dapat mempengaruhi harga saham. Manajer keuangan harus sadar atas pengaruh potensial ini sebelum memutuskan untuk menerbitkan sekuritas (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 346). Jika diasumsikan manajer (yang memiliki informasi lebih baik tentang perusahaan daripada investor luar) tahu bahwa saham mereka dinilai
25
terlalu rendah (undervalued). Jika perusahaan menjual saham baru pada harga rendah ini, perusahaan akan memberi pemegang saham baru kesepakatan yang lebih baik dengan mengorbankan pemegang saham lama. Dalam kondisi ini manajer mungkin siap mengorbankan investasi baru daripada menjual saham pada harga yang terlalu rendah (Brealey et, al, 2008 :424). Pada model Rock, informasi asimetri terdapat pada kelompok informed investor dan uninformed investor. Informed investor mengetahui informasi lebih banyak mengenai prospek perusahaan emiten, sehingga kelompok informed investor hanya berpartisipasi pada saham-saham yang underpriced. Kelompok uninformed investor menerima alokasi yang tidak proporsional. Agar kelompok uninformed investor berpartisipasi dalam penawaran perdana maka emiten akan menerima harga yang murah (underpriced) bagi penawaran sahamnya (Suyatmin dan Sujadi, 2006:12). 2. Winner’s Curse Sayangnya, underpricing tidak berarti bahwa tiap orang bisa kaya dengan membeli saham dalam IPO. Jika emisinya di-underprice, semua orang mau membelinya dan penjamin tidak akan mempunyai cukup saham untuk diputar. Karena itu investor cenderung hanya mendapatkan sedikit saham dari emisi yang menggairahkan ini. Jika dihargai lebih tinggi dari seharusnya (overpricing), dan penjamin akan sangat senang menjualnya pada investor. Fenomena ini dikenal dengan kutukan pemenang (winner’s curse) (Brealey et, al, 2008 :417).
26
3. Signalings Theory Kepercayaan pada tekanan harga ini menyiratkan bahwa emisi baru menekan harga saham untuk sementara di bawah nilai sebenarnya. Akan tetapi, pandangan ini sepertinya tidak sepenuhnya cocok dengan paham efisiensi pasar. Jika harga saham turun hanya karena naiknya penawaran, maka saham itu akan menawarkan pengembalian yang lebih tinggi daripada saham yang setara dan investor akan tertarik padanya seperti semut melihat gula (Brealey et, al, 2008 :423). Ketika perusahaan publik mengumumkan penerbitan sekuritas, maka mungkin terdapat pengaruh informasi yang menyebabkan reaksi pasar saham. Di berbagai penelitian di mana faktor-faktor lain yang menyebabkan pergerakan pasar dianggap konstan, para peneliti menemukan rekasi harga saham yang negatif (atau “imbal hasil abnormal”) atas penerbitan saham biasa atau sekuritas dapat dikonversi. Pengumuman mengenai utang biasa dan saham preferen cenderung tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan secara statistik (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 343). Kecenderungan harga saham untuk turun pada saat emisi mungkin tidak ada kaitannya dengan meningkatnya penawaran. Sebaliknya, emisi saham mungkin hanya sinyal bahwa manajer yang memiliki informasi percaya bahwa pasar telah menghargai saham terlalu tinggi (Brealey et, al, 2008 :423).
27
D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing 1. Jenis Industri Jenis industri digunakan sebagai variabel independen untuk melihat apakah underpricing terjadi pada hampir semua jenis industri yang IPO atau hanya pada jenis industri tertentu saja. Variabel jenis industri mungkin saja mempengaruhi underpricing karena tiap industri memiliki resiko dan tingkat ketidakpastian berbeda sehingga dapat mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Risiko untuk setiap sektor industri berbeda karena adanya perbedaan karakteristik. Perbedaan risiko ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor untuk setiap sektor juga berbeda. Sehingga tingkat underpricing saham perdana untuk tiap sektor industri mungkin akan berbeda (Yolana dan Martani, 2005:544). Setiap kelompok industri mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dari kelompok industri lain. Jenis industri merupakan variabel dummy. Pada hakekatnya variabel dummy ini dimaksudkan untuk menunjukkan apakah tingat underpriced perusahaan perusahaan dari industri manufaktur berbeda dengan perusahaan dari industri manufaktur (Suyatmin dan Sujadi, 2006:16). Penelitian Mischelly dan Shaw (1995) dalam Misnen Ardiansyah (2004:130) menemukan bahwa initial returns dipengaruhi oleh reputasi auditor, log offersize, reputasi penjamin emisi, dan variabel jenis industri dalam mempertimbangkan keputusan investasinya.
28
Permasalahan yang sering dihadapi adalah adanya variabel independen yang berskala ukuran non-metrik atau kategori. Jika variabel independen berukuran kategori atau dikotomi, maka dalam model regresi variabel tersebut harus dinyatakan sebagai variabel dummy dengan memberi kode 0 (nol) atau 1 (satu). Setiap variabel dummy menyatakan satu kategori variabel independen non-metrik, dan setiap variabel non-metrik dengan k kategori dapat dinyatakan dalam k-1 variabel dummy (Imam Ghozali, 2005: 128). 2. Return On Equity (ROE) Kim, Krinsky dan Lee (1993) dalam Saftiana dan Amelia (2007:108) berpendapat bahwa profitabilitas perusahaan dapat memberikan informasi kepada pihak luar perusahaan mengenai efektifitas operasional perusahaan, dimana profitabilitas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas ini diukur melalui perbandingan antara laba bersih yang dihasilkan dengan total ekuitas atau modal sendiri (ROE). Profitabilitas ini merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh perusahaan untuk membantu menentukan harga (offering price). Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2008: 204).
29
3. Ukuran Penawaran Pada saat perusahaan menawarkan saham baru maka terdapat aliran kas masuk dari proceeds (penerimaan dan pengeluaran saham). Proceeds menunjukkan besarnya ukuran penawaran saat IPO. Melalui IPO diharapkan akan menyebabkan membaiknya prospek perusahaan perusahaan yang terjadi karena ekspansi atau investasi yang akan dilakukan atas hasil IPO. Oleh karena itu, diduga bahwa proceeds berhubungan positif dengan harga pasar saham karena semakin tinggi proceeds, semakin rendah ketidakpastian yang berarti semakin tinggi harga saham. Dengan demikian semakin tinggi proceeds, initial returns semakin kecil (Misnen Ardiansyah, 2004:131).
30
E. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO
Judul Penelitian
Peneliti
Sampel
1
Reputasi Penjamin emisi Saham, reputasi Auditor Dan Tingkat Underpricing Pada Penawaran Perdana Di Bursa Efek Jakarta
Khomsiyah (2005)
48
2
Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Underpricing Penawaran Umum Perdana (IPO) Di Bursa Efek Jakarta.
Saftiana dan Amelia (2007)
34
Alat Statistik Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi Berganda
Kesimpulan Reputasi penjamin emisi saham mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap tingkat underpricing, baik pengukuran reputasi yang menggunakan proksi market share saham yang dijamin maupun saham yang ditawarkan. Sedangkan reputasi auditor mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap underpricing. Variabel persentase saham yang ditahan, umur perusahaan, Return on Asset, financial leverage, Earning Per Share, dan price Earning Ratio tidak mempunyai hubungan dengan tingkat undepricing. Sedngkan ukuran perusahaan secara signifikan mempunyai hubungan dengan tingkat underpricing. Hasil penelititan ini menunjukkan tingkat underpricing cukup tinggi, yaitu sebesar 61,5%. Dengan melihat hasil uji statistik, maka variabel skala/besaran perusahaan, umur perusahaan, persentase kepemilikan saham yang ditahan, financial leverage, dan profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan dengan tingkat signifikansi 5% baik secara simultan maupun parsial.
31
Alat Statistik Analisis Regresi Berganda
NO
Judul Penelitian
Peneliti
Sampel
3
Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Jakarta
Yasa (2008)
215
4
Analisis Faktor- Trisnaningsih Faktor yang (2005) Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta
23
Analisis Regresi Berganda
5
Analisis Pengaruh Profitabilitas (ROE), Ukuran Perusahaan (Size), dan Leverage Keuangan Terhadap Tingkat Underpricing pada Penawaran Perdana (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Jakarta
Kusumawati dan Sudento (2005)
85
Analisis Regresi Berganda
Kesimpulan initial return dipengarhi oleh reputasi underwriter dan profitabilitas perusahaan (ROA). Penelitian ini gagal untuk mendapatkan bukti bahwa ada hubungan antara reputasi auditor dengan tingkat underpricing. reputasi underwriter, financial leverage, dan Return on Asset (ROA) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan reputasi underwriter dan financial leverage berpengaruh secara parsial terhadap tingkat underpricing dengan tingkat signifikansi 5%. Nilai underpricing secara ratarata dalam penelitian ini cukup besar yaitu 44, 21% dengan standar deviasi sebesar 56, 18%. Variabel profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan dan leverage keuangan (solvabilitas) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada penawaran perdana di Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk periode tahun 1997 sampai dengan tahun 2002. Secara terpisah (parsial), variabel profitabilitas perusahaan (ROE) dan leverage keuangan (solvabilitas) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan variabel ukuran perusahaan yang diproksi dengan total aktiva berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing di Bursa Efek Jakarta. 32
Alat Statistik Analisis Regresi Berganda
NO
Judul Penelitian
Peneliti
Sampel
6
Ownership Retention, Jumlah Faktor Resiko, Tujuan Penggunaan Dana, dan Underpricing di Pasar Perdana Saham Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun 1994-2001
Tatang Ary Gumanti (2007)
290
Yolana dan Martani (2005)
131
Analisis Regresi Berganda
Pengaruh Variabel Keuangan terhadap return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi besaran Perusahaan terhadap hubungan antara Variabel keuangan dengan Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO di BEJ
Misnen Ardiansyah (2004)
64
Analisis Regresi Berganda
7
8
Kesimpulan ownership retention dan penggunaan dana IPO untuk investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap initial return
Tingkat underpricing dalam penelitian ini cukup tinggi, yaitu 38%, secara simultan variabel bebas terbukti mempengaruhi variabel terikat underpricing. Dari hasil regresi diperoleh adjusted R-squared sebesar 28,15%. Keempat variabel bebas(rata-rata kurs, skala perusahaan, ROE, jenis industri) berhasil membuktikan bahwa sevara parsial – dengan asumsi variabel bebas lain konstan – mempengaruhi underpricing dengan alasan yang telah dipaparkan di atas pada masing-masing variabel bebas. Sedangkan variabel reputasi penjamin emisi ternyata tidak terbukti mempengaruhi underpricing dengan arah negatif secara parsial. Hasil analisis regresi pengaruh variabel keuangan terhadap initial return menunjukkan bahwa hanya earning per share yang berpengaruh signifikan. Informasi lain yaitu ROA, financial leverage, ukuran penawaran (proceed), pertumbuhan laba, current ratio, dan besaran perusahaan tidak berpengaruh terhadap initial return. 33
Alat Analisis Analisis Regresi Berganda
NO
Judul Penelitian
Peneliti
Sampel
9
Analisis Pengaruh Variabel Keuangan dan Non keuangan terhadap Initial Return dan Return 7 Hari Setelah Initial Public Offerings (IPO)
Kurniawan (2007)
38
10
Would various benchmark measurements affect abnormal return performances of IPO? Evidence from Taiwan’s IPO market
Ming-Yuan Leon Li (2008)
458
Purging marjet adjusted returns dan NonPurging marketadjusted returns
11
Local underwriter oligopolies and IPO underpricing
Liu dan Ritter (2011)
4510
Odinary Least Square Regressio n
Kesimpulan Hasil analisis regresi terhadap initial return menunjukkan bahwa secara parsial variabel total asset turnover, prosentase penawaran saham, ROE berpengaruh signifikan terhadap return awal di pasar perdana pada alpha 0,05. Variabel lain yaitu Current Ratio, Debt to Eqiuty Ratio, Earning Per Share, umur perusahaan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Berbagai pengukuran portofolio yang digunakan akan berdampak pada estimasi abnormal return IPO. Ratarata tingkat underpricing jangka pendek yang diukur dengan initial return adalah 28,42%, sedangkan pada jangka panjang menunjukkan tingkat underpricing yang lebih rendah. Tingkat underpricing di pasar modal Amerika pada periode 1993-1998 sebesar 15,9%, periode 1999-2000 sebesar 64,5%, dan periode 2001-2008 sebesar 12,1% sehingga ratarata underpricing sebesar 24,4%. Hasil analisis regresi terhadap initial return menunjukkan bahwa Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan, dan jenis industri berpengaruh terhadap underpricing. Sedangkan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Sumber : Hasil Penelitian Terdahulu
34
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu : 1. Periode yang digunakan dari tahun 2007-2010 merupakan saat di mana krisis global terjadi sehingga diharapkan dapat mencerminkan dampak dari krisis global tersebut terhadap penawaran perdana. 2. Penelitian ini menggunakan variabel jenis industri, rasio profitabilitas (Return On Equity), dan ukuran penawaran. Variabel-variabel independen tersebut diambil karena dari berbagai penelitian terdahulu terdapat ketidak konsistenan hasil penelitian, sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap variabel-variabel tersebut.
35
F. Kerangka Berpikir BEI
Perusahaan Go Public
IPO
Variabel Independen 1. Jenis Industri 2. Return On Equity (ROE) 3. Ukuran Penawaran
Variabel Dependen Tingkat Underpricing .
One Sample t-test
Model Regresi UP = β0 + β1 JI + β2 ROE + β3 K + e Asumsi Klasik
Normalitas
Multikolinearitas
Autokorelasi
Heteroskedastisitas
Analisis Model Regresi
Uji t (Parsial)
Uji F (Simultan)
Koefisien Determinasi
Interpretasi Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
36
G. Hipotesis Penelitian 1.
Ho : µ ≤ 0
tidak terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia.
Ha : µ > 0
terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia.
2.
Ho : β1 = 0
tidak terdapat pengaruh jenis industri terhadap tingkat underpricing secara parsial.
Ha : β1 ≠ 0
terdapat pengaruh jenis industri terhadap underpricing secara parsial.
3.
Ho : β2 = 0
tidak terdapat pengaruh ROE terhadap tingkat underpricing secara parsial.
Ha : β2 ≠ 0
terdapat pengaruh ROE terhadap underpricing secara parsial.
4.
Ho : β3 = 0
tidak terdapat pengaruh ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing secara parsial.
Ha : β3 ≠ 0
terdapat
pengaruh
ukuran
penawaran
terhadap
underpricing secara parsial. 5.
Ho : β1= β2=β3= 0 tidak terdapat pengaruh jenis industri,
ROE, dan
ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing secara simultan. Ha : β1≠β2≠β3≠ 0
tidak terdapat pengaruh jenis industri,
ROE, dan
ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing secara simultan
37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat underpricing pada penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Faktor–faktor tersebut adalah jenis industri, ROE dan ukuran penawaran. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan Go Public yang mengalami underpricing saat melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007-2010. Periode pengamatan dari 20072010 dipilih dikarenakan pada periode tersebut terdapat krisis global pada tahun 2008 yang diawali dari krisis yang terjadi di Amerika Serikat. B. Metode Penentuan Sampel Sampel yang diambil untuk keperluan penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang disesuaikan dengan tujuan dan target tertentu. Kualifikasi sampel digunakan dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada periode 2007-2010. 2. Perusahaan mengalami underpicing pada penawaran perdana (IPO). Yaitu perusahaan yang memiliki nilai initial return lebih besar dari nol. 3. Memiliki informasi atau ketersediaan data yang akan digunakan dalam penelitian.
38
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Indonesian Stock Exchange (IDX), yahoofinances, jurnal, literatur, dan internet. Data yang digunakan meliputi : 1. JSX/IDX Fact Book pada periode 2007-2010. 2. Data perkembangan harga saham harian pada saat perusahaan melakukan penawaran perdana pada periode 2007-2010. 3. Laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan pada tahun perusahaan melakukan penawaran umum perdana pada periode 2007-2010. 4. Direktori Pasar Modal Indonesia (DPMI) atau Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 5. Ringkasan kinerja perusahaan yang terdaftar di BEI. D. Metode Analisis 1. Menghitung initial return Untuk dapat menentukan variabel IR (initial return) diperlukan data harga penawaran perdana dan harga saham pada penutupan pada hari pertama saham tersebut dipedagangkan di pasar sekunder. Penentuan variabel IR dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
39
IR =
IR
−
100%
= Initial Return
Offering Price = harga penawaran perdana saham IPO Closing Price
= harga penutupan hari pertama setelah melakukan IPO
Setelah IR dapat diketahui angkanya, kemudian ditentukan perusahaan sampel. Yaitu perusahaan yang memiliki IR lebih besar dari nol. 2. Uji-t satu sampel (one sample t-test) Uji-t satu sampel (one sample t-test) digunakan untuk menguji purata (mean) dari sampel tunggal terhadap suatu purata acuan (µ0) dengan asumsi data terdistribusi normal (Uyanto, 2006:77). Dalam penelitian ini objek yang akan diuji menggunakan uji-t satu sampel ini adalah seluruh IPO saham perusahaan dari tahun 2007 sampai dengan 2010 di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini akan menguji apakah telah terjadi underpricing di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010 dengan α = 0,05. Jika hal ini benar, maka nilai initial return perusahaan akan lebih tinggi dari rata-rata µ0 = 0.; karena itu digunakan uji hipotesis satu sisi (one-sided atau one-tailed test) untuk sisi atas (upper tailed) dengan hipotesis: Ho : µ ≤ 0 Ha : µ > 0
40
Keputusan yang didapatkan apakah terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2009. Kriteria pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut : Jika P-value < α, maka Ho ditolak Jika P-value ≥ α, maka Ho tidak dapat ditolak 3. Uji Asumsi Klasik Untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel independen terhadap dependen baik secara parsial maupun secara simultan, maka digunakan regresi linear berganda (Multiple Regression) dan alpha yang digunakan adalah 5%. Sebelum dilakukan pengujian dengan regresi berganda, variabel-variabel penelitian diuji dengan asumsi klasik atau bisa dikenal dengan uji BLUE (Best Linear Unbiased Estimate) yaitu data terdistribusi normal (uji normalitas), tidak terjadinya heteroskedastisitas, tidak terjadinya autokorelasi dan tidak terjadinya multikolinearitas (Suyatmin dan Sujadi, 2006: 22). Uji asumsi klasik terdiri dari pengujian-pengujian sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji statistika Kolmogorov-Smirnov (K-S) merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi dengan distribusi tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal (Widarjono, 2010). Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis (Imam Ghozali, 2005: 114):
41
H0
: Data residual berdistribusi normal
Ha
: Data residual tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut :
Jika P-value < α, maka Ho ditolak Jika P-value ≥ α, maka Ho tidak dapat ditolak b. Uji Heteroskedastisitas Asumsi dalam model regrasi adalah: (1) residual (ei) memiliki nilai ratarata nol, (2) residual memiliki varian yang konstan atau var(ei)=σ2, dan (3) residual suatu observasi tidak saling berhubungan dengan residual observasi lainnya atau cov(epe)=0, sehingga menghasilkan estimator yang BLUE (Winarno, 2007: 5.8). Apabila asumsi (1) tidak terpenuhi, yang terpengaruh hanyalah slope estimator dan ini tidak membawa konsekuensi serius dalam analisis ekonometri. Sedangkan apabila asumsi (2) dan (3) dilanggar, maka akan membawa dampak serius bagi prediksi dengan model yang dibangun (Winarno, 2007: 5.8). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara variabel dependen dan residualnya dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi- Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar analisis (Imam Ghozali, 2005: 105) :
42
1) Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasatisitas. c. Uji Autokorelasi Autokrelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual satu observasi dengan observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudaah timbul pada data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian, tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antarobjek (cross section) (Winarno, 2007: 5.24). Pada penelitian ini digunakan Uji Durbin Watson untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocrrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen (Imam Ghozali, 2005: 96). Hipotesis yang akan diuji adalah : Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
43
Tabel 3.1 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tdk ada autokorelasi positif Tolak 0< d < dl Tdk ada autokorelasi positif
No Decision
dl ≤ d ≤ du
Tdk ada autokorelasi negatif
Tolak
4-dl < d < 4
Tdk ada autokorelasi negatif
No Decision
4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tdk ada autokorelasi, Positif atau negatif
Tdk ditolak
du < d < 4-du
Sumber : Imam Ghozali (2005: 96) d. Uji Multikolinearitas Masalah multikolinearitas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti di antara satu atau lebih variabel independen dalam model. Dalam kasus terdapat multikolinearitas yang serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni dari variabel independen dalam model (Utomo, 2007:161). Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mulyikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Imam Ghozali, 2005: 92). 4. Analisis Model Regresi Regresi adalah alat analisis statistik yang berguna untuk mempelajari arah dan besarnya pengaruh dari satu atau lebih variabel (selanjutnya disebut sebagai variabel independen-independent variable) terhadap satu atau lebih variabel lain
44
(selanjutnya disebut sebagai vaiabel dependen-dependent variable). Regresi yang mengandung satu variabel indepeden sering disebut sebagai regresi sederhana (simple regression), sedangkan bila variabel independennya lebih dari satu sering disebut sebagai regresi berganda (multiple regression) (Utomo,2007: 147). Metode yang digunakan dalam penelititan ini adalah analisis regresi linear berganda (multiple regression). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabe dependen. Model persamaan regresi adalah sebagai berikut: UP = β0 + β 1 JI + β 2 ROE + β 3 K + e UP
= Variabel dependen underpricing yang diwakili dengan Initial Return
β0
= konstanta
β1 – β3
= koefisien regresi dari setiap variabel bebas
JI
= Jenis industri
ROE
= Return On Equity
K
= Ukuran Penawaran
e
= error term
45
5. Pengujian Hipotesis a. Uji Parsial / Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh sautu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005: 84). 1) Ho : βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh JI, ROE, dan K secara parsial terhadap UP. 2) Ha : βi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh JI, ROE, dan K secara parsial terhadap UP. b. Uji Simultan / Uji F Uji statistik F
pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat (Imam Ghozali, 2005: 84). 1) Ho : β1= β2= β3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh JI, ROE, dan K secara simultan terhadap UP. 2) Ha : β1≠ β2≠ β3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh JI, ROE, dan K secara simultan terhadap UP. c. Menentukan level of significance (α) Level of significance (α) ditentukan sendiri oleh penguji atau peneliti berdasarkan tingkat kesulitan pengumpulan data. Jika data sulit dikumpulkan, sebaiknya menggunakan alfa (α) yang relatif besar, dan bila pengumpulan data
46
lebih mudah, menggunakan α relatif kecil. Digunakan untuk membandingkan nilai sig pada uji t, apakah lebih besar dari α atau lebih kecil, dan pada uji F, dengan membandingkan nilai sig pada uji F atau pada tabel ANOVA, apakah lebih besar dan nilai atau tidak. (Danang, 2009: 13). Dalam penelitian ini digunakan α = 5%. 6. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (Adjusted R Square) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai adjusted R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, bila adjusted R2 kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel babas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Imam Ghozali, 2005: 83). Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik (Imam Ghozali, 2005: 83). E. Operasional Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable), diantaranya:
47
1. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat/ yang dipengaruhi (dependent variable) pada peneltian ini adalah tingkat underpricing. Underpricing (UP), variabel ini diukur dengan melihat selisih antara harga penutupan (closing price/CP) pada hari pertama diperdaganglan di bursa dengan harga di pasar perdana (offering price/OP), bila hasilnya
positif
berarti
terjadi
underpricing.
Ukuran
underpricing
ini
menggunakan initial return dan bukan abnormal return karena underpricing hanya dilihat dari beberapa capital gains yang dinikmati oleh pemodal pada hari pertama saham tersebut diperdagangkan di bursa tanpa dibandingkan dengan return pasar dan atau memperhatikan faktor
resiko (Saftiana dan Amelia,
2007:110).
Keterangan : IR
= Initial Return (return awal)
CP
= Closing Price (harga penutupan hari pertama di pasar sekuder)
OP
= Offered Price (harga penawaran perdana saham IPO)
2. Variabel Bebas (Independent Variable) a. Jenis Industri Dalam penelitian ini, variabel ini merupakan variabel dummy, di mana sampel dikelompokkan ke dalam kelompok perusahaan manufaktur dan perusahaan non manufaktur. Kelompok perusahaan manufaktur diberi nilai 1
48
dan kelompok perusahaan non manufaktur diberi nilai 0 (Misnen Ardiansyah, 2004:137). b. Return On Asset (ROE) Besarnya nilai ROE diperoleh dari Direktori Pasar Modal Indonesia atau Indonesian Capital Market Directory dan ringkasan kinerja perusahaan yang terdaftar di BEI. c. Ukuran Penawaran Ukuran penawaran atau proceeds merupakan hasil yang diterima dari pengeluaran saham. Variabel ini diukur dengan nilai penawaran saham perusahaan pada saat melakukan IPO. Nilai penawaran saham ini dapat dihitung dengan harga penawaran (offering price) dikalikan dengan jumlah lembar saham yang diterbitkan. (Suyatmin dan Sujadi, 2006:21).
49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Sebagaimana diketahui, bahwa pasar modal sangat erat hubungannya dengan perkembangan perekonomian suatu negara dan perekonomian sangat dipengaruhi oleh stabilnya politik. Dengan ekonomi dan politik yang stabil, maka pasar modal dapat berkembang sesuai dengan tahapan yang disebut dengan Panca Tahap Pasar Modal. Kelima tahapan dalam Panca Tahap Pasar Modal adalah : (1) Tahap Pembentukan, (2) Tahap Stimulasi, (3) Tahap Kebangkitan, (4) Tahap Kestabilan, dan (5) Tahap Kemapanan (Ahmad Rodoni, 2008: 41). Kemudian Siamat Dahlan (2001: 250) menambahkan untuk menggairahkan kembali pasar modal, pemerintah melakukan deregulasi di sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar modal. Deregulasi yang dapat dianggap sangat mempengaruhi perkembangan pasaar modal Indonesia antara lain adalah Pakto 27, 1988 dan Pakdes 20, 1988. Pada masa orde baru, Panca tahap Pasar Modal Indonesia sudah dimulai, tidak seperti pada masa sebelumnya, hanya berada pada tahapan pertama kemudian hilang jarena kelesuan ekonomi (Ahmad Rodoni, 2008: 41).
50
Siamat Dahlan (2001: 250) mengungkapkan untuk merangsang perusahaan melakukan emisi, pemerintah memberikan keringanan atas pajak perseroan (Pps) sebesar 10%-20% selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu kepada investor perorangan WNI yang membeli saham melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan (Ppd) atas capital gain, pajak atas bunga, dividen, royalti dan pajak kekayaan atas nilai saham/bukti penyertaan modal. Selanjutnya, selama peiode 1983-1987, pasar modal kita kembali tidak bergairah. Hal tersebut terlihat dari tidak berubahnya jumlah emiten yaitu 23 perusahaan untuk emisi dan 3 perusahaan emisi obligasi. Penyebab berkurangnya minat perusahaan melakukan emisi pada periode tersebut antara lain sebagai berikut : a. Rasio laba bersih dengan modal sendiri untuk tahun terakhir minimal 10%. b. Penetapan harga(pricing) saham diteliti Bapepam. c. Pemeriksaan secara ketat dan intensif oleh Bapepam terhadap emiten. 2. Struktur Pasar Modal Indonesia Struktur pasar modal Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 8/1995 tentang Pasar Modal Indonesia (UUPM). Berdasarkan ketentuan dalam UUPM, Bapepam selaku Badan Pengawas Pasar Modal (The Capital Market Supervisory Board) melaksanakan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari pasar modal (Rodoni, 2005: 119). Badan serupa Bapepam di luar negeri biasanya disebut Securities and Exchange Commision. Bapepam yang dulu merupakan singkatan dari Badan
51
Pelaksana Pasar Modal (lahur tahun 1976), yang kemudian fungsinya diganti menjadi Badan Pengawas Pasar Modal sejak 1992. Bapepam merupakan salah satu unit di lingkungan Departemen Keuangan (Rodoni, 2005: 119).
Menteri Keuangan
Bapepam
Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP)
Bursa Efek
Perusahaan Efek - Penjamin Emisi - Pedagang Perantara Efek - Manajer Investasi
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)
Lembaga Penunjang Profesi Penunjang - Biro Administrasi - Akuntan Efek - Konsultasi - Bank Kustodian Hukum - Wali Amanat - Penilai - Penasehat Investasi - Notaris - Pemeringkat Efek2.1 Gambar
Emiten - Perusahaan Publik - Reksa Dana
Gambar. 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia Sumber : Ahmad Rodoni (2005 : 120) B. Analisis dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan yang melakukan IPO yang mengalami underpricing saat melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007-2010 dengan metode purposive sampling. Pengamatan yang telah dilakukan dari tahun 2007-2010 terdapat 77 perusahaan yang
52
melakukan penawaran umum perdana (IPO). Namun, dari 77 perusahaan yang melakukan IPO
tersebut hanya 61 perusahaan yang memenuhi persyaratan
penelitian ini. 1. Analisis Deskriptif Tingkat Underpricing Tabel 4.1 Perusahaan Yang IPO Tahun 2007-2010 No
Kode
Nama Perusahaan
Tanggal Listing
Harga
IR
Penawaran
Penutupan
%
1
ACES
Ace Hardware Indonesia Tbk
06/11/2007
820
980
19,51
2
ASRI
Alam Sutera Realty Tbk
18/12/2007
105
178
69,52
3
BACA
Bank Capital Indonesia Tbk
04/10/2007
150
205
36,67
4
BISI
Bisi Internasional Tbk
28/05/2007
200
340
70
5
BKDP
Bukit Darmo Property Tbk
15/06/2007
120
204
70
6
COWL
Cowell Development Tbk
19/12/2007
130
221
70
7
CSAP
Catur Sentosa Adiprana Tbk
12/12/2007
200
220
10
8
CTRP
Ciputra Property Tbk
07/11/2007
700
610
-12,86
9
DEWA
Darma Henwa Tbk
18/12/2007
335
565
68,66
10
DGIK
Duta Graha Indah Tbk
19/12/2007
225
205
-8,89
11
GPRA
Perdana Gapura Prima Tbk
10/10/2007
310
345
11,29
12
ITMG
Indo Tambangraya Megah Tbk
18/12/2007
14000
19600
40
13
JKON
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
04/12/2007
615
980
59,35
14
JSMR
Jasa Marga Tbk
12/11/2007
1700
2050
20,59
15
LCGP
Laguna Cipta Griya Tbk
13/07/2007
125
212
69,6
16
MCOR
PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk
03/07/2007
200
225
12,5
17
MNCN
Media Nusantara Citra Tbk
22/06/2007
900
940
4,44
18
PKPK
Perdana Karya Perkasa Tbk
11/07/2007
400
680
70
19
PTSN
Sat Nusapersada Tbk
08/11/2007
580
640
10,34
20
SGRO
Sampoerna Agro Tbk
18/06/2007
2340
2525
7,91
21
WEHA
Panorama Transportasi Tbk
31/05/2007
245
415
69,39
22
WIKA
Wijaya Karya Tbk
29/10/2007
420
560
33,33
23
ADRO
Adaro Energy Tbk
16/07/2008
1100
1730
57,27
24
BAEK
Bank Ekonomi Raharja Tbk
08/01/2008
1080
1320
22,22
25
BTPN
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
12/03/2008
2850
2775
-2,63
26
BYAN
Bayan Resources Tbk
12/08/2008
5800
5450
-6,03
27
BAPA
Bekasi Asri Pemula Tbk
14/01/2008
150
255
70
53
N O
KODE
Nama Perusahaan
Harga
Tanggal Listing
Penawaran
Penutupan
IR %
28
BSDE
Bumi Serpong Damai Tbk
06/06/2008
550
560
1,82
29
PDES
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
08/07/2008
200
340
70
30
ELSA
Elnusa Tbk
06/02/2008
400
515
28,75
31
GZCO
Gozco Plantation Tbk
15/05/2008
225
275
22,22
32
HOME
Hotel Mandarine Regency Tbk
17/07/2008
110
183
66,36
33
INDY
Indika Energy Tbk
11/06/2008
2950
3425
16,1
34
KBRI
Kertas Basuki Rahmat Tbk
11/07/2008
260
355
36,54
35
KOIN
Kokoh Inti Arebama Tbk
09/04/2008
170
226
32,94
36
SIAP
Sekawan Intipratama Tbk
17/10/2008
150
159
6
37
TRAM
Trada Maritime Tbk
10/09/2008
125
159
27,2
38
TPIA
Tri Polyta Indonesia Tbk
16/05/2008
2200
2850
29,55
39
TRIL
Triwira Insanlestari
28/01/2008
400
680
70
40
VRNA
Verena Oto Finance Tbk
25/06/2008
100
83
-17
41
YPAS
Yanaprima Hastapersada
05/03/2008
545
640
17,43
42
AMRT
Sumber Alfaria Trijaya Tbk
15/01/2009
395
395
0
43
BBTN
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
17/12/2009
800
840
5
44
BCIP
Bumi Citra Permai Tbk
11/12/2009
110
173
57,27
45
BPFI
Batavia Prosperindo Finance Tbk
01/06/2009
110
121
10
46
BWPT
BW Plantation Tbk
27/10/2009
550
570
3,64
47
DSSA
Dian Swastatika Sentosa Tbk
10/12/2009
1500
2250
50
48
GDST
Gunawan Dianjaya Steel Tbk
23/12/2009
160
131
-18,13
49
GTBO
Garda Tujuh Buana Tbk
09/07/2009
115
105
-8,7
50
INVS
Inovisi Infracom Tbk
03/07/2009
125
145
16
51
MKPI
Metropolitan Kentjana Tbk
10/07/2009
2100
2750
30,95
52
NIKL
Pelat Timah Nusantara Tbk
14/12/2009
325
300
-7,69
53
RINA
Katarina Utama Tbk
14/07/2009
160
155
-3,13
54
TRIO
Trikomsel Oke Tbk
21/08/2009
225
230
2,22
55
APLN
Agung Podomoro Land Tbk
30/07/2004
365
410
12,33
56
BIPI
Benakat Petroleum Energy Tbk
19/04/2007
140
191
36,43
57
BJBR
Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten
08/04/1999
600
900
50,00
58
BORN
Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk
15/03/2006
1170
1280
9,40
59
BRAU
Berau Coal Energy Tbk
07/09/2006
400
445
11,25
60
BRMS
Bumi Resources Minerals Tbk
06/08/2003
635
700
10,24
61
BSIM
Bank Sinarmas Tbk
15/09/1989
150
255
70,00
62
BUVA
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
15/12/2000
260
310
19,23
63
EMTK
Elang Mahkota Teknologi Tbk
03/08/1983
720
730
1,39
64
GOLD
Golden Retailindo Tbk
08/11/1995
350
520
48,57
54
No
Kode
Nama Perusahaan
Harga
Tanggal Listing
Penawaran
Penutupan
IR %
65
GREN
Evergreen Invesco Tbk
18/09/2003
105
178
69,52
66
HRUM
Harum Energy Tbk
12/10/1995
5200
5450
4,81
67
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
02/09/2009
5395
5950
10,29
68
IPOL
Indopoly Swakarsa Industry Tbk
24/03/1995
210
235
11,90
69
KRAS
Krakatau Steel (Persero) Tbk
27/10/1971
850
1270
49,41
70
MFMI
Multifiling Mitra Indonesia Tbk
09/07/1992
200
340
70,00
71
MIDI
Midi Utama Indonesia Tbk
28/06/2007
275
410
49,09
72
PTPP
PP (Persero) Tbk
26/08/1953
560
580
3,57
73
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk
08/03/1995
1275
1490
16,86
74
SKYB
Skybee Tbk
10/06/1995
375
560
49,33
75
TBIG
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
08/11/2004
2025
2400
18,52
76
TOWR
Sarana Menara Nusantara Tbk
02/06/2008
1050
1570
49,52
77
WINS
Wintermar Offshore Marine Tbk
18/12/1995
380
335
-11,84
Sumber : data diolah Tabel 4.2 Seleksi Pemilihan Sampel Keterangan 1. Perusahaan yang IPO 2. Perusahaan yang tidak mengalami underpricing 3. Perusahaan yang datanya tidak lengkap 4. Perusahaan yang relisting Jumlah sampel yang memenuhi persyaratan Sumber : hasil olah data
Jumlah Perusahaan 77 (11) (4) (1) 61
Perusahaan yang tidak mengalami underpricing ada 11 perusahaan diantaranya PT. Ciputra Property Tbk., PT Duta Graha Undah Tbk., PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk., PT Bayan Resources Tbk., PT Berena Oto Finances Tbk., PT Sumber Alfaria Trujaya Tbk., PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk., PT Garda Tujuh Buana Tbk., PT Pelat Timah Nusantara Tbk., PT Katarina Utama Tbk dan PT Wintermar Offshore Marine Tbk. Sedangkan perusahaan
55
yang relisting ada 1 peusahaan yaitu PT Tri Polyta Indonesia Tbk. Dan perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data penelitian yang dibutuhkan ada 4 perusahaan yaitu PT. Gozco Plantations Tbk, PT Dian Swastika Sentosa Tbk, PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk. Sehingga dari 77 perusahaan yang melakukan IPO di BEI pada tahun 20072010, hanya 61 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini. Tabel 4.3 Sampel Yang Sesuai Kriteria No
Kode
1
ACES
2 3
Nama Perusahaan
Tanggal Listing
Harga
IR
Penawaran
Penutupan
%
Ace Hardware Indonesia Tbk
06/11/2007
820
980
19,51
ASRI
Alam Sutera Realty Tbk
18/12/2007
105
178
69,52
BACA
Bank Capital Indonesia Tbk
04/10/2007
150
205
36,67
4
BISI
Bisi Internasional Tbk
28/05/2007
200
340
70
5
BKDP
Bukit Darmo Property Tbk
15/06/2007
120
204
70
6
COWL
Cowell Development Tbk
19/12/2007
130
221
70
7
CSAP
Catur Sentosa Adiprana Tbk
12/12/2007
200
220
10
8
DEWA
Darma Henwa Tbk
18/12/2007
335
565
68,66
9
GPRA
Perdana Gapura Prima Tbk
10/10/2007
310
345
11,29
10
ITMG
Indo Tambangraya Megah Tbk
18/12/2007
14000
19600
40
11
JKON
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
04/12/2007
615
980
59,35
12
JSMR
Jasa Marga Tbk
12/11/2007
1700
2050
20,59
13
LCGP
Laguna Cipta Griya Tbk
13/07/2007
125
212
69,6
14
MCOR
PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk
03/07/2007
200
225
12,5
15
MNCN
Media Nusantara Citra Tbk
22/06/2007
900
940
4,44
16
PKPK
Perdana Karya Perkasa Tbk
11/07/2007
400
680
70
17
PTSN
Sat Nusapersada Tbk
08/11/2007
580
640
10,34
18
SGRO
Sampoerna Agro Tbk
18/06/2007
2340
2525
7,91
19
WEHA
Panorama Transportasi Tbk
31/05/2007
245
415
69,39
20
WIKA
Wijaya Karya Tbk
29/10/2007
420
560
33,33
21
ADRO
Adaro Energy Tbk
16/07/2008
1100
1730
57,27
22
BAEK
Bank Ekonomi Raharja Tbk
08/01/2008
1080
1320
22,22
23
BAPA
Bekasi Asri Pemula Tbk
14/01/2008
150
255
70
24
BSDE
Bumi Serpong Damai Tbk
06/06/2008
550
560
1,82
56
Harga
Tanggal Listing
Penawaran
Penutupan
IR %
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
08/07/2008
200
340
70
ELSA
Elnusa Tbk
06/02/2008
400
515
28,75
27
HOME
Hotel Mandarine Regency Tbk
17/07/2008
110
183
66,36
28
INDY
Indika Energy Tbk
11/06/2008
2950
3425
16,1
29
KBRI
Kertas Basuki Rahmat Tbk
11/07/2008
260
355
36,54
30
KOIN
Kokoh Inti Arebama Tbk
09/04/2008
170
226
32,94
31
SIAP
Sekawan Intipratama Tbk
17/10/2008
150
159
6
32
TRAM
Trada Maritime Tbk
10/09/2008
125
159
27,2
33
TRIL
Triwira Insanlestari
28/01/2008
400
680
70
34
YPAS
Yanaprima Hastapersada
05/03/2008
545
640
17,43
35
BBTN
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
17/12/2009
800
840
5
36
BCIP
Bumi Citra Permai Tbk
11/12/2009
110
173
57,27
37
BPFI
Batavia Prosperindo Finance Tbk
01/06/2009
110
121
10
38
BWPT
BW Plantation Tbk
27/10/2009
550
570
3,64
39
INVS
Inovisi Infracom Tbk
03/07/2009
125
145
16
40
MKPI
Metropolitan Kentjana Tbk
10/07/2009
2100
2750
30,95
41
TRIO
Trikomsel Oke Tbk
21/08/2009
225
230
2,22
42
APLN
Agung Podomoro Land Tbk
30/07/2004
365
410
12,33
43
BIPI
Benakat Petroleum Energy Tbk
19/04/2007
140
191
36,43
44
BJBR
Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten
08/04/1999
600
900
50,00
45
BRAU
Berau Coal Energy Tbk
07/09/2006
400
445
11,25
46
BSIM
Bank Sinarmas Tbk
15/09/1989
150
255
70,00
47
BUVA
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
15/12/2000
260
310
19,23
48
EMTK
Elang Mahkota Teknologi Tbk
03/08/1983
720
730
1,39
49
GOLD
Golden Retailindo Tbk
08/11/1995
350
520
48,57
50
GREN
Evergreen Invesco Tbk
18/09/2003
105
178
69,52
51
HRUM
Harum Energy Tbk
12/10/1995
5200
5450
4,81
52
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
02/09/2009
5395
5950
10,29
53
IPOL
Indopoly Swakarsa Industry Tbk
24/03/1995
210
235
11,90
54
KRAS
Krakatau Steel (Persero) Tbk
27/10/1971
850
1270
49,41
55
MFMI
Multifiling Mitra Indonesia Tbk
09/07/1992
200
340
70,00
56
MIDI
Midi Utama Indonesia Tbk
28/06/2007
275
410
49,09
57
PTPP
PP (Persero) Tbk
26/08/1953
560
580
3,57
58
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk
08/03/1995
1275
1490
16,86
59
SKYB
Skybee Tbk
10/06/1995
375
560
49,33
60
TBIG
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
08/11/2004
2025
2400
18,52
61
TOWR
Sarana Menara Nusantara Tbk
02/06/2008
1050
1570
49,52
No
Kode
25
PDES
26
Nama Perusahaan
Sumber : data diolah
57
2. Statistika Deskriptif Variabel-Variabel yang Digunakan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 61 perusahaan, yaitu perusahaan yang mengalami underpricing (initial return > 0 ) dan mempunyai kelengkapan data untuk diteliti. Tabel 4.4 Daftar Sampel dan Variabel yang Digunakan No
Nama Perusahaan
Underpricing
Jenis
ROE
Industri
Ukuran Penawaran
1
Ace Hardware Indonesia Tbk
19,51
0
10,24
422.300.000.000.000
2
Alam Sutera Realty Tbk
69,52
0
1,2
329.900.000.000.000
3
Bank Capital Indonesia Tbk
36,67
0
6,76
75.000.000.000
4
Bisi Internasional Tbk
70
0
27,61
180.000.000.000
5
Bukit Darmo Property Tbk
70
0
0,45
480.000.000.000
6
Cowell Development Tbk
70
0
6,51
32.500.000.000
7
Catur Sentosa Adiprana Tbk
10
0
8,79
120.000.000.000
8
Darma Henwa Tbk
68,66
0
3,43
1.055.000.000.000.000
9
Perdana Gapura Prima Tbk
11,29
0
6,72
298.200.000.000.000
10
Indo Tambangraya Megah Tbk
40
0
12,23
3.164.000.000.000.000
11
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
59,35
0
16,58
184.500.000.000.000
12
Jasa Marga Tbk
20,59
0
4,65
3.468.000.000.000.000
13
Laguna Cipta Griya Tbk
69,6
0
1,48
37.500.000.000
14
PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk
12,5
0
1,81
60.000.000.000
15
Media Nusantara Citra Tbk
4,44
0
10,99
3.713.000.000.000.000
16
Perdana Karya Perkasa Tbk
70
0
13,11
50.000.000.000
17
Sat Nusapersada Tbk
10,34
1
4,23
308.200.000.000.000
18
Sampoerna Agro Tbk
7,91
0
14,62
1.080.000.000.000
19
Panorama Transportasi Tbk
69,39
0
6,45
31.360.000.000.000
20
Wijaya Karya Tbk
33,33
0
10
775.400.000.000.000
21
Adaro Energy Tbk
57,27
0
6,33
12.250.000.000.000.000
22
Bank Ekonomi Raharja Tbk
22,22
0
16,08
291.600.000.000.000
23
Bekasi Asri Pemula Tbk
70
0
0,77
22.500.000.000
24
Bumi Serpong Damai Tbk
1,82
0
10,77
601.500.000.000.000
25
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
70
0
5,78
43.000.000.000
26
Elnusa Tbk
28,75
0
8,29
584.000.000.000
27
Hotel Mandarine Regency Tbk
66,36
0
13,02
33.000.000.000
58
No
Nama Perusahaan
Underpricing
Jenis Industri
ROE
Ukuran Penawaran
28
Indika Energy Tbk
16,1
0
20,81
2.765.000.000.000.000
29
Kertas Basuki Rahmat Tbk
36,54
1
19,85
353.600.000.000.000
30
Kokoh Inti Arebama Tbk
32,94
0
6,14
42.500.000.000
31
Sekawan Intipratama Tbk
6
1
5,22
36.000.000.000
32
Trada Maritime Tbk
27,2
0
4,3
500.000.000.000
33
Triwira Insanlestari
70
0
4,49
120.000.000.000
34
Yanaprima Hastapersada
17,43
1
15,78
37.060.000.000.000
35
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
5
0
8,98
1.888.000.000.000.000
36
Bumi Citra Permai Tbk
57,27
0
6,39
55.000.000.000
37
Batavia Prosperindo Finance Tbk
10
0
13,36
49.500.000.000
38
BW Plantation Tbk
3,64
0
18,5
666.100.000.000.000
39
Inovisi Infracom Tbk
16
0
23,99
40
Metropolitan Kentjana Tbk
30,95
0
21
199.500.000.000.000
41
Trikomsel Oke Tbk
2,22
0
17,12
10.130.000.000.000
42
Agung Podomoro Land Tbk
12,33
0
5,47
2.245.000.000.000.000
43
Benakat Petroleum Energy Tbk
36,43
0
1,29
1.610.000.000.000
44
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
50
0
31,87
1.454.000.000.000.000
45
Berau Coal Energy Tbk
11,25
0
89,18
1.360.000.000.000
46
Bank Sinarmas Tbk
70
0
12,38
240.000.000.000
47
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
19,23
0
3,86
222.900.000.000.000
48
Elang Mahkota Teknologi Tbk
1,39
0
14,06
369.200.000.000.000
49
Golden Retailindo Tbk
48,57
0
22,51
30.100.000.000
50
Evergreen Invesco Tbk
69,52
0
210.000.000.000 2.600.000.000.000
40.000.000.000
Harum Energy Tbk
4,81
0
0,64 193,9 2
52
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
10,29
1
79,28
6.292.000.000.000.000
53
Indopoly Swakarsa Industry Tbk
11,9
1
46,22
483.000.000.000
54
Krakatau Steel (Persero) Tbk
49,41
1
8,07
2.682.000.000.000.000
55
Multifiling Mitra Indonesia Tbk
70
0
19,33
51.520.000.000.000
56
Midi Utama Indonesia Tbk
49,09
0
1,61
118.900.000.000.000
57
PP (Persero) Tbk
3,57
0
49,34
581.800.000.000.000
58
Nippon Indosari Corpindo Tbk
16,86
1
47,96
193.600.000.000.000
59
Skybee Tbk
49,33
0
22,72
88.130.000.000.000
60
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
18,52
0
50,99
1.116.000.000.000.000
61
Sarana Menara Nusantara Tbk
49,52
0
60,7
117.800.000.000.000
51
59
Tabel 4.5 Statistika Deskriptif Variabel yang Digunakan
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Underpricing
61
1,39
70
34,80
25,202
JI
61
0
1
13,11
34,036
ROE
61
0,45
193,92
19,2803
29,21531
K
61
2,25E10
1,23E16 7,9369E14
1,91029E15
Valid N (listwise)
61
Sumber : data diolah SPSS 17 Pada tabel 4.5 menggambarkan bahwa rata-rata nilai underpricing dari 61 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 34,80% dengan standar deviasi sebesar 25,20%. Tingkat underpricing yang tertinggi terjadi pada saham IPO PT. Bisi Internasional Tbk., PT. Bukit Darmo Property Tbk., PT. Cowell Devolepment Tbk., PT Perdana karya Perkasa., PT. Bekasi Asri Pemula Tbk., PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk., PT. Triwira Insanlestari Tbk., PT Bank Sinarmas Tbk., dan PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk., yaitu sebesar 70% sedangkan tingkat underpricing terendah terjadi pada saham IPO PT. Elang Mahkota teknologi Tbk sebesar 1,39%. Rata-rata perusahaan yang mengalami tingkat underpricing tertinggi adalah yang melakukan IPO pada tahun 2007 dan 2008 mayoritas dialami oleh perusahaan di sektor property dan real estate. Rasio profitabilitas ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba pada laporan keuangan terakhir sebelum meakukan IPO. Informasi ROE ini oleh emiten diharapkan menjadi pertimbangan keputusan
60
investasi oleh investor. Berdasarkan data dari 61 sampel perusahaan diperoleh rata-rata ROE sebesar 19,28. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata emiten mendapatkan laba bersih sebesar 19,28 dibanding dengan total ekuitasnya pada laporan terakhir sebelum IPO. Rasio ROE terendah adalah sebesar 0,45 yang diperoleh Bukit Darmo Property Tbk. Ukuran penawaran atau proceeds menunjukkan besarnya ukuran saham yang ditawarkan saat IPO. Berdasarkan Tabel 4.5 maka ukuran penawaran paling besar dimiliki oleh Adaro Energy Tbk sebesar Rp. 12.250.000.000.000.000 dan ukuran penawaran paling kecil dimiliki oleh Bekasi Asri Pemula Tbk yaitu sebesar Rp. 22.500.000.000. 3. Uji-t satu sampel (one sample t-test) Uji-t satu sampel (one sample t-test) digunakan untuk menguji purata (mean) dari sampel tunggal terhadap suatu purata acuan (µ0) dengan asumsi data terdistribusi normal (Uyanto, 2006:77). Tabel 4.6 Hasil Uji t-satu sampel Tingkat Underpricing (Harga Penawaran terhadap Harga Penutupan) One-Sample Test Test Value = 0
t UP
10,785
df
Sig. (2-tailed) 60
0,000
Mean Difference 0,34801
95% Confidence Interval of the Difference Lower 0,2835
Upper 0,4126
Sumber : data diolah SPSS 17
61
Pada tabel tersebut menggambarkan nilai t-hitung dengan derajat kebebasan n-1=61-1=60 adalah 10,785 > t-tabel (2,0003) dan nilai p-values untuk two-tailed = 0,000 ; karena pada penelitian ini dilakukan uji hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha : µ >0, maka nilai p-values harus dibagi dua (0,000 : 2) = 0,000 untuk uji satu sisi ini lebih kecil dari α = 0,05 maka Ho : µ ≤ 0 ditolak sehingga Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan telah terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan. Rata-rata tingkat underpricing adalah sebesar 34,80%. Underpricing terjadi karena kondisi exante uncertainty mengenai harga yang ditawarkan saat IPO serta adanya asimetri informasi (Beatty dan Ritter, 1982 dalam Saftiana, 2007: 104) dan juga underpricing di perusahaan IPO diperlakukan untuk mengkompensasi investor yang tidak mempunyai informasi (uninformed investor) dengan pihak yang lebih banyak mempunyai informasi (Rock, 1986 dalam Saftiana, 2007:104). Adanya initial return atau underpricing berarti saham yang dibeli dengan harga tertentu di pasar perdana, akan menjadikan investor mendapat keuntungan bila saham itu dijual di pasar sekunder dengan harga yang lebih tinggi (Handayani, 2008:26). Fenomena underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) dalam penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008), Martani (2005), Khomsiyah (2005), Saftiana (2007), Misnen Ardiansyah (2004). Tetapi hasil ini berbeda dengan Ahmad Rodoni (2003) yang menyimpulkan
62
bahwa rendahnya keuntungan perdana dan tidak mengalami underpricing bagi penawaran umum untuk masa penelitiannya dari tahun 1990 sampai dengan 1998. 4. Uji Asumsi Klasik Penelitian ini menggunakan model regresi berganda (multiple regression) sehingga harus dipenuhi asumsi-asumsi klasik persamaan regresi berganda, yaitu tidak adanya heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas dan data terdistribusi normal. a) Uji Normalitas Untuk melihat normalitas data maka dilakukan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji Kolmogorov-Smirnov tampak di bawah ini. Tabel 4.7 Tabel Kolmogorov-Smirnov 1 UP N Normal Parameters
a,,b
Mean Std. Deviation
JI
ROE
K
61
61
61
61
0,3480
0,1311
19,2803
7,9369E14
0,25202
0,34036 29,21531 1,91029E15
Most Extreme
Absolute
0,156
0,519
0,273
0,339
Differences
Positive
0,156
0,519
0,273
0,315
Negative
-0,141
-0,350
-0,260
-0,339
Kolmogorov-Smirnov Z
1,220
4,052
2,131
2,647
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,102
0,000
0,000
0,000
Sumber : data diolah SPSS 17 Dari tabel diatas dapat dilihat hanya variabel UP yang bersifat normal, karena nilai signifkansinya 0,102>0,05. Sedangkan variabel ROE dan K
63
bersifat tidak normal karena nilai signifikansinya berturut-turut 0,000; dan 0,000 < 0,05. Maka dilakukan transformasi variabel menjadi bentuk logaritma natural, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut Tabel 4.8 Tabel Kolmogorov-Smirnov 2 JI N
LnROE
LnK
61
61
61
0,1311
2,2826
30,1841
0,34036
1,21863
4,37893
Absolute
0,519
0,081
0,171
Positive
0,519
0,067
0,137
Negative
-0,350
-0,081
-0,171
Kolmogorov-Smirnov Z
4,052
0,635
1,339
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,000
0,815
0,056
Normal Parameters
a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Sumber : Data diolah SPSS 17 Dari tabel diatas, besarnya p value untuk variabel LnROE, dan LnK berturut-turut adalah 0,815; dan 0,056. Nilai ini lebih besar dari α = 0,05. Jadi kita tidak dapat menolak Ho yang menyatakan bahwa residual tedistribusi secara normal atau dengan kata lain residual terdistribusi normal. b) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Deteksi ada tidaknya hetroskedastisitas dapat dilakukan
64
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot yang ditunjukkan dengan gambar seperti di bawah ini.
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot Sumber : data diolah SPSS 17 Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. c) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam penelitian ini adalah uji Durbin Watson (DW).
65
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi b
Model Summary
Model
R
1
0,480
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
0,231
0,190
0,22681
Durbin-Watson 2,197
a. Predictors: (Constant), LnK, JI, LnROE b. Dependent Variable: UP
Sumber : Data diolah SPSS 17 Pada tabel 4.9 diatas menunjukkan besarnya nilai Durbin Watson sebesar 2,199. Nilai D-W menurut tabel dengan α = 5 %, n = 61 dan k=3 didapat angka dl=1,4499 dan du=1,7281. Berdasarkan tabel Durbin Watson Imam Ghozali (2005:96), nilai DW yang didapat terletak pada du < d < 4-du; 1,7281 < 2,199 < 2,2719 (4-1,7281) maka hipotesis nol tidak dapat ditolak yaitu tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif. d) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/ independen. Di bawah ini adalah hasil uji multikolinearitas.
66
Tabel 4.10 Uji Multikolineaaritas Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) JI
0,954
1,048
LnROE
0,919
1,088
LnK
0,934
1,070
Sumber : Data diolah SPSS 17 Nilai
cut
off
yang
umum
dipakai
untuk
menunjukkan
adanya
multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Imam Ghozali, 2005: 92). Jika dilihat dari nilai VIF dan tolerance pada tabel 4.10 di atas, model regresi linear berganda bisa disimpulkan bebas dari multikolinearitas. Karena nilai VIF yang dihasilkan tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. 5. Analisis Model Regresi Dalam pengolahan data dengan menggunakan metode regresi linear berganda dapat memberikan pandangan terhadap pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak digunakan karena model regresi telah terbebas dari masalah normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas,
tidak
terjadi
autokorelasi,
dan
tidak
terjadinya
heterokedastisitas. Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi linier berganda dan diinterpretasikan pada tabel berikut:
67
Tabel 4.11 Hasil Regresi
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B (Constant)
a
Std. Error
Beta
t
Sig.
4,325
0,000
Tolerance
VIF
0,886
0,205
JI
-0,104
0,088
-0,140
-1,177
0,244
0,954
1,048
LnROE
-0,068
0,025
-0,327
-2,694
0,009
0,919
1,088
LnK
-0,012
0,007
-0,213
-1,774
0,081
0,934
1,070
Sumber : Data diolah SPSS 17
Underpricing = 0,886 – 0,068 LnROE + e
Berdasarkan model regresi yang terbentuk pada persamaan di atas, penjelasan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : a. Nilai konstanta diperoleh sebesar 0,886. Hasil ini dapat diasumsikan jika empat variabel bebasnya bernilai nol, maka diperoleh nilai underpricing yaitu sebesar 0,886. b. Nilai koefisien regresi LnROE diperoleh sebesar -0,068. Hasil ini berarti ketika LnROE (Return On Equity) naik satu persen, sedangkan JI dan LnK (jenis industri, dan ukuran penawaran) tetap, maka nilai Y (underpricing) akan turun sebesar 0,067 / 100 = 0,00067 persen.
68
6. Pengujian Hipotesis a. Uji t (Parsial) Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Yaitu variabel umur perusahaan, jenis industri, ROE dan ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing. Tabel 4.12 Uji t (Parsial) Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B (Constant)
a
Std. Error
Beta
t
Sig.
4,325
0,000
Tolerance
VIF
0,886
0,205
JI
-0,104
0,088
-0,140
-1,177
0,244
0,954
1,048
LnROE
-0,068
0,025
-0,327
-2,694
0,009
0,919
1,088
LnK
-0,012
0,007
-0,213
-1,774
0,081
0,934
1,070
Sumber : data diolah SPSS 17 Pengaruh variabel jenis industri terhadap underpricing menunjukkan angka signifikansi 0,244 yang berarti tidak signifikan pada level 0,05. Dengan kata lain tidak terdapat perbedaan pengaruh industri manufaktur dan nonmanufaktur terhadap underpricing . Arah koefisien negatif menandakan bahwa hubungan variabel jenis industri dengan underpricing tidak searah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suyatmin dan Sujadi (2006), Misnen Ardiansyah (2004) dan berbeda hasilnya dengan penelitan Yolana dan Martani (2005) yang menemukan bahwa jenis industri berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
69
Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi dua macam, yaitu: perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan nonjasa (industri). Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Di perusahaan industri, investasi dalam bidang kas, piutang, dan persediaan relatif besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis kegiatan perusahaan sangat menentukan kebutuhan akan modal kerjanya (Kasmir, 2008:254). Variabel ROE merupakan proksi untuk profitabilitas perusahaan. Dari tabel 4.12 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,009 yang berarti lebih kecil dari derajat signifikansi (α=5%). Penelitian ini dapat menunjukkan pengaruh yang signifikan antara variabel ROE dengan underpricing dilihat dari sisi investor melalui besarnya initial return yang didapatnya. Nilai koefisien regresi menunjukkan arah negatif yang berarti setiap kenaikan rasio ROE perusahaan satu persen, akan menurunkan initial return sebesar 0,068 /100 =0,00068 persen . Hal ini sesuai dengan yang diharapkan, profitabilitas yang tinggi akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham perusahaan sehingga akan berakibat pada naiknya jumlah permintaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan harga saham sehingga perubahan harga diantara transaksi yang terjadi senakin kecil dan akibatnya tingkat underpricingpun semakin kecil. Hasil ini konsisten dengan penelitian Yolana dan Martani (2005), Kurniawan (2007) tetapi berbeda dengan hasil penelitian Kusumawati dan Sudento (2005)
70
serta Saftiana dan Amelia (2007) yang mendapatkan hasil bahwa ROE tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap underpricing. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas (profitabiliy ratio) akan menujukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi (Brigham dan Houston, 2009: 107). Variabel ukuran penawaran memiliki nilai signifikansi sebesar 0,081 yang berarti lebih tinggi dari 0,05. Sehingga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar variabel ukuran penawaran dengan underpricing. Nilai t-value menunjukkan angka -1,774
yang berarti arahnya negatif.
Hal ini sesuai
dengan yang diharapkan bahwa semakin tinggi ukuran penawaran, maka initial returns akan semakin kecil. Hasil ini konsisten dengan penelitian Misnen Ardiansyah (2004), dan Suyatmin dan Sujadi (2006) dimana hasil penelitian yang didapatkan adalah nilai penawaran tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Tidak signifikannya variabel ukuran penawaran kemungkinan disebabkan karena investor di BEI belum menganggap dengan jumlah penawaran saham yang besar, prospek perusahaan akan membaik di masa yang akan datang dengan tersedianya dana yang cukup untuk ekspansi dan investasi yang akan dilakukan
atas
hasil
IPO
tersebut.
Kemungkinan
investor
lebih
mempertimbangkan variabel lain dalam menentukan keputusan invastasinya.
71
b. Uji F (Simultan) Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan atau bersama-sama
mempengaruhi variabel
dependen. Dalam penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh variabel umur perusahaan, jenis industri, ROE dan ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing. Tabel 4.13 Uji F (Simultan) b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
0,878
3
0,293
Residual
2,932
57
0,051
Total
3,811
60
F 5,692
Sig. 0,002
a
a. Predictors: (Constant), LnK, JI, LnROE b. Dependent Variable: UP
Sumber : data diolah SPSS 17 Dari data tabel 4.13 (ANOVA) di atas dapat dilihat bahwa secara simultan/ bersama-sama variaabel bebas yang terdiri dari jenis industri, ROE, dan nilai penawaran memiliki nilai signifikansi sebesar 0,002 atau 0,5 %. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka secara simultan atau bersamasama variabel – variabel bebas tersebut berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
72
7. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (adjusted R2) mengukur seberapa jauh kemampuan variabel jenis industri ROE, dan nilai penawaran dalam menerangkan variasi variabel underpricing. Tabel 4.14 Koefisien Determinasi b
Model Summary
Model
R
1
0,480
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
0,231
0,190
0,22681
Durbin-Watson 2,197
a. Predictors: (Constant), LnK, JI, LnROE b. Dependent Variable: UP
Sumber : data diolah SPSS 17 Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Berdasarkan tabel 4.14 di atas menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0,190 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 19,0%. Sedangkan sisanya 81,0% dijelaskan oleh variabel – variabel lain di luar penelitian ini. Pengaruh variabelvariabel independen di dalam penelitian ini tergolong rendah terhadap tingkat underpricing. Hal ini mengindikasikan bahwa emiten maupun investor kurang mempertimbangkan faktor-faktor yang ada dalam penelitian ini. Masih ada kemungkinan bahwa emiten maupun investor menggunakan faktor-faktor lain di luar penelitian ini. Faktor-faktor tersebut bisa merupakan variabel keuangan yang lain seperti Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, atau variabel
73
non keuangan seperti ukuran perusahaan, persentase penawaran saham, dan reputasi underwriter. Hasil uji t-satu sampel menunjukkan telah terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Martani dan Yolana (2005), Trisnaningsih (2005), Saftiana dan Amelia (2007) yang mendapatkan bahwa terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) saham berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan. Hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa hanya ROE yang berpengaruh secara signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap underpricing. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan Martani (2005), Kurniawan (2007) bahwa ROE berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ukuran penawaran tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap underpricing hasil ini konsisten dengan penelitian Misnen Ardiansyah (2004), dan Suyatmin dan Sujadi (2006) yang menemukan bahwa ukuran penawaran tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Sementara jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil ini konsisten dengan penelitian Suyatmin dan Sujadi (2006), Misnen Ardiansyah (2004) yang menyimpulkan bahwa jenis industri tidak mempengaruhi tingkat underpricing dan berbeda hasilnya dengan penelitan Yolana dan Martani (2005) yang menemukan bahwa jenis industri berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
74
Hasil uji F (simultan) menunjukkan bahwa model regresi tersebut signifikan sebesar 0,5% dengan taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti di sini yaitu jenis industri,
ROE, dan ukuran
penawaran secara bersama-sama dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing pada penawaran saham perdana. Dari hasil adjusted R2 bahwa nilai yang dihasilkan dari model regresi linier berganda sebesar 19,0% dari variance underpricing dapat dijelaskan oleh variabel jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran dan sisanya sebesar 81,0% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. Faktor-faktor tersebut bisa merupakan variabel keuangan yang lain seperti Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, atau variabel non keuangan seperti ukuran perusahaan, persentase penawaran saham, dan reputasi underwriter.
75
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang didapatkan dari bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Hasil dari uji t-satu sampel menunjukkan telah terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga pembukaan terhadap harga penutupan (dari seluruh perusahaan yang melakukan IPO di BEI tahun 20072010) dengan rata-rata tingkat underpricing sebesar 34,80%. 2. Hasil dari uji t (parsial) menunjukkan bahwa hanya variabel ROE yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing pada penawaran umum perdana. 3. Hasil dari uji F (simultan) menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini yaitu jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran secara bersama –sama dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing pada penawaran umum perdana. 4. Dari hasil koefisien adjusted R2 menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan dari model regresi sebesar 19,0% dari variance underpricing dapat dijelaskan oleh variabel jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran dan sisanya sebesar 81,0% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini.
76
B. Implikasi 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. Dengan melihat beberapa faktor yang terdapat dalam penelitian ini. Maka diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh dengan tingkat underpricing saham IPO seperti Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, ukuran perusahaan, persentase penawaran saham, dan reputasi underwriter. 2. Bagi Investor Investor hendaknya mempertimbangkan informasi
yang
terdapat
dalam
prospektus maupun laporan keuangan terutama mengenai ROE yang sesuai dengan hasil penelitian ini berpengaruh terhadap return saham sebelum melakukan investasi di pasar perdana dan di pasar sekunder. 3. Bagi Emiten Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi emiten, manajemen perusahaan hendaknya memperhatikan informasi ROE karena akan mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan investasi. 4. Bagi Pihak Bursa Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak bursa dalam membenatu mempromosikan investasi yang cukup menarik di Bursa Efek Indonesia terutama pada saat penawaran umum perdana (IPO) karena adanya fenomena underpricing.
77
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Meliza Silvy. “Analsis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca Ipo Dengan Menggunakan Tehnik Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia (Journal of Indonesia Economy & Business) Vol. 18 No. 4, Oktober 2003. Amin, Aminul. “Pendeteksian Earning Management, Underpricing Dan Pengukuran Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offering (IPO) Di Indonesia”, Simposiaum Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar, Juli 2007. Ardiansyah, Misnen. “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi besaran Perusahaan terhadap hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return Awal dan Return 15 hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 7, No 2, Mei 2004. Arthesa, Ade dan Edia Handiman, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”, PT INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006. Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Bodie Zvi, Alex Kane dan Alan J. Marcus. “Investasi”, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Brealey, Richard A, Stewart C. Myers, & Alan J. Marcus. “ Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan”, Edisi Kelima, Airlangga, Jakarta, 2008. Brigham E dan Joel F. Houston. “Dasar – Dasar Manajemen Keuangan”, Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Dahlan, Siamat. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Ketiga, FEUI, Jakarta, 2001. Darmawi, Herman. “Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial”, Bumi Aksara, Jakarta, 2006. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2005. Gumanti, T.A. “Ownership Retention, Jumlah Faktor Resiko, Tujuan Penggunaan Dana Dan Underpricing Di Pasar Perdana Saham”, Sekolah Tinggi Manajemen PPM, 7 November 2007.
78
Hamid, Abdul. 2007. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah. Handayani, Sri Retno, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2006”, Thesis S2, UNDIP, Semarang, 2008). Hastuti, Rini Tri. “Net Initial Return Pada Penawaran Perdana Saham Di BEJ”, Jurnal Akuntansi/Tahun XII, No. 02, Mei 2008:176-188. Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. “Dasar – Dasar Manajemen Keuangan”, Edisi Keempat, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2002. Jogiyanto, Hartono. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Keenam, BPFE, Yogyakarta, 2009. Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008. Khomsiyah. “Reputasi Penjamin Emisi Saham, Reputasi Auditor Dan Tingkat Underpricing Pada Penawaran Perdana Di bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 7 NO.2, Agustus 2005. Kurniawan, Benny. “Analisis Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non keuangan Terhadap Initial Return Dan Return 7 Hari Setelah Initial Public Offerings (IPO)”, Thesis S2, UNDIP, Semarang, 2007. Kusumawati dan Sudento. “Analisis Pengaruh Profitabilitas (ROE), Ukuran Perusahaan, dan Leverage Keuangan (Solvabilitas) Terhadap Tingkat Underpricing Pada Penawaran Perdana (IPO) di Bursa Efek Jakarta”, Utilitas, Vol 13, No.1, Januari 2005. Li, Ming Yuan Leon. “Would Various Benchmark Measurements Affect Abnormal Return Performance of IPO?Evidence from Taiwan’s IPO Market”, International Journal Business Performance Management, Vol. 10 No.1. 2008 Liu, Xiaoding dan Jay R. Ritter. “Local Underwriter Oligopolies and IPO Underpricing”, University of Florida, February 2011. (www.ssrn.com) Rodoni, Ahmad. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Awal pada Penawaran Saham Perdana”, Jurnal Etikonomi, Vol 2, No. 3, p249-277, 2003. Rodoni, Ahmad. “Analisis Teknikal dan Fundamental di Pasar Modal, Disertai Hasil Penelitian”, Center for Social Economic Studies (CSES) Press, Jakarta, 2005.
79
Rodoni, Ahmad. “Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal”, UIN, Jakarta, 2008. Saftiana, Yulia dan Muna Amelia J. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Penawaran Umum Perdana (IPO) Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Akuntansi Vol. 1 No. 2 Juli 2007. Silvanita, Ktut. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Airlangga, Jakarta, 2009. Sjahrial, Dermawan. “Pengantar Manajemen Keuangan”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2006. Sugiyono. “Statistika Untuk Penelitian”, CV Alfabeta, Bandung, 2007. Sunyoto, Danang, “Analisis Regresi Dan Uji Hipotesis”, Nica Media Pressindo, Yogyakarta, 2009. Suyatmin dan Sujadi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Jakarta”, BENEFIT, Vol. 10, No. 1, Juni 2008 Trisnaningsih, Sri. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Vol. 4, No. 2 September 2005. Utomo, Yuni Prihadi. “Eksplorasi Data dan Analisis Regresi dengan SPSS”, Muhammadiyah University Prees, Surakarta, 2007. Uyanto, Stanislaus S. “Pedoman Analisis Data dengan SPSS”, Graha Ilmu, Yogyakarta. 2006. Van Horne, James C. dan John M Wachowicz, JR. “Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan”, Edisi 12, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Warsono. “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Edisi 3, Bayumedia Publishing, Malang, 2003. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. “Manajemen Keuangan”, Edisi Kesembilan, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995. Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika Dan Statistika Dengan Eviews”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007. Widarjono, Agus. “Analisis Statistika Multivariat Terapan”,YKPN, Yogyakarta, 2010.
80
Yasa, Gerianta Wirawan. “Penyebab Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 NO.2 Juli 2008. Yolana, Chastina dan Dwi Martani. “Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di BEJ Tahun 19942001”, SNA VIII Solo, 15-16 September 2005. Yulfasni. “Hukum Pasar Modal”, Badan Penerbit IBLAM, Jakarta, 2005. www.idx.id www.yahoofinances.com www.ssrn.com
81
82
Lampiran 1 : Daftar Variabel yang Digunakan No
Nama Perusahaan
Underpricing
Jenis Industri
ROE
Ukuran Penawaran
1
Ace Hardware Indonesia Tbk
19.51
0
10.24
422300000000000
2
Alam Sutera Realty Tbk
69.52
0
1.2
329900000000000
3
Bank Capital Indonesia Tbk
36.67
0
6.76
75000000000
4
Bisi Internasional Tbk
70
0
27.61
180000000000
5
Bukit Darmo Property Tbk
70
0
0.45
480000000000
6
Cowell Development Tbk
70
0
6.51
32500000000
7
Catur Sentosa Adiprana Tbk
10
0
8.79
120000000000
8
Darma Henwa Tbk
68.66
0
3.43
1055000000000000
9
Perdana Gapura Prima Tbk
11.29
0
6.72
298200000000000
10
Indo Tambangraya Megah Tbk
40
0
12.23
3164000000000000
11
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
59.35
0
16.58
184500000000000
12
Jasa Marga Tbk
20.59
0
4.65
3468000000000000
13
Laguna Cipta Griya Tbk
69.6
0
1.48
37500000000
14
PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk
12.5
0
1.81
60000000000
15
Media Nusantara Citra Tbk
4.44
0
10.99
3713000000000000
16
Perdana Karya Perkasa Tbk
70
0
13.11
50000000000
17
Sat Nusapersada Tbk
10.34
1
4.23
308200000000000
18
Sampoerna Agro Tbk
7.91
0
14.62
1080000000000
19
Panorama Transportasi Tbk
69.39
0
6.45
31360000000000
20
Wijaya Karya Tbk
33.33
0
10
775400000000000
21
Adaro Energy Tbk
57.27
0
6.33
12250000000000000
22
Bank Ekonomi Raharja Tbk
22.22
0
16.08
291600000000000
23
Bekasi Asri Pemula Tbk
70
0
0.77
22500000000
24
Bumi Serpong Damai Tbk
1.82
0
10.77
601500000000000
25
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
70
0
5.78
43000000000
26
Elnusa Tbk
28.75
0
8.29
584000000000
27
Hotel Mandarine Regency Tbk
66.36
0
13.02
33000000000
28
Indika Energy Tbk
16.1
0
20.81
2765000000000000
29
Kertas Basuki Rahmat Tbk
36.54
1
19.85
353600000000000
30
Kokoh Inti Arebama Tbk
32.94
0
6.14
42500000000
31
Sekawan Intipratama Tbk
6
1
5.22
36000000000
32
Trada Maritime Tbk
27.2
0
4.3
500000000000
33
Triwira Insanlestari
70
0
4.49
120000000000
34
Yanaprima Hastapersada
17.43
1
15.78
37060000000000
35
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
5
0
8.98
1888000000000000
36
Bumi Citra Permai Tbk
57.27
0
6.39
55000000000
37
Batavia Prosperindo Finance Tbk
10
0
13.36
49500000000
38
BW Plantation Tbk
3.64
0
18.5
666100000000000
39
Inovisi Infracom Tbk
16
0
23.99
40000000000
40
Metropolitan Kentjana Tbk
30.95
0
21
199500000000000
41
Trikomsel Oke Tbk
2.22
0
17.12
10130000000000
42
Agung Podomoro Land Tbk
12.33
0
5.47
2245000000000000
83
43
Benakat Petroleum Energy Tbk
36.43
0
1.29
1610000000000
44
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
50
0
31.87
1454000000000000
45
Berau Coal Energy Tbk
11.25
0
89.18
1360000000000
46
Bank Sinarmas Tbk
70
0
12.38
240000000000
47
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
19.23
0
3.86
222900000000000
48 49
Elang Mahkota Teknologi Tbk
1.39
0
14.06
369200000000000
Golden Retailindo Tbk
48.57
0
22.51
30100000000
50
Evergreen Invesco Tbk
69.52
0
0.64
210000000000
51
Harum Energy Tbk
4.81
0
193.92
2600000000000
52
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
10.29
1
79.28
6292000000000000
53
Indopoly Swakarsa Industry Tbk
11.9
1
46.22
483000000000
54
Krakatau Steel (Persero) Tbk
49.41
1
8.07
2682000000000000
55
Multifiling Mitra Indonesia Tbk
70
0
19.33
51520000000000
56
Midi Utama Indonesia Tbk
49.09
0
1.61
118900000000000
57
PP (Persero) Tbk
3.57
0
49.34
581800000000000
58
Nippon Indosari Corpindo Tbk
16.86
1
47.96
193600000000000
59
Skybee Tbk
49.33
0
22.72
88130000000000
60
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
18.52
0
50.99
1116000000000000
61
Sarana Menara Nusantara Tbk
49.52
0
60.57
117800000000000
84
Lampiran 2 : Jenis Industri dan ROE No
Nama Perusahaan
1
Ace Hardware Indonesia Tbk
2
Alam Sutera Realty Tbk
3
Bank Capital Indonesia Tbk
4
Bisi Internasional Tbk
5
Jenis Industri
Kategori Industri
Whole Sale and Retail Trade
0
Real Estate and Property
0
Banking
0
Agriculture
0
Bukit Darmo Property Tbk
Real Estate and Property
0
6
Cowell Development Tbk
Real Estate and Property
0
7
Catur Sentosa Adiprana Tbk
Whole Sale and Retail Trade
0
8
Darma Henwa Tbk
Construction
0
9
Perdana Gapura Prima Tbk
Real Estate and Property
0
10
Indo Tambangraya Megah Tbk
Mining
0
11
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
Construction
0
12
Jasa Marga Tbk
Others
0
13
Laguna Cipta Griya Tbk
Real Estate and Property
0
14
PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk
Banking
0
15
Media Nusantara Citra Tbk
Others
0
16
Perdana Karya Perkasa Tbk
Mining
0
17
Sat Nusapersada Tbk
Manufactures
1
18
Sampoerna Agro Tbk
Agriculture
0
19
Panorama Transportasi Tbk
Transportation
0
20
Wijaya Karya Tbk
Construction
0
21
Adaro Energy Tbk
Mining
0
22
Bank Ekonomi Raharja Tbk
Banking
0
23
Bekasi Asri Pemula Tbk
Real Estate and Property
0
24
Bumi Serpong Damai Tbk
Real Estate and Property
0
25
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
Hotel and Travel Services
0
26
Elnusa Tbk
Mining
0
27
Hotel Mandarine Regency Tbk
Hotel and Travel Services
0
28
Indika Energy Tbk
Mining
0
29
Kertas Basuki Rahmat Tbk
Manufactures
1
30
Kokoh Inti Arebama Tbk
Whole Sale and Retail Trade
0
31
Sekawan Intipratama Tbk
Manufactures
1
32
Trada Maritime Tbk
Transportation
0
33
Triwira Insanlestari
Whole Sale and Retail Trade
0
34
Yanaprima Hastapersada
Manufactures
1
35
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Banking
0
36
Bumi Citra Permai Tbk
Real Estate and Property
0
37
Batavia Prosperindo Finance Tbk
Credit Agencies Other than Bank
0
38
BW Plantation Tbk
Agriculture
0
39
Inovisi Infracom Tbk
Telecommunication
0
ROE 10.24 1.2 6.76 27.61 0.45 6.51 8.79 3.43 6.72 12.23 16.58 4.65 1.48 1.81 10.99 13.11 4.23 14.62 6.45 10 6.33 16.08 0.77 10.77 5.78 8.29 13.02 20.81 19.85 6.14 5.22 4.3 4.49 15.78 8.98 6.39 13.36 18.5 23.99
85
40
Metropolitan Kentjana Tbk
Real Estate and Property
0
41
Trikomsel Oke Tbk
Telecommunication
0
42
Agung Podomoro Land Tbk
Real Estate and Property
0
43
Benakat Petroleum Energy Tbk
Mining
0
44
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Banking
0
45
Berau Coal Energy Tbk
Mining
0
46
Bank Sinarmas Tbk
Banking
0
47
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
Real Estate and Property
0
48
Elang Mahkota Teknologi Tbk
Others
0
49
Golden Retailindo Tbk
Whole Sale and Retail Trade
0
50
Evergreen Invesco Tbk
Whole Sale and Retail Trade
0
51
Harum Energy Tbk
Mining
0
52
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
Manufactures
1
53
Indopoly Swakarsa Industry Tbk
Manufactures
1
54
Krakatau Steel (Persero) Tbk
Manufactures
1
55
Multifiling Mitra Indonesia Tbk
Services
0
56
Midi Utama Indonesia Tbk
Whole Sale and Retail Trade
0
57
PP (Persero) Tbk
Construction
0
58
Nippon Indosari Corpindo Tbk
Manufactures
1
59
Skybee Tbk
Whole Sale and Retail Trade
0
60
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
Telecommunication
0
61
Sarana Menara Nusantara Tbk
Services
0
21 17.12 5.47 1.29 31.87 89.18 12.38 3.86 14.06 22.51 0.64 193.92 79.28 46.22 8.07 19.33 1.61 49.34 47.96 22.72 50.99 60.57
86
Lampiran 3 : Ukuran Penawaran No
Nama Perusahaan
Offering
First
Ukuran
Price
Issue
Penawaran
1
Ace Hardware Indonesia Tbk
820
515000000
422300000000
2
Alam Sutera Realty Tbk
105
3142000000
329910000000
3
Bank Capital Indonesia Tbk
150
500000000
75000000000
4
Bisi Internasional Tbk
200
900000000
180000000000
5
Bukit Darmo Property Tbk
120
4000000000
480000000000
6
Cowell Development Tbk
130
250000000
32500000000
7
Catur Sentosa Adiprana Tbk
200
600000000
120000000000
8
Darma Henwa Tbk
335
3150000000
1055250000000
9
Perdana Gapura Prima Tbk
310
962000000
298220000000
10
Indo Tambangraya Megah Tbk
14000
225985000
3163790000000
11
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
615
300000000
184500000000
12
Jasa Marga Tbk
1700
2040000000
3468000000000
13
Laguna Cipta Griya Tbk
125
300000000
37500000000
14
PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk
200
300000000
60000000000
15
Media Nusantara Citra Tbk
900
4125000000
3712500000000
16
Perdana Karya Perkasa Tbk
400
125000000
50000000000
17
Sat Nusapersada Tbk
580
531388000
308205040000
18
Sampoerna Agro Tbk
2340
461350000
1079559000000
19
Panorama Transportasi Tbk
245
128000000
31360000000
20
Wijaya Karya Tbk
420
1846154000
775384680000
21
Adaro Energy Tbk
1100
11139331000
12253264100000
22
Bank Ekonomi Raharja Tbk
1080
270000000
291600000000
23
Bekasi Asri Pemula Tbk
150
150000000
22500000000
24
Bumi Serpong Damai Tbk
550
1093562000
601459100000
25
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
200
215000000
43000000000
26
Elnusa Tbk
400
1460000000
584000000000
27
Hotel Mandarine Regency Tbk
110
300000000
33000000000
28
Indika Energy Tbk
2950
937284000
2764987800000
29
Kertas Basuki Rahmat Tbk
260
1360000000
353600000000
30
Kokoh Inti Arebama Tbk
170
250000000
42500000000
31
Sekawan Intipratama Tbk
150
240000000
36000000000
32
Trada Maritime Tbk
125
4000000000
500000000000
33
Triwira Insanlestari
400
300000000
120000000000
34
Yanaprima Hastapersada
545
68000000
37060000000
35
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
800
2360057000
1888045600000
36
Bumi Citra Permai Tbk
110
500000000
55000000000
37
Batavia Prosperindo Finance Tbk
110
450000000
49500000000
38
BW Plantation Tbk
550
1211009000
666054950000
39
Inovisi Infracom Tbk
125
320000000
40000000000
40
Metropolitan Kentjana Tbk
2100
95000000
199500000000
87
41
Trikomsel Oke Tbk
225
45000000
10125000000
42
Agung Podomoro Land Tbk
365
6150000000
2244750000000
43
Benakat Petroleum Energy Tbk
140
11500000000
1610000000000
44
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
600
2424072500
1454443500000
45
Berau Coal Energy Tbk
400
3400000000
1360000000000
46
Bank Sinarmas Tbk
150
1600000000
240000000000
47
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
260
857142500
222857050000
48
Elang Mahkota Teknologi Tbk
720
512730000
369165600000
49
Golden Retailindo Tbk
350
86000000
30100000000
50
Evergreen Invesco Tbk
105
2000000000
210000000000
51
Harum Energy Tbk
5200
500000000
2600000000000
52
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
5395
1166191000
6291600445000
53
Indopoly Swakarsa Industry Tbk
210
2300178500
483037485000
54
Krakatau Steel (Persero) Tbk
850
3155000000
2681750000000
55
Multifiling Mitra Indonesia Tbk
200
257580000
51516000000
56
Midi Utama Indonesia Tbk
275
432353000
118897075000
57
Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk
560
1038976500
581826840000
58
Nippon Indosari Corpindo Tbk
1275
151854000
193613850000
59
Skybee Tbk
375
235000000
88125000000
60
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
2025
551111000
1115999775000
61
Sarana Menara Nusantara Tbk
1050
112232500
117844125000
88
Lampiran 4 : Output SPSS 17
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
UP
61
.01
.70
.3480
.25202
JI
61
.00
1.00
.1311
.34036
ROE
61
.45
193.92
19.2803
29.21531
K
61
2.25E10
1.23E16 7.9369E14
1.91029E15
Valid N (listwise)
61 One-Sample Statistics
N UP
Mean 61
Std. Deviation
.3480
Std. Error Mean
.25202
.03227
One-Sample Test Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Difference t UP
df
10.785
Sig. (2-tailed) 60
.000
Mean Difference
Lower
.34801
Upper .2835
.4126
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test UP N Normal Parameters
a,,b
Mean Std. Deviation
JI
ROE
K
61
61
61
61
.3480
.1311
19.2803 7.9369E14
.25202
.34036
29.21531 1.91029E1 5
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Absolute
.156
.519
.273
.339
Positive
.156
.519
.273
.315
Negative
-.141
-.350
-.260
-.339
1.220
4.052
2.131
2.647
.102
.000
.000
.000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
89
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test UP
JI
N Normal Parameters
a,,b
LnK
61
61
61
61
.3480
.1311
2.2826
30.1841
.25202
.34036
1.21863
4.37893
Absolute
.156
.519
.081
.171
Positive
.156
.519
.067
.137
Negative
-.141
-.350
-.081
-.171
1.220
4.052
.635
1.339
.102
.000
.815
.056
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
LnROE
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
LnK, JI, LnROE
a
Method . Enter
a. All requested variables entered.
b
Model Summary
Model 1
R .480
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.231
.190
.22681
Durbin-Watson 2.197
a. Predictors: (Constant), LnK, JI, LnROE b. Dependent Variable: UP
90
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
F
.878
3
.293
Residual
2.932
57
.051
Total
3.811
60
Sig.
5.692
.002
a
a. Predictors: (Constant), LnK, JI, LnROE b. Dependent Variable: UP
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Coefficients
Std. Error
Collinearity Statistics
Beta
.886
.205
JI
-.104
.088
LnROE
-.068
LnK
-.012
t
Sig.
Tolerance
VIF
4.325
.000
-.140
-1.177
.244
.954
1.048
.025
-.327
-2.694
.009
.919
1.088
.007
-.213
-1.774
.081
.934
1.070
a. Dependent Variable: UP
Collinearity Diagnostics
a
Variance Proportions
Dimensi Model
on
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
JI
LnROE
LnK
1
1
3.055
1.000
.00
.03
.02
.00
2
.791
1.965
.00
.95
.00
.00
3
.144
4.605
.02
.02
.97
.02
4
.010
17.497
.97
.01
.01
.98
a. Dependent Variable: UP
91
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
.0408
.6113
.3480
.12100
61
-2.539
2.176
.000
1.000
61
.034
.097
.056
.017
61
.0288
.6008
.3479
.12235
61
-.41653
.40129
.00000
.22107
61
Std. Residual
-1.836
1.769
.000
.975
61
Stud. Residual
-1.897
1.793
.000
1.004
61
-.44437
.41231
.00010
.23495
61
-1.942
1.830
.001
1.011
61
Mahal. Distance
.332
9.921
2.951
2.479
61
Cook's Distance
.000
.129
.016
.021
61
Centered Leverage Value
.006
.165
.049
.041
61
Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: UP
92
93