Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES Anisa Nur Hidayah
[email protected]
Bambang Suryono
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of company size, solvability, auditor reputation, and audit opinion either simultaneously or partially. The result of research shows that in the factors analysis there are 4 factors which have influence to the audit delay both simultaneous and partial. It has been found from the analysis result that partially solvability variable has significant influence to the audit delay, while the company size, auditor reputation, and audit opinion variables have no significant influence to the audit delay. Then in the simultaneous test it has been found that all variables which are company size, solvability, auditor reputation and audit opinion have significant influence to the audit delay. Keywords: Audit Delay, Company Size, Solvability, Auditor Reputation, Audit Opinion. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor, dan opini audit secara simultan maupun secara parsial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam analisis faktor terdapat 4 faktor yang berpengaruh pada audit delay secara simultan maupun parsial. Dari hasil analisis diketahui bahwa secara parsial, variabel solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay, sedangkan variabel ukuran perusahaan, reputasi auditor, dan opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Kemudian pada pengujian secara bersama-sama atau simultan diketahui bahwa semua variabel yaitu ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor dan opini audit berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Kata kunci: audit delay, ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor, opini audit.
PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya investasi bisnis dan perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada pasar modal di Indonesia, maka ketepatwaktuan (timeliness) merupakan kewajiban bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala. Laporan keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi mengenai posisi kinerja keuangan perusahaan, perubahan posisi keuangan, serta arus kas perusahaan yang nantinya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bisnis perusahaan. Atas alasan tersebutlah yang mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan untuk perusahaan go public semakin meningkat. Hal itu turut berpengaruh pada perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia. Adanya peningkatan permintaan akan audit ini disebabkan karena setiap perusahaan publik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatwaktuan (timeliness) dalam penyajian laporan keuangan kepada publik di Indonesia telah diatur dalam UU No.8/PM/1996 tentang kewajiban penyampain laporan keuangan berkala. Audit laporan keuangan secara efektif dan efisien kini mengalami peningkatan permintaan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas di Bursa Efek Indonesia yang berkembang sangat pesat. Salah satu dampak pesatnya perkembangan aktivitas di BEI adalah peningkatan permintaan akan setiap perusahaan diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun BAPEPAM tentang kewajiban penyampaian laporan berkala yaitu bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Ketepatwaktuan perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM juga tergantung dari ketepatwaktuan auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Apabila terjadi penundaan yang tidak seharusnya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Ketepatwaktuan penyusunan atau pelaporan suatu laporan audit atas laporan keuangan perusahaan bisa mempengaruhi nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal, karena laporan keuangan auditan yang didalamnya memuat informasi penting, seperti laba yang dihasilkan perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual proporsi saham yang dimiliki oleh investor, artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Standar audit, menurut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), khususnya standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian. Selain itu, standar pekerjaan lapangan memuat pernyataan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan pengumpulan alatalat pembuktian yang cukup memadai. Hal ini yang kadang menyebabkan lamanya suatu proses pengauditan dilakukan, sehingga publikasi laporan keuangan yang diharapkan secepat mungkin menjadi terlambat. Perusahaan Food and Beverages merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dalam kegiatan perusahaanya mendapatkan perhatian dari para investor dan mendapatkan pengawasan dalam bidang penyampaian hasil laporan keungannya. Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang bersifat materiil, sesuai dengan prinsip-prinsip akutansi yang berlaku umum. Audit delay Menurut Lawrence dan Briyan (1988; dalam Yugo Trianto, 2006:31) audit delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit. Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien sudah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) meneliti bahwa faktor yang mempengaruhi audit delay antara lain: profitabilitas, solvabilitas, internal audit, ukuran perusahaan, dan ukuran Kantor Akuntan Publik. Hasil dari penelitian tersebut terdapat tiga kesimpulan yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay, sedangkan profitabilitas, internal auditor dan solvabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Ukuran perusahaan, ukuran KAP
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
dan solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap timeliness, sedangkan profitabilitas, internal auditor tidak berpengaruh. Profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan, dan KAP secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap audit delay maupun timeliness. Penelitian yang dilakukan Simbolon (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay antara lain: ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, reputasi KAP. Hasil dari penelitian tersebut secara simultan menunjukkan bahwa keempat faktor tersebut berpengaruh positif terhadap audit delay, sedangkan secara parsial solvabilitas, ukuran perusahaan dan reputasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Beberapa faktor yang diperkirakan mempengaruhi audit delay telah dikaji dalam beberapa penelitian terdahulu tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dengan menguji kembali variabelvariabel yang telah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Adapun faktor-faktor yang akan diuji kembali dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor dan opini audit. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalahan yang diajukan adalah: apakah ada pengaruh secara parsial maupun simultan dari ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor dan opini auditor terhadap audit delay pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012? Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor dan opini auditor secara parsial maupun simultan terhadap audit delay pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI periode 2010-2012. Dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor dan opini auditor terhadap audit delay secara simultan. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga manajemen memperoleh informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan (Simbolon, 2009). Sedangkan menurut Weggandt (1995; dalam Sejati, 2007) laporan keuangan merupakan sarana utama dimana informasi keuangan dikomunikasikan dengan pihak luar perusahaan, laporan ini memberikan sejarah kuantitatif perusahaan dalam satuan uang. PSAK No. 1 par. 10 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2012). Menurut PSAK par. 07 komponen laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dengan berbagai cara seperti misalnya: sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan (IAI, 2012). Dalam PSAK par. 24 mengenai Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan menyebutkan empat karakteristik kualitatif pokok yang merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dapat dibandingkan (IAI, 2012).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
Audit Audit adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Sunarto, 2003:16). Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang paling sering dilakukan oleh auditor independen. Hal ini disebabkan audit laporan keuangan dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan (Halim, 2008:59). Menurut Halim (2008:60) ada empat alasan yang dapat menjawab pertanyaan mengapa audit atas laporan keuangan diperlukan, antara lain: Perbedaan Kepentingan. Ada perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara manajemen sebagai pembuat dan penyaji laporan keuangan dengan para pemakai laporan keuangan. Para pemakai mengharapkan kepastian dari auditor independen bahwa laporan keuangn bebas dari pengaruh konflik kepentingan terutama kepentingan manajemen. Konsekuensi. Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi pemakai. Investor, kreditor, dan para pembuat keputusan ekonomi lainnya sangat mengandalkan laporan keuangan yang dipublikasikan. Mereka menginginkan laporan keuangan berisi sebanyak mungkin informasi yang relevan untuk pengambilan. Mereka menginginkan adanya pengungkapan (disclosure) yang memadai. Para pemakai laporan keuangan mengandalkan auditor independen untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disusun sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum dan berisi pengungkapan yang diperlukan bagi para pemakai yang berpengetahuan dan mengerti tentang laporan keuangan. Kompleksitas. Dunia bisnis yang selalu berkembang pesat mengakibatkan permasalah akuntansi dan proses penyajian laporan keuangan semakin kompleks. Peningkatan kompleksitas ini mengakibatkan semakin tingginya risiko kesalahan interpretasi dan penyajian laporan keuangan. Hal ini menyulitkan para pemakai laporan keuangan dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan. Oleh karena itu, mereka mengandalkan laporan auditor independen atas laporan keuangan auditan untuk memastikan kualitas laporan keuangan yang bersangkutan. Keterbatasan Akses. Pemakai laporan keuangan pada umumnya mempunyai keterbatasan akses terhadap data akuntansi. Sebagian kecil pemakai mempunyai akses langsung terhadap catatan akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Hal ini memungkinkan mereka untuk memanipulasi catatan akuntansi dan laporan keuangan untuk kepentingan mereka. Oleh karena itu, para pemakai lainnya akan mengandalkan audit yang dilakukan auditor independen untuk memastikan bahwa laporan keuangan cukup berkualitas dan bebas dari manipulasi. Tujuan Audit Dalam PSA No. 02 seksi 110 tujuan umum pengauditan atas laporan keuangan oleh auditor independen merupakan pemberian opini atas kewajaran dimana laporan tersebut telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Elder et al., 2011:104). Sedangkan menurut Subramanyam dan Wild (2009:114; dalam Reginea, 2011) tujuan utama audit laporan keuangan adalah untuk mengidentifikasi kesalahan dan penyimpangan yang jika tidak terdeteksi akan memberikan dampak material
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
pada kewajaran penyajian dan kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Kell dan Boynton audit dapat diklasifikasikan berdasar tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini audit terbagi dalam tiga kategori, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, audit operasional (Halim, 2008:5). Audit Laporan Keuangan. Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporang keuangan yang telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu prinsip akuntansi berterima umum (PABU). Audit Kepatuhan. Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan. Audit Operasional. Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis) operasional. Efisiensi adalah perbandingan antara masukan dengan keluaran, sedangkan efektivitas adalah perbandingan antara keluaran dengan target yang sudah ditetapkan. Standar Auditing Standar audit merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas professional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bukti (Elder et al., 2011:41). Dalam PSA No. 01 seksi 150 menetapkan standar-standar audit untuk profesi yaitu Standar Auditing Berlaku Umum. Standar auditing terdiri atas tiga bagian, standar ini diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sebagai berikut (IAPI, 2011): (1) Standar umum, bagian yang mengatur tentang mutu professional auditor independen atau persyaratan pribadi auditor; (2) Standar pekerjaan lapangan, bagian yang mengatur mengenai pertimbangan-pertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan audit dilapangan; (3) Standar pelaporan, bagian yang mengatur tentang pertimbanganpertimbangan yang digunakan dalam penyusunan laporan audit. Audit Delay Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan auditan merupakan hal yang sangat penting khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Namun auditor memerlukan waktu yang cukup untuk dapat mengumpulkan bukti-bukti kompeten yang dapat mendukung opininya. Lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal ditandatanganinya laporan audit (tanggal opini) ini kemudian didefinisikan sebagai audit delay (Halim, 2000; dalam Subekti dan Novi, 2004). Sedangkan menurut Rachmawati (2008) audit delay adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Dalam penelitian ini ada empat faktor yang diperkirakan mempengaruhi audit delay, yaitu ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor dan opini audit.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
Ukuran Perusahaan. Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Dyer dan McHugh (1975; dalam Rachmawati, 2008) menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundan audit (audit delay) dan penundaan laporan keuangan yang disebabkan oleh karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan dan agen regulator. Di samping itu ukuran perusahaan juga memiliki alokasi dana yang lebih besar untuk membayar biaya audit (audit fees), hal ini menyebabkan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki audit delay yang lebih pendek bila dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih kecil. Sedangkan penelitian menurut Ferry dan Jones (1979; dalam Reginea, 2011) ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Pada dasarnya Ukuran Perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan (Masud Machfoedz, 1994; dalam Febrianty, 2011). Solvabilitas. Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya (Hanafi dan Halim, 1996; dalam Ani Yulianti, 2011). Solvabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan jumlah utang dengan jumlah aktiva. Solvabilitas juga mengindikasikan jumlah modal yang dikeluarkan oleh investor dalam rangka menghasilkan laba. Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan menurut Supranoto (1990; dalam Ani Yulianti, 2011) menyebutkan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Analisis solvabilitas difokuskan terutama pada reaksi dalam neraca yang menunjukkan kemampuan untuk melunasi utang lancar dan utang tidak lancar. Dalam penelitian ini, rasio yang akan dipakai adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER menggambarkan perbandingan total kewajiban dan total ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi DER, maka semakin besar perusahaan menggunakan modal dari kreditor. Perusahaan dengan kewajiban yang besar cenderung mendesak auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan kewajiban yang besar diawasi dan dimonitori oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan kembali para pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat risiko dalam pengembalian modal mereka (Subramanyam dan Wild, 2009;37; dalam regina, 2011). Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur Solvabilitas diukur dengan total debt to total asset ratio (TDTA) yang membandingkan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang) dengan jumlah aktiva (total asset). Reputasi Auditor Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa KAP. Dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini biasanya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm atau Big Four (Hilmi dan Ali, 2008).Hasil penelitian Ashton, et al., Schwartz dan Soo (dalam Utami, 2006), menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Hasil yang sama juga ditemukan Ahmad dan Kamarudin (2003) yaitu bahwa audit delay pada KAP Big Four akan lebih pendek dibandingkan dengan audit delay pada KAP kecil. Hal ini diasumsikan karena KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat, guna menjaga reputasinya. DeAngelo (dalam Hilmi dan Ali, 2008), menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan pun lebih baik dibandingkan dengan kantor akuntan kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memakai jasa KAP besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Pada umumnya, KAP yang besar (yang bekerjasama dengan KAP internasional) mempunyai intensif yang kuat untuk menyelesaikan tugas audit lebih cepat demi mempetahankan reputasinya. Selain itu, KAP besar memiliki lebih banyak sumber daya sehingga tugas audit dapat diselesaikan dalam waktu lebih singkat. KAP besar juga memiliki banyak pengalaman yang membuat mereka dapat melakukan tugas audit lebih cepat. KAP ini dapat menjalankan pengauditan secara lebih efisien dan efektif, serta memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dalam penjadwalan audit (Simbolon, 2009). Dalam penelitian ini, KAP di katagorikan menjadi The Big Four dan Non Big Four. Kategori KAP merupakan variabel dummy dimana KAP The Big Four diberi nilai 1 (satu) dan KAP Non Big Four diberi nilai 0 (nol). Kategori KAP the big four di Indonesia sebagai berikut: (1) KAP Deloitte Touche Thomatsu (DTT), bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio; (2) KAP Price Waterhouse Coopers (PwC), bekerjasama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana dan Rekan; (3) KAP Ernst & Young (E&Y), bekerjasama dengan KAP Purwantoro, Suherman dan Surja; (4) KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Siddharta dan Widjaja. Opini Auditor Opini auditor merupakan simpulan dari proses audit yang dilakukan auditor independen atas laporan keuangan perusahaan klien mengenai kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dalam semua hal yang material sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum. Opini auditor atas laporan keuangan perusahaan menjadi tolak ukur para penggunanya dalam mengambil keputusan. Opini auditor merupakan pendapat yang dikeluarkan oleh auditor independen atas kewajaran suatu laporan keuangan. Opini auditor digunakan oleh pengguna intern dan ekstern laporan keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode tertentu sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Pengaruh opini auditor terhadap audit delay masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh auditor (Mulyadi, 2002; dalam Ani Yulianti, 2011) sebagai berikut: (1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion); (2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion report with Explanatory Language); (3) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion); (4) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion); (5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion). Pengembangan Hipotesis Pengaruh ukuran perusahaan terdahap audit delay.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
Sejati (2007) hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay. Pertama, perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen yang berkala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawasan permodalan dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya. Kedua, bahwa semakin besar perusahaan maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit lebih lama. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh. Sehingga ukuran perusahaan dengan indikator total asset memiliki pengaruh positif terhadap audit delay. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 1 : Ukuran perusahan berpengaruh negatif terhadap audit delay. Pengaruh solvabilitas terhadap audit delay. Rachmawati (2008), Simbolon (2009), dan Reginea (2011) dalam penelitiannya membuktikan bahwa solvabilitas memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap audit delay, sedangkan penelitian Febrianty (2011) menunjukkan bahwa tingkat leverage/solvabilitas memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap audit delay, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat solvabilitas perusahaan maka audit delay semakin lama. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula resiko kerugiannya dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 2 : Solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit delay. Pengaruh reputasi auditor terhadap audit delay. Rachmawati (2008) dalam penelitiannya membuktikan bahwa reputasi auditor memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap audit delay, sedangkan penelitian Subekti dan Novi (2004) menunjukkan bahwa kualitas auditor memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap audit delay, yang berarti semakin besar kualitas auditor maka audit delay semakin singkat. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada umumnya, KAP besar (yang bekerja sama dengan KAP internasional) mempunyai insentif yang kuat untuk menyelesaikan tugas audit lebih cepat demi mempertahankan reputasinya. Selain itu, KAP besar memiliki lebih banyak sumber daya sehingga tugas audit dapat diselesaikan dalam waktu lebih singkat. KAP besar juga memiliki lebih banyak pengalaman yang membuat mereka dapat melakukan tugas audit lebih cepat. KAP ini dapat menjalankan pengauditan secara lebih efisien dan efektif , serta memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dalam penjadwalan audit. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 3 : Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap audit delay. Pengaruh opini auditor terhadap audit delay. Carslaw dan Kaplan (1991) dalam penelitiannya membuktikan bahwa opini auditor tidak berpengaruh signifikan antara pemberian opini oleh auditor terhadap audit delay. Tidak sesuai logika yang mendasari hubungan antara opini auditor dengan audit delay, yaitu pada perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion akan menunjukkan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
audit delay yang lebih panjang dibandingkan dengan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion. Hal ini dikarenakan proses pemberian pendapat selain unqualified opinion tersebut melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis dan perluasan lingkup audit, sedangkan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion merupakan suatu berita yang baik bagi perusahaan. Perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion akan melaporkan laporan keuangan tepat waktu. Opini audit yang baik (unqualified opinion) harus mengemukakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit sesuai dengan ketentuan standar akuntansi keuangan dan tidak ada penyimpangan material yang dapat mempengaruhi pengambilan suatu keputusan. Alasan bahwa pada pemberian pendapat selain unqualified akan melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner yang lebih senior atau staf teknis dan membutuhkan perluasan lingkup audit, berdasarkan hasil penelitian ini tampaknya kurang bisa diterima karena hal-hal tersebut mungkin saja terjadi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 4 : Opini auditor berpengaruh negatih terhadap audit delay. Model Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen
Ukuran perusahaan (X1) Solvabilitas
(X2)
Reputasi auditor
(X3)
Opini auditor
(X4)
Audit delay (Y)
Gambar 1 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Reputasi Auditor dan Opini Auditor terhadap Audit Delay
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif (causal-comparative research) yang bertujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen, meliputi ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor dan opini auditor terhadap audit delay sebagai variabel dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, Dimana dari teknik pengambilan sampel yang digunakan tersebut diperoleh 14 sampel dari 16 perusahaan dengan kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun berturut-turut pada periode 2010-2012; (2)Perusahaan menyerahkan laporan keuangan secara lengkap untuk periode 2010-2012. Teknik Pengumpulan Data
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi. Dokumentasi adalah cara untuk mempelajari, mengklasifikasi, dan menganalisis data melalui catatan-catatan serta dokumen-dokumen tertulis. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan real estate yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dalam situs www.idx.co.id Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel Independen a. Ukuran Perusahaan Menurut Ferry dan Jones (1979; dalam Reginea, 2011) ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan sehingga semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka informasi tentang perusahaan tersebut semakin banyak diketahui oleh investor. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dari jumlah total aset, baik aset lancar maupun aset tidak lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
Ukuran Perusahaan = log (total) b. Solvabilitas Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya dari harta perusahaan tersebut apabila perusahaan dilikuidasi (Harahap, 2004:303). Solvabilitas akan diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio yang digunakan dalam mengukur solvabilitas perusahaan. Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar (kreditur). DER dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Total kewajiban DER = -------------------------------------- x 100% Total ekuitas c. Reputasi auditor Reputasi auditor dikategorikan menjadi The Big Four dan Non Big Four. Kategori KAP merupakan variabel dummy dimana KAP The Big Four diberi nilai 1 (satu) dan KAP Non Big Four diberi nilai 0 (nol). d. Opini auditor Ada dua jenis pendapat akuntan publik yaitu qualified opinion dan unqualified opinion. Untuk jenis pendapat qualified opinion diberi kode dummy 1 (satu) dan pendapat unqualified opinion diberi kode dummy 0 (nol). Variabel Dependen Audit Delay Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah audit delay, yaitu lama waktu penyelesaian audit diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga diterbitkannya laporan auditor independen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
Teknik Analisis Data Analisis Regresi Berganda Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0. Untuk memperkirakan/meramalkan nilai variabel Y, akan lebih baik apabila ikut memperhitungkan variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi Y (Supranto, 2009:239). Analisis regresi berganda merupakan alat analisis yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor dan opini auditor terhadap audit delay pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI selama periode 20102012. Persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut: Y = β₀ + β 1 .UP + β 2 .SOL + β 3 .RA + β 4 .OA + e dalam hal ini: Y = Lamanya waktu penyelesaian audit (audit delay) β₀ = Konstanta β 1 – β 4 = Koefisien regresi UP = Ukuran perusahaan SOL = Solvabilitas RA = Reputasi auditor OP = Opini auditor e = Error/kesalahan Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas. Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS, normalitas dapat dideteksi dengan alat analisis grafik berupa P-P plot of regression standard dengan cara mengamati penyebaran data (titik-titik) terhadap garis diagonal dan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada nilai residual hasil regresi dengan kriteria jika probabilitas > 0,05 maka data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika probabilitas < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Uji Multikolinieritas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas digunakan Tolerance and Variance Inflation Factor atau VIF dalam penelitian ini. Jika VIF < 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka variabel tersebut tidak mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas yang lainnya. Uji Heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah residual (Y prediksi -Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi. Pengujian dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW-test). Suatu observasi dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai Durbin-Watson berada antara batas -2 hingga 2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Uji t (t-test) digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai probabilitas (nilai Sig.) dari t rasio masing-masing variabel independen pada taraf uji α = 5% (Simbolon, 2009).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
Kesimpulan diterima atau ditolaknya H0 dan H1 sebagai pembuktian adalah sebagai berikut: (1) Jika probabilitas lebih kecil daripada α maka H0 ditolak dan H1 diterima yang memiliki arti bahwa variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen; (2) Jika probabilitas lebih besar daripada α maka H1 ditolak dan H0 diterima yang memiliki arti bahwa variabel independen memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi menunjukkan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel indepenen dan ditunjukkan dengan nilai adjusted R2. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1, artinya semakin mendekati 0 maka semakin kecil pula kemampuan seluruh variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependennya. Sebaliknya semakin mendekati 1 maka semakin besar pula kemampuan seluruh variabel dalam model untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel independennya (Sejati, 2007). ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berusaha menggambarkan atau menjelaskan berbagai karakteristik data, seperti rata-rata (mean), standar deviasi dan sebagainya. Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu audit delay, ukuran perusahaan (total aset), solvabilitas (DER), reputasi auditor dan opini auditor.
AD UP SOL RA OA Valid N (listwise) 42 Sumber: Hasil output SPSS
Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian Std. N Minimum Maximum Mean 42 38 151 80.15 42 26.02 31.71 28.2390 42 .20 29.66 1.7240 42 0 1 .50 42 0 1 .86
Deviation 21.186 1.51866 4.45896 .506 .354
Tabel 1 menunjukkan bahwa mean dari audit delay adalah 80,15. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012 tersebut telah berusaha mematuhi peraturan dari BAPEPAM yaitu kewajiban menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambatlambatnya 90 hari setelah tanggal tutup buku perusahaan dengan rata-rata audit delay sekitar 80 hari. Hal ini juga diartikan oleh investor sebagai sinyal yang baik bagi perusahaan. Total asset (dalam jutaan rupiah) perusahaan selama periode 2010-2012 memiliki nilai mean sebesar 28,2390. DER (dalam %) selama periode 2010-2012 memiliki nilai mean sebesar 1,7240. Reputasi auditor selama periode 2010-2012 memiliki nilai mean sebesar 0,50. Opini auditor selama periode 2010-2012 memiliki nilai mean sebesar 0,86. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot pada gambar 2 memperlihatkan bahwa data (titik-titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti model regresi, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
Gambar 2 Uji Normalitas Sumber: Hasil output SPSS
b. Uji Multikolinieritas Pada tabel 2 nilai tolerance semua variabel independen tersebut lebih besar dari 0,1, demikian juga perhitungan nilai Variance Inflation Factor atau VIF semuanya kurang dari 10, ini berarti model regresi tidak terjadi adanya multikolinieritas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa uji multikolinieritas terpenuhi. Tabel 2 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Tolerance UP 0,967 SOL 0,940 RA 0,922 OA 0,971 Sumber: Hasil output SPSS
VIF 1,034 1,064 1,084 1,030
c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot pada gambar 3 menunjukkan bahwa tidak ada suatu pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, ini berarti model regresi tidak terjadi adanya heteroskedastisitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa uji heteroskedastisitas terpenuhi.
Gambar 3 Uji Heteroskedastisitas Sumber: Hasil output SPSS
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
d. Uji Autokorelasi Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson (DW-test) sebesar 1,761. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan bahwa nilai Durbin-Watson (DWtest) berada diantara -2 dan 2, yaitu -2 < 1,761 < 2 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak adanya autokorelasi. Sehingga dapat dikatakan uji autokorelasi terpenuhi. Tabel 5 Uji Autokorelasi
Model 1 Sumber: Hasil output SPSS
Durbin-Watson 1,761
Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan analisis regresi linier berganda. Berikut ini adalah hasil analisis regresi pengaruh dari ukuran perusahaan (total aset), solvabilitas (DER), reputasi auditor dan opini auditor terhadap audit delay. Tabel 6 Hasil Analisis Regresi Koefisien Variabel Regresi Standar Error Konstanta 76,904 53,066 UP 0,505 1,867 SOL 2,386 0,645 RA -6,512 5,740 OA -13,858 7,995 R = 0,599 R Square (R²) = 0,359 Variabel Dependen (Y) : Audit Delay Sumber: Hasil outpot SPSS
t 1,449 0,270 3,698 -1,135 -1,733 F Sig. F
= =
Sig. t 0,156 0,788 0,001 0,264 0,091 5,172 0.002
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan memiliki nilai tidak signifikansi 0.788 > 0.05, hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Solvabilitas memiliki nilai signifikansi 0.001 < 0.05, hal ini menunjukkan bahwa solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Reputasi auditor memiliki nilai signifikansi 0.262 > 0.05, hal ini menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Opini auditor memiliki nilai signifikansi 0.091 > 0.05, hal ini menunjukkan bahwa opini auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sehingga dengan demikian hipotesis 2 diterima, sedangkan hipotesis 1, hipotesis 3 dan hipotesis 4 ditolak. Nilai koefisien determinasi atau R square (R2) sebesar 0,359 yang berarti bahwa seluruh variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor dan opini auditor pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2012 mempengaruhi variabel terikat (audit delay) adalah sebesar 35,9%, sedangkan sisanya sebesar 64,1% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,599 yang menunjukan bahwa hubungan atau korelasi antara audit delay dengan variabel bebasnya yaitu ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor, dan opini auditor pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2012 adalah kuat, karena nilainya berada di atas 0,5. Variabel ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor dan opini auditor secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap audit delay, hal ini dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
diketahui dari hasil uji F yang menunjukkan nilai 5,172 dengan signifikansi 0,002. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Simbolon (2009). Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa secara parsial ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Simbolon (2009) dan I Md Ngr Sudewa Mantik, Edy Sujana (2013) . Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh febrianty (2011) dan Rachmawati (2008) menunjukkan hasil yang sebaliknya. Hal ini bertolak belakang dengan logika teori yang dipaparkan sebelumnya bahwa semakin besar perusahaan maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit akan lebih singkat. Adanya hasil penelitian yang bertolak belakang ini diperkirakan karena perusahaan yang lebih besar mempunyai pengendalian internal yang lebih kuat yang akan mengurangi kecenderungan kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan memampukan auditor untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas dan untuk melakukan pekerjaan intern. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa secara parsial solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sehingga dengan demikian hipotesis 2 diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh febrianty (2011) dan I Md Ngr Sudewa Mantik, Edy Sujana (2013). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2009) dan Rachmawati (2008) menunjukkan hasil yang sebaliknya. Solvabilitas memiliki pengaruh terhadap audit delay dikarenakan semakin tinggi tingkat solvabilitas yang dimiliki perusahaan maka audit delay akan semakin lama. Sehingga perusahaan dengan kewajiban yang besar cenderung mendesak auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan kewajiban yang besar diawasi dan dimonitori oleh kreditor sehingga akan memberika tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan kembali para pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat risiko dalam pengembalian modal mereka. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa secara parsial reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay sehingga dengan demikian hipotesis 3 ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Simbolon (2009), febrianty (2011) dan I Md Ngr Sudewa Mantik, Edy Sujana (2013). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) menyatakan hasil yang sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis mengenai audit delay dalam perusahaan yang dijadikan sampel, menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang di audit oleh KAP Non Big Four mengalami audit delay yang lebih singkat daripada perusahaan-perusahaan yang di audit oleh KAP The Big Four. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas auditor (ukuran KAP) tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hal ini bertolak belakang dengan logika teori yang dipaparkan sebelumnya, bahwa audit delay akan semakin singkat jika perusahaan diaudit oleh KAP Non Big Four. Adanya hasil penelitian yang bertolak belakang ini diperkirakan terjadi karena KAP The Big Four mengalami overload permintaan audit dari banyak klien, sehingga audit delay menjadi lama. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa secara parsial opini auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay sehingga dengan demikian hipotesis 4 ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Wiwik Utami (2006). Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian Carslaw dan Kaplan (1991) yang tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh signifikan antara pemberian opini oleh auditor terhadap audit delay. Opini audit merupakan kesimpulan dari hasil pemeriksaan dan pengujian yang telah dilakukan. Hal ini tidak sesuai dengan logika teori yang dipaparkan sebelumnya bahwa opini auditor atas laporan keuangan perusahaan menjadi tolak ukur para penggunanya dalam mengambil keputusan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan dari hasil penelitian ini dapat di kemukakan sebagai berikut: (1) Ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay; (2) Solvabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay; (3) Reputasi auditor secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay; (4) Opini auditor secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay; (5) Ukuran perusahaan, solvabilitas, reputasi auditor dan opini auditor secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan food and beverages sehingga hasilnya tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk perusahaan lain di Bursa Efek Indonesia. Kedua, penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel saja dalam menguji audit delay. Ketiga, jangka waktu pengamatan dalam penelitian ini hanya tiga tahun yaitu periode 2010-2012 sehingga kurang dapat dijadikan dasar prediksi lama audit delay perusahaan. Untuk penelitian selanjutnya, lebih menambahkan variabel, tahun dan perusahaannya agar hasilnya dapat di jadikan acuan untuk perusahaan lain. DAFTAR PUSTAKA Boynton, W.C., R. N Johnson, dan W. G Kell. 2003. Modern Auditing. Edisi Terjemahan Ketujuh. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Bursa Efek Indonesia. 2013. Laporan Keuangan Perusahaan Food and Beverages 2010-2012. www.idx.co.id. Diakses tanggal 1 Desember 2013. Carslaw, C.A.P.N dan Steven E. Kaplan. 1991. An Examination of Audit Delay: Evidence from New Zeland. Acc and Bussiness Research, Vol. 22. Chambers, A. E., dan Stephen H. Penman. 1984. Timeliness of Reporting and The Stock Price Reaction to Earnings Announcements. Journal of Accounting Research, Vol. 22, No.1 (Spring): 21-47. Elder. R. J., dan Beasley, M. S., dan Areans. A. A., dan Jusuf. A. A. 2011. Jasa Audit dan Assurance, Salemba Empat. Jakarta. Febrianty. 2011. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay Perusahaan Sektor Perdagangan Yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2009. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (September) Vol. 1, No.3. Halim, A. 2008. Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi keempat. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Harahap, S. S. 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja Geafindo Persada. Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Ikatan Akuntansi Indonesia. Jakarta. Institut Akuntansi Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntansi Publik. Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi. 2002. Auditing. Buku Dua. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta. Mantik, I made Ngurah Sudewa; Sujana, Edy. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Food and Beverages Tercatat di BEI 2009-2011. Jurnal ilmiah mahasiswa akuntansi, Vol. 1, No.1. Rachmawati, S. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal akuntansi dan keuangan, Vol.10, No. 1, Mei: 1-10.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
Sejati, A. W. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2005. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negri Semarang. Semarang. Simbolon, K. P. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan. Subekti, I., dan Widiyanti, N. W. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay di Indonesia, (SNA) VII, 2-3 Desamber. Sunarto. 2003. Auditing. Panduan. Yogyakarta. Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta. Buletin Penelitian No. 09, hal 21-32. Wisnugroho, W. C. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Yulianti, A. 2009. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negri Yogyakarta. ●●●