ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY (Studi Kasus pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia)
Oleh : DEVI FRILDAWATI NIM: 205082000214
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY (Studi Kasus pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Devi Frildawati NIM: 205082000214 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY (Studi Kasus pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi SyaratSyarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: Devi Frildawati NIM: 205082000214
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131 474 891
Rini, SE, Ak, M.Si NIP. 150 370 231
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
Hari ini Senin tanggal Dua puluh Sembilan bulan Juni tahun Dua ribu Sembilan Telah dilakukan ujian Komprehensif atas nama Devi Frildawati NIM: 205082000214 dengan judul skripsi ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
AUDIT DELAY” (Studi Kasus pada Perusahaan di
Bursa Efek Indonesia). Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rahmawati, SE., MM Ketua
Hepi Prayudiawan, SE., AK., MM Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli
Hari ini Kamis tanggal Enam bulan Agustus tahun Dua ribu Sembilan Telah dilakukan ujian Skripsi atas nama Devi Frildawati NIM: 205082000214 dengan judul skripsi “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY” (Studi Kasus pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia). Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 06 Agustus 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si Penguji I
Rini, SE, Ak, M.Si Penguji II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli
DEVI FRILDAWATI Jl. Taruma Negara, Gg. Sedap Malam, Pisangan, Ciputat, Tangerang Banten 15419 Telp: 021-95439854 E-mail:
[email protected] DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi Nama
: Devi Frildawati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tgl lahir
: Kuningan, 17 April 1987
Kewarganegaraan
: Indonesia
Tinggi, berat badan
: 150 cm, 43 Kg
Agama
: Islam
Alamat Tinggal
: Jl. Taruma Negara, Gg. Sedap Malam, Pisangan, Ciputat, Tangerang Banten 15419
Alamat Rumah
: Jl. RE. Martadinata No.48, RT/RW 001/003, Blok Babakan, Desa Kertawangunan, Kec. Sindang Agung, Kab. Kuningan, Jawa Barat 45571
Telepon
: 021-95439854/08568565454
Email
:
[email protected]
Orang Tua Bapak
: Jojo Sutarjo
Ibu
: Titin Mulyati
Anak ke
: 2 dari 5 Bersaudara
Nama Saudara
: 1. Gina Fanduwinata 2. Wulan Purnamawati 3. Bayu Fajriaturrohman 4. Ade Aira Rahmanatullah
Pendidikan Formal 1993-1999
: SD Negeri 1 Kertawangun, Kuningan
1999-2002
: SMP Negeri 4 Kuningan
2002-2005
: SMA Negeri 2 Kuningan
Non Formal 2002
: Kursus Komputer, di SMA Negeri 2 Kuningan
2009
: Kursus B. Inggris, di LECC Ciputat
Juni 2009
: Kursus Preparation TOEFL di LECC Ciputat
Pengalaman Organisasi 1. Pramuka SMP Negeri 4 Kuningan, sebagai Bendahara 2. Osis SMA Negeri 2 Kuningan sebagai Pengurus 3. SMANDARIKAL klub pecinta alam di SMA Negeri 2 Kuningan sebagai Pengurus dan Anggota 4. SMANDA Seni di SMA Negeri 2 Kuningan sebagai Anggota Seni Rupa
Pengalaman Kerja 2007
: Magang dan Bekerja di BMT Cita Sejahtera, Ciputat, Tangerang Banten. Sebagai Teller.
2008
: Magang di KAP Ishak Saleh Soewondo Rekan, Tebet, Jakarta Selatan. Sebagai Auditor Junior.
2008-sekarang
: Magang di Yayasan Cendekia Internasional Jakarta, Ciputat, Tangerang Banten. Sebagai staf Keuangan dan Accounting
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdulillah atas asma-Mu ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji hanya untuk-Mu maha kuasa pemilik alam semesta maha berkehendak atas segala kehidupan dimuka bumi ini. Solawat dan salam semoga selalu tercurahkan untukmu junjunanku pembawa berkah rahmatan lil alamin nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini penulis persembahkan kepada keluarga tercinta di kuningan terutama kepada bapak, semoga beliau dianugrahi kesehatan selalu senantiasa menjadi pelindungku dan tetap kuat menjagaku, aku sangat mencintaimu. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berjasa hingga terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih kepada: 1. Bapak dan Mama, kalian adalah kebangganku, semangat terbesar dalam hidupku, tongkat terkuat dalam perjuanganku takan pernah aku melupakanmu, kupanjatkan doa selalu untukmu bapak dan mama, air mata ini mengalir tak terhenti menetes saat aku mengingat kalian jauh disana, semua ini aku persembahkan untuk bapak dan mama, meskipun kalian tak ada disampingku tapi dari sejak aku lahir sampai saat ini bapak dan mama salu ada dalam hati menjadi belahan jiwaku. Semoga bapak cepat sembuh dan merayakan kebahagiaan ini bersama-sama dan semoga mama tetap sabar dan meberiku kasih sayang yang tiada pernah bisa kubalas. Bapak mama tanpa kalian aku takan mampu melakukan
semua
ini. Tak
ada kata yang
mampu
mengungkapkan betapa besar dan tulusnya ucapan terimakasihku untuk kalian. 2. Teh Gina, Wulan, Bayu dan Ade Aira. Kalian semua adalah warna warni dalam hidupku dan inspirasiku, sungguh aku bersyukur bisa dilahirkan diantara kalian dan dibesarkan bersama-sama oleh bapak dan mama. ingatanku bersama kalian selalu menyemangatiku. Terimaksih banyak teh telah setia menemaniku menjagaku dan membantuku selama kuliah. Wulan, Bayu dan Aira kalian sangat lucu kalian selalu menjadi motivasi untuku, i
membuat aku lebih semangat dan lebih maju, teteh doakan semoga kalian lebih bahagia dan sukses dari teteh. Semoga kita sekeluarga selalu dilindungi oleh Allah SWT. 3. Ibu Rini selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, perhatian, semangat dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Abdul Hamid selaku dosen pembimbing I dan dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Amilin selaku Sekretaris jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. 6. Seluruh Staf pengajar/dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial atas segala limpahan ilmu dan pengetahuan, atas pelayanan administrasi dan penyediaan referensi. Terutama untuk pak Yani dosen SIA yang sangat penulis kagumi, terimakasih atas kuliah yang sangat bermanfaat. 7. Untuk mbahku dikuningan aku sangat sayang padamu teriimakasih selalu menyayangiku dan memberikan aku nasehat yang sangat bermanfaat. 8. Untuk sahabat-sahabatku yang sangat aku sayangi Nurbaedah, Mayasari, Kurrotul Aini, Qokhita dan Marfuah kalian adalah sahabat-sahabat yang takan pernah kulupakan yang selalu ada dan berbagi disaat susah ataupun senang. Terimakasih atas segala bantuannya, semangatnya, kegilaanya, belajarnya, shoppingnya, karokeannya,
gosipnya, narsisnya, doanya dan tentunya
kenanganya yang takan pernah kulupakan. Untuk Ita cepet nyusul kita dunk bikin skripsi. Semangat!!!!!!!tanpa kalian masa kuliahku gakan seru : ) 9. Untuk Rendy Adhitya Yuniardi dan Iwan Juniyadi terimakasih atas waktu dan kebaikan hati kalian. Kalian adalah orang-orang yang sangat luar biasa dan aku kagumi, terimakasih banyak membantuku dalam belajar dan memberikan aku semangat. 10. Untuk Seluruh keluarga besar Akuntansi A ekstensi angkatan 2005 is the best pokoknya dan semua yang pernah menjadi bagian kelas ini, maaf ga disebutin satu-per satu. kelas yang super duper nyenengin, pa lagi jalan-jalan
ii
kepuncaknya gakan pernah terlupakan deh. Temen belajar, seru-seruan dan gila-gilaan…semangat terus ya semuanya untuk lulus dari UIN…. 11. Mba Julita dan mba-mba dikosan yang tercinta terimakasih banyak atas semua bantuan referensi dan semangat skripsinya. Kalian sangat berjasa dalam memulihkan semangatku yang sering menurun. hehe… mba Jul tetep semangat selesaikan ya skripsinya, terimakasih telah membagiku banyak hal…selalu setia mendengarkan keluhanku dan mengajariku tentang agama. 12. Untuk Astari Budi Arfani, terimakasih ka Tari atas bantuanya dalam penyusunan skripsi ini meskipun kita belum pernah bertemu tapi aku yakin kakak wanit yang cantik dan baik hati terimakasi atas informasi data-data dan semangatny, semoga kita bisa bertemu ya ka….:) 13. Untuk keluaga dan kerabatku ku yang di Jakarta dan di Kuningan terimakasih banyak untuk ua, om, tante, teteh, aa, ade, aki, mimih, mang, bibi dan semuanya atas bantuanya selama aku kuliah di Jakarta, terimakasih banyak. 14. Untuk semua temen-temenku di UIN kelas akuntansi, manajemen dan semua jurusan yang ada di UIN terimakasih banyak. 15. Saudaraku (sama-sama kelahiran 17 april 1987, tapi kita ga kembar lho!!!) Angga Kurniawan di UGM jogja terimakasih A kamu jadi Aa yang baik salu memberikan De semangat. Sukses ya A…!!!! 16. Untuk keluarga besar The scholars teteh, mas dan kakak-kakaku, ka haris, ka Harun serta teman-temanku yang tergabung dalam tim Bajay saumi, oneng 2 alias
syarah,
Ira,
Niken
dan
tentunya
si
bajuri
alias
si
bocah
ahmad,hehe…tetep semangat y…..:) 17. Sahabat-sahabat SMANDA ku, Ayu, Lia, Vidya, Lusi, Rena, Euis, Lani, Andhika, Heru, Agri dan yang lainya pokoknya semua STYLEr n BREAK OFFer kalian adalah inspirasiku untuk terus maju terimakasih untuk kenangan yang tak terlupakan dan sangat bermanfaat. 18. Sahabat-sahabat ACS ku (Aku Cinta SMANDARIKAL) kenangan bersama kalian tidakan pernah terlupakan Fauza S , Neni R , Dian, Yayat (Igem), Fajar dan Popy akang teteh dan adik-adik ACS petualangan seru bersama kalian solidaritas dan kasih sayang kalian takan terlupakan. iii
19. Teman-teman dan Bapak/Ibu Ustad Madrasah Al-Amanah dan mushola di kuningan terimakasih telah meberikan aku bekal agama islam yang sangat aku butuhkan. Terimakasih banyak…… 20. Teman-teman Magang dan semua staf ISS dan Rekan terutama untuk bapak Soewondo terimakasih banyak bapak. 21. Teman masa kecilku dan semua teman-temanku dimanapun kalian berada terimakasih untuk segalanya.
Jakarta. Juni 2009 Penyusun,
iv
ABSTRACT This Research purposed to anayize and measure firm specific factors that influencing the audit delay, by using five independent variables there are: (1) company size, (2) company age, (3) public accountant size, (4) structure of ownership and (5) auditor’s opinion. The data was used in this research is the secondary data gotten directly by visiting the Indonesia Stock Exchange, there are the annual reports of financial companies and manufacturer companies. The result of this research showed that company size has significant influence on audit delay, but company age, public accountant size, structure of ownership and auditor’s opinion have not influence on audit delay. Keywords: audit delay, company size, company age, public accountant size, structure of ownership and auditor’s opinion.
v
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengukur pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, dengan menggunakan lima variabel independen yaitu: (1) ukuran perusahaan (size), (2) umur perusahaan (age), (3) ukuran kantor akuntan publik (KAP), (4) struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan (5) opini audit. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh langsung dari Bursa Efek Indonesia, yaitu data laporan keuangan perusahaan financial dan perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan (size) dan ukuran kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh terhadap audit delay, sedangkan umur perusahaan (age), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Kata kunci: audit delay, bahwa ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran kantor akuntan publik (KAP), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit.
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................
i
ABSTRACT ................................................................................................
v
ABSTRAK..................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ...................................................
1
B. Perumusan Masalah..........................................................
9
C. Tujuan dan Manfaat .........................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Atas Audit .............................................
11
1. Pengertian Audit ..........................................................
11
2. Jenis Audit ...................................................................
15
3. Jenis Auditor ................................................................
17
B. Audit Laporan Keuangan.................................................
21
1. Perlunya Audit Atas Laporan Keuangan .....................
21
2. Tujuan Audit ................................................................
24
3. Standar Audit ...............................................................
25
4. Proses Audit .................................................................
27
5. Laporan Audit ..............................................................
32
C. Ketepatwaktuan Laporan Keuangan (Audit Delay).......
35
1. Pengertian Ketepatwaktuan Laporan Keuangan (Audit delay) ................................................................
36
2. Pengukuran Audit Delay ..............................................
37
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay ............
38
vii
BAB III
E. Kerangka Berfikir .............................................................
47
F. Penelitian Terdahulu dan Perumusan Hipotesis ............
48
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................
57
B. Metode Penentuan Sampel ...............................................
57
C. Metode Pengumpulan Data ..............................................
58
D. Metode Analisis .................................................................
58
1. Metode Analisis.............................................................
58
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................
59
3. Uji Hipotesis..................................................................
63
E. Operasional Variabel Penelitian ......................................
64
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................
67
A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................
67
B. Analisis Data ......................................................................
69
1. Analisis Statistik Deskriptif ..........................................
69
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................
72
3. Uji Hipotesis..................................................................
77
PENUTUP ...............................................................................
90
A. Kesimpulan ........................................................................
90
B. Implikasi.............................................................................
91
C. Saran...................................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
93
BAB IV
BAB V
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
Keterangan
Halaman
2.1
Nama KAP yang bermitra kerja dengan KAP “Big Four” ..............
43
2.2
Penelitia-Penelitian Terdahulu..........................................................
54
3.1
Variabel Penelitian dan Pengukurannya ...........................................
66
4.1
Sampel Penelitian .............................................................................
69
4.2
Analisis Statistik Deskriptif ..............................................................
69
4.3
Output Pengujian Multikolinearitas..................................................
73
4.4
Output Pengujian Autokorelasi.........................................................
76
2
4.5
Uji Adjusted R .................................................................................
77
4.6
Koefisien Regresi dan Uji t-statistik .................................................
78
4.7
Uji F Statistik ....................................................................................
86
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Keterangan
Halaman
2.1
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.........
48
4.1
Output Pengujian Normalitas Data ..............................................
72
4.2
Output Pengujian Heteroskedasitas..............................................
75
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Globalisasi perekonomian dan perkembangan dunia usaha di Indonesia menyebabkan kebutuhan akan jasa akuntan publik semakin meningkat. Keahlian para akuntan publik atau auditor yang profesional diharapkan mampu mengatasi dampak global tersebut yang dapat menolong perusahaan memperbaiki struktur lini usahanya demi peningkatan usaha. Jasa auditor sangat bernilai karena pengetahuan teknis, kompetensi serta pengalaman mereka dalam membantu perusahaan memperbaiki operasionalnya. Auditor membuat dan membantu mengimplementasikan rekomendasi yang dapat memperbaiki keuntungan dengan meningkatkan pendapatan atau mengurangi biaya-biaya termasuk pengurangan kesalahan dan penipuan, dan dengan memperbaiki kontrol operasional, yang disajikan dalam sebuah laporan keuangan, yaitu laporan auditor independen. Menurut Mulyadi (Mulyadi 2002) definisi dari Laporan audit adalah sebagai berikut: “Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat dilingkungannya. Dalam laporan audit tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai laporan keuangan auditan.” Dengan demikian melalui laporan audit tersebut auditor diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat memberikan bahan pertimbangan bagi para pengguna laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan. 1
1
Hal ini sejalan dengan tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Informasi dalam laporan audit dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan dan manfaat informasi yang ada dalam laporan akan makin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan. Oleh karena itu, ketepatan waktu penyampaian
laporan
keuangan
sangatlah
penting.
Semakin
cepat
disampaikan, informasi yang terkandung di dalamnya akan semakin bermanfaat, dengan demikian para pengguna laporan keuangan akan dapat mengambil keputusan, baik dari segi kualitas maupun waktu. Keterlambatan
penyelesaian
penyajian laporan keuangan
dapat
menyebabkan berkurangnya kualitas dari keputusan yang dibuat. Oleh karena itu perlu diperhatikan lebih jauh, faktor – faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian penyajian laporan keuangan tersebut. Keterlambatan dalam penyelesaian penyajian laporan
keuangan dapat
memberikan indikasi yang positif maupun negatif mengenai informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian penyajian laporan keuangan tersebut tidak terbatas pada faktor finansial saja namun juga faktor non-finansial.
2
Beberapa peneliti terdahulu menyebutkan ketepetan waktu dalam penyelesaian penyajian laporan keuangan auditor independen tersebut dengan istilah audit delay. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakuakan untuk menguji hubungan ketepatan waktu (audit delay) dengan faktor spesifik perusahaan, antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Sistya Rachmawati (2008), dari hasil penelitiannya mengenai Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut: 1) Faktor internal yang mempengaruhi audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor akuntan publik sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay, 2) Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap timeliness adalah size perusahaan, solvabilitas sedangkan faktor eksternal seperti ukuran kantor akuntan publik sedangkan profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap timeliness, 3) Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, dan Kantor Akuntan Publik (KAP) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap audit delay maupun timeliness. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Lucas (2006), beberapa faktor yang mempengaruhi audit delay adalah: ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), profitabilitas (profitability), solvabilitas (solvability), likuiditas (liquidity), dan item–item luar biasa dan/atau kontinjensi (extra) dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa variabel ukuran 3
perusahaan (size) dan umur perusahaan (age) mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan (audit delay). Sedangkan variabel profitabilitas (profitability), solvabilitas (solvability), likuiditas (liquidity), dan item–item luar biasa dan/atau kontinjensi (extra) tidak memiliki pengaruh terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan (audit delay). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titik dan Maria 2005 mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan yaitu: ukuran perusahaan (total asset), profitabilitas (profitability), keberadaan divisi internal auditor, dan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Variabel asset signifikan mempengaruhi audit delay dan timelines sedangkan, profitabilitas (profitability), keberadaan divisi internal auditor, dan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak signifikan mempengaruhi audit delay dan timelines. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu belum diketahui secara pasti faktor-faktor apasaja yang konsisten mmpengaruhi audit delay dan mengingat akan pentingnya ketepatan waktu penyelesaian penyajian laporan keuangan audit oleh auditor independen, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Peneliti menggunakan beberapa variabel yang diprediksi dapat mempengaruhi audit delay. Variabel-veriabel yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Ukuran perusahaan (Size), menurut Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana dan Lucas (2006:4) ukuran perusahaan (size) dapat menunjukan seberapa besar informasi yang terdapat didalamnya dan perusahaan besar cenderung 4
untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu dari pada perusahaan yang lebih kecil. Selain itu ukuran perusahaan merupakan variabel yang dianggap paling konsisten mempengaruhi audit delay, Hal ini terlihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay, yang dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian kali ini terbukti dalam empat penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan signifikan mempengaruhi audit delay. 2. Umur perusahaan (age), Menurut Rachmaf Saleh dalam Luciana dan Lucas (2006:8) perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan dibandin dengan perusahaan yang memiliki umur lebih muda, karena perusahaan yang memiliki umur lebih tua telah memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan akan dapat disajikan lebih tepat waktu. Namun hanya beberapa penelitian saja yang menggunakan variabel umur perusahaan sebagai salah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi audit dalay. Berdasrkan beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh umur perusahaan terhadap audit delay, yang dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian kali ini, penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Lucas menunjukan bahwa umur perusahaan sigifikan mempengaruhi audit delay.
5
3. Ukuran KAP (UK), Menurut Giling (1977) dalam penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Lucas (2006:275) menunjukan bahwa kantor akuntan publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai the Big
Four
membutuhkan
waktu
yang
lebih
singkat
dalam
menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Namun dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh ukuran KAP terhadap audit delay, yang dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian kali ini hanya satu penelitian yang membuktikan bahwa ukuran KAP signifikan mempengaruhi audit delay, yaitu
penelitian yang
dilakukan oleh Sistya Rachmawati. 4. Struktur kepemilikan perusahaan (SKP), berdasrkan keterbatasan pada penelitian
terdahulu
peneliti
sebelumnya
menyarankan
untuk
menambahkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi audit delay, salah satunya yaitu struktur kepemilikan perusahaan. Berdasarkan beberapa penelitian mengenai struktur kepemilikan perusahaan dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan dapat mempengaruhi perfomansi perilaku dan perusahaan, kaitannya dengan audit delay adalah perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik dan manager lalu akan melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek akan memperpanjang audit delay.
6
5. Opini audit (OA), dalam penelitian yang dilakukan oleh Whittred (1980) membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat qualified. Namun dari penelitianpenelitian yang telah dilakukan mengenai audit delay yang dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian kali ini hanya ada satu penelitian yang menggunakan variabel opini audit dan hasilnya opini audit tidak signifikan mempengaruhi audit delay. Oleh karena itu penulis mencoba meneliti pengaruh dari variabelvariabel tersebut terhadap audit delay dalam bentuk skripsi yang berjudul "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay" (Studi kasus pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia), penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Titik dan Maria (2005) mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan. Adapun kelebihan dari penelitian kali ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Variabel independen. Variable independen pada penelitian kali ini salah satunya menggunakan variabel yang sebelumnya belum pernah diteliti, yaitu veriabel Struktur Kepemilikan Perusahaan (SKP). penggunaan variabel ini disarankan dalam beberapa penelitian sebelumnya, salah satunya dalam penelitian yang dilakukan oleh Astari Budi Arfani mengenai Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.
7
2. Sampel penelitian. Sampel penelitian pada penelitian kali ini lebih luas dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan sampel perusahaan yang lebih banyak yaitu sampel perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang merupakan penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), sedangkan sampel pada penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). 3. Jenis perusahaan. Jenis perusahaan pada penelitian kali ini lebih bervariasi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan sampel jenis perusahaan financial dan manufaktur, sedangkan pada penelitian sebelumnya hanya menggunakan sampel jenis perusahaan manufaktur saja. 4. Periode penelitian. Peneliti menggunakan data tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 (4 tahun), sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan data penelitian tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 (3 tahun).
8
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah: Apakah ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA) mempengaruhi audit delay?
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan: Pengaruh ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA) terhadap audit delay. 2. Manfaat Penelitian a. Peneliti Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya, dalam menambah pengetahuan dan memberikan keyakinan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. b. Akademisi Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi umumnya, yaitu semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan para akademisi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. 9
c. Auditor Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi auditor, sebagai bahan masukan dan pertimbamgan dalam memahami faktorfaktor yang mempengaruhi audit delay.
d. Pembaca Hasil penelitian ini semoga dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Atas Audit 1. Pengertian Audit a. Menurut Boynton (2003:5) Report of the Committee on Basic Concepts of the American Accounting Association (Accounting Review, vol.47) mendefinisikan auditing sebagai berikut: ”Auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapikan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.” Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisir. ASB (Dewan Standar Auditing) menerbitkan GAAS (Standar Auditing yang Berlaku Umum) yang digunakan sebagai pedoman profesional berkaitan dengan proses audit. 2) Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
berarti
memeriksa daftar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksan tersebut tanpa memihak dan berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan (atau entitas) yang membuat asersi tersebut.
11
11
3) Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi yang dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi ini merupakan subjek pokok auditing. 4) Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan dimana asersi dapat diidentifikasi dan dibandingkan dengan
kriteria yang telah
ditetapkan. 5) Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-standar yang digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan . Misalnya GAAP. 6) Penyampaian hasil diperoleh melalui
laporan tertulis yang
menunjukan derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan. 7) Pihak-pihak
yang
berkepentingan
adalah
mereka
yang
menggunakan temuan-temuan auditor. Dalam lingkungan bisnis, mereka adalah para pemegang saham, investor, manajemen, kireditor, kantor pemerintah, dan masyarakat luas. b. Menurut Abdul (2001) definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) yang mendefinisikan sebagai berikut: “Auditing adalah suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuain antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.”
12
Dari definisi tersebut dapat diuraikan 7 elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu: 1) Proses yang sistematik Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat logis, terstruktur dan terorganisir. 2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif Proses sistematik yang dilakukan tersebut, merupakan proses untuk menghimpun bukti yang mendasari asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas. 3) Asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggungjawab atas pernyataan tersebut. 4) Menentukan tingkat kesesuaian (Degree of correspondence) Hal ini berarti menghimpun dan mengevaluasi bukti dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan. 5) Kriteria yang ditentukan Kriteria yang ditentukan merupakan standar pengukur untuk mempertimbangkan (judgment} asersi atau representasi.
13
6) Menyampaikan hasil-hasilnya Hal ini berarti hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditentukan. 7) Para pemakai yang berkepentingan Para pemakai
yang
berkepentingan
merupakan para
pengambil keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan yang diinformasikan melalui laporan audit, dan laporan lainnya. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga elemen fundamental dalam auditing, yaitu: 1) Seorang auditor harus independen. 2) Auditor bekerja mengumpulkan bukti (evidence) untuk mendukung pendapatnya. 3) Hasil pekerjaan auditor adalah laporan (report). c. Menurut Arens (2008:4) definisi auditing adalah sebagai berikut: “Auditing adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan criteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.” d. Menurut Susan (2008) definisi auditing adalah sebagai berikut: “Audit adalah suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit mengenai kegiatan ekonomi yang mencerminkan dari informasi keuangan suatu perusahaan tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan laporan mengenai adanya tingkat perbedaan antara informasi kuantitatif dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan pernah dilakukan oleh orang-orang independen dan kompeten.” 14
e. Menurut Agoes (1999:1) definisi auditing adalah sebagai berikut: “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sislematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” 2. Jenis Audit Boynton, dkk (2003:5) menyatakan tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi auditing. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit laporan keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional. a. Audit laporan keuangan Audit laporan keuangan (financial statment audit) berkaitan dengan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP). Audit laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan besar sangat diperlukan untuk untuk memfungsikan pasar sekuritas nasional. Secara signifikan, audit laporan keuangan dapat menurunkan risiko investor dan kreditor dalam membuat berbagai keputusan investasi dengan tidak menggunakan informasi bermutu rendah. Selain itu, logika audit yang dikembangkan untuk audit laporan keuangan 15
merupakan dasar dsimana auditor dapat mengembangkan lebih lanjut audit kepatuhan, audit operasional, serta sejumlah jasa atestasi dan assurance service. b. Audit kapatuhan Audit Kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, dan peraturan tertentu. Kriteria yang ditetapkan dalam audit jenis ini dapat berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh, manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dan program pensiun, serta pertentangan kepentingan. Laporan audit kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari ringkasan temuan atau pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria tersebut. c. Audit Operasional Amin widjaja (2008:13) mendefinisikan audit operasional sebagai berikut: “Audit operasional adalah suatu proses yang sistematis seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional harus mencakup langkahlangkah atau prosedur yang terstruktur dan diorganisasi. Aspek ini mencakup perencanaan yang tepat dan juga mendapatkan dan secara objektif menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.”
16
Audit Operasional
(operational audit)
berkaitan dengan
kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Kadang-kadang audit jenis ini disebut juga sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Dalam suatu perusahaan bisnis, lingkup audit ini dapat meliputi seluruh kegiatan dari suatu departemen, cabang atau divisi, suatu fungsi yang merupakan fungsi lintas unit usaha, seperti pemasaran atau pengolahan data. Audit operasional pada pemerintah federal dapat dilakukan pada seluruh kegiatan dari suatu lembaga atau suatu program tertentu. Kriteria atau tujuan yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas dapat ditentukan oleh manajemen atau lembaga yang berwenang. Pada sisi lain auditor operasional dapat juga membantu menyusun kriteria yang akan digunakan. Secara khas, laporan untuk audit operasional tidak hanya memuat pengukuran efisiensi dan efektivitas saja, namun juga memuat rekomendasi untuk peningkatan kinerja. Apabila audit dilaksanakan oleh kantor CPA, biasanya audit itu akan melibatkan peusahaan.
Oleh
karena
itu
penggunaan
informasi
akuntansi
berpengaruh terhadap perencanaan dan pengendalian perusahaan. 3. Jenis Auditor a. Auditor independen (akuntan publik) Auditor independen adalah para praktisi individual atau anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing 17
profesional kepada klien, dapat berupa perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, badan pemerintah, maupun individu perseorangan. Disamping itu, auditor juga jasa lain
berupa
konsultasi
pajak,
menjual
jasa-
konsultasi manajemen,
penyusunan sistem akuntansi, penyusunan laporan keuangan, dan jasa lainnya. Selain ketiga jenis auditor tersebut, sering dikenal juga istilah akuntan pendidik. Akuntan pendidik adalah ahli akuntansi yang menjadi pengajar akuntansi terutama di suatu fakultas ekonomi jurusan akuntansi. Menurut Halim (2001:11) mendefinisikan auditor independen sebagai berikut: “Auditor independen adalah para praktisi individual atau anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. Klien dapat berupa perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, badan-badan pemerintah, maupun individual perseorangan. Disamping itu, auditor juga menjual jasa lain yang berupa konsultasi pajak, konsultasi manajemen, penyusunan sistem akutansi, penyusunan laporan keuangan, serta jasa-jasa lainnya.” Auditor independen bekerja dan memperoleh penghasilan yang dapat berupa fee per jam kerja. Hal ini sama seperti pengacara yang memperoleh penghasilan konsultasi hukum berupa fee per jam konsultasi. Meskipun demikian ada perbedaan penting di antara keduanya. Auditor independen, sesuai sebutannya, harus independen terhadap klien pada saat melaksanakan audit maupun saat pelaporan
18
hasil audit, dan menjalankan pekerjaanya di bawah suatu kantor akuntan publik. b. Auditor Internal (AI) Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, resiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik maupun privat. Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah 1) Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan. 2) Risiko
yang
dihadapi
perusahaan
telah
diidentifikasi
dan
diminimalisasi. 3) Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti. 4) Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi. 5) Sumber daya telah digunakan secara efisiendan ekonomis. 6) Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Semua tujuan dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen
dan
membantu
anggota organisasi
dalam
menjalankan tanggungjawabnya secara efektif (Sawyer 2005:10).
19
Abdul (2001:11) mendefinisikan auditor internal sebagai berikut: “Auditor internal merupakan karyawan suatu perusahaan tempat mereka melakukan audit. Tujuan auditing adalah untuk membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Auditor internal terutama berhubungan dengan audit operasional dan audit kepatuhan. Meskipun demikian, pekerjaan auditor internal dapat mendukung audit atas laporan keuangan yang dilakukan auditor independen.” Mulyadi (2008:29) mendefinisikan auditor internal sebagai berikut: “Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menetukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh bagian berbagai organisasi.” Pada perusahaan yang memiliki pengendalian yang kuat maka auditor memerlukan waktu yang relatif singkat dalam melakukan pengujian ketaatan dan pengujian substantif, sehingga mempercepat proses pengauditan laporan keuangan dan meminimalisasi penundaan pengumuman laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada publik.
20
B. Audit Laporan Keuangan 1. Perlunya audit atas laporan keuangan Laporan keuangan merupakan alat pengakumulasian dan proses informasi dalam akuntansi keuangan yang secara berkala dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang menggunakannya. Informasi yang disajikan harus dengan benar agar informasi tersebut berguna bagi siapa saja untuk pengambilan keputusan. Kegiatan analisis laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, lebih baik, akurat, dan dijadikan sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Syafri (2008:190) analisis laporan keuangan adalah: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupuan data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Menurut Kasmir (2008) laporan keuangan adalah sebagai berikut: “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan posisi keuangan perusahaan saat ini atau dalam suatu periode tertentu, maksudnya adalah kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan labarugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan atau enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan luas dilakukan satu tahun sekali. Selain itu dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan keuangan tersebut dianalisis.
21
Menurut Abdul (2001:48) ada empat alasan menjawab pertanyaan mengapa audit atas laporan keuangan perusahaan ditentukan, yaitu: a. Perbedaan kepentingan Ada perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara manajemen sebagai pembuat dan penyaji laporan keuangan dengan para pemakai laporan keuangan. Manajemen mempunyai kepentingan untuk mempertahankan jabatannya. di pihak lain, antara pemakai
laporan
keuangan
sendiripun
mempunyai
berbagai
kepentingan yang berbeda terhadap pelaporan keuangan perusahaan. b. Konsekuensi Laporan keuangan merupakan informasi penting bagi pemakai. Investor, kreditor, dan para pembuat keputusan ekonomi lainnya sangat mengandalkan laporan keuangan yang dipublikasikan. Para pemakai laporan keuangan mengandalkan auditor independen untuk memastikan bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku umum, dan berisi pengungkapan
yang
diperlukan bagi para pemakai yang berpengetahuan dan mengerti tentang laporan keuangan. c. Kompleksitas Dunia
bisnis
selalu
berkembang
pesat
mengakibatkan
permasalahan akutansi dan proses penyajian laporan keuangan semakin kompleks. Yang mengakibatkan semakin tingginya resiko kesalahan interpretasi dan penyajian laporan keuangan. 22
d. Keterbatasan akses Jika para pemakai ingin mengakses data secara langsung, akan menghadapi kendala waktu, biaya, ketelitian, dan tenaga. Oleh karena itu perlu mempercayakan pemeriksaan kepada pihak ketiga yaitu auditor independen. Agoes (1999) menyatakan
bahwa
laporan keuangan
yang
merupakan tanggungjawab manajemen perlu diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP) yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena: a. Jika tidak diaudit ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. b. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini unqualified (wajar tanpa pengecualian) dari KAP, berarti pengguna laporan keuangan bisa yakin bahvva laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU). c. Perusahaan yang go publik harus memasukkan audited financial statements ke BAPEPAM paling lambat 120 hari setelah akhir tahun buku. d. SPT yang didukung oleh audited fianancial statements lebih dipercaya oleh pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang belum diaudit.
23
2. Tujuan Audit Tujuana audit menurut Boynton, dkk (2003:5) adalah sebagai berikut: ”Tujuan audit secara spesifik adalah asersi manajemen, asersi manajmen ini merupakan pedoman auditor untuk merencanakan pengumpulan bukti audit.” Adapun lima asersi manajemen yang gariskan dalam GAAS, adalah sebagai berikut: a. Keberadaan dan keterjadian b. Kelengkapan c. Hak dan kewajiban d. Penilaian atau alokasi e. Penyajian dan pengungkapan Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan audit secara umum adalah sebagai berikut: a. Melakukan penilaian risiko mengenai pengembangan, pemeliharaan, dan operasi sistem. b. Memverifikasi bahwa orang-orang dengan pekerjaan yang tidak kompatibel telah dipisah sesuai dengan tingkat potensi risikonya. c. Memverifikasi bahwa pemisahan tersebut dilakukan dalam cara yang dapat mendorong lingkungan kerja dimana hubungan formal, bukan informal, ada antar pekerjaan yang tidak saling bersesuaian tersebut.
24
3. Standar Auditing Standar auditing terdiri atas tiga bagian, pertama, bagian yang mengatur tentang mutu profesional auditor independen atau persyaratan pribadi auditor (standar umum). Kedua, bagian yang mengatur mengenai pertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan audit (standar pekerjaan lapangan). Ketiga, bagian yang mengatur tentang pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan laporan audit (standar pelaporan). a. Standar Umum Audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Standar pertama ini menuntut kompetensi teknis seorang auditor yang melaksanakan audit. Menurut Abdul (2001:37) kompetensi ini ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: 1) Pendidikan formal dalam bidang akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi auditor. 2) Pelatihan yang bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing. 3) Pendidikan profesional yang berkelanjutan. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Kompetensi saja belum cukup bagi seorang auditor. Auditor juga dituntut
independen
atau
bebas
dari
pengaruh
klien
dalam 25
melaksanakan auditing dan melaporkan
temuan
serta dalam
memberikan pendapat. Dalam
pelaksanaan
audit
dan
penyusunan
laporan
keuangannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Auditor yang berpengalaman harus mengkaji secara kritis pekerjaan dan judgement yang dibuat oleh para stafnya. Kualitas jasa yang diberikan auditor sangat tergantung pada kecermatan dan keseksamaan dalam melaksanakan audit dan dalam menyusun laporan audit. b.
Standar pekerjaan lapangan Pekerjaan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya
dan jika
digunakan asisten disupervisi dengan semestinya. Pekerjaan audit direncanakan secara memadai agar audit dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
Pemahaman
struktur
pengendalian intern klien akan digunakan untuk: 1) Menentukan mengidentifikasikan salah saji yang potensial. 2) Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material. 3) Merancang pengujian substantif.
26
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. c.
Standar Pelaporan Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku umum, yang mengharuskan auditor mengidentifikasikan dan menggunakan prinsip akuntansi berlaku umum sebagai kriteria yang memadai untuk mengevaluasi asersi yang dibuat manajemen. Perkembangan dunia bisnis yang pesat menuntut dunia akuntansi untuk selalu menyesuaikan diri dan mengembangkan diri. Konsistensi merupakan suatu konsep di dalam akuntansi yang menunlut diterapkannya standar secara terus-menerus, tidak diubahubah kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan. Konsistensi sangat diperlukan untuk mendukung komparabilitas laporan keuangan dari suatu periode ke periode berikutnya.
4. Proses Audit Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP). Prosess diagnostik untuk membuat pertimbangan tentang akun yang mungkin 27
mengandung salah saji yang material serta memperoleh bukti tentang penyajian yang wajar dalam laporan keuangan melibatkan sejumlah langkah. Berikut adalah langkah-langkah pokok yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit laporan keuangan: a. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri b. Mengidentifikasi asersi laporan keuangan yang relevan c. Membuat keputusan tentang jumlah yang material bagi para pengguna laporan keuangan d. Membuat keputusan tentang komponen risiko audit e. Memperoleh bukti melalui prosedur audit, termasuk prosedur untuk memahami
pengendalian
intern,
melaksanakan
pengujian
pengendalian, dan melaksanakan pengujian substantif f. Menetapkan bagimana penggunaan bukti untuk mendukung suatu pendapat audit, komunikasi kepada klien lain, serta jasa bernilai tambah g. Mengkomunikasikan temuan-temuan Sebelum audit atas laporan keuangan dilaksanakan, auditor perlu mempertimbangkan apakah ia akan menerima atau menolak perikatan audit dari calon kliennya. Jika auditor memutuskan untuk
menerima
perikatan audit dari calon kliennya, ia akan melaksanakan audit dalam beberapa tahap.
28
Menurut Mulyadi (2002:121) Proses audit atas laporan keuangan dibagi menjadi empat tahap berikut ini: a. Penerimaan perikatan audit Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Didalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak, auditor menempuh suatu proses yang terdiri dari enam tahap berikut ini: 1) Mengevaluasi integritas manajemen 2) Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa 3) Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit 4) Menilai independensi 5) Menentuan
kemampuan
untuk
menggunakan
kemahiran
profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan 6) Membuat surat perikatan audit b. Perencanaan audit Langkah berikutnya setelah perikatan audit diterima oleh auditor
adalah
perencanaan
audit.
Keberhasilan
penyelesaian
perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit
29
yang dibuat oleh auditor. Ada tujuh tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam merencakan auditnya: 1) Memahami bisnis dan industri klien 2) Melaksanakan prosedur analitik 3) Mempertimbangkan tingkat materialitas awal 4) Mempertimbangkan risiko bawaan 5) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama 6) Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan 7) Memahami pengendalian intern klien c. Pelaksanaan pengujian audit (audit test) Tahap ketiga pekerjaan audit adalah pelaksanaan pengujian audit. Tahap ini juga
disebut dengan
“pekerjaan lapangan”.
Pelaksanaan pekerjaan lapangan ini harus mengacu ke tiga standar auditing yang
termasuk dalam
kelompok
“standar
pekerjaan
lapangan”. Tujuan utama pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektifitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Tahap pelaksanaan pengujian audit ini mencakup sebagian besar pekerjaan audit. Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian (test), yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga golongan berikut ini: 30
1) Pengujian analitik (analytical test) Pengujian
ini dilakukan
oleh auditor
dengan
cara
mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dsengan data yang lain. 2) Pengujian pengendalian (test of control) Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien.
Pengujian
pengendalian
terutama
ditunjukan
untuk
mendapatkan informasi mengenai: (a) Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan (b) Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut (c) Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut 3) Pengujian subtantif (substantive test) Pengujian subtantif merupakan
prosedur audit
yang
dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan. d. Pelaporan audit Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan audit. Pelaksanaan tahapini harus mengacu ke “standar pelaporan”. Ada dua langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini:
31
1) Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik simpulan Semua
prosedur
audit
yang
diperlukan
selesai
dilaksanakan, auditor perlu menggabungkan informasi yang dihasilkan melalui berbagai prosedur audit tersebut untuk menarik simpulan secara menyeluruh dan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan auditan. Proses ini sangat subjektif sifatnya, yang sangat tergantung pada pertimbangan profesional auditor. 2) Menerbitkan laporan keuangan Akhir proses audit adalah penyajian laporan audit adalah penyajian laporan audit (audit report) yang berisi pernyataan pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. 5. Laporan Audit Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraph yaitu, paragraph pengantar (introducrory paragraph), paragraph lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph). 32
Berdasrkan standar pelaporan yang keempat bahwa laporan audit harus berupa suatu petunjuk yang jelas tentang sifat pekerjaan auditor serta tingkat tanggungjawabnya atas laporan keuangan. oleh karena itu standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyediakan standar kalimat yang digunakan dalam laporan keuangan agar pengguna laporan keuangan dapat memahami laporan audit tersebut. Berikut adalah standar laporan audit baku dalam SPAP: a. Judul laporan Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan yang tercantum kata independen. Sebagai contoh, “Laporan Audit Independen”,
“Laporan
dari auditor independen”
atau
“Pendapat Akuntan Independen.” Kewajiban untuk mencantumkan kata independen dimaksudkan untuk memberitahukan para pengguna laporan bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan secara objektif dan tidak memihak. b. Alamat laporan audit Laporan audit umumnya ditunjukan kepada perusahaan, para pemegang saham atau dewan direksi perusahaan.oleh karena itu laporan audit dialamatkan kepada para pemegang saham untuk menunjukan bahwa auditor independen terhadap perusahaan dan dewan direksi perusahaan.
33
c. Paragraf pendahuluan Paragraf pendahuluan berisi pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan public telah melaksanakan audit. Pernyataan ini tentang laporan keuangan yang menjadi objek audit, pernyataan bahwa tanggungjawab tentang laporan keuangan berada ditangan manajemen, dan penyataan bahwa tanggungjawab tentang pendapat atas laporan keuangan berada ditangan auditor. d. Paragraf lingkup Auditor menyatakan bahwa audit atas laporan keuangan didasarkan atas standar auditing yang ditetapka Ikantan Akuntan Indonesia (IAI), penjelasan singkat tentang standar auditing dan pernyataan tentang keyakinan auditor bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Standar auditing yang secara implisit termasuk dalam paragraf lingkup audit adalah semua standar umum dan standar pekerjaan lapangan. e. Paragraf pendapat Auditor menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan dan dalam merumuskan paragraf pendapat, auditor berpedoman pada empat standar pelaporan yang terdapat dalam standar auditing. Paragraf ini menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan hasil proses audit yang telah dilakukan, serta pemberian pendapat auditor.
34
f. Nama Kantor Akuntan Publik (KAP) Nama KAP mengidentifikasikan kantor akuntan publik atau praktisi yang telah melakukan proses audit. Umumnya yang dituliskan adalah nama Kantor Akuntan Publik (KAP) karena seluruh bagian dari akuntan publik bertanggungjawab, baik secara hukum maupun secara profesi, dalam memastikan agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi. g. Tanggal laporan audit Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit adalah tanggal tanggal pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting dilokasi pemeriksaan. Tanggal ini merupakan tanggal yang penting bagi para pengguna laporan karena tanggal laporan tersebut
menunjukan
kapan
saat
terakhir
auditor
masih
bertanggungjawab atas peristiwa penting terjadi setelah tanggal laporan keuangan.
C. Ketepatwaktuan Laporan Keuangan (Audit Delay) Ketepatwaktuan laporan keuangan (audit delay) merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Apabila penyelesaian penyajian laporan keuangan terlambat atau tidak diperoleh saat dibutuhkan, maka relevansi dan manfaat laporan keuangan untuk pengambilan keputusan akan berkurang.
35
Ketepatwaktuan mengimplikasikan bahwa laporan keuangan disajikan pada satu interval waktu, maksudnya untuk menjelaskan perubahan di dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pengguna pada waktu membuat prediksi dan keputusan. Apabila informasi tersebut tidak disampaikan tepat waktu akan
menyebabkan
informasi
kehilangan
nilainya
di
dalam
mempengaruhi kualitas keputusan. 1. Pengertian ketepatwaktuan laporan keuangan (audit delay) Beberapa pengertian mengenai ketepatwaktuan laporan keuangan atau audit delay sebagai berikut: a. Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Budi “Audit Delay defined as the number of day between the date of financial statement and the date of auditor’s report.” b. Menurut Abdul (2000) “Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya audit lapangan.” c. Titik dan Maria (2005) “Audit delay yaitu rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan audit independen atas audit laporan keuangan tahunan, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.” Landasan utama mengenai penyampaian dan publikasi laporan keuangan di Indonesia adalah keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Nomor VIII.G.11 tentang tanggungjawab direksi atas laporan keuangan, yaitu ”laporan keuangan tahunan harus disampaikan 36
dalam bentuk laporan keuangan auditan, selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan”. Berdasarkan keputusan tersebut maka perusahaan diwajibkan menyampaikan dan mempublikasikan laporan keuangannya yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disertai dengan pendapat dari akuntan publik, dan disampaika kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal akhir tahun buku perusahaan, serta wajib diumumkan ke publik minimal melalui dua surat kabar harian berbahasa Indonesia. 2. Pengukuran audit delay Dalam
penelitiannya,
Made
Gede
mengukur
penyelesaian
penyajian laporan keuangan dengan menggunakan rentang waktu atau keterlambatan
atas
penyelesaian
penyajian
laporan
keuangan.
Keterlambatan penyelesaian dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan (SAK, 2002: SAK kerangka dasar par 43). Menurut Dyer dan McHugh, dalam penelitian Bandi dan Tri Hananto (2002), ada tiga kriteria keterlambatan, yaitu : a. Keterlambatan audit (Auditors’Report) yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
37
b. Keterlambatan pelaporan (Reporting) yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan auditor ditandatangani sampai tanggal pelaporan oleh KAP. c. Keterlambatan total (Total) yaitu interval jumlah hari antara tanggal periode laporan keuangan sampai tanggal laporan dipublikasikan oleh perusahaan. (Luciana dan Lucas 2006:3) Menurut
Budi
(2007:20)
pada
dasarnya
rentang
waktu
penyelesaian audit (audit delay) diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Pada umummya laporan audit yang dipublikasikan mencerminkan kinerja perusahaan yang diaudit, semakin cepat diterbitkan maka semakin berguna informasi bagi pemakai informasi, dengan adanya laporan audit, pihak luar dapat menilai pertanggungjawaban laporan keuangan tersebut.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay 1. Ukuran Perusahaan (size) Ashton, dkk (1989) dan Owusu-Ansah (2000) dalam Titik dan Maria (2005) menyatakan bahwa perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan demikian terlihat bahwa ukuran perusahaan sebagai fungsi dari ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Wirakusuma (2004) mengutip pernyataan Dyer dan Hugh (1975) dalam Jeane dan Rustiana (2004) yang menyatakan bahwa 38
manajemen perusahaan besar, memiliki dorongan untuk mengurangi masalah audit delay dan penundaan laporan keuangan. Ini disebabkan karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan dan oleh agen regulator. Disamping itu perusahaan besar menghadapi tekanan yang kuat untuk menyampaikan laporan keuangan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Menurut Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana dan Lucas (2006:4) ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan
maupun Perusahaan
pihak
internal
perusahaan.
besar cenderung untuk menyajikan laporan
keuangan lebih tepat waktu daripada perusahaan penelitiannya menunjukkan bahwa
kecil.
Hasil
ukuran perusahaan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan positif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya dan makin besar pula tekanan untuk
mengolah
informasi
tersebut.
perusahaan akan memiliki kesadaran
sehingga
pihak
manajemen
yang lebih tinggi megenai
pentingnya informasi, dalam mempertahankan eksistensi perusahaan. Pihak manajemen harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk 39
dilaporkan pada pihak yang berkepentingan. Semakin tinggi kesadaran manajemen mengenai pentingnya informasi bagi pihak–pihak yang berkepentingan, akan membuat penyajian laporan keuangan menjadi lebih tepat waktu. Jika pihak manajemen tidak bersedia mengolah informasi tersebut dengan baik , maka laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan bisa mencerminkan keadaan dari kondisi perusahaan. Bahkan bisa saja laporan keuangan tersebut akan terlihat dibuat secara sembarangan (asal jadi).
Dengan
demikian,
pihak–pihak
menggunakan laporan keuangan akan
yang
berkepentingan
memandang bahwa
yang kinerja
perusahaan tersebut buruk. Jika hal itu terjadi, maka eksistensi perusahaan tidak akan bisa bertahan lama (Luciana dan Lucas 2006:5). Pada penelitian Ashton dan Elliot (1987) dalam Jeane dan Rustiana (2004) ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total revenue yang hasilnya menunjukan bahwa perusahaan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan audit delay. Sedangakan pada penelitian Luciana dan Lucas (2006:12) ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar yang dimiliki oleh perusahaan yang hasilnya ukuran perusahaan (size) mempengaruhi penyelesaian laporan keuangan (audit delay). Dan pada penelitian titik dan Maria (2005) Ukuran perusahaan diukur dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan sampel yang hasilnya signifikan mempengaruhi audit delay.
40
2. Umur Perusahaan (Age) Kieso (2002:50) menyatakan bahwa pada dasarnya perusahaan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas/panjang, tidak didirikan hanya untuk beberapa tahun saja. Owusu–Ansah, dalam penelitian Rachmaf Saleh, mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan akan dapat disajikan lebih tepat waktu (Luciana dan Lucas 2006:8). Menurut Luciana dan Lucas (2006:24) Umur perusahaan diukur sejak perusahaan melakukan first issue ke Bursa Efek Indonesia (BEI) yang hasilnya variabel umur perusahaan (Age) berpengaruh signifikan pada tingkat _=5 persen, jenis pengaruhnya sesuai dengan logika teorinya, yaitu negatif, yang berarti semakin besar umur perusahaan, makin kecil keterlambatan penyelesaian. Kedua hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Rachmaf Saleh (2004). Hasil penelitian oleh Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana dan Lucas (2006:9) menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan, dan memiliki hubungan negatif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, memiliki hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Perusahaan dengan umur yang makin tua, cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan 41
informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup. Selain itu perusahaan telah memiliki banyak pengalaman
mengenai
berbagai
masalah
yang
berkaitan
dengan
pengolahan informasi dan cara mengatasinya. Perusahaan juga telah merasakan perubahan–perubahan yang terjadi selama kegiatan operasinya, sehingga perusahaan cenderung memiliki fleksibilitas dalam menangani perubahan yang akan terjadi. Hal tersebut membuat perusahaan mampu menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu. Dengan demikian umur perusahaan dapat dikatakan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. 3. Ukuran Kantor Akuntan Publik (UK) Menurut Giling (1977) dalam Luciana dan Lucas (2006:275) menunjukan bahwa kantor akuntan publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai the Big Four membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Disamping itu KAP besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibanding KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasi mereka.
42
Ukuran KAP diukur dengan menggunakan dummy variable dengan cara mebagi KAP dalam dua kelompok yaitu KAP “Big Four” dan KAP non ”Big Four”. Dalam penelitian Luciana dan Lucas (2006:284) ukuran KAP merupakan dummy variable dengan kode 0 untuk perusahaan yang bermitra dengan KAP “Big Four” dan kode 1 untuk perusahaan yang tidak bermitra dengan KAP “big four”, yang hasilnya ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Tabel 2.1 Nama KAP di Indonesia yang bermitra kerja dengan KAP “Big Four” Tahun
KAP Internasional
KAP Indonesia
2004
Price water house Coopers (PWHC) Ernest & Young (E&Y)
Drs. Hadi Sutanto & Rekan Prasetio, Sarwoko & Sandjadja Hans, Tuanakota, Mustofa Siddharta, Siddharta & Harsono Haryanto, Sahari & Rekan Prasetio, Sarwoko & Sandjadja Osman, Ramli & Rekan Siddharta, Siddharta & Harsono Haryanto, Sahari & Rekan Purwantono, Sarwoko & Sandjadja Osman, Ramli & Rekan Siddharta, Siddharta & Harsono Drs. Hadi Sutanto & Rekan Prasetio, Sarwoko & Sandjadja Hans, Tuanakota, Mustofa Siddharta, Siddharta & Harsono
Delloitte Touche Tohmatsu (DTT) Klynveldt Pield Marwick (KPMG) 2005
Price water house Coopers (PWHC) Ernest & Young (E&Y) Delloitte Touche Tohmatsu (DTT) Klynveldt Pield Marwick (KPMG)
2006
Price water house Coopers (PWHC) Ernest & Young (E&Y) Delloitte Touche Tohmatsu (DTT) Klynveldt Pield Marwick (KPMG)
2007
Price water house Coopers (PWHC) Ernest & Young (E&Y) Delloitte Touche Tohmatsu (DTT) Klynveldt Pield Marwick (KPMG)
Sumber: Bursa Efek Indonesia 43
4. Struktur Kapemilikan Perusahaan (SKP) Struktur Kepemilikan (Ownership Structure) adalah komposisi kepemilikan dalam perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Struktur kepemilikan terdiri dari: a. Kepemilikan publik, merupakan porsi saham beredar (outstanding share) yang dimiliki masyarakat atau publik domestik (degree of public ownership). b. Kepemilikan asing, merupakan porsi outstanding share yang dimiliki oleh investor atau pemodal asing (foreign investors). Menurut Isnanta (2008:13) Perbedaan struktur kepemilikan antara lain karena karakteristik kepemilikan dalam perusahaan, seperti: a. Kepemilikan menyebar (dispersed ownership). Ditemukan bahwa perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar memberikan imbalan yang lebih besar kepada pihak manajemen daripada perusahaan yang kepemilikannya lebih terkonsentrasi (Gilberg dan Idson 1995). b. Kepemilikan terkonsentrasi (closely held). Dalam tipe kepemilikan seperti ini timbul dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling interest dan minority interest (shareholders). Menurut Short dan Keasey (1999) dalam Journal of Corporate Finance melakukan penelitian terhadap 225 perusahaan di Inggris tepatnya di London Stock Exchange periode 1988-1992. Variabel kepemilikan yang digunakan :
44
b.
% saham yang dimiliki direktur.
c.
% saham yang dimiliki lembaga yang lebih dari 5% kepemilikan
d.
% kepemilikan eksternal. Struktur
Kepemilikan
akan
mempengaruhi
perilaku
dan
performansi perusahaan (Pierce 2003). Menurut Villalonga dan Amit (2004), kepemilikan keluarga akan menciptakan nilai serta memperbaiki kinerja perusahaannya
jika disertai beberapa bentuk kontrol dan
manajemen keluarga tersebut. Struktur Kepemilikan ini juga akan mempengaruhi
perilaku
perusahaan
karena
adanya
pergantian
kepemimpinan sehingga akan merubah performansi perusahaan. Selain itu Lemmon dan Lins (2003) meneliti 800 perusahaan di negara-negara asia timur.
Mereka
meneliti
pengaruh
struktur
kepemilikan
terhadap
performansi perusahaan. Kesimpulannya ialah bahwa perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik dan manager lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek (Setiawan, dkk 2006:17). Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai struktur kepemilikian perusahaan dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan dapat mempengaruhi perfomansi perilaku dan perusahaan, kaitannya dengan audit delay adalah perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik dan manager lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek akan memperpanjang audit delay. 45
6. Opini Audit (OA) Hasil penelitian Jeane dan Rustiana (2007) mengenai beberapa faktor yang berdampak pada perbedaan audit delay membuktikan bahwa faktor opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay. Menurut Budi (2008) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay membuktikan bahwa opini audit memiliki pengaruh yang negatif terhadap rentang waktu penyelesaian audit (audit delay). Sedangkan dalam penelitian yang dilakuakan oleh Whittred (1980) membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat qualified. Adapun jenis atau tipe pendapat audit yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan yaitu: a. Wajar tanpa pengecualian (unqualified), auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. b. Wajar dengan pengecualian (qualified), auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
46
c. Tidak wajar (adverse), auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. d. Tidak memberikan pendapat (disclaimer) auditor menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
E. Kerangka Berfikir Menurut Hamid (2007:26) mendefinisikan kerangka berpikir sebagai berikut: “Kerangka pemikiran adalah merupakan sintesa dari serangkaian teori yang sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative dari serangkaian masalah yang ditetapkan.” Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian kali ini adalah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan audit auditor independen. Seberapa besar pengaruhnya dan variabel apa sajakah yang paling dominan berpengaruh terhadap penyelesaian penyajian laporan audit auditor independen. Berdasarkan
hasil
penelitian-penelitian
terdahulu,
peneliti
menyimpulkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyelesain penyajian laporan audit auditor independen yaitu: ukuran perusahaan (size) dan umur perusahaan (age), yang merupakan variabel yang berpengaruh 47
signifikan pada penelitian terdahulu, ukuran KAP (UK) dan opini audit (OA) tidak signifikan mempengaruhi pada penelitian sebelumnya, serta peneliti menambahkan beberapa faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi yaitu struktur kapemilikan perusahaan (SKP). Maka dapat dibuat kerangka berpikir untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen Variabel independen (Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay)
Variabel dependen (Audit delay)
Ukuran perusahaan (size)
Umur perusahaan (age) Ukuran KAP (UK)
Audit Delay (AD)
Struktur kepemilikan perusahaan (SKP) Opini audit (OA)
F. Penelitian Terdahulu dan Perumusan Hipotesis Hipotesis dapat berarti jawaban sementara terhadap masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, 48
belum
didasarkan pada
fakta-fakta
empiris
yang
diperoleh
melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap masalah penelitian. Perumusan hipotesis pada penelitian ini berdasarkan teori dan penelitian-penelitian terdahulu, yang bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan audit auditor independen, faktor-faktor yang dimaksud yaitu: 1. Ukuran Perusahaan (size) Ashton, dkk (1989) dan Owusu-Ansah (2000) menyatakan bahwa perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan demikian terlihat bahwa ukuran perusahaan sebagai fungsi dari ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan (Titik dan Maria 2005). Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana dan Lucas (2006:4) Perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu daripada perusahaan kecil. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan positif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Hasil penelitian Ashton dan Elliot (1987) dalam Jeane dan Rustiana (2004) ukuran perusahaan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan audit delay. Sedangakan pada penelitian Luciana dan Lucas (2006:12 ) ukuran perusahaan (size) mempengaruhi penyelesaian 49
laporan keuangan. Dan pada penelitian titik dan Maria (2005) ukuran perusahaan signifikan mempengaruhi audit delay. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hilma, Yahya dan Hepi ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, begitupun menurut Astari (2007) dalam penelitiannya mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi audit delay. Sedangkan dalam penelitian Sistya Rachmawati (2008), mengenai Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H1: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap Audit delay (AD). 2. Umur perusahaan (age) Owusu–Ansah, dalam penelitian Rachmaf Saleh, mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan
informasi
ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan akan dapat disajikan lebih tepat waktu. Luciana dan Lucas (2006:8) hasil penelitiannya variabel umur perusahaan (age) berpengaruh signifikan pada tingkat _=5 persen, jenis pengaruhnya sesuai dengan logika teorinya, yaitu negatif, yang berarti semakin besar umur perusahaan, makin kecil keterlambatan penyelesaian. Kedua hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Rachmaf Saleh (2004). 50
Hasil penelitian Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana dan Lucas (2006:9) menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan. Begitupun dalam penelitian yang dilakukan oleh Hilma, Yahya dan Hepi umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H2: Terdapat pengaruh umur perusahaan (age) terhadap Audit delay (AD). 3. Ukuran Kantor Akuntan Publik (UK) Menurut Giling (1977) dalam Luciana dan lucas (2006:275) menunjukan bahwa kantor akuntan public internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai the Big Four membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit. Dalam penelitian Luciana dan lucas (2006:284) ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay. Jeane dan Rustiana (2004:37) meskipun waktu audit yang digunakan oleh KAP the Big Four yang ditunjukan dengan waktu audit delay lebih cepat dibandingkan dengan KAP non the Big Four, namun secara statistik tidak ada perbedaan signifikan. Menurut Astari (2007) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay reputasi auditor memilki pengaruh negatif terhadap audit delay. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H3: Terdapat pengaruh ukuran KAP (UK) terhadap Audit delay (AD). 51
4. Struktur Kepemilikan Perusahaan (SKP) Struktur kepemilikan perusahaan dalam penelitian terdahulu mengenai struktur kepemilikian perusahaan, struktur kepemilikan dapat mempengaruhi perfomansi perilaku dan perusahaan. Lemmon dan Lins (2003) meneliti pengaruh
SKP terhadap
performansi
perusahaan.
Kesimpulannya ialah bahwa perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik dan manager lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek. Kaitannya dengan audit delay adalah perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik dan manager lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek kemudian pada akhirnya akan memperpanjang audit delay. Dalam penelitian Titik dan Maria (2005:285) mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi audit delay dan timeliness, mengungkapkan adanya keterbatasan penelitian yang hanya menggunakan empat variabel independen. Karena adanya keterbatsan tersebut, peneliti memberikan saran untuk penelitian selanjutnya untuk menambah jumlah variabel independen. Salah satu variabel independen yang disarankan adalah variabel apakah pengaruh SKP. Berdasarkan analisis dan keterbatasan pada penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H4:
Terdapat
pengaruh
struktur
kepemilikan
perusahaan
(SKP)
berpengaruh terhadap Audit delay (AD). 52
5. Opini audit (AO) Hasil penelitian Jeane dan Rustiana (2007) mengenai beberapa faktor yang berdampak pada perbedaan audit delay membuktikan bahwa faktor opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay. Menurut Astari (2007) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay membuktikan bahwa opini audit memiliki pengaruh yang negatif terhadap rentang waktu penyelesaian audit (audit delay). Sedangkan dalam penelitian Subekti dan Widiyanti penelitian yang dilakuakan oleh Whittred (1980) membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat qualified. Ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP (UK), Struktur Kepemilikan Perusahaan (SKP) dan opini audit (AO) terhadap audit delay (AD). Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H5: Terdapat pengaruh opini audit (AO) terhadap Audit delay (AD). 6. Ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (AO)
terhadap
audit delay (AD). Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H6: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (AO) terhadap Audit delay (AD). 53
Tabel 2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu
No 1.
Nama Peneliti dan Tahun Penellitian Titik Aryati dan Maria Teresia (2005)
Judul Penelitian
Variabel Dependen
Variabel Independen
Hasil Penelitian
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timelines
a. Audit Delay b. Timelines
a. Ukuran Perusahaan b. Profitabilitas c. Keberadaan Divisi Internal Auditor d. Ukuran KAP
c. Ukuran Perusahaan signifikan mempengaruhi Audit Delay dan Timelines d. Profitabilitas , Keberadaan Divisi Internal Auditor dan Ukuran KAP tidak signifikan mempengaruhi Audit Delay dan Timelines
2.
Luciana Spica Almilia dan Lucas Setiady (2006)
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ
Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan
a. Ukuran Perusahaan b. Profitabilitas c. Solvabilitas d. Likuiditas e. Umur Perusahaan f. Pelaporan Itemitem Luar Biasa/atau Kontijensi (Extra)
a. Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan signifikan mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan b. Profitabilitas, Solvabilitas, Likuiditas dan Pelaporan Item-item Luar Biasa/atau Kontijensi (Extra) tidak signifikan mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan
3.
Astari Budi Arfani (2007)
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentang waktu penyelesaian Audit ( Studi kasus pada Perusahaan di BEJ)
Rentang Waktu penyelesaian Audit
a. Ukuran Perusahaan b. Jenis Industri c. Solvabilitas d. Opini Audit e. Reputasi Auditor
a. Jenis Industri, Reputasi Auditor dan Opini Audit signifikan mempengaruhi Rentang Waktu penyelesaian Audit b. Ukuran Perusahaan dan Solvabilitas tidak signifikan mempengaruhi Rentang Waktu penyelesaian Audit
8
4.
Jeane Deart Meity Prabandari dan Rustiana (2007)
Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaanperusahaan Keuangan yang terdaftar di BEJ)
Audit Delay
a.
Ukuran Perusahaan b. Debt to Assets Ratio c. Rugi/Laba Perusahaan d. Karakteristik KAP
a. Ukuran Perusahaan dan Rugi/Laba Perusahaan signifikan mempengaruhi Audit Delay b. Debt to Assets Ratiodan Karakteristik KAP tidak signifikan mempengaruhi Audit Delay
5.
Hilma, Yahya Hamza dan Hepi Prayudiawan (2007)
Faktor-faktor yang mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay) Pasca Keputusan BAPEPAM Nomor: KEP-36/PM/2003
Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay)
a. b. c. d.
Rasio Gearing Profitabilitas Likuiditas Ukuran Perusahaan e. Umur Perusahaan
a. Likuiditas signifikan mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay) b. Rasio Gearing, Profitabilitas, Ukuran Perusahaandan Umur Perusahaan tidak signifikan mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay)
6.
Sistya Rachmawati (2008)
Pengaruh Faktor Internal dan eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness
a. Audit Delay b. Timelines
a. b. c. d.
a. Ukuran Perusahaan dan Ukuran KAP signifikan mempengaruhi Audit Delay b. Profitability, Internal Auditor dan Solvability tidak signifikan mempengaruhi Audit Delay c. Ukuran Perusahaan dan Solvability signifikan mempengaruhi Timelines d. Profitability, Internal Auditor dan Ukuran KAP tidak signifikan mempengaruhi Timelines
Profitability Internal Auditor Solvability Ukuran Perusahaan e. Ukuran KAP
9
Maman Setiawan, Merita Bernik dan Mery Citra Sondari (2006) Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, Dan Karakteristik Tata Kelola Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Studi Kasus pada Perusahaan yang terdaftar di BEJ Kinerja Perusahaan a. Struktur Kepemilikan b. Karakteristik Perusahaan c. Karakteristik Tata Kelola Korporasi Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan dan Karakteristik Tata Kelola Korporasi signifikan mempengaruhi Kinerja Perusahaan 7.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2004 sampai dengan 2007, dan menerbitkan laporan keuangan yang diaudit oleh auditor independen. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay yaitu, ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), Ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA).
B. Metede Penentuan Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan adalah Judgment sampling or Purposive yaitu pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata berdasarkan kriteria atau pertimbangan dari peneliti. Kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun penelitian yaitu tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007. 2. Perusahaan yang termasuk kedalam kategori perusahaan finansial dan perusahaan manufaktur. 3. Perusahaan yang memiliki akhir tahun buku 31 Desember. 4. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan tahunan dari tahun 2004 sampai dengan 2007. 57 57
C. Metode Pengumpulan Data Menurut Hamid (2007:33) metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dilakukan melalui studi pustaka, terutama yang berhubungan dengan data-data sekunder. Sementara itu data primer dapat dilakukan melalui studi lapangan, berupa eksperimen, observasi atau wawancara dengan metode kuesioner. Data pada penelitian ini bersumber dari data sekunder. Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul, misalnya melalui orang lain atau melihat dokumen.
D. Metode Analisis 1. Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis kualitatif yang bersifat deskriftif yang menjabarkan data yang diperoleh dengan menggunakan analisis regresi linear berganda untuk yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data, yaitu dengan memberikan gambaran tentang pengaruh dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay. Metode analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer program SPSS versi 16. Statistik deskriftif digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui hipotesis. Data dipresentasikan ke dalam bentuk deskriftif tanpa
58
diolah dengan tekhnik-tekhnik analisis statistik lainnya. (Sarwono, 2009:35) Menurut Sugiyono (2005:144) Statistik parametris digunakan untuk untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Dalam statistik, pengujian parameter melalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik. Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhinya banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah salah satu test mengharuskan data homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi liniaritas. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan utuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Dengan menggunakan analisis grafik yaitu Normal P-P Plot data yang ditunjukkan menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas (Ghozali 2002:110).
59
b. Uji Multikolinearitas Menurut Ghozali (2002:91) Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel Ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variable independen sama dengan nol. Dampak dari adanya multikolonieritas adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh masing-masing variabel bebas tidak dapat dideteksi atau sulit dibedakan. 2) Kesalahan standar estimasi cenderung meningkat dengan makin bertambahnya variabel bebas. 3) Tingkat signifikan yang digunakan untuk menolak hipotesis nol (Ho) semakin besar. 4) Profitabilitas untuk menerima hipotesis yang salah (kesalahan 2) semakin besar. 5) Kesalahan standar bagi masing-masing koefisien yang diduga sangat beasr, akibatnya nilai t menjadi sangat rendah.
60
c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residul satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residul satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regensi yang baik adalah yang homoskedistisitas atau tidak terjadi heteroskesdatisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskesdatisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil<sedang dan besar). Dampak dari adanya heteroskesdatisitas adalah: 1) Penaksir (estimator) yang diperoleh menjadi tidak efisien, hal ini disebabkan karena varisinya sudah tidak minim lagi (tidak efisien). 2) Kesalahan baku koefisien regresi akan terpengaruh, sehingga akan memberikan indikasi yang salah dan koefisien determinasi memperlihatkan daya penjelasan yang terlalu besar. Salah satu
cara
untuk mendeteksi
ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesugguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali 2002:105). 61
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regensi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi
korelasi,
maka
dinamakan
ada
problem
autokolerasi.
Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu obsevasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan”
pada
seseorang
individu
kelompok
cenderung
mempengaruhi “gangguan” pada individu kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data erossection (silang waktu), masalah autokolerasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali 2002:95). Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan: 1) Varian sampel tidak dapat menggambarkan varians populasi. 2) Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel terikat dari nilai variabel bebas tertentu. 3) Varians dari koefisiennya menjadi tidak minim lagi, sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat.
62
4) Uji t tidak berlaku lagi, jika uji t tersebut tetap digunakan, maka kesimpulan yang diperoleh salah. 5) Salah
satu
pengujian
yang
digunakan
untuk
mengetahui
autokorelasi adalah dengan melihat Durbin Waston. Ho diterima apabila nilai DW berada diantara angka -2
Dengan
syarat
jika probabilitas
memenuhi
taraf
signifikasi lebih kecil dari 0,05. Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ho diterima, Jika nilai signifikan > 0,05, maka Ho ditolak. 63
c. Koefisien Regresi Menurut Sarwono (2008:100) kofisien regresi menggambarkan persamaan regresi untuk mengetahui angka konstan dan uji hipotesis signifikansi koefisien regresi. Persamaan regresinya adalah Y= a + bx. d.
Uji t-statistik Menurut Sarwono (2008:101) uji t-Statistik digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel-variabel independen. Uji tstatistik dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel.
E. Operasional Variabel Penelitian Abdul Hamid (2007:3) menyatakan bahwa: “Batasan operasional variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan. Variabel penelitian ini merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dan orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.” Dalam penelitian kali ini variabel yang digunakan adalah variabel dependen dan variabel independent. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay, diukur dengan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yaitu berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Variabel ini dilambangkan dengan AD. 64
Sedangkan
variabel
independennya
yaitu
faktor-faktor
yang
mempengaruhi audit delay. Faktor-faktor tersebut terdiri dari: 1. Ukuran perusahaan (Size) Ukuran perusahaan (Size) diukur dari jumlah total aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Total aktiva dirumuskan dengan menggunakan rumus: Size = Log total aktiva 2. Umur perusahaan (Age) Umur perusahaan (Age) diukur sejak perusahaan tercatat efektif di Bursa Efek Indonesia (BEI), (yang sebelumnya Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya). 3. Ukuran KAP (UK) Ukuran KAP diukur dengan menggunakan dummy variable dengan cara mebagi KAP dalam dua kelompok yaitu, KAP yang bermitra dengan KAP “big four” dan KAP yang tidak bermitra dengan KAP“big four. 1 untuk KAP yang bermitra dengan KAP “big four. 0 untuk KAP yang tidak bermitra dengan KAP“big four. 4. Struktur Kepemilikan Perusahaan (SKP) Struktur kepemilikan perusahaan diukur dengan menggunakan dummy variable dengan cara membagi perusahaan dalam dua kelompok yaitu, perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh manajmen perusahaan (dewan direksi) dan perusahaan yang sahamnya tidak dimiliki oleh manajmen perusahaan (dewan direksi). 65
1 untuk perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh manajmen perusahaan (dewan direksi) 0 untuk perusahaan yang sahamnya tidak dimiliki oleh manajmen perusahaan (dewan direksi) 5. Opini audit (AO) Ukuran KAP diukur dengan menggunakan dummy variable dengan cara mebagi perusahaan dalam dua kelompok yaitu, perusahaan yang meperoleh jenis opini unqualified dan perusahaan yang memperoleh jenis opini selain unqualified. 1 untuk perusahaan yang meperoleh jenis opini unqualified. 0 untuk perusahaan yang meperoleh jenis opini selain unqualified.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Pengukurannya Variabel Dependen Audit delay (AD) Independen Uukuran perusahaan (size) Umur perusahaan (age) Ukuran KAP (UK) Struktur Kepemilikan Perusahaan (SKP) Opini audit (OA)
Pengukuran
Skala
AD = n Hari
Rasio
Size = Log Total aktiva Age = n Hari Variabel dummy Variabel dummy
Rasio Rasio Nominal Nominal
Variabel dummy
Nominal
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Sampel yang menjadi objek dalam penelitian kali ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan yang termasuk
kedalam kategori perusahaan fiansial dan perusahaan
manufaktur. Pemilihan kategori jenis perusahaan tersebut
didasarkan pada
pertimbangan peneliti dengan melihat pada kondisi saat ini, dimana perkembangan dalam industri finansial sangat berkembang pesat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan finansial yang melakukan perluasan, misalnya perusahaan perbankan terutama perbankan syariah yang terus menambah unit-unit usaha barunya. Sedangkan untuk pemilihan sampel manufaktur didasarkan karena perusahaan manufaktur tergolong kedalam perusahaan yg cukup besar dan mempunyai potensi untuk terus dapat dikembangkan. Oleh karena itu kedua jenis perusahaan tersebut sering mendapat perhatian yang cukup besar dari para investor untuk tujuan investasinya, sehingga laporan audit dari kedua jenis perusahaan tersebut akan sangat bermanfaat bila desajikan tepat waktu bagi para investor, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi.
67 67
Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode Judgment Sampling or Purposive yaitu pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Metode penentuan sampel ini berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan semata dari peneliti. Kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun penelitian yaitu tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007. 2. Perusahaan yang termasuk kedalam kategori perusahaan finansial dan perusahaan manufaktur. 3. Perusahaan yang memiliki akhir tahun buku 31 Desember. 4. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan tahunan dari tahun 2004 sampai dengan 2007. Dari hasil penelitian didapat sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 150 sampel berupa laporan tahunan (annual report) dari 42 perusahaan yang diteliti. Perusahaann-perusahaan tersebut terdiri dari 22 perusahaan finansial dan 20 perusahaan manufaktur. Sampel ini didapat berdasarkan laporan tahunan (annual report) q perusahaan finansial dan perusahaan manufaktur yang tersedia di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian. Berikut adalah tabel data sampel penelitian perusahaan financial dan manufaktur yang laporan tahunannya (annual report) tersedia di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian:
68
Tabel 4.1 Sampel Penelitian Kategori Perusahaan Finansial Perusahaan Manufaktur Jumlah
Tahun 2004 19
Tahun 2005 20
Tahun 2006 21
Tahun 2007 15
20
20
20
15
39
40
41
30
Sumber: Data dari BEI
B. Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriftif digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui hipotesis. Data dipresentasikan ke dalam bentuk deskriftif tanpa diolah dengan teknik-teknik statistik lainnya (Sarwono 2009:35). Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
39Size Age UK SKP OA AD Valid N (listwise)
N Minimum 150 9.3 150 53 150 0 150 0 150 0 150 17
Maximum 13.8 9411 1 1 1 127
Mean 11.593 3812.63 .43 .26 .54 68.99
Std. Deviation .9888 2043.327 .496 .440 .500 21.808
150
Sumber: Data di olah
69
Tabel Analisis Descriptive Statistics diatas mempunyai maksud sebagai berikut: 1. Nilai minimum untuk Size (ukuran perusahaan) diukur berdasrkan total aktiva adalah sebesar Log 9,3 atau sama dengan 0,97 T, nilai maksimum sebesar Log 13,8 atau sama dengan 1,14 T, rata-rata size (ukuran perusahaan) sebesar Log 11,593 atau sama dengan 1,06 T dan standar deviasi sebesar Log 0,9888 atau sama dengan 0,005 T. 2. Nilai minimum untuk Age (umur perusahaan) diukur berdasarkan lamanya hari sejak perusahaan tercatat efektif di BEI adalah sebesar 53 (hari), nilai maksimum sebesar
9411 (hari), rata-rata
age (umur
perusahaan) sebesar 3812,63 (hari), dan standar deviasi sebesar 2043,327. 3. Nilai minimum untuk UK (ukuran KAP) diukur berdasarkan dummy variable adalah sebesar 0, nilai maksimum sebesar
1, rata-rata UK
(ukuran KAP) sebesar 0,43 dan standar deviasi sebesar 0,496. 4. Nilai minimum untuk SKP (struktur kepemilikan perusahaan) diukur berdasarkan dummy variable adalah sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1, rata-rata SKP (struktur kepemilikan perusahaan) sebesar 0,26 dan standar deviasi sebesar 0,44.
70
5. Nilai minimum untuk OA (opini audit) diukur berdasarkan dummy variable adalah sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1, rata-rata OA (opini audit) sebesar 0,54 dan standar deviasi sebesar 0,5. 6. Nilai minimum untuk AD (audit delay) diukur berdasarkan lamanya hari sejak tutup tahun buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen adalah sebesar 17 (hari), nilai maksimum sebesar 127 (hari), rata-rata AD (audit delay) sebesar 68,99 (hari) dan standar deviasi sebesar 21,808 (hari). Berdasarkan hasil anlisis statistik desktiftif tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata audit delay (AD) yang terjadi adalah sebesar 68,99 hari. Nilai rata-rata audit delay ini berbeda dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Nilai rata-rata audit delay
pada
penelitian kali ini lebih panjang jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi, nilai rata-rata audit delay yang diperoleh dalam penelitian Budi adalah sebesar 54 hari dan nilai rata-rata audit delay (AD) pada penelitian kali ini lebih pendek dari hasil penelitian- penelitian lainnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hilma nilai rata-rata audit delay yang diperoleh adalah sebesar 72,24 hari, hasil penelitian Jeane dan Rustiana sebesar 84,45 hari serta hasil penelitian Titik dan Maria nilai rata-rata audit delay yang diperoleh adalah sebesar 78,29 hari.
71
2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji normalitas yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis grafik Normal P-P Plot data yang ditunjukan menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi syarat asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil dari uji analisis grafik normal P-P Plot: Gambar 4.1 Output Pengujian Normalitas Data Histogram
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: AD
Dependent Variable: AD 40 1.0
30 0.8
20
0.6
0.4
10
0.2
0 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residua l
3
Mean =-2.52 E-16 Std. D ev. = 0. 983 N =150
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0 .8
1 .0
Observed Cum Prob
Sumber: Data diolah
Berdasrkan P-P Plot grafik diatas dapat dilihat bahwa data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Begitupun dengan grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal. Maka data layak digunakan dalam statistik parametrik karena memenuhi asumsi normalitas. 72
b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi maka, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen dan manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Berikut ini adalah hasil dari uji Multikolinearitas: Tabel 4.3 Output Pengujian Multikolinearitas Coefficients(a)
Model 1
(Constant) Size Age UK SKP OA
Unstandardized Coefficients Std. Error B 25.574 20.726 3.685 1.704 .001 .001 -14.802 3.439 6.174 3.734 3.608 3.404
Standa rdized Coeffi cients
T
Sig.
1.234 2.162 1.076 -4.304 1.653 1.060
.219 .032 .284 .000 .100 .291
Beta .167 .085 -.337 .125 .083
Collinearity Statistics Toler ance VIF .945 .905 .921 .994 .926
1.058 1.104 1.085 1.006 1.080
a Dependent variable: AD
Sumber: Data diolah
73
Berdasrkan tabel coefficients nilai tolerance variabel size (ukuran perusahaan), age (umur perusahaan), UK (ukuran perusahaan), SKP (struktur kepemilikan perusahaan) dan opini audit berkisar antara 0,905 sampai 0,994 atu lebih besar dari 0,10. Hasil perhitungan nilai tolerance tersebut menunjukan tidaka ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan
bahwa
tidak
ada multikolonieritas
antar
variabel
independen dalam model regresi. c. Uji Heteroskedasitas Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regensi yang baik adalah yang homoskedistisitas atau tidak terjadi heteroskesdatisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskesdatisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil<sedang dan besar).
74
Berikut ini adalah hasil dari uji Heteroskedastisitas: Gambar 4.2 Output Pengujian Heteroskedasitas Scatterplot Dependent Variable: AD 2 1 0 -1 -2 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Studentized Residual
Sumber: Data diolah
Dari grafik scatterplots diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas pada model regresi. d. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regensi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi,maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu satu sama lainnya.
75
Berikut ini adalah hasil dari uji Autokorelasi: Tabel 4.4 Output Pengujian Autokorelasi Model Summary(b)
Model 1
R
R Square
.433(a)
Adjusted R Square
.187
.159
Std. Error of the Estimate 19.997
DurbinWatson .966
a Predictors: (Constant), OA, UK, SKP, Size, Age b Dependent Variable: AD
Sumber: Data diolah
Uji Autokorelasi yang digunakan adalah Uji Durbin-Waston (DW test). Berdasarkan tabel diatas nilai Durbin-Waston sebesar 0,966, nilai ini akan dibandingkan dengan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 150 (n) dan jumlah variable independen 5 (k=5), maka dari tabel Durbin-Waston didapatkan nilai dl (batas bawah) sebesar 1,665 dan du (batas atas) sebesar 1,802. Karena nilai Durbin-Waston lebih besar dari 0 (nol) dan kurang dari 1,665 atau berada pada wilayah 0
76
3. Uji Hipotesis a. Uji R2 (Koefisien Determinasi) Uji R2
(Koefisien Determinasi) adalah untuk menentukan
seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R- Square). Nilai R2 yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir sama semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi. Berikut ini adalah hasil dari uji R 2 (Koefisien Determinasi): Tabel 4.5 Uji R dan Adjusted Model Summary(b)
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.433(a)
.187
.159
19.997
a Predictors: (Constant), OA, UK, SKP, Size, Age b Dependent Variable: AD
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel diatas nilai Adjusted R square sebesar 0,159. Angka Adjusted R square tersebut merupakan koefisien determinasi. Besarnya koefisien determinasi 0,159 atau sama dengan 15,9% jumlah prediksi faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay yang terjadi dijelaskan dengan menggunakan variabel size, age, UK, SKP dan OA. Sedangkan sisanya, yaitu 84,1% (100% - 15,9%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya. Dengan kata lain, besarnya pengaruh
77
variabel-variabel independen size, age, UK, SKP dan OA tersebut terhadap variabel dependen audit delay ialah sebesar 15,9%. Faktor-faktor penyebab
lainnya
yang
diprediksi
dapat
mempengaruhi audit delay adalah seperti yang diungkapkan dalam penelitian-penelitian terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Titik
dan
Maria
(2005)
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi Audit delay, faktor-faktor tersebut adalah solvability, liquidity, dan item-item luar biasa dan/atau kontijensi (extra). Pengaruh ROA (return on asset) dan Internal Auditor dalam penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Lucas (2005). Pengaruh debt to total asset dan pengumuman laba/rugi dalam penelitian Jeane dan Rustiana (2007). Serta profitabilitas dan solvabilitas dalam penelitian yang dilakukan oleh Sistya (2008). b. Koefisien Regresi Berikut ini adalah hasil dari uji F Statistik: Tabel 4.6 Koefisien Regresi dan Uji t Statistik Coefficients(a)
Model 1
a
(Constant) Size Age UK SKP OA
Unstandardized Coefficients Std. B Error 25.574 20.726 3.685 1.704 .001 .001 -14.802 3.439 6.174 3.734 3.608 3.404
Standardized Coefficients Beta .167 .085 -.337 .125 .083
T 1.234 2.162 1.076 -4.304 1.653 1.060
Sig. .219 .032 .284 .000 .100 .291
Dependent Variable: AD
Sumber: Data diolah
78
Koefisien regresi menggambarkan persamaan regresi untuk mengetahui angka konstan dan uji hipotesis signifikansi koefisien regresi: Persamaan Regresinya: Y = a + b x1 x2 x3 x4 x5 Y = 25,574 + 3,685 (size) + 0,001 (age) – 14,802 (UK) + 6,174 (SKP) + 3,608 (OA) Dimana: Hasil diatas dapat dijelaskan bahwa Nilai konstanta sebesar 25,574 menyatakan bahwa jika variabel independen yaitu size, age, UK, SKP dan OA dianggap konstan (tidak ada penambahan), maka rata-rata audit delay sebesar 2557,4%. Selanjutnya nilai koefesien size sebesar 3,685 menunjukkan bahwa setiap penambahan size sebesar 1% akan meningkatkan audit delay sebesar
368,5%.
Nilai
koefesien
age
sebesar
0,001
menunjukkan bahwa setiap penambahan age sebesar 1% akan menngkatkan audit delay sebesar 0,1%. Nilai koefisien UK sebesar – 14,802 menunjukkan bahwa setiap penambahan UK sebesar 1% akan menurunkan audit delay sebesar 1480,2%. Nilai koefisien SKP sebesar 6,174 menunjukkan bahwa setiap penambahan SKP sebesar 1% akan meningkatkan audit delay sebesar 617,4%. Nilai koefisien OA sebesar 3,608 menunjukkan bahwa setiap penambahan OA sebesar 1% akan meningkatkan audit delay sebesar 360,8%. 79
Berdasarkan hasil persamaan regresi linier berganda, hasil penelitian ini menunjukan bahwa size (ukuran perusahaan), age (umur perusahaan), SKP (struktur kepemilikan perusahaan) dan OA (opini audit) memilikik pengaruh yang positif terhadap AD (audit delay). Artinya semakin besar nilai dari variabel-variabel
independen
tersebut, maka akan semakin meningkatkan audit delay. Sedangkan variabel UK (ukuran KAP) memiliki pengaruh yang negatif terhadap audit delay. c. Uji t-statistik Uji t-Statistik digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel-variabel independen. Uji t-statistik dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel. T tabel diperoleh dengan melihat tabel distribusi t pada alpha= 5%. Hipotesis:
H0= koefisien regresi tidak signifikan H1= koefisien regresi signifikan
Keputusan: Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak. Hasil uji t untuk variabel size (ukuran perusahaan) mempunyai signifikansi 0,032 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena nilai hasil uji t untuk variabel size (ukuran perusahaan) lebih besar dari 0,05 maka H1 di terima. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa size (ukuran perusahaan) berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Pengaruh size (ukuran perusahaan) terhadap AD (audit delay) ini 80
disebabkan karena semakin besar size (ukuran perusahaan) semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki size (ukuran perusahaan) yang lebih kecil. Selain itu perusahaan yang berukuran besar mempunyai akun-akun yang lebih bervariasi dan mempunyai saldo akun yang lebih besar sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk proses pengauditannya. Sedangkan menurut Dyer dan Hugh (1975) dalam Jeaned dan Rustiana (2004) menyatakan bahwa
perusahaan
yang
besar
cenderung melaporkan
laporan
keuangannya lebih cepat dibandingkan perusahaan yang lebih kecil karena manajemen perusahaan
besar memiliki dorongan
untuk
mengurangi masalah audit delay. Dorongan Ini disebabkan karena perusahaan besar diawasi oleh para investor, asosiasi perdagangan dan oleh agen regulator. Disamping itu perusahaan besar meghadapi tekanan yang kuat untuk menyampaikan laporan keuangan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hasil penelitian variable size (ukuran perusahaah) ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Titik dan Maria (2005), Jeane dan Rustiana (2007) dan Sstya (2008) yang menunjukan bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi audit delay adalah asset (size perusahaan), begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Lucas (2006) ukuran perusahaan signifikan mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan. Namun hasil penelitian ini 81
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari (2007) dan Hilma (2007) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hasil uji t untuk variabel age (umur perusahaan) mempunyai signifikansi 0,284 yang berarti lebih besar dari 0.05. karena nilai hasil uji t untuk variabel age (umur perusahaan) lebih besar dari 0.05 maka H2 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa age (umur perusahaan) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hal ini disebabkan karena baik perusahaan yang baru ataupun perusahaan yang memiliki umur lebih tua apabila
perusahaan-
perusahaan tersebut mempunyai manajemen yang baik dan mempunyai akuntan yang kompten, maka perusahaan-perusahaan tersebut dapat menyajikan laporan keuangannya dengan baik, karena akuntan publik yang mengaudit perusahaan tersebut tidak akan mengalami masalah keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan atau audit delay. Hasil penelitian variable age (umur perusahaan) ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hilma (2007) yang menunjukan bahwa variabel age (umur perusahaan) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
audit delay. Namun hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Lucas (2006) yang menunjukan bahwa age (umur perusahaan) berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.
82
Hasil uji t untuk variabel UK (ukuran KAP) mempunyai signifikansi 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0.05. karena nilai hasil uji t untuk variabel UK (ukuran KAP) lebih kecil dari 0.05 maka H3 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa UK (ukuran KAP) berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Pengaruh UK (ukuran perusahaan) terhadap audit delay ini disebabkan karena KAP besar (the Big Four) dianggap memiliki akuntan publik yang telah memenuhi standar umum sebagai auditor, dimana seorang auditor harus memiliki skil yang baik, harus independen dan harus menggunakan keahliannya secara cermat sehingga para auditor dapat menyelesaikan tugas auditnya secara tepat waktu dan terhindar dari masalah audit delay. Selain itu KAP besar dianggap mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan mendapatkan insentif yang lebih besar dari pada KAP kecil, oleh karena itu untuk mempertahankan eksistensinya maka KAP besar akan selalu berupaya untuk menyelesaikan penyajian laporan keuangan auditannya secara tepat waktu. Hasil penelitian variable UK (ukuran KAP) ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari (2007) dan Sstya (2008) yang menunjukan bahwa variabel UK (ukuran KAP) berpengaruh secara signifikan audit delay. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Titik dan Maria (2005) dan Jeane dan Rustiana (2007) yang menunjukan bahwa UK (ukuran KAP) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. 83
Hasil uji t untuk SKP (Struktur Kepemilikan Perusahaan) mempunyai signifikansi 0,100 berarti lebih besar dari 0.05. karena nilai hasil uji t SKP (Struktur Kepemilikan Perusahaan) lebih besar dari 0.05 maka H4 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa SKP (Struktur Kepemilikan Perusahaan) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hal ini dikarenakan baik perusahaan yang melakukan pemisahan atapun tidak, antara pemilik perusahaan dengan managernya apabila melakukan kontrol yang kuat cenderung akan memiliki performansi perusahaan yang baik dan dapat menyajikan laporan keuangna perusahaannya dengan baik maka akuntan publik yang mengaudit perusahaan tersebut tidak akan mengalami masalah keterlambatan penyajian laporan keuangan atau audit delay.
Hasil
penelitian
variable
SKP
(Struktur
Kepemilikan
Perusahaan) ini berbeda dengan hasil penelitian mengenai SKP (Struktur Kepemilikan Perusahaan) sebelumnya yang dilakukan oleh Maman, Merita dan Mery (2006) yang menunjukan bahwa variabel SKP (Struktur Kepemilikan Perusahaan) berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil uji t untuk OA (opini audit) mempunyai signifikansi 0,291 berarti lebih besar dari 0.05. karena nilai hasil uji t OA (opini audit) lebih besar dari 0.05 maka H5 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa OA (opini audit) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hal ini dikarenakan baik perusahaan 84
yang memperoleh
pendapat unqualified
atapun pendapat selain
unqualified apabila diaudit oleh KAP, yang terdiri dari auditor yang telah memenuhi standar umum sebagai auditor yang memiliki skil yang baik, independen dan menggunakan keahliannya secara cermat maka para auditor
dapat
menyelesaikan
penyajian
laporan keuangan
auditannya secara tepat waktu dan terhindar dari masalah audit delay. Hasil penelitian variable OA (opini audit) ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari (2007) yang menunjukan bahwa OA (opini audit) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Berdasarkan pada hasil analisis uji t-statistik, dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel size (ukuran peusahaan) dan UK (ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap AD (audit delay). Sedangkan untuk variabel-variabel independen lainnya yaitu, age (umur perusahaan), SKP (struktur kepemilikian perusahaan) dan OA (opini audit) tidak berpengaruh signifikan terhadap AD (audit delay). d. Uji F Statistik Uji F Statistik pada dasarnya digunakan untuk melihat apakah variabel independen dapat memprediksi atau memiliki pengaruh terhadap variabel dependen sebagai variabel yang dipengaruhi. Dengan syarat jika probabilitas memenuhi taraf signifikasi lebih kecil dari 0,05. Dari hasil pengujian Anova atau F test didapat nialai F hitung sebesar 6,644 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil 85
dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi audit delay atau dapat dikatakan bahwa size, age, UK, SKP dan OA secara bersama-sama berpengaruh terhadap AD (audit delay). Berikut ini adalah hasil dari uji F Statistik: Tabel 4.7 Uji F Statistik ANOVA(b)
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 13282.805 57581.168 70863.973
Df 5 144 149
Mean Square 2656.561 399.869
F 6.644
Sig. .000(a)
a Predictors: (Constant), OA, UK, SKP, Size, Age b Dependent Variable: AD
Sumber: Data diolah
Berdasrkan hasil uji F, hasil penelitian ini menunjukan bahwa bahwa size, age, UK, SKP dan OA secara bersama-sama berpengaruh terhadap AD (audit delay). Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sistya (2008) yang menunjukan bahwa secara bersamasama terdapat pengaruh yang signifikan antara seluruh variabel independen (profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan dan KAP) terhadap variabel
dependen (audit delay). Dan bertolak
belakang dengan hasil penelitian Titik dan Maria dimana hasil F test terhadap audit delay secara serentak variabel asset, ROA, IA dan KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay.
86
Hasil pengujian menunjukan bahwa size, age, UK (ukuran KAP), SKP (struktur kepemilikan perusahaan) dan OA (opini audit) secara bersama-sama berpengaruh terhadap AD (audit delay). Semakin besar size (ukuran perusahan) maka semakin memperpanjang audit delay hal ini disebabkan karena perusahaan yang berukuran besar mempunyai akun-akun yang lebih bervariasi dan mempunyai saldo akun yang lebih besar sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk proses pengauditannya. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya dan makin besar pula tekanan untuk mengolah informasi tersebut. sehingga pihak manajemen perusahaan akan memiliki kesadaran yang lebih tinggi megenai pentingnya informasi, dalam mempertahankan eksistensi perusahaan. Pihak manajemen harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan pada pihak yang berkepentingan. Semakin tinggi kesadaran manajemen mengenai pentingnya informasi bagi pihak–pihak yang berkepentingan, akan membuat penyajian laporan keuangan menjadi lebih tepat waktu (Luciana dan Lucas 2006:5). Age (umur perusahaan) mempunyai pengaruh terhadap terhadap AD (audit delay). Menurut Owusu–Ansah, dalam penelitian Rachmaf Saleh, mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah 87
memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan akan dapat disajikan lebih tepat waktu (Luciana dan Lucas 2006:8). UK (ukuran KAP) mempunyai pengaruh terhadap terhadap AD (audit delay). Kantor akuntan publik besar (the Big Four) akan membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, dibandingkan dengan KAP biasa, karena KAP the Big Four diyakini mempunyai kualitas auditor yang lebih baik, mempunyai banyak pengalaman dan memperoleh insentif yang lebih tinggi. Menurut Giling (1977) dalam Luciana dan Lucas (2006:275) menyatakan bahwa KAP the Big Four dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Disamping itu KAP besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibanding KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasi mereka. SKP (struktur kepemilikan perusahaan) mempunyai pengaruh terhadap terhadap AD (audit delay). Perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik dan manager lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek (Maman, dkk 2006:17). Oleh karena itu struktur kepemilikian perusahaan dapat mempengaruhi perfomansi perilaku dan perusahaan, 88
kaitannya dengan audit delay adalah perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik dan manager lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek akan memperpanjang audit delay. OA (opini audit) mempunyai pengaruh terhadap terhadap AD (audit delay). Berdasarkan penelitian yang dilakuakan oleh Whittred (1980) membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat qualified (wajar dengan pengecualian), dimana auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, dimana faktor-faktor yang dimaksud adalah ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), UK (ukuran KAP), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA). Maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor ukuran perusahaan (size) dan ukuran KAP (UK) berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. 2. Faktor umur perusahaan (age), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. 3. Faktor
ukuran KAP (UK) adalah faktor yang paling dominan
mempengaruhi audit delay. 4. Ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA) berdasarkan uji statistik secara bersama-sama mempengaruhi audit delay,
90 90
B. Implikasi Implikasi pada penelitian ini didasarkan dari kesimpulan bahwa Faktor-faktor ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA) secara bersama-sama mempengaruhi audit delay. Implikasinya adalah sebagai berikut: 1. Membantu para auditor dalam mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, sehingga diharapkan masalah mengenai keterlambatan penyajian
laporan keuangan (audit
delay) semakin
berkurang. 2. Membantu profesi publik akuntan dalam mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya audit delay, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses audit. 3. Memberikan informasi kepada investor dalam rangka keputusan investasi atas perusahaan yang dimilikinya terutama mengenai pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap audit delay. 4. Menambah literatur penelitian mengenai audit delay ditinjau dari faktorfaktor yang mempengaruhinya seperti, ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA) yang berpengaruh terhadap lama atau pendeknya audit delay.
91
C. Saran Berdasarkan hasil temuan, maka terdapat beberapa hal dari hasil penelitian ini yang relevan dijadikan sebagai saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu: 1. Memperluas sampel yang digunakan, tidak dikhususkan pada perusahaanperusahaan yang termasuk kedalam kategori perusahaan finansial dan perusahaan manufaktur saja. 2. Memperbanyak
jumlah
sampel
perusahaan
yang
diteliti
untuk
diprediksi
dapat
mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. 3. Memperbanyak
variansi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi audit delay misalnya, pengaruh tekhnologi informasi, tingkat aktivitas perusahaan dan faktor-faktor lainnya. 4. Menggunakan data yang lebih baik lagi, misalnya data laporan keuangan yang bersumber langsung dari perusahaan-perusahaan yang di teliti.
92
DAFTAR PUSTAKA Abdul, Halim. “Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan)”, Jilid 1, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2001. Agoes, Sukrisno.”Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) oleh kantor Akuntan Publik”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2000. Amin, Widjaja Tunggal. “Dasar-Dasar Audit Operasional”, Harvarindo, Jakarta, 2008. Arens, dkk. “Auditing dan pelayanan verifikasi”. Edisi 9, Jilid 1, Indeks, Jakarta, 2001. ”Auditing dan pelayanan verifikasi”. Jakarta, 2001.
Edisi 9, Jilid 2, Indeks,
“Auditing dan Jasa Assurance” Edisi ke Dua belas Jilid 1, Terjemah Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta, 2008. Aryati, Titik dan Maria Theresia. “Media Riset Akuntansi: Auditing & Informasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timelines”, FE Universitas Trisakti, Volume 5, Nomor 3, Desember 2005, Jakarta, 2005. Budi, Astari Arfani. Skripsi S1, “Analisis Faaktor-faktor yang mempengaruhi Rentang waktu penyelesaian audit (Studi kasus pada perusahaan di BEJ)”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Boynton, dkk. ” Modern Auditing”, Edisi 7, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 2003. ” Modern Auditing”, Edisi 7, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2003. Deart, J. M. P. dan Rustiana. “Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (studi empiris pada Perusahaan-perusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEJ)” Universitas Atma Jaya, KINERJA, Volume 11, No.1, 2007,Yogyakarta, 2007. Ghazali, Ahmad ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Hamid, Abdul. “ Panduan Penulisan Skripsi “, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, 2007.
93 93
Hasni, Nur. Skripsi S1. “Pengaruh Faktor Need For Approval dan Need For Achievment terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit”. STIE SEBI, Jakarta, 2008. Hilma, Yahya Hamza dan Hepi Prayudiawan, “Faktor – faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit delay) Pasca Syarif Keputusan BAPEPAM Nomor: KEP-36/PM/2003”, UIN Hidayatullah, Jakarta, 2007. http;//www.bapepam.go.id http;//www.idx.go.id IAI. ”Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia”, IAI, Jakarta, 2001. Isnanta, Rudi. “Pengaruh corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan” Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2008. Kasmir, SE., MM. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Mulyadi. ” Auditing “, Buku1, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2002. ” Auditing “, Buku 2, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2002. “Auditing”, Buku Satu, Edisi ke-6, Universitas Gajah Mada, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Munawir. ”Analisis Laporan Keuangan”. Edisi ke-1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Ode, La, A. M. “Gambaran Umum Proses Audit”,artikel diakses tanggal 5 Oktober 2008, dari http://id.wordpress.com. — Theme: Connections by www.vanillamist.com Rachmawati, Sistya. “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta-Indonesia JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 10, NO. 1, MEI 2008: 1-10, Jakarta 2008. Sarwono, Jonathan. “Statistik Itu Mudah (Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi statistik Menggunakan SPSS16)”, ANDI Yaogyakarta, Bandung 2008.
94
Sawyer, L. B. dkk. ”Internal Auditing”, Buku 1, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta, 2005. ”Internal Auditing”, Buku 2, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta, 2005. Setiawan, M. dkk “Pengaruh struktur kepemilikan, karakteristik perusahaan, dan karakteristik tata kelola korporasi terhadap kinerja perusahaan (Studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Universitas Padjadjaran, Bandung, 2006. SR, Soemarso. “Akuntansi Suatu Pengantar”, Edisi ke 4, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, Spica, L. A. dan Lucas Setiady. “Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan pada Perusahaan yang terdaftar di BEJ”, STIE Perbanas, Surabaya 2006. Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabeta, Bandung, 2005. Susan, Irawati. “Auditing”, Cetakan Kesatu, Pustaka, Bandung, 2008. Syafri, Sofyan, Harahap. “Teori Akuntansi Laporan Keuangan”, Bumi Aksara, Jakarta, 2002. “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”, Edisi 1. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
95