Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR OTOMOTIF GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA Charles V Sianipar Fakultas Ekonomi Universitas Mpu Tantular Abstract The requirement that annual financial statement be subjected to external audit can conflict with the requirement of timely reporting. To the extent that auditing is a time consuming activity, the release of the earning announcement and the financial statement will be delayed.The purpose of the research is to find the influences of the firm size, the profitability, the financial leverage, and the public accountant size toward the audit delay. Audit delay is generally defined as the lenght of time from a company’s financial year-end to the date of the auditor’s report. The total sample was 10 manufacture companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2004, 2005 and 2006. These listed companies were selected using purposive sampling method. Analysis hyphotesis using logistic regression, before hyphotesis test, normality data test using One Sample Kolmogorov-Smirnov test. The result of logistic regression model analyzing shows that audit delay is influenced by financial leverage significantly, and the other variable is not influenced audit delay significantly. Keywords: Audit Delay, Timeliness, Firm Size, Profitability, Financial Leverage, Public Accountant Size
PENDAHULUAN Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan yang bersifat ekonomis. Informasi dalam laporan keuangan harus relevan
1
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
dan andal supaya dapat berguna bagi pemakai. Namun, ada kendala untuk menjadikan informasi dalam laporan keuangan relevan dan andal, salah satunya adalah ketepatan waktu. Informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan, sebaliknya informasi bisa tidak bermanfaat bila tidak disajikan secara akurat dan tepat waktu. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut (Givoly dan Palman 1982). Setiap perusahaan yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunaan yang disertai dengan laporan akuntan publik dengan pendapatan yang lazim kepada Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari atau pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan seperti tercantum dalam keputusan ketua BAPEPAM Nomor Kep-17/PM/2002 tanggal 14 agustus 2002. Walaupun sudah ada ketetapan tentang waktu penyampaian Laporan Auditor Independen, kenyataannya banyak perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan yang Audited. Untuk perusahan otomotif rata-rata audit delay dalam kurun waktu tahun 2004 s.d 2006 adalah 83 hari Pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan juga diakui oleh investor dan manager, ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan dapat berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Penelitian Chamber and Penman menunjukan bahwa “pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat dapat menyebabkan hal yang sebaliknya”. Penelitian empiris tentang ketepatan waktu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah banyak dilakukan sebelumnya antara lain oleh Ashton et al (1987), dan Owusu-Ansah (2000). Khusus untuk di Indonesia, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan publikasi laporan keuangan sangat terbatas, seperti yang dilakukan oleh Varianada (2000), Titik-Maria (2005) dan Elsa-Heri (2007). Namun peneliti ingin mengetahui pengaruhnya pada sample penelitian yang berbeda yaitu perusahaan manufaktur otomotif.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
PERUMUSAN MASALAH Penelitian ini hanya mengambil sampel perusahaan-perusahaan manufaktur otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2008 yaitu sebanyak 10 perusahaan. Masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh total asset terhadap audit delay? 2. Bagaimanakah pengaruh tingkat profitabilitas terhadap audit delay? 3. Bagaimanakah pengaruh financial leverage terhadap audit delay? 4. Bagaimanakah pengaruh ukuran KAP terhadap audit delay?
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. 2. 3. 4.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Besarnya pengaruh total asset terhadap audit delay. Besarnya pengaruh tingkat profitabilitas terhadap audit delay. Besarnya pengaruh financial leverage terhadap audit delay. Besarnya pengaruh ukuran KAP terhadap audit delay.
Kerangka Pemikiran Pengertian Audit dan Tepat Waktu (Times Liness) Definisi auditing menurut Arens & Loebbecke (2003,1): “Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.” PSA 02 (SA 110) Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Salah satu kualitas kualitatif dari laporan keuangan adalah tepat waktu (Times Liness). Time liness yaitu rentang waktu pengumuman laporan keuangan tahunan
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
yang telah diaudit (auditan) kepada publik yaitu lamanya hari yang dibutuhkan untuk mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke publik, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan sampai tanggal penyerahan ke Bapepam. (Titik & Maria, 2005, 276) Menurut Baridwan (1992) dan Anissa (2004) ketepatan waktu mengandung arti informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan diusahakan jangan sampai informasi yang disampaikan sudah menjadi rahasia umum. Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. (Varianada Halim, 2000, 64). Ada interval waktu antara akhir periode pelaporan dan tanggal laporan auditor. Audit delay secara umum didefinisikan dalam berbagai penelitian sebagai lamanya waktu dari tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan sampai dengan tanggal laporan auditor. Perusahaanperusahaan yang terdaftar di bursa efek di berbagai negara diharuskan untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan mereka yang telah diaudit dalam periode waktu tertentu setelah tanggal berakhirnya tahun buku. Beberapa contoh publikasi laporan keuangan di berbagai negara antara lain :‑ di Inggris menyampaikan laporan keuangan tahunan mereka dalam enam bulan setelah tanggal neraca, di Australia perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Australia diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan mereka dalam empat bulan dari tanggal berakhirnya tahun buku, di Indonesia, semua perusahaan yang terdaftar di pasar modal diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim kepada Badan Pengawas Pasar Modal selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Hal ini tercantum di Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-17/ PM/2002 tanggal 14 Agustus 2002. Berarti batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan adalah 90 atau 91 hari setelah tanggal berakhirnya tahun buku. (Elsa Imelda & Heri, 2007, 134-136) Menurut Hossain dan Tayrol (1998), salah satu alasan adanya keterlambatan publikasi laporan keuangan oleh perusahaan yang go public adalah laporan keuangan tersebut harus diaudit sebelum dapat dipublikasi. Dalam berbagai literatur pelaporan keuangan audit delay menerangkan keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Jadi, dalam sebagian besar kasus ketepatan waktu sebenarnya berhubungan dengan audit delay.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas hasil auditnya. Pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan juga diakui oleh investor dan manager karena ketepatan waktu pelaporan suatu laporan keuangan perusahaan dapat berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Keterlambatan pelaporan secara tidak langsung diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan. Ketepatwaktuan mengimplikasikan bahwa laporan keuangan disajikan pada suatu interval waktu, maksudnya untuk menjelaskan perubahan di dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pengguna pada waktu membuat prediksi dan kualitas keputusan. Sesuai dengan perubahan yang dilakukan oleh BAPEPAM pada tanggal 29 September 2003 terhadap Peraturan No. X.K.2 tentang kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala perusahaan diwajibkan untuk melaporkan: 1. Laporan Keuangan Tahunan disertai Laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. 2. Laporan Keuangan Tengah Tahunan disampaikan kepada Bapepam dalam jangka waktu sebagai berikut: a. Selambat-lambatnya pada akhir bulan kedua setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan, jika tidak disertai dengan Laporan Akuntan. b. Selambat-lambatnya akhir bulan kedua setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan jika disertai Laporan Akuntan dalam rangka penelaahan terbatas. c. Selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan jika disertai Laporan Akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Bagi emiten yang tidak dapat menyampaikan laporan keuangan tahunan tepat pada waktunya, maka akan terkena sanksi dari Bapepam sebesar Rp 1 juta per hari. Denda itu dikenakan sampai dengan laporan tersebut dipublikasikan. Selain itu, emiten juga akan terkena sanksi dari Bursa Efek Indonesia (BEI), berupa teguran tertulis yang akan berlaku hingga satu bulan. Bila dalam batas tersebut penyampaian laporan keuangan belum ditepati maka BEI akan memberi
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
peringatan kedua berikut denda Rp 10 juta. Teguran kedua dan denda Rp 10 juta tersebut akan berlaku sampai 30 hari berikutnya. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay a. Ukuran Perusahaan (Asset) Di antara variabel-variabel tersebut, variabel ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling sering diteliti. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti penelitian Courtis di New Zealand (1976), penelitian Gilling (1977), penelitian Davies dan Whittred di Australia (1980), penelitian Ashton di Kanada (1987), Owusu-Ansah (2000) dan sebagainya menunjukkan bahwa audit delay memiliki hubungan negatif dengan ukuran perusahaan dimana indikator yang digunakan adalah total aktiva. Ini berarti bahwa semakin besar nilai asset perusahaan maka semakin pendek audit delay. Dalam pengukuran perusahaan digunakan jumlah total aktiva perusahaan pada tanggal neraca, yakni dengan perhitungan: TOTAL AKTIVA = AKTIVA LANCAR + AKTIVA TETAP atau ASSET = CURRENT ASSET + FIXED ASSET Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu adanya pengendalian intern yang kuat sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya dan adanya kemampuan untuk menekan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya secara tepat waktu. Selain itu, perusahaan besar mempunyai sumber daya yang lebih banyak untuk membayar audit fees yang lebih tinggi dan dapat menyelesaikan biaya tersebut segera setelah berakhirnya tahun buku. Hasil penelitian ini tentunya cukup kontradikif dengan literatur dan logika yang selama ini dianut. Berdasar literature Boynton dan Kell (1996), audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang akan diaudit semakin besar. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
jumlah sample yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh. Namun demikian, logika yang mendasari hasil penelitian tersebut di atas dapat dijelaskan oleh Dyer dan McHugh (1975), yang berargumen bahwa manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay karena perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas, permodalan dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan keuangan mereka lebih awal. Ashton, dkk (1989) serta Owusu-Ansah (2000) menyatakan bahwa perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Dengan demikian terlihat bahwa ukuran perusahaan sebagai suatu fungsi dari ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. (Owusu-Ansah, 2000, 243-254) b. Tingkat Profitabilitas (ROA / Return on Assets) Tingkat profitabilitas diperkirakan mempengaruhi audit delay. Lawrence (1983) menemukan bukti yang menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress di Amerika Serikat telah menunda penerbitan laporan keuangan mereka. Menurut Givoly dan Palmon, bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan jika pengumuman laba berisi berita buruk maka pihak manajemen cenderung melaporkan tidak tepat waktu. Hal serupa ditemukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991) di mana perusahaan yang mengalami rugi operasional telah meminta auditornya untuk menjadwalkan pengauditan lebih lambat dari biasanya, sementara bagi perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin sehingga mampu mengumumkan laporan keuangan kepada publik lebih awal. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan ROA (Return on Assets) yakni total laba/rugi bersih perusahaan pada tahun buku dibagi dengan total aktiva pada tanggal neraca, atau dirumuskan sebagai berikut:
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
Menurut Ashton, pelaporan laba atau rugi adalah indikator berita baik atau buruk atas kinerja manajerial perusahaan dalam setahun. Jika perusahaan mengalami rugi, manajemen akan berharap untuk menunda publikasi laporan keuangan dengan tujuan untuk menghindari ketidaknyamanan mengkomunikasikan hal tersebut karena merupakan suatu berita buruk. Subekti dan Widiyanti (2004) menemukan bahwa perusahaan yang tingkat profitabilitasnya tinggi membutuhkan waktu untuk menyelesaikan audit yang lebih pendek. Petronila dan Mukhlasin (2003) mengemukakan bahwa profitabilitas perusahaan dapat menjelaskan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Besar kecilnya tingkat profitabilitas sebagai pengukuran kinerja manajemen mempengaruhi keinginan manajemen untuk melaporkan kinerjanya. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja manajemen yang baik. Bagi pemegang saham keterlambatan penyampaian laporan keuangan memberi sinyal bahwa kinerja manajemen kurang baik. c. Financial Leverage Pengertian financial leverage menurut Keown, Scott, Martin dan Petty (2000; 40) adalah: The practice of finacing a portion of the firm’s assets with security bearing a fixed rate of return in hope of increase the ultimate return to common shareholder’s. Weston dan Bringham (2002; 154) menjelaskan pengertian financial leverage adalah: Suatu ukuran yag menunjukkan sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap yaitu hutang dan saham preferen digunakan dalam struktur modal perusahaan. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa financial leverage dapat terjadi pada saat perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan beban tetap. Apabila perusahaan menggunakan hutang maka mereka tentu
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
berharap untuk bisa memperoleh laba operasi dari pengguna hutang tersebut yang lebih besar dari biaya bunganya, sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi pemegang saham biasa. Financial leverage merujuk pada pengguna hutang dalam pembiayaan perusahaan. Penggunaan financial leverage pada suatu perusahaan akan mengakibatkan timbulnya financial risk atau risiko keuangan. Risiko keuangan adalah risiko tambahan yang timbul karena penggunaan financial leverage, dan tercermin pada berbagai variabilitas arus laba bersih atau net income. Penambahan biaya tetap akan meningkatkan ketidakpastian hasil pengembalian bersih yang diterima para pemegang saham biasa. Semakin besar penambahan ini berarti semakin besar pula resiko yang harus dihadapi oleh para pemegang saham biasa. Penggunaan financial leverage dapat menguntungkan perusahaan atau tidak. Hal tersebut dijabarkan oleh Riyanto (1997;375): Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan atau efek yang positif kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar dari beban tetap dari penggunaan dana tersebut. Financial leverage dikatakan merugi kalau perusahaan tidak mendapat laba operasi dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang digunakan.
d. Ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik) Ada empat kantor akuntan publik terbesar di Amerika Serikat yang disebut sebagai kantor akuntan publik internasional dan mendapat julukan “The Big Four”. Masing-masing memiliki kantor di setiap kota-kota besar di Amerika Serikat dan di banyak kota besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. KAP terkecil dari “The Big Four” mempunyai pendapatan secara internasional lebih dari 3 milyar dollar dan pendapatan secara nasional kurang lebih 1 millyar dollar per tahun. Jumlah karyawan dari KAP terbesar termasuk staff dan partnernya lebih dari 50.000 secara keseluruhan dan sebanyak 2.000 di kantor New York saja. Keempat kantor akuntan publik ini menyelenggarakan audit bagi hampir semua perusahaan raksasa di AS dan seluruh dunia dan banyak perusahaan lainnya yang lebih kecil. Sebelum tahun 1989 terdapat delapan KAP yang lazim disebut “The Big
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
Eight”. Di tahun 1989, terjadi dua merger antara dua perusahaan sehingga menjadi “Big Six”. Di tahun 1997 berubah lagi menjadi “The Big Four”, dikarenakan terjadi suatu skandal audit pada perusahaan besar di Amerika Serikat yang sering dikenal sebagai kasus Enron yang menyebabkan Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen dihentikan dari aktivitas auditnya. Kemudian adanya merger kembali antara KAP Coopers Lybrand International dan KAP Price Waterhouse International, yang saat ini bergabung menjadi KAP Price Waterhouse-Coopers. Tidak ada alasan tunggal untuk merger ini, tetapi faktor utama adalah kebutuhan bagi kantor akuntan publik untuk melayani bisnis internasional seiring dengan adanya globalisasi. Sebagai contoh, jika perusahaan Jerman memiliki kantor di Brasil, Jepang dan Amerika Serikat, KAP membutuhkan auditor di masing-masing negara untuk melakukan auditnya. Setiap KAP “The Big Four”sekarang ini mempunyai kemampuan melayani pasar internasional. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia “The Big Four” ini diwakili kepentingannya oleh kantor akuntan publik Indonesia sendiri. KAP “The Big Four” dan mitranya di Indonesia saat ini, terdiri dari : The Big Four Delloite Touche Tohmatsu Ernst & Young KPMG Price Waterhouse-Coopers
Mitra Indonesia Hans Tuanakotta & Mustofa Prasetio, Sarwoko & Sanjaya Sidharta Sidharta & Harsono Drs. Hadi Sutanto & Rekan
Kantor akuntan publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai The Big Four membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Di samping itu, KAP besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasi mereka. (Hossain & Tayrol, 1998, 64)
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
Ahmad dan Kamarudin (2003) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay di Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit delay secara signifikan lebih panjang untuk perusahaan yang berada di industri non keuangan, memperoleh pendapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), menggunakan selain tahun buku 31 Desember, diaudit oleh kantor akuntan publik non Big Four, melaporkan kerugian, dan mempunyai risiko yang lebih tinggi. Subekti dan Widiyanti (2004) menemukan bahwa tingkat profitabilitas, total aktiva, jenis industri, opini auditor, dan ukuran auditor berpengaruh signifikan terhadap variabel audit delay. Wirakusuma (2004) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi rentang waktu penyajian laporan keuangan ke publik. Adapun hal yang diuji adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, jenis industri, internal audit, reputasi auditor, opini auditor, dan jangka waktu pelaksanaan audit. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa audit delay dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu total asset perusahaan, tingkat profitabilitas, finacial laverage (tingkat utang) terhadap total asset, ukuran KAP, jenis industri, opini auditor, tanggal tahun buku, solvabilitas, internal audit, reputasi auditor. Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti empat faktor yakni ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, financial leverage dan ukuran Kantor Akuntan Publik sebagai variabel yang berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Bedanya penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah variabel yang dikombinasikan, waktu atau saat penelitian dan sample penelitian.
Paradigma Penelitian Hubungan teoritis antara variabel-variabel seperti ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, financial leverage dan ukuran KAP dengan audit delay tampak pada gambar 1 berikut:
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
Gambar 1. Paradigma Penelitian
METODE PENELITIAN Gambaran Umum Objek dan Subjek Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan gabungan bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang secara efektif mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan nama baru Bursa Efek Indonesia.Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial (VOC). Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kefakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
perusahaan manufaktur Otomotif dan komponennya (Automotive and allied products) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah dipublikasi dengan periode tahun 2004-2006, serta telah di audit oleh kantor akuntan publik yang bersangkutan. Subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufakur Otomotif dan komponennya yang telah go publik atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu PT Gajah Tunggal Tbk, PT Hexindo Adiperkasa Tbk, PT Indomobil Suskses Internasional Tbk, PT Astra Otoparts Tbk, PT Polychem Indonesia Tbk, PT Multi Prima Sejahtera Tbk, PT Intraco Penta Tbk, PT Astra International Tbk, PT Goodyear Indonesia Tbk, PT Selamat Sempurna Tbk, Metode Pengumpulan Data. Jenis Penelitian Penelitian termasuk penelitian deskriptif korelasional yaitu metode penelitian yang menggambarkan tingkat hubungan antar variable yang berbeda dalam suatu populasi. Adapun alasan penulis menggunakan metode ini adalah karena memberikan gambaran besarnya kontribusi variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) serta besarnya arah hubungan yang terjadi. Operasionalisasi Variabel Dengan merujuk pada uraian di atas, variable dalam penelitian ini dapat operasionalkan sebagai berikut: TABEL 2 Identifikasi dan Pengukuran Variabel
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
Data Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur otomotif dan komponennya yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006, 2005 dan 2004. Populasi penelitian ini, sebanyak 10 (sepuluh) perusahaan dengan masa tiga tahun maka populasi adalah sebanyak tiga puluh (n=30). Selanjutnya data dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu tepat waktu dan tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan audit. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Sedangkan sumber data diperoleh dari Pojok Bursa Efek Indonesia yang berada di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti dan laporan auditor independen. Metode Analisis Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Statistik deskriptif, analisis ini berguna sebagai alat untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsi atau menggambarkan data sample yang telah terkumpul. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain berupa:
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
frekuensi, tendensi sentral (mean, median, modus), disperse (standar deviasi, varian), dan koefisien korelasi antar variabel. 2. Pengujian asumsi klasik yaitu pengujian normalitas, heteroskedasitas, dan multikolinearitas. 3. Pengujian hipotesis dengan menggunakan metode analisis regresi logistik (logistic regression analysis). Metode regresi ini digunakan untuk menguji variabel independen yang terdiri dari ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, financial leverage, dan ukuran KAP terhadap variabel dependennya yaitu audit delay. Hipotesis Penelitian Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan secara multivariate dengan menggunakan regresi logistik karena variabel bebasnya kombinasi antara metrik dan nominal (non-metric). (Imam Ghozali, 2005;10) Logistic Regression tidak memerlukan asumsi normalitas pada variabel independennya. Asumsi Multivariate Normal Distribussion tidak dapat dipenuhi karena variabel bebasnya merupakan campuran antara kontinyu (metric) dan kategorikal (non-metric) (Imam Gozhali, 2005;125). Model regresi logistic yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut:
Keterangan: AUDIT DELAY = ketepatan waktu penyampaian laporan auditor (dummy, kategori; 0 untuk laporan yang tidak tepat waktu dan 1 untuk laporan yang tepat waktu) βo = konstanta β1 (Asset) = ukuran perusahaan (Total Asset) β2 (ROA) = tingkat profitabilitas (Return On Asset) β3 (DTA) = financial leverage (Debt Turn Asset) β4 (KAP) = ukuran Kantor Akuntan Publik (dummy ; 1 untuk KAP besar dan 0 untuk KAP kecil) ε = Error (kesalahan/gangguan) Analisis pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
1. Tingkat signifikan (±) yang digunakan sebesar 5 %. Masson (1999) dalam Petronila 2003 menyebutkan bahwa tidak terdapat satu level signifikan yang dapat diaplikasikan untuk semua pengujian. Pada umumnya, level 0,05 untuk riset konsumen, 0,01 untuk quality assurance dan 0,1 untuk political polling. 2. Kriteria atau penolakan hipotesis didasarkan pada signifikan p-value (probvalue). Jika p-value (signifikansi) > ± maka hipotesis ditolak, sebaliknya jika p-value (signifikansi) < ± maka hipotesis diterima. Hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: Hipotesis Ukuran Perusahaan Ha1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay Ho1 : Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay Hipotesis Tingkat Profitabilitas Ha2 : Tingkat Profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay Ho2 : Tingkat Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay Hipotesis Financial Leverage Ha3 : Financial Leverage berpengaruh terhadap audit delay Ho3 : Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap audit delay 4. Hipotesis Ukuran KAP Ha4 : Ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay Ho4 : Ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay 1. 2. 3.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penyajian Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder, yaitu berupa laporan auditor dan laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia. Sumber data diambil dari Pojok Bursa Efek Indonesia, dimana sekarang dapat on line secara langsung dari kampus-kampus terpilih, dan penulis melakukan pengambilan data tersebut dari Pojok Bursa Efek Indonesia yang berada di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti. Total populasi yang digunakan sebagai sample sebanyak 10 perusahaan, dengan periode data tahun 2004 sampai dengan 2006 untuk dteliti Sample tersebut menggunakan metode purposive sampling, sehingga didapat 30 sample data perusahaan. Dalam pengujian data, penulis menggunakan aplikasi SPSS (Simplified Program Statistic System) versi 15.0.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
Analisis Data dan Interprestasi 1. Statistik Deskriptif Hasil dari pengolahan data yaitu ukuran perusahaan, ROA, Financial Leverage, Ukuran KAP, Audit delay dengan statistic deskriptif disajikan pada tabel 4 dibawah ini. Tabel 3 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics N 30 Minimum Maximum Ukuran Perusahaan 108,746 61,166,666 ROA 30 -9.66 14.37 Financial Leverage 30 .33 .91 Ukuran KAP 30 0 1 Masa Audit Data Delay sekunder 30 Sumber: diolah dengan SPSS 1 0 Valid N (listwise) 30
Mean 7410544.93 4.3017 .5730 .70 .83
Std. Deviation 15833990.088 5.80507 .18490 .466 .379
Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa Ukuran Perusahaan memiliki rata-rata (mean) total asset sebesar 7.410.544,93 dengan Standar Deviasi sebesar 15.833.990,09. Tingkat Profitabilitas (ROA) memiliki rata-rata (mean) sebesar 4,3017 dengan Standar Deviasi sebesar 5,80507. Financial Leverage memiliki rata-rata (mean) sebesar 0,5730 dengan Standar Deviasi sebesar 0,18490. Ukuran KAP memiliki rata-rata (mean) 0,70 dengan Standar Deviasi 0,466. Dan masa Audit Delay memiliki rata-rata (mean) 83 hari dengan Standar Deviasi sebesar 0,379. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Hasil uji normalitas data dengan One-Sample Kolmogorov Smirnov Test disajikan pada table 5 berikut:
Tabel 4 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sumber: Data diolah dengan SPSS Pada tabel tersebut diketahui bahwa variabel independent yang memiliki p-value lebih besar dari 0,05 yaitu Profitabilitas dan Financial Leverage, yang memiliki data berdistribusi normal. Sedangkan variabel lainnya yaitu Ukuran Perusahaan dan Ukuran KAP memiliki data berdistribusi tidak normal. Data telah memenuhi asumsi normalitas juga dapat dilihat dari penyebaran titik-titik yang mengikuti arah garis diagonal Normal Q-Q Plot masing-masing variabel.
b. Uji Multikolinearitas Dari hasil pengolahan data statistik diperoleh tabel pengujian multikolinearitas sebagai berikut: Tabel 5 Pengujian Multikolinearitas
Sumber: Data diolah dengan SPSS Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa nilai VIF seluruh variabel Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage dan Ukuran KAP lebih kecil dari 10. Dengan demikian antara variabel independent mempunyai hubungan yang sangat kuat. Sehingga model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah multikolinearitas. c. Uji Heterokedastisitas
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
Tabel 6 Pengujian Heterokedastisitas
Sumber: Data diolah dengan SPSS Dari hasil uji heterokedatisitas diatas diketahui bahwa keseluruhan variabel mempunyai nilai signifikan lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada heterokedastisitas pada model yang digunakan, sehingga model regresi dapat digunakan atau diteruskan.
3. Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian pada penelitian ini menggunakan model Regresi Logistik (logistic regression analysis). Model regresi ini digunakan untuk menguji apakah pengaruh ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, financial leverage dan ukuran KAP terhadap audit delay (lamanya waktu sampai dengan diterbitkannya laporan auditor). Metode yang digunakan adalah regresi logistik dengan tingkat signifikansi (±) yang digunakan sebesar 5%. Tabel7 Uji Kelayakan Model Regresi (Goodness-of-fit test) Hosmer and Lemeshow Test
Sumber: Data diolah dengan SPSS Pengujian Hosmer dan Lemeshow Test ini bertujuan untuk menguji ketepatan atau kecukupan data pada model regresi logistik. Hipotesis: Ho : model regresi logistik menunjukkan kecukupan data (fit)
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
Ha : model regresi logistik tidak menunjukkan kecukupan data (tidak fit) Apabila nilai probabilita kecil, misalnya kurang dari 0,05, maka model regresi logistik tidak menunjukkan kecukupan data. Adapun nilai probabilita yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 5% (± =0,05). Sehingga dasar pengambilan keputusan uji Hosmer dan Lemeshow adalah sebagai berkut: • Jika probabilita > alpha 0,05, maka Ho diterima • Jika probabilita < alpha 0,05, maka Ho ditolak Pada tabel hasil pengujian Hosmer dan Lemeshow Test dapat diketahui nilai chi-square = 7,846 dan degree of freedom = 8. Adapun tingkat signifikansi sebesar 0,449 (p-value sebesar 0,449 > alpha 0,05), maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada model regresi logistic yang digunakan telah memenuhi kecukupan data atau dengan kata lain model regresi logistic layak dipakai untuk analisis selanjutnya. Tabel 8 Block Number = 0
Selanjutnya menilai keseluruhan model (overall model fit). Perhatikan -2 Log Likelihood (LL), dimana pada awal (Block Number = 0) angka -2 LL adalah 27,034 terdapat pada tabel 9, sedangkan pada Block Number = 1
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
angka -2 LL adalah 20,830 terdapat pada tabel 10. Penurunan Likelihood ini menunjukkan model regresi yang lebih baik. Hasil ini menunjukkan bahwa model regresi logistic pada penelitian ini sudah fit atau sesuai dengan data. Tabel 9 Block Number = 1
Untuk melihat seberapa besar pengaruh dari variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan ukuran KAP terhadap variabel tidak bebas masa audit delay, dengan melihat model summary pada tabel 10 di atas. Model summary dalam regresi logistic sama dengan pengujian R² pada persamaan regresi linear. R² menunjukkan estimasi varians variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil pengolahan data dengan metode regresi logistic diketahui bahwa uji model menghasilkan koefisien determinasi yang dilihat dari nilai Nagelkerke R Square adalah 0,315. Artinya kombinasi variabel independen yaitu ukuran perusahaan (x1), profitabilitas (x2), financial leverage (x3) dan ukuran KAP (x4) mampu menjelaskan varians dari variabel dependen yaitu audit delay sebesar 31,5%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikut sertakan dalam model.
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
Tabel 10 Hasil Uji Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis 1 Hipotesa 1 di dalam penelitian ini menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat menjelaskan tentang audit delay. Hasil pengujian regresi logistik jika pengujian secara parsial (uji individu), variabel Ukuran Perusahaan (X1) memiliki nilai wald sebesar 0,001 dengan p-value 0,978 > alpha 0,05. Adapun koefisien regresi logistik untuk variabel Ukuran Perusahaan sebesar 0,000. Dengan demikian Ho1 diterima, artinya Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap masa audit delay. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirakusuma (2004) dan Anissa (2004) dimana keduanya menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap masa audit delay. Hasil yang tidak signifikan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa masa audit delay tepat waktu maupun tidak tepat waktu pada periode penelitian mengabaikan informasi tentang ukuran perusahaan (total asset perusahaan). 2. Pengujian Hipotesis 2 Hipotesa 2 dalam penelitian ini menyatakan bahwa Profitabilitas dapat menjelaskan tentang masa audit delay. Hasil pengujian regresi logistik jika pengujian secara parsial (uji individu), variabel Profitabilitas (x2) memiliki nilai wald sebesar 1,577 dengan p-value 0,209 > alpha 0,05. Adapun koefisien regresi logistik untuk variabel Profitabilitas sebesar 0,146. Dengan demikian Ho2 diterima, artinya Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap masa audit delay. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Saleh (2004) dan Anissa (2004) dimana keduanya menemukan bukti empiris bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap masa
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
audit delay. Hasil yang tidak signifikan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan pada periode penelitian menggabaikan informasi tentang Profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan dianggap hanya sebagai penyampaian bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang mengalami profit atau memiliki laba setelah dikurangi untuk biaya operasional perusahaan. 3. Hipotesis 3 Hipotesa 3 dalam penelitian ini menyatakan bahwa Financial Leverage dapat menjelaskan tentang masa audit delay. Hasil pengujian regresi logistik jika pengujian secara parsial (uji individu), variabel Financial Leverage (x3) memiliki nilai wald sebesar 0.747 dengan p-value 0,039 < alpha 0,05. Adapun koefisien regresi logistik untuk variabel Financial Leverage sebesar 3,054 Dengan demikian Ho3 ditolak, artinya Financial Leverage berpengaruh terhadap masa audit delay. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Kamarudin (2003) serta Ettredge, Chan dan Sun (2005) dimana mereka menemukan bukti empiris bahwa Financial Leverage berpengaruh secara signifikan terhadap masa audit delay. Hasil yang signifikan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan pada periode penelitian tidak mengabaikan informasi tentang Financial Leverage perusahaan. Tingkat Financial Leverage perusahaan yang tinggi akan meningkatkan resiko kebangkrutan perusahaan dan memunculkan signal waspada bagi auditor untuk memberikan perhatiaan yang lebih karena laporan keuangan perusahaan mungkin kurang dapat diandalkan daripada dalam keadaan normal. Hal ini dapat disebabkan karena mungkin ada kesalahan manajemen dan kemungkinan adanya fraud. Selain itu, tingginya rasio hutang terhadap aktiva dapat mengakibatkan masalah likuiditas dan kelangsungan usaha (going concern) dimana membutuhkan pemeriksaan yang lebih dalam. 4. Hipotesis 4 Hipotesa 4 dalam penelitian ini menyatakan bahwa Ukuran KAP dapat menjelaskan tentang masa audit delay. Hasil pengujian regresi logistik jika pengujian secara parsial (uji individu), variabel Ukuran KAP (x4) memiliki nilai wald sebesar 1.534 dengan p-value 0,216 > alpha 0,05. Adapun koefisien regresi logistik untuk variabel Ukuran KAP sebesar 1,703 Dengan demikian Ho4 diterima, artinya Ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap
Jurnal Akuntansi, Volume 10, Nomor 1, Januari 2010 : 1 - 26
masa audit delay. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wira Kusuma (2004) dan Anissa (2004) dimana keduanya menemukan bukti empiris bahwa Ukuran KAP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap masa audit delay. Hasil yang tidak signifikan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan pada periode penelitian menggabaikan informasi tentang Ukuran KAP. Ukuran KAP dianggap hanya sebagai penyampaian bahwa perusahaan menggunakan patokan ukuran dalam menyampaikan laporan keuangan.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan penelitian, perhitungan dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka sebagai bagian akhir dari skripsi ini penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menemukan bahwa variabel Total Asset memiliki signifikansi 0,978 > alpha 0,05, artinya Total Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 2. Tingkat Profitabilitas memiliki signifikansi 0,209 > alpha 0,05, artinya tingkat Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 3. Financial Leverage memiliki signifikansi 0,039 < alpha 0,05, artinya Financial Leverage berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 4. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) memiliki signifikansi 0,216 > alpha 0,05, artinya ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hal ini berarti dari keempat variabel yang diuji oleh penulis, maka Audit delay hanya dipengaruhi oleh 1 (satu) variabel yaitu variabel Financial Leverage, sedangkan variabel lainnya ( total asset, tingkat profitabilitas dan ukuran KAP) tidak signifikan mempengaruhi Audit delay.
DAFTAR PUSTAKA Arens, and Loebbecke, Auditing, Edisi ketiga, Jilid kesatu, Jakarta: Salemba Empat, 2003 Badan Pengawas Pasar Modal, website : http://www.bapepam.go.id. 2008
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
Bursa Efek Indonesia, website : http://www.idx.co.id.2008 Elsa, dan Heri, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur di BEJ, Jurnal Akuntansi UNTAR ISSN 1410-3591, No.2, pp 134-143. 2007 Gozhali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi keempat, Semarang: Universitas Diponegoro, 2005 Halim, Varianada, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris pada perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.2, No.1, pp 63-69. 2000 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-17/PM/2002 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Sawyers, Lawrence B., Internal Auditing, Edisi 5, Jilid Kesatu, Jakarta: Salemba Empat, 2003 Supranto, J., M.A, Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid Kedua, Jakarta: Erlangga, 2001 Titik, A.,dan Maria, T., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.5, No.3, pp271-287. 2005