1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DEBT FINANCING PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
ALIF FAHMI ALIM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Debt Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 13 April 2017
Alif Fahmi Alim H54130026
4
ABSTRAK ALIF FAHMI ALIM. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Debt Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. Dibimbing oleh JAENAL EFFENDI. Debt financing merupakan pembiayaan dengan porsi paling besar yang disalurkan oleh BUS dan UUS di Indonesia. Hal ini tidak mencerminkan core business perbankan syariah yang berbasis pada sektor riil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi debt financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. Metode yang digunakan adalah Error Correction Mechanism (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam model jangka panjang variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Finance to Deposit Ratio (FDR), Suku Bunga Kredit Bank Konvensional dan Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap debt financing. Variabel Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif signifikan terhadap debt financing. Variabel BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dan Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap debt financing. Kata kunci: Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, Debt Financing, Error Correction Mechanism.
ABSTRACT ALIF FAHMI ALIM. Analysis of Factors which Effect Debt Financing in Islamic Commercial Bank and Islamic Bussiness Unit in Indonesia. Supervised by JAENAL EFFENDI. Debt financing is one of the largest funding source distributed by BUS and UUS in Indonesia . It does not reflect the core business of islamic banking that is based on the real sector. The purpose of the research are to analyze the factors that affect debt financing on BUS and UUS in Indonesia. The method which used in this research is Error Correction Mechanism (ECM). The result show that in the long-term model variables Third Party Fund (DPK), Finance to Deposit Ratio (FDR), loan interest rate of conventional bank (SBK) and inflation has significant positive effect on debt financing. Non Performing Financing (NPF) variable has significant negative effect on debt financing. DPK and FDR variables has significant positive effect on debt financing in the short-term model
Keywords: Islamic Commercial bank, Islamic Business Unit, Debt Financing, Error Correction Mechanism
5
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DEBT FINANCING PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
ALIF FAHMI ALIM
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
6
7
8
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Debt Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia” ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Moh. Mugni (Ayah), ibu Lilik Mulyani (Ibu) serta kakak Nana, Yuyu, Dadi, dan juga adik Egha atas doa serta dukungan yang selama ini diberikan. Selain itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Jaenal Effendi, S.Ag. M.A. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, saran, masukan serta meluangkan waktunya dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dosen Penguji utama Dr. Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si. dan Dosen komisi pendidikan Deni Lubis, S. Ag, M.A atas bimbingan, saran dan kritik terhadap penyusunan skripsi ini. 3. Seluruh dosen, staf dan civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis. 4. Nabila yang telah banyak memberikan semangat dan berbagi cerita selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini. 5. Sahabat-sahabat terdekat penulis Chair, Alfath, Manarul, dan Faatih yang telah menyempatkan bangun pada pagi hari untuk menghadiri seminar hasil penulis, serta Salma yang telah membantu memperbaiki format penyusunan skripsi. 6. Sahabat-sahabat kontrakan Febha, Farid, dan Imam. Yang telah dengan sabar untuk menampung kehadiran penulis di kontrakan pada proses penyusunan skripsi. 7. Sahabat-sahabat blue corner yang memberikan dukungan serta doa tulus ikhlas kepada penulis. 8. Teman-teman kelompok bimbingan yaitu Moh. Mulya Tarmizi, M. Afif Giffari, Ayu Shinta R, Ussy Thiarani, Elis Nurmaliah, Khairunnisa, dan Yasmin atas masukan, saran dan motivasinya. 9. Teman-teman Ekonomi Syariah 50 yang telah memberikan masukan, saran, dan motivasi serta doa dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, 13 April 2017
Alif Fahmi Alim H54130026
9
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Perbankan Syariah
6
Pembiayaan
7
Debt Financing
9
Akad Murabahah
9
Akad Salam
11
Akad Istishna
12
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Debt Financing
13
Penelitian Terdahulu
14
Kerangka Pemikiran
18
Hipotesis Penelitian
20
METODE PENELITIAN
21
Jenis dan Sumber Data
21
Metode Pengolahan dan Analisis Data
22
Regresi Semu dan Regresi Terkointegrasi
23
10
11
Uji Stasioneritas Data
23
Uji Kointegrasi
23
Error Correction Mechanism (ECM)
24
Uji Asumsi Klasik
25
Variabel dan Definisi Operasional
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
Perkembangan Debt Financing pada BUS dan UUS di Indonesia
28
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Debt Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
31
Uji Stasioneritas data
31
Uji Kointegrasi
33
Model Jangka Panjang
33
Model Jangka Pendek (ECM)
35
SIMPULAN DAN SARAN
38
Simpulan
38
Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
39
LAMPIRAN
42
RIWAYAT HIDUP
52
12
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional Ringkasan penelitian terdahulu Data Debt Financing dan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Data Rasio Keuangan Bank Umum Syariah Hasil uji stasioneritas variabel penelitian pada level Hasil uji stasioneritas variabel penelitian pada first difference Hasil uji stasioneritas pada residual (u) Model Jangka Panjang Model Jangka Pendek (ECM)
6 14 21 21 32 32 33 33 36
DAFTAR GAMBAR 1. Perkembangan total aset BUS dan UUS periode tahun 2008-2016 2. Total DPK dan Pembiayaan yang disalurkan pada BUS dan UUS di Indonesia periode tahun 2010-2016 3. Jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BUS dan UUS berdasarkan jenis akad periode 2010-2016 4. Perbandingan rasio debt financing dan equity financing pada BUS dan UUS tahun 2016 5. Kerangka pemikiran penelitian 6. Jumlah BUS, UUS, dan BPRS di Indonesia periode tahun 2011-2016 7. Jumlah DPK dan debt financing pada BUS dan UUS periode Januari 2011-Oktober 2016 8. Perkembangan rasio keuangan pada BUS dan UUS di Indonesia periode Januari 2011-Oktober 2016 9. Perkembangan suku bunga kredit bank konvensional dan tingkat inflasi periode Januari 2011-Oktober 2016
1 2 3 4 19 28 29 30 31
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Uji stasioneritas data Uji stasioneritas Residual Hasil Estimasi pada Model Jangka Panjang Hasil Estimasi pada Model Jangka Pendek Uji Normalitas Uji Heteroskedastisitas Uji autokorelasi
42 48 49 50 51 51 51
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai sejak didirikannya bank syariah pertama yaitu Bank Muamalat Indonesia pada 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 1 Mei 1992. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, perbankan syariah nasional memiliki landasan hukum yang semakin memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi, salah satu poin di dalam undang-undang tersebut adalah keharusan untuk bank konvensional memiliki suatu unit kerja yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dengan demikian, jenis perbankan syariah di Indonesia terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Perbankan syariah merupakan salah satu Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang paling signifikan pertumbuhannya. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan total aset perbankan syariah (BUS dan UUS) yang mengalami peningkatan setiap tahun. Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah (SPS) menunjukkan bahwa total aset BUS dan UUS pada tahun 2008 hanya sebesar 49 triliun rupiah hingga Oktober 2016 mencapai 331 triliun rupiah. Apabila dibandingkan dengan total aset BPRS hanya mencapai 8.7 triliun rupiah pada Oktober tahun 2016. Gambar 1 menunjukkan perkembangan total aset pada BUS dan UUS periode tahun 2008 hingga tahun 2016. Gambar 1 menunjukkan perkembangan total aset pada BUS dan UUS periode tahun 2008 hingga tahun 2016. 331
350 296 272
Jumlah (triliun rupiah)
300 242
250 195 200 145 150 97 100
49
66
50 0 2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Periode (Tahun) Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK 2016
Gambar 1 Perkembangan total aset BUS dan UUS periode tahun 2008-2016 Perbankan mempunyai fungsi salah satunya adalah sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary), menjadikan perbankan sebagai salah satu elemen penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perbankan sebagai financial
2
intermediary mempunyai fungsi khusus dalam memobilisasi simpanan masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha (Warjiyo 2006). Pembiayaan
Dana Pihak Ketiga
Jumlah (triliun rupiah)
300 250 200 150 100 50 Sep-16
May-16
Jan-16
Sep-15
May-15
Jan-15
Sep-14
May-14
Jan-14
Sep-13
May-13
Jan-13
Sep-12
May-12
Jan-12
Sep-11
May-11
Jan-11
0
Periode (Bulanan)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK 2016
Gambar 2 Total DPK dan Pembiayaan yang disalurkan pada BUS dan UUS di Indonesia periode tahun 2010-2016 Gambar 2 menunjukkan besarnya jumlah DPK yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan oleh BUS dan UUS yang mengalami peningkatan, meski pada Januari 2015 mengalami penurunan sebesar 7 triliun, namun kembali meningkat pada bulanbulan berikutnya. Likuiditas perbankan syariah dapat dilihat dari nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) yang menggambarkan likuiditas dari perbankan syariah. Pada Oktober 2016 nilai FDR mencapai 89.55 persen, angka ini terbilang kecil dibandingkan nilai FDR pada Desember 2015 yang mencapai 92.13 persen. Meski mengalami penurunan dari tahun 2015, nilai FDR tidak pernah kurang dari 87 persen dalam lima tahun terakhir atau selama periode data penelitian. Berdasarkan UU Nomor 21 tahun 2008 dan OJK, pembiayaan pada perbankan syariah terdiri dari empat kategori berdasarkan jenis akad, yaitu pembiayaan berbasis bagi hasil dengan akad Mudharabah dan Musyarakah, pembiayaan berbasis piutang (debt financing) dengan akad Murabahah, Istishna dan Salam, pembiayaan dengan akad Ijarah dan pembiayaan dengan akad Qardh. Gambar 3 menujukkan perkembangan jumlah pembiayaan berdasarkan empat kategori jenis akad yang disalurkan oleh BUS dan UUS periode tahun 2011 hingga 2016.
3
Equity Financing
Debt Financing
Ijarah
Jumlah (triliun rupiah)
140 120 100 80 60 40 20 0 2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Periode (Tahun)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK 2016
Gambar 3 Jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BUS dan UUS berdasarkan jenis akad periode 2010-2016 Jumlah pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah DPK yang dihimpun. Gambar 3 menunjukkan bahwa debt financing merupakan pembiayaan terbesar yang disalurkan oleh perbankan syariah dan didominasi oleh pembiayaan dengan akad Murabahah. Equity financing menduduki posisi kedua setelah debt financing. Berdasarkan data SPS pada Oktober 2016, jumlah debt financing yang disalurkan mencapai 138 triliun rupiah. Jumlah ini mengambil porsi yang sangat besar dari total pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah. Perumusan Masalah Peningkatan jumlah Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh perbankan syariah mengalami peningkatan setiap tahunnya dan diikuti dengan peningkatan total pembiayaan yang disalurkan. Total pembiayaan yang disalurkan berdasarkan SPS mencapai 238 triliun rupiah pada bulan Oktober 2016. Peningkatan total pembiayaan Diikuti dengan peningkatan jumlah Debt Financing pada perbankan syariah dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah BUS dan UUS. Jumlah debt financing pada BUS dan UUS meningkat setiap tahunnya dengan porsi yang sangat besar jika dibandingkan dengan total pembiayaan yang disalurkan. Pada Oktober 2016, Porsi debt financing sebesar 62 persen dan porsi equity financing hanya sebesar 38 persen terhadap total pembiayaan yang diberikan perbankan syariah. Saat ini sebagian besar pembiayaan pada BUS dan UUS berupa debt financing yaitu pembiayaan dengan akad Murabahah, sehingga menimbulkan kesan di masyarakat bahwa pembiayaan melalui bank syariah sama saja dengan kredit melalui bank konvensional. Hal ini tidak mencerminkan core business perbankan syariah yang berbasis pada sektor riil.
4
Equity Financing
Debt Financing
38%
62%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK 2016 (diolah)
Gambar 4 Perbandingan rasio debt financing dan equity financing pada BUS dan UUS tahun 2016 Berdasarkan penjelasan di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran umum perkembangan debt financing pada BUS dan UUS di Indonesia? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah debt financing pada BUS dan UUS di Indonesia? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Memberikan gambaran umum perkembangan debt financing pada BUS dan UUS di Indonesia? 2. Menganalisis pengaruh variabel internal perbankan (dana pihak ketiga, finance to deposit ratio, non performing financing, return on asset dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional) dan variabel eksternal perbankan (suku bunga kredit pada bank konvensional dan inflasi) terhadap jumlah debt financing pada BUS dan UUS di Indonesia. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis maupun pihakpihak lain yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pemerintah dan instansi perbankan syariah diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan debt financing
5
2. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada debt financing yaitu pembiayaan dengan akad Murabahah, Istishna dan Salam. Namun karena keterbatasan data, pembiayaan dengan akad Salam tidak dimasukan dalam penelitian ini. Ruang lingkup perbankan syariah yang diteliti dibatasi pada BUS dan UUS periode Januari tahun 2011 sampai dengan Oktober tahun 2016. Faktor-faktor yang digunakan adalah variabel internal dan eksternal perbankan. Variabel yang menggambarkan kinerja internal perbankan meliputi dana pihak ketiga, finance to deposit ratio, non performing financing, return on asset, dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Variabel yang menggambarkan kondisi eksternal perbankan yaitu suku bunga kredit bank konvensional dan inflasi.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Perbankan Syariah Bank syariah merupakan salah satu perangkat dalam ekonomi syariah. Menurut Machmud dan Rukmana (2010), bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dalam pengertian lain juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang operasionalnya dan produknya dikembangkan berlandaskan AlQur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia belum bertumbuh dengan cepat seperti halnya perbankan konvensional yang sudah ada sejak dahulu. Banyak masyarakat berpendapat bahwa perbankan syariah dan perbankan konvensional sama saja. Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan sebagai lembaga intermediasi dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana. Namun terdapat perbedaan diantara keduanya salah satunya adalah dari segi praktik riba atau bunga yang diharamkan bagi perbankan syariah dengan perbankan konvensional ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional Parameter Landasan Hukum
Return
Hubungan dengan nasabah
Fungsi dan kegiatan Bank mekanisme dan objek usaha Prinsip Dasar Operasi Prioritas pelayanan
Orientasi Bentuk Usaha
Evaluasi Nasabah
Bank Syariah UU Perbankan dan Landasan Islam Bagi hasil, margin, pendapatan sewa, komisi/fee Kemitraan Investor-investor Investor-pengusaha Intermediasi, manager investasi, sosial, jasa keuangan Anti riba dan anti maysir Tidak bebas nilai (prinsip Islam) Uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi Bagi hasil, jual beli, sewa Kepentingan publik Tujuan sosial-ekonomi Islam, keuntungan Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multipurpose
Bank Konvensional UU Perbankan
Bunga, Komisi/fee
Debitur-kreditur
Intermediasi, jasa keuanagan
Tidak anti riba dan anti maysir Bebas nilai (prinsip materialis) Uang sebagai komoditi Bunga
Kepentingan pribadi Keuntungan
Bank komersial
7
Hubungan Nasabah
Lebih hati-hati karena partisipasi dalam resiko
Sumber Likuiditas Jangka Pendek Pinjaman yang diberikan
Erat sebagai mitra usaha Terbatas
Prinsip usaha
Pengelolaan dana Lembaga penyelesai sengketa
Risiko investasi
Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba dan nirlaba Pasiva ke Aktiva Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional Dihadapi bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran Tidak mungkin terjadi negative spread Memungkinkan bank ikut dalam manajemen nasabah Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional Bankable Halal
Monitoring Pembiayaan
Struktur organisasi pengawas
Kriteria pembiayaan
Kepastian pengembalian pokok dan bunga (creditworthiness dan collateral) Terbatas debiturkreditur Pasar uang, Bank sentral Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba Aktiva ke Pasiva Pengadilan, arbitrase
Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank Kemungkinan terjadi negative spread Terbatas pada administrasi
Dewan komisaris
Bankable Halal atau haram
Sumber : Rivai dan Arifin (2010)
Pembiayaan Perbankan sebagai financial intermediary salah satu tugas pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat, diharapkan dengan dana yang dimaksud dapat memenuhi kebutuhan dana pembiayaan yang tidak disediakan oleh lembaga swasta maupun negara (Rivai dan Arifin 2010). Pembiayaan atau financing merupakan pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dalam kaitannya dengan pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya disebut aktiva produktif. Aktiva produktif adalah penamaan dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang Qardh, surat berharga syariah, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontingensi pada rekening administratif serta sertifikat wadiah.
8
Sesuai dengan akad pengembangan produk, perbankan syariah memiliki banyak jenis pembiayaan. Jenis pembiayaan pada perbankan syariah diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif meliputi: 1. Jenis aktiva produktif dialokasikan pada pembiayaan sebagai berikut a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Pembiayaan bagi hasil terbagi atas sebagai berikut. 1) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. 2) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian antara para pemilik modal untuk mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Pembiayaan jual beli terbagi atas sebagai berikut. 1) Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah adalah perjanjian jual beli antara perbankan dengan nasabah dimana bank membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah sebesar harga perolehan ditambah dengan margin (keuntungan) yang disepakati bank dengan nasabah. 2) Pembiayaan Salam Pembiayaan Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu. 3) Pembiayaan Istishna Pembiayaan Istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. c. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Pembiayaan sewa meliputi: 1) Pembiayaan Ijarah Pembiayaan Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. 2) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/wa Iqtina Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/wa Iqtina adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa. 2. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan yaitu berbentuk pinjaman, yang disebut dengan: 1) Pinjaman Qardh Pinjaman Qardh atau talangan adalah penyediaan dana dan/atau tagihan antara perbankan dengan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.
9
Debt Financing Debt financing adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Bank syariah tidak menggunakan metode pinjam meminjam uang dalam rangka kegiatan komersial, karena setiap pinjam meminjam uang yang dilakukan dengan persyaratan atau janji pemberian imbalan adalah termasuk riba. Pada umumnya jenis pembiayaan tersebut digunakan untuk kegiatan konsumsi dan/atau pembiayaan pembuatan properti. Pembiayaan dengan skema jual beli pada perbankan syariah meliputi tiga bentuk. Yakni pembiayaan Murabahah, pembiayaan Salam, dan pembiayaan Istishna. Akad Murabahah Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Dalam perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Murabahah : Pertama: Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah: 1. Bank dan nasabah harus melakukan akad Murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasi nya. 4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. 6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli ditambah keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat menggandakan perjanjian khusus dengan nasabah. 9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. Kedua: Ketentuan Murabahah kepada nasabah: 1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset kepada bank. 2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah disepakati, karena
10
secara hukum janji tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. 4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan. 5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil harus dibayar dari uang muka tersebut. Ketiga: Jaminan dalam Murabahah: 1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. 2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. Keempat: Utang dalam Murabahah: 1. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan utangnya kepada bank. 2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. 3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. Kelima: Penundaan pembayaran dalam Murabahah: 1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya. 2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Keenam: Bangkrut dalam Murabahah Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali, berdasarkan kesepakatan. Akad Salam Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah bertindak sebagai penjual. Sekilas transaksi jual beli ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. Fatwa DSN MUI Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Salam : Pertama; Ketentuan tentang Pembayaran: 1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat. 2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati. 3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang.
11
Kedua: ketentuan tentang barang: 1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang. 2. Harus dapat dijelaskan spesifikasi nya. 3. Penyerahan dilakukan kemudian. 4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatannya. 5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya. 6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan. Ketiga: ketentuan tentang salam paralel: Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat, akad kedua terpisah dari, dan tidak berkaitan dengan akad pertama. Keempat: Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya: 1. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati. 2. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga. 3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan pembeli rela, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon). 4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga. 5. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan: a. membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya, b. menunggu sampai barang tersedia. Kelima: Pembatalan kontrak Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua belah pihak. Keenam: Perselisihan: Jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka persoalannya diselesaikan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Akad Istishna Produk Istishna menyerupai produk salam, tapi dalam Istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Ketentuan umum pembiayaan Istishna adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu, dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad Istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani. Seluruh biaya tambahan tetap di tanggung nasabah. Skema Istishna dalam bank syariah pada umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
12
Fatwa DSN MUI Nomor 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Istishna : Pertama: ketentuan tentang Pembayaran: 1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat. 2. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan 3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang. Kedua: ketentuan tentang Barang: 1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang. 2. Harus dapat dijelaskan spesifikasi nya. 3. Penyerahan dilakukan kemudian. 4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan. 5. Pembeli (mustahni) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya. 6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan. 7. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad. Ketiga: ketentuan lain: 1. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat. 2. Semua ketentuan dalam jual beli Salam yang tidak disebutkan di atas berlaku pula pada jual beli Istishna. 3. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajiban atau terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaian dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Debt Financing Naja (2011) menyatakan bahwa secara garis besar pembiayaan pada perbankan syariah dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan tujuan penggunaannya. Pertama, transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli atau piutang (debt financing). Kedua, transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa. Ketiga, transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil (equity financing). Pembiayaan dengan prinsip jual beli terbagi menjadi akad Murabahah dan Istishna. Akad yang digunakan dalam transaksi sewa adalah Ijarah. Transaksi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil terbagi ke dalam akad Mudharabah dan akad Murabahah. Warjiyo (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh penawaran kredit perbankan, penawaran dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari DPK, persepsi bank dari usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri seperti pemodalan CAR (Capital Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPL (Non Performing Loan) dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Suseno dan Piter (2003) menambahkan bahwa indikator yang juga berpengaruh adalah faktor rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam Return On Asset.
13
Variabel yang menentukan pertumbuhan ekonomi di sektor riil adalah tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga merupakan landasan atau ukuran bagi layak atau tidaknya suatu usaha. Tingkat suku bunga merupakan indikator penentuan tingkat pengembalian modal atas risiko yang ditanggung oleh pemilik modal di pasar keuangan dan pasar modal. Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bagi bank diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank, dalam konteks nasabah yang memperoleh pinjaman (Kasmir 2006). Faktor yang dapat memengaruhi debt financing berdasarkan teori di atas adalah tingkat bagi hasil, Dana Pihak Ketiga (DPK), NPF (Non Performing Financing), FDR (Finance to Deposit Ratio) dan ROA (Return On Asset). Sejalan dengan rentabilitas bank yang akan diteliti, BOPO yang merupakan rasio dari Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional turut menjadi variabel penelitian karena merupakan salah satu rasio pengukuran rentabilitas bank. Data CAR tidak diikutsertakan ke dalam variabel karena penelitian ini mencakup BUS dan UUS, sementara data CAR hanya bagi UUS saja. Tingkat suku bunga kredit bank konvensional adalah variabel yang menggambarkan bahwa perbankan syariah masih dipengaruhi oleh perbankan konvensional. Saat suku bunga konvensional naik maka nasabah akan mencari alternatif lain yaitu pembiayaan perbankan syariah. Suku bunga bank konvensional juga adalah variabel yang menggambarkan bahwa perbankan syariah diduga masih dipengaruhi oleh perbankan konvensional. Hal ini dikarenakan data yang menunjukkan bahwa perbankan syariah masih jauh dibawah bank konvensional, baik dari aset maupun pangsa. Kondisi inilah yang akan menjadikan perbankan syariah secara langsung masih dipengaruhi oleh perbankan konvensional. Tingkat inflasi dapat diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Pembiayaan pada perbankan syariah tidak dipengaruhi oleh tingkat inflasi karena jika harga barang-barang meningkat maka permintaan akan barang tersebut akan menurun dan pembiayaan pada perbankan syariah pun ikut menurun. Penelitian Terdahulu Tabel 2 Ringkasan penelitian terdahulu No 1
Nama Sukmayasa (2014)
Judul Penelitian Faktor-faktor yang Memengaruhi Rasio Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan syariah di
Metode Penelitian Vector Error Correction Model (VECM)
Variabel Penelitian DPK, Imbal bagi hasil, suku bunga kredit pada bank konvensional (SBK), non performing
Hasil Penelitian Dalam jangka panjang DPK, Imbal Bagi Hasil dan SBK berpengaruh
14
Indonesia
financing (NPF), Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS) dan Industrial Production Index (IPI)
positif dan signifikan terhadap rasio pembiayaan bagi hasil. Variabel NPF dan SBIS memberikan pengaruh negatif dan signifikan dalam jangka panjang.
2 Adzimatinur (2014)
3
Lestari (2014)
Faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pembiayaan perbankan syariah di Indonesia Tahun 20102013
Vector Error Correction Model (VECM)
Analisis Faktorfaktor yang memengaruhi pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Regresi Data Panel
Tingkat Bagi Hasil, DPK, NPF, FDR, ROA, dan BOPO
Pembiayaan Murabahah, DPK, CAR, NPF, ROA, FDR, dan SBK
Dalam jangka panjang, tingkat bagi hasil, DPK, dan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan, sedangkan NPF memberikan pengaruh yang signifikan negatif. ROA dan BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan Variabel yang memengaruhi murabahah yaitu DPK, ROA, FDR dan
15
SBK berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan untuk variabel CAR dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan 4
Nugraha
Faktor-faktor
Regresi
DPK, FDR,
Variabel yang
(2014)
yang
Linear
SBK,
memengaruhi
Memengaruhi
Berganda
equivalent
pembiayaan
Pembiayaan
(Ordinary
rate, NPF, dan
perbankan
Perbankan
Least
Inflasi
syariah secara
Syariah Pada
Square)
signifikan
Sektor Jasa
terhadap sektor
Dunia Usaha di
jasa dunia usaha
Indonesia
adalah FDR dan SBK. Sedangkan variabel equivalent rate berpengaruh negatif. Variabel NPF dan inflasi berpengaruh signifikan.
5
Muliawati
Analisis
Vector
CAR, NPF,
Dalam jangka
(2015)
Pengaruh
Error
FDR, inflasi,
pendek hanya
16
Variabel
Correction
IPI dan Bonus
variabel CAR
Kinerja
Model
SBIS.
yang
Perbankan,
(VECM)
berpengaruh
Makroekonomi,
negatif
dan Moneter
signifikan. Pada
Syariah
jangka panjang
terhadap
variabel NPF
Pembiayaan
dan IPI
Sektor
berpengaruh
Pertanian (Studi
positif
Kasus pada
signifikan
BUS dan UUS
sedangkan
di Indonesia
variabel FDR
Periode 2010-
dan bonus SBIS
2014)
tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan pertanian.
6
7
Rahayu
Faktor-faktor
Vector
Jumlah
Variabel yang
(2015)
yang
Error
rekening
memengaruhi
Memengaruhi
Correction
pembiayaan,
pembiayaan
Pembiayaan
Model
DPK, ROA,
BPRS yaitu
pada Bank
(VECM)
ROE, CAR,
jumlah rekening
Pembiayaan
FDR, NPF,
pembiayaan,
Rakyat Syariah
Inflasi,
DPK, ROA,
(BPRS)
jaringan
ROE, CAR,
kantor dan
FDR, NPF dan
BOPO.
inflasi.
Equity
Variabel yang
Kamillia
Faktor-faktor
Error
17
(2016)
yang
Correction
Financing,
memengaruhi
Memengaruhi
Mechanism
DPK, FDR,
Equity
Equity
(ECM)
NPF, ROA,
Financing pada
Financing pada
BOPO, Inflasi
model jangka
Bank Umum
dan Suku
panjang adalah
Syariah dan
Bunga Kredit
DPK, FDR,
Unit Usaha
Bank
NPF, inflasi,
Syariah di
Konvensional
dan Suku Bunga
Indonesia
Kredit Bank Konvensional secara positif dan signifikan pada taraf nyata.
18
Kerangka Pemikiran Penelitian difokuskan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi debt financing pada BUS dan UUS di Indonesia. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variabel dari sisi konvensional dan syariah. Hal ini dikarenakan perbankan syariah masih dipengaruhi oleh perbankan konvensional. Variabel yang digunakan adalah total pembiayaan Murabahah dan Istishna (LNPMI) pembiayaan dengan akad Salam tidak diikutsertakan karena tidak terdapat dalam Bank Umum Syariah maupun Unit Usaha Syariah. Dana pihak ketiga (LNDPK), Finance to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), Return On Asset (ROA), Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga Kredit (SBK) dan Inflasi (INF). Secara konseptual alur pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
19
Terlalu besarnya porsi debt financing pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia
Variabel internal perbankan
Variabel eksternal Perbankan
DPK, FDR, NPF, ROA, dan BOPO
Inflasi dan suku bunga kredit bank konvensional
Jumlah debt financing pada BUS dan UUS
Gambaran umum perbankan syariah dan debt financing di Indonesia
Faktor-faktor debt financing di Indonesia
Saran dan rekomendasi kebijakan
Gambar 5 Kerangka pemikiran penelitian
20
Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian untuk menjawab tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Variabel DPK memiliki pengaruh positif terhadap jumlah debt financing karena jika jumlah DPK naik maka akan meningkatkan debt financing yang disalurkan. 2. Variabel FDR berpengaruh positif terhadap jumlah debt financing karena jika nilai FDR naik maka akan meningkatkan jumlah debt financing yang disalurkan. 3. Variabel NPF berpengaruh negatif terhadap jumlah debt financing karena jika nilai NPF atau pembiayaan bermasalah naik maka akan menurunkan jumlah debt financing yang disalurkan. 4. Variabel ROA berpengaruh positif terhadap jumlah debt financing karena jika nilai ROA naik maka akan meningkatkan jumlah debt financing dan meningkatkan keuntungan yang didapat oleh BUS dan UUS. 5. Variabel BOPO berpengaruh negatif terhadap jumlah debt financing karena jika nilai BOPO naik maka pendapatan operasional yang didapat oleh BUS dan UUS sedikit. 6. Variabel suku bunga kredit bank konvensional berpengaruh positif terhadap jumlah debt financing karena diduga BUS dan UUS masih dipengaruhi oleh BUS dan UUS masih dipengaruhi oleh suku bunga bank konvensional agar kompetitif. 7. Variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap jumlah debt financing karena saat harga barang naik maka daya beli masyarakat akan menurun sehingga calon nasabah enggan untuk mengajukan pembiayaan karena risiko gagal bayar.
21
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data deret waktu (time series). Data time series meliputi data bulanan dari Januari tahun 2011 sampai dengan Oktober tahun 2016. Data pendukung lainnya terdapat pada buku, skripsi, jurnal, dan media internet yang berkaitan dengan penelitian ini. Tabel 3 Data Debt Financing dan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah No
Bank Umum Syariah
1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2
PT. Bank Victoria Syariah
3
Debt Financing
DPK
17 656
41 073
310
955
PT. Bank BRI Syariah
11 100
21 193
4
PT. Bank BNI Syariah
15 239
22 766
5
PT. Bank Syariah Mandiri
37 284
65 977
6
PT. Bank Mega Syariah
4 199
4 548
7
PT. Bank Panin Syariah
851
6 607
8
PT. Bank Syariah Bukopin
2 273
5 427
9
PT. BCA Syariah
1 635
3 482
10
PT. Maybank Syariah Indonesia
837
675
11
PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
4 501
4 616
(miliar rupiah) Sumber: Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Triwulanan OJK September 2016 Dalam tabel 3 disajikan data triwulannan jumlah debt financing pada Bank Umum Syariah di Indonesia, terlihat PT. Bank Syariah mandiri memiliki jumlah debt financing dan dana pihak ketiga paling besar diantara Bank Umum Syariah lainnya. PT. Bank Victoria Syariah merupakan Bank Umum Syariah dengan jumlah debt financing sebesar 851 miliar dan dana pihak ketiga sebesar 955 miliar.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabel 4 Data Rasio Keuangan Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah FDR NPF PT. Bank Muamalat Indonesia 96.47 1.92 PT. Bank Victoria Syariah 97.79 3.82 PT. Bank BRI Syariah 83.98 3.89 PT. Bank BNI Syariah 85.79 1.41 PT. Bank Syariah Mandiri 80.4 3.63 PT. Bank Mega Syariah 98.13 2.83 PT. Bank Panin Syariah 89.14 1.84 PT. Bank Syariah Bukopin 87.95 2.05 PT. BCA Syariah 97.56 0.33 PT. Maybank Syariah Indonesia 157.15 0 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah 97.47 0.13
ROA 0.13 6.19 0.98 1.53 0.6 2.63 0.42 0.99 0.99 10.38 8.4
BOPO 98.89 163.41 90.99 86.28 93.93 89.5 95.91 89.74 92.91 171.24 77.1
(dalam persen) Sumber: Laporan Rasio Keuangan Triwulanan OJK September 2016
22
Dalam tabel 4 disajikan data rasio keuangan triwulanan Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia. Karena keterbatasan data, dari 13 Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia hanya tersedia data dari 11 Bank Umum Syariah. Karena dua Bank Umum Syariah lainnya yaitu PT. Bank Aceh dan PT. Bank Jabar Banten Syariah, belum memberikan laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan rasio keuangan triwulanan september 2016 kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga keuangan yang memiliki fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Metode Pengolahan dan Analisis Data Error Correction Mechanism (ECM) ECM adalah salah satu model dinamik yang diterapkan secara luas dalam analisis ekonomi. Konsep ECM pertama kali dikenalkan oleh Sargan dan Gujarati kemudian dipopulerkan oleh Engel dan Granger. ECM merupakan model yang memasukan penyesuaian untuk melakukan koreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang (Juanda 2012) Persoalan krusial dalam analisis perilaku data time series adalah data yang menunjukkan kondisi tidak stasioner. Data time series yang tidak stasioner akan bersifat heteroskedastisitas atau memiliki autokorelasi. Selain itu, pada kondisi tidak stasioner ini sering ditemui dua atau lebih peubah time series bergerak dengan arah yang sama atau berlawanan, namun pergerakan tersebut terjadi secara kebetulan dan tidak memiliki dasar teori atau logika. Model ECM ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan pada data time series yang tidak stasioner dan regresi palsu (spurious regression). Salah satu asumsi penting dalam pendugaan parameter model regresi dengan metode kuadrat terkecil (least square) adalah residual (error) yang homoskedastis, artinya ragam peubah tak bebas (Yt) harus konstan (Var(Yt)=σ2). Asumsi lainnya adalah tidak ada korelasi antar error, yang juga berarti tidak ada korelasi diantara peubah Yt dengan Yt-1 atau Yt (tidak ada autokorelasi) Pengolahan atas data sekunder terhadap faktor-faktor yang memengaruhi debt financing pada BUS dan UUS di Indonesia dengan menggunakan analisis EngelGranger untuk keseimbangan debt financing jangka panjang dan Error Correction Mechanism (ECM) untuk keseimbangan debt financing pada jangka pendek. Sebelum meregresikan model ECM dilakukan pengujian kestasioneran data time series, dalam penelitian ini stasioneritas data diuji dengan menggunakan metode Phillips-Perron (PP). Metode PP digunakan dalam uji stasioneritas data karena metode PP dapat menangkap perubahan struktur data yang terjadi pada suatu variabel. Perubahan struktur data perlu diperhatikan karena hal itu dapat menyebabkan data terlihat seperti tidak stasioner, sehingga kesimpulan yang diambil jika perubahan struktur tidak dimasukan ke dalam perhitungan akan mengarah pada penerimaan hipotesis yang salah. Jika semua variabel penelitian stasioner, maka selanjutnya dilakukan uji kointegrasi (coitegration test) untuk mengetahui keseimbangan atau kestabilan jangka panjang antara variabel-variabel yang diamati dan arah pengaruh yang diberikan variabel-variabel tersebut terhadap debt financing.
23
Regresi Semu dan Regresi Terkointergasi Penekanan regresi semu adalah pada fakta tidak adanya teori atau logika yang mendasari hubungan kausalitas langsung antara dua atau lebih peubah Mosteller dan Turkey dalam Juanda (2012) menyatakan bahwa untuk menentukan apakah hubungan dua peubah merupakan hubungan sebab-akibat harus memenuhi kriteria Kekonsistenan : apakah hubungan tersebut berlaku pada kondisi yang lain? Mekanistik : bagaimana menentukan suatu model yang menggambarkan proses hubungan sebab-akibat tersebut? Cara lain untuk menjelaskan perkiraan adanya hubungan sebab-akibat menurut Juanda (2012) adalah dengan mendefinisikan peubah lain, yang disebut lurking variabel atau peubah tersembunyi, yang layak menerangkan hubungan tersebut. Uji Stasioneritas Data Pengujian stasioneritas data dilakukan dengan uji PP dengan melihat probabilitas setiap variabel penelitian. Jika probabilitas masing-masing variabel melebihi nilai kritis pada taraf nyata (α=0,05) pada level maka variabel tersebut stasioner pada level. Namun jika tidak stasioner pada level, dilakukan pengujian kembali pada diferensiasi pertama (first difference). Uji Kointegrasi Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang (long term relationship) antara variabel-variabel yang tidak stasioner. Suatu sistem variabel dikatakan terkointegrasi jika beberapa variabel tersebut (minimal satu variabel) terintegrasi pada derajat satu dan berlaku kombinasi linear dari sistem variabel tersebut terintegrasi pada derajat nol. Yaitu disequilibrium error atau residual (u) bersifat stasioner. Engel dan Granger juga menyatakan bahwa suatu uji kointegrasi dapat dianggap sebagai uji awal untuk menghindari regresi palsu. Banyak cara dapat dilakukan dalam uji kointegrasi, yaitu Engel-Granger Cointegration Test, Johansen Cointegration Test, dan Cointegration Regresion DurbinWatson Test. Uji kointegrasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji kointegrasi Engel-Granger dikarenakan persamaan yang digunakan merupakan persamaan tunggal. Metode kointegrasi Engel-Granger yang dilakukan menggunakan metode PP yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama meregresikan persamaan Ordinary Least Square (OLS) dan mendapatkan residual dari persamaan tersebut. Tahap kedua, dengan menggunakan metode PP Test untuk menguji stasioneritas pada residual seperti pada variabel-variabel penelitian. Jika residual stasioner pada level, maka dapat disimpulkan kombinasi antar variabel penelitian adalah stasioner. Artinya meskipun variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner, namun dalam jangka panjang variabel-variabel tersebut cenderung menuju pada keseimbangan. Berikut model jangka panjang yang digunakan dalam penelitian ini : LnPMIt=β0+ β1LnDPKt+ β2FDRt+ β3NPFt+ β4ROAt+ β5BOPOt+ β6INFt+ β7SBKt+εt Keterangan :
24
LnPMI β0 βi LnDPK FDR NPF ROA BOPO INF SBK εt
= Logaritma Natural Total pembiayaan Murabahah dan Istishna pada BUS dan UUS (miliar rupiah) = Intersep = Koefisien variabel ke-i = Logaritma Natural Total Dana Pihak Ketiga BUS dan UUS (miliar rupiah) = finance to Deposit Ratio = Non Performing Financing = Return On Asset = Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (persen) = Inflasi (persen) = Suku Bunga Kredit Bank Konvensional (persen) = Galat (error) Error Correction Mechanism (ECM)
Model ECM bertujuan untuk mengatasi permasalahan pada data time series yang tidak stasioner. ECM muncul untuk mengatasi perbedaan kekonsistenan hasil estimasi antara jangka pendek dan jangka panjang. Model yang digunakan dalam penelitian ini merupakan model yang dianalisis oleh Kamillia (2016). Model ECM yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat hubungan jangka pendek dari variabel debt financing, DPK, FDR, NPF, ROA, BOPO, Inflasi dan Suku bunga kredit bank konvensional terhadap debt financing. Berikut adalah model jangka pendek dari penelitian ini : ΔlnPMIt= α1ΔlnDPKt+ α2ΔFDRt+ α3ΔNPFt+ α4ΔROAt+ α5ΔBOPOt+ α6ΔINFt+ α7ΔSBKt+ut-1 + εt Keterangan : ΔlnPMIt = Diferensiasi Logaritma Natural Total pembiayaan Murabahah dan Istishna pada BUS dan UUS (miliar rupiah) ΔlnDPKt = Diferensiasi Logaritma Natural Total Dana Pihak Ketiga BUS dan UUS (miliar rupiah) ΔFDRt = Diferensiasi Finance to Deposit Ratio ΔNPFt = Diferensiasi Non Performing Financing ΔROAt = Diferensiasi Return On Asset ΔBOPOt = Diferensiasi Rasio Beban Opersaional terhadap Pendapatan Operasional (persen) ΔINFt = Diferensiasi Inflasi (persen) ΔSBKt = Diferensiasi Suku Bunga Kredit Bank Konvensional (persen) ut-1 = Error Correction Term (residual) α1,…,α8 = Koefisien Variabel εt = Error
25
Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menguji model pada jangka pendek atau ECM yang mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, heteroskedastisitas dan menguji normalitas pada data penelitian tersebut. 1. Normalitas Pengujian terhadap normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah µi terdistribusi secara normal pada model (Gujarati dan Porter 2009). Uji normalitas sangat penting dilakukan untuk memastikan data menyebar secara normal. Distribusi data yang normal merupakan syarat dilakukan uji parametrik sehingga perlu dilakukan di awal perhitungan. Jika data tidak terdistribusi normal, data dapat dihitung menggunakan statistik non-parametrik. Ada beberapa cara untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak. Salah satunya dengan melakukan normality test dengan melihat nilai probabilitas JarqueBera. Jika nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata maka data yang diuji telah terdistribusi normal. 2. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan pelanggaran asumsi dimana terdapat keragaman yang bervariasi pada gangguan yang muncul dalam model regresi. Adanya heteroskedastisitas membuat estimator dalam OLS menjadi tidak efisien bahkan pada sampel yang lebih besar dapat menyebabkan model tidak asimtotis. Umumnya, heteroskedastisitas ditemui pada data cross section dibandingkan dengan data time series. Hal tersebut disebabkan dalam data cross section variabel-variabel yang mungkin saja memiliki ukuran yang berbeda. Pada time series, variabel cenderung memiliki besar yang sama dikumpulkan dari waktu ke waktu. Heteroskedastisitas terjadi akibat varians yang bervariasi. Heteroskedastisitas dapat timbul salah satunya sebagai hasil dari keberadaan pencilan yang secara substansial dapat merubah hasil dari analisis regresi (Gujarati dan Porter 2009). Pendekatan terhadap heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan uji White. Jika nilai probabilitas obs*R-squared yang diperoleh lebih besar dari taraf nyata maka dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari heteroskedastisitas. 3. Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai hubungan antara serangkaian anggota observasi yang berurutan menurut waktu (time series) dan/ruang (cross section). Faktor gangguan yang terjadi dalam autokorelasi tidak berkaitan dengan gangguan yang terjadi pada observasi pengamatan lainnya (Gujarati 2004). Hubungan gangguan (residual) yang terjadi hanya melibatkan satu pengamatan. Namun, gangguan menjadi masalah ketika terdapat pada periode waktu atau unit berbeda karena akan menimbulkan pelanggaran asumsi klasik pada model regresi berupa korelasi antara pengamatan yang menyebabkan model tidak BLUE. Autokorelasi terdapat dua bentuk diantaranya autokorelasi positif dan autokorelasi negatif. Adapun penyebab terjadinya autokorelasi pada model yaitu data mengandung pergerakan naik turun secara musiman, kekeliruan dalam memanipulasi data, data kurun waktu yang runtut menyebabkan adanya hubungan antara data sekarang dan data periode sebelumnya, atau juga data yang dianalisis bersifat stasioner.
26
Autokorelasi tidak menyebabkan model tidak linear ataupun menyebar tidak normal. Adanya autokorelasi menyebabkan model tidak efisien dengan keragaman yang sedikit sehingga model menjadi tidak BLUE. Adanya autokorelasi juga menyebabkan pengamatan menjadi sensitif terhadap fluktuasi penyampelan. Ada beberapa cara untuk mendeteksi keberadaan autokorelasi. Pendeteksian dapat dilakukan antara lain metode grafik, metode Durbin-Watson, metode Van Newmann dan metode Run Test. Variabel dan Definisi Operasional Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini serta definisi operasionalnya adalah Pembiayaan Murabahah dan Istishna merupakan total pembiayaan pada akad Murabahah dan Istishna yang disalurkan oleh BUS dan UUS, dinyatakan dalam miliar rupiah. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan total dana yang dihimpun BUS dan UUS dari para nasabah, dinyatakan dalam miliar rupiah Finance to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio keuangan perbankan syariah yang membandingkan antara pembiayaan yang disalurkan dengan jumlah DPK yang terhimpun, dinyatakan dalam persen FDR dirumuskan sebagai berikut. FDR=
100%
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio keuangan yang menggambarkan jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah, dinyatakan dalam persen. NPF dirumuskan sebagai berikut. NPF=
Return On Asset (ROA) merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan, dinyatakan dalam persen. ROA dirumuskan sebagai berikut. ROA=
Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan perhitungan efesiensi bank dengan cara membandingkan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, dinyatakan dalam persen. BOPO dirumuskan sebagai berikut. BOPO=
Tingkat inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam perekonomian di Indonesia, dinyatakan dalam persen. Suku bunga kredit bank konvensional (SBK) merupakan suku bunga kredit pada bank umum konvensional di Indonesia untuk konsumsi, dinyatakan dalam persen.
27
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Debt Financing pada BUS dan UUS di Indonesia Sejak pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 yang salah satu isinya mewajibkan seluruh bank konvensional memiliki Unit Usaha Syariah, maka semakin bertambah jumlah perbankan syariah yang berdiri. Menurut data SPS yang digambarkan pada Gambar 6 hingga Nopember 2016 terdapat 13 Bank Umum Syariah (BUS), 21 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 164 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Jumlah UUS mengalami penurunan dikarenakan perbankan konvensional memiliki kecenderungan mengubah dan mengembangkan UUS menjadi BUS. 180 160 140
Unit
120 100
BUS
80
UUS
60
BPRS
40 20 0 2011
2012
2013
2014
2015
2016
Tahun
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK 2016
Gambar 6 Jumlah BUS, UUS, dan BPRS di Indonesia periode tahun 2011-2016 Peningkatan jumlah perbankan syariah diikuti dengan meningkatnya jumlah kantor perbankan syariah dari tahun ke tahun. Pada Oktober 2016 terdapat 1 885 kantor BUS, 318 kantor UUS dan 451 kantor BPRS. Jaringan kantor perbankan syariah terus menyebar hingga ke seluruh wilayah di Indonesia sehingga dapat melayani seluruh nasabah bank baik dalam penghimpunan DPK maupun dalam menyalurkan pembiayaan. Besarnya DPK perbankan syariah mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah bank dan jumlah jaringan kantor. Peningkatan total DPK diikuti oleh peningkatan total debt financing pada periode penelitian.
28
DPK
300000 250000 200000 150000 100000 50000 Sep-16
May-16
Jan-16
Sep-15
May-15
Jan-15
Sep-14
May-14
Jan-14
Sep-13
May-13
Jan-13
Sep-12
May-12
Jan-12
Sep-11
May-11
0 Jan-11
Jumlah(miliar rupiah)
Debt Financing
Periode (Bulanan)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK 2016
Gambar 7 Jumlah DPK dan debt financing pada BUS dan UUS periode Januari 2011Oktober 2016 Rasio keuangan pada perbankan syariah menggambarkan perkembangan kinerja BUS dan UUS pada periode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 8. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Performing Financing (NPF), Return On Asset (ROA) dan Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Finance to Deposit Ratio adalah rasio keuangan pada perbankan syariah yang membandingkan antara jumlah pembiayaan yang disalurkan terhadap jumlah dana yang dihimpun. Variabel FDR memperlihatkan kinerja perbankan dan likuiditas dari perbankan syariah. Perkembangan FDR pada BUS dan UUS meningkat setiap tahunnya pada periode penelitian. Pada data SPS Oktober 2016 FDR mencapai 89.55 persen. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas perbankan syariah sangat tinggi. Non Performing Financing adalah salah satu rasio keuangan pada perbankan syariah yang membandingkan antara jumlah pembiayaan yang bermasalah terhadap total pembiayaan yang disalurkan. Perkembangan NPF pada BUS dan UUS mengalami kenaikan hingga bulan Mei 2016 mencapai 5.54 persen. Namun hingga Oktober 2016 NPF menurun hingga 4.39 persen. Return On Asset adalah rasio keuangan yang menggambarkan tingkat rentabilitas bank yaitu mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank. Perkembangan ROA pada BUS dan UUS mengalami penurunan pada bulan April dan Mei 2016 yaitu 1.09 persen dan 0.69 persen. Dimana sebelumnya pada bulan Maret 2016 ROA mencapai angka 1.26 persen. Penurunan ROA disebabkan menurunnya perolehan laba. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional adalah rasio keuangan yang menggambarkan rentabilitas bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
29
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Perkembangan BOPO pada BUS dan UUS mengalami peningkatan hingga pada Oktober 2016 mencapai 93.44 persen.
FDR
NPF
ROA
BOPO
120
Persen
100 80 60 40 20 Sep-16
May-16
Jan-16
Sep-15
May-15
Jan-15
Sep-14
May-14
Jan-14
Sep-13
May-13
Jan-13
Sep-12
May-12
Jan-12
Sep-11
May-11
Jan-11
0
Periode (Bulan)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK 2016
Gambar 8 Perkembangan Rasio Keuangan pada BUS dan UUS di Indonesia Periode Januari 2011-Oktober 2016 Suku Bunga Kredit pada bank konvensional semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan kredit. Tingkat Inflasi dapat diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga ) pada barang lainnya. Tingkat inflasi meningkat setiap tahunnya namun terjadi penurunan pada bulan Agustus 2016 sebesar 2.79 persen. Perkembangan suku bunga kredit bank konvensional dan inflasi ditunjukkan oleh Gambar 9.
30
INF
Sep-16
May-16
Jan-16
Sep-15
May-15
Jan-15
Sep-14
May-14
Jan-14
Sep-13
May-13
Jan-13
Sep-12
May-12
Jan-12
Sep-11
May-11
16 14 12 10 8 6 4 2 0 Jan-11
Persen
SBK
Periode (Bulan) Sumber: Bank Indonesia 2016
Gambar 9 Perkembangan suku bunga kredit bank konvensional dan tingkat inflasi periode Januari 2011-Oktober 2016 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Debt Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Sebelum melakukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi debt financing pada BUS dan UUS, dilakukan pengujian stasioneritas pada variabel-variabel penelitian, meregresikan model jangka panjang, menguji stasioneritas residual dari persamaan regresi model jangka panjang, menguji model jangka pendek atau ECM dan regresi pada model ECM. Uji Stasioneritas Data Pengujian stasioneritas pada variabel-variabel penelitian menggunakan PhillipsPerron Test pada unit root test. Pengujian stasioneritas pertama dilakukan pada level. Hasil pengujian Phillips-Perron Test dalam menguji stasioneritas variabel-variabel penelitian pada level ditunjukkan oleh Tabel 5.
31
Tabel 5 hasil Uji stasioneritas variabel penelitian pada level Variabel
1%
Nilai Mac Kinnon 5%
10%
LNPMI
Nilai PhillipsPerron tstat -1.788688
Keterangan
-4.096614
-3.476275
-3.165610
LNDPK
-1.878717
-4.096614
-3.476275
-3.165610
FDR
-2.073009
-4.096614
-3.476275
-3.165610
NPF
-1.868665
-4.096614
-3.476275
-3.165610
ROA
-3.421481
-4.096614
-3.476275
-3.165610
BOPO
-2.874368
-4.096614
-3.476275
-3.165610
SBK
-2.863904
-4.096614
-3.476275
-3.165610
INF
-1.874817
-4.096614
-3.476275
-3.165610
Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner
Hasil menunjukkan bahwa variabel penelitian baik variabel dependen maupun variabel independen tidak stasioner pada level. Maka dilakukan pengujian stasioneritas dengan Phillips-Perron Test kembali pada first difference. Nilai Phillips-Perron tstatistik pada setiap variabel penelitian harus lebih negatif dari nilai kritis Mac Kinnon level 5% dan dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut sudah stasioner. Hasil uji stasioner pada first difference ditunjukkan oleh tabel 6. Tabel 6 Hasil uji stasioneritas variabel penelitian pada first difference Variabel
D(LNPMI) D(LNDPK) D(FDR) D(NPF) D(ROA) D(BOPO) D(SBK) D(INF)
Nilai PhillipsPerron t-stat -7.368755 -9.402706 -9.874892 -9.748547 -10.67423 -17.55124 -9.074386 -5.846851
1%
Nilai Mac Kinnon 5%
10%
Keterangan
-4.098741 -4.098741 -4.098741 -4.098741 -4.098741 -4.098741 -4.098741 -4.098741
-3.477275 -3.477275 -3.477275 -3.477275 -3.477275 -3.477275 -3.477275 -3.477275
-3.166190 -3.166190 -3.166190 -3.166190 -3.166190 -3.166190 -3.166190 -3.166190
Stasioner* Stasioner* Stasioner* Stasioner* Stasioner* Stasioner* Stasioner* Stasioner*
Keterangan: *stasioner pada nilai kritis Mac Kinnon (α=5%) Uji Kointegrasi Hasil pengujian stasioneritas data diketahui bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini stasioner pada first difference dan nilai Phillips-Perron
32
t-statistik lebih negatif dari nilai kritis Mac Kinnon. Jika variabel stasioner pada first difference, maka dapat dilakukan pengujian kointegrasi. Pengujian kointegrasi dilakukan dengan menguji stasioneritas dari residual. (u) dari persamaan model jangka panjang dengan menggunakan Phillips-Perron Test. Jika u stasioner pada level, maka model penelitian dapat disimpulkan terdapat kointegrasi. Hasil pengujian stasioneritas u ditunjukkan oleh Tabel 6.
Variabel
u
Tabel 7 Hasil uji stasioneritas pada residual (u) Nilai Nilai Mac Kinnon Phillips1% 5% 10% Perron tstat -6.617917 -3.530030 -2.904848 -2.589907
keterangan
Stasioner
Keterangan: *stasioner pada nilai kritis Mac Kinnon (α=5%) Model Jangka Panjang Pengujian stasioneritas dari u menunjukkan bahwa u stasioner pada level dan dapat disimpulkan bahwa terdapat kointegrasi pada model penelitian. Di samping itu kekhawatiran akan terjadinya regresi semu tidak terbukti dengan hasil uji stasioneritas dan uji kointegrasi. Implikasi dari uji kointegrasi adalah bahwa perubahan-perubahan yang saling terkointegrasi dapat dikatakan berada dalam long run equilibrium dan mempunyai hubungan jangka panjang. Tabel 8 Model Jangka Panjang Variabel Koefisien Probabilitas 1.086817 0.000* LNDPK 0.013346 0.000* FDR -0.019369 0.000* NPF -0.005912 0.3413 ROA -0.000578 0.2914 BOPO 0.019314 0.0135* SBK 0.004514 0.0035* INF -3.064560 0.0000 C R-squared 0.998136 Prob (F-statistik) 0.000000 Keterangan: *signifikan pada taraf nyata (α=5%) Hasil regresi model jangka panjang pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel DPK, FDR, suku bunga kredit pada bank konvensional dan inflasi berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata (α=5%). Sedangkan variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata (α=5%). Variabel-variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap debt financing pada jangka panjang.
33
Dana Pihak Ketiga (DPK) Variabel DPK berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap debt financing dan memiliki nilai koefisien sebesar 1.086817. Artinya, jika DPK meningkat sebesar 1% maka debt financing akan meningkat sebesar 1.086817% saat variabel yang lain dianggap konstan. Hasil temuan ini sejalan dengan hipotesis dan hasil penelitian dari Adzimatinur (2014) dan Lestari (2014). DPK adalah salah satu variabel yang memperlihatkan kinerja perbankan dan merupakan jumlah dana yang dihimpun perbankan syariah yang akan disalurkan kepada pembiayaan. Ketika jumlah DPK yang dihimpun meningkat, maka jumlah debt financing yang diberikan perbankan syariah akan meningkat. Hal ini dapat dijelaskan pada Gambar 7 yang menunjukkan bahwa jumlah DPK yang dihimpun dan debt financing yang diberikan BUS dan UUS mengalami peningkatan dan keduanya memiliki tren positif. Finance to Deposite Ratio (FDR) Variabel FDR berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap debt financing dan memiliki nilai koefisien sebesar 0.013346. Artinya, jika FDR meningkat 1% maka debt financing akan meningkat sebesar 0.013346% saat variabel lain dianggap konstan. Hasil temuan ini sejalan dengan hipotesis dan hasil penelitian dari Adzimatinur (2014) dan Lestari (2014). FDR merupakan salah satu rasio keuangan yang menunjukkan likuiditas perbankan syariah yang membandingkan antara pembiayaan yang disalurkan dengan dana yang diterima oleh perbankan. Jika FDR meningkat, maka jumlah pembiayaan yang disalurkan akan meningkat terhadap jumlah DPK yang diterima. Non Performing Financing (NPF) Variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap debt financing dan memiliki nilai koefisien sebesar -0.019369. Artinya, jika NPF meningkat sebesar 1% maka debt financing akan menurun sebesar 0.019369% saat variabel lain dianggap konstan. Hasil temuan ini sejalan dengan hipotesis dan hasil penelitian dari Adzimatiur (2014) dan Lestari (2014). NPF merupakan salah satu variabel yang menunjukkan kinerja perbankan syariah dan merupakan rasio pembiayaan bermasalah dengan jumlah pembiayaan yang diberikan. Jika NPF meningkat, maka jumlah debt financing yang diberikan akan menurun. Suku bunga kredit bank konvensional (SBK) Variabel SBK berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap debt financing dan memiliki nilai koefisien 0.019314. Artinya, jika SBK meningkat 1% maka debt financing akan meningkat sebesar 0.019314% saat variabel lain dianggap konstan. Hasil temuan ini sejalan dengan hipotesis dan hasil penelitian dari Lestari (2014). Suku bunga yang tinggi membuat nasabah bank konvensional harus membayar bunga yang cukup besar atas kredit yang diambil. Kondisi ini akan berdampak pada peningkatan pembiayaan perbankan syariah karena produk pembiayaan di bank syariah dianggap sebagai substitusi dan kredit di bank konvensional.
34
Inflasi Variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap debt financing dan memiliki nilai koefisien sebesar 0.004514. Artinya, jika inflasi meningkat 1% maka debt financing akan meningkat sebesar 0.004514% saat variabel lain dianggap konstan. Hasil temuan ini sejalan dengan hipotesis dan hasil penelitian dari Ma’arifa dan Budiyono (2015). Inflasi adalah naiknya harga barang secara umum, sehingga ketika inflasi meningkat dan diasumsikan barang yang dikonsumsi masyarakat tetap, maka pembiayaan yang dibutuhkan nasabah akan meningkat. Model Jangka Pendek (ECM) Setelah memenuhi uji kointegrasi sehingga terbukti bahwa regresi tersebut bukanlah regresi palsu melainkan regresi terkointegrasi yaitu regresi yang seimbang pada jangka panjang, maka untuk mengetahui keseimbangan pada jangka pendek dilakukan dengan model ECM. Model ECM harus memenuhi pengujian asumsi klasik. Hasil uji asumsi klasik pada model ECM adalah sebagai berikut. Uji Normalitas Pengujian model yang dilakukan untuk melihat apakah data terdistribusi normal salah satunya dengan melakukan uji normality test. Jika nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata (α=5%) maka data yang diuji terdistribusi normal. Hasil uji normalitas ditunjukkan pada lampiran 5 didapat nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0.625343 lebih besar dari taraf nyata (α=5%) maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian terdistribusi normal. Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang baik dapat dilihat dari varians error (µi) yang tetap sehingga terhindar dari masalah heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji ARCH dengan melihat probabilitas obs-R*square (chi-square). Jika nilai chi-square lebih besar dari taraf nyata (α=5%) maka model terbebas dari heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas yang ditunjukkan pada lampiran 6 didapat nilai probabilitas chi-square pada model ini sebesar 0.1047. Dengan demikian, dapat disimpulkan model pada jangka pendek terhindar dari heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan hubungan antara residual satu pengamatan dengan residual pengamatan lainnya. Salah satu cara mendeteksi autokorelasi dengan melakukan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test dengan melihat nilai probabilitas obs-R*square (chi-square). Jika nilai chi-square lebih besar dari taraf nyata (α=5%) maka model terbebas dari masalah autokorelasi. Hasil uji autokorelasi yang ditunjukkan Lampiran 7 didapat nilai chi-square pada model ini sebesar 0.7028. Dengan demikian. dapat disimpulkan bahwa model jangka pendek terhindar dari autokorelasi.
35
Tabel 9 Model Jangka Pendek (ECM) Variabel Koefisien 0.649987 D(LNDPK) 0.005975 D(FDR) -0.016285 D(NPF) -0.002906 D(ROA) 0.000571 D(BOPO) -0.004680 D(SBK) 0.003853 D(INF) -1.08E-05 u(-1) 0,007993 C R-squared 0.665161 Prob(F-statistik) 0.000000 Keterangan: *signifikan pada taraf nyata (α=5%)
Probabilitas 0.000* 0.000* 0.0172* 0.5663 0.2588 0.4549 0.0900 0.0140* 0.0008
Hasil estimasi model ECM pada tabel 8 memiliki kriteria. Sebagai model ECM yang baik karena koefisien variabel u memiliki koefisien bernilai negatif dan probabilitas signifikan pada taraf nyata (α=5%) sehingga model tidak saja memiliki hubungan jangka pendek namun juga memiliki hubungan dalam keseimbangan jangka panjang. Pada model ECM terdapat dua variabel independen, yaitu DPK dan FDR yang memiliki pengaruh positif terhadap debt financing. Variabel DPK dan FDR berpengaruh signifikan pada taraf nyata (α=5%). Dana Pihak Ketiga (DPK) Variabel DPK memberikan pengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap debt financing yang memiliki koefisien sebesar 0.649987. Artinya, jika DPK meningkat 1% maka debt financing akan meningkat sebesar 0.649987% saat variabel lain dianggap konstan. hal ini dapat dijelaskan pada Gambar 7 bahwa peningkatan jumlah DPK diikuti pula oleh debt financing. Hasil temuan ini sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara DPK dengan debt financing.
Finance to Deposit Ratio (FDR) Variabel FDR memberikan pengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap debt financing yang memiliki koefisien sebesar 0.005975. Artinya, jika FDR meningkat 1% maka debt financing akan meningkat sebesar 0.005975% saat variabel lain dianggap konstan. hal ini disebabkan karena kegiatan perbankan syariah yaitu menghimpun DPK dan menyalurkan pembiayaan. Seiring meningkatnya DPK yang dihimpun, pembiayaan yang disalurkan akan semakin meningkat. Demikian pula dengan peningkatan yang dialami debt financing. hasil temuan ini sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara FDR dengan debt financing.
36
Non Performing Financing Variabel NPF memberikan pengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap debt financing yang memiliki koefisien sebesar -0.016285. Artinya, jika NPF meningkat 1% maka debt financing akan turun sebesar 0.016285% saat variabel lain dianggap konstan. hasil temuan ini sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara NPF dengan debt financing.
37
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perkembangan jumlah debt financing pada BUS dan UUS di Indonesia meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan pada DPK yang dihimpun. Bahkan porsi debt financing terbilang sangat besar dari total pembiayaan yang disalurkan. Equity financing yang merupakan core business dari perbankan syariah mendapat porsi yang sangat kecil dari total pembiayaan yang disalurkan dibandingkan dengan debt financing, yang kemudian timbul kesan di masyarakat bahwa pembiayaan melaui bank syariah sama saja dengan kredit pada bank konvensional. Pada Oktober 2016, porsi debt financing mencapai 62 persen dan hampir seluruhnya merupakan pembiayaan dengan akad Murabahah. Variabel yang mempengaruhi debt financing pada model jangka panjang adalah DPK, FDR, Suku bunga kredit bank konvensional dan inflasi secara positif dan signifikan pada taraf nyata. Dan untuk variabel NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan pada taraf nyata. Namun hasil temuan pada variabel inflasi tidak sejalan dengan hipotesis penelitian. Variabel ROA dan BOPO berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap debt financing pada model jangka panjang. Pada model jangka pendek (ECM) variabel yang memberi pengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata terhadap debt financing adalah DPK dan FDR. Saran 1. Perbankan syariah khususnya BUS dan UUS harus lebih selektif dalam penyaluran debt financing. Sehingga tidak menimbulkan kesan di masyarakat jika penyaluran debt financing lebih diutamakan dari pada equity financing. 2. Perbankan syariah harus memerhatikan suku bunga kredit bank konvensional dan membuat kebijakan dengan menaikan nilai equivalent rate pada debt financing, naiknya equivalent rate pada debt financing diharapkan, nasabah pembiayaan lebih memilih equity financing, agar jumlah equity financing pada BUS dan UUS meningkat. 3. Penelitian selanjutnya menggunakan data yang tidak ada pada data sekunder melalui penelitian dengan data primer. Variabel tersebut diantaranya persepsi nasabah terhadap debt financing.
38
DAFTAR PUSTAKA Adzimatinur F. 2014. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Besaran Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010-2013. [Skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor. Antonio, M. S. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek Jakarta (ID): Gema Insani Press. Ascarya, Yumanita D. 2005. Bank Syariah: Gambaran Umum. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia. [BI] Bank Indonesia. 2015. Data Tingkat Inflasi [internet]. [diunduh 11 Maret 2016]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id. [BI] Bank Indonesia. 2015. Laporan Profil Industri Perbankan [internet]. [diunduh 11 Maret 2016]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id. Dendawijaya L. 2005. Manajemen Perbankan. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Giannini NG. 2013. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Accounting Analysis Journal. Vol.2. Gujarati DN dan Porter DC. 2009. Basic Econometrics Fifth Edition. McGraw-Hill Irwin. Hafiduddin, Didin. 2008. Pembiayaan Syariah Dalam Pembangunan Pertanian. Jakarta [ID]: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Juanda, B. 2012. Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi. Bogor(ID):IPB Press. Khan, M. Fahim (1995), Essays in Islamic Economics, Economics Series– 19, The Islamic Foundation, United Kingdom. Lestari SD. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. [Skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor. Machmud A, Rukmana. 2010. Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. Jakarta(ID):Erlangga. Ma’arifa, Budiyono. 2015. Analisis pengaruh DPK, SBIS, BI rate, dan Inflasi terhadap pembiayaan murabahah perbankan syariah di Indonesia. Jurnal sains Ekonomi dan Perbankan Syariah Vol 5, Nomor 1.
[MUI] Majelis Ulama Indonesia. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengenai Pembiayaan Murabahah [internet]. [diunduh 17 September 2016]. Tersedia pada: http://www.mui.or.id. [MUI] Majelis Ulama Indonesia. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengenai Pembiayaan Salam [internet]. [diunduh 17 Maret 2016]. Tersedia pada: http://www.mui.or.id.
39
[MUI] Majelis Ulama Indonesia. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengenai Pembiayaan Istihna [internet]. [diunduh 17 Maret 2016]. Tersedia pada: http://www.mui.or.id. Muliawati RD. 2015. Analisis Pengaruh Variabel Kinerja Perbankan, Makroekonomi dan Moneter Syariah terhadap Pembiayaan Sektor Pertanian (Studi Kasus pada BUS dan UUS di Indonesia Periode 2010-2014). [Skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor. Naja DHR.2011. Akad Bank Syariah Yogyakarta (ID): Pustaka Yustisia. Nawawi I. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer Hukum Perjanjian, Ekonomi, Bisnis, dan Sosial. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Nugraha MF. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Jasa Dunia Usaha di Indonesia. [Skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor. [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2011-2016. Statistik Perbankan Syariah [internet]. [diunduh 23 November 2016]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2011-2016. Laporan Publikasi Keuangan[internet]. [diunduh 4 Maret 2017]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id Putratama H. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia. [Skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor. Rahayu DN. 2015. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). [Skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor. Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Jakarta(ID). Rivai V, Arifin. 2010. Islamic Banking Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi Global Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi. Jakarta[ID]:Bumi Aksara. Sukmayasa RE. 2014. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rasio Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan Syariah Indonesia. [Skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor. Suseno, Piter A. 2003. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia. Tarsidin. 2010. Bagi Hasil: Konsep dan Analisis. Jakarta (ID): Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Warjiyo P. 2006. Stabilitas Sistem Perbankan dan Kebijakan Moneter: Keterkaitan dan Perkembangannya di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Zuhaily W. 2001. Financial Transactions in Islamic Jurisprudence Volume 1. Damaskus(SY):Dar Al-Fikr.
40
LAMPIRAN Lampiran 1 Uji Stasioneritas Data Uji stasioneritas pada level Null Hypothesis: LNPMI has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 5 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-1.788688 -4.096614 -3.476275 -3.165610
0.6996
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LNDPK has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-1.878717 -4.096614 -3.476275 -3.165610
0.6548
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: FDR has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-2.073009 -4.096614 -3.476275 -3.165610
0.5512
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: NPF has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 5 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
41
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-1.868665 -4.096614 -3.476275 -3.165610
0.6599
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: ROA has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 1 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-3.421481 -4.096614 -3.476275 -3.165610
0.0568
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: BOPO has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 11 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-2.874368 -4.096614 -3.476275 -3.165610
0.1771
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: SBK has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-2.863904 -4.096614 -3.476275 -3.165610
0.1805
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: INF has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 1 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
42
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-1.874817 -4.096614 -3.476275 -3.165610
0.6568
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji stasioneritas pada first difference Null Hypothesis: D(LNPMI) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.368755 -4.098741 -3.477275 -3.166190
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNDPK) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-9.402706 -4.098741 -3.477275 -3.166190
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 2 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Adj. t-Stat
Prob.*
-9.874892 -4.098741 -3.477275 -3.166190
0.0000
43
Null Hypothesis: D(NPF) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-9.748547 -4.098741 -3.477275 -3.166190
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 11 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-10.67423 -4.098741 -3.477275 -3.166190
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(BOPO) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 51 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-17.55124 -4.098741 -3.477275 -3.166190
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(SBK) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 2 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Adj. t-Stat
Prob.*
-9.074386 -4.098741 -3.477275 -3.166190
0.0000
44
Null Hypothesis: D(INF) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 8 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Adj. t-Stat
Prob.*
-5.846851 -4.098741 -3.477275 -3.166190
0.0000
45
Lampiran 2 Uji Stasioneritas Residual (u) Null Hypothesis: U has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Adj. t-Stat
Prob.*
-6.617917 -3.530030 -2.904848 -2.589907
0.0000
46
Lampiran 3 Hasil Estimasi pada Model Jangka Panjang Dependent Variable: LNPMI Method: Least Squares Date: 02/08/17 Time: 21:54 Sample: 2011M01 2016M10 Included observations: 70 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNDPK FDR NPF ROA BOPO SBK INF C
1.086817 0.013346 -0.019369 -0.005912 -0.000578 0.019314 0.004514 -3.064560
0.010965 0.000730 0.004322 0.006164 0.000543 0.007592 0.001486 0.195597
99.11974 18.28891 -4.481288 -0.959025 -1.064158 2.543870 3.037966 -15.66769
0.0000 0.0000 0.0000 0.3413 0.2914 0.0135 0.0035 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.998136 0.997925 0.016871 0.017647 190.6726 4742.438 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
11.41135 0.370403 -5.219218 -4.962247 -5.117146 1.356476
47
Lampiran 4 Hasil Estimasi pada Model Jangka Pendek (ECM) Dependent Variable: D(LNPMI) Method: Least Squares Date: 02/08/17 Time: 22:01 Sample (adjusted): 2011M03 2016M10 Included observations: 68 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNDPK) D(FDR) D(NPF) D(ROA) D(BOPO) D(SBK) D(INF) U(-1) C
0.649987 0.005975 -0.016285 -0.002906 0.000571 -0.004680 0.003853 -1.08E-05 0.007993
0.088404 0.000868 0.006645 0.005037 0.000501 0.006221 0.002235 4.25E-06 0.002267
7.352501 6.886706 -2.450648 -0.576828 1.140316 -0.752268 1.723881 -2.532983 3.526449
0.0000 0.0000 0.0172 0.5663 0.2588 0.4549 0.0900 0.0140 0.0008
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.665161 0.619759 0.012083 0.008613 208.6270 14.65050 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.018464 0.019594 -5.871381 -5.577623 -5.754985 1.871001
48
Lampiran 5 Uji Normalitas 9
Series: Residuals Sample 2011M03 2016M10 Observations 68
8 7 6 5 4 3
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
7.09e-18 -0.000573 0.027139 -0.031956 0.011338 -0.088647 3.547674
Jarque-Bera Probability
0.938909 0.625343
2 1 0 -0.03
-0.02
-0.01
0.00
0.01
0.02
Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.778861 13.21438 12.67205
Prob. F(8,59) Prob. Chi-Square(8) Prob. Chi-Square(8)
0.0995 0.1047 0.1236
Lampiran 7 Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.124422 0.145561
Prob. F(1,58) Prob. Chi-Square(1)
0.7256 0.7028
49
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pandeglang Banten dari ayah Moh. Mugni dan ibu Kulsum. Penulis merupakan anak ke empat dari lima bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SDN Pamarayan 1 dan melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Jiput. Pada tahun 2010, penulis memasuki pendidikan SMA yaitu SMA Negeri 4 Pandeglang. Kemudian pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dengan jalur masuk Seleksi nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis di Departemen Ilmu Ekonomi, Program Studi Ekonomi Syariah. Selama perkuliahan, Penulis aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Islam cabang Bogor, komisariat Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis juga pernah menjabat sebagai ketua pelaksana Masa Perkenalan Departemen Ilmu Ekonomi, pada tahun 2015. Selain itu penulis pernah mengikuti lomba stand up comedy tingkat fakultas, penulis mendapat peringkat ketiga pada tahun 2015 dan peringkat kedua pada tahun 2016.