ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA
MARTINO WIBOWO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Faktor-faktor Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia”, adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Martino Wibowo NIM: H151110051
RINGKASAN MARTINO WIBOWO. Analisis Faktor-faktor Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia. Dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO dan DEDI BUDIMAN HAKIM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan faktor penentu pembiyaan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia. Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dalam bentuk bulanan yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI) dan Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (SPS-BI) serta data dari Bank Negara Malaysia dan Departemen Statistik Malaysia dalam periode waktu antara bulan Desember 2005 sampai dengan bulan Desember 2012. Observasi penelitian dilakukan di Indonesia maupun Malaysia untuk memperkaya analisis. Penelitian ini menggunakan Vector Autoregression (VAR), Uji Kointegrasi dan Vector Error Correction Model (VECM) serta dikombinasikan dengan Response Function (IRF) dan Decomposition (FEVD) untuk melihat interaksi antara faktor makro ekonomi dengan pembiayaan dalam jangka panjang. Data bulanan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pembiayaan bank syariah, Non Performing Financing, Industrial Production Index, Nisbah Bagi Hasil menggunakan SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah) dan Malaysia Islamic Interbank Rate (MIIR), inflasi, nilai tukar dan jumlah uang beredar. Hasil penelitian menunjukkan dalam jangka pendek faktor-faktor makro ekonomi tidak secara nyata mempengaruhi jumlah pembiayaan dan tingkat pembiayaan bermasalah (NPF). Sedangkan dalam jangka panjang ada pengaruh faktor-faktor makro ekonomi terhadap pembiayaan dan non performing finance perbankan syariah, seperti tingkat pembiayaan, inflasi, nisbah bagi hasil dan jumlah uang beredar. Selain itu ditemukan adanya bukti-bukti yang mendukung hipotesis penelitian yaitu bahwa semua faktor makro ekonomi berhubungan dengan pembiayaan perbankan syariah di Indonesia maupun Malaysia, sedangkan laju inflasi dalam jangka panjang menyebabkan meningkatnya tingkat pembiayaan bermasalah. Kata Kunci : Pembiayaan Syariah, Non Performing Finance, Inflasi, Nisbah Bagi Hasil, Industrial Production Index, Nilai Tukar, Jumlah Uang Beredar
SUMMARY MARTINO WIBOWO. Analysis of Macro Economic Factors Towards Saria Bank Financing between Indonesia and Malaysia. Supervised by NUNUNG NURYARTONO dan DEDI BUDIMAN HAKIM The objective of this research are analyzing and comparing the determinant of macroeconomic factors towards Islamic banking in Indonesia and Malaysia. Data used in this research was monthly time series data from period of December 2005 to December 2012 which was obtained from secondary data of Economic and Finance of Bank Indonesia (SEKI-BI), Indonesia Saria Banking Statistic (SPS-BI) and also data taken from Central Bank of Malaysia and Malaysia Department of Statistic. This paper examines the dynamic interactions between financing of Islamic banking and macroeconomic factors between Indonesia and Malaysia by employing the Vector Autoregressive (VAR), Co-integration test and Vector Error Model (VECM) combined with Impulse Response Function (IRF) and Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) to see whether the macroeconomic condition influences financing and non performing finance in the long-run. Also, it uses time series data of total Islamic bank financing (IB Financing), Non Performing Finance and Industrial Production Index, Profit Loss Sharing of Islamic Interbank Rate using SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah) and Malaysia Islamic Interbank Rate, Inflation, Exchange Rate and Money Demand to represent macroeconomic factors. The result of this research found that in the short-run, macroeconomic factor doesn’t affect much on syaria financing. Whereas in the long-run, there is evidence of relationship between macroeconomic and financing on Islamic bank, consist of development of financing, inflation, profit loss sharing, output, money supply and financing. On the other hand, there’s evidence to support following hypothesis of macroeconomic factors are influencing on Islamic bank in both countries, where increase in inflation can causes Islamic banking non performing finance of syaria banking in the long run.
Keywords: Syariah Financing, Non Performing Finance, Inflation, Profit Loss Sharing Ratio of Islamic Interbank Rate, Industrial Production Index, Exchange Rate, Money Supply
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA
MARTINO WIBOWO
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Noer Azam Achsani, MS
Judul Tesis
: Analisis Faktor-faktor Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia
Nama
: Martino Wibowo
NIM
: H151110051
�-�
Dr Ir Dedi Budiman Hakim. MEc Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Ekonomi
,& ::� � � �q_
kolah Pascasarjana
/
·9
� "'t
1.61 ;..
·lZ�
�, '*
V>tJ� V" ry u
artono, MSi
Tanggal Ujian: 3 Maret 2014
•.
.
•
'
w� ��
Drlr Nunun
.
.
.
.
0
�
� .:a�
.
�
.sE'fCo\."'�
"'.sc� SA.�lt'
.Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr
Tanggal Lulus:
0 B APR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia” ini berhasil diselesaikan dengan baik. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-2 dan memperoleh gelar Magister Sains (MSi) dari Program Studi Pascasarjana Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Nunung Nuryartono MSi selaku ketua komisi komisi pembimbing dan ketua program studi Pascasarjana Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor dan Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim MEc selaku anggota komisi pembimbing, serta Bapak Prof Dr Noer Azzam Achsani MS yang telah banyak memberi saran sebagai penguji luar komisi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dr Alla Asmara SP MSi selaku wakil program studi yang telah banyak memberikan arahan dalam penulisan serta dosen pengajar, pengelola program studi dan sahabat-sahabat Ilmu Ekonomi Reguler-5 yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Wartini, istri tercintaku sekaligus ibunda dari ananda tersayang Tyara Methanya, serta seluruh keluarga, atas segala doa, kesabaran dan kasih sayangnya. Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya masih diperlukan perbaikan dan penyempurnaan. Akhirnya besar harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi kemajuan dunia pendidikan dan penelitian.
Bogor, Maret 2014
Martino Wibowo
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ---------------------------------------------------------------------------- vii DAFTAR GAMBAR ------------------------------------------------------------------------ viii 1. PENDAHULUAN ……………………………………………...……………… Latar Belakang ………...……………………………………………………… Rumusan Masalah ........................................................................................... -Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................
1 1 5 6 7
2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... - 8 Determinan Variabel Ekonomi Makro Terhadap Pembiayaan PerbankanSyariah................................................................................................ 8 Kebijakan Moneter Dalam Pembiayaan Perbankan Syaria……....................… 10 Tingkat Output, Inflasi dan Kurs Terhadap Pembiayaan Perbankan Syariah… 13 Teori Permintaan Uang dalam Pembiayaan Perbankan Syariah…………….... 14 Non Performing Financing dalam Pembiayaan Perbankan Syariah 15 Penelitia Terdahulu 16 Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................................................... 18 Hipotesis ---------------------------------------------------------------------------------- 20 3. METODE PENELITIAN..................................................................................... 21 Jenis dan Sumber Data ....................................................................................... 21 Metode Analisis ………………...………………………………………..…… 21 Vector Auto Regressive ……….…..………………………………………..… 22 Vector Error Correction Model…...…………………………………………… 23 Model Penelitian……………………...…………………………………..…… 26 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ------------- 29 Perbandingan Usaha Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia..... 29 Uji Stasioneritas Akar Unit ................................................................................ 38 Uji Lag Optimum ….………..…………..………………………………..…… 39 Uji Stabilitas Sistem VAR …………..….…………………………………..… 39 Uji Kausalitas Granger………….……..……………………………………… 39 Uji Kointegrasi dan Estimassi Model VECM…..………………………..…… 41 Analisis Impulse Response Function……….…………………...………..…… 45 Analisis Forecast Error Variance Decomposition…...…………..…… ---------- 52 Ringkasan Pembahasan…………….……….……………..……………..…… 54 5. SIMPULAN DAN SARAN ------------- 57 Simpulan ------------- 57 Saran………………...…………….…….………………………………..…… -- 58 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 59 LAMPIRAN....... .................................................................................................... 62 RIWAYAT HIDUP................................................................................................. 85
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Data Makro Ekonomi Indonesia Tahun 2005-2012--------------------------- 3 Data Makro Ekonomi Malaysia Tahun 2005-2012---------------------------- 4 Jenis Data Penelitian---------------------------------------------------------21 Analisis Produk-produk Perbankan Islam Malaysia dan Indonesia-------- 37 Hasil Uji Akar Unit--------------------------------------------------------------- 38 Hasil Uji Lag Optimum Pada Ordo VAR ------------------------------------- 38 Hasil Uji Kointegrasi Johansen Data Indonesia dan Malaysia ------------- 41 Hasil Estimasi VECM Uji Kointegrasi Johansen Data Pembiayaan Bank Syariah Indonesia& Malaysia--------------------------------------------------- 42 Hasil Estimasi VECM Uji Kointegrasi Johansen Data NPF Pembiayaan Bank Syariah Indonesia& Malaysia-------------------------------44 Hasil Uji FEVD Pada Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia--------52 Hasil Uji FEVD Pada Pembiayaan Perbankan Syariah di Malaysia 52 Hasil Uji FEVD Pada Non Performing Finance Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia------------------------------------------------------------ 53 Hasil Uji FEVD Pada Non Performing Finance Pembiayaan Perbankan Syariah di Malaysia------------------------------------------------------------- 53
DAFTAR GAMBAR 1. Perbandingan Pertumbuhan Asset Bank Islam di Malaysia dan Indonesia dari Tahun 2007-2011---------------------------------------------------------------- 2 2. Persentase Non Performing Finance (NPF) Terhadap Pembiayaan Bank Syariah di Malaysia dan Indonesia tahun 2005-2012 --------------------------- 5 3. Transmisi Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Pengeluaran Pembiayaan--- 8 4. Alur Penelitian------------------------------------------------------------------------- 19 5. Alur Tahapan Analisis VAR dan VECM ----------------------------------------- 22 6. Hasil Uji Impulse Response Function Pada Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia--------------------------------------------------------------------------- 45 7. Hasil Uji Impulse Response Function Pada Pembiayaan Perbankan Syariah di Malaysia--------------------------------------------------------------------------- 47 8. Hasil Uji Impulse Response Function Pada Non Performing Finance Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia------------------------------------ 49 9. Hasil Uji Impulse Response Function Pada Non Performing Finance Pembiayaan Perbankan Syariah di Malaysia------------------------------------- 50
DAFTAR LAMPIRAN 1. Data Pembiayaan dan Makro Ekonomi Indonesia -------------------------------2. Data Pembiayaan dan Makro Ekonomi Malaysia -------------------------------3. Perbandingan Pergerakan SBIS dan SBI (Indonesia) ---------------------------4. Perbandingan MIIR dan Suku Bunga (Malaysia) -------------------------------5. Uji Lag Optimum dan Uji Stabilitas VAR (Indonesia) -------------------------6. Uji Lag Optimum dan Uji Stabilitas VAR (Malaysia) --------------------------7. Uji Kointegrasi Johansen (Indonesia) ---------------------------------------------8. Uji Kointegrasi Johansen (Malaysia) ----------------------------------------------9. Uji Granger Causality (Indonesia) -------------------------------------------------10. Uji Granger Causality (Malaysia) --------------------------------------------------11. Estimasi Parameter Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan Bank Syariah (Indonesia)-------------------------------------------------------------------12. Estimasi Parameter Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan Bank Syariah (Malaysia) -------------------------------------------------------------------13. Estimasi Parameter Makro Ekonomi Terhadap NPF Bank Syariah (Indonesia)-----------------------------------------------------------------------------14. Estimasi Parameter Makro Ekonomi Terhadap NPF Bank Syariah (Malaysia) -----------------------------------------------------------------------------15. FEVD Variabel Makro Terhadap Pembiayaan Syariah (Indonesia) ---------16. FEVD Variabel Makro Terhadap Pembiayaan Syariah (Malaysia) ----------17. FEVD Variabel Makro Terhadap NPF Pembiayaan (Indonesia) --------------18. FEVD Variabel Makro Terhadap NPF Pembiayaan (Malaysia) ---------------
62 64 67 66 68 69 71 70 71 72 73 73 74 74 75 77 79 81
1 PENDAHULUAN . Latar Belakang
Pembangunan ekonomi membutuhkan peran serta lembaga keuangan dalam hal pembiayaan, karena pembangunan sangat memerlukan tersedianya dana lembaga keuangan sebagai salah satu penopang pembangunan. Lembaga keuangan terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Kegiatan utama lembaga keuangan bank sebagai lembaga intermediasi yang bermotivasi laba adalah menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman (kredit) atau pembiayaan dan memberikan fasilitas perbankan seperti tabungan dan penukaran mata uang. (Karim, 2005). Pembiayaan adalah berupa pendanaan pihak perbankan terhadap keperluan nasabah untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti investasi , konsumsi dan produksi. Pihak bank mengharapkan penyaluran dana tersebut dalam jangka waktu tertentu pada saat penagihan akan diberikan imbal hasil berupa pokok ditambah bunga (padabank konvensional) ataupun bagi hasil (pada bank syariah). Menurut Machmud dan Rukmana (2010), sebagian negara-negara muslim melakukan konversi sistem moneter dan perbankan yang ada ke dalam sistem syariah, seperti Sudan, Pakistan dan Iran. Disamping itu, sebagian negara muslim lainnya, seperti Malaysia dan Indonesia mengakomodasi perkembangan perbankan syariah tersebut melalui dual banking system, yaitu penggunaan sistem perbankan yang berbeda dalam satu kerangka regulasi perbankan yang dibuat oleh pemerintah, dimana secara bersama-sama bank syariah dan bank konvensional diperbolehkan melayani kebutuhan masyarakat terhadap jasa layanan perbankan serta secara sinergis berkontribusi i.:epada stabilitas sistem keuangan nasional. Perbankan syariah menolak adanya unsur suku bunga dan menggunakan mekanisme bagi hasil (profit loss sharing) dan bank konvensional yang menggunakan instrumen suku bunga (interest rate) sebagai pendapatannya. Landasan dari dual banking system di Indonesia adalah UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil, UU No 10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, UU No. 23 Tahun 1999 dan UU No.3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia yang menyebutkan tidak ada larangan bagi perbankan di Indonesia menggunakan prinsip syariah yaitu dengan menerapkan sistem bagi hasil dan diperbolehk:an juga menggunakan sistem konvensional dengan imbalan pengembalian pembiayaan dengan bunga. Karena sistem operasional perbankan yang diterapkan berbeda, maka hal tersebut otomatis akan berpengaruh pada model faktor penentu ekonomi makro terhadap pembiayaan pada negara-negara yang menerapkan sistem perbankan ganda tersebut (Kashmir, 2012). Naja (2011) menjelaskan jenis-jenis kegiatan pembiayaan bank syariah meliputi menyalurkan dana melalui pola bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), pola jual beli (murabahah, salam dan istishna) serta pola sewa (ijarah). Sebagaimana pada bank konvensional secara umum, penggunaan pembiayaan bank syariah dikategorikan dalam pembiayaan untuk modal kerja, investasi dan konsumsi. Industri keuangan syariah Malaysia secara kuantitas ditinjau dari segi jumlah produk, eksposure dan postur atau jumlah pembiayaan dan pendanaan lebih banyak daripada Indonesia. Ada dua faktor yang menyebabkan industri keuangan syariah Malaysia lebih maju bila dibanding Indonesia. Pertama, dari sisi kebijakan, industri keuangan syariah di Malaysia mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Hal tersebut dilakukan dengan menempatkan sebagian dana BUMN pada bank syariah atau memberi dana pada bank
2
syariah yang kekurangan modal. BUMN Malaysia memberikan kontribusi yang besar dalam hal pendanaan, sebagai contoh, Rp 650 triliun dana perbankan syariah di Malaysia, 90 persem1ya adalah berasai dari BUMN. Sehingga industri syariah di Malaysia dapat tumbuh llebih cepat dan besar apabila ada komitmen dari pemerintah. Sedangkan di Indonesia, dana lbanyak berasal dari masyarakat dan pemerintah hanya sebagai regulator saja (http://www.republika.co .idlberitalekonomi/syariah-ekonomi/13 /02/07 /mhu8s7-ini -alasanmalaysia-lebih-unggul-di-keuangan-syariah). Sejauh ini pemerintah mengatur regulasi melalui Bank Indonesia (BI), namun hal tersebut tidaklah cukup, pasalnya industri syariah tidak hanya terdiri dari perbankan, tetapi juga lembaga keuangan non bank, seperti asuransi syariah, koperasi syariah, baitul maal tamwiil, dan lembaga keuangan non bank lainnya. Kedua, dari segi penciptaan produk, produk syariah Malaysia lebih terbuka, longgar dan liberal dalam pengembangannya, selain itu produk industri pembiayaan syariah Malaysia llebih banyak jenisnya dari perbankan syariah di Indonesia, yakni digunakannya instrumen pembiayaan dengan akad jual beli seperti Bai' Al-Inah Gual beli dengan perjanjian bahwa pembeli akah menjual barangnya kemb<:Ii pada penjual), Bai' Bithaman Ajil (Bank memberi pembiayaan dan nasabah yang membeli barang tersebut tanpa wakalah bank kepada nasabah) dan Bai' Al-Dayn (hutang boleh diperjualbelikan karena dianggap bahwa hutang dapat dikompensasikan ke dalam bentuk barang sesuai jumlah barang yang terhutang.
%
60
51.79
50 40 30 20 10 0
2007 2008 2009 2010 2011 II Bank Syariah Indonesia II Bank Syariah Malaysia Gambar 1. Perbandingan Pertumbuhan Tahun 2007-2011
A~et
Tahun
Bank Islam di Malaysia dan Indonesia dari
Market share sektor perbankan Malaysia mencapai 23 persen sedangkan Indonesia lbaru 4,69 persen year o>t year (yoy) di tahun 2012. Penyebab rendahnya pangsa pasar pembiayaan syariah Indonesia adalah belum terdeferensiasinya nasabah dan varian produk pembiayaan syariah. Mesbpun d~mikian, aset perbankan syariah Indonesia hingga akhir 2011 adalah kurang lebih dari Rp 145.467 milliar rupiah, dengan pertumbuhan aset sebesar 51,79 persen atau ·lebih tinggi di bancingkan pertumbuhan aset perbankan syariah di Malaysia sebesar 20,39 persen. Perubapan besaran aset tersebut dipengaruhi oleh baik kondisi internal perban~an seperti o.:,>erasional pelayanan perbankan maupun oleh kondisi ekstemal seperti keadaan raakro ekonoui. Hal ini menunjukkan masili adanya harapan untuk perbankan syariah berkembang lebih maju lagi.
3
Fak:tor-fak:tor makro ekonomi yang mempengaruhi pembiayaan dan resiko pembiayaan perbankan syariah di Indonesia, terlihat dari indikator makro ekonomi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1: Tabel1.Data Makro Ekonomi Indonesia Tahun 2005-2012 Tahun Pembiayaan NPF IPI Inflasi (Juta US$) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1544,7 2246,7 2986,6 3351,0 4922,3 7556,0 11318,6 15311.9
(Juta US$) 43,51 106,70 120,88 132,38 197,58 228,41 285,35 339,34
97,00 99,75 100,68 100,81 101,59 100,83 102,89 114,12
SBIS
(%)
(%)
17,00 7,00 7,00 11,00 3,00 7,00 4,00 4,00
12,75 9,75 8,00 10,83 6,40 6,11 5,03 4,81
M2 Milyar US$ 121.98 151.92 176.31 166.31 224.81 273.87 317.24 343.04
Kurs Rp/US$ 9.860,56 9.100,08 9.356,43 11.399,40 9.525,28 9.023,38 9.069,56 9.633,34
"Bank Indonesia 2013; !iadan Pusat Statistik 2013
Perbankan menghadapi berbagai kendala selama periode Desember 2005 sampai dengan Desember 2012 semisal lambatnya, pemulihan ekonomi global berdampak pada ketidakpastian ekonomi menyebabkan kinerja pinjaman perbankan. Selain itu di sektor moneter, bank sentral di Malaysia dan Indonesia yakni: Bank Indonesia maupun Bank Negara Malaysia menetapkan berbagai kebijakan stabilisasi yang dalam jangka pendek bersifat kontraktif terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika dilihat dari segi besamya pembiayaan Malaysia lebih unggul di bandingkan Indonesia, inflasi, nilai tukar, nisbah bagi hasil dan jumlah uang beredar lebih stabil. Walaupun secara nominal NPF perbankan syariah Malaysia lebih besar, namun rasio dari NPF tampak: lebih kecil dan lebih stabil pada setiap periode dibandingkan dengan NPF perbankan syariah Indonesia yang cenderung fluktuatif. Hal ini menggambarkan bahwa NPF perbankan syariah Indonesia sangat sensitif terhadap kinerja perbankan maupun keadaan makro ekonomi. Besamya kurs juga mengakibatkan semakin kecilnya penerimaan imbal hasil pembiayaan. Dalam jangka panjang dapat menimbulkan resiko pendapatan agregatif perbankan syariah di Indonesia. Kinerja pembiayaan perbankan berkaitan erat dengan aktiva produktif yang dimiliki, oleh sebab itu manajemen bank dituntut untuk senantiasa memantau dan menganalisis kualitas aktiva produktif tersebut. Kualitas aktiva produktif menunjukkan kualitas asset sehubungan dengan risiko pembiayaan yang dihadapi oleh bank akibat pemberian pembiayaan dan investasi dana bank. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya. Pada bank konvensional, kolektabilitas dapat diartikan sebagai keadaan pembayaran kembali pokok, angsuran pokok atau bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterima kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman lainnya. Sedangkan dalam bank syariah kolektabilitas diartikan sebagai pembayaran angsuran dan bagi hasil. Risiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak: bank kepada debitur. Oleh karena itu kemampuan pengelolaan kredit macet (Non Performing Financing), sangat diperlukan oleh bank yang bersangkutan. Sementara faktor ekstemal (faktor yang berasal dari luar
4
perusahaan), meliputi kebijakan makro ekonomi seperti: moneter, fluktuasi nilai tukar, dan tingkat inflasi, volatilitas tingkat bunga, dan inovasi instrumen keuangan. Tabel2. Data Makro Ekonomi Malaysia Tahun 2005-2012 Tahun Pembiayaan NPF IPX Inflasi Malaysia Islamic Interbank Rate (%) (Juta US$) (Juta US$) (%) 2,98 2005 15.180,2 167,7 101,30 3,29 3,00 2006 22.096,7 206,5 107,40 3,24 2007 26.921,8 255,8 115,14 3,23 3,04 3,25 2008 30.366,4 294,9 96,91 4,73 3,27 2009 39.545,7 391,1 104,22 4,49 3,48 2010 51.799,8 508,8 108,82 3,89 3,49 111,00 4,00 2011 63.380,7 623,4 3,49 2012 77.466,9 762,1 114,89 4,11
Kurs
M2
(Juta US$) RMIUS$ 3,78 177.998,66 165.284,22 3,80 166.852,96 3,80 170.375,16 3,80 170.456,93 3,80 172.942,37 3,80 3,80 172.944,56 3,79 172.423,65
''Bank Negara Malaysia 2013; 6Departemen Statistika Malaysia 2013
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kebijakan ekonomi makro seperti inflasi, bagi hasil dan penilaian kesehatan perbankan mempengaruhi juga kinerja perbankan seperti bank syariah. Industri perbankan syariah juga diharapkan mampu berkompetisi dengan industri perbankan konvensional. Adanya penurunan bagi hasil dan pertumbuhan ekonomi bagi hasil yang diberikan kepada nasabah seharusnya mengalami peningkatan. Oleh karena itu diperlukan sebuah analisis yang akan membandingkan kinerja pembiayaan perbankan syari'ah melalui non performing financing (NPF) di Malaysia dan Indonesia pada saat dilakukan penurunan bagi hasil dan naiknya pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan naiknya angka inflasi. Pada tahap selanjutnya, analisis dilakukan dengan melakukan analisis pembiayaan secara keseluruhan yakni pada investasi, modal kerja dan rumah tangga, karena diterapkannya kebijakan makro ekonomi.
%
4.75
5
4 3 2
1.10
0.93
0.95
0.97
0.99
0.98
0.98
0.98
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
0
Tahun - t - NPF Bank Syariah Indonesia
-
NPF Bank syariah Malaysia
Gambar 2. Persentase Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah Terhadap Pembiayaan di Malaysia dan Indonesia tahun 2005-2012
5
Jika dilihat perbandingan persentase non performing financing pada bank syariah Indonesia dan Malaysia, maka kredit bermasalah di Indonesia lebih berfluktuasi dibandingkan dengan Malaysia. Hal ini sesuai dengan perubahan makro ekonomi Indonesia yang cenderung fluktuatif, seperti nilai tukar dan inflasi. Nilai tukar di Indonesia cenderung fluktuatif karena sistem nilai tukar yang digunakan di Indonesia menggunakan manage floating rate (mengambang terkendali), sedangkan di Malaysia menggunakan fixed exchange rate (kurs tetap ). Penetapan angka NPF Indonesia sesuai dengan peraturan Bank Indonesia adalah tidak boleh lebih dari 5% dan untuk Malaysia sesuai dengan kebijakan Bank N egara Malaysia tidak boleh lebih dari 6%. Rumusan Masalah
Lingkungan ekonomi makro mempengaruhi operasional perusahaan, dalam hal ini ialah keputusan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu keputusan manajemen perusahaan perbankan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat dikaitkan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank. Sementara faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar perusahaan), meliputi kebijakan moneter, fluktuasi nilai tukar, dan tingkat inflasi, volatilitas tingkat bunga (perbankan konvensional) atau tingkat bagi hasil (perbankan syariah), dan inovasi instrument keuangan. ·· Nisbah bagi hasil dalam bank syariah adalah tingkat bagi hasil yang mencerminkan kesesuaian antara bagi hasil simpanan (sisi penawaran) dan bagi hasil pinjaman (sisi permintaan). Keuntungan terbesar bank syariah adalah dari investasi dan pembiayaan sehingga bank harus mampu mengelola dan sedapat mungkin mengantisipasi inflasi agar tingkat keseimbangan mediasinya terjaga. Selain itu, bila dilihat dari sudut pandang investor, inflasi menyebabkan penurunan nilai mata uang atau kenaikan harga yang mempengaruhi konsumsi masyarakat. Dengan kondisi seperti ini para investor tidak mau untuk berinvestasi di sektor riil. Padahal biasanya dana untuk investasi sebagian besar didanai bank. Hal ini menjadikan bank kesulitan menyalurkan dana serta menanggung biaya dari modal yang ada. Selain inflasi, indikator lain adalah pertumbuhan ekonomi yang di dasarkan pada laju Gross Domestic Produk (GDP) ataupun Industrial Price Index (IPI). GDP atau IPI merupakan nilai barang atau jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warganegara negara tersebut dan negara asing. GDP merefleksikan kegiatan penduduk di suatu negara dalam memproduksi suatu barang dalam kurun waktu tertentu. Investasi perbankan diantaranya adalah pembiayaan selain tabungan dan pinjaman non pembiayaan. Oleh karena itu jika kondisi makroekonomi terjadi guncangan, maka hal ini dapat mempengaruhi industri perbankan dari sisi permintaan, yakni semakin rendahnya penyerapan penyaluran pembiayaan perbankan oleh masyarakat. Pada sisi lain, hal ini juga akan mempengaruhi penagihan perbankan pada pembiayaan yang sudah jatuh tempo, yang dalam jangka panjang menimbulkan kinerja perbankan terganggu akibat kredit macet yang tercermin dari meningkatnya non performing financing dan resiko buble kredit. Dampak lain dari resiko akibat guncangan makro ekonomi terhadap pembiayaan syariah adalah ketidak percayaan masyarakat untuk mengakses produk perbankan, sehingga hal ini mempengaruhifinancial deepening perbankan syariah. Selain itu penelitian ini difokuskan pada kegiatan usaha pembiayaan perbankan pada dua negara di ASEAN yakni Malaysia dan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan antara Malaysia dan Indonesia memiliki kesamaan dalam penerapan sistem perbankan ganda yakni
6
konvensional dan syariah, serta merupakan negara dengan umat muslim terbesar di Asia Tenggara sebagai target market pembiayaan perbankan syariah. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah berfokus pada hal berikut : 1. Bagaimanakah perbandingan pembiayaan syariah di Indonesia dan Malaysia? 2. Faktor-faktor ekonomi makro apakah yang mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia? 3. Bagaimanakah kinerja pembiayaan bank syariah di Indonesia dan Malaysia terhadap resiko yang ditimbulkan dari ko11disi makro ekonomi? Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Membandingkan pembiayaan syariah di Indonesia dan Malaysia. 2. Mengidentifikasi fa.ktor ekonomi makro yang mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia. 3. Membuktikan apakah kinerja pembiayaan bank syariah di Indonesia dan Malaysia tahan terhadap resiko yang diakibatkan oleh kondisi makro ekonomi. Manfaat Penelitian
1.
2. 3. 4.
Manfaat yang diperoleh dari penulisan karya ilmiah ini adalah : Memberikan kontribusi bagi pembuat kebij akan dalam penetapan kebij akan makro ekonomi untuk kegiatan usaha perbankan, khususnya perbank:an yang berlandaskan azas perekonomian syariah. Gambaran yang lebih luas mengenai pembiayaan perbankan syariah dan konvensional serta faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhinya. Memberikan informasi yang lebihjelas mengenai dampak kebijakan makro ekonomi terhadap perkembangan laju pembiayaan syariah. Memberikan informasi tentang pembiayaan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya dibatasi pada kegiatan usaha pembiayaan perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia berlangsung pada kurun waktu tertentu, yakni pada bulan Desember tahun 2005 sampai dengan bulan Desember tahun 2012. Kemudian penelitian ini juga membandingkan dampak dari keadaan makro ekonomi yakni: bagi hasil, pertumbuhan output, inflasi, kurs, jumlah uang beredar terhadap perbankan syariah terhadap volume pembiayaan bank syariah di Malaysia dan Indonesia. Pada mo~el kinerja perbankan syariah terhadap resiko yang ditimbulkan oleh keadaan makro ekonomi,menggunakan non performing financing (NPF) sebagai variabel respon dan aspek makro ekonomi sebagai variabel bebas.
2 TINJAUANPUSTAKA Determinan Variabel Ekonomi Makro Terhadap Pembiayaan Perbankan Syariah Pemikiran awal dari penelitian ini adalah penggunaan variabel makro ekonomi yang didasarkan pada model chanelling transmisi moneter, dimana pendapatan (yang berasal dari pembayaran bagi hasil, capital gains ataupun aset), konsumsi, investasi dan nilai tukar akan mempengaruhi kinerja pasar uang secara keseluruhan, tidak terkecuali dengan likuiditas perbankan, karena faktor modal perbankan berpengaruh positif terhadap suplai pinjaman. Kondisi likuiditas menentukan apakah bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya atau pembiayaannya. Apabila kondisi likuiditas baik maka bank memiiiki kemampuan menyalurkan pinjaman dalam jumlah besar. Jika terjadi shock dalam variabel ekonomi makro seperti halnya inflasi maka daya beli masyarakat berkurang yang mengakibatkan konsumsi masyarakat berkurang dan dalam jangka panjang akan menyebabkan turunnya produktivitas. (Hebbel dan Loaysa, 2002) Seperti dijelaskan pada gambar ini: Pengeluaran (C)
C=Y
Cn
Pendapatan (Y)
~----~----~--------~
Bagi hasil (r)
ro
Harga (P)
PI
Po
t '------'---------7Y
y
Gambar 3. Transmisi Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Pengeluaran Pembiayaan 1
1
Lampiran Tulisan Karya Ilmiah, Rini (2012)
8
Turunnya produktivitas menyebabkan berkurangnya output dan pendapatan masyarakat. Hal ini berpengaruh pada tingginya pinjaman bermasalah karena kegagalan pembayaran tagihan; sehingga perbankan mengurangi penyaluran pinjamannya. Bank akan mengalami resiko likuiditas jika aktiva produktifnya terus menerus berkurang. Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembiayaan dari perbankan syariah, maka teori yang digunakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang diajarkan dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Quran merupakan wahyu yang diturunkan oleh Alloh SWT kepada rasul Muhammad SAW, sedangkan Al-Hadits adalah segala perkataan, perbuatan dan cara hidup yang diajarkan oleh Rasulullah•SAW. Utang piutang atau pinjam meminjam dalam fiqih Islam dengan istilah Al-Qardh. Makna Al-Qardh secara etimologi (bahasa) ialah Al-Qath 'u yang berarti memotong. Harta yang diserahkan kepada orang yang berhutang AlQardh, karena merupakan potongan dari harta orang yang memberikan hutang. Sedangkan secara terminologi (istilah syar'i), makna Al-Qardh ialah menyerahkan harta (uang) sebagai bentuk kasih sayang kepada siapa saja yang akan memanfaatkannya dan dia akan mengembalikannya (pada suatu saat) sesuai dengan padanannya. Dengan kata lain, hutang piutang adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian dengan jumlah yang sama. Hukum hutang piutang pada awalnya diperbolehkan dalam syariat Islam. Bahkan orang yang memberikan hutang atau pinjaman kepada orang lain yang sangat membutuhkan adalah hal yang disukai dan dianjurkan, karena di dalamnya terdapat pahala yang besar (Mardani, 2012). Adapun dalil-dalil yang menunjukkan disyariatkannya hutang piutang adalah sebagaimana berikut ini : "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menajkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah m'enyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan." (Qs. Al-Baqarah:245) Bab mengenai diperbolehkannya praktek pinjam meminjam dapat dilihat dalam Quran surat Al-Baqarah ayat 282: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu 'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya." (Qs. Al Baqarah: 282) Islam mengenal keutamaan pembiayaan, sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits rasul yang diceritakan kepada sahabat rasulullah SAW, Anas R.A.: 'Pada saat malam hari aku melihat surga, aku melihat salah satu pintu surga bertuliskan: "infak diberikan ganjaran sepuluh kali lipat dan mengembalikan pinjaman diberikan ganjaran delapan belas kali lipat", lalu aku bertanya pada Jibril:" Oh Jibril mengapa mengembalikan pinjaman lebih baik daripada infak?" Jibril menjawab: "karena seorang pengemis akan (mungkin) tetap meminta meski dia kaya dan seorang peminjam tidak meminta menambah pinjaman kecuali dia membutuhkannya (diriwayatkan oleh Ibn lvfajjah). ' Selain itu, dari sisi peminjam, di~isahkan oleh sahabat Ibn Mas'ud bahwa, rasulullah SAW berkata: "Siapa saja yang memberikan pinjaman kepada yang membutuhkan, maka akan ada dua pahala yakni kebaikan meminjamkannya dan pahala beramal sedekah." (diriwayatkan oleh Ibn Majjah). Pada masa rasulullah SAW, sudah dikenal adanya prinsip-prinsip pembiayaan syariah seperti Mudarabah, yakni: bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan
9
kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola. Transaksi jenis ini tidak mewajibkan adanya wakil dari shahibul maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi akibat kelalaian dan tujuan penggunaan modal untuk usaha halal. Sedangkan, shahibul maal diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba yang optimal. Seperti yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Abi Rabi'ah bahwa Aisyah R.A. mengisahkan bahwa di zaman kekhalifahan Umar, Umar memberikan pinjaman dalam bentuk Mudharabah. Dari sahabat Suhaib dikisahkan, rasulullah berkata: " Ada tiga kebaikan yakni: penjualan dengan cara kredit (pembeli boleh melakukan cicilan), muqaradah (semisal: mudarabah) dan mencampur tepung dengan gandum (untuk makanan di rumah saja) tidak untuk diperdagangkan" (diriwayatkan oleh Ibnu Majjah). Kebijakan Moneter Dalam Bagi Basil Pembiayaan Perbankan Syariah Dalam teori ekonomi Keynes yang diadopsi oleh bank konvensional, tingkat bunga merupakan penghubung utama antara sektor moneter dengan sektor riil. Perubahan jumlah uang, misalnya, akan mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi investasi atau bahkan mungkin juga konsumsi. Investasi merupakan bagian dari pengeluaran total (agregate expenditure). Perubahan dalam pengeluaran total pada gilirannya akan mempunyai efek ganda terhadap keseimbangan pendapatan nasional. K.unt (1998) menjelaskan faktor-faktor yang menentukan terjadinya krisis perbankan yang mampu mempengaruhi daya tahan perbankan diantaranya adalah faktor-faktor makroekonomi, · finansial, dan institusional. Pertama adalah faktor makroekonomi. Sejak awal tahun 1980-an masalah sistemik dalam sektor perbankan telah banyak terjadi di kebanyakan negara. Krisis perbankan rentan terjadi pada kondisi makroekonomi yang lemah. Pertumbuhan output yang rendah dapat meningkatkan risiko dalam sektor perbankan. Kerentanan terhadap guncangan output agregat tidak selalu menjadi tanda bahwa sistem perbankan yang tidak efisien, karena peran bank sebagai.financial intermediaries bersifat risk taking. Peningkatan risiko dalam sektor perba!lkan juga disebabkan oleh tingginya tingkat inflasi. Nominal interest rates yang tinggi dan berfluktuasi terkait dengan tingginya inflasi membuat perbankan sulit untuk untuk melakukan maturity transformation. Sehingga pengetatan kebijakan moneter digunakan untuk menciptakan stabilitas dalam sektor perbankan. Namun, penerapan kebijakan stabilitas inflasi dapat meningkatkan real interest rates secara signifikan. Dapat dijelaskan bahwa real interest rates yang tinggi cenderung meningkatkan kemungkinan terjadinya krisis perbankan. Oleh karena itu, penerapan kebijakan stabilisasi inflasi harus memperhatikan dampak dari sistem perbankan. Kedua adalah faktor finansial. Selain kebijakan stabilitas inflasi, tingginya real interest rates juga disebabkan oleh hal-hal lain, seperti financial liberalization. Tingkat liberalisasi finansial secara signifikan mempengaruhi kemungkinan terjadinya krisis perbankan meski real interest rates dapat dikendalikan. Dalam hal kebijakan moneter untuk perbankan syariah, Indonesia menggunakan instrumen kebijakan moneter yaitu Surat Berharga Bank Indonesia Syariah atau SBIS. Tingkat bagi hasil dan tingkat fee SBIS berperan sebagai policy rate bagi hasil perbankan syariah. SBIS merupakan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS tidak menggunakan sistem diskonto atau perhitungan suku bunga (http:/lmahrunnysa.blogspot.com/2013/04/akad-akad-sertifikat-bank-indonesia.html). Akad yang dapat digunakan dalam SBIS adalah akad Ju 'alah atau janji atau komitmen (iltizam)
10
untuk memberikan imbalan (reward/'iwadh!fu '!) tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Adapun dasar hukum Ju 'alah adalah sebagai berikut: "Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja; dan siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".( Q.S. Yusuf:72). Adapun Rukun Ju 'alah adalah sebagai berikut: 1. Sighat, hendaknya kalimat itu mengandung arti izin kepada yang akan bekerja juga tidak ditentukan waktunya. 2. Ja 'il, yaitu pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil pekerjaan (natijah) yang ditentukan. 3. Maj 'ullah , adalah pihak yang melaksanakanju 'alah. 4. Maj 'ul alaih, adalah pekerjaan yang dilaksanakan. 5. Upah Adapun syarat sahnya Ju 'alah adalah sebagai berikut: 1. Orang yang menjanjikan upah atau hadiah harus orang yang cakap untuk melakukan tindakan hukum. Y aitu: baligh, berakal, dan cerdas. 2. Objek Ju 'alah harus berupa pekerjaan yang tidak dilarang oleh syariah. 3. Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang berharga atau bernilai dan jelas juga nilainya. 4. !jab harus disampaikan dengan jelas oleh pihak yang menjanjikan upah walaupun tanpa ucapan qabul dari pihak yang melaksanakan pekerjaan. 5. Pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat yang jelas dan boleh dimanfaatkan menurut hukum syara'. Dalam SBIS Ju'alah, Bank Indonesia bertindak bertindak sebagai ja 'il (pemberi pekerjaan); Bank Syariah bertindak sebagai maj'ullah (penerima pekerjaan); dan objek/underlying Ju'alah (mahall al- 'aqd) adalah partisipasi Bank Syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di Ban1c Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Dalam hal supaya akad ini menjadi sah, rukun dan syarat ju 'alah pun harus dipenuhi. Ketentuan akad SBIS Ju 'alah adalah sebagai berikut: 1. SBIS Ju 'alah sebagai instrumen moneter boleh diterbitkan untuk pengendalian moneter dan pengelolaan likuiditas perbankan syariah. 2. Dalam SBIS ju'alah, Bank Indonesia bertindak sebagai ja'il ( pemberi pekerjaan ); Ban1c Syariah bertindak sebagai maj 'ullah ( penerima pekerjaan) dan objek/ underlyingju 'alah (mahall al- 'aqd) adalah partisipasi bank syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menepatkannya di Bank Indonesia dalamjumlah danjangka waktu tertentu. 3. Ban1c Indonesia dalam operasi moneternya melalui penertiban SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan (reward/'iwadh/ju '•0 tertentu bagi yang turut berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Ketentuan hukum dari SBIS Ju'alah adalah sebagai berikut: 1. Bank Indonesia wajib memberikan imbalan (reward/'iwadh/ju '!) yang telah dijanjikan kepada Bank Syariah yang telah membantu Bank Indonesia dalam upaya pengendalian moneter dengan cara menempatkan dana di Bank Indonesia dalam jangka waktu tertentu, melalui "pembelian" SBIS Ju'alah. 2. Dana Bank Syariah yang ditempatkan di Bank Indonesia melalui SBIS adalah wadi'ah amanah khusus yang ditempatkan dalam rekening SBIS Ju 'alah, yaitu titipan dalam
11
jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan atau ketentuan Bank Indonesia, dan tidak dipergunakan oleh Bank Indonesia selaku penerima titipan, serta tidak boleh ditarik oleh Bank Syariah sebelumjatuh tempo. 3. Dalam hal Bank Syariah selaku pihak penitip dana (mudi') memerlukan likuiditas sebelum jatuh tempo, ia dapat me-repokan SBIS Ju'alah-nya dan Bank Indonesia dapat mengenakan denda (gharamah) dalamjumlah tertentu sebagai ta'zir. 4. Ban1c Indonesia berkewajiban mengembalikan dana SBIS Ju 'alah kepada pemegangnya pada saat jatuh tempo. 5. Bank syariah hanya boleh/dapat meneii1patka11 kelebihan likuiditasnya pada SBIS Ju 'alah sepanjang belum dapat menyalurkannya ke sektor riil. 6. SBIS Ju 'alah merupakan instrumen moneter yang tidak dapat diperjualbelikan (non tradeable) atau dipindahtangankan, dan bukan merupakan bagian dari portofolio investasi bank syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang sebagai instrumen kebijakan altematif dalam pengendalian moneter sebetulnya adalah sah. Penggunaan akad Ju 'alah kini dalam SBIS yang saat ini merupakan satu-satunya bentuk SBIS yang diterbitkan BI adalah diperbolehkan, karena hal tersebut telah memiliki dasar hukum yang jelas, yakni bank Indonesia adalah sebagai pihak yang memutuskan kebijakan moneter. Jadi SBIS ini sudah memenuhi syarat shari 'a compliance, akan tetapi sebenamya bukan hanya kesesuaian akad saja yang dilihat, tetapi lebih dari itu harus dilihat apakah instrumen SBIS ini telah benarbenar dapat mendatangkan manfaat atau malah berpotensi mendatangkan keburukan (mudharat). Dilihat dari keberhasilan SBIS dalam menyerap kelebihan uang beredar, dapat dikatakan bahwa SBIS ini telah efektif dan mendatangkan manfaat dalam pengendalian moneter . Akan tetapi jika dilihat dari kesesuaian dengan sistem ekonomi islam yang sangat mengedepankan keseimbangan antara perkembangan sektor riil dengan sektor keuangan SBIS Ju 'alah belum sepenuhnya sesuai. Sistem Ju 'alah yang cukup menjanjikan dengan tingkat imbalan yang dipersamakan dengan diskonto SBI menjadi hal yang menarik minat perbankan untuk menyimpan dananya dalam bentuk SBIS. Hal ini tentu saja akan menyebabkan berkurangnya aliran uang untuk sektor produksi. Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebagai salah satu instrumen pengendalian moneter merupakan instrumen yang sudah cukup efektif dalam menyerap kelebihan likuiditas yang ada di masyarakat. Akadju'alah yang kini menjadi satu-satunya akad yang diterapkan dalam penerbitan SBIS pun sudah memenuhi sharia compliance. Semua rukun dan syarat ju 'alah telah terpenuhi. Akan tetapi, mengingat ekonomi Syariah tidak hanya fokus kepada sektor moneter tetapi juga menghendaki perkembangan di sektor riil, SBIS dengan akad ju 'alah ini perlu untuk di tinjau kembali agar keseimbangan perkembangan sektor riil dan moneter dapat tercapai. Policy rate ini akan mempengaruhi pendanaan dan pembiayaan perbankan melalui pasar uang antarbank konvensional dan syari,.ah yang akan mempengaruhi biaya dana perbankan dalam menyalurkan pembiayaannya. Ekspansi investasi dan pembiayaan akan menghasilkan output dan mempengaruhi tingkat inflasi. Dalam pembiayaan syariah haruslah terhindar dari praktek maisir (perjudian), gharar (ketidakjelasan), riba (tambahan), dan batil (ketidakadilan).seperti yang difirmankan Alloh SWT dalam Qur' an : "Allah telah menghalalkanjual beli dan mengharamkan riba ... "(Qs.Al-Baqarah:275) dan juga diwahyukan dalam surat Al-Imron ayat 130:
12
"Wahai orang-orang beriman janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan".(Qs.Al Imron:130) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Tingkat Output, Inflasi dan Kurs Terhadap Pembiayaan Perbankan Syariah Terdapat lima saluran transmisi kebijakan moneter. yang digunakan dalam mengatur perekonomian. Pertama, saluran suku bunga, yang merupakan transmisi kebijakan moneter yang utama dalam ekonomi konvensional. Kebijakan moneter yang ekspansif akan menimbulkan penurunan tingkat bagi hasil dalam jangka panjang, dimana akan mempengaruhi investasi b:isnis dan pengeluaran konsumen pada barang-barang yang tahan lama (durable goods) dan struktur tingkat bunga pasar. Adanya penurunan suku bunga akan mendorong para investor mengalihkan sebagian dana untuk investasi di pasar modal. Kedua, saluran harga aset, yang akan meningkatkan harga aset, dimana hal tersebut akan mendorong para investor untuk lebih tertarik, selanjutnya akan menghasilkan kenaikan permintaan secara agregat. Ketiga, saluran nilai tukar, yang bekerja melalui demand agregat dan supply aggregate. Kebijakan moneter yang ekspansif pada sisi permintaan akan menurunkan tingkat nilai tukar akibat depresiasi,. kondisi ini akan berrpengaruh terhadap sektor perdagangan (riil) dengan nilai ekspor yang lebih besar, namun nilai impomya akan turun, lalu akan mengalami kepada titik keseimbangan yang baru. Keempat, saluran kredit agregat. Menurut pandangan monetaris klasik aturan kredit yang ketat akan menentukan asset, komoditas dan faktor-faktor harga, dan inflasi jangka panjang (long-run inflation) serta mempengaruhi perubahan jumlah uang terhadap pendapatan nasional melalui jalur kekayaan yang m~liputi: kekayaan fisik (rumah,tanah, kendaraan, dsb.), surat berharga, dan uang tunai. Hubungan antara kekayaan dengan pengeluaran total telah dijelaskan oleh Pigou (sering disebut dengan Pigou Effect) yaitu perubahan nilai uang kas riil (real cash balance), baik disebabkan oleh turunya harga (dengan jumlah uang tetap) ataupun naiknya jumlah uang (dengan harga tetap) akan mempengaruhi tingkat konsumsi, sedangkan konsumsi adalah bagian dari pengeluaran total. Kelima, Pertumbuhan ekonomi suatu negara yang dapat dilihat dari indikator GDP. Ukuran GDP yang mengacu pada indeks produksinya disebut dengan Industrial Price Index (IPI). Pertumbuhan indeks ini seiring dengan perkembangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian bertumbuh dan berkembang, nilai indeks produksi suatu negara pun mengalami peningkatan. (Loaysa dan Hebbel, 2002). Mekanisme transmisi kebijakar:. makro baik dalam sistem konvensional maupun syariah pada hakekatnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Perbedaan terdapat pada instrumen yang digunakan yaitu: (1) instrumen konvensional dikurangi rate of interest channel , dan (2) sumber nilai (the source of value for making judgment about indexation) dan, (3) tujuannya (the objections to it). Dalam sintesis syariah, analisis kebijakan ekonomi syariah didasarkan pada prinsip keadilan dan kesesuaian atau kepatutan menurut syara' yang diatur dalam Qur'an dan Hadits (Chapra, 2000). Sebagai lembaga keuangan, perbankan Islam secara tidak langsung terlibat pada pasar valuta asing. Perbankan Islam harus menyusun pedoman kerja operasional bagi dirinya agar juga mempunyai akses yang luas ke pasar valuta asing tanpa harus terlibat pada mekanisme perdagangan yang tidak disetujui atau bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Perdagangan valuta asing dapat diibaratkan dengan pertukaran antara emas dan perak (sharj). Harga atas pertukaran itu dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan antara penjual
13
dan pembeli. sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Bakar: "Jangan menukarkan emas dengan emas dan perak dengan perak melainkan dengan kualitas yang sama, tapi tukarkanlah emas dengan perak menurut yang kanu sukai "(HR.Bukhari) (Arifin, 2005). Teori nilai tukar dalam ekonomi syariah menyebutkan bahwa penyebab fluktuasi nilai tukar mata uang digolongkan dalam dua kelompok, yaitu: natural (alamiah) dan human error (faktor kesalahan manusia), yang diakibatkan oleh korupsi dan kebobrokan administrasi, penetapan pajak penjualan yang tinggi terhadap barang dan jasa, percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan secara berlebihan (Karim, 2005). Teori Permintaan Uang dalam Pembiayaan Perbankan Syariah Menurut Sakti (2006) dalam Hasanah (2007), uang pada dasamya berfungsi sebagai alat transaksi yang diukur dari nilai sebuah barang dan jasa. Dalam Islam urgensi kehadiran uang dipertegas oleh pendapat Rasulullah SAW yang menyebutkan perdagangan yang lebih baik (adil) itu perdagangan yang menggunakan uang (dinar dan dirham). Karena adanya uang inilah hakikat ekonomi dalam perspektif syariah dapat berlangsung dengan baik, yaitu terpelihara dan meningkatnya perputaran harta diantara pelaku ekonomi. Dalam literatur ekonomi syariah, uang dibahas sebagai salah satu alat transaksi, perantara untuk menilai barang dan jasa, dan tidak boleh memainkan peranan sebagai komoditi. Menurut Ibnu Khaldun dalam Siregar (2001), kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut tetapi ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif. Ada perbedaan mendasar terhadap perspektif motif memegang uang dalam sistem syariah yang mengharamkan bunga (interest) dengan sistem konvensional yang menghalalkannya, dalam pandangan syariah, motif seseorang memegang uang terbatas pada motif transaksi dan berjaga-jaga. Permintaan terhadap uang karena motif spekulasi pada dasamya didorong oleh fluktuasi bagi hasil dalam perekonomian kapitalis (Chapra, 2008). Oleh karena itu motif spekulasi tidak dibenarkan dalam pembiayaan syariah yang tidak· berbasis pada bunga. Menurut Imam Ghazali dalam Siregar (2001), adanya uang sebagai ukuran nilai suatu barang maka uang akan berfungsi sebagai media pertukaran. Sedangkan menurut Kahf dalam Siregar (2001) bahwa permintaan uang terutama untuk memenuhi kebutuhan transaksi, bukan untuk kegiatan yang bersifat spekulatif. Menurut sistem syariah, uang adalah.flow concept, uang harus selalu berputar dalam perekonomian. Semakin cepat uang berputar dalam perekonomian berarti akan semakin banyak transaksi yang terjadi, yang nantinya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Inilah salah satu perbedaan lagi antara sistem ekonomi syariah dengan sistem ekonomi konvensional. Pada keuangan konvensional, velositas dari uang itu harus konstan agar kebijakan moneter dengan mengendalikan jumlah uang yang beredar efektif. Pada sistem keuangan syariah, velositas uang yang harus dipercepat, sedangkan jumlah uang beredar menyesuaikan dengan kebutuhan sektor riil. Karakteristik sistem ekonomi syariah yang menggunakan percent reserve banking system dan penggunaan uang komoditi (dinar dan dirham) maka perbankan dalam Islam tidak menciptakan uang giral seperti pada kcnvensional. Sehingga konsep uang beredar dalam ekonomi syariah secara normatif adalah uang kartal itu sendiri. Sedangkan definisi demand deposit dan quasi money tidak termasuk perhitungan jumlah uang beredar. Tapi pada kenyataannya, dimana sistem perbankan syariah kontemporer di Indonesia masih terintegrasi dengan perbankan konvensional, maka pendefinisian M1 (narrow money) dan M2 (broad money) masih ada.
14
Non Performing Financing dalam Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang secara khusus mengatur perbankan syariah, yakni PBI 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Bank Indonesia ditetapkan Non Perfonning Financing (NPF) sebagai acuan rasio perbandingan antara pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang diberikan tidak diperbolehkan lebih dari 5%. Sebab NPF yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba yang diperoleh bank. Pembiayaan dalam hal ini adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain. Pembiayaan bermasalah meliputi pembiayaandengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. NPF merupakan tingkat risiko yang dihadapi bank. NPF adalah jumlah pembiayaanyang bermasalah dan kemungkinan tidak dapat ditagih. Semakin besar nilai NPF maka semakin buruk kinerja bank tersebut. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Adebola et al. (2011) mengenai dampak dari bagi hasil perbankan syariah di Malaysia terhadap volume Desember 2006 sampai dengan Maret 2011. Pada model kinerja perbankan syariah terhadap resiko yang ditimbulkan oleh keadaan makro ekonomi, menggunakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang sama, yakni dengan menggunakan Non Performing Financing sebagai variabel respon dan aspek makro ekonomi sebagai variabel bebas. Salah satu penilaian tingkat kesehatan pembiayaan bank syariah dapat dilakukan dengan cara kt:iantitatif, yaitu melihat nilai NPF (Non Performing Financing), NPF merupakan rasio pembiayaan bermasalah suatu bank syariah terhadap total seluruh pembiayaan yang diberikan bank. Apabila nilai NPF semakin besar, maka bank dalam keadaan tidak sehat. Dalam pembiayaan syariah, pengembalian pinjaman bersifat segera dan bersifat mutlak bagi setiap muslim yang memiliki pinjaman, seperti yang termaktub dalam ayat Qur' an berikut: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sating memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlangsung atas dasar suka sama-suka di antara kamu ". (QS. An-Nisa' : 29). Dari Ibnu 'Umar, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham." (HR.Ibnu Majah). Dari Salamah bin Al Akwa' R.A., beliau berkata : Kami duduk di sisi Nabi SAW Lalu didatangkanlah satu jenazah. ~emudian beliau bertanya, "Apakah dia memiliki hutang?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Tidak ada." Lalu beliau mengatakan, ''Apakah dia meninggalkan sesuatu?" Lantas mereka (para sahabat) menjawab, "Tidak. "Lalu beliau shallallahu ' alaihi wa sallam mensholatkan jenazah tersebut. Kemudian didatangkanlah jenazah lainnya. Lalu para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah shalatkan lah dial" Lalu beliau bertanya ''Apakah dia memiliki hutang?" Para sahabat menjawab, ''Iya. "Lalu beliau mengatakan ''Apakah dia meninggalkari sesuatu?" Para sahabat menjawab, "Ada, sebanyak 3 dinar." Lalu beliau mensholati jenazah tersebut. Kemudian didatangkan lagi jenazah ketiga, lalu para sahabat berkata, "Shalatkanlah dial" Dia bertanya, ''Apakah dia meninggalkan sesuatu?" Para sahabat menjawab, "Tidak ada." Lalu beliau bertanya, ''Apakah dia memiliki hutang ? " Mereka menjawab, ''Ada, tiga dinar." Dia berkata,
15
Shalatkanlah sahabat kalian ini. 11 Lantas Abu Qotadah berkata, 11 Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung hutangnya. 11Kemudian beliau pun mensholatkannya. 11 (HR. Bukhari No. 2289). Kenapa Rasulullah SAW sering berlindung dari hutang ketika shalat? Ibnul Qoyyim dalam Al Fawa'id mengatakan, 11Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak hutang karena banyak dosa akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak utang akan mendatangkan kerugian di dunia. 11
Penelitian Terdahulu Friedman dan Schwatz (1963) sudah terlebih dahulu membuat model keterkaitan antara money supply dan output terhadap financial aggregate. Chapra (2000) menjelaskan bahwa sistem moneter Islam secara mekanisme hampir tidak berbeda dengan sistem konvensional, namun perbedaannya lebih pada sistematika dan instrumen yang digunakan menyangkut bagi hasil serta tujuan kebijakan. Sukmana dan Kasim (2010) menjelaskan lebih detail mengenai transmission channeling kebijakan moneter Islam yang memiliki pengaruh pada besamya pembiayaan di Malaysia. Diasumsikan fungsi produksi f(x) memiliki harga input dan output sebesar 1, dengan model penelitian: IPI=f(IF,ID,ONINGHT) (1) dim ana, IPI adalah output produksi; IF adalah pembiayaan syariah; ID adalah dana pihak ketiga dalam bank syariah, dan ONIGHT adalah suku bunga overnight antar bank. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penurunan pembiayaan perbankan syariah, penlirunan dana pihak ketiga dan kenaikan suku bunga temyata berdampak pada penurunan output produksi. Selanjutnya pada kasus Indonesia, Ascarya (2012) juga mengemukakan model sebagai berikut: CPI =f(IFIN,IDEP,PUAS) (2) dim ana, CPI adalah Indeks harga konsumen; FIN adalah pembiayaan Syariah; IDEP adalah dana pihak ketiga dalam bank syariah, dan PUAS adalah bagi hasil overnight antar bank. Persamaan tersebut menggambarkan bahwa besaran bagi hasil dan output sebagai instrumen ekstemal juga turut mempengaruhi besamya keperluan pembiayaan bank kepada perusahaan. Pada jangka panjang, bank sebagai prinsipal akan melihat seberapa kemampuan pihak perusahaan mengemba1ikan pembiayaannya. Pengembalian tagihan pembiayaan juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian selain oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Sehingga dapat dijelaskan bahwa kineija ekonomi makro juga menentukan kinerja pembiayaan bank, bukan hanya oleh internal operasional perbankan atau perusahaan yang dibiayai saja. K.inerja bank juga dipengaruhi oleh pembiayaan dan keadaan situasi ekonomi. Pembiayaan umumnya dilakukan oleh perbankan, baik yang berazaskan syariah maupun konvensional. Model yang lebih spesifik dikembangkan Adebola et al. (2011), untuk persamaan variabel makro ekonomi terhadap besamya pembiayaan di Malaysia adalah sebagai berikut:
16
= (/1fFIN, 11/NT, 11/ND, 11PPI, 11REER, 11KSLE) = apt dan r = -Clm- L:f=l Ai)
11Zt 1[
(3)
Dim ana, FIN= Tingkat Pembiayaan; INT= tingkat suku bunga; IND=Industrial Production Index; PPI= Producer Price Index; REER= Nilai Tukar dan KSLE= Stock Market Index. Basil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat pembiayaan bank syariah di Malaysia pada jangka panjang ditentukan oleh penurunan tingkat suku bunga dan kenaikan output pada variabel Industrial Production Index (IPI), Inflasi pada sisi penawaran dengan proxy variabel berupa Producer Price Index (PPI) dan kestabilan pasar saham, namun sisi nilai tukar tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Seperti halnya model yang dikembangkan oleh Abdullah (2013) yang menjelaskan tentang dampak pembiayaan terhadap perekonomian sebagai berikut: ln Yt=Bo+ B1lnagit + B2lnyxit +st (4) dim ana, Y adalah real output (GDP); ag adalah pembiayaan syariah; yx adalah nilai tukar dan C:t adalah error term. Basil penelitian tersebut menyatakan hahwa pembiayaan syariah juga dipengaruhi oleh besaran nilai tukar, meskipun secara simultan mempengaruhi output riil. Hal tersebut dijelaskan oleh model perbankan syariah fungsi permintaan uang di Malaysia oleh Kaleem dan Isa (2006) sebagai berikut: ln Mt=ao+a dnYRt+a2lnPet+a3Rt+ut (5) ln Pt=ao+a1lnYRt+a2lnPet+a3RSt+ln Pt-1 +ut (6) Dimana, M adalah fungsi permintaan uang, YR adalah pertumbuhan output (GDP) P adalah ekspektasi harga yang mencerminkan tingkat inflasi RS adalah nisbah bagi hasil syari'ah (yang didapat dari marjin bagi hasil) Ut adalah error term Basil penelitian dari persamaan tersebut menyimpulkan bahwa pada model permintaan uang syariah, GDP berpengaruh positif terhadap permintaan jumlah uang beredar. Sedangkan tingkat inflasi yang diharapkan dan tingkat return syariah yang tercermin melalui nisbah bagi hasil berpengaruh negatif. Sedangkan tingkat bagi hasil tidak secara signifikan mempengaruhi permmtaan jumlah uang beredar.namun dalam jangka panjang tidak cukup bukti untuk m~nunjukkan adanya hubungan antarajumlah uang beredar dengan tingkat harga. Menurut Siregar (2002), permintaan uang dalam sistem syariah tercermin dalam persamaan sebagai berikut : (6) Mt= f(Ys, S, T) Dimana, Y s merupakan barang dan jasa yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar dan investasi produktifyang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
17
S merupakan nilai-nilai moral dan sosial dan kelembagaan (termasuk zakat) yang mempengaruhi alokasi dan distribusi sumberdaya yang tidak digunakan untuk konsumsi yang tidak bermanfaat, investasi yang tidak produktif dan tidak juga untuk motif spekulasi. T adalah profit and loss sharing. Konsep pembiayaan syariah mendefinisikan Y s merupakan output yang termasuk untuk pemenuhan konsumsi yang tidak bermanfaat dan investasi yang non produktif. Sedangkan karakteristik Y s merupakan sesuatu yang normatif yang belum mencerminkan kenyataan saat ini, tetapi bukan hal yang mustahil juga untuk dicapai jika Islam dilaksanakan secara kaffah. Selanjutnya, S juga merupakan nilai-nilai sosial yang tidak harus dikuantifikasi. Sedangkan T merupakan keuntungan bagi hasil dari pembiayaan perbankan syariah. Hal ini terlihat dalam persamaan sebagai berikut: 11Zt = (!1rLOS, /1/ NT, 11/N D, !1P PI) (7) rr =apt danr = -(1 m - L,I=l ~? A) I Dim ana, LOS = proxy Non Performing Financing bank syariah; INT= tingkat suku bunga; IND=Industrial Production Index; PPI= Producer Price Index. First difference operator ditunjukkan dengan b., E adalah white noise error tenn. Kointegrasi ditunjukkan dengan lag level sama dengan nol. Dengan kata lain, null hypothesis adalah 81 = 8 2 = 8 3 = 84 = 8 5 =86 = 0. Jadi jika F statistik lebih besar dari critical value maka hipotesis nol ditolak. Untuk mengetahui hubungan timbal balik dan menguji adanya keberadaan kointegrasi, maka digunakan Uji Kausalitas Granger dengan persamaan berikut: 11Zt = rr:Zt-1 + r 1 11Zt-1 + r zl1Zt-2 + ... + r pl1Zt-P + Et (8) Basil penelitian dari persamaan tersebut menjelaskan bahwa kenaikan Industrial Production Index yang merupakan proxy dari output riil dari dari sisi penawaran memiliki pengaruh negatif terhadap pembiayaan bermasalah (NPF). Sedangkan kenaikan harga output yang tercermin dari Production Price Index dan suku bunga memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan bermasalah. Penelitian ini didukung oleh Joseph et.al. (2012) yang memperlihatkan bahwa variabel ekonomi seperti inflasi dan tingkat suku bunga memiliki pengaruh positif terhadap non performing finance (NPF) bank syariah dalam jangka panjang. Shu (2002) menjelaskan sebaliknya bahwa dalam jangka pendek dari sisi harga permintan dan bagi hasil nominal berpengaruh negatif terhadap NPF. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ataupun penelitian yang lain adalah lebih berfokus pada pengaruh faktor-faktor makro ekonomi terhadap pembiayaan dan Non Performing Finance saja, dimana instrumen dari pembiayaan tersebut adalah modal kerja, investasi dan produksi dan kinerja perbankan syariah pada kedua negara yakni Indonesia dan Malaysia. Kerangka Pemikiran
Bentuk analisis yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif, analisis uji beda rata-rata dua populasi dan analisis kointegrasi dan Impulse Response. Pada tahap akhir, analisis dilakukan secara deskriptifterhadap penyebab persamaan maupun perbedaan kinerja pembiayaan industri perbankan syari'ah di Indonesia dan industri perbankan syariah di Malaysia akibat kebijakan makro ekonomi yang diterapkan pada kedua sistem perbankan di Negara tersebut yakni kebijakan secara syariah maupun konvensional dalam satu negara. Secara sistematis kerangka pemikiran konseptual dapat dijelaskan sebagai berikut:
18
-Sistem Perbankan Indonesia -Sistem Perbankan Malaysia
~
~
.
Kebijakan Makro Ekonomi (Perubahan Inflasi, Nisbah Bagi Hasil, Pertumbuhan ekonomi, Jumlah uang beredar dan Industrial Production Index)
~
~ Pembiayaan Bank Syariah di Malaysia
Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia 1. 2.
3.
1. Pembiayaan Investasi 2. Pembiayaan Modal Kerja 3. Pembiayaan Konsumsi
Pembiayaan Investasi Pembiayaan Modal Kerja Pembiayaan Konsumsi
I
1
(
Analisis Kinerja Pembiayaan Bank Syariah
l
I
I NPF Bank Syariah di Malaysia
NPF Bank Syariah di Indonesia
1
I
~ Analisis Faktor-faktor Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia
! 1. Uji Kointegrasi
2.
Analisis VECM
3. Granger Causality Test 4. Uji Impulse Response Function (IRF) 5. Forecast Error Variance Decomoosition (FEVD)
! Kesimpulan dan Saran
Gambar 4. Alur Penelitian
19
Hipotesis Dari teori dan penalaran, bahwa keadaan makroekonomi secara simultan akan menentukan tingkat dan kinerja pembiayaan maka hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pembiayaan di Malaysia dan Indonesia memiliki perbedaan yang diakibatkan faktor makro ekonomi. 2. Respon kebijakan ekonomi makro terhadap resiko pembiayaan diukur dengan melihat perubahan pada variabel Non Performing Financing dan Pembiayaan Perbankan syariah dengan menggunakan variabel tingkat bagi hasil yang berpengaruh positif pada pembiayaan perbankan syariah dan mempengaruhi secara nyata tingkat kegagalan pembiayaan bank syariah baik di Malaysia maupun di Indonesia dibandingkan variabel ekonomi yang lain. 3. Pembiayaan perbankan Malaysia lebih maju dibandingkan Indonesia disebabkan oleh faktor stabilitas ekonomi makro. 4. Kejutan pada sisi permintaan diukur dengan respon inflasi yaitu menggunakan proxy variabel Consumer Price Index (CPI) yang akan berpengaruh negatifterhadap variabel kinerja pembiayaan perbankan syariah. 5. Untuk model pembiayaan berbasis syari'ah pada jangka panjang, tingkat output yang diproxykan oleh Industrial Production Index (IPI) berpengaruh positif, sedangkan inflasi dan bagi hasil berpengaruh negatif; 6. Permintaan uang secara luas (M2) mempengaruhi secara positif terhadap besaran pembiayaan perbankan syariah. 7. Nilai tukar ringgit lebih stabil dibandingkan dengan nilai tukar rupiah dan mempengaruhi secara positif pada pembiayaan syariah.
3 METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data J enis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang bersifat kuantitatif dan merupakan data deret waktu bulanan, yakni data pada periode waktu penelitian antara Januari 2005 sampai dengan Desember 2012. Data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI), CEIC, data-data pada Badan Pusat Statistik (BPS), Perbankan Syariah (SPS) sumber lainnya. Tabel. 3 Jenis Data Penelitian J enis Data Sumber Data No Peubah --------~------~----~--~--~~~ Pembiayaan Bank Statistik Bank Indonesia dan 1 Pemb!ayaan Syariah Syariah Statistik Bank Negara Malaysia Islamic Interbank Statistik Bank Indonesia dan 2. Tingkat Bagi hasil Rate& Statistik Bank Negara Malaysia SBIS (Juallah) Harga Badan Pusat Statistik (BPS) dan Index 3. Demand Pull Inflation Konsumen Department of Statistic Malaysia 4. Jumlah Uang Beredar M2 IFS & CEIC Industrial Prcduction Badan Pusat Statistik (BPS) dan 5. Output Department of Statistic Malaysia Index 6. K.redit Bermasalah Non Performing Statistik Bank Indonesia dan Financing (NPF) Statistik Bank Negara Malaysia Nilai Tukar Domestik/ Statistik Bank Indonesia dan 7. Nilai Tukar Dollar Amerika Statistik Bank N egara Malaysia
Metode Analisis Dalam melihat pengaruh aspek makroekonomi terhadap pembiayaan perbankan syariah, penelitian ini akan menggunakan metode Vector Autoregressive (VAR) apabila data stasioner pada level. Namun jika variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner pada level, atau dalam kata lain pada first differencenya, maka akan digunakan metode Vector Error Correction Model (VECM). Tahapan awal yang harus dilakukan adalah pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data-data yang secara umum dianggap relevan dan mempunyai hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Langkah kedua adalah pengujian akar unit dari seluruh data yang sudah terkumpul. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pengujian akar unit ini biasannya dilakukan dengan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Adapun tujuan dari pengujian akar unit ini adalah untuk mengu_~i stasioneritas dan derajat integritas dari variabel tersebut. Jika seluruh data bersifat stasioner pada level, maka kita bisa langsung melakukan estimasi V AR terhadap data tersebut. Apabila data yang ada tidak stasioner pada level maka akan dilakukan uji kointegrasi pada level dan apabila hasilnya terkointegrasi, maka dapat dilakukan estimasi terhadap data mep ggunakan estimasi VECM. Adapun tahapan proses pengolahan data dengan menggunakan VAR dapat dilihat pada gambar 5:
21
I Data Time Series I I I
I
/ Korelasi Tinggi
+ SVAR
•
+
•
•
Pengujian
Stasioner
•
VAR
I I
~ Uji Korelasi
~ Korelasi Rendah
Akar TJnit
I
----
Uji Kointegrasi Pada Level
I
Terkointegr asi
~
Tidak Stasioner
I
---I \
Uji Akar Unit Pada difference
i
Tidak terkointegr asi
+ + VECM VAR I I I I I
• •
1st
Stasioner
Tidak Stasioner
+ I VARFD ~
Imvulse Resvonse dan Forecast Error Decomvosition of Variance
l
.. ,z Gambar 5. Alur Tahapan Anahsts V AR dan VECM Vector Autoregressive (VAR) Sebagaimana dalam Firdaus (2011), bahwa pemodelan VAR adalah bentuk pemodelan yang digunakan untuk multivariate time series analysis. Model VAR menjadikan semua variabel bersifat endogen. Spesifikasi model VAR meliputi pemilihan variabel dan banyaknya selang (lag) yang digunakan dalam model. Variabel yang digunakan dalam persamaan VAR dipilih berdasarkan teori ekonomi yang relevan. Pemilihan selang optimal kemudian akan menggunakan kriteria informasi seperti Akaike Info Criterion (AIC) , Schwarz Info Criterion (SC), maupun Harman-Quinn Criterion (HQ). Penggunaan pendekatan struktural atas pemodelan persamaan simultan biasanya menerapkan teori ekonomi di dalam usahanya untuk mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ingin diuji. Akan tetapi sering ditemukan bahwa teori ekonomi saja ternyata tidak cukup baik di dalam menyediakan spesifikasi yang tepat atas hubungan dinamis antar variabel. Terkadang proses estimasi dan inferensi bahkan menjadi lebih rumit karena keberadaan variabel endogen di kedua sisi persamaan yaitu endogenitas variabel di sisi dependen dan independennya. Metode V AR muncul sebagai solusi permasalahan ini dengan membuat semua variabel berpotensi menjadi variabel endogen. Dalam hal ini VAR, pada setiap variabel baik level maupun first difference, diperlakukan secara simetris di dalam sistem persamaan yang mengandung regressor set yang sama. Secara garis besar terdapat empat hal yang ingin diperoleh dari pembentukan sebuah sistem persamaan, yaitu deskripsi data, peramalan, inferensi struktural, dan analisis kebij akan. VAR menyediakan alat analisa bagi keempat hal tersebut melalui empat macam penggunaannya, seperti Forecasting untuk ekstrapolasi nilai saat ini dan masa depan seluruh variabel dengan memanfaatkan seluruh informasi masa lalu variabel, Impulse Response Functions (IRF) untuk melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat perubahan atau shock suatu variabel tertentu, Forecast Error Rangkuman catatan perkuliahan Pascasatjana Ilmu Ekonomi IPB, 2012
2
22
Decomposition of Variance (FEDVs) untuk memprediksi kontribusi persentase varians setiap variabel terhadap perubahan suatu variabel tertentu, dan Granger Causality Test yang digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel. Model V AR yang dikembangkan oleh Sims (1980), model dasamya hampir sama dengan model untuk menguji Kausalitas Granger (Enders, 2000). V AR adalah model apriori terhadap teori ekonomi. Namun demikian model ini sangat berguna dalam menentukan tingkat eksogenitas suatu variabel ekonomi dalam sebuah sistem ekonomi di mana terjadi saling ketergantungan antar variabel dalam ekonomi. Model ini juga menjadi dasar munculnya metode kointegrasi Johansen (1989) yang sangat baik dalam menjelaskan perilaku variabel dalam perekonomian. Model V AR secara matematis dapat diwakili oleh. Yt= Aot + A1Yt-1 + A2Yt-2 + ··· + AvYt-p + et (9) dimana yt adalah vektor dari variabel-variabel endogen sebanyak n.l yang berisikan n variabel yang terdapat pada sebuah model VAR, AO adalah vektor dari variabel-variabel eksogen sebanyak d termasuk di dalamnya konstanta (intercept). Al, ... ,Ap, adalah matriksmatriks koefisien yang akan diestimasi, dan st adalah vektor dari residual-residual yang secara kontemporer berkorelasi teta pi tidak berkorelasi dengan nilai-nilai lag mereka sendiri dan juga tidak berkorelasi dengan seluruh variabel yang ada dalam sisi kanan persamaan di atas. Model VAR tidak banyak tergantung pada teori dalam penyusunan model.Oleh karenanya, para praktisi kadang-kadang malah mengestimasi IRF (Impulse Response Function). IRF inelacak respons dari variabel terikat pada model VAR hila terjadi perubahan shock melalui ul dan u2 (untuk model dengan 2 variabel). Vector Error Correction Model (VECM) Unit root dan stationeritas merupakan syarat untuk menggunakan ECM, dimana ECM hanya digunakan jika minimal salah satu variabel tidak stasioner. Jika seluruh yang digunakan temyata stationer, persamaan tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan OLS. Vector Error Correction Model adalah V AR teristriksi yang digunakan untuk variabel non stasioner namun memiliki potensi terkointegrasi (Enders, 2000). Restriksi tambahan ini harus diberikan karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner pada level, tetapi terkointegrasi setelah dilakukan pengujian kointegrasi pada model yang digunakan. VECM selanjutnya memanfaatkan informasi restriksi kointegrasi ke dalam spesifikasinya. Oleh karena itu , VECM merupakan desain V AR bagi series non stationer yang memiliki hubungan kointegrasi. Dengan demikian, dalam VECM terdapat speed of adjustment dari jangka pendek ke jangka panjang. Adapun spesifikasi model VECM secara umum adalah sebagai berikut (Juanda,2012): flyt = Aot+r1flYt-1 + r2Yt-2 + 1rYt-p + e (10) dimana Ytadalah vector yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian; A 0 adalah vector intercept n dan r merupakan fungsi da.'l koeefisien dari pada persamaan (4). Matriks n dapat dipecah menjadi dua matriks, yc.itu A dan ~ dengan dimensi (n x n). n = A + ~-r, dimana merupakan matriks penyeseaian, Ame':llpakan vektor kointegrasi, dan T merupakan rank kointegrasi. Matrik model fak!or makr'J ekonomi terhadap pembiayaan dapat dilihat sebagai berikut: a 11 (L) lFNt a 21 (L) lNTt a 31 (L) liPt = a 41 (L) liNt lXRt as1CL) a 61 (L) lJBt
a 12 (L) a 21 (L) a 32 (L) a4z(L) asz(L) a6z(L)
a13(L) a 23 (L) a 33 (L) a43(L) a 53 (L) a 63 (L)
a 14 (L) a 24 (L) a34(L) a44(L) a 54 (L) a 64 (L)
a1 5(L) azs(L) a3s(L) a4s(L) a 55 (L) a6s(L)
a 16 (L) a 26 (L) a36(L) a4 6(L) a 56 (L) a66(L)
a 17 (L) az7(L) a37(L) a 47 (L) as7(L) a67(L)
a1sCL) a 28 (L) a 38 (L) a4s(L) as 8(L) a 68 (L)
rFNt-1 lNTt_ 1
+
lliP,_,
liNt-1 lXRt_ 1 lJBt-1
+
Elt Ezt E3t E4t Est E6t
(11)
23
Sedangkan matriks pada pengaruh makro ekonomi terhadap non performing financing adalah sebagai berikut: au (L) lNPt lFNt az1CL) lNTt a31(L) liPt = a41(L) liNt as1CL) lXRt a61CL) a 71 (L) lJBt
a12 (L) a 21 (L) a32(L) a4z(L) asz(L) a6z(L) a 72 (L)
a 13 (L) az3(L) a 33 (L) a43 (L) as3(L) a 63 (L) a 73 (L)
a14(L) az4(L) a34(L) a44(L) as4(L) a 64 (L) a74(L)
a 15 (L) a 25 (L) a 35 (L) a4 5(L) a 5s(L) a 65 (L) a7s(L)
a16(L) a 26 (L) a 36 (L) a46(L) as6(L) a 66 (L) a76(L)
a 17 (L) az 7(L) a37(L) a47(L) as7(L) a 67 (L) a 77 (L)
a1s(L) azs(L) a3s(L) a48 (L) a 58 (L) a6s(L) a 78 (L)
+
lNPt_ 1 lFNt- 1 lNTt_ 1 liPt-1 liNt-1 lXRt_ 1 lJBt-1
+
Elt Ezt E3t E4t ( 12) Est E6t En
Engel dan Granger (1987) telah membuktikan bahwa variabel yang terkointegrasi seperti ini mempunyai koreksi kesalahan. Hubungan kointegrasi tidak boleh diabaikan begitu saja. Oleh karena itu, diperlukan suatu model yang mampu merestriksi kesalahankesalahan tersebut. Model VAR yang sebelumnya, kemudian direstriksi untuk memperoleh model yang lebih baik untuk mengestimasi hasil amatan yang dinamakan VECM. Spesifikasi VECM merestriksi hubungan jangka panjang variabel-variabel endogen agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasinya, namun tetap membiarkan keberadaan dinamisasi j angka pendek. Uji Stabilitas Data Sebelum melakukan estimasi VAR atau VECM terlebih dahulu harus dilakukan beberapa pengujian. Berikut ini adalah beberapa pengujian yang harus dilakukan: 1. Uji Stasioneritas Data Uji stasioneritas dapat dilakukan dengan metode ADF sesuai dengan bentuk tren deterministik yang dikandung oleh setiap variabel. Hasil series stasioner akan berujung pada penggunaan VAR dengan metode standar. Sementara series non stasioner akan berimplikasi pada dua pilihan VAR, yaitu VAR dalam bentukfirst difference atau VECM. Keberadaan variabel non stasioner meningkatkan kemungkinan keberadaan hubungan kointegrasi antar variabel. Maka pengujian kointegrasi diperlukan untuk mengetahui keberadaan hubungan tersebut. Pengujian kointegrasi sebaiknya tetap dilakukan pada data stasioner, mengingat terdapatnya kemungkinan kesalahan pengambilan kesimpulan pengujian unit root terkait dengan the power of test. 2. Penentuan Lag Optimal . Untuk memperoleh panjang selang yang tepat, maka perlu dilakukan tiga bentuk pengujian secara bertahap. Pada tahap pertama akan dilihat panjang selang maksimum sistem VAR yang stabil. Stabilitas sistem VAR dilihat dari nilai inverse roots karakteristik AR polinomialnya. Suatu sistem VAR dikatakan stabil atau stasioner jika seluruh akar unitnya memiliki modulus lebih kecil dari satu dan semuanya terletak di dalam unit circle (Lutkepohl dan Kratzig, 2004). Pada tahap kedua, panjang selang optimal akan dicari dengan menggunakan kriteria informasi yang tersedia. Kandidat selang yang terpilih adalah panjang selang menurut kriteria Akaike Information Criterion (AIC) dan Schwarz Information Criterion (SC). Jika kriteria informasi hanya merujuk pada sebuah kandidat selang, maka kandidat selang tersebut optimal. Jika diperoleh lebih dari satu kandidat, maka pemilihan dilanjutkan pada tahap ketiga. Pengujian dengan menggunakan AIC akan mengikuti persamaan sebagai berikut:
24
AIC =log+ [L Ec 2 /N] + 2kjN (13) dimana l:et adalah jumlah residual kuadrat, sedangkan N dan k masing-masing merupakan jumlah contoh dan jumlah variabel yang beroperasi pada persamaan tersebut. Besarnya lag optimal ditentukan oleh lag yang memiliki nilai criteria AIC yang terkecil. Selain melalui kriteria AIC, pemillihan lag optimum juga dapat dilakukan berdasarkan Schwarz Information Criterion (SC). Kriteria SIC dapat ditulis dalam persamaan berikut : SIC = AIC(q)
q
+ (y;)(logT- 1)
(14)
dimana:on q = jumlah variabel T = jumlah observasi SIC= Schwarz Information Criterion Pada tahap terakhir, nilai Adjusted R 2 variabel VAR dari setiap kandidat selang dibandingkan dengan penekanan pada variabel-variabel penting dalam model VAR tersebut. Selang optimal akan dipilih dari sistem VAR dengan selang tertentu yang menghasilkan nilai Adjusted R2 terbesar pada variabel-variabel penting dalam sistem. 3. Pengujian Hubungan Kointegrasi Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara variabel-variabel yang meskipun secara individual tidak stasioner, tetapi kombinasi linier antara variabel tersebut dapat menjadi stasioner. Salah satu syarat agar tercapai keseimbanganjangka panjang adalah galat keseimbangan harus berfluktuasi di sekitar nol. Dengan kata lain, error term harus menjadi sebuah data time series yang stasioner. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan uji kointegrasi, seperti Engle-Granger Cointegratiopn Test, Johansen Cointegration Test, dan Cointegration Regression Durbin-Watson Test. Suatu data time series dikatakan terintegrasi pada tingkat ke-d atau sering disebut I(d) jika data tersebut bersifat stasioner setelah pendiferensian sebanyak d kali (Engle dan Granger, 1987). 4. Uji Stabilitas Model VAR Dalam prakteknya, stabilitas sistem VAR dapat dilihat dari nilai inverse roots karakteristik AR polinomialnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai modulus di Tabel AR rootsnya, jika seluruh nilai AR roots-nya di bawah satu, maka sistem tersebut stabil. 5. Bentuk Urutan Variabel (ordering) Kebutuhan bentuk urutan variabel sesuai dengan uji kausalitas hanya terjadi jika nilai korelasi residual antar variabel di dalam sistem secara mayoritas (lebih dari 50 persen) menjadi 0,2. Jika mayoritas nilai korelasi antar variabelnya bernilai di atas 0,2 maka spesifikasi urutan variabel sesuai dengan teori ekonomi atau uji kausalitas perlu dilakukan. Jika hasilnya yang ditemukan kontradiktif atau sebaliknya, maka bentuk urutan yang tepat tidak perlu dipermasalahkan. Model Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Adebola et al. (2011) mengenai dampak dari bagi hasil perbankan syariah di Malaysia terhadap volume pembiayaan periode Desember 2006 sampai dengan Maret 2011. Dalam pembuatan model kinerja perbankan syariah terhadap resiko yang ditimbulkan oleh keadaan makro ekonomi, penelitian ini juga berpedoman pada model penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang sama, yakni dengan menggunakan Non Performing Financing sebagai variabel respon dan aspek makro ekonomi sebagai variabel peubah. Salah satu penilaian tingkat kesehatan pembiayaan bank syariah dapat dilakukan dengan cara kuantitatif, yaitu melihat nilai NPF
25
(Non Performing Financing), NPF merupakan rasio pembiayaan bermasalah suatu bank syariah terhadap total seluruh pembiayaan yang diberikan bank. Apabila nilai NPF semakin besar (>5%), maka bank dalam keadaan tidak sehat atau beresiko dalam penyaluran pembiayaan. Jika variabel-variabel dalam regresi linier, baik variabel terikat maupun variabel bebas memiliki akar unit, biasanya error juga akan mengandung akar unit. Pada keadaan ini muncul regresi lancung. Namun sering ditemukan bahwa error tidak mengandung tren, dan meskipun variabel terikat maupun variabel bebas mengandung tren. Keadaan seperti ini sering disebut sebagai kasus variabel terikat berkointegrasi dengan variabel bebas. Dengan demikian, jika terjadi kointegrasi, masalah regresi lancung akan hilang. Dalam keadaan dimana variabel terikat dan bebas tidak stasioner namun berkointegrasi, model yang cocok digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Lebihjauh lagi, VAR (Vector Auto Regression) yang teristriksi yakni VECM (Vector Error Correction Model) digunakan dan uji-uji seperti Impulse Response Function dan Decomposition Variance untuk melihat keseimbangan dalam jangka panjang pembiayaan terhadap variabel makro ekonomi. Selain itu model VECM juga mengacu pada penelitian tentang studi empiris antara makro ekonomi dan pertumbuhan investasi pembiayaan perbankan syariah yang dilakukan oleh Furqani dan Mulyani (2009) . Model ini mampu menganalisis tingkat stasioneritas kinerja perbankan dan mampu menganalisis respon atau dampak guncangan variabel-variabel makro ekonomi terhadap variabel penentu kinerja perbankan syariah maupun konvensional. Sedangkan untuk melihat signifikansi perbedaan kegiatan usaha pembiayaan bank syariah di Malaysia dan Indonesia penulis menggunakan uji deskriptif dan uji beda rata-rata populasi. Jika data stasioner pada level maka model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model yang mengacu pada model yang dikembangkan oleh Pesaran dan Shin (2001) menggunakan persamaan Vector Auto Regressive Model (VAR) sebagai berikut: Zt = J..L+ If=1 AiZt-1 +Et (15) Dimana: Zc= Variabel analisis pembiayaan syariah baik di Indonesia maupun Malaysia yang terdiri dari total pembiayaan syariah di masing-masing Negara yakni: NT: Nisbah Bagi Basil (SBIS); IN: Inflasi(Pertumbuhan Indeks Barga Konsumen (CPI));IP:Industrial Production Index(IPI);JB:Jumlah Uang Beredar; XR:Nilai Tukar Mata Uang Domestik terhadap US Dollar A= parameter dalam bentuk matriks polinomial (finite order matrix) dengan lag operator i E = vector white noise i= panjang lag (ordo) VAR Tetapi jika data tidak stasioner pada level maka akan digunakan persamaan Vector Error Correction Model (VECM) sebagai berikut: ilYt = nYt-1 + r 1 ilYt-1 + r zLlYt-2 + ... + r pLlYt-P + Et (16) Dimana persamaan VECM untuk pembiayaan di Indonesia adalah: LlYt = (ilfLFNI, ilLNTI, ilLINI, ilLIPI, ilLXRI, ilLJBI); n = a{JT dan r = -(1m- If=1 Ai) . Dimana: LFNI :Total Pembiayaan Syariah di Indonesia ; LNTI :Nisbah Bagi Basil (SBIS); LINI :Inflasi (Pertumbuhan Indeks Barga Konsumen (CPI)) di Indonesia; LIPI :Industrial Production Index(IPI) di Indonesia; LJBI :Jumlah Uang Beredar di Indonesia; LXRI:Nilai Tukar Mata Rupiah terhadap US Dollar.
26
dan persamaan VECM untuk pembiayaan di Indonesia adalah: L\Yt = (L.\fLFNM, L.\LNTM, L.\LINM, L.\LIPM, L.\LXRM, L.\LJBM); rr = a[J• dan r =-(1m- Lf=1 Ai). Dimana: LFNM :Total Pembiayaan Syariah di Malaysia; LNTM :Nisbah Bagi Hasil (Malaysia Islamic Interbank Index); LINM :Inflasi (Pertumbuhan Indeks Harga Konsumen (CPI)); LIPM :Industrial Production Index Malaysia(IPX); LJBM :Jumlah Uang Beredar di Malaysia; LXRM:Nilai Tukar Mata Uang Ringgit terhadap US Dollar. Parameter dugaan : A1, A4, A5, A6 >O;A2, A3 <0 Sarna halnya dengan model persamaan pada faktor makro ekonomi yang mempengaruhi pembiayaan, untuk uji faktor penentu kebijakan makro ekonomi terhadap Non Performing Financing sendiri dianalisis dengan metode V AR atau jika data tersebut tidak stasioner pada level maka digunakan metode VECM. Diharapkan dengan metode tersebut dapat diketahui hubungan antar peubah, dan jika datanya terkointegrasi, dapat diketahui perilaku jangka pendek dan jangka panjang. Nilai koefisien yang terbentuk dapat diketahui besar dan arah pengaruh sisi determinasi kebijakan terhadap pembiayaan perbankan syariah. Model tersebut, secara garis besar dituliskan sebagai berikut: L\Zt = rrZt-1 + r 1L.\Zt-1 + r zLlZt-2 + ... + r pL\Zt-P + Et (17) Dimana, L\Zt = (L.\fLNPI, L.\LFNI, L.\LNTI, L.\LINI, L.\LIPI, L.\LXRI, L.\LJBI); TI = aW dan r = -(1m-
If=1 Ai) · Dimana, LNPI : Non Performing Financing Gross Bank Syariah di Indonesia; LFNI :Total Pembiayaan Syariah di Indonesia; LNTI :Nisbah Bagi Hasil (SBIS); LINI :Inflasi(Pertumbuhan Indeks Harga Konsumen (CPI)) di Indonesia; LIPI :Industrial Production Index(IPI) di Indonesia; LXRI :Nilai Tukar Mata U ang Rupiah terhadap US Dollar; LJBI :Jumlah Uang Beredar di Indonesia. dan persamaan VECM untuk pembiayaan bermasalah atau Non Performing Finance Indonesia adalah: L\Zt = (L.\rLNPM, L.\LFNM, L.\LNTM, L.\LINM, L.\LIPM, L.\LXRM, L.\LJBM); n: = aWdan r =-(1m- Lf=1 Ai). Dimana, LNPM: Non Performing Financing Gross Bank Syariah di Malaysia; LFNM :Total Pembiayaan Syariah di masing-masing negara; LNTM :Nisbah Bagi Hasil (Malaysia Islamic Interbank Index) ; LINM :Inflasi(Pertumbuhan Indeks Harga Konsumen (CPI)) di Malaysia; LIPM :Industrial Production Index(IPX) di Malaysia; LXRM :Nilai Tukar Mata Uang Ringgit terhadap US Dollar; LJBM :Jumlah Uang Beredar di Malaysia. Parameter dugaan: A1, A3, A 4 >0; A2, A5, A6 ,A7 <0
di
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan Usaha Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukan kebutuhan masyarakat akan hadimya institusiinstitusi keuangan yang dapat memberikanjasa keuangan yang sesuai dengan syariah. Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. Untuk menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem perbankan yang sesuai syariah, pemerintah telah memasukkan dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil dan secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan perundang-undangan tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia. Kemudian, pada Tahun 1998 dikeluarkan UU No.10 tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah. Pada Tahun 1999 dikeluarkan UU No.23 tentang Bank Indonesia yang memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untu.k dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah. Industri perbankan syariah berkembang lebih cepat setelah kedua perangkat perundang-undangan tersebut diberlakukan. Dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia (2002) selama periode krisis ekonomi, bank syariah menunjukkan kinerja yang relatif baik dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (Non Performing Financing) pada bank syariah atau biasa disebut Non Performing Financing (NPF) dan tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya . Hal tersebut dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga dan pada akhimya dapat menyediakan dana investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah kepada masyarakat. Data menunjukkan bahwa bank syariah relatif lebih dapat menyalurkan dana kepada sektor produksi dengan LDR berkisar antara 113-117 persen. Pengertian bank menurut UU no 7 tahun 1992 tentang perbankan secara umum sebagaimana telah diubah dengan UU no 10 tahun 1998 adalah: 1. Bank adalah badan us aha yang ·menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarafhidup masyarakat banyak.
28
2.
Bank umum adalah bank yang .melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 1 menyebutkan batasan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan tarafhidup rakyat banyak. Sedangkan Banlc Syariah adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam UU no 7 tahun 1992 tentang perbanlcan yang saat ini telah diubah dengan UU no.lO tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk Unit Usaha Syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan pengertian Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat banlc umum konvesional yang berfungsi sebagian kantor induk dari Kantor Cabang Syari'ah atau Unit Syariah, atau unit kerja di Kantor cabang Asing yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor Cabang Pembantu Syariah dan atau Unit Syariah. Adapun kegiatan usaha perbankan syariah di Indonesia menurut prinsip perbankan syariah menurut Undang-Undang RI No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan dalam pasal 1, pengertian Prinsip Syariah adalah : "Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyediaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). " Mengenai Produk dan J asa perbankan syariah di Indonesia, Karim (2005) menjelaskan pada dasamya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga besar, yaitu Produk Penghimpunan Dana (funding), Produk Penyaluran Dana (financing) dan Produk Jasa (service). Secara rinci kegiatan pembiayaan di Indonesia meliputi: 1. Kegiatan Penyaluran Dana Dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman pada prinsip kehatihatian. Untuk itu bank wajib meneliti secara seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan asas pembiayaan yang ':'ehat. Dalam penyaluran dana kepada nasabah, Karim (2005) menguraikan secara garis besar terdapat empat kelompok prinsip operasional syariah, yaitu: 1. Prinsip Ba 'i (jual beli) Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut: a. Pembiayaan Murabahah Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari
29
2.
pemasok ditambah keuntungan (margin). Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. b. Pembiayaan Salam Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Kuitansi, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti, dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. c. Pembiayaan Istishna Produk Istishna menyerupai produk salam, namun pembayarannya dapat dimuka, dicicil atau dibelakang. Skim istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur, industri kecil-menengah dan kontruksi. Kriteria barang pesanan seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlah harus jelas serta disepakati saat akad dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. 2. Prinsip Ijarah Wa Iqtina (Sewa Beli) Ijarah Wa Iqtina adalah akad sewa-menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam dunia usaha dikenal dengan financing lease. Harga sewa dan harga beli ditetapkan bersama di awal perjanjian. Transaksi ijarah dilandaskan adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasamya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, perbedaannya adalah bila pada jual beli obyek transaksinya barang, sedangkan ijarah obyek transaksinya adalahjasa. 3. Prinsip Syirkah (Bagi Hasil) Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah: a. Musharakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. b. Murabahah, yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Produk Jasa (service). J as a keuangan ini tidak ditujukan ul1tuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun demikian, tetap diperbolehkan untuk meminta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan jasa tersebut. Jasa perbankan ini adalah akad-akad tabbaru '. 1. Walakah (Perwakilan) Perjanjian antara bank dengan nasabah untuk mentransfer dana dari nasabah kepada seseorang di tempat lain, termasuk juga mengeluarkan letter of credit (LIC). 2. Kafalah (garansi Bank) Merupakan pemberian garansi oleh pihak bank kepada nasabah untuk menjamin pelaksanaan proyek dan pemenuhan kewajiban tertentu kepada pihak yang dijamin.
30
3. Hiwalah (Alih Hutang Piutang) Perjanjian pengalihan hak .dan kewajiban nasabah pihak pertama (piutang) kepada bank sebagai pihak ke dua dari nasabah lain pihak ketiga (berhutang). Bank melaksanakan pembayaran lebih dahulu atas transaksi yang timbul baik dari jual beli atau transaksi lainnya setelah hutang piutang tersebut jatuh tempo, pihak ketiga akan melakukan pembayaran kepada bank (anjak piutang). 4. Rahn (Gadai) Perjanjian penyerahan barang untuk menjadi agunan dari fasilitas pembiayaan yang diberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. 5. Qardh Perjanjian pinjaman, dimana pembeti pinjaman (kreditor) memberikan pinjaman kepada pihak lain dengan ketentuan penerima pinjaman akan mengendalikan pinjaman tersebut pada waktu yang sama ketika pinjaman itu diberikan. qardhul hasan merupakan perjanjian qardh untuk tujuan kesejahteraan seperti pendidikan, pengusaha kecil dan kebutuhan darurat lainnya. Peminjam berkewajiban untuk mengt:mbalikan pokok pinjaman. Namun tidak dituntut untuk mengembalikan lebih dari pokok pinjaman kecuali atas keikhlasan pemmJam. Berikut adalah aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja dalam perbankan syariah di Indonesia (Antonio, 2001): 1. Akad dan Aspek Legalitas Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatanlperjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hinggayaumil qiyamah nanti. 2. Lembaga Penyelesaian Sengketa Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh kejaksaan Agung Republik Indonesia atau Majelis Ulama Indonesia. 3. Struktur Organisasi Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produkproduknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang
31
Saham. Setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomenclasi dari Dewan Syariah Nasional. 4. Investasi yang dibiayai Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang terkadang di dalamnya hal-hal yang diharamkan. 5. Lingkungan Kerja Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Disamping itu, karyawan bank syariah harus skillful dan professional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Menurut statistik perbankan syariah Bank Indonesia, pada akhir tahun 2012 terdapat 11 institusi bank umum syariah di Indonesia yaitu PT Bank Syariah Mandiri,PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT Bank Syariah BNI, PT Bank Syariah BRI, PT. Bank Syariah Mega Indonesia, PT Bank Jabar dan Banten, PT Bank Panin Syariah, PT Bank Syariah Bukopin, PT Bank Victoria Syariah, PT BCA Syariah dan PT Maybank Indonesia Syaria. Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 24 bank diantaranya merupakan bank besar seperti PT. Bank Danamon, PT. Bank Permata, PT. Bank Intemasional Indonesia (BII), PT. CIMB Niaga, HSBC, Ltd., PT. Bank DKI, BPD DIY, BPD Jawa Tengah (Jateng), BPD Jawa Timur (Jatim), BPD Banda Aceh, BPD Sumatera Utara (Sumut), BPD Sumatera Barat (Sumbar), BPD Riau, BPD Sumatera Selatan (Sumsel), BPD Kalimantan Selatan (Kalsel), BPD Kalimantan Barat (Kalbar), BPD Kalimantan Timur (Kaltim), BPD Sulawesi Selatan (Sulsel), PD Nusa Tenggara Barat (NTB)PT. BTN,PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), PT. OCBC NISP, PT. Bank Sinarmas dan BPD Jambi. Selain itu juga terdapat lebih kurang 31 office channeling layanan syariah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang sebanyak 160 BPR Syariah. Peta penyebaran bank berdasarkan prinsip syariah di Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau J awa, terutama Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi dan Bandung. Perkembangan bank syariah justru tidak berfokus di daerah potensial, diantaranya masyarakat muslim di Banda Aceh, Sumatera Barat, dan Jawa Timur. Pola pemilihan lokasi pendirian syariah saat ini terlihat masih berpegang pada pola pendirian bank konvensional, yaitu daerah pertumbuhan ekonomi dan sentra perdagangan seperti Jabotabek dan Bandung. Perkembangan Bank Syariah di Malaysia Sebagaimana dalam Buang (1989) pendirian sendi-sendi pembiayaan perbankan Malaysia yang berlandaskan syariah sebenamya sudah lebih dahulu dilakukan pada tahun 1940-an, yakni dengan diakuinya hukum non formal akad kredit yang bersifat syar 'i dalam perundangan oleh hakim-hakim Inggris dalam keputusan bagi hasil, yakni bahwa tujuan transaksi pembiayaan adalah untuk mendapatkan kemudahan kredit (hutang) dan memberikan kepada pemberi pinjaman (pemberi tanah) bayaran ganti rugi yang sepadan tanpa terlibat dengan amalan bunga (usury) yang mana orang Islam dilarang terlibat dengannya. Kemudian secara formal pada tanggal 7 April 1983 untuk pertama kalinya diloloskan Islamic Banking Act di Parlemen Malaysia yang memberi landasan hukum
32
beroperasinya sebuah Bank Islam di negeri tersebut. Selanjutnya pada tanggal 1 Juli 1983 berdirilah Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) sebagai bank Islam pertama di Malaysia. Tujuan didirikannya Bank Islam di Negara Malaysia adalah untuk berusaha menjalankan operasional sebagai bank perdagangan berlandaskan hukum Syar 'i dan menyediakan kemudahan kepada semua rakyat negara tersebut. Seperti bank-bank lain, Bank Negara Malaysia (BNM) diberi kuasa di bawah Akta Bank Islam sebagai ban1c penyelenggara berbasis syariah. Sejajar prinsip BNM untuk merealisasikan sistem perbankan Islam di seluruh Malaysia, Skim Perbankan Tanpa Faedah (SPTF) atau transaksi tanpa bunga telah diperkenalkan pada bulan Maret 1993. Melalui skim ini, institusi perbankan konvensional diperbolehkan menawarkan produk dan transaksi perbankan Islam. Pada tahun 1998, BNM merubah istilah Skim Perbankan Tanpa Faedah (SPTF) menjadi Skim Perbankan Islam (SPI) atau skema perbanakan Islam karena mencakup produk perbankannya. Perkembangan sistem perbankan Islam semakin berkembang pada 1 Oktober 1999, yang kemudian melahirkan sebuah bank islam komersial baru yakni sebuah lagi bank Islam bemama Bank Muamalat Malaysia Berhad (BMMB). Sarna halnya dengan kegiatan usaha perbankan syariah di Indonesia, perbankan syariah di Malaysia juga menganut beberapa prinsip atau hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain: a. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan. b. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana. Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik. c. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah. Agak berbeda dengan kegiatan usaha pembiayaan di Indonesia, Bank Malaysia menempatkan prinsip-prinsip seperti Bai atau transaksi syariah sebagai berikut (Nadratuzzaman, 2013): 1. Produk pembiayaan berdasarkan akad salam Ba 'i Salam dikenal pula dengan sebutan Ba 'i Mafalis dan Ba 'i Salaf Ba 'i Salam merupakan produk perbankan syariah ketika nasabah melakukan pemesanan suatu barang dengan spesifikasi yang telah disepakati bank dan ketentuan waktu penyerahan barang yang telah dipesan itu. Pembayaran pada produk dilakukan di awal perjanjian dan penyerahan barang dilakukan di awal perjanjian dan penyerahan barang dilakukan pada waktu yang telah ditentukan. Mekanisme dari produk ini adalah: a. Pembeli harus mengetahui harga barang yang hendak dibeli di awal kontrak. b. Barang pesanan harus berada ditempatnya pada waktu penyerahan. c. Spesifikasi barang yang dipesan hendaknya diketahui secara detail. d. Bila terjadi penukaran spesifikasi harus dengan komoditas yang sama, bukan dalam bentuk pengembalian uang.
33
2.
3.
4.
e. Dalam pemesanan barang penjual dan pembeli menyepakati kualifikasi barang dengan kualitas yang telah ditentukan pada waktu perjanjian, pembeli dapat meminta pertanggungjawaban penjual jika barangnya tidak sesuai. f. Pembeli tidak dapat melakukan perjanjian dengan pihak lain untuk penjualan barang pesanannya atau menerima transfer uang (melalui akad hiwalah) atas barang tersebut telah ada ditangannya. g. Bila penjual meninggal sebelum menyerahkan barang yang telah dipesan, pembeli berhak memilih untuk melanjutkan atau memutuskan kontrak dan meminta uangnya kembali kepada ahli waris, asisten, bagian keuangan dari penjual. h. Bila akad salam tidak dapat dilakukan dengan pinjaman ataupun dengan sebagian uang muka dan sebagian setelah penerimaan barang pesanan. Produk pembiayaan berdasarkan akad istishna' Istishna' hampir mirip dengan salam, namun pada produk berdasarkan istishna' ini pembeli memesan barang dengan spesifikasi khusus yang dikehendakinya, pembayaran dilakukan pada saat penyerahan barang sesuai tempo yang ditentukan oleh kedua pihak. Istishna adalah perjanjian yang melibatkan dua pihak yang tidak dapat dibatalkan oeh satu pihak saja. Istishna hanya terdapat pada mazhab Hanafi. Bila salah satu mengalami kesulitan menyediakan uang pembelian barang secara tunai,dibenarkan hila perjanjian tersebut dilakukan kemudian pembayaran pada saat penyerahan barang pesanan. Produk pembiayaan berdasarkan akad murabahah pembiayaan berdasarkan akad murabahah atau disebut Bai' At-tawliah ialah ketika nasabah membutuhkan suatu barang,barang tersebut akan diterima dari pihak bank dengan harga sebesar harga pokok ditambah besar keuntungan atau margin yang telah ditentukan oleh pihak bank dan disepakati oleh kedua pihak di awal perjanjian. Dalam transaksi murabahah pembeli harus mengetahuai harga pokok barang pesanannya dan keutungan yang ditambahkan pada awal perjanjian marabahah dibuat. Pembiayaan berdasarkan akad sewa menyewa. Ada beberapa akad yang diimplimentasikan pada perbankan Islam Malaysia, diantaranya : a. Sewa menyewa berdasarkan akad Bai 'bithaman ajil (BBA) atau"jual beli" dengan harga tangguh (bukan ajil-dengan 'ain-yang berarti kebaikannya,yaitu segera) adalah jual beli dengan harga yang lebih tinggi dari jual beli tunai. Harga jual beli tinggi biasanya karena pembayaran beberapa kali atau dalam jangka waktu yang di tentukan pihak ban. Para ulama berbeda pendapat tentang boleh atau tidaknya jua beli seperti ini. b. BBA diperkenalkan oleh Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) pada tahun 1984 lalu diikuti Bank Islam Brunei Berhad (BIBB) dan Bank Muamalat Indonesia (BMI). Sedangkan di Timur Tengah produk ini tidak dikenal sama sekali. Mekanisme atau figur dari produk ini adalah pihak bank membelikan suatu barang yang d!butu.hkan nasabah dan memberikannya dengan perjanjian pembayaran cicilan sesuai kesepakatan . c. Pembiayaan melalui sewa menyewa berdasarkan akad ijarah thumma ba 'i Jenis pembiayaan ini terbagi menjadi dua jenis akad yaitu akad ijarah kemudian ditambah dengan akad jual beli. Pihak bank dengan persetujuan nasabah membeli produk yang dikehendaki nasabah, lalu pihak bank membiayai secara tunai,
.:
34
kemudian pihak bank menyewakannya kepada nasabah yang harus membayar cicilan ditambah ijarah kepada bank sesuai waktu yang telah ditentukan. d. Pembiayaan melalui sewa menyewa berdasarkan akad ijarah Jenis pembiayaan berdasarkan ijarah adalah ketika pihak bank menyetujui pembelian barang sesuai keinginan nasabah dengan spesifikasi tertentu, dalam tempo waktu yang telah disepakati. Setelah pembelian pihak bank menyewakannya kepada nasabah. N asabah membayar barang tersebut kepada bank dengan harga yang ditentukan oleh bank dan disetujui oleh nasabah, ditambah harga sewa barang tersebut. Kelanjutan dari transaksi ini disebut ba 'i altalgir (leasing ending with ownership) 5. Pembiayaan berdasarkan akad bagi hasil Pembiayaan ini dilakukan oleh bank dan nasabah untu bersama-sama memperoeh keuntungan dalam suatu investasi yang dipilih dan djsepakati bersama. Perbankan Malaysia menggunakan beberapa akad yaitu: a. Bagi hasil berdasarkan akad mudharabah Mudharabah ialah kontrak investasi atau kerjasama antara dua pihak, yaitu pemilik modal dan pengusaha: Bagi hasil akad mudharabah dibagi dua jenis yaitu investasi umum dan investasi khusus. Investasi umum adalah perbankan syariah menerima deposit dari nasabah ingin melakukan investasi dengan pihak bank dengan menggunakan akad mudharabah, kemudian pihak bank menerapkan bagi hasil sesuai kesepakatan tersebut. Dalam hal ini bank dapat berlaku sebagai pemilik modal (sahibul maal) ataupun sebagai investor, pun sebaliknya dengan nasabah. Sedangkan investasi khusus ·adalah bank menerima nasabah manapun untuk berinvestasi akan tetapi bank dapat memilih perusahaan atau lembaga tertentu untuk menjalankan suatu investasi khusus. Akad yang digunakan adalah mudharabah, dengan mekanisme pembagian laba dilakukan negosiasi terlebih dahulu dengan pihak yang membuat perjanjian awal (akad). b. Bagi hasil berdasarkan akad mudharabah musyarakah Musyarakah adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil berupa penanaman modal atau disebut dana dari pemilik dana yakni bank, untuk kemudian modal tersebut dicampur dengan modal nasabah (mudharib) pada suatu us aha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian yang mungkin akan dialami ditanggung oleh kedua belah pihak berdasarkan nisbah atau persentase masing-masing. Dalam akad ini, bank dapat ikut serta dalam manajemen investasi yang sedang.dilakukan bersama. 6. Pembiayaan berdasarkan akad pinjam-meminjam Pembiayaan ini dilakukan bank jika dalam keadaan darurat untuk membantu nasabah, karena pada prinsipnya pinjaman dilarang dalam perbankan syariah. Dalam hal ini perbankan tidak boleh mengambil keuntungan sedikit pun dari nasabah, kecuali sebatas biaya administrasi atau provisi yang bener-benar digunakan pihak bank dalam pembiayaan. a. Pinjam-meminjam berdasarkan akad qardh Akad qardh dilakukan ketika nasabah melakukan pinjaman dengan mekanisme pihak bank memberikan pinjaman kepada nasabah berdasarkan prinsip ihsan dan nasabah hanya berkewajiban mengcmbalikan pinjaman tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan oleh r·mk sesuai perjanjian, tanpa dikenai tambahan dari pihakbank. b. Pinjam meminjam dengan akad hibah
35
Hibah diberikan oleh bank kepada nasabah yang menyimpan uangnya dalam bentuk akad wadi 'ah hibah (simpanan tanpa imbalan). Bank akan memberikan imbalan yang tidak ditentukan besamya ataupun ditentukan dalam akad, hanya sebagai tanda terimakasih kepada nasabah. Tabel4. Analisis Produk-Produk Perbank:an Islam Malaysia dan Indonesia Produk Pembiayaan Malaysia Produk Akad Jual Beli Murabahah Salam
Sewa
Istisna' ljarah
Produk Pembiayaan Indonesia Produk Akad Jual beli Murabahah Salam Istisna' Paralel
Sewa
ljarah thuma ba'i
Istisna' ljarah
ljarah muntahiyah biltamlik IMBT)
Ba'i bithaman 'ajil (BBA) Bagi hasil
Pinjaman
Mudharabah: a. Investasi Umum b. Investasi Khusus Mudharabah musyarakah Qard
Ba'i al-dayn
Tawarruq
Tawarruq
Bagi hasil
Mudharabah
Musyarakah Pinjaman
Qardh Qardhul has an
Perbedaan
Mekanisme dan akad sama. Mekanisme dan akad sama. Bank syariah Malaysia tidak memiliki salam parallel. Pihak bank menyediakan barang yang dibutuhkan oleh nsabah sendiri, sedangkan bank syariah Indonesia dapat melimpahkan penyediaan barang pada pihak ketiga. Mekanisme dan akad sama. Malaysia memungkinkan pemilikan barang yang disewa, disebut ba 'i at-ta 'jir. Sedangkan bank syariah Indonesia menggunakan ij arah untuk penyewaan barang yang tidak perlu dimiliki. Mekanisme dan akad sama, yaitu akad ijarah di awal, kemudian setelah pelunasan dibuat akad jual beli atau hibah. Berbeda dengan IMBT, BBA akadjual beli di awal petjanjian, harga pokok ditambah nilai yang ditambahkan oleh bank sebagai keuntungan. Perbankan syariah di Indonesia menggunakan akad mudharabah. Bank adalah pemilik modal dan nasabah adalah mudharib. Sedangkan di Malaysia, bank syariah dapat menjadi pemilik modal dan mudharib. Mekanisme dan akad sama. Mekanisme dan akad sama. Bila tidak sanggup bayar maka file akan dihapus. Bank mengeluarkan surat hutang kemudian dibeli oleh nasabah, hasil pembelian digunakan untuk investasi. Di Indonesia hal ini dilarang oleh Dewan Syariah Nasional. Nasabah membeli secara cicilan dari bank, lalu dikembalikan ke bank untuk dijual tunai. Nasabah memperoleh uang cash, nasabah memiliki kewajiban cicilan pada bank
36
Analisis Variabel Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan dan Resiko Pembiayaan di Indonesia dan Malaysia Bagian ini akan rnenjelaskan hasil dan pernbahasan yang diperoleh dari penelitian, yang diolah dengan rnenggunakan alat analisis Vector Auto Regressive (VAR) atau Restricted VAR /Vector Error Correction Model (VECM) rnenggunakan E-Views. Untuk rnenganalisis hal tersebut perlu dilakukan beberapa uji statistik yang akan dijelaskan berikut llll.
Uji Stasionaritas: Uji Akar Unit Data yang tidak stasioner seringkali rnenunjukkan hubungan ketidakseirnbangan dalarn jangka pendek, tetapi ada kecenderungan terjadinya hubungan keseirnbangan dalarn jangka panjang. Agar regresi yang dihasilkan tidak lancung perlu rnerubah data tidak stasioner rnenjadi data stasioner. Metode uji stasionaritas dilakukan dengan uji akar-akar unit (unit root test). Uji akar unit yang sekarang terkenal adalah uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Hasil uji stasioneritas data pada tingkat level dengan intercept untuk data pernbiayaan, resiko perbankan dan variabel rnakro ekonorni perbankan di Indonesia dan Malaysia adalah sebagai berikut:
Tabel5. Hasil Uji Akar Unit ADF Data Indonesia Variabel Level First Difference LNFNI 0,04 -6,30 LNNPI -1,90 -8,67 -2,04 -4,03 LNNTI LNIPI 0,80 -8,92 LNINI -2,47 -6,42 -7,21 -2,30 LNXRI 0,57 -8,95 LNJBI
Variabel LNFNM LNNPM LNNTM LNIPM LNINM LNXRM LNJBM
ADF Data Malaysia Level First Difference -1,31 -7,05 0,08 -6,86 -6,06 -1,64 -2,44 -10,36 -1,96 -7,43 -1,62 -6,61 -0,82 -6,80
aADF tanpa intercept dan trend dengan tingkat kritis 5% (Me Kinnon) ;6 t statistik adalah 2,90.
Hasil uji akar unit pada level rnenunjukkan bahwa angka ADF lebih besar dari nilai kritis MacKinnon sebesar -2,90 dan rnerniliki probabilitas lebih besar daripada a sebesar 5% atau rnenerirna null hypothesis, sehingga data-data tersebut rnengandung akar unit atau termasuk data yang tidak stasioner. Data tidak stasioner dapat dijadikan rnenjadi data stasioner rnelalui proses diferensi data. Uji stasioner data rnelalui proses diferensi ini disebut uji derajat integrasi. Seperti uji akar-akar unit sebelumnya, keputusan sarnpai pada derajat tertentu suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan rnernbandingkan antara nilai statistik ADF yang diperoleh dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dan statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertarna, rnaka data dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih besar rnaka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner. Untuk rnengetahui berapa derajat integrasi data-data tersebut perlu dilakukan uji pada tingkat diferensi sampai menernukan data yang stasioner. Karena hasil dari uji stasioner rnenunjukkan adanya stasioneritas data pada derajat satu, ini berarti bahwa variabel pernbiayaan, non performing financing dan rnakro ekonorni
37
baik di Indonesia maupun di Malaysia memiliki kemungkinan terintegrasi atau mempunyai hubungan j angka panj ang. Uji Lag Optimum Di samping berguna untuk menunjukkan seberapa lama reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya, penentuan lag optimal juga berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sebuah sistem VAR. Berdasarkan nilai Akaike Info Criterion (AIC) minimum pada tabel, lag optimum diperoleh sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Lag Optimum Pada Ordo VAR Lag Indonesia AIC sc HQ -13,81 -13,61 -13,73 0 1 -28,66 -27,03* -28,01 * -28,80* -25,74 -27,57 2 3
Malaysia AIC -15,62 -32,13* -32,11 -31,84
sc -15,41 -30,49* -29,03 -27,32
HQ -15,54 -31,47* -30,87 -30,03
Dari hasil uji lag optimum diatas dapat dilihat bahwa pada data Indonesia, AIC terkecil berada pada lag 2, sedangkan pada data Malaysia menunjukkan bahwa AIC terkecil pada lag 1. Ini menunjukkan bahwa data Malaysia lebih stabil dalam jangka panjang dibandingkan Indonesia. Uji Stabilitas Sistem V AR Pada lag kedua seluruh roots-nya memiliki modulus lebih kecil dari satu dan terletak didalam unit circle-nya, dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa model VAR yang dibentuk sudah stabil pada lag optimalnya yakni untuk data Indonesia nilai modulusnya berkisar antara 0,018-0,999 sedangkan data Malaysia yakni 0,146-0,994. Sehingga dari uji stabilitas tersebut didapatkan persamaan VAR pada model pembiayaan dan makro ekonomi Indonesia maupun Malaysia yang terbentuk pada selang tersebut memiliki panjang selang maksimum VAR yang stabil. Dari hasil spesifikasi stabilitas sistem VAR, data Malaysia lebih tidak fluktuatif dibandingkan dengan data Indonesia. Selanjutnya dilakukan uji FEVD pada model ini untuk menghasilkan hasil pengujian yang lebih valid. Uji Kausalitas Granger Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar variabel secara parsial, sekaligus untuk mengetahui arah hubungannya. Pembuktian dilakukan dengan membandingkan F statistik dengan signifikansinya atau membandingkan angka probabilitasnya. Jika nilai F statistiknya lebih besar daripada tingkat signifikansi berbagai tingkat kepercayaannya 5%, maka berarti menolak hipotesis null, tetapi apabila kejadian sebaliknya, yaitu nilai F statistiknya lebih kecil daripada tingkat signifikansi berbagai tingkat kepercayaannya (1 %, 5% dan 10%), maka menerima hipotesis null. Jika probabilitas lebih rendah daripada tingkat kepercayaannya maka menolak hipotesis null yakng menyatakan variabel X tidak granger cause dengan variabel Y atau sebaliknya. Sebagaimana yang terdapat pada lampiran 5 tentang hasil uji kausalitas antara variabel makro ekonomi terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia menunjukkan bahwa variabel pembiayaan perbankan syariah Indonesia (LFNI) granger cause terhadap variabel non performing financing perbanakan syariah di Indonesia (LNPI), namun LNPI tidak granger cause terhadap pembiayaan dengan probabilitas sebesar 0,0045 dan 0,123 dengan derajat signifikan~i sebesar 5%. Ini artinya bahwa secara searah naiknya pembiayaan juga
38
menyebabkan naiknya pembiayaan bermasalah, tetapi tidak sebaliknya. LNTI granger cause terhadap LNPI, kedua variabel tersebut memiliki hubungan dua arah pada probabilitas 0,0379 dan 0,0282. Variabel LIPI granger cause terhadap variabel pembiyaaan bermasalah dengan probabilitas sebesar 0,0853, namun NPI tidak granger cause terhadap IPI yakni 0,6477. Ini berarti bahwa penurunan LIPI mengakibatkan kenaikan non performing financing pada pembiayaan perbankan--syariah di Indonesia. Namu:ri peningkatan maupun penurunan non performing financing pembiayaan syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap LIPI. Variabel exchange rate (LXRI) secara statistik granger cause terhadap variabel non performing financing (LNPI), sedangkan LNPI tidak granger cause terhadap XRI pada probabilitas sebesar 0,0354 dan 0,8733. Secara vice versa variabel jumlah uang beredar (LJBI) tidak granger cause terhadap non performing financing Indonesia (LNPI). Variabel bagi hasil pembiayaan perbankan syariah Indonesia (LNTI) granger cause terhadap besaran pembiayaan bank syariah dengan probabilitas sebesar 0,0358 persen dan pembiayaan granger cause terhadap bagi hasil dengan probabilitas sebesar 0,0619 persen. LIPI granger cause terhadap pembiayaan dengan probabilitas sebesar 0,0961 persen, namun sebaliknya pembiayaan tidak granger cause terhadap LIPI dengan probabilitas sebesar 0,0066 persen. Variabel inflasi (LINI) memiliki granger cause searah dengan pembiayaan (LFNI) dengan probabilitas sebesar 0,0846 persen. Demikian juga dengan nilai tukar (XRI) granger dengan pembiayaan syariah dengan probabilitas sebesar 0,0438 persen dan variabel LFNI tidak granger cause terhadap variabel LXRI. Jumlah uang beredar (LJBI) granger cause terhadap pembiayaan syariah Indonesia (LFNI) dengan probabilitas sebesar 0,0126 begitu juga sebaliknya variabel LFNI granger cause terhadap LJBI dengan probabilitas sebesar 0,0079 persen. Untuk kasus Malaysia, variabel pembiayaan (LFNM) granger cause terhadap variabel non performing financing (LNPM) dengan probabilitas sebesar 0,0785 persen begitu juga sebalikya. Pengamatan menunjukkan bahwa pada bagi hasil antar bank di Malaysia (LNTM) granger cause terhadap LNPM, namun LNPM tidak granger cause terhadap nisbah bagi hasil. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ada faktor lain yang menyebabkan kenaikan bagi hasil antar bank di Malaysia selain non performing financing. Variabel IPX Malaysia (LIPM) granger cause terhadap LNPM yakni pada probabilitas sebesar 0,0387 persen dan memiliki arah tunggal. Begitu juga dengan variabel inflasi (LINM) yang granger cause terhadap LNPM dengan probabilitas sebesar 0,0024 persen dan tidak berlaku sebaliknya. Sedangkan variabel nilai tukar secara vice versa tidak granger terhadap non performing financing pembiayaan perbankan syariah di Malaysia. Hal ini juga berlaku pada jumlah uang beredar terhadap non performing financing pembiayaan perbankan syariah di Malaysia. Hampir sama dengan kausalitas makro ekonomi terhadap pembiayaan yang terj adi pada perbankan syariah di Indonesia, variabel nisbah bagi hasil dalam Islamic Interbank Rate (LNTM) granger cause terhadap pembiayaan bank syariah (LFNM) dengan probabilitas nilai F statistik sebesar 0,0040 persen, namun variabel pembiayaan tidak granger cause dengan bagi hasil antar bank yang diterapkan oleh industri perbankan syariah Malaysia yakni dengan probabilitas sebesar 0,0075 persen. Sedangkan variabel makroekonomi lainnya seperti output yang dicerminkan oleh Industrial Production Index (LIPM) granger cause terhadap LFNM begitu juga sebaliknya LFNM granger cause terhadap LIPM dengan probabilitas F statistik sebesar 0,0330 persen. Ini menunjukkan bahwa output di Malaysia sebagian besar juga dipengaruhi oleh pembiayaan perbankan. Variabel inflasi (LINM) granger searah dengan variabel pembiayaan perbankan syariah dengan probabilitas sebesar 0,0040 persen. Berbeda dengan kasus yang terjadi di Indonesia, nilai tukar secara vice versa tidak granger cause dengan besamya pembiayaan meskipun tingkat pembiayaan di
39
Malaysia lebih besar daripada di Indonesia, yaitu memiliki probabilitas sebesar 0,1815 untuk hubungan antara variabel nilai tukar (LXTM) dengan LFNM dan 0,1847 untuk kausalitas variabel LFNM terhadap LXTM. Jumlah uang beredar memiliki dua arah kausalitas yakni dengan probabilitas F statistik sebesar 0,0090 persen dan 0,0034 persen. Uji kausalitas granger pada pembiayaan perbankan syariah untuk lebih detailnya dapat dilihat pada lampiran 5. Uji Kointegrasi dan Estimasi Model VECM Secara umum bisa dikatakan bahwa jika data time series tidak stasioner pada tingkat level tetapi menjadi stasioner pada tingkat diferensi pertama atau diferensi (difference) yang sama, maka data tersebut terkointegrasi (mempunyai hubungan dalamjangka panjang). Jadi, uji kointegrasi hanya bisa dilakukan ketika data yang digunakan dalam penentuan berintegrasi pada derajat yang sama. Pilihan uji kointegrasi yang sekarang banyak digunakan adalah uji kointegrasi yang dikembangkan oleh Johansen. Untuk menjelaskan ada tidaknya kointegrasi dengan melihat estimator maximum likelihood, didasarkan pada uji likelihood ratio (LR). Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita menerima adanya kointegrasi sejumlah variabel dan sebaliknya jika nilai hitung LR lebih kecil dari nilai kritisnya maka tidak ada kointegrasi.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Kointegrasi Johansen Datalndonesia dan Malaysia Malaysia Hypothesized Critical Indonesia Trace Eigen Trace Eigen No.ofCE(s) (0.05) Prob. Pro b. Value Statistic Statistic Value None 150,5585 0,4456 166,2436* 0,0047 0,5198 186,6368* 0,0001 At most 1 117,7082 0,3760 117,8717* 0,0488 0,4274 125,7598* 0,0140 0,2016 0,2739 79,48061 0,1947 Atmost2 88,80380 0,3735 79,19815 At most 3 63,87610 0,1966 40,84580 0,8200 0,2518 52,91567 0,2939 Disamping itu, hasil uji pada semua variabel menunjukkan terdapat dua persamaan kointegrasi dimana nilai Trace Statistic-nya lebih besar dibanding nilai kritis pada tingkat keyakinan 5 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan kointegrasi yang terbentuk atau hipotesis altematif yang menyatakan jumlah rank kointegrasi dapat diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk masing-masing persamaan terdapat minimal satu rank kointegrasi pada taraf nyata lima persen. Informasi jumlah rank ini akan digunakan sebagai model koreksi kesalahan (ECM) yang akan dimasukkan ke dalam model VAR menjadi VECM atau VAR yang terestriksi karena data yang tidak stasioner pada level dan terkointegrasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Sims (1980). Dari uji kointegrasi tersebut didapatkan estimasi persamaan VECM sebagai berikut : Sebagaimana yang dijelaskan pada tabel 8, tentng estimasi VECM pembiayaan perbankan syariah Indonesia, berdasarkan hasil tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa pada jangka pendek bahwa kelima variabel independen yang mempengaruhi variabel pembiayaan tidak berpengaruh signifikan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai t-statistik yang berada dibawah nilai 1,999 (a=5%; n=83). Baik pada lag satu maupun lag dua nilai pengaruh variabel amatan yang kurang dari 1 persen adalah tergolong sangat kecil.
40
Tabel 8. Hasil Estimasi VECM Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia & Malaysia J angka Pendek
Variabel
Malaysia Koefisien
1,279
D(LNFNM)
0,015
1,133
-0,004
-0,225
D(LNNTM)
0,128
0,089
D(LNIPI)
0,002
0,063
D(LNIPM)
-0,113
-0,932
D(LNINI)
-0,509
-3,465
D(LNINM)
-0,111
-0,739
D(LNXRI)
-0,082
-3,047
D(LNXRM)
0,004
0,408
D(LNJBI)
0,050
1,848
D(LNJBM)
0,014
0,919
Variabel LNNTI(-1) LNIPI (-1) LNINI (-ll) LNXRI(-1) LNJBI (-1)
Indonesia Koefis1en -0,756 2,298 -0,356 -1,504 2,468 46,066
Variabel
Indonesia Koefisien
D(LNFNI)
0,040
D(LNNTI)
T -Statistik
T -Statistik
Jangka Panjang
c
T -Statistik -1,965 2,212 -3,590 -3,518 10,243
Variabel LNl'lTM( -1) LNIPM (-1) LNINM (-1) LNXRM(-1) LNJBM (-1)
c
Malaysia Koefisien -0,939 5,271 0,192 1,336 2,655 23.615
T -Statistik -5,662 7,485 4,168 1,616 11,718
aTwo tail test significance tolerance 5%; n=83: 1,99 or -1,99
Sedangkan hasil estimasi VECM pada tabel 8, dalam jangka panjang kenaikan satu persen bagi hasil, secara tidak signifikan akan menurunkan pembiayaan sebesar 0,756 persen. Hal ini disebabkan oleh besaran nisbah bagi hasil tidak mempengaruhi perubahan demand dari pembiayaan pada bank syariah di Indonesia, masyarakat dalam jangka panjang masih menggunakan fasilitas pembiayaan konsumsi seperti pembiayaan perumahan, jual beli dan sewa dibandingkan pembiayaan investasi dan modal kerja. Selain itu dalam jangka panjang pergerakan nisbah bagi hasil yang mengikuti pergerakan suku bunga menyebabkan pihak perbankan lebih memilih untuk menyalurkan pembiayaannya dalam sektor konsumsi daripada pembiayaan modal kerja dan investasi 'karena likuiditasnya. Demikian juga dengan variabel inflasi, kenaikannya sebesar satu persen akan menurunkan pembiayaan sebesar 2,298 persen. Ketika kondisi perekonomian menyebabkan harga-harga barang secara umum naik, maka pendapatan riil masyarakat akan berkurang, hal tersebut menyebabkan keinginan masyarakat menurun untuk mengambil pembiayaan perbankan. Apresiasi nilai dollar sebesar satu persen menyebabkan menurunnya pembiayaan sebesar 1,504 persen. Kerugian akibat fluktuasi kurs merupakan salah satu resiko yang dihadapi oleh pembiayaan perbankan di hdonesia. Hal ini disebabkan kebijakan nilai tukar mengambang (dirty floating rate) yang dianut mengakibatkan ketidakstabilan nilai tukar. Namun, variabellain seperti kenaikan output sebesar satu persen dan jumlah uang beredar sebesar satu persen berhubungan positif dan menyebabkan naiknya tingkat pembiayaan sebesar 2,298 persen dan 2,468 persen. Hasil VECM untuk Indonesia, pembiayaan perbankan dalam j angka pendek dipengaruhi oleh inflasi dan nilai tukar , sedangkan variabel makro ekonomi lainnya seperti
41
nisbah bagi hasil, output, dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh. Pada tabel 8 tentang estimasi VECM pembiayaan perbankan syariah Malaysia, didapatkan hasil bahwa hampir semua variabel makro ekonomi tidak mempengaruhi pembiayaan dalam jangka pendek. Hal tersebut ditunjukkan oleh prosentase pengaruh yang relatif rendah pada lag satu dan lag dua yakni dibawah satu persen dan t-statistik yang kurang dari nilai 1,999 (a=5%; n=83). Seperti yang terlihat pada tabel tersebut, dalam jangka panjang indikator makro ekonomi di Malaysia menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil memiliki hubungan yang terbalik dengan besaran pembiayaan dengan adanya peningkatan sebesar satu persen nisbah bagi hasil akan menurunkan sebesar 0,939 persen pembiayaan. Hal ini disebabkan dalam jangka panjang perbankan tetap melakukan pembiayaan pada sektor riil seperti modal kerja dan investasi selain pada konsumsi sehingga kenaikan nisbah bagi hasil yang diperoleh bank akan menurun. Selain itu keinginan masyarakat untuk mengambil jasa pembiayaan perbankan juga akan menurun seiring dengan besamya porsi bagi hasil yang diberikannya kepada perbankan. Sedangkan variabel ekonomi lainnya seperti output, inflasi dan jumlah uang beredar memiliki hubungan searah dengan pembiayaan karena pembiayaan perbankan syariah di Malaysia yang lebih diutamakan pada sektor riil mengakibatkan faktor-faktor yang berkaitan dengan perubahan tingkat output sangat mempengaruhi besamya pembiayaan. Tetapi dalam jangka panjang pengaruh nilai tukar terhadap pembiayaan di Malaysia kurang signifikan karena nilai tukar yang cenderung stabil yakni pada kisaran RM 3,70/US$ sampai RM 3,80/US$. Kebijakan nilai tukar yang dianut oleh Malaysia adalah menggunakan nilai tukar tetap (Current Board System). Berdasarkan estimasi dari penaksiran model (reduced form) VECM dapat diketahui goodness of fit dari masing-masing model persamaan menerangkan bahwa untuk kasus pengaruh variabel makroekonomi Indonesia terhadap pembiayaan R2 tertinggi adalah pada tingkat nilai tukar (lihat lampiran 6). Tetapi di Malaysia determinasinya lebih pada tingkat output.(lihat lampiran 6). Sedangkan jika ditinjau dari respon penyesuaian dinamis jangka pendek terhadap jangka panjang (error correcting term) pada masing-masing persamaan dapat dilihat dari signifikansi parameter level error correcting, yang menunjukkan bahwa besaran tingkat bagi hasil merespon lebih besar dibandingkan variabel makro lainnya.
42
Tabel9. Hasil Estimasi VECM Non Performing Financing Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia & Malaysia J angk~ Pendek Variabel D(LNNPI) D(LNFNI) D(LNNTI) D(LNIPI) D(LNfNI) D(LNXRI) D(LNJBI)
Variabel LNFNI(-1) LNNTI(-1) LNIPI( -1) LNINI( -1) LNXRI(-1) LNJBI(-1)
c
Indonesia K.oefisien 0,200 0,034 -0,030 0,021 -0,353 -1,343 0,015
T-Statistik 2,785 2,589 -2,443 1,030 -0,496 -1,806 0,837
Variabel D(LNNPM) D(LNFNM) D(LNNTM) D(LNIPM) D(LNINM) D(LNXRM) D(LNJBM)
Jangka Panjang Indonesia K.oefisien T -Statistil( Variabel LNFNM(-1) 3,234 3,765 LNNTM(-1) 0,825 1,658 -3,899 -2,671 LNIPM(-1) LNINM(-1) 0,023 0,187 2,294 2,573 LNXRM(-1) -7,674 -3;896 LNJBM(-1) 146,159 c
Malaysia K.oefisien 0,030 0,050 0,360 -0,750 0,570 -0,010 0,030
Malaysia Koefisien 0,615 0,275 -1,762 0,026 -1,318 -1,233 21,445
T -Statistik 2,880 2,430 1,890 -4,740 1,550 -0,340 0,930
T -Statistik 4,117 4,428 -6,744 1,511 -4,150 -4,150
"Two tail test significance tolerance 5%; n=83: 1,99 or -1,99
Tabel 9 merupakan rekapitulasi hasil estimasi VECM pembiayaan bermasalah atau non performing financing pada perbankan syariah. Hasil estimasi memperlihatkan bahwa dalam jangka pendek variabel selain tingkat pembiayaan, bagi hasil dan nilai tukar, seperti output, inflasi dan jumlah uang beredar tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap non performing financing di Indonesia. Sedangkan dalam jangka panjang, sebagaimana yang diperlihatkan pada tabel , variabel pembiayaan secara positif mempengaruhi sebesar 3,234 persen tingkat pembiayaan itu sendiri. Hal ini juga berlaku pada peningkatan variabel bagi hasil sebesar satu persen yang menyebabkan kenaikan non performing financing sebesar 0,825 persen, naiknya inflasi sebesar satu persen menyebabkan peningkatan non performing financing sebesar 0,023 persen dan deperesiasi rupiah sebesar satu persen meningkatkan non performing financing sebesar 2,294 persen. Penurunan tingkat output sebesar satu persen dan jumlah uang beredar sebesar satu persen mempengaruhi 3,899 persen dan 7,674 persen peningkatan non performing financing pada perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan pembiayaan tidak lancar di Malaysia, dalam jangka pendek non performing financing lebih dipengaruhi oleh pembiayaan perbankan dan tingkat output, dibandingkan dengan variabel makro ekonomi lairJlya. Dalam jangka panjang peningkatan non performing financing sebesar 0,615 persen dipengaruhi oleh meningkatnya satu persen kenaikan pembiayaan, 0,275 persen oleh kenaikan bagi hasil antar bank sebesar satu persen dan kenikan sebesar satu persen inflasi menyebabkan kenaikan 0,026 persen kredit bermasalah. Disamping itu, penurunan output sebesar satu persen mengakibatkan kenaikan non performing financing sebesar 1, 762 persen, depresiasi ringgit sebesar satu persen
43
mengakibatkan kenaikan non performing financing sebesar 1,318 persen dan penurunan sebesar satu persen jumlah uang beredar akan meningkatkan sebesar 1,233 persen non performing financing.
Analisis Impulse Response Function Impulse Response Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan di Indonesia dan Malaysia Respon dinamis atau Impulse Response Function (IRF) pada metode V AR digunakan untuk mengidentifikasi suatu guncangan pada satu variabel endogen sehingga dapat menentukan bagaimana suatu perubahan yang tidak diharapkan dalam variable mempengaruhi variabellain dalam jangka panjang sebesar satu standar deviasi. Berikut adaiah gambaran simulasi response pembiayaan terhadap adanya guncangan pada seluruh variable makroekonomi. Hasil dari impulse response disajikan pada gambar 6 , berkaitan dengan kejutan variabel kebijakan makro terhadap pembiayaan. Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of LNFNI to LNFNI
Response of LNFNI to LNNTI
.04,--------------, .03
1~'--------------1
.04,-----------....--.-, .03
.02
.02-
.01
.01
.00-f---------------i
.00 - - h - - - - - - - - - - - - - 1
-.01
-.01
1~'-------------1
-.02 -'--...,--,-....,..---,--,---,-,---,-J 10 20 30 40 50 60 70 80
10
20
30
40
50
60
70
80
Response of LNFNI to LNINI
Response of LNFNI to LNIPI .04,--------------,
.04
.03
.03
.02
.02
lf''------------1
.01 .00+------------------j -.01
.01 .00
\
-.01 -.02 10
20
30
40
50
60
70
80
10
20
30
40
50
60
70
80
Response of LNFNI to LNJBI
Response of LNFNI to LNXRI .04,-----------....--.-,
.04..,------------....--.-,
.03
.03
.02
.02
.01
.01
.00
.. v
.00 + - r . . - - - - - - c - - - - - - - - - - - - - - - j
-~
"'---'------------1
-.01
-.01
-.02 10
20
30
40
50
60
70
80
10
20
30
40
50
60
70
80
Gambar 6. Impulse Response Function Pada Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia
44
Untuk kasus Indonesia, berdasarkan analisis pada gambar 6, ketika terjadi guncangan pada variabel pembiayaan sebesar satu standar deviasi pada periode kelima maka menyebabkan tingkat pembiayaan akan meningkat sebesar 3,75 persen, kemudian menurun sampai pada bulan keduabelas yakni sebesar 2,90 persen lalu meningkat sampai bulan ke delapanbelas mencapai 3,00 persen sampai pada periode berikutnya atau sama artinya dengan kinerja positif pada pembiayaan saat ini akan berpengaruh besar terhadap kine1ja pembiayaan pada bulan-bulan berikutnya. Perbankan syariah dituntut untuk selalu mempertahankan kinerja pembiayaan yang ada agar tetap pada kolektibilitas lancar, dan menambah pembiayaan yang baru. Inovasi respon tingkat pembiayaan di Malaysia juga tidak berbeda dengan yangterjadi di Indonesia namun terlihat lebih stabil, yakni guncangan sebesar satu standar deviasi direspon dengan kenaikan sebesar 2,00 persen kenaikan pembiayaan dan sesudahnya berlangsung tetap. Kejutan berupa kebijakan penurunan bagr hasil sebesar 0,25 persen pada awal periode berpengaruh negatif atau meningkatkan pembiayaan sebesar satu persen sampai pada peri ode kesepuluh dan berlanjut sampai peri ode akhir. Pol a yang sama juga ditunjukkan oleh respon nilai tukar terhadap pembiayaaan, dimana rupiah cenderung terdepresiasi oleh US Dollar dan direspon negatif oleh tingkat pembiayaan. Perilaku dampak guncangan berbeda dengan yang terjadi pada tingkat pembiayaan perbankan syariah di Malaysia, dimana tingkat bagi hasil relatif lebih stasioner daripada tingkat bagi hasil di Indonesia. Guncangan pada nisbah bagi hasil justru memberikan dampak yang positif terhadap tingkat pembiayaan, meskipun pada awalnya tingkat bagi hasil ini memberikan penurunan pada tingkat pembiayaan. Sebesar 0,02 persen pada tingkat pembiayaan. Penyesuaian bagi hasil yang tidak berlangsung lama, yaitu paling lama hanya dua periode, memberikan dampak positif pada pembiayaan perbankan syariah. Selain itu penerapan bagi hasil diterapkan secara implementatif, meski terkadang masih melihat suku bunga bank konvensional sebagai pembanding. Guncangan pada sisi permintaan dari IPX menyebabkan keinginan debitur untuk mengembalikan pembiayaan yang diberikan bank syariah meningkat pada periode kedelapan, setelah itu mengalami penurunan selama lima bulan akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, kemudian stabil sampai pada periode selanjutnya. Untuk kasus Malaysia, guncangan IPX sebesar satu standar deviasi direspon berupa kenaikan oleh tingkat pembiayaan sebear 0,25 persen pada periode kedua sampai keempat, kemudian pada periode kelima teljadi penurunan akibat adanya krisis global yang menyebabkan penurunan tingkat ekspor. Hal ini mempengaruhi pembiayaan sebesar 0,42 persen dan mampu stabil pada periode kedelapan. Dengan kata lain setelah periode kedelapan, pembiayaan syariah di Malaysia sudah tidak lagi terpengaruh oleh krisis global disebabkan lebih besarnya local content dan pola transmisi yang berbeda pada pembiayaan perbankan syariah. Pada periode kedua terjadi guncangan berupa penurunan inflasi yakni sebesar 0,05 persen yang memiliki dampak negatif terhadap pembiayaan. Ketika terjadi guncangan berupa peningkatan inflasi pada periode kelima sejalan dengan peningkatan output hal ini berdampak positif pada pembiayaan. Inflasi di Indonesia masih tergolong inflasi sedang pada periode awal, yakni diatas sepuluh persen dan dibawah duapuluh persen dan inflasi ringan dibawah sepuluh persen. Namun inflasi hal ini juga akan berdampak negatifterutama pada pengurangan agregat supply oleh produsen yang menyebabkan penurunan output yang menyebabkan penurunan tingkat pembiayaan. Setelah periode kedelapan inflasi relatif konstan. Sedangkan di Malaysia, inflasi relatif lebih konstan, bahkan cenderung deflatoid, ini berpengaruh negatif terhadap pembiayaan akibat output pada jangka panjang.
45
Keterkaitan dengan deflasi ini menimbulkan guncangan pada tingkat bagi hasil yakni dengan penurunan tingkat bagi hasil secara kontinum. Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of LNFNM to LNFNM
.02
Response of LNFNM to LNNTM
.02
If
.01
.01
.00
.00
-.01
-.01 10
20
30
40
50
60
70
~0
80
Response of LNFNM to LNIPM
20
30
40
50
60
70
80
Response of LNFNM to LNINM
.02
.02
.01
.01
.00
.00
I'""-. -.01
I~
-.01 10
20
30
40
50
60
70
80
10
Response of LNFNM to LNXRM
.02
.01
.01
.00+-----------~
,..__
.00
20
30
40
50
60
70
30
40
50
60
70
80
Response of LNFNM to LNJBM
.02
10
20
80
l\...--------------1 10
20
30
40
50
60
70
80
Gambar 7. Impulse Response Function Pada Pembiayaan Perbankan Syariah di Malaysia Pada gambar 6 dan 7, terdapat kejutan uang primer dapat diartikan bahwa otoritas moneter melakukan kebijakan moneter yang ekspansif, yang kemudian direspon positif oleh uang primer. Hal ini memang logis karena dengan asumsi otoritas menggunakan agregat moneter sebagai variabel kebijakan, maka kebijakan moneter ekspansif dapat dilihat dari adanya penambahan agregat moneter tersebut. Pada model ini terlihat adanya liquidity puzzle, yaitu kebijakan moneter yang ekspansif diikuti oleh kenaikan nisbah bagi hasil di pasar uang. Liquidity puzzle menunjukkan adanya respon tidak negatif dari tingkat bagi hasil terhadap adanya kejutan positif dari agregat moneter atau dapat juga dianggap bahwa terjadi liquidity puzzle jika tidak terdapat liquidity effect. Interpretasi ekonomi yang bisa digunakan untuk menjelaskan liquidity puzzle tersebut adalah pada saat otoritas moneter menerapkan kebijakan yang ekspansif dengan menambah
46
jumlah uang primer, kemudian otoritas memiliki keyakinan bahwa akan terjadi kenaikan inflasi. Adanya ekspektasi mengenai kenaikan inflasi menyebabkan otoritas mengambil keputusan untuk menurunkan nisbah bagi hasil pembiayaan sebagai cara untuk meredam kenaikan inflasi yang akan datang. Pada model ini juga terdapat fenomena price puzzle, di mana kebijakan moneter yang ekspansif akan diikuti oleh adanya laju inflasi atau sebaliknya, ketika terjadi kontraksi moneter diikuti dengan kenaikan laju inflasi. Interpretasi dari fenomena tersebut adalah pada saat otoritas melakukan kebijakan ekspansif dengan menambah uang primer, penambahan uang primer tersebut tidak disalurkan. pada masyarakat (uang ka1'1:al) melainkan untuk menambah cadangan bank umum (Giro Wajib Minimum). Sehingga penambahan uang primer tidak berdampak pada sektor riil (peningkatan laju inflasi) melainkan diserap dalam Giro Wajib Minimum (GWM). Laju pertumbuhan yang tidak merespon ekspansi moneter bukanlah berarti tidak terjadi pertumbuhan riil, pertumbuhan tetap ada namun dengan laju pertumbuhan yang tetap seperti periode sebelum terjadinya ekspansi moneter. Hal ini dimungkinkan, sebagaimana yang terjadi pada respon inflasi terhadap penambahan uang primer (penambahan uang primer tersebut tidak disalurkan pada masyarakat (uang kartal) melainkan untuk menambah GWM sehingga penambahan uang primer tidak berdampak pada sektor riil. Respon nilai tukar yang positif terhadap adanya ekspansi moneter dapat dijelaskan sebagai berikut: penambahan uang primer jika diserap oleh masyarakat, maka akan dapat meningkatkan jumlah uang beredar. Kenaikan jumlah uang beredar berdampak terdepresiasinya nilai tukar dalam negeri (diperlukan rupiah yang lebih banyak untuk mendapatkan dollar). Sehingga kenaikan jumlah uang beredar yang semula direspon positif menjadi negatif karena faktor inflasi yang berujung pada kenaikan bagi hasil. Berbeda dengan di Malaysia dari sisi shock pada nilai tukar, pembiayaan perbankan di Malaysia cenderung tidak merespon, karena ringgit yang stabil meski sempat terguncang pada awal periode karena krisis global yang terjadi di Eropa dan Amerika. Hal tersebut juga berlaku pada jumlah uang beredar. Ketika terjadi guncangan pada variable makroekonomi di Indonesia, pembiayaan perbankan syariah tidak terlalu mengalami fluktuasi (tahan terhadap goncangan) dan mampu kembali stabil relatif lebih cepat di periode maksimal 12 bulan. Sedangkan di Malaysia pembiayaan syariah tahan terhadap guncangan pada variabel makro ekonomi dan stabil pada periode kesepuluh, tetapi inovasi pada IPI mengakibatkan kestabilan pembiayaan terjadi pada periode 12 bulan atau lebih. Impulse Response Makro Ekonomi Terhadap Non Performing Financing di Indonesia dan Malaysia
Seperti terlihat seperti gambar 8, inovasi sebesar satu standar deviasi terhadap NPF pembiayaan syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua, guncangan NPF sebesar satu standar deviasi membuat NPF perbankan syariah mengalami penurunan sebesar 0,056 persen. Ini berbeda dengan apa yang terjadi di Malaysia, guncangan sebesar 0,017 persen pada awal periode dan kemudian stabil mulai periode kelima sebesar 0,021 persen. Di Indonesia, guncangan pada pembiayaan syariah direspon fluktuatif oleh NPF selama enambelas periode. Sedangkan guncangan pada pembiayaan perbankan syariah di Malaysia direspon positif oleh NPF sampai pada periode keempat yakni 0,005 persen dan selanjutnya stabil pada 0,006 persen.
47
Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of LNNPI to LNNPI
Response of LNNPI to LNFNI
Response of LNNPI to LNNTI
.10·,..------------,
.10,..--------------,
.101,..--------------,
.08
.08
.08
.06
.06
.06
.04
.04
.04 .02
\
~
.oo+-_
____:o:,_ _ _ _ _ _.........,
02
.00
r\
'---
~---------1
.02
.oo't-~=========1
-.021V 10
20
3)
40
50
60
70
60
10
Response of LNNPI to LNIPI
20
3)
40
50
60
70
80
10
Response of LNNPI to LNINI
20
3)
40
50
60
70
80
Response of LNNPI to LNXRI
.10,..--------------,
.10..,-------------,
.10·,..-----------
.08
.08
.00
.06
.06
.06
.04
.04
.04
.02
.02
.02
.00-tr--~----------j
.00 1"---"
.00
-.021~ 10
20
3)
40
50
60
70
80
10
20
3)
40
50
60
70
80
v 10
20
3)
40
50
60
70
00
Response of LNNPI to LNJBI
.10..,-------------, .08 .06 .04
.02 .00
,..r----.....
-.02-'---,---,---,---,-----,,---,---,--~ 10 20 3) 40 50 60 70 80
Gambar 8. Hasil Uji Impulse Response Function Pada Non Performing Financing Pembiayaan Perbankan Syariah di I11donesia Guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi pada awalnya tidak: direspon oleh NPF pembiayaan syariah, namun pada bulan kesebelas NPF pembiayaan syariah mengalami peningkatan sebesar 0,0001 persen dan berlanjut puncaknya pada periode kedelapan belas sebesar 0,013 persen. Kemudian guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi mencapai kestabilan pada bulan selanjutnya dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,0001 persen. Guncangan terhadap SBIS sangat berpengaruh terhadap keputusan nasabah mengambil pembiayaan melalui perbankan syariah. SBIS merupak:an operasi moneter bank sentral yang memiliki dana serapan yang sangat besar. Sehingga pergerakannya akan berpengaruh negatif terhadap pergerakan variabel makroekonomi lainnya, SBIS menjadi salah satunya. SBIS memiliki pergerakan yang relatif sama, maka ketika shock diberikan pada SBIS, sehingga SBIS menjadi naik, akan memberikan sinyal kepada nasabah bahwa SBIS akan mengalami kenaikan yang sama. Dengan adanya peningkatan SBIS, maka nasabah akan mencari altematif pembiayaan lain yang lebih menguntungkan. Dilain sisi, guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi terhadap pembiayaan syariah menyebabkan kemampuan melak:ukan pembayaran cicil_an pembiayaan menjadi lebih kecil karena nominal yang dibayarkan menjadi lebih besar, mengakibatkan peningkatan NPF.
48
Hal yang berbeda terjadi pada pembiayaan perbankan di Malaysia, namun karena tingkat bagi hasil antar bank syariah di Malaysia yang relatif rendah malm tidak mempengaruhi peningkatan non performing financing syariah. Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of LNNPM to LNNPM
Response of LNNPM to LNNTM
Response of LNNPM to LNFNM .025 _ , ,
.025
.020
.020
.020
.015
.015
.015
.010
.010
.010
.005
.005
.025
f\.
.005
If
.000
.000
.000
-.005
-.005
-.005
10
20
30
40
50
60
70
60
10
Response of LNNPM to LNIPM
20
30
40
50
60
70
80
10
.025
.025
.020
.020
.020
.015
.015
.015
.010
.010
.010
.005
.005
.005
.000
v..... 10
20
30
40
50
60
70
60
.000
.000
-.005
-.005
.,·.
10
20
30
40
50
60
70
30
40
50
60
70
80
Response of LNNPM to LNXRM
Response of LNNPM to LNINM
.025
-.005
20
80
10
20
30
40
50
60
70
80
Response of LNNPM to LNJBM .025,--------------, .020 .015 .010
.005 .000+---------~
1\
-.005~:;:::=::;=:::;::::::;::::::::;::=;::~~ 10
20
30
40
50
60
70
80
Gambar 9. Hasil Uji Impulse Response Function Pada Non Performing Financing Pembiayaan Perbankan Syariah di Malaysia Shock pada sisi permintaan dari IPI menyebabkan keinginan. untuk mengembalikan pembiayaan yang diberikan bank syariah meningkat, sehingga nilai NPF akan turun. Nilai NPF akan mulai stabil pada periode ketujuh belas hingga akhir estimasi dengan kisaran respon 0,006 persen. Hal yang tidak jauh berbeda juga terlihat pada respon NPF terhadap IPX di Malaysia yang menunjukkan adanya pengaruh yang fluktuatif pada awal periode. Dalam hal ini Indonesia lebih stabil dalam menjaga output karena lebih fokus pada konsumsi domestik serta tidak terpengaruh pada inflasi luar negeri dan nilai tukar sebagaimana Malaysia. Guncangan inflasi sebesar satu standar deviasi terhadap belum memberikan pengaruh apapun pada '~:ulan pertc>.ma, namun pada bulan keduabelas guncangan inflasi sebesar satu standar deviasi memb}.lat NPF pembiayaan perbankan syariah mengalami peningkatan sebesar 0,020 persen. Kerr:udian guncangan inflasi sebesar satu standar deviasi
49
akan membuat penurunan terhadap NPF pembiayaan perbankan syariah sebesar 0,019 persen pada bulan kelimabelas, guncangan INF sebesar satu standar deviasi terns membuat penurunan pada NPF pembiayaan perbankan syariah dan mencapai kestabilan pada bulan ke sembilan dengan penurunan rata-rata sebesar 0,001 persen. Guncangan inflasi pada awalnya akan direspon oleh para nasabah untuk mengambil pembiayaan syariah, namun karena guncangan inflasi direspon oleh bank sentral dengan menaikkan nisbah bagi hasil untuk mengurangi jumlah uang beredar, maka nasabah yang semula membayar cicilan sesuai dengan kemampuannya terbebani dengan pembayaran cicilan yang lebih besar dimana daya beli masyarakat menurun. Selain itu, guncangan pada nilai tukar rupiah sebesar satu standar deviasi terhadap non performing financing belum memberikan pengaruh aj>apun pada periode pertama sampai periode keenam, namun pada periode ketujuh guncangan kurs sebesar satu standar deviasi membuat NPF pembiayaan perbankan syariah mengalami peningkatan sebesar 0,018 persen. Kemudian guncangan nilai tukar sebesar satu standar deviasi akan membuat penurunan terhadap NPF pembiayaan perbankan syariah sebesar 0,001 persen pada bulan ketiga dan mencapai kestabilan pada bulan kesembilan dengan peningkatan rata-rata sebesar 0,017 persen. Guncangan kurs akan membuat nilai tukar terdepresiasi. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menandakan bahwa terjadi capital outflow karena meningkatnya permintaan dollar di luar negeri. Ini berpengaruh pada kenaikan bagi hasil perbankan yang diikuti oleh naiknya nisbah bagi hasil dan besamya cicilan. Lalu pada periode berikutnya, karena adanya penyesuaian harga output maka shock pada kurs diikuti oleh stabilisasi NPF, meskipun NPF masih dipengaruhi secara positif oleh apresiasi dollar terhadap rupiah. Pengamatan dinamisasi respon nilai tukar ringgit cenderung tidakterpengaruh dengan shock yang disebabkan nilai tukar ini, karena nilai tukar ringgit yang cenderung masih pada titik keseimbangan antara penawaran dan permintaan nilai tukar mata uang asingnya. Guncangan inflasi pada lag selanjutnya yang ditandai dengan meningkatnya inflasi akan menyebabkan jumlah uang beredar mengalami peningkatan, hal ini juga meningkatkan NPF pembiayaan perbankan syariah, karena tidak d~ikutinya daya beli masyarakat. Inflasi yang terns teijadi tanpa kendali akan mempengaruhi pendapatan riil yang diperoleh oleh para nasabah, daya beli para nasabah akan menurun sehingga akan mengurangi minat melakukan pembiayaan melalui perbankan syariah sehingga NPF pembiayaan perbankan syariah juga secara otomatis juga mengalami penurunan. Dari analisis respon menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dalam hal ini M2, merespon guncangan NPF secara positif dari periode pertama sampai pada periode kesembilan yakni sebesar 1,012 persen dan stabil pada berikutnya sebesar 0,009 persen. Sebagaimana dijelaskan pada gambar 8, pada kasus Malaysia, NPF cenderung merespon secara negatif guncangan yang terdapat pada pennintaan akan uang yakni sebesar 0,003 persen. Berdasarkan hasil analisis impulse response tersebut, maka dapat dilihat bahwa inovasi atau guncangan dari variabel makroekonomi (tingkat pembiayaan, bagi hasil, inflasi, tingkat output, nilai tukar dan jumlah uang beredar), baik di Indonesia maupun Malaysia memberikan dampak terhadap NPF pembiayaan perbankan syariah. Inovasi atau guncangan dari variabel makroekonomi dalam jangka panjang memengaruhi NPF pembiayaan syariah berupa peningkatan atau penurunan NPF pembiayaan perbankan syariah di kedua negara mencapai kestabilan rata-rata setelah melewati periode kesepuluh.
50
Analisis l!?orecast Error Variance Decomposition
Metode ini digunakan untuk melihat bagaimana kontribusi pf3rubahan dalam suatu variabel makroekonomi yang ditunjukkan oleh perubahan variance error yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Dengan demikian dapat dillihat kelemahan dan kekuatan suatu variabel dalam mempengaruhi variabellain pada kurun waktu yang panjang. Struktur dinamis antar variabel dalam VAR dapat dilihat melalui analisis Forecasting Error Variance Decomposition (FEDV), pola dari FEVD ini mengindikasikan sifat dari kausalitas multivariat diantara variabel variabel dalam model V AR. Pengurutan variabel dalam analisis FEVD ini didasarkan pada faktorisasi Cholesky. Tabel 10. Hasil Uji FEVD Pada Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia Priode
LNFNI
LNNTI
LNIPI
LNINI
LNXRI
LNJBI
1
100,00
0
0
0
0
12
93,78
3,98
0,20
0,80
0 0,26
0,99
24
83,85
11,89
0,26
0,61
2,58
0,81
36
79,71
13,02
0,60
1,12
4,89
0,66
48
77,46
13,85
0,69
1,50
5,95
0,55
60
75,62
14,72
0,76
1,63
6,79
0,47
72
74,27
15,27
0,83
1,77
7,45
0,41
84
73,23
15,71
0,87
1,88
7,94
0,36
Berdasarkan hasil uji FEVD pada tabel 10, untuk kasus Indonesia, tampak bahwa variabilitas pembiayaan dipengaruhi oleh pembiayaan itu sendiri. Pada periode pertama kontribusi pengaruh dari pembiayaan sebesar 100 persen, sedangkan pada peri ode kedua pengaruh dari pembiayaan itu sendiri sebesar 93,78 persen, sedangkan pengaruh dari bagi hasil antar bank adalah sebesar 3, 98 persen pada periode keduabelas, konstan pada dan terns meningkat sampai akhir periode sebesar 15,71 persen. Pengaruh variabilitas tingkat output yang tercermin dari IPI, terlihat pada kisaran 0,20 persen sampai dengan 0,87 persen sampai periode selanjutnya. Begitu juga dengan pengaruh dari inflasi, semakin meningkat pada periode berikutnya dengan persentase yang konstan sekitar 1,00 persen. Selain itu, variabilitas pembiayaan pada periode pertama dipengaruhi oleh nilai tukar sebesar 0,26 persen dan meningkat sebesar 7,45 persen pada peri ode ke tujuh puluh dua. Sedangkan jumlah uang beredar menyumbang perubahan kurang dari satu persen. Tabel 11. Hasil Uji FEVD Pada Pembiayaan Perbankan Syariah di Malaysia Peri ode
LNFNM
LNNTM
LNIPM
LNINM
LNXRM
LNJBM
1
100,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
12
94,77
0,51
1,38
0,30
2,27
0,78
24
94,54
0,55
1,60
0,21
2,22
0,88
36
94,47
0,56
1,67
0,19
2,20
0,91
48
94,43
0,56
1,71
0,17
2,20
0,92
60
94,41
0,57
1,73
0,17
2,19
0,93
72
94,40
0,57
1,74
0,16
2,19
0,94
84
94,39
0,57
1,75
0,16
2,19
0,94
51
Seperti yang terlihat pada tabel 11, pada pembiayaan perbankan syariah Malaysia, tampak bahwa makroekonomi terlihat stabil dan tidak banyak mempengaruhi fluktuasi pembiayaan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kontribusi dari periode ke periode, variabilitas makro ekonomi terhadap pembiayaan seperti pada variabel tingkat pembiayaan yang stabil dari periode dua sampai periode akhir pengamatan yakni sebesar 94 persen, variabel tingkat bagi hasil antar bank sebesar 0,50 persen, variabel nisbah bagi hasil sebesar 2,20 persen. Sedangkan jumlah uang beredar mulai periode tigapuluh enam memiliki kontribusi 0,91 persen terhadap pembiayaan. Tabell2. Basil Uji FEVD Pada Non Performing Financing Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia Periode LNNPI LNFNI LNNTI LNIPI LNINI LNXRI LNJBI 1
100,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
12
73,48
7,91
7,74
5,88
1,07
0,51
3,39
24
70,52
7,53
7,86
6,56
1,85
1,53
4,15
36
67,37
9,83
8,18
6,27
2,39
1,93
4,03
48
64,50
12,29
8,59
6,00
2,50
2,19
3,94
60
62,01
14,35
8,94
5,76
2,63
2,45
3,86
72
59,73
16,24
9,25
5,55
2,75
2,68
3,79
84
57,65
17,97
9,54
5,35
2,86
2,90
3,73
Basil uji variance decomposition untuk variabel NPF pembiayaan perbankan di Indonesia sudah dapat dipastikan bahwa peningkatan pembiayaan dan tingkat bagi hasil paling berpengaruh nyata dan signifikan dari periode awal pengamatan hingga akhir periode dibandingkan variabel makro ekonomi lainnya. Pada periode dua, tingkat pembiayaan berkontribusi sebesar 7,91 persen dan SBI berpengaruh sebesar 7,74 persen dan pada akhir periode amatan, berpengaruh sebesar 17,97 persen dan 9,54 persen. Untuk variabel yang lain, memiliki pengaruh yang lebih kecil bagi perubahan NPF dan cenderung tidak memiliki pengaruh yang signifikan seperti variabel IPI sebesar 6,27 persen pada periode ketigapuluh dua, inflasi sebesar 2,86 persen, nilai tukar 2,90 persen dan pada sisi permintaan uang sebesar 4,15 persen pada peri ode amatan keduapuluh empat. Tabel13. Basil Uji FEVD Pada Non Performing Financing Pembiayaan Perbankan Syariah di Malaysia LNNPM
LNFNM
LNNTM
LNIPM
LNINM
LNXRM
LNJBM
1
100,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
12
95,69
0,68
0,01
2,39
0,48
0,66
0,09
24
94,91
0,57
0,00
3,08
0,60
0,70
0,14
36
94,63
0,53
0,00
3,32
0,64
0,71
0,16
48
94,50
0,51
0,00
3,44
0,67
0,71
0,17
60
94,42
0,50
0,00
3,51
0,68
0,71
0,17
72
94,36
0,49
0,00
3,56
0,69
0,72
0,18
84
94,32
0,49
0,00
3,60
0,69
0,72
0,18
Peri ode
52
Sedangkan pada NPF pembiayaan perbankan di Malaysia, lebih dipengaruhi oleh tingkat output dibandingkan dengan indikator makro ekonomi yang lain yakni sebesar 2,3 9 persen pada periode kedua dan rata-rata berkontribusi sebesar 3,60 persen sampai pada akhir periode amatan. Variabel makro ekonomi yang relatif tidak bergejolak tidak banyak mempengaruhi tingkat non performing financing pembiayaan perbankan syariah. Ringkasan Pembahasan
Belum ada ketentuan mashab khusus yang dipakai diantara mazhab Hambali, Syafii, Hanafi , Maliki atau Zahari dalam menentukan keputusan syariah dalam perbankan syariah Indonesia. Struktur organisasi Dewan Pengawas Syariah (DPS) ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Disamping itu, perbankan syariah menerapkan system total hutang dibandingkan dengan total asset perusahaan syariah tidak boleh lebih dari 82 persen. Kemudian aspek kuantitatif atau yang terdapat kaitannya dengan pihak yang menerapkan sistem non halalnya atau non sharia actitivites tidak boleh lebih dari 10 persen dari keseluruhan income termasuk didalamnya yakni bunga bank, industri rokok, babi dan hotel. Pada dasamya Bai' Al-Inah adalah dimana jual beli dengan perjanjian bahwa pembeli akan menjual barangnya kembali pada penjual. Bai' Bithaman Ajil, mirip dengan Bai' Al-Murabahah. Hanya saja di Malaysia hanya ada 2 pihak yaitu Bank dan Nasabah. Bank memberi pembiayaan dan nasabah yang membeli barang tersebut tanpa wakalah bank kepada nasabah. Sedangkan Bai' Al-Dayn, adalah jual beli hutang. Perbankan syariah Malaysia memperbolehkan memperjualbelikan utang karena mereka menganggap utang sama dengan barang. Mazhab umum yang dipakai dalam perbankan Malaysia adalah Syafi'i dan Zahiri yang menganggap bahwa akad melalui ba'i tersebut dapat dilakukan sepanjang tidak ada yang merasa dirugikan, karena kontrak atau akad dinilai dari apa yang dilihat, sedangkan niatnya diserahkan pada Alloh SWT. Akad-akad seperti Ba 'i Al-Inah, Ba 'i Bith 'aman Ajil dan Ba 'i AI Dayn tidak dilakukan oleh perbankan di Indonesia karena UU perbankan syariah 1983 melarang banlc melakukan jual beli dengan supplier. Hal ini sesuai dengan mazhab Maliki dan Hambali yang melarang kegiatan tersebut karena menganggap terdapat unsur yang merugikan salah satu pihak, yakni nasabah, meskipun dalam mazhab Hanafi memperbolehkan asal bukan membeli dan menjual kembali (buy and sale back). Disamping itu dalam menentukan Dewan Pengawas Syari'ah (DPS), rata rata calon DPS direkomendasikan oleh lembaga keuangan syariah setempat yang setelah itu di tes kapabilitasnya sebagai seorang DPS. BNM menetapkan seseorang hanya bisa duduk di satu DPS disetiap industri seperti 1 di perbankan, 1 di asuransi dan 1 di pasar modal syariah. DPS dibawah pengawasan Bank Sentral. Sebuah perusahaan syariah tidak boleh memiliki hutang lebih dari 33 persen dari total asset yang mereka miliki. Aspek kuantitatif atau adanya elemen transaksi dengan pihak yang non-halal, akan tetapi susah untuk di identifikasi diperbolehkan, contoh. hotel, resort, penjualan saham & stock braking yakni tidak boleh lebih dari 25%.( Rosly & Sanusi, 1999) Menjawab hipotesis penelitian berkenaan dengan pengaruh makroekonomi terhadap pembiayaan perbankan Indonesia, dari hasil uji impulse response function pada model VECM, kinerja pembiayaan di Indonesia cenderung lebih tahan terhadap guncangan dibandingkan dengan pembiayaan perbankan di Malaysia, namun demikian faktor ekonomi makro sangat mempengaruhi tingkat pembiayaan di Indonesia. Jika melihat dari pertumbuhan dalam jangka panjang, tingkat pembiayaan Indonesia terlihat lebih fluktuatif, sedangkan kinerja pembiayaan di Malaysia cenderung lebih stabil. Ini ditunjukkan oleh rasio
53
non performing financing yang senantiasa pada kisaran 0,99 persen, meskipun kedua negara sama-sama memiliki NPF yang masih normal yakni dibawah lima persen. Meskipun kedua negara menerapkan marjin profit yang menjadi kewajiban nasabah pembiayaan bank syariah, lebih tinggi hila dibandingkan dengan bunga kredit yang menjadi kewajiban nasabah bank syariah, secara keseluruhan, pada kasus Malaysia, bank syariah mampu menghadapi premi risiko kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah di Indonesia karena faktor jumlah portofolio atau varian produk dan pengaruh makro ekonomi.Ini terlihat pada rasio non performing financing terhadap pembiayaan yang relatif stabil pada kisaran 0,98 persen untuk perbankan syariah Malaysia dan 2,20 persen sampai 6,60 persen untukpembiayaan perbankan syarilih di Indonesia. Pada jangka panjang variabel nisbah bagi hasil meskipun tidak mempengaruhi secara signifikan, yakni untuk kasus Indonesia kenaikan nisbah bagi hasil dari sisi supply menyebabkan turunnya pembiayaan dan mengakibatkan naiknya non performing financing pembiayaan syariah di Indonesia, namun untuk kasus di Malaysia, kenaikan nisbah bagi hasil berpengaruh dalam jangka panjang saja. Naiknya tingkat bagi hasil pada jangka panjang yang terjadi di Indonesia mengakibatkan nasabah lebih memilih menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan daripada pembiayaan. Ini berbeda dengan yang terjadi di Malaysia, terlihat variance decomposition bagi hasil terhadap pembiayaan lebih kecil kontribusinya yakni 0,57 persen sedangkan Indonesia sebesar 15,71 persen. Dengan kata lain kontribusi pada jangka panjang bagi hasil di Indonesia memiliki peran yang lebih besar daripada di Malaysia. Sedangkan jika dilihat dari respon jangka panjang di kedua negara tersebut tingkat bagi hasil memiliki pengaruh negatifterhadap pembiayaan. Hal ini berkaitan dengan acuan yang dipakai untuk mengukur naik turunnya nisbah bagi hasil, baik pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) maupun pada Malaysia Islamic Interbank Rate, masih melihat trepd pada perubahan interest rate yakni suku bunga SBI atau suku bunga acuan bank konvensional sertifikat bank negara Malaysia(lihat lampiran 2). Pada perbankan syariah Indonesia, kebijakan moneter ketat melalui kenaikan bagi hasil ditujukan untuk mengatasi inflasi kearah sasaran pada periode yang lebih pendek. Penggunaan instrument bagi hasil dalam mempengaruhi nilai tukar tidak begitu efektif sebab terkait dengan country risk yang mana peningkatan tingkat bagi hasil tidak mampu menarik capital inflow. Dengan kata lain premi resiko seperti non performing financing lebih disebabkan oleh faktor-faktor non ekonomi. Penyaluran pembiayaan baru akibat inflasi dan kenaikan bagi hasil otomatis meningkatkan persentase NPF. Inflasi berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan syariah dalam jangka pendek maupun jangka panjang di Indonesia dan berpengaruh positif dengan pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) perbankan yang selama ini masih terkontrol dengan baik yakni pada kisaran 1,00 persen pada lag pertama. Hal yang berbeda dengan di Malaysia, inflasi hanya memiliki pengaruh pada jangka panjang sebagaimana yang dijelaskan pada respon dinamisnya. Pertumbuhan di sektor riil yang dicerminkan oleh penurunan output yang dicerminkan oleh IPX lebih menyebabkan terhambatnya penyaluran pembiayaan perbankan syariah. Peningl<:atan fasio NPF industri perbankan syariah juga disebabkan oleh imbas dari ekonomi dunia yang belum pulih. Pada model permintaan uang dalam sistem perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia, tingkat output berpengaruh positif terhadap permintaan jumlah uang beredar. Sedangkan tingkat inflasi yang diharapkan dan tingkat pembiayaan berpengaruh negatif terhadap permintaan jumlah uang beredar. Berdasarkan IRF, permintaan jumlah uang beredar dikatakan cukup stabil dalam merespon inovasi variabel lainnya dalam jangka panjang. Terdapat mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjangnya, karena
54
Error Correction Term (ECT) secara statistik signifikan. Berdasarkan hasil variance decomposition pembiayaan perbankan syariah di Malaysia temyata tidak dominan dalam menjelaskan fluktuasi jumlah permintaan uang beredar. Dengan tidak ditemukannya kointegrasi pada analisis hubungan jumlah uang beredar dengan pembiayaan perbankan syariah di Malaysia, malca dapat disimpulkan bahwa dalam jangka panjang tidak cukup bukti untuk menunjukkan adanya hubungan antara jumlah uang beredar dengan tingkat pembiayaan pada perbankan syariah di Malaysia. Setelah dilakukan pengamatan terhadap pergerakan rupiah terhadap US dollar dan ringgit terhadap US dollar, nampak bahwa kurs rupiah memiliki pergerakan yang fluktuatif dan rentan sekali terhadap apresiasi dollar, yakni mencapai kisaran tertinggi pada awal dan akhir periode amatan dengan nilai tertinggi sebesar 11.890,921 per US dollar, akibat krisis global yang melanda Amerika dan Eropa. Pergerakan ringgit terlihat stabil pada garis keseimbangan dan tidak terdepresiasi dengan dollar pada kisaran 3,00 ringgit sampai dengan 3,79 ringgit per US dollar. Hal tersebut juga terjadi pada kurs rupiah dan ringgit secara vis a vis. rupiah cenderung terdepresiasi oleh ringgit. Keseimbangan baru yang diciptakan depresiasi rupiah selalu direspon dengan menaikkan bagi hasil akibat kenaikan inflasi. Ini berpengaruh pada pembiayaan perbankan syariah. Basil dari variance decomposition menunjukkan bahwa perubahan kurs US dollar terhadap rupiah memberikan dampak sebesar 7,94 persen sedangkan kurs US dollar terhadap ringgit adalah sebesar 2,26 persen.
5
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan mengidentifikasi produk dan sistem pembiayaan perbankan syariah, menganalisis faktor ekonomi makro yang mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah serta membuktikan apakah kinerja pembiayaan bank syariah di Indonesia dan Malaysia tahan terhadap resiko yang diakibatkan oleh kondisi makro ekonomi di Indonesia dan Malaysia maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Secara historis, bank syariah di Malaysia dan Indonesia memiliki perbedaan, yakni jika di Malaysia, pemerintah yang mendorong tumbuhnya bank syariah (government driven), sedang di Indonesia didorong oleh permintaan masyarakat (society driven) sehingga hal ini mempengaruhi legal aspek pembiayaan perbankan syariah seperti pencabutan izin operasional maupun pendirian serta implementasi produk perbankan. Perbandingan praktek pembiayaan antara bank syariah di Indonesia dan Malaysia terletak pada jumlah varian produk pembiayaan, praktek bagi hasil, mekanisme administrasi pinjaman pembiayaan, skema pembiayaan melalui sewa (ijarah) dan pelunasan cicilan pembiayaan. Varian produk pembiayaan di Malaysia lebih banyak daripada di Indonesia seperti diterapkannya pembiayaan melalui istisna' paralel pada pembiayaan berbasis jual beli dan sewa atau ba'i. Sarna dengan di Indonesia, perbankan syariah di Malaysia menggunakan akad mudharabah, tetapi di Malaysia bank dapat pemilik modal maupun mudharib, berbeda dengan di Indonesia yang menganggap bahwa pemilik modal ialah bank sedangkan nasabah adalah mudharib. Adanya sistem menggunakan qardhul hasan pada mekanisme administrasi pembiayaan pada perbankan syariah di Malaysia yaitu dengan menghapus file nasabah yang tidak mampu membayar pembiayaannya. Meskipun hal ini masih menjadi kontroversi di Malaysia, pada skema pembiayaan melalui sewa (ijarah) di negara Malaysia dikenal adanya akad ba 'i at ta 'jir yakni memungkinkan pemilikan barang yang disewakan dan ba 'i bithaman ajil atau Bank memberi pembiayaan dan nasabah yang membeli barang tersebut tanpa wakalah bank kepada nasabah atau memutuskan tanpa persetujuan nasabah yang dihitung dari harga pokok ditambahkan nilai yang ditambahkan bank sebagai keuntungan. Selain itu bank juga diperbolehkan menjual beli surat utang untuk jaminan pembiayaan (ba 'i al dayn). Ketiganya dilarang di Indonesia karena dianggap merugikan nasabah. Di Malaysia, pelunasan cicilan pembiayaan nasabah diperkenankan melakukan mekanisme tawarrug atau membeli secara cicilan dari bank, lalu dikembalikan ke bank untuk dijual secara tunai. Nasabah memperoleh uang tunai dan nasabah memiliki cicilan pada bank. Selain itu terdapat kebijakan ibra' atau potongan terhadap cicilan pembiayaan terhadap pembiayaan perbankan syariah di Malaysia, terkait semakin besamya porsi bagi hasil dan pengaruh penurunan bagi hasil. b. Dalam jangka pendek, perubahan pembiayaan bank syariah di Indonesia lebih dipengaruhi oleh inflasi dan nilai tukar dibanding variabel makro ekonomi yang lain. Sedangkan di Malaysia hampir semua variabel ekonomi seperti nisbah bagi hasil, nilai tukar, output, inflasi dan jumlah uang beredar tidak mempengaruhi pembiayaan. Dalam jangka panjang, pembiayaan bank syariah di Indonesia secara negatif dipengaruhi oleh seluruh variabel ekonomi makro seperti inflasi dan nilai tukar, Selain
56
3.
itu, perubahan output dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang positif, sedangkan nisbah bagi hasil tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan pembiayaan. Lain halnya pada pembiayaan syariah di Malaysia, dalam jangka panjang cenderung secara positif lebih dipenganJhi oleh faktor pertumbuhan ekonomi seperti perubahan output, inflasi dan jumlah uang beredar dan secara negatif dipengaruhi oleh nisbah bagi hasil, tetapi nilai tukar tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan. Non performing financing perbankan syariah di Indonesia dalam jangka panjang lebih dipengaruhi oleh hampir semua variabel makroekonomi seperti perubahan tingkat pembiayaan, inflasi, output dan jumlah uang beredar. Sedangkan perbankan syariah di Malaysia, variabel seperti inflasi tidak berpengaruh secara signifikan meskipun diberikan guncangan pada periode tertentu. Berdasarkan analisis jangka pendek diketahui variabel pembiayaan, inflasi dan nilai tukar memiliki pengaruh dalam non performing financing perbankan syariah di Indonesia, tetapi berbeda dengan di Malaysia variabel output lebih mempengaruhi non performing financing selain tingkat pembiayaan itu sendiri. Sedangkan nisbah bagi hasil tidak secara signifikan mempengaruhi perubahan non performing financing pada perbankan syariah.
Saran Penelitian ini masih kurang dari kesempurnaan oleh karena itu saran untuk penelitian selanjutnya: 1. Disarankan untuk meneliti alternatif produk pembiayaan perbankan syariah pada negara selain Malaysia dan Indonesia seperti negara-negara di Timur Tengah yang juga terdapat jasa perbankan syariah. Sehingga dapat membandingkan lebih komprehensif faktor-faktor makro lainnya yang mempengaruhi jumlah pembiayaan dan kinerja pembiayaan. 2. Disarankan untuk menambahkan variabel-variabel makroekonomi lainnya dan memperbaharui data dengan cara menambah periode analisis agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Selain itu disarankan untuk melihat secara rinci variabel pembiayaan seperti investasi, modal kerj a dan konsumsi sehingga dapat dilihat perbedaan diantara instrument pembiayaan tersebut dan membandingkan pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan berdasarkan jenis atau tipologi perbankan sehingga hasilnya lebih terarah. 3. Disarankan untuk menggunakan data individu bank syariah akan mampu untuk melihat dampak yang lebih spesifik terhadap individu bank serta menggunakan data untuk mengukur kinerja perbankan yang lain, yakni CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity) dan EAGLES (Earning Ability, Asset Quality, Growth, Liquidity, Equity, dan Strategic Management) seperti CAR, ROA, BOPO, FDR, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah H. 2013. Financing in Islamic Banking Scheme: Performance and Effect on Malaysian Output. Journal of Research Journal of Finance and Accounting. 4(4): 131132. Adebola SS, Sulaiman WY, Dahalan J. 2011. The Impact of Macroeconomic Variables On Islamic Banks Financing In Malaysia. Research Journal of Finance and Accounting. 2 (4): 21-22. Adebola SS, Sulaiman WY, Dahalan J. 2011. An ARDL Approach to The Determinants Of Non Performing Loans In Islamic Banking System In Malaysia. Arabian Journal of Business and Management Review. 1(2): 18-19. Antonio MS. 2001. Bank Syari 'ah: dari Teori Ke Praktik. Jakarta (ID): Gema Insani Press. Arifin Z. 2005. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta (ID):Pustaka Alphabet. Ascarya. 2012. Transmission Channel and Effectiveness Of Dual Monetary Policy In Indonesia". Bulletin ofMonetary Economics and Banking. 14 (3): 281-282. Bank Indonesia. 2011. Peraturan Bank Indonesia No.13 tahun 2013 tentang Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Jakarta:BI Bank Indonesia. 2006. Statistik Perbankan Indonesia Syariah. Jakarta (ID) :BI _ _ _ _ _ _.2007. Statistik Perbankan Indonesia Syariah. Jakarta (ID):BI _ _ _ _ _ _.2008. Statistik Perbankan Indonesia Syariah. Jakarta (ID):BI _ _ _ _ _ _.2009. Statistik Perbankan Indonesia Syariah. Jakarta (ID):BI _ _ _ _ _ _.2010. Statistik Perbankan Indonesia Syariah. Jakarta (ID):BI _ _ _ _ _ _.2011. Statistik Perbankan Indonesia Syariah. Jakarta(ID):BI _ _ _ _ _ _.2012. Statistik Perbankan Indonesia Syariah. Jakarta(ID):BI _ _ _ _ _ _.2013. Statistik Perbankan Indonesia Syariah. Jakarta(ID):BI _ _ _ _ _ _.2012. Laporan Pengawasan Perbankan. Jakarta(ID):BI Bank Negara Malaysia. 2006./slamic Banking Statistics. Kuala Lumpur (MY): BNM _ _ _ _ _ _ _ _.2007. Islamic Banking Statistics. Kuala Lumpur (MY): BNM _ _ _ _ _ _ _ _.2008. Islamic Banking §tatistics. Kuala Lumpur (MY): BNM - - - - - - - -.2009. Islamic Banking Statistics. Kuala Lumpur (MY): BNM _ _ _ _ _ _ _ _.2010. Islamic Banking Statistics. Kuala Lumpur (MY): BNM _ _ _ _ _ _ _ _.2011. Islamic Banking Statistics. Kuala Lumpur (MY): BNM _ _ _ _ _ _ _ _.2012. Islamic Banking Statistics. Kuala Lumpur (MY): BNM - - - - - - - -.2013. Islamic Banking Statistics. Kuala Lumpur (MY): BNM Chapra MU. 2000. Towards a Just Monetary System (UK) :The Islamic Foundation. Chapra MU. 2008. The Global Financial Crisis: Can Islamic Finance Help Minimize the Severity and Frequency of Such a Crisis in the Future. Paper for the Forum on the Global Financial Crisis, held at the Islamic Development Bank. Jeddah. Dewan Syariah Nasional-MUI. 2007. Fatwa No.62 tahun 2007 tentang akad Ju'alah. Jakarta (ID): DSN-MUI. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _. 2007. Fatwa No. 63 tahun 2007 tentang SBIS. Jakarta (ID): DSN-MUI. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _.2007. Fatwa No. 64 tahun 2007 tentang SBIS Ju'alah. Jakarta (ID): DSN-MUI. Enders W. 2000. Applied Economic Time Series .New York (USA): John Wiley dan Son Ltd. Engle RF, Granger, CWJ. 1987. Cointegration and error correction: representation, estimation and testing. Econometrica. 55: 251-176.
58
Friedman M, Schwartz A. 1963. Economic History (USA): Princenton University. Furqani H, Mulyani R.2009. Islamic Banking and Economic Growth: Empirical Evidence From Malaysia. Journal ofEconomic Cooperation and Development. 30(2): 59-74. Hasanah H. 2007. Stabilitas Moneter Pada Sistem Perbankan Ganda di Indonesia. Bogor . (ID): Institut Pertanian Bogor. Hebbel KS, Loayza N. 2002. Moneteray Policy: Rules and Transmission Mechanisms. Santiago (CL): Central Bank of Chile Publishing. Joseph MT, Edson G, Manuere F, Clifford M, Michael K.2012. Non Performing loans in Commercial Banks: A case of CBZ Bank Limited In Zimbabwe. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business. [Internet].[diunduh 2013 September 22];4(7):467-486. Tersedia pada: http://journal-archieves25.webs.com/467-488.pdf. Juanda B. 2012. Pengantar Ekonometrika. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kaleem A, Mansoor MM. 2006. Islamic Banking and Money Demand Function In Malaysia, An Econometric Analysis. Pakistan Economic and Social Review. 154 (2): 277-290. Kashmir.2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta (ID): Rajawali Press. Karim AA. 2005. Bank Islam Ana/isis Fiqih dan Keuangan. Jakarta (ID):Rajawali Press. Kahf M, Khan T. 1409 H. Principles of Islamic Financing: A Survey. Islamic Research Institute, Islamic Development Bank 21(2) :42-49. Kementrian Agama Republik Indonesia. 2008. Ta.fsir dan terjemahan Al-Qur'an. Jakarta (ID): Kementrian Agama Republik Indonesia. Kunt D, Huizinga A. 1998. Determinants of Commercial Bank Interest Margins and Profitabilitas: Some International Evidence. World Bank Economic Review. 13 (01): 379-408 Lutkepohl H, Kratzig M. 2004. Applied Time Series Econometrics. New York (UK): Cambridge University Press. Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta (ID): Kencana Media Pranada. MacKinnon JG, Haug AA, Michelis L. 1999. Numerical distribution functions oflikelihood ratio tests for cointegration. Journal ofApplied Econometrics. 14: 563-577. Machmud A, Rukmana. 2010. Bank Syariah: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Nadratuzzaman M. 2013. Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia. Jakarta(ID): Penerbit Kompas Gramedia. Naja HRD. 2011. Akad Bank Syariah. Jogjakarta (ID): Pustaka Yustisia. Pesaran MH, ShinY, Smith R. 2001. Bounds Testing Approaches to the Analysis of Level Relationships. Journal ofApplied Econometrics. 16: 289-326. Rini M. 2012. Obligasi Syariah (Sukuk) dan Indikator Makro Ekonomi Indonesia: Sebuah Analisis Vector Error Correction Model (VECM). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Salleh B. 1989. The Law of Property in Malaysia: Prospect For Islamisation. International Islamic University Malaysia Journal. 1(1 ): 98-100. Sanusi, M, Rosly SA. 2001. Some Issue of Bay' al-'Inah in Islamic Financial Markets, The Arab Law Quarterly. 1(2): 2-9. Shu C. 2002. The Impact of macroeconomic environment on the asset quality of Hong Kong's banking sector. Hong Kong Monetary Authority Research Memorandums. HKMA [Internet].[diunduh 2013 September 21];2(23):5-9. Tersedia pada: http://www.hkma.gov.hk/media/eng/publication-and-research/research/workingpapers/pre2007/RM20-2002.pdf.
59
Sims CA. 1980. Macroeconomics and Reality. Econometrica. 48(1):1-49. Sinkey JR. 2012. Commercial Bank Financial Management (FR): Lavoisier Libraire. Siregar ME. 2001. Manajemen Moneter Alternatif, Dalam: Dinar Emas, Solusi Krisis Moneter. Ismail Y et.al., editor.Jakarta(ID): PIRAC, SEM Institute, INFID. Sukmana R, Kassim SH. 2010. Roles of the Islamic Banks in the Monetary Transmission Process in Malaysia. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management. 3 (1 ): 20-21.
60
Lampiran 1 Data Pembia~aan dan Mal~:ro Ekonomi Indonesia Peri ode Pemblayaan NPF IPI CPI
SBIS
M2
Kurs
(%)
(%)
{Juta US$)
(Rp/US$)
(Juta US$)
(Juta US$)
(Index)
Des 05
1.544,74
43,51
97,00
17,11
12,75
121.977,17
9.860,56
Jan 06
1.586,73
56,12
98,05
17,03
12,75
126.049,81
9.479,90
Feb 06
1.651,25
65,55
97,72
17,92
12,75
128.705,69
9.306,28
Mar06
1.746,24
74,67
97,50
15,74
12,75
130.855,85
9.160,83
Apr06
1.855,69
73,94
97,77
15,4
12,75
133.905,42
8.940,06
Mei 06
1.931,52
80,97
97,81
15,6
12,5
138.117,94
8.991,34
Jun 06
1.943,94
82,20
98,61
15,53
12,5
134.624,76
9.342,90
Jul 06
2.014,44
94,81
99,39
15,15
12,25
136.218,19
9.197,12
Agus 06
2.095,17
106,53
99,90
14,9
11,75
140.215,48
9.086,61
Sep 06
2.152,17
110,33
99,91
14,55
11,25
141.713,14
9.136,38
Okt 06
2.186,59
110,92
100,81
6,29
10,75
144.709,06
9.186,89
Nop06
2.233,98
117,01
98,37
5,27
10,25
147.018,80
9.127,68
Des 06
2.246,68
106,7
99,75
6,60
9,75
151.920,91
9.100,08
Jan07
2.230,95
115,41
100,18
6,20
9,50
150.939,08
9.062,97
Feb 07
2.258,08
125,03
99,43
6,30
9,25
151.095,59
9.062,10
Mar07
2.271,75
130,28
98,23
6,52
9,00
150.493,63
9.164,75
Apr07
2.349,17
144,23
99,62
6,29
9,00
152.450,89
9.089,58
Mei 07
2.475,28
152,79
99,65
6,01
8,75
157.648,75
8.855,57
Jun 07
2.558,52
158,51
99,94
5,77
8,50
162.025,28
8.977,47
Jul 07
2.616,10
172,07
100,42
6,06
8,25
162.879,98
9.054,33
Agus 07
2.636,07
174,72
100,86
6,51
8,25
159.744,29
9.346,50
Sep 07
2.748,04
172,14
100,91
6,95
8,25
162.894,15
9.312,08
Okt 07
2.802,40
176,26
101,31
6,88
8,25
168.765,09
9.088,65
Nop07
2.883,91
163,05
99,51
6,70
8,25
169.415,91
9.205,57
Des 07
2.986,61
120,88
100,68
6,59
8,00
176.313,18
9.356,43
Jan 08
2.879,58
120,25
100,85
7,36
8,00
169.603,09
9.413,54
Feb 08
3.033,79
123,62
100,61
7,40
8,00
174.525,96
9.189,18
Mar08
3.243,65
135,42
100,11
8,17
8,00
174.546,71
9.134,46
Apr08
3.372,41
148,06
100,13
8,96
8,00
175.207,39
9.198,76
Mei 08
3.481,47
172,06
100,37
10,38
8,25
176.993,37
9.275,68
61
Jun 08
3.665,93
155,02
100,76
11,03
8,50
183.122,43
9.301,87
Jul 08
3.841,59
160,37
100,91
11,9
8,75
184.061,28
9.160,26
Agus 08
3.977,31
160,74
101,43
11,85
9,00
183.010,43
9.195,16
Sep 08
4.025,75
166,03
101,5
12,14
9,25
189.972,10
9.360,00
Okt 08
3.797,16
173,85
101,14
11,77
9,50
184.166,62
9.841,58
Nop08
3.323,18
164,87
100,73
11,68
9,5
159.524,81
11.603,36
Des 08
3.350,97
132,38
100,81
11,06
9,25
166.310,47
11.399,40
Jan09
3.425,34
150,28
100,45
9,17
8,75
168.047,46
11.152,47
Feb 09
3.295,56
151,78
100,26
8,60
8,25
161.219,66
11.786,45
Mar09
3.305,72
169,79
100,29
7,92
7,75
161.194,58
11.890,92
Apr09
3.557,07
183,83
100,42
7,31
7,5
171.256,46
11.168,18
Mei 09
3.909,85
186,49
100,62
6,04
7,25
185.055,98
10.413,44
Jun09
4.139,43
181,59
100,79
3,65
7,00
194.000,60
10.193,43
Jul 09
4.226,06
217,48
101,02
2,71
6,75
193.496,99
10.134,27
Agust 09
4.411,63
247,47
101,38
2,75
6,50
200.558,34
9.948,70
Sep 09
4.516,80
258,39
101,64
2,83
6,50
204.775,00
9.857,21
Okt09
4.774,95
262,99
101,10
2,57
6,50
213.336,96
9.475,70
Nop09
4.837,26
268,07
101,69
2,41
6,50
218.156,50
9.452,88
Des 09
4.922,27
197,58
101,59
2,78
6,50
224.810,64
9.525,28
Jan 10
5.081,57
221,31
101,15
3,72
6,50
223.556,51
9.276,67
Feb 10
5.174,96
245,78
101,14
3,81
6,50
220.630,49
9.366,25
Mar 10
5.486,58
248,62
101,37
3,43
6,50
230.811,20
9.150,69
AprlO
5.709,73
255,25
101,44
3,91
6,50
233.914,70
9.046,13
Mei 10
5.788,28
276,24
100,90
4,16
6,50
233.088,04
9.194,96
Jun 10
6.082,37
236,53
104,72
5,05
6,50
243.197,27
9.174,22
JuliO
6.368,24
263,87
100,93
6,22
6,50
245.035,68
9.050,07
Agus 10
6.715,35
275,19
101,12
6,44
6,50
249.168,14
8.975,70
Sep 10
6.776,68
267,42
92,32
5,80
6,50
252.856,10
8.997,03
Okt 10
7.057,63
278,52
100,77
5,67
6,50
258.671,05
8.925,80
Nop 10
7.381,22
294,17
101,72
6,33
6,50
262.801,74
8.933,76
Des 10
7.556,03
228,41
100,83
6,96
6,50
273.866,83
9.023,38
Jan 11
7.723,53
253,45
101,66
7,02
6,50
269.917,89
9.027,48
Feb 11
8.009,61
293,15
98,06
6,84
6,75
271.309,36
8.920,41
62
Mar 11
8.472,82
305,24
105,86
6,65
6,75
279.718,16
8.763,67
Apr 11
8.754,45
331,68
102,19
6,16
6,75
281.442,44
8.650,00
Mei 11
9.170,88
344,70
105,63
5,98
6,75
288.741,15
8.572,68
Jun 11
9.645,02
342,88
107,23
5,54
6,75
294.522,95
8.565,66
Jul11
9.910,03
371,29
109,45
4,61
6,75
300.567,98
8.532,37
Agus 11
10.619,01
375,08
103,1
4,79
6,75
307.445,40
8.526,22
Sepll
10.661,70
373,58
104,12
4,61
6,75
303.562,26
8.707,71
Okt 11
10.880,91
338,89
107,59
4,42
6,50
300.983,94
8.896,78
Nop 11
11.058,66
303,09
101,35
4,15
6,00
303.589,95
8.990,87
Des 11
11.318,63
285,35
102,89
3,79
6,00
317.239,09
9.069,56
Jan 12
11.230,58
300,62
102,76
3,65
6,00
315.305,01
9.054,66
Feb 12
11.517,42
325,38
105,63
3,56
5,75
316.472,37
9.004,88
Mar 12
11.941,05
329,51
102,46
3,97
5,75
318.664,39
9.137,89
Apr 12
11.861,31
337,84
103,38
4,50
5,75
319.224,85
9.169,90
Mei 12
12.190,13
356,92
108,31
4,45
5,75
323.221,01
9.257,00
Jun 12
12.487,13
359,35
109,79
4,53
5,75
323.918,17
9.417,05
Jul12
12.807,75
374,24
111,41
4,56
5,75
323.592,52
9.440,38
Agus 12
13.168,61
365,51
100,78
4,58
5,75
325.564,39
9.488,17
Sep 12
13.648,80
374,31
109,61
4,31
5,75
327.253,54
9.550,80
Okt 12
14.133,23
364,74
118,17
4,61
5,75
329.584,38
9.593,07
Nop 12
14.588,99
364,52
114,13
4,32
5,75
333.240,27
9.618,07
Des 12
15.311,92
339,34
114,12
4,30
5,75
343.042,30
9.633,34
Lampiran2 Data Pembia~aan dan Makro Ekonomi Mala~sia Peri ode Pembiayaan NPF IPX CPI (Juta US$) Des 05 Jan 06 Feb 06 Mar06 Apr06 Mei 06 Jun 06 Jul 06
15.180,16 15.359,04 15.660,03 16.215,45 16.429,39 17.022,71 17.394,53 18.371,20
(Juta US$)
(Index)
167,71 168,94 170,12 172,10 175,69 178,64 177,28 177,31
101,30 101,70 96,90 109,20 102,50 104,00 106,00 107,20
(%)
3,29 3,24 3,23 4,73 4,49 3,89 4,00 4,11
MIIR
M2
Kurs
(%)
(Juta US$)
(RM/US$)
178.097,6 181.087,2 184.028,7 186.509,2 190.464,7 193.633,8 191.309,6 192.351,9
3,78 3,75 3,73 3,70 3,66 3,61 3,66 3,67
2,98 3,00 3,04 3,25 3,27 3,48 3,49 3,49
63
Agus 06 Sep 06 Okt06 Nop06 Des 06 Jan07 Feb 07 Mar07 Apr07 Mei 07 Jun 07 Jul 07 Agus 07 Sep 07 Okt07 Nop07 Des 07 Jan 08 Feb 08 Mar08 Apr08 Mei08 Jun08 Jul 08 Agus 08 Sep 08 Okt 08 Nop08 Des 08 Jan09 Feb 09 Mar09 Apr09 Mei09 Jun09 Jul 09 Agus 09 Sep 09 Okt 09 Nop09 Des 09
18.962,40 19.342,88 20.701,95 21.013,21 22.096,67 22.417,46 22.597,11 22.778,89 23.273,44 23.638,42 23.686,72 23.914,93 23.986,06 24.409,35 25.528,27 26.087,58 26.921,82 27.743,94 28.486,85 29.322,79 29.932,69 29.979,93 29.941,30 30.722,23 30.670,36 30.083,11 29.734,10 29.526,22 30.366,41 30.443,24 30.365,12 30.002,06 30.765,85 32.094,75 32.793,40 33.866,08 34.813,31 35.330,20 36.993,10 38.717,27 39.545,73
178,92 178,59 183,75 201,36 206,47 209,74 210,74 212,80 218,06 221,96 222,82 224,79 226,62 231,07 242,17 247,30 255,83 264,08 271,87 280,30 286,61 287,78 287,81 295,87 295,62 290,76 288,12 286,92 294,95 296,94 297,10 293,89 302,09 315,84 322,93 333,82 345,20 350,38 366,98 384,24 391,10
108,30 106,60 103,30 107,00 107,40 105,69 95,54 108,20 104,46 107,37 105,79 109,03 109,04 108,27 108,80 110,07 115,14 115,99 105,02 111,52 109,28 110,05 108,22 114,17 111,01 107,23 105,87 101,69 96,91 95,60 92,13 97,41 96,65 97,85 97,87 105,16 103,18 100,66 106,91 101,47 104,22
3,29 3,28 3,05 3,04 3,15 3,25 3,13 1,54 1,54 1,43 1,43 1,64 1,98 1,86 1,97 2,29 2,29 2,28 2,60 2,71 3,04 3,80 7,68 8,52 8,50 8,17 7,63 5,66 4,47 3,92 3,81 3,59 3,06 2,40 1,41 2,39 2,48 1,99 1,50 1,01 1,02
3,49 3,52 3,50 3,50 3,50 3,40 3,55 3,55 3,55 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,38 3,29 2,56 2,03 2,07 2,07 2,07 2,08 2,09 2,09 2,11 2,11 2,11
195.785,0 195.173,0 197.154,5 202.335,4 213.964,5 221.168,0 225.715,6 226.002,2 231.604,4 234.807,8 229.107,4 232.522,9 230.241,0 231.585,0 239.216,0 241.003,5 249.464,6 265.175,9 271.563,1 278.279,6 282.495,9 279.858,1 276.057,7 280.759,5 272.048,7 265.343,0 255.880,2 253.253,4 262.689,4 265.567,6 260.588,4 258.296,1 262.513,1 267.565,1 270.281,0 270.901,3 276.553,3 279.179,1 288.641,4 295.215,1 298.058,4
3,66 3,67 3,68 3,64 3,55 3,51 3,50 3,49 3,44 3,40 3,44 3,44 3,48 3,47 3,38 3,35 3,34 3,27 3,23 3,18 3,16 3,21 3,26 3,25 3,33 3,44 3,52 3,59 3,55 3,56 3,62 3,68 3,61 3,53 3,52 3,55 3,52 3,50 3,41 3,39 3,41
64
Jan 10 Feb 10 Mar 10 Apr 10 Mei 10 Jun 10 JuliO Agus 10 Sep 10 Okt 10 Nop 10 Des 10 Jan 11 Feb 11 Mar 11 Apr 11 Mei 11 Jun 11 Julll Agus 11 Sep 11 Okt 11 Nop 11 Des 11 Jan 12 Feb 12 Mar 12 Apr 12 Mei 12 Jun 12 Jul12 Agus 12 Sep 12 Okt 12 Nop 12 Des 12
40.642,71 40.725,06 42.464,34 44.708,17 45.803,49 46.749,76 48.032,65 49.452,23 49.740,56 50.649,58 51.621,50 51.799,82 53.868,98 54.514,25 56.071,31 57.039,19 57.715,86 59.071,08 60.726,65 62.343,04 61.686,95 61.134,93 61.771,65 63.380,73 64.938,01 67.544,43 68.504,58 6K650,09 69.021,63 68.845,41 69.650,19 71.902,79 73.761,03 76.038,19 76.074,47 77.466,96
402,10 401,57 418,87 439,66 449,91 459,49 472,27 486,51 489,37 496,96 506,87 508,82 530,08 536,15 551,83 561,57 568,44 582,16 595,41 611,71 605,63 600,56 607,11 623,36 638,98 665,81 674,01 675,74 679,79 676,90 685,10 707,65 724,69 747,60 748,22 762,15
108,12 96,53 111,12 105,97 110,50 106,87 108,21 107,37 106,47 109,70 105,75 108,82 108,59 100,76 113,27 105,63 104,79 107,40 108,02 111,14 109,43 112,67 107,75 111,00 108,96 109,10 115,98 108,99 112,92 111,64 110,74 110,91 114,91 119,83 115,35 114,89
1,43 1,22 1,43 1,64 1,63 1,63 1,83 2,03 1,83 1,93 1,92 2,12 2,41 2,92 3,02 3,22 3,31 3,51 3,40 3,29 3,39 3,38 3,27 2,96 2,65 2,15 2,05 1,85 1,75 1,55 1,35 1,35 1,35 1,35 1,34 1,25
2,13 2,13 2,13 2,38 2,41 2,68 2,69 2,88 2,88 2,88 2,88 2,93 2,96 2,96 2,96 3,00 3,02 3,17 3,22 3,22 3,17 3,25 3,22 3,25 3,19 3,19 3,14 3,17 3,17 3,17 3,17 3,16 3,16 3,16 3,16 3,16
301.887,6 299.164,1 310.209,9 319.361,4 315.839,5 315.913,1 323.141,1 332.576,8 339.660,9 343.038,0 346.704,1 347.105,7 362.249,4 361.253,1 366.858,6 374.662,0 380.162,8 382.628,1 386.161,0 388.895,6 387.157,9 376.318,0 384.673,1 392.910,3 407.330,0 421.573,8 421.231,1 424.143,2 419.091,6 412.087,4 414.621,6 424.976,0 434.454,6 438.911,7 439.645,7 442.915,5
3,38 3,41 3,33 3,21 3,25 3,27 3,21 3,15 3,11 3,10 3,11 3,13 3,06 3,05 3,04 3,01 3,01 3,03 2,99 2,98 3,07 3,14 3,15 3,16 3,12 3,02 3,04 3,06 3,10 3,18 3,17 3,12 3,08 3,05 3,06 3,05
65
Lampiran 3 Perbandingan Pergerakan SBIS dan SBI (Indonesia) % 14.00
12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 "" 2.00 0.00
T r ' n i l 1 1 l I 1 I l I I I f"Tif'"'T''T'T I l ! J ! I l I I I f'TTTTTT l i ! I ! I I I i I rTTTTr! I ! ! ! l I i I l l rrrrrr-rTTTTTl
-SBIS -+-SBI Lampiran4 Pergerakan MIIR dibandingkan SukuBunga (Malaysia) %
4.00 3.50 3.00 2.50
lr i
I
·~
'
2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
-t- Interest Rate
-•-Malaysia Islamic Interbank Rate
66
Lampiran 5 Uji Lag Optimum dan Uji Stabilitas VAR (Indonesia) VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: LNNPI LNFNI LNNTI LNIPI LNINI LNXRI LNJBI Exogenous variables: C Date: 12/27/13 Time: 19:12 Sample: 2005M12 2012M12 Included observations: 83 Lag LogL LR FPE ------------------~~-AIC SC HQ 0 580,209 NA 2,37 -13,81 -13,61 -13,73 1 1245,44 1202,22 8,46 -28,66 -27,03 -28,01 2 1300,33 89,94* -28,8 -25,74 7,51 * * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion
-27,57
Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: LNNPI LNFNI LNNTI LNIPI LNINI LNXRI LNJBI Exogenous variables: C Lag specification: 1 2 Date: 12/27/13 Time: 19:17 Root Modulus 0,999275 0,9993 0,868757- 0.147196i 0,8811 0,868757 + 0.147196i 0,8811 0,851747 0,8517 0,759643 0,7596 0,546727 - 0.177080i 0,5747 0,5747 0,546727 + 0.177080i 0,443089- 0.322379i 0,5480 0,443089 + 0.322379i 0,5480 -0,239692 0,2397 0,092326- 0.191698i 0,2128 0,092326 + 0.191698i 0,2128 -0,058442 0,0584 0,018842 0,0188 No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition.
67
Lampiran 6 Uji Lag Optimum dan Uji Stabilitas VAR (Malaysia) V AR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: LNNPM LNFNM LNNTM LNIPM LNINM LNXRM LNJBM Exogenous variables: C Date: 01/01/14 Time: 03:07 Sample: 2005M12 2012M12 Included observations: 82 Lag LogL LR FPE AIC sc HQ 0 647,36 NA 3,89e-16 -15,62 -15,41 -15,54 1 1.373,29 1310,22 2,64e-23* -32,13 -30,49 -31,47 2 1.421,59 2,75e-23 -32,11 -29,03 78,9180* -30,87 1.459,49 55,4710 3 3,85e-23 -31,84 -27,32 -30,03 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Harman-Quinn information criterion Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: LNNPM LNFNM LNNTM LNIPM LNINM LNXRM LNJBM Exogenous variables: C Lag specification: 1 1 Date: 01/01/14 Time: 03:09 Root 0,994950 0,919628- 0,137537i 0,919628 + 0,137537i 0,900281- 0,084766i 0,900281 + 0,084766i 0,840839 0,146662
Modulus 0,994950 0,929856 0,929856 0,904263 0,904263 0,840839 0,146662
No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition.
68
Lampiran 7 Uji Kointegrasi Johansen (Indonesia) Date: 01/02/14 Time: 10:05 Sample (adjusted): 2006M03 2012M12 Included observations: 82 after adjustments Trend assumption: Linear detenninistic trend (restricted) Series: LNNPI LNFNI LNNTI LNIPI LNINI LNXRI LNJBI Lags interval (in first differences): 1 to 2 Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace:) Hypothesized No. ofCE(s) Eigenvalue
Trace Statistic
0.05 Critical Value
None* 0,445618 166,2436 150,5585 At most 1 * 0,376015 117,8717 117,7082 At most 2 0,373566 79,19815 88,80380 0,196660 40,84580 63,87610 At most 3 0,150095 22,88962 42,91525 At most 4 At most 5 0,078138 9,553904 25,87211 0,034540 2,882389 12,51798 At most 6 Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level *denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Prob.** 0,0047 0,0488 0,2016 0,8200 0,8820 0,9426 0,8902
Lampiran 8 Uji Kointegrasi Johansen (Malaysia) Date: 01/07114 Time: 18:47 Sample (adjusted): 2006M02 2012M12 Included observations: 83 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted) Series: LNNPM LNFNM LNNTM LNIPM LNINM LNXRM LNJBM Lags interval (in first differences): 1 to 1 Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. ofCE(s) Eigenvalue
Trace Statistic
0.05 Critical Value
Prob.**
None* At most 1 * At most 2 At most 3 At most 4 At most 5 At most 6
186,6368 125,7598 79,48061 52,91567 28,83917 13,08602 2,529209
150,5585 117,7082 88,80380 63,87610 42,91525 25,87211 12,51798
0,0001 0,0140 0,1947 0,2939 0,5716 0,7315 0,9271
0,519754 0,427407 0,273894 0,251795 0,172873 0,119434 0,030013
Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
69
Lampiran 9 Uji Granger Causality (Indonesia) Pairwise Granger Causality Tests Date: 01/02/14 Time: 10:12 Sample: 2005M12 2012M12 Lags:2 Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic Pro b.
LNFNI does not Granger Cause LNNPI LNNPI does not Granger Cause LNFNI
83
5,79198 2,15037
0,0045 0,1233
LNNTI does not Granger Cause LNNPI LNNPI does not Granger Cause LNNTI
83
3,41269 3,73508
0,0379 0,0282
LNIPI does not Granger Cause LNNPI LNNPI does not Granger Cause LNIPI
83
3,37974 0,16516
0,0853 0,6477
LNINI does not Granger Cause LNNPI LNNPI does not Granger Cause LNINI
83
0,24089 1,26490
0,7865 0,2880
LNXRI does not Granger Cause LNNPI LNNPI does not Granger Cause LNXRI
83
3,48874 0,13574
0,0354 0,8733
LNJBI does not Granger Cause LNNPI LNNPI does not Granger Cause LNJBI
83
7,10184 4,52917
0,0015 0,0138
LNNTI does not Granger Cause LNFNI LNFNI does not Granger Cause LNNTI
83
1,10652 2,88325
0,3358 0,0619
LNIPI does not Granger Cause LNFNI LNFNI does not Granger Cause LNIPI
83
0,03951 5,36565
0,9613 0,0066
LNINI does not Granger Cause LNFNI LNFNI does not Granger Cause LNINI
83
0,16738 0,85175
0,8462 0,4306
LNXRI does not Granger Cause LNFNI LNFNI does not Granger Cause LNXRI
83
3,83215 1,10954
0,0438 0,3349
LNJBI does not Granger Cause LNFNI LNFNI does not Granger Cause LNJBI
83
2,12416 5,15881
0,0126 0,0079
70
Lampiran 10 Uji Granger Causality (Malaysia) Pairwise Granger Causality Tests Date: 01/07114 Time: 19:18 Sample: 2005M12 2012M12 Lags: 1 Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic Prob.
LNFNM does not Granger Cause LNNPM LNNPM does not Granger Cause LNFNM
84
3,17540 0,93662
0,0785 0,3360
LNNTM does not Granger Cause LNNPM LNNPM does not Granger Cause LNNTM
84
6,94507 0,00550
0,0101 0,9411
LNIPM does not Granger Cause LNNPM LNNPM does not Granger Cause LNIP.l\1[
84
0,75489 4,47959
0,3875 0,0374
LNINM does not Granger Cause LNNPM LNNPM does not Granger Cause LNINM
84
9,79595 0,52557
0,0024 0,4706
LNXRM does not Granger Cause LNNPM LNNPM does not Granger Cause LNXRM
84
1,87278 1,81202
0,1749 0,1820
LNJBM does not Granger Cause LNNPM LNNPM does not Granger Cause LNJBM
84
1,78330 6,23503
0,1855 0,0146
LNNTM does not Granger Cause LNFNM LNFNM does not Granger Cause LNNTM
84
7,52996 8,9E-06
0,0075 0,9976
LNIPM does not Granger Cause LNFNM LNFNM does not Granger Cause LNIP.l\1[
84
0,34150 4,70660
0,5606 0,0330
LNINM does not Granger Cause LNFNM LNFNM does not Granger Cause LNINM
84
8,77844 0,58436
0,0040 0,4468
LNXRM does not Granger Cause LNFNr\11 LNFNM does not Granger Cause LNXRM
84
1,81636 1,78936
0,1815 0,1847
LNJBM does not Granger Cause LNFNM LNFNM does not Granger Cause LNJBM
84
7,15623 9,13761
0,0090 0,0034
71
Lampiran 11 Estimasi Parameter Variabel Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan Bank Syariah (Indonesia) Vector Error Correction Estimates Date: 01/02/14 Time: 11:07 Sample (adjusted): 2006M03 2012M12 Included observations: 82 after adjustments Error Correction: R-squared Adj. R-squared Sum sq. resids S.E. equation F-statistic Log likelihood Akaike AIC Schwarz SC Mean dependent S.D. dependent
LNFNI
LNNTI
0,3314 0,2036 0,0511 0,0274 2,5935 186,24 -4,2011 -3,7902 0,0271 0,0307
0,554134 0,468894 0,019081 0,016751 6,500925 226,6443 -5,186446 -4,77550 -0,00970 0,02290
LNIPI 0,263327 0,122493 0,048243 0,026636 1,869766 188,6142 -4,258882 -3,847979 0,001951 0,028434
LNINI
LNXRI
LNJBI
0,335553 0,208527 1,116511 0,128138 2,641599 59,80397 -1,117170 -0,706267 -0,017439 0,144032
0,648994 0,524537 0,037686 0,023542 2,804131 198,7395 -4,505842 -4,094939 0,030366 0,026733
0,361830 0,239827 0,037836 0,023588 2,965748 198,5771 -4,501881 -4,090978 0,011951 0,027055
Lampiran 12 Estimasi Parameter Variabel Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan Bank Syariah (Malaysia) Vector Error Correction Estimates Date: 01/07/14 Time: 19:23 Sample (adjusted): 2006M02 2012M12 Included observations: 83 after adjustments Error Correction:
LNFNM
LNNTM
LNIPM
LNINM
LNXRM
LNJBM
R-squared Adj. R-squared Sum sq. resids S.E. equation F -statistic Log likelihood AkaikeAIC Schwarz SC Mean dependent S.D. de_2endent
0,136558 0,055970 0,020533 0,016546 1,694518 226,8669 -5,273901 -5,040759 0,019518 0,017030
0,326104 0,263207 0,114609 0,039091 5,184739 155,5084 -3,554418 -3,321277 0,000602 0,045541
0,472120 0,422852 0,097672 0,036087 9,582548 162,1449 -3,714336 -3,481194 0,001446 0,047502
0,094325 0,009795 2,661078 0,188364 1,115881 24,99264 -0,409461 -0,176320 -0,011446 0,189294
0,150865 0,071612 0,015215 0,014243 1,903594 239,3075 -5,573675 -5,340533 -0,002410 0,014782
0,096995 0,012714 0,026947 0,018955 1'150858 215,5868 -5,002093 -4,768951 0,010843 0,019077
72
Lampiran 13 Estimasi Parameter Variabel Makro Ekonomi Terhadap NPF Bank Syariah (Indonesia) Vector Error Correction Estimates Date: 01102/14 Time: 12:33 Sample (adjusted): 2006M03 2012M12 Included observations: 82 after adjustments Error Correction:
LNNPI
R-squared 0,214374 Adj. R-squared 0,035823 Sum sq. resids 0,545853 S.E. equation 0,090942 F-statistic 1,200629 Log likelihood 89,14416 -1,784004 Akaike AIC Schwarz SC -1,314400 Mean dependent 0,020000 S.D. dependent 0.092616
LNFNI
LNNTI
LNIPI
LNINI
0,359424 0,213839 0,048975 0,027241 2,468821 187,9967 -4,195041 -3,725437 0,027195 0.030723
0,611343 0,523012 0,016633 0,015875 6,921037 232,2745 -5,274988 -4,805384 -0,009756 0.022986
0,277533 0,113335 0,047313 0,026774 1,690240 189,4125 -4,229573 -3,759969 0,001951 0.028434
0,357871 0,211932 1,079010 0,127862 2,452203 61,20474 -1,102555 -0,632951 . -0,017439 0,144032
LNXRI
LNJBI
0,341508 0,353811 0,191851 0,206949 0,038119 0,038311 0,024033 0,024093 2,281934 2,409150 198,2708 198,0651 -4,445629 -4,440613 -3,976025 -3,971009 0,000366 0,011951 0,026733 0,027055
Lampiran 14 Estimasi Parameter Variabel Makro Ekonomi Terhadap NPF Bank Syariah (Malaysia) Vector Error Correction Estimates Sample (adjusted): 2006M02 2012M12 Included observations: 83 after adjustments Error Correction:
LNNPM
R-squared 0,107691 Adj. R-squared 0,011225 Sum sq. resids 0,022925 S.E. equation 0,017601 F-statistic 1,116360 Log likelihood 222,2947 AkaikeAIC -5,139631 Schwarz SC -4,877347 Mean dependent 0,018072 S.D. de12endent 0,017701
LNFNM
LNNTM)
LNIPM
0,145456 0,371042 0,392529 0,053073 0,303047 0,326856 0,020322 0,106967 0,112398 0,016572 0,038020 0,038973 1,574484 5,456867 5,977064 227,2968 158,3723 156,3168 -5,260163 -3,599333 -3,549803 -4,997879 -3,337049 -3,287519 0,019518 0,000602 0,001446 0,017030 0,045541 0,047502
LNINM 0,118423 0,023117 2,590274 0,187093 1,242557 26,11180 -0,412332 -0,150049 -0,011446 0,189294
LNXRM
LNJBM
0,154940 0,115408 0,063582 0,019777 0,015142 0,026397 0,014305 0,018887 1,695971 1,206800 239,5072 216,4418 -5,554389 -4,998598 -5,292105 -4,736314 -0,002410 0,010843 0,014782 0,019077
73
Lampiran 15 Variance DecomEosition Pembia~aan Perbankan S~ariah {Indonesia} Period LNFNI LNNTI LNIPI LNINI LNXRI LNJBI 1 100 0 0 0 0 0 2 97,54732 0,020541 0,033154 0,000741 0,152557 2,245682 3 97,73102 0,063138 0,227392 0,085515 0,201844 1,691095 4 97,86621 0,106226 0,316326 0,265819 0,212254 1,233168 5 97,80605 0,181527 0,323128 0,480251 0,194949 1,014096 6 97,59369 0,328774 0,295580 0,66790 0,171731 0,942325 7 97,25757 0,591584 0,265178 0,799139 0,153024 0,933500 8 96,79975 1,000551 0,242090 0,868946 0,143924 0,944738 9 96,21507 1,563777 0,226792 0,887397 0,147438 0,959523 10 95,50607 2,267580 0,216935 0,87098 0,166154 0,972279 11 94,68628 3,083426 0,209999 0,836468 0,202702 0,981123 12 93,77819 3,975579 0,204070 0,797256 0,259667 0,985235 13 92,80949 4,907057 0,198012 0,761884 0,339311 0,984248 14 91,8093 5,843576 0,191462 0,734166 0,443295 0,978199 15 90,80512 6,755875 0,184732 0,714273 0,572464 0,967537 16 89,82056 7,620841 0,178639 0,700184 0,726728 0,953051 17 88,87410 8,421770 0,174285 0,689072 0,905035 0,935732 18 87,97872 9,148010 0,172837 0,678382 1,105414 0,916633 19 87,14211 9,794230 0,175334 0,666502 1,325087 0,896739 20 86,36747 10,35944 0,182539 0,653039 1,560630 0,876879 21 85,65449 10,84603 0,194861 0,638777 1,808167 0,857679 22 85,00036 11,25878 0,212324 0,625411 2,063577 0,839543 23 84,40080 11,60407 0,234588 0,615156 2,322714 0,822673 24 83,85081 11,88915 0,261008 0,610338 2,581600 0,807097 25 83,34533 12,12162 0,290719 0,613019 2,836598 0,792715 26 82,87963 12,30904 0,322726 0,624715 3,084549 0,779345 27 82,44950 12,45865 0,355997 0,646228 3,322861 0,766764 28 82,05135 12,57721 0,389541 0,677594 3,549556 0,754749 29 81,68210 12,67092 0,422475 0,718135 3,763272 0,743101 30 81,33915 12,74532 0,454062 0,766580 3,963230 0,731660 31 81,02017 12,80536 0,483737 0,821244 4,149175 0,720315 32 80,72301 12,85536 0,511111 0,880210 4,321300 0,709005 33 80,44561 12,89906 0,535957 0,941513 4,480152 0,697707 34 80,18593 12,93959 0,558196 1,003290 4,626552 0,686433 35 79,94193 12,97958 0,577867 1,063898 4,761508 0,675216 36 79,71157 13,02110 0,595097 1,121985 4,886140 0,664100 37 79,49288 13,06575 0,610083 1,176525 5,001623 0,653134 38 79,28397 13,11466 0,623056 1,226825 5,109130 0,642363 39 79,08309 13,16853 0,634271 1,272490 5,209795 0,631825 40 78,88870 13,22768 0,643988 1,313395 5,304684 0,621548 41 78,69948 13,29211 0,652456 1,349626 5,394776 0,611553
74
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
78,51431 78,33237 78,15304 77,97592 77,80079 77,6276 77,45639 77,28732 77,12057 76,95637 76,79495 76,63654 76,48134 76,3295 76,18118 76,03645 75,8~539
75,75800 75,62428 75,49418 75,36764 75,24454 75,12480 75,00827 74,89481 74,7843 74,67657 74,57148 74,46889 74,36866 74,27066 74,17475 74,08084 73,98880 73,89857 73,81003 73,72314 73,63781 73,55400 73,47166 73,39075 73,31123 73,23306 73,15623
13,36155 13,43548 13,51324 13,59405 13,67709 13,76151 13,84647 13,93122 14,01506 14,09740 14,17773 14,25567 14,33093 14,40331 14,47272 14,53914 14,60260 14,66320 14,72110 14,77645 14,82945 14,88031 14,92924 14,97645 15,02213 15,06647 15,10964 15,15179 15,19305 15,23353 15,27333 15,31250 15,35111 15,38920 15,42680 15,46391 15,50054 15,53669 15,57235 15,60751 15,64216 15,67629 15,70987 15,7429
0,659914 0,666575 0,672634 0,678260 0,683596 0,688765 0,693864 0,698971 0,704144 0,709422 0,714830 0,720378 0,726064 0,731875 0,737793 0,743793 0,749844 0,755~17
0,761980 0,768003 0,773959 0,779822 0,785570 0,791188 0,796660 0,801979 0,807138 0,81213'5 0,816971 0,821650 0,826177 0,830559 0,834804 0,838923 0,842924 0,846816 0,8506}!) 0,8543 !3 0,857934 0,851480 0,86495:' 0,868375 0,871733 0,875038 I
1,381433 1,409178 1,433293 1,454247 1,472511 1,488543 1,502773 1,515593 1,527352 1,538356 1,548864 1,559096 1,569226 1,579393 1,58970 1,600216 1,610982 1,622014 1,633304 1,644830 1,656552 1,668422 1,680386 1,692385 1,704360 1,716256 1,728020 1,739607 1,750977 1,762097 1,772943 1,783499 1,793754 1,803704 1,813352 1,822705 1,831772 lj~40567
1,849106 1,857407 1,865485 1,873360 1,~81048
1,888565
5,480946 5,563963 5,644482 5,723050 5,800107 5,875995 5,950965 6,025187 6,098757 6,171715 6,244049 6,315709 6,386619 6,456681 6,525789 6,593836 6,660716 6,726334 6,790607 6,853468 6,914866 6,974768 7,033158 7,090037 7,145420 7,199336 7,251823 7,302931 7,352714 7,401232 7,448548 7,494725 7,539825 7,583911 7,627041 7,669269 7,710646 7,751218 7,791027 7,830109 7,868497 7,906218 7,943297 7,979755
0,601847 0,592435 0,583311 0,574470 0,565900 0,557591 0,549531 0,541710 0,534116 0,526740 0,519572 0,512605 0,505828 0,499235 0,492816 0,486564 0,480471 0,474529 0,468731 0,463071 0,457541 0,452135 0,446849 0,441677 0,436615 0,431659 0,426805 0,422050 0,417391 0,412826 0,408352 0,403966 0,399668 0,395453 0,391321 0,387269 0,383296 0,379399 0,375576 0,371826 0,368146 0,364536 O,J60992 0,357513
75
Cholesky Ordering: LNFNI LNNTI LNIPI LNINI LNXRI LNJBI Lampiran 16 Variance Decom~osition Pembiaxaan Perbankan Sxariah {Malaxsia} LNINM LNXRM LNJBM Period LNFNM LNNTM LNIPM 1 100 0 0 0 0 0 2 97,24443 0,350392 0,028714 0,751643 1,314691 0,310135 3 96,15033 0,387984 0,275768 0,748391 2,062382 0,375142 4 95,69952 0,39753'9 0,551009 0,632616 2,277569 0,441751 5 95,44116 0,415911 0,75968 0,539832 2,327343 0,516072 6 95,2568 0,436347 0,920951 0,472525 2,333632 0,579743 7 95,12049 0,454336 1,045682 0,422448 2,325369 0,631672 8 95,01599 0,469431 1,143886 0,384309 2,312929 0,673459 9 94,93427 0,481904 1,221817 0,354587 2,300100 0,707320 10 94,8689 0,492214 1,284671 0,330948 2,288364 0,734907 0,50077 1,336036 0,311784 2,278048 0,757627 11 94,81573 12 94,77179 0,507931 1,378620 0,295988 2,269130 0,776539 13 94,73497 0,513977 1,414370 0,282772 2,261445 0,792463 14 94,70372 0,519134 1,444745 0,271568 2,254813 0,806016 15 94,67691 0,523574 1,470833 0,261958 2,249060 0,817669 16 94,65366 0,527429 1,493459 0,253632 2,244040 0,827783 17 94,63332 0,530806 1,513257 0,246350 2,239631 0,836636 18 94,61539 0,533787 1,530719 0,239929 2,235733 0,844447 19 94,59946 0,536435 1,546230 0,234227 2,232265 0,851387 20 94,58522 0,538803 1,560099 0,229129 2,229162 0,857592 21 94,57241 0,540933 1,572571 0,224545 2,226370 0,863172 22 94,56083 0,542859 1,583847 0,220402 2,223844 0,868218 23 94,55031 0,544609 1,594090 0,216637 2,221550 0,872801 24 94,54072 0,546205 1,603436 0,213203 2,219456 0,876984 25 94,53193 0,547667 1,611997 0,210056 2,217538 0,880815 26 94,52384 0,549012 1,619869 0,207164 2,215774 0,884337 27 94,51639 0,550253 1,627131 0,204495 2,214147 0,887587 28 94,50949 0,551401 1,633852 0,202025 2,212641 0,890594 29 94,50308 0,552466 1,640089 0,199733 2,211243 0,893386 30 94,49712 0,553458 1,645894 0,197600 2,209943 0,895983 31 94,49156 0,554383 1,651309 0,195610 2,208729 0,898407 32 94,48636 0,555248 1,656373 0,193749 2,207594 0,900673 33 94,48h49 0,556058 1,661119 o;192oo5 2,206531 0,902796 34 94,47691 0,556820 1,665575 0,190367 2,205532 0,904791 35 94,47261 0,557536 1,669768 0,188826 2,204593 0,906667 1,67372 0,187374 2,203707 0,908435 36 94,46855 0,558211 1,677452 0,186003 2,202871 0,910105 37 94,46472 0,558848 38 94,4611 0,559451 1,680981 0,184706 2,202080 0,911684 39 94,45767 0,560022 1,684323 0,183478 2,201332 0,913180
76
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
94,45441 94,45132 94,44838 94,44558 94,44291 94,44037 94,43793 94,43561 94,43338 94,43124 94,42920 94,42723 94,42534 94,42353 94,42178 94,42010 94,41848 94,41692 94,41542 94,41396 94,41256 94,41120 94,40988 94,40861 94,40738 94,40619 94,40504 94,40392 94,40283 94,40178 94,40075 94,39976 94,39879 94,39785 94,39694 94,39605 94,39518 94,39434 94,39352 94,39272 94,39194 94,39118 94,39044 94,38972
0,560564 0,561078 0,561567 0,562033 0,562477 0,562900 0,563305 0,563692 0,564063 0,564418 0,564758 0,565085 0,565399 0,565701 0,565992 0,566271 0,566541 0,566801 0,567051 0,567293 0,567527 0,567753 0,567971 0,568183 0,568388 0,568586 0,568778 0,568964 0,569145 0,569321 0,569491 0,569656 0,569817 0,569974 0,570126 0,570273 0,570417 0,570557 0,570694 0,570827 0,570957 0,571083 0,571206 0,571326
1,687493 1,690503 1,693367 1,696093 1,698692 1,701172 1,703542 1,705808 1,707977 1,710056 1,712050 1,713963 1,715801 1,717569 1,719269 1,720906 1,722484 1,724004 1,725472 1,726888 1,728257 1,729580 1,730859 1,732097 1,733295 1,734456 1,735581 1,736672 1,737730 1,738757 1,739754 1,740723 1,741664 1,742579 1,743469 1,744334 1,745177 1,745998 1,746797 1,747575 1,748334 1,749074 1,749795 1,750499
0,182313 0,181207 0,180154 0,179153 0,178198 0,177286 0,176415 0,175582 0,174785 0,174021 0,173289 0,172586 0,171910 0,171261 0,170636 0,170034 0,169454 0,168896 0,168356 0,167836 0,167333 0,166847 0,166377 0,165922 0,165481 0)65055 0,164641 0,164241 0,163852 . 0,163474 0,163108 0,162752 0,162406 0,162070 0,161743 0,161425 0,161115 0,160814 0,160520 01160234 0,159955 0,159683 0,159418 0,159159
2,200621 2,199947 2,199305 2,198694 2,198112 2,197556 2,197025 2,196517 2,196031 2,195565 2,195118 2,194690 2,194278 2,193882 2,193501 2,193134 2,192780 2,192440 2,192111 2,191793 2,191487 2,191190 2,190904 2,190626 2,190358 2,190098 2,189846 2,189601 2,189364 2,189134 2,188911 2,188693 2,188483 2,188278 2,188078 2,187884 2,187695 2,187511 2,187332 2,187158 2,186988 2,186822 2,186661 2,186503
0,914599 0,915946 0,917227 0,918447 0,919610 0,920720 0,921780 0,922795 0,923765 0,924696 0,925588 0,926444 0,927267 0,928057 0,928818 0,929551 0,930257 0,930937 0,931594 0,932228 0,932840 0,933432 0,934005 0,934559 0,935095 0,935614 0,936118 0,936606 0,937079 0,937539 0,937985 0,938419 0,938840 0,939249 0,939648 0,940035 0,940412 0,940779 0,941137 0,941485 0,941825 0,942156 0,942479 0,942793
77
84 94,38901 0,571444 1,751186 0,158907 2,186349 0,943101 85 94,38833 0,571558 1,751856 0,158661 2,186199 0,943401 Cholesky Ordering: LNFNM LNNTM LNIPM LNINM LNXRM LNJBM Lampiran 17 Variance DecomEosition NPF Perbankan LNNPI LNFNI LNNTI Period 1 100 0 0 2 95,07318 3,73538 0,27185 3 90,34777 6,69622 1,08394 4 86,02734 8,57051 2,43925 5 82,69653 9,25755 3,89951 9,23857 5,16334 6 80,21460 7 78,28738 8,96404 6,11974 8 76,75441 8,66469 6,78607 9 75,55660 8,40869 7,22356 10 74,65121 8,20199 7,49616 11 73,98167 8,03758 7,65653 12 73,48492 7,90798 7,74407 13 73,10438 7,80591 7,78685 14 72,79663 7,72404 7,80410 15 72,53197 7,65567 7,80844 16 72,29175 7,59576 7,80766 7,54177 7,80624 17 72,06500 7,49383 7,80641 18 71,84541 7,45437 7,80907 19 71,62923 7,42737 7,81438 20 71,41390 21 71,19734 7,41747 7,82220 22 70,97772 7,42912 7,83229 7,46593 7,84446 23 70,75339 24 70,52301 7,53023 7,85863 7,62287 7,87477 25 70,28564 7,74329 7,89293 26 70,04085 7,88967 7,91316 27 69,78876 28 69,52994 8,05923 7,93549 8,24855 7,95990 29 69,26542 8,45390 7,98632 30 68,99650 8,67148 8,01462 31 68,72465 8,89770 8,04462 32 68,45137 33 68,17810 9,12930 8,07610 34 67,90616 9,36345 8,10882 9,59780 8,14252 35 67,63663 36 67,37038 9,83052 8,17696
S~ariah
{Indonesia} LNXRI LNIPI LNINI 0 0 0 0,00006 0,07133 0,26571 0,70856 0,18582 0,36915 1,52835 0,32878 0,42384 2,32292 0,47555 0,45902 3,05100 0,62146 0,46841 3,72126 0,76484 0,45864 4,32167 0,89474 0,44332 4,83860 0,99561 0,43509 5,26665 1,05712 0,44207 5,61063 1,07977 0,46796 5,88137 1,07406 0,51319 6,09115 1,05574 0,57620 6,25119 1,04073 0,65412 6,37089 1,04156 0,74339 6,45791 1,06583 0,84015 6,51858 1,11610 0,94057 6,55820 1,19078 1,04120 6,58122 1,28535 1,13913 6,59136 1,39375 1,23209 6,59170 1,50949 1,31856 6,58468 1,62651 1,39761 6,57225 1,73977 1,46891 6,55586 1,84549 1,53254 6,53664 1,94122 1,58892 6,51536 2,02568 1,63868 6,49262 2,09857 1,68257 6,46885 2,16033 1,72138 6,44434 2,21189 1,75591 6,41935 2,25442 1,78688 6,39406 2,28924 1,81500 6,36863 2,31761 1,84085 6,34319 2,34075 1,86495 6,31785 2,35971 1,88777 6,29271 2,37542 1,90967 6,26784 2,38864 1,93096
LNJBI 0 0,58249 0,60854 0,68193 0,88893 1,24263 1,68411 2,13510 2,54184 2,88480 3,16587 3,39441 3,57977 3,72918 3,84809 3,94095 4,01174 4,06417 4,10164 4,12715 4,14326 4,15208 4,15530 4,15425 4,14995 4,14321 4,13465 4,12478 4,11399 4,10262 4,09096 4,07923 4,06761 4,05625 4,04526 4,03470
78
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
67,10807 10,06020 8,21188 6,24329 2,40004 1,95188 66,85011 10,28588 8,24707 6,21912 2,41012 1,97265 66,59673 10,50692 8,28233 6,19534 2,41931 1,99339 66,34796 10,72302 8,31751 6,17196 2,42795 2,01422 66,10375 10,93407 8,35246 6,14899 2,43631 2,03521 65,86391 11,14018 8,38709 6,12641 2,44459 2,05641 65,62819 11,34156 8,42131 6,10421 2,45295 2,07782 65,39631 11,53851 8,45508 6,08237 2,46150 2,09944 65,16796 11,73140 8,48835 6,06086 2,47031 2,12126 64,94283 11,92060 8,52112 6,03965 2,47944 2,14325 64,72063 12,10650 8,55337 6,01871 2,48889 2,16537 64,50107 12,28947 8,58512 5,99803 2,49867 2,18758 64,28391 12,46986 8,61639 5,97758 2,50877 2,20984 64,06893 12,64797 8,64719 5,95734 2,51914 2,23211 63,85595 12,82409 8,67755 5,93729 2,52976 2,25434 63,64480 12,99844 8,70751 5,91741 2,54058 2,27650 63,43537 13,17124 8,73708 5,89770 2,55156 2,29856 63,22755 13,34264 8,76629 5,87815 2,56264 2,32049 63,02127 13,51276 8,79518 5,85874 2,57380 2,34226 62,81647 13,68171 8,82376 5,83947 2,58498 2,36387 62,61311 13,84955 8,85206 5,82034 2,59616 2,38529 62,41116 14,01634 8,88010 5,80134 2,60729 2,40651 62,21062 14,18209 8,90789 5,78248 2,61837 2,42754 62,01146 14,34683 8,93544 5,76375 2,62936 2,44836 61,81370 14,51054 8,96278 5,74515 2,64025 2,46898 61,61734 14,67323 8,98990 5,72667 2,65103 2,48939 61,42238 14,83488 9,01681 5,70834 2,66169 2,50961 61,22883 14,99547 9,04353 5,69013 2,67223 2,52963 61,03669 15,15499 9,07006 5,67205 2,68264 2,54946 60,84597 15,31341 9,09640 5,65411 2,69294 2,56911 60,65667 15,47073 9,12254 5,63631 2,70311 2,58859 60,46880 15,62691 9,14850 5,61863 2,71316 2,60789 60,28235 15,78196 9,17428 5,60109 2,72311 2,62702 60,09732 15,93586 9,19987 5,58368 2,73294 2,64599 59,91371 16,08861 9,22528 5,56641 2,74268 2,66481 59,73150 16,24020 9,25050 5,54926 2,75232 2,68348 59,55069 16,39064 9,27554 5,53225 2,76186 2,70200 59,37127 16,53992 9,30039 5,51537 2,77132 2,72038 59,19322 16,68806 9,32506 5,49862 2,78070 2,73862 59,01653 16,83507 9,'34955 5,48199 2,79001 2,75672 58,84119 16,98094 9,37386 5,46549 2,79923 2,77469 58,66718 17,12570 9,39799 5,44912 2,80839 2,79253
4,02464 4,01507 4,00599 3,99738 3,98920 3,98141 3,97396 3,96679 3,95986 3,95312 3,94653 3,94006 3,93366 3,92733 3,92103 3,91475 3,90849 3,90224 3,89598 3,88974 3,88349 3,87725 3,87102 3,86481 3,85861 3,85244 3,84629 3,84018 3,83410 3,82806 3,82206 3,81611 3,81019 3,80433 3,79851 3,79274 3,78702 3,78134 3,77571 3,77013 3,76459 3,75910
79
79 80 81 82 83 84 85
58,49448 58,32308 58,15297 57,98412 57,81652 57,65017 57,48503
17,26936 17,41192 17,55341 17,69383 17,83320 17,97154 18,10885
9,42194 9,44571 9,46930 9,49272 9,51596 9,53903 9,56194
5,43287 5,41674 5,40074 5,38485 5,36908 5,35343 5,33789
2,81748 2,82650 2,83545 2,84435 2,85318 2,86195 2,87066
2,81024 2,82781 2,84527 2,86259 2,87979 2,89687 2,91383
3,75365 3,74824 3,74287 3,73755 3,73226 3,72702 3, 72181
Cholesky Ordering:LNNPI LNFNI LNNTI LNIPI LNINI LNXRI LNJBI Lampiran 18 Variance DecomEosition NPF Perbankan S~ariah (Mala~sia} Period LNNPM LNFNM LNNTM LNIPM LNINM 100 1 0 0 0 0 2 98,76434 0,620499 0,022247 0,380076 0,016795 3 97,98572 0,820373 0,025997 0,698193 0,105627 4 97,47758 0,854225 0,022137 0,978878 0,184558 5 97,10723 0,843856 0,018456 1,225953 0,246055 0,29639 6 96,80328 0,819968 0,015684 1,454751 7 96,54628 0,792794 0,013603 1,660112 0,33900 8 96,32463 0,766048 0,011994 1,843858 0,375379 9 96,13273 0,741279 0,010719 2,006338 0,406648 10 95,96556 0,718922 0,009687 2,149857 0,433648 11 95,81954 0,698991 0,008837 2,276321 0,457085 12 95,69147 0,681304 0,008125 2,387899 0,477522 13 95,57879 0,665628 0,007521 2,486479 0,495429 14 95,47924 0,651716 0,007003 2,573819 0,511194 15 95,39096 0,639341 0,006553 2,651435 0,525137 16 95,31236 0,628301 0,006159 2,720654 0,537526 17 95,24208 0,618416 0,005812 2,782609 0,548585 18 95,17899 0,609534 0,005504 2,838274 0,558500 19 95,12213 0,601524 0,005228 2,888476 0,567428 20 95,07069 0,594272 0,004980 2,933922 0,575500 21 95,02396 0,587684 0,004756 2,975211 0,582827 22 94,98137 0,581677 0,004553 3,012856 0,589503 23 94,94241 0,576181 0,004367 3,047297 0,595607 24 94,90666 0,571137 0,004197 3,078909 0,601207 25 94,87375 0,566493 0,004041 3,108013 0,606361 26 94,84337 0,562205 0,003897 3,134888 0,611119 27 94,81523 0,558234 0,003764 3,159774 0,615525 28 94,78911 0,554547 0,003640 3,182879 0,619614 29 94,76480 0,551116 0,003525 3,204384 0,623420 30 94,74212 0,547914 0,003418 3?224447 0,626971 31 94,72091 0,544921 0,003318 3,243207 0,630290
LNXRM 0 0,107556 0,306591 0,440806 0,519029 0,566635 0,597826 0,619302 0,634752 0,646271 0,655147 0,662175 0,667875 0,672593 0,676566 0,679963 0,682904 0,685479 0,687756 0,689784 0,691605 0,69325 0,694744 0,696107 0,697357 0,698508 0,699571 0,700556 0,701471 0,702324 0,703122
LNJBM 0 0,088484 0,057495 0,041810 0,039417 0,043289 0,050389 0,058785 0,067534 0,076052 0,084083 0,091502 0,098281 0,104435 0,110005 0,115040 0,119593 0,123715 0,127456 0,130856 0,133957 0,136791 0,139390 0,141778 0,14398 0,146015 0,14790 0,149652 0,151282 0,152804 0,154228
80
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
94,70104 94,68239 94,66484 94,6483 94,63269 94,61794 94,60396 94,59071 94,57813 94,56617 94,55478 94,54393 94,53358 94,52369 94,51423 94,50518 94,49651 94,48820 94,48022 94,47255 94,46519 94,45810 94,45128 94,44471 94,43837 94,43226 94,42636 94,42066 94,41515 94,40983 94,40468 94,39969 94,39486 94,39018 94,38564 94,38124 94,37696 94,37282 94,36879 94,36487 94,36107 94,35737 94,35377 94,35027
0,542116 0,539483 0,537006 0,534672 0,532468 0,530385 0,528413 0,526542 0,524766 0,523078 0,521470 0,519938 0,518477 0,517081 0,515746 0,514468 0,513244 0,512070 0,510944 0,509862 0,508823 0,507822 0,506859 0,505931 0,505037 0,504174 0,503342 0,502537 0,501760 0,501008 0,500281 0,499577 0,498895 0,498234 0,497593 0,496972 0,496369 0,495783 0,495215 0,494662 (,494125 0,493603 0,493095 0,492600
0,003224 0,003136 0,003053 0,002975 0,002901 O,OQ~832
0,002766 0,002703 0,002644 0,002587 0,002534 0,002482 0,002434 0,002387 0,002342 0,002300 0,002259· 0,002219 0,002182 0,002146 ' ' 0,00,2111 0,002077 0,002045 O,Q02014 0,001984 0,001955 0,001928 0,001901 0,001875 0,001849 0,001825 0,001802 0;001779 0,001757 O,OC1735 0,001715 0,001694 0,00'1575 O,CC6~6
O.CCU537 0,~01619
0,001f0-~
O,C01585 0,001568
0,633401 0,636321 0,639068 0,641656 0,644099 0,646409 0,648596 0,65067 0,652639 0,654511 0,656294 0,657992 0,659613 0,661161 0,662641 0,664058 0,665415 0,666716 0,667965 0,669164 0,670317 0,671427 0,672494 0,673523 0,674515 0,675471 0,676395 0,677286 0,678148 0,678982 0,679788 0,680569 0,681325 0,682058 0,682768 0,683457 0,684126 0,684775 0,685406 0,686018 0,686614 3,564~}3 0,687193 3,568017 0,687756 3,571116 0,688305
3,260786 3,277290 3,292814 3,307444 3,321253 3,334308 3,346670 3,358392 3,369523 3,380105 3,390179 3,399780 3,408941 3,417691 3,426057 3,434064 3,441735 3,449091 3,456149 3,462929 3,469446 3,475715 3,481751 3,487565 3,493170 3,498577 3,503796 3,508837 3,5137b9 3,518421 3,522979 3,527392 3,531666 3,535807 3,539822 3,543717 3,547497 3,551166 3,55473 3,558193 3,561559
0,703868 0,704568 0,705227 0,705847 0,706433 0,706986 0,707510 0,708007 0,708479 0,708927 0,709354 0,709761 0,710149 0,710520 0,710875 0,711214 0,711539 0,711851 0,712150 0,712437 0,712713 0,712979 0,713235 0,713481 0,713719 0,713948 0,714169 0,714383 0,714589 0,714789 0,714982 0,715169 0,71535 0,715526 0,715696 0,715861 0,716021 0,716176 0,716327 0,716474 0,716617 0,716755 0,71689 0,717022
0,155562 0,156814 0,157993 0,159103 0,160151 0,161143 0,162081 0,162971 0,163816 0,164620 0,165384 0,166113 0,166809 0,167473 0,168108 0,168716 0,169299 0,169857 0,170393 0,170908 0,171403 0,171879 0,172337 0,172779 0,173204 0,173615 0,174011 0,174394 0,174764 0,175121 0,175467 0,175802 0,176127 0,176441 0,176746 0,177042 0,177329 0,177608 0,177878 0,178141 0,178397 0,178645 0,178887 0,179122
81
76 94,34686 77 94,34353 78 94,3403 79 94,33715 80 94,33407 81 94,33107 82 94,32815 83 94,32530 84 94,32251 85 94,31979 Cholesky Ordering:
0,492119 0,001552 3,574133 0,688838 0,71715 0,179351 0,491650 0,001537 3,577072 0,689358 0,717274 0,179574 0,491193 0,001521 3,579935 0,689865 0,717395 0,179792 0,490748 0,001506 3,582724 0,690358 0,717514 0,180004 0,490314 0,001492 3,585444 0,69084 0,717629 0,180210 0,489891 0,001478 3,588096 0,691309 0,717741 0,180412 0,489478 0,001464 3,590684 0,691766 0,717851 0,180608 0,489075 0,001450 3,593208 0,692213 0,717958 0,180800 0,488682 0,001437 3,595672 0,692649 0,718062 0,180987 0,488298 0,001424 3,598078 0,693075 0,718164 0,181169 LNNPM LNFNM LNNTM LNIPM LNINM LNXRM LNJBM
..,
82
RIWAYAT HID UP
Penulis dilahirkan di Banyuwangi, Jawa Timur,pada tanggal 5 Maret 1978. Saat ini penulis berdomisili di Jakarta. PenuTis menamatkan pendidikan Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Studi Pembangunan. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun 2001. Pada tahun 2011 Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Master pada Program Magister Sains di Program Studi Ilmu Ekonomi,Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa dari Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Republik Indonesia melalui Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS).