ANALISIS ELEKTROKARDIOGRAM AUTOTRANSFUSI DARAH PADA BABI LOKAL INDONESIA (Sus domestica) SEBAGAI MODEL UNTUK MANUSIA
KHANSAA MIRAJZIANA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Elektrokardiogram Autotransfusi Darah pada Babi Lokal Indonesia (Sus domestica) sebagai Model untuk Manusia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2012 Khansaa Mirajziana NIM B04080072
ABSTRAK KHANSAA MIRAJZIANA. Analisis Elektrokardiogram Autotransfusi Darah Pada Babi Lokal Indonesia (Sus domestica) sebagai Model untuk Manusia. Dibimbing oleh GUNANTI dan RIKI SISWANDI. Studi ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas elektrokardiogram pada autotransfusi darah preoperatif (kelompok I/AP), autotransfusi intraoperatif sederhana (kelompok II/AIS), dan autotransfusi intraoperatif pencucian (kelompok III/AIP). Tiga kelompok babi lokal (AP ±16,8 kg; AIS ±21,5 kg; AIP ±28,5 kg) dipilih untuk diberi perlakuan sesuai kelompoknya. Autotransfusi dilakukan setelah pendarahan 30% dari splenektomi sebagai contoh trauma abdominal. Elektrokardiogram yang dianalisis berdasarkan pada sadapan II dengan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan di antara kelompok perlakuan secara patologis dalam hal aktivitas jantung, tetapi terlihat perbedaan pada keadaan fisiologisnya. Secara umum perbedaan tersebut tidak menunjukkan gangguan yang berarti dalam konduktivitas listrik jantung jika diantisipasi dengan baik. Kata kunci: autotransfusi, babi, elektrokardiogram, sadapan II
ABSTRACT KHANSAA MIRAJZIANA. Electrocardiogram Analysis of Blood Autotransfusion on Local Indonesian Pig (Sus domestica) as Human Model. Supervised by GUNANTI and RIKI SISWANDI. This study was conducted to analyze electrocardiogram activity among preoperative blood autotransfusion (group I/AP), simple filtred intraoperative blood autotransfusion (group II/AIS), and cell saver intraoperative blood autotransfusion (group III/AIP). Three local pigs (AP ±16,8 kg; AIS ±21,5 kg; AIP ±28,5 kg) assigned to each group of treatment. Autotransfusion were initialized after 30% bleeding from splenectomy to mimic abdominal trauma. Analysis of electrocardiogram based on lead II as result not significant differences between groups of treatment regarding pathological electrocardio activity, however significant differences visible between groups in the physiological value. In general, that differences do not show some interferences in electrical conductivity of the heart. Keywords: autotransfusion, cell saver, electrocardiogram, lead II, pig
ANALISIS ELEKTROKARDIOGRAM AUTOTRANSFUSI DARAH PADA BABI LOKAL INDONESIA (Sus domestica) SEBAGAI MODEL UNTUK MANUSIA
KHANSAA MIRAJZIANA
Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi : Analisis Elektrokardiogram Autotransfusi Darah pada Babi Lokal Indonesia (Sus domestica) sebagai Model untuk Manusia Nama : Khansaa Mirajziana NIM : B04080072
Disetujui oleh
Dr drh Gunanti, MS Pembimbing I
drh Riki Siswandi Pembimbing II
Diketahui oleh
drh Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet Wakil Dekan
Tanggal Lulus:
1
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 23 Februari 1990 dari ayah yang bernama Ir. Nandang Hidayat dan ibu Drs. Inne Sulastini. Penulis merupakan putri ketiga dari enam bersaudara. Pendidikan formal penulis ditempuh di SMA Negeri 1 Sindang dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi kampus, antara lain sebagai anggota Keluarga Mahasiswa Indramayu (IKADA), anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKH kabinet Katalis-Departemen Komunikasi dan Informasi tahun 2009/2010, dan Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan, Satwa Aquatik dan Eksotik (HKSA). Penulis pernah tercatat sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Embriologi, Histologi Veteriner I, Ektoparasit, Ilmu Bedah Khusus I, dan Radiologi. Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan, penulis menyusun skripsi yang berjudul Analisis Elektrokardiogram Autotransfusi Darah pada Babi Lokal Indonesia (Sus domestica) sebagai Model untuk Manusia.
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Analisis Elektrokardiogram Autotransfusi Darah pada Babi Lokal Indonesia (Sus domestica) sebagai Model untuk Manusia disusun berdasarkan hasil penelitian pada bulan Mei-Juni 2011. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu : 1. Dr. drh. Hj. Gunanti, MS dan drh. Riki Siswandi sebagai dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, waktu, dan pemikiran selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini 2. drh. Titik Sunartatie, MS dan drh, I Ketut Mudite Adnyane, M.Si, Ph.D, PAVet selaku dosen penguji luar yang telah memberikan masukan dalam perbaikan skripsi ini 3. Papa Ir. Nandang Hidayat dan Mama Drs. Inne Sulastini, A Shandy, Teh Mpi yang senantiasa mendoakan, membimbing, dan memberikan dukungan serta kasih sayang dalam menyelesaikan skripsi ini, serta adik-adikku Apik, Sarah, dan Diaz yang selalu menghibur penulis 4. drh. Amrozi, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat, motivasi, dan bimbingan moral selama penulis menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 5. R. M. Iqbal A atas doa, kasih sayang, dukungan, dan motivasi selama penyelesaian skripsi ini 6. Pak Katim, dan Pak Kosasih, serta Staf Bedah dan Radiologi FKH atas bantuan dan kerja sama selama penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar 7. Titus, Made, Ambar, Anita, dan Yayuk yang telah bersama penulis menghabiskan waktu dalam suka dan duka selama penelitian ini 8. Sahabat-sahabatku Maritrana Putri dan Ajeng Kandynesia yang selalu menemani dan memberi dukungan 9. Keluarga Avenzoar FKH 45 yang telah memberi banyak arti pelajaran kehidupan, persahabatan dan kebersamaannya dalam menggapai cita-cita 10. Keluarga besar Himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik dan Eksotik FKH IPB 11. Teman-teman Pondok Malea Atas (Nova, Sofi, Eka, Nisa, Leli, Setyo, Elsha, Fitri, Sella, mba Indri, mba Kiki, dll) yang selalu memberikan kehangatan canda tawa ceria setiap harinya 12. Semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan penelitian dan penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Desember 2012 Khansaa Mirajziana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Autotransfusi Elektrokardiogram Elektrokardiogram Normal Babi METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Variabel yang Diamati Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Amplitudo P Durasi P Amplitudo R Interval PR Durasi QRS Interval QT Segmen ST Gelombang T Denyut Jantung SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 1 1 1 2 2 3 5 6 6 6 6 7 8 8 8 8 9 10 10 11 12 13 13 15 16 16 17 17 20 30
DAFTAR TABEL 1 Denyut jantung (denyut per menit) dan durasi (milidetik) P, PR, QRS, dan QT pada elektrokardiogram babi 2 Rata-rata amplitudo P (mV) 3 Rata-rata durasi P (detik) 4 Rata-rata amplitudo R (mV) 5 Rata-rata interval PR (detik) 6 Rata-rata durasi QRS (detik) 7 Rata-rata interval QT (detik) 8 Rata-rata durasi T (detik) 9 Rata-rata amplitudo T (mV) 10 Rata-rata denyut jantung (x/menit)
5 8 9 10 10 11 12 14 14 15
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Teknik monitoring EKG (Despopoulos & Sirbernagl 2003) Elektrokardiogram (Guyton dan Hall 2006) Alur penelitian dan perlakuan bedah terhadap babi AP, AIS, dan AIP Rekaman gelombang T pada kertas EKG
4 5 8 14
DAFTAR LAMPIRAN 1 Nilai rata-rata elektrokardiogram kelompok autotransfusi preoperatif pada babi lokal Indonesia (Sus domestica) 2 Nilai rata-rata elektrokardiogram kelompok autotransfusi intraoperatif sederhana pada babi lokal Indonesia (Sus domestica) 3 Nilai rata-rata elektrokardiogram kelompok autotransfusi intraoperatif pencucian pada babi lokal Indonesia (Sus domestica) 4 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga kelompok autotransfusi saat teranestesi sempurna pada babi lokal Indonesia (Sus domestica) 5 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga kelompok autotransfusi saat pendarahan 30% pada babi lokal Indonesia (Sus domestica) 6 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga kelompok autotransfusi post transfusi pada babi lokal Indonesia (Sus domestica) 7 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga kelompok autotransfusi awal recovery pada babi lokal Indonesia (Sus domestica) 8 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga kelompok autotransfusi pretorakotomi pada babi lokal Indonesia (Sus domestica) 9 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga kelompok autotransfusi posttorakotomi pada babi lokal Indonesia (Sus domestica) 10 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga kelompok autotransfusi H+7 pada babi lokal Indonesia (Sus domestica)
20 21 21
23
24 25 26 27 28 29
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada transfusi darah homolog atau alogenik ditemukan beberapa masalah. Kadangkala tidak tersedianya darah merupakan penyebab mortalitas yang terbesar. Selain itu terjadi reaksi imunologis antara antigen darah donor dengan antibodi darah resipien ataupun sebaliknya (Mc Clelland 2007). Sejak terjadinya infeksi HIV pada transfusi homolog di beberapa kota di Amerika Serikat, penggunaan transfusi homolog diganti dengan transfusi autolog untuk mengurangi faktor resiko transmisi infeksi antar individu (Surgenol et al. 1990). Berdasarkan penelitian Henry et al. (2002), penggunaan darah autolog dapat mengurangi resiko hingga 43,8% dari transfusi alogenik. Hal ini menyebabkan jumlah pasien yang mengalami transfusi dengan darah homolog menurun sedangkan transfusi dengan darah autolog meningkat secara signifikan (Wass et al. 2007). Autotransfusi dapat dilakukan dengan cara preoperatif, intraoperatif, dan postoperatif. Cara intraoperatif dilakukan pada operasi bypass kardiopulmonari atau untuk kasus pendarahan sewaktu tindakan operasi, sedangkan pada cara postoperatif pengoleksian darah berasal dari luka atau drainase dinding dada kemudian ditransfusikan kembali. Autotransfusi telah banyak dilakukan pada operasi jantung (Sandoval et al. 2001) maupun ortopedi (Sloan et al. 2009). Beberapa peneliti, seperti Olsson et al. (2010), Mason et al. (2011), dan Long et al. (2012) pernah melakukan penelitian menggunakan teknik autotransfusi intraoperatif. Teknik tersebut lebih banyak dilaksanakan di negara-negara maju, namun pengaruh terhadap reaksi aktivitas jantung masih belum banyak diketahui.
Perumusan Masalah Diperlukan penelitian untuk menganalisis elektrokardiogram pada tindakan autotransfusi darah. Sehingga diharapkan dapat diketahui efektivitas autotransfusi pada pengaplikasian terhadap pasien yang mengalami pendarahan dan membutuhkan darah dalam jumlah banyak pada waktu singkat.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menganalisis elektrokardiogram dalam dan antara kelompok tindakan autotransfusi darah. Dengan mengetahui perubahan yang terjadi, maka diharapkan dapat menjadi suatu pertimbangan keamanan dalam tindakan autotransfusi darah.
Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini akan menyumbangkan pengetahuan di bidang kedokteran hewan maupun kedokteran manusia. Pengetahuan tersebut mengenai
2
dampak autotransfusi preoperatif, intraoperatif sederhana, dan intraoperatif pencucian terhadap aktivitas listrik jantung.
TINJAUAN PUSTAKA Autotransfusi Darah untuk transfusi dibedakan menjadi dua tipe, yaitu darah autolog, dan darah homolog. Darah autolog diperoleh dari individu yang sama, sedangkan darah homolog atau darah alogenik diperoleh dari individu lain atau bank darah. Beberapa resiko penggunaan darah homolog untuk transfusi adalah transmisi penyakit infeksius (bakteri dan virus), komplikasi imunitas (reaksi hemolisis, reaksi anafilaksis), dan efek imunomodulator (Capraro 2001). Pada darah autolog didapatkan kadar 2,3-difosfogliserat yang lebih tinggi. 2,3-difosfogliserat yang juga dikenal sebagai 2,3-bifosfogliserat dibutuhkan untuk pengikatan oksigen di paru dan pelepasannya di jaringan. Dengan terikatnya 2,3difosfogliserat terhadap deoksihemoglobin, akan lebih besar kemungkinan terjadinya pelepasan oksigen yang tersisa. Kadar 2,3-difosfogliserat yang lebih tinggi akan memfasilitasi pelepasan oksigen di jaringan yang membutuhkannya sehingga fungsi eritrosit akan menjadi lebih efektif. Keuntungan lainnya adalah suhu yang tidak berbeda jauh dari suhu tubuh. Pasien dengan trauma mengalami perubahan fisiologis sehingga sangat rentan terhadap keadaan hipotermia, yang merupakan salah satu dari trias kematian yang terdiri dari hipotermia, asidosis, dan koagulopati. Pada darah yang baru diambil dari tubuh pasien, masih ditemukan komponen pembekuan darah yang fungsional. Dengan demikian darah autotransfusi akan lebih optimal dalam fungsi pembekuan dibandingkan dengan darah simpan. Pada darah yang diambil dari bank darah, akan dijumpai keadaan pH asam yang terjadi karena adanya pemecahan eritrosit selama penyimpanan. Keadaan asam ini akan memperburuk keadaan asidosis pasien (Rubens et al. 2008). Darah autolog dapat dikoleksi dan disimpan dengan berbagai cara, diantaranya adalah preoperatif, intraoperatif, atau postoperatif. Transfusi darah autolog disebut juga autotransfusi. Autotransfusi preoperatif (AP) dilakukan dengan pengambilan darah pada masa sebelum operasi. Pasien dilakukan operasi yang bersifat selektif dan pengambilan darah pada 3-5 minggu sebelumnya kemudian darah disimpan untuk ditransfusikan kembali pada masa operasi. Autotransfusi intraoperatif dilakukan selama operasi, yaitu bila terjadi pendarahan selama operasi kemudian pendarahan tersebut segera ditangani dan darah segera ditransfusikan kembali ke pasien. Autotransfusi postoperatif dilakukan setelah operasi kemudian ditransfusikan kembali ke pasien (Pfiedler Enterprises 2011). Darah ini dapat diperoleh dari rongga tubuh, ruang persendian, dan bagian lain pada operasi terbuka (Hudson 2004). Tindakan autotransfusi intraoperatif sederhana (AIS) merupakan alternatif yang lebih sederhana. Metode ini tidak menggunakan bantuan alat khusus, melainkan hanya suction tekanan rendah, kantung koleksi atau botol yang diberi
3
natrium sitrat, dan filtrasi 40 mikron dengan kain buikgaas kemudian ditransfusikan secara gravitasi. Hasilnya adalah seluruh komponen darah. Metode lain dari autoransfusi intraoperatif adalah pengumpulan sel darah merah intraoperatif pencucian (AIP) dengan bantuan alat khusus. Proses dimulai saat pengambilan darah yang dilakukan dengan cara penyedotan dengan tekanan yang lebih rendah, yaitu kurang dari 100 mmHg. Penyedotan dengan tekanan yang lebih rendah bertujuan untuk menghindari terjadinya hemolisis sel darah, terutama sel darah merah. Selain menggunakan tekanan yang rendah, dipakai juga kateter suction yang khusus, yaitu dapat memproses heparinisasi darah donor. Setelah darah diambil dari lapangan operasi, dan ditampung dalam suatu penampungan, darah akan disentrifugasi dan dicuci dengan cairan fisiologis sehingga komponen yang tersisa adalah sel darah merah tanpa plasma dan komponen darah lainnya ataupun sel debris dari jaringan tubuh kemudian ditransfusikan kembali (Krohn et al. 1999). Kelemahan dari autotransfusi dengan pencucian adalah tidak efisien dari segi fasilitas, waktu, dan biaya. Darah autotransfusi dengan pencucian memiliki volume plasma yang lebih sedikit pada saat ditransfusikan. Hal ini merugikan karena pasien trauma akan memiliki volume intravaskuler yang berkurang dan sangat membutuhkan penggantian volume di samping sel darah merah sebagai oxygen carrying capacity (Rubens et al. 2008).
Elektrokardiogram Elektrokardiogram adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktivitas listrik otot jantung (Shirley 2007). Elektrokardiogram merupakan alat yang sangat umum digunakan untuk mendiagnosa disfungsi elektris jantung. Pada banyak aplikasi, dua atau lebih elektroda metal diaplikasikan pada permukaan kulit, dan voltase yang terekam oleh elektroda akan terlihat dalam layar atau tergambar di atas kertas (Cunningham 2002). Kegunaan EKG antara lain adalah untuk mengetahui adanya kelainan pada irama dan otot jantung, mengetahui efek obatobat jantung, mendeteksi gangguan elektrolit dan perikarditis serta memperkirakan adanya pembesaran jantung (Birchard dan Sherding 2000). Ada beberapa macam teknik monitoring EKG yang sering digunakan, yaitu teknik monitoring standar ekstremitas (metode Einthoven) atau bipolar limb leads. Dilakukan 3 tempat monitoring EKG pada teknik ini yakni sadapan I dengan sudut orientasi 0º dibentuk dengan membuat elektroda positif pada lengan kiri (LA-left arm) dan elektroda negatif pada lengan kanan (RA-right arm). Sadapan II dengan sudut orientasi 60º dibentuk dengan membuat elektroda positif pada kaki kiri (LL-left leg) dan elektroda negatif pada lengan kanan (RA- right arm). Sadapan III dengan sudut orientasi 120º dibentuk dengan membuat elektroda positif pada kaki kiri (LL-left leg) dan elektroda negatif pada lengan kiri (LA-left arm).
4
Gambar 1 Teknik Monitoring EKG (Despopoulos dan Sirbernagl 2003). Teknik monitoring lainnya adalah teknik monitoring tambahan (metode Golberger) atau unipolar augmented limb leads. Dalam menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yaitu sadapan augmented vector left (aVL) dengan sudut orientasi -30º, dibentuk dengan membuat elektroda positif pada lengan kiri (LA-left arm) dan elektroda negatif pada anggota tubuh lainnya (ekstremitas). Sadapan augmented vector right (aVR) dengan sudut orientasi 150º, dan dibentuk dengan membuat elektroda positif pada lengan kanan (RAright arm) dan elektroda negatif pada anggota tubuh lainnya (ekstremitas). Sadapan augmented vector foot (aVF) dengan sudut orientasi +90º dibentuk dengan membuat elektroda positif pada kaki kiri (LL-left leg) dan elektroda negatif pada anggota tubuh lainnya (ekstremitas). Monitoring EKG prekordial/dada atau monitoring standard chest leads (Despopoulos dan Sirbernagl 2003). Keenam limb leads tersebut dibagi dalam kelompok sadapan klinis dimana masing-masing sadapan merekam aktivitas elektris jantung pada perspektif yang berbeda. Sadapan ini berkaitan dengan daerah anatomis jantung untuk kepentingan pemeriksaan fisik, contohnya adalah pada acute coronary ischemia. Kelompok sadapan klinis terdiri dari kelompok sadapan inferior yang melihat aktivitas elektris pada daerah inferior jantung, yaitu sadapan II, III dan aVF. Kelompok sadapan lateral yang melihat aktivitas elektris jantung yang menguntungkan pada dinding lateral ventrikel kiri, yaitu sadapan I dan aVL. Sadapan aVR menunjukkan bagian dalam dinding endokardium ke arah permukaan atrium kanan dan memberikan perspektif yang tidak spesifik untuk ventrikel kiri sehingga sering diabaikan pada pembacaan (Nelson dan Couto 1998). Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung, namun dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunya kontraktilitas jantung. Sewaktu impuls melewati jantung, arus listrik akan menyebar ke dalam jaringan di sekitar jantung dan sebagian kecil dari arus tersebut akan menyebar ke permukaaan tubuh lainnya sehingga apabila elektroda diletakkan pada permukaaan tubuh maka potensial listrik dapat direkam (Abedin dan Conner 2008). Urutan terjadinya sinyal EKG yang dapat menimbulkan gelombang P, komplek QRS, dan gelombang T, yaitu setiap siklus kontraksi dan relaksasi jantung dimulai dengan depolarisasi spontan pada nodus (Shirley 2007).
5
Gambar 2 Elektrokardiogram (Guyton dan Hall 2006). EKG terdiri atas dua elemen, yaitu kompleks dan interval. Kompleks terdiri atas gelombang P, kompleks QRS, gelombang T, dan gelombang U. Gelombang P merekam peristiwa depolarisasi dan kontraksi otot atrium. Gelombang P relatif kecil karena otot atrium yang relatif tipis. Bagian pertama gelombang P menggambarkan aktivitas atrium kanan, sedangkan bagian kedua menggambarkan aktivitas atrium kiri. Gelombang P terdiri atas durasi dan amplitudo P. Durasi P dapat diukur dari mulainya gelombang P hingga akhir gelombang P, sedangkan amplitudo P diukur dari garis baseline ke puncak gelombang P. Gelombang QRS terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama yang ke bawah, selanjutnya ke atas yang disebut gelombang R, dan depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut gelombang S. Gelombang T terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan istirahat (repolarisasi). Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi otot papillaris atau serabut Purkinje (Shirley 2007; O’Keefe et al. 2008). Tiap gelombang mewakili satu kali aktivitas listrik jantung. Dalam satu gelombang EKG terdapat titik interval dan segmen. Titik tersebut terdiri dari titik P, Q, R, S, T, dan U. Interval terdiri dari interval PR, interval QRS, dan interval QT. Segmen terdiri dari segmen PR, dan segmen ST (Gambar 2).
Elektrokardiogram Normal Babi Tabel 1 Denyut jantung (denyut per menit) dan durasi (milidetik) P, PR, QRS, dan QT pada elektrokardiogram babi Umur/BB 2-4 mos (23 kg) 1 bulan (7 kg) Piglet Juvenile Dewasa
Heart Rate 135,6 (100-180) 190 (180-200) 135-150 109-133 80-100
Dukes dan Szabuniewicz (1969)
P 40 (30-60) 37 (30-45)
PR 101 (60-130) 90 (80-100)
QRS 37 (30-40) 35 (30-40)
QT 218 (200-260) 165 (150-180)
60 (50-80)
100 (80-140)
60 (50-70)
280 (120-340)
6
Elektrofisiologi babi berbeda dengan manusia dalam hal: (1) sinus detak jantung (heart rate) lebih tinggi, (2) interval PR lebih singkat, dan (3) waktu konduksi sinoatrial (SACT) lebih singkat. Pada manusia, nilai sinus heart rate mencerminkan tiga faktor, yaitu denyut jantung intrinsik, tonus simpatik, dan tonus vagus (Bauernfeind et al. 1979). Denyut jantung intrinsik didefinisikan sebagai tingkatan sinus nodus ketika terisolasi dari pengaruh sistem saraf otonom. Nilai rata-rata denyut jantung babi adalah 132 ± 32 (rataan ± standar deviasi) (91167 denyut per menit), interval PR sebesar 94 ± 27 milidetik (50-120 milidetik), dan interval QT sebesar 256 ± 69 milidetik (150-340 milidetik) (Bharati et al. 1991).
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2011, bertempat di bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor.
Alat dan Bahan Penelitian dilakukan terhadap hewan percobaan, yaitu babi lokal Indonesia (Sus domestica) sebanyak 9 ekor dengan rata-rata bobot badan kelompok AP ±16,8 kg; AIS ±21,5 kg; AIP ±28,5 kg, berjenis kelamin jantan, dan berumur 3-6 bulan. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung tentang efek autotransfusi pada hewan babi sebagai model untuk manusia. Penelitian dilakukan menggunakan alat EKG (Cardisuny D300, Fukuda ME), alat cell saver (Haemonetics Cell Saver® 5, THE Blood Management Company), seperangkat alat bedah mayor, seperangkat alat anestesi inhalasi, obat bius ketamin 10% (Ilium ketamil®-100, Troy), xylazin 10% (Ilium xylazil®-100, Troy), dan zoletil 5% (zoletil®, Virbac), ETT (Endo Tracheal Tube), alat suction (Asahiilca®), benang jahit bahan silk dan catgut ukuran 3/0, jarum segitiga dan bulat ukuran 3/0, alat infus (Infusion Pump OT-701, JMS), kateter kupu-kupu (IV-cath), termometer, stetoskop, spoit, kapas/tampon, plester, alat cukur, alkohol 70%, dan obat cacing oxfendazole 5 mg/kg (Verm-O®, Sanbe).
Tahap Persiapan Babi dibagi menjadi tiga kelompok dengan masing–masing kelompok terdiri dari tiga ekor. Babi ditempatkan dalam kandang kelompok berukuran 4x3 meter. Selama adaptasi, babi diberi pakan berupa pelet setiap pagi dan sore setelah pemeriksaan fisik serta diberi obat cacing.
7
Babi kelompok AP diberi perlakuan autotransfusi menggunakan darah simpan, yaitu darah diekstravasasi 14 hari sebelumnya dan disimpan dalam kantung darah citrate, phosphate, dextrose, dan adenin (CPDA), kemudian dimasukkan dalam lemari es. Kelompok AP menggunakan dosis obat bius induksi dengan kx-maksimal, yaitu ketamin 15 mg/kg, dan xylazin 2 mg/kg. Babi kelompok AIS diberi perlakuan autotransfusi menggunakan darah hasil penyaringan sederhana. Kelompok AIS menggunakan dosis obat bius induksi dengan zkx, yaitu ketamin 1 mg/25 kg, xylazin 1 mg/25 kg, dan zoletil 1 mg/25 kg. Babi kelompok AIP diberi perlakuan autotransfusi menggunakan darah hasil pencucian alat cell saver. Kelompok AIP menggunakan dosis obat bius induksi dengan kx-minimal, yaitu ketamin 10 mg/kg, dan xylazin 1 mg/kg. Autotransfusi dilakukan setelah terjadi pendarahan 30% dengan melakukan splenektomi. Pengamatan terhadap aktivitas jantung babi dengan menempelkan elektroda EKG pada ekstremitas depan dan belakang kanan serta kiri babi dengan tipe pemasangan bipolar lead (Swindle 2007). Pada alat EKG Cardisuny D300, Fukuda M-E terdapat 4 elektroda dengan warna yang berbeda, yaitu merah (RA/R) untuk ekstremitas kanan depan, kuning (LA/L) untuk ekstremitas kiri depan, hijau (LF/F) ekstremitas kiri belakang dan hitam (RF/N) ekstremitas kanan belakang.
Tahap Pelaksanaan Babi terlebih dahulu dibius, kemudian rambut pada bagian persendian antara os humerus dan os radius-ulna serta pada persendian antara os femur dan os tibia-fibula kaki depan kanan dan kiri serta kaki belakang kanan dan kiri dicukur. Babi dibaringkan dengan posisi left lateral recumbency, kemudian dipasangkan elektroda. Pengambilan gambar EKG dilakukan empat kali dalam satu kali laparotomi, yaitu saat babi terbius sempurna. Babi yang terbius sempurna dicirikan dengan keadaan tertidur, dan belum diberi perlakuan apapun. Saat pendarahan 30% yaitu setelah dilakukan splenektomi. Setelah transfusi, yaitu setelah babi ditransfusi darah dan awal recovery, yaitu awal babi mulai sadar atau efek obat bius mulai hilang. Pengambilan gambar EKG dilakukan dua kali dalam satu kali torakotomi, yaitu sebelum dan sesudah torakotomi. Pengambilan gambar EKG dilakukan satu kali pada saat hari ke tujuh setelah operasi. Sehingga total pengambilan gambar EKG untuk satu ekor babi adalah 7 rekaman. Waktu yang ditempuh dalam penelitian ini adalah satu bulan. H-14, kelompok AP diambil darah sebanyak 30% total darah untuk disimpan. Hari H, masing-masing kelompok dilakukan splenektomi hingga mengalami pendarahan 30% lalu diautotransfusi. Dua hari berikutnya dilakukan torakotomi dan pada hari ke tujuh post operasi adalah panen. Torakotomi dilakukan untuk pengambilan jaringan paru yang akan dimanfaatkan dalam analisa efek samping autotransfusi. Setiap kelompok perlakuan (kelompok AP, AIS, dan AIP) dilakukan tiga kali ulangan (Gambar 3).
8 Adaptasi hewan (kelompok AP,AIS,AIP)
Torakotomi (kelompok AP,AIS,AIP) Post transfusi
H - 14 H-14
Teranestesi sempurna
H H
HH++22 H+2
Awal recovery
Pendarahan 30% (kelompok AP,AIS,AIP)
Pengambilan darah simpan 30% total darah (kelompok AP)
H+7 Panen (kelompok AP,AIS,AIP )
Gambar 3 Alur penelitian dan perlakuan bedah terhadap babi AP, AIS, dan AIP.
Variabel yang Diamati Variabel yang diamati berupa amplitudo, interval, durasi, dan segmen. Amplitudo terdiri atas amplitudo P, R, dan T. Interval terdiri atas interval PR, QT, dan RR (denyut jantung). Durasi terdiri atas durasi P, QRS, dan T. Segmen terdiri atas segmen ST.
Analisis Data Data variabel dianalisis secara statistik menggunakan metode One WayAnalyse of Variant (ANOVA). Uji ini kemudian dilanjutkan dengan uji DUNCAN pada selang kepercayaan 95% (α=0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplitudo P Tabel 2 Rata-rata amplitudo P (mV) Waktu Pengamatan Teranestesi Pendarahan 30% Post transfusi Awal recovery Pratorakotomi Post torakotomi H+7
AP 0,12 ± 0,02ax 0,14 ± 0,02ax 0,18 ± 0,03ax 0,14 ± 0,05ax 0,13 ± 0,06ax 0,15 ± 0,04ax 0,15 ± 0,05ax
Kelompok Perlakuan AIS 0,12 ± 0,02ax 0,16 ± 0,04ax 0,15 ± 0,06ax 0,12 ± 0,03ax 0,14 ± 0,04ax 0,13 ± 0,06ax 0,12 ± 0,03ax
AIP 0,17 ± 0,03ay 0,18 ± 0,03ax 0,18 ± 0,03ax 0,16 ± 0,04ax 0,14 ± 0,04ax 0,15 ± 0,05ax 0,13 ± 0,11ax
Keterangan : Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) dalam kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) antar kelompok perlakuan.
9
Pengukuran amplitudo P adalah untuk mengetahui besarnya depolarisasi atrium (Conville dan Bassert 2002). Peningkatan amplitudo P dapat menunjukkan adanya pembesaran dari atrium kanan. Atrium kanan yang besar mengkibatkan nodus SA mengeluarkan impuls listrik lebih banyak yang menjalar dari atrium ke nodus AV (Guyton dan Hall 2006). Rekaman amplitudo P dalam kertas EKG pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kelainan. Perbedaan nyata nilai rata-rata amplitudo P terlihat di antara kelompok (Tabel 2). Pada saat teranestesi sempurna, kelompok AIP lebih besar dibandingkan dengan kelompok AP dan AIS. Perbedaan tersebut tidak berarti ada kelainan anatomi dan patologis jantung karena semua nilai masih dalam batasan normal.
Durasi P Tabel 3 Rata-rata durasi P (detik) Waktu Pengamatan Teranestesi Pendarahan 30% Post transfusi Awal recovery Pratorakotomi Post torakotomi H+7
AP 0,04 ± 0,00ax 0,05 ± 0,01ax 0,04 ± 0,01ax 0,04 ± 0,01ax 0,04 ± 0,00ax 0,04 ± 0,00ax 0,04 ± 0,00ax
Kelompok Perlakuan AIS 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,01ay 0,05 ± 0,02ax 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,01ax
AIP 0,05 ± 0,01abx 0,04 ± 0,01abx 0,05 ± 0,01abx 0,06 ± 0,01by 0,04 ± 0,01abx 0,05 ± 0,01abx 0,04 ± 0,00ax
Keterangan : Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) dalam kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) antar kelompok perlakuan.
Pengukuran durasi P dilakukan untuk mengetahui waktu depolarisasi atrium (Conville dan Bassert 2002). Perbedaan nyata terlihat di antara ketiga kelompok pada awal recovery (Tabel 3). Perbedaan terjadi karena bobot badan pada kelompok AIP lebih besar dibandingkan dengan kelompok AP. Menurut Dukes dan Szabuniewics (1969) durasi P pada babi konvensional berumur 2-4 bulan dengan bobot badan 23 kg (30-60 ms) lebih besar daripada durasi P babi berumur 1 bulan seberat 7 kg (30-45 ms). Sehingga apabila hewan semakin berat dan tua, maka durasi P akan semakin besar. Perbedaan juga terlihat dalam kelompok AIP, yaitu saat awal recovery dan hari ke tujuh. Namun nilai pada hari ke tujuh di antara ketiga kelompok tidak berbeda nyata. Semua nilai rata-rata durasi P pada ketiga kelompok masih dalam batasan normal. Perbedaan yang terjadi dalam kelompok AIP tidak berkaitan dengan amplitudo P, karena pada waktu tersebut nilai amplitudo P tidak menunjukkan adanya kelainan. Berdasarkan kertas rekaman EKG pada sadapan II juga tidak ditemukan adanya kelainan bentuk durasi P, sehingga perbedaan nilai tersebut diduga karena variasi nilai normal saja.
10
Amplitudo R Tabel 4 Rata-rata amplitudo R (mV) Waktu Pengamatan Teranestesi Pendarahan 30% Post transfusi Awal recovery Pratorakotomi Post torakotomi H+7
AP 0,69 ± 0,21ax 0,48 ± 0,38ax 0,57 ± 0,24ax 0,69 ± 0,19ay 0,73 ± 0,23ax 0,55 ± 0,19ax 0,72 ± 0,34ax
Kelompok Perlakuan AIS 0,54 ± 0,02ax 0,42 ± 0,23ax 0,45 ± 0,18ax 0,36 ± 0,19axy 0,65 ± 0,11ax 0,40 ± 0,33ax 0,55 ± 0,06ax
AIP 0,39 ± 0,19ax 0,32 ± 0,24ax 0,28 ± 0,15ax 0,28 ± 0,20ax 0,51 ± 0,21ax 0,53 ± 0,25ax 0,59 ± 0,20ax
Keterangan : Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) dalam kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) antar kelompok perlakuan.
Pengukuran amplitudo R bertujuan untuk mengetahui besarnya aktivitas depolarisasi ventrikel. Menurut Widjaja (1990), gelombang R dapat menandakan adanya hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda bundle branch block (BBB). Pada penelitian ini, perbedaan waktu pengamatan tidak mempengaruhi amplitudo R. Namun perbedaan nyata amplitudo R terlihat diantara kelompok AP, AIS, dan AIP pada tahap awal recovery (Tabel 4). Perbedaan terjadi karena pengaruh perlakuan dan perbedaan ukuran tubuh. Pada kelompok AP nilai amplitudo R lebih tinggi daripada kelompok AIS dan AIP tetapi nilai tersebut masih sama dengan nilai pada saat teranestesi sempurna sehingga masih dikatakan normal dan bukan karena terjadi pembesaran ventrikel kiri. Pada kelompok AIS dan AIP diduga terjadi penurunan kerja ventrikel kiri karena jumlah cairan darah yang dikembalikan ke dalam tubuh babi setelah pendarahan lebih sedikit daripada jumlah cairan darah yang keluar tubuh sehingga mengakibatkan nilai amplitudo R rendah.
Interval PR Tabel 5 Rata-rata interval PR (detik) Waktu Pengamatan Teranestesi Pendarahan 30% Post transfusi Awal recovery Pratorakotomi Post torakotomi H+7
AP 0,13 ± 0,01ax 0,11 ± 0,01ax 0,12 ± 0,02ax 0,12 ± 0,03ax 0,14 ± 0,00ax 0,11 ± 0,02ax 0,14 ± 0,00ax
Kelompok Perlakuan AIS 0,15 ± 0,04ax 0,16 ± 0,04ax 0,12 ± 0,05ax 0,17 ± 0,03ax 0,14 ± 0,04ax 0,14 ± 0,05ax 0,14 ± 0,04ax
AIP 0,12 ± 0,04ax 0,13 ± 0,02ax 0,13 ± 0,04ax 0,13 ± 0,03ax 0,13 ± 0,01ax 0,13 ± 0,02ax 0,13 ± 0,01ax
Keterangan : Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) dalam kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) antar kelompok perlakuan.
11
Interval PR mengandung dua komponen, yaitu gelombang P dan segmen PR. Interval PR diukur dari awal gelombang P hingga defleksi pertama dari komplek QRS. Interval PR menunjukkan waktu konduksi dari onset depolarisasi atrium ke onset repolarisasi ventrikel, sedangkan segmen PR menunjukkan repolarisasi atrium. Interval QR diukur dari awal kompleks QRS hingga titik tertinggi dari gelombang R, hal ini merupakan refleksi secara tidak langsung dari waktu aktivasi ventrikel. Apabila terjadi pemanjangan interval PR maka dipertimbangkan terjadi first-degree atrioventricular block (O’Keefe et al. 2008; Thaler 2009). Pada kertas rekaman EKG dalam penelitian ini tidak ditemukan kelainan interval PR. Nilai rata-rata interval PR dalam dan di antara ketiga kelompok tidak menunjukkan perbedaan nyata (Tabel 5). Pada penelitian ini juga diperoleh nilai rata-rata interval PR sebesar 0,13 detik, yang sesuai dengan nilai interval PR normal pada babi berumur 2-4 bulan dan berbobot badan 23 kg menurut Dukes dan Szabuniewics (1969), yaitu sebesar 0,06-0,13 detik.
Durasi QRS Tabel 6 Rata-rata durasi QRS (detik) Waktu Pengamatan Teranestesi Pendarahan 30% Post transfusi Awal recovery Pratorakotomi Post torakotomi H+7
AP 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,00ax
Kelompok Perlakuan AIS 0,05 ± 0,01ax 0,06 ± 0,01ax 0,06 ± 0,01ax 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,01ax 0,06 ± 0,01ax 0,06 ± 0,01ax
AIP 0,05 ± 0,01ax 0,05 ± 0,02ax 0,05 ± 0,02ax 0,05 ± 0,02ax 0,06 ± 0,01ax 0,06 ± 0,01ax 0,06 ± 0,01ax
Keterangan : Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) dalam kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) antar kelompok perlakuan.
Interval QRS diukur dari awal hingga akhir dari total kompleks QRS. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui lamanya aktivitas depolarisasi ventrikel, sehingga perubahan bentuk pada QRS kompleks menunjukkan adanya pembesaran ventrikel atau penghambatan konduksi intraventrikular (Tilley dan Smith 2008; O’Keefe et al. 2008). Pada kertas rekaman EKG tidak ditemukan adanya perubahan bentuk kompleks QRS. Pada Tabel 6, rata-rata durasi QRS dalam dan antar kelompok perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga perlakuan autotransfusi dan faktor luar seperti bobot badan, umur, dan anestesia tidak mempengaruhi kompleks QRS. Nilai rata-rata durasi QRS pada penelitian ini adalah 0,052 detik. Nilai tersebut masih dalam rentangan nilai QRS normal pada babi, yaitu 0,05-0,07 detik (Dukes dan Szabuniewics 1969).
12
Interval QT Tabel 7 Rata-rata interval QT (detik) Waktu Pengamatan Teranestesi Pendarahan 30% Post transfusi Awal recovery Pratorakotomi Post torakotomi H+7
AP 0,41 ± 0,06ax 0,40 ± 0,12ax 0,46 ± 0,14ax 0,43 ± 0,16ax 0,46 ± 0,21ax 0,51 ± 0,17ax 0,33 ± 0,07ax
Kelompok Perlakuan AIS 0,33 ± 0,06ax 0,38 ± 0,09ax 0,39 ± 0,05ax 0,49 ± 0,06ax 0,35 ± 0,13ax 0,43 ± 0,13ax 0,34 ± 0,04ax
AIP 0,37 ± 0,04abx 0,40 ± 0,05abcx 0,43 ± 0,06bcdx 0,49 ± 0,06dx 0,32 ± 0,03ax 0,46 ± 0,03cdx 0,34 ± 0,03ax
Keterangan : Huruf superscript (a,b,c,d) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) dalam kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) antar kelompok perlakuan.
Interval QT merupakan jarak antar permulaan gelombang Q sampai dengan akhir gelombang T sehingga menggambarkan awal mula aktivitas depolarisasi hingga akhir repolarisasi ventrikel. Pemanjangan interval QT disebabkan oleh sindrom kongenital panjang QT, miokarditis, infark miokard, penyakit serebrovaskular akut, pemakaian obat dalam jangka panjang dan ketidakseimbangan elektrolit, termasuk hipokalemia, hipokalsemia, quinidin, prokainamida, bretylium, tricyclic antidepressant, dan anestesi. Pemendekan interval QT disebabkan oleh hiperkalemia, hiperkalsemia, dan terapi quinidin (O’Keefe et al. 2008;Tilley dan Smith 2008). Perbedaan nyata nilai rata-rata interval QT terlihat dalam kelompok AIP (Tabel 7), yaitu pada saat teranestesi dan awal recovery. Interval QT terlihat semakin panjang ketika pendarahan 30%, setelah transfusi, awal recovery, dan post-torakotomi. Interval QT normal pada babi 2-4 bulan, dengan bobot badan 23 kg adalah 0,20-0,26 detik (Dukes dan Szabuniewics 1969) sehingga pada penelitian ini diduga terjadi pemanjangan interval QT. Penyebab dari pemanjangan interval QT pada kelompok AIP diduga karena terjadi ketidakseimbangan elektrolit seperti hipokalsemia. Penyebab hipokalsemia adalah adanya perubahan distribusi seperti hipoalbuminemia dan ketidakseimbangan asam-basa (Thrall et al. 2004). Hipoalbuminemia dapat terjadi karena pendarahan. Pada saat pendarahan, tubuh kehilangan darah beserta cairan plasma. Sebagian besar kalsium dalam tubuh berada dalam sistem skelet atau terikat dengan albumin dalam plasma. Apabila kalsium bebas di dalam sel otot polos, sel otot jantung dan sel saraf berkurang, maka akan menyebabkan kontraksi pada otot polos pembuluh darah, otot jantung, serta pembentukan dan konduksi impuls dalam jantung berkurang (Nijjer et al. 2010). Darah pada kelompok AIP dicuci dengan alat cell saver sehingga darah yang ditransfusikan kembali kedalam tubuh hewan hanya berupa sel darah merah tanpa plasma sehingga menyebabkan hewan masih berada dalam keadaan hipokalsemia. Pada kelompok AIP saat pratorakotomi, interval QT kembali seperti semula, namun setelah torakotomi terjadi pemanjangan lagi. Hal ini disebabkan karena pada saat torakotomi, hewan dibius perinhalasi dengan isofluran, Pembiusan dengan isofluran menyebabkan relaksasi muskulus yang baik (Plumb 2005).
13
Selain itu, selama tindakan torakotomi dilakukan nafas buatan yang menyebabkan hiperventilasi. Oksigen terlalu banyak masuk kedalam tubuh, sedangkan karbondioksida (pCO2) menurun sehingga tubuh meresponnya dengan tidak bernafas. Hal tersebut dilihat dengan terjadinya apneu selama beberapa menit. Hiperventilasi menyebabkan respirasi alkalosis, yaitu terjadi penurunan pCO 2, HCO3 normal, peningkatan pH darah, dan konsentrasi H2CO3 rendah (Thrall et al. 2004). Pada hari ke tujuh rata-rata interval QT menurun, dan tidak berbeda nyata dengan rata-rata interval QT pada saat terbius sempurna, dan pratorakotomi dikarenakan merupakan awal pembiusan. Dalam rentang waktu tersebut elektrolit hewan telah kembali normal dari asupan pakan dan minum serta tidak adanya perlakuan.
Segmen ST Segmen ST menunjukkan selang waktu antara depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Diukur dari akhir periode kompleks QRS hingga mulainya gelombang T, yaitu tidak adanya konduksi dan secara normal merupakan garis lurus (isoelektris). Segmen ST adalah suatu kunci indikator untuk iskemik miokard, infark dan nekrosis atau hipotermia apabila terjadi peningkatan (elevasi) atau penurunan (depresi). Elevasi adalah defleksi positif garis segmen ST dari baseline, sedangkan depresi adalah defleksi negatif garis segmen ST dari baseline kertas rekaman EKG (O’Keefe et al. 2008; Thaler 2009). Elevasi segmen ST pada anjing disebabkan oleh hipoksia miokardial, infark miokardial transmural, efusi perikardial, dan pada kucing akibat keracunan digoksin. Depresi segmen ST pada anjing disebabkan oleh hipoksia miokardial, hiperkalemia, hipokalemia, infark miokardial subendokardial, takhikardia, atau keracunan digoksin. Nilai depresi dan elevasi segmen ST normal pada anjing adalah tidak lebih dari 0,2 mV dan tidak lebih dari 0,15 mV (Tilley dan Smith 2008). Pada kertas rekaman EKG di sadapan II pada penelitian ini tidak ditemukan gambar yang menunjukkan kelainan bentuk segmen ST. Berbeda dengan penelitian Shousa et al. (2010), ditemukan depresi segmen ST setelah torakotomi karena dilakukan pembukaan dinding torak yang lebih besar.
Gelombang T Gelombang T pada gambaran EKG menunjukkan fase repolarisasi ventrikel. Gelombang T pada babi secara normal positif pada sadapan I, pada sadapan II dan III positif dan difasik (Dukes dan Szabuniewicz 1969). Kepentingan dari gelombang T adalah menandakan adanya iskemik/infark, kelainan elektrolit, dan lain-lain (Tilley dan Smith 2008).
14
Tabel 8 Rata-rata durasi T (detik) Waktu Pengamatan
AP 0.08 ± 0.02ax 0.09 ± 0.03ax 0.09 ± 0.03ax 0.07 ± 0.04ax 0.09 ± 0.04ax 0.12 ± 0.02ax 0.08 ± 0.02ax
Teranestesi Pendarahan 30% Post Transfusi Awal Recovery Pre Torakotomi Post Torakotomi H+7
Kelompok Perlakuan AIS 0.07 ± 0.04ax 0.09 ± 0.02ax 0.10 ± 0.04ax 0.11 ± 0.03ax 0.08 ± 0.02ax 0.09 ± 0.06ax 0.08 ± 0.05ax
AIP 0.08 ± 0.03ax 0.10 ± 0.03ax 0.12 ± 0.06ax 0.11 ± 0.05ax 0.08 ± 0.00ax 0.10 ± 0.03ax 0.07 ± 0.01ax
Keterangan : Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) dalam kelompok perlakuan. Huruf superscript(x,y) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) antar kelompok perlakuan.
Tabel 9 Rata-rata amplitudo T (mV) Waktu Pengamatan
AP 0.23 ± 0.05ax 0.34 ± 0.09ax 0.32 ± 0.16ax 0.22 ± 0.20ax 0.37 ± 0.24ax 0.32 ± 0.11ax 0.30 ± 0.21ax
Teranestesi Pendarahan 30% Post Transfusi Awal Recovery Pre Torakotomi Post Torakotomi H+7
Kelompok Perlakuan AIS 0.29 ± 0.27ax 0.42 ± 0.26ax 0.38 ± 0.41ax 0.48 ± 0.38ax 0.40 ± 0.28ax 0.33 ± 0.25ax 0.58 ± 0.46ax
AIP 0.29 ± 0.20ax 0.37 ± 0.10ax 0.30 ± 0.17ax 0.32 ± 0.19ax 0.17 ± 0.07ax 0.28 ± 0.15ax 0.13 ± 0.04ax
Keterangan : Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) dalam kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) antar kelompok perlakuan.
a ) d
c
b
e
f
g
Gambar 4 Rekaman gelombang T pada: ulangan kedua kelompok AP pratorakotomi (a), ulangan kedua kelompok AIS saat pendarahan 30% (b), ulangan kedua kelompok AIS posttransfusi (c), ulangan kedua kelompok AIS awal recovery (d), ulangan kedua kelompok AIS pada H+7 (e), ulangan ketiga kelompok AIS pada H+7 (f), dan ulangan pertama kelompok AIP setelah torakotomi (g).
Hasil uji statistik yang telah tersaji dalam Tabel 8 dan 9 menunjukkan bahwa nilai rata-rata durasi dan amplitudo T dalam dan di antara ketiga kelompok autotransfusi tidak berbeda nyata. Namun pada penelitian ini ditemukan gelombang T yang sangat tinggi, yaitu ulangan ke dua pada kelompok AP pratorakotomi; ulangan ke dua kelompok AIS saat pendarahan 30%, setelah transfusi, awal recovery, dan H+7; ulangan ke tiga kelompok AIS saat H+7; dan pada ulangan pertama kelompok AIP setelah torakotomi (Gambar 4).
15
Menurut Tilley et al. (2008), gelombang T yang terlampau tinggi berhubungan dengan hiperkalemia dan hipoksia miokardial. Pada penelitian ini dilakukan simulasi trauma abdomen yang menyebabkan luka pada otot dan sel menjadi rusak. Hiperkalemia terjadi karena sejumlah besar jaringan rusak seperti pada luka otot yang parah atau pada sel darah merah yang lisis. Sel rusak tersebut menyebabkan potasium (K+) yang berada di dalam sel banyak keluar ke ekstraseluler sehingga terjadi hiperkalemia (Guyton dan Hall 2006). Ketiga tindakan autotransfusi yang dilakukan diduga mengakibatkan sel darah merah menjadi lisis. Peningkatan amplitudo T ditemukan pada 2 ekor babi pada kelompok AIS, sedangkan pada kelompok AP dan AIP hanya ditemukan pada 1 ekor babi. Pada kelompok AIS dan AIP, sel darah diduga lisis akibat trauma perlakuan. Pada kelompok AIS diduga terjadi peningkatan kalium akibat autolisis darah saring yang lebih besar. Maka dari itu perlu diperhatikan jika terjadi derajat kerusakan sel darah yang sangat parah selama tindakan penyaringan sederhana karena hiperkalemia dapat mengakibatkan keadaan menjadi fatal. Sel darah merah yang lisis pada kelompok AP diduga berasal dari sel darah merah yang telah mengalami penuaan selama proses penyimpanan. Menurut Callan (2010), penyimpanan dalam waktu lama dapat menyebabkan sel darah merah mengalami penurunan fungsi sehingga kemungkinan lisis lebih besar. Hipoksia miokardial terjadi akibat proses pendarahan 30% saat operasi dan diperparah dengan belum mampunya tubuh dalam mengatasi kekurangan oksigen sehingga oksigen yang diangkut ke otot jantung sangat sedikit (Guyton dan Hall 2006).
Denyut Jantung Tabel 10 Rata-rata denyut jantung (denyut per menit) Waktu Pengamatan Teranestesi Pendarahan 30% Post transfusi Awal recovery Pratorakotomi Post torakotomi H+7
AP 62,67 ± 15,63ax 86,33 ± 48,42ax 78,00 ± 45,92ax 69,67 ± 29,09ax 56,33 ± 15,50ax 56,33 ± 19,86ax 71,67 ± 15,95ax
Kelompok Perlakuan AIS 67,00 ± 17,78ax 50,00 ± 05,29ax 77,67 ± 27,30ax 48,33 ± 07,64ax 69,67 ± 11,02ax 65,67 ± 21,13ax 71,33 ± 18,50ax
AIP 62,00 ± 17,35abcx 51,67 ± 13,65abcx 43,00 ± 02,00ax 48,00 ± 12,17abx 69,00 ± 08,72bcx 53,33 ± 09,29abcx 73,00 ± 04,24cx
Keterangan : Huruf superscript (a,b,c) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) dalam kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) antar kelompok perlakuan.
Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan oleh pengaruh saraf otonom pada nodus sinoatrial. Denyut jantung dapat dihitung setelah mendapatkan sinyal EKG atau menggunakan persamaan Interval RR. Interval RR adalah jarak antara gelombang R dengan gelombang R lainnya yang berdekatan, terukur dalam satuan waktu (detik) dan digunakan untuk mengindikasi ventricular rate (Abedin dan Conner 2008; O’Keefe et al. 2008).
16
Nilai rata-rata denyut jantung dalam kelompok AP dan AIS tidak berbeda nyata, namun dalam kelompok AIP terlihat adanya perbedaan nyata (Tabel 10). Pada penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Gunanti et al. (2011) tentang pembiusan babi model laparoskopi, frekuensi detak jantung babi adalah 68,3 ± 12,6 kali permenit sehingga pada kelompok AIP dimungkinan terjadi bradikardi. Menurut Tilley dan Smith (2008), bradikardi dapat terjadi secara primer seperti sick sinus syndrome (SSS), dan sekunder yang merupakan bawaan dari penyakit sistemik atau akibat keracunan obat. Pada penelitian ini dilakukan laparotomi dan splenektomi sebagai simulasi trauma abdomen sehingga terjadi pendarahan pada saluran pencernaan. Pendarahan menyebabkan syok hipovolemia, yaitu suatu keadaan kekurangan aliran darah pada jaringan-jaringan tubuh. Trauma abdomen dan pendarahan merupakan salah satu gangguan saluran pencernaan yang dapat menyebabkan peningkatan tonus vagus, karena refleks tersebut menstimulus saraf vagus untuk mengeluarkan asetilkolin pada postganglion jantung yang membawa efek parasimpatis sehingga menyebabkan sinus bradikardi. Hormon asetilkolin dapat menurunkan eksitabilitas serabutserabut penghubung AV-node sehingga terjadi penurunan arus listrik yang akan memperlambat konduksi impuls listrik menuju ventrikel (Guyton dan Hall 2006). Dalam keadaan pendarahan, tubuh biasanya mengkompensasi dengan meningkatkan stimulasi saraf simpatis, namun denyut jantung kelompok AIP pada post-transfusi tetap rendah dan berbeda nyata dengan pretorakotami dan H+7. Hal tersebut diduga akibat hanya sel darah merah yang ditransfusikan dan tubuh masih kekurangan cairan, sehingga tubuh gagal mengkompensasi. Keadaan ini didukung dengan adanya pemanjangan interval QT. Denyut jantung pada pretorakotomi dan H+7 masih dalam batasan normal karena pengambilan rekaman EKG dilakukan sebelum babi diberi perlakuan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil dalam dan antara ketiga tindakan autotransfusi darah pada penelitian ini tidak mempengaruhi semua perubahan aktivitas jantung dalam elektrokardiogram. Perbedaan nyata di antara kelompok terlihat pada amplitudo P saat babi teranestesi sempurna, serta nilai durasi P dan amplitudo R pada saat awal recovery. Perbedaan nyata dalam waktu pengamatan terlihat pada interval QT dan durasi P kelompok AIP saat awal recovery dan H+7, namun semua perbedaan nilai tersebut masih berada dalam batasan normal. Pada sadapan II kertas EKG ditemukan gelombang T yang sangat tinggi dan ditemukan juga bahwa pada kelompok AIP terjadi bradikardi. Secara umum semua perbedaan yang terjadi pada perlakuan tersebut tidak menunjukkan gangguan yang berarti dalam konduktifitas listrik jantung jika diantisipasi dengan baik, sehingga tindakan autotransfusi darah dapat dikatakan aman bila dilihat dari elektrokardiogramnya.
17
Saran Perlu dilakukan uji lebih lanjut dengan waktu pengambilan sampel yang lebih terstruktur, misalnya setiap 15 menit atau 30 menit selama jam operasi. Diperlukan juga penelitian lebih lanjut dengan jumlah hewan model yang lebih banyak dan berat badan yang seragam, dengan pembacaan pada sadapan lainnya, dan pengamatan histopatologi jantung setelah tindakan autotransfusi darah.
DAFTAR PUSTAKA Abedin Z, Conner R. 2008. ECG Interpretation The Self-Assessment Approach. Iowa (US): Blackwell Publishing. Bharati S, Levine M, Huang SK, Handler B, Parr GV, Bauernfeind R, Lev M. 1991. The conduction system of the swine heart. Chest. 100(1): 207-12. Birchard SJ, Sherding RG. 2000. Saunders Manual of Small Animal Practice. Ed ke-2. Iowa (US): WB Saunders company. Callan MB. 2010. Red blood cell transfusions in the dog and cat. Di dalam: Weiss DJ, Wardrop JK, editor. Schalm’s Veterinary Hematology. Ed ke-6. Iowa (US): Wiley-Blackwell. Capraro L. 2001. Advances in cardiac surgical transfusion practices during the 1990s in a Finnish university hospital. The Int J of Transf Med. 81: 176-179 Conville T, Bassert J. 2002. Clinical Anatomy dan Phsycology for Veterinary Technicians. Missouri (US): Mosby Inc. Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Philadelphia (US): Saunders. Despopoulos A, Silbernagl S. 2003. Color Atlas of Physiology. Ed ke-5. New York (US): Thieme Dukes TW, Szabuniewicz M. 1969. The electrocardiogram of conventional and miniature swine (Sus scrofa). Can J comp Med. 33: 119-127. Gunanti, Siswandi R, Soehartono RH, Ulum MF, Sudisma IGN. 2011. Babi model laparoskopi untuk manusia dengan zoletyl, ketamin dan xylazin. J Vet. 12(4): 247-253. Guyton AC, Hall JE. 2006. Texbook of Medical Physiology. Ed ke-7. Philadelphia (US): Saunders Elsevier. Henry DA, Carless PA, Moxey AJ, O’Connel D, Forgie MA, Wells PS, Fergusson D. 2002. Pre-operative autologous donation for minimising perioperative allogeneic blood transfusion. Cochrane Database of Syst Rev. 2:CD003602. Hudson NH. 2004. Managing Chest Drainage Autotransfusion. New Hampshire (US): Atrium Medical Corporation.
18
Krohn CD, Reikeras O, Mollnes TE. 1999. Complement activation and increased systemic and pulmonary vascular resistance indices during infusion of postoperatively drained untreated blood. Br J Anaesth. 82(1): 47-51. Long TR, Stans AA, Shaughnessy WJ, Joyner MJ, Schroeder DR, Wass CT. 2012. Changes in red blood cell transfusion practice during the past quarter century: a retrospective analysis of pediatric patients undergoing elective scoliosis surgery using the Mayo database. Spine J. 12(6):455-62. Mason L, Fitzgerald C, Powell-Tuck J, Rice R. 2011. Intraoperative cell salvage versus postoperative autologous blood transfusion in hip arthroplasty: a retrospective service evaluation. Ann R Coll Surg Engl. 93(5):398-400. Mc Clelland DBL. 2007. Handbook of transfusion medicine. Ed ke-4. London (GB): Stationery Office. Nelson RW, Couto CG. 1998. Small Animal Internal Medicine. Ed ke-2. Philadelphia (US): Mosby Inc. Nijjer S, Ghosh AK, Dubrey SW. 2010. Hypocalcemia, long QT interval and atrial arrhythmias. BMJ Case Rep. bcr0820092216. O’Keefe JH, Hammill SC, Freed MS, Pogwizd SM. 2008. The Complete Guide to ECG’s A Comprehensive Study Guide to Improve ECG Interpretation Skills. Ed ke-3. Michigan (US): Physicians Press. Olsson C, Olsson P, Radegran K, Owall A. 2010. Intraoperative blood salvage and retransfusion from citrate treated wounds is safe and feasible. Scand Cardiovasc J. 44(3):177-82. Pfiedler Enterprises. 2011. Transfusion Therapy in Orthopaedic Surgical Procedures (A Continuing Education Self-Study Activity). Colorado (US): S Blackhawk Street, Suit 220, Aurora. Plumb DC. 2005. Veterinary Drug Handbook. Ed ke-5. Iowa (US): Blackweel Publishing. Rubens FD, Mujoomdar A, Tien HC. 2008. Cell salvage in trauma. Trauma Care. 18(1): 35-41. Sandoval S, Alrawi S, Samee M, Satheesan R, Raju R, Cunningham JN. 2001. A Cytokine Analysis of The Effect of Cell Saver on Blood in Coronary Bypass Surgery. Heart Surg Forum. 4(2):113-7. Shirley AJ. 2007. ECG Success: Exercises In ECG Interpretation. Philadelphia (US): FA David Company. Shousha S, Diodati JG, Chantal M, Charron T, Amyot R, Schampaert E, Pharand C. 2010. Comparison of electrocardiographic recordings in open-chest and closed-chest swine models. J Am Assoc Lab Anim Sci. 49 (6): 852-5. Sloan TB, Myers G, Janik DJ, Burger EM, Patel VV, Jameson LC. 2009. Intraoperative autologous transfusion of hemolyzed blood. Anesth Analg. 109(1): 38-42.
19
Surgenol DM, Wallace EL, Hao SHS, Chapman RH. 1990. Collection and transfusion of blood in the united states 1982–1988. N Engl J Med. 322: 1646–1651. Swindle MM. 2007. Swine in the Laboratory: Surgery, Anesthesia, Imaging and Experimental Techniques. Ed ke-2. New York (US): CRC Press. Thaler MS. 2009. Satu-satunya Buku EKG yang Anda Perlukan. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran. Thrall MA, Baker DC, Campbell TW, De Nicola D, Fettman MJ, Lassen ED, Rebar A, Weiser G. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Philadelphia (US): Lippincot Williams dan Wilkins. Tilley LP, Smith FWK. 2008. Manual of Canine and Feline Cardiology. Ed ke-4. Missouri (US): Saunders Elsevier. Wass CT, Long TR, Faust RJ, Yaszeski MJ, Joyner MJ. 2007. Changes in red blood cell transfusion practice during the past two decades: a retrospective analysis, with mayo database, of adult patients undergoing major spine surgery. Transfusion. 47(6): 1022-7. Widjaja S. 1990. EKG Praktis edisi pertama. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.
20
LAMPIRAN Lampiran 1 Nilai rata-rata elektrokardiogram kelompok autotransfusi preoperatif pada babi lokal indonesia (Sus domestica)
Oneway ANOVA Sum of Squares durasiP
amplitudoP
intervalPR
durasiQRS
amplitudoR
amplitudoT
durasiT
durasiQT
segmenST
heartrate
df
Mean Square
F
Sig.
1.167
.377
.676
.671
1.613
.216
.333
.908
.420
.853
.363
.891
.940
.497
.475
.816
.693
.659
.408
.862
Between Groups
.000
6
.000
Within Groups
.000
14
.000
Total
.001
20
Between Groups
.007
6
.001
Within Groups
.024
14
.002
Total
.031
20
Between Groups
.003
6
.000
Within Groups
.004
14
.000
Total
.006
20
Between Groups
.000
6
.000
Within Groups
.001
14
.000
Total
.001
20
Between Groups
.174
6
.029
Within Groups
.965
14
.069
Total
1.138
20
Between Groups
.058
6
.010
Within Groups
.376
14
.027
Total
.434
20
Between Groups
.004
6
.001
Within Groups
.011
14
.001
Total
.015
20
Between Groups
.057
6
.009
Within Groups
.279
14
.020
Total
.336
20
Between Groups
.072
6
.012
Within Groups
.241
14
.017
Total
.313
20
Between Groups
2248.286
6
374.714
Within Groups
12866.000
14
919.000
Total
15114.286
20
21
Lampiran 2 Nilai rata-rata elektrokardiogram kelompok autotransfusi intraoperatif sederhana pada babi lokal Indonesia (Sus domestica)
Oneway ANOVA
durasiP
amplitudoP
intervalPR
durasiQRS
amplitudoR
amplitudoT
durasiT
durasiQT
segmenST
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.000
6
.000
.246
.953
Within Groups
.002
14
.000
Total
.002
20
Between Groups
.005
6
.001
.461
.826
Within Groups
.025
14
.002
Total
.030
20
Between Groups
.004
6
.001
.375
.883
Within Groups
.024
14
.002
Total
.028
20
Between Groups
.000
6
.000
.289
.932
Within Groups
.001
14
.000
Total
.001
20
Between Groups
.192
6
.032
.916
.512
Within Groups
.489
14
.035
Total
.681
20
Between Groups
.169
6
.028
.242
.955
Within Groups
1.628
14
.116
Total
1.796
20
Between Groups
.003
6
.000
.312
.920
Within Groups
.021
14
.001
Total
.024
20
Between Groups
.062
6
.010
1.395
.283
Within Groups
.104
14
.007
Total
.166
20
Between Groups
.038
6
.006
2.241
.100
Within Groups
.039
14
.003
.077
20 1.234
.347
Total heartrate
Between Groups
2176.476
6
362.746
Within Groups
4115.333
14
293.952
Total
6291.810
20
Lampiran 3 Nilai rata-rata elektrokardiogram kelompok autotransfusi intraoperatif pencucian pada babi local Indonesia (Sus domestica)
Oneway ANOVA Sum of Squares durasiP
amplitudoP
df
Mean Square
F
Sig.
1.733
.191
.563
.752
Between Groups
.001
6
.000
Within Groups
.001
13
.000
Total
.001
19
Between Groups
.007
6
.001
Within Groups
.027
13
.002
22
intervalPR
durasiQRS
amplitudoR
amplitudoT
durasiT
durasiQT
segmenST
Total
.034
Between Groups
.000
6
.000
Within Groups
.011
13
.001
Total
.011
19
Between Groups
.000
6
.000
Within Groups
.002
13
.000
Total
.002
19
Between Groups
.259
6
.043
Within Groups
.573
13
.044
Total
.832
19
Between Groups
.111
6
.019
Within Groups
.286
13
.022
Total
.397
19
Between Groups
.005
6
.001
Within Groups
.018
13
.001
Total
.023
19
Between Groups
.066
6
.011
Within Groups
.025
13
.002
Total
.091
19
Between Groups
.042
6
.007
Within Groups
.020
13
.002
.062
19
Total heartrate
19
Between Groups
1967.217
6
327.869
Within Groups
1621.333
13
124.718
Total
3588.550
19
.066
.998
.096
.996
.980
.477
.840
.561
.572
.746
5.767
.004
4.649
.010
2.629
.068
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets durasiP Subset for alpha = 0.05 Duncana
IntraopPencucian
N
1
H+7
2
.0400
2
Pendarahan30%
3
.0433
.0433
PreThoracotomi
3
.0433
.0433
Teranestesi
3
.0467
.0467
PostThoracotomi
3
.0500
.0500
PostTransfusi
3
.0533
.0533
AwalRecovery
3
.0567
Sig.
.081
.081
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,800. durasiQT Subset for alpha = 0.05 a
Duncan
IntraopPencucian
N
1
PreThoracotomi
3
.3200
H+7
2
.3400
Teranestesi
3
.3667
2
.3667
3
4
23 Pendarahan30%
3
PostTransfusi
3
PostThoracotomi
3
AwalRecovery
3
.3967
.3967
.3967
.4333
.4333
.4333
.4600
.4600 .4867
Sig.
.076
.109
.127
.193
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,800. heartrate Subset for alpha = 0.05 IntraopPencucian a
Duncan
N
1
2
3
PostTransfusi
3
43.0000
AwalRecovery
3
48.0000
48.0000
Pendarahan30%
3
51.6667
51.6667
51.6667
PostThoracotomi
3
53.3333
53.3333
53.3333
Teranestesi
3
62.0000
62.0000
62.0000
PreThoracotomi
3
69.0000
69.0000
H+7
2
73.0000
Sig.
.089
.063
.060
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,800.
Lampiran 4 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga klompok autotransfusi saat teranestesi sempurna pada babi lokal Indonesia (Sus domestica)
Oneway ANOVA
durP
Amplitudo P
Interval PR
Durasi QRS
Amplitudo R
Amplitudo T
Durasi T
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.000
2
.000
1.750
.252
Within Groups
.000
6
.000
Total
.000
8
Between Groups
.006
2
.003
4.923
.054
Within Groups
.003
6
.001
Total
.009
8
Between Groups
.001
2
.001
.517
.621
Within Groups
.008
6
.001
Total
.009
8
Between Groups
.000
2
.000
.000
1.000
Within Groups
.001
6
.000 2.649
.150
.109
.899
.076
.928
Total
.001
8
Between Groups
.141
2
.071
Within Groups
.160
6
.027
Total
.301
8
Between Groups
.008
2
.004
Within Groups
.233
6
.039
Total
.242
8
Between Groups
.000
2
.000
Within Groups
.006
6
.001
24
Durasi QT
Segmen ST
Heart rate
Total
.006
8
Between Groups
.011
2
.006
Within Groups
.017
6
.003
Total
.028
8
Between Groups
.009
2
.005
Within Groups
.004
6
.001
Total
.013
8
Between Groups
44.222
2
22.111
Within Groups
1722.667
6
287.111
Total
1766.889
8
2.016
.214
7.052
.027
.077
.927
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets Amplitudo P Subset for alpha = 0.05 kelompok
N
1
AP
3
.1200
AIS
3
.1200
AIP
3
Duncana
Sig.
2
.1733 1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 5 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga klompok autotransfusi saat pendarahan 30% pada babi lokal Indonesia (Sus domestica)
Oneway ANOVA
bleeddurP
bleedamP
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.000
2
.000
.778
.501
Within Groups
.001
6
.000
Total
.001
8
Between Groups
.002
2
.001
.938
.442
Within Groups
.005
6
.001
Total
.007
8
.003
2
.002
2.294
.182
Within Groups
.005
6
.001
Total
.008
8 .583
.587
.235
.797
.171
.847
bleedintrvlPR Between Groups
bleeddurQRS Between Groups
bleedampR
bleedampT
.000
2
.000
Within Groups
.001
6
.000
Total
.001
8
Between Groups
.040
2
.020
Within Groups
.516
6
.086
Total
.556
8
Between Groups
.010
2
.005
Within Groups
.178
6
.030
Total
.188
8
25 bleeddurT
bleeddurQT
bleedsegST
Between Groups
.000
2
.000
Within Groups
.004
6
.001
Total
.005
8
Between Groups
.001
2
.000
Within Groups
.048
6
.008
Total
.049
8
Between Groups
.001
2
.000
Within Groups
.035
6
.006
Total
.035
8
2524.667
2
1262.333
Within Groups
5117.333
6
852.889
Total
7642.000
8
bleedheartrate Between Groups
.339
.725
.060
.943
.071
.932
1.480
.300
Lampiran 6 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga klompok autotransfusi saat post transfusi pada babi lokal Indonesia (Sus domestica)
Oneway ANOVA
transfusidurP
transfusiamP
transfusiintrvlPR
transfusiurQRS
transfusiampR
transfusiampT
transfusidurT
transfusidurQT
transfusisegST
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.001
2
.000
2.778
.140
Within Groups
.001
6
.000
Total
.001
8
Between Groups
.002
2
.001
.558
.599
Within Groups
.011
6
.002
Total
.013
8
Between Groups
.000
2
.000
.030
.971
Within Groups
.009
6
.001
Total
.009
8
Between Groups
.000
2
.000
.273
.770
Within Groups
.001
6
.000
Total
.001
8
Between Groups
.127
2
.063
1.683
.263
Within Groups
.226
6
.038
Total
.353
8
Between Groups
.010
2
.005
.064
.938
Within Groups
.455
6
.076
Total
.465
8
Between Groups
.001
2
.001
.379
.700
Within Groups
.011
6
.002
Total
.012
8
Between Groups
.008
2
.004
.490
.635
Within Groups
.050
6
.008
Total
.058
8
Between Groups
.027
2
.013
1.379
.322
Within Groups
.058
6
.010
Total
.085
8
26 transfusiheartrate
Between Groups
2426.889
2
1213.444
Within Groups
5716.667
6
952.778
Total
8143.556
8
1.274
.346
Lampiran 7 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga klompok autotransfusi awal recovery pada babi lokal Indonesia (Sus domestica)
Oneway ANOVA
RecoverydurP
RecoveryamP
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.001
2
.000
10.333
.011
Within Groups
.000
6
.000
Total
.001
8
Between Groups
.003
2
.001
.858
.470
Within Groups
.010
6
.002
Total
.013
8
.004
2
.002
2.244
.187
Within Groups
.005
6
.001
Total
.009
8
.000
2
.000
.062
.940
Within Groups
.001
6
.000
Total
.001
8
Between Groups
.287
2
.143
3.981
.079
Within Groups
.216
6
.036
Total
.503
8
Between Groups
.109
2
.054
.753
.511
Within Groups
.434
6
.072
Total
.543
8
Between Groups
.003
2
.001
.978
.429
Within Groups
.009
6
.002
Total
.012
8
Between Groups
.007
2
.004
.324
.735
Within Groups
.067
6
.011
Total
.075
8
Between Groups
.000
2
.000
.013
.987
Within Groups
.065
6
.011 1.318
.335
RecoveryintrvlPR Between Groups
RecoverydurQRS Between Groups
RecoveryampR
RecoveryampT
RecoverydurT
RecoverydurQT
RecoverysegST
Total
.065
8
924.667
2
462.333
Within Groups
2105.333
6
350.889
Total
3030.000
8
Recoveryheartrate Between Groups
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets RecoverydurP Subset for alpha = 0.05 Duncana
kelompok
N
1
AP
3
.0367
2
27 AIS
3
.0533
AIP
3
.0567
Sig.
1.000
.506
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. RecoveryampR Subset for alpha = 0.05 a
Duncan
kelompok
N
1
AIP
3
.2767
AIS
3
.3600
AP
3
Sig.
2
.3600 .6900
.610
.077
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 8 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga klompok autotransfusi saat pretorakotomi pada babi lokal Indonesia (Sus domestica)
Oneway ANOVA
PrethodurP
PrethoamP
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.000
2
.000
.375
.702
Within Groups
.001
6
.000
Total
.001
8
Between Groups
.000
2
.000
.035
.965
Within Groups
.013
6
.002
Total
.013
8 .214
.813
.167
.850
1.121
.386
.999
.422
.176
.842
.812
.487
1.047
.407
PrethointrvlPR Between Groups
.000
2
.000
Within Groups
.003
6
.000
Total
.003
8
PrethodurQRS Between Groups
PrethoampR
PrethoampT
PrethodurT
PrethodurQT
PrethosegST
.000
2
.000
Within Groups
.000
6
.000
Total
.000
8
Between Groups
.079
2
.040
Within Groups
.212
6
.035
Total
.291
8
Between Groups
.093
2
.046
Within Groups
.278
6
.046
Total
.371
8
Between Groups
.000
2
.000
Within Groups
.003
6
.001
Total
.004
8
Between Groups
.033
2
.017
Within Groups
.122
6
.020
Total
.156
8
Between Groups
.026
2
.013
Within Groups
.073
6
.012
Total
.099
8
28 PrethoHR
Between Groups
338.667
2
169.333
Within Groups
875.333
6
145.889
Total
1214.000
8
1.161
.375
Lampiran 9 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga klompok autotransfusi saat post torakotomi pada babi lokal Indonesia (Sus domestica)
Oneway ANOVA
PostThodurP
PostThoampP
PostThointrvlPR
PostThodurQRS
PostThoampR
PostThoampT
PostThodurT
PostThodurQT
PostThosegST
PostThoHR
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.000
2
.000
1.500
.296
Within Groups
.000
6
.000
Total
.001
8
Between Groups
.001
2
.000
.108
.900
Within Groups
.015
6
.003
Total
.016
8
Between Groups
.001
2
.000
.364
.709
Within Groups
.007
6
.001
Total
.008
8
Between Groups
.000
2
.000
1.500
.296
Within Groups
.000
6
.000
Total
.001
8
Between Groups
.040
2
.020
.285
.762
Within Groups
.419
6
.070
Total
.459
8
Between Groups
.004
2
.002
.065
.938
Within Groups
.194
6
.032
Total
.199
8
Between Groups
.002
2
.001
.484
.638
Within Groups
.010
6
.002
Total
.012
8
Between Groups
.010
2
.005
.327
.733
Within Groups
.090
6
.015
Total
.100
8
Between Groups
.023
2
.012
1.215
.361
Within Groups
.057
6
.009
Total
.080
8
Between Groups
248.222
2
124.111
.402
.686
Within Groups
1854.000
6
309.000
Total
2102.222
8
29
Lampiran 10 Nilai rata-rata elektrokardiogram ketiga klompok autotransfusi H+7 pada babi lokal Indonesia (Sus domestica)
Oneway ANOVA
H7durP
H7ampP
H7intrvlPR
H7durQRS
H7ampR
H7ampT
H7durT
H7durQT
H7segST
H7HR
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.000
2
.000
3.125
.132
Within Groups
.000
5
.000
Total
.000
7
Between Groups
.001
2
.001
.206
.820
Within Groups
.017
5
.003
Total
.019
7
Between Groups
.000
2
.000
.318
.741
Within Groups
.003
5
.001
Total
.003
7
Between Groups
.000
2
.000
1.518
.305
Within Groups
.000
5
.000
Total
.000
7
Between Groups
.051
2
.025
.455
.658
Within Groups
.278
5
.056
Total
.328
7
Between Groups
.270
2
.135
1.304
.350
Within Groups
.517
5
.103
Total
.787
7
Between Groups
.000
2
.000
.101
.906
Within Groups
.005
5
.001
Total
.006
7
Between Groups
.000
2
.000
.015
.985
Within Groups
.013
5
.003
Total
.014
7
Between Groups
.001
2
.000
.188
.834
Within Groups
.008
5
.002
Total
.009
7 .007
.993
Between Groups
3.542
2
1.771
Within Groups
1211.333
5
242.267
Total
1214.875
7
30
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 23 Februari 1990 dari ayah yang bernama Ir. Nandang Hidayat dan ibu Drs. Inne Sulastini. Penulis merupakan putri ketiga dari enam bersaudara. Pendidikan formal penulis ditempuh di SMA Negeri 1 Sindang dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi kampus, antara lain sebagai anggota Keluarga Mahasiswa Indramayu (IKADA), anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKH kabinet Katalis-Departemen Komunikasi dan Informasi tahun 2009/2010, dan Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan, Satwa Aquatik dan Eksotik (HKSA). Penulis pernah tercatat sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Embriologi, Histologi Veteriner I, Ektoparasit, Ilmu Bedah Khusus I, dan Radiologi. Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan, penulis menyusun skripsi yang berjudul Analisis Elektrokardiogram Autotransfusi Darah pada Babi Lokal Indonesia (Sus domestica) sebagai Model untuk Manusia.