ANALISIS EFEKTIVITAS PERALATAN STASIUN GILING MENGGUNAKAN PERBANDINGAN METODE OEE, RAOUF OEE, OWEE (Studi Kasus PG Krebet Baru II Malang) Equipment Effectivity Analysis on The Milling Station Using The Comparation of OEE, Raouf OEE and OWEE Methods (Case Study at PG Krebet Baru II Malang) Mokhamad Midori1)*, Usman Effendi2), Mas’ud Effendi2) 1) Alumni jurusan TIP 2) staff pengajar jurusan TIP Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Brawijaya Jl. Veteran – Malang 65145 *email :
[email protected] ABSTRAK PG Krebet Baru II adalah salah satu pabrik gula yang dimiliki Indonesia. Permasalahan di PG Krebet Baru II terkait dengan keadaan stasiun giling yang mengalami kegagalan produksi disebabkan karena terjadi kerusakan peralatan pada stasiun giling. Tingkat kerusakan pada stasiun giling sering mengalami kerusakan dibandingkan dengan stasiun lain yaitu pada stasiun giling mengalami downtime (jam henti) selama 144.47 jam, stasiun listrik selama 16.8 jam, stasiun ketel selama 8.58 jam, stasiun pabrik tengah selama 6.37 jam dan stasiun puteran selama 0.75 jam. Hasil perhitungan overall equipment effectiveness (OEE) pada stasiun giling PG Krebet Baru II selama periode Juni-November 2012, telah memenuhi standar dengan rata-rata nilai sebesar 92.454%, rata-rata nilai availability sebesar 98.10%, rata-rata nilai performance efficiency sebesar 93.84%, dan rata-rata nilai rate of quality product sebesar 99.05%. Hasil pembobotan metode AHP dan ROC didapatkan rate of quality product pada semua peralatan memiliki bobot lebih besar dibandingkan dengan performance efficiency dan availability. Berdasarkan metode AHP dan ROC didapatkan prioritas pertama yaitu rate of quality product, prioritas kedua yaitu performance efficiency dan prioritas ketiga yaitu availability. Berdasarkan hasil perbandingan ketiga metode OEE, Raouf OEE dan OWEE, didapatkan nilai OEE modifikasi (Raouf OEE dan OWEE) memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan hasil nilai OEE, dengan nilai rata-rata nilai Raouf OEE sebesar 97.064% dan nilai rata-rata OWEE sebesar 97.487%. Kata Kunci: AHP, Overall equipment effectiveness, Raouf OEE dan OWEE, ROC. ABSTRACT PG Krebet baru II is one of the sugar mills owned by Indonesia. Some problems that often occur in PG Krebet Baru II are production failure due to equipment damage at the ground station. It may cause the halt of sap production process. The ground stations are more often damaged than the other stations with experiencing 144.47 hours, 16.8 hours, 8.58 hours, 6.37 hours and 0,75 hours of downtime, power station, boiler station, central station plants and Puteran station, respectively. The result of overall equipment effectiveness (OEE) at the PG Krebet Baru II ground station during June to November 2012, have reach the standart complete with value average 92.454%, value average of availability is 98.10%, performance efficiency 93.84% and rate of quality product is 99.05%. The results of AHP and ROC, show that all equipment rate of quality product have greater weight than the performance efficiency and availability. Based on AHP and ROC method result, show the first priority is rate of quality product, the second priority is performance efficiency and the third priority is availability. Based on the comparison of three methods, OEE modification (Raouf OEE and OWEE) has a greater value than OEE results, with value average of Raouf OEE 97.064% and value average of OWEE 97.487% Keyword : AHP, Overall equipment effectiveness, Raouf OEE dan OWEE, ROC.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada sektor industri manufaktur, perbaikan dari sistem manufaktur merupakan salah satu usaha perbaikan yang intensif dilakukan. Selain itu, kinerja dari peralatan-peralatan yang digunakan harus diperbaiki, sehingga peralatan dapat digunakan seoptimal mungkin. Perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi target produksi yang telah ditentukan dengan tepat waktu, produk yang berkualitas serta mampu bersaing dengan produk lain. Hal tersebut dapat dicapai dengan sistem produksi yang handal dan lancar, salah satunya adalah dengan mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas peralatan dan mesin di perusahaan tersebut. Pengukuran efektivitas dapat digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan usaha-usaha untuk meningkatkan efektivitas peralatan dan mesin-mesin. PG Krebet Baru II adalah salah satu pabrik gula yang dimiliki Indonesia. Permasalahan yang sering terjadi di PG Krebet Baru II terkait dengan keadaan stasiun giling yang mengalami kegagalan produksi disebabkan karena terjadi kerusakan peralatan pada stasiun giling. Tingkat kerusakan pada stasiun giling sering mengalami kerusakan dibandingkan dengan stasiun lain. Downtime (jam henti) stasiun giling selama 144.47 jam, stasiun listrik selama 16.8 jam, stasiun ketel selama 8.58 jam, stasiun pabrik tengah selama 6.37 jam dan stasiun puteran selama 0.75 jam. Overall equipment effectiveness (OEE) adalah metode yang telah banyak diaplikasikan oleh banyak perusahaan di dunia karena kemampuannya dalam mengidentifikasikan secara jelas akar permasalahan dan faktor penyebabnya sehingga membuat usaha perbaikan menjadi lebih terfokus. Perhitungan modifikasi OEE diantaranya adalah Raouf OEE dan OWEE (overall weighting equipment effectiveness). Analytical hierarchy process (AHP) digunakan dengan tujuan untuk menyusun bobot dan prioritas menggunakan matriks perbandingan berpasangan dari alternatif yang ada untuk digunakan dalam Raouf OEE. Metode AHP diaplikasikan untuk menentukan prioritas
dan bobot dari kriteria OEE (availibility, performance efficiency dan rate of quality product). Sedangkan, metode rank-order centroid merupakan cara sederhana memberikan bobot kepada sejumlah peringkat/prioritas item sesuai dengan tingkat kepentingan item untuk dihitung dengan OWEE. Berdasarkan perhitungan OEE murni dan OEE modifikasi tersebut dapat diketahui perbandingan peralatan dengan kinerja rendah pada stasiun giling di Pabrik Gula Krebet Baru II Malang. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu 1. Bagaimana tingkat efektivitas dari peralatan di stasiun giling dengan menggunakan overall equipment effectiveness (OEE) di PG Krebet Baru II Malang? 2. Bagaimana menentukan prioritas dan bobot kepentingan dari kriteria untuk penilaian efektivitas peralatan pada stasiun giling dengan menggunakan AHP dan ROC? 3. Bagaimana hasil perhitungan OEE murni dibandingkan dengan OEE modifikasi (Raouf OEE dan OWEE)? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Mengetahui nilai efektivitas peralatan pada stasiun giling dengan menggunakan alat ukur overall equipment effectiveness (OEE) di PG Krebet Baru II Malang. 2. Mengetahui prioritas dan bobot kepentingan dari kriteria untuk penilaian efektivitas peralatan pada stasiun giling dengan menggunakan AHP dan ROC. 3. Mengetahui hasil perhitungan OEE murni dibandingkan dengan OEE modifikasi (Raouf OEE dan OWEE)? Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan bahan masukan atau usulan dalam meningkatkan produktifitas perusahaan.
1
2. Mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin/peralatan produksi secara menyeluruh (overall equipment efectiveness) yang akan memberikan gambaran informasi untuk program peningkatan produktivitas berkelanjutan.
Equipment Effectiveness). Adapun rumus OEE sebagai berikut: OEE(%)= Availability(%) x Performance(%) x Quality
rate (%)
Untuk mendapatkan pengukuran tingkat efektifitas peralatan di staisun giling dengan yaitu dengan melakukan perhitungan terhadap: A. Perhitungan Availability Rumus yang digunkan untuk mengukur Availability adalah:
METODE PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di PG Krebet Baru II Kecematan Bululawang Kabupaten Malang pada bulan Maret 2013 – Juni 2013. Pengolahan data penelitian dilakukan di Laboratorium Komputasi dan Analisis Sistem, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang.
Availability=
-
Keterangan: - Waktu loading adalah waktu yang tersedia (per periode) untuk produksi - Downtime adalah lama peralatan mengalami kerusakan (jam henti giling) B. Perhitungan Performance Efficiency Rumus yang digunkan untuk mengukur Performance Efficiency (%) adalah:
Batasan Masalah Penentuan batasan masalah dilakukan agar pembahasan lebih fokus dan tidak melebar. Batasan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Pengukuran efektivitas peralatan ini dilakukan pada peralatan di stasiun giling yaitu cane carrier I, cane carrier II, cane carrier III, cane cutter, turbin cane cutter, unigrator, dan turbin unigrator. 2. Pengukuran efektivitas peralatan pada stasiun giling pada bulan Juni 2012 sampai November 2012, karena stasiun giling memiliki tingkat kerusakan yang tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. 3. Penilaian efektivitas peralatan pada stasiun giling dilakukan oleh yaitu Wakil Kepala Departemen Instalasi dan Ka. bag. gilingan. 4. Tidak terdapat sampah bahan baku (tebu) saat penggilingan, dikarenakan pemeriksaan mutu sudah dilakukan pada stasiun penerimaan. 5. Pelaksanaan perawatan tidak termasuk dalam pembahasan
x
Perform (%) =
–
x 100%
Keterangan : - Process amaount adalah jumlah yang di proses - Ideal cycle time adalah waktu siklus ideal C. Perhitungan Rate of Quality Product Rumus yang digunkan untuk mengukur Rate of Quality Product (%) adalah: Quality (%)
=
-
x 100%
Keterangan : - Defect amaount adalah banyaknya jumlah produk cacat dalam sistem produksi. - Process amount adalah jumlah yang diproses 2. Raouf OEE dan OWEE Raouf OEE telah mengusulkan OEE yang dimodifikasi. Metodologi ini memberikan bobot untuk semua elemen menggunakan analytical hierarchy process yaitu menggunakan matriks perbandingan berpasangan. Asumsi bahwa A memiliki bobot k1, E memiliki bobot k2 dan P memiliki berat k3, dimana 0 ≤ ki ≤ 1. Rumus
Pengolahan Data 1. Overall Equipment Effectiveness Data-data yang telah diperoleh dari perusahaan dalam penelitian ini kemudian di analisa agar mendapatkan alat ukur efektifitas peralatan stasiun giling dengan alat ukur OEE (Overall
2
yang digunakan dalam menentukan pembobotan OEE yaitu (Wudhikarn, 2010): OEE = Ak1 x Pk2 x Qk3 Langkah Pertama dalam perhitungan OWEE yaitu unsur-unsur OEE masih dihitung seperti pada perhitungan murni yaitu availability, performance, dan quality. Kemudian, bobot masing-masing elemen ditentukan dengan menggunakan metode rank-order centroid (ROC) yaitu dengan mengubah suatu peringkat ke dalam suatu bobot. Setelah itu, bobot keseluruhan peralatan efektivitas (OWEE) dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Wudhikarn, 2010) : OWEE = WAA + WPP + WQQ
Rajawali Nusantara Indonesia. PG Krebet Baru merupakan salah satu anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia yang 100% sahamnya dimiliki oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia. Tahun 1968 kapasitas giling PG Krebet Baru sudah bisa mencapai 1.600 TCD. Pada tahun 1974, kapasitas giling ditingkatkan menjadi 2.000 TCD. Tahun 1976 dibangun pabrik gula dengan nama PG Krebet Baru II. Hal ini disebabkan oleh adanya perbaikan dan pergantian mesinmesin yang sudah tua. PG Krebet Baru kemudian memiliki dua unit pabrik yaitu PG Krebet Baru I dan PG Krebet Baru II. Pada target giling tahun 2012 PG Krebet Baru I memproduksi dengan kapasitas giling 6500 TCD dan PG Krebet Baru II dengan kapasitas giling 5200 TCD.
3. Metode Rank-Order Centroid (ROC) Rank-order centroid (ROC) didasarkan pada tingkat kepentingan atau prioritas dari kriteria. Pembobotan ROC didapat dengan prosedur matematika sederhana dari prioritas. Secara umum, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Wi =
Proses Produksi Gula Gula produk yang dihasilkan PG Krebet Baru II berupa gula kristal putih atau juga dikenal sebagai SHS (Superieur Hoofd Suiker). Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007). Tahapan proses produksi gula di PG Krebet Baru II dapat dilihat pada Gambar 1.
∑
Dimana : - rk adalah ranking dari k tujuan, - K adalah total jumlah tujuan dan - Wi adalah normalisasi rasio perkiraan skala bobot tujuan i. Misalnya, jika ada 3 item, bobot item peringkat pertama yaitu (1+1/2+1/3)/3 = 0.61, bobot peringkat kedua (1/2 + 1/3)/3 = 0.28, dan terakhir (1/3)/3 = 0.11.
Bahan Baku (Tebu)
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Perusahaan PG Krebet Baru berdiri sejak pemerintahan Hindia Belanda dengan nama NV SF Krebet. Pada tahun 1906 dibeli oleh Induk perusahaan Oei Tiong Ham Concern. Pabrik mengalami kerusakan yang parah pada masa perang tahun 19471953 sehingga tidak beroperasi lagi. Pada tahun 1954 nama NV SF Krebet diganti PG Krebet Baru dengan awal giling mulai beroperasi dengan kapasitas giling 100 TCD. Tahun 1961 perusahaan diambil alih oleh Negara Republik Indonesia. Pada tahun 1964, Departemen Keuangan Indonesia membentuk PT Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia yang disingkat PT
Air imbibisi
Penggilingan
Ampas
As. Phospat, Ca(OH)2, Flokulan
Pemurnian
Blotong
Penguapan Pengkristalan si Putaran
Tetes
Penyelesaian Produk Gula (SHS) Stasiun Giling Gambar 1. Diagram Proses Produksi Gula SHS Proses(PG padaKrebet stasiun penggilingan Baru II Malang, tebu 2013)
3
Stasiun Giling Proses pada stasiun penggilingan dimulai dari truk atau lori yang diterima dibagian penerimaan kemudian dipindahkan ke meja tebu yang dilengkapi dengan cane leveler untuk meratakan tumpukan tebu. Selanjutnya dibawa dengan menggunakan cane carrier I ke cane cutter untuk dipotong kecil-kecil. Potongan tebu dibawa dengan menggunakan cane carrier II ke unigrator untuk dilakukan pencacahan hingga berbentuk serat, cacahan tebu tersebut dibawa dengan menggunakan cane carrier III ke unit gilingan untuk digiling pada rol-rol gilingan sehingga dihasilkan nira mentah dan ampas. Proses penggilingan tebu dilakukan sebanyak lima kali penggilingan menggunakan lima unit gilingan. Perlakuan penggilingan sebanyak lima kali bertujuan agar ampas yang dihasilkan yaitu ampas kering yang tidak mengandung nira. Nira yang dihasilkan pada unit gilingan 3, 4, dan 5 dialirkan lagi menuju penggilingan sebelumnya sebagai inbibisi untuk memudahkan pemerahan nira. Nira yang dihasilkan dari unit gilingan 1 dan 2 disaring di dutch state main (DSM screen) kemudian dialirkan ke penampungan nira. Imbibisi yang diberikan di stasiun giling ada dua macam, yaitu imbibisi air dan imbibisi nira. Mardhia (2008), tujuan dari imbibisi ini adalah untuk memperoleh gula sebanyak mungkin dari batang tebu atau ampas. Nira mentah yang dihasilkan dipompa ke stasiun pemurnian dan ampas kasar dipakai sebagai bahan bakar. Stasiun giling adalah stasiun penggilingan berfungsi untuk memisahkan nira (air perahan tebu) dari ampasnya yang dilakukan dengan jalan pemerahan. Tujuan dari proses penggilingan adalah mengambil nira dalam tebu sebanyak mungkin (Respati, 2007).
cane carrier III. Pengukuran OEE peralatan stasiun giling dimulai bulan 09 Juni 2012 sampai dengan bulan 14 November 2012. Nilai OEE diperoleh dari hasil perkalian antara persentase availability, persentase performance efficiency, dan persentase rate of quality product. Tabel 1 adalah hasil ratarata nilai availability, performance efficiency, rate of quality product dan OEE setiap peralatan selama Juni-November 2012. Tabel 1. Rata-rata Nilai Performance Efficiency, Rate Product dan OEE Nama Peralatan
Cane Carrier I Cane Cutter Turbin Cane Cutter Cane Carrier II Unigrator Turbin Unigrator Cane Carrier III Rata-rata
Availability (%) 98.38 98.89 98.61 97.29 97.75 97.23 98.57 98.10
Availability, of Quality
Rate of Performance Quality Efficiency Product (%) (%) 93.59 99.05 93.96 99.05 93.23 99.05 93.83 99.05 94.12 99.05 94.35 99.05 93.80 99.05 93.84 99.05
OEE
(%) 92.383 92.402 92.423 92.421 92.450 92.515 92.587 92.454
Hasil Tabel 1 dapat diketahui nilai ratarata availability untuk peralatan di stasiun giling sebesar 98.10%, nilai rata-rata performance efficiency sebesar 93.84% dan nilai rata-rata rate of quality product sebesar 99.05% dan didapatkan nilai rata-rata OEE sebesar 92.454%. Nilai overall equipment effectiveness (OEE) didapatkan dari perkalian tiga faktor tersebut yaitu nilai availability, nilai performance efficiency, dan nilai rate of quality product. Nilai rata-rata OEE tertinggi adalah cane carrier III sebesar 92.587%, sedangkan nilai rata-rata OEE terendah adalah cane carrier I sebesar 92.383%. Menurut Wireman (2005), idealnya nilai persentase overall equipment effectiveness, yaitu lebih dari 85%. Semakin besar nilai persentase overall equipment effectiveness menunjukkan bahwa peralatan dalam keadaan yang semakin baik dan siap untuk produksi. Menurut Djatna (2012), Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai OEE yaitu dengan melakukan perbaikan pada faktor mesin, manusia, dan bahan baku. Availability merupakan rasio operating time terhadap waktu loading time. Operating time dipengaruhi oleh jumlah dan waktu downtime yang terjadi, sedangkan loading time dipengaruhi oleh waktu running time
Pengukuran Overall Equipment Effectiveness Peralatan Giling 2012 PG Krebet Baru II Pengukuran overall equipment effectiveness (OEE) dilakukan pada peralatan stasiun giling meliputi peralatan sebagai berikut cane carrier I, cane cutter, turbin cane cutter, cane carrier II, unigrator, turbin unigrator dan
4
dan planned downtime. Semakin banyak jumlah dan lama waktu downtime yang terjadi, maka operating time akan semakin kecil sehingga availability akan semakin kecil. Availability yang baik terjadi ketika downtime rendah, yang menggambarkan bahwa peralatan tidak terhenti dalam waktu yang lama sehingga produktivitas dapat tercapai. Idealnya, besarnya nilai availability yang baik, yaitu lebih besar dari 90% (Chandran, 2009). Hasil perhitungan Tabel 1 nilai rata-rata availability tertinggi adalah cane cutter sebesar 98.89%, sedangkan nilai rata-rata availability terendah adalah turbin unigrator sebesar 97.23%. Nilai availability yang berada dibawah standar world class untuk perhitungan per hari pada peralatan stasiun giling dikarenakan terjadi kerusakan (downtime) pada peralatan dan pemberhentian proses dikarenakan adanya schedule shutdown. Kerusakan peralatan dan schedule shutdown ini menyebabkan peralatan berhenti (delay) karena proses produksi terhenti sementara. Kerusakan peralatan disebabkan karena usia dari peralatan yang sudah tua, sedangkan schedule shutdown karena dilakukan proses pelumasan dan pergantian komponen. Performance efficiency merupakan rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap operating time. Hasil perhitungan Tabel 1 nilai rata-rata performance efficiency tertinggi adalah turbin unigrator III sebesar 94.35%, sedangkan nilai rata-rata performance efficiency terendah adalah turbin cane cutter sebesar 93.23%. Menurut Chandran (2009), kondisi ideal untuk nilai performance efficiency adalah lebih besar 95%. Rendahnya nilai performance efficiency peralatan stasiun giling yang tidak sesuai dengan standar ideal dipengaruhi oleh nilai ideal cycle time yang rendah. Ideal cycle time yang rendah disebabkan karena total delay terutama downtime kerusakan peralatan. Total delay terdiri dari schedule shutdown, pencucian peralatan, kerusakan peralatan, power cut-off, idle time dan planned downtime. Rendahnya nilai performance efficiency disebabkan karena terjadi kerusakan peralatan dan idle time. Kerusakan peralatan dan idle time ini menyebabkan peralatan berhenti karena proses produksi
terhenti. Kerusakan peralatan disebabkan karena usia dari peralatan yang sudah tua, sedangkan idle time disebabkan karena delay perbaikan mesin dan terjadi penyesuaian persediaan terhadap bahan baku tebu karena stok bahan baku telah habis. Rate of quality product merupakan rasio jumlah produk yang baik terhadap jumlah total produk yang diproses. Perhitungan rate of quality product didapatkan dari perbandingan produk yang sesuai (pengurangan dengan jumlah produk cacat) dengan jumlah yang diproses. Jumlah produk yang cacat merupakan hasil dari keseluruhan stasiun di pabrik gula, sehingga jumlah produk cacat dihasilkan dari stasiun pemurnian, stasiun evaporasi, stasiun kristalisasi, stasiun putaran, stasiun penyelesaian, tetapi stasiun giling juga menghasilkan produk cacat dari proses produksi, sehingga rate of quality product pada semua peralatan bernilai sama. Nilai rate of quality product yang dihasilkan dari setiap stasiun hasilnya sama dikarenakan input dan output yang dihasilkan sama. Nilai rata-rata rate of quality product setiap peralatan sama pada Tabel 1 yaitu 99,05%. Nilai rata-rata rate of quality product setiap peralatan sama dipengaruhi oleh jumlah yang diproses dan jumlah cacat yang dihasilkan. Menurut Chandran (2009), kondisi ideal untuk nilai rate of quality product adalah lebih besar 99%. Rate of quality product atau produksi berjalan sesuai kondisi ideal dengan memperhatikan waktu operasi yang ada, hal ini menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan mesin sangat baik. Pengukuran Six Big Losses Peralatan Stasiun Giling Tahun 2012 PG Krebet Baru II Malang Perhitungan terhadap besarnya masingmasing faktor yang terdapat dalam six big losses untuk mendapatkan faktor terbesar yang mempengaruhi overall equipment effectiveness (OEE). Menurut Betrianis (2005), Analisis terhadap perhitungan six big losses dilakukan agar perusahaan mengetahui besarnya kontribusi dari masing-masing faktor dalam six big losses yang mempengaruhi tingkat efektivitas penggunaan peralatan. Persentase dari time loss untuk masing-masing faktor dalam six
5
pembobotan menggunakan AHP dapat dilihat pada Tabel 3.
big losses tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Faktor Six Big Losses Peralatan Stasiun Giling 2012 Peralatan
Breakdown Cane carrier I 2.66 1.58 Cane cutter Turbin Cane cutter 0.62 Cane carrier II 5.96 15.46 Unigrator 4.72 Turbin unigrator Cane carrier III 1.04
Tabel 3. Bobot Kriteria dari OEE Berdasarkan Metode AHP
Persentase six big losses (%) Reduced Process Reduced Speed defect yield 6.10 41.34 48.42 1.48 0 6.05 42.01 48.89 1.47 0 6.01 42.61 49.30 1.46 0 7.90 38.68 45.90 1.57 0 7.05 33.83 41.94 1.72 0 6.79 42.94 43.89 1.66 0 6.90 44.80 45.64 1.61 0
Bobot (AHP)
Setup Idling
Rate of Nama Peralatan Availability Performance Quality Efficiency Product Cane Carrier I 0.15 0.34 0.51 Cane Cutter 0.11 0.37 0.52 Turbin Cane Cutter 0.11 0.35 0.54 Cane Carrier II 0.12 0.36 0.52 Unigrator 0.14 0.34 0.53 Turbin Unigrator 0.13 0.34 0.53 Cane Carrier III 0.12 0.36 0.52
Tabel 2 dapat dilihat persentase dari setiap faktor six big losses yang dapat mempengaruhi efektifitas dari peralatan di stasiun giling. Pada faktor breakdown losses peralatan yang banyak mengalami kerusakan dengan persentase kerusakan tertinggi adalah Unigrator sebesar 15.46%, faktor setup and adjusment losses adalah cane carrier III sebesar 7.90%, faktor idling and minor stoppage losses adalah turbin cane cutter sebesar 44.80%, faktor reduced speed losses adalah turbin cane cutter sebesar 49.30%, faktor process defect losses adalah unigrator sebesar 1.72% dan faktor reduced yield losses adalah sebesar 0% dikarenakan tidak terdapat reduced yield losses pada proses produksi gula. Pada keseluruhan faktor six big losses, didapatkan hasil persentase reduced speed losses lebih besar dibandingkan dengan faktor lainnya, tingginya faktor reduced speed losses disebabkan karena usia dari peralatan yang sudah tua dan tingkat kepadatan dan kekerasan bahan baku tebu. Menurut Almeanazel (2010), kerugian utama (six big losses) dibagi menjadi 3 kategori yaitu downtime, speed losses dan quality losses. Kerugian tersebut dapat mengurangi efektivitas dari peralatan.
Berdasarkan Tabel 3, hasil perhitungan diatas yaitu bobot dari setiap peralatan berbeda-beda, pada faktor rate of quality product pada semua peralatan yaitu cane carrier (cane carrier I, II dan III), cane cutter, turbin cane cutter, unigrator dan turbin unigrator memiliki bobot lebih besar dibandingkan dengan faktor performance efficiency dan availability. Faktor rate of quality product lebih penting dibandingkan dengan faktor performance efficiency dan availability. Perbedaan bobot ini disebabkan karena pengaruh dari setiap faktor OEE terhadap peralatan pada stasiun giling untuk menghasilkan produk gula. Metode rank-order centroid adalah cara sederhana memberikan bobot kepada sejumlah item peringkat sesuai dengan tingkat kepentingan item tersebut. Pembobotan dilakukan pada kriteria OEE yaitu avalialbility, performance efficiency dan rate of quality product. Hasil dari bobot ROC untuk masing-masing kriteria OEE setiap peralatan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pembobotan Metode Rank-Order Centroid Bobot (ROC)
Pembobotan Kriteria dengan Analytical Hierarchy Process dan RankOrder Centorid Bagan struktur hierarki, level pertama tujuan (goal) yaitu penilaian efektivitas peralatan (OEE). Kriteria availability ini dipengaruhi oleh breakdown losses dan setup and adjusment losses, kriteria performance efficiency dipengaruhi oleh idling and minor stoppage dan reduced speed losses, kriteria rate of quality product dipengaruhi oleh process defect losses dan reduced yield. Hasil
Nama Peralatan Cane Carrier I Cane Cutter Turbin Cane Cutter Cane Carrier II Unigrator Turbin Unigrator Cane Carrier III
Availability 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
Rate of Performance Quality Efficiency Product 0.28 0.61 0.28 0.61 0.28 0.61 0.28 0.61 0.28 0.61 0.28 0.61 0.28 0.61
Hasil dari pembobotan dengan metode ROC pada Tabel 4, dapat diketahui hasil
6
bobot berdasarkan prioritas dari hasil bobot AHP yang dikonversi ke dalam bobot dengan menggunakan metode ROC. Bobot item peringkat pertama (rate of quality product) yaitu (1 + 1/2 + 1/3)/3 = 0,61, bobot peringkat kedua performance efficiency yaitu (1/2 + 1/3)/3 = 0,28, dan bobot peringkat ketiga (avalialbility) yaitu (1/3)/3 = 0,11. Peralatan cane carrier (cane carrier I, II dan III), cane cutter, turbin cane cutter, unigrator dan turbin unigrator, kriteria rate of quality product memiliki bobot paling tinggi sebesar 0,61, performance efficiency memiliki bobot sebesar 0,28 dan availability memiliki bobot sebesar 0,11. Menurut Wudhikarn (2010), bobot dalam ROC menentukan alternatif terbaik 75% hingga 90% berdasarkan pada serangkaian bobot yang sesuai berdasarkan hasil dari cara lain yang akurat.
OWEE) lebih besar dari OEE dikarenakan terdapat bobot yang digunakan dari setiap kriteria OEE. Menurut Wudhikarn (2010), metode modifikasi OEE telah terbukti lebih rasional daripada OEE murni, karena pada dasarnya kerugian di setiap elemen berbeda yaitu tingkat ketersediaan berhubungan dengan kerugian waktu, efisiensi kinerja fokus pada kerugian kecepatan dan tingkat kualitas didefinisikan sebagai kerugian kualitas. Hal ini juga sesuai dengan kondisi yang ada di perusahaan, dasar kerugian dari setiap kriteria yang berbeda. Tabel 6. Hasil Prioritas Perbaikan Metode OEE, Raouf OEE dan OWEE Prioritas Perbaikan Raouf Nama Peralatan OEE OEE OWEE Cane Carrier I 1 3 3 Cane Cutter 2 5 7 Turbin Cane Cutter 4 1 1 Cane Carrier II 3 2 2 Unigrator 5 6 4 6 7 6 Turbin Unigrator Cane Carrier III 7 4 5
Modifikasi OEE (Raouf OEE dan OWEE) Raouf OEE merupakan metode modifkasi dari perhitungan OEE. Metode ini memberikan bobot untuk semua kriteria menggunakan analytical hierarchy process yaitu dengan kuesioner matriks perbandingan berpasangan. Metode perhitungan baru dengan menggabungkan perhitungan OEE murni dengan OEE modifikasi yaitu overall weighted equipment effectiveness. Hasil Perbandingan dengan menggunakan metode OEE, Raouf OEE dan OWEE dan prioritas perbaikan dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Urutan prioritas untuk dilakukan perbaikan berdasarkan OEE murni yaitu cane carrier I, cane cutter, cane carrier II, turbin cane cutter, unigrator, turbin unigrator, dan cane carrier III. Urutan prioritas untuk dilakukan perbaikan berdasarkan Raouf OEE yaitu turbin cane cutter, cane carrier II, cane carrier I, cane carrier III, cane cutter, unigrator, dan turbin unigrator. Sedangkan, urutan prioritas untuk dilakukan perbaikan berdasarkan OWEE yaitu turbin cane cutter, cane carrier II, cane carrier I, unigrator, cane carrier III, turbin unigrator, dan cane cutter.
Tabel 5. Hasil Perbandingan Metode OEE, Raouf OEE dan OWEE OEE Raouf OWEE OEE Nama Peralatan (%) (%) (%) Cane Carrier I 92.383 97.060 97.448 Cane Cutter 92.402 97.118 97.607 Turbin Cane Cutter 92.423 97.925 97.372 Cane Carrier II 92.421 97.929 97.395 Unigrator 92.450 97.156 97.526 Turbin Unigrator 92.515 97.192 97.534 Cane Carrier III 92.587 97.070 97.527
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil overall equipment effectiveness (OEE) pada stasiun giling PG Krebet Baru II selama periode Juni-November 2012 telah memenuhi standar dengan rata-rata nilai sebesar 92.454%, rata-rata nilai availability sebesar 98.10%, ratarata nilai performance efficiency sebesar 93.84%, dan rata-rata nilai rate of quality product sebesar 99.05%.
Berdasarkan hasil perbandingan ketiga metode OEE, Raouf OEE dan OWEE, didapatkan nilai OEE modifikasi (Raouf OEE dan OWEE) memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan hasil nilai OEE. Nilai OEE modifikasi (Raouf OEE dan
7
2. Hasil pembobotan metode AHP dan ROC didapatkan rate of quality product pada semua peralatan memiliki bobot lebih besar dibandingkan dengan performance efficiency dan availability. Berdasarkan metode AHP dan ROC didapatkan prioritas pertama (sangat penting) yaitu rate of quality product, prioritas kedua yaitu performance efficiency dan prioritas ketiga yaitu availability. 3. Berdasarkan hasil perbandingan ketiga metode OEE, Raouf OEE dan OWEE, didapatkan nilai OEE modifikasi (Raouf OEE dan OWEE) memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan hasil nilai OEE, dengan nilai rata-rata OEE sebesar 92.454%, rata-rata nilai Raouf OEE sebesar 97.064% dan nilai rata-rata OWEE sebesar 97.487%.
Faktor Pengukur. Tesis. Fakultas Teknik. SALEMBA. Hal. 10-12. Handojo, A., dan Buliali J. 2007. Perancangan Aplikasi Penilaian Pegawai di Universitas X dengan menggunakan Fuzzy. Prosiding Seminar Nasional manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya. Hal. 11-13 Lestari, G. A. 2006. Studi Potensi Penerapan Produksi Bersih pada Industri Gula (Studi Kasus di PG Pesantren Baru Kediri – Jawa Timur). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. Hal. 12-26. Mardhia, Y. 2008. Pengaruh Jumlah Penambahan Air Imbibisi Pada Stasiun Gilingan Terhadap Kehilangan Gula Dalam Ampas Di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II. Skripsi. Fakultas MIPA USU. Medan. Hal. 6-8. Rahmad,. Pratikto,. dan Wahyudi, S. 2012. Penerapan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Dalam Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di Pabrik Gula PT. “Y”.). Jurnal Rekayasa Mesin 3(3): 431-437. Respati, 2007. Proses Produksi Gula. Andi Offset. Jakarta. Hal. 34-35. Stamatis, D,H. 2010. The OEE Primer. Productivity Press. New York. Page. 211-212. Tiroi, B., M. L. Singgih dan I.K. Gunarta. 2006. Perancangan Sistem Insentif untuk Pekerja Berdasarkan Jabatan, Kinerja Individu dan Kinerja Unit Kerja (Studi Kasus PT. Smelting Gresik). Prosiding Seminar Nasional manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya. Hal. 21-23 Wireman, T. 2004. Total Productive Maintenance, 2nd ed. Industrial Press. New York. Page.31-32. Wudhikarn, R. 2010. Overall Weighting Equipment Effectiveness. Proceedings of the IEEE IEEM. Page. 23-27
DAFTAR PUSTAKA Bagla, V., Gupta, A., dan Kukreja, D. 2011. A Qualitative Assessment of Educational Software. International Journal of Computer Applications 36(11): 0975–8887. Betrianis dan Suhendra, R. 2005. Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiveness Sebagai Dasar Usaha Perbaikan Proses Manufaktur Pada Lini Produksi (Studi Kasus Pada Stamping Production Division Sebuah Industri Otomotif). Jurnal Teknik Industri 7 (2): 91-100. Chandran, K. S. 2009. Modern Approach To Overall Equipment Effectiveness (OEE). College of Engineering Thiruvanathapuram. Departement of Mechanical Engineering. Thiruvanathapuram. Page. 15-16. Djatna, T. dan Santosa, I. B. D. Y. 2012. Peningkatan Produktivitas Produksi Kecap Pada Lini Perakitan Dengan Pendekatan Lean Production. E-Jurnal Agroindustri Indonesia Juli 2012 1(1): 1-10. Dhedhi, R., 2010. Peningkatan kinerja Pemeliharaan peralatan kritis pada Anjungan Minyak Lepas Pantai dengan Menggunakan Overall Equipment Effectiveness Sebagai
8