ANALISIS DESKRIPTIF DETERMINAN DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG REVERSIBLE PADA KEGIATAN SAFARI KB Milatun Khanifah, Suparni, Nina Zuhana
ABSTRAK Masalah kependudukan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini di antaranya adalah laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Hal ini membutuhkan upaya dalam pengendalian pertambahan jumlah penduduk salah satunya dengan penggunaan alat kontrasepsi melalui program Keluarga Berencana. Salah satu metode kontrasepsi yang dapat diandalkan dalam program ini adalah Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Reversible. Kelangsungan penggunaan kontrasepsi sangat bergantung pada determinan yang mempengaruhinya. Determinan ini perlu dipetakan, terutama dalam kegiatan pelayanan non swadaya seperti kegiatan SAFARI KB agar dapat menyusun strategi yang tepat apabila keberlangsungan penggunaan kontrasepsi dalam kegiatan tersebut tidak sesuai dengan harapan. Determinan yang berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi sangat luas, meliputi faktor individu, faktor program dan faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan memetakan determinan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Reversible pada kegiatan SAFARI KB. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 100 responden. Pada penelitian ini didapatkan hasil 59% responden berada pada rentang usia repsoduksi sehat, 54% memiliki penghasilan sendiri, 79% dengan pendidikan dasar, 84% dengan status multiparitas, 63% dengan riwayat penggunaan kontrasepsi suntik, 67% mengalami gangguan menstruasi pada penggunaan kintrasepsi sebelumnya, 83% memiliki motivasi internal, 100% mendapatkan dukungan dari suami, 73% mendapatkan informasi MKJP dari kader. Hasil penelitian menunjukkan beberapa determinan penggunaan MKJP Reversible perlu mendapatkan perhatian sebagai langkah penyusunan strategi dalam upaya keberlangsungan penggunaan kontrasepsi. Keywords: determinan, Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Reversible, kegiatan SAFARI KB.
Penggunaan MKJP di enam wilayah di
PENDAHULUAN Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia
masih
tinggi,
dan
Indonesia termasuk pulau Jawa masih jauh
untuk
lebih rendah dibandingkan dengan Non-
mengatasi masalah tersebut salah satu
MKJP. Penggunaan MKJP yang bersifat
upaya
yang
dapat
dilakukan
adalah
reversible (Intrauterine Device dan Implant)
pengendalian
jumlah
kelahiran
dengan
lebih banyak dipilih dibandingkan MKJP
penggunaan kontrasepsi terutama Metode
permanen (Steril), bahkan pada akseptor
Kontrasepsi
yang sudah berusia 35 tahun.
Nasution
Jangka (2011)
Panjang menjelaskan
(MKJP). bahwa
Pemerintah berbagai
telah
upaya
untuk
melakukan meningkatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan
dalam
penggunaan
penggunaan MKJP di antaranya dengan
kontrasepsi sangat kompleks.
menyelenggarakan kegiatan safari Keluarga
(2009)
Berencana
dalam
berpengaruh terhadap penggunaan metode
penggunaan MKJP terutama pada akseptor
kontrasepsi jangka panjang antara lain
yang berpartisipasi dalam kegiatan safari
faktor demografi, sosial, ekonomi dan
KB harus dijaga agar upaya pemerintah ini
sarana. Disampaikan juga oleh Prihyugianto
mencapai hasil yang diharapkan. Sistri
dan Mujianto (2009) bahwa faktor yang
(2009) berdasarkan hasil penelitiannya
menyebabkan
menjelaskan bahwa probabilitas akseptor
penggunaan metode kontrasepsi jangka
untuk
panjang
(KB).
Kelangsungan
terus-menerus
kontrasepsi menurun.
menggunakan
semakin
lama
Kelangsunagn
kontrasepsi
yang
semakin penggunaan
antara
faktor
yang
ketidaklangsungan
lain
faktor
yang
berhubungan dengan individu akseptor, faktor program
dan faktor lingkungan.
hasil
Dijelaskan lebih lanjut jenis alat kontrasepsi
pengamatan dalam kurun waktu 6 tahun
yang digunakan, efek samping, kegagalan,
(1997-2002) paling lama adalah 72 bulan
keinginan punya anak dan faktor sosial
terhitung
ekonomi
dari
dilakukan
menjelaskan
Nasution
sejak
pertama
kali
merupakan
determinan
yang
menggunakan kontrasepsi. Kelangsungan
mempengaruhi
penggunaan kontrasepsi ini disebabkan oleh
penggnaan kontrasepsi. Disebutkan pula
banyak
upaya
oleh Sistri (2009), bahwa kelangsungan
pertumbuhan
penggunaan kontrasepsi juga dipengaruhi
penduduk dapat terkendali dan berbagai
oleh efek samping dalam penggunaan
masalah dalam berbagai aspek kehidupan
kontrasepsi, dan pengalaman penggunaan
akibat ledakan penduduk dapat dicegah.
KB yang lalu.
faktor
pananganan
sehingga
agar
laju
perlu
dalam
keberlangsungan
Determinan
kelangsungan
(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
penggunaan kontrasepsi dalam kegiatan
ketahanan
safari KB perlu dipetakan. Ini bertujuan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
agar dapat menetapkan strategi dan sasaran
sejahtera (Arum&Sujiyatini, 2009).
yang
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Reversible
tepat
apabila
keberlangsungan
keluarga,
peningkatan
penggunaan kontrasepsi dalam kegiatan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang safari KB tidak sesuai dengan harapan. adalah
metoda
kontrasepsi
yang
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penggunaannya
tidak
setiap
hari
penulis tertarik untuk meneliti determinan sebagaimana pil KB atau tidak setiap kali penggunaan kontrasepsi jangka panjang melakukan
sanggama
seperti
kondom.
yang tidak permanen (irreversible) pada Kontrasepsi jangka panjang dikelompokkan kegiatan safari KB. Penelitian-penelitian berdasarkan cara kerjanya, yaitu reversible sebleumnya banyak mengkaji determinan (Long Acting Contraception Reversible umur,
pendidikan,
pekerjaan,
paritas, System) dan irreversible (Long Acting
dukungan
suami
dan
motivasi.
Pada Contraception Irreversible System). Metode
penelitian kali ini dideskripsikan pula Kontrasepsi Jangka Panjang Reversible riwayat KB yang lalu, sumber informasi antara lain IUD, Implant dan suntik depo MKJP dan riwayat keluhan KB yang lalu. medroxy progesterone acetat untuk tiga Tinjauan Teori bulan (HSCIC, 2012). Menurut UU No. 10 Tahun 1992 Intrauterine Device (IUD) tentang perkembangan kependudukan dan Cara Kerja IUD pembangunan keluarga sejahtera Keluarga IUD memberikan pengaruh kontraseptif Berencana
adalah
upaya
peningkatan sebelum
fertilisasi
dan
implantasi.
kepedulian dan peran serta masyarakat Mekanime utamanya baik cooper Tcu 380A melalui Pendewasaan Usia Perkawinan maupun IUD yang mengandung hormone
dalam mencegah kehamilan adalah dengan
Keterbatasan
mencegah sperma membuahi ovum. IUD
menyebabkan gangguan menstruasi, tidak
yang
melindungi
mengandung
tembaga
mampu
IUD
antra
terhadap
lain
dapat
penyakit
Infeksi
menurunkan motilitas dan kemampuan
Menular Seksual, dapat terjadi perforasi
sperma,
uterus
sehingga
sperma
sulit
untuk
saat
dilakukan
mencapai tuba falopi. IUD cooper T380A
(Saifudin, 2012).
juga menyebabkan peningkatan sel darah,
Implant (KB Susuk)
enzim dan prostaglandin dalam cairan
pemasangan
Ada dua jenis KB susuk yaitu Norplant I dan Norplant II. Norplant I terdiri dari
rahim yang merusak fungsi sperma hingga menghambat terjadinya implantasi, selain itu juga menghambat perkembangan ovum.
kapsul silastik berongga dengan panjang 34 mm, diameter 2,4 mm, yng diisi dengan 36 mg
Levonorgestrel
(LNG),
dan
lama
kerjanya lima tahun. Norplant II tidak IUD
yang
mencegah
mengandung terjadinya
levonorgestrel
fertilisasi
karena
mampu menyebabkan penebalan lendir
memiliki ruang berongga, tetapi dibuat berbentuk batang degan panjang 44 mm mengandung 70 mg LNG, dan lama kerjanya tiga tahun (Baziad, 2008).
servik, menyebabkan perubahan cairan utero-tubal
yang
menghambat
Cara Kerja Implant
migrasi
sperma, dan menyebabkan perubahan pada
Saifudin (2012) menjelaskan bahwa implant mencegah kehamilan dengan cara berikut:
endometrium (Chen and Baldwin, 2006). Keuntungan dan Keterbatasan IUD Keuntungan
IUD
sebagai
metode
a. Lendir serviks menjadi kental. b. Mengganggu endometrium
proses sehingga
pembentukan sulit
terjadi
implantasi kontrasepsi antara lain: efektif segera setelah pemasangan, tidak mempengaruhi volume dan kualitas ASI, dan dapat
c. Mengurangi transportasi sperma. d. Menekan ovulasi. Keuntungan dan Keterbatasan Implant Keuntungan
digunakan sampai menopause (satu tahun atau
lebih
setelah
haid
terakhir).
antara
lain:
kontrasepsi
efektifitas
tinggi,
implant mudah
kembali subur, kontrasepsi jangka panjang, bebas efek samping estrogen, kegagalan
pengguna rendah sekali terpasang, dan tidak perlu ada yang di ingat. Sedangkan
METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian
keterbatasannya antara lain: membutuhkan seorang
profesional
terlatih
untuk
memasang dan melepas implan, perdarahan menstruasi tidak teratur, seperti amenore, perdarahan
bercak,
infeksi pada tempat pemasangan efek minor,
ini
deskriptif,
merupakan yang
penilitian
menggambarkan
determinan
dalam
pemilihan
kontrasepsi
jangka
panjang
metode
hipoestrogenisme,
kemungkinan rasa tidak nyaman atau
samping
Penelitian
seperti
sakit
kepala,
Pengambilan
data
reversible.
dilakukan
secara
accidental sampling pada kegiatan SAFARI
jerawat, dan lain sebagainya (Saifudin, KB
2012).
Bertrand (1980) dalam Purba (2009) bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi yang
secara
dikelompokkan
pemakaian
rangka
kerjasama
Determinan Penggunaan Kontrasepsi
menjelaskan
dalam
Bulan
Bakti
BPMP-KB
Kabupaten
Pekalongan, Pimpinan daerah Aisyiyah dan STIKES
Muhammadiyah
Pekajangan
kontrasepsi,
garis
besar
dapat
menjadi
faktor
sosio-
Tahun 2015.
demografi, sosio-psikologi, dan Faktor yang
Analisis Data Data determinan
pemilihan
berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan.
kontrasepsi
panjang
Faktor
sosio-demografi
KB
antara
lain
jangka
metode Reversible
dianalisa secara deskriptif.
pendidikan, pendapatan, ststus pekerjaan, umur, suku, agama, status gizi. Faktor
Populasi dan Sample
sosio-psikologi antara lain ukuran keluarga
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ideal, pentingya nilai anak laki-laki, sikap
peserta pada kegiatan Safari KB Bulan
terhadap KB, komunikasi suami istri, persepsi terhadap kematian anak. Faktor
Bakti KB kerjasama BPMP-KB Kabupaten
yang berhubungan dengan pelayanan antara
Pekalongan, Pengurus Daerah Aisyiyah dan
lain meliputi keterlibatan dalam kegiatan yang
berhubungan
dengan
STIKES
Muhammadiyah
Pekajangan
KB,
pengetahuan tentang kontrasepsi, jarak ke
Pekalongan Tahun 2015 sebanyak 107
pusat pelayanan dan paparan dengan media
responden. Sampel yang digunakan adalah
massa.
total populasi yang memenuhi kriteria
inklusi yaitu bersedia menjadi responden, akseptor baru MKJP Reversible. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden 7 orang tidak memenuhi kriteria inklusi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Jenis Kontrasepsi N % IUD 20 20% Implant 80 80% Total 100 100%
Tabel 1. menunjukkan sebagaian besar responden (80%) menggunakan kontrasepsi jangka panjang inplant.
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan determinan dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi N % Determinan Umur <20 tahun 3 3% 20-35 tahun 59 59 % >35 tahun 38 38 % Pendidikan Tidak Sekolah 2 2% Dasar 79 79 % Menengah 13 13 % Tinggi 6 6% Status Pekerjaan Bekerja 46 46 % Tidak Bekerja 54 54 % Paritas 1 15 15% 2-3 16 16% >3 69 69% Riwayat KB yang Lalu IUD 2 2% Implant 19 19 % Suntik 63 63 % Pil 10 10 % Kondom 2 2% Tidak ber-KB 4 4% Keluhan KB yang Lalu Gangguan Menstruasi 67 67 % Kenaikan BB 4 4% Pusing dan Sakit Kepala 8 8% Lain-lain 17 17 % Sumber Motivasi Diri Sendiri 83 83 % Orang Lain 17 17 % Dukungan Suami Sangat Mendukung 46 46 % Mendukung 54 54 % Tidak mendukung Sumber Informasi MKJP Bidan 16 16 % PLKB 2 2% Kader 73 73 % Sumber Lain 9 9%
hormon lebih banyak menimbulkan efek
PEMBAHASAN Metode
kontrasepsi
hormonal
menjadi
samping
menstruasi
berupa
keluarnya
pilihan sebagian besar (80%) responden.
perdarah bercak, darah haid lebih banyak
Banyaknya
dan saat haid lebih nyeri.
akseptor
menggunakan
yang
kontrasepsi
memilih
implant,
ini
Umur
mengindikasikan masih kuatnya keyakinan
Dari Tabel 2 diketahui bahwa lebih
dan kepatuhan terhadap fatwa ulama.
dari separuh responden (59%) berusia 20-
Sebagai
salah
Indonesia,
satu
Majelis
mengeluarkan
forum
Islam
di
35 tahun. Ini dapat dikatakan bahwa lebih
Ulama
Indonesia
dari separuh responden berada pada usia
fatwa
terkait
dengan
reproduksi sehat.
penggunaan kontrasepsi. Salah satu isi
Bagi
seseorang
pengambilan
fatwa tersebut adalah penggunaan IUD
keputusan untuk menggunakan metode
dalam Keluarga Berencana dibenarkan,
kontrasepsi terutama metode kontrasepsi
asalkan
jangka panjang
pemasangannya
oleh
tenaga
mungkin akan menjadi
kesehatan wanita, dalam keadaan tertentu
suatu masalah. Menurut Nursalam (2009)
dapat di pasang oleh tenaga kesehatan laki-
upaya pengambilan keputusan dalam suatu
laki dengan di dampingi oleh wanita lain
permasalahan yang dihadapi oleh seseorang
atau suami pasien.
akan sangat dipengaruhi oleh kematanagn
Banyaknya akseptor yang memilih
cara berfikir. Semakin cukup umur, tingkat
menggunakan kontrasepsi implant juga
kematangan dan kekuatan seseorang akan
kemungkinan
efek
lebih matang berpikir dan bekerja. Semakin
akibat
tua umur seseorang, makin konstruktiv
samping
yang
penggunaan
berkaitan banyak IUD
dengan muncul
yaitu
gangguan
menstruasi. Dijelaskan oleh Saifudin (2012) kontrasepsi IUD yang tidak mengandung
dalam
menggunakan
masalah yang dihadapi.
koping
terhadap
Pada penelitian ini , sebagian besar
jangka panjang dengan reversibiltas yang
responden berusia di atas 20 tahun. Hal ini
tinggi yaitu IUD dan implant.
merupakan peluang bagi keberlangsungan
Pendidikan
penggunaan kontrasepsi jangka panjang.
Responden
dengan
tingkat
Dengan matangnya cara berfikir dalam
pendidikan menengah dan tinggi pada
pengambilan
penggunaan
penelitian ini hanya sebesar 19%, sisanya
kontrasepsi, maka ada harapan kontrasepsi
sebesar 79% berpendidikan rendah (SD dan
akan digunakan sesuai dengan jangka
SMP), dan 2% tidak sekolah. Berbeda
waktu penggunaan.
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
keputusan
Banyaknya responden yang berusia 20-35
tahun
kesesuaian
menunjukkan
dengan
pola
adanya
penggunaan
asih dan Oesman (2009) sebesar 47,9% responden
(akseptor
MKJP)
memiliki
tingkat pendidikan menengah dan tinggi.
kontrasepsi rasional berdasarkan umur.
Banyaknya
respoden
dengan
Menurut Dewi dan Notobroto (2014), umur
pendidikan dasar (79%), menjadi tantangan
merupakan
bagi
faktor
intrinsik
dalam
petugas
penyuluh
KB
untuk
penggunaan metode kontrasepsi. Umur
meningkatkan
terkait dengan struktur organ, fungsi organ,
tentang KB. Hal ini terutama terkait dengan
komposisi
sistem
upaya menjaga survailens akseptor dalam
hormonal, yang akan berpengaruh terhadap
penggunaan alat kontrasepsi, bila dalam
jenis kontrasepsi yang akan digunakan.
perjalanannya
Dijelaskan oleh Saifudin (2012) bahwa
kontrasepsi mengalami efeksamping atau
pada umur 20-35 tahun merupakan fase
keluhan.
menjarangkan kehamilan. Pada fase ini
(2009), makin tinggi tingkat pendidikan
pilihan
seseorang,
biokimiawi
utama
kontrasepsi
adalah
dan
penggunaan metode
metode
kontrasepsi
pengetahuan
menggunakan
Dikemukakan
makin
oleh
mudah
akseptor
metode
Nursalam
menerima
informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
jangka
pendidikan yang kurang akan menghambat
panjang. Namun demikian, tingginya biaya
perkembangan sikap seseorang terhadap
pada awal pemakaian MKJP, seringkali
nilai yang diperkenalkan.
menyebabkan seorang wanita yang tidak
Status Pekerjaan
memiliki
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa 54%
kontrasepsi Non MKJP. Mereka lebih
responden
cenderung memilih biaya yang tampaknya
tidak bekerja. Banyaknya
responden
yang
tidak
bekerja
waktu
pemakaian
jaminan
yang
kesehatan
lebih
memilih
pada
lebih murah pada kontrasepsi non MKJP,
penelitian ini kemungkinan sebagai dampak
padahal biaya ini harus dikeluarkannya
tingginya biaya yang dikeluarkan pada
selama dalam rentang siklus reproduksinya
penggunaan
apabila ia tidak menginginkan kehamilan.
kontrasepsi
non
MKJP.
Artinya dari segi ekonomi akseptor dapat
Paritas
memahami bahwa MKJP lebih efisien
Berdasarkan tabel 2
dibandingkan
non-
sebagian besar responden (84%) memiliki
MKJP. Berbeda dengan hasil penelitian
anak lebih besar sama dengan 2 (multipara).
yang dilakukan oleh Nuryati dan Fitria
Asih dan Oesman (2009) menjelaskan
(2014) yang menemukan hanya 40,7%
berdasarkan
responden akseptor MKJP yang tidak
semakin banyak jumlah anak masih hidup,
bekerja.
berdasarkan
semakin besar probabilitas seseorang untuk
penelitiannya menjelaskan bahwa status
menggunakan MKJP. Penelitian Asih dan
pekerjaan mempengaruhi seseorang dalam
Oesman ini menunjukkan wanita PUS yang
pemilihan alat kontrasepsi.
memiliki jumlah anak 0-2 berpeluang 0,67
Mestad,
dengan
Nasution
et.al.,
kontrasepsi
(2009)
(2011)
hasil
diketahui bahwa
penelitiannya bahwa
mengemukakan
kali lebih kecil dengan mereka yang
bahwa Kontrasepsi MKJP terutama IUD,
memiliki jumlah anak lebih dari atau sama
lebih efektif dari segi ekonomi, mengingat
dengan 3 dalam menggunakan metode
Riwayat KB yang Lalu
kontrasepsi jangka panjang.
Pada tabel 2 ditunjukkan bahwa 21%
Hasil penilitian senada dengan penelitian
responden memiliki riwayat penggunaan
yang dilakukan oleh Nuryati dan Fitria
KB implan dan AKDR. Ini artinya bahwa
(2014).
69
21% responden telah memiliki pengalaman
akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka
dalam penggunaan kontrasepsi IUD dan
Panjang, 40% diantaranya dengan paritas
implan.
>3.
Adanya pengalaman yang menguntungkan
Responden pada penelitian ini seperti pada
atau memuaskan dalam menggunakan alat
tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagain
kontrasepsi IUD dan implan pada sebagian
besar (69%) responden berdasarkan status
responden kemungkinan merupakan faktor
paritas berada pada rentang yang aman
yang
untuk melahirkan. Wiknjosastro (1999)
kembali menggunakan metide kontrasepsi
menyampaikan bahwa perempuan dengan
IUD atau implant. Notoatmojo (2010),
paritas 2-3 merupakan kondisi yang paling
memaparkan
aman untuk hamil, bersalin dan nifas
merupakan refleksi dari berbagai
ditinjau dari sudut kematian maternal.
kejiwaan.
Dalam
Penelitian
penelitiannya
serupa
dengan
dari
hasil
yang
menentukan
keputusannya
bahwa
gejala
dipengaruhi
perilaku
manusia
kejiwaan
oleh
untuk
gejala tersebut
berbagai
faktor.
berbeda telah dibuktikan oleh Natalia
Determinan yang mempengaruhi gejala
(2014).
kejiwaan dalam pembentukan perilaku di
Pada
menemukan
penelitiannya,
dari
seluruh
Natalia responden
antaranya adalah pengalaman
akseptor MKJP, 40,7% diantaranya adalah
Keluhan KB yang Lalu
primipara.
Munculnya keluhan dalam penggunaan KB di
masa
menyebabkan
lalu,
kemungkinan seseorang
dapat
merasakan
ketidakpuasan.
Masyarakat
mendapatkan
kepuasan
yang
Sumber Motivasi
dalam
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian
menggunakan layanan kesehatan, seperti
besar responden (83%), memiliki motivasi
dikemukakan
yang bersumber dari diri sendiri.
oleh
Imbalo
(2006),
cenderung setia terhadap layanan kesehatan
Motivasi merupakan kekuatan dorongan
yang digunakannya. Demikian juga dalam
yang menggerakkan kita untuk melakukan
penggunaan metode kontrasepsi adanya
sesuatu. Dorongan ini tejadi karena adanya
keluhan
metode
tujuan, kebutuhan dan keinginan. Faktor
kontrasepsi dapat menyebabkan seseorang
yang mempengaruhi motivasi antara lain
tidak puas terhadap metode kontrasepsi
umur,
tersebut,
pekerjaan atau
akibat
penggunaan
sehingga
berusaha
untuk
tingkat
pendidikan
dan
status
penghasilan (Sardiman,
menggunakan metode kontrasepsi yang
2012). Sukanto (2007) menjelaskan bahwa
lebih aman dan nyaman.
bertambahnya umur dapat berpengaruh
Pada penelitian ini sebagian besar reponden
terhadap pengetahuan. Namun pada umur
(67%)
tertentu, terutama menjelang usia lanjut
mengalami
menstruasi
pada
keluhan
penggunaan
sebelumnya.
Keluhan
menyebabkan
individu
mencari
jenis
gangguan
ini
mungkin
berusaha
kontrasepsi
KB
yang
kemampuan menerima atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
untuk
Sumber motivasi dari diri sendiri yang
tidak
dimiliki oleh sebagian besar responden
menyebabkan gangguan menstruasi. Hal ini
pada
tampak
banyaknya
keterkaitan antra motivasi umur dan tingkat
responden pada penelitian ini (80%) yang
pendidikan . Sebagaimana penelitian yang
memilih menggunakan metode kontrasepsi
dilakukan oleh Hikmah dan Sulistiyorini
implant, dibandingkan IUD (20%).
(2014) yang menunjukkan bahwa pada
tercermin
dari
akseptor
penelitian
MKJP
ini
implant
mencerminkan
yaitu
pada
responden dengan umur 31-35 tahun,
2007 tentang faktor yang mempengaruhi
sebagian besar responden (77%) memiliki
pemakaian kontrasepsi jangka panjang yang
tingkat motivasi cukup.
menunjukkan bahwa peranan pasangan
Dukungan Suami
mempengaruhi
Bagi seorang perempuan, suami merupakan
kontrasepsi.
orang penting dalam hiduupnya yang akan
Adanya dukungan penuh dari suami pada
berpengaruh
pengambilan
penelitian ini, merupakan salah satu modal
keputusan, di antaranya adalah keputusan
untuk tercapainya keberhasilan program
tentang
KB. Berdasarkan hasil penelitiannya, Aini
terhadap
penggunaan
kontrasepsi.
pemilihan
metode
Notoatmojo ( 2010) menjelaskan bahwa
(2010)
Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi
hubungan yang signifikan antara peran
oleh orang-orang yang dianggap penting.
suami dengan keberhasilan program KB.
Apabila seseorang itu penting untuknya,
Sumber Informasi MKJP
maka apa yang ia katakan cenderung untuk
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa sebagian
diikuti.
besar
Penelitian
menunjukkan
responden
bahwa
(73%)
terdapat
mendapatkan
seluruh
informasi dari kader. Responden yang
responden mendapatkan dukungan dari
mendapatkan informasi MKJP dari PLKB
suami. Senada dengan hasil penelitian yang
hanya sebesar 2%. Ini dapat diartikan
dilakukan oleh Nuryati dan Fitria pada
bahwa peranan kader sebagai promotor
tahun 2014, dari 69 responden akseptor
kesehatan, di antaranya dalam penyebaran
Metode sebagian
ini
menyimpulkan
kontrasepsi besar
mendapatkan
Jangka
Panjang
informasi MKJP kepada masyarakat sangat
responden
(97,1%)
besar. Selain itu hal ini kemungkinan terkait
suami.
dengan sifat sukarela yang harus dimilki
dukungan
dari
Demikian juga ditemukan oleh Asih dan
kader
Oesman (2009) dalam analisa lanjut SDKI
perannya.
dalam
menjalankan
tugas
dan
Salah satu peran kader kesehatan adalah
DAFTAR PUSTAKA
sebagai penyuluh kesehatan masyarakat.
Aini,
I. 2010. Hubungan Tingkat Pendidikan Pasutri dan Peran Serta Suami dalam Pelaksanaan KB dengan Tingkat Keberhasilan KB Pasutri (Thesis). Surakarta : Program Pasca Sarjana Kedokteran Keluarga UNS.
Arum
dan Sujiatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogjakarta: Mitra Cendikia.
Mereka dipilih dari dan untuk masyarakat dengan kriteria di antranya adalah mau dan mampu bekerja sekarela (Depkes, 2008). Disampaikan oleh Nursalam (2009) bahwa kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (promkes) adalah tenaga yang di pilih oleh, dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat.
Asih, L., dan Oesman, H. 2009. Analisis Lanjut SDKI 2007: Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Jakarta: BKKBN Baziad, A. 2008. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: YBP-SP.
Kesimpulan dan Saran Sebagian besar responden (80%) memilih menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang reversible hormonal yaitu implant. Pada penelitian ini didapatkan 59% berada pada rentang usia repsoduksi sehat, 54% memiliki penghasilan sendiri, 79% dengan pendidikan dasar, 84% dengan status multiparitas, penggunaan mengalami
63%
dengan
kontrasepsi gangguan
riwayat
suntik,
67%
menstruasi
pada
penggunaan kintrasepsi sebelumnya, 83% memiliki
motivasi
internal,
100%
mendapatkan dukungan dari suami, 73% mendapatkan informasi MKJP dari kader.
Chen, A.Y., and Baldwin, S. 2006. Intra Uterine Devices: Comparison of the Copper T Intruterine Device With the Levonorgestrel Intrauterine System. Shoupe, D and Kjos, S.L. The Handbook of Contraception: A Guide of Practical Management. New Jersey: Human Press Inc. Dewi, P.C.H., dan Notobroto, H.B. 2014. Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode Kontrasepsi jangka Panjang pada Pasangan Usia Subur. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 3 (1). Health and Social Care Information Centre (HSCIC). 2012. NHS Contraceptive Services: England, 2011/12 Community Contraceptive Clinics.mhttp://digital.nhs.uk/catalo gue/PUB08153/nhs-cont-servcomm-cont-clin-eng-11-12-rep.pdf. diakses 10 Sept, 2016.
Imbalo, S. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC. Nasution SL. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP di Enam Wilayah Di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan KB. Jakarta: BKKBN. Natalia, L. 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja UPDT Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 2014. Jurnal Kampus YPIB Majalengka 3 (8). Notoatmojo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. ----------. 2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika, Jakarta. Nuryati, S., dan Fitria, D. 2014. Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Pemilihan alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB Baru di Kabupaten Bogor. Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis 5 (5). Prihyugiarto, T.Y., dan Mujianto. 2009. Analisis Lanjut SDKI 2007: Kelangsungan Pemakaian Kontrasepsi. Pusat Penelitian dan Pengembangan KB. Jakarta: BKKBN. Purba,
J. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi Pada Istri PUS di Kecmatan Rambar samo Kabupaten
Rokan Hulu 2008. Medan: Sekolah Pasca Sarjana USU. Rahma, D.P. 2014. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Implant di Desa Jimbaran Kecamatan bandungan Kabupaten Semarang. www.perpusnwu.web.id. diakses tanggal 9 September 2016. Mestad, R., Secura, G., Allsworth, J.E., Madden, T., Zhao, Q., and Peipert, J.F. 2011. Acceptance of long-acting reversible contraceptive methods by Adolescent participants in the Contraceptive CHOICE Project Saifudin, A.B. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka. Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar & Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. (Susi Nurhikmah dan Etik Sulistiyorini). Sistri, S. 2009. Kelangsungan Penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 3(5). Sukanto. 2007. Sosiologi Budaya Dasar. Jakarta: Raja Grvida Persada. Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP.