ANALISIS DAMPAK PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK HIGIENE SANITASI MAKANAN IBU WARUNG ANAK SEHAT (IWAS)
MUTHMAINNAH
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ii
ABSTRACT MUTHMAINNAH. The Effect of Training and Coaching on Knowledge, Attitudes, and Practices of Food Hygiene and Sanitation Mothers of Healthy Children Kiosk (IWAS). Under direction of KATRIN ROOSITA and IKEU EKAYANTI Food is a basic requirement for human life. Food is easily contaminated and can cause foodborn diseases. This is generally due to inappropriate hygiene and sanitation. Hygiene and sanitation is important to be considered in every stage of food processing in Healthy Children Kiosk (Warung Anak Sehat=WAS). The objective of this study was to analyze the effect of training and coaching on food hygiene-sanitation knowledge, attitudes, and practices of mothers who manage WAS (IWAS). A pra-experimental with one group pretest-posttest design was applied in this study and 14 IWAS in Sukabumi District were recruited. The study was conducted in five districts, consists of Cisaat, Kadudampit, Kebonpedes, Cicurug, and Warungkiara. The data collected consists of primary data and secondary data. Primary data were obtained using questionnaires and directly observation includes the characteristics of IWAS, characteristics of WAS, knowledge, attitudes, and practices of food hygiene and sanitation, method of street food production, and physical facilities. Secondary data include the profile of Sukabumi District. The score of knowledge, attitudes, and practices of the IWAS before and after training and coaching were compared by a paired samples t-test. The result showed that training and coaching has improved significantly (p<0.05) the score of food hygiene-sanitation knowledge, attitudes, and practices.
Keywords: food hygiene and sanitation, training and coaching, WAS, IWAS.
iii
RINGKASAN MUTHMAINNAH. Analisis Dampak Pelatihan dan Pendampingan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Higiene Sanitasi Makanan Ibu Warung Anak Sehat (IWAS). Dibimbing oleh KATRIN ROOSITA dan IKEU EKAYANTI. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pelatihan dan pendampingan terhadap pengetahuan, sikap dan praktik higiene sanitasi makanan Ibu Warung Anak Sehat (IWAS). Adapun tujuan khusus yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik WAS; (2) mengidentifikasi ketersediaan fasilitas fisik IWAS; (3) mengetahui proses pembelian dan pemilihan bahan makanan oleh IWAS; (4) mengetahui cara penyimpanan bahan makanan; (5) mengetahui proses persiapan dan pengolahan makanan; (6) mengetahui proses penyajian makanan; (7) menganalisis dampak pelatihan dan pendampingan terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan IWAS. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pra-experimental study dengan one group pretest-posttest design. Penelitian dilakukan di lima kecamatan di Kabupaten Sukabumi yaitu Cisaat, Kadudampit, Kebonpedes, Cicurug, dan Warungkiara. Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Nopember 2011. Penarikan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria contoh berjenis kelamin perempuan, aktif sebagai kader posyandu dan ikut ke dalam program WAS. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi dan wawancara secara langsung menggunakan alat bantu kuisioner. Data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik IWAS (umur, besar keluarga, pendidikan, pendapatan), karakteristik WAS (bentuk warung dan jenis makanan jajanan), ketersediaan fasilitas fisik, proses pengolahan pangan (pembelian, penyimpanan, persiapan dan pengolahan, serta penyajian makanan), pengetahun, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan jajanan. Tahapan pengolahan data dimulai dari coding, entri, cleaning, dan analisis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2010 dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 16.0 for Windows. Analisis data secara deskriptif dilakukan dengan memberikan kategori atau pengelompokkan yang dilakukan dengan mengacu pada nilai acuan. Analisis data lanjutan dilakukan untuk melihat pengaruh pelatihan dan pendampingan terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan. Sebagian besar (78.6%) IWAS termasuk kategori dewasa awal yaitu berada pada kisaran antara 20-40 tahun. Besar keluarga IWAS, sebanyak 50% termasuk kategori keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga antara 5-6 orang dan lima puluh persen lainnya tergolong keluarga kecil. Dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian besar (42.8%) merupakan tamatan SMA dan hanya satu orang IWAS (7.1%) lulusan sarjana (S1). Untuk pendapatan suami IWAS, sebanyak 85.7% berpenghasilan >Rp 1.000.000,00 per bulan dan untuk IWAS hanya 28.6% IWAS yang memiliki penghasilan
iv
Sebagian besar IWAS sudah menyediakan fasilitas fisik berupa ventilasi (86% IWAS), lantai dapur bukan dari tanah (85.7% IWAS), sumber air bersih (78.6% IWAS), wastafel (57% IWAS), dan saluran pembuangan air limbah (42.9% IWAS). Seluruh IWAS (100%) membeli bahan pangan di pasar tradisional. Frekuensi pembelian untuk sembako/bahan kering, sebanyak 35.7% IWAS adalah dua kali dalam seminggu. Bahan yang mudah rusak seperti sayuran sebagian besar IWAS (71.4%) membelinya setiap hari dan untuk pembelian buah-buahan sebagian besar IWAS (71.4%) melakukannya sebanyak dua kali dalam satu minggu. Dalam proses penyimpanan bahan makanan, sebagian besar IWAS (78.6%) memisahkan bahan makanan matang dengan bahan pangan mentah. Hampir separuhnya menyimpan bahan makanan kering di dalam etalase yang tersedia di warung dan menyimpan bahan makanan yang mudah rusak di lemari pendingin. Sebagian besar (72%) IWAS melakukan proses memasak di dapur rumah dan pada umumnya dilakukan secara individual. Sumber air memasak yang digunakan sebagian besar (71.5%) IWAS adalah air sumur. Proses pengolahan dilakukan pada pagi hari (78.6% IWAS). Dalam penggunaan bahan tambahan pangan (BTP), seluruh IWAS (100%) menggunakan vetsin dan tedapat 28.6% IWAS menggunakan pewarna makanan berwarna hijau, merah muda, dan putih untuk mengolah makanan jajanan. Pewarna hijau digunakan untuk membuat bubur sum-sum, sedangkan untuk es mambo menggunakan ketiga warna tersebut. Dalam penyajian makanan, sebanyak 42.9% IWAS menggunakan wadah saji yang tertutup untuk menempatkan makanan jajanan. Sebanyak 49.7% IWAS yang makanan jajanannya tidak terjual habis, maka makanan tersebut dikonsumsi oleh IWAS dan keluarganya sendiri. Pengetahuan, sikap, dan praktik IWAS dalam hal higiene dan sanitasi makanan meningkat secara signifikan (p<0.05) sebagai dampak dari kegiatan pelatihan dan pendampingan.
v
ANALISIS DAMPAK PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK HIGIENE SANITASI MAKANAN IBU WARUNG ANAK SEHAT (IWAS) KABUPATEN SUKABUMI
MUTHMAINNAH
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
vi
Judul Skripsi
: Analisis
Dampak Pelatihan dan Pendampingan Terhadap
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Higiene Sanitasi Makanan Ibu Warung Anak Sehat (IWAS) di Kabupaten Sukabumi. Nama
: Muthmainnah
NIM
: I14070073
Menyetujui: Dosen Pembimbing Skripsi I
Dosen Pembimbing Skripsi II
Katrin Roosita, SP, M.Si
Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M. Kes
NIP. 19710201 199903 2 001
NIP. 19660725 199002 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001
Tanggal Lulus:
vii
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan
rahmat
menyelesaikan
yang
senantiasa
skripsi
yang
dilimpahkan-Nya
berjudul
“Analisis
sehingga
penulis
Dampak
Pelatihan
dapat Dan
Pendampingan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Higiene Sanitasi Makanan Ibu Warung Anak Sehat (IWAS) di Kabupaten Sukabumi”. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih setulus hati kepada : 1. Katrin Roosita, SP, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan arahan, bimbingan, semangat, dan nasehat dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti M.Kes selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan arahan, bimbingan, semangat, dan nasehat dalam penyusunan skripsi ini. 3. Tiurma Sinaga, B.Sc, MFSA selaku dosen pemandu sekaligus penguji skripsi atas saran, masukan, dan arahannya kepada penulis. 4. Orang tuaku (Ayah dan Mama), tiga saudara perempuanku (Maria, Nisa, dan Elin), keluarga besar A. Abbas (Alm) dan A. Chatib (Alm) atas doa, semangat, cinta dan kasih sayangnya. 5. Teguh Wahyudi dan keluarga besar Hasbi Mudim (Alm), atas doa, semangat dan kasih sayangnya. 6. Masyarakat Mandiri, Dompet Dhuafa, dan Sari Husada atas bantuan penelitiannya yang diberikan kepada penulis. 7. Dinas Pendidikan Provinsi Banten atas bantuan penelitian untuk penyelesaian skripsi penulis. 8. Teman satu penelitian Erida Ersiyoma, Riza Aulia, dan Novi Erliyani serta ibu-ibu WAS Sukabumi atas bantuan dan kerjasamanya. 9. Saudariku yang baik: Irfina Febianti atas kebersamaannya selama ini. 10. Teman-temanku Pondok Putri Rahmah: Mba Rini, Mba Dwi, Fitri, Eno, Sari, Rani, Rina, Tika, Endang, Heni, Dian, Mba Yulie, Pamila, Ade, Alfiani, Mba Nurul, Mba Intan atas semangat dan kasih sayangnya. 11. Teman-teman minor Perkembangan Anak: Riri, Hajar, Dwi, Sisil, Yeni, Mia, Melda, Epin.
viii
12. Luminaire 44: Khusnul, Ima, Tami, Icha, Resta, Rindu, Gilang dan lainnya yang
tak
bisa
disebutkan
satu
per
satu,
terima
kasih
atas
kebersamaannya selama ini, semoga Allah senantiasa berada bersama kita semua. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna. Tidak lupa penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan hal-hal yang tidak berkenan selama penyusunan skripsi ini.
Bogor, Februari 2012
Muthmainnah
ix
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudari, puteri dari pasangan bapak Taufik Rachman Abbas dan ibu Halela Chatib. Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 29 Agustus 1988. Penulis mengawali pendidikan formal di TK PGRI pada tahun 1994 sampai 1995. Pada tahun 1995 sampai 2001, penulis meneruskan pendidikan di SDN IX Cilegon, dan pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2001 sampai 2004 di SMPN 2 Cilegon. Penulis menempuh pendidikan menengah atas pada tahun 2004 sampai 2007 di SMAN 2 Krakatau Steel Cilegon, Banten. Penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007 dan diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada berbagai organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai staff Divisi Peduli Pangan dan Gizi, Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIZI) pada tahun 2009-2010, anggota KMB (Keluarga Mahasiswa Banten).
dan tergabung dalam
Penulis juga ikut serta dalam
berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh KMB, BEM KM IPB, BEM FEMA, dan Himagizi. Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Biokimia Gizi tahun 2010/2011, Asisten Praktikum Metabolisme Zat Gizi tahun 2009/2010 Program S1 Alih Jenjang, dan Asisten Praktikum Dietetika Penyakit Degeneratif tahun 2010/2011. Penulis pernah mengikuti kegiatan PKM bidang Pengabdian Masyarakat yang didanai oleh Dikti dengan judul “Cinta Sayuran dan Lingkungan Sejak Dini dengan Metode Es Sayur Goreng”. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor selama 2 bulan pad tahun 2010.
Penulis juga
melaksanakan Internship Dietetik (ID) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilegon dari tanggal 21 Februari sampai 12 Maret 2011 untuk mendalami Penyakit Dalam, Penyakit pada Anak, dan Bedah. menjadi
Field
Nutritionist
dalam
program
Selain itu, penulis juga
Warung
Anak
Sehat
yang
diselenggarakan oleh Masyarakat Mandiri, Dompet Dhuafa, dan Sari Husada selama masa penelitian.
x
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK .................................................................................................. ii RINGKASAN ............................................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... vi PRAKATA .................................................................................................. vii RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... ix DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan ..................................................................................................... 2 Tujuan Umum ................................................................................... 2 Tujuan Khusus .................................................................................. 2 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4 Karakteristik IWAS.................................................................................. 4 Umur ................................................................................................. 4 Pendidikan ........................................................................................ 4 Besar keluarga ................................................................................. 4 Pendapatan ...................................................................................... 5 Warung Anak Sehat ............................................................................... 5 Makanan Jajanan ................................................................................... 5 Higiene dan Sanitasi Makanan ............................................................... 6 Fasilitas Fisik .................................................................................... 7 Higiene Penjamah Makanan ............................................................ 10 Proses Pengolahan Pangan ................................................................... 11 Pengadaan dan Penyimpanan Bahan Pangan ................................ 11 Persiapan dan Pengolahan .............................................................. 12 Bahan Tambahan Pangan ................................................................ 14 Penyajian .......................................................................................... 15 Pengetahuan Higiene dan sanitasi Makanan ......................................... 15 Sikap Higiene dan sanitasi Makanan ..................................................... 16
xi
Praktik Higiene dan sanitasi Makanan ................................................... 16 Pelatihan................................................................................................. 16 Pendampingan ....................................................................................... 17 KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................................... 18 METODE PENELITIAN ............................................................................. 20 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian .................................................. 20 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh.................................................. 20 Jenis dan Cara Pengumpulan Data........................................................ 20 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 21 Definisi Operasional ............................................................................... 25 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 26 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 26 Kabupaten Sukabumi ....................................................................... 26 Kecamatan Cisaat ............................................................................ 27 Kecamatan Kadudampit ................................................................... 27 Kecamatan Kebonpedes .................................................................. 28 Kecamatan Warungkiara .................................................................. 28 Kecamatan Cicurug .......................................................................... 28 Karakteristik IWAS.................................................................................. 29 Umur IWAS ....................................................................................... 29 Besar Keluarga IWAS ....................................................................... 29 Pendidikan IWAS .............................................................................. 30 Pendapatan ...................................................................................... 30 Karakteristik WAS................................................................................... 31 Bentuk Warung ................................................................................. 31 Jenis Makanan Jajanan WAS ........................................................... 31 Fasilitas Fisik .......................................................................................... 33 Ventilasi ............................................................................................ 33 Lantai dapur ...................................................................................... 33 Tempat Sampah ............................................................................... 34 Sumber Air ........................................................................................ 34 Wastafel ............................................................................................ 35 Jamban Sehat .................................................................................. 35 Saluran Pembuangan Air Limbah ..................................................... 36 Proses Pembelian dan Pemilihan Bahan Pangan .................................. 36
xii
Tempat Pembelian ........................................................................... 36 Frekuensi Pembelian ........................................................................ 37 Pembacaan Label Pangan ............................................................... 38 Penyimpanan Bahan Pangan ................................................................. 38 Pemisahan Makanan Matang dan Mentah ....................................... 39 Penyimpanan Bahan Pangan Kering ............................................... 39 Penyimpanan Bahan Pangan Mudah Rusak .................................... 40 Persiapan dan Pengolahan .................................................................... 40 Tempat Pengolahan ......................................................................... 41 Jumlah Tenaga Pengolah ................................................................. 42 Sumber Air Memasak ...................................................................... 43 Waktu Pengolahan ........................................................................... 44 Cara Pengolahan .............................................................................. 44 Bahan Tambahan Pangan ................................................................ 45 Penyajian ................................................................................................ 46 Alat Saji ............................................................................................ 46 Lokasi Penyajian .............................................................................. 46 Perlakuan Terhadap Makanan yang Tidak Habis............................. 47 Pelatihan dan Pendampingan ................................................................ 47 Pengetahuan Higiene dan Sanitasi Makanan ........................................ 48 Sikap Higiene dan Sanitasi Makanan ..................................................... 52 Praktik Higiene dan Sanitasi Makanan ................................................... 55 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 63 Kesimpulan ............................................................................................. 63 Saran ...................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 65 LAMPIRAN ................................................................................................ 69
xiii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1
Jenis dan cara pengumpulan data ................................................... 21
2
Kategori dan kriteria variabel penelitian ........................................... 24
3
Sebaran IWAS berdasarkan umur.................................................... 29
4
Sebaran IWAS berdasarkan besar keluarga .................................... 29
5
Sebaran IWAS berdasarkan tingkat pendidikan ............................... 30
6
Sebaran IWAS dan suami berdasarkan pendapatan ....................... 31
7
Jenis dan kandungan gizi makanan jajanan..................................... 32
8
Sebaran IWAS berdasarkan tempat pembelian bahan pangan ....... 37
9
Sebaran IWAS berdasarkan frekuensi pembelian bahan pangan .... 37
10 Sebaran IWAS berdasarkan kategori sanitasi makanan
sebelum dan
pengetahuan higiene dan setelah
pelatihan
dan
pendampingan .................................................................................. 48 11 Sebaran IWAS berdasarkan jawaban benar tentang pengetahuan higiene dan sanitasi makanan sebelum dan setelah pelatihan dan pendampingan ............................................... 49 12 Sebaran IWAS berdasarkan kategori sikap higiene dan sanitasi makanan sebelum dan setelah pelatihan dan pendampingan .................................................................................. 52 13 Sebaran IWAS berdasarkan sikap higiene dan sanitasi makanan sebelum dan setelah pelatihan dan pendampingan ......................... 53 14 Sebaran IWAS sanitasi
berdasarkan
makanan
kategori
sebelum dan
praktik higiene setelah
dan
pelatihan dan
pendampingan .................................................................................. 56 15 Sebaran IWAS berdasarkan praktik higiene dan sanitasi makanan yang sering dilakukan IWAS sebelum dan setelah pelatihan dan pendampingan .................................................................................. 57 16 Sebaran IWAS berdasarkan praktik higiene dan sanitasi makanan jajanan yang tidak mengalami perubahan ........................................ 59
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1
Kerangka Pemikiran ......................................................................... 19
2
Peta Kabupaten Sukabumi ............................................................... 26
3
Sebaran IWAS berdasarkan jenis lantai dapur ................................. 34
4
Sebaran IWAS berdasarkan ketersediaan sumber air ..................... 35
5
Sebaran IWAS berdasarkan tempat penyimpanan bahan kering .... 39
6
Sebaran IWAS berdasarkan tempat penyimpanan bahan mudah rusak ................................................................................................. 40
7
Sebaran IWAS berdasarkan tempat pengolahan ............................. 41
8
Sebaran IWAS berdasarkan jumlah tenaga pengolah ..................... 42
9
Sebaran IWAS berdasarkan sumber air untuk memasak ................ 43
10 Sebaran IWAS berdasarkan waktu pengolahan ............................... 44 11 Sebaran IWAS berdasarkan penggunaan BTP ................................ 45 12 Sebaran IWAS berdasarkan alat saji makanan ................................ 46 13 Sebaran IWAS berdasarkan perlakuan terhadap makanan sisa...... 47
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1 Kuisioner penelitian ........................................................................... 69 2 Dokumentasi penelitian ..................................................................... 78 3 Daftar Bahan Tambahan Pangan ...................................................... 79 4 Kepmenkes 942................................................................................. 80
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan zat gizi dapat dipenuhi dengan cara mengonsumsi makanan bergizi, beragam dan berimbang. Makanan yang diproduksi untuk dikonsumsi harus terjamin mutu dan keamanannya agar tidak merugikan bagi kesehatan. Makanan yang aman dan terjamin salah satunya dipengaruhi oleh aspek higiene dan sanitasi baik dari segi proses pengolahan pangan maupun tenaga pengolah. Higiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Kegiatan higiene dan sanitasi makanan mencakup beberapa hal di antaranya pada proses makanan tersebut diolah, dipersiapkan, disimpan, dan dihidangkan (Kepmenkes 2003b). Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa makanan jajanan harus memenuhi syarat gizi, sanitasi, keamanan, dan kesehatan sehingga makanan jajanan yang diolah benar-benar aman dan sehat untuk dikonsumsi oleh konsumen (Mudjajanto 2006; Melfa 2009). Kejadian keracunan yang disebabkan oleh makanan dari jasaboga sebanyak 33.8%, dan salah satu penyebabnya adalah rendahnya kebersihan individu dan sanitasi lingkungan.
Data lainnya menyebutkan bahwa selama
tahun 2004, jumlah kejadian luar biasa (KLB) terbesar (47.1%) disebabkan oleh keracunan pangan yang berasal dari makanan hasil olahan rumah tangga. Kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan tersebut paling banyak terdapat di Propinsi Jawa Barat, yaitu 32 kejadian (Yuliarti 2007; BPOM 2005) . Penjual dan pengolah makanan adalah pihak yang berpengaruh besar terhadap penentuan keamanan makanan yang dijual. Praktik pengolahan yang tidak sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi akan menjadi sumber kontaminan terhadap makanan. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan higiene dan sanitasi makanan. Hasil penelitian Melfa (2009) menunjukkan bahwa tindakan higiene dan sanitasi makanan para penjual jajanan di SDN Medan Tuntungan tergolong kurang.
Lima puluh persen penjual makanan jajanan
mengutamakan kuantitas dibanding dengan kualitasnya,
tersebut lebih
dan sebanyak 65%
1
2
pedagang tidak mencuci terlebih dahulu bahan pangan yang telah dibeli dari pasar. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa praktik higiene sanitasi makanan para penjamah makanan di kantin Universitas Diponegoro Tembalang sebagian besar (69,6%) kurang.
Secara tidak langsung, cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan dalam upaya pengendalian keamanan makanan yang dibuat di rumah atau tempat pelayanan makanan adalah dengan memberikan pendidikan kepada penjamah makanan mengenai cara-cara praktik pengolahan pangan yang baik dan benar (Hidayat 2010; WHO dalam Hartono 2006). Warung Anak Sehat (WAS) merupakan program corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan swasta yang salah satu tujuannya adalah tersedianya pangan yang terjamin baik jumlah maupun kualitasnya bagi masyarakat di sekitar WAS.
Untuk mencapai tujuan program WAS tersebut,
dilakukan pelatihan dan pendampingan praktik higiene dan sanitasi makanan yang baik dan benar (Dompet Dhuafa 2011; Masyarakat Mandiri 2011). Aspek higiene dan sanitasi penting untuk diperhatikan dalam setiap tahapan pengolahan makanan di WAS. Kegiatan pelatihan dan pendampingan higiene dan sanitasi makanan telah dilakukan untuk meningkatkan perilaku higiene dan sanitasi IWAS. Untuk melihat dampaknya perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis dampak pelatihan dan pendampingan higiene dan sanitasi tersebut. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dilakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pelatihan dan pendampingan terhadap pengetahuan, sikap dan praktik higiene sanitasi makanan Ibu Warung Anak Sehat (IWAS). Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dilakukan penelitian ini meliputi : 1. Mengidentifikasi karakteristik WAS (jenis makanan dan kandungan gizi makanan jajanan, bentuk warung) 2. Mengidentifikasi ketersediaan fasilitas fisik WAS 3. Mengetahui proses pembelian dan pemilihan bahan pangan oleh IWAS. 4. Mengetahui cara penyimpanan bahan pangan. 5. Mengetahui proses persiapan dan pengolahan bahan pangan.
2
3
6. Mengetahui proses penyajian makanan. 7. Menganalisis dampak pelatihan dan pendampingan dengan pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi IWAS. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak pelatihan dan pendampingan terhadap proses pengolahan pangan di WAS. Selain itu, memberikan informasi tentang pengaruh karakteristik, sosial ekonomi, tingkat pendidikan terhadap perilaku higiene dan sanitasi makanan. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi masukan untuk program perbaikan perilaku higiene dan sanitasi makanan.
3
4
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik IWAS Umur Usia dewasa dibagi menjadi tiga kategori yaitu dewasa awal (20-40 tahun), dewasa madya/tengah (41-65 tahun), dan dewasa akhir (>65 tahun). Menurut tahapan perkembangan untuk dewasa awal pada kekhasan tingkah laku kognitif, orang dewasa yang matang perkembangan kognitifnya lebih sistematis dalam memecahkan masalah. Selain itu, usia dewasa awal merupakan tingkatan usia dengan fungsi fisiologi dan biologi paling efisien.
Dengan fungsi yang
efisien dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan seseorang dalam suatu hal. Kondisi fisiologi dan biologi seseorang mempengaruhi fungsi-fungsi organ yang terlibat dalam pemrosesan informasi.
Pada usia setengah baya
(dewasa tengah), kemampuan kognitifnya yang menurun adalah kemampuan mengingat dan berpikir (Papalia&Olds 2001; Hurlock 1980; Hayslip 1989 dalam Fajarwati 2010). Pendidikan Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah.
Tingkat pendidikan seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap perubahan sikap dan tindakan. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan memudahkan seseorang untuk menerima informasi (pengetahuan) yang selanjutnya mengarah kepada perubahan sikap sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Atmarita&Fallah 2004). Besar Keluarga Besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) keluarga kecil yang terdiri dari empat anggota keluarga atau lebih, (2) keluarga sedang yang terdiri dari lima sampai tujuh anggota keluarga, dan (3) keluarga besar yang terdiri dari depalan anggota keluarga atau lebih. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama.
Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga, besar rumah
tangga dikelompokkan menjadi tiga yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga
4
5
sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang). (Hurlock 1993; BKKBN 2005). Pendapatan Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat.
Faktor
pemungkin untuk merubah perilaku di antaranya ketersediaan sarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas yang ada dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dimana dengan
ekonomi
menyediakannya.
yang
baik
maka
seseorang
akan
mampu
untuk
Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap praktik higiene dan sanitasi seseorang (Azanza et.al dalam Yasmin 2010; Notoatmodjo 2007b). Warung Anak Sehat Warung Anak Sehat (WAS) adalah program yang memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi kepada ibu rumah tangga, membantu dalam menyiapkan menu bergizi (jajanan sehat) untuk sehari-hari, dan menyediakan akses terhadap makanan bergizi yang dibutuhkan. Program Warung Anak Sehat ini berusaha memberikan kontribusi dalam kesehatan anak-anak yang rawan mengalami kejadian gizi buruk. Selain itu, memberikan penyuluhan kepada para ibu tentang gizi bagi anak-anak dan keluarga, membantu mereka untuk bisa memenuhi kebutuhan gizi, serta membantu menyediakan produk yang sehat (Masyarakatmandiri 2011; Kurniawan 2011; Dompetdhuafa 2011). IWAS yang dipilih merupakan kader yang akan membuka warung sekaligus memberikan penyuluhan kepada konsumen seputar informasi gizi seimbang dan produk makanan sehat untuk anak. Program pemberdayaan di daerah ini tidak hanya menyiapkan para kader, juga untuk menyiapkan beberapa bangunan warung yang menyediakan berbagai produk yang mendukung terjaminnya kesehatan anak, penguatan Posyandu dan berbagai program penguatan kesadaran akan kesehatan dan gizi bagi anak (Kurniawan 2010). Makanan Jajanan Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan ditempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap saji untuk dijual kepada konsumen selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel. Makanan jajanan banyak ditemukan di pinggir jalan
5
6
yang dijajakan dalam berbagai warna, bentuk, ukuran serta rasa yang dapat menarik minat konsumen untuk membelinya (Kepmenkes 2003; Irianto 2007). Tarwotjo (1998) menyebutkan makanan jajanan dikenal juga dengan istilah makanan selingan.
Makanan ini memiliki peranan yang tidak kalah
pentingnya dengan makan utama yaitu memberikan sumbangan energi bagi tubuh agar tidak kekurangan kalori sampai waktu makan utama tiba.
Hasil
penelitian Rizki (2010) yang dilakukan pada anak sekolah bahwa kontribusi energi dari makanan jajanan hampir separuh dari total konsumsi energi dalam sehari. Jenis makanan jajanan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (1998) yang dikutip dalam Melfa (2009) dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) makanan jajanan berbentuk panganan, misalnya kue-kue basah, pisang goreng, putu ayu, bugis, dan lainnya ; (2) makanan jajanan yang diporsikan, misalnya mie goreng, pecel, mie bakso, nasi goreng, dan lainnya ; (3) makanan jajanan yang berbentuk minuman, misalnya ice cream, jus buah, es campur, dan lainnya. Higiene dan Sanitasi Makanan Pengertian sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Sementara
itu,
higiene
merupakan
suatu
pencegahan
penyakit
yang
memfokuskan kepada usaha kesehatan individu beserta lingkungan tempat individu tersebut berada (Widyati & Yuliarsih 2002). Sanitasi
makanan
merupakan
hal
yang
perlu
dilakukan
untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi.
Pada prinsipnya higiene dan
sanitasi makanan merupakan upaya pengendalian terhadap empat faktor penyehatan makanan, yaitu faktor tempat atau bangunan, peralatan, orang (penjamah), dan bahan pangan. Penyehatan makanan itu sendiri mengandung makna yaitu upaya mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang, dan bahan pangan yang mungkin saja dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan (Depkes&Pesan 2001; Kepmenkes 2003; Prabu 2008).
6
7
Fasilitas Fisik Fasilitas
fisik
merupakan
dalam
proses
pengolahan
pangan.
Ketersediaan fasilitas berperan penting dalam peningkatan mutu higiene dan sanitasi makanan jajanan.
Fasilitas fisik berupa ruang dapur meliputi
ketersediaan peralatan dapur, ventilasi, lantai dapur, tempat sampah, wastafel, air bersih, serta keberadaan SPAL dan jamban sehat (WC). Ruang Dapur Karakteristik dapur yang memenuhi syarat kesehatan antara lain (Widyati & Yuliarsih 2002): 1. Selalu dalam keadaan bersih 2. Mempunyai cukup persediaan air bersih untuk mencuci bahan pangan 3. Mempunyai tempat sampah 4. Alat-alat dapur selalu dalam keadaan bersih 5. Mempunyai ventilasi yang cukup guna memasukkan udara segar serta mengeluarkan asap dan bau yang kurang sedap 6. Mempunyai tempat penyimpanan bahan pangan yang baik, artinya tidak sampai tercemar debu dan menjadi sarang tikus/kecoa Alat Dapur Bahan pangan atau makanan dapat terkontaminasi oleh alat dapur yang kotor. Oleh sebab itu, pencucian alat dapur seharusnya mendapatkan perhatian yang benar.
Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan makanan
harus dibuat sedemikian rupa sehingga menjamin alat tersebut dapat mudah dibersihkan,
tahan
lama,
dan
mudah
dipindahkan
atau
dilepas
agar
mempermudah pemeliharaan dan pembersihan alat-alat dapur (Widyati & Yuliarsih 2002; Fardiaz 2000). Dalam pengolahan pangan, kebersihan alat yang digunakan perlu dijaga agar konsumen yang menggunakan dapat terhindar dari ancaman kuman penyakit yang berasal dari peralatan makan. diperhatikan
dalam
penggunaan
peralatan
Hal-hal yang perlu untuk meliputi
proses
pencucian,
pengeringan, dan penyimpanannya (Uripi 1994). 1. Pencucian alat, adapun tujuan pencucian yaitu untuk menghilangkan atau membersihkan kotoran sisa-sisa makanan.
Proses pencucian sebaiknya
menggunakan sabun atau deterjen untuk membunuh kuman yang ada pada permukaan alat.
7
8
2. Pengeringan alat, setelah dicuci alat-alat dikeringkan dengan cara diletakkan pada rak-rak yang bersih dan terhindar dari debu dan serangga. 3. Penyimpanan alat, penggunaan rak atau lemari untuk menyimpan alat sebaiknya tertutup dan mudah untuk diambil ketika akan digunakan. Ventilasi Umumnya, ventilasi berupa jendela yang dilengkapi dengan lubang angina. Ventilasi berperan dalam pertukaran udara agar udara di dalam ruangan tetap bersih dan segar. Ventilasi di ruang dapur harus cukup sehingga udara segar selalu mengalir di ruang dapur dan mengeluarkan asap dan bau yang kurang sedap. Ventilasi harus selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan tidak dipenuhi sarang serangga. Oleh karena itu sebaiknya ventilasi yang ada di ruang pengolahan makanan dilengkapi kassa yang dapat dibuka dan dipasang, sehingga mudah untuk dibersihkan (BPOM 2003; Latifah et.al 2002; Widyati & Yuliarsih 2002). Tempat Pembuangan Sampah Sampah merupakan salah satu penyebab tercemarnya makanan. Umumnya bak sampah yang baik untuk digunakan terbuat dari plastik ringan lengkap dengan tutupnya. Bak sampah sebaiknya tertutup agar sampah tidak berserakan dan dihinggapi lalat yang membawa vektor penyakit.
Sebelum
digunakan, bak sampah tersebut terlebih dahulu dilapisi dengan kantong plastik sampah, bila penuh sampah mudah untuk dibuang sehingga tempat sampah tidak cepat kotor dan plastik dapat diganti kembali (Latifah et.al 2002; Widyati & Yuliarsih 2002). Wastafel Wastafel merupakan salah satu fasilitas fisik yang umumnya digunakan sebagai tempat mencuci tangan, bahan pangan, maupun peralatan. Sebaiknya kran untuk mencuci tangan sebaiknya terpisah dengan tempat cuci peralatan maupun bahan pangan (Kepmenkes 2003a). Lantai Dapur Syarat lantai dapur yang baik di antaranya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak licin, kuat, mudah dibersihkan dan dibuat miring untuk memudahkan pengaliran air.
Lantai harus selalu dalam keadaan bersih dari
debu, lendir dan kotoran lainnya. Lantai yang mudah dibersihkan misalnya lantai yang terbuat dari keramik, teraso, semen, atau tegel. Dapur yang berlantai tanah
8
9
sulit untuk dibersihkan dan tidak memenuhi syarat kesehatan karena dapat sumber bibit penyakit (BPOM 2003; Latifah et.al 2002). Sumber Air Air merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk kehidupan.
Air
yang digunakan dalam untuk mengolah makanan harus memenuhi persyaratan untuk air minum. Persyaratan air untuk menjadi sumber air minum yang baik yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak keruh. Selain itu, menyebutkan pula bahwa air bersih dan sehat merupakan air yang tidak mengandung kuman dan kotoran yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan sehingga aman untuk dikonsumsi.
Jika sumber air yang digunakan berupa sumur, maka sumur
tersebut harus: 1. Berada minimal 10 m dari tangki septik penampungan kotoran, lubang galian sampah dan sumber-sumber kotoran lainnya. 2. Berada di tempat yang tidak mudah terkena banjir 3. Diberi pagar dan pelindung dari tembok agar mencegah air kotor kembali mengalir ke dalam sumur (Jenie 2000; Latifah et al 2002). Air bersih belum tentu dapat dikatakan sehat, menurut Entjang (1993) dalam Sukandar (2007) air minum yang sehat dapat diperoleh melalui: 1. Sumber air yang bersih 2. Tangan dan tempat penampungan air bersih 3. Wadah penampung air sering dibersihkan dan dilengkapi dengan penutup 4. Memasak air untuk diminum hingga mendidih 5. Menggunakan peralatan minum yang bersih (termasuk gayung sebagai alat pengambil air) Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Saluran pembuangan air limbah berfungsi sebagai sarana pembuangan hasil produksi rumah tangga baik itu limbah dari dapur, kamar mandi, maupun tempat mencuci pakaian. Air limbah yang menggenang akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan menjadi sumber penyakit. Sarana pembuangan air limbah sebaiknya berupa tangki septik yang dilengkapi dengan saluran pembuangan. Saluran pembuangan tersebut dilengkapi dengan saringan berupa ijuk atau pasir, sehingga air limbah yang terbuang ke selokan atau sungai menjadi lebih bersih (Latifah et.al 2002).
9
10
Jamban Sehat (WC) Pada umumnya, setiap kamar mandi dilengkapi dengan jamban atau WC. Fungsi jamban adalah sebagai penampung kotoran yang dikeluarkan oleh manusia, dengan adanya jamban diharapkan seseorang tidak membuang kotorannya sembarangan. Jenis jamban lain di antaranya cubluk dan jamban di atas kolam. Jamban ini tentunya tidak memenuhi syarat kesehatan karena akan mengotori permukaan tanah dan air sehingga akan menimbulkan bibit penyakit (Latifah et.al 2002). Higiene Penjamah Makanan Penjamah makanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Kepmenkes 2003b): 1. tidak menderita penyakit menular seperti: batuk, pilek, influenza, diare, dan penyakit perut sejenisnya; 2. menutup luka (pada luka terbuka atau bisul atau lainnya); 3. memakai celemek dan tutup kepala; 4. mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan; 5. menjamah makanan harus menggunakan alat/perlengkapan atau dengan alas tangan; 6. tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya) 7. tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung; 8. menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian. Kebersihan Tangan dan Jari Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang vital dalam mengolah makanan sehingga setiap kali memegang bahan pangan yang kotor atau keluar dari toiet, sebaiknya tangan dibersihkan dahulu dengan air hangat dan sabun kemudian dikeringkan.
Pada saat mengolah makanan, kuku harus dipotong
pendek dan sebaiknya tidak menggunakan perhiasan seperti cincin atau jam tangan (Widyati & Yuliarsih 2002). Kesehatan Rambut Pencucian rambut harus dilakukan secara rutin karena rambut yang kotor akan menimbulkan rasa gatal yang akan mendorong seseorang untuk
10
11
menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran-kotoran dari kepala jatuh berterbangan ke dalam makanan serta menjadikan kuku kotor. Selain itu, untuk menghindari kejadian rambut terjatuh dalam makanan, sebaiknya digunakan penutup kepala atau topi atau kerudung (Widyati & Yuliarsih 2002). Kebersihan Mulut Seorang penjamah makanan harus menjaga kebersihan mulut,
Salah
satu caranya dengan menggosok gigi dengan pasta dan sikat gigi secara rutin dua kali dalam sehari. Air liur dihasilkan di dalam mulut. Air liur merupakan sumber cemaran yang akan tersebar ke udara ketika seseorang berbicara atau tertawa (Depkes&Pesan 2001). Pakaian Pakaian yang digunakan penjamah makanan di dapur harus bersih dan sebaiknya menggunakan celemek atau baju khusus memasak. Pakaian yang digunakan harus ganti setiap hari karena pakaian yang kotor merupakan salah satu sumber bakteri atau penyakit. Pakaian yang digunakan di dapur selayaknya dipilih model yang dapat melindungi tubuh pada waktu memasak, mudah dicuci, dapat menyerap keringan, tidak panas, dan ukurannya tidak ketat sehingga dapat mengganggu pada waktu bekerja (Widyati & Yuliarsih 2002). Pengadaan dan Penyimpanan Bahan Pangan Pemilihan bahan pangan pada saat proses pembelian menjadi sesuatu hal yang penting dalam menentukan kualitas makanan. Pemilihan bahan akan lebih baik jika dibeli dalam jumlah terbatas. Khusus untuk bahan pangan yang mudah rusak, proses seleksi lebih baik dilakukan sebelum pengolahan, sedangkan untuk bahan pangan yang tidak mudah rusak dilakukan saat penyimpanan (Yuliarti 2007). Penyimpanan bahan pangan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan pangan kering dan basah baik dari segi kualitas maupun kuantitas di gudang bahan pangan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya.
Tujuannya yaitu tersedianya bahan pangan siap pakai
dengan kualitas dan kuantitasnya tepat sesuai perencanaan.
Penyimpanan
bahan pangan adalah suatu tindakan untuk menjaga dan memperhatikan mutu komoditas
yang
disimpan
dengan
cara
menghidari,
mengurangi,
atau
menghilangkan berbagai faktor yang dapat mengurangi nilai komoditas yang disimpan (Direktorat Gizi Masyarakat 2003; Khomsan 2005).
11
12
Penyimpanan makanan yang baik di antaranya: 1. Makanan disimpan sebaiknya di dalam rak/lemari atau kotak sehingga tidak langsung bersentuhan dengan lantai. 2. Makanan tidak boleh disimpan dengan bertumpuk-tumpuk karena akan merusak wadah atau kemasan sehingga produk yang ada di dalamnya pun akan rusak. 3. Bahan pangan mentah harus disimpan terpisah dengan makanan yang sudah jadi atau matang. 4. Prinsip penyimpanan adalah FIFO (first in first out), yang lebih dahulu masuk harus keluar lebih dahulu pula. 5. Bahan pangan disimpan terpisah dengan bahan bukan makanan. 6. Penyesuaian kondisi dalam penyimpanan makanan, misalnya produk beku dan sebagainya (BPOM 2003; Fardiaz 2000). Tempat Penyimpanan Bahan pangan Hal lain yang perlu diperhatikan dalam sanitasi adalah pada saat menyimpan bahan pangan. Ada dua hal yang mendapat perhatian yaitu bahan pangan dan ruang penyimpanannya (Widyati & Yuliarsih 2002). 1. Bahan pangan yang akan disimpan harus dalam keadaan bersih 2. Ruang penyimpanan dibersihkan secara rutin, dan bila ada yang tumpah harus dibersihkan sesegera mungkin untu menghindari datangnya binatangbinatang dan serangga, misalnya semut, kecoa, tikus, dll 3. Jika ada bahan pangan yang disimpan ada yang busuk harus cepat dibuang. Persiapan dan Pengolahan Bahan Pangan Persiapan merupakan kegiatan mempersiapkan bahan pangan dan bumbu-bumbu sebelum dilakukan pengolahan.
Proses ini dimulai dari saat
bahan pangan diambil dari tempat penyimpanan kemudian dibersihkan, dipotong-potong dan diiris sesuai dengan kebutuhan sehingga siap untuk diolah. Teknik persiapan bahan pangan sebelum diolah berbeda-beda untuk setiap bahan pangan. Kerusakan zat gizi, penyusutan berat bahan, perubahan tekstur dan rasa, serta kerusakan makanan lainnya dapat terjadi bila bahan pangan tidak dipersiapkan dengan baik (Khomsan et.al. 2009). Pencucian bahan pangan dapat melarutkan kotoran yang mungkin masih ada seperti tanah pada umbi atau akar, residu pestisida pada sayuran dan buahbuahan, darah pada pangan hewani, atau debu pada beras.
Pada proses
12
13
persiapan memungkinkan terjadinya kehilangan jumlah zat gizi tertentu (Direktorat Gizi Masyarakat 2003). Definisi memasak adalah proses pemberian panas yang diberikan pada bahan pangan mentah dan setengah jadi sehingga bahan pangan tersebut dapat dimakan dan mudah dicerna, lezat di lidah, enak dipandang, mengubah bentuk penyajian serta aman untuk dikonsumsi.
Pengolahan makanan merupakan
kegiatan mengubah bahan pangan mentah menjadi makanan yang siap untuk dikonsumsi melalui berbagai proses yang berkaitan. Adapun tujuan pengolahan adalah untuk mempertahankan nilai gizi, meningkatkan nilai cerna, meningkatkan dan mempertahankan warna, bau, rasa, keempukan, dan penampakan makanan, juga untuk membebaskan dari mikroorganisme yang berbahaya (Fardiaz 1992; Yuliati 1996). Waktu pengolahan harus disesuaikan dengan waktu penyajiaan makanan dan jumlah makanan yang akan dibuat pada hari tersebut. Makanan yang diolah dalam jumlah besar kemungkinan berisiko masih mengandung jasad renik dalam jumlah yang tinggi. Hal ini dapat terjadi karena pemasakan yang tidak merata sehingga ada bagian makanan yang tidak mendapat perlakuan panas
yang
sama. Akibatnya makanan mudah basi dan memungkinkan sebagai penyebab terjadinya keracunan (Fardiaz 1992). Pengawasan mutu dalam proses pengolahan perlu dilakukan untuk menghindari risiko bahaya dalam pengolahan makanan.
Hal yang harus
dilakukan untuk mendapatkan makanan yang berkualitas di antaranya : 1. Mempersiapkan atau memasak makanan segera sebelum dikonsumsi, jarak antara waktu persiapan dan konsumsi harus kurang dari 6 jam. 2. Pemasakan kembali makanan dilakukan pada suhu minimal 66 ºC selama 15 menit, untuk makanan berkuah harus sampai mendidih. 3. Penyimpanan makanan dibawah suhu 4ºC tidak boleh lebih dari 4 hari. 4. Penyimpanan makanan pada suhu lebih 55ºC tidak boleh lebih dari 6 jam (Fardiaz 1992; Kepmenkes 2003b). Proses pengolahan, ada tiga hal pokok yang perlu untuk diperhatikan, yaitu tenaga pengolahan (penjamah), tempat pengolahan (dapur), dan cara pengolahan (Prabu 2008). 1. Tenaga pengolahan makanan (penjamah makanan) Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan, baik dalam persiapan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam
13
14
menyajikan makanan. Seorang penjamah makanan, seharusnya selalu dalam keadaan sehat dan terampil. Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan pribadi dan terbiasa untuk berprilaku sehat selama bekerja. 2. Tempat pengolahan makanan (dapur) Dapur adalah suatu tempat dimana makanan dan minuman di persiapkan dan diolah.
Dapur sangat berperan terhadap kualitas makanan yang akan
dihasilkan. Mengingat hal tersebut, maka untuk mendapatkan makanan yang berkualitas baik, dapat senantiasa dalam keadaan bersih atau lebih tepat dikatakan saniter, dapur hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut: (1) Lantai, (2) Dinding, (3) Jendela dan pintu, (4) Ventilasi, (5) Pencahayaan, (6) Peralatan, (7) Fasilitas pencucian peralatan bahan pangan, (8) Tempat cuci tangan, dan (9) Air bersih (Widyati&Yuliarsih 2002) 3. Cara pengolahan makanan Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikuti kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice). Bahan Tambahan Pangan (BTP) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan atau minuman dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan. Pemakaian BTP harus hati-hati dan tepat karena secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh bagi kesehatan baik positif atau negatif (BPOM 2002; Uransyah&Madya 2011). Penggunaan BTP seringkali disalahgunakan. Penyimpangan yang biasanya
dilakukan
oleh
pihak
produsen
(pembuat
makanan),
yaitu
menggunakan BTP yang dilarang digunakan untuk makanan dan menggunakan BTP yang jumlahnya melebihi dosis yang dianjurkan. Hal ini tentunya menjadi titik kritis yang harus diperhatikan para penjual makanan agar makanan yang dihasilkan tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan bagi konsumen atau pembeli yang mengonsumsi makanan tersebut.
14
15
Pemakaian BTP dapat dibenarkan apabila memenuhi persyaratan yaitu: (1) dapat mempertahankan kualitas gizi bahan pangan; (2) peningkatan kualitas atau stabilitas penyimpanan, sehingga mengurangi kehilangan kandungan gizi dalam bahan pangan; (3) membuat bahan pangan lebih menarik bagi konsumen; (4) mendapatkan bahan pangan yang dikehendaki bagi konsumen yang memerlukan diet khusus; (5) tidak bereaksi dengan bahan lain. Pemakaian BTP tidak dibenarkan jika untuk alasan di antaranya: (1) menutupi kesalahan teknik pengolahan dan penanganan; (2) untuk menipu konsumen; (3) hasilnya dapat menyebabkan terjadinya pengurangan nilai gizi; (4) untuk mengurangi biaya; (5) produk yang dihasilkan mengandung racun (Syah et.al. 2005; Uransyah & Madya 2011). Penyajian Makanan Penyajian makanan merupakan kegiatan akhir dari penyelenggaraan makanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan di antaranya (Karyantina 2007): 1. Makanan harus didistribusikan dan disajikan kepada konsumen tepat pada waktunya, tidak terlalu awal atau terlambat. 2. Makanan yang disajikan harus sesuai dengan jumlah atau porsi yang telah ditentukan. 3. Kondisi makanan yang disajikan sesuai dan dalam hal ini perlu diperhatikan yaitu suhu makanan. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam menghidangkan makanan yaitu (Uripi et.al 1993): 1. Kebersihan ruangan, tempat, dan alat makan 2. Kerapihan mengatur tempat makan 3. Pemakaian alat penyajian yang baik 4. Sifat masakan (perlu dihidangkan panas atau dingin) 5. Waktu makan 6. Jumlah konsumen/pembeli yang akan mengonsumsi Pengetahuan Higiene dan Sanitasi Makanan Pengetahuan adalah informasi yang tersimpan dalam ingatan dan menjadi faktor utama perilaku seseorang.
Pengetahuan diperoleh setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek.
Pengetahuan
merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan mengenai higiene dan sanitasi makanan berkaitan dengan upaya
15
16
dalam mengendalikan faktor individu, makanan, peralatan, dan tempat yang dapat atau mungkin menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan (Engel 1994; Notoatmojo 2007a) Pengetahuan mempunyai enam tingkatan dalam domain kognitif, yaitu: (1) tahu/know, (2) memahami/comprehension, (3) aplikasi/application, (4) analisis/analysis, (5) sintesis/synthesis dan (6) evaluasi/evaluation. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan metode wawancara atau pembagian kuesioner yang menanyakan mengenai isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo 2007a). Sikap Higiene dan Sanitasi Makanan Sikap merupakan respon atau reaksi seseorang yang sifatnya masih tertutup terhadap suatu objek. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas melainkan hanya kesediaan atau kesiapan untuk melakukan suatu tindakan. Sikap higiene dan sanitasi makanan terbatas pada penilaian dalam diri seseorang mengenai apa yang diyakini dan dirasa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan upaya penyehatan makanan (Notoatmojo 2007a). Adapun
tingkatan
merespon/responding,
dari (3)
sikap
yaitu:
(1)
menerima/receiving,
menghargai/valuing,
(4)
(2)
bertanggung
jawab/responsible. Praktik Higiene dan Sanitasi Praktik merupakan tindakan atau tingkah laku yang dilakukan seseorang sehubungan dengan materi yang diberikan atau dipelajari. Praktik higiene dan sanitasi makanan harus diterapkan dalam setiap tahapan pengolahan pangan. Praktik pengolahan pangan yang tidak sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi akan menjadi sumber kontaminan terhadap makanan sehingga akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia (Notoatmodjo 2007a; WHO dalam Hartono 2006). Tingkatan
praktik
persepsi/perception,
(2)
terdiri
atas
respon
empat
tahapan,
terpimpin/guided
yakni:
respons,
(1) (3)
mekanisme/mechanism, dan (4) adaptasi/adaptation (Notoatmodjo 2007a) Pelatihan Pelatihan diartikan sebagai proses pendidikan yang didalamnya ada proses pembelajaran dalam jangka pendek bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan
sehingga
mampu
meningkatkan
16
17
kompetensi individu.
Dalam pelatihan, para pesertanya akan mempelajari
pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu. Praktis disini mengandung makna bahwa materi yang diberikan kepada peserta akan diaplikasikan dengan segera (Priansyah 2011). Pelatihan adalah proses pembelajaran dalam waktu relatif singkat yang lebih menekankan pada praktik daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan menggunakan pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan dalam Sukiarko 2007). Pelatihan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai kriteria keberhasilan dari suatu program dan sebagai upaya merubah perilaku seseorang (Kirkpatrick dalam Sukiarko 2007). Pendampingan Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan yang lebih mengarah pada upaya menguasai, mengendalikan, dan mengontrol.
Pendampingan pada dasarnya merupakan
upaya untuk menyertakan masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu mencapai sesuatu yang lebih baik. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memfasilitasi pada proses pengambilan keputusan berbagai kegiatan yang terkait sesuai dengan kebutuhan.
Adapun fokus program
pendampingan adalah perubahan perilaku seseorang untuk menjadi mandiri dan kreatif (Deptan 2010).
17
18
KERANGKA PEMIKIRAN Makanan yang diolah hendaknya diproses dengan cara yang baik dan benar agar menghasilkan makanan yang sehat, bersih, dan bergizi.
Proses
pengolahan pangan yang harus diperhatikan dalam pengolahan tersebut meliputi mulai tahap persiapan bahan pangan sampai tahap penyajian makanan yang sudah matang. Karakteristik WAS yang meliputi usia, tingkat pendidikan, besar keluarga, dan pendapatan merupakan faktor yang mempengaruhi tersedianya fasilitas fisik yang dapat menunjang kegiatan pengolahan pangan dengan baik. Pengetahuan higiene dan sanitasi makanan merupakan informasi yang tersimpan dalam ingatan yang diperoleh setelah melakukan penginderaan terhadap objek yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi makanan.. Sikap
higiene
dan
sanitasi
makanan
merupakan
kecenderungan
seseorang untuk bereaksi dan bertindak yang bersumber dari penilaian mengenai apa yang diyakini terhadap hal-hal yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi makanan. Praktik higiene dan sanitasi makanan merupakan sejumlah tindakan yang dilakukan oleh seseorang beserta kondisi lingkungan dan keberadaan fasilitas penunjang yang berpengaruh terhadap upaya pencegahan penyakit. Pengetahuan, sikap, dan praktik merupakan tiga hal yang saling berkaitan.
Pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan
diperlukan dalam proses pengolahan pangan sebagai upaya pengendalian terhadap faktor makanan, orang, tempat dan peralatan yang dapat atau mungkin menyebabkan gangguan kesehatan (Kepmenkes 2003b). Secara tidak langsung, cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan adalah dengan memberikan pendidikan kepada penjamah. Pendidikan tersebut mengenai caracara praktik pengolahan pangan yang baik dan benar.
Pendidikan yang
diberikan berupa pelatihan dan pendampingan (WHO dalam Hartono 2006).
18
Karakteristik WAS (bentuk warung, jenis makanan jajanan)
Fasilitas fisik (ventilasi, SPAL, sumber air, wastafel, WC, lantai)
Proses pengolahan pangan: pembelian (tempat, frekuensi, pembacaan label pangan) penyimpanan (bahan kering, bahan mudah rusak) persiapan dan pengolahan (waktu, jumlah pengolah, sumber air, waktu) penyajian (alat saji, perlakuan terhadap makanan sisa, tempat penyajian)
Karakteristik IWAS (umur, pendidikan,besar keluarga, pendapatan)
Pelatihan dan Pendampingan
Pengetahuan higiene sanitasi makanan
Sikap higiene sanitasi makanan
Praktik higiene sanitasi makanan Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan di WAS . Keterangan: = variabel yang diteliti = hubungan yang diteliti
19
20
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul ”Dampak Program Warung Anak Sehat terhadap Perubahan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), serta Status Gizi Balita”.
Penelitian bagian ini
menggunakan studi pra eksperimen dengan one group pretest-posttest design yaitu desain penelitian ini tidak ada kelompok kontrol (pembanding) (Riyanto 2011). Metode yang digunakan observasi dengan melakukan wawancara dan pengisian kuesioner. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sukabumi tepatnya tersebar di beberapa Kecamatan antara lain Cisaat, Kadudampit, Kebon Pedes, Cicurug dan Warung Kiara. yang
telah
Lokasi penelitian dipilih secara purposive berdasarkan lokasi ditetapkan
sebagai
peserta
program
WAS,
dengan
mempertimbangkan prevalensi status gizi kurang dan buruk serta memiliki kasus kejadian keracunan.
Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan
Nopember 2011. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah semua ibu Warung Anak Sehat (IWAS) yang berjumlah 14 orang dari lima Kecamatan yang diteliti. dipilih secara purposive dari masyarakat setempat.
Contoh
Kriteria yang digunakan
dalam penarikan contoh adalah berjenis kelamin perempuan dan aktif sebagai kader posyandu di wilayah tersebut. Selain itu, ibu WAS dipilih berdasarkan keluarga kecil berkualitas (KKB) yang dipilih oleh pihak Kecamatan setempat. Warung Anak Sehat dibagi menjadi dua tipe, bentuk gerobak dan kios. Warung gerobak diperuntukkan bagi ibu yang sebelumnya tidak memiliki warung permanen sedangkan kios untuk ibu yang sudah pernah memiliki warung permanen. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner serta observasi secara langsung meliputi karakteristik IWAS, karakteristik WAS, pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan, proses pengolahan pangan jajanan,
20
21
dan fasilitas fisik. Data sekunder meliputi profil lokasi. Selengkapnya jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No 1
Data Profil lokasi
Jenis data
Cara pengumpulan
Sekunder
Arsip Kabupaten atau Kecamatan
2
Karakteristik IWAS: - nama - umur - pendidikan
Primer
Wawancara dengan kuesioner sistem tertutup
Primer
Wawancara dan pengamatan
Primer
Wawancara dengan kuesioner sistem terbuka dan tertutup serta pengamatan langsung
Primer
Wawancara dan pengamatan
Primer
Wawancara dengan kuisioner sistem terbuka
- besar keluarga - pendapatan 3
Karakteristik WAS: - bentuk warung - jenis makanan jajanan
4
5
Pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan
Fasilitas fisik: - peralatan - ventilasi - sumber air bersih - SPAL - lantai - tempat sampah - wastafel
6
Proses pengolahan pangan - pemilihan dan pembelian bahan pangan - persiapan dan pengolahan bahan pangan - penyimpanan bahan pangan - penyajian makanan
21
22
Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh diperiksa terlebih dahulu kelengkapan informasinya.
Selanjutnya data diolah baik secara manual maupun dengan
menggunakan software Microsoft Excell 2010 dan SPSS 16 for windows. Pengolahan data meliputi beberapa tahap diantaranya pengeditan, pengkodean, pengentrian, dan analisis.
Data dianalisis secara deskriptif dan
analitik. Uji statistik yang digunakan adalah paired samples t-test. Dalam kuesioner data yang akan diambil di antaranya karakteristik IWAS (Ibu Warung Anak Sehat), karakteristik WAS, pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan, dan cara pengolahan pangan jajanan yang meliputi pembelian dan pemilihan bahan, persiapan, pengolahan, dan penyajian makanan.
Data karakteristik IWAS (Ibu Warung Anak Sehat) meliputi umur,
besar keluarga, pendidikan, dan pendapatan. Umur. Data umur yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi tiga yaitu dewasa awal 20-40 tahun, dewasa tengah 41-65 tahun, dan dewasa akhir >65 tahun (Papalia & Olds 2001). Besar keluarga.
Data besar keluarga yang diperoleh kemudian
dikelompokkan berdasarkan BKKBN (2005) yakni kategori keluarga kecil jika ≤ 4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar ≥ 8 orang. Pendidikan. Data pendidikan dibagi menjadi tujuh kategori yakni tidak sekolah, tidak tamat SD (1-5 tahun), tamat SD (6 tahun), tamat SMP (9 tahun), tamat SMA (12 tahun), Akademi (D1, D2, D3), Sarjana dan pasca sarjana. Pendapatan. Data pendapatan terdiri atas pendapatan suami IWAS dan IWAS sendiri. Untuk kategori pendapatan yaitu kurang dari Rp 500.000; kisaran Rp 500.000-Rp 1.000.000; dan lebih dari Rp 1.000.000 Fasilitas fisik.
Data mengenai fasilitas fisik yang dikumpulkan yaitu
keberadaan ventilasi, SPAL, jamban sehat, wastafel, sumber air memasak, tempat sampah, dan lantai dapur. Pengetahuan higiene dan sanitasi makanan. Untuk pilihan berganda, jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Sedangkan untuk pertanyaan benar salah mengenai higiene dan sanitasi makanan, untuk pertanyaan positif jika dijawab benar diberi skor 1 dan jika dijawab salah diberi skor 0.
Untuk pertanyaan negatif, jika dijawab benar diberi skor 0 dan jika
dijawab salah diberi skor 1.
22
23
Sikap higiene dan sanitasi makanan. Respon terhadap masing-masing pernyataan diukur dengan dua tingkatan yaitu setuju dan tidak setuju, penentuan skor didasarkan pada Riduwan (2009) yaitu pernyataan positif jika setuju (dijawab benar) skor 1; tidak setuju (dijawab salah) 0 dan untuk pernyataan negatif jika setuju (dijawab salah) skor 0, tidak setuju (dijawab benar) skor 1. Praktik higiene dan sanitasi makanan. Untuk objek pengamatan positif jika memilih jawaban sering diberi skor 2, kadang-kadang diberi skor 1 dan tidak pernah diberi skor 0. Untuk objek pengamatan negatif, jika memilih jawaban sering diberi skor 0, kadang-kadang diberi skor 1 dan tidak pernah diberi skor 2. Proses pengolahan pangan.
Data yang diambil terkait proses
pembelian bahan pangan, persiapan dan pengolahan, penyimpanan bahan pangan, dan penyajian makanan. Pemilihan dan pembelian bahan pangan. Data yang dikumpulkan yaitu mengenai tempat, frekuensi pembelian bahan pangan, dan pembacaan label pangan kemasan. Penyimpanan bahan pangan.
Data yang dikumpulkan mengenai
pemisahan bahan pangan matang dan mentah, penyimpanan bahan pangan kering, dan penyimpanan bahan pangan mudah rusak. Persiapan dan pengolahan bahan pangan. Data yang dikumpulkan antara lain tempat pengolahan, waktu, jumlah tenaga pengolah, sumber air untuk memasak, cara pengolahan, dan penggunaan BTP. Untuk penggunaan BTP yang diteliti adalah penyedap rasa dan pewarna makanan. Penyajian makanan. Data yang dikumpulkan yaitu terkait dengan alat saji, perlakuan terhadap makanan sisa, dan lokasi penyajian. Pelatihan dan pendampingan. Pelatihan dilakukan selama dua hari dan pendampingan sebanyak empat kali pertemuan (satu bulan).
Pengambilan
pretest dilakukan pada minggu ke-4 bulan Juni. Pelatihan dilakukan awal bulan Juli dan pendampingan pada minggu ke-3 bulan September 2011. Selanjutnya pengambilan posstest pada bulan minggu ke-4 bulan Oktober. Analisis data secara deskriptif dilakukan dengan memberikan kategori atau pengelompokkan yang dilakukan dengan mengacu pada nilai acuan dan interval kelas. Analisis data lanjutan dilakukan untuk melihat pengaruh pelatihan dan pendampingan terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan jajanan. Selengkapnya pengkategorian dan kriteria data untuk masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
23
24
Tabel 2 Kategori dan kriteria variabel penelitian No 1
2
3
Variabel
Kategori
Umur
Besar keluarga
Pendidikan
Kriteria
1. Dewasa awal
20-40 tahun
2. Dewasa tengah
41-65 tahun
3. Dewasa akhir
>65 tahun
1. Keluarga kecil
≤4 orang
2. Keluarga sedang
5-7 orang
3. Keluarga besar
>8 orang
1. Tidak tamat SD
1-5 tahun
2. Tamat SD
6 tahun
3. SMP
9 tahun
4. SMA
12 tahun
Sumber Papalia & Olds (2001)
BKKBN (2005)
5. Akademi 6. Sarjana 4
Pendapatan
1.