ANALISIS CAPITAL BUDGETING DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 dan 2010)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Mohamad Reza Palevi 1112081000032
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu Tanggal 19 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Enam Belas telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4.
Nama : Mohamad Reza Palevi NIM : 1112081000032 Jurusan : Manajemen (Keuangan) Judul Skripsi : “Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 dan 2010)”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 19 Oktober 2016
1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si NIP. 19731221 200501 2 002
(_____________________) Ketua
2. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 19690203 200112 1 003
(_____________________) Sekretaris
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 19690203 200112 1 003
(_____________________) Pembimbing
4. Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc NIP.
(_____________________) Penguji Ahli
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Mohamad Reza Palevi
No. Induk Mahasiswa
: 1112081000032
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Konsentrasi
: Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, Oktober 2016
Mohamad Reza Palevi
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap
: Mohamad Reza Palevi Muharam
2. Tempat, Tanggal lahir
: Sukabumi, 20 Juni 1993
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki
4. Nama Ayah
: Salamto
5. Nama Ibu
: Siti Komariah
6. Anak ke
: 1 dari 2 saudara
7. Agama
: Islam
8. Alamat
: Kp. Siluman, Desa Mangun Jaya RT 005/013 No.4, Kec. Tambun Selatan, Kab. Bekasi
II.
9. Telepon
: 089636691672
10. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 1998-1999
: TK Muma 08
1999-2005
: SDN Mangun Jaya 05
2005-2008
: SMPN 3 Tambun Selatan
2008-2011
: SMAN 1 Tambun Selatan
2012-2016
: S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (4 tahun) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III.
PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Ciputat 2. HMJ Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Anggota Pengusaha Kampus
v
IV.
SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Kursus Bahasa Inggris International English Course (IEC) 2. Peserta Company Visit to Bank Indonesia 3. Seminar Pasar Modal Syariah (Panin Sekuritas) 4. Seminar “ASEAN 2015 Threat or Opportunity” 5. Peserta Company Visit to OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
vi
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan investasi menggunakan metode capital budgeting, yaitu melalui perhitungan payback period, discounted payback period, net present value, internal rate of return, dan profitability index terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) periode 2009 dan 2010 dengan menggunakan prospektus dan laporan keuangan sebagai bahan perhitungan dan analisis, serta dibandingkan dengan kinerja perusahaan tersebut selama 5 tahun setelah melakukan IPO. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 16 perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2009 dan 2010, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang mengambil obyek dengan kriteria tertentu, yaitu perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan mempublikasikan secara lengkap selama minimal 5 tahun semenjak melakukan IPO dan perusahaan tersebut menggunakan dana yang diperoleh dari IPO untuk keperluan proyek investasi. Hasil analisis capital budgeting dan kinerja keuangan perusahaan menunjukkan bahwa hasil dari masing-masing rasio keuangan tersebut sebagian besar sesuai dengan hasil analisis capital budgeting yaitu beberapa perusahaan seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) telah memenuhi kriteria kelayakan investasi dan juga memiliki kinerja keuangan yang baik ditinjau dari masing-masing rasio keuangan dan tidak menghasilkan nilai yang negatif, hanya Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dan Bumi Citra Permai Tbk (BCIP) yang tidak sesuai, karena secara analisis capital budgeting kedua perusahaan tersebut belum memenuhi kriteria kelayakan investasi namun memiliki kinerja keuangan yang baik dan tidak menghasilkan nilai rasio keuangan yang negatif. Kata Kunci : Initial Public Offering, Prospektus, Analisis Capital Budgeting, Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, Kelayakan Investasi.
vii
ABSTRACT This study aims to analyze the feasibility of investment using capital budgeting methods, namely through the calculation of the payback period, discounted payback period, net present value, internal rate of return, and profitability index against the companies which made an initial public offering (IPO) in the period 2009 dan 2010 using prospectus and financial statements as a calculation and analysis, and compared with the performance of the company for five years after an IPO. Samples used in this study as many as 16 companies which did an IPO in the period 2009 and 2010, where the method used is purposive sampling is a sampling method that takes an object with certain criteria, namely the company publishes audited financial statements ending on 31 December and publish complete for at least five years after an IPO and the company is using the proceeds from the IPO for the purposes of investment projects. The results of the analysis of capital budgeting and financial performance, we can conclude that the results of each of these financial ratios largely in line with the results of the analysis of capital budgeting are some companies like Alfaria Trijaya Resources Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP ), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) meets the eligibility criteria of investment and also have a good financial performance in terms of individual financial ratios and do not produce a negative value, just Agung Podomoro Land Tbk (APLN) and Bumi Citra Permai Tbk (BCIP) were not accordingly, because the result of capital budgeting analysis the two companies have not met the eligibility criteria for investment, but has a good financial performance and does not produce a negative value of financial ratios. Keywords: Initial Public Offering, Prospectus, Capital Budgeting Analysis, Company Performance, Financial Ratios, Investment Feasibility.
viii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan memberikan kenikmatan yang sempurna pada seluruh alam semesta ini. Shalawat serta salam tidak henti-hentinya kita ucapkan pada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan kita semua pengikutnya yang selalu istiqomah hingga akhir zaman. Aamiin Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2015)” ini dengan baik. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat dalam menempuh pendidikan Strata 1 (S1) atau gelar sarjana Ekonomi Manajemen pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika dalam penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan penulis. Namun berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus hati menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada: 1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rasa sayang dan kebaikan pada penulis. Puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu Yaa Rabb. Terima kasih atas segala kenikamatan yang engkau limpahkan pada hamba. 2. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Salamto dan Ibu Siti Komariah yang senantiasa memberikan kasih dan cintanya yang teramat besar untukku setiap harinya, papa dan mama yang tidak kenal lelah dalam mendidik dan membesarkan penulis dengan disiplin serta rela bekerja keras demi pendidikan anak-anaknya. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada papa dan mama juga semoga penulis dapat membanggakan keduannya. Aamiin
ix
3. Abah dan umi tercinta, K.H Ijaz Djajri Abdul Aziz dan H. Nenah Masluhah yang selalu menyemangati, memberikan support baik moril dan materil kepada penulis sampai akhir hayat mereka. 4. Adikku, Satria Novian Lesmana yang selalu menyemangati, memberikan dorongan dan doa agar penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. 5. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia
meluangkan
waktu
untuk
berdiskusi,
memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini serta segala motivasi dengan tegas dan bijaksana yang telah bapak berikan kepada penulis selama ini. 8. Ibu Ela Patriana, MM sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia memberikan dorongan dan arahan di setiap semester yang dilalui oleh penulis. 9. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis. 10. Seluruh staf karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia memberikan bantuan kepada penulis. 11. Sahabatku yang paling hebat, Maksum Sutisno, Rangga Permana, Ahmad Mansyur Pane, Putri Hasibuan, Eka Setifani, Ehan Asbiannur, Dwi Aryani Oktavia, Zahra Afifah, dan Ibnu Kamal Adin. Terima kasih yang sebesarbesarnya atas semua pengalaman, canda tawa, tangis, motivasi dan juga arahan yang selalu kalian berikan. Terima kasih telah menerimaku menjadi sahabat kalian serta selalu menemaniku disaat keadaan senang ataupun
x
sedih. Waktu yang kuhabiskan serta berbagi cerita bersama kalian akan selalu ku kenang di masa tua nanti. 12. Sahabatku di Bekasi, Nur Ari Setiawan, Reggy Laras Sucipto, Yudianto Adha, Rahmat Arifin, Asep Handoko, Deny Gunawan, Dwi Saputra, Aditya Janata Priya, Sulistyo Pratomo, Chaerul Bobby Umam, Muhamad Najib, Muhamad Andar, Andhes, Idham Katiasan Robi, Panji Yuwana Adam. Terima kasih atas pengalaman, canda tawa, pelajaran, motivasi dan juga arahan yang kalian berikan kepada penulis. Semoga kita akan menjadi orang sukses di masa depan nanti. Kalian yang Terbaik. 13. Teman-teman Manajemen 2012, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan nya selama ini. 14. Teman-Teman Manajemen Keuangan 2012, Terima kasih atas semua pelajaran dan kenangan yang telah diberikan. 15. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Oktober 2016
Mohamad Reza Palevi
xi
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF. ................................. ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI. ................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH. ........................ iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR TABEL. ......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR. ................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN. ............................................................................... xviii BAB. I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Permasalahan ......................................................................................... 8 1. Identifikasi Masalah. ....................................................................... 8 2. Batasan Masalah. ............................................................................. 9 3. Perumusan Masalah. ...................................................................... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 10 BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12 A. Landasan Teori ................................................................................... 12 1. Keputusan Investasi ...................................................................... 12 2. Capital Budgeting ........................................................................ 14 a. Payback Period. ...................................................................... 17
xii
b. Discounted Payback Period. ................................................... 20 c. Net Present Value. ................................................................... 21 d. Internal Rate of Return. ........................................................... 25 e. Modified Internal Rate of Return.. .......................................... 26 f. Profitability Index. .................................................................. 28 3. Arus Kas. ....................................................................................... 29 a. Arus Kas yang Relevan. .......................................................... 30 b. Arus Kas Inkremental. ............................................................. 30 c. Arus Kas Bebas. ...................................................................... 31 4. Initial Public Offering. .................................................................. 32 a. Tahap Sebelum Emisi.............................................................. 35 b. Tahap Saat Emisi Efek ke Publik. ........................................... 36 c. Tahap Setelah Emisi. ............................................................... 39 B. Pengukuran Kinerja Perusahaan. ......................................................... 40 1. Rasio Profitabilitas. ....................................................................... 40 a. Operating Profit Margin. ........................................................ 40 b. Net Profit Margin. ................................................................... 41 c. Return On Asset. ...................................................................... 41 d. Return On Equity. .................................................................... 41 e. Earning per Share. .................................................................. 41 2. Rasio Leverage. ............................................................................. 42 a. Total Debt to Equity Ratio. ..................................................... 42 b. Total Debt to Total Asset Ratio. .............................................. 42 C. Penelitian Terdahulu. .......................................................................... 43 D. Kerangka Pemikiran. ........................................................................... 49 BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 51 A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 51 B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 51 C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 54 D. Metode Analisis Data ......................................................................... 54
xiii
1. Analisis Capital Budgeting. .......................................................... 54 2. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan. ....................................... 55 BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................ 56 A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. . 56 1. Innitial Public Offering. ................................................................ 56 2. Dasar Perhitungan Capital Budgeting. .......................................... 61 a. Tingkat Inflasi. ........................................................................ 61 b. Nilai Tukar Mata Uang Asing. ................................................ 62 c. Tingkat Suku Bunga. ............................................................... 63 d. Laporan Keuangan Arus Kas. ................................................. 63 B. Hasil Analisis dan Pembahasan. .......................................................... 65 1. Perhitungan Capital Budgeting. .................................................... 65 a. Payback Period. ...................................................................... 65 b. Discounted Payback Period. ................................................... 68 c. Net Present Value. ................................................................... 72 d. Profitability Index.. ................................................................. 74 e. Modified Internal Rate of Return.. .......................................... 77 2. Kinerja Keuangan Perusahaan. ..................................................... 80 a. Net Profit Margin. ................................................................... 80 b. Operating Profit Margin. ........................................................ 82 c. Return On Equity. .................................................................... 83 d. Return On Asset. ...................................................................... 84 e. Debt to Equity Ratio. ............................................................... 85 f. Debt to Asset Ratio. ................................................................. 87 g. Earning per Share. .................................................................. 88 3. Perbandingan Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan Perusahaan. .................................................................................... 90 BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................. 91 A. Kesimpulan.......................................................................................... 91 B. Implikasi. ............................................................................................. 93
xiv
C. Saran .................................................................................................... 94 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 96 LAMPIRAN . .................................................................................................. 99
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 43 Tabel 3.1 Pemilihan Sampel ............................................................................. 53 Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan. ............................................................... 53 Tabel 4.1 Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2009-2015. .................................. 61 Tabel 4.2 Nilai Tukar Rupiah ke USD periode 2009-2015............................... 62 Tabel 4.3.Suku Bunga Bank Indonesia periode 2009-2015. ............................. 63 Tabel 4.4 Payback Period ................................................................................. 65 Tabel 4.5 Discounted Payback Period. ............................................................. 69 Tabel 4.6 Net Present Value. ............................................................................. 72 Tabel 4.7 Profitability Index. ............................................................................ 74 Tabel 4.8 Modified Internal Rate of Return. ..................................................... 77 Tabel 4.9 Net Profit Margin. ............................................................................. 80 Tabel 4.10 Operating Profit Margin. ................................................................. 82 Tabel 4.11 Return on Equity. ............................................................................ 83 Tabel 4.12 Return on Asset. .............................................................................. 84 Tabel 4.13 Debt to Equity Ratio. ....................................................................... 85 Tabel 4.14 Debt to Asset Ratio. ......................................................................... 87 Tabel 4.15 Earning per Share. .......................................................................... 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Corporate Goal, financial management and capital budgeting... 43 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran. ..................................................................... 50
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Tabel Perusahaan Yang Diteliti
Lampiran 2
: Tabel Penggunaan Dana IPO Oleh Perusahaan
Lampiran 3
: Tabel Perhitungan Kinerja Keuangan Perusahaan
Lampiran 4 : Hasil uji banding antara proyeksi capital budgeting dan hasil analisis capital budgeting riil.
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu keputusan paling penting bagi pengelolaan keuangan yang menjadi tanggung jawab manajer keuangan adalah keputusan tentang investasi (investment decision). Keputusan investasi merupakan keputusan yang paling penting bagi pengelolaan keuangan. Semua bagian dari aktivitas perusahaan yaitu produksi, pemasaran, dan lain-lain, juga sangat terpengaruh terhadap keputusan investasi ini (Rodoni, 2010). Dengan demikian semua eksekutif terlepas dari tanggung jawab utamanya harus mengetahui bagaimana keputusan investasi ini dilakukan. Sebuah perusahaan dapat mengalami kerugian atau kehilangan pasar. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, diantaranya karena terdapat kesalahan dalam manajemen keuangan, terutama dalam hal penganggaran modal (Capital budgeting). Capital budgeting digunakan untuk mempertimbangkan apakah suatu rencana penanaman modal layak atau tidak untuk dilaksanakan (Clauss, 2010). Penganggaran modal yang efektif dapat meningkatkan ketepatan waktu maupun mutu dari akuisisi aktiva. Jika sebuah perusahaan meramalkan kebutuhannya akan aktiva-aktiva modal sebelumnya, perusahaan tersebut akan dapat membeli dan memasang aktiva sebelum aktiva dibutuhkan. Penganggaran modal umumnya melibatkan pengeluaran-pengeluaran yang substansial, dan sebelum dapat menghabiskan sejumlah besar uang, perusahaan harus menyediakan dana tersebut terlebih dahulu. Sebuah perusahaan yang sedang
1
mempertimbangkan untuk menjalankan sebuah program pengganggran modal utama sebaiknya merencanakan pendanaannya cukup jauh sebelumnya untuk memastikan adanya ketersediaan dana. Bidang keuangan relatif kompleks dan sedang mengalami perubahan konstan sebagai respon atas terjadinya pergeseran pada kondisi-kondisi perekonomian. Semua ini membuat masalah keuangan menjadi menggairahkan dan juga menarik, tetapi juga menantang dan terkadang membingungkan, disamping itu risiko yang muncul dalam mengelola keuangan semakin tinggi karena tingkat persaingan dan perubahan gejolak ekonomi, politik dan kebijakan pemerintah yang tidak menentuh sehingga membuat para pemilik modal selalu berhati-hati dalam berinvestasi dan memilih jenis investasi yang akan dijalankan. Capital budgeting adalah proses dimana perusahaan menentukan bagaimana untuk menanamkan modalnya. Termasuk dalam proses ini adalah keputusan untuk berinvestasi ke perusahaan-perusahaan baru, menilai jumlah modal yang telah diinvestasikan dalam investasi yang ada, mengalokasikan dan mendistribusikan modal ke seluruh divisi, dan mengakuisisi perusahaan lain (Clauss, 2010). Pada intinya, proses capital budgeting mendefinisikan jumlah dan ukuran aset riil perusahaan, yang pada gilirannya menghasilkan arus kas yang pada akhirnya menentukan profitabilitas, nilai, dan kelangsungan hidup perusahaan. Pada prinsipnya, keputusan investor untuk berinvestasi di perusahaan baru harus dibuat sesuai dengan apakah investasi tersebut meningkatkan
2
kekayaan pemegang saham perusahaan. Sebagai contoh, net present value (NPV) menentukan proses obyektif agar perusahaan dapat menilai investasi untuk membuat investasi modal baru yang diharapkan. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional tidak akan terlepas dari masalah pemenuhan kebutuhan dana untuk pembiayaan. Faktor ketersediaan dana harus terpenuhi dengan baik agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Fakta tidak selalu sejalan dengan harapan. Dana yang diambil dari internal perusahaan sering tidak dapat mencukupi sehingga diperlukan usaha untuk mencari sumber tambahan dari eksternal. Kelangsungan hidup maupun kemampuan berkembang suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan modal. Kebutuhan atas modal yang diperlukan oleh suatu perusahaan dapat diperoleh antara lain dengan mengajukan kredit kepada bank, pinjaman kepada lembaga keuangan atau menggabungkan, meleburkan maupun mengalihkan perusahaannya kepada perusahaan lain (Sudana, 2011). Namun, terdapat alternatif lain yang dapat dilakukan dalam mencari tambahan modal, yaitu mencari pihak yang bersedia membeli sebagian kepemilikan perusahaan. Penjualan kepemilikan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya yaitu melalui penjualan sebagian dari saham perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas yang dalam hal ini disebut dengan investor atau pemodal. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan bagi perusahaan yang sedang berkembang guna mendapatkan tambahan dana untuk keperluan pembiayaan dan pengembangan usaha perusahaan. Para investor yang
3
mempunyai dana lebih dan ingin menyimpannya sebagai investasi diharapkan akan memberikan keuntungan memilih pasar modal sebagai sarana berinvestasi. Oleh karena itu, pasar modal mempunyai peran penting sebagai lahan penyaluran dana secara efisien. Perusahaan yang berniat untuk menjual efek kepada investor dapat melakukannya di pasar modal melalui penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). Ketika akan menerbitkan efek, perusahaan harus menjadi perusahaan terbuka agar dapat terdaftar di Bursa Efek Indonesia (selanjutnya ditulis dengan istilah BEI). Persyaratan utama untuk melakukan initial public offering (selanjutnya ditulis dengan istilah IPO) adalah mendapatkan pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Tandelilin, 2010). Seluruh informasi mengenai perusahaan harus disampaikan kepada Bapepam dan berbagai dokumen perusahaan akan diperiksa. Selain pernyataan efektif dari Bapepam, perusahaan yang bermaksud mencatatkan sahamnya di bursa efek harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh bursa efek tersebut. Setelah semua persyaratan dipenuhi barulah sebuah perusahaan dapat menjual surat-surat berharga atau efek. Terdapat dua tahap dalam penjualan efek-efek tersebut. Tahap pertama adalah pada saat efek-efek tersebut untuk pertama kalinya ditawarkan ke publik dan biasa disebut initial public offering, yang penjualannya dilakukan pada pasar perdana (primary market). Tahap kedua pada saat surat-surat berharga telah berpindah tangan dan diperdagangkan di pasar sekunder (secondary market). Initial public offering atau penawaran umum saham perdana merupakan salah satu usaha yang
4
lebih disukai dalam menghimpun dana untuk membiayai keberlangsungan perusahaan. Namun pada prakteknya penetapan harga saham perdana pada IPO atau saat go public sangat sulit, karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan penawaran, selain itu kebanyakan dari perusahaan yang akan go public mempunyai sedikit atau bahkan tidak ada pengalaman terhadap penetapan harga saham tersebut dan pada umumnya dalam melakukan penjualan saham di pasar perdana, perusahaan menyerahkannya kepada underwriter yang merupakan perantara antara perusahaan yang membutuhkan dana dengan investor sebagai penyedia dana, sedangkan investor di pasar perdana dituntut untuk menggunakan berbagai sumber informasi agar dapat secara wajar menilai harga saham yang ditawarkan pada saat IPO (Isfaatun dan Hatta, 2010). Informasi merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam aktivitas pasar modal. Investor tentunya menginginkan
tingkat
keuntungan yang optimal atas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan adanya informasi publik investor dapat mereaksi informasi yang berkaitan dengan efisiensi di pasar modal. Salah satu sumber informasi bagi para investor berasal dari pihak manajemen perusahaan yang akan menerbitkan saham. Manajemen perusahaan harus menjelaskan kondisi perusahaan secara menyeluruh sebelum menawarkan sahamnya dengan cara menerbitkan prospektus. Prospektus merupakan salah satu ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang harus dipenuhi oleh sebuah
5
perusahaan yang akan melakukan IPO. Propektus berisi sejumlah informasi akuntansi dan informasi non-akuntansi dari perusahaan yang akan melakukan proses IPO. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri atas neraca, perhitungan laba rugi, laporan arus kas, dan penjelasan laporan keuangan, sedangkan informasi non-akuntansi berisi informasi selain laporan keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independent, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lainnya (Nasirwan, 2012). Prospektus merupakan gabungan antara profil perusahaan dan laporan tahunan yang menjadi sebuah dokumen resmi yang digunakan oleh suatu lembaga atau perusahaan untuk memberikan gambaran tentang saham yang ditawarkan untuk dijual kepada publik. Selain saham, prospektus juga berisikan tentang penjelasan bidang usaha perusahaan, laporan keuangan, biografi dari dewan komisaris dan dewan direksi, informasi terinci mengenai kompensasi mereka, perkara-perkara yang sedang dihadapi perusahaan, daftar aset perusahaan, dan informasi yang bersifat material. Suatu prospektus harus mencakup semua informasi mengenai penawaran umum dari emiten atau perusahaan publik. Prospektus mengenai IPO akan didistribusikan oleh penjamin emisi atau pialang saham kepada investor potensial. Salah satu sumber informasi yang relevan untuk digunakan dalam menilai perusahaan yang akan go public adalah laporan keuangan yang terdapat di prospektus. Perusahaan tersebut akan menerbitkan bukan hanya saham pertama, namun bisa juga menawarkan saham kedua. Biasanya perusahaan akan merekrut seorang bankir
6
investasi untuk menjamin penawaran tersebut dan seorang pengacara korporat untuk membantu menulis prospektus. Penjualan saham diatur oleh pihak berwajib dalam pengaturan finansial dan jika relevan diatur oleh sebuah bursa saham (Brealey et al., 2011: 472). Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan laporan tersebut dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian kinerja perusahaan. Dari informasi akuntansi dan non akuntansi dalam prospektus itulah investor dapat menganalisis atau melakukan penilaian terhadap perusahaan tersebut. Hasil analisis atau penilaian prospektus ini dapat digunakan investor untuk membuat berbagai keputusan atau kesimpulan. Misalnya, apakah investor akan membeli saham perusahaan tersebut, apakah prospek perusahaan tersebut bagus, dan apakah harga saham perdana yang ditawarkan relatif sesuai atau wajar dengan kondisi perusahaan. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian menggunakan analisis capital budgeting terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) periode 2009 dan 2010 dengan menggunakan prospektus dan laporan keuangan sebagai bahan perhitungan dan analisis, serta dibandingkan dengan kinerja perusahaan tersebut selama 5 tahun setelah melakukan IPO, sehingga penulis memilih judul penelitian tentang “Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 dan 2010)”.
7
B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Dana yang diambil dari internal perusahaan sering tidak dapat mencukupi sehingga diperlukan usaha untuk mencari sumber tambahan dari eksternal, sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan IPO agar bisa memperoleh dana tambahan yang dibutuhkan untuk mengembangkan perusahaan. b. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan bagi perusahaan yang sedang berkembang guna mendapatkan tambahan dana untuk keperluan pembiayaan dan pengembangan usaha perusahaan. c. Kesulitan yang dialami oleh investor dalam menilai perusahaan yang baru saja melakukan IPO, sedangkan investor di pasar perdana dituntut untuk menggunakan berbagai sumber informasi agar dapat secara wajar menilai harga saham yang ditawarkan pada saat IPO. d. Kegunaan capital budgeting untuk mempertimbangkan apakah suatu rencana penanaman modal layak atau tidak untuk dilaksanakan. e. Informasi akuntansi dan non akuntansi dalam prospektus dapat digunakan investor untuk menganalisis atau melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan tersebut. Hasil analisis atau penilaian prospektus ini dapat digunakan investor untuk membuat berbagai keputusan atau kesimpulan.
8
2. Batasan Masalah Dalam penelitian ini peneliti memberi batasan sebagai berikut : a. Perusahaan yang diambil adalah perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2009 dan 2010. b. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan mempublikasikan secara lengkap selama minimal 5 tahun semenjak melakukan IPO. c. Perusahaan tersebut menggunakan dana yang diperoleh dari IPO untuk proyek investasi. d. Penggunaan metode capital budgeting untuk menganalisis apakah proyek suatu perusahaan layak atau tidak untuk dilaksanakan. e. Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO dilihat melalui rasio profitabilitas untuk melihat bagaimana kinerja perusahaan dalam mengahasilkan laba dan rasio leverage untuk mengetahui kemampuan perusahaan mengendalikan tingkat utang mereka dan meminimalkan resiko gagal bayar.
3. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Apakah
perusahaan-perusahaan
yang
melakukan
IPO
telah
memenuhi kriteria kelayakan investasi analisis capital budgeting dengan menggunakan metode payback period, discounted payback period, net present value, internal rate of return, profitability index ?
9
b. Bagaimana kinerja perusahaan setelah melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia ? c. Bagaimana hasil analisis capital budgeting yang digunakan dalam penelitian ini apabila dibandingkan dengan hasil kinerja keuangan perusahaan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Menganalisis kelayakan investasi perusahaan yang melakukan IPO menggunakan metode capital budgeting. b. Menganalisis
kinerja
perusahaan
setelah
melakukan
IPO
menggunakan rasio-rasio keuangan. c. Menganalisis hasil dari perhitungan menggunakan metode capital budgeting yang digunakan dibandingkan dengan hasil analisis kinerja keuangan perusahaan. 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teknik apa saja yang digunakan dalam melakukan analisis capital budgeting serta dapat mengaplikasikan teori yang didapatkan selama kuliah. b. Bagi investor/calon investor di pasar modal, hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi investor yang ingin menanamkan modalnya pada penawaran umum perdana. Dengan beracuan pada hasil penelitian ini, diharapkan investor dapat
10
mengambil keputusan dalam berinvestasi agar dapat memilih perusahaan yang tepat untuk diinvestasikan berdasarkan analisis capital budgeting dan kinerja perusahaan tersebut setelah melakukan IPO. c. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam menilai kelayakan investasi yang tepat untuk menambah nilai perusahaan dan meminimalkan risiko pada saat melakukan investasi. d. Bagi bidang akademik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi dan dasar untuk melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai metode capital budgeting dan kinerja perusahaan setelah melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung penelitian serta berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan teori serta argumentasi yang disusun sebagai tuntunan dalam memecahkan masalah penelitian. 1. Keputusan Investasi Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana yang dimiliki saat ini dengan harapan dapat menghasilkan arus dana pada masa yang akan dating yang jumlahnya lebih besar daripada jumlah dana yang dikeluarkan pada saat investasi awal. Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang. Investasi jika dilihat dari jenis aktivanya, dibedakan ke dalam investasi aktiva riil dan investasi pada aktiva non riil (aktiva finansial). Investasi pada aktiva riil misalnya investasi dalam tanah, gedung, mesin dan peralatan-peralatan. Investasi pada aktiva finansial misalnya investasi ke dalam surat-surat berharga, sedangkan apabila dilihat dari jangka waktunya, dibedakan menjadi 3 macam, yaitu investasi jangka pendek, investasi jangka menengah, dan investasi jangka panjang. Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang, sehingga keputusan yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan
12
baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Keputusan investasi sering disebut sebagai capital budgeting yakni keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana yang jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun. Perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal : (Sutrisno, 2007: 121-122) a. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar, dan jumlah dana yang besar tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus; b. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka cukup lama untuk memperoleh dana tersebut; c. Keputusan
investasi
menyangkut
harapan
terhadap
hasil
keuntungan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan
peramalan
terjadinya over atau under
akan investment,
dapat yang
mengakibatkan akhirnya
akan
merugikan perusahaan; d. Keputusan
investasi
jangka
berjangka
panjang,
sehingga
kesalahan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai akibat yang panjang dan berat, serta kesalahan dalam keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar.
13
2. Capital Budgeting Menurut Francis J. Clauss (2010), capital budgeting merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis (mengidentifikasi dan memilih) kelayakan suatu proyek/jenis investasi dalam jangka panjang yang
akan
dilakukan
oleh
perusahaan
dan
diharapkan
untuk
menghasilkan benefit lebih dari satu tahun. Keputusan capital budgeting melibatkan penggunaan sumber daya perusahaan yang terbatas untuk suatu komitmen dalam jangka panjang. Ketika keputusan tersebut akan dilaksanakan maka perusahaan tersebut harus dapat menetapkan kondisi sekarang dan kemungkinan pengeluaran dana di masa depan. Capital budgeting dibagi dalam empat tahapan yaitu project definition & cash flow estimation, project analysis
& project selection, project
implementation, project review (Cooper, Morgan & Alonzo, 2012). Gambar 2.1 Corporate Goal, financial management and capital budgeting
Sumber : Clauss, 2010
14
Capital budgeting memainkan suatu peranan penting dalam menentukan apakah suatu perusahaan akan meraih sukses atau tidak. Komitmen terhadap dana yang dikeluarkan pada suatu investasi sangat besar dan bahkan tidak dapat diubah. Meskipun ada beberapa keputusan capital budgeting yang rutin dan tidak mengubah risiko yang dihadapi oleh perusahaan, tetapi ada pula beberapa keputusan capital budgeting yang cukup berpengaruh pada posisi pasar di masa depan. Keputusan investasi yang dilakukan dengan perhitungan capital budgeting melibatkan dana yang besar dan periode waktu yang panjang. Capital budgeting melibatkan alokasi dana atas waktu yang bertujuan untuk memaksimalkan market value dari common stock perusahaan, atau dengan kata lain adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham kemudian diterjemahkan menjadi prinsip capital budgeting sebagai berikut (Shapiro, 2010): a. Pilih investasi-investasi yang serupa dan memiliki ketersediaan informasi yang serupa. b. Ambil seluruh investasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. c. Tolak seluruh investasi yang dapat menurunkan kesejahteraan pemegang saham.
15
Setelah diketahui bahwa konsistensi tujuan dari analisis capital budgeting adalah bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, kriteria yang dipenuhi harus sebagai berikut (Shapiro, 2010): a. Penempatan beban yang lebih tinggi pada cash flows awal daripada cash flows di waktu mendatang. Sebaiknya tidak dibebankan cash flows yang berbeda pada periode waktu yang sama. b. Dilakukan perhitungan terhadap cash inflows dan cash outflows yang diasosiasikan dengan proyek. Sebaiknya mengabaikan elemen pada reported earnings yang tidak merefleksikan cash flows, dan faktor dalam cash inflows dan cash outflows yang tidak muncul dalam reported earnings. c. Mengharapkan cash flows yang lebih tinggi pada proyek yang
berisiko tinggi. Sebaiknya membuat urutan risiko atas
proyek-proyek, dan risiko terbesar memiliki prioritas terendah. Keputusan
capital
budgeting
harus
dihubungkan
dengan
perencanaan strategi perusahaan yang menyeluruh. Strategi meliputi perencanaan untuk masa depan perusahaan. Capital budgeting secara inheren memerlukan komitmen terhadap masa depan. Sejumlah faktor digabungkan untuk membuat capital budgeting menjadi salah satu fungsi yang mungkin paling penting diantara keseluruhan fungsi yang harus dilakukan oleh para manajer keuangan dan staf-stafnya, karena
16
hasil keputusan dari capital budgeting akan terus berlangsung selama bertahun-tahun,
dan
perusahaan
akan
kehilangan
sebagian
fleksibilitasnya. Capital budgeting harus diintegrasikan dengan perencanaan strategi karena investasi yang berlebihan atau investasi yang tidak mencukupi akan mempunyai konsekuensi yang serius terhadap masa depan perusahan. Menurut Keown et. al. (2011) ada tujuh kriteria paling umum yang dapat digunakan untuk menentukan apakah sebaiknya proyek itu diterima atau ditolak di dalam capital budgeting, yaitu: payback period, discounted payback period, net present value, profitability index, internal rate of return, modified internal rate of return yang masingmasingnya akan dijelaskan lebih lanjut. a. Payback Period Payback period adalah metode yang digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian uang yang ditanamkan dalam investasi (Ross et.al, 2008). Metode ini cenderung untuk menghasilkan suatu ukuran waktu ekonomis dari investasi yang dilakukan. Semakin lama umur ekonomis investasi melewati payback period, maka investasi ini akan semakin menarik. Metode ini bukanlah alat pengukuran profit yang akan diperoleh tetapi lebih merupakan alat mengukur tingkat likuiditas yang diharapkan sehingga dapat diperoleh urutan proyek dari
17
yang memiliki periode terpendek hingga yang terpanjang. Metode ini hanya untuk digunakan sebagai alat seleksi awal untuk memilih investasi (Brigham & Houston, 2009 ). (2.1)
Saat arus kas masuk tidak sama dari tahun ke tahun, payback period dilakukan dengan menghitung kumulasi dari arus kas masuk hingga sama dengan jumlah kas bersih yang dikeluarkan. Jika payback akan digunakan sebagai batasan untuk menghilangkan beberapa pillihan investasi, periode
yang
digunakan harus konsisten dengan siklus dari produk yang dihasilkan,
potensi
perubahan
teknologi
atau
preferensi
konsumen. Metode ini memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut: 1) Metode ini tidak mempertimbangkan pendapatan yang akan didapat setelah payback period yang ditetapkan oleh perusahaan 2) Metode ini tidak mempertimbangkan time value of money 3) Metode ini tidak membedakan antara proyek yang membutuhkan investasi kas yang berbeda 4) Metode ini tidak mempertimbangkan tingkat likuiditas perusahaan secara keseluruhan
18
5) Metode ini mengabaikan biaya yang digunakan untuk mendukung investasi, bahkan selama payback period Meskipun metode payback period ini memiliki banyak kelemahan, namun metode ini masih cukup populer untuk digunakan. Hal ini dikarenakan keunggulan yang dimilikinya antara lain (Cooper, Morgan & Alonzo, 2012): 1) Metode ini sangat sederhana 2) Para manajer mempunyai kesulitan untuk melakukan estimasi terhadap cash flow yang akan terjadi 2-5 tahun ke depan dan melakukan estimasi dari data historis 3) Banyak perusahaan mempunyai masalah dengan likuiditas dan sangat mementingkan seberapa cepat dana yang diinvestasikan akan kembali 4) Sangat sederhana untuk melakukan kompensasi terhadap perbedaaan risiko dari beberapa alternatif investasi yang ditawarkan: investasi dengan tingkat risiko yang lebih tinggi dievaluasi dengan menggunakan payback period yang lebih rendah 5) Beberapa perusahaan memiliki external financing yang tinggi dan harus mencari dana dari internal perusahaan untuk membiayai investasinya
19
b. Discounted Payback Period Discounted
payback
period
adalah
waktu
yang
dibutuhkan untuk membayar kembali investasi yang telah dilakukan melalui arus kas masuk masa depan yang telah didiskontokan (Ross et.al, 2008). Setiap arus kas masuk didiskontokan kembali ke awal masa investasi pertama kali dilakukan, yang didasarkan pada suatu persentase yang mencerminkan konsep time value of money dan ketidakpastian dari arus kas masuk pada masa depan. Seperti analisis payback period, discounted payback period merupakan analisis yang mengukur jangka waktu pengembalian uang yang ditanamkan dalam suatu investasi. Sehingga ada anggapan bahwa semakin cepat waktu yang diperlukan untuk memperoleh kembali modal semula yang ditanamkan maka akan semakin baik investasi itu untuk dilaksanakan. Arus kas masuk untuk setiap periode harus dihitung dengan menggunakan rumus: (
)
(
)
Keterangan : i =
Discounted rate
n=
Tahun periode kas masuk
20
Setelah itu, baru kita menghitung discounted payback periodnya dengan rumus sebagai berikut : (
)
Keterangan : A =
Tahun periode terakhir dengan hasil diskonto arus kas kumulatif negatif
B =
Nilai dari discounted cash flow pada akhir periode A
C =
Discounted cash flow selama periode setelah A.
Metode ini mempunyai beberapa keunggulan, yaitu : 1) Metode ini mempertimbangkan time value of money 2) Metode ini mempertimbangkan risiko dari arus masuk pada masa depan untuk pengembalian modal investasi Metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu : 1) Melalui
perhitungan
dengan metode ini
tidak dapat
diketahui dengan bukti yang jelas bahwa investasi yang dilakukan dapat menaikkan nilai dari perusahaan 2) Metode ini mengesampingkan pendapatan yang akan didapat setelah payback period yang ditetapkan oleh perusahaan
c. Net Present Value Menurut Kasmir (2012:182) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV Investasi selama umur investasi, sedangkan
21
menurut Ibrahim (2009:142) Selisih yang didapatkan antara nilai yang ditanamkan atas investasi tersebut dengan present value dari arus kas masuk yang diperkirakan didapat dari investasi yang ditanamkan dan itulah yang disebut dengan net present value. Rumus NPV adalah sebagai berikut :
∑
(
(
)
)
Keterangan : Ct
= Arus kas pada periode t
t
= Waktu periode tahun ke t
Cₒ
= Jumlah investasi awal
r
= Tingkat suku bunga
Hasil positif dari Net Present Value (NPV) berarti investasi
yang
akan
meningkatkan nilai dari
dilakukan
pada
akhirnya
dapat
perusahaan, sehingga sebaiknya
perusahaan menerima investasi tersebut. Hasil negatif dari Net Present Value (NPV) berarti investasi yang akan dilakukan pada akhirnya dapat mengurangi
nilai dari perusahaan, sehingga
sebaiknya perusahaan menolak proyek investasi tersebut. Jika hasil yang didapat Net Present Value (NPV) sama dengan nol maka investasi yang akan dilakukan tidak akan mengubah nilai dari perusahaan tersebut.
22
Kelebihan dari metode ini adalah: 1) Metode ini dapat menunjukkan bukti secara jelas bahwa investasi
yang
dilakukan
dapat
menaikkan
nilai
perusahaan 2) Metode ini mempertimbangkan semua arus kas masuk yang ada 3) Metode ini mempertimbangkan konsep time value of money 4) Metode ini mempertimbangkan risiko dari arus masuk pada masa depan untuk pengembalian modal investasi
Kelemahan dari metode ini antara lain: 1) Membutuhkan perkiraan jangka panjang terperinci dari arus kas bebas proyek. 2) Sensitivitas terhadap pilihan tingkat diskonto. Menurut Francis J. Clauss (2010) penerapan metode NPV dalam berbagai kasus memiliki keunggulan, seperti: 1) Dalam masalah keterbatasan dana Apabila dana terbatas, yang ditunjukkan dengan adanya anggaran yang disediakan pada suatu periode tertentu, maka perusahaan terpaksa melakukan pengalokasian dana untuk usulan-usulan investasi yang ada. Pada kondisi ini, tujuan perusahaan adalah memilih kombinasi berbagai
23
usulan investasi yang memberikan NPV tertinggi, dengan segala keterbatasan dana yang ada. Apabila batasan dana ini benar-benar harus dipenuhi, mungkin sekali perusahaan lebih baik memilih beberapa usulan investasi kecil dari pada satu atau dua usulan investasi besar. 2) Dalam masalah penggantian aktiva Dalam masalah penggantian aktiva dari berbagai kasus yang dialami atau direncanakan oleh suatu perusahaan, menurut praktek yang sudah dijalankan oleh beberapa perusahaan, kasus penggantian aktiva tetap ini hanya dapat secara representative menggunakan alat analisis dengan metode net present value (NPV). Menurut Sumastuti (2001) pada kasus ini rumus NPV yang digunakan adalah: (
)
Penaksiran aliran kas masuk (proceed) dan keluar (outlays) yang kita gunakan adalah dengan menggunakan taksiran selisih (incremental). 3) Inflasi pada penilaian investasi Pada umumnya inflasi akan mengganggu keputusan pengujian investasi dengan NPV yang memperhatikan nilai
waktu uang. Alasan yang utama adalah karena
24
beban penyusunan didasarkan atas nilai historis dan bukan nilai pengganti (replacement cost). Apabila keuntungan meningkat, maka semakin besar pula pajak yang akan dikenakan,
yang
mengakibatkan
aliran
kas
yang
sebenarnya tidak bisa menyesuaikan diri dengan inflasi. d. Internal Rate of Return Internal Rate of Return (IRR) adalah metode yang menghitung tingkat bunga (discount rate) yang membuat nilai sekarang dari seluruh perkiraan arus kas masuk sama dengan nilai sekarang dari ekspektasi arus kas keluar (Hazen, 2009). IRR merupakan tingkat bunga yang membuat nilai NPV yang dihitung menjadi sama dengan nol. Rumus umum dari Internal Rate of Return adalah : ∑
(
)
(
)
Keterangan : FCFt = arus kas bebas tahunan yang dihasilkan oleh proyek Iₒ
= present value dari biaya investasi setelah pajak
IRR
= tingkat pengembalian proyek (internal rate of return)
T
= periode waktu
Jika hasil IRR yang didapat lebih besar dari tingkat bunga maka menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan akan menghasilkan return lebih besar dari yang diharapkan, sehingga
25
perusahaan sebaiknya menerima proyek tersebut. IRR yang lebih kecil dari tingkat bunga menggambarkan investasi yang dilakukan akan menghasilkan return lebih kecil dari yang diharapkan, sehingga perusahaan sebaiknya menolak investasi tersebut, sedangkan untuk IRR yang sama dengan tingkat bunga maka investasi yang dilakukan diperkirakan akan menghasilkan return sebesar yang diharapkan (Peterson, 2002). Keunggulan IRR menurut Keown et. al. (2011) adalah: 1) Menggunakan arus kas bebas. 2) Memperhitungkan nilai waktu uang. 3) Konsisten
dengan
tujuan
perusahaan
untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Kelemahan IRR adalah: 1) Membutuhkan perkiraan jangka panjang terperinci dari arus kas bebas proyek. 2) Kemungkinan ada banyaknya IRR atau IRR berganda. 3) Mengasumsikan arus kas selama umur proyek yang diinvestasikan kembali pada tingkat IRR.
e. Modified Internal Rate of Return (MIRR) Metode NPV dan IRR akan menghasilkan keputusan penerimaan/penolakan
yang
sama
untuk
investasi
yang
independen, tetapi jika proyek-proyek tersebut saling eksklusif, maka dapat terjadi konflik peringkat. Jika terjadi konflik peringkat, maka sebaiknya menggunakan metode NPV. Metode
26
NPV dan IRR lebih unggul daripada metode pembayaran kembali, tetapi NPV lebih unggul dari IRR, karena NPV berasumsi arus kas akan diinvestasikan kembali pada tingkat biaya modal perusahaan, sedangkan IRR berasumsi arus kas akan diinvestasikan kembali pada tingkat IRR dari investasi tersebut. Investasi kembali pada tingkat modal umumnya adalah asumsi yang lebih baik karena lebih mendekati kenyataan. Setelah mengetahui beberapa kelemahan yang dimiliki oleh metode IRR tersebut, saat ini telah dikembangkan suatu metode untuk melengkapi kelemahan tersebut dengan sebuah metode yang disebut MIRR (Modified Internal Rate of Return). Metode IRR yang dimodifikasi memperbaiki masalah yang terdapat dalam IRR biasa. MIRR melibatkan perhitungan nilai akhir (TV) dari arus kas masuk yang dimajemukkan pada tingkat biaya modal perusahaan dan kemudian menentukan tingkat diskonto yang memaksa nilai sekarang TV menjadi sama dengan nilai sekarang arus kas keluar. Menurut Keown et. al. (2011) secara matematis, IRR yang dimodifikasi didefinisikan sebagai nilai MIRR dalam persamaan sebagai berikut:
(2.7)
27
Keterangan : ACOFt =
arus kas keluar tahunan setelah pajak pada periode t
ACIFt =
arus kas masuk tahunan setelah pajak pada periode t
TV
=
n
=
nilai akhir ACIF dimajemukan pada tingkat pengembalian yang disyaratkan diakhir investasi usia investasi yang diharapkan
MIRR =
tingkat pengembalian internal yang dimodifikasi.
k
tingkat diskonto yang tepat
=
Keunggulan MIRR menurut Keown et. al. (2011) adalah: 1) Menggunakan arus kas bebas. 2) Memperhitungkan nilai waktu uang. 3) Konsisten
dengan
tujuan
perusahaan
untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Kelemahan MIRR adalah membutuhkan perkiraan jangka panjang terperinci dari arus kas bebas proyek.
f. Profitability Index Profitability Index (PI) merupakan rasio nilai sekarang dari arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran awal (Arthur, 2010). Walaupun kriteria investasi NPV memberikan suatu nilai absolut jumlah yang diinginkan dari suatu proyek, profitability index menjadi ukuran
relatif
yang
diinginkan
proposal investasi, yang merupakan rasio nilai sekarang dari manfaat masa depannya terhadap biaya awal.
28
Rumus umum dari profitability index (Ross et.al., 2008; 181) : (
)
Ketika nilai sekarang dari arus kas bersih suatu proyek lebih besar dari pengeluaran awalnya, maka NPV proyek tersebut akan positif, menandakan bahwa proyek tersebut bisa diterima, maka hal ini juga akan terlihat pada profitabililty index yang menunjukkan nilai lebih dari 1, sebagai nilai sekarang dari arus kas bebas yang lebih besar dari pengeluaran awalnya. Kriteria NPV dan profitability index pada dasarnya sama, keduanya mempunyai keunggulan yang sama dibandingkan metode lainnya. Kedua metode ini melakukan penghitungan arus kas, mengenal pemilihan waktu arus kas, dan konsisten dengan tujuaannya yaitu memaksimalkan kekayaan pemilik saham. Kelemahan utama dari metode ini yaitu membutuhkan perincian perkiraan arus kas bebas selama masa hidup proyek.
3. Arus Kas Analisis arus kas sangat diperlukan mengingat beban biaya yang diperlukan dan arus kas masuk bersih yang akan dihasilkan dari masingmasing perusahaan yang melakukan IPO yang terdapat dilaporan keuangan mereka. Untuk mengevaluasi investasi masing-masing perusahaan yang melakukan IPO berdasarkan estimasi arus kas yang
29
akan diperoleh,
pertama-tama harus ditetapkan pedoman yang akan
digunakan untuk mengukur nilai dari setiap investasi. a. Arus Kas yang Relevan Menurut Brigham dan Houston (2009), langkah yang paling penting dan paling sulit dalam capital budgeting adalah mengestimasi arus kas perusahaan, pengeluaran investasi dan arus kas masuk bersih tahunan setelah proyek dijalankan, hal ini disebabkan karena banyaknya variabel, individu dan departemen yang berpartisipasi dalam proses ini. Langkah
awal
dalam
estimasi
arus
kas
adalah
mengidentifikasi arus kas yang relevan, yaitu arus kas khusus yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan. Dalam hal ini, yang akan digunakan adalah arus kas bebas, bukan laba akuntansi, sebagai alat ukur. Perusahaan menerima dan mampu mereinvestasikan arus kas bebas, sedangkan laba akuntansi hanya tampak ketika didapatkan bukan ketika uang itu benarbenar ada di tangan. Arus kas bebas dengan tepat mencerminkan waktu dari manfaat dan biaya, yakni ketika uang diterima, kapan dapat direinvestasikan dan kapan harus dibayarkan (Arthur, 2010). b. Arus Kas Inkremental Arus kas harus diukur berdasarkan inkremental, yaitu arus kas dari suatu proyek tertentu harus diukur berdasarkan selisih antara arus kas perusahaan dengan atau tanpa proyek yang
30
bersangkutan. Meskipun dalam beberapa kasus suatu proyek baru mungkin mengambil penjualan dari proyek perusahaan yang ada sekarang, namun dalam kasus lain usaha baru mungkin benarbenar bisa membawa penjualan baru ke lini yang sudah ada. Intinya adalah arus kas apa pun yang masuk ke bagian mana pun dari perusahaan itu yang mungkin dihasilkan dari keputusan yang diambil harus diperhitungkan pada saat mengambil keputusan itu (Arthur, 2010). c. Arus Kas Bebas Menurut Dayananda (2002), secara umum arus kas bebas suatu proyek akan termasuk ke dalam salah satu dari tiga kategori berikut ini: 1) Pengeluaran awal Pengeluaran awal mencakup arus kas keluar yang langsung diperlukan untuk membeli aktiva dan untuk mengoperasikannya.
Jumlah
ini
mencakup
biaya
memasang aktiva itu (harga pembelian aktiva plus pengeluaran apa pun yang terkait dengan pengiriman atau pemasangan) dan pengeluaran tunai non biaya seperti kenaikan kebutuhan modal kerja. Biaya setelah pajak dari berbagai pengeluaran yang terjadi sebagai akibat dari investasi baru juga harus dimasukkan sebagai arus kas keluar.
31
2) Arus kas bebas tahunan Arus kas bebas tahunan berasal dari arus kas operasi, perubahan dalam modal kerja, dan pengeluaran modal apa pun yang terjadi. Dalam perhitungan akan dimulai dengan laporan pro forma lalu setelah itu dilakukan penyesuaian untuk
depresiasi
bunga,
dan
modal
kerja,
serta
pengeluaran modal apa pun yang terjadi. 3) Arus kas akhir Perhitungan arus kas akhir umumnya mencakup nilai akhir perusahaan ditambah atau dikurangi pendapatan atau kerugian kena pajak apa pun yang terkait dengan penjualannya. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi arus kas akhir antara lain nilai sisa proyek setelah pajak, pengeluaran kas yang terkait dengan penghentian proyek dan pendapatan kembali atas pengeluaran non biaya yang terjadi pada saat awal proyek dimana hal ini mencakup investasi modal kerja.
4. Initial Public Offering Untuk mempercepat perkembangan usahanya, salah satu aksi korporasi perusahaan adalah mencari modal dari pihak luar dengan melakukan penawaran saham perdana (selanjutnya disebut sebagai IPO). IPO adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau
32
efek kepada calon investor berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Aspek yang menentukan keberhasilan IPO antara lain ketepatan waktu, pemilihan calon investor yang tepat, serta struktur penawaran saham. Serta, perusahaan yang melakukan IPO selayaknya harus dapat memenuhi kriteria keuangan dan non keuangan, seperti telah membuktikan tingkat rasio keuangan yang baik, penempatan posisi yang penting dalam sektor industrinya, dapat membuktikan memiliki prospek yang baik, serta memiliki tim manajemen dan corporate governance yang baik. Umumnya, perusahaan yang melakukan IPO akan memperoleh sejumlah keuntungan seperti: a. Memperoleh tambahan modal, karena dengan mengedarkan saham, uang yang didapat dari investor yang membelinya akan mengalir kedalam modal perusahaan, sehingga proyek investasi perusahaan akan semakin terwujud dengan adanya modal ini. b. Menciptakan
instrumen
keuangan
yang
sifatnya
dapat
dinegosiasikan ketika akan melakukan hubungan bisnis dengan perusahaan lain seperti merger, konsolidasi, dan sebagainya. c. Meningkatkan
fleksibilitas
perusahaan
dalam
melakukan
pendanaan ekuitas, sehingga perusahaan akan mendapatkan modal ekuitas lebih cepat.
33
d. Meningkatkan citra perusahaan, karena dengan dilakukannya IPO, artinya perusahaan telah memiliki reputasi yang baik dimata para investor dan menaruh kepercayaan bahwa modal yang diinvestasikan akan memberikan return yang menguntungkan bagi investor juga. Dalam penelitian Ritter dan Welch (2002), alasan mengapa perusahaan melakukan IPO terbagi kedalam 2 teori, yaitu Life Cycle Theories dan Market-Timing Theories. Teori yang pertama menjelaskan bahwa dengan going public, perusahaan akan membantu menaikkan value dari perusahaan itu sendiri dibandingkan dengan apa yang didapat dari penjualan langsung. Yang dimaksud dengan value disini adalah nilai kepercayaan perusahaan dimata para shareholders dan stakeholders atas return yang dihasilkan, sedangkan menurut teori yang kedua adalah bahwa perusahaan tidak akan melakukan IPO jika mereka mengetahui bahwa mereka sedang dalam kondisi undervalued. Artinya perusahaan akan melakukan IPO jika kondisi waktu pasar memang sedang menguntungkan. Hal ini membuat perusahaan untuk semakin waspada dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan IPO. Proses IPO di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Bab IX mengenai Emiten dan Perusahaan Publik, perusahaan di Indonesia mengatur tahapan dalam melakukan penawaran umum. Kusumawardhani (2009) merangkum tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut:
34
a. Tahap Sebelum Emisi (pra-IPO) Yaitu tahap persiapan dokumentasi serta pemantapan proses IPO. 1) Membuat rencana awal penawaran saham perdana, termasuk jumlah saham yang ditawarkan, persentase dilusi pemegang saham, tujuan penggunaan dana IPO, persiapan penilaian harga saham, dan harapan target investor. 2) Mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang tujuannya untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham dalam rangka mengundang investor lain untuk memiliki saham. 3) Penunjukkan penjamin emisi, profesi penunjang, dan lembaga penunjang. Pihak-pihak ini akan membantu emiten
dalam
mempersiapkan
dokumen
serta
memberikan pendapat/opini profesional sesuai bidangnya. Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membantu emiten dan berperan sebagai pemandu yang berkomitmen dalam menjual saham tersebut. 4) Konfirmasi sebagai agen penjual oleh penjamin emisi. Hal ini merupakan bukti keseriusan peminat saham melalui agen penjual maupun penjamin emisi efek. 5) Kontrak pendahuluan dengan bursa efek. Sebelum melakukan kontrak dengan bursa efek, BEI selaku tempat
35
transaksi jual beli saham memerlukan dokumen yang disampaikan kepada BAPEPAM LK 6) Penandatanganan perjanjian dalam rangka IPO, yaitu perjanjian penjaminan emisi efek, perjanjian agen penjual, perjanjian antara Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan emiten, perjanjian, pencetakan saham dan prospektus. 7) Ekspos publik, terbagi menjadi 2 yakni Due Dilligence Meeting (DDM), dan Paparan Publik (PP). DDM merupakan ekspos publik emiten bersama dengan Penjamin Pelaksana Emisi Efek kepada calon penjamin emisi efek dalam rangka pembentukan sindikasi penjamin emisi efek. PP merupakan ekspos publik emiten kepada Penjamin Pelaksana Emisi Efek kepada calon investor. b. Tahap Saat Emisi Efek ke Publik 1) Pasar Perdana Setelah memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM dan LK, emiten bersama dengan penjamin pelaksana emisi mulai melakukan penawaran umum. (a) Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dan agen penjual. Pada tahap ini investor melakukan permohonan alokasi pemesanan pembelian saham dengan melakukan pengisian formulir pemesanan
36
pembelian
saham
dan
pembayaran
uang
pemesanan. (b) Penjatahan
atau
Penjatahan
alokasi
pemesanan
saham.
tahapan
untuk
saham
sebagai
merupakan
membandingkan
pemesanan
permintaan dengan jumlah saham yang akan ditawarkan. Ada 3 kondisi terkait penjatahan saham:
Oversubscribed, jumlah
yaitu kondisi dimana
pemesanan
penjualan.
Manajer
melebihi penjatahan
jumlah akan
mengembalikan uang pemesanan yang tidak memperoleh penjatahan
Fully subscribed, yaitu kondisi dimana jumlah pemesanan sama dengan jumlah penjualan.
Undersubscribed, yaitu kondisi dimana jumlah pemesanan berada dibawah jumlah penawaran. Pada kondisi ini, penjamin emisi akan membeli porsi saham yang tidak
dibeli
investor
(dalam
full
commitment basis)
37
(c) Pembayaran kembali uang pemesanan. Tahapan ini terjadi apabila oversubscribed. (d) Penyerahan efek kepada pembeli. Setelah tanggal alokasi pemesanan saham, setiap investor yang telah teralokasi untuk mendapat saham akan tercatat sebagai pemilik saham yang baru. Saat ini dimana pola perdagangan tanpa warkat telah diterapkan, maka setiap pemegang saham akan memperoleh tanda bukti kepemilikan saham dari KSEI. Setiap pemegang saham emiten akan tercatat pada Biro Administrasi Efek (BAE). 2) Pasar Sekunder Pasar sekunder mulai sejak pertama kalinya saham ditransaksikan di Bursa Efek. Hal yang mendasar suatu pasar sekunder adalah bahwa perdagangan saham dilakukan antara investor, serta setiap dana transaksi perdagangan tidak masuk kedalam ekuitas perusahaan emiten. (a) Pencatatan efek di bursa, sebagai tahapan dimana saham
perusahaan
dicatat
untuk
dapat
diperdagangkan di bursa efek. (b) Perdagangan efek di bursa. Sejak perusahaan mencatatkan sahamnya di bursa efek, maka
38
investor dapat melakukan jual beli saham tersebut melalui pasar bursa efek.
c. Tahap Setelah Emisi (post-IPO) Kewajiban yang perlu dilaporkan kepada BAPEPAM dan LK adalah: 1) Laporan keuangan tahunan, laporan penggunaan dana hasil IPO, laporan tengah tahunan, RUPS (Tahunan dan Luar Biasa), pemenuhan prosedur transaksi, keterbukaan informasi serta corporate action. 2) Keterbukaan dan transparansi. Kewajiban lain yang perlu dilaporkan kepada BAPEPAM dan LK mewakili investor publik dan pihak minoritas adalah: (a) Memperhatikan setiap potensi terjadinya benturan kepentingan. (b) Memperhatikan kesesuaian pernyataan dalam prospektus dengan keputusan manajemen serta pemegang saham yang akan dilakukan. (c) Melakukan asas keterbukaan (disclosure). (d) Mendistribusikan saham kepada koperasi. (e) Memberikan informasi yang relevan dan material kepada publik. (f) Memonitor pergerakan harga saham.
39
(g) Membentuk corporate secretary untuk melayani pertanyaan investor, analis saham, dan pihak eksternal lainnya.
B. Pengukuran Kinerja Perusahaan Dalam ukuran kuantitatif, peningkatan nilai organisasi meliputi estimasi aliran cash flows yang akan datang dan mendiskontokannya dengan faktor kapitalisasi yang sesuai (Ross et.al, 2010). 1. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas menunjukan dan mengukur kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan profit. Rasio ini menggunakan margin analysis dan menunjukan return on sales dan capital yang terpakai. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penulisan ini antara lain: a. Operating Profit Margin Rasio ini menunjukan efektivitas dari manajemen dalam mengatur income statement dari suatu perusahaan dengan mengukur operating profit relatif terhadap sales, dengan rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010): (
)
40
b. Net Profit Margin Rasio ini mengukur berupa profit yang diperoleh dari penjualan setelah dikurangi biaya. Dengan rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010) : (
)
c. Return On Asset Rasio ini mengukur berapa persentase profit yang dihasilkan oleh perusahaan dengan jumlah investasi yang ditempatkan. Dengan rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010) : (
)
d. Return On Equity Rasio ini mengukur berapa return yang dapat diterima oleh stockholders dengan cara membandingkan net profit dengan common equity. Dengan rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010): (
)
e. Earning per Share Rasio ini mengukur berapa tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankann operasinya. Dengan rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010) : (
)
41
2. Rasio Leverage Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dengan menggunakan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan utang. Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage suatu perusahaan, yaitu : a. Total Debt to Equity Ratio Rasio ini menunjukan kinerja dari pihak manajemen dalam mengatur jumlah utang mereka dibandingkan dengan jumlah ekuitas yang mereka miliki, atau dapat dikatakan sebagai balance antara total hutang dan total ekuitas. Dengan rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010) : (
)
b. Total Debt to Total Asset Ratio Rasio ini menunjukan mengenai menilai penggunaan pinjaman kredit yang digunakan untuk membiayai investasi. Jika sebuah perusahaan memiliki rasio ini lebih tinggi dibandingkan dengan rasio rata-rata industri, maka perusahaan akan kesulitan dalam melakukan pinjaman tambahan. Dengan rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010) : (
)
42
C. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu terkait dengan variabel dan tema yang menyerupai penelitian ini akan dijelaskan dibawah, berikut beberapa penelitian terdahulu mengenai capital budgeting. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1
Nama dan Judul Penelitian Sven-Olov Daunfeldt dan Fredrik Hartwig (2010), “What Determines the Use of Capital Budgeting Methods? Evidence from Swedish listed companies”.
Sampel Perusahaan yang terdaftar di Stockholm Stock Exchange (SSE)
Alat Statistik Multivariate Regression
Hasil Kedua metode capital budgeting yang direkomendasi dan tidak direkomendasi ditemukan bahwa metode tersebut umum digunakan, dengan perusahaan besar menggunakan metode capital budgeting lebih sering daripada perusahaan kecil. Pilihan metode capital budgeting juga dipengaruhi oleh leverage, growth opportunities, dividen pay-out ratio, pilihan rasio utang sasaran, tingkat kepemilikan manajemen, penjualan asing, industri, dan karakteristik individu dari CEO. Total penggunaan metode capital budgeting lebih rendah di perusahaan Swedia dibandingkan dengan AS dan perusahaanperusahaan di Eropa.
43
2
Maruf Hasan (2012), “Capital Budgeting Techniques Used by Small Manufacturing Companies”.
3
Mohsen Bayan Abushaban (2013), “The Use of Capital Budgeting Techniques in Selecting Investment Projects: An Applied Study on The Palestinian Corporations Working in Gaza Provinces”
Pilihan acak dari 360 perusahaan manufaktur yang dipilih dari Direktori Kompass Bisnis dari Australia
Delapan belas perusahaan publik Palestina yang terdaftar di kementerian ekonomi gaza
Multivariate Regression
Penelitian ini menyimpulkan bahwa sementara ada indikasi penggunaan Payback Period dengan Discounted Cash Flow (DCF) teknik, ada kebutuhan untuk lebih sering penggunaan analisis risiko serta ilmu manajemen yang ditemukan kurang dalam proses penganggaran modal dari perusahaan kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan publik Palestina di Jalur Gaza menggunakan teknik penganggaran modal ketika memilih proyek-proyek investasi, bahwa penggunaan teknik ini adalah dalam kisaran 61-80%, dan bahwa indeks profitabilitas adalah teknik yang paling banyak digunakan saat net nilai sekarang ditemukan menjadi teknik yang paling sedikit digunakan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perusahaan publik Palestina di Jalur Gaza tidak menggunakan weighted average cost of capital (apakah disesuaikan atau disesuaikan)
44
untuk menentukan tingkat diskonto yang dibutuhkan dalam penggunaan beberapa teknik. Penelitian juga menemukan bahwa perusahaanperusahaan Palestina di Jalur Gaza mempertimbangkan banyak faktor sebelum mengadopsi teknik penganggaran modal sebagai dasar untuk membandingkan proyek-proyek investasi yang berbeda dan bahwa ketersediaan data dan informasi untuk perusahaan, diikuti dengan preferensi CBT yang berkonsentrasi pada arus kas dan keyakinan manajemen teknik, ditemukan menjadi faktor yang paling penting yang dipertimbangkan sebelum mengadopsi teknik penganggaran modal sebagai dasar untuk mengevaluasi proyek-proyek investasi yang diusulkan. 4
Tomonari Shinoda (2010), “Capital Budgeting Management Practices in Japan”.
Survey kepada 225 orang yang bertanggung jawab atas penganggaran modal pada
Ordinary least square
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaanperusahaan Jepang mengelola pengambilan keputusan mereka
45
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Tokyo
5
Morris dan Jonathan (2011), “The Capital Budgeting Decisions of Small Businesses”.
Perusahaan kecil yang terdaftar pada National Federation of Independent Business
dengan kombinasi metode payback period dan metode net present value. Sementara sebagian besar manajer keuangan memanfaatkan beberapa alat dalam proses capital budgeting, hasil ini mencerminkan keselarasan yang lebih baik dari pandangan antara akademisi dan bisnis. Multivariate Regression
Sementara perusahaan besar cenderung mengandalkan analisis discounted cash flow disukai oleh pelaku keuangan, banyak perusahaan kecil mengevaluasi proyek menggunakan payback period atau berdasarkan keberanian pemilik. Latar belakang pendidikan yang terbatas dari beberapa pemilik usaha dan staf kecil ukuran sebagian menjelaskan mengapa perusahaan kecil menggunakan alat-alat evaluasi proyek relatif unsophisticated. Namun, mereka juga mengidentifikasi alasan bisnis yang spesifik termasuk kekhawatiran
46
6
Simon Gervais (2009), “Behavioral Finance: Capital Budgeting and Other Investment Decisions”.
Responden dari penelitian ini adalah manajermanajer perusahaan besar di Amerika
likuiditas dan tantangan estimasi arus kas untuk menjelaskan mengapa perusahaan kecil tidak secara eksklusif menggunakan analisis discounted cash flow ketika mengevaluasi proyek. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa prosedur evaluasi investasi yang optimal untuk perusahaan besar dan kecil mungkin berbeda. Penelitian ini merupakan survey tentang efek bias perilaku pada capital budgeting. Sebuah gambaran besar literatur psikologi menemukan bahwa orang cenderung percaya diri dan terlalu optimis. Karena seleksi diri, manajer perusahaan cenderung lebih dipengaruhi oleh bias-bias ini daripada populasi umum. Memang, literatur menemukan bahwa manajer bias overinvest arus kas bebas perusahaan mereka, memulai terlalu banyak merger, mulai lebih banyak perusahaan dan proyek-proyek baru yang lebih, dan
47
8
Patricia dan Glenn (2008), “Capital Budgeting Practices of the Fortune 1000: How Have Things Changed?”
Responden penelitian ini 1000 perusahaan terbesar di amerika
Ordinary least square
cenderung untuk tetap dengan kebijakan investasi yang tidak menguntungkan lagi. langkah-langkah perbaikan untuk mengurangi efek dari bias manajer termasuk belajar, diskon tarif meningkat, dan insentif kontrak, tetapi efektivitas mereka dalam mengendalikan overinvestment tampaknya terbatas. Pandangan akademisi dan manajer keuangan senior perusahaan di Fortune 1000 pada teknik penganggaran modal dasar di perusahaan lebih kuat dari sebelumnya. Metode capital budgeting dengan tingkat diskonto umumnya lebih disukai teknik non-diskonto. Meskipun dimungkinkan hasil survei mencerminkan peningkatan kecanggihan keuangan dan ketersediaan teknologi komputer murah, itu menunjukkan bahwa NPV adalah alat penganggaran modal yang paling sering dipilih, diikuti oleh IRR. Selain itu,
48
perusahaan dengan anggaran modal yang lebih besar cenderung mendukung NPV dan IRR. Sebagian besar responden setuju bahwa WACC adalah titik awal terbaik untuk menentukan tingkat diskonto yang sesuai. metode tambahan populer termasuk analisis sensitivitas, analisis skenario, arus kas inflasi disesuaikan, nilai tambah ekonomi, dan IRR tambahan. Hal ini menarik untuk melacak perkembangan MIRR selama dekade berikutnya untuk melihat apakah teknik ini keuntungan penerimaan yang lebih, terutama bagi perusahaanperusahaan dengan anggaran modal besar.
D. Kerangka Pemikiran Penelitian ini akan menganalisa perusahaan-perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) periode 2009-2015 dengan menggunakan prospektus dan laporan keuangan sebagai bahan perhitungan dan analisa capital budgeting, lalu dibandingkan dengan kinerja perusahaan tersebut selama 5 tahun setelah melakukan IPO. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan go public di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode 2009 dan 2010. Dimana di BEI (Bursa Efek Indonesia) adalah tempat perusahaan mempublikasi laporan keuangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan tersebut, yang telah diaudit dengan pengambilan periode terkini yaitu periode 2009 dan 2010. Adapun metode analisis yang digunakan dalam proses pengolahan data adalah capital budgeting atau penganggaran modal dengan menggunakan beberapa teknik capital budgeting, yaitu Payback Period (PP), Discounted Payback Period, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI) dan dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Earning per Share (EPS). B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain populasi adalah keseluruhan dari objek
51
penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan yang melakukan go public di Bursa Efek Indonesia periode 20092015. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009). Tujuan mengapa dalam penelitian ini dilakukan sampling karena jumlah atau populasi yang sangat besar sehingga keterbatasan peneliti untuk dapat meneliti populasi. Teknik sampling yang diambil adalah teknik sampling purposive sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam penentuan sampel penelitian, peneliti menentukan beberapa kriteria berikut: a. Perusahaan yang diambil adalah perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2009 dan 2010. b. Perusahaan diambil terdaftar dan tidak mengalami delisting (Konsisten) selama periode 2009-2015. c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan mempublikasikan secara lengkap selama minimal 5 tahun semenjak melakukan IPO. d. Pada laporan keuangan dan prospektus, terdapat kelengkapan data keuangan untuk melakukan pengukuran menggunakan metode capital budgeting dan kinerja perusahaan. e. Perusahaan tersebut menggunakan dana yang diperoleh dari IPO untuk proyek investasi.
52
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel No 1
Kriteria Sampel Perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2009 dan 2010 2 Perusahaan tidak mengalami delisting (Konsisten) selama periode 2009-2015 3 Perusahaan mempublikasikan secara lengkap data laporan keuangan selama minimal 5 tahun semenjak melakukan IPO. 4 Perusahaan tersebut menggunakan dana yang diperoleh dari IPO untuk proyek investasi Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria
Jumlah 36 (4) (6)
(10) 16
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan No
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
1
APLN
Agung Podomoro Land Tbk
2
BCIP
Bumi Citra Permai Tbk
3
BPFI
Batavia Prosperindo Finance Tbk
4
BRAU
Berau Coral Energy Tbk
5
BUVA
Bukit Uluwatu Villa Tbk
6
BWPT
BW Plantation Tbk
7
GREN
Evergreen Invesco Tbk
8
GTBO
Garda Tujuh Buana Tbk
9
IPOL
Indopoly Swakarsa Industry Tbk
10
KRAS
Krakatau Steel Tbk
11
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk
12
NIKL
Pelat Timah Nusantara Tbk
13
PTPP
PP (Persero) Tbk
14
AMRT
Sumber Alfaria Trijaya Tbk
15
TRIO
Trikomsel Oke Tbk
16
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
53
C. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis sumber data yaitu data sekunder, dan data tersier. Dimana data sekunder didapatkan melalui laporan keuangan tahunan yang telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan dipublikasikan secara lengkap selama minimal 5 tahun semenjak melakukan IPO. Selain itu, data sekunder didapatkan dari sumber yang sudah menjadi sebuah sumber yang dipercaya. Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder, maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu suatu cara yang dilakukan dimana dalam memperoleh data dengan menggunakan cara membaca dan mempelajari buku-buku serta jurnal-jurnal yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam lingkup penelitian ini. D. Metode Analisis Data 1. Analisis Capital Budgeting Menurut Francis J. Clauss (2010), capital budgeting merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis (mengidentifikasi dan memilih) kelayakan suatu proyek/jenis investasi dalam jangka panjang yang
akan
dilakukan
oleh
perusahaan
dan
diharapkan
untuk
menghasilkan benefit lebih dari satu tahun. Menurut Keown et. al. (2011) ada tujuh kriteria paling umum yang dapat digunakan untuk menentukan apakah sebaiknya proyek itu diterima atau ditolak di dalam analisis capital budgeting, yaitu: payback period, discounted payback period, net
54
present value, profitability index, internal rate of return, modified internal rate of return. Hasil analisis menggunakan metode capital budgeting tersebut menghasilkan keputusan apakah proyek investasi tersebut layak diterima atau tidak, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. 2. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di analisis menggunakan rasio profitabilitas, yaitu Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), dan Earning per Share (EPS) untuk melihat bagaimana kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dan rasio leverage, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Asset Ratio (DAR) untuk mengetahui kemampuan perusahaan mengendalikan tingkat utang mereka dan meminimalkan resiko gagal bayar. Semakin tinggi nilai rasio profitabilitas semakin bagus untuk perusahaan, sedangkan untuk rasio leverage semakin rendah hasilnya semakin baik kinerja perusahaan tersebut.
55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Initial Public Offering Untuk mempercepat perkembangan usahanya, salah satu aksi korporasi perusahaan, yaitu mencari modal dari pihak luar dengan melakukan penawaran saham perdana (selanjutnya disebut sebagai IPO). IPO adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada calon investor berdasarkan tata cara yang ditetapkan oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Aspek yang menentukan keberhasilan IPO antara lain ketepatan waktu, pemilihan calon investor yang tepat, serta struktur penawaran saham. Selain itu, perusahaan yang melakukan IPO selayaknya harus dapat memenuhi kriteria keuangan dan non keuangan, seperti telah membuktikan tingkat rasio keuangan yang baik, penempatan posisi yang penting dalam sektor industrinya, dapat membuktikan memiliki prospek yang baik, serta memiliki tim manajemen dan corporate governance yang baik. Umumnya, perusahaan yang melakukan IPO akan memperoleh sejumlah keuntungan seperti : a. Memperoleh tambahan modal, karena dengan mengedarkan saham, uang yang didapat dari investor yang membelinya akan
56
mengalir
kedalam
modal
perusahaan,
sehingga
investasi
perusahaan akan semakin terwujud dengan adanya modal ini. b. Menciptakan
instrument
keuangan
yang
sifatnya
dapat
dinegosiasikan ketika akan melakukan hubungan bisnis dengan perusahaan lain seperti merger, konsolidasi dan sebagainya. c. Meningkatkan
fleksibilitas
perusahaan
dalam
melakukan
pendanaan ekuitas, sehingga perusahaan akan mendapatkan modal ekuitas lebih cepat. d. Meningkatkan citra perusahaan, karena dengan dilakukannya IPO, artinya perusahaan telah memiliki reputasi yang baik dimata investor
dan
menaruh
kepercayaan
bahwa
modal
yang
diinvestasikan akan memberikan return yang menguntungkan bagi investor juga. Menurut Kusumawardhani (2009) dalam proses IPO calon emiten harus melewati empat tahapan yaitu: a. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum mengajukan pernyataan pendaftaran ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Dalam tahapan ini, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan langkah awal untuk mendapat persetujuan pemegang saham mengenai rencana go public. Anggaran dasar perseroan juga harus diubah sesuai
57
dengan anggaran dasar perusahaan publik. Kegiatan lain dalam tahapan ini antara lain menunjuk underwriter serta lembaga dan profesi pasar modal yang dibutuhkan seperti akuntan publik, konsultan hukum, penilai, notaris, dan lainnya. Kegiatan terakhir dalam tahap ini adalah perusahaan mengadakan perjanjian pendahuluan dengan bursa efek untuk mencatatkan saham perseroan guna diperdagangkan di pasar sekunder dan perjanjian pendahuluan dengan underwriter. b. Tahap Pemasaran Langkah penting yang dilakukan pada tahapan ini antara lain: 1) Due dilligence meeting yaitu pertemuan dengar pendapat antara calon emiten dan underwriter dimana dilakukan pertukaran informaasi yang dimiliki kedua belah pihak sehingga emiten mampu menjawab pertanyaan yang nantinya diajukan oleh investor. 2) Public expose merupakan tindakan pemasaran kepada masyarakat pemodal dengan mengadakan pertemuan untuk mempresentasikan dan menyebarkan informasi penawaran saham kepada investor. Rangkaian public expose yang dilakukan secara berkesinambungan dari satu lokasi ke lokasi lainnya disebut istilah roadshow, dimana calon emiten dapat menyebarkan info memo dan prospektus awal.
58
3) Book building merupakan proses pengumpulan jumlah saham yang diminati investor atau investor yang sudah menyatakan kesediaan untuk membeli sejumlah saham pada harga tertentu. 4) Penentuan
harga
perdana
yang
dilakukan
antara
underwriter dan calon emiten. c. Tahap Penawaran Umum Pada tahap ini, calon emiten menerbitkan prospektus ringkas di dua media cetak yang berbahasa Indonesia, dilanjutkan dengan penyebaran prospektus perusahaan lengkap final, penyebaran FPPS
(Formulir
Pemesanan
Pembeli
Saham),
menerima
pembayaran, melakukan penjatahan, membayar kembali (refund) dan akhirnya penyerahan Surat Kolektif Saham (SKS) bagi pihak yang memperoleh penjatahan saham. d. Tahap Perdagangan di Pasar Sekunder Tahap ini meliputi tahapan melakukan pendaftaran ke bursa efek untuk mencatatkan sahamnya sesuai dengan ketentuan. First issue adalah pencatatan saham yang ditawarkan kepada publik pada saat IPO yang biasanya berjumlah sekitar 10% sampai dengan 40% sedangkan sisa saham belum dapat diperdagangkan sampai perusahaan melakukan pencatatan saham tersebut. Terdapat dua cara pencatatan sisa saham tersebut agar dapat diperdagangkan di pasar sekunder yaitu, partial listing, dimana perusahaan melakukan pencatatan sahamnya secara secara partial
59
(sebagian) dan company listing, dimana perusahaan mencatatkan seluruh sisa saham yang dimilkinya sehingga seluruh saham dapat diperdagangkan di pasar saham. Proses IPO Perusahaan yang pertama kali menawarkan sahamnya ke publik disebut melakukan penawaran perdana (IPO). Sebelum perusahaan go public, awalnya saham–saham perusahaan tersebut dimiliki oleh manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai–pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki oleh investor. Keputusan perusahaan untuk menjadi perusahaan publik (go public) merupakan suatu keputusan yang harus dengan perhitungan yang matang karena dengan go public perusahaan dihadapkan pada beberapa konsekuensi langsung baik yang bersifat menguntungkan (benefits) maupun yang merugikan. Pada bab ini, peneliti menganalisis data-data yang diperoleh berdasarkan model dan metode capital budgeting yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Pada bab ini akan dilakukan interpretasi atas hasil perhitungan dan pengolahan data mengenai analisis capital budgeting yang dilakukan pada perusahaan yang melakukan IPO tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sampel data didapatkan dengan metode purposive sampling. Metode tersebut dilakukan agar sampel yang diperoleh benar-benar memiliki kriteria yang dibutuhkan. Berdasarkan data dari situs Bursa Efek Indonesia, jumlah populasi emiten BEI yang IPO ditahun antara periode 2009 dan 2010 ada
60
sebanyak 36 perusahaan. Dari jumlah tersebut peneliti mengurangi sebanyak 20 perusahaan dikarenakan perusahaan tersebut mengalami delisting dan data laporan keuangan perusahan tidak memenuhi kriteria minimal yaitu berjumlah minimal 5 tahun setelah IPO dan perusahaan tidak menggunakan dana yang diperoleh IPO untuk proyek investasi. Sehingga peneliti mengeluarkannya dari sampel penelitian, sehingga total sampel penelitian menjadi 16 perusahaan. 2. Dasar Perhitungan Capital Budgeting a. Tingkat Inflasi Inflasi merupakan hal yang penting untuk dipantau karena berkaitan erat dengan daya beli masyarakat. Penentuan tingkat inflasi didasarkan pada nilai rata-rata laju inflasi tujuh tahun terakhir yaitu dimulai dari periode 2009 sampai dengan periode 2015 sebagaimana dimuat dalam tabel 4.1 dibawah ini : Tabel 4.1 Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2009-2015 Periode
Tingkat Inflasi Indonesia
Target BI
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
4.8% 5.1% 5.4% 4.3% 8.4% 8.4% 3.4% 5.7%
4.5% 5.0% 5.0% 5.0% 4.5% 4.5% 4.0% 4.6%
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia (periode 2009-2015) (http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/, diakses 20 Agustus 2016, 19.00)
61
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata tingkat inflasi Indonesia 7 tahun terakhir (periode 2009-2015) adalah 5.7% dimana angka tertinggi terdapat pada tahun 2013 dan angka terendah terdapat pada tahun 2012 yang disebabkan oleh fluktuasi harga komoditi yang cukup tinggi sepanjang tahun 2013 dan penyumbang utamanya adalah kenaikan harga BBM dan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
b. Nilai Tukar Mata Uang Asing Nilai tukar rupiah terhadap United States Dollar (USD) akan digunakan dalam perhitungan laporan keuangan perusahaan yang sebagian disajikan dalam bentuk USD, bukan dalam bentuk Rupiah. Berikut ini tabel rata-rata kurs tahunan Bank Indonesia dari tujuh tahun terakhir yaitu dimulai dari periode 2009 sampai dengan periode 2015, sebagaimana dimuat dalam tabel 4.2 dibawah ini : Tabel 4.2 Nilai Tukar Rupiah ke USD periode 2009-2015 Periode
Rata-rata Kurs Tahunan
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
9447 9879 9336 9718 12171 12502 13864
Rata-rata
10988
Sumber : Kurs Transaksi Bank Indonesia Mata Uang IDR-USD (http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Kurs+Bank+ Indonesia /Kurs+Transaksi/, diakses 20 Agustus 2016, 19.00)
62
c. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga yang digunakan dalam perhitungan analisis capital budgeting akan menggunakan suku bunga Bank Indonesia dengan mengambil rata-rata dari tujuh tahun sebelumnya yaitu dimulai dari periode 2009 sampai dengan 2015. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini : Tabel 4.3 Suku Bunga Bank Indonesia periode 2009-2015 Periode
Suku Bunga Bank Indonesia
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
6.50% 6.50% 6.00% 5.75% 7.50% 7.75% 7.50% 6.8%
Sumber : Data Suku Bunga Indonesia Tahunan (http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/, diakses 20 Agustus 2016, 19.00)
d. Laporan Keuangan Arus Kas Menurut Syafri (2008), Laporan Keuangan adalah output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sabagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggung jawaban atau
accountability.
Sekaligus
mengambarkan
indikator
kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
63
Berdasarkan hasil analisis laporan arus kas perusahaanperusahaan yang melakukan IPO dalam periode 2009-2015, maka dapat diperoleh informasi sebagai berikut : 1) Aktifitas Operasi : Semua transaksi yang terkait dengan operasional utama perusahaan, dengan kata lain: yang tergolong ke dalam aktifitas opersional adalah segala transaksi yang akan masuk ke dalam laporan laba/rugi , mulai dari “pendapatan”, “harga pokok penjualan”, sampai dengan “biaya operasional”. 2) Aktifitas Investasi : Semua transaksi yang terkait dengan penjualan dan pembelian aktiva tetap, penerimaan kas dari piutang, pengembalian cash advance, pengeluaran kas yang mengakibatkan piutang meningkat, termasuk juga dalam hal ini adalah pemberian cash bon (cash advance), deposit, dan uang muka biaya. 3) Aktifitas Pendanaan : Transaksi-transaksi
yang
terkait
dengan
modal
dan
kewajiban, yaitu : pengeluaran kas untuk pelunasan utang, penerimaan kas dari hasil utang baru (bank loans & credit loans). Penerimaan atas penjualan saham atau surat berharga lainnya.
64
B. Hasil Analisis dan Pembahasan 1. Perhitungan Capital Budgeting Analisis laporan keuangan perusahaan yang melakukan IPO periode 2009 dan 2010 dilakukan dengan metode capital budgeting sebagai berikut : a. Payback Period Payback period untuk sebuah investasi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali seutuhnya uang yang telah diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. Periode waktunya adalah sejak waktu awal mulanya dikeluarkan dana investasi oleh perusahaan sampai kepada tercapainya jumlah dana yang sama dengan arus keluar yang diperoleh oleh arus masuk hasil dari investasi yang dilakukan. Pada umumnya, semakin cepat waktu yang dibutuhkan payback period maka investasi tersebut makin baik. Perhitungan payback period untuk masingmasing perusahaan seperti dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.4 Payback Period Kode Perusahaan AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP
Payback Period 2,19 5,36 2,27 1,79 3.48 3,69 3,83 4,86
65
ROTI TRIO
5,25
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan hasil perhitungan payback period yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa perusahaan yang sudah memenuhi kriteria perhitungan payback period ada 9 perusahaan, yaitu PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan nilai payback period sebesar 2,19 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,19 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI) dengan nilai payback period sebesar 5,36 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,36 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT. Berau Coral Energy Tbk (BRAU) dengan nilai payback period sebesar 2,27 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,27 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) dengan nilai payback period sebesar 1,79 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 1,79 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. BW Plantation Tbk (BWPT) dengan nilai payback period sebesar 3,48 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar
66
yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,48 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) dengan nilai payback period sebesar 3,69 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,69 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan nilai payback period sebesar 3,83 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,83 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. PP Persero Tbk (PTPP) dengan nilai payback period sebesar 4,86 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 4,86 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) dengan nilai payback period sebesar 5,25 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,25 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Namun perusahaan lainnya dengan kode perusahaan seperti APLN, BCIP, GREN, IPOL, KRAS, dan NIKL belum bisa memenuhi kembali modal dasar yang disetorkan perusahaan sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia sehingga tidak bisa diperoleh nilai payback period nya.
67
Perlu diperhatikan bahwa payback period juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, tidak sesuai dengan prinsip nilai waktu uang (time value of money). Contohnya, disaat uang tersebut diterima ternyata uang tersebut memiliki nilai yang lebih berharga dibandingkan nilai uang yang diterima pada tahun sebelumnya. Dalam payback period, nilai waktu uang tidak diperhitungkan. Kedua, tidak adanya kriteria yang objektif dalam payback period apabila investasi diterima atau disetujui. Investasi yang sama dengan data input yang sama dapat mengalami perbedaan hasil perhitungan investasi, dalam hal ini antara memilih empat atau lima tahun sebagai waktu dan hasil investasi. Ketiga, aliran kas setelah payback period tidak memiliki pengaruh berarti dalam perhitungan payback
period,
sebatas
hanya
sampai
perhitungan
waktu
pengembaliannya saja. Payback period dapat menjadi alat ukur yang baik untuk menghitung risiko likuiditas dalam sebuah investasi, tetapi metode ini memiliki tiga kelemahan yang harus diperhatikan. Maka digunakanlah metode yang lebih baik lagi untuk mengukur risiko likuiditas dalam sebuah investasi yaitu discounted payback period, yang merupakan bentuk penyempurnaan dari payback period dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang.
b. Discounted Payback Period Discounted payback period dikembangkan dari payback period dan dibuat berdasarkan perhitungan dari nilai waktu uang. Discounted payback period adalah jumlah waktu yang dibutuhkan bagi nilai bersih
68
aliran kas perusahaan saat ini (net cash flow’s present value) untuk menghadapi hal yang tidak diinginkan terjadi terhadap investasi bersih yang ada. Nilai saat ini dihitung secara khusus dengan mengurangi aliran kas bersih pada tingkat pengembalian yang dibutuhkan. Pada umumnya, semakin pendek waktu pengembalian maka semakin baik investasi tersebut. Langkah pertama dalam proses perhitungan discounted payback period yaitu mengurangi aliran kas bersih perusahaan dalam tingkat pengembalian yang dibutuhkan dengan menghitung nilai bersih aliran kas saat ini, kemudian discounted payback period dihitung menggunakan cara yang sama seperti payback period tetapi menggunakan nilai sekarang dari arus kas. Hasil perhitungan masing-masing perusahaan seperti tergambar dalam tabel 4.5 dibawah ini : Tabel 4.5 Discounted Payback Period Kode Perusahaan AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI
Discounted Payback Period 2,37 5,98 2,60 1,98 5,24 3,92 4,40 5,62 -
69
TRIO
5,33
Sumber : Data Diolah
Tidak jauh berbeda dari hasil yang ditunjukkan dengan menggunakan metode payback period, berdasarkan hasil perhitungan discounted payback period yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa perusahaan yang sudah memenuhi kriteria perhitungan discounted payback period ada 9 perusahaan, yaitu PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan nilai discounted payback period sebesar 2,37 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,37 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI) dengan nilai discounted payback period sebesar 5,98 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,98 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT. Berau Coral Energy Tbk (BRAU) dengan nilai discounted payback period sebesar 2,60 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,60 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) dengan nilai discounted payback period sebesar 1,98 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 1,98 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek
70
Indonesia, selanjutnya yaitu PT. BW Plantation Tbk (BWPT) dengan nilai discounted payback period sebesar 5,24 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,24 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) dengan nilai discounted payback period sebesar 3,92 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,92 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan nilai discounted payback period sebesar 4.4 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 4.4 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. PP Persero Tbk (PTPP) dengan nilai discounted payback period sebesar 5,62 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,62 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) dengan nilai discounted payback period sebesar 5,33 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,33 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Namun perusahaan lainnya dengan kode perusahaan seperti APLN, BCIP, GREN, IPOL, KRAS, dan NIKL belum bisa memenuhi
71
kembali modal dasar yang disetorkan perusahaan sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia sehingga tidak bisa diperoleh nilai discounted payback period nya. c. Net Present Value Net Present Value (NPV) adalah penjumlahan dari nilai sekarang arus kas perusahaan ditingkat pengembalian yang diinginkan dikurangi dengan nilai investasi. Nilai bersih sekarang pada suatu investasi, memberikan suatu ukuran nilai bersih (net value) dari investasi perusahaan yang terkait dengan nilai perusahaan sekarang. Karena semua arus kas didiskontokan kembali ke nilai sekarang, membandingkan perbedaan antara jumlah nilai sekarang dari arus kas akhir tahunan dan pengeluaran
awal
adalah
memadai.
Menurut Freddy
Rangkuti
(2012:159) menyatakan bahwa net present value mempunyai keunggulan dalam mengetahui profitabilitas investasi, yaitu : a. Dapat mengetahui time value of money atau nilai rupiah saat ini memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rupiah yang akan diterima dimasa yang akan datang. b. Menggunakan seluruh nilai cash flow yang dimiliki suatu investasi. c. Perhitungan NPV bersifat objektif karena menggunakan ukuran yang sudah jelas yaitu estimasi cash flow dan discount rate. d. Bersifat value-additivitty principle, masing-masing NPV suatu investasi dapat dijumlahkan. Artinya, jumlah NPV tersebut dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan.
72
e. Metode NPV selalu konsisten dengan tujuan memaksimalkan nilai suatu investasi. Ketika NPV suatu investasi lebih besar dari nol, maka investasi perusahaan tersebut layak dan diterima, sedangkan ketika NPV suatu investasi hasilnya negatif, maka tidak disarankan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Perhitungan NPV kepada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dapat terlihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.6 Net Present Value Kode Perusahaan AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
Net Present Value 2444531984874,94 -218137678627,02 -241436088361,25 3082918704,09 9032959073950.24 19951471405335,90 91065810388,67 -931539397379,76 90492283964,91 8001410223531,96 -965150677346,07 -7272443625013,66 -109718835100,60 773943953935,26 -145555732642,39 143749522965,67
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan hasil perhitungan net present value dalam tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa sejumlah perusahaan, diantaranya PT Sumber
73
Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) memiliki nilai NPV yang lebih besar dari nol dan telah memenuhi kriteria, yaitu ketika NPV suatu investasi lebih besar dari nol, maka investasi kepada perusahaan tersebut layak dan diterima, dan juga memenuhi syarat untuk penilaian kelayakan investasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan hasil positif yang diperoleh dari perhitungan NPV menggambarkan investasi yang akan dilakukan pada akhirnya dapat meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut, sedangkan sisanya yaitu PT. Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT. Bumi Citra Permai Tbk (BCIP), PT. Evergreen Invesco Tbk (GREN), PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), PT. Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT. Latinusa Tbk (NIKL), PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) memiliki nilai NPV yang masih menunjukkan hasil yang negatif sampai dengan periode laporan keuangan terakhir yakni tahun 2015, maka kepada para investor tidak disarankan untuk berinvestasi kepada perusahaan tersebut.
d. Profitability Index Indeks profitabilitas (PI) atau rasio manfaat biaya merupakan rasio nilai sekarang dari arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran awal. Meskipun kriteria investasi NPV memberikan suatu ukuran nilai
74
absolut yang diinginkan dari suatu investasi, indeks probabilitas menjadi ukuran relatif yang dinginkan investor yang merupakan rasio nilai sekarang dari manfaat masa depannya terhadap biaya investasi awal. Indeks probabilitas juga menghasilkan keputusan menerima atau menolak sebuah investasi yang sama dengan kriteria NPV. Ketika nilai sekarang dari arus kas bersih suatu investasi sama dengan atau lebih besar dari pengeluaran awalnya, maka NPV dari investasi tersebut akan positif, dan nilai indeks probabilitas investasi tersebut juga akan bernilai lebih dari 1 (satu). Jadi, dua kriteria keputusan ini akan selalu menghasilkan keputusan yang sama, baik itu menerima maupun tidak disarankan berinvestasi kepada perusahaan tersebut. Perhitungan indeks profitabilitas
dalam
pengambilan
keputusan
investasi
terhadap
perusahaan yang melakukan IPO periode 2009 dan 2010 tergambar dalam tabel 4.7 berikut dibawah ini : Tabel 4.7 Profitability Index Kode Perusahaan AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL
Profitability Index 3,009 0,228 0,136 1,011 2,001 8,748 1,103 0,068 1,071 1,457 0,413
75
KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
0,635 0,862 1,085 0,773 1.094
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan hasil perhitungan profitability index dalam tabel 4.7 diatas dapat disimpulkan bahwa sejumlah perusahaan yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) yang memiliki nilai profitability index lebih dari 1 (satu), hal itu bertepatan dengan asumsi bahwa ketika nilai sekarang dari arus bersih suatu investasi sama dengan atau lebih besar dari pengeluaran awalnya, NPV dari investasi tersebut akan positif, menandakan bahwa investasi kepada perusahaan tersebut bisa diterima, maka indeks probabilitas investasi tersebut juga akan bernilai lebih dari 1 dan investasi diterima. Dari tabel 4.7 juga dapat dilihat bahwa skor tertinggi dimiliki oleh PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) yakni dengan skor 8,748 hal ini menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik setelah melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.
76
e. Modified Internal Rate of Return Internal Rate of Return (IRR) adalah metode yang menghitung tingkat bunga (discount rate) yang membuat nilai sekarang dari seluruh perkiraan arus kas masuk sama dengan nilai sekarang dari nilai ekspektasi arus kas keluar (Hazen, 2009). IRR merupakan tingkat bunga yang membuat nilai NPV yang dihitung menjadi sama dengan nol. Jika hasil IRR yang didapat lebih besar dari discount rate maka menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan akan menghasilkan return lebih besar dari yang diharapkan, sehingga investor sebaiknya menerima investasi tersebut. IRR yang lebih kecil dari discount rate menggambarkan investasi yang dilakukan akan menghasilkan return yang lebih kecil dari yang diharapkan, sehingga investor disarankan tidak berinvestasi kepada perusahaan tersebut, sedangkan IRR yang sama dengan discount rate maka investasi yang dilakukan diperkirakan akan menghasilkan return sebesar yang diharapkan (Peterson,2002). Namun metode ini memiliki kelemahan, yaitu : a. Metode
ini
membutuhkan
nilai
discount
rate
dalam
perhitungannya. b. Metode ini tidak dapat memberikan keputusan yang tepat ketika harus memperbandingkan mutually exclusive projects. c. Metode ini tidak dapat memberikan hasil yang maksimal ketika harus memilih suatu proyek yang capitalnya berupa rasio.
77
Setelah mengetahui beberapa kelemahan yang dimiliki oleh metode IRR tersebut, saat ini telah dikembangkan suatu metode untuk melengkapi kelemahan tersebut dengan sebuah metode yang disebut MIRR (Modified Internal Rate of Return). Penggunaan metode ini mengkonversikan seluruh arus kas sesudah initial investment atau investasi awal dengan asumsi bahwa arus kas dapat diinvestasikan kembali pada discount rate menjadi arus kas tunggal pada akhir masa investasi
tersebut
(Lefley,
2007).
MIRR
diperoleh
dengan
mengasumsikan arus kas keluar ditahun nol (0) dan arus kas masuk pada saat sesudah investasi. Arus kas masuk pada akhir masa investasi diasumsikan memiliki rate yang sama dengan discount rate, bukan dengan menggunakan IRR (dimana umumnya lebih besar dari discount rate), sehingga hasil yang diperoleh akan lebih mendekati realistis dengan menggunakan metode ini. Hubungan antara NPV dengan MIRR adalah jika NPV positif maka MIRR harus lebih besar dari tingkat diskonto. Dengan demikian, semua kriteria arus kas yang didiskonto akan konsisten dan memberikan hasil yang sama seperti metode net present value yaitu keputusan menerima atau menolak suatu investasi. Perhitungan modified internal rate of return dalam pengambilan keputusan investasi perusahaan yang melakukan IPO periode 2009 dan 2010 tergambar dalam tabel berikut dibawah ini :
78
Tabel 4.8 Modified Internal Rate of Return Kode Perusahaan AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
MIRR
Discount Rate 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83% 6,83%
9,4910% -23,0599% -38,1760% 7,0570% 34,9541% 94,7990% 11,1950% -54,3990% 9,2800% 18,5990% -16,7400% -7,7873% 1,3490% 9,4910% 0,7850% 9,4760%
Sumber : Data Diolah
Kriteria dari MIRR sama dengan IRR yaitu akan menerima suatu investasi jika tingkat pengembalian internal lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto, sedangkan apabila tingkat pengembalian internalnya kurang dari tingkat diskonto maka tidak disarankan untuk berinvestasi ke perusahaan pengembalian
tersebut. internal
Berdasarkan yang
telah
hasil
perhitungan
dilakukan
terdapat
tingkat beberapa
perusahaan, yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur
79
(ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) yang memiliki nilai MIRR diatas tingkat diskonto yang telah ditetapkan, maka dari itu segala bentuk investasi kepada perusahaan tersebut layak dan bisa diterima, karena perusahaan mampu memiliki tingkat pengembalian internal yang baik dan mampu memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
2. Kinerja Keuangan Perusahaan Ukuran kinerja keuangan perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dan rasio leverage yaitu Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Earning per Share (EPS). Berikut ini hasil perhitungan kinerja keuangan dari masing-masing perusahaan : a. Net Profit Margin (NPM) Net
profit
margin
adalah rasio
yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Warren Buffet (2002) mengatakan, “Perusahaan yang menarik adalah perusahaan yang menikmati margin laba yang tinggi dan menghasilkan keuntungan kas pada pemiliknya". Semakin besar NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
80
Tabel 4.9 Net Profit Margin AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
2010 1.82 14.54 22.14 28.76 16.30 24.52 34.20 1.07 10.79 9.48 8.28 7.14 5.48 4.58 3.28 3.71
2011 1.98 17.91 4.31 18.18 14.25 24.99 36.07 0.86 2.90 10.67 9.70 1.45 -1.52 3.85 23.10 4.26
2012 2.06 17.94 9.05 18.45 12.52 25.28 27.77 0.42 3.30 10.58 -11.72 -0.86 -4.57 3.87 117.09 3.98
2013 1.63 18.98 18.17 17.41 10.50 26.27 15.89 0.37 4.07 8.91 -11.38 -0.65 0.16 3.61 -21.13 4.82
2014 1.37 18.58 14.13 18.17 10.03 10.84 8.60 0.19 1.79 8.43 -6.98 -8.40 -4.39 4.28 -15.46 2.99
2015 1.26 18.70 3.13 25.72 12.24 18.72 8.27 -9.30 1.32 9.21 -2.34 -24.70 2.44 5.95 -8.92 3.09
Sumber : Data Diolah
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil net profit margin dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010 sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk (GREN), Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk (KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan net profit margin nya ada yang negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau Steel Tbk (KRAS) dengan nilai net profit margin -24,70%.
81
b. Operating Profit Margin (OPM) Operating profit margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas operasi perusahaan. Tabel 4.10 Operating Profit Margin AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
2010 2.21 15.12 30.03 35.98 20.53 34.45 52.10 4.53 17.10 14.72 29.41 6.68 5.65 8.91 -7.37 7.44
2011 2.73 23.23 15.63 23.93 18.84 36.64 54.37 5.50 4.07 13.47 32.37 2.00 -1.16 10.51 41.59 8.22
2012 2.60 23.39 18.21 24.42 16.74 38.38 44.19 11.37 7.27 13.17 33.09 -0.70 -4.77 8.88 59.27 8.63
2013 2.71 24.01 25.57 22.72 15.44 39.09 28.46 14.44 7.42 11.05 14.94 -0.50 1.79 9.21 5.71 9.89
2014 2.80 17.72 25.17 24.00 15.88 22.42 15.65 18.23 5.83 10.42 11.06 -3.77 -2.71 10.11 -10.92 10.03
2015 2.67 19.07 47.57 26.52 20.83 32.65 14.60 15.52 6.06 12.58 12.76 -13.89 3.75 11.23 -6.45 9.11
Sumber : Data Diolah
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil operating profit margin dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010 sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Krakatau Steel Tbk (KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan operating profit margin nya ada yang negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau
82
Steel Tbk (KRAS) dengan nilai operating profit margin sebesar 13,89%. c. Return on Equity (ROE) Return on equity adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. Tabel 4.11 Return on Equity (ROE) AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
2010 23.58 6.69 12.14 17.20 21.91 8.90 21.50 0.53 16.52 33.40 24.84 11.41 15.30 19.02 0.33 23.91
2011 24.70 13.62 1.30 14.19 21.22 10.47 22.47 0.46 4.59 19.29 30.69 2.52 -4.34 16.85 22.55 27.74
2012 15.52 13.25 4.93 15.53 22.37 7.43 15.74 0.13 5.31 19.04 -74.09 -1.75 -15.16 18.70 74.20 20.74
2013 21.85 12.90 14.51 16.44 20.07 7.66 8.32 0.12 6.28 16.85 -202.27 -1.29 0.65 21.20 -8.15 24.64
2014 19.04 11.63 12.19 9.36 19.64 3.15 2.80 0.05 2.65 16.83 246.01 -17.59 -20.02 22.26 -6.72 13.59
2015 18.52 12.80 2.10 13.75 22.76 5.42 0.19 -2.29 2.44 17.84 32.83 -18.26 8.93 16.52 -4.28 4.85
Sumber : Data Diolah
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil return on equity dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010 sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk (GREN), Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk
83
(KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan return on equity nya ada yang negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL) dengan nilai return on equity -202.27%. d. Return on Asset (ROA) Return on asset adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah aset perusahaan secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Tabel 4.12 Return on Asset (ROA) AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
2010 6.00 3.63 9.72 9.05 17.56 4.63 9.17 0.44 7.90 14.50 4.77 6.03 8.13 3.70 0.19 8.54
2011 7.19 6.35 1.01 6.32 15.27 6.23 8.93 0.38 2.01 13.57 7.81 1.21 -2.09 3.46 15.91 7.95
2012 6.41 5.54 2.78 5.53 12.38 4.66 5.34 0.11 2.65 12.86 -8.36 -0.76 -5.85 3.62 57.70 7.14
2013 5.19 4.73 7.56 4.54 8.67 4.32 2.93 0.09 3.42 10.51 -8.10 -0.57 0.22 3.39 -6.74 6.07
2014 4.09 4.15 5.17 3.82 8.80 1.67 1.19 0.04 1.44 10.16 -3.86 -6.04 -5.88 3.64 -5.79 3.56
2015 3.80 4.60 0.80 6.24 10.00 3.34 0.08 -1.66 1.41 11.01 -1.48 -10.35 2.94 4.42 -2.93 1.28
Sumber : Data Diolah
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil return on asset dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010
84
sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk (GREN), Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk (KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan return on asset nya ada yang negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau Steel Tbk (KRAS) dengan nilai return on asset -10,35%. e. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio adalah rasio yang menggunakan hutang dan modal untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio, maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, sedangkan dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio DER maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Debt to equity ratio (DER) dengan angka dibawah 1,00 (satu) mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki hutang yang lebih kecil dari ekuitas yang dimilikinya. Tetapi investor juga harus jeli dalam menganalisis DER ini, sebab jika total hutang lebih besar dari ekuitas, maka harus dilihat lebih lanjut apakah hutang lancar atau hutang jangka panjang yang lebih besar. Hal yang perlu juga diperhatikan adalah perusahaan dibidang keuangan seperti bank, asuransi, dan perusahaan investasi cenderung memiliki DER tinggi karena sebagian besar dana
85
yang dikelola adalah dana pihak ketiga dan secara akuntansi dana tersebut dianggap liabilities. Tabel 4.13 Debt to Equity Ratio (DER) AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
2010 2.93 0.84 0.25 0.90 0.25 0.92 1.08 0.19 1.06 0.45 4.06 0.88 0.88 3.31 0.74 1.80
2011 2.43 1.15 0.30 1.24 0.39 0.68 1.52 0.21 1.28 0.42 2.93 1.08 1.07 3.86 0.42 2.49
2012 1.42 1.39 0.77 1.81 0.81 0.60 1.95 0.22 1.01 0.48 7.87 1.30 1.59 4.16 0.29 1.90
2013 3.21 1.73 0.92 2.62 1.32 0.77 1.84 0.29 0.83 0.60 23.97 1.26 1.90 5.26 0.21 3.06
2014 3.65 1.80 1.36 1.45 1.23 0.89 1.36 0.36 0.84 0.66 -64.71 1.91 2.40 5.11 0.18 2.82
2015 3.25 1.70 1.63 1.03 1.28 0.72 1.41 0.37 0.83 0.62 -36.82 1.07 2.04 2.74 0.22 2.79
Sumber : Data Diolah
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil debt to equity ratio dari masing-masing perusahaan terlihat relatif besar selama periode 2010 sampai 2015, dan berdasarkan hasil perhitungan DER hanya ada beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk (GREN), Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), dan Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang hasil perhitungan debt to equity ratio nya konsisten dibawah 1,00 (satu), hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki rasio hutang yang lebih kecil dari ekuitas yang dimilikinya dan kemampuan perusahaan dalam
86
membayar kewajiban jangka panjangnya cukup baik. Kinerja yang sangat tidak stabil justru ditunjukkan oleh Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL) karena nilai debt to equity ratio perusahaan tersebut bergerak naik dan turun sangat tajam. f. Debt to Total Asset Ratio (DAR) Debt to total asset ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, sehingga semakin besar juga risiko finansial perusahaan gagal untuk mengembalikan pinjaman. Tabel 4.14 Debt to Asset Ratio (DAR) AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
2010 0.75 0.46 0.20 0.47 0.20 0.16 0.57 0.48 0.51 0.30 0.78 0.46 0.47 0.77 0.42 0.64
2011 0.71 0.53 0.23 0.55 0.28 0.18 0.60 0.40 0.56 0.30 0.75 0.52 0.52 0.79 0.29 0.71
2012 0.59 0.58 0.44 0.64 0.45 0.18 0.66 0.37 0.50 0.32 0.89 0.56 0.61 0.81 0.22 0.66
2013 0.76 0.63 0.48 0.72 0.57 0.22 0.65 0.44 0.45 0.38 0.96 0.56 0.65 0.84 0.17 0.75
2014 0.79 0.64 0.58 0.59 0.55 0.27 0.58 0.47 0.46 0.40 1.02 0.66 0.71 0.84 0.15 0.74
2015 0.52 0.63 0.62 0.47 0.56 0.28 0.58 0.42 0.45 0.38 0.93 0.52 0.67 0.73 0.23 0.74
Sumber : Data Diolah
87
Bisa dilihat dari tabel dihalaman sebelumnya bahwa hasil debt to asset ratio dari masing-masing perusahaan terlihat relatif kecil yaitu dibawah 1,00 (satu) selama periode 2010 sampai 2015, terkecuali Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL) karena pada tahun 2014 nilai debt to asset ratio nya 1,02 dan perusahaan tersebut memiliki nilai debt to asset ratio pertahun yang tertinggi dibanding perusahaan lainnya. Dari grafik tersebut dapat dilihat juga bahwa nilai debt to asset ratio terbaik dimiliki oleh 3 perusahaan yaitu Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), dan Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI). Hal ini juga menunjukkan bahwa jumlah aset yang dibiayai oleh hutang dari ketiga perusahaan tersebut rendah sehingga risiko kegagalan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang dari masing-masing perusahaan juga rendah. g. Earning per Share (EPS) Earning per share adalah rasio yang mengukur berapa tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan dividend, jika nilai EPS kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan membagikan dividen. Sehingga investor akan meminati saham yang memiliki EPS yang tinggi dibanding saham yang memiliki EPS yang rendah. Earning per share rendah cenderung membuat harga saham juga turun.
88
Tabel 4.15 Earning per Share (EPS) AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
2011 74.55 11.76 15.50 25.95 106.38 16.78 60.34 0.53 34.26 338.77 0.0038 0.81 29.55 42 0.34 46.15
2012 105.10 28.30 1.93 23.28 114.52 18.87 79.35 0.46 7.79 373.80 0.0015 0.65 -7.63 49.61 29.55 68.27
2013 127.41 41.04 6.64 29.26 147.33 18.32 64.71 0.13 11.25 381.63 -50.13 -12.53 -24.79 63.95 376.76 80.22
2014 142.61 41.53 22.64 36.28 31.22 20.99 44.86 0.12 17.33 446.62 -58.18 -10.88 1.35 86.88 -29.26 100.56
2015 13.82 47.99 21.34 29.94 37.26 9.68 6.01 0.05 7.17 514.62 -27.39 -118.10 -35.21 109.85 -22.93 66.03
Sumber : Data Diolah
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) merupakan perusahaan yang menghasilkan earning per share tertinggi dengan rata-rata 411,09 rupiah per tahun, beberapa perusahan seperti Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Berau Coral Energy Tbk (BRAU), BW Plantation Tbk (BWPT), PP (Persero) Tbk (PTPP), Trikomsel Oke Tbk (TRIO) memiliki nilai earning per share yang cukup tinggi dibanding perusahaan lainnya. Namun ada beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk (GREN), Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk (KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang
89
nilai earning per share sangat kecil, bahkan sampai bernilai negatif pada tahun-tahun tertentu.
3. Perbandingan Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan hasil perhitungan kinerja keuangan perusahaan dapat kita lihat bahwa hasil dari masing-masing rasio keuangan tersebut sebagian besar sesuai dengan hasil analisis capital budgeting yang sebelumnya yaitu beberapa perusahaan seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) sudah memenuhi kriteria kelayakan investasi dan memiliki kinerja keuangan yang cukup baik ditinjau dari masing-masing rasio keuangan dan tidak menghasilkan nilai yang negatif, hanya Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dan Bumi Citra Permai Tbk (BCIP) yang tidak sesuai, karena secara analisis capital budgeting perusahaan tersebut belum memenuhi kriteria kelayakan investasi namun memiliki kinerja keuangan yang baik dan tidak menghasilkan nilai yang negatif. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai macam hal dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hal tersebut.
90
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Penelitian ini menggunakan analisis capital budgeting terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) periode 2009 dan 2010 dengan menggunakan prospektus dan laporan keuangan sebagai bahan perhitungan dan analisa, serta dibandingkan dengan kinerja perusahaan tersebut selama 5 tahun setelah melakukan IPO. Dari hasil analisis capital budgeting dan kinerja keuangan pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2009 dan 2010 maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis capital budgeting dari prospektus dan laporan keuangan perusahaan yang melakukan IPO periode 2009 dan 2010 didapatkan hasil sebagai berikut: a) Hasil perhitungan payback period, discounted payback period, net present value, modified internal rate of return, dan profitability index menunjukkan bahwa PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) telah memenuhi kriteria kelayakan investasi yang sudah ditetapkan.
91
b) Perusahaan lainnya seperti Agung Podomoro Land Tbk (APLN), Bumi Citra Permai Tbk (BCIP), Evergreen Invesco Tbk (GREN), Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk (KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari Corpindo Tbk ( ROTI) belum memenuhi kriteria kelayakan investasi yang sudah ditetapkan. 2. Berdasarkan hasil kinerja keuangan dari perusahaan selama lima tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia didapatkan hasil sebagai berikut: a) Hasil perhitungan Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), dan Earning per Share (EPS) menunjukkan perusahaan yang memiliki kinerja profitabilitas yang baik yaitu Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Bumi Citra Permai Tbk (BCIP), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), dan PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO). b) Hasil perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Asset Ratio (DAR) menunjukkan perusahaan yang memiliki tingkat hutang terhadap aset dan ekuitas yang baik yaitu Indofood CBP Sukses
92
Makmur Tbk (ICBP), Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), dan Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI). 3. Berdasarkan hasil analisis capital budgeting dan kinerja keuangan perusahaan dapat disimpulkan bahwa hasil dari masing-masing rasio keuangan tersebut sebagian besar sesuai dengan hasil analisis capital budgeting yaitu beberapa perusahaan seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) telah memenuhi kriteria kelayakan investasi dan juga memiliki kinerja keuangan yang baik ditinjau dari masingmasing rasio keuangan dan tidak menghasilkan nilai yang negatif, hanya Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dan Bumi Citra Permai Tbk (BCIP) yang tidak sesuai, karena secara analisis capital budgeting kedua perusahaan tersebut belum memenuhi kriteria kelayakan investasi namun memiliki kinerja keuangan yang baik dan tidak menghasilkan nilai rasio keuangan yang negatif.
B. Implikasi 1. Bagi akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dan dasar untuk melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai metode capital budgeting dan kinerja perusahaan tidak
93
hanya setelah melakukan IPO tapi juga sebelum melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi investor Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi investor yang ingin menanamkan modalnya pada penawaran umum perdana. Dengan beracuan pada hasil penelitian ini, diharapkan investor dapat mengambil keputusan dalam berinvestasi agar dapat memilih perusahaan yang tepat untuk diinvestasikan berdasarkan analisis capital budgeting dan kinerja perusahaan tersebut setelah melakukan IPO. 3. Bagi perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam menilai kelayakan investasi yang tepat untuk menambah nilai perusahaan, memaksimalkan laba dan meminimalkan risiko pada saat melakukan investasi.
C. Saran Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan oleh peneliti, penelitian ini masih ada kekurangan, sehingga ada yang perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitan berikutnya. Adapun saran dari penulis untuk penelitan berikutnya adalah: 1. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data, sehingga akan mendapatkan hasil data yang lebih akurat. 2. Melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai metode capital budgeting dan kinerja perusahaan tidak hanya setelah melakukan IPO tapi juga sebelum melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.
94
3. Melakukan alat analisis yang lebih baik dan teliti sehingga akan menghasilkan data yang lebih akurat. 4. Melakukan proyeksi selama beberapa tahun ke depan terhadap proyek investasi sebelum investasi tersebut dilakukan, data proyeksi bisa dilihat dari data laporan keuangan pada tahun-tahun sebelumnya dan mempertimbangkan kondisi ekonomi pada saat ini, serta membuat proyeksi kondisi ekonomi ditahun-tahun mendatang.
95
DAFTAR PUSTAKA Aggarwal, R. & Hernandez, P. 1993. The Aftermarket Performance Of InitialPublic Offering In Latin America. Financial Management 22:4253. Alkaraan, F. and D. Northcott (2006) “Strategic Capital Investment Decision Making : A Role for Emergent Analysis Tools? A Study of Practice in Large UK Manufacturing Companies,” The British Accounting Review, 38(2), pp.149-173. Arifin, Zaenal, “Potret IPO di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Siasat Bisnis Vol. 14, No. 1, Jakarta, 2010. Bennouna, K., Meredith, G.G., and Marchant, T. (2010), “Improved capital budgeting decision making: evidence from Canada”, Management Decision, Vol. 48 (2), pp. 225-247. Bierman, H. and Smidt, S. (1993), The Capital Budgeting Decision: Economic Analysis of Investment Projects, 8th ed., Prentice Hall, Toronto. Bodie, Z., Kane, A. and A. Marcus, 2005, Investments, 6th edition. New York: McGraw-Hill. Bodie ZVI, Kane Alex, and Alan J. Marcus, Investment, 7th edition, McGrawHill, 2008. Brealey, R., S. Myers, and F. Allen (2007) Principles of Corporate Finance, McGraw-Hill. Brigham, F, Eugene, dan Houston, F, Joel. (2009) ”Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Edisi Sepuluh, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Brigham, F, Eugene, dan Houston, F, Joel. (2010). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga. Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston, Fundamentals of Financial Management, South-Western, 2004. Clark, John J., Hinderlang Thomas J., Pritchard Robert E., Capital Budgeting:Planning and Control of Capital Expenditures, 3rd ed. US : Prentice Hall International, Inc., 1989. Cooper, William D., Morgan, Robert G., Redman, Capital Budgeting Models: Theory Vs Practice, Journal of Business Forum, 2002. Damodaran, Aswath, Investment Valuation: Tools and Technique for Determining the value of Any Asset, John Wiley & Sons, 2002. Dayananda, D. Richard I., Steve H., Capital Budgeting: Financial Appraisal of Investment Project, Cambridge University Press, 2002.
96
Emery, Douglas R., and John D. Finnerty, Corporate Financial Management, Pearson Education, 3rd ed., 2007. Freeman, M. and Hobbes, G. (2001), “Capital budgeting: theory versus practice”, Australian Accountant, Vol. 61, No. 8, pp. 36-41. Graham, J. R. and Harvey, C. R. (2001) “The Theory and Practice of Corporate Finance: Evidence from the Field,” Journal of Financial Economics, 60 (1-2), pp.187-243. Hanafi, Mamduh, M., dan Halim, Abdul, (2005). ”Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Kedua, Unit Penerbit Dan Percetakan AMP-YKPN: Yogyakarta. Holland, K.M dan Horton, J.G, “Initial Public Offerings on The Unlisted Securities Market: The Impact of Profesional Advisor”, Accounting and Business Research, Vol 24, No. 93, p 19-34, 1993. Holmén, M., and Pramborg, B. (2009), “Capital Budgeting and Political Risk: Empirical Evidence”, Journal of International Financial Management & Accounting, Vol. 20 (2), pp. 105–134. Husein Umar, 2005, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kannadhasan M, Asha P., Effects of Inflation on Capital Budgeting Decisionsan Analytical Study, National Conference on Financial Economics, ICFAL, 2006. Lefley, Frank, The sometimes overlooked discounted payback method, Journal of Financial Management; pg. 36, 1997. Libby, Robert, Patricia A. Libby and Daniel G. Short, Financial Accounting, Fourth edition, McGraw-Hill, 2004. Lowry, Michelle, Micah S.O, dan Schwert, G.W, “The Variability of IPO Initial Returns”, The Journal of Finance, 2008. Mills, Geofrey T., The Impact of Inflation on Capital Budgeting and Working Capital,Journal of Financial and Strategic Decisions, Vol. 9, No. 1, Spring 1996. Payne, J.D., Heath, W.C. and Gale, L.R. (1999), “Comparative financial practice in the US and Canada: capital budgeting and risk assessment”, Financial Practice and Education, Vol. 9, No. 10, pp. 16-24. Peterson, P.P., and Fabozzi, F.J., Capital Budgeting: Theory and Practice, John Wiley and Sons, 2002. Picken, David H., Mak, Stephen, Risk analysis in cost planning and its effect on efficiency in capital cost budgeting, Journal of Enterprise Information Management, pg.318, 2001.
97
Pike, R. (1989), “Do Sophisticated Capital Budgeting Approaches Improve Investment Decision-Making Effectiveness?”, The Engineering Economist, Vol. 34 (2), pp 149-161. Rodoni, Ahmad, “Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal”, UIN, Jakarta, 2008. Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. (2010). Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Ross, Westerfield, Jaffe, Jordan, Modern Financial Management, Mc.Graw Hill International, 2008. Ross, S.A. (2007). Fundamentals of Corporate Finance, 4th Aust ed., McGraw Hill, Sydney. Ross, S.A., Westerfield, R.W. and Jaffe, J.F. (2010). Corporate Finance, 10th ed., McGraw Hill, New York. Ryan, P.A., and Ryan, G.P. (2002), “Capital budgeting practices of Fortune 1000: how have things changed?”, Journal of Business and Management, Vol. 8 (4), pp. 355-364. Schall, L.D., and Sundem, G.L. (1980), “Capital budgeting methods and risk: a further analysis”, Financial Management, Vol. 9 (1), pp. 7-11. Smart, S. B., Megginson, W.L., and Gitman, L.J. (2006), Corporate Finance, 2nd edition, Thomson Learning, New York. Stanley, M., and S. Block (1984), "A Survey of Multinational Capital Budgeting", Financial Review, Vol. 19 (1), pp. 36-54. www.idx.co.id www.bi.go.id
98
Lampiran 1 : Tabel Perusahaan Yang Diteliti No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode Perusahaan APLN BCPI BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO IPOL ICBP KRAS ROTI NIKL PTPP AMRT TRIO
Nama Perusahaan Agung Podomoro Land Tbk Bumi Citra Permai Tbk Batavia Prosperindo Finance Tbk Berau Coral Energy Tbk Bukit Uluwatu Villa Tbk BW Plantation Tbk Evergreen Invesco Tbk Garda Tujuh Buana Tbk Indopoly Swakarsa Industry Tbk Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Krakatau Steel Tbk Nippon Indosari Corpindo Tbk Pelat Timah Nusantara Tbk PP (Persero) Tbk Sumber Alfaria Trijaya Tbk Trikomsel Oke Tbk
99
Lampiran 2 Nama Perusahaan Agung Podomoro Land Tbk
Bumi Citra Permai Tbk
Batavia Prosperindo Finance Tbk
Berau Coral Energy Tbk
Bukit Uluwatu Villa Tbk BW Plantation Tbk Evergreen Invesco Tbk
Garda Tujuh Buana Tbk
: Tabel Penggunaan Dana IPO Oleh Perusahaan Penggunaan dana IPO Pengembangan proyek baru, akusisi tiga proyek properti. Ketiganya yaitu Green Lake, Green Permata Residences, dan Grand Taruma. Penyelesaian proyek Central Park, Podomoro City extension dan superblok Kuningan City. Proyek pembangkit listrik berbahan bakar gas dan fasilitas pengolahan air dengan investasi total Rp 159 miliar di Kawasan Industri (KI) Millenium Industrial Estate di Cikupa, Tangerang. Pembangunan berbagai fasilitas infrastruktur itu untuk menarik investor Tiongkok di era pasar perdagangan bebas kawasan Asean-Tiongkok (AC-FTA). Proyek perluasan cabang perusahaan dari 19 kantor cabang diseluruh Indonesia menjadi 50 kantor cabang diseluruh Indonesia, diantaranya Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Bandung, Banjarmasin, Baturaja, Bengkulu, Denpasar, Gorontalo, Jakarta, Jambi, Kendari, Lubuk Linggau, Makassar, Malang, Manado, Medan, Palembang, Pangkalpinang, Pekanbaru, Pontianak, Samarinda, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Gorontalo, Baturaja, Bengkulu, Palu, Lhoksuemawe, Solo, Purwokerto, Bogor, Padang, Pematang Siantar, Palangkaraya, Sidoarjo, Mataram, Depok, Pare-pare dan Kudus. dan 2 Kantor Perwakilan di Bekasi dan Tangerang. Proyek tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia atas pembiayaan kendaraan bermotor, BPF terus menerus mengembangkan jaringan usahanya sehingga menjangkau setiap kota besar dan prospektif di Indonesia. Proyek pembangunan terminal batubara di Suaran sebesar Rp69,45 miliar, pembangkit listrik tenaga batubara di Suaran Rp5,03 miliar, dan pembelian fasilitas transhipper Rp10,45 miliar. Penambahan kapasitas fasilitas pengolahan batu bara, loading conveyor, dan hauling road di Lati, Binungan, dan Sambarata, Membangun dua proyek utama di Bintan dan Manado senilai Rp350 miliar. Dua proyek yang dimaksud yakni, Alila Villas Bintan di Lagoi Bay, Bintan Resort dengan luas sekira 13 hektare (Ha) dengan investasi Rp250 miliar, menambah 12 unit vila di Alila Ubud, mengakuisisi 100 persen saham PT Buana Megawisatama dan PT Verizon Indonesia. Membiayai proyek penanaman kelapa sawit di lahan milik anak usaha, dengan target lahan tertanam sebanyak 64 ribu hektare termasuk plasma di seluruh anak perusahaan, sisanya digunakan untuk modal kerja. Investasi dan proyek perluasan usaha, untuk pembelian mesin pemintalan benang dan pembelian bahan baku, mengembangkan usahanya dari yang selama ini hanya pemintalan benang dari serat sintetis menjadi penambahan pemintalan serat alam Dipergunakan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan, Capex yang ada lebih banyak akan dipergunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi, seperti flick, ada tracking, dan dryer itu sendiri (untuk mengurangi kandungan air di batubara)
100
Dana IPO digunakan untuk investasi proyek untuk segmen biaxially oriented polyster (Bopet) agar lebih menunjang kegiatan produksi Indopoly perseroan. Pengoperasian lini produk Bopet merupakan upaya Swakarsa mendiversifikasi produk secara horizontal dengan menawarkan pilihan Industry Tbk yang lebih beragam kepada pelanggan. Bopet berproduksi komersial memiliki kapasitas 20.000 ton per tahun. iCBP berdiri sebagai entitas terpisah pada bulan september 2009 dan tercatat sebagai perusahaan publik di BEi pada tanggal 7 oktober 2010. Indofood iCBP didirikan melalui proses restrukturisasi internal Grup CBP dari CBP Sukses indofood, perusahaan induk yang tercatat sebagai perusahaan publik di Makmur Tbk BEi sejak tahun 1994. Adapun dana IPO digunakan untuk proyek dalam rangka meningkatkan kapasitas pabrik beberapa produk seperti mi instan, susu, penyedap makanan, dan nutrisi serta makanan kaleng. Untuk mendanai sebesar 35 persen investasi barang modal sehubungan dengan rencana modernisasi dan ekspansi kapasitas prosuk di Pabrik Krakatau Baja Lembaran Canai Panas serta meningkatkan modal kerja dengan Steel Tbk membeli bahan baku, dan membiayai pematangan lahan serta penyertaan modal pada anak perusahaan. Dana hasil IPO digunakan untuk ekspansi usaha dan investasi, yaitu Nippon untuk proyek pembangunan pabrik baru di Medan dan Semarang Indosari menjadi total 4 pabrik selain di Cikarang dan Pasuruan. Pembangunan Corpindo kedua pabrik tersebut untuk meningkatkan kapasitas dan menjaga Tbk produk roti lebih segar karena lokasi pabrik lebih dekat ke konsumen. Dana hasil IPO digunakan untuk proyek revamping atau peningkatan kapasitas dan mesin produksi serta penambahan mesin baru. Melalui Pelat Timah proyek tersebut diharapkan kapasitas produksi meningkat menjadi Nusantara 160.000 ton per tahun dari 130.000 ton per tahun dan kecepatan mesin Tbk produksi bertambah menjadi 330 meter per menit dari 250 meter per menit. PP (Persero) Untuk proyek pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 4.000 MW Tbk hingga tahun 2020. Seluruh dana IPO dialokasikan untuk proyek penambahan 400 gerai Sumber perseroan dan tiga pusat distribusi. Pusat distribusi akan dibangun di Alfaria Palembang, Jawa, dan Bali, untuk mengembangkan usaha perseroan, Trijaya Tbk demi menjangkau tempat-tempat strategis di seluruh Indonesia. Dana hasil penawaran umum sebesar untuk proyek pengembangan Trikomsel OkeShop dengan menambah 200 gerai menjadi total 1000 gerai di Oke Tbk seluruh Indonesia, dan sisanya untuk investasi dan pengembangan infrastruktur perseroan.
101
Lampiran 3
: Tabel Perhitungan Kinerja Keuangan Perusahaan Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 1.82 2.21 23.58 6.00 2.93 0.75
2011 1.98 2.73 24.70 7.19 2.43 0.71
2012 2.06 2.60 15.52 6.41 1.42 0.59
2013 1.63 2.71 21.85 5.19 3.21 0.76
2014 1.37 2.80 19.04 4.09 3.65 0.79
2015 1.26 2.67 18.52 3.80 3.25 0.52
Agung Podomoro Land Tbk (APLN) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 14.54 15.12 6.69 3.63 0.84 0.46
2011 17.91 23.23 13.62 6.35 1.15 0.53
2012 17.94 23.39 13.25 5.54 1.39 0.58
2013 18.98 24.01 12.90 4.73 1.73 0.63
2014 18.58 17.72 11.63 4.15 1.80 0.64
2015 18.70 19.07 12.80 4.60 1.70 0.63
Bumi Citra Permai Tbk (BCIP) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 22.14 30.03 12.14 9.72 0.25 0.20
2011 4.31 15.63 1.30 1.01 0.30 0.23
2012 9.05 18.21 4.93 2.78 0.77 0.44
2013 18.17 25.57 14.51 7.56 0.92 0.48
2014 14.13 25.17 12.19 5.17 1.36 0.58
2015 3.13 17.57 2.10 0.80 1.63 0.62
Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 28.76 35.98 17.20 9.05 0.90 0.47
2011 18.18 23.93 14.19 6.32 1.24 0.55
2012 18.45 24.42 15.53 5.53 1.81 0.64
2013 17.41 22.72 16.44 4.54 2.62 0.72
2014 18.17 24.00 9.36 3.82 1.45 0.59
2015 25.72 26.52 13.75 6.24 1.03 0.47
102
Berau Coral Energy Tbk (BRAU) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 16.30 20.53 21.91 17.56 0.25 0.20
2011 14.25 18.84 21.22 15.27 0.39 0.28
2012 12.52 16.74 22.37 12.38 0.81 0.45
2013 10.50 15.44 20.07 8.67 1.32 0.57
2014 10.03 15.88 19.64 8.80 1.23 0.55
2015 12.24 20.83 22.76 10.00 1.28 0.56
Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 24.52 34.45 8.90 4.63 0.92 0.48
2011 24.99 36.64 10.47 6.23 0.68 0.40
2012 25.28 38.38 7.43 4.66 0.60 0.37
2013 26.27 39.09 7.66 4.32 0.77 0.44
2014 10.84 22.42 3.15 1.67 0.89 0.47
2015 18.72 32.65 5.42 3.34 0.72 0.42
2014 8.60 15.65 2.80 1.19 1.36 0.58
2015 8.27 14.60 0.19 0.08 1.41 0.58
2014 0.19 18.23 0.05 0.04 0.36 0.27
2015 -9.30 15.52 -2.29 -1.66 0.37 0.28
BW Plantation Tbk (BWPT) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 34.20 52.10 21.50 9.17 1.08 0.57
2011 36.07 54.37 22.47 8.93 1.52 0.60
2012 27.77 44.19 15.74 5.34 1.95 0.66
2013 15.89 28.46 8.32 2.93 1.84 0.65
Evergreen Invesco Tbk (GREN) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 1.07 4.53 0.53 0.44 0.19 0.16
2011 0.86 5.50 0.46 0.38 0.21 0.18
2012 0.42 11.37 0.13 0.11 0.22 0.18
2013 0.37 14.44 0.12 0.09 0.29 0.22
103
Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 10.79 17.10 16.52 7.90 1.06 0.51
2011 2.90 4.07 4.59 2.01 1.28 0.56
2012 3.30 7.27 5.31 2.65 1.01 0.50
2013 4.07 7.42 6.28 3.42 0.83 0.45
2014 1.79 5.83 2.65 1.44 0.84 0.46
2015 1.32 6.06 2.44 1.41 0.83 0.45
Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 9.48 14.72 33.40 14.50 0.45 0.30
2011 10.67 13.47 19.29 13.57 0.42 0.30
2012 10.58 13.17 19.04 12.86 0.48 0.32
2013 8.91 11.05 16.85 10.51 0.60 0.38
2014 8.43 10.42 16.83 10.16 0.66 0.40
2015 9.21 12.58 17.84 11.01 0.62 0.38
Indopoly Swakarsa Industry (IPOL) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 8.28 29.41 24.84 4.77 4.06 0.78
2011 9.70 32.37 30.69 7.81 2.93 0.75
2012 -11.72 33.09 -74.09 -8.36 7.87 0.89
2013 -11.38 14.94 -202.27 -8.10 23.97 0.96
2014 -6.98 11.06 246.01 -3.86 -64.71 1.02
2015 -2.34 12.76 32.83 -1.48 -36.82 0.93
2014 -8.40 -3.77 -17.59 -6.04 1.91 0.66
2015 -24.70 -13.89 -18.26 -10.35 1.07 0.52
Krakatau Steel Tbk (KRAS) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 7.14 6.68 11.41 6.03 0.88 0.46
2011 1.45 2.00 2.52 1.21 1.08 0.52
2012 -0.86 -0.70 -1.75 -0.76 1.30 0.56
2013 -0.65 -0.50 -1.29 -0.57 1.26 0.56
104
Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 5.48 5.65 15.30 8.13 0.88 0.47
2011 -1.52 -1.16 -4.34 -2.09 1.07 0.52
2012 -4.57 -4.77 -15.16 -5.85 1.59 0.61
2013 0.16 1.79 0.65 0.22 1.90 0.65
2014 -4.39 -2.71 -20.02 -5.88 2.40 0.71
2015 2.44 3.75 8.93 2.94 2.04 0.67
2014 4.28 10.11 22.26 3.64 5.11 0.84
2015 5.95 11.23 16.52 4.42 2.74 0.73
PT PP Persero Tbk (PTPP) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 4.58 8.91 19.02 3.70 3.31 0.77
2011 3.85 10.51 16.85 3.46 3.86 0.79
2012 3.87 8.88 18.70 3.62 4.16 0.81
2013 3.61 9.21 21.20 3.39 5.26 0.84
Nippon Indosari Cospindo Tbk (ROTI) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 3.28 -7.37 0.33 0.19 0.74 0.42
2011 23.10 41.59 22.55 15.91 0.42 0.29
2012 117.09 59.27 74.20 57.70 0.29 0.22
2013 -21.13 5.71 -8.15 -6.74 0.21 0.17
2014 -15.46 -10.92 -6.72 -5.79 0.18 0.15
2015 -8.92 -6.45 -4.28 -2.93 0.22 0.23
2014 2.99 10.03 13.59 3.56 2.82 0.74
2015 3.09 9.11 4.85 1.28 2.79 0.74
Trikomsel Oke Tbk (TRIO) NPM OPM ROE ROA DER DAR
2010 3.71 7.44 23.91 8.54 1.80 0.64
2011 4.26 8.22 27.74 7.95 2.49 0.71
2012 3.98 8.63 20.74 7.14 1.90 0.66
2013 4.82 9.89 24.64 6.07 3.06 0.75
105
Lampiran 4 : Hasil uji banding antara proyeksi capital budgeting dan hasil analisis capital budgeting riil. Payback Period
Kode Perusahaan AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
Proyeksi 2.81 4.57 2.65 2.73 3.52 4.28 3.12 4.16 5.50
Riil 2.19 5.36 2.27 1.79 3.48 3.69 3.83 4.86 5.25
106
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Proyeksi
16
2.0838
2.02950
.00
5.50
Riil
16
2.0450
2.10630
.00
5.36
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
6
a
4.00
24.00
Positive Ranks
3
b
7.00
21.00
Ties
7
Total
16
Negative Ranks Riil - Proyeksi
c
a. Riil < Proyeksi b. Riil > Proyeksi c. Riil = Proyeksi
a
Test Statistics
Riil - Proyeksi Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-.178
b
.859
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang didapat sebesar -0,178 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,859, di mana 0,859 > 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H0 atau yang berarti tidak terdapat perbedaan antara proyeksi capital budgeting dan hasil capital budgeting riil.
107
Discounted Payback Period
Kode Perusahaan AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
Proyeksi 3.16 5.13 3.52 2.43 5.20 4.38 4.12 5.24 5.72
Riil 2.37 5.98 2.60 1.98 5.24 3.92 4.40 5.62 5.33
108
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Proyeksi
16
2.4313
2.35792
.00
5.72
Riil
16
2.3400
2.40313
.00
5.98
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
a
6.20
31.00
Positive Ranks
4
b
3.50
14.00
Ties
7
Total
16
Negative Ranks Riil - Proyeksi
c
a. Riil < Proyeksi b. Riil > Proyeksi c. Riil = Proyeksi
a
Test Statistics
Riil - Proyeksi Z Asymp. Sig. (2-tailed)
b
-1.007
.314
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang didapat sebesar -1,007 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,314, di mana 0,314 > 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H0 atau yang berarti tidak terdapat perbedaan antara proyeksi capital budgeting dan hasil capital budgeting riil.
109
Net Present Value
Kode Perusahaan AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
Proyeksi 2411941282475.95 -216042033357.87 -241793683414.35 -6573151463.80 911968684.93 19473540452149.00 92902068504.89 -931647638487.09 70202474570.85 7708422177465.73 -971771274419.05 -7295601763799.98 -110213795733.43 624666282637.30 -156279419053.53 112425408683.33
Riil 2444531984874.94 -218137678627.02 -241436088361.25 3082918704.09 921730517.75 19951471405335.90 91065810388.67 -931539397379.76 90492283964.91 8001410223531.96 -965150677346.07 -7272443625013.66 -109718835100.60 773943953935.26 -145555732642.39 149851612209.67
110
Descriptive Statistics N 16
Proyeksi
Mean
Std. Deviation
1285318084715.1800
Minimum
5619131610628.19600
Maximum -
19473540452149.00
7295601763799.98 16
Riil
1351424368062.0244
5740515093549.75600
-
19951471405335.89
7272443625013.66
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
a
5.50
11.00
b
8.93
125.00
Negative Ranks
2
Positive Ranks
14
Riil - Proyeksi
c
Ties
0
Total
16
a. Riil < Proyeksi b. Riil > Proyeksi c. Riil = Proyeksi
a
Test Statistics
Riil - Proyeksi Z Asymp. Sig. (2-tailed)
b
-2.947
.003
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang didapat sebesar -2.947 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,003, di mana 0,003 < 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menolak H0 dan menerima H1 atau yang berarti terdapat perbedaan antara proyeksi capital budgeting dan hasil capital budgeting riil.
111
Kode Perusahaan AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
Profitability Index Proyeksi 3.009 0.228 0.136 1.011 2.001 8.748 1.103 0.059 1.071 1.457 0.413 0.635 0.862 1.085 0.773 1.094
Riil 3.037 0.234 0.137 1.213 2.012 8.938 1.101 0.068 1.090 1.457 0.417 0.636 0.862 1.106 0.788 1.124
112
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Proyeksi
16
1.48031
2.071962
.059
8.748
Riil
16
1.51375
2.113417
.068
8.938
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
a
3.00
3.00
b
7.85
102.00
Negative Ranks
1
Positive Ranks
13
Riil - Proyeksi
c
Ties
2
Total
16
a. Riil < Proyeksi b. Riil > Proyeksi c. Riil = Proyeksi
a
Test Statistics
Riil - Proyeksi Z Asymp. Sig. (2-tailed)
b
-3.108
.002
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang didapat sebesar -3.108 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,002, di mana 0,002 < 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menolak H0 dan menerima H1 atau yang berarti terdapat perbedaan antara proyeksi capital budgeting dan hasil capital budgeting riil.
113
Modified Internal Rate of Return
Kode Perusahaan AMRT APLN BCIP BPFI BRAU BUVA BWPT GREN GTBO ICBP IPOL KRAS NIKL PTPP ROTI TRIO
Proyeksi 11.80% 13.40% -1.20% 9.80% 27.50% 68.10% 20.20% -21.50% 8.70% 19.20% -2.60% 0.80% 3.20% 1.05% 1.90% 7.90%
Riil 9.4910% -23.0599% -38.1760% 7.0570% 34.9541% 94.7990% 11.1950% -54.3990% 9.2800% 18.5990% -16.7400% -7.7873% 1.3490% 9.4910% 0.7850% 9.4760%
114
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Proyeksi
16
.10516
.190443
-.215
.681
Riil
16
.04150
.327717
-.544
.948
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
a
9.14
100.50
b
7.10
35.50
Negative Ranks
11
Positive Ranks
5
Riil - Proyeksi
c
Ties
0
Total
16
a. Riil < Proyeksi b. Riil > Proyeksi c. Riil = Proyeksi
a
Test Statistics
Riil - Proyeksi b
Z
-1.681
Asymp. Sig. (2-tailed)
.093
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang didapat sebesar -1.681 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,093, di mana 0,093 > 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H0 atau yang berarti tidak terdapat perbedaan antara proyeksi capital budgeting dan hasil capital budgeting riil.
Sumber : Data Diolah
115